KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku “Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008” ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan secara umum tentang upayaupaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan serta sistem informasi dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di tingkat provinsi Penyusunan buku ini menggunakan data yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi sepanjang tahun 2008. Dengan tersusunnya buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peningkatan upaya-upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi dimasa mendatang. Guna meningkatkan mutu penyajian informasi buku sejenis dimasa mendatang, diharapkan kritik dan saran yang membangun serta partisipasi semua pihak, khususnya upaya mendapatkan data/informasi yang lebih akurat dan sesuai kebutuhan. Akhir kata kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran sehingga buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini berhasil disusun, kami mengucapkan terima kasih. Jakarta,
Desember 2009
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis,
Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP 19560829 198312 1001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..….... DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. DAFTAR GRAFIK ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
Hal i ii iv v vi xi
I.
PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang .................................................................... B. Tujuan ................................................................................
1 1 3
II.
METODOLOGI ........................................................................ A. Pengumpulan Data .............................................................. B. Pengolahan dan Analisa Data ............................................... C. Penyajian Informasi .............................................................
4 4 4 4
III. GAMBARAN UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN ................................................................... A. Pengorganisasian dan Perencanaan ...................................... B. Penyusunan Peraturan dan Pedoman .................................... C. Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi ...................................... D. Sumber Daya Manusia ......................................................... 1. Jumlah dan Jenis Tenaga ............................................. 2. Pengembangan Tenaga ................................................ E. Sarana Kesehatan ............................................................... 1. Sarana Transportasi ..................................................... 2. Sarana Komunikasi dan Informasi ................................. 3. Sarana Penunjang ........................................................ 4. Buffer Stock Obat, Alat dan Bahan Lain ......................... 5. Buffer Stock Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan .................................................................... F. Pembiayaan ........................................................................ IV.
GAMBARAN UPAYA TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN.. A. Mobilisasi Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pengelolaan Bantuan Kesehatan .......................................................................... B. Pelaksanaan Rapid Health Assessment (RHA) ........................ C. Evaluasi ..............................................................................
5 5 8 11 17 17 19 27 27 29 33 35 39 43 45 45 52 55
V.
SISTEM INFORMASI ............................................................. A. Kegiatan Pendataan dan Monitoring ...................................... 1. Pendataan ................................................................... 2. Monitoring ................................................................... B. Penyampaian Informasi ....................................................... C. Kepemilikan Kontak Person ..................................................
57 57 57 60 64 75
VI.
KESIMPULAN ........................................................................
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................
82
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.
Gambaran Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi ……………..….......................................................
72
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1.
Gambaran Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Dinas Kesehatan Provinsi …….....................................................
8
DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1.
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................
6
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi …….…………….………..
7
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pengembangan Peraturan/Kebijakan Daerah Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……............
9
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………….…….…………….………………………..
10
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................
11
Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Program Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….……….
12
Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Sektor Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….……….
13
Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi ……………………………………………..…….…………….……….
14
Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................
16
Grafik 10. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Advokasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……........................................................................
17
Grafik 11. Proporsi Tenaga Kesehatan Provinsi yang Bekerja pada Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Tingkat Pendidikan Formal ……................................
18
Grafik 2.
Grafik 3.
Grafik 4.
Grafik 5.
Grafik 6.
Grafik 7.
Grafik 8.
Grafik 9.
Grafik 12. Gambaran Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah Mengikuti Pelatihan dan Masih Bekerja Menurut Jenis Pelatihan Pada Tahun 2008 ……………………………………………….
20
Grafik 13. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Pelaksanaan Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ...........................................................
25
Grafik 14. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Gladi yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ……..............................................
26
Grafik 15. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……...........
28
Grafik 16. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……...........
30
Grafik 17. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Informasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……...........
32
Grafik 18. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………………..……...........
34
Grafik 19. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI, dan Alat Kesehatan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana …………………………………………………
36
Grafik 20. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………..…………………………………………
38
Grafik 21. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………..…………………………………………
40
Grafik 22. Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………..……..……………………………………….
42
Grafik 23. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Sumber Pembiayaan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ……...................
44
Grafik 24. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Tindakan Pertama yang Dilakukan Ketika Informasi Bencana Diketahui …………………………………………………….…..................
45
Grafik 25. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan TRC Penanggulangan Bencana …………………………
47
Grafik 26. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana ..............................
48
Grafik 27. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Waktu Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana …….........................
49
Grafik 28. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana ……...........
50
Grafik 29. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana …………………………………………………………..……..........
51
Grafik 30. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Pengelolaan Bantuan Kesehatan ……………………….
52
Grafik 31. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Tim RHA ……….………………………………………………..……............
53
Grafik 32. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksana RHA Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……............
54
Grafik 33. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan RHA Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……............
55
Grafik 34. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat Pada Saat Kejadian Bencana ……………………..……................................................
56
Grafik 35. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana …………………........................................
57
Grafik 36. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Pencatatan Kejadian Bencana …………………….……...................
58
Grafik 37. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Bencana …………………….……...........
59
Grafik 38. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Bencana ….……...................
60
Grafik 39. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana …………………………………………………………………………..
61
Grafik 40. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat ……………………..…………………………
62
Grafik 41. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat ……………………………………………....................................
63
Grafik 42. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana ………………………..……........................
64
Grafik 43. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Penggunaan Alur Mekanisme Informasi sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 …….................................................
65
Grafik 44. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Kesiapsiagaan ke Pusat ……………………………………...
66
Grafik 45. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat ………………………………...
67
Grafik 46. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat …………….
68
Grafik 47. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan sesuai Pedoman ……………………..……..........
69
Grafik 48. Proporsi Penggunaan Sarana Komunikasi Oleh Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Jenis Sarana Komunikasi ………....
70
Grafik 49. Gambaran Proporsi Provinsi Menurut Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam ……………………..……...................................
73
Grafik 50. Gambaran Proporsi Provinsi yang Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi ………………....................................
74
Grafik 51. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor ………………………………….…………..
75
Grafik 52. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota …….…………..
76
Grafik 53. Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor di lingkup Kabupaten/Kota ……….
77
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Gambaran Unit Kerja di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Memiliki Tugas Pokok dan Fungsinya Menjadi Koordinator/Penanggungjawab Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ………………………………………
82
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Program Kerja terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ...............................
84
Gambaran Kegiatan dari Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………….……………………………………….
85
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi ..............................
88
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Peraturan-Peraturan/Kebijakan Daerah yang Terkait dengan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 .................……………………………………...
89
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 .......................................................................
90
Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ……………….………………………………….………………………….
91
Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 ..........................................................
92
Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………………………….
93
Lampiran 10 Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................................
95
Lampiran 9
Lampiran 11 Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………………………….
96
Lampiran 12 Gambaran Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008 .............................................
98
Lampiran 13 Gambaran Unit Kerja yang Terlibat dalam Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008 …………………………………………………………………….
99
Lampiran 14 Gambaran Pelaksanaan Sosialisasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 101 Lampiran 15 Gambaran Pelaksanaan Advokasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 104 Lampiran 16 Gambaran Jenis Tenaga yang Bekerja pada Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 106 Lampiran 17 Gambaran Tenaga yang Masih Dibutuhkan oleh Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 …………………………….. 108 Lampiran 18 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ACLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. 109 Lampiran 19 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ATLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. 110 Lampiran 20 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BTLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. 111 Lampiran 21 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BLS Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. 112 Lampiran 22 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan PPGD Menurut Provinsi Tahun 2008 ....................................................................... 113
Lampiran 23 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Emergency Nursing Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 114 Lampiran 24 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Menurut Provinsi Tahun 2008 ....................... 115 Lampiran 25 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Operasional Sarana Penunjang Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. 116 Lampiran 26 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RS Lapangan Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 117 Lampiran 27 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Bencana Bidang Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. 118 Lampiran 28 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. 119 Lampiran 29 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................................................................. 120 Lampiran 30 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Rencana Kontijensi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 121 Lampiran 31 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Pengelolaan Data dan Informasi Menurut Provinsi Tahun 2008 .............................. 122 Lampiran 32 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Radio Komunikasi Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 123 Lampiran 33 Gambaran Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi ………………………………………………... 124 Lampiran 34 Gambaran Gladi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Dinas Kesehatan Provinsi ............................................................. 126
Lampiran 35 Gambaran Sarana Transportasi R4 yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………….….. 128 Lampiran 36 Gambaran Sarana Transportasi R3, R2, Perahu Karet dan Kapal Laut yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ………………………………….……………….….. 129 Lampiran 37 Gambaran Sarana Komunikasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ........................................………..……... 130 Lampiran 38 Gambaran Sarana Informasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 131 Lampiran 39 Gambaran Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 132 Lampiran 40 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 133 Lampiran 41 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 134 Lampiran 42 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 136 Lampiran 43 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 137 Lampiran 44 Gambaran Pembiayaan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ...... 138 Lampiran 45 Gambaran Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Mendapatkan Anggaran Pembiayaan Menurut Provinsi Tahun 2008 …………………………………………………….…. 139 Lampiran 46 Gambaran Tindakan yang Pertama Kali Dilakukan oleh Pengelola Program Bila Ada Informasi Kejadian Bencana Menurut Provinsi ................................................................ 141
Lampiran 47 Gambaran Kepemilikan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 142 Lampiran 48 Jenis dan Jumlah Tenaga Anggota TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ....................................................................... 144 Lampiran 49 Gambaran Kewenangan Menggerakkan TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ……………………………………………………………………. 145 Lampiran 50 Gambaran Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 146 Lampiran 51 Gambaran Waktu untuk Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 147 Lampiran 52 Gambaran Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan selain TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 148 Lampiran 53 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim Bantuan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................. 150 Lampiran 54 Gambaran Mekanisme Mobilisasi Bantuan Kesehatan dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. 151 Lampiran 55 Gambaran Pencatatan Pengelolaan Bantuan pada Saat Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. 152 Lampiran 56 Gambaran Kepemilikan Tim RHA yang terpisah dari TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 153 Lampiran 57 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 156 Lampiran 58 Gambaran Pelaksanaan RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 157 Lampiran 59 Gambaran Petugas RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 159 Lampiran 60 Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat pada Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ........ 160 Lampiran 61 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana Tahun 2008 ..................... 162 Lampiran 62 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Kejadian Bencana di Wilayah Kerja Tahun 2008 ....................................................................... 163
Lampiran 63 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ......................................................... 164 Lampiran 64 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ............................................... 165 Lampiran 65 Gambaran Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .................. 166 Lampiran 66 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 ............................................ 168 Lampiran 67 Gambaran Mekanisme Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008 ............................................. 170 Lampiran 68 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana Tahun 2008 ......................................................... 171 Lampiran 69 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Alur Mekanisme Informasi Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 ..................................................... 173 Lampiran 70 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Hasil Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ...................... 174 Lampiran 71 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 ................................................................................. 175 Lampiran 72 Gambaran Mekanisme Menginformasikan Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 176 Lampiran 73 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan Kejadian Bencana Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006...................................................... 177 Lampiran 74 Gambaran Media yang Biasa Digunakan untuk Penyampaian Informasi dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ................................ 178 Lampiran 75 Gambaran Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 179
Lampiran 76 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi Tahun 2008 ........................................................ 180 Lampiran 77 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 .......................................................... 181 Lampiran 78 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Dinkes Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ...................... 182 Lampiran 79 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 ...................... 183
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bencana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bahkan sangat akrab dengan telinga
masyarakat
kita. Bencana
adalah suatu
kejadian
yang
mengganggu pola kegiatan hidup sehari-hari. Gangguan tersebut umumnya datang secara mendadak, tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan akibatnya sangat mengerikan. Kata bencana juga memberikan pengertian adanya korban jiwa, kematian atau cidera serta gangguan terhadap kesehatan manusia. Selain manusia yang menjadi korban, juga kemungkinan terjadinya kehilangan harta benda, kerusakan bangunan serta fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik dan rusaknya jaringan komunikasi. Kata bencana juga sangat berkaitan erat dengan perlunya penyediaan penampungan, makanan, pakaian, obat-obatan bagi masyarakat yang terlanda bencana. Melihat hal-hal yang erat kaitannya dengan kata bencana, maka bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dapat diartikan suatu kejadian, secara alami maupun karena ulah manusia, terjadi secara mendadak ataupun berangsur-angsur, menimbulkan akibat yang merugikan
sehingga
masyarakat
dipaksa
untuk
melakukan
tindakan
penanggulangan. Secara garis besar bencana dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu bencana alam, non alam dan sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina topan dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia sering dilanda bencana, baik bencana alam, non alam maupun bencana sosial. Secara geografis Indonesia memang berada pada daerah yang rawan bencana, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, angin topan, kekeringan dan epidemi. Di samping itu beberapa bencana yang lain dapat terjadi karena akibat kelalaian atau kesalahan dalam pengelolaan sumber daya
dan lingkungan, contohnya
kebakaran hutan, atau pencemaran lingkungan dan kegagalan teknologi. Dampak dari timbulnya bencana ini mengakibatkan adanya korban jiwa, kerusakan fisik (prasarana), hilangnya harta benda, hilangnya mata pencaharian, hilangnya tempat tinggal, pengungsian dan gangguan kejiwaan. Berdasarkan hasil pemantauan dari Pusat Penanggulangan Krisis pada tahun 2006 tercatat kejadian bencana sebanyak V62 kali kejadian yang kemudian meningkat menjadi 205 kali kejadian pada tahun 2007. Total jumlah korban (meninggal, hilang, luka berat dan ringan) pada tahun 2006 sebanyak 298.550 orang dan meningkat menjadi 353.885 orang pada tahun 2007. Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan kegiatan yang
mempunyai
fungsi-fungsi
manajemen
seperti
perencanaan,
pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian yang berada dalam lingkup “Siklus Penanggulangan Bencana” (Disaster Management Cycle). Siklus tersebut dimulai
sejak
sebelum
terjadinya
bencana
(pencegahan,
mitigasi
dan
kesiapsiagaan), pada saat terjadinya bencana (tanggap darurat) dan pada saat setelah terjadinya bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi). Guna mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang menggambarkan kesiapsiagaan daerah, khususnya di tingkat provinsi. Untuk itulah maka pada tahun 2009 ini Pusat Penanggulangan Krisis
melakukan
pengumpulan
data
untuk
penyusunan
profil
dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana seluruh provinsi di Indonesia.
B. TUJUAN Tujuan umum dari penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah untuk memberikan gambaran informasi seluruh provinsi di Indonesia yang dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Tujuan khusus dari penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah tersedianya informasi tentang : Gambaran perencanaan dan pengorganisasian dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Gambaran koordinasi, sosialisasi dan advokasi yang dilakukan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Gambaran sumber daya dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Gambaran sistem informasi dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Gambaran upaya tanggap darurat dan pemulihan yang dilakukan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
BAB II METODOLOGI
Gambaran profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia selama tahun 2008 ini disusun melalui tahapan-tahapan yang biasa digunakan dalam pengelolaan data dan informasi, yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan dan analisa data serta penyajian informasi. Gambaran deskriptif ini meliputi: perencanaan, pengorganisasian, kegiatan koordinasi, sosialisasi dan advokasi, sumber daya, sistem informasi, upaya tanggap darurat dan pemulihan. A. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh pejabat dan staf yang bekerja di Pusat Penanggulangan Krisis. Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner dan dikumpulkan langsung ke pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Dinas Kesehatan Provinsi dengan tehnik wawancara. Waktu pengumpulan data dilakukan sejak bulan April sampai dengan Juni 2009. B. Pengolahan dan Analisa Data Data yang terkumpul dari kuesioner kemudian diolah kedalam bentuk tabulasitabulasi menurut provinsi. Selanjutnya dilakukan analisis untuk memberikan gambaran profil berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam tujuan khusus.
C. Penyajian Informasi Informasi yang dihasilkan disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel dan grafik sehingga dapat memberikan gambaran profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia pada tahun 2008 secara jelas.
BAB III GAMBARAN UPAYA PENCEGAHAN, MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN
A. Pengorganisasian dan Perencanaan Dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, salah satu hal penting adalah terdapat atau tidaknya unit kerja pengelola program di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi. Dengan adanya
bertanggungjawab
tentunya
pengelolaan
program
unit kerja
yang
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana akan menjadi lebih baik. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa semua Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Secara struktural tampak bahwa unit kerja yang bertanggungjawab dalam pengelolaan program untuk masing-masing provinsi sangat bervariasi, antara satu provinsi dengan provinsi lainnya berbeda. Namun demikian ada 2 provinsi yang pengelolaannya ditangani oleh sebuah unit kerja fungsional yaitu provinsi Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk provinsi Kalimantan Selatan dikelola oleh Unit Kewaspadaan Penanggulangan Krisis Kesehatan (KPKK). Sedangkan di provinsi Papua dikelola oleh Unit Health Crisis Center (HCC). Untuk jelasnya gambaran unit kerja dimasing-masing provinsi dapat di lihat pada lampiran 1. Meskipun seluruh Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja pengelola program penanggulangan krisis kesehatan, namun demikian belum seluruhnya memiliki program kerja. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa sepanjang tahun 2008 masih ada 9 provinsi (27,3%) yang belum memiliki program terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 1 berikut.
Grafik 1 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
9 (27,3%)
24 (72,7%)
Memiliki
Belum Memiliki
Adapun provinsi yang belum memiliki program kerja terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah Provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran provinsi yang telah memiliki program kerja terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 2. Dari 24 provinsi yang telah memiliki program kerja terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tampak bahwa program kerja yang dimiliki cukup bervariasi antar provinsi, namun secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain : peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan maupun gladi, pertemuan-pertemuan koordinasi, operasional penanggulangan pada saat bencana, pengelolaan data dan informasi dan penyusunan pedomanpedoman. Dari hasil pengumpulan data tampak ada 16 provinsi yang tidak memiliki program kerja terkait dengan peningkatan sumber daya manusia termasuk gladi yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua. Selain itu ada 5 provinsi yang tidak memiliki program kerja berupa pertemuaan-pertemuan koordinasi yaitu provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Bali dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu hanya ada 9 provinsi yang memiliki program kerja terkait dengan pengelolaan data dan informasi yaitu provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnyanya mengenai gambaran program kerja masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 3.
Sebagai wujud langkah antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi suatu ancaman bencana, dinas kesehatan provinsi sudah barang tentu juga harus memiliki persiapan-persiapan dalam bentuk perencanaan. Salah satu bentuk perencanaan yang sangat penting adalah rencana kontinjensi yang didasarkan atas ancaman bencana tertentu yang merupakan paling mungkin terjadi di wilayah kerjanya. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan sampai dengan tahun 2008 masih sedikit dinas kesehatan provinsi yang pernah berpartisipasi di dalam penyusunan rencana kontinjensi di wilayahnya. Dari 33 provinsi ternyata hanya 10 provinsi saja (30,3%) yang pernah berpartisipasi di dalam penyusunan rencana kontinjensi di wilayahnya, untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 2 berikut. Grafik 2 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi
10 (30,3%)
23 (69,7%)
Pernah
Belum Pernah
Adapun 10 provinsi yang pernah partisipasi dalam penyusunan rencana kontinjensi di wilayah kerjanya yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang belum
pernah partisipasi dalam penyusunan rencana kontinjensi di wilayah kerjanya dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil pengumpulan data juga tampak bahwa rencana kontinjensi yang disusun oleh masing-masing provinsi sebagian besar adalah untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir. Untuk jelasnya gambaran rencana kontinjensi yang pernah disusun masing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Gambaran Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Dinas Kesehatan Provinsi
No.
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumatera Barat Sumatera Selatan DKI Jakarta Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku
Rencana Kontinjensi yang Pernah Disusun Gempa Bumi dan Tsunami Banjir, Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor Banjir Banjir Tsunami Banjir Banjir Tanah Longsor dan Banjir Gempa Bumi dan Tsunami
10
Papua
Gempa Bumi dan Banjir
B. Penyusunan Peraturan dan Pedoman Dalam rangka peningkatan upaya kesiapsiagaan, selain ketersediaan sarana, tenaga dan pembiayaan kiranya perlu ditunjang dengan aturan-aturan ataupun kebijakan spesifik daerah. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi
ternyata
peraturan/kebijakan
ada
36,4%
daerah
yang
(12
provinsi)
terkait
yang
dengan
belum
memiliki
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana yang dikembangkan oleh dinas kesehatan provinsi setempat. Untuk jelasnya tentang proporsi dinas kesehatan provinsi yang belum pernah
mengembangkan
peraturan/kebijakan
daerah
terkait
dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 3 berikut.
Grafik 3 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pengembangan Peraturan/Kebijakan Daerah Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
12 (36,4%)
21 (63,6%)
Pernah
Belum Pernah
12 provinsi yang belum pernah mengembangkan peraturan/kebijakan daerah yang terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Sedangkan gambaran provinsi yang pernah mengembangkan
peraturan/kebijakan
daerah
yang
terkait
dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya dapat dilihat pada lampiran 5. Selain peraturan/kebijakan daerah, keberadaan protap/juklak/juknis terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat diperlukan guna mengoptimalkan
upaya
penanggulangan
krisis
akibat
bencana.
Hasil
pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi, baru 48,5% atau 16 provinsi saja yang pernah menyusun protap/juklak/juknis yang terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya tentang proporsi dinas kesehatan provinsi yang pernah menyusun protap/juklak/juknis terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 4 berikut.
Grafik 4 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
16 (48,5%)
17 (51,5%)
Pernah
Belum Pernah
Ada 16 (48,5%) provinsi yang pernah menyusun Protap/Juklak/Juknis yang terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yaitu provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang belum pernah menyusun Protap/Juklak/Juknis yang terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di wilayah kerjanya dapat dilihat pada lampiran 6. Adanya pedoman-pedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana yang pernah disusun dinas kesehatan provinsi tentunya juga sangat berguna untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi di wilayah kerjanya. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi hanya 24,2% atau 8 provinsi saja yang pernah menyusun pedomanpedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana. Untuk jelasnya proporsi dinas kesehatan provinsi yang pernah menyusun pedoman terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 5 berikut.
Grafik 5 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
8 (24,2%)
25 (75,8%)
Pernah
8
provinsi
yang
pernah
Belum Pernah
menyusun
Pedoman
terkait
dengan
Program
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana adalah provinsi Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan gambaran provinsi yang belum pernah menyusun Pedoman yang terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di wilayah kerjanya dapat dilihat pada lampiran 7. C. Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi Kita sadari bahwa upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tidak cukup hanya mengandalkan upaya dari pengelola program yang ada di dinas kesehatan
provinsi
saja.
Dalam
rangka
untuk
meningkatkan
upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana kiranya perlu adanya upaya koordinasi melalui pertemuan baik secara lintas program maupun lintas sektor, sosialisasi dan advokasi program kepada jajaran kesehatan maupun instansi terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa belum semua provinsi pernah melakukan koordinasi terkait dengan upaya peningkatan kesiapsiagaan. Untuk koordinasi lintas program dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan tampak ada 2
provinsi (6,1% dari total provinsi) yang belum pernah melaksanakan pertemuan koordinasi tersebut di lingkungan kerjanya yaitu provinsi Bengkulu dan Kalimantan Tengah, jelasnya dapat di lihat pada grafik 6 berikut. Grafik 6 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Program Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
2 (6,1%) 11 (33,3%)
20 (60,6%)
Rutin
Insidentil
Belum Pernah
Dari grafik 6 di atas tampak pula bahwa hanya 33,3% dari total provinsi atau 11 provinsi saja yang telah secara rutin melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program terkait dengan program peningkatan kesiapsiagaan tersebut yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sedangkan 60,6% dari total provinsi atau 20 provinsi lainnya pernah melakukan pertemuan koordinasi lintas program untuk peningkatan kesiapsiagaan masih secara insidentil. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi yang melakukan pertemuan koordinasi lintas program untuk peningkatan kesiapsiagaan secara insidentil tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. Gambaran
program
yang
terlibat
dalam
koordinasi
peningkatan
upaya
kesiapsiagaan untuk masing-masing provinsi berbeda-beda. Dari 31 provinsi yang melakukan pertemuan koordinasi lintas program tersebut ternyata hanya 9 provinsi yang melibatkan pengelola program gizi yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, Nusa
Tenggara
Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Untuk jelasnya gambaran program-program yang terlibat dalam koordinasi di masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 9. Untuk
gambaran
koordinasi
lintas
sektor
terkait
dengan
peningkatan
kesiapsiagaan, dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 1 provinsi yang belum pernah melakukannya yaitu provinsi Sulawesi Barat. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 7 berikut ini. Grafik 7 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Lintas Sektor Untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
1 (3%) 9 (27,3%)
23 (69,7%)
Rutin
Insidentil
Belum Pernah
Dari grafik di atas tampak hanya 27,3% provinsi atau 9 provinsi saja yang dinas kesehatan provinsinya melaksanakan secara rutin pertemuan koordinasi lintas sektor terkait dengan program peningkatan kesiapsiagaan bencana. Dinas Kesehatan Provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Maluku dan Papua. Sedangkan 69,7% dari total provinsi atau 23 provinsi lainnya pernah melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor untuk peningkatan kesiapsiagaan masih secara insidentil. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi yang melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor untuk peningkatan kesiapsiagaan secara insidentil tersebut dapat dilihat pada lampiran 10.
Gambaran sektor yang terlibat dalam koordinasi peningkatan kesiapsiagaan bencana untuk masing-masing provinsi berbeda-beda. Dari 32 provinsi yang melakukan pertemuan koordinasi lintas sektor tersebut ternyata ada 10 provinsi yang tidak melibatkan POLRI yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku. Untuk jelasnya gambaran sektor-sektor yang terlibat dalam koordinasi di masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 11. Selain
kegiatan
koordinasi
dalam
rangka
meningkatkan
kesiapsiagaan
menghadapi bencana, pelaksanaan koordinasi pada saat masa tanggap darurat bencana juga merupakan hal yang penting guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi penanggulangan krisis kesehatan pada saat bencana terjadi. Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa ada 15,1% provinsi dari total provinsi yang ada atau ada 5 provinsi yang belum pernah melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Tengah. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 8 berikut ini. Grafik 8 Gambaran Pelaksanaan Koordinasi Pada Masa Tanggap Darurat Bencana Yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi
5 (15,1%)
6 (18,2%)
22 (66,7%)
Rutin
Insidentil
Belum Pernah
Dari grafik di atas tampak ada 66,7% provinsi atau 22 provinsi yang dinas kesehatan provinsinya melaksanakan secara rutin pertemuan koordinasi pada
masa tanggap darurat bencana adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Sedangkan 18,2% dari total provinsi atau 6 provinsi lainnya pernah melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat bencana masih secara insidentil. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi yang melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat bencana secara insidentil tersebut dapat dilihat pada lampiran 12. Gambaran
program
dan
sektor yang terlibat dalam koordinasi
pada
tanggap darurat untuk
masa bencana
masing-masing
provinsi berbeda-beda. Dari 28 provinsi yang melakukan koordinasi tersebut ternyata ada 5 provinsi yang tidak melibatkan yaitu
sektor
terkait
provinsi
DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Untuk jelasnya gambaran lintas program dan sektor yang terlibat dalam koordinasi pada masa tanggap darurat bencana di masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 13. Gambaran pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dari hasil pengumpulan data menunjukkan ternyata ada 36,4% dari total provinsi atau 12 provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan sosialisasi program terkait dengan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat di lihat pada grafik 9 berikut.
Grafik 9 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Sosialisasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
12 (36,4%)
21 (63,6% )
Pernah
Belum Pernah
12 provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan sosialisasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Papua Barat. Secara umum program yang disosialisasikan terkait dengan manajemen penanggulangan bencana, kebijakan penanggulangan dan sistem
informasi
penanggulangan
bencana.
Untuk
jelasnya
gambaran
pelaksanaan sosialisasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 14. Gambaran pelaksanaan kegiatan advokasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi dari hasil pengumpulan data menunjukkan ternyata hanya 21,2% dari total provinsi atau 7 provinsi yang pernah melakukan kegiatan advokasi program terkait dengan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat di lihat pada grafik 10 berikut.
Grafik 10 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Advokasi Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
7 (21,2%)
26 (78,8% )
Pernah
7
provinsi
yang
Belum Pernah
pernah melakukan
kegiatan advokasi
program terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan advokasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 15. D. Sumber Daya Manusia 1. Jumlah dan Jenis Tenaga Sumber daya manusia pada pegelolaan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana mempunyai arti yang cukup penting. Gambaran tingkat
pendidikan
formal
tenaga
yang
biasa
bekerja
pada
program
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada dinas kesehatan provinsi cukup bervariasi, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang pendidikan S2. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebagian besar (36,6%) adalah
berpendidikan S1/D4. Untuk
jelasnya proporsi tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada grafik 11 berikut. Grafik 11 Proporsi Tenaga Kesehatan Provinsi yang Bekerja pada Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Tingkat Pendidikan Formal
22 (4,5%)
2 (0,4%) 75 (15,4%)
120 (24,6)%
178 (36,6%) 90 (18,5)%
SD
SLTP
SLTA
D3
D4/S1
S2
Dari grafik di atas tampak bahwa ada 15,4% tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di dinas kesehatan provinsi dengan tingkat pendidikan S2. Akan tetapi masih ada 4,9% tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dengan tingkat pendidikan SD hingga SLTP. Dari hasil pengumpulan data tampak masih ada 6 provinsi yang memiliki tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dengan tingkat pendidikan formal SD dan SLTP yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Selatan. Dengan jumlah terbanyak berada di provinsi Nusa Tenggara Barat (14 orang berpendidikan SLTP). Selain itu ada 7 provinsi yang tidak memiliki tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dengan latarbelakang pendidikan formal S2 yaitu provinsi Bangka Belitung, Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Maluku dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tingkat pendidikan formal tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 16. Dari hasil pengumpulan data tampak pula ada 10 provinsi yang merasa tidak membutuhkan tambahan tenaga kesehatan untuk dipekerjakan pada pengelolaan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di dinas kesehatan provinsi, yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Untuk jelasnya gambaran kebutuhan tenaga untuk dipekerjakan pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 17. 2. Pengembangan Tenaga Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan yang bekerja dalam pengelolaan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di lingkungan dinas kesehatan provinsi perlu adanya pelatihan-pelatihan teknis maupun
manajemen.
Departemen
Kesehatan
melalui
koordinasi
Pusat
Penanggulangan Krisis telah menyelenggarakan beberapa pelatihan manajemen maupun teknis bagi tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain : ATLS, ACLS, Emergency Nursing, Evakuasi Koban di Perairan (Penggunaan Perahu Karet), Operasional Penunjang, Manajemen Bencana Bidang Kesehatan dan lain-lain. Dari hasil pengumpulan data ternyata tidak semua tenaga kesehatan yang berada di dinas kesehatan provinsi yang pernah mengikuti pelatihan-pelatihan dan saat ini masih bekerja terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan dan masih bertugas menurut jenis pelatihan dapat dilihat pada grafik 12 berikut.
Grafik 12 Gambaran Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah Mengikuti Pelatihan dan Masih Bekerja Menurut Jenis Pelatihan Pada Tahun 2008
Radio Komunikasi
55
Pengelolaan Data dan Informasi
75 90
77
Rencana Kontinjensi
87
70
RHA
80
Manajemen Obat dan Logistik
40
92
48
Manajemen Bencana
115
136
88 87
RS Lapangan
Pernah Dilatih
28 28
Operasional Sarana Penunjang
Masih Bekerja
Perahu Karet
69
Emergency Nursing
81 81
89
45 45
PPGD 7 7
BLS
44 44
BTLS ATLS ACLS
48 0
20
40
60
71 65 80
93 Jumlah Tenaga
100 120 140 160
Dari grafik di atas tampak bahwa hanya tenaga kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan operasional sarana penunjang, PPGD, BLS dan BTLS yang jumlah pernah dilatihnya masih sama dengan jumlah yang masih bekerja. Sedangkan untuk jenis pelatihan lainnya, jumlah tenaga kesehatan yang masih bekerja jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dilatih. Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwa ada 2 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih ACLS tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu dan Kalimantan Tengah. Selain itu ada 17 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih ACLS yaitu provinsi Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih ACLS dapat dilihat pada lampiran 18. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 2 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih ATLS tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu dan Jawa Tengah. Selain itu ada 16 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih ACLS yaitu provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih ATLS dapat dilihat pada lampiran 19. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa hanya ada di 7 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih BTLS dan semuanya masih aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih BTLS dapat dilihat pada lampiran 2.0 Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa hanya ada di 1 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih BLS dan semuanya masih aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bali. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih BLS dapat dilihat pada lampiran 21. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa hanya ada di 10 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih PPGD dan semuanya masih aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat dan
Kalimantan Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih PPGD dapat dilihat pada lampiran 22. Dari
hasil
tampak
pengumpulan
bahwa
ada
1
data dinas
kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya
pernah
dilatih
Emergency Nursing tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu
provinsi
Jawa
Tengah.
Selain itu ada 16 dinas kesehatan provinsi
yang
belum
memiliki
tenaga kesehatan yang pernah dilatih Emergency Nursing yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Emergency Nursing dapat dilihat pada lampiran 23. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Operasional Perahu Karet) tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Lampung dan Kalimantan Tengah. Selain itu ada 6 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Operasional Perahu Karet) yaitu provinsi Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Maluku Utara dan Maluku. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Operasional Perahu Karet) dapat dilihat pada lampiran 24. Dari hasil pengumpulan data terlihat bahwa hanya ada di 11 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Operasional Sarana Penunjang dan semuanya masih aktif bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Operasional Sarana Penunjang dapat dilihat pada lampiran 25. Dari
hasil
pengumpulan
data
juga
terlihat bahwa hanya ada di 9 dinas kesehatan
provinsi
kesehatannya
yang
tenaga
pernah
dilatih
Operasional Rumah Sakit Lapangan dan masih aktif bekerja terkait dengan program
penanggulangan
krisis
kesehatan
akibat
yaitu
provinsi
Sumatera
bencana Utara,
Sumatera
Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di
lingkungan dinas kesehatan provinsi
yang
pernah dilatih
Operasional Rumah Sakit Lapangan dapat dilihat pada lampiran 26. Dari hasil pengumpulan data juga terlihat bahwa ada di 3 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Manajemen Bencana Bidang Kesehatan dan sekarang tidak aktif lagi bekerja terkait dengan program penanggulangan
krisis
kesehatan
akibat
bencana
yaitu
provinsi
Jambi,
Kalimantan Tengah dan Sulawesi Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Manajemen Bencana Bidang Kesehatan dapat dilihat pada lampiran 27. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Lampung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan. Selain itu ada 13 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya
gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan dapat dilihat pada lampiran 28. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 1 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih RHA (Rapid Health Assessment) tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu ada 12 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih RHA yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih RHA dapat dilihat pada lampiran 29. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 4 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi tapi saat ini sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Selain itu ada 9 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Penyusunan Rencana Kontinjensi dapat dilihat pada lampiran 30. Dari hasil pengumpulan data juga terlihat bahwa ada di 9 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Pengelolaan Data dan Informasi dan ada beberapa diantaranya sekarang tidak aktif lagi bekerja terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Pengelolaan Data dan Informasi dapat dilihat pada lampiran 31. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada 3 dinas kesehatan provinsi yang tenaga kesehatannya pernah dilatih Operasional Radio Komunikasi tapi saat ini
sudah tidak bekerja lagi terkait dengan program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Selain itu ada 8 dinas kesehatan provinsi yang belum memiliki tenaga kesehatan yang pernah dilatih Operasional Radio Komunikasi yaitu provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya gambaran tenaga kesehatan di lingkungan dinas kesehatan provinsi yang pernah dilatih Operasional Radio Komunikasi dapat dilihat pada lampiran 32. Pada profil ini juga memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan pelatihan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang dilakukan sepanjang tahun 2008 oleh dinas kesehatan provinsi. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan ada 14 provinsi atau 42,4% dari total provinsi yang tidak menyelenggarakan kegiatan pelatihan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Untuk jelasnya gambaran proporsi dinas kesehatan provinsi menurut pelaksanaan pelatihan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 13 berikut. Grafik 13 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Pelaksanaan Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 19 (57,6% )
14 (42,4% )
Tidak Melakukan
Melakukan
14 provinsi yang tidak melakukan kegiatan pelatihan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana selama tahun 2008 adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat. Untuk
jelasnya
gambaran
pelaksanaan
pelatihan
terkait
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 33. Selain gambaran pelaksanaan pelatihan, pada profil ini juga memberikan gambaran tentang kegiatan Gladi yang pernah diselenggarakan/diikuti oleh dinas kesehatan provinsi sampai dengan tahun 2008. dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada 9 provinsi atau 270,3% dari total provinsi yang belum pernah
menyelenggarakan/mengikuti
gladi
terkait
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana Untuk jelasnya gambaran proporsi dinas kesehatan provinsi yang pernah menyelenggarakan/mengikuti gladi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 14 berikut. Grafik 14 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Gladi yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
9 (27,3% )
24 (72,7%) Belum Pernah
Sudah Pernah
9 dinas kesehatan provinsi yang belum pernah menyelenggarakan/mengikuti kegiatan gladi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran gladi yang pernah diselenggarakan/diikuti oleh dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 34.
E. Sarana Kesehatan Berbagai kejadian bencana yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir
ini
semakin
meningkat
yang
tentunya
memerlukan
upaya
penanggulangan yang cepat. Salah satu upaya yang diperlukan adalah penyiapan sarana kesehatan yang memadai yang diharapkan akan dapat mengurangi risiko terjadi krisis kesehatan. Dari hasil pengumpulan data diperoleh informasi berbagai sarana yaitu sarana transportasi, komunikasi dan informasi, sarana penunjang, buffer stock obat, alat dan bahan lain serta buffer stock kelengkapan petugas lapangan. 1. Sarana Transportasi Berbagai
sarana
transportasi yang sangat diperlukan
sebagai
alat
angkutan
pada
saat
bencana
baik
mengevakuasi pelayanan
untuk korban, kesehatan
maupun angkutan logistik. Dari
hasil
pengumpulan
data dari seluruh Provinsi diperoleh gambaran sarana transportasi yang dimiliki dan dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana oleh dinas kesehatan provinsi meliputi sarana ambulans, kendaraan operasional roda 4, kendaraan operasional bak terbuka, mobil klinik, kendaraan operasional roda 3, sepeda motor, perahu karet dan speedboat. Untuk sarana ambulans yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi memilikinya. Ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi yang tidak memiliki sarana ambulans yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. Sedangkan untuk kendaraan operasional roda 4 seluruh dinas kesehatan provinsi memilikinya. Untuk kendaraan bak terbuka hanya 13 provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi yang memilikinya yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua. Untuk mobil klinik juga hanya 10 provinsi saja atau 30,3% dari total provinsi yang memilikinya yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Agar jelasnya tentang gambaran kepemilikan kendaraan yang dapat dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 15 berikut ini. Grafik 15 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Transportasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 35
30 (90,9%)
23 (69,7%) 15 (45,5%) 11 (33,3%)
20 (60,6%) 23 (69,7%)
0
31 (93,9%)
30 25 20 33 (100%)
15
22 (66,7%)
10
18 (54,5%) 13 (39,4%)
5 3(9,1%)
bo at Sp ee d
hu Ka ret Pe ra
Mo tor
3 sio n er a
Op
Memiliki
Se pe da
al R
k lin i Mo bil K
er bu ka Ba kT
al R
4
2 (6,1%)
sio n er a Op
Am bu la
ns
0
10 (30,3%) 10 (30,3%)
Tidak memiliki
Dari grafik 15 di atas tampak bahwa dinas kesehatan provinsi yang memiliki kendaraan operasional roda 3 yang dapat dioperasional untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ada 10 provinsi atau 30,3% dari total provinsi yang ada. Adapun provinsi yang dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua. Sedangkan gambaran dinas kesehatan provinsi yang tidak memiliki sepeda motor yang dapat
dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ternyata ada 15 dinas kesehatan provinsi atau 45,5% dari total provinsi. Adapun provinsi yang dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Sedangkan provinsi yang paling banyak memiliki sepeda motor yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 11 unit. Dari grafik 15 diatas tampak pula ada 11 dinas Kesehatan provinsi atau 33,3% dari total provinsi yang tidak memiliki sarana perahu karet yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Sedangkan provinsi yang paling banyak memiliki sarana perahu karet adalah provinsi Sumatera Utara dan Jawa Tengah yaitu masing-masing 10 unit. Selain itu dari grafik 15 terlihat pula hanya ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi yang memiliki speedboat yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Sulawesi Selatan dan Maluku. Agar jelasnya tentang gambaran sarana transportasi yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 35 dan 36. 2. Sarana Komunikasi dan Informasi Dalam rangka upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana perlu dukungan sarana komunikasi dan informasi yang baik yang dapat menunjang tersedianya informasi yang cepat, tepat dan akurat dari daerah ke pusat ataupun sebaliknya. Dari hasil pengumpulan data diperoleh gambaran sarana komunikasi yang dimiliki dinas kesehatan propinsi dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana antara lain telepon, faksimili, SSB, HT/RIG dan handphone satelit. Sedangkan sarana untuk pengelolaan informasi yang dimiliki antara lain televisi, kamera, LCD proyektor, PC Komputer, Laptop, Scanner dan handycam.
Untuk sarana telepon dan faksimili seluruh dinas kesehatan provinsi memiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Sedangkan untuk handphone tidak ada satupun dinas kesehatan provinsi yang memiliki dan dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Handphone yang digunakan umumnya adalah milik pribadi dari masing-masing petugas kesehatan yang ada (bukan inventaris kantor). Untuk jelasnya
tentang
gambaran kepemilikan sarana
komunikasi
yang
dapat
dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 16 berikut ini. Grafik 16
Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Komunikasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
0
0
33 (100%)
33 (100%)
35
21 (63,6%)
10 (30,3%)
24 (72,7%)
33 (100%)
30 25 20
23 (69,7)
10 12( 36,4%)
5
9 (27,3%)
on e Ha n
dp h
on e
dp h Ha n
HT /R IG
SS B
Fa ks im ili
on Te lep
it
0
0
Sa tel
15
Memiliki
Tidak memiliki
Dari grafik 16 diatas tampak hanya ada 12 dinas Kesehatan provinsi atau 36,4% dari total provinsi, yang memiliki sarana SSB yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua. Sedangkan provinsi yang paling banyak memiliki sarana SSB adalah provinsi Papua yaitu 3 unit. Selain itu untuk sarana HT/RIG tampak hanya ada 10 dinas kesehatan provinsi atau 30,3% dari total provinsi, yang tidak memiliki sarana HT/RIG yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.
Sedangkan provinsi yang
paling banyak memiliki sarana HT/RIG adalah provinsi DKI Jakarta yaitu 246 unit. Dari grafik 16 di atas tampak pula bahwa hanya ada 9 dinas kesehatan provinsi atau 27,3% dari total provinsi, yang memiliki handphone satelit dan dapat dioperasionalkan untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Agar jelasnya tentang gambaran sarana komunikasi yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 37. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan ada 8 provinsi yang dinas kesehatannya tidak memiliki satupun sarana informasi (televisi, kamera, LCD proyektor, PC komputer, laptop, scanner dan handycam) yaitu provinsi Sumatera Barat, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Untuk sarana televisi yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi memilikinya. Ada 13 dinas kesehatan provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi, yang memiliki televisi dan dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Papua. Sedangkan untuk kamera hanya 10 provinsi saja atau 30,3% dari total provinsi yang memilikinya yaitu provinsi Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Papua.
Untuk sarana LCD proyektor yang dapat dioperasionalkan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ternyata tidak semua dinas kesehatan provinsi memilikinya. Ada 13 dinas kesehatan provinsi saja atau 39,4% dari total provinsi, yang memiliki LCD proyektor dan dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku. Untuk jelasnya tentang gambaran kepemilikan sarana informasi yang dapat dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 17 berikut. Grafik 17 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Informasi yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
20 (60,6%)
23 (69,7%)
35
20 (60,6%)
13 (39,4%)
16 (48,5%)
29 (87,9%) 27 (81,8%)
30 25 20 15 20 (60,6%)
10 5
17 (51,5%) 13 (39,4%)
10 (30,3%)
13 (39,4%) 6 (18,2%)
4 (12,1%)
Memiliki
am Ha n
dy c
r Sc an ne
pto p La
ter ko mp u PC
Pr
oy ek tor
ra LC D
Ka me
Te le
vis i
0
Tidak memiliki
Dari grafik 17 di atas tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki PC komputer untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung,
Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Selain itu ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,54% dari total provinsi, yang tidak memiliki laptop untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Dari grafik 17 tampak pula bahwa hanya ada 4 dinas kesehatan provinsi atau 12,1%
dari
total
provinsi,
yang
memiliki
scanner
untuk
operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk alat handycam hanya ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 18,2% dari total provinsi, yang memiliki handycam untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Agar jelasnya tentang gambaran sarana informasi yang dimiliki
dinas
kesehatan
provinsi
yang
dapat
dioperasionalkan
untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 38. 3. Sarana Penunjang Adanya sarana penunjang sangat membantu dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana. Dari hasil pengumpulan data terlihat ada beberapa jenis sarana penunjang yang dimiliki antara lain tenda, genset, velbed, motor tempel dan tandu. Untuk tenda semua dinas kesehatan provinsi telah memilikinya. Sedangkan untuk genset ternyata ada 17 provinsi atau 51,5% dari total provinsi, yang belum memiliki sarana genset yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya
tentang
gambaran
kepemilikan
sarana
penunjang
yang
dapat
dioperasionalkan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 18 berikut.
Grafik 18 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
0
35
17 (51,5%)
17 (51,5%)
12 (36,4%)
30 (90,9%)
30 25 20 15
33 (100%)
21 (63,6%)
10 16 (48,5%)
16 (48,5%)
5
Mo tor Te mp el
Ve lbe d
Ge ns et
Te nd a
Memiliki
Ta nd u
3 (9,1%)
0
Tidak memiliki
Dari grafik 18 di atas tampak bahwa ada 17 dinas kesehatan provinsi atau 51,5% dari total provinsi, yang tidak memiliki velbed yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Selain itu ada 12 dinas kesehatan provinsi atau 36,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki motor tempel yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua
Barat. Sedangkan untuk alat tandu ternyata hanya ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi, yang memiliki sarana tandu yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud
adalah provinsi Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Bali. Agar jelasnya tentang gambaran sarana penunjang yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 39. 4. Buffer Stock Obat, Alat dan Bahan Lain Adanya buffer stock obat, alat dan bahan lain juga sangat membantu dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana. Dari hasil pengumpulan data terlihat hanya ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock obat yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Kalimantan Tengah dan Papua Barat. Sedangkan untuk MP-ASI ternyata
ada
12
provinsi
atau
36,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock MP-ASI yang
dapat
digunakan
dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Selatan,
Bangka
Belitung,
Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur,
Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk jelasnya tentang gambaran kepemilikan buffer stock obat, MP-ASI dan alat kesehatan lain yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 19 berikut.
Grafik 19 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI, dan Alat Kesehatan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
12 (36,4%)
20 (60,6%)
n ks ige ng O
en cy K
it
19 (57,6%)
Ob at d
an B
Em
ah an H
er g
ab is
MP -A
Pa ka i
SI
21 (63,6%)
13 (39,4%) 14 (42,4%)
Ta bu
2 (6,1%)
35 30 25 20 15 31 (93,9%) 10 5 0
Memiliki
Tidak memiliki
Dari grafik 19 di atas tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock alat emergency kit yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku Utara dan Papua Barat. Selain itu ada 14 dinas kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock tabung oksigen yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock obat, MP-ASI dan alat kesehatan yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 40.
Untuk bahan dan alat sanitasi, dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa tidak
adanya
buffer
stock
bahan
PAC
yang
dapat
digunakan
dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di 12 dinas kesehatan provinsi atau 36,4% dari total provinsi. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat. Untuk alat fogging machine, tampak bahwa ada 5 dinas kesehatan provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock fogging machine. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Untuk bahan insektisida, tampak bahwa ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock insektisida yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Sedangkan kantong sampah, tampak bahwa hanya ada 14 dinas kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock kantong sampah yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Untuk kantong jenazah, tampak bahwa masih ada 9 dinas kesehatan provinsi atau 27,3% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock kantong jenazah yang
dapat
digunakan
dalam
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. adalah
Adapun provinsi
Darussalam, Tenggara
DI Barat,
provinsi
dimaksud
Nanggroe
Aceh
Yogyakarta,
Nusa
Kalimantan
Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Agar jelasnya tentang gambaran kepemilikan buffer stock bahan dan alat
sanitasi yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 20 berikut. Grafik 20 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 1 (3% )
35 5 (15,2% )
30 25
13 (39,4% )
14 (42,4% ) 21 (63,6% )
20
20 (60,6% )
18 (54,6% ) 19 (57,6% ) 24 (72,7% )
28 (84,8% )
15 10 5
32 (97% )
28 (84,8% ) 20 (60,6% )
19 (57,6% )
12 (36,4% )
13 (39,4% ) 15 (15,2% )
15 (45,4% ) 14 (42,4% ) 9 (27,3% )
0 PAC Machine sektisida Sampah ng Mayat llent Lalat t Blower er Purifi er g In ng Mis Wat Repe Kanto Foggin Kanto
Tidak memiliki
it ia Kapor WC Kim
Memiliki
Dari grafik 20 di atas tampak bahwa hanya ada 5 dinas kesehatan provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang memiliki repellent lalat yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun
provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Bali, Sulawesi Barat dan Maluku. Selain itu hanya ada 13 dinas kesehatan provinsi atau 39,4% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock mist blower yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun
provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Dari grafik 20 di atas tampak pula bahwa ada 15 dinas kesehatan provinsi atau 45,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki water purifier yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Selain itu ada 14 dinas kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock kaporit yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat. Sedangkan untuk alat WC kimia hanya ada 1 dinas kesehatan provinsi (3% dari total provinsi) yang memiliki sebagai buffer stock yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock bahan dan alat sanitasi yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 41. 5. Buffer Stock Alat Pelindung Diri dan Identitas Petugas Lapangan Adanya buffer stock alat pelindung diri dan identitas petugas lapangan merupakan
sarana
yang
cukup
penting
bagi
pelaksanaan
operasional
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana. Dari hasil pengumpulan data terlihat ada 14 dinas kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock masker yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Sedangkan untuk helm ternyata hanya ada 7 dinas kesehatan provinsi atau 21,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock helm yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya tentang gambaran kepemilikan buffer stock alat pelindung diri yang dapat digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 21 berikut.
Grafik 21 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
35 30 25
14 (42,4%)
20
17 (51,5%)
17 (51,5%)
26 (78,8%)
29 (87,9%)
15 10
19 (57,6%)
5
16 (48,5%)
16 (48,5%)
7 (21,2%)
4 (12,1%)
Ada
Hu jan Ja s
Bo ot Se pa tu
Sa ru ng
Ta
ng an
He lm
Ma sk
er
0
Tidak Ada
Dari grafik 21 di atas tampak bahwa ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,5% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock sarung tangan yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Demikian pula halnya dengan sepatu boot, dari hasil pengumpulan data menunjukkan ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,5% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock sepatu boot yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Maluku. Sedangkan untuk jas hujan, tampak bahwa hanya ada 4 dinas kesehatan provinsi atau 12,1% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock jas hujan yang dapat
digunakan
untuk operasional
penanggulangan kesehatan bencana.
krisis akibat
Adapun
provinsi tersebut adalah provinsi Barat,
Sumatera Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock alat pelindung diri yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 42. Untuk buffer stock identitas petugas lapangan, dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa hanya 10 dinas kesehatan provinsi atau 30,3% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock jaket yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsiprovinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk tanda pengenal petugas, tampak bahwa ada 5 dinas kesehatan provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock tanda pengenal petugas. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Sedangkan untuk rompi petugas, tampak pula masih ada 14 dinas kesehatan provinsi atau 42,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock rompi petugas. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya tentang gambaran kepemilikan buffer stock identitas petugas lapangan yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada grafik 22 berikut.
Grafik 22 Jumlah dan Persentase Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
35 30 14 (42,4%)
25 20
23 (69,7%)
15 (45,5%) 25 (75,8%)
28 (84,8%)
25(75,8%)
15 10 5
19 (57,6%) 10 (30,3%)
18 (54,5%) 8 (24,2%)
5 (15,2%)
8 (24,2%)
0 l i n n Jak et Pengena Romp Kesehata i Lapanga a p d o n im a T T T am Serag Ada
du k Span
Tidak Ada
Dari grafik 22 di atas tampak bahwa hanya ada 8 dinas kesehatan provinsi atau 24,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock seragam tim kesehatan yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Tengah dan Maluku. Demikian pula halnya dengan topi lapangan petugas, dari hasil pengumpulan data menunjukkan hanya ada 8 dinas kesehatan provinsi atau 24,2% dari total provinsi, yang memiliki buffer stock topi lapangan petugas yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Papua. Sedangkan untuk spanduk, tampak bahwa ada 15 dinas kesehatan provinsi atau 45,4% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock spanduk yang dapat digunakan untuk operasional
penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana. Adapun provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Agar jelasnya tentang gambaran buffer stock identitas petugas lapangan yang dimiliki
dinas
kesehatan
provinsi
yang
dapat
dioperasionalkan
untuk
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 43. F. Pembiayaan Pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tentunya memerlukan dukungan pembiayaan. Sumber pembiayaan bagi dinas kesehatan provinsi dapat berasal dari APBN, APBD, maupun sumber dana lain. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan adanya dinas kesehatan provinsi yang tidak memiliki
sumber
pembiayaan
untuk
operasional penanggulangan kesehatan bencana 2008.
krisis akibat
pada Ada
tahun
7
dinas
kesehatan provinsi atau 21,2% dari total provinsi, yang
tidak
memiliki
sumber
pembiayaan
untuk
operasional
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat.
Untuk jelasnya tentang proporsi kepemilikan sumber
pembiayaan yang dapat digunakan dalam operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada tahun 2008 dapat dilihat pada grafik 23 berikut.
Grafik 23 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Sumber Pembiayaan yang Dapat Digunakan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
3 (9,1%)
7 (21,2%)
6 (18,2%) 1 (3%)
16 (48,5%)
Tidak ada
APBN
APBD
APBD dan APBN
APBD, APBN dan Sumber lain
Dari grafik 23 di atas bahwa ada 16 dinas kesehatan provinsi atau 48,5% dari total provinsi, yang memiliki sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana hanya berasal dari APBD. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Papua. Agar jelasnya tentang gambaran sumber pembiayaan yang dimiliki dinas kesehatan provinsi yang dapat dioperasionalkan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilihat pada lampiran 44. Dari hasil pengumpulan data juga terlihat jenis-jenis kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang dilakukan dinas kesehatan provinsi dan mendapatkan sumber biaya. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain pertemuan, pelatihan, operasional tim penanggulangan dan lain-lain. Untuk jelasnya mengenai gambaran kegiatan dinas kesehatan provinsi yang mendapatkan sumber biaya pada tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 45.
BAB IV GAMBARAN UPAYA TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN
A. Mobilisasi Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pengelolaan Bantuan Kesehatan Upaya penanganan tanggap darurat tentunya memerlukan respons yang cepat. Pada pengumpulan data kali ini dikumpulkan pula informasi tetang tindakan pertama kali yang dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi bila diketahui ada informasi kejadian bencana di wilayah kerja. Tindakan pertama yang dilakukan masing-masing provinsi berbeda antara lain menunggu instruksi kepala dinas kesehatan, langsung menugaskan tim ke lapangan, melakukan pertemuan lintas program dan lain-lain. Untuk jelasnya gambaran tindakan yang dilakukan pertama kali dinas kesehatan provinsi bila ada informasi kejadian bencana dapat dilihat pada grafik 24 berikut. Grafik 24 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Tindakan Pertama yang Dilakukan Ketika Informasi Bencana Diketahui
3 (9,1%)
1 (3%) 10 (30,3%)
5 (15,2%)
14 (42,4%) Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan tim ke lapangan Melakukan pertemuan lintas program Menugaskan tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan sarana Melakukan pertemuan lintas program dan lintas sektor
Dari grafik 24 di atas tampak bahwa ada 10 dinas kesehatan provinsi atau 30,3% dari total provinsi, yang biasa baru melakukan tindakan menunggu instruksi kepala dinas bila informasi bencana diketahui. Adapun provinsi dimaksud adalah
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Selain itu juga tampak ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi, yang biasa langsung bergerak mengirimkan tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan sarana begitu informasi bencana diketahui. Provinsi tersebut adalah provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. Agar jelasnya tentang gambaran tindakan yang pertama kali dilakukan dinas kesehatan provinsi bila informasi bencana diketahui dapat dilihat pada lampiran 46. Dalam upaya penanganan tanggap darurat bencana kiranya
dibutuhkan
kesehatan bergerak
tim
yang
dapat
cepat
begitu
informasi
bencana
diketahui. Salah satu tim tersebut Reaksi
adalah Cepat
Tim (TRC)
merupakan salah satu tim kesehatan yang langsung bergerak
atau
yang
pertama kali diturunkan ke lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan darurat ketika bencana terjadi. Dari hasil pengumpulan data tampak bahwa dari 33 provinsi terdapat 10 provinsi (30,3%) yang tidak memiliki TRC, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Lampung, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan TRC dapat dilihat pada grafik 25 berikut.
Grafik 25 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan TRC Penanggulangan Bencana
10 (30,3%)
23 (69,7%)
Memiliki TRC
Tidak memiliki TRC
Sementara itu, keanggotaan dari TRC penanggulangan bencana di dinas kesehatan provinsi dapat berasal dari lintas program maupun lintas sektor. Dari 23 provinsi yang memiliki TRC, terdapat 6 provinsi (26,1% dari total provinsi yang memiliki TRC) yang keanggotaan TRC nya tidak melibatkan lintas sektor, yaitu provinsi Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Gorontalo. Jenis tenaga dan jumlah anggota TRC setiap provinsi berbeda-beda. Ada 2 provinsi yang anggota TRC nya tidak melibatkan tenaga dokter umum yaitu provinsi Bangka Belitung dan DKI Jakarta. Demikian pula sebaliknya ada 1 provinsi yang TRC nya hanya terdiri dari tenaga dokter umum saja yaitu provinsi Jambi. Agar jelasnya gambaran keanggotaan dari TRC yang ada di dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 47 dan 48. Kewenangan untuk dapat memobilisasi TRC untuk masing-masing dinas kesehatan provinsi cukup bervariasi. Dari 23 provinsi yang memiliki TRC ternyata ada 3 dinas kesehatan provinsi (13,0%) yang kewenangan penggerakan TRC nya cukup berada di bawah kendali pengelola program saja tanpa harus menunggu perintah Kepala Dinas Kesehatan, yaitu provinsi Riau, Jambi dan Banten. Sedangkan kewenangan penggerakan TRC di Provinsi Kalimantan Selatan berada
di bawah kendali Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala UK PKK dan Direktur RS Ulin Banjarmasin. Untuk jelasnya gambaran kewenangan mobilisasi TRC yang ada di provinsi dapat dilihat pada lampiran 49. Berkaitan dengan mobilisasi TRC di setiap provinsi, dari 23 provinsi yang memiliki TRC tampak bahwa ada 12 provinsi (52,2%) yang melakukan mobilisasi TRC pada setiap kejadian bencana. Namun demikian ada satu provinsi yang belum pernah memobilisasi TRC nya yaitu provinsi Kalimantan Tengah, karena timnya baru dibentuk. Untuk jelasnya gambaran mobilisasi TRC dapat dilihat pada grafik 26 berikut. Grafik 26 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana
1 (4,3%)
10 (43,5%)
Setiap kejadian bencana
12 (52,2%)
Kadang-kadang
Tidak pernah
12 dinas kesehatan provinsi yang melakukan mobilisasi TRC pada setiap kejadian bencana adalah provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran mobilisasi TRC menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran 50. Kecepatan TRC dapat secepatnya bekerja di lokasi bencana sangat tergantung berapa lama waktu yang diperlukan untuk mobilisasinya. Hasil pegumpulan data menunjukkan bahwa sebagian besar dinas kesehatan provinsi yaitu sebanyak 16 provinsi (72,7%) dapat memobilisasi TRC dalam waktu <24 jam. Untuk jelasnya
gambaran waktu yang diperlukan untuk mobilisasi TRC dapat dilihat pada grafik 27 berikut. Grafik 27 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Waktu Mobilisasi TRC Penanggulangan Bencana
1 (4,5%) 5 (22,7%)
16 (72,7%)
<24 jam
1 - 2 hari
>2 hari
16 dinas kesehatan provinsi yang melakukan mobilisasi TRC <24 jam adalah provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran waktu mobilisasi TRC menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran 51. Selain TRC, tim pelayanan kesehatan yang dimobilisasi pada saat tanggap darurat maupun pemulihan setelah TRC bekerja adalah tim bantuan kesehatan. Tim ini ditujukan sebagai penguatan pelayanan kesehatan bagi penduduk yang terkena bencana. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi ada 16 provinsi (48,5%) telah memiliki Tim Bantuan Kesehatan, untuk jelasnya dapat dilihat grafik 28 berikut.
Grafik 28 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan Penanggulangan Bencana
17 (51,5%) 16 (48,5%)
Memiliki tim bantuan kesehatan Tidak memiliki tim bantuan kesehatan
16 dinas kesehatan provinsi yang memiliki Tim Bantuan Kesehatan adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Papua. Untuk jelasnya gambaran Tim Bantuan Kesehatan menurut Provinsi dapat dilihat pada lampiran 52. Dari 16 provinsi yang memiliki tim bantuan kesehatan, terdapat 4 provinsi (Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Papua) yang kewenangan mobilisasi tim bantuan kesehatannya tidak hanya dipegang oleh Kepala Dinas Kesehatan. Sementara itu untuk provinsi Riau, kewenangan mobilisasi tim bantuan kesehatan cukup berada di bawah kendali Kepala SubDinas P2PL saja. Untuk jelasnya gambaran kewenangan mobilisasi tim bantuan kesehatan yang ada di provinsi dapat dilihat pada lampiran 53. Berkaitan dengan Tim Bantuan Kesehatan, mekanisme mobilisasinya pada saat bencana di setiap provinsi berbeda-beda. Dari 33 provinsi ada 22 provinsi (66,7%) yang memiliki mekanisme bahwa mobilisasi dilakukan atas dasar permintaan dan hasil analisis penilaian cepat Tim RHA (Rapid Health Assessment). Namun demikian masih ada 3 provinsi (9,1%) yang mekanisme mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan nya belum diatur, yaitu provinsi Kepulauan
Riau, Bangka Belitung, dan Bengkulu. Untuk jelasnya gambaran mekanisme mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan dapat dilihat pada grafik 29 berikut dan lampiran 54. Grafik 29 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Mekanisme Mobilisasi Tim Bantuan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana
3 (9,1%)
7 (21,2%) 1 (3%)
22 (66,7%)
Sesuai permintaan daerah
Hasil analisis Tim RHA
Sesuai permintaan dan hasil analisis Tim RHA
Mekanisme belum diatur
Dalam pengelolaan bantuan kesehatan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien kiranya perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan. Hasil pengumpulan data tampak bahwa dari 33 provinsi terdapat 3 provinsi (9,1%) yang dinas kesehatan
provinsinya
tidak
melakukan
pencatatan
berkaitan
dengan
pengelolaan bantuan kesehatan pada saat kejadian bencana, yaitu provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Jawa Barat karena sistem pencatatannya belum diatur. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan pelaksanaan pencatatan penggelolaan bantuan kesehatan dapat dilihat pada grafik 30 berikut dan lampiran 55.
Grafik 30 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Pengelolaan Bantuan Kesehatan
3 (9,1%)
30 (90,9%)
Dilakukan pencatatan
Tidak dilakukan pencatatan
B. Pelaksanaan Rapid Health Assessment (RHA) Tim Rapid Health Assessment (RHA) adalah tim yang diturunkan pada saat tanggap darurat bencana untuk menilai kebutuhan dan permasalahan kesehatan yang ada di lokasi bencana. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi, sebanyak 8 provinsi (24,2%) belum memiliki Tim RHA yang terpisah dari TRC dan 4 provinsi (12,1%) yang tidak memiliki Tim RHA sama sekali yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Untuk
jelasnya
gambaran
dinas kesehatan
kepemilikan Tim RHA dapat dilihat pada grafik 31 berikut.
provinsi
berdasarkan
Grafik 31 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Kepemilikan Tim RHA
4 (12,1%)
8 (24,2%)
21 (63,6%)
Memiliki Tim RHA terpisah dari TRC
Tim RHA bagian dari TRC
Tidak memiliki Tim RHA
]Jenis tenaga yang menjadi anggota Tim RHA masing-masing provinsi berbedabeda, secara umum tenaga yang ada terdiri dari dokter, epidemiolog/tenaga surveilans dan sanitarian. Namun demikian ada satu provinsi yang anggota Tim RHA nya tidak ada tenaga dokternya yaitu provinsi Sulawesi Tengah. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan kepemilikan Tim RHA dan jenis tenaganya dapat dilihat pada lampiran 56. Dari 21 provinsi yang memiliki Tim RHA, terdapat 3 provinsi (Jawa Barat, Sulawesi Tengah dan Papua) yang kewenangan mobilisasinya tidak hanya berada pada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk provinsi Jawa Barat kewenangan mobilisasi juga dipegang oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, di Sulawesi Tengah oleh Kepala Bidang Pengendali Masalah Kesehatan, dan di Papua oleh Koordinator HCC. Sedangkan kewenangan mobilisasi tim RHA pada provinsi Riau cukup dipegang oleh Kepala Sub Dinas P2PL. Untuk jelasnya gambaran kewenangan untuk memobilisasi Tim RHA dari masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 57. Berkaitan dengan pelaksanaan RHA, dari 33 provinsi tampak bahwa ada 13 provinsi (39,4%) yang hanya kadang-kadang melaksanakan RHA pada saat kejadian bencana. Yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Selain itu ada satu provinsi yang belum pernah melakukan RHA pada saat
kejadian bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan RHA dapat dilihat pada grafik 32 berikut dan lampiran 58. Grafik 32 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan RHA Pada Saat Kejadian Bencana
1 (3%)
13 (39,4%)
19 (57,6%)
Selalu dilakukan
Kadang-kadang
Tidak pernah
Dari 32 provinsi yang telah melaksanakan RHA ketika bencana terjadi, diketahui ada 23 provinsi (71,9%) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim RHA dan ada 9 provinsi (28,1%) dilakukan bukan oleh Tim RHA. Provinsi yang pelaksanaannya tidak dilakukan oleh Tim RHA adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran pelaksana RHA dapat dilihat pada grafik 33 berikut dan lampiran 59.
Grafik 33 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksana RHA Pada Saat Kejadian Bencana
9 (28,1%)
23 (71,9%)
Tim RHA
Bukan Tim RHA
Terkait dengan pelaksanaan RHA dan keberadaan Tim RHA, dari hasil pengumpulan data tampak bahwa ada provinsi yang telah memiliki Tim RHA akan tetapi dalam pelaksanaan RHA pada saat kejadian bencana tidak dilakukan oleh Tim RHA yang ada. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. C. Evaluasi Untuk mengkaji efisiesi dan efektifitas upaya penanggulangan krisis kesehatan pada setiap kejadian bencana diperlukan suatu evaluasi. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 33 provinsi ada 7 provinsi (21,2%) yang belum pernah melakukan evaluasi upaya tanggap darurat. Dinas kesehatan yang belum pernah melakukan evaluasi tanggap darurat adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan Tengah. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan evaluasi tanggap darurat masingmasing provinsi dapat dilihat pada grafik 34 berikut dan lampiran 60.
Grafik 34 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi berdasarkan Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat Pada Saat Kejadian Bencana
7 (21,2%)
6 (18.2%)
20 (60.6%)
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
BAB V SISTEM INFORMASI
A. Kegiatan Pendataan dan Monitoring 1. Pendataan Dalam rangka untuk meningkatkan kesiapsiagaan kiranya dinas
kesehatan
provinsi perlu memiliki peta rawan bencana di wilayah kerjanya. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa tidak semua provinsi memilikinya. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 35 berikut ini. Grafik 35 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana
3 (9,1%) 30 (90,9%)
Memiliki
Tidak Memiliki
Dari grafik 35 di atas tampak bahwa dari 33 dinas kesehatan provinsi, masih ada 3 dinas kesehatan provinsi (9,1%) yang tidak memiliki peta wiayah rawan bencana. Dinas kesehatan provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banten dan Bali, untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 61. Untuk mengetahui jumlah dan jenis kejadian bencana serta upaya-uapaya yang telah dilakukan pada saat terjadi bencana, sudah selayaknya dinas kesehatan provinsi melakukan pencatatan pada setiap kejadian bencana yang terjadi secara
lengkap. Dari hasil pengumpulan menunjukkan bahwa tidak semua dinas kesehatan provinsi melakukan pencatatan setiap kejadian bencana di wilayah kerjanya secara lengkap. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 36 berikut ini. Grafik 36 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Pencatatan Kejadian Bencana 2 (6,1%) 7 (21,2%)
24 (72,7%) Lengkap
Kurang Lengkap
Tidak Ada
Dari grafik 36 di atas tampak bahwa masih ada 2 Dinas Kesehatan
Provinsi
atau 6,1% dari total provinsi , yang tidak melakukan pencatatan kejadian bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi Bali dan Sulawesi Barat. Sedangkan Dinas Kesehatan provinsi yang melakukan pencatatan akan tetapi kurang lengkap sebanyak 7 provinsi (21,2% dari total provinsi) yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan catatan kejadian bencana masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiran 62. Untuk mengetahui upaya kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi, sebaiknya dinas kesehatan provinsi melakukan pendataan kesiapsiagaan. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang belum pernah melakukan pendataan kesdiapsiagaan, ada juga yang melakukan pendataan tetapi tidak pernah di update. Untuk jelasnya dapat dilihat grafik 37 berikut ini
Grafik 37 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Bencana
3 (9,1%) 8 (24,2%)
22 (66,7%)
Dilakukan dan selalu di update
Dilakukan tapi belum di update
Belum dilakukan
Dari grafik 36 di atas tampak bahwa masih ada 3 Dinas Kesehatan
Provinsi
(9,1% dari total provinsi), yang tidak melakukan pendataan kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan
di wilayah kerjanya yaitu provinsi
Nangroe Aceh Darusalam, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Sedangkan Dinas Kesehatan provinsi yang melakukan pendataan akan tetapi tidak pernah diperbaharui ada 8 provinsi (24,2% dari total provinsi) yaitu provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan
Timur.
Untuk
jelasnya
gambaran
provinsi
berdasarkan
pelaksanaan pencatatan kesiapsiagaan dapat dilihat pada lampiran 63. Untuk
mempermudah
dalam
melakukan
pendataan
kesiapsiagaan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dan mempermudah update data, diperlukan adanya format khusus pencatatan. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang tidak menggunakan format khusus pencatatan, untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 38 berikut dan lampiran 64.
Grafik 38 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Bencana
13 (43,3%)
17 (56,7%)
Ada Format Khusus
Tidak Ada Format
Dari grafik 38 di atas tampak bahwa dari 30 provinsi yang melakukan pendataan kesiapsiagaan, ternyata masih ada 43,3% atau 14 dinas kesehatan provinsi yang tidak
menggunakan
format
khusus
untuk
pendataan
kesiapsiagaan
penanggulangan krisis kesehatan di wilayah kerjanya. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Maluku. 2. Monitoring Data perkembangan setiap kejadian bencana sangat diperlukan guna mengetahui hasil pelaksanaan penanggulangan dari waktu ke waktu. Melalui kegiatan monitoring hal tersebut tentunya baru bisa diperolehnya. Dari hasil pengumpulan data profil menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi telah melaksanakan kegiatan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 39 berikut.
Grafik 39 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana
2 (6,1%) 5 (15,2%)
26 (78,7%)
Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Dari grafik 39 di atas tampak bahwa dari 33 provinsi, masih ada 2 provinsi (6,1%) yang tidak pernah melakukan monitoring perkembangan pada setiap kejadian bencana. Adapun provinsi dimaksud adalah provinsi Kepulauan Riau dan Jambi. Selain itu ada 5 provinsi (15,2%) yang melakukan monitoring perkembangan kejadian bencana hanya kadang-kadang yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Untuk jelasnya gambaran pelaksanaan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana yang dilakukan dinas kesehatan provinsi dapat dilihat pada lampiran 65. Setiap pelaksanaan monitoring perkembangan kejadian bencana kiranya perlu diinformasikan ke pusat (cq. Pusat Penanggulangan Krisis). Informasi ini diperlukan baik sebagai bahan monitoring yang dipergunakan sebagai bahan masukan bila diperlukan bantuan kesehatan dari tingkat pusat. Dari hasil pengumpulan data profil terlihat masih ada beberapa provinsi yang kadangkadang
menginformasikan
pelaksanaan
monitoring
perkembangan
setiap
kejadian bencana ke pusat. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 40 berikut.
Grafik 40 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat
1 (3,2%) 12 (38,7%)
18 (58,1%)
Selalu Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Dari grafik 40 di atas tampak bahwa, dari 31 dinas kesehatan provinsi yang melakukan monitoring perkembangan kejadian bencana ternyata ada 1 provinsi (3,2%) yang tidak pernah menginformasikan pelaksanaan monitoringnya ke pusat yaitu provinsi Banten. Selain itu ada 12 dinas kesehatan provinsi (38,7%) yang
kadang-kadang
menginformasikan
pelaksanaan
monitoring
perkembangannya ke pusat yaitu provinsi Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara. Untuk
jelasnya
gambaran
provinsi
yang
menyampaikan
informasi
hasil
monitoring perkembangan setiap kejadian bencana ke pusat dapat dilihat pada lampiran 66. Mekanisme penginformasian pelaksanaan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana ke pusat ada yang dilakukan secara langsung atau menunggu permintaan pusat. Dari hasil pengumpulan data profil terlihat hampir seluruh provinsi
menyatakan langsung
menginformasikan pelaksanaan monitoring
perkembangan setiap kejadian bencana ke Pusat tanpa menunggu permintaan dari pusat. Untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 41 berikut.
Grafik 41 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Monitoring Perkembangan Kejadian Bencana ke Pusat 3 (10%)
27 (90%) Langsung
Menunggu permintaan pusat
Dari grafik 41 di atas tampak bahwa dari 30 provinsi yang menginformasikan pelaksanaan monitoring perkembangan setiap kejadian bencana ke pusat, ternyata ada 3 dinas kesehatan provinsi (10%) yang baru menginformasikan menunggu permintaan dari pusat. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Bangka Belitung, Lampung dan Sulawesi Utara, untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran 67. Dalam
rangka
menunjang
pelaksanaan
penyusunan
rencana
kontijensi
penanggulangan krisis kesehatan akibat becana diperlukan kegiatan analisis risiko bencana. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa banyak provinsi yang belum pernah melakukan analisis risiko bencana, untuk jelasnya dapat di lihat pada grafik 42 berikut.
Grafik 42 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana
14 (42,4%)
19 (57,6%)
Pernah
Belum Pernah
Dari grafik 42 di atas tampak bahwa dari 33 provinsi, ternyata ada 19 dinas kesehatan provinsi (57,6%) yang belum pernah melakukan analisis risiko bencana. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran provinsi berdasarkan pelaksanaan analisis risiko bencana dapat dilihat pada lampiran 68. B. Penyampaian Informasi Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, telah di atur mekanisme alur penyampaian informasi yang berhubungan dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Hasil pengumpulan data profil ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang belum menggunakan alur mekanisme sesuai dengan pedoman yang ada, lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 43 berikut.
Grafik 43 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Penggunaan Alur Mekanisme Informasi sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/ 2006
7 (21,2%)
26 (78,8%) Sudah menggunakan
Belum menggunakan
Berdasarkan grafik 43 di atas terlihat bahwa dari 33 provinsi ada 7 provinsi (21,2%) yang dalam penyampaian informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana belum mengikuti alur mekanisme informasi yang sesuai dengan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006. Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah Provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Untuk jelasnya gambaran penggunaan alur mekanisme Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 69. Berdasarkan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006, bahwa setiap Dinas Kesehatan Provinsi diharapkan menginformasikan hasil pendataan kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ke pusat (cq. Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan). Dari hasil pengumpulan data profil terdapat beberapa provinsi yang belum menginformasikan hasil pendataan kesiapsiagaannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 44 berikut.
Grafik 44 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Pendataan Kesiapsiagaan ke Pusat
8 (26,7%)
10 (33,3%)
12 (40%) Selalu
Kadang-kadang
Belum pernah
Dari grafik 44 di atas terlihat bahwa dari 30 provinsi yang melakukan pendataan kesiapsiagaan hanya ada 10 provinsi (33,3%) yang selalu
menginformasikan
hasil pendataan kesiapsiagaannya ke pusat yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan penyampaian informasi kesiapsiagaan dapat dilihat pada lampiran 70. Selain informasi kesiapsiagaan, setiap dinas kesehatan provinsi diharapkan dapat menginformasikan setiap kejadian bencana yang terjadi di wilayah kerjanya ke pusat. Dari hasil pengumpulan data profil hampir semua provinsi telah menginformasikan setiap kejadian bencana, akan tetapi masih ada provinsi yang belum menginformasikannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 45 berikut.
Grafik 45 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat
1 (3%) 10 (30,3%)
22 (66,7%)
Selalu
Kadang-kadang
Belum pernah
Berdasarkan grafik 45 di atas tampak bahwa,dari 33 provinsi masih ada 1 dinas kesehatan provinsi (3%) yang belum pernah menginformasikan setiap kejadian bencana ke pusat yaitu Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu masih ada 10 provinsi (30,3%) yang hanya kadang-kadang menginformasikan setiap kejadian bencana ke pusat yaitu Provinsi Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Papua. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan penyampaian informasi kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran 71. Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, telah di atur mekanisme alur penyampaian informasi yang berhubungan dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, bahwa dinas kesehatan setempat agar sesegera mungkin langsung menginformasikan setiap kejadian bencana secara berjenjang ke pusat. Hasil pengumpulan data profil menunjukkan ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang melaporkan kejadian bencana di wilayah kerjanya menunggu permintaan dari pusat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 46 berikut.
Grafik 46 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Informasi Kejadian Bencana ke Pusat
4 (12,1%)
29 (87,9%)
Langsung begitu informasi bencana diketahui
Menunggu permintaan pusat
Berdasarkan grafik 46 di atas terlihat bahwa dari 33 provinsi masih ada 4 provinsi (12,1%) yang baru mengirimkan informasi kejadian bencana bila ada permintaan dari pusat yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan mekanisme penyampaian informasi kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran 72. Dalam SK Menkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 juga telah dijelaskan tentang format
pelaporan
kejadian
bencana
yang
baku.
Sementara
itu
dalam
pelaksanaannya hasil pengumpulan data profil ada beberapa provinsi yang tidak menggunakan format pelaporan yang baku tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 47 berikut.
Grafik 47 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan sesuai Pedoman
10, 30.3%
23, 69.7%
Sudah
Belum
Berdasarkan grafik 47 diatas, terlihat bahwa dari 33 provinsi ada 10 provinsi (30,3%) yang tidak menggunakan format pelaporan kejadian bencana sesuai dengan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006. Provinsi-provinsi tersebut adalah provinsi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi berdasarkan penggunaan format pelaporan kejadian bencana dapat dilihat pada lampiran 73. Kualitas informasi yang dikomunikasikan pada penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat tergantung dengan media atau sarana komunikasi yang dipergunakan. Pada saat terjadi bencana seringkali beberapa sarana komunikasi yang ada seringkali tidak dapat beroperasi secara maksimal. Untuk itu kiranya dinas kesehatan provinsi sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu jenis sarana komunikasi saja. Selain telepon dan faksimili tentunya bisa memanfaatkan sarana komunikasi lain seperti telepon seluler, E-mail, website, SMS Gateway dan radio komunikasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data ternyata masih sedikit sekali dinas kesehatan provinsi yang menggunakan berbagai sarana komunikasi seperti telepon, faksimili, telepon seluler, E-mail, website, SMS Gateway dan radio komunikasi. Hanya ada 3 provinsi atau 9,1% saja yang biasa menggunakan seluruh sarana yang disebutkan di atas yaitu provinsi Sumatera Selatan, DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Dari hasil pengumpulan data juga tampak bahwa seluruh Dinas Kesehatan Provinsi telah biasa mengkomunikasikan informasi penanggulangan krisis kesehatan
akibat
bencana
menggunakan
sarana
telepon,
faksimili
dan
handphone. Selain itu hanya 18 Dinas Kesehatan Provinsi atau 54,6% dari total provinsi yang biasa menggunakan e-mail sebagai sarana komunikasi penyampaian informasi yaitu provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Papua. Demikian pula dengan penggunaan website sebagai sarana komunikasi penyampaian informasi ternyata hanya 5 Dinas Kesehatan Provinsi atau 15,2% dari total provinsi, yang biasa menggunakannya yaitu provinsi Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran proporsi penggunaan sarana komunikasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi menurut jenis sarana komunikasi dapat dilihat pada grafik 48 berikut ini. Grafik 48 Proporsi Penggunaan Sarana Komunikasi Oleh Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Jenis Sarana Komunikasi 0
0
0
33(100%)
33 (100%)
33 (100%)
35
15 (45,4%)
28 (84,8%)
19 (57,6%)
27 (81,8%)
30 25 20 15 10
18 (54,6%)
5
14 (42,4%) 5 (15,2%)
6 (18,2%)
0 Tel
n epo
ili sim Fak
Tel
nS epo
ler elu
Menggunakan
ai l E-m
te bsi We
Tidak Menggunakan
SM
y wa ate G S
dio Ra
K
i kas uni m o
Dari grafik 48 di atas tampak pula proporsi Dinas Kesehatan Provinsi yang biasa memanfaatkan SMS Gatewsay untuk penyampaian informasinya ke Pusat ternyata hanya 14 provinsi saja atau 42,4% dari total provinsi, yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan Dinas Kesehatan
Provinsi
yang
biasa
menggunakan
radio
komunikasi
untuk
mengkomunikasikan informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ternyata juga hanya 6 provinsi saja atau 18,2% dari total provinsi yaitu provinsi Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Untuk jelasnya gambaran sarana komunikasi yang biasa di gunakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dalam mengkomunikasikan informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerja dapat dilihata pada lampiran 74. Selain
sarana komunikasi,
keberadaan
tempat
bagi pengelolaan data dan
informasi
penanggulangan krisis kesehatan
akibat
bencana
di
Kesehatan
Dinas Provinsi
serta aktifitasnya juga mempunyai
peran
penting
dalam
di
menghasilkan informasi yang berkualitas. Dari hasil pengumpulan data ternyata masih ada 13 provinsi (39,4% dari total provinsi) yang belum memiliki tempat berupa pos informasi yang dapat dioperasionalkan 24 jam untuk pengelolaan data dan informasi. Untuk jelasnya gambaran kepemilikan pos informasi 24 jam menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1 Gambaran Kepemilikan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi
Keterangan : Ada dan aktivitasnya rutin Ada tapi hanya aktif saat bencana Belum Memiliki Dari gambar 1 di atas tampak bahwa ada 13 provinsi(39,4% dari total provinsi) yang belum memiliki pos informasi 24 jam adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara dan Papua Barat. Dari gambar di atas terlihat pula bahwa hanya 7 Dinas Kesehatan Provinsi (21,2% dari total provinsi) yang memiliki pos informasi 24 jam dan aktivitasnya dapat difungsikan secara rutin yaitu provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Papua. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki pos informasi 24 jam akan tetapi hanya difungsikan bila bencana terjadi ada 13 provinsi (39,4% dari total provinsi) yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Maluku. Dari hasil pengumpulan data terlihat pula bagaimana pengelolaan pos informasi 24 jam yang di 20 provinsi tsb, apakah dikelola secara bersama- sama lintas
sektor atau lintas program atau hanya dikelola pengelola program saja. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 49 berikut. Grafik 49 Gambaran Proporsi Provinsi Menurut Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam
5 (25%)
12 (60%)
3 (15%)
Lintas Program dan Sektor
Lintas Program
Hanya Pengelola Program
Dari grafik di atas tampak bahwa ada 5 provinsi (25% dari total provinsi yang memiliki Pos Informasi 24 jam) yang Pos Informasi 24 Jam nya dalam pengelolaannya melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, adapun provinsi tersebut adalah Jambi, DKI Jakarta, Jawa Timur, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Sedangkan yang pengelolaannya hanya di kelola oleh Pengelola Program ada 12 provinsi (60% dari total provinsi yang memiliki Pos Informasi 24 Jam yaitu provinsi
Sumatera
Utara, Sumatera
Barat, Sumatera
Selatan, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku dan Papua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 75. Dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana maka perlu adanya upaya penyebarluasan informasi baik kegiatankegiatan terkait pada pra bencana, saat maupun pasca bencana. Hasil pengumpulan data terlihat bahwa ternyata tidak semua Dinas Kesehatan provinsi melakukan kegiatan penyebarluasan informasi. Dari 33 provinsi hanya 42,4% (14 provinsi) yang pernah melakukan kegiatan penyebarluasan informasi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik50 berikut.
Grafik 50 Gambaran Proporsi Provinsi yang Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi
14 (42.4%)
19 (57.6%)
Pernah Melakukan
Belum Pernah Melakukan
Sedangkan provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan penyebarluasan informasi proporsinya ada 57,6% (19 provinsi) yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Bentuk media penyebarluasan informasi yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi bermacam-macam ada yang menggunakan teknologi internet baik berupa website, e-mail maupun blogger dan ada yang menggunakan media konvensional seperti poster, leaflet, booklet, bulletin, radio spot dan lain-lain. Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa ada 5 Dinas Kesehatan Provinsi yang telah menggunakan media internet sebagai sarana penyebarluasan informasi baik berupa website, e-mail maupun blogger yaitu provinsi Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi Maluku
Utara
adalah
satu-satunya
provinsi
yang
mengembangkan
penyebarluasan informasi melalui radio spot. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi yang melaksanakan penyebarluasan informasi melalui forum komunikasi atau pertemuan ada 2 provinsi yaitu provinsi Sulawesi Utara dan Maluku. Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan informasi melalui penyebaran leaflet ada 4 provinsi yaitu provinsi Lampung, Jawa Timur, Sulawesi
Tengah dan Papua. Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan informasi melalui penyebaran poster ada 3 provinsi yaitu provinsi Lampung, Sulawesi Tengah dan Papua. Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan informasi melalui penyebaran booklet ada 6 provinsi yaitu provinsi Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Papua. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi yang melakukan penyebarluasan informasi melalui penyebaran buletin ada 2 provinsi yaitu provinsi Lampung dan Nusa Tenggara Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 76. C. Kepemilikan Kontak Person Dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana diperlukan kerja sama lintas sektor. Untuk menjalin kerja sama dan koordinasi yang baik diperlukan adanya hubungan personal yang baik pula, untuk itu diperlukan adanya kontak person lintas sektor. Sesuai hasil pengumpulan data profil provinsi menunjukkan bahwa ada beberapa Dinas Kesehatan provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 51 berikut. Grafik 51 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan kontak person lintas sektor
10 (30,3%)
23(69,7)%
Ada
Dari grafik 51 di atas
Tidak ada
tampak masih ada 30,3% atau 10 Dinas Kesehatan
Provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya yaitu
provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut kepemilikan kontak person lintas sektor dapat dilihat pada lampiran 77. Selain kerja sama lintas sektor, dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana diperlukan kerja sama antara dinas kesehatan provinsi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Salah satu diantaranya untuk memperlancar penyampaian informasi penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana. Untuk itu adanya kepoemilikan kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota oleh dinas kesehatan provinsi menjadi hal yang penting. Sesuai hasil pengumpulan data profil menunjukkan bahwa ada beberapa dinas kesehatan provinsi yang tidak mempunyai kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 52 berikut. Grafik 52 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3 (9,1)%
30 (90,9)% Ada
Tidak ada
Dari grafik 52 di atas tampak bahwa masih ada 9,1% atau 3 dinas kesehatan provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan di wilayah kerjanya yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi dan Bali. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut kepemilikan kontak person dinas kesehatan kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 78. Dalam upaya penanggulangan Krisis kesehatan akibat bencana diperlukan kerja sama dinas kesehatan provinsi dengan lintas sektor di lingkup kabupaten/kota.
Guna memperlancar koordinasi dan kerjasama diperlukan adanya kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota pada wilayah kerjanya. Sesuai hasil pengumpulan data profil menunjukkan bahwa banyak dinas Kesehatan provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 53 berikut. Grafik 53 Proporsi Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor di Lingkup Kabupaten/Kota
10(30,3%)
23(69,7)% Ada
Dari grafik 53 di
atas
Tidak ada
tampak masih ada 69,7% atau 23 Dinas Kesehatan
Provinsi yang tidak mempunyai kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota
diwilayah
kerjanya
dalam rangka
penanggulangan
krisis
kesehatan akibat bencana. Sedangkan dinas kesehatan provinsi yang mempuyai kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota ada 10 provinsi (30,3%) yaitu provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan Maluku dan Papua. Untuk jelasnya gambaran dinas kesehatan provinsi menurut kepemilikan kontak person lintas sektor di lingkup kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran 79.
BAB VI KESIMPULAN
1. seluruh Dinas Kesehatan Provinsi telah memiliki unit kerja pengelola program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, namun demikian sepanjang tahun 2008 masih ada 9 provinsi (27,3%) yang belum memiliki program kerja terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat. 2. Dari 33 provinsi ternyata hanya 30,3% atau 10 provinsi saja yang pernah partisipasi dalam penyusunan rencana kontijensi di wilayah kerjanya yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. 3. Dari 33 provinsi hanya 24,2% atau 8 provinsi saja yang pernah menyusun pedoman-pedoman terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana yaitu provinsi Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua.. 4. Ada 15,1% provinsi dari total provinsi yang ada atau ada 5 provinsi yang belum pernah melakukan koordinasi pada masa tanggap darurat bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Tengah. 5. ada 39,4% dari total provinsi atau 13 provinsi yang belum pernah melakukan kegiatan sosialisasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Papua Barat. 6. Hanya 21,2% dari total provinsi atau 7 provinsi yang pernah melakukan kegiatan advokasi program terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua. 7. Tingkat pendidikan formal tenaga kesehatan yang bekerja pada program penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebagian besar (36,6%) adalah berpendidikan S1/D4.
8. Ada 6 provinsi yang tidak melakukan kegiatan pelatihan selama tahun 2008 dan belum pernah menyelenggarakan/mengikuti kegiatan gladi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. 9. Ada 3 provinsi atau 9,1% dari total provinsi yang tidak memiliki sarana ambulans yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. 10. Ada 8 provinsi atau 24,2% dari total provinsi yang dinas kesehatannya tidak memiliki satupun sarana informasi (televisi, kamera, LCD proyektor, PC komputer, laptop, scanner dan handycam) yaitu provinsi Sumatera Barat, Bangka
Belitung,
Lampung,
Kalimantan Tengah,
Gorontalo,
Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. 11. Ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak memiliki buffer stock obat yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Kalimantan Tengah dan Papua Barat. 12. Ada 7 dinas kesehatan provinsi atau 21,2% dari total provinsi, yang tidak memiliki sumber pembiayaan untuk operasional kesehatan akibat bencana
penanggulangan krisis
yaitu provinsi Kepulauan Riau, Lampung,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat. 13. Dari 33 provinsi terdapat 4 provinsi (12,1%) yang tidak memiliki TRC maupun Tim RHA, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat. 14. Ada 7 provinsi (21,2%) yang belum pernah melakukan evaluasi upaya tanggap darurat yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan Tengah. 15. Ada 3 dinas kesehatan provinsi (9,1%) yang tidak memiliki peta wiayah rawan bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banten dan Bali. 16. Ada 2 dinas kesehatan provinsi atau 6,1% dari total provinsi, yang tidak melakukan pencatatan kejadian bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi Bali dan Sulawesi Barat. 17. Ada 3 dinas kesehatan provinsi (9,1% dari total provinsi), yang tidak melakukan pendataan kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan
di wilayah kerjanya yaitu provinsi Nangroe Aceh Darusalam,
Sulawesi Barat dan Papua Barat.
18. Masih ada 2 provinsi (6,1%) yang tidak pernah melakukan monitoring perkembangan pada setiap kejadian bencana yaitu provinsi Kepulauan Riau dan Jambi. 19. Ada 19 dinas kesehatan provinsi (57,6%) yang belum pernah melakukan analisis risiko bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Papua Barat. 20. Ada 7 provinsi (21,2%) yang dalam penyampaian informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana belum mengikuti alur mekanisme informasi yang sesuai dengan Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. 21. Masih
ada
1
dinas
kesehatan
provinsi
(3%)
yang
belum
pernah
menginformasikan setiap kejadian bencana ke pusat yaitu Provinsi Kepulauan Riau. 22. proporsi Dinas Kesehatan Provinsi yang biasa memanfaatkan SMS Gatewsay untuk penyampaian informasinya ke Pusat ternyata hanya 14 provinsi saja atau 42,4% dari total provinsi, yaitu provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku dan Papua. 23. hanya 7 Dinas Kesehatan Provinsi (21,2% dari total provinsi) yang memiliki pos informasi 24 jam dan aktivitasnya dapat difungsikan secara rutin yaitu provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Papua. 24. Ada
57,6%
(19
provinsi)
yang
belum
pernah
melakukan
kegiatan
penyebarluasan informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Papua Barat. 25. Ada 5 Dinas Kesehatan Provinsi yang telah menggunakan media internet sebagai sarana penyebarluasan informasi baik berupa website, e-mail
maupun blogger yaitu provinsi Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. 26. Masih ada 30,3% atau 10 Dinas Kesehatan
Provinsi yang tidak mempunyai
kontak person lintas sektor dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya yaitu provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Lampiran 1 Gambaran Unit Kerja di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Memiliki Tugas Pokok dan Fungsinya Menjadi Koordinator/Penanggungjawab Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana No. 1 2
Provinsi Nanggroe Darussalam Sumatera Utara
Unit Kerja Aceh Seksi Konseling Trauma
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8
Bangka Belitung
9
Bengkulu
10
Lampung
11
Banten
12
DKI Jakarta
13
Jawa Barat
14
Jawa Tengah
15 16
D.I. Yogyakarta Jawa Timur
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
Seksi Penyehatan Lingkungan dan Matra Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, Seksi Penanggulangan Bencana Seksi Surveilans dan Kesehatan Matra, Gizi dan Pelayanan Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan, Seksi Pelayanan Kesehatan Bidang P2MPL, Seksi Pengamatan dan Pencegahan Seksi PPP dan Kesehatan Matra, Pengelola Program Kesehatan Bencana Seksi Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Matra Sub Bidang Pengamatan dan Pencegahan Penyakit Bidang Pelayanan Kesehatan, Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Dasar Rujukan Bidang Pelayanan Kesehatan, Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Khusus Seksi Gawat Darurat dan Bencana Bidang Pelayanan Kesehatan Seksi Pengamatan Pencegahan Penyakit dan Matra Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB Sie Kesehatan Rujukan Khusus Seksi Pencegahan Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Seksi Bimbingan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Rujukan Bidang Pengendalian Penyakit Seksi Surveilens, Imunisasi, Kesehatan bencana Seksi Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan Seksi Bimbingan dan Pengendalian
No.
Provinsi
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Gorontalo
26
Sulawesi Tengah
27
Sulawesi Barat
28
Sulawesi Tenggara
29
Sulawesi Selatan
30
Maluku
31 32
Maluku Utara Papua Barat
33
Papua
Unit Kerja Kesehatan Khusus dan Bencana Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan, Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana Unit KPKK (Kewaspadaan Penanggulangan Krisis Kesehatan) Seksi Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan Bencana, Bidang PP dan PL Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan, Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana Subdin Yankes, Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Seksi Bimbingan Pengendalian Wabah dan Bencana Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan, Seksi Wabah dan Bencana Seksi Kesehatan Matra-Sub Dinas Upaya Kesehatan dan Gizi Seksi Bina Kesehatan Matra Program Bencana Seksi Penanggulangan Penyakit dan Bencana Seksi Pelayanan Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan, Seksi pemulihan Kesehatan Unit Fungsional Health Crisis Center
Lampiran 2 Gambaran Dinas Kesehatan Propinsi Berdasarkan Kepemilikan Program Kerja terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah (%)
Memiliki V V V V
Belum Memiliki
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 24 (72,7%)
9 (27,3%)
Lampiran 3 Gambaran Kegiatan dari Program Kerja Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No. 1
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Program kerja/kegiatannya
2 3
Sumatera Utara Sumatera Barat
4
Riau
5
Sumatera Selatan
6 7
Bangka Belitung Banten
8
DKI Jakarta
9
Jawa Barat
Peningkatan Kualitas kemampuan Petugas kesehatan dalam RHA Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Pertemuan Lintas Program Lintas Sektor Dalam Penanggulangan Bencana Rapat Koordinasi Evaluasi Penanggulangan Bencana Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Pertemuan Kab/Kota dan RSUD Kab/Kota Pelatihan Rencana Kontijensi Pelatihan Rapid Healt Assesment Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor Pertemuan Evaluasi Program Bencana Kab/Kota Konsultasi ke Pusat Pelatihan Manajemen Bencana bagi Petugas Kab/Kota/RS Pelatihan Penilaian Reaksi Cepat Saat Bencana( RHA) Honor Pengumpulan dan Sosialisasi Data Bencana Pencetakan Pedoman Teknis Pertemuan dan Sosialisasi Masy/Pemuda siaga Peduli Bencana Publikasi Bencana Melalui Media Belanja barang tidak habis pakai Sriwijaya Crisis Center Pemantauan dan Peningkatan Manajemen Pra,Saat dan Pasca Bencana Penanggulangan Saat Bencana/KLB/Wabah Peningkatan SDM Penanggulangan Krisis Bencana ke Jakarta Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Peningkatan Kualitas Manajemen Bencana Lintas Sektor Koordinasi BSB, Nakes Terlatih – Lanjut, Piket Siaga PUSDAL DUKES Dukungan Pelayanan Kesehatan, RHA Gladi Posko/Lapang PB. Pertemuan Tim PBP Prov. Setiap bulan Evaluasi Rencana Kontijensi dan Peta Geomedik Kab/Kota Pemetaan Saat Bencana(RHA) dan Kerusuhan Pemantauan saat Bencana
No. 10
Provinsi Jawa Tengah
Program kerja/kegiatannya
11
D.I. Yogyakarta
12
Jawa Timur
13
Bali
14
Nusa Tenggara Timur
15
Kalimantan Barat
16 17
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
18
Kalimantan Timur
19
Gorontalo
20
Sulawesi Tengah
21
Sulawesi Tenggara
22
Sulawesi Selatan
Pemetaan Wilayah Resiko Bencana Identifikasi Penyakit Menular Bencana Penanggulangan Bencana
Pasca
Penyusunan SOP P3K dan Protap Bencana Pertemuan Koordinasi Pelatihan Perahu Karet RHA Rencana Kontijensi Kegiatan Operasional P3K dan Safe Community Pemantauan & Pelaksanaan PMK- AB, KLB Penyakit Menular Pengumpulan Data untuk Penyusunan Peta Rawan Bencana Pertemuan Koordinasi Tanggap Bencana Bidang Kesehatan Tingkat Provinsi Rencana Kontijensi Pertemuan Kesiapsiagaan Bencana Prgram Pelayanan Adminstrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana & prasarana Aparatur Program Upaya Kesmas(Peningkatan Yan & Penanggulangan) Prgram Pelayanan Adminstrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana & prasarana Aparatur Program Upaya Kesmas(Peningkatan Yan & Penanggulangan) Pelatihan Tim DVI Evaluasi Lintas Sektor & Lintas Program Penyusunan Rencana Kontijensi Operasional Kegiatan Pra Bencana, Saat Bencana, Pasca bencana Pemetaan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Kepulauan Penyusunan Rencana Kontijensi Peningkatan SDM di Daerah Rawan Bencana dan IGD RS Kab/Kota dalam Kedaruratan Bencana Pembentukan Jejaring Komunikasi & Informasi Puskesmas Rawan Bencana Biaya Operasionalisasi Tim Reaksi Cepat(RHA, Tim Medis, & Tim Logistik)pada Saat Tanggap Darurat Peningkatan SDM RHA bagi Tenaga Kesehatan Daerah Rawan Bencana Membuat Posko Penanggulangan Bencana Pembinaan Kesiapsiagaan Pertemuan LS &LP Melakukan Penanggulangan Bencana(Tanggap Darurat).
No. 23
Provinsi Maluku Utara
Program kerja/kegiatannya
24
Papua
Sosialisasi Program PKK-AB ke Kab/Kota Pertemuan Pengelola Kab/Kota di Provinsi Pembentukan Tim Siaga Bencana, Dinkes Kab/Kota Simulasi PB Evaluasi Program Tahunan. Penanggulangan Masalah Kesehatan/Krisis termasuk korban bencana Pemetaan daerah rawan Analisis dan monitoring pasca bencana/wabah Penanganan Tanggap Darurat Pertemuan LSM Disaster Plan, RS dan Puskesmas
Lampiran 4 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Partisipasi Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah (%)
Pernah
Belum pernah V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 10 (30,3%)
23 (69,7%)
Lampiran 5 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan PeraturanPeraturan/Kebijakan Daerah yang Terkait dengan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 No Provinsi 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Bangka Belitung 9 Bengkulu 10 Lampung 11 Banten 12 DKI Jakarta 13 Jawa Barat 14 Jawa Tengah 15 DI Yogyakarta 16 Jawa Timur 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Gorontalo 26 Sulawesi Tengah 27 Sulawesi Barat 28 Sulawesi Tenggara 29 Sulawesi Selatan 30 Maluku Utara 31 Maluku 32 Papua Barat 33 Papua Jumlah (%)
Pernah
Belum Pernah V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 21 (63,6%)
12 (36,4%)
Lampiran 6 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Protap/Juklak/Juknis yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Pernah
Belum Pernah V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 16 (48,5%)
17 (51,5%)
Lampiran 7 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Penyusunan Pedoman yang Terkait dengan Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Pernah
Belum Pernah V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 8 (24,2%)
25 (75,8%)
Lampiran 8 Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
Rutin
1
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
V
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Insidentil
Belum Pernah
Di
Keterangan 1 kali/tahun
V
Saat terjadi Bencana 2 kali/tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana
V V V V V V V V
Saat terjadi bencana 1 kali/tahun 4 kali/tahun 4 kali/tahun Saat terjadi bencana Setiap Minggu Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana 1 kali/tahun Saat terjadi bencana 1 kali/tahun
V V V V V V V V V V V V
2 kali/tahun Saat terjadi bencana 1 kali/tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana 4 kali/tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana
V V V V V V V
11 (33,3%)
V V V V 20 (60,6%)
2 (6,1%)
Lampiran 9 Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Program Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 No. Provinsi 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2.
Sumatera Utara
3.
Sumatera Barat
4.
Riau
5.
Kepulauan Riau
6.
Jambi
7.
Sumatera Selatan
8.
Bangka Belitung
9.
Lampung
10.
Banten
11.
DKI
12.
Jawa Barat
13.
Jawa Tengah
14.
DIY
15.
Jawa Timur
16.
Bali
Unit Kerja Terlibat Pemberantasan Penyakit Menular, Gizi, Kesehatan Ibu, Farmasi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Farmasi Perencanaan, Sumber Daya Kesehatan, Promosi Kesehatan, Penyehatan Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, Sekretariat Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Keluarga, Pemberantasan Penyakit Menular Pelayanan Kesehatan, Farmasi, Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Keluarga, Pengembangan, Sarana dan Prasarana Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Dasar, Sekretariat Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Umum dan Perlengkapan, Promosi Kesehatan, Sekretariat Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Pelayanan Medik Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Sumber Daya Kesehatan, Farmasi dan Makanan, Pelayanan Kesehatan, Sekretariat Bina Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pelayanan Kesehatan, Pengendalian Masalah Kesehatan, Bina Kesehatan Masyarakat Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Sekreatriat Pelayanan Kesehatan,Promosi Kesehatan, Pemberdayaan, Sumber Daya Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kesehatan Keluarga, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Sekretariat, Sumber Daya Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Umum Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Umum, Bina Kesehatan Masyarakat
No. Provinsi 17. NTB
18.
NTT
19.
Kalimantan Barat
20.
Kalimantan Selatan
21.
Kalimantan Timur
22.
Sulawesi Utara
23.
Gorontalo
24.
Sulawesi Tengah
25.
Sulawesi Barat
26.
Sulawesi Tenggara
27.
Sulawesi Selatan
28.
Maluku Utara
29.
Maluku
30.
Papua Barat
31.
Papua
Unit Kerja Terlibat Farmasi, Kesehatan Rujukan, Promosi Kesehatan, Imunisasi, Surveilans, Pengendalian Penyakit Wabah, Kesehatan Ibu dan Anak, gizi Bina Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Medik, Pengembangan Tenaga Kesehatan, Penanggulangan Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Keluarga dan Gizi Pelayanan kesehatan, Gudang Instalasi Kesehatan, Promosi Kesehatan, Pelayanan Farmasi, Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Surveilans, kesehatan Lingkungan, Kesehatan Khusus, Pelayanan kesehatan Dasar dan Rujukan, Gizi Kesehatan Keluarga, Gizi, Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat, Sekretariat, Kefarmasian, Kesehatan Lingkungan Pelayanan Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, Bina Kesehatan Masyarakat Pencegahan Penyakit, Kesehatan Lingkungan, Surveilans, Gizi, Farmasi Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Komunitas, Gizi, Pelayanan Medik, Pelayanan Farmasi, Administrasi dan Kebijakan, Perencanaan, Umum, Kepegawaian, Keuangan Pemberantasan Penyakit, Upaya Kesehatan dan gizi, Farmasi Makanan dan Minuman, Promosi dan Lingkungan Sehat Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, Perlengkapan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Ibu Anak dan Kesehatan keluarga Pelayanan Kesehatan, Penanggulangan Penyakit, Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana, Promosi Kesehatan, Umum dan Kepegawaian Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Keluarga, Farmasi, Promosi Kesehatan Pemberantasan Penyakit Menular, Penyehatan Lingkungan, Bina Program, Bagian Umum Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Keluarga dan Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, Laboratorium Kesehatan Daerah
Lampiran 10 Gambaran Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Rutin
Insidentil
Belum Pernah
V
yang
Keterangan 1 kali/Tahun
V
Saat terjadi bencana 4 kali/Tahun 4 kali/Tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana 1 kali/Tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana 3 kali/tahun 4 kali/Tahun 2 kali/Tahun Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana Saat terjadi bencana 1 kali/Tahun Saat terjadi bencana 1 kali/2 Bulan
V V V 9 (27,3%)
23 (69,7%)
1 (3%)
Lampiran 11 Gambaran Unit Kerja yang Terlibat Dalam Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor yang Dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Menurut Provinsi Tahun 2008 No. 1 2
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
3 4
Sumatera Barat Riau
5
Kepulauan Riau
6 7
Jambi Sumatera Selatan
8
Bangka Belitung
9
Bengkulu
10
Lampung
11
Banten
12 13
DKI Jakarta Jawa Barat
14 15
Jawa Tengah D.I. Yogyakarta
16 17
Jawa Timur Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
Sektor yang terlibat SATKORLAK, SAR, PMI, RAPI, Dinas Sosial RSU, Kesdam, Biddokkes Polda, KKP, BTKL, Dinas Sosial Seluruh Dinas di Prov, RAPI, ORARI BAPPEDA, Dinas Sosial, Biddokes Polda, Denkessyah TNI, PMI Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa(BPM), SATKORLAK, Denkessyah TNI, POLRI, TNI-AL, KKP, RSUD, PMI, RAPI, Organisasi Profesi Dinas Sosial, SATKORLAK Dinas Sosial, Pemda, PMI, SAR, POLDA, Kesbang Linmas, PU, POL PP, BTKL, KKP Dinas Sosial, Kesbanglinmas, Biddokkes Polda,KKP, BAPPEDA BPBD, Dinsos, Dinas PU, Dinas Perhubungan, PMI, RAPI, SAR Daerah, Denkessyah TNI, Biddokkes Polda Sekretariat BPBD, Dinas Hub, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, PMI, RAPI, Pemadam Kebakaran. SATKORLAK PB, Dinas Kesra, Dinas PU, RSUD SATKORLAK, Crisis Center, Biddokes Polda Dinas PU, BMG, Kesdam, Satpol PP, Yansos Pemda, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, ORARI, RAPI, Kesdam, PMI Dinas Sosial, Dinas PU, RS Dinas Kimpraswil, Dinas Sosial, Dinas Trantib, Biddokkes Polda, PMI, Pusbangkes 118, Sarda, Denkessyah TNI, Dinsos, SATPOL PP, SEKWILDA Provinsi. SATKORLAK, Dinas Perhubungan, RSUP, Dinas PU,SAR SATKORLAK, SAR, Dinas Sosial, RS Bayangkara, RS.- AD, BAPPEDA, PMI POLRI, SATKORLAK, Dinas Sosial, Badan Linmas, Kimpraswil, Denkessyah TNI, KKP, RSUD, Dinas Perhubungan,Dinas Perikanan, SAR, Dinas Peternakan. Denkessyah TNI, Biddokkes Polda, Dinas Sosial, BadanKesbang Linmas, RS, Pemerintah/Swasta/TNI/POLRI, RAPI, Poltekes, Universitas Tanjungpura, KKP
No. 21 22
Provinsi Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
23 24
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
25
Gorontalo
26 27
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
28
Sulawesi Selatan
29
Maluku
30
Maluku Utara
31
Papua Barat
32
Papua
Sektor yang terlibat Kesbang Linmas, SATKORLAK PB BADAN Kesrenbanglinmas, Denkessyah TNI, Biddokkes Polda, ORARI, RAPI. SATKORLAK, Biddokkes Polda Dinas PU, Dinas Sosial, Kesbang, SAR, Perhubungan, PMI, Biro Sosial, Biro Pembangunan. RSUD, SATKORLAK, Dinas Sosial, Dinas PU, Pramuka, Biro Kes, Biddokkes Polda, BAPPEDA RS Undata, Biddokes Polda, PMI RSUD Prov, Dinas Sosial, Badan Kesbang Linmas, Dinas Kimpraswil, Biddokkes Polda, Denkessyah TNI, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, SAR, PMI, RAPI, KKP, BMG, Dinas Nakertrans BAPPEDA, Dinas Sosial, Dep Infokom, Biddokkes Polda, Kesdam, Dinkes – AU – AL , RS BMG, Dinas Sosial, BAPPEDA, Biro Kesra, RSU, KKP, BTKL SATKORLAK, KESRENBANGLINMAS, TNI AU, PMI, Dinas Sosial, Biddokkes Polda, RSUD, Media Masa Pemda. Dinas Sosial, Badan Kesbang, Denkessyah TNI, Biddokkes Polda, KKP Biddokkes Polda, LSM
Lampiran 12 Gambaran Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008
No
Provinsi
Dilakukan Rutin Setiap kejadian V
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah
V V
27 28 29 30 31 32 33
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
1
Kadangkadang Dilakukan
Tidak Pernah
Alasannya
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Tergantung besar kecilnya bencana
V V V V V V V V 22 (66,7%)
6 (18,2%)
Tergantung besar kecilnya bencana
5 (15,1%)
Lampiran 13 Gambaran Unit Kerja yang Terlibat dalam Pertemuan Koordinasi pada Saat Tanggap Darurat Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
Lintas Program
3
Nanggroe Aceh Darussalam Subdit Yankes, Subdit P2P, Subdit Yanfar, Bag Keuangan P2P & PL, Kesja, Sumatera Utara Yankes, Tekkes Sumatera Barat -
4 5 6
Riau Jambi Sumatera Selatan
7
Banten
8
DKI Jakarta
9 10
Jawa Barat Jawa Tengah
11
DI Yogyakarta
12
Jawa Timur
13
Bali
14
Nusa Tenggara Barat
15
Nusa Tenggara Timur
16 17
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan
Gizi, Farmasi, P2PL Bidang terkait di Dinkes
18
Kalimantan Timur
19 20
Sulawesi Utara Gorontalo
Bidang YANKES, BP2, BPL, TU PMK, UPK, Farmasi P2M, Binkesmas,
1
2
P2M, Gizi, Yankes 4 bidang dan sekretaris yang ada di Dinkes P2PL, Binkesmas, Sekretariat, SDK Bidang terkait di Dinkes P2PL,Sekretariat, P2PK, P2SPK Bidang terkait di Dinkes Gizi, Yankes, Famasi, P2MK P2PL, Bag umum, Subbid gizi Bidang terkait di Dinkes Bidang Yanmed, Bidang Yankes
Lintas Sektor Satkorlak, RSUD
BPBD, TNI/Polri, SAR, Dinsos RSUD, Dinsos, Kesbang Linmas RSUD TNI, PMI, Satkorlak RSU, BTKL, PMI, BB labkes Dinas Sosial, Dinas PU, Biro Kesra Satkorlak Satkorlak, POLRI, TNI RS, Kodam, POLDA SATKORLAK, TNI/POLRI Dishub, KKP, RSUP Sanglah TNI, POLRI, SAR, LINMAS Sosial, KIMPRASWIL, Biro, KESRA, SETDA Prov., RSUD, Perhubungan Satkorlak, Dinsos RSU,Balai LABKES, DTKL, Badan POM KESBANGLINMAS, DINKESSOS, Dinas Pendidikan, POLRI, TNI, PMI, BPK Dinas PU, Dinsos, PMI,
No
Provinsi
Lintas Program Farmasi, Gizi, Promkes Gizi, Farmasi, Kesling, Surveilans -
21
Sulawesi Tengah
22
Sulawesi Barat
23
Sulawesi Tenggara
Sie kes matra & Gizi, Sie Surveilans, Sie PL, Sie Obat & Alkes
24
Sulawesi Selatan
25 26
Maluku Utara Maluku
27
Papua Barat
28
Papua
Yankes, Farmasi, Promkes, Kesga Bidang terkait di Dinkes Yankes, Kesling, P2M, Perencanaan P2M, Yankes, Gudang Farmasi
Lintas Sektor ORARI Dinsos, Dinas PU, TNI, POLRI, PMI Dinsos, Dinas Kimpraswil, Din Nakertrans, Din Kehutanan, Polda Korem, Satkorlak, Din Perhubungan, SAR, PMI POLDA, KESDAM VII, DINKES AL-AU Satkorlak, RSUD Satkorlak Dinsos, Kesbang Linmas RSUD
Lampiran 14 Gambaran Pelaksanaan Sosialisasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1
Provinsi
Pernah
Materi/Sasaran/Frekuensi
2
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
V
3
Sumatera Barat
V
4
Riau
V
5
Kepulauan Riau
V
V
6 7
Tdk Pernah
Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : LP, LS, Dinkes Kab/Kota), 1 kali Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : LP), 1 kali Evaluasi Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota) 1 kali Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes, RS, Pusk, KKP, Bappeda, Satkorlak), 1 kali Penanganan Korban bencana (sasaran : relawan kab/kota), 1 kali
8
Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung
V V V
Kepmenkes No. 145, UU no. 24/Tahun 2007, Pusat Bantuan Regional (sasaran : RSUD, Dinkes Kab/Kota)
9 10
Bengkulu Lampung
V
Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan (sasaran : Dinkes, RS, Pemda, PU, Dinsos, DPRD), 1 kali
11 12
Banten DKI Jakarta
V
Kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir dan konflik (sasaran : RS, Sudinkes, Puskesmas) 1 kali
13 14
Jawa Barat Jawa Tengah
V
Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : BPBD, Dinsos, Kesbanglinmas), 1 kali Sistem pelaporan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 1 kali Sistem Informasi Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 3 kali
V
V
V
15
DI Yogyakarta
V
16 17
Jawa Timur Bali
V
V Tanggap Darurat Bencana dan safe community (sasaran : Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas) 2 kali
No
Provinsi
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
Pernah V
Materi/Sasaran/Frekuensi
V V
21
Kalimantan Tengah
V
22
Kalimantan Selatan
V
23 24
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
25
Gorontalo
V
26
Sulawesi Tengah
V
29
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan
Kebijakan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan (sasaran : Denkesyah, Biddokes Polda, RS, Kesbanglinmas, Dinsos, RAPI, KKP, Poltekkes, Universitas), 1 kali Pembentukan Tim Bantuan kesehatan (sasaran : Denkesyah, Biddokes Polda, RS, Kesbanglinmas, Dinsos, RAPI, KKP, Poltekkes, Universitas), 1 kali Pedoman PKK-AB dan Sistem Informasi (sasaran : Pelaksana di Dinkes Kab/Kota), 1 kali/bulan Pusat Bantuan Regional (sasaran : Dinkes Prov), 1 kali Dasipena (sasaran : Mahasiswa Kesehatan), 1 kali V
V
27 28
Tdk Pernah
Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkeskab/kota) 1 kali
Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Puskesmas), 1 kali RHA (sasaran : Puskesmas), 1 kali Pelayanan Kesehatan dan Pengungsi (sasaran : Satlak dan Satgas Kec), 1 kali Rencana Kontijensi, RHA, Manajemen Bencana, Evakuasi Korban di Perairan (sasaran : LP dan LS), 1 kali Manajemen Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali TRC (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali V V
V
Pengembangan Poskes dalam Penanggulangan Bencana (sasaran : Dinkes kab/kota), 1 kali
No 30
Provinsi Maluku Utara
Pernah V
Materi/Sasaran/Frekuensi
31
Maluku
V
32 33
Papua Barat Papua
PMK-AB (sasaran : Pemda Kab/Kota), 1 kali Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (sasaran : Masyarakat Pesisir), 2 kali/Tahun V
V
Jumlah (%)
Tdk Pernah
Pengenalan Dini Bencana Alam (sasaran : Lintas sektor dan Mahasiswa), 1 kali Pengenalan APD (sasaran : Pengungsi), 1 kali Penanganan korban bencana (sasaran : : Lintas sektor dan Mahasiswa), 1 kali Pembentukan Tim Siaga Bencana (sasaran : Pemda Kab/Kota) 1 kali
21 (63,6%)
Sistem kewaspadaan Dini (sasaran : Bidan Desa), 1 kali Geomedik Mapping (sasaran : Bidan Desa), 1 kali Rencana Kontijensi (Sasaran : Dinkes Kab/Kota), 1 kali RHA (sasaran : LSM), 1 kali Pelayanan Dasar Penanggulangan Bencana (sasaran : Kaops Polres se Papua), 1 kali Program Kerja Krisis Center (sasaran : Dinkes Kab/Kota), 1 kali 12 (36,4%)
Lampiran 15 Gambaran Pelaksanaan Advokasi Program/Kegiatan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No Provinsi 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara
3 4 5
Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
15 16 17 18
DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah
19 20 21 22 23 24 25 26
Pernah
V
Materi/Sasaran/Frekuensi
Tdk Pernah V
Strategi Bidang Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana (sasaran : Gubernur dan DPRD) V V
V
Peraturan Perundangundangan (sasaran : Biro Hukum, Biro Pemerintahan dan Bappeda), 1 kali V V V V V V V V
V
Peran Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana (sasaran : linsek dan BPBD), 2 kali V V V
V
Rencana Aksi (sasaran :BAPPEDA), 1 kali V V V V V V V
V
Perencanaan Kesiapsiagaan (sasaran :
No
Provinsi
Pernah
27 28 29
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan
30 31 32 33
Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
V
Jumlah (%)
7 (21,2%)
Materi/Sasaran/Frekuensi Biro Keuangan Pemda, Bappeda, DPRD), 1 kali
Tdk Pernah
V V V
PMK-AB (sasaran : lintas sektor), 1 kali V V V
Program kerja Krisis Center (sasaran : DPRD), 1 kali 26 (78,8%)
Lampiran 16 Gambaran Jenis Tenaga yang Bekerja pada Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 S2 Kes
S2 Nonkes
S1/D4 kes
S1/D4 Nonkes
D3 Kes
D3 NonKes
SLTA Kes
SLTA Umum
SLTP
SD
Total
1
-
1
1
-
1
2
7
-
-
13
2.
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
1
-
4
-
10
-
3
2
-
-
20
3.
Sumatera Barat
3
-
1
2
1
1
-
3
-
1
12
4.
Riau
3
-
3
-
5
-
-
-
-
-
11
5.
Kepulauan Riau
2
-
4
-
2
-
-
-
-
-
8
6.
Jambi
2
-
10
2
-
-
-
-
-
-
14
7.
5
-
8
-
20
-
-
4
2
1
40
8.
Sumatera Selatan Bangka Belitung
-
-
6
-
-
1
-
-
-
-
7
9.
Bengkulu
3
-
4
1
1
-
-
-
-
-
9
10.
Lampung
3
1
5
2
2
1
1
3
-
-
18
11.
Banten
-
-
4
-
-
-
4
-
-
-
8
12.
DKI Jakarta
1
1
1
1
2
1
8
5
-
-
20
13.
Jawa Barat
3
-
2
1
1
-
-
-
-
-
7
14.
Jawa Tengah
2
-
9
5
2
-
-
7
3
-
28
15.
DI Yogyakarta
4
1
8
1
2
4
-
2
2
-
24
16.
Jawa Timur
11
-
8
-
1
-
-
9
-
-
29
17.
Bali
2
-
1
1
2
3
-
-
-
9
18.
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara
-
1
6
-
3
-
3
1
14
-
28
-
-
3
3
1
-
6
1
-
-
14
1
-
1
2
1
-
2
3
-
-
10
2
-
2
2
-
-
-
1
-
-
7
2
-
4
-
2
-
1
10
1
-
20
2
-
3
1
-
-
1
2
-
-
9
4
-
10
-
2
-
-
13
-
-
29
No. 1.
19. 20. 21. 22. 23. 24.
Provinsi
S2 Kes
S2 Nonkes
S1/D4 kes
S1/D4 Nonkes
D3 Kes
D3 NonKes
SLTA Kes
SLTA Umum
SLTP
SD
Total
25.
Gorontalo
8
1
11
1
8
-
-
-
-
-
29
26.
Sulawesi Tengah Sulawesi Barat
-
-
4
-
1
-
-
3
-
-
8
-
-
10
-
8
-
-
2
-
-
20
1
-
1
1
1
-
-
1
-
-
5
2
-
2
-
-
-
1
-
-
-
5
30.
Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara
1
-
5
-
2
-
-
1
-
-
9
31.
Maluku
-
-
1
-
-
-
-
2
-
-
3
32.
Papua Barat
1
-
5
-
-
-
-
-
-
-
6
33.
Papua
-
-
4
-
1
-
1
2
-
-
8
70
5
151
27
81
9
36
84
22
2
487
No.
27. 28. 29.
Provinsi
Total
Lampiran 17 Gambaran Tenaga yang Masih Dibutuhkan oleh Unit Kerja Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 Sanitarian
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 6
Perawat
1 0 1 0 2 0 0 2 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 3 1 0 0 2 2 2 4 1 1 31
SKM
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
S2 Epidemiologi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Dokter Umum
No
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 7
1 0 4 0 4 0 0 3 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 4 0 0 0 5 2 2 6 0 1 41
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 7
Lampiran 18 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ACLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 1
ACLS Jumlah yg masih bertugas 1
8 3 1 0 10 10 1 1 6 0 2 0 5 0 0 3 0 0 0 4 5 0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 0 65
8 1 1 0 3 10 1 0 6 0 2 0 1 0 0 2 0 0 0 0 5 0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 0 48
Penyelenggara Pelatihan
PPK Yanmedik PPK PPK PPK PPK PPK
PPK, Dinkes
PPK PPK
Lampiran 19 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan ATLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 1
ATLS Jumlah yg masih bertugas 1
6 3 0 0 12 15 1 1 6 4 5 0 7 0 0 5 0 0 2 0 2 0 17 3 0 0 0 0 3 0 0 0 93
6 1 0 0 3 15 1 0 6 4 2 0 0 0 0 5 0 0 2 0 2 0 17 3 0 0 0 0 3 0 0 0 71
Penyelenggara Pelatihan
PPK Yanmedik
PPK PPK
PPK, Dinkes
PPK PPK
PPK
Lampiran 20 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BTLS Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 1
BTLS Jumlah yg masih bertugas 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 5 0 0 15 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 44
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 5 0 0 15 0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 44
Penyelenggara Pelatihan
AGD 118 Jkt
Lampiran 21
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan BLS Menurut Provinsi Tahun 2008 BLS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 DINKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 22 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan PPGD Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 1
PPGD Jumlah yg masih bertugas 1
0 1 0 0 0 0 6 0 1 12 10 0 4 3 0 0 2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45
0 1 0 0 0 0 6 0 1 12 10 0 4 3 0 0 2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45
Penyelenggara Pelatihan
RSU
Yanmedik Yanmedik Yanmedik Dinkes
Dinkes
Dinkes
Lampiran 23
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi yang Pernah Pelatihan Emergency Nursing Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 0 4 0 2 0 5 20 0 3 5 0 6 0 5 0 0 3 9 2 2 0 2 0 14 2 0 3 0 0 2 0 0 0 89
Emergency Nursing Jumlah yg Penyelenggara masih Pelatihan bertugas 0 4 0 2 0 5 20 0 3 2 0 6 0 0 0 0 3 9 2 2 0 2 0 14 2 0 3 0 0 2 0 0 0 81
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
PPK PPK PPK PPK PPK
PPK
PPK
Lampiran 24 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Evakuasi Korban di Perairan (Perahu Karet) Tenaga yg Jumlah yg Penyelenggara Pernah masih Pelatihan Dilatih bertugas 3 3 PPK 6 4 1 1 2 2 0 6 1 1 3 1 6 0 3 3 4 0 2 4 1 0 6 2 7 2 2 4 0 0 1 3 81
6 3 1 0 2 2 0 2 0 1 3 1 6 0 3 3 4 0 2 0 1 0 6 2 6 2 2 4 0 0 1 3 69
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK, Dinkes PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
Depsos PPK
Lampiran 25 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Operasional Sarana Penunjang Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
Operasional Sarana Penunjang Tenaga yg Jumlah yg Penyelenggara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Pernah Dilatih 0
msh bertugas 0
2 2 0 0 0 3 0 0 0 0 2 0 3 0 5 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 2 28
2 2 0 0 0 3 0 0 0 0 2 0 3 0 5 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 2 28
Pelatihan
PPK PPK
PPK
PPK PPK PPK PPK
PPK PPK
PPK
PPK
Lampiran 26 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RS Lapangan Menurut Provinsi RS Lapangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 0 20 0 0 0 0 7 0 0 0 0 4 0 8 0 5 29 0 0 0 0 3 0 8 0 0 0 0 4 0 0 0 0 88
Jumlah yg msh bertugas
Penyelenggara Pelatihan
0 20 0 0 0 0 7 0 0 0 0 4 0 8 0 5 29 0 0 0 0 2 0 8 0 0 0 0 4 0 0 0 0 87
PPK
PPK
PPK PPK PPK PPK
PPK PPK
PPK
Lampiran 27
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Bencana Bidang kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Manajemen Bencana Bidang Kesehatan Tenaga yg Jumlah yg Penyelenggara Pernah msh bertugas Pelatihan Dilatih 5 5 PPK 24 2 2 2 5 7 2 4 1 1 6 4 5 4 1 3 6 2 5 2 5 5 4 5 3 2 4 3 3 3 2 4 136
24 2 2 2 0 7 2 2 1 1 4 2 3 3 1 3 6 2 5 0 5 3 4 5 2 0 4 3 3 3 2 4 115
PPK, DINKES PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK, DINKES PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
Lampiran 28 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Manajemen Obat dan Logistik kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Manajemen Obat dan Logistik Kesehatan Tenaga yg Jumlah yg msh Penyelenggara Pernah Dilatih bertugas Pelatihan 0 0 4 0 0 0 6 4 1 0 1 1 1 0 2 0 2 2 1 1 0 3 2 0 8 1 0 0 1 4 2 0 0 1 48
4 0 0 0 6 4 1 0 0 1 1 0 2 0 2 2 1 1 0 0 2 0 8 1 0 0 1 0 2 0 0 1 40
PPK
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
PPK PPK PPK
PPK
Lampiran 29 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan RHA Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 0
RHA Jumlah yg msh bertugas 0
10 2 0 1 0 5 0 4 2 0 10 4 5 5 6 0 0 0 2 6 0 5 2 1 7 5 4 0 4 2 0 0 92
10 1 0 1 0 5 0 4 1 0 10 4 5 3 6 0 0 0 2 0 0 5 2 1 5 5 4 0 4 2 0 0 80
Penyelenggara Pelatihan
PPK PPK PPK PPK PPK PPK DINKES PPK PPK PPK PPK
PPK PPK PPK PPK PPK PPK, DINKES PPK PPK PPK PPK
Lampiran 30 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Rencana Kontijensi Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Rencana Kontinjensi Tenaga yg Jumlah yg msh Penyelenggara Pernah Dilatih bertugas Pelatihan 0 0 10 2 3 0 5 8 0 2 0 1 1 0 2 0 5 2 0 4 3 6 2 4 5 6 0 3 3 5 2 2 0 1 87
10 1 3 0 5 8 0 0 0 1 1 0 2 0 5 2 0 4 3 0 2 4 5 6 0 0 3 0 2 2 0 1 70
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
PPK, DINKES DINKES PROV PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
Lampiran 31 Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Pengelolaan Data dan Informasi Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Pengelolaan Data dan Informasi Tenaga yg Jumlah yg Penyelenggara Pernah msh bertugas Pelatihan Dilatih 5 3 PPK 2 2 4 2 3 5 3 2 5 4 1 1 1 3 5 3 6 2 1 1 1 4 3 1 6 1 3 3 2 1 2 2 90
2 1 3 2 3 5 3 1 5 2 1 1 1 3 5 2 5 2 1 1 1 4 3 1 4 1 1 3 2 1 2 2 77
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK DEPKES PPK DEPKES PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
Lampiran 32
Gambaran Tenaga Di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Yang Pernah Pelatihan Radio Komunikasi Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Tenaga yg Pernah Dilatih 5 8 1 3 2 2 3 0 1 2 1 2 1 2 3 1 3 2 3 2 7 1 0 5 0 6 0 0 8 0 1 0 0 75
Radio Komunikasi Jumlah yg msh Penyelenggara bertugas Pelatihan 3 PPK 8 1 2 2 2 3 0 0 2 1 2 1 2 3 1 3 1 3 2 0 0 0 5 0 1 0 0 6 0 1 0 0 55
PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK PPK
PPK PPK
Lampiran 33 Gambaran Pelatihan Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan Dinas Kesehatan Provinsi
No. Provinsi 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara
3 4
5 6
7 8 9 10 11 12
13 14 15
16 17
18
Uraian Pelatihan Belum pernah
Perahu Karet Radio Komunikasi RS. Lapangan Rencana kontijensi Sumatera Barat RHA Rencana Kontijensi Riau Manajemen bencana Perahu karet Pemetaan rawan bencana Kepulauan Riau Belum pernah Jambi Penaggulanan bencana untuk sukarelawan & tenaga kesehatan Sumatera Selatan Belum pernah Bangka Belitung Belum pernah Bengkulu PPGD Evakuasi korban di perairan Lampung Belum pernah Banten Belum pernah DKI Jakarta ACLS ATLS BTLS PPGD RHA Defensive Driving Medical First Responder Jawa Barat Pel Renkon Tim PBP Jawa Tengah Belum pernah D.I. Yogyakarta ACLS PPGD AGD Lapangan PPGD Awam Jawa Timur Belum pernah Bali ATLS ACLS Manajemen bencana bid kesehatan Rencana kontijensi BLS Nusa Tenggara Managemen Barat bencana Sistem Informasi Perahu karet Komunikasi cepat
Frekuensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1
kali kali kali kali kali kali kali kali kali
Keterangan
2006 2007 2007
1kali
1kali
1 kali 1 kali 3 5 1 3
kali kali kali kali
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 5 kali 7 kali 2 kali 12 kali
Th. Th. Th. Th.
2007 2007 2007 2005-07
No. Provinsi 19 Nusa Tenggara Timur 20 21 22
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
23 24
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
25
Gorontalo
26 27 28
Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
29 30
Sulawesi Selatan Maluku Utara
31 32 33
Maluku Papua Barat Papua
Uraian Pelatihan GIS RADKOM Rencana Kontijensi PPGD Belum pernah TRC SPGDT Belum pernah Managemen Bencana Emergency Nursing DVI Rencana Kontijensi Evakuasi korban di perairan Pelatihan RHA Belum pernah Penanggulangan kesehatan kedaruratan bagi tenaga puskesmas dan IGD RSU Kab/Kota, RHA, Analisis resiko bencana Belum pernah Manajemen Bencana dan Simulasi PB Belum pernah Belum pernah Basic Life Support Sistem Kewaspadaan Dini SBN Ambulance
1 1 2 1
Frekuensi kali kali kali kali
Keterangan
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Th 2006
1 kali 1 kali
Th 2006 Th 2006
1 kali
3 kali 1 kali 3 kali
Lampiran 34 Gambaran Gladi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Pernah Diselenggarakan/Diikuti Dinas Kesehatan Provinsi No. 1 2
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4 5
Riau Kepulauan Riau
6 7
Jambi Sumatera Selatan
8
Bangka Belitung
9 10
Bengkulu Lampung
11
Banten
12
DKI Jakarta
13 14
Jawa Barat Jawa Tengah
15
D.I. Yogyakarta
16 17
Jawa Timur Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19 20 21
Jenis Gladi Belum pernah Banjir bandang Gempa bumi Tanah longsor Kerusuhan massal Evakuasi diperairan Gempa bumi Belum pernah Evakuasi diperairan Belum pernah Gladi posko jatuhnya pesawat terbang Gladi posko dan lapangan penanggulangan bencana Gempa bumi Gladi lapangan penanggulangan bencana Tsunami Bencana kimia Gladi posko dan lapangan penanggulangan bencana Belum pernah Gladi RS Lapangan Gladi lapangan penanggulangan bencana Gladi lapangan tim AGD Belum pernah Kerusuhaan masal
Banjir Gelombang Pasang Nusa Tenggara Timur Gladi posko Kalimantan Barat Belum pernah Kalimantan Tengah Belum pernah
Frekuensi 1 1 1 1 1
Keterangan
kali kali kali kali kali
1 kali 1kali 1 klali
Tahun 2007
1 kali
Tahun 2006
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali/ tahun
3 kali 1 kali 1 kali
Th. 2007
1 kali
Di tanah lot selama 3 hari
1 kali 1 kali 1 kali
No. 22 23
Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
24 25
Sulawesi Utara Gorontalo
26 27 28
Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
29
Sulawesi Selatan
30
Maluku Utara
31
Maluku
32 33
Papua Barat Papua
Jenis Gladi TRC Gladi Penanggulangan bencana Tsunami Drill Evakuasi korban di perairan Gempa bumi Belum pernah Simulasi kebakaran Gelombang pasang Tsunami Banjir Tanah longsor Kecelakaan pesawat Evakuasi korban di perairan Gempa bumi Tsunami Belum pernah Kerusuhan massal
Frekuensi 1 kali 1 kali
Keterangan
1 kali 1 kali 1 kali 1 1 1 1 1 1
kali kali kali kali kali kali
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Tahun 2005 Tahun 2006
Lampiran 35 Gambaran Sarana Transportasi R4 yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 4 2 1 1 1 4 1 1 1 1 44
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 0 2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 16
Mobil Klinik
0 6 2 1 1 3 5 0 1 1 4 50 1 1 2 1 1 2 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 101
Bak Terbuka
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Operasional R4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Ambulans
No
0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 1 0 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 14
Lampiran 36 Gambaran Sarana Transportasi R3, R2, Perahu Karet dan Kapal Laut yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
1 4 2 0 0 0 3 0 0 0 2 12 0 3 1 3 3 1 3 0 0 3 0 4 0 1 0 1 2 0 1 0 0 50
2 10 4 2 0 1 3 0 2 0 2 8 0 10 0 8 3 1 0 3 1 6 1 4 7 7 0 0 4 0 0 0 2 90
Speed Boat
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10
Perahu Karet
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Sepeda Motor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
R3
No
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2
Lampiran 37 Gambaran Sarana Komunikasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
Handphone Satelit
Handphone
HT/RIG
SSB
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Faksimili
1
Provinsi
Telepon
No
1
1
0
0
0
0
3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 40
6 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 40
1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3 16
30 26 0 1 10 30 5 4 0 7 246 3 35 15 30 36 0 1 4 4 35 0 38 1 4 0 0 30 0 0 0 10 605
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 1 17
Lampiran 38 Gambaran Sarana Informasi yang Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
1 1 0 1 0 1 2 0 0 0 1 1 1 1 0 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 0 5 0 2 25
Handycam
4 3 0 3 0 0 2 0 1 0 4 1 1 2 3 0 2 2 1 1 0 2 0 2 0 1 0 0 2 0 5 0 1 43
Scanner
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 0 1 0 2 0 0 16
Laptop
0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 11
PC Komputer
0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 2 0 2 2 0 0 0 0 1 0 2 0 1 1 0 3 0 0 0 1 19
LCD Proyektor
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Kamera
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Televisi
No
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6
Lampiran 39 Gambaran Sarana Penunjang yang Dapat Dioperasionalkan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
3 100 68 0 0 0 50 0 50 0 50 103 100 120 25 30 150 0 0 0 0 160 0 50 0 0 0 0 50 0 0 0 50 1.159
Tandu
1 3 3 0 0 0 7 0 1 0 0 3 0 3 0 3 4 0 1 1 0 5 0 3 0 1 0 0 3 0 0 0 4 46
Motor Tempel
6 10 12 2 2 2 15 2 4 3 2 7 4 16 2 1 10 4 3 2 2 6 2 10 3 2 4 2 11 2 2 2 6 163
Velbed
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Genset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Tenda
No
1 10 4 2 0 0 3 0 1 0 0 1 0 10 0 8 3 1 0 5 1 8 1 4 7 7 1 0 2 0 0 0 2 82
0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14
Lampiran 40 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Obat, MP-ASI dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
MP-ASI
Emergency Kit
Tabung Oksigen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Obat dan Bahan Habis Pakai
No
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada
Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Lampiran 41 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
Fogging Machine
Insektisida
Kantong Sampah
Kantong Mayat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
PAC
No
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada
Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Lampiran 41 (lanjutan) Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Bahan dan Alat Sanitasi untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 Mist Blower
Water Purifier
Kaporit
WC Kimia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Repellent Lalat
No
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada
Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Lampiran 42 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Alat Pelindung Diri untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
Helm
Sarung Tangan
Sepatu Boot
Jas Hujan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Masker
No
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada
Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada
Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada
Lampiran 43 Gambaran Kepemilikan Buffer Stock Identitas Petugas Lapangan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
Rompi
Seragam Tim kesheatan
Topi Lapangan
Spanduk
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Tanda Pengenal
1
Provinsi
Jaket
No
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Tdk Ada
Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada
Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Lampiran 44 Gambaran Pembiayaan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1
Provinsi
Ketersediaan Ada
2 3 4 5 6 7
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan
Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Ada
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
Ada Ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Ada
Sumber APBD APBN, APBD APBD APBD APBD APBN, APBD, Bantuan Pengusaha APBD APBD APBD APBD APBD APBN, APBD APBD APBD APBN, APBD APBN, APBD, Bantuan GTZ APBD APBN, APBD APBD APBN, APBD, Perusahaan Nasional APBN APBN, APBD APBD APBD APBN, APBD
APBD
Lampiran 45 Gambaran Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana yang Mendapatkan Anggaran Pembiayaan Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2 3
Sumatera Utara Sumatera Barat
4 5 6 7 8
Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu
9
Banten
10
DKI Jakarta
11
Jawa Barat
12
Jawa Tengah
13
DI Yogyakarta
14
Jawa Timur
15
Bali
16 17 18
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
19 20
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
21
Sulawesi Utara
22
Gorontalo
Jenis Kegiatan Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, Pengadaan sarana penunjang, alat komunikasi dan informasi Pertemuan, pelatihan Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan Pertemuan, operasional pengelolaan program Pengadaan Alkes dan alat komunikasi Pelatihan, pengadaan sarana penunjang Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan Pengadaan alkes, alat komunikasi dan sarana penunjang Pertemuan, pengadaan alkes, obat dan bahan habis pakai serta alat sanitasi/kesehatan lingkungan Pertemuan, Pelatihan, Gladi, Penyusunan peraturan/kebijakan/protap/juklak/juknis/pedoman, pengadaan obat dan bahan habis pakai Pertemuan, operasional pengelolaan program, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, Pertemuan, pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai, pengadaan alkes, alat komunikasi dan alat sanitasi/kesehatan lingkungan Pertemuan dan Penyusunan peraturan/kebijakan/protap/juklak/juknis/pedoman Pertemuan, Pelatihan, Gladi, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan Pertemuan, operasional pengelolaan program, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai, pengadaan alkes, dan alat sanitasi/kesehatan lingkungan Gladi Pertemuan dan operasional pengelolaan program Pertemuan, Pelatihan, Operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan Pertemuan, pengadaan obat dan bahan habis pakai Pertemuan, Gladi dan operasional pengelolaan program Operasional pengelolaan program dan operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan Pertemuan, Pelatihan dan Gladi
No 23 24 25 26
Provinsi Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Papua
Jenis Kegiatan Operasional pengelolaan program Operasional pengelolaan program Operasional pengelolaan program Pertemuan, Pelatihan, operasional pengelolaan program, operasional/mobilisasi Tim Penanggulangan, pengadaan obat dan bahan habis pakai serta pengadaan alkes
Lampiran 46 Gambaran Tindakan yang Pertama Kali Dilakukan oleh Pengelola Program Bila Ada Informasi Kejadian Bencana Menurut Provinsi No 1
Provinsi
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten
12 13 14 15 16
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
17 18 19 20 21
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
22 23 24 25 26
Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah
27 28 29 30 31 32 33
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Tindakan yang Dilakukan Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan Tim ke lapangan Melakukan pertemuan lintas program Melakukan pertemuan lintas program Menunggu instruksi Kadinkes Menunggu instruksi Kadinkes Menunggu instruksi Kadinkes Menunggu instruksi Kadinkes Melakukan pertemuan lintas program Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan sarana Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Melakukan pertemuan lintas program dan lintas sektor Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan sarana Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan Tim ke lapangan dan mengirimkan bantuan sarana Menunggu instruksi Kadinkes Langsung menugaskan Tim ke lapangan Langsung menugaskan Tim ke lapangan Melakukan pertemuan lintas program Langsung menugaskan Tim ke lapangan Menunggu instruksi Kadinkes Melakukan pertemuan lintas program
Lampiran 47 Gambaran Kepemilikan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1
Provinsi
Kepemilikan TRC Tidak Punya Punya
V
4
Riau
V
5
Kepulauan Riau Jambi
3
6
Lintas Program
Lintas Sektor
Surveilans, Yankes, PL& Matra, Farmasi Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi Surveilans, Gizi, Farmasi, Promkes
TNI, POLRI, BSB RS HAM, PMI SATKORLAK,Penang gulangan BencanaProv RSUD Prov., Biddokes Polda
Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
RSUD
V
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat
2
Asal Anggota TRC
V
V V
7
Sumatera Selatan
V
RSMH, RSUD, RS Mata, RS Paru, Dinkes Kab/Kota, BTKL, BBLabkes, PMI, RS POLRI, RS TNI
8
V
PL, Yankes, Gizi, KIA
9
Bangka Belitung Bengkulu
V
Bidang P2PL, YANKES, KESMAS, SDK
10 11
Lampung Banten
V
12
DKI Jakarta
V
13
Jawa Barat
V
14
Jawa Tengah
V
15
DI Yogyakarta
16
Jawa Timur
V
P3PMK, Surveilans
17
Bali
V
Dibentuk Khusus kendali di Dinkes
18
Nusa Tenggara Barat
V
Seluruh Bidang terkait KKP, TNI/POLRI, di Lingkungan Dinkes PMI Provinsi
RSUD
V Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi, Sudinkes dan Puskesmas Sekretariat, P2PL, Yankes, SDK Seluruh Bidang terkait di Lingkungan Dinkes Provinsi
RSUD
RS Muwardi, RS Karyadi, Polda, KodamI Diponegoro
V
No 19
Provinsi Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
Kepemilikan TRC Tidak Punya Punya
Asal Anggota TRC Lintas Program
V V
Yankes P2PL Bid Kesga dan Gizi
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
V
Sie pemberantasan penyakit P2PL, YANKES & Farmasi/LITBANGKES
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
V
Tim 118
V
KESLING, P2, UPK, YANKES
25
Gorontalo
V
YANKES, P2M, gizi
26
Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan
20
21 22 23 24
27 28 29
Lintas Sektor
V
RSUD RS TNI/Polri KKP Dinkes Kota Pontianak RAPI RSUD dibawah Dinkes Prov BIDDOKKES POLDA, Denkesyah TNI, RSU RSUD AW Sjahranie PMI, RS, BIDDOKKES POLDA, DINKESRA, BTKL
Farmasi,
V V V V
Seksi pengamatan, KESLING, YANFAR
V
YANKES, P2M, PROMKES, KIA/KB, Bag. Umum & Perlengkapan
30
Maluku Utara
31 32 33
Maluku Papua Barat Papua
V
Jumlah (%)
23 (69,7%)
RSUD Dr. Wahidu, RS Labuang Baji, RS Haji, RS Pelamonia, RS Jala Amari AL PMI, RSUD
V V P2PL, YANKES, PROMKES 10 (30,3%)
RSUD
Lampiran 48
15 16 17 18 19 20 21 22 23
7
2 7
1
1
14 4 1 1 1 2 4
10 18 14 2 1 2 2 2 2 4 6 2
3
3
6 2
5
11
3
3 1
12
6
5
2
4 3 1 5 2 2
3 3 3 2 1
1 2 9 3 8 3
73 18 20 2 1 6 2 4 10 4 6 4 50 3 3 1 13 3 5
2 5
1 1
20
17 8
2
20 14 3
1 3 2 2 1
2 1
15
6
3
3
4 1
2
4 6 6 4 1 20 10 21 10 6 4
5 7
1
12 3
12
11 1 1 1
2 6 2 10 5 2
10 10 5
Petugas komunikasi
4
Sopir ambulans
9
3
5 3 2
Sanitarian
5
Tenaga DVI
30 10 10 15 2 2 2 3 2
Ahli gizi
4 2 3
Sarjana Kesehatan Masyarakat
4 2 4
Bidan
10 3 4 10 40
Perawat mahir
Perawat
Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua
Dokter spesialis anestesi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Dokter spesialis bedah
Provinsi
Dokter umum
No
Apoteker/Asisten Apoteker
Jenis dan Jumlah Tenaga Anggota TRC Menurut Provinsi Tahun 2008
2 3
6
3
5 10 11 9 1 4
5
3 1 5 2
1
34 5
6 2 5 4 1
6
2
2 1 2
Lampiran 49 Gambaran Kewenangan Menggerakkan TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
18 19 20 21 22 23
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua
Kadinkes V V
Lainnya Pengelola Program Pengelola Program
V V V Pengelola Program V V V V V V V V V V V V V V V
Ka. UK PKK Dinkes, Direktur RS Ulin Banjarmasin
Lampiran 50 Gambaran Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No
Provinsi
Setiap Kejadian Bencana
Kadangkadang
Alasannya
V
Tergantung besar kecilnya bencana
V
Tergantung besar kecilnya bencana
V
Tergantung besar kecilnya bencana
1
Sumatera Utara
2 3
Sumatera Barat Riau
V
4 5
Jambi Sumatera Selatan
V
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bangka Belitung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat
V
16 17
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
V
18
Kalimantan Timur
V
19
Sulawesi Utara
V
20 21 22
Gorontalo Sulawesi Selatan Maluku Utara
23
Papua Jumlah
Tidak Pernah
V V V V V V V V V V
Tergantung permintaan Dinkes kab/kota Tim baru dibentuk Tenaga yang terbatas Tergantung besar kecilnya bencana Tergantung besar kecilnya bencana
V V V
Tenaga yang terbatas Tergantung besar kecilnya bencana
V 12 (52,2%)
10 (43,5%)
1 (4,3%)
Lampiran 51 Gambaran Waktu untuk Mobilisasi TRC dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua Jumlah
<24 Jam
1 – 2 Hari
>2 Hari
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 16 (72,7%)
V 5 (22,7%)
1 (4,6%)
Lampiran 52 Gambaran Kepemilikan Tim Bantuan Kesehatan selain TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
Memiliki
1 2
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
V
3
Sumatera Barat
V
4
Riau
V
5 6 7
Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan
8 9 10
Bangka Belitung Bengkulu Lampung
V
11 12
Banten DKI Jakarta
V
13 14
Jawa Barat Jawa Tengah
V
15 16 17 18
DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat
V
19 20
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
V
Tdk Memiliki
Asal Anggota
V LP : Yankes, P2PL LS : RSUP, FK-USU, Biddokes Polda, Kesdam LP : LS : RSU, FK-Unand, Denkesyah, RS TNI, Biddokes Polda, Poltekes LP : LS : RSUD, Denkesyah, Biddokes Polda V V V
LP : Bidang terkait di lingkup Dinkes Prov LS : V V LP : Yankes, P3PL, Farmakmin, Sumber Daya Kesehatan, Labkesda LS : V LP : AGD LS : Biddokkes Polda, RSU V LP : P2, PKPL, Promkes, UK, Subag Umum LS : RSU V V V LP : Bidang terkait di lingkup Dinkes Prov LS : Denkesyah, Biddokes Polda, KKP, PMI V LP : LS : RSUD, RS TNI, Biddokes Polda, KKP,
No
Provinsi
Memiliki
Tdk Memiliki
Asal Anggota Labkesda, Poltekes
21 22
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
V
V
23 24
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
V
25 26
Gorontalo Sulawesi Tengah
V
27 28
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
V
29
Sulawesi Selatan
V
30
Maluku Utara
V
31 32 33
Maluku Papua Barat Papua
V
Jumlah (%)
16 (48,5%)
LP : Yankes, P2PL, Unit Kewaspadaan dan Penanganan Krisis Kesehatan LS : Biddokes Polda V LP : Yankes, Balai Penunjang Yankes LS : PMI, RSU V LP : LS : RSUD, Denkesyah, Biddokes Polda V LP : Upaya Kesehatan dan Gizi, Pemberantasan Penyakit, Promosi dan lingkungan sehat LS : RSUD LP : LS : RSU LP : LS : RSU V V LP : LS : Poltekes, SBH 17 (51,5%)
Lampiran 53 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim Bantuan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2008 No
Provinsi
Kadinkes
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Lampung DKI Jakarta Jawa Tengah Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan
V V
11 12 13 14 15 16
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Papua
V V V V V V
V V V V V V V
Lainnya Kasubdin P2PL Sek. Dinkes
Kepala Unit UKPKK
Direktur RSUD Koordinator HCC
Lampiran 54 Gambaran Mekanisme Mobilisasi Bantuan Kesehatan dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Sesuai Permintaan Daerah
Hasil Analisis Tim RHA
Sesuai Permintaan dan Hasil Analisis Tim RHA
Mekanisme Belum Diatur
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
7 (21,2%)
1 (3%)
V V V V V V V V 22 (66,7%)
3 (9,1%)
Lampiran 55 Gambaran Pencatatan Pengelolaan Bantuan pada Saat Kejadian Bencana menurut provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Dilakukan
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V V
Tidak Dilakukan
Alasannya
V
Belum diatur
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 30 (90,1%)
3 (9,1%)
Belum diatur
Lampiran 56 Gambaran Kepemilikan Tim RHA yang terpisah dari TRC Menurut Provinsi Tahun 2008 No. 1.
Provinsi
Ada
Tidak Ada
2.
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara
Tidak punya Tim RHA V
3.
Sumatera Barat
V
4.
Riau
V
5.
Kepulauan Riau
6.
Jambi
Tidak punya Tim RHA V
7.
Sumatera Selatan
V
8.
Bangka Belitung
V
9.
Bengkulu
V
10.
Lampung
11.
Banten
12.
DKI Jakarta
V
13.
Jawa Barat
V
14.
Jawa Tengah
V
V
Anggota
Jenis Tenaga Kesehatan
LP: Seksi PL & Matra, Surveilans, Pelayanan kesehatan LS: tim BSB TNI/Polri, KKP LP: Bidang terkait di Dinkes Prov, LS: RS Jamil, FK Unand, Denkesyah & RST Reksodiwiryo, bidokkes, poltekes LP: P2M, Farmamin, Kesling, Gizi, Promkes LS: RSUD
Dokter umum, perawat, epidemiolog, sanitarian
LP: Bidang terkait di Dinkes Prov LS : RS, BB Labkes, BTKL
Epidemiolog, sanitarian, dokter, perawat, entomologi
LP: seksi PKDR, seksi surveilans, dan seksi PL
Dokter, epidemiolog, sanitarian
LP: dinkes/layanan kesehatan, kesmas, SDK LP: Sekretariat, bidang bina yankes, PLPP, Bidang SDK LP: P2, PKPL, UK LS: RS
Dokter, perawat, kesling, surveilans
Dokter, SKM
Dokter umum, epidmeiolog, sanitarian
V
Dokter, perawat, surveilans
Dokter, apoteker, epidemiolog, SKM, Gizi, Kesling
No.
Provinsi
Ada
Tidak Ada
15.
DI Yogyakarta
16.
Jawa Timur
V
17.
Bali
V
18.
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V
20.
Kalimantan Barat
V
LP: bid. yankes, P2PL, koordinator, operasional
21.
Kalimantan Tengah
V
LP: Seksi Pemberantasan penyakit & RS
22.
Kalimantan Selatan
V
23.
Kalimantan Timur
V
LP: bid. P2PL & UKPKK (unit kewspadaan &penanganan krisis kes) LS: labkes, BTKL LP: surveilans epidemiolog, kesling, yanmed
24.
Sulawesi Utara
25.
Gorontalo
V
26.
Sulawesi Tengah
V
27.
Sulawesi Barat
28.
Sulawesi Tenggara
Tidak punya Tim RHA V
29.
Sulawesi Selatan
V
19.
V
Anggota
V
Jenis Tenaga Kesehatan
LP: P2M, Kesling, bid. yankes
Epidemiolog, kesling, ldokter, perawat, bidan, SKM, gizi
LP: gizi, promkes, sarpras, farmasi LP: Yanmed, bid PPMK, bag/seksi promkes
Kesling, perawat, SKM, dokter Dokter, perawat, bidan, sanitarian, epidemiolog, entomolog Dokter umum, perawat, tenaga kesling/sanitarian, surveilans, epidemiolog Dokter umum, perawat, epidemiolog, surveilans, sanitarian Dokter, perawat mahir, surveilans
Epidemiolog/surveil ans, kesling, dokter umum
V LP: subdin yankes, subdin P2PL, subdin binkesmas LP: sie wabah & bencana
Dokter umum, perawat, apoteker, sanitarian SKM, Perawat, Kesling
LP: seksi kesehatan matra, seksi penyehatan lingkungan, seksi surveilans, seksi rujukan, seksi KIA, seksi gizi LP: sanitasi, epidemiolog, dokter LS: PSC
Dokter, perawat, bidan, ahli gizi, tenaga surveilans, sanitarian, apoteker
Sanitarian, epidemiolog, dokter
No.
Provinsi
Ada
Tidak Ada
30.
Maluku Utara
31.
Maluku
V
32.
Papua Barat
33.
Papua
Tidak punya Tim RHA V
Anggota
Jenis Tenaga Kesehatan
LP: bid P2B, bid layanan kesehatan, bid. farmasi, bid. promkes
Dokter umum, perawat, epidemiolog, sanitarian, promkes
LP: subdin PPL, subdin yankes, HCC
Surveilans, sanitarian, SKM
V
Lampiran 57 Gambaran Kewenangan Menggerakkan Tim RHA Menurut Provinsi Tahun 2008 No. Provinsi 1 Sumatera Utara
Kepala Dinas V
2
Sumatera Barat
3
Riau
4
Sumatera Selatan
V
5
Lampung
V
6
DKI Jakarta
V
7
Jawa Barat
V
8
Jawa Tengah
V
9
DI Yogyakarta
V
10
V
12
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
13
Kalimantan Tengah
V
14
Kalimantan Selatan
V
15
Kalimantan Timur
V
16
Gorontalo
V
17
Sulawesi Tengah
V
18
Sulawesi Tenggara
V
19
Sulawesi Selatan
V
20
Maluku
V
21
Papua
V
11
Lainnya
V Kasubdin P2PL
Kabid Yankes
V V
Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan
Koordinator HCC
Lampiran 58 Gambaran Pelaksanaan RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1
Provinsi
Selalu Dilakukan
Kadangkadang
Tidak Pernah
Alasannya
V
2 3 4
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau
5 6 7
Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan
8 9 10
Bangka Belitung Bengkulu Lampung
V V V
11
Banten
V
12 13 14 15 16 17 18 19
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V
20 21
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
V V
22
Kalimantan Selatan
V V V
Tergantung besar kecilnya bencana
V V V
Tergantung besar kecilnya bencana
Menunggu informasi dari masing-masing kab/kota dan informasi dari media tentang perkembangan kejadian bencana tersebut Tergantung info kab/kota
V V V V V V V
Karena belum berjalannya SIPK-AB secara optimal
V
Karena belum berjalannya SIPK-AB secara optimal
No
Provinsi
23 24 25 26 27 28 29 30
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara
31
Selalu Dilakukan
Kadangkadang
Tidak Pernah
Alasannya
V V V V V V V
Karena belum berjalannya SIPK-AB secara optimal
Maluku
V
32
Papua Barat
V
Tergantung besar kecilnya bencana Tergantung besar kecilnya bencana
33
Papua Jumlah
V 19 (57,6%)
13 (39,4%)
1 (3%)
Lampiran 59 Gambaran Petugas RHA dalam Keadaan Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1
Provinsi
Tim RHA
Bukan Tim RHA
Alasannya
V
2 3
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V V V V V V
19 20 21
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
V
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V
V V
Karena yang langsung turun adalah seksi penanggulangan bencana
V V V V V V V V V
V V
V V V V V V V V 23 (71,9%)
9 (28,1%)
Belum dibentuk Tim RHA
Karena keterbatasan sdm dan koordinasi yang belum optimal
Lampiran 60 Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Tanggap Darurat pada Setiap Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1
Provinsi
Selalu dilakukan
2 3 4
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau
5
Kepulauan Riau
6 7
Jambi Sumatera Selatan
8 9
Bangka Belitung Bengkulu
10
Lampung
11 12 13
Banten DKI Jakarta Jawa Barat
V V
14 15 16 17 18 19
Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V V V V V
20 21
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
V
22
Kalimantan Selatan
Kadangkadang Dilakukan
Tidak Pernah
Alasannya
V
Tidak ada dana
V
Hanya evaluasi program tiap 1 th sekali Belum pernah terjadi bencana
V V
V V V
Tergantung besar kecilnya bencana V
V
V
V
V
Tidak ada dana
Tergantung besar kecilnya bencana V
V
Tergantung besar kecilnya bencana Belum pernah terjadi bencana yg besar
Belum perlu dan belum serius bencananya Tergantung
No
Provinsi
Selalu dilakukan
Kadangkadang Dilakukan
Tidak Pernah
Alasannya besar kecilnya bencana
23 24 25 26
Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah
V V V
27 28 29 30
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara
V V V
31 32 33
Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V 20 (60,6%)
V
Tergantung besar kecilnya bencana
V
Tergantung besar kecilnya bencana
6 (18,2%)
7 (21,2%)
Lampiran 61 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Kepemilikan Peta Rawan Bencana Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Memiliki Data
Tidak Memiliki Data V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 30 (90,9%)
3 (9,1%)
Lampiran 62 Gambaran Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pencatatan Kejadian Bencana di Wilayah Kerja Tahun 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Lengkap
Kurang Lengkap
Tidak ada
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 24 (72,7%)
7 (21,2%)
2 (6,1%)
Lampiran 63 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Sudah dan selalu Diperbarui
Sudah tapi belum pernah diperbarui
Belum Pernah V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 22 (66,7%)
8 (24,2%)
3 (9,1%)
Lampiran 64 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Jumlah (%)
Ada Format Khusus
Tidak Ada Format khusus
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 17 (56,7%)
13 (43,3%)
Lampiran 65 Gambaran Pelaksanaan Monitoring Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1
Provinsi
Perkembangan
Selalu Dilakukan V
2 3
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat
4 5
Riau Kepulauan Riau
6
Jambi
7
Sumatera Selatan
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24 25 26
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah
V V
27 28
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
V V
Kadangkadang
Setiap
Kejadian
Tidak Pernah
Alasannya
V V
Tergantung ketersediaan dana
V V
V V
Tidak ada bencana yang besar Sistem belum terbentuk Tergantung besar kecilnya bencana
V V V V V V V V V V V V V V V V
V
Tenaga terbatas Sistem belum terbentuk
Terkendala sarana komunikasi
No 29 30 31 32 33
Provinsi Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Selalu Dilakukan V V V V V 26 (78,7%)
Kadangkadang
Tidak Pernah
5 (15,2%)
2 (6,1%)
Alasannya
Lampiran 66 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 No
Provinsi
Selalu Dilakukan V
2 3 4 5 6 7 8 9
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten
10 11
DKI Jakarta Jawa Barat
V
12
Jawa Tengah
13 14 15
DI Yogyakarta Jawa Timur Bali
V V
16 17
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V
18
Kalimantan Barat
19 20
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
21
Kalimantan Timur
22
Sulawesi Utara
1
Kadangkadang
Tidak Pernah
Alasannya
V V V V V V
Dana kurang
V V
V
V
PPK langsung dari posko Tergantung besar kecilnya bencana Tergantung besar kecilnya bencana
V
Tergantung besar kecilnya bencana
V
Tergantung besar kecilnya bencana Tergantung besar kecilnya bencana
V
V V
V V
Tergantung besar kecilnya bencana SDM terbatas
No
Provinsi
Selalu Dilakukan
23 24
Gorontalo Sulawesi Tengah
V
25 26 27
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan
V V
28
Maluku Utara
29 30 31
Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Kadangkadang
Tidak Pernah
V
Sulit komunikasi & tdk ada lap dari kab/kota
V
Tergantung besar kecilnya bencana Tergantung besar kecilnya bencana
V
V V V 18 (58,1%)
Alasannya
12 (38,7%)
1 (3,2%)
Lampiran 67 Gambaran Mekanisme Pelaksanaan Penyampaian Informasi Monitoring Perkembangan Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Langsung begitu informasi bencana diketahui V
Menunggu permintaan pusat
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 27(90%)
3 (10%)
Lampiran 68 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana Tahun 2008 No
Provinsi
Pernah
Belum Pernah V
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2 3
Sumatera Utara Sumatera Barat
4
Riau
V
5 6 7 8 9
Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu
V V V V V
10 11 12 13 14 15
Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta
V V
16 17
Jawa Timur Bali
V
18 19
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
V
20 21
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
V V
22
Kalimantan Selatan
V
23 24
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
V
25
Gorontalo
V
Alasannya Belum ada tenaga yg dilatih
V V
Tidak ada dana Karena tidak ada bencana yg berarti
Tidak ada dana
V V V V
Tidak ada dana
V
Belum ada di program kerja
V
Kekurangan tenaga teknis yg mampu melakukan analisis
V
SDM belum terlatih Belum pernah terjadi bencana yang besar Tidak ada biaya
No
Provinsi
26
Sulawesi Tengah
27 28 29 30 31 32
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat
33
Papua Jumlah (%)
Pernah
Belum Pernah V
Alasannya Belum ikut pelatihan renkon
V V V V V V V 14 (42,4%)
19 (57,6 %)
Belum tahu pelaksanaan nya
Lampiran 69 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Alur Mekanisme Informasi Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Sudah
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
V V V V
Belum
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 26 (78,8%)
57 (21,2%)
Lampiran 70 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Hasil Pendataan Kesiapsiagaan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana ke Pusat Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Jumlah
Selalu
KadangKadang
Belum Pernah
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 10 (33,3 %)
12 (40 %)
8 (26,7 %)
Lampiran 71 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyampaian Informasi Setiap Kejadian Bencana ke Pusat Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Selalu
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V V
Kadangkadang
Tidak Pernah
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 22 (66,7%)
V 10 (30,3%)
1 (3%)
Lampiran 72 Gambaran Mekanisme Menginformasikan Kejadian Bencana ke Pusat Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Langsung begitu informasi bencana diketahui V Nanggroe Aceh Darussalam V Sumatera Utara V Sumatera Barat V Riau Kepulauan Riau V Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung V Bengkulu V Lampung V Banten V DKI Jakarta V Jawa Barat V Jawa Tengah V DI Yogyakarta V Jawa Timur V Bali V Nusa Tenggara Barat V Nusa Tenggara Timur V Kalimantan Barat Kalimantan Tengah V Kalimantan Selatan V Kalimantan Timur V Sulawesi Utara V Gorontalo V Sulawesi Tengah V Sulawesi Barat V Sulawesi Tenggara V Sulawesi Selatan V Maluku Utara V Maluku V Papua Barat V Papua Jumlah 29 (87,9%) Provinsi
Menunggu permintaan Pusat
V V V
V
4 (12,1%)
Lampiran 73 Gambaran Provinsi Berdasarkan Penggunaan Format Pelaporan Kejadian Bencana Sesuai Kepmenkes No. 064/Menkes/SK/II/2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Sudah
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
V V V
Belum
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 23 (69,7%)
10 (30,3%)
Lampiran 74 Gambaran Media yang Biasa Digunakan untuk Penyampaian Informasi dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008
33
33
33
V V V V
V
V
V V V V V V
V
V V
V
V
V
V V V
V V V
V
V V
V V
V
V
V
V
V
V V V
V V V
V
18
Radkom
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
SMS Gateway
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Web-Site
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
E-Mail
Jumlah
HP
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua
Faksimili
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Telepon
No
V
V
5
14
6
Lampiran 75 Gambaran Pengelolaan Pos Informasi 24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Maluku Papua Jumlah
Lintas Program dan Lintas Sektor
Lintas Program
Unit Pengelola Program V V
V V V V V V V V V V V V V V V V
5 (25%)
3 (15%)
V V 12 (60%)
Lampiran 76 Gambaran Provinsi Berdasarkan Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi Tahun 2008 No 1
Provinsi
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung
11 12 13 14 15 16
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
Pernah
Belum Pernah
Bentuk Informasi
V V
V V V V V V V V
Web site, bulletin, poster, leaflet, blogger, booklet V
V
Web site V
V V V
Web site, booklet Booklet Web site, poster, leaflet, booklet V
V V V V
E-mail buletin Booklet Booklet V V
V
Pertemuan V
V
Poster, leaflet V V V
V V
Radio spot Pertemuan V
V 14 (42,4%)
Poster, leaflet, booklet 19 (57,6%)
Lampiran 77 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Ada
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V V
Tidak Ada
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 23 (69,7%)
10 (30,3%)
Lampiran 78 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Dinkes Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Ada
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah
V V V V
Tidak Ada
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 30 (90,9%)
3 (9,1%)
Lampiran 79 Gambaran Kepemilikan Kontak Person Lintas Sektor Kabupaten/Kota Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Menurut Provinsi Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Jumlah (%)
Ada
Tidak Ada V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 10 (30,3%)
23 (69,7%)