Kata Pengantar Do something and up your life to be something!
Disclaimer Ebook sederhana ini tidak lain hanyalah intisari dari semua pemikiran, pengalaman, dan keseharian saya, yang mana saya berharap bisa banyak bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Untuk itu bebaskan diri Anda untuk membagikan ebook ini pada siapapun juga yang merasa membutuhkannya, dengan catatan tidak mengubah, memodifikasi dalam bentuk apapun tanpa sepengetahuan saya. Jika Anda merasa saya mencantumkan sesuatu yang tidak sewajarnya dicantumkan dalam ebook ini, silahkan hubungi saya di http://muflichkamil.com karena sepenuhnya saya manusia. Lagipula, Anda tidak perlu menjadi lebih baik dari saya untuk sekedar memberikan feedback dan berkata benar, bukan?
Surabaya, 22 Desember 2016 Muflich Kamil
Jika Anda mengenal saya, saya merupakan salah satu yang tidak mempercayai bahwa seseorang dapat melakukan sesuatu karena terlahir bisa, entah dalam bentuk zodiak, feng-shui, dan sebagainya. Sekalipun apabila terdapat beberapa penelitian yang mengatakan benar, mungkin hanya berpengaruh sekitar 0.00001% saja terhadap kenyataan “menjadi siapa” sosok bayi ini. Adapun hal yang pasti, bahwa Tuhan tidak serta merta menciptakan satu sperma menjadi pandai, dan yang lainnya bodoh. Ya, Tuhan itu adil. Dan satu hukum yang pasti; bahwa yang berusaha, PASTI berhasil. Diluar itu, barulah terdapat faktor-faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, kesadaran pendidikan, perhatian, dan lain sebagainya. Tapi yang membawa seseorang akan menjadi apa dia, adalah dirinya sendiri. Itulah pentingnya passion. Tanpa passion, tentu Anda akan merasa bahwa “everything’s allright, hidup ini hanya sekali, kenapa bersusah payah?” Saya tidak ingin mengatakan bahwa menemukan the real passion itu mudah, namun justru sebaliknya. Passion terkadang samar-samar, menciptakan kondisi dilemma tentang “Apa benar ini passion saya?”, atau “Mungkin ini passion saya. Saya harus memaksa untuk bisa”, hingga “Ini pasti passion saya. Tapi kalau ternyata bukan, gimana dong?” Well, Come on guys. Sekali lagi passion itu bukan bakat. Passion adalah kesenangan dimana Anda merasa nyaman mengerjakan suatu hal, hingga saat Anda memilih untuk mendalaminya, Anda merasa waktu begitu cepat berlalu. Cukup sudah dengan teori bahwa passion itu inilah, itulah, karena Passion itu murni pilihan. Tidak ada passion yang salah, tidak salah bila passion berubah. Ingat satu hal saja yang pasti, bahwa passion itu bukan bakat. Anda memilih menekuni dan Anda merasa nyaman dengan itu, itulah passion. Anda yang masih muda. Mahasiswa, mungkin? Pernah Anda memikirkan sebentar lagi akan lulus kuliah dan menjadi apa? Atau Anda yang saat ini bekerja. Pernah Anda memikirkan setelah sekian lama bekerja, Anda semakin beranjak tua, dan sebentar lagi akan pensiun. Mau apa Anda setelah itu? Oke saya perjelas. Ini bukan tentang untuk siapa Anda bekerja, dan apa status Anda sekarang. Ini semua tentang
PASSION! Tanpa memiliki passion, berarti Anda memilih untuk merelakan diri Anda untuk dikontrol oleh keadaan. Anda memilih jurusan juga ngasal, selama di perkuliahan juga ngasal ikut kelas, yang penting ikuti arus kan ya pasti dapet kerja. Setelah dapat penghasilan, nikah deh. Punya anak. Well, berpikiran seperti itu sepenuhnya tidak salah. Toh saya juga tidak memiliki hak untuk melarang Anda. Tapi pikirkan tentang ratusan juta sperma calon bayi lain yang saat Anda bersikeras untuk jadi yang pertama lahir, ternyata Anda hanya menjadi daun kering yang jatuh di derasnya sungai, yang bahkan untuk sekedar memilih passion saja tak mampu.
Seni 1 : Find Correct Passion Setelah passion, ada satu hal yang tak kalah pentingnya. Yaitu Goal. Sekali lagi tidak ada yang salah apabila seiring bertambahnya usia PASSION juga berubah. Passion sifatnya dinamis, selama seseorang senang dan nyaman mengerjakan suatu hal hingga lupa waktu, itulah Passion. Passion adalah dasar dari semuanya. Umumnya saat seseorang telah memiliki passion, maka ia akan memimpikan sesuatu untuk dicapai. Jadi apabila saat ini Anda telah menemukan passion namun belum memiliki apapun untuk dicapai, maka saatnya sekarang SET A GOAL! Pertama, saya ingin ucapkan selamat pada Anda. At least pada titik ini Anda sudah mengerti pentingnya Passion bagi kehidupan selama ini. Tapi saya mohon dengan sangat tetap ADAKAN passion ini. Apapun bentuknya! Karena memang terkadang ada suatu momen dimana suasana hati berubah tiba-tiba. Yang dulunya sangat suka hingga menguasainya, sekarang berubah menjadi seonggok batang yang tanpa semangat. Di titik jenuh ini, Anda bisa GANTI PASSION. Hal buruknya, semakin lama Anda mengasah PASSION baru Anda, normalnya PASSION yang lama akan berangsur menghilang. Tumpul. Berkarat. Tidak ada sinar lagi padanya. Lalu, bagaimana agar passion lama tidak hilang? This is the best I can give; SPREAD the word. Ajarkan pada siapapun, buat mereka tertarik dan berguru pada Anda. Dengan begitu secara tidak sadar Anda baru saja memasukkan ingatan Anda yang saat ini berada pada temporary state, menuju permanent state. Ya, otak dan alam bawah sadar Anda memiliki cara kerja layaknya computer. Saat Anda mempelajarinya,
hanya sekitar 3% dari ingatan akan dibawa ke permanent state. Sisa 97% nya akan tetap berada di memori sementara. Dengan mengajarkannya, Anda bisa membawa 90% nya untuk dituliskan kembali di alam bawah sadar Anda. Dan saat suatu saat membutuhkannya, Anda bisa segera memanggilnya. Diluar kepala, mereka menyebutnya. Jika tidak memiliki orang lain untuk diajarkan, membagikan melalui media (blog misalkan) seperti yang saya lakukan di http://muflichkamil.com will do the trick. Website/Blog adalah sebuah entitas kecil dalam dunia online, siapapun dapat membacanya. Paparkan saja apa yang Anda ketahui dan percayalah bahwa mereka akan respect dengan Anda. Coba pikirkan saat-saat paling indah di masa kecil Anda. Tak terasa belasan, puluhan tahun terlewat dan sekarang dengan ajaibnya Anda bisa begitu mudah memanggilnya. Ya, ingatan baik dan buruk selalu mudah diingat, karena Anda memaksa otak untuk menuliskannya di bawah alam bawah sadar saat sedang berpikir untuk memahami dan menikmati baik kenangan indah atau menyakitkan itu. Dan dalam hal ini, adalah tugas Anda membuat siapa saja yang berguru pada Anda paham, dan disinilah letak seninya.
Seni 2: Let The World Knows Lalu, Apakah kepiawaian dalam organisasi, leadership, dan sejenisnya juga termasuk Passion? Saya terkadang heran melihat orang-orang menyebutkan bahwa yang pandai dalam ilmu pengetahuan biasanya lack of social skills, yang suka berorganisasi justru yang selangkrakan dan sering gabut, dan sebagainya. Come on guys. Siapapun Anda diluar sana, yang memiliki skill dan pemikiran revolusioner, BANGUNLAH! Pemikiran orang Indonesia banyak yang telah dibiarkan begitu saja dicuci oleh media. Yang mengherankan, yang maju dan berani untuk mengontrol jalannya suatu acara, organisasi, adalah yang biasanya slangkrakan dan suka kumpul. Aneh, bukan? Saya mungkin sering menyebutkan di beberapa tulisan saya yang lain soal pentingnya sebuah perkumpulan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki visi jelas. Dan “Suka Ngumpul”, saya rasa bukan salah satunya. Orang-orang yang benar-benar bijak dan pandai yang memilih tidak mengikuti acara terkait karena memiliki prioritas lebih pada hal lain, sibuk membangun
masa depan, namun disisi lain justru membiarkan orang-orang ini untuk maju menjadi seorang pemimpin. Ya, PEMIMPIN! Trust me. Tidak banyak dari mereka yang benar-benar memiliki kemampuan menjadi pemimpin. Sebagian besar hanya ingin dikenal sebagai seorang pemimpin, CEO, dan sejenisnya. Menurutnya, itu keren. Entah benar mereka melakukan yang terbaik atau tidak, yang pasti hanya satu; Mereka melakukan apa yang MENURUTNYA baik. Dan ini, buruk sekali. Lalu apakah benar namanya passion, menjadi panitia di semua acara? Well, unfortunately no. Leadership, social skills, tidak bisa disebut passion. Sebaliknya, itu semua murni pengalaman. Anda mungkin merasa nyaman bersama dengan orang-orang lain di sekitar Anda, hangout setiap hari, namun pernah Anda sesekali bertanya, “Apa yang dilakukan teman-teman saya yang lain? Yang tidak ikut ini? Se-sibuk apakah mereka? “ Atau pertanyaan yang mungkin Anda anggap bodoh seperti, “Kenapa saya suka hangout? Andai organisasi ini tidak ada. Apa yang akan saya lakukan setiap hari di waktu yang sama?” Ya. Organisasi, hangout, sebetulnya bagi pandangan saya hanyalah sebuah PELARIAN dari GABUT! Saya sepenuhnya tidak menyalahkan hal ini, karena pada dasarnya manusia memang dilahirkan sebagai makhluk sosial. Toh saya juga melakukannya. Tapi melakukannya secara berlebihan, siapapun tahu kalau yang bersangkutan tidak memiliki target untuk dikejar dan hanya ingin show off. Saya ingin tetap membuat Ebook ini tetap sederhana. Anda bisa menemukan pembahasan yang lebih lanjut mengenai hal ini di http://muflichkamil.com .
Berbicara soal bertindak produktif, masih sangat erat kaitannya dengan alasan dibelakang itu. Bahkan kebanyakan startup jatuh saat sedang berkembang, bagi saya cukup karena 2 hal yang sangat krusial; Pemimpinnya kehilangan visi, serta pasar yang sedang kehilangan trust dan demand pada perusahaan terkait. Dan keduanya, saling berhubungan erat. “Too many enterpreneurs start companies that are like vitamins (nice to haves), not painkillers (must haves). Must have businesses are the ones that create real success.” – Dan Martell
Coba amati biografi orangorang sukses. Banyak dari mereka yang kepepet sebelumnya. Seperti pegas saat ditekan, gaya tolak memiliki energi yang lebih besar. Maka jangan heran apabila orang-orang sukses biasanya berawal dari lingkungan yang serba terbatas. Bahkan untuk sekedar makan. Karena merasa terbatas itulah mendorong otak untuk berpikir keras secara kreatif. Mereka sadar bahwa keadaan harus dirubah, dan dengan merasa nyaman di zona itu, mereka sadar tidak akan merubah apapun. Namun sekali lagi itu pilihan. Orang-orang ini hanya berjumlah 7-10% dari keseluruhan orang yang bernasib sama. Bila Anda lahir di keluarga yang cukup, mungkin Anda tidak pernah merasakan hal yang sama dengan mereka. Anda tidak perlu menyesal, sebaliknya bersyukurlah karena Anda seharusnya memiliki akses ke resource yang tidak mereka miliki. Namun polanya tetap sama. Selama Anda tetap merasa nothing wrong semua baik-baik saja, Anda berarti masih berada pada zona nyaman. DAN ITU BERBAHAYA! Maka siapapun Anda, darimana background Anda, mulai sekarang ciptakan kondisi kepepet! Dan disini saya akan coba tunjukkan caranya. Ada 2 cara; secara fisik, dan imajinasi. Saya akan mulai memberi cara kedua terlebih dahulu, imajinasi. Misalkan Anda saat ini berstatus sebagai karyawan. Pada saat Anda datang ke kantor esok hari, ada sebuah catatan di meja Anda dan ternyata pesan dari bos untuk langsung menghadap ke ruang kerjanya segera. Kemudian dengan muka penuh penyesalan, bos Anda menyampaikan kabar yang kurang menyenangkan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi ’goyah’. Sehingga perusahaan harus melakukan ’perampingan’ perusahaan. Dengan sangat terpaksa, dia harus memberitahu kepada Anda, bahwa hari ini adalah hari terakhir Anda di perusahaan. Ya, Anda di PHK hari ini! Anda yang telah menikah dan memiliki anak, apa yang akan Anda katakan kepada istri dan anak tercinta? Apa reaksi mereka setelah mengetahui Anda kehilangan mata pencaharian? Bagaimana Anda akan mencukupi kehidupan rumah tangga Anda? Bagaimana dengan biaya sekolah anak anak Anda? Bagaimana jika mereka sakit, siapa yang akan menanggungnya? Seperti apa masa depan mereka
pasca PHK? Kirakira apa reaksi orang tua, ibu, dan ayah Anda mengetahui kabar itu? Sementara Anda sendiri belum siap menghadapinya! Ciptakanlah bayangan itu seolah nyata, bukan seolah menonton film, tapi terlibat secara langsung di benak Anda. Dengar dan rasakan bagaimana detak jantung Anda yang semakin keras. Rasakan perasaan takut itu menyelimuti Anda! Sementara Anda tidak memiliki tabungan sepersen pun dan tempat untuk bergantung nasib. Apa yang Anda rasakan? Jengkel, kecewa, takut? Barulah Anda sadar bahwa, ”Kuli kerja, kuli dapat makan, kuli nggak kerja, nggak dapat makan!” Tabungan Anda akan termakan dengan cepat, seperti api menyambar kayu. Meski semua itu adalah bayangan, namun efeknya akan sangat nyata. Karena alam bawah sadar, tidak bisa membedakan antara imajinasi dengan kenyataan! Ya. Inilah yang dimaksud dengan menciptakan kondisi kepepet, atau Establishing the Sense of Urgency. Konsep ini dibawakan oleh John Kotter, seorang Professor di Harvard, dan peraih penghargaan the leadership guru oleh media internasional di tahun 2000. Sangat sederhana memang, tapi sadarkan diri Anda bahwa perkembangan setiap hal yang ada di dunia ini juga tidak pernah lepas dari Urgency. Anda mengenal Louis Pasteur? Ia tidak akan menemukan vaksin apabila saat itu tidak ada wabah yang menyerang ternak satu kampung. Archimedes pun tidak akan menemukan konsep Bouyance (dikenal Hk Archimedes) jika saat itu tidak ada kasus pencurian emas, dan masih banyak contoh lagi. Maka, Seni 3: Establishing Vision Of Urgency Saya sering tertarik dengan tindakan orang-orang yang sudah berada on top of the other, sebutlah pengusaha muda Mochi Maco Rafly Egy yang pada suatu ketika sedang berada di belakang panggung bersama para pembicara lain saat akan memberikan asupan motivasi pada audiens. Ada hal unik yang sempat membuat hati saya tertegun. Yakni saat bagaimana ia terus bertanya pada orang-orang di sekitarnya, entah itu pertanyaan sederhana “Mas punya bisnis apa mas?”, hingga pertanyaan yang cukup teknis yang seharusnya menyinggung rahasia dapur perusahaan. Saya jadi teringat salah satu mentor saya mengatakan, kenapa harus malu untuk bertanya? No one charge for it! Toh paling tidak kalau pertanyaannya ditolak, tidak terjadi apa-apa. Kalau dijawab betul, juga untung sendiri. So why should shame?
Mereka juga tidak akan tiba-tiba mengejek Anda karna terlampau jauh dibelakangnya, karna memang most of them juga telah berhasil melampaui masa-masa kelam. Kalaupun itu terjadi, yaudah. Kan emang realita. Jadikan motivasi lagi. Pernah suatu saat saya sedang di Bandung, saya melihat banyaknya space iklan dengan ukuran sangat besar di pinggir jalan. Spontan saja saya menelpon hampir semua yang saya temui, sekedar ingin menanyakan kisaran harga dari satu space ke yang lain. At the end, ternyata ada satu orang yang berulang kali mengenali suara saya dan mengatakan, “Bapak ini serius tidak?” Berbicara hal ini, saya jadi teringat Placebo Effect. Suatu ketika salah seorang profesor Profesor Tony Dickenson melakukan suatu percobaan dengan memberikan kejutan listrik terhadap 6 orang mahasiswa. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok, yang akan diberi 2 macam pil, yaitu pil pengurang rasa sakit (pain killer) dan pil penambah rasa sakit (pain booster). Dengan level sengatan yang sama, Kelompok yang memakan pil pain booster merasakan rasa sakit lebih dari sebelum mereka memakan pil. Sedangkan kelompok yang memakan pil pain killer bisa menahan rasa sakit lebih lama dan merasa berkurang sengatannya. Tahukah Anda, pil apa sebenarnya yang mereka makan? Ternyata bukan ginseng atau obat kuat. Kedua pil tersebut sebenarnya samasama tepung dan gula yang diberi pewarna berbeda. Itulah yang disebut Placebo Effect atau obat tipuan.
Lantas, apa yang membuat mereka merasa lebih sakit atau berkurang rasa sakitnya? HARAPAN mereka terhadap apa yang akan terjadi pada mereka bena rbenar terjadi. Percobaan yang lain dilakukan terhadap seekor belalang yang dimasukkan ke dalam kotak kaca. Awalnya belalang tersebut bisa melompat sampai 50 cm. Kemudian dipasanglah pembatas kaca setinggi 25 cm, sehingga setiap kali belalang melompat, kepalanya akan terbentur kaca pembatas. Seminggu kemudian, pembatas itu diambil. Namun apa yang terjadi? Belalang tersebut tetap melompat tepat setinggi 25 cm. Aneh, tapi nyata! Itulah yang disebut KEKUATAN KEYAKINAN. Apa yang Anda yakini lebih kuat daripada fakta yang ada. Dan ketakutan, hanya akan memperlambat Anda. Whatever you can do or dream you can, begin it. Boldness has genius, power and magic in it! – John Anster So, inilah seni selanjutnya. Seni 4: You Shame, You Die Kegiatan produktif tentu tidak pernah lepas dengan lingkungan yang kondusif pula. Jika Anda menghakimi bahwa menciptakan lingkungan, “workplace” yang kondusif itu mahal, maka Anda salah besar. Anda tidak perlu buru-buru membeli sofa, atau membeli seperangkat meja mahal, dsb. Mulai lah dari apa yang ada, yang penting buang jauh-jauh hal yang menghambat kegiatan produktif Anda, dan lihat sejauh apa Anda berkembang.
Seni 5: Creating Productive Environment – Start From You Perhatikan bagaimana Albert Einstein memiliki garasi pribadi yang dia jadikan sebagai lab nya, bagaimana Nikola Tesla memiliki laboratorium Colorado Springs dimana saat itu di daerah itu tidak ada bangunan selain miliknya, bagaimana seorang Tony Stark memiliki bengkel bawah tanahnya terlepas dari bangunan megah yang ia miliki, bagaimana seorang Mark Zuckerberg iseng mendesain Facebook di kamar rumahnya, dan lain sebagainya. Apa yang membuat mereka identik?
Yep, benar. Mereka semua merasa nyaman saat sendiri. Sekarang perhatikan saat Anda sedang galau, memikirkan sesuatu, menyendiri. Apa yang Anda lakukan? Berpikir dalam, mencoba mengingat-ingat, mengulang-ulang bayangan – bayangan yang telah terjadi itu. Ingat bahasan sebelumnya soal otak dan alam bawah sadar? Yep. Repetition is the key. Anda tidak akan benar-benar berpikir jernih unless you’re alone! Namun apa berarti mereka anti sosial?? A.ka lack of social skills? Ya, dan tidak. Dan keduanya, tergantung pilihan masing-masing. Seseorang yang memiliki passion dan goal, seperti yang saya katakan sebelumnya, cenderung lebih mudah untuk menyendiri. Mereka memiliki visi, dan beranggapan semua yang di sekitarnya tidak lagi penting. Paling tidak, tidak sepenting miliknya. Inilah yang mungkin dikatakan banyak orang sebagai Ansos, atau anti sosial. Padahal, orang-orang ini juga merasa there’s nothing wrong with me and why you should care with what I am doing? Jadi, seni selanjutnya adalah Work Alone.
Seni 6: Creating Productive Environment – Be Alone Sekarang Anda mungkin memiliki passion, dan telah mengatur apa yang menjadi Goal. Tapi tetap, Anda tidak bisa selamanya sendiri. Saya merupakan salah satu dari sekian orang yang optimis dapat mempelajari apapun yang saya inginkan dengan cukup cepat. Tak selalu tahan lama, tapi cepat. Alhasil, saya pun merasa dapat melakukan semuanya, sendirian. Saat saya butuh sesuatu, saya tidak merasa membutuhkan siapapun untuk berada di samping saya dan memberitahukannya, karena saya memiliki Google yang mengerti hampir apapun yang saya inginkan. Dan disinilah saya belajar banyak. Hari berganti hari, saya tetap menjadi layaknya seorang superhero. Saya dapat melakukan pekerjaan apapun dalam bidang saya. Mulai dari desain,
front-end, back-end, animasi, copywriting, marketing, hampir segala hal yang biasanya seseorang lemah dalam suatu hal dan memilih untuk hire orang yang lainnya. Tapi entah, saya tidak pernah merasakannya. Justru saat saya mencoba mengajak seseorang untuk bersama-sama mengerjakan apa yang ada dalam pikiran saya, rasanya progress nya melambat, dan tidak tepat seperti yang saya inginkan. Seringkali saya mencoba mengajak yang lainnya, namun hasilnya terkadang berbeda dengan apa yang saya maksudkan. Bukan suatu hal yang efektif maupun efisien, pikir saya. Saya bisa jauh lebih cepat mengerjakannya sendirian. Masalah muncul saat saya mulai meng-handle banyak task sekaligus. Fokus saya berpendar, membuat saya sangat tidak nyaman dengan hal itu. Cukup lama saya memaksa diri untuk tetap produktif dengan mengerjakan semuanya sendirian. Hingga akhirnya, tidak ada satu task pun yang memiliki hasil maksimal. Saya kalah. Disini saya mulai sadar, bahwa saya mungkin bisa mengaitkan “Dapat mengerjakan segalanya” dengan terminology produktif, tapi apa gunanya produktif saat hasilnya tidak sebanding dengan effort? Alias tidak sedikitpun efektif maupun efficient? Toh being productive is all about creating more impact with less effort, right? Saya terdiam sejenak. Mencoba berpikir jernih atas segala hal yang telah saya lakukan selama ini. Jika benar saya pernah mengajak puluhan orang untuk bergabung lalu hasil tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, kenapa saya serta merta menyalahkan mereka? Kenapa saat mereka bekerja dengan sangat lambat, justru saya yang merasa paling benar dengan menyalahkan mereka? Mungkin ada yang salah dengan caranya. Cara saya mengajarkan hal-hal teknis ke mereka, cara saya memanage dan mengontrol jalannya keadaan, saya tak tahu pasti. Yang jelas bukan mereka, tapi SAYA! Mulai saat itu hingga detik ini pun, saya masih fokus build a dream team, yang dapat mengerti sepenuhnya apa yang menjadi target, dan inovasi kedepannya. Saya tahu dan sepenuhnya sadar ini berarti saya harus menghabiskan banyak waktu untuk mengajarkan hal-hal teknis pada siapapun yang masuk dalam jaringan saya (belum lagi gonta-ganti orang mencari siapapun yang cocok, lalu mengajarkannya lagi), tapi memang itu gunanya, bukan? Agar saya tidak perlu melakukannya lagi berulang kali di banyak hal yang berbeda.
Pikiran saya menjadi terbuka. Saya lepaskan semua yang pernah saya ketahui sebelumnya, dan mulai respect dengan apa yang mereka katakana, yang tim kami diskusikan. Perhatikan lagi contoh yang saya berikan sebelumnya. Anda memang perlu bekerja sendirian, namun TIDAK SEMUANYA. Sebuah pepatah mengatakan,
“If you want to go fast, go alone. If you want to stay long, go together with friends.” Benar. Anda tidak perlu berlebihan dalam hal apapun. Untuk tetap cepat dan tahan lama, Anda perlu menggabungkan keduanya. Belajar dari kasus sebelumnya, Nikola Tesla terlalu menyendiri. Dengan sangat cepat dia menciptakan penemuan-penemuan baru. Namun pendanaan teknologinya, dia tetap harus mengemis pada raja monopoli tahun 90 an itu, John Pierre Morgan. Archimedes sebagai ilmuwan perang, menciptakan alat-alat perang yang menggunakan konsep sains, namun tetap bergantung, mengabdi pada keinginan sang raja yang mempekerjakannya. Alasan ini jugalah kenapa banyak mahasiswa (remaja pada umumnya) cenderung lebih kritis, lebih mandiri, dsb. Karena mereka sebagian besar jauh dari orang tua, dan jauh dari media televisi yang kabarnya semakin tidak berkualitas.
Seni 7: Work Alone, But Not Lonely (60 – 40) Apabila poin-poin diatas saya men-generalisasi kan untuk seluruh pihak, maka poin ketiga ini sepenuhnya milik Anda. Ya, ketahuilah karakter diri Anda. Dengan begitu Anda bisa mempersiapkan solusi terbaik untuk masalah Anda. Oke saya ceritakan sedikit apa yang saya ketahui tentang saya sendiri. Saya dulu termasuk orang yang mudah mengantuk. Saat tertidur, sekalipun ada 4 HP yang ada di rumah tempat tinggal saya berdering secara bersamaan dengan nada maksimal, saya tidak pernah
terbangun. Bahkan sesekali ada petugas satpam perumahan yang menggedor pintu yang nyatanya disebelah saya pun, saya tidak terbangun. Saya hanya terbangun karena 3 hal; Waktu tidur saya telah usai, External Disturbance (entah disiram air maupun karena gigitan nyamuk), serta Internal Trigger (seperti tiba-tiba ingin buang air). Adapun yang menyebabkan saya kantuk, mostly adalah soal makanan. Saya sangat suka makan, lebih bisa disebut “ngemil”. Saat saya sedang di kamar dan ibu masih memasak sesuatu di dapur, saya sering berkali-kali ke belakang hanya untuk ngemil. Entah itu berupa lauk pauk sederhana seperti tempe, hingga ayam dan daging, tak jarang saya mengambilnya. Yang menjadi masalah, saat waktunya makan, porsi makan saya bisa dibilang banyak. Alasan lain, adalah tempat dimana saya tidur. Saya tidur di dipan yang empuk dan nyaman, dan dibawah sorotan AC (fasilitas yang disediakan perumahan dinas) paling maksimum 26 celcius. Lebih rendah suhunya dari itu, saya tidak bisa tidur. Bagaimana saya mengetahuinya? Sekali lagi, saya terus mencoba untuk mengenali diri sendiri. Butuh bermingguminggu sekedar untuk melakukan test pada apa yang saya hipotesa kan, dan melihat hasilnya. Ya, tidak perlu ragu untuk sebuah perubahan!
"Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results." - Albert Einstein Saya tak peduli apa yang dikatakan orang tua saya saat heran melihat saya mengeluarkan dipan dari kamar, meletakkannya di kamar sang adik, lalu mengambil tikar bambu dan tidur di atasnya selama beberapa hari. Aneh, tapi saya merasa waktu tidur saya menjadi berkurang, namun dengan kualitas kesegaran setelahnya yang sama. Saya pun tak peduli saat waktunya makan, saya tidak pernah ikut untuk meramaikan makan, karena saya mencoba test saat saya tidak makan (yang membuat saya akhirnya sering berpuasa saat itu), sekedar untuk mengenali diri sendiri dan mencari solusinya. Bahkan kedua hal tersebut, masih saya lakukan hingga sekarang. Dan sebetulnya masih banyak lagi hal-hal yang personally “Gue Banget” yang saya rasa tidak ada yang dapat mengubahnya kecuali kemauan saya sendiri. Hasilnya? saya merasa menjadi jauh lebih produktif.
Jadi, Seni 8: Know Yourself Sekarang ini terkadang saya cukup heran dengan teman-teman, atau siapapun yang saat belum dicoba melakukan sesuatu pun, sudah mengatakan “Gapunya waktu”, “Gaada waktu”, dsb. Sebetulnya saya juga tidak bisa menyalahkan soal keadaan yang memang sibuk. Tapi apa mereka telah sepenuhnya sadar bahwa mereka menyibukkan pada suatu hal yang benar-benar penting? Yang memiliki manfaat? Pernah Anda menghitung berapa jam perhari Anda membuang waktu untuk bernyaman-nyaman di tempat tidur, scrolling timeline sosial media, main game? Sadari sekarang, lalu ubah. Why? Because I do. And it works! Maka, Seni 9: Busy On The Correct Stuff Dan yang terakhir dan menjadi paling intens, keep it normal. Kondisikan ruangan Anda. Buat senyaman mungkin untuk menunjang apa yang menjadi passion Anda. Tapi tetap jangan berlebihan. Misal saja Anda mungkin penggemar musik, atau makanan. Anda tidak perlu berlebihan dalam menggunakan musik, atau nyemil di ruangan Anda. Saya tidak ingin bersikap sok pintar atau apapun. Tapi tahukah Anda bahwa musik sebenarnya dapat mencuci otak Anda? Ingat lagi, repetition is the key. Anda mengeraskan suara musik sejadi-jadinya dan sambal menyanyikan liriknya, berulang kali. Apa yang terjadi? Alam bawah sadar Anda merekam dan memberikan sugesti. Musik juga menurut studi, dapat menghilangkan sisi logika dari otak manusia. Bahkan studi yang dilakukan oleh, menyatakan bahwa berdiam sejenak 5 menit berdiam diri atau mendengarkan suara alam, jauh lebih baik daripada menggunakannya untuk mendengarkan musik. Well, sekali lagi saya tidak melarang. Toh nyatanya memang di beberapa studi lain menyatakan bahwa musik juga dapat bermanfaat. Saya pun terkadang
membuka Youtube dan play lagu-lagu. Tapi sekadarnya saja. Ingat tentang apapun yang berlebihan selalu berakhir tidak baik. Makan pun begitu. Sadari bahwa makan berlebihan dapat menghilangkan sisi kemanusiaan kita. Yap, stamina memang bertambah. Namun juga berlaku sebaliknya, tidak makan pun membuat badan menjadi lemas tak berdaya. Makan secukupnya, tidur sewajarnya, jangan berlebihan. Makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang. Bahkan dalam urusan menjadi produktif pun, tidak melulu harus selalu mengikuti apapun yang ada dalam ebook ini setiap waktu. Tidak perlu berlebihan. Sesekali Anda juga perlu keluar, main game, atau apapun yang menjadi kontradiksi dari apa yang saya katakan. Apapun hal lain yang Anda rasa dapat meningkatkan lingkungan produktif Anda, just keep it normal. Melebihkannya hanya akan menghancurkan Anda. Happy of being productive people!
Kesimpulan DI ebook ini dibahas 9 seni yang apabila Anda kerjakan, dapat membuat Anda menjadi jauh lebih produktif, terlepas dari bidang apapun yang Anda ambil saat ini. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Find Correct Passion Let The World Knows Establishing Vision of Urgency You Shame, You Die Creating Productive Environment – Start From You Creating Productive Environment – Be Alone Work Alone, But Not Lonely (60 – 40) Know Yourself Busy On The Correct Stuff
Bukan sekedar omong kosong, karena saya sendiri juga telah melakukannya dan terbukti berhasil. Sekarang giliran Anda!
Note. Dengan membaca ebook ini, saya menghargai waktu yang Anda investasikan untuk menjadi satu tingkat lebih produktif dari sebelumnya. Untuk itu, saya sangat ingin mengajak Anda bergabung bersama teman-teman lain yang mengusahakan hal yang sama, melalui group Facebook dimana semua bisa ikut berdiskusi menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan Anda bisa berkonsultasi APAPUN, terutama yang berkaitan dengan dunia IT. Berhubung ini group secret (yang ditujukan hanya pada teman-teman yang serius saja), langkah-langkahnya cukup mudah. 1. Pastikan Anda telah like Fanpage berikut https://www.facebook.com/muflichkamilblog/ 2. Klik tombol share (to timeline) di halaman ini: http://mufk.ml/ebookproduktif, lalu berikan caption Kenapa Anda ingin dan harus menjadi produktif? Lebih panjang lebih bagus. 3. Silahkan konfirmasi kesudahannya dengan message ke halaman Fanpage tadi. NB: Proses pengecekan berlangsung maksimal 2x24 sebelum kami memberikan informasi selanjutnya. Have a productive day!