KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, buku Mekanisasi Pengolahan Tanah dan Pasca Panen Tembakau Rajangan
Jawa dapat disusun. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman untuk melaksanakan budidaya tembakau yang baik, khususnya terhadap pengolahan tanah dan penanganan pasca panen bagi petani dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas tembakau. Kami menyadari bahwa isi dari buku ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan sangat diharapkan. Semoga buku ini ada guna dan manfaatnya.
Surabaya, Januari 2013
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
. i
DAFTAR lSI ........................................................................................ ii PENDAHULUAN .............................................................................................. iv I. PEMILIHAN LOKASI LAHAN .. ..................... .................................... 1 II. TEKNIS PERTANAMAN ............................................................................. 4 A.
Pemilihan Lahan dan Pergiliran Tanaman ............................. 4
B.
Pengolahan Tanah .................................................................... 5 1.
Tujuan Umum ......................................................... 5
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 6 3.
Teknik Pengolahan Tanah ................................................. 7
4.
Mekanisasi Pengolahan Tanah ....................................... 8
5.
Kapasitas Pengolahan Tanah ............................................. 25
6.
Efisiensi Pengolahan Tanah .............................................. 26
7.
Keuntungan Pengolahan Tanah dengan Menggunakan Traktor ............................................................... 26
8.
Menghidupkan dan Mematikan TraktorTangan ........ 28
9. Type" Hand Traktor " QUICK yang Sesuai Untuk Aplikasi Usaha Tani Tembakau ................................................ 30 C.
Penanaman .....................................................................
34
1.
Teknik Menanam Bibit ........................................... 34
2.
Penyulaman ................................................................. 35
3.
Pemupukan ............................................................... 35
4.
Pengairan I Penyiraman ............................................ 37
5.
Pembumbunan
(Dangir)
dan
Penyiangan
(Intercultivation) ........................................................ 38 6.
Pemangkasan ............................................................. 38
7.
Panen ........................................................................ 39
8.
Pengolahan Hasil Panen ............................................. 40 a. Sortasi, Pemeraman, Penghilangan Ibu Tulang Daun dan Penggulungan .................................................... 40 b. Perajangan .............................................................. 41 c. Pengeringan I Penjemuran .................................... 42 d. Pembungkusan ......................................................... 42 e.
Penimbangan dan Pemasaran .................................. 43
iii
PENDAHULUAN Tembakau merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi regional maupun nasional. Komoditi ini dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha serta menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat maupun Pemerintah. Areal tembakau di Jawa Timur rata - rata setiap tahunnya mencapai 130.824 hektar dengan produksi sebesar 114.816 Ton meliputi berbagai jenis tembakau. Tembakau Jawa adalah salah satu diantara berbagai jenis tembakau dimaksud dengan areal pada tahun 2011 seluas 33.478 hektar dengan produksi sebesar 28.866 ton serta produktivitas rata -
rata 846 kg per hektar.
Pengusahaan tembakau ini dilakukan petani di 19 kabupaten di Jawa Timur meliputi kabupaten Mojokerto dengan luas areal 548 hektar dan produksi sebesar 634 ton; kabupaten Jombang dengan luas areal 4.067 hektar dan produksi sebesar 2.745 ton; kabupaten Bojonegoro dengan luas areal 1.742 hektar dan produksi sebesar 1.378 ton; kabupaten Lamongan dengan luas areal 3.760 hektar dan produksi sebesar 6.142 ton; kabupaten Tuban dengan luas areal 1.450 hektar dan produksi sebesar 1.418 ton; kabupaten Madiun dengan luas areal 560 hektar dan produksi sebesar 735 ton; kabupaten Ngawi dengan luas areal 940 hektar dan produksi sebesar 727 ton; kabupaten Kediri dengan luas areal 70 hektar dan produksi sebesar 35 t on; kabupaten Nganjuk dengan luas areal 910 hektar dan produksi sebesar 600 ton; kabupaten Magetan dengan luas areal 773 hektar dan produksi sebesar 481 ton; kabupaten Ponorogo dengan luas areal 499 hektar dan produksi sebesar 250 ton; kabupaten Tulungagung dengan luas areal 2161 hektar dan produksi sebesar 653 ton; kabupaten Blitar dengan luas areal 472 hektar dan produksi sebesar 467 ton; kabupaten Probolinggo dengan luas areal 251 hektar dan produksi sebesar 139 ton; kabupaten Lumajang dengan luas areal 556 hekar dan produksi sebesar 453 ton;
kabupaten Jember dengan luas areal 1.663 dan produksi 1.575 ton; kabupaten Bondowoso dengan luas areal 7.069 dan produksi sebesar 4.422 ton; kabupaten Situbondo dengan luas areal 5.358 hektar dan produksi sebesar 4.410 ton dan kabupaten Banyuwangi dengan luas areal 629 hektar dan produksi sebesar 733 ton. Pada umumnva pengusahaan tembakau ini masih dilakukan secara tradisional oleh petani, sehingga produktivitas dan kualitas nya belum optimal. Melalui perbaikan teknologi budidaya pengolahan tanah secara mekanik dan pasca panen, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas yang pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi petani.
v
I.
PEMILIHAN LOKASI LAHAN
Tembakau rajangan Jawa merupakan bentuk produksi tembakau yang dapat berupa rajangan (irisan) halus, kasar dan rajangan
kasar,
tergantung
dari
kebiasaan
Petani
dan
permintaan pasar. Varietas yang berkembang umumnya diberi local. Tembakau Kayumas, Pakis Taji, Bringin, Tambeng dan lainnya dirajang halus.Tembakau jenis Gilang, Genjah, Rejeb, Kedu,Sembung, Gondel, Janiman, Jlaprang, Cetok, Kenongo dirajang sedang dan halus. Jenis yang dirajang kasar antara lain Tembakau Curah Nongko, Maesan/Rengganis dan sebagainya. Ada pula yang dicampur gula seperti Tembakau Curah Nongko, dan Pakis Taji Tanaman
Tembakau
Rajangan
memiliki ciri
batang
berwarna hijau dan berbulu. Tinggi tanaman antara 80 sampai >100
cm, dengan internodia rapat sampai agak renggang.
Jumlah daun berkisar antara 18·25 lembar. Panjang daun antara 40-45 cm dan lebar daun antara 20-25 cm. Bentuk daun bulat atau oval. Tipe, grade dan mutu tembakau yang dihasilkan sangat dipengaruhi oteh karakteristik tanah, terutama sekali tekstur permukaan (top soil) dan bawah permukaan tanah (sub soil).
Tanah ringan cenderung untuk menghasilkan suatu daun tipis dan besar, bobot ringan dan warna cerah, rasa lembut dan aroma harum, sedangkan daun yang diproduksi pada tanah berat, tebal dan berat, berwarna gelap, berbau kuat dan aromatik. Sebagai hasil interaksi varietas dengan faktor Iingkungan yang
kompleks,
tembakau
di
maka
Jawa
pemilihan
Timur
telah
lokasi
untuk
dipusatkan
produksi
pada
zona
pengembangan tertentu, yaitu di 21 Kabupaten. Tembakau tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah pasiran seperti lempung-berpasir (sandy loams), tanah lempungan (Ioams), liat hitam (heavy black clay). Tanah tembakau
tersebut
memitiki
perbedaan yang luas pada
produktivitas alaminya terutama pada kesuburan tanah dan tingkat pengelolaan yang dibutuhkan. Sifat tanah merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan tipe kualitas daun yang dihasilkan. Disamping itu tanah memainkan peranan dalam keputusan mutu dan nilai komersial produk tembakau. Pada kondisi terbuka, di tanah bertekstur ringan (pasiran) perakaran tembakau dapat mencapai kedalaman 120 cm untuk mendapatkan air dan hara pada lapisan tanah terdalam. Dalam pertumbuhan daun tembakau mencapai maksimum terdapat 2
tiga kunci utama yang harus dipenuhi yaitu kecukupan penyediaan hara tanaman, oksigen dan air. Kemiringan lereng, letak lapisan padas, kedalaman air tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan drainase makro (drainase di luar areal tembakau) merupakan komponenkomponen lahan yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengendalian kadar air tanah. Kemiringan lereng yang besar akan mempercepat drainase air ke samping. Kedalaman air tanah dangkal dan lapisan padas akan menghambat drainase air ke bawah. Keadaan produksi pada cuaca kenng dan kekurangan air menyebabkan penyerapan hara yang terhambat. tanaman berkembang
kurang
menurunkan produksi.
normal
dan
pada
gilirannya
akan
Kerugian terbesar dan kekeringan
tersebut adalah berkurangnya luas daun. Produksi pada musim hujan berlebihan atau heron basah menghasilkan kualitas rendah atau krosok yang dihasilkan t ipis, lemas dan teksturnya tidak berbutir. dikarenakan terjadinya pencucian terus menerus getah, lilin dan garam-garam yang ada di permukaan helaian daun. Hujan yang terlalu banyak demikian sama-sama tidak menguntungkan baik pada tanah di
3
daerah lowland maupun upland. Untuk mengatasi musim tanam yang tepat maka dibuat prakiraan musim. Prakiraan
musim
ditujukan
untuk
memperkirakan
permulaan musim dan sifat hujan pada periode musim. Sifat hujan adalah perbandingan curah hujan tiap tahun dengan curah hujan rata-ratanya selama periode musim. Permulaan musim hujan didefinisikan, bila curah hujan selama 10 hari (satu dekade) pada umumnya lebih besar dan 50 mm dan diikuti oleh dekade berikutnya, sedang musim kemarau adalah sebaliknya yaitu lebih kecil dari 50 mm. Dengan demikian waktu dalam satu tahun dibagi menjadi 36 dekade. Kondisi fisik dan kimia tanah merupakan ciri spesifik yang melekat pada setiap karakteristik varietas tembakau, didukung iklim yang terjadi sepanjang musim bertumbuh, dan praktek budidaya akan menghasilkan kualitas produksi yang spesifik II. TEKNIS PERTANAMAN
A. Pemilihan Lahan dan Pergiliran Tanaman Tembakau rajangan jawa termasuk tembakau Voor· Oogst (VO). Saat tanam yang baik adalah bulan April - Mei hingga pertengahan bulan Juni, tergantung dengan cuaca yang berkembang pada musim tanam yang bersangkutan.
4
Lahan yang paling baik untuk ditanami tembakau adalah bekas tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabe, terung, tembakau dan tanaman Solanaceae lainnya hams dihindarkan karena tanah
bekas
tanaman
keluarga
Solanaceae
menu rut
pengalaman petani tanahnya "panas" banyak menyimpan penyakit. Kalau dipaksakan pertumbuhan tanaman tembakau tidak sempurna, bahkan banyak tanaman yang akan mati. Tanah mengandung khlor ( > 40 ppm) yang umumnya dekat pantai atau m endapat pengairan dari air payau dihindari sebagai lahan penanaman tembakau. Untuk menghindari serangan penyakit yang merugikan, seperti
Phytopthora nicotianae, penyakit lengger akibat serangan Bacterium solanacearum, sebaiknya lahan terpilih jangan tiap tahun ditanami tembakau
B. Pengolahan Tanah 1. Tujuan umum : Menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan
tanaman
dengan
usaha
yang
seminimum
mungkin.
5
2. Tujuan khusus (Kepner, et .al, 1972) :
a. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. b. Meningkatkan kecepatan infiltrasi, menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi. c. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu. d. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah kesuburan tanah. e. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
f. Pengolahan tanah t idak hanya merupakan kegiatan lapang untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan
kegiatan
lainnya
seperti
penyebaran
benih
(penanaman bibit), pemupukan, perlindungan tanaman dan panen. Keterkaitan ini sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pengolahan tanah tidak terlepas dari keberha si lan dalam kegiatan lainnya. Pengolahan tanah mempengaruhi penyebaran dan penanaman benih. Pengolahan
tanah
dapat juga
dilakukan
bersamaan
dengan pemupukan serta dianggap pula sebagai suatu metoda pengendalian gulma.
6
3. Teknik Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman tembakau rajangan pada umumnya
lebih
sederhana
dibanding
dengan
jenis
tembakau cerutu. Pada umumnya lahan di data ran tinggi, sisi tegak galengan mencapai tinggi (0,5 - 1,5 m) . Pada sisi galengan tersebut rumput dibersihkan agar kelak tidak menjadi sarang hama. Kemudian bersihkan jerami dari petakan. Setelah jerami dibersihkan, tanah dibajak pertama dan dilanjutkan dengan garu untuk meratakan tanah (lokal : grabag). Selanjutnya didiamkan 1-2 minggu dan kemudian diairi (lokal : torab) serta dibuat saluran-saluran drainase keliling. Pekerjaan ini dimaksudkan agar bongkahan tanah yang masih cukup besar bisa hancur. Bekas tanaman padi biasanya akan menyebabkan bongkahan tanah yang besar. Selanjutnya dilakukan pembajakan kedua dan ketiga (lokal :menggek). memotong
Pembajakan
bajak
I,
dilakukan
kemudian
digaru
dengan hingga
arah rata .
Kemudian didiamkan 1·2 minggu. Dibuat guludan sesuai dengan jarak tanam. Dibuat lubang tanam dengan digejik
7
Lahan yang sudah selesai diolah dilengkapi dengan tempat penampungan air yang diberi alas plastik. Tanaman tembakau Rajangan memillki ciri berukuran relatif lebih kecil dibanding tembakau yang lain. Jarak tanamnya rapat dengan sistem "double row", yaitu dua baris tanaman dalam satu gulud. Jarak tanam yang umum digunakan 60 x5O x 90 cm, 50 x 50 x 90 cm atau 40 x 40 x 90 cm . Jarak antara baris dalam satu gulud 40-60 cm, jarak antar tanaman dalam satu baris 40-50 cm dan jarak antara gulud 80-90 cm . Dengan jarak tanam ini populasi tanaman dapat mencapai 20.000 - 25.000 tanaman per hektar. Cara penanaman dal am kedua baris dapat sejajar atau selangseling
4. Mekanisasi Pengolahan Tanah Untuk
mempermudah
dan
mempercepat
proses
pengolahan tanah serta untuk memperoleh hasil pengolahan tanah yang dalam dan rata maka pe rlu penggunaan alat Bajak dan Garu bertenaga Traktor dalam mengolah tanah.
8
a. Bajak ada beberapa macam Bajak Traktor yang dapat digunakan, yaitu : a.
Bajak singkal (moldboard plow)
b.
Bajak piring (disk plow)
c.
Bajak rotari / pisau berputar (rotary plow)
d.
Bajak chisel / pahat (chisel plow)
e.
Bajak sub soil (sub soil plow)
1) Bajak Singkal Bajak singkal ini dapat digunakan 'untuk bermacammacam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 1) singkal (moldboord), 2) pisau (shore), dan 3} penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat pada bagian yang disebut penyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam) . Bagian-bagian dari bajak singkal satu bottom secara terperinci dapat dilihat pada gambar berikut. 9
Gambar bagian-bagian bajak singkal Cara kerja bajak singkal : Pada saat bajak bergerak maju,
maka pisau
(share)
memotong tanah dan mengarahkan potongan/keratan tanah
(furrow slice) tersebut ke bagian singkal. Singkal akan menerima
potongan
tanah.
dan
karena
bentuk
yang
melengkung maka potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan dan pemecahan tanah yang baik. Penahan samping (landside) adalah bagian yang berfungsi untuk menahan tekanan samping dari potongan
10
tanah pada singkal, dlsamping sekaligus menjaga kestabilan jalan bajak sewaktu bekerja. Bagian
yang paling banyak
bersinggungan dengan tanah dari bagian Ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel). Untuk menjaga keausan karena gesekan dengan tanah,
bagian tumit Ini
dalam
pembuatannya dlperkeras. Selain dan bagian-bagian diatas, bajak singkal dilengkapi dengan alat yang disebut pisau pemotong (coulter). Bagian ini berfungsi untuk membelah tanah atau tumbuhan atau sampah -
sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau bajak
memotong tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan di atas tanah dapat dibalik dengan baik dan memperingan pekerjaan pisau bajak. Ada dua bentuk pisau pemotong, yaitu pisau pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau pemotong berputar (rolling coulter) seperti t erlihat pada gambar berikut.
Gambar jenis pisau pemotong (coulter)
11
Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik tanah maka akan terbentuk alur yang disebut furrow. Bagian tanah yang
diangkat
dan
diletakkan
kesamping,
disebut
keratan/potongan tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah areal secara bolak·balik dan arah perputaran ke kanan, maka akan berbentuk alur balik (Back furrow) (Gambar di bawa h). Bila pekerjaan bol ak balik dimulai dari tengah dan arah perputaran ke kiri, maka akan terbentuk alur mati (Dead
furrow).
Pembalikan
tanah
umumnya
kekanan.
Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak tarik
(trailing moldboard plow) dan bajak yang dapat diangkat secara hidrolik (mounted moldboard plow). Dilihat dari hasil kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan bajak dua arah (two way). Menggunakan bajak dua arah memberikan keuntungan dalam menghindari terbentuknya alur balik (back
furrow).
Gambar hasil pembajakan menggunakanbajak singkal
12
Gambar bajak singkal yang ditarik ternak
,
Gambar traktor tangan dengan implemen bajak singkal
13
Gambar bajak singkal yang ditarik traktor em pat roda 2) Bajak Piring
Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui banta Ian (bearing), sehingga pada sa at beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draft) yang t erjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk
(scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah.Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak pi ring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).
14
Keuntungan menggunakan bajak piring adalah : Dapat bekerja di tanah keras dan kering Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu Dapat untuk tanah-tanah berakar Dapat untuk tanah-tanah yang lengket Dapat untuk tanah yang perlu pengerjaan dalam
Gambar bagian-bagian bajak piring
Gambar bajak piring pada traktor tangan
15
Gambar hasil pembajakan menggunakan bajak piring
Gambar bajak piring untuk traktor empat roda 3) Bajak Rot ari I Pisau Berputar Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik trakt or, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.
16
Ada dua jenis bajak rotari yang biasa dipergunakan : Jenis pertama adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor. Jenis kedua adalah bajak rotari tipe berpenggerak sendiri (self propelled type rotary plow). Alat ini terdapat pada trakt or-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak trakt or melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak.
Gambar bajak rotari pada traktor tangan
17
Gambar Bajak Rotary yang ditarik traktor empat roda 4) Bajak Chisel
Alat ini berbentuk tajak/pahat yang disusun pada suatu rangka. Digunakan untuk memecah tanah yang keras sampai ke kedalaman sekitar 45 cm. Dilengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah
tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 2,5 sampai 5 cm. Alat ini, tidak mem balik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya
memecah
tanah
dan
sering
digunakan
sebelurn
pembajakan tanah dimulai.
18
Gambar bajak chisel yang ditarik traktor empat roda 5) Bajak Subsoil Alat
ini
hampir
sama
dengan
bajak
chisel
hanya
bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat memecahkan tanah pada kedalaman 5O sampai 125 cm. Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah.
19
Gambar bajak subsoil yang ditarik traktor empat roda b.
Garu Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah
kedua adalah : 1) Garu piring (disk harrow) Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rum put-r um put pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasa r. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup bijibijian yang ditanam secara sebar.
20
Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angkat (mounted disk harrow). Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya
melempar tanah
ke satu
arah
saja. Juga
dapat
mempunyai aksi ganda (double oction ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah.
Gambar garu pi ring bersisi rata dan bergerigi 2) Garu paku (spike tooth harrow) Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanaman yang baru tumbuh. 21
Gambar ga ru paku
3) Garu pegas (spring tooth harrow) Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigigiginya
yang
dapat
melenting
(memegas)
apabila
mengenai gangguan. Keg unaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.
22
Gambar garu pegas 4) Garu rotari (rotary harrow) Ada 2 macam : Garu rotari cangkul (rotory hoe harrow) dan Garu r o tari silang (rorary cross horrow). Garu
rotari
ca ngkul
merupakan
susunan
roda
yang
dikelili ngi oleh gigl-gigi berbentuk pisa u yang dipasangkan pada as dengan ja rak tertentu dan berputar vertikal.
23
Gambar Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow) • Ga ru rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran
PTO.
Dengan
menggunakan
garu
ini,
penghancuran tanah terjadi lebih intensif.
Gambar Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)
24
5.
Kapasitas Pengolahan Tanah. Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua
ya itu kapasitas lapang teoritis serta kapasitas lapang efektif.
Rumus yang digunakan untuk menentukan kapasitas
lapang adalah sebagai berikut : KLT=WxV ................................................. (1)
dimana : KLT = kapasitas lapang teoritis (ha/jam) W
= lebar kerja alat (m)
V
= kecepatan maju (m/jam)
KLE= TxL .................................................. (2)
dimana : KLE
= kapasitas lapang efektif (ha/jam)
L
:z:
T
= total waktu tempuh (j am)
luas lahan (ha)
25
6. Efisiensi Pengolahan Tanah. Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas yang teoritis
dan
kapasitas
lapang
efektif.
Karena efisiensi
merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk
(%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahul efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut : Efisiensi= KLE/KLT x 100 %
....................... (3)
dimana : KLE = kapasitas lapang efektif KLT = kapasitas lapang teoritis 7. Keuntungan pengolahan tanah dengan menggunakan
traktor. Keuntungan Teknis Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar. sehingga dibutuhkan banya k t e n a g a
kerja.
Dengan te naga yang besar, yang dimiliki peralatan mekanis. pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil
26
pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam dan lebih seragam.
b. Keuntungan Ekonomis. Berdasarkan
hasil
penelitian
( di
Pula u
Jawa),
biaya
pengolahan tanah p e r hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan menguntungkan para petan i
c. Keuntungan Waktu Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebi h cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah. akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman
yang berumur pendek. sisa waktu yang tersedia Inl dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
27
8. Menghidupkan dan Mematikan Traktor Tangan Menghidupkan traktor tangan :
a. Tuas
kopling
utama
dlposisikan '"OFF" atau "rem",
sehingga traktor tidak berjalan pada saatdihidupkan. b. Untuk keamanan, semua tuas persneleng pada posisi netral.
c. Buka kran bahan bakar. sehingga terjadi aliran bahan bakar ke ruang pembakaran. d . Gas dibesarkan pada posisi "start", sehingga ada aliran
bahan
bakar
(solar)
yang cukup banyak di ruang
pembakaran.
28
e. Tuas
dekompresi
ditarik
dengan
tangan
kiri,
untuk
menghilangkan tekanan di ruang pembakaran pada saat engkol diputar.
f.
Engkol dimasukkan ke poros engkol, lalu
putar engkol
searah jarum jam beberapa kali, agar oli pelumas dapat mengalir ke atas melumasi bagian-bagian traktor. g. Perce pat putaran engkol, sehingga akan
menghasilkan
cukup te naga untuk menghidupkan motor. h. lepaskan tuas dekompresi, untuk menghasilkan tekanan,
sementara engkol masih tetap diputar sampai motor hldup. i. Setelah motor hidup, engkol akan terlepas sendiri darl poros
engkol. Hal ini disebabkan bentuk pengait engkol yang miring.
j. Geser posisi tuas gas pada posisi "idle" atau stasioner. k. Hidupkan motor tanpa beban kurang leblh selama 2-3 menit, agar proses pelumasan dapat berjalan dengan baik
I. Traktor siap untuk dioperasikan
29
Mematikan traktor tangan : a. Lepaskan beban motor Kecilkan gas pada posisi " idle" atau stasioner, sehingga putaran mesin akan pelan, selam a 2-3 men it. c. Geser tuas gas pada posisi "stop", hingga motor mati karena tidak ad a al iran bahan bakar ke ruang pembakaran. d. Tutup kran bahan bakar.
9. TYPE " HAND TRACTOR " QUICK YANG SESUAI UNTUK APLIKASI USAHA TANI TEMBAKAU. a. Pengolah an Tanah Primer
I
Membongkar dan membalik
(tanah)
QUICK type" G1000 Boxer" Atau type "G" series
30
Implemen yang sesuai. - Bajak Singkal.
- Bajak Parabola. Pembajakan menggunakan double disc yg dapat berputar. efektif untuk tanah berpasir
31
b. Pengolahan Tanah Primer & Sekunder. 1)
Menghancurkan Tanah.
2)
Menghancurkan dan mencacah gulma.
3)
Mengaduk dan mengolah tanah
Traktor tangan yang sesuai
"QUICK type Zena Roraty",
Implemen yang sesuai Rotary.
32
c. Penyiapan bendengan . 1)
Mengaduk d an m engolah tanah.
2)
Membuat bed engan .
Traktor tangan yang sesuai "QUICK type Zena Roraty", Implem en yang sesuai : 1)
Ditchi ng Rotor.
2) Swing Cover. 3)
Ridger.
33
C. Penanaman
Waktu penanaman yang tepat pada pertengahan Mei sampai pertengahan Juni. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, setelah jam 14.00.
Sebelum menanam. lubang tanam dlslram air (dlkocor). Kebutuhan air tergantung cuaca, kira-kira 1-2 liter per lubang tanam
1) Teknik menanam bibit Bibit dipegang pada pangkal batang (leher)-nya, kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam. Lubang tanam ditimbun lagi dengan tanah dan ditekan hatihati supaya akar bibit menempel pada tanah. Penimbunan ini dilakukan sampai li eher bibit, tetapi pucuk bibit jangan sampai tertimbun. setelah itu bibit bisa dikrodong dengan daun jati atau lalnnya sampai umur satu minggu. Lubang tanam dikocor secukupnya .
2) Penyulaman Tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang bagus secepatnya
disulam.
Penyulaman
terakhir
selambat-
lambatnya umur 10 hari, tanaman sulaman dlambil dari tanaman cadangan yang sudah dipersiapkan lebih dahulu (bisa diambil dari bibit pataran). 3) Pemupukan Pada dasarnya pupuk yang digunakan untuk tanaman tembakau dikehendaki yang tidak mengandung Chlor (CI) seperti KCI dan sebagainya . Demikian juga pupuk yang digunakan untuk tanaman lain sebelum tembakau atau tanaman yang berdampingan dengan lahan tembakau
Jenis Pupuk Tida k mengandung klor
Mengandung klor
ZA
KCI
ZK
PHONSKA
NPK Kebo Mas SP-18 PN (Chilean Nitrat)
35
Rekomendasi pupuk untuk tembakau rajangan dosis GTP (populasi 20.000 tan/ha) sebagai berikut Umur
Jen1s
HST
Pu puk
Gr/tan
Dosis Jml.tan
Kg/ha
-1
Superphos
10
20000
200
5-8
Urea
5
20000
100
lS-18
UreaI/ZA
5/10
20000
100
2S - 28
ZA
15
20000
300
25 - 28
ZK
5
20000
100
Jumlah
800
Waktu dan Cara Pemberian Pupuk a) Cara pemberian pupuk urea sebagai starter umur 5 - 8 hari. b) Waktu pembe rian pupuk disesuaikan dengan jenis pupuk dan kebutuhan tana man (umur) sebagaimana rekomendasl di atas. c) Pupuk Superphos diberikan pada lubang tanam sehari sebelum tanam . Pupuk urea atau ZA susulan I pada umur 15 - 18 hari ditugal disekeliling batang tanaman dengan jarak 10 - 15 em, kemudian ditutup tanah.
d) Pupuk N (ZA) dan K (ZK) susulan II diberikan pada umur tanaman 25 - 28 hari, ditugal di sekeliling batang tanaman
d enga n jarak 20 - 25cm, kemudian dltutup tanah
4) Pengairan/Penyiraman Penyiraman sebaiknya dilakukan sore hari. Air irigasi harus
memenuhi syarat tidak melewati lahan yang terkena serangan penyakit lanas (Phytopthora nicotianae). karena s p o r a jamur ini dapat terikut air irigasi. Selain itu kandungan klornya harus sangat rendah.
Jadwal penyiram an Tembakau Rajangan Umur
Frekwensi
Tanama n
Pemberia n
Jenis Lahan (It)
Tegal
Sawah
(HST) 1 - 20
tia p har i
0,5
0,5
20 - 4 0
tiap 2 ha ri
2,0
0,5 0,5
41 - 50
tiap hari
2,0
51 - 54
tlap 2 hari
2,0
0,5
55-60
tiap 3 hari
2,0
0,5
37
5) Pembumbunan (Dangir) dan Penyiangan (Intercultivation) Pe mbumbunan (dangir) pertama dilakukan pada umur 1020 hari. Pembumbunan tidak terlalu dalam. dllakukan de ngan
cangkul.
Pertama tanah di sekitar tanaman
dipecah· pecah kemudian gulma dicabut dan dibuang. Sela njutnya bongkahan tanah dibalik, dihancurkan dan d ibumbun di sekitar tanaman. Da ngir ke tiga umur 35 hari. Dengan cangkul tanah dikecrik da ngkal,
kemudian
gulma
dicabut
dan
dibuang.
Se lanjutnya tanah dari selokan dicangkul, dihancurkan dan d ibumb unkan ke barisan tanaman. Apabila setelah dangir tu run hujan, pendanglran harus diulangi lagi.
6) Pemangkasan Pemangkasan tembakau Rajangan dilakukan setelah 10 % dari
bunga
pertamanya
mekar.
Pemangkasan bunga
disertai dua daun bendera. Pembuangan sirung (tunas yang keluar pada ketiak daun) dilakukan 5 hari sekali.
38
l
7) Panen Cara panen: Tembakau umur 65 hari siap panen. Untuk tembakau di lahan tegal panen dilakukan serentak setelah daun-daun
tengah cukup
masak. Daun-daun
bawah ± 6 lembar tidak ikut dipetik dan dibiarkan menjadl krosok di lapang. Daun tengah dan daun pucuk 12-14 lembar
dipetik
serentak.
Daun-daun yang dipetik
kemudian diproses menjadi rajangan, sedang daun bawah setelah kering dipetik untuk dijual dalam bentuk krosok. Untuk tembakau di lahan sawah yang tanamannya cukup besar karena cukup air, panen dapat dilakukan dengan pemetikan secara bertahap dua-tiga kali pada saat daun sudah masak. Pada lahan tegal tembakau dipetik serentak. 3-5 lembar daun bawah tidak ikut dipetik. Setelah dipetik. daun diatur dalam keranjang dan dibawa ke tempat pengolahan.
39
8) Pengolahan hasil panen a. Sortasl. Pemeraman. Penghilangan lbu Tulang Daun dan Penggulungan
Sortasi dilakukan dengan memisahkan daun-daun yang kelewat masak. Kemudian dilakukan pemeraman dengan menyusun daun-daun tegak dengan pangkal daun di bawah. Setelah pemeraman pertama (2·3 hari) kemudian dilakukan sortasi lagi. Daun-daun yang terlalu kering atau masih hijau dipisahkan untuk dijadikan krosok. Daun-daun yang terpilih dihilangkan ibu tulang dau nnya (2/3 bagian dari pangkal batang). Kemudian disusun 15-20 lembar daun dan digulung. Kemudian gulungan daun diperam lagi 1-2 hari agar pemasakan sempurna.
40
b. Perajangan Setelah pemeraman selesai gulunga n daun dirajang. Hasil
rajangan ditampung di alas alas (plastik atau tikar) agar
bersih. Perajangan dilakukan dini hari, agar tembakau segera dapat
dijemur p ada saat matahari terbit. Setelah daun dirajang, hasil rajangan dicampur dengan hatihati sampai homagen, sambil diurai agar lurus. Kemudian daun rajangan diatur dengan rapi di atas anyaman bambu (bidig) ukuran bidig 1 m x 2,5 m, tebal
rajangan tembakau di atas bidig 1-2cm, sehingga setiap bidig dapat digunakan untuk 10 kg daun basah. Selama
perajangan
diusahakan
agar
tidak
terjadi
kontaminasi (tercampurnya) benda asing seperti potongan tali rafia, tikar, bulu ayam, kertas, kerikil, daun-daun lainnya
dsb.
41
c. Pengeringan/Penjemuran
Kemudian bidig dibawa ke luar dan dijemur dengan posisi tegak lurus dengan datangnya cahaya matahari dan tldak menyentuh tanah (di atas para-para). Pada tengah hari dilakukan pembalikan. Untuk mutu baik dalam dua harl tembakau harus sudah kering. Setelah kering didiamkan dahulu agar daun rajangan kering cukup lemas. Selama
penjemuran
diusa hakan
agar
tidak
terjadi
kontaminasi (tercampurnya) benda asing seperti potongan tali rafi a, tikar, bulu ayam, kerta s, kerikil, daun-daun lainnya dsb. d. Pembungkusan Setelah tembakau rajangan cukup lemas, kemudian digulung dengan hati-hati. Selanjutnya tembakau rajangan dibungkus dengan plastik atau tikar. Setlap bungkus berisi 40-50 kg rajangan kering.
42
Selama
pembungkusan diusahakan agar tidak terjadi
kontaminasi (tercampurnya) benda asing seperti potongan tali rafia, tikar, bulu ayam, lainnya dsb.
kertas. kerikil, daun-daun
iI~m,
Hindari penggunaan tikar yang sudah tua dan rapuh. ~nc ~h
e. Penimbangan dan Pemasaran Setelah selesai pembungkusan dilakukan penimbangan, kemudian tiap-tiap bungkus diberi catatan. Tembakau siap dikirim/dipasarkan ke gudang pembelian.