ii
KATA PENGANTAR Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BBPascapanen) sebagai salah satu unit kerja Badan Litbang Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan teknologi pascapanen untuk mendukung program pembangunan pertanian sesuai tupoksi yang dimiliki. Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pada tahun 2008 merupakan tahun keempat dari Renstra BB-Pascapanen 2005-2009. Banyak harapan dari pengguna teknologi dan pengambil kebijakan terhadap inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan, terutama yang berkaitan dengan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta menekan kehilangan hasil panen. Namun demikian, BB-Pascapanen menyadari bahwa inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan belum mampu memenuhi semua harapan tersebut, dan ini menjadi motivasi bagi BB-Pascapanen untuk bekerja lebih keras lagi pada masa yang akan datang. Laporan Tahunan 2008 ini merupakan sintesis dari pelaksanaan kegiatan BB-Pascapanen pada tahun anggaran 2008 yang terdiri dari kegiatan penelitian dan pengembangan, dan kegiatan kelembagaan struktural untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan. Banyak kendala yang dihadapi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, terutama dalam pelaksanaan penelitian di lapangan yang melibatkan mitra (petani, Kelompok Tani, Pemda), karena membutuhkan koordinasi dan supervisi yang lebih intensif. Semuanya itu merupakan pembelajaran dalam upaya peningkatkan kinerja BBPascapanen. Mudah-mudahan Laporan Tahunan 2008 ini akan bermanfaat bagi para mitra kerja, pemerintah, peneliti dan pemangku kepentingan lainnya. Kritik dan saran membangun selalu kami harapkan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja BB-Pascapanen.
Bogor, April 2009 Kepala BB-Pascapanen,
Ir. Wisnu Broto, MS iii
iv
ringkasan eksekutif Sumber anggaran untuk pelaksanaan kegiatan BB-Pascapanen pada tahun 2008 berasal dari DIPA BB-Pascapanen TA. 2009 sebesar Rp 10.489.396.000 dan kerjasama penelitian dengan pihak ketiga Rp 238.894.100. Realisasi penyerapan anggaran tersebut untuk pelaksanaan kegiatan BB-Pascapanen mendekati 100%. Alokasi anggaran dalam DIPA sebagian besar terserap untuk belanja pegawai (gaji dan upah) dan operasional perkantoran, sedangkan untuk kegiatan penelitian dan diseminasi dinilai masih kecil (20.68%) angka tersebut sudah termasuk dana hibah untuk kegiatan kerjasama penelitian dari Menristek sebesar Rp 200.000.000. Penggalian sumber-sumber pendanan untuk penelitian, baik dari instansi pemerintah maupun swasta harus ditingkatkan. Peningkatkan kemampuan dan fasilitas laboratorium BB-Pascapanen harus terus dilakukan mengingat sebagian peralatan laboratorium yang dimiliki sudah berusia tua dan kebutuhan lingkup analisis semakin luas sejalan dengan perkembangan iptek. Laboratorium BB-Pascapanen pada tanggal 27 Juli 2007 sudah mendapatkan Akreditasi dari KAN dengan nomor LP-366-IDN untuk beberapa ruang lingkup pengujian. Saat ini Laboratorium BB-Pascapanen Bogor sedang dalam proses pengembangan ruang lingkup pengujian yang akan diakreditasi. Inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan pada tahun 2008, sebagian masih dalam skala laboratorium dan sebagian sudah pada skala pilot maupun skala aplikasi di lapangan. Sebagian inovasi teknologi pascapanen yang telah diterapkan di perdesaan telah dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian terutama mendukung pembangunan agroindustri perdesaan dengan diadopsinya teknologi yang telah dihasilkan BB-Pascapanen oleh mitra. Berbagai variasi teknologi pascapanen yang telah dihasilkan dalam TA. 2008 dan siap diterapkan di lapangan antara lain: Pada umumnya teknologi yang telah dihasilkan dan diuji coba di laboratorium dan lapangan (masyarakat) diharapkan dapat memberi benefit berupa : efisiensi proses, peningkatan nilai tambah produk dan pendapatan masyarakat. Berbagai benefit yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan TA 2008 sebagai berikut : 1. Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah mampu memperpanjang umur simpan bawang merah dari 4 minggu (tradisional) menjadi 8 minggu dengan kualitas masih baik. Berdasarkan hasil analisis ekonomi menunjukkan dengan penambahan biaya proses sebesar Rp 107/ kg dapat meningkatkan keuntungan Rp 1.897/kg dalam sekali proses.
2. Analisis mikroba total pada susu sapi dengan menggunakan Paper Stick Kit Test lebih cepat daripada metode konvensional. Analisis dengan Paper Stick Kit Test hanya membutuhkan waktu 1 jam dengan biaya Rp 2.500/sampel, sedangkan dengan cara konvensional membutuhkan waktu 48 jam dengan biaya analisis di laboratorium sebesar Rp 25.000/ sampel. 3. Penggunaan bakteriosin sebagai biopreservatif dapat mempertahankan kesegaran daging ayam selama 18 jam pada suhu ruang. Bila tanpa menggunakan bakteriosin, kesegaran daging ayam hanya dapat bertahan selama 6 jam. 4. Perbaikan kondensor pada teknologi pengolahan minyak nilam di Kelompok Tani Desa Panyindangan, Kab. Majalengka dapat meningkatkan rendemen minyak menjadi 3% (rendemen yang dihasilkan petani rata-rata 2,5%), sedangkan perbaikan tungku dapat menghemat bahan bakar sebesar 33%. Hambatan dan kendala yang dihadapi BB-Pascapanen dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen antara lain : 1) Masih lemahnya koordinasi dengan Pemda dan instansi lainnya, dari sisi program dan perencanaan, koordinasi dengan Pemda sudah cukup baik, hanya dari sisi implementasi pendanaan yang belum optimal, 2) Kegiatan penelitian harus quick yielding, masalah yang timbul kemudian adalah sebagian teknologi belum sempurna pada saat diimplementasikan di lapangan, sehingga perbaikan dan penyempurnaan inovasi teknologi masih tetap dilakukan pada saat implementasi teknologi di lapangan, 3) Masalah kelembagaan dan lemahnya kompetensi SDM di perdesaan (SDM yang tergabung dalam Gapoktan, Koperasi dan UKM belum siap menjalankan teknologi, manajemen operasional, modal kerja maupun pemasarannya), 4) Ketersediaan SDM peneliti dan teknisi kurang optimal (dari segi sebaran usia dan jenjang jabatan fungsional kurang proporsional). Langkah antisipatif untuk mengatasi kendala tersebut harus menjadi perhatian BBPascapanen dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dimasa datang.
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................... iii RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................................. v DAFTAR ISI.................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................................................... xi I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1 II. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN............3 A. VISI DAN MISI....................................................................................................3 B. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI....................................................................4 C. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM............................................6 III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN...................................................................................9 A. Program Penelitian Teknologi Pascapanen dan Pengembangan Produk untuk Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Hasil Pertanian...................9 1. Teknologi Sistem Pengeringan-Penyimpanan (Instore Drying) Bawang Merah............................................................................................ 9 2. Teknologi Pengemasan Bunga Potong Alpinia sp...................................... 12 3. Mikroenkapsulasi Oleoresin Lada Hitam Sebagai Bahan Perisa Produk Pangan...................................................................................................... 15 4. Pembuatan Paper Stick Test Kit untuk Mendeteksi Tingkat Kontaminan Mikroba Total pada Susu Segar................................................................. 17 5. Pemanfaatan Gel Lidah Buaya Untuk Memperpanjang Umur Simpan Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.).................................. 19 6. Inovasi Teknologi Produksi Gula Aren untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan............................................................................. 21 7. Inovasi Teknologi Pengolahan Santan Kelapa untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan................................................... 23 8. Teknologi Diversifikasi Virgin Coconut Oil sebagai Bahan Baku Kosmetik................................................................................................... 25 B. Program Pengembangan Teknologi Mendukung Diversifikasi Pangan..........29 1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Ubijalar dan Sagu Mendukung Diversifikasi Konsumsi Pangan di Papua............................... 29 2. Pengembangan Pangan Pokok Berbasis Pangan Lokal.............................. 32
vii
3. Karakterisasi Mutu dan Pengaruh Proses Pratanak Terhadap Indeks Glikemik berbagai Varietas Beras Indonesia untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Ketahanan Pangan........................................ 35 C. Program Penelitian Mendukung Peningkatan Keamanan Pangan.................38 1. Teknologi Penyimpanan Jagung Skala Silo Untuk Mengendalikan Aflatoksin.................................................................................................. 38 2. Teknologi Produksi Bakteriosin sebagai Biopreservatif untuk Mengendalikan Kontaminan pada Daging Segar...................................... 40 D. Program Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan............................42 1. Inovasi Teknologi Produksi Konsentrat Jambu Biji Merah dengan Teknologi Membran Untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan....... 42 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Nilam di Perdesaan......... 44 E. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI, KOMUNIKASI, DISEMINASI, DAN UMPAN BALIK INOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN........................................48 1. Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer........................... 48 2. Partisipasi Ekspose dan Promosi Teknologi Pascapanen........................... 49 3. Penyiapan Dokumen dan Rintisan Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian..................................................... 54 4. Pendampingan Kerja Sama Penelitian dan Pengawalan Teknologi........... 58 5. Penyeliaan dan Pendampingan Teknologi Mendukung Prima Tani........... 60 6. Kerjasama Pelatihan Teknologi Pascapanen Pertanian dalam Rangka Lingkages Visit ACIAR-SADI....................................................................... 61 7. Kegiatan Pelatihan Teknologi Pascapanen oleh BB-Pascapanen................. 63 IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN.........................................................................65 A. ORGANISASI.....................................................................................................65 B. SUMBER DAYA MANUSIA................................................................................65 C. FASILITAS PENELITIAN.....................................................................................71 D. SARANA PENDUKUNG.....................................................................................72 E. PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA...............................................73 F. ANGGARAN......................................................................................................74 V. PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI..........................................................77 A. PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM.............................................77 B. RAPAT KERJA BB-PASCAPANEN.......................................................................77 C. EVALUASI DAN PELAPORAN TA. 2008.............................................................79 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................83
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bangunan instore drying (A) tampak depan, (B) tampak belakang, (C) tampak samping, dan (D) tampak dalam................................................... 9 Gambar 2. Model bangunan pengering-penyimpanan (instore drying) bawang merah....................................................................................................... 10 Gambar 3. Model penyimpanan bawang merah dalam ruang instore drying........... 11 Gambar 4. Bagan alir penelitian utama teknologi pengemasan bunga potong Alpinia.......................................................................................... 13 Gambar 5. Bunga Alpinia sp pada akhir peragaan hari ke 16 (A) perlakuan pulsing (B) kontrol ................................................................................... 14 Gambar 6. Mikrokapsul Oleoresin Lada Hitam ......................................................... 15 Gambar 7. Cara kerja paper stick test kit (a) substrat telah dirubah jadi produk (metabolit) dikenali indikator, (b) penguatan perubahan warna pada indikator (c) tingkat warna diterjemahkan berdasarkan referensi peta warna standard (d) proses konversi tingkat warna menjadi informasi populasi mikroba kontaminan (e) jumlah kontaminan mikroba total (Martin, 2004 dimodifikasi)..................................................................... 17 Gambar 8. Prototipe Paper Stick Test Kit................................................................... 17 Gambar 9. Proses Pembuatan Gel Lidah Buaya......................................................... 19 Gambar 10. Penampilan Belimbing Setelah Penyimpanan 21 hari (H-7).................... 19 Gambar 11. Diagram alir proses pengolahan gula aren berbasis teknologi membran................................................................................................. 22 Gambar 12. (A) Alat membran ultrafiltasi dan reverse osmosis, (B) Produk hasil ultrafiltrasi dan reverse osmosis.............................................................. 23 Gambar 13. Diagram alir proses pengolahan santan .................................................. 25 Gambar 14. Produk baby oil hasil penelitian............................................................... 26 Gambar 15. Penampakan sabun dasar dan sabun transparan dengan perlakuan kemurnian etanol 95% dan jumlah larutan basa 25% (A2B3).................. 27 Gambar 16. Suasana implementasi teknologi pengolahan ubijalar dari ke dua Kabupaten Jayawijaya dan Yahukimo............................................... 30 Gambar 17. Uji produksi teknologi pengolahan oleh kooperator Wamena (Jayawijaya) dan Tangma (Yahukimo)...................................................... 26 Gambar 18. Aneka kue : Ronde, talam, onde-onde, lumpur, bolu, kue mangkok, serabi, donat, dan lain-lain ..................................................................... 31 Gambar 19. Produk Rasbi mentah dari tepung ubijalar : (A) varietas Cangkuang alami, dan (B) varietas Cangkuang-Modifikasi......................................... 32
ix
Gambar 20. Produk Rasbi matang dari tepung ubijalar : (A) varietas Cangkuang alami, dan (B) varietas Cangkuang-Modifikasi......................................... 32 Gambar 21. Produk mi ubijalar beberapa varietas (A) basah dan (B) kering............... 34 Gambar 22. Berbagai varietas gabah dan beras pratanak (Sintanur, Gilirang, Ciherang, IR64, Batang Lembang, Mekongga)......................................... 36 Gambar 23. Program aplikasi untuk identifikasi cemaran aflatoksin pada jagung...... 33 Gambar 24. (a) bakteriosin cair, (b) persiapan bakteriosin cair untuk perendaman, (c) perendaman sampel daging ayam dengan bakteriosin cair selama 30 menit, dan (d) pengemasan sampel daging ayam dengan plastik PE siap disimpan di suhu ruang dan suhu dingin..................................... 41 Gambar 25. (A) jambu biji merah varietas Getas dan (B) konsentrat jambu biji merah hasil membran UF dan RO...................................................... 43 Gambar 26. Unit membran (A) UF dan (B) RO............................................................ 44 Gambar 27. Unit penyuling nilam kelompok tani Nilam Rahayu................................. 45 Gambar 28. Bentuk kelembagaan usaha produksi minyak nilam................................ 46 Gambar 29. Pedoman Teknis, Laporan Tahunan Poster & Leaflet Kalender BB-Pascapanen Tahun 2008..................................................................... 49 Gambar 30. (A) Suasana stand Badan Litbang pada sisi pascapanen, (B) Kunjungan Dr. Bungaran Saragih, dan (C) Peragaan teknologi pengolahan mi sagu oleh mitra kerja sama Pesantren Al Qur’an wal Hadis............................. 50 Gambar 31. (A) Tampilan mi kering dengan substitusi tepung kasava dan tepung sukun dan (B) tampilan mi kering yang dikembangkan swasta dengan substitusi tepung kasava yang merupakan hasil uji coba kerja sama SIKIB, Deptan dan pihak swasta............................................................... 51 Gambar 32. Suasana Pameran pada Kongres Kearifan Lokal Perempuan Menuju Ketahan Pangan Keluarga........................................................................ 51 Gambar 33. (A) Ibu Rossi Anton Apriyantono selaku Penasehat Dharma Wanita Unit Departemen Pertanian menunjukkan tepung kasava kepada TVRI yang melakukan wawancara, dan (B). Menteri Pertanian mengunjungi masing-masing stand pada acara tersebut, termasuk ke BB-Pascapanen....................................................................................... 52 Gambar 34. Beberapa Teknologi BB-Pascapanen yang ditampilkan pada Stand Diversifikasi Pangan di Pameran Pangan Nusa 3 dijelaskan kepada Ibu Negara................................................................................................ 53 Gambar 35. Penandatanganan MoU Kerjasama Puree Mangga.................................. 54 Gambar 36. (A) Penandatanganan MoU kerjasama scaling up pengolahan mi sagu dan (B) ruang pengolahan mi sagu............................................. 55 Gambar 37. Kegiatan pengeringan dan penyimpanan jagung di gudang silo.............. 56
Gambar 38. Pelatihan pengolahan ubi jalar................................................................ 57 Gambar 39. Suasana Workshop Postharvest in Globalisation Economics pada International Society for Horticultural Science (ISHS)..................... 58 Gambar 40. Lokasi demplot budidaya lada untuk kerja sama FAO di Cambai, Bangka Belitung, penyampaian materi dan pelatihan pengolahan lada untuk petani Malaysia di Kaltim....................................................... 59 Gambar 41. Pertemuan dan penandatangan kesepakatan kerjasama bilateral Indonesia - Belanda................................................................... 60 Gambar 42. Pelatihan Teknologi Pascapanen Pertanian dalam Rangka Linkages Visit ACIAR-SADI....................................................................................... 63 Gambar 43. (A) Pembukaan Rapat Kerja BB-Pascapanen TA.2008 oleh Ka. Badan Litbang dan (B) para tamu undangan...................................................... 78 Gambar 44. Ka. Badan Litbang dan Pejabat eselon II meninjau poster dan produk hasil penelitian BB-Pascapanen............................................................... 78
xi
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5.
Karakteristik Mutu Gel Lidah Buaya............................................................ 21 Karakteristik kimia fisik nira aren umpan.................................................... 22 Rendemen tepung dan pasta ubi jalar dari beberapa varietas.................... 34 Komposisi kimia tepung dan pasta ubi jalar dari beberapa varietas........... 34 Hasil analisis fisikokimia konsentrat jambu biji merah menggunakan membran UF dan RO................................................................................... 43 Tabel 6. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2005-2008 .................................................................................................. 65 Tabel 7. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional periode 2005-2008................................................................................................... 66 Tabel 8. Jumlah peneliti BB-Pascapanen berdasarkan jenjang jabatan periode 2005-2008................................................................................................... 66 Tabel 9. Rencana pengembangan SDM tahun 2009 – 2013………………..................... 67 Tabel 10. Pengembangan SDM dalam bentuk training jangka pendek dan jangka panjang............................................................................................ 68 Tabel 11. Sarana Pendukung Kegiatan Operasional BB-Pascapanen.......................... 72 Tabel 12. Buku untuk perpustakaan yang diadakan pada tahun 2008....................... 73 Tabel 13. Peralatan laboratorium yang diadakan pada tahun 2008........................... 74 Tabel 14. Alokasi Anggaran BB-Pascapanen Tahun 2008............................................ 75 Tabel 15. Judul Laporan Kegiatan BB-Pascapanen untuk Rapat Pimpinan Lingkup Badan Litbang Pertanian Tahun 2008............................................ 81
xiii
xiv
I.PENDAHULUAN Peranan Badan Litbang Pertanian sangat diharapkan dalam menghasilkan inovasi teknologi layak terap bagi para pengguna (petani dan pengusaha agribisnis) dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan mendasar pembangunan sektor pertanian. Tuntutan tersebut harus dipenuhi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen) sebagai salah satu institusi di bawah Badan Litbang Pertanian. BB-Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat berperan dalam menyediakan teknologi dan memberikan masukan kepada Departemen Pertanian, baik rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan pengembangan agroindustri. Oleh karena itu, BB-Pascapanen berupaya secara terus menerus untuk dapat menghasilkan teknologi pascapanen yang sederhana dan mudah diaplikasikan di tingkat petani/kelompok tani. Kebijakan Pemerintah pada awal tahun anggaran 2008, untuk melakukan penghematan sebesar 15% dari total anggaran DIPA berdampak pada penurunan alokasi anggaran tidak mengikat, termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan sebesar 45%, karena tidak dimungkinkan melakukan penghematan pada alokasi anggaran mengikat (anggaran rutin). Dengan pengurangan anggaran tersebut, maka BB-Pascapanen perlu menyusun skala prioritas sasaran kegiatan penelitian yang akan dicapai pada tahun tersebut. Meskipun terjadi pengurangan anggaran, namun pelaksanaan kegiatan penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap capaian output, karena masih sejalan dengan sasaran Renstra BB-Pascapanen 2005-2009. Penerapan suatu teknologi pascapanen di lapangan membutuhkan dukungan dari instansi terkait. Pengujian teknologi tersebut membutuhkan faktor pendukung, seperti gedung untuk penempatan unit pengolahan, gudang penyimpanan (beberapa produk memerlukan pendingin), pembentukan tata niaga dan promosi, lembaga pengolahannya dan lain sebagainya. Untuk itu, kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Pemerintah Daerah, Mitra Swasta dan stakeholder lainnya menjadi faktor yang sangat esensial dan merupakan keharusan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian bahwa paradigma penelitian bukan lagi “penelitian dan pengembangan”, “tetapi penelitian untuk pengembangan” (research for development) telah mewarnai kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BB-Pascapanen yang lebih mengutamakan kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan diimplementasikan langsung di lapangan. Sebagian besar kegiatan pengembangan dilaksanakan di sentra produksi bahan baku, bekerjasama dengan pemerintah daerah, BPTP, kelompok tani dan swasta/koperasi, sehingga proses inovasi teknologi dan diseminasi dapat berjalan paralel, dengan sendirinya akan mempercepat proses penyampaian inovasi teknologi ke pengguna. Keuntungan lain, dengan adanya sharing pendanaan dan sumberdaya lainnya dari mitra kerjasama akan mempercepat kinerja pencapaian sasaran, karena adanya sinergisme dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan agroindustri. Teknologi hasil penelitian BB-Pascapanen tahun 2008 merupakan teknologi yang siap untuk diimplementasikan di lapangan baik melalui tahap pengkajian oleh BPTP dan dalam bentuk kerjasama penelitian pengembangan antara BPTP dengan BB-Pascapanen, maupun melalui kerjasama pengembangan dengan mitra instansi pemerintah (Pemda dan Direktorat Teknis), swasta, koperasi dan kelompok tani/ gapoktan. Sebagian dari teknologi pascapanen yang dihasilkan dapat diterapkan dalam skala rumah tangga, sebagian lagi harus diterapkan dalam skala kelompok tani/gapoktan atau usaha kecil–menengah agar tercapai skala ekonominya.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
II. PROGRAM PENELITIAN dan pengembangan pascapanen pertanian A. Visi dan Misi Visi Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB-Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : Menjadi institusi litbang utama dan andalan nasional dalam inovasi teknologi pascapanen pertanian. Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana meletakkan BB-Pascapanen pada landasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, disertai kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar BB-Pascapanen memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem dan usaha agribisnis yang berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus mampu menjadi institusi yang memiliki kompetensi di bidang penelitian dan pengembangan pascapanen untuk mendukung dinamika dan nilai-nilai pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu kondisi yang menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini. Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan misi ada 2 (dua) kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1) kepentingan internal (competence quality dan commitment growth) dan, (2) kepentingan eksternal (masyarakat/stakeholders). Misi yang dirumuskan berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan organisasi akan diukur dari keberhasilan misinya.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Misi Dalam mewujudkan visi tersebut, BB-Pascapanen melaksanakan misi sebagai berikut : 1. Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka peningkatan daya saing dan nilai tambah hasil pertanian, diversifikasi pangan dan keamanan pangan; 2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna; 3. Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka peningkatan penguasaan IPTEK, peran dan citra BB-Pascapanen; 4. Mengembangkan sistem kelembagaan dan kompetensi sumberdaya untuk meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima. B. Tujuan, Sasaran dan Strategi Dalam jangka menengah (tahun 2005-2009) visi dan misi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka disusun strategi yang dikelompokkan ke dalam empat strategi besar. Keempat strategi tersebut disusun atas dasar evaluasi mendalam terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BB-Pascapanen ke depan. Tujuan Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, BB-Pascapanen dalam lima tahun menetapkan tujuan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian sebagai berikut : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk mendukung tumbuhkembangnya agroindustri di perdesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian unggulan melalui perbaikan mutu, pengembangan produk, pemanfaatan produk samping dan limbah.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
3. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi untuk merevitalisasi sumber-sumber pangan tradisional dan pemanfaatan sumber pangan baru dalam meningkatkan diversifikasi pangan. 4. Menyediakan database dan konsep kebijakan untuk rekomendasi penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran akhir rencana strategis yaitu : 1. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan pangan untuk mendukung diversifikasi pangan. 2. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah, perbaikan mutu dan peningkatan daya saing produk. 3. Tersedia dan berfungsinya, serta diadopsinya model agroindustri perdesaan berbasis inovasi teknologi pengolahan. 4. Tersedianya database dan konsep kebijakan untuk rekomendasi penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. Strategi Faktor kunci keberhasilan BB-Pascapanen berkaitan dengan visi, misi dan kinerja organisasi. Faktor kunci keberhasilan tersebut diperoleh dari hasil analisis terhadap lingkungan internal BB-Pascapanen dan eksternal yang merupakan landasan kritis dalam merancang strategi. Faktor-faktor tersebut dianalisis dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan SWOT (strengths, weakness, opportunities, threats). Dari hasil analisis SWOT, kemudian disusun dan dirumuskan strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam lima tahun ke depan (2005-2009) sebagai berikut : 1. Strategi SO (strength-opportunities) a. Manfaatkan sumberdaya litbang pascapanen dalam menghasilkan inovasi teknologi skala pilot untuk pengembangan agroindustri b. Manfaatkan kemitraan dan promosi untuk mempercepat alih teknologi guna menumbuhkembangkan lapangan kerja dan usaha baru Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
2. Strategi ST (strengths-threats) a. Dayagunakan tenaga peneliti dan fungsi laboratorium untuk menghasilkan teknologi guna mengatasi Technical Barriers of Trade (TBT), Sanitary and Phytosanitary (SPS), dan berlakunya standar regional Europe GAP b. Giatkan apresiasi stakeholders.
BB-Pascapanen
kepada
beneficiaries
dan
3. Strategi WO (weakness-opportunities) a. Tingkatkan kemampuan (kualifikasi) serta keberimbangan dalam komposisi (usia dan disiplin ilmu) dari SDM b. Tingkatkan sinergi program sumberdaya, diseminasi hasil penelitian dan alih teknologi 4. Strategi WT (weakness-threats) a. Segera realisasikan tenaga sesuai keahlian b. Maksimalkan dan tempatkan SDM yang tersedia sesuai dengan keahlian c. Outsourcing untuk peningkatan kemampuan atas teknologi C. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM Sejalan dengan Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Litbang Pertanian dan Tupoksi BB-Pascapanen, maka BB-Pascapanen memfokuskan pada Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian khususnya Subprogram Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai landasan utama Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen yang akan dilaksanakan selama periode 20052009. Rincian masing-masing Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian periode 2005-2009 adalah sebagai berikut : 1. Program Penelitian Teknologi Pascapanen dan Pengembangan Produk untuk Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Hasil Pertanian Ruang lingkup program ini meliputi inovasi komponen teknologi, perakitan komponen teknologi, dan scaling-up teknologi sampai menjadi suatu model agroindustri dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Program ini diarahkan untuk menghasilkan inovasi teknologi pascapanen bagi pengembangan agroindustri skala kecil-menengah dan perdesaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
2. Program Pengembangan Teknologi Mendukung Diversifikasi Pangan Ruang lingkup program ini meliputi penelitian dan pengembangan teknologi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan melalui diversifikasi produk, khususnya pangan berbahan baku non-beras. Sasaran yang ingin dicapai adalah keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Program ini juga diarahkan untuk mengangkat bahan pangan tradisional dan sumber pangan lokal menjadi bahan pangan yang bermutu dengan citra tinggi. 3. Program Penelitian Mendukung Peningkatan Keamanan Pangan Ruang lingkup program ini meliputi identifikasi kontaminan dan mutu produk pertanian, pengembangan sistem mutu, pengembangan teknik-teknik analisis mutu yang efektif dan rekomendasi teknologi untuk menekan kontaminan pada produk pertanian. Faktor keamanan pangan berkaitan dengan tercemar tidaknya pangan oleh cemaran mikrobiologis, logam berat dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Untuk dapat memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman bagi kesehatan, tidak cukup hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi juga diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen lingkungan atau penerapan sistem produksi pangan yang baik (GMP-Good Manufacturing Practices) dan penerapan analisis bahaya dan titik kendali kritis (HACCP-Hazard Analysis and Critical Control Point). 4. Program Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen atas dasar permintaan stakeholder atau mitra. Mitra dapat berasal dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan usaha (BUMN, BUMD, dan swasta), koperasi dan kelompok tani. Kegiatan dapat berbentuk kerjasama penelitian atau kerjasama pengembangan untuk tujuan komersialisasi maupun dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Kerjasama penelitian dapat mulai dari penelitian dasar, penelitian terapan sampai pada scale up. Kerjasama pengembangan diarahkan pada pengembangan teknologi di lapangan sehingga menjadi suatu Model Agroindustri yang operasional. Jenis komoditas menjadi objek penelitian maupun pengembangan dapat berasal dari komoditas unggulan maupun non unggulan tergantung dari permintaan mitra dan stakeholder. Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
5. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penyampaian inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna (petani, pengusaha, dan direktorat teknis) melalui promosi, publikasi, gelar teknologi, ekspose, pameran, temu bisnis, meningkatkan perolehan HaKI dan melakukan komersialisasi teknologi hasil penelitian. Termasuk didalamnya kegiatan pembinaan, pendampingan, dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan Prima Tani.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN A. Program Penelitian Teknologi Pascapanen dan Pengembangan Produk untuk Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Hasil Pertanian 1. Teknologi Sistem Pengeringan-Penyimpanan (Instore drying) Bawang Merah Tingkat kehilangan hasil pada penanganan pascapanen bawang merah cukup tinggi (20 – 40%). Faktor pembusukan umbi menjadi penyebab utama tingginya persentase kerusakan bawang merah. Pembusukan bawang merah disebabkan oleh proses pelayuan dan pengeringan umbi yang kurang baik sehingga kadar air pada bagian leher umbi bawang merah masih terlalu tinggi. Kadar air yang masih tinggi menyebabkan rendahnya kualitas dan daya simpan umbi bawang merah. Oleh karena itu diperlukan adanya perbaikan penanganan pascapanen bawang merah yang lebih tepat, sehingga dapat mengurangi tingkat kehilangan hasil dan memperpanjang daya simpan bawang merah. (A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 1. Skala bangunan instore drying (A) tampak depan, (B) tampak belakang, (C) tampak samping, dan (D) tampak dalam
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Gambar 2. Model bangunan pengering-penyimpanan (instore drying) bawang merah
Kegiatan penelitian ini mulai dilaksanakan tahun 2007 dan telah didapatkan model teknologi sistem pengeringan-penyimpanan bawang merah kapasitas 5 – 10 ton. Berdasarkan pengamatan terhadap bawang merah selama proses pengeringan 9 hari dan penyimpanan 14 minggu menunjukkan bahwa pengeringan dan penyimpanan dalam instore drying dengan bentuk gedengan menghasilkan mutu fisiko kimia yang terbaik. Karakteristik bawang merah yang dihasilkan dengan kadar air 83,05%, kadar abu 0,67%, VRS 1,76%, susut bobot 22,28%, kerusakan 10,38%. Pada tahun 2008, telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan model teknologi sistem pengeringan-penyimpanan bawang merah kapasitas 15 ton kering simpan. Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah (1) perakitan bangunan (panjang 7,50 m, lebar 5,50 m, dan tinggi 4,45 m). Kerangka bangunan terbuat dari kayu dengan lantai semen, atap bangunan dari fiberglas, dinding bangunan dari tembok setinggi 95 cm dan dari bilik, rak penyimpanan dibuat dari bahan batang bambu. (2) Pemasangan 4 (empat) buah cerobong aerasi ballwindow, tungku pemanas dan 2 buah blower hisap. (3) Uji karakteristik bangunan dilakukan dalam kondisi tanpa beban (kosong) dan kondisi ruang terisi penuh. (4) Uji pengeringan-penyimpanan dilakukan dengan menggunakan bawang merah hasil panen petani. (5) Analisis kelayakan ekonomi, termasuk biaya pembuatan bangunan, umur ekonomis, kapasitas riil bangunan, frekuensi pemanfaatan, peningkatan mutu dan nilai jual bawang merah setelah prosesing. Percobaan dilakukan saat panen raya pada musim tanam I (MT I,2008). Bawang merah yang digunakan adalah jenis bawang merah konsumsi.
10
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Gambar 3. Model penyimpanan bawang merah dalam ruang instore drying
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teknologi sistem pengeringan dan penyimpanan bawang merah kapasitas 15 ton yang dilengkapi dengan sistem pengaturan aerasi udara (ballwindow), tungku pemanas, blower penghisap dan ventilasi udara dapat berfungsi untuk membantu pengaturan suhu dan kelembaban udara di dalam ruang pengeringan-penyimpanan bawang merah. Kapasitas basah ruang instore drying adalah 10.366 ton, sedangkan kapasitas kering simpannya mencapai 15,6 ton. Proses pelayuan bawang merah pada kecepatan udara di luar instore drying 1,99 m/detik dan kecepatan dalam ruang instore drying mencapai 1.22 m/detik berlangsung selama 12 jam. Proses pengeringan dalam instore drying lebih cepat 2 hari dibandingkan pengeringan cara petani. Nilai susut bobot yang dicapai dengan instore drying mencapai 4,97%, sedangkan cara petani susut bobotnya adalah 4,03%. Nilai susut bobot yang lebih tinggi dibandingkan pada cara petani menunjukkan lebih besarnya kemampuan ISD dalam mengeringkan bawang merah dibandingkan cara petani. Pada penelitian verifikasi di lapangan (gapoktan ”Tunas Harapan” Desa Tengguli, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes), terlihat masih perlu adanya perbaikan sistem sirkulasi udara panas dari blower hisap ke dalam instore drying untuk menghasilkan suhu dan RH ruangan yang optimal untuk proses pengeringan dan penyimpanan umbi bawang merah. Hasil penyimpanan bawang merah selama 8 minggu (2 bulan) adalah sebagai berikut : (1) dalam instore drying, menghasilkan bawang merah dengan kadar air 80,36%, total kerusakan 10,12%, susut bobot 13,28% dan kekerasan 3,80 kg/m2. (2) dalam penyimpanan cara petani, menghasilkan bawang merah dengan kadar air 80,20%, total kerusakan 11,24%, susut bobot 14,67% dan kekerasan 3,80 kg/m2. Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
11
Hasil analisis kelayakan ekonomis menunjukkan bahwa teknologi pengeringan dan penyimpanan dengan instore drying sangat layak, dengan tambahan biaya proses Rp. 106,84,-/kg bawang merah, nilai B/C ratio 1,29 dan NPV 259,52 Juta. Keuntungan langsung yang diperoleh petani dapat mencapai Rp 28.458.000,- sekali proses dengan melakukan tunda jual pada saat panen raya. 2. Teknologi Pengemasan Bunga Potong Alpinia sp Menurut Direktorat Tanaman Hias (2006), permintaan pasar bunga Alpinia sp sangat tinggi terutama untuk tujuan ekspor. Namun demikian, jenis bunga ini belum begitu populer dan masih sedikit dibudidayakan di Indonesia. Bunga potong Alpinia sp mempunyai sifat mudah rusak dan layu, dengan kesegaran hanya bertahan antara 4-5 hari. Kerusakan bunga ditandai dengan layunya petal bunga, dan memudarnya warna bunga. Minimnya teknologi penanganan pascapanen, terutama dalam pengemasannya menyebabkan perdagangan dan pengembangan ekspor bunga ini menjadi terbatas. Salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran bunga potong (memperpanjang vase life) adalah penggunaan larutan pengawet (pulsing). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengemasan bunga potong Alpinia sp dalam upaya memperpanjang jangkauan distribusi pemasarannya. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisiologis bunga potong Alpinia sp, jenis larutan pulsing, lama penyimpanan bunga dalam ruang pendingin, suhu peragaan, dan tingkat kemekaran bunga. Jenis larutan pulsing yang digunakan adalah sukrosa p.a dan gula pasir 20%. Penyimpanan bunga dilakukan pada suhu 15°C, selama 0, 3, 6 dan 9 hari, sedangkan peragaan bunga dilakukan pada suhu ruang ber-AC (20 – 25)°C dan suhu ruang (27 – 30)°C. Penelitian utama dilakukan untuk menentukan metode pengemasan dan jenis pengemas untuk bunga potong Alpinia sp. Metode pengemasan yang dilakukan meliputi metode pengemasan basah dan kering, sedangkan jenis pengemas yang digunakan meliputi plastik polietilen (0,03 mm) yang diberi lubang jarum 16 buah, kertas koran, dan tanpa kemasan. Bunga yang telah dikemas kemudian dimasukkan ke dalam box karton dengan kapasitas box
12
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
masing-masing 10 tangkai bunga potong. Simulasi pengangkutan dilakukan selama 20 jam pada suhu 15°C. Bunga kemudian dibuka dari kemasannya dan disimpan sebagai stok bahan baku dalam ruang dingin 15°C selama 0, 3 dan 6 hari. Pengamatan dilakukan setiap dua hari terhadap : perkembangan fisik bunga dan masa peragaan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 3 ulangan. Pengemasan bunga potong Alpinia sp. seperti terlihat pada Gambar 4. Bunga Alpinia ↓ Sortasi/Grading ↓ Perendaman dalam larutan pulsing selama 2 jam (Gula 20% + AgNO3 50 ppm + asam sitrat 50 ppm, sedalam 10 cm) ↓ Pengemasan A : Metode pengemasan (pengemasan basah dan pengemasan kering) B: Jenis pengemas (plastik PE 0,03 mm dengan 16 lubang jarum, kertas koran, tanpa kemasan) ↓ Pengemasan dalam kotak karton ↓ Pengangkutan (Simulasi selama 20 jam, suhu ± 15oC) ↓ Kemasan dibuka ↓ Penyimpanan (0, 3 dan 6 hari, suhu ± 15oC) ↓ Peragaan suhu ruang (25 - 30oC, RH ± 70%) ↓ Pengamatan (perkembangan fisik bunga, presentase pemekaran braktea, presentase pencoklatan/ kelayuan braktea, jumlah larutan terserap, masa peragaan, warna) Gambar 4. Bagan alir penelitian utama teknologi pengemasan bunga potong Alpinia
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa puncak respirasi bunga terjadi pada hari kedua penyimpanan, yaitu terlihat dengan terjadinya lonjakan produksi CO2. Formula Pulsing dengan menggunakan sukrosa dan gula dapat meningkatkan kesegaran bunga potong, yaitu dengan waktu masa peragaan masing-masing 16,3 hari dan 13,5 hari. Masa peragaan bunga potong tanpa pulsing hanya 10,7 hari. Lama penyimpanan stok bunga pada suhu 15°C sampai 6 hari tidak berpengaruh signifikan terhadap masa peragaan bunga, begitu pula dengan suhu ruang peragaannya. Diameter dan panjang bunga selama peragaan meningkat cukup signifikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya diameter selama peragaan karena bunga bertambah mekar. Persentase tingkat kelayuan bunga selama masa peragaan semakin tinggi dengan makin lamanya masa peragaan, dimana pada hari ke-16 rata-rata 80% bunga sudah layu. Jumlah larutan terserap pada awal masa peragaan cukup tinggi dan berangsur-angsur menurun sampai akhir masa peragaan. Metode pengemasan basah menghasilkan mutu bunga yang lebih baik dibanding pengemasan kering. Penyimpanan stok bunga di ruang dingin bisa dilakukan sampai 6 hari dengan mutu bunga Alpinia sp. masih cukup bagus. Penggunaan pengemas plastik dan kertas koran meningkatkan masa kesegaran bunga Alpinia sebesar 17,25% dibanding tanpa pengemasan. Bunga Alpinia sp. yang telah mengalami perlakuan pengemasan menghasilkan mutu yang bagus, ditunjukkan dengan tingkat kerusakan bunga yang rendah (± 5 %) dan masa peragaan yang panjang (15 hari).
Gambar 5. Bunga Alpinia sp pada akhir peragaan hari ke 16 (A) perlakuan pulsing (B) kontrol 14
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Penelitian diperkirakan mampu memberikan dampak bahwa semakin panjang masa peragaan bunga potong Alpinia dengan perlakuan pulsing menggunakan bahan yang murah dan mudah diperoleh akan membantu petani maupun pedagang untuk menahan stok bunganya lebih lama sampai terjual. Hal itu akan menurunkan kerugian petani maupun pedagang karena cepatnya kerusakan bunga. Dari sisi konsumen, dengan masa peragaan yang panjang akan menghemat pembelian bunga. Teknologi penyimpanan bunga dengan suhu dingin dapat diterapkan di tingkat pedagang sehingga memungkinkan mereka melakukan penyimpanan dan menghemat biaya transportasi. Selain itu juga memungkinkan jangkauan distribusi pemasaran bunga yang lebih luas, yang dengan sendirinya meningkatkan daya serap pasar dan pada gilirannya akan memberikan keuntungan kepada petani maupun pedagang dan pelaku usaha bunga. 3. Mikroenkapsulasi Oleoresin Lada Hitam sebagai Bahan Perisa Produk Pangan Mikroenkapsulasi merupakan proses penyelaputan yang tipis terhadap partikel kecil berbentuk zat padat, tetesan zat cair, atau gas dengan cara membungkus dalam suatu bahan pengkapsul berukuran sangat kecil (0.25000 µm). Kelebihan yang dimiliki oleh mikroenkapsulasi ialah memudahkan penanganan zat aktif dengan mengkonversi bentuk zat cair ke padat, mudah digunakan dalam pencampuran bahan-bahan kering, bebas dari serangga dan mikroba. Komponen utama yang dibutuhkan dalam mikroenkapsulasi adalah zat aktif dan bahan pengkapsul. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses optimum mikroenkapsulasi oleoresin lada hitam dengan metoda spray drying pada skala laboratorium. Bahan pengkapsul yang digunakan adalah campuran maltodekstrin dengan bahan sumber protein alami.
Gambar 6 . Mikrokapsul oleoresin lada hitam Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
15
Penelitian dibagi menjadi 5 tahap kegiatan, yaitu : 1) karakterisasi bahan pengkapsul sumber protein (susu skim, Na-caseinat, tepung kedelai dan tepung kacang hijau); 2) penentuan komposisi campuran bahan pengkapsul; 3) penentuan konsentrasi oleoresin yang optimum; 4) penentuan kondisi proses mikroenkapsulasi oleoresin lada hitam; dan 5) uji organoleptik terhadap mikrokapsul yang dihasilkan. Karakteristik bahan pengkapsul : kadar protein kacang kedelai, susu skim dan kacang hijau berturut-turut 38,25%, 22,84% dan 22,32%; kadar pati kacang hijau (25,08%), kacang kedelai (13,27%) dan susu skim (4,88%); dan viskositas kacang kedelai pada konsentrasi 10-50% adalah 8–2850 cp, kacang hijau (konsentrasi 10-50%), yaitu 10-341 cp dan susu skim (konsentrasi 10-50%), yaitu 7,4 – 34 cp. Kombinasi perlakuan yang dapat dipertimbangkan untuk proses enkapsulasi oleoresin lada selanjutnya adalah bahan pengkapsul dari maltrodekstin dan susu skim perbandingan 80:20 dengan konsentrasi total pengkapsul 10% dalam formula. Sebagai pembanding adalah bahan pengkapsul dari maltodekstrin dan susu skim perbandingan 90 : 10 dengan konsentrasi total pengkapsul 10% dalam formula. Mikrokapsul dengan bahan pengkapsul maltodekstrin : susu skim = 80 : 20 memiliki nilai surface oil yang paling rendah (0,2350). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pengkapsul kombinasi maltodekstrin dan susu skim (80: 20) dengan konsentrasi oleoresin 10 % dari total bahan pengkapsul memberikan hasil yang terbaik dengan nilai surface oil yang paling rendah (0,33%) dan nilai oil recovery paling tinggi (111,94%). Kondisi spray drying terbaik pada suhu inlet 160oC, konsentrasi oleoresin 10% dan laju alir umpan 15 ml/menit dengan rata-rata kadar minyak 0,72%, oil recovery 111,85%, surface oil 0,23%, kadar air 0,02% dan rendemen 69,25%. Hasil penilaian uji organoleptik dari produk lada hitam (lada hitam, oleoresin dan mikrokapsul oleoresin) yang diaplikasikan dalam cairan soup menunjukkan bahwa : a) rasa soup yang diberi ketiga produk lada tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, b) warna soup, yang diberi mikrokapsul lebih disukai oleh panelis dengan nilai 3,76 , c) aroma soup yang diberi lada hitam lebih disukai panelis (nilai 3,9), dan d) tingkat kejernihan, soup yang diberi oleoresin dan mikrokapsul lebih tinggi dibandingkan yang diberi lada hitam. Secara umum hasil penilaian tingkat kesukaan terhadap ketiga macam produk lada tidak menunjukkan hasil yang berbeda.
16
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
4. Pembuatan Paper Stick Test Kit untuk Mendeteksi Tingkat Kontaminan Mikroba Total pada Susu Segar Sebagai bagian pangan rakyat Indonesia, susu harus aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi dan pemasaran susu segar. Kepedulian konsumen terhadap mutu susu serta kaitannya dengan kesehatan terus meningkat. Mutu susu di Indonesia tergolong rendah, ditandai oleh bobot jenis (BJ) yang rendah, kadar protein dan lemak kurang dari 3%. SNI maupun Codex menetapkan BJ susu minimal 1,0280 dan kadar lemak serta kadar protein >3%. Angka Total Plate Count (TPC) susu di tingkat pengumpul dan koperasi susu diinformasikan mencapai puluhan juta/ml, jauh di atas standar SNI maupun Codex yang menetapkan batas maksimum 1 juta/ml. Penolakan susu rakyat oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) diantaranya disebabkan oleh TPC yang tinggi. Harga susu di tingkat peternak sangat tergantung pada nilai TPC-nya, sehingga sangat diperlukan alat deteksi tingkat kontaminan mikroba yang murah dan cepat di peternak. Dengan demikian peternak akan memiliki posisi tawar dalam penentuan harga susu sesuai mutunya.
Gambar 7. Cara kerja paper stick test kit (a) substrat telah dirubah jadi produk (metabolit) dikenali indikator, (b) penguatan perubahan warna pada indikator (c) tingkat warna diterjemahkan berdasarkan referensi peta warna standard (d) proses konversi tingkat warna menjadi informasi populasi mikroba kontaminan (e) jumlah kontaminan mikroba total (Martin, 2004 dimodifikasi).
Gambar 8. Prototipe Paper Stick Test Kit Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
17
Penelitian ini bertujuan mendapatkan alat deteksi tingkat kontaminan mikroba pada susu secara cepat, murah dan mudah. Kinerja penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa susu merupakan substrat yang kaya akan nutrisi bagi mikroba. Mikroba dalam susu akan memanfaatkan nutrisi yang ada dalam susu untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi yang dimanfaatkan oleh mikroba diantaranya adalah gula laktosa. Gula tersebut akan dipecah melalui metabolisme dalam sel mikroba untuk memperoleh energi. Metabolisme tersebut menghasilkan metabolit-metabolit diantaranya asam organik yang diekskresikan keluar sel. Asam organik tersebut akan mempengaruhi tingkat keasaman (pH) susu. Semakin lama, populasi mikroba dalam susu akan meningkat menyebabkan akumulasi asam organik semakin banyak, yang akan meningkatkan keasaman atau menurunkan pH susu. Tingkat keasaman susu segar akan dikorelasikan dengan tingkat kontaminan mikroba total. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan yang sama antara parameter tingkat kontaminan mikroba total, konsentrasi asam organik sebagai asam total dan pH. Hal ini menunjukan bahwa parameter-parameter tersebut memiliki korelasi yang positif. Untuk mengenali senyawa metabolit berupa asam organik yang dihasilkan oleh mikroba, digunakan senyawa indikator yang dapat menunjukkan perubahan tingkat warna berdasarkan konsentrasi asam organik yang dihasilkan mikroba kontaminan. Senyawa indikator teradesifikasi pada media kertas berbentuk potongan memanjang (paper stick), digunakan untuk mengukur tingkat asam organik sebagai asam total pada susu segar yang menghasilkan perubahan warna tertentu. Tingkat warna pada Paper Stick Test Kit yang berkorelasi dengan tingkat kontaminan mikroba akan dipetakan sebagai peta standar kontaminan mikroba pada susu segar. Peta standar digunakan untuk menunjukkan tingkat kontaminan mikroba total pada susu segar berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada Paper Stick Test Kit. Bahan Paper Stick Test Kit terbaik berupa karton dan formula NaOH 0,01 N, bromothymol blue 0,3 g/250 ml air dengan waktu aplikasi optimal 10 detik dan warnanya dapat stabil selama 21 - 30 menit dengan tingkat akurasi 75%. Waktu yang diperlukan untuk analisis mikroba total dengan menggunakan Paper Stick Test Kit pada susu lebih cepat (1 jam), sedangkan dengan metode konvensional (48 jam); 2). Biaya analisis sampel dengan menggunakan Paper Stick Kit Test (Rp 2.500/sampel) lebih murah daripada analisis melalui laboratorium (Rp 25.000/ sampel). 18
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
5. Pemanfaatan Gel Lidah Buaya Untuk Memperpanjang Umur Simpan Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) Belimbing merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil belimbing terbesar ke-3 di dunia. Belimbing memiliki umur simpan yang pendek sehingga menjadi kendala dalam proses penyimpanan dan distribusinya. Salah satu upaya untuk memperpanjang umur simpan belimbing adalah dengan menerapkan teknik edible coating dengan gel lidah buaya. Keunggulan lidah buaya adalah mengandung anti mikroba alami, disamping kelebihan lainnya yaitu ramah lingkungan dan terbarukan.
→
→ ↓ ←
Gambar 9. Proses pembuatan gel lidah buaya
Gambar 10. Penampilan belimbing setelah penyimpanan 18 hari (H-7)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
19
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik dari gel lidah buaya sebagai edible coating yang mampu memperpanjang umur simpan buah belimbing manis menjadi lebih dari 5 hari. Perlakuan terdiri atas penambahan CMC sebanyak 0,5, 1 dan 1,5% serta gliserol sebanyak 0,5, 1 dan 1,5%. Hasil formulasi terbaik digunakan pada buah belimbing manis, dengan perlakuan berupa lama pencelupan (1, 3 dan 5 menit) dan disimpan pada suhu 15˚C. Larutan coating dibuat dari lidah buaya jenis sinensis yang telah berumur 1 tahun. Lidah buaya langsung diolah setelah dipetik untuk meminimalkan kerusakan yang diakibatkan aktifnya enzim yang secara alami terdapat dalam pelepah lidah buaya. Pelepah lidah buaya dicuci dan selanjutnya direndam selama 30 menit dalam larutan klorin untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroba yang ada di permukaan daun ke dalam gel lidah buaya. Daun lidah buaya kemudian dicuci kembali untuk menghilangkan klorin dan bau yang masih tertinggal pada permukaan daun. Daun selanjutnya dikupas sehingga diperoleh gel lidah buaya. Gel lidah buaya selanjutnya dicuci dengan air hangat untuk menghilangkan lendir dan yellow sap yang ada di permukaan gel. Yellow sap ini perlu dihilangkan karena dapat merubah warna gel menjadi kuning dan baunya kurang sedap. Selanjutnya gel lidah buaya dipotong kecil-kecil dan selanjutnya diblender untuk mendapatkan jus lidah buaya. Jus disaring kemudian dipanaskan pada suhu 75ºC selama 15 menit dan selama pemanasan ditambahkan CMC (Carboxi Metil Cellulose)sebesar 0,5%, 1% dan 1,5%, dan gliserol sebanyak 0,5%, 1% dan 1,5% terakhir ditambahkan 0,02% asam askorbat. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme patogen. CMC ditambahkan untuk meningkatkan kestabilan dan viskositas larutan, sedangkan gliserol digunakan sebagai plastisizer yang berfungsi untuk mengurangi kerapuhan/ keretakan, meningkatkan fleksibilitas film, menghaluskan dan mempertipis hasil film yang terbentuk. Aditif lain yang biasanya ditambahkan adalah antioksidan, anti bakteri dan antimikroba yang tidak berbahaya bagi manusia. Bahan aditif yang digunakan pada penelitian ini adalah antioksidan menggunakan asam askorbat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan CMC 1,5% dan gliserol 0,5% memberikan hasil terbaik sebagai edible coating yang mampu memperpanjang umur simpan buah belimbing manis hingga 18 hari. Dari hasil analisis fisikokimia menunjukkan bahwa buah belimbing manis yang dilapisi 20
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
gel lidah buaya memiliki kecenderungan yang lebih baik dalam menunda kematangan hingga hari ke-18 dibandingkan dengan belimbing yang tidak dilapisi (Gambar 10). Tabel 1. Karakteristik mutu gel lidah buaya Karakteristik
Jumlah (%)
Kadar air
98,78
Kadar abu
0,17
Kadar protein
0,15
Kadar lemak
0,03
Kadar serat
0,04
Kadar karbohidrat
0,82
6. Inovasi Teknologi Produksi Gula Aren untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan Komoditas aren (Arenga pinnata) merupakan komoditas penting dan mempunyai potensi besar untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani aren. Produk dari komoditas aren yang sudah berkembang masih sangat terbatas pada pengolahan niranya menjadi gula. Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam memproduksi gula aren adalah dalam hal konsistensi mutu, tingkat produktifitas dan efisiensi proses. Pengolahan gula aren yang banyak berkembang saat ini proses filtrasinya masih menggunakan kain blacu sedangkan proses pemekatan nira dilakukan dengan cara pemanasan (suhu > 100oC). Tahapan proses ini mempunyai banyak kelemahan, diantaranya selektivitas filtrasi sangat rendah yang memungkinkan kekeruhan, padatan tersuspensi, bakteri, mikroorganisme patogen, dan air tidak tertahan, selain itu penggunaan energi tinggi dan tidak terkontrol pada proses pemekatan. Perbaikan proses pengolahan gula aren dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi membran. Teknologi ini mampu melakukan proses filtrasi dan pemekatan (konsentrat). Teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi proses dan perbaikan mutu produk serta dapat membuka peluang pengembangan produk baru seperti sirup, gula semut, dan alkohol dengan kemurnian tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknologi pengolahan gula aren berbasis teknologi membran skala laboratorium. Proses pengolahan gula aren berbasis membran dapat dilihat pada gambar 11.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
21
Nira aren ↓ Proses ultrafiltrasi (P=1.8 bar,v=0.09 m/dtk) ↓ Proses reverse osmosis (P=30 bar,v=0.05 m/dtk) ↓ Proses kristalisasi ↓ Gula aren Gambar 11. Diagram alir proses pengolahan gula aren berbasis teknologi membran
Proses ultrafiltrasi nira aren Pada tahap ini dilakukan optimasi filtrasi nira dengan membran ultrafiltrasi. Bahan baku nira difiltrasi dengan teknik crossflow pada membran tipe hollow fiber yang dilengkapi dengan membran polyethersulfone (PES) berukuran 0,01 µm dengan luas membran 0,5 m2. Nira dipompa masuk dengan menggunakan diaphragm pump dengan kapasitas maksimum 100 liter/jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi proses optimal untuk proses ultrafiltrasi diperoleh pada tekanan 1,8 bar dan laju alir 0,09 m/dtk. Karakteristik nira hasil filtrasi dengan membran ultrafiltrasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik kimia fisik nira aren Karakteristik pH
Nilai 5,6
TSS, ( briks) o
Viskositas, (cP) Densitas, (g/cm3)
16,03 – 16,6 16 -18 1,13
Proses pemekatan nira aren dengan membran reverse osmosis Pada tahap ini dilakukan optimasi pemekatan nira terhadap larutan permeat (hasil filtrasi) dari proses ultrafiltrasi. Proses pemekatan dilakukan dengan aliran tangensial (crossflow) untuk mendapatkan aliran permeat (fluksi) yang tinggi. Tujuan dari proses pemekatan dengan reverse osmosis pada pengolahan gula aren adalah mempersiapkan hasil pemekatan ke proses selanjutnya yaitu proses kristalisasi. Untuk dapat dikristalkan menjadi gula, larutan raw sugar hasil pemekatan harus memiliki konsentrasi briks minimal 60%. Pada penelitian 22
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
ini hasil pemekatan tertinggi hanya mencapai konsentrasi briks 30,08%, dengan konsentrasi awal 16,04% yang diperoleh pada kondisi proses optimal (tekanan 30 bar dan laju alir 0,05 m/dtk). Untuk memperoleh konsentrasi briks minimal 60% proses pemekatan nira aren akan dikombinasikan antara proses reverse osmosis dengan proses evaporasi menggunakan evaporator vakum pada kegiatan TA. 2009. Pemekatan dengan membran reverse osmosis tidak dapat mencapai briks 60% oleh karena banyaknya cairan yang melewati membran mengakibatkan larutan dalam umpan makin lama makin pekat sehingga meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya tekanan yang bekerja pada membran tidak cukup besar untuk mendorong nira aren melalui membran. Semakin tinggi konsentrasi dalam umpan juga meningkatkan viskositas pada permukaan membran. Peningkatan viskositas di permukaan membran mengurangi daya difusi nira aren melewati membran. 7. Inovasi Teknologi Pengolahan Santan Kelapa untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan Kebutuhan santan kelapa di dalam negeri sangat besar (mencapai 34,7% dari produksi kelapa di Indonesia). Produk santan kelapa yang ada di pasaran diproduksi oleh perusahaan besar, padahal sebagian besar tanaman kelapa merupakan perkebunan rakyat. Belum tersedianya teknologi santan kelapa skala UKM, merupakan salah satu kendala pengembangan usaha produksi santan kelapa di perdesaan. Santan kelapa sangat rentan pula terhadap kerusakan kimia (termasuk enzimatis), khususnya melalui oksidasi lemak dan hidrolisis yang menghasilkan aroma dan rasa yang tidak enak. Untuk dapat mengatasi masalah masa simpan dan mutu santan kelapa agar dapat bersaing dengan produk yang beredar di pasaran, maka perlu dilakukan pengembangan teknologi pengolahan santan kelapa yang dapat diterapkan pada skala UKM.
Gambar 12. (A) Alat membran ultrafiltasi dan reverse osmosis, (B) Produk hasil ultrafiltrasi dan reverse osmosis Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
23
Kegiatan penelitian tahun 2008 bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengolahan santan kelapa yang sederhana dan efisien pada skala laboratorium. Penelitian dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu penelitian teknologi proses homogenisasi santan, pengawetan santan serta pengemasan dan penyimpanan santan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC merupakan emulsifier/ stabiliser yang sangat sesuai untuk mempertahankan stabilitas emulsi santan. Penggunaan CMC secara tunggal menghasilkan kestabilan emulsi yang lebih baik daripada kombinasi dengan emulsifier lain seperti sodium caseinate dan polyoxyethylene sorbitan monolaurate (Tween 20). Perlakuan terpilih untuk proses homogenisasi santan yaitu kecepatan putaran 6.000 rpm dengan waktu homogenisasi 30 menit. Pada penambahan CMC 0,6%, emulsi santan stabil sampai penyimpanan pada minggu ke-8 (stabilitas emulsi 100%). Penambahan CMC sampai 0,8% dapat meningkatkan stabilitas emulsi santan sampai penyimpanan minggu ke-10. Penentuan nilai kecukupan panas bertujuan untuk mengetahui jumlah panas yang harus diberikan agar jumlah mikroba dalam produk rendah dengan kerusakan produk karena panas relatif kecil. Nilai kecukupan panas santan natural santan sebesar 16,3, yang dapat diperoleh dari kombinasi suhu dan lama pemanasan sebagai berikut : 65oC/59,2 menit, 70oC/42,9 menit, 75oC/31,2 menit, 80oC/22,5 menit, 85oC/16,3 menit dan 90oC/11,8 menit. Berdasarkan sifat fisiko-kimia santan, kombinasi suhu dan waktu pemanasan terpilih yaitu 75oC selama 31,2 menit. Proses pengawetan santan terbaik diperoleh pada perlakuan sterilisasi kemasan dengan uap panas dan pengawet kalium sorbat. Santan yang diperoleh memenuhi syarat mutu SNI sampai dengan penyimpanan minggu ke-10 pada suhu dingin (4-5oC) dengan jumlah mikroba 4,6 x 104 CFU. Sifat fisiko-kimia lainnya seperti stabilitas emulsi, viskositas, warna, pH, kadar lemak dan protein cukup baik. Pengemasan santan terbaik menggunakan botol plastik polipropilen (PP) dengan penyimpanan dilakukan pada suhu dingin (45oC).
24
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Buah kelapa ↓ Pengupasan sabut dan tempurung ↓ Pengupasan kulit ari (testa) ↓ Blanching (80oC, 10 menit) ↓ Pemarutan ↓ Ekstraksi santan (kelapa : air = 2 : 1; pengepres tipe ulir/screw) ↓ Bahan pengawet → Pemanasan awal 70oC ↓ Emulsifier → Homogenisasi santan ↓ Pasteurisasi ↓ Pengemasan dan pendinginan cepat ↓ Penyimpanan ↓ Santan awet Gambar 13. Diagram alir proses pengolahan santan
8. Teknologi Diversifikasi Virgin Coconut Oil sebagai Bahan Baku Kosmetik Indonesia memiliki luas areal perkebunan kelapa mencapai 3,712 juta hektar dan merupakan luas areal perkebunan kelapa terbesar di dunia. Produksi kelapa Indonesia per tahun menempati urutan kedua di dunia, yakni sebesar 12,915 milyar butir (24,4% produksi dunia). Potensi bahan baku yang melimpah tersebut sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Padahal hampir semua bagian dari buah kelapa dapat dimanfatkan dan diolah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai tambah yang sangat besar dapat dihasilkan dari pemanfaatan minyak kelapa untuk menghasilkan produk-produk komersial, seperti baby oil, sabun transparan, shampoo, lotion, dan produkproduk kosmetika lainnya.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
25
Minyak kelapa murni memiliki kandungan asam laurat yang sangat tinggi (45-55%), tergolong lemak jenuh dengan rantai sedang (jumlah karbonnya 12) yang biasa disebut dengan Medium Chain Triglyceride (MCT). Penggunaan produk minyak kelapa murni lebih diutamakan untuk kesehatan dan kosmetika, sedangkan minyak kelapa konvensional digunakan untuk minyak makan. Minyak kelapa murni merupakan bahan baku industri pangan, kosmetika dan farmasi. Di bidang kosmetika, minyak kelapa murni digunakan untuk perawatan tubuh. Minyak kelapa telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai bahan sabun, shampo, krim, dan produk perawatan tubuh lainnya karena mempunyai tekstur krim alami yang hampir selalu bebas dari pestisida, bahan kimia, dan kontaminan lainnya. Teknologi Produksi Baby Oil Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan asam lemak pada baby oil tergantung kepada bahan dasar minyak yang digunakan. Penggunaan VCO yang semakin banyak menyebabkan semakin tingginya kandungan asam lemak jenuh rantai sedang (MCFA) pada baby oil. Dengan penggunaan 100% VCO sebagai bahan dasar baby oil maka produk memiliki kandungan asam laurat sebanyak 44,09%, kaproat 6,9% dan miristat 20,88%. MCFA yang berasal dari VCO memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berasal dari minyak zaitun, sehingga minyak menjadi lebih mudah menyerap ke dalam pori-pori kulit.
Gambar 14. Produk baby oil hasil penelitian
26
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Bilangan peroksida baby oil berbanding terbalik dengan konsentrasi VCO. Semakin tinggi konsentrasi VCO, nilai peroksida akan semakin turun. Sedangkan penggunaan komposisi 75% VCO : 25 % minyak zaitun menghasilkan baby oil dengan kadar air tertinggi (0,333%). Kandungan FFA pada baby oil hasil penelitian berkisar antara 0,040 – 0,093%. Kandungan FFA terendah terdapat pada baby oil dengan komposisi VCO 100%, sedangkan kandungan FFA tertinggi terdapat pada baby oil dengan komposisi VCO 25% dan minyak zaitun 75%. Penggunaan 100% minyak zaitun pada pembuatan baby oil memberikan viskositas yang tertinggi, dan semakin menurun dengan semakin banyaknya konsentrasi VCO. Sedangkan hasil penilaian organoleptik menunjukkan dari segi warna, aroma, kekentalan, penyerapan, dan kesukaan panelis cenderung memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap produk baby oil dengan kandungan VCO yang tinggi. Teknologi Produksi Sabun Transparan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan. Kualitas sabun transparan terutama ditunjukkan dari nilai kekerasan, pH, dan kejernihan. Selain itu, karena sabun transparan dalam penelitian ini merupakan diversifikasi produk minyak kelapa murni (VCO) yang diketahui memiliki nilai kadar FFA yang sensitif terhadap pemanasan, maka kadar FFA juga merupakan parameter mutu yang perlu diperhatikan. Analisis terhadap parameter lain yang penting dalam menentukan kualitas sabun juga dilakukan, seperti kadar air dan bilangan penyabunan. Standar Nasional Indonesia hingga saat ini telah membuat standar mutu untuk sabun mandi, tapi belum menentukan standar mutu sabun transparan. Oleh sebab itu sebagai pembanding, dilakukan analisis terhadap sabun transparan komersial dan berbagai literatur.
Sabun Dasar (base soap) A2B3
Sabun Transparan A2B3
Gambar 15. Penampakan Sabun Dasar dan Sabun Transparan dengan Perlakuan Kemurnian Etanol 95% dan Jumlah Larutan Basa 25% (A2B3). Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
27
Sabun transparan komersial memiliki pH 9,34 dan Pheng (2002) menyatakan kisaran nilai pH sabun transparan adalah 10-11. Semakin banyak basa yang digunakan maka semakin tinggi nilai pH. Hal ini juga dipengaruhi jumlah basa yang berhubungan dengan penambahan etanol dalam formulasi. Semakin banyak jumlah basa yang digunakan, maka semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan dalam formulasi. Sehingga, pengenceran basa juga semakin sedikit dan menyebabkan nilai pH tetap tinggi. Sabun transparan harus memiliki karakter kekerasan yang baik. Hal ini berpengaruh pada lama pemakaian sabun. Sabun yang lunak akan cepat habis pada saat mulai terkena air. Standar nilai kekerasan sabun transparan belum tersedia sehingga sebagai acuan dalam penelitian digunakan sabun transparan komersial. Nilai kekerasan produk dalam penelitian berada pada rentang yang cukup panjang yaitu 0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Semakin murni etanol (95%) yang digunakan maka sabun yang dihasilkan semakin jernih. Kadar asam lemak bebas (FFA) pada sabun transparan sangat penting. Kadar FFA yang terlalu tinggi akan memicu ketengikan dan menurunkan umur simpan sabun. Sabun yang dihasilkan dalam penelitian pendahuluan memiliki rata-rata kadar FFA yang cukup rendah yaitu 2,34%. Sabun transparan komersial yang menjadi pembanding memiliki kadar FFA 2,14%. Salah satu parameter mutu yang penting pada sabun transparan adalah kadar air. Kadar air yang terlalu tinggi berpotensi meningkatkan ketengikan (rancidity) karena sabun transparan memiliki kandungan minyak kelapa murni yang cukup tinggi dan sensitif terhadap kadar air. Sabun transparan yang dihasilkan dalam penelitian masih memiliki kadar air cukup tinggi, yaitu pada kisaran 33,93 – 40,597%. Sabun transparan komersial memiliki kadar air 20,87% dan Pheng (2002) menyatakan kadar air yang diharapkan adalah 15%. Bilangan penyabunan merupakan salah satu parameter penting dalam menetukan kualitas sabun. Bilangan penyabunan menunjukkan apakah minyak telah tersabunkan secara maksimal dengan penambahan basa yang telah dilakukan. Dalam penelitian dihasilkan produk yang memiliki bilangan penyabunan antara 42,710 hingga 69,687. Hasil ini cukup baik dibandingkan bilangan penyabunan sabun transparan komersial yaitu 49,096.
28
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Nilai ketengikan pada sabun transparan perlu diukur untuk memastikan tidak rusaknya kandungan minyak kelapa murni selama proses pembuatan sabun. Nilai ketengikan pada produk hasil penelitian berkisar antara 0,0195 hingga 0,0403 mg maldonaldehida/kg, sedangkan nilai ketengikan sabun transparan komersial adalah 0,0182 mg maldonaldehida/kg. Masing-masing perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap nilai ketengikan sabun transparan. Hal ini menunjukkan bahwa formulasi yang digunakan sudah cukup baik dan tidak menyebabkan kerusakan pada sabun yang dihasilkan. Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai karakteristik sabun transparan yang dihasilkan dalam penelitian, disimpulkan bahwa perlakuan yang paling baik adalah sabun yang menggunakan etanol 95% dan jumlah larutan basa sebanyak 25%. Hal ini dapat dilihat terutama dari parameter kadar air (33,93%), kekerasan (6,867 kg/cm2), kadar asam lemak bebas (0,64%), kejernihan (94,6%), ketengikan (0,026 mg maldonaldehida/kg), pH (10,127) dan bilangan penyabunan (42,710). Dalam penelitian utama dilakukan penambahan beberapa bahan tambahan seperti aloe vera, DEA, dan pewangi. Aloe vera ditambahkan sebagai antioksidan untuk menambah nilai fungsional sabun transparan mengingat umumnya konsumen sabun transparan mengharapkan lebih banyak keunggulan dibandingkan pada sabun padat biasa. DEA merupakan penstabil busa, sedangkan pewangi ditambahkan untuk membuat produk lebih menarik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabun transparan yang terbaik adalah yang diberi perlakuan lama proses 15 menit dengan perbandingan minyak kelapa murni dan minyak zaitun 50 : 50. B. Program Pengembangan Teknologi Mendukung Diversifikasi Pangan 1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Ubijalar dan Sagu Mendukung Diversifikasi Konsumsi Pangan di Papua Kegiatan penelitian kebijakan terhadap masalah ketahanan pangan di Papua telah dimulai sejak tahun 2006, diawali dengan identifikasi peluang penerapan teknologi pascapanen untuk mengatasi rawan pangan yang sering terjadi. Hasil yang diperoleh memberi gambaran masih sangat sempitnya ragam pemanfaatan komoditas lokal seperti sagu, ubijalar dan gembili. Pada tahun 2007 telah dilakukan karakterisasi fisiko-kimia ubijalar dan gembili untuk melihat peluang pengembangan produk pangan baru yang dapat memperbaiki Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
29
citra pangan tersebut dan juga telah dilakukan sosialisasi konsep pengembangan kelembagaan produksi sebagai pemacu teknologi pengolahan sagu dan ubijalar. Pada tahun 2008, dilakukan penelitian untuk membentuk model produksi sebagai wadah penggerak teknologi pengolahan ubijalar dan sagu yang diintroduksi. Kegiatan penelitian dilakukan di Kab. Jayawijaya, Kab. Yahukimo dan Kab. Jayapura. Penelitian ini dirancang untuk mengatasi masalah teknologi pengolahan, mengingat belum adanya lembaga masyarakat lokal yang mampu membuat produk pangan secara komersial karena rendahnya kemampuan masyarakat dalam menerima dan menjalankan teknologi baru. Sedangkan produk pangan baru yang dihasilkan berbasis komoditas lokal dan berfungsi untuk meningkatkan pola konsumsi pangan bagi masyarakat Papua.
Gambar 16. Suasana implementasi teknologi pengolahan ubijalar dari ke dua Kabupaten Jayawijaya dan Yahukimo
Gambar 17. Uji produksi teknologi pengolahan oleh kooperator Wamena (Jayawijaya) dan Tangma (Yahukimo)
30
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Implementasi pengolahan berbasis sagu dan ubijalar telah dilakukan oleh 2 kooperator dari Kab. Wamena dan 2 kooperator dari Kab. Yahukimo (masingmasing kelompok terdiri dari 10 orang). Masing-masing kooperator merupakan cikal bakal atau lembaga model percontohan produksi olahan berbasis ubijalar dan sagu dengan telah dilaksanakannya uji produksi teknologi lebih dari 4 kali. Teknologi yang diterapkan menghasilkan produk berupa tepung ubijalar, pati ubijalar, donat, wedang ronde, mi ubijalar, roti pisang, kue keik, brownies, bolu, klepon, bubur biji salak dan mi sagu. Berbagai macam produk olahan ubijalar dan sagu tersebut sudah mulai dipasarkan di toko dan kantin perkantoran atau sekolah-sekolah di wilayah kooperator. Kegiatan ini berdampak pada meningkatnya program Pemda mengenai pengolahan ubijalar dan sagu berupa : Penambahan Usaha Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (UP3HP) di Kab. Jayawijaya menjadi 5 kelompok, Yahukimo menjadi 3 kelompok, Paniai 2 kelompok, Pegunungan Bintang 2 kelompok, Toli Kara 1 kelompok ; Pemberian modal berupa peralatan pascapanen dan pengolahan hasil dari Pemda dan Ditjen P2HP ; serta pengadaan 2 peralatan pengolahan mi sagu dari Pemda Kab Jayapura. Promosi dan sosialisasi terus dikembangkan secara berkelanjutan, diantaranya pada pameran di Hari Pangan Sedunia tahun 2008 di Jayapura. Selain itu juga diselenggarakan perlombaan di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi, gelar teknologi, pameran dan seminar. Dari aspek ekonomi produkproduk olahan berbasis ubijalar mempunyai kelayakan untuk pengembangan lebih luas, sedangkan produk olahan sagu telah berkembang lebih dahulu dari produk ubijalar.
Gambar 18. Aneka kue : Ronde, talam, onde-onde, lumpur, bolu, kue mangkok, serabi, donat, dan lain-lain Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
31
2. Pengembangan Pangan Pokok Berbasis Pangan Lokal Peningkatan permintaan beras untuk konsumsi tidak seimbang dengan ketersediaan di dalam negeri. Kontribusi serealia terutama beras dalam menu makan masyarakat Indonesia masih terlalu tinggi (mencapai 62%). Dalam pola pangan harapan, porsi konsumsi maksimum untuk komoditas serealia sebesar 51%. Untuk mengurangi konsumsi beras, maka teknologi pengolahan pangan alternatif berbasis aneka umbi sebagai pangan pendamping beras sangat penting untuk dikembangkan. Pengolahan rasbi (beras-ubi) dan mi berbasis aneka umbi merupakan alternatif mengatasi keterbatasan beras.
(B) (A) Gambar 19. Produk Rasbi mentah dari tepung ubijalar : (A) varietas Cangkuang-alami, dan (B) varietas Cangkuang-Modifikasi
(A)
(B)
Gambar 20. Produk rasbi matang dari tepung ubijalar : (A) varietas Cangkuang-alami, dan (B) varietas Cangkuang-Modifikasi
32
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Pada tahun 2008 telah dilakukan modifikasi karakteristik dan memperbaiki bentuk rasbi serta perbaikan teknologi pengolahan mi ubi jalar. Perbaikan mutu rasbi dan mi berbasis ubijalar dilakukan untuk meningkatkan preferensi konsumen dalam mendukung diversifikasi pangan berbasis pangan lokal. Perbaikan mutu produk pangan olahan berbasis ubijalar tersebut dilakukan melalui empat tahapan penelitian, yaitu : 1) Modifikasi karakteristik rasbi, 2) Analisis sifat fisik, kimia dan uji preferensi konsumen, 3) Uji stabilitas produk dan 4) Perbaikan teknologi pengolahan mi ubi jalar tanpa terigu. Modifikasi karakteristik rasbi dilakukan melalui proses modifikasi pati dengan metode HMT (heat moisture treatment). Hasil analisis amilografi menunjukkan bahwa pati termodifikasi pada suhu 80oC selama 4 jam merupakan pati terpilih didasarkan pada sifat viskoelastik pati yang stabil selama pemanasan pada suhu gelatinisasinya. Pati tersebut memiliki nilai viskositas breakdown yang paling rendah (Vbr = 0 BU) dan viskositas setback yang juga relatif kecil nilainya (Vsb = 30 BU) sehingga granula patinya tidak mudah pecah akibat perlakuan pemanasan dan pengadukan. Pati tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan adonan dalam pembuatan rasbi. Hasil analisis terhadap sifat morfologi granula pati menunjukkan bahwa baik pada pati alami maupun termodifikasi, struktur granulanya tidak mengalami kerusakan, namun demikian telah terjadi peningkatan terhadap entalpi gelatinisasi pati termodifikasi yang cukup nyata bila dibandingkan dengan pati alami. Pada tahap formulasi, terpilih rasbi yang berasal dari tepung ubijalar varietas Cangkuang dengan pati alami dengan karakteristik : rendemen 95,2%, kadar serat pangan larut dan tidak larut berturut-turut berkisar antara 3,19-3,96% dan 5,73-6,9%, serta daya cerna pati in vitro 55,17-58,82%. Hasil uji preferensi, rasbi yang berasal dari tepung ubijalar varietas Cangkuang dengan pati alami maupun pati termodifikasi merupakan produk yang disukai konsumen. Oleh karena itu rasbi tersebut dipilih untuk digunakan dalam uji stabilitas produk. Rasbi yang berasal dari tepung tepung ubijalar varietas Cangkuang dengan pati termodifikasi memiliki umur simpan yang lebih lama, yaitu 4,5 bulan bila dikemas dengan PP dan 5,9 bulan bila dikemas dengan PE, dibandingkan rasbi dari tepung ubijalar varietas Cangkuang dan pati alami (3,7 bulan bila dikemas dengan PP dan 4,5 bulan bila dikemas dengan PE).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
33
Berdasarkan hasil pengamatan, rendemen tepung ubijalar varietas ungu, kuning, dan putih untuk bahan baku mi berturut-turut 25,89%, 23,11%, dan 15,47% sedangkan rendemen pasta ubijalar varietas yang sama berturut-turut 59,97%, 62,72%, dan 66,24%. Karakteristik tepung dan pasta ubi jalar dari beberapa varietas disajikan pada Tabel 3. dan Tabel 4. Tabel 3. Rendemen tepung dan pasta ubi jalar dari beberapa varietas Varietas
Rendemen tepung (%)
Rendemen pasta (%)
Ubi jalar Ungu
25,89
59,97
Ubi jalar kuning
23,11
62,72
Ubi jalar putih
15,47
66,24
Tabel 4. Komposisi kimia tepung dan pasta ubi jalar dari beberapa varietas Karakteristik (%)
Ungu
Kuning
Putih
Kadar Air
8,42
8,05
7,56
Kadar Abu
1,77
1,89
1,64
Kadar Lemak
0,68
0,59
0,56
Kadar Protein
0,24
0,27
0,19
Kadar serat
3,13
3,56
3,02
Kadar pati
78,92
78,66
79,03
Kadar Air
62,56
66,09
65,99
Kadar Abu
0,72
0,69
0,66
Kadar Lemak
0,27
0,22
0,21
Kadar Protein
0,09
0,11
0,07
Kadar serat
1,28
1,32
1,12
Kadar pati
32,25
29,11
29,24
Tepung
Pasta
(A)
(B)
Gambar 21. Produk mi ubijalar beberapa varietas (A) basah dan (B) kering 34
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Teknologi pengolahan mi dari pasta ubi jalar terbaik adalah campuran ubi jalar 50% dan tapioka 50%, sedangkan untuk mi dari tepung ubi jalar ialah tepung ubi jalar 80% dan tapioka 20%. Mi basah dalam kemasan plastik tertutup mempunyai daya simpan sampai 4 hari pada suhu kamar dan 8 hari pada kedap udara. Pada suhu dingin (10oC) dapat mencapai lebih dari 3 bulan. Mi kering tahan sampai 6 bulan lebih. Namun demikian hal tersebut terbatas untuk skala produksi kecil atau skala produksi di perdesaan. Untuk skala industri besar pasta ubi jalar tidak praktis dilakukan. Sedangkan untuk skala industri besar lebih memungkinkan memproduksi mi kering dari tepung ubi jalar. 3. Karakterisasi Mutu dan Pengaruh Proses Pratanak Terhadap Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia Untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Ketahanan Pangan Indeks glikemik pangan merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat, memiliki IG tinggi, sebaliknya yang menaikkan glukosa darah dengan lambat, memiliki IG rendah. Pengenalan karbohidrat berdasarkan efek terhadap kadar glukosa darah dan respon insulin (berdasarkan IG-nya) berguna sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis pangan sumber karbohidrat yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. Dengan mengetahui IG pangan, penderita diabetes melitus (DM) dapat memilih makanan yang tidak menaikkan kadar glukosa darah secara drastis, sehingga kadar glukosa darah dapat dikontrol. Kegiatan penelitian Karakterisasi Mutu dan Pengaruh Proses Pratanak Terhadap Indeks Glikemik ini dilaksanakan selama 2 tahun (2007-2008) menggunakan 21 varietas padi Indonesia, berasal dari Balai Besar Litbang Padi, Sukamandi. Tahun pertama (2007), seluruh varietas dianalisis kadar amilosa, proksimat (kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat), serat pangan, kadar pati, daya cerna pati in vitro, pati resisten, sifat amilograsi dan IG. Hasil penelitian tahun 2007 adalah karakteristik mutu dan IG 21 varietas beras. Varietas yang diuji mempunyai bobot seribu butir berkisar antara 14,11 (Bengawan Solo) – 22,02 gram (Batang Piaman) dan kekerasan butiran beras berkisar antara 4,47 (IR 64) - 6,99 Kg force (Batang Piaman). Kadar amilosa dari kelompok beras beramilosa rendah, sedang dan tinggi berturut-turut adalah: Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
35
15,44 (Sintanur) - 19,80% (Celebes); 20,38 (Cisadane) - 24,84% (IR 74) dan 25,50 (Logawa) - 29,40% (Batang Piaman). Sedangkan Ciasem adalah ketan, dengan kadar amilosa 7,32%. Beras yang diuji mengandung protein 7.56 -10.85% (bk), lemak 0,52 -1,31% (bk), abu 0,47 - 0,86% (bk) dan karbohidrat 87.70 - 91.07 % (bk). Daya cerna (DC) pati dianalisis secara in vitro. DC pati adalah tingkat kecernaan atau kemampuan pati tersebut dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan di dalam tubuh. Semakin tinggi DC pati menunjukkan bahwa semakin tinggi pati dapat dicerna dan diserap di dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan DC pati in vitro dari beras beramilosa rendah, sedang dan tingggi berturut-turut berkisar antara 62,31 (Gilirang) – 77,12% (Celebes), 60,70 (Mekongga) - 77,2% (Conde), dan 73,03 (Logawa) – 78,02% (Batang Piaman).
Gambar 22. Berbagai Varietas Gabah dan Beras Pratanak (Sintanur, Gilirang, Ciherang, IR 64, IR 42, Batang Lembang, Mekongga)
36
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Serat pangan saat ini mendapat perhatian besar oleh masyarakat dunia, karena fungsinya dalam membantu mengelola kesehatan. Serat pangan terdiri atas serat pangan yang larut air (SPL) dan serat pangan yang tidak larut air (SPTL). Fungsi SPL terutama adalah memperlambat kecepatan pencernaan di dalam usus, memberikan rasa kenyang yang lebih lama, serta memperlambat kemunculan glukosa darah sehingga insulin yang dibutuhkan untuk mentransfer glukosa kedalam sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi semakin sedikit. Fungsi tersebut sangat dibutuhkan bagi penderita DM. Kadar SPL untuk beras beramilosa rendah, sedang dan tinggi berturut-turut adalah: 0,86 (Bengawan Solo)-3,12 (Ciasem); 1,10 (Sarinah)-2,76 (Cibogo); dan 1,38 (IR 42, Batang Lembang)-2,18 (Logawa). Sedangkan fungsi utama dari SPTL adalah mencegah timbulnya berbagai penyakit, terutama yang berhubungan dengan saluran pencernaan, antara lain wasir, divertikulosis dan kanker usus besar. Kandungan SPTL untuk beras beramilosa rendah, sedang dan tinggi berturutturut adalah: 1,97 (Gilirang) - 4,97 % (Sintanur); 2,22 (Mekongga)-5,27 % (Aek Sibundong); dan 2,40 (Ciliwung)-3,58 % (Logawa). Kadar pati beras beramilosa rendah, sedang dan tinggi berturut-turut sebesar 80,65 (Cisadane) - 82,60%(bk) (Sintanur),78,01 (IR 64) - 83% (bk) (Aek Sibundong, Ciujung) dan 76,96 (Batang Piaman) - 81,51 % (bk) (Batang Lembang). Dalam penelitian ini terlihat adanya kecenderungan beras beramilosa rendah mempunyai IG yang tinggi, yaitu 91,02 (Sintanur)-129,86 (Ciasem) dan beras beramilosa tinggi mempunyai IG relatif rendah yaitu 48,72 (Logawa) – 91,02 (Ciliwung), demikian juga beras beramilosa sedang (IG = 48,49-90,39), meskipun ada beberapa yang tidak sesuai. Berdasarkan kategori IG, diperoleh lima varietas yang mempunyai IG rendah (Aek Sibundong, IR 74, Ciujung, Logawa dan Batang Lembang), lima varietas mempunyai IG sedang (IR 64, Ciherang, Cibogo, Conde dan Cisadane) dan 11 varietas tergolong IG tinggi (Celebes, Bengawan Solo, Sintanur, Gilirang, Mekongga, Sarinah, Widas, Ciliwung, Batang Piaman, Ciasem). Berdasarkan indeks glikemiknya, 5 varietas tergolong IG rendah (<55), 5 varietas IG sedang (55-70) dan 11 varietas IG tinggi (>70). IG dipengaruhi oleh komposisi kimia dan sifat karbohidrat secara terpadu. Beras yang diuji mengandung protein 7,56 (Batang Piaman) – 10,85% (bk) (IR 64), lemak 0,52-
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
37
1,31% (bk), abu 0,47-0,86 % (bk), dan karbohidrat 87,70-91,07 % (bk). Daya cerna pati in vitro berkisar antara 60,70-78,63%. Varietas amilosa rendah, sedang dan tinggi berturut-turut mempunyai IG 91,02-129,86; 49,20-90,39 dan 48,72-86,52. Pada tahun 2008 dilakukan optimasi proses pratanak, aplikasi proses pratanak pada 7 varietas terpilih dan analisis sifat fisikokimia, nilai gizi, sifat fungsional serta uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan proses pratanak optimum adalah perendaman dalam air suhu 60ºC selama 4 jam, pengukusan dengan presto selama 20 menit, pengeringan I pada suhu 100ºC, hingga kadar air 18-20% dan pengeringan II suhu 60ºC hingga kadar air ≤ 12%. Proses pratanak berdampak pada peningkatan kadar amilosa (dari 15.44-26.32 menjadi 19.35-27.25%), kadar serat pangan (dari 4.84-7.57 menjadi 8.19-10.27%) dan meningkatkan kadar mineral, serta menurunkan daya cerna pati in vitro (62.3178.63 menjadi 35.52-49.74%) dan IG (54.43-97.29 menjadi 44.22-76.32). Proses pratanak menunjukkan hasil positif untuk memproduksi beras hipoglikemik. Hasil penelitian dapat digunakan masyarakat sebagai acuan dalam pemilihan varietas untuk pencegahan primer DM dan diet penderita DM, bagi pemulia padi dalam merakit varietas dengan tujuan kesehatan dan bagi industri pangan dalam penyediaan dan pengembangan produk berbasis beras hipoglikemik. C. Program Penelitian Mendukung Peningkatan Keamanan Pangan 1. Teknologi Penyimpanan Jagung Skala Silo Untuk Mengendalikan Aflatoksin Jagung merupakan sumber bahan baku utama industri pakan ternak unggas (50%) yang terus berkembang (6,8 %/tahun) dan melibatkan banyak peternak mulai dari skala kecil, menengah, sampai besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan jagung dan juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap jagung impor adalah dengan penanganan pascapanen yang baik sehingga kehilangan hasil selama kegiatan pascapanen dapat ditekan. Pada tahun 2008 dilakukan 2 kegiatan penelitian yaitu (1) Penelitian penyimpanan jagung dalam silo untuk menekan aflatoksin dan menghasilkan komponen GMP di sentra produksi jagung, dan (2) Penelitian identifikasi cemaran aflatoksin dengan pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan.
38
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Kegiatan pertama bertujuan untuk merancang bangun sistem manajemen pasokan dan penyimpanan jagung dalam silo di sentra produksi jagung melalui penerapan GMP (Good Manufacturing Practices). Metode yang digunakan adalah dengan penjabaran klausul GMP untuk penyimpanan dan sistem dinamik. Kegiatan kedua bertujuan untuk merancang bangun sistem deteksi cemaran aflatoksin pada jagung dengan menggunakan pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan. Metode yang digunakan adalah dengan teknologi pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan. a. Kegiatan Penelitian Penyimpanan Jagung Dalam Silo untuk Menekan Aflatoksin dan Menghasilkan Komponen GMP di Sentra Produksi Jagung Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen GMP yang dapat ditambahkan dalam SOP jagung adalah tentang penundaan selama pemipilan dan penyimpanan dalam silo. Lama penundaan pemipilan sampai hari ke-6, menunjukkan bahwa mutu fisiknya masih baik dan kandungan aflatoksinnya masih aman (aflatoksin < 20 ppb), sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi pangan, namun sebaiknya lama penundaan pemipilan dilakukan tidak lebih dari 2 hari. Untuk penggunaan silo, kondisi ini tidak akan terjadi, karena peralatan sudah dirancang secara kontinyu sehingga tidak akan terjadi penundaan yang cukup lama. Untuk penyimpanan jagung dalam silo, saat ini tidak dapat dilakukan lebih dari 2 minggu, karena konstruksi dindingnya terbuat dari plat baja. Konstruksi plat baja menyebabkan terjadinya kondensasi (pengembunan) pada dinding silo yang pada akhirnya akan menjadi sumber cemaran bagi jagung. Untuk mengatasi hal ini bahan konstruksi dinding silo sebaiknya dilapisi dengan insulasi yang bersifat kedap air. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada penyimpanan jagung sebanyak 50 ton, kerusakan akibat cemaran aflatoksin paling cepat terjadi pada bagian dinding dan bagian bawah silo. Hal ini disebabkan kondensasi yang terjadi pada dinding silo akibat perubahan suhu dan RH yang ekstrim antara siang dan malam. Untuk efisiensi pengeringan, penggunaan minyak tanah sudah tidak efisien, disamping harganya mahal juga sulit untuk memperolehnya. Sebaiknya konstruksinya diganti dengan pemanas yang bersumber dari sekam.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
39
b. Kegiatan Penelitian Identifikasi Cemaran Aflatoksin dengan Pengolahan Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan Perangkat pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan yang dirancang-bangun, telah mampu menganalisis mutu fisik jagung berdasarkan kriteria mutu biji utuh, biji rusak, biji patah dan biji berjamur dengan tingkat ketelitian sampai 95%. Untuk menduga tingkat keamanan jagung akibat pencemaran aflatoksin baru dapat mencapai tingkat ketelitian 74%. Hal ini disebabkan cemaran aflatoksin tidak saja terjadi pada bagian permukaan jagung, tetapi terjadi juga pada butiran jagung bagian dalam, sehingga sangat menyulitkan dalam proses identifikasinya.
Gambar 23. Program aplikasi untuk identifikasi cemaran aflatoksin pada jagung
2. Teknologi Produksi Bakteriosin sebagai Biopreservatif untuk Mengendalikan Kontaminan pada Daging Segar Mutu dan keamanan daging memegang peranan penting dalam mendukung program swasembada daging. Adanya kontaminan mikroba pembusuk/patogen Escherichia coli, Salmonella sp., dan Listeria sp. pada daging dapat menimbulkan penyakit dan bahkan kematian. Bakteriosin sangat potensial dalam menghambat/menekan pertumbuhan bakteri patogen/ pembusuk tersebut, tetapi secara komersial ketersediaannya masih sedikit dan harganya cukup mahal. Penelitian produksi bakteriosin pada skala laboratorium dan diaplikasikan sebagai biopreservatif pada daging sapi dan ayam segar telah dilakukan tahun 2007. Pada tahun 2008, BB-Pascapanen telah mampu mendapatkan teknologi yang lebih baik untuk memproduksi bakteriosin dengan skala lebih besar 40
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
(dua liter). Uji coba pemberian bakteriosin pada daging ayam telah mampu menghambat pertumbuhan E.coli, S.thypimurium dan L.monocytogenes, sehingga terjamin keamanannya akibat kontaminasi bakteri patogen tersebut. Untuk mendapatkan produk bakteriosin cair yang relatif stabil dan murni maka perlu dilakukan pemurnian bakteriosin cair secara sederhana dan memprosesnya pada kondisi dengan daya hambat yang relatif stabil selama penyimpanan, sehingga dapat digunakan sebagai biopreservatif yang cukup efektif. Kegiatan penelitian teknologi produksi bakteriosin dibagi dalam tiga tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan karakteristik bakteriosin cair dari bakteri asam laktat. Pada tahap ini bakteriosin cair dikarakterisasi atas pH, suhu, dan waktu simpan. Tahap kedua bertujuan untuk mendapatkan formula media produksi bakteriosin cair dari bakteri asam laktat. Pada kegiatan ini dilakukan desain formulasi media berbasis sumber karbon (molases/nira/ glukosa) dan sumber N (tauge, ekstrak khamir), sedangkan tahap ketiga bertujuan untuk mendapatkan teknologi produksi bakteriosin cair skala 2 liter. Pada tahap ini dilakukan produksi bakteriosin cair skala 2 liter menggunakan media produksi hasil tahap kegiatan II dan uji penggunaannya untuk biopreservatif pada daging ayam segar. Bakteriosin cair diaplikasikan pada daging ayam segar, selanjutnya diinokulasi dengan sejumlah bakteri uji yaitu E.coli, S.thypimurium dan L.monocytogenes. Sampel dikemas dan disimpan pada suhu ruang (27o-30oC) dan suhu dingin (4o-10oC). Pengamatan dilakukan secara periodik, parameter yang diamati yaitu jumlah koloni ketiga bakteri uji tersebut.
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 24. (A) bakteriosin cair, (B) persiapan bakteriosin cair untuk perendaman, (C) perendaman sampel daging ayam dengan bakteriosin cair selama 30 menit, dan (D) pengemasan sampel daging ayam dengan plastik PE siap disimpan di suhu ruang dan suhu dingin
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
41
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) Bakteriosin cair dari Bakteri Asam Laktat (BAL) galur SCG 1223 stabil pada pH 2 di semua tingkat suhu pemanasan hingga 100oC, yang disimpan selama 3 bulan pada suhu 4oC, (2) Formula media produksi bakteriosin cair oleh Lactobacillus sp galur SCG 1223 berbasis tauge adalah media dengan komposisi ekstrak tauge 7,5%, ekstrak khamir 1,5% dan pepton 1,5%, (3) Formula media produksi bakteriosin cair oleh BAL galur SCG 1223 berbasis molasses yang relatif efisien dan efektif adalah media dengan komposisi molasses 4%, ekstrak khamir 1% dan pepton 2%, (4) Teknologi produksi bakteriosin cair skala 2 liter menggunakan media berbasis tauge 7,5%, ekstrak khamir 1,5%, pepton 1,5%, glukosa 2% dan Tween 80 1% dengan 10% v/v kultur BAL SCG 1223 pada pH inkubasi 3,5, suhu 37°C selama 9 jam dalam fermentor kapasitas 5 liter, kecepatan pengadukan 150 rpm dan penyaringan dengan membran mikrofiltrasi 0,20 μm. Kemampuan hambat bakteriosin cair tidak berbeda dengan bakteriosin komersial (nisin). Penggunaan bakteriosin dapat memperpanjang umur simpan daging ayam dari 6 jam menjadi 18 jam pada suhu ruang, sehingga dapat mempertahankan kesegaran daging selama distribusi (transportasi) hingga dikonsumsi. D. Program Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan 1. Inovasi Teknologi Produksi Konsentrat Jambu Biji Merah dengan Teknologi Membran Untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan Produksi jambu biji di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 178.509 ton dengan luas lahan 9.766 ha (Ditjenhorti, 2006). Sentra produksi jambu biji di Jawa Barat mencapai 48.408 ton. Luasan pertanaman jambu biji di Bogor mencapai 80 ha dengan sentra di daerah Cilebut, Tajur Halang, Bojong Gede, dan Leuwiliang. Pada tahun 2008 Dinas Agribisnis Kota Bogor membina industri pengolahan jus jambu biji siap saji untuk pengembangan produk guna memperluas jangkauan pasar. Pengembangan produk dalam bentuk konsentrat merupakan salah satu alternatif yang potensial. Jus konsentrat bersifat lebih kompak, mudah dikemas dalam jumlah yang lebih kecil sehingga memudahkan pendistribusiannya. Pembuatan jus konsentrat secara tradisional dilakukan dengan cara penguapan menggunakan panas. Cara ini banyak dilakukan namun memiliki 42
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
beberapa kelemahan, diantaranya hilangnya sejumlah nutrisi dan karakteristik sensoris jus secara signifikan. Penggunaan membran untuk produksi konsentrat merupakan alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Membran memiliki beberapa kelebihan, diantaranya proses berlangsung tanpa penambahan panas sehingga kandungan nutrisi dan sifat sensoris produk dapat dipertahankan, konsumsi energi yang rendah, dan pengoperasian yang mudah di lapangan. Pembuatan konsentrat jambu biji merah dengan membran melalui tahapan-tahapan: pemetikan buah jambu yang optimal, pengupasan, pembuburan, sentrifugasi, penyaringan dengan porositas 200 mesh, serta filtrasi dengan membran ultrafiltrasi (UF) dan reverse osmosis (RO). Gabungan penggunaaan membran UF dan RO menghasilkan konsentrat jambu biji paling baik dengan rendemen 3,22% (Tabel 5.). Tabel 5. Hasil analisis fisikokimia konsentrat jambu biji merah menggunakan membran UF dan RO Sampel
pH
TSS
Total Asam
Vit C
Viskositas
Aktifitas Antioksidan
Brix
(%)
(mg/100g)
(Cp)
(µg AEA/ml)
o
Filtrat Sentrifuse
4,3
7,8
0,41
125,39
40,0
463,50
Permeat UF
4,3
7,0
0,26
58,51
10,1
285,54
Retentat UF
4,3
8,0
0,34
92,51
25,7
469,08
Permeat RO
4,4
6,0
0,13
46,68
10,1
125,58
Retentat RO
4,3
12,6
0,55
104,21
12,3
471,88
(A)
(B)
Gambar 25. (A) jambu biji merah varietas Getas dan (B) konsentrat jambu biji merah hasil membran UF dan RO
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
43
(A)
(B)
Gambar 26. Unit membran (A) UF dan (B) RO
Sebagai kontrol, penggunaan blower sederhana menghasilkan konsentrat jambu biji dengan rendemen tertinggi 15,86% dan TSS 28oBrix, sedangkan penggunaan evaporator vakum menghasilkan konsentrat jambu biji dengan rendemen 7,6% dan TSS 32oBrix. Penggunaan evaporator vakum dengan sentrifuse mampu menghasilkan konsentrat jambu biji dengan rendemen yang lebih kecil (3,12%), tetapi TSSnya paling tinggi (42oBrix). Rendemen konsentrat menggunakan membran lebih rendah dari kontrol, tetapi kualitas produknya lebih baik, sehingga bisa dijual dengan label “madu jambu” bila TSS > 20oBrix. Penerapan di lapangan memerlukan integrasi pengolahan jambu yang lain yaitu dodol dan jus jambu. Membran RO dapat digunakan dengan baik untuk pemekatan konsentrat apabila dioperasikan secara bertingkat. Tahap pertama proses pemekatan dilakukan sampai diperoleh konsentrat dengan TSS 14oBrix, kemudian tahap kedua sampai TSS 28oBrix dan tahap ketiga sampai TSS 56oBrix. Proses pemekatan ini dapat berjalan dengan baik apabila spesifikasi membran dan tekanannya disesuaikan. 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Nilam di Perdesaan Permasalahan yang dihadapi industri minyak nilam di Indonesia adalah mutu minyak nilam yang kurang baik. Rendahnya mutu minyak nilam yang dihasilkan oleh produsen dicerminkan oleh kadar PA (Patchouli Alkohol) yang rendah (< 30 %) dan berwarna gelap akibat proses destilasi yang belum tepat serta masih digunakannya alat dan metode penyulingan yang kurang
44
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
memenuhi syarat. Selain itu, lemahnya kelembagaan yang mengelola usaha penyulingan minyak nilam menyebabkan sering terjadinya kegagalan dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan melakukan revitalisasi unit penyulingan minyak nilam di koperasi kelompok tani Nilam Mekar, Desa Cikondang, Kab. Majalengka yang telah dikembangkan sejak tahun 2001 dengan cara merelokasinya ke kelompok tani Nilam Rahayu atas rekomendasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Majalengka. Dengan revitalisasi diharapkan unit penyuling dapat beroperasi secara ekonomis dan lebih optimal. Dalam program revitalisasi ini, BB-Pascapanen berperan dalam mengawal aspek teknologinya agar unit penyulingan tetap memiliki kinerja yang baik setelah direlokasi ke tempat yang baru. Sedangkan Dishutbun Kabupaten Majalengka berperan sebagai fasilitator, pembina teknis, dan kelembagaan di lapangan. Kegiatan penelitian terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu (i) persiapan (pemilihan kelompok tani; studi banding usaha tani dan penyulingan nilam di Sumedang, (ii) relokasi dan set-up ulang unit, (iii) uji coba produksi minyak nilam dengan parameter yang diamati meliputi : rendemen, warna, bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, bilangan asam, bilangan ester, dan kadar PA serta analisis finansial, dan (iv) kelembagaan usaha.
Gambar 27. Unit penyuling nilam kelompok tani Nilam Rahayu Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
45
Gambar 28. Bentuk kelembagaan usaha produksi minyak nilam
Kelompok tani Nilam Rahayu dinilai sudah cukup mampu dan memiliki pengalaman dalam mengelola penyulingan minyak atsiri, baik dalam proses produksi minyak maupun pemasarannya. Lokasi usaha penyulingan yang tersedia memenuhi persyaratan teknis, baik dalam ketersediaan sumber air maupun sarana tempat penjemuran dan pelayuan daun nilam. Bahan baku (daun nilam) berasal dari tanaman yang dibudidayakan dan dikelola oleh kelompok tani tersebut, namun luas pertanaman nilam yang dimiliki kelompok baru sekitar 5 Ha sehingga belum cukup untuk melayani kapasitas unit penyuling yang tersedia (15-20 Ha). Agar usaha penyulingan minyak nilam tersebut bisa berjalan secara ekonomis, lahan pertanaman nilam di kelompok tani Nilam Rahayu masih perlu diperluas. Upaya yang dilakukan oleh Dishutbun Kabupaten Majalengka yaitu menjalin kerjasama dengan Perhutani melalui penanaman nilam di bawah naungan tegakan pohon pinus. Pada tahun 2009, Dishutbun Kabupaten Majalengka akan mengusahakan bantuan dalam bentuk budidaya nilam secara 46
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
tumpangsari. Pola ini akan dicoba diterapkan karena budidaya nilam secara monokultur di lahan produktif sangat riskan karena akan bersaing dengan tanaman pangan seperti padi, sayuran dan palawija. Unit penyuling minyak nilam yang telah direlokasi memerlukan penyesuaian dan perbaikan beberapa komponennya, yaitu tungku, cerobong asap, kondensor, saluran kohobasi, pemisah minyak, lapisan glass wool, dan karet pelapis penutup ketel. Hasil uji coba produksi minyak nilam menunjukkan hasil yang baik, karena adanya penghematan pemakaian air pendingin (85 liter/menit model Cikondang dan 2.000 ml/menit model Panyindangan) dan kayu bakar (1-1,5 m3/6-7 jam model Cikondang dan ±1 m3/7 jam model Panyindangan). Hasil uji coba, baik pada kadar air bahan baku 14% maupun 45% menghasilkan minyak nilam dengan rendemen masing-masing 2,91-3,01% dan 1,4-1,52% (setara dengan 2,4-2,5% pada kadar air 14%) masih memenuhi syarat mutu SNI (N0. 06-2385-1998). Perbaikan tungku dapat menghemat bahan bakar 33% dan perbaikan kondensor menghasilkan rendemen minyak rata-rata 3% (rendemen produk di petani rata-rata 2,5%). Analisis ekonomi sederhana berdasarkan data uji produksi diperoleh harga pokok minyak nilam sebesar Rp 383.200,-/kg. Secara teknis dan ekonomis unit penyulingan minyak nilam hasil revitalisasi sudah mampu difungsikan secara kontinyu. Kegiatan kelembagaan usaha kelompok tani Nilam Rahayu khususnya dalam rangka penyediaan bahan baku adalah menjalin kerjasama dengan petani/kelompok tani lain, melalui pemberian bibit nilam secara gratis, dan nantinya hasil panen dijual kembali ke unit usaha pengolahan. Sementara itu, Dishutbun Kab. Majalengka sebagai pembina teknis di lapangan untuk mendukung program revitalisasi menyiapkan anggaran untuk bantuan bibit dan pupuk kepada kelompok tani Nilam Rahayu pada TA 2009 senilai Rp 100.000.000,- dan membantu kerjasama penanaman nilam dibawah tegakan pohon pinus dengan Perum Perhutani Jawa Barat.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
47
E. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen 1. Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer Publikasi merupakan salah satu kegiatan penyebarluasan informasi hasil penelitian yang merupakan jembatan untuk mempercepat adopsi teknologi pascapanen oleh masyarakat. Hasil publikasi ilmiah penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : a) Jurnal Pascapanen Volume IV No. 2 dan Volume V No. 1 sebanyak 300 eksemplar per nomor dan telah didistribusikan ke Instansi-instansi lingkup Badan Litbang Pertanian, Deptan, BPTP, Dinas dan Pemda, Universitas serta instansi terkait lainnya. b) Buletin volume 4 tahun 2008 berisi 9 naskah sebanyak 300 eksemplar dan telah didistribusikan ke Instansi-instansi lingkup Badan Litbang Pertanian, Deptan, BPTP, Dinas dan Pemda, Universitas serta instansi terkait lainnya. c) Ploter/poster teknologi pengolahan berisikan 8 poster dan 2 roll up banner dengan judul : 1) Teknologi Pembuatan Yoghurt; 2) Teknologi Pengolahan Kefir; 3) Ayam Tiren; 4) Mi Sagu; 5) Model Agroindustri Padi Terpadu; 6) Pembuatan Tepung Kasava; 7) Mi Ubi Jalar; 8) Model Agroindustri Pengolahan Sari Buah Jeruk; 9) Antisipasi Krisis Pangan Berdayakan Pangan Lokal; 10) Teknologi Tepung Kasava Pengganti Terigu; d) Leaflet berisikan 10 judul: 1) Teknologi Bunga Kering; 2) Teknologi Pembuatan Yoghurt; 3) Teknologi Tepung Kasava; 4) Mi Sagu; 5) Rasbi (Beras ubi); 6) Teknologi Pembuatan Arang Sekam dan Briket Arang Sekam; 7) Mikroenkapsulasi Oleoresin Jahe sebagai Perisa Makanan dan Minuman; 8) Pemanfaatan Lengkuas sebagai Obat Anti Jamur; 9) Teknologi Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah; 10) Teknologi Pemanfaatan Umbi-umbian sebagai Tepung Pengganti Terigu; e) Pedoman Teknis dengan judul : 1) Teknologi Pengolahan Pisang; 2) Buku Teknologi Pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan; 3) Aneka Resep Pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan; f) Kalender BB- Pascapanen 2008 g) Laporan Tahunan BB-Pascapanen 2007
48
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Gambar 29. Pedoman Teknis ,Laporan Tahunan, Poster, Leaflet & Kalender BB-Pascapanen Tahun 2008
2. Partisipasi Ekspose dan Promosi Teknologi Pascapanen Ekspose dan promosi teknologi bertujuan untuk menyampaikan informasi teknologi hasil penelitian dan pengembangan BB-Pascapanen kepada masyarakat. Kegiatan Ekspose dan promosi teknologi pascapanen yang dilaksanakan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut : a) Promosi pada Agrinex Expo Pameran Agrinex diprakarsai oleh HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IPB, Sampurna Agro untuk menampilkan pencapaian bidang Agribisnis di Indonesia. Pameran Agrinex 2008 dilaksanakan di Jakarta Convention Center pada tanggal 20-24 Maret 2008 dan dibuka oleh Menteri Pertanian. Pameran diikuti 100 peserta yang terdiri dari Instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang agribisnis, perguruan tinggi, swasta, UKM dll. Dalam pameran tersebut, BB-Pascapanen mengenalkan teknologi hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, meliputi teknologi pengolahan jagung, teknologi pengolahan ubi kayu menjadi tepung kasava, teknologi pengolahan sagu, teknologi pengolahan ubijalar, teknologi pemanfaatan jarak sebagai pengganti minyak tanah, teknologi produksi beras beriodium, dan teknologi mikroenkapsulasi bahan flavor. Selain pameran, BB-Pascapanen melakukan promosi melalui peragaan dan forum bisnis. Peragaan pengolahan mi sagu melibatkan mitra kerja sama yaitu Pesantren AlLaporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
49
Qur’an wal Hadits, yang diikuti oleh 70 -100 orang pengunjung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk promosi produk mi Metro yang dapat dibeli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mi sehat. Pada forum bisnis, BB-Pascapanen menampilkan teknologi produksi beras beriodium dan teknologi mikroenkapsulasi bahan flavor.
(A)
(B)
(C)
Gambar 30. (A) Suasana stand Badan Litbang pada sisi pascapanen, (B) Kunjungan Dr. Bungaran Saragih, dan (C) Peragaan teknologi pengolahan mi sagu oleh mitra kerja sama Pesantren Al Qur’an wal Hadis.
b) Promosi pada Agro and Food Expo Agro and Food Expo diselenggarakan di Kartika Expo, Jakarta pada tanggal 22-25 Mei 2008. Tema yang diangkat pada anjungan Badan Litbang Pertanian adalah “Inovasi teknologi mendukung ketahanan pangan, kemandirian energi, dan peningkatan daya saing produk pertanian. Pada topik ketahanan pangan, BB-Pascapanen menampilkan teknologi pemanfaatan pangan lokal yaitu tepung kasava dan aneka olahannya, tepung ubi ungu yang mengandung antioksidan beserta olahannya, serta mi sagu beserta olahannya. Pada topik bioenergi BB-Pascapanen menampilkan teknologi pemanfaatan minyak jarak sebagai pengganti minyak tanah, dan pada topik peningkatan daya saing ditampilkan teknologi pengolahan jus jeruk siam. c) Ekspose pada Pekan Padi Nasional III Pekan Padi Nasional III diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian di BB-Padi pada tanggal 21-26 Juli 2008 dan dibuka oleh Presiden RI. Pada acara tersebut, BB-Pascapanen melakukan launching buku, promosi melalui penyediaan hidangan dengan bahan baku aneka tepung kasava untuk tamu VIP, dan peragaan teknologi serta pameran. Buku teknologi yang di-launching berjudul “Teknologi Pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan”. 50
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
d) Pameran pada Kongres Kearifan Lokal Perempuan Menuju Ketahanan Pangan Keluarga Pameran diselenggarakan oleh SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) bekerja sama dengan beberapa organisasi wanita Indonesia. Tema pameran adalah Keanekaragaman Hayati Indonesia Sebagai Sumber Pangan dan Kesehatan. Pada pameran tersebut, BBPascapanen menampilkan beberapa teknologi hasil penelitian dan pengembangan pascapanen dalam bentuk CD. BB-Pascapanen pada pameran ini juga melakukan peragaan pengolahan mi berbahan baku pangan lokal dan menampilkan teknologi dalam bentuk poster dan contoh produk berupa : tepung kasava termodifikasi, tepung ubi, tepung sukun, pasta sukun, mi dari sukun, dan mi sagu serta produk hasil teknologi pengolahan kelapa (VCO dan produk kosmetik).
(A)
(B)
Gambar 31. (A) Tampilan mi kering dengan substitusi tepung kasava dan tepung sukun dan (B) tampilan mi kering yang dikembangkan swasta dengan substitusi tepung kasava yang merupakan hasil uji coba kerja sama SIKIB, Deptan dan pihak swasta.
Gambar 32. Suasana pameran pada Kongres Kearifan Lokal Perempuan Menuju Ketahan Pangan Keluarga
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
51
e) Partisipasi pada Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Hari Pangan Sedunia diselenggarakan pada tanggal 3-6 Desember 2008 di Bandung. Pada peringatan Hari Pangan Sedunia dilakukan launching logo AGRO INOVASI dan pelabelan produk teknologi Badan Litbang Pertanian. Produk hasil teknologi BB-Pascapanen yang mewakili untuk pelabelan adalah puree buah. f)
Sosialisasi Produk Pangan Non Beras dan Pengganti Tepung Terigu di KORPRI dan Dharma Wanita Departemen Pertanian Acara diselenggarakan di Auditorium Depertemen Pertanian pada bulan April 2008. Pada acara ini BB-Pascapanen menampilkan teknologi pengolahan tepung kasava, tepung ubijalar, mi sagu dengan berbagai contoh produknya.
(A)
(B)
Gambar 33. (A) Ibu Rossi Anton Apriyantono selaku Penasehat Dharma Wanita Unit Departemen Pertanian menunjukkan tepung kasava kepada TVRI yang melakukan wawancara, dan (B). Menteri Pertanian mengunjungi masingmasing stand pada acara tersebut, termasuk ke BB-Pascapanen.
g) Sosialisasi Produk Tepung Untuk Substitusi Terigu pada Temu Bisnis dengan Asosiasi Pedagang kue Subuh Acara diselenggarakan oleh Pusat Dagang Kecil Menengah, Sekretariat Jenderal Departemen Perdagangan. BB-Pascapanen diminta oleh Setjen Departemen Perdagangan sebagai narasumber pada temu bisnis dengan Asosiasi Pedagang Kue Subuh (Pasar Senen, Melawai, Depok) dan Asosiasi Pengusaha Roti dan Bakery Indonesia. Pada acara ini, BB-Pascapanen memaparkan materi tentang aneka tepung (kasava, ubijalar, pisang) yang berpotensi sebagai substitusi tepung terigu dan melakukan peragaan produk olahan tepung. 52
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
h) Partisipasi pada Promosi Susu Acara diselengggarakan oleh STEKPI dan Badan Litbang Pertanian pada tanggal 19 April 2008, dibuka oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Gerai BB-Pascapanen yang menyatu dengan Puslitbang Peternakan menampilkan berbagai olahan susu dan kefir, poster teknologi penerapan HACCP pada pengolahan susu serta peralatan perah susu higienis. Dalam acara talk show BB-Pascapanen menyajikan materi mengenai : 1) cara penyajian susu formula bayi untuk mengatasi infeksi Enterobacter sakazakii, 2) pengolahan susu segar, dan 3) teknologi pembuatan kefir dan yoghurt. i) Promosi pada Pameran Pangan Nusa 3 Pameran Pangan Nusa 3 diselenggarakan oleh Departemen Perdagangan pada tanggal 6-10 Agustus 2008 di Kartika Expo Center, Jakarta dan dibuka oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono. Dalam pameran tersebut, BB-Pascapanen menampilkan teknologi pengolahan tepung kasava, tepung ubijalar, mi sagu, dan tepung ganyong serta produk olahannya. Pada acara seminar, Kepala BB-Pascapanen menyampaikan materi yang berjudul “Sentuhan Teknologi dalam Menunjang Ketahanan Pangan Nasional dengan Menggali dan Memanfaatkan Sumber Daya Alam Lokal” yang mengemukakan potensi ubikayu dan aneka umbi lainnya, jagung, sorgum yang dilengkapi teknologi pengolahan tepung dan produk lainnya.
Gambar 34. Beberapa Teknologi BB-Pascapanen yang ditampilkan pada Stand Diversifikasi Pangan di Pameran Pangan Nusa 3 dijelaskan kepada Ibu Negara Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
53
j) Partisipasi pada Pekan Kentang Nasional Pekan Kentang Nasional diselenggarakan oleh Puslitbang Hortikultura pada tanggal 20-23 Agustus 2008 di Balai Penelitian Sayuran, Lembang dan dibuka oleh Menteri Pertanian RI. Pameran diikuti oleh Puslit, Puslitbang, Balai Besar lingkup Badan Litbang Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara dan beberapa perusahaan pupuk dan benih sayuran. Pada pameran tersebut, BB-Pascapanen menampilkan teknologi pengolaan tepung ubijalar (sweet potato) dan tepung kasava. 3. Penyiapan Dokumen dan Rintisan Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Dalam kegiatan ini dilakukan pengelolaan kerja sama secara teknis maupun administratif yang meliputi penyiapan dokumen kerja sama, inventarisasi kerja sama penelitian dan pengembangan yang telah terjalin dan perintisan kerja sama baru. a. Kerja Sama Pengolahan Puree Mangga di Kabupaten Cirebon
Gambar 35. Penandatanganan MoU Kerjasama Puree Mangga
BB-Pascapanen telah melakukan penelitian perakitan teknologi pengolahan puree dan telah bekerja sama dengan CV. Promindo Utama dalam pengujian teknologi di lapangan sejak tahun 2004. Kerja sama ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan melalui pembentukan model pengolahan puree mangga. Pada tahun 2008 dilakukan kerja sama dalam rangka pengujian kelayakan ekonomi 54
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
produksi puree mangga dan buah-buahan lainnya. Penandatanganan MoU kerja sama telah dilakukan oleh Kepala BB-Pascapanen; Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Cirebon; dan Direktur CV. Promindo Utama di kantor Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Cirebon. Keberadaan usaha ini memberikan kontribusi pendapatan bagi petani mangga, tenaga kerja, pedagang kemasan dan komponen distribusi lainnya. b. Kerja Sama Pengolahan Mi Sagu di Kabupaten Bogor Pada tahun 2008, BB-Pascapanen telah melakukan kerja sama scaling up produksi mi sagu dengan pesantren Al-Quran Wal Hadits. Kerja sama ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan mengembangkan teknologi pengolahan mi sagu yang dihasilkan BB-Pascapanen dalam skala usaha kecil dan menengah (UKM). Penandatanganan MoU dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2008. Dalam kerja sama ini pihak Pesantren menyediakan tempat pengolahan mi sagu, peralatan pengolahan dan bahan baku segar. Pada tahun 2008, pesantren telah memproduksi 3.800 kg mi sagu dari 1.900 kg bahan baku sagu segar.
(A)
(B)
Gambar 36. (A) Penandatanganan MoU kerjasama scaling up pengolahan mi sagu dan (B) ruang pengolahan mi sagu
c. Kerja Sama Pengembangan Agroindustri Jagung di Kabupaten Sragen Kerja sama pengembangan agroindustri jagung di Kab. Sragen melibatkan BB-Pascapanen, Pemda Kab. Sragen dan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM dan telah dirintis sejak tahun 2007. Kerja sama ini bertujuan untuk : 1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kelompok tani tentang teknologi pra dan pascapanen jagung agar bebas aflatoksin, 2) meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi melalui alih teknologi dan pendampingan oleh Dinas Pertanian, BB-Pascapanen Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
55
dan FTP UGM, dan 3) meningkatkan kinerja silo jagung melalui penerapan manajemen rantai pasokan, perbaikan kinerja kelembagaan, aksesibilitas dan sumber daya manusia (kelompok tani/ gapoktan). Dalam kerja sama ini, BB-Pascapanen berperan sebagai pendamping teknologi penanganan pascapanen jagung agar bebas dari aflatoksin melalui peningkatan kinerja silo jagung berkapasitas 50 ton. Kesepakatan kerja sama ditandatangani pada tanggal 2 Januari 2008. Dinas Pertanian Kab. Sragen telah menyediakan dana, bahan baku dan fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan dalam kerja sama ini, sedangkan pengadaan silo kapasitas 50 ton diadakan oleh Ditjen P2HP. Pada tahun 2008, BB-Pascapanen telah melakukan penerapan GMP penyimpanan jagung dalam silo skala 50 ton yang meliputi aspek pemipilan, pengeringan, penyimpanan dan pengemasan. Pendampingan teknologi yang telah dilakukan BB-Pascapanen berupa praktek pengujian teknologi penyimpanan jagung yang diikuti Gapoktan dan PPL dari Dinas Pertanian Kab. Sragen.
Gambar 37. Kegiatan pengeringan dan penyimpanan jagung di gudang silo
d. Kerja Sama Pengembangan Teknologi Pengolahan Ubijalar dan Aneka Produknya dalam Rangka Mendukung Diversifikasi Konsumsi Pangan di Papua Pengembangan teknologi pengolahan ubijalar di Papua telah dirintis sejak tahun 2006. Kerja sama bertujuan untuk : 1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kooperator tentang teknologi pengolahan ubijalar yang tepat guna untuk diversifikasi konsumsi 56
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
pangan, 2) implementasi teknologi pengolahan produk olahan berbasis ubijalar, dan 3) menumbuhkan model percontohan pengolahan ubijalar di Papua melalui pendampingan teknologi oleh BB-Pascapanen dan Dinas Pertanian. Perbaikan teknologi pengolahan ubijalar dilakukan dengan cara diversifikasi produk berbasis ubijalar seperti tepung, pati, pasta, dsb. Sesuai kesepakatan dalam MoU, Dinas Pertanian telah menyediakan dana, bahan baku dan sarana penunjang lainnya untuk pelaksanaan pengembangan teknologi pengolahan ubijalar, sedangkan BB-Pascapanen telah menyediakan teknologi dan peneliti untuk melaksanakan pelatihan dan pengawalan teknologi. Penandatanganan kerja sama pengembangan teknologi pengolahan ubijalar dan aneka produknya antara BB-Pascapanen dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hotikultura Provinsi Papua dilakukan tanggal 31 Juli 2008 di Wamena, Papua.
Gambar 38. Pelatihan pengolahan ubi jalar
e. Pengalihan Pengawalan Model Pengolahan Jus Jeruk di Kalimantan Barat Kerja sama pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan jeruk telah dilakukan sejak tahun 2005 antara Badan Litbang Pertanian dengan Pemda Provinsi Kalimantan Barat dan Pemda Kab. Sambas. Dalam upaya meningkatkan peran BPTP Kalimantan Barat dalam pengembangan dan pengawalan teknologi pascapanen yang berada di lapangan dan efisiensi dana, maka pendampingan untuk Gapoktan diserahkan kepada BPTP dengan tetap dapat melakukan konsultasi kepada BB-Pascapanen. Dalam rangka pengalihan pendampingan tersebut, telah dilakukan serah terima antara BB-Pascapanen kepada BPTP Kalimantan Barat pada tanggal 2 Desember 2008.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
57
4. Pendampingan Kerja Sama Penelitian dan Pengawalan Teknologi Kerja sama internasional yang dilaksanakan BB-Pascapanen pada tahun 2008 adalah kerja sama pengembangan lada dengan FAO, dukungan kerja sama bilateral lada dengan Malaysia, dukungan kerja sama bilateral hortikultura dengan Belanda dan penyelenggaraan workshop dalam rangka Simposium Internasional ISHS (International Society of Horticulture Science). a. Kerja Sama Pengembangan Lada dengan FAO Cakupan kerja sama meliputi perbaikan teknik budidaya lada, perbaikan pengolahan dan mutu lada melalui proses yang higienis, diversifikasi produk, aspek pemasaran dan kelembagaan. Kerja sama ini dirancang untuk jangka waktu 2 tahun. BB-Pascapanen telah memberikan dukungan pendampingan berupa penyelenggaraan koordinasi, pendampingan survei lapangan dan penyiapan pengadaan peralatan untuk pelatihan. b. Workshop dalam Rangka Simposium International Society for Horticultural Science (ISHS)
Gambar 39. Suasana Workshop Postharvest in Globalisation Economics pada International Society for Horticultural Science (ISHS)
Simposium ISHS diselenggarakan pada tanggal 3-7 November 2008 di Bogor. BB-Pascapanen menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan workshop bidang postharvest technology dengan tema “Postharvest Technology for Tropical Fruits in Globalisation Economic”. Workshop diikuti oleh 75 peserta dari berbagai instansi baik dari dalam maupun luar negeri. Peserta luar negeri berasal dari Australia, China, Jepang, Korea, Malaysia dan Myanmar, sedangkan dari dalam negeri terdiri dari kalangan instansi pemerintah, swasta dan perguruan tinggi. Dalam workshop tersebut disampaikan 3 makalah oleh 1 pembicara 58
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
dari Korea dan 2 pembicara dari Indonesia. Makalah yang disampaikan meliputi pengembangan teknologi dan manajemen pascapanen buahbuahan tropis di sejumlah Negara Asia dan berbagai tantangan yang dihadapi dalam implementasi teknologi pascapanen di Indonesia. c. Kerja Sama Bilateral Indonesia-Malaysia Kerja sama bilateral Indonesia-Malaysia mencakup bidang perkebunan meliputi komoditas lada, kakao, dan sawit. Dalam kerja sama ini BB-Pascapanen berpartisipasi dalam bidang pengembangan pengolahan lada, pendampingan dan pelatihan teknologi pengolahan lada. Pada tahun 2008 BB-Pascapanen telah memberikan pendampingan teknologi pengolahan lada bagi Tim MPB (Malaysian Pepper Board) di Jakarta dan lokasi percontohan pengolahan lada di Desa Loa Janan, Kab. Kutai Kartanegara, Kaltim.
Gambar 40. Lokasi demplot budidaya lada untuk kerja sama FAO di Cambai, Bangka Belitung, penyampaian materi dan pelatihan pengolahan lada untuk petani Malaysia di Kaltim
d. Kerja Sama Bilateral Indonesia-Belanda BB-Pascapanen dan Ditjen P2HP telah berpartisipasi dalam kegiatan kerja sama bilateral Indonesia-Belanda di bidang pascapanen sejak tahun 2006. Kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pascapanen komoditas hortikultura untuk ekspor ke Eropa. BBPascapanen telah menyusun proposal kerja sama penanganan mangga segar untuk tujuan ekspor. Pada tahun 2008 telah diselenggarakan pertemuan bilateral untuk membahas proposal bidang pascapanen dan bidang lainnya serta mengevaluasi kegiatan kerja sama lain yang telah dilaksanakan. Usulan kegiatan penanganan mangga disarankan untuk digabung dengan kegiatan HORTIN (Horticultural Research Cooperation between Indonesia and The Netherlands) bersama-sama dengan kegiatan penanganan pascapanen rambutan. Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
59
Gambar 41. Pertemuan dan penandatangan kesepakatan kerjasama bilateral Indonesia - Belanda
5. Penyeliaan dan Pendampingan Teknologi Mendukung Prima Tani Kegiatan penyeliaan dan pendampingan teknologi mendukung Prima Tani bertujuan untuk melaksanakan kegiatan penyeliaan di Kalimantan Barat, Riau dan Maluku Utara, serta menyediakan teknologi pascapanen yang dibutuhkan di lokasi Prima Tani dalam rangka pendampingan teknologi. Kegiatan dilaksanakan dengan cara pertemuan pembinaan, koordinasi, sosialisasi, advokasi, pengiriman narasumber teknologi, dukungan publikasi dan produk teknologi. Penyeliaan di Kalimantan Barat telah berlangsung dengan kegiatan : a) Pembinaan kepada Tim Prima Tani melalui pertemuan koordinasi, konsolidasi dan pemantapan kegiatan 2008, b) Peran serta pada sinkronisasi kegiatan dengan Pemda/Pemkot lokasi Prima Tani Kalimantan Barat melalui pengiriman narasumber teknologi pascapanen, c) Monev Prima Tani yang dilaksanakan bersama Tim Teknis dengan pengambilan objek lapangan di Laboratorium Agribisnis Sui Itik dan Laboratorium Agribisnis Segedong, d) Sosialisasi integrasi PUAP-Prima Tani dan transfer pengawalan Prima Tani di Kalimantan Barat bersama tim teknis, e) Pembinaan dan pembelajaran bagi para Manajer melalui kunjungan lapangan dan diskusi di lokasi Prima Tani Sui Itik, Pangmilang dan Segedong, dan f) Analisis dampak Prima Tani. Penyeliaan di Riau telah berlangsung dengan kegiatan : a) Sosialisasi di Pemprov Riau dan Bappeda, Prima Tani diharapkan dapat mendukung Operasi Pangan Riau Mandiri, suatu program peningkatan pangan di Provinsi Riau, b) Pembinaan kepada Tim Prima Tani melalui pertemuan koordinasi dan pemantapan kegiatan 2008, c) Pembinaan dan pembelajaran bagi para manajer melalui kunjungan lapangan dan diskusi di lokasi Prima Tani Pangkalan Bunut dan Titian Resak, d) Peran aktif pada perencanaan dan pelaksanaan survei investigasi desain untuk tata air mikro Rumbai Jaya, Indragiri Hilir, dan e) Promosi Prima 60
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Tani melalui pengenalan teknologi pascapanen padi dan ubikayu di kabupaten Kampar, dan f) Analisis dampak Prima Tani. Pembinaan dan Monev untuk Maluku Utara telah dilaksanakan melalui pertemuan para manajer dan kunjungan lapangan ke lokasi Prima Tani. Pendampingan teknologi untuk membantu uji coba peralatan mesin dan uji mutu hasilnya pada pengolahan VCO/minyak goreng di lokasi desa Akediri, kabupaten Halmahera Barat dan penyulingan minyak atsiri di kelurahan Jaya kota Tidore Kepulauan telah dilakukan terkait dengan penyediaan peralatan/mesin oleh BKPMD Maluku Utara dan Disperindag Maluku Utara. Pendampingan dalam evaluasi dampak kegiatan Prima Tani telah dilaksanakan bersama Tim Teknis melalui diskusi dan pendampingan evaluasi kinerja Prima Tani. Selain itu dilakukan juga pengiriman nara sumber teknologi pascapanen untuk lokasi Prima Tani Purwakarta, Banjarnegara, Depok dan Bogor. Untuk Purwakarta, dengan topik proses pengolahan ubijalar dan pemanfaatannya, lengkap dengan alat mesin yang dibutuhkan, diikuti dengan praktek pemanfaatan tepung ubi jalar menjadi aneka produk. Pelatihan teknologi di lokasi Prima Tani Jawa Tengah meliputi teknologi pengolahan jagung, pisang, dan jambu biji disertai dengan evaluasi hasil olahan para pengrajin dari Kelompok Usaha binaan Prima Tani. Pelatihan teknologi untuk Gapoktan di lokasi Prima Tani Depok adalah tentang pengolahan puree jambu biji merah dan pemanfaatannya. Pelatihan untuk Kelompok Wanita Tani di lokasi Prima Tani Kabupaten Bogor meliputi pengolahan jambu biji, pengolahan ubikayu dan pisang. 6. Kerjasama Pelatihan Teknologi Pascapanen Pertanian dalam Rangka Lingkages Visit ACIAR-SADI ACIAR-SADI (ACIAR-Smallholder Agribusiness Development Initiative) merupakan program kemitraan Australia-Indonesia, telah melakukan Institutional Assessment di empat BPTP (Sultra, Sulsel, NTB dan NTT) pada tahun 2007, dan hasilnya menunjukkan bahwa linkages (keterkaitan) antara BPTP dan pusat-pusat penelitian masih perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan media untuk memberi kesempatan dan peluang kepada peneliti dari kedua pihak untuk bertemu dan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dapat meningkatkan keterkaitan baik secara individual maupun kelembagaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
61
Dalam upaya merealisasikan program linkages tersebut, telah dilakukan survei melalui kuesioner kepada BPTP untuk mengetahui topik dan pilihan lembaga penelitian yang akan dikunjungi. Salah satu lembaga penelitian yang disebutkan dalam kuesioner adalah BB-Pascapanen. Berdasarkan preferensi tersebut, dan dengan mengingat pentingnya penanganan pascapanen dalam keseluruhan kegiatan agribisnis di Kawasan Timur Indonesia, maka kunjungan staf lembaga penelitian dan pengembangan di tingkat provinsi ke BB-Pascapanen diselenggarakan atas fasilitasi dari ACIAR-SADI. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di BB-Pascapanen pada tanggal 27-31 Oktober 2008 dengan narasumber peneliti BB-Pascapanen, pejabat struktural terkait program penelitian, kerjasama dan diseminasi, serta pelaku usaha dan mitra BB-Pascapanen dalam adopsi teknologi. Peserta adalah peneliti dan penyuluh di lembaga penelitian dan pengembangan serta petugas dinas dan pelaku usaha di tingkat provinsi (BPTP, Dinas, Universitas, LSM dan UMKM). Peserta berjumlah 19 orang terdiri dari : 8 peserta dari BPTP (Sultra, Sulsel, NTB dan NTT), 1 peserta dari BBP2TP, 4 peserta dari Dinas Pertanian, 1 peserta dari Balitbangda, 2 peserta dari Universitas, dan 3 peserta dari UMKM. Materi dan teknologi yang dibahas adalah: a. Pengenalan program litbang pascapanen dan hasil-hasil penelitian unggulan BB-Pascapanen Pertanian. b. Teknologi pascapanen ubikayu c. Teknologi pascapanen jagung d. Teknologi penanganan segar buah-buahan (pisang, mangga dan jeruk), dilengkapi dengan praktek untuk pengenalan sortasi, grading, pengemasan, dan pembuatan emulsi lilin untuk perlakuan wax coating buah. e. Teknologi pengolahan buah tropika f. Teknologi pengolahan mete dan limbah kulit biji mete, teknologi produksi CNSL dan produk hilir CNSL. Dilengkapi dengan praktek untuk menggunakan kacip M-99 yang dapat menghasilkan kacang utuh 85-90% dan mudah dioperasikan. g. Peninjauan ke laboratorium analisis, memberi pengetahuan kepada peserta tentang pengelolaan laboratorium terakreditasi.
62
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
h. Kunjungan ke Model Agroindustri Puree Mangga Penjelasan yang disampaikan meliputi : produksi, sumber bahan baku, pengembangan pasar, peralatan dan mesin yang digunakan, proses pengolahan, dan kendala yang dihadapi.
Gambar 42. Pelatihan Teknologi Pascapanen Pertanian dalam Rangka Linkages Visit ACIAR-SADI
7. Kegiatan Pelatihan Teknologi Pascapanen oleh BB-Pascapanen Selama tahun 2008, Tim Peneliti BB-Pascapanen telah melakukan pelatihan teknologi pascapanen bagi masyarakat, baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Pelatihan dilaksanakan di lokasi BB-Pascapanen (Bogor dan Karawang) maupun di luar BB-Pascapanen, jenis pelatihan adalah sebagai berikut : No
Tanggal
Judul Pelatihan
Nara Sumber
Lokasi
Peserta
1
17 Juni 2008
Pelatihan Teknologi Pembuatan Susu Kedelai
Dr. Sri Widowati
BB Pascpanen
Bulungan Kaltim
2
2 Juli 2008
Pelatihan Teknologi Pengolahan Cabai Merah
Ir. Sunarmani
BB Pascapanen
BPTP Kalimantan Selatan
3
8 Juli 2008
Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Hasil Gabah/Beras
Ir. Suismono, MS
Bandung
Para Pelaku Agribisnis Kota Bandung
4
21-22 Juli 2008
Pelatihan Pengolahan Ubijalar
Dr. Nur Richana Suyanti BSc
BB-Pascapanen
LSM Masyarakat Mandiri Kuningan
5
5-6 Agustus 2008
Kegiatan Perumusan Kebijakan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dr. Nur Richana Ir. Sunarmani Dr. Setyadjit
Pemda Kab. Bogor
Kel. Wanita Tani di kab. Bogor
6
19-20 Agustus 2008
Pelatihan Pelaksanaan Pengawalan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura
Suyanti, BSc Dra. Sri Yuliani, Apt
BB-Pascapanen
AKTO (Asosiasi Kelompok Tani Olahan) Binaan Dep. Pertanian dan Kehutanan wil. DKI
7
26 Agustus 2008
Pelatihan Diversifikasi Produk Olahan Ubijalar
Suyanti, BSc
BB-Pascapanen
LSM Masyarakat Mandiri Jakarta
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
63
8
9
27-29 Agustus 2008
Pelatihan Pengolahan Hasil dan Pascapanen Komoditi Padi
15-18 Pelatihan Pengolahan Biji dan September 2008 Minyak Pala dalam Rangka Sosialisasi Peningkatan Mutu Biji dan Minyak Pala
Ir. Suismono, MS Ir. SigitNugraha Ir. Sudaryono Ir. Syafaruddin Lubis
Instalasi Pascapanen Karawang
Distan Pemda Kab. Asahan
Ir. TatangHidayat, MSi
Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan
Petani pala, pengrajin minyak pala, dan pedagang yang berasal dari kecamatan penghasil pala di Kab. Aceh Selatan
10
15 Oktober 2008
Pelatihan Pengolahan Pisang
Suyanti, BSc
BB Pascapanen
11
27 – 31 Oktober 2008
Pelatihan Teknologi Pascapanen Pertanian dalam Rangka Linkages Visit ACIAR-SADI
Ir. Sulusi Prabawati, MS Dr. Setyadjit Dr. Nur Richana Ir. Edi Mulyono, MS Dr. Sri Widowati Suyanti, BSc
BB Pascapanen
12
19-20 November 2008
Pelatihan Teknik Penyulingan Minyak Nilam
Ir. Tatang Hidayat
Kabupaten Aceh Barat
64
BPTP NTT, Dis Tan Pang Hprt NTT, BPTP NTB, Dinas Pertanian NTB, BPTP Sul Sel, PT BUMP Sul Sel, Balitbangda Sul Sel, BPTP Sul Tra, Dis Tan Pang Sul Tra, Univ. Haluoleo Sul Tra, Indst. Chips Buah PPSQ Kendari, Univ. Mataram, UD Essa Mitra Abadi Lombok Brt, BBP2TP, Univ. Riau
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN A. Organisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 Bagian/ Bidang dan 7 Sub Bagian/ Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional yang saat ini baru mencakup peneliti, teknisi litkayasa, dan arsiparis. Kelompok fungsional peneliti terdiri dari 2 kelompok, yaitu Kelompok Peneliti (Kelti) Teknologi Penanganan Hasil Pertanian dan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Semakin luas jangkauan penelitian dan pengembangan, makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam kurun waktu tahun 2005-2009 akan meningkatkan kompetensi sumber daya yang dimiliki untuk dapat menghasilkan teknologi yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis. B. Sumber Daya Manusia Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 141 tenaga yang terdiri dari 62 orang tenaga peneliti (47 orang mempunyai jabatan fungsional dan 15 orang peneliti non kelas); 20 orang tenaga teknisi (7 orang mempunyai jabatan fungsional teknisi/ litkayasa dan 13 orang teknisi non kelas), 1 orang arsiparis dan 59 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 7 orang S3; 29 orang S2; 37 orang S1; 9 orang S0; 51 orang setingkat SLTA; 5 orang setingkat SLTP dan 3 orang setingkat SD. Dari 62 tenaga fungsional (peneliti) BB-Pascapanen terdapat 40 orang (64,52%) yang usianya dibawah 50 tahun, sisanya sebanyak 22 orang (35,48%) usianya berkisar 51 – 60 tahun. Perkembangan SDM BB-Pascapanen dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2005-2008 2005
2006
2007
2008
S3
8
6
8
7
S2
30
31
26
26
S1
36
35
35
38
SM/D3
10
9
9
10
SLA
53
54
56
55
<SLA
7
7
8
8
TOTAL
144
142
142
144
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
65
Tabel 7. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional 2005-2008 2005
2006
2007
2008
Peneliti
64
61
60
61
Litkayasa
21
22
22
23
Arsiparis
-
-
-
1
Non Fungsional
59
59
60
59
TOTAL
144
142
142
144
Tabel 8. Jumlah peneliti BB-Pascapanen berdasarkan jenjang jabatan 2005-2008 2005
2006
2007
2008
Peneliti Utama
10
10
10
9
Peneliti Madya
15
16
16
19
Peneliti Muda
10
8
8
4
Peneliti Utama
5
4
4
6
Non Klas
21
22
22
22
TOTAL
61
60
60
61
Pengembangan SDM SDM merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan suatu organisasi tidak dapat tercapai tanpa didukung SDM yang handal. Oleh karena itu, BB-Pascapanen berupaya untuk dapat selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang dimilikinya, baik tenaga fungsional maupun administrasi. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training jangka pendek, training jangka panjang, magang, dan seminar. Kaderisasi tenaga peneliti terus diupayakan, agar pada saat tenaga peneliti yang ada sudah mencapai usia pensiun tugasnya dapat digantikan oleh tenaga peneliti yang lebih muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan BB-Pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih tugas atau pensiun. BB-Pascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk kerucut, dimana tenaga peneliti yang berusia muda akan lebih banyak kuantitasnya daripada tenaga peneliti yang berusia tua. Saat ini, terdapat 8 orang peneliti sedang menyelesaikan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, 5 orang melanjutkan studi S3 (3 orang dibiayai APBN DIPA Litbang Pertanian, 1 orang dibiayai Australian Development Scholarships/ ADS dan 1 orang biaya sendiri), 3 orang melanjutkan studi S2 dan 2 orang teknisi litkayasa melanjutkan studi S1. 66
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program program utama, BBPascapanen berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang dimilikinya baik kuantitas maupun kualitasnya diantaranya melalui: a) pelatihan jangka pendek dan jangka panjang sesuai bidang keahlian, b) merekrut tenaga yang berpendidikan S2 sesuai dengan kebutuhan sampai tahun 2009-2013. Komposisi tenaga fungsional peneliti dengan litkayasa ditetapkan berdasarkan beban kerja setiap RPTP, yaitu setiap RPTP perlu didukung oleh 4 orang peneliti (1 orang S3, 1 orang S2 dan 2 orang S1) serta 3 orang teknisi litkayasa, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan dengan kebutuhan. Rencana pengembangan SDM BB-Pascapanen tahun 2009-2013 tercantum pada Tabel 9. Tabel 9. Rencana pengembangan SDM tahun 2009 – 2013 2009
2010
2011
2012
2013
Pensiun S3
-
-
1
1
-
S2
-
1
1
1
-
S1
1
1
4
3
1
S0
-
1
-
-
-
SLTA
3
2
7
4
4
< SLTA
2
-
1
1
1
6
5
14
10
6
Ke S3
7
-
-
-
-
Ke S2
2
2
-
-
-
Total Pelatihan Jangka Panjang
Ke S1
-
-
-
-
-
9
2
-
-
-
S3
-
-
-
-
-
S2
-
-
-
-
-
S1
4
4
4
2
2
S0
-
-
-
-
-
SLTA
-
-
-
-
-
4
4
4
2
2
Total Rekruitment
Total
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
67
Pelaksanaan Kegiatan Kepegawaian Pada Tahun 2008, BB-Pascapanen mendapat tambahan CPNS sebanyak 13 orang yang diangkat dari tenaga honorer, 3 orang yang diangkat dari pelamar umum dan 4 orang CPNS diangkat menjadi PNS. Disamping itu terdapat 6 orang diangkat menjadi pejabat fungsonal peneliti pertama serta 5 orang peneliti mendapat kenaikan jabatan fungsional. Pegawai BB-Pascapanen yang mengikuti pelatihan jangka pendek maupun panjang sebanyak 13 orang dengan rincian : 1. Sebanyak 3 orang mengikuti pelatihan jangka pendek berupa diklat fungsional peneliti pertama 2. Sebanyak 10 orang mengikuti pelatihan jangka panjang, yaitu 3 orang mengkuti program S2 (dibiayai Negara), 5 orang mengkuti program S3 (3 orang dibiayai Negara, 1 orang dibiayai Australian Development Scholarships/ ADS, dan 1 orang biaya sendiri), serta 2 orang mengikuti program S1 (biaya sendiri). Data pegawai yang mengikuti pelatihan jangka pendek maupun jangka panjang disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Pengembangan SDM dalam bentuk training jangka pendek dan jangka panjang No.
Jenis Pelatihan
I.
Training Jangka Pendek
1.
Diklat Fungsional Peneliti Pertama
Nama peserta 1. Ir. Siti Mariana W, Msi 2. Miskiyah, SPt, MP
Waktu, Tempat
Penyelenggara
Juni 2008 (203jam), Bogor
LIPI
ICS-UNIDO
3. Resa Setia A, STP, Msi
68
2
Process Technology Quality Control and Utilization of Essensial Oils
Dr. Ir. Risfaheri, MSi
19-26 Juli 2008, Turkey
3
Program Postdoctoral
Dr. Ir. Sri Yuliani, MT
21 Juli sampai 21 The University of Oktober 2008, Sydney, Queensland Australia
4
Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa
Agus Budiyanto, STP
Oktober 2008, Bogor
LKPP, Bappenas
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
II.
Training Jangka Panjang
1.
Tugas belajar yang masih aktif S3
1. Ir. Edy Mulyono, MS
Tahun 2004 s/d Desember 2009
IPB
S3
2. Ir. Hoerudin, Magr.Sc
8 Januari 2007 s/d 31 Maret 2011
University of Queensland
S3
3. Ir. Endang Yuli P, Msi
September 2007 s/d Agustus 2010
IPB
S3
4. Ir. Tri Marwati, Msi
September 2007 s/d Agustus 2010
UGM
S3
5. Ir. Evi Savitri I, Msi
September 2008 s/d Agustus 2011
IPB
S2
6. Mulyana Hadipernata, STP
September 2007 s/d Agustus 2009
UGM
S2
7. Iceu Agustinasari, STP
September 2007 s/d Agustus 2009
IPB
S2
8. Niken Hari Murti, ST
September 2008 s/d Agustus 2010
IPB
S1
9. Wahyudiyono, A.Md.Ak
2006 s/d Desember 2009
S1
10. Dini Kusdiningsih
April 2000 s/d Desember 2009
Kegiatan Pelatihan/Seminar/Workshop Dalam rangka mengembangkan kompetensi keahlian bagi tenaga peneliti/ litkayasa dan analis BB-Pascapanen, selama tahun 2008 telah mengikuti kegiatan Pelatihan/Seminar/Workshop sebagai berikut : 1. Seminar tentang Fume Hood dan Bahan Kimia Berbahaya dilaksanakan oleh BB-Pascapanen bekerjasama dengan PT. Elo Karsa Pratama pada tanggal 22 Januari 2008 dengan mengirimkan pegawai BB-Pascapanen sebanyak 9 orang (terdiri atas peneliti dan analis) 2. Seminar AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer dan UV-Vis Spectrometry) yang diselenggarakan oleh PT. Berca Niaga Medika di Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008. BB-Pascapanen mengikutsertakan 3 (tiga) orang peneliti dan analis dalam seminar tersebut. 3. Pengenalan ISO/IEC 17025:2005 diselenggarakan oleh BSN di Jakarta pada tanggal 4 Maret 2008. BB-Pascapanen mengirimkan 3 (tiga) orang peneliti dalam seminar tersebut.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
69
4. Pelatihan Dokumentasi diselenggarakan oleh BSN di Jakarta pada tanggal 11-13 Maret 2008 dan diikuti oleh seorang peneliti dari BB-Pascapanen. 5. Pelatihan Estimasi Ketidakpastian dalam Pengukuran diselenggarakan oleh BSN di Jakarta pada tanggal 6-8 Mei 2008 dan diikuti oleh seorang peneliti dari BB-Pascapanen. 6. Pengenalan ISO/IEC 17025:2005 diselenggarakan oleh Merck di Jakarta pada tanggal 28 Mei 2008 dan diikuti oleh 2 (dua) orang teknisi dari BBPascapanen. 7. Fifth Malaysian International Conference on Essential Oil, Fragance and Flavour Materials (MICEOFF5) yang diselengarakan di Malaysia, 28-30 Oktober 2008 dan diikuti oleh salah satu peneliti BB-Pascapanen (Dr. Ir. Risfaheri, MSi). Pengusulan Profesor Riset Pada tahun 2008 telah dilakukan usulan pengajuan 2 (dua) orang peneliti senior BB-Pascapanen untuk diikutsertakan dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Teknologi Pascapanen Pertanian, yaitu Ir. Abubakar, MS dan Ir. Basilius Agnes Susila Santosa, MS. Sampai dengan bulan Desember 2008, kedua calon Profesor Riset tersebut sedang menyusun bahan orasi. Adapun judul makalah yang akan disampaikan adalah : 1. Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan Karkas Ayam Melalui Inovasi Teknologi Pascapanen dalam Menunjang Peluang Pasar (Ir. Abubakar, MS) 2. Inovasi Teknologi Defatting : Peluang Peningkatan Diversifikasi Produk Kacang Tanah dalam Industri Pangan (Ir. B.A.S. Santosa, MS) Kerjasama Penelitian dan Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan Selama tahun 2008 terdapat sebanyak 14 mahasiswa yang telah melakukan kegiatan penelitian di BB-Pascapanen (12 orang dari IPB dan 2 orang dari Universitas Sahid), 2 orang diantaranya menempuh jenjang pendidikan S2, dan tercatat sebanyak 8 (delapan) orang siswa SMK YPI yang telah menyelesaikan tugas Praktek Kerja Lapang (PKL) di BB-Pascapanen.
70
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Kunjungan Tamu Selama tahun 2008 BB-Pascapanen telah menerima cukup banyak kunjungan tamu, diantaranya berasal dari BPTP, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Perguruan Tinggi, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan beberapa perusahaan swasta maupun perorangan. Secara umum tujuan dari kunjungan-kunjungan tersebut adalah dalam rangka diskusi/pembahasan/ memperoleh informasi terkait dengan teknologi pengolahan pascapanen. C. Fasilitas Penelitian BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium analisis dan bangsal pengolahan hasil yang cukup memadai di dua lokasi yaitu Bogor dan Karawang. Laboratorium Bogor merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang memiliki kompetensi di bidang analisis kimia dan biokimia, pengujian mutu dan keamanan pangan, serta pengolahan produk aneka minuman, candy dan baking dan dilengkapi dengan fasilitas pengolahan bidang teknologi kimia dan bioproses. Laboratorium BB-Pascapanen Bogor sudah mendapatkan Akreditasi dari KAN dengan nomor LP-366-IDN pada tanggal 27 Juli 2007 untuk beberapa ruang lingkup pengujian. Saat ini Laboratorium BB-Pascapanen Bogor sedang dalam proses pengembangan ruang lingkup pengujian yang akan diakreditasi. Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu fisik serealia dan pengolahan aneka tepung. Laboratorium Bogor a. Laboratorium Analisis Merupakan laboratorium utama (induk) BB-Pascapanen yang menangani aspek : • Kimia, mikrobiologi, fraksinasi, fermentasi, dan organoleptik. • Analisis keamanan pangan untuk produk makanan dan minuman (sari buah, campuran, dan produk turunannya, candy). • Analisis proksimat untuk analisis mutu produk minuman dan produk turunannya. Fasilitas yang tersedia terdiri dari peralatan analisis dengan ketelitian tinggi untuk identifikasi struktur dan isolasi senyawa dan lain sebagainya.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
71
b. Bangsal Pengolahan Hasil • Bangsal pengolahan minyak atsiri (aneka minyak atsiri; produk derivatnya dan produk formulasinya). • Bangsal pengolahan hasil ternak (daging: daging asap, sosis, dendeng, bakso, karage, nugget, abon dan kornet; susu pasteurisasi dan produk olahan susu). • Bangsal pengolahan tahu. • Bangsal pengolahan sari buah dan produk turunannya, pasteurisasi, dan canning (produk berbasis buah dan sayuran). • Bangsal pengolahan produk roti berbasis aneka tepung. c. Bangsal Penanganan Hasil Laboratorium Karawang a. Laboratorium Analisis • Mendukung analisis sifat-sifat rheology dan sifat fisik bahan (aneka tepung). • Mendukung analisis proksimat hasil pertanian. b. Bangsal Pengolahan Hasil • Bangsal pengolahan aneka tepung dan produk turunannya (proses kering dan basah). • Bangsal pengolahan beras. • Bengkel perekayasaan. c. Bangsal Penanganan Hasil D. Sarana Pendukung Tahun 2008 BB-Pascapanen telah mempunyai 10 (sepuluh) unit kendaraan bermotor roda empat dan 6 (lima) unit kendaraan bermotor roda dua serta 1 (satu) unit kendaraan bermotor serbaguna seperti tercantum pada Tabel 11.
72
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Tabel 11. Sarana pendukung kegiatan operasional BB-Pascapanen No.
Jenis Kendaraan
Tahun
Jumlah
Perolehan
(unit)
Lokasi
1.
Jeep / Toyota Land Cruiser
2002
1
Karawang
2.
Jeep / CJ 7
2002
1
Bogor
3.
Minibus / Mitsubishi L300
2002
1
Bogor
4.
Mobil box / Toyota Kijang
2003
1
Bogor
5.
Minibus / Mitsubishi Kuda
2004
1
Bogor
6.
Minibus / Toyota Kijang
2005
1
Bogor
7.
Minibus / Isuzu Panther
2005
1
Bogor
8.
Minibus / Toyota Innova tipe G
2006
1
Bogor
9.
Minibus / Toyota Kijang
2007
1
Bogor
10.
Pick up/ Daihatsu HJ 1000
2007
1
Bogor
11.
Sepeda Motor / Suzuki
2002
1
Bogor
12.
Sepeda Motor / Honda GL
2003
1
Karawang
13.
Sepeda Motor/ Yamaha
2004
1
Bogor
14.
Sepeda Motor / Honda
2007
3
Bogor
15.
Kendaraan Bermotor Serbaguna
2007
1
Bogor
E. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pada tahun 2008 telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana, berupa pengadaan peralatan pengolah data, peralatan laboratorium, dan buku ilmiah. Pengadaan peralatan pengolahan data terdiri dari 2 unit Personal Computer, 1 unit printer, dan 2 unit Operating System. Pengadaan peralatan laboratorium dan pengadaan buku untuk perpustakaan, tercantum pada Tabel 12. dan Tabel 13. Tabel 12. Buku untuk perpustakaan yang diadakan pada tahun 2008 No.
Judul buku
Pengarang
Jumlah
1
Novel Food Processing Tecnology
Gustavo Barbosa
1 Ekp
2
Edible coating
J.M. Krochta
1 Ekp
3
Postharvest Handling : A System Approach
Robert L. Shewfelt
1 Ekp
4
Fruit Fresh Cut and Vegetables
D. Lamikanra
1 Ekp
5
Meat Product Handbook
G.Feiner
1 Ekp
6
Response Surface Methodology
Douglas C. Montgomery
1 Ekp
7
Coconut of miracle oil .
Bruce Fife
1 Ekp
8
Coconut water for health and healing
Bruce Fife
1 Ekp
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
73
Tabel 13. Peralatan laboratorium yang diadakan pada tahun 2008 No.
Peralatan Laboratorium
Jumlah
1
Petridish
550
Buah
2
Test Tube 16 x 159mm
400
Buah
3
Flask Erlenmeyer 250 ml
25
Buah
4
Micropipette (100-1000 ul)
1
Unit
5
Blue Tips 1000/Pack
1
Pack
6
Micropipette (1-10 ml)
1
Unit
7
Beaker Glass 1000ml
10
Buah
8
Precision Balance WPS, Capacity : 600G Pan Size 165 x 165MM
1
Unit
9
Digital Colony Counter
1
Unit
10
Water Bath 530x532x153
1
Unit
11
Cyber Scan Ph 510
1
Unit
12
Unit pengukur kadar air minyak atsiri (1000 ml)
1
Set
13
Unit pengukur kadar air (500 ml)
1
Set
14
Alat Granulator/Pencetak Rasbi
1
Unit
15
Sealer
1
Unit
16
Ayakan Ukuran 6, 8 dan 10 mesh
3
buah
17
Timbangan digital portabel
1
buah
18
Lab Scale Membrane Filtration
4
Unit
19
Modul membran Reverse Osmosis (RO)
1
Paket
20
Show Case/Lemari Pendingin
1
Unit
21
Mesin Pompa
1
Unit
22
Thermocouple
1
Unit
23
Test tube Screw, 12.5 cm x 200 mm
200
buah
24
Test tube Screw, 15 cm x 150mm
75
buah
25
Test tube Screw, 16 cm x 15 mm
200
buah
26
Blue tip pipet
1
pak
27
Mesin pemarut kelapa
1
unit
28
Mesin pengepres santan kelapa
1
unit
F. Anggaran Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya berasal dari APBN dan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta. Guna mencapai keberhasilan program penelitian dan pengembangan pascapanen, dukungan dana merupakan komponen yang sangat penting. BBPascapanen berupaya mendapatkan dana penelitian dari instansi/lembaga pemerintah maupun swasta melalui kerjasama penelitian dan pengembangan pascapanen. 74
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
Anggaran berbasis kinerja adalah dasar dari pengembangan sistem penganggaran masa depan. Sasaran dan indikator pencapaian hasil dari program penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian perlu dipersiapkan secara jelas dan terukur serta digunakan dalam monitoring dan evaluasi secara konsisten. Pada tahun 2008, BB-Pascapanen memperoleh dana sebesar Rp 10.489.396.000,-, sedangkan realisasi sampai dengan 31 Desember 2008 sebesar Rp 10.490.101.574,- (100,01%). Realisasi pembayaran gaji minus Rp 44.010.788,- (0,76%), hal ini disebabkan adanya pengangkatan 3 (tiga) orang tenaga PNS dan kenaikan gaji berkala/tunjangan, anggaran gaji PNS tersebut tidak dialokasikan pada DIPA BB-Pascapanen TA 2008. Alokasi dan realisasi dana dapat dilihat pada Tabel 14. Selain bersumber dari DIPA, BB-Pascapanen pada tahun 2008 juga mendapatkan dana penelitian dari Kementerian Ristek RI sebesar Rp 107.015.000,- untuk penelitian “Karakteristik Mutu dan Pengaruh Proses Pratanak terhadap Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia untuk meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Ketahanan Pangan, dari International Foundation for Science (IFS) sebesar Rp 79.379.100,- untuk penelitian “Microencapsulation of Iodine for Use in Rice Fortification for Controlling Micronutrient Malnutrition”, dan dari DIPA Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) sebesar Rp 52.500.000,- untuk penelitian “Teknologi diversifikasi Virgin Coconut Oil sebagai Bahan Baku Industri Kosmetik”. Tabel 14. Alokasi Anggaran BB-Pascapanen Tahun 2008 No
Kegiatan
Anggaran (Rp)
Realisasi
%
(Rp)
A.
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
1,370,262,000
1,346,135,550
98.24
B.
Penyuluhan dan Penyebaran Informasi
599,260,000
587,534,548
98.04
Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer
213,660,000
209,956,500
98.27
Partisipasi Ekspose dan Gelar Teknologi
105,600,000
104,933,900
99.37
Penyiapan Dokumen dan Rintisan Kerjasama
60,000,000
57,646,100
96.08
Pendampingan Kerjasama Penelitian dan Pengawalan Teknologi
80,000,000
78,961,450
98.70
Penyeliaan dan Pendampingan Teknologi Mendukung Prima Tani
140,000,000
136,036,598
97.17
Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/ Program/ Evaluasi
770,900,000
767,547,025
99.57
C.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
75
Pembinaan Administrasi Pengelolaan Kepegawaian
95,200,000
94,483,500
99.25
Penyusunan Program & Rencana Kerja/Teknis/Program
240,000,000
239,557,600
99.82
Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja/Konsultasi
118,200,000
118,057,300
99.88
77,200,000
77,044,000
99.80
Pembinaan Administrasi & Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Administrasi & Pengelolaan Perlengkapan D.
75,000,000
74,873,875
99.83
Monitoring & Pengawasan Pelaksanaan Program & Kegiatan
165,300,000
163,530,750
98.93
Pengadaan dan Perawatan Sarana (Gedung & Peralatan Lainnya) dan Prasarana Kantor
392,800,000
391,076,841
99.56
32,850,000
32,845,000
99.98
260,950,000
260,541,841
99.84
99,000,000
97,690,000
98.68
7,356,174,000
7,397,807,610
100.57
279,380,000
277,500,000
99.33
Perawatan gedung kantor Perawatan alat besar/alat bantu Pengadaan alat laboratorium E.
Administrasi umum (gaji PNS, LTGA, perawatan) Administrasi kegiatan Pengelolaan gaji, honor, dan tunjangan
5,770,594,000
5,814,604,788
100.76
Pengadaan pakaian dinas
32,625,000
32,617,750
99.98
Pengadaan toga/pakaian kerja soupir/pesuruh/ Perawat/ dokter/satpam/tenaga teknis lainnya
11,400,000
11,390,500
99.92
774,375,000
774,287,700
99.99
Kegiatan anggaran rutin Langganan daya dan jasa Total
76
487,800,000
487,406,872
99.92
10,489,396,000
10,490,101,574
100.01
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
V. PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI Kegiatan Program dan Evaluasi meliputi : Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. Perencanaan (planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang akan dilakukan di masa mendatang, kapan, bagaimana dan siapa yang akan melakukannya. Dalam setiap organisasi rencana disusun secara hierarki sejalan dengan struktur organisasinya. Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda : sebagai sasaran yang harus dicapai oleh jenjang dibawahnya dan merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang diatasnya. Dalam hal ini ada dua jenis rencana, yaitu : 1) rencana stratejik (Renstra), yang merupakan rumusan program kerja lima tahunan, yang disusun untuk mencapai tujuan umum organisasi, dengan melaksanakan misi organisasi, 2) rencana operasional, yang disusun setiap tahun dan merupakan rincian tentang bagaimana tahap pelaksanaan rencana stratejik BB-Pascapanen seperti yang telah dirumuskan bersama. A. Perencanaan dan Penyusunan Program Rencana operasional disusun setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra BB-Pascapanen dan kebijakan Badan Litbang Pertanian maupun Departemen Pertanian. Secara umum kegiatan perencanaan dan penyusunan program TA. 2008 dapat dibagi dua, yaitu : 1) Pelaksanaan kegiatan TA. 2008 dan 2) Perencanaan kegiatan TA. 2009. Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan TA 2008 telah dilaksanakan sosialisasi DIPA/RKA-KL TA. 2008, penyiapan ROK TA. 2008 (Rencana Operasional Kegiatan), finalisasi Proposal/TOR, serta penyusunan data program dan anggaran dalam database Sistem Informasi Manajemen Program (SIMPROG). Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2009 telah dilaksanakan seleksi dan evaluasi usulan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen TA. 2009, dan kegiatan manajemen sebagai penunjang, serta penyusunan rancangan kebutuhan anggaran dalam draft RKAKL dan DIPA TA. 2009. B. Rapat Kerja BB-Pascapanen Rapat kerja (Raker) BB-Pascapanen TA. 2008 diselenggarakan pada tanggal 11 -13 Agustus 2008 di Auditorium II Kampus Penelitian Pertanian CimangguBogor. Rapat tersebut dihadiri oleh 120 orang, yang terdiri dari Kepala Badan Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
77
Litbang Pertanian, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Deputi Bidang Pengembangan Sipteknas, Kementrian Ristek, Dirjen Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian, para pejabat struktural, peneliti dan staf BB-Pascapanen. Selain itu rapat juga dihadiri oleh pejabat eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian. Rapat Kerja BB-Pascapanen mengangkat tema ”Evaluasi Kinerja BB-Pascpanen sebagai Landasan Penyusunan Renstra 20102014”. Topik yang disampaikan terdiri dari : 1. Arah Kebijakan Penelitian dan Pengambangan Pertanian tahun 2005-2025. 2. Kebutuhan Inovasi Teknologi Pascapanen dalam tahun 2009-2014. 3. Agenda Riset Nasional. 4. Strategi Membangun Model Agroindustri Skala UKM. 5. Evaluasi hasil kinerja BB-Pascapanen.
(B) (A) Gambar 43. (A) Pembukaan Rapat Kerja BB-Pascapanen TA.2008 oleh Ka. Badan Litbang dan (B) para tamu undangan
(A) (B) Gambar 44. Ka. Badan Litbang dan Pejabat eselon II meninjau poster dan produk hasil penelitian BB-Pascapanen 78
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
C. Evaluasi dan Pelaporan TA. 2008 Kegiatan evaluasi dan pelaporan TA. 2008 meliputi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) TA. 2007, Monitoring dan Evaluasi (Monev), Penyusunan Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan evaluasi kegiatan BB-Pascapanen, yaitu : Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) TA. 2007 dan SIMONEV Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Instansi Pemerintah menjadi suatu kewajiban bagi setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan tersebut menjabarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang disampaikan setiap bulan. LAKIP mencakup perencanaan kinerja yang komponennya meliputi: Sasaran (sasaran tahun berjalan), Program (Renstra), Kegiatan dan Indikator Kinerja. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan capaian sasaran tahun 2007, terlihat bahwa seluruh kegiatan BB-Pascapanen yang terdiri dari 19 (Sembilan belas) kegiatan penelitian dan 6 (enam) kegiatan Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen telah dilaksanakan dengan baik, capaian output seluruh kegiatan penelitian mencapai 100%, sedangkan capaian outcome berkisar 60% – 100%. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ditujukan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan proposal/ TOR, DIPA/ RKA-KL yang telah ditetapkan, baik dari segi teknis maupun dari segi administratif. Kegiatan Monev dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun meliputi : Monev exante, on-going dan ex-post. Laporan Monev BB-Pascapanen TA. 2008 memuat temuan yang perlu ditindaklanjuti oleh penanggungjawab kegiatan agar tujuan dan sasaran dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
79
Laporan Bulanan Selama tahun 2008, telah disusun laporan bulanan kegiatan BBPascapanen yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) lingkup Badan Litbang Pertanian. Laporan bulanan kegiatan berisi kemajuan penyerapan anggaran dan topik kegiatan yang menonjol pada periode bulan tersebut. Materi yang disampaikan untuk bahan Rapat Pimpinan selama tahun 2008 disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15. Judul Laporan Kegiatan BB-Pascapanen untuk Rapat Pimpinan Lingkup Badan Litbang Pertanian Tahun 2008 No. 1.
Bulan Januari
Judul Laporan Bulanan • Prospek Bakteriosin sebagai Biopreservatif pada Daging • Seminar Penajaman Proposal/RPTP TA. 2008 BB-Pascapanen • Laporan Keuangan
2.
Februari
• Pemasyarakatan Teknologi untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan • Laporan Keuangan
3.
Maret
• Penerapan sistem Instore drying di Sentra Produksi untuk Menekan Kerusakan Bawang Merah • Perkembangan Penerapan Teknologi Pengolahan Mi Sagu • Laporan Keuangan
4.
April
• Hibah dari Food Agriculture Organization (FAO) dalam Rangka Kegiatan Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Lada Tahun 2008 • Difusi Teknologi Pengolahan Jeruk • Laporan Keuangan
5.
Mei
• Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian antara BB-Pascapanen dengan Perguruan Tinggi • Laporan Keuangan
6.
Juni
• Kunjungan Konsultan FAO ke BB-Pascapanen dan Sentra Penghasil Lada dalam Rangka Kerjasama Meningkatkan Mutu Lada • Laporan Keuangan
7.
Juli - Agustus
• Pemanfaatan Tepung Ubikayu dan Ubijalar Termodifikasi sebagai Bahan Pengganti Terigu • Penajaman Program Kegiatan Penelitian TA. 2009 • Laporan Keuangan
8.
September
• Pelatihan Pengolahan Hasil dan dan Pascapanen Padi • Rapat Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian TA. 2008 • Laporan Keuangan
9.
Oktober
• Pelatihan Teknologi Pengolahan Minyak Pala di Kabupaten Aceh Selatan • Laporan Keuangan
80
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
10.
November
• Alokasi Anggaran Peralatan Laboratorium BB-Pascapanen • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BB-Pascapanen Tahun 2007 • Laporan Rencana Kegiatan dan Pembiayaan Pengelolaan Kawasan Cimanggu • Laporan Keuangan
11.
Desember
Tidak ada Rapim Badan Litbang
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
81
82
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
DAFTAR PUSTAKA Haryani, M., M. N. Tobing, D. Saefudin, Sumaryadi, A. Saptarina. 2008. Laporan Akhir Tahun Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian. Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hidayat, T., S. Prabawati, D. A. Setiabudi, S. I. Kailaku. 2008. Inovasi teknologi Pengolahan Santan Kelapa untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan. Mulyono, E., H. Setiyanto, Febriyezi, E. Imanuel, H. Pramuji, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Nilam di Perdesaan (Kerjasama dengan Kelompok Tani Nilam Rahayu dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Majalengka). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Nugraha, S., Yulianingsih, R. Thahir, S. Lubis, R. S. Adiandri, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Teknologi Sistem Pengeringan-Penyimpanan (Instore drying) Bawang Merah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Prabawati, S. 2008. Laporan Akhir Tahun Partisipasi Ekspose dan Promosi Teknologi Pascapanen. Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Santosa, B.A.S., H. Setiyanto, Suyanti, W. Haliza, Sunarmani, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Pengembangan Teknologi Pengolahan Ubijalar dan Sagu Mendukung Diversifikasi konsumsi Pangan di Papua. Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Setyadjit, D. Sumangat, E. Sukasih, T. Haryati. 2008. Laporan Akhir Tahun Inovasi Teknologi Produksi Konsentrat Jambu Biji Merah dengan Teknologi Membran untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Soemantri, A.S., W. Broto, Sudaryono, Suismono, Miskiyah, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Teknologi Penyimpanan Jagung Skala Silo untuk Mengendalikan Aflatoksin. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008
83
Usmiati, S., Abubakar, Miskiyah, S. Yuliani, T.Ariyanti. 2008. Laporan Akhir Tahun Teknologi Produksi Bakteriosin sebagai Biopreservatif untuk Mengendalikan Kontaminan pada Daging Segar. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Widayanti, S. M., E. S. Iriani, K. T. Dewandari. 2008. Laporan Akhir Tahun Pemanfaatan Gel Lidah Buaya untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Widowati, S., N. Richana, Suismono, H. Herawati. 2008. Pengembangan Pangan Pokok Berbasis Pangan Lokal. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Winarti, C., D. Amiarsi, Yulianingsih, R. Thahir, I. Mulyawanti, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pengemasan Bunga Potong Alpinia sp. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Yuliani, S., N. Nurdjannah, Hernani, Danuwarsa, Sugiarto, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Mikroenkapsulasi Oleoresin Lada Hitam sebagai Bahan Perisa Produk Pangan. Balai Yuliani, S., S. Prabawati, E. Wahyuni, A. W. Permana, B. E. Willyanto, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Penyiapan Dokumen dan Rintisan Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Yuliani, S., S. Prabawati, E. Wahyuni, A. W. Permana, B. E. Willyanto, dkk. 2008. Laporan Akhir Tahun Pendampingan Kerja Sama penelitian dan Pengawalan Teknologi. Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
84
Laporan Tahunan BB-Pascapanen T.A. 2008