KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum Wr Wb Salam Sejahtera, Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga
dapat
terselesaikan
Rencana
Strategis
(Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda tahun 2015-2019. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana
Pembangunan
Nasional 2005-2025 Pembangunan
Jangka
dan
Jangka
Perpres
Menengah
Panjang
No.5 Tahun2010 tentang Rencana Nasional
(RPJMN)
2010-2014,
yang
implementasinya Balai Besar POM di Samarinda menuangkannya dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra). Renstra ini disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dari tahun 2015-2019, untuk pelaksanaannya tiap tahun dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) sehingga dapat menjadi panduan penyelesaian tugas dan fungsi pengawasan. Renstra merupakan bentuk rencana-rencana dan langkah-langkah strategis dalam menjalankan tugas fungsi pengawasan. Kerangka pikir dalam Renstra ini adalah bagaimana Program Pengawasan Obat dan Makanan bisa dilaksanakan sesuai Visi, Misi dan Budaya Organisasi untuk mencapai tujuan meningkatkan perlindungan masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan sesuai sasaran strategis yang diprioritaskan. Dalam Renstra ini memuat tentang pencapaian program dan kegiatan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda 5 (lima) tahun sebelumnya dari tahun 2011 – 2014 dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan, kondisi umum, potensi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapi. Disamping itu, untuk menjawab tantangan pengawasan Obat dan Makanan yang semakin kompleks, Badan POM RI telah menetapkan Visi, Misi dan Budaya Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
i
Organisasi yang baru untuk mencapai tujuan dan sasaran startegis yang juga dituangkan dalam Renstra ini. Untuk dapat terlaksananya program dan kegiatan yang menjadi prioritas dalam Renstra ini telah ditetapkan 4 (empat) Arah Kebijakan dan 5 (lima) Strategi yang mengacu pada arah kebijakan Badan POM RI sebagai pilar dan acuan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di Kalimantan Timur. Harapan kami, dengan Renstra ini anggota organisasi bisa meraih peluang dan menjawab tantangan yang ada di lingkungan strategis Balai Besar POM di Samarinda sehingga fungsi pengawasan bisa ditingkatkan dan mempunyai daya ungkit dalam meningkatkan perlindungan kepada masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dari produk Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyelesaikan penyusunan Renstra ini, semoga dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan di Kalimantan Timur. Wassalaamu’alaikum Wr Wb. Samarinda, 10 Juni 2015 Kepala Balai Besar POM di Samarinda
Drs. Fanani Mahmud., Apt, M.Kes. NIP 19580422 198603 1 001
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
ii
DAFTAR ISI Halaman Pengantar
…………………………………………………………………………………………….
i
Daftar Isi
…………………………………………………………………………………………….
iii
Daftar Gambar
…………………………………………………………………………………………….
v
Daftar Tabel
…………………………………………………………………………………………….
vi
Daftar Lampiran
…………………………………………………………………………………………….
vii
Surat Keputusan
…………………………………………………………………………………………….
viii
Bab I
Pendahuluan……………………………………..…………………………………. I.1. Kondisi Umum…………………………….……………………..…………. A. Peran BBPOM di Samarinda berdasarkan Peraturan ….. B. Sturuktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ………... C. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda periode
1 1 2 5 10
2010-2014……………………………………………….. I.2. Potensi dan Permasalahan………….….…………….……………...... I.2.1. SKN ………………………………………………………………...…………...
14 15
I.2.2. SJSN ………………..…………………………………………………………... I.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan komitmen Internasional………………………..……………………………………..... I.2.4. Perubahan Iklim ………………………………………………………….. I.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat ………………….. I.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk …………... I.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah ……………………………... I.2.8. Perkembangan Teknologi …………………………………………….. I.2.9. Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)…………………………...
16
Bab II
Visi, Misi, Budaya Organisasi, Tujuan dan Sasaran Strategis......... II.1. Visi……………………………………………..…………………………………. II.2. Misi……………………………………...……………………………….……...... II.3. Budaya Organisasi……………...………………………………………….. II.4. Tujuan…………………………...…………………………………………….... II.5. Sasaran Program……...………………………………………………….....
36 35 36 40 41 42
Bab III
Arah Kebijakan dan Strategi……………………………..…………………….. III.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM………………………………….
48 48
Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019
17 19 20 21 24 25 26
iii
III.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Samarinda…………… III.3. Kerangka Regulasi ………………………………………….……………..... III.4. Kerangka Kelembagaan……………………….…………………….….…
55 58 61
Bab IV
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan……..…………………………. IV.1. Target Kinerja ………………………………………………………………… IV.2 Kerangka Pendaanaan .…………………………………………………….
62 62 65
Bab V Lampiran
Penutup …………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………….
67 67
Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda………………………...
6
Gambar 2. Profil Pegawai BBPOM Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013……………………………………………………………... Gambar 3.
8
Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasar kan Analisa Beban Kerja ………………………………………………...
9
Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014… 13 Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis Tahun 2010 s.d 2014…………………………………………………………… 13 Gambar 6. Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional 21 Gambar 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2013 ………………………………………………..
23
Gambar 8. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya………………………………………………………………. 32 Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BBPOM di Samarinda……………………………………………………………... 34 Gambar 10. Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 ................................................ 36 Gambar 11. Log Frame BBPOM di Samarinda .............................................................. 57
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Profil Pegawai BBPOM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014……………………………………………………………..
8
Tabel 2 Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014..................
10
Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT…………………………………………….
33
Tabel 4 Penguatan Peran BBPOM di Samarinda Tahun 2015-2019…………..
34
Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM Periode 2015 – 2019…………………………………………………..
45
Tabel 6 Program, Sasaran Program, Kegistan Strategis, Sasaran Kegiatan dan Indikator Balai…………………………………………………………..
57
Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja………………………………...
62
Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja ....................…………………..
64
Tabel 9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan…………………... 65
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2
Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Samarinda…………… Matrik Kerangka Regulasi ……………………………………………………..
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
67 70
vii
SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI SAMARINDA Nomor : HK.05.02.101.04.15.0060. Tanggal :20 April 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI SAMARINDA TAHUN 2015-2019
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SAMARINDA Menimbang
:
1. Bahwa dengan berakhirnya RPJMN tahap dua dan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2010-2014, perlu dilakukan penyusunan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda sebagai penjabaran RPJMN tahap tiga tahun 2015-2019; 2. Bahwa Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pengawasan Oba dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang hendak dicapai; 3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar POM di Samarinda tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019.
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019; 8. Peraturan Menteri Negara Perancanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) 2015-2019; 9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; 10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009; 11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714); 12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM Tahun 20152019 Tanggal 30 Maret 2015.
MEMUTUSKAN Menetapkan
:
Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda tentang Tim Penyusun Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015 - 2019.
Pertama
:
Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda yang selanjutnya dalam keputusan ini disingkat Renstra Balai Besar POM di Samarinda tahun 2014-2019 berisi gambaran umum pembangunan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
Kalimantan Utara, meliputi aspek-aspek pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; produk terapetik dan PKRT; produk tembakau, obat tradisional; produk komplemen dan kosmetik; narkotika, psikotropika dan precursor; pemberdayaan konsumen di bidang Obat dan Makanan; penyidikan dan penegakan hukum di bidang Obat dan Makanan; penguatan kapasitas laboratorium; serta pemantapan jejaring lintas sektor. Kedua
:
Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 diharapkan menjadi landasan dalam melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Tahun 2015-2019.
Ketiga
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian harit erdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Samarinda Pada tanggal : 20 April 2015
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
D I S A M A R I NDA
Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
KONDISI UMUM Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun,
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Sebagaimana
amanat
tersebut
dan
dalam
rangka
mendukung
pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di Samarinda sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Samarindauntuk periode 2015Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 1
2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019 dan mengacu pada Renstra Badan POM 2015 2019.Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 20152019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Besar POM di Samarinda.Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 20152019
diharapkan
dapat
meningkatkankinerja
Balai
Besar
POM
di
Samarindadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Samarinda pada saat ini berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
A.
Peran
Balai
Besar
POM
di
SamarindaBerdasarkan
Peraturan
Perundang-Undangan Balai Besar POM di Samarinda adalah unit pelaksana teknis Badan POM sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan makanan di wilayah Kalimantan Timur dan Utara. Tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar POM di Samarinda diatur dalam Keputusan PresidenNomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres 103 Tahun 2001. Sesuai amanat ini, Balai Besar POM di Samarindamenyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan 2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian
dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 2
dan bahan berbahaya. 3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi 4. Pelaksanaan
pemeriksaan
setempat,
pengambilan
contoh
dan
pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi 5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum. 6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan. 7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen. 8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan 9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan 10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan sesuai dengan bidang tugasnya.
Dilihat dari fungsiBalai Besar POM di Samarindasecara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni:(1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan
sebelum beredar (pre-
market)melalui Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practice (GDP) terkini; dan (2)Pengawasan Obat dan
Makananpasca
beredar
di
masyarakat
(post-market)
melalui:
a)
Pengambilan sampel dan pengujian; b)Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanandi Balai Besar POM di Samarinda, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanandi Balai Besar POM di Samarinda d) Penguatan kapasitas laboratorium Balai Besar POM di Samarinda. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Samarinda melalui: a) Tindak lanjut terhadap
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 3
Public Warning; b) Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), dan advokasi kepada masyarakat. Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Besar POM di Samarinda sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM di Samarinda idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan wilayah laut 40.693,92 km2 terletak antara 113º44’ dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi Balai Besar POM di Samarinda melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara terletak di sebelah paling Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya provinsi ini berbatasan langsung dengan: Negara Malaysia di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur, Provinsi Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Negara Malaysia di sebelah Barat. Letak geografis tersebut mengakibatkan terdapat banyak pintu masuk bagi berbagai Obat dan Makanan keProvinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Namun hal ini, tidak menjadi hambatan dan justru menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Samarinda untuk melakukan revitalisasi tehadap kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan Makanan poduksi dalam negeri maupun impor yang beredar di masyarakat. Di sisi lain, perkembangan modernisasi suatu bangsa akan berpengaruh pada pola hidup masyarakat. Dengan perkembangan modernisasi atau pola hidup tersebut menjadikan sulit bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup, terutama pemenuhan standar kesehatan. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 4
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda melakukan upaya-upaya strategis guna tercapainya tugas dan fungsinya yang berdampak pada perlindungan konsumen, dalam rangka melindungi masyarakat Kalimantan Timur dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat, substandar, ilegal dan palsu, yang juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global. Munculnya perdagangan bebas di era globalisasi ini, pengawasan diarahkan untuk dapat melindungi masyarakat melalui pengawasan pre marketdan post market dengan mekanisme penyaringan produk yang beredar di wilayah Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menjawab ekspektasi masyarakat yang tinggi, Balai Besar POM di Samarinda mengawal peraturan untuk membina pelaku usaha memproduksi Obat dan Makanan yang aman, berkhasiat, bermanfaat dan bermutu serta melindungi masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak bermanfaat dan tidak bermutu maka disusun Rencana Strategis ( Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) untuk pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin kritisnya konsumen dalam memilih produk yang akan dikonsumsi, pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar menjadi sangat penting sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi baik di Kalimantan Timur maupun nasional.
Tahun ini merupakan tahun ke pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN 2015-2019). Badan POM, sebagai bagian integral dari pembangunan bidang kesehatan telah menyusun upaya yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pengawasan obat dan makanan yang diamanatkan oleh pemerintah. Upaya yang telah disusun Badan POM secara konsisten mengacu pada kebijakan prioritas pembangunan nasional bidang kesehatan dan sesuai dengan arahan Presiden RI. Arah kebijakan dan strategi pengawasan obat dan makanan yang telah disusun diharapkan mampu mendukung upaya pembangunan kesehatan secara Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 5
optimal utamanya dalam mencapai beberapa target Millenium Development Goals (MDGs) serta menghadapi pemberlakuan Sistem jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2014. Badan POM harus siap mendukung upaya ini secara maksimal. Harus dirumuskan upaya-upaya strategis dan terobosan baru yang akan memberikan daya ungkit yang signifikan pada pencapaian tujuan bersama tersebut. Balai Besar POM di Samarinda telah melaksanakan beberapa kegiatan yang bersifat new initiatives dalam upaya dalam meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka perlindungan kepada masyarakat dan peningkatan daya saing, misalnya kegiatan pengawasan pangan jajanan anak sekolah, perkuatan pengawasan post market dan pengamanan pasar dalam negeri untuk mengantisipasi dampak notifikasi kosmetik dan peningkatan daya saing industri farmasi nasional. Kegiatan new initiatives untuk meningkatkan efisiensi business process sehingga tercipta tata kelola kepemerintahan yang baik dan mewujudkan SDM aparatur yang responsive; professional; transparan dan akuntabel. New initiative tersebut antara lain adalah pengembangan e-government yang meliputi e-recruitment; eprocuremen;, e-archive; e-registration; dan pengembangan serta penerapan Reformasi Birokrasi, pengembangan dan penerapan Quality Management System (QMS). B.
Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan
Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004.Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 6
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mengacu pada Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda. Dari struktur organisasi yang ada, Balai Besar POM di Samarinda terdiri dari unit-unit kerja sebagai berikut : (1) Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, (2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan
Mikrobiologi, (3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, (4) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen, serta (5) Sub Bagian Tata Usaha. Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda
Disamping tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Samarinda, masingmasing Bidang/Seksi/Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1.
Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas :
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 7
Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian dan penilaian mutu Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.
2.
Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi : Bidang
Pengujian
Pangan
,
Bahan
Berbahaya
dan
Mikrobiologi
mempunyai tugas : Melaksanakan penyusunan rencana dan program evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi
3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas : Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hukumdi bidang
produk terapetik,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu serta layanan informasi konsumen
5. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas : Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 8
Memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM.
6. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas : Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Samarindauntuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 74 orang. Adapun jumlah pegawai Balai Besar POM di Samarinda berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:
Tabel 1 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 NO
TINGKATPENDIDIKAN
JUMLAH
%
1
S2
2
2.70
2
APOTEKER
32
43.24
3
S1BIOLOGI
1
1.35
4
S1LAIN
14
18.92
5
D3FARMASI/Komputer
7
9.46
6
SMF
14
18.92
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 9
7
SLTA Umum
3
4.05
8
SD
1
1.35
Dari Tabel 1di atas dapat diketahui bahwa 33.78 % pegawai Balai Besar POM di Samarinda adalah non sarjana. Pendidikan terbesar di Balai Besar POM di Samarinda berturut-turut adalah Apoteker (43.24%), S1 Lainnya (18.92%) dan SMF (18.92%).Dibawah adalah gambar2berisi grafik komposisi prosentase Sumber Daya ManusiaBalai Besar POMdi Samarinda menurut tingkat
Pendidikan. 40
32
30 20 10
14
14 7
2
1
3
1
0
Gambar 2 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 10
120 100 80 60 40 20 0 2014
2015
2016
2017
2018
2019
STANDAR KEBUTUHAN ABK TAHUN 2013
120
120
120
120
120
120
SDM TERSEDIA
74
82
82
82
82
82
SDM PENSIUN, PINDAH dll
0
4
3
3
2
1
KEKURANGAN SDM
46
38
38
38
38
38
Gambar 3 Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja
Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai BBPOM, karena dalam lima tahun tersebut diperkirakan sejumlah 13 pegawai akan pensiun, pindah dan sebagainya, sementara beban kerja semakin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal. Dari komposisi SDM pada Balai Besar POM di Samarinda sampai dengan tahun 2014 sesuai dengan Tabel 1 dan Gambar 2 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM pada Balai Besar POM di Samarinda agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun ke depan. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 11
C. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda periode 2010-2014 Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Samarinda adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis, yaitu : 1.
Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangkamelindungi
masyarakat
Provinsi
Kalimantan
Timur
dan
Kalimantan Uatara; 2.
Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang moderndengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dangan kompetensi dankapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara ;
3.
Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang ungguldalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan;
4.
Meningkatnya
koordinasi,
perencanaan,
pembinaan
dan
pengendalianterhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu; 5.
Meningkatnya ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai
Besar
POM
di
Samarindatersebut
dapat
dilihat
sesuai
dengan
pencapaianindikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada Tabel 2di bawah ini. Tabel 2.Capaian Kinerja Balai Besar POM di SamarindaPeriode 2010-2014 URAIAN TUJUAN
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
1
2
3
Meningkatka n perlindungan masyarakat dari produk Obat dan
1
Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka
1 2
Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar Persentase
TARGET KINERJA
REALISASI
TAHUN
TAHUN
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
0.08%
1.00%
0.24%
0,26%
0.81%
3.01%
0.24%
0.15%
-0.35%
1.33%
0.20%
2.00%
3.86%
4,19%
25.86%
6.95%
3.86%
12.71%
-2.54%
4.69%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 12
Makanan yang berisiko terhadap kesehatan
melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di Provinsi Kalimantan Timur
3
4
kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar
0.20%
2.00%
1.71%
1,88%
8.27%
3.49%
1.71%
0.67%
-2.48%
0.30%
0.40%
2.00%
2.52%
2.77%
1.70%
0.86%
2.52%
2.98%
-2.00%
2.82%
URAIAN TUJUAN
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
1
2
3
5
6
7
8
9
10
Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar Proporsi Obat yang memenuhi standar (Aman, Manfaat, dan Mutu) Proporsi OT yang mengandun g Bahan Kimia Obat (BKO) Proporsi Kosmetik yang mengandun g Bahan Berbahaya Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan Proporsi Makanan yang memenuhi syarat
TARGET KINERJA
REALISASI
TAHUN
TAHUN
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
3.00%
12.84%
15.03%
16.53%
3.18%
0.19%
15.03%
4.70%
14.74%
12.45%
99.23%
99.23%
99.27%
99.31%
98.83%
99.03%
99.27%
99.42%
99.83%
97.50%
2.00%
2.00%
1.79%
1.40%
2.94%
2.83%
1.79%
3.81%
2.73%
0.84%
3.00%
3.00%
0.67%
0.50%
1.18%
1.19%
0.67%
0.61%
1.08%
2.25%
4.00%
4.00%
3.47%
2.73%
3.30%
5.88%
3.47%
0.47%
3.30%
0.49%
75.00%
75.00%
76.02%
77.50%
73.63%
72.01%
76.02%
80.91%
73.63%
86.08%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 13
2
Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur
11
Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini
TUJUAN
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
1
2
3
3
4
5
Meningka tnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan BBPOM Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu Tercapainya koordinasi dengan lintas sector terkait dalam pengawasan Obat dan Makanan
12
13
SDM yang ditingkatkan kompetensin ya sesuai dengan standar kompetensi Pemenuhan SDM sesuai dengan beban kerja Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu
14
15
Persentase pelaksanaan tata hubungan kerja (advokasi) ke lintas sektor dalam pengawasan
42.00%
42.00%
62.00%
58.40%
74.50%
62.16%
55.20%
TAHUN
71.58%
74.50%
70.30%
TAHUN
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
2010 4
2011 5
2012 6
2013 7
2014 8
70.00%
70.00%
75.00%
75%
80.00%
15.10%
15.00%
70.83%
84.05%
91.82%
60.00%
60.00%
65.00%
65%
70.00%
76.90%
75.00%
69.70%
61.4%
64.35%
100.00 %
100.00 %
100.00 %
100.00 %
100.00 %
40.00%
75.00%
100.00 %
100.00 %
100%
72.00%
75.00%
90.25%
40.00 %
40.00 %
85.71 %
81.82 %
108.30%
70.00%
90.00%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 14
Obat dan Makanan
SebagaimanaTabel2pencapaian kinerja pada Renstra periode 2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai Besar POM di Samarindatelah menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja Balai Besar POM di Samarinda sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan Makanan. Adapun penjelasan pencapaian masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah memenuhi syarat tercapai sebesar 99,43%, sedangkan Obat Tradisional beredar telah tercapai memenuhi syarat 80,20%, untuk kinerja Kosmetik beredar telah memenuhi syarat sebesar 98,84%, dan kinerja Suplemen Makanan tercapai sebesar 99,23%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar 83,94%. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi mainstreaming di Renstra 2015-2019. Dibawah ini dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja Balai Besar POM di Samarinda dari tahun 2010-2014. PERSENTASE KENAIKAN OBAT YANG MEMENUHI STANDAR Tahun 2010
Tahun 2011
Target
Real
%Capaian
0.08
3.01
3,762.50
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
1.00
0.24
24.00
0.24
0.15
62.50
Target
Real
0,26
(0.35)
Tahun 2014
%Capaian -
Target
Real
0.81
1.33
%Capaian
-
TAHUN 2009 SEBAGAI BASELINE
PERSENTASE KENAIKAN OBAT TRADISIONAL YANG MEMENUHI STANDAR Tahun 2010 Target
Real
0.20
6.95
Tahun 2011
%Capaian 3,475.00
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
Target
Real
2.00
3.86
193.00
3.86
12.71
329.27
4,19
(2.54)
Tahun 2014 %Capaian
Target
Real
-
25.86
4.69
%Capaian
Target
Real
-
8.27
0.30
%Capaian
Target
Real
1.70
2.82
%Capaian
-
PERSENTASE KENAIKAN KOSMETIK YANG MEMENUHI STANDAR Tahun 2010
Tahun 2011
Target
Real
%Capaian
0.20
3.49
1,745.00
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
2.00
1.71
85.50
1.71
0.67
39.18
Target
Real
1,88
(2.48)
Tahun 2014 %Capaian
-
PERSENTASE KENAIKAN SUPLEMEN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR Tahun 2010 Target
Real
0.40
0.86
Tahun 2011
%Capaian
215.00
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
Target
Real
2.00
2.52
126.00
2.52
2.98
118.25
2.77
(2.00)
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Tahun 2014
(72.20)
%Capaian
Page 15
-
PERSENTASE KENAIKAN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
Target
Real
%Capaian
Target
Real
3.00
0.19
6.33
12.84
15.03
117.06
15.03
4.70
31.27
16.53
(14.74)
Tahun 2014 %Capaian
Target
Real
3.18
12.45
(89.17)
%Capaian
Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda Periode 2010-2014 20 15
% capaian
10 5 0 1
2
3
4
5
-5
-10 -15 -20
Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis 1 tahun 2010 s.d 2014
Berdasarkan capaian kinerja utama Balai Besar POM Samarinda sesuai dengan Tabel2 dan Gambar 3diatas, terlihat bahwa kinerja Balai Besar POM Samarindamasih
memerlukan
peningkatan
sesuai
dengan
tugas
dan
kewenangannya terlebih adanya perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis, sehingga tantangan dan permasalahan akan makin berkembang. Balai Besar POM Samarinda diharapkan terus meningkatkankinerja yang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaituagar pengawasan obat dan makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 16
-
kompleks. arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintasbatas
antarnegara,
serta
percepatan
penyebaran
wabah
penyakit,
mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan. Konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta kemampuan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Terbentuknya provinsi baru Kalimantan Utara pada Tahun 2012, memunculkan tantangan tersendiri untuk BBPOM Samarinda karena ke depan tentunya berpotensi di bentuk Balai baru di Kalimantan Utara guna meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan di provinsi tersebut. Peran BBPOM Samarinda sangatlah dibutuhkan untuk mempersiapkan Balai baru tersebut dari sisi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM,sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor tentunya dengan dukungan penuh dari Badan POM. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda terdiri atas2(dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim, dan demografi.Isuisu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran Balai Besar POM Samarinda baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 17
1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yangmemadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan
pembangunan
kesehatan
sangat
ditentukan
oleh
dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan rumah sakit, Puskesmas, dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.Semakin banyak
pelayanan
mempengaruhi
kesehatan
kebutuhan
yang
disediakan,
pelayanan
maka
pendukung
akan
kepada
semakin kesehatan
masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.Hal ini merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.
Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut.Beberapa permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obatadalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut. Disamping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 18
namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini,baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM Samarinda untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi Obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Balai Besar POM Samarinda selama inimelakukan kontrol dalam bentuk penilaiansebelum produk beredar dipasar dan pengawasan secara ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, Balai Besar POM Samarinda juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat yang murah, aman dan bermutu. 1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan
dasar
hidup
yang
minimal
layak
menuju
terwujudnya
kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini merupakan
program
negara
(pemerintah/masyarakat)
dalam
rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan sosial nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat,baik dari dalam maupun luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berlomba-lomba Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 19
menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, karena adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat,baik jumlah dan jenisnya. Disamping itu,permintaan pemenuhan persyaratan
CPPOB (Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik)dan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) juga akan terjadi peningkatan. Dampak tersebut akan mengakibatkan peran Balai Besar POM Samarinda semakin besar, salah satunya adalah mengantisipasi dampak tersebut melalui intensifikasi post market control. 1.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya.Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan persiapan dalam menghadapi tantangan dan peluang tersebut, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif. Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional,
khususnya
ekonomi
yang
menghendaki
perdagangan bebas (free trade area). Ini dimulai dari (Brunei
Darussalam,
Indonesia,
Malaysia,
adanya
area
perjanjian ASEAN-6
Filiphina,Singapura,
dan
Thailand)Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), dan ASEAN-AustraliaNew Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).Dalam hal ini, memungkinkan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 20
negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015, diharapkan industri farmasidan makanandalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri. Balai Besar POM Samarinda terlibat aktif dalam perundingan bilateral Indonesia Malaysia (Sosek Malindo) khususnya antara Provinsi Kalimantan Utara dan Negara Bagian Sabah untuk pengawasan peredaran Obat dan Makanan di daerah perbatasan. Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah Obat, Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanandari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya
untuk
dikonsumsi. Untuk
itu,
masyarakat
membutuhkan
proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut. Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi saja namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya Pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 21
masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal.Secara umum, jumlah apotek yang ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara masih kurang, belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek. Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi, kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya pengawasan dan penegakan hukummembuat banyak beredar obatobat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO, praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembangtermasuk Indonesia. Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki potensi pengembangan pasar pengobatan tradisional yang cukup besar. Saat ini baru terdapat 6 (enam) industri skala kecil. Namun dengan melihat potensi tanaman obat yang spesifik tumbuh di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang berjumlah 27 (dua puluh tujuh) diantaranya adalah : Anggrek hitam/ Black orchid
(Coelogyne pandurata), Bawang tiwai (Eleutherine
americana), Tahongai (Kleinhovia hospita), Kelakai (Stenochlaena palustris). Melihat
besarnya
potensi
tersebut,
diperlukan
dukungan
pemerintah
untukmemacu pertumbuhan industri obat tradisional. Dengan adanya Free Trade Area (FTA), maka Pemerintah harus mengembangkan kesiapan distribusi sediaan farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan, dan ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing dengan produk obat dari luar negeri. 1.2.4. Perubahan Iklim Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khusunya produk bahan pangan di Indonesia. Musim hujan yang tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang semakin tidak pasti, berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi pertanian. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 22
ketersediaan pangan di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, bahwa industri makanan dan minuman dimasa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Namun, terkait dengan fenomena lanina yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dunia akan mempengaruhi stok pangan dunia. Indonesia sebagai negara tropis akan banyak mendapatkan peluang dan berperan dalam penyediaan pangan dunia. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang dari karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda untuk mengawasi dan menjamin keamanan proses produksi produk makanan dari hulu hingga hilir. Ekonom Faisal Basri dalamKompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa industri makanan dan minuman berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-impor produk makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri.Namun hasil peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi produk, kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri), institusi (peraturan yang terkait industri makanan dan minuman), health and primary education (sumber daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari Balai Besar POM Samarinda akan semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah peredaran makanan serta obat yang mengandung bahan berbahaya di dalam tubuh. Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 23
banyak, dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain. Penyebaran virus ini dapat melalui hewan unggas, serangga, orang maupun udara. Saat ini, masyarakat sudah mengenalvirus flu burung (H2N1), demam cikungunya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, flu babi dan lain sebagainya yang berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia. Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya intensitas curah hujan dan suhu udara, dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013,yang melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan Malaria. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Diare. Bukti ilmiah yang diperoleh hingga saat ini menyatakan bahwa pertumbuhan penyakit yang disebabkan olehvariabilitas dan perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap epidemiologi penyakit yang ditularkan baik oleh vector (vector-borne disease), air (water-borne disease), dan udara (air-borne disease). Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan(ISPA)dan penyakit batu ginjal. Kedua penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat-obat tradisonal yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat farmasi, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 24
paling banyak beredar di pasar.Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM Samarinda melakukan pengawasan terutama terhadap peredaran obat tersebut. 1.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat (Perubahan Pola Hidup Masyarakat) Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makroekonomi, yakni pendapatan per kapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012), dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas. Berdasarkan data konsumsi Obat yang dilakukan masyarakat Indonesia pada Gambar 5, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. 100.00%
91.63%
90.76%
90.96%
91.40%
90.00% 80.00% 70.00% 60.00%
Obat Modern
50.00%
Obat Tradisional
40.00% 30.00%
22.24%
27.57%
23.63%
24.33%
20.00% 10.00% 0.00%
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 25
Gambar 6 Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional Sumber: Susenas BPS 2009-2012
Dengan dengan asumsi masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara juga banyak yang mengkonsumsi obat modern,untuk itu perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari Balai Besar POM Samarinda. 1.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% pertahun) sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara tahun 2011-2013 menurut Kalimantan Timur dalam angka tahun 2014 adalah 2,97%. Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari Gambar 6.1 di bawah ini dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-19 tahun yang paling banyak, namun menunjukan trend penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukan trend meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat. Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta (BPS Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas. Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 26
penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus akan menambah beban kerja dari BBPOM Samarinda sebagai pengawas di bidang Obat dan Makanan. Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BBPOM di Samarinda untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya. Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar membuat para produsen baik lokal maupun internasional untuk memproduksi produk Obat dan Makanan. Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya akan menambah
beban
pekerjaan
BBPOM
di
Samarinda
dalam
prosespengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makananmenjadi
jumlah penduduk (dalam 000)
tantangan BBPOM di Samarinda dalam melakukan pengawasan.
25,000 20,000 15,000 10,000
2009 2010
5,000
2011
0
2012
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Kelompok Umur
2013
Page 27
Gambar 7 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009-2013 Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013
Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN. Bonus demografi yang terjadi di Indonesia akan memberi dampak yang besar jika pendidikan dan ekonomi yang terkait dengan tenaga kerja cukup baik ketersediaannya. Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia, jika dapat memanfaatkan potensi bonus demografi yang ada. Laporan McKinsey Global Instittute (September 2012), memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada 2030. Prediksi ini berpatokan pada pemetaan demografi bahwa penduduk Indonesia dalam usia produktif telah mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun 2040. Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat. Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 28
pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup masyarakat Indonesia. Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan
mempersiapkannya
dari
mulai
perencanaan
sampai
dengan
implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; b) Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang
mendukung
fleksibilitas
tenaga kerja danpasar,
serta
keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional. 1.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan
perundangan
merupakan
tantangan
yang
sangat
penting.
Manajemen kesehatan yang meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, sistem informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang mencakup perlindungan
masyarakat,
penegakan
dan
kesadaran
hukum
belum
sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Meskipun sistem informasi kesehatan sangat penting untuk mendukung pembangunan kesehatan, akan tetapi tidak mudah dalam pengembangannya agar berhasil-guna dan berdayaguna. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaanfarmasi, alat kesehatan dan makanan minuman telah dilakukan secara komprehensif. Sementara itu pemerintah telah berusaha untuk menurunkan harga obat, namun masih banyak kendala yang dihadapi. Penggunaan obat rasional belum dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar penyediaan obat di
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 29
pelayanan kesehatan publik. DOEN tersebut telah disusun sejak tahun 1980 dan direvisi secara berkala sampai tahun 2008. Untuk menjamin keterjangkauan obat esensial, Pemerintah telah menetapkan harga obat generik esensial untuk pelayanan kesehatan mencakup 455 item obat. Disamping itu, masyarakat miskin juga telah mendapatkan pengutamaan dalam pelayanan kesehatan dasar, khususnya pelayanan obat melalui subsidi pemerintah sebesar Rp.3.800/kapita tahun 2007 dan Rp. 4.200/kapita di tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebesar 225 juta, yang secara bertahap harus terus ditingkatkan untuk mencapai minimum $.2,00/kapita USD sesuai dengan rekomendasi WHO. Sementara ini, melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk masyarakat miskin, pemerintah menyediakan pula dana untuk pelayanan kesehatan yang sebagian diantaranya untuk belanja obat, namun demikian masih belum dapat memenuhi kebutuhan obat sebagaimana yang diharapkan. Ketersediaan Obat Generik Berlogo tinggi, harga murah tapi akses masyarakat terhambat karena asymetric information dan praktek pemasaran yang kurang baik.Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas merupakan obat esensial generik. Namun tidak diikuti oleh sarana pelayanan kesehatan lainnya, seperti di rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan apotek. Hal ini menunjukkan bahwa konsep obat esensial generik belum sepenuhnya diterapkan. Agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda berjalan dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (sound governance).Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan), rasional, professional, serta bertanggung jawab dan bertanggung-gugat (akuntabel).
Pembangunan
kesehatan
harus
diselenggarakan
dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 30
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi BBPOM di Samarindauntuk menyiapkan dan mengusulkan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke daerah. 1.2.8.Perkembangan Teknologi Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, Badan POM dapat mendorong industri farmasi khususnya industri obat tradisional untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat Tradisional dalam negeri. Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi. Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya. Disamping itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Dan dengan adanya perubahan iklim ikut mendorong berbagai inovasi dari perkembangan IPTEKtersebut, yang menjadikan varian bahan makanan yang sama dapat diproduksi secara berbeda, misalnya melalui rekayasa genetika yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi perhatian dan antisipasi Badan POM termasuk BBPOM di Samarinda dalam menghadapi hal tersebut. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 31
Untuk itu, dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi BBPOM di Samarinda untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi BBPOM di Samarinda akan banyaknya pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi. 1.2.9. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats/SWOT) Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka Balai Besar POM di Samarinda harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang bukan ancaman yang dapat mempengaruhi peran Balai Besar POM di Samarinda sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap Obat dan Makanan di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, maka selanjutnya akan menjadi dasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT,sehingga dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan Balai Besar POM di Samarinda kedepan, agar dapat terwujud tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Samarinda dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
KEKUATAN (STRENGTHS) Balai Besar POM di Samarinda sebagai UPT Badan Pengawas Obat dan Makanan saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan pengujian laboratorium dan inspeksi sarana dalam melaksanakan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 32
Disamping itu, Badan POM secara menyeluruh telah memiliki hasil penilaian atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional. Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak pelayanan yang diberikan oleh Balai Besar POM di Samarinda terhadap pengujian laboratorium dan inspeksi sarana Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh masyarakat. Sebagai UPT Badan POM, Balai Besar POM Samarinda memiliki jaringan (networking) yang kuat dengan lembaga-lembaga di provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jaringan yang kuat dan luas ini sangat strategis posisinya dalam mendorong dan memastikan tugas-tugas pokok Balai Besar POM Samarinda sebagai pengawas Obat dan Makanan pada provinsi tersebut. Di sisi lain, Balai Besar POM Samarinda telah menerapkan Pedoman Pengawasan
yang
jelas
untuk
acuan
pengujian/inspeksi
dalam
pengawasan atas Obat dan Makanan yang dikeluarkan oleh Badan POM, sehingga seluruh pengujian/inspeksi tersebut telah memiliki standar baku sebagai penjamin\ quality assurance kesamaan prosedur. Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai Besar POM Samarinda, Komitmen PimpinanBalai Besar POM Samarinda menjadi mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran Badan POM dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
2.
KELEMAHAN (WEAKNESSES) Saat ini SDM Balai Besar POM Samarinda sudah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai Besar POM Samarinda belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai UPT Badan POM. Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik ditingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 33
manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih. Untuk itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai tersebut menjadi mutlak dilakukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM Samarinda. Disamping itu, untuk mendukung kepatuhan pelaku usaha dalam proses produksi dan distribusiserta penyebarluasan informasi mengenai Obat dan Makanan
perlu didukung dengan teknologi informasi yang
memadai. Peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda juga harus didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan usulan penataan kelembagaan ke Badan POM ke depannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat mewujudkan tujuan organisasi. 3.
PELUANG (OPPORTUNITIES) Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Badan POM khususnya Balai Besar POM Samarinda dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola perilaku dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 34
lingkungan sehat khususnya obat dan makanan di lingkungan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat dan makanan, Balai Besar POM Samarinda dapat mendorong pelaku usaha industri kecil untuk dapat berkembang menjadi industri obat tradisional dan industri pangan skala besar. Arus urbanisasi ke Kalimatan Timur dan Kalimantan Utara akan semakin mengakibatkan bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit maka akan mengakibatkan kebutuhan Obat dan Makanan semakin meningkat. Hal ini mendorongindustri rumah tangga akan semakin bertambah jumlahnya dan juga akan semakin berkembang pesat. Selain industri rumah tangga, kemungkinan juga akan muncul industri lain yang belum ada selama ini yaitu industri farmasi, industri kosmetik dan industri obat tradisional. Hal ini menjadi peluangan dan tantangan Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran Obat dan Makanan. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) dan SKPD/Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan instansi terkait dapat mendorong efektifitas dan efesiensi pengawasan Obat dan makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun instansi terkait lainnya. Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting. 3.
ANCAMAN (THREATS) Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Musim hujan yang tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang ekstrem berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 35
pertanian. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat berdampak ketersediaan pangan yang menipis di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan yang
cukup
tinggi.
Dengan
demikian,
perubahan
iklim
dapat
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif sehingga permintaan akan produk pangan semakin meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi barang yang masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan. Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar, mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan koordinasi dan kerjasama dalam bidang Penegakan Hukum (Criminal Justice System /CJS) harus lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut. Belum optimalnya Pengawasan dan Penegakan Hukum terhadap produk Obat dan Makanan Ilegal di daerah Perbatasan Kalimantan Utara – Negara bagian Sabah menjadi ancaman terbesar terhadap keberhasilan Balai Besar POM di Samarinda dalam melindungi masyarakat terhadap risiko produk yang merugikan kesehatan. Dengan
semakin
mempengaruhi
tumbuhnya
perubahan
pola
perekonomian perilaku
hidup
Indonesia sosialnya,
akan salah
satunyadalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan Obat dan Makanan tersebut. Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area perdagangan bebas (free trade area) menjadikan peredaran Obat dan Makanan juga semakin sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai produk Obat, Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 36
Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain merupakan persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera. Realitas menunjukan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan kualitasnya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat dan Makanan tersebut. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukkan trend meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat.Dengan asumsi yang sama berlaku untuk Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat, jika tidak ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi kesehatan masyarakat.Di bawah ini, tabel 3Rangkuman Analisis SWOT sesuai dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.
Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT HASIL PEMBAHASAN (SWOT) Kekuatan
1. Kualitas SDM
(Strengths)
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional Networking yang kuat dengan Stake holder di 3. lingkungan provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara 4. Pedoman Pengawasan yang jelas 5. Komitmen Pimpinan
Kelemahan
1. Masih terbatasnya jumlah SDM
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 37
HASIL PEMBAHASAN (SWOT) (Weaknesses)
2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja 3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama 4. Masih kurangnya dukungan IT 5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja
Tantangan (Opportunities)
1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN) 2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat 3. Jumlah Industri rumah tangga pangan yang berkembang pesat 4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait 5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Ancaman
1. Perubahan iklim dunia
(Threats)
2. Lemahnya penegakan hukum 3. Perubahan pola hidup masyarakat 4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area) 5 Perpindahan penduduk yang sangat cepat
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar POM di Samarindatersebut telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain (1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market), 2) Belum optimalnya Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) (3) dan belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas terdapat beberapa penyebab permasalahan yang sangat strategis dan sangat penting bagi peran Balai Besar POM Samarinda dalam melakukan pembenahan di masa Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 38
mendatang sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada Gambar 4terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Balai Besar POM Samarindaadalah sebagai berikut:
BELUM OPTIMALNYA PERAN BBPOM SAMARINDA DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN Masih lemahnya Pembinaan dan Bimbingan kepada pemangku kepentinganmelalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik
Belum Optimalnya Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Masih terbatasnya Kapasitas Kelembagaan
PERAN BALAI BESAR POM SAMARINDA
Penguatan Pelaksanaan Kebijakan Teknis Pengawasan (RegulatorySystem)
Pembinaan dan Bimbingan kepada pemangku kepentingan
Gambar 8 Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai Besar POM Samarindasebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan penguatan secara kelembagaan agar pencapaian kinerja di masa datang dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan
yang
lebih
khasiat/manfaatObat
baikdalam
dan
menjaga
Makanan
keamanan,
tersebut,dan
mutu
diharapkan
serta dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isustrategis dari permasalahan pokok yang dihadapi Balai Besar POM Samarinda sesuai dengan peran dan kewenangan agar lebih optimal,yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja dimasa yang akan datang sebagai berikut: Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 39
1.
Perlu adanya penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2.
Perlunyameningkatkan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan.
3.
Memperkuat kapasitas kelembagaan, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya.
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atasuntuk memperkuat peran dan kewenangan secara efektif, maka Badan POM secara menyeluruh perlu melakukanpenguatan organisasi dan kelembagaanserta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinyaagar faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM Samarindadan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zamansebagai unit pelaksana teknis Badan POM. Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, posisi organisasi Balai Besar POM Samarinda sebagai unit pelaksana teknis Badan POM harusnyamelakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar dapat bersinergi mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Badan POM periode 2015-2019. Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda yang merupakan unit pelaksana teknis Badan POM sebagai lembaga yang mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan kewenanganBalai Besar POM Samarinda sesuai dengan bisnis proses Balai Besar POM Samarinda yang mengacu peran dan kewenanganserta
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
bisnis
Page 40
proses Badan POM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada gambar dan tabel di bawah ini:
Kegiatan Utama Berndasarkan Bisnis Proses Utama BPOM Standarisasi Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan Makanan
PRE MARKET
POST MARKET
Pembinaan dan Bimbingan Kepada Stakeholder
Pengawasan OM Sesuai Standar
Pengawasan Sarana Produksi sesuai Standar
Pembinaan dan Bimbingan Kepada Stakeholder
Pengawasan Sarana Distribusi sesuai Standar Sampling Produk dan Pengujian Laboratorium Penyidikan dan Penegakan Hukum
SISTEM (STANDARISASI) PENGAWASAN (REGULATOR)
KEMANDIRIAN STAKEHOLDERS
Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM
Tabel 4.Penguatan Peran Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 41
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
• • • •
• Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik
• • •
Pengawasan sarana produksi sesuai standar Pengawasan sarana distribusi sesuai standar Sampling dan pengujian laboratorium Penyidikan dan penegakan hukum
Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melaluiKomunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak sesuai dengan standar Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi standar
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 42
BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1
Visi Di era globalisasi dengan segala bentuk dinamikanya, untuk mewujudkan suatu Pengawasan Obat dan Makanan yang Solid, Andal, Terpadu dan Utuh (SATU) serta untuk menjawab tantangan ke depan, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda mempunyai citacita sebagaimana Visi Badan POM RI, yaitu : ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi: Proses
penjaminan
pengawasan
Obat
dan
makanan
harus
melibatkanmasyarakat dan pemangku kepentingan, dilaksanakan secara akuntabel sertadiarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalandengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut: Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat danMakanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risikoyang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan padamanusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obatdan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin. Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupuninternasional, sehingga produk lokal unggul dalammenghadapi pesaing di masa depan.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 43
STAKEHOLDER
SH 1.Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, & bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
SH 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.
SH 3. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
I2. Meningkatkan mutu sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan
I1. Meningkatkan mutu pengujian Obat dan Makanan
PROCESSES
SH 4. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
I4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan
I3. Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran Obat dan Makanan
Anggaran CAPABILITY
L1. Meningkatkan pengelolaan Human Capital Management (HCM)
L2. Meningkatkan efektivitas Organisasi, Tata Laksana dan RB
F1.Meningkatkan akuntanbilitas
Gambar 10 Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 2.2
Misi Misi Balai Besar POM di Samarinda, Sebagaimana Misi Badan POM RI, didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk : 1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 44
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan penguatan peran BPOM termasuk BBPOM di Samarinda sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I
terhadap peran BPOM.
Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran BPOM tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2.
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan,
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 45
utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan. Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat. Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 46
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. BPOM harus mampu membina dan mendorong pelaku
usaha
untuk
bermanfaat/berkhasiat, berkelanjutan,
ke
dapat dan
depan
memberikan
produk
yang
aman, secara
bermutu.
Dengan
pembinaan
diharapkan
pelaku
usaha
mempunyai
kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan. Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman, dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar
12,59
persen
(sumber:
Laporan
Kemenperin
2004-2012).
Perkembangan industri makanan, minuman, dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat. Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, di mana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat potensial. Industri kosmetik, obat tradisional, dan suplemen kesehatan pun mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 47
Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.
3.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine), yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana- prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno
structure),
namun
juga
melaksanakan
fungsi
pengaturan
(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan
yang
konsisten,
yaitu
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
memenuhi
standar
aman, Page 48
berkhasiat/bermanfaat
dan
bermutu,
diharapkan
BPOM
mampu
melindungi masyarakat dengan optimal. BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya, yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal. Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing). 2.3
Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati serta diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai - nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Budaya organisasi Balai Besar POM di Samarinda mengacu pada budaya organisasi yang ditetapkan oleh Badan POM RI yaitu : 1. Profesional Menegakkan
profesionalisme
dengan
integritas,
objektivitas,
ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan 3. Kredibilitas
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 49
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini. 6. Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4 Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pembangunan pengawasan Obat dan Makanan tahun 2015-2019 adalah : 1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global. Berdasarkan Tujuan tersebut disusun Indikator Tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator: a. Meningkatnya perilaku masyarakat untuk mengonsumsi Obat dan Makanan yang memenuhi standar; b. Menurunnya kasus keracunan Obat dan Makanan. 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global, dengan indikator : Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 50
a. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan; b. Tingkat kepuasan pemangku kepentingan terhadap pemberian jaminan pembinaan dan bimbingan pengawasan Obat dan Makanan. 2.5. Sasaran Strategis Sasaran Program Balai Besar POM di Samarinda selama lima tahun mengacu pada sasaran strategis Badan POM yang disusun berdasarkan visi dan misi yang
ingin dicapai BBPOM
Samarinda,
dengan
mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BBPOM Samarinda. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan mencapai sasaran strategis sebagai berikut : 2.5.1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Indikator Sasaran Program pertama merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan POM yang meliputi : a. Persentase Obat yang memenuhi syarat Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat yang memenuhi syaratsebesar 94,0% b. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat. Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat sebesar 71 % c. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat. Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Kosmetik yang memenuhi syarat sebesar 93 % d. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat. Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat sebesar 83 % e. Persentase Makanan yang memenuhi syarat. Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Makanan yang memenuhi syarat sebesar 88,10 %
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 51
2.5.2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yangterkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasiyang baik. Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir,dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hinggaproduk
tersebut
dikonsumsi
oleh
masyarakat.
Pelaku
usaha
mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yangmemenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui prosesproduksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha memilikikemampuan
teknis
dan
finansial
untuk
memelihara
sistem
manajemen risikosecara mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, BPOM bertugas dalammenyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harusdipenuhi oleh pelaku usaha dan mendorong penerapan Risk ManagementProgram oleh industri. Kemandirian pelaku usaha diasumsikan akanberkontribusi pada peningkatan daya saing Obat dan Makanan. Tanpa
meninggalkan
tugas
utama
pengawasan,
BPOM
berupayamemberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahandalam usahanya yaitu dengan memberikan insentif, clearing house, danpendampingan regulatory.Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di Samarinda belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Kerjasamadengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis dalammenopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat BBPOM di Samarinda. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yanglebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkatkepentingan setiap
lembaga/institusi,
baik
pemerintah
maupun
sektor
swastadan
kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masinginstitusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BBPOM di Samarinda, dan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 52
menentukan
indikator
bersama
atas
keberhasilanprogram
kerjasama.
Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan salingmendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yangtersedia di masingmasing lembaga dengan terlebih dahulu menentukantujuan dan kerangka kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan”program-program yang ada di BBPOM di Samarinda kepada lembaga/kelompok masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan BPOMdengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untukmemastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik danberkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan (MoU) yang mengikat keduabelah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakatitermasuk mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi. Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah merupakan halyang wajib dilakukan BBPOM di Samarinda sebagai tindak lanjut hasilpengawasan. Untuk itu 5 (lima) tahun ke depan, BBPOM di Samarinda perlu
melakukan
pertemuan
koordinasi
dengan
dinas
terkait.
Hal
inidiutamakan untuk pertemuan koordinasi dalam pengawalan obat dalam JKN. Selain
itu,
terkait
dengan
subsistem
pengawasan
Obat
dan
Makananoleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait Obat danMakanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan yangdiproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuktidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman,bermanfaat
dan
bermutu.
Upaya
peningkatan
kesadaran
masyarakatdilakukan BBPOM di Samarinda melalui kegiatan pembinaan danbimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis Balai BBPOM di Samarinda ini, maka indikator sebagai berikut: a. Tingkat Kepuasan Masyarakat
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 53
Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Tingkat kepuasan Masyarakat sebesar 83 %. b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Hingga akhir RPJMN target kerjasama yang ditetapkan sebesar 12 Kab/Kota. 2.5.3 Meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Samarinda Sejalan
dengan
tata
kelola
pemerintahan
yang
baik
(good
governance)seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat. Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda (1 dan 2). Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip good governancedalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM. Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan hasilpenilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. BBPOM di Samarinda turut mensinergikan target tersebut dengan menerapkan RB, memperbaiki hasil audit APIP sebelumnya dan SAKIP. Selainupaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi dengan adanya dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i) dukungan kebijakan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 54
pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM diBadan POM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii) dukungan anggaran yang tentunya akan berdampak pada peningkatan hasil penilian terhadap BBPOM di Samarinda. Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, andmachine) merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BBPOM di Samarinda untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Untuk
melaksanakan
tugas
BBPOM
di
Samarinda,
diperlukan
penguatan kelembagaan/ organisasi. Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BBPOM di Samarinda. Tata laksana ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja. Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua,sampai dengan (viii) pemberhentian. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis BBPOM di Samarinda, maka indikatornya adalah:
Nilai SAKIP BBPOM di Samarinda dari Badan POM, dengan target Apada tahun 2019.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 55
Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :
Tabel 5 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM Periode 2015-2019 VISI
SASARAN
INDIKATOR
MISI
TUJUAN
Obat Dan
Meningkatkan
Meningkatnya
Menguatnya
1. Persentase
Makanan
sistem
jaminan Obat
sistem
obat
Aman
pengawasan
dan
pengawasan
yang memenuhi
Meningkatkan
Obat dan
Makanan
Obat
syarat*);
Kesehatan
Makanan
aman
dan Makanan
2. Persentase
Masyarakat
berbasis risiko
Obat
dan Daya
untuk
Tradisional yang
Saing Bangsa
melindungi
memenuhi
masyarakat
syarat*);
STRATEGIS
KINERJA
3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat*); 4. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat*); 5. Persentase Makanan yang memenuhi syarat*).
Mendorong
Meningkatnya
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Meningkatnya
1. Tingkat
Page 56
kemandi rian
daya
kemandirian
Kepuasan
pelaku usaha
saing Obat
pelaku usaha,
Masyarakat*);
dalam
dan
kemitraan
2. Jumlah
memberikan
Makanan di
dengan
Kabupaten/Kota
jaminan
pasar
pemangku
yang
keamanan
Lokal dan
kepentingan
memberikan
Obat
Global
dan
komitmen untuk
dan Makanan
dengan
partisipasi
pelaksanaan
serta memper
menjamin
masyarakat
pengawasan
kuat
mutu dan
Obat
kemitraan
mendukung
dan Makanan
dengan
inovasi
dengan
pemangku
memberikan
kepentingan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.
Meningkatkan
Meningkatnya
1. Nilai SAKIP
kapasitas
kualitas
BBPOM di
kelembagaan
kapasitas
Samarinda dari
Balai POM di
kelembagaan
Badan
Samarinda
BBPOM di
POM.
Samarinda *) Indikator Kinerja Utama
Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Balai POM di Samarinda adalah : 1. Persentase obat yang memenuhi syarat; 2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat; 3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat; Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 57
4. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat: 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat; 6. Tingkat Kepuasan Masyarakat.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 58
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN III.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya
dijabarkan
dalam
9
(sembilan)
agenda
prioritas
pembangunan yang disebut NAWA CITA.Diantara Nawa Cita tersebut yang terkait dengan BPOM adalah Nawa Cita ke 3 yang berbunyi :
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat),
Selain itu, Nawa Cita ke 5 yang berbunyi :
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
Berdasarkan berbagai permasalahan, tantangan, hambatan, maupun peluang yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat tahun 2015-2019, maka sasaran bidang yang akan dicapai adalah diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, antara lain tercermin dari indikator yang juga menjadi tanggungjawab BPOM, sebagai berikut: “Meningkatnya
Perlindungan
Finansial,
Pemerataan
dan
Mutu
Pelayanan, serta Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber Daya Kesehatan,” yang terkait kewenangan BPOM, indikator yang ditetapkan, yaitu:
No
Indikator
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Status Awal
Target 2019
Page 59
1 2
Persentase obat yang memenuhi syarat
92,0
94,0
Persentase makanan yang memenuhi 90,1 87,6 syarat (Sumber: Buku I Rancangan Awal RPJMN 2015-2019)
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, maka salah satu arah kebijakan dan strategi pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat
yang
terkait
dengan BPOM
adalah “Meningkatkan
Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui: 1.
Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2.
Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3.
Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas sektor;
4.
Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5.
Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6.
Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi masyarakat, dan
mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM
periode 2015-2019,dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan. Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan: 1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 60
pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal. Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan
BPOM
meningkatkan
pemerataan
pembangunan
terutama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchmentareanya. Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup
bayi,
orang
sakit,
ibu
hamil,
orang
dengan
immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi. 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan. Sejalan
dengan
Revolusi
Mental,
diharapkan
BPOM
dapat
meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan RiskManagement Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 61
merupakan
tanggung
jawab
produsen.
Namun
BPOM
perlu
memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui
pembinaan
dan
bimbingan,
pelatihan,
maupun
media
informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut. 3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan. Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku usaha
(khususnya
Obat
dan
Makanan),
asosiasi
pihak
universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau. Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi, Informasi
dan
Edukasi
publik
sebagai
upaya
strategis
dalam
pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 62
menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media sosial). 4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas. Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP),
penguatan
perencanaan
dan
penganggaran,
peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu datadata perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 63
kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1) Penguatan pelaksanaan regulatory system pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko; 2) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; dan 3) Peningkatan
pembinaan
dan
bimbingan
melalui
Komunikasi,
Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan. Internal: 1) Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja individu/pegawai; 2) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai; 3) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan Pengawasan Obat dan Makanan di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel; dan 4) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 64
konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level
organisasi
dan
kelembagaan
dengan
membentuk
satu
Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan sebagai berikut :
Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra syarat yang harus dipenuhi)
Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
Tahun
2018:
Penguatan
dalam
penegakan
hukum
di
bidang
pengawasan Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 65
pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah secara nasional).
Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga
pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan programprogramnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut: a)
Program Teknis Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b)
Program Generik 1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya. 2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatankegiatan prioritas BPOM, sebagai berikut: a)
Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 66
1)
Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan postmarket);
2)
Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
3)
Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.
4)
Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;
5)
Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
6)
Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat dan Makanan;
7)
Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8)
Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain regulatory science, life science;
9)
Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b)
Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung): 1)
Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan;
2)
Pengawasan
dan
Peningkatan
Akuntabilitas
Aparatur
Badan
Pengawas Obat dan Makanan; 3)
Pengadaan,
Pemeliharaan
dan
Pembinaan
Pengelolaan,
serta
Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM; 4)
Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5)
Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat.
III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Samarinda Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 67
Arah Kebijakan dan Strategi pada Renstra BBPOM di Samarinda bersinergis dengan Arah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh BPOM sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode 2015-2019, dilakukan secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan. Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan : 1.
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
2.
Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan
3.
Peningkatan Kerjasama Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dalam pengawasan Obat dan Makanan
4.
Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui
memaksilamlkan
struktur
dan
fungsi
yang
ada,
lebih
mengefektifkan proses bisnis, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Berdasarkan Arah Kebijakan tersebut diatas, maka strategi yang akan dilaksanakan pada Renstra BBPOM di Samarinda periode 2015-2019adalah : Eksternal: 1)
Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
2)
Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 68
Internal: 3)
Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;
4)
Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai BBPOM di Samarinda;
5)
Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6)
Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM Samarinda secara lebih proporsional dan akuntabel;
7)
Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Dalam rangka pembagian peran BBPOM di Samarinda dengan Lintas Sektor terkait, peningkatan kerja sama dilaksanakan melalui fokus prioritas pemantapan sistem kerjasama operasional pengawasan Obat dan Makanan, peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional, kosmetik dan makanan, perkuatan jejaring komunikasi, pemberdayaan masyarakat
melalui
Komunikasi
Informasi
dan
Edukasi
(KIE)
serta
peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam Crime Justice System (CJS) untuk substainable lawenforcement tindak pidana Obat dan Makanan. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BBPOM di Samarinda sendiri. Disamping itu penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko di Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dilakukan dengan fokuspada pelaksanaan Sampling dan Pengujian Obat dan Makanan sesuai dengan petunjuk teknis, serta penerapan pola tindak lanjut terhadap hasil pengawasan sesuai dengan yang telah ditetapkan secara konsisten
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 69
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka Balai Besar POM di Samarindamenjabarkan sasaran program periode 2015-2019 sebagai berikut :
Gambar 11 Log Frame Balai Besar POM di Samarinda Tabel 6 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai
PROGRAM
PROGRAM PENGAWAS AN OBAT DAN MAKANAN
SASARAN PROGRAM
KEGIATA N STRATEG IS
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasa n Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Bala i POM
SASARAN KEGIATAN
INDIKATO R
PIC
1. Meningkatn ya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar 2. Meningkatn
1. Jumlah sample yang diuji menggunak an parameter kritis 2. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 3.
Balai Besar/Bal ai POM
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 70
Meningkatn ya kemandiria n pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan , dan partisipasi masyarakat
Meningkatn ya kualitas kapasitas kelembagaa n
ya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar 3. Meningkatn ya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard 4. Meningkatn ya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan 5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Meningkat nya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
6. Jumlah layanan publik BB/BPOM 7. Jumlah komunitas yang diberdayaka n Meningkatn ya kualitas kapasitas kelembagaa n Balai BPOM
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang
8. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 71
Terkait Pengawasan Obat dan Makanan 2. Penyusunan Perencanaan , Penganggar an, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
9. Jumlah dokumen perencanaan , penganggar an, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
III.3. KERANGKA REGULASI Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan. Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Seperti Balai Besar POM di Samarinda melaksanakan pengawasan
harus
berkoordinasi
dengan
dinas
kesehatan
kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi instansi
pemerintah
harus
memperhatikan
peraturan
perundang-
undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 72
Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran. Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal, maka perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain: 1. Diperlukan
UU
pengawasan
sediaan
farmasi
dan
peraturan
perundang-undangan turunannya. UU ini untuk memperkuat sistem pengawasan di Free Trade Zone, daerah perbatasan, terpencil, dan gugus pulau. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 73
2. Terkait dengan implementasi PP 28 Tahun 2004, perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah, monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah. 3. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur : - Program advokasi kepada stakeholder, penguatan tata-laksana, - Penguatan kerjasama dengan SKPD terkait grand design promosi dan komunikasi JKPN, - Grand desain outbreak response, 4. Undang-Undang No 8 Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan makanan perlu dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat Indonesia. 5. Peraturan perundangan setingkat Undang-Undang yang menjelaskan pelaksanaan tugas, fungsi, kewenangan dan penjabaran peranan serta posisi BPOM dalam mencapai sasaran pembangunan nasional subbidang kesehatan serta NSPK yang jelas terkait peran pemangku kepentingan dalam pengawasan Obat dan Makanan. 6. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat diidentifikasi oleh unit kerja baik di pusat maupun balai sebagai pelaksana dari kegiatan. 7. Peraturan-peraturan setingkat Kepala BPOM yang berkoordinasi dengan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Peraturan ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 74
dan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait. 8. Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria, dalam hal ini terkait dengan Norma yang harus disinkronkan antara tugas Kementerian Kesehatan dengan tugas BPOM dalam bidang pengawasan Obat dan Makanan. III.4. KERANGKA KELEMBAGAAN Pengawasan
Obat
dan
Makanan
memiliki
aspek
permasalahan
berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengawasan
yang
komprehensif
untuk
menjamin
keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu produk Obat dan Makanan.Pengawasan tersebut dimulai darisertifikasi sarana produksi, pengawasan postmarketproduk dan sarana, sampling dan pengujian serta sekaligus melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk Obat dan Makanan
yang
ilegal/palsu.
tidak
memenuhi
Penegakan
hukum
syarat, dan
mutu,
ketentuan
pemberdayaan
dan
masyarakat
(community empowerment) juga merupakan bagian dari pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Samarinda. Untuk memenuhi pengawasan tersebut, Balai Besar POM di Samarinda membutuhkan
kerangka
kelembagaan
yang
lebih
kuat
dalam
mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019. Beberapa
aspek
kelembagaan
yang
harus
diintegrasikan
dan
dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah: 1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019; 2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas
sama
dalam
rangka
mewujudkan
pencapaian
prioritas
pembangunan kesehatan; Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 75
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem peradilan pidana.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 76
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1.
Target Kinerja Sebagaimana sasaran strategis BBPOM di Samarinda sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis dan sasaran kegiatan adalah sebagai berikut: Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Sasaran Strategis
Indikator
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat*) Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat*) Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat*) Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat*) Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat*) Peningkatan Tingkat Kepuasan Masyarakat*) Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM *)
2015
Target Kinerja 2016 2017 2018
2019
92
92,5
93
93,5
94
67
68
69
70
71
89
90
91
92
93
79
80
81
82
83
86,10
86,60
87,10
87,60
88,10
82
82,5
83
83
83
4
6
8
10
12
B
A
A
A
A
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 77
4.1.1. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, BBPOM di Samarinda melaksanakan Pengawasan mencakup pengawasan pre dan post market. Namun dalam hal ini pre-market controldilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk penyusunan standar.Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator: a) Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan target 2.500 pada tahun 2019; b) Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK), dengan target 100% pada tahun 2019; c) Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan, dengan target 100% pada tahun 2019; d) Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan, dengan target 26% pada tahun 2019; e) Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target 10 sampai dengan tahun 2019. 4.1.2. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat dilaksanakan,
pengawasan
yang
dilaksanakan
BBPOM
di
Samarinda
mencakup pemberian layanan informasi dan edukasi kepada masyarakat, Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 78
pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator: a) Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda, dengan target 701 pada tahun 2019. b) Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target 21 pada tahun 2019. 4.1.3. Kegiatan
dalam
Sasaran
Strategis
Meningkatnya
kualitas
kapasitaskelembagaan BBPOM di Samarinda Sebagai satuan kerja di daerah, BBPOM di Samarinda tidak hanya berperan melaksanakan
tugas
teknis,
tugas
terkait
dengan
manajemen
perlu
dilaksanakan dalam upaya mendukung sasaran strategis Meningkatnya Kapasitas Kualitas Kelembagaan. Balai mempunyai peran dalam mencapai indikator terkait dengan kualitas RB, SAKIP, serta opini BPK terhadap laporan keuangan dan BMN. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator: a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu, dengan target 10 pada tahun 2019; b) Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar, dengan target 79,90% pada tahun 2019.
Untuk lebih ringkasnya, Tabel 7 menjelaskan indikator dari sasaran kegiatan dengan target kinerja tahun 2015 - 2019 Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja
Sasaran Kegiatan Meningkatnya Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan di BBPOM di Samarinda
2015
Target Kinerja 2016 2017 2018
2019
2500
2500
2500
2500
2500
100%
100%
100%
100%
100%
53%
55%
58%
60%
63%
Indikator 1. Jumlah Sampel yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sector publik (IFK) 3. Persentase cakupan pengawasan sarana Produksi Obat dan
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 79
Makanan 4. Persentase cakupan pengawasan sarana Distribusi Obat dan Makanan 5. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan 6. Persentase Pemenuhan sarana prasarana sesuai standar 7. Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda 8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan 9. Jumlah dokumen perencanaan, penanggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
24,5%
25%
25,5%
26%
26%
8
8
9
9
10
63,10
74,52
75,14
78,39
79,90
681
686
691
696
701
9
12
15
18
21
10
10
10
10
10
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 80
IV.2. KERANGKA PENDANAAN Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode 2015-2019 adalah sebagai berikut : Tabel 9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan Sasaran Strategis
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatny a jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan Meningkatny a kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Indikator Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat
PIC
Alokasi (Rp Milyar) 2015
12.910
2016
17.997
2017
20.106
2018
18.019
2019
18.842
- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik -
Peningkatan TingkatKepuasan masyarakat
1.706
1.876
2.157
2.373
2.724
10.711
11.782
12.961
14.257
15.682
- Bidang Serlik
Persentase pencapaian kerja sama terhadap target kerja sama yang ditetapkan
Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
- Bidang Serlik - Sub Bag TU
Page 81
B
Sasaran Strategis Meningkatny a kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
Indikator
Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Jumlah layanan publik BB/BPOM Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Alokasi (Rp Milyar) 2015
2.479
2016
2.727
2017
3.000
2018
3.300
2019
3.630
PIC - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi
- Bidang Pemdik
0.101
0.133
0.147
0.162
0.178
- Bidang Pemdik
1.887
2.076
2.284
2.513
2.765
- Bidang Pemdik
0.866
0.953
1.180
1.298
1.586
- Bidang Pemdik
4.45
8.67
9.62
6.48
5.88
- Sub Bag TU -
1.164
1.280
1.501
1.651
1.930
- Bidang Serlik
0.542
0.596
0.656
0.722
0.794
- Bidang Serlik
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 82
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
1.420
1.562
1.718
1.890
2.079
- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik - Sub Bag TU
BAB V PENUTUP
Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarindauntuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf BBPOM di Samarinda. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat
dilakukan
perubahan/revisi
muatan
Renstra
BBPOM
di
Samarinda,termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di Samarindayaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu kepada RPJMN 2015-2019. Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 83
Renstra BPOM periode 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unitunit kerja di BBPOM di Samarindasesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai. Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 selanjutnya akan dievaluasi setiap tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan
Pembangunan
nasional
(BAPPENAS).
Disamping hasil evaluasi, juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Samarinda periode 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Badan POM dan selanjutnya menunjang visi, misi dan program kerja Pemerintah periode tahun 2014-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019
Page 84
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM Samarinda Target Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah) 2018
2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda Menguatnya sistem pengawasan Obat dan SS 1 Makanan 1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat 1.2.
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
1.4.
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
92.0%
92.0%
92.5%
93.0%
93.5%
94.0%
66.60%
67%
68%
69%
70%
71%
88.00%
89%
90%
91%
92%
93%
78.00%
79%
80%
81%
82%
83%
86.08%
86.10%
86.60%
87.10%
87.60%
88.10%
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, SS 2 kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
2.1. Tingkat Kepuasan Masyarakat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan Provinsi Kalimantan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan 2.2. Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi Timur dan Kalimantan Utara anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas SS 3 kelembagaan BPOM 3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
82%
82%
82.50%
83%
83%
83%
4
4
6
8
10
12
A
B
A
67
A
A
A
2015
2016
2017
12.910
17.997 20.106 18.016 18.842
1.706
1.876
10.711
11.782 12.961 14.257 15.682
2.157
2018
2.373
2019
2.724
Unit K/L-N-B-NSOrganisasi BS Pelaksana
Target Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi
Baseline
Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015
2016
2017
2018
2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda Program Pengawasan Obat dan Makanan SP 1
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
92.0%
92.0%
92.5%
93.0%
93.5%
94.0%
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
66.60%
67%
68%
69%
70%
71%
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
88.00%
89%
90%
91%
92%
93%
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
78.00%
79%
80%
81%
82%
83%
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
86.08%
86.10%
86.60%
87.10%
87.60%
88.10%
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
82%
82%
82.50%
83%
83%
83%
4
4
6
8
10
12
A
B
A
A
A
A
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat
1.2.
1.4.
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, SP 2 kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat
2.1. Tingkat Kepuasan Masyarakat
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan Provinsi Kalimantan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan 2.2. Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi Timur dan Kalimantan Utara anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas SP 3 kelembagaan BPOM 3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM
68
2015
2016
2017
2018
2019
Unit K/L-N-B-NSOrganisasi BS Pelaksana
Target Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi
Baseline
Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2015
2016
2017
2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
2.479
2.727
3.000
3.300
3.630
Balai Besar Pengawas dan Makanan di Samarinda Pengawasan Obat dan Obat Makanan di BPOM Samarinda Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia 1
Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis
2
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
3
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
4
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
5
Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6
Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
7
Jumlah layanan publik BB/BPOM
8
9
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
3500
2500
2500
2500
2500
2500
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
0.101
0.133
0.147
0.162
0.178
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
24,3%
24,5%
25%
25,5%
26%
26%
1.887
2.076
2.284
2.513
2.765
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
9
8
8
9
9
10
0.866
0.953
1.180
1.298
1.586
59.33
63.10
74.52
75.14
78.39
79.90
4.45
8.67
9.62
6.48
5.88
677
680
685
690
695
700
1.164
1.280
1.501
1.651
1.930
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
6
9
12
15
18
21
0.542
0.596
0.656
0.722
0.794
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
10
10
9
10
9
10
1.420
1.562
1.718
1.890
2.079
69
Unit K/L-N-B-NSOrganisasi BS Pelaksana
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi No.
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
1
RUU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi
Regulasi pengawasan Obat dan Makanan untuk wilayah Provinsi NTB 1. Direktorat Standardisasi Obat belum lengkap. Payung hukum yang ada belum efektif untuk 2. Direktorat Standardisasi Obat pengawasan Obat dan Makanan Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan 3. Biro Hukum dan Humas 4. PPOM
2
Peraturan Perundang-undangan terkait Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Provinsi NTB
3
RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan RPP Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
4
Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren
Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan
5
Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP
Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh Balai Besar POM 1. PPOMN di Mataram terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, 2. Biro Hukum dan Humas dll).
6
Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif
Memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum 1. Direktorat Surveilan Penyuluhan optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat Keamanan Pangan dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan 2. Direktorat Penilaian Obat dengan bahan obat dan makanan khususnya di Balai Besar POM di Tradisional, Mataram. Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan 3. Direktorat Pengawasan Distribusi Obat 4. Biro Hukum dan Humas
7
Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutu dilaksanakan secara mandiri oleh Balai Besar POM di Mataram yang hanya berkedudukan di Ibu Kota Provinsi
Unit Terkait/ Institusi 1. DPR 2. Kemenkumham 3. Kementerian Kesehatan 4. Kemendag 5. Kemenperin 6. Kemendagri
1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan 3. Biro Hukum dan Humas 1. Direktorat Standardisasi Pangan 2. Biro Hukum dan Humas 1. Biro Hukum dan Humas 2. Direktorat Standardisasi Obat 3. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan 4. Direktorat Standardisasi Produk Pangan 5. Balai Besar POM di Mataram
1. Biro Hukum dan Humas 2. Direktorat Insert dan Pengawasan Kedeputian 1,2,3 3. Balai Besar POM di Samarinda
1. DPR 2. Kemenkumham 3. Kementerian Kesehatan 4. Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah NTB
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
No.
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
8
Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program)
Peningkatan mutu pengawasan khususnya Balai Besar POM di Samarinda
1. Direktorat Standardisasi Obat 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Suplemen Kesehatan 3. Biro Hukum dan Humas 4. PPOM
9
Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah
Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara oleh Balai Besar POM di Samarinda
1. Balai Besar POM di Samarinda
10
Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan
Dapat memperbaiki Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi
1. PIOM 2. Biro Hukum dan Humas 3. Biro Umum
Unit Terkait/ Institusi
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utar