PEMBERDAYAAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mudzanatun Dosen PGSD IKIP PGRI SEMARANG
[email protected]
Abstrak Membaca merupakan upaya seseorang untuk meningkatkan diri dan berinovasi. Latar belakang artikel ini yaitu berdasarkan hasil pengamatan pada semester satu PGSD sebagai calon guru (mahasiswa) terlihat bernilai rendah jiwa juangnya dalam kegiatan membaca intensif. Terbukti hasil UTS mereka tidak mampu menuliskan jawaban yang sempurna. Mereka hanya menuliskan apa yang mereka dengar dari penjelasan pengajar dan itupun tidak sempurna. Pembelajaran PAKEM sangatlah penting diketahui, dipahami, dan dipraktikan oleh calon guru SD, maka perlu adanya implementasi pembelajaran PAKEM. PAKEM merupakan pembelajaran inovatif dan sejalan dengan kurikulum 2013. Langkah-langkah pembelajaran PAKEM seirama dengan pendekatan scientific. Pendekatan pelaksanaan perkuliahan ini menggunakan penugasan membaca agar tercipta pembiasaan membaca pada kalangan mahasiswa. Pemberdayaan membaca ini berawal dari penugasan dan selanjutnya sampai tercipta budaya kebutuhan membaca. Pemberdayaan membaca berlangsung selama 4 bulan. Keberhasilan pemberdayaan membaca ditinjau dari analisis rekap tugas membaca dan perbandingan hasil UTS dan UAS mahasiswa. Kebutuhan membaca pada mahasiswa akan diimplementasikan pada siswa SD kelak mereka mengajar.
Kata Kunci: Pemberdayaan Membaca, Pembelajaran PAKEM
Berdasarkan pengamatan semester satu pada mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Satra Indonesia mahasiswa mengalami daya juang membaca rendah. Terbukti kemampuan pemahaman materi yang telah dan seharusnya dikuasai oleh mahasiswa belum terkuasai. Hal ini terjadi karena teknik membaca belum dibiasakan melekat pada setiap mahasiswa. Oleh karena itu hal ini perlu mendapat perhatian. kemampuan membaca perlu dikenalkan teknik membaca intensif yang benar. Kebenaran teknik membaca yang baik perlu dibiasakan. Sementara terlihat pada mahasiswa kegiatan membaca ini masih menjadi tugas berat dalam rangka ada tugas. Semua itu belum menjadi kebiasaan dan kebutuhan, maka perlu adanya pemberdayaan membaca. Pemberdayaan
membaca dengan dorongan
kebutuhan membaca. Penciptaan membaca berdasarkan dorongan membutuhkan ilmu baru perlu dibiasakan. Pembelajaran PAKEM sejalan dengan kurikulum 2013 perlu dikenalkan dan dipraktikan agar mahasiswa calon guru masa yang akan datang dapat mempraktikan mengajar yang menyenangkan. Pembelajaran inovasi dan model– model pembelajaran perlu dikenalkan kepada mahasiswa PGSD. PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAKEM di kelasnya. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maka perlu kita berdayakan kemampuan membaca mahasiswa PGSD melalui pembelajaran PAKEM pada matakuliah Konsep Dasar
Bahasa dan Sastra Indonesia. Permasalahan yang
muncul dari harapan ini yaitu bagaimana teknik pemberdayaan membaca agar menjadi pembiasaan.
PEMBAHASAN PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAKEM di kelasnya. Kajian teori mengenai pembelajaran PAKEM ini perlu disampaikan kepada calon guru. Target yang diharapkan materi ini dapat dipraktikan, oleh karena itu pada taraf pengenalan perlu diadakan penyajian langsung dan praktik pembelajaran PAKEM di dalam perkuliahan. Bila calon guru telah mengalami dan merasakan pembelajaran PAKEM, langkah selanjutnya yaitu mereka disajikan materi langkah-langkah penyelenggaraan pembelajaran PAKEM. Langkah – langkah yang harus dipelajari oleh calon guru disampaikan dengan kegiatan peningkatan kemampuan membaca. Nurhadi dalam Membaca Cepat dan Efektif telah menguraikan mengenai kemampuan membaca. Beliau menyampaikan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang setelah dapat berkomunikasi lisan. Komunikasi lisan di sini yang dimaksud adalah kemampuan berbicara. Secara logika seseorang dapat berbicara dengan baik maka kemampuan berpikirnya baik pula. Kemampuan mengorganisasi ide-ide yang diungkapkan lebih lanjut disampaikan kemampuan membaca dipengaruhi oleh pola berpikir seseorang. Maka dapat dikatakan kemampuan membaca adalah proses yang lebih rumit. Ditegaskan oleh Nurhadi bahwa kemampuan membaca dipengaruhi oleh kemampuan intelektual seseorang. Oleh karena itu upaya untuk menerapkan pembelajaran PAKEM pada pembelajaran perkuliahan mahasiswa perlu dibekali teori pembelajaran PAKEM. Upaya yang dilakukan pengampu yaitu dengan pemberian tugas pemberdayaan
kemampuan membaca. Upaya ini dilakukan dilatar- belakangi oleh hasil UTS mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia mendapatkan rata-rata nilai di bawah 10-50 terdiri atas lebih dari 105 mahasiswa dari jumlah 130 mahasiswa. Berdasarkan hasil itu pengampu berinisiatif mengadakan upaya pemberdayaan membaca. Harapan pengampu mahasiswa mampu menguasai materi kuliah secara maksimal. Pembiasaan membaca diciptakan untuk memberdayakan kemampuan membaca. Pembiasaan ini perlu diciptakan. Pembiasaan membaca dibentuk dengan “PR Membaca”. Mahasiswa diberi tugas untuk selalu membaca setiap hari dan mencatatnya pada buku PR Membaca. Bila Pembiasaan membaca telah terbentuk maka materi-materi PAKEM dan materi perkuliahan lainnya akan terkuasai oleh mahasiswa. Upaya peningkatan kemampuan membaca mahasiswa diawali dengan langkah membaca, serta menguasai teknik membaca cepat dan efektif (Nurhadi .2005). Setelah mahasiswa menguasai teknik membaca cepat dan efektif ini, mahasiswa dapat mempraktikan teknik membaca tersebut pada kegiatan membacanya. Berdasarkan Tarigan (2011:3) tujuan membaca mempunyai garis besar utama yaitu a) tujuan behavioral 2) tujuan ekspresif. Tujuan behavioral ini biasanya
diharapkan
pada kegiatan membaca memahami
makna
kata,
keterampilan studi, pemahaman. Sedangkan tujuan membaca ekspresif terkandung dalam kegiatan membaca pengarahan diri sendiri, membaca penafsiran, membaca interpretative, dan membaca kreatif. Teori ini akan membantu mahasiswa secara terarah untuk meningkatkan kemampuan membacanya. Langkah membaca bertujuan behavior yaitu sebagai berikut: mahasiswa melakukan pembiasaan membaca dengan mencatat kegiatan tersebut pada buku PR membaca, serta meringkas bacaan yang dibacanya. Hasil bacaan diperiksa oleh pengampu mata kuliah seminggu sekali. Pengampu memeriksa hasil kinerja mahasiswa setiap minggu. Hal itu berlangsung selama setengah semester. Hasil pembiasaan membaca diuji pada akhir semester. Hasil UTS dibandingkan hasil UAS akan tampak kinerja mahasiswa berdasarkan penciptaan pembiasaan membaca. Implementasi pembelajaran PAKEM pada perkuliahan sebagai wujud nyata penerapan pemahaman materi mengenai PAKEM. Mahasiswa akan
merasakan seperti apa pembelajaran PAKEM tersebut. Adapun langkah pelaksanaan praktik pembelajaran PAKEM diawali oleh mahasiswa membaca materi langkah implementasi pembelajaran PAKEM. kemudian membuat peta konsep pada ringkasan hasil membaca. Pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok. Selanjutnya pengampu mencermati hasil ringkasan dan menilai apakah ringkasan mahasiswa telah memenuhi syarat meringkas atau tidak ringkasan dan intisari serta sinopsis. Berdasarkan penjelasan perbedaan pengertian ketiga tersebut pengampu dapat menilai ringkasan yang baik dan kurang baik. Kegiatan pembelajaran PAKEM dilakukan oleh mahasiswa pada setiap perkuliahan selama satu semester. Harapan pelaksaan pembelajaran PAKEM tersebut agar mahasiswa sebagai calon guru dapat memahami komponen PAKEM. Langkah pembelajaran PAKEM serta tugas guru dalam pembelajaran PAKEM.
Adapun
komponen
PAKEM
adalah
sebagai
berikut
Sekurang-kurangnya ada empat komponen PAKEM, yaitu: 1.) Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkretnya adalah peserta didik melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta didik belajar banyak melalui berbuat. 2.) Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu sendiri maupun dengan guru baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain (misalnya, bermain peran) harus selalu ada dan terjaga karena dengan interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik. 3.) Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. 4.) Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran itu bermakna.
Pembelajaran
yang
bermakna
adalah
pembelajaran
yang
memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi di sini maksudnya adalah menyenangkan.’memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya. Dengan refleksi kita bisa menilai. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakanPAKEM? Adapun pelaksanaan
pembelajaran
PAKEM
dengan
ketentuan
esbagai
berikut:1.)Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal–terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar
bagi
berkembangnya
sikap/berpikir
kritis
dan
kreatif.
Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang
dimaksud.
2.)Mengenal anak secara perorangan .Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda .Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehinggabelajaranaktersebutmenjadioptimal.3.)Memanfaatkanperilakuanakdalamp engorganisasianbelajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4.)Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis
berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa,kapan”,yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). 5.)Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6).Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalambelajar.Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.7.) Memberikan umpan
balik
yang
baik
untuk
meningkatkan
kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekadar angka.8.)Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM. Adapun kunci yang menjadikan pembelajaran menyenangkan karena pembelajaranmenggunakan. Agar pembelajaran dapat menyenangkan dan efektif perlu
melibatkanpembelajaranmulti-indera1)
Dengan
membaca
dan
memvisualisasikan bahan ajar. berati Anda telah melihatnyaVisual 2) Dengan memberi
fakta
kunci
menjawabnya…berarti
Anda
keras-keras, telah
mengajukan
pertanyaan,
mendengarnya----Auditorial 3)
dan
Dengan
menuliskan pokok masalah pada kartu dan menyusunnya dalam urutan logis, berarti Anda telah melakukannya. Dalam PAKEM sebaiknya kita menggunakan SAVI, yaitu Somatis: belajar sambil bergerak dan berbuat, Auditori: belajar dengan berbicara dan mendengarkan, Visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan, Intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita harapkan.
Adapun implementasi perkuliahan yang diambil sampel yaitu kelas 1 E. Adapun langkah –langkah implementasi perkuliahan PAKEM sbb: mahasiswa membentuk 7 kelompok. masing-masing anggota kelompok membaca materi morfologi. Setelah jangka waktu tersedia
langkah berikutnya mahasiswa
berdiskusi membuat peta konsep ringkasan materi pada kertas folio. setelah mendapat kesepakatan perserta diskusi setiap kelompok membuat peta konsep pada kertas plano. Tahap berikutnya juru bicara menjelaskan hasil ringkasan kepada teman satu kelompok. Setelah mendapat perhatian penuh dari anggota kelompok, anggota kelompok mendatangi kelompok lain untuk meminta penjelasan tentang subpokok bahasan MORFOLOGI. anggota kelompok berbagi tugas, ada yang berkunjung ke tempat kelompok lain dan ada yang bertugas sebagai penjaga stand.
Peserta penjaga stand menjelaskan mengenai materi
subpokok bahasan kelompoknya kepada pengunjung. Pokok bahasa morfologi terbagi menjadi 8 subpokok bahasan, kelompok 1) membahas proses morfologi, kelompok 2) membahas afiksasi, kelompok 3) membahas makna prefek, kelompok 4) membahas makna sufiks, kelompok 5) membahas makna konfiks, kelompok 6) membahas kata ulang , dan kelompok 7) membahas kata majemuk. Berikut deskripsi kegiatan implementasi pembelajaran PAKEM pada mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Dan Sastra Indonesia: 1. Mahasiswa membaca materi sesuai subpokok bahasan masing-masing. 2. Mahasiswa berdiskusi membuat rancangan peta konsep sesuai materi yang dibahasnya. 3. Mahasiswa membuat ringkasan materi pada kerta plano karya kelompok telah selesai dan dipresentasikan pada teman satu kelompok. 4. Juru bicara sedang menjelaskan kepada tamu anggota kelompok lain. 5. Tahap akhir perkuliahan yaitu konfirmasi dan refleksi. Pada tahap ini pengampu menyampaikan hasil pengamatan performa mahasiswa dan hasil karya mereka. 6. Mahasiswa tampak semangat sampai bahkan mereka tidak merasa lelah mengikuti perkuliahan dengan durasi 3 sks dengan waktu 150 menit. Hasil refleksi mahasiswa merasa nyaman dan plong mengenai materi Morfologi.
Pembelajaran PAKEM dapat terlaksana pada perkuliahan. Mahasiswa dapat merasakan langsung pembelajaran PAKEM. SIMPULAN Pembelajaran PAKEM dapat diterapkan pada perkuliahan. Pemberdayaan kemampuan membaca dapat mendukung terciptanya pembiasaan membaca sampai menjadi kebutuhan membaca. Pengalaman langsung menjadi guru terbaik bagi mahasiswa PGSD pada pembelajaran PAKEM. PR membaca dapat menciptakan kesadaran membaca berawal dari pemenuhan tugas kemudian menjadi kebutuhan membaca pada setiap mahasiswa PGSD. PR membaca bisa dipraktikan pada pembelajaran SD. Kemampuan membaca intensif bisa dibudayakan sejak dini agar siswa memiliki budaya kebutuhan membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Guntur, Henry. 2011. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. Nurhadi.2005. Membaca Cepat dan Efektif.Bandung:Sinar baru Algensindo.