ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TB PARU DI RSUD MERAUKE Maria Grizella Aldehaids Malelak*, Afnal Asrifuddin*, Grace. D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru (pulmonary TBC) sehingga dikenal sebagai TBC paru. Akan tetapi basil ini dapat menyerang bagian lain selain paru – paru atau disebut TBC ekstraparu. Tuberkolosis merupakan masalah kesehatan global utama yang menyebabkan kesakitan pada jutaan penduduk tiap tahunnya dan dikenal sebagai salah satu penyakit menular penyebab kematian yang menempati urutan kedua di dunia setelah HIV. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan case control bulan Maret – Juli 2017. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 50 kasus dan 50 kontrol. Nilai OR merokok yang didapat yaitu OR= 10,21 dimana nilai OR > 1 yang berarti bahwa merokok merupakan faktor risiko dari kejadian TB Paru. Dimana responden yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko 10,12 kali terkena TB Paru dibandingkan responden yang tidak merokok. Nilai CI = 3,647- 28,119 dimana nilai CI tidak mencakup nilai 1 maka secara statistik nilai CI bermakna. Nilai kepadatan hunian yang didapat yaitu OR = 4,69 dimana nilai OR > 1 yang berarti bahwa kepadatan hunian merupakan faktor risiko kejadian TB Paru. Dimana responden yang memiliki kepadatan hunian yang padat mempunyai risiko 4,69 kali terkena TB Paru dibandingkan dengan responden yang kepadatan huniannya tidak padat. Nilai CI = 1,931 – 11,418 dimana nilai CI tidak mencakup nilai 1 maka secara statistik nilai CI bermakna. Nilai ventilasi yang didapat yaitu OR = 1,385 dimana OR > 1 ini berarti ventilasi merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB Paru. Dimana responden yang memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 1,385 kali terkena TB Paru dibandingkan dengan responden yang ventilasinya memenuhi syarat.Nilai CI = 0,627 – 3,058 maka nilai CI mencakup nilai 1 secara statistik nilai CI tidak bermakna. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko dari kejadian TB Paru. Kepadatan hunian merupakan faktor risiko kejadian TB Paru. Dan ventilasi merupakan faktor protektif terhadap kejadian TB Paru. Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru ABSTRAK Tuberculosis is an infectious can cause by bacteria mycobacterium tuberculosis. These bacteria usually attack the lung’s (pulmonary TBC) so usually knowas the lung’s TBC. However basil can attack the another lung’s , or we can sayekstraparu TBC. Tubercolosis is the problem of the global healthy, are deemed to cause pain on millions of people every year and is now as one of the infectious disease cause of death was second in the world after HIV. This research is a research survey analitic withthe case control in March – July months. The number of the samples used that is 50 case and 50 control. The OR to smoke in a boy that is OR = 10,21 bwhere the value of OR > 1 it is mean that smoking is a contributing factor to the risk of pulmonary tubercolosis where’s respondets who have a habit of smoking are at risk of 10,21, times of pulmonary tubercolosis compareol with respondents who do not smoke. The number CI = 3,647 – 28,119 where is the value of CI not include the value of 1 and then the statistics of the CI. The number ventilasi that have is OR = 1,385 Where the factor risk to TB lung’s where’s respondents who have the vent is not qualified have a risk 1,385 time of pulmonary tubercolosis in comparing whith of respondent’s qualified . The number CI = 0,627- 3,058 than the CI is meaningless. Smoking is a risk factor of pulmonary tubercolosis that density of the risk pulmonary TB, and vent the protective of the incidence of pulmonary tubercolosis. Where the number CI not include to the value one that’s mean the number CI have meaning. The number ventilasi that have is OR = 1,385 wher the OR > 1 that’s mean ventilasi it’s the factor risk to TB lung’s. Where’s respondent who have the vent is not qualified have a risk 1,385 time of pilmonary tubercolosis in comparing with of respondent qualified. The density of in a box that is OR = 4,69, where the value of OR > 1 who means that the density of the risk factors of pulmonary tubercolosis. Where’s respondent who has a dencity of occupancy a soud has the risk of 4,69 times of pulmonary tubercolosis is comparring with respondent the density of it aren’t solid. The number CI = 1,931 – 11,418 the vent is not qualified have a risk 1,385 time of pulmonary tubercolosis in comparing with of respondent’s qualified. The number CI = 0,627 – 3,058 then the CI include the value of 1 in the statistics of the CI is meaningless. Smoking is a risk factor of pulmonary tubercolosis. The density of the risk of pulmonary tubercolosis and ventilation is a risk factor of pulmonary tubercolosis.
Kata Kunci: Smoking, the density, Ventilation Tubercolosis Lung
1
kasus
PENDAHULUAN Tuberkulosis
merupakan
BTA
positif
dan
85%
satu
kesembuhan. Saat ini Indonesia telah turun
akibat dari bakteri
dari urutan ketiga menjadi urutan kelima
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
negara dengan beban TB tertinggi di dunia.
cenderung menyerang paru (pulmonary
Indonesia sekarang berada pada ranking
TBC), kita mengenalnya dengan sebutan
kelima negara dengan beban TB tertinggi
TBC paru. Meski begitu bakteri ini juga
di dunia. Estimasi prevalensi TB semua
dapat menyerang bagian lain selain paru-
kasus adalah sebesar 660,000, dan estimasi
paru atau sering disebut TBC ekstraparu
insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per
(extrapulmonary
tahun.
penyakit infeksi
TBC).
salah
baru
Tuberkolosis
Jumlah
kematian
akibat
TB
merupakan masalah kesehatan di dunia
diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya
yang dapat menyebabkan kesakitan pada
(Kemenkes RI, 2011).
jutaan penduduk setiap tahunnya. TBC
Menurut data profil Dinas Kesehatan
masuk di dalam urutan kedua di dunia
Kota
setelah HIV sebagai penyakit menular yang
Merauke merupakan salah satu RSUD
dapat menyebabkan kematian.
yang
WHO
mencatat
pada
tahun
2014
Merauke
Tahun
memiliki
2015,
penanganan
RSUD
penyakit
Tuberkulosis Paru terbesar dengan jumlah
terdapat 9,6 juta kasus TBC baru dan 1,5
kasus
baru
405
juta kematian akibat TBC. Hal ini sama
penduduk 246.852 penduduk, dan pada
artinya dengan terdapat 174 kasus TB per
tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu
100.000 populasi. Terjadi peningkatan
sebesar
angka estimasi prevalensi kasus TBC jika
Tuberkulosis
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
pertama dari 3 Rumah Sakit di Kota
yang memiliki angka estimasi sebasar 126
Merauke (Dinkes Merauke 2015).
587
kasus
kasus. ini
dari
Angka
berada
pada
jumlah
kejadian urutan
kasus TBC per 100.000 penduduk. Lebih
Berdasarkan data Rumah Sakit Umum
dari setengah (58%) kasus tuberkulosis
Merauke di tahun 2015, terdapat 405 kasus
secara global berada di Benua Asia
Tuberkulosis Paru
utamanya Asia Tenggara dan Pasifik Barat
2015 sampai dengan bulan Desember
(WHO, 2014).
2015. Pada bulan Januari 2016 sampai
pada bulan Januari
Indonesia merupakan negara pertama di
dengan bulan Desember 2016 terdapat 587
negara-negara dengan beban TB yang
kasus Tuberkulosis Paru, dimana pada
tinggi di wilayah Asia Tenggara yang
triwulan I terdapat 202 kasus, triwulan II
berhasil
Millenium
terdapat 122 kasus, triwulan III 150 kasus,
Development Goals (MDGs) untuk TB
dan triwulan IV terdapat 113 kasus (RSUD
pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan
Merauke, 2015).
mencapai
target
2
METODE PENELITIAN
merupakan
Penelitian ini merupakan penelitian survei
digunakan
analitik dengan rancangan case control,
mendapatkan gambaran tentang frekuensi
yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang
variable penelitian. Variabel penelitian ini
menyangkut
bagaimana
faktor
meliputi
dipelajari
dengan
menggunakan
risiko
analisis untuk
deskriptif
satu
merokok
yang
variable
kepadatan
guna
hunian,
ventilasi. Analisis bivariat yaitu digunakan
pendekatan retrospective, dimana efek
untuk
menjelaskan
didentifikasi saat ini, kemudian faktor
variabel bebas terhadap variabel terikat.
risiko diidentifikasi ada pada waktu yang
Analisis
lalu (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
dengan menggunakan perhitungan Odds
dilaksanakan di RSUD Merauke pada
Rasio (OR) yaitu penilaian yang digunakan
bulan Maret – Juli 2017. Populasi dalam
untuk melihat seberapa sering terdapat
penelitian ini yaitu seluruh pasien TB paru
pada paparan kasus dibandingkan dengan
yang berkunjung ke RSUD Merauke.
kelompok
Sampel dalam penelitian ini menggunakan
besarnya peran faktor resiko yang diteliti
total sampel (total sampling) dan kemudian
dengan kejadian penyakit.
bivariat
besar
pada
kontrol.
risiko
penelitian
OR
dari
ini
menunjukan
dibagi menjadi 2 bagian: 1. Sampel Kasus
HASIL PENELITIAN
Pasien TB Paru BTA (+) yang berkunjung
Dari
ke RSUD Merauke sebanyak
responden kelompok kasus berdasarkan
50 orang
dengan matching umur.
hasil
penelitian
yang
didapat,
umur dengan kelompok umur terbanyak
2. Sampel Kontrol
15-30 tahun, yaitu 31 orang (62%) dan 19
Pasien yang tidak menderita TB Paru dan
orang (38% ) pada kelompok usia 31-65
tidak ada riwayat pernah didiagnosis
tahun, Sedangkan distribusi kelompok
tertular kuman tuberkolosis, berkunjung ke
kontrol berdasarkan umur dimana terdapat
RSUD Merauke sebanyak
17 orang (34%) pada kelompok umur 15-
50 orang
dengan matching umur. Pada
penelitian
perhitungan
Odds
30 tahun dan ini
Rasio
menggunakan (OR)
33 orang (66%) pada
kelompok umur 31-65 tahun.
yaitu
Responden kelompok kasus berjenis
penilaian yang digunakan untuk melihat
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 30 orang
seberapa sering terdapat paparan kasus
(60%) dan paling responden berjenis
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
kelamin perempuan yaitu sebanyak 20
Pengambilan sampel berdasarkan kriteria
orang (40%), sedangkan pada kelompok
inklusi dan eklusi. Analisis data pada
kontrol menunjukkan bahwa paling banyak
penelitian ini yaitu analisis univariat yang
responden berjenis kelamin perempuan
3
yaitu sebanyak 28 orang (56% ) dan paling
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
sedikit responden berjenis kelamin laki-
responden kelompok kasus yang merokok
laki yaitu sebanyak 22 orang (44%).
yaitu sebanyak 43 responden (86%) dan
Responden
kelompok
kasus
paling
sedikit
responden
yang
tidak
memiliki status pendidikan SMA yaitu
merokok yaitu sebanyak 12 responden
sebanyak 18 responden (36% ) dan paling
(6%), sedangkan responden kelompok
sedikit
status
kontrol yang tidak merokok yaitu sebanyak
yaitu
29 responden (58%) dan paling sedikit
sebanyak 8 responden (16%), sedangkan
responden yang merokok yaitu sebanyak
responden kelompok kontrol memiliki
21 responden (42%).
status pendidikan SMA yaitu sebanyak 30
Berdasarkan
responden
pendidikan
memiliki
Perguruan
responden (60%)
Tinggi
dan paling sedikit
hasil karakteristik
subjek penelitian dilihat dari kepadatan
responden memiliki status pendidikan SD
hunian, hasilnya dapat dilihat dari tabel 2.
yaitu sebanyak 4 responden (8% ). Responden kelompok kasus
yang
Tabel 2. Hasil distribusi berdasarkan
memiliki status pekerjaan Tidak Bekerja
kepadatan hunian
yaitu sebanyak 18 responden (36% ) dan
Kepadatan
Kasus
paling sedikit responden yang bekerja
Hunian
n
%
n
%
Padat
27
54
10
20
Tidak
23
46
40
80
Jumlah
50
100
50
100
tabel
2,
sebagai Buruh yaitu sebanyak 3 responden (6%), sedangkan responden kelompok
Kontrol
kontrol yang memiliki status pekerjaan PNS/TNI/POLRI
yaitu sebanyak 20
responden
dan
(40%)
menunjukan
sedikit
kepadatan hunian pada kelompok kasus
responden yang bekerja sebagai Swasta
yang padat yaitu sebanyak 27 responden
dan Buruh yaitu sebanyak 1 responden
(54%) dan paling sedikit kepadatan hunian
(2%).
yg Berdasarkan
paling
Berdasarkan
hasil
karakteristik
tidak
responden
padat (56%),
yaitu
sebanyak
sedangkan
23 pada
subjek penelitian dilihat dari kebiasaan
kelompok kontrol kepadatan hunian yang
merokok, hasilnya dapat dilihat dari tabel
tidak padat paling yaitu sebanyak 40
1.
responden (80%)
Tabel 1. Hasil distribusi berdasarkan
kepadatan hunian yang padat
kebiasaan merokok
sebanyak 13 responden (26%).
Merokok Ya Tidak Jumlah
Kasus n 43 6 50
% 86 12 100
Kontrol n 21 29 50
dan paling sedikit yaitu
Berdasarkan hasil karakteristik subjek
% 42 58 100
penelitian dilihat dari ventilasi, hasilnya dapat dilihat dari tabel 3.
4
Tabel 3. Hasil distribusi berdasarkan
sebanyak 21 responden dan yang tidak
ventilasi
merokok sebanyak 29 reponden. Nilai OR Kasus
= 10,21 dimana nilai OR > 1 yang berarti
Kontrol
Ventilasi n
%
n
%
Tidak
24
48
20
40
Memenuhi
26
52
30
60
Jumlah
50
100
50
100
bahwa merokok merupakan faktor risiko dari kejadian TB Paru. Dimana responden yang
mempunyai
kebiasaan
merokok
berisiko 10,12 kali terkena TB Paru dibandingkan responden
Dari tabel 3 di atas, menunjukan
yang tidak
bahwa pada responden kelompok kasus
merokok. Nilai CI = 3,647- 28,119 dimana
ventilasi yang tidak memenuhi syarat yaitu
nilai CI tidak
sebanyak 24 responden (48% ) dan paling
secara statistik nilai CI bermakna. Berdasarkan
sedikit memenuhi syarat yaitu sebanyak
Kasus
Kontrol
n
%
n
%
27
54
10
20
Tidak
23
46
40
80
Jumlah
50
100
50
100
Padat
hasil penelitian tentang
faktor resiko kepadatan hunian dengan
TB Paru Kepadatan Hunian
mencakup nilai 1 maka
OR
95% CI
kejadian tuberkolosis paru, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.
4,69
1,93111,418
Tabel 5. Faktor resiko kepadatan hunian dengan kejadian tuberkolosis paru
26 responden (52%), sedangkan pada responden kelompok kontrol menunjukan
Berdasarkan
bahwa paling banyak memenuhi syarat
menunjukan bahwa pada kelompok kasus
yaitu sebanyak 30 responden (60%) dan
responden yang mempunyai kepadatan
paling sedikit tidak memenuhi syarat yaitu
hunian yang padat sebesar 27 responden
sebanyak 20 responden (40%).
(54%) dan responden yang kepadatan
Berdasarkan
tabel
5,
hasil
di
atas
hunian yang tidak padat sebesar 23
hasil penelitian tentang
faktor resiko kebiasaan merokok dengan
TB Paru Merokok
kejadian tuberkolosis paru, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Ya
Tabel 4. Faktor resiko kebiasaan merokok
Tidak Jumlah
dengan kejadian tuberkolosis paru
Kasus
Kontrol
n
%
N
%
43 6 50
86 12 100
21 29 50
42 58 100
responden
(46%)
kelompok
kontrol
OR
95%CI
10,21
3,64728,119
,sedangkan responden
pada yang
Berdasarkan tabel 4, hasilnya menunjukan
mempunyai kepadatan hunian yang padat
bahwa pada kelompok kasus yang merokok
sebanyak
ada sebanyak 43 responden dan yang tidak
responden yang kepadatan hunian yang
merokok sebanyak 6 responden, sedangkan
tidak padat sebanyak 40 responden (80%).
pada kelompok kontrol yang merokok
Nilai OR = 4,69 dimana nilai OR > 1 yang
5
10
responden
(20%)
dan
berarti
bahwa
kepadatan
hunian
dengan
responden
yang
ventilasinya
merupakan faktor risiko kejadian TB Paru.
memenuhi syarat..Nilai CI = 0,627 – 3,058
Dimana
maka nilai CI mencakup nilai 1 secara
responden
yang
memiliki
kepadatan hunian yang padat mempunyai risiko
4,69
kali
dibandingkan
terkena
dengan
TB
Paru
responden
yang
kepadatan huniannya tidak padat. Nilai CI
statistik nilai CI tidak bermakna.
PEMBAHASAN A. Faktor
Risiko
Merokok
Dengan
= 1,931 – 11,418 dimana nilai CI tidak
Kejadian Tuberkolosis Paru
mencakup nilai 1 maka secara statistik nilai
Hasil
CI bermakna.
terhadap kejadian TB Paru di peroleh OR
Berdasarkan
analisis
besar
risiko
merokok
hasil penelitian tentang
sebesar 10,12 artinya responden yang
faktor resiko ventilasi dengan kejadian
merokok mempunyai risiko terkena TB
tuberkolosis paru, hasilnya dapat dilihat
Paru 10,12 kali lebih besar di bandingkan
pada tabel 6.
responden yang tidak merokok. Karena
Tabel 6. Faktor resiko ventilasi dengan
rentang nilai pada tingkat kepercayaan (CI)
kejadian tuberkolosis paru
= 95% dengan lower limit (batas bawah) = TB Paru
Berdasarkan
tabel
menunjukan
bahwa
kelompok
hasi pada
di
atas
responden
yang
tidak
memenuhi
syarat
24
responden
Ventilasi
(48%)
dan
kelompok
%
20
40
Memenuhi
26
52
30
60
Jumlah
50
100
50
100
0,6273,058
penelitian yang dilakukan oleh Wuaten 2010 dalam tubuh seseorang perokok yang memiliki frekuensi merokok setiap hari
memenuhi syarat sebanyak 30 responden
toksin dari kandungan asap rokok lebih
(60%). Nilai OR = 1,385 dimana OR > 1
cepat menumpuk dibandingkan dengan
ini berarti ventilasi merupakan faktor risiko Paru.
1,385
Hasil penelitian ini sejalan dengan
(40%) dan responden yang ventilasinya
TB
n
48
RSUD Merauke.
kontrol
memenuhi syarat sebanyak 20 responden
kejadian
%
24
95% CI
faktor risiko kejadian TB Paru di wilayah
responden yang ventilasi tidak memenuhi
terhadap
n
OR
dengan demikian merokok merupakan
syarat sebanyak 26 responden (52%), pada
Kontrol
3,64 dan upper limit (batas atas) = 28,11
responden yang ventilasinya memenuhi
sedangkan
Kasus
Tidak
kelompok
kasus
ventilasinya sebanyak
6,
perokok yang kadang-kadang. Kebiasaan
Dimana
merokok juga meningkatkan risiko untuk
responden yang memiliki ventilasi yang
terkena Tb paru sebanyak 2,2 kali. Dalam
tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
penelitian ini risk estimate atau OR dapat
1,385 kali terkena TB Paru dibandingkan
dilihat 6
seseorang
dengan
kebiasaan
merokok berpeluang 12 kali terkena TB
Kepadatan
hunian
akan
memudahkan
Paru dari pada seseorang yang tidak
terjadinya penularan penyakit TB Paru di
merokok, kandungan racun yang terdapat
dalam rumah tangga. Bila dalam satu
pada asap rokok yang di hisap setiap hari
rumah tangga terdapat satu orang penderita
akan tertimbun dan tubuh sama sekali
TB Paru aktif dan tidak diobati secara
dalam jumlah sekecil apapun.
benar maka akan menginfeksi anggota keluarga terutama kelompok yang rentan
B. Faktor
Risiko
Kepadatan
seperti bayi dan balita, semakin padat
Hunian
Dengan Kejadian Tuberkolosis Paru
hunian suatu rumah tangga maka semakin
Berdasarkan hasil yang ditemukan di
besar risiko penularan.
lapangan ada responden yang memiliki kepadatan hunian yang tidak padat tetapi
C. Faktor
Risiko
Ventilasi
Dengan
terkena TB Paru ini disebabkan karena
Kejadian Paru
sanitasi yang buruk sehingga terkena TB
Berdasarkan hasil yang ditemukan di
Paru. Hasil besar risiko kepadatan hunian
lapangan ada responden yang ventilasinya
terhadap kejadian TB Paru diperoleh nilai
memenuhi syarat tetapi terkena TB Paru ini
OR sebesar 4,69 artinya responden yang
sebabkan
karena
memiliki
langsung
dengan
kepadatan
hunian
tidak
responden penderita
kontak
TB
Paru
memenuhi syarat atau padat mempunyai
misalnya responden tidur dengan penderita
risiko terkena TB Paru 4,69 kali lebih besar
TB Paru. Nilai OR ventilasi
dibandingkan
yang
didapatkan 1,385 ini berarti ventilasi
kepadatan huniannya memenuhi syarat
merupakan faktor risiko terhadap kejadian
atau tidak padat. Karena rentang nilai pada
TB Paru dan nilai CI = 0,627 – 3,058
kepercayaan (CI) = 95% dengan lower
secara statistik bermakna. Penelitian ini
limit (batas bawah) = 1,93 dan upper limit
juga
(batas atas) = 11,41 sehingga dapat
dilakukan oleh Bachtiar, Ibrahim, dkk
disimpulakan bahwa besar risiko tersebut
(2012) di Kota Bima Propinsi NTB bahwa
bermakna. Dengan demikian kepadatan
hubungan
hunian merupakan faktor risiko kejadian
kejadian tuberkulosis paru secara statistik
TB Paru di wilayah kerja RSUD Merauke.
tidak bermakna (p = 0,4).
Hasil
dengan
responden
penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putra 2011 kondisi kepadatan hunian rumah yang tidak memenu syarat berisiko 5,95 kali tertular dari
pada
yang
memenuhi
syarat.
7
sesuai
dengan
variabel
penelitian
ventilasi
yang
yang
dengan
KESIMPULAN
dan dapat menjadi landasan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
untuk melakukan penelitian lanjutan.
kesimpulan sebagai berikut: 1. Merokok merupakan faktor risiko kejadian
DAFTAR PUSTAKA
TB Paru di wilayah RSUD Merauke.
Bachtiar, Ibrahim, dkk. 2010 Hubungan
2. Kepdatan Hunian merupakan faktor risiko
perilaku dan kondisi lingkungan fisik
kejadian TB Paru di RSUD Merauke
rumah dengan kejadian TB Paru di
3. Ventilasi merupakan faktor risiko kejadian
Kota Bima Provinsi NTB. Kesehatan
TB Paru di RSUD Merauke.
Lingkungan FKM Unhas Dinas Kesehatan Kota Merauke 2015.
SARAN
Profil Kesehatan Kota Merauke
1. Bagi RSUD Merauke Disarankan
kepada
Tahun seluruh
petugas
2015.
Merauke:
Dinkes
Merauke
kesehatan yang ada di RSUD Merauke
Kementerian
khususnya dibagian promosi kesehatan dan
Kesehatan
Pedoman
poli TB Paru agar dapat melaksanakan
Nasional
RI,
2011.
Pengendalian
Tuberku losis. Jakarta: Kemenkes RI.
tindakan promosi serta melihat kembali
Putra, R, N. Hubungan Perilaku Dan
riwayat kontak pasien sebagai tindakan
Kondisi Sanitasi Rumah Dengan
pencegahan bagi masyarakat diseluruh
Kejadian Tb Paru Di Kota Solok
wilayah kerja RSUD Merauke.
Tahun
2. Bagi Masyarakat
Kedokteran
Untuk masyarakat agar dapat mengurangi kebiasaan
merokok
untuk
menjaga
Rumah
pemerintah
dan
Andalas,
Sakit
Umum
Daerah
2015.
World Health Organization (WHO). 2014. Global Tuberculosis Report 2014.
untuk meningkatkan pendidikan yang akan pengetahuan
Universitas
Paru di Merauke
yaitu
menyelesaikan wajib belajar 12 tahun
menambah
Fakultas
Merauke. Data Jumlah Penyakit TB
tuberkulosis paru. Juga agar masyarakat program
Skripsi.
Padang.
kesehatan paru-paru dan agar terhindar dari
mengikuti
2011.
Switzerland.
untuk
World Health Organization (WHO). 2015.
memperbaiki status sosial.
Global Tuberculosis Report 2015.
3. Bagi Institusi
Switzerland.
Menjadi penelitian pembanding apabila
Wuaten. G. 2010 Hubungan kebiasaan
ingin melakukan penelitian yang sama
merokok dengan penyakit TB Paru
dengan variabel atau lokasi yang berbeda .
8
9