Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA RIDWAN KUSTIAWAN, DEDI MULYONO Abstrak Penelitian ini membahas tentang hubungan karakteristik penderita TB paru dengan keberhasilan pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masih banyaknya jumlah penderita TB paru dan pasien yang mengalami kegagalan dalam pengobatan TB Paru, sehingga di Indononesia termasuk penyebab kematian nomor ketiga.Penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan menggambarkan hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang, dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara umur, pendidikan dan pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal responden terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru.Namun ada hubungan dari pengetahun, sikap dan praktek keseharian terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru.Dengan melihat hasil tersebut, sangat diharapkan peningkatan peran perawat terhadap pasien, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyebaran TB Paru. Kata Kunci
: TB paru
ekonomi lemah, berpendidikan rendah dan
Pendahuluan Survei kesehatan rumah tangga
kelompok usia kerja produktif.
(SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa
Penanggulangan
paru
Indonesia
merupakan penyebab kematian ketiga
penjajahan Belanda namun terbatas pada
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler
kelompok tertentu.Penanggulangan TB
dan
paru dilakukan secara nasional sejak tahun
diperkirakan, penduduk
infeksi. bahwa
Secara setiap
100.000
melalui
puskesmas
dengan
penyediaan obat secara gratis. Mulai tahun
penderita baru TB (Tubercolosis) paru
1995, program penanggulangan TB paru
BTA positif.Insiden dan prevalensi TB
nasional
paru yang tinggi di negara berkembang
(directly observed treatment shorcourse
selain dipengaruhi oleh factor sumber
chemotheraphy) yang direkomendasikan
penularan penyakit, daya tahan tubuh,
oleh WHO (Word Health Organization),
imunisasi, dan virulensi, dipengaruhi pula
namun
oleh factor
penanggulangan
keadaan social kemiskinan,
kepadatan
penduduk,
(Medika,
1985).
departemen penyakit menyerang
terdapat
1969
sejak
130
misalnya
Indonesia
kasar
berlangsung
di
di Indonesia penyakit TB paru ini
penyakit
sudah
TB
paru
sampai
saat TB
DOTS
ini
program
paru
dengan
menggunakan
sebagainya
mencapai sekitar 10% dan error rate
laporan
pemeriksaan laboratorium belum dihitung
tahun
2001,
dengan baik meskipun cure rate lebih
sebagian
besar
besar dari 85% (Depkes, 2001 : 1).
dan
Menurut
kelompok
strategi
strategi
perumahan,
kesehatan TB
ekonomi
mengadopsi
DOTS
baru
masyarakat
114
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
program
di
pekerjaan dan status ekonomi mempunyai
Singaparna
hubungan yang jelas dengan kematian
Kabupaten Tasikmalaya, jumlah penduduk
akibat tuberculosis (Tjiproherijanto, 1994
tahun 2008 sebanyak 59.456 jiwa, kasus
: 267).
TB paru BTA positif sebanyak 66
Bahan dan Metode Penelitian
Puskesmas
P2TB
Kecamatan
paru
kenyataan yang diterima bahwa jenjang
penderita dan pemeriksaan suspek yang
Metode ini termasuk penelitian
ditemukan adalah 635 jiwa. Selain itu
survey dengan desain penelitian yang
jumlah penderita yang kambuh (kategori
digunakan
II)
Hubungan antara variabel bebas dengan
sebanyak
2
orang
dan
angka
kesembuhan tahun 2007 sebesar 57 orang. Penyakit tuberculosis menyerang
variabel
adalah
terikat
croos-sectional.
dengan
melakukan
pengukuran sesaat(Sudigdo, 1995).
sebagian besar usia produktif, kelompok
Populasi
ekonomi lemah dan berpendidikan rendah
Populasi
(Depkes, 2001 : 2). Diperkirakan bahwa
penderita TB paru dari Bulan Februari
lingkungan berperan dalam epidemiologi
2009 sampai April 2009 di Puskesmas
dari penyakit tuberculosis telah sebelum
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, total
pengetahuan
populasinya adalah 66 orang.
mengenai
penyakit
pada
penelitian
ini
adalah
tuberculosis itu sendiri. Merupakan suatu Hasil Penelitian
Total
Table 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Tingkat Pendidikan N % Pendidikan Dasar (Tidak sekolah, Tidak tamat SD, 28 84,85 Tamat SD, Tidak tamat SLTP, tamat SLTP Pendidikan Menengah ( Tidak 5 15,15 tamat SMU, Tamat SMU) Total 33 100 Table 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Singaparna tahun 2008 % Pekerjaan N Tidak bekerja Buruh Petani Dagang
13 16 2 2
39,39 48,49 6,06 6,06
33
100
Table 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Pengetahuan N % Kurang 10 30,30 Sedang 21 63,64 Baik 2 6,06 Total 33 100 Table 4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Sikap N % Tidak baik 5 15,50 Baik 28 84,85 Total 33 100 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasar Praktek minum obat di Puskesmas Singaparna Praktek N % Tidak Baik 6 18,18 Baik 27 81,82 Total 33 100 115
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasar Lingkungan rumah di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Lingkungan N % Kurang 7 21,21 Sedang 21 63,64 Baik 5 15,15 Total 33 100
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasar Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas SIngaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB N % Paru Positif 7 2,2 Negatif 26 78,79 Total 33 100
Analisis Bivariat Tabel 7 Hubungan Umur dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas SIngaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Umur Positif % Negative % N % Dewasa 3 12,5 21 87,5 24 100 Orang tua 4 44,44 5 55,56 9 100 Total 7 21,21 26 78,79 33 100 Tabel 8 Hubungan Pendidikan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Pendidikan Positif % Negative % N % Pendidikan dasar 6 21,43 22 78,57 28 100 Pendidikan menengah 1 20 4 80 5 100 Total 7 21,21 26 78,79 33 100 Tabel 9 Hubungan Pekerjaan denganKeberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Pekerjaan Positif % Negative % N % Tidak Bekerja 4 30,77 9 69,23 13 100 Buruh 2 12,5 14 87,5 16 100 Petani 1 25 3 75 4 100 Total 7 21,21 26 78,79 33 100
Pengetahuan Rendah Sedang Total
Sikap Tidak Baik Baik Total
Tabel 10 Hubungan Pengetahuan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas SIngaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Positif % Negative % N % 5 50 5 50 10 100 2 8,70 21 91,30 23 100 7 21,21 26 78,79 33 100 Tabel 11 Hubungan Sikap dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Positif % Negative % N % 4 14,29 24 85,71 28 100 3 60 2 40 5 100 7 21,21 26 78,79 33 100
116
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Tabel 12 Hubungan Praktek minum obat dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Praktek Positif % Negative % N Tidak Baik 6 100 0 0 6 Baik 1 3,70 26 96,30 27 Total 7 21,21 26 78,79 33
Jumlah % 100 100 100
Tabel 13 Hubungan Lingkungan rumahdengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna tahun 2008 Keberhasilan Pengobatan TB Paru Jumlah Lingkungan Positif % Negative % N % Kurang 2 28,57 5 71,43 7 100 Sedang 4 19,05 17 80,95 21 100 Baik 1 20 4 80 5 100 Total 7 21,21 26 78,79 33 100
PEMBAHASAN
rendah. Tingkat pendidikan yang relative
Umur
rendah
Berdasarkan hasil tes mokroskopis di
menyebabkan
Laboratorium, sampel yang terserang
tentang gejala dan pengobatan TB Paru
kembali penyakit TB Paru setelah berobat
(Aditama, 1999)
adalah yang termasuk kategori dewasa
Pendapatan
atau termasuk usia produktif sebanyak 4
Tingkat pendapatan dan status ekonomi
orang (57,14%) dari sample yang positif
mempunyai hubungan yang jelas dengan
mengidap penyakit TB Paru, hal ini sesuai
kematian akibat TB Paru, seperti juga
dengan pernyataan WHO tahun 1995
dengan
diperkirakan 95% penderita TB Paru
(Tjiptoharijanto,1994 : 267). Berdasarkan
berada
75%
penelitian yang telah dilaksanakan di
penderita TB Paru adalah kelompok usia
Kecamatan Singaparna Kota Tasikmalaya,
produktif (15-50 tahun) (Depkes, 2001;2).
sebagian besar responden yang masih
Pendidikan
positif mengidap penyakit TB Paru tidak
di
Negara
Berdasarkan
hasil
berkembang
penderita
TB
keterbatasan
Paru,
informasi
kesakitannya
dan
memiliki
pekerjaan
(menganggur),
observasi, tingkat pendidikan responden
sehingga
lingkungan
kerja
rata-rata
yang
mempengaruhi keadaan responden untuk
masih mengidap
tetap atau mengidap TB Paru.Penelitian
rendah.Responden
berpendidikan penyakit
wawancara
pada
dasar
tersebut
walaupun
pernah
ini
memperoleh
kesimpulan
tidak
yang
mengikuti pengobatan. Hal ini sesuai
memperlihatkan tidak adanya hubungan
dengan data yang diperoleh di lapangan,
antara
dari 7 responden yang masih mengidap
pengobatan TB Paru, hasil penelitian ini
penyakit tersebut setelah pengobatan TB
bersebrangan
Paru, sebanyak 6 responden (85,71%)
dikemukaakan oleh Tjiptoharijanto (1994 :
berasal dari responden yang berpendidikan
267) yang menerangkan bahwa, buruh
pekerjaan
denga
dengan
keberhasilan
pendapat
yang
117
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
kasar memiliki prevalensi penyakit TB
terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap
Paru yang lebuh besar, pendapat ini
merupakan reaksi terhadap objek di
sejalan jika seluruh responden yang diteliti
lingkungan
memiliki pekerjaan sebagai buru, tetapi
penghayatan terhadap objek. Pengukuran
responden daloam penelitian ini memiliki
sikap dilakukan dengan cara langsung dan
pekerjaan yang tersebar tidak hanya
tidak langsung. Secara langsung dapat
buruh.
dinyatakan
bagaimana
pendapat
Pengetahuan
pernyataan
responden
terhadap
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang
objek
terjadi
132).Responden rata-rata memiliki sikap
setelah
pengindraan
seseorang
terhadap
melakukan
suatu
objek
tertentu
sebagai
(Notoatmodjo,
suatu
atau suatu
1997
:
yang baik terhadap penyakit TB Paru,
tertentu.Pengetahuan merupakan domain
yang
yang sangat penting untuk terbentuknya
jawaban
tindakan seseorang. Pengetahuan dapat
mengetahui
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
penyakit TB”, sebanyak 29 responden
dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo,
(87,88%) menjawab akan disuruh minum
1990)Hasil
obat dan sebanyak 24 responden (72,73%)
penelitian
menunjukkan
dibuktikan
responden
pada
dengan
pertanyaan”setelah
bapak/ibu/saudara
bahwa, masih kurangnya pengetahuan
akan
tentang penyakit TB Paru yang dimiliki
berobat jika terkena penyakit TB Paru.
oleh responden. Data yang diperoleh dari
Praktek
lapangan, rata-rata responden memiliki
Suatu sikap belum otomatis terwujud
pengetahuan sedang, yaitu sebanyak 21
dalam suatu tindakan (over behavior).
orang (61,64%) dan diantaranya 91,30%
Untuk
menunjukkan hasil pemeriksaan negative
perbuatan
mengidap
pendukung
TB
Paru. Sejalan
dengan
membawa
anggota
terkena
terwujudnya nyata
keluarganya
sikap
menjadi
diperlukan
factor
suatu
kondisi
atau
pendapat Notatmodjo (1997 : 127), bahwa
memungkinkan (Notoatmodjo, 1997 :
dari pengalaman dan penelitian perilaku
139). Ketujuh responden yang positif
yang didasari pengetahuan akan lebih
terserang kembali penyakit TB Paru
langgeng daripada yang tidak didasari
setelah pengobatan, rata-rata memiliki
pengetahuan. Ini dapat diartikan bahwa
pengetahuan rendah (50%) dan sikap yang
praktek responden terhadap pengobatan
rendah (14,29%) terhadap penyakit TB
TB Paru yang didasari pengetahuan
Paru. Berdasarkan tafsiran dari pendapat
mengenai
yang
Notoatmodjo (1997 : 139) di atas, bahwa
dimilikinya akan mencegah terjangkitnya
sikap yang rendah terhadap penyakit TB
penyakit TB Paru.
Paru menyebabkan praktek yang dimiliki
Sikap
responden-pun
Sikap adalah merupakan reaksi atau
rendah.
respon seseorang yang masih tertutup
Lingkungan
penyakit
TB
Paru
secara
otomatis
akan
118
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya
pada masa produktif, sehingga hasil
adalah suatu kondisi yang optimum
penelitian dan perhitungan secara statistic
sehingga
menunjukkan tidak adanya hubungan
berpengaruhpositif
terwujudnya
status
terhadap
kesehatan
yang
antara
umur
dengan
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan
pengobatan
lungkungan tersebut antara lain mencakup
Singaparna Kab Tasikmalaya.
perumahan,
Hubungan
manusia,
pembuangan penyediaan
kotoran
air
bersih,
TB
Paru
keberhasilan di
Kecamatan
Pendidikan
dengan
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di
pembuangan sampah, pembuangan air
Kec Singaparna
kotor,
Sesuai dengan hasil uji chi square untuk
rumah
hewan
ternak,
dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003 : 146).
melihat
Lingkungan
dengan keberhasilan pengobatan TB Paru,
responden
yang
menjadi
hubungan
antara
pendidikan
sample dalam penelitian ini, kurang
diperoleh
hasilsebagai
pendukung seperti konstruksi dinding
terdapat
hubungan
rumah,
ventilasi
pendidikan
danlubang asap tidak memenuhi syarat
pengobatan
kesehatan
dari
menunjukkan sebanyak 6 orang (21,43%)
penyakit TB Paru, sehingga dari 33
yang positif terserang kembali penyakit
sampel yang diteliti, sebanyak 7 orang
TB Paru setelah pengobatan berasal dari
yang lingkungannya tidak mendukung
responden yang berpendidikan dasar dan
masih
sebanyak 1 orang (20%) berasal dari
jenis
lantai
untuk
mengidap
rumah,
terhindarnya
penyakit
TB
Paru
berikut, antara
dengan TB
tidak tingkat
keberhasilan
Paru.Hasil
penelitian
walaupun telah mengikuti pengobatan
pendidikan
penyakit TB Paru di Kecamatan Kawalu
pendapat Notoatmodjo (1990), bahwa
Kota Tasikmalaya.
pendidikan adalah segala upaya yang
Hubungan Umur dengan Keberhasilan
direncanakan untuk mempengaruhi orang
Pengobatan TB Paru di Kecamatan
lain
Singaparna
masyarakat, sehingga mereka melakukan
Berdasarkan hasil uji chi square untuk
apa
melihat adanya hubungan antara umur
pendidikan,
dengan keberhasilan pengobatan TB Paru,
pendidikan yang pernah ditempuh oleh
diperoleh hasil bahwa, tidak terdapat
para
hubungan
mempengaruhi perilaku yang dimilikinya.
antara
umur
dengan
atau
yang
menengah.Sesuai
individu,
kelompok,
diharapkan dapat
responden
dengan
atau
oleh
pelaku
diartikan
bahwa
belumtentu
dapat
keberhasilan pengobatan TB Paru.Usia
Hubungan
responden yang masih mengidap penyakit
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di
TB Paru setelah mengikuti pengobatan,
KecSingaparna
adalah rata-rata pada usia dewasa, yaitu 21
Dengan melihat hasil dari uji square,
orang (87,5%). Artinya responden yang
hubungan
masih mengidap penyakit TB Paru berada
keberhasilan
Pekerjaan
antara
dengan
pekerjaan
pengobatan
TB
dengan Paru 119
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
diperoleh hasil, bahwa tidak terdapat
melakukan
hubungan
pengetahuan yang dimilikinya.
antara
pekerjaan
dengan
sesuatu
sesuai
dengan
keberhasilan pengobatan TB Paru.Hasil
Hubungan Sikap dengan Keberhasilan
penelitian menunjukkan sebanyak 4 orang
Pengobatan TB Paru di Kecamatan
(30,77%) yang positif terserang kembali
Singaparna
penyakit TB Paru setelah pengobatan
Sesuai dengan uji chi square untuk melihat
tidak memiliki pekerjaan, 2 orang (12,5%)
adanya hubungan antara sikap dengan
bekerja sebagai buruh dan 1 orang (25%)
keberhasilan
petani.Jika dilihat dari rata-rata responden,
terdapat hubungan antara sikap dengan
hamper semuanya memiliki pekerjaan
keberhasilan
tetap,
ditunjukkan denga sebanyak 4 orang
sehingga
kemungkinan
pengobatan
TB
pengobatan
TB
Paru,
Paru,
terjangkitnya kembali TB Paru kecil..
(14,29%) memiliki sikap yang tidak baik
Hubungan
dengan
dan tetap mengidap penyakit TB Paru
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di
setelah pengobatan, sedangkan sebanyak 3
KecSingaparna
orang
Berdasarkan hasil uji chi square untuk
yang baik.Hasil penelitian sesuai dengan
melihat
hipotesis
Pengetahuan
adanya
pengetahuan
hubungan
dengan
antara
(60%) responden memiliki sikap
yang diajukan
dan
sejalan
keberhasilan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh
pengobatan TB Paru, diperoleh hasil
Gerungan (1977 : 157), bahwa factor-
bahwa, ada hubungan yang signifikan
faktor yang mempengaruhi, pembentukan
antara
sikap adalah (a) Faktor Internal, yaitu
tingkat
pengetahuan
dengan
keberhasilan pengobatan TB Paru.Hasil
yang
penelitian menunjukkan responden yang
kepribadian
dan
memiliki pengetahuan rendah sebanyak 5
objek-objek
baru,
orang (50%) kembali menderita penyakit
Eksternal, yaitu factor yang diperoleh dari
TB Paru setelah pengobatan dan sebanyak
interaksi social, seperti bertambahnya
2 orang (8,70%) memiliki pengetahuan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh
sedang. Analisa pada penelitian ini sesuai
atau pandangan-pandangan baru.
dengan hipotesis penelitian yang diajukan
Hubungan
.Hal
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di
yang
hipotesis
mendukung
adalah
diterimanya
kurangnya
tingkat
meliputi
persepsi,
cirri-ciri
selektifitas
terhadap
dan
(b)
Praktek
Faktor
dengan
KecSingaparna
pengetahuan, sehingga banyak responden
Dengan melihat hasil dari uji chi square,
yang kembali menderita penyakit TB Paru
hubungan
setelah pengobatan.Saefudin Azwar (1998
keberhasilan
: 32-37) dalam bukunya berpendapat,
ditunjukkan dengan praktek responden
bahwa pengetahuan merupakan dasar
yang tidak baik dan tetap mengidap
pembentukan sikap seseorang, artinya
penyakit TB Paru sebanyak 6 orang
seseorang yang memiliki sikap untuk
(100%) dan responden yang memiliki
antara
praktek
pengobatan
TB
dengan Paru,
120
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
sikap yang baik hanya 1 orang (3,70%)
terhadap terwujudnya status kesehatan
yang tetap mengidap penyakit tersebut.
yang optimum pula. Ruang lingkup
Pengukuran
kesehatan lingkungan tersebut antara lain
perilaku dapat
dilakukan
secara tidak langsung, yakni dengan
mencakup
wawancara
kegiatan-kegiatan
kotoran manusia, penyediaan air bersih,
yang telah dilakukan beberapa jam, hari
pembuangan sampah, pembuangan air
atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran
kotor,
juga dapat dilakukan secara langsung,
senagainya
yakni dengan mengobsevasi tindakan atau
146).Jika merujuk pendapat di atas,
kegiatan responden. Perilaku merupakan
lingkungan tempat tinggal responden pada
predisposisi sikap dan pengetahuan yang
penelitian ini kebanyakan berada pada
dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo,
lingkungan
1997 : 136). Praktek para responden
mendukung terhadap kesehatan dirinya,
dalam penelitian ini nampak sejalan
sehingga hasil pengujian yang telah
dengan teori di atas, sesuai dengan
dilakukan menunjukkan tidak adanya
pengetahuan dan sikap mereka yang rata-
hubungan
rata rendah, sehingga dalam prakteknya
keberhasilan pengobatan TB Paru.
terhadap
perumahan,
rumah
hewan
pembuangan
ternak,
(Notoatmodjo,
yang
antara
dan
2003
bias
:
dianggap
lingkungan
dengan
dilapangan terlihat hanya sebaian kecil dari sikap responden yang memiliki
a. Tidak ada hubungan antara umur
praktek tinggi. Hubungan
Lingkungan
dengan
Keberhasilan Pengobatan TB Paru di
Berdasarkan hasil uji chi square yang telah dilakukan, hipotesis yang diajukan, yaitu hubungan
antara
lingkungan
dengan keberhasilan pengobatan TB Paru, ditolak. Hasil penelitian menunjukkan responden yang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung sebanyak 2 orang (28,57%) tetap mengidap penyakit TB Paru setelah berobatan, sedangkan 4 orang (19,05%) dan 1 orang (20%) berasal dari lingkungan yang sedang baik dan tetap
mengidap
Paru.Kesehatan
dengan keberhasilan pengobatan TB Paru
di
Puskesmas
Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya
KecSingaparna
terdapat
Kesimpulan
penyakit lingkungan
TB pada
hakikatnya adalah suatu kondisi yang
b. Tidak
ada
pendidikan
hubungan dengan
antara
keberhasilan
pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya c. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan keberhasilan pengobatan TB Paru
di
Puskesmas
Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya d. Ada hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan pengobatan TB Paru
di
Puskesmas
Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya e. Ada hubungan antara sikap dengan keberhasilan pengobatan TB Paru
optimum sehingga berpengaruh positif 121
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
pada nilai di Puskesmas Singaparna
f.
Arikunto, S 2004Prosedur Penelitian
Kabupaten Tasikmalaya
Suatu Pendekatan Praktek,
Ada hubungan antara praktek dengan
Rineka Cipta Jakarta
keberhasilan pengobatan TB Paru pada
di
Puskesmas
Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya g. Tidak
ada
lingkungan
Dasar Ilmu Penyakit Paru, Universiatas Airlangga,
hubungan dengan
Al Sagaff, H dan Muffty (2002) Dasar-
antara
Depkes RI (2001) Pedoman Nasional
keberhasilan
Penanggulangan TB Paru.
pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya
Depkes RI Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya.
Saran
(2008) Evaluasi Pelaksanaan
1. Meningkatkan pengetahuan dengan
Kegiatan
P2TB
cara memberikan penyuluhan kepada
Pemerintahan
penderita, keluarga dan masyarakat
Tasikmalaya
tentang penyakit TB Paru. 2. Meningkatkan
penyuluhan
Paru
Kabupaten
Noto Atmodjo. (2003) Ilmu Kesehatan kepada
penderita penyakit TB Paru agar
Masyarakat Cetakan Kedua -------------------(2003)
Pendidikan
dan
melakukan control secara teratur guna
Perilaku Kesehatan. Rineka
menghindari gagalnya pengobatan TB
Cipta
Paru.
Sugiono.(2001)
Metode
Administrasi. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian Alfabeta
Bandung;
122