DESAIN DIDAKTIS BERBASIS KEMAMPUAN SPATIAL THINKING PADA KONSEP JARING-JARING KUBUS DAN BALOK Hj. Epon Nur’aeni L1, Muhammad Rijal Wahid Muharram2 1,2
PGSD, UPI Kampus Tasikmalaya
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh learning obstacle yang dialami oleh siswa ketika kesulitan untuk menyelesaikan soal pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan spatial thinking siswa masih rendah. Siswa belum diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan spatial thinking mereka yang berguna untuk membantu ketika menyelesaikan persoalan terkait jaring-jaring kubus dan balok. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti menyusun dan mengembangkan desain didaktis yang dapat meminimalisir learning obstacle yang muncul. Penelitian ini dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar. Lokasi penelitian yaitu sekolah dasar di Kota Tasikmalaya, yaitu SDN Kalangsari 2. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun serta mengembangkan desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. Penelitian ini menggunakan Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis Metapedadidaktik, dan (3) analisis restrosfektif yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis Metapedadidaktik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan proses triangulasi (gabungan), yaitu menyatukan data dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan instrumen yang berupa tes tertulis berbentuk essay. Data tersebut dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui learning obstacle siswa, kemudian peneliti pun menyusun rute proses pembelajaran siswa berupa HLT (hypothetical learning trajectory) beserta Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP) berdasarkan learning obstacle yang telah teridentifikasi. Desain yang dirancang tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh. Hasil penelitian ini adalah suatu desain didaktis alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika sekolah dasar terkait kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. Desain tersebut merupakan hasil revisi dari desain yang telah disusun sebelumnya yang telah diimplementasikan pada pembelajaran. Desain tersebut juga dapat dikembangkan kembali dengan melakukan repersonalisasi yang lebih mendalam. Kata kunci: didactical design, learning obstacle, spatial thinking, jaring-jaring kubus dan balok, pembelajaran matematika
177
PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar yang diperlukan oleh siswa untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sebagaimana dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006, hlm. 91) dikatakan bahwa “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia” Oleh karena itu, untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Geometri menjadi salah satu cabang matematika yang dipelajari di sekolah. Menurut Usiskin (Widiyanto dalam Pitriyani, 2013) mengemukakan bahwa geometri adalah (1) cabang matematika yang mempelajari pola-pola visual, (2) cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan dunia fisik atau dunia nyata, (3) suatu cara penyajian fenomena yang tidak tampak atau tidak bersifat fisik, dan (4) suatu contoh system matematika. Menurut Mullis dalam Pitriyani (National Reseach Council, 2006), mengemukakan bahwa dalam matematika, pemahaman geometri didefinisikan sebagai pemahaman terhadap titik, garis, bidang, sudut, visualisasi, segitiga, poligon, lingkaran, transformasi, simetri, kongruensi, kesamaan, dan konstruksi. Kenyataan di lapangan, meskipun geometri sudah dipelajari I.
di sekolah, hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa geometri kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa. Hasil penelitian Ryu, Yeong dan Song (Widiyanto dalam Pitriyani, 2013) menemukan bahwa dari tujuh siswa berbakat matematika yang ditelitinya, lima diantaranya mengalami kesulitan membanyangkan objek tiga dimensi dalam ruang yang digambarkan pada bidang datar. Kesalahan-kesalahan siswa yang ditemukannya antara lain ketergantungan siswa pada fakta visual. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu memahami pelajaran geometri dikarenakan rendahnya kemampuan berpikir spasial (spatial thinking) siswa. Salah satu materi geometri yang diajarkan di sekolah dasar adalah jaring-jaring kubus dan balok. Berdasarkan hasil diskusi salah satu guru yang berpengalaman, terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran pengenalan jaringjaring kubus dan balok, diataranya siswa masih kesulitan dalam menggambar jaring-jaring kubus dan balok, dan bagaimana cara menemukan lebih banyak lagi jaringjaring kubus dan balok. Kesulitan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan spatial thinking siswa masih rendah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana learning obstacle yang terkait dengan kemampuan spatial thinking siswa pada konsep jaringjaring kubus dan balok? b) Bagaimana desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan
178
balok? c) Bagaimana implementasi desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaringjaring kubus dan balok? Sedangkan tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: a) Mengetahui kemampuan spatial thinking siswa pada konsep jaringjaring kubus dan balok. b) Menyusun desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaringjaring kubus dan balok. c) Mengetahui implementasi desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research). A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Kalangsari 2. Tahap pengambilan data melalui studi pendahuluan dan implementasi desain didaktis dilaksanakan di SDN Kalangsari 2. Subjek dalam penelitian ini yakni siswa kelas IV sekolah dasar. B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan sebagai berikut. 1. Uji Instrument Studi Pendahuluan Uji instrument studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi adanya learning obstacle pada siswa yang berfungsi menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun desain didaktis. 2. Implementasi Desain Didaktis II.
Implementasi desain didaktis dilaksanakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan respon siswa terhadap desain didaktis yang telah disusun. 3. Observasi Observasi dilaksanakan untuk memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial sehingga diperoleh gambaran secara holistik. Peneliti melakukan observasi partisipatif (participant observation) yakni terlibat langsung sepenuhnya dengan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sumber data. 4. Wawancara Peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur (retrospective semi-structural) yang termasuk ke dalam kategori in-depth interview. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang materi yang telah dipelajari dan hambatan atau kesulitan belajar siswa (learning obstacle) pada konsep jaringjaring kubus dan balok. Responden dalam wawancara ini yakni guru kelas dan siswa. Para responden ini diajak untuk mampu menjelaskan pendapat dan idenya. Wawancara kepada siswa dilakukan setelah siswa mengerjakan instrument desain didaktis berupa lembar kerja siswa (LKS) ketika siswa masih mengingat hasil pengerjaan LKS mereka. 5. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai bukti autentik dalam penyusunan laporan penelitian dan sebagai pelengkap dari teknik pengumpulan data lainnya.
179
C.
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Instrument Utama Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Hal tersebut didasarkan pada tugas peneliti sebagai pelaku segalanya dari keseluruhan proses penelitian. 2. Instrument Pelengkap Selain itu juga peneliti menyusun instrumen tambahan sebagai pelengkap untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis mengenai konsep jaring-jaring kubus dan balok. Instrument pelengkap tersebut sebagai berikut: a. Instrument Studi Pendahuluan Instrumen studi pendahuluan digunakan untuk mengungkap hambatan belajar siswa (learning obstacle) terkait kemampuan spatial thinking siswa pada konsep jaringjaring kubus dan balok. Hambatan belajar yang terungkap akan diidentifikasi yang selanjutnya digunakan untuk membuat HLT. HLT tersebut akan digunakan selama proses penelitian. Instrument ini akan diujikan pada tahap studi pendahuluan. b. Instrumen Desain Didaktis Bahan Ajar berupa LKSInstrumen desain didaktis digunakan untuk mengatasi hambatan belajar siswa yang
terungkap pada tahap studi pendahuluan. Instrumen desain didaktis ini akan diujikan pada tahap implementasi. 3. Instrument Pendamping a. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai pendamping instrumen utama ada dua macam, yakni: Angket skala sikap siswa terhadap instrument studi pendahuluan Angket Judgment ahli terhadap instrument desain didaktis b. Pedoman Wawancara D. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sugiyono (2012, hlm. 336) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data sebelum memasuki lapangan dilakukan dengan menganalisis materi yang akan dijadikan objek penelitian dan merumuskan masalah. Analisis data selama di lapangan dilakukan mulai dari instrument studi pendahuluan, rekapitulasi dan analisis hasil uji instrument studi pendahuluan, implementasi desain didaktis dan analisis proses pembelajarannya sampai analisis implementasi desain didaktis. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data dalam penelitian ini berdasarkan model
180
Miles and Huberman. Langkahlangkah analisis data menurut model Miles and Huberman, yaitu sebagai berikut. 1. Data reduction (reduksi data) Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 2. Data display (penyajian data) Setelah data direduksi maka data tersebut disusun dalam pola hubungan, sehingga data tersebut mudah untuk dipahami. 3. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi) Penarikan kesimpulan dilakukan untuk memberikan gambaran yang sebelumnya masih remangremang atau gelap menjadi lebih jelas. Adapun langkah-langkah analisis data dari setiap instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis hasil uji instrumen studi pendahuluan learning obstacle 2. Analisis situasi dari berbagai respons yang muncul pada saat implementasi desain didaktis 3. Mengaitkan prediksi respons dan antisipasi yang telah dibuat sebelumnya dengan respons siswa yang terjadi pada saat implementasi desain didaktis. E.
Prosedur Penelitian Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan materi matematika yang akan menjadi bahan penelitian. 2. Menganalisis materi.
3. Membuat instrumen tes yang berkaitan dengan kemampuan spatial thinking untuk studi pendahuluan (disertai validasi ahli dari dosen pembimbing). 4. Menguji instrumen tes. 5. Menganalisis hasil pengujian untuk mengetahui learning obstacle. 6. Membuat kesimpulan mengenai learning obstacle yang muncul. 7. Menyusun desain didaktis awal berdasarkan learning obstacle yang muncul (disertai validasi ahli dari dosen pembimbing). 8. Mengimplementasikan desain didaktis awal yang disusun. 9. Menganalisis hasil pengujian. 10. Menyusun desain didaktis revisi yang merupakan hasil perbaikan dari desain didaktis awal setelah adanya evaluasi dari hasil pengujian(disertai validasi ahli dari dosen pembimbing). 11. Menyusun laporan penelitian. F. Rencana Pengujian Keabsahan Data Menurut Sugiyono (2012, hlm. 366) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (kredibilitas), transferability (nilai transfer), dependability (depenabilitas), dan confirmability. Namun pengujian keabsahan data yang paling utama
181
dalam penelitian kualitatif adalah uji credibility (kredibilitas). Uji credibility merupakan pengujian kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji kredibilitas dilakukan dengan beberapa pilihan cara diantaranya perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan pembimbing atau teman, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan member check. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kredibilitas dengan cara sebagai berikut: a. Peningkatan ketekunan Peningkatan ketekunan dilakukan agar pengamatan yang dilakukan lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah dikumpulkan. Selain itu, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diteliti. Peneliti perlu meningkatkan ketekunannya agar wawasan peneliti semakin luas dan tajam sehingga dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran data yang ditemukan. Cara untuk meningkatkan ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi buku, hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. b. Triangulasi Wiersma (Sugiyono, 2012, hlm. 372) menjelaskan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
c.
d.
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Oleh karena itu, triangulasi terdiri dari tiga jenis yakni triangulasi sumber data, triangulasi teknik triangulasi waktu. Triangulasi sumber data dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan menjadi lebih spesifik. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dimaksudkan untuk menguji kredibilas data dengan cara pengumpulan data dilakukan pada waktu yang berbeda. Diskusi dengan pembimbing atau teman Diskusi dengan pembimbing atau teman dilakukan agar pada hasil penelitian yang masih sementara, jika ditemukan kekurangan data dapat segera ditambahkan dengan data yang lebih lengkap sehingga hasil penelitian lebih kredibel. Menggunakan bahan referensi Penggunaan bahan referensi sebagai salah satu uji kredibilitas penelitian dimaksudkan sebagai pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil rekaman wawancara, foto-foto dan video.
182
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Learning obstacle yang terkait dengan kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok maka ditemukanlah learning obstacle yang dialami oleh siswa. Studi pendahuluan dilaksanakan di kelas V SDN Kalangsari 2. Adapun learning obstacle berdasarkan hasil studi pendahuluan adalah sebagai berikut: a. Tipe 1: Learning obstacle terkait memvisualisasikan konfigurasi bangun ruang menjadi jaringjaring yang tepat. Learning obstacle tipe 1 ini terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menggambar 2 jaringjaring kubus yang berbeda dan menggambar 2 jaring-jaring balok yang berbeda pada kertas berpetak dengan ukuran yang ditentukan. Ternyata siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. III.
Gambar 3.2 Learning Obstacle tipe 1.B
Gambar 3.3 Learning Obstacle tipe 1.C
b. Tipe 2: Learning obstacle terkait membayangkan jaring-jaring menjadi bangun ruang. Learning obstacle tipe 2 ini terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menentukan yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Gambar 3.4 Learning Obstacle tipe 2
Gambar 3.1 Learning Obstacle tipe 1.A
c. Tipe 3: Learning obstacle terkait menerapkan konsep dalam masalah matematika. Learning obstacle tipe 3 ini terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menerapkan konsep dalam masalah matematika.
183
Gambar 3.5 Learning Obstacle tipe 3
d. Tipe 4: Learning obstacle terkait menyelesaikan masalah matematika. Learning obstacle tipe 4 ini terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menyelesaikan masalah matematika terkait jaring-jaring kubus. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Gambar 3.6 Learning Obstacle tipe 3
2.
Desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok Desain didaktis awal dikembangkan berdasarkan beberapa learning obstacle yang muncul dan diperkuat dengan teori-teori pembelajaran yang relevan. Teori yang digunakan dalam penyusunan desain ini antara lain metode Penemuan Terbimbing, dimana siswa terlibat aktif menemukan konsep dengan bimbingan guru. Dalam penyusunan desain didaktis tersebut, disusun pula hypothetical learning trajectory yang di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran,
penjabaran kegiatan yang akan dilaksanakan, prediksi respon siswa beserta antisipasi didaktis pedagogis sebagai dasar untuk menyusun desain pembelajaran yang memungkinkan dapat mengatasi learning obstacle tersebut. Kemudian dirancanglah sebuah skema yang dapat menggambarkan kegiatan pembelajaran desain didaktis yang disebut dengan skema kegiatan pembelajaran bahan ajar berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. Meskipun dalam pelaksanaannya, peneliti memfokuskan untuk menghilangkan atau meminimalisir learning obstacle tipe 1 dan tipe 2 pada materi materi balok. Kegiatan pembelajaran bahan ajar berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok berawal dari pengenalan bangun ruang balok itu sendiri. Kemudian mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa tentang benda-benda yang berbentuk balok, misalnya dus makanan, kotak pensil, dan yang lainnya. Selanjutnya desain pembelajaran dilanjutkan dengan memperkenalkan sifat-sifat bangun ruang tersebut. Kemudian baru dikenalkan pada jaring-jaring balok dengan membongkar model balok dan menggambarkan hasil rebahan balok tersebut, kemudian diskusi mengenai bentuk-bentuk lain dari jaring-jaring balok. Setelah itu belajar menentukan yang termasuk jaring-jaring balok yang benar. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penerapan metode penemuan terbimbing, dimana siswa dapat menemukan sendiri suatu konsep dengan bimbingan guru.
184
Diharapakan pembelajaran lebih bermakna. Setelah desain awal diimplementasikan, maka desain awal tersebut dianalisis untuk dikembangkan kembali dengan menyusun desain revisi. Urutan konsep dari desain revisi ini pada dasarnya sama dengan urutan konsep pada desain awal. Beberapa revisi yang dilakukan yakni terkait dengan proses kegiatan pembelajaran, prediksi respon, pengaturan waktu. 3. Implementasi desain didaktis berbasis kemampuan spatial thinking pada konsep jaringjaring kubus dan balok Skema pembelajaran desain didaktis yang telah dirancang kemudian diimplementasikan pada pembelajaran di kelas IV SD. Berdasarkan karakteristik learning obstacle yang muncul, kesulitan siswa lebih diakibatkan karenaketerbatasan informasi yang diperoleh serta kurangnya pengalaman belajar yang dimiliki dari bahan ajar yang digunakannya untuk belajar. Implementasi pembelajaran desain didaktis awal dilaksanakan di SDN Kalangsari 2, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Pembelajaran dilaksanakan untuk satu kali pertemuan dengan tujuan menemukan jaring-jaring balok, menggambar jaring-jaring balok, dan menentukan yang termasuk jaringjaring balok. Dalam implementasinya terdapat beberapa kejadian yang sesuai dengan prediksi dan ada juga yang tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya.Pada kegiatan 1, sesuai dengan prediksi respon siswa, ketika proses pengguntingan model balok siswa
kebingungan menggunting dan menggambarkan hasil guntingannya tersebut. Tetapi, dengan bimbingan yang lebih, hal tersebut dapat diantisipasi. Begitupun halnya pada kegiatan 2, setiap kelompok diminta menggunting balok dengan cara lain yang berbeda dari sebelumnya, kemudian siswa menggambar kembali hasil guntingan model balok tersebut. Sesuai prediksi, siswa kebingungan ketika diminta menggunting rusuk yang lain, juga menentukan ukuran untuk menggambarkan jaring-jaring balok.Pada kegiatan 3, setiap kelompok diminta untuk membuat sebuah jaring-jaring balok dengan tambahan lidah pada karton dengan ukuran yang telah ditentukan.Kemudian siswa diminta untuk menggunting jaring-jaring balok tersebut dan membentuknya menjadi sebuah balok.Pada kegiatan ini respon siswa cukup baik, meskipun ada sedikit kesulitan, namun hal tersebut dapat diantisipasi. Meskipun dalam implementasi desain didaktis awal terdapat respon siswa yang tidak terprediksikan sebelumnya, tetapi hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar ketika berada dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan komponen dari teori metapedadidaktik yang harus dikuasai oleh guru yakni fleksibilitas. Jadi, hal tersebut bukanlah menjadi suatu masalah yang rumit. Guru harus selalu siap untuk memberikan bimbingan meskipun tidak sesuai dengan apa yang telah diprediksikan sebelumnya. Pembelajaran yang dilakukan dalam setiap pertemuan adalah pembelajaran berkelompok.
185
Kelompok belajar pada pembelajaran desain didaktis awal ini berjumlah 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap siswa diberikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Tahap selanjutnya adalah penyusunan desain didaktis revisi. Desain didaktis revisi ini disusun berdasarkan analisis implementasi desain didaktis awal. Adapun untuk tujuan pembelajaran desain didaktis revisi ini sama dengan desain didaktis awal. Perbaikan yang dilakukan pada desain ini terkait dengan proses pembelajaran, prediksi respon, bentuk penyajian dan pengaturan waktu. Dalam pelaksanaannya desain revisi ini dilaksanakan di tempat yang sama yakni di kelas IV SDN Kalangsari 2 dengan jumlah siswa 30 orang. Pada implementasinya, kegiatan tersebut mengacu pada desain didaktis revisi yang telah dibuat. Pada prosesnya, kelompok belajar pada pembelajaran desain didaktis revisi ini berjumlah 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok mengerjakan LKS kelompok. Pada proses pembelajaran diawali dengan pengenalan bangun ruang balok itu sendiri. Kemudian siswa mengidentifikasi ciri-ciri atau sifat-sifat balok. Kemudian dilanjutkan pada proses pembelajaran jaring-jaring balok ini, siswa dibagi kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok. Setiap kegiatan dalam LKS dikerjakan bersama-sama dengan kelompok, dan hasilnya ditulis pada LKS tersebut. Pada kegiatan 1 dan 2 sama halnya ketika pembelajaran desain
awal. Dimulai dengan membuka balok tersebut dengan cara menggunting rusuk-rusukya sesuai pada gambar yang terdapat di LKS. Hanya pada bagian menggambarkan jaring-jaring balok siswa diberi bimbingan dengan contoh cara membuat jaring-jaring balok yang benar oleh guru. Sehingga kesulitan siswa berkurang. Pada kegiatan 3, siswa belajar menentukan yang termasuk jaring-jaring balok dan bukan jaring-jaring balok, hal ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan spatial thinking siswa. Untuk melatih kemampuan tersebut, guru menyediakan beberapa gambar jaring-jaring balok dan bukan jaringjaring balok. Kemudian siswa diminta untuk menentukan apakah gambar tersebut termasuk jaringjaring balok atau bukan. Dari hasil implementasi desain didaktis revisi peneliti kemudian menyajikan pembelajaran konsep jaring-jaring kubus dan balok berbasis kemampuan spatial thinking. Konsep pembelajaran ini merupakan hasil repersonalisasi berdasarkan hasil kajian terhadap desain didaktis revisi yang peneliti lakukan. Konsep dikembangkan berdasarkan urutan sebagai berikut: pengenalan bangun ruang dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, membuka model bangun ruang kubus dan balok, menggambar jaring-jaring kubus dan balok, serta menentukan yang termasuk jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. IV.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, 186
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Learning obstacle terkait kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok yang dialami oleh siswa, yaitu: Tipe 1: Learning obstacle terkait memvisualisasikan konfigurasi bangun ruang menjadi jaring-jaring yang tepat. Pada tipe ini siswa kesulitan menggambar jaringjaring kubus dan balok yang berbeda pada kertas berpetak dengan ukuran yang ditentukan. Tipe 2: Learning obstacle terkait membayangkan jaring-jaring menjadi bangun ruang. Pada tipe 1 ini kesulitan siswa terlihat ketika diberikan soal mengenai menentukan yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Tipe 3: Learning obstacle terkait menerapkan konsep dalam masalah matematika. Pada tipe 3 ini kesulitan terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menerapkan konsep dalam masalah matematika. Tipe 4: Learning obstacle terkait menyelesaikan masalah matematika. Pada tipe 4 ini kesulitan terlihat ketika siswa diberikan soal mengenai menyelesaikan masalah matematika terkait jaring-jaring kubus. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. 2. Desain didaktis awal dikembangkan berdasarkan beberapa learning obstacle yang muncul dan diperkuat dengan teori-teori pembelajaran yang relevan yaitu dengan menerapkan metode penemuan terbimbing dimana siswa terlibat aktif menemukan konsep dengan bimbingan guru. Meskipun dalam
pelaksanaannya, peneliti memfokuskan untuk menghilangkan atau meminimalisir learning obstacle tipe 1 dan tipe 2 pada materi materi balok. Setelah desain awal diimplementasikan, maka desain awal tersebut dianalisis untuk dikembangkan kembali dengan menyusun desain revisi. 3. Implementasi pembelajaran desain didaktis awal dilaksanakan di SDN Kalangsari 2, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Hasil dari implementasi desain didaktis awal pada pembelajaran matematika secara langsung adalah: 1) Sebagian besar respon siswa sesuai prediksi 2) Waktu yang tersedia kurang sehingga ada kegiatan yang tidak tersampaikan. Berdasarkan desain didaktis awal yang harus diperbaiki maka dibuatlah desain didaktis revisi. Implementasi desain didaktis revisi masih dilaksanakan di SDN Kalangsari 2 dengan jumlah 30 siswa. Dari hasil implementasi desain didaktis revisi peneliti kemudian menyajikan pembelajaran konsep jaring-jaring kubus dan balok berbasis kemampuan spatial thinking. Konsep pembelajaran ini merupakan hasil repersonalisasi berdasarkan hasil kajian terhadap desain didaktis revisi yang peneliti lakukan. Konsep dikembangkan berdasarkan urutan sebagai berikut: pengenalan bangun ruang dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, membuka model bangun ruang kubus dan balok, menggambar jaring-jaring kubus dan balok, serta menentukan
187
yang termasuk jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1. Desain didaktis yang telah disusun ini merupakan salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Namun, desain didaktis ini dapat dikembangkan lagi dengan melakukan repersonalisasi yang lebih mendalam karena hal tersebut dapat mempengaruhi implementasi dari desain didaktis ini. 2. Penguasaan terhadap suatu konsep yang telah dipelajari sebelumnya dalam matematika ini perlu dipahami dengan baik karena hal itu menjadi prasyarat untuk menguasai konsep yang akandipelajarinya. 3. Penelitian ini diharapkan dapat terus dikembangkan dengan menyusun desain didaktis yang lebih baik lagi terkait dengan kemampuan spatial thinking pada konsep jaring-jaring kubus dan balok. DAFTAR PUSTAKA BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Hariyani, M. (2010).Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Penalaran Matematika.Tesis.UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Heruman.(2012). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.(Cetakan ke-4). Bandung: Remaja Rosdakarya. Lidinillah, D.A.M. (2012). Design Researh Sebagai Model Penelitian Pendidikan. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan. NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. United States of America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc. Negoro, S.T. dan Harahap, B. (2003). Ensiklopedia Matematika. Jakarta: Ghalia Indonesia. Putri. RII. 2012. Pendisainan Hypotetical Learning Trajectory (HLT) Cerita Malin Kundang Pada Pembelajaran Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ” Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UN PROSIDING ISBN : 978-979-16353-8-7. Ruseffendi, E. T (2006).Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Satriawati, Y. (2012). Efektifitas Penerapan Teori Belajar Dienes Melalui Metode
188
Penemuan Terbimbing Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 Sekolah Dasar Gugus Kanigoro Salatiga. Skripsi, Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana. hlm. 12. [Online].Tersedia di: http://repository.library.uksw.e du/handle/123456789/851. [Diakses pada tanggal 20 September 2016]. Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman dkk. 2003. Setrategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Press Sumanto, Y.D., dkk. 2008. Gemar Matematika 6. Jakarta: Pusat Perbukuan. Suwangsih, E dan Tiurlina (2006).Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS. Tim Bina Karya Guru. 2008. Buku terampil Berhitung Matematika SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
189