Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga ke perut bawah dan kemaluan. Nyeri pinggang kiri (+), penjalaran tidak jelas. Nyeri saat BAK (+), BAK berwarna merah seperti teh (+). Pasien sulit untuk menahan BAK dengan jumlah sedikit berkurang. Rasa pegal-pegal di kedua pinggang (+). Riwayat keluarga ditemukan bahwa ayah menderita batu ginjal. Kebiasaan kurang aktivitas (+) dan minum air ±600 ml/hari. Pasien sering mengkonsumsi sayuran bayam dan singkong. Pasien makan ikan teri 2-3 x/minggu dengan minum minuman bersoda 1-2 minggu sekali. Sumber air minum berasal dari air tanah. Hasil pemeriksaan fisik tampak pasien sakit ringan. Tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan urologis terdapat nyeri ketok costo vertebra angle (CVA) pada kedua sisi (kiri>kanan) dan nyeri tekan suprapubik (+). Pemeriksaan lab didapatkan data kelainan pada urinalisis beripa ptoteinuria, darah samar, leukositesterase (+3), leukosituria, hematuria, nitrit (+), dan bakteri. Pemeriksaan radiologis BNO memperoleh kesan staghorn ginjal kiri, pada IVP ditemukan kesan nefrolitiasis sinistra (staghorn). Fungsi ekskresi dan sekresi ginjal kiri baik, sementara terdapat gangguan pada Fungsi ekskresi dan sekresi ginjal kanan. USG tampak hidronefrosis dekstra grade 4 susp e.c obstruksi batu ureter proksimal. Pasien ditencanakan untuk pemeriksaan renogram dan anterograde pielografi (APG). Pertanyaan: 1. Uraikan dan jelaskan tentang nefrolitiasis? 2. Jelaskan data-data yang mendukung pasien Ny. DA menderita Nefrolitiasis? 3. Apakah yang anda ketahui tentang pemeriksaan ketok costo vertebra angle (CVA). Jelaskan cara pemeriksaan dan tujuan pemeriksaannya? 4. Apakah pemeriksaan BNO dan apa pula tujuan pemeriksaan tersebut? 5. Apakah pemeriksaan IVP dan apa pula tujuan pemeriksaan IVP? 6. Apakah pemeriksaan renogram dan anterograde pielografi (APG) serta apa tujuan pemeriksaan tersebut? 7. Buatlah rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny. DA (pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi)
Kasus 2 (SGD 4,5) Tn. K usia 42 tahun pekerjaan petani datang ke RS mengeluh nyeri pada perut bawak dan panas saat berkemih. Nyeri dirasakan sejak 5 hari SMRS terasa seperti tertusuk-tusuk dan panas saat buang air kecil. Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Kebiasaan berkemih menjadi sering disertai rasa panas dan sedikit-sedikit. Pemeriksaan fisik pasien tampak sakit ringan, tanda vital dan status generalis masih dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada perut kiri bawah. Pemeriksaan Lab didapatkan bakteri (+), leukositosis. Oleh dokter pasien didiagnosis Infeksi Saluran Kemih. Pertanyaan: 1. Uraikan dan jelaskan mengenai Infeksi saluran kemih (ISK)? 2. Pemeriksaan apakah yang seharusnya dilakukan untuk memastikan Tn. K menderita ISK? 3. Identifikasi pengkajian yang diperlukan untuk mendukung perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. K 4. Buatlah perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. K?
Kasus 3 (SGD 6,7,8) Pasien Tn. Pt usia 60 tahun datang ke UGD mengeluh nyeri pada pinggang kiri sejak seminggu SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke paha dan perut kiri atas. Nyeri dirasakan semakin memberat terutama saat beraktifitas sejak 3 hari yang lalu. Nyeri saat BAK disangkal, BAK berdarah disangka, BAK berpasir dirasakan, demam disangkal, mual muntah disangkal. Sejak 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh perasaan tidak enak dan pegal-pegal di pinggang kiri. Pasien menyangkal riwayat trauma yang mencederai abdomen. Riwayat anggota keluarga dengan penyakit yang sama disangkal. Pasien memiliki kebiasaan minum-minuman bersoda dan jarang meminum air putih serta tidak diimbangi dengan kegiatan olahraga rutin. Pemeriksaan fisik didapatkan data tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri ketok costovertebra angel sinistra (+). Pemeriksaan lab didapatkan data peningkatan kadar leukosit. Urinalisis didapatkan warna keruh, epitel (+), sedimen (+). Pemeriksaan BNO dan USG tampak adanya batu ginjal kiri di pole atas-tengah-bawah; tampak pelebaran sistem pelvicokaliseal. Pasien didiagnosis nefrolitiasis dan hidronefrosis sinistra dengan infeksi saluran kemih atas. Pasien diberikan terapi konservatif dengan rencana terapi operatif.
Pertanyaan: 1. Jelaskan alasan mengapa pasien diberikan terapi konservatif sebelum operatif? a. Terapi konservatif Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American Urological Association, 2005): 1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ shari 2. α - blocker 3. NSAID Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi (American Urological Association, 2005). Tujuan pengobatan konservatif adalah memanfaatkan faal ginjal yang masih ada, menghilangkan berbagai faktor pemberat dan bila mungkin memperlambat progresifitas penyakit ginjal (Sekarwana et al., 2010) Penegakkan diagnosis pada kasus didasarkan pertimbangan aspek klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik), radiologi, dan laboratorium. Terapi konservatif yang diberikan bertujuan untuk mengatasi infeksi saluran kemih atas pasien lalu setelahnya pasien direncanakan untuk dilakukan terapi operatif pengangkatan batu melalui teknik extracorporeal shock wave lithotripsy.
2. Identifikasi pengkajian yang mendukung diagnosis pada Tn Pt?
3. Apakah yang anda ketahui tentang pemeriksaan ketok costo vertebra angle (CVA). Jelaskan cara pemeriksaan dan tujuan pemeriksaannya? Selain penegakan diagnosis dari anamnesis dan radiografi, pada penyakit ginjal biasa dilakukan beberapa pemeriksaan fisik berupa palpasi dan perkusi yang dapat membantu penegakan diagnosis sementara dari penyakit ginjal.6 Perkusi pada ginjal membantu menilai ada tidaknya rasa sakit atau nyeri. Perkusi dilakukan pada sudut costovertebra dengan cara meletakkan telapak tangan yang tidak dominan di atas sudut kostovertebra, kemudian tangan yang dominan menggunakan sisi ulnar tangan atau membentuk gumpalan tinju melakukan pengetukan diatas tangan yang telah diletakkan pada sudut kostovertebra,
pemeriksaan
ini biasa disebut pemeriksaan
nyeri
ketok CVA
(costovertebral angle).7 Pada nefrolitiasis, Nyeri ketok CVA yang positif (+) menandakan bahwa batu telah menyebabkan terjadinya obstruksi pada aliran urin sehingga menimbulkan hidronefrosis atau meregangnya kapsula ginjal akibat tertahannya aliran urin dari ginjal menuju ureter disertai dengan tanda-tanda retensi urine, dan infeksi.6,8,9
4. Apakah pemeriksaan BNO dan apa pula tujuan pemeriksaan tersebut? Radiografi foto polos BNO atau KUB (Kidney, Ureter, Bladder) berguna untuk menilai total beban batu, ukuran, bentuk, komposisi, dan lokasi batu pada beberapa pasien. Batu yang mengandung kalsium (sekitar 85% dari semua jenis batu yang terjadi pada saluran kemih bagian atas) adalah radiopak, namun asam urat murni, indinavir-diinduksi, dan batu sistin relatif radiolusen pada radiografi foto polos. 3 Lokasi batu saluran kemih yang khas dijumpai di bagian kaliks dan pelvis renalis, jika besar akan menyumbat di pelvis renalis, dan bila keluar akan terhenti di ureter dan kandung kemih.5 Meskipun foto polos BNO cukup baik untuk mendeteksi adanya sebuah batu opak ginjal, foto polos bukan merupakan sebuah gold standart untuk menentukan adanya batu opak pada ginjal dari segi pemeriksaan radiologi diagnostik. Foto polos BNO lebih sering digunakan sebagai screening awal untuk menentukan adanya batu opak pada ginjal atau tidak.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi; vol 2. Edisi ke -7. Jakarta: EGC; 2007. Hal 603-602
5. Reancanakan asuhan keperawatan untuk Tn Pt Pasien mendapatkan terapi konservatif dan direncanakan terapi operatif pengangkatan batu. Simpulan. Batu kecil dalam ginjal yang tidak memberi tanda (silent stone) dapat diobati secara konservatif dengan menunggu sampai batu dapat keluar dengan sendiri. Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter per hari. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab batu.28 Pengkajian