53
PERLAKUAN AKUNTANSI PERMINYAKAN ANTARA SUCCESFULL EFFORT, FULL COSTING DAN PSC TERMS PADA INDUSTRI MIGAS INDONESIA. Kasman Arifin ZA
Accountant - Liaison SMO Chevron IndoAsia Business Unit. Dosen Fakultas Ekonomi-Universitas Islam Riau
Abstract : Accounting treatment of petroleum in Indonesia became a who their summary condemnation because of the Accounting treatment of assignment or pemisahaan that uses no Succesfull pengatura Effort, Full Costing are: elimination and PSC Terms, so as to result in multiple interpretations. And it is very difficult for the offender to establish accounting treatment which is good and fitting for a company operating in Indonesia This research aims to find out where the accounting treatment for the condition in Indonesia. This research is ground research. Data were collected through interviews, questionnaires, methods of observation and study of the literature. Data were analyzed by descriptive qualitative. .The results show that Indonesia's Accounting treatment more appropriate to wear Production Sharing Contract terminology, as compared to the other two methods. Key words: Succesfull Effort, Full Costing dan PSC Terms PENDAHULUAN Sampai saat ini peranan minyak bumi dan gas bumi masih sangat besar dan dominan bagi pembangunan nasional, yaitu sebagai penerima negara, dan juga sebagai pemenuh kebututuhan bahan bakar atau energi di dalam negeri, terutama untuk menghidupkan roda perekonomian di sektor industri, sektor angkutan maupun sektor perdagangan . Selain itu migas juga berperan sebagai penerimaan devisa dari sisi ekspor maupun dari pendapatan dalam negeri yang selalu terdapat dalam setiap APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Pada dasawarsa terakhir ini banyak dilakukan seminar mengenai Akuntansi, namun demikian untuk Akuntansi Perminyakan sangat minim dan hampir dikatakan tidak ada. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun
1994 yang membahas tentang perminyakan sudah mengesahkan Standar Akuntansi untuk akuntansi perminyakan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 29 mengenai Akuntansi Minyak dan Gas Bumi yang merupakan penyempurnaan terhadap pernyataan Nomor 5 dari Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang merupakan standar khusus untuk industri Minyak dan Gas Bumi. Kemudian di perbaharui lagi dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK No 29) pada tahun 2004. Standar akuntansi minyak dan gas telah lama menjadi subyek kontroversi. Topik yang terbuka untuk diperdebatkan dan tidak terbatas pada pembebanan atau pemanfaatan berhasilnya terhadap biaya eksplorasi dan evaluasi (dikenal sebagai metode upaya sukses atau Successfully Effort
54
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
versus metode akuntansi biaya penuh atau Full Cost), metode penyusutan aktiva minyak dan gas, pengungkapan, akuntansi dan pelaporan untuk cadangan, penilaian persediaan, dan akuntansi untuk biaya dekomisioning. Dengan perkembangan pengusahaan minyak dan gas bumi, maka akuntansi perminyakan pun bergerak mengikuti karakteristik dan pola-pola industri ini. Sifat industri minyak yang mengandung ketidakpastian, sedangkan biaya yang dikeluarkan sangat besar, maka akuntansi yang diterapkan dalam industri ini pun berkembang kearah yang berbeda dengan akuntansi keuangan pada umumnya. Pada proses pencarian (exploration) minyak dan gas bumi merupakan kegiatan untung-untungan (gambling), dengan arti bahwa kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi belum tentu memberikan hasil, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut sangatlah besar. Hal ini disebabkan bahwa lokasi reservoir di mana terkandung cadangan minyak dan gas bumi yang secara komersial memungkinkan untuk diproduksi berada jauh di bawah permukaan bumi. Kegiatan pencarian minyak dan gas bumi belum tentu akan berhasil (sukses mendapatkan cadangan minyak dan gas bumi), walaupun sudah dipersiapkan dengan cermat dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, industri perminyakan memerlukan teknologi tinggi, padat modal, dan sarat dengan risiko, sehingga pengelolaan yang profesional harus benar-benar diperhatikan. Sebagai akibat dan sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk
industri tersebut yang berbeda dengan industri lainya, seperti: 1. Adanya sifat untung-untungan (gambling) dan usaha eksplorasi menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode pengakuan biaya atas cadangan yang berisi minyak dan gas (dry hole). 2. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan dengan aktivitas sampai ditemukannya cadangan minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya yang terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian dan cadangan minyak yang ditemukan di negara tersebut. Metode yang mengatur akan perlakuan ini disebut dengan metode Full cost. 3. Pendapat lain yang menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak dan gas bumi harus dikaitkan dengan hasil dan aktivitas pencarian suatu cadangan. Biaya tersebut akan dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam kenyataan berisi minyak atau gas bumi dan sebaliknya akan dinyatakan sebagai beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas bumi. Metode yang mengatur perlakuan ini disebut dengan metode Succesfull effort. Selain metode akuntansi yang ada di PSAK No.29, maka berkembang juga akuntansi kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract accounting). Kontrak bagi hasil (PSC) ini mulai dikenal sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1971. Production Sharing Contract accounting dikenal juga Lampiran Akuntansi dalam Kontrak Production Sharing, dikenal dengan Exchibit C mengenai Accounting Procedures. Kontrak Production Sharing
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
dibuat oleh State Enterprise (SE), konsekuensinya harus disadari bahwa dalam pelaksanaannya akan ada ikut campur pemerintah dan kadar keikut campuran ini sangat tergantung dari sifat dan strategis bahan galian yang bersangkutan. Production Sharing Contract merupakan pengganti dari Kontrak Karaya (Contract of Work). Production Sharing Contract ini adalah suatu kerjasama yang dilakukan antara Kontraktor yang bertindak sebagai Operator dan Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh SKKMIGAS bertindak sebagai pemegang Mineral Right atau agen pemerintah Berdasarkan fenomena diatas serta beberapa penelitian sebelumnya, dan penelitian ini belum banyak dilakukan di Indonesia maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti secara deskriptif perpustakaan dengan mengkombinasikan pengalaman penulis (ground reserch) sebagai praktisi di Sektor Migas maka penelitian ini fukus terhadap “Perlakuan Akuntansi Perminyakkan Antara Succesfull Effort, Full Costing dan PSC Terms Tahap Eksplorasi dan Pengembangan Pada Industri Migas Indonesia.”. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat ground research, dimana dimulai temuan dilapangan serta kondisi real yang dipraktekan kemudian dicari teori yang dapat mendukung temuan atau praktek yang telah berlangsung sejak lama. Dari kajian yang seksama akan dihasilkan suatu teori baru dalam perlakuan akuntansi perminyakan di Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Perlakuan Akuntasi yang mana dapat dipakai di
55
Industri Hulu Migas Indonesia; Succesfull Effort, Full Costing dan PSC Terms HASIL PENELITIAN Dalam akuntansi perminyakan, ada 4 komponen biaya utama yang terjadi pada perusahaan-perusahaan perminyakan dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak. Keempat biaya tersebut adalah: 1. Acquisition Cost (Biaya-biaya perolehan) Suatu perusahaan penambangan minyak dan gas bumi untuk menjamin kelangsungan produksinya, sangat tergantung pada kemampuan dalam penyediaan atau penambahan cadangan terbukti (proven reserves). Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha agar tambahan cadangan baru seimbang dengan laju produksi. Pencarian cadangan baru dapat dilakukan dengan intensifikaasi di lahan eksplorasi (property) yang ada atau melakukan ekstensifikasi dengan perluasan atau penambahan lahan eksplorasi baru. Bentuk biaya perolehan bermacam-macam dan tergantung dari cara perolehan dan system kerjasamanya. Penambahan lahan eksplorasi baru dapat dilakukan dengan cara pemilikan wilayah kerja atau hak pengusahaan kekayaan kandungan mineral atas suatu wilayah kerja. Pemilikan wilayah kerja dengan hak mineral (mineral right) dilakukan dengan system Production Sharing Contract. Dalam terminologi akuntansi perminyakan seluruh pengeluaran sehubungan dengan perolehan hak pemilikan atau pengusahaan mineral minyak dan gas bumi dikategorikan sebagai biaya perolehan. Bentuk perolehan hak pengusahaan sangat
56
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
tergantung dari sistem kerjasama yang diizinkan oleh negara pemilik. Oleh karena tujuan perolehan hak untuk melakukan aktivitas perminyakan, maka seluruh biaya-biaya yang timbul untuk perolehan hak melakukan aktivitas-aktivitas eksplorasi, pengembangan dan produksi dalam suatu wilayah kerja tertentu dikategorikan sebagai biaya perolehan. a. Purchase in fee Perolehan ini umumnya dilakukan dengan cara membeli hak terhadap seluruh tanah, baik hak atas permukaan (surface) maupun kemungkinan kandungan mineral yang ada didalamnya (mineral right). Untuk itu cara pembeliannya harus dilakukan berdasarkan kontrak, yang dinyatakan secara jelas batas-batas proses pemilikan hak. (right) Perolehan properti dengan cara purchase in fee, sebelum melakukan pembukuan, pertama-tama harus melakukan alokasi biaya untuk perolehan tanah (land) dan perolehan hak mineral (mineral right). Norma perhitungan alokasi dapat dilakukan dengan menggunakan dasar nilai relatif kewajaran harga pasaran (the relative fair market atau RFM) dari mineral right dan surface right (harga tanah yang bersangkutan). b. Internal Cost Biaya perolehan dengan system internal cost ini dilakukan dengan cara perhitungan alokasi pembebanan, karena tidak ada pengeluaran yang dilakukan secara khusus untuk perolehan suatu property. Pembebanan alokasi ini berasal dari bagian atau departemen yang menangani masalah-masalah pencarian wilayah kerja baru (new venture). Dan departemen yang terlibat umumnya adalah bagian-
bagian hokum (inhouse lawyer), ahli pertanahan (land men) dan kantor pusat (overhead). Dalam PSC, karena seluruh biaya yang timbul berkenaan dengan perundingan wilayah kerja pertambangan (WKP) karena terjadi sebelum penandatangan kontrak, maka tidak diakui sebagai biaya operasi. Walaupun biaya-biaya ini tidak dibebankan sebagai biaya operasi, namun kontraktor akan tetap mengakui sebagai biaya perolehan dan dicatat di kantor pusatnya. Biaya-biaya ini akan dialokasikan ke suatu property dan harus dibukukan sebagai kapital, dan pembebanan setiap tahunnya dilakukan melalui depreciation, depletion, and amortization (DD&A). 2. Exploration Cost (Biaya-biaya Eksplorasi) Penguasaan besarnya proved reserves dalam usaha pertambangan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup usaha penambangan. Untuk mempertahankan dan memperbesar proved reserved dilakukan melahui aktivitas eksplorasi, oleh karena itu aktivitas eksplorasi memegang peranan penting bagi perusahaan penambangan. Biaya Eksplorasi adalah biaya yang terjadi dalam pencarian dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi.(Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 : 29.3) Definisi lain menyebutkan bahwa Biaya Eksplorasi adalah semua biayabiaya yang terjadi untuk mengadakan lokalisasi penyelidikan atas wilayah yang diperkirakan mengandung cadangan minyak dan gas bumi. (FASB nomor 19,1977:19) Berdasarkan definisi di atas maka
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
biaya eksplorasi dapat terjadi sebelum atau sesudah perolehan lahan eksplorasi. Kategori biaya-biaya eksplorasi menurut (IAI,2002:29.5) terdiri atas: a) Biaya Topografi, Geologi dan Geofisika Biaya penyelidikan topofrafi terdiri antara lain (Ikatan Akuntan Indonesia,2002:29.5): 1. Biaya pengukuran tanah 2. Biaya pemetaan tanah 3. Biaya analisa sifat tanah. Biaya penyelidikan geologi terdiri antara lain (Ikatan Akuntan lndonesia,2002 :29.5) : 1. Biaya SLAR (site looking air radar) 2. Biaya geologi lapangan 3. Biaya geokimia Biaya penyelidikan geofisika antara lain terdiri atas (lkatan Akuntan lndonesia, 2002: 29. 5): 1. Biaya gravitasi 2. Biaya magnetik 3. Biaya seismik Aktivitas Geologi dan Geofisika bertujuan untuk mengadentifikasi dan memperkirakan letak lokasi cadangan yang dapat diproduksi secara komersial Penyelidikan G&G yang dilakukan sebelum perolehan lahan eksplorasi biasanya dibuat dalam suatu perjanjian dalam bentuk Shooting Right. Berdasarkan prinsip perjanjian tersebut, maka biaya G&G yang berhasil akan dikategorikan sebagai biaya acquisition the proved property dan yang gagal akan dibukukan sebagai perkiraan piutang. Dilihat dengan metode SE aktivitas G&G tidak ada hubungan langsung dengan penemuan cadangan, maka seluruh biaya akan
57
dicatat sebagai expense pada saat terjadi. Menurut metode FC, semua biaya yang berkenaan dengan pencarian cadangan, baik berhasil maupun gagal akan dicatat sebagai aktiva pada pusat biaya. Dalam prosedur akuntansi Production Sharing Contract sebelum menemukan cadangan yang dapat diproduksi secara komersial, maka seluruh biaya non kapital akan dilakukan penundaan pengakuan dibukukan pada perkiraan unrecovered other cost (service). b) Carrying and Retaining Biaya Carrying and Retaining adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan atau memperpanjang hak kontrak sewa property, biaya-biaya ini meliputi pembayaran delay rental, ad’valoren tax on the property, biaya hukum untuk mempertahankan dan memelihara hak tanah serta biaya pendaftaran kontrak sewa (Arifin, 2004 :44). c) Kontribusi Sumur Uji (Test Well Contribution) Sistem kontribusi sumur uji merupakan cara untuk memperoleh informasi geologi dan geofisika yang dilakukan oleh pihak lain sebagai pemilik wilyaha sekitarnya dengan cara ikut kontribusi pembiayaannya. Kontribusi sumur uji ini ada dua bentuk yaitu kontribusi dry hole dan kontribusi bottom hole. d) Peralatan dan fasilitas Penunjang kelompok biaya yang termasuk dalam biaya peralatan dan fasilitas penunjang (support equipment and facility) ini meliputi beban biaya penyusutan peralatan seismik, bengkel, gudang, perkantoran, dan beban biaya operasi harus didasarkan atas sistem alokasi. e) Pengeboran Eksplorasi
58
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
Pengeboran eksplorasi merupakan tahap akhir dan aktivitas eksplorasi, karena pengeboran eksplorasi yang dapat membuktikan kepastian letak cadangan. Perlakuan akuntansi atas sumur eksplorasi tergantung dan penggunaan metoda akuntansinya, sedangkan pengertian biaya sumur termasuk di dalamnya peralatan dan penlengkapan sumur dapat dikategorikan menjadi dua yaitu Tangible Drilling Cost (TDC) dan Intangible Drilling Cost (IDC). 1. Intangible Drilling Cost (IDC) IDC adalah bagian yang tidak kelihatan atau tidak ada nilainya, yang meliputi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002: 29.5): a) Biaya persiapan (pembebasan tanah, pembuatan jalan, dan pembangunan lokasi) b) Biaya operasi pengeboran c) Biaya mata bor (drilling bits) d) Biaya lumpur (mud) e) Biaya selubung f) Biaya semen g) Biaya penyelidikan di bawah tanah (logging) h) Biaya pengujian dan perampungan i) Biaya gaji j) Biaya pengangkutan alat pemboran k) Biaya pengangkutan lainnya l) Biaya perkemahan, dan lain-lain 2. Tangible Drilling Cost (IDC) TDC merupakan biaya yang timbul setelah pemasangan cristmas tree. TDC adalah biaya berwujud yang mempunyai nilai sisa, khusus biaya berwujud yang
tidak mempunyai nilai sisa seperti casing tetap diperlakukan sebagai TDC. Dalam ketentuan kontrak Production sharing, TDC meliputi biaya wellhead equipment, subsurface equipment dan Production tubing dan disempurnakan termasuk casing. Berdasarkan hasil akhir pengeboran dinyatakan menemukan cadangan, transaksi ini harus dibukukan pada perkiraan sementara (W/P-IDC dan W/P-Lease & well Equipment. (Arifin,2004 :49): Perkiraan W/P-IDC menampung biaya geologi dan geofisika untuk menetapkan lokasi pengeboran, cleaning and leveling site dan acces road , drigging mud pit and installing water line, jasa pengeboran, well log dan drillsteam test cementing service, pemasangan cristmast tree dan perforating and acidizing service. Perkiraan W/P-Lease & WE menampung biaya pipe water line, pembelian pipe and casing, pembelian crismast tree. Setelah status sumur eksplorasi dinyatakan berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi, maka perkiraan sementara (W/P) dipindahkan ke perkiaraan Well and Related Equipment and Facilities dan kemudian lahan eksplorasi direklasifikasi dan perkiraan unproved menjadi proved property. f) Sumur Eksplorasi Uji Stratifigrafi Pada dasarnya sumur uji stratigrafi termasuk kategori sumur eksplorasi sehingga pembukuan biayanya sama dengan pengeboran sumur eksplorasi. Apabila pendekatan pencatatan
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
dengan menggunakan metode SE maka pengeboran yang berhasil menemukan cadangan akan dikapitalisasi dan yang gagal di expense. Kalau menggunakan metode FC berhasil atau gagal menemukan cadangan akan dibukukan sebagai kapital Lain halnya kalau pendekatan yang dilakukan dengan metode PSC maka biaya dryhole dibukukan sebagai non kapital dan apabila berhasil menemukan cadangan untuk biaya TDC dibukukan sebagai kapital dan IDC tetap sebagai non kapital. 3. Development Cost (Biaya-biaya Pengembangan) Biaya Pengembangan adalah “Cost incurred in development property, develop proved reseries oil and natural gas to drill and produce” (Porter, 1965: 89). Pengembangan cadangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia,2002: 29.7). 1. Penyediaan peralatan dan persediaan 2. Penambangan, pengaliran, pengumpulan, dan penyimpanan minyak dan gas bumi, 3. Penyediaaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. Biaya pengembangan dapat dibedakan antara biaya pengembangan yang tidak berwujud (Intangible) dan biaya pengembangan yang berwujud (Tangible) tergantung dari sifat-sifat masing-masing biaya (Ikatan Akuntan Indonesia,1994:29. 10). a) Biaya Intangible drilling & Pengembangan Dalam akuntansi biaya pengembangan harus ada perbedaan yang jelas termasuk kiasifikasi Intangible Drilling Cost (IDC) dan pengembangan peralatan fasilitas produksi. Di
59
sini beban IDC diperlakukan sebagai biaya dan peralatan fasilitas produksi akan dibukukan sebagai aktiva yang pembebanannya dilakukan melalui penyusutan. Biaya IDC merupakan biaya sumur dan pengembangan yang tidak mempunyai nilai sisa (salvageable), sedangkan yang mempunyai nilai sisa (kecuali casing) masuk kategori TDC. Jadi beban yang timbul sebelum pemasangan chrismas tree termasuk pemasangan peralatan adalah IDC, sedangkan sesudahnya dikategorikan sebagai TDC (Arifin,2004:53). Perbedaan antara IDC dan biaya peralatan, dapat kita lihat pada pembelian casing dan biaya pemasangan. Oleh karena itu casing merupakan peralatan sumur bawah dan pemasangannya dilakukan sebelum chrismast tree maka casing tetap diakui sebagai biaya pembelian equipment sedangkan biaya pemasangannya merupakan kategori IDC. Untuk pembelian flowline dan storage tank dan ongkos pemasangannya, karena peralatan bukan sumur dan terjadi setelah pemasangan Christmas tree, maka kategori IDC tidak ada. Sehingga pembelian barang flowline dan storage tank dan ongkos pemasangan merupakan kategori biaya equipment. Untuk pembebanan ongkos pembangunan jalan menuju pemboran sumur, karena pembebanan sehubungan dengan pemboran sumur dan terjadi sebelum pemasangan Christmas tree, maka akan dikategorikan
60
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
sebagai IDC. Sebaliknya pembebanannya ongkos pembangunan jalan yang menuju ke lokasi sumur produksi dan yang terjadi setelah pemasangan Christmas tree, maka akan dikategorikan sebagai biaya peralatan. Biaya pemboran sumur eksplorasi dan pengembangan yang dikategorikan sebagai IDC adalah biaya yang dikeluarkan sebelum pemasangan Christmas tree meliputi sebagai berikut : 1. Biaya persiapan sebelum melakukan pemboran meliputi geologi & geofisika untuk menentukan lokasi pemboran, persiapan lokasi untuk pemerataan, pembersihan, pembuatan jalan ke lokasi dan pembuatan lubang pembuangan. 2. Biaya selama pemboran meliputi pembayaran kepada jasa pemboran untuk pembelian casing dan peralatan lain untuk keperluan pemboran, Lumpur pemboran (drilling mud), bahan kimia, semen dan bahan persediaan serta upah tenaga kerja dan bahan bakar. 3. Biaya selama penyelesaian sumur (completion) meliputi pengujian sumur untuk rekaman sumur (well log), uji kandungan lapisan pipa (drillsteam test) dan analisa batuan inti (core analysis); jasa pelubangan (perforating service) dan penyemenan (cementing); penyedotan (swabbing), pengesaman (acidizing) dan peretakan (fracturing); pemasangan subsurface equipment untuk
wellhead dan Christmas tree. b) Biaya Geologi & Geofisika untuk Lokasi Pemboran Dalam metoda SE maupun FC biaya geologi dan geofisika untuk menentukan lokasi pemboran dibukukan sebagai bagian dari biaya pemboran sumur pada perkiraan W/P-IDC. Setelah ada penetapan status penyelesaian sumur, kemudian akan dipindahkan pada perkiraan Well and Related-IDC. Sedangkan pada PSC dibukukan pada perkiraan Well-IDC dan bagaimanapun hasil akhir pemboran tetap diperlakukan sebagai non kapital. c) Biaya Kerja Ulang (Work Over) Dalam operasi perminyakan kerja ulang (work over) mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan merangsang produksi suatu sumur. Kerja ulang tujuannya untuk membuka peralatan lubang sumur dan membersihkan ujung casing, menghilangkan dan memotong sumbatan pasir formasi, sehingga cairan minyak dapat mengalir kembali secara lancar ke sumur produksi. Walaupun tidak ada penyumbatan batuan atau partikel penyumbat lainnya, namun akan selalu dilakukan kerja ulang untuk perbaikan sumur produksi. Biaya yang terjadi untuk kerja ulang, tujuannya untuk memperbaiki produksi, maka perlakuannya akan dibukukan sebagai expense. Kerja ulang yang tujuannya hanya sebagai usaha untuk memperbaharui produksi, atau sifatnya hanya merupakan penyelesaian ulang (recompletion) pada zona produksi yang sama, atau zona yang agak dangkal, maka biayanya harus dibukukan sebagai expense karena tujuannya jelas untuk pemeliharaan sumur produksi.
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
Kerja ulang yang bertujuan untuk mencari formasi baru, walaupun dalam tahap pengembangan masuk kategori biaya pemboran sumur, namun perlakuan pembukuan klasifikasi sumur, apakah sumur eksplorasi atau pengembangan. Untuk klasifikasi sumur pengembangan harus dibukukan sebagai kapital, sedangkan sumur eksplorasi tergantung hasil akhir dan pemilihan metoda pembukuan. d) Pengeluaran Biaya Pengembangan Rincian biaya pengembangan meliputi biaya mulai dari memperoleh hak jalan masuk kecadangan, pembersihan dan pengumpulan. Sesuai dengan FASB 19 (Financial Accounting Standard Board) dalam biaya pengembangan termasuk pula penyusutan. Dan biaya biaya ini timbul akibat dan penggunaan peralatan penunjang dan fasilitas-fasilitas yang antara lain sebagai berikut (Arifin,2004:55). 1. Perolehan hak jalan menuju lokasi sumur pengeboran termasuk survei penetapan lokasi pengeboran, pembersihan, peralatan tanah, pembuatan parit, pembangunan jalan dan pemindahan jalan umum dan lainlain. 2. Pengeboran dan peralatan sumur pengembangan, sumur pengembangan uji stratigrafi, pemeliharaan sumur termasuk biaya platform dan peralatan sumur termasuk casing, pipa, peralatan pompa dan perakitan wellhead. 3. Perolehan, konstruksi dan instalasi fasilitas produksi seperti flowline separator, treter, manifold, measuring device dan Production storage tank natural
61
gas cycling. 4. Penyediaan perbaikan recovery system 5. Pengeboran yang bertujuan untuk pemeliharaan sumur pada suatu lapangan, diperlakukan sebagai biaya pengembangan e) Peralatan dan Fasilitas Penunjang Penyusutan peralatan dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk aktivitas pengeboran sumur pengembangan yang digunakan untuk aktivitas pengeboran sumur pengembangan dibukukan sebagai tambahan biaya aktiva pada perkiraan well and related E&F-IDC. Perlakuan akuntansi terhadap jenis biaya pengembangan menurut metode Full Costing maupun Successful Effort semua biaya pengembangan dikapitalisasi sebagai bagian dari asset minyak dan gas bumi yang meliputi asset sumur dan peralatan sumur (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002: 29.10). 4. Production Cost (Biaya-biaya Produksi) Perlakuan Akuntansi terhadap biaya operasi minyak dan gas bumi adalah sama (dikategorikan sebagai biaya produksi) apakah dalam pencatatannya menggunakan metode Successful Effort atau Full Costing. Dapat di definisikan bahwa biaya produksi dalam kegiatan operasi minyak dan gas bumi adalah biaya sehari-hari yang timbul untuk pengoperasian dan pemeliharaan sumur-sumur dan peralatan serta fasilitasnya, termasuk biaya penyusutan, biaya operasi peralatan dan fasilitas penunjang dan biaya-biaya Iainnya yang berhubungan dengan operasi produksi (Arifin, 2004: 57). Definisi lain menyebutkan bahwa biaya-biaya produksi adalah biayabiaya yang terjadi dalam kegiatan
62
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
proses produksi, yang melaputi biayabiaya untuk mengoperasakan dan memelihara Wells dan Equipment and Related Facilities perusahaan, termasuk biaya depresiasi, dan applicable operating costs peralatan dan fasilitasfasilitas penunjang (FASB nomor 19, paragraf 26). Bahasa lain dari biaya produksi adalah Lifting yang terdiri atas (Arifin, 2004: 57): a. Upah tenaga kerja untuk pengoperasian sumur-sumur dan peralatan serta fasilitasnya. b. Biaya perbaikan dan pemeliharaan c. Biaya material, persediaan dan konsumsi bahan bakar, jasa operasi sumur dan peralatan serta fasalitasnya d. Pungutan pajak (severance tax) dan windfall profit tax Di samping komponen biaya-biaya di atas dalam menghitung biaya produksi termasuk juga biaya depreciation depletion dan amortization (DDA) dari kapitalisasi biaya perolehan property eksplorasi dan development. 1. Ketentuan Akuntansi Biaya Produksi Perlakuan akuntansi (SE&FC) terhadap biaya produksi minyak dan gas bumi adalah sama dan dibukukan pada saat pembebanan. Khusus untuk FC, SEC menyatakan bahwa semua yang timbul berkenaan dengan aktivitas produksi, termasuk biaya workover. Untuk kepentingan analisa atau penelitian biaya produksi migas dapat dipisahkan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung antara lain meliputi biaya perbaikan dan pemeliharaan sumur dan upah pegawai yang hanya bekerja untuk satu wilayah kontrak kerja, karena merupakan biaya langsung cara pembukuannya pada pusat biaya
adalah mudah. Sedangkan untuk biaya yang tidak langsung (merupakan biaya administrasi) yang tidak secara langsung berhubungan dengan operasi perminyakan, seperti biaya kantor atau overhead harus dibebankan kepada masing-masing kontrak sewa atau sumur. Adapun alokasi biaya tak langsung ke masing-masing sumur menggunakan cara sebagai berikut (Arifin,2004:58). a. biaya angkut atau transportasi biasanya digunakan atas dasar jarak tempuh. b. Volume penggunaan untuk proyek water flooding. c. Waktu dan kedalaman untuk pengeboran sumur, dan penggunaan bahan bakar untuk kapal terbang. Untuk gaji dan upah tenaga kerja yang mengerjakan beberapa kontrak sewa, alokasinya didasarkan atas time sheet. Sedangkan biaya tidak langsung kantor distrik alokasinya digunakan atas dasar produksi atau jumlah sumur produksi. Gaji dan upah buruh yang mengoperasikan sumur-sumur dan peralatan serta fasilitasnya, termasuk employee benefit supervisor dan alokasi gaji tenaga kerja yang mengerjakan beberapa kontrak sewa seluruhnya merupakan komponen dan biaya produksi. 2. Secondary dan Tertiary Recovery Pengembangan metoda secondary dan tertiary recovery memerlukan biaya investasi yang besar pengeluaran biaya di sini meliputi pengeboran sumur injeksi dan pembelian peralatan injeksi. Karena metode ini timbul pada fase pengembangan maka biaya-biayanya dibukukan sebagai kapital dan pembebanannya diamortisasi dengan
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
menggunakan metode unit produksi. 3. Gathering System Gathering System merupakan aktivitas yang dimulai dari pipa-pipa pengumpul yang berasal dan sumur sumur produksi ke fasilitas pengumpul dimasing-masing area yang bertujuan untuk memisahkan antara minyak, gas dan air. Seluruhnya biaya yang timbul untuk instalasi sistem pengumpul ini dibukukan sebagai kapital, sedangkan biaya operasi dan sistem pengumpul ini dibebankan pada saat terjadinya dan dikategorikan sebagai biaya produksi 4. Tubular Goods Dalam industri perminyakan, sebagian besar peralatan yang digunakan berupa barang-barang berbentuk pipa (casing and tubing). Biaya pembelian dan pemeliharaan pipa-pipa ini dibebankan sebagai biaya pada saat terjadinya dan dikategorikan sebagai biaya produksi. 5. Aspek Akuntansi Biaya produksi dibukukan pada saat terjadinya pembebanan baik Succesfull Effort maupun Full Costing mengakui bahwa biaya produksi merupakan biaya yang timbul sehubungan dengan aktivitas memproduksi minyak dan gas bumi. a) Biaya Operasi Produksi Semua biaya yang timbul untuk operasi atau produksi pada metode SE dan FC dibukukan sebagai expense. Pada Production Sharing Contract semua biaya yang timbul dibukukan sebagai Unrecovered Other Cost Recovery. Apabila nilai sisa produksi mencukupi seluruhnya dibukukan pada perkiraan Cost Recovery, dan apabila kurang tetap dibukukan sebagai Unrecovered Other Cost. Semua biaya yang timbul dibukukan sebagai Unrecovered
63
Other Cost Recovery. Dan pada saat produksi komersial, seluruh Unrecovered Other Costs dari aktivitas eksplorasi dan pengembangan dibukukan sama dengan biaya produksi. b) Biaya Penyusutan Berdasarkan metoda SE dan FC, semua biaya penyusutan produksi dibukukan sebagai expense. Metoda penyusutan fasilitas produksi langsung untuk SE maupun FC menggunakan unit produksi, yaitu jumlah produksi dibagi dengan proven reserve current year. Proven reserve terdiri dari remaining reserves tahun sebelumnya ditambah dengan tambahan net reserves termasuk reassessment. Untuk penyusutan fasilitas penunjang menggunakan metode sesuai dengan use full life (metode garis lurus). Sebagai contoh produksi tahun berjalan 20 juta barrel, remaining reserves 360 juta barrel dan penambahan cadangan 40 juta barrel, maka prosentase penyusutan 5 % yaitu 20 juta barrel dibagi dengan 400 juta barrel (360 juta + 40 juta tambahan reserves). Kapital asset metode FC akan selalu lebih besar dari SE, karena masalah pengakuan biaya penemuan cadangan. Biaya penemuan cadangan yang berhasil maupun yang gagal sesuai FC akan dibukukan sebagai kapital, dan untuk SE hanya yang berhasil saja dibukukan sebagai kapital. Berdasarkan metode PSC, dasar perhitungan untuk penghitungan penyusutan menggunakan metode declining balance (DB) atau faktor penyusutan dikalikan dengan nilai buku, dan untuk akhir tahun masa manfaat harus full recovery, serta tidak memperhatikan masalah
64
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
cadangan. Nilai kapital asset PSC lebih kecil dari metode SE, karena biaya pemboran hanya biaya pemboran tak berwujud (intangible drilling cost-IDC) yang berhasil saja yang diakui sebagai kapital asset. Pada saat produksi komersial, seluruh Unrecovered Other Costs dari kapital asset aktivitas-aktivitas eksplorasi dan pengembangan dibukukan sama dengan biaya produksi. Oleh karena tidak mengenal prioritas pengembalian biaya, maka Cost Recovery maupun Unrecovered Other Costs menjadi satu paket. Industri perminyakan dan gas atau migas hanya mengenal 2 macam metode pencatatan laporan keuangan untuk akuntansi perminyakan dan gas dari United State (Amerika). Yaitu metode SuccessfullyEffort dan FullCost yang diatur melalui SFAS 19 dan 26, jika beroperasi di Indonesia maka Chevron tunduk dan patuh dalam perjanjian kontrak yang disebut dengan ProductSharing Contract (PSC). Di dalam ProductSharing Contract/PSC tersebut di Exhibit C atau lampiran 3 adanya PSC Item, yaitu PSC terminologi tentang bagaimana perlakuan akuntansi migas tersebut. Untuk Chevron sendiri metode pencatatan laporan keuangan yang dipakai adalah succesullyeffort dikarenakan perusahaannya besar dan berkelas dunia/ internasional. Exhibit C adalah lampiran prosedur akuntansi ProductSharing Contract/PSC/KPS sesuai dengan GenerallyAcceptedandRecognizedAc counting Systems (GARAS) untuk tujuan perhitungan OperatingCostsyang meliputi semua pengeluaran dan kewajiban yang
terjadi untuk melaksanakan operasi perminyakan yaitu kegiatan mulai dari Eksplorasi, Pengembangan, Ekstraksi, Produksi, Pengangkutan dan Pemasaran yang dikuasakan dalam kontrak. Untuk pengeluaran sebelum produksi pengakuan menjadi biaya ditunda sampai mulai produksi. Apabila melakukan pencatatan dengan Product Sharing Contract/PSC item terminologi maka perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangannya ke Amerika Serikat masih menggunakan GAAP atau dengan melakukan penyesuaian (Adjustment).Sebagai contoh untuk kandungan minyak (Reservoir) yang terdapat di perut bumi, Untuk Indonesia dihitung sebagai aset yang berumur 5 sampai 10 tahun yang didasarkan pada perpajakan. Di Amerika berdasarkan GAAP pada unit production/ produksi unit, jadi selisih antara kedua pencatatan ini yang dibikin penyesuaian. (Lampiran 1 Halaman 102) atau dengan kata lain untuk standar laporan akuntansi/keuangan ke Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh SKK migas berdasarkan akuntansi standar PSC sedangkan untuk laporan ke Amerika Serikat berdasarkan US GAAP. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas dan membandingakan anatara praktek yang dilakukan dalam industri hulu Migas Indonesia dengan teori Akuntansi terutama PSAK No 29 dengan konvergensinya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Perlakuan akuntansi terhadap biaya eksplorasi baik di catat dengan menggunakan Succesfull Effort, Full Costing maupun berdasarkan term
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
Production Sharing Contract telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang ada di PSAK Nomor 29. 2. Sesuai dengan kontrak kerja kontraktor dengan dengan pemerintah Indonesia, untuk pelaporan ke Pemerintah Indonesia berdasarkan term yang ada pada Production Sharing Contract., untuk pelaporan ke parent company (perusahaan induk) berdasarkan US GAAP, artinya kontraktor melaporkan dengan menggunakan Succesfull Effort atau Full Costing. 3. Kegiatan eksplorasi merupakan proses mencari, meindentifikasikan suatu daerah yang diperkirakan mempunyai kandungan minyak dan gas potensial, yang dibuktikan melalui pengeboran sumur stratigraphyc. Sehingga berdasarkan definisi ini, maka biaya eksplorasi dapat terjadi sebelum atau sesudah perolehan lahan eksplorasi. Biaya eksplorasi terdiri dari biaya Geologi dan Geofisika Shooting Right, Kontribusi Sumur Uji ( Test Well contribution ), Peralatan dan Fasilitas Penunjang, dan Pemboran eksplorasi. Perlakuan akuntansi perminyakan untuk biaya eksplorasi berdasarkan Succesfull Effort Method,Full Costing Method,dan Production Sharing Contract Accounting, sangat berbeda antara satu metode dengan metode lainnya. 4. Pada Succesfull Effort Method,semua biaya yang terjadi dalam proses pencarian cadangan minyak dan gas bumi baik untuk yang berwujud atau tidak berwujud akan dikapitalisasikan bila terbukti cadangan minyak dan gas bumi tersebut didapatkan (mempunyai nilai komersial). Sebaliknya bila cadangan tersebut tidak terbukti, maka biaya tersebut akan dicatat
65
sebagai beban pada periode bersangkutan. 5. Untuk Full Costing Method, semua biaya yang terjadi yang digunakan untuk cadangan terbukti, baik menghasilkan atau tidak, semuanya akan dikapitalisasikan sebagai aktiva pada pusat biaya berdasarkan di Negara mana kegiatan dilakukan. 6. Namun sebaliknya pencatatan dengan menggunakan metoda PSC Accounting, dimana semua biaya eksplorasi yang terjadi akan dikapitalisasikan bila biaya tersebut berwujud (TDC) dan cadangan yang diperkirakan terbukti menghasilkan. Biaya tidak berwujud (IDC) masuk kategori non kapital. Sedangkan apabila dinyatakan dryhole seluruh biaya pemboran eksplorasi dibukukan sebagai non kapital. 7. Pengaruh penerapan Accounting Production Sharing Contract pada biaya terhadap laporan keuangan : a) Intangible drilling Cost (IDC), karena dibebankan maka akan masuk ke dalam Income Statement. b) Depresiasi, akan berbeda jumlahnya, karena PSC Accounting menggunakan Declining Balance, sedangkan PSAK memakai Straight Line Method, yaitu menggunakan unit produksi dari kontrak tersebut. c) Berdasarkan PSC Accounting, Acquisition cost langsung fully amortize tetapi hanya di record di Balance Sheet, biaya-biaya yang ada acquisition cost tidak diakui sebagai factor biaya yang mengurangi pendapatan. Melainkan hanya untuk mengurangi jumlah pajak yang akan dibayarkan kepada pemerintah Indonesia, sedangkan di PSAK sesuai umur
66
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014
kontrak, untuk pencatatannya apabila belum di amortisasi akan dicatat pada Balance Sheet, dan apabila sudah di amortisasi akan di catat pada Income Statement. B. Saran-saran 1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi ini sebaiknya menyesuaikan dengan perubahan Undang-Undang, karena PSAK 29 ini masih berdasarkan Undang-Undang No 8 tahun 1971 tentang PERTAMINA, sedangkan saat ini Undang-undang tersebut telah berubah menjadi Undang-Undang No. 22 tahun 2000 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2. Untuk perlakuan terhadap Intangible drilling cost (IDC), secara umum seluruh kontraktor yang bergerak pada bidang migas memperlakukan biaya intangible (IDC) sebagai expense. Mengapa aturan ini tidak langsung dibakukan untuk PSAK Indonesia. Daripada selalu timbul pengecualian-pengecualian dalam pelaksanaan akuntansi perminyakan.
3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 29 (PSAK) sebaiknya mengandung/ berisikan prosedur akuntansi perminyakan, yang dapat disajikan dalam bentuk lampiran. Karena didalam prosedur akuntansi perminyakan ini ada hal-hal yang typical, yang hanya ada di Indonesia, tetapi tidak terdapat pada akuntansi migas di Amerika Serikat (PSAK Indonesia banyak mengutip dan menyadur dari GAAP Amerika). Halhal yang typical ini contohnya antara lain adalah seperti FTP(First tranche Petroleum), DMO (Domestic Market Obligation), Investment Credit, Cost Oil, Over/ Under Lifting, Interest Recovery, Non Shareable Cost, dll. Yang sebenarnya merupakan treatment (perlakuan) yang unik dalam bisnis/akuntansi perminyakan di Indonesia. 4. Dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) sebaiknya dicantumkan contoh format Laporan Keuangan untuk Akuntansi Perminyakan.
Daftar Pustaka : Arifin, K.Z.A. 2006, Disertasi; Pengaruh Sistem Fiskal Dalam Kontrak Bagi Hasil Terhadap Pengembalian Biaya, Anggaran Pendapatan dan Dana Bagi Hasil ,Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. Barata, A.A. dan B.Trihartono, 2004, Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, ISBN 234040883, Gramedia, Jakarta. Brock, H.R. D.R. Jennings, and J.B Feiten, 1996, Petroleum Accounting; Principles, Procedures & Issues, Forth Edition, ISBN 00940966-24-7, Profesional Development Institute, Texas Charlotee J. Wright, Rebecca A Gallun, Fundamentals of Oil & Gas Accounting, Fifth Edition, PennWell Books, Tulsa, 2008. Charlotee J. Wright, Rebecca A Gallun, International Petroleum Accounting, Fifth Edition, PennWell Books, Tulsa, 2005
Perlakuan Akutansi Perminyakan Antara Succesfull Effort,… (Kasman Arifin)
67
Gallun, R. A. J.W. Stevenson. and L.M. Nicholas, 1993, ISBN 0-87814-404-8, Fundamentals of Oil & Gas Accounting, Third Edition, PennWell Books, Tulsa. Horace R Brock, Martha Z. Carnes, Randol Justice, Petroleum Accounting (Principles, Procedures and Issues) Six Edition, Profesional Development Institute, University of North Texas, USA,2007. Johnston, D. 1994, International Petroleum Fiscal Systems and Production Sharing Contracts, ISBN 0-87814-426-9, PennWell Publishing Company, Tulsa. -----------------. 1992, Oil Company, Financial Analysis In Nontechnical Language, ISBN 0-87814-374-2, PennWell Publishing Company, Tulsa. -----------------. 1998, International Oil Company Financial Management In Nontechnical Language, ISBN 0-87814-597-4, PennWell Publishing Company, Tulsa Patowidagdo, W, 2002, Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi, ISBN 979-95746-2-5, Program Studi Pembangunan PPS ITB, Bandung. Yusgiantoro, P. 2000, Ekonomi Energi, Teori dan Praktek (ISBN 979-8391-81-0), Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. -------------------, Oil Law No.8/1971, National Law and Indonesian Regulation. -------------------, Oil Law No.22/2001, National Law and Indonesian Regulation. -------------------, 2000, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Minyak dan Gas Bumi, Biro Hukum Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Jakarta. James Harris, December 2003, Indonesian : New Oil & Gas Law, Lovells, Singapore. Rezky Sri Wibowo, 2005, Transparansi Ekonomi Ekstraktif Di Indonesia, Journal Transparency International Indonesia, Jakarta
68
Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akutansi I Vol. 23 No. 2 Desember 2014