UJI EKSTRAK BIJI BENGKUANG (PACHYRHIZUS EROSUS URBAN) SEBAGAI INSEKTISIDA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK PENGENDALIAN HAMA BELALANG HIJAU (MELANOPLUS FEMURRUBRUM)
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh : Ayunda Nur Haniefah NIM : 13DF277010
PROGRAM STUDI D-III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
INTISARI UJI EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus Erosus Urban) SEBAGAI INSEKTISIDA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK PENGENDALIAN HAMA BELALANG HIJAU (Melanopus Femurrbrum)1 Ayunda Nur Haniefah2, Panji Wahlanto3, Anna L Yusuf4 Sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia adalah petani, sejak mengenal cocok tanam, masyarakat sering mengalami gangguan yang bersifat menghambat, atau mengagalkan panen. Adanya gangguan hama menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya tanaman. Menghadapi kendala tersebut mendorong para petani untuk menggunakan insektisida anorganik sebagai pengendalian hama tapi dapat berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Biji bengkuang yang diketahui memiliki senyawa yang beracun dapat dimanfaatkan sebagai insektisida organik yang ramah lingkungan yang perlu diteliti potensinya terhadap hama belalang sebagai sampel penelitian. Pembuatan ekstraksi biji bengkuang menggunakan metode maserasi, meserasi merupakan ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan pelarut organik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan 3 replikasi. Terdapat 5 perlakuan yaitu ekstrak biji bengkoang dengan konsentrasi 25% , 50% dan 75%. Kontrol positif menggunakan yasitrin dan kontrol negatif menggunakan aquades. Hasil penelitian diolah menggunakan analisa Anova, untuk memastikan data terdistribusi normal dan untuk melihat apakan ada perbedaan yang bermakna dari semua kontrol, hampir semua konsentrasi dan kontrol memiliki perbedaan yang bermakna, kontrol positif dengan semua konsentrasi dan juga kontrol negatif dengan semua konsentrasi memiliki perbedaan yang bermakna, tetapi pada konsentrasi 75% dan konsentrasi 50% tidak ada perbedaan yang bermakna. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang berpengaruh nyata terhadap penggunaan pengendalian hama belalang sebagai insektisida organik Kata kunci
: biji bengkuang , hama belalang, insektisida organik.
Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing l, 4 nama pembimbing ll.
v
ABSTRACT EXTRACT TEST YAM BEAN (Pachyrhizus Erosus Urban) AS INSECTICIDE ENVIRONMENTALLY FRIENDLY FOR PEST CONTROL GREEN GRASSHOPPER (Melanopus Femurrbrum)1 Ayunda Nur Haniefah2, Panji Wahlanto3, Anna L Yusuf4
Most Indonesian people work as farmer, since they know about the cultivation, people often get the hamper disruptions or the harvest fails. The pests causing farmer can’t do the cultivation. The obstacle can encourage the farmers to use organic insecticides as pest control but it had the bad effect for the environment . Yam beans are known has toxic compounds that can be used as an organic insecticide that good for the environment and necessary to study its potential against grasshopper as samples. The yam bean extraction using maceration method , maceration a simple extraction by soaking the bulbs with the organic solvent . This study used an experimental method with three replications. There are 5 treatments, yam bean extract with a concentration of 25 %, 50 % and 75 % . Positive controls using yasitrin and negative controls using aquadest. Results were analyzed using Anova analysis, to ensure the distributed data are normal and to know the significant differences of all the controls, almost all of the concentration and control had significant differences, positive control with all the concentration and negative control with all the concentration has significant difference but at concentrations of 75 % and 50 % concentrations had no significant difference. This research shows that the yam seed extract has significantly affect as the pest control of grasshopper as an organic insecticide . Keywords: Yam Seed, Grasshopper, Organic Insecticides
Description: 1 Title, 2 Students Name, 3 Names of the Supervisors I , 4 Names of Supervisor II.
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia adalah petani, oleh karena itu sektor pertanian menjadi penting dan peningkatan pendapatan petani akan berdampak secara langsung terhadap bagsa Indonesia. mengalami
Sejak
mengenal
gangguan
cocok
yang
tanam,
bersifat
masyarakat
menghambat,
sering
merusak,
menghancurkan atau mengagalkan panen. Di beberapa lokasi, adanya gangguan hama menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya tanaman. Di alam ada 2 golongan besar penganggu tanaman, yaitu biotik (gulma, penyakit tumbuhan dan hama) dan abiotik (cuaca) (Sinaga, 2003) Kadang kadang kita terlalu sibuk dengan mencari ilmu di internet, buku, majalah dan sebagainya dan terlupa bahawa di dalam Al Quran terdapat banyak ayat-ayat yang menceritakan hal yang berkaitan pertanian. hanya berbentuk soalan (yang perlu kita fikirkan), panduan, peringatan dan sebagainya. Kita (petani) perlu mengambil perhatian akan isi Al-Quran yang sungguh lengkap. Cuma kita kita yang sering terlupa. Allah SWT brfirman Al-Qur’an, Qs.Al Baqrah (Kebun Dan Zakat) : 265 yang berbunyi :
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredhoan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika
1
2
hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”.(Q.s Al-Baqarah : 265) Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: َ َل ُه َكانَ إِالَّ ◌ٌ َب ِھ ْي َمة أَ ْو إِ ْنسَانٌ أَ ْو َط ْي ٌر ِم ْن ُه َف َيأْ ُكلَ َز ْر ًعا َي ْز َر ُع أَ ْو س ُم ْسل ٍِم مِنْ َما ُ سا َي ْغ ِر ً غ ْر, صَدَ َق ٌة ِب ِه “Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/ tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321) Hama adalah organisme perusak tanman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati. Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya moluska sawah, wereng, tikus, ulat, tungau,ganjur dan belalang. Hama dapat merusak secara langsung ataupun tidak langsung. . Hama yang merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerakan atau gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung melalui penyakit yang dibawa hama tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari benih, pembibitan hingga pemanenan tidak luput dari gangguan hama. Menurut Smith (1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan degan manusia. Belalang adalah serangga yang dapat mengganggu terhadap kelangsungan hidup tanaman. Belalang memakan tangkai padi sehinnga menyebabkan kerusakan tanaman padi. Menghadapi kendala tersebut mendorong para petani untuk menggunakan insektisida. Insktisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga Insektisida
3
dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman ataupun faktor penyebab penyakit. Insektisida merupakan salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) (Djojosumarto, 2008). Penggunaan insektisida sintetik yang sangat luas tidak hanya mempengaruhi kehidupan serangga tetapi juga sistem fauna dan flora, lingkungan fisik dan kesehatan manusia (Manuwoto, 1999). Selain itu insektisida sintetik memiliki sifat non spesifik karena dapat membunuh organisme lain diantaranya adalah musuh alami yang harus dipertahankan keberadaannya (Arinafril dan Muller, 1999; Thamrin et al, 1999). Penggunaan insektisida sintetik pada umumnya kurang aman karena berdampak samping yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan. Untuk itu insektisida sintetik yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati yang pada umumnya merupakan senyawa kimia yang berspektrum sempit terhadap organisme sasaran (Sastrodiharjo et al., 1992; Thamrin dan Asikin, 2007). Salah satu produk alam hayati yang telah diketahui aman terhadap lingkungan dan kesehatan manusia adalah insektisida dari bahan tumbuhan atau lebih dikenal sebagai insektisida nabati sehingga berdampak positif bagi kelestarian lingkungan. Penulis memilih judul pemanfaatan ekstrak biji bengkuang sebagai insektisida ramah lingkungan untuk pengendalian hama belalang hijau dikarenakan masalah hama tersebut sering di jumpai dimasyarakat terhadap tanaman padi yang merupakan sumber pangan utama masyarakat Indonesia. Belalang hijau dan keong mas merupakan hama pertama yang menyerang tanaman padi sejak tumbuh menjadi tanaman susu sampai menjadi tanaman dewasa, sedangkan hama lainnnya seperti hama wereng, hama lembing dan
4
hama ulat hanya menyerang tanaman padi saat berbuah saja. Jika tanaman telah habis dirusak hama belalang tanaman padi pun tidak akan sampai berbuah. Belalang hijau menjadi sasaran utama pengendalian
karena belum
ada
penelitian
sebelumnya
yang
membahas tentang hama belalang hijau. Biji bengkuang dijadikan sebagai insektisida sebagai pengendali hama belalang lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan insektisida anorganik yang beredar dipasaran. Selain itu, racun yang terkandung dalam biji bengkuang hanya meracuni serangga saja dan tidak berefek terhadap kesehatan dan lingkungan. Sedangkan insektisida anorganik dapat menimbulkan hama menjadi resisten bahkan meracuni manusia bila terakumulasi dalam tubuh secara berlebih dan mencemari lingkungan. Maserasi merupakan ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan pelarut organik seperti : alkohol, eter, ester, etil asetat, keton, kloroform, metanol dan etanol. Etanol memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar, beda kerapatan yang signifikan sehingga mudah memisahkan zat yang akan dilarutkan. Etanol tidak bersifat racun, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif dan mudah didapatkan (Handoko, 1995).
B. Batasan Masalah 1. Sampel yang digunakan yaitu biji bengkuang 2. Metode ekstrak yang digunakan adalah maserasi 3. Hama yang digunakan adalah belalang hijau (Derris elliptica)
C. Rumusan Masalah Bagaimana
efektivitas
terhadap hama belalang?
insektisida
organik
biji
bengkuang
5
D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji bengkuang terhadap hama belalang.
E. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui cara pembuatan ekstrak biji bengkuang dengan proses maserasi sebagai insektisida organik. 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak biji bengkuang yang efektif sebagai insektisida organik ramah lingkungan. 3. Diharapkan dapat memperoleh suatu penelitian yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut.
F. Keaslian Penelitian Penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan beberapa persamaan maupun perbedaan sebagai bandingan. Adapun penelitiannya yaitu sebagai berikut :
6
Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian Judul Pemanfaata n ekstrak akar tuba sebagai insektisida ramah lingkungan untuk mengendalik an populasi ulat bulu
Nama Eko Budiyanto
Tempat Universitas Negeri Yogyakarta
Tahun 2011
Persamaan Mengekstraksi dengan proses maserasi
Perbedaan Ekstrak akar tuba dan hama uji ulat bulu
Hasil Penggunaan ekstrak akar tuba sebagai insektisida ramah lingkungan efektif untuk membunuh hama ulat bulu pada konsentrasi 50% dengan nilai LD50 66,99%
Potensi ekstrak biji bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban) sebagai Larvasida Aedes Aegifti L. Instar lll
Siti Aisah,Eka Sulistyowa ti dan Yasinta Dewi Arum Sari
Prodi Biologi,Fakul tas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
2013
Mengekstrak biji bengkuang dengan proses meserasi
Uji Larvasida
Potensi ekstrak biji bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban) sebagai Larvasida Aedes Aegifti L. Instar lll pada konsentrasi 0,1%,0,2%,0 ,3%,0,4%, 0,5% dengan nilai LD50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar 1. Bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban)
Gambar 2.1 Bengkuang (Pachyrhizus erosus Urban)
a. Klasifikasi Tanaman Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Pachyrhizus
Spesies
: Pachyrhizus erosus Urban (Blanco)
b. Nama Lain Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini termasuk dalam suku polong-plongan atau Fabaceae. Di tempat asalnya, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Nama daerah dari bengkuang sendiri antara lain singkuwang (Aceh), bangkuwang (Batak, Jawa, Sunda, 7
8
Kalimantan Selatan), jempiringan (Bali), uwi plisak (Lombok), buri (Bima), uas (Rote), bingkuang (Minang). c. Bagian yang digunakan Bagian yang akan di gunakan dalam penelian adalah biji bengkuang d. Morfologi Tumbuhan Bengkuang merupakan tanaman tahunan yang dapat mencapai panjang 4-5 meter, sedangkan akarnya dapat mencapai 2 meter. Tumbuhan ini membentuk umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86-90%. Rasa manis berasal dari suatu oligosakarida yang disebut inulin, yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Sifat ini berguna bagi penderita diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori. (Heyne K, 1987). Umbi bengkuang sebaiknya disimpan pada tempat kering bersuhu 12°C hingga 16°C. Suhu lebih rendah mengakibatkan kerusakan. Penyimpanan yang baik dapat membuat umbi bertahan hingga 2 bulan. (Heyne K, 1987). e. Ekologi dan Penyebaran Tanaman
bengkuang
termasuk
dalam
famili
Leguminosae, tanaman ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara. Dari Meksiko diintroduksi ke Filipina oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Saat ini tanaman bengkuang banyak diusahakan di negara-negara beriklim tropik. Bengkuang merupakan salah satu tanaman
9
yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati yang berspektrum luas . Semua bagian tanaman bengkuang kecuali umbi mengandung rotenon;
berdasarkan bobot
kering,
kandungan rotenon pada batang adalah 0,03%, daun 0,11%, polong 0,02%, dan biji 0,66%. Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak berkisar 0,5 - 1,0% (Sorensen, 1996). Termasuk tanaman merupakan herba melilit, memanjat, dan membelit ke kiri. Tanaman ini tingginya dapat mencapai 5-6 m. Batang tanaman ini biasanya berbulu. Memiliki daun trifoliate dengan letak daun yang bergantian dan anak daun yang berbentuk bulat telur. Berbeda dengan daun pada tanaman lain, daun dan biji tanaman bengkuang mempunyai kandungan zat racun yang sangat kuat. Umbi bengkuang mengandung banyak air dan berasa manis. f.
Kandungan Kimia Tanaman bengkuang mengandung : saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Senyawa lain yang terkandung di dalam biji bengkuang yaitu : pachirryzida, rotenoid, isoflavonoid dan phenylcoumarine yang mampu mempengaruhi selera makan pada larva
g. Manfaat Tanaman Biji bengkuang mengandung zat-zat seperti rotenone, pachyrrhizid, pachyrrhizine, saponin, dan lain-lain yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan juga akarisida
10
2. Belalang Hijau (Melanoplus femurrubrum)
Gambar 2.2 Belalang Hijau (Melanoplus femurrubrum)
a.
b.
Klasifikasi Hama Kingdom
: Animalia
Divisi
: Arthropoda
Ordo
: Orthoptera
Kelas
: Insecta
Family
: Caelifera
Genus
: Melanoplus
Spesies
: Melanoplus femurrubrum (Stal,1873)
Definisi Hama Hama adalah organisme yang pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik dan kedaamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat mumpuni (dapat mencapai 20 kali panjang tubuhnya). Pada umumnya belalang berwarna hijau dan coklat. Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik (Hasegawa. 1996).
11
c.
Belalang Hijau Termasuk Hama Tanaman Padi Belalang adalah serangga yang dapat menggangu terhadap kelangsungan hidup tanaman atau sebagai hama tanaman. Hama belalang menyerang tanaman muda dan tua dengan merusak tanaman pada bagian daun dan pucuk. Kadang-kadang pada musim kering dapat menyebabkan kerusakan parah. Tanaman yang terserang berlubang mengalami
perubahan
warna
kemerah-merahan
dan
kecoklatan. Dibandingkan dengan walang sangit, belalang lebih ganas daripada walang sangit. Walang sangit juga dikenal sebagai hama tanaman padi yang sangat merugikan petani, dimana walang sangit menyerang tanaman padi dengan cara meracini bulir padi ketika padi mulai berisi saja sehingga padi gabug, tetapi belalang hijau merusak tangkai dan ranting padi sejak padi mulai bersusu, meratak sampai padi sudah tua (Pracaya. 2007). d.
Cara Belalang Hijau Menyerang Tanaman Padi Belalang hijau menyerang tanman padi dengan cara mengigit pada bagian ranting tangkai tanaman padi sehingga tanaman terputus dan jatuh sehingga tidak dapat lagi melanjutkan pertumbuhannya (Pracaya. 2007).
3. Insektisida a.
Pengertian Insektisida Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat mempengruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, system hormon, system pencernaan,
serta
aktivitas
biologis
lainnya
sehingga
berujung pada kematian serangga penganggu tanaman. Insektisida
termasuk
(Djojosumarto, 2008).
salah
satu
jenis
pestisida
12
b.
Jenis Insektisida Jenis insektisida dibagi menjadi insektisida sintetik (anorganik) dan insektisida hayati (organik). Jenis insektisida yang digunakan untuk penelitian ini termasuk pada jenis insektisida hayati (organik). Insektida nabati adalah salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa insektisida yang di ekstrak dari tumbuhan tersebut mudah terurai dilingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. Insektisida nabati memiliki zat metabolik sekunder yang mengandung senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif yang digunakan untuk penelitian ini ialah senyawa rotenone yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama dan larva (Djojosumarto, 2008).
4. Dampak Penggunaan Insektisida pada Lingkungan Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua
mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen
insektisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu insektisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan insektisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Wudianto, R. 2008). Berikut ini akan diuraikan bebrapa dampak penggunaan insektisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem. a. Punahnya Spesies Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva
13
merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati. b. Peledakan Hama Penggunaan
insektisida
dapat
pula
mematikan
predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali. c. Gangguan Keseimbangan lingkungan Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaringjaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu. d. Kesuburan Tanah Berkurang Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah. e. Kerusakan tanaman Tanaman akan menjadi kuning dan kering yang di sebankan oleh insektisida kimia
14
B. Kerangka Berfikir
Ekstrak Biji Bengkuang
Uji insektisida terhadap belalang
Efektif atau tidak efektif
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Dalam penelitian pemanfaatan ekstrak biji bengkuang sebagai insektisida ramah lingkungan untuk pengendalian hama belalang (Melanoplus femurrubrum) dapat di nyatakan bahwa ekstrak biji bengkuang yang mengandung racun yang dapat mengendalikan hama belalang, dilihat dari angka kematian belalang setelah di lakukan penyemprotan ekstrak biji bengkuang terhadap tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA
Arinafril dan P. Muller. 1999. Aktivitas biokimia ekstrak nimba terhadap perkembangan Plutella xylostella. Dalam Prasadja, I., M. Arifin., I.M. Trisawa., I.W. Laba., E.A. Wikardi., D. Sutopo., Wiranto dan E. Karmawati (Ed). 381-385. Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dan Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. Djojosumarto, Panut. (2008). Insektisida dan Aplikasinya. Jakarta : Argo Media Pustaka. Handoko. 1995. Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung. ITB. Hasegawa. 1996. Belalang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta Pusat http://digilib.uin-suka.ac.id/18667/1/01-Kaunia-IX-1-Siti-Aisah-dkkPOTENSI-EKSTRAK-BIJI-BENGKUANG.pdf. http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-225-ekstrakbengkuang-pestisida-nabati-untuk-mengendalikan-spodopteralitura-fab.html Manuwoto, S. 1999. Pengendalian hama ramah lingkungan dan ekonomis. Dalam Prasadja, I., M. Arifin., I.M. Trisawa., I.W. Laba., E.A. Wikardi., D. Sutopo., Wiranto dan E. Karmawati (Ed). 1-12. Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dan Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya. Purseglove, J.W., (1987). Tropical crops: Dicotyledons. Longman Singapore Publishers Ltd Singapore. Sastrodiharjo, S., I. Achmad., T. Kusumaningtyas dan S. Manaf. 1992. Penggunaan produk alam dalam pengendalian hama terpadu. PAU. Ilmu Hayati ITB. 29p. Schmutterer, H. 1995. The neem tree, Azadirachta indica A. Juss. And other Meliaceous plants: Source 27
28
of Unique Nadtural Products for Integrated Pest Management, Medicine, Industry and Other Pusposes. Weinham: VCH. Sinaga, Meity Suraji. (2003). Dasar-Dasar Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya. Smith. 1983. Hama Tanaman. http://www.ipb.ac.id/ Sorensen , M. 1996. Yam Bean ( Pachyrrizus Dc ) . Mempromosikan Konservasi dan Penggunaan Tanaman Yang Kurang Dimanfaatkan dan Diabaikan . 2. Lembaga Penelitian Genetik Tanaman dan Tanaman Tanaman , Gatersleben / Tanaman Resoure Genetik Internasional lembaga. Thamrin, M., M. Willis dan S. Asikin. 1999. Parasitoid dan predator penggerek batang padi di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan. Dalam Prasadja, I., M. Arifin., I.M. Trisawa., I.W. Laba., E.A. Wikardi., D. Sutopo., Wiranto dan E. Karmawati (Ed). 175181. Prosiding Seminar Nasional Peranan Entomologi dan Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. Thamrin, M dan S. Asikin. 2007. Potensi Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Dalam Supriyo, A., M. Noor., I. Ar-Riza dan D. Nazemi (Eds). 31-48. Keanekaragaman Flora dan Buah-buahan Eksotik Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun (1992). Tentang Sistem Budidaya Tanaman. World
Health Organization. (1992). The WHO Recommended Classification of Pesticides By Hazard and Guidelines to Classificatin 1992-1993. Geneva.
Wudianto, R. 2008. Petunjuk Penggunaan Insktisida. Jakarta: Suadaya