Jejak Langkah II
Karya-Karya Penelitian
A. Penelitian Kelayakan Pabrik Pelumas dan Aspal di Kilang Cepu Setelah tamat dari Baku pada 1967, Umar dan sebagian teman-temannya ditempatkan di Cepu. Dari lima puluh lebih mahasiswa seangkatan Umar yang dikirim ke Soviet, ada dua orang yang tidak pulang karena terindikasi beraliran kiri dan satu orang karena menikah dengan penduduk lokal dan istrinya keberatan meninggalkan negerinya. Kilang Cepu dibangun pada tahun 1894 oleh De Dordtsche Petroleum Maatschappij. Kilang Cepu berfungsi mengolah minyak mentah dari lapangan-lapangan di sekitar Cepu dengan proses distilasi atmosfer. Kilang Cepu kemudian diambil alih Bataafsche Petroleum Matschapij BPM. Saat ini, kilang tersebut dikelola Pusat Pendidikan dan Latihan Migas, Badan Diklat ESDM. Umar Said bekerja di Cepu dari 1967 hingga akhir tahun 1968, dan awal 1969 dipindahkan ke Jakarta. Umar ditempatkan di bagian perencanaan |
29
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
operasi kilang yang tugasnya adalah melakukan kajian tekno industri migas. Umar berpikir ini pekerjaan yang amat penting. Bisa dibayangkan betapa langkanya sarjana saat itu, sehingga seorang kimia teknik yang tidak belajar ekonomi mikro, ekonomi makro, keuangan, dan sebagainya yang berhubungan dengan tekno industri migas, harus menangani tekno ekonomi migas. Tetapi pimpinan juga memahami, sehingga kajian yang dibuat oleh tim di LEMIGAS umumnya untuk membantu pemerintah tentang hal-hal yang belum ditangani pihak lain, yaitu masalah penyediaan energi. Karena kajiannya terus menerus dan ada tim interdepartemen, maka melakukan kajian-kajian seperti itu lama-lama menjadi tidak terlalu sulit. Saat pertama bertugas di Cepu, Umar mulai kecewa, karena menilai pekerjaan yang dilakukan di kilang Cepu sangat tidak profesional dan berbeda dengan pengalamannya ketika dididik di Plaju. Dalam pengoperasian kilang, para pekerja tidak memiliki gambar apa pun. Pekerja-pekerjanya memakai hafalan dan pengalaman saja: kalau ada yang rusak dibeginikan, kalau ada kenaikan suhu dibegitukan. Semua pekerjaan dilakukan berdasarkan intuisi dan kebiasaan. Beruntung, mereka semua pekerjanya sangat berpengalaman sehingga tercapai zero accident, alias tidak pernah terjadi insiden kecelakaan. Akan tetapi, sebagai insinyur muda yang telah melalui pendidikan akademis, Umar tidak mau menerima kondisi pekerjaan yang tidak sistematis. Maka, mulailah Umar dan teman-temannya berusaha mengumpulkan gambar. Kekecewaan Umar semakin bertambah, karena ternyata baik di ruangan kerja ataupun di perpustakaan, tidak ditemukan gambar pabrik. Yang ada adalah gambar minimalis buatan serdadu-serdadu Jepang dengan tulisan-tulisan kanji Jepang yang tidak memberi arti. Umar dan insinyur lainnya menggambar ulang dengan menggunakan penggaris dan meja biasa, karena tidak ada meja gambar. Tujuannya adalah membuat gambar yang workable dan deskripsi yang lebih baik. Gambar-gambar yang dimaksudkan pun selesai, sebagai reverse engineering untuk memahami barang apa yang ada di kilang Cepu. |
30
|
Saat di Cepu ini pula, Umar mendapat tugas membuat kajian kelayakan pabrik minyak pelumas dan aspal. Penyediaan minyak pelumas dan aspal sedang menjadi perhatian pemerintah, karena konsumsinya makin meningkat sehingga impor semakin banyak. Sementara itu, pelaku bisnis migas swasta belum memberi perhatian khusus pada produk-produk ini. Kajian kelayakan pabrik minyak pelumas dan aspal ini dilakukan di bawah koordinasi Bapak Ir. Epi Jasjfi. Sementara itu, Pak Ir. Atung Kontawa yang bekerja di laboratoritum minyak diminta mencarikan minyak Indonesia yang sesuai untuk bahan baku pembuatan minyak pelumas. Dan hasilnya nihil. Minyak Indonesia kebanyakan bersifat parafinis, sebagai minyak pelumas unggul mutunya tetapi kadarnya terlalu sedikit. Untuk aspal sama sekali tidak cocok, karena aspal memerlukan kadar aromatik yang tinggi. Kesimpulannya untuk membuat minyak pelumas dan aspal, harus menggunakan bahan baku minyak dari Timur Tengah. Akhirnya, terpilihlah minyak Saudi. Kajian kelayakan memang menunjukkan menguntungkan. Tetapi Pak Lubis selaku pimpinan LEMIGAS tidak puas. Kajian tim Umar dianggap terlalu dangkal. Namun, LEMIGAS tetap menggunakan kajian dangkal itu untuk menunjukkan kepada Pemerintah/Pertamina bahwa membuat minyak pelumas dan aspal di Indonesia dengan minyak mentah dari Arab sebagai bahan baku akan menguntungkan. Pada saat itu di bidang migas, antara pemerintah dan Pertamina sangat tipis bedanya. Pertamina begitu erat dengan pemerintah. Pejabatnya pun banyak yang merangkap. Begitu pemerintah tertarik dengan usulan Pak Lubis, LEMIGAS mendapat penugasan dari Direktur Muda Pengolahan Pertamina Bapak Ir. Sudarno Martosewoyo untuk melakukan kajian yang lebih dalam. LEMIGAS meminta bantuan Bureau d’Etudes Industrielles et Cooperation de l’Institut Francais du Petrole (BEICIP/IFP) untuk melaksanakan tugas tersebut. BEICIP mempunyai pengetahuan yang kuat untuk membuat berbagai studi kelayakan industri migas, karena pemerintah Perancis |
31
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
sangat mendukung pembangunan kemampuan minyaknya. Semua kegiatan minyaknya selalu dikaitkan dengan IFP sebagai lembaga penelitian. Umar termasuk yang beruntung karena ditugaskan untuk masuk dalam tim bersama tim BEICIP. Hasil kajian itu menjadi dasar pembangunan kilang Cilacap, yang membuat bahan minyak pelumas dan aspal.
B. Keanehan pada Neraca Material di Kilang Cepu (1968) Masih tentang pengalaman Umar Said di Cepu seusai masa karantina mahasiswa tamatan Soviet yang baru datang di tahun 1967. Insinyur yang di Cepu dengan latar belakang kimia teknik ditempatkan di organisasi kilang. Daria Kartawirya (almarhum) ditempatkan di laboratorium mutu, Muchtisar Daeng Putra ditugaskan di gudang/pemasaran. Wiranto Wiromartono dan Umar Said ditugaskan di bagian perencanaan operasi kilang. Keempatnya menjadi tim yang solid berjuluk ‘Geng Empat’. Suasana kerja memperbaiki keadaan di seluruh bidang setelah G-30S sangat terasa. Cepu masih merupakan bagian dari LEMIGAS dan menjadi salah satu perhatian khusus Pak Ibnu Sutowo. Dengan visi besar, beliau ingin secepatnya melakukan Indonesianisasi industri minyak. Pak Ibnu menutup Akademi Perminyakan Permina (APP) di Bandung dan membangun Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) di Cepu. Pak Ibnu menggunakan Akamigas Cepu untuk mendidik tenaga migas yang terampil. Pelajaran teori nomor dua. Yang penting dapat segera menjalankan operasi perminyakan. Hampir tiap tahun beliau datang ke Cepu menghadiri wisuda tamatan Akamigas. Di samping bekerja di pabrik, tamatan Baku yang ditempatkan di Cepu juga mengajar di Akamigas. Itulah keunggulan Cepu sebagai lembaga pendidikan. Cepu mempunyai lapangan minyak dan kilang. Kapasitas lapangan dan kilangnya tidak besar bahkan cenderung masuk kelas kecil sekali, sehingga tidak akan mengganggu penyediaan BBM di masyarakat jika berhenti beroperasi. Mahasiswa Akamigas mempunyai kemewahan |
32
|
Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 322a/DD/Migas/1967 kepada keseluruhan LEMIGAS dilakukan Peraturan Gaji Pegawai Perusahaan Minyak (PGP2M), dan semua pegawai LEMIGAS diberi pangkat dan golongan gaji sesuai dengan PGP2M tersebut. Tenaga ahli LEMIGAS berkembang cukup pesat pada waktu itu, karena di samping beberapa sarjana lulusan dalam negeri (ITB, UGM dan lain-lain) sudah ada pula beberapa lulusan luar negeri (Australia, Austria, Belanda, Kanada, Cekoslowakia), dapat belajar menghentikan operasi dan menjalankannya dan mulai tahun 1966 berpulangan pula sarjana-sarjana lulusan kembali Uni Sovietsetiap yang
saat.
Sumber: Monumen 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi patung dua orang pekerja pemboran minyak didirikan di depan gedung Pendidikan Kejuruan MIGAS. Cepu. Gambar 3. Monumen patung dua orang pekerja pemboran minyak didirikan di depan gedung Akamigas
7
40 Tahun LEMIGAS Mengabdi
Bagi seorang insinyur kimia teknik, neraca material merupakan perhatian utama. Neraca itu berguna untuk mencocokkan berat bahan baku yang masuk pabrik dan berat produk yang dihasilkan. Jika berat produk berbeda terlalu banyak dari berat bahan baku, itu menunjukkan bahwa pabrik tidak bekerja dengan baik. Umar dan rekannya mencoba membuat neraca material untuk kilang Cepu. Tetapi flow meter untuk mengukur aliran volume produk tidak ada. Volume tangki penimbun juga tidak terpercaya, karena banyak tangki yang sudah tidak bulat silindris lagi sehingga kedalaman tangki tidak mencerminkan volume. Untuk menghitung neraca material, terpaksa digunakan angka volume penjualan rata-rata produk minyak dalam kurun waktu tertentu seperti per satu minggu dan per satu bulan, karena penjualan tidak dilakukan setiap hari. Neraca material yang ideal dibuat di laboratorium berdasarkan tiga jenis minyak mentah yaitu minyak dari Ledok, Nglobo dan Semanggi dengan perbandingan volume seperti yang diolah di kilang Cepu sedangkan produk minyak yang diamati adalah minyak solar, residu atau minyak bakar, minyak tanah dan bensin. Itu tugas Daria Kartawirya yang bertugas di laboratorium. Data produk minyak dikumpulkan dari penjualan dan dibuat neraca setiap minggu. Angka penjualan lebih |
33
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
akurat karena untuk bensin dan minyak solar dijual melalui Pertamina Cepu dan ada flow meter-nya. Penjualan minyak bakar langsung dimuat ke tangki kereta api. Tangki kereta itu umumnya masih baik bentuknya sehingga, jika penuh, dapat menjadi indikator volumenya. Angka penjualan dalam seminggu dikumpulkan. Muchtisar yang bertugas di gudang/marketing bertanggung jawab atas pengumpulan angkaangka penjualan. Data volume minyak yang diolah dan stok produk diperoleh dari Supanan, yang ditempatkan di operasi kilang. Supanan adalah mantan pegawai Permigan, satu BUMN yang telah dibubarkan sejak G-30-S PKI. Supanan oleh Permigan disekolahkan ke Baku bersama Umar. Supanan mempunyai banyak kenalan lama di Cepu. Dia lebih tua dari ‘Geng Empat’ dan cara perpikirnya sudah lebih ajeg sehingga tidak begitu bergairah mencari perubahan. Oleh sebab itu, Supanan bukan bagian dari ‘Geng Empat’. Namun kontribusi Supanan sangat penting, karena dia kenal orang-orang lama yang praktis menjadi ‘penguasa’ kilang Cepu. Data penjualan yang diperoleh disesuaikan dengan komposisi yang seharusnya terjadi berdasar analisis di laboratorium. Perhitungan dikerjakan oleh Umar dan Wiranto yang bertugas dalam bidang perencanaan kilang. ‘Geng Empat’ terkejut bahwa angka penjualan berbeda sekali dari data laboratorium. Penjualan minyak bakar yang murah harganya melebihi proporsi yang seharusnya, yaitu terlalu banyak, sedangkan penjualan minyak solar yang mahal sangat kurang.
|
34
|
Dalam gedung inilah terdapat laboratorium perminyakan Sumber: 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi sebagai sarana pendidikan migas Gambar 4. Dalam gedung LEMIGAS terdapat laboratorium perminyakan
‘Geng Empat’ sangat menghormati pegawai kilang yang sudah senior, karena pengalaman mereka di operasi kilang sudah sangat panjang. Mereka mampu mengoperasikan kilang tanpa instrumen. Mereka mampu mengoperasikan kilang tanpa gambar teknis. Mestinya mereka tidak membuat kesalahan. Akan tetapi, angka menunjukkan ada yang tidak benar. Pengumpulan data penjualan diulang dan diperpanjang, untuk memperkecil pengaruh volume minyak dalam stok. Ternyata masih ada perbedaan yang sangat mencolok. Hampir pasti perhitungan ‘Geng ketika mengunjungi Stand LEMIGAS pada sederhana. Empat’ tidak Presiden salah. Soeharto Perhitungan neraca material sangatlah Pameran Pembangunan Indonesi 1985 Volume dikalikan berat jenis diperoleh berat. Berat dijumlah dan diakurkan. tidak melibatkan yangkedatangan sulit-sulit, hanya dan bahkan Cuma sebuahitu, lapangan terbang kecilmatematika untuk kelancaran tenaga pengajar dari Jakarta dan Bandung atau dari kota-kota lain, semuanya dengan perkalian dan perjumlahan saja. Akhirnya ‘Geng Empat’ berembug untuk dukungan PERTAMINA. mencari asal perbedaan. ‘Geng Empat’ mulai curiga ada sesuatu yang Pada waktu Akamigas diresmikan pada tanggal 7 Februari 1967, terdapat 72 tidak diketahui. Bahkan mungkin pimpinan tertinggi di Cepupengeboran maupun mahasiswa untuk empat jurusan, yaitu untuk studi eksplorasi, eksploitasi, dan pengolahan/petrokimia. Jenis-jenis jurusan studi ini berkembang setiap tahun LEMIGAS di Jakarta juga tidak tahu.
sehingga pada waktu Pusdik Migas Cepu berdiri sendiri lepas dari LEMIGAS pada tahun 1984 sudah mencapai 20 tatacara jurusan, yang meliputi juga jurusan-jurusan seperti ‘Geng Empat’ mencatat ada operasi penjualan yang agak janggal. teknik mesin, teknik sipil, logistik, akuntansi, personalia, dan sebagainya, khusus Penjualan minyak untuk industri migas.bakar melalui tangki kereta api hanya boleh dilakukan
malam hari, kira-kira diatas pukul 22.00. Penjelasannya adalah agar kereta yang keluar-masuk lingkungan pabrik, tidak mengganggu operasi 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi 9 harian. Cukup masuk akal dan adil. Namun, penjelasan tersebut terus |
35
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
menimbulkan kecurigaan tambahan: mengapa setelah pukul 22.00 padahal kantor tutup pukul 16.00? Secara diam-diam, ‘Geng Empat’ mengambil contoh minyak bakar yang masuk ke tangki kereta siap untuk dijual. Kepada operator pelaksana, ‘Geng Empat’ mengatakan dari laboratorium perlu mengambil sampel untuk kontrol mutu. Alangkah terkejut ketika hasil analisis laboratorium atas contoh minyak bakar yang dijual melalui kereta api, menunjukkan viskositas yang sangat encer. Ini berarti minyak bakar yang murah dicampur dengan minyak solar yang mahal dan dijual sebagai minyak bakar yang murah. Bahkan beberapa kali pemuatan ke tangki kereta menunjukkan minyak solar murni yang dijual sebagai minyak bakar. Harga sangat berbeda. ‘Geng Empat’ berembug lagi dan yakin bahwa telah terjadi pencurian minyak secara terorganisir. Mereka membuat surat ke pimpinan LEMIGAS ditandatangani oleh semua anggota ‘Geng Empat’. Setelah surat meluncur, ada timbul kegalauan karena merasa kurang hati-hati. Rasa khawatir mulai muncul. Waktu itu ‘Geng Empat’ adalah anakanak muda yang bermodal semangat untuk mencari perbaikan dan menghilangkan pencurian. Mereka sama sekali tidak berpikir bahwa ada kemungkinan pencurian dilakukan secara berjamaah dari bawah sampai ke atas. Jika itu terjadi, maka mereka berempat dengan mudah akan disingkirkan, misalnya dengan dicap PKI. Dengan menyandang sebutan eks Soviet, mereka berada dalam status dalam pengawasan politik. Jika saja pimpinan LEMIGAS saat itu menjadi bagian pencurian minyak solar itu, habislah riwayat ‘Geng Empat’. Alhamdulillah, rupanya pimpinan LEMIGAS bukan bagian dari pencurian. Laporan ‘Geng Empat’ menjadi bahan untuk melakukan pembersihan. Pimpinan LEMIGAS sangat bijaksana, tidak meneruskan kasus ini ke aparat hukum karena bukti memang tidak ada. Bahwa minyak bakar yang dijual di masa lalu sangat encer atau bahkan berupa minyak solar sudah tidak ada buktinya. Semua sudah lewat. Pimpinan melakukan pergeseran besar-besaran di organisasi kilang. Seluruh pejabat lama dinon aktifkan. |
36
|
Mereka segera diganti oleh insinyur muda dari Kanada dan Australia, sedang ‘Geng Empat’ dipindahkan ke LEMIGAS Jakarta. Barangkali ini merupakan kebijaksanaan lainnya dari pimpinan LEMIGAS untuk melindungi dan mengamankan Umar dan ‘Geng Empat’ dari kemungkinan balas dendam.
Melalui buku ini, Umar Said mewakili Geng Empat mohon maaf kepada mereka yang digeser. Pada tahun 2014, mereka sudah almarhum semua. Terima kasih kepada Bapak Ir. Syarief Lubis (almarhum) sebagai Kepala LEMIGAS, saat itu, yang demikian bijak menyelesaikan kasus tersebut. Pesan kepada generasi muda, “sesederhana apapun persoalannya, dengan bantuan perhitungan yang dibuat secara profesional akan memberikan gambaran yang lebih jernih tentang persoalan tersebut dan selanjutnya membebaskan kita dari pengambilan keputusan yang tidak obyektif”.
C. Penelitian Pendekatan Ekonomis Mengatasi Pencemaran (1977) Sajian tulisan berikut adalah penggalan laporan penelitian Umar Said yang dibuat pada tahun 1997 berjudul Pendekatan Ekonomis Mengenai Efek-efek dari Pencemaran. Detail lengkapnya laporan ini dapat dibaca di perpustakaan LEMIGAS Jakarta. Energi dan perlindungan lingkungan merupakan dua masalah yang kuat sekali mendapat sorotan akhir-akhir ini hampir di mana-mana, pada setiap kesempatan diskusi. Kenaikan penduduk dan kenaikan taraf hidup yang terjadi pada banyak negara menyebabkan bertambahnya permintaan akan energi. Di sini, energi diperlukan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan menyediakan lebih banyak barang-barang yang akan meningkatkan secara menyeluruh nilai hidup manusia. Hubungan antara pemakaian energi dengan peningkatan taraf hidup di negeri-negeri maju sudah lama disadari orang. Di negeri-negeri berkembang sendiri, di mana sebagian besar umat manusia tinggal, energi juga akan dibutuhkan dalam jumlah yang makin besar, seiring |
37
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
dengan tuntutan negara berkembang untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju. Di sisi lain, dunia juga menyadari bahwa kerusakan alam lingkungan merupakan efek negatif dari industrialisasi. Kesadaran ini telah muncul di mana-mana, sehingga banyak pihak menyatakan keinginannya untuk lebih baik lagi memperhatikan lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Keinginan semacam ini terdapat pula di Indonesia. Pernyataan keinginan tersebut telah muncul dalam berbagai bentuk, baik yang konkrit maupun yang konseptual. Pembentukan organisasiorganisasi perlindungan alam, pertemuan-pertemuan profesional, penelitian bidang peralatan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, undang-undang perlindungan alam, semua itu tidak lain adalah wujud hasrat manusia untuk hidup dalam alam yang bersih. Suatu hal yang menghambat usaha perlindungan alam secara total adalah bahwa energi dan pencemaran adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dua persoalan itu saling berkaitan, bahkan dapat dikatakan bahwa energi dan lingkungan adalah bagian dari suatu sistem yang lebih kompleks. Ekstensifikasi pemakaian energi akan meningkatkan taraf hidup manusia, tetapi produksi, konversi dan pemakaian energi akan juga mempercepat perubahan lingkungan. Perlindungan alam secara berlebihan, akan menghambat produksi energi sehingga memperlambat tercapainya taraf hidup yang baik. Bahkan, bisa jadi perlindungan alam itu sendiri juga akan memerlukan lebih banyak energi. Seluruh segi yang menyangkut penyediaan energi dan perlindungan lingkungan harus dipertimbangkan bersama-sama sebelum dicapai suatu kebijaksanaan yang dapat diterima. Kita dihadapkan pada dua pilihan sulit: ‘kaya tetapi kotor’, atau ‘bersih tetapi miskin’. Kompromi antara kedua titik ekstrim itu haruslah diambil. Titik pertengahan mana yang akan diambil, ditentukan oleh sasaran nasional yang akan dicapai dan sangat dipengaruhi oleh tingkatan hidup yang ingin dicapai oleh suatu bangsa. |
38
|
Bangsa-bangsa yang sudah maju lebih condong untuk memilih alternatif yang mendekati ‘miskin tapi bersih’, sedangkan bangsa-bangsa yang sedang membangun memilih alternatif yang lebih dekat ke arah ‘kaya tapi kotor’, dan setahap demi setahap titik pilihan ini menggeser kearah kebersihan lingkungan dengan mengorbankan laju kenaikan taraf hidup. Konsekuensi ekonomi yang akan timbul dari alternatif yang dipilih, secara kuantitatif akan sukar sekali dinilai karena kita belum menguasai seluruh sistemnya. Sesuai dengan tingkat perkembangan negara kita yang masih belum dapat dikatakan sebagai negara maju, maka suatu titik kompromi yang masih berat ke arah ‘kaya tapi kotor’, haruslah masih dapat diterima sebagai konsensus nasional. Ini berarti bahwa kita harus memilih cara-cara perlindungan alam dan pencegahan pencemaran melalui jalan yang tidak terlalu mahal. Dalam taraf sekarang ini, konsentrasi industri pencemaran lingkungan pada umumnya belum terlalu tinggi sehingga belum dirasakan perlunya suatu pengaturan tentang perlindungan lingkungan yang ketat. Pada hakekatnya, alam itu sendiri akan mampu menerima dan memusnahkan benda-benda pencemar yang terdapat di dalam air limbah, selama konsentrasi bahan-bahan asing tersebut masih cukup rendah dan tersedia waktu yang cukup untuk berlangsungnya proses degradasi alamiah yang diperlukan. Mengingat kemampuan alam tersebut, maka penurunan kadar benda-benda pencemar pada industri yang remote letaknya harus dilakukan melalui proses dilution (pengenceran). Dilution merupakan suatu proses yang paling murah, baik dalam investasi maupun dalam ongkos operasinya. Proses pengenceran untuk kompleks industri yang belum terlalu padat harus dipertimbangkan dengan disertai suatu program perlindungan alam secara kolektif. Program perlindungan kolektif ini ialah bahwa beberapa industri yang terletak di dalam satu daerah tertentu harus membentuk dana bersama di bawah bimbingan lembaga-lembaga pemerintah. Dana bersama ini digunakan untuk melakukan monitoring secara teratur terhadap kualitas lingkungan, terutama sumber-sumber air (sungai, danau, pantai) di daerah bersangkutan. |
39
|
Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia | Umar Said
Program monitoring bersama ini akan jauh lebih murah biayanya, dibandingkan bila setiap industri harus mengamati secara ketat air buangannya masing-masing. Standar pembuangan air limbah yang terlalu ketat itu bisa mengarah ke redundancy karena tidak diperhitungkannya kemampuan alam untuk menyerap benda-benda pencemar. Melalui pengamatan dalam waktu tertentu, ekosistem daerah yang bersangkutan dipelajari dengan teliti, dan akhirnya akan dapat ditetapkan standar air limbah yang setepat-tepatnya. Penelitian ekosistem akan lebih sempurna apabila tiap-tiap industri juga melaporkan secara kontinu segala suatu tentang air limbah, jumlahnya, konsentrasi bahan-bahan pencemar, PH, dan lain-lainnya. Pengawasan atas lingkungan tidak hanya ditanggung oleh industri yang sudah berdiri, tetapi juga termasuk industri yang sedang dalam taraf pembangunan. Bagaimanapun, industri tersebut akan menjadi bagian dari masyarakat setempat. Proyek-proyek industri baru diwajibkan untuk menyampaikan perkiraan kuantitas dan kualitas air limbah. Perkiraan ini menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan standar air limbah yang sedikit lebih ketat dari sekitarnya. Demikianlah, sedikit demi sedikit kita dapat menggeser titik kompromi dari arah ‘kaya tapi kotor’ ke arah ‘kaya dan bersih’. Cara-cara demikian akan lebih dapat memenuhi tuntutan ekonomi dan ekologis. Pesan Moral “Tidak semua perilaku menyimpang dapat diproses secara hukum. Namun jika pimpinan mempunyai keyakinan berdasarkan data yang obyektif bahwa telah terjadi penyimpangan, maka pimpinan dapat menggunakan kewenangan administrasi/ manajemennya untuk melakukan perbaikan. Tahun 2014, situasi seperti itu masih relevan. Kebanyakan korupsi tidak dapat dibuktikan, tetapi dapat dicium akibatnya. Yang menjadikan keadaan lebih parah adalah karena banyak pimpinan yang menjadi bagian dari penyimpangan. Dalam segala hal, kaum muda jangan pernah menghindar dari berhitung. Perhitungan yang dilakukan dengan baik, dengan dasar yang baik, akan memberikan kesimpulan yang benar dan mengalahkan perasaan. Itu yang dibutuhkan Indonesia ke depan.” (Umar Said, 2014)
|
40
|