i
KARAKTERISTIK ORGAN NON KARKAS AYAM BURAS PADA UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh: SURYANTO NIM. L1A1 13 046 p
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 i
i KARAKTERISTIK ORGAN NON KARKAS AYAM BURAS PADA UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
Skripsi
Oleh:
MUH. SURYANTO NIM. L1A113046
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt)
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
i
ii PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA DI KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI MELALUI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
Februari 2017
SURYANTO NIM. L1A1 13 046
ii
iii HALAMAN PENGESAHAN Judul
: Karakteristik Organ Non Karkas Ayam Buras pada Umur : dan Jenis Kelamin yang Berbeda
Nama
: Suryanto
NIM
: L1A1 13 046
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Harapin Hafid, M.Si. NIP. 19670511 199303 1 055
Amiluddin Indi, S.Pt, M.Si. NIP. 19761231 200212 1 025
Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan
Ketua Jurusan Peternakan,
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. NIP. 19690212 199403 1 003
La Ode Arsad Sani, S.Pt, M.Sc. NIP. 19731231 199903 1 005
Tanggal lulus :
Februari 2017
iii
iv HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN Judul
: Karakteristik Organ Non Karkas Ayam Buras pada Umur : dan Jenis Kelamin yang Berbeda
Nama
: Suryanto
NIM
: L1A1 13 046
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Telah diajukan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran saat ujian.
Kendari,
Tim Penguji
Februari 2017
Paraf
Ketua
: Ir. Hj. Nuraini, M.Si.
: ……………………..
Sekretaris
: Dr. Ir. La Ode Baʼa, M.P.
: ……………………..
Anggota
: Fitrianingsih, S.Pt., M.Sc.
: ……………………..
Anggota
: Prof. Dr. Ir. Harapin Hafid, M.Si.
: ……………………..
Anggota
: Amiluddin Indi, S.Pt., M.Si.
: ……………………..
iv
v RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Suryanto dilahirkan di Desa Tawamelewe, Kecamatan Uepai Kabupaten Konawe, pada tanggal 30 mei 1995, Putra kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak I Nyoman Swardana
dan
Ibu
I
Made
Suratmini.
Menyelesaikan pendidikan formal Sekolah SDN 1 Tawamelewe pada Tahun 2007, SMPN 1 Uepai pada Tahun 2010 dan SMKN 2 Kendari pada Tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Universitas Halu Oleo Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan melalui jalur SBNPTN.
v
vi ABSTRACT
SURYANTO (L1A1 13 046) Non Carcass Characteristics Organ Native Chicken on Age and Sex Different. Supervised by HARAPIN HAFID as Supervisor I and AMILUDDIN INDI as Advisor II. This study aims to determine the characteristics of non carcass organrange chicken at different ages and sexes. A total of 24 chickens free-range, consisting of 12 chickens male and 12 female chickens aged 6, 12, 18 and 24 months are used in this study. Each consisting of 3 males and 3 females in every age. This study uses a completely randomized design with 2x4 factorial design with three replications. A factor is age and gender factor B. The variables measured were weight cut, the percentage of non carcass, percentage of blood, the percentage of feathers, the percentage of the head and neck, the percentage of the claw, the percentage of esophagus and gizzards, percentage, percentage of gizzard, the percentage of the intestine, the percentage of abdominal fat, the percentage of the liver, the percentage of the heart, the percentage of lung -paru, the percentage of the spleen, the percentage of the testes and ovaries percentage. Data were analyzed by analysis of variance followed by LSD test. The results showed that there was an interaction were highly significant (p <0.01) between age and gender in influencing weight cut, persentse blood, feathers percentage, persentse head and neck, abdominal fat percentage and heart persentse domestic poultry. Key Words: Native Chicken, Age, Sex and Percentage Non Carcass.
vi
vii ABSTRAK
SURYANTO (L1A1 13 046) Karakteristik Organ Non Karkas Ayam Buras pada Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Dibimbing oleh HARAPIN HAFID sebagai Pembimbing I dan AMILUDDIN INDI sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin berbeda. Sebanyak 24 ekor ayam kampung, terdiri atas 12 ekor ayam kampung jantan dan 12 ekor ayam kampung betina berumur 6, 12, 18 dan 24 bulan digunakan dalam penelitian ini. Masingmasing terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina disetiap umur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x4 dengan 3 ulangan. Faktor A adalah umur dan faktor B jenis kelamin. Variabel yang diamati adalah bobot potong, persentase non karkas, persentase darah, persentase rempela, persentase usus dan persentase lemak abdominal. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata (p<0,01) antara umur dan jenis kelamin dalam mempengaruhi bobot potong, persentse darah, persentase usus dan persentase lemak abdominal ayam kampung. Terdapat pengaruh tunggal (p<0,01) faktor umur dan jenis kelamin terhadap persentase non karkas, persentase darah dan persentase rempela ayam kampung. Disimpulkan bahwa rataan persentase karkas tertinggi diperoleh pada ayam jantan pada umur 24 bulan. Kata Kunci : Ayam Buras, Umur, Jenis Kelamin dan Persentase Non Karkas.
vii
viii KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan di Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Beserta keluarga, parasahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Harapin Hafid, M.Si., selaku Pembimbing I, Amiluddin Indi, S.Pt., M.Si., selaku Pembimbing II dan Penasehat Akademik atas bimbingan selama perkuliahan dan menyusun tugas akhir. Arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis untuk kesempurnaan Skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran selalu dicurahkan. Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Ayah tercinta I Nyoman Suardana dan Ibu tersayang Ni Made Surat Mini atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a yang tidak ada henti-hentinya dan pengorbanan yang tiada pernah bisa terukur. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Supriadi Rustad, M.Si., selaku Rektor Universitas Halu Oleo, Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Bapak La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Peternakan yang
viii
ix telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. 2. Ibu Ir. Hj. Nuraini, M.Si., Bapak Dr. Ir. La Ode Baʼa, M.P., dan Ibu Fitrianingsih, S.Pt., M.Sc., selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji, memberikan saran dan koreksinya kepada penulis demi kesempurnaan skripsi. 3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf yang telah memberikan fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan administrasi selama masa kuliah penulis. 4. Kakaku tercinta Yan Sugiartha, Adi Kusuma, Markus Iman Sucipto, Tutti Nopianty dan adikku Agus Toni atas do’a dan dukungan serta fasilitas yang telah diberikan selama penyelesaian tugas akhir penulis. 5. Orang-orang terdekat yang selalu membantu dan menemani dalam penyelesaian tugas akhir penulis, V-ixion, Andarias Julias Wijaya S.Pt, Muh. Yunus S.Pt, Muh. Akramulah S.Pt, La Rabia, Ali baco, Armansyah, Achmad faiz, Neli Marlina S.Pt, Darni, Fifi Hariani, Febry Anugrah Yunus, Ida yulianti, Euis Trikurniati, Ade Ratnasari, dan teman 13 orang teman-teman 45 Hariku “Posko Starla City” Kel. Mokoau, Kec. Kambu, yang selama KKN hingga sekarang sudah menjadi saudara saudariku dan memberi warna baru dalam massa perkuliahanku dan lain-lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu saya ucapkan trimakasih Atas do’a, dukungan, nasehat, pelajaran dan motivasi yang selalu diberikan kepada saya.
ix
x 6. Semua pihak yang telah terlibat dalam bentuk apapun itu selama menempuh kuliah yang tidak sempat tertulis, dengan tulus penulis haturkan terima kasih dan semoga Allah SWT. memberi balasan yang sesuai. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang terkait dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Kendari ,
Penulis
x
Januari 2017
xi DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................... v DAFTAR ISI .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................................. D. Manfaat Penelitian............................................................................
1 3 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................... 1. Tinjauan Umum Ayam Buras ..................................................... 2. Bagian-Bagian Non Karkas ........................................................ a. Darah ...................................................................................... b. Empedal atau Rampela .......................................................... c. Tembolok ............................................................................... d. Usus Halus ............................................................................. e. Sekum .................................................................................... f. Usus Besar .............................................................................. g. Hati ........................................................................................ h. Jantung ................................................................................... h. Paru-Paru ................................................................................ B. Kerangka Pikir ............................................................................... C. Hipotesis .........................................................................................
4 4 8 8 8 9 9 10 10 11 12 13 14 14
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D.
Waktu dan Tempat ......................................................................... Materi Penelitian ............................................................................ Prosedur Penelitian ......................................................................... Prosedur Pemotongan Ternak ......................................................... xi
15 15 16 16
xii E. Rancangan Penelitian ...................................................................... F. Parameter yang diamati .................................................................. G. Analisis Data ..................................................................................
18 18 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O.
Bobot Potong Ayam Buras ............................................................. Persentase Non Karkas Ayam Buras ............................................. Persentase Darah Ayam Buras ....................................................... Persentase Bulu Ayam Buras .......................................................... Persentase Kepala dan Leher .......................................................... Persentase Ceker Ayam Buras ........................................................ Persentase Oesophagus dan Tembolok Ayam Buras ...................... Persentase Usus Ayam Buras .......................................................... Persentase Lemak Abdominal Ayam Buras .................................... Persentase Hati Ayam Buras ........................................................... Persentase Jantung Ayam Buras ..................................................... Persentase Paru-Paru Ayam Buras .................................................. Persentase Limpa Ayam Buras ....................................................... Persentase Testes Ayam Buras........................................................ Persentase Ovarium Ayam Buras....................................................
21 23 25 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran ................................................................................................
50 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
51
LAMPIRAN ...............................................................................................
56
xii
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar
Teks
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................
14
2. Diagram Alir Pemotongan Ayam...........................................................
17
3. Bobot Potong Ayam Buras ...................................................................
22
4. Persentase Non Karkas Ayam Buras ...................................................
24
5. Persentase Darah Ayam Buras .............................................................
26
6. Persentase Bulu Ayam Buras ................................................................
29
7. Persentase Kepala dan Leher ................................................................
31
8. Persentase Ceker Ayam Buras ..............................................................
33
9. Persentase Oesophagus dan Tembolok Ayam Buras ............................
35
10. Persentase Usus Ayam Buras ................................................................
37
11. Persentase Lemak Abdominal Ayam Buras ..........................................
39
12. Persentase Hati Ayam Buras .................................................................
41
13. Persentase Jantung Ayam Buras ...........................................................
43
14. Persentase Paru-Paru Ayam Buras ........................................................
45
15. Persentase Limpa Ayam Buras .............................................................
47
xiii
xiv DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1. Bobot Potong Ayam Buras ...................................................................
21
2. Persentase Non Karkas Ayam Buras ...................................................
23
3. Persentase Darah Ayam Buras .............................................................
25
4. Persentase Bulu Ayam Buras ................................................................
28
5. Persentase Kepala dan Leher ................................................................
30
6. Persentase Ceker Ayam Buras ..............................................................
32
7. Persentase Oesophagus dan Tembolok Ayam Buras ............................
34
8. Persentase Usus Ayam Buras ................................................................
36
9. Persentase Lemak Abdominal Ayam Buras ..........................................
38
10. Persentase Hati Ayam Buras .................................................................
40
11. Persentase Jantung Ayam Buras ...........................................................
42
12. Persentase Paru-Paru Ayam Buras ........................................................
44
13. Persentase Limpa Ayam Buras .............................................................
46
14. Persentase Testes Ayam Buras..............................................................
48
15. Persentase Ovarium Ayam Buras..........................................................
49
xiv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan masyarakat, ayam buras juga dikenal dengan sebutan ayam kampung, atau ayam sayur. Penampilan ayam buras sangat beragam, begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras dijumpai di kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga. Ayam buras, mempunyai peranan penting sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Masyarakat menyukai rasa ayam buras dengan berbagai menu olahan dari berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya peluang ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang memadai. Menurut biro statistik populasi ayam buras di indonesia tahun 2015 sebesar 285.304.305 ekor. Produksi daging ayam sudah dapat memenuhi kebutuhan mesyarakat rata-rata per orangnya 0,103 kg (BPS, 2016). Setiap orang minimal mengkonsumsi setidaknya 0,17 kg per hari daging agar kebutuhan pertumbuhannya terpenuhi. Data tersebut menunjukkan bahwa walaupun pemeliharaan ayam buras terutama dipedesaan dan dipelihara secara ekstensif yaitu ayam dibiarkan mencari pakan sendiri dan pada malam hari tidur dibatang pepohonan pemilik ayam tersebut, ternak ini mampu memberi andil yang besar dalam produksi daging nasional. Rendahnya produktivitas ayam buras sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pada masyarakat. Konsumsi ayam buras sangat jauh dibandingkan
2
dengan konsumsi ayam ras. Jumlah produksi ayam buras kampung yang sedikit menyebabkan harga ayam buras menjadi mahal. Faktor harga menjadi faktor penentu yang signifikan terhadap keputusan konsumen membeli bahan pangan, untuk negara berkembang dengan tingkat kemiskinan seperti di Indonesia. Jenis kelamin merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada tenunan tubuh yang sekaligus mempengaruhi bobot karkas dan non karkas ternak. Rahman (2014), menyatakan bahwa perbedaan persentase karkas dan non karkas pada ternak berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Bobot hidup ternak jantan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot hidup ternak betina sehingga persentase karkas dan non karkas ternak betina lebih tinggi daripada ternak jantan. Informasi mengenai bobot potong dan bagian karkas ayam buras pada berbagai umur pemotongan diperlukan, guna memperoleh pertumbuhan yang maksimal dan efisien. Ayam buras diteliti pada umur potong 6, 12, 18 dan 24 bulan untuk mencari bobot potong dan persentase karkas yang sesuai dengan permintaan konsumen. Non karkas yang dihasilkan merupakan sisa ternakyang memiliki nilai ekonomi yang kurang tetapi sisa karkas ini masih layakdikomsumsi yang mampu meningkatkan pendapatan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin berbeda, sehingga dapat memberikan informasi terbaru tentang produktivitas non karkas ayam buras.
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin berbeda. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin berbeda. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui karakteristik organ non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin berbeda, (2) data dasar untuk penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Tinjauan Umum Ayam Buras Ayam buras merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah
memasyarakat dan tersebar diseluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia ayam buras sudah bukan hal asing, istilah “Ayam Buras” semula adalah kebalikan dari istilah “Ayam Ras” dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas disekitar rumah. Untuk memudahkan pembedaannya maka kelompok ayam domestik (non komersial) disebut ayam buras (bukan ras). Ayam buras berasal dari hasil domestikasi, yang mempunyai empat spesies yakni Gallus varius (Ayam hutan hijau), Gallus-gallus (Ayam hutan merah), Gallus sonnerati (Ayam hutan abu-abu india), dan Gallus lavayeti (Ayam hutan jingga(Ceylon) (Cahyono 2005). Rasyaf (2003) mengemukakan bahwa walaupun ayam buras sudah sering dilihat dan begitu akrab dengan kehidupan manusia, tetapi banyak dari orang hanya melihat ayam sepintas memandang saja, akan tetapi tidak banyak mengenal secara mendalam. Karena salah satu unsur itu pula menyebabkan pengembangan dan pemeliharaan ayam buras tertinggal dengan ayam ras. Menurut Sayuti (2002), terdapat tiga sistem pemeliharaan dalam usaha ternak ayam buras yaitu: 1. Sistem pemeliharaan ekstensif (tradisional), yang umum dilakukan rumah tangga dipedesaan dengan produksi yang masih rendah, ayam tidak
5
dikandangkan, pakan yang seadanya yang dapat diperoleh disekitar pekarangan petani dan pada sistem ini belum diperhatikan aspek teknismaupun perhitungan ekonomisnya. 2. Sistem pemeliharaan semi intensif, dalam sistem ini sudah disediakan kandang dengan pagar disekeliling tempat ayam berkeliaran, telah dilakukan penyapihan anak ayam dari induknya dan diberikan pakan tambahan. 3. Sistem pemeliharaan intensif, dimana pada sistem ini ayam sudahdikurung sepanjang hari dengan pemberian pakan dan pencegahanpenyakit yang dilakukan secara teratur dan intensif. Ayam Buras paling banyak menyebar di Indonesia. Ayam ini disukai masyarakat karena kualitas daging dan telur yang baik. Ayam Buras banyak dipelihara secara tradisional atau ekstensif di pekarangan atau dibiarkan bebas (Nataamijaya, 2000) dan mudah ditemukan di desa-desa hampir di seluruh wilayah Indonesia (Sulandari et al., 2007). Suprijatna dkk., (2005) mengemukakan taksonomi ayam Buras di dalam dunia hewan sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Subclass Ordo Genus Spesies
: Animalia : Chordata : Aves : Neonithes : Galliformes : Gallus : Gallus domesticus
Ayam Buras memiliki keragaman fenotip dan genotip yang cukup tinggi. Secara umum, ciri-ciri ayam Buras adalah memiliki tubuh yang ramping, kaki panjang dan warna bulu beragam. Bobot badan dewasa ayam buras adalah 1,5-17
6
1,8 kg pada jantan dan 1,0-1,4 kg pada betina (Sulandari et al., 2007). Sistem pemeliharaan sangat mempengaruhi produksi telur ayam buras. Ayam Buras digolongkan ke dalam bangsa Galliformes (unggas). Ayam Buras merupakan salah satu keluarga ayam lokal yang berukuran kecil dan bentuknya agak ramping, serta memiliki keragaman genetis tinggi. Menurut Sulandri et al., (2007), ayam buras termasuk kedalam kelas aves, subkelas neonithes, ordo Galliformis, genus gallus, spesies gallus domesticus.Variasi individu dalam satu jenis tidak hanya terbatas pada warna bulu, tetapi juga pada ukuran tubuh, produktivitas telur dan suara. Ayam buras memiliki produktivitas telur yang rendah dan pertumbuhan tubuh lambat. Ayam Buras memiliki kelebihn yaitu lebih tahan terhadap cekaman dan dagingnya disukai terutama untuk olahan tertentu. Kekurangan ayam buras adalah perkembangbiakannya lambat, pertumbuhan lambat, dan kerangka tubuh kecil sehingga pertumbuhan daging memerlukan waktu yang lebih lama ( Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 135 butir/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Sulandari et al., 2007). Unggas ini mempunyai prospek yang menjanjikan baik secara ekonomi maupun sosial karena merupakan bahan pangan bergizi tinggi (Gunawan dan Sundari, 2003) serta permintaannya cukup tinggi (Bakrie et al., 2003). Pangsa pasar nasional untuk daging dan telur ayam buras masing-masing mencapai 40% dan 30%. Hal ini dapat mendorog peternak kecil dan menengah untuk mengusahakan ayam buras sebagai penghasil daging dan telur (Rohaeni et al., 2004). Untuk meningkatkan populasi, produksi,
7
produktivitas, dan efisiensi usaha tani ayam buras, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari tradisional kearah agribisnis. Produktivitas ayam buras tergolong rendah. Produksi telur pertahun ratarata 60 butir, bobot badan ayam jantan tua 1,9 kg, sedangkan yang betina lebih rendah lagi (Rasyaf, 2001). Menurut iswanto (2002), produksi telur rata-rata pertahun sebesar 36 butir dengan berat rata-rata 30g/butir. Bobot badan 1,4-1,8 kg dicapai pada umur enam bulan. Hasil penelitian Ramdani (2001) mengenai dinamika populasi ayam buras di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor melaporkan bahwa seekor induk ayam buras dapat menghasilkan telur 33 butir dalam sati tahun. Bobot badan ayam buras jantan muda dan dewasa masing-masing 0,9-1,3 kg dan 1,7-2,5 kg, sedangkan untuk ayam buras betina muda dan dewasa masing-masing 0,75-1,2 kg dan 1,3-1,8 kg. Ayam buras memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi terhadap lingkungan dan kondisi pakan yang buruk (Abidin, 2002). Rendahnya produktivitas ayam buras tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mutu genetiknya yang rendah, manajemen yang buruk, serta kualitas pakan yang rendah. Selama ini persilangan ayam buras tidak terkontrol sehingga menghasilkan kualitas gen yang rendah. Pemeliharaan ayam buras pada umumnya dilakukan secara ekstensif, ayam dibiarkan mencari makan sendiri pada siang hari dan pada malam hari dimasukan ke kandang (Abidin, 2002).
8
2. Bagian Bagian Non Karkas a. Darah Fungsi darah unggas untuk mengedarkan O2 dan mengeluarkan CO2 dari sel tubuh, absorbsi nutrisi dari saluran pencernaan dan mengedarkan ke seluruh tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, mengedarkan hormon, mangatur cairan tubuh dan melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Nesheim dkk, 1979). Darah ayam berisi sekitar 2,5 sampai 3,5 juta sel darah merah per milimeter kubik dan tergantung pada umur dan jenis kelamin. Darah ayam jantan dewasa memiliki 500.000 sel darah merah lebih banyak dibanding betina (Akoso, 1993). Ayam mempunyai kisaran jumlah sel darah putih 15 sampai 35 ribu per milimeter kubik. Sel darah merah ayam mengandung nukleus dan hemoglobin. Hemoglobin ini berfungsi untuk membawa oksigen pada darah. Hemoglobin terdapat sekitar 30% dari total darah pada ayam muda dan ayam petelur dan pada jantan sekitar 40% (Nesheim dkk, 1979). b. Empedal atau Rempela (gizzard) Empedal atau rempela (gizzard) disebut juga perut muskular yang merupakan perpanjangan dari proventrikulus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta (chyme). Kekuatan empedal dipengaruhi dari kebiasaan makan ayam, ayam yang hidup bebas berkeliaran memiliki empedal yang lebih kuat daripada empedal ayam yang dikurung dengan pakan yang lebih lunak. Empedal mensekresikan
9
coilin untuk melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang disebabkan oleh pakan atau benda lain yang tertelan (Scanes dan Ensminger, 2004). c. Tembolok (Crop) Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Jenis makanan atau benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat menyumbat saluran tembolok. Jika hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam saluran tembolok tidak dapat lewat dan akan terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok mampu menampung pakan hingga 250 g (Sturkie, 2000). d. Usus Halus Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum adalah bagian paling atas dari usus halus. Duodenum merupakan tempat terjadinya pencernaan yang paling aktif dengan hidrolisis dari nutrient kasar yang berupa pati lemak dan protein. Penyerapan hasil pencernaan sebagian besar terjadi di duodenum ini. Duodenum mensekresikan enzim dari pankreas dan dari getah empedu. Selanjutnya proses pencernaan terjadi di jejunum. Jejunum adalah kelanjutan duodenum yang berfungsi seperti duodenum yaitu penyerapan makanan yang belum selesai saat di duodenum. Lalu proses pencernaan berlanjut ke ileum, dimana ileum merupakan kelanjutan dari jejunum dengan fungsi yang sama yaitu penyerapan makanan dan pencernaan secara enzimatis. Panjang dari usus halus ini bervariasi tergantung pada kebiasaan makan dari ayam tersebut (Scanes dan Ensminger, 2004).
10
e. Sekum Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 1720 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Beberapa jenis penyakit (misalnya koksidiosis pada ayam dan blackhead pada kalkun) dapat berkembang dengan baik pada sekum (Scanes dan Ensminger, 2004). f. Usus Besar Usus besar dinamakan juga intestinum crasum, merupakan tempat terjadinya perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Bagian ini juga merupakan muara ureter dari ginjal, sehingga urin dan feses akan keluar menjadi satu dan disebut ekskreta. Feses dan urin juga akan mengalami penyerapan air sekitar 72-75%. Disini juga terdapat muara saluran reproduksi, dan proses pencernaan akan berakhir di kloaka, dimana kloaka adalah tempat keluarnya ekskreta dan juga telur pada ayam betina. Pakan dalam saluran pencernaan ayam kurang lebih empat jam (Scanes dan Ensminger, 2004). g. Lemak Abdominal Lemak abdominal adalah lemak yang terletak diantara proventiculus, gizzard, duodenum dan disekitar kloaka (Setiawan dan Sujana, 2010). Bobot lemak abdominal unggas dipengaruhi oleh bobot hidupnya. Hal ini sesuai dengan siklus pertumbuhan unggas yang dimulai dari pertumbuhan tulang, otot, dan lemak. Lemak merupakan bagian yang paling akhir terbentuk setelah tulang dan otot. Tulang dan otot adalah bagian yang paling besar porsinya terhadap bobot hidup unggas. Oleh sebab itu, lemak abdominal terbentuk seiring meningkatnya
11
bobot hidup unggas. Bobot lemak yang tidak berpengaruh nyata disebabkan oleh bobot hidup yang tidak berbeda pula (Saputra dan syam, 2015). Faktor yang mempengaruhi kandungan lemak tubuh adalah komposisi ransum. Pembentukan lemak tubuh terjadi karena adanya kelebihan energi yang dikomsumsi (Setiawan dan Sujana, 2010). Persentase lemak abdomen ayam pedaging 2,6–3,6%. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan strain dan kandungan nutrisi ransum, tingkat energi dan asam amino pada ransum nyata mempengaruhi lemak abdomen. Bertambahnya umur ayam pedaging dan meningkatnya energi dalam ransum makin meningkatkan lemak abdomen. Perbedaan strain nyata mempengaruhi bobot lemak abdomen (Resnawati, 2004). Kelebihan energi dalam tubuh ayam akan disimpan dalam bentuk lemak, sedangkan metabolisme pembentukan lemak tersebut membutuhkan banyak energy, maka secara tidak langsung terjadi pemborosan energi ransum. Sedangkan penimbunan lemak abdomen termasuk kedalam hasil ikutan, merupakan penghamburan energi dan pengurangan berat karkas, karena lemak tersebut dibuang pada waktu pengolahan. Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh, yang terdapat dalam rongga perut (Sumarni, 2015). h. Hati Menurut Tanudimadja (1981), hati terdiri dari dua gelambir yang besar, berwarna coklat kemerahan, terletak pada lengkungan duodenum dan rempela. Ressang (1984) menyatakan bahwa salah satu fungsi hati adalah untuk menyaring racun yang masuk kedalam darah. Hati yang mengalami keracunan akan
12
memperlihatkan kelainan secara fisik, yaitu adanya perubahan warna hati, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu. Nilai kisaran bobot hati menurut Putnam (1991) yaitu antara 1,70-2,80% dari bobot. Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh. Hati memiliki beberapa fungsi yaitu pertukaran zat dari protein, lemak, sekresi empedu, detoksifikasi senyawa-senyawa yang beracun dan ekskresi senyawa-senyawa metabolit yang tidak berguna lagi bagi tubuh (Amrullah, 2004). Hati menerima aliran darah yang mengandung zat makanan dari arteri hapatik yaitu suatu cabang arteri celiac yang masuk kedalam porta hati. Aliran darah yang masuk kedalam hati kemungkinan membawa zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungsi dan produk bakteri serta logam yang dapat merusak hati (Sumarni, 2015). Fungsi fisiologis hati yaitu sekresi empedu untuk mengemulsi lemak, penetralisir lemak, penetralisir racun, tempat penyimpanan energi yang siap untuk dipakai glikogen serta menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat untuk dikeluarkan
oleh
ginjal.
Senyawa
beracun
akan
mengalami
proses
didoktifikasidalam hati. Namun senyawa beracun yang berlebihan tentu saja tidak dapat didoktifikasi seluruhnya. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kerusakan dan pembengkakan hat. Presentase hati ayam broiler yaitu 2,16% dari bobot badan (Suyanto dkk, 2013). i. Jantung Jantung adalah suatu struktur muscular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial
13
dan kemudian memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi. Katup-katup jaringan terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah mengalir. Organ ini memungkinkan terjadinya peredaran darah secara efisien kedalam paru-paru untuk pergantian O2 dan CO2 dalam menyokong proses metabolisme (Setiadi dan Sujana, 2012). Ressang (1984) menyatakan bahwa pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan jaringan otot jantung, pada dinding jantung terjadi penebalan, sedangkan volume ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi berlebihan. Presentase jantung ayam broiler yaitu 0,47% dari bobot hidup (Suyanto dkk, 2013). j. Paru-Paru Paru-paru merupakan organ penting pada unggas, karena organ inilah yang berfungsi sebagai alat respirasi dengan cara menyuplai O2 yang akan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh ayam. Anatomi paru-paru ayam terdiri atas jaringan yang kenyal dan banyak pembuluh darah, sehingga memudahkan proses pertukaran udara (Anonim, 2012). Paru-paru ayam merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak di dalam rongga dada dan toraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Tiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru), basis (bagian bawah paru– paru), pembuluh darah paru-paru, bronkhial, saraf dan pembuluh limfe yang memasuki tiap paru-paru, terutama pada bagian hilus dan akan membentuk akar paru-paru (Hutapea, J.R., 2000).
14
B. Kerangka Pikir Ayam Buras
Jantan
Betina
Umur berbeda : 6, 12, 18 dan 24 bulan Potong
Puasakan dari pakan, 6 jam, kemudian timbang bobot potong
Pencabutan bulu dan eviscerasi Timbang Bulu
Pemisahan bagian non karkas Timbang bobot bagian-bagian non karkas Timbang bobot bagian-bagian karkas Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan persentase non karkas dan bagian-bagian non karkas ayam buras jantan dan betina pada berbagai umur.
15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Januari 2017. di Unit Teknologi Hasil Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo Kendari. B. Materi Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam buras jantan dan betina yang berumur 6, 12, 18, dan 24 bulan diperoleh dari peternak ayam buras di Desa Kasaeda, Kelurahan Uepai, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe. Jumlah ayam buras yang digunakan adalah sebayak 24 ekor ayam jenis kelamin jantan dan betina. Penentuan umur ayam dilakukan melalui informasi dari peternak berdasarkan waktu telur menetas. Umumnya peternak memiliki catatan penetasan. Untuk memastikan informasi tersebut juga dibandingkan
dengan
karakteristik fisik morfologi ayam sesuai dengan petunjuk Hafid (2009) sebagai berikut: - Ukuran postur tubuh - Pertumbuhan jengger di atas kepala dan pial pada paruh - Panjang taji pada ayam jantan - Ukuran dan konformasi tubuh - Keadaan pertumbuhan bulu badan
16
2. Peralatan Penelitian Peralatan yang dibutuhkan adalah pisau pemotong, cutter, karung, stiker label, timbangan ayam, timbangan digital, wadah plastik penampungan darah, panci, kompor, minyak tanah, tabel tabulasi, alat tulis menulis dan kamera. C. Prosedur Penelitian Sebelum pemotongan dilakukan pemuasaan pakan selama 6 jam untuk memperoleh ketelitian bobot potong akibat variasi isi saluran pencernaan. Air minum tetap disiapkan. Sebelum pemotongan dilakukan penimbangan bobot badan ayam buras dan dicatat sebagai bobot potong. D. Prosedur Pemotongan Ternak Ayam dipotong
secara halal
menurut syariat islam yaitu dengan
memotong bagian oesofagus, trachea, vena jugularis dan arteri carotis communis pada leher. Setelah itu ayam dibiarkan digantung pada bagian kaki selama 1-3 menit hingga darah berhenti menetes. Selanjutnya ayam ditimbang lalu pdicelupkan ke dalam air panas pada suhu lebih kurang 80°C selama 10 menit hingga bulu mudah dicabut. Bulu dicabut secara manual dan ayam tanpa bulu ditimbang lagi. Non karkas diperoleh dengan cara penampungan darah pada saat ayam dipotong, pengumpulan bulu, pemisahan antara karkas dan non karkas yang berupa kepala dan leher, kaki/ceker, serta organ-organ dalam seperti usus, jantung, hati, rampela, limfa, organ reproduksi (testis dan ovarium), lemak abdominal, oesofagus dan tembolok.
17
Prosedur pemotongan ayam dapat dilihat pada Gambar 2 : Ayam dipilih secara acak Diistrahatkan selama 2 jam dan Pemuasaan pakan selama 6 jam
Timbang bobot badan Sembelih Darah di tampung,Timbang Darah Timbang bobot tampung darah Pencelupan dalam Air Panas Pencabutan Bulu
Karkas
Non Karkas Timbang bobot tanpa bulu Pengeluaran jeroan, kepala-leher dan Kaki
Timbang
Pemisahan bagian non karkas internal Penimbangan Bagian-Bagian non karkas (darah, bulu, kaki/ceker, lemak abdominal, hati, jantung, oesofagus+tembolok, rampela, limfa, usus, kepala dan leher
Bobot bagian bagian karkas
Persentase bagian bagian non karkas
Gambar 2. Diagram alir pemotongan ayam buras
18
E. Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2 × 4 dengan tiga kali ulangan (Gasperz, 2010). Perlakuan terdiri dari dua faktor: Faktor Pertama Jenis Kelamin Ayam (J), terdiri dari dua taraf yaitu: K1 = Jantan K2 = Betina Faktor Kedua Umur Ayam (U), terdiri dari empat taraf yaitu: U1 = Ayam buras umur 6 bulan U2 = Ayam buras umur 12 bulan U3 = Ayam buras umur 18 bulan U4 = Ayam buras umur 24 bulan Model matematik rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ԑijk; i= 1, 2;
j = 1, 2, 3, k= 1, 2, 3,
Keterangan : Yij µ Ai Bj (AB)ij Ԑ ijk
= Hasil pengamatan bobot dan persentase karkas dan non karkas ayam ke-i dan ulangan ke-j. = Nilai tengah perlakuan. = Pengaruh jenis kelamin ayam ke-i. = Pengaruh umur ayam ke-j = Pengaruh interaksi jenis kelamin ayam ke-i dan umur ayam ke-j. = Galat percobaan
F. Parameter yang diamati Parameter yang diamti dalam penelitian ilmiah adalah : 1. bobot potong yaitu bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan ayam setelah di potong. 2. persentase non karkas yaitu bobot total non karkas dibagi bobot potong di kali 100%.
19
3. persentase organ non karkas terdiri dari: Persentase darah
%
Persentase bulu
%
Persentase ceker
%
Persentase tembolok Persentase kepala dan leher
%
Persentase lemak abdominal
%
Persentase hati Persentase jantung
% %
Persentase profentrikulus Persentase gizzard
%
Persentaselimfa
%
Persentase usus
20
G. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (analysis of variance). Apabila terdapat pengaruh perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) sesuai petunjuk Gazperz (2010).
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bobot Potong Ayam Buras Hasil bobot potongayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Potong (g) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan)
Jenis Kelamin Jantan
Betina
Rataan
1139,67n±46,09 810,67p±26,69 975,17d±183,32 1605,95k±110,90 1040,38o±31,06 1323,16c±318,22 2007,28j±49,91 1238,69m±58,44 1622,98b±423,77 2022,61j±33,10 1377,28l±24,00 1699,95a±354,40 a b 1693,88 ±416,80 1116,75 ±246,49 1405,31±329,63 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). 6 12 18 24 Rataan
Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap bobot potong ayam buras. Dari hasil data yang diperoleh terlihat bahwa secara signifikan rataan bobot potong semakin meningkat bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Hafid (2005) yang menyatakan bahwa proporsi jaringan tulang, daging, dan lemak akan dipengaruhi oleh umur, bangsa, bobot tubuh, jenis kelamin dan makanan. Menurut Soeparno (1998) menyatakan bahwa bobot potong dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan dan umur ternak, sedangkan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh asupan nutrien. Tampilan mengenai bobot potong ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 3.
22
Bobot Potong (g) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
2500
Jenis Kelamin Betina
2000
2022.61
2007.28 1605.95
1500 1000
1377.28
1238.69
1139.67
1040.38
810.67 500 0 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 3. Bobot Potong Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 3) menunjukkan bahwa rataan bobot potong ayam jantan tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (2022,61 g), dan yang terendah pada umur 6 bulan (1139,67 g). Rataan bobot potong ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (1238,69 g) dan yang terendah pada umur 6 bulan (810,67 g). Bobot potong ayam buras jantan lebih tinggi dibandingkan ayam betina dikarenaka pada ayam jantan memiliki proporsi tubuh dan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan ayam betina. Menurut Wiradisastra (1986) bahwa ayam jantan memiliki bobot yang lebih tinggi sehingga konsumsi pakan juga lebih banyak dibandingkan ayam betina, keadaan ini disebabkan pertumbuhan ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina dalam periode yang sama.
23
B. Persentase Non Karkas Ayam Buras Hasil persentase non karkasayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Non Karkas (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 35,79±0,59 34,24±0,28 33,34±0,62 31,23±0,87 33,65b±33,65
Betina 37,79±0,49 37,03±0,78 36,46±1,14 34,08±1,47 36,34a±1,64
Rataan 36,79a±0,89 35,63ab±1,62 34,90b±1,89 32,66c±1,90 35,00±2,17
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase non karkas ayam buras. Menurut Soeparno (2009), bahwa persentase karkas terhadap berat hidup biasanya meningkat sesuai dengan peningkatan berat hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit, darah, lambung, usus kecil, rempela dan hati menurun. Tombuku dkk. (2014) bahwa umur berpengaruh terhadap berat karkas yang disebabkan oleh adanya perubahan alat-alat tubuh terutama penambahan dari lemak karkas. Mahfudz dkk. (2009) Persentase non karkas berbanding terbalik dengan bobot badan akhir, semakin tinggi persentase karkas mengakibatkan persentase non karkas semakin rendah dan sebaliknya. Tampilan mengenai persentase non karkas ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 4.
24
Persentase Non Karkas (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
39 38
Jenis Kelamin Betina
37.79 37.03
37
36.46
36
35.79
35 34.24
34
34.08 33.34
33 32
31.23
31 30 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 4. Persentase Non Karkas Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 4) menunjukkan bahwa persentase non karkas ayam buras tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (35,79%), dan yang terendah pada umur 24 bulan (31,23%). Persentase non karkas ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (37,79%) dan yang terendah pada umur 24 bulan (34,08%). Pada gambar diatas terlihat bahwa dengan bertambahnya umur ayam buras persentase karkasnya juga secara signifikan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfudz (2009) bahwa umur dapat mempengaruhi bobot hidup, karkas dan non karkas yang terdiri dari kepala, leher, kaki, viscera, bulu dan darah. Umur juga mempengaruhi persentase karkas.
25
C. Persentase Darah Ayam Buras Hasil persentase darahayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Darah (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 12,47±0,00 12,60±0,10 12,82±0,09 12,84±0,18 12,68a±0,19
Betina 11,64±0,19 12,14±0,54 12,28±0.13 12,29±0.10 12,09b±0.35
Rataan 12.09a±0.44 12.37ab±0.43 12.55b±0.31 12.56b±0.33 12.39±0.41
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase darah ayam buras. Berdasarkan hasil uji BNT menunjukkan bahwa ayam buras pada umur 6 bulan memiliki persentase darah yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap umur 18 dan 24 bulan, namun tidak berbeda nyata (p>0.01) pada umur 12 bulan. Peningkatan persentase darah ayam buras yang signifikan diduga dipengaruhi oleh faktor umur, karena semakin bertambahnya umur ternak maka bobot potong serta jantung yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh juga meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi (2012), bahwa ayam broiler umur 6 minggu memiliki sel darah merah yang lebih tinggi (2133±297bx1000/mL) dibandingkan umur 4 minggu yaitu (2043±147bx1000/mL), hal ini berkaitan dengan bobot badan dan pakan yang dikonsumsi dalam menyuplai asupan gizi, sehingga berguna dalam pembentukan sel darah merah.
26
Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa faktor jenis kelamin memberikan pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase darah ayam buras. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa jenis kelamin yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase darah ayam buras.Rataan persentase darah tertinggi diperoleh pada ayam jantan (12,68%), sedangkan yang terendah diperoleh pada ayam betina (12,09%). Perbedaan persentase darah yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya bobot potong pada ayam jantan dan betina. Menurut Budiman (2007), mengatakan bahwa elemen-elemen darah meliputi selsel darah merah, sel-sel darah putih, dan keping darah (platelet). Elemen-elemen tersebut membentuk total volume darah yang pada ayam berkisar antara 5%-13% dari bobotbadan. Menurut Swenson (1984) total volume darah dipengaruhi oleh spesies, umur, jenis kelamin, dan status fungsional ternak. Tampilan mengenai persentase darah ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 5.
27
Jenis Kelamin Jantan
Jenis Kelamin Betina
13.2 12.8
12.82
12.84
12.28
12.29
12.6 12.47
12.4
12.14 12 11.64
11.6 11.2 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 5. Persentase Darah Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 5) menunjukkan bahwa persentase darah ayam buras tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (12,84%), dan yang terendah pada umur 6 bulan (12,47%). Persentase ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (12,09%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (11,64%). Selain itu baik jenis kelamin jantan maupun betina terlihat mengalami peningkatan persentase darah dengan bertambahnya umur. Hal ini diduga karena pertumbuhan otot dan tulang diiringi dengan bertambahnya jumlah volume darah yang ada pada tubuh ayam.
28
D. Persentase Bulu Ayam Buras Hasil persentase bulu ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Bulu (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 19,80o±0,13 20,01n±0,12 20,15n±0,09 20,44m±0,02 20,10b±0,28
Betina 21,47l±0,04 22,49k±0,14 22,80j±0,10 22,70j±0,17 22,36a±0,57
Rataan 20,59a±0,95 21,25b±1,36 21,48c±1,45 21,57c±1,24 21,22±1,24
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa intraksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase bulu ayam buras. Meningkatnya persentase bulu berdasarkan umur yang berbeda berhubungan dengan bobot potong ayam buras, semakin tinggi bobot badan maka jumlah bulu juga semakin banyak yang menutupi tubuhnya. Ayam betina memiliki persentase bulu yang tinggi dikarenakan bulu pada ayam betina lebih lebat yang berfungsi untuk memberi suhu panas pada saat mengerami telurnya. Tampilan mengenai persentase bulu ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 6.
29
Persentase Bulu (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
23.5 23 22.5 22 21.5 21 20.5 20 19.5 19 18.5 18
Jenis Kelamin Betina 22.8
22.49
22.7
21.47
6
12
20.44
20.15
20.01
19.8
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 6. Persentase Bulu Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 6) menunjukkan bahwa persentase bulu ayam burasjantan tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (20,44%), dan yang terendah pada umur 6 bulan (19,8%). Persentase ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 18 bulan (22,8%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (21,47%). Hampir seluruh tubuh unggas ditutupi oleh bulu, hal ini tidak lepas dari fungsinya untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dan melindungi kulitnya. Semakin tinggi bobot potong maka persentase bulu juga cenderung meningkat. Menurut Daryanti (1982) menyatakan bahwa persentase karkas ditentukan oleh persentase non karkas, bagian tubuh yang terbuang seperti bulu, darah dan organ viscera.
30
E. Persentase Kepala dan Leher Hasil persentase kepala dan leher ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Kepala dan Leher(%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 25,18k±0,00 24,44m±0,24 24,23n±0,09 23,81o±0,15 24,42a±0,53
Betina 26,20p±0,26 24,80q±0,10 22,50l±0,10 22,57l±0,06 24,02b±1,68
Rataan 25,74a±0,63 24,62c±0,26 23,36b±0,95 23,19b±0,69 24,23±1,23
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa intraksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase kepala dan leher ayam buras. Ayam buras pada umur 6 bulan memiliki persentase kepala dan leher lebih tinggi dibandingkan pada umur 24 bulan. Hal ini dikarenakan pada saat masa pertumbuhan bagian dada dan paha dominan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bagian kepala dan leher. Menurut Yaman (2011), Ayam memiliki bagian otot yang sangat respon terhadap kondisi nutrisi, yaitu proporsi otot dada dan otot paha otot-otot ini merupakan bagian tubuh yang paling dominan mengalami pertumbuhan. Tampilan mengenai persentase kepala dan leher ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 7.
31
Persentase Kepala dan Leher (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
27 26
26.20
25
25.18
Jenis Kelamin Betina
24.80 24.44
24.23
24
23.81
23 22.57
22.50 22 21 20 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 7. Persentase Kepala dan Leher Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 7) menunjukkan bahwa persentase kepala dan leher ayam burasjantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (25,18%), dan yang terendah pada umur 24 bulan (23,81%). Persentase kepala dan leher ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (26,20%) dan yang terendah pada umur 18 bulan (22,50%). Hampir seluruh tubuh unggas ditutupi oleh bulu, hal ini tidak lepas dari fungsinya untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dan melindungi kulitnya. Semakin tinggi bobot potong maka persentase bulu juga cenderung meningkat. Menurut Daryanti (1982) menyatakan bahwa persentase karkas ditentukan oleh persentase non karkas, bagian tubuh yang terbuang seperti bulu, darah dan organ viscera.
32
F. Persentase Ceker Ayam Buras Hasil persentase ceker ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Ceker (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 12,37±0,06 12,20±0,10 12,10±0,00 12,00±0,00 12,16a±0,16
Betina 10,35±0,06 10,00±0,20 9,67±0,06 9,70±0,17 9,93b±0,30
Rataan 11,35a±1,11 11,10b±1,21 10,88c±1,33 10,84c±1,25 11,00±1,17
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase ceker ayam buras. Ayam jantan memiliki persentase ceker yang lebih besar dibandingkan dengan ayam betina. Hal ini terjadi karena adanya sifat anggota tubuh yang harus tumbuh secara dini untuk melindungi bagian tubuh lainnya. Menurut Suparyanto dkk. (2004), bahwa panjang dan lingkar kaki, memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam menopang bobot tubuh, sehingga pola pertumbuhan ini diharapkan akan dapat mengantisipasi pertumbuhan bobot hidup yang terus bertambah.
33
Persentase Ceker (%) Ayam Buras 13
Jenis Kelamin Jantan
12.5
12.37
Jenis Kelamin Betina
12.20
12
12.10
12.00
9.67
9.70
11.5 11 10.5
10.35
10
10.00
9.5 9 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 8. Persentase Ceker Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 8) menunjukkan bahwa persentase ceker ayam burasjantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (12,37%), dan yang terendah pada umur 6 bulan (12,00%). Persentase ceker ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (10,30%) dan yang terendah pada umur 18 bulan (9,67%). Berdasarkan hasil persentase ceker ayam buras yang diperoleh tidak terdapat pengaruh interaksi (p>0,01) berdasarkan umur dan jenis kelamin yang berbeda. Hal ini diduga karena komponen kaki sebagian besar terdiri dari tulang yang pertumbuhannya pada saat dewasa adalah konstan. Menurut Soeparno (1994) bahwa pertumbuhan komponen tubuh yaitu tulang pada saat mencapai kedewasaan hampir konstan. Ceker/shank juga organ yang didominasi tulang dan kulit. Rosyidi (2000) menyatakan bahwa perubahan berat kepala dan kaki terutama berhubungan dengan umur potong karena kedua organ ini kurang sensitif terhadap perlakuan pakan.
34
G. Persentase Oesophagus dan Tembolok Ayam Buras Hasil persentase oesophagus dan tembolok ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase Oeshofagus dan Tembolok (%) Ayam Buras pada Berbagai Umurdan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 3,36j±0,06 3,19jk±0,19 3,14k±0,06 3,10k±0,00 3,20a±0,08
Betina 3,08k±0,01 2,47l±0,06 2,36l±0,07 2,36l±0,07 2,57b±1,10
Rataan 3,21a±0,14 2,83b±0,42 2,75b±0,43 2,73b±0,41 2,88±0,40
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase oesphagus dan tembolok ayam buras. Ayam jantan memiliki persentase oesophagus dan tembolok yang lebih besar dibandingkan dengan ayam betina. Hal ini dikarenakan ayam jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sehingga memiliki ukuran alat pencernaan yang besar juga. Oesophagus dan tembolok berfungsi untuk menampung pakan yang di konsumsi. Menurut Kamal (1994), bahwa secara garis besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai tempat penampung pakan, tempat pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan.
35
Persentase Oeshofagus dan Tembolok (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
3.6 3.4 3.2 3 2.8 2.6 2.4 2.2 2
Jenis Kelamin Betina
3.36 3.19
3.08
2.47
6
12
18
3.14
3.1
2.36
2.36
24
Umur (Bulan)
Gambar 9. Persentase Oeshofagus dan Tembolok Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 9) menunjukkan bahwa persentase Oeshofagus dan Tembolok ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (3,36%), dan yang terendah pada umur 24 bulan (3,10%). Persentase oeshofagus dan tembolok ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (3,08%) dan yang terendah pada umur 18 dan 24 bulan (2,36%). Esophagus membentang disepanjang leher dan thorax, kemudian berakhir di proventrikulus, esophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi melicinkan pakan menuju crop (tembolok) merupakan kantong tempat penyimpan makanan sementara (Crompton, 1999).
36
H. Persentase Rempela Ayam Buras Hasil persentase Usus ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 9. Tabel 8. Persentase Rempela (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 7,91±0,07 7,78±0,07 7,62±0,07 7,61±0,01 7,73a±0,13
Betina 7,60±0,01 7,40±0,02 7,30±0,02 7,26±0,05 7,39b±0,14
Rataan 7,73a±0,16 7,59b±0,22 7,46c±0,18 7,43c±0,19 7,55±0,21
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase rempela ayam buras. Rataan persentase rempela ayam jantan (7,73%) cenderung lebih tertinggi dibandingan pada ayam betina (7,39%). Tingginya persentase rempela pada ayam jantan dikarenakan memiliki proporsi tubuh yang lebih besar dibandingkan ayam betina. Menurut Ihsan (2006), nahwa bobot rempela dipengaruhi bobot badan dan makanan. Pemberian makanan yang lebih banyak akan menyebabkan aktivitas rempela lebih besar untuk mencerna makanan sehingga urat daging rempela menjadi lebih tebal dan memperbesar ukuran rempela. Menurut Syukron (2006), bahwa peningkatan serat kasar dalam ransum menyebabkan beban rempela menjadi lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik. Otot dari rempela pada saat bekerja akan semakin meningkat aktivitasnya, akibatnya akan terjadi penebalan urat daging rempela
37
sehingga ukuran berat dari rempela menjadi meningkat. Tampilan mengenai persentase rempela ayam buras pada umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Gambar 10.
Persentase Rempela (%) Ayam Buras 8.00
Jenis Kelamin Jantan
7.90
7.91
7.80
Jenis Kelamin Betina
7.78
7.70 7.60
7.62
7.60
7.61
7.50 7.40
7.40
7.30
7.30
7.26
7.20 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 10. Persentase Rempela Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 10) menunjukkan bahwa persentase rempela ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (7,91%), dan yang terendah pada umur 24 bulan (7,61%). Persentase usus ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (7,60%) dan yang terendah pada umur 24 bulan (7,26%). Menurut Pond et al. (1995) rempela berfungsi menggiling atau memecah partikel makanan supaya ukurannya menjadi lebih kecil. Penggilingan makanan akan lebih cepat dengan adanya bahan abrasif seperti grit (kerikil), batu dan pasir yang masuk melalui mulut. Di dalam rempela berlangsung proses penggilingan bahan makanan secara mekanis. Bahan makanan kasar atau bijian digiling oleh otot kuat berlapis epitel
38
tanduk sehingga sempurna halusnya. Ukuran rempela mudah berubah tergantung jenis makanan yang biasa dimakan oleh unggas (Amrullah, 2003). I. Persentase Usus Ayam Buras Hasil persentase Usus ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase Usus (%) Ayam Buras pada Berbagai Umurdan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 3,20m±0,00 2,96n±0,09 2,86no±0,07 2,89o±0,01 2,98b±0,15
Betina 4,59j±0,08 4,17k±0,02 4,00l±0,11 3,91l±0,13 4,17a±0,29
Rataan 3,90a±0,76 3,57b±0,66 3,43c±0,63 3,40c±0,57 3,57±0,65
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase usus ayam buras. Ayam betina memiliki persentase usus yang lebih besar dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini dikarenakan ayam betina mengonsumsi pakan lebih sering dibandingkan ayam jantan. Semakin tinggi konsumsi pakanukuran usus halusakan semakin besar karena akan dipaksa untuk kerja keras. Menurut Sundari (1986) bahwa peningkatan berat usus dikarenakan meningkatnya kerja usus dalam mencerna sejumlah pakan dengan kandungan zat anti nutrisi, sehingga kerja usus lebih kerasdalam pencernaan.
39
Persentase Usus (%) Ayam Buras 5
Jenis Kelamin Jantan
Jenis Kelamin Betina
4.59
4.5
4.17
4
4
3.91
2.86
2.89
3.5 3.2 3
2.96
2.5 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 11. Persentase Usus Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 11) menunjukkan bahwa persentase usus halus ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (4,59%), dan yang terendah pada umur 24 bulan (3,91%). Persentase usus ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (3,20%) dan yang terendah pada umur 18 bulan (2,86%). Menurut Suprijatna dkk. (2008), usus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorbsi. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran ini berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah proses absorbsi. Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 meter. Secara anatomis, usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, ileum. Segmen yang pertama, duodenum, bermula dari ujung distal gizzard. Bagian ini berbentuk kelokan, disebut duodenal loop.Pancreas menempel pada kelokan ini. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amylase, lipase, dan tripsin. Jeujenum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran
40
pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebutkan kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak vili. Setiap vilus mengandung pembuluh limpa yang disebut lacteal dan pembuluh kapiler. Pada permukaan vili terdapat banyak mikrovili yang berfungsi melakukan absorbsi hasil pencernaan. J. Persentase Lemak Abdominal Ayam Buras Hasil persentase lemak abdominal ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Lamak Abdominal (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 0,21l±0,02 0,30l±0,01 0,32l±0,04 0,42l±0,08 0,31b±0,08
Betina 0,29l±0,00 0,90k±0,53 2,63j±0,49 2,47j±0,31 1,57a±1,10
Rataan 0,26a±0,04 0,60a±0,47 1,48b±1,30 1,44b±1,14 0,94±1,00
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi maupun pengaruh tunggal faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase lemak abdominal ayam buras. semakin meningkatnya umur maka persentase lemak abdominal juga meningkat. Maryuni (2003), bahwa penimbunan lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu lingkungan, tingkat energi dalam ransum, umur dan jenis kelamin. Persentase lemak abdominal ayam jantan (1,44%) lebih rendah dari pada ayam betina (1,93%) pertambahan bobot badan dan umur menyebabkan lemak abdominal meningkat.
41
Persentase Lemak Abdominal (%) Ayam Buras 3
Jenis Kelamin Jantan
2.5
Jenis Kelamin Betina 2.63
2.47
2 1.5 1
0.90
0.5
0.29 0.21
0.42
0.32
0.30
0 6
12
Umur (Bulan)
18
24
Gambar 12. Persentase Lemak Abdominal Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 12) menunjukkan bahwa persentase usus ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (0,42%), dan yang terendah pada umur 6 bulan (0,21%). Persentase lemak abdominal ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 18 bulan (2,63%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (0,29%). Ayam betina memiliki persentase lemak yang tinggi dibandingkan oleh jantan, namun pada ayam betina memiliki bobot badan yang rendah. Hal yang sama dilaporkan oleh Tillman dkk. (1998) bahwa pada umumnya meningkatnya bobot hidup ayam diikuti oleh menurunnya kandungan lemak abdominal yang menghasilkan produksi daging yang tinggi. Maryuni dan Wibowo (2005) bahwa berat lemak abdominal cenderung meningkat dengan bertambahnya umur. Pada periode pertumbuhan awal lemak yang disimpan dalam tubuh jumlahnya sedikit namun pada pertumbuhan akhir
42
proses penimbunan lemak berlangsung cepat dan lemak akan disimpan di bawah kulit, sekitar organ dalam anatara lain empedal, usus dan otot. K. Persentase Hati Ayam Buras Hasil persentase hati ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 11. Tabel 13. Persentase Hati (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 4,86±0,03 5,07±0,11 5,13±0,13 5,18±0,18 5,06a±0,16
Betina 3,64±0,16 3,94±0,07 4,17±0,24 4,24±0,12 4,00b±0,29
Rataan 4,24c±0,71 4,51b±0,62 4,65ab±0,56 4,71a±0,54 4,53±0,60
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase hati ayam buras. Ayam betina memiliki persentase hati yang lebih besar dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini dimungkinkan bahwa kondisi hatipada semua perlakuan ada pada kondisi normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran prosentase berat hati berdasarkan bobot badan yaitu berkisar 2%,sesuai dengan pernyataan Getty (1975) dalam Hatta (2005) bahwa bobot normal hati ayam berkisar antara 2–5% dari bobot badan.
43
Persentase Hati (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
5.3 5.1 4.9 4.7 4.5 4.3 4.1 3.9 3.7 3.5
Jenis Kelamin Betina 5.18 5.13
5.07 4.86
4.24
4.17 3.94 3.64 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 13. Persentase Hati Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 13) menunjukkan bahwa persentase hati ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (5,18%), dan yang terendah pada umur 6 bulan (4,86%). Persentase hati ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (4,24%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (3,64%). Hati mempunyai fungsi yang kompleks. Menurut Wirapati (2008), hati berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak, metabolism protein, metabolisme
karbohidrat,
metabolisme
zat
besi,
fungsi
detoksifikasi,
pembentukan darah merahserta metabolisme dan penyimpanan vitamin. Bangsa burung mempunyai hati yang cukup besar dan terdiri dari dua lobi (kiridan kanan). Saluran hepatik dari setiap lobi tersebut berhubungan dengan duodenum (Sturkie, 2000). Kelainan-kelainan hati secara fisik ditandai dengan adanya perubahan warna, pembengkakan, pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantong empedu (Wirapati, 2008).
44
L. Persentase JantungAyam Buras Hasil persentase jantung ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Persentase Jantung (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 1,40±0,04 1,47±0,00 1,60±0,00 1,60±0,00 1,52a±0,08
Betina 1,30±0,06 1,44±0,04 1,52±0,07 1,53±0,06 1,45b±0,10
Rataan 1,38c±0,07 1,46c±0,03 1,56a±0,06 1,56a±0,06 1,49±0,09
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase jantung ayam buras. Ayam jantan memiliki persentase hati yang lebih besar dibandingkan dengan ayam betina. Menurt Arief (2000) bahwa unggas dengan ukuran yang lebih kecil memiliki dnyut jantung yang cepat dibandingkan dengan unggas dengan ukuran tubuh yang lebih besar. Denyut jantung meningkat cepat pada umur 0-1 minggu, setelah itu menurun secara bertahap. Denyut jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran tubuh, umur dan tempratur lingkungan.
45
Persentase Jantung (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan
Jenis Kelamin Betina
1.65 1.60
1.60
1.60
1.52
1.53
1.55 1.50 1.47 1.44
1.45 1.40
1.40
1.35 1.30
1.30
1.25 1.20 6
12 18 Umur (Bulan)
24
Gambar 14. Persentase Hati Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 14) menunjukkan bahwa persentase hati ayam burasjantan tertinggi diperoleh pada umur 18 dan 24 bulan (1,60%), sedangkan yang terendah pada umur 6 bulan (1,40%). Persentase jantung ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (1,53%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (1,30%). Pembesaran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan jaringan otot jantung. Pada dinding jantung terjadi penebalan, sedangkan volume ventrikel relative menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Arief, 2000). Sistem sirkulasi yaitu proses transper darah dari jantung ke sel-sel tubuh dan mengembalikannya. Menurut Arief (2000) bahwa jantung unggas terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel, ukuran jantung bervariasi pada setiap jenis unggas. Perbedaan laoran Putnam (1991) berat jantung berkisar antara 0,42-0,70% dari berat hidupnya.
46
M. Persentase Paru-Paru Ayam Buras Hasil persentase paru-paru ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Persentase Paru-Paru (%) Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 1,35n±0,06 1,53m±0,06 1,73kl±0,06 1,93j±0,15 1,64a±0,15
Betina 1,36n±0,05 1,54m±0,05 1,62lm±0,03 1,78k±0,20 1,57b±0,29
Rataan 1,35d±0,05 1,54c±0,05 1,68b±0,07 1,86a±0,18 1,61±0,21
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase paru-paru ayam buras. Paru-paru ayam jantan cenderung memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan ayam betina. Hal ini tidak lepas dari fungsi paru-paru sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2 keseluruh tubuh, sehingga ukurannya menyesuaikan dengan bentuk tubuh ayam. Menurut Marchelinda (2011), bahwa Paru-paru ayam normal terdiri dari bronkhus intrapulmonum, parabronkhus, dan alveoli. Bronkhus intrapulmonum memiliki mukosa dan adventisia. Tulang rawan jarang sekali tampak, karena sejak di vestibulum tulang rawan sudah tidak ada. Epitel mukosa berbentuk silinder banyak baris bersilia, dengan propria submukosa banyak mengandung pembuluh.Kapiler pembuluh darah berfungsi untuk tempat pertukaran gas yang kaya O2 danmiskin O2, sistem tersebut dikenal dengan blood air barrier. Parabronkhus pada paru–paru ayam merupakan saluran yang berfungsi
47
menyalurkan udara dari danatau ke paru-paru. Epitel parabronkhus berbentuk kubus, di bawahnya terdapat jaringan ikat dan otot polos. Alveoli merupakan bagian terpenting dari paru-paru, karena di jaringan ini dapat mengembang bila terisi udara (fleksibel). Alveolus juga berperan atas terjadinya pertukaran gas yang kaya O2 dan miskin O2 bersamadengan kapiler sekitarnya.
Persentase Paru-Paru (%) Ayam Buras 2.5
Jenis Kelamin Jantan
Jenis Kelamin Betina
2 1.5
1.53 1.54
1.36 1.35
1.93 1.78
1.73 1.62
1 0.5 0 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 15. Persentase Paru-Paru Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 15) menunjukkan bahwa persentase hati ayam buras jantan tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (1,93%), sedangkan yang terendah pada umur 6 bulan (1,35%). Persentase paru-paru ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 24 bulan (1,78%) dan yang terendah pada umur 6 bulan (1,35%). Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletakdi dalam rongga dada dan toraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Tiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru), basis (bagian bawahparu–paru), pembuluh darah paru-paru, bronkhial, saraf dan pembuluh limfe yang memasuki
48
tiap paru-paru, terutama pada bagian hilus dan akan membentuk akar paru-paru (Johnson, 2008). Paru-paru ayam bentuknya berlobus, secara utuh menempel pada pleura, dan memiliki berat normal sekitar 40-60 gram. Jika paru–paru berukuran terlalu besar maka bisa saja merupakan patologi, seperti bengkak karena berbagai penyakit atau terjadi akumulasi peradangan yang menimbulkan eksudat berlebih. Paru–paru yang baik berwarna merah jingga dan seperti spons, dapat terisi udara dengan baik. Secara umum, paru-paru dibagi menjadi system penyalur udara intrapulmonari, parenkim ataupun sistem respirasi dan pleura (Marchelinda, 2011). N. Persentase Limpa Ayam Buras Hasil persentase limpa ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Limpa(%) Ayam Buras pada Berbagai Umurdan Jenis Kelamin yang Berbeda. Umur (Bulan) 6 12 18 24 Rataan
Jenis Kelamin Jantan 0,36±0,01 0,32±0,03 0,27±0,01 0,31±0,00 0,31b±0,04
Betina 0,55±0,03 0,46±0,03 0,43±0,01 0,41±0,02 0,46a±0,05
Rataan 0,45c±0,10 0,39b±0,08 0.35a±0.09 0,36a±0,06 0,39±0,09
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur dan fakor jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase limpa ayam buras. Secara setatistik limpa baik pada ayam jantan dan betina pada umur yang sama tidak berbeda nyata (p>0,01). Menurut Dwipayanti
49
(2008), bahwa ukuran limpa bervariasi dari waktu ke waktu tergantung dari banyaknya darah dalam tubuh. Limpa merupakan organ kompleks yang memiliki banyak fungsi. Beberapa fungsi limpa yaitu untuk menyimpan darah, bersama hati dan sumsum tulang belakang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua, metabolisme nitrogenterutama pembentukan asam urat serta membentuk limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi.
Persentase Limpa (%) Ayam Buras Jenis Kelamin Jantan 0.55
0.6
Jenis Kelamin Betina
0.5 0.46
0.43
0.4 0.36
0.41
0.32
0.3
0.31
0.27
0.2 0.1 0 6
12
18
24
Umur (Bulan)
Gambar 16. Persentase Limpa Ayam Buras pada Berbagai Umur dan Jenis Kelamin yang Berbeda Pada (Gambar 16) menunjukkan bahwa persentase limpaayam burasjantan tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (0,55%), sedangkan yang terendah pada umur 24 bulan (0,41%). Persentase paru-paru ayam buras betina tertinggi diperoleh pada umur 6 bulan (0,36%) dan yang terendah pada umur 18 bulan (0,27%). Limpa merupakan organ tubuh yang kompleks dengan banyak fungsi. Menurut Istichomah (2007), bahwa selain menyimpandarah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua dan ikut
50
serta dalam metabolisme nitrogen terutama pembentukan asam urat serta membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembetukan antibodi. Ukuran limpa bervariasi dari waktu ke waktu tergantung dari banyaknya darah yang ada dalam tubuh. O. Persentase Testes Ayam Buras Hasil persentase testes ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Persentase Testes (%) Ayam Buras Jantan pada Berbagai Umur Umur (Bulan) Ulangan 6 12 18 24 1,76 2,24 2,40 2,40 U1 2,24 2,24 2,40 2,56 U2 2,02 2,24 2,39 2,57 U3 d c b Rataan 2,01 ±0,24 2,24 ±0,00 2,39 ±0,00 2,51a±0,10 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap ukuran testes ayam jantan. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya umur dan bobot makan ukuran testes juga bertambah. Mengacu pada pendapat Soeparna dkk. (2014), bobot sepasang testes ayam jantan yang aktif secara seksual mencapai 1% dari berat badan totalnya. Konsekuensi dari keadaan tersebut ayam bobotnya lebih besar mampu memproduksi semen lebih banyak daripada ayam-ayam yang berukurantubuh lebih kecil.Volume semen yang diperoleh secara artifisial selain tergantung pada umur dan bangsa ayam.
51
P. Persentase OvariumAyam Buras Hasil persentase Ovarium ayam buras pada berbagai umur dan jenis kelamin yang berbeda disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Persentase Ovarium (%) Ayam Buras Betina pada Berbagai Umur Umur (Bulan) Ulangan 6 12 18 24 1,80 2,50 2,80 2,80 U1 1,90 2,70 2,80 2,90 U2 1,70 2,40 3,30 2,70 U3 c b a 1,80 ±0,10 2,53 ±0,15 2,97 ±0,29 2,80a±0,10 Rataan Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01). Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor umur yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap ukuran ovarium ayam betina. Berat ovarium yang besar dapat menunjukkan ovarium dalam tingkat produktivitas yang tinggi (Ihsan, 2012). Hal ini yang menjadi faktor penyebab perbedaan berat ovarium yang diperoleh pada penelitian ini. Ayam pada umur 24 bulan memiliki persentase ovarium sebesar 2,80% lebih tinggi dibandingkan ayam umur 6 bulan yaitu 1,80%. Menurut Toelihere (1985) menyatakan bahwa berat ovarium ayam dewasa yang sedang aktif bertelur atau secara normal mencapai 40-60 g. Variasi jumlah dan diameterfolikel serta berat ovarium (indung telur) unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur dan status reproduksi unggas. Unggas yang berumur lebih tua relatif memiliki jumlah folikel lebih banyak, ukuran setiap folikel lebih besar, serta berat ovarium yang lebih besar.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini yaitu: 1. Interaksi antara umur dan jenis kelamin yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap bobot potong, persentase bulu, persentase kepala dan leher, persentase oesophagus dan tembolok, persentase usus, persentase lemak abdominal dan persentase paru-paru ayam buras. 2. Pengaruh tungggal baik faktor umur dan jenis kelamin yang berbeda berpengaruh sangat nayata (p<0,01) terhadap persentase non karkas, persentase darah, persentase ceker, persentase hati dan persentase limpa ayam buras. 3. Pengaruh tunggal faktor umur berpengaruh sangat nyata terhadap persentase testes dan persentase ovarium ayam buras.
B. Saran Umur potong ayam buras yang baik disarankan 6-18 bulan, karena dapat menghasilkan bagian non karkas yang lebih banyak.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Meningkatkan produktivitas ayam buras pedaging. AgroMedia Pustaka. Depok Arief, D. A. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, lemak abdominal, panjang usus dan sekum ayam kampung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bakrie, B., D. Andayani, M. Yanis, & D. Zainuddin. 2003. Pengaruh penambahan jamu ke dalam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkas ayam buras. hlm. 490495. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner “Iptek untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing”. Bogor, 2930 September 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Budiman, Rachmad. 2007. Pengaruh penambahan bubuk bawang putih pada ransum terhadap gambaran darah ayam kampung yang diinfeksi cacing nematoda (Ascaridia galli).Skripsi.Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor, Bogor. Crompton, D.W. 1999. A study of the growth of the alimentary tractof the young cockerel. Br. Poult. Sci. Daryanti. 1982. Perbandingan komposisi tubuh ayam petelur harco dengan ayam jantan broiler. Karya Iliah Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dwipayanti, N. M. Y. 2008. Profil organ dalam serta histopatologi usus dan hati ayam kampung terinfeksi cacing Ascaridia galli yang diberi tepung daun jarak (jathropa curcas l.). Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gunawan dan M. M. S. Sundari. 2003. Pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum terhadap produktivitas ayam. Wartazoa 13(3): 9298. Hafid, H. 2005. Kajian pertumbuhan dan distribusi daging serta estimasi produktivitas karkas sapi hasil penggemukan. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjosworo, P. S & Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya, Depok.
54
Hatta, U. 2005. Performan Hati dan Ginjal Ayam Broiler yang diberi Ransum Menggunakan Ubi kayu Fermentasi dengan Penambahan Lysine. J. Agroland. Ihsan, M. N. 2012. Pengaruh Umur Induk Terhadap Potensi Ketersediaan Sumber Oosit Kambing. Jurnal Ternak Tropika 13(1): 33-37. Istichomah, N. 2007. Pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) terfermentasi dalam ransum terhadap berat karkas, organ dalam serta histopatologi hati dan ginjal ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iswanto, H. 2002. Ayam buras pedaging . Agromedia pustaka Jakarta. Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak 1. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kusnadi, E. 2012. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah ayam broiler.J. Pengembangan Peternakan Tropis, 33(3):197-202. Mahfudz, L. D., Maulana, F. L., Atmomarsono, U. dan Sarjana, T. A. 2009. Karkas dan lemak abdominal ayam broiler yang diberi ampas bir dalam ransum. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Dipenegoro Marchelinda, C. 2011. Kajian Histopatologi Paru–Paru Ayam Broiler yang Diuji Tantang Virus Avian Influenza (H5N1) Setelah Pemberian Ekstrak Tanaman Sirih Merah (Piper Crocatum). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Maryuni, S.S. 2003. Pengaruh Kandungan Lisin dan Energi Metabolis Berbeda dalam Ransum yang Mengandung Ubikayu Fermentasi Terhadap Lemak Ayam Broiler. Diss. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Maryuni, S. S., dan C. H. Wibowo. 2005. Pengaruh kandungan lisin dan energi metabolis dalam ransum yang mengandung ubi kayu fermentasi terhadap konsumsi ransum dan lemak ayam broiler. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 30(1): 26-33. Putnam, P. A. 1991. Handbook of animal science. Academic Press. San Diego. Ramdani, I. 2001. Dinamika populasi dan prospek pengembangan ayam buras (studi kasus di desa karacak kecamatan leuwiliang kabupaten bogor). Skripsi. Fakultas peternakan. Institute pertanian bogor, bogor.
55
Rohaeni, E.S., D. Ismadi, A. Darmawan, Suryana, & A. Subhan. 2004. Profil usaha peternakan ayam lokal di Kalimantan Selatan (Studi kasus di Desa Murung Panti Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Desa Rumintin Kecamatan Tambarangan, Kabupaten Tapin). hlm. 555-562. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Buku II. Bogor, 45 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Soeparna, K. H. dan Lestari, T. D. 2014. Penampilan Reproduksi Tiga Jenis Ayam Lokal Jawa Barat. JITV, 19(3). Soeparno. 1998. Ilmu dan teknologi daging. Yogjakarta (Indonesia) Gadjah Mada University Press. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Priyanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E. Sujana, S. Darana, I. Setiawan, & G. Garnida. 2007. Sumber daya genetic ayam lokal Indonesia. hlm. 45 104. Dalam Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal lndonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Sundari, S. 1986. Toleransi ayam broiler terhadap kandungan serat kasar, serat detrgen asam, lignin dan silika dalam ransum yang mengandung tepung daun alang-alang. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjanan IPB. Bogor. Suparyanto, A., Martojo, H., Hardjosworo, P. S., dan Prasetyo, L. H. 2014. Kurva Pertumbuhan Morfologi Itik Betina Hasil Silang antara Pekin dengan Mojosari Putih. JITV, 19(3): 87-97. Suprijatna, Endjeng dan Atmomarsono, Umiyati. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya. Sturkie, P. 2000. Avian Physiology. Academic Press, San Diego, CA. Swenson, M. J. 1984. Physiology properties and cellular and chemical constituent of blood In Swenson, M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th Edit.Cornell University Press, Ithaca and London. Swenson, M. J. 1984. Physiology properties and cellular and chemical constituent of blood In Swenson, M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th Edit. Cornell University Press, Ithaca and London.
56
Tombuku, A. T., R. Vonny., M. Martina dan P. Zulkifli. 2014. Pengaruh berbagai macam ransum komersial dengan menggunakan sistem kandang yang berbeda terhadap kualitas karkas ayam pedaging. Jurnal zootek. 34 (Edisi Khusus) : 76–84. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo dan S. Ledosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wiradisastra, M. Datta H. Efektifitas keseimbangan energi dan asam lamino, dan efisiensi absorpsi dalam memenuhi persyaratan kecepatan tumbuh ayam broiler. 1986. IPB. Wirapati, R. D. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galanga linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolestrol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yaman, I. M. A. 2011. Ayam Kampung Unggul. PT. Niaga Swadaya.
57
58 Lampiran 1. ANALISIS DATA 1. Bobot Potong Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 807 1143.00 786 1092.00 839 1184.00 3419.00 2432.00 1139.67 810.67 46.09 26.69 1726.18
1068.87
1584.00
1007.26
1507.67
1045.00
4817.85 1605.95 110.90
3121.13 1040.38 31.06
1952.17
1250.97
2020.22
1175.08
2049.44
1290.01
6021.83 2007.28 49.91
3716.06 1238.69 58.44
2019.95
1352.19
2056.96
1379.67
1990.91
1400.00
6067.82 4131.85 2022.61 1377.28 33.10 24.00 20326.50054 13401.04716 1693.88 1116.75
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 3419.00 2432.00 4817.85 3121.13 6021.83 3716.06 6067.82 4131.85 20326.50 13401.05
Total 5851.00 7938.98 9737.89 10199.67 33727.55
Rataan
Total
975.17
5851.00
1323.16
7938.98
1622.98
9737.89
1699.95
10199.67
1405.31
33727.55
59
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
47397811.42 4156056.28 1955773.68 1998412.68 154514.29 47355.62
SK JK A JK B JK AB JKG Total
= tα/2
BNT1%
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
1955773.68 1998412.68 154514.29 47355.62
651924.56 1998412.68 51504.76 2959.73
220.27 675.20 17.40
F Tabel 5% 1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x
√
= 74.91 Faktor Interaksi
24j
2022.61
18j
2007.28
12j
1605.95
24b
1377.28
18b
1238.69
6j
1139.67
12b
1040.38
6b
810.67
24j
18j
12j
24b
18b
6j
12b
6b
2022.61
2007.28
1605.95
1377.28
1238.69
1139.67
1040.38
810.67
416.66
645.32
783.92
882.94
982.23
1211.94
401.33
629.99
768.59
867.61
966.90
1196.61
228.67
367.26
466.28
565.57
795.28
138.60
237.62
336.91
566.62
99.02
198.31
428.02
99.29
329.00
15.33
229.71
Faktor Umur 24 1699.95 24 18 12 6
1699.95 1622.98 1323.16 975.17
18 1622.98 76.96
12 1323.16 376.78 299.82
6 975.17 724.78 647.81 348.00
60 Faktor Jenis Kelamin jantan 1693.88 jantan betina
1693.88 1116.75
betina 1116.75 577.12
61 2. Persentase Non Karkas Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 35.8
37.8
35.8
37.8
36.8
36.9
108.41 35.79 0.59
112.53 37.79 0.49
34.1
37.0
34.1
36.2
34.6
37.8
102.71 34.24 0.28
111.08 37.03 0.78
33.4
35.3
32.7
36.6
33.9
37.5
100.01 33.34 0.62
109.37 36.46 1.14
32.2
35.1
30.6
32.4
30.8
34.7
93.70 31.23 0.87 404.83 33.65
102.24 34.08 1.47 435.22 36.34
Faktor Jenis Kelamin Total Jantan Betina 108.41 112.53 220.94 102.711199 111.0842698 213.7954689 100.006065 109.3650514 209.371116 93.696421 102.2416692 195.9380902 404.83 435.22 840.05
Rataan
Total
36.82
220.94
35.63
213.80
34.90
209.37
32.66
195.94
35.00
840.05
62
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
29403.30 108.41 55.38 38.49 2.79 11.75
SK
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
55.38 38.49 2.79 11.75
18.46 38.49 0.93 0.734
25.14 52.42 1.27
JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
√
= 2,921 x √ = 1.18
Faktor Umur
6 12 18 24
6 36.82
12 35.63 1.19
betina 36.34
jantan 33.65 2.69
36.82 35.63 34.90 32.66
Faktor Jenis Kelamin
betina jantan
36.34 33.65
18 34.90 1.93 0.74
24 32.66 4.17 2.98 2.24
F Tabel 5% 1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
63
3. Persentase Darah Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 4.5
4.3
4.5
4.5
4.6
4.4
13.52 4.46 0.07
13.17 4.40 0.06
4.3
4.3
4.3
4.6
4.4
4.5
12.94 4.31 0.06
13.48 4.49 0.14
4.3
4.5
4.2
4.7
4.3
4.6
12.82 4.27 0.05
13.80 4.60 0.13
4.2
4.3
3.9
4.3
4.0
4.2
12.03 4.01 0.15 51.31 4.27
12.83 4.28 0.06 53.27 4.44
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 13.52 13.17 12.94 13.48 12.82 13.80 12.03 12.83 51.31 53.27
Total 26.69 26.42 26.61 24.86 104.58
Rataan
Total
4.45
26.69
4.40
26.42
4.44
26.61
4.14
24.86
4.36
104.58
64
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
455.71 0.87 0.37 0.16 0.17 0.16
SK JK A JK B JK AB JKG Total
= tα/2
BNT1%
F Tabel
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.374 0.160 0.173 0.159
0.125 0.160 0.058 0.010
12.551 16.077 5.824
5%
3.24 4.49 3.24
√
= 2,921 x √ = 0,14 Faktor Interaksi 18b 4.60 18b 12b 6j 6b 12j 24b 18j 24j
4.60 4.49 4.46 4.40 4.31 4.28 4.27 4.01
12b 4.49 0.11
6j 4.46 0.14 0.03
6b 4.40 0.20 0.09 0.06
12j 4.31 0.28 0.18 0.15 0.08
24b 4.28 0.32 0.22 0.19 0.12 0.04
18j 4.27 0.33 0.22 0.19 0.13 0.04 0.00
Faktor Umur 6 4.45 6 18 12 24
4.45 4.44 4.40 4.14
18 4.44 0.01
12 4.40 0.04 0.03
24 4.14 0.30 0.29 0.26
24j 4.01 0.59 0.48 0.45 0.39 0.30 0.27 0.26
1%
5.29 8.53 5.29
65
Faktor Jenis Kelamin betina 4.44 betina jantan
4.44 4.27
jantan 4.27 0.18
66
4. Persentase Bulu Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 7.1
8.1
7.1
8.1
7.2
7.9
21.39 7.09 0.07
24.14 8.11 0.11
6.9
8.3
6.8
8.2
6.9
8.5
20.56 6.85 0.06
24.98 8.33 0.19
6.7
8.8
6.6
8.7
6.8
9.2
20.15 6.72 0.10
26.71 8.90 0.28
6.6
8.3
6.3
8.0
6.3
8.5
19.15 6.38 0.17 81.24 6.76
24.80 8.27 0.23 100.63 8.40
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 21.39 24.14 20.56 24.98 20.15 26.71 19.15 24.80 81.24 100.63
Total 45.52 45.54 46.86 43.95 181.87
Rataan
Total
7.59
45.52
7.59
45.54
7.81
46.86
7.32
43.95
7.58
181.87
67
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
1378.23 18.17 0.71 15.65 1.36 0.45
SK JK A JK B JK AB JKG Total
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.710 15.654 1.356 0.455
0.237 15.654 0.452 0.028
8.330 550.695 15.898
F Tabel 5%
1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= tα/2
BNT1%
DB
= 2,921 x √ = 0,23 Faktor Interaksi 18b 8.90 18b 12b 24b 6b 6j 12j 18j 24j
8.90 8.33 8.27 8.11 7.09 6.85 6.72 6.38
12b 8.33 0.58
24b 8.27 0.64 0.06
6b 8.11 0.79 0.21 0.15
6j 7.09 1.81 1.24 1.18 1.02
Faktor Umur 18 7.81 18 12 6 24
7.81 7.59 7.59 7.32
12 7.59 0.22
6 7.59 0.22 0.00
24 7.32 0.49 0.26 0.26
12j 6.85 2.05 1.48 1.41 1.26 0.24
18j 6.72 2.19 1.61 1.55 1.39 0.37 0.13
24j 6.38 2.52 1.94 1.88 1.73 0.71 0.47 0.33
68
Faktor Jenis Kelamin betina 8.40 betina jantan
8.40 6.76
jantan 6.76 1.64
69
5. Persentase Ceker Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 4.3
4.3
4.3
4.3
4.4
4.2
12.99 4.29 0.07
12.79 4.30 0.07
4.1
4.3
4.1
4.3
4.3
4.4
12.44 4.15 0.11
13.12 4.37 0.05
4.0
3.5
3.9
3.8
4.1
3.8
11.98 3.99 0.07
11.17 3.72 0.18
3.9
3.7
3.7
3.4
3.7
3.6
11.23 3.74 0.10 48.63 4.04
10.66 3.55 0.15 47.75 3.99
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 12.99 12.79 12.44 13.12 11.98 11.17 11.23 10.66 48.63 47.75
Total 25.78 25.56 23.15 21.89 96.38
Rataan
Total
4.30
25.78
4.26
25.56
3.86
23.15
3.65
21.89
4.02
96.38
70
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
387.03 2.23 1.79 0.03 0.21 0.19
SK JK A JK B JK AB JKG Total
= tα/2
BNT1%
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
1.788 0.033 0.213 0.193
0.596 0.033 0.071 0.012
49.483 2.720 5.893
F Tabel 5%
1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x √ = 0,15 Faktor Interakasi 12b 4.37 12b 6b 6j 12j 18j 24j 18b 24b
4.37 4.30 4.29 4.15 3.99 3.74 3.72 3.55
6b 4.30 0.07
6j 4.29 0.08 0.01
12j 4.15 0.23 0.16 0.14
18j 3.99 0.38 0.31 0.29 0.15
Faktor Umur 6 4.30 6 12 18 24
4.30 4.26 3.86 3.65
12 4.26 0.04
18 3.86 0.44 0.40
24 3.65 0.65 0.61 0.21
24j 3.74 0.63 0.56 0.55 0.40 0.25
18b 3.72 0.65 0.58 0.56 0.42 0.27 0.02
24b 3.55 0.82 0.75 0.73 0.59 0.44 0.19 0.17
71
6. Persentase Kepala dan Leher Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 9.0
9.5
9.0
9.5
9.3
9.3
27.30 9.01 0.15
28.34 9.52 0.12
8.4
9.3
8.3
9.1
8.5
9.5
25.24 8.41 0.09
27.97 9.32 0.20
8.1
6.8
7.9
7.1
8.1
7.2
24.09 8.03 0.13
21.08 7.03 0.22
7.6
6.8
7.3
6.2
7.4
6.7
22.31 7.44 0.16 98.94 8.22
19.71 6.57 0.28 97.10 8.11
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 27.30 28.34 25.24 27.97 24.09 21.08 22.31 19.71 98.94 97.10
Total 55.64 53.22 45.17 42.02 196.04
Rataan
Total
9.27
55.64
8.87
53.22
7.53
45.17
7.00
42.02
8.17
196.04
72
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
1601.39 25.46 20.88 0.14 3.93 0.51
SK JK A JK B JK AB JKG Total
= tα/2
BNT1%
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
20.883 0.142 3.925 0.510
6.961 0.142 1.308 0.032
218.421 4.454 41.055
F Tabel 5%
1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x √ = 0,25 Faktor Interaksi 6b 9.52 6b 12b 6j 12j 18j 24j 18b 24b
9.52 9.32 9.01 8.41 8.03 7.44 7.03 6.57
12b 9.32 0.19
6j 9.01 0.50 0.31
12j 8.41 1.10 0.91 0.60
18j 8.03 1.49 1.29 0.98 0.38
24j 7.44 2.08 1.89 1.58 0.98 0.59
18b 7.03 2.49 2.30 1.99 1.39 1.00 0.41
24b 6.57 2.95 2.76 2.45 1.84 1.46 0.87 0.46
73
Faktor Umur 24 9.27 24 18 12 6
9.27 8.87 7.53 7.00
18 8.87 0.40
12 7.53 1.74 1.34
6 7.00 2.27 1.87 0.53
74
7. Persentase Oesofagus dan Tembolok Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 0.9
1.3
1.3
1.4
1.2
1.2
3.39 1.09 0.22
3.91 1.35 0.11
1.2
1.2
1.2
1.3
1.3
1.3
3.75 1.25 0.04
3.80 1.27 0.03
1.1
0.9
1.1
0.9
1.2
0.8
3.52 1.17 0.06
2.60 0.87 0.04
1.2
0.9
1.1
0.8
1.0
0.8
3.27 1.09 0.06 13.92 1.15
2.44 0.81 0.07 12.76 1.07
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 3.39 3.91 3.75 3.80 3.52 2.60 3.27 2.44 13.92 12.76
Total 7.30 7.54 6.12 5.72 26.68
Rataan
Total
1.22
7.30
1.26
7.54
1.02
6.12
0.95
5.72
1.11
26.68
75
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
29.66 0.85 0.39 0.06 0.24 0.16
SK JK A JK B JK AB JKG
= tα/2
BNT1%
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16
0.395 0.057 0.244 0.155
0.132 0.057 0.081 0.010
13.561 5.868 8.395
F Tabel 5%
1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x √ = 0,14 Faktor Interakasi 6b 1.35 6b 12b 12j 18j 24j 6j 18b 24b
12b 1.27 0.08
1.35 1.27 1.25 1.17 1.09 1.09 0.87 0.81
12j 1.25 0.10 0.02
18j 1.17 0.17 0.09 0.08
24j 1.09 0.26 0.18 0.16 0.09
Faktor Umur 12 1.26 12 6 18 24
1.26 1.22 1.02 0.95
6 1.22 0.04
18 1.02 0.24 0.20
24 0.95 0.30 0.26 0.07
6j 1.09 0.26 0.18 0.16 0.09 0.00
18b 0.87 0.48 0.40 0.38 0.31 0.22 0.22
24b 0.81 0.53 0.45 0.43 0.36 0.27 0.27 0.05
76
8. Persentase Rempela Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 2.6
2.9
2.6
2.8
2.7
3.0
7.95 2.63 0.04
8.78 2.87 0.10
2.5
2.7
2.5
2.9
2.5
2.7
7.53 2.51 0.02
8.34 2.78 0.09
2.5
2.5
2.4
2.6
2.5
2.6
7.34 2.45 0.05
7.67 2.56 0.08
2.4
2.4
2.2
2.6
2.3
2.3
6.87 2.29 0.06 29.69 2.47
7.31 2.44 0.17 32.10 2.66
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 7.95 8.78 7.53 8.34 7.34 7.67 6.87 7.31 29.69 32.10
Total 16.73 15.87 15.00 14.18 61.79
Rataan
Total
2.79
16.73
2.65
15.87
2.50
15.00
2.36
14.18
2.57
61.79
77
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
159.08 1.00 0.60 0.24 0.03 0.12
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.603 0.240 0.032 0.124
0.201 0.240 0.011 0.008
25.990 31.049 1.371
√
= 2,921 x √ = 0,12 Faktor Umur
6 12 18 24
6 2.79
12 2.65 0.14
betina 2.66
jantan 2.47 0.19
2.79 2.65 2.50 2.36
Faktor Jenis Kelamin
betina jantan
2.66 2.47
18 2.50 0.29 0.14
24 2.36 0.42 0.28 0.14
F Tabel 5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
78
9. Persentase Usus Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 1.9
1.9
1.8
2.2
2.1
1.9
5.87 1.87 0.14
5.92 2.01 0.16
1.9
2.0
2.0
1.5
2.0
2.1
5.91 1.97 0.07
5.67 1.89 0.32
1.9
1.7
1.9
1.9
2.0
2.0
5.80 1.93 0.02
5.56 1.85 0.13
2.0
1.7
1.8
1.7
1.9
1.7
5.58 1.86 0.10 23.17 1.91
5.15 1.72 0.02 22.31 1.87
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 5.87 5.92 5.91 5.67 5.80 5.56 5.58 5.15 23.17 22.31
Total 11.79 11.58 11.37 10.74 45.48
Rataan
Total
1.97
11.79
1.93
11.58
1.89
11.37
1.79
10.74
1.89
45.48
79
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
SK JK A JK B JK AB JKG Total
86.17 0.52 0.10 0.03 0.02 0.36
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.103 0.031 0.020 0.365
0.034 0.031 0.007 0.023
1.513 1.341 0.296
F Tabel 5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
80
10. Persentase Lemak Abdominal Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.24 0.08 0.01
0.33 0.11 0.00
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.31 0.10 0.01
0.33 0.11 0.00
0.1
2.0
0.1
2.0
0.1
2.1
0.32 0.11 0.01
6.11 2.04 0.08
0.1
1.9
0.1
1.7
0.1
2.0
0.39 0.13 0.02 1.26 0.10
5.58 1.86 0.15 12.35 1.03
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 0.24 0.33 0.31 0.33 0.32 6.11 0.39 5.58 1.26 12.35
Total 0.57 0.64 6.44 5.97 13.61
Rataan
Total
0.09
0.57
0.11
0.64
1.07
6.44
0.99
5.97
0.57
13.61
81
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
7.72 15.38 5.24 5.12 4.96 0.06
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
F Tabel
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
5.243 5.122 4.958 0.057
1.748 5.122 1.653 0.004
493.465 1446.153 466.627
5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x √ = 0,08 Faktor Interaksi 18b 2.04 18b 24b 24j 6b 12b 18j 12j 6j
2.04 1.86 0.13 0.11 0.11 0.11 0.10 0.08
24b 1.86 0.18
24j 0.13 1.91 1.73
6b 0.11 1.93 1.75 0.02
12b 0.11 1.93 1.75 0.02 0.00
18j 0.11 1.93 1.75 0.02 0.00 0.00
12j 0.10 1.93 1.75 0.03 0.01 0.00 0.00
6j 0.08 1.96 1.78 0.05 0.03 0.03 0.03 0.03
82
Faktor Umur
18 24 12 6
18 1.07
24 0.99 0.08
betina 1.03
jantan 0.10 0.92
1.07 0.99 0.11 0.09
Faktor Jenis Kelamin
betina jantan
1.03 0.10
12 0.11 0.97 0.89
6 0.09 0.98 0.90 0.01
83
11. Persentase Hati Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 1.7
1.3
1.7
1.4
1.8
1.3
5.29 1.74 0.04
4.05 1.38 0.07
1.7
1.5
1.8
1.6
1.7
1.5
5.21 1.74 0.02
4.49 1.50 0.06
1.8
1.5
1.6
1.6
1.8
1.5
5.14 1.71 0.07
4.56 1.52 0.06
1.7
1.5
1.6
1.4
1.5
1.4
4.86 1.62 0.09 20.49 1.70
4.33 1.44 0.06 17.44 1.46
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 5.29 4.05 5.21 4.49 5.14 4.56 4.86 4.33 20.49 17.44
Total 9.34 9.70 9.69 9.19 37.92
Rataan
Total
1.56
9.34
1.62
9.70
1.62
9.69
1.53
9.19
1.58
37.92
84
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
59.92 0.53 0.03 0.39 0.05 0.06
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.033 0.388 0.052 0.060
0.011 0.388 0.017 0.004
2.912 103.714 4.644
√
= 2,921 x √ = 0,08
Faktor Jenis Kelamin jantan 1.70 jantan betina
1.70 1.46
betina 1.46 0.24
F Tabel 5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
85
12. Persentase Jantung Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 0.52
0.43
0.53
0.55
0.54
0.42
1.59 0.53 0.01
1.41 0.49 0.07
0.50
0.54
0.50
0.53
0.51
0.55
1.51 0.50 0.00
1.63 0.54 0.01
0.49
0.52
0.45
0.54
0.50
0.55
1.44 0.48 0.03
1.60 0.53 0.02
0.47
0.53
0.42
0.55
0.45
0.51
1.34 0.45 0.03 5.88 0.49
1.59 0.53 0.02 6.23 0.52
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 1.59 1.41 1.51 1.63 1.44 1.60 1.34 1.59 5.88 6.23
Total 3.00 3.14 3.04 2.93 12.11
Rataan
Total
0.50
3.00
0.52
3.14
0.51
3.04
0.49
2.93
0.50
12.11
86
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
6.11 0.04 0.00 0.01 0.02 0.02
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.004 0.005 0.017 0.015
0.001 0.005 0.006 0.001
1.287 5.340 6.091
F Tabel 5%
1%
3.24 4.49 3.24
5.29 8.53 5.29
√
= 2,921 x √ = 0,06 Faktor Interaksi 12b 0.54 12b 18b 24b 6j 12j 6b 18j 24j
0.54 0.53 0.53 0.53 0.50 0.49 0.48 0.45
18b 0.53 0.01
24b 0.53 0.01 0.01
6j 0.53 0.02 0.01 0.00
12j 0.50 0.04 0.03 0.03 0.02
6b 0.49 0.05 0.04 0.04 0.03 0.01
18j 0.48 0.06 0.06 0.05 0.05 0.02 0.01
24j 0.45 0.10 0.09 0.08 0.08 0.05 0.04 0.03
87
13. Persentase Paru-Paru Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 0.4
0.5
0.4
0.6
0.4
0.6
1.23 0.40 0.04
1.73 0.57 0.07
0.4
0.4
0.4
0.6
0.5
0.6
1.25 0.42 0.04
1.54 0.51 0.12
0.4
0.6
0.4
0.6
0.4
0.6
1.24 0.41 0.02
1.78 0.59 0.03
0.4
0.6
0.5
0.7
0.5
0.6
1.38 0.46 0.02 5.10 0.42
1.82 0.61 0.04 6.86 0.57
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 1.23 1.73 1.25 1.54 1.24 1.78 1.38 1.82 5.10 6.86
Total 2.95 2.79 3.02 3.20 11.97
Rataan
Total
0.49
2.95
0.47
2.79
0.50
3.02
0.53
3.20
0.50
11.97
88
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
5.97 0.20 0.01 0.13 0.01 0.05
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.014 0.129 0.005 0.054
0.005 0.129 0.002 0.003
1.391 38.031 0.540
√
= 2,921 x √ = 0,08 Faktor Jenis Kelamin betina 0.57 betina jantan
0.57 0.42
jantan 0.42 0.15
F Tabel 5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
89
14. Persentase Limpa Faktor Umur
Ulangan
6 Bulan
1 2 3
Total Rataan Standar Deviasi 1 2 3
12 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
18 Bulan Total Rataan Standar Deviasi
1 2 3
24 Bulan Total Rataan Standar Deviasi Total umum Rataan umum
Faktor Umur 6 BLN 12 BLN 18 BLN 24 BLN Total
Faktor Kelamin Jantan Betina 0.1
0.2
0.1
0.2
0.1
0.2
0.39 0.13 0.00
0.61 0.21 0.01
0.1
0.2
0.1
0.2
0.1
0.2
0.33 0.11 0.01
0.51 0.17 0.01
0.1
0.2
0.1
0.2
0.1
0.2
0.27 0.09 0.00
0.47 0.16 0.01
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.29 0.10 0.00 1.28 0.11
0.42 0.14 0.01 2.01 0.17
Faktor Jenis Kelamin Jantan Betina 0.39 0.61 0.33 0.51 0.27 0.47 0.29 0.42 1.28 2.01
Total 1.00 0.84 0.74 0.71 3.29
Rataan
Total
0.17
1.00
0.14
0.84
0.12
0.74
0.12
0.71
0.14
3.29
90
FK JKT JK A JK B JK AB JKG
0.450 0.032 0.009 0.022 0.001 0.001
SK JK A JK B JK AB JKG Total
BNT1%
= tα/2
DB
JK
KT
FH
3 1 3 16 23
0.009 0.022 0.001 0.001
0.003 0.022 0.000 0.0001
47.840 360.554 3.068
√
= 2,921 x √ = 0,01 Faktor Umur
24 18 12 6
24 0.17
18 0.14 0.03
betina 0.17
jantan 0.11 0.06
0.17 0.14 0.12 0.12
Faktor Jenis Kelamin
betina jantan
0.17 0.11
12 0.12 0.04 0.02
6 0.12 0.05 0.02 0.01
F Tabel 5%
3.24 4.49 3.24
1%
5.29 8.53 5.29
91
15. Persentase Testis Ulangan U1 U2 U3 jumlah rataan SD
FK JKT JKP JKG KTP KTG
Umur (Bulan) 12 18 0.76 0.80 0.77 0.78 0.78 0.81 2.31 2.39 0.77 0.80 0.01 0.01
6 0.63 0.80 0.74 2.17 0.72 0.09
24 0.77 0.78 0.79 2.35 0.78 0.01
7.0896 0.0256 0.0091 0.0165 0.0030 0.0021
SK
DB
JK
KT
F HIT
PERLAKUAN GALAT
3 8
0.01 0.0
0.003 0.002
1.46
F TABEL 5% 1% 4.07 7.59
92
16. Persentase Ovarium Ulangan U1 U2 U3 jumlah rataan SD
FK JKT JKP JKG KTP KTG
Umur (Bulan) 12 18 0.61 0.58 0.60 0.60 0.62 0.62 1.83 1.80 0.61 0.60 0.01 0.02
6 0.62 0.62 0.61 1.86 0.62 0.01
24 0.58 0.53 0.57 1.69 0.56 0.02
4.2931 0.0080 0.0057 0.0023 0.0019 0.0003
SK
DB
JK
KT
F HIT
PERLAKUAN GALAT
3 8
0.01 0.0
0.002 0.000
6.44
F TABEL 5% 1% 4.07 7.59
93
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Persiapan Penelitian ditinjau Oleh Pembimbing I
Ayam betina umur 6 bulan
Ayam jantan umur 6 bulan
Ayam betina umur 12 bulan
Ayam jantan umur 12 bulan
Ayam betina umur 18 bulan
94
Ayam jantan umur 18 bulan
Ayam betina umur 24 bulan
Ayam jantan umur 24 bulan
Pelabelan jantan dan betina
Penimbangan Ayam
Penyembelihan dan penampungan darah
95
Penimbangan darah
Penuntasan darah
Pencelupan kedalam air panas
Pencabutan bulu
Pengeluaran organ dalam
Bagian-bagian non karkas
96
Penimbangan kepala+leher
Penimbangan hati
Penimbangan kaki/ceker
Penimbangan rampela+isi
97
Penimbangan rampela tanpa isi
Penimbangan limpa
Penimbangan usus tanpa isi
Penimbangan jantung
Penimbangan oesofagus+tembolok+isi
Penimbangan oesofagus+tembolok Tanpa isi
98
Penimbangan testis
Penimbangan ovarium
Penimbanan lemak adominal
Penimbangan bulu