KARAKTERISTIK MATAAIR KAKI LERENG GUNUNG MERAPI DAN PEMANFAATANNYA DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ririn Putri Aurita NIM 13405241032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
ii
iii
iv
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 6-8)
“Banyak kegagalan hidup terjadi karena orang-orang tidak menyadari Betapa dekatnya kesuksesan ketika mereka menyerah.” (Thomas Alfa Edison)
“Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)
Lakukan yang terbaik pada setiap kesempatan yang dimiliki. (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahiraabil’alamin. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih, sebuah karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya tercinta, Ayah Heriyanto dan Bunda Titiani atas segala doa, restu, kasih sayang, semangat, inspirasi, dan dukungan, baik moril maupun materiil yang tidak terhingga.
Nenek saya, yang telah merawat dan membesarkan saya, atas segala doa dan cinta yang diberikan.
(Alm) kakek dan (Almh) ibu saya atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya.
Karya ini juga saya bingkiskan untuk:
Kedua adik saya tercinta, Ajeng Suci Ratnaningsih dan Dimas Dzaki Azizan
Aurio
yang
telah
memberikan
semangat
untuk
segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
Teman-teman di Jurusan Pendidikan Geografi angkatan 2013 atas untaian cerita semasa kuliah.
Almamater UNY yang akan selalu saya ingat dalam setiap perjalanan hidup saya.
vi
KARAKTERISTIK MATAAIR KAKI LERENG GUNUNG MERAPI DAN PEMANFAATANNYA DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG Oleh Ririn Putri Aurita NIM 13405241032 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendekripsikan pola sebaranmataair di Kecamatan Dukun;2) Mengetahui potensi, pemanfaatan, dan imbangan antara potensi dan pemanfaatan mataair di Kecamatan Dukun; 3)Membandingkan kualitas fisik dan kimia mataair di Kecamatan Dukun pada bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran fluvial gunungapi berdasarkan persyaratan baku mutu air minum menurut Permenkes RI nomor 492 tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini terdiri atasfenomena fisik dan non fisik. Fenomenafisik berupa seluruh titik pemunculan mataair dan lahan irigasinya. Fenomenanon fisik dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga pengguna mataair tersebut. Teknik pengambilan sampel menggunakan a)purposive samplinguntuk sampel mataair; b)area probability samplinguntuk sampel kebutuhan air irigasi;c) random sampling untuk sampel rumah tangga pengguna mataair. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah a) observasi untuk memperoleh data sebarandan potensi mataair; b) wawancara untuk memperoleh data kebutuhan air rumah tangga; c) dokumentasi untuk memperoleh data kebutuhan air irigasi. Analisis data yang digunakan ialah “nearest neighbour analysis”, analisis debit metode volumentrik, analisis imbangan mataair untuk kebutuhan rumah tangga dan irigasi, serta analisis kualitas fisik dan kimia mataair. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Sebaranmataair di Kecamatan Dukunberdasarkan “nearest neighbour analysis” masuk ke dalam pola mengelompok. 2) Terdapat 41 mataair yang terdiri atas 33 mataair untuk kebutuhan rumah tangga dan 8 mataair untuk kebutuhan irigasi. Debit mataair terendah 0,16 liter/detik dan debit tertinggi 16 liter/detik. Rata-rata debit mataair untuk kebutuhan rumah tangga adalah 1,6 liter/detik dan mataair untuk irigasi adalah 13,88 liter/detik. Pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga di seluruh desa tercukupi dan rata-rata imbangan airnya surplus. Pemanfaatan mataair untuk irigasi secara keseluruhan juga tercukupi, namun terdapat bulan yang mengalami kekurangan air yakni pada bulan Mei pertengahan kedua di Dusun Paten dan Dusun Bandung wilayah Desa Paten. 3) Kualitas fisika dan kimia mataair pada bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran fluvial gunungapi sesuai dan memenuhi persyaratan kualitas air minum dalam Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010. Kata Kunci : Karakteristik Mataair, Kaki Lereng Gunung Merapi, Kecamatan Dukun
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahiraabil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, hidayah, serta karunia-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Karakteristik Mataair Kaki Lereng Gunung Merapi dan Pemanfaatannya di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Rektor
Universitas
Negeri
Yogyakarta,
yang
telah
memberikan
kesempatan untuk menempuh studi di Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 2.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta atas izin yang telah diberikan untuk penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
4.
Bapak Suhadi Purwantara, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan ketulusan telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5.
Ibu Nurul Khotimah, M.Si, sebagai dosen narasumber yang telah memberikan dukungan, saran, dan kritik dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
viii
6.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta atas seluruh ilmu, bimbingan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
7.
Ibu Dr. Muhsinatun Siasah Masruri sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dalam proses studi.
8.
Bapak Arif Ashari, M.Sc yang telah memberikan inspirasi, arahan, dan motivasi dalam penelitian ini.
9.
Bapak Agung Yulianto, S.E atas masukan dan bantuan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
10. Camat Dukun yang telah memberikan kemudahan dalam izin penelitian. 11. Seluruh perangkat desa dan warga Kecamatan Dukun yang terlibat dalam pengambilan data, khususnya untuk Bapak Suroto, Bapak Tukimin, dan Bapak Tarwoto yang telah memberikan tenaga dan bantuan. 12. Kedua orang tua saya, Ayah Heriyanto dan Bunda Titiani, nenek saya, serta kedua adik saya atas segala doa, dukungan, dan semangat dalam proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 13. Andika Surya Ardi yang telah memberikan semangat, motivasi, dan terutama bantuan dalam pengambilan data. 14. Sahabat-sahabat saya, Milla Muthia Rahayu, Seli Anjas Pratiwi, Novi Laniastuti, Isna Khoirun Nisa, Galuh Ajeng Nugraheni, Afrilia Dwi Nurvitasari, Icaratna Ulan Sari, Isna Muammar, Apri Waidah, Ahmad Saiful Mandaladi, Aan Nurdianto, Gregorius Nopria, dan Walidatul Widad atas segala dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
15. Teman-teman Jurusan Pendidikan Geografi angkatan 2013 yang telah memberikan warna selama masa studi. 16. Teman-teman di Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG), khususnya bidang Kesejahteraan dan Advokasi Mahasiswa. 17. Tim PKM-Pengabdian Masyarakat di Dusun Gembyong, Desa Ngorooro, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunungkidul. 18. Tim asistensi praktikum Geografi Tanah tahun 2014. 19. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuandari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yogyakarta, 7 Desember 2016
(Penulis)
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................. Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined. MOTTO ............................................................................................................... v PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi ABSTRAK ...........................................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ............................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 11 A. Deskripsi Teori ................................................................................... 11 1. Kajian Geografi ............................................................................. 11 2. Kondisi Geologis ........................................................................... 21 3. Kondisi Geomorfologis .................................................................. 21 4. Kondisi Hidrologis ......................................................................... 26 B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 52 C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 55 BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 58 A. Desain Penelitian ............................................................................... 58 B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 60 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel........................ 60 D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 62 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 65 F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 72 A. Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................... 72 1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian .................................... 72 2. Iklim .............................................................................................. 75 3. Kondisi Geologis ........................................................................... 80 4. Kondisi Geomorfologi .................................................................... 83 5. Jenis Tanah................................................................................... 85 6. Penggunaan Lahan ....................................................................... 88 7. Ketinggian Tempat ........................................................................ 92 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk................................................. 94 B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 96 1. Pola Sebaran Mataair di Kecamatan Dukun .................................. 96 2. Potensi dan Pemanfaatan Mataair untuk Kebutuhan Air Rumah Tangga di Kecamatan Dukun ...................................................... 102
xi
3. Potensi dan Pemanfataan Mataair untuk Kebutuhan Air Irigasi di Kecamatan Dukun ....................................................................... 148 4. Kualitas Mataair di Kecamatan Dukun ......................................... 176 BAB V .............................................................................................................. 198 PENUTUP ....................................................................................................... 198 A. Simpulan.......................................................................................... 198 B. Saran ............................................................................................... 199 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 200
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Mataair Kecamatan Dukun ....................................................... 4 Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Dukun............................................ 5 Tabel 3. Klasifikasi Mataair Berdasarkan Debit ............................................... 32 Tabel 4. Pemanfaatan Air Domestik Berdasarkan Kategori Kota .................... 35 Tabel 5. Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air Minum berdasarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 ................................................. 42 Tabel 6. Jumlah Sampel Rumah Tangga di Kecamatan Dukun ...................... 63 Tabel 7. Jumlah Sampel Mataair di Kecamatan Dukun ................................... 64 Tabel 8. Pembagian Luas Wilayah Penelitian ................................................. 73 Tabel 9. Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun yaitu 2006-2016 dari 5 (Lima) Stasiun di Daerah Penelitian ........................................ 75 Tabel 10. Klasifikasi Iklim menurut Schmdit-Fergusson .................................. 79 Tabel 11.Perbandingan Bulan Basah dan Bulan Kering selama 11 Tahun dari Lima Stasiun Hujan .................................................................. 80 Tabel 12. Jenis Tanah di Kecamatan Dukun................................................... 85 Tabel 13.Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun ........................................ 88 Tabel 14. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Dukun ................. 95 Tabel 15. Potensi dan Sebaran Mataair untuk Kebutuhan Air Rumah Tangga di Kecamatan Dukun....................................................................... 103 Tabel 16. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ketunggeng .................................................................................... 106 Tabel 17. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Ketunggeng ....................................................................... 107 Tabel 18. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ngadipuro .......................................................................... 108 Tabel 19. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Ngadipuro .......................................................................... 109 Tabel 20. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Dukun ................................................................................ 111 Tabel 21. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Dukun ............................................................................... 113 Tabel 22. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sumber .............................................................................. 115 Tabel 23. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sumber .............................................................................. 117 Tabel 24. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Kalibening .......................................................................... 118 Tabel 25. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Kalibening .......................................................................... 120 Tabel 26. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Wates ................................................................................ 121 Tabel 27. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Wates ................................................................................ 123 Tabel 28. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru .......................................................... 124 Tabel 29. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru ........................................... 125
xiii
Tabel 30. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Banyudono ........................................................................ 126 Tabel 31. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Banyudono ....................................................................... 127 Tabel 32. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Mangunsoko Desa Mangunsoko ..................................................... 128 Tabel 33. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Mangunsoko Desa Mangunsoko ...................................... 129 Tabel 34. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sewukan ............................................................................ 130 Tabel 35. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sewukan ........................................................................... 132 Tabel 36. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sengi ................................................................................. 133 Tabel 37. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sengi ................................................................................. 135 Tabel 38. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Paten ................................................................................. 137 Tabel 39. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Desa Paten .................................................................................... 139 Tabel 40. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Krinjing............................................................................... 140 Tabel 41. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Krinjing............................................................................... 142 Tabel 42. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Banaran Desa Keningar ................................................... 143 Tabel 43. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Banaran Desa Keningar ................................................... 144 Tabel 44. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ngargomulyo .................................................................................. 145 Tabel 45. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Ngargomulyo ..................................................................... 147 Tabel 46. Potensi dan Sebaran Mataair untuk Kebutuhan Air Irigasi .............. 149 Tabel 47. Evaporasi Bulanan (mm/15 harian) Daerah Penelitian .................... 152 Tabel 48. Tabel 48. Faktor Tanaman dalam Setiap Fase Pertumbuhan (Kc) .. 153 Tabel 49. Kebutuhan Air Untuk Tanaman Pada Daerah Penelitian ................. 155 Tabel 50. Nilai Perkolasi Berdasarkan Tekstur Tanah .................................... 156 Tabel 51. Nilai Perkolasi Daerah Penelitian .................................................... 157 Tabel 52. Nilai Penggenangan dan Penjenuhan Daerah Penelitian ................ 158 Tabel 53. Nilai Kebutuhan Air Pada Petak Sawah/ Farm Water Requirement (FWR) .................................................... 160 Tabel 54. Nilai Curah Hujan Efektif (Re) Daerah Penelitian ............................ 162 Tabel 55. Kebutuhan Air Untuk Areal Irigasi Desa Kalibening dan Desa Ngargomulyo .................................................................................. 166 Tabel 56. Kebutuhan Air Untuk Areal Irigasi Desa Paten dan Desa Krinjing .................................................................................. 167 Tabel 57. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Kalibening ........... 171 Tabel 58. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Ngargomulyo....... 172 Tabel 59. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Dusun Paten Desa Paten ..................................................................................... 173
xiv
Tabel 60. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Dusun Bandung Desa Paten .................................................................................... 174 Tabel 61. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Krinjing ................ 175
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 57 Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Dukun ............................................ 74 Gambar 3. Peta Polygon Thiessen Kecamatan Dukun ................................... 77 Gambar 4. Peta Geologi Kecamatan Dukun ................................................... 82 Gambar 5. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Dukun.......................................... 84 Gambar 6. Peta Jenis Tanah di Kecamatan Dukun ........................................ 87 Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun ............................. 91 Gambar 8. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Dukun .................................. 93 Gambar 9. Hasil Analisis Tetangga Terdekat Menggunakan ArcGIS .............. 97 Gambar 10. Peta Persebaran Mataair di Kecamatan Dukun ........................... 98 Gambar 11. Peta Persebaran Mataair Berdasarkan Ketinggian ...................... 100 Gambar 12. Peta Persebaran Mataair Berdasarkan Bentuklahan ................... 101 Gambar 13. Diagram Batang Hasil Uji Warna Air............................................ 177 Gambar 14. Diagram Batang Hasil Uji Total Zat Padat Terlarut Air ................. 178 Gambar 15. Diagram Batang Hasil Uji Kekeruhan Air ..................................... 179 Gambar 16. Diagram Batang Hasil Uji Suhu Air .............................................. 181 Gambar 17. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Alumunium dalam Air ....... 182 Gambar 18. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Besi dalam Air ................. 183 Gambar 19. Diagram Batang Hasil Uji Kesadahan Air .................................... 184 Gambar 20. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Klorida dalam Air ............. 185 Gambar 21. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Mangan dalam Air............ 186 Gambar 22. Diagram Batang Hasil Uji pH Air ................................................. 187 Gambar 23. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Seng dalam Air ................ 188 Gambar 24. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Sulfat dalam Air ............... 189 Gambar 25. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Tembaga dalam Air ......... 189 Gambar 26. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Amonia dalam Air ............ 190 Gambar 27. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Arsen dalam Air ............... 191 Gambar 28. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Fluorida dalam Air............ 192 Gambar 29. Diagram Batang Hasil Uji Total Kandungan Krom dalam Air ....... 193 Gambar 30. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Kadmium dalam Air ......... 194 Gambar 31. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Nitrit dalam Air ................. 195 Gambar 32. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Nitrat dalam Air ................ 196
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................ 202 Lampiran 2. Instrumen Penelitian ................................................................... 208 Lampiran 3. Data Curah Hujan dan Suhu Udara Wilayah Penelitian ............... 211 Lampiran 4. Data Perhitungan Kebutuhan Air Rumah Tangga........................ 230 Lampiran 5. Identitas Responden .................................................................. 241 Lampiran 6. Hasil Uji Kualitas Air di Laboratorium .......................................... 247 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian .................................................................... 250
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman alam yang kaya disertai potensi air yang luar biasa untuk kawasan Asia-Oseania. Negeri ini memiliki 17.000 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan lima pulau utama, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sunaryo(2004: 3), menyatakan bahwa setiap wilayah kepulauan di Indonesia terdiri atas kombinasi berbagai bentukan geomorfologi yang berbeda-beda, seperti rangkaian pegunungan, bukit,
bantaran
alluvial,
dan
danau.
Aspek
geografis
itulah
yang
menyebabkan permukaan daratan Indonesia menjadi bervariasi. Variasi tersebut yang menyebabkan Indonesia dikaruniai potensi hidrometeorologi yang unik. Potensi cadangan air tawar yang dimiliki Indonesia adalah yang kelima terbesar di dunia setelah Brazil, Amerika Serikat, Cina, dan Kanada. Namun cadangan air tersebur tersebar tidak merata di wilayah Indonesia. (Sudarmadji, 2014: 15). Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia mencapai 694 milyar meter kubikper tahun. Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Namun kenyataannya, saat ini baru sekitar 23 persen yang sudah dimanfaatkan. Dari 23 persen tersebut hanya sekitar 20 persen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota, dan industri, sedangkan 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhikebutuhan irigasi (Hartoyo, 2010 dalam Candra, 2016:3-4).Salah satu potensi air yang ada di Indonesia adalah air tanah yang berbentuk mataair (water spring).
1
Mataair adalah aliran air yang muncul di permukaan berbentuk keluaran terpusat dari airtanah. Mataair berupa pemunculan air bumi pada permukaan tanah secara alami yang disebabkan oleh adanya perpotongan aliran air bumi tersebut dengan muka tanah dalam bentuk topografi setempat. Mataair sebagai salah satu sumber daya air tanah yang muncul di permukaan menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Menurut Gholami (2008) dalam Hendra (2012: 3) mataair umumnya memiliki kualitas air yang bersih sehingga mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Kecamatan Dukun merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayah Kecamatan Dukun tersusun atas bentuklahan vulkanik yang berada pada lereng bagian barat Gunung Merapi. Secara umum, formasi batuan di Kecamatan Dukun tersusun dari formasi Gunung Merapi Muda. Formasi Gunung Merapi Muda merupakan major aquifer yang memiliki permeabilitas baik sehingga banyak mataair yang muncul di wilayah tersebut. Mataair yang muncul tersebut pada umumnya membentuk pola seperti sabuk yang disebut dengan sabuk mataair (spring belt). Mataair di Kecamatan Dukun merupakan mataair bertipe perennial yang mengalir sepanjang tahun. Namun, beberapa tahun terakhir ini terus terjadi penurunan debit dari setiap mataair. Faktor penting yang memberikan dampak perubahan debit mataair tersebut adalah karena berkurangnya kawasan lindung sebagai daerah resapan air. Debit mataair tidak hanya sekedar berkurang, beberapa sumber mataair bahkan mengering dan mati pada saat musim kemarau. Jumlah lahan kritis yang meningkat juga
2
menyebabkan hilangnya fungsi lahan sebagai media pengatur tata air. Hal tersebut menyebabkan bencana kekeringan melanda beberapa dusun di Kecamatan Dukun pada saat musim kemarau. Salah satu desa yang mengalami kekeringan pada saat musim kemarau adalah Desa Banyudono. Desa Banyudono hanya menggunakan satu sumber mataair untuk mencukupi kebutuhan air penduduk 5 dusun, yakni Dusun Talun Kidul, Dusun Sorobandan, Dusun Macanan, Dusun Karang, dan Dusun Sentran. Pada saat musim penghujan, debit mataair mampu mencukupi kebutuhan air, namun pada saat musim kemarau besar debit mataair berkurang sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan warga Desa Banyudono. Sebagian besar desa di wilayah Kecamatan Dukun memiliki sumber mataair untuk mencukupi kebutuhan masing-masing setiap desa. Sumber mataair yang ada di setiap desa tersebut memiliki debit dan persebaran yang berbeda-beda. Di Kecamatan Dukun, ada desa yang setiap dusunnya memiliki mataair lebih dari satu, seperti di Desa Dukun yang setiap dusunnya memiliki sumber mataair masing-masing. Namun terdapat pula desa dengan sumber mataair terbatas, sehingga mengandalkan mataair yang ada di wilayah desa lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa data-data mengenai debitdan persebaran mataair dari setiap sumbersumber mataair sangat diperlukan agar air dari sumber-sumber mataair tersebut dapat terdistribusi secara maksimal. Mataair yang terdapat di wilayah Kecamatan Dukun belum terdaftar dan terpetakan secara optimal. Dari data rekapitulasi mataair yang dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, di Kecamatan Dukun hanya terdata 12 mataair yang tersebar di 6
3
desa, yakni Desa Wates, Desa Kalibening, Desa Paten, Desa Sengi, Desa Banyubiru, dan Desa Ketunggeng. Berdasarkan hasil observasi, hampir setiap desa di wilayah Kecamatan Dukun memiliki sumber mataair. Hal ini memperlihatkan
bahwa
banyak
potensi
mataair
yang
belum
diinventarisasikan. Oleh karena itu, pendataan mataair terutama dalam hal lokasi dan potensi debitnya sangat diperlukan dalam upaya pengoptimalan distribusi air dari setiap sumber-sumber mataair. Tabel 1. Data Mataair Kecamatan Dukun No. Nama Mataair Desa 1 Betik Wates 2 Tuk Sempan Wates 3 Tuk Petung Wates 4 Tuk Gondok Kali Bening 5 Tuk Ringin Kali Bening 6 Tuk Simbir Kali Bening 7 Tuk Laren Paten 8 Tuk Candi Sengi 9 Sanggrahan Banyubiru 10 Mangguan Ketunggeng 11 Tuk Mangguan Ketunggeng 12 Tuk Manggun Ketunggeng Sumber : Rekapitulasi Mataair Provinsi Jawa Tengah Air dari sumber-sumber mataair yang terdapat di Kecamatan Dukun digunakan untuk berbagai macam pemanfataan, antara lain adalah untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air rumah tangga. Kebutuhan terhadap sumberdaya air secara langsung dikontrol oleh jumlah penduduk. Kebutuhan air untuk rumah tangga di Kecamatan Dukun juga terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan laju pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Berikut disajikan data jumlah penduduk Kecamatan Dukun dari tahun 1980 sampai tahun 2015 pada pada Tabel 2.
.
4
Tabel 2. Jumlah Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Dukun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Tahun (jiwa) Penduduk (%) 1980 37.733 1990 38.269 1,411 2000 40.424 5,478 2011 43.219 6,085 2012 43.487 1,054 2015 44.878 1,044 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Berdasarkan pengamatan dan wawancara singkat oleh peneliti, warga desa di Kecamatan Dukun yang bertempat tinggal di kaki lereng bagian atas hanya menggunakan mataair sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan sumur tidak dapat dibuat di daerah ini, sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di kaki lereng bagian bawah dapat menggunakan sumur sebagai tambahan sumber air. Namun, penggunaan air dari mataair tetap menjadi prioritas utama warga Kecamatan Dukun dalam memenuhi kebutuhan air rumah tangga sehari-hari. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, mataair di Kecamatan Dukun juga digunakan sebagai sumber air untuk mengairi lahan pertanian (irigasi). Walaupun sumber air irigasi lahan pertanian desa-desa di Kecamatan Dukun ada yang berasal dari sungai, namun ada pula desa dengan lahan pertanian yang hanya mengandalkan air dari sumber mataair. Pada beberapa desa yang terletak di lereng kaki bagian atas, seperti Desa Paten dan Desa Krinjing, mataair merupakan sumber air utama untuk mengairi lahan pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan, mataair yang digunakan untuk irigasi di Desa Paten dan Desa Krinjing dibendung kemudian disalurkan melalui pipa-pipa menuju lahanlahan pertanian. Mataair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
5
irigasi tersebut rata-rata memiliki debit yang cukup besar, yakni 8 sampai 16 liter per detik. Penelitian karakteristik mataair di suatu wilayah merupakan sesuatu yang penting dilakukan tidak hanya berhubungan dengan kuantitas mataair tetapi juga kualitas mataair yang dipergunakan penduduk untuk berbagai pemanfaatan. Kuantitas air berupa potensi air di suatu wilayah dikaitkan dengan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, keperluan pengairan lahan pertanian, dan berbagai keperluan lainnya. Kualitas air di suatu wilayah
juga
dikaitkan
sekitarnya.Berdasarkan penelitian
mengenai
latar
dengan belakang
karakteristik
karakteristik
lingkungan
tersebut,diperlukannya
mataair
dan
sebuah
pemanfaatannya
di
Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Mataair Kaki Lereng Gunung Merapi dan Pemanfaatannya di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah yang terkait sumber air di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut: 1.
Mataair yang terdapat di Kecamatan Dukun dimungkinkan mengalami penurunan debit.
2.
Beberapa sumber mataair di Kecamatan Dukun mengering dan mati pada saat musim kemarau.
6
3.
Jumlah lahan kritis yang meningkat menyebabkan hilangnya fungsi lahan sebagai media pengatur tata air di Kecamatan Dukun.
4.
Bencana kekeringan melanda beberapa dusun di Kecamatan Dukun pada saat musim kemarau
5.
Titik-titik
pemunculan
mataair
di
Kecamatan
Dukun
belum
terinventarisasi dan terpetakan secara optimal. 6.
Belum terdapatnya data mengenai debitdan persebaran mataair dari setiap sumber-sumber mataair di Kecamatan Dukun.
7.
Kebutuhan air untuk rumah tangga di Kecamatan Dukun terus meningkat.
8.
Belum adanya data pemanfaatan air dari sumber-sumber mataair yang ada di Kecamatan Dukun.
9.
Belum adanya kajian mengenai kualitas mataair yang digunakan penduduk sesuai dengan pemanfaatannyadi Kecamatan Dukun.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan-permasalahan yang ada perlu dibatasi mengingat pertimbangan urgensi permasalahan di wilayah penelitian, maka penelitian akan dibatasi pada permasalahan: 1.
Belum tersedia data mengenai pola sebaran mataair dari setiap sumbersumber mataair di Kecamatan Dukun.
2.
Belum adanya data mengenai potensi mataair, pemanfaatan, dan imbangannya yang ada di Kecamatan Dukun.
3.
Belum adanya kajian mengenai kualitas mataair yang digunakan penduduk untuk pemanfaatan air minum di Kecamatan Dukun.
7
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pola sebaranmataair di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?
2.
Bagaimana potensi mataair, pemanfaatan, dan imbangannya di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?
3.
Bagaimana perbandingan kualitas air mataair di Kecamatan Dukun pada bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran fluvial gunungapi berdasarkan persyaratan baku mutu air minum menurut Permenkes RI nomor 492 tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasipola sebaranmataair di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
2.
Mengetahui potensi mataair, pemanfaatan, dan imbangan mataair di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
3.
Mengetahui perbedaankualitas mataair di Kecamatan Dukun pada bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran fluvial gunungapi berdasarkan persyaratan baku mutu air minum menurut Permenkes RI nomor 492 tahun 2010.
8
F.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan salah satu kajian hidrologi yakni mengenai mataair di daerah vulkan.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik mataair pada bentuklahan vulkan, hubungan antara jumlah penduduk dengan penggunaan air, baik untuk irigasi maupun rumah tangga, serta memprediksi kualitas mataair dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya.
c.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengontrol kerusakan daerah tangkapan air hujan sehingga potensi debit mataair dapat terjaga.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat
mengenai
distribusi,
debit,
potensi,
pemanfaatan, dan kualitas mataair di kaki lereng Gunung Merapi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. b.
Bagi Pemerintah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan kepadapemerintah dalam memberikan arahan dan kebijakan dalam penyediaan dan pengelolaan mataair sebagai salah satu sumber air.
9
3.
Manfaat Pendidikan Sebagai
bahan
pembelajaran
secara
kontekstual
mata
pelajaran geografi SMA kelas X semester II kurikulum 2013, pada Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis dinamika hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dan 4.7. Menyajikan proses dinamika hidrosfer menggunakan peta, bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan/atau animasi dengan materi pembelajaran siklus hidrologi serta potensi, sebaran, dan pemanfaatan perairan darat.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1.
Kajian Geografi a.
Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang memusatkan perhatian pada gejala alam (fisis) dan kehidupan di muka bumi, hubunganhubungannya, dan persebaran keruangannya (Suharyono dan Moch.
Amien,
1994:
19).
Geografi
sebagai
bidang
ilmu
pengetahuan melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan komponen alamiah dan insaniah berupa faktor alam dan faktor manusia yang membentuk interelasi, interaksi, dan integrasi keruangan (Nursid, 1981: 34).Geografi mempelajari fenomena sosial kebudayaan dalam bentuk korelasi antara lingkungan alam dengan manusia. Geografi melihat permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia, yaitu suatu lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia dan lingkungan di mana manusia dapat mengubah dan membangunnya (Bintarto dan Surastopo, 1991: 8). Vidal de la Blache menyatakan bahwa “studi mengenai lingkungan fisikal dan masyarakat harus disatukan karena tujuan geografi adalah untuk menyelidiki bagaimana suatu masyarakat telah atau sedang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya” (Bintarto dan Surastopo, 1991: 6).
11
b. Pendekatan Geografi Studi geografi dalam mendekati atau menghampiri masalah menggunakan bermacam-macam pendekatan (approach). Terdapat 4 pendekatan geografi menurut Bintarto dan Surastopo (1991: 1225) serta Nursid Sumaatmadja (1981: 77-84) antara lain yaitu: 1)
Pendekatan keruangan Pendekatan keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat
penting.
Pendekatan
keruangan
ini
menitikberatkan pada pola penyebaran dan modifikasi pola penyebaran
tersebut.
Hal
ini
dikarenakan
penyebaran
penggunaan ruang yang ada dan penyediaan ruang akan digunakan untuk berbagai rancangan kegunaan yang lebih efisien. Dalam analisa keruangan ini dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Contoh dari data titik antara lain adalah data ketinggian tempat, data sampel batuan, dan data sampel tanah, sedangkan yang termasuk dalam data bidang antara lain adalah data luas hutan, data luas daerah pertanian, dan data luas padang alang-alang. 2)
Pendekatan kelingkungan (ekologi) Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Untuk mempelajari ekologi seseorang
harus
mempelajari
organisme
hidup,
seperti
manusia, hewan, dan tumbuhan serta lingkungannya seperti hidrosfer, litosfer dan atmosfer, baik hubungan antarsesama
12
organisme hidup maupun hubungan antara organisme hidup tersebut
dengan
pendekatan interelasi
lingkungan
kelingkungan
antara
manusia
fisiknya.
(ekologi) dengan
Oleh
karena
berkenaan
itu,
dengan
lingkungannya
yang
membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. 3)
Pendekatan kompleks wilayah Pendekatan kompleks wilayah merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dengan pendekatan ekologi yang melihat suatu wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik tertentu yang khas yang membedakan dengan wilayah-wilayah lainnya. Pada analisa kompleks wilayah ini, wilayah-wilayah tertentu didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh karena itu terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa sedemikian ini diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antar variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).
c.
Konsep Geografi Konsep
merupakan
esensi
atau
hakikat
yang
menggambarkan sosok atau struktur ilmu tersebut. Geografi sebagai suatu ilmu memiliki apa yang disebut dengan konsep geografi. Konsep geografi berupa pola abstrak atau pengertian abstrak yang berkenaan dengan gejala geografi dari hasil keseluruhan interelasi keruangan antara faktor fisis dengan faktor
13
manusia (Nursid Sumaatmadja, 1981: 45). Suharyono dan Moch. Amien (1994: 27-34) mengemukakan 10 konsep geografi, yaitu: 1)
Konsep lokasi Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep lokasi dalam geografi dapat dibedakan menjadidua, yakni lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasiabsolut menunjukan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Penentuan lokasi absolut di muka bumi menggunakan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur. Besarnya derajat garis lintang diukur dari garis ekuator, sedangkan besarnya derajat garis bujur diukur dari garis meridian nol derajat yang melalui Kota Greenwich. Lokasi absolut ini disebut juga sebagai letak astronomis. Lokasi relatif adalah lokasi suatu obyek yang artinyadapat berubah-ubah tergantung keadaan daerah sekitarnya. Lokasi relatif ini disebut juga letak geografis.
2)
Konsep jarak Jarak merupakan konsep geografi yang memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami. Konsep jarak berkaitan erat dengan konsep lokasi, pengangkutan barang dan penumpang, serta serta upaya pemenuhan kebutuhan pokok, seperti air dan pusat pelayanan. Seperti halnya lokasi, jarak juga dibagi menjadi dua, yaitu jarak absolut
14
dan jarak relatif. Jarak absolut adalah jarak dua tempat yang diukur berdasarkan garis lurus diudara dengan memperhatikan skala peta. Sedangkan jarak relatif disebut juga dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang dibutuhkan maupun satuan biaya angkut yang diperlukan. Disebut jarak relatif karena tidak tetap (dapat berubah). Kemajuan teknologi dan upaya efisiensi dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi jarak tempuh maupun biaya angkutan antara dua tempat. 3)
Konsep keterjangkauan Konsep keterjangkauan atau accessability berkaitan dengan kondisi medan, yakni tersedia dan tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Suatu tempat yang sukar dijangkau dari tempat-tempat lain, baik dengan sarana komunikasi atau angkutan disebut dengan tempat terasing atau terisolasi, walaupun tempat tersebut relatif tidak jauh dari tempat-tempat lain itu. Penyebab suatu tempat sukar dijangkau dapat dikarenakan faktor rintangan medan atau faktor sosial. Rintangan medan berupa rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa, dan gurun pasir, sedangkan faktor sosial berupa bahasa, adat istiadat, serta sikap penduduk yang berlainan.
4)
Konsep pola Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk ataupersebaran fenomena dalam ruang muka bumi baik
15
fenomena yang bersifat alami dan fenomena sosial budaya. Fenomena alami antara lain berupa aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan, sedangkan fenomena sosial budaya antara lain berupa permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Konsep pola dalam geografi mempelajari pola bentuk dan persebaran berupaya
fenomena,
memahami
memanfaatkannya,
serta
makna
atau
artinya,
mengintervensi
atau
memodifikasi pola tersebut sehingga didapatkan manfaat yang lebih besar. 5)
Konsep morfologi Morfologi merupakan perwujudan daratan muka bumi dalam bentuk pulau-pulau, dataran luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah, dan dataran alluvial sebagai hasil proses geologi berupa pengangkatan atau penurunan wilayah disertai erosi dan sedimentasi. Konsep morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang dominan.
6)
Konsep aglomerasi Konsep aglomerasi melihat fenomena geografi sebagai kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
16
7)
Konsep nilai kegunaan Konsep
nilai
kegunaan
dalam
geografi
melihat
fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif tidak sama bagi semua orang golongan penduduk tertentu tergantung orientasi masing-masing. 8)
Konsep interaksi (interdependensi) Interaksi atau interdependensi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antara obyek atau tempat yang satu dengan
obyek
atau
tempat
yang
lain.
Hal
ini
terjadi
dikarenakansetiap tempat mengembangkan potensi sumbersumber serta kebutuhan yang berbeda dengan apa yang dikembangkan oleh tempat lain. Oleh karena itu terjadi interaksi atau interdependensi antara tempat satu dengan tempat yang lain. Selain itu, interaksi juga dapat terjadi antara unsur atau fenomena dalam ruang itu sendiri, baik antara fenomena alam ataupun kehidupan. 9)
Konsep diferensiasi areal Konsep diferensiasi arealmemperlihatkan bahwa suatu tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas tersendiri sebagai suatu region yang membedakannya dari tempat atau wilayah yang lain. Perbedaan antar wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya tersebut terwujud sebagai hasil dari integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkungan, baik yang bersifat alam atau kehidupan.Unsur atau fenomena lingkungan
17
ini juga berubah dari waktu-waktu dikarenakan interaksi atau integrasinya bersifat dinamis. 10) Konsep keterkaitan keruangan Konsep
keterkaitan
keruangan
atau
asosiasi
keruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun kehidupan sosial. Konsep ini melihat keterkaitan keruangan sebagai kovariasi region yang bersifat formal. Selain 10 konsep di atas, menurut Biddle dalam Suharyono dan Moch. Amien (1994: 23) terdapat pula konsep-konsep dasar yang menggambarkan disiplin ilmu geografi yang meliputi : 1)
Adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu.
2)
Fakta geografi yang dihasilkan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
3)
Persebaran keruangan yang ditunjukkan atau digambarkan dalam peta.
4)
Konsep atau pengertian mengenai asosiasi keruangan dan asosiasi kewilayahan maupun interaksi keruangan dan interaksi kewilayahan serta pengertian region atau kawasan pada skala tertentu.
5)
Adanya pemahaman mengenai hubungan manusia dan alam, interaksi kewilayahan, serta diferensiasi kewilayahan.
18
d. Prinsip Geografi Prinsip geografi adalah pokok-pokok pikiran yang menjadi dasar pada uraian, pengkajian dan pengungkapan gejala, variabel, faktor, serta masalah geografi. Nursid Sumaatmadja (1981: 42-44) menguraikan empat prinsip geografi, yaitu: 1)
Prinsip penyebaran Persebaran gejala dan fakta geografi baik yang berkenaan dengan alamnya maupun manusianya tersebar tidak merata dari satu wilayah ke wilayah lainnya di permukaan bumi. Dengan melihat persebaran gejala dan fakta geografi yang tidak merata tersebut, diharapkan dapat mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketidakmerataan tersebut dengan memperhatikan hubungannya satu sama lain dan meramalkannya lebih lanjut.
2)
Prinsip interelasi Prinsip interelasi mengungkapkan karakteristik gejala atau fakta geografi yang dihasilkan dari hubungan antara faktor fisis dengan faktor fisis, antara faktor manusia dengan faktor manusia, dan antara faktor fisis dengan faktor manusia dalam suatu ruang.
3)
Prinsip deskripsi Prinsip deskripsi memberikan gambaran mengenai gejala dan masalah geografi yang dipelajari sebagai sebab akibat dari interelasi. Dalam memberikan penjelasan, prinsip ini
19
dapat menggunakan kata-kata, peta, diagram, grafik, maupun tabel. 4)
Prinsip korologi Prinsip korologi merupakan prinsip komprehensif yang merupakan ciri dari geografi modern karena memadukan ketiga prinsip lainnya. Prinsip korologi memperhatikan gejala, fakta, dan
masalah
geografi
ditinjau
dari
penyebarannya,
interelasinya, dan interaksinya dengan segala unsur atau segala komponen di permukaan bumi dalam suatu ruang. Ruang di dalam prinsip ini memiliki peran penting karena memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk.Hal ini dikarenakan faktor, sebab, dan akibat terjadinya suatu gejala dan masalah yang terjadi selalu berhubungan dengan ruang yang bersangkutan. e.
Objek Geografi Menurut Sutikno (2005: 86) cbjek studi geografi adalah gejala alam dan perilaku serta aktivitas budi daya manusia di permukaan
bumi
persebarannya,
yang
dikaji
perkembangannya,
lokasinya,
integrasinya,
interaksinya,
interelasinya,
dalam lingkup analisis keruangan, kewilayahan, ekologi, sistem dan sejarah perkembangannya.Bintarto dan Surastopo (1991: 30) menyatakan bahwa objek geografi adalah fenomena (gejala) geosfer
yang
memperhatikan
diulas
dari segi keruangan (spatial)
hubungan
dan
pengaruh
timbal-balik
komponen yang terdapat dalam fenomena tersebut.
20
dengan antara
2.
Kondisi Geologis Geologi merupakan bidang keilmuan yang memiliki cakupan kajian terutama pada bagian kulit bumi nterutama untuk mengetahui sejarah bumi sebagai suatu keseluruhan (Suharyono dan Moch. Amien (1994: 18). Salah satu kajian dari ilmu geologi adalah mengenai lingkungan dan sumberdaya. Dalam penelitian ini, kondisi geologis berpengaruh terhadap keterdapatan sumberdaya air terutama air tanah.Kondisi geologis yang digunakan untuk mengetahui keterdapatan air tanah adalah struktur dan jenis batuan. Jenis batuan sangat terkait dengan sifat-sifat fisik batuan tersebut, yaitu porositas (n) dan konduktivitas hidrolik (K). Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang antarbutir dengan total volume suatu batuan.Konduktivitas hidrolik adalah kemampuan suatu lapisan batuan untuk melakukan air, berhubungan dengan bergeraknya air dalam batuan.Porositas sedimen dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran butir. Untuk bentuk dan ukuran butir yang seragam mempunyai nilai porositas lebih tinggi dibanding dengan ukuran butir yang campuran. Ukuran butir juga merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap konduktivitas hidrolik. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa kemampuan menyimpan maupun melakukan air suatu lapisan batuan sangat ditentukan oleh nilai porositas maupun konduktivitas hidrolik (Sudarmadji, 2013: 12).
3.
Kondisi Geomorfologis Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi sebagai akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam bumi dan tenaga asal luar bumi yang menghasilkan proses-proses yang mengakibatkan berubahnya bentuk-bentuk permukaan bumi (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 18). Geomorfologi merupakan ilmu mengenai berbagai bentuklahan di permukaan bumi baik di atas maupun dibawah permukaan laut dengan penekanan studinya pada: asal, sifat, proses
21
perkembangan, susunan material, dan kaitannya dengan lingkungan (Heru Pramono, 2003: 2). Verstappen (1983: 3) mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan
air
laut
dan
menekankan
pada
pembentukan
dan
perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan. Heru Pramono (2003: 2-3) mengemukakan empat aspek besar dalam geomorfologi, yaitu: a.
Geomorfologi statik (studi bentuklahan) yaitu studi tentang relief permukaan bumi yang meliputi unsur-unsur seperti bentuk lereng, kecuraman lereng, amplitudo relief, dan tingkat pengikisan.
b.
Geomorfologi dinamik (studi proses) yaitu studi tentang perubahanperubahan bentuklahan dalam waktu yang singkat.
c.
Geomorfologi genetik (studi cara terbentuk) yaitu studi tentang cara terbentuknya bentuklahan dan perkembangannya dalam waktu yang lama serta dalam hubungannya dengan waktu yang akan datang.
d.
Geomorfologi lingkungan (studi lingkungan) yaitu studi tentang hubungan bentuklahan dan proses-prosesnya dengan unsur-unsur bentanglahan yang lain (misalnya tanah, air tanah, air permukaan, dan vegetasi). Geomorfologi
memiliki
peran
penting
dalam
mengkaji
karakteristik dan distribusi mataair.Verstappen (1983) mengemukakan terapan geomorfologi yang meliputi geomorfologi dalam survei dan
22
pemetaan; geomorfologi dalam survei geologi, tanah, hidrologi, dan vegetasi; geomorfologi dan penggunaan lahan pedesaan, urbanisasi, keteknikan, eksplorasi dan penyelidikan mineral, dan perencanaan pengembangan wilayah; geomorfologi dan survei sintesa medan, banjir, kekeringan, stabilitas lereng dan erosi, dan bencana asal gaya endogen. a.
Bentuklahan Bentuklahan (landform) adalah bentukan pada permukaan bumi berwujud bentuk erosional, deposisional, dan bentuk sisa (residual) sebagai hasil dari proses eksogen (epygen), yaitu prosesproses yang tenaganya berasal dari atmosfer bumi (Danang, 2007: 15). Bentuklahan merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi oleh prosesproses geomorfologis yang beroperasi dipermukaan bumi. 1)
Bentuk Lahan Vulkanik (Gunung Berapi) Danang
(2007:
23)
mendefinisikan
“vulkanisme
sebagai segala peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui rekahan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pipa sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema”. Bentuk lahan vulkanik merupakan bentuk lahan hasil kegiatan gunungapi, baik yang berupa kegiatan gunungapi di permukaan (ekstrusi) maupun di dalam kerak bumi (intrusi). Peristiwa keluarnya magma dari dalam kerak bumi ke permukaan bumi disebut dengan erupsi. Erupsi suatu gunungapi dapat mengeluarkan material lepas maupun material cair atau lebur.
23
Daerah yang terletak pada bentuklahan vulkanik memiliki berbagai macam keuntungan, salah satunya berupa tanah yang subur yang sesuai apabila dipergunakan sebagai kawasan pertanian. Heru Pramono (2003: 81) menyatakan bahwa “abu (debu) vulkanik dapat memberikan kesuburan pada tanah yang semula gersang karena kemampuannya untuk menyimpan kelembaban”. Pada gunung berapi muda dan dewasa terbentuk tekuk-tekuk lereng yang menjadi tempat pemunculan mataair sebagai sumber air di daerah pada bentuklahan vulkanik. Kawasan gunungapi pada umumnya merupakan sebuah daerah tinggian dengan daerah tangkapan air hujan yang sangat baik (Ismawan, 2013: 1). a)
Kerucut gunungapi, merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Kerucut gunungapi memiliki ciri sebagai berikut: (1) Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif. (2) Memiliki lereng yang sangat curam dan lembah yang dalam. (3) Material endapannya berupa material erupsi yg masih sangat kasar hingga kasar.
b)
Lereng gunungapi, merupakan bentuk lahan hasil aktifitas gunungapi, yang terletak pada batas bawah kerucut
24
gunungapi sampai batas atas lereng gunungapi tengah. Lereng gunungapi memiliki ciri sebagai berikut: (1) Proses material berupa pengangkutan bahan material secara gravitatif dan oleh tenaga air. (2) Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi secara bertahap. c)
Kaki gunungapi, adalahbentuklahan gunungapi berupa bagian kaki dari suatu tubuh gunungapi, dicirikan oleh: (1) Lereng yang agak curam sampai agak landai. (2) Didominasi oleh pengendapan material gunungapi seperti lumpur, endapan lava, dan material piroklastik melalui lembah-lembah sungai.
d)
Dataran kaki gunungapi, merupakan satuan bentuklahan yg lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Dataran kaki gunungapi memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Sedimentasi mulai aktif. (2) Kemiringan lereng dari agak landai sampai landai. (3) Material permukaan didominasi oleh kerikil dan pasir kasar.
e)
Dataran fluvio gunungapi, merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk dari proses fluvial, dicirikan dengan: (1) Proses pengendapan intensif. (2) Material utamanya berupa pasir sedang dan halus.
25
(3) Pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang. 4.
Kondisi Hidrologis Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat) pada dalam dan di atas permukaan tanah. Termasuk di dalamnya dalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri (Chay Asdak, 2001: 4). Hidrologi merupakan pengetahuan yang mempelajari air tawar di daratan, baik di permukaan atau di bawah tanah dalam kaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan akan air untuk kehidupan seperti kebutuhan sehari-hari, kebutuhan irigasi, dan kebutuhan industri (Suharyono dan Moch. Amien (1994: 20). a.
Daur Hidrologi Air berubah secara dinamis menurut ruang dan waktu, mengikuti siklus atau daur yang dikenal dengan siklus atau daur hidrologi
(Sudarmadji,
2013:
7).
Daur
hidrologi
merupakan
perjalanan air dari permukaan laut, kemudian menuju ke atmosfer, jatuh ke permukaan tanah, dan kembali lagi ke laut. Daur hidrologi tidak pernah berhenti walaupun air tertahan sementara di sungai, danau/ waduk, dan dalam tanah. Ketika air tertahan sementara, air dapat dimanfaatkan oleh manusia atau mahkluk hidup lainnya. Di dalam daur hidrologi, energi panas dari matahari menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan air laut. Selain itu, energi panas dari matahari juga menyebabkan terjadinya transpirasi di permukaan vegetasi. Uap air sebagai hasil proses
26
evapotranpirasi tersebut selanjutnya terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar. Apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondesasi dan turun sebagai air hujan (presipitasi).Air hujan yang jatuh sebelum mencapai permukaan tanah akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui selasela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (stemflow). Sebagian air hujan tidak akan pernah sampai di permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer
(dari
tajuk
dan
batang)
selama
dan
setelah
berlangsungnya hujan (interception loss). Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk terserap ke dalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horisontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi kepermukaan tanah (subsurface flow) dan
27
akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau, akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow)(Chay Asdak, 2001: 7-8). b. Akuifer Terminologi perlapisan
geologi
maupun dan
batasan
mempunyai
yang peranan
terkait
dengan
penting
bagi
keterdapatan air tanah adalah akuifer (aquifer), akiklud (aquiclude), dan akuitard (aquitard). Akuifer merupakan lapisan permeabel tempat menyimpan dan mengalirkan air tanah. Akuifer merupakan suatu unit geologi yang dapat menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang cukup. Material pada akuifer pada umumnya berupa pasir dan kerikil yang tidak padu (unconsolidated material). Akan tetapi, batuan sedimen porus seperti batu pasir, batuan vulkanik yang lapuk, dan banyak retakan juga diklasifikasikan sebagai akuifer. Akuiklud adalah suatu unit geologi yang tidak dapat melakukan air dalam jumlah yang berarti, sedangkan akuitard adalah unit geologi dengan permeabilitas yang rendah yang dapat menyimpan dan melakukan air secara lambat (Sudarmadji, 2013: 11).
28
c.
Mata Air Air tanah yang muncul ke permukaan tanah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni berupa mata air (spring) dan rembesan (seepage). Air tanah yang muncul sebagai mataair bermacam-macam bentuknya. Pemunculannya sebagai titik biasa disebut dengan mataair atau spring, dengan debit kurang dari satu liter per detik sampai kepada debit yang mencapai ribuan liter per detik. Titik pemunculannya biasanya di tempattempat yang rendah, pada lembah sungai, pada perubahan lereng, dan di tempat-tempat lain yang memungkinkan permukaan air tanah terpotong. Pemunculan tersebut dapat juga berupa garis memanjang dengan debit yang relatif kecil dan sulit untuk diukur. Jenis mataair seperti ini sering disebut sebagai rembesan atau seepage (Sudarmadji, 2013: 4). Pada prinsipnya air tanah dapat muncul sebagai mataair apabila permukaan air tanah terpotong atau tersingkap di permukaan tanah. Terpotongnya muka air tanah dapat disebabkan oleh patahan atau pergeseran formasi geologi dan terpotong oleh lembah sungai atau hal-hal lain.Air dari mataair biasanya memiliki kualitas yang baik
sehingga dimanfaatkan sebagai sumber
kebutuhan sehari-hari d. Pemunculan Mataair Pemunculan aliran air tanah dari dalam akuifer ke permukaan bumi dapat terjadi secara terpusat maupun rembesan. Pemunculan air tanah ini ditandai dengan adanya tekuk lereng atau pemotongan topografi. Pemunculan mataair juga dapat terjadi karena aliran air tanah melewati batas perlapisan batuan antara batuan yang bersifat porous, seperti bahan-bahan piroklastis atau
29
bahan-bahan aluvium di bagian atas, dengan batuan yang bersifat kedap air, seperti batuan beku di bagian bawah yang relatif kompak. Terdapat
pula
faktor
lain
yang
menjadi
pengontrol
pemunculan dan pola sebaran mataair,yakni kedudukan antara satu perlapisan batuan dengan perlapisan yang laindan struktur geologis yang menyusunnya, seperti patahan, retakan, maupun perlipatan. Pemunculan mataair di suatu tempat, juga tidak terlepas dari kedudukan lokasi itu sendiri, kaitannya dengan tenaga gravitatif yang mempengaruhinya maupun energi-energi lain, seperti tekanan hidrostatis yang kuat akibat struktur perlapisan batuan yang sangat tebal (geyser), atau akibat dorongan energi magma pada daerah vulkanik(Sudarmadji, 2013: 11). e.
Klasifikasi Mataair Menurut Sudarmadji (2013: 15-17) mataair begitu banyak macamnya, sehingga mataair ini pun dapat diklasifikasikan dari berbagai macam hal, yaitu: 1)
Klasifikasi Berdasarkan Pemunculan Mataair Berdasarkan pemunculannya ke permukaan tanah, mataair gravitasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut: a)
Mataair Depresi (Depression Spring) Mataair depresi adalah mataair yang terbentuk apabila muka airtanah terpotong oleh permukaan tanah.
30
b)
Mataair Kontak (Contact Spring) Mataair kontak adalah mataair yang terjadi bila lapisan lolos air yang menyimpan air terletak di atas lapisan kedap air dan selanjutnya muka airtanah terpotong oleh permukaan tanah.
c)
Mataair Artesis (Artesian Spring) Mataair artesis disebabkan oleh pemunculan air akibat tekanan air dari akuifer tertekan atau singkapan batuan melalui celah di dasar lapisan kedap air.
d)
Mataair Pada Batuan Kedap (Impervious Rock Springs) Mataair pada batuan kedap adalah mataair yang terjadi pada saluran atau pada retakan batuan kedap air.
e)
Mataair Rekahan (Tabular Fracture Spring) Mataair rekahan adalah mataair yang muncul karena adanya saluran di dalam batuan, seperti adanya alur lava atau alur pelarutan, adanya rekahan batuan yang kedap air yang berhubungan dengan airtanah.
2)
Klasifikasi Berdasarkan Debit Mataair dapat mempunyai debit yang bervariasi. Ada mataair yang mempunyai debit kurang dari 1 liter per detik sampai dengan yang mempunyai debit ribuan liter per detik. Berikut disajikan klasifikasi mataair berdasarkan besar debitnya pada Tabel 3.
31
Tabel 3. Klasifikasi Mataair Berdasarkan Debit Kelas Debit 1 > 10 m3/ detik 2 1 – 10 m3/ detik 3 0,1 – 1 m3/ detik 4 10 – 100 liter/ detik 5 1 – 10 liter/ detik 6 0,1 – 1 liter/ detik 7 10 – 100 ml/ detik 8 < 10 ml/ detik Sumber: Sudarmadji, 2013 3)
Klasifikasi Berdasarkan Periode Pengalirannya Mataair ada yang dapat mengalir sepanjang tahun tanpa berkurang debitnya, tetapi ada juga mataair yang bervariasi debitnya menurut musim, bahkan ada mataair yang hanya mengalir pada periode tertentu saja, artinya pada musim tertentu tidak mengalirkan air. Klasifikasi mataair berdasarkan periode pengalirannya berupa mataair perennial, intermiten, dan periodik.
4)
Klasifikasi Berdasarkan Temperatur Mataair dapat dibedakan berdasarkan temperaturnya, yaitu: a)
Mataair Panas (Thermal Springs) Mataair panas adalah mataair yang temperatur airnya melebihi temperatur udara di sekitarnya, biasanya berasosiasi dengan aktivitas vulkanisme atau aktivitas tektonik. Mataair jenis ini biasanya juga disertai dengan kadar zat kimia yang tinggi pada airnya, sehingga seringkali mataair ini dipakai untuk sarana pengobatan penyakit tertentu karena kadar zat kimia yang tinggi ini
32
dipercaya
dapat
menyembuhkan
berbagai
macam
penyakit. b)
Mataair Biasa (Non-thermal Springs) Mataair biasa adalah mataair dengan temperatur lebih dingin daripada temperatur udara di sekitarnya.
c)
Mataair dingin (Cold Springs) Mataair dingin adalah mataaur yang suhu airnya rendah. Air dari mataair ini berasan dari pencairan salju atau es.
f.
Pemanfaataan Air Air dibutuhkan oleh setiap individu manusia secara pribadi dalam jumlah tertentu. Selain untuk keperluan domestik, air juga dimanfaatkan
untuk
kegiatan
produksi
dalam
perekonomian
maupun pertanian. Menurut George Tchobanoglous (1986) dalam Linsley & Joseph B.F, 1986: 92) perbedaan pemanfaatan air untuk berbagai jenis kegiatan tergantung pada: 1)
2)
3)
4)
Cuaca dan iklim, dimana kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara, dan sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab. Ciri-ciri penduduk, dimana pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari penduduk. Penggunaan air per kapita di daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi penduduk yang lebih rendah daripada di daerah-daerah dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih tinggi. Masalah lingkungan hidup, meningkatnya perhatian masyarakat terhadap pemakaian sumber-sumber daya yang berlebihan telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian di daerah permukiman. Industri dan perdagangan, pabrik-pabrik seringkali membutuhkan jumlah air dalam jumlah yang besar, jumlahnya tergantung pada besarnya pabrik dan jenis industrinya. Daerahdaerah perdagangan yang meliputi bangunan-bangunan kantor,
33
gudang-gudang, toko-toko membutuhkan air untuk keperluan pegawainya. g. Kebutuhan Air Rumah Tangga Air yang muncul dari mataair mempunyai kualitas yang baik. Sedemikian baiknya sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik untuk minum, mandi, mencuci, dan keperluan rumah tangga lain. Air mataair dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga (misalnya mencuci pakaian dan mandi) langsung di tempat pemunculan mataair. Tetapi dapat pula disalurkan ke rumah tangga di bagian hilir dengan cara mengalirkannya secara gravitasi menggunakan sisitem perpipaan. Di tempat pemunculannya, baik mataair tersebut muncul sebagai titik mataair maupun muncul dalam bentuk rembesan (seepage), dibuat
penampung
capture.Dari
(tandon)
tandon
tersebut
yang baru
disebut
dengan
digunakan
pipa
water untuk
mendistribusikannya ke masyarakat (Sudarmadji, 2013: 47-48). Kebutuhan
air
untuk
rumah
tangga
atau
domestik
mengandung dua hal pokok yaitu air yang dapat digunakan untuk kegiatan mandi, cuci, masak, membersihkan halaman rumah, halaman, dan sebagainya serta harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih. Penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga tersebut, sampai saat ini semakin berkembang sesuai dengan jenis kegiatan
masing-masing
individu.
Menurut
Hardjoso
Prodjopangarso (1971) dalam Sutikno (1977: 3) air minum adalah air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga seperti masak, minum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan air
34
untuk rumah tangga (domestic consumption) adalah air yang digunakan untuk tujuan rumah tangga, menyiram bunga dan rumput-rumputan (Hardenbergh, 1961) dalam Sutikno (1977: 3). Air minum dapat dikatakan sebagai pemanfaatan air untuk kebutuhan pokok (primer), sedangkan pengertian air untuk kebutuhan rumah tangga dapat dikatakan merupakan pemanfaatan air sekunder. Besarnya pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduknya, maka semakin besar pula jumlah air yang digunakan. Pemanfataan air untuk kebutuhan rumah tangga untuk setiap orang atau dalam satuan liter/kapita/hari sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Besarnya pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum membandingkan pemanfaatan air pada berbagai daerah dengan jumlah populasi tertentu dan tidak mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan kebiasaan rumah tangga dalam memanfaatkan air. Setiap daerah akan berbeda pemanfaatan airnya meskipun mempunyai kategori kota yang sama dan mempunyai jumlah penduduk yang sama. Tabel 4. Pemanfaatan Air Domestik Berdasarkan Kategori Kota Jumlah Penduduk Kategori Pemanfaatan Air Kategori (Jiwa) Kota Domestik I >1.000.000 Metropolitan 190 liter/orang/hari II 500.000 – 1.000.000 Besar 170 liter/orang/hari III 100.000 – 500.000 Sedang 150 liter/orang/hari IV 20.000 – 100.000 Kecil 130 liter/orang/hari V 3.000 – 20.000 IKK 100 liter/orang/hari VI < 3.000 Desa 60 liter/orang/hari Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU 1994
35
h. Kebutuhan Air Irigasi Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan
produksi
pertanian.
Sudarmadji
(2013:
51)
menyatakan air yang muncul dari mataair dapat digunakan untuk irigasi di daerah pertanian di bagian hilirnya. Kebutuhan air dari mataair untuk irigasi sangat dirasakan ketika musim kemarau dan ketika air hujan sudah berkurang. Air dari mataair ini merupakan sumber utama untuk irigasi. Di tempat-tempat tertentu dibuat bendungan (dam) dan dari dam tersebut dibuatlah saluran irigasi untuk mendistribusikan air dengan sistem gravitasi ke bagian hilir untuk keperluan irigasi. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan metode Crop Water Requirement,
Farm
Requirement.
Crop
Water Water
Requirement,dan Requirement
Project
merupakan
Water metode
perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman untuk masing-masing periode tanam. Farm Water Requirement merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi dengan memperhitungkan perkolasi, penjenuhan, dan penggenangan
lahan
sawah.
Project
Water
Requirement
merupakan metode untuk menghitung total kebutuhan air irigasi dengan menambah kehilangan air lainnya serta efisiensi irigasi (Sudarmadji, 2014: 202-203).
36
i.
Kualitas Air Kualitas air tidak sama antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Hal ini dikarenakan kualitas air dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik berupa faktor alami dan faktor buatan. Menurut Sudarmadji(2013: 29-31) dan (2014: 165-170) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air antara lain adalah: 1)
Iklim Iklim memiliki berbagai macam variabel yang dapat mempengaruhi kualitas air, antara lain kualitas curah hujan, jumlah dan intensitas hujan, kelembaban dan suhu udara, serta arah dan kecepatan angin. Air hujan dapat mempengaruhi kualitas air baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, air hujan mempengaruhi proses pelapukan batuan serta distribusi jenis tanah dan jenis tanaman di bumi, sedangkan pelapukan batuan, tanah, dan tanaman itu sendiriberpengaruh terhadap kualitas air. Secara langsung, baik buruknya kualitas air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan unsur yang terlarut di dalamnya akan berdampak pada kualitas sumber air yang menerimanya, baik yang terinfiltasi ke dalam tanah dan menjadi airtanah maupun yang mengalir ke badan-badan air sebagai air permukaan. Jumlah dan intensitas curah hujan akan berpengaruh terhadap kualitas air pada umumnya. Hujan yang deras memberikan kualitas air lebih baik, dalam arti bahwa kadar zat kimia yang ada di dalamnya relatif kecil dibandingkan apabila hujan hanya kecil jumlahnya. Kelembaban dan suhu menjadi
37
faktor pendorong dan penghambat terjadinya proses-proses reaksi, seperti perkembangan bakteri di dalam air. Arah dan kecepatan angin juga memberikan pengaruh terhadap kualitas air hujan yang jatuh ke suatu daerah. 2)
Geologi Kualitas
air
dipengaruhi
oleh
unsur
geologi
dikarenakan proses kimia yang terjadi antara mineral dalam batuan sebagai unsur terlarut dan air sebagai unsur pelarut akan memberikan komposisi kimia yang berubah-ubah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, faktor geologi sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas mataair. Air mataair merupakan pemunculan airtanah. Airtanah menempati akuifer, dimana di dalam akifer tersebut airtanah mempunyai cukup waktu untuk berinteraksi dengan material batuan penyusun akuifer. Proses-proses pelarutan material akuifer,
sedimentasi,
pertukaran
ion,
dan proses-proses
biokimia dapat terjadi secara intensif di dalam akuifer, sehingga sebagai konsekuensi air mataair mempunyai kadar zat kimia yang tinggi. Sifat fisik dan kimia material penyusun akuifer sangat menentukan kualitas mataair. Mataair panas berkaitan dengan struktur geologi, misalnya aktivitas vulkanisme dan adanya patahan akibat proses tektonik. Hal ini dikarenakan, temperature batuan akan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya kedalaman batuan tersebut. Semakin menuju ke dalam bumi, maka
38
temperatur batuan akan semakin tinggi. Temperatur yang semakin tinggi tersebut mengakibatkan unsur anorganik dan mineral
dalam
batuan
menjadi
mudah
larut
sehingga
konsentrasi ion terlarut dan logam juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, kebanyakan mataair panas memiliki kandungan ion dan logam terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan mataair yang bersuhu normal. 3)
Vegetasi Vegetasi berpengaruh pula terhadap kualitas air, ketika hujan jatuh di permukaan bumi, maka sebagian akan mengalami proses-proses pada tajuk, ranting, dan batang tumbuhan, selanjutnya mengalami infiltrasi ke dalam tanah. Dalam proses infiltrasi dapat juga melalui lapisan sersah dan humus yang dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas mataair. Dengan demikian, maka kualitas air mataair akan dipengaruhi juga oleh vegetasi di daerah tangkapannya, baik vegetasi yang masih hidup maupun vegetasi yang sudah mati, yang menjadi seresah dan menjadi humus.
4)
Waktu Faktor waktu mempengaruhi kualitas air dalam dua bentuk, yakni durasi (waktu tinggal) dan real time. Waktu tinggal akan menentukan kualitas air dari reaksi kimia yang terjadi antara air dengan mineral batuan dan unsur dalam tanah yang dilaluinya. Semakin lama air tinggal dalam suatu tempat atau semakin lama perjalanan air, maka akan semakin panjang pula
39
kesempatan untuk berinteraksi dengan vegetasi maupun batuan penyusun akuifer (terjadinya proses kimia). Hal tersebut tentu saja berakibat pada semakin banyaknya unsur dan mineral yang terlarut dalam air. Pengaruh waktu secara real time terhadap kualitas air berkaitan dengan frekuensi hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Pengaruh hujan terhadap kualitas air akan berbeda ketika hujan turun dengan frekuensi tinggi dan hujan yang turun dengan frekuensi rendah. Hal ini terkait dengan musim, baik musim
penghujan
dan
musim
kemarau.Ketika
musim
penghujan, hujan terjadi terus-menerus dan memiliki frekuensi yang tinggi dan dapat mengurangi kandungan polutan yang ada di udara. Ketika musim kemarau, hujan turun dengan frekuensi yang rendah sehingga kualitas air hujan menjadi lebih buruk. 5)
Manusia Manusia dan aktivitasnya dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas mataair. Penggunaan lahan di daerah tangkapan berpengaruh terhadap kualitas mataair. Kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida dapat memberikan kontribusi terhadap kadar zat kimia yang terdapat di dalam mataair. Limbah yang langsung maupun tidak langsung meresap masuk ke dalam akuifer akan berpengaruh terhadap
kualitas
airtanah,
sehingga
selanjutnya
akan
berpengaruh terhadap kualitas air mataair. Timbunan sampah dapat menghasilkan air lindi (leachate). Apabila jatuh hujan, air
40
lindi bersama air hujan dapat meresap masuk ke dalam sistem akuifer dan selanjutnya dapat menyebabkan air tanah tercemar. Air mataair yang muncul dari airtanah yang tercemar ini menunjukkan bahwa kualitasnya dipengaruhi oleh lindi yang berasal dari timbunan sampah. j.
Parameter Kualitas Air Suripin (2001: 148) menyatakan bahwa air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni, sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, namun dalam perjalanannya turun ke bumi telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di atas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan mencuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi, dan transportasi. Tabel 5 berikut ini merupakan kualitas air untuk air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 yang meliputi dua karakteristik, yaitu kualitas fisik dan kualitas kimia, dan kualitas biologi, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini hanya kualitas fisik dan kimia saja.
41
Tabel 5. Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air Minum berdasarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 Kadar Maksimum No. Jenis Parameter Satuan yang Diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi 1) E.Coli per 100 ml 0 2) Total Bakteri per 100 ml 0 Coliform b. Kimia An-organik 1) Arsen Mg/l 0,01 2) Fluorida Mg/l 1,5 3) Toral Kromium Mg/l 0,05 4) Kadmium Mg/l 0,003 5) Nitrit Mg/l 3 6) Nitrat Mg/l 50 7) Sianida Mg/l 0,07 8) Selenium Mg/l 0,01 2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik 1) Bau Tidak berbau 2) Warna TCU 15 3) Total zat padat Mg/l 500 terlarut (DTS) 4) Kekeruhan NTU 5 5) Rasa Tidak berasa o 6) Suhu C Suhu udara ±3 b. Parameter Kimiawi 1) Alumunium Mg/l 0,2 2) Besi Mg/l 0,3 3) Kesadahan Mg/l 500 4) Khlorida Mg/l 250 5) Mangan Mg/l 0,4 6) pH Mg/l 6,5 – 8,5 7) Seng Mg/l 3 8) Sulfat Mg/l 250 9) Tembaga Mg/l 2 10) Amonia Mg/l 1,5 Sumber: Sudarmadji, 2014: 187-188 Berikut penjelasan mengenai berbagai parameter kualitas air parameter fisik dan kimia menurut Karmono dan Joko (1978: 116) dan Suripin (2004: 148-151):
42
1)
Kualitas Fisik a)
Bau Air murni adalah air yang tidak berbau. Ukuran bau sukar untuk dinyatakan dalam skala. Bau air diakibatkan oleh adanya gas-gas tertentu atau unsur kimia di dalam air yang terdapat dalam jumlah yang cukup tinggi. Gas-gas tersebut antara lain berupa gas H2S dan ammonia, sedangkan unsur kimia yang dimaksud misalnya Fe.
b)
Warna Air murni adalah air yang tidak berwarna. Warna air
disebabkan
oleh
adanya
zat-zat
terlarut
yang
terkandung dalam air. Zat-zat terlarut tersebut antara lain adalah logam, material-material humus, gambut, ganggang atau protozoa, dan pembuangan dari industry-industri. Untuk menilai warna air digunakan standar ukuran warna sebagai pembanding yang terbuat dari garam platina dan cobal dalam konsentrasi tertentu. c)
Total zat padat terlarut (DTS) Koloid memperngaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi. Material terlarut dalam air dapat diukur dengan penguapan.
d)
Kekeruhan Kekeruhan ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan
43
yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya konsentrasi partikel-partikel padat yang tidak larut dalam air. Zat-zat yang tidak larut dalam air tersebut berupa bahan organik dan anorganik yang tersuspensi, misalnya
lumpur,
pasir
halus,
plankton,
dan
mikroorganisme lain. Ukuran
kekeruhan
air
dinyatakan
dalam
MgSiO2per liter. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut turbidmeter. Kekeruhan untuk air minum dibatasi tidak lebih dari 10mg/lt. lebih baik lagi apabila tidak melebihi 5mg/lt. Mataair yang muncul di daerah
gunungapi
kebanyakan
mempunyai
tingkat
kekeruhan yang rendah. Air mataair dari daerah ini tampak jernih bening, sehingga apabila air mataair ini ditampung dalam kolam, maka dasar kolam kelihatan dengan jelas. e)
Rasa Ukuran rasa dalam air sukar dinyatakan dalam skala dan biasanya dapat dinyatakan secara langsung, misalnya air itu terasa asin, asam, dan pahit. Rasa dari air disebabkan oleh adanya unsur garam atau unsur kimia dalam air dalam kadar yang berlebihan.
f)
Suhu (temperatur) Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya
dengan
tujuan
penggunaan
untuk
menghilangkan bahan-bahan pencemar.Temperatur air
44
diukur
langsung
di
lapangan
dengan menggunakan
thermometer air. Temperatur air tidak dapat dibandingkan berdasarkan pemunculan air dari litologi yang berbeda karena tidak terdapat variasi temperatur yang menunjukkan perbedaan jenis batuan. Temperatur mataair dipengaruhi oleh kedudukan asal air, di mana semakin dalam asal air, semakin tinggi temperaturnya. Peningkatan temperatur juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti oksigen dan karbondioksida. Temperatur normal air di wilayah beriklim tropis adalah antara 20oC sampai 30oC Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 5oC sampai 10oC. 2)
Kualitas Kimia a)
Arsen Arsen merupakan senyawa yang berasal dari limbah pembuangan pabrik yang menggunakan senyawa arsen dalam produksinya, seperti pabrik kulit, tekstil, gelas, dan obat-obat kimia. Selain itu, senyawa arsen dapat pula terkandung dalam perairan yang berada di sekitar endapan bijih arsen.
b)
Fluorida Air dari mataair yang berada di sekitar gunung api biasanya mengandung fluor. Selain itu, fluor dapat terkandung dalam perairan yang menempati batuan-batuan yang mengandung senyawa fluor dan juga pada air yang
45
tercemar
hasil
buangan
pabrik
yang
menggunakan
persenyawaan fluor. c)
Total Kromium Pencemaran air oleh garam-garam kromuim sangat membahayakan. Garam-garam kromium sebagian besar dipergunakan dalam berbagai industri, seperti industri tekstil, pencelupan, penyamakan kulit, zat-zat warna dan cat, dan dapat pula dipakai sebagai larutan pencegah karat dari alat-alat besi.
d)
Kadmium Kadmium merupakan salah satu unsur kimia yang sangat membahayakan. Unsur ini sering dipergunakan dalam berbagai industri, seperti pabrik cat, keramik, pelapisan logam, eklektronik, dan fotografi. Unsur kadmium jarang terdapat dalam perairan yang masih alami.
e)
Nitrit Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Keberadaan nitrit dalam air dapat dijadikan sebagai identifikasi terjadinya pencemaran. Pada perairan alami, kandungan nitrit adalah sekitar 0,001 mg/l. Apabila sampel air mataair memiliki kandungan nitrit yang sangat kecil, maka hal ini menunjukkan bahwa belum adanya pencemaran pada mataair tersebut.
46
f)
Nitrat Unsur nitrat dipergunakan untuk pengawetan daging, pabrik korak atau kembang api, serta industri zatzat warna dan keramik. Kadar nitrat dalam perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat dalam airtanah dapat mencapai 100 mg/l.
g)
Sianida Senyawa sianida jarang sekali terdapat di dalam perairan alami. Senyawa sianida ini merupakan racun yang sangat berat dan sering dipergunakan oleh perusahaan untuk ekstraksi emas dan perak dari bijinya. Larutan sianida juga banyak digunakan dalam penyepuhan atau galvanisasi logam-logam.
h)
Selenium Seleniumadalah mineral yang ditemukan di dalam tanah. Selenium secara alami muncul dalam air. Selenium bukan logam, tetapi zat kimia yang berhubungan dengan sulfur dan telurium, dan merupakan unsur di alam. Manusia hanya perlu jumlah seleniumdalam kadar yang sangat kecil. Unsur elenium ini memainkan peran penting dalam metabolisme.
47
i)
Alumunium Aluminium
alami
terjadi
di
perairan
dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Konsentrasi yang lebih tinggi berasal dari limbah tambang yang akan berdampak negatif terhadap biocoenosis air. j)
Besi Hampir semua perairan alami mengandung besi. Adanya besi yang berlebih pada air dapat menyebabkan air berwarna
kuning
kecoklatan
dan
memiliki
rasa
logam.Kandungan besi (Fe) pada mataair yang berasal dari daerah gunungapi biasanya relatif tinggi. k)
Kesadahan Kesadahan kesadahan
karbonat
dibedakan dan
menjadi
kesadahan
dua,
non
yakni
karbonat.
Kesadahan adalah gambaran kation logam divalen (valensi dua). Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. l)
Khlorida Adanya kandungan klorida mengakibatkan rasa asin di dalam air. Ion klorida adalah anion yang dominan di perairan laut. Kadar klorida bervariasi menurut iklim. Pada perairan di wilayah yang beriklim basah (humid), kadar klorida biasanya kurang dari 10 mg/l, sedangkan pada
48
perairan di wilayah semi-arid dan arid (kering), kadar klorida mencapai ratusan mg/l. Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2 – 20 mg/l. Sumber utama keberadaan klorida adalah batuan sedimen, sedangkan batuan beku sebagai sumber tambahan. m) Mangan Mangan terdapat di sebagian besar perairan alami. Unsur logam mangan secara tidak langsung merupakan zat yang penting dalam nutrisi manusia. Kandungan
mangan
yang
berlebihan
dalam
air
mengakibatkan air tersebut berwarna kuning atau coklat dan berasa logam. n)
Derajat Keasaman (pH) Pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH. pH mataair berkaitan dengan kondisi geologi dan batuan secara umum, sehingga pH mataair juga berpengaruh terhadap kualitas air. Nilai dari pH air murni adalah 7. Air dengan pH di atas 7 bersifat asam, sedangkan air yang memiliki pH di bawah 7 bersifat basa.
o)
Seng Seng merupakan salah satu unsur umum yang terdapat di alam.Air minum dapat mengandung sejumlah seng yang mungkin akan semakin tinggi bila disimpan dalam
wadah
logam.Limbah
49
industri
berpotensi
menyebabkan peningkatan jumlah seng dalam air minum sehingga memicu masalah kesehatan.Seng terjadi secara alami di udara, air dan tanah, tetapi peningkatan konsentrasi seng umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. p)
Sulfat Unsur sulfat pada airtanah dapat berasal dari oksida biji besi sulfide, gipsum, dan anhidrit. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2-80 mg/l, sedangkan sulfat pada perairan yang melewati batuan gipsum dapat mencapai 1.000 mg/l. Sampel mataair yang mengandung sulfat dalam kadar yang rendah dan normal dalam kisaran sebagai air tawar alami menunjukkan belum terjadi pencemaran oleh aktivitas pertanian.
q)
Tembaga Garam-garam tembaga dapat digunakan sebagai pencegah
tumbuhnya
lumut
pada
kolam
air
dan
pemberantas hama pertanian. Adanya kandungan tembaga menyebabkan air minum terasa tidak enak. r)
Amonia Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen. Pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam dua bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4). Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg per liter. Kadar amonia
50
bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg per liter. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan (run off) pupuk pertanian.
51
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Peneliti dan Tahun Nur Cahyani (2002)
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Studi Mataair 1. Mengetahui pola persebaran di Lereng Barat mataair di sebagian lereng Gunungapi barat Gunungapi Lawu Lawu 2. Mengetahui persebaran debit mataair pada tiap zona lereng di sebagian lereng barat Gunungapi Lawu
Metode yang digunakan untuk menghitung debit mata air adalah metode pelampung, metode injeksi sesaat, metode volumetrik, dan pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik)
BektiNuray ni (2010)
Karakteristik dan Potensi Mataair di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
1. Mengetahui karakteristik mataair (distribusi, tipe, debit, kualitas fisika dan kimia) di Kecamatan Prambanan. 2. Mengetahui kualitas air sebagai sumber air minum di Kecamatan Prambanan. 3. Mengetahui potensi (kualitas dan kualitas) mataair di Kecamatan Prambanan.
Metode yang digunakan untuk menghitung debit mata air adalah metode pelampung, metode injeksi sesaat, metode volumetrik, dan pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik)
1. Diketahuinya debit dari tiap-tiap mata air. 2. Kondisi fisik mataair (DHL dan temperatur). 3. Tipe mataair. 4. Distribusi/ persebaran mataair pada tiap zone lereng. 1. Lokasi mataair. 2. Debit mataair. 3. Mengetahui kualitas air yang terdiri dari kualitas fisik dan kimia. 4. Kualitas fisik yang dihitung adalah DHL dan pH mataair di lapangan. 5. Sifat kimia mataair.
Alief Noor Fauzia(199 9)
Ketersediaan dan Pola Pemanfaatan Air Untuk Kebutuhan Domestik di
1. Mengetahui jumlah ketersediaanair daerah penelitian. 2. Mengetahui jumlah kebutuhan air minum penduduk daerah penelitian
Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, pengamatan dan pengukuran lapangan pengambilan contoh air, dan pengambilan data sekunder dari instansi terkait.
52
1. Pemanfaatan air. 2. Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi air untuk air minum.
Endang Rahmayanti (2007)
Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
saat ini dan masa yang akan dating. 3. Mengkaji karakteristik pola pemanfaatan air untuk kebutuhan air minum daerah penelitian. 4. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi variasi pemanfaatan air minum daerah penelitian.
Pola Pemanfaatan Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Kecamaran Mantrijeron Kota Yogyakarta
1. Mengetahui rata-rata besarnya air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. 2. Mengetahui variasi pemakaian air) berdasarkan jenis sumber air yang digunakan dan waktu pemakaian air oleh rumah tangga. 3. Mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya jumlah pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga.
53
Metode yang digunakan adalah wawancara dengan sistem pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).
3. Prediksi pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik. 4. Evaluasi ketersediaan air minum. 5. Evaluasi pola pemanfaatan air utnuk kebutuhan domestik. 6. Hubungan antara ketersediaan air dengan pola pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik di tiap mintakat daerah penelitian 1. Pemanfaatan air berdasarkan jenis kegiatan. 2. Pemanfaatan air berdasarkan variasi keruangan. 3. Variasi pemanfaatan air. 4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya pemanfaatan air. 5. Variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya pemanfaatan air.
Yunianto Nugroho (2009)
Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi Pada Saluran Irigasi Pengasih Kabupaten Kulon Progo
Dian Novytasari (2006)
Studi Kualitas dan Kuantitas Air pada Mataair di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo
1. Mengetahui besarnya kertersediaan dan kebutuhan air irigasi pada saluran Irigasi Pengasih. 2. Menganalisis jumlah imbangan air dalam bendungan dengan debit yang keluar dari bendung untuk memenuhi kebuthan irigasi pertanian pada daerah penelitian. 3. Mengevaluasi kemampuan bendung untuk mengairi sawah yang tersedia. 1. Mengidentifikasi keterdapatan mataair baik dalam bentuk mataair maupun rembesan. 2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas dan kuantitas airnya. 3. Mengetahui pola sebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas air mataair di Kecamatan Sapuran.
54
Metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air irigasi adalah metode Abdurrachim dengan 3 tahap, yaitu: 1. Kebutuhan air konsumtif (CWR) 2. Kebutuhan air di petak sawah (PWR) 3. Kebutuhan air irigasi (PWR)
1. Kebutuhan air irigasi di daerah penelitian. 2. Potensi air Bendungan Pengasih dalam mencukupi kebutuhan air sawah pada wilayah penelitian.
Metode yang digunakan adalah metode survei lapangan dan instansional, serta analisa laboratorium. Survei lapangan dilakukan berdasarkan pendekatan geologi dan pendekatan satuan administrasi untuk menentukan lokasi mataair. Survei lapangan juga dilakukan untuk mengukur kualitas fisik, debit, dan pemetaan mataair. Analisis laboratorium dilakukan untuk memperoleh data kualitas mataair.
1. Lokasi mataair berdasarkan formasi geologi. 2. Kualitas air mataair berdasarkan parameter fisik dan kimia. 3. Karakteristik mataair. 4. Evaluasi potensi mataair. 5. Sebaran mataair.
C. Kerangka Pemikiran Pergerakan airtanah pada berbagai tempat akan mengakibatkan airtanah keluar ke permukaan bumi sebagai mataair (spring) dengan debit dan karakteristik yang bervariasi.Mataair merupakan airtanah yang muncul atau tersingkap di permukaan tanah dikarenakan terpotongnya muka air tanah. Kecamatan Dukun terletak pada bentuklahan kaki lereng Gunungapi Merapi pada formasi Gunung Merapi Muda sehingga terdapat banyak titik pemunculan mataair. Sumber-sumber mataair yang muncul di Kecamatan Dukun memiliki debit yang bervariasi dan tersebar tidak merata. Sebagian besar penduduk Kecamatan Dukun menggunakan mataair sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, seperti mandi, memasak, mencuci, dan kebiasaan yang rutin dilakukan seperti berwudhu bagi umat muslim sebelum melaksanakan ibadah solat. Bagi penduduk yang mempunyai kendaraan, air juga digunakan untuk mencuci kendaraan sehingga akan memberikan kontribusi terhadap besarnya pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah air yang dikonsumsi setiap rumah tangga sangat erat kaitannya dengan banyak sedikitnya kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sumber-sumber mataair yang terdapat di Kecamatan Dukun juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian (irigasi). Kualitas mataair penting untuk dikaji dikarenakan menjadi landasan dalam pemanfaatan mataair tersebut. Kualitas mataair dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor geologi berkaitan dengan kandungan unsur-unsur yang ada dalam lapisan batuan. Faktor iklim berkaitan dengan unsur yang
55
terkandung dalam air hujan. Faktor vegetasi juga berpengaruh dikarenakan dalam tumbuhan terdapat zat-zat kimia yang mungkin terserap ketika terjadi infiltrasi. Faktor waktu berkaitan dengan lamanya kontak antara airtanah dengan batuan yang dilaluinya. Faktor manusia berkaitan dengan aktivitas manusia, seperti limbah dan perubahan penggunaan lahan. Dalam penelitian ini, kualitas air dari mataair dikaji berdasarkan kualitas air minum Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 yang meliputi kualitas fisik dan kimia.
56
Kecamatan Dukun
Mataair
1. Dataran Kaki Gunungapi 2. Dataran Fluvial Gunungapi
Sebaran
Kualitas Mataair
Debit
Pemanfaatan
Kebutuhan Irigasi 1. CWR 2. FWR 3. PWR
Permenkes Nomor 492 Tahun 2010
Kualitas Fisik 1. Bau 2. Warna 3. TDS 4. Kekeruhan 5. Rasa 6. Suhu
Kualitas Kimia 1. Arsen 2. Fluorida 3. Kromium 4. Kadmium 5. Nitrit 6. Nitrat 7. Sianida 8. Selenium 9. Alumunium 10. Besi 11. Kesadahan 12. Khlorida 13. Mangan 14. pH 15. Seng 16. Sulfat Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
57
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kebutuhan Rumah Tangga Minum dan Masak Mandi Mencuci Pakaian Mencuci Alat Dapur Wudhu Mencuci Kendaraan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain
penelitian
adalah
suatu
rencana
tentang
cara
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12). Desain penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian agar terarah sehingga data dapat dikumpulkan secara efektif dan efisien serta dapat diolah dan analisis dengan baik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2010: 12). Pendekatan pendekatan
yang
keruangan
digunakan
dan
dalam
pendekatan
penelitiaan
kelingkungan.
ini
adalah
Pendekatan
keruangan digunakan untuk menunjukkan lokasi atau sebaran titik mataair dan ketinggian tempat mataair serta mengambil sampel mataair. Pendekatan kelingkungan dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara faktor fisik berupa mataair dan faktor non fisik berupa penduduk atau rumah tangga dalam kaitannya dengan imbangan kebutuhan air rumah tangga.Selain itu, untuk menghitung luas area irigasi juga menggunakan pendekatan keruangan, sedangkan untuk menghitung potensi, pemanfaatan, dan imbangan kebutuhan air irigasi digunakan pendekatan kelingkungan.
58
Konsep geografi menurut Suharyono dan Moch. Amien yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, dan interaksi. Konsep lokasi digunakan untuk mengkaji letak dan sebaran mataair berdasarkan titik koordinat (lokasi absolut). Konsep jarak dan keterjangkauan digunakan untuk memprediksi faktor penghambat dan aksesibilitas lokasi keterdapatan mataair. Konsep pola digunakan untuk mendeskripsikan pola sebaran mataair. Konsep morfologi dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan bentuklahan di mana terdapat mataair. Konsep interaksi digunakan untuk mengkaji hubungan antara faktor fisik dengan fakor non fisik yang dalam hal ini adalah hubungan antara mataair dengan kebutuhan air rumah tangga dan irigasi. Konsep dasar geografi menurut Biddle yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu, fakta geografi yang dihasilkan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan persebaran keruangan yang ditunjukkan atau digambarkan dalam peta. Prinsip geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip persebaran, prinsip interelasi, dan prinsip deskripsi. Prinsip persebaran digunakan untuk mengungkapkan gejala persebaran mataair yang tidak merata. Prinisp interelasi digunakan untuk mengkaji hubungan antara faktor fisis dengan faktor fisis seperti hubungan mataair dengan ketinggian tempat; dan hubungan antara faktor fisis dengan faktor manusia seperti hubungan mataair dengan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga dan irigasi. Prinsip deskripsi digunakan untuk mendeskripsikan fenomena dalam penelitian ini dalam bentuk peta, tabel, dan diagram.
59
Data-data dalam penelitian ini diambil dengan cara melakukan observasi atau survei di lapangan, wawancara, dan analisa laboratorium. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai sebaran, debit, dan sampel mataair. Data pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air irigasi juga didapatkan dengan cara melakukan observasi atau survei lapangan. Data pemanfaatan mataair untuk kebutuhan rumah tangga didapatkan dengan cara melakukan wawancara kepada penduduk yang ada di setiap desa di Kecamatan Dukun. Analisa laboratorium dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kualitas mataair dari setiap parameter fisik dan kimia berdasarkan persyaratan baku mutu air minum menurut Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010. Informasi ini kemudian diuraikan secara deskriptif dengan pendekatan analisis kuantitatif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang pada bulan Juli sampai dengan Desember 2016.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel persebaran mataair, karakteristik pemunculan mataair, tempat pemunculan mataair, debit aliran mataair, dan kualitas mataair. Berikut adalah definisi operasional dari masing-masing variabel:
60
1.
Persebaran mataair Persebaran mataair adalah lokasi pemunculantitik-titik mataair yang membentuk suatu pola tertentu. Lokasi pemunculantitik-titik mataair ini dilihat berdasarkan letak koordinat dan letak administratif.
2.
Karakteristik mataair Karakteristik pemunculan mataair merupakan ciri-ciri yang dapat menjadi potensi mataair tersebut. Variabel karakteristik mataair ini dilihat dari tipe mataair tersebut.
3.
Debit mataair Debit mataairadalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang atau tertampung dalam suatu wadah per satuan waktu.
4.
Kebutuhan air rumah tangga Kebutuhan air rumah tangga dalam penelitian ini adalah besarnya kuantitas mataair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga baik untuk minum, masak, mandi, mencuci pakaian, wudhu, dan mencuci kendaraan.
5.
Kebutuhan air irigasi Kebutuhan air irigasi dalam penelitian ini adalah besarnya kuantitas mataair yang digunakan untuk memenuhi pengairan pada lahan pertanian.
6.
Dataran Kaki Gunungapi Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial.
61
Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. 7.
Dataran Fluvial Gunungapi Dataran fluvial gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya.
8.
Kualitas mataair Kualitas mataair adalah kondisi alami perairan yang dikaji dari sifat fisik, kimia, dan biologi untuk dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. Kualitas mataair dalam penelitiaan ini mencakup kualitas fisik dan kimia mataair berdasarkan persyaratan air minum Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sugiyono (2013: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi fisik dan populasi non fisik. Populasi fisik dalam penelitian ini adalah seluruh titiktitik pemunculan mataair yang ada di Kecamatan Dukun Kabupaten
62
Magelang. Populasi non fisik dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Populasi rumah tangga di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang tersebar pada 15 desa, yakni Desa Ketunggeng, Desa Ngadipuro, Desa Wates, Desa Kalibening, Desa Ngargomulyo, Desa Keningar, Desa Sumber, Desa Dukun, Desa Banyubiru, Desa Banyudono, Desa Mangunsoko, Desa Sewukan, Desa Krinjing, Desa Paten, dan Desa Sengi. 2.
Sampel Sugiyono (2013: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Moh. Pabundu Tika (2005: 4) menyatakan bahwa pengambilan besaran jumlahnya sampel sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel fisik berupa debit mataair diambil menggunakan metode pengambilan sampel bertujuan atau purposive sampling. Metode purposive sampling adalah cara pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel fisik berupa pemanfaatan mataair untuk kebutuhan irigasi menggunakan metode pengambilan sampel wilayah (area probability sample). Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Sedangkan pengambilan sampel non fisik berupa kebutuhan air rumah tangga dalam penelitian ini menggunakan metode random sampling. Sampel rumah tangga dari setiap desa di Kecamatan
63
Dukun
dihitung
N dengan 1+N (e2)
dengan
menggunakan
Rumus
Slovin
tingkat kesalahan 10 persen sehingga didapatkan jumlah
sampel sebagai berikut. Tabel 7. Jumlah Sampel Rumah Tangga di Kecamatan Dukun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Desa Ketunggeng Ngadipuro Wates Kalibening Ngargomulyo Keningar Sumber Dukun Banyubiru Banyudono Mangunsoko Sewukan Krinjing Paten Sengi Jumlah
Jumlah Rumah Tangga 918 733 452 837 784 187 1.090 1.386 1.353 1.423 510 743 555 952 1.301 13.224
Jumlah Sampel 7 6 4 7 6 2 9 11 11 11 4 6 5 8 10 107
Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016 Tabel 7. Jumlah Sampel Mataair di Kecamatan Dukun Jumlah Jumlah No Desa Keterangan Mataair Sampel 1 Ketunggeng 2 1 Kebutuhan Rumah Tangga 2 Ngadipuro 6 1 Kebutuhan Rumah Tangga 3 Wates 10 2 Kebutuhan Rumah Tangga 4 Kalibening 2 Kebutuhan Rumah Tangga 10 3 1 Kebutuhan Irigasi 5 Ngargomulyo 2 Kebutuhan Rumah Tangga 10 3 1 Kebutuhan Irigasi 6 Keningar 3 1 Kebutuhan Rumah Tangga 7 Sumber 12 3 Kebutuhan Rumah Tangga 8 Dukun 15 3 Kebutuhan Rumah Tangga 9 Banyubiru 4 1 Kebutuhan Rumah Tangga 10 Banyudono 2 1 Kebutuhan Rumah Tangga 11 Mangunsoko 5 1 Kebutuhan Rumah Tangga 12 Sewukan 11 2 Kebutuhan Rumah Tangga 13 Krinjing 2 Kebutuhan Rumah Tangga 10 3 1 Kebutuhan Irigasi 14 Paten 9 Kebutuhan Rumah Tangga 21 14 5 Kebutuhan Irigasi 15 Sengi 8 2 Kebutuhan Rumah Tangga Jumlah 129 41 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
64
E. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu: 1.
Observasi Observasi
adalah
cara
dan
teknik
pengumpulan
data
denganmelakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang terdapat pada obyek penelitian (Moh. Pabundu Tika, 2005: 44). Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mendapatkan data primer yang didapatkan langsung di lokasi penelitian. Pada penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di kondisi lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Dukun,Kabupaten Magelang.Pengukuran lapangan digunakan untuk mengambil data persebaran, debit, dan potensi mataair. Pengukuran lapangan juga digunakan untuk mengambil sampel air mataair untuk diujikan ke laboratoium guna mendapatkan data kualitas mataair. 2.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencari sumber data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Data yang diperoleh
melalui
teknik
dokumentasi
adalah
sekunder. Data tersebut antara lain: a.
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000
b.
Peta Topografi
65
berupa
data-data
3.
c.
Peta Geologi
d.
Peta Jenis Tanah
e.
Data Suhu Udara
f.
Data Kependudukan
g.
Data Luas Lahan Irigasi
Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil (Sugiyono, 2014: 137). Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh data primer pada lokasi penelitian. Wawancara digunakan untuk mengambil data pemanfaatan mataair untuh memenuhi kebutuhan air rumah tangga penduduk di Kecamatan Dukun.
F.
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintrepretasikan (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 2008: 263). Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus hidrologi dalam perhitungan variabelnya. Terdapat beberapa teknik analisis data uang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
66
1.
Analisis Tetangga Terdekat Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pola persebaran mataair adalah dengan analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Tahapan analisis ini adalah sebagai berikut: a.
Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki.
b.
Mengubah pola persebaran mataair menjadi pola persebaran titik.
c.
Memberikan nomor urut bagi setiap titik untuk memudahkan dalam menganalisa.
d.
Mengukur jarak terdekat antara satu titik dengan titik yang lain.
e.
Menghitung nilai teoritis dari rata-rata jarak tetangga terdekat. Rumus yang digunakan adalah: Jh =
1
2√𝑝𝑝 𝑛𝑛
𝑝𝑝 =
𝐴𝐴
Keterangan: Jh =jarak
rata-rata
yang
diperoleh
andaikata
semua
titik
mempunyai pola random 𝑝𝑝
= kerapatan titik per unit area
𝐴𝐴
= luas area
∑𝑛𝑛 = jumlah titik f.
Menghitung jarak rata-rata setiap titik, dengan rumus: Ju =
Keterangan:
∑J
∑n
Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat
67
∑J = jumlah jarak terdekat pada setiap titik g.
∑𝑛𝑛 = jumlah titik
Menghitung parameter tetangga terdekat, dengan rumus: T=
Keterangan: T 2.
Ju Jh
= indeks penyebaran tetangga terdekat
Analisis Debit Metode Volumentrik Cara pengukuran volume air dengan metode volumentrik dilakukan dengan menentukan waktu yang diperlukan untuk mengisi kontainer yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang biasanya dilakukan untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil di salah satu badan air yang akan diukur. Gunanya dalah agar aliran air dapat terkonsentrasi pada satu outlet. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara: Q= Keterangan:
V t
Q = debit (m3/ detik) V = volume air (m3) t = waktu pengukuran (detik) 3.
Analisis Kebutuhan Air Rumah Tangga Kebutuhan air rumah tangga dapat diestimasi berdasarkan persamaan berikut: Vn = Jp x Sp Keterangan: Vn
= Kebutuhan air (liter/rumah tangga/hari)
68
4.
Jp
= Jumlah pengguna (orang)
Sp
= Satuan pemakaian (liter/orang/hari)
Analisis Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair Imbangan pemanfaatan air rumah tangga dengan besarnya debit mataair dapat diketahui berdasarkan perhitungan sebagai berikut: IRT = QT – VT dimana, VT = Vn x N QT = Q x 3600 x 24 Keterangan:
5.
IRT
= Imbangan Air Rumah Tangga (liter/hari)
QT
= Debit Total Mataair (liter/hari)
VT
= Pemanfaatan Air Total (liter/hari)
Vn
= Kebutuhan air (liter/rumah tangga/hari)
N
= Jumlah Rumah Tangga (KK)
Q
= Debit Mataair (liter/detik)
Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi dapat dilakukan dengan penghitungan di bawah ini: a.
Crop Water Requirement (CWR) CWR pertumbuhan
adalah tanaman
keperluan
air
untuk
(evapotranspirasi).
dengan persamaan CWR = Eo . Kc
69
penguapan
dan
Penghitungannya
Keterangan: Eo = Kosla = 4,8 . ToC Kc = nilai faktor tanaman b.
Farm Water Requirement (FWR) FWR adalah keperluan air pada petak-petak sawah, penghitungannya dengan persamaan: FWR = CWR + Pg + Pj + P Keterangan:
c.
CWR
= Crop Water Requirement
Pg
= penggenangan (mm/hari)
Pj
= penjenuhan (mm/hari)
P
= perkolasi (mm/hari)
Potential Water Requirement (PWR) PWR adalah kebutuhan air irigasi potensial atau aliran air yang masih dapat digunakan dari sisa penguapan dan penyerapan dalam saluran irigasi menuju sawah. Penghitungannya dengan persamaan: PWR = (FWR - Re) : Esal Keterangan:
6.
FWR
= Farm Water Requirement
Re
= hujan efektif = 80% . R
Esal
= efisiensi saluran
Analisis Imbangan Air di Lahan Pertanian dengan Mataair Imbangan air di lahan pertanian dengan besarnya debit mataair dapat diketahui berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
70
Ii = QT – PWRT dimana, PWRT = PWR x L Keterangan: Ii
= Imbangan Air Irigasi (liter/detik)
QT
= Debit Mataair (liter/detik)
PWRT= Kebutuhan Air Irigasi Potensial Total (liter/detik) PWR = Kebutuhan Air Irigasi Potensial (liter/detik) L 7.
= Luas Daerah Irigasi (hektar)
Analisis Kualitas Mataair Untuk mengetahui perbedaan kualitas mataair pada bentuk lahan
dataran
kaki
dan
dataran
fluvial,digunakan
analisis
komparasikualitas mataair antara kedua sumber mataair tersebut.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1.
Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian Kecamatan Dukun merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Magelang. Jarak dari Kecamatan Dukun menuju pusat pemerintahan Kabupaten Magelang adalah 18 kilometer, sedangkan jarak dari Kecamatan Dukun menuju pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah adalah 107 kilometer. Kecamatan Dukun terbagi menjadi 15 wilayah desa, 145 dusun, 154 RW, dan 470 RT. Desa atau kelurahan di Kecamatan Dukun meliputi Desa Ketunggeng, Desa Ngadipuro, Desa Wates, Desa Kalibening, Desa Ngargomulyo, Desa Keningar, Desa Sumber, Desa Dukun, Desa Banyubiru, Desa Banyudono, Desa Mangunsoko, Desa Sewukan, Desa Krinjing, Desa Paten, dan Desa Sengi. Secara
astronomis,
Kecamatan
Dukun
terletak
antara
110o01’51’’ – 110o12’48’’ Bujur Timur dan 7o19’13’’ – 7o35’99’’ Lintang Selatan. Kecamatan Dukun berbatasan dengan kecamatan dan wilayah yang lain sebagai berikut: a.
Batas Sebelah Utara : Kecamatan Sawangan
b.
Batas Sebelah Timur : Kabupaten Boyolali
c.
Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Srumbung
d.
Batas Sebelah Barat
: Kecamatan Muntilan
Kecamatan Dukun memiliki luas wilayah 53,41 km2dengan rincian
3496
hektar
merupakan
72
lahan
pertanian
dan
673
hektarmerupakan lahan non pertanian. Berikut merupakan pembagian luas masing masing desa yang ada di Kecamatan Dukun. Tabel9. Pembagian Luas Wilayah Penelitian No Desa Luas (km2) Persentase (%) 1 Ketunggeng 2,04 3,82 2 Ngadipuro 1,72 3,22 3 Wates 1,84 3,45 4 Kalibening 2,38 4,46 5 Ngargomulyo 9,47 17,73 6 Keningar 6,60 12,36 7 Sumber 3,19 5,97 8 Dukun 3,26 6,1 9 Banyubiru 2,80 5,24 10 Banyudono 2,99 5,6 11 Mangunsoko 1,37 2,57 12 Sewukan 1,88 3,52 13 Krinjing 6,09 11,4 14 Paten 3,90 7,3 15 Sengi 3,87 7,2 Jumlah 53,41 100 Rata-rata 3,54 6,666667 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2016 Rata-rata luas wilayah setiap desa di Kecamatan Dukun adalah sekitar 3,54km2 atau sekitar 6,67% dari luas wilayah keseluruhan. Desa yang paling luas adalah Desa Ngargomulyo dengan luas sekitar 9,47km2atau 17,73% dari total luas wilayah keseluruhan. Desa yang memiliki luas paling sempit adalah Desa Mangunsoko dengan luas sekitar 1,37km2 atau sekitar 2,56% dari total luas wilayah keseluruhan di Kecamatan
Dukun.
Berikut
disajikan
Kecamatan Dukun.
73
gambar
peta
administrasi
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Dukun
74
2.
Iklim a.
Curah Hujan Salah satu komponen penyusun terbentuknya iklim adalah curah hujan. Pola curah hujan di wilayah penelitian dipengaruhi oleh angin monsun barat atau monsun barat laut dan angin monsun timur ataumonsun tenggara. Angin munson barat atau barat laut yang bersifat basah bertiup antara bulan November-April yang menyebabkan adanya musim penghujan. Angin munson timur atau timur laut yang bersifat kering bertiup antara bulan Juli-September yang menyebabkan adanya musim kemarau. Data curah hujan di wilayah penelitian ini diambil dari lima stasiun penakar hujan di sekitar daerah penelitian yang meliputi : Stasiun Sawangan/ Krogowanan, Stasiun Muntilan, Stasiun Dukun/ Banggalan, Stasiun Babadan, dan Stasiun Srumbung/ Ngepos. Data curah hujan rata-rata bulanan untuk masing-masing stasiun tercantum dalam tabel. Tabel 10. Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 11 Tahun yaitu 2006-2016 dari 5 (Lima) Stasiun di Daerah Penelitian Stasiun Hujan Bulan Sawangan Muntilan Dukun Babadan Srumbung Januari 386 358 336 428 355 Februari 354 386 377 416 426 Maret 455 482 369 347 377 April 350 356 325 286 329 Mei 258 209 204 219 231 Juni 151 109 132 127 153 Juli 143 69 137 131 105 Agustus 38 75 26 29 50 September 179 119 202 204 156 Oktober 156 145 166 156 91 November 349 307 343 258 332 Desember 491 369 363 437 367 Jumlah 3310 2984 2980 3038 2972 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang, 2016
75
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa curah hujan bulanan tertinggi terjadi di Stasiun Sawangan pada bulan Desember dengan rata-rata curah hujan perbulannya sebesar 491 mm/bulan. Untuk nilai curah hujan bulanan terendah terjadi di Stasiun Dukun pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan perbulannya sebesar 26 mm/bulan. Untuk nilai curah hujan yang tertinggi selama satu tahun terdapat pada Stasiun Sawangan dengan nilai curah hujan sebesar 3.310 mm/tahun. Untuk nilai curah hujan yang terendah selama satu tahun terdapat pada Stasiun Srumbung dengan nilai curah hujan sebesar 2.972 mm/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Peta Poligon Thiessen yang menunjukkan luasan poligon masing-masing stasiun hujan.
76
Gambar 3. Peta Polygon Thiessen Kecamatan Dukun
77
b.
Tipe Iklim Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama dan mencakup daerah yang luas. Iklim tersusun oleh gabungan beberapa unsur, yakni radiasi matahari, suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara, dan angin. Unsur-unsur tersebut berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya sehingga menyebabkan perbedaan iklim setiap daerah. Klasifikasi iklim merupakan penggolongan iklim menjadi beberapa kelas yang mempunyai karakteristik. Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tipe iklim adalah curah hujan. Klasifikasi iklim menurut SchmidtFergusson didasarkan pada ratio dari bulan kering dan bulan basah seperti yang dikemukakan oleh Mohr, yaitu dengan banyak sedikitnya bulan kering dan bulan basah untuk mengetahui nilai konstanta Q sehingga dapat diketahui klasifikasi iklimnya. Nilai Q diperoleh dengan membandingkan jumlah rata-rata curah hujan bulan kering dengan jumlah rata-rata curah hujan bulan basah. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya melebihi 100 mm/bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm/bulan. Bulan yang curah hujannya antara 60 mm/bulan hingga 100 mm/bulan dinamakan bulan lembab. Namun bulan lembab tidak termasuk dalam perhitungan. Untuk
lebih
jelasnya,
bisa
dilihat
dikemukakan Schmidt sebagai berikut:
78
pada
persamaan
yang
Jumlah rata-rata bulan kering Q=
x 100% Jumlah rata-rata bulan basah
Dengan mengetahui nilai Q maka dapat diketahui tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmdit-Fergusson sebagai berikut: Tabel 11. Klasifikasi Iklim menurut Schmdit-Fergusson Golongan Nilai Q Keterangan A 0 ≤Q ≤ 14,3 Sangat basah B 14,3 ≤ Q ≤ 33,3 Basah C 33,3 ≤ Q ≤ 60 Agak basah D 60 ≤ Q ≤ 100 Sedang E 100 ≤ Q ≤ 167 Agak kering F 167 ≤ Q ≤ 300 Kering G 300 ≤ Q ≤ 700 Sangat kering H 700 ≤ Q Luar biasa kering Sumber : Ir. Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2012 Dari data yang disajikan pada stasiun-stasiun yang ada dapat diperoleh nilai bulan kering dan nilai bulan basah dengan menghitung berdasarkan rumus yang sudah ditentukan oleh Schmdit-Fergusson.
Setelah
melakukan
perhitungan,
maka
diperoleh bahwa iklim pada daerah terbagi menjadi dua. Wilayah dengan area Polygon Thiessen dari Stasiun Sawangan, Babadan, dan
Srumbung
termasuk
ke
dalam
golongan
A
(sangat
basah).Wilayah dengan area Polygon Thiessen dari Stasiun Muntilan dan Dukun termasuk ke dalam golongan B (basah). Dari data lima stasiun memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah bulan basah jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bulan kering. Bulan basah jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan kering dikarenakan hujan yang terjadi pada daerah penelitian memang cukup besar, mengingat daerah penelitian terletak pada bentuk lahan kaki lereng dan dataran kaki Gunung Merapi. Berikut ini
79
perbandingan jumlah bulan kering dan bulan basah dari lima stasiun penakar hujan. Tabel 12. Perbandingan Bulan Basah dan Bulan Kering selama Tahun dari Lima Stasiun Hujan Stasiun Tahun Sawangan Muntilan Dukun Babadan BK BB BK BB BK BB BK BB 2006 2 7 3 6 2 7 1 7 2007 1 6 1 5 2 6 2 9 2008 1 8 1 8 1 7 1 7 2009 2 8 2 8 2 8 1 7 2010 0 10 0 10 0 10 0 9 2011 2 8 0 6 0 7 0 6 2012 1 7 2 7 2 6 1 8 2013 0 10 0 10 0 10 0 10 2014 2 9 1 9 1 9 2 9 2015 1 7 0 6 1 7 1 7 2016 0 8 0 5 0 7 1 7 Rata-rata 1 8 1,7 7,3 1,4 7,6 0,9 7,8 Q 12,5 23,28 18,42 11,54 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016 3.
10
Srumbung BK BB 0 6 2 6 0 7 2 8 0 9 2 7 2 7 0 10 2 9 1 7 1 7 0,8 7,2 11,11
Kondisi Geologis Gunung Merapi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi geologi Kecamatan Dukun. Secara garis besar, kondisi geologis wilayah Kecamatan Dukun dapat dibagi menjadi lima, yakni batuan tak terpisahkan, endapan merapi tua, endapan merapi muda, endapan awan panas, serta kubah lava dan leleran. Berikut disajikan peta geologi Kecamatan Dukun. Wilayah dengan formasi geologi batuan tak terpisahkan merupakan wilayah paling luas, yakni 5376,69 hektar dan mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan Dukun. Wilayah endapan merapi tua
mencakup
263,204
hektar.Formasi
endapan
merapi
muda
mencakup wilayah paling sempit, yakni seluas 0,8475 hektar. Wilayah dengan formasi endapan awan panasmencakup 56,7148 hektar serta
80
wilayah dengan formasi kubah lava dan leleran mencakup 103,98 hektar.
81
Gambar 4. Peta Geologi Kecamatan Dukun
82
4. Kondisi Geomorfologi Wilayah Kecamatan Dukun secara geomorfologis terletak pada zona tengah Pulau Jawa.Kondisi geomorfologis ataubentuklahan sangat erat kaitannya dengan kondisi geologisnya.Wilayah Kecamatan Dukun merupakan
bagian
dari
wilayahGunungMerapi
yang
secara
geomorfologis terdiri dari bentuklahan vulkanik. Bentuklahan vulkanik terbentuk karena adanya proses vulkanisme yaitu gerakan batuan cair (magma) pada permukaan bumi atau ke arah permukaan bumi. Gunung Merapi merupakan gunungapi bertipe strato. Gunung berapi strato memperlihatkan stratifikasi yang kasar berupa lapisan lava dan material piroklastik yang berselang-seling.Dalam hal bentuklahan vulkanik ini, Kecamatan Dukun dapat dibagi menjadi empatdaerah bagian tekuk lereng, yakni wilayah lereng Gunung Merapi, wilayah kaki Gunung Merapi, wilayah dataran kaki Gunung Merapi, dan dataran fluvial Gunung Merapi. Berikut disajikan peta bentuk lahan Kecamatan Dukun.
83
Gambar 5. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Dukun
84
5.
Jenis Tanah Jenis tanah merupakan salah satu faktor yang berpenaruh sangat besar terhadap bentuk penggunaan lahan, terutama pada sektor pertanian. Berdasarkan peta jenis tanah, wilayah Kecamatan Dukun terbagi menjadi dua jenis tanah, yakni regosol dan mediteran. Peta jenis tanah di Kecamatan Dukun dapat dilihat pada Gambar 6. Jenis tanah di Kecamatan Dukun ditunjukkan oleh Tabel 12. Tabel 13. Jenis Tanah di Kecamatan Dukun No. Jenis Tanah Luas (hektar) 1. Regosol 5432,26 2. Mediteran 5,35 Jumlah 5801,43 Sumber : Peta Jenis Tanah Kecamatan Dukun
Persentase 93,64 6,36 100
Tanah regosol dikategorikan sebagai jenis tanah muda yang belum menunjukkan adanya diferensiasi atau perkembangan horizon tanah. Tanah regosol mempunyai tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, dan berasal dari bahan induk material vulkanis piroklastis (Junun Sartohadi dkk, 2013: 116). Persebaran tanah regosol adalah di daerah lereng gunung api muda, seperti pada daerah penelitian, terletak pada formasi Gunung Merapi Muda. Berdasarkan bahan induknya, tanah regosol yang terdapat di daerah penelitian tergolong ke dalam regosol abu vulkanik. Regosol abu vulkanik yang dimaksud berasal
dari bahan
vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunug berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom, dan lapili. Tanah regosol di Kecamatan Dukun mempunyai cakupan yang sangat luas dan dominan yakni sebesar 5432,26ha atau 93,637 persen dari luas total daerah penelitian.
85
Tanah mediteran merupakan tanah dengan batuan induk berupa bahan alluvial dan koluvial. Tanah mediteran mempunyai kejenuhan basa yang sedang hingga tinggi, bahan organik rendah, daya absorpsi tinggi, permeabilitas rendah, dan kepekaan terhadap erosi besar. Tanah mediteran di Kecamatan Dukun mempunyai cakupan yang tidak terlalu luas, yakni sebesar 5,35 ha atau 6.363 persen dari luas total daerah penelitian.
86
Gambar 6. Peta Jenis Tanah di Kecamatan Dukun
87
6.
Penggunaan Lahan Penggunaan memanfaatkan
lahan
lahan yang
merupakan
upaya
ada
kesejahteraan
untuk
manusia
dalam
hidupnya.
Penggunaan lahan yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sebaliknya, apabila penggunaan lahan melebihi kemampuan lahan maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini deskripsi mengenai penggunaan lahan dicantumkan karena hal ini berhubungan dengan luas lahan permukiman dan pertanian. Luas lahan permukiman erat kaitannya dengan banyaknya penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Penggunaan lahan di Kecamatan Dukun dapat dikelompokkan menjadi tujuh bentuk penggunaan lahan, antara lain yaitu hutan, tubuh air,
permukiman,
sawah,
tegalan,
kebun,
dan
lahan
berbatu.
Penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar . Penggunaan lahan di Kecamatan Dukun juga ditunjukkan oleh Tabel . Tabel 14. Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun No. Penggunaan Lahan Luas (hektar) 1. Hutan 351,785 2. Tubuh Air 21,959 3. Permukiman 511,568 4. Sawah 2.501,651 5. Semak/ Rumput 248,543 5. Tegalan 834,719 6. Kebun 760,734 7. Lahan Berbatu 154,095 Jumlah 5.801,43 Sumber : Peta RBI Lembar Kaliurang dan Muntilan Penggunaan
lahan
hutan
di
Persentase 6,1 0,4 8,8 43,1 4,3 14,4 13,1 2,7 100
daerah
penelitian
mencakup351,785 hektar atau 6,6064 persen dari total luas daerah penelitian. Penggunaan lahan hutan di wilayah Kecamatan Dukun ini
88
berhubungan dengan adanya Taman Nasional Gunung Merapi. Penggunaan lahan berupa tubuh air di daerah penelitian ini mencakup luas yang sangat sempit yakni 0,379 persen dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penggunaan lahan berupa permukiman di Kecamatan Dukun mempunyai luas cakupan area sebesar 511,568 hektar atau 8,818 persen dari luas keseluruhan daerah penelitian. Dari peta penggunaan lahan Kecamatan Dukun, dapat terlihat bahwa sebagian besar persebaran permukiman berada di lereng bagian bawah, sedangkan semakin ke atas, permukiman semain jarang. Penggunaan lahan berupa permukiman ini menjadi aspek yang penting dalam memperkirakan banyaknya jumlah penduduk yang menggunakan mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangganya sehari-hari. Penggunaan lahan sawah di daerah penelitian mempunyai luas cakupan area sebesar 2501,651 hektar atau 43,121 persen dari total luas daerah penelitian. Penggunaan lahan berupa sawah ini menempati persentase luas paling tinggi dibandingkan penggunaan lahan lainnya. Tipe sawah di daerah penelitian menggunakan tipe pergiliran tanaman padi-padi-palawija. Penggunaan lahan berupa tegalan di Kecamatan Dukun mempunyai luas 834,719 hektar atau sebesar 14,388 persen dari luas seluruh daerah penelitian. Penggunaan lahan kebundi daerah penelitian mempunyai luas cakupan area sebesar 760,734 hektar atau13,113 persen dari total luas daerah penelitian. Kedua penggunaan lahan ini tersebar di lereng bagian atas dari Kecamatan Dukun.
89
Lahan berbatu yang berada di daerah penelitian memiliki luas154,095 hektar dan mencakup sekitar 2,656 persen dari total keseluruhan luas daerah penelitian. Adanya penggunaan lahan berupa lahan berbatu di daerah penelitian dikarenakan daerah penelitian ini terletak di lereng barat Gunung Merapi yang masih aktif mengeluarkan hasil proses erupsi yang antara lain berupa aliran lava dan batuan piroklastik.
90
Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun
91
7.
Ketinggian Tempat Dalam penelitian ini disajikan data ketinggian tempat untuk mengetahui mataair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga dan irigasi terletak pada ketinggian 500 sampai 1000 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Selain itu, ketinggian tempat dalam penelitian ini juga ditunjukkan untuk pengambilan sampel kualitas mataair yakni pada bentuklahan dataran kaki gunungapidengan ketinggian antara 900-1000 mdpl dan dataran aluvial dengan ketinggian antara 500 sampai 600 mdpl. Kecamatan Dukun sebagai daerah penelitian berdasarkan ketinggian tempat dibagi menjadi tiga wilayah klasifikasi, yakni ketinggian 400 – 500 mdpl, 500 – 1000 mdpl, dan lebih dari 1000 mdpl.Wilayah
Kecamatan
Dukun
sebagian
besar
terletak
pada
ketinggian 500 – 1000 mdpl. Ketinggian tempat di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.
92
Gambar 8. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Dukun
93
8.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah dan kepadatan penduduk merupakan faktor yang menggambarkan kondisi demografis di wilayah penelitian. Jumlah dan kepadatan penduduk ini berpengaruh terhadap imbangan debit mataair dengan pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di wilayah penelitian. Kecamatan Dukun memiliki jumlah penduduk sebanyak 45.205 jiwa.Jumlah penduduk paling tinggi berada di Desa Banyudono, yakni sebesar5.336 jiwa.Jumlah penduduk yang paling rendah berada di Desa Keningar, yakni sebesar 605 jiwa. Rata-rata jumlah penduduk di setiap desa di Kecamatan Dukun berjumlah3014 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk total di Kecamatan Dukun sebesar 847 jiwa per km2.Tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Desa Banyubiru dengan jumlah penduduk sebesar 1849 jiwa per km2. Tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah berada di Desa Keningar dengan jumlah penduduk sebesar 9 jiwa per km2.
94
Tabel 15. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Dukun No
Nama Desa
Jumlah (jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Luas (km2)
Ketunggeng 2.976 2,04 Ngadipuro 2.470 1,72 Wates 1.439 1,84 Kalibening 2.616 2,38 Ngargomulyo 2.447 9,47 Keningar 605 6,6 Sumber 3.648 3,19 Dukun 5.181 3,26 Banyubiru 5.176 2,8 Banyudono 5.336 2,99 Mangunsoko 1.532 1,37 Sewukan 2.453 1,88 Krinjing 2.045 6,09 Paten 3.062 3,9 Sengi 4.219 3,87 Jumlah 45.205 53,4 Rata-rata 3014 4 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016
95
Tingkat Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1459 1436 782 1099 258 92 1144 1589 1849 1785 1118 1305 336 785 1090 847 1075
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Pola Sebaran Mataair di Kecamatan Dukun Penentuan
nilai
tetangga
terdekat
dalam
penelitian
ini
menggunakan perangkat statistik spasial pada ArcGis 10.3. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai tetangga terdekat adalah Average Nearest Neighbour. Metode ini menentukan nilai tetangga terdekat berdasarkan jarak antar titik dalam satu layer dan luas area kajian. Nilai tetangga terdekat diperoleh dari perbandingan nilai rerata observasi dengan nilai rerata ekspektasi, sedangkan yang menjadi indikator dalam penentuan jenis pola adalah nilai z-score (Erna Kurniati dkk, 2016). Terdapat tiga jenis pola persebaran, yakni mengelompok, seragam, dan acak. Pola persebaran mengelompok (clustered) ditunjukkan dengan nilai z-score yang negatif (-). Pola persebaran seragam (dispered) ditunjukkan dengan nilai z-score yang semakin besar dan positif (+).Pola persebaran acak (random) ditunjukkan dengan nilai z-score 0 atau mendekati 0. Pola sebaran mataair di Kecamatan Dukun menurut analisis tetangga terdekat termasuk ke dalam pola mengelompok. Hal tersebut didasarkan pada nilai “p” dalam significant level 0,01 dan nilai z-score kurang dari -2,58. Berikut adalah grafik hasil analisis tetangga terdekat menggunakan aplikasi ArcGis 10.3.
96
Gambar 9. Hasil Analisis Tetangga Terdekat Menggunakan ArcGIS
97
Gambar 10. Peta Persebaran Mataair di Kecamatan Dukun
98
Sebaran
mataair
berdasarkan
ketinggian
tempat
memperlihatkan bahwa sebagian besar mataair terletak pada ketinggian 500 – 1000 mdpl. Pada ketinggian 400 – 500 mdpl terdapat mataair yang digunakan oleh Desa Banyubiru, Desa Ngadipuro, dan Desa Ketunggeng. Pada ketinggian 500 – 1000 mdpl terdapat mataair yang digunakan oleh Desa Banyudono, Desa Dukun, Desa Wates, Desa Kalibening, Desa Sumber, Desa Mangunsoko, Desa Desukan, Desa Sengi, Desa Keningar, Desa Ngargomulyo, dan sebagian Desa Paten yang terletak di Sungai Trinsing. Pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl terdapat mataair yang digunakan oleh Desa Krinjing, dan sebagian Desa Paten yang terletak di Sungai Kepil. Sebaran mataair berdasarkan bentuklahan memperlihatkan bahwa persebaran mataair paling banyak terletak pada bentuklahan dataran fluvial gunungapi dengan mataair sejumlah 12 mataair. Pada bentuklahan dataran kaki gunungapi jumlah mataair mencapai 18 mataair. Pada bentuklahan kaki gunungapi jumlah mataair sebanyak 11 mataair.
99
Gambar 11. Peta Persebaran Mataair Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kecamatan Dukun
100
Gambar 11. Peta Persebaran Mataair Berdasarkan Bentuklahan di Kecamatan Dukun
101
2.
Potensi dan Pemanfaatan Mataair untuk Kebutuhan Air Rumah Tangga di Kecamatan Dukun Dalam penelitian ini terdapat 41 sampel mataair, sedangkan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga adalah 33 mataair. Mataair untuk kebutuhan air rumah tangga dengan debit tertinggi terdapat pada Dusun Dukuhan, Desa Sumber dengan debit 3,819 liter per detik. Mataair untuk kebutuhan air rumah tangga dengan debit paling kecil terdapat pada Dusun Grawah, Desa Ngadipuro dengan debit 0,16 liter per detik. Rata-rata besar debit mataair dari 33 mataair yang diteliti di Kecamatan Dukun untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga adalah 1,6264 liter per detik. Berikut tabel daftar mataair yang digunakan penduduk Kecamatan Dukun untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Pola pemanfaatan air untuk kebutuhan rumah tangga di Kecamatan Dukun berbeda-beda antara satu desa dengan desa yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya kuantitas mataair dan jenis kegiatan yang berbeda-beda sehingga memerlukan jumlah air yang berbeda pula. Jenis kegiatan rumah tangga yang termasuk dalam penelitian ini adalah masak dan minum, cuci pakaian, mandi dan WC, cuci alat dapur, wudhu, ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan.
102
Tabel 16. Potensi Mataair Untuk Kebutuhan Air Rumah Tangga di Kecamatan Dukun No. 1.
Nama Mataair
2.
Untuk Dusun Kwilet I-II dan Dusun Keron Desa Ketunggeng Untuk Dusun Grawah Desa Ngadipuro
3.
Untuk Dusun Japunan Desa Dukun
4.
Untuk Dusun Rejosari Desa Dukun
5.
Untuk Dusun Joho Desa Dukun
6.
Untuk Dusun Ngentak Desa Sumber
7.
Untuk Dusun Dukuhan Desa Sumber
8.
Untuk Dusun Sumber Desa Sumber
9.
13.
Untuk Dusun Kalibening Wetan Desa Kalibening Untuk Dusun Kalibening Kulon Desa Kalibening Untuk Dusun Selosari (Mataair Petung) Desa Wates Untuk Dusun Yuwono Desa Wates
14.
Untuk Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru
15.
Untuk Dusun Talun Kidul, Sorobandan, Macanan, Karang, dan Sentran Desa Banyudono
10. 12.
Ketinggian (mdpal) 410,87 495 598,12 598,93 596,8 704,09 654,1 655,02 687,5 690 522,12 531,88 552,5 552,5
423584 mU 9163104mT 425074 mU 9164625 mT 427471 mU 9165379 mT 427997 mU9166299 mT 426685 mU9164595 mT 429721 mU9165992 mT 429249 mU9165215 mT 428867 mU9166272 mT 429564 mU9164479 mT 429624 mU9164850 mT 426603 mU9164132 mT 426603 mU9164052 mT 426170 mU9166195 mT
Tipe Mataair Artesis Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial Artesis Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial
423954 mU9164793 mT
Kontak Perennial
Koordinat
103
Debit (Liter/detik)
Kelas Debit
1,33
5
0,16
6
1,05
5
0,68
6
1,13
5
0,86
6
3,819
5
2,12
5
0,14
6
2,34
5
1,94
5
2,35
5
2,31
5
2,12
5
No. 16.
Nama Mataair
17.
Untuk Dusun Mangunsoko Desa Mangonsoko Untuk Dusun Soka Desa Sewukan
18.
Untuk Dusun Gowa Desa Sewukan
19.
Untuk Dusun Ngampel Desa Sengi
20.
Untuk Dusun Candi Dhuwur Desa Sengi
21.
Untuk Dusun Paten Desa Paten
Ketinggian (mdpal) 640,99 682 687,5 755,9 765 1062,5 1040 992 1102
22.
Untuk Dusun Bandung Desa Paten
985,5 966 922 1035 985
Koordinat 428191 mU 9166938 mT 428787 mU 9167465 mT 429047 mU 9167666 mT 429827 mU 9168461 mT 429682 mU 9168455 mT 432095 mU 9168883 mT 432472 mU 9168869 mT 431194 mU 9168770 mT 433927 mU 9168234 mT 432354 mU 9168099 mT 431742 mU 9168901 mT 431965mU 9168996 mT 433414 mU 9168244 mT 433042 mU 9168099 mT
104
Tipe Mataair Artesis Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial Artesis Perennial
Debit (Liter/detik)
Kelas Debit
2,34
5
0,417
6
2,71
5
2,09
5
1,82
5
0,8 1,1 Kontak Perennial
0,87 0,7
Kontak Perennial
6 5 6 6
1,1
5
0,93
6
1,04
6
0,68
6
0,43
6
No.
Nama Mataair
25.
Untuk Dusun Krajan Desa Krinjing
26.
Untuk Dusun Semen Desa Krijing
29.
Untuk Dusun Banaran Desa Keningar
30.
Untuk Dusun Tanen Desa Ngargomulyo
31
Untuk Dusun Banaran Desa Ngargomulyo
Ketinggian (mdpal) 940 975 945 934 929
Koordinat 433240 mU 9167017 mT 433651 mU 9167027 mT 433379 mU 9167006 mT 433153 mU 91664871 mT 433111 mU 9164870 mT
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
105
Tipe Mataair Kontak Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial Kontak Perennial Kontak Perennial
Debit (Liter/detik)
Kelas Debit
2,2
5
2,3
5
2,43
5
3,08
5
3,09
5
a.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ketunggeng Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Ketunggeng dilakukan di tiga wilayah dusun, yakni Dusun Kwilet I, Dusun Kwilet II, dan Dusun Keron. Ketiga dusun tersebut menggunakan satu mataair yang sama. Mataair ini terletak di areal persawahan dengan titik koordinat 423584 mU dan 9163104 mT serta berada pada ketinggian 410,87 mdpl. Mataair yang digunakan oleh Dusun Kwilet I, Dusun Kwilet II, dan Dusun Keron ini memiliki debit sebesar 1,33 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Berikut tabel pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Desa Ketunggeng. Tabel 16. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ketunggeng Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 33,28571 2 Cuci pakaian 78 3 Mandi dan WC 136,5714 4 Cuci alat dapur 17,28571 5 Wudhu 51,52 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 294,4286 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Tabel 16 memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah sebesar 294,4286
liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 136,5714 liter/rumah tangga/hari.
106
Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki presentase paling sedikit adalah masak dan minum yakni sebesar 33,28571 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair utnuk ternak/kolam dan taman di daerah penelitian ini tidak ditemukan dikarenakan di Desa Ketunggeng ini jarang ada penduduk yang memanfaatkan mataair untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Desa Ketunggeng kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat Desa Ketunggeng. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air sebesar 38.360,564 liter/hari di Desa Ketunggeng. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruh rumah tangga di Desa Ketunggeng sebesar 76.551,436liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 114.912 liter/hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat. Tabel 17. Imbangan Pemanfaatan Mataair di Desa Ketunggeng Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) Jumlah Rumah Tangga(KK) Pemanfaatan Air (liter/hari) DebitMataair (liter/detik) DebitMataair (liter/hari) Imbangan Air (liter/hari) Surplus Sumber: Analisis Data Primer, 2016 b.
Air Rumah Tangga dengan 294,4286 260 76.551,436 1,33 114.91 38.360,56 50,111%
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ngadipuro Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Ngadipuro dilakukan di wilayah DusunGrawah. Dusun tersebut menggunakan satu mataair untuk memenuhi
107
kebutuhan rumah tangga warga masyarakatnya. Mataair ini terletak di pinggir sungai dengan titik koordinat 425074 mU dan 9164625 mTserta berada pada ketinggian 495 mdpl. Mataair yang digunakan oleh Dusun Grawah ini memiliki debit sebesar 0,16 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Berikut tabel pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Grawah Desa Ngadipuro. Tabel 18. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Grawah Desa Ngadipuro Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 40,1667 2 Cuci pakaian 3 Mandi dan WC 53,5 4 Cuci alat dapur 33 5 Wudhu 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 92,3333 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Pemanfataan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di sebagian besar masyarakat di Desa Ngadipuro, terutama di Dusun Grawah masih sangat minim. Hal ini dikarenakan sumber air utama sehari-hari di Desa Ngadipuro adalah sumur. Seperti halnya di Dusun Grawah, masyarakat hanya menggunakan mataair untuk masak dan minum, mandi dan WC, serta mencuci alat dapur. Tabel 18 memperlihatkan rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-ari adalah sebesar 92,3333 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatkan air dari mataair paling besar adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 53,5 liter/rumah tangga/hari. Nilai ini tergolong cukup kecil
108
dibandingkan dengan penggunaan mataair di desa lainnya. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki presentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni sebesar 33liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk mencucui pakaian, wudhu, ternak/kolam dan taman di daerah penelitian ini tidak ditemukan dikarenakan di Desa Ngadipuro ini sebagian besar penduduk masih memanfaatkan sumur untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Dusun Grawah kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Grawah. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air sebesar 10.130,668 liter/hari di Dusun Grawah. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Grawah sebesar 3.693,332liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 13.824 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat. Tabel 19. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Grawah Desa Ngadipuro Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) 92,3333 Jumlah Rumah Tangga(KK) 40 Pemanfaatan Air (liter/hari) 3.693,332 DebitMataair (liter/detik) 0,16 DebitMataair (liter/hari) 13.824 Imbangan Air (liter/hari) 10.130,67 Surplus 274,3% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 c.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Dukun Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Dukun dilakukan di tiga wilayah dusun, yakni Dusun Japunan, Dusun Rejosari, dan Dusun Joho. Masing-masing dusun
109
tersebut menggunakan mataair yang berbeda sehingga terdapat tiga mataair dalam penelitian di Desa Dukun ini. Mataair yang digunakan Dusun Japunan terletak di pinggir Sungai Geblok dengan titik koordinat 427471 mU dan 9165379mT serta berada pada ketinggian 598,12 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Japunanini memiliki debit sebesar 1,05 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan Dusun Rejosari terletak di pinggir Sungai Keji dengan titik koordinat 427997 mU dan 9166299 mT serta berada pada ketinggian 598,93 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Rejosariini memiliki debit sebesar 0,68 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan Dusun Joho terletak di pinggir Sungai Lamat dengan titik koordinat 426685 mU dan 9164595 mT serta berada pada ketinggian 596,8 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Johoini memiliki debit sebesar 1,13 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 20 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Japunan, Dusun Rejosari, dan Dusun Joho Desa Dukun.
110
Tabel 20. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Dukun Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Dusun Dusun Japunan Rejosari Joho 1 Masak dan minum 27 22 21,25 2 Cuci pakaian 65,5 111,33 38 3 Mandi dan WC 207 76,67 60 4 Cuci alat dapur 28,25 18 20,25 5 Wudhu 62,5 45,83 30,125 6 Ternak/kolam 7 Taman 75 8 Cuci kendaraan Total 393,375 273,83 169,625 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Japunan adalah sebesar 393,375 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 207 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki presentase paling kecil adalah masak dan minum
yakni
sebesar
33,28571
liter/rumah
tangga/hari.
Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam dan cuci kendaraan di daerah penelitian ini tidak ditemukan dikarenakan di Dusun Japunan Desa Dukun ini jarang ada penduduk yang memanfaatkan mataair untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. Selain itu, sebagian besar masyarakatnya lebih memilih mencucikan kendaraan di tempat pencucian motor daripada mencuci sendiri di rumah. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
warga
Dusun
Rejosari
adalah
sebesar
273,83
liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling
banyak
adalah
mencuci
111
pakaian
dengan
rata-rata
penggunaan sebesar 111,33 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki presentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni sebesar 18 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair
untuk
ternak/kolam,
taman,
dan
cuci
kendaraan di daerah penelitian ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Joho adalah sebesar 169,625 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 60 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki presentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni sebesar 20,25 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair utnuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah penelitian ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ketiga dusun di Desa Dukun kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Japunan. Dusun Rejosari, dan Dusun Joho. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di ketiga dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Japunan sebesar 49.809 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Japunan hanya sebesar 40.911 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 90.720 liter per hari.
112
Kelebihan air di Dusun Rejosari sebesar 48.621 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Rejosari sebesar 10.131,71 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 58.752 liter per hari. Kelebihan air di Dusun Joho sebesar
88.472,25 liter/hari. Hal ini dikarenakan
rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Joho hanya sebesar 9159,75 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 97.632 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Desa Dukun. Tabel 21. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Dukun Dusun Dusun Dusun Desa Dukun Japunan Rejosari Joho Pemanfaatan Air 393,375 273,83 169,625 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 104 37 54 Tangga(KK) Pemanfaatan 40.911 10.131,71 9159,75 Air (liter/hari) DebitMataair 1,05 0,68 1,13 (liter/detik) DebitMataair 90.720 58.752 97.632 (liter/hari) Imbangan Air 49.809 48.621 88.472,25 (liter/hari) Surplus 121,75% 479,89% 965,88% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 d.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sumber Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Sumber dilakukan di tiga wilayah dusun, yakni Dusun Ngentak, Dusun Dukuhan, dan Dusun Sumber. Masingmasing dusun tersebut menggunakan mataair yang berbeda sehingga terdapat tiga mataair dalam penelitian di Desa Sumber ini.
113
Mataair yang digunakan Dusun Ngentak muncul pada celah bebatuan yang ada di kebun dengan titik koordinat 429721 mU dan 9165992 mT serta berada pada ketinggian 704,09 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Ngentakini memiliki debit sebesar 0,86 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan Dusun Dukuhan terletak di pinggir Sungai Lamat dengan titik koordinat 429249mU dan 9165215 mT serta berada pada ketinggian 654,1 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Dukuhanini memiliki debit sebesar 3,819 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan Dusun Sumber terletak di pinggir Sungai Dusun Candi dengan titik koordinat 428867 mU dan 9166272 mT serta berada pada ketinggian 655,02 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Sumberini memiliki debit sebesar 2,12 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 22. menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Ngentak, Dusun Dukunan, dan Dusun Sumber Desa Sumber.
114
Tabel 22. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sumber Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Dusun Dusun Ngentak Dukuhan Sumber 1 Masak dan minum 35 31,33333 30 2 Cuci pakaian 62 54,66667 63,33333 3 Mandi dan WC 172,6667 143,3333 113,3333 4 Cuci alat dapur 19,33333 31 33,33333 5 Wudhu 37.5 50 19 6 Ternak/kolam 7 125 7 Taman 8 Cuci kendaraan 28 Total 314 293,6667 252,6667 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Ngentak adalah sebesar 314 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 172,6667 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah ternak yakni rata-rata sebesar 7 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk taman dan cuci kendaraan di daerah Dusun Ngentak ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Dukuhan adalah sebesar 293,6667 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yaknisebesar 143,3333 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci kendaraan yakni sebesar 28 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk taman tidak ditemukan di Dusun Dukuhan karena selama
115
pengambilan data memang tidak ditemukan rumah yang memiliki taman di halamannya. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Sumber adalah sebesar 252,6667 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar
113,3333
liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah wudhu
yakni
rata-rata
Pemanfaatan mataair
sebesar untuk
19
liter/rumah
ternak/kolam,
taman,
tangga/hari. dan
cuci
kendaraan di Dusun Sumber tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ketiga dusun di Desa Dukun kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Ngentak. Dusun Dukuhan, dan Dusun Sumber. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di ketiga dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Ngentak sebesar 42.276 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Ngentak hanya sebesar 32.028 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 74.304 liter per hari. Kelebihan air di Dusun Dukuhan sebesar 309.688 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Dukuhan sebesar 20.263 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 329.961 liter per hari. Kelebihan air
116
di Dusun Sumber sebesar154.616,66 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Sumber hanya sebesar 28.551,337 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 183.168 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di
Dusun
Ngentak,
Dusun
Dukuhan,
Dan
Dusun
Sumber
DesaSumber. Tabel 23. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sumber Dusun Dusun Dusun Desa Sumber Ngentak Dukuhan Sumber Pemanfaatan Air 314 293,6667 252,6667 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 102 69 113 Tangga(KK) Pemanfaatan 32.028 20.263 28.551,337 Air (liter/hari) DebitMataair 0,86 3,819 2,12 (liter/detik) DebitMataair 74.304 329.961 183.168 (liter/hari) Imbangan Air 42.276 309.688 154.616,66 (liter/hari) Surplus 132% 1528.34% 542,54% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 e.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Kalibening Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Kalibening dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Kalibening Wetan dan Dusun Kalibening Kulon. Masingmasing dusun tersebut menggunakan mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Kalibening ini. Mataair yang digunakan Dusun Kalibening Wetan di tebing Sungai Lamat dengan titik koordinat 429564 mU dan 9164479 mT
117
serta berada pada ketinggian 687,5 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Kalibening Wetanini memiliki debit sebesar 0,14 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan Dusun Kalibening Kulonterletak di pinggir Sungai Belik dengan titik koordinat 429624 mU dan 9164850 mT serta berada pada ketinggian 690 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Kalibening Kulon RT 1, 2, dan 3ini memiliki debit sebesar 2,34 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 24 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Kalibening Wetandan Kalibening Kulon Desa Kalibening. Tabel 24. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Kalibening Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Dusun Kalibening Wetan Kalibening Kulon 1 Masak dan minum 35,66667 27,5 2 Cuci pakaian 48,66667 60,5 3 Mandi dan WC 121,3333 129,25 4 Cuci alat dapur 26,33333 29 5 Wudhu 31,66667 28 6 Ternak/kolam 40 30 7 Taman 8 Cuci kendaraan 23 Total 277 300,75 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Kalibening Wetan adalah sebesar 277 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan
118
sebesar
121,3333
liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
pemanfaatan mataair sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni rata-rata sebesar 26,3333 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk taman dan cuci kendaraan di daerah Dusun Kalibening Wetan ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Kalibening Kulon adalah sebesar 300,75 liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
sehari-hari
yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 129,25 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci kendaraan yakni sebesar 23 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk taman tidak ditemukan di Dusun Kalibening Kulon karena selama pengambilan data memang tidak ditemukan rumah yang memiliki taman di halamannya. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Kalibening kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Kalibening Wetan dan Dusun Kalibening Kulon. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Kalibening Wetan sebesar 1.201 liter/hari. Kelebihan air ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kelebihan air di dusun atau desa lainnya dikarenakan debit mataair yang digunakan sebesar 24.192 liter per
119
hari sedangkan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Kalibening Wetan sebesar 22.991 liter/hari. Kelebihan air di Dusun Kalibening Kulon sebesar 163.680 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Kalibening Kulon sebesar 38.496 liter/hari sedangkan besarnya debit mataair sebesar 202.176 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di DesaKalibening. Tabel 25. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Kalibening Dusun Dusun Desa Kalibening Kalibening Wetan Kalibening Kulon Pemanfaatan Air 277 300,75 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 83 128 Tangga(KK) Pemanfaatan 22.991 38.496 Air (liter/hari) DebitMataair 0,28 2,34 (liter/detik) DebitMataair 24.192 202.176 (liter/hari) Imbangan Air 1201 163.680 (liter/hari) Surplus 5,22% 425,19% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 f.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Wates Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Wates dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Selosari dan Dusun Yuwono. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Wates ini. Mataair yang digunakan Dusun Selosari bernama Mataair Petung yang keluar dari celah batuandan terletak pada koordinat 426603 mU dan 9164132 mT
120
serta berada pada ketinggian 522,12 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Selosariini memiliki debit sebesar 1,94 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair
yang
digunakan
oleh
masyarakat
Dusun
Yuwonoterletak di pinggir sungaiDusun Sempon dengan titik koordinat 426603 mU dan 9164052 mT serta berada pada ketinggian531,88 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Yuwono ini memiliki debit sebesar 2,35 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 26 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Yuwono Desa Wates. Tabel 26. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Wates Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan DusunSelosari DusunYuwono 1 Masak dan minum 19 23 2 Cuci pakaian 99 99 3 Mandi dan WC 219 140 4 Cuci alat dapur 22 23 5 Wudhu 20 26 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 369 298 Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Selosari adalah sebesar369 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 219 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair sehari-
121
hari yang memiliki persentase paling kecil adalah masak dan minum yakni rata-rata sebesar 19 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Selosari ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Yuwono adalah sebesar 298 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan sehari-hari yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 140 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapurserta masak dan minum yakni sebesar 23 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Yuwono ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Wates kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Selosari dan Dusun Yuwono. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Selosari sebesar 131.823 liter/hari. Kelebihan air ini cukup besar jika dibandingkan antara debit mataair sebesar 167.616 liter/hari dengan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun Selosari yang hanya sebesar 35.793 liter/hari. Kelebihan air di Dusun Yuwono sebesar 191.120 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah
122
tangga di Dusun Yuwono sebesar 11.920 liter/hari sedangkan debit mataair yang digunakan memiliki kuantitas yang besar yakni 203.040 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Selosari dan Dusun Yuwono Desa Wates. Tabel 27. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Wates Desa Wates DusunSelosari DusunYuwono Pemanfaatan Air 369 298 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 97 40 Tangga(KK) Pemanfaatan 35.793 11.920 Air (liter/hari) DebitMataair 1,94 2,35 (liter/detik) DebitMataair 167.616 203.040 (liter/hari) Imbangan Air 131.823 191.120 (liter/hari) Surplus 368,29% 1603,356% Sumber : Analisis Data Primer, 2016 g.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Banyubiru Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Banyubiru dilakukan di wilayah Dusun Sanggrahan. Dusun tersebut menggunakan satu mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warga masyarakatnya. Mataair ini muncul sebagai rembesan di areal persawahan dan terletak pada koordinat 426170 mU dan 9166195 mT serta berada pada ketinggian 552,5 mdpl. Mataair yang digunakan oleh Dusun Sanggrahan ini memiliki debit sebesar 2,31 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Berikut tabel
123
pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru. Tabel 28. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 32,72727 2 Cuci pakaian 92,54545 3 Mandi dan WC 230,3636 4 Cuci alat dapur 21,90909 5 Wudhu 27,18182 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 404,7273 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Hampir sebagian besar masyarakat Dusun Sanggrahan menggunakan sumber mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangganya sehari-hari. Hanya sedikit masyarakat Dusun Sanggrahan
yang
mengandalkan
sumur
untuk
memenuhi
kebutuhan air rumah tangga sehari-hari. Hal ini dikarenakan sumber mataair tersebut memiliki debit yang cukup besar dan terletak tidak jauh dari permukiman warga. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
adalah
sebesar
404,7273
liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatkan air dari mataair paling besar adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 230,3636 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair rumah tangga yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni sebesar 21,9091 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan mencuci kendaraan di daerah penelitian.
124
Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Dusun Sanggrahan kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Sanggrahan. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air sebesar 163.158,54liter/hari di Dusun Sanggrahan. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air dari seluruhrumah tangga di Dusun
Sanggarahan
sebesar
36.425,457liter/hari
sedangkan
besarnya debit mataair sebesar 199.584liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat. Tabel 29. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Sanggrahan Desa Banyubiru Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) 404,7273 Jumlah Rumah Tangga(KK) 90 Pemanfaatan Air (liter/hari) 36.425,457 DebitMataair (liter/detik) 2,31 DebitMataair (liter/hari) 199.584 Imbangan Air (liter/hari) 163.158,54 Surplus 447,92% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 h.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Banyudono Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Banyudono dilakukan di lima wilayah dusun, yakni Dusun
Sentran,
Dusun
Macanan,
Dusun
Karang,
Dusun
Sorobandan, dan Dusun Talun Kidul. Kelima dusun tersebut menggunakan satu mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warga masyarakatnya. Mataair ini muncul di pinggir lereng sungai dan terletak pada koordinat 423954 mU dan 9164793 mT serta berada pada ketinggian 552,5mdpl. Mataair yang digunakan
125
oleh Dusun Sentran, Dusun Macanan, Dusun Karang, Dusun Sorobandan, Dan Dusun Talun Kidul ini memiliki debit sebesar 2,12liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Berikut tabel pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Desa Banyudono. Tabel 30. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Banyudono Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 52,18182 2 Cuci pakaian 87,27273 3 Mandi dan WC 218,9091 4 Cuci alat dapur 28,45455 5 Wudhu 21,45455 6 Ternak/kolam 53,33333 7 Taman 8 Cuci kendaraan 19 Total 490,7273 Sumber : Analisis Data Primer, 2016 Tidak semua warga Dusun Sentran, Dusun Macanan, Dusun Karang, Dusun Sorobandan, dan Dusun Talun Kidul menggunakan sumber mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangganya sehari-hari. Hanya masyarakat yang terdaftar dalam program Pamsimas saja yang menggunakan mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangganya sehari-hari. Rata-rata penggunaan mataair dari kelima dusun tersebut adalah sebesar 490,7273
liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
yang
memanfaatkan air dari mataair paling besar adalah mandi dan WC dengan
rata-rata
penggunaan
sebesar
218,9091
liter/rumah
tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair rumah tangga yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci kendaraan
126
bermotor yakni sebesar 19 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk tamantidak ditemukan di daerah penelitian ini. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Desa Banyudono ini kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun
Sentran,
Sorobandan,
dan
Dusun
Macanan,
Dusun
Talun
Dusun Kidul.
Karang,
Hasil
Dusun
perhitungan
menunjukkan terjadi surplus air sebesar 94.837,09 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air setap rumah tangga di kelima
dusun
tersebut
hanya
sebesar
88.330,914
liter/hari
sedangkan besarnya debit mataair sebesar 183.168 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat. Tabel 31. Imbangan Pemanfaatan Mataair di Desa Banyudono Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) Jumlah Rumah Tangga(KK) Pemanfaatan Air (liter/hari) DebitMataair (liter/detik) DebitMataair (liter/hari) Imbangan Air (liter/hari) Surplus Sumber: Analisis Data Primer, 2016 i.
Air Rumah Tangga dengan 490,7273 180 88.330,914 2,12 183.168 94.837,09 0,1074%
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Mangunsoko Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Mangunsoko dilakukan dusun Mangunsoko. Dusun Mangunsoko
menggunakan
satu
mataair
untuk
memenuhi
kebutuhan rumah tangga warganya. Mataair ini muncul di areal persawahan
dan terletak
127
pada koordinat 428191
mU dan
9166938mT serta berada pada ketinggian 640,99mdpl. Mataair yang digunakan oleh DusunMangunsoko ini memiliki debit sebesar 2,34liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Berikut tabel pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Mangunsoko. Tabel 32. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Mangunsoko Desa Mangunsoko Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 19,5 2 Cuci pakaian 74 3 Mandi dan WC 189,25 4 Cuci alat dapur 19,5 5 Wudhu 19,33333 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 316,75 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Tabel 32 memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Mangunsoko adalah sebesar 316,75 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan sehari-hari yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 189,25 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat
dapur
yakni
sebesar
Pemanfaatan mataair
untuk
19,3333
liter/rumah
ternak/kolam,
taman,
tangga/hari. dan
cuci
kendaraan di daerah Dusun Mangunsoko ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Dusun Mangunsoko kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat.
128
Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Mangunsoko sebesar 162.265,5 liter/hari. Kelebihan air ini cukup besar jika dibandingkan antara debit mataair sebesar 202.176 liter/hari sedangkan rata-rata pemanfaatan air dari seluruh rumah tangga di Dusun Mangunsoko yang hanya sebesar 39.910,5 liter/hari. Tabel 33. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Mangunsoko Desa Mangunsoko Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) 316,75 Jumlah Rumah Tangga(KK) 126 Pemanfaatan Air (liter/hari) 39.910,5 DebitMataair (liter/detik) 2,34 DebitMataair (liter/hari) 202.176 Imbangan Air (liter/hari) 162.265,5 Surplus 406,57% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 j.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sewukan Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Sewukan dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Soka dan Dusun Gowa. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Sewukan ini. Mataair yang digunakan Dusun Soka berasal dari sungai yang membatasi wilayah Dusun Soka dan Dusun Gowa. Mataair tersebut terletak pada koordinat 428787 mU dan 9167465 mT serta berada pada ketinggian 682 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Sokaini memiliki debit sebesar 0,41 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial).
129
Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Gowa terletak di lembah Sungai Trinsing dengan titik koordinat 429047 mU dan 9167666 mT serta berada pada ketinggian 687,5 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Gowa ini memiliki debit sebesar 2,71 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 34 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Soka dan DusunGowa Desa Sewukan. Tabel 34. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sewukan Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Soka Dusun Gowa 1 Masak dan minum 20 44,66667 2 Cuci pakaian 130,6667 146,6667 3 Mandi dan WC 186 305,3333 4 Cuci alat dapur 20 19 5 Wudhu 28,66667 31,33333 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 385,3333 547 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Soka adalah sebesar 385,3333 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 130,6667 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah masak dan minum serta mencuci alat dapur yang masing-masing memiliki rata-rata nilai yang sama yakni sebesar 20 liter/rumah
130
tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Soka ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Gowa adalah sebesar 547 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan sehari-hari yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 305,3333 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni rata-rata sebesar 19 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Gowa ini tidak ditemukan.. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Sewukan kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Soka dan Dusun Gowa. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Soka sebesar 2936 liter/hari. Kelebihan air ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kelebihan air di desa atau dusun lainnya. Debit mataair di Dusun Soka sebesar 69.984 liter/hari dengan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Soka yang sebesar 67.047,9942 liter/hari. Kelebihan air juga terjadi di Dusun Gowa, yakni sebesar 121.462 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air rata-rata seluruh rumah tangga di Dusun Gowa sebesar 112.682
131
liter/hari sedangkan debit mataair yang digunakan memiliki kuantitas yang besar yakni 234.144 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Soka dan Dusun Gowa. Tabel 35. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sewukan Desa Sewukan Dusun Soka Dusun Gowa Pemanfaatan Air 385,3333 547 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 174 206 Tangga(KK) Pemanfaatan 67.047,9942 112.682 Air (liter/hari) DebitMataair 0,41 2,71 (liter/detik) DebitMataair 69.984 234.144 (liter/hari) Imbangan Air 2936 121.462 (liter/hari) Surplus 4,38% 107,79% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 k.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sengi Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Sengi dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Ngampel dan Dusun Candi Dhuwur. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Sengiini. Mataair yang digunakan Dusun Ngampel terletak di areal persawahan di dekat batas Dusun Ngampel. Mataair tersebut terletak pada koordinat 429827 mU dan 9168461 mT serta berada pada ketinggian 755,9 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Ngampelini memiliki debit sebesar 2,09 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang tahun (perennial).
132
Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Candi Dhuwurjuga terletak di areal persawahan dengan titik koordinat 429682 mU dan 9168455 mT serta berada pada ketinggian765 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Candi Dhuwur ini memiliki debit sebesar 1,82 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial).
Tabel
36
menunjukkan
pemanfaatan
mataair
berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Ngampel dan Dusun Candi DhuwurDesa Sengi. Tabel 36. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Sengi Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Dusun Ngampel Candi Dhuwur 1 Masak dan minum 36,2 38,6 2 Cuci pakaian 96,4 95,6 3 Mandi dan WC 258,2 173,8 4 Cuci alat dapur 25,4 18,6 5 Wudhu 38 20,4 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 454,2 547 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Ngampel adalah sebesar 454,2 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 258.2 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur memiliki rata-rata nilai yang sama yakni sebesar 25,4 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam,
133
taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Ngampel ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Candi Dhuwur adalah sebesar 357,8 liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
sehari-hari
yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 173.8 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur
yakni
rata-rata
Pemanfaatan mataair
sebesar18.6 untuk
liter/rumah
ternak/kolam,
tangga/hari.
taman,
dan
cuci
kendaraan di daerah Dusun Candi Dhuwur ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Sengi kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Ngampel dan Dusun Candi Dhuwur. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Ngampel sebesar 65.663,4 liter/hari. Kelebihan air ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kelebihan air di desa atau dusun lainnya. Debit mataair di Dusun
Ngampel
sebesar
180.576liter/hari
dengan
rata-rata
pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Ngampel yang sebesar 114.912,6 liter/hari. Kelebihan air juga terjadi di Dusun Candi Dhuwur, yakni sebesar
107.513,8
liter/hari.
Hal
ini
dikarenakan
rata-rata
pemanfaatan air rata-rata seluruh rumah tangga di Dusun Candi
134
Dhuwur sebesar 49.734,2 liter/hari sedangkan debit mataair yang digunakan memiliki kuantitas yang besar yakni 157.248 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Ngampel dan Dusun Candi Dhuwur Desa Sengi. Tabel 37. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Sengi Desa Sengi Dusun Ngampel Dusun Candi Dhuwur Pemanfaatan Air 454,2 357,8 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 253 139 Tangga(KK) Pemanfaatan 114.912,6 49.734,2 Air (liter/hari) DebitMataair 2,09 1,82 (liter/detik) DebitMataair 180.576 157.248 (liter/hari) Imbangan Air 65.663,4 107.513,8 (liter/hari) Surplus 57,14% 216,18% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 l.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Paten Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Paten dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Paten dan Dusun Bandung. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Paten ini. Ada empat mataair yang digunakan Dusun Patenuntuk memenuhi kebutuhan rumah tangga penduduknya. Tiga mataair terdapat di dinding lembah Sungai Trinsing dan satu mataair terdapat di Sungai Kepil. Untuk Dusun Bandung, terdapat lima mataair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga penduduknya. Tiga mataair terdapat di
135
dinding lembah Sungai Trinsing dan dua mataair terdapat di Sungai Kepil. Mataair pertama untuk Dusun Paten di Sungai Trinsing memiliki debit 1,8 liter/detik terletak pada koordinat 433948 mU dan 9168844 mT dan berada pada ketinggian 1062,5 mdpl. Mataair kedua untuk Dusun Patendi Sungai Trinsing memiliki debit 2,1 liter/detik terletak pada koordinat 433744 mU dan 9168826 mT dan berada pada ketinggian 1040 mdpl.Mataair ketiga untuk Dusun Paten di Sungai Trinsing memiliki debit 1,87 liter/detik terletak pada koordinat 433197 mU dan 9168895 mT dan berada pada ketinggian 992 mdpl. Ketiga mataair Sungai Trinsing ini merupakan mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair di Sungai Kepil yang digunakan Dusun Paten memiliki debit 0,7 liter/detik terletak pada koordinat 433927 mU dan 9168234 mT dan berada pada ketinggian 1102 mdpl. Mataair Sungai Kepil ini merupakan mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair pertama untuk Dusun Bandung di Sungai Trinsing memiliki debit 2,1 liter/detik terletak pada koordinat 433104 mU dan 9168879 mT dan berada pada ketinggian 985,5 mdpl. Mataair kedua untuk Dusun Bandung di Sungai Trinsing memiliki debit 1,93 liter/detik terletak pada koordinat 432879 mU dan 9168853 mT dan berada pada ketinggian 966 mdpl. Mataair ketiga untuk Dusun Bandung di Sungai Trinsing memiliki debit 2,04 liter/detik terletak pada koordinat 432396 mU dan 9168624 mT dan berada pada
136
ketinggian 922 mdpl. Ketiga mataair Sungai Trinsing ini merupakan mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair pertama di Sungai Kepil yang digunakan Dusun Bandung memiliki debit 0,86 liter/detik terletak pada koordinat 433414 mU dan 9168244 mT dan berada pada ketinggian 1035 mdpl. Mataair kedua di Sungai Kepil yang digunakan Dusun Bandung memiliki debit 1,43 liter/detik terletak pada koordinat 433042 mU dan 9168099 mT dan berada pada ketinggian 985 mdpl. Mataair Sungai Kepil ini merupakan mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 38 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Bandung Desa Paten. Tabel 38. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Paten Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Paten Dusun Bandung 1 Masak dan minum 41 32 2 Cuci pakaian 78,5 84 3 Mandi dan WC 142 123,75 4 Cuci alat dapur 22,75 22,5 5 Wudhu 34,5 29,33333 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 318,75 284,25 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Paten adalah sebesar 318,75liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 142 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair seharihari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat
137
dapur memiliki rata-rata penggunaan air sebesar 22,75 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Paten ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
warga
liter/rumah
Dusun
tangga/hari.
Bandung Jenis
adalah
kegiatan
sebesar
284,25
sehari-hari
yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 123,75liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur
yakni
rata-rata sebesar
Pemanfaatan mataair
untuk
22,5
liter/rumah
ternak/kolam,
tangga/hari.
taman,
dan
cuci
kendaraan di daerah Dusun Bandung ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Paten kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Paten dan Dusun Bandung. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Paten sebesar 208.008 liter/hari. Kelebihan air ini cukup besar jika dibandingkan dengan debit keseluruhan dari empat mataair yang digunakan Dusun Paten yakni sebesar 299.808 liter/hari sedangkan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Patenhanya sebesar 91.800 liter/hari. Kelebihan air juga terjadi di Dusun Bandung, yakni sebesar 224.655,75 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air
138
seluruh rumah tangga di Dusun Bandung sebesar 132.176,25 liter/hari sedangkan debit mataair yang digunakan dari kelima sumber mataair memiliki kuantitas yang besar yakni 356.832 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Paten dan Dusun Bandung Desa Paten. Tabel 39. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Desa Paten Desa Paten Dusun Paten Dusun Bandung Pemanfaatan Air 318,75 284,25 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 288 465 Tangga(KK) Pemanfaatan 91.800 132.176,25 Air (liter/hari) DebitMataair 3,47 4,13 (liter/detik) DebitMataair 299.808 356.832 (liter/hari) Imbangan Air 208.008 224.655,75 (liter/hari) Surplus 226,588% 169,97% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 m. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Krinjing Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Krinjing dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Krajandan Dusun Semen. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Krinjingini. Mataair yang digunakan Dusun Krajan terletak di dinding lembah Sungai Senowo yakni pada koordinat 433240 mU dan 9167017 mT serta berada pada
ketinggian
940
mdpl.
Mataair
yang
digunakan
oleh
masyarakat Dusun Krajanini memiliki debit sebesar 2,2 liter/detik
139
serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Semen juga terletak di dinding lembah Sungai Senowodengan titik koordinat 433651 mU dan 9167027 mT serta berada pada ketinggian975 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Semen ini memiliki debit sebesar 2,03 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 40. menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Krajan dan Dusun Semen Desa Krinjing. Tabel 40. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Krinjing Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Krajan Dusun Semen 1 Masak dan minum 26,66667 23 2 Cuci pakaian 78,66667 112 3 Mandi dan WC 131 158,5 4 Cuci alat dapur 20,66667 23 5 Wudhu 26,66667 21,5 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 283,6667 338 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
warga
283,6667liter/rumah
Dusun tangga/hari.
Krajan Jenis
adalah kegiatan
sebesar yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar 131liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair sehari-hari yang memiliki persentase
140
paling kecil adalah mencuci alat dapur memiliki rata-rata nilai yang sama yakni sebesar 20.66667 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Krajan ini tidak ditemukan. Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Semen adalah sebesar 338 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan sehari-hari yang memanfaatkan air paling
banyak
adalah
mandi
dan
WC
yakni
sebesar
158,5liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah wudhu yakni rata-rata sebesar 21,5 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Semen ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Krinjing kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Krajan dan Dusun Semen. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Krajan sebesar 165.684,66 liter/hari. Kelebihan air ini tergolong cukup besar jika dibandingkan antaradebit mataair yang digunakan Dusun Krajanyakni sebesar 190.080 liter/hari dengan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Krajan yang sebesar 24.396,3362 liter/hari. Kelebihan air juga terjadi di Dusun Semen, yakni sebesar 150.042 liter/hari. Hal ini dikarenakan rata-rata pemanfaatan air
141
seluruh rumah tangga di Dusun Semen sebesar 25.350 liter/hari sedangkan debit mataair yang digunakan memiliki kuantitas yang besar yakni 175.392 liter per hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Krajan dan Dusun Semen Desa Krinjing. Tabel 41. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Krinjing Desa Krinjing Dusun Krajan Dusun Semen Pemanfaatan Air 283,6667 338 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 86 75 Tangga(KK) Pemanfaatan 24.396,336 25.350 Air (liter/hari) DebitMataair 2,2 2,03 (liter/detik) DebitMataair 190.080 175.392 (liter/hari) Imbangan Air 165.684,66 150.042 (liter/hari) Surplus 679.14% 591,88% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 n.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Keningar Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Keningar dilakukan di Dusun Banaran RT 1, 2, 3 dan 4. Dusun Banaran RT 1, 2, 3 dan 4 menggunakan satu mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warganya. Mataair ini muncul sebagai rembesan di dasar lembah Sungai Senowo dan terletak pada koordinat 433379 mU dan 9167006 mT serta berada pada
ketinggian
945
mdpl.
Mataair
yang
digunakan
oleh
DusunBanaran ini memiliki debit sebesar 2,43 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe artesis dan mengalir sepanjang
142
tahun (perennial). Berikut tabel pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Banaran Desa Keningar. Tabel 42. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Dusun Banaran Desa Keningar Rata-rata Jumlah Air No. Jenis Kegiatan (liter/rumah tangga/hari) 1 Masak dan minum 28 2 Cuci pakaian 92 3 Mandi dan WC 190 4 Cuci alat dapur 19 5 Wudhu 28 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 357 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Tabel 42 memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Banaran adalah sebesar 357 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan sehari-hari yang memanfaatkan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar 190 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan pemanfaatan mataair untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur yakni sebesar 19 liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Banaran ini tidak ditemukan. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga Dusun Banaran kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Banaran sebesar 158.544 liter/hari. Kelebihan air ini cukup besar jika dibandingkan antara debit mataair
143
sebesar 209.952 liter/hari sedangkan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Banaran yang hanya sebesar 51.408 liter/hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Banaran, Desa Keningar. Tabel 43. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Dusun Banaran Desa Keningar Pemanfaatan Air(liter/KK/hari) 357 Jumlah Rumah Tangga(KK) 144 Pemanfaatan Air (liter/hari) 51.408 DebitMataair (liter/detik) 2,43 DebitMataair (liter/hari) 209.952 Imbangan Air (liter/hari) 158.544 Surplus 308,4% Sumber: Analisis Data Primer, 2016 o.
Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ngargomulyo Penelitian pemanfaatan mataair untuk kebutuhan air rumah tangga di Desa Ngargomulyo dilakukan di dua wilayah dusun, yakni Dusun Tanendan Dusun Sabrang. Masing-masing dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda sehingga terdapat dua mataair dalam penelitian di Desa Ngargomulyoini. Mataair yang digunakan Dusun Tanen terletak di pinggir Sungai Blongkeng Kecil yakni pada koordinat 433153 mU dan 9164871 mT serta berada pada
ketinggian
934
mdpl.
Mataair
yang
digunakan
oleh
masyarakat Dusun Tanenini memiliki debit sebesar 3,08 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Sabrang juga terletak di pinggir Sungai Blongkeng Kecil dengan titik
144
koordinat 433111 mU dan 9164870 mT serta berada pada ketinggian929 mdpl. Mataair yang digunakan oleh masyarakat Dusun Sabrang ini memiliki debit sebesar 3,09 liter/detik serta termasuk dalam mataair bertipe kontak dan mengalir sepanjang tahun (perennial). Tabel 44 menunjukkan pemanfaatan mataair berdasarkan jenis kegiatan di Dusun Tanen dan Dusun Sabrang Desa Ngargomulyo. Tabel 44. Pemanfaatan Mataair Berdasarkan Jenis Kegiatan di Desa Ngargomulyo Rata-rata Jumlah Air (liter/rumah tangga/hari) No. Jenis Kegiatan Dusun Tanen Dusun Sabrang 1 Masak dan minum 25,33333 18,33333 2 Cuci pakaian 90,66667 94 3 Mandi dan WC 212,6667 218,6667 4 Cuci alat dapur 19,33333 19 5 Wudhu 29,33333 26,33333 6 Ternak/kolam 7 Taman 8 Cuci kendaraan Total 377,33333 376,3333 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Tanen adalah sebesar 377,33333 liter/rumah tangga/hari. Jenis kegiatan yang memanfaatkan air paling banyak adalah mandi dan WC dengan rata-rata penggunaan sebesar212,6667liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
pemanfaatan mataair sehari-hari yang memiliki persentase paling kecil adalah mencuci alat dapur memiliki rata-rata nilai yang sama yakni sebesar 19,3333liter/rumah tangga/hari. Pemanfaatan mataair untuk ternak/kolam, taman, dan cuci kendaraan di daerah Dusun Tanen ini tidak ditemukan.
145
Rata-rata penggunaan mataair untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Dusun Sabrang adalah sebesar 376,3333 liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
sehari-hari
yang
memanfaatakan air paling banyak adalah mandi dan WC yakni sebesar
218,6667liter/rumah
tangga/hari.
Jenis
kegiatan
pemanfaatan mataair yang memiliki persentase paling kecil adalah wudhu
yakni
rata-rata
Pemanfaatan mataair
sebesar untuk
19
liter/rumah
ternak/kolam,
tangga/hari.
taman,
dan
cuci
kendaraan di daerah Dusun Sabrang ini tidak ditemukan.. Data pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kedua dusun di Desa Ngargomulyo kemudian dievaluasi dengan ketersediaan (kuantitas) mataair yang digunakan oleh masyarakat di masing-masing Dusun Tanen dan Dusun Sabrang. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi surplus air di kedua dusun tersebut. Kelebihan air di Dusun Tanen sebesar 211.398,67 liter/hari. Kelebihan air ini tergolong cukup besar jika dibandingkan antara debit mataair yang digunakan Dusun Tanen yakni sebesar 266.112 liter/hari dengan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Tanen yang sebesar 54.713,3285 liter/hari. Kelebihan air juga terjadi di Dusun Sabrang, yakni sebesar 219.181,67 liter/hari. Kelebihan air ini lebih besar jika dibandingkan dengan kelebihan air di Dusun Tanen. Debit mataair yang digunakan Dusun Sabrang yakni sebesar 266.976 liter/hari dengan rata-rata pemanfaatan air seluruh rumah tangga di Dusun Sabrang
146
yang sebesar 47.794,3291 liter/hari. Berikut tabel imbangan air mataair dengan pemanfataan air rumah tangga oleh masyarakat di Dusun Tanen dan Dusun Sabrang DesaNgargomulyo. Tabel 45. Imbangan Pemanfaatan Air Rumah Tangga dengan Mataair di Desa Ngargomulyo Desa Ngargomulyo Dusun Tanen Dusun Sabrang Pemanfaatan Air 377,3333 376,3333 (liter/KK/hari) Jumlah Rumah 145 127 Tangga(KK) Pemanfaatan 54.713,3285 47.794,3291 Air (liter/hari) DebitMataair 3,08 3,09 (liter/detik) DebitMataair 266.112 266.976 (liter/hari) Imbangan Air 211.398,67 219.181,67 (liter/hari) Surplus 386,37% 458,59% Sumber: Analisis Data Primer, 2016
147
3.
Potensi dan Pemanfataan Mataair untuk Kebutuhan Air Irigasi di Kecamatan Dukun Di
Kecamatan
menggunakan
air
dari
Dukun sumber
hanya
terdapat
mataair
untuk
4
desa
yang
mengairi
lahan
pertaniannya. Dari 4 desa tersebut, diambil 8 mataair dari yang dikaji potensi dan imbangannya untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Mataair untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan debit terbesar adalah mataair yang terletak di Sungai Trinsing dengan debit 16 liter per detik yang digunakan oleh Desa Paten dalam mencukupi kebutuhan air lahan pertaniannya. Mataair untuk kebutuhan air irigasi dengan debit terkecil yakni 12 liter per detik adalah mataair yang digunakan oleh Desa Kalibening
dan Krinjing
untuk
mencukupi kebutuhan air
lahan
pertaniannya. Rata-rata besar debit 8 mataair yang digunakan untuk kebutuhan air irigasi di Kecamatan Dukun adalah sebesar 13,875 liter per detik.
148
Tabel 46. Potensi Mataair untuk Kebutuhan Air Irigasi di Kecamatan Dukun No.
Nama Mataair
1.
Untuk Irigasi Kalibening 12 hektar
2.
Untuk Irigasi Dusun Paten 68 hektar
Ketinggian (mdpal) 687,5 1032,5 1006,5 1123
3.
Untuk Irigasi Dusun Bandung 66,5 hektar
950 1080
4.
Untuk Irigasi Desa Krinjing
5.
Tuk Songo Untuk Irigasi Ngargomulyo 20,5 hektar
1079 845
Koordinat 429514 mU9164822 mT 430988 mU 9168685 mT 431647 mU 9168750 mT 434081 mU 9168236 mT 432670 mU 9168982 mT 434402 mU 9168224 mT 433763 mU 9168222 mT 431610 mU 9165140 mT
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
149
Tipe Mataair Kontak Perennial
Kontak Perennial
Kontak Perennial Kontak Perennial Artesis Perennial
Debit (Liter/detik)
Kelas Debit
12
4
16
6
16
6
12
6
16
6
12
6
12
4
15
4
a.
Pola Pergiliran Tanaman Di dalam pertanian, pola pergiliran tanaman difungsikan agar petani tetap produktif bercocok tanam meski pasokan air berkurang sehingga penggunaan lahan tetap efisien. Pergiliran tanaman sesungguhnya mempunyai fungsi penting yaitu untuk memutus siklus perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pergiliran tanaman juga berfungsi untuk menekan terjadinya erosi serta mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah dengan mencegah terkurasnya unsur hara
dari
dalam
tanah.
Pola
tanam
di
daerah
penelitian
menggunakan pola tanam padi-padi-palawija. 1)
Padi Tanaman padi merupakan tanaman yang tergolong tanaman tingkat rendah yang membutuhkan air yang cukup banyak untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan air untuk tanaman padi tersebut berlangsung mulai dari awal persiapan lahan hingga sampai masa panen.
2)
Palawija Tanaman palawija merupakan tanaman yang dalam masa pertumbuhannya tidak membutuhkan banyak air seperti tanaman padi. Penanaman palawija dilakukan pada saat musim kemarau tiba atau pada bulan-bulan dengan keadaan air terbatas. Hal ini dikarenakan tanaman palawija dapat bertahan walaupun keadaan air sedikit.
150
b.
Evaporasi (Penguapan) Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air (Benyamin, 1997: 125-126). Syarat utama berlangsungnya proses evaporasi adalah adanya sumber energi dari radiasi matahari. Besarnya laju evaporasi dipengaruhi oleh besarnya masukan energi radiasi matahari yang diterima oleh air. Semakin besar jumlah energi radiasi matahari yang diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan. Evaporasi
di
daerah
penelitian
dihitung
dengan
menggunakan metode dari Khosla. Untuk mencari besarnya nilai evaporasi menggunakan metode Khosla, diperlukan adanya data suhu di daerah penelitian kemudian dikalikan dengan tetapan 4,8. Perhitungan evaporasi dalam penelitian ini menggunakan periode 15-16 hari. Data
suhu
udara
yang
digunakan
sebagai
dasar
perhitungan evaporasi dalam penelitian ini berasal dari Stasiun Srumbung (Ngepos). Hal ini dikarenakan, Stasiun Srumbung (Ngepos) merupakan satu-satunya stasiun yang memiliki data suhu udara dan merupakan stasiun paling dekat dengan daerah penelitian. Selain itu, Stasiun Srumbung (Ngepos) juga berada dalam ketinggian yang relatif sama dengan Kecamatan Dukun sebagai daerah penelitian. Pada penelitian ini besarnya nilai evaporasi dapat dilihat pada Tabel 48 sebagai berikut.
151
Tabel 47. Evaporasi Bulanan (mm/15 harian) Daerah Penelitian Suhu Evaporasi No. Bulan Konstanta Rata-rata (oC) (mm) 1 Januari I 20,59 4,8 98,832 2 Januari II 20,72 4,8 99,456 3 Februari I 20,06 4,8 96,288 4 Februari II 19,93 4,8 95,664 5 Maret I 20,33 4,8 97,584 6 Maret II 20,41 4,8 97,968 7 April I 20,60 4,8 98,88 8 April II 20,32 4,8 97,536 9 Mei I 20,96 4,8 100,608 10 Mei II 20,63 4,8 99,024 11 Juni I 19,92 4,8 95,616 12 Juni II 19,93 4,8 95,664 13 Juli I 20,00 4,8 96 14 Juli II 19,38 4,8 93,024 15 Agustus I 19,18 4,8 92,064 16 Agustus II 19,40 4,8 93,12 17 September I 19,63 4,8 94,224 18 September II 20,01 4,8 96,048 19 Oktober I 19,89 4,8 95,472 20 Oktober II 20,89 4,8 100,272 21 November I 20,07 4,8 96,336 22 November II 20,94 4,8 100,512 23 Desember I 20,01 4,8 96,048 24 Desember II 20,38 4,8 97,824 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016 Evaporasi
di
daerah
penelitian
berkisar
antara
92
mm/periode sampai 100 mm/periode. Evaporasi tertinggi terjadi pada bulan Mei I yaitu sebesar 100,608 mm/hari dalam setengah bulan, sedangkan evaporasi terendah terjadi pada bulan Agustus I dengan evaporasi sebesar 92,064 mm/ hari dalam setengah bulan. c.
Kebutuhan Air Konsumtif (CWR) Langkah pertama untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi adalah dengan mencari besarnya kebutuhan air konsumtif din daerah penelitian. Kebutuhan air konsumtif bagi tanaman atau Crop Water Requirement (CWR) adalah jumlah air yang dalam
152
suatu areal yang digunakan untuk penguapan dari permukaan air atau tanah dan untuk membangun jaringan tubuh tanaman yang sisanya kemudian keluar melalui daun-daun. Kebutuhan air konsumtif bagi tanaman di daerah penelitian dihitung dengan cara mengalikan nilai evaporasi (Eo) dengan koefisien tanaman (Kc). Besarnya nilai Evaporasi (Eo) dapat dilihat pada tabel evaporasi. Besarnya nilai faktor tanaman yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air konsumtif yang disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 48. Faktor Tanaman dalam Setiap Fase Pertumbuhan (Kc) Masa Waktu Faktor Kebutuhan Tanaman Pertumbuhan (bulan) Tanaman Air (mm) Padi a. Garapan untuk bibit dan 1 1 200 pemindahan bibit 1 b. Persemaian /2 1 100 c. Pertumbuhan 11/2 1,1 vegetatif d. Pertumbuhan 1 generatif sampai /2 1,35 berbunga e. Pembuahan 1 /2 0,8 sampai masak 1 Palawija a. Garapan /2 75 b. Pertumbuhan 1 /2 0,5 bibit c. Pertumbuhan 1 0,65 vegetatif 1 d. Pembuahan /2 0,8 1 e. Masak /2 0,4 Sumber : Abdurrachim dalam Yunianto N (2009) dan Suci K (2007) Berdasarkan perhitungan kebutuhan air konsumtif di daerah penelitian, dapat diketahui bahwa nilai kebutuhan air konsutif (CWR) untuk pola tanam padi-padi-palawija di daerah penelitian berkisar antara 28,814 mm per 0,5 bulan hingga 133,682
153
mm per 0,5 bulan. Nilai CWR yang tertinggi terjadi pada bulan Mei II yaitu sebesar 133,682 mm per 0,5 bulan, yakni pada saat tanaman padi memasuki tahap pertumbuhan generatif. Tahap pertumbuhan generatif pada tanaman padi adalah tahap tanaman padi tumbuh dewasa dan mulai berbuah atau sedang menuju masa panen. Hal ini menyebabkan pada tahap pertumbuhan generatif inilah tanaman padi
membutuhkan
lebih
banyak
air
daripada
tahap-tahap
pertumbuhan sebelumnnya. Nilai kebutuhan air terendah terjadi pada bulan September II yaitu pada saat tanaman palawija memasuki masa masak tanaman dengan kebutuhan air sebesar 28,814 mm per 0,5 bulan. Tumbuhan palawija termasuk ke dalam jenis tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, apalagi pada saat fase berbuah atau masak, sehingga nilai CWR terendah terjadi pada bulan September II. Besarnya kebutuhan air konsumtif tanaman dari masing-masing pola
pergiliran
tanaman
selanjutnya
akan digunakan
untuk
menghitung air di areal pertanian Farm Water Requirement (FWR) di masing-masing daerah irigasi.
154
Tabel 49. Kebutuhan Air Untuk Tanaman Pada Daerah Penelitian Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan Oktober I Padi Garapan dan pemindahan bibit II Padi Garapan dan pemindahan bibit November I Padi Persemaian II Padi Pertumbuhan vegetatif Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif II Padi Pertumbuhan vegetatif Januari I Padi Pertumbuhan generatif II Padi Pembungaan sampai masak Februari I Padi Panen II Padi Garapan dan pemindahan bibit Maret I Padi Garapan dan pemindahan bibit II Padi Persemaian April I Padi Pertumbuhan vegetatif II Padi Pertumbuhan vegetatif Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif II Padi Pertumbuhan generatif Juni I Padi Pembungaan sampai masak II Padi Panen Juli I Palawija Garapan II Palawija Pertumbuhan bibit Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif II Palawija Pertumbuhan vegetatif September I Palawija Pembuahan II Palawija Masak Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
155
Eo (mm) 95,472 100,272 96,336 100,512 96,048 97,824 98,832 99,456 96,288 95,664 97,584 97,968 98,88 97,536 100,608 99,024 95,616 95,664 96 93,024 92,064 93,12 94,224 96,048
Kc 1 1 1 1,1 1,1 1,1 1,35 0,8 1 1 1 1,1 1,1 1,1 1,35 0,8 1 0,4 0,55 0,55 0,7 0,3
CWR (mm) 95,472 100,272 96,336 110,563 105,653 107,606 133,423 79,565 95,664 97,584 97,968 108,768 107,29 110,669 133,682 76,493 96 37,21 50,635 51,216 65,957 28,814
d.
Perkolasi Perkolasi adalah besarnya air yang masuk dari lapisan tanah tak jenuh (unsaturated) ke lapisan tanah jenuh (saturated). Besarnya laju perkolasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Sifat-sifat tanah yang berperan penting dalam menentukan besarnya laju perkolasi antara lain adalah tekstur tanah, permeabilitas tanah, tebal tanah bagian atas, letak permukaan air tanah, kedalaman lapisan impermiabel, dan adanya tanaman penutup (Sudarmadji, 2014: 204). Berikut disajikan besarnya nilai perkolasi berdasarkan tekstur tanah. Tabel 50. Nilai Perkolasi Berdasarkan Tekstur Tanah No. Tekstur Tanah Perkolasi (mm/hari) 1 Geluh pasiran 3-7 2 Geluh 2-3 3 Lempung bergeluh 1-2 Sumber : Sudarmadji, 2014 Besarnya nilai perkolasi ditentukan oleh sifat dari jenis tanah, terutama tekstur tanah. Jenis tanah di daerah penelitian adalah regosol dengan tekstur tanah geluh pasiran. Tekstur tanah geluh pasiran tersebut terutama dipengaruhi oleh keadaan daerah penelitian yang terletak di lereng bagian barat Gunung Merapi. Besarnya perkolasi di daerah penelitian berdasarkan tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.
156
Tabel 51. Nilai Perkolasi Daerah Penelitian Perkolasi Perkolasi Bulan (mm/hari) (per 15/16 hari) Januari I 3 45 Januari II 3 48 Februari I 3 45 Februari II 3 45 Maret I 3 45 Maret II 3 48 April I 3 45 April II 3 48 Mei I Mei II 3 45 Juni I 3 45 Juni II 3 48 Juli I 3 45 Juli II 3 45 Agustus I 3 45 Agustus II 3 48 September I 3 45 September II Oktober I 3 45 Oktober II 3 48 November I 3 45 November II 3 48 Desember I 3 45 Desember II 3 45 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016 e.
Penggenangan dan Penjenuhan Untuk menentukan besarnya nilai pengenangan dan penjenuhan digunakan pendekatan secara agrohidrologis, yakni berdasarkan ketentuan Achmadi Partowiyoto. Standar kebutuhan air untuk tanaman padi secara penggenangan dengan rata-rata sebesar 100 mm/125 hari atau sebesar 0,8 mm/hari. Penjenuhan tanah sawah memerlukan air sebesar 1,2 mm/hari. Besarnya penggenangan dan penjenuhan di daerah penelitian berdasarkan tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.
157
Tabel 52. Nilai Penggenangan dan Penjenuhan Daerah Penelitian PengPengPenPenBulan genangan genangan jenuhan jenuhan (mm/hari) (mm/15hari) (mm/hari) (mm/15hari) Oktober I 0,8 12 1,2 18 Oktober II 0,8 12,8 1,2 19,2 November I 0,8 12 1,2 18 November II 0,8 12 1,2 18 Desember I 0,8 12 1,2 18 Desember II 0,8 12,8 1,2 19,2 Januari I 0,8 12 1,2 18 Januari II 0,8 12,8 1,2 19,2 Februari I Februari II 0,8 12 1,2 18 Maret I 0,8 12 1,2 18 Maret II 0,8 12,8 1,2 19,2 April I 0,8 12 1,2 18 April II 0,8 12 1,2 18 Mei I 0,8 12 1,2 18 Mei II 0,8 12,8 1,2 19,2 Juni I 0,8 12 1,2 18 Juni II Juli I 1,2 18 Juli II 1,2 19,2 Agustus I 1,2 18 Agustus II 1,2 19,2 September I 1,2 18 September II 1,2 18 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016 f.
Kebutuhan Air di Petak Sawah/ Farm Water Requirement (FWR) Kebutuhan air di petak sawah (FWR) adalah jumlah air yang digunakan oleh tanaman ditambah dengan kehilangan air di areal pertanian, berupa pengaliran permukaan, perkolasi, dan evapotranspirasi.Besarnya kebutuhan air di petak sawah dihitung menggunakan empat parameter, yakni nilai kebutuhan air konsumtif (CWR), penggenangan, penjenuhan, dan perkolasi. Khusus untuk menentukan besarnya kebutuhan air untuk tanaman palawija tidak menggunakan parameter penggenangan, hanya kebutuhan air konsumtif (CWR), penjenuhan, dan perkolasi.
158
Penggenangan dan penjenuhan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan iklim mikro yang dikehendaki tanaman padi. Tanaman padi membutuhkan penggenangan dan penjenuhan untuk mempercepat proses pertumbuhan tunas baru serta memudahkan dalam penyiangan dan pemupukan sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Tanaman palawija merupakan jenis tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, walaupun begitu tetap harus dilakukan pemberian air sampai kondisi tanahnya jenuh. Penjenuhan tanah untuk tanaman palawija berfungsi dalam menjaga tanah agar tetap basah dan mencegah kekeringan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman palawija tersebut. Hasil perhitungan kebutuhan air di petak sawah daerah penelitian menunjukkan bahwa nilai Form Water Requirement (FWR) sebesar 91.814 hingga 213.682 mm per setengah bulan. Nilai FWR yang tertinggi terdapat pada bulan Mei II dan nilai FWR yang terendah terdapat pada bulan September II. Bulan Mei II mempunyai nilai FWR yang tertinggi dikarenakan pada saat bulan tersebut tanaman padi sedang memasuki tahap pertumbuhan generatif sehingga banyak memerlukan air. Bulan September II mempunyai nilai FWR yang paling rendah karena pada saat bulan tersebut tanaman palawija sudah masuk pada tahap masak sehingga tanaman palawija tidak memerlukan pasokan air yang banyak.
159
Tabel 53. Nilai Kebutuhan Air Pada Petak Sawah/ Farm Water Requirement (FWR) CWR Perkolasi Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (mm/ 15 hari) (mm/15 hari) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 95,472 45 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 100272 48 November I Padi Persemaian 96,336 45 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 110,563 45 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 105,653 45 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 107,606 48 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 133,423 45 Januari II Padi Pembungaan – masak 79,565 48 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 95,664 45 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 97,584 45 Maret II Padi Persemaian 97,968 48 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 108,768 45 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 107,29 45 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 110,669 45 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 133,682 48 Juni I Padi Pembungaan – masak 76,493 45 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 96 45 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 37,21 48 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 50,635 45 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 51,216 48 September I Palawija Pembuahan 65,957 45 September II Palawija Masak 28,814 45 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
160
Penggenangan (mm/15 hari) 12 12,8 12 12 12 12,8 12 12,8 12 12 12,8 12 12 12 12,8 12 -
Penjenuhan (mm/15 hari) 18 19,2 18 18 18 19,2 18 19,2 18 18 19,2 18 18 18 19,2 18 18 19,2 18 19,2 18 18
FWR (mm/15 hari) 170,472 180,272 171,336 185,563 180,653 187,606 208,423 159,565 170,664 172,584 177,968 183,768 182,29 185,669 213,682 151,493 159 104,41 113,635 118,416 128,957 91,814
g.
Curah Hujan Efektif Daerah Penelitian Salah satu faktor yang berfungsi untuk menentukan besarnya kebutuhan air untuk irigasi sawah adalah hujan efektif (Re). Besarnya hujan efektif didapat dari rata-rata curah hujan periode setengah bulanan dalam jangka waktu 11 tahun atau dari tahun 2006 – 2016. Data setengah bulanan tersebut kemudian dikalikan dengan 0,8 sehingga didapatkan nilai hujan efektif. Penggunaan formula perkalian tersebut dikarenakan data yang digunakan terbatas dan didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya mengenai hujan efektif yang hasilnya menyatakan bahwa dari keseluruhan curah hujan hanya sekitar 80 persen yang menjadi hujan efektif. Pada penelitian ini, nilai hujan efektif untuk Desa Kalibening dan Desa Ngargomulyo menggunakan data curah hujan dari Stasiun Dukun, sedangkan nilai hujan efektif untuk Desa Krinjing dan Desa Paten menggunakan data curah hujan dari stasiun Babadan. Hal tersebut didasarkan pada perhitungan wilayah yang terpengaruh curah hujan dengan Polygon Thiessen. Berikut disajikan data besarnya curah hujan efektif di daerah penelitian pada Tabel 53.
161
Tabel 54. Nilai Curah Hujan Efektif (Re) Daerah Penelitian Hujan Efektif (mm/ 15 hari) No. Bulan Dukun Babadan 1 Januari I 126,7636 157,6259 2 Januari II 133,3818 160,9184 3 Februari I 157,9636 172,6609 4 Februari II 122,8364 134,6479 5 Maret I 126,5455 120,4138 6 Maret II 159,7818 132,7042 7 April I 141,3091 122,2039 8 April II 111,7091 93,36183 9 Mei I 85,92 78,87976 10 Mei II 71,84 83,33857 11 Juni I 62,84 75,00311 12 Juni II 99,2 82,81293 13 Juli I 73,2 70,69177 14 Juli II 47,84 35,41636 15 Agustus I 8,8 10,71004 16 Agustus II 40,8 29,64456 17 September I 102 12 18 September II 53,6 140,8 19 Oktober I 59,2 66,88345 20 Oktober II 121,33 67,56179 21 November I 121,6 79,87762 22 November II 134,16 109,7334 23 Desember I 127,2 115,5776 24 Desember II 155,28 208,3169 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016 h.
Efisiensi Saluran Irigasi (Esal) Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu dari unjuk kerja atas suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi berupa efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi pada jaringan utama dan jaringan sekunder atau dari sumber air sampai petak sawah. Hal tersebut dikarenakan sebagian jumlah air yang keluar dari sumber air akan hilang ketika melalui saluran irigasi disebabkan kegiatann eksploitasi, evaporasi, dan rembesan (Bambang Triatmojo, 2008: 319).
162
Efisiensi irigasi adalah presentase air irigasi yang masuk ke areal tanaman dan dapat digunakan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan konsumtif (Sitanala Arsyad, 1989: 141). Oleh karena itu, efisiensi saluran irigasi dapat diukur pada petak usaha tani, petak tersier, petak sekunder, dan pada tingkat proyek bangunan saluran irigasi. Penentuan efisiensi irigasi pada penelitian ini berdasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan. Saluran irigasi di daerah penelitian yakni di Desa Kalibening, Desa Ngargomulyo, Desa Paten, dan Desa Krinjing sudah terbuat dari semen. Hasil observasi menunjukkan bahwa struktur bangunan dinding saluran masih berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat dari saluran dinding yang terbuat dari semen tersebut dapat menghambat peresapan air ke tanah dan vegetasi yang terdapat di sepanjang saluran irigasi. Oleh karena efisiensi irigasi dari sumber air menuju ke petak sawah (daerah pengairan) masih berfungsi dengan bagus dan baik maka digunakan asumsi perhitungan efisiensi saluran sebesar 70 persen (0,7). i.
Kebutuhan Air Areal Irigasi/ Project Water Requirement (PWR) Kebutuhan air di daerah pengairan (PWR) merupakan jumlah air yang dapat digunakan dari sisa penguapan dan penyerapan dalam saluran irigasi menuju daerah pengairan yang dibutuhkan
untuk
mencukupi
kebutuhan
air
irigasi
secara
keseluruhan pada suatu daerah pengairan. Komponen-komponen utama untuk mengetahui besarnya kebutuhan air areal irigasi
163
adalah nilai kebutuhan air petak sawah (FWR), hujan efektif, dan efisiensi saluran irigasi. Dalam penelitian ini, kebutuhan air areal irigasi dibagi menjadi dua bahasan, yakni kebutuhan air areal irigasi di Desa Kalibening dan Ngargomulyo serta kebutuhan air areal irigasi di Desa Paten dan Krinjing. Hal tersebut dikarenakan, keempat desa tersebut menggunakan komponen hujan efektif yang berbeda. Desa Kalibening dan Ngargomulyo menggunakan data curah hujan efektif dari
Stasiun
Dukun,
sedangkan
Desa
Paten
dan
Krinjing
menggunakan data curah hujan dari Stasiun Babadan. Hasil perhitungan kebutuhan air pada lahan pertanian (PWR)
memperlihatkan
bahwa
di
Desa
Kalibening
dan
Ngargomulyo, kebutuhan air tertinggi terjadi pada bulan Mei II sebesar 0,766122liter/detikdan kebutuhan air terendah terjadi pada bulan Maret II sebesar 0,098288 liter/detik. Kebutuhan air tertinggi terjadi pada bulan Mei II dikarenakan pada bulan tersebut tanaman padi sedang memasuki tahap pertumbuhan generatif sehingga membutuhkan banyak air untuk proses perkembangan menuju tahap pembungaan. Kebutuhan air terendah terjadi pada bulan Maret II dikarenakan curah hujan efektif pada bulan tersebut cukup besar sehingga walaupun tanaman padi sedang memasuki tahap persemaian dan memerlukan banyak air, kebutuhan air tersebut dapat tercukupi dengan curah hujan. Hasil perhitungan kebutuhan air pada lahan pertanian (PWR) memperlihatkan bahwa di Desa Paten dan Krinjing,
164
kebutuhan air tertinggi terjadi pada bulan Mei II sebesar 0,704015 liter/detikdan kebutuhan air terendah terjadi pada bulan Februari II sebesar 0,194531 liter/detik. Kebutuhan air tertinggi terjadi pada bulan Mei II dikarenakan pada bulan tersebut tanaman padi sedang memasuki tahap pertumbuhan generatif sehingga membutuhkan banyak
air
untuk
proses
perkembangan
menuju
tahap
pembungaan. Kebutuhan air terendah terjadi pada bulan Februari II dikarenakan pada bulan tersebut tanaman padi sedang memasuki tahap garapan dan pemindahan bibit sehingga tidak membutuhkan air dalam kapasitas besar. Di Desa Paten dan Krinjing pada bulan Desember II, Januari II, dan September II terjadi surplus air. Pada bulan Desember II terjadi surplus air sebesar 0,11186 liter/detik. Walaupun pada bulan Desember II tersebut tanaman padi sedang memasuki tahap pertumbuhan vegetatif tetapi hujan efektif pada bulan tersebut sangat besar sehinggaterjadi surplus air. Pada bulan Januari II dan September II juga terjadi surplus air masing-masing sebesar 0,00731 liter/detik dan 0,26458 liter/detik.
165
Tabel 55. Kebutuhan Air Untuk Areal Irigasi Desa Kalibening dan Desa Ngargomulyo FWR Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan Re FWR–Re (mm/15 hari) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 170,472 59,2 111,272 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 180,72 121,33 58,9387 November I Padi Persemaian 171,336 121,6 49,736 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 185,563 134,16 51,403 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 180,653 127,2 53,453 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 187,606 155,28 32,326 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 208,423 126,76 81,6594 Januari II Padi Pembungaan – masak 159,565 133,3818 26,1832 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 170,664 122,84 47,8276 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 172,584 126,55 46,0385 Maret II Padi Persemaian 177,968 159,78 18,1862 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 183,768 141,31 42,4589 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 182,29 111,71 70,5809 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 185,669 85,92 99,749 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 213,682 71,84 141,842 Juni I Padi Pembungaan – masak 151,493 62,84 88,64856 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 159 73,2 85,8 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 104,41 47,84 56,57 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 113,635 8,8 104,835 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 118,416 40,8 77,616 September I Palawija Pembuahan 128,957 102 26,957 September II Palawija Masak 91,814 53,6 38,214 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
166
Esal 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
PWR (mm/15 hari) 77,8904 41,25709 34,8152 35,9821 37,4171 22,6282 57,16158 18,32824 33,47932 32,22695 12,73034 29,72123 49,40663 69,8243 99,2894 62,05399 60,06 39,599 73,3845 54,3312 18,8699 26,7498
PWR (mm/hari) 5,192693 2,750473 2,321013 2,398807 2,494473 1,508547 3,810772 1,221883 2,231955 2,148463 0,848689 1,981415 3,293775 4,654953 6,619293 4,136933 4,004 2,639933 4,8923 3,62208 1,257993 1,78332
PWR (l/dt/ha) 0,601006 0,318342 0,268636 0,27764 0,288712 0,1746 0,441062 0,141422 0,258328 0,248665 0,098228 0,22933 0,381224 0,538768 0,766122 0,478812 0,463426 0,305548 0,566238 0,419222 0,145601 0,206403
Tabel 56. Kebutuhan Air Untuk Areal Irigasi Desa Paten dan Desa Krinjing FWR Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan Re (mm/15 hari) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 170,472 66.88345 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 180,272 67.56179 November I Padi Persemaian 171,336 79.87762 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 185,563 109.7334 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 180,653 115.5776 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 187,606 208.3169 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 208,423 157.6259 Januari II Padi Pembungaan – masak 159,565 160.9184 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 170,664 134.6479 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 172,584 120.4138 Maret II Padi Persemaian 177,968 132.7042 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 183,768 122.2039 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 182,29 93.36183 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 185,669 78.87976 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 213,682 83.33857 Juni I Padi Pembungaan – masak 151,493 75.00311 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 159 70.69177 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 104,41 35.41636 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 113,635 10.71004 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 118,416 29.64456 September I Palawija Pembuahan 128,957 12 September II Palawija Masak 91,814 140.8 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
167
FWR–Re
Esal
103.5886 112.7102 91.45838 75.8296 65.0754 +20.7109 50.7971 +1.3534 36.0161 52.1702 45.2638 61.5641 88.92817 106.7892 130.3434 76.48989 88.30823 68.99364 102.925 88.77144 116.957 +48.986
0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
PWR (mm/15 hari) 72.51199 78.89715 64.02087 53.08072 45.55278 +14.4976 35.55797 +0.94738 25.21127 36.51914 31.68466 43.09487 62.24972 74.75247 91.2404 53.54292 61.81576 48.29555 72.04747 62.14001 81.8699 +34.2902
PWR (mm/hari) 4.834132 5.25981 4.268058 3.538715 3.036852 +0.96651 2.370531 +0.06316 1.680751 2.434609 2.112311 2.872991 4.149981 4.983498 6.082693 3.569528 4.121051 3.219703 4.803165 4.142667 5.457993 +2.28601
PWR (l/dt/ha) 0.559506 0.608774 0.493988 0.409573 0.351488 +0.11186 0.274367 +0.00731 0.194531 0.281783 0.24448 0.332522 0.480322 0.576794 0.704015 0.41314 0.476973 0.372651 0.555922 0.479475 0.631712 +0.26458
j.
Hubungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Ketersediaan Air Dalam penelitian ini, hubungan kebutuhan air irigasi dengan ketersediaan air terbagi menjadi empat bahasan per desa, yakni Desa Kalibening, Desa Ngargomulyo, Desa Paten, dan Desa Krinjing. Desa Kalibening menggunakan sumber air dari mataair yang terletak di SungaiBelik untuk memenuhi kebutuhan areal pertaniannya seluas 12 hektar. Desa Ngargomulyo menggunakan sumber air dari mataair yang Tuk Songo untuk memenuhi kebutuhan areal pertaniannya seluas 20,5 hektar. Desa Paten menggunakan sumber air dari mataair yang terletak di Sungai Trinsing dan Sungai Kepil untuk memenuhi kebutuhan areal pertaniannya seluas 114,5 hektar. Dan Desa Krinjing menggunakan sumber air dari mataair yang terletak di Kali Kepil untuk memenuhi kebutuhan areal pertaniannya seluas 13,5 hektar. Pada hasil analisa imbangan air irigasi dengan mataair di Desa Kalibening menunjukkan bahwa sebagian besar fase tanaman mengalami kelebihan air untuk luas area 12 hektar. Kelebihan air tertinggi terjadi pada bulan September IIdengan nilai 15,17490 liter/detik. Hal tersebut dikarenakan pada bulan September IIterjadi kelebihan air pada lahan pertanian (PWR) sebesar 3,17496 liter/detik ditambah dengan debit mataair sebesar 12 liter/detik. Sedangkan kelebihan air terendah terjadi pada bulan Mei II dengan nilai sebesar 1,147693 liter/detik. Hasil analisa imbangan air irigasi dengan mataair di Desa Ngargomulyo menunjukkan bahwa sebagian besar fase tanaman
168
mengalami kelebihan air untuk luas area 20,5 hektar. Kelebihan air tertinggi terjadi pada bulan September II dengan nilai 21,00389 liter/detik. Hal tersebut dikarenakan pada bulan September II terjadi kelebihan
air
pada
lahan
pertanian
(PWR)
sebesar
5,42389liter/detik ditambah dengan debit mataair sebesar 15,58 liter/detik. Sedangkan kelebihan air terendah terjadi pada bulan Mei II dengan nilai sebesar 1,147693 liter/detik. Analisa hasil imbangan air irigasi di Desa Paten terbagi menjadi dua dusun, yakni Dusun Paten dan Dusun Bandung. Hal ini dikarenakan kedua Dusun tersebut menggunakan sumber mataair yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan air irigasi lahan pertaniannta. Pada hasil analisa imbangan air irigasi dengan mataair di Dusun Paten menunjukkan adanya bulan yang kekurangan air dan kelebihan air untuk luas area 68 hektar. Kelebihan air tertinggi terjadi pada bulan September I dengan nilai 34,09913 liter/detik. Sedangkan bulan yang mengalami kekurangan air terjadi pada bulan Mei II dengan nilai kekurangan sebesar 8,0963 liter/detik. Kebutuhan air total pada bulan Mei II adalah sebesar 52,0963 liter/detik sedangkan debit mataair hanya 44 liter/detik. Hasil analisa imbangan air irigasi dengan mataair di Dusun Bandung, Desa Paten memperlihatkan bahwa terdapat bulan yang menngalami kekurangan dan kelebihan air pada area pertanian seluas 66,5 hektar. Kelebihan air tertinggi terjadi pada bulan September I dengan nilai 18,31753 liter/detik. Sedangkan bulan
169
yang mengalami kekurangan air terjadi pada bulan Mei II dengan nilai sebesar 22,9471 liter/detik. Kebutuhan air total pada bulan Mei II adalah sebesar 50,94711liter/detik sedangkan debit mataair hanya 44 liter/detik. Pada hasil analisa imbangan air irigasi dengan mataair di Desa Krinjing menunjukkan adanya bulan yang kekurangan air dan kelebihan air untuk luas area 13,5 hektar. Kelebihan air tertinggi terjadi pada bulan September I dengan nilai 10,03439 liter/detik. Sedangkan kelebihan air terendah terjadi pada bulan Mei II dengan nilai sebesar 1,657353 liter/detik. Secara keseluruhan, imbangan mataair untuk irigasi pada empat Desa di Kecamatan Dukun tercukupi. Terdapat dua desa, yakni Desa Kalibening
170
Tabel 57. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Kalibening PWR Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (liter/detik) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,559506 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,608774 November I Padi Persemaian 0,493988 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,409573 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,351488 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif +0,11186 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 0,274367 Januari II Padi Pembungaan – masak +0,00731 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,194531 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,281783 Maret II Padi Persemaian 0,24448 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,332522 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,480322 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,576794 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 0,704015 Juni I Padi Pembungaan – masak 0,41314 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 0,476973 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 0,372651 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,555922 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,479475 September I Palawija Pembuahan 0,631712 September II Palawija Masak +0,26458 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
Luas (hektar) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
171
PWR Total (liter/detik) 6,714072 7,305288 5,927856 4,914876 4,217856 +1,34232 3,292404 -+0,08772 2,334372 3,381396 2,93376 3,990264 5,763864 6,921528 8,44818 4,95768 5,723676 4,471812 6,671064 5,7537 7,580544 +3,17496
Debit Mataair (liter/detik) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Imbangan Air (liter/detik) 5,285928 4,694712 6,072144 7,085124 7,782144 13,34232 8,707596 12,08772 9,665628 8,618604 9,06624 8,009736 6,236136 5,078472 3,55182 7,04232 6,276324 7,528188 5,328936 6,2463 4,419456 15,17496
Imbangan (%) 78,7 64,3 102,4 144,2 184,5 994 264,5 13779,9 414,1 254,8 309 200,7 108,2 73,4 42 142 109,7 168,3 79,9 108,6 58,3 478
Tabel 58. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Ngargomulyo PWR Luas Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (liter/detik) (hektar) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,559506 20,5 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,608774 20,5 November I Padi Persemaian 0,493988 20,5 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,409573 20,5 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,351488 20,5 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif +0,11186 20,5 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 0,274367 20,5 Januari II Padi Pembungaan – masak +0,00731 20,5 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,194531 20,5 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,281783 20,5 Maret II Padi Persemaian 0,24448 20,5 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,332522 20,5 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,480322 20,5 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,576794 20,5 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 0,704015 20,5 Juni I Padi Pembungaan – masak 0,41314 20,5 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 0,476973 20,5 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 0,372651 20,5 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,555922 20,5 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,479475 20,5 September I Palawija Pembuahan 0,631712 20,5 September II Palawija Masak +0,26458 20,5 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
172
PWR Total (liter/detik) 11,46987 12,47987 10,12675 8,396247 7,205504 +2,29313 5,624524 +0,14986 3,987886 5,776552 5,01184 6,816701 9,846601 11,82428 14,43231 8,46937 9,777947 7,639346 11,3964 9,829238 12,9501 +5,42389
Debit Mataair (liter/detik) 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58 15,58
Imbangan Air (liter/detik) 4,110127 3,100133 5,453246 7,183754 8,374496 17,87313 9,955477 15,72986 11,59211 9,803449 10,56816 8,763299 5,733399 3,755723 1,147693 7,11063 5,802054 7,940655 4,183599 5,750763 2,629904 21,00389
Imbangan (%) 35,8 24,8 53,8 85,6 116,2 779,4 177 10496,7 290,7 169,7 210,9 128,6 58,2 31,8 8 84 59 104 36,7 58,5 20,3 387,2
Tabel 59. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Dusun Paten Desa Paten PWR Luas Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (liter/detik) (hektar) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,601006 68 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,318342 68 November I Padi Persemaian 0,268636 68 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,27764 68 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,288712 68 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,1746 68 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 0,441062 68 Januari II Padi Pembungaan – masak 0,141422 68 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,258328 68 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,248665 68 Maret II Padi Persemaian 0,098228 68 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,22933 68 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,381224 68 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,538768 68 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 0,766122 68 Juni I Padi Pembungaan – masak 0,478812 68 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 0,463426 68 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 0,305548 68 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,566238 68 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,419222 68 September I Palawija Pembuahan 0,145601 68 September II Palawija Masak 0,206403 68 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
173
PWR Total (liter/detik) 40,86841 21,64726 18,26725 18,87952 19,63242 11,8728 29,99222 9,616696 17,5663 16,90922 6,679504 15,59444 25,92323 36,63622 52,0963 32,55922 31,51297 20,77726 38,50418 28,5071 9,900868 14,0354
Debit Mataair (liter/detik) 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44
Imbangan Air (liter/detik) 3,131592 22,35274 25,73275 25,12048 24,36758 32,1272 14,00778 34,3833 26,4337 27,09078 37,3205 28,40556 18,07677 7,363776 -8,0963 11,44078 12,48703 23,22274 5,495816 15,4929 34,09913 29,9646
Imbangan (%) 7,7 103,3 140,9 133,1 124,1 270,6 46,7 357,5 150,5 160,2 558,7 182,2 69,7 20,1 -15,5 35,1 39,6 111,8 14,3 54,3 344,4 213,5
Tabel 60. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Dusun Bandung Desa Paten PWR Luas PWR Total Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (liter/detik) (hektar) (liter/detik) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,601006 66,5 39,9669 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,318342 66,5 21,16974 November I Padi Persemaian 0,268636 66,5 17,86429 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,27764 66,5 18,46306 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,288712 66,5 19,19935 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,1746 66,5 11,6109 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 0,441062 66,5 29,33062 Januari II Padi Pembungaan – masak 0,141422 66,5 9,404563 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,258328 66,5 17,17881 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,248665 66,5 16,53622 Maret II Padi Persemaian 0,098228 66,5 6,532162 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,22933 66,5 15,25045 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,381224 66,5 25,3514 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,538768 66,5 35,82807 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 0,766122 66,5 50,94711 Juni I Padi Pembungaan – masak 0,478812 66,5 31,841 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 0,463426 66,5 30,81783 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 0,305548 66,5 20,31894 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,566238 66,5 37,65483 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,419222 66,5 27,87826 September I Palawija Pembuahan 0,145601 66,5 9,682467 September II Palawija Masak 0,206403 66,5 13,7258 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
174
Debit Mataair (liter/detik) 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
Imbangan Air (liter/detik) -11,9669 6,830257 10,13571 9,53694 8,800652 16,3891 -1,33062 18,59544 10,82119 11,46378 21,46784 12,74956 2,648604 -7,82807 -22,9471 -3,841 -2,81783 7,681058 -9,65483 0,121737 18,31753 14,2742
Imbangan (%) -29,942 32,26424 56,73723 51,65417 45,83829 141,1527 -4,53663 197,7278 62,99148 69,32525 328,6483 83,6012 10,44757 -21,849 -45,041 -12,0631 -9,1435 37,80245 -25,6403 0,436674 189,1825 103,9954
Tabel 61. Evaluasi Imbangan Air di Lahan Pertanian Desa Krinjing PWR Bulan Tanaman Masa Pertumbuhan (liter/detik) Oktober I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,601006 Oktober II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,318342 November I Padi Persemaian 0,268636 November II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,27764 Desember I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,288712 Desember II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,1746 Januari I Padi Pertumbuhan generatif 0,441062 Januari II Padi Pembungaan – masak 0,141422 Februari I Padi Panen Februari II Padi Garapan & pmndhn bibit 0,258328 Maret I Padi Garapan & pmndhn bibit 0,248665 Maret II Padi Persemaian 0,098228 April I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,22933 April II Padi Pertumbuhan vegetatif 0,381224 Mei I Padi Pertumbuhan vegetatif 0,538768 Mei II Padi Pertumbuhan generatif 0,766122 Juni I Padi Pembungaan – masak 0,478812 Juni II Padi Panen Juli I Palawija Garapan 0,463426 Juli II Palawija Pertumbuhan bibit 0,305548 Agustus I Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,566238 Agustus II Palawija Pertumbuhan vegetatif 0,419222 September I Palawija Pembuahan 0,145601 September II Palawija Masak 0,206403 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016
Luas (hektar) 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5
175
PWR Total (liter/detik) 8,113581 4,297617 3,626586 3,74814 3,897612 2,3571 5,954337 1,909197 3,487428 3,356978 1,326078 3,095955 5,146524 7,273368 10,34265 6,463962 6,256251 4,124898 7,644213 5,659497 1,965614 2,786441
Debit Mataair (liter/detik) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Imbangan Air (liter/detik) 3,886419 7,702383 8,373414 8,25186 8,102388 9,6429 6,045663 10,0908 8,512572 8,643023 10,67392 8,904045 6,853476 4,726632 1,657353 5,536038 5,743749 7,875102 4,355787 6,340503 10,03439 9,21356
Imbangan (%) 47,9 179,2 230,9 220,2 207,9 409,1 101,5 528,5 244,1 257,5 804,9 287,6 133,2 65 16 85,6 91,8 190,9 57 112 510 330,7
4.
Kualitas Mataair di Kecamatan Dukun Dalam penelitian ini, terdapat dua mataair yang diteliti kualitas airnya berdasarkan parameter fisika dan kimia sesuai dengan baku mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010. Penelitian kualitas mataair dilakukan di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta. Dua mataair yang diteliti berasal dari dua bentuklahan yang berbeda, yakni bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran fluvial. Mataair yang berasal dari bentuk lahan dataran kaki gunung api diambil di Desa Keningar pada ketinggian 945 mdpal dengan titik koordinat 433379 mU dan 9167006 mT. Mataair ini merupakan mataair bertipe artesis yang mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair di Desa Keningar ini termasuk ke dalam mataair kelas 5 karena memiliki debit 2,43 liter/detik. Mataair yang berasal dari bentuk lahan dataran fluvial gunungapi diambil di Desa Wates pada ketinggian 522,12 mdpal dengan titik koordinat 426602 mU dan 9164132 mT. Mataair ini merupakan mataair bertipe kontak yang mengalir sepanjang tahun (perennial). Mataair di Desa Wates ini termasuk ke dalam mataair kelas 5 karena memiliki debit 1,94 liter/detik. a.
Parameter Fisika 1)
Bau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun daridekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedangmengalami dekomposisi
176
(penguraian) oleh mikro organisme air.Uji bau air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakartamemberikan hasil bahwa air dari kedua desa tersebut tidak berbau. Hal ini sesuai dengan persyaratan kualitas
air
minum
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
menurut bahwa
Per.Men.Kes.RI kadar
air
yang
diperbolehkan untuk air minum adalah air yang tidak berbau. 2)
Warna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Uji warna air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kadar 2 TCU, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kadar kurang dari 1 TCU. Hasil dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak
melebihi
persyaratan kualitas
air
minum
menurut
Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar warna air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 15 TCU. 20 15 Kadar Maksimal
10
Desa Keningar
5
Desa Wates
0
Gambar 13. DiagramBatang Hasil Uji Warna Air
177
3)
Total Zat Padat Terlarut (DTS) Total zat padat terlarut pada umumnya disebabkan oleh bahan organik, garam organik, dan gas terlarut. Uji DTS air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kadar 123 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kadar 114 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa total zat padat terlarut dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 500 mg/L. 600 500 400
Kadar Maksimal
300
Desa Keningar
200
Desa Wates
100 0
Gambar 14. Diagram Batang Hasil Uji Total Zat Padat Terlarut Air 4)
Kekeruhan Air yang baik untuk air minum adalah air yang jernih atau tidak keruh. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifatanorganik maupun yang organik. Zat anorganik berasal dari lapukan batuan danlogam, yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Uji kekeruhan air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kadar kekeruhan 1
178
NTU,
sedangkan
mataair
Desa
Wates
memiliki
kadar
kekeruhan kurang dari 1 NTU. Hasil dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar kekeruhan air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 5 NTU. 6 5 4
Kadar Maksimal
3
Desa Keningar
2
Desa Wates
1 0
Gambar 15. Diagram Batang Hasil Uji Kekeruhan Air 5)
Rasa Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Menurut Juli Soemirat Slamet, 2002 dalam Sulih, 2007: 30, “rasa asindisebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasaasam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik”. Uji rasa air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta memberikan hasil bahwa air dari kedua desa tersebut tidak berasa. Hal ini sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa
179
kadar air yang diperbolehkan untuk air minum adalah air yang tidak berasa. 6)
Suhu Air yang baik memiliki temperatur yang tidak jauh berbeda dengan temperatur udara. Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentuatau sedang terjadi proses tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air, seperti
proses
dekomposisi
bahan
organik
oleh
mikro
organisme yangmenghasilkan energi. Pengukuran
temperatur
air
dalam
penelitian
ini
dilakukan dengan dua cara, yakni pengukuran langsung di lapangan
dan
pengukuran
di
laboratorium.Pengukuran
langsung di lapangan menggunakan alat berupa thermometer air raksa yang berskala 0oC sampai 100oC. Thermometer air tersebut dimasukkan ke dalam air dan dibiarkan terendam di dalam air. Setelah kurang lebih tiga menit, thermometer tersebut diangkat, dibaca, dan dicatat hasilnya, kemudian dibandingkan dengan suhu udara di tempat pengukuran temperatur air. Hasil pengukuran langsung suhu di lapangan yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki suhu 23oC, sedangkan mataair Desa Wates memiliki suhu24oC. Hasil pengukuran suhu di laboratorium BBTKLPP yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa
180
mataair Desa Keningar dan Desa Wates memiliki suhu yang sama, yakni 25,2oC.Suhu udara pada saat pengukuran lapangan
adalah
sebesar
26oCOleh
karena
itu,
hasil
pengukuran suhu baikdari pengukuran lapangan maupun uji laboratorium kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi
persyaratan
kualitas
air
minum
menurut
Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar suhuair yang diperbolehkan untuk air minum adalah berselisih 3oC dengan suhu udara. 26,5 26 25,5 25 24,5 24 23,5 23 22,5 22 21,5
Suhu Udara Desa Keningar Desa Wates
Gambar 16. Diagram Batang Hasil Uji Suhu Air b.
Parameter Kimia 1)
Alumunium (Al) Air yang di dalamnya terkandung banyak aluminium, menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.Uji kandungan
alumuniumdalam
air
yang
telah
dilakukan
memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kadar alumunium sebesar 0,0141 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kadar alumunium sebesar 0,0265 mg/L. Hasil
181
dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar alumunium dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 0,2 mg/L. 0,25 0,2 0,15
Kadar Maksimal Desa Keningar
0,1
Desa Wates
0,05 0
Gambar 17. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Alumunium dalam Air 2)
Besi (Fe) Kandungan besi dalam air yang melebihi baku mutu dapat menimbulkan warna kuning, rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Uji kandungan besi dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air dari mataair kedua desa tersebut memiliki kandungan besi kurang dari 0,0162 mg/L. Hal ini sesuai dengan persyaratan kualitas
air
minum
menurut
Per.Men.Kes.RI
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan besi yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 0,3 mg/L. Kandungan besi yang ada pada kedua sampel air dalam penelitian inimerupakan pencerminan pengaruh batuan
182
vulkanik terhadap kualitas air. Lokasi pengambilan sampel air terletak di wilayah gunungapi, yakni pada bentuklahan dataran kaki gunungapi dan dataran alluvial gunungapi, sehingga semakin dekat dengan aktivitas vulkanik maka akan semakin besar kandungan Fe. 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
Kadar Maksimal Desa Keningar Desa Wates
Gambar 18.Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Besi dalam Air 3)
Kesadahan Air yang baik adalah air yang memiliki tingkat kesadahan yang rendah. Kesadahan air yang tinggi disebabkan oleh garam-garam yang terlarut dalam air, terutama kalsium dan magnesium. Uji kesadahan air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kesadahan sebesar 78 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kesadahan sebesar 76 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut masih dalam batas normal dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kesadahan dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 500 mg/L.
183
600 500 400
Kadar Maksimal
300
Desa Keningar
200
Desa Wates
100 0
Gambar 18. Diagram Batang Hasil Uji Kesadahan Air 4)
Klorida (Cl) Kadar klorida bervariasi menurut iklim. Padawilayah yang beriklim basah (humid), kadarklorida bernilai kurang lebih 10 mg/L.Kelebihan garam-garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh tingginya salinitas.Menurut Juli Soemirat Slamet, 2002 dalam Sulih, 2007: 76, “dalam jumlah yang banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin dan korosi pada pipasistem penyediaan air”. Uji kandungan klorida dalam air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kandungan klorida sebesar 13,5 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan klorida sebesar 10 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut sangat layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan klorida dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 250 mg/L.
184
300 250 200
Kadar Maksimal
150
Desa Keningar
100
Desa Wates
50 0
Gambar 20. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Klorida dalam Air 5)
Mangan (Mn) Air yang berkualitas baik tidak mengandung mangan. Salah satu ciri air yang mengandung mangan adalah warna air tersebut ungu atau hitam. Uji kandungan mangan dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki kandungan mangan kurang dari 0,0101 mg/L. Hal ini masih dalam batas normaldan sesuai dengan persyaratan kualitas
air
minum
menurut
Per.Men.Kes.RI
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar mangan dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 0,4 mg/L.
185
0,5 0,4 0,3
Kadar Maksimal
0,2
Desa Keningar
0,1
Desa Wates
0
Gambar 21. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Mangan dalam Air 6)
pH Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basadalam air dan merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Adanyakarbonat, hidroksida
dan
bikarbonat
meningkatkan
kebasaan
sementaraadanya asam-asam mineral bebas
air,
dan asam
karbonat menaikkan keasaman air. Uji pH air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki pH 6,5, sedangkan mataair Desa Wates memiliki pH 6,4. Persyaratan pH yang diperbolehkan untuk air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 adalah 6,5 – 8,5. Hasil pH mataair Desa Keningarsesuai, sedangkan hasil pH mataair Desa Wates kurang sesuai. Rendahnya pH pada mataair Desa Wates disebabkan karena proses respirasi atau pernafasan pada mataair rendah, sehingga
menyebabkansenyawa
karbon
meningkat
dan
berakibat pada menurunnya kadar pHair. Namun dalam
186
kaitannya kadarpH dalam air tidak berpengaruh padakesehatan manusia,
hanya
saja
akan
berperan
dalam
cepatnya
proseskorosi pada bahan metal. 6,55 6,5 Kadar Minimal
6,45
Desa Keningar
6,4
Desa Wates
6,35
Gambar 22. Diagram Batang Hasil Uji pH Air 7)
Seng (Zn) Dalam air, seng menimbulkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan timbulendapan seperti pasir. Penyimpanganterhadap
standar
kualitas
seng
akan
menimbulkan rasa pahit dan mual ketika air diminum. Uji kandungan seng dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki kandungan seng kurang dari 0,0083 mg/L. Hasil ini sangat layak dan sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kadar seng dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 3 mg/L.
187
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Kadar Maksimal Desa Keningar Desa Wates
Gambar 23. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Seng dalam Air 8)
Sulfat (SO4-) Kandungan bahan organik seperti sulfat dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, terutama
gangguan
pada
sistem
pencernaan.WHO
merekomendasikan kadar sulfat yang diperkenankan pada air minum sekitar 400 mg/L. Uji kandungan sulfat dalam air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar
memiliki
kandungan
sulfat
sebesar
22
mg/L,
sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan sulfat sebesar 18 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut layak dan tidak
melebihi
Per.Men.Kes.RI
persyaratan kualitas
air
minum
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
menurut bahwa
kandungan sulfat dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 250 mg/L.
188
300 250 200
Kadar Maksimal
150
Desa Keningar
100
Desa Wates
50 0
Gambar 24. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Sulfat dalam Air 9)
Tembaga (Cu) Adanya kandungan tembaga menyebabkan air minum terasa tidak enak. Uji kandungan tembaga dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki kandungan tembaga kurang dari 0,0069 mg/L. Hasil ini sangat layak dan sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan tembaga dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 2 mg/L. 2,5 2 1,5
Kadar Maksimal Desa Keningar
1
Desa Wates
0,5 0
Gambar 25. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Tembaga dalam Air
189
10) Amonia (NH3) Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/L. Kadar amonia yang tinggi dapat mengindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri, maupun limpasan pupuk pertanian.Uji kandungan amonia dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki kandungan amonia kurang dari 0,0003 mg/L. Hasil ini sangat layak dan sesuai dengan
persyaratan
Per.Men.Kes.RI
kualitas
air
minum
menurut
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
bahwa
kandungan amonia dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 1,5 mg/L. 2 1,5 Kadar Maksimal
1
Desa Keningar
0,5
Desa Wates
0
Gambar 26. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Amonia dalam Air 11) Arsen (As) Arsen terdapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas. Uji kandungan arsen dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki
190
kandungan arsen kurang dari 0,005 mg/L. Hasil ini masih tergolong layak dan sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan arsen dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 0,01 mg/L. 0,012 0,01 0,008
Kadar Maksimal
0,006
Desa Keningar
0,004
Desa Wates
0,002 0
Gambar 27. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Arsen dalam Air 12) Fluorida (F-) Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air pada berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil dari 1,5 mg/L, fluoride sangat bermanfaat bagi kesehatan, khususnya kesehatan gigi karena dapat mencegah kerusakan gigi. Akan tetapi, pada konsentrasi yang besar (lebih besar dari 2 mg/L), kandungan fluoride ini dapat menyebabkan kerusakan gigi dan struktur tulang. Air dari mataair yang berada di sekitar gunungapi biasanya mengandung fluor. Uji kandungan fluor dalam air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kandungan fluor sebesar 0,3287 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan fluor sebesar 0,2124 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut masih
191
tergolong layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan fluor dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 1,5 mg/L. 2 1,5 Kadar Maksimal
1
Desa Keningar
0,5
Desa Wates
0
Gambar 28. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Fluorida dalam Air 13) Total Krom Kromium merupakan unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kromium tidak ditemukan di alam sebagai logam murni. Sumber alami kromium adalah batuan. Kromium termasuk salah satu logam berat yang beracun. Apabila keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi, hati, ginjal, kulit dan dapat pula menyebabkan kanker. Uji total kandungan krom dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut memiliki total kandungan krom kurang dari 0,0213 mg/L. Hasil ini masih tergolong layak dan sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
192
bahwa total kandungan krom dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 0,05 mg/L. 0,06 0,05 0,04
Kadar Maksimal
0,03
Desa Keningar
0,02
Desa Wates
0,01 0
Gambar 29. Diagram Batang Hasil Uji Total Kandungan Krom dalam Air 14) Kadmium (Cd) Senyawa kadmium jarang terdapat dalam sumber air baku, atau jika ada konsentrasinya di dalam air baku sangat rendah. Kadmium diklasifikasikan ke dalam logam yang sangat beracun karena sifat logam yang dapat menimbulkan dampak luar biasa pada lingkungan serta dapat mengakumulasi dalam organ manusia selama hidupnya. Keracunan oleh kadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit akibat keracunan senyawa merkuri atau penyakit minamata. Uji
kandungan kadmium
dalam
air
yang
telah
dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kandungan kadmium sebesar 0,0004 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan kadmium sebesar 0,0008 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
193
bahwa
kandungan kadmium dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 0,003 mg/L. 0,0035 0,003 0,0025 0,002 0,0015 0,001 0,0005 0
Kadar Maksimal Desa Keningar Desa Wates
Gambar 30. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Kadmium dalam Air 15) Nitrit (NO2-) Kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil dari pada nitrat, karena nitrir segera dioksidasi menjadi nitrat. Konsentrasi nitrir yang tinggi dapat menyebabkan air menjadi tercemar. Uji kandungan nitrit dalam air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kandungan nitrit sebesar 0,0061 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan nitrit sebesar 0,0036 mg/L. Hasil dari kedua desa tersebut tergolong layak dan tidak melebihi
persyaratan
Per.Men.Kes.RI
kualitas
air
minum
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
menurut bahwa
kandungan nitrit dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 3 mg/L. Kandungan nitrit yang lebih besar pada air mataair Desa Keningar menunjukkan bahwa proses oksidasi pada mataair Desa keningar lebih lambat dibandingkan dengan
194
proses oksidasi pada mataair Desa Wates. Mataair Desa Keningar terletak pada ketinggian 945 mdpal, sedangkan mataair Desa Wates terletak pada ketinggian 522,12 mdpal. Berdasarkan data ketinggian tempat tersebut, dapat dikertahui bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udara dan kandungan oksigen akan semakin berkurang sehingga akan mempengaruhi proses oksidasi yang terjadi. 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Kadar Maksimal Desa Keningar Desa Wates
Gambar 31. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Nitrit dalam Air 16) Nitrat (NO3-) Secara alamiah kadar nitrat pada umumnya rendah, namun dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang diberi pupuk nitrat/nitrogen. Kandungan nitrat yang berlebihan disebabkan oleh limbah yang berasal dari limbah domestik, pertanian, peternakan, dan industri. Uji kandungan nitrat dalam air yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa mataair Desa Keningar memiliki kandungan nitrat sebesar 1,06 mg/L, sedangkan mataair Desa Wates memiliki kandungan nitrat sebesar 10,64 mg/L. Walaupun menunjukkan selisih yang besar, hasil kandungan nitrat dari kedua desa tersebut masih tergolong
195
layak dan tidak melebihi persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI No.492/Men.Kes/Per/IV/2010 bahwa kandungan nitrat dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah sebesar 50 mg/L. Kandungan nitrat yang lebih besar pada mataair di Desa Wates disebabkan karena lokasi mataair tersebut berdekatan lokasi permukiman penduduk, sehingga banyak
aktivitas
masyarakat
yang
menghasilkan
limbah
domestik. 60 50 40
Kadar Maksimal
30
Desa Keningar
20
Desa Wates
10
Column1
0
Gambar 32. Diagram Batang Hasil Uji Kandungan Nitrat dalam Air 17) Sianida (CN) Asam sianida merupakan senyawa racun yang cukup mematikan.Keracunan sianida dapat menimbulkan kerusakan hati, kepala pusing, muntah-muntah, mata berkunang-kunang, gangguan sistem pernapasan dan pada konsumsi dengan dosis 0,5 – 3,5 mgHCN/kg berat badan dapat menyebabkan kematian (Mirna, 2005: 31).Uji kandungan sianida dalam air dari mataair Desa Keningar dan Desa Wates yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa air mataair kedua desa tersebut tidak memiliki kandungan sianida. Hasil ini masih tergolong baik dan
196
sesuai dengan persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
bahwa
total
kandungan sianida dalam air yang diperbolehkan untuk air minum adalah tidak lebih dari 0,07 mg/L. 18) Selenium (Se) WHO menetapkan kadar maksimum selenium yang diperbolehkan dalam air minum adalah sebesar 0,01 mg/L, sedangkan menurut persyaratan kualitas air minum menurut Per.Men.Kes.RI
No.492/Men.Kes/Per/IV/2010
bahwa
total
kandungan selenium dalam air yang diperbolehkan untuk air minum jugatidak lebih dari 0,01 mg/L. Pada penelitian ini, kandungan
selenium
tidak
dapat
diketahui
dikarenakan
keterbatasan laboratorium BBTKLPP Yogyakarta. Kualitas air mataair di Kecamatan Dukun pada bentuklahan dataran kaki gunungapi diambil di Desa Keningar, sedangkan pada bentuklahan dataran fluvial gunungapi diambil di Desa Wates. Kualitas fisik yang diteliti meliputi bau, warna, total zat padat terlarut, kekeruhan, rasa, dan suhu. Kualitas kimia yang diteliti meliputi alumunium, besi, kesadahan, khlorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, amonia, arsen, fluorida, total kromium, kadmium, nitrit, nitrat, dan sianida. Berdasarkan persyaratan kualitas fisik dan kimia air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 mataair di Desa Keningar dan Desa Wates sesuai dan memenuhi persyaratan baku mutu air minum.
197
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1.
Pola sebaran mataair di Kecamatan Dukun menurut analisis tetangga terdekat termasuk ke dalam pola mengelompok. Hal tersebut didasarkan pada nilai “p” dalam significant level 0,01 dan nilai z-score kurang dari 2,58..
2.
Terdapat 41 mataair yang terdiri dari 33 mataair untuk kebutuhan air rumah tangga dan 8 mataair untuk kebutuhan air irigasi. Debit mataair terendah 0,16 liter/detik dan debit tertinggi 16 liter/detik. Rata-rata debit mataair untuk kebutuhan air rumah tangga adalah 1,6 liter/detik dan mataair untuk irigasi adalah 13,88 liter/detik. Pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga di seluruh desa tercukupi dan rata-rata imbangan airnya surplus. Pemanfaatan mataair untuk irigasi secara keseluruhan juga tercukupi, namun terdapat bulan yang mengalami kekurangan air yakni pada bulan Mei II di Dusun Paten dan Dusun Bandung, Desa Paten.
3.
Kualitas air mataair di Kecamatan Dukun pada bentuklahan dataran kaki gunungapi diambil di Desa Keningar, sedangkan pada bentuklahan dataran fluvial gunungapi diambil di Desa Wates. Berdasarkan persyaratan kualitas fisik dan kimia air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 mataair di Desa Keningar dan Desa Wates sesuai dan memenuhi persyaratan.
198
B. Saran 1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelestarian hutan lindung berpengaruh terhadap keberadaan mataair. Oleh karena itu, untuk mempertahankan keberadaan dan kuantitas mataair, pemerintah terkait dan masyarakat diharapkan dapat menjaga keberlangsungan hutan lindung.
2.
Hasil penelitian yang berupa peta persebaran mataair dan debit mataairdapatdiinformasikan
kepada
masyarakat
dan
pemerintahsehingga menjadi masukan dalam memberikan arahan dan kebijakan dalam penyediaan dan pengelolaan mataair sebagai salah satu sumber air.
199
DAFTAR PUSTAKA Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Dukun dalam Angka Tahun 2015. Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Dukun dalam Angka Tahun 2016. Benyamin, Lakitan. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta. Bintarto. 1991. Geografi Konsep dan Pemikiran. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno.1979. MetodeAnalisa Geografi.Jakarta: LP3ES. Candra Samekto dan Ewin Sofian Winata. 2016. Potensi Sumber Daya Air di Indonesia. University Of Queensland. Chay Asdak. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress. Danang Endarto. 2007.Pengantar Geomorfologi Umum. Solo: Universitas Negeri Surakarta. Erna Kurniati, dkk. 2016. Nice Tutorial SIG Lanjut: Sistem Informasi Geografis Tingkat Lanjut. Billion Technology: Yogyakarta. Hendra Bakti. 2011. Mataair Sebagai Sumber Air Bersih di Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, NTT. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Vol. 21 No. 1 Hal. 49-55. HeruPramono. 2003. Diktat Kuliah GeomorfologiDasar.FakultasIlmuSosial: UNY. Junun Sartohadi, dkk. 2013. Geografi Tanah. Cetakan Kedua. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Karmono dan Joko Cahyono. Air.Yogyakarta.
1978.
Pengantar
Penentuan
Kualitas
Linsley R.K. & Joseph B.F. 1986.Teknik Sumberdaya Air. Jakarta: Erlangga. Mirna Aulia Pribadi. 2005. Evaluasi Kualitas Air Sungai Way Sulan Kecil Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Moh. Pabundu, Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.
200
Nursid Sumaatmadja.1981.Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni. Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB Press. Suci Kusmiyati. 2007. Evaluasi Kebutuhan Air Waduk Sempor untuk Irigasi di Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Skripsi. Fakultas Geografi. Yogyakarta: UGM. Sudarmadji. 2013.Mata Air Perspektif Hidrologis dan Lingkungan. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Sudarmadji. 2014.Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: UGM press. Sulih Hartono. 2007. Studi Kasus Kualitas dan Kuantitas Kelayakan Air Sumur Artetis sebagai Air Bersih untuk Kebutuhan Sehari-hari di Daerah Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2007. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Unoversitas Negeri Semarang. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Cetakan ke21. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suharyono dan Moch.Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Rineka Cipta Sunaryo, M Trie, Walujo Tjoek, dkk. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Air Konsep dan Pengelolaannya. Malang: Bayu Media. Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: ANDI. Sutikno. 2005. Pengantar Geografi Bagian Kedua. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Sutikno Hardjosuwarno. 1977. Potensi Air Tanah Bebas Untuk persediaan Air Minum Penduduk di Kotamadya Kediri. Skripsi. Fakultas Geografi. Yogyakarta: UGM. Verstappen, H.Th. 2013.Garis Besar Geomorfologi Indonesia. Terjemahan oleh Sutikno. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yunianto N. 2009. Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi pada Saluran Irigasi Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Geografi. Yogyakarta: UGM. Peraturan Perundang-undangan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
201
LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
202
(a) Mataair di Desa Keningar
(b) Pengukuran debit dan pengambilan sampel mataair Desa Keningar
(c) Mataair untuk irigasi (kiri) dan rumah tangga (kanan) Desa Kalibening
203
(d) Mataair Dusun Dukuhan (kiri) dan Dusun Ngentak (kanan) Desa Sumber
(e) Mataair Dusun Yuwono dan Dusun Sanggrahan Desa Wates
(f) Pengukuran Mataair Desa Dukun
(g) Mataair Dusun Gowa Desa Sewukan
204
(h) Mataair Desa Banyubiru
(i) Mataair Desa Sengi
(j) Wawancara di Dusun Gowa (kiri) dan Dusun Soka (kanan) Desa Sewukan
(j) Wawancara di Desa Sengi (kiri) dan Desa Paten (kanan)
205
(k) Wawancara di Desa Keningar (kiri) dan Desa Ngargomulyo (kanan)
(l) Wawancara di Desa Ketunggeng (kiri) dan Desa Banyubiru (kanan)
(m) Wawancara di Desa Dukun (kiri) dan Desa Banyudono (kanan)
206
(n) Wawancara di Desa Kalibening(kiri) dan Desa Krinjing (kanan)
(o) Wawancara di Desa Ngadipuro (kiri) dan Desa Sumber (kanan)
(p) Wawancara di Desa Wates(kiri) dan Desa Mangunsoko (kanan)
207
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN
208
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN PERSEBARAN MATAAIR No
Nama Mataair
Ketinggian (mdpal)
Lokasi Koordinat Administrasi
209
Tipe Mataair
Volume (Liter)
Waktu (detik)
Debit (Liter/detik)
Kelas Debit
KUESIONER PENGAMBILAN DATA KEBUTUHAN AIR RUMAH TANGGA Identitas Responden 1. Nomor Kuisioner
: ……………………………………………………
2. Nama Responden : …………………………………………………… 3. Alamat
: ……………………………………………………
4. Umur
: ……………………………………………...tahun
5. Jenis Kelamin
: ………………..………………………………….
Daftar Pertanyaan 6. Apa mata pencaharaian pokok Bapak? (pilih salah satu) a. Pegawai Negeri Sipil/ ABRI b. Pedagang/ Pengusaha c. Petani d. Buruh/ Tukang e. Lain-lain, sebutkan ……………… 7. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak? …………….. jiwa. 8. Berapa banyak air yang digunakan untuk keperluan seluruh anggota keluarga dalam 1 hari? a. Masak dan minum
= …………........................./Liter
b. Cuci pakaian
= ……………………………/Liter
c. Mandi dan WC
= ……………………………/Liter
d. Cuci alat dapur
= ……………………………/Liter
e. Wudlu
= ………………………….../Liter
f. Ternak/ kolam
= ……………………………/Liter
g. Taman
= ……………………………/Liter
h. Cuci kendaraan
= ……………………………/Liter
210
LAMPIRAN 3 DATA CURAH HUJAN DAN SUHU UDARA WILAYAH PENELITIAN
211
Tabel Data Curah Hujan Bulanan Lima Stasiun dari Tahun 2006-2016 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016 Sawangan 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Januari 380 398 431 596 403 345 369 544 274 211 297 Februari 418 282 282 348 559 318 279 257 284 421 446 Maret 621 509 271 451 310 593 421 463 650 463 249 April 507 374 361 187 207 533 397 183 277 540 289 Mei 377 245 149 387 127 436 596 103 29 66 322 Juni 543 39 201 235 58 182 7 158 70 17 Juli 245 199 152 37 84 Agustus 69 14 90 15 4 September 9 462 67 Oktober 19 165 85 109 379 277 298 60 8 November 306 228 245 373 416 318 191 678 609 121 Desember 267 402 304 543 579 124 544 407 996 745 Muntilan 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Januari 195 358 324 479 292 298 443 366 437 134 615 Februari 452 247 381 353 358 322 341 520 313 541 413 Maret 648 542 199 336 265 306 349 243 1398 753 262 April 214 260 307 345 173 223 303 481 801 459 349 Mei 257 219 143 282 189 425 173 150 49 202 Juni 159 234 40 195 104 51 71 21 Juli 137 119 80 10 1 Agustus 75 September 215 22 Oktober 13 165 59 92 465 80 355 78 2 November 97 222 180 412 591 227 302 570 409 60 Desember 258 565 381 463 330 334 189 255 542
212
Dukun 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Januari 202 400 457 540 163 317 429 226 130 478 358 Februari 380 284 410 533 249 416 314 262 416 370 513 Maret 490 499 261 367 165 497 297 490 605 154 239 April 394 387 338 281 114 395 291 275 342 280 475 Mei 412 247 165 261 90 270 69 49 309 171 Juni 487 45 137 193 49 186 24 83 9 103 Juli 183 194 221 79 10 Agustus 2 73 4 September 381 22 Oktober 210 116 546 279 80 12 80 November 335 179 252 486 546 418 489 295 130 300 Desember 266 293 473 453 312 332 291 464 564 186 Babadan 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Januari 418 418 501 601 338 217 582 285 371 426 556 Februari 229 229 522 564 458 677 467 405 262 343 420 Maret 124 66 452 273 479 388 319 569 484 257 401 April 197 117 353 395 141 283 318 423 339 343 242 Mei 101 329 193 69 111 309 374 229 154 322 Juni 42 150 96 2 108 8 451 33 169 217 Juli 76 29 189 188 174 Agustus 73 2 33 7 September 204 Oktober 152 152 384 33 232 104 11 182 November 118 449 204 572 120 149 265 207 238 Desember 449 422 526 184 438 668 675 251 377 378 Srumbung 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Januari 240 392 429 543 238 321 495 307 285 140 518 Februari 402 277 379 463 336 380 373 509 434 612 519 Maret 548 511 253 381 215 485 311 235 692 265 254 April 387 360 338 273 145 395 210 502 286 368 352 Mei 378 242 158 293 116 93 476 168 148 30 435 Juni 413 35 155 210 49 223 106 31 Juli 164 185 189 8 74 12 Agustus 15 4 130 September 2 440 27 Oktober 6 193 32 111 92 113 November 282 198 238 450 528 327 567 64 Desember 265 366 422 476 373 403 190 196 651 328
213
Tabel Data Curah Hujan Per 15 harian Stasiun Dukun dan Babadan dari Tahun 2006-2016 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016 Dukun Januari I Januari II Februari I Februari II Maret I Maret II April I April II Mei I Mei II Juni I Juni II Juli I Juli II Agustus I Agustus II September I September II Oktober I Oktober II November I November II Desember I Desember II
2016 122 75 233 105 188 279 197 181 205 187 209 220 94 89
2015 163 196 234 43 222 273 150 234 192 55 45
2014 261 191 148 104 108 147 247 87 150 11 134 170 15
69 220 165 88
97 78 124 163
2013 299 235 322 202 195 137 158 115 60 194 132 60 46 170
207 138 111 195 278
2012 78 74 72 168 66 95 69 39 46 43 36
190 265 189 245
2011 229 75 236 171 228 267 203 184
110 203 216 197 106
214
2010 159 265 175 125 149 139 152 133 127 130 99 82 56 15 11 51 234 133 285 251 153 265 195 125
2009
2008 98 122 129 115 198 279 151 109 57 8 24
2007 26 100 179 233 256 336 232 102 5 42 51
2006 147 311 251 107 54 84 180 85 155 136 9
65 198 258 214 128 145
7 73 242 53 208 251
7 19 108 144 400
Rata-rata 158.2 164.4 197.9 137.3 166.4 203.6 173.9 126.9 110.7778 89.55556 75.625 124 91.5 72.25 11 51 234 133 91 167.8 152.1111 170 171.6667 200.1111
Babadan Januari I Januari II Februari I Februari II Maret I Maret II April I April II Mei I Mei II Juni I Juni II Juli I Juli II Agustus I Agustus II September I September II Oktober I Oktober II November I November II Desember I Desember II
2016
2015
2014
2013
2012 292 116 134 87 50 64 77 66 33 64 39
2011 292 116 133 93 51 5 114
77 52 12 100 150 265
100 52 177 265 135 275
215
2010 201 289 335 175 230 211 208 133 223 96 135 11 56 13 12 56 15 176 216 160
261 245
2009 248 316 285 261 117 144 151 223 64 118 93
23 15 180 7 169
2008 160 167 220 224 287 180 89 38 57 8
2007 16 195 217 381 127 253 182 78 13 95 77 28 7 20
90 112 255 287 190 243
11 93 97 12 197 382
2006 195 379 247 209 82 216 185 122 155 140 5
28 117 119 496
Rata-rata 200.5714 225.4286 224.4286 204.2857 134.8571 153.2857 143.7143 110 90.83333 86.83333 69.8 19.5 31.5 16.5 12 56 15 176 98.8 82 97.33333 160.1667 151.2857 296.4286
Tabel Data Suhu Udara Stasiun Srumbung Sumber :Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, 2016 o
Tanggal 9-Oct-15 10-Oct-15 11-Oct-15 12-Oct-15 13-Oct-15 14-Oct-15 15-Oct-15 16-Oct-15 17-Oct-15 18-Oct-15 19-Oct-15 20-Oct-15 21-Oct-15 22-Oct-15 23-Oct-15 24-Oct-15 25-Oct-15 26-Oct-15 27-Oct-15 28-Oct-15 29-Oct-15 30-Oct-15 31-Oct-15 1-Nov-15 2-Nov-15 3-Nov-15 4-Nov-15 5-Nov-15 6-Nov-15 7-Nov-15 8-Nov-15 9-Nov-15 10-Nov-15 11-Nov-15 12-Nov-15 13-Nov-15 14-Nov-15 15-Nov-15 16-Nov-15 17-Nov-15 18-Nov-15 19-Nov-15 20-Nov-15 21-Nov-15 22-Nov-15 23-Nov-15 24-Nov-15
Pagi 20.8 19.3 17.9 18.7 20.2 19.8 17.9 18.9 18.5 20 20.8 21 21 18.1 21.2 17.8 17 20.8 21 20.6 21.2 21.2 20.2 21 21.3 21.5 21.6 21.3 22 21.5 21.3 21.8 21.7 21.6 21.8 22.1 21.3 21.6 21.4 22 20.8 21.3 22.0 22.2 22.3
Suhu ( C) Siang 31.8 29.3 33.2 30.5 29.5 29.7 32.5 33 31.8 29.2 30.1 29.2 30.1 31.2 32.8 31.8 30.2 31.9 31.2 30.1 30.6 30.1 30.4 30.7 30.9 31.9 29.6 28.4 31.6 22.5 28.4 28.3 24.3 24.5 24.5 28.2 30.7 30.6 30.1 27.6 27.5 26 31.7 30.8 28.7
Sore 21.1 22.7 23.3 22.5 21.9 22.6 23.9 22.5 23.5 23.3 22.9 23 24 22.7 22.7 23.3 22.6 22.9 23.3 23.2 23.2 22.6 23.1 23.4 23.8 23.6 23.3 24 23.4 21.6 22.4 22 22.3 22.2 23.3 23.1 24.7 22.7 23.3 22.7 23.1 23.9 24.4 21.8 24.5
21.5
25.8
22.8
o
Rata-rata ( C)
216
24.56666667 23.76666667 24.8 23.9 23.86666667 24.03333333 24.76666667 24.8 24.6 24.16666667 24.6 24.4 25.03333333 24 25.56666667 24.3 23.26666667 25.2 25.16666667 24.63333333 25 24.63333333 24.56666667 25.03333333 25.33333333 25.66666667 24.83333333 24.56666667 25.66666667 21.86666667 24.03333333 24.03333333 22.76666667 22.76666667 23.2 24.46666667 25.56666667 24.96666667 24.93333333 24.1 23.8 23.73333333 28.05 24.93333333 25.16666667 23.36666667
Rata-rata o Per 15 Hari ( C)
24.24286
24.62083
24.31778
24.7369
25-Nov-15 26-Nov-15 27-Nov-15 28-Nov-15 29-Nov-15 30-Nov-15 1-Dec-15 2-Dec-15 3-Dec-15 4-Dec-15 5-Dec-15 6-Dec-15 7-Dec-15 8-Dec-15 9-Dec-15 10-Dec-15 11-Dec-15 12-Dec-15 13-Dec-15 14-Dec-15 15-Dec-15 16-Dec-15 17-Dec-15 18-Dec-15 19-Dec-15 20-Dec-15 21-Dec-15 22-Dec-15 23-Dec-15 24-Dec-15 25-Dec-15 26-Dec-15 27-Dec-15 28-Dec-15 29-Dec-15 30-Dec-15 31-Dec-15 1-Jan-16 2-Jan-16 3-Jan-16 4-Jan-16 5-Jan-16 6-Jan-16 7-Jan-16 8-Jan-16 9-Jan-16 10-Jan-16 11-Jan-16 12-Jan-16 13-Jan-16 14-Jan-16 15-Jan-16 16-Jan-16
21.6 21.4 28.8 21.4 21.6 21.8 21.4 22.5 23 23.4 23.6 22.2 19.7 21.6 21.5 22.1 21.3 22 21 22.2 20.5 20.5 21.9 20.8 21.1 21.6 20.9 20.7 22.1 20.7 21.9 20.9 21.6 21 22.4 22.9 21.7 22.1 20.5 22.2 21.8 22 20.7 21.2 21.6 21 21.9 21.3 22 21.7 21.3 21.3 21.8
24.6 25.7 29.9 30.1 30.2 30.2 27.2 28.8 28.9 28.6 28.2 26.4 28.3 26.8 25.1 24.7 30.3 25.2 28.6 23.3 30.5 27.4 27.2 28.7 26.5 30 29.3 29.4 25.5 29 28.9 28 28.5 30.6 29.6 30.1 30.1 27.8 29.7 30.2 27.8 30.2 30.7 31.6 29.6 30.6 21.9 27.5 30.7 28.6 30.1 29.2
22.5 22.4 23.1 24.3 21.3 23.8 23.3 22.8 22.1 23.3 23 22.4 22.8 21.4 23.7 23.3 23 21.3 24.5 20.9 21.7 22.5 21 21 21.4 22.5 21.3 22.4 22.9 22.4 23.5 24.1 24.3 24.9 24.9 25.5 23.8 22.3 24.7 25.1 24 23.9 24.7 24 23.6 22.5 23 22.5 24.5 23.9 24.7 25.2 24.2
217
22.9 23.16666667 27.26666667 25.26666667 24.36666667 25.26666667 23.96666667 24.7 24.66666667 25.1 24.93333333 23.66666667 23.6 23.26666667 23.43333333 23.36666667 24.86666667 22.83333333 24.7 22.13333333 24.23333333 23.46666667 23.36666667 23.5 23 24.7 23.83333333 24.16666667 23.5 24.03333333 24.76666667 24.33333333 24.8 25.5 25.63333333 26.16666667 25.2 24.06666667 24.96666667 25.83333333 24.53333333 25.36666667 25.36666667 25.6 24.93333333 24.7 22.26666667 23.76666667 25.73333333 24.73333333 23 25.53333333 25.06666667
23.96444
24.37292
24.69333
25.35417
17-Jan-16 18-Jan-16 19-Jan-16 20-Jan-16 21-Jan-16 22-Jan-16 23-Jan-16 24-Jan-16 25-Jan-16 26-Jan-16 27-Jan-16 28-Jan-16 29-Jan-16 30-Jan-16 31-Jan-16 1-Feb-16 2-Feb-16 3-Feb-16 4-Feb-16 5-Feb-16 6-Feb-16 7-Feb-16 8-Feb-16 9-Feb-16 10-Feb-16 11-Feb-16 12-Feb-16 13-Feb-16 14-Feb-16 15-Feb-16 16-Feb-16 17-Feb-16 18-Feb-16 19-Feb-16 20-Feb-16 21-Feb-16 22-Feb-16 23-Feb-16 24-Feb-16 25-Feb-16 26-Feb-16 27-Feb-16 28-Feb-16 29-Feb-16 1-Mar-16 2-Mar-16 3-Mar-16 4-Mar-16 5-Mar-16 6-Mar-16 7-Mar-16 8-Mar-16 9-Mar-16
21.5 21.5 21.2 21.6 21.5 21.4 24.4 23.3 22 21.6 24.6 21.2 23 21.4 22.8 22.2 21 21.5 22.8 22.5 22.4 22.5 23.1 22.6 21.6 21.9 21.6 21.5 21.4 21.8 21.5 21.1 21.9 20.5 21.6 21.4 21.2 21.4 21.3 21.9 22.4 21 22.2 21.8 24.8 22.8 22.5 22.6 22.2 22 21.6 22.2 20.9
30.8 28.8 27.1 29.6 26.3 31.1 29.4 30.3 30.4 30.6 31 30.8 31 31.5 28.5 29.2 25.3 24.8 28.6 26 29.6 26 25.7 25.4 25.8 25.2 26.5 27.7 29.2 30.2 30 29.5 29.6 29.6 25.7 26 26.9 30.7 27.9 28.5 28 23.1 29.2 23.6 28.2 31.1 28 28.5 22.5 26 25.9 28.2 22.4
26 23.7 23.7 21.9 21.2 23.1 24.9 24.4 22.1 24.4 29.5 24.6 24.9 22.7 24.5 22.8 22.2 23.6 22.6 22.3 24.9 22.3 23.4 23.1 21.5 22.5 23.5 23.8 23.6 23.4 22.3 21.7 21.6 24.5 23.6 23.5 22.9 23.3 22.7 23.4 23.7 21.8 22.5 23 25.7 22.7 23 24.5 24.1 22 23.3 22.5 23.1
218
26.1 24.66666667 24 24.36666667 23 25.2 26.23333333 26 24.83333333 25.53333333 28.36666667 25.53333333 26.3 25.2 25.26666667 24.73333333 22.83333333 23.3 24.66666667 23.6 25.63333333 23.6 24.06666667 23.7 22.96666667 23.2 23.86666667 24.33333333 24.73333333 25.13333333 24.6 24.1 24.36666667 24.86666667 23.63333333 23.63333333 23.66666667 25.13333333 23.96666667 24.6 24.7 21.96666667 24.63333333 22.8 26.23333333 25.53333333 24.5 25.2 22.93333333 23.33333333 23.6 24.3 22.13333333
24.02444
24.04762
24.59556
10-Mar-16 11-Mar-16 12-Mar-16 13-Mar-16 14-Mar-16 15-Mar-16 16-Mar-16 17-Mar-16 18-Mar-16 19-Mar-16 20-Mar-16 21-Mar-16 22-Mar-16 23-Mar-16 24-Mar-16 25-Mar-16 26-Mar-16 27-Mar-16 28-Mar-16 29-Mar-16 30-Mar-16 31-Mar-16 1-Apr-16 2-Apr-16 3-Apr-16 4-Apr-16 5-Apr-16 6-Apr-16 7-Apr-16 8-Apr-16 9-Apr-16 10-Apr-16 11-Apr-16 12-Apr-16 13-Apr-16 14-Apr-16 15-Apr-16 16-Apr-16 17-Apr-16 18-Apr-16 19-Apr-16 20-Apr-16 21-Apr-16 22-Apr-16 23-Apr-16 24-Apr-16 25-Apr-16 26-Apr-16 27-Apr-16 28-Apr-16 29-Apr-16 30-Apr-16 1-May-16
23 22.3 22.8 22.6 23.3 24.8 23.6
23.9 23.6 30.1 32.3 29.8 30.4 31.2
24.6 23.5 21.2 24.6 25.1 25.6 24.1
23.83333333 23.13333333 24.7 26.5 26.06666667 26.93333333 26.3
21.3 21.8 22 20.7 21.4 21.6 21.8 22.6 20.7 22.3 22.2 22.2 22.2 22.4 22.2 21.8 22 22.2 22.6 22.9 21.3 22.2 21.8 22.9 23.1 22.8 27.4 22.7 21.8 22 23.9 20.9 21.2 21.3 22.4 21.8 21.2 21.7 21.1 21.5 21.8 21.7 22.4 21.8
30.2 30.9 22.9 22.7 28.1 29.5 30.9 28 27.4 25.8
23.7 22.4 22.8 23.3 22.4 21.6 22.4 22.2 22.3 21.6 23.4 24 23.8 24.2 22.5 22.9 23.8 20.6 23.4 25.2 23.3 23 23.1 23.3 22.1 23.1 22.5 23.9 23.3 24.6 23.3 25.3 23.6 24.2 24.3 25.3 25.4 22.1 22.8 23.2 22 24.8 25.3 23.3
25.06666667 25.03333333 22.56666667 22.23333333 23.96666667 24.23333333 25.03333333 24.26666667 23.46666667 23.23333333 22.8 24.36666667 24.8 25.33333333 24.96666667 25.2 25.43333333 23.56666667 22.96666667 26.13333333 24.8 24.9 25.26666667 24.66666667 23.9 24.43333333 26.23333333 25.36666667 25.1 25.33333333 25.46666667 26.2 25.03333333 25.9 24.83333333 25.53333333 26.03333333 25.13333333 24.33333333 24.33333333 24.03333333 25.86666667 25.9 25.1
26.9 28.4 29.4 30.2 30.9 30.5 27.9 22.9 30.3 29.8 29.5 30.9 27.8 26.5 27.4 28.8 29.5 30.2 29.4 29.2 32.4 30.3 32.2 27.8 29.5 31.5 31.6 29.1 28.3 28.3 31.1 30 30.2
219
24.09762
24.87778
25.26889
25.16444
2-May-16 3-May-16 4-May-16 5-May-16 6-May-16 7-May-16 8-May-16 9-May-16 10-May-16 11-May-16 12-May-16 13-May-16 14-May-16 15-May-16 16-May-16 17-May-16 18-May-16 19-May-16 20-May-16 21-May-16 22-May-16 23-May-16 24-May-16 25-May-16 26-May-16 27-May-16 28-May-16 29-May-16 30-May-16 31-May-16 1-Jun-16 2-Jun-16 3-Jun-16 4-Jun-16 5-Jun-16 6-Jun-16 7-Jun-16 8-Jun-16 9-Jun-16 10-Jun-16 11-Jun-16 12-Jun-16 13-Jun-16 14-Jun-16 15-Jun-16 16-Jun-16 17-Jun-16 18-Jun-16 19-Jun-16 20-Jun-16 21-Jun-16 22-Jun-16 23-Jun-16
21.9 21.9 23.5 22.9 21.6 22.2 22.8 20.8 20.7 21.5 21.6 21.8 22.8 21.5 21.8 22.8 22.6 21.9 22.6 23.1 20.9 21.6 22.1 21.7 21.4 22.3 21.4 21.4 20.4 21.4 20.3 21.3 20.9 20.6 21 20.2 21.2 22 20.2 20.4 20.2 19.8 20 21.8 20.8 20.3 21.3 21 20.4 20.8 19.6 21.9 21.2
28.9 28.9 32.6 31.7 31.2 30.2 30.1 29.4 27.3 28.6 29.2 30.9 30 27.4 29.2 27.1 31 30.7 27.5 30.2 28.9 25.7 31 29.2 30.2 28.8 30.6 30.7 25.4 27.3 31.2 31.1 28.8 30.7 30.1 25.9 29.1 24.8 24.9 29.3 28.3 29.2 30.1 28.8 29.4 28.3 29.5 26.5 27.8 29 29.2 30.6 27.5
24.8 24.8 25.4 25 24.3 22.4 22 23.3 24 22.7 23 24 23.3 24.2 22.9 24.2 23.4 24.2 24 23.3 23.4 23.4 24.6 24.6 24.6 24.4 26 23.2 23.7 21.5 22.9 23.2 24.6 24.8 23.1 22.3 24.2 22.9 21.8 22.6 21.1 23.4 24.5 23.6 22.9 22.9 24.6 22 22 23.3 23.2 23.2 24.6
220
25.2 25.2 27.16666667 26.53333333 25.7 24.93333333 24.96666667 24.5 24 24.26666667 24.6 25.56666667 25.36666667 24.36666667 24.63333333 24.7 25.66666667 25.6 24.7 25.53333333 24.4 23.56666667 25.9 25.16666667 25.4 25.16666667 26 25.1 23.16666667 23.4 24.8 25.2 24.76666667 25.36666667 24.73333333 22.8 24.83333333 23.23333333 22.3 24.1 23.2 24.13333333 24.86666667 24.73333333 24.36666667 23.83333333 25.13333333 23.16666667 23.4 24.36666667 24 25.23333333 24.43333333
24.88125
24.22889
24.41333
24-Jun-16 25-Jun-16 26-Jun-16 27-Jun-16 28-Jun-16 29-Jun-16 30-Jun-16 1-Jul-16 2-Jul-16 3-Jul-16 4-Jul-16 5-Jul-16 6-Jul-16 7-Jul-16 8-Jul-16 9-Jul-16 10-Jul-16 11-Jul-16 12-Jul-16 13-Jul-16 14-Jul-16 15-Jul-16 16-Jul-16 17-Jul-16 18-Jul-16 19-Jul-16 20-Jul-16 21-Jul-16 22-Jul-16 23-Jul-16 24-Jul-16 25-Jul-16 26-Jul-16 27-Jul-16 28-Jul-16 29-Jul-16 30-Jul-16 31-Jul-16 1-Aug-16 2-Aug-16 3-Aug-16 4-Aug-16 5-Aug-16 6-Aug-16 7-Aug-16 8-Aug-16 9-Aug-16 10-Aug-16 11-Aug-16 12-Aug-16 13-Aug-16 14-Aug-16 15-Aug-16
19.6 20.6 22.1 21.8 21 21.2 21.6 21.8 21 21.4 21.3 19.8 18.5 20.2 19.7 20.4 20.2 21.2 22.5 20.7 20.7 20.8 21.6 21 20.2 19.3 20.9 21.4 19.9 22.5 19.5 17.3 21.7 18 18.5 20.1 21 19.6 20.4 20.7 19 18.3 20.2 20.1 20.1 21 21.2 19.2 18.4 21.2 21.7 21 20
30.7 31 29.5 24.9 27 31.3 30.2 29.5 29 27.5 30.4 30.7 32 30 28.9 28.8 26.8 29 28.5 29.8 31.2 24.6 29.3 29 31.6 27.9 26.2 30.2 30.5 30.2 29 27.7 22 29.2 29.2 30.1 29.2 27 27.7 27.7 25.6 28.9 27.9 29.9 29.9 27.4 30.3 30.5 29.7 24.4 28.3 26 29.4
24.1 23.8 23.5 22.4 23.2 23.9 24.5 24.4 24.6 24.2 24.6 24.8 24.6 22.7 23.2 23.9 23.4 23 23.2 24.8 22.8 22.6 24.3 24.2 23.6 22.5 23.9 24.3 23.3 21.6 22.5 23.2 21.8 23.4 22.7 24.1 23.8 23.1 21.7 21.1 21.3 21.4 23.6 23.4 23.4 23.4 24.5 23.7 23.8 22.7 23.2 22.5 22.8
221
24.8 25.13333333 25.03333333 23.03333333 23.73333333 25.46666667 25.43333333 25.23333333 24.86666667 24.36666667 25.43333333 25.1 25.03333333 24.3 23.93333333 24.36666667 23.46666667 24.4 24.73333333 25.1 24.9 22.66666667 25.06666667 24.73333333 25.13333333 23.23333333 23.66666667 25.3 24.56666667 24.76666667 23.66666667 22.73333333 21.83333333 23.53333333 23.46666667 24.76666667 24.66666667 23.23333333 23.26666667 23.16666667 21.96666667 22.86666667 23.9 24.46666667 24.46666667 23.93333333 25.33333333 24.46666667 23.96666667 22.76666667 24.4 23.16666667 24.06666667
24.52667
24.02292
23.74667
16-Aug-16 17-Aug-16 18-Aug-16 19-Aug-16 20-Aug-16 21-Aug-16 22-Aug-16 23-Aug-16 24-Aug-16 25-Aug-16 26-Aug-16 27-Aug-16 28-Aug-16 29-Aug-16 30-Aug-16 31-Aug-16 1-Sep-16 2-Sep-16 3-Sep-16 4-Sep-16 5-Sep-16 6-Sep-16 7-Sep-16 8-Sep-16 9-Sep-16 10-Sep-16 11-Sep-16 12-Sep-16 13-Sep-16 14-Sep-16 15-Sep-16 16-Sep-16 17-Sep-16 18-Sep-16 19-Sep-16 20-Sep-16 21-Sep-16 22-Sep-16 23-Sep-16 24-Sep-16 25-Sep-16 26-Sep-16 27-Sep-16 28-Sep-16 29-Sep-16 30-Sep-16
19.8 20.2 21.5 20.2 20.6 16.8 19.8 19.5 18.3
30.5 29.7 29.2 30.2 29.5 25 27.2 29 28.9
19.5 21.7 21.8 21.7 19.6 21.8 20.6 20.1 19.8 20.6 19.9 17 20.8 20 20 22.3 21.7 19 19.5 21.3 19.5 20.8 23.2 22 21.3 21.2 22.5 21.4 20.9 20.5 20.4 20.5 20.7 22.5 21.3 22.1
29.6 29.1 27 29.5
30.4 28.4 29.9 29.4 20.8 31.3 28.4 28.4 30 29.5 25.1 26.5 27.9 27.7 30.2 26.7 30.9 26.8 27.2 26.2 28 29.2 25.6 29.7 28.1 27.3 28.9 27.1
22.3 23.3 22.7 22.6 21.9 22.6 22 21.9 22.1 21.8 23.2 24.4 23.3 23.8 24.6 23.2 23.9 23.8 22.4 22.1 23.1 20.4 23.1 24.9 24.1 22.5 23.6 24.2 21.6 22.2 22.5 22.1 24 22.5 22.9 23.2 23.3 23.4 20.9 22.8 21.3 21.7 23.6 22.3 23.8 25.1
222
24.2 24.4 24.46666667 24.33333333 24 21.46666667 23 23.46666667 23.1 21.8 24.1 25.06666667 24.03333333 25 22.1 22.5 24.96666667 24.1 24.03333333 24.03333333 21.5 19.4 21.95 25.4 24.16666667 24.4 25.1 24.23333333 22.06666667 23.33333333 23.3 23.53333333 25.8 23.73333333 25.03333333 23.73333333 24.33333333 23.66666667 23.26666667 24.16666667 22.43333333 23.96666667 24.13333333 24.03333333 24.66666667 24.76666667
23.56458
23.46556
24.08444
Tabel Data Suhu Udara Stasiun Babadan Sumber :Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, 2016 o
Tanggal 9-Oct-15 10-Oct-15 11-Oct-15 12-Oct-15 13-Oct-15 14-Oct-15 15-Oct-15 16-Oct-15 17-Oct-15 18-Oct-15 19-Oct-15 20-Oct-15 21-Oct-15 22-Oct-15 23-Oct-15 24-Oct-15 25-Oct-15 26-Oct-15 27-Oct-15 28-Oct-15 29-Oct-15 30-Oct-15 31-Oct-15 1-Nov-15 2-Nov-15 3-Nov-15 4-Nov-15 5-Nov-15 6-Nov-15 7-Nov-15 8-Nov-15 9-Nov-15 10-Nov-15 11-Nov-15 12-Nov-15 13-Nov-15 14-Nov-15 15-Nov-15 16-Nov-15 17-Nov-15 18-Nov-15 19-Nov-15 20-Nov-15 21-Nov-15 22-Nov-15 23-Nov-15 24-Nov-15
Pagi 15.2 16.1 18.1 16.2 16.2 15.1 13.4 18.2 17.2 16.4 16.6 18.8 15.1 19 17.2 16.8 15.4 15.3 17.2 18 16.4 17.2 16 16.2 16.1 15.1 16.8 17.2 17.3 18.3 18 18.2 17.3 17.4 17.2 18 17.1 17 16.4 18 17.2 17.3 18 18 20.4
Suhu ( C) Siang 25.1 24.1 26.6 25.4 21.2 26.1 24.4 26.2 27.4 26.5 25.4 25.1 28.1 25.8 23.2 26.4 26.2 27.2 26.8 24.4 26 25.8 25.6 25.1 24.2 25.8 23.4 24.2 24.2 21.6 20.8 21.2 20.2 22.4 24.4 25 25.1 25.4 25.6 23.1 26 26.6 25.8 25 27.1
Sore 19.1 19.1 20.1 19.4 19.4 19 18.4 19.4 20 19.4 19.6 19.2 20.2 20.2 19.6 18.2 20.3 19.4 20.8 20.3 20.4 19 19.8 19.4 20.2 19.2 19.8 19.7 19.1 18.4 19.2 19.1 18.4 18.8 19.2 20,4 21.1 20 19.4 19.2 21.1 20.2 20.6 20.2 21.1
17.8
23.8
20.6
o
223
Rata-rata ( C) 19.8 19.76666667 21.6 20.33333333 18.93333333 20.06666667 18.73333333 21.26666667 21.53333333 20.76666667 20.53333333 21.03333333 21.13333333 21.66666667 20 20.46666667 20.63333333 20.63333333 21.6 20.9 20.93333333 20.66666667 20.46666667 20.23333333 20.16666667 20.03333333 20 20.36666667 20.2 19.43333333 19.33333333 19.5 18.63333333 19.53333333 20.26666667 21.5 21.1 20.8 20.46666667 20.1 21.43333333 21.36666667 21.46666667 21.06666667 22.86666667 20.73333333
Rata-rata o Per 15 Hari ( C)
19.89048
20.88958
20.07333
20.93571
25-Nov-15 26-Nov-15 27-Nov-15 28-Nov-15 29-Nov-15 30-Nov-15 1-Dec-15 2-Dec-15 3-Dec-15 4-Dec-15 5-Dec-15 6-Dec-15 7-Dec-15 8-Dec-15 9-Dec-15 10-Dec-15 11-Dec-15 12-Dec-15 13-Dec-15 14-Dec-15 15-Dec-15 16-Dec-15 17-Dec-15 18-Dec-15 19-Dec-15 20-Dec-15 21-Dec-15 22-Dec-15 23-Dec-15 24-Dec-15 25-Dec-15 26-Dec-15 27-Dec-15 28-Dec-15 29-Dec-15 30-Dec-15 31-Dec-15 1-Jan-16 2-Jan-16 3-Jan-16 4-Jan-16 5-Jan-16 6-Jan-16 7-Jan-16 8-Jan-16 9-Jan-16 10-Jan-16 11-Jan-16 12-Jan-16 13-Jan-16 14-Jan-16 15-Jan-16 16-Jan-16
17.6 18.1 17.3 17.6 19.8 18 18.2 18.4 19.2 17.9 17.4 19 17.8 18 18.2 19 18.2 18.8 17.3 18.2 17.4 17.4 18.1 18.2 17.2 18.8 18.3 18.3 17.8 17.6 17.4 18.4 18 17.6 18.4 17.4 17.2 18.2 17.3 18.2 18.4 18.2 18.2 17.4 18.6 17.6 18.4 18.7 17.6 17.8 18.1 17.2 17.2
20.4 21.3 23.4 26.8 25.3 25 25.4 25.6 25.8 23.1 21.2 20.1 22.4 23.4 21 22.1 22.4 22.4 21.4 19.4 23.2 21.6 20.2 21.8 23 22 23.1 23.2 24.7 22.1 24.2 25.4 26 25.1 25.3 25.4 23.6 22.1 22.3 23.4 23.6 22.1 25.2 24.8 24.6 23.4 23.2 22.8 25 24.3 23.3 23.8 23
19.3 20.1 20.7 21 19 20.1 20.4 20.6 20.4 19.3 19.1 18.4 18.2 18.4 20.2 19.4 19.6 18.2 20 18.8 17.6 19 17.4 17.8 20.4 19.1 20 19.6 18.4 19.1 20.4 21.4 21.6 20.3 20.4 20.6 20 20.3 20.1 20.2 20 20 21.3 20.2 20.2 20.3 20.3 19 20.4 20.1 20.1 20.2 20
224
19.1 19.83333333 20.46666667 21.8 21.36666667 21.03333333 21.33333333 21.53333333 21.8 20.1 19.23333333 19.16666667 19.46666667 19.93333333 19.8 20.16666667 20.06666667 19.8 19.56666667 18.8 19.4 19.33333333 18.56666667 19.26666667 20.2 19.96666667 20.46666667 20.36666667 20.3 19.6 20.66666667 21.73333333 21.86666667 21 21.36666667 21.13333333 20.26666667 20.2 19.9 20.6 20.66666667 20.1 21.56666667 20.8 21.13333333 20.43333333 20.63333333 20.16666667 21 20.73333333 20.5 20.4 20.06666667
20.01111
20.38125
20.58889
20.72444
17-Jan-16 18-Jan-16 19-Jan-16 20-Jan-16 21-Jan-16 22-Jan-16 23-Jan-16 24-Jan-16 25-Jan-16 26-Jan-16 27-Jan-16 28-Jan-16 29-Jan-16 30-Jan-16 31-Jan-16 1-Feb-16 2-Feb-16 3-Feb-16 4-Feb-16 5-Feb-16 6-Feb-16 7-Feb-16 8-Feb-16 9-Feb-16 10-Feb-16 11-Feb-16 12-Feb-16 13-Feb-16 14-Feb-16 15-Feb-16 16-Feb-16 17-Feb-16 18-Feb-16 19-Feb-16 20-Feb-16 21-Feb-16 22-Feb-16 23-Feb-16 24-Feb-16 25-Feb-16 26-Feb-16 27-Feb-16 28-Feb-16 29-Feb-16 1-Mar-16 2-Mar-16 3-Mar-16 4-Mar-16 5-Mar-16 6-Mar-16 7-Mar-16 8-Mar-16 9-Mar-16
17.4 18.2 18.4 17.4 17.3 20 19.2 19.4 19.4 19.2 17.8 18.4 18.2 19.1 19.4 18.6 18.1 18.1 19.6 18.2 19.1 18.4 18.6 18.2 18.4 18.1 18.4 19 18.2 19.4 18.2 18.6 16.4 18 18.2 17.8 18.8 18.1 18.4 18 17.2 18.2 18.6 19.2 19.3 19.1 19.2 18 18.4 18 18.4 18.4
25.2 22.6 20.3 20.1 20.1 26.2 26.2 23 25.4 24.6 26.6 25.2 25.2 24.4 23.4 23.1 18.9 23.2 23.4 22.4 23.4 22.8 22.4 19.3 20.3 22 23.2 22.2 23.4 25.2 23 22 23.4 22.4 22.8 19.3 23.6 21.2 24 21.6 19.7 21 23 24 23.9 22.6 22.2 22.6 20.6 22.1 22.2 22
20.2 20 19.9 18.3 18.3 19.8 20.8 19.1 20.2 19.6 20.4 20.4 20.5 20.4 20.4 19.1 18.2 19.8 18.8 20.1 19.3 19.2 18.8 18.4 18.3 19.2 20.6 21.2 19.4 19.4 18.6 20.5 20.3 20 19.2 19.7 19.7 19.4 19.4 19 18.1 18 19.8 20.4 19 19.6 20 19.7 18.8 20.2 19.6 20.2
225
20.93333333 20.26666667 19.53333333 18.6 18.56666667 22 22.06666667 20.5 21.66666667 21.13333333 21.6 21.33333333 21.3 21.3 21.06666667 20.26666667 18.4 20.36666667 20.6 20.23333333 20.6 20.13333333 19.93333333 18.63333333 19 19.76666667 20.73333333 20.8 20.33333333 21.33333333 19.93333333 20.36666667 20.03333333 20.13333333 20.06666667 18.93333333 20.7 19.56666667 20.6 19.53333333 18.33333333 19.06666667 20.46666667 21.2 20.73333333 20.43333333 20.46666667 20.1 19.26666667 20.1 20.06666667 20.2
20.05778
19.93333
20.32889
10-Mar-16 11-Mar-16 12-Mar-16 13-Mar-16 14-Mar-16 15-Mar-16 16-Mar-16 17-Mar-16 18-Mar-16 19-Mar-16 20-Mar-16 21-Mar-16 22-Mar-16 23-Mar-16 24-Mar-16 25-Mar-16 26-Mar-16 27-Mar-16 28-Mar-16 29-Mar-16 30-Mar-16 31-Mar-16 1-Apr-16 2-Apr-16 3-Apr-16 4-Apr-16 5-Apr-16 6-Apr-16 7-Apr-16 8-Apr-16 9-Apr-16 10-Apr-16 11-Apr-16 12-Apr-16 13-Apr-16 14-Apr-16 15-Apr-16 16-Apr-16 17-Apr-16 18-Apr-16 19-Apr-16 20-Apr-16 21-Apr-16 22-Apr-16 23-Apr-16 24-Apr-16 25-Apr-16 26-Apr-16 27-Apr-16 28-Apr-16 29-Apr-16 30-Apr-16 1-May-16
18.6 20.1 18.1 17.8 17.4 17.3 15.2
22.2 20.2 23 25.4 21.8 24.9 25.4
20.3 20.2 19 20.4 20.1 20.3 20.3
20.36666667 20.16666667 20.03333333 21.2 19.76666667 20.83333333 20.3
19.7 19.6 18.2 18.8 18.6 18.4 19 17.2 18.1 18.2 17.8 18.3 18.4 18 18.2 19.3 18.9 19 18 18.4 19 18.6 19.4 19.2 18.8 18.2 19.5 18.3 19.8 18.8 18 18 17.1 20
26.8 21.6 21.6 22.6 22.6 21.8 24.6 23.2 24.4 20.8 22.2 23 23.2 23.4 24.6 23.6 21.2 21.8 23.6 24.6 23 24.2 24.6 20.2 22.8 20.5 22.1 21.8 23 23 23.7 24 18.1 21.8
20 19.2 19.9 19.1 20 20.2 20.6 20.1 20.2 18.6 20.3 19.9 20.2 20.4 21 20.4 20.4 20.2 21.6 20.1 19.8 20.4 20.2 18.8 18.6 20.2 20.3 19.8 20.8 20.3 20.4 19 20.4 20.2
22.16666667 20.13333333 19.9 20.16666667 20.4 20.13333333 21.4 20.16666667 20.9 19.2 20.1 20.4 20.6 20.6 21.26666667 21.1 20.16666667 20.33333333 21.06666667 21.03333333 20.6 21.06666667 21.4 19.4 20.06666667 19.63333333 20.63333333 19.96666667 21.2 20.7 20.7 20.33333333 18.53333333 20.66666667
20.41282
20.59778
20.31818
18 18.4 18.3 18.1 18.2
22.2 22.1 23.1 22.3 23.6
19.9 19.8 20.3 21.7 20.4
226
20.03333333 20.1 20.56666667 20.7 20.73333333
20.96222
2-May-16 3-May-16 4-May-16 5-May-16 6-May-16 7-May-16 8-May-16 9-May-16 10-May-16 11-May-16 12-May-16 13-May-16 14-May-16 15-May-16 16-May-16 17-May-16 18-May-16 19-May-16 20-May-16 21-May-16 22-May-16 23-May-16 24-May-16 25-May-16 26-May-16 27-May-16 28-May-16 29-May-16 30-May-16 31-May-16 1-Jun-16 2-Jun-16 3-Jun-16 4-Jun-16 5-Jun-16 6-Jun-16 7-Jun-16 8-Jun-16 9-Jun-16 10-Jun-16 11-Jun-16 12-Jun-16 13-Jun-16 14-Jun-16 15-Jun-16 16-Jun-16 17-Jun-16 18-Jun-16 19-Jun-16 20-Jun-16 21-Jun-16 22-Jun-16 23-Jun-16
18 20.6 18.2 18.2 18 17.6 17.4 18 17.2 19.4 18.3 19.9 20.6 20 18.3 19 17.6 17.4 18.3 20 17.8 19.9 17 18.8 18 17.6 17.8 19 18.3 18.4 17.8 17.6 17 17.4 17.8 17.2 18 18.2 17.4 17 17.1 18.1 18 17.4 20 17.4 17.8 18 17 19.7 16.8 16.6 18
23.4 24.8 23.1 23.8 24.2 23.7 23.4 21.4 23.8 22.4 22.4 25.6 25.2 24 22.3 22.8 29.8 24.7 22.8 23.8 23.6 24 21.4 22.8 23.2 22.8 22.4 23.4 22 21 22.7 23 21.8 25.8 23.2 20.4 22.1 21.4 21.2 23 21.9 23.6 23 22.3 23.2 22.8 25.2 21.6 20.2 21.8 23.4 22.1 21.7
20.8 21.9 22.2 19.8 19.6 19.9 19.7 20 20.6 19.6 19.7 21.4 21.6 21.7 20.3 20.6 21.6 20.4 20.3 20.6 20.4 18 20.2 20.2 20.8 20.2 21.6 19.9 20 19 20.2 20 19.7 19.6 20.4 20.1 14.9 18.6 18.8 20.3 19 20.8 20.6 18.2 20.4 20.2 21.2 19.8 19.6 19 20.2 20.1 19.7
227
20.73333333 22.43333333 21.16666667 20.6 20.6 20.4 20.16666667 19.8 20.53333333 20.46666667 20.13333333 22.3 22.46666667 21.9 20.3 20.8 23 20.83333333 20.46666667 21.46666667 20.6 20.63333333 19.53333333 20.6 20.66666667 20.2 20.6 20.76666667 20.1 19.46666667 20.23333333 20.2 19.5 20.93333333 20.46666667 19.23333333 18.33333333 19.4 19.13333333 20.1 19.33333333 20.83333333 20.53333333 19.3 21.2 20.13333333 21.4 19.8 18.93333333 20.16666667 20.13333333 19.6 19.8
20.62708
19.91556
19.92889
24-Jun-16 25-Jun-16 26-Jun-16 27-Jun-16 28-Jun-16 29-Jun-16 30-Jun-16 1-Jul-16 2-Jul-16 3-Jul-16 4-Jul-16 5-Jul-16 6-Jul-16 7-Jul-16 8-Jul-16 9-Jul-16 10-Jul-16 11-Jul-16 12-Jul-16 13-Jul-16 14-Jul-16 15-Jul-16 16-Jul-16 17-Jul-16 18-Jul-16 19-Jul-16 20-Jul-16 21-Jul-16 22-Jul-16 23-Jul-16 24-Jul-16 25-Jul-16 26-Jul-16 27-Jul-16 28-Jul-16 29-Jul-16 30-Jul-16 31-Jul-16 1-Aug-16 2-Aug-16 3-Aug-16 4-Aug-16 5-Aug-16 6-Aug-16 7-Aug-16 8-Aug-16 9-Aug-16 10-Aug-16 11-Aug-16 12-Aug-16 13-Aug-16 14-Aug-16 15-Aug-16
16.7 18 16.8 16.7 18 17.4 17.2 17.4 18.1 17.6 17.4 17.1 17 16.6 17 16.2 16.6 17.4 17.4 17.6 17 17.8 18.4 17.2 17.2 15.6 17 17.2 16.9 17.4 16.8 14.9 15.1 16 16 16.6 15.4 16 14.8 15 14.8 15.1 15.8 16.2 18.1 19 18.2 15.4 14.6 16.8 18.6 17.6 16.7
22.7 23.4 23 20.5 21.2 23.4 23.4 23.1 23.2 21.8 24 24.2 25.2 23.7 25.2 22.6 21.8 22 20.2 22 23.2 22.8 22.3 22.2 24 22.4 21.6 21.9 21.4 21.8 23.7 20 18.8 21.8 22.8 24.9 22.7 20.8 22 26.6 20 21.6 24 21 20.4 21.8 24.2 23.7 24.6 21.6 21.2 20.6 19.8
19.4 20.4 18.4 19.6 20.2 20 20.5 18.4 20.4 19.2 20.3 20.1 20.4 20.2 20.4 18.7 18.6 20 19.7 20.2 20.2 19.8 20.2 20.3 20 19.2 19.9 20.2 20 19 19.6 19.6 18.8 18.6 20.2 19.7 19.6 18.4 17.8 16.7 16.9 19.2 20.2 18 19.6 20.8 18.6 20.2 20.2 19.2 19.5 18.8 17.8
228
19.6 20.6 19.4 18.93333333 19.8 20.26666667 20.36666667 19.63333333 20.56666667 19.53333333 20.56666667 20.46666667 20.86666667 20.16666667 20.86666667 19.16666667 19 19.8 19.1 19.93333333 20.13333333 20.13333333 20.3 19.9 20.4 19.06666667 19.5 19.76666667 19.43333333 19.4 20.03333333 18.16666667 17.56666667 18.8 19.66666667 20.4 19.23333333 18.4 18.2 19.43333333 17.23333333 18.63333333 20 18.4 19.36666667 20.53333333 20.33333333 19.76666667 19.8 19.2 19.76666667 19 18.1
19.99556
19.37708
19.18444
16-Aug-16 17-Aug-16 18-Aug-16 19-Aug-16 20-Aug-16 21-Aug-16 22-Aug-16 23-Aug-16 24-Aug-16 25-Aug-16 26-Aug-16 27-Aug-16 28-Aug-16 29-Aug-16 30-Aug-16 31-Aug-16 1-Sep-16 2-Sep-16 3-Sep-16 4-Sep-16 5-Sep-16 6-Sep-16 7-Sep-16 8-Sep-16 9-Sep-16 10-Sep-16 11-Sep-16 12-Sep-16 13-Sep-16 14-Sep-16 15-Sep-16 16-Sep-16 17-Sep-16 18-Sep-16 19-Sep-16 20-Sep-16 21-Sep-16 22-Sep-16 23-Sep-16 24-Sep-16 25-Sep-16 26-Sep-16 27-Sep-16 28-Sep-16 29-Sep-16 30-Sep-16
16.9 17.4 18.8 17.7 15 16.2 17 16.5 15.1 15.2 16.9 18.2 18.4 18.8 17 17.4 17 16 16.2 17.2 17.8 16.7 16.1 18 18 17.8 15.5 15.2 16.8 16 17.2 16.9 19.2 18.2 18.6 18.2 18.2 17.4 17.4 17.8 17 18 18 18.6 18.9 17.8
22.2 23 23.5 22 23.4 22.2 21.6 23.5 22.2 20 25.1 22.8 21.8 20.8 21.4 21.2 24 23.3 23.2 22.6 25.3 24.9 22 21 21 22.3 24 20 22.2 20.8 22 21.4 22.8 24.9 21.2 22.8 22.8 21.8 21.8 21.6 21 23.8 20.1 23.2 23.2 22.7
19 19.2 19.2 18 17.8 17.4 17.8 18.6 18 18.4 20.4 20.8 20.1 19.8 20.4 17 20 19.3 19.8 19 20.5 20.2 19.6 19.9 19.9 19.5 18.8 19.7 19 19 19 20.2 19 20 20 20 20.3 19.4 19.4 18.6 18.2 20 19.9 20 20.2 20.1
229
19.36666667 19.86666667 20.5 19.23333333 18.73333333 18.6 18.8 19.53333333 18.43333333 17.86666667 20.8 20.6 20.1 19.8 19.6 18.53333333 20.33333333 19.53333333 19.73333333 19.6 21.2 20.6 19.23333333 19.63333333 19.63333333 19.86666667 19.43333333 18.3 19.33333333 18.6 19.4 19.5 20.33333333 21.03333333 19.93333333 20.33333333 20.43333333 19.53333333 19.53333333 19.33333333 18.73333333 20.6 19.33333333 20.6 20.76666667 20.2
19.39792
19.62889
20.01333
LAMPIRAN 4 DATA PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR RUMAH TANGGA
230
Tabel Perhitungan Data Kebutuhan Air Rumah Tangga Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Masak dan Minum
1 30
Nomor Responden 2 3 4 5 6 36 20 30 36 36
7 45
Cuci Pakaian
34
40
160
52
102 136 13 13 35 50
72 17
Desa Ketunggeng
Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Ngadipuro Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Dukun Dusun Japunan Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Jumlah
Rata-rata
233
33.28571
160
546
78
156 120 120 250 14 20 18 26 70 50
956 121 205
136.5714 17.28571 51.25
214 275 269 252 286 234 531
2061
294.4286
40
60
Nomor Responden 8 30
9 30
34
60
10 36
11 40
12 45
60
60 39
62 100 144
26
64
90
Nomor Responden 14 15 20 21 26 26 36 20 104 78 40 40 208 500 60 60 39 34 14 26 100 50 37.5 75 477 763 150 183.5
231
13 60
Jumlah
Rata-rata
241
40.16667
34
214 99
53.5 33
94
554
92.33333
Jumlah Rata-rata 88 222 768 87 150
27 65.5 207 28.25 62.5
75
75
1390
393.375
Desa Dukun Dusun Rejosari Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Dukun Dusun Joho Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sumber Dusun Ngentak Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 18 19 24 26 20 20 160 120 54 60 90 80 20 20 14 62.5 50 25
328.5
300
193
Nomor Responden 16 17 22 23 15 20 20 30 20 36 36 60 30 90 60 60 10 13 28 30 8 25 25 62.5
83 184 169 242.5 Nomor Responden 25 26 27 18 36 51 54 54 78 125 60 333 26 18 14 25 50 7
248
218
476
232
Jumlah
Rata-rata
66 334 230 54 137.5
22 111.3333 76.66667 18 45.83333
821.5
273.8333
Jumlah Rata-rata 85 152 240 81 120.5
21.25 38 60 20.25 30.125
678.5
169.625
Jumlah
Rata-rata
105 186 518 58 75 7
35 62 172.6667 19.33333 37.5 7
942
314
Desa Sumber Dusun Dukuhan
Nomor Responden 28 18 52 250 18
Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sumber Dusun Sumber
29 36 60 90 39 50
30 40 52 90 36 50
275
36 268
125 20 338
Nomor Responden
Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
31 34 52 125 34
32 20 60 90 30 20
33 36 78 125 36 18
245
220
293
Desa Kalibening Dusun Kalibening Wetan Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Jumlah
Rata-rata
94 164 430 93 100 125
31.33333 54.66667 143.3333 31 50 125
56 881
28 293.6667
Jumlah
Rata-rata
90 190 340 100 38
30 63.33333 113.3333 33.33333 19
758
252.6667
Nomor Responden 34 35 36 20 51 36 54 52 40 144 160 60 17 26 36 25 50 20 40
300
339
233
192
Jumlah
Rata-rata
107 146 364 79 95 40
35.66667 48.66667 121.3333 26.33333 31.66667 40
831
277
Desa Kalibening Dusun Kalibening Kulon Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Wates Dusun Sanggrahan Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Wates Dusun Yuwono Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 37 38 39 40 20 34 30 26 78 60 52 52 125 125 167 100 20 40 30 26 38 18 30 26 20 40 20 321 277 349
Nomor Responden 41 18 120 250 18 20
42 20 78 188 26
426
312
Nomor Responden 43 44 26 20 78 120 130 150 26 20 26
286
310
234
Jumlah Rata-rata
26 256
110 242 517 116 112 60
27.5 60.5 129.25 29 28 30
46 1203
23 300.75
Jumlah
Rata-rata
38 198 438 44 20
19 99 219 22 20
738
369
Jumlah
Rata-rata
46 198 280 46 26
23 99 140 23 26
596
298
Desa Banyubiru Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Banyubiru Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
45 63 78 267 26 26
46 20 60 80 20 30
Nomor Responden Jumlah 47 48 49 50 51 52 53 54 55 51 20 34 27 40 10 42 17 36 360 78 104 120 104 78 78 160 80 78 1018 300 104 125 333 500 200 250 125 250 2534 34 20 17 26 20 26 17 17 18 241 34 20 34 20 40 26 34 17 18 299
460 210 497 268 330 510 678 340 503 256 400
4452
Nomor Responden Jumlah 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 574 36 20 34 60 60 60 60 54 80 80 30 960 120 104 78 104 78 60 104 78 78 78 78 2408 333 120 125 333 120 250 180 156 333 250 208 313 18 17 34 40 36 30 20 26 40 26 26 236 20 15 17 20 18 20 20 20 40 20 26 160 60 40 60 10 20 20 26 76 583 393 346 626 372 481 466 397 695 605 434 5398
235
Rata-rata 32.72727 92.54545 230.3636 21.90909 27.18182
404.7273 Rata-rata 52.18182 87.27273 218.9091 28.45455 21.45455 53.33333 19 490.7273
Desa Mangunsoko Dusun Mangunsoko Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sewukan Dusun Soka Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sewukan Dusun Gowa Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 67 68 20 18 78 78 167 250 20 18 18
69 20 80 90 20 20
70 20 60 250 20 20
285 382 230
370
Nomor Responden 71 20 160 250 20 40
72 20 180 188 20 20
73 20 52 120 20 26
490
428
238
Nomor Responden 74 75 76 60 34 40 160 120 160 250 333 333 20 17 20 40 34 20
530
538
236
573
Jumlah Rata-rata 78 296 757 78 58
19.5 74 189.25 19.5 19.33333
1267
316.75
Jumlah
Ratarata
60 392 558 60 86
20 130.6667 186 20 28.66667
1156
385.3333
Jumlah
Ratarata
134 440 916 57 94
44.66667 146.6667 305.3333 19 31.33333
1641
547
Desa Sengi Dusun Ngampel Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Paten Dusun Paten Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden Jumlah 77 78 79 80 81 40 36 34 51 20 181 80 78 60 160 104 482 160 333 90 500 208 1291 20 36 17 34 20 127 50 18 17 85 20 190
350 501 218 830 372 Nomor Responden 82 83 84 85 86 30 51 36 36 40 60 78 100 80 160 167 104 188 160 250 20 17 18 18 20 20 17 25 20 20 54
293 330 310
237
342
36.2 96.4 258.2 25.4 38
2271
454.2
Jumlah
Rata-rata
193 478 869 93 102
38.6 95.6 173.8 18.6 20.4
1789
357.8
351 267 367 314 490 Nomor Responden 87 88 89 90 34 36 40 54 78 52 80 104 130 188 120 130 17 36 20 18 34 18 50 36
Rata-rata
Jumlah Rata-rata 164 314 568 91 138
41 78.5 142 22.75 34.5
1275
318.75
Desa Paten Dusun Bandung Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Sewukan Dusun Gowa Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Krinjing Dusun Krajan Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 91 92 93 40 26 36 120 78 60 120 125 120 20 26 18 20 18
94 26 78 130 26 50
300 275 252
310
Nomor Responden 74 60 160 250 20 40
75 34 120 333 17 34
76 40 160 333 20 20
530
538
573
Nomor Responden 95 96 97 26 18 36 78 80 78 60 125 208 26 18 18 26 36 18
216
277
358
238
Jumlah Rata-rata 128 336 495 90 88
32 84 123.75 22.5 29.33333
1137
284.25
Jumlah
Ratarata
134 440 916 57 94
44.66667 146.6667 305.3333 19 31.33333
1641
547
Jumlah
Ratarata
80 236 393 62 80
26.66667 78.66667 131 20.66667 26.66667
851
283.6667
Desa Krinjing Dusun Semen Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Keningar Dusun Banaran Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah Desa Ngargomulyo Dusun Tanen Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 98 26 104 150 26 13
99 20 120 167 20 30
319
357
Nomor Responden 100 20 80 120 20 20
101 36 104 260 18 36
260
454
Nomor Responden 102 103 104 20 20 36 78 104 90 208 250 180 20 20 18 40 30 18
366
424
342
239
Jumlah
Rata-rata
46 224 317 46 43
23 112 158.5 23 21.5
676
338
Jumlah
Rata-rata
56 184 380 38 56
28 92 190 19 28
714
357
Jumlah
Ratarata
76 272 638 58 88
25.33333 90.66667 212.6667 19.33333 29.33333
1132
377.3333
Desa Ngargomulyo Dusun Sabrang Masak dan Minum Cuci Pakaian Mandi dan Wc Cuci Alat Dapur Wudlu Ternak/Kolam Taman Cuci Kendaraan Jumlah
Nomor Responden 105 20 104 250 20 35
106 18 100 250 20 18
107 17 78 156 17 26
429
406
294
240
Jumlah
Ratarata
55 282 656 57 79
18.33333 94 218.6667 19 26.33333
1129
376.3333
LAMPIRAN 5 IDENTITAS RESPONDEN
241
Tabel Identitas Responden No. Nama Kuisioner Responden 1. Titik
Alamat
Umur
Dusun Kwilet 1, Desa Ketunggeng Dusun Kwilet 1, Desa Ketunggeng Dusun Kwilet 1, Desa Ketunggeng Dusun Kwilet, Desa Ketunggeng
30
Jenis Kelamin P
34
L
46
P
27
P
31
L
50
P
2.
Joko
3.
Siti Aminah
4.
Rahayu
5.
Firman
6.
Winarti
Dusun Kwilet 1, Desa Ketunggeng Dusun Keron Desa Ketunggeng
7.
Digdoyo
Dusun Kwilet, Desa Ketunggeng
42
L
8.
Lilik Astani
27
P
9.
Hartini
34
P
10.
Patik
38
P
11.
Isyanti
37
P
12.
Sudarsih
46
P
13.
Riyanti
41
P
14.
Walimah
40
P
15.
Rustia
30
P
16.
Anton
34
L
17.
Harto
44
L
18.
Sri Purwanti
50
P
19.
Bejo
53
L
20.
Karsiyem
49
P
21.
Gini
38
P
22.
Supriyati
Dusun Grawah RT 2 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Grawah RT 2 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Grawah RT 2 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Grawah RT 2 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Grawah RT 1 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Grawah RT 2 RW 6 Desa Ngadipuro Dusun Japunan RT 1 RW 14, Desa Dukun Dusun Japunan RT 1 RW 14, Desa Dukun Dusun Joho RT 1 RW 17, Desa Dukun Dusun Joho RT 1 RW 17, Desa Dukun Dusun Rejosari RT 1 RW 5, Desa Dukun Dusun Rejosari RT 1 RW 5, Desa Dukun Dusun Japunan RT 1 RW 14, Desa Dukun Dusun Japunan RT 1 RW 14, Desa Dukun Dusun Joho RT 2, Desa Dukun
46
P
23.
Dewi Utami
Dusun Joho RT 2, Desa Dukun
51
P
242
24.
Triasih
Dusun Rejosari RT 2, Desa Dukun Dusun Ngentak RT 2, Desa Sumber Dusun Ngentak RT 2, Desa Sumber Dusun Ngentak RT 2, Desa Sumber
33
P
25.
Fitria
26
P
26.
Eko
34
L
27.
Arif Prasetyo
23
L
28.
Asmorowati
53
P
51
L
Tarwoto
Dusun Dukuhan RT 1 RW 15, Desa Sumber Dusun Dukuhan RT 1 RW 15, Desa Sumber Dusun Dukuhan, Desa Sumber
29.
Harto
30.
46
L
31.
Tarko
Dusun Sumber, Desa Sumber
48
L
32.
Eko
Dusun Sumber, Desa Sumber
37
L
33.
Marsidah
Dusun Sumber, Desa Sumber
42
P
34.
Suyono
40
L
35.
Gimin
49
L
36.
Teguh
37
L
37.
Tukimin
47
L
38.
Jumari
51
L
39.
Nurcholis
42
L
40.
Surasin
30
L
41.
Daldiri
Dusun Kalibening Wetan RT 3, Desa Kalibening Dusun Kalibening Wetan RT 2, Desa Kalibening Dusun Kalibening Wetan RT 3, Desa Kalibening Dusun Kalibening Kulon, Desa Kalibening Dusun Kalibening Kulon, Desa Kalibening Dusun Kalibening Kulon, Desa Kalibening Dusun Kalibening Kulon, Desa Kalibening Dusun Sanggrahan, Desa Wates
48
L
42.
Maria
Dusun Sanggrahan, Desa Wates
47
P
43.
Musrini
Dusun Yuwono, Desa Wates
35
P
44.
Nuning
Dusun Yuwono, Desa Wates
44
P
45.
Istiqomah
6,
50
P
6,
22
P
6,
52
L
6,
56
P
46. 47. 48.
Dusun Sanggrahan RT 3 RW Desa Banyubiru Dewi Dusun Sanggrahan RT 3 RW Purwatiningsih Desa Banyubiru Sumardi Dusun Sanggrahan RT 3 RW Desa Banyubiru Nafiah Dusun Sanggrahan RT 3 RW Desa Banyubiru
243
49.
Sugiharno
50.
Hidayah
51.
Nor
52.
Watinah
53.
Triyanto
54.
Rohman
55.
Qomarudin
56. 57.
Nurul Wahidah Suharto
58.
Sugeng
59.
Daryono
60.
Widoyo
61.
Daryanto
62.
Suprayit
63.
Sahid
64.
Suyono
65.
Asmuni
66. 67.
Rahmat Waluyo Susmiyati
68.
Siswanto
69.
Sutarno
70.
Taryati
71.
Sumarlan
72.
Reni
73.
Linda
Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 3 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sanggrahan RT 2 RW 6, Desa Banyubiru Dusun Sentran RT 3, Desa Banyudono Dusun Macanan RT 3 RW 6, Desa Banyudono Dusun Macanan RT 3 RW 6, Desa Banyudono Dusun Sorobandan RT 4, Desa Banyudono Dusun Sorobandan RT 4, Desa Banyudono Dusun Sorobandan, Desa Banyudono Dusun Sorobandan, Desa Banyudono Dusun Sorobandan, Desa Banyudono Dusun Sorobandan, Desa Banyudono Dusun Sorobandan, Desa Banyudono Dusun Talun Kidul, Desa Banyudono Dusun Mangunsoko RT 2, Desa Mangunsoko Dusun Mangunsoko RT 2, Desa Mangunsoko Dusun Mangunsoko RT 4, Desa Mangunsoko Dusun Mangunsoko, Desa Mangunsoko Dusun Soka RT 3, Desa Sewukan Dusun Soka RT 3, Desa Sewukan Dusun Soka RT 3, Desa
244
60
L
32
P
35
L
28
P
50
L
32
L
43
L
43
P
50
L
52
L
51
L
53
L
36
L
52
L
31
L
48
L
39
L
48
L
43
P
47
L
51
L
40
P
48
L
27
P
22
P
Sewukan 74.
Bakrun
Dusun Gowa RT 1 RW 5, Desa Sewukan Dusun Gowa RT 1 RW 5, Desa Sewukan Dusun Gowa RT 1 RW 5, Desa Sewukan Dusun Ngampel RT 1 RW 1, Desa Sengi Dusun Ngampel RT 1 RW 1, Desa Sengi Dusun Ngampel RT 2 RW 1, Desa Sengi Dusun Ngampel RT 2 RW 1, Desa Sengi Dusun Ngampel RT 1 RW 1, Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur RT 2 RW 2, Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur RT 1 RW 2, Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur RT 3 RW 2, Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur RT 1 RW 2, Desa Sengi Dusun Candi Dhuwur RT 2 RW 2, Desa Sengi Dusun Paten RT 4, Desa Paten
46
L
75.
Widi
24
P
76.
Wiwin
29
P
77.
Sri Purnami
37
P
78. 79.
Puji Handayani Eni Priyani
48
P
48
P
80.
Anik Rohyani
38
P
81.
Sumar
54
L
82.
Rismiyatun
46
P
83.
Parsidi
40
L
84.
Andon Surati
38
P
85.
Juminem
48
P
86.
Suetri
42
P
87.
Lina Hartati
17
P
88. 89.
Wardi Mulyanto Isrowiyah
56
L
33
P
58
P
43
P
55
P
35
P
49
L
37
P
Bibit Lestari
Dusun Paten RT 4 RW 2, Desa Paten Dusun Paten RT 6 RW 2, Desa Paten Dusun Paten RT 6 RW 2, Desa Paten Dusun Bandung RT 4 RW 1, Desa Paten Dusun Bandung RT 4 RW 1, Desa Paten Dusun Bandung RT 3 RW 1, Desa Paten Dusun Bandung RT 3 RW 1, Desa Paten Dusun Krajan RT 1, Desa Krinjing Dusun Krajan, Desa Krinjing
90.
Parinem
91.
Widarningsih
92.
Siharumi
93.
Sutimah
94.
Suka
95.
Indah
96.
27
P
97.
Sukar
Dusun Krajan, Desa Krinjing
51
L
245
98.
Ginem
Dusun Semen, Desa Krinjing
64
P
99.
Solikhah
Dusun Semen, Desa Krinjing
31
P
100.
Kaspiyah
Dusun Banaran, Desa Keningar
33
P
101.
Suratno
Dusun Banaran, Desa Keningar
50
L
102.
Jami
39
P
103.
Lastri
22
P
104.
Wahyu
31
P
105.
Tri
36
P
106.
Slamet
51
P
107.
Sri
Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo Dusun Tanen, Desa Ngargomulyo
21
P
246
LAMPIRAN 6 HASIL UJI KUALITAS AIR DI LABORATORIUM
247
248
249
LAMPIRAN 7 SURAT IZIN PENELITIAN
250
251
252
253
254
255