Bidang Unggulan : Lingkungan Sehat Kode/Nama Rumpun Ilmu: 776/Pend Geografi
USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Penguatan Pembangunan Berkelanjutan
MODEL PENGELOLAAN AIR TANAH DAERAH LERENG GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH
TIM PENGUSUL
Drs. Suharjo, M.S. NIDN: 0602075301 Prof. Dr. Absori, M.S. NIDN: 0605056301 Agus Anggoro Sigit, S.Si., MSc. NIDN: 0625087001 Drs. Munawar Cholil, M.Si. NIDN: 0608075801
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA OKTOBER 2014
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
iii
RINGKASAN .......................................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................
4
II.1. Pengertian Air Tanah ...............................................................................................
5
II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi ..............................................................
6
II.3. Sistem Administrasi dan Peraturan .........................................................................
8
II.3. Fokus Penelitian yang Akan Dilakukan ..................................................................
10
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................................
12
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ..............................................................
16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
19
iii
RINGKASAN
Penelitian air tanah di Kabupaten Klaten mendasarkan UU No.7 Tahun 2004 Pasal 1Angka18 yaitu upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumberdaya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Permasalahan berkaitan dengan air tanah daerah lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten yang didapatkan dari hasil penelitian Tahun 2005-2008: 1) jumlah mata air yang semula 162 menurun menjadi 134 tempat, ini berarti jumlah air dari mata air berkurang; 2) kerusakan lahan di lereng atas dan tengah akibat aktivitas manusia dalam bentuk (penambangan pasir, bahan batu bata, permukiman) sehingga lahan imbuhan air tanah berkurang; 3) terjadi konflik pengguna air tanah (antar petani, antar masyarakat, dan antar pemerintahan Kabupaten Klaten dengan Kota Surakarta); 4) dampak gempa bumi tektonik yaitu air sumur asin, bangun air tanah rusak, dan pergeseran/patahan struktur litologi atau posisi aquifer, dan 5) penurunan kualitas air sumur di daerah permukiman yang berdekatan dengan lahan pertanian. Penelitian ini focus pada permasalahan kedua dan ketiga meskipun tetap memperhatikan perkembangan dan keterkaitan permasalahan lainnya. Tujuan penelitian; pemodelan pengelolaan air tanah daerah lereng Gunung Merapi yang berkelanjutan. Pada Tahun I Pemetaan Potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah di setiap Satuan Bentuklahan dan Satuan Lahan. Tahun II analisis penggunaan air tanah domestik, pertanian, perkebunan, industi, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III analisis partisipasi masyarakat pengguna air tanah, peraturan pemerintah daerah Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta tentang air tanah, serta membuat model pengelalaan air tanah. Metode penelitian menggunakan survei, interpretasi penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografi (SIG), analisa laboratorium, wawancara, dan forum diskusi kelompok (FGD). Hasil yang diharapkan adalah Tahun I peta kuantitas dan kualitas air tanah mata air di lereng Merapi, peta kualitas dan kuantitas air tanah dangkal (air sumur) di dataran fluvial kaki Merapi, dan Perbukitan Bayat. Tahun II peta pemanfaatan air tanah untuk pertanian, perkebunan, industri, domestik, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III model pengelolaan air tanah daerah lereng Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
iv
BAB I PENDAHULUAN Qur’an memberikan petunjuk nilai air minimal menjadi enam fungsi, yaitu 1) air sebagai asal dari organisme (Q.S. al-Anbiyâ’/21: 30), termasuk manusia (Q.S. alFurqân/25: 54) dan hewan (Q.S. al-Nûr/24: 45), 2) air sebagai kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat survive (Q.S. al-Baqarah/2: 22, 60; al-Hijr/15: 22; al- Nahl/16: 10-11; Thâhâ/20: 53), 3) air sebagai sarana konservasi tanah (Q.S. al- Baqarah/2: 164), 4) air sebagai sarana penyucian dan kesehatan (Q.S. al-Anfâl/8: 11; dan (H.R. Ibn Mâjjah No. 3053 dan H.R. Ahmad No. 2517), 5) air (dalam bentuk sungai, danau, dan laut) sebagai lahan untuk transportasi dan habitat bagi banyak makhluk (Luqmân/31: 31; dan Q.S. alNahl/16: 14); dan 6) air sebagai simbol surga, ketakwaan, dan rahmat Tuhan di dalam kehidupan akhirat (Q.S. Muhammad/47: 15; dan al-Ghâsyiyah/88: 11-12). Santoso, 2013; menegaskan bahwa ajaran Islam membangun pandangan dunia Islam tentang lingkungan, termasuk sustainabilitas atau keberlanjutan air, menjadi tiga kategori meliputi ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Nilai-nilai ontologis adalah tauhid, istikhlaf, dan taskhir. Tauhid berarti kesatuan Pencipta dan ciptaanNya, kesatuan manusia, dan alam yang membentuk landasan pendekatan holistik pada pandangan dunia Islam tentang air yang berkelanjutan. Istkhlaf berarti penunjukan manusia sebagai mandataris Alloh di bumi untuk memakmurkannya termasuk tanggungjawabnya dalam mengamankan air yang berkelanjutan. Taskhir berarti penciptaan dan penyediaan alam oleh Alloh dengan segala sumberdaya alamnya termasuk air untuk kehidupan manusia. Ketiga nilai ini mengimplisitkan tiga faktor penting keberlanjutan air, yaitu Tuhan, manusia, dan alam. Nilai-nilai epistimologi meliputi amanah, adil dan ihsan, mizan, wasath, dan thaharah. Mizan berarti mengamankan lingkungan/air yang merupakan tugas dipercayakan oleh Penciptanya. Manusia yang tidak menjalankan keberlanjutan air adalah manusia yang telah mengkhianati kepercayaanNya. Adil dan ihsan berarti hubungan antar sesama manusia maupun hubungan antara manusia dan alam terkait dengan keberlanjutan air dilaksanakan dengan prinsip keadilan (menempatkan sesuatu pada tempatnya) dan kebajikan (menjadi aktor dalam keberlanjutan lebih utama sekedar menjadi konsumen). Mizan berarti makhluk Alloh diciptakan dengan kadar masing-masing yang membangun harmoni/ keseimbangan sistem alam (keberlanjutan lingkungan, pemanfaatan air, udara, dan energi). Wasath berarti memilih jalan tengah diantara hal ekstrim dalam perencanaan untuk 1
pengelolaan lingkungan, perilaku sosial, pencapaian keilmuan, dan konsumsi. Sumberdaya alam termasuk air. Thaharoh berarti kesucian spiritual dan kebersihan fisikal. Kesucian spiritual menghasilkan individu yang sadar kehadiran Alloh sehingga berdampak pada harmoni masyarakat dengan lingkungan sedangkan kebersihan fisikal menghasilkan masyarakat sehat, menjauhi pencemaran lingkungan, menghasilkan ekonomi bersih, menjauhi teknik pemasaran palsu, dan menghindari riba. Nilai-nilai aksiologis meliputi rahmah dan manfaat yang berarti segala hubungan dan perlakuan terhadap semua makhluk hidup, termasuk air, berujung pada terwujudnya manfaat bagi manusia sendiri maupun rahmah bagi seluruh isi alam. Dalam terapan pengelolaan sumberdaya air, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 dengan eksplisit dan tegas menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini sejalan dengan nilai air menurut Alqur’an secara ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004 Pasal 40 Ayat 4 menyebutkan koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Aturan ini memerlukan pengaturan lebih jelas di tingkat pelaksanaan. Ketidakjelasan
pelaksanaannya
akan menimbulkan permasalahan sistem pemanfaatan air dilapangan. Hal ini terbukti dari kajian sejak Tahun 2005 yang menunjukkan konflik pemanfaatan air tanah dilereng Gunung Merapi. Permasalahan daerah lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten antara lain terjadi 1) konflik antara pemanfaat air untuk masyarakat petani dengan badan usaha air minum swasta di sumber mata air, 2) konflik penggunaan air minum antara Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dengan Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Mendasarkan pada permasalahan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Model Pengelolaan Air Tanah daerah Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menciptakan model pengelolaan air tanah daerah lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Sifat/karakter air tanah akan tergantung pada curah hujan, sifat jenis batuan penyusun aquifer yang dilalui oleh air tanah. Sifat jenis batuan penyusun bentuklahan dipermukaan bumi ini bervariasi maka potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah di setiap bentuklahan berbeda beda. Potensi air tanah di bentuklahan asal Gunung Merapi di Kabupaten Klaten berbeda dengan potensi air tanah di bentuklahan lain, misalnya bentuklahan asal topogarafi karst daerah Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, maka model pengelolaan air tanah berbeda. 2
Tujuan utama penelitian ini dapat dicapai dengan mengetahui distribusi kuantitas dan kualitas air tanah di setiap satuan lahan, data pemanfaatan air tanah, dan peraturan daerah tentang penggunaan air tanah. Pada tahun pertama akan dilakukan pemetaan potensi air tanah/air sumur di setiap satuan lahan dengan sklala 1: 25.000 dan memetakan potensi air tanah/mata air yang berjumlah 162 mata air berskala 1: 25.000. Pada tahun kedua menganalisa distribusi pemanfaatan air tanah/air sumur dan air tanah/mata air untuk permukiman, pertanian non pertanian, industri dan badan usaha swasta dan pemerintah. Tahun ketiga dilakukan analisis data forum group diskusi (FGD) anggota masyarakat, badan usaha swasta berkaitan dengan air dan pemerintah sebagai penentu kebijakan air tanah dari Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta; dengan sistem analisa geografi hasil penelitian tahun pertama, kedua, dan ketiga dihasilkan tujuan utama penelitian ini. Urgensi penelitian yang akan dilakukan adalah menciptakan strategi pengelolaan sumberdaya air tanah yang lestari dan berkelanjutan. Strategi pengelolaan tersebut mempertimbangkan aspek perencanaan, pemanfaatan, pemerataan, dan penertiban, pemantauan dan pengawasan, pengaturan, pengendalian, dan pelestarian. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diarahkan untuk terjaminnya: (1) keberlanjutan ekologi (ecological sustainability), (2) berkelanjuan ekonomi (economical sustainability), (3) berkelanjutan sumberdaya dan lingkungan (resources and environment sustaina-bility), (4) berkelanjutan sistem managemen (management sustainability), dan (5) berkelanjuan teknologi (tecnological sustainability). Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi pangan hasil pertanian khususnya daerah Klaten dan umumnya di daerah lingkungan gunung api di Indonesia yang memperhatikan faktor dinamika wilayah oleh perkembangan permukiman penduduk. Kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yaitu: 1) terdapat hubungan antara bentuklahan dengan potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah; berbeda bentuklahannya maka berbeda potensi (jumlah dan kualitas) air tanahnya; aplikasinya teknis pengelolaan setiap bentuklahan dan satuan lahan yang berbeda maka model pengelolaan air tanah juga berbeda. Berhubungan dengan Rencana Induk Pengembangan (RIP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dibangun untuk periode Tahun 2012 menuju tahapan Tahun 2020 bahwa hasil penelitian ini menjadi data dasar dalam mencapai unggulan Transformasi menuju masyarakat utama dalam bidang kesehatan lingkungan permukiman. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Air Tanah Sjarief dan Kodoatie, 2005; air tanah ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sestem drainase atau dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir kepermukaan tanah melalui pancaran atau rembesan. Air tanah yangt dimaksud dalam penelitian ini yaitu air sumur dan air yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran dan rembesan. Kemajuan penelitian yang sudah dilakukan peneliti sebagai berikut ini: Suharjo, 2004; Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman dan dampaknya terhadap kualitas air tanah daerah Kecamatan Kartasura, Gatak dan Grogol Sukoharjo Jawa Tengah. Hasil penelitian, kualitas air tanah daerah permukiman didominasi oleh unsure –unsur kimia NO3, NO4 dan bakteri Coli, sedang daerah Kecamatan Gatak unsur kimia air tanah didominasi oleh unsur- unsur alami seperti Fe atau besi, Mn atau mang’an, Si atau silikat dari perlapisan batuan yang dilalui oleh air tanah tersebut. Suharjo, 2005; Pemetaan potensi air di Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Hasil penelitian jumlah mata air mengalami penurunan sebanyak 28 yaitu dari 162 menjadi 134. Adapun kuantitas dan kualitas airnya juga mengalami penurunan, sehingga pada masa mendatang akan terjadi krisis air tanah. Suharjo, 2006; melakukan penelitian tentang degradasi lahan daerah Pasca Gempa Bumi Tektonik daerah Klaten Jawa Tengah. Hasil Penelitian: a). Kesuburan tanah mengalami penurunan yaitu dari sangat subur menjadi kesuburan sedang sampai tidak subur; b)data dasar tentang air, tanah dan bangunan irigasi sebagian besar tidak dapat dipakai/digunakan yang berakibat pada produksi dan ketahanan pangan; c) terjadi konflik pengguna air antar masyarakat petani dan antara petani dengan penentu kebijakan yang akan berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial; d) peraturan dan perundang undangan tentang air dan tanah dilanggar oleh berbagai pihak. (masyarakat dan pimpinan daerah); e) petumbuhan penduduk sebesar 0,8 %,. Konsekuensi logis diperlukan tambahan pangan yang sesuai dengan pertumbuhan penduduk. Kenyataan aspek pendukung pertanian mengalami penurunan. 4
Anggoro Sigit, 2007 judul penelitian Analisis Proses geomorfologi melalui SIG untuk pengelolaan lahan pertanian daerah Klaten didapatkan hasil: (1) Telah terjadi degradasai lahan akibat gempa bumi tektonik (amblesan, rekahan longsoran, sembulan dan rusaknya insfratuktur pertanian) dan akibat anthropogenik (batu bata, alih fungsi lahan) yang menurunkan kualitas sumberdaya lahan, (2) lahan sawah seluas 25724 ha atau 39,24% pengusahaan pertanian belum dilakukan secara maksimal sehingga produktivitasnya rendah, (3) degradasi lahan sebagian besar berada pada dataran fluvial gunung api yang dmerupakan lahan pertanian. Suharjo, 2008 penelitian tentang potensi air tanah daerah Klaten Jawa Tengah; hasil penelitian: a) ada lima satuan bentuklahan yaitu puncak volkan, lereng volkan, kaki volkan, dataran fluvial kaki volkan serta bentukan struktural perbukitan Bayat; b) daerah bentuklahan kaki volkan terdapat 124 mata air mempunyai debit lebih dari 500 liter setiap detik dengan kualitas memenuhi syarat untuk air minum; c) daerah bentuklahan dataran fluvial volkan bagian bawah kualitas air sumur sedang sampai rendah; d) bentuklahan struktural perbukitan Bayat sebagaian sumur penduduk air tanahnya asin. Sunarhadi, 2013; penelitian tentang model pengelolaan sempadan sungai di Kabupaten Sukoharjo. Salah satu bagian hasil penelitian menunjukkan bahwa material asal vulkan yang berasal dari Gunung Merapi berada di bagian barat Kabupaten Klaten yang merupakan bagian lereng lalu menyambung hingga Kabupaten Sukoharjo di Kecamatan Kartasura, Gatak, Baki, sebagian Grogol, dan Sukoharjo yang merupakan kaki bawah Merapi. II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi Sunarhadi, Utami, & Sudarto (2001) menunjukkan bahwa perbedaan kondisi biofisik permukaan lahan menyebabkan respon suatu DAS terhadap hujan juga akan berbeda.Perbedaan ini muncul baik pada kualiutas maupun kuantitas air yang mengalir dan muncul di air tanah. Potensi air, meliputi kualitas dan kuantitas, dapat diidentifikasi berdasarkan: a). Kondisi geomorfologi; b). Kondisi tanah; dan c). Kondisi geologinya. a.
Kondisi Geomorfologi Verstappen (1983) mengemukakan bahwa satuan/unit geomorfologi dapat untuk
mendeliniasi satuan hidrologi suatu daerah. Adapun aspek geomorfologi yang penting dalam untuk mendeliniasi satuan hidrologi yaitu aspek morfologi dan aspek 5
morfogenesa. Suharjo (2005), daerah lereng Merapi terbagi menjadi empat satuan morfologi yaitu: (1) satuan puncak Merapi, (2) satuan kaki Merapi, (3) satuan dataran fluvial, dan (4) satuan perbukitan Jiwo Bayat. Ditinjau dari morfogenesanya, daerah Klaten merupakan daerah asal struktural (daerah perbukitan Jiwo) dan asal volkan. Pasca gempa bumi tektonik 27 Mei 2006 di daerah dataran fluvial dan di perbukitan Jiwo terjadi proses degradasi yaitu: rekahan, retakan, sembulan, amblesan, longsor lahan dan rusaknya saluran irigasi. Data dasar morfologi dan morfogenesa sebelum gempa banyak yang tidak dapat digunakan untuk tujuan hidrologi (Suharjo, 2006). b.
Kondisi Geologi Todd (1980), ada empat perlapisan batuan yang mengakibatkan perlakuan air tanah
berbeda yaitu: 1). Akuifer, yaitu perlapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam jumlah besar. Batuan ini terdiri dari pasir atau kerikil, batu pasir, batu gamping yang berlubang dan lava yang retak– retak; 2). Akuiklud, yaitu perlapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Batuan ini terdiri dari lempung, tuf dan atau silt; 3). Akuifug, yaitu lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan tidak mengalirkan air, contoh batuan granit; 4). Akuitar, yaitu perlapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah yang terbatas, contoh lempung berpasir. Suharyadi, 1984; pendekatan kualitas air tanah dapat diinterpretasi berdasarkan kandungan unsur kimia yang terkandung dalam litologi penyusun akuifer seperti Calsium (Ca), magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K), Narium (Na), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Chlorida (Cl), Sulfat (SO4). Suharjo, dkk, 2005; unsur kimia air tanah di daerah dataran fluvial kaki Merapi yang berada di daerah Kecamatan Grogol, Gatak, Baki dan Kartasura terdiri dari unsur kimia alami dan unsur kimia akibat pencemaran dari limbah rumah tangga dan industri yang bersifat distruktiv atau berbahaya. Air tanah akibat pencemaran limbah rumah tangga dan industri ditunjukkan unsur Nitrat (NO3), bakteri koli, dan gas belerang (H2S). Kependudukan dan Sistem Sosial ekonomi Undang-undang No. 32 Tahun 2005, yang mengatur tanggung jawab dan kewenangan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. 6
Pengambil alihan kewenangan dan tanggung jawab suatu organisasi pengelola yang lebih tinggi apabila pengelolaan tidak mampu ditangani oleh suatu lembaga yang lebih rendah. Kegiatan yang merupakan aspek pengelolaan air, seperti pengelolaan air untuk irigasi, air industri, perkotaan dan sebagainya, diarahkan untuk secara bertahap dapat ditangani langsung oleh masyarakat penerima manfaat atau dunia usaha melalui program kerja sama dan investasi. Muhammad Aqil, Yamoto Atsushi, dan Abi Prabowo (2007) di Jepang ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan air irigasi yaitu: Kegiatan operasional dan pemeliharaan (O&P) saluran dilaksanakan oleh pemerintah, kegiatan (O&P) jaringan di Jepang diserahkan sepenuhnya kepada petani. Dalam implementasinya, petani setiap daerah (chiku) membuat organisasi yang bertujuan mengatur dan mengelola aset yang diberi nama Land Improvement District (LID). Organisasi ini, semacam perhimpunan petani pemakai air (P3A) di Indonesia, namun cakupan tanggung jawabnya lebih luas yakni mencakup kegiatan O&P jaringan, termasuk di dalamnya mengatur distribusi air. Organisasi ini telah berdiri lama, dan seiring
dengan dikeluarkannya
undang undang tentang perbaikan
tanah/lahan memungkinkan dilakukannya rancangan, perbaikan dan pemeliharaan aset bangunan secara legal. Model kerjasama antara petani – LID sifatnya profesional, hampir sama dengan model kerja perusahaan yang menuntut rasa tanggung jawab yang tinggi dari para petani atas keberadaan fasilitas irigasi. II.3. Sistem Administrasi dan Peraturan Soenarno, 2005; Berdasarkan kondisi perkembangan sosial, ekonomi, politik, serta permasalahan yang dihadapi di Indonesia, kebijakan pengelolaan sumberdaya air ke depan akan dipengaruhi oleh beberapa kecenderungan sebagai berikut:
Akan terjadi pergeseran pola pengelolaan yang bersifat parsial- fragmental ke pendekatan terpadu baik antar wilayah maupun antar komponen sumberdaya air (air permukaan, air tanah dan air hujan).
Terjadi pergeseran perang dominasi peran pemerintah ke peran dunia usaha dan masyrakat.
Timbul kebutuhan akan bentuk kelembagaan supra sektoral dengan kejelasan otoritas serta mempertimbangkan aspek desentralisasi.
Terjadi pergeseran titik berat dalam pengelolaan sumberdaya air: (1) yang semula dititik beratkan untuk pertanian ke alokasi air yang lebih merata bagi sektor 7
lainnya, (2) dari titik berat hanya pada pendekatan suplai (supply approach) ke pendekatan pengelolaan permintaan (demand management), dan dari cara pandang bahwa air hanya sebagai publik ke cara pandang air juga merupakan sumberdaya ekonomi.
Selain itu pergeseran juga terjadi dalam perlindungan sumberdaya air dari titik berat penanggulangan pencemaran menjadi pencegahan pencemaran melalui penerapan sistem produksi limbah minimum serta dari pendekatan pengaturan ke arah pendekatan insentif/desinsentif. Engelen dan Klosterman, 1996; menyusun kerangka kerja dalam pengembangan
pengelolaan sumberdaya air secara terpadu dan komprehensif menjadi lima tahapan yaitu: a.
Tahap pertama: penggunaan air dasar Dalam tahap pertama ini kebanyakan terjadi di negara berkem-bang, air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar, air untuk sektor publik, dan pertanian. Aspek kuantitatif yang dominan sedang aspek kualitas belum menjadi prioritas, analisis sumber air dan perencanaan masih kurang dapat perhatian.
b.
Tahap ke dua: analisis sektoral, perencanaan dan penggunaan yang terbatas Peningkatan kebutuhan air dan perkemabngan ekonomi kebutuhan tambahan menjadi penting utamanya kebutuhan rekreasional dan ekologis. Peningkatan aspek jumlah dan kualitas penting bagi pengguna, dan sering polusi menjadi salah satu masalah. Kebijakan dalm pengembangan air, lingkungan dan perencanaan wilayah masih agak longgar. Aspek kualitas dan kuantitas air permukaan dan air tanah merupakan aspek penting. Kesadaran keterkaitan antara kebijakan, pengguna dan komponen siklus air tumbuh tetapi integrasi yang nyata masih kurang.
c.
Tahap ke tiga: pendekatan sektoral terstruktur dalam analisis, perencanaan dan pengguna. Di negara industri kebutuhan air sangat banyak sehingga memerlukan kesatuan konsep dalam pengelolaan Sumberdaya Air. Dari sisi kebijakan masterplan terinci menjadi tingkat nasional, regional untuk sektor air utama, lingkungan dan perencanaan fisikal. Perencanaan sektoral diperlukan untuk tipe pengguna yang berbeda. Kesatuan konsep dalam siklus air dapat menjadi analisis hidrologikal regional. 8
d.
Tahap ke empat: Pendekatan terpadu dalam analisi sistem air, perencanaan dan pengelolaan. Di negara industri dan berpenduduk padat kesadaran tentang sumberdaya air telah tumbuh, integrasi antar sektor tidak cukup, dan integrasi level lebih tinggi diperlukan untuk memecahkan masalah air. Integrasi kebijakan diperlukan dalam analisis, perencanaan dan pengelolaan, peningkatan kebutuhan, dan sistem hidrologi.
e.
Tahap ke lima: Pendekatan komprehensif dalam pengelolaan Sumberdaya Air Di masa mendatang dan tahap akhir dari pengelolaan Sumberdaya Air diperlukan satu
pendekatan
sistem
air yang
komprehensif.
Sistem
air
dianalisis,
direncanakan dan dikelola dengan cara komprehensif tran nasional dan melibatkan banyak disiplin ilmu, fakor dan aktor. Dalam regionalisasi pengelolaan sumberdaya air, komponen yang harus diperhatikan adalah sumber air (air hujan, air permukaan dan air tanah), wadah atau tempat air tertampung (geomorfologi, tanah, geologi), vegetasi/penggunaan lahan, kependudukan dan sosial ekonomi, sistem administrasi dan peraturan. II.3. Fokus Penelitian yang Akan Dilakukan Berangkat dari tinjauan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya maka fokus penelitian yang akan dilakukan adalah menghasilkan model pengelolaan air tanah daerah Klaten khususnya dan selajutnya digunakan model dalam pengelolaan air tanah di daerah lingkungan gunung api di Indonesia diperlukan kerangka pikir sebagai berikut. Pengelolaan air tanah yang lestari dan berkelanjutan diperlukan perhatian imput air tanah harus lebih besar disbanding dengan pemanfaatan air tanah. Imbuhan air tanah tergantung pada faktor iklim dan aspek penyusun bentuklahan sedang pemanfaatan air tanah tergantung pada aspek penyusun satuan lahan dan peraturan masyarakat dan pemerintah. Jika faktor factor yang mempengaruhi imbuhan/imput air tanah dan bentuklahan, satuan lahan yang lestari diperlukan pengelolaan aspek fisik (apek bentuklahan dan aspek fisik lahan) dan non fisik (penggunaannya untuk non pertanian dan pertanian), maka di pilih satuan lahan sebagai satuan analisis model pengelolaan air tanah. Untuk lebih jelasnya, kerangka teori model pengelolaan air tanah daerah lereng Merapi di Klaten Jawa Tengah disajikan pada Gambar 1 9
Iklim/curah hujan Daerah Gunung Api Merapi
Bentuklahan asal gunung Merapi :1. Relief, 2 batuan penyusun; 3 Proses geomorfologi Penggunaan Lahan Daerah Lereng Merapi
Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Merapi di Klaten Jawa Tengah 1. Pertanian 2. Permukiman/domestik 3. Industri 4. Air kemasan 5. Perkantoran dasekolah 6. PDAM dalam dan luar daerah Klaten 7. Pariwisata
Satuan lahan daerah lereng Merapi
Potensi air tanah Daerah Klaten
Pemanfaatan Air Tanah
Undang –Undang Dasar 1945 Pasal 33 Peraturan Daerah Tentang pengelolaan air
Gambar 1. Kerangka Teori Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah
10
BAB III METODE PENELITIAN Model pengelolaan air tanah ini merupakan bagian pencapaian pelestarian sumberdaya air dan tanah yang diprogramkan perguruan tinggi. Metode penelitian menggunakan survei yang meliputi pengamatan, pengukuran, pencatatan dan analisis. Capaian penelitian yang sudah dilakukan : Tahun 2005: 1). peta bentuklahan; mendasarkan pada unsur relief, batuan dan proses geomorfologi, derah kabupaten Klaten terdapat bentuklahan puncak Merapi, lereng Merapi, kaki Merapi, lereng fluvial kaki Merapi, dataran fluvial Merapi dan bentuklahan asal strukturan Bayat; 2) Mata air di bentuklahan kaki Merapi berjumlah 124 tempat dengan debit bervariasi antara 45 L/detik - 1850 L/detik ; 3). kualitas airtanah sesuai untuk air minum. Tahun 2006: 1) peta degradasi lahan akibat faktor antropogenik/aktivitas manusia; bentuknya pembukaan lahan terbangun di setiap bentuklahan; pembuatan batu bata di bentuklahan kaki, lereng kaki dan dataran fluvial kaki Merapi. 2) Peta degradasi akibat faktor alami/ gempa bumi tektoni yang berbentuk sembulan, amblesan, dan rekahan tersebar di bentuklahan dataran fluvial Merapi dan daerah bentuklahan sruktural perbukitan Bayat. 3). Degradasi lahan akibat letusan Gunung Merapi yang pada tahun tersebut baru berpengaruh di bentuklahan puncak dan lereng Merapi. Tahun 2007: 1). persebaran penurunan klas kesesuaian lahan daerah pertanian dari klas 1(sesuai) menjadi kals 2(sedang) bahkan klas 3(kurang sesuai) atau di bentuk lahan leremg kaki, kaki, lereng fluvial kaki, dataran fluvial Merapi dan bentuklahan struktural perbukitan Bayat. 2). Bangunan air untuk irigasi dan penyempan air tanah dan mata air di bantuklahan dataran fluvial Merapi dan bentuklahan struktural perbukitan Bayat sebagian besar rusak. 3). Data dasar sebelum gempa sebagian besar tidak dapat digunakan Tahun 2008: 1) Potensi air tanah/air sumur daerah permukiman di bentuklahan dataran fluvial Merapi menurun.2).sebagain air tanah/ sumur di bentuklahan asal struktural perbukitan Bayat sebagian asin dan tidak layak untuk air minum. Tahun 2014; air sumur / air tanah dangkal di dataran fluvial kaki volkan mengalami pencemaran : 1) bakteri coli ( 10 – 253 mg/L), 2). Nitrat/NO3 ( 14- 21 mg/L) dan 3) dan keasinan air tanah yang dibuktikan daya hantar listrik (DHL) 1135 - 103840 mmous/L. 11
Bagan alir metode dan hasil penelitian yang diharapkan setiap tahun disajikan pada Gambar 2. Rencana Induk Perguruan Tinggi Pelestarian Lingkungan Air dan Tanah
Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Merapi
Metode Survei Capain penelitian yang sudah dilakukan ; Peta Bentuklahan, Peta penyebahan mata air tahun 2005, Peta Degradasi Lahan di setiap Bentuklahan, Peta degradasi Lahan Pertanian, Degradasi Potensi Air Tanah Daerah Permukiman di bentuklahan dataran fluvial Merapi dan structural perbukitan Bayat, dan budaya lokan Dusun Jati Nom dalam pelestarian sumber mata air./air tanah.
Metode Tahun Pertama; overlay peta bentuk lahan dan peta penggunaan lahan, strata sampling, penelitan air tanah di disetiap satuan lahan di lapangan, penelitian di laboratorium Fak. Geografi UGM, membuat peta tematik
Hasil tahun pertama; peta satuan lahan, peta kuantitas air tanah/mata air di setiap satuan lahan, peta kualitas air tanah di setiap satuan lahan
Metode Tahun ke dua; Wawancacara jenis pemanfaatan air tanah kepda pengguna. Yang bersifat produktif dan konsumtif
Hasil Tahun ke dua jumlah pemanfaatan air sumur dan air mata air untuk : domestik, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, Pariwisata, air kemasan, perkantoran dan air tanah yang terbuang
Metode Tahun ketiga ; Wawancara, FGD, Analisa sistem informasi geografis dan analisis Peraturan Daerah terhadap Air tanah
Hasil Tahun ke tiga; Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
12
Pada tahun pertama 1. Membuat peta bentuk lahan (Sudah tersedia); peta ini dibuat dengan memperhatikan tiga aspek pembentuk bentuklahan yaitu (1) aspek morfologi, (2) aspek proses geomorfologi dan (3) aspek material penyusun atau litologi. Metode yang digunakan adalah overlay peta rupa bumi/topografi, peta geologi . 2. Membuat peta satuan lahan; peta ini dibuat dengan memperhatikan empat aspek pembentuk satuan lahan yaitu (1) aspek bentuklahan, (2) aspek tanah, (3) aspek lereng, dan (4) aspek penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Koordinator pembutan peta satuan lahan dan penentuan daerah sampel Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si 3. Sampel air tanah; sampel air tanah diambil di setiap satuan lahan. Sampel di ambil di setiap satuan lahan dengan dasar bahwa setiap satuan lahan mempunyai kesemaan sifat: bentuklahan, lereng, penggunaan lahan dan klas tanah. 4. Analisa data lapangan dan laboratorium, ini dilakukan untuk mendapatkan potensi air sumur dan mata air serta agihannya dalam setiap satuan lahan. Data lapangan yang berkaitan dengan kualitas terdiri dari warna air tanah, bau dan rasa air tanah. Pengukuran kuantitas dan kualitas air tanah dilapangan menggunakan mahasiswa sejumlah 45 orang yg dibimbing langsung oleh ketua dan anggota peneliti 5. Interpretasi ulang, yang dilakukan memasukkan data hasil pengukuran di lapangan dan di laboratorim yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air tanah. Pelaksanaan interpretasi ulang dilakukan oleh penggiat Pusat studi Mitigasi Bencana (PSMB) Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMS yang dikoordinir oleh R. Muhammad Amin Sunarhadi SSi.MP 6. Membuat peta potensi air tanah di setiap satuan lahan Tahun ke dua 1. Menyiapkan peta satuan lahan sebagai dasar satuan pemetaan penggunaan air tanah ( mata air dan air tanah dangkal / sumur. 2. Menyiapkan peta penggunaan lahan sebagai dasar pengambilan sampel /responden. Pengambilan sampel mendasarkan metode “strata randum sampling” dengan penggunaaan lahan sebagai stratanya. 13
3. Kerja lapang yaitu pengamatan, pengukuran, pencatatan hasi pengamatan lingkungan dan wawancara terhadap responden yang berkaitan dengan penggunaan air tanah. 4. Tabulasi dan analisa data hasil pencatatan pengamatan lingkungan dan wawancara dengan responden. 5. Analisa hasil tabulasi data untuk memperoleh hasil penelitian tentang penggunaan air tanah di setiap satuan lahan 6. Pemetaan penggunaan penggunaan air tanah disetiap satuan penggunaan lahan dan satuan lahan. 7. Kesimpulan dan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini akan mengikut sertakan 125 mahasiswa dari Fakultas Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi, serta mahasiswa pegiat Pusat Studi Mitigasi Bencana. Data hasil ditabulasi dianalisis dan dipetakan. Pekerjaan ini dikoordinasikan oleh Drs. Muhammad Musiyam M.T. Hasil yang diharapkan, jumlah pemanfaatan air sumur dan air mata air untuk: domestic, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, lembaga swasta, air kemasan, perkantoran, lembaga pemerintah, dan air tanah yang terbuang. Tahun ke tiga Wawancara dilakukan oleh tokoh masyarakat sebagai tokoh kunci diharapkan mendapatkan karakter budaya loka dalam melestarikan air tanah; Di Daerah Klaten, setiap Dusun mempunyai budaya lokal dalam pelestarian air tanah. Untuk wawancara tokoh masyarakat dilakukan oleh Ketua Peneliti Forum group diskusi; dilakukan melaui dua cara; pertama dilakukan oleh setiap kelompok pengguna air dan kedua dilakukan oleh berbagai kelompok penggunan Analisis peraturan pememerintah Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta. Peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Klaten dianalisa dan ibandingkan dengan UU No. 7 Tahun 2004 dan UUD tahun 45 pasal 33. Peraturan Daerah Kabupaten Kota Surakarta yang dikaitkan dengan peraturan daerah Kabupaten Klaten dianalisis untuk mencara titik unggul /manfaat dan kelemahan yang menimbulkan konflik air.
14
Analisis Sistem Informasi Geografis Analisis ini mengkaitkan data hasil Tahun Pertama, Kedua dan Ketiga; program yang digunakan simulasi masa lampau, masa sekarang dan merencanakan masa mendatang sampai Tahun 2016. Koordinator analisis SIG adalah R. Muhammad Amin Sunarhadi, SSi, MP .
15
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1. Biaya Penelitian 1. Honor Honor Ketua Anggota 1 Anggota 2 Anggota ke 3
Honor/Jam (Rp) 20.000 19.000 19.000 19.000
Waktu Minggu (jam/minggu) 10 280 8 224 8 224 8 224 SUB TOTAL (Rp)
Honor per Tahun (Rp) 5.600.000 4.256.000 4.256.000 4.256.000 18.368.000
2. Peralatan penunjang Material
Justifikasi Pemakaian
Interpretasi jenis penggunaann lahan daerah Klaten Interpretasi penggunaan Peta agihan pertanian lahan Dasar Penentuan Peta Industrui sampel dan Daerah Klaten wawancara Menentukan lokasi GPS absolut PetaPenggunaan lahan daerah Klaten
Harga Kuantitas Satuan (Rp)
Harga Peralatan Penunjang (Rp)
3 Sheet/ lembar
200.000
8 lembar
50.000
400.000
8 lembar
50.000
400.000
10 Sewa (10 hari)
10.000
1.000.000
3 Sewa (20 hari) 8 lembar
150.000
150.000 400.000
Peta Pariwisata daerah Dasar Penentuan sampel klaten dan wawancara
8 lembar
50.000
Peta Perikanan Daerah Dasar Penentuan sampel Klaten dan wawancara
8 lembar
50.000
Peta Perkebunanan Daerah Klaten
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
8 lembar
50.000
Peta Perkantoran Daerah Klaten
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
8 lembar
50.000
Data skunder dinas Pertanian
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data Sekunder Dinas Perindustrian
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Digital Kamera
Dokumentasi
Peta Peternakan Daerah Klaten
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
50.000
600.000
400.000 400.000 400.000 400.000
16
Data sekunder Dinas Perindustrian
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data sekunder Dinas Peternakan
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data sekunder Perikanan
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data sekunder Dinas Pariwisata
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data sekunder Dasar Penentuan sampel Pengusaha air kemasan dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Data Dalam Angka Kabupaten Klaten
Dasar Penentuan sampel dan wawancara
4 buku
150.000
600.000
Mobil Sepeda Motor SUB TOTAL (Rp)
Alat trasportasi Alat tranportasi
3 Sewa hari) 3(10 Sewa (20 hari)
250.000 50.000
2.500.000 1.000.000 12.850.000
3. Bahan Habis Pakai Material Membuat perangkat daftar pertanyaan jumlah air tanah, permasalahan air tanah
Justifikasi Pemakaian Pedoman wawancara penggunaan air tanah
Wawancara penggunaan air tanah untuk domestik di satuan lahan permukiman
Data Air tanah
Wawancara penggunaan air tanah untuk pertanian
Data air tanah
Wawancara penggunaan air tanah untuk peternakan Wawancarajumlah penggunaan air tanah untuk perikanan Wawancara penggunaan air tanah untuk perkebunan
Data air tanah
Data air tanah
Data air tanah
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
Paket 1.500.000
15 hari/10 orang
Biaya per Tahun (Rp) 1.500.000
50.000
2.500.000
50.000
5.000.000
50.000
5.000.000
50..000
2.500.000
10 hari/5orang
10 hari/5orang
10 hari/5orang
10 hari/5 orang 50.000
2.500.000
17
Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
Biaya per Tahun (Rp)
Wawancara penggunaan air tanah Data air tanah untuk Pariwisata
10 hari/10 orang
50.000
2.500.000
Wawancara penggunaan air tanah Data air tanah untuk Industri
10 hari/5 orang
50.000
2.500.000
Wawancara penggunaan air tanah Data air tanah untuk perkantoran
10 hari/5 orang
50.000
2.500.000
Wawancara penggunaan air tanah untuk air kemasan
10 hari/5 orang
50.000
2.500.000
10 hari/5 orang
50..000
2.500.000
10 hari/5 orang
50.000
2.500.000
3 hari/5 orang
150.000
4.500.000
250,000
3.500.000
Pengukuran air tanah yang hilang
Data air tanah
Data air tanah
Wawancara penggunaan air tanah untuk PDAM
Data air tanah
Kerja laboratorium
Tabulasi data
Kerja laboratorium
Analisa Sestem informasi Geografi ( 7 hari/2 orang SIG) penggunaan air tanah di setiap Membuat Peta “ paket Penggunaan Air Tanaha di Setiap 4 hari/2 orang Satuan Lahan Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah” SUB TOTAL (Rp)
Kerja Laboratorium
4.000.000
27.138.000
18
4. Perjalanan
Material
Justifikasi Perjalanan
Harga Satuan (Rp)
Kuantitas
Biaya per Tahun (Rp)
Perjalanan Ke Bentuklahan lereng atas Merapi
Survei penyusun aquifer permukaan dan lingkungan
3 hari/ anggota ketua peneliti drefer
150.000
2.250.000
Perjalanan Ke Bentuklahan Kaki Merapi
Survei penyusun aquifer permukaan dan lingkungannya
2 hari/ anggota ketua peneliti drefer
150.000
1.500.000
Perjalanan Ke Bentuklahan Dataran Fluvial Merapi
Survei penyusun aquifer permukaan dan lingkungannya
2 hari/ anggota ketua peneliti drefer
150.000
1.500000
Perjalanan Ke Kecamatan Daerah Dataran Flufial Merapi
Survei penyusun aquifer permukaan dan linkungannya
3 hari/ anggota ketua peneliti drefer
150.000
2.250.000
Perjalanan ke Fakultas Geografi UGM
Menyerahkan Lasampel Air tanah dan mengambil hasil lab.
3 hari/ anggota ketua peneliti drefer
paket
1.300.000
Perjalanan Ke Dinas Pemerintah Kabupaten Klaten
Perijinan, penyerahan hasil dan Tindak lanjut kegiatan
5 x anggota ketua peneliti drefer
1.800.000
SUB TOTAL (Rp)
10.600.000
5. Lain-lain Kegiatan
Lain-lain
Justifikasi administrasi, publikasi, seminar, laporan, PPPK
Kuantitas
paket
Harga Satuan (Rp) paket
SUB TOTAL (Rp)
Biaya per Tahun (Rp) 4.644.000 4.644.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN TAHUN KE 2 (Rp)
87.956..000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN (Rp)
175.000.000
19
4.2. Jadual Penelitian Tahun 2 No
Jenis Kegiatan
3
4
1
Koordinasi dan perijinan
v
2
Pengumpulan Pustaka dan Alat Lapangan
v
3
Pengamatan Lapangan
v
4
Membuat Peta Satuan Lahan
v
5
Penentuan Titik Sampel Air Tanah dan mata air
v
6
Pengukuran potensi air di lapangan
v
7
Pengukuran sampel air di Laboratorium
8
Tabulasi Data Hasil Lapangan dan Laboratorium
Bulan ke 5 6 7 8
9
10
v
v
v
v
v
v
v v
Membuat Peta Tematik Potensi Air Tanah disetiap 9
Satuan Lahan
10 Penyusunan Laporan Penelitian 11 Seminar Hasil dan Publikasi
v
v
v
v
v v
20
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Agus Sigit, Suharjo; dkk, 2007. Analisis Proses Geomorfologi Melalui SIG untuk Pengelolaan Lahan Pertanian Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Penelitian PHK A-2 Fakultas Geografi UMS Engelen, G.B; F. Klosterman, 1996. Hydrological System Analysis Method and Applications. Kluwer Academic Publisher. London. Kodoatie, Robert J., Roestam Sjarief, 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu Andi Jl. Beo 38-40. Telp (0274) 561881 (hanting) Fax. (0274) 588282 Yogyakarta 55281 Santoso, M..Abdul Fattah 2013. Air Dan Pemeliharaannya Makalah Seminar Fikih Air Dan Masa Depan Umat Manusia Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Soenarno, 2005. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air dan Privatisasi atas Air. Makalah. Proseding Seminar Nasional. Fak. Geografi UMS Suharjo; dkk, 2005. Studi dan Pemetaan Sumber Air di Kabupaten Klaten. Penelitian Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten. Suharjo, dkk, 2006. Analisis Degradasi Lahan Pasca Gempa Bumi Tektonik Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Penelitian PHKA-2 Fak. Geografi UMS. Suharjo, 2006. Proses Geomorfologi Solo, Penelitian Fundamental Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Suharjo, 2007. Evolusi Lereng dan Tanah Daerah Solo dan Sekitarnya. Penelitian Fundamental. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Suharjo, Alif Noor Anna, Munawar Cholil. 2008 Model Pengelolaan Air Tanah Pasca Gempa Tektonik Di Lereng Merapi Daerah Klaten Jawa Tengah.Penelitian Hibah Bersaing tahun pertama Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Suharyadi, 1984. Geohidrologi. Diktat Kuliah. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Sunarhadi, M. A., Utami, S. R., Sudarto. 2001. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang, Jawa Timur. Jurnal BIOSAIN, 1(3) Desember 2001, 84-98. Universitas Brawijaya, Malang. Sunarhadi, M A, Suharjo, Alif Noor Anna. 2013. Model Pengelolaan Sempadan Sungai di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian Pusat Studi (PESATU). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tood. David Keith, 1959. Grounwater Hydrology. New York John Wely and Sons. Verstappen, H. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. Amsterdam: Elvisier. 21