THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
AGIHAN TANAMAN BAMBU DAN IMPLIKASINNYA TERHADAP POTENSI AIR TANAH DAERAH KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH Suharjo1, Muhammad Musiyam2, Miftahul Arozaq3 1Dosen program studi pendidikan Geografi UM Surakarta 2Dosen Program studi pendidikan Geografi UM Surakarta 3Dosen Program studi pendidikan Geografi UM Surakarta
Abstrak Tumbuhan bambu merupakan bagian aspek bentang alam yang berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas air tanah. Jumlah air tanah daerah klaten 260502740 m3/tahun yang berasal dari (1) sebesar 73301436 m3/detik, (2). air tanah tertekan 34138520 m3/detik dan (3) mata air 153062784 m3/detik ( Suharjo, 2005). Kualitas air tanah mengalami penurunan akibat aktivitas manusia seperti bakteri coli dan unsur nitrat (NO3). Tujuan dari penelitian menganalisa agihan tumbuhan bambu dan implikasinya dengan potensi air tanah daerah Klaten Jawa Tengah. Metode penelitian di pilih survei, sedang analisa hasil mengunakan deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian diperoleh: 1). Daerah bentuklahan lereng, puncak dan kaki punung api Merapi bagian atas didominasi tumbuhan bambu implikasi kualitas air tanah layak untuk air minum; 2) dataran fluvial dan kaki Merapi bagian bawah, keberadaan bambu berada di tebing kanan kiri sungai; implikasi potensi air tanah daerah ini mengalami penurunan; 3) Daerah lerang dan dataran perbukitan struktural Bayat, penyebaran tumbuhan bambu tidak mempunyai implikasi terhadap kuantitas air tanah meningkat sedang kualitas air tanah/sebagian mata air dan air sumur tercemar oleh air laut. Kata Kunci: Bentang alam, bambu, mata air dan potensi air tanah PENDAHULUAN Qur’an memberikan petunjuk nilai air minimal menjadi enam fungsi, yaitu 1) air sebagai asal dari Organisme (Q.S. al-Anbiyâ’/21: 30), termasuk manusia (Q.S. al- Furqân/25: 54) dan hewan (Q.S. al-Nûr/24: 45), 2) air sebagai kebutuhan pokok makhluk hidup untuk dapat survive (Q.S. al-Baqarah/2: 22, 60; al-Hijr/15: 22; al- Nahl/16: 10-11; Thâhâ/20: 53), 3) air sebagai sarana konservasi tanah (Q.S. al- Baqarah/2: 164), 4) air sebagai sarana penyucian dan kesehatan (Q.S. al-Anfâl/8: 11; dan (H.R. Ibn Mâjjah No. 3053 dan H.R. Ahmad No. 2517), 5) air (dalam bentuk sungai, danau, dan laut) sebagai lahan untuk transportasi dan habitat bagi banyak makhluk (Luqmân/31: 31; dan Q.S. al-Nahl/16: 14); dan 6) air sebagai simbol surga, ketakwaan, dan rahmat Tuhan di dalam kehidupan akhirat (Q.S. Muhammad/47: 15; dan al-Ghâsyiyah/88: 11-12). Air sebagai kebutuhan pokok makhluk
THE 5TH URECOL PROCEEDING
hidup untuk dapat hidup yang survive dan sarana konservasi lahan diperlukan pengelolaan bentang alam yang berkelanjutan. Bentang alam/landscape ialah suatu pemandangan alam dengan aneka ragam bentuk permukaan bumi seperti: dataran, perbukitan, pegunungan, gunung api, sungai, sawah, ladang, permukiman dan sebagainya yang sekaligus terlihat dan nampak sebagai satu kesatuan. Bentang alam dibedakan menjadi bentang alam asli (original landscape) atau bentang alam ciptaan alam semata adanya aktivitas alam dan bentang alam buatan, dimana bentang ala mini sudah tidak original lagi akibat olah manusia. (Fatchan, 2013). Bentang alam tidak bisa dipisahkan dengan pembahasan bentuk muka bumi seperti landforms, medan dan lahan. Sunarhadi, Utami, & Sudarto (2001) menunjukkan bahwa perbedaan kondisi biofisik permukaan lahan menyebabkan respon suatu DAS terhadap hujan juga akan berbeda.
458
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Perbedaan ini muncul baik pada kualitas maupun kuantitas air yang mengalir dan muncul di air tanah. Potensi air, meliputi kualitas dan kuantitas, dapat di identifikasi berdasarkan geomorfologi, tanah; dan geologinya. Keberadaan fisik alami; Verstappen (1983) mengemukakan bahwa satuan/unit geomorfologi dapat untuk mendeliniasi satuan hidrologi suatu daerah. Adapun aspek geomorfologi yang penting dalam untuk mendeliniasi satuan hidrologi yaitu aspek morfologi dan aspek morfogenesa. Suharjo (2005), daerah lereng Merapi terbagi menjadi empat satuan morfologi yaitu: (1) satuan puncak Merapi, (2) satuan kaki Merapi, (3) satuan dataran fluvial, dan (4) satuan perbukitan Jiwo Bayat. Ditinjau dari morfogenesanya, daerah Klaten merupakan daerah asal struktural (Daerah perbukitan Jiwo) dan asal volkan. Kuantitas dan kualitas alami ditetukan oleh kondisi fisik alami; Geologi; Todd (1980), ada empat perlapisan batuan yang mengakibatkan perlakuan air tanah berbeda yaitu: 1). Akuifer, yaitu perlapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam jumlah besar. Batuan ini terdiri dari pasir atau kerikil, batu pasir, batu gamping yang berlubang dan lava yang retak– retak; 2). Akuiklud, yaitu perlapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Batuan ini terdiri dari lempung, tuf dan atau silt; 3). Akuifug, yaitu lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan tidak mengalirkan air, contoh batuan granit; 4). Akuitar, yaitu perlapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah yang terbatas, contoh lempung berpasir. Suharyadi, 1984; pendekatan kualitas air tanah dapat diinterpretasi berdasarkan kandungan unsur kimia yang terkandung dalam litologi penyusun akuifer seperti Calsium (Ca), magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K), Narium (Na), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Chlorida (Cl), Sulfat (SO4). Tumbuhan merupakan aspek ekologi yang berperan penting dalam produsen, peranannya dengan sumberdaya air organ tumbuhan yaitu
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
akar, batang, dan daun. (Rosanti Dewi,2002) Fungsi akar adalah sebagai penyerap air dan unsure hara, yang selanjutnya akan diteruskan ke batang dan daun, sehingga terjadi proses metabolisme. Fungsi lain dari akar yaitu sebagai gutasi jalan tetesnya air dan tersimpan dalam akuifer air tanah. Daun memiliki fungsi sebagai organ pernapasan, tempat berlangsungnya proses fotosinteses dan sebagai alat perkemmbang biakan secara vegetative dan alat masuknya air melalui stomata/pori-pori daun. Batang, ranting berfungsi untuk menyimpan air hujan melalui pori batang. Bambu, batang juga berfungsi sebagai alat perbembangbiakan tumbuhan secaran vegetative atau aseksual. Pembiakan tumbuhan melalui batang dikenal dengan stek. Pada lingkungan yang ekstrim, akan beradaptasi dengan bermetamorfose/berubah bentuk menjadi ramping atau dikenal dengan nama rhisoma atau umbi. cepatnya perkembangan bambu maka akar, daun dan batang membentuk koloni dan berfungsi penyimpan air tanah yang potensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten terletak pada bagian tenggara wilayah Propinsi Jawa Tengah dan terletak pada jalur regional yang menghubungkan Kota Solo dan Yogyakarta. Secara astronomis, Kabupaten Klaten terletak pada koordinat antara 110° 30’ BT - 110° 45’ BT dan 7° 30’ LS - 7° 45’ LS. Secara administratif Kabupaten Klaten meliput daerah seluas 655,56 km2 dengan pembagian wilayah administrasi yang terdiri dari 26 wilayah kecamatan, 391 wilayah desa, dan 10 kelurahan. Batas administrasi Kabupaten Klaten, utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman DIY, selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DIY dan sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Agihan permukiman disajikan pada gambar1.
459
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
2 5
T m 0 0 0 2 7 4
0 0 0 4 6 4
0 0 0 6 5 4
U m 0 0 0 8 6 1 9
i p a r e M . G
$
0 0 0 8 4 4
0 0 0 0 4 4
0 0 0 8 6 1 9
PETA BENTUKLAHAN KABUPATEN KLATEN 0 0 0 . 0 0 2 : 1 a al k S
KABUPATEN BOYOLALI
U
2
0 0 0 0 6 1 9
0
2
6 Km
0 0 0 0 6 1 9
Legenda : [ %
: ibukota kabupaten : batas kabupaten
0 0 0 2 5 1 9
: jalan : rel kereta
0 0 0 2 5 1 9
: sungai : rawa
Satuan Bentuklahan :
KABUPATEN KLATEN
: dataran fluvial kaki Volk an : Kaki Volkan : Lereng dan Puncak Volk an : Perbukitan Struktural
[ %
PROP. DIY
0 0 0 4 4 1 9
0 0 0 4 4 1 9
Rowo Jombor
K. Dengkeng
KABUPATEN SUKOHARJO
JAWA TENGAH
LA UT JAWA
SAMUD ERA
: Kabupaten Klaten
PROP. DIY 0 0 0 2 7 4
0 0 0 4 6 4
0 0 0 6 5 4
0 0 0 8 4 4
0 0 0 0 4 4
Gambar 1. Agihan permukiman di Kabupaten Klaten Bentuklahan dan akuifer; berdasarkan kesamaan litologi, morfologi dan proses geomorfologi daerah Klaten dibedakan menjadi : (1). Satuan Bentuklahan Lereng dan Puncak Volkan; (2). Satuan Bentuklahan Dataran Kaki Volkan dan Kaki Volkan; (3). Satuan Bentuklahan Dataran Fluvial Kaki Volkan Merapi; dan (4). Satuan Bentuklahan Perbukitan Struktural. Akuifer daerah lereng dan puncak Merapi terdiri dari material debu, padir , kerikil, kerakal dan bongkah yang bersifat baru; daerah kaki Merapi materialnya sama dengan material yang berada di lereng atas namun sebagian mengalami pelapukan dan terbetuk jenis tanah; pada dataran fluvial Merapi akuifer dicirikan sama dengan material daerah kaki merapi namun sebagian besar sudah mengalami pelapukan dan terbentuk jenis dan macam tanah. Sedang akuifer di daerah structural Bayat terdiri dari material endapan kuarter berupa batuan gamping, sediment, malihan yang berukuran lempung, debu, pasir dan bongkah. Perbedaan jenis akuifer akaan dapat dapat menginterpretasi perbedaan potensi air tanah. Agihan bentuklahan daerah Klaten disajikan pada gambar 2
0 0 0 6 3 1 9
0 0 0 6 3 1 9
INDON
ESIA
Sumber : 1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000 2. Peta Geologi Lembar Surakarta, Skala 1 : 100.000, dan 3. Foto Udara Daerah Penelitian, Skala 1 : 50.000 Disusun oleh : Suharjo, dkkTahun 2006
Gambar 4.1. Peta Bentuklahan Kabupaten Klaten
Gambar 2.Agihan Bentuklahan Daerah Kabupaten Klaten Gambar 2. Potensi air yang berasal dari mata air atau umbol; jumlah mata air mengalami penurunan 28 yaitu dari 162 menjadi 134 mataair. Agihan mataair di puncal Merapi 2; di kaki Merapi 85; di dataran fluvial Merapi 41 dan di structural Bayat 4 mata air. Jumlah dan penyebaran mata air disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Persebaran Mata air di Setiap Bentuklahan No
Kecamatan
Jumlah Mataair 9 2
1 2
Prambanan Kemalang
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Polanharjo Tulung Gantiwarno Kebonarum Klaten Selatan Jogonalan Kalikotes Klaten Utara Ngawen Jatinom Karanganom Pedan Trucuk
7 5 13 5 5 3 11 3 11 3 9 4 2
16
Bayat
4
17 18 19
Ceper Karangnongko Manisrenggo Jumlah
6 11 14
Bentuklahan
Kaki Merapi Lereng dan puncak Merapi Kaki Merapi Kaki Merapi Fluvial Merapi Kaki Merapi Fluvial Merapi Fluvial Merapi Kaki Merapi Fluvial Merapi Kaki Merapi Kaki Merapi Kaki Merapi Fluvial Merapi Fluvial Merap dan Struktural Fluvial StrukturalBayat Fluvial Merapi Kaki Merapi Kaki Merapi 137 Mata air/air umbul
Sumber: Laporan Penelitian LPPM UMS, Tahun 2006
THE 5TH URECOL PROCEEDING
460
ISBN 978-979-3812-42-7
18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Jumlah air dari mata air atau spring atau umbul 4921 L/detik , 425 .174.400 L/ hari atau153.062.784 m3/tahun. Kuantitas air tanah daerah Klaten yaitu debit airtanah bebas + drbit air tanah Tertekan + debit air Mata air = 73.301.436 m3/tahun. + 34.138.520 m3/tahun. + 153.062.784 m3/tahun.= 260.502.740 m3/tahun. atau 723 .618.722 liter /hari . Kebutuhan untuk air minum tahun 2008 diperkirakan 1164000 Jiwa x 150 L/hari = 174.600.000 L/hari. Jika Kualitas air tanah sangat menentukan layak dan tidaknya air untuk peruntukan t untuk sumber air minum. Kualitas air tanah dangkal, proses antroogenik seperti pembuangan limbah rumah tangga, industri pertanian dan non
UAD, Yogyakarta
pertambahan penduduk pada tahun 2018 sebanyak 50.000 jiwa, maka membutuhkan air tanah sebesar 7.500.000 L/hari. Pada tahun 2018, penduduk Klaten akan membutuhkan air tanah sebesar 182 100 000 liter/hari. Jika kondisi lingkungan tidak berubah maka pada tahun 2018 air tanah masih mengalami kelebihan 723 618 722liter/hari - 182 100 000. liter /hari = 541 518 722 liter/hari. pertanian berdampak menambah unsur kimia alami menjadi unsur kimia alami dan unsur kimia hasil aktivitas manusia atau antropogenik. Hasil analisa laboratorium disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Data Pencemaran Air Tanah di Dataran Fluvial Vulkan Untuk Permukiman Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah Nomor Urut Satuan Lahan Permukiman
Nomor Laboratorium
1.1.1.1 1.1.1.3
1.1.1.4
PARAMETER 1.1.1.2 FISIKA DHL
KIMIA pH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Baku DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP DFVP Mutu Air 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 besih Perm enkes 416 / 869/L 870/L 871/L 872/L 873/L 874/L 875/L 856/L 877/L 878/L MEN H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 H/14 KES/ KES/ IX/19 90
Satuan mhos/cm 1152
1888
1738 10384 1900 0
1050
1391
1596
1881
1836
-
-
6.04
6.91
6.66
6.77
6.84
6.62
6.82 6.73
6.69
6.86
6.5 – 9.0
BOD
mg/L
1,44
1.01
1.87
1.44
1.00
1.15
0.86
1.58
1.86
-
COD
mg/L
Kalium ( K )
mg/L
Natrium (Na)
mg/L
Kalsium (Ca)
mg/L
Kesadahan ( CaCO3 )
mg/l
0.88
3.51 4.68 3.89 4.68 6.55 4.92 6.79 3.98 10.53 4.21 17.50 49.77 26.64 25.76 41.75 55.32 33.75 47.63 52.57 44.832 5 3 5 7 7 4 3 7
-
16.74 24.48 31.28 20.56 40.20 22.75 23.92 30.12 34.43 41.956 1 1 7 8 2 2 3 2 0
-
36
64
64
76
90
70
50
66
68
76
-
168
188
252
236
276
240
60
160
292
228
-
THE 5TH URECOL PROCEEDING
461
ISBN 978-979-3812-42-7
18 February 2017
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Magnesium (Mg)
mg/L
Sulfat ( SO4 )
mg/L
Klorida (Cl )
mg/L
Nitrat (NO3)
mg/L
Nitrit (NO2)
mg/L
Kebasaan (HCO3)
Mg/l
184
312
308
332
320
308
24
232
272
220
-
MPN/100 ml
95
150
253
157
22
2200
221
18
I0
6
Nihil
32 2
30 3..3
46 4.1
39 1.6
45 3.9
41 2.6
61 0.6
23 3.8
54 4.5
37 6.3
400
30 62 50 210 64 46 40 62 54 144 0.574 17.88 7.928 0.395 0.484 17.88 13.48 18.69 6..045 20.664 3 3 4 1
600 10
0.001 0.002 0.001 0.001 0.026 0.001 0.002 0.001 0.038 0.0029 4 2 7 1 2 4 7
1.0
Biologi Coliform Total
Sumber: Data Lab. Hidrologi Fakultas Geografi Agustus Tahun 2014 Agihan tumbuhan bambu; berdasarkan interpretasi dan survey lapangan, bahwa akibat alih fungsi lahan pertanian, perkebunan dan lahan terbuka menjadi lahan terbangan maka: 1) tumbuhan bambu di daerah dataran fluvial Merapi berada pada tanggul alam sungai dan dibantaran sungai; 2). agihan tumbuhan bambu di daerah kaki Merapi bagian bawah keberadaanya tinggal 20 % yaitu di lingkungan umbul/mata air yang pengelolaanya berbasis budaya; 3) agihan tumbuhan bambu di daerah struktural bayat keberadaan masih 40 % ; 4) agihan tumbuhan bambu di daerah puncak, lereng atas dan kaki Merapi bagian atas keberadaanya 60- 90 %. Agihan tanaman bambu disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Peta Agihan Tumbuhan Bambu disetiap bentuklahan PEMBAHASAN Kuantitas, kualitas atau potensi air tanah dipengaruhi oleh aspek bentang alam
THE 5TH URECOL PROCEEDING
original atau alami yaitu curak hujam, batuan penyusun akuifer, morfologi, proses, tumbuhan yang masuk dalam biofisik alami. Proses alam dari dalam bumi di daerah Kabupaten Klaten yang pernah terjadi yaitu proses vulkanik dan tektonik. Letusan Merapi tahun 2006 dan 2010 atau sebelumnya membangun akuifer yang sangat tebal dan merupakan simpanan air tanah sebagai pemasok air tanah dalam/air tanah tertekan, air tanah bebas atau sumur dan air tanah berujud mata air atau umbul. Gempabumi tektonik yang terjadi pada tahun 2006 merekahkan, mematahkan akuifer/perlapisan batuan di daerah peralihan bentuklahan asal gunung Merapi dan perbukitan struktural Bayat dan pegunungan jalur Batur agung hasilnya bersifat membangun dan sedikit merusak. Hasil yang membangan yaitu munculnya mata air baru yang jumlah airnya mencukupi untuk air minum sejumlah 250 kepala keluarga atau setaran 80 jiwa dan untuk sebagian lahan oncoran lahan pertanian. Hasil yang bersifat merusak atau distruktif yaitu munculnya air asin pada 3 sumur penduduk yang mempunyai kandungan gaman sagat tinggi. Proses eksogen yang terjadi di daerah Klaten antara lain proses erosi, sedimentasi, kekeringan dan gerak massa batuan dan banjir. Proses eksogen sebagian besar bersifat distruktif dengan agihan di setiap satuan bentuklahan. Proses antropogenik, sebagian besar proses antropogenik di daerah Klaten atau di daerah lain bersifat distruktif kecuali proses
462
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
antropogenik yang perencanaan dan pelaksanaanya berbasil lingkungan yang berkelanjutan. Proses antropogenik yang terjadi yaitu alih fungsi lahan untuk permukiman, industri, pemanfaatan sumber daya alam dan hayati. Pengambilan material akuifer yang berlebihan akan berpengaruh terhadap kuantitas air tanah. Agihan tumbuhan bambu dan implikasinya terhadap potensi air tanah; mendasarkan pada peta agihan bambu dan tabel kualitas air tanah maka didapatkan implikasi sebagai berikut ini. 1). berkurangnya tumbuhan bambu di daerah lereng kaki dan dataran fluvial Merapi akibat adanya alih fungsi lahan dari koloni tumbuhan bambu ke lahan terbangun. Implikasi yang terjadi pada musim kemarau sumur penduduk di daerah lahan permukiman dan lahan pertanian padi sawah air sumur pantek air sumur tradisional mengalami penurunan dan tidak ada airnya atau asat. 2). berkurangnya jumlah mata air sebanyak 28 mata air yaitu dari 162 menjadi 134 mata air, ini berarti menurunnya jumlah air tanah; 3) secara tidak lansung berimplikasi terhadak kualitas air tanah, akar tumbuhan bambu tergolong tumbuhan berakar serabut, sifat akar padat, rapat melebar cepat dan gutasi dari air pemasok airtanah pada musim kemarau cepat dan dalam jumlah besar. Pada musim penghujan menghambat infiltrasi aiar permukaan/ limbah rumah tangga yangh menghasilkan nitrat, nitrit dan coli.4). berkurangnya tumbuhan bambu tidak berimplikasi dengan keasinan air tanah di daerah struktural banyat. Air merupakan implikasi adanya patahan dan rekahan struktur litologi akibat gempa bumi tektonik tahun 2006 PENUTUP Alih fungsi tumbuhan bambu ke lahan terbangun berimplikasi terhadap kuantitas dan kualitas mata air dan air sumur atau air tanah bebas di daerah kabupaten Klaten Jawa tengah. Ucapan terimakasih kepada LPPM UMS dan Direktorat pendidikan Tingga ats biaya Penelitian Unggulan Terpadu ke-3 Tahun 2016 REFERENSI Fatkhan H.A, 2013. Geografi Tumbuhan dan Hewan, Ombak Perumahan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Nogotirto III Jl. Progo B-5. Yogyakarta 55292. Rosanti Dewi,2002. Morfologi Tumbuhan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Universitas Palembang. Erlangga JlH. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740. Suharjo; dkk, 2005. Studi dan Pemetaan Sumber Air di Kabupaten Klaten. Penelitian Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten. Suharjo, 2015. Model Pengelolaan Airtanah di Lereng Merapi Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. PUPT Tahunke 2. Direktorat Pembinaan Penelitian Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Suharjo, dkkl. 2016 Model Pengelolaan Air Tanah Di Lereng Merapi Daerah Klaten Jawa Tengah.Penelitian PUPT tahun ke3 Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Sunarhadi, M. A., Utami, S. R., Sudarto. 2001. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang, Jawa Timur. Jurnal BIOSAIN, 1(3) Desember 2001, 84-98. Universitas Brawijaya, Malang. Sunarhadi, M A, Suharjo, Alif Noor Anna. 2013. Model Pengelolaan Sempadan Sungai di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian Pusat Studi (PESATU). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tood. David Keith, 1959. Grounwater Hydrology. New York John Wely and Sons. Verstappen, H. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. Amsterdam: Elvisier.
463
ISBN 978-979-3812-42-7