KARAKTERISTIK DAN KEUNIKAN AL-QUR’AN SENTRAL KAJIAN STUDI ISLAM (Drs. Sobri A, M.Ag)
ABSTRAK ALLAH SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw misinya adalah untuk menghantarkan ummat manusia dari wajah kegelapan dan kebodohan menuju cahaya atau pencerahan ummat Islam, sehingga Muslim benar-benar menjadi ummat yang terbaik dan Insan paripurna di muka bumi. Ummat yang didambakan Allah swt adalah ummat yang memiliki keistimewaan dengan karakteristik tertentu yang tidak dimiliki oleh ummat lain. Nabi dan rasulnya juga memilki keistimewaan dengan karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh nabi dan rasul lain. Agama yang dianut ummat ini juga istimewa, dengan ciri khas yang tidak ada pada agama yang lain, demikian pula kitab sucinya memilki multi konsep dan petunjuk mengatur lalulinta kehidupan manusia. Ada beberapa ulama yang menulis kitab yang membahas ciri khas agama Islam menurut kitab Al-Khasha’ish al-‘Ammah li al-Islam karangan yusuf Qardhawi. Al-Jauzi menyebutkan ada 30 (tiga puluh) ciri khas yang harus dimiliki ummat Islam. Hal ini bisa dilihat karyanya Fanun al-Afnan fi Uyun ‘Ulumul al-Qur’an, dan keistimewaan yang dimiliki Rasulullah saw yang terdapat dalam Khasha’ish al-Kubra karya as-Suyuti. Maka dengan demikian, bukan hal aneh, jika para ulama memberikan perhatian khusus kepada karakteristik al-Qur’an. Sebagian karakteristik alQur’an terdapat dalam karya Khasa’ish al-Qur’an al-Karim (Rummi : 1411). Sebagian ulama lain membahas karakteristik al-Qur’an yang menjadi inti pembahasan mereka berkisar pada masalah Ulumul Qur’an. Sementara sebagian yang lain lagi membahas dalam buku tersendiri. Untuk itu penulis mencoba mengkolaborasikan dari beberapa referensi atau pendapat tentang karakateristik dan keunikan yang dimiliki al-Qur’anul-Kabir. Kata Kunci: Karakteriktik, Keunikan Al Qur’an
1. Karakteristik dan Keunikan Al-qur’anul kabiir a. Gaya Bahasa Karakteristik al-Qur’an dapat kita lihat dalam dimensi “ Gaya Bahasa “, hal ini dapat di bagi dalam dua bentuk :
a. Tidak Melampaui Pemahaman Umum dan tidak membatasi Tuntatan Khusus Gaya bahasa al-Qur’an banyak di penuhi oleh bahasa sastera, dan penyajiannya tidak akan melampaui pemahaman masyarakat umum, serta tidak membatasi tuntutan-tuntutan khusus. Walaupun demikian kedua tuntutan tersebut tidak akan pernah dan tidak akan bisa ditandingi oleh ahli bahasa manapun di dunia. Mereka hanya bisa berdalih dengan kaedah-kaedah
“setiap tingkatan memiliki gaya bicara sendiri”.
Sedangkan untuk menemukan satu pembicaraan yang bisa disampaikan dan diterima oleh semua kalangan, baik para cendikiawan, orang awam, raja, rakyat biasa, orang yang tergolong cerdas maupun yang lambat pikirannya (idiot), orang dewasa, dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan, hanyalah ditemukan secara utuh dan sempurna dalam alQur’an. Orang awam sekalipun bisa membaca al-Qur’an akan merasakan keagungan al-Qur’an, merasakan manisnya ketenangan, dan tidak sulit untuk dipahami. Al-qur’an juga akan memberikan perlindungan, terbuka membicarakan
kondisi
masa
depan,
dan
hidayahnya
akan
“mengguyurnya “, sehingga hati seseorang akan selalu patuh, kedua matanya akan bersimbah air mata, dan dia selalu akan merasa selamat, serta mengakui kebenaran isi al-Qur’an. Seseorang yang berilmu, jika membaca al-Qur’an akan mengetahui keindahannya. Ilmu balaghah yang terkandung dalam al-Qur’an akan dipahami, penjelasan-penjelasan al-Qur’an akan dikuasai, ilmu-lmu pengetahuan yang termaktub baik bersifat tektual maupun kontektual terhadap ayat-ayat al-Qur’an, merasa kagum terhadap berita-berita yang muncul dalam al-Qur’an, mampu mengendalikan dan membimbing pikirannya, mengembangkan metode ilmu yang dimiliki, meluruskan
pikirannya yang keliru, mendapat kedudukan yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah swt. “ Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. (QS. alMujadalah : 11)
b. Penggambaran yang bersifat maknawi Maksud dari “ Pengambaran “ adalah memunculkan pengertian dengan kalimat yang hampir dikemas dalam bentuk personifikasi sehingga seakan akan bisa direngkuh dengan tangan kasar, dan meyeruak ke dalam kesadaran untuk kemudian mengerti secara sempurna, serta bentuk susunan kalimatnya tidak membebani hati. Juga keseluruhan pembahasan yang lebih serius dalam al-Qur’an seolah – olah tidak akan memberatkan Anda. Al-qur’an tidak pernah memaksa Anda untuk memahami dan mengetahui cakupan lebih jauh, tetapi al-Qur’an akan membuat Anda penasaran untuk selalu ingin tau, sehinga secara sadar terus mencetak, memperbanyak serta termotivasi ingin selalu mengkajinya. seperti pembahasan Sayid Quthub ulama besar dari Mesir, beliau menggunakan pola pengambaran makna, sehingga corak tafsir ini berbeda dengan tafsir – tafsir lain pada umumnya, dan bahkan banyak para Mufassir di lembaga-lembaga pengkajian Islam di Indonesia menjadikan sebuah rujukan dalam menyajikan dakwahnya, dan dalam kajian Ke-Islaman.
Personifikasi makna, kadangkala dengan visualisasi material, yang berarti menghadirkannya dalam bentuk fisik yang dapat menerima persamaan dan komperatif kata-kata yang sangat mendasar. Hal ini dapat kita lihat dalam al-Qur’an, dimana Allah swt mengidentifikasi Kata “ adzab “ sebagai suatu yang mendasar, seperti dalam firmannya :
Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya, dan datanglah maut dari segenap penjuru, akan tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada adzab yang berat (QS. Ibrahim : 17) Begitu pula halnya dengan kata “ Yaum” (hari) sebagai sesuatu yng sangat “ “ berat “ seperti dalam firmannya :
Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat [hari akhir] (QS. al-Insan : 27) Jadi kata “ adzab “ dinukilkan dari keadaan semula menjadi makna yang mandiri (mujarrad) kepada sesuatu yang mempunyai dasar yang tinggi, sebagaimana yang terjadi pada nukilan kata “ yaum “ dari makna waktu penjelasan, yang tidak tertangkap (oleh indera) kepada sesuatu yang mempunyai persamaan atau keterbatasan dasar ukuran. Dan masih banyak lagi karakteristik yang dimiliki al-Qur’an yang berhubungan dengan gaya bahasa, diantaranya adalah, susunan prosanya indah, ukuran puitisasinya bagus, sulaman kalimatnya kokoh dan rapi, gaya bahasanya bervariatif, mempunyai kesatuan makna pengertian, bersandingya kata-kata yang bersifat global, dapat memberikan penjelasan, dan lafal-lafalnya simpel, serta memiliki maknannya sempurna.
b.Terpelihara Lewat Hafalan
Diantara sekian kemuliaan, dan dari sekian banyak karakteristk al-Qur’an adalah, bahwa Allah swt memberi tanggung jawab kepada ummat yang mengimaninya untuk mengahafal seluruh isinya. Misinya adalah untuk menjaga al-Qur’an secara mutawatir, jika tidak, maka seluruh ummat Islam berdosa, dan ini tidak berlaku bagi kitab selain al-Qur’an.
Sedangkan kitab Injil dan Taurat, bagi yang mengimaninya tidak diperintahkan untuk mengahafalnya, hanya cukup dibaca saja, kecuali hanya
terdapat segelintir orang saja. Tidak ada anjuran untuk
melestarikan sebuah kitab dengan cara menghafalnya segencar anjuran terhadap al-Qur’an, sementara pada kedua kitab selaian al-Qur’an di atas tidak ada ketetapan yang pasti (qath’i), sehingga kalimat-kalimatnya mudah diganti, diubah dan dibolak balik (diamendemen).
Rasulullah saw tidak ada secara khusus atau tegas menganjurkan ummatnya
menghafal
al-Qur’an,
tetapi
beliau
secara
tersirat
membimbing dan mendorong ke arah jalan yang ditetapkan al-Qur’an dengan cara menghafalnya, sehingga para shahabat dan para tabi’in dan orang-orang sesudahnya banyak yang hafal al-Qur’an. Upaya ini berlangsung secara kontinyue, dan ummat Islam banyak yang hafal alQur’an dalam rangka menjaga kelestarian.
Tidak pernah terlintas dalam hati para ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), juga tidak pernah diimpikan, tentang upaya-upaya pelestarian al-Qur’an. Hal ini dapat kita lihat pada penomena yang ada, dan dapat kita akui menjamurnya
lembaga-lembaga
tertentu
dan
Pondok
Pesantren
memprogramkan mencetak penghafal al-Qur’an,hal sudah di awali sejak al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga pada era sekarang. Sementara pada kitab yang lain, menurut oksidentalis hampir dipastikan lembaga-lembaga pendidikan pengahafal Injil atau Taurat, tentu saja faktanya sangat minim.
Menurut salah seorang orientalis bernama Laura Feglery mengatakan : Di Mesir sendiri, sangat banyak orang yang hafal al-ur’an dibandingkan orang yang mempu membaca Injil di seluruh Eropa (Faglery, 1963 :59). Sementara menurut Jimmy Mitchyz mengatakan : Barangkali al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak dibaca orang di dunia, karena al-Qur’an mudah kalimatnya sama dan mudah dihafal (dikutip dalam Kisyik,tt : 28)
c. Sanadnya Bersambung Mayoritas orang yang mempelajari baca'an al-Qur’an adalah lewat metode listerning (pendengaran), dan kurang memuaskan hasilnya kalau hanya mempelajarinya lewat lembaran-lembaran yang terdafat dalam mushaf. Para guru yang mengajarkan al-Qur’an juga menerima pelajaran bacaan al-Qur’an lewat metode pendengaran dari para syaikh (guru)-nya. Metode ini diterapkan secara dinamis sejak pada masa Rasulullah saw, para sahabat, tabi’in sampai pada era sekarang ini. Maka sanad al-Qur’an selalu bersambung kepada Rasulullah saw sampai akhir zaman, berbeda dengan kitab-kitab suci selain al-Qur”an. Dan Allah swt memang memberikan keistimewaan tersendiri kepada ummat ini. Sanad al-Qur’an akan selalu bersambung kepada Rasulullah saw, sehingga luput dari kesalahan dan terjaga dari tangan-tangan jahil.
d. Hanya Muthokhhiriin Yang boleh menyentuhnya. Al-qur’an dinuzulkan lewat perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw orientasinya untuk kemaslahatan ummat yang muncul fil-ardi ini dengan kaffah. Fungsi al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk membebaskan mereka dari kegelapan menuju dunia yang cerah, membersihkan virus-virus kebodohan (jahil). Untuk itu, suatu kewajiban ummat Islam untuk selalu siap “Membaca“ alQur’an serta harus dalam kondisi “suci” atau “ Orang yang suci “, suci dalam arti sempit bebas dari hadats kecil dan besar yang dipahami sebagian orang, tetapi suci dalam arti luas, yaitu sebagai berikut :
1. Harus suci dari sifat kufur dan syirik, karena itu orang kafir tidak boleh menyentuh al-Qur’an, dan mashaf al-Qur’an tidak boleh dibawa ke negara-negara orang kafir.
2. Hati juga harus suci dari sifat riya’ (pamer) dan nifaq (munafik), serta suci dari keinginan yang bersifat duniawi. 3. Tubuh harus suci dari hadats kecil dan besar. Bagi yang berhadats besar harus mandi janabah, dan bagi yang berhadats kecil disunatkan berwudhu’. Tidak ada perdebatan berkepanjangan mengenai pendapat ini, tetapi ada sebagian ulama yang lebih ekstrim mewajibkan untuk berwdhu’. 4. Busana harus suci, yaitu pakaian yang layak dan seharusnya menggunakan pakaian yang suci, bersih, dan rapi, pakaian yang terbaik, bahkan sebaiknya menggunakan parfum atau berharumharuman, seakan mengahadap raja. 5. Suci Mulut, artinya membersihkan mulut, bersiwak, atau menggosok gigi, karena ia merupakan sunnah Nabi Muhammad saw, dan dibudayakan oleh para sahabatnya. Hal ini khusus untuk membaca alQur’an, bukan kitab-kitab yang lain.
e.
Terpelihara Sepanjang Zaman.
Berkenaan dengan ini Allah swt telah mngeluarkan statemennya melaui jalur firman-Nya dalam surah al-Hijr : 9 “Sesungguhnya
Kamilah
yang
menurunkan
al-Qur’an,
dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-hijr : 9) Sejak al-Qur’an diturunkan hingga sekarang, banyak terjadi peristiwaperistiwa besar, seperti peperangan, permusuhan atau bentrok antar ummat manusia, aktivitas pembakaran mashaf al-Qur’an, Namun seandainya hal tersebut dialami oleh kitab selain al-Qur’an, tentu saja akan mengalami perubahan, sebagaimana yang dialami kitab-kitab samawi terdahulu, yang isinya banyak di amendemen oleh tangan-tangan jahil manusia untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Fakta sejarah Islam terdahulu ada segelintir orang-orang kafir yang berusaha untuk melakukan perubahan, penggantian, dan pemutarbalikkan tulisan dan isi kandungan al-Qur’an, tetapi selalu gagal dan tidak berhasil, serta selalu mendapat reaksi kritikan keras dari ummat Islam di seluruh penjuru dunia, karena Allah swt sendiri selalu memberikan cahaya yang menakjubkan kepada al-Qur’an. Sementara kepada kitab-kitab terdahulu, Allah swt tidak berjanji untuk selalu
menjaga
dan
memeliharanya,
bahkan
pemeliharaannya
dipasrahkan sepenuhnya kepada pemeluknya, sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat (yang) didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al-maidah : 44)
f. Memiliki Multi Keunikan.
Al-qur’an memiliki keunikan sebagai sarana pembuka pintu untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada orang yang mempelajarinya sehingga mengerti seluk beluk Ilmu Syari’ah, karena al-Qur’an itu sendiri adalah “ Fakultas Syari’ah “ tiang agama, sumber hikmah, tanda-tanda risalah, serta sebagai cahaya mata dan akal. Tidak ada yang terbaik selain alQur’an untuk menuju ke jalan Allah, dan tidak ada pelindung yang berharga selain dia, maka jangan sampai Anda berpegang kepada sesuatu yang berbeda dengan al-Qur’an (Syatibi : 346) Al-qur’an adalah kalam Allah yang mulia, petunjuk jalan Allah yang lurus, konstitusi
Allah yang kokoh, mampu memberikan kebahagiaan dan
ketenangan bathin, kitab risalah Allah yang abadi, bukti kemukjizat yang
abadi dan sangat luar biasa, rahmat dan hikmah yang indah, serta suatu nikmat yang amat sempurna.
Al-qur’an posisinya adalah sebagai landasan hujjah fundental Rasulullah, ayat-ayatnya sebagai saksi keotentikan kerasulan,
sebagai alat realistis
terhadap kenabian Nabi Muhmmad saw, kitab bagi ummat Islam yang membahas tentang Aqidah, ibadah, hikmah, hukum, etika, kepribadian atau karakteristik manusia, membicarakan tentang kisah atau sejarah, nasehatnasehat, sains, informasi- informasinya
berkualitas, sumber dan sarana
hidayah, bukti kasih sayang Allah swt kepada seluruh ummat manusia, alat argumentasi jika ada kritikan, serta sebagai sentral petunjuk bagi manusia agar tidak terjerumus kedalam jurang kesesatan. g. Memperoleh Syafa’at bagi Pembaca dan pendengar. Keunikan yang dimiliki al-Qur’an bahwa ia bisa memberikan syafa’at pada hari kiamat kepada orang-orang membaca, mengkaji, dan mendengarnyo. Hal ini berdasarkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah alBahi.i, bahwa Rasulullah saw telah bersabda : “ Bacalah al-Qur’an, ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada ashhab-nya. (HR. Muslim : 533)
Maka wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, di perintahkan untuk
membaca, wahyu ini memberikan suatu simbol,
bahwa orang muslim harus mau belajar al-Qura’an, gemar membaca alQur’an, kerna membaca al-Qur’an itu suatu ibadah yang amat mulia, dan akan memperoleh syafa’at disi Allah swt.
h. Sebagai Sarana Penyembuh. Al-qur’an juga memiliki keunikan lain, fungsinya dapat dijadikan sebagai alat penyembuh. Sejalan dengan apa yang diungkapkan dalam al-Qur’an yang berbunyi, artinya : “Dan Kami turunkan al-Qur’an ayat-ayat yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman “. ( QS. al-Isra’ : 82) “ Katakanlah al-Qur’an itu petunjuk dan penawar “ . ( QS. Fushshilat :44) “ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada “. (QS. Yunus : 57)
Perlu kita pahami, bahwa Allah swt memberikan sifat kepada al-Qur’an sebagai “ penyembuh “ (syifa’), bukan sebagai “ obat ” (dawa’ ). Artinya kata penyembuh adalah upaya yang dihasilkan obat dan tujuan yang diharapkan, sedangkan maksud kata “ obat “ adalah upaya penyembuhan, yang kadang-kadang bisa sembuh dan tidak. Dan al-Qur’an di beri sifat sebagai penyembuh merupakan sebagai ta’kid (penguat) terhadap hasil pengobatan yang melalui proses perenungan yang bersumber dari al-Qur’an. Tamsil Fenomena ini pernah diceritakan oleh Siti Aisyah, bahwa Rasulullah saw memberikan contoh penyembuhan lewat al-Qur’an : “Bahwa Nabi Muhammad saw meniup dirinya dengan (ayat-ayat) alMa’iidzat ketika sakit menjelang wafatnya. Maka ketika keras (sakitnya) aku meniup beliau dengan ayat-ayat tersebut dan mengusap dengan tangan beliau, mengharapkan barakahnya “ (Bukhari VII : 1979 :22). Al-qur’an adalah penyembuh bagi penyakit jiwa. Sementara mayoritas masyarakat modern beranggapan : tidak perlu berobat kepada ayat-ayat al-
Qur’an, karena al-Qur’an dianggap obat yang “ Kurang Mujarab “. Hal ini berlaku di zaman ini yang menjadikan hawa nafsu materealistis, keinginan pemuasan jasmani dan kelezatan kehidupan duniawi sebagai ajang kompetisi yang lagi ngetrend dan aktual. Merajalelanya penyakit-penyakit rohani disebabkan oleh berpalingnya manusia dari al-Qur’an dan minim mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah swt.
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sesak (QS.Thaha : 124)
Barang siapa berpaling dari Tuhan yang Maha Pemurah, kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan), maka syetan itulah yang menjadi teman setianya (QS.az-Zuhruf : 36)
Untuk di ketahui dan dipahami bahwa penyembuhan adalah sangat erat dengan dzikir untuk memperoleh ketenangan, Sesuai dengan firman Allah swt.
Ingatlah !. Hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang (QS. arRa’d : 28. Selain itu yang termasuk karakteristik al-Qur’an di bidang keutamaan, kemuliaan dan kedudukannya adalah bahwa membacanya mempunyai nilai ibadah, nama dan sifat yang dimiliki sangat banyak, orang yang membaca dan yang mendengarkanya diberi pahala, al-Qur’an diturunkan dengan dua cara serta diturunkan untuk meramal masa sekarang dan masa depan, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab samawi sebelumnya. Al-qur’an sendiri mengalami dua macam penurunan, sekaligus dan berangsur – angsur.
B. Al-qur’an Sumber Studi Islam. Al-qur’an sebagai sumber Studi Islam yang dimaksudkan di sini adalah semua acuan atau rujukan yang senantiasa memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam mengantar aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu ke waktu. Sumber Pendidikan Islam terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan Islam. Urgensi penentuan sumber di sini adalah untuk :
1. Mengarah tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai 2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses pembelajaran, yang di dalamnya termasuk materi, metode, media, dan sarana, serta evaluasi 3. Menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah tercapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum. Al-qur’an secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qira’atan, atau qur’anan, yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (adh-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin (tt, : 5) mendifinisikan al-Qur’an adalah. “ Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mashaf-mashaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surah terpendek“.
Alasan penulis, al-Qur”an dijadikan sebagai Sumber Pendidikan Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari TUHAN. Allah swt menciptakan manusia, dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun dilema, termasuk persoalan pendidikan, yang tidak luput dari jangkauan al-Qur’an seperti firman Allah swt :
Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (QS. Al-an’am : 38) Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qura’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.An-Nahl : 16)
Ayat diatas memberikan isyarat bahwa pendidikan Islam cukup digali dari sumber autentik Islam, yaitu AL-QUR’AN. Karena nilai esensi dalam al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an, tanpa sedikit pun menghindarinya. Mengapa hal itu diperluka ? Karena al-Qur’an diantaranya memuat tentang sejarah pendidikan Islam dan nilai-nilai normatif dalam pendidikan Islam, serta wahyu dari Allah swt yang tidak diragukan lagi keorisinilannya. Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutif oleh Hasan Langgulung (1980 : 35) sumber pendidikan Islam terdiri atas enam macam, Yaitu al-Qur’an, As-sunnah, Kata-kata sahabat (Mazhab Shahabi), kemaslahatan umat/sosial (masalih al-musrshalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat ( ‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam (Ijtihad). Keenam sumber pendidikan Islam tersebut didudukkan
secara hirarkis. Artinya, rujukan penyelidikan Islam diawali dari sumber pertama (AL-QUR’AN) untuk kemudian dilanjutkan pada sumber yang lain secara berurutan.
C. Kesimpulan Dengan berakhirnya goresan tangan penulis di atas, tentang Karakteristik dan Keunikan Al-qur’an sebagai sumber awal kajian dalam studi islam dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Al-qur’an memiliki karakteristik dan multi keunikan antara lain adalah, memiliki gaya bahasa tinggi, terpeliharanya lewat hafalan, sanadnya bersambung, hanya orang-orang yang suci Yang boleh menyentuhnnya, terpelihara sepanjang zaman, memiliki keutamaan yang sangat luas, mendapat safa’at bagi pembaca dan pendengar, dan dapat dijadikan sarana penyembuh terhadap penyakit, serta berfungsi sebagai sumber utama dalam kajian studi Islam. 2. Al-qur’an menurut salah satu pendapat adalah, Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mashafmashaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surah terpendek.
3. Jenis sumber hukum dalam Islam terdiri atas enam macam, Yaitu alQur’an,
As-sunnah,
Kata-kata
sahabat
(Mazhab
Shahabi),
kemaslahatan ummat/sosial (masalih al-musrshalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam (Ijtihad). Jadi, berdasarkan konsensus para ulama Islam, alQur’an merupakan sumber rujukan pertama Al Qur’an, kemudian dilanjutkan pada sumber lainnya secara berurutan.
DAFTAR PUSTAKA Al-qur’anul-Kariim Arifin, MH, 1987, Filsafat Pendidikan Islam, jakarta, Bina Aksara Ashraf Ali, 1989, Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sayed Husen Nashr, Jakarta, firdaus. Azyumardi Azra, 2001, Pendidikan Islam Tradisi dan Moderniasasi Menuju Millenium Baru, Jakarta, Kalimah Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, 2011, Cet. II, Jakrta,AMZAH Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, 1999, Umlumul Qur’an Studi Kompleksitas Alqur’an, Cet.I, Yogyakarta,Titian Ilahi Press. Hasan Langgulung, 1980, Beberapa Pemikiran Tantang Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma’arif. Pius A Partanto (et,al), 2001, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arloka.