KARAKTER MORFOLOGI PENYAKIT FROSTY POD ROT (Moniliophthora sp) PADA KAKAO DI SULAWESI TENGAH
MORPHOLOGICAL CHARACTERIZATION FROSTY POD ROT DISEASE (Moniliopthora sp) OF COCOA IN CENTRAL SULAWESI
Nur Afraha Rauf, Untung Surapati, Ade Rosmana
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alamat Korespondesi: NUR AFRAHA RAUF Program Pasca Sarjana Unhas Makassar – Sulawesi Selatan Hp. 082190843366 Email:
[email protected]
ABSTRAK Karakter Morfologi Penyakit Frosty Pod Rot (Moniliopthora sp) pada Kakao di Sulawesi Tengah. (Dibimbing oleh Untung Surapati dan Ade Rosmana). Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter morfologi Moniliopthora sp dan cendawan lainnya dari isolasi buah bergejala Frosty Pod Rot. Metode pelaksanaan terdiri atas; 1) Pengambilan sampel, 2) Sterilisasi permukaan dan inkubasi, 3) Isolasi dan dan reisoasi, 4) Identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Frosty Pod Rot (Moniliopthora roreri) ditemukan mendominasi dari 135 isolat pengamatan yang diisolasi dari 3 Kabupaten pengambilan sampel yaitu; Toli-Toli (Pantai Barat) Donggala (Perbatasan Pantai Timur) serta Kabupaten Sigi (Daerah bagian Selatan), Moniliopthora perniciosa (Witches' broom) ditemukan ditiga Desa Kabupaten Sigi, dan 1 Desa di Kabupaten Toli-Toli. Kata Kunci : Karakter Morfologi, Penyakit Frosty Pod Rot, Moniliophthora sp, kakao
ABSTRACT Morphological Characterization Frosty Pod Rot Disease (Moniliopthora Sp) Of Cocoa In Central Sulawesi. (Supervised by Untung Surapati and Ade Rosmana). This study aims to determine the morphological characters Moniliopthora sp and other fungi isolated from symptomatic fruit Frosty Pod Rot. The method consists of implementation: 1) sampling, 2) Sterilization surface and incubation, 3) Isolation and and reisoasi, 4) Morphological identifity. The results showed that Frosty Pod Rot (Moniliopthora roreri) of 135 isolates were found to dominate the observation that isolated from three districts namely sampling; Toli-Toli (West Coast) Donggala (Borders East Coast) and Sigi (Southern Region), Moniliopthora perniciosa (Witches' broom) found these three Sigi Village, and 1 village in Toli-Toli. Keywords : Morphological characters, Frosty Pod Rot Disease, Moniliophthora sp, cocoa
PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao Linnaeus) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yakni; sebagai penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja, dan mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri. kakao dianggap sebagai salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar – besaran di Indonesia, karena ekspor kakao Indonesia mampu membantu meningkatkan devisa negara. Indonesia yang juga dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia turut berperan aktif dalam ekspor komoditas kakao dunia karena Indonesia menyumbang sebesar 15 persen kakao untuk dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2011). Perkembangan kakao di Indonesia terutama dilakukan dalam bentuk perluasan areal, pada tahun 2011 luas areal tanaman kakao telah mencapai 1,745,789 ha dengan produksi biji kering 903,092 ton (Direktorat Jendral Perkebunan, dkk 2010). Berdasarkan data luas areal dan produksi tersebut, Provinsi Sulawesi Tengah berkontribusi luas lahan sebesar 224. 513 ha dan produksi biji kering sebesar 144.049 ton (Statistik Perkebunan Indonesia, 2012). Data Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo, 2012) menyebutkan Ekspor biji kakao ke Amerika Serikat terus menurun selama 3 tahun terakhir, karena kebijakan automatic detention di AS, sehingga tidak lagi menarik bagi eksportir. Automatic detention merupakan diskon harga yang dikenakan AS untuk biji kakao bermutu rendah yang besarnya antara US$90 - US$150 per metrik ton. Penyakit busuk buah merupakan penyakit yang sangat merugikan karena secara langsung menyerang buah. Penyakit ini bersifat kosmopolit atau terdapat hampir di seluruh areal perkebunan tanaman kakao. Phillips–Mora, dkk (2007) menyatakan dampak penyakit Frosty Pod Rot sangat merugikan dan telah didokumentasikan dengan baik di berbagai negara, termasuk Kolombia pada tahun 1817, Ekuador pada tahun 1918, Kosta Rika pada tahun 1978, dan Meksiko pada tahun 2005. Kerugian saat ini sangat bervariasi, mulai dari 10 – 100%. Frosty Pod Rot dilaporkan dua kali lebih destruktif dari black pod (Phytophthora spp.), dan lebih berbahaya dan sulit dikendalikan dari witches broom (M. perniciosa). Penelitian yang dilakukan Manthi (2007) di Kabupaten Padang Pariaman, menunjukkan bahwa busuk buah disebabkan oleh Phytopthora palmivora Butler (Pythiaceae) dan Moniliopthora sp (Moniliaceae). Beberapa strain Monilipthora roreri tumbuh pada media PDA (250C) dengan menunjukkan diameter 70 - 77 mm, pertumbuhan miselium awal berwarna putih, kemudian berwarna krem atau kuning pucat dan kemudian berubah warna menjadi coklat tua karena
produksi spora yang sangat besar. Hifa dari cendawan M. Roreri nampak tegak lurus, berbentuk seperti drum dan berangkai – rangkai, seringkali terbentuk di atas “bantalan” kecil, hifa bersepta dengan ukuran 10-15 x 2-5 mikron (Cuervo-Parra, 2011). Spora merupakan propagul yang infektif untuk M. roreri, dan buah kakao merupakan bagian dari tanaman satu-satunya yang rentan terhadap penyebaran penyakit ini. Buah kakao terinfeksi ketika masih muda, berumur 0 – 3 bulan, dan menjadi kurang rentan ketika umur buah sudah matang. Setelah 3-5 bulan terinfeksi, terjadi gejala eksternal termasuk adanya bercak kecil seperti jenuh air, deformasi, pematangan dini, dan berwarna coklat bintikbintik. buah akan mengering dan terjadi mumifikasi (Philip-Mora, 2007). Klamidospora berantai, umumnya tersusun khas dengan 4 untaian rantai. Makrospora paling sering berbentuk bulat (subglobose) namun dapat pula berbentuk elips (ellipsoidal) ukuran 8,016,0-(22,0) x 5,5-11,0 µm (Evans dkk, 2003). Beberapa langkah pengendalian yang dinilai sangat efektif dalam skala percobaan teknik budidaya yakni; 1) pemusnahan buah sakit secara berkala, 2) pemangkasan pohon kakao yang rindang, 3) pemeliharaan sistem drainase dan 4) Peningkatan distribusi genotipe yang tahan. Selain itu juga dapat dilakukan pengendalian dengan menggunakan kontrol kimia menggunakan fungisida (De La Crus, 2011). Fungisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk buah moniliopthora sp adalah yang berbahan aktif copper hydroxide dan dari golongan triazole (FRAC, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter morfologi Moniliopthora sp dan cendawan lainnya pada gejala penyakit fosrty pod rot pada pertanaman kakao di Provinsi Sulawesi Tengah.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah dan Laboratorium Pytopathology, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada bulan Maret – Oktober 2012. Metode Penelitian Pengambilan Sampel Sampel gejala penyakit Frosty Pod Rot (Moniliopthora sp) diambil dari 3 kabupaten di Sulawesi Tengah, masing – masing kabupaten terdiri dari 3 desa dan tiap desa di ambil 5 sampel buah kakao. Kabupaten Toli–Toli (Desa Tampiala, Desa Lembah Harapan dan Desa
Kampung Biru) ; Kabupaten Donggala (Desa Sibayu, Desa Kampung Baru, Desa Malino) ; Kabupaten Sigi ; (Desa Kapiroe, Desa Bunga dan Desa Bobo) Karakterisasi Morfologi Sterilisasi Permukaan dan Inkubasi Buah kakao bergejala di sterilisasi permukaan dengan Alkohol 70% dan di bilas aquadest sebanyak 3 kali, kemudian di keringkan di atas kertas saring steril, 45 buah sampel masing-masing di inkubasi dalam plastik obat (plastik klip) ukuran 20 x 30 cm. Isolasi dan Reisolasi Jenis Cendawan yang Ditemukan Setelah terdapat koloni cendawan yang tumbuh pada permukaan buah, dilakukan isolasi pada media MYEA, Tiap sampel diulang sebanyak 3 kali. Pemurnian isolat dilakukan dalam media MYEA, PDA dan PDB yang menjadi
stok untuk proses
karakterisasi morfologi. Cendawan yang tumbuh pada biakan murni di identifikasi secara morfologi berdasarkan : warna koloni, bentuk makro & mikro spora, bentuk hifa dan klamidospora, selanjutnya dibandingkan dengan literatur (lihat Daftar Pustaka); 1) Jurnal Plant Pathology 2) Jurnal of Experimental Botany 3) Jurnal Genetical Society of Great Britain, 4) Buku Illustrated Genera of Imperect Fungi dan 5) Buku Identifikasi Cendawan Diagnosis Penyakit Tanaman.
HASIL Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis dan makroskopis dari identifikasi 135 isolat (petridis) yang diisolasi dari 45 sampel buah yang diambil dari 3 kabupaten di Provinsi Sulawesi – Tengah. Cendawan M. roreri ditemukan di tiga kabupaten, masingmasing 36 isolat di Kabupaten Toli-Toli, 34 isolat di Kabupaten Donggala dan 28 isolat di Kabupaten Sigi. Moniliopthora pernisiosa ditemukan di Kabupaten Toli-Toli sebanyak 4 isolat dan 7 isolat di kabupaten Sigi. Tricoderma sp ditemukan di Kabupaten Toli-Toli sebanyak 3 isolat dan 2 isolat di Kabupaten Donggala. Aspergillus sp ditemukan di Kabupaten Donggala sebanyak 2 isolat. Pennicilium sp ditemukan di Kabupaten Donggala sebanyak 8 isolat dan 7 isolat di Kabupaten Sigi. Fusarium sp ditemukan di Kabupaten Sigi sebanyak 1 isolat. Persentase keberadaan Moniliopthora sp dan cendawan lain seperti dijelaskan pada gambar 1. Karakter morfologi berdasarkan ciri koloni dalam media MYEA dan pengamatan mikroskopis adalah sebagai berikut;
Moniliopthora roreri Ciri koloni pada media MYEA adalah pertumbuhan awal berwarna putih, kemudian berwarna krem atau kuning pucat dan kemudian berubah warna menjadi coklat tua karena produksi spora sangat besar. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa hifa tegak lurus (khas Basidiomycetes) berbentuk seperti drum dan berangkai-rangkai sering kali terbentuk diatas bantalan kecil, septa berukuran 10-15 x 2-5 µm, klamidospora berantai atau berangkai-rangkai umumnya tersusun khas 4 untaian, makrospora paling sering berbentuk bulat (subglobose) berwarna coklat, namun dapat pula berbentuk elips (ellipsoidal) berwarna merah hati, makrospora berukuran 8,0-16,0-(22,0) x 5,5-11,0 µm (Gambar 2). Moniliopthora perniciosa Ciri koloni pada media MYEA adalah koloni berwarna putih kelabu dengan tekstur halus. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa ciri khas yang membedakan M.roreri dengan M.perniciosa adalah adanya fase biotrophic dimana rongga dalam hifa yang nampak berisi cairan bening, dan fase necrotrophic (saprotrophic) dimana terdapat lengkungan setengah lingkaran pada permukaan septa, bentuk spora tunggal (lepas) dan memiliki kait kecil dipermukaan spora yang nampak seperti buah peer (Gambar 3). Penicillium sp. Ciri koloni pada media MYEA adalah koloni putih kasar. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa Hifa bersepta, terdapat 2 – 3 hifa percabang, konidiofor yang menjari, konidia bulat agak lonjong. Trichoderma sp. Ciri koloni pada media MYEA adalah lapisan basal berwarna putih kehijauan. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa konidia berbentuk semi bulat hingga oval, konidiofor tegak bercabang menyerupai pyramid, konidium berada di ujung fialit. Aspergillus sp. Ciri koloni pada media MYEA adalah hijau kehitam – hitaman. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa konidiofor halus dan tidak berwarna dan hifa tegak bersepta vertikal dan pada ujung membentuk globusa dengan bagian atas membesar. Fusarium sp. Ciri koloni pada media MYEA adalah Koloni berwarna putih kapas tekstur halus. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa terdapat mikronidia dan makronidia, konidia melekat pada ujung konidiofor, hifa bersepta, makrokonia berbentuk sabit dan bersepta.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa Bentuk morfologi dari Moniliopthora Roreri, (2a) makrospora cendawan berbentuk subglobose (bulat) dan ellipsoidal (elips), (2b) merupakan mikrospora M. Roreri, (2c) merupakan klamidospora berantai dengan 4 ratai dan (2d) bentuk hifa yang tersusun berangkai-rangkai. Deskripsi morfologi ini sesuai dengan pendapat (Cuervo-Parra dkk, 2011) yang menyatakan bahwa Moniliopthora roreri memiliki Makrospora paling sering berbentuk bulat (subglobose) berwarna coklat, namun dapat pula berbentuk elips (ellipsoidal) berwarna merah hati. makrospora berukuran 8,0-16,0-(22,0) x 5,5-11,0 µm. Hifa tegak lurus (khas Basidiomycetes), berbentuk seperti drum dan berangkai-rangkai, sering kali terbentuk diatas bantalan kecil. Septa berukuran 10-15 x 2-5 µm, dan Klamidospora berantai atau berangkai-rangkai, umumnya tersusun khas 4 untaian. Bentuk morfologi Moniliopthora perniciosa hampir sama dengan bentuk morfologi Moniliopthora Roreri, terdapat dua tanda khas yang membedakannya yaitu: (3a) biotrophic; menyerupai rongga – rongga besar yang terdapat didalam hifa berisi cairan bening (3b) necrotrophic yaitu lengkungan hifa setengah lingkaran pada septa, (3c) bentuk spora tunggal (lepas) dan memiliki kait kecil dipermukaan spora yang nampak seperti buah peer. Deskripsi morfologi ini sesuai dengan pendapat (Scarpari, 2005) yang menyatakan bahwa Moniliopthora perniciosa berwarna putih kelabu dan bertekstur halus. Ada dua tanda khas yang dimilikinya yaitu: Biotrophic; rongga-rongga besar dalam hifa yang nampak berisi cairan bening dan Necrotrophic (saprotrophic) yaitu lengkungan hifa setengah lingkaran dipermukaan septa. Mikrospora hampir sama dengan mikrospora Moniliopthora roreri hanya terdapat kait kecil pada permukaannya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkhan hasil penelitian, maka di simpulkan bahwa Frosty Pod Rot (Moniliopthora roreri) ditemukan mendominasi pada 3 Kabupaten pengambilan sampel yaitu; Kabupaten Toli-Toli, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Sedangkan untuk Moniliopthora Crinipellis perniciosa (Witches' broom) ditemukan ditiga Desa di Kabupaten Sigi, dan 1 Desa di Kabupaten Toli-Toli. Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik morfologi dan molekular cendawan Moniliopthora sp di Sulawesi.
DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Kakao Indonesia, (2012). Penahanan Biji Kakao Ke Amerika Serikat. (diakses pada Januari 2013). Cuervo-Parra., J.A, V. Sanchez-Lopez, M. Ramires-Suero and M. Ramires-Lepe, (2011). Morphological and Molecular Characterization of Moniliophthora roreri Causal Agent of Frosty Pod Rot of Cocoa Tree in Tabasco, Mexico. Asian Network for Scientific Information. Plant Pathology Journal, Vol. 10(3), pp. 122-127. De la Cruz.,2011, M Torres, C.F. Ortiz Garcia, D. Teliz Ortiz, A. Mora Aguilera and C. Nava Diaz, (2011). Temporal Progress and Integrated Management of Frosty Pod Rot (Moniliophthora roreri) of Cocoa in Tabasco Mexico. Journal of Plant Pathology, 93 (1), pp. 31-36. Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian, (2010). Trend Ekspor Komoditi Perkebunan, Jakarta. Direktorat Jendral Perkebunan, (2011). Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. Trend Ekspor Komoditi Perkebunan, Jakarta. Evans, Holmes, and A. P. Reid, (2003). Phylogeny of The Frosty Pod Rot Pathogen of Cocoa. Plant Pathology (2003) 52 , 476–485 FRAC, (2012). Fungicide Resistance Action Communitte http://frag.csl.gov.uk/frac_table2.cfm (diakses pada Juli 2012).
(FRAC)
code,
Manthi., Ishak, (2007). Jenis dan Tingkat Serangan Penyakit Busuk Buah Kakao di Kabupaten Padang Pariaman (diakses pada Juli 2012) Philip-Mora, Wilkinson M.J, (2007). Frosty Pod of Cacao: A Disease with a Limited Geographic Range but Unlimited Potential for Damage. Symposium ; Cacao Diseases: Important Threats to Chocolate Production Worldwide. The American Phytopathological Society. Phytopathology, Vol. 97: pp. 1644-1647. Scarpari., L. M., Meinhardt L. W., Mazzafera P., Pomell A. W. V., Schiavinato M. A. Cascardo J. C. M. and . Pereira G. A. G, (2005). Biochemical changes during the development of witches’ broom : the most important disease of cacao in Brazil caused by Crinipellis pernisiosa. Journal of Experimental Botany, Vol. 56, No. 413, pp. 865– 877, March 2005 Statistik Perkebunan Indonesia, (2009–2011). Potensi Kakao di Sulawesi Tengah, Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta Selatan 12550. LAMPIRAN
Gambar 1. Diagram Persentase Keberadaan Moniliopthora sp. dan Cendawan Lain pada Tiga Kabupaten.
Gambar 2. Morfologi Moniliopthora roreri : (a) Makrospora (b) Mikrospora Klamidospora dan (d) Hifa.
Gambar 3.
Morfologi Moniliopthora Crinipellis perniciosa : Necrotrophic dan c) Spora.
(c)
a) Biotrophic b)