KANDUNGAN NUTRISI BAGLOG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK PADA MASA INKUBASI YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh: MEGA JOHAN I 211 10 902
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
i
KANDUNGAN NUTRISI BAGLOG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK PADA MASA INKUBASI YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh: MEGA JOHAN I 211 10 902
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Mega Johan
NIM
: I 211 10 902
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar,
November 2014
MEGA JOHAN
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah
MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya,
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senangtiasa melimpahkan rahmat dan hidyahnya ,sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Kandungan Nutrisi Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) sebagai Bahan Pakan Ternak Pada Masa Inkubasi yang Berbeda ”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di jurusan nutrisi dan makanan ternak fakultas peternakan, universitas hasanuddin Meskipun saya sadar bahwa dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Ini semua adalah mengingat penulis merupakan manusia biasa yang tidak lepas dari ke-khilafan dan kesalahan, tetapi penulis merasa bersyukur dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya. Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tuaku Ayahanda JOHAN LANDAHO dan ibunda HJ. SUMARNI TAHO, serta saudaraku yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis.
v
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggitingginya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku mantan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco M.Sc selaku dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. 2.
Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak dan Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
3. Ucapan terima kasih setulus-tulusnya disampaikan dengan hormat kepada Dr. Hj. A. Jamilah Mustabi, S,Pt. M.Si selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Kepada Dr. Ir. Harfiah, S,Pt. MP selaku penasehat akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan. 5. Bapak ibu dosen, beserta staf pegawai Fakultas Peternakan yang telah banyak memberikan pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama dalam bangku perkuliahan. 6. Keluarga Besar “MATADOR 10” kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini.
vi
7. Keluarga Besar HUMANIKA-UH dan teman-teman KKN UNHAS GEL.85 Kab.Luwu Kec.Belopa terkhusus kepada posko Desa BELOPA Abhil, Aulia, dan Wiwied semoga apa yang menjadi kebersamaan kita akan selalu ada untuk tetap menjadikan kita sebagai saudara. 8. Buat teman-teman Jumatriatikah, Hartartiyana, Warta Kusuma, Marwah Ramadani yang sekaligus menjadi rekan penelitianku, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. 9. Special Thank‟s buat „‟MUSAWWIR dan JUMATRIATIKAH berkat bantuan dan dorongan kalian saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapakan satu persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kepadanya jualah aku kembalikan sgala yang benar dan bersumber padanya segala kesalahan adalah kekhilafan penulis. Karena kemampuan yang terbatas lagipula masih jauh dari kesempurnaan, segala amal dan bakti dari seluruhnya penuliskan kembalikan kepada ALLAH SWT yang membalas dan menilainya , iringan doa penulis mengharapkan semoga apa yang dilakukan hambanya dapat diterima disisi ALLAH SWT. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin. Makassar,
November 2014 MEGA JOHAN
vii
Mega Johan (I211 10 902), Jamila (Pembimbing Utama), Jasmal A Syamsu (Pembimbing Anggota) Kandungan Nutrisi Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) sebagai Bahan Pakan Ternak pada Masa Inkubasi yang Berbeda ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama inkubasi terhadap kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan alternatif pada ternak ruminansia. Penelitian ini menggunakan 20 baglog jamur Tiram Putih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1992) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan yaitu T0 (Baglog tanpa bibit jamur tiram putih), T1 (Baglog dengan bibit jamur tiram putih yang diinkubasi selama 1 bulan), T2 (Baglog dengan bibit jamur tiram putih yang diinkubasi selama 2 bulan), T3 (Baglog dengan bibit jamur tiram putih yang diinkubasi selama 3 bulan) dan T4 (Baglog dengan bibit jamur tiram putih yang diinkubasi selama 4 bulan). Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Protein kasar, serat kasar, dan BETN, tapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan lemak kasar. Kandungan nutrisi baglog jamur tiram putih yang terbaik adalah baglog dengan masa inkubasi 4 bulan (T4) karena mamiliki kandungan Protein kasar, BETN, dan Serat kasar yang baik dibandingkan inkubasi yang lain. Kata Kunci : Baglog Jamur Tiram Putih, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN
viii
Mega Johan (I211 10 902), Jamila (Supervisor), Jasmal A Syamsu (as a CoSupervisor) Nutrient Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) of medium waste at different incubation period as Feed.
ABSTRAK This research aim to investigate Nutrient Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) of medium waste at different incubation period as alternative feed. This research used 20 medium waste of Pleurotus ostreatus. The design used was completely randomized design (CRD) (Gaspersz, 1992) which consists of 5 treatments and 4 replications, namely T0 (medium waste without Pleurotus ostreatus seeds ), T1 (medium waste of Pleurotus ostreatus incubated for 1 month), T2 (medium waste of Pleurotus ostreatus incubated for 2 month), T3 (medium waste of Pleurotus ostreatus incubated for 3 month) dan T4 (medium waste of Pleurotus ostreatus incubated for 4 month). Analysis of variance showed that treatment significant (P <0.05) on crude Protein, crude Fibre, and BETN, but not significant (P> 0.05) on crude fat content. Nutritional content medium waste of oyster mushroom is best incubation period of 4 months (T4) because it has the crude protein, BETN and crude fiber are better than others incubation. Keywords : Medium waste of oyster mushroom, crude protein, crude fiber, crude fat, and BETN
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................... Latar Belakang ...................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................. Hipotesis ............................................................................................... Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
3
Gambaran Umum Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) ......................... Media Tanam Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) ............................... Pemanfaatan Limbah media tanam ...................................................... jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Kandungan Nutrisi Bahan Pakan ..........................................................
3 5 7 9
x
METODE PENELITIAN .................................................................................
14
Waktu dan Tempat ................................................................................ Materi Penelitian ................................................................................... Metode Penelitian ................................................................................ Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... Parameter yang Diukur ........................................................................ Pengolahan Data ..................................................................................
14 14 14 15 16 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... Pengaruh Masa inkubasi terhadap kandungan Protein Kasar baglog jamur tiram putih .................................................... Pengaruh Masa inkubasi terhadap kandungan Serat Kasar baglog jamur tiram putih ........................................................ Pengaruh Masa inkubasi terhadap kandungan Lemak Kasar baglog jamur tiram putih ..................................................... Pengaruh Masa inkubasi terhadap kandungan BETN baglog jamur tiram putih ................................................................
20 21 23 24
PENUTUP .......................................................................................................
25
Kesimpulan ........................................................................................... Saran .....................................................................................................
25 25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
26
LAMPIRAN ....................................................................................................
30
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
39
xi
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4.
Halaman Teks Kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pada berbagai perlakuan dengan jamur Pleurotus florida ................................................. Kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih. ........................ Komposisi campuran media tanam jamur tiram. ......................................... Rerata kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN baglog jamur tiram putih dengan masa inkubasi yang berbeda. .................
8 10 15 20
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks
1. Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) ......................................................
3
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman Teks
1. Hasil Analisa Sidik Ragam kandungan Protein kasar, serat kasar, lemak kasardan BETN pada baglog jamur tiram putih (pleurotus ostreatus) .................................................................................. 2. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Protein Kasar Baglog Jamur Tiram ............................................................. 3. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Serat Kasar Baglog Jamur Tiram ................................................................ 4. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Lemak Kasar Baglog Jamur Tiram .......................................................... 5. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan BETN Baglog Jamur Tiram ....................................................................... 6. Dokumentasi Penilitian ................................................................................
30 31 31 32 33 34
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang Budidaya jamur merupakan usaha bidang pertanian yang akhir-akhir ini berkembang sangat pesat. Jamur tiram putih adalah jenis jamur yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia, umumnya jamur tiram dikonsumsi sebagai sayuran dengan aneka olahan (Chazali, 2009).Perkembangan usaha budidaya jamur semakin pesat dan memberikan dampak pada banyaknya limbah yang dihasilkan. Limbah yang dimaksud adalah berupamedia tanam jamur yang sebelumnya digunakan sebagai media pertumbuhan jamur selama kurang lebih 4 bulan atau 5-6 kali panen. Limbah media tanam jamur tiram terbentuk akibat bahan atau media tanam jamur tiram yang berupa campuran serbuk gergaji, bekatul tidak semuanya habis terpakai sewaktu dipergunakan untuk memproduksi jamur tiram, melainkan masih terdapat sisa-sisa yang sudah tidak efektif lagi untuk memproduksi jamur tiram dengan baik. Limbah tersebut hanya dibuang begitu saja, padahal jika kita lihat dari bahan penyusunnya, maka limbah tersebut dapat kita manfaatkan untuk pakan ternak ruminansia terutama sebagai sumber serat yang nantinya diharapkan dapat ikut memasok kebutuhan energi bagi ternak yang mengkonsumsinya. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur pelapuk yang mendegradasi lignin secaralebih cepat dan ekstensif dibanding mikroorganisme lain.Substrat bagi pertumbuhan mikroorganisme ini adalahselulosa dan hemiselulosa dan degradasi lignin
1
terjadipada akhir pertumbuhan primer melalui metabolismesekunder dalam kondisi defisiensi nutrien seperti nitrogen, karbon atau sulfur (Hatakka, 1994) sehingga mampu mengikat kandungan nutrisi. Oleh karena itu dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih pada masa inkubasi yang berbeda.
Perumusan Masalah Produksi jamur tiram putih sebagai usaha di bidang pangan semakin meningkat. hal ini diikuti dengan peningkatan jumlah limbah media jamur tiram putih yang tidak termanfaatkan, tetapi belum diketahui kandungan nutrisi dari limbah media jamur tiram tersebut.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama inkubasi terhadap kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan alternatif pada ternak ruminansia. Kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah agar memberi informasi mengenai pengaruh lama inkubasi terhadap kandungan nutrisi limbah media jamur tiram putih sehingga dapat dijadikan salah satu bahan pakan alternatif.
Hipotesis Diduga semakin lama masa inkubasi maka semakin rendah kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih.
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Jamur tiram dalam bahasa latin dinamakan Pleurotus spp. Nama Pleurotus berasal dari bahasa Yunani “pleuron” yang berarti sisi dan “ous” yang berartitelinga. Hampir semua jenis jamur Pleurotus memiliki tubuh buah yang dapat dikonsumsi (Suprapti, 2000). Jamur tiram adalah merupakan nama umum Indonesia sedangkan di Jepang disebut shimeji dan hiratake, di Eropa dan Amerika disebut abalone mushroom dan oyster mushroom sedangkan di Jawa Barat disebut supa liat (Suriawiria, 2002). Jamur tiram dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
3
Menurut sistematika secara taksonami jamur tiram dibagi dalam: Kelas : Basidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Agaricaceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) (Djarijah, 2001). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L.) merupakan salah satu jenis jamur konsumsi yang cukup digemari masyarakat. Jamur tiram putih termasuk dalam kelompok Basidiomicetes, yakni kelompok jamur busuk putih yang ditandai dengan tumbuhnya miselium berwarna putih memucat pada sekujur media tanam (Sumarsih, 2010). Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain (Djarijah dan Djarijah, 2001).
4
B. Media Tanam Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dan Potensinya Secara tradisional budidaya jamur kayu menggunakan cara sederhana yaitu dengan memanfaatkan batang kayu lunak yang telah mengalami pelapukan terutama pohon randu atau kapok, selanjutnya hanya dengan menyirami pohon tersebut dengan air maka dengan sendirinya akan tumbuh jamur. Namun cara tradisional yang hanya menggunakan pohon kayu lunak kurang efektif dan efisien terutama terhadap produksi yang dihasilkan, sehingga dibuatlah media tanam jamur buatan dengan berbagai formula tergantung jenis jamur yang akan dibudidayakan. Bahan utama yang bisa digunakan dalam media tanam jamur tiram diantaranya adalah serbuk gergaji, jerami padi, sekam, sisa kertas serta bahan lainnya seperti bagasse tebu, ampas aren dan sabut kelapa. Selain bahan-bahan yang tersebut di atas biasanya masih ditambahkan bahan lain seperti bekatul, bungkil biji kapok, gypsum dan kapur. Untuk pertumbuhan jamur memerlukan sumber zat makanan lain dalam bentuk unsur nitrogen, fosfor, belerang, karbon serta beberapa unsur lainnya(Suriawiria, 2000). Lebih lanjut Cahayana dkk (1999) menyatakan bahwa kegunaan dari masingmasing bahan baku penyusun media tanam jamur tiram tersebut adalah :Serbuk gergaji/jerami padi menjadi tempat tumbuh jamur kayu yang dapat mengurai dan dapat memanfaatkan komponen kayu/jerami sebagai sumber nutrisinya. Bekatul merupakan bagian untuk pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur serta menjadi pemicu pertumbuhan tubuh buah jamur yang mana kaya vitamin terutama vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna untuk mengatur pH media tanam jamur agar mendekati netral
5
atau basa, selain itu untuk menigkatkan mineral yang diperlukan jamur untuk pertumbuhannya. Gipsum digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Sebelum media siap digunakan, diperlukan adanya beberapa perlakuan. Perlakuan awal setelah mencampur berbagai bahan baku penyusun, selanjutnya yaitu membiarkan campuran tersebut selama 7-10 hari, hal ini penting untuk menguapkan amoniak. Perlakuan selanjutnya adalah mensterilisasikan media tanam tersebut dengan suhu 85˚C dan dengan tekanan 2-3 atmosfir selama 48 jam. Tujuan sterilisasi adalah untuk mencegah tumbuhnya jamur liar (jamur kontaminan) atau mikroba lain yang tidak diharapkan pertumbuhannya (Suriawiria, 2000) Tujuan pengomposan bahan adalah untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dan bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawasenyawa yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur akan lebih baik (Cahayana dkk, 1999). Namun pada proses pengomposan terjadi proses dekomposisi terhadap bahan organik melalui proses
biokomia
sehingga
menyebabkan
berkurangnya
bahan
organik
dan
mengakibatkan menigkatnya kadar abu, sehingga hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengomposan tidak menjamin kenaikan nilai pakan berserat tinggi (Soejono, 1990).
6
C. Pemanfaatan Limbah media tanam jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Menurut Harahap (1987) selain rerumputan dan dedaunan maka limbah pertanian seperti jerami padi, jerami kacang tanah dan pucuk tebu juga merupakan pakan ternak ruminansia. Mikroba rumen akan mencerna selulosa dan hemiselulosa hingga terbentuk VFA (Volatile Fatty Acid) yang meliputi asam asetat, propionat dan butirat, disamping itu juga dihasilkan isobutirat, isovalerat, n-valerat dan laktat dalam jumlah sedikit. VFA merupakan sumber energi utama bagi ternak (Soebarinoto, dkk 1991). Herawati, dkk (1987) dan Tillman, dkk (1991) menyatakan bahwa selulosa dan hemiselulosa yang terdapat pada sebagian besar limbah pertanian seperti jerami, keberadaannya terikat dengan lignin dan membentuk ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa yang tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Ketidak mampuan mikroba dalam mencerna lignin disebabkan terbentuknya ikatan hidrogen pada sisi kritis sehingga membatasi aktivitas enzim selulase. Oleh karena itu diperlukan adanya perlakuan khusus yang mampu merenggangkan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa. Beberapa
jamur
telah
diuji
coba
oleh
para
peneliti
diantaranya
Coprinuscinereus, Pleuretus cajus, P. Florida, P. Ostreatus dan Volvariella volvaceae. Potensi perlakuan biologi dalam mendegradasi bahan lignoselulosik dalam skala laboratoris memberikan hasil yang cukup baik (Zadrasil, 1984), hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Alfan (1997) yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan 7
kecernaan pada serbuk gergaji kayu mahoni setelah diberi perlakuan biologi yaitu dengan menumbuhkan jamur Pleurotus florida kedalamnya. Peningkatan kecernaan serbuk gergaji kayu mahoni dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pada berbagai perlakuan dengan jamur Pleurotus florida. Perlakuan KcBK (%) KcBO (%) Po 14,73 20,72 P1 40,38 44,90 P2 45,94 50,35 Sumber : Alfan (1997) Keterangan : Semua berdasarkan100% bahan kering Po = serbuk gergaji kayu tanpa fermentasi P1 = serbuk gergaji kayu fermentasi sisa biakan jamur P2 = serbuk gergaji kayu fermentasi dengan jamurnya KcBK = kecernaan bahan kering KcBO = kecernaan bahan organik
Kenaikan kecernaan pada serbuk gergajian kayu sisa biakan jamur diduga karenasenyawa komplek lignoselulosa dan lignohemiselulosa sudah mengalami penguraianmenjadi senyawa yang lebih sederhana atau yang mudah terurai oleh adanya aktivitas kimia atau enzim yang penguraian
tersebut
berarti
dikeluarkan oleh jamur dan dengan adanya
membantu
mikroba
rumen
untuk
mencernanya
(Alfan,1997). Degradasi selulosa dalam rumen memerlukan kontak langsung antara substrat dengan enzim selulase yang dihasilkan mikroba, hal ini sangat ditentukan oleh luas permukaan bahan selulosik terhadap enzim. Soejono (1990) menyatakan bahwa penggilingan merupakan salah satu upaya untuk memperbesar permukaan bahan selulosik.
8
Chesson and Oskov (1984) menyatakan bahwa alkali kuat mungkin dapat memecahkan ikatan dalam molekul lignin sehingga akan mengurangi besar molekulnya. Selain itu pengaruh ini dapat menyebabkan ikatan lignin dan hemiselulosa menjadi lemah dan selanjutnya melarutkan hemiselulosa karena penetrasi enzim mikroba lebih besar terhadap kecernaan karbohidrat.
D. Kandugan Nutrisi pada Bahan Pakan Kandungan nutrien pakan dapat diketahui dengan mengurai (menganalisis) komponen pakan secara kimia. Teknik analisis yang umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pangan atau pakan adalah Analisis Proksimat (Proximate analysis) atau metode Weende. Metode Proksimat menggambarkan bahwa analisis dapat dilakukan terhadap kadar air, abu, lemak atau ether ekstrak, nitrogen total, dan kadar serat. Komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen, abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Komponen lemak, protein dan seratsering disebut lemak kasar, protein kasar dan serat kasar. Methoda analisis proksimat menghasilkan komponen nutrien yang masih campuran (Sudarmadji dan slamet, 1996).
9
Kandungan nutrisi pada limbah media tanam jamur putih menurut Yuwono (2000) adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kandungan nutrisi limbah media tanam jamur tiram putih No Nutrisi Kandungan Nutrisi 1 Protein 9.15 2 Air 12.26 3 Abu 32.35 4 Kalsium (Ca) 1.45 5 Phospor (P) 0.39 6 Lemak 0.40 7 Garam (NacL) 0.47
Protein merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon, hydrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan posfor yang merupakan zat makanan utama. Protein terdiri dari kumpulan asam-asam amino, sedangkan tiap-tiap asam amino mempunyai fungsi khusus dalam metabolisme yang merupakan satuan penyusun protein tubuh. Nilai suatu bahan pakan antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan protein. Dibandingkan dengan jerami padi segar, limbah media tanam jamur tiram putih sedikit lebih tinggi mutunya karena proteinnya bertambah. Selanjutnya Doyle, dkk (1986) menyatakan bahwa jamur tiram varietas Pleoratus ostreatus bersifat lignolitik, sehingga dapat mengurangi kadar lignin. Nilai suatu bahan pakan juga dapat ditentukan atau diukur dari jumlah nutrisi yang dapat dicerna dan tersedia bagi ternak. Dalam proses pencernaan, bahan makanan dipecah dan mengalami perombakan menjadi senyawa yang lebih sederhana, mudah larut dalam air dan dapat diserap melalui membran mucosa yang merupakan sistem pencernaan. Bahan organik seperti lemak, karbohidrat dan protein akan difermentasi 10
oleh mikroba rumen. Terjadinya fermentasi bahan makanan di perut depan meyebabkan selulosa dan polimer-polimer dari tanaman dapat dicerna dan digunakan sebagai sumber energi. Protein kasar dalam analisa yang mendekati angka nyata (proksimat) hanya menggambarkan komposisi asam-asam amino dalam protein, untuk maksud ini diperlukan analisa khusus lebih lanjut. Protein kasar mengandung senyawa protein murni dan senyawa NPN. Protein mewakili nitrogen yang ditemukan terikat dalam suatu ikatan peptida untuk membentuk protein sedangkan senyawa NPN nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein dan tanaman termasuk asam amino, nitrogen, lipid, amina, nitrat, alkali, dan vitamin (Tillman, dkk., 1991). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah. Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol. Serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak dapat dicerna pada ternak non ruminansia namun digunakan secara luas pada ternak ruminansia. Sebagian besar berasal dari sel dinding tananam dan mengandung 11
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Metode pengukuran kandungan serat kasar pada dasarnya mempunyai konsep yang sederhana. Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat. Bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut dikenal sebagai serat kasar. Serat kasar merupakan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat dalam sampel. Pada ternak non ruminansia, fraksi ini sangat terbatas nilai nutrisinya sehingga pengukuran serat kasar hanya merupakan pedoman proporsional dalam pakan yang digunakan oleh ternak (Suparjo, 2010) Lemak adalah suatu golongan senyawa yang bersifat tidak larut air, namun larut dalam pelarut organik. Pelarut yang umum digunakan untuk mengukur kadar lemak adalah heksana, dietil eter dan proteleum eter (Sudarmaji, dkk 1996). Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar lemak bahan baku pakan (Murtidjo,1987).
Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan
mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik.Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Anggorodi, 1994). Kadar lemak pada tanaman dipengaruhi oleh spesies, umur, lokasi penanaman dan bagian yang digunakan untuk sampel (Kamal, 1994).
12
Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2014 dengan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu proses Pemeliharaan Jamur di Laboratorium Valorisasi Limbah, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan tahap kedua yaitu analisis proksimat untuk mengetahui kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN diLaboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram, serbuk gergaji, dedak, kapur atau dolomit, air bersih, kantong plastik, cincin pipa serta bahan kimia untuk analisisprotein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN. Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan baglog jamur yaitu sekop, autoclave, talenan, neraca analitik serta alat yang digunakan untuk analisa protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Terdiri dari 5 perlakuandan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah : T0 = Baglog Tanpa Bibit jamur tiram putih (Kontrol)
14
T1 = Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 1 bulan T2 = Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 2 bulan T3 = Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 3 bulan T4 = Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 4 bulan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu fermentasi. Sebelum dilakukan fermentasi, terlebih dahulu dilakukan pembuatan media tempat pertumbuhan jamur dari serbuk gergaji kayu sebanyak 100 kg, Dedak sebanyak 10 kg dan kapur 0,5 kg (Chazali dan Pratiwi, 2009). Setelah itu ditambahkan air sebayak 70% kemudian diayak hingga merata. Komposisi campuran media tanam jamur tiram dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi campuran media tanam jamur tiram Bahan Media Tanam Jumlah (kg)
%
Serbuk Gergaji
100
86.6
Dedak
15
13
kapur
0,5
0,4
Selanjutnya campuran tersebut dikomposkan selama 6-7 hari. Setelah itu campuran tadi dimasukkan dan dipadatkan ke plastik sebanyak 1 kg, ditutup dengan menggunakan pipa dan disterilkan kedalam autoclave dengan suhu 1210 C tekanan 1 atmosfer selama 1 jam sebanyak 2 kali, proses ini dilakukan agar semua spora dan mikroba pengganggu benar-benar mati. kemudian inokulasikan isolat jamur tiram putih
15
(Pleurotus ostreatus) kedalam Baglog. Selanjutnya Baglog ditutup dan diinkubasi sesuai perlakuan. Baglog diamati secara teratur agar tidak terkontaminasi oleh pertumbuhan mikroorganisme lain. Apabila terjadi kontaminasi, maka seluruh baglog harus dimusnahkan segera. Setelah pemanenan jamur, limbah media tanam dipisahkan dari bekas-bekas jamur yang tersisa. Kemudian diambil ± 50 gram untuk dijadikan sampel untuk setiap ulangan dan dimasukan kedalam polybag. Sampel yang diambil dari setiap perlakuan dikeringkan dalam oven pada suhu 750C selama 3 hari. Selanjutnya sampel digiling kemudian dilakukan analisis proksimat pada baglog media tanam jamur sesuai perlakuan. Parameter yang diukur Parameter yang diukur adalah kadar air, bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN. Prosedur kerja dari analisis proksimat ini menurut AOAC (1992) yaitu : a.
AnalisisProtein Kasar 1. Sampel ditimbang 0,5 garam (a gram) kemudian dimasukkan dalam labu kjeldahl. 2. Ditambhakan 1 sendok teh takaran selenium mix dan 10 ml H2SO4. 3. Sampel dikocok hingga seluruh sampel terbasahi oleh H2SO4 kemudian didestruksi (dalam lemari asam) di atas alat pemanas hingga jernih. 4. Sampel yang telah didestruksi kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda garis (pengenceran b kali). 16
5. H3BO3 2% sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator metil merah sebanyak 3 tetes. 6. Memipet larutan sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan dalam destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH 40 % serta aquades sebnanyak 100 ml. 7. Alat destilasi dijalankan sampai larutan N mencapai 50 ml. 8. Menitrasi dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai terjadi perubahan warna (c ml). Keberhasilan analisis ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna hijau menjadi merah pada labu penampung N. Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Kadar Protein Kasar =
x 100%
b. Analisis Serat Kasar 1. Sampel ditimbang sebanyak kurang lebih 0,5 gram (a gram) kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml. 2. 50 ml H2SO4 0,3N ditambahkan kemudian didihkan selama 30 menit. 3. 25 ml NaOH 1,5 N ditambahkan kemudian didihkan lagi selama 30 menit. 4. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan sintered glass dan pompa vakum. 5. Sampel yang disaring dicuci dengan menggunakan 50ml air panas, 50 ml H2SO4 0, 3 N, 50 ml air panas dan 25 ml alkohol 95%. 6. Sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 1050C selama 12 jam kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b gram).
17
7. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam tanur selama 3 jam (serat kasar merupakan kehilangan berat sesudah pengabuan) (c gram). Hasil pengamatan dihitumg berdasarkan rumus sebagai berikut : Kadar Serat Kasar =
%
c. Analisis Lemak Kasar 1. Menimbang smapel sebanyak 1 gram (a gram), kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. 2. Larutan chloroform diberikan sebnayak 10 ml kemudian tabung reaksi ditutup agar larutan tidak menguap, dikocok sampei homogen dan dibiarkan selama 24 jam. 3. Sampel disaring dengan menggunakankertas saring kemudian pipet sebanyak 5 ml. 4. Sampel yang telah dipipet dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah ditimbang berat kosongnya (b gram). 5. Sampel dimasukkan dalam oven selma 24 jam pada suhu 1050c, kemudian didinginkan dalam desikator selma 30 menit dan ditimbang (c gram). Hasil pengamatan dihitumg berdasarkan rumus sebagai berikut : Kadar Lemak Kasar =
Kadar BETN =100 – (% Protein Kasar + % Serat Kasar + % Lemak Kasar + % Abu)
18
Analisis Data Data yang diperoleh dari analisis laboratorium diolah secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), model matematikanya digambarkan sebagai berikut :
Yij
= µ + Ti +
εij ; i = 1, 2, 3,4 j = 1, 2, 3
Keterangan : Yij= nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah populasi Ti= pengaruh perlakuan ke–i
εij=
pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke-j Apabila perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan (Gasperz,
1992).
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rerata Kandungan Protein Kasar, Serat kasar, Lemak kasar dan BETN baglog jamur tiram putih dengan masa inkubasi yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rerata kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN baglog jamur tiram putih dengan masa inkubasi yang berbeda. Perlakuan Protein Kasar Serat Kasar Lemak kasar BETN (%) T0
5.22±0.07c
78.41±0.68e
1.44±0.41
0.95±0.75a
T1
4.41±0.52b
72.55±1.00d
1.41±0.16
5.94±1.38b
T2
3.30±0.47a
62.16±0.26c
1.22±0.24
15.25±0.57d
T3
4.98±0.39bc
55.88±0.85d
1.17±0.12
18.89±0.54e
T4
5.01±0.74bc
52.89±1.12a
1.50±0.13
12.03±0.48c
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01). T0= Baglog tanpa bibit jamur tiram putih; T1= Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 1 bulan; T2= Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 2 bulan; T3= Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 3 bulan; T4= Baglog dengan bibit jamur tiram putih lama inkubasi selama 4 bulan
Pengaruh Masa Inkubasi terhadap Kandungan Protein kasar Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa kandungan protein kasar baglog jamur tiram putih berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap masa inkubasi hasil yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 3,30% sampai 5,22%. Pada uji Duncan (Lampiran 3) perlakuan T2 nyata lebih rendah dari T0, T1, T3, dan T4.
20
Penurunan protein kasar pada masa inkubasi 1 dan 2 bulan. Penurunan ini sebagai akibat dari penggunaan protein kasar pada
inkubasi tersebut. Pada masa
inkubasi 3 bulan terjadi kenaikan kandungan protein kasar, hal ini terjadi karena pada masa inkubasi 3 bulan Setelah memasuki masa puncak panen hanya sedikit kenaikan karena digunakan oleh jamur untuk bertumbuh. Peningkatan kandungan protein tersebut disebabkan oleh kenaikan jumlah massa sel jamur dan adanya kehilangan bahan
kering selama fermentasi berlangsung Taram (1995). Hal ini ditambahkan
dengan pendapat Sova dan Cibuka (1990) bahwa jamur tiram putih dapat menyumbangkan asam-asam amino yang lengkap kecuali phenilalanin dan methionin yang agak rendah. Badve, dkk., (1987) juga menyatakan bahwa kandunagn protein kasar pada media bekas penanaman jamur tiram putih dapat meningkat sampai 22,4% sebagai akibat dari meningkatnyakandungan asam-asam amino pada substrat tersebut.
Pengaruh Masa Inkubasi terhadap Kandungan Serat Kasar Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa kandungan serat kasar baglog jamur tiram putih berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap masa inkubasi hasil yang diperoleh berkisar 52.89% sampai 78.41%. Pada uji Duncan (Lampiran 5 )perlakuan Kontrol dan masa inkubasi
1 bulan
nyata lebih tinggi
kandungan serat kasarnya dibanding masa inkubasi 2, 3, dan 4 bulan .
21
Semakin lama masa inkubasi semakin berkurang kandungan serat kasarnya, masa inkubasi 4 bulan memiliki kandungan serat kasar paling rendah yaitu 52.89%. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan miselium yang menyebabkan kolonisasi jamur. Seiring dengan itu produk enzim selulase, hemiselulase dan lakase yang dihasilkan juga semakin banyak. Akibatnya pada waktu yang bersamaan terjadi degradasi serat semakin tinggi pula. Selain itu pada masa inkubasi yang lama, miselium jamur tiram putih menyebar kedalam partikel-partikel substrat sehingga menghasilkan enzim dalam jumlah banyak yang mendegradasi komponen serat dan kandungan serat kasar akan ikut menurun. Hasil pengukuran juga menunjukkan adanya penurunan kandungan serat kasar sejalan dengan semakin lamanya masa inkubasi dan pertumbuhan miselium. Miselium yang tumbuhmembutuhkan sumber energi yang diambil dari serat kasar substrat baglog jamur melalui degradasi selulosa dan lignin. Cain (1980) menjelaskan bahwa persentase penurunan serat kasar jauh lebih besardaripada bahan organik sebab substrat sendiri mengandung karbohidrat struktural yang berfungsisebagai sumber energi bagi jamur disamping BETN. Ditambahkan oleh Howard, dkk,. (2003) bahwa Penurunan kandungan serat kasar dapat terjadi karena adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh jamur. Serat kasar sebagian besar berasal dari dinding sel tanaman yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Jamur pelapuk putih mempunyai kemampuan dalam mendegradasi komponen serat karena disamping menghasilkan enzim pendegradasi lignin, jamur ini juga mampu menghasilkan enzim pendegradasi selulosa .
22
Pengaruh Masa Inkubasi terhadap Kandungan Lemak kasar Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa kandungan lemak kasar jamur tiram putih tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap masa inkubasi, hasil yang diperoleh berkisar 1.17% sampai 1,50%. Dari hasil Uji Duncan (Lampiran 7) Diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara kontol dengan masa inkubasi 1, 2, 3, dan 4 bulan. Kandungan lemak kasar pada kontrol tinggi dibandingkan perlakuan lainya. Kandungan lemak yang tinggi pada kontrol disebabkan adanya tambahan dedak dalam baglog. Peningkatan lemak juga disebabkan karena sebelum miselium menghasilkan enzim pada fase pertumbuhan primer yang mendegradasi karbohidrat kompleks baglog jamur tiram, miselium memerlukan energi dari karbohidat sederhana yang beasal dari bahan aditif. Pada fase pertumbuhan sekunder, terjadi polimerisasi dan mineralisasi sehingga akan terjadi pelepasan lemak. Peningkatan kandungan lemak disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur membentuk massa sel. Hal ini dijelaskan oleh Chang dan Miles (1989) menyatakan bahwa miselium jamur tiram putih itu sendiri mengandung lemak kasar berkisar dari 1,6 sampai 2,2%.
23
Pengaruh Masa Inkubasi terhadap Kandungan BETN Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa kandungan BETN baglog jamur tiram putih berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap masa inkubasi hasil penelitian berkisar 0,95% sampai 18.89%. Pada uji Duncan (Lampiran 9) kandungan BETN berpengaruh nyata pada setiap perlakuan. Kandungan BETN masa inkubasi 3 bulan adalah yang tertinggi (18.89%) hal ini disebabkan oleh kandungan serat kasarnya menurun akibat aktivitas mikroba yang mengakibatkan kandungan BETN meningkat dengan semakin banyaknya gula dan pati yang dihasilkan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Anggorodi, 1997) yang menyatakan bahwa Penurunan kandungan BETN erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan dari jamur tiram yang menggunakan BETN sebagai sumber utama energi. Selama aktivitas pertumbuhan dan perkembangbiakannya, kebutuhan energi jamur disuplai karbohidrat, lemak dan protein. BETN merupakan salah satu sumber karbohidrat yang mudah dicerna karena protein, gula dan pati yang terdapat dalam bahan makanan menjadi hancur dan tinggal adalah selulosa, lignin, sebagian dari pentosan-pentosan dan beberapa zat mineral. BETN merupakan indeks karbohidrat yang bukan selulosa. BETN banyak mengandung gula dan pati yang mudah dicerna (Amrullah, 2004).
24
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masa Inkubasi baglog jamur tiram putih berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan protein, serat kasar, BETN, tetapi tidak berpengaruh pada kandungan lemak kasar. Kandungan nutrisi baglog jamur tiram putih yang terbaik untuk dijadian pakan ternak adalah baglog dengan masa inkubasi 4 bulan (T4) karena mamiliki kandungan Protein kasar, BETN, dan Serat kasar yang baik dibandingkan inkubasi yang lain
Saran Dari hasil yang diperoleh, disarankan untuk dilakuakan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian limbah baglog jamur tiram putih pada ternak (Pengujian secara in-vivo)
25
DAFTAR PUSTAKA Alfan. F, 1997. Penggunaan JamurPleurotus floridaUntuk Meningkatkan NilaiNutrisi Serbuk Gergaji Kayu Mahoni (Swietenia 26ahogany). Skripsi. FakultasPeternakan. Universitas Brawijaya. Malang. AOAC.1992, Official Methods of Analysis. 13 Analytical Chemist. Washington, D.C.
th
Edition. Association of Official
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. , 1997. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Amrullah,I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung. Bogor. Badve, V.C., P.R. Nisal., A.L., Joshi and D.V. Rangnekar. (1987). Studies on the Use ofLignocellulose Degrading Fungi to Improve the Nutritive Value of Sugarcane Bagasse and Sorghum straw. Biological, Chemical and Physical Treatment in Fibrous Crop Residues as Animal Feed (hal. 112 – 125). The Netherland: Wageningen. Cain, R. (1980). The Uptake and Catabolism of Lignin-Related Aromatic Compound and their Regulation in Microorganism. Dalam T. T. Kirk, Lignin Biodegradation: Microbiology, Chemistry and Potential Applications. Florida: CRC Press, Inc., Boca Raton
Cahyana,Y.A., Muchrodji dan M. Bakrun. 1999. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. Chang, S.T., and P.H. Miles. 1989 Edible Mushroom and The Cultivation CRC. Press Boca Ratoon Florida. Chesson, A. and E. R., Orskov. 1984. Microbial Degradation in The Digestive Tract.In: Straw and Other Fibrous By Products as feed. Pp: 305-339. Editors: F.Sundst Ø1 abd E. Owen (Elseveir. Amsterdam-Oksford-NewYork-Tokyo). Chazali S dan Pratiwi PS, 2009.Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta Doyle, M.P. and W.S. Mungall. 1986.Experimental Organic Chemistry. NewYork: John Wiley and Sons, Inc
26
Djarijah NM & Djarijah AS. 2001. Jamur Tiram Pembibitan Pemeliharaan dan Pengendalian Hama-Penyakit. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan . Bandung : Armico Harahap, N. 1987. Pelaksanaan Pengolahan Dan Pemanfaatan Jerami Padi didaerah. Proceedings of Bioconvertion Project Second Workshop on CropResidues for Feed and Other Purpose. Grati16-17 Nopember. Herawati, R., M, Soejono,. dan P.Soemitro. 2000. Pengaruh Urea Amoniasi JeramiPadi Terhadap Kadar Protein Kasar, Serat dan Kecernaan in-vitro Varietas padi di Yogyakarta. Proceedings of Bioconfertion Project Second Workshop onCrop Residues for Feed and Other Purpose. Grati16-17 Nopember. Hatakka A. 1994. Lignin-modifying enzymes from selected white-rot fungi: production and role in lignin degradation. FEMS Microbiol. Rev. 13: 125-135. Howard R.., E. Abotsi, E.L.J. van Rensburg and S. Howard. 2003. Lignocellulose biotechnology: issues of bioconversion and enzyme production. Afr.J.Biotechnol.2:602- 619. Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta. Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius. Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sova, Z and J. Cibuka. (1990). Breakdown of Lignocellulosa Material by Higher Fungi. Elsevier
Soebarinoto,S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Animal Husbandry Project. NUFFIC-LUW- Universitas Brawijaya Malang. Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta Sudarmadji, Slamet et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Suriawiria, U. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Penebar Swadaya. Jakarta.
27
, 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Angkasa Bandung Suprapti S. 2000. Petunjuk Teknis Budidaya Jamur Tiram pada Media Serbuk Gergaji. Bogor: Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan dan Perkebunan Suriawiria. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius Suparjo, 2010.Laboratorium Makanan Ternak fakultas Peternakan Universitas. Jambi. Sumarsih,S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya. Tillman, D.A., Hartadi H., Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Taram. 1995. Pengaruh Lama Fermentasi dan Jenis Kapang Terhadap Perubahan Kandungan Onggok Zat-zat Makanan Onggok. Skripsi. Fakultas Petemakan. IPB. Bogor Yuwono, NS, 2000. Komposisi Formula Media di Baglog. Trubus, juni No. 367. Jakarta. Zadrasil, F. 1984. Microbial Conversion of Lignocellulose Into Feed In: straw andOther Fibrous By- Product as Feed. Pp: 276-292 editors F. SundstØ1 and E.Owen (Elsevier. Amsterdam-Oxford-NewYork-Tokyo
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Hasil Analisa Sidik Ragam Kandungan Protein kasar, serat kasar, lemak kasar Baglog dan BETN Jamur Tiram Putih Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
protein_kasar
1.594
4
15
.227
Serat_kasar
1.483
4
15
.257
Lemak_kasar
6.119
4
15
.004
BETN
1.072
4
15
.405
ANOVA Sum of Squares protein_kasar
8.991
4
2.248
Within Groups
3.675
15
.245
12.667
19
1890.552
4
472.638
10.638
15
.709
1901.190
19
Between Groups
.332
4
.083
Within Groups
.871
15
.058
1.203
19
828.907
4
207.227
10.050
15
.670
838.957
19
Between Groups Within Groups Total
Lemak_kasar
Total BETN
Mean Square
Between Groups
Total Serat_kasar
df
Between Groups Within Groups Total
F
Sig.
9.174
.001
666.435
.000
1.428
.273
309.290
.000
30
Lampiran 2. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Protein Kasar Baglog Jamur Tiram Putih
Perlakuan
T0 T1 T2 T3 T4
Ulangan 1
2
3
4
Total
5.20 4.50 3.87 4.49 5.10
5.31 4.07 2.72 5.20 3.97
5.13 3.95 3.40 4.45 5.74
5.22 5.12 3.19 4.34 5.24
20.86 17.63 13.18 18.48 20.05
Ratarata 5.22 4.41 3.30 4.62 5.01
Lampiran 3. Data Hasil Uji Duncan Kandungan Protein kasar Baglog Jamur Tiram Putih protein_kasar Subset for alpha = 0.05
Perlaku an a
Duncan
N
1
2
3
T2
4
T1
4
4.4100
T3
4
4.6200
4.6200
T4
4
5.0125
5.0125
T0
4
Sig.
3.2950
5.2150 1.000
.122
.127
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Lampiran 4. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Serat Kasar Baglog Jamur Tiram Putih Perlakuan
T0 T1 T2 T3 T4
Ulangan 1
2
3
4
Total
78.98 72.68 62.30 55.47 54.47
77.84 71.82 61.77 54.95 51.99
77.79 73.91 62.33 56.90 52.94
79.03 71.77 62.25 56.20 52.17
313.64 290.18 248.65 223.52 211.56
Ratarata 78.41 72.55 62.16 55.88 52.89
31
Lampiran 5. Data Hasil Uji Duncan Kandungan Serat Kasar Baglog Jamur Tiram Putih Serat_kasar Subset for alpha = 0.05
Perlaku an a
Duncan
N
1
T4
4
T3
4
T2
4
T1
4
T0
4
Sig.
2
3
4
5
52.8925 55.8800 62.1625 72.5450 78.4100 1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Lampiran 6. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan Lemak Kasar Baglog Jamur Tiram Putih Perlakuan
T0 T1 T2 T3 T4
Ulangan 1
2
3
4
Total
1.76 1.58 1.04 1.01 1.32
1.15 1.19 1.06 1.27 1.64
1.02 1.47 1.56 1.13 1.56
1.83 1.40 1.23 1.26 1.47
5.76 5.64 4.89 4.67 5.99
Ratarata 1.44 1.41 1.22 1.17 1.50
32
Lampiran 7. Data Hasil Uji Duncan Kandungan Lemak Kasar Baglog Jamur Tiram Putih Lemak_kasar Subset for alpha = 0.05
Perlaku an a
Duncan
N
1
T3
4
1.1675
T2
4
1.2225
T1
4
1.4100
T0
4
1.4400
T4
4
1.4975
Sig.
.099
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Lampiran 8. Data Hasil Analisa Nilai Kandungan BETN Baglog Jamur Tiram Putih Perlakuan
T0 T1 T2 T3 T4
Ulangan 1
2
3
4
Total
Ratarata
0.91 7.87 15.17 19.28 12.43
0.12 4.58 16.08 18.08 11.33
1.95 5.73 14.97 19.15 12.24
0.81 5.59 14.78 19.04 12.14
3.79 23.76 61.00 75.55 48.14
0.95 5.94 15.25 18.89 12.03
33
Lampiran 9. Data Hasil Uji Duncan Kandungan BETN Baglog Jamur Tiram Putih BETN Subset for alpha = 0.05
Perlaku an a
Duncan
N
1
T0
4
T1
4
T4
4
T2
4
T3
4
Sig.
2
3
4
5
.9475 5.9425 12.0350 15.2500 18.8875 1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
34
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian Pembuatan Baglog Jamur Tiram
35
36
Analisa Protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan BETN
37
38
RIWAYAT HIDUP
MEGA JOHAN Lahir pada tanggal 18 Februari 1992 di Tabbaja. Anak ketiga dari pasangan suami istri Johan Landaho dan Hj. Sumarni Taho. Menyelesaikan pendidikan formal di SD Neg. 22 Belopa (19982004), Melanjutkan di SMP Neg. 01 Belopa (2004-2007), Kemudian melanjutkan di SMA Neg. 01 Belopa (2007-2010). Melalui jalur Seleksi POSK tahun 2010 diterima sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS) periode 2012/2014, dan sebagai anggota senat mahasiswa peternakan universitas hasanuddin (SEMA-FAPET UH)
39