JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-5
1
Pengaruh Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kandungan Mineral Pada Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Wiwin Sulistyowati dan Adi Setyo Purnomo Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media lignoselulosa yang banyak ditemukan sebagai limbah berkayu, sepeti kayu sengon dan ampas tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ampas tebu sebagai media pertumbuhan pada budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) terhadap kandungan mineralnya. Ampas tebu digunakan sebagai media pertumbuhan dengan dicampur kayu sengondengan variasi ampas tebu dengan kayu sengon yaitu 0:100 (kontrol), 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0. Kandungan kadar mineral jamur tiram diukur dengan menggunakan instrumen ICP-MS (Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry). Ditinjau dari nilai angka kecukupan gizi (AKG) dan batas ambang toleransi konsumsi mineral, maka variasi 25% menunjukan variasi yang memiliki kadar kandungan terbaik dan aman dalam tubuh yakni Kalium (K) 15745mg/kg, Magnesium (Mg) 240 mg/kg, Fosfor (P) 1290 mg/kg, Natrium (Na) 917 mg/kg, Kalsium (Ca) 9605 mg/kg, besi (Fe) 5606 mg/kg besi, dan Seng (Zn) 14,01 mg/kg. Kata Kunci :jamur tiram (Pleurotus ostreatus), kayu sengon, ampas tebu, lignoselulosa, mineral
PENDAHULUAN Data BPS pada tahun 2011 menyatakan konsumsi protein masyarakat Indonesia mencapai 56,25 gram perhari. Hal ini dapat dikategorikan masih sangat minim asupan nutrisi masyarakat Indonesia, terutama asupan protein, sehingga diperlukan pengembangan bahan makanan yang dapat diproduksi secara kontinu dan terjangkau yang dapat memenuhi asupan nutrisi masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu alternatif antara lain dengan pengembangan produksi jamur tiram. Jamur tiram dapat dijadikan sebagai salah satu bahan makanan alternatif yang dapat menyuplai kebutuhan protein karena mengandung 10,5-30,4% protein yang terdiri dari 9 asam amino esensial. Jamur tiram juga mengandung nutrisi lain seperti lemak sebesar 1,6-2,2%, karbohidrat sebesar 57,6-81,8%, dan serat kasar sebesar 7,5-8,7% (Chang dan Miles, 1989). Selain memiliki kandungan nutrisi yang cukup, jamur tiram juga bermanfaat dalam bidang kesehatan. Menurut Khatun, dkk. (2007) jamur tiram dapat dijadikan sebagai antioksidan dan antidiabetes dikarenakan jamur tiram memiliki senyawa aktif polisakarida (enzim hidrolisis) dan oksidasi, bahkan berfungsi sebagai antitumor (Yosioka dkk., 1975).Jamur tiram kaya manfaat dan
bernutrisi, namun juga harganya relatif terjangkau oleh masyarakat dari berbagai lapisan, sehingga berpotensi sebagai altenatif pangan yang semakin digemari dan disukai masyarakat Indonesia. Budidaya jamur tiram yang baik sangat dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan asupan nutrisi alternatif.Salah satu yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah media pertumbuhannya. Media pertumbuhan jamur tiram yang digunakan pada umumnya memanfaatkan limbah lignoselulosa yakni serbuk gergaji kayu sengon. Namun tidak bisa dipungkiri keberadaan limbah kayu sengon saat ini semakin menurun, karena populasi kayu sengon sendiri juga mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan media tanam alternatif untuk budidaya jamur tiram. Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam alternative dikarenakan jumlahyang melimpah dan kaya akan kandungan lignoselulosa. Penelitian Pramitha (2013) dan Andini (2013) tentang pengaruh ampas tebu sebagai media pertumbuhan terhadap jamur tiram menyatakan bahwasannya media tanam ampas tebu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan jamur tiram dan berpengaruh terhadap kualitas fisik serta kandungan nutrisi jamur tiram.Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji pengaruh ampas tebu sebagai media pertumbuhan terhadap kuantitas kandungan mineral jamur tiram yang dihasilkan. Analisis kuantitas mineral meliputi kalium, natrium, kalsium, magnesium, fosfor, besi dan seng. I. URAIAN PENELITIAN A. Alat dan bahan Pelatan yang digunakan antara lain mesin penggiling, karung, mixer (alat penyampur bahan), kantong plastik, mesin press, cincin baglog, steamer, botol, kasa, spatula, bunsen, neraca analitik, oven, tanur,hot plate, penangas yang dilengkapi dengan magnetic stirrerserta peralatan gelas seperti spatula, gelas beker, labu ukur 50 mL, labu ukur 10 mL, corong, erlenmeyer, botol semprot, cawan porselen, kaca arloji, tisu, aluminium foil, mortar, gelas ukur, pro pipet, pipet volum, pipet tetes, magnetic stirer, kertas saring Whattmann, ICP-MS (Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry).
2
Bahan baku yang digunakan ialah jamur tiram yang didapat dari hasil budidaya jamur tiram dengan menggunakan media tanam pada ampas tebu dan serbuk kayu sengon, bibit jamur tiram F3 yang diperoleh dari hasil kerjasama dengan CV. Puri Kencana. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lainyakni serbuk ampas tebu, serbuk kayu sengon, bekatul, tepung jagung, kapur, gips, air gula.
Kadar Kandungan (mg/kg)
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-5
Grafik Kandungan Mineral Jamur Tiram (mg/kg)
60000 50000
0%
40000 25 %
30000 20000
50 %
10000
B. Prosedur kerja Media tanam yang digunakan yakni terdiri dari serbuk ampas tebu dan serbuk kayu sengon. Media tanam 0% ampas tebu sebagai kontrol. Rincian variasi media tanam jamur tiram dapat dilihat pada table 4.1. Tabel 4.1. Komposisi media tanam F 0 25 50 75 100
AT (kg) 3 1,5 0,75 2,25
SK (kg) 3 1,5 2,25 0,75
Keterangan: F : Formula SK : Serbuk kayu B : Bekatul TJ : Tepung jagung
B (ons)
TJ (ons) 6 6 6 6 6
K (ons) 2 2 2 2 2
AT : K : G : AG :
AG (L)
G (ons) 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
6 6 6 6 6
Ampas tebu Kapur Gips (CaSO4) Air gula
Analisis Mineral Jamur Tiram Kandungan mineral jamur tiram dapat dianalisis dengan ICP-MS (Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry).Analisis dengan ICP-MS digunakan untuk penetapan unsur-unsur logam dan semi logam.Jenis penetapan disesuaikan dengan maksud dan tujuan untuk menganilisis dan mendapatkan data kandungan kuantitas mineral jamur tiram. Kandungan mineral yang akan dianilisis secara kuantitatif antara lain mineral kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe) dan seng (Zn). II. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis mineral jamur tiram pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ICP-MS. Hasil analisis mineral jamur tiram dengan ICP-MS dapat dilihat pada gambar 4.2.Jamur merupakan sumber mineral yang didapatkan dari substrat melalui pertumbuhan miselium. Elemen mineral yang paling utama adalah kalium, fosfor, natrium, kalsium, dan magnesium yang semuanya menyusun 56-70% dari total kadar abu (Chang dan Miles, 1989). Kandungan fosfor dan kalsiumnya lebih tinggi daripada buah-buahan dan sayuran pada umumnya (ElKattandkk., 1991).
0 K
Mg
P
Na
Ca
Fe
Zn
Mineral
Gambar 4.1 Grafik formula media tanam terhadap mineral
Data tersebut menunjukkan ada pengaruh variasi formula media tanam terhadap kandungan mineral pada jamur tiram. Variabel kontral 0% memiliki kandungan mineral yang optimum, terutama kandungan mineral kalium, magnesium, dan fosfor. Kandungan mineral Sebelum menanam bibit jamur tiram F3 maka m natrium, kalsium, besi maksimun dikandung oleh formula 25%, 75%, dan 100% smasing-masing secara berurutan sebanyak 917 mg/kg, 9605 mg/kg, dan 5606 mg/kg. Sedangkan formula 50% menempati urutan kedua setelah variabel kontrol 0% dalam mengandung mineral kalium 45944 mg/kg, magnesium 245 mg/kg, dan fosfor sama maksimum secara kuantitas dengan 0% sebanyak 1988 mg/kg. Penelitian ini menunjukkan mineral kalium merupakan mineral yang dominan dalam jamur tiram dan fosfor merupakan mineral kedua dalam jamur tiram. Analisis kandungan mineral natrium pada jamur tiram seperti halnya mineral kalium tidak terlepas dari proses transpor aktif mineral. Analisis data kandungan mineral natrium terhadap angka kecukupan gizi menunjukkan variasi 25%, 75%, dan 100% memiliki kadar terbaik sesuai kecukupan gizi. Sedangkan pada 0% memiliki kadar natrium terendah sebanyak 195 mg/kg berbeda jauh dari AKG yang berkisar 1000-1500 mg/hari. Kandungan mineral magnesium pada jamur tiram yang mendekati nilai angka kecukupan gizi yakni variasi 0% sebesar 258,1 mg/kg. Hal ini menunjukkan variasi 0% merupakan variasi terbagus dalam kandungan mineral magnesium. Variasi 100% memiliki kandungan magnesium terendah, sedangkan variasi 25%, 50%, dan 75% berada di posisi medium berkisar 240-245 mg/kg. Hasil analisis data juga menunjukkan kadar mineral tidak melebihi batas ambang toleransi konsumsi mineral magnesium.Mineralmagnesium dalam tubuh bermanfaat dalam menyusun sel-sel jaringan maupun organ (Marschner, 1995).
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-5
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar kandungan mineral fosfor pada variasi 0% dan 50% melebihi nilai AKG, sehingga jika dikonsumsi secara berlebih dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi kerja tubuh secara perlahan maupun di masa yang akan datang. Standar nilai AKG yang diperkenankan untuk dikonsumsi berkisar antara 700-1250 mg/hari. Kandungan fosfor yang termasuk dalam syarat kecukupan gizi pada variasi 25% 1290 mg/kg. Variasi 75% dan 100% kandungan mineral fosfor di bawah nilai AKG. Mineral kalsium yang terkandung dalam jamur tiram termasuk kategori ekstrim dua kelompok. Kelompok pertama ekstrim atas melebihi nilai AKG dan batas toleransi konsumsi. Kelompok kedua beradadi bawah nilai batas kecukupan gizi. Standar nilai AKG mineral kalsium yang masuk ke dalam tubuh berkisar 1000-1200 mg/hari. Konsumsi yang sangat berlebih tau sebaliknya di bawah standar kecukupan berdampak tidak baik dalam tubuh. Keberadaan kalsium dalam tubuh diperlukan utamanya dalam proses pembentukan dan perawatan tulang, mencegah tulang keropos (osteoporosis). Mineral besi dan seng pada dasarnya termasuk mikromineral, di mana dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit saja. Dampak dari konsumsi berlebihan maupun defisiensi mikromineral sendiri dapat mengganggu fungsi kerja tubuh, meski hanya dibutuhkan sedikit. Standar nilai AKG mineral besi berkisar 13-26 mg/hari dan untuk mineral seng berkisar 5-8 mg/hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kadar kandungan mineral besi dan seng pada variasi 25%, 75% dan 100% melebihi nilai AKG, sedangkan variasi 0% dan 50% lebih mendekati nilai AKG. III. KESIMPULAN Ditinjau dari nilai angka kecukupan gizi (AKG) dan batas ambang toleransi konsumsi mineral, maka variasi 25% menunjukan variasi yang memiliki kadar kandungan terbaik dan aman dalam tubuh yakni kalium sebesar 15745mg/kg, 240 mg/kg magnesium, 1290 mg/kg mineral fosfor, 917 mg/kg natrium, 9605 mg/kg kalsium, 5606 mg/kg besi, dan 14,01 mg/kg mineral seng. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala laboratorium kimia mikroorganisme dan kepala laboratorium instrumentasi. DAFTAR PUSTAKA(DAFTAR PUSTAKA DIPILIH LAGI, JANGAN BANAYAK2, DIPILIH PUSTAKA YG TERDAPAT DI
3 PAPER INI SAJA, JUMLAH TOTAL PAPER 4 HALAMAN SAJA. POSISI REFERENSI JUGA DI ATUR LAGI.
1) Achmad, Mugiono, Arlianti T. danAzmi C. (2011).PanduanLengkapJamur. PenebarSwadaya, Jakarta. 2) Alexopoulos, C. J., Mims C. W., Blackwell M. (1996).Introductory Micology.Edisi ke-4. New York: John Willey and Sons Inc. 3) Andini, I. (2013). Pengaruh Komposisi Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). ITS. Surabaya. 4) Anonim. (2005). Angka Kecukupan Gizi. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 5) Asegab, M. (2011).BisnisPembibitanJamurTiram, JamurMerang, danJamurKuping. Jakarta: PT.AgromediaPustaka. 6) ASTM. (2011). Annual Book Of ASTM Standards 3th ed. Philadelpia: Metals Test Methods And Analytical Procedures). ASTM International Publisher, USA. 7) Badu, M., Sylvester K. Twumasi, Nathaniel O. B. (2011). Effect of Lignocellulosic in Wood Used as Substrate on the Quality and Yield of Mushrooms. Food and Nutrition Sciences.2, 780-784. 8) Barly. (2006).PemanfaatanKayuSengonUntukRumahSe derhana. Prosiding Seminar HasilLitbangHasilHutan2006 : 149-161. PusatPenelitiandanPengembanganHasilHutan. Bogor. 9) Bobek, P. (1998). Dose and Time Dependent Hypocholestrerolemic Effect of Oyster Mushroom (Pleurotusostreatus) in rats. Nutrition 14 (3), 282-286. 10) Bobek, P. danGalbavy, S. (1999). Hypocholesterolemic and Antiatherogenic Effect of Oyster Mushrrom (Pleurotusostreatus) in rabbit.Nahrung, 43(5),339-342. 11) Chang, S.T. and Miles P. G. (1989). Edible Mushroom and Their Cultivation. Florida:CRC Press, Inc. 12) Chang, S.T. and T. H. Quimio (1978).Tropical Mushroom BiologicalNature and Cultivation Methods.The Chinese University.Hongkong. 13) Cheung, P. C. K. (1998). Plasma and Hepatic Cholesterol Levels and Fecal Neutral Sterol Excretion are Altered in Hamsters FedStraw Mushroom Diets. Journal Nutrition, 1512-1516. 14) Cubadda, Francesco. (2007). Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry. Italia.
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-5
15) Daru, T. P. (1999).KandunganKomponenSeratAmpasTebuH asilFermentasiJamurTiramPutih (Pleurotusostreatus L.).BuletinBudidayaPertanian5 (1-2): 52-58. 16) Djarijah, N. M., Djarijah A. S. (2001).JamurTiramPembibitanPemeliharaanda nPengendalian HamaPenyakit. PenerbitKanisius, Yoyakarta. 17) Donald,S. McLaren (1981).Nutrition and its Disorders, third edition. Churchill Livingstone Edinburgh London Melbourne and New York. 18) Febriansyah, A. R. (2009).Kajian C/N RasioSerbukKayuSengon (Albasiafucata) TerhadapHasilJamurTiramPutih. S1.Skripsi.UnivBrawijaya. Malang. 19) Fengel, D., Weginer, G. (1995).Wood: Chemistry.Ultrastructure and Reaction.Walter de Gruyter, Berlin. Pp. 613 20) Gunawan, A.W. (2000).Usaha PembibitanJamur., PenebarSwadaya, Jakarta. 21) Hadar, Y., Z. Keremdan B. Gorodecky. (1993) Biodegradation of Lignocellulosic Agricultural wastes by Pleurotosostreatus. J. Biotech. 3,133138 22) Hairiah, Kurniatun dkk., .(2000). Pemanfaatan Bgas dan Daduk Tebu Untuk Perbaikan Status Bahan Organik Tanah dan Produksi Tebu di Lampung Utara. Universitas Brawijaya. Malang. 23) Haygreen, G. J. dan Bowyer, L. J. (1993).HasilHutandanIlmuKayu.GadjahMada University Press, Yogyakarta. 24) Hendritomo, H. I. (2002).BiologiJamurPangan. Jakarta: PusatPengkajiandanPenerapanTeknologi Bio Industri. 25) Hendritomo, HengkyIsnawan.(2010) BiologiJamurPangan.Jakarta :PusatPengkajiandanPenerapanTeknologi Bio Industri. 26) Hendreck, K. A.danN. D. Black. (1994). Growing Media for Ornamental Plant and Truf. University of New South Wales Press, Australia. 27) Hermiati E., Mangunwidjaja D., Sunarti T. C., Suparno O. dan Prasetya B. (2010) Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu untuk Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian29, 121–130. 28) Husin, A. A. (2007).PemanfaatanLimbahUntukBahanBangun an. 29) Indriani, Y. H.danE. Sumiarsih (2007).PembudidayaanTebu di
4
LahanSawahdanTegalan.PenebarSwadaya, Jakarta. 30) Kaul, T., M. Khurana, dan J. Kachroo.(1981). Chemical Composition of Cereal Straw of the Kashmir Valley.Mushroom Sci. 11 (2):19-22; 175-197. 31) Klotz, Katrin; Weistenhöfer, Wobbeke; Drexler, Hans (2013). "Chapter 4. Determination of Cadmium in Biological Samples". Cadmium: From Toxicology to Essentiality. Metal Ions in Life Sciences 11. Springer. 32) Kurniawati, I. (1995). Kandungan Protein dan Pertumbuhan Jamur Tiram Putih [Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr) Kummer] Pada Medium dengan Pemberian Pupuk Urea. Skripsi. Yogyakarta. 33) Lubis S. K. (2008) Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Jenis Jamur Tiram (Pleurotus spp.) pada Berbagai Media Tanam. Skripsi, Universitas Sumatera Utara. 34) Manzi, P., Aguzzi, A., danPizzoferrato, L. (2001). Nutritional Value of Mushrooms widely Consumed in Italy. Food Chemistry, 73(3), 321325. 35) Martawijaya, I. Kartasujana, K. Kadirdan S. A. Prawira. (1989).Atlas Kayu Indonesia Jilid II.BadanPenelitiandanPengembanganKehutanan. DepartemenKehutanan. Bogor. 36) McDonald, P., R. A. Edward, J. F. D. Green halghdan C. A. Morgan (2002).Animal Nutrition. 6th Edition.Longman.Scientific and Technical John Willey and Sons.Inc, New York. 37) Miki, S., Nimura, Y., Kitao, R., Okano, K., (2005).Effect of Continued Culture of Spent Corncorb Meal Medium with Pleurotuseryngii on the Nutritive Value of the Medium.Nihon ChikusanGakkaiho76, 309-314 . 38) Misran E. (2005) Industri tebu Menuju Zero Waste Industry. Jurnal Teknologi Proses4, 6– 10. 39) Okano, K., Fukui, S., Kitao, R., Usagawa, T. (2006). Effects of Culture Length of Pleurotuseryngii Grown on Sugaecane Bagasse on in vitro digesbility and Chemical Composition.Animal Feed Science and Technology136, 240-247. 40) Peng, J. T. (1996). Preliminary Studies on The Cultivation of Pleurotuseryngii (D:Fr) Quel. On Sawdust Filled in Polypropylene Bags. Agr. Res. China. 41) Pramita, E.S. (2013). Pemanfaatan Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Pada
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-5
Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). ITS. Surabaya. 42) Purnomo A. S., Mori T., Kamei I. dan Kondo R. (2011). Basic studies and applications on bioremediation of DDT: A review. International Biodeterioration and Biodegradation 65, 921930. 43) Regina, K. (1992). Budidaya Jamur Kayu. Jakarta: Trubus no.271. Juni TH.XX111. 44) Sjostrom., E. (1995). Kimia Kayu, DasardasardanPenggunaan. TerjemahanHardjonoSastrohamidjodanSoenardi Prawirohatmodjo. Yogyakarta. 45) Sumarmi (2006). Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. JurnalI novasi Pertanian. Vol 4, No 2 (124-130). 46) Sumarsih, Sri (2010). Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta. 47) Sumiati, E., E. Suryaningsih, dan Puspitasari. (2005). Perbaikan Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus Strain Florida dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Substrat. J. Hort 16 (2), 9617. 48) Suparjo (2010). Analisis Bahan Baku Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Dalam Bahan Pakandan Formulasi Ransum. Jambi. 49) Suriawiria,.U. (2002). Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. 50) Syarief, R. dan H. Halid (1993).Teknologi PenyimpananPangan. Jakarta: Arcan. 51) Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro kusumo dan S.Lebdosukoyo (1989). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 52) Wang D., Sakoda A. dan Suzuki M. (2000) Biological efficiency and nutritional value of Pleurotus ostreatus cultivated on spent beer grain. Bioresource Technology78, 293–300. 53) Winarno, F. G. (1991). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 54) Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi .Gramedia, Jakarta. 55) Yulianti, Sufrida. (2006). 30 Ramuan penkluk hipertensi. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. 56) Yuniasmara C., Muchrodji., Bakrun M. (2001). Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta.
5