KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR KULIT UBI KAYU YANG DI FERMENTASI DENGAN INOKULAN YANG BERBEDA
SKRIPSI Oleh :
ASRIANI D I 111 11 310
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
i
KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR KULIT UBI KAYU YANG DI FERMENTASI DENGAN INOKULAN YANG BERBEDA
SKRIPSI Oleh :
ASRIANI D I 111 11 310
Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 ii
PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Asriani D
Nim
: I111 11 310
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab hasil dan pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Mei 2016 Ttd
Asriani D
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah MUHAMMAD SAW yang senang tiasa melimpahkan rahmat dan hidyahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kandungan Bahan Organik dan Protein Kasar Kulit Ubi Kayu yang Di Fermentasi Dengan Inokulan yang Berbeda”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Ayahanda Dg.Sirua dan ibunda Bualia, serta saudaraku Muh.Rusli, dan Asrianti yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. 2. Prof. Dr. drh. Ratmawati Malaka, M. Sc selaku Pembantu Dekan I Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
v
3. Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr selaku penasehat akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan. 4. Ucapan terima kasih setulus-tulusnya disampaikan dengan hormat kepada Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si selaku pembimbing utama dan Dr. Sri Purwanti, S.Pt, M.Si selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan untuk memberikan bimbingan, nasehat, dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak ibu dosen, beserta staf pegawai Fakultas Peternakan. 6. Keluarga Besar “SOLANDEVEN 011” Teman-teman KKN-PPM DIKTI 2015 Kab. Pinrang atas kebersamaannya selama di lokasi KKN. 7. Sahabat penulis Nisa, Ika, Warda, Yatti, Tami, Yana, Fitra, Tirta, Uni Terima kasih telah menjadi sahabat dalam suka dan duka, Teman-teman penulis Nina, Silva, Fani, Yuli, Idhe, yang selalu ada saat penulis butuh bantuan. 8. Teman penelitian Hartina terima kasih atas kerja samanya. 9. Terkhusus buat Adi Suryadi Sakri terima kasih untuk segala doa, dukungan, dan telah menjadi penyemangat penulis dalam penyusunan skripsi ini Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin
Makassar,
Mei 2016
ASRIANI D
vi
Asriani D (I 111 11 310). Kandungan Bahan Organik dan Protein Kasar Kulit Ubi Kayu yang di Fermentasi dengan Inokulan yang Berbeda. Dibawah Bimbingan Syahriani Syahrir sebagai Pembimbing Utama dan Sri Purwanti sebagai Pembimbing Anggota. ABSTRAK Ubi kayu merupakan tanaman tropis yang termasuk dalam family Euphorbiaceae. Umbi singkong telah digunakan oleh masyarakat umum untuk produksi tepung tapioka dan sebagai subtitusi makanan pokok, karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Fermentasi merupakan senyawa organik menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inokulan yang lebih cocok digunakan dalam proses fermentasi kulit ubi kayu terhadap kandungan bahan organik dan protein kasar sehingga dapat tersedia bagi ternak. Bahan untuk pembuatan media Potato Destro Agar (PDA) adalah kentang, agar-agar, gula, aquades dan analisis protein kasar menggunakan indikator mix, H2SO4, selenium mix, H3BO3 dan NaOH . Rancangan yang di gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan P0= Kulit Ubi Kayu Tanpa Inokulan (Kontrol), P1= Kulit Ubi Kayu + Aspergillus niger 3% (14 hari), P2= Kulit Ubi Kayu + Ragi 5% (14 hari). Hasil penelitian dari kandungan bahan organik pada tiap perlakuan adalah P0 (82,13%), P1 (82,8%), P2 (81,81%). Kandungan protein kasar pada kulit ubi kayu fermentasi pada P0 (5,39%), P1 (5,69%), P2 (5,92%). Disimpulkan bahwa fermentasi dengan menggunakan inokulan ragi 5%dapat menaikkan kadar protein kasar dan penambahan inokulan Aspergillus niger 3% masih mampu meningktkan bahan oerganik. Kata kunci : Bahan Organik, Protein Kasar, Kulit Ubi Kayu, Fermentasi, Inokulan
vii
Asriani D (I 111 11 310). Organic Matter and Crude Protein of Cassava Peel with Fermented Different Inoculants. Under the Guidance Syahriani Syahrir as Main Supervisor and Supervisor Sri Purwanti as Members. ABSTRACT Cassava is a tropical plant that is included in the family Euphorbiaceae. Cassava has been used by the general public for the production of starch and as a substitute staple food, due to the high carbohydrate content. Fermentation is a simple organic compounds into involving microorganisms. This study aims to determine the inoculant that is more suitable for use in fermentation processes cassava peel on the content of organic matter and crude protein so it can be available for the animals. Materials for the manufacture of Potato Destro Agar (PDA) is potatoes, gelatin, sugar, distilled and crude protein analysis using indicators mix ,H2SO4, selenium mix, H3BO3 and NaOH. The design used was a Completely Randomized Design (CRD), which consists of 3 treatments with 5 replicates P0= Peel Cassava without inoculant (Control), P1= Peel Cassava +Aspergillusniger 3% (14 days), P2= Peel Cassava Yeast + 5% (14 days) . The results of the organic matter content in each treatment is P0 (82.13%), P1 (82.8%), P2 (81.81%). Crude protein in the cassava peel fermented at P0 (5.39%), P1 (5.69%), and P2 (5.92%). It was concluded that the fermentation using 5% yeast inoculants can increase the level of crude protein and the addition of 3%Aspergillusniger inoculants still able to increase organic matter . Keywords : Organic Matter, Crude Protein, Cassava Peel, Fermentation, inoculants
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI. .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR. ................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
PENDAHULUAN......................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ubi Kayu (Manihot utilissima Pohl)................
4
Fermentasi. .....................................................................................
6
Mikroorganisme Lokal (MOL).. ....................................................
9
Aspergillus niger ............................................................................
10
Ragi ................................................................................................
12
MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat . .......................................................................
14
MateriPenelitian. ............................................................................
14
Metode penelitian ...........................................................................
15
a. Rancangan Percobaan.........................................................
15
b. Pelaksanaan Penelitian ......................................................
15
Parameter yang Diamati. ................................................................
18
Analisis Statistik .............................................................................
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Bahan Organik Kulit Ubi Kayu yang di Fermentasi Dengan Aspergillis niger dan ragi..................................................
20
Kandungan Protein Kasar Kulit Ubi Kayu yang di Fermentasi Dengan Aspergillis niger dan ragi..................................................
22
ix
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ....................................................................................
26
Saran . .............................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA. ...............................................................................
27
LAMPIRAN. ..............................................................................................
31
RIWAYAT HIDUP. ...................................................................................
38
x
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman Teks
1. Histogram Kandungan Bahan Organik (%) antar perlakuan kontrol, Aspergillus niger dan ragi pada Fermentasi Kulit Ubi Kayu ...............
20
2. Histogram Kandungan Protein Kasar (%) antar perlakuan kontrol, Aspergillus niger dan ragi pada Fermentasi Kulit Ubi Kayu ...............
22
xi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman Teks
1. Hasil Analisis Bahan.................................................................................
31
2. Hasil Perhitungan sidik ragam bahan organik dan protein kasar.............
32
3. Dokumentasi.............................................................................................
34
xii
PENDAHULUAN
Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan pakan secara menyeluruh. Saat ini sangat dirasakan ketersediaan hijauan makanan ternak mulai terkendala masalah lahan akibat peningkatan penggunaan untuk keperluan pangan, pemukiman dan industri. Oleh karena itu perlu dicari sumber pakan lain yang dapat menggantikan hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. Ubi kayu merupakan tanaman tropis yang termasuk dalam family Euphorbiaceae. Ubi kayu telah digunakan oleh masyarakat umum untuk produksi tepung tapioka dan sebagai subtitusi makanan pokok, karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Daun ubi kayu dikonsumsi sebagai sayuran. Kulit ubi kayu yang merupakan bagian kulit luar umbi singkong tidak digunakan pada waktu penggunaan umbi, akan menjadi kandidat yang sangat baik untuk bahan pakan. Di Indonesia, kulit ubi kayu tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Dengan produksi singkong sebanyak 18,9 juta ton per tahun, limbah kulit dalam yang berwarna putih, dapat mencapai 1,5-2,8 juta ton sedangkan limbah kulit luar yang berwarna coklat mencapai 0,04-0,09 juta ton (Hikmiyati, 2009). Kulit ubi kayu pada awalnya tidak dapat dikonsumsi, karena secara alami, kulit singkong mengandung kadar serat kasar tinggi, protein rendah, dan kadar senyawa toksik, glukosida sianida tinggi (Tijani dkk., 2012). Akan tetapi, pengolahan lebih lanjut terhadap kulit ubi kayu, yaitu dengan fermentasi, dapat menghilangkan senyawa sianida dan meningkatkan nilai nutrien kulit ubi kayu.
1
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asamasam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tape, dan lain-lain. Proses fermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat menghasilkan produk protein. Protein mikroba sebagai sumber pangan untuk manusia mulai dikembangkan pada awal tahun 1900. Fermentasi dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur terendam sub merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau semi padat banyak digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik dan enzim. Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah larutan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan alami yang disukai tanaman sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme. Mikroorganisme lokal bermanfaat untuk mempercepat proses penghancuran bahan-bahan organik (Anonim, 2007). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian kulit ubi kayu yang difermentasi menggunakan Aspergillus niger, ragi, dan MOL terhadap kandungan bahan organik dan protein kasar sebagai bahan pakan ternak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui inokulan yang lebih cocok digunakan dalam proses fermentasi kulit ubi kayu terhadap kandungan bahan organik dan protein kasar sehingga dapat tersedia bagi ternak. Kegunaaan
2
penelitian ini adalah diharapkan sebagai bahan informasi jenis inokulan yang cocok digunakan dalam proses fermentasi kulit ubi kayu terhadap bahan organik dan protein kasar.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ubi Kayu(Manihot utilissima Pohl) Ubi kayu merupakan jenis ubi yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat yang paling penting setelah beras, sesuai dengan kemajuan teknologi pengolahan ubi kayu tidak hanya terbatas pada produksi pangan, tetapi merambah sebagai bahan baku industri pellet atau pakan ternak, tepung tapioka pembuatan alkohol, tepung gaplek, ampas tapioka yang digunakan dalam industri kue, roti, kerupuk, dan lain-lain (Rukmana, 1996). Sistematika (taksonomi) tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut (Tjitrosoepomo,2005) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot utilisima Pohl Kulit ubi kayu yang diperoleh dari produk tanaman ubi kayu merupakan
limbah industri pembuatan tepung tapioka dan produk lain dengan menggunakan bahan dasar umbi ubi kayu. Pada umumnya dalam proses industri kulit ubi kayu ini dibuang sebagai limbah. Semakin luas areal tanaman ubi kayu diharapkan produksi ubi kayu semakin tinggi, sehingga semakin tinggi pula limbah kulit ubi 4
kayu. Setiap kilogram ubi kayu dapat menghasilkan 15 – 20% kulit umbi (Nurhayani dkk., 2000). Kulit ubi kayu yang diperoleh dari produk tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Cranz atau Manihot utilissima Pohl) merupakan limbah utama pangan di negara-negara berkembang. Semakin luas areal tanaman ubi kayu diharapkan produksi ubi kayu yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Setiap kilogram ubi kayu biasanya dapat menghasilkan 15 – 20% kulit umbi. Kandungan pati kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Muhiddin dkk., 2000). Kulit ubi kayu mempunyai komposisi yang terdiri dari karbohidrat dan serat. Menurut Grace (1977), persentase kulit ubi kayu yang dihasilkan berkisar antara 8-15% dari berat ubi yang dikupas, dengan kandungan karbohidrat sekitar 50% dari kandungan karbohidrat bagian umbinya. Komposisi kandungan zat nutsisi tepung kulit ubi kayu antara lain protein kasar 4,12%, serat kasar 27,20%, lemak kasar 0,70%, bahan kering 92,60%, dan kadar abu 4,0% (Edhy dkk,. 2015). Kulit ubi kayu segar bisa digunakan untuk makanan ternak tetapi tidak boleh terlalu banyak karena kulit ubi kayu mengandung sianida. Ubi kayu segar memiliki kandungan protein yang sedikit maka perlu peningkatan kandungan nutrisinya sehingga sesuai untuk makanan ternak. Kulit ubi kayu mempunyai Total Digestible Nutrients (TDN) tinggi sehingga memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi (Rukmana, 1997) .
5
Pengolahan kulit ubi kayu untuk menghilangan HCN pada umumnya dilakukan secara fisik. Kadar HCN yang merupakan faktor anti nutrisi pada kulit ubi kayu dapat dilakukan penekanan dengan berbagai cara dan dengan tingkat penekanan HCN yang berbeda beda sesuai dengan perlakuan. Perlakuan fisik pada kulit ubi kayu dapat dilakukan dengan empat cara (Purwanti, 2006) : 1. Kulit ubi kayu dicuci 2. Kulit ubi kayu dikukus dengan suhu 1000C 3. Kulit ubi kayu dikeringkan dalam oven dengan suhu 1000C selama 12 jam. 4. Kulit ubi kayu dikukus dan dijemur dibawah sinar matahari selama 12 jam Fermentasi Kata fermentasi berasal dari Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada
ekstraksi
buah
buahan
atau
biji-bijian.
Gelembung-gelembung
karbondioksida dihasilkan dari katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula. Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah pada saat Gay Lussac berhasil melakukan penelitian
yang
menunjukkan
penguraian
gula
menjadi
alkohol
dan
karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim (Fardiaz, 1988). Dalam arti umum menurut Tarigan (1988) menyatakan bahwa fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-
6
perubahan kimia dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan faktor-faktor diatas, misalnya penambahan-penambahan bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi. Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996). Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan energi dan protein, menurunkan kandungan sianida dan kandungan serat kasar, serta meningkatkan daya cerna bahan makanan berkualitas rendah. Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat menghasilkan enzim yang akan mendegradasi senyawa senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dan mensintesis protein yang merupakan proses pengkayaan protein bahan (Darmawan, 2006). Menurut jenis medianya, fermentasi dibagi menjadi dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan medium cair, fermentasi medium padat adalah proses fermentasi yang substratnya tidak latur dan tidak mengandung air bebas, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut dalam fase cair (Setyawiharja, 2002). Untuk
beberapa
lama
fermentasi
terutama
dihubungkan
dengan
karbohidrat, bahkan sampai sekarang pun masih sering digunakan. Padahal
7
pengertian fermentasi tersebut lebih luas lagi, menyangkut juga perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroorganisme. Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan‐perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pangan, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya yang bersifat katabolik atau memecahkan kompnen‐komponen yang kompleks menjadi zat‐zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna tetapi juga karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 2005). Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedangkan contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya (Winarno, dan Fardiaz, 1979 ). Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka fermentasi dibedakan menjadi dua yaitu (Tarigan, 1988) : 1. Fermentasi aerob adalah proses dissimilasi bahan–bahan disertai dengan pengambilan oksigen. Proses ini disebut juga proses respirasi atau oksibiosis contohnya fermentasi asam nitrat, asam cuka dan lain–lain (Winarno dan Fardiaz , 1979).
8
2. Fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen tetapi bahan–bahan lain akan bertindak sebagai haccaptor, misalnya aldehide atau physic acid. Mikroba yang melakukan fermentasi ini adalah ragi(yeast), beberapa jamur dan bakteri. Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, yaitu sebagai berikut (Buckle, 1988) : 1. pH : Mikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2. 2. Suhu : Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35°C dan 40°C. 3. Oksigen : Derajat aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian fermentasi. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O 2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum. 4. Substrat : Mikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme Lokal (MOL) Menurut Anonim (2008) MOL yang digunakan sebagai pestisida nabati biasanya adalah MOL yang terbuat dari urine hewan dan kotoran hewan. Secara lebih lengkap MOL hasil fermentasi pada dasarnya dapat digunakan sebagai
9
kebutuhan yang lain, yaitu seperti : pupuk cair, stater dalam pembuatan kompos, campuran minuman atau pakan ternak, campuran pakan ikan, pestisida nabati, penguras wc, penghilang bau pada kotoran ternak, zat perangsang tumbuh. Jenis mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp, Aeromonas sp, Aspergillus nigger, Azospirillium, Azotobacter dan mikroba selulolitik, mikroba inilah yang biasa menguraikan bahan organik. (Wanapat, 2001). Aspergillus niger Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, family Eurotiaceae, ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, subdivisi Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Hardjo dkk,.1989). Aspergillus niger adalah mikroorganisme dari salah satu jenis jamur yang dipandang aman dan oleh Lembaga Food and Drug Administration (FDA) di Amerika, jamur ini digolongkan sebagai mikroba Generally Recognized as Safe (GRAS) ( Palinggi dkk, 2008). Aspergillus niger diklasifikasikan sebagai berikut (Hardjo dkk., 1989) : Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Ascomycetes
Order
: Eurotiales
Family
: Eurotiaceae
Genus
: Aspergillus
Species
: Aspergillus niger
10
Aspergillus niger mempunyai ukuran diameter 4-5cm. dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat yang berwarna coklat tua hingga hitam. Kepala konidiofor berwarna hitam, berbentuk bulat. Vesikula bulat hingga semi bulat dan berdiameter 50-100μm. Konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, berukuran 3,5-4,5μm. Berwarna coklat memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Habitat spesies ini kosmopolit di daerah tropis dan subtropis dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air dan lain sebagainya (Gandjar, 1999). Aspergillus niger bersifat aerobik sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen dalam jumlah yang cukup dan pada kisaran pH 2,8 dan 8,8. Aspergillus niger dapat tumbuh pada temperature optimum bagi pertumbuhannya yaitu 37 0C (Frazier dan Westhoff, 1978) Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan secara langsung dengan zat-zat makanan yang ada dalam medium. Molekul-molekul sederhana seperti gula dan komponen lainnya yang terlarut disekeliling hifa dapat langsung diserap. Molekul-molekul lain yang lebih komplek seperti selulosa pati dan protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum diserap dalam sel. Kapang Aspergillus niger menghasilkan beberapa jenis enzim ekstraseluler seperti amylase amiloglukosidase, pektonase, selulase, katalase dan glukosa oksidase (Retno, 1992). Siklus hidup jamur melewati beberapa tahap atau fase. Kehidupan jamur berawal dari spora (Basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke
11
seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang (Anonim, 2013). Ragi Menurut Tarigan (1988) ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri
dari
spesies-spesies
genus
Aspergilius,
Saccharomyces,
Candida,
Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara sinergis.
Aspergillus
menyederhanakan
tepung
menjadi
glukosa
serta
memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Jamur dapat menghasilkan enzim yang mampu merombak amilum (pati) yang terkandung dalam nasi ketan dan singkong menjadi gula, gula kemudian dirombak lagi oleh enzim-enzim yang dihasilkan yeast menjadi alkohol, proses berikutnya dapat menjadi asam karena kegiatan enzim yang dihasilkan bakteri. Proses perombakan molekul-molekul zat yang dikandung oleh bahan baku menjadi hasil akhir terutama disebabkan oleh aktifitas mikroba. Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir dan bakteri dapat berfungsi sebagai starter fermentasi. Selain itu ragi juga kaya akan protein yakni sekitar 40 – 50%, jumlah protein ragi tersebut tergantung dari jenis bahan penyusunnya (Susanto dan Saneto, 1994).
12
Menurut Wina (1999) ada dua macam produk ragi: 1. Produk sel ragi hidup (live-cell yeast products) terdiri dari sel ragi yang masih aktif, biasanya di campur dengan bahan pengencer/pengisi dan dikeringkan. Jumah sel ragi yang ada harus disebutkan dengan syarat mnimum,yaitu1,5 x 1010 sel ragi hidup/gram bahan. 2. Kultur ragi (yeast culture) terdiri dari ragi dan seluruh media pertumbuhan yang sudah melalui proses fermentasi termasuk produk metabolitnya dan dikeringkan. Starter yang digunakan untuk memproduksi tape disebut ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 - 6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk memproduksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan pada umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi (Hidayat dkk., 2006).
13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Valorisasi Limbah, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada tanggal 16 Januari - 5 Februari 2016 sedangkan analisis bahan organik dan protein kasar di lakukan pada tanggal 15 – 23 Februari 2016.Analisis bahan organik dan protein kasar dilakukan di Laboratorium Kimia Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti rak fermentasi, baskom untuk tempat mencuci kulit ubi kayu, timbangan, kantong plastik transparan, karung, oven, timbangan elektrik, pisau, aluminium foil, pH meter, autoclove, cawan petri, korek api, erlenmeyer, bunsen, corkborer, laminar air flow, lemari asam, tanur, cawan porselin, tang penjepit, timbangan analitik, labu khedjal 100 ml, labu ukur 100 ml, labu semprot, penangas listrik, buret asam dan pompa pengisap. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ubi kayu, mikroorganisme Aspergillus niger dan ragi. Bahan untuk pembuatan media Potato Destro Agar (PDA) (kentang, agar-agar, gula, aquades) dan bahan analisis protein kasar menggunakan indikator mix, H2SO4, selenium mix, H3BO3 dan NaOH .
14
Metode Penelitian a. Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 5 ulangan untuk setiap perlakuan mikroba yang digunakan berbeda. Perlakuan penelitian sebagai berikut: P0
= Kulit Ubi Kayu Tanpa Inokulan (Kontrol)
P1
= Kulit Ubi Kayu + Aspergillus niger 3%
P2
= Kulit Ubi Kayu + Ragi 5%
Fermentasi di lakukan selama 14 hari. b. Pelaksanaan Penelitian 1. Inokulasi Mikroba Aspergillus niger Pembuatan Media Potato Destro Agar (PDA) (Anna, 2012) 1. Mengupas kentang dan di cuci bersih, kemudian potong-potong menjadi kotak-kotak kecil (2x2 cm). 2. Merebus potongan kentang tersebut dalam 500 ml aquades selama 1,5-2 jam. 3. Menyaring campuran dengan kain tipis berlapis kapas sehingga diperoleh cairan ekstrak kentang yang bening. 4. Menambahkan dekstrosa dan agar, panaskan, dan aduk hingga homogen. 5. Menambahkan aquades hingga diperoleh volume akhir 1.000 ml. Sterilisasi dengan autoclave (1210C selama 15 menit) atau panci presto (mendidih 20 menit).
15
Tahap Pemindahan dan Perbanyakan Aspergillus niger (Maulana dan Sri, 2002). Pelaksanaan pemindahan Aspergillus niger dilakukan di ruang kaca dengan di lengkapipembakar bunsen dan menggunakan ose yang selalu di panaskan dahulu sebelum digunakan. PerbanyakanAspergillus nigerdilakukan dengan menggunakan cawan petri. Alat-alat dan bahan dalam proses perbanyakan ini harus di sterilkan dengan menggunakan autoclav pada suhu 121°C dengan tekanan 1,5 kg/cm² selama 20 menit supaya tidak terkontaminasi. Cara pemindahan inokulan ke media PDA : 1. Menyiapkan
lampu
bunsen/api
spiritus,
borer
yang
ujungnya
dilengkungkan dan isolat Aspergillus niger. 2. Membuka cawan petri yang berisi media PDA, mengambil cork borer, lewatkan diatas api dan dinginkan sebentar. 3. Mengambil isolat Aspergillus niger menggunakan borer kemudian di pindahkan ke cawan petri yang berisi media PDA. 4. Menutup cawan petri yang berisi media . 5. Menginkubasi Aspergillus niger selama 3 minggu sampai tumbuhnya jamur. 6. Mikroba Aspergillus niger siap di perbanyak dan diaplikasikan. 2. Fermentasi kulit ubi kayu dengan inokulan yang berbeda. Kulit ubi kayu yang digunakan sebanyak 79 kg yang berasal dari kabupaten Enrekang. Ubi kayu diambil semua kulit (bagian luar dan dalam) kemudian di cuci bersih lalu dipotong-potong dan dikeringkan dibawah sinar
16
matahari hingga kadar airnya menurun. Setelah kering di timbang dan beratnya 18 kg kemudian dibagi menjadi 3 bagian masing-masing bagian sebanyak 1,2 kg. Setelah dibagi dicampurkan dengan Asperillus niger 3%, air dan molases yang telah diaerator selama 24 jam begitupun dengan ragi 5% dan kontrol lalu di aduk hingga rata dan diambil sebanyak 50g sebagai sampel awal lalu di oven. Sisanya di timbang dan setiap ulangan memiliki berat kulit ubi kayu 1,5 kg kemudian siap untuk difermentasi. Fermentasi dilakukan selama 14 hari pada suhu ruangan (2628°C). Kulit ubi kayu yang telah difermentasi selama 14 hari dikering udarakan dalam oven dengan temperatur 60°C selama 3 hari , sampel yang telah di oven lalu ditimbang dan siap untuk digiling dan dianalisis bahan organik dan protein kasar. Bahan Organik Bahan organik adalah selisih bahan kering dan abu yang secara kasar merupakan kandungan karbohidrat, lemak dan protein (AOAC, 1999) . Persen bahan organik (BO) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Bahan Organik (%) = (100 – abu) % Protein Kasar Pengukuran kadar protein kasar menggunakan metode Kjeldahl. Asam sulfat pekat memecah ikatan Nitrogen yang ada dalam senyawa organik menjadi Ammonium Sulfat. Larutan Ammonium Sulfat ini dibuat basa dengan NaOH pekat, N dari protein ini kemudian disuling sebagai NH4OH kedalam larutan asam
17
standar. Ion NH3+ bereaksi dengan sebagian asam dan sisa asam yang tidak bereaksi dititrasi dengan larutan NaOH standar. Titrasi yang dilakukan dapat mengetahui jumlah N, protein kasar didapat dengan jalan mengalikan jumlah N dengan faktor protein sebesar 6,25. Sebanyak 0,3 g sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan 1,5 g katalis Selenium Mixture dan 20 ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi sampai warna larutan berubah menjadi hijaukekuningan-jernih. Setelah itu sampel didinginkan selama 15 menit dan ditambahkan 300 ml aquadest. Proses selanjutnya dilakukan proses destilasi, hasil destilasi ditampung dengan 10 ml H2SO4 0,1 N yang sudah ditambah 3 tetes indikator campuran Methylen Blue dan Methylen red. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru-kehijauan. Selanjutnya ditetapkan penetapan blanko: pipet 10 ml H2SO4 0,1 N dan ditambah 2 tetes indikator PP, titrasi NaOH 0,1 N. Persen protein kasar (PK) dihitung dengan rumus sebagai berikut : (AOAC, 1999) (ml blanko−ml sampel)x N NaOH x 14 x 6,25
% protein =
Berat sampel (mg)
x 100%
Parameter yang diamati Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu bahan organik dan protein kasar. Analisis Statistik Penelitian ini dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan (Gaspers, 1991). Model matematika 18
sebagai berikut : Yij= μ+ τi + εij i = 1, 2, 3, j = 1, 2, 3, 4, 5 Keterangan: Yij= Respon pada perlakuan ke-I ulangan ke-j μ=Rata-rata Umum τi= Pengaruh kelompok (ulangan) ke-i ij= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Perlakuan berpengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Data diolah dengan bantuan software SPSS versi 16.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Bahan Organik Kulit Ubi Kayu yang di Fermentasi dengan Aspergillus niger dan Ragi. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kulit ubi kayu yang difermentasi dengan perlakuan yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan bahan organik. Perbedaan antar perlakuan diketahui berdasarkan uji duncan dapat dilihat pada Gambar 1.
BO % 83
82.8
b
82.8 Kontrol
82.6
a
82.4 82.2
Aspergillus niger
82.13
a
82
Ragi
81.81
81.8 81.6 81.4 81.2 P0
P1
P2
Perlakuan
Gambar 1. Histogram kandungan bahan organik (%) antar perlakuan kontrol, Aspergillus niger dan ragi pada fermentasi kulit ubi kayu.
Berdasarkan uji duncan terlihat bahwa perlakuan P0 dan P2 berbeda nyata dengan (P<0,05) dengan P1, sedangkan antara perlakuan P0 tidakberbeda nyata dengan P2 . Rata-rata nilai kandungan bahan organik pada tiap perlakuan adalah P0 (82,13%), P1 (82,8%), P2 (81,81%). Nilai kandungan bahan organik yang terendah pada P2 (81,81%). Sedangkan nilai kandungan bahan organik tertinggi pada P1 (82,8%). Penurunan bahan organik terjadi pada perlakuan P0 dan 20
P2sedangkan peningkatan bahan organik terjadi pada perlakuan P 1. Tinggi rendahnya kandungan organik pada perlakuan juga dimungkinkan oleh aktivitas mikroba pada proses fermentasi yang menyebabkan terjadinya pemecahan kandungan substrat sehingga mempermudah mikroorganisme yang ada untuk mencerna bahan organik, bertambahnya massa sel tumbuh pada kapang dan terjadinya peningkatan konsentrasi di dalam produk karena penurunan bahan organik akibat proses fermentasi yang menghasilkan CO2 dan menimbulkan panas. Menurut Fardiaz, (1988) Kehilangan bahan oraganik yang terjadi selama proses fermentasi dikarenakan adanya perombakkan bahan organik terutama karbohidrat untuk dijadikan sumber energi bagi pertumbuhan dan aktivitas kapang. Karbohidrat tersebut akan dipecah menjadi glukosa kemudian dilanjutkan sampai terbentuk energi. Dari proses tersebut akan diperoleh hasil sampingan berupa CO2 dan H2O. Kompiang dkk, (1995), mengatakan bahwa terjadi peningkatan nilai energi metabolis setelah fermentasi dilakukan. Hal ini kemungkinan sekali sebagai akibat terjadinya penurunan kadar serat kasar dan ini menyebabkan peningkatan kadar abu dari bahan seiring dengan semakin banyaknya populasi Aspergillus niger pada tepung kulit ubi kayu fermentasi. Bertambahnya massa sel tumbuh kapang dan terjadinya peningkatan konsentrasi di dalam produk karena perubahan bahanbahan organik akibat proses biokonversi yang menghasilkan H2O dan CO2 (Edhy dkk,2015). Pemberian level Aspergillus niger pada tepung kulit ubi kayu dapat meningkatkan nilai abu pada tepung kulit ubi kayu. Hal ini dikarenakan bertambahnya massa sel tumbuh kapang dan terjadinya peningkatan konsentrasi di
21
dalam produk. Menurut Adhiansyah (2014) menyatakan bahwa fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan mineral bagi ternak. Anggraeny dan Umiyasih (2009) menyatakan bahwa perubahan bahan-bahan organik yang didegradasi oleh mikroorganisme menjadi senyawa organik dari substrat menjadi molekul lebih sederhana maupun menjadi bentuk lain seperti air dan energi yang digunakan untuk aktivitas mikroorganisme. Kandungan Protein Kasar Kulit Ubi Kayu yang di Fermentasi dengan Aspergillus niger dan Ragi. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kulit ubi kayu yang difermentasi dengan perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan protein kasar. Perbedaan antar perlakuan diketahui berdasarkan uji duncan dapat dilihat pada Gambar 2. PK % 6 5.9 5.8 5.7 5.6 5.5 5.4 5.3 5.2 5.1
5.92 5.69 Kontrol Aspergillus niger
5.39
Ragi
P0
P1
P2
Perlakuan
Gambar 2. Histogram kandungan protein kasar (%) antar perlakuan kontrol, Aspergillus niger dan ragi pada fermentasi kulit ubi kayu. Berdasarkan hasil analisis ragam pada Gambar 2 menunjukkan bahwa kulit ubi kayu yang difermentasi dengan perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan protein kasar. Kandungan
22
protein kasar pada kulit ubi kayu fermentasi pada P0 (5,39%), P1 (5,69%), P2 (5,92%). Nilai kandungan protein kasar yang terendah pada perlakuan P 0 (5,39%) sedangkan nilai kandungan protein kasar yang tertinggi P 2 (5,92%). Fermentasi juga berperan penting dalam proses peningkatan protein, karena dalam proses fermentasi terdapat mikroba yang berperan dalam meningkatkan kandungan protein kasar silase. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah, (2012) yang menyatakan bahwa Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan zat-zat makanan seperti protein dan energi metabolis serta mampu memecah komponen kompleks menjadi komponen sederhana Untuk memperoleh hasil fermentasi yang optimum, persyaratan untuk pertumbuhan ragi harus diperhatikan pH dan kadar karbohidrat dari substrat, temperatur selama fermentasi, kemurnian dari ragi itu sendiri (Winarno dkk., 1980).Penambahan level ragi tape semakin tinggi ternyata mampu meningkatkan kadar proteinnya. Peningkatan kandungan protein setelah difermentasi diduga berasal dari mikroba ragi tape menghasilkan enzim protease yang meyebabkan protein tepung kulit ubi kayu meningkat. Menurut Nurhidayat, dkk (2006) dalam ragi tape terdapat jamur jenis Rhizopus bersifat proteolitik yang mampu mendegradasi protein menjadi dipeptida dan seterusnya menjadi senyawa NH 3 atau N2 yang hilang melalui pengupan. Penambahan level Aspergillus niger pada masing-masing perlakuan ternyata masih mampu meningkatkan kadar proteinnya. Peningkatan kandungan protein setelah difermentasi diduga berasal dari jamur Aspergillus niger yang
23
telah mensintesis enzim urease untuk memecah urea menjadi amonia dan CO 2 yang kemudian amonia ini digunakan jamur untuk pembentukkan asam amino (protein) (Edhy dkk, 2015). Menurut Rahma (1996) peningkatan yang terjadi karena kandungan protein murni yang meningkat disebabkan karena urea mampu merangsang pertumbuhan jamur Aspergillus niger sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah sel kapang. Pada prinsipnya teknologi fermentasi ini adalah proses pembiakkan mikroorganisme
terpilih pada media kulit ubi kayu dengan kondisi tertentu
sehingga mikroorganisme tersebut dapat berkembang dan merubah komposisi kimia media tersebut sehingga menjadi bernilai gizi lebih baik. fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergillus niger karena lebih mudah tumbuh pada media dan nilai gizi hasil fermentasinya pun dianggap cukup baik (Sinurat, 2006). Selain meningkatkan kandungan protein, fermentasi dengan Aspergillus nigerdapat menekan pertumbuhan mikroba kontaminan. Aspergillus nigeryang sangat cepat pertumbuhannya, terutama dalam suhu kamar, sehingga mikroba lain tertekan pertumbuhannya. Kompiang dkk (1993) menyatakan bahwa fermentasi dengan Aspergillus nigerpada berbagai jenis substrat media padat dengan proses produksi dalam keadaan tidak steril, kontaminasi dari mikroba lain sangat kecil, yaitu maksimal 4,7%. Meningkatkan kandungan nutrisi dari suatu bahan terutama peningkatan nilai protein, mengurangi, menghilangkan kandungan yang menjadi batasan dalam penggunaan dengan teknologi fermentasi. Metode ini selain efektif untuk peningkatan nilai nutrisi bahan juga teknologi yang murah. Winarno dan Fardiaz
24
(2005) menyatakan bahwa fermentasi juga dapat menghasilkan aroma dan flavor yang lebih disukai dari bahan yang tidak difermentasi. Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi kulit ubi kayu ini adalah mikroorganisme yang ada pada ragi tape. Berdasarkan uraian tersebut diharapkan adanya interaksi berbagai level pemberian ragi tape dalam proses fermentasi dapat memperbaiki nilai nutrisi dari kulit ubi kayu yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Peningkatan nutrien dalam kulit ubi kayu diduga terdapat keseimbangan antara komposisi substrat dan nutrien yang dibutuhkan oleh kapang untuk hidup sehingga massa kapang yang tumbuh semakin banyak. Peningkatan kandungan protein bahan merupakan refleksi jumlah massa sel fermenter (Muhiddin dkk, 2000. Dari ketiga bahan yang digunakan Aspergillus niger merupakan inokulan yang paling baik untuk bahan organik dan ragi untuk protein kasar karena adanya perombakan bakteri selama proses fermentasi pada kulit ubi kayu.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Fermentasi dengan menggunakan inokulan ragi 5%dapat menaikkan kadar protein kasar dan penambahan inokulan Aspergillus niger 3% masih mampu meningkatkan bahan organik. Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan memanfaatkan ragi dalam proses fermentasiuntuk meningkatkan nilai nutrisi kulit ubi kayu sebagai bahan pakan untuk ternak ruminansia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adhiansyah, R. 2014. Studi Pembuatan Bahan Pakan Ternak Terfermentasi Berbasis Kulit Ari Kedelai (Kajian Jenis Inokulum dan Waktu Fermentasi). Skripsi. Jurusan Tekhnologi Industri Pertanian. Fakultas Tekhnologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Anggraeny, Y. N. dan U. Umiyasih. 2009. Pengaruh Fermentasi Saccharomyces cerevisiae terhadap Kandungan Nutrisi dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata MERR.). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 256-262. Grati.Pasuruan. Anna, R. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Anonim . 2007. Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Padi Sawah Metode System of Rice Intencification (SRI). Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian. Jakarta. http://www.google.co.id/search. Diakses tanggal 11-11-2009, pukul 19:01. . 2008. Pemanfaatan Limbah Cair Dan Bahan Organik Dalam Pembiakan Organisme Lokal (MOL) Sebagai Ragi Kompos Dan Pupuk Cair Serta Kebutuhan Usahatani Lainnya.Blog diposting tanggal 9 Juni 2008. http://pertanianorganik lampung.blogspot.com/. Diakses tanggal 1412-2009, pukul 13:02. . 2013. Siklus Hidup Jamur http://www.ejurnal.com/2013/04/siklus-hidup-jamur.html. Diakses tanggal 18-5-2016, pukul 15:52. Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Methods of Analysis. AOAC International, Washington. Buckle, Edward, Fleed, dan Watton. 1988. Ilmu Pangan. Jakarta UI Press. Darmawan. 2006. Pengaruh Kulit Umbi Ketela Pohon Fermentasi terhadap Tampilan Kambing Kacang Jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 9 (2) : 115-122. Edhy M, Irawati B, dan Darwanto S. 2015. Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Bogor : PAU Pangan dan Gizi IPB. 27
Frazier, W.C dan D.C. Westhoff. 1978. Food Microbiology. McGraw-Hill Publishing Ltd. New Delhi. Gandjar, I. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Grace, M. R. 1977. Cassava Processing: Food and Agriculture Organization. Roma: Henniiee Gaspers, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan . Bandung : Armico. Hardjo, S. S. N. S. Indrasti, B. Tajuddin.1989. Biokonveksi : Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan danGizi.IPB. Bogor. Hidayat, N. M. C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi,Yogyakarta. Hikmiyati N. 2009. Pembuatan bioetanol dari kulit singkong melalui hidrolisa asam dan enzimatis [skripsi]. [Semarang (Indonesia)]: Universitas Diponegoro. hlm. 1-5. Kompiang, I. P. A. P. Sinurat. S. Kompiang. T. Purwadaria dan J. Darma. 1994. Nutrition Value of Protein Enriched Cassava: Cassapro. JITV 7(2): 22-25. , I. P. J. Darma, T. Purwadaria dan Supriyati. 1993. Laporan Tahunan Proyek P4N-Balitnak. No: PL.420.205.6413/ P4N. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Maulana, H. N. dan S. Sri. 2002. Pengaruh Konsentrasi Inokulan Dan Lama Fermentasi Aspergillus Niger Terhadap Kadar Tani Dan Protein Kasar Sorgum. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Muhiddin, N. N. Juli, dan I. N. P. Aryantha. 2000. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Jurnal Matematika dan Sains. 6 (1) : 1-12. Nurhayani, H. Nuryati. J. I. N. P. Aryantha 2000. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermantasi. Departemen Biologi Fak. MIPA ITB. Bandung. http:// journal. fmipa. itb. ac. id/jms/article/view File/63/57 JMS Vol 6 No.1, hal.1‐12 April 2001. Nurhidayat, M. C. Padaga, dan S. Suhartini. 2006 . Mikrobiologi Industri. Yogyakarta.
28
Palinggi, N. N. Kamaruddin dan Makmur. 2008. Penambahan Mikroba, Aspergillus niger dalam Bungkil Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pakan untuk Pembesaran Ikan Kerapu Macan. J.Ris.Akualtur Vol. 3 No. 3: 385-394. Purwanti, S. 2006. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Ternak. Buletin Peternakan. Edisi XX hal. 19-21. Rahma, S. N. 1996. Evaluasi Kandungan Zat Makanan Dedak Halus yang Difermentasi dengan Aspergillus niger, Aspergillus oryzae dan Rhizopusoryzae, Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Retno, S. 1992. Perubahan Kimia Selama Proses Fermentasi Ubi Kayu Dengan Penambahan Aspergillus niger dan N Anorganik. Akademi Kimia Analisis Bogor. Bogor. Rukmana, H. R. 1996. Nenas Budidaya Pasca Panen. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.Van Steenis, C.G.G.J. 2005. Flora. Jakarta : Erlangga , H. R. 1997. Kanisius,Yogyakarta.
Ubi
kayu
budidaya
dan
pascapanen.
Sarwono, B. 1996. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta. Setyawiharja, B. 2002. Fermentasi Medium Padat dan Manfaatnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta Sinurat, A. P. P. Setiadi, A. Lasmini, A. R. Setioko, T. Purwadaria, I. P. Kompiang dan J. Darma. 1995. Penggunaan cassapro (singkong terfermentasi) untuk itik petelur. Ilmu dan Peternakan 8(2): 28 – 31. Srikandi dan Fardiaz. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB. Susanto, T. dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya. Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Tijani I.D.R, P. Jamal, M. Z. Alam, and M. E. S Mirghani. 2012. Optimization of cassava peel medium to an enriched animal feed by the white rot fungi Panus tigrinus M609RQY. Int Food Res. 19:427-432. Tjitrosoepomo. 2005. Yogyakarta.
Morfologi
Tumbuhan.
Gadjah
Mada
University.
29
Wanapat, M. 2001. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri dan Jamur Ligno Selulolitik Saluran Pencernaan Kerbau, Kuda dan Feses Gajah. Tesis. Program Studi Bioteknologi. Fakultas Antar Bidang. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Wina, E. 1999. Pemanfaatan Ragi (Yeast) Sebagai Pakan Imbuhan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Wartazoa Vol. 9. Winarno, F. G. dan S. Fardiaz. 1979. Biofermentasi dan Biosíntesis Protein. Bandung. Angkasa , F. G. S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta. , F. G. S. Fardiaz dan D. Fardiaz 2005. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta. Zakariah, M. A. 2012. Fermentasi Asam Laktat Pada Silase. Fakultas Peternakan. Universits Gajah Mada. Yogyakarta.
30
Lampiran Hasil Analisis Bahan
31
Lampiran Perhitungan Sidik Ragam Bahan Organik dan Protein Kasar
ANOVA BO Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
2.570
2
1.285
Within Groups
1.704
12
.142
Total
4.274
14
F 9.048
Sig. .004
BO Subset for alpha = 0.05
Perlaku an Duncana
N
1
2
2
5
81.8100
0
5
82.1340
1
5
Sig.
82.8040 .199
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
32
ANOVA Protein Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
.622
2
.311
Within Groups
4.818
11
.438
Total
5.440
13
F
Sig. .710
.513
Protein Perl
Subset for alpha = 0.05
aku an Dunc 0 ana
N
1 4
5.3950
1
5
5.6900
2
5
5.9240
Sig.
.272
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,615.
33
DUKUMENTASI
Pencucian
Penjemuran
Aktivasi Jamur (24 jam)
34
Pencampuran semua bahan
Penimbangan
Fermentasi semiaerob (14 hari)
35
P
Penggilingan
Menimbang sampel
Penambahan H2SO4 pekat
36
Penambahan H3BO3
Melakukan destilasi
Penambahan indikator mix
Melakukan titrasi
37
RIWAYAT HIDUP
Asriani D, lahir di Ujung Pandang pada 10 agustus 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Dg.Sirua dan Bualia. Jenjang
pendidikan formal
yang pernah ditempuh adalah SDN Maccini I Makassar, lulus pada tahun 2004 dan melanjutkan Sekolah SLTP Tridharma MKGR di Makassar, lulus tahun 2007. Kemudian setelah lulus di SLTP kemudian malanjutkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Terpadu Mega Rezky, dengan prodi Keperawatan di Makassar Setelah menyelesaikan SMK, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.
38