KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KLOROFIL DAUN RUMPUT Brachiaria brizantha YANG DIBERI PUPUK HIJAU CAIR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING I 111 11 336
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
i
KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN KLOROFIL DAUN RUMPUT Brachiaria brizantha YANG DIBERI PUPUK HIJAU CAIR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh: IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING I 111 11 336
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging
NIM
: I 111 11 336
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar, 13 Mei 2015
IAN RONI REZKY RAJA RIO M S
iii
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian
: Kandungan Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda
Nama
: Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging
Stambuk
: I111 11 336
Fakultas
: Peternakan
Skripsi ini telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc Dekan
Dr. Ir. Budiman Nohong, MP Pembimbing Anggota
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc Ketua Program Studi
Tanggal Lulus : 13 Mei 2015
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Kandungan Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda” dan telah menulis kripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua terkasih, Ayahanda Mestin Saragih dan Ibunda Rosdiana Limbong yang telah membesarkan, mendidik, serta mendoakan penulis dengan penuh cinta dan kasih yang tulus senantiasa hingga saat ini. Buat saudara terkasih Ros, Roy, Ice, Andi Hot, Andi Evi, Andi Eva, Janner, dan Solo yang masing-masing menjadi pribadi yang memotivasi penulis dalam proses penyelesaian kuliahya. 2. Bapak Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP. selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Bapak Dr. Ir. Budiman Nohong, MP. selaku Pembimbing Anggota atas petunjuk, didikan, serta bimbingan kepada penulis sejak perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat selama penulis menjalani perkuliahan. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan, Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program studi peternakan, serta seluruh Dosen dan Staf Fakultas
v
Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan sumbangsih ilmu, didikan, dan pelayanan akademik selama penulis berada di bangku kuliah. 5. Rekan-rekan seperjuangan Solandeven 2011 yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus Unversitas Hasanuddin, serta Sema selaku teman tim penelitian penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama di bangku kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini yang belum sempat penulis sebutkan satu persatu, trima kasih banyak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa dan civitas akademika yang ingin belajar. Amin.
Makassar, Mei 2015
Ian Roni Rezky Raja Rio M S
vi
IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING (I 111 11 336), Kandungan Protein Kasar dan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda, SYAMSUDDIN NOMPO (Pembimbing Utama), BUDIMAN NOHONG (Pembimbing Anggota)
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hijau cair dari bahan daun gamal, daun jonga-jonga dan eceng gondok terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Penelitian ini menggunakan 1 pols rumput Brachiaria brizantha pada masing-masing pot, 3 jenis pupuk hijau cair yang berbeda (dengan bahan daun gamal, daun jonga-jonga, dan daun eceng gondok), alat dan bahan analisis protein kasar metode kjaldahl, serta SPAD klorofil meter Konica Minolta. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gaspersz, 1991) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau cair yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha; Pupuk hijau cair dengan bahan daun eceng gondok memberikan pengaruh paling tinggi terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha dibandingkan pupuk hijau cair dengan bahan daun gamal maupun daun jonga-jonga. Kata Kunci : Kandungan Protein Kasar, Kandungan Klorofil Daun, Rumput Brachiaria brizantha, Pupuk Hijau Cair.
vii
IAN RONI REZKY RAJA RIO M. SIGALINGGING (I 111 11 336), The Content of Crude Protein and Chlorophyll leaf of Brachiaria brizantha Grass Fertilized by The Different Liquid Green Manure, SYAMSUDDIN NOMPO (Supervisor), BUDIMAN NOHONG (as a Co-Supervisor)
ABSTRACT This research aims to know the effect of application of Liquid Green Fertilizer made of gamal leaf, jonga-jonga leaf, and eceng gondok leaf on the content of crude protein and leaf chlorophyll of Brachiaria brzantha grass. This research used 1 seed Brachiaria brizantha grass at each pot, 3 kind of liquid green fertilizer (made of gamal leaf, jonga-jonga leaf, and eceng gondok leaf), a set of equipment and material of Kjeldahl protein crude analysis method, and SPAD Chlorophyll Meter of Konica Minolta. The design used was completely randomized design (CRD) (Gazper, 1991) which consists of 4 treatments and 4 replications. Analysis of variance showed that fertilization of the different liquid green manure highly significant (P<0.01) to the content of crude protein and chlorophyll leaf of Brachiaria brizantha grass. The liquid green manure made of eceng gondok leaf give the best influence to the content of crude protein and chlorophyll leaf of Brachiaria brizantha grass than the liquid green manure made of gamal leaf nor jonga-jonga leaf. Keywords: The Content of Crude Protein, The Content of Cholophyll Leaf, Brachiaria brizantha Grass, Liquid Green Manure.
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................... .........
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................. Hipotesis ............................................................................................... Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................
1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
4
Gambaran Umum Rumput Brachiaria brizantha ................................. Produksi Rumput Brachiaria brizantha .............................................. Kualitas Rumput Brachiaria brizantha ............................................... Klorofil Daun dalam Skala SPAD Meter ............................................. Hubungan Kandungan Protein dan Klorofil Daun .............................. Pemupukan ........................................................................................... Pupuk Hijau Cair ................................................................................. Pupuk Hijau Cair Daun Gamal (Gliricidia maculata) ......................... Pupuk Hijau Cair Jonga-jonga (Chromolaena odorata)...................... Pupuk Hijau Cair Eceng gondok (Eichhornia crassipes) ....................
4 6 7 8 10 11 12 13 14 16
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................
19
Waktu dan Tempat ................................................................................ Materi Penelitian ................................................................................... Metode Penelitian ................................................................................ Rancangan Percobaan .......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... Pembuatan Pupuk Hijau Cair ............................................................... Penanaman ........................................................................................... Parameter yang Diamati ....................................................................... Analisis Statistik ..................................................................................
19 19 19 19 20 20 21 22 23
ix
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................
24
Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaia brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda .......................................................... Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ...............................................
24 26
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................
31
Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
31 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
32
LAMPIRAN .....................................................................................................
37
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
48
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1.
Estimasi Kandungan Nitrogen Daun Di Akitakomachi, Jepang Menggunakan Minolta Chlorofil Meter. .........................................
9
2.
Kandungan Nutrisi daun gamal ........................................................
13
3.
Kandungan nutrisi dari daun jonga-jonga ........................................
15
4.
Kandungan nutrisi dari eceng gondok..............................................
16
5.
Denah Penempatan Perlakuan Penelitian .........................................
22
6.
Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha....
24
7.
Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha ...
26
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1.
2.
Grafik Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ...........
25
Grafik Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda ............
27
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman Teks
1. Penerapan Kadar Pupuk Cair yang Digunakan dalam Perlakuan. ..........
37
2. Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda .......
39
3. Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda .......
41
4. Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian...................................................
47
5. Hasil Analisis Bahan ..............................................................................
48
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia dapat dicapai melalui perbaikan penyedian hijauan pakan, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas secara berkesinambungan. Hijauan berupa rumput merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia, karena mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Hijauan makanan ternak di daerah tropis umumnya mempunyai kualitas yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan hijauan sub-tropis. Hal ini ditandai dengan tingginya kandungan serat kasar akibat intensitas penyinaran matahari dan temperatur yang tinggi. Pertumbuhan hijauan pakan di daerah tropis sering mengalami kekurangan unsur hara tertentu, walaupun di masing-masing daerah relatif berbeda (Darmono, 1993). Menurut Hermawan (2013), jika unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan, metabolisme tanaman akan terganggu yang secara visual dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan pertumbuhannya. Gejala tersebut dapat berbeda tergantung spesies hijauan. Bisa terjadi tanaman dapat mengalami kekurangan dua unsur atau lebih pada saat bersamaan. Petani peternak tentunya dapat menentukan pupuk apa yang tepat diberikan terhadap gejala kekurangan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat tumbuh normal kembali. Pupuk Nitrogen merupakan pupuk yang sangat penting bagi semua tanaman, karena Nitrogen merupakan penyusun dari semua senyawa protein (Lindawati dkk., 2000) dan bagian dari molekul klorofil yang mengendalikan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis (Mas’ud, 1993). Kecukupan
1
nitrogen akan memberi pembentukkan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Korofil berkorelasi positif dengan kadar N daun. Karena dengan bantuan air, N yang diserap tanaman akan dilarutkan dan ditransportasikan melalui pembuluh xilem, sehingga dalam proses osmosis tersebut dengan bantuan cahaya matahari akan terbentuk klorofil. Pengukuran klorofil dapat dilakukan dengan menggunakan klorofil meter dengan SPAD (Soil Plant Analisis Development) (Argenta et al., 2004). Skala kritis SPAD beberapa tanaman pada musim kemarau adalah 35, yang berarti kandungan hara N pada daun sama dengan 2,90%. Pemberian pupuk N berdasarkan status klorofil daun dengan menggunakan SPAD meter dapat menghemat pupuk urea 30– 40% (Wahid, 2003). Rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi serta disukai ternak ruminansia. Nilai gizi rumput ini dipengaruhi oleh tatalaksana pemeliharaan, antara lain umur pada saat pemotongan, unsur hara, terutama unsur hara makro seperti unsur nitrogen, di mana unsur nitrogen merupakan salah satu unsur yang sering kurang jumlahnya dalam tanah (Rukmana, 2005). Unsur hara makro, terutama N, P, K dan Ca mungkin banyak ditemukan dalam pupuk hijau cair daun gamal (Gliricidia maculata), jonga-jonga (Cromolaena odorata) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes). Untuk mengetahui kandungan protein kasar dan klorofil suatu hijauan maka dilakukan metode pemberian pupuk hijau cair daun gamal, jonga-jonga dan eceng gondok terhadap rumput Brachiaria brizantha.
2
Perumusan Masalah Potensi pengembangan hijauan pakan yang sangat baik melalui pemupukan. Pemanfaatan pupuk hijau cair jarang digunakan oleh petani-peternak karena belum banyak diketahui level pemupukan pupuk hijau cair daun gamal, jonga-jonga dan eceng gondok yang tepat untuk meningkatkan kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Hipotesis Pemberian pupuk hijau cair dari daun gamal, jonga-jonga dan eceng gondok pada rumput Brachiaria brizantha diduga dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hijau cair dari bahan daun gamal, daun jonga-jonga dan eceng gondok terhadap kandungan protein kasar dan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi di lingkungan masyarakat tentang pemanfaat pupuk hijau cair daun gamal, daun jonga-jonga dan eceng gondok dalam peningkatan produksi dan kualitas hijauan pakan.
3
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Rumput Brachiaria brizantha Rumput Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang, tinggi hamparan kurang lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005). Proses penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup di tanah struktur ringan, sedang sampai berat. Pada proses penanaman rumput Brachiaria brizantha, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan produksi dan persistensi tanaman (Sumarsono, 2007). Berikut ini klasifikasi dari rumput Brachiaria brizantha menurut Manullang (2012) : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Brachiaria
Spesies
: Brachiaria brizantha
Menurut Reksohadiprodjo (1985), rumput ini dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/tahun dengan toleransi pH tanah cukup luas mulai dari 6-7. Rumput ini juga tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan penggembalaan. Rumput Brachiaria brizantha dapat dikembangkan dengan stek, pols atau pun biji (Lubis, 1963). Rumput ini dapat diperbanyak dengan pols
4
dengan jarak tanam 40 x 40 cm dengan baris-baris berjarak 60-150 cm (Reskohadiprodjo, 1983). Menurut Rismunandar (1986), perbanyakan rumput Brachiaria brizantha dengan mengggunakan stek jarang dilakukan karena pertumbuhannya tidak optimal. Rumput ini membentuk rizoma yang pendekpendek dan akarnya dapat menembus ke dalam tanah 30 cm. Tumbuhnya rumput Brachiaria brizantha semi tegak sampai tegak (prostate/semierect-erect), merupakan rumput yang berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30 – 45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi tinggi 1 m atau tanaman yang tumbuh creeping parennial (Humpreys, 1974). Memiliki rhizoma yang pendek dan tinggi batang sekitar 30-200 cm. Bentuk daun linear biasanya berukuran 10100 cm x 3-20 mm, berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap. Infloresence (bunga) terdiri dari 2-16 tandan (racemes) dengan panjang 4-20 cm, spikelet dalam satu baris; luas rachis 1 mm, berwarna ungu, spikelet berbentuk elips panjang 4-6 mm, berbulu atau berbulu pada ujungnya, panjang glume sepertiga dari panjang spikelet (Schultze-Kraft, 1992). Pemotongan hijauan dapat dilakukan setelah tanaman mencapai 50 – 100 cm atau tanaman telah berumur 60 sampai 90 hari, dengan menyisakan batang setinggi 10 sampai 15 cm di atas permukaan tanah (Rismunandar, 1986). Pemotongan pertama rumput Brachiaria brizantha dapat dilakukan pada umur 60 hari musim hujan dan umur 70 hari musim kemarau, sedangkan untuk pemotongan selanjutnya dapat dilakukan pada umur 40 hari musim hujan atau 60 hari musim kemarau. Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa rumput
5
Brachiaria brizantha yang dipotong tiap 4 minggu akan menghasilkan serat kasar 18,45 % dan protein kasar 10 % lebih tinggi dari umur pemotongan lainnya. Produksi Rumput Brachiaria brizantha Produksi bahan segar rumput Brachiaria brizantha dapat mencapai 270.000 kg/ha/tahun di daerah basah dengan irigasi yang baik dan penggembalaan ternak harus dilakukan secara rotasi. Rumput Brachiaria brizantha yang dipotong pada tiap 28 hari dapat menghasilkan bahan kering 9,6 ton/ha dengan kandungan protein kasar 11%, sedangkan yang dipotong pada umur 56 hari menghasilkan bahan
kering
9,04
ton/ha
dengan
kandungan
protein
kasar
6,4%
(Reksohadiprodjo, 1985). Produksi
Brachiaria,
selain
dipengaruhi
oleh
pemupukan,
juga
dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. Siregar (1996) melaporkan produksi Brachiaria pada berbagai tinggi pemotongan adalah 25,10; 82,22; 70,58; 88,38; 94,78 g/rumpun untuk pemotongan 0, 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari permukaan tanah. Semakin tinggi tingkat pemotongan, produksi yang dihasilkan semakin tinggi. Sedangkan berbagai interval pemotongan yaitu 20, 30, 45 dan 60 hari menghasilkan produksi sebanyak 186,42; 190,98; 170,98 dan 195,18 ton/ha/tahun (Siregar dan Djajanegara, 1974). Siregar (1996) menyatakan produksi rumput ini pada lahan kering yaitu 40 ton/ha/tahun dengan kandungan protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,2%, abu 15,8%, kalsium 0,31% dan fosfor 0,37%. Lebih lanjut lagi disarankan agar sebelum diberikan kepada ternak, sebaiknya rumput ini dipotong-potong lebih dahulu (Lubis, 1963).
6
Kualitas Rumput Brachiaria brizantha Rumput Brachiaria brizantha mempunya produksi bahan kering 40 sampai 63 ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan gizi-gizi yaitu : protein kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96 dn TDN 51% (Susetyo, 1969). Pengamatan yang sama mengenai kualitas rumput Brachiaria brizantha oleh Lubis (1963) menyatakan bahwa rumput Brachiaria brizantha mempunyai nilai gizi yang berdasarkan bahan keringnya, yaitu protein kasar 9,72 %, serat kasar 21,54 % BETN 43,56 %, lemak 1,94 %, dan abu 18,43 %. Sebagai rumput budidaya yang banyak dipergunakan oleh peternak, Brachiaria memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi pada rumput Brachiaria. Ginting dan Pond (1996) menganalisa khusus kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha sebesar 10,8 %. Sementara itu Rukmana (2005) melaporkan kandungan protein kasar Brachiaria 9,9 % dengan pembagian pada morfologi daun atas 5,3 %, daun 2,5 %, dan batang 2,1 %, sehingga sesuai kandungan protein kasarnya, Brachiaria tergolongkan ke dalam rumput yang unggul. Menurut Minson dan Milford (1981) bahwa kadar protein kasar rumput Brachiaria brizantha di bawah 7-8% akan menyebabkan konsumsi hijauan menurun. Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf pemotongan rumput Brachiaria dilaporkan oleh Rismunandar (1986) adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari, 8,86% dan 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta 5,90 dan 34,1
7
pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur potong rumput. Klorofil Daun dalam Skala SPAD Meter Klorofil memiliki fungsi utama dalam fotosintesis yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan menyediakan energi. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi bahan kering yang mengandung protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya (Ai dan Banyo, 2011). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil adalah faktor genetik, cahaya, oksigen, karbohidrat, air, unsur hara seperti Fe, Mg dan N (Dwidjoseputro, 1980). Mekanisme klorofil dalam meningkatkan kualitas dan produksi tanaman dimulai saat klorofil aktif dalam mengubah senyawa CO2 dan H2O menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen (O2) serta energi (ATP) dengan bantuan cahaya matahari. Energi yang dihasilkan digunakan tanaman dalam melakukan proses-proses pertumbuhan, dan karbohidrat yang dihasilkan menjadi kandungan bahan kering yang menyimpan zat makanan berupa protein dan zat lainnya pada tanaman. Semakin tinggi kandungan klorofil, maka laju fotosintesis akan meningkat sehingga kualitas dan produksi bahan kering tanaman juga akan ikut meningkat (Li et al., 2006). Rumput sebagai tanaman pakan sangat membutuhkan nitrogen untuk mendukung pertumbuhannya karena nitrogen merupakan unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman termasuk unsur penyusun klorofil. Terdapat dua macam klorofil yaitu klorofil A (C55H72O5N4Mg) dan klorofil B
8
(C55H70O6N4Mg). Klorofil mengumpulkan cahaya serta mentransfer energi ke pusat reaksi pada proses fotosintesis. Klorofil A berperan secara langsung dalam reaksi pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut energi ke pusat reaksi molekul. Sementara itu, klorofil B berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil A. Meningkatnya klorofil B berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan energi radiasi pada kondisi yang ternaungi (Sirait, 2008). Pengukuran klorofil daun dapat dilakukan menggunakan klorofil meter SPAD (Soil Plant Analisis Development) 502 sebagai salah satu alternatif untuk mengetahui kecukupan hara N pada tanaman. Klorofil berkorelasi positif dengan kadar N daun (Argenta et al., 2004). Berikut ini estimasi kandungan nitrogen daun di akitakomachi, jepang menggunakan Minolta Chlorofil meter : Tabel 1. Estimasi Kandungan Nitrogen Daun Di Akitakomachi, Jepang Menggunakan Minolta Chlorofil Meter Nilai Klorofil Meter (SPAD) Skala
26
27
%N
1,90
2
28
29
30
31
32
33
34
35
36
2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,80 2,90
37 3
Sumber : Mutters (1999).
Skala kritis SPAD beberapa tanaman pada musim kemarau adalah 35, berarti kandungan hara N pada daun sama dengan 2,90%. Pemberian pupuk N berdasarkan status klorofil daun dengan menggunakan SPAD meter dapat menghemat pupuk urea 30– 40% (Wahid, 2003), karena dengan mengatahui status klorofil secara aktual, kita dapat memberi perlakuan pupuk yang optimal untuk tanaman sesuai kebutuhan.
9
Hubungan Kandungan Protein dan Klorofil Daun Pada proses fotosintesis, klorofil pada tanaman aktif dalam mengubah senyawa CO2 dan H2O menjadi C6H12O6 dan O2 serta energi (ATP) dengan bantuan cahaya matahari. Energi hasil fotosintesis tersebut akan digunakan tanaman dalam melakukan proses-proses pembentukan unsur nutrisi tanaman seperti penyerapan N dalam penyusunan protein untuk peningkatan kualitasnya (Li et al., 2006) Kaitan erat yang menghubungkan antara kandungan protein dan klorofil daun adalah pada proses pemanfaatan unsur N oleh tanaman. Nitrogen yang diserap tanaman aktif dalam proses fotosintesis yang mendorong penyusunan dari semua protein dan asma nukleit dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Syarief, 1985). Unsur hara nitrogen berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan, menguatkan hijauan dan meningkatkan kadar protein serta pertumbuhan mikroorganisme yang penting bagi kesuburan tanaman (Rismunandar, 1986). Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar. Oleh sebab itu, diduga lebarnya daun yang mengandung klorofil yang tersedia bagi fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan. Terdapat kecenderungan makin tingginya dosis N yang diberikan pada tanaman, maka produksi bahan kering yang dhasilkan akan semakin tinggi pula (Whiteman, 1974). Pada beberapa proses penyusunan protein dari senyawa Nitrogen dimulai saat tanaman menyerap unsur hara dalam tanah dalam bentuk kation dan anion,
10
jadi dalam bentuk yang larut dalam air. Pada umumnya nitrogen diambil oleh tanaman dalam bentuk Amonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-), tapi Nitrat yang terserap segera terreduksi menjadi ammonium melalui enzim yag mengandung molibdenium. Ion-ion Amonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino yang akan membentuk protein, terutama terjadi dalam daun hijauan yang berklorofil (Syarief, 1985). Nitrogen yang berlimpah menaikkan pertumbuhan tanaman dengan cepat dengan perkembangan lebih besar pada batang dan daun-daun hijau gelap (Foth, 1988). Pemupukan Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari dalam tanah. Tiap – tiap jenis pupuk mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja yang berbeda sehingga dosis dan jenis pupuk yang diberikan berbeda untuk tiap jenis tanaman dan jenis tanah yang digunakan (Hardjowigeno, 1992). Untuk menjamin agar memperoleh produksi hijauan yang kontinu, maka salah satu jalan yang harus ditempuh adalah pemupukan, namun penentuan jenis pupuk pada tanaman harus sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman (Reksohadiprodjo, 1985). Ada 3 unsur hara utama dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksi, yaitu nitrogen, fosfat dan kalium. Pemberian pupuk nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan produksi dan kekurangan unsur hara tersebut akan menyebabkan tanaman menjad kerdil atau kecil, warna daun merah dan kekuning-kuningan (Susetyo, 1969). Penambahan
11
nitrogen kedalam padang rumput akan meningkatkan produksi bahan kering dan kualitas hijaun makanan ternak terutama kadar proteinnya (Humperys, 1974). Pemberian pupuk nitrogen pada tanaman mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman, jumlah anakan (tiller) dan lebar daun. Tapi kelebihan unsur nitrogen akan memperlambat kematangan tanaman (terlalu banyak pertumbuhan vegetatif), batangnya lemah, mudah rebah dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Soepardi, 1983). Sutedjo (2004) menyatakan rumput Brachiaria brizantha apabila telah berumur 2 minggu bisa diberikan pupuk nitrogen berupa urea, 150 kg/ha yang dibenamkan ± 4 cm di setiap sisi deretan tanaman, karena tanaman pada umur 2 minggu itu akarnya sudah mulai aktif. Pupuk Hijau Cair Peranan pupuk hijau cair yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan
pertumbuhan
daun,
daun
lebih
hijau
dan
meningkatkan
perkembangan mikroorganisme dalam tanah (Sutedjo, 1995). Kekurangan dan kelebihan pupuk hijau cair akan berdampak terhadap kualitas dan produktivitas hijauan. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terlambat dalam pemasakan buah dan biji, tanaman lemah dan mudah rebah dan menambah kepekaan terhadap penyakit. Sedangkan kelebihan dari pupuk hijau cair yaitu dapat mempercepat pertumbuhan vegetatif terutama daun, pengisian biji, akar, meningkatkan kandungan protein, merangsang pertunasan, menambah tinggi tanaman serta menjaga kondisi dan struktur tanah (Sabihana dkk., 1980). Yunus (1987) menyatakan bahwa semakin tua tanaman proporsi batang dengan daun semakin besar di mana batang akan kurang mengandung protein.
12
Makin besar perbandingan daun dengan batang, kualitas hijauan semakin tinggi sebab daun kualitasnya lebih tinggi dari pada batang. Hal ini menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan dijadikan pupuk hijau cair. Suntoro dkk. (2001) menyatakan bahwa suatau tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau apabila (1) cepat tumbuh (2) bagian atas banyak dan lunak (succulent); dan (3) kesanggupannya tumbuh cepat pada tanah yang kurang subur, sehingga cocok dalam rotasi untuk penyediaan jangka panjangnya. Pupuk Hijau Cair Daun Gamal (Gliricidia maculata) Gamal merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak ruminansia dan juga sebagai sumber pupuk hijau cair yang ketersediaannya melimpah. Gamal berbentuk pohon dengan ukuran sedang dan dikenal sebagai tanaman jenis kacang-kacangan (Mathius, 1984). Menurut Sugiri, (1980), kelebihan gamal sebagai pupuk hijau cair mempunyai kandungan unsur hara khususnya nitrogen yang cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk hijau cair gamal lebih baik dibandingkan dengan daun lamtoro. Kandungan nutrisi pupuk cair daun gamal (Gliricidia maculata) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Kandungan Nutrisi daun gamal (%) Komponen Bahan Kering Protein Kasar Kalsium (Ca) Fosfor (P) Nitrogen (N) Kalium (K) Abu Sumber : Havlin dkk. (2002)
Persentase 22,1 23,5 1,35 0,07 3,15 2,12 5,7
13
Berdasarkan tabel di atas, daun gamal yang dibuat pupuk cair memiliki potensi yang tinggi, sehingga penggunaan dari pupuk cair tersebut banyak digunakan pada tanaman pangan diantaranya tanaman jagung dan sawi. Hasil pemberian pupuk cair daun gamal pada tanaman jagung 3 ton ha
-1
/ tahun dan
tanaman sawi 2-6 ton ha-1. /tahun. Pupuk cair daun gamal itu diberikan pada tanaman dengan cara disemprotkan atau disiramkan 2 minggu setelah penanaman tanaman (Sunarjono, 2003). Pupuk Hijau Cair Jonga-jonga (Chromolaena odorata) Chromolaena odorata menyebar di kepulauan Indonesia sejak Perang Dunia II. Dengan penyebaran itu kini jonga-jonga dapat dijumpai di semua pulaupulau besar di Indonesia dengan ketersediaan yang melimpah (Wilson dan Widayanto, 2004). Kelebihan gulma adalah ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan tumbuh lebih baik lagi apabila mendapat cahaya matahari yang cukup (Vanderwoude et al., 2005). Soerohaldoko (1971) melaporkan mengenai kerugian dari Chromolaena odorata terhadap ternak mengenai keberadaannya yang merugikan karena invasi gulma berkayu ini dengan kandungan alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman pakan di sekitarnya. Maka perlu dilakukan penanggulangan sekaligus pemanfaatannya sebagai pupuk hijau cair. Chromolaena odorata dapat diolah menjadi pupuk yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kelebihan dari kompos jonga-jonga adalah memiliki nilai hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan hara pada pupuk kandang dari kotoran sapi (Vanderwoude et al., 2005), dengan komposisi 2.42 % N, 0.26 % P, 50.40 % C, dan 20.82 C/N. Nilai C/N ini menunjukkan
14
proses dekomposisi yang lebih cepat dibandingkan dengan pupuk kandang (2530). Selain itu, daun dan ranting hijaunya dapat dipakai untuk membuat pupuk cair (Fitri, 2013). Kandungan nutrisi pupuk cair daun jonga-jonga (Cromolaena odorata) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Kandungan nutrisi dari daun jonga-jonga (%) Kandungan Nutrisi Persentase Bahan Kering Protein Kasar Kalsium (Ca) Fosfor (P) Nitrogen (N) Energi (Kkal/kg) Sumber : Marthen (2007)
12,4 20-30 0,14 0,42 2,65 3.583,5
Jonga-jonga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi namun terikat dalam kandungan tannin. Proses fermentasi dalam pembuatan pupuk hijau cair ditujukan untuk mengurai tannin tersebut sehingga kandungan protein dapat terlepas. Hasil studi Luik (2005) pada jagung menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair jonga-jonga 30 ton/ha mampu meningkatkan kandungan NPK tanah maupun dalam jaringan tanaman dan mampu meningkatkan hasil tanaman jagung 4,83 kg/16 m2 dibandingkan tanpa pemberian jonga-jonga yaitu 4,09 kg/16m2. Dengan demikian pemberian jonga-jonga mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pemberian jonga-jonga sebagai pupuk baik dalam bentuk padat maupun cair dapat meningkatkan hasil produksi tanaman sayur dan buah. Pupuk dalam bentuk cair lebih baik dari pada dalam bentuk padat, karena unsur hara di dalamnya akan lebih mudah dan cepat diserap oleh tanaman. Kandungan unsur N
15
dan K jonga-jonga sangat tinggi, sedangkan unsur P jonga-jonga tergolong sedang. Hasil penelitian Sutedjo (2004) mengenai peranan jonga-jonga terhadap sifat fisik tanah menunjukan bahwa tekstur tanah dipengaruhi secara nyata oleh kandungan nutrien dari jonga-jonga. Pupuk Hijau Cair Eceng gondok (Eichhornia crassipes) Eceng gondok merupakan gulma yang sangat cepat berkembang, apabila tidak dikendalikan akan mengakibatkan masalah lingkungan, selain memberikan dampak negatif, eceng gondok juga memberikan dampak positif antara lain sebagai bahan baku pupuk organik. Dari hasil analisis kimia, bahan organik eceng gondok mempunyai kandungan yaitu 1,30% N, 0,24 % P dan C/N ratio 12,25 (Yulianti, 2001). Kandungan nutrisi pupuk cair daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Kandungan nutrisi dari eceng gondok (%) Kandungan Nutrisi Persentase Bahan Kering Protein Kasar Kalsium (Ca) Fosfor (P) Nitrogen (N) Abu Sumber : Suntoro dkk. (2001)
15 12,99 0,14 0,6 2,3 4,2
Pemilihan eceng gondok sangat baik digunakan sebagai pupuk cair. Little (1968) menerangkan bahwa eceng gondok banyak mampu menyerap zat organik hingga logam-logam berat pada masa hidupnya, tetapi dapat dimanfaatkan salah satu diantaranya adalah sebagai bahan penutup tanah (mulsa) dan kompos dalam kegiatan pertanian perkebunan. Pupuk eceng gondok kaya asam humat. Itu 16
lantaran eceng gondok kaya serat lignin dan selulosa. Hasil penguraian keduanya menghasilkan asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman sehingga tanaman lebih optimal menyerap hara dan produktivitas pun meningkat. Yulianti (2001) melaporkan bahwa efek pemberian pupuk eceng gondok dengan berbagai dosis yaitu 10 ton/ha, 20 ton/ha, dan 30 ton/ha pada tanaman padi menunjukkan semakin banyak pemberian pupuk organik cair eceng gondok, makin
tinggi
produktivitas
padi.
Produksi
tertinggi
diperoleh
setelah
menambahkan 30 ton pupuk/ha. Hasil panen mencapai 6,8 ton/ha, lebih tinggi daripada rata-rata produksi padi nasional sekitar 3–4 ton/ha. Maka eceng gondok merupakan pupuk yang baik, bukan sebagai gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Eceng gondok dapat menyerap zat organik dan logam berat melalui ujung akar. Zat–zat organic dan logam berat yang terserap akan masuk ke dalam batang melalui pembuluh pengangkut kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman eceng gondok. Pada proses ini zat organik akan mengalami reaksi biologi dan terakumulasi di dalam batang tanaman, kemudian diteruskan ke daun (Sriyana, 2006). Kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua, dan sebagian besar berada pada bagian bawah (batang dan akar) (Ratnani et al., 2010). Kemampuan penyerapan eceng gondok juga karena pada akarnya terdapat mikrobia rhizosfera yang mengakumulasi logam berat. Mikrobia rhizosfera adalah bentuk simbiosis antara bakteri dengan jamur, yang mampu melakukan
17
penguraian terhadap bahan organik maupun anorganik yang terdapat dalam air serta menggunakannya sebagai sumber nutrisi (Ratnani et al., 2010).
18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai 27 Februari 2015 untuk proses pemeliharaan di Lahan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, dilanjutkan tanggal 27 Februari sampai 5 Maret 2015 untuk pengujian kandungan protein kasar di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, parang, ayakan tanah, meteran, gunting rumput, ember, selang plastik, gelas ukur, saringan teh, timbangan, pot dengan ukuran diameter atas 22 cm x diameter bawah 18 cm x tinggi 26 cm, klorofil meter Konica Minolta seri SPAD 502, mesin penggiling, neraca analitik, tabung reaksi, gelas ukur, gelas piala, rak tabung, lemari asam, labu ukur, pipet tetes, lab semprot, pipet ukur, labu destilasi, labu Erlenmeyer, alat destilasi, dan buret. Bahan-bahan yang digunakan adalah air, pupuk hijau cair berasal dari daun gamal, jonga-jonga, eceng gondok, EM4, tanah, sampel rumput Brachiaria brizantha, selenium mix, H2SO4, aquades, NaOH, indikator PP, dan H3BO4. Metode Penelitian A. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan (Gaspersz, 1991). Perlakuan pemupukan yaitu : P0 = Rumput Brachiaria brizantha tanpa pupuk cair (kontrol) P1 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun gamal 70 ml/Pot
19
P2 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun jonga-jonga 84 ml/Pot P3 = Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun eceng gondok 95 ml/Pot Model matematikanya adalah sebagai berikut : Yij = µ + Ni + ∑ijk Di mana : Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan kelompok ke – j µ
= Rata-rata pengamatan
Ni = Pengaruh pemberian pupuk ke – I ∑ijk = Kesalahan eksprimen atau penelitian B. Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan Pupuk Hijau cair Pupuk yang digunakan berasal dari daun tanaman liar atau tanaman pengganggu dengan pertimbangan kandungan unsur hara yang cukup khususnya N, yaitu berupa daun gamal (N=3,15%), daun jonga-jonga (N=2,65%) dan daun eceng gondok (N=2,3%), masing-masing diperoleh dari sekitar lahan pastura tempat penelitian dilakukan. Mula-mula daun dipetik, kemudian dipisahkan dari batangnya. Masing-masing bahan (daun gamal, jonga-jonga dan eceng gondok) dimasukan kedalam ember. Setiap perlakuan berisi 10 kg daun segar yang telah dicincang menggunakan parang. Daun segar yang telah dicincang kemudian dimasukkan kedalam ember, kemudian diisi air yang telah dihomogenkan dengan EM4 5 % dari total bahan yang akan digunakan. Perbandingan antara berat daun segar yang telah dicincang dengan air adalah 2 kg daun segar dan 1 liter air.
20
Ember dikondisikan selalu tertutup, agar tidak ada unsur hara yang hilang akibat penguapan. Bagian atas tutup ember diberi lubang khusus untuk selang kecil, ujung selang dimasukkan kedalam botol yang telah berisi air guna untuk membuang gas yang berlebihan didalam ember. Hasilnya disaring dari dalam ember setelah 7-14 hari setelah isi ember itu tidak berbau dan kelihatan menyusut. Larutan dalam ember itulah yang disebut dengan pupuk cair dan siap untuk digunakan pada tanaman (Jusuf, 2006 ). 2. Penanaman Tanah yang digunakan diperoleh dari Lahan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Mula-mula tanah tersebut dihancurkan, kemudian diayak untuk mengeluarkan batu, sisa-sisa tanaman dan materil-materil lainnya, lalu dihomogenkan. Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur lempung liat berpasir (Tanah Litosol) dengan pH 6,28 dan kandungan N 0,18%. Tanah yang telah diayak kemudian dimasukkan dalam pot ukuran 22 x 18 x 26 cm dan ditanami anakan rumput Brachiaria brizantha dengan tinggi anakan 25 cm sebanyak 1 anakan setiap pot. Jarak antara pot yang satu dengan pot yang lain kurang lebih 40 cm. Setelah penanaman, dilakukan penyiraman setiap hari dengan jumlah air yang diberikan sama pada setiap pot menggunakan gelas ukur dan dibiarkan tumbuh selama 2 minggu. Setelah tumbuh, baru penerapan perlakuan mulai dilakukan dengan memberi pupuk cair dari daun gamal 70 ml/ pot, jongajonga 84 ml/ pot dan eceng gondok 95 ml/ pot (penerapan kadar pupuk hijau cair yang digunakan pada perlakuan terlampir). Pupuk cair disiramkan merata di sekitar tanaman sebanyak 1 kali pada awal pemeliharaan. Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
21
Tabel 5. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian PERLAKUAN P33
P23
P02
P14
P04
P12
P31
P21
P22
P34
P13
P03
P11
P01
P24
P32
Keterangan : P0 P1 P2 P3
: Rumput Brachiaria brizantha tanpa diberi pupuk cair (Kontrol). : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun Gamal. : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun Jonga-jonga : Rumput Brachiaria brizantha + pupuk hijau cair daun Eceng Gondok.
Pemotongan rumput Brachiaria brizantha dilakukan sekitar 10 cm dari pangkal batang tanaman atau permukaan tanah, bagian yang sudah dipotong dimasukkan kedalam kantong lalu ditimbang untuk mengetahui berat segarnya. Bagian yang sudah ditimbang berat segarnya dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70 0C selama 3 x 24 jam untuk mengetahui berat kering untuk kemudian dianalisis kandungan protein kasarnya dengan metode Kjeldahl. Pengukuran klorofil daun dilakukan sebelum pemotongan tanaman. C. Parameter yang diamati Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu kandungan protein dan klorofil daun kasar rumput Brachiaria brizantha.
Kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha dengan metode Kjeldahl (Sudarmaji dkk., 1989), dengan rumus sebagai berikut :
22
% Protein Kasar =
𝑉.𝑇×𝑁×14×6,25×𝑃 𝐵.𝑆 (𝑚𝑔 )
× 100 % ×
100 𝐵𝐾
Keterangan : V.T = Volume Titrasi Sampel; N = Normalitas H2SO4 sebagai Penitar; P = Faktor Pengencer (100/10)
Kandungan Klorofil daun rumput Brachiaria brizantha diamati menggunakan alat klorofil meter Konica Minolta seri SPAD 502 (Phabiola dan Khamdan, 2012). Pengukuran dilakukan setelah kalibrasi dalam kondisi kosong berhasil dengan tanda angka 0 akan tertera dan bunyi nada. Kemudian mulai mengukur pada beberapa bagian daun secara merata sebanyak ±7 kali, lalu menentukan rerata hasil pengukuran dalam satuan unit.
D. Analisis Statistik Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan (Gaspersz, 1991) yang dilanjutkan uji BNT menggunakan software SPSS versi 16.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaia brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda Data yang diperoleh dari penelitian kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha yang diberikan pupuk hijau cair yang berbeda disajikan pada Tabel 6 : Tabel 6. Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha Kandungan Protein Kasar Perlakuan Rata-rata (% Bahan Kering) 1 2 3 4 P0 (Kontrol) 6,8 7,6 7,3 7,1 7,2d P1 (PHC Daun Gamal)
8,8
9,3
8,8
9,6
9,1c
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
12,9
11,9
15,6
16,6
14,2b
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
17,9
17,9
19,1
18,7
18,4a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).
Hasil Sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha. Rata-rata kandungan protein kasar tertinggi hingga terendah adalah P3 (18,4), P2 (14,2), P1 (9,1), dan P0 (7,2). Tingginya kandungan protein kasar rumput Brachiaria brizantha pada perlakuan P3, P2 dan P1 mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan kadar nitrogen dari pupuk hijau cair yang diberikan. Hal ini sependapat dengan Engelstad (1997) bahwa pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan sintesis protein. Pendapat ini diperjelas oleh Crespo dan Odurado (1986) bahwa efisiensi konversi
24
nitrogen meningkat dengan meningkatnya taraf nitrogen meningkatnya taraf pemupukan N menyebabkan kandungan protein kasar meningkat.
Gambar 1. Grafik Rataan Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.
Rata-rata kandungan protein kasar tertinggi oleh perlakuan P3 juga disebabkan adanya kandungan asam giberelat yang berperan dalam penyusunan klorofil dan protein dalam daun. Menurut Taiz dan Zeiger (1998), asam giberelat mempunyai peranan dalam mendukung pembelahan sel, pembentangan sel, aktivitas kambium dan pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Kandungan protein kasar yang telah diukur memiliki korelasi yang positif dengan kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha. Hal ini dihubungkan dengan kaitannya yang erat sebagai hasil dari peran nitrogen dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil daun. Pernyataan ini didukung oleh Dwidjoseputro (1978) bahwa peran N dalam pembentukan klorofil adalah
25
mendorong aktivitas fotosintesa. Asimilasi N merupakan langkah pertama dalam proses pembentukan protein, oleh sebab itu foto-sintesis pada tanaman merupakan kegiatan yang pokok. Abidin (1994) menambahkan bahwa sintesis protein akan mempengaruhi pembentukan klorofil. Karena salah satu komponen klorofil adalah protein. Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda Data yang diperoleh dari penelitian kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha yang diberi pupuk hijau cair yang berbeda disajikan pada Tabel 7 : Tabel 7. Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha. Kandungan Klorofil Daun (Unit) Rata-rata Perlakuan 1 2 3 4 P0 (Kontrol) 32,20 33,60 24,60 29,70 30,02c P1 (PHC Daun Gamal)
48,80
28,00
44,30
48,80
42,47b
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
58,70
61,70
61,80
61,80
61,00a
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
70,60
69,50
62,70
66,50
67,32a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01).
Hasil Sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha yang diukur menggunakan SPAD meter. Rata-rata kandungan klorofil daun yang tertinggi hingga terrendah adalah perlakuan P3 (67,32), P2 (61,00), P1 (42,47), dan P0 (30,02). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan N pupuk hijau cair yang berbeda tersebut mencukupi bagi rumput Brachiaria brizantha untuk menghasilkan klorofil dalam daun, di mana menurut Wahid (2003), skala kritis 26
klorofil daun berdasarkan pembacaan alat SPAD meter adalah 35 unit. Menurut Singh et al. (2002), efisiensi pemberian nitrogen ditinjau dari sinkronnya pemupukan N dengan kebutuhan N tanaman. Upaya mensinkronkan waktu pemberian dan kesesuaian takaran N yang dibutuhkan tanaman adalah dengan pemantauan kecukupan hara N tanaman menggunakan klorofil meter dengan SPAD (Soil-Plant Analisis Development) 502.
Gambar 2. Grafik Rataan Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberikan Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.
Pada rumput Brachiaria brizantha dengan kandungan klorofil paling tinggi (P3), tanaman menangkap cahaya paling banyak menyebabkan laju fotosintesis meningkat sehingga kandungan protein dan produksi bahan kering meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Li et al. (2006) bahwa Mekanisme klorofil dalam meningkatkan kualitas dan produksi tanaman dimulai saat klorofil aktif dalam mengubah senyawa CO2 dan H2O menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen
27
(O2) serta energi (ATP) dengan bantuan cahaya matahari. Energi yang dihasilkan digunakan
tanaman
dalam
melakukan
proses-proses
pertumbuhan,
dan
karbohidrat yang dihasilkan menjadi kandungan bahan kering yang menyimpan zat makanan berupa protein dan zat lainnya pada tanaman. Semakin tinggi kandungan klorofil, maka laju fotosintesis akan meningkat sehingga kualitas dan produksi bahan kering tanaman juga akan ikut meningkat. Rata-rata kandungan klorofil daun rumput Brachiaria brizantha yang diberikan pupuk hijau cair sangat meningkat dibandingkan tanpa pupuk, dan ratarata kandungan klorofil daun pada perlakuan P3 sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P0. Hal ini mungkin disebabkan karena eceng gondok yang digunakan berasal dari perairan yang belum mengalami pencemaran yang tinggi, sehingga zat-zat anorganik yang diserap tidak mengandung logam berat yang dapat mempengaruhi kesuburan, tapi hanya berupa unsur hara yang baik sehingga pembentukan klorofil daun dapat berlangsung dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2003) bahwa beberapa unsur hara penting dalam pembentukan klorofil daun seperti Magnesium (Mg) yang menjadi faktor untuk pembentukan klorofil, Boron (B) mempunyai peran sebagai kofaktor dalam sintesis klorofil, berperan dalam transport karbohidrat dan sintesis asam nukleat, dan Mangan (Mn) yang berperan aktif dalam pembentukan klorofil, yaitu mengaktifkan beberapa enzim yang sangat diperlukan dalam tahapan pemutusan air pada proses fotosintesis. Hal ini sependapat dengan Fitri et al. (2007) yang menjelaskan bahwa pupuk organik cair eceng gondok mengandung hara makro dan mikro esensial yang dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada
28
tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara. Kandungan klorofil yang tinggi pada sampel P3 diduga disebabkan karena di dalam eceng gondok terkandung asam giberelat yang membantu dalam pembentukan klorofil daun dan pertumbuhan vegetatif. Menurut Peni dkk. (2003), peranan asam giberelat dalam pembentukan klorofil adalah pada pengaktifan enzim, setelah asam giberelat mengikat enzim yang terdapat pada membran, maka enzim tersebut akan mengubah ATP menjadi AMP-siklik, yang selanjutnya menggerakkan berbagai rentetan reaksi-reaksi sekunder dan tersier termasuk pembentukan klorofil-karotenoid. Di samping itu reaksi respirasi juga akan menghasilkan energi NADH/NADPH yang berguna untuk reduksi unsur nitrat menjadi amonia dengan bantuan enzim nitrat reduktase. Bidwell (1979) menyatakan bahwa peningkatan aktivitas nitrat reduktase menyebabkan terjadinya peningkatan sintesis protein, produksi klorofil, asam nukleotida, asam amino dan unsur-unsur lain yang dibutuhkan tumbuhan untuk perkembangan vegetatif. Rataan kandungan klorofil daun P2 lebih tinggi dari pada P1 dan P0, mungkin disebabkan karena perlakuan pupuk hijau cair berasal dari daun jonga-jonga memiliki kandungan unsur hara yang jauh lebih baik dari pada daun gamal, serta mulai dapat berfungsi dan bereaksi di dalam tanah saat diberikan pada rumput sehingga menghasilkan klorofil daun yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Marthen (2007) bahwa jogna-jonga memiliki potensi selain sebagai pakan ternak juga berfungsi sebagai pupuk dimana palatabilitasnya jauh lebih baik daripada daun gamal serta memiliki kandungan unsur hara yang lebih baik bagi kualitas rumput Brachiaria brizantha. Ini dapat dibuktikan juga pada hasil
29
penelitian Luik (2005) pada tanaman jagung menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair jonga-jonga 30 ton/ha mampu meningkatkan kandungan NPK tanah maupun klorofil pada jaringan tanaman. Dengan demikian, pemberian jonga-jonga mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah bila dibandingkan dengan pupuk cair daun gamal maupun tanpa pupuk.
30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian pupuk hijau cair yang berbeda pada rumput Brachiaria brizantha dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan klorofil daun. 2. Pemberian pupuk hijaun cair daun eceng gondok pada rumput Brachiaria brizantha memberikan pengaruh yang lebih baik pada kandungan protein kasar dan klorofil daunnya dibandingkan pupuk hijau cair daun jonga-jonga, daun gamal, dan tanpa pupuk. Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai dosis pemberian pupuk hijau cair eceng gondok pada beberapa jenis hijauan pakan sebelum digunakan dan dikembangkan di lingkungan masyarakat.
31
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1994. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung. Ai, N. S. dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11:166-171. Argenta, G., P. R. F. Silva, and L. Sangoi. 2004. Leaf relative chlorophyll content as an indicator parameter to predict nitrogen fertilization in maize. Ciência Rural. Santa Maria. Journal Vol.34, n.5, p.1379-1387. Bidwell, R. G.1979. Plant Physiology. Second Edition. New York: Macmillan Publishing. Milan. Campbell. 2003. Biologi. Edisi Keluima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Crampton, E. W. and L.E. Haris 1969. Applied Animal Nutrition 2nd ed W. N Freeman and New York. Crespo, G. and M. Odurado, 1986. The Influence of Bovine Faeces and Nitrogen Fertilizer on Forage Production of King Grass in Red Ferrallitic Soil. Cuban Journal Agric. Sci. 20: 277-283. Darmono, 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta. Dwijoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. . 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2, PT. Gramedia, Jakarta. Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. UGM Press. Yogyakarta. Fitri, N. R., Erlina A., dan Nasih W. Y. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007) p: 43-53. Fitri, Y. A. 2013. Kirinyuh (Chromolaena odorata), Gulma dengan banyak potensi manfaat. http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/ berita-226-kirinyuh-chromolaena-odorata-gulma-dengan-banyakpotensi-manfaat.html (diakses pada tanggal 2 Februari 2015). Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. Arminco. Bandung. Ginting, S. P., and K. R. Pond. 1996. Effects of Grazing Systems on Pasture Production and Quality of Brachiaria Brizantha and Liveweight Gain of Lambs. Pasture Journal. p. 15-33. Hardjowigeno. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediyatma Sarana Perkasa. Jakarta.
32
Havlin, J.L, T. Suhartini dan E.Rahayu. 2002. Tanaman Sawi dan Selada, PT. Penebar Swadaya. Depok. Heddy, S. 2003. Pemberian Pupuk N dan Interval Defoliasi terhadap Produksi Bahan Kering Rumput Bebe (Brachiaria brizantha). Bagian Pertama. PT. Rajagraffindo. Jakarta. Hermawan, H. 2013. Makalah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman : Fungsi dan Bentuk Unsur – Unsur Hara Makro dan Mikro di dalam Tanah dan Tanaman serta Gejala Defisiensinya. Universitas Syiah Kuala. Darussalam - Banda Aceh. Humperys, L. R. 1974. Pastures Species, Nutritive Value and Manajement. A Course Manual in Tropical Pastures. A. A. U. C. S. Meulbourne. Australia. Jusuf, L. 2006. Potensi daun gamal sebagai bahan pupuk organik cair. Jurnal Agrisistem Vol.2. No 1. Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Environmental Protection. Market Cross House. England. Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, and S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of Chlorophyll Content and Fluorescence Parameters as Indicators of Drought Tolerance in Barley. Agricultural Sciences in China 5 (10): 751-757. Lindawati, N., Izhar dan H. Syafria. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 2(2): hal. 130-133. Little, L. C. 1968. Handbook of Utilization of Aquatic Plant, FAO Fisherie Technical Paper, No. 187. FAO. Roma. Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta. Luik, P. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Jonga-Jonga pada Tanaman Jagung. Penerbit Kanisus. Jakarta. Manullang, S. 2012. Hijauan Makanan Ternak. http://manullngs.blogspot.com/ 2012/12/hijauan-makaan-ternak_80 62.html. (diakses pada tanggal 15 januari 2015). Marthen. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): Gulma padang rumput yang merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia (Wartazoa), Volume 17 No. 1. Mas’ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Mathius, I. M. 1984. Hijauan Gliricidia maculata Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 33
Minson, D.J. and Milford. 1981. Nutritional Diffrences Between Tropical and Temperete Pasture In “ Grazing Animal “. Ed by F. W. H. Marley. Elsevier Scintifile Publshing Company. Amsterdam. Mutters, C. 1999. Nitrogen Management in Akitakomachi. Butte County Rice Industry. Japan. Peni, D. K., Solichatun dan Endang A. 2003. Pertumbuhan, Kadar KlorofilKarotenoid, Saponin, Aktivitas Nitrat reduktase Anting-anting (Acalypha indica L.) pada Konsentrasi Asam Giberelat (GA3) yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Phabiola T. A. dan Khamdan K. 2012. Pengaruh Aplikasi Formula Pantoea agglomerans Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Klorofil Daun Tanaman Strowberi Ratnani R. D., I. Hartati, dan L. Kurniasari. 2010. Laporan Penelitian Terapan : Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) untuk Menurunkan Kandungan COD(Chemical Oxygen Demond), Ph, Bau, dan Warna Pada Limbah Cair Tahu. Fakultas Teknik. Universitas Wahid Hasyim Semarang. Reksohadiprojo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makana Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta. Rismunandar. 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Penerbit Sinar Baru. Bandung. Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta. Sabihana, S. G. Soepardi dan S. Djokosudarjo. 1980. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Jakarta. Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. Sambara, M. W. 1995. Pengambilan and Efisiensi Pupuk N dan P pada Bagian Daun dan Batang Rumput Setaria (Setaria anceps). Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Schultze-Kraft. 1992. Forages (Edi). Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). No 4. Wageningen, Netherlands and Bogor. Indonesia. Singh, B., Y. Singh, and J. K. Ladha. 2002. Chlorophylmeter and leaf color chartBased nitrogen management for rice and wheat in Northweatern India. Agron. J94:821-829.
34
Sirait, J. 2008. Luas Daun, Kandungan Klorofil dan Laju Pertumbuhan Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. Loka Penelitian Kambing Potong. Galang Sumut. Siregar, M. E dan A. Djajanegara. 1974. Pengaruh tingkat pemupukan zwavelzuur kalium (zk) terhadap produksi segar 5 jenis rumput. Buletin L.P.P. Bogor No 12, hal. 1-8 Siregar. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swaday. Jakarta. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. PT. Melton Putra, Jakarta. Soerohaldoko, S. 1971. On the Occurrence of Eupatorium odoratum at the Game Reserve Pananjung. West Java. Weeds in Indonesia. Sriyana, H.Y. 2006. Kemampuan Eceng Gondok dalam Menurunkan Kadar Pb(II) dan Cr (VI) Pada Limbah dengan Sistem Air Mengalir dan Sistem Air Menggenang. Tesis S2. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Kimia UGM. Yogyakarta. Sudarmaji S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Sugiri. 1980. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Sumarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Sunarjono, H.
2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Suntoro, S., E. Handayanto dan Soemarno. 2001. Penggunaan Eceng gondok (Eichornia crassipes) untuk Meningkatkan Ketersediaan P, K, Ca, dan Mg Ilmu Pertanian Vol 12 No. 2 pada Oxic Dystrudepth di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivita. XXIII (1): 20-26. Susetyo. 1969. Hjauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat. Dirjen Peternakan. Deptan. Jakarta. Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. .2004. Peranan Jonga-Jonga Terhadap Sifat Fisik Tanah, PT Rineka Cipta. Jakarta. Syarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Taiz, L and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Massachusetts: Sinauer Associates, lnc.
35
Tillman, A. D., Hartadi. S., Reksohadiprojo S., Prawiro Kusumo, dan S. Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Vanderwoude, C. S., J.C. Davis and B. Funkhouser. 2005. Plan for National Delimiting Survey for Siam weed. Natural Resources and Mines Land Protection Services. Queensland Government. Wahid, A. S. 2003. Peningkatan efisiensi pemupukan nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian 22 (4): 156-161. Whiteman, P. C. 1974. The Enviroment and Pasture Growth.” In A Course Manual in Tropical Pasture Science”. A. V. C. Watson Fergusson and co, Ltd. Brisbane. Wilson, C. G. and E.B.Widayanto. 2004. Establishment and spread of Cecidochares connexa in eastern indonesia. in: chromolaena in the asia-pacific region. DAY, M. D. and R. E. Mc Fadyen (Eds.) ACIAR Technical Reports No. 55. pp. 39-44. Yulianti, W. 2001. “Kemampuan eceng gondok sebagai biofilter zat tersuspensi pada konsentrasi efektif limbah cair tahu”, Jurnal Habitat Universitas Brawijaya Malang, 23-25. Yunus. M. 1987. Hijauan Makanan Ternak. Universitas Brawijaya, Malang.
36
Lampiran 1. Penerapan Kadar Pupuk Cair yang Digunakan dalam Perlakuan Kandungan Nitrogen pupuk 1. Pupuk urea
= 46 % N
2. Pupuk Daun Gamal ( Gliricidia maculata )
= 3,15 % N
3. Pupuk Daun Jonga-Jonga (Cromolaena odorata)
= 2, 65 % N
4. Pupuk daun Eceng gondok ( Eichhornia crassipes ) = 2,3 % N
Penggunaan Urea 200 Kg/ Ha 1. Daun Gamal 437,78 kg N urea / Ha = 0,0315 kg N daun gamal / Ha 437,78 kg 0,0315 kg
= 13802,54 kg daun gamal / Ha
2. Pupuk Jonga-jonga 437,78 kg N urea / Ha = 0,0265 kg N pupuk jonga-jonga / Ha 437,78 kg 0,0265 kg
= 16406,79 kg pupuk jonga-jonga / Ha
3. Pupuk Eceng gondok 437,78 kg N urea / Ha = 0,023 kg N pupuk eceng gondok / Ha 437,78 kg 0,023 kg
= 18903,47 kg pupuk eceng gondok / Ha
37
Berat tanah Berat tanah
= 10 kg / pot = 2 x 106 kg/ Ha
Dosis pemberian pupuk cair ml/ pot 1. Pupuk daun gamal 10 kg 2.000.000 kg
DG
= =
DG 13802 ,54 kg 1308025 ,4 kg 2.000.000 kg
= 0,070 kg / pot = 70 ml / pot
2. Pupuk daun Jonga-jonga 10 kg 2.000.000 kg
DJ
DJ
=
16406 ,79 kg
=
164067 ,9kg 2.000.000 kg
= 0,084 kg / pot = 84 ml / pot
3. Pupuk Eceng gondok 10 kg 2.000.000 kg
DEg
= =
DEg 18903,47 kg 189034,7 kg
2.000.000 kg
= 0,095 kg / pot = 95 ml / pot
38
Lampiran 2. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Protein Kasar Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.
P0 (Kontrol)
Kandungan Protein (% Bahan Kering) 1 2 3 4 6,8 7,6 7,3 7,1
P1 (PHC Daun Gamal)
8,8
9,3
8,8
9,6
9,125
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
12,9
11,9
15,6
16,6
14,250
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
17,9
17,9
19,1
18,7
18,400
Perlakuan
Rata-rata 7,200
Keterangan : Berbeda Sangat Nyata (P < 0,01). Descriptives kandungan_protein 95% Confidence Interval for Mean N P0 (Kontrol) P1 (PHC Daun Gamal) P2 (PHC Daun Jonga-jonga) P3 (PHC Daun Eceng Gondok) Total
Std. Std. Mean Deviation Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
4 7.200
.3367
.1683
6.664
7.736
6.8
7.6
4 9.125
.3948
.1974
8.497
9.753
8.8
9.6
2.2128 1.1064
10.729
17.771
11.9
16.6
.3000
17.445
19.355
17.9
19.1
4.6543 1.1636
9.764
14.724
6.8
19.1
4 14.250 4 18.400 16 12.244
.6000
Test of Homogeneity of Variances kandungan_protein Levene Statistic 22.409
df1
df2 3
Sig. 12
.000 ANOVA
kandungan_protein Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
308.362
3
102.787
16.578
12
1.381
Total
324.939
15
F 74.405
Sig. .000
39
Means Plots Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:kandungan_protein
(I) perlakuan LSD P0 (Kontrol)
P1 (PHC Daun Gamal)
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
(J) perlakuan
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
P1 (PHC Daun Gamal)
-1.9250
*
.8311
.039
-3.736
-.114
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
-7.0500
*
.8311
.000
-8.861
-5.239
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
-11.2000
*
.8311
.000
-13.011
-9.389
1.9250
*
.8311
.039
.114
3.736
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
-5.1250
*
.8311
.000
-6.936
-3.314
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
-9.2750
*
.8311
.000
-11.086
-7.464
P0 (Kontrol)
7.0500
*
.8311
.000
5.239
8.861
P1 (PHC Daun Gamal)
5.1250
*
.8311
.000
3.314
6.936
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
-4.1500
*
.8311
.000
-5.961
-2.339
P0 (Kontrol)
11.2000
*
.8311
.000
9.389
13.011
P1 (PHC Daun Gamal)
9.2750
*
.8311
.000
7.464
11.086
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
4.1500
*
.8311
.000
2.339
5.961
P0 (Kontrol)
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets kandungan_protein Subset for alpha = 0.05 Perlakuan a
Duncan
N
1
P0 (Kontrol)
4
P1 (PHC Daun Gamal)
4
P2 (PHC Daun Jongajonga)
4
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
4
Sig.
2
3
4
7.200 9.125 14.250 18.400 1.000
1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
40
Lampiran 3. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS versi 16. Kandungan Klorofil Daun Rumput Brachiaria brizantha yang Diberi Pupuk Hijau Cair yang Berbeda.
P0 (Kontrol)
Kandungan Klorofil Daun (Unit) 1 2 3 4 32,20 33,60 24,60 29,70
P1 (PHC Daun Gamal)
48,80
28,00
44,30
48,80
42,47
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
58,70
61,70
61,80
61,80
61,00
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
70,60
69,50
62,70
66,50
67,32
Perlakuan
Rata-rata 30,02
Keterangan : Berbeda Sangat Nyata (P < 0,01) Descriptives kandungan_klorofil 95% Confidence Interval for Mean Std. Std. Mean Deviation Error
N P0 (Kontrol) P1 (PHC Daun Gamal) P2 (PHC Daun Jonga-jonga) P3 (PHC Daun Eceng Gondok) Total
Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
4 30.025
3.9601 1.9801
23.724
36.326
24.6
33.6
4 42.475
9.8804 4.9402
26.753
58.197
28.0
48.8
4 61.000
1.5341
.7670
58.559
63.441
58.7
61.8
4 67.325
3.5368 1.7684
61.697
72.953
62.7
70.6
16 50.206
16.1058 4.0264
41.624
58.788
24.6
70.6
Test of Homogeneity of Variances kandungan_klorofil Levene Statistic 3.065
df1
df2 3
Sig. 12
.069 ANOVA
kandungan_klorofil Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
3506.447
3
1168.816
384.502
12
32.042
Total
3890.949
15
F 36.478
Sig. .000
41
Means Plots Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:kandungan_klorofil
(I) perlakuan LSD P0 (Kontrol)
P1 (PHC Daun Gamal)
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
Mean Difference (I-J)
(J) perlakuan
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
P1 (PHC Daun Gamal)
-12.4500
*
4.0026
.009
-21.171
-3.729
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
-30.9750
*
4.0026
.000
-39.696
-22.254
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
-37.3000
*
4.0026
.000
-46.021
-28.579
12.4500
*
4.0026
.009
3.729
21.171
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
-18.5250
*
4.0026
.001
-27.246
-9.804
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
-24.8500
*
4.0026
.000
-33.571
-16.129
P0 (Kontrol)
30.9750
*
4.0026
.000
22.254
39.696
P1 (PHC Daun Gamal)
18.5250
*
4.0026
.001
9.804
27.246
-6.3250 4.0026
.140
-15.046
2.396
P0 (Kontrol)
P3 (PHC Daun Eceng Gondok) P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
95% Confidence Interval
P0 (Kontrol)
37.3000
*
4.0026
.000
28.579
46.021
P1 (PHC Daun Gamal)
24.8500
*
4.0026
.000
16.129
33.571
6.3250 4.0026
.140
-2.396
15.046
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets kandungan_klorofil Subset for alpha = 0.05 Perlakuan a
Duncan
N
1
2
3
P0 (Kontrol)
4
P1 (PHC Daun Gamal)
4
P2 (PHC Daun Jonga-jonga)
4
61.000
P3 (PHC Daun Eceng Gondok)
4
67.325
Sig.
30.025 42.475
1.000
1.000
.140
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
42
Lampiran 4. Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Penanaman
Pembuatan Pupuk Hijau Cair
43
Penerapan Perlakuan dan Penyiraman
Pengukuran Klorofil Daun
Pemanenan
Penimbangan Sampel di Lapangan
44
Penggilingan Sampel
Penimbangan Sampel untuk Bahan Kering dan Analisis Protein
Penambahan H2SO4
Destruksi
Penambahan Selenium Mix
Pengenceran 45
Destilasi
Penyiapan Volume Titrasi
Indicator PP + H3BO4
Titrasi
46
Lampiran 5. Hasil Analisis Bahan
47
RIWAYAT HIDUP Ian Roni Rezky Raja Rio M. Sigalingging lahir di Pare-pare pada tanggal 12 April 1993, anak Ketiga dari 6 bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Mestin Saragih (Ayah) dan Rosdiana Limbong (Ibu).
Tingkat pendidikan dimulai di
bangku TK Dharma Wanita SMKN 1 Watang Pulu pada tahun 1998, kemudian melanjutkan di SD Negeri 3 Carawali, Sidrap pada tahun 2000. Setelah lulus SD, melanjutkan di SMPN 1 Watang Pulu Sidrap pada tahun 2005, kemudian melanjutkan di SMK Negeri 1 Watang Pulu Sidrap pada tahun 2008.
Setelah menyelesaikan SMU, penulis kemudian diterima di PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tertulis di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2015.
48