PENGARUH KUALITAS AUDIT INTERNAL TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN TATA KELOLA UNIVERSITAS YANG BAIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENSI (Studi Pada Universitas Di Wilayah III Cirebon Jawa Barat) Ida Rosnidah1), Adi Setiawan2) Moh. Yudi Mahadianto3) Mada Purwanto WN4) 1)
Program Studi Akuntansi, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Kampus 1, Jl. Pemuda No. 32 Cirebon Email:
[email protected] 2) Program Studi Manajemen, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Kampus 1, Jl. Pemuda No. 32 Cirebon Email:
[email protected] 3) Program Studi Akuntansi, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Kampus 1, Jl. Pemuda No. 32 Cirebon Email:
[email protected] 4) Program Studi Akuntansi, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Kampus 1, Jl. Pemuda No. 32 Cirebon Email:
[email protected]
Abstrak - Penyelenggaraan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan implikasinya terhadap kualitas lulusan merupakan isu sentral dalam perkembangan suatu bangsa. Karenanya kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi merupakan salah satu hal yang layak untuk mendapatkan perhatian. Kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas lulusan yang akhirnya akan berpengaruh pula terhadap sumber daya manusia Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi (exploratory research) proses pengukuran kualitas audit internal terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui Tata Kelola Universitas yang Baik. Populasi dari penelitian ini adalah ketua Program Studi Universitas Swasta di wilayah III provinsi Jawa Barat yang terdiri Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Penelitian ini menggunakan metoda sampel jenuh atau sensus dengan menggunakan data dari seluruh populasi. Data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada ketua prodi. Dari 99 kuesioner yang disebarkan hanya 65 kuesioner yang dinyatakan layak untuk diestimasi lebih lanjut, dilihat dari kelengkapan pengisian yang dilakukan oleh para responden. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (Path Analysis) dengan dua persamaan regresi yaitu regresi sederhana dan regresi berganda. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for Soscial Science). Penelitian ini membuktikan bahwa Audit Internal berpengaruh terhadap Tata Kelola Universitas yang Baik, dan Tata Kelola Universitas yang Baik mempengaruhi Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Meskipun demikian, Audit Internal tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Kata Kunci : Audit Internal, Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi, Kualitas Lulusan
I. PENDAHULUAN Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tertinggi memiliki peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang memiliki spesifikasi karakter pembaharu, berbudaya intelektualserta memiliki ide dan gagasan baru mencari solusi dalam menyikapi suatu permasalahan (DIKTI, 2013). Penyelenggaraan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan implikasinya terhadap kualitas lulusan merupakan isu sentral dalam
perkembangan suatu bangsa. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga dari suatu Negara. Sama halnya karyawan yang juga merupakan aset yang paling berharga yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan tersebut. Sumber daya manusia ditentukan dari tingkat pendidikan yang telah ditempuh. Semakin rendah tingkat pendidikan maka kualitas sumber daya manusia juga akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Selain itu, kualitas sumber daya manusia akan dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat dalam
Proceedings SNEB 2014: Hal. 1
kegiatan pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta. Berdasarkan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama diketahui bila dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia yang berpartisipasi di Perguruan Tinggi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya (BPS, 2013). Permasalahan kualitas lulusan Perguruan Tinggi mendapatkan banyak sorotan dari berbagai fihak, salah satunya adalah Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Abdul Wahid Maktub yang menyatakan “banyak perguruan tinggi yang hanya menitikberatkan untuk mengejar kuantitas lulusan tanpa memperhatikan pembekalan skill” (antarayogya). Pernyataan lebih keras disampaikan Wakil Presiden Boediono yang menyebutkan “perguruan tinggi yang tidak menjaga kualitas pendidikan ibarat mengeluarkan lulusan yang sama seperti pengedar uang palsu” (metrotvnews). Ketidakmampuan perguruan tinggi dalam menjaga kualitas pendidikan akan mengakibatkan menurunnya kualitas lulusan yang akan berdampak kepada rusaknya sistem dalam jangka panjang yang akan mempengaruhi masa depan suatu bangsa. Untuk menjaga kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi maka diperlukan tata kelola universitas yang baik (Good University Governance). Hasil penelitian lain yang dipublikasikan oleh 4 International Colleges & Universities yang membuat peringkat 100 Universitas di kawasan Asia diketahui Indonesia di wakiliki oleh tiga Universitas yaitu ITB, UNPAD dan UGM. Jumlah tersebut masih kalah dengan Thailand yang memasukan tujuh Universitasnya (Chiang Mai University, Burapha University, Kasetsart University, Prince of Songkla University, Mahidol University, Chulalongkorn University dan King Mongkut's Institute of Technology Ladkrabang). Walaupun Singapura dan Malaysia diwakili oleh jumlah yang lebih sedikit namun mengingat jumlah Universitas di Indonesia yang jauh lebih banyak, kondisi tersebut bukan sesuatu yang dapat dibanggakan. Berdasarkan hasil survey tersebut menunjukkan negara lain di kawasan Asean (Thailand, Singapura, dan Malaysia) memiliki pengakuan lebih baik dibandingkan Indonesia. Bagaimana tidak dengan jumlah perguruan tinggi dan Universitas yang jauh lebih banyak hanya tiga Universitas yang masuk dalam peringkat terbaik berdasarkan kedua lembaga survei tersebut. Hasil lembaga survei tersebut merupakan indikasi yang menunjukkan perlunya upaya yang mendesak untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di Indonesia agar menghasilkan lulusan yang berkualitas. Keberadaan audit internal sebagai salah satu variabel yang diduga memiliki kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang berimplikasi pada kualitas lulusan, berdasarkan kepada asumsi keberadaan kualitas audit internal di lingkungan institusi, akan mampu menciptakan sistem pengendalian penyelenggaraan
pendidikan sebagai wujud profesionalisme di lingkungan perguruan tinggi seperti yang disampaikan oleh Lustig (2006). Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan dalam menciptakan lulusan yang berkualitas dapat terlaksana, jika sebuah Perguruan Tinggi mampu menciptakan atmosfer yang menunjang bagi terciptanya lingkungan institusi yang kondusif bagi terciptanya peningkatan penyelenggaran pendidikan dan lulusan secara berkesinambungan. Audit internal dapat digunakan untuk pengendalian dan pengembangan mutu Pendidikan Tinggi. Audit internal merupakan media untuk memperbaiki kinerja masing-masing unit di Perguruan Tinggi (Hamid, 2012). Audit internal merupakan wujud komitmen dan profesionalime di lingkungan perguruan tinggi dalam menjamin dan meningkatkan kualitas pendidikan. Karena melalui pelaksanaan audit internal, Universtas akan didorong untuk lebih transparan dalam menunjukkan kinerja yang telah dicapai. Selain itu keberadaan perguruan tinggi yang terdiri dari unit-unit kerja memerlukan alat peningkatan mutu (ukuran tinggi rendahnya) kualitas pendidikan di institusi tersebut, sehingga mampu menunjukkan secara jelas kepada pihak-pihak terkait bagaimana untuk melakukan evaluasi serta perbaikan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Keberadaan audit internal pada dasarnya merupakan implementasi bagi persyaratan standar yang ditentukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang mengharuskan institusi memiliki sistem pengelolaan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi yang menjamin kelayakan, keberlangsungan, dan keberlanjutan program akademik di program studi (Standar 6 BAN PT). Kualitas audit internal akan menjadi alat pengendali proses penyelenggaraan akademik yang dikelola agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh audit internal dan tata kelola universitas yang baik dalam mempengaruhi kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi. II. LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Kajian pustaka selanjutnya adalah membahas mengenai Pendidikan Tinggi, dimana definisinya berbeda dengan perguruan tinggi. Berdasarkan Indrajit (2006) “pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur sekolah pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan”. Sedangkan lebih lanjut Indratjit menyatakan perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dimana satuan tersebut dibagi dalam Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Produk dari penyelenggaran pendidikan tinggi yang berkualitas adalah lulusan yang berkualitas (Indrajit, 2006). Dengan kata lain kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah kunci dalam menciptakan Sumber Daya Manusia berkualitas penerus yang akan melanjutkan roda perkembangan suatu bangsa (Tambunan, 2008). Masa depan suatu
Proceedings SNEB 2014: Hal. 2
bangsa akan ditentukan oleh sejauhmana keberhasilan institusi pendidikan sebagai pabrik peradaban suatu bangsa dalam menciptakan putra-putri bangsa yang berkualitas. Senada dengan yang disampaikan oleh Okwakol (2009) seperti berikut ini: Higher education institutions are charged with formation of human capital through teaching, building knowledge base through research and knowledge development, and dissemination and use of knowledge by interacting with the knowledge users. Di Indonesia pengelolaan perguruan tinggi harus berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi (sesuai dengan PP No. 60 Tahun 1990) dan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Peraturan Pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Sistem pendidikan nasional saat ini diatur menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.Sebagai acuan dasar atas misi-misi tersebut, PT dibebani tiga fungsi utama, yaitu menyelenggarakan pendidikan, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi). Pengukuran tingkat kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi mengacu kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas permasalahan tersebut. Adapun ukuran untuk mengetahui kualitas pendidikan tinggi terdiri dari empat dimensi, yaitu: Kualitas Dosen, Kualitas Penelitian, Internal Proses, dan Inovasi Program Studi. 2.2. Kualitas Audit Penerapan audit internal saat ini tidak hanya diterapkan di dalam kegiatan perusahaan bisnis tetapi sudah mulai diaplikasikan dalam kegiatan operasional pendidikan tinggi. Tujuan penerapan audit internal ini adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi perguruan tinggi dalam kegiatan proses operasionalnya.
Dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya, suatu organisasi sangat memerlukan adanya audit internal. Hal ini juga berlaku di Perguruan Tinggi. Audit internal atau disebut juga Satuan Pengawasan Intern (SPI), menurut Standar Profesi Audit Internal (2004) adalah: “Kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance”. Pengertian audit internal menurut Agoes (2004) adalah: “Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian audit internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku”. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan audit internal tidak hanya terbatas dalam bidang pemeriksaan keuangan tetapi sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasi suatu organisasi. Internal auditors dituntut untuk selalu mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan disiplin dalam pekerjaannya. Dalam International Standard for the Professional Practise of Internal Auditing (IIA, 2009:9) “disebutkan mengenai keahlian dan kecermatan professional Audit Internal sebagai berikut “Engagement should be performed with proficiency and due professional care” Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya. Program ini dirancang untuk membantu audit internal dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan Standard dan Kode Etik audit internal. 2.3. Tata Kelola Universitas yang Baik Terdapat lima prinsip dasar GCG (Daniri, 2005) yaitu: Transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness. Transparency (keterbukaan informasi) bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai peusahaan. Dalam mewujudkan tranfaransi, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 3
Esensi GCG adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Gunarsih, 2003). GCG memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme checks and balances di perusahaaan. Secara sederhana, GCG dapat dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar konsep Good Governance dalam sistem dan proses governance pada institusi perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan secara umum (Wijatno,2009). Penyesuaian dalam penerapan GCG di PT atau GUG karena komunitas PT diharapkan menjadi komunitas yang mampu menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi bangsa, selain itu komunitas PT juga dijadikan garda moral dan penjaga nilai-nilai luhur yang dianut suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah, anggota komunitas PT mendapat posisi yang terhormat di tengah masyarakat. Beberapa langkah penerapan university governance adalah dengan melakukan peningkatan kinerja melalui restrukturisasi. Restrukturisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain adalah dengan peningkatan kinerja keuangan, pemberian wewenang yang luas kepada manajemen dalan melaksanakan fungsi-fungsinya dan pengurangan birokrasi. Pemberian kewenangan yang luas kepada manajemen dalam mengambil keputusan merupakan salah satu langkah upaya perbaikan kinerja PT. Hal ini sejalan dengan konsep paradigm baru dalam pendidikan tinggi yang meletakkan pada empat aspek penting yakni otonomi, akuntabilitas, akreditas, dan evaluasi. (Orasi Ilmiah Dirjendikti, 2002 dalam Wijatno, 2009). Manajemen PT harus memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan suatu proses adaptasi dengan tepat. Disamping itu, manajemen harus dapat bertanggung jawab mengendalikan organisasi agar visi dan misi PT dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Misi PT sesuai dengan Tri Dharma PT yaitu melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Seiring dengan perkembangan dari waktu ke waktu dan pengaruh dari era globalisasi, maka PT dituntut tidak hanya sekedar menjalankan misi, akan tetapi dibutuhkan quality assurance (QA). Meskipun QA belum banyak diketahui oleh pengelola PT dan belum menjadi budaya, namun hal ini sangat penting untuk digunakan sebagai acuan dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja PT. Masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan PT berhak memperoleh informasi mengenai kinerja PT tersebut. (Dirjendikti, 2002 dalam Wijatno, 2009).
Kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi dan kualitas lulusan merupakan output (luaran) sekaligus goal (tujuan) dari sebuah institusi pendidikan tinggi. Dengan kata lain kedua konstruk tersebut adalah wujud efektivitas dari keberadaan sebuah Universitas yang termasuk dalam salah satu bentuk intitusi Perguruan Tinggi. Efektivitas organisasi adalah sejauh mana sebuah organisasi telah memenuhi tujuan dan sasaran yang dinyatakan dan seberapa baik dilakukan dalam proses (Yankey dan McClellan, 2003 dalam Kronkosky, 2007). 2.4. Hipotesis Audit internal merupakan wujud komitmen dan profesionalime di lingkungan perguruan tinggi dalam menjamin dan meningkatkan kualitas pendidikan. Karena melalui pelaksanaan audit internal, Universtas akan didorong untuk lebih transparan dalam menunjukkan kinerja yang telah dicapai. Selain itu keberadaan perguruan tinggi yang terdiri dari unit-unit kerja memerlukan alat peningkatan mutu (ukuran tinggi rendahnya) kualitas pendidikan di institusi tersebut, sehingga mampu menunjukkan secara jelas kepada pihak-pihak terkait bagaimana untuk melakukan evaluasi serta perbaikan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Audit internal dapat digunakan untuk pengendalian dan pengembangan mutu Pendidikan Tinggi. Audit internal merupakan media untuk memperbaiki kinerja masing-masing unit di Perguruan Tinggi (Hamid, 2012). Audit internal dalam suatu perguruan tinggi mempunyai peran dalam pengembangan dan penjaminan mutu atau kualitas penyelenggaraan pendidikan yang diterapkan perguruan tinggi. Keberadaan audit internal dalam perguruan tinggi akan meningkatkan kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi. Kualitas lulusan merupakan cerminan dari suatu proses yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi akan tetap terjaga apabila suatu universitas menerapkan Tata kelola yang baik. Tata kelola universitas merupakan proses pengambilan keputusan untuk membuat aturan dan regulasi yang mengatur pelaksanaan dan hubungan antara berbagai anggota dari perguruan tinggi atau komunitas di lingkungan universitas (Corson dalam Indrajit (2006)). Jika proses penyelenggaraan yang dilakukan mempunyai kualitas atau mutu yang rendah, maka output yang dihasilkan juga mempunyai kualitas yang rendah pula, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, auditor internal akan mempengaruhi kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui tata kelola universitas yang baik. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Audit Internal berpengaruh terhadap Tata Kelola Universitas yang Baik H2: Audit Internal mempunyai pengaruh tak langsung terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi melalui Tata Kelola Universitas yang Baik
Proceedings SNEB 2014: Hal. 4
2.5. Metoda Riset Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel endogen dan dua variabel eksogen. Variabel endogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Sedangkan variabel eksogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Audit Internal dan Tata Kelola Universitas yang Baik. Seluruh variabel diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan keseluruh perguruan tinggi di wilayah III provinsi jawa barat dengan menggunakan ketua prodi sebagai responden. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan dua persamaan regresi yaitu regresi sederhana dan regresi berganda. Data yang digunakan dalam analisis diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Analisis tersebut dilakukan setelah memenuhi asumsi yang diperlukan yaitu normalitas dan multikolinearitas. Berikut adalah dua model persamaan regresi yang akan digunakan dalam penelitian: GUG = β1 AI + ε1 ........................(1) KPPT = β1 AI + β2 GUG + ε2 ....(2) Keterangan: GUG = Tata Kelola Universitas yang Baik AI = Audit Internal KPPTL = Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for Soscial Science). Hasil dari analisis data yang digunakan akan menunjukkan pengaruh langsung dan pengaruh taklangsung antara audit internal dan kualitas lulusan. Pengaruh langsung dan taklangsung tersebut ditentukan dengan menggunakan nilai standardized beta dari hasil output dari data yang dianalisis. Pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis akan ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dibandingkan dengan alpha (0.05). III. PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan dari kuesioner yang bagikan pada seluruh perguruan tinggi swasta yang terdapat di wilayah III Cirebon dengan responden ketua prodi (Program Studi). Wilayah III terdiri dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Meskipun demikian, sampai batas waktu yang ditentukan universitas swasta dari daerah Kuningan belum menyerahkan hasil kuesioner yang diberikan. Disisi lain dari 99 kuesioner yang disebarkan hanya 65 kuesioner yang bersedia diisi oleh responden. Selanjutnya setelah data dimasukan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengetahui tingkat keabsahan dari data hasil kuesioner yang disebarkan. 3.1. Reliabilitas dan Validitas Data Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dan validitas data menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel yang reliabel dan kuesioner yang digunakan telah valid.
Hasil pengujian reliabilitas data menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan yang digunakan sebagai indikator variabel Audit Internal menghasilkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0.925 yang lebih tinggi dibandingkan 0.70. Indikator variabel Tata Kelola Universitas yang Baik juga menunjukkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0.953 yang lebih besar daripada 0.70, demikian juga untuk variabel Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi yang mempunyai nilai Cronbach Alpha sebesar 0.871 yang juga lebih besar dari 0.70. Hasil ini menunjukkan bahwa responden melakukan pengisian kuesioner dengan konsisten. Hasil analisis validitas data menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi masing-masing kuesioner yang lebih kecil dari tingkat alpha. Hasil pengujian validitas data tersebut berlaku untuk seluruh kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. 3.2. Pengujian Hipotesis Pengujian normalitas residual data untuk kedua model regresi tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.734 dan 0.910 yang lebih besar dari tingkat alpha untuk model regresi pertama dan kedua. Pengujian multikolinearitas untuk model regresi berganda juga menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan yang terlalu kuat antar variabel eksogen dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari besarnya Tolerance yang tidak kurang dari 0.1 dan VIF yang tidak lebih dari 10.00, besarnya Tolerance sebesar 0.818 untuk variabel Auditor Internal dan Tata Kelola Universitas yang Baik. Sedangkan besarnya nilai VIF untuk variabel Auditor Internal dan Tata Kelola Universitas yang Baik sebesar 1.222. Berdasarkan hasil pengujian model regresi pertama dan regresi yang kedua menunjukkan bahwa variabel Audit Internal berpengaruh terhadap Tata Kelola Universitas yang Baik, dan Tata Kelola Universitas yang Baik mempengaruhi Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Meskipun demikian, Audit Internal tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Nilai koefisien Standardized Beta Audit Internal pada persamaan regresi yang pertama sebesar 0.426 dan signifikan pada 0.000, hal ini membuktikan bahwa Audit Internal berpengaruh terhadap Tata Kelola Universitas yang Baik. Nilai koefisien tersebut merupakan nilai jalur yang kedua. Pada persamaan regresi yang kedua menghasilkan nilai koefisien Standardized Beta sebesar 1.49 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.83 untuk Audit Internal, sedangkan Tata Kelola Universitas yang Baik menghasilkan koefisien Standardized Beta sebesar 0.722 yang signifikan pada 0.000. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diambil keputusan bahwa Audit Internal Berpengaruh terhadap Tata Kelola Universiitas yang Baik dan mempunyai pengaruh taklangsung terhdap Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Berdasarkan
Proceedings SNEB 2014: Hal. 5
hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diputuskan bahwa kedua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat ditolak.
IV. SIMPULAN Proses penyelenggaraan yang mempunyai kualitas atau mutu yang rendah, maka output yang dihasilkan juga mempunyai kualitas yang rendah pula, begitu juga sebaliknya. Untuk memastikan bahwa tata kelola yang diterapkan dalam suatu universitas telah sesuai dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan maka membutuhkan sistem pemeriksaan terhadap penyelenggaraan tersebut. Pemeriksaan tersebut merupakan peran Audit Internal. Penelitian ini membuktikan bahwa Audit Internal yang terdapat dalam suatu universitas mempunyai pengaruh terhadap tata kelola universitas tersebut dan akan berpengaruh pula terhadap kualitas penyelenggaran pendidikan tinggi.
REFERENSI Agoes, S. (2004). Auditing. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Daniri, M. A. (2005). Good Corporate Governance. Jakarta: PT. Ray Indonesia. Indrajit, E.R. dan Djokropranoto. (2006). ManajemenPerguruan Tinggi Modern, Jogyakarta: CV. Andi Offset. Gunarsih, Tri. (2003). Struktur Kepemilikan Sebagai Salah satu Mekanisme Corporate Governance,Kompak No. 8 . Kronkosky. (2007). “Non Profit Organizational Effectiveness”. Charitable Foundation Research Brief. Lustig, J. (2006). From Art to Alienated Labor: The Degradation of Academic Work. The Nea Higher Education. Okwakol.M.J.N. (2009). The Need For Transformative Strategic Planning in Universities in Uganda. NCHE Journal Kampala. Nicolescu, L. (2009). Applying Marketing To Higher Education. Scope And Limits Management & Marketing Vol. 4, No. 2, 35-44. Tambunan, T. (2008). Ukuran Daya Saing Koperasi Dan Ukm. Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti Kadin Indonesia. Wijatno, S. (2009). Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif dan Ekonomis. Jakarta: Salemba Empat. www.dikti.go.id. (diakses 29 Oktober 2013) http://ban-pt.kemdiknas.go.id/ http://www.antaranews.com/berita/324041/rektor-uiiaudit-internal-diperlukan-perguruan-tinggi www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/09/03/1 /179181/Lulusan-tidak-Bermutu-PerguruanTinggi-Ibarat-Pengedar-Uang-Palsu www.dikti.go.id. Diakses 29 Oktober 2013.
http://www.antarayogya.com/berita/316218/kemenake rtrans-perguruan-tinggi-masih-berorientasikuantitas-lulusan Biodata Penulis Ida Rosnidah, Sarjana Ekonomi Akuntansi (SE. Ak.), Prodi Akuntansi, Universitas Padjadjaran Bandung (1990). Gelar Magister Manajemen (MM) Program Pasca Sarjana Magister Manajemen, STIE Indonesia Emas (2000). Gelar Doktor (Dr) Program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Akuntansi pada Universitas Padjadjaran Bandung (2009). Saat ini menjadi Dosen dan Dekan di Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Adi Setiawan, Sarjana Ekonomi (SE), Prodi Manajemen, Universitas Pasundan Bandung (2002). Gelar Magister Manajemen (MM) Program Pasca Sarjana Magister Manajemen, Universitas Pendidikan Indonesia (2008). Saat ini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Moh. Yudi Mahadianto, Sarjana Ekonomi (SE), Prodi Akuntansi, STIE Widya Wiwaha Yogyakarta (1994). Gelar Magister Manajemen (MM) Program Pasca Sarjana Magister Manajemen, STIE Ganesha, Jakarta (2005). Saat ini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Mada Purwanto WN, Sarjana Ekonomi (SE), Prodi Akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta (2007). Gelar Master of Science in Accounting (M.Sc) Program Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2009). Saat ini menjadi Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 6
Proceedings SNEB 2014: Hal. 7