Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
KAJIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN UKM N0. 14 TAHUN 2009 Henrikus Herdi
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research are to recognize financial performance of Tuke Jung Credit Cooperation from health level aspect of credit cooperation period 2009-2011, know about anything problems that faced by credit cooperation, and give solution in problem solving that encountered by credit cooperation. The result of the research indicates that Tuke Jung Credit Cooperation experienced fluctuation in 2009 taken score 75,95 and included fairly well predicate, in 2010 taken score 82,7 and get good predicate, and in 2011 get score 73,95 get fairly well predicate. Fluctuation happened because cooperation own several problems that are greater risk, bigger debts of cooperation member and business expenses, big regional cross loan debt, unable to fulfill whole short term obligation, less of SHU, did not have limitation lending given to its members and only have one business that is loan and borrow the money. Therefore suggested Tuke Jung Credit Cooperation have policy by giving loan accompanied collateral in detail and clearly and selective in give loan to members, make limitation loan to member appropriate with own modal, should pressure business expenses and cooperation (interest of regional cross loan debt and risk cost), in long term must proposed interest decrease for regional loan cross. Keywords: Cooperation health level, financial performance, Regulation of Ministry of Cooperation and Small Enterprises Number 14 of 2009. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Koperasi Kredit Tuke Jung dari aspek tingkat kesehatan koperasi kredit tahun 2009–2011, mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi koperasi kredit, dan memberi solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi koperasi kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung mengalami fluktuasi yaitu tahun 2009 diperoleh skor 75,95 dan masuk dalam predikat cukup sehat, tahun 2010 diperoleh skor 82,7 dan masuk dalam predikat sehat, dan tahun 2011 diperoleh skor 73,95 masuk dalam predikat cukup sehat. Fluktuasi tejadi karena koperasi memilki beberapa masalah yaitu memiliki pinjaman berisiko yang sangat besar, beban operasi anggota dan beban usaha yang sangat besar, hutang silang pinjam daerah yang sangat besar, belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendek secara keseluruhan, kecilnya SHU, tidak membuat batas besarnya pinjaman yang diberikan kepada anggota, dan hanya memiliki satu bidang usaha saja yaitu simpan pinjam. Untuk itu disarankan agar Koperasi Kredit Tuke Jung membuat kebijakan pemberian pinjaman dengan agunan yang secara rinci dan jelas dan selektif dalam memberi pinjaman kepada anggota, membuat batas besarnya pemberian pinjaman kepada anggota sesuai dengan modal yang dimiliki, harus menekan beban usaha dan perkoperasian (bunga hutang silang pinjam daerah dan biaya risiko), dalam jangka panjang harus mengusulkan penurunan bunga untuk silang pinjam daerah. Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Koperasi, Kinerja Keuangan, Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2 PENDAHULUAN Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama dikenal di Indonesia. Ada beberapa jenis koperasi, termasuk di dalamnya adalah koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit yang dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan. Usaha yang dijalankan oleh koperasi simpan pinjam adalah usaha pembiayaan yaitu menghimpun dana dari para anggotanya dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya atau masyarakat umum (Kasmir, 2004:270). Koperasi kredit atau simpan pinjam memperoleh modal dari anggota dalam bentuk simpanan. Semakin banyak simpanan anggota maka semakin besar modal koperasi kredit dan besaran pinjaman yang diberikan kepada anggota juga semakin besar. Sebagai lembaga keuangan perantara yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, koperasi kredit harus menjaga kepercayaan masyarakat dalam mengelola dana, dengan menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan koperasi. Kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat, dan sangat tidak sehat. Tingkat kesehatan koperasi merupakan gambaran suatu koperasi ditinjau dari laporan keuangannya. Laporan keuangan memegang peranan yang sangat penting untuk mengetahui bagamana kondisi koperasi, apakah dapat dikatakan baik atau tidak baik. Suatu koperasi dikatakan sehat dapat dilihat dari hasil pemberdayaan koperasi yang diukur dengan indikator tumbuh dan berkembangannya koperasi yang sehat, adanya manfaat koperasi bagi anggota, partisipasi anggota terhadap koperasi dan dukungan masyarakat serta pihak-pihak yang terkait. Indikator hasil pemberdayaan koperasi menggambarkan keberhasilan kinerja koperasi. Penilaian kinerja keuangan koperasi kredit dalam mengelola dana dari masyarakat dilihat dari tingkat kesehatan koperasi merupakan faktor penting dalam suatu lembaga usaha. Dengan mengetahui tingkat kesehatan koperasi kredit, maka masyarakat (anggota) dapat dengan mudah meniliai kinerja lembaga tersebut (Anoraga, 2003:127). Indikator kinerja keuangan koperasi dapat dilihat dari tingkat kesehatannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah NOMOR 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan yang terdiri atas Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Jati Diri Koperasi. Analisis tingkat kesehatan koperasi sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana kinerja koperasi dan tingkat kesehatannya, sehingga manajer dapat mengambil suatu keputusan yang tepat untuk menjaga kalangsungan hidupnya. Usaha kecil dan menengah yang berkembang di Kabupaten Sikka adalah koperasi kredit. Dengan banyaknya koperasi kredit didirikan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka, pada tahun 2005 Bapak Bupati Sikka mencanangkan Kabupaten Sikka sebagai Kabupaten Koperasi. Dengan pencanangan ini, banyak koperasi kredit maupun koperasi serba usaha yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Penelitian ini hanya berpusat pada Koperasi Kredit Tuke Jung. Koperasi Kredit Tuke Jung adalah salah satu koperasi kredit di Kabupaten Sikka yang perkembangan anggotanya sampai bulan november tahun 2012 berjumlah 7.111 orang, tetapi belum dilakukan penilaian tingkat kesehatan dari Dinas Koperasi untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi. Rumusan masalah dalam penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan koperasi kredit dari aspek tingkat kesehatan koperasi kredit tahun 2009-2011, masalah-masalah apa saja yang dihadapi koperasi kredit, dan bagaimana solusi dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3 memecahkan masalah yang dihadapi koperasi kredit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi kredit dari aspek tingkat kesehatan koperasi kredit tahun 2009–2011, mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi koperasi kredit, dan memberi solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi koperasi kredit. TINJAUAN TEORETIS Koperasi Koperasi menurut Undang-undang N0.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Menurut PSAK N0.27 tahun 2009, koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). Tujuan koperasi menurut Undang-undang N0.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan (Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia, 2012). Koperasi Kredit (KOPDIT) Koperasi kredit merupakan usaha penyimpanan dan peminjaman sejumlah uang untuk keperluan para anggotanya atau koperasi yang menyediakan dana bagi anggota yang memerlukan. Koperasi kredit/simpan pinjam bertujuan untuk memberi pinjaman uang kepada anggotanya yang sangat memerlukan bantuan dengan persyaratan ringan, mudah, dan terjamin (Karsono, 2005:58). Koperasi simpan pinjam juga memberi kesempatan kepada anggotanya untuk menabung secara bersama-sama, hal ini tidak lain untuk mnemperbesar koperasi walaupan bukan tujuan utamanya. Menurut Undang-undang N0.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian, kegiatan koperasi kredit/simpan pinjam menghimpun dana dari Anggota, memberikan Pinjaman kepada Anggota dan menempatkan dana pada Koperasi Simpan Pinjam sekundernya. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam mengambil keputusan (Sutrisno, 2005:9). Menurut Sugiono dan Untung (2008:3), laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang ada didalam (internal) perusahaan maupun pihak yang berada diluar (eksternal) perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
Kinerja Keuangan Pengertian kinerja menurut Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (2007:570) adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Sehingga penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Rudianto, 2006:331). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran-anggaran.
Fuad (1999) dalam penelitiannya ingin menganilisis kinerja keuangan KUD Mandiri di Kabupaten Dati II Malang, dalam penelitian tersebut menyimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan KUD Mandiri Kabupaten Malang secara keseluruhan maupun komponen-komponen dari kinerja keuangan. Djayani (1995) dalam penelitiannya ingin menganalisis kinerja perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi pada perusahaan go publik di indonesia. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa rasio aktivitas, likuiditas, solvabilitas dan tingkat pengembalian aktiva mempunyai kontribusi terhadap prestasi kinerja keuangan koperasi, namun rasio aktivitas yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja keuangan koperasi. Styawan (2009) dalam penelitiannya menganalisis kesehatan koperasi di Kabupaten Pasuruan agar dapat mencapai predikat sehat dengan menggunakan acuan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah N0.194/Kep/M/IX/1998. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar koperasi simpan pinjam di Kabupaten Pasuruan masuk dalam kategori sehat. Wijiastuti (2011) dalam penelitiannya menganalisis Tingkat Kesehatan Koperasi Di Kabupaten Pacitan Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi Dan UKM RI N0.20 Tahun 2008, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan koperasi dilihat dari kinerja keuangan dan kebijakan apa saja yang dapat diambil berdasarkan hasil penilaian kesehatan. Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan KOPDIT Berdasarkan peraturan menteri koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009 tentang perubahan atas peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah NOMOR 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan yang terdiri atas Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Jati Diri Koperasi (Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2009). Permodalan bertujuan untuk menilai tingkat pertumbuhan modal koperasi. Kualitas aktiva produktif bertujuan menilai kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi. Manajemen bertujuan menilai kemampuan manajemen dalam mengelola koperasi. Efisiensi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya. Likuiditas bertujuan untuk menilai kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kemandirian dan pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional. Jati diri koperasi bertujuan untuk untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dikembangkan antara lain oleh Yin (1988). Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kredit (KOPDIT) Tuke Jung yang merupakan koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjam, yang sangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Koperasi Kredit (KOPDIT) Tuke Jung berbadan hukum: BH/16/KWK/.24/II/1996, berada di Desa Nelle Wutung, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Jenis sumber data menurut Sutopo (2002:53) adalah mencakup secara menyeluruh meliputi manusia (responden), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda termasuk beragam gambar dan rekaman/manucrip, serta dokumen maupun arsip. Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji berupa data kualitattif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi: (a) Informan dalam penelitian ini adalah manajer Koperasi Kredit (KOPDIT) Tuke Jung; (b) Rekaman/manucrip, arsip atau dokumen resmi digunakan sebagai data pendukung yang dapat memperjelas data utama. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data meliputi: (a) Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap manajer Koperasi Kredit (KOPDIT) Tuke Jung dengan tujuan mengetahui kondisi operasi koperasi, masalah-masalah yang dihadapi koperasi serta kebijakan-kebijakan atau keputusan dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja koperasi; (b) Dokumen. Dokumen dari data Koperasi Kredit (KOPDIT) Tuke Jung adalah laporan keuangan yang dikumpulkan dari laporan hasil RAT tahun 2009-2011. Satuan Kajian Penilaian tingkat kesehatan koperasi kredit merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kesehatan koperasi kredit dari berbagai aspek, agar pihak manajemen dapat mengetahui kinerja keuangan koperasi kredit dan dapat mempertangungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pengelolaan koperasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dalam Rapat Anggota (RAT). Indikator penilaian tingkat kesehatan koperasi kredit berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah NOMOR 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan yang terdiri atas Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Jati Diri Koperasi. Permodalan lebih ditekankan kepada nilai, daya beli, atau kekuasaan untuk menggunakan apa yang terkandung dalam barang modal (Hendrojogi, 2002:193). Permodalan Unit Simpan Pinjam (USP) berupa modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap terdiri dari modal yang disetorkan pada awal pendirian, modal tambah koperasi yang bersangkutan, dan cadangan yang disisihkan dari keuntungan koperasi. Aktiva produktif sering juga disebut earning asset atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi bersangkutan. Pengertian manajemen dapat menunjuk kepada orang/ sekelompok orang, atau bisa juga merupakan proses. Manajemen dalam koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan manajer. Ada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
6 hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut, dalam arti bahwa tidak satu unsur pun bisa bekerja secara efektif tanpa dibantu atau didukung oleh unsur-unsur lainnya (Hendrojogi, 2002:135). Efisiensi koperasi adalah seberapa besar kemampuan koperasi melayani anggotanya dengan penggunaan asset dan biaya seefisien mungkin. Likuiditas adalah kemampuan KSP atau USP Koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada sebagaimana kemampuan koperasi melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi di tahun yang bersangkutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jatidiri Koperasi adalah tujuan dari sebuah koperasi dalam mempromosikan ekonomi anggotanya. Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi koperasi dengan tujuan untuk mengetahui kondisi koperasi dan masalah yang sedang dihadapi koperasi serta memberi solusi untuk pemecahan masalah-masalah yang dihadapi koperasi. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan berpedoman pada rangkaian masalaah dan tujuan teoretis akademis. Teknik analisis data dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa tahap sebagai berikut: (a) Menghitung rasio-rasio Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, serta Jati diri Koperasi merujuk pada Laporan Keuangan Koperasi Kredit Tuke Jung Periode 20092011; (b) Menghitung nilai, mengalikan dengan bobot dan menentukan skor yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009; (c) Menjumlahkan skor masing-masing aspek berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009; (d) Menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi yang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat; (e) Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi koperasi kredit dan memberi solusi untuk masing-masing masalah yang dihadapi koperasi kredit. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung Tahun Buku 2009-2011 Hasil penilaian tingkat kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung tahun buku 2009-2011 berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah NOMOR 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan yang terdiri atas Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Jati Diri Koperasi, ditampilkan dalam tabel berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
7 Tabel 1 Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung Tahun Buku 2009-2011 N0
Aspek Yang Dinilai
1.
Permodalan a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset. b. Rasio Moda l Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan Berisiko. c. Rasio Kecukupan Modal sendiri.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio Volume Pinjaman Pada Anggota terhadap Volume Pinjaman Diberikan. b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang diberikan. c. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah. d. Rasio Pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan. Manajemen a. Manajemen Umum. b. Manajemen Kelembagaan. c. Manajemen Permodalan . d. Manajemen Aktiva. e. Manajemen Likuiditas. Efisiensi a. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto. b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor. c. Rasio efisiensi pelayanan. Likuiditas a. Rasio Kas. b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. Kemandirian dan Pertumbuhan a. Rentabilitas asset. b. Rentabilitas Modal Sendiri. c. Kemandirian Operasional Pelayanan. Jati Diri Koperasi a. Rasio partisipasi bruto. b. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA).
2009
Rasio (%) 2010
Nilai
Bobot (%)
2011
2009
2010
2011
52,42
52,38
52,86
100
100
100
121
118
118,9
100
100
47,93
76,54
60,80
100
100
100
100
1,22
1,28
149,4
1,33
Skor
6
2009 15 6
2010 15 6
2011 15 6
100
6
6
6
6
100
100
3
3
3
3
100
100
100
10
24 10
20,5 10
20,5 10
0,26
80
80
80
5
4
4
4
219
1.269
100
100
100
5
5
5
5
50,07
50,79
100
25
25
5
5
1,25
1,25
8 5 4 8 4
8 5 4 8 4
8 5 4 8 4
11,7 2 2,50 2,40 2,40 2,40
11,7 2 2,50 2,40 2,40 2,40
11,7 2 2,50 2,40 2,40 2,40
104,75
107,71
106,24
0
0
0
4
4 1
7 1
4 1
1996
13,12
2.055
25
100
25
4
1
4
1
0,93
2,75
2,78
100
100
100
2
2
2
2
1,85
14,05
5,4
25
100
25
10
7,5 2,5
15 10
7,5 2,5
98,17
98,67
103,6
100
100
100
5
5
5
5
0,52 9,08
0,42 11,05
0,36 0,21
25 100
25 100
25 25
3 3
3,75 0,75 3
3,75 0,75 3
5,5 0,75 0,75
45,67
85,49
116,2
0
0
100
4
0
0
4
93,14
91,02
92,45
100
100
100
7
10 7
10 7
10 7
103
100
100
100
3
3 75,95
3 82,7
3 73,95
127 136 Jumlah Sumber: Data Keuangan Kopdit Tuke Jung, Diolah
Dari tabel di atas bahwa tingkat kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0. 14 tahun 2009, mengalamai fluktuasi yaitu tahun 2009 termasuk dalam predikat cukup sehat karena memperoleh skor 75,95, tahun 2010
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
8 termasuk dalam predikat sehat karena memperoleh skor 82,7 dan tahun 2011 diperoleh skor 73,95 dan termasuk dalam predikat cukup sehat. Fluktuasi terjadi disebabkan dari beberapa aspek yaitu aspek kualitas aktiva produktif, Efisiensi, Likuiditas, serta Kemandirian dan Pertumbuhan tidak dapat memenuhi standar penilaian yang ditentukan. Aspek kualitas aktiva produktif Koperasi Kredit Tuke Jung terletak pada risiko pinjaman bermasalah, dimana pinjaman berisiko mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan total yang cukup besar yaitu tahun 2009 besarnya pinjaman berisiko Rp156.565.500, tahun 2010 sebesar Rp7.721.616.335 atau meningkat sebesar Rp7.565.050.835, sedangkan tahun 2011 sebesar Rp10.543.927.150 atau meningkat sebesar Rp2.822.310815. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi dalam memberi pinjaman kepada anggota tanpa menghitung besarnya pinjaman yang diberikan dengan besarnya agunan yang diberikan anggota. Kebijakan koperasi dalam memberi pinjaman kepada anggota adalah jika besarnya pinjaman di atas Rp5.000.000 agunan yang diberikan berupa sertifikat rumah, BPKB sepeda motor dan mobil serta surat berharga lainnya. Hasil temuan penulis menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat koperasi belum mencerminkan batas besarnya pinjaman dengan agunan secara rinci. Temuan lainnya apabila terjadi pinjaman macet atau tidak tertagih agunan yang ditarik tidak dapat dilelangkan karena pihak koperasi belum membuat ketentuan atau aturan mengenai pelelangan agunan yang ditarik, sehingga solusi yang diberikan penulis bagi Koperasi Kredit Tuke Jung agar dalam melayani atau memberi pinjaman kepada anggota harus mengkaji dan menghitung besarnya agunan jumlahnya harus lebih besar dari jumlah pinjaman yang akan diberikan dengan membuat kebijakan pemberian pinjaman dengan agunan yang secara rinci dan lebih jelas misalnya besarnya pinjaman sebesar Rp5.000.000, agunannya adalah BPKB sepeda motor, untuk pinjaman sebesar Rp10.000.000-25.000.000 agunannya adalah BPKB mobil, dan untuk besarnya pinjaman diatas Rp25.000.000 agunannya adalah sertifikat tanah dan rumah. Koperasi juga harus membuat ketentuan atau aturan bahwa untuk agunan yang disita oleh pihak koperasi dalam jangka waktu tertentu harus dilelangkan, agar dapat menutupi pinjaman macet atau pinjaman yang tak tertagih yang terjadi. Aspek efisiensi terletak pada beban operasi anggota dan beban usaha yang sangat besar, dibadingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari partisipasi anggota terhadap jasa keuangan yang diberikan oleh koperasi Kredit Tuke Jung. Beban operasi anggota sangat besar terjadi karena biaya untuk bunga hutang silang pinjam daerah , dan biaya risiko meningkat dengan jumlah yang sangat besar. Hasil temuan penulis bahwa bunga untuk hutang silang pinjam daerah adalah sebesar 18% sampai 22% pertahun, dan pemberian pinjaman kepada anggota dimana koperasi tidak menentukan berapa batas jumlah pinjaman yang harus dilayani, tetapi koperasi selalu melayani dan memenuhi pinjaman yang diusulkan oleh anggota tanpa melihat besarnya modal yang dimilki, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota, koperasi harus berhutang pada koperasi sekunder yang disebut silang pinjam daerah dengan bunga yang cukup besar, sehingga solusinya Koperasi Kredit Tuke Jung harus membuat ketentuan atau aturan mengenai batasan besarnya pelayanan pinjaman kepada anggota, yaitu besarnya pinjaman yang dilayani harus sesuai dengan modal yang dimiliki, sehingga dalam memberikan pelayanan pinjaman tanpa harus berhutang pada koperasi sekunder. Untuk jangka panjang koperasi harus menekan biaya-biaya tersebut dengan cara mengusulkan penurunan bunga untuk silang pinjam daerah dan selektif dalam memberi pinjaman kepada anggota, agar tidak terjadi pinjaman yang bermasalah sehingga tidak adanya biaya risiko yang dikeluarkan oleh koperasi. Aspek likuiditas terletak pada besarnya kewajiban lancar, yang harus dipenuhi koperasi Kredit Tuke Jung dalam satu tahun buku dibandingkan dengan jumlah kas. Hal ini terjadi karena hutang silang pinjam daerah yang sangat besar. Silang pinjam daerah adalah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
9 suatu bentuk pinjaman koperasi primer (Koperasi Kredit Tuke Jung) pada koperasi skunder (PUSKOPDIT) untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota. Hasil temuan bahwa perkembangan modal Koperasi Kredit Tuke Jung mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga harusnya koperasi mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi kenyataannya koperasi tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka permasalahannya terletak pada pemberian pinjaman kepada anggota dimana koperasi tidak menentukan berapa batas jumlah pinjaman yang harus dilayani, tetapi koperasi selalu melayani dan memenuhi pinjaman yang diusulkan oleh anggota tanpa melihat besarnya modal yang dimilki, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota, koperasi harus berhutang pada koperasi sekunder yang disebut silang pinjam daerah. Solusinya, Koperasi Kredit Tuke Jung harus membuat ketentuan atau aturan mengenai batasan besarnya pelayanan pinjaman kepada anggota, yaitu besarnya pinjaman yang dilayani harus sesuai dengan modal yang dimiliki, sehingga dalam memberikan pelayanan pinjaman tanpa harus berhutang pada koperasi sekunder. Aspek kemandirian dan pertumbuhan terletak pada SHU dan partisipasi anggota terhadap jasa keuangan koperasi yang diperoleh lebih kecil dari beban usaha dan beban perkoperasian. Solusinya, Koperasi Kredit Tuke Jung harus menekan beban usaha dan perkoperasian (bunga hutang silang pinjam daerah, dan biaya resiko) agar dapat meningkatkan SHU yang diperoleh sehingga koperasi dapat melayani masyarakat secara mandiri dan meningkatkan pertumbuhan koperasi. Masalah-masalah secara umum yang dihadapi Koperasi Kredit Tuke Jung diperoleh penulis dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap bapak manajer Koperasi Kredit Tuke Jung diperoleh beberapa masalah yang dihadapi koperasi. Manajer menyatakan beberapa masalah sebagai berikut: “Berkaitan dengan kelembagaan dalam hal legalitas salah satunya adalah perubahan Undang-Undang dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ke Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian dan Koperasi Kredit Tuke Jung dalam menjalankan kegiatan operasional belum menerapkan sesuai perubahan Undang-Undang yang berlaku”. Dari jawaban wawancara diatas menggambarkan bahwa Koperasi Kredit Tuke Jung sampai sekarang dalam menjalankan kegiatan operasional masih mengikuti peraturan Undang-Undang yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sehingga solusi yang diberikan oleh peneliti adalah koperasi dalam menjalankan kegiatan operasional, anggaran dasar maupun anggaran rumah tangga harus mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan peraturan Undang-Undang yang berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Masalah berikut yang disampaikan bapak manajer dalam wawancara adalah: “Berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan koperasi dan kinerja koperasi dari Dinas Koperasi Kabupaten Sikka, itu dilakukan hanya pada saat RAT dan disampaikan secara lisan. Sedangkan untuk audit dari akuntan publik belum pernah dilakuakan, sudah dilakukan audit pada tahun 2008 tapi dilakukan oleh pihak dari Inkopdit dan Puskopdit”. Dari jawaban wawancara diatas menggambarkan bahwa Koperasi Kredit Tuke Jung belum dilakukan penilaian tingkat kesehatan oleh Dinas Koperasi Kabupaten Sikka dan belum diaudit oleh akuntan publik. Dari hasil wawancara ini solusi yang diberikan peneliti untuk koperasi adalah Koperasi Kredit Tuke Jung harus dilakukan penilaian tingkat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
10 kesehatan dari Dinas Koperasi Kabupaten Sikka dan dibuatkan secara secara tertulis hasil penilaian tingkat kesehatan. Penilaian tingkat kesehatan dilakukan agar menjadi pegangan bagi pengurus dan manajemen agar dapat mengetahui tingkat kesehatan, kinerja keuangan dan perkembangan koperasi. Koperasi Kredit Tuke Jung juga harus diaudit oleh akuntan publik, karena berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM N0.14 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi, bahwa Koperasi Kredit atau Unit Simpan Pinjam harus dinilai tingkat kesehatan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Koperasi. Koperasi Kredit atau Unit Simpan Pinjam yang volume pinjaman diatas Rp1.000.000.000, harus diaudit oleh akuntan publik. Masalah lainnya yang disampaikan bapak manajer dalam wawancara adalah: “Berkaitan dengan penyitaan aguanan. Penyitaan aguanan sudah dilakukan tetapi barang aguanan yang disita tidak bisa dilelang”. Dari jawaban wawancara diatas menggambarkan bahwa Koperasi Kredit Tuke Jung belum memiliki ketentuan atau aturan yang mengatur tentang pelelangan agunan yang telah disita. Dari hasil ini solusi yang diberikan peneliti untuk koperasi adalah pengurus dan manajemen harus membuat sebuah aturan atau ketentuan tentang pelelangan agunan, agar agunan yang disita dapat dilelang sehingga memberi manfaat bagi koperasi yaitu dapat menutupi pinjaman macet atau pinjaman yang tak tertagih. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Hasil penilaian tingkat kesehatan Koperasi Kredit Tuke Jung dari ketujuh aspek yaitu Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi Likuiditas, Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Jati Diri tahun 2009 dan 2011 masuk dalam predikat cukup sehat, sedangkan tahun 2010 masuk dalam predikat sehat. Dari hasil penilaian tingkat kesehatan menggambarkan kinerja keuangan Koperasi Kredit Tuke Jung cukup baik. Koperasi Kredit Tuke Jung dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki pinjaman berisiko yang sangat besar, beban operasi anggota dan beban usaha yang sangat besar, hutang silang pinjam daerah yang sangat besar, belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendek secara keseluruhan, kecilnya SHU, tidak membuat batasan besarnya pinjaman yang diberikan kepada anggota. Koperasi Kredit Tuke Jung sampai sekarang dalam menjalankan kegiatan operasional masih mengikuti peraturan Undang-Undang lama yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Koperasi Kredit Tuke Jung belum dilakukan penilaian tingkat kesehatan koperasi oleh Dinas Koperasi Kabupaten Sikka dan belum diaudit oleh akuntan publik, dan Koperasi Kredit Tuke Jung belum memiliki ketentuan atau aturan yang mengatur tentang pelelangan agunan yang telah disita. Saran Untuk penelitian selanjutnya, tingkat kesehatan dan kinerja keuangan koperasi kredit sebaiknya dikembangkan dengan menggunakan Undang-Undang Perkoperasian N0.17 tahun 2012. Keterbatasan Keterbatasan peneliti terletak pada kesulitan dalam menemui pengurus untuk memperoleh informasi yang diteliti.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
11 DAFTAR PUSTAKA Anoraga. 2003. Dinamika Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. California:Sage Publications, Inc. Djayani, N. 1995. Analisis Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Melakukan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Go Publik Di Indonesia. Tesis, Program Studi Manajemen Keuangan Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang. Fuad, M. 1999. Analisis Kinerja Keuangan KUD Mandiri di Kabupaten Dati II Malang. Tesis, Program Studi Manajemen Keuangan Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya Malang. Hendrojogi. 2002. Koperasi Azas-Azas, Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Rajawali Press. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Karsono, E. 2005. Mengenal Koperasi Indonesia. Bandung: Penerbit CV Lestari. Kasmir. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009. Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Jakarta. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tentang Perkoperasian, Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Musianto, L.S., 2002. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Univ. Kristen Petra, Surabaya, hal Vol. 4 N0.2,. 123-136. Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo. Sutopo, H.B., 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Buku Satu, Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sugiono, A. dan E. Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa. Sutrisno. 2005. Manajemen Keuangan Teori Konsep Dan Aplikasi. Styawan, B. (2009). Analisis Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Di Kabupaten Pasuruan Tahun Buku 2007. Tesis, Program Magister Sains Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya. Wijiastuti, L. 2011. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Di Kabupaten Pacitan Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi Dan UKM RI NO. 20 Tahun 2008. Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yin, R.K., 1988, Case Study Research: Design and Methods, Revised Edition, London: Sage Publications, The International Professional Publisher.