JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
KAJIAN TENTANG STUDI KETERBACAAN DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR EKOLOGIS DI DAERAH LAHAN BASAH Oleh :
Atiek Winarti, Moh. Yamin, dan Sarbaini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat keterbacaan model pembelajaran yang valid, praktis dan efektif dalam membangun kesadaran ekologis siswa di daerah lahan basah dan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan penguasaan konsep siswa pada materi pelajaran yang berhubungan dengan Lingkungan hidup (IPA) dan generic structure (Bahasa Inggris). Penelitian ini bermaksud mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang memiliki kepekaan tinggi dalam mendengarkan rusaknya ekologi di daerah lahan basah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di semua SMP di kota Banjarmasin. Dengan menggunakan teknik purposive sampling dipilih sampel yang terdiri atas masing-masing 1 kelas siswa kelas VIII dari 3 sekolah yang terletak di daerah sekitar aliran sungai, yaitu SMPN 4, SMPN 5 dan SMPN 17. Jumlah siswa untuk SMPN 27 Banjarmasin adalah 165 dari 5 kelas. Sementara jumlah siswa untuk SMPN 5 Banjarmasin adalah 170 dari 5 kelas. Jumlah siswa untuk setiap kelas berjumlah antara 33 s/d 34 siswa. Begitu pula dengan SMPN 17 dengan komposisi siswa yang kurang relatif sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi LKS 1 dan LKS 2 sudah dianggap memenuhi kriteria keberterimaan keterbacaan materi oleh responden siswa dimana mereka memberikan komentar dan tanggapan positif, mulai dari materi LKs itu sendiri, penyajian yang meliputi prosedur kerja mudah dipahami; gambar dalam LKS memperjelas materi; pertanyaanpertanyaan dalam LKS mudah dipahami; dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS menuntutn siswa memahami arti pentingnya lingkungan, bentuk fisik yang mencakup pilihan font huruf sesuai dan enak dibaca; ukuran huruf cukup besar dan jelas; dan keseluruhan tampilan LKS menarik. Kata kunci: Pendidikan, Ekologi, dan Lahan Basah Abstract: This research has the objective to assess the readability level of valid, practical and effective learning model in building the students’ ecological consciousness in the area of wetlands, to increase the listening skills and the students’ concepts mastery on subject matter relating to the social environment and the generic structure of English. This study intends to develop the instructional materials in the form of Student Worksheet (LKS) used to create a society that has a high sensitivity in listening to the destruction of the ecology in wetland areas. The study population was all students in all junior high schools in Banjarmasin. By using purposive sampling, each of the first class of eighth grade students from three schools located in the area around the river, namely SMPN 4, Junior High School SMPN 5 702
ATIEK WINARTI, MOH. YAMIN, & SARBAINI | KAJIAN TENTANG STUDI KETERBACAAN DALAM PENGEMBANGAN ...
and 17 became the sample. The number of students of SMPN 27 Banjarmasin is 165 from 5 classes, While the number of students of SMPN 5 Banjarmasin is 170 from 5 classes. The number of students for each class is between 33 and 34 students. Similarly, the SMP 17, the number of students for the sample was relatively the same. The results showed that the material Worksheet 1 and Worksheet 2 is considered to fulfill the criteria of material legibility by respondents where they gave positive responses, ranging from the worksheet itself, which includes the presentation of working procedures easy to understand; pictures in worksheet clarify the material; the questions in worksheet are easy to understand; and questions in worksheets guide the students understand the importance of the environment, including the physical form letter corresponding to the font selection and readable; the font size is large enough and clear; and the overall appearance of worksheet is interesting. Key words: Education, Ecology, and Wetland
Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk menciptakan kesadaran-kesadaran baru kita tentang pentingnya untuk merekatkan keakraban dengan lingkungan. Banjarmasin sebagai daerah yang dikenal sebagai lahan basah sebab dikelilingi oleh sungai tentunya perlu mendapatkan perhatian dan kepedulian sangat tinggi dari kita semua. Itulah yang kemudian disebut sebagai kota seribu sungai sebab dimana-mana Banjarmasin dipenuhi dengan aliran sungai. Rumah dimana masyarakat Banjarmasin tinggal pun berada di atas air alias sungai. Persoalannya adalah kerap kali keberadaan sungai yang seharusnya perlu dijaga, dirawat, dan diindahkan kemudian justru menjadi kotor serta dikotori oleh sampah. Menurut data, jumlah sungai yang malang melintang di Banjarmasin sekitar 400 lebih sungai dan kini hanya tersisa 108 sungai. Jumlah tersebut tentu akan terus berkurang jika pemerintah tidak serius menyelamatkan sungai. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tingkat degradasi lingkungan sungai di Banjarmasin digolongkan sangat serius dan ini terjadi karena pendangkalan dan penyempitan hebat sehingga besaran badan sungai menjadi sebesar parit atau got. Tak hanya itu saja. Ternyata faktor lain adalah banyak sungai telah berubah menjadi lahan dan di atasnya terdapat bangunan-bangunan ruko. Kini sungai-sungai tersebut, selain menghadapi ancaman pendangkalan dan penyempitan, juga terancam oleh pencemaran sehingga mutu airnya sudah tidak layak dikonsumsi. Menurut hasil uji petik yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan
Selatan, secara umum kondisi air sungai di Banjarmasin telah banyak mengandung logam berat dan bakteri ecolli dan pencemaran paling parah terjadi di Sungai Alalak. Tentu, dengan mencermati semakin rusaknya lingkungan di Banjarmasin, maka menjadi sangat penting untuk melakukan penelitian hal demikian sebagai upaya untuk mencari jalan keluar dari persoalan tersebut. Kata kunci mendengar dalam penelitian ini menjadi sebuah reference atau titik berangkat karena selama ini kita dan masyarakat lebih suka berbicara sendiri-sendiri ketimbang mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan dalam rangka membangun kehidupan yang baik. Kita suka berbicara namun tidak mendengar saat adaada hal krusial terkait urgensi pembangunan kehidupan lingkungan. Hasil penelitian berjudul “Pengembangan Keterampilan Menyimak dalam Peningkatan Keberkesadaran Lingkungan di Daerah Lahan Basah” oleh Atiek Winarti, Sarbaini, dan Moh. Yamin (2014) menunjukkan bahwa perilaku siswa SMPN 4, SMPN 5 dan SMPN 17 belum sepenuhnya memahami pentingnya kesadaran ekologis serta masih kuatnya kebiasaan membuang sampah sembarangan menjadi kunci dasar atas perlunya keterampilan menyimak keberkesadaran ekologis. Respon guru juga menguatkan bahwa siswa masih memandang rendah tentang semangat cinta lingkungan kemudian dapat menjadi alasan mengapa diperlukan keterampilan menyimak demi keberkesadaran ekologis di lahan basah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat keterbacaan model pembelajaran yang valid, praktis dan efektif dalam membangun kesadaran ekologis siswa di daerah lahan basah dan untuk me-
703
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
ningkatkan kemampuan menyimak dan penguasaan konsep siswa pada materi pelajaran yang berhubungan dengan Lingkungan hidup (IPA) dan generic structure (Bahasa Inggris).
Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud mengembangkan strategi yang bisa digunakan untuk menciptakan masyarakat yang memiliki kepekaan tinggi dalam mendengarkan rusaknya ekologi di daerah lahan basah. Strategi yang dipilih adalah melalui dunia pendidikan, terutama pendidikan di tingkat dasar (SMP) karena pendidikan memberikan akses langsung terhadap pengembangan keterampilan dan pembangunan karakter. Menurut Fraenkel dan Wallen, studi ini merupakan penelitian empirik guna mengetahui dan mengamati pengembangan keahlian mendengar sebagai pengembangan kesadaran lingkungan (Fraenkel & Wallen, 2006). Berdasarkan tujuannya, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai R & D (Research and Development) dengan disain Four D yang terdiri atas langkah-langkah Define, Design, Develop, Disseminate. Pada tahap Define, dilakukan identifikasi permasalahan sebagai langkah awal untuk mendisain strategi yang tepat digunakan dalam menciptakan masyarakat yang memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan lahan basah. Pada tahap Design, dilakukan penyusunan rancangan awal strategi yanag akan dikembangkan. Pada tahap Develop dilakukan uji coba terhadap strategi yang akan dikembangkan, dan pada tahap Disseminate, strategi yang telah diujicobakan dan disebarluaskan di beberapa sekolah. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap Define dan Design. Tahap Develop dan Disseminate dilanjutkan pada penelitian tahun berikutnya. Lokasi penelitian dilakukan di sekolah-sekolah yang dekat dengan daerah aliran sungai di kota Banjarmasin. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di semua SMP di kota Banjarmasin. Dengan menggunakan teknik purposive sampling dipilih sampel yang terdiri atas masing-masing 1 kelas siswa kelas
704
VIII dari 3 sekolah yang terletak di daerah sekitar aliran sungai, yaitu SMPN 4, SMPN 5 dan SMPN 17. Jumlah siswa untuk SMPN 27 Banjarmasin adalah 165 dari 5 kelas. Sementara jumlah siswa untuk SMPN 5 Banjarmasin adalah 170 dari 5 kelas. Jumlah siswa untuk setiap kelas berjumlah antara 33 s/d 34 siswa. Begitu pula dengan SMPN 17 dengan komposisi siswa yang kurang relatif sama.
Temuan dan Pembahasan Pendapat Siswa tentang Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi LKS Sesuai Mata Pelajaran
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 1 Materi LKS Sesuai Mata Pelajaran Responden siswa lebih memilih pada sangat setuju (31,82 persen) dan setuju (40,91 persen) yang menyatakan bahwa materi LKS sudah sesuai dengan mata pelajaran. Apabila kemudian dibandingkan hasil penilaian keterbacaan di LKS 1, maka hasilnya relatif tidak jauh berbeda, yakni bahwa materi LKS sesuai dengan mata pelajaran. Sedangkan untuk yang menjawab ragu-ragu adalah 22,73 persen, kurang setuju (0 persen), dan yang menjawab tidak setuju adalah 4,55 persen. Ini berarti baik LKS 1 maupun LKS 2 sesungguhnya relatif sudah bisa diterima oleh siswa dalam konteks kesesuaian antara materi dengan mata pelajaran yang sudah ada di sekolah.
ATIEK WINARTI, MOH. YAMIN, & SARBAINI | KAJIAN TENTANG STUDI KETERBACAAN DALAM PENGEMBANGAN ...
Materi LKS Penting Diketahui dan Dipelajari
terkait materi LKS bermanfaat bagi siswa. Dengan demikian, responden siswa seolah menganggap bahwa materi LKS jauh lebih memiliki tingkat kemanfaatan yang lebih kuat dan terasa ketimbang pada LKS 1. Untuk yang mengatakan raguragu, kurang setuju, dan tidak setuju, yakni 4,55. Ketiga kelompok tersebut sama dalam memberikan persepsi.
Materi LKS Membangkitkan Kesadaran Ekologis (Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 2 Materi LKS Penting Diketahui dan Dipelajari Gambar 13 ini yang berbicara tentang matari LKS penting diketahui dan dipelajari yang merupakan hasil jawaban di LKS 2 pun memiliki tingkat persentase keterbacaan dari responden siswa yang juga relatif sama dengan LKS 1. Dengan kata lain, ada 63,64 persen yang menyatakan sangat setuju dan 22, 73 persen yang menyebut setuju mengenai pentingnya untuk mengetahui dan mempelajari materi LKS. Oleh sebab itu, para responden sebetulnya sudah memiliki persepsi yang sama untuk LKS 2 dan 1 mengenai kepentingan mempelajari dan mengetahui materi LKS dalam konteks pengembangan kemampuan menyimak di lingkungan lahan basah.
Materi LKS Bermanfaat bagi Siswa
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 4 Materi LKS Membangkitkan Kesadaran Ekologis Responden siswa juga sangat antusias terhadap materi LKS. Ada sebesar 68, 18 persen responden siswa yang mengatakan sangat setuju dan 22,73 yang menyebut setuju bahwa materi LKS membangkitkan kesadaran ekologis. Bagi siswa yang benar-benar mendalam pembacaan atas materi LKS tersebut, mereka sudah memiliki keyakinan cukup kuat bahwa materi LKS memiliki dampak yang sangat baik bagi pembangunan kesadaran ekologis siswa.
Penyajian Materi LKS Sesuai Mata Pelajaran
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 3 Materi LKS Bermanfaat bagi Siswa Ada tren yang berbeda untuk gambar 14 yang merupakan jabaran LKS 2 dengan LKS 1. Untuk LKS 2 ini, responden menjatuhkan pilihan 63,64 persen (sangat setuju) dan 22, 73 persen (setuju)
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 5 Prosedur Kerja Mudah Dipahami
705
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
Untuk prosedur mudah dipahami sebagaimana yang disampaikan dalam gambar 16, ini memperlihatkan bahwa yang memilih sangat setuju adalah 18,18 persen dan setuju adalah 40,91 persen, sedangkan yang ragu-ragu adalah 27,27 persen. Terkait yang masih menyebut kurang setuju adalah 9,09 persen dan tidak setuju, yakni 4,55 persen. Ini semakin membuktikan bahwa memang prosedur kerja mudah dipahami menurut pengamatan responden siswa.
Gambar dalam LKS Memperjelas Materi
Pertanyaan Mudah Dipahami
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 7 Pertanyaan Mudah Dipahami
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 6 Gambar dalam LKS Memperjelas Materi Gambar dalam LKS memperjelas materi sebagaimana yang dimaksud di atas, maka responden siswa pun secara terus menerus melakukan pengamatan. Yang mengatakan sangat setuju adalh 22, 73 persen, sementara yang menyebut setuju adalah 31, 82 persen. Untuk ragu-ragu adalah 13, 64 persen; yang kurang setuju adalah 13, 64 persen; dan yang terakhir adalah tidak setuju adalah 18, 18 persen. Apabila kita membaca tren antara LKS 1 dan LKS 2, maka pada LKS 2 ini mengalami tren penurunan walaupun tidak terlalu signifikan untuk yang menjawab sangat setuju dan setuju.
Apa yang tergambar pada gambar 18 pun juga mengalami penurunan tren terkait kemudahan dalam membaca setiap pertanyaan dalam materi LKS. Yang mengatakan sangat setuju adalah 13, 64 persen dan ini berbeda dengan LKS 1 yang mengatakan 9,09 persen, sedangkan untuk yang berpendapat setuju pada LKS 2 pun adalah 50 persen dan ini juga berbeda dengan di LKS 1 yang memilih 54, 55 persen. Oleh sebab itu, ada tren penurunan tingkat keterbacaan dari LKS 1 menuju LKS 2.
Pertanyaan Diarahkan pada Pemahaman Ekologis
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 8 Pertanyaan Diarahkan pada Pemahaman Ekologis Mengenai pertanyaan yang diarahkan pada pemahaman ekologis juga mengalami penurunan untuk yang memilih sangat setuju di LKS 2 adalah 50 persen dan di LKS 1 adalah 40, 91 persen walaupun tingkat penurunan trennya tidak setajam pada gambar 18, yakni pertanyaan mudah dipa706
ATIEK WINARTI, MOH. YAMIN, & SARBAINI | KAJIAN TENTANG STUDI KETERBACAAN DALAM PENGEMBANGAN ...
hami. Terlepas dari hal tersebut, ini tetap perlu menjadi sorotan utama dalam konteks melahirkan pertanyaan-pertanyaan dalam materi LKS yang lebih kreatif dan menantang serta menyenangkan sehingga siswa menjadi tertarik untuk mengerjakan setiap pertanyaan yang diajukan dalam LKS tersebut.
Bentuk Pilihan Huruf Sesuai dan Enak Dibaca
Tentang ukuran huruf yang cukup besar dan jelas, ini juga menjadi sebuah cerita lain dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang baik. Yang memilih sangat setuju, yakni sebesar 40, 91 persen dan setuju adalah 54, 55 persen. Bila dibandingkan dengan LKS 1, maka persentasenya adalah sama baik yang mengatakan setuju dan sangat setuju, yakni 45,45. Oleh karenanya, ukuran huruf untuk LKS 2 perlu direnungkan kembali demi memberikan kenyaman membaca bagi siswa.
Keseluruhan Tampilan Menarik
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 9 Pilihan Huruf Sesuai dan Enak Dibaca Bentuk terkait pilihan huruf adalah sesuatu yang sangat teknis, namun tetap selalu menjadi perhatian penting dalam konteks memberikan bentuk materi yang menarik dan nyaman dibaca. Oleh sebab itu, ada sebesar 31, 82 persen yang memilih sangat setuju dan 50 persen yang mengatakan setuju mengenai pilihan huruf yang sesuai dan enak dibaca.
Ukuran Huruf Cukup Besar dan Jelas
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 11 Keseluruhan Tampilan Menarik Keseluruhan tampilan apakah menarik atau tidak pada LKS 2 sesungguhnya juga memiliki penilaian yang berbeda pada LKS 1. Untuk LKS 2, yang menyatakan setuju (45, 45 persen) dan sangat setuju adalah 18, 18 persen. Ini berbeda dengan LKS 1 dimana responden siswa menjawab setuju sebesar 40, 91 persen dan sangat setuju 27, 27 persen. Tentu, ada cara pandang dan penilaian berbeda baik untuk LKS 1 maupun LKS 2 walaupun responden siswany adalah sama.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
(Sumber: Analisis data kuesioner dalam LKS)
Gambar. 10 Ukuran Huruf Cukup Besar dan Jelas
Secara umum, materi LKS sudah dianggap memenuhi kriteria keberterimaan keterbacaan materi oleh responden siswa dimana mereka memberikan komentar dan tanggapan positif, mulai dari materi LKs itu sendiri, penyajian yang meliputi prosedur kerja mudah dipahami; gambar dalam LKS memperjelas materi; pertanyaanpertanyaan dalam LKS mudah dipahami; dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS menuntutn
707
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
siswa memahami arti pentingnya lingkungan, bentuk fisik yang mencakup pilihan font huruf sesuai dan enak dibaca; ukuran huruf cukup besar dan jelas; dan keseluruhan tampilan LKS menarik.
708
Saran Atas dasar penilaian responden siswa dimana LKS diberikan penilaian yang berbeda, terutama untuk poin pilihan setuju dan sangat setuju mulai dari bagian materi, penyajian dan bentuk, maka hal-hal ini kiranya akan lebih dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sebelum dijadikan perangkat pembelajaran tingkat SMP.
ATIEK WINARTI, MOH. YAMIN, & SARBAINI | KAJIAN TENTANG STUDI KETERBACAAN DALAM PENGEMBANGAN ...
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairil. 2005. Teknologi rehabilitasi lahan mangrove terdegradasi: Prosiding Ekspose. Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam: 53-64. 2005. A. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Ali, Mohammad. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: PT Grasindo. Amien, Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal: Konsep Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Campbell, Neil A dan Jane B. Reece. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga. Fraenkel, Jack R, dan Norman E. Wallen. 2006. How to Design and Evaluate Research in Education. Cet. Ke-6. New York: McGraw-Hill.
Hendromono. 2005. Penyederhanaan sistem silvukultur TPTI di hutan alam rawa gambut Labuan Tangga kabupaten. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam : Volume II No.1 ; Halaman 2135, 2005. Muhajiri, M. 2006. Spiritual Wisdom: Belajar Mengatur Kehidupan dari Penggembala Kuda. Bandung: Mizan. http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php? option=com_content&view=article&id =4883%3Abanjarmasin-catatan-484-tahunkota-1000-sungai&catid=76%3Aartikel& Itemid=94&lang=id, diakses tanggal 3 Mei 2013. Indrawan Mochamad, Richard B. Primack, dan Jatna Supriatna. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Supriatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cet. Ke. 8. Bandung: Alfabeta.
709