KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA
TONNI KUSUMA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tugas akhir yang berjudul:
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Jakarta, 1 Februari 2011
Tonni Kusuma NRP. F 352080075
ABSTRACT
CV Septia Anugerah is one beef cattle company in Indonesia that can meet the need for beef cattle. In west java, beef marketing is mostly dominated by cattle companies or feedlots. They greatly help farmers with the marketing of their livestock and make it easy for the farmers to get cash money when they need it. Marketing the beef cattle through a marketing channel can make the commodity reach the consumers. Yet an inefficient or relatively long channel of marketing can cause loss for both breeders and consumers. The consumers would bear high cost of marketing, thus pay higher price; while the breeders would get lower income because of lower selling price as well. The resulted total scores for the matrix IFE and EFE were respectively 2,696 and 2,793 indicating that CV Septia Anugerah is in a stable position to respond to external situation and in average position to respond to its internal factors. The total score value of both IFE and EFE was to identify the position of CV Septia Anugerah. The matrix value of IE pointed to the middle cell position (V), i.e. growth/stable. The result of SWOT analysis was in the form of a formulated strategy, namely, the need for the implementation of a combination of the four marketing aspects (4Ps: products, price, place and promotion). The managerial implications of the aspects under the study can be grouped into four: (a) marketing, (b) financing, (c) production, and (d) human resource. Based on the calculation of QSP matrix, the most interesting strategy to apply is to expand the marketing network by penetrating the market with the highest value of attraction (4,949). Keywords : cattle, managerial, marketing strategic.
RINGKASAN
TONNI KUSUMA. Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV. Septia Anugerah Jakarta. Dibimbing oleh SAPTA RAHARDJA sebagai Ketua dan AMIRUDDIN SALEH sebagai Anggota. Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya menyangkut jalur pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti perusahaan sapi, atau lebih dikenal dengan istilah feedlot, pedagang pengumpul dan jagal. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen. CV Septia Anugerah merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang penjualan sapi potong yang dapat memenuhi kebutuhan akan ternak sapi potong. Di Jawa Barat usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh perusahaan sapi atau feedlot. Keberadaan feedlot di sisi lain sangat membantu petani dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan petani mendapatkan uang tunai apabila peternak membutuhkan. Pemasaran ternak sapi potong dengan menggunakan jalur pemasaran dapat sampai di tangan konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan kerugian, baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen akan terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat sehingga membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah. Tujuan kajian (a) untuk menganalisis kondisi usaha sapi potong CV Septia Anugerah, (b) untuk mengetahui strategi pemasaran dalam perdagangan sapi potong di CV Septia Anugerah, (c) untuk menyusun prioritas strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah. Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah ini memiliki kandang penampungan sapi yang terletak di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan analisis Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-Eksternal (IE), Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Dari hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing-masing 2,696 dan 2,793 yang menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan CV Septia Anugerah stabil dalam merespons situasi eksternal yang dihadapi, indikasi posisi perusahaan berada pada tingkat rataan untuk mampu merespons iklim internal yang dimiliki. Nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi CV Septia Anugerah. Nilai matriks IE menunjukkan pada posisi sel tengah (V), yaitu (Pertumbuhan/Stabil). Sedangkan hasil analisis SWOT berupa perumusan strategi perlu diimplementasikan pada
kebijakan CV Septia Anugerah berupa aspek bauran pemasaran (4P ; product, price, place and promotion). Implikasi manajerial dari hal yang dikaji dapat dibagi menjadi empat sasaran, yaitu (a) Pemasaran (b) Keuangan, (c) Produksi, (d) Sumberdaya manusia. Berdasarkan perhitungan matriks QSP diperoleh strategi yang paling menarik untuk ditetapkan adalah memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar dengan nilai daya tarik terbesar (4,949).
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG DI CV SEPTIA ANUGERAH JAKARTA
TONNI KUSUMA
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Tugas Akhir
: Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV Septia Anugerah Jakarta
Nama Mahasiswa
: Tonni Kusuma
Nomor Pokok
: F 352080075
Program Studi
: Industri Kecil Menengah
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA Ketua
Dr. Ir. Amiruddin Saleh Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 1 Februari 2011
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran Sapi potong di CV Septia Anugerah Jakarta tepat pada waktunya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan masukan dan bantuan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2.
Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku Anggota Komisi Pembimbing.
3.
Bapak Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA selaku Penguji Luar Komisi.
4.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
5.
Bapak dan Ibu dosen, serta pegawai Sekretariat Program Studi Industri Kecil Menengah,
Sekolah
Pascasarjana
Institut
Pertanian
Bogor
yang
telah
membimbing, meluangkan waktunya, dan memberikan ilmunya kepada penulis. 6.
Para Direksi, karyawan, Security, dan cleaning service dari CV Septia Anugerah Jakarta yang telah membimbing, meluangkan waktunya, dan memberikan ilmunya kepada penulis.
7.
Bapak Drh. H. Soetrisno dan Ibu Drh. Hj. Anni, serta adik-adik tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan kepada penulis.
8.
Security, cleaning service, dan pegawai-pegawai yang berada di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor.
9.
Kakak-kakak kelas yang telah memberi masukan kepada penulis.
10. Rekan-rekan seperjuangan dengan penulis, yaitu Angkatan 11 Program Studi Industri Kecil Menengah. 11. Rekan-rekan, sanak saudara yang telah membantu, memberikan dorongan dan do’a, namun tidak dapat disebutkan penulis karena keterbatasan tempat, semoga dapat diberikan Taufik dan Hidayah-Nya selalu. Amiin.
Semoga Tugas Akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan industri pemotongan hewan pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, 1 Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Tonni Kusuma. Penulis dilahirkan di Pulau Dewata, Denpasar, Bali pada tanggal 25 Juni 1984. penulis merupakan anak pertama dari pasangan Drh. H. Soetrisno dan Drh. Hj. Anni Kusumaningsih. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Aisyiah Denpasar dan lulus tahun 1990, serta melanjutkan ke jenjang Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengadilan III di Bogor dan lulus tahun 1996. Tahun 1999 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 di Bogor dan langsung melanjutkan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Swasta Bina Bangsa Sejahtera hingga tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Higiene Makanan Fakultas Kedokteran Hewan (PS HGM-FKH). Tahun 2005 sampai tahun 2008 penulis melanjutkan studinya pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Universitas Djuanda. Tahun 2008 sampai tahun 2010 penulis melanjutkan studinya pada Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama
menjadi
mahasiswa,
penulis
aktif
di
berbagai
organisasi
kemahasiswaan, di antaranya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Djuanda periode 2005-2007, panitia Wisuda 2005, 2006, dan 2007, serta panitia Field Trip pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Untuk kegiatan non formal, penulis aktif menjadi pengurus Karang Taruna di Tingkat Rukun Warga (RW), pengurus Remaja Masjid Al-Furqan di Kompleks Kehutanan, dan menjadi anggota tim Sepak Bola di Tingkat Rukun Warga (RW) dan Kecamatan.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL……………………………………………………………....
viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………
x
I.
1 1 3 3
PENDAHULUAN........................................................................................ A. Latar Belakang......................................................................................... B. Perumusan Masalah................................................................................. C. Tujuan......................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ A. Perkembangan Sapi Potong di Indonesia............................................... B. Manajemen Strategi ............................................................................... C. Pemasaran............................................................................................... D. Strategi Pemasaran ................................................................................ E. Analisis Persepsi Pasar........................................................................... F. Faktor Internal dan Eksternal.................................................................. G. Matriks SWOT........................................................................................ H. Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif.............................................
4 4 6 8 9 15 17 21 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. A. Lokasi dan Waktu.................................................................................... B. Metode Kerja........................................................................................... 1. Pengumpulan Data.............................................................................. 2. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................
23 23 23 23 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... A. Sejarah Perusahaan................................................................................. B. Pengembangan Usaha dan Proses Produksi............................................ C. Saluran Pemasaran ................................................................................. D. Tenaga Kerja Perusahaan........................................................................ E. Perumusan Strategi Pemasaran............................................................... 1. Analisis Matriks IE............................................................................. 2. Analisis Matriks SWOT..................................................................... 3. Analisis Matriks QSP......................................................................... 4. Implikasi Manajerial...........................................................................
32 32 33 37 39 40 44 45 50 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... A. Kesimpulan............................................................................................... B. Saran.........................................................................................................
54 54 55
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
56
LAMPIRAN..........................................................................................................
57
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan...............................
25
2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ................................
25
3. Matriks IFE..............................................................................................
26
4. Matriks EFE.............................................................................................
26
5. Matriks SWOT.........................................................................................
29
6. Matriks QSP.............................................................................................
31
7. Profil SWOT............................................................................................
41
8. Perhitungan matriks IFE..........................................................................
42
9. Perhitungan matriks EFE.........................................................................
43
10. Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT..............................
46
11. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP .............................................
51
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Diagram analisis SWOT..........................................................................
28
2. Struktur organisasi CV Septia Anugerah …………………………………….
39
3. Matriks IE pada CV Septia Anugerah.....................................................
44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah............................................
57
2. Kuesioner bagi pemilik perusahaan........................................................
63
3. Kuesioner penelitian penilaian matriks QSP CV Septia Anugerah.......
67
4. Perhitungan bobot faktor strategi internal CV Septia Anugerah............
68
5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV Septia Anugerah..........
72
6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah................................................................................
74
7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah................................................................................
76
8. Hasil perhitungan matriks QSP CV Septia Anugerah............................
78
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi peningkatan PDB dari sektor pertanian adalah sebesar 18,77 persen, dengan sumbangan subsektor tanaman bahan makanan sebesar 64,11 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,64 persen. Sementara subsektor lainnya mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 32,47 persen untuk subsektor tanaman perkebunan, minus 17,64 persen untuk subsektor kehutanan dan minus 8,76 persen untuk subsektor perikanan. Usaha peternakan sapi potong di Indonesia khususnya menyangkut jalur pemasaran sapi potong belum banyak diatur oleh pemerintah. Usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai skala usaha besar seperti perusahaan sapi, atau lebih dikenal dengan istilah feedlot, pedagang pengumpul dan jagal. Sapi potong merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat menghasilkan protein hewani. Berdirinya perusahaan-perusahaan peternakan sapi potong merupakan salah satu kondisi yang dapat membantu pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong terutama dalam menyediakan daging sapi yang berkualitas, yang sesuai dengan kemampuan atau daya beli konsumen (Yusdja et al., 2003). Menurut Hubeis dan Najib (2008), saat ini keberadaan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan dari segi mutu, ketersediaan, harga dan ketepatan pengiriman. Padahal permintaan konsumen saat ini cenderung semakin kompleks seiring dengan semakin banyaknya alternatif yang tersedia di pasar. Situasi persaingan yang tinggi telah memaksa CV Septia Anugerah untuk lebih meningkatkan daya saingnya hingga mencapai tingkatan superior competitive advantage di antara pesaing-pesaingnya. Untuk itu, diperlukan strategi pemasaran dan prospek pengembangan yang tepat. CV Septia Anugerah merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang penjualan sapi potong yang dapat memenuhi kebutuhan akan ternak sapi potong. Di Jawa Barat usaha pemasaran sapi potong lebih banyak dikuasai oleh perusahaan sapi atau feedlot. Keberadaan feedlot di sisi lain sangat
2 membantu petani dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan petani peternak mendapatkan uang tunai apabila membutuhkan. CV Septia Anugerah menjual ternak sapi potong hanya dalam bentuk ternak hidup. Perusahaan ini dalam memasarkan produknya melalui dua cara, yaitu: 1. Pembeli atau konsumen datang langsung ke kandang ternak sapi potong milik CV Septia Anugerah. 2. Perusahaan mengirimkan langsung ke pembeli atau konsumen setelah sebelumnya melakukan transaksi via telepon terlebih dahulu. Masing-masing jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi tersendiri dalam proses pemasaran. Saluran pemasaran dapat dikatakan sebagai saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemindahan suatu produk, bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen. Pemasaran ternak sapi potong dengan menggunakan jalur pemasaran dapat sampai di tangan konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien atau relatif panjang menyebabkan kerugian, baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen akan terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat sehingga membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak, perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah. Dalam menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek, efektif dan efisien. Dengan adanya lembaga-lembaga pemasaran yang membantu pemindahan suatu produk maka akan dapat diketahui berapa margin yang diperoleh pada setiap lembaga pemasaran tersebut. Apakah ada kesesuaian antara proporsi kerja yang dilakukan dengan pendapatan yang diperoleh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi margin pemasaran sapi potong adalah biaya, tingkat persaingan antara pedagang, jalur atau rantai pemasaran, kondisi wilayah dan banyaknya perantara (lembaga) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Margin dapat didefinisikan sebagai perbedaan selisih antara harga yang diterima oleh petani produsen dengan yang dibayar oleh konsumen terhadap suatu komoditas.
3
Studi kasus (case study) kajian pemasaran ternak sapi potong ini untuk mengetahui efisiensi sistem pemasaran, di mana adanya keterlibatan lembaga pemasaran yang ikut menyalurkan jasa.
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana caranya agar ternak sapi potong sampai ke tangan konsumen. Salah satu alternatif yang dihasilkan oleh produsen adalah menjual melalui lembaga pemasaran. Adanya lembaga pemasaran akan menyebabkan harga produk berubah setelah sampai ke tangan konsumen. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran berusaha melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang menambah nilai guna dari suatu barang sehingga pemasaran dibebankan kepada produsen atau konsumen, yaitu dengan cara meningkatkan
harga
konsumen
atau
menekan
harga
produsen.
Maka
permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut adalah: a. Bagaimana kegiatan usaha sapi potong CV Septia Anugerah? b. Bagaimana kajian strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah? c. Seperti apa strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah ke depan?
C. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasaran ternak sapi potong, maka tujuan dari tugas akhir ini adalah: a. Untuk menganalisis kegiatan usaha sapi potong CV Septia Anugerah. b. Untuk mengetahui strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah dengan memanfaatkan matriks SWOT. c. Untuk menyusun prioritas strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Sapi Potong di Indonesia Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban. Analisa Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), populasi sapi lokal Indonesia cenderung semakin menurun tanpa ada substitusi dari impor sapi bakalan. Kondisi peternakan sapi potong saat ini dapat dikatakan mengkhawatirkan, dikarenakan dalam kurun lima tahun terakhir ini telah terjadi penurunan populasi sebesar 4,10 persen, yakni dari 11.137.000 ekor pada tahun 2001 menjadi 10.680.000 ekor pada tahun 2005. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan populasi, namun hasilnya belum memperlihatkan dampak yang positif. Populasi sapi potong pada tahun 2007 tercatat 11,366 juta ekor. Populasi tersebut belum mampu mengimbangi laju permintaan daging sapi yang terus meningkat. Untuk mengantisipasinya, pemerintah melakukan impor daging sapi dan sapi bakalan untuk digemukkan. Besarnya impor sapi potong sejak 2008 mengalami penurunan, tingkat impor daging dan sapi hidup ke Indonesia. Selama tahun 2008, impor yang masuk mencapai 450.000 ekor sapi dari berbagai negara seperti Australia dan Selandia Baru. Dibandingkan 2007 ada penurunan, impor sebesar 496.000 ekor sapi hidup ditambah impor jeroan yang dikalkulasikan sama dengan 300.000 ekor sapi. Tahun 2009 target impor sapi potong hidup menurun hanya 300.000 ekor sedang pada 2010 Indonesia diharapkan hanya mendatangkan sapi potong tidak lebih dari 90.000 ekor karena sudah swasembada, paling tidak 90 persen total kebutuhan daging dalam negeri bisa dicukupi oleh peternak dalam negeri. Penurunan produksi sapi potong selama empat tahun terakhir ini karena pemerintah melarang pemotongan sapi di bawah umur 2,5 tahun. Selama periode 2005-2006 dan 2008-2009 justru Indonesia sedang memproduksi sapi dengan program pengurangan penyembelihan sapi usia 2,5 tahun dan sekaligus menggenjot peningkatan angka kelahiran sapi.
5 Tahun 2010 populasi sapi potong mencapai 11,8 juta ekor dan kambing 13,3 juta ekor. Populasi terbesar berada di Jawa Timur yakni sebesar 3,5 juta ekor sapi dan di Jawa Tengah 1,5 juta ekor. Produksi daging tahun ini diproyeksikan mencapai 371.000 ton atau sedikit meningkat dibanding tahun lalu yang mencapai 352.400 ton dan berharap pada 2010 pertumbuhan populasi sapi diharapkan bisa mencapai 12-13 juta ekor atau sudah swasembada, sehingga dapat mencukupi kebutuhan daging hingga 90 persen. Ada dua faktor yang menyebabkan lambannya perkembangan sapi potong di Indonesia, yaitu: 1. Sentra utama produksi sapi potong di Pulau Jawa yang menyumbang 45% terhadap produksi daging sapi nasional sulit untuk dikembangkan karena: a.
Ternak dipelihara menyebar menurut rumah tangga peternakan (RTP) di pedesaan.
b.
Ternak diberi pakan hijauan pekarangan dan limbah pertanian.
c.
Teknologi budidaya rendah.
d.
Tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber tenaga kerja, pembibitan (reproduksi) dan penggemukkan.
e.
Budi daya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan berorientasi pasar masih rendah.
2. Pada sentra produksi sapi di kawasan timur Indonesia dengan porsi 16% dari populasi nasional, serta memiliki padang penggembalaan yang luas, pada musim kemarau panjang sapi menjadi kurus, tingkat mortalitas tinggi, dan angka kelahiran rendah. Kendala lainnya adalah berkurangnya areal penggembalaan, kualitas sumberdaya rendah, akses ke lembaga permodalan sulit, dan penggunaan teknologi rendah. Ada beberapa faktor di dalam pengembangan sapi potong, di antaranya adalah: a. Sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian di bidang pertanian yang tidak bisa terlepas dari usaha ternak sapi, khususnya sapi kerja. b. Permintaan pasar terhadap daging sapi semakin meningkat, ketersediaan tenaga kerja besar, adanya kebijakan pemerintah yang mendukung upaya pengembangan sapi potong, hijauan pakan dan limbah pertanian tersedia sepanjang tahun dan usaha peternakan sapi lokal tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global.
6 Ada beberapa pendekatan dalam membangun industri sapi potong yang tangguh di Indonesia, yaitu: a. Perlu adanya keputusan politik untuk membangun industri sapi potong dalam negeri khususnya untuk menangani segmen hulu yang lebih spesifik lagi adalah pada usaha breeding sapi dan harus dibarengi dengan kemauan yang besar dari para pelaku bisnis sapi potong baik di segmen hulu maupun hilir. b. Perlu adanya suatu kesamaan persepsi dari seluruh stakeholder untuk membangun industri sapi potong untuk kepentingan bersama termasuk konsumen daging agar memperoleh daging yang sehat, harga yang layak dan kompetitif. c. Semua unsur yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi harus dihapuskan baik yang didukung dengan peraturan daerah ataupun yang bersifat tidak resmi. d. Perlu adanya penataan dan peningkatan para usahawan yang bermain di hilir untuk secara serius menggarap pasar dalam negeri ataupun ekspor dengan inovasi-inovasi. e. Bertolak dari kenyataan bahwa sejauh ini sebagian kebutuhan daging dipenuhi dari impor, baik dalam bentuk daging ataupun sapi hidup, maka yang perlu mendapat prioritas adalah bagaimana dapat diperoleh nilai tambah yang maksimal dari komoditi yang diimpor tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa kita tidak berusaha untuk memperbaiki segmen hulu dengan mengurangi ketergantungan kebutuhan sapi bakalan ataupun daging dari luar negeri. f. Harus mampu menampilkan unggulan di setiap segmen kegiatan dan menyadari bahwa efisiensi dalam setiap segmen hulu menjadi kunci keberhasilan dan kuatnya daya saing (Churchill, 2001).
B. Manajemen Strategi Manajemen strategi (strategic management) dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Seperti tersirat dalam definisi, manajemen strategi berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Istilah manajemen strategi kadang-kadang mengacu pada formulasi, implementasi dan evaluasi strategi, sedangkan
7 perencanaan strategi hanya mengacu pada formulasi strategi. Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (Churchill, 2001). Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1. Formulasi strategi Formulasi
strategi
termasuk
mengembangkan
visi
dan
misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Tidak ada organisasi yang memiliki sumberdaya yang tidak terbatas, penyusun strategi harus memutuskan alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak. Keputusan formulasi strategi mengikat organisasi terhadap produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang panjang. Strategi menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Untuk kondisi baik atau buruk, keputusan strategi memiliki konsekuensi di berbagai bagian fungsional dan efek jangka panjang terhadap organisasi. 2. Implementasi strategi Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategi. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Sering kali dianggap sebagai tahap yang paling rumit dalam manajemen strategi. Implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih tepat disebut
8 seni daripada ilmu. Strategi yang telah diformulasikan tetapi tidak diimplementasikan tidak memiliki arti apapun (Churchill, 2001). 3. Evaluasi strategi Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal, yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda. Aktivitas formulasi, implementasi dan evaluasi strategi terjadi di tiga tingkat hierarki dalam perusahaan besar. Dengan dukungan komunikasi dan interaksi di antara manajer dan karyawan antartingkat hierarki, manajemen strategi membantu perusahaan berfungsi sebagai tim yang kompetitif. Kebanyakan perusahaan kecil dan beberapa perusahaan besar tidak memiliki divisi, mereka hanya memiliki tingkat korporat dan fungsional. Tetapi, manajer dan karyawan pada dua tingkatan ini harus aktif terlibat dalam aktivitas manajemen strategi.
C. Pemasaran Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pada prinsipnya pemasaran adalah pengaliran barang dari produsen ke konsumen, dimana aliran barang tersebut dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran yang tergantung dari sistem yang berlaku dan aliran barang yang dipasarkan Kotler (1996). Pemasaran terjadi karena beberapa hal, di antaranya: 1. Tingkat kebutuhan yang mendesak. 2. Tingkat komersialisasi produsen. 3. Keadaan harga yang menguntungkan. 4. Peraturan-peraturan yang berlaku.
9 Tujuan pemasaran adalah untuk menempatkan barang dan jasa ke konsumen dimana untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatankegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan, penimbangan, dan penyebaran. Selanjutnya Kotler (1996) menegaskan bahwa tujuan pemasaran adalah untuk memahami dan mengetahui pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa tersebut cocok dengan pelanggan, atau dengan kata lain memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang menguntungkan. Pemasaran hasil pertanian sebagai suatu performance semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik usahatani sampai pada konsumen akhir. Proses mengalirnya komoditi pertanian dari titik-titik usahatani sampai konsumen akhir dilakukan melalui saluran-saluran, sedangkan secara khusus pemasaran adalah analisa terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomis dari produsen ke konsumen melalui pedagang perantara (Rangkuti, 1997). McLeod dan Schell (2001) mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan gagasan. Proses pemasarannya sendiri menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah proses menganalisa peluang pemasaran, menyeleksi pasar sasaran, mengembangkan bauran pemasaran dan mengatur usaha pemasaran. Jadi, tugas pemasaran yang penting adalah meyakinkan sebanyak mungkin calon pelanggan untuk mengadopsi produk pelopor dengan cepat untuk kemudian menurunkan biaya unit dan membantu sejumlah besar pelanggan yang setia sebelum para pesaing masuk ke pasar (Boyd et al., 2000).
D. Strategi Pemasaran Salah satu dari strategi pemasaran yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan adalah dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri, atau lebih sering dikenal dengan istilah bauran pemasaran. Bauran pemasaran sendiri didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi menentukan master plan dan mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu
10 yang mana segmen pasar tersebut telah dijadikan sasaran pasar untuk produk yang telah diluncurkan untuk menarik konsumen sehingga terjadi pembelian. Dalam melakukan dan merencanakan pemasaran strategi, beberapa perusahaan telah menggunakan berbagai cara yang kemudian dikombinasikan menjadi satu, untuk jenis strategi pemasaran dalam hal ini lebih akrab dikenal dengan istilah marketing mix. Marketing mix dapat didefinisikan sebagai perpaduan berbagai strategi yang berupa kegiatan atau faktor-faktor penting yang merupakan hal-hal yang menjadi inti dari strategi pemasaran itu sendiri. Berikut beberapa hal penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan marketing mix, dalam memasarkan suatu produk: 1.
Produk sebagai Obyek Pemasaran Produk adalah obyek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap menjaga operasional dan kesehatan suatu perusahaan. Dengan melalui produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena dari produk akan dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu sendiri dalam kehidupan konsumen. Sedangkan produk itu sendiri memiliki sifat dan karakteristik yang amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu melakukan promosi dalam manjemen pemasaran. Berikut beberapa karakteristik dari produk yang berupa jasa yang harus diketahui dalam menetapkan strategi pemasaran: a.
Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki sifat yang tidak berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa diraba, dicium namun bisa sangat dirasakan manfaatnya dalam menunjang aktivitas konsumen.
b.
Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan dari perihal faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa itu sendiri. Sebagai contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan dari suatu wisma, maka produk jasa itu sendiri tidak akan bisa dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat produk jasa itu dipasarkan.
11 c.
Produk jasa juga memiliki sifat dinamis yang mengikuti perkembangan pola hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti tuntutan update dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan mengalami perubahan untuk menunjang pemasaran dengan hasil yang maksimal yang akan didapatkan oleh perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan persaingan usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh harga penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa produk yang ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang.
d.
Produk jasa biasanya memiliki dan bersaing dengan berpacunya waktu, sehingga memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang produk jasa tidak dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya hanya dapat dirasakan pada saat melakukan transaksi pembelian dari produk jasa itu sendiri.
2.
Analisis terhadap Harga untuk Sebuah Produk Penentuan harga dari suatu produk adalah suatu hal yang juga sangat krusial. Penentuan harga dari suatu produk akan sangat mempengaruhi dari keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang akan didapatkan oleh suatu perusahaan. Penetapan harga dari suatu produk, akan sangat dipengaruhi dari seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan dalam memproduksi produk itu sendiri. Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka akan semakin besar dan tinggi harga yang dibandrol dari produk itu sendiri. Kebijakan dalam menentukan harga dari suatu produk, maka kelak akan sangat mempengaruhi dari pelayanan yang harus dilakukan oleh perusahaan terhadap konsumen. Ini tentunya juga membutuhkan biaya (budget) yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan telah dirancang agar dari harga produk itu sendiri dapat menutupi semua biaya produksi sehingga akan menghasilkan profit bagi perusahaan. Harga sangat mempengaruhi penjual dari suatu produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penentuan harga sangat dibutuhkan strategi pemasaran yang amatlah matang agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menetapkan harga yang murah adalah bukan solusi di atas
12 segalanya. Namun penetapan harga dengan cerdas akan sangat membantu untuk mendobrak penjualan. Strategi dalam menetapkan harga produk dapat dilakukan dengan menganalisis kelebihan, keunggulan dan kekurangan dari produk yang dimiliki. Dengan jalan ini maka kelak dikemudian hari tidak akan ditemukan istilah harga yang seharusnya lebih mahal atau lebih murah dari kualitas barang yang dimiliki. Penentuan harga barang juga dapat dianalisis dengan melihat persaingan dan seberapa besar kebutuhan produk yang akan dicari oleh konsumen (David, 1997). 3.
Kegiatan Distribusi yang Dijalankan Distribusi adalah juga merupakan bagian yang vital dari bagian strategi pemasaran itu sendiri. Pemilihan strategi distribusi dengan tepat akan dapat membantu produk sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Tidak jarang suatu produk yang telah dibandrol dengan harga sekian, namun karena kesalahan distribusi ketika sampai ke tangan konsumen, harga yang terjadi ketika transaksi jual beli adalah lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang sebelumnya. Salah satu strategi pemasaran yang sebaiknya harus diperhatikan agar aktivitas jalannya distribusi dapat berjalan dengan lancar adalah dengan memperhatikan perihal channel of distribution atau jika diterjemahkan mengandung arti saluran distribusi. Saluran distribusi dapat membantu perusahaan dalam proses pemasaran terutama untuk menganalisis berbagai kendala yang terjadi di lapangan, sehingga dapat diambil kebijakan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan distribusi kembali akan dapat berjalan dengan normal dan baik demi tercapainya kepuasan konsumen (Gaspersz, 2003). Salah satu unit yang sangat membantu
jalannya proses distribusi
adalah unit distributor. Distributor sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam membantu pemasaran obyek produksi. Dalam menunjuk distributor yang tepat dan juga menetapkan kebijakan yang benar tentang saluran distribusi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.
Melakukan riset dan analisis yang lebih mendalam terhadap pihak-pihak lembaga yang terkait dalam menunjang proses pemasaran, terutama
13 sebagai contoh adalah pihak-pihak terkait seperti pedagang perantara antara pihak perusahaan dengan konsumen di daerah tertentu. b.
Mempertimbangkan karakteristik dari segmen pasar yang telah dibidik, dan secara geografis bagaimana lokasi pembeli, apakah mudah dijangkau atau keadaan yang terjadi adalah sebaliknya.
c.
Memperhitungkan seberapa besar persediaan produk yang dipasok yang disesuaikan dengan seberapa besar dengan kebutuhan konsumen. Hal ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas proses distribusi yang akan dilakukan dalam jangka panjang.
d.
Memikirkan dengan segala jaringan pemasaran yang dimiliki agar dapat didayaupayakan secara maksimal sehingga hasil pemasaran yang disokong dari proses distribusi dapat memberikan hasil yang optimal. Pola distribusi yang harus dipertimbangkan dan selalu diamati adalah
dengan melakukan penyesuaian dengan perkembangan pola dinamika gaya hidup masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka proses distribusi dapat berjalan dengan baik dan akan mendukung untuk menghasilkan nilai penjualan yang memuaskan. 4.
Melakukan Kegiatan Promosi Kegiatan promosi biasanya merupakan komponen prioritas dari kegiatan pemasaran. Dengan adanya promosi maka konsumen akan mengetahui bahwa perusahaan meluncurkan produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan promosi banyak yang mengatakan identik dengan dana yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka umumnya akan menghasilkan tingkatan promosi yang juga sangat gencar untuk dapat dilakukan. Namun dana bukan di atas segala-galanya. Dana yang terbatas dapat diatasi dengan inovasi yang lebih pintar dan tepat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dengan menganalisis keunggulan produk, modal lain yang dimiliki oleh perusahaan dan segmen pasar yang dibidik. Dengan mempertimbangkan faktor strategi pemasaran di atas, maka promosi dapat dilakukan lebih pintar dan efisien, serta tepat sasaran (Churchill, 2001). Kegiatan promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi untuk disampaikan ke konsumen. Dalam penyampaian strategi informasi ini
14 ada beberapa hal penting yang hendaknya diperhatikan, yaitu sebagai berikut: a.
Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan merupakan sebagai media utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi. Promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Saat ini periklanan yang sering digalakkan adalah melalui kegiatan media cetak dan elektronik. Dunia iklan sendiri telah mengalami perkembangan yang amat pesat. Salah satunya adalah dengan mulai maraknya iklan dengan melalui media internet (Rangkuti, 1997).
b.
Promosi dengan mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi atau lebih dikenal dengan istilah personal selling. Kegiatan promosi yang satu ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari kegiatan promosi. Karena kegiatan personal selling adalah kegiatan promosi yang mengharuskan berhadapan dengan konsumen dengan secara langsung. Melalui kegiatan promosi personal selling secara profesional akan sangat membantu untuk tercapainya penjualan yang secara fantastis. Personal selling yang dilakukan secara besar merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan jika memiliki modal yang cukup besar.
c.
Promosi yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas promosi penjualan. Promosi penjualan mengedepankan aspek penambahan intensitas terhadap strategi dalam pemasaran produk. Penambahan intensitas di sini dalam berbagai aspek manajemen pemasaran, meliputi peningkatan kualitas produk, kualitas pelayanan distribusi, menambah kualitas pelayanan agar menjadi lebih baik dan masih banyak aspek lainnya yang dapat ditingkatkan demi tercapainya kepuasan pelanggan atas produk yang telah dipasarkan.
d.
Promosi dengan cara meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang ditawarkan. Pembentukan image positif ini dapat dilakukan dengan iklan atau promosi yang memiliki karakteristik tertentu yang tidak dapat dimiliki oleh strategi pemasaran produk lainnya. Bisa saja dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu produk yang memiliki poin
15 lebih, karakteristik unik dan mempunyai manfaat lebih yang dapat menjadi pemikiran positif di hadapan konsumen. Jika hal ini dapat dilakukan maka image atau gambaran positif yang berkembang di masyarakat akan terbentuk dan mendatangkan beberapa faktor positif untuk mendongkrak penjualan (Churchill, 2001). Keempat komponen baur pemasaran yang telah dipaparkan di atas harus dapat dilakukan secara sinkron agar menghasilkan strategi pemasaran yang baik dalam jangka panjang, sehingga keuangan perusahaan dapat berjalan dengan sehat dan kesejahteraan dapat ditingkatkan, baik bagi perusahaan itu sendiri atau bagi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut (Churchill, 2001).
E. Analisa Persepsi Pasar 1.
Persepsi Konsumen Menurut Kotler (2000), persepsi adalah proses bagaimana seseorang memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk membantu konsumen menginterpretasikan dunia sekitarnya. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama. Persepsi konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran, karena persepsi yang diterima konsumen dapat mempengaruhi mutu, harga dan juga citra yang dihasilkan produk tertentu.
2.
Analisa Persaingan Analisis persaingan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh banyak industri untuk membangun strategi. Intensitas persaingan di antara perusahaan-perusahaan sangat bervariasi. Analisa dasar dalam memahami persaingan adalah industri. Sebuah industri yang menghasilkan produk ataupun jasa adalah sekumpulan pesaing yang menghasilkan produk atau jasa yang bersaing satu sama lain (Porter, 1990). Pesaing suatu perusahaan meliputi pihak yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang sama, serta menyediakan penawaran yang serupa kepada pelanggan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), analisa persaingan umumnya memiliki tujuan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang dan pesaing potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari pesaing untuk membantu perusahaan merencanakan persaingan yang efektif.
16 Kotler dan Keller (2007) berpendapat bahwa analisa strategi bersaing merupakan bagian penting dalam rencana pemasaran, yaitu: a) Dalam menilai situasi terkini, perusahaan perlu mengidentifikasi pesaing-pesaing kunci, serta mempelajari kekuatan dan kelemahan pesaing. b) Analisis dan intelegensi bersaing membentuk strategi bersaing yang didukung oleh bauran pemasaran. Dalam menganalisa persaingan industri, Kotler (2000) mengemukakan bahwa ada delapan hal yang harus diperhatikan, di antaranya adalah: a) Mengidentifikasi pesaing. Hal ini dapat dibedakan berdasarkan empat tingkat substitusi, yaitu: i. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang serupa pada pelanggan sama dengan harga sama. ii. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama. iii. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan memproduksi produk yang memberikan jasa sama. iv. Persaingan generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan harga konsumen yang sama. b) Mengidentifikasi strategi pesaing. Pesaing terdekat perusahaan adalah yang mengejar pasar sasaran yang sama dengan strategi sama. c) Menentukan tujuan pesaing. Tujuan pesaing beraneka ragam, misalnya profitabilitas, pertumbuhan pangsa pasar, arus kas, keunggulan teknologi dan keunggulan pelayanan. d) Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing. Sumberdaya dan kemampuan dari masing-masing pesaing dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan strategi. e) Mengestimasi pola reaksi pesaing. Pola reaksi pesaing ada yang lambat, cepat, penuh perhitungan dan tidak terduga. f) Merancang sistem intelijen persaingan.
17 g) Memilih pesaing untuk diserang dan dihindari. h) Menyeimbangkan orientasi pelanggan dan pesaing.
F. Faktor Internal dan Eksternal 1.
Faktor Internal Faktor internal dikelompokkan menjadi faktor yang memberikan kekuatan dan yang memberikan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan selang sangat baik atau buruk (David, 2006). Kekuatan menurut Pearce dan Robinson (1997) adalah keunggulan sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin ditangani oleh perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan sumberdaya, keterampilan dan kemampuan yang menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. David (2006) menyebutkan ada beberapa faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, antara lain: a.
Manajemen Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukkan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian terdiri dari semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan.
18 b.
Pemasaran Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran (seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaannya).
c.
Sumberdaya Manusia (SDM) Masalah SDM sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia.
d.
Produksi dan operasi Produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas menyangkut penetapan tingkat luaran maksimal untuk organisasi. Persediaan mencakup mengelola banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Tenaga kerja berkenaan dengan mengelola tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang bermutu tinggi yang dihasilkan. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil contoh, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses dan gagalnya suatu usaha.
e.
Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat penting untuk memutuskan alternatif strategi secara efektif.
19
2.
Faktor Eksternal Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi,
sosial,
budaya,
demografi,
lingkungan,
politik,
hukum,
pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar di luar kendali suatu organisasi (David, 2006). Ada beberapa faktor eksternal dalam perusahaan yang mempengaruhi positioning perusahaan antara lain (David, 2006): a.
Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak, tren pertumbuhan ekonomi.
b.
Kebijakan Pemerintah dan Politik Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dapat berupa undangundang baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Kebijakan perusahaan merupakan pertimbangan penting bagi pemimpin perusahaan dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan.
c.
Teknologi Teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek.
d.
Pesaing Persaingan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh di antara kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil sejauh strategi itu menyediakan keunggulan
20 bersaing atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan. e.
Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Sumber utama hambatan masuk industri di antaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, pemasok, akses saluran distribusi.
f.
Kekuatan tawar-menawar konsumen Konsumen selalu menginginkan kualitas produk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga yang murah. Konsumen yang kuat sering dapat negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawarmenawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.
g.
Kekuatan tawar-menawar pemasok Hal ini mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual ke industri.
h.
Ancaman produk substitusi Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi. Produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila mutunya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi.
21
G. Matriks SWOT Analisis matriks Strenght Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) merupakan salah satu alat analisis yang dapat menggambarkan secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi altenatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan (David 2006). Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT, dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat set alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
H. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) atau Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi dengan mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan, faktor kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi. Proses evaluasi memerlukan penilaian intuitif yang baik. Beberapa teknik evaluasi pengambilan keputusan strategi pemasaran produk meliputi Paired Comparison, Metode Bayes dan Metode Perbandingan Eksponensial. Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui pengkuantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1. Namun seringkali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subyektif
22 dimana bobot Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, serta latar belakang pengambil keputusan. Keunggulan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan perencana strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait kedalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategik dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus. Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, namun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. Diskusi di antara perencana strategi, manajer dan karyawan dalam seluruh proses perumusan strategi bersifat konstruktif dan memperbaiki keputusan strategis yang lalu. Diskusi konstruktif selama analisis dan pilihan strategi dapat timbul semata-mata karena perbedaan interpretasi informasi dan opini yang berbeda. Oleh karena itu informasi sebaiknya disampaikan dengan lengkap dan benar. Selain itu, untuk mengkaji dan atau menguji informasi yang diterima benar dan akurat, sebaiknya informasi berasal lebih dari dua orang yang berbeda dan dari pihak yang independen, tidak memiliki kepentingan terhadap informasi yang disampaikan.
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah ini memiliki kandang penampungan sapi yang terletak di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pelaksanaan kajian dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan September 2010.
B. Metode Kerja Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus. Untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi lingkungan perusahaan (internal dan eksternal) dilakukan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Hasil identifikasi kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, selanjutnya dilakukan penyusunan strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan, serta prospek perkembangan usaha ke depan. 1. Pengumpulan Data Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: a. Data primer Data primer diperoleh dari hasil wawancara atau komunikasi, dan observasi. Wawancara atau komunikasi adalah suatu metode pengumpulan data yang melibatkan pengajuan pertanyaan kepada para responden untuk mendapatkan informasi yang diinginkan atau diharapkan, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang disebut kuesioner. Sedangkan observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana situasi yang menjadi perhatian diamati dan fakta-fakta, tindakan-tindakan, atau perilakuperilaku yang relevan dicatat. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu, kegiatan perusahaan dan pemasarannya, seperti teknis produksi yang meliputi gambaran produk, persyaratan teknis, peralatan proses produksi dan mutu produk.
24
Responden ditentukan berdasarkan tingkat kepakarannya yaitu yang dianggap cukup ahli dan menguasai kondisi perusahaan dan permasalahan yang ditanyakan. Dalam hal ini responden yang mengetahui kondisi perusahaan (self assesment), salah satunya pemilik perusahaan. Kuesioner bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi faktor kunci internal dan eksternal, serta bobot dan peringkat (ordinal). 2. Pengolahan dan Analisis Data Data yang dianalisis mencakup data internal dan eksternal perusahaan yang menjadi faktor kunci dan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Data merupakan data ordinal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Dalam menganalisis faktor-faktor internal, mengklarifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan digunakan matriks
IFE.
Sedangkan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
eksternal,
diklasifikasikan atas peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam bentuk matriks EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE adalah: 1) Menentukan dalam kolom 1 faktor strategi eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, serta faktor strategi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2. Dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0. 3) Memberikan peringkat 1-4 untuk masing-masing faktor kunci dalam kolom 3 tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespons faktor tersebut. Dengan memberi skala mulai dari 1 (di bawah rataan) hingga 4 (di atas rataan). Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan dan peluang bersifat positif (kekuatan atau peluang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika kekuatan atau peluang kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating kelemahan dan ancaman adalah negatif. (jika kelemahan atau ancaman
25 sangat besar rating adalah 1. Sebaliknya jika nilai kelemahan atau ancaman di bawah rataan atau kecil nilainya adalah 4). 4) Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk menentukan total dari nilai tertimbang bagi perusahaan. Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0-4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai di atas 2,5 menunjukkan posisi internal perusahaan kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti perusahaan tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.
Tabel 1. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategik Eksternal
A
B
C
D
….
Total
A B C D …….. Total
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategik Internal A B C D …….. Total
A
B
C
D
….
Total
26 Tabel 3. Matriks IFE Faktor Strategik Internal
Bobot
Rating
Skor
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
A. Kekuatan : 1. 2. . Dst Jumlah (A) B. Kelemahan : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Tabel 4. Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal A. Peluang : 1. 2. . Dst Jumlah (A) B. Ancaman : 1. 2. . Dst Jumlah (B) Total (A+B)
Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespons peluang yang
27 ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE maka dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti, 2008).
b. Matriks Internal External (IE) Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0-1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,02,99 posisinya sedang, serta skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0-1,99 adalah posisi rendah, skor 2,0-2,99 adalah posisi sedang dan skor 3,0-4,0 adalah posisi tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri atas sembilan sel. Namun secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu: 1) Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan, antara lain strategi intensif atau strategi integratif. 2) Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Strategi tuai dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.
c.
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
28 Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2008). Dalam suatu kinerja perusahaan, dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
BERBAGAI PELUANG
3. Mendukung Strategi turn-around
1. Mendukung Strategi Agresif
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL
4. Mendukung Strategi Defensif
2. Mendukung Strategi Diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN Gambar 1. Diagram analisis SWOT
Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategic). Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal, strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar). Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran tiga ini mirip dengan Question Mark pada matriks Boston Consulting Groups. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih
29 baik. Misalnya, Apple yang menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Tabel 5. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Faktor eksternal Strategi S-O: Menggunakan kekuatan internal Peluang perusahaan untuk (Opportunities) meraih keuntungan dari peluang eksternal Strategi S-T : Menggunakan kekuatan internal Ancaman perusahaan untuk (Threats) menghindari/ mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal Sumber : Pearce and Robinson, 1997
Strategi W-O : Mengembangkan kelemahan internal perusahaan dengan meraih keuntungan dari peluang eksternal Strategi W-T : Mengarahkan taktik bertahan untuk mengurangi kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman lingkungan
d. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Quantitative strategic planning matrix (QSPM) atau Matriks perencanaan strategik kuantitatif adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dan membutuhkan penilaian intuitif yang baik. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Kelebihan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Selain itu, bahwa QSPM membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan
30 perencana strategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait ke dalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategi dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus. Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif. Namun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. QSPM terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot, yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), (2) nilai daya tarik, (3) total nilai daya tarik dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Ada enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan matriks ini (David, 2006), yaitu: Langkah 1 :
Mendaftarkan faktor kunci dari kekuatan atau kelemahan internal dan peluang atau ancaman eksternal perusahaan dalam kolom kiri matriks.
Langkah 2 :
Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.
Langkah 3 :
Memeriksa tahap kedua (pemaduan) dan mengidentifikasi strategi alternatif
yang
dapat
dipertimbangkan
perusahaan
untuk
diimplementasikan. Langkah 4 :
Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik relatif setiap strategi dalam alternatif sel tertentu. Nilai daya tarik tersebut adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = amat menarik.
Langkah 5 :
Menghitung total nilai daya tarik dengan mengalikan antara bobot dengan nilai daya tarik.
Langkah 6 :
Menghitung
jumlah
total
nilai
daya
tarik.
Jumlah
ini
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya.
31
Bentuk QSPM secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. QSPM
Faktor kunci
Bobot (a)
Alternatif strategi Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS (b) (axb) (c) (axc)
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Jumlah total nilai daya tarik Keterangan : AS (Attractiveness Score) = nilai daya tarik TAS (Total AS) = total nilai daya tarik Nilai daya tarik : 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = cukup menarik; 4 = amat menarik
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perusahaan CV Septia Anugerah, didirikan di Bogor, dengan akta notaris Lisa Karwati S.H. Nomor 19, tertanggal 29 November 2005. Akta pendirian tersebut telah mengalami perubahan yaitu dengan akta perubahan nomor 08 tanggal 21 November 2008 oleh notaris Abdul Aziz S.H. di Jakarta. Perusahaan ini telah mendapatkan antara lain Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) nomor 549/1020/PK/V/2006 Tanggal 01 Mei 2006, Tanda Daftar Perusahaan persekutuan komanditer nomor 10,20,3,51,04216, Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
02.548.479.1-404.000. CV Septia Anugerah dalam melakukan kegiatan usahanya yang bergerak dalam bidang perdagangan ternak sapi potong sebelum dijual langsung pada pedagang sapi potong, sapi yang berasal dari Australia ini diperiksa dan dikarantinakan untuk proses penggemukkan. Lokasi karantina hewan sementara CV Septia Anugerah berlokasi di Daerah Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor yang memiliki luas lokasi ± 4 ha dan karantina sapi ini pun jauh dari pemukiman penduduk sekitar ± 200 m hingga tidak mengganggu kenyamanan penduduk setempat serta penanganan limbahnya pun baik dan tidak merusak lingkungan. Kandang-kandang karantina dibagi menjadi tiga bagian yaitu kandang isolasi, kandang karantina, dan kandang umum (khusus untuk sapi yang telah dibebaskan dari masa karantina). Alat-alat yang biasa digunakan dalam perusahan ini berkisar dari alat-alat konstruksi, bahan bangunan, fasilitas dan perlengkapan kantor, kebutuhan pokok sehari-hari, peternakan dan perikanan, serta menjalankan usaha dalam bidang pemberi jasa pada umumnya dan semuanya itu sudah diuji kelayakannya. Sejak
berdirinya
hingga
sekarang
perusahaan
ini
mengalami
perkembangan yang cukup baik, hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya pesanan sapi dari para pedagang sapi potong dan angka penjualan dari tahun ke tahun meningkat hingga laba yang diperoleh pun ikut meningkat dan untuk masa mendatang perusahaan merencanakan untuk meningkatkan kualitas sapi agar nantinya diharapkan perusahaan dapat menerima pesanan dari pelanggan dengan skala yang lebih besar dan meningkatkan laba perusahaan.
33
Visi perusahaan CV Septia Anugerah adalah menyediakan sapi impor dengan kualitas terbaik untuk masyarakat Indonesia, menciptakan lapangan pekerjaan dengan upah yang layak bagi pekerja dan memberikan keuntungan yang wajar bagi pemegang saham. Sedangkan misi perusahaan CV Septia Anugerah adalah (1) Perdagangan dan penggemukan sapi potong impor dari Australia, (2) importir sapi bibit, (3) perdagangan sapi betina bunting, (4) kemitraan sapi potong dan pakan sapi, (5) produksi makanan ternak. B. Pengembangan Usaha dan Proses Produksi Kegiatan usaha yang dilakukan oleh CV Septia Anugerah adalah penjualan skala besar sapi potong yang berasal dari Australia dan jenis-jenis sapi yang diperdagangkan adalah jenis sapi Bx Cows, Bx Steers, Fd Steers, Heifers, Sl Steers, Bx Bulls, Bx Heifers, M Bulls, M Steers, Md Steers, Mx Breed Steers, Ox Bulls, Ox Steers, Steers Hereford, Sx Cows, Sx Heifers, Sl Cows, dan Steer Santa. Sebelum sapi terjual sapi disimpan dalam kandang karantina untuk proses pemeliharaan dan penggemukkan serta banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pemeliharaan guna untuk memperkecil tingkat kematian sapi sebelum terjual. Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan di antaranya: 1.
Penanganan yang intensif terhadap ternak Sapi yang telah sampai ke kandang karantina sebelum masuk untuk penggemukkan terlebih dulu dilakukan penimbangan di tempat penimbangan yang dilengkapi dengan alat pencatat (printer), apabila teridentifikasi sakit, maka sapi yang sakit tersebut dipisahkan untuk dikarantina atau diisolasi dari sapi yang sehat. Selama sapi dikarantina upaya penyembuhan terus dilakukan sampai sapi tersebut sehat sedangkan sapi yang mati dikubur di tempat yang sudah disediakan di lokasi kegiatan, hal itu digunakan agar pencegahan penularan penyakit terhadap sapi yang sehat dalam kandang karantina.
2.
Kandang isolasi dan kandang karantina Sapi
yang
baru
masuk
terlebih
dulu
dikarantinakan
untuk
menyesuaikan kondisi sapi dengan lingkungan serta kondisi kesehatan sapi yang didatangkan dari luar daerah, agar sapi tidak merasa stres pada saat ditempatkan di kandang yang bukan di daerah asalnya.
34 3.
Gudang makanan Gudang makanan disediakan untuk menyimpan persediaan pakan berupa rumput yang sudah dipotong-potong dengan alat pemotong serta upaya pencampuran konsentrat dan vitamin. Gudang pakan merupakan hal yang sangat penting dalam mengupayakan pemeliharaan ternak karena makanan yang ada dalam gudang harus memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk sapi dan yang tidak menimbulkan penyakit bagi hewan ternak terutama sapi.
4.
Tempat pembuatan pupuk organik Pakan ternak (rumput) yang dimakan oleh ternak akan menimbulkan limbah kotoran dan kotoran ditampung dalam 1 (satu) unit bak penampungan seluas 500 m2 untuk diolah untuk dijadikan pupuk organik. Pupuk organik ini disimpan tanpa oksigen melalui proses dekomposisi. Fasilitas penunjang yang digunakan oleh perusahaan dalam proses
pemeliharaan yaitu: 1.
Tempat Makan dan Minum Ternak: untuk mempermudah pemberian makan dan penyediaan minuman yang dibutuhkan ternak selama pemeliharaan.
2.
Peralatan Sanitasi: untuk menghindari terjadinya genangan di lokasi kandang yang bersumber dari air hujan maupun air dari minuman ternak.
3.
Peralatan Identifikasi: untuk mengidentifikasi ternak dalam hal tingkat pertumbuhan dan perkembangan selama karantina.
4.
Peralatan Pembersih Kandang: untuk membersihkan kotoran maupun sampah (sisa makanan) yang ada di dalam kandang sapi.
5.
Peralatan Pemeliharaan Ternak: untuk menjaga agar ternak berkembang dengan baik dan mengantisipasi ternak sakit.
6.
Alat Potong Rumput: untuk memotong rumput agar rumput tersebut mudah dicerna dan dicampurkan bahan lain.
7.
Alat Timbangan (Bulk Truck) dan Alat Pencatat (Printer): untuk mengetahui berat ternak, baik sebelum maupun sesudah dikarantina. Pendirian perusahaan CV Septia Anugerah mempunyai beberapa tujuan,
baik tujuan interen maupun tujuan eksteren. Adapun tujuan interen perusahaan untuk mendapatkan laba, sedangkan tujuan eksteren perusahaan adalah:
35 1.
Memenuhi kebutuhan pelanggan sapi potong yaitu dengan menyediakan sapi potong yang memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi masyarakat Indonesia.
2.
Memberikan lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat sekitar kandang penggemukkan sapi dan masyarakat luas pada umumnya. Untuk menjamin kualitas sapi yang baik maka perusahaan CV Septia
Anugerah harus menerapkan sistem quality control pada setiap proses penggemukannya dengan melakukan pemeriksaan secara intensif pada sapi yang berasal dari Australia dan ditangani oleh para tenaga yang ahli, sehingga CV Septia Anugerah pun melakukan suatu pernyataan untuk selalu mentaati peraturan yang ditetapkan pemerintah antara lain: 1.
Tidak akan memakai/menjual, hewan yang dimasukan sebelum diterbitkan sertifikat pelepasan (KH-12) oleh dokter hewan karantina.
2.
Bersedia dilakukan sampel seperti sampel darah untuk hewan atau pengambilan sampel produk hewan guna pemeriksaan laboratorium apabila dianggap perlu oleh dokter hewan karantina.
3.
Bersedia memberikan perlakuan seperti vaksinasi untuk hewan atau desinfektan, fumigasi terhadap produk hewan bila dianggap perlu oleh dokter hewan karantina.
4.
Bersedia membawa ke luar dari wilayah Negara Republik Indonesia untuk hewan/produk hewan asal luar negeri atau membawa kembali ke daerah asal untuk hewan/produk hewan dari dalam negeri dalam waktu yang sesingkatnya (segera) dengan biaya sendiri terhadap media pembawa hama penyakit hewan karantina yang dimasukan jika dokter hewan karantiana menyatakan pemasukannya ditolak.
5.
Bersedia melakukan pemusnahan dalam waktu yang sesingkatnya (segera) dengan biaya sendiri terhadap media pembawa hama penyakit hewan karantina yang dimasukan, jika dokter hewan karantina menyatakan harus dimusnahkan.
6.
Bersedia menanggung segala keperluan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tindakan karantina seperti penyediaan bahan dan peralatan diagnosa serta transportasi dan akomodasi.
36 7.
Bila ada pengobatan terhadap penyakit yang bukan penyakit hewan karantina, maka dapat meminta bantuan dokter hewan lain di bawah pengawasan dokter hewan karantina.
8.
Bersedia melakukan pemeliharaan, perawatan, dan keamanan produk hewan yang menjadi tanggung jawab dan menjadi urusan perusahaan. Semua ini dilakukan agar tercipta kenyamanan perusahaan dalam
melakukan kegiatan usahanya dan untuk mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat bahwa hewan atau produk hewan yang ada di dalam karantina perusahaan CV Septia Anugerah itu aman untuk dijual kepada masyarakat. Komponen aktivitas produksi CV Septia Anugerah adalah sebagai berikut: 1.
Penimbangan Dilakukan oleh bagian penimbangan untuk mengetahui berat awal dan berat akhir sapi, serta untuk memisahkan sapi jika ada yang teridentifikasi bahwa sapi tersebut terkena penyakit dan akan langsung ditangani lebih lanjut oleh Dokter Hewan yang ditunjuk. Sapi yang terkena penyakit akan dipisahkan untuk dikarantina atau diisolasi untuk proses penyembuhan.
2.
Pemeliharaan/penggemukkan Petugas kandang mengkarantina sapi-sapi selama 14 hari yang sudah ditimbang dan sudah diseleksi tidak terkena penyakit, serta dimasukkan ke dalam proses penggemukkan atau pemeliharaan selama 90 hari. Dalam proses inilah akan adanya limbah dari kotoran sapi dan sisa pakan yang langsung ditangani oleh petugas kandang untuk dijadikan pupuk. Limbah dari kotoran sapi dan sisa pakan dilakukan fermentasi terlebih dahulu selama 14 hari sebelum dijadikan pupuk dalam kemasan.
3.
Seleksi penjualan Setelah mengalami proses penggemukkan atau pemeliharaan sapi selama 90 hari, sapi yang sudah sesuai berat dan masuk ke dalam permintaan pelanggan atau konsumen akan diseleksi lagi untuk proses penjualan. Pada saat itu juga akan ada perhitungan dan pemisahan antara sapi yang sakit, sapi yang mati, dan sapi yang lulus seleksi. Sapi yang lulus seleksi, kemudian dipindahkan ke kandang utama untuk dijual. Bagian ini dilakukan oleh petugas seleksi penjualan.
37 4.
Penimbangan Sapi-sapi yang lulus seleksi dari proses penggemukkan dan pemeliharaan akan ditimbang kembali untuk mengetahui berapa kenaikan berat akhir sapi, apakah proses penggemukkan itu berhasil atau tidak, dan menjadi patokan untuk harga jual di pasaran oleh petugas bagian penimbangan.
5.
Penjualan Setelah sapi-sapi mengalami serangkaian proses penggemukkan dan pemeliharaan selama 90 hari, bagian pemasaran dari CV Septia Anugerah akan melakukan kegiatan penjualan sapi potongnya. Setelah sapi dinyatakan aman untuk dijadikan sapi potong akan langsung disalurkan kepada para pelanggan yang rata-rata penjual sapi potong skala kecil atau pada pejagalanpejagalan yang memproduksi daging sapi atau karkas yang dikonsumsi oleh masyarakat. Skala kecil atau pejagalan-pejagalan di sini artinya pembelian sapi potong dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar.
C. Saluran pemasaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran sapi potong yang dilakukan oleh CV Septia Anugerah dimulai dengan membeli sapi potong dari negara asal sapi, yaitu Australia. Panjang-pendeknya saluran pemasaran sapi potong pada CV Septia Anugerah tergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1. Pembelian ternak: CV Septia Anugerah membeli sapi potong dengan berat rata-rata 250-300 kg bobot hidup dari negara Australia, dengan harga per kg bobot hidup sekitar Rp 15.000 sampai dengan Rp 18.000. 2. Pengangkutan: Sistem pengangkutan sapi potong dari negara Australia menggunakan truk, dengan kapasitas tergantung dari besar kecilnya sapi potong yang akan diangkut. Setelah sapi potong diangkut dengan menggunakan truk, terus dinaikkan ke atas kapal laut yang memakan waktu selama 1-2 minggu untuk sampai di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Setelah sampai di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, sapi diangkut kembali dengan menggunakan truk yang telah disiapkan oleh CV Septia Anugerah. Perjalanan dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta sampai di kandang penampungan yang berada di Rumpin Bogor, memakan waktu sekitar 4 jam.
38 3. Masa pemeliharaan dan masa penggemukkan: Sapi ditempatkan
dalam
kandang sepanjang hari, dengan pemberian pakan dan minum secara ad libitum. Pengelompokkan sapi-sapi potong tersebut dibedakan berdasarkan umur, bobot badan dan jenis kelamin. Dengan masa penggemukkan selama 90 hari sebelum sapi potong tersebut dijual ke konsumen atau pejagalan. 4. Penjualan: Setelah mengalami proses pemeliharaan dan penggemukkan, CV Septia Anugerah melakukan penjualan sapi potongnya kepada para pelanggan skala kecil atau skala besar, tergantung permintaan dari para pelanggan tersebut. Harga yang ditawarkan kepada konsumen per kg bobot hidup sekitar Rp 21.000 sampai Rp 23.000. Jika pengiriman sampai di tempat konsumen, maka akan terkena ongkos tambahan. Sapi yang dijual dan digemukkan di CV Septia Anugerah semuanya sapi yang di impor dari Australia. Hal ini dikarenakan potensi bakalan sapi lokal tidak mencukupi dalam jumlah banyak dan tidak sesuai dengan target produksi perusahaan, selain itu sapi jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi dan lebih mudah beradaptasi karena suhu udara atau cuaca di Indonesia tidak jauh berbeda dengan cuaca negara asalnya. Di samping itu harga sapi dari Australia lebih murah dari sapi lokal di Indonesia pada umumnya. Usaha
yang
dilakukan
oleh
CV
Septia
Anugerah
merupakan
penggemukkan sapi potong pola intensif. Masa penggemukkan yang dilakukan oleh CV Septia Anugerah adalah 90 hari dengan tiga fase, yaitu (1) fase adaptasi (1-15 hari), (2) fase growing (16-60 hari) dan (3) fase finishing (60-90 hari). Fase adaptasi juga termasuk masa karantina, pada masa ini dilakukan spesimen, yaitu pengambilan sampel darah oleh Dinas Karantina Hewan untuk diidentifikasi penyakit dan untuk mencegah penyebaran penyakit. CV Septia Anugerah juga melakukan penimbangan individu sapi setelah satu minggu sapi tiba. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan bobot badan per ekor per hari dan untuk mengelompokkan populasi sapi. Secara umum pertambahan bobot hidup sapi potong yang dipelihara selama 90 hari tersebut mengalami kenaikkan sekitar 50 kg. CV Septia Anugerah setiap harinya melakukan pengontrolan kesehatan ternak. Tidak ada resiko kematian ternak, apabila ada sapi sakit, maka secepat mungkin dilakukan pengobatan dengan pemberian vitamin dan antibiotik yang kemudian
diisolasi dari sapi lain. Sapi yang sudah sehat dikembalikan ke
39 populasinya, sedangkan sapi yang kira-kira tidak bisa sembuh langsung di afkir. Penyakit yang umumnya terjadi adalah diare sehingga sapi menjadi kurus dan juga penyakit patah kaki. Saluran pemasaran menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan cakupan wilayah, pendistribusian ternak sapi potong CV Septia Anugerah meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta dan sekitarnya. Pemasaran ternak sapi potong CV Septia Anugerah yaitu langsung dari tangan produsen ke tangan konsumen tanpa adanya perantara. Sistem pembayarannya adalah dapat dilakukan secara tunai atau transfer sesuai kesepakatan antara pihak CV Septia Anugerah dengan pihak konsumen atau pembeli. D. Tenaga Kerja Perusahaan Struktur organisasi di CV Septia Anugerah dipimpin langsung oleh seorang direktur. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional kegiatan usaha ternak sapi potong di CV Septia Anugerah ada 28 orang yang terdiri manajer (Operasionalisasi Peternakan) sebanyak tiga orang, Tenaga Ahli satu orang, staf untuk mendukung tenaga operasional peternakan sebanyak 14 orang dan karyawan (kantor dan operasional lapangan) sekitar 10 orang. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2. DIREKTUR
MANAJER KEUANGAN
MANAJER OPERASIONAL
MANAJER PEMASARAN
STAF KEUANGAN
STAF KANDANG & PAKAN
STAF PEMASARAN
Gambar 2. Struktur organisasi CV Septia Anugerah
Secara konseptual, seorang pekerja dalam perusahaan yang memiliki kompetensi tinggi akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas perusahaan dalam
40 mencapai tujuan dan sasaran yang hendak diwujudkan. Dalam kegiatan setiap hari, perusahaan telah memiliki tenaga kerja yang memadai secara fungsional, seperti manajer keuangan yang mengurusi masalah keuangan baik pengeluaran maupun pendapatan setiap harinya, manajer pemasaran yang bertindak melakukan pemasaran produk dan manajer operasional yang mengawasi bagian produksi, sehingga mampu menghasilkan produk yang bermutu. E. Perumusan Strategi Pemasaran Analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan, analisis ini menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh industri sebagai
faktor
kekuatan
(strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran sapi potong CV Septia Anugerah. Kekuatan merupakan sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra, kepemimpinan, pasar, hubungan pembeli dengan pemasok dan faktor-faktor lain (Pearce & Robinson, 1997). Kelemahan menurut Pearce dan Robinson (1997), merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kemampuan yang dapat menghambat kinerja efektif perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat meliputi fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajemen, keterampilan pemasaran dan citra produk. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan industri (Pearce & Robinson, 1997). Dalam hal ini perkembangan trend merupakan salah satu sumber peluang. Untuk itu, identifikasi segmen pasar yang terabaikan, perubahan situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan antara pembeli dengan pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan. Ancaman merupakan suatu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan industri. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
41 meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi dan peraturan baru yang direvisi, dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Aspek dimensi lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan terkait dengan lingkungan luar dimana perusahaan berada. Aspek dimensi lingkungan internal mencakup segala hal yang berhubungan dengan kondisi di dalam perusahaan. Keseluruhan faktor yang telah diidentifikasi diberikan bobot, rating dan skor yang menggambarkan posisi perusahaan dalam menghadapi kondisi lingkungan eksternal berdasarkan kondisi internal dengan menggunakan matriks EFE dan matriks IFE. Profil SWOT dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Profil SWOT Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
1. Tenaga kerja yang handal di bidang 1. Manajemen bersifat kekeluargaan produksi
2. Tenaga
2. Mutu ternak yang terjamin
pemasaran
sapi
potong
kurang handal
3. Fasilitas penunjang yang mendukung 3. Modal usaha yang minim seperti truk dan alat timbangan
4. Kurangnya promosi ternak
4. Loyalitas karyawan pada perusahaan 5. Ketersediaan
bibit
sapi
dengan
berbagai jenis Peluang (O)
Ancaman (T)
1. Kapasitas produksi pakan ternak yang 1. Keberadaan memadai
lain
di
bidang peternakan yang sejenis
2. Pangsa pasar ternak yang luas 3. Kemajuan
perusahaan
teknologi
2. Daya tawar-menawar pembeli
Inseminasi 3. Adanya perusahaan pendatang baru
Buatan (IB) 4. Meningkatnya daya beli masyarakat 5. Menuju swasembada daging
di bidang peternakan 4. Kondisi
ekonomi
dan
politik
Negara Indonesia saat ini 5. Kebijakan
pemerintah
membatasi impor sapi
untuk
42 Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sehingga diperoleh faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Skor yang diperoleh dari matriks ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki serta menunjukkan kemampuan dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya. IFE meliputi kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan matriks IFE Faktor Internal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Kekuatan 0,116
4,000
0,464
Mutu ternak yang terjamin
0,104
3,667
0,381
Fasilitas penunjang yang mendukung
0,136
3,333
0,453
Loyalitas karyawan pada perusahaan
0,101
3,667
0,370
Ketersediaan
0,096
3,667
0,352
Tenaga kerja yang handal di bidang produksi
seperti truk dan alat timbangan
bibit
sapi
dengan
berbagai jenis 2,02
0,553 Kelemahan Manajemen bersifat kekeluargaan
0,121
1,667
0,203
Tenaga pemasaran sapi potong kurang
0,106
1,333
0,141
Modal usaha yang minim
0,116
1,667
0,193
Kurangnya promosi ternak
0,104
1,333
0,139
handal
Jumlah
0,447
0,676
1,000
2,696
43 EFE meliputi peluang dan ancaman, dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan. Penilaian pembobotan dan pemberian rating bersifat subyektif memuat kondisi aktual dan sudut pandang pengusaha dalam menghadapi berbagai faktor eksternal. Nilai atau skor terbobot total pada evaluasi faktor eksternal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi ancaman berdasarkan peluang yang dimiliki. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 9. Skor terbobot total pada evaluasi faktor internal akan menentukan posisi perusahaan dalam menghadapi kelemahan berdasarkan kekuatan yang dimiliki.
Tabel 9. Perhitungan matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Nilai skor
(a)
(b)
terbobot (c = a x b)
Peluang Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai Pangsa pasar ternak yang luas
0,088
3,667
0,323
0,101
3,333
0,337
Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) Meningkatnya daya beli masyarakat
0,105
3,333
0,350
0,110
3,667
0,403
Menuju swasembada daging
0,097
3,333
0,323
0,501
1,736
Ancaman Keberadaan perusahaan lain di bidang
0,093
2,333
0,217
Daya tawar-menawar pembeli
0,124
2,333
0,289
Adanya perusahaan pendatang baru di
0,085
1,000
0,085
0,105
2,667
0,280
0,092
2,000
0,186
peternakan yang sejenis
bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi
Jumlah
0.499
1,057
1,000
2,793
44 Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, diperoleh hasil berupa nilai matriks yang menentukan posisi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah untuk dijadikan acuan dalam memformulasikan alternatif strategi yang diperoleh. Perumusan strategi pemasaran ini tidak terlepas dari aspek dimensi lingkungan eksternal dan internal. Berdasarkan hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing-masing 2,696 dan 2,793. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah stabil dalam merespons situasi eksternal yang dihadapi. Skor total IFE mengindikasikan posisi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah berada pada tingkat rataan untuk mampu merespons iklim internal yang dimiliki. Nilai skor total kombinasi antara matriks EFE dan IFE digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah (Gambar 3). Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE. Nilai matriks IE menunjukkan pada posisi sel tengah (pertumbuhan/stabil). 1. Analisis Matriks IE Penentuan posisi strategi perusahaan dalam matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai matriks EFE pada sumbu y (David, 2006). Posisi matriks IE menunjukkan posisi strategi pertumbuhan dan stabilitas, strategi pertumbuhan ini didesain untuk mencapai kondisi pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan dan pertumbuhan aset. Usaha yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Kegiatan untuk peningkatan pemasaran merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah, di samping untuk mengembangkan kegiatan usaha juga bertujuan untuk mempertahankan usaha, agar terus berlangsung dan terhindar dari kehilangan penjualan dan kehilangan keuntungan. Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
45
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL = 2,696 KUAT
LEMAH 2.0
1.0
I
II
III
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
IV
V
VI
3.0
MENENGAH
TINGGI
RATAAN 3.0
PERTUMBUHAN STABILITAS
PENCIUTAN STABILITAS
2.0 RENDAH
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL = 2,793
4.0 Y
VII
VIII
IX
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
LIKUIDASI
1.0 X
Gambar 3. Matriks IE pada CV Septia Anugerah
2. Analisis Matriks SWOT Perumusan strategi melalui identifikasi dan analisis faktor-faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman, serta faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Peluang merupakan situasi yang diinginkan atau disukai dalam lingkungan industri, sedangkan ancaman merupakan situasi yang tidak diinginkan atau tidak disukai dalam lingkungan industri. Kekuatan merupakan kompensasi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah, sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya keterampilan, maupun kemampuan yang dapat menghambat kinerja perusahaan (Rangkuti, 2008). Perumusan strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil perumusan dikelompokkan menjadi empat kelompok perumusan strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan-Peluang
(S-O),
strategi
Kekuatan-Ancaman
(S-T),
strategi
Kelemahan-Peluang (W-O) dan strategi Kelemahan-Ancaman (W-T), seperti disajikan pada Tabel 10.
46 Tabel 10. Rumusan strategi pemasaran dengan matriks SWOT Faktor kekuatan (S) Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor kelemahan (W)
1. Tenaga kerja yang handal 1. di bidang produksi 2. Mutu ternak yang terjamin 2. 3. Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan 3. alat timbangan 4. 4. Loyalitas karyawan pada perusahaan 5. Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis
Faktor peluang (O)
Strategi SO (agresif)
1. Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai 2. Pangsa pasar ternak yang luas 3. Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) 4. Meningkatnya daya beli masyarakat 5. Menuju swasembada daging
1. Memperluas jaringan
Faktor ancaman (T)
Strategi ST (diferensiasi)
Strategi WO (diversifikasi)
pemasaran sapi potong dengan 1. melakukan penetrasi pasar (O1,O2,O5; S1,S4,S5) 2. Mengembangkan pilihan jenis 2. sapi yang lebih banyak (O1,O3,O5; S2,S3,S4, S5) 3. Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu ternak (O1,O2,O3; S2,S3,S5) 3. 4. Memperkuat permodalan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis (O1,O2,O4,O5; S2,S3,S5)
1. Keberadaan perusahaan 1. Konsisten dengan lain di bidang mempertahankan mutu sapi peternakan yang sejenis potong agar diterima pasar 2. Daya tawar-menawar (T1,T2,T3,T4,T5; S2,S3,S5) pembeli 2. Meningkatkan loyalitas 3. Adanya perusahaan pelanggan/konsumen pendatang baru di (T1,T2,T3; S1,S4) bidang peternakan 4. Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini 5. Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi
Manajemen bersifat kekeluargaan Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal Modal usaha yang minim Kurangnya promosi ternak
Meningkatkan volume penjualan sapi potong (O1,O2,O5; W2,W4) Mengadakan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan di bidang peternakan (O1,O2,O5; W2,W4) Memanfaatkan para investor untuk meningkatkan modal (O1,O2,O5; W3)
Strategi WT (defensif)
1. Meningkatkan kerjasama dengan para stakeholder (T1; W1,W4) 2. Meningkatkan mutu SDM di berbagai bidang (T1,T2; W1,W2,W4)
Keterangan : (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi. i = 1, 2, ……..n.
47 Berdasarkan Tabel 10, terdapat 4 (empat) jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan, yaitu: a. Strategi Kekuatan dan Peluang (Strengths - Opportunities) 1) Memperluas jaringan pemasaran sapi potong dengan melakukan penetrasi pasar (faktor eksternal peluang dan internal kekuatan: O1, O2, O5 dan S1, S4, S5). 2) Mengembangkan pilihan jenis sapi yang lebih banyak (faktor eksternal peluang dan internal kekuatan: O1, O3, O5 dan S2, S3, S4, S5). 3) Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu ternak (didasarkan pada faktor eksternal peluang dan faktor internal kekuatan: O1, O2, O3 dan S2, S3, S5). 4) Memperkuat permodalan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis (faktor eksternal peluang dan faktor internal kekuatan: O1, O2, O4, O5 dan S2, S3, S5). b. Strategi Kelemahan dan Peluang (Weaknesess – Opportunities) 1) Meningkatkan volume penjualan sapi potong (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan: O1, O2, O5 dan W2, W4). 2) Mengadakan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan di bidang peternakan (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan: O1, O2, O5 dan W2, W4). 3) Memanfaatkan para investor untuk meningkatkan modal (faktor eksternal peluang dan faktor internal kelemahan: O1, O2, O5 dan W3, W4). c. Strategi Kekuatan dan Ancaman (Strengths – Threats) 1) Konsisten dengan mempertahankan mutu sapi potong agar diterima pasar (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kekuatan: T1, T2, T3, T4, T5 dan S2, S3, S5). 2) Meningkatkan
loyalitas
pelanggan/konsumen
(faktor
eksternal
ancaman dan faktor internal kekuatan: T1, T2, T3 dan S1, S4). d. Strategi Kelemahan dan Ancaman (Weaknesess – Threats) 1) Meningkatkan kerjasama dengan para stakeholder (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kelemahan: T1 dan W1, W4). 2) Meningkatkan mutu SDM di berbagai bidang (faktor eksternal ancaman dan faktor internal kelemahan: T1, T2 dan W1, W2, W4).
48 Hasil
analisis
SWOT
berupa
perumusan
strategi
perlu
diimplementasikan pada kebijakan perusahaan CV Septia Anugerah. Langkahlangkah tersebut diimplementasikan pada aspek bauran pemasaran (4P) seperti product, price, place and promotion. Uraian strategi adalah: a. Product (produk) Dimensi sifat dan mutu keragaman adalah dimensi yang dinilai baik kinerjanya oleh pelanggan dan merupakan salah satu kekuatan utama dari aspek internal perusahaan maka alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah mempertahankan sifat dan mutu produk. Selain itu, pelayanan harus lebih ditingkatkan, karena usaha ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka perlu ada nilai tersendiri untuk bersaing dengan perusahaan sapi potong, misal meningkatkan kecepatan dan keramahan dalam penjualan. b. Price (struktur harga) Harga merupakan aspek penting dalam pemasaran, penentuan harga merupakan proses unik, karena melibatkan tawar-menawar yang dapat diprediksikan dari aspek cost, value dan competitor. Aspek yang lebih mendalam dan sulit adalah value dan competitor, karena ini paling spesifik dan unik dari tiap kasus yang dihadapi perusahaan. Harga yang ditawarkan oleh perusahaan CV Septia Anugerah murah dan setara dengan perusahaan sapi potong lainnya. Alternatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan harga yang lebih bersaing (lebih rendah). Alternatif lain adalah memberikan potongan harga untuk transaksi pembelian dengan jumlah tertentu, misalnya dengan strategi potongan harga secara teratur dan disesuaikan pada momen tertentu, namun hendaknya perusahaan memperhitungkan dengan teliti agar pemberian potongan harga tersebut tidak berpotensi terhadap penurunan laba perusahaan.
49 c. Promotion (strategi promosi) Strategi yang dapat dijalankan untuk kegiatan promosi adalah: 1) Personnal Selling Strategi personnal selling adalah menjaring konsumen melalui penawaran dengan alat komunikasi, telepon merupakan andalan dari perusahaan. Selain itu pengenalan produk diperoleh dari mulut ke mulut melalui konsumen yang sudah ada. Strategi untuk meningkatkan kegiatan personnal selling dapat dilakukan dengan memberikan bonus kepada konsumen yang mereferensikan perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah tetapi harus dengan pembelian dalam jumlah besar. 2) Testimoni Testimoni dapat dilakukan di pasar tradisional untuk memperoleh pengakuan dari konsumen yang datang dan meyakinkan konsumen tentang uraian dari pihak perusahaan mengenai mutu produk dari hasil perusahaan sapi potong CV Septia Anugerah ini. 3) Sales Force Sales force dilakukan di tempat umum, misalnya di pusat perbelanjaan, pertokoan, tempat wisata dan lainnya. Sales force tidak selalu diperlukan, karena kebanyakan orang membeli produk sapi potong yang sudah tersedia dipasaran, kecuali produk sapi potong CV Septia Anugerah memiliki merk/kemasan, sehingga dirasa penting untuk mengenalkan merk produk CV Septia Anugerah di tempat umum yang ramai dikunjungi orang. Hal ini menjadi strategi untuk memasarkan produk secara agresif kepada konsumen. 4) Advertorial Advertorial dapat dijalankan dengan memasang halaman advertorial di surat kabar lokal, ataupun brosur dengan tampilan yang menarik yang berisi tentang paparan logis, dan alasan yang kuat mengenai mengapa memilih daging dari sapi potong dari CV Septia Anugerah layak untuk dikonsumsi. Kemasan dan isi materi dibuat semenarik mungkin, agar pembaca dapat terpengaruh tanpa merasa ditipu oleh pembuat berita (dengan ketentuan sudah memiliki merk/kemasan).
50 d. Place (strategi distribusi) Strategi distribusi yang dilakukan dinilai baik oleh konsumen, tetapi ada beberapa kekurangan yang harus segera diantisipasi oleh perusahaan, yaitu jumlah pemasaran yang terbatas, maka alternatif strateginya adalah melakukan promosi untuk lebih meningkatkan penjualan. Pelaksanaan strategi hendaknya diiringi oleh upaya membuat studi kelayakan untuk melihat, apakah strategi tersebut tepat dilakukan. Selain memerlukan investasi dalam jumlah besar, perusahaan juga harus mampu melihat, apakah terdapat konsumen yang menjadi pasar sasarannya. 3. Analisis Matriks QSP Penentuan strategi prioritas dilakukan berdasarkan hasil alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT kualitatif dengan menggunakan analisis matriks QSP. Alternatif-alternatif strategi dimaksud adalah sebagai berikut: a. Memperluas jaringan pemasaran sapi potong dengan melakukan penetrasi pasar. b. Mengembangkan pilihan jenis sapi yang lebih banyak. c. Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu ternak. d. Memperkuat permodalan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. e. Meningkatkan volume penjualan sapi potong. f. Mengadakan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan di bidang peternakan. g. Memanfaatkan para investor untuk meningkatkan modal. h. Konsisten dengan mempertahankan mutu sapi potong agar diterima pasar. i. Meningkatkan loyalitas pelanggan/konsumen. j. Menigkatkan kerjasama dengan para stakeholder. k. Meningkatkan mutu SDM di berbagai bidang. Berdasarkan hasil perhitungan dalam matriks QSP (Lampiran 9), diperoleh strategi yang paling tepat diimplementasikan adalah memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar, dengan total nilai daya tarik tertinggi di antara alternatif strategi lainnya sebesar 4,949. Untuk lebih jelas tentang urutan prioritas strategi dari hasil matriks QSP dapat dilihat pada Tabel 11.
51 Dari semua alternatif strategi yang disusun, baik faktor internal dan eksternal, memiliki skor total > 4,000. Hal ini berarti semua strategi yang dikembangkan sangat menarik dan layak untuk dikembangkan, dengan memperhatikan tingkat kesiapan (waktu dan tempat), kebijakan yang mendukung di tingkat pemerintah (pusat dan daerah), iklim usaha (perkreditan) dan keorganisasian yang ada (asosiasi).
a. b. c. d.
e. f.
g. h. i. j. k.
Tabel 11. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP Alternatif strategi Total nilai Urutan daya tarik prioritas Memperluas jaringan pemasaran sapi 4,949 1 potong dengan melakukan penetrasi pasar Mengembangkan pilihan jenis sapi yang 4,756 6 lebih banyak Memanfaatkan teknologi untuk 4,844 4 meningkatkan mutu ternak Memperkuat permodalan agar mampu 4,734 9 bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis Meningkatkan volume penjualan sapi 4,754 7 potong Mengadakan pelatihan dan peningkatan 4,640 10 pengetahuan karyawan di bidang peternakan Memanfaatkan para investor untuk 4,893 2 meningkatkan modal Konsisten dengan mempertahankan mutu 4,735 8 sapi potong agar diterima pasar Meningkatkan loyalitas 4,820 5 pelanggan/konsumen Meningkatkan kerjasama dengan para 4,867 3 stakeholder Meningkatkan mutu SDM di berbagai 4,634 11 bidang
52 4. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diaplikasikan oleh
perusahaan sapi
potong CV. Septia Anugerah dapat dibagi menjadi empat sasaran, yaitu: a. Pemasaran 1) Memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan penetrasi pasar, misalnya dengan membuka tempat pemotongan sapi baru. Di samping itu jaringan pemasaran dapat pula diperluas dengan menjalin pola kemitraan dengan IKM yang bergerak di bidang makanan dengan produk daging sapi. 2) Menciptakan variasi produk ternak baru, misalnya dengan mengemas daging sapi dan memberi label pada produk olahan daging sapi. 3) Meningkatkan volume penjualan dengan efektivitas pemasaran, yaitu dengan menambah tenaga pemasaran (marketing). 4) Konsisten dengan mempertahankan produktivitas untuk diterima pasar, yaitu dengan menambah atau mempertahankan pemotongan sapi setiap harinya, agar konsumen tidak kecewa dengan stok daging yang ada. 5) Pihak perusahaan harus cermat dalam mengelola konsumen loyal dengan cara memperlakukan konsumen dengan layak, menjalin hubungan yang dekat dengan pelanggan, mengukur atau mengelola kepuasan pelanggan dan memberikan ekstra (penjelasan produk atau contoh). b. Keuangan Memperkuat permodalan agar dapat bersaing dengan pesaing sesama perusahaan sapi potong untuk meningkatkan modal dan menunjang kegiatan industri dengan memanfaatkan lembaga perbankan. c. Produksi Memanfaatkan
teknologi
untuk
meningkatkan
mutu
produk,
misalnya dengan mendatangkan alat-alat yang mempercepat pemotongan sapi, sehingga konsumen tidak menunggu terlalu lama tetapi juga harus memperhatikan mutu daging sapi (sebelum pemotongan dilakukan pengecekan kesehatan setiap sapi). d. Sumberdaya Manusia (SDM) Mengadakan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu dalam arti umum dan mutu produk untuk meningkatkan penjualan dan
53 meningkatkan mutu SDM. Di samping itu diperlukan standar layanan bagi pelanggan/konsumen. Perhatian terhadap konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan adanya pelayanan yang memuaskan maka konsumen akan merasa dihargai. Pelayanan yang memuaskan, mencakup sikap (kerapian, kesopanan dan keramahan) karyawan dan fasilitas yang memadai, misalnya kebersihan penjualan dan pemotongan sapi yang selalu terjaga. Strategi jangka pendek (1-2 tahun ke depan) dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan strategi yang relatif tidak terlalu menuntut banyak biaya operasional, yaitu strategi produk, harga dan strategi promosi. Strategi produk untuk jangka pendek adalah melakukan diversifikasi produk berupa penambahan produk (daging sapi) atau menciptakan variasi produk makanan dari daging sapi. Strategi harga untuk jangka pendek adalah melakukan potongan harga dengan teratur dalam pembelian dengan jumlah tertentu. Strategi promosi dilakukan dengan mengadakan promosi melalui penyebaran pamflet di pusat-pusat perbelanjaan atau di kawasan perumahan, memasang papan reklame di tempat strategik, melalui media lain seperti radio dan surat kabar dan melaksanakan promosi melalui hubungan masyarakat dengan menjadi sponsor perusahaan atau memberikan bonus kepada konsumen. Strategi jangka waktu 3-5 tahun ke depan ditargetkan untuk jangka panjang, misalnya pembukaan tempat pemotongan dan penjualan daging sapi baru. Strategi ini memerlukan biaya, perijinan dan koordinasi khusus dalam penerapannya. Selain itu, strategi produk dengan terus melakukan inovasi dalam pengembangan produk hasil olahan daging sapi juga ditujukan untuk jangka panjang, karena memerlukan biaya dan riset khusus. Pada saat ini, CV Septia Anugerah lebih memprioritaskan upaya memperluas atau mengembangkan pasar, mengingat pelanggan potensial belum terjangkau sepenuhnya. Saat ini, konsumen sebagian besar merupakan pelanggan loyal atau tetap, maka strategi pengembangan pasar ditujukan untuk meningkatkan volume penjualan dan membidik konsumen potensial.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Sebelum sapi potong dijual oleh CV Septia Anugerah, tahap-tahap yang dilakukan yaitu (1) pembelian ternak dari negara asal, yaitu Australia dengan harga sekitar Rp 15.000 sampai Rp 18.000 per kg bobot hidup, (2) pengangkutan dengan menggunakan kapal laut dan truk selama 1-2 minggu sampai Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, (3) masa pemeliharaan dan masa penggemukkan selama 90 hari (4) penjualan kepada para pelanggan skala kecil maupun skala besar dengan harga per kg bobot hidup sekitar Rp 21.000 sampai Rp 23.000. 2. Skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing-masing 2,696 dan 2,793. Skor total yang terdapat pada matriks EFE menggambarkan dan mengindikasikan posisi perusahaan stabil dalam merespons situasi eksternal yang dihadapi. Skor total IFE mengindikasikan posisi perusahaan berada pada tingkat rataan untuk mampu merespons iklim internal yang dimiliki. Hasil analisis SWOT didapatkan alternatif strategi yang dapat diterapkan, yaitu kombinasi dari (a) Strategi Kekuatan-Peluang; memperluas jaringan pemasaran sapi potong dengan melakukan penetrasi pasar, (b) Strategi Kekuatan-Ancaman; meningkatkan loyalitas pelanggan/konsumen, (c) Strategi Kelemahan-Peluang; memanfaatkan para investor untuk meningkatkan modal, (d) Strategi Kelemahan-Ancaman; meningkatkan kerjasama dengan para stakeholder. 3. Strategi jangka pendek berupa kegiatan yang relatif tidak terlalu menuntut banyak biaya operasional. Untuk strategi jangka panjang yaitu dengan pembukaan tempat pemotongan sapi, peningkatan persentase karkas daging sapi dan penjualan daging sapi baru. Strategi ini memerlukan biaya, perijinan dan koordinasi khusus dalam penerapannya.
55
B. Saran Sesuai dengan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Usaha peningkatan kapasitas harus lebih menjangkau pangsa pasar yang masih terbuka, antara lain perlu meningkatan kegiatan penjualan sapi potong yang efektif yaitu dengan membuka saluran distribusi baru untuk menjangkau pangsa pasar yang masih terbuka tersebut. 2. Perlu meningkatkan kemampuan bidang-bidang yang lainnya, di samping bidang pemasaran, seperti bidang keuangan dengan memperkuat permodalan agar dapat mengembangkan dan bersaing dengan perusahaan sejenis, bidang produksi dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu produk dan konsistensi dengan cara mempertahankan produktivitas agar diterima pasar, dan juga bidang sumberdaya manusia dengan cara mengadakan kegiatan pelatihan dan pengetahuan karyawan tentang mutu untuk meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan pelayanan sesuai standar layanan agar pelanggan puas.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, HW., OC. Walker dan JC. Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Erlangga. Jakarta. Churchill, GA. 2001. Basic Marketing Research. Fourth Edition. [Terjemahan]. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Edisi 4. Erlangga. Jakarta. David, FR. 1997. Strategic Management. Sixth Edition. Prentice Hall International. New Jersey. . 2006. Manajemen Strategi. [Terjemahan]. Prenhallindo. Jakarta. Gaspersz, V. 2003. Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hubeis, M. dan M. Najib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Elex Media Komputindo. Jakarta. Kolter, P. 1996. Marketing Management Analysis, Planning, Implements and Control. Alih Bahasa Ancell AH. Salemba Empat Prentice Hall. Jakarta. . 2000. Marketing Management. The Milenium Edition, International edition. Prentice Hall. New Jersey. . 2002. Manajemen Pemasaran [Terjemahan]. Prenhallindo. Jakarta. . dan G. Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran [Terjemahan]. Erlangga. Jakarta. . dan KL. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran [Terjemahan]. Prentice Hall. New Jersey. McLeod, R. Jr, dan G. Schell. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Intermasa. Jakarta. Pearce, JA. dan RB. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian [Terjemahan, Jilid I]. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Porter, ME. 1990. The Competitive Advantage of Nations. The Free Press. A Division of Macmillan. Inc. New York. Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. . 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
54
. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi, Konsep, dan Strategi untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. . 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suyanto, M. 2007. Marketing Strategy. Andi. Yogyakarta. Yusdja Y, Ilham N, Sejati WK. 2003. Profil dan Permasalahan Peternakan dalam: Forum Penelitian Agroekonomi. Puslitbang Sosek Pertanian. Bogor.
55 Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal CV Septia Anugerah KUESIONER : BAGI MANAJEMEN PERUSAHAAN
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN SAPI POTONG DI CV SEPTIA ANUGERAH-JAKARTA Tujuan: Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor strategi internal dan eksternal perusahaan dengan pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut untuk mempengaruhi atau menentukan keberhasilan analisa perumusan strategi pemasaran. Petunjuk umum: 1. 2. 3.
Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan tertulis oleh responden. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. Dalam mengisi kuesioner, responden diharapkan melakukannya secara sekaligus (tidak menunda/sebagian) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
Petunjuk khusus: 1.
Pembobotan dengan metode paired comparison yaitu penilaian bobot (weight) dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal organisasi, dimana setiap bobot peubah digunakan skala 1,2,dan 3, dengan keterangan berikut: 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2= Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal. 3= Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
2.
Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap faktor strategi internal dan eksternal perusahaan.
56 Lanjutan Lampiran 1. I.
Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategi internal
A. B. C.
D. E. F. G. H. I.
FAKTOR INTERNAL Tenaga kerja yang handal di bidang produksi Mutu ternak yang terjamin Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan Loyalitas karyawan pada perusahaan Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis Manajemen bersifat kekeluargaan Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal Modal usaha yang minim Kurangnya promosi ternak TOTAL
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Total
Bobot
Contoh pengisian: - “Tenaga kerja” (A) pada baris/horizontal lebih penting dari “Mutu produk” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 3. - “Tenaga kerja” (A) pada baris/horizontal sama penting dari “Mutu produk” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 2. - “Tenaga kerja” (A) pada baris/horizontal kurang penting dari “Mutu produk” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
57
Lanjutan Lampiran 1. II. Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategi eksternal
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
FAKTOR EKSTERNAL Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai Pangsa pasar ternak yang luas Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) Meningkatnya daya beli masyarakat Menuju swasembada daging Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis Daya tawar-menawar pembeli Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total Bobot
Contoh pengisian: - “Kapasitas produksi” (A) pada baris/horizontal lebih penting dari “Pangsa pasar” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 3. - “Tenaga kerja” (A) pada baris/horizontal sama penting dari “Pangsa pasar” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 2. - “Tenaga kerja” (A) pada baris/horizontal kurang penting dari “Pangsa pasar” (B) pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
58
Lanjutan Lampiran 1. III. Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor strategi internal Petunjuk pengisian: 1.
Pemberian nilai peringkat/rating menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil. Nilai 2, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama.
2.
Pengisian kolom penilaian peringkat/rating menggunakan tanda (X)
Faktor Internal Kekuatan Tenaga kerja yang handal di bidang produksi Mutu ternak yang terjamin Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan Loyalitas karyawan pada perusahaan Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis Kelemahan Manajemen bersifat kekeluargaan Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal Modal usaha yang minim Kurangnya promosi ternak
4
3
2
1
59
Lanjutan Lampiran 1. IV. Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor strategi eksternal A. Petunjuk Pengisian : 1.
Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan organisasi dalam meraih peluang. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika organisasi mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 3, jika organisasi mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 2, jika organisasi mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam meraih peluang tersebut Nilai 1, jika organisasi mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang tersebut
2.
Pengisian kolom penilaian peringkat/rating menggunakan tanda check list () Faktor Eksternal Peluang Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai Pangsa pasar ternak yang luas Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) Meningkatnya daya beli masyarakat Menuju swasembada daging
4
3
2
1
B. Petunjuk Pengisian: 1.
Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan organisasi dalam meraih peluang. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika faktor ancaman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap organisasi. Nilai 3, jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap organisasi. Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap organisasi. Nilai 1, jika faktor ancaman memberikan tidak memberikan pengaruh terhadap organisasi.
60
2. Pengisian kolom penilaian/rating menggunakan tanda check list () Faktor Eksternal Ancaman Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis Daya tawar-menawar pembeli Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi
4
3
2
1
61
Lampiran 2. Kuesioner bagi pemilik perusahaan KUESIONER : BAGI PEMILIK PERUSAHAAN A. Profil Usaha 1. Nama Responden 2. Alamat 3. Pendidikan 4. Usia 5. Jabatan 6. Modal awal 7. Nilai aset 8. Jenis modal
9. Kapasitas produksi 10. Rataan omzet/bulan 11. Jumlah karyawan a. Tetap b. Tidak tetap
: : : : : : : :
: : : : :
………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ( ) modal sendiri ( ) pinjaman bank, bunga : ……../tahun ( ) pinjaman koperasi ( ) lainnya, sebutkan……………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. ………………………………………………….. …………………………………………………..
B. Keadaan Umum 1.
Bagaimana sejarah berdirinya CV Septia Anugerah ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….
2.
Bagaimana perkembangan usaha hingga saat ini ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………….
3.
Bagaimana lokasi dan kondisi geografis usaha ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
62 Lanjutan Lampiran 2. C. Aspek Teknis Investasi dan peralatan 1. Berapa luas lahan yang digunakan ? ................................................................................................................................... 2. Berapa nilai lahan ? ……………………………………………………………………………………… 3. Kapan bangunan didirikan ? ……………………………………………………………………………………… 4. Apa saja bangunan dan peralatan produksi yang digunakan, berapa umur ekonomis dan penyusutan/tahun ? No. 1.
2.
Jenis pengeluaran
Jumlah (unit)
Umur ekonomis
Penyusutan/tahun
Bangunan a. b. c. Peralatan a. b. c. d. e. f. g.
Tenaga kerja 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan, baik tetap maupun tidak tetap ? Karyawan tetap : Karyawan tidak tetap :
…………………………………………………….. ……………………………………………………..
2. Bagaimana pembagian kerja dalam manajemen ? Apa tugas masing-masing posisi ?
63
Lanjutan Lampiran 2. No. 1.
Posisi
Jumlah orang
Tugas
2. 3. 4. 5.
3. Bagaimana sistem pembayaran gaji ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………... 4. Besarnya gaji yang dibayarkan apakah berdasarkan pengalaman kerja/masa kerja/lainnya ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… D. Aspek Komersial 1. Apakah keunggulan ternak dari CV Septia Anugerah ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Bagaimana tingkat persaingan produk dipasaran ? Apakah persaingan mempengaruhi penjualan ? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .............................................................................................................................. 3. Siapa pesaing yang paling berpengaruh ? Sebutkan : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .............................................................................................................................
64
4. Berapa harga jual untuk masing-masing jenis ternak ? No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis ternak
Satuan
Harga
5. Apakah ada perbedaan harga dengan pesaing ? Sebutkan (Rp) : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 6. Bagaimana permintaan pasar terhadap jenis ternak dari CV Septia Anugerah ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 7. Apakah ada peningkatan penjualan ? Berapa rata-rata peningkatan setiap tahunnya ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………... 8. Kepada siapa saja produk dijual selama ini (segmen pasar) ? Bagaimana sistem pembayarannya ? No.
Jenis konsumen
Sistem pembayaran Tunai Kredit
1. 2. 3. 4. 9. Apakah perusahaan memberlakukan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar ? berapa besarnya ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 10. Bagaimana cara perusahaan memasarkan ternaknya ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
65
11. Berapa besarnya biaya untuk promosi (beriklan) ? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… E.
Aspek Manajemen 1. Bagaimana struktur organisasi di CV Septia Anugerah ? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ............................................................................................................................. 2. Apa saja kewenangan dan deskripsi tugas untuk masing-masing posisi ? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..............................................................................................................................
65
66
Lampiran 3. Kuesioner penelitian penilaian QSPM CV Septia Anugerah
KUESIONER : BAGI PEMILIK PERUSAHAAN
Kajian Strategi Pemasaran Sapi Potong di CV. Septia Anugerah Jakarta
Peneliti Tonni Kusuma
SEKOLAH PASCASARJANA MAGISTER PROFESIONAL INDUSTRI KECIL MENENGAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
67
Lanjutan Lampiran 3.
ALTERNATIF STRATEGI YANG DIHASILKAN DARI ANALISIS SWOT 1. Memperluas jaringan pemasaran sapi potong dengan melakukan penetrasi pasar. 2. Mengembangkan pilihan jenis sapi yang lebih banyak. 3. Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu ternak. 4. Memperkuat permodalan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. 5. Meningkatkan volume penjualan sapi potong. 6. Mengadakan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan di bidang peternakan. 7. Memanfaatkan para investor untuk meningkatkan modal. 8. Konsisten dengan mempertahankan mutu sapi potong agar diterima pasar. 9. Meningkatkan loyalitas pelanggan/konsumen. 10. Meningkatkan kerjasama dengan para stakeholder. 11. Meningkatkan mutu SDM di berbagai bidang.
PETUNJUK PENGISIAN 1. Skor/nilai diberikan pada kolom AS (Attractive Score) untuk setiap alternatif strategi. Skala nilai AS atau daya tarik dari faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan eksternal (peluang, ancaman) untuk setiap alternatif strategi berkisar antara 1 sampai 4, dimana : 1 = faktor tersebut tidak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih. 2 = faktor tersebut agak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih. 3 = faktor tersebut cukup mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih. 4 = faktor tersebut sangat mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih. 2. Bila faktor yang bersangkutan sangat tidak berpengaruh/berkaitan dengan alternatif strategi yang dipertimbangkan, maka tidak diberikan nilai AS (-).
Lampiran 4. Perhitungan bobot faktor strategi internal CV. Septia Anugerah Pakar 1 : Manajer Keuangan FAKTOR INTERNAL A. Tenaga kerja yang handal di bidang produksi B. Mutu ternak yang terjamin C. Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan D. Loyalitas karyawan pada perusahaan E. Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis F. Manajemen bersifat kekeluargaan G. Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal H. Modal usaha yang minim I. Kurangnya promosi ternak TOTAL
A 0
B 2
C 2
D 3
E 1
F 2
G 1
H 2
I 2
Total 15
Bobot 0,113
2 1
0 3
3 0
3 2
2 1
1 2
3 2
2 3
1 3
17 17
0,128 0,128
2 2
2 1
1 2
0 2
1 0
1 2
1 1
2 1
2 1
12 12
0,090 0,090
3 1
2 1
2 1
2 1
2 3
0 3
2 0
1 1
2 3
16 14
0,120 0,105
2 3 16
2 2 15
1 1 13
1 2 16
3 2 15
2 1 14
3 1 14
0 3 15
1 0 15
15 15 133
0,113 0,113 1,000
Lanjutan Lampiran 4. Pakar 2 : Manajer Pemasaran FAKTOR INTERNAL A. Tenaga kerja yang handal di bidang produksi B. Mutu ternak yang terjamin C. Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan D. Loyalitas karyawan pada perusahaan E. Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis F. Manajemen bersifat kekeluargaan G. Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal H. Modal usaha yang minim I. Kurangnya promosi ternak TOTAL Pakar 3 : Manajer Operasional FAKTOR INTERNAL A. Tenaga kerja yang handal di bidang produksi B. Mutu ternak yang terjamin C. Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan D. Loyalitas karyawan pada perusahaan E. Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis F. Manajemen bersifat kekeluargaan G. Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal H. Modal usaha yang minim I. Kurangnya promosi ternak TOTAL
A 0 1 2
B 3 0 1
C 1 3 0
D 2 2 3
E 2 1 3
F 3 2 1
G 2 1 3
H 3 2 3
I 2 1 3
Total 18 13 19
Bobot 0,133 0,096 0,141
3 1 1 2 2 1 13
2 2 1 2 1 1 13
2 1 3 1 2 1 14
0 2 1 2 2 1 15
1 0 3 1 2 3 16
3 1 0 3 3 1 17
2 2 2 0 3 1 16
1 2 3 1 0 1 16
1 2 3 2 1 0 15
15 13 17 14 16 10 135
0,111 0,096 0,126 0,104 0,119 0,074 1,000
A 0
B 2
C 1
D 1
E 2
F 2
G 2
H 1
I 3
Total 14
Bobot 0,102
1 2
0 1
2 0
2 3
1 3
2 1
1 3
2 3
1 3
12 19
0,088 0,139
3 1
2 2
2 1
0 2
1 0
2 2
2 2
1 2
1 2
14 14
0,102 0,102
1 1 2 3 2 1 2 3 14 15
3 1 2 1 13
1 2 2 3 16
3 1 2 1 14
0 3 3 3 18
2 0 3 2 17
2 1 0 2 14
3 2 1 0 16
16 15 16 17 137
0,117 0,109 0,117 0,124 1,000
Lampiran 5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal CV. Septia Anugerah Pakar 1 : Manajer Keuangan FAKTOR EKSTERNAL A. Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai B. Pangsa pasar ternak yang luas C. Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) D. Meningkatnya daya beli masyarakat E. Menuju swasembada daging F. Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis G. Daya tawar-menawar pembeli H. Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan I. Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini J. Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
A 0 1 2 1 2 3 3 1 2 1 16
B 2 0 3 1 2 3 2 1 1 2 17
C 1 3 0 1 2 1 3 1 2 1 15
D 2 1 3 0 1 2 3 1 2 1 16
E F G 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 0 1 1 2 0 2 3 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1 1 15 15 14
H 2 1 3 2 1 1 2 0 2 2 16
I 3 2 1 1 2 1 2 1 0 3 16
J 1 2 2 3 1 1 3 2 3 0 18
Total 15 15 18 17 13 16 22 11 17 14 158
Bobot 0,095 0,095 0,114 0,108 0,082 0,101 0,139 0,070 0,108 0,089 1,000
Pakar 2 : Manajer Pemasaran FAKTOR EKSTERNAL A. Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai B. Pangsa pasar ternak yang luas C. Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) D. Meningkatnya daya beli masyarakat E. Menuju swasembada daging F. Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis G. Daya tawar-menawar pembeli H. Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan I. Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini J. Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
A 0 3 1 2 3 1 2 1 2 2 17
B 2 0 3 3 2 1 2 1 1 2 17
C 1 2 0 1 2 3 2 1 2 1 15
D 2 1 2 0 1 2 3 1 2 1 15
E F G 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0 1 3 2 0 2 3 1 0 1 2 3 1 2 2 2 1 1 15 13 17
H 2 1 2 2 1 1 2 0 2 2 15
I 3 2 3 2 2 1 1 2 0 2 18
J 1 2 2 3 1 1 3 2 3 0 18
Total 15 16 17 18 16 14 19 14 17 14 160
Bobot 0,094 0,100 0,106 0,113 0,100 0,088 0,119 0,088 0,106 0,088 1,000
Lanjutan Lampiran 5. Pakar 3 : Manajer Operasional FAKTOR EKSTERNAL A. Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai B. Pangsa pasar ternak yang luas C. Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB) D. Meningkatnya daya beli masyarakat E. Menuju swasembada daging F. Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis G. Daya tawar-menawar pembeli H. Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan I. Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini J. Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
A 0 3 1 2 3 1 2 1 2 2 17
B 1 0 1 2 2 1 2 2 2 3 16
C 2 2 0 1 2 3 2 1 2 1 16
D 1 1 2 0 1 2 3 1 2 1 14
E 1 2 1 2 0 2 3 1 1 2 15
F G 2 1 1 2 2 1 1 2 2 3 0 2 1 0 2 3 2 2 2 1 15 17
H 2 1 2 2 1 1 2 0 2 2 15
I 1 3 2 2 1 1 2 2 0 2 16
J 1 2 3 3 2 1 1 2 1 0 16
Total 12 17 15 17 17 14 18 15 16 16 157
Bobot 0,076 0,108 0,096 0,108 0,108 0,089 0,115 0,096 0,102 0,102 1,000
Lampiran 6. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal CV. Septia Anugerah FAKTOR INTERNAL Tenaga kerja yang handal di bidang produksi Mutu ternak yang terjamin Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan alat timbangan Loyalitas karyawan pada perusahaan Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis Manajemen bersifat kekeluargaan Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal Modal usaha yang minim Kurangnya promosi ternak TOTAL
Manajer Manajer Manajer Jumlah Rataan Keuangan Pemasaran Operasional 0,113 0,133 0,102 0,348 0,116 0,128 0,096 0,088 0,312 0,104 0,128 0,090 0,090 0,120 0,105 0,113 0,113 1,000
0,141 0,111 0,096 0,126 0,104 0,119 0,074 1,000
0,139 0,102 0,102 0,117 0,109 0,117 0,124 1,000
0,408 0,303 0,288 0,363 0,318 0,349 0,311 3,000
0,136 0,101 0,096 0,121 0,106 0,116 0,104 1,000
Lanjutan Lampiran 6. FAKTOR EKSTERNAL Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai Pangsa pasar ternak yang luas Kemajuan teknologi inseminasi buatan ( IB ) Meningkatnya daya beli masyarakat Menuju swasembada daging Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis Daya tawar-menawar pembeli Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
Manajer Manajer Manajer Jumlah Rataan Keuangan Pemasaran Operasional 0,095 0,095 0,114 0,108 0,082
0,094 0,100 0,106 0,113 0,100
0,076 0,108 0,096 0,108 0,108
0,265 0,303 0,316 0,329 0,29
0,088 0,101 0,105 0,110 0,097
0,101 0,139 0,070 0,108 0,089 1,000
0,088 0,119 0,088 0,106 0,088 1,000
0,089 0,115 0,096 0,102 0,102 1,000
0,278 0,373 0,254 0,316 0,279 3,000
0,093 0,124 0,085 0,105 0,093 1,000
Lampiran 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal CV. Septia Anugerah FAKTOR INTERNAL Tenaga kerja yang handal di bidang produksi Mutu ternak yang terjamin Fasilitas penunjang yang mendukung seperti truk dan aat timbangan Loyalitas karyawan pada perusahaan Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis Manajemen bersifat kekeluargaan Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal Modal usaha yang minim Kurangnya promosi ternak TOTAL
Manajer Manajer Manajer Jumlah Rataan Keuangan Pemasaran Operasional 4,000 4,000 4,000 12,000 4,000 4,000 4,000 3,000 11,000 3,667 3,000 4,000 3,000 1,000 2,000 2,000 1,000 24,000
4,000 3,000 4,000 2,000 1,000 2,000 1,000 25,000
3,000 4,000 4,000 2,000 1,000 1,000 2,000 24,000
10,000 11,000 11,000 5,000 4,000 5,000 4,000 73,000
3,333 3,667 3,667 1,667 1,333 1,667 1,333
Lanjutan Lampiran 7. FAKTOR EKSTERNAL Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai Pangsa pasar ternak yang luas Kemajuan teknologi inseminasi buatan ( IB ) Meningkatnya daya beli masyarakat Menuju swasembada daging Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis Daya tawar-menawar pembeli Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik Negara Indinesia saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi TOTAL
Manajer Manajer Manajer Jumlah Rataan Keuangan Pemasaran Operasional 4,000 3,000 3,000 3,000 3,000
4,000 3,000 4,000 4,000 3,000
3,000 4,000 3,000 4,000 4,000
11,000 10,000 10,000 11,000 10,000
3,667 3,333 3,333 3,667 3,333
2,000 3,000 1,000 2,000 2,000 26,000
2,000 2,000 1,000 3,000 2,000 28,000
3,000 2,000 1,000 3,000 2,000 29,000
7,000 7,000 3,000 8,000 6,000 83,000
2,333 2,333 1,000 2,667 2,000
Lampiran 8. Hasil perhitungan matriks QSP CV. Septia Anugerah Alternatif strategi Faktor kunci
Bobot
Strategi 1
Strategi 2
AS
TAS
AS
TAS
3,000
0,348
4,000
0,464
Strategi 3 AS
TAS
Strategi 4 AS
TAS
Strategi 5 AS
TAS
Strategi 6 AS
TAS
Strategi 7 AS
TAS
a. Kekuatan Tenaga kerja yang handal di bidang produksi
0,116
Mutu ternak yang terjamin
0,104
3,000
0,312
4,000
0,416
4,000
0,416
3,000
0,312
4,000
0,416
4,000
0,416
3,000
0,312
Fasilitas penunjang yang mendukung
0,136
4,000
0,544
3,000
0,408
3,000
0,408
3,000
0,408
3,000
0,408
3,000
0,408
4,000
0,544
Loyalitas karyawan pada perusahaan
0,101
3,000
0,303
4,000
0,404
4,000
0,404
4,000
0,404
3,000
0,303
4,000
0,404
4,000
0,404
Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis
0,096
4,000
0,384
3,000
0,288
3,000
0,288
4,000
0,384
4,000
0,384
3,000
0,288
3,000
0,288
b. Kelemahan Manajemen bersifat kekeluargaan
0,121
2,000
0,242
1,000
0,121
2,000
0,242
2,000
0,242
1,000
0,121
2,000
0,242
2,000
0,242
Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal
0,106
1,000
0,106
2,000
0,212
1,000
0,106
2,000
0,212
2,000
0,212
1,000
0,106
2,000
0,212
Modal usaha yang minim
0,116
2,000
0,232
1,000
0,116
2,000
0,232
1,000
0,116
2,000
0,232
1,000
0,116
1,000
0,116
Kurangnya promosi ternak
0,104
1,000
0,104
1,000
0,104
1,000
0,104
1,000
0,104
1,000
0,104
2,000
0,208
2,000
0,208
Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai
0,088
4,000
0,352
4,000
0,352
4,000
0,352
3,000
0,264
4,000
0,352
3,000
0,264
4,000
0,352
Pangsa pasar ternak yang luas
0,101
4,000
0,404
4,000
0,404
3,000
0,303
4,000
0,404
3,000
0,303
4,000
0,404
3,000
0,303
Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB)
0,105
4,000
0,420
4,000
0,42
4,000
0,42
3,000
0,315
3,000
0,315
4,000
0,420
4,000
0,420
Meningkatnya daya beli masyarakat
0,110
3,000
0,330
3,000
0,33
3,000
0,33
3,000
0,330
3,000
0,330
3,000
0,330
3,000
0,330
Menuju swasembada daging
0,097
4,000
0,388
3,000
0,291
4,000
0,388
4,000
0,388
3,000
0,291
3,000
0,291
4,000
0,388
0,093
2,000
0,186
1,000
0,093
1,000
0,093
1,000
0,093
2,000
0,186
2,000
0,186
1,000
0,093
0,124
1,000
0,124
2,000
0,248
1,000
0,124
1,000
0,124
2,000
0,248
1,000
0,124
2,000
0,248
0,085
2,000
0,170
1,000
0,085
2,000
0,170
2,000
0,170
1,000
0,085
1,000
0,085
1,000
0,085
0,105
2,000
0,210
1,000
0,105
1,000
0,105
1,000
0,105
2,000
0,210
2,000
0,210
1,000
0,105
0,093
2,000
0,186
2,000
0,186
1,000
0,093
1,000
0,093
1,000
0,093
1,000
0,093
2,000
0,186
4,000
0,464
4,000
0,464
4,000
0,464
3,000
0,348
3,000
0,348
c. Peluang
d. Ancaman Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis Daya tawar-menawar pembeli Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini
Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi
Total Nilai Daya Tarik
4,949
Urutan Prioritas Strategi
1
4,756 6
4,844 4
4,734 9
4,754
4,640
4,893
7
10
2
Lanjutan Lampiran 8. Alternatif strategi Faktor kunci
Bobot
Strategi 8
Strategi 9
Strategi 10
Strategi 11
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
4,000
0,464
4,000
0,464
3,000
0,348
4,000
0,464
a. Kekuatan Tenaga kerja yang handal di bidang produksi Mutu ternak yang terjamin
0,116 0,104
4,000
0,416
4,000
0,416
4,000
0,416
4,000
0,416
Fasilitas penunjang yang mendukung
0,136
3,000
0,408
3,000
0,408
4,000
0,544
3,000
0,408
Loyalitas karyawan pada karyawan
0,101
4,000
0,404
4,000
0,404
4,000
0,404
3,000
0,303
Ketersediaan bibit sapi dengan berbagai jenis
0,096
3,000
0,288
3,000
0,288
3,000
0,288
3,000
0,288
b. Kelemahan Manajemen bersifat kekeluargaan
0,121
1,000
0,121
2,000
0,242
1,000
0,121
1,000
0,121
Tenaga pemasaran sapi potong kurang handal
0,106
1,000
0,106
1,000
0,106
1,000
0,106
1,000
0,106
Modal usaha yang minim
0,116
2,000
0,232
1,000
0,116
1,000
0,116
2,000
0,232
Kurangnya promosi ternak
0,104
2,000
0,208
2,000
0,208
2,000
0,208
1,000
0,104
c. Peluang Kapasitas produksi pakan ternak yang memadai
0,088
3,000
0,264
4,000
0,352
4,000
0,352
4,000
0,352
Pangsa pasar ternak yang luas
0,101
3,000
0,303
3,000
0,303
4,000
0,404
4,000
0,404
Kemajuan teknologi Inseminasi Buatan (IB)
0,105
4,000
0,420
3,000
0,315
4,000
0,420
4,000
0,420
Meningkatnya daya beli masyarakat Menuju swasembada daging
0,110 0,097
3,000 3,000
0,330 0,291
3,000 4,000
0,330 0,388
3,000 3,000
0,330 0,291
3,000 3,000
0,330 0,291
d. Ancaman Keberadaan perusahaan lain di bidang peternakan yang sejenis
0,093
2,000
0,186
2,000
0,186
2,000
0,186
2,000
0,186
Daya tawar-menawar pembeli
0,124
1,000
0,124
1,000
0,124
2,000
0,248
1,000
0,124
Adanya perusahaan pendatang baru di bidang peternakan
0,085 0,105 0,093
2,000 2,000 1,000
0,170 0,210 0,093
2,000 2,000 1,000
0,170 0,210 0,093
1,000 2,000 2,000
0,085 0,210 0,186
1,000 1,000 1,000
0,085 0,105 0,093
Kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia saat ini Kebijakan pemerintah untuk membatasi impor sapi Total Nilai Daya Tarik
4,735
4,820
4,867
4,634
Urutan Prioritas Strategi
8
5
3
11
68