perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN SENSITIFITAS KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A. MANGKUNAGORO I KARANGANYAR
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan
Oleh HENDRO WIDIYANTO
A131208012
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hendro Widiyanto. A131208012. 2014. Kajian Sensitifitas Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A. Mangkunagoro I Karanganyar. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret 2014. Dibimbing oleh Slamet Minardi dan Sunarto.
ABSTRAK Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar mempunyai fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman hayati beserta ekosistem dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan kawasan TAHURA secara efektif dan efesien untuk menjaga kelestarian fungsi TAHURA, diperlukan penataan kawasan berupa penentuan blok/zonasi ke dalam unit-unit bagian. Kajian sensitifitas ekologi digunakan sebagai kriteria dalam penentuan blok/zonasi kawasan TAHURA. Penelitian ini bertujuan 1. Mengidentifikasi kriteria Sensitifitas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar 2. Menentukan blok/zonasi kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berdasarkan tingkat sensitifitas. Penggabungan penggunaan Sistem Informasi Geografis (GIS) dan survei digunakan untuk mengukur tingkat sensitifitas ekologi terhadap pengaruh dinamika perubahan ekologi sesuai fungsi masing-masing blok/zonasi kawasan TAHURA. Survei vegetasi dan satwa digunakan untuk mengetahui potensi biotik kawasan TAHURA. Pengambilan sampel vegetasi dan satwa dengan membuat metode transek line masing-masing jarak 400m, jumlah sampel vegetasi sebanyak 46 petak ukur dan jumlah sampel satwa (aves) sebanyak 25 petak ukur. Pengambilan sampel vegetasi bentuk petak ukur bujur sangkar dengan ukuran kuadrat sesuai tingkat pertumbuhan, jarak antar petak ukur 100m. Pengamatan satwa (aves) dalam radius 50m dengan jarak antar titik pengamatan 200m. Hasil survei vegetasi dan satwa diklasifikasikan dalam penilaian skoring, selanjutnya dimasukan kedalam peta vegetasi dan peta satwa. Peta kelerengan dan ketinggian tempat dibuat dengan metode Digital Elevation Model (DEM) dari peta kontur Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 dengan interval ketinggian 12,5m dengan memanfaatkan software ArcGIS 10.0. Penentuan sensitifitas ekologi merupakan hasil overlay atau tumpang susun dari peta vegetasi, peta satwa, peta ketinggian tempat, dan peta kelerengan TAHURA. Hasil penelitian menunjukkan tingkat Sensitifitas kawasan TAHURA Mangkunagoro I dalam penentuan blok/zonasi, yaitu: blok/zona perlindungan 107,25 ha (41,0%) sangat sensitive, blok koleksi sangat sensitif dan sensitif 136,51 ha (52,2%), blok pemanfaatan 17,46 ha (6,7%) sensitif dan tidak sensitive, dan areal 0,46 ha (0,2%) tidak sensitif berada di tengah blok perlindungan masih direncanakan sebagai blok/zona tradisional. Berdasarkan tingkat sensitifitas kawasan TAHURA Mangkunagoro I, yaitu: sangat sensitif 130,48 ha (49,9%), sensitif 122,66 ha (46,9%), dan tidak sensitif 8,55 ha (3,2%). Kata kunci : Sensitifitas TAHURA, commitvegetasi, to user satwa, ketinggian, kelerengan, penentuan blok/zonasi. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hendro Widiyanto. A131208012. 2014. A Sensitivity Study on Taman Hutan Raya (TAHURA) Area of K.G.P.A.A Mangkunagoro I Karanganyar. Thesis. Ecology Study Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, 2014. Under guidance of Slamet Minardi dan Sunarto.
ABSTRACT Taman Hutan Raya (Tahura = Great Jungle Park) of KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar serves to buffer life, living diversity and ecosystem preservation, and is beneficial to the community welfare. The effective and efficient management of TAHURA area to preserve the function of TAHURA requires the organization of area related to determining block/zoning in some units. The ecological sensitivity study is used as a criterion in determining block/zoning of TAHURA area. This research aimed 1) to identify the sensitivity criteria of TAHURA area of KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar, and 2) to determine the block/zoning in TAHURA area of KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar by sensitivity level. The integration of geographical information system (GIS) and survey was used to measure the level of ecological sensitivity to the effect of ecological change dynamic according to the function of each block/zoning in TAHURA area. Vegetation and wildlife survey was employed to find out the biotic potency of TAHURA area. The sample of vegetation and wildlife was taken by means of developing line transect method with 400 m distance, 46 compartments of vegetation sample and 25 compartments of wildlife (aves) sample. The vegetation sample with square compartment shape was taken using squared size according to growth level and 100-m interval between compartments. The observation on wildlife (aves) was conducted in 50 m radius and 200m interval between observation points. The result of vegetation and wildlife survey was classified in scoring, and was included into vegetation and wildlife maps. Slope and height maps were developed using Digital Elevation Model (DEM) from Indonesian Earth Surface (Rupa Bumi Indonesia = RBI) contour map in scale 1:25,000 with height interval of 12.5 m by utilizing ArcGIS 10.0 software. The determination of ecological sensitivity constituted the overlay result of vegetation, wildlife, altitude, and slope maps of TAHURA. The result of research showed sensitivity level of TAHURA Mangkunagoro I area in determining block/zoning: protection block/zone of 107.25 ha (41.0%) was very sensitive, collection block of 136.51 ha (52.2%) was very sensitive and sensitive, utilization block of 17.46 ha (6.7%) was sensitive and not sensitive, and of 0.46 ha (0.2%) was not sensitive existing amid protection block still devised as traditional block/zone. Considering the sensitivity level, the area of TAHURA Mangkunagoro I belonged to very sensitive of 130.48 ha (49.9%), sensitive of 122.66 ha (46.9%) and not sensitive of 8.55 ha (3.2%). Keywords: sensitivity of TAHURA, vegetation, wildlife, height, slope, block commit to user determination/zoning vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Al-Insyirah: 6) “Berperilaku baik dan lemah lembutlah kepada Ibumu, Ibumu, Ibumu, dan Ayahmu” (Al-quran & Al-hadist). “Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri. “kemanapun dan dimanapun hinggap tidak akan pernah menyebabkan dahan patah ataupun rusak meskipun rapuh (An-Nahl).
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil ini penulis persembahkan untuk: Istri (Regita Riyantina) yang selalu support dan mendoakanku untuk selalu bersabar, Ananda tercinta (Akhtar Reyhansyach dan Aisy Reyhansyach) yang selalu berbagi cerita dan menguatkanku Ibu & Bapak yang selalu support dan mendoakanku untuk selalu bersabar (E.L. Murtiatun dan Saridi), Kakak Wiwi, dan Adik-adik (Edy, Rio & Rigi).
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan kontribusi, memberikan inspirasi dan semangat yang tiada henti baik selama proses pembelajaran maupun dalam penyelesaian penelitian ini. 1. Menteri Kehutanan, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan, dan Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah VIII Surabaya dan berbagai pihak di jajaran Kementerian Kehutanan yang telah memberikan ijin tugas belajar. 2. Prof. Dr Ahmad Yunus, M.Sc., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 3. Prof. Dr. Ir. Slamet Minardi, MP selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan semangat, masukan dan arahan serta pengajaran dalam penyelesaiaan penelitian ini.
4. Dr. Sunarto, M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta pengajaran dalam penyelesaiaan penelitian ini. 5. Dr. Prabang Setiyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan penguji yang telah banyak memberikan arahan, kritik dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 6. Prof. Ir. M.T Budiastuti, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan arahan, kritik dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 7. Soegiharto, S. Hut, MP selaku Kepala Balai, Kepala Seksi, dan segenap staff karyawan Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan (BPTP) Taman Hutan Raya
(TAHURA) Mangkunagoro I Karanganyar, yang telah membantu commit to user penulis dalam penyediaan data. ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Balai Pengelolaan DAS Solo Kementerian Kehutanan yang telah membantu penulis dalam penyediaan data. 9. Segenap Dosen Program Studi S2 Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret, yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis.
10. Segenap Karyawan dan Staf Pengelola Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah membantu selama proses perkuliahan.
11. Rekan-rekan mahasiswa S2 Program Studi Ilmu Lingkungan Angkatan 2012 Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. yang selalu menemani disaat suka dan duka, memberikan bantuan, dorongan dan motivasi selama menempuh studi pascasarjana dan penyusunan tesis ini. Semoga persaudaraan yang ada akan tetap selalu terjalin. 12. Husain Nukman, Baroto Agus Aryhadi, Rusiman, dan segenap teman alumni IKA SKMA yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 13. Keluarga Bapak Sudjono, Bapak Suparmin dan Ibu Nasriah yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 14. Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dan seluruh pihak yang ikut membantu dalam penelitian ini. Penulis menyadari dengan sesungguhnya bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu koreksi dan saran pembaca sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Desember 2014
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL............. ....................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS .............................................ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS .......................................................iii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................iv ABSTRAK ............................ ....................................................................................v ABSTRACT .......................... ....................................................................................vi MOTTO................................. ....................................................................................vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................viii KATA PENGANTAR ............ ....................................................................................ix DAFTAR ISI ......................... ....................................................................................xi DAFTAR TABEL.................. ....................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ............ ....................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ......... ....................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN ..... ....................................................................................1 A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................6 D. Manfaat Penelitian .....................................................................................6 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................7 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................7 1. Lingkungan Hidup ...............................................................................7 a. Pengertian Lingkungan Hidup .......................................................7 b. Konsep Lingkungan Hidup ............................................................7 c. Komponen dan Manfaat Lingkungan Hidup..................................8 d. Jenis Lingkungan Hidup ................................................................9 e. Asas Lingkungan Hidup .................................................................9 2. Hutan ...................................................................................................11 a. Jenis-jenis Hutan di Indonesia ........................................................12 b. Jenis-jenis Hutan di Indonesia commit to user Berdasarkan variasi iklim, Jenis xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tanah dan Bentang Alam ...............................................................12 c. Jenis-jenis Hutan Berdasarkan Pembentukan.................................13 d. Jenis-jenis Hutan Berdasarkan Status ............................................13 e. Jenis-jenis Hutan Berdasarkan Jenis Tanaman ...............................13 f. Jenis-jenis Hutan Berdasarkan Fungsi ............................................14 g. Hutan Rakyat ..................................................................................15 3. Zonasi Hutan........................................................................................17 a. Zona Inti... ......................................................................................18 b. Zona Rimba; Zona Perlindungan Bahari untuk Wilayah Perairan .18 c. Zona Pemanfaatan ..........................................................................18 d. Zona Tradisional ............................................................................19 e. Zona Rehabilitasi ............................................................................19 f. Zona Religi, Budaya dan Sejarah ...................................................19 g. Zona Khusus ..................................................................................19 4. Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I ................20 B. Penelitian yang Relevan ............................................................................24 C. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................25 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................28 A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................28 1. Waktu Penelitian ..................................................................................28 2. Tempat Penelitian .................................................................................28 B. Sumber Data dan Peralatan .......................................................................28 1. Sumber Data….. ...................................................................................28 2. Peralatan dan Bahan .............................................................................30 C. Tatalaksana Penelitian ...............................................................................30 1. Jenis Penelitian .....................................................................................30 2. Prosedur Penelitian...............................................................................30 3. Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................34 4. Variabel Penelitian…….. .....................................................................38 5. Analisis Data ........................................................................................38 commit to user D. Metode Sensitifitas Ekologi ...................................................................... 39 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Vegetasi ................................................................................................41 2. Satwa ....................................................................................................41 3. Ketinggian Tempat ...............................................................................41 4. Kelerengan…….. .................................................................................42 E. Penentuan Blok Pengelolaan .....................................................................43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................................44 A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................44 1. Letak, Luas, dan Batas .........................................................................44 2. Geologi ................................................................................................44 3. Topografi .............................................................................................45 4. Iklim dan Hidrologi .............................................................................45 5. Kondisi Tutupan Lahan .......................................................................46 6. Potensi Hayati ......................................................................................47 7. Potensi Bukan Hayati ...........................................................................51 8. Aksesbilitas ..........................................................................................53 9. Pengelolaan ..........................................................................................53 10. Sejarah Kawasan ................................................................................54 11. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................55 B. Kriteria Sensitifitas ....................................................................................56 1. Penilaian Sensitifitas Ekologi ..............................................................56 2. Penentuan Blok/Zonasi Berdasarkan Tingkat Sensitifitas ...................58 3. Pengelolaan Kawasan Tahura Mangkunagoro I ...................................64 a. Blok Perlindungan ..........................................................................65 b. Blok Koleksi ..................................................................................69 c. Blok Pemanfaatan...........................................................................73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................76 A. Kesimpulan ...............................................................................................76 B. Implikasi ....................................................................................................77 C. Saran ..........................................................................................................77 DAFTAR PUSTAKA ............ ....................................................................................78 commit to user LAMPIRAN xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................................... 28 Tabel 2. Jenis Data yang diambil ......................................................................... 35 Tabel 3. Penilaian Sensitifitas Ekologi.................................................................. 39 Tabel 4. Klasifikasi Penilaian Sensitifitas. ............................................................ 40 Tabel 5. Sistem Skoring Sensitifitas...................................................................... 40 Tabel 6. Komposisi Kelas Kelerengan Kawasan TAHURA Mangkunagoro I...... 45 Tabel 7. Curah Hujan Rata-rata di Beberapa Kecamatan Sekitar Mangkunagoro I Periode 2003 – 2008.. ..................................................................................... 46 Tabel 8. Kondisi Tutupan Lahan TAHURA Mangkunagoro I .............................. 46 Tabel 9. Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Famili. ............................................ 48 Tabel 10. Indek Nilai Penting (INP) Vegetasi. ...................................................... 49 Tabel 11. Hasil Penilaian kelerengan Dalam Penentuan Blok/zonasi. ................. 63
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 27 Gambar 2 Peta Kawasan TAHURA Mangkunagoro I .......................................... 29 Gambar 3 Metode Sensitifitas Ekologi ................................................................. 42 Gambar 4 Penentuan Blok/zonasi TAHURA Mangkunagoro I berdasarkan Tingkat Sensitifitas ...................................................................................................... 43 Gambar 5 Peta Vegetasi TAHURA Mangkunagoro I ............................................ 57 Gambar 6 Peta Satwa Liar TAHURA Mangkunagoro I ........................................ 59 Gambar 7 Peta Ketinggian TAHURA Mangkunagoro I ....................................... 60 Gambar 8. Peta Kelerengan TAHURA Mangkunagoro I ...................................... 61 Gambar 9. Peta Sensitifitas TAHURA Mangkunagoro I ...................................... 62
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Identifikasi Kawasan TAHURA Mangkunagoro I.................... 80 Lampiran 2. Peta Pengambilan Sampel Vegetasi. ................................................. 81 Lampiran 3. Peta Pengambilan Sampel Satwa (Aves) .......................................... 82 Lampiran 4. Kondisi Sosial Ekonomi Desa Sekitar TAHURA Mangkunagoro I 83 Lampiran 5. Data Vegetasi Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Dalam Blok/zona.. ........................................................................................................................ 85 Lampiran 6. Data Vegetasi Tumbuhan Bawah………..………………………88 Lampiran 7. Data Penyebaran Satwa (Aves) ......................................................... 89 Lampiran 8. Data Penyebaran Satwa (Mamalia) .................................................. 91 Lampiran 9. Data Tabulasi Sensitifitas Ekologi Dalam Penentuan Blok/zonasi TAHURA Mangkunagoro I ............................................................................ 92 Lampiran 10. Foto Tempat Wisata Sekitar TAHURA Mangkunagoro I ............... 96
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan). Definisi lain, menjelaskan bahwa hutan adalah areal yang cukup luas dengan tanah beserta segala isinya yang di dalamnya tumbuh berbagai jenis pohon bersama-sama organisme lain, nabati maupun hewani, yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup yang mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaat-manfaat lain secara lestari (Bab I Pasal 1 Keputusan Menteri Kehutanan No.70/Kpts–II/2001). UU RI No. 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam UU RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun mendatang. Menurut fungsinya, hutan mempunyai fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan yang mempunyai fungsi konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem commit to air, usermencegah banjir, mengendalikan penyangga kehidupan untuk mengatur tata 1
digilib.uns.ac.id 2
perpustakaan.uns.ac.id
erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (Undang-undang RI No.41 Bab I pasal 1 tentang Kehutanan). Setiap wilayah hutan mempunyai kondisi yang berbeda- beda sesuai dengan keadaan fisik, topografi, flora dan fauna, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Mendasarkan pada karakteristik khusus pada hutan tersebut manusia dapat memanfaatkan sumberdaya hutan yang terkandung di dalamnya, terutama pada kawasan hutan produksi. Pemanfaatan hutan ini bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan itu sendiri (Pasal 15 PP No.34/2002). Keberadaan kawasan hutan dalam suatu wilayah merupakan bagian dari ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota yang bersangkutan
sehingga
kebijakan
penataan
ruang
wilayah
provinsi
dan
kabupaten/kota akan memberikan implikasi luas terhadap keberadaaan kawasan hutan tersebut (Syahadat, 2012). Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar adalah kawasan yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten maupun pihak lain yang peduli sehingga tetap terjaga kelestariannya. Sebagaimana tertuang dalam PP RI No: 28 tahun 2011 Pasal 1 Ayat 10 yang mengungkapkan bahwa Taman Hutan Raya (TAHURA) Mangkunagoro I merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Secara struktur organisasi, TAHURA Mangkunagoro I dikelola oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP Tahura) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Dalam pengelolaan TAHURA perlu dilakukan upaya kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan pemanfaatan secara lestari. Upaya menjaga dan melestarikan TAHURA memiliki tujuan untuk mengurangi segala macam gangguan dan ancaman yang dapat merusak atau merugikan keberadaannya. TAHURA KGPAA Mangkunagoro I memiliki persoalan commit to user
digilib.uns.ac.id 3
perpustakaan.uns.ac.id
yang berpotensi dapat mengganggu dan mengancam kelestariannya. Kehidupan masyarakat/penduduk di sekitar hutan yang sangat bergantung pada hutan, dikhawatirkan kurang memiliki kontrol sehingga dapat berdampak buruk bagi lingkungan hutan. Masyarakat sekitar hutan pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang memadai, sehingga mereka bekerja hanya berdasarkan pengalaman kecil dan secara tradisional. Masyarakat sekitar hutan dengan alasan desakan kebutuhan hidup, memiliki kecenderungan merusak hutan seperti melakukan pencurian hasil hutan kayu, ”membibrik” tanah hutan untuk mendapatkan tanah garapan, menggembalakan ternak secara liar di sekitar hutan, membuat arang yang dapat menimbulkan kebakaran hutan, serta mengakibatkan kerusakan hutan yang berpengaruh terhadap ketidakmampuan hutan berfungsi baik. Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, baik yang memanfaatkan hasil hutan secara langsung maupun tidak langsung. Pertengahan tahun 2000, Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa sekitar 30 juta penduduk secara langsung mengandalkan hidupnya pada sektor kehutanan meskipun tingkat ketergantungan tidak didefinisikan. Sebagian besar masyarakat hutan hidup dengan berbagai strategi ekonomi tradisional, yakni menggabungkan perladangan dengan berburu, dan mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, rotan, madu dan hasil hutan lainnya (Hardjasoemantri, 1985). Keberadaan masyarakat di sekitar hutan secara langsung menimbulkan keinginan dan motivasi untuk pemanfaatan hasil hutan. Timbulnya keinginan motivasi tersebut dipicu oleh kesadaran masyarakat disamping faktor sosial, ekonomi,
budaya,
adat
istiadat,
pendidikan,
dan
perilaku
masyarakat
(Kartasapoetra, 1987). Pengelolaan atau pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positif yang diperoleh dari sumberdaya alam untuk masyarakat lokal tentu saja adalah terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik dari hasil pertanian, perkebunan, serta didapat dari hasil hutan. Nilai negatif dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dalam ekosistem yang berlebihan dan tidak terkontrol, commit to user dapat menyebabkan punahnya
digilib.uns.ac.id 4
perpustakaan.uns.ac.id
fauna, tanah gundul, tanah longsor, serta menjadi padang alang-alang. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sesungguhnya dapat menjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan hutan secara lestari. Perilaku mereka merupakan perilaku yang paling kruisal dalam berinteraksi dengan hutan akan mengarah pada terciptanya pengeksploitasian dan pemanfaatan hutan secara tidak bertanggung jawab yang berujung pada kerusakan hutan yang pada akhirnya juga akan berdampak buruk terhadap kehidupan mereka sendiri (Dephutbun, 1999). Masyarakat sekitar hutan sebenarnya memiliki potensi tinggi apabila diberdayakan, tetapi dalam hal ini masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan hutan. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan harus mempunyai prioritas utama dalam suatu pengelolaan hutan (Arief, 2001). Permasalahan lain yang ada di TAHURA Mangkunagoro I Karanganyar adalah pada pembagian blok/zonasi yang belum jelas, sehingga pengelolaan belum optimal. Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 bahwa TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar harus memiliki blok/zonasi pembagian atau pemecahan suatu areal ke dalam beberapa bagian atau zona sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan misalnya, zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan zona lain yang ditetapkan menteri. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian TAHURA adalah dengan melakukan kajian sensitifitas ekologi hutan. Dengan kajian sensitifitas kawasan hutan yang tepat dan jelas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011, maka pengelola dan masyarakat akan lebih bijak dalam memanfaatkan serta melestarikan fungsi kawasan TAHURA. Diharapkan dari hasil kajian sensitifitas TAHURA, kedepannya pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I akan semakin optimal serta pembagian wilayah yang ada di TAHURA KGPAA Mangkunagoro terealisasikan oleh pihak-pihak terkait atau yang bertugas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Kajian Sensitifitas
Kawasan
Taman
Hutan
Raya
Mangkunagoro I Karanganyar”.
commit to user
(TAHURA)
K.G.P.A.A.
digilib.uns.ac.id 5
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang diatas, kajian sensitifitas kawasan TAHURA ditujukan sebagai dasar dalam penataan kawasan berupa penetapan blok/zonasi TAHURA. Penataan kawasan berupa penentuan blok/zonasi dapat dilakukan dengan penentuan kriteria berdasarkan derajat tingkat kepekaan ekologis (sensitivity of ecology) dari yang paling peka sampai yang tidak peka. Penetapan blok/zonasi sesuai fungsi kawasan memiliki peran penting dalam implementasi pengelolaan kawasan yang efektif. Ada beberapa permasalahan mendasar yang perlu dikaji dalam penataan kawasan dalam penetapan blok/zonasi, yaitu: Penataan kawasan TAHURA berupa penentuan blok/zonasi berdasarkan kriteria derajat kepekaan ekologis secara rinci belum tersedia dalam peraturan daerah, sehingga pengelola TAHURA mengalami kesulitan dalam pelaksanaan penentuan blok/zonasi kawasan. Pengelola TAHURA dalam penataan kawasan berupa penentuan blok/zonasi menggunakan batas administrasi dan batas alam terhadap fungsi kawasan hutan sebelumnya, serta belum mengakomodir aspek-aspek penting kawasan seperti biofisik (ecologi, biodiversitas, landsystem), potensi dan ancaman yang ada dan tidak memperhatikan ketersediaan sumberdaya manusia dan pendanaan organisasi pengelola. Penataan batas kawasan dalam penentuan blok/zonasi di TAHURA secara fisik tidak jelas di lapangan sehingga sulit dikenali oleh petugas lapangan, akibatnya pengelolaan dilevel tapak tidak berjalan efektif. Berdasarkan permasalahan yang ada, di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kriteria sensitifitas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar? 2. Bagaimana penentuan blok/zonasi kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berdasarkan tingkat sensitifitas?
commit to user
digilib.uns.ac.id 6
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kriteria sensitifitas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar. 2. Menentukan blok/zonasi kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berdasarkan tingkat sensitifitas. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian Balai Penelitian dan Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan acuan penelitian selanjutnya mengenai Kajian Sensitifitas Kawasan TAHURA. 3. Dari informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang lingkungan Taman Hutan Raya dan potensi sumberdaya alam. 4. Dapat dijadikan refrensi bagi pemerintah dan masyarakat setempat mengenai penataan kawasan dalam penetapan blok/zonasi berdasarkan Kajian Sensitifitas Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkungan Hidup a. Pengertian Lingkungan Hidup Secara khusus, sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH) No. 32 tahun 2009, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia
dan
perilakunya
yang
melangsungkan
perikehidupan
dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Lingkungan hidup berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH) No. 4 tahun 1982, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. b. Konsep Lingkungan Hidup Konsep dasar lingkungan hidup antara lain: 1) Lingkungan hidup adalah keseluruhan ruang yang ada di bumi yang terdiri dari air, tanah, udara, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya. 2) Norma yang mendasari lingkungan hidup adalah norma sosial dan norma hukum. commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3) Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lingkungan alami, lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya. 4) Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan hidup yang masingmasing makhluk hidup dan komponen di dalamnya dapat berinteraksi dengan baik. 5) Lingkungan hidup yang berada di bumi, baik benda mati atau hidup, manusia dan alam mampu berhubungan secara timbal balik. Permasalahan lingkungan mikro yang dominan menyebabkan kerawanan lingkungan adalah penyediaan air minum dan pembuangan sampah domestik, sedangkan pada lingkungan kerja adalah pemborosan energi dan pada lingkungan makro adalah kerusakan dan kemerosotan kualitas ekosistem (Nadira, 2012). c. Komponen dan Manfaat Lingkungan Hidup Menurut Nadira (2012), komponen lingkungan hidup yaitu: 1) Lingkungan Hidup Alami Lingkungan hidup alami adalah lingkungan yang telah ada di alam tanpa campur tangan manusia. Contoh: hutan belantara. 2) Lingkungan Hidup Binaan Lingkungan binaan adalah lingkungan yang sudah direkayasa oleh manusia. Contoh: sekolah, perumahan dan perkantoran. 3) Lingkungan Hidup Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan yang dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat setempat. Manfaat lingkungan hidup menurut Nadira (2012), antara lain: 1) Menyediakan sumberdaya alam bagi kebutuhan hidup manusia. 2) Menyediakan ruang bagi manusia dan makhluk hidup lain untuk melakukan aktifitas keseharian, untuk bertahan hidup dan berkembang biak. 3) Memberikan kesempatan bagi manusia terutama untuk bereksplorasi, membuat berbagai macam penemuan baru dengan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh manusia melalui pengamatan dan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
4) Membantu manusia mengenal siapa dirinya dan apa peran serta dalam suatu ekosistem. d. Jenis Lingkungan Hidup Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Contoh: lingkungan hayati di kebun sekolah, didominasi oleh tumbuhan dan di dalam kelas, lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia. 2) Unsur Sosial Budaya Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat. 3) Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari bendabenda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. e. Asas lingkungan Asas-asas lingkungan diantaranya adalah hukum termodinamika pertama atau yang disebut hukum konservasi energi. Energi dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat dihancurkan atau diciptakan. Energi yang memasuki organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Sistem kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi. Ada berbagai strategi untuk mentransformasikan energi (Setyono, 2008). Asas kedua diambil dari hukum termodinamika kedua, yakni tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Jadi meskipun energi commit user energi itu akan terus diubah ke itu tidak pernah hilang di alam ini,totetapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Misalnya energi yang masuk kedalam tubuh organisme berbentuk bahan makanan yang padat dan bermanfaat, sedangkan energi yang keluar dari tubuh hewan berbentuk panas (Setyono, 2008). Asas ketiga menyangkut sumber alam. Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman semuanya termasuk kategori sumber alam. Pengubahan energi oleh sistem biologi diharapkan berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan materi dan energi yang ada di alam lingkungannya (Setyono, 2008). Asas keempat dinamakan asas penjenuhan, yaitu kemampuan lingkungan habitat untuk menyokong suatu materi ada batasnya. Kemampuan untuk menyokong pencemar ada batasnya. Asas kelima menyangkut pengaturan populasi dengan faktor ketergantungan pada kepadatan. Pada asas ini terangkut situasi sumber alam yang tidak menimbulkan rangsangan penggunaan lebih lanjut. Asas keenam menyangkut persaingan. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Asas ketujuh menyangkut keteraturan yang pasti dalam suatu lingkungan dalam periode relatif lama. Ada fluktuasi penurunan dan kenaikan kondisi lingkungan disemua habitat, tingkat kesukaran diramalkan berbeda-beda (Setyono, 2008). Asas kedelapan menyangkut habitat dan keanekaragaman takson. Kelompok taksonomi tertentu suatu jasad hidup ditandai keadaan lingkungan yang khas, disebut nicia. Asas kesembilan berbunyi keanekaragaman sebanding dengan biomassa atau produktivitas. Konsep kestabilan selalu diikuti dengan keanekaragaman yang tinggi sehingga rantai makanan terbentuk stabil dengan komponen biotik yang lengkap. Hal ini mempengaruhi peningkatan produktivitas. Asas kesepuluh berbunyi biomassa atau produktivitas meningkat dalam lingkungan yang commit stabil. toLingkungan yang stabil merupakan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
representasi aliran energi yang dinamis menurut kesetimbangan yang tertoleransi sehingga fluktuasi kuantitas biomassa dan produktivitas meningkat. Asas kesebelas berbunyi sistem yang sudah mantab (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantab. Tingkat makanan, populasi atau ekosistem yang sudah dewasa memindahkan, energi, biomassa dan keanekaragaman tingkat energi kearah yang belum dewasa (Setyono, 2008). Asas keduabelas lahir dari asas keenam dan ketujuh. Kalau seleksi berlaku, tetapi keanekaragaman meningkat dilingkungan mantap, akan ada perbaikan sifat adaptasi terhadap lingkungan. Asas ketigabelas adalah perkembangan asas ketujuh, Sembilan dan duabelas. Asas keempatbelas berbunyi derajat pola keteraturan fluktuasi populasi bergantung kepada pengaruh sejarah populasi sebelumnya. 2. Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan definisi hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi : a. Suatu kesatuan ekosistem b. Berupa hamparan lahan c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain d. Mampu memberikan manfaat secara lestari (Rahmawaty, 2004). Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.18/MenhutII/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan pada pasal I berbunyi bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam commitlainnya to user tidak dapat dipisahkan. Hutan lingkungannya, yang satu dengan
digilib.uns.ac.id 12
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki kawasan yang mencakup wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. a. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan iklim adalah: 1) Hutan Hujan Tropika, adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-tumbuhan sangat tinggi. Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar Hutan hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. 2) Hutan Monsun, disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya mempunyai tumbuhan sejenis, misalnya hutan jati, hutan bambu, dan hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. b. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis Tanah, dan Bentang Alam. Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan variasi iklim, jenis tanah, dan bentang alam adalah sebagai berikut: 1) Kelompok Hutan Tropika : a) Hutan Hujan Pegunungan Tinggi b) Hutan Hujan Pegunungan Rendah c) Hutan Tropika Dataran Rendah d) Hutan Subalpin e) Hutan Pantai f) Hutan Mangrove g) Hutan Rawa h) Hutan Kerangas i) Hutan Batu Kapur
commit to user
digilib.uns.ac.id 13
perpustakaan.uns.ac.id
j) Hutan pada batu Ultra Basik 2) Kelompok Hutan Monsun a) Hutan Monsun Gugur Daun b) Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergreen) c) Sabana c. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Pembentukan Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan pembentukan adalah sebagai berikut: 1) Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia. 2) Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia. d. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Status Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan status adalah sebagai berikut: 1) Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. Beberapa hutan negara yang dikelola oleh badan usaha atau pemerintah yaitu; Perum Perhutani, Ijin Usaha Pemanfataan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). 2) Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB). Hutan hak merupakan hutan yang status kepemilikan tanahnya milik rakyat, atau disebut hutan rakyat. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0.25 ha. 3) Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
commit to user
digilib.uns.ac.id 14
perpustakaan.uns.ac.id
e. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanaman Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan jenis tanaman adalah sebagai berikut: 1) Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75 % ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan bambu, dan hutan pinus. 2) Hutan Heterogen (Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacammacam jenis tumbuhan. f. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsi Jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut: 1) Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan. 2) Hutan Konservasi. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri atas: a) Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai
fungsi
pokok
sebagai
kawasan
pengawetan
keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru. b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberalam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam. commit to user
digilib.uns.ac.id 15
perpustakaan.uns.ac.id
3) Hutan Produksi Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonversikan (HPK). (Kainde, 2011) g. Hutan Rakyat Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0.25 ha. Penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan, dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang (Dephutbun, 1999). Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya, merupakan salah satu butir kearifan masyarakat dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Dengan semakin terbatasnya kepemilikan tanah, peran hutan rakyat bagi kesejahteraan masyarakat semakin penting. Pengetahuan tentang kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk dipadukan dengan pengetahuan jenis-jenis pohon yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pemilik lahan, merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat. (Rahmawaty, 2004) Pengelolaan di areal hutan rakyat dapat dilakukan penanaman dengan mengkombinasikan tanaman perkayuan dengan tanaman pangan/palawija yang biasa dikenal dengan istilah agroforestry. Pola pemanfaatan lahan seperti ini banyak manfaatnya, antara lain: 1) Pendapatan per satuan lahan bertambah 2) Erosi dapat ditekan 3) Hama dan penyakit lebih dapat dikendalikan 4) Biaya perawatan tanaman dapat dihemat 5) Waktu petani di lahan lebih lama. Beberapa tanaman perkayuan yang dikembangkan di hutan rakyat, adalah:
sengon
(Paraserianthes
falcataria),
kayu
putih
(Melaleuca
leucadendron), aren (Arenga pinata), sungkai (Peronema canescens), akasia commitarborea), to user johar (Cassia siamea), kemiri (Acacia sp.), jati putih (Gmelina
digilib.uns.ac.id 16
perpustakaan.uns.ac.id
(Aleurites moluccana), kapuk randu (Ceiba petandra), jabon (Anthocepallus cadamba), mahoni (Swietenia macrophylla), bambu (Bambusa), mimba (Azadirachta indica), cemara pantai (Casuarina equisetifolia), dan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No. 677/Kpts-II/1998,
hutan kemasyarakatan
adalah hutan negara
yang
dicadangkan atau ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai dengan fungsinya dan menitikberatkan kepentingan mensejahterakan masyarakat. Pengusahaan hutan kemasyarakatan bertumpu pada pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri (Community
Based
Forest
Management),
proses
berjalan
melalui
perencanaan bawah-atas, dengan bantuan fasilitasi dari pemerintah secara efektif, terus menerus dan berkelanjutan. (Dephutbun, 1999). Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan berdasarkan keberpihakan kepada rakyat khususnya rakyat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan, dengan prinsip-prinsip: 1) Masyarakat sebagai pelaku utama 2) Masyarakat sebagai pengambil keputusan 3) Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat. 4) Kepastian hak dan kewajiban semua pihak 5) Pemerintah sebagai fasilitator dan pemandu program 6) Pendekatan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya. Berdasarkan jenis komoditas, pengusahaan hutan kemasyarakatan memiliki pola yang berbeda untuk setiap status kawasan hutan, disesuaikan dengan fungsi utama, yaitu: 1) Kawasan hutan produksi dilaksanakan dengan tujuan utama untuk memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu serta jasa lingkungan, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan. 2) Kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama tetap menjaga fungsi perlindungan terhadap air dan tanah (hidrologis), dengan memberi commit to user
digilib.uns.ac.id 17
perpustakaan.uns.ac.id
pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa rekreasi, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan. Tidak diperkenankan pemungutan hasil hutan kayu. 3) Kawasan pelestarian alam dilaksanakan dengan tujuan utama untuk perlindungan sumberdaya alam hayati dan ekosistem, yang pada hakekatnya perlindungan terhadap plasma nutfah. Oleh karena itu pada kawasan ini kegiatan hutan kemasyarakatan terbatas pada pengelolaan jasa lingkungan khususnya jasa wisata. 3. Zonasi Hutan Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistem yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistem. (Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011). Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi
publik,
perancangan,
tata
batas,
dan
penetapan,
dengan
mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. (Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/MenhutII/2006). Zonasi dalam taman nasional terdiri dari zona inti, zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan, zona pemanfaatan dan ada beberapa zona lain, yaitu: zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus. Penataan zona taman nasional didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhutcommit to user II/2006).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
a. Zona inti Zona inti merupakan bagian taman nasional yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan belum diganggu oleh manusia. Kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia; mempunyai luasan yang cukup dan bentuk tertentu yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu untuk menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami. Ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; komunitas tumbuhan dan atau satwa liar beserta ekosistemnya yang langka yang keberadaannya terancam punah. Zona inti merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan khas/endemik serta tempat aktivitas satwa migran. b. Zona rimba; zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan Zona rimba adalah kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa liar. Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan. Zona rimba merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran. Zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan yaitu bagian dari kawasan untuk wilayah perairan laut yang yang ditetapkan sebagai tempat perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem, serta system penyangga kehidupan yang karena letak, kondisi, dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti. c. Zona pemanfaatan Zona pemanfaatan mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik. Luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. Kondisi commit to user lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan
digilib.uns.ac.id 19
perpustakaan.uns.ac.id
pariwisata alam, penelitian dan pendidikan. Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan. Zona pemanfaatan tidak berbatasan langsung dengan zona inti. d. Zona tradisional Zona tradisional terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati non kayu tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati tertentu yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya e. Zona rehabilitasi Pada zona rehabilitasi terdapat perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia. Adanya invasif spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan. Pemulihan kawasan sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 (lima) tahun. f. Zona religi, budaya dan sejarah Pada zona ini terdapat lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh masyarakat, serta terdapat situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang-undang mapun tidak dilindungi undangundang. g. Zona khusus Pada zona khusus telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang
kehidupannya
yang
tinggal
sebelum
wilayah
tersebut
ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional. Terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik, sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional. Lokasi zona khusus tidak berbatasan dengan zona inti. Zona-zona tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang saling commit to userekosistem, pengawetan flora dan mendukung. Zona inti untuk perlindungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya. Zona rimba untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. Zona pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Zona tradisional untuk pemanfaatan potensi tertentu Taman Nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Zona rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi mendekati kondisi ekosistem alamiahnya. Zona religi, budaya dan sejarah untuk memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya, budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian; pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religius. Zona khusus untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional dan sarana penunjang kehidupannya, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik. (Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006) 4. Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Dalam Undang-undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999, pasal 6, disebutkan bahwa hutan ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan fungsi pokok, yaitu : (1) hutan konservasi, (2) hutan lindung, dan (3) hutan produksi. Hutan konservasi terdiri dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam, dan taman buru. Sementara itu kawasan pelestarian alam terdiri dari: (a) Taman Nasional, (b) Taman Hutan Raya, dan (c) Taman Wisata Alam (UU No.5 Tahun 1990). Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi commit to user kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990, Pasal 1 (15). TAHURA mempunyai fungsi sebagai sumber genetik dan plasma nutfah, peredam erosi, pusat informasi dan penelitian, tempat pendidikan, latihan dan penyuluhan konservasi, sarana rekreasi dan pariwisata dan estetika. Sedangan secara sederhana TAHURA merupakan kawasan konservasi yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang mempunyai nilai kebanggaan di tingkat propinsi pada khususnya dan kebanggan nasional pada umumnya. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan tahura apabila memenuhi kriteria sebagai berikut (PP No.28/2011, pasal 9): a. Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; b. Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa; dan c. Merupakan wilayah dengan cirri khas baik asli maupun buatan, pada wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah berubah. TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan kawasan pelestarian alam untuk menunjang, pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Merupakan satusatunya Taman Hutan Raya di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Di dalam tahura ini terdapat berbagai jenis flora terdiri dari berbagai jenis vegetasi endemik, dan fauna yang sebagian merupakan fauna langka yang tidak kurang dari 34 jenis binatang. Selain sebagai tempat rekreasi juga untuk kegiatan penelitian dan perkemahan. Terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar tepat berada dibelakang Candi Sukuh. Secara struktur organisasi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dikelola oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP Tahura) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Kegiatancommit rutin yang dilaksanakan oleh pengelola adalah to user
digilib.uns.ac.id 22
perpustakaan.uns.ac.id
patroli menggunakan motor dan kuda, pemeliharaan koleksi satwa, persemaian dan rehabilitasi hasil hutan. Sebagai Taman Rekreasi dan lokasi Penelitian TAHURA KGPAA Mangkunagoro
I
juga
dapat
dijadikan
gudang
ilmu
pengetahuan.
Keanekaragaman flora dan fauna dapat dikembangkan sebagai media pendidikan dan penelitian. Di kawasan ini terdapat Taman Bougenvile, dengan berbagai macam spesies bunga bougenvile, warna-warni dan menyejukkan mata. Asas, maksud, tujuan dan fungsi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I, Jawa Tengah berdasarkan Perda No.3/2011 adalah Pengelolaan Tahura berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan dan keterpaduan.
Pengaturan
pengelolaan
TAHURA
dimaksudkan
untuk
pelaksanaan pengelolaan TAHURA yang optimal berdasarkan fungsinya. Pengelolaan TAHURA bertujuan: a. Menjamin kelestarian TAHURA b. Membina dan mengembangkan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi TAHURA c. Mengoptimalkan manfaat TAHURA untuk penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya dan budaya, pariwisata alam dan rekreasi bagi kesejahteraan masyarakat d. Meningkatkan fungsi tata air e. Memberikan perlindungan TAHURA. Tahura berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013 – 2022, dijelaskan bahwa sejarah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sebagai berikut: a. Pembentukan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berawal dari penunjukan kawasan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 849/Kpts-II/1999 tanggal 11 Oktober 1999 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 231.3 ha yang terletak di Resort Pemangkuan Hutan commit to user
digilib.uns.ac.id 23
perpustakaan.uns.ac.id
Tambak Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Lawu Utara, Kesatuan Pemangkuan Hutan Surakarta, Kabupaten Dati II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah, menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi sebagai Taman Hutan Raya dengan nama Taman Hutan raya ”Ngargoyoso/Mangkunagoro I”. b. Ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Pembangunan dan Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) di Provinsi Jawa Tengah melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 522.05/74/1999 tanggal 21 Desember 1999. c. Pada tahun 2002 Menteri Kehutanan meningkatkan status kawasan dari penunjukan menjadi penetapan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 233/Kpts-II/2003 tentang Penetapan Kawasan Hutan seluas 231,1 ha sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan Fungsi Taman Hutan Raya Ngargoyoso/Mangkunagoro I. d. Sejak tahun 2002 sampai sekarang TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. e. Tahun 2008 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dengan nama Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP TAHURA) yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana teknis pengelolaan Kebun Raya Baturraden dan Taman Hutan Raya Mangkunagoro I. Pengelolaan TAHURA disusun dan dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengembangan, rehabilitasi dan perlindungan. Perencanaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), Perda No.3/2011 meliputi : (a). Penataan Kawasan Hutan, (b). Penyusunan rencana pengelolaan. Penataan kawasan berupa kegiatan kawasan Tahura ke dalam blok / zonasi. Perlindungan Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara dan daerah atas hutan, kawasan Taman Hutan Raya, serta
perangkat
yang
berhubungan
dengan
pengelolaan
hutan.
Blok
Perlindungan adalah bagian kawasan Taman Hutan Raya yang mutlak dilindungi commit to user
digilib.uns.ac.id 24
perpustakaan.uns.ac.id
dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktifitas manusia. Penataan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Perda No.3/2011 Pasal 7 huruf a berupa kegiatan penataan kawasan TAHURA ke dalam blok/zona, meliputi: a. Blok/zona Perlindungan Blok/zona Perlindungan adalah bagian kawasan Taman Hutan Raya yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktifitas manusia. b. Blok/zona Pemanfaatan Blok/zona Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Taman Hutan Raya yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. c. Blok/zona Koleksi Blok/zona Koleksi adalah bagian dari kawasan Taman Hutan Raya yang dijadikan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. d. Blok/zona Lainnya Blok/zona
Lainnya
adalah
blok/zona
di
luar:
perlindungan,
pemanfaatan, dan koleksi karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai blok/zona tertentu seperti blok/zona: rimba, pemanfaatan tradisional, rehabilitasi, dan disesuai dengan fungsi kebutuhan pengelola. B. Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian yang berjudul Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan oleh Marliansyah (2004) menunjukkan hasil, pemerintah daerah belum dapat meningkatkan kualitas lingkungan Tahura Sultan Adam. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya pasal-pasal dari kedua undang-undang tersebut yang belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Upaya pemerintah daerah dalam mengelola TAHURA Sultan Adam yaitu melalui commitkegiatan to user pemantapan dan penataan batas
digilib.uns.ac.id 25
perpustakaan.uns.ac.id
kawasan, peningkatan mutu fungsi kawasan, pelestarian sumberdaya alam dan ekosistem, penyuluhan kehutanan, pembagian zonasi dan pembangunan pariwisata. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas TAHURA Sultan Adam. 2.
Penelitian yang berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Penentuan Sensitifitas Kawasan di Taman Nasional Alas Purwo oleh Ardiansah Paramita (2002) menunjukkan hasil pangkalan data kawasan Taman Nasional Alas Purwo berupa pangkalan data kelas status flora fauna, keanekaragaman hayati, kelerengan, jenis tanah, sungai, dan curah hujan. Penampilan dari semua data dihasilkan tiga tingkatan sensitifitas kawasan, yaitu wilayah dengan sensitifitas tinggi, sedang, dan rendah dengan masing-masing luasa 8.220 Ha (18.55%), 18.729 Ha (42.27%), dan 17. 160 Ha (39. 18%).
C. Kerangka Pemikiran Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Keberadaan masyarakat sekitar TAHURA sebagian besar bergantung pada hutan untuk melangsungkan hidup mereka. Masyarakat yang semakin bertambah banyak akan semakin besar pula kemungkinan memanfaaatkan hutan untuk kebutuhan
hidup
pembangunan
mereka.
rumah,
atau
Penebangan pemanfaatan
hutan, hasil
penggunaan hutan
secara
lahan
untuk
berlebihan.
Pemanfaatan hasil hutan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan hutan. Pemetaan dalam pembagian blok/zona merupakan salah satu upaya untuk membantu menanggulangi persoalan tersebut. Dengan pembagian blok/zona secara jelas, maka diharapkan gangguan yang ada akan lebih bisa terkontrol. Kawasan TAHURA terdapat pembagian blok/zona dengan tingkat sensitifitas yang berbeda. Perbedaan tingkat sensitifitas tersebut ditentukan oleh berbagai faktor seperti vegetasi, satwa liar, ketinggian dan kelerengan. Dalam penilaian sensitifitas semua commit to user faktor penentu tersebut memiliki parameter yang akan berpengaruh pada hasil
digilib.uns.ac.id 26
perpustakaan.uns.ac.id
penilaian skoring. Berdasarkan penghitungan skor maka akan diketahui tingkatan sensitifitas pada masing-masing blok/zona. Penentuan atau pengukuran tingkat sensitifitas diperlukan karena dengan mengetahui tingkat sensitifitas dari setiap blok/zona yang ada, maka diharapkan kelestarian lingkungan hutan akan tetap terjaga. Sebagaimana aturan yang ada, blok/zona perlindungan seharusnya memiliki tingkat sensitifitas sangat sensitif, blok/zona koleksi memiliki tingkat sensitifitas sensitif, sedangkan pada blok/zona pemanfaatan memiliki tingkat sensitifitas tidak sensitif. Blok/zona perlindungan sudah seharusnya memiliki tingkat sensitifitas sangat sensitif karena blok perindungan merupakan bagian yang mutlak untuk dilindungi dan perlu adanya larangan dari aktifitas apapun dari manusia sehingga mengakibatkan perubahan atau kerusakan. Blok/zona koleksi memiliki tingkat sensitifitas sensitif karena blok/zona tersebut merupakan kawasan yang dapat dijadikan untuk tujuan koleksi tumbuhan, satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Blok/zona pemanfaatan memiliki tingkat sensitifitas tidak sensitif karena wilayah tersebut merupakan bagian dari kawasan TAHURA yang dapat dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata.
commit to user
digilib.uns.ac.id 27
perpustakaan.uns.ac.id
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: TAMAN HUTAN RAYA KGPAA MANGKUNAGORO I, KARANGANYAR
Survei Lapangan
Identifikasi Kriteria Sensitifitas Ekologi
Peta Vegetasi
0. Lahan kebun, Perambahan, Tambang dll. 1. Vegetasi rusak akibat Ilegal logging. 2. Vegetasi skunder. 3. Vegetasi Primer
Peta Satwa (dilindungi/endemik)
1. Rendah (≤ 5 Jenis). 2. Sedang (6-10 Jenis). 3. Tinggi (≥11 Jenis).
Peta Ketinggian
1. < 1.000 m dpl 2. 1.000-1.400 m dpl. 3. > 1.400 m dpl
Zonasi Kawasan
Blok/zona Perlindungan
Blok/zona Koleksi
Blok/zona Pemanfaatan
SENSITIFITAS PENENTUAN BLOK/ZONASI KAWASAN TAHURA MANGKUNAGORO I
Gambarcommit 1. Kerangka to userPemikiran
Peta Kelerengan 1. < 30 % 2. 30 – 45 % 3. > 45 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian pada bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No.
Alokasi Waktu
Kegiatan
1.
21 Februari 2014
Seminar Proposal
2.
24 Februari 2014 s/d.
Pengumpulan data lapangan
14 Maret 2014
dan sekunder.
17 Maret – Juli 2014
Analisis data dan pembuatan
3.
Keterangan
draft tesis. 4.
18 Agustus 2014
Seminar hasil
5.
11 Desember 2014
Ujian tesis
2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar Jawa Tengah Juli sampai dengan Oktober 2014. Daerah penelitian secara administratif terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. (Gambar.2). B. Sumber Data dan Peralatan 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder: a. Data primer, meliputi: catatan lapangan (field report) sebagai hasil pengamatan langsung dan wawancara kepada informan yang berkepentingan. commit to user
28
29
Gambar 2. Peta Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I, Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
b. Data sekunder, meliputi: Peta penggunaan lahan, peta topografi/peta kelerengan, peta indeks vegetasi, peta ketinggian, peta satwa liar, dan peta wilayah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 2. Peralatan dan Bahan Alat survei yang digunakan meliputi: alat tulis menulis, GPS Receiver, plastik, kamera, tally sheet, meteran 5m, tabung okuler, rol meter 20m, tali rafia, plastik terpal, haga meter, kantong spesimen, sunto meter, ember plastik, dan kompas. Alat pengolah data, yaitu: komputer dan printer, Software ArcGIS 10.0, Microsoft exel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur dan citra quick TAHURA Ngargoyoso Karanganyar (1:500.000), peta identifikasi kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso Karanganyar (skala 1:500.000), peta kontur dan peta penutupan lahan dengan skala 1:15.000 (peta Rupa Bumi Indonesia). C. Tatalaksana Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif karena data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif, pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial dan hasilnya bersifat obyektif, berlaku sesaat dan setempat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memaparkan, melaporkan dan menuliskan suatu peristiwa sehingga dapat dianalisis serta penyajian data dapat disajikan secara sistematik (Sukandarrumidi, 2006). 2. Prosedur Penelitian a. Metode Pemetaan Metode yang digunakan dalam kajian sensitifitas kawasan TAHURA, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitifitas ekologi terhadap zonasi kawasan, yaitu dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dalam kaitannya dengan kajian sensitifitas kawasan TAHURA dititikberatkan pada penggunaan SIG untuk masukan rencana awal pengelolaan TAHURA Mangkunagoro I. commit tokawasan user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara skematis pelaksanaan kegiatan studi disajikan pada gambar 1. Teknik pelaksaanaan kegitan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Identifikasi Awal a) Delineasi batas-batas kawasan TAHURA, pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan TAHURA. b) Pengumpulan data yang terkait dengan rencana pengelolaan baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan. c) Pengumpulan data sekunder lainnya seperti data sosial, ekonomi dan budaya b. Penentuan Satuan Pemetaan Penentuan satuan pemetaan tahap awal sebelum analisa SIG dirancang dan dilaksanakan adalah penentuan unit mapping (satuan pemetaan) sebagai dasar analisa SIG. Analisis hasil inventarisasi vegetasi dan satwa merupakan hasil survei sebagai parameter penentu skor, selanjutnya hasil skor dimasukan
dalam data kriteria pemetaan. Parameter penentu
ketinggian dan kelerengan berdasarkan karakteristik yaitu dari penampakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan di Parameter penentu didelinasi dan diklasifikasikan dalam satuan luas masing-masing dalam bentuk peta. Peta masing-masing parameter penentuan kemudian di tumpang susun (overlay) dalam bentuk peta sensitifitas kawasan TAHURA. Unit pemetaan didasarkan pada landasan teoritis dan observasi awal kawasan yang menggambarkan karakteristik fisik kawasan. Langkah pertama penentuan satuan pemetaan adalah membagi kawasan ke dalam unit-unit geomorfologi/unit lahan. Tahap berikutnya penentuan tingkat keanekaragaman hayati dan nilai arkeologis secara spasial. Hasil tumpang susun (overlay) ketiga faktor diatas dipakai sebagai dasar unit mapping. c. Dasar Pelaksanaan Analisa SIG Secara umum untuk analisa SIG dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) Desain database, (2) Digitasi/pemasukan data, (3) Klasifikasi, (4) Analisis. (5) Kartografis. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Desain Data Base dan Pemasukan Data (Digitasi) Desain data base berkaitan dengan rancangan klasifikasi dan struktur data base yang akan dibuat dalam kerangka hasil akhir yang akan dicapai baik penstrukturan data spasial maupun data yang berbentuk tabular. Input data/masukan data dilakukan dengan cara digitasi, merubah data analog (peta hardcopy) ke dalam data digital. Data analog yang didigitasi adalah peta dasar dan peta tematik hasil interpretasi data penginderaan jauh. 2) Editing Merupakan proses perbaikan setelah proses pemasukan data selesai dikerjakan dan sebelumnya proses editing berlangsung dilakukan pembangunan topologi. Editing bertujuan untuk melakukan perbaikan dari kesalahan yang terjadi pada waktu digitasi atau pemasukan data. antara lain overshoot maupun undershoot. a) Transformasi Data Pada dasarnya transformasi data bertujuan untuk merubah koordinat meja ke koordinat geografi maupun koordinat UTM. Tranformasi ini dilakukan terhadap semua peta yang telah didigitasi layer per layer baik peta dasar maupun peta tematik yang telah ditentukan. b) Analisis Data Pada tahap ini merupakan pembangunan database untuk pelaksanaan analisis dan pembuatan peta akhir. Dalam Analisa data ini menggunakan Software ArcGIS 10.0, dimana proses dilakukan dengan cara tumpang susun tumpang susun (overlay) pada tingkat I dalam klasifikasi unit pemetaan yang dibuat. Sedangkan pada analisa berikutnya adalah dengan proses analisa spasial- tabuler dalam penentuan zonasi kawasan. c) Proses Kartografis Proses rancangan penyajian grafik (peta) dibuat untuk menampilkan hasil akhir sehingga lebih bersifat menjaga tampilan agar lebih menarik dan informatif. Beberapa komponen untuk desain peta commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam proses kegiatan: desain komponen peta, simbol, penentuan tujuan peta, parameter peta, layout peta, data simbol dan peta tabuler. Pelaksanan pengumpulan data di lapangan sebagai dasar dalam penentuan letak dan luasan kawasan digunakan peta kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso, peta kontur dan peta penutupan lahan dengan skala 1:10.000. GPS digunakan dalam penentuan titik-titik pengamatan dan ketingian tempat (mdpl). Pengamatan kondisi kawasan baik flora maupun fauna yang ada dilakukan dengan pedoman identifikasi flora dan fauna dan mengunakan alat pengamatan jarak jauh (Binokuler), membuat petak pengamatan dengan mengunakan tali tambang/roll meter. Analisis data penataan blok digunakan aplikasi ArcGis dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Perencanaan dan persiapan survei, sebagai berikut: a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian b. Membuat titik ikat untuk memulai pengambilan jalur menggunakan tali rapia c. Memotong garis kontur tanah dengan tujuan untuk mewakili data yang akan diambil dalam penelitian d. Membuat petak ukur dengan ukuran 20 x 20 m (pohon), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang) dan 2 x 2 m (semai) e. Melakukan pengamatan langsung di lapangan berdasarkan petak ukur yang telah ditentukan. f. Menghitung vegetasi, satwa, ketinggian
dan kelerengan serta
penggunaan lahan yang terdapat pada area pengamatan g. Mengamati bentuk lahan penelitian yang sudah ditetapkan h. Pengamatan satwa beserta jejak dan posisi geografis dimasukkan dalam table i. Inventarisasi mamalia dilakukan dengan Metode Transek. j. Pengamatan burung dilakukan pada pagi hari dengan metode Point count. k. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam Tabel yang sudah disediakan l. Menyimpulkan data yangcommit diperoleh dilapangan. to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu hal yang disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan tertentu. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan pendekatan survei dengan cara penggambilan data primer dan data sekunder, baik di lapangan maupun kantor serta instansi terkait yang memiliki informasi tantang kawasan TAHURA. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data penyebaran vegetasi (penutupan lahan), satwa liar, informasi gangguan kawasan (perambahan, pencurian hasil hutan, perburuan, kebakaran hutan, longsor), serta data peranan masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari data spasial, laporan, dan dokumen kegiatan serta informasi penunjang. (Table.2). 3. Populasi & Sampel Penelitian Populasi daerah penelitian adalah seluruh kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I seluas 231,300 Ha. Sampel diperlukan untuk uji medan dan kerja lapangan serta untuk menguji hasil interpretasi dan melengkapi data yang tidak dapat diperoleh dari citra satelit maupun dari data sekunder. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 hektar dengan jumlah petak penelitian yang dilakukan secara vertikal sejumlah 46 petak ukur (PU). Setiap petak ukur (PU) berukuran 20 m x 20 m. Jarak antara petak ukur (PU) yang satu dengan petak yang lain adalah 100 m. Untuk pengamatan satwa, jumlah petak yang digunakan sebanyak 25 petak dengan jarak petak yang satu dengan yang lain adalah 200 m. Pengambilan data dilakukan pada zona pemanfaatan, perlindungan dan koleksi. Penghitungan jumlah vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi <1,5 m), pancang (permudaan dengan >1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter <10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan l x l m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah) (Azwar, 2013). commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Jenis data yang diambil. No
Data
Sumber Data
Teknik
A. Keadaan Umum Kawasan 1.
2.
3.
Kondisi Fisik a. Luas, letak, dan batas b. Topografi c. Iklim d. Geologi dan tanah Kondisi Flora Fauna a. Flora b. Fauna
Instansi terkait
Studi pustaka
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
Lapangan, masyarakat, dan pengunjung
Observasi lapang, dan interview
Lapangan, masyarakat, pengunjung, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
4.
Potensi Wisata a. Air terjun b. Sungai c. Bumi perkemahan d. Outbond, dan lain-lain Aksesibilitas a. Jalur akses b. Jarak tempuh c. Waktu tempuh d. Sarana akses e. Kondisi akses
1
B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Kependudukan a. Jumlah penduduk b. Jumlah KK
Instansi terkait
Studi pustaka
2
Mata Pencaharian a. Jenis mata pencaharian
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
3
Tata Guna Lahan a. Luas wilayah b. Jenis pemanfaatan lahan
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
4
Pendidikan dan Kesehatan a. Tingkat pendidikan b. Sarana pendidikan c. Sarana kesehatan
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
5
Tenaga Kerja a. Jenis tenaga kerja
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lanjutan table.2. No
Data
Sumber Data
Teknik
6
Agama dan Adat Istiadat a. Agama b. Adat Istiadat c. Sejarah dan arkeologi
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
7
Kelembagaan Masyarakat a. Jenis kelembagaan masyarakat
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
8
Pemanfaatan Jasa Lingkungan a. Jenis jasa lingkungan yang dimanfaatakan masyarakat b. Kepentingan pribadi/umum/komersial c. Sistem pemanfaatan jasa lingkungan
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
9
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I a. Intensitas masyarakat masuk ke dalam kawasan b. Lokasi yang dituju masyarakat di dalam kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I c. Tujuan masuk ke dalam kawasan d. Jenis-jenis SDA yang dimanfaatkan masyarakat dari kawasan e. Pemanfaatan SDA dari dalam Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
10
Permasalahan di Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I a. Jenis permasalahan b. Tingkat/kondisi masalah c. Upaya penyelesaian
Lapangan, masyarakat, dan instansi terkait
Observasi lapang, interview, dan studi pustaka
1
A. Kebijakan Pembangunan Daerah Kebijakan Pembangunan Kehutanan
Instansi terkait
2
Kebijakan Pembangunan Wilayah
Instansi terkait
3
Kebijakan Pembangunan Pariwisata
Instansi terkait
4
Kebijakan Penegakan Hukum
Instansi terkait
Interview, dan studi pustaka Interview, dan studi pustaka Interview, dan studi pustaka Interview, dan studi pustaka
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lanjutan table.2. No
Data
Sumber Data
Teknik
Observasi lapang, sensitifitas ekologi, landskap ekologi, dan interview Observasi lapang, sensitifitas ekologi, landskap ekologi, dan interview SIG
B. Penataan Blok Kawasan 1
Penyebaran Vegetasi (Penutupan Lahan)
Lapangan, instansi terkait, dan masyarakat
2
Penyebaran Satwa Liar
Lapangan, instansi terkait, dan masyarakat
3
Data Spasial Tanah, Geologi, Iklim, Topografi, Geomorfologi, Penggunaan tanah
Instansi terkait dan citra
Penentuan atau pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik fisik lahan yang merupakan hasil analisis dan interpretasi citra satelit maupun satuan lahan dari hasil overlai parameter bentuk lahan yang diperoleh dari peta kontur atau Digital Elevation Model (DEM) dengan peta penutupan lahan Rupa Bumi Indonesia (RBI). Penentuan titik sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode Stratified random sampling atau sampel secara acak berstrata. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi sampel adalah sukar atau mudahnya dikenali suatu obyek pada saat interpretasi, tingkat kesulitan dan keterjangkauan dalam mencapai lokasi sampel yang ditetapkan. Dalam penentuan plot sampel pada setiap satuan lahan tetap memperhatikan penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer dan sebaran luasan pada setiap satuan lahan. Penentuan titik sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode Stratified random sampling atau sampel secara acak berstrata. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi sampel adalah sukar atau mudahnya dikenali suatu obyek pada saat interpretasi, tingkat kesulitan dan keterjangkauan dalam mencapai lokasi sampel yang ditetapkan. Dalam commit to user penentuan plot sampel pada setiap satuan lahan tetap memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer dan sebaran luasan pada setiap satuan lahan. Untuk menentukan sampel responden dalam survei sosial didasarkan dari hasil analisis data sekunder tofografi desa, terkait dengan desa terdekat dengan kawasan, jumlah penduduk untuk menentukan derajat interaksi masyarakat sekitar dengan kawasan. 4. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah vegetasi, satwa liar, ketinggian dan kelerengan di kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sensitifitas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 5. Analisis Data Analisis data digunakan dalam proses mengolah data, baik primer maupun sekunder dipilah dan diklasifikasikan dalam tahap kompilasi data untuk memperoleh informasi dengan cara kualitatif deskriptif. Teknik pelaksanaan kegiatan ini ialah memanfaatkan jasa survei dan pemetaan dalam penataan ruang atau blok. Berdasarkan satuan pemetaan dilakukan analisis geografis melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: mendesain klasifikasi data berdasarkan struktur data spasial dan non spasial yang akan mencerminkan klasifikasi unit pemetaan. 1. Input data melalui digitasi, dengan mengubah data analog menjadi data digital. 2. Analisis data dengan bantuan software SIG melalui proses teknik tumpang susun (overlay), untuk kemudian dilanjutkan dengan program analisis spasial. Faktor pertimbangan dalam penentuan zonasi berdasarkan tingkat sensitifitas, yaitu: 1. Faktor kualitatif yang meliputi; keterwakilan, keaslian atau kealamian, keunikan, kelangkaan, laju kepunahan keutuhan satuan ekosistem, keutuhan sumberdaya atau kawasan, luasan kawasan, keindahan alam, kenyamanan, kemudahan pencapaian lokasi, nilai sejarah/ arkeologi/ keagaman, dan ancaman manusia. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Faktor spasial meliputi; data spasial tanah, geologi, iklim, topografi, geomorfologi, dan penggunaan lahan. Penelaahan terhadap paramater yang ada dari masing-masing lansekap ekologi dengan validasi melalui cross checking dengan data yang reliable dan kondisi aktual di lapangan. Penerapan pertimbangan faktor-faktor tersebut dalam penentuan usulan penataan blok/zonasi pengelolaan TAHURA Mangkunagoro I dikembangkan sebagai berikut: D. Metode Sensitifitas Ekologi Teknik dalam metode penilaian sensitifitas ekologi, yaitu dengan teknik tumpang susun (overlapping) dengan menggunakan data spasial dari peta vegetasi, peta penyebaran satwa, peta kelas ketinggian tempat, dan peta kelas kelerengan. Dari keempat peta tersebut diklasifikasikan sesuai dengan penilaian sebagaimana tabel berikut. Tabel. 3. Penilaian Sensitifitas Ekologi No
Nilai Kelas Sensitifitas
Parameter Peta
1
Vegetasi
2
Satwa Liar
3
Ketinggian
0
1
Lahan kebun, Vegetasi rusak perambahan, akibat illegal tambang, dan logging lain-lain Rendah (jumlah jenis ≤ 5 jenis)
Kelerengan
3
Vegetasi sekunder
Vegetasi primer
Sedang (jumlah 6-10 jenis)
< 1.000 m dpl
1.000 –1.400 mdpl
Tinggi (jumlah jenis ≥ 11 jenis) > 1.400 m dpl
< 30 %
30 – 45 %
> 45 %
Tempat 4
2
Keempat peta yang telah tumpang susun (overlapping), menghasilkan tabulasi data dalam microsoft exel. Pengolahan data dapat diklasifikasikan pada tingkat sensitifitas berupa data penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4. Klasifikasi Penilaian sensitifitas No.
Jumlah Nilai Skor dari
Klasifikasi Sensitifitas
Parameter Penentu
Kawasan
1.
9 s/d. 12
Sangat sensitive
2.
6 s/d. 8
Sensitif
3.
≤5
Tidak sensitif
Penentuan terhadap sensitifitas kawasan dilakukan dengan sistem skoring parameter (vegetasi, satwa, ketinggian, dan kelerengan) berdasarkan tersaji pada table sebagai berikut. Tabel 5. Sistem skoring sensitifitas No. 1.
Unsur Lingkungan Vegetasi
Karakter
Skor
Vegetasi primer
3
Vegetasi Sekunder
2
Vegetasi rusak akibat Illegal logging
1
Lahan kebun, perambahan, tambang dan
0
lain-lain
2.
Satwa
Tinggi (∑ ≥ 11 jenis)
(endemik/dilindungi) Sedang (∑ 6 s/d. 10 jenis)
3.
4.
Ketinggian
Kelerengan
3 2
Rendah (∑ 1 s/d. 5 jenis)
1
Tidak ditemukan
0
> 1.400 m dpl
3
1.000 – 1.400 m dpl
2
< 1.000 m dpl
1
-
0
> 45 %
3
30 – 45 %
2
< 30 %
1
-
0
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria-kriteria parameter dalam penentuan sensitifitas ekologi tersebut diatas, yaitu: 1. Vegetasi Vegetasi merupakan penilaian karakteristik kawasan hutan, yaitu: a. Vegetasi primer adalah hutan primer/hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia atau belum adanya intervensi manusia, sering juga disebut hutan perawan atau virgin forest (skor 3). b. Vegetasi sekunder adalah hutan sekunder/hutan tanaman merupakan hutan yang
tumbuh
dan
berkembang
secara
alami
sesudah
terjadi
kerusakan/perubahan pada hutan yang pertama (skor 2). c. Vegetasi rusak adalah bentuk-bentuk formasi vegetasi dapat terbentuk seperti: lahan kosong / padang rumput buatan/areal areal bekas-tebangan baru / areal-areal bekas tebangan yang lebih tua (skor 1). d. Lahan kebun, bekas perambahan dan bekas tambang merupakan kategori tidak adanya vegetasi di kawasan hutan (skor 0). 2. Satwa Faktor penentu terhadap satwa berdasarkan karakteristik satwa yang paling dijaga keutuhannya dan kepunahan disuatu kawasan konservasi. Penilaian skor terhadap jumlah spesies kategori dilindungi/endemik. Dalam jumlah ditemukan spesies disebut: tinggi apabila jumlah ditemukan lebih dari atau sama dengan 11 jenis (skor 3), sedang apabila jumlah spesies ditemukan 6 sampai dengan 10 jenis (skor 2), rendah apabila jumlah ditemukan kurang dari atau sama dengan 5 jenis (skor 1), dan nol apabila jumlah ditemukan 0 jenis (skor 0). 3. Ketinggian Tempat Faktor penentu ketinggian berdasarkan tingkat ketinggian tempat diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: ketinggian tempat diatas 1.400 mdpl (skor 3), ketinggian tempat 1.000 mdpl sampai dengan 1.400 mdpl (skor 2), ketinggian tempat dibawah 1.000 mdpl (skor 1), dan ketinggian tempat nol atau dibawah nol (skor 0). commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Kelerengan Faktor
penentu
kelerengan
berdasarkan
tingkat
kelerengan
diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: kelerengan diatas 45% (skor 3), kelerengan diatas 30% sampai dengan 45% (skor 2), kelerengan dibawah 30% (skor 1), dan kelerengan diatas 0% (skor 0). PETA VEGETASI Nilai 0 : Lahan Kebun Nilai 1 : Lahan Pertanian Nilai 2 : Hutan Sekunder Nilai 3 : Hutan Primer
PETA SENSITIFITAS FAUNA Nilai 1 : Rendah Nilai 2 : Sedang Nilai 3 : Tinggi
PETA KETINGGIAN TEMPAT Nilai 1 : < 1000 m dpl Nilai 2 : 1000 - 1400 m dpl Nilai 3 : > 1400 mdpl
PETA KEMIRINGAN LAPANGAN Nilai 1 : < 30 % Nilai 2 : 30 - 45 % Nilai 3 : > 45 %
PENJUMLAHAN NILAI BERDASARKAN OVERLAPING PETA DENGAN SATUAN
GRID
PETA SENSITIFITAS EKOLOGI Sangat sensitiv: total nilai 9-12 Sensitiv: total nilai 6-8 Tidak sensitiv: total nilai 3-5
PETA SENSITIVITAS EKOLOGI KAWASAN TAHURA
TINGKAT SENSITIVITAS DALAM PENENTUAN BLOK/ZONASI Potensi: Blok Perlindungan, Blok Koleksi, dan Blok Pemanfaatan (Sangat sensitiv, Sensitif, dan Tidak sensitive)
commit to user Gambar.3. Metode Sensitifitas Ekologi
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) dari masing-masing metode tersebut di atas maka dapat dilakukan penetapan konsep kriteria blok pengelolaan dan pembagian blok dengan alur pikir sebagai berikut :
Penentuan Blok Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar
HASIL SURVEY FLORA FAUNA
PETA SENSITIFITAS EKOLOGI
TINGKAT SENSITIVITAS DALAM PENENTUAN BLOK/ZONASI TAHURA DALAM DESKRIPSI, KRITERIA, FUNGSI & HASIL PENELITIAN
Gambar.4. Penentuan Blok/Zonasi TAHURA Mangkunagoro I Berdasarkan Tingkat Sensitifitas E. Penentuan Blok Pengelolaan Dalam penentuan blok pengelolaan metode yang digunakan adalah perpaduan antara hasil survei dan metode sensitifitas ekologi yang telah dilakukan penyederhanaan dari kedua metode tersebut. Pada dasarnya dari kedua metode tersebut menggunakan kaidah-kaidah analisis parameter kualitatif dan parameter spasial dengan memanfaatkan teknologi yang telah tersedia dalam perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam penerapan metode landskap ekologi digunakan peta dasar dan peta kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar. Peta dasar yang digunakan ialah peta Indikasi Blok Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I yang tertuang dalam lampiran dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak, Luas dan Batas Secara geografis terletak 111º 8’ 13’’ – 111º 8’ 58’’ BT dan 7º 37’ 20’’ – 7º 38’ 33’’ LS. Berdasarkan pembagian wilayah administratif, kawasan TAHURA terletak di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Instansi pengelolaan dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP Tahura). Luas kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I ± 231,1 ha. Batas-batas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I adalah: Sebelah Utara
: berbatasan dengan tanah hak Dusun Munggur Desa Berjo, dan tanah hak Desa Girimulyo dan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak dan Ngerak BKPH Lawu Utara.
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak dan Ngerak BKPH Lawu Utara.
Sebelah Selatan dan Barat: berbatasan dengan Hutan Lindung Wilayah RPH Tambak BKPH Lawu Utara. 2. Geologi. Struktur geologi kawasan TAHURA Mangkunagoro I terdiri dari kwater muda dank water tua. Jenis tanah kawasan tersebut adalah asosiasi andosol dan litosol, komplek andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol (sumber peta geologi Jawa Tengah skala 1 : 10.000). kedua jenis tanah tersebut (andosol dan litosol) termasuk jenis tanah yang peka dan sangat peka terhadap erosi. Formasi-formasi geologi yang terdapat di TAHURA seluruhnya didominasi oleh Komplek Lawu. Secara geologis, letusan-letusan terjadi pada jaman Plestosin atas dan Holosin. Batu-batuan yang berasal dari Plestosin atas dan Lawu tua adalah pucat dan terdiri dari batu apung, beberapa konglomerat commit to user breksi, tufa dan kwarsa yang mengandung andersit, sedangkan batu-batuan 44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Holosin berupa Lawu muda tidak mengandung kwarsa. Secara morfologis, kompleks wilayah tersebut terdiri atas lapangan berjurang, teriris-iris dalam, sedangkan runtuhan Lawu tua mudah longsor kecuali lereng-lereng di bawah ketinggian 600 m dpl. masih merupakan lereng vulkan yang teriris kuat. Produk-produk dari Lawu hanya terbatas pada areal puncak dan hanya di sebelah utara kompleks yang menyusup ke dalam jurang, mengisi lembah membentuk landasan melandai serta membangun dataran di kaki vulkan. 3. Topografi. TAHURA Mangkunagoro I berada pada ketinggian tempat 1.200 mdpl sampai dengan 1.600 m dpl, memiliki kemiringan lereng lebih dari 40 %. Kawasan hutan bertopografi bergelombang dengan kelerengan mikro lebih dari 60% berkemiringan agak curam sampai terjal, sedangkan sisanya berkemiringan datar sampai landai. berbukit sampai terjal dengan kemiringan datar (0%) sampai curam (>40%). Kondisi kemiringan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 6. Komposisi Kelas Kelerengan Kawasan TAHURA Mangkunagoro I No
Kelas
Jumlah Satuan
Kemiringan
Lahan (unit)
Luas (ha)
Prosentase (%)
Keterangan
1
Datar
7
20.72
8.96
0 – 8%
2
Landai
11
72.74
31.45
8 – 15%
3
Agak Curam
9
49.53
21.41
15 – 25%
4
Curam
10
52.07
22.51
25 – 40%
5
Terjal
9
36.24
15.67
> 40%
46
231.3
100.00
Jumlah
Sumber: RP TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Tahun 2002 4. Iklim dan Hidrologi Berdasarkan klasifikasi iklim F.G Schmidt dan JHA. Ferguson, TAHURA KGPAA Mangkunagoro I mempunyai tipe iklim C. dilihat dari daerah aliran sungainya, lokasi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I terletak dalam kawasan Daerah Aliran Sungai commit (DAS) to Solo, userSub Daerah Aliran Sungai (DAS)
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mungkung. Secara umum aliran Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Mungkung berasal dari puncak Lawu dan bermuara ke sungai Bengawan Solo di Kecamatan Sragen. Curah hujan tahunan rata-rata yang diukur dibeberapa Kecamatan sekitar Taman Hutan Raya Mangkunagoro I terlihat sebagai berikut: Tabel 7. Curah Hujan Rata-rata di Beberapa Kecamatan Sekitar Mangkunagoro I Periode 2003 – 2008
No
Kecamatan
Jumlah Hujan
Jumlah Hujan
Jumlah Hari
Tahunan rata-
Harian rata-rata
Hujan Setahun
rata (mm)
(mm)
(hari)
1
Karangpandan
2.422
26,57
91,17
2
Tawangmangu
2.842
22,71
125,17
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009 5. Kondisi Tutupan Lahan Berdasarkan analisis citra satelit Quickbird liputan tanggal 28 September 2008 indikasi tutupan kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I adalah sebagai berikut: Tabel 8. Kondisi Tutupan Lahan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I No 1.
Kondisi Tutupan
Luas (ha)
Berdasarkan tipe hutan a. Hutan tanaman monokultur b. Hutan alam
2.
Keterangan
165.35 Dominasi pinus 65.95
Kerapatan tutupan lahan a. Kerapatan tinggi
55.53 Tajuk
b. Kerapatan sedang/jarang
51.10 bertemu
c. Semak belukar/tanah kosong
saling
124.85
Sumber: Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013 – 2022 (Desember, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
TAHURA KGPAA Mangkunagoro I secara garis besar tutupan lahannya dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu hutan tanaman dan hutan alam. d. Hutan tanaman berupa tanaman eksitu (dari luar kawasan) yang awalnya untuk tujuan produksi dan rehalibilitasi, yaitu: jenis pinus, damar, kina, dan akasia dekuren. Untuk tutupan hutan tanaman sebagian dalam kondisi rapat. e. Hutan alam berupa hutan berkomposisi jenis-jenis asli hutan pengunungan Lawu. Tutupan pada hutan alam kondisinya sebagian besar berupa hutan sekunder dengan tutupan lahan semak belukar. Berdasarkan analisis citra hasil peliputan pada tahun 2008 terdapat bagian kawasan dengan tutupan lahan sedang/jarang seluas 51.1 ha (23.39%) dan semak belukar dan kosong seluas 124.85 ha (53.98%). Kondisi tutupan ini menjadi salah satu kelemahan biofisik kawasan TAHURA Mangkunagoro I. 6. Potensi Hayati a. Flora Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan rangkaian ekosistem hutan Gunung Lawu, beberapa spesies tumbuhan ditemukan dalam kawasan TAHURA sama dengan spesies tumbuhan di hutan Jobolarangan Gunung Lawu. Spesies tumbuhan tersebut yaitu: Acer laurinum, Melastoma malabathricum, Ficus sinuata, Rubus chrysophyllus, Schima walichii, dan Lantana camara. Jenis tumbuhan pinus (Pinus merkusii) dan bintami (Cupressus sempervirens) ditemukan di hutan tanaman dan hutan alam, yang telah ditanam pada masa pengelolaan Perum Perhutani (1968-1999). Spesies kina (Cinchona pubescens) ditemukan di areal hutan alam yang telah ditanam sejak masa kolonial Belanda sebagai komoditas perkebunan. Ekosistem semak belukar dijumpai di sekitar perbatasan antara areal hutan alam dan hutan tanaman. Habitus tumbuhan di hutan alam didominasi oleh pohon, sehingga sebagian besar luas hutan tertutupi oleh tajuk atau kanopi pohon. Spesies pohon tidak semua ditemukan di setiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon). Komposisi vegetasi di lokasi pengamatan, lokasi ini dikategorikan sebagai ekosistem hutan terganggu. Hal ini ditandai dengan commit to user rendahnya keanekaragaman tumbuhan, munculnya spesies tumbuhan secara
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alami akan tumbuh di ekosistem semak belukar, ditemukannya beberapa spesies tumbuhan merupakan spesies asing invasif dan relatif mendominasi. Sejarah
introduksi
spesies
tumbuhan
di
lokasi
pengamatan
telah
menggambarkan spesies tumbuhan sampai dengan sekarang. Spesies asing invasif atau invasive alien species (IAS) terbukti menjadi gangguan di kawasan TAHURA, ditemukan beberapa spesies yang merupakan spesies asing invasif, yaitu: kina (Cinchona pubescens), kembang telek (Lantana camara), amisan (Paspalum conjugatum), alang-alang (Imperata cylindrica), ceplikan (Impatiens platypetala), nganen (Melastoma malabathricum), cale (Ficus fistulosa), serta ganyongan (Canna hybrida). Komposisi dan dominasi spesies vegetasi berdasarkan nilai penting (INP) hasil survei, sebanyak 42 (empat puluh dua) spesies tumbuhan. Famili teridentifikasi di lokasi pengamatan, sebanyak 7 (tujuh) spesies hanya berhasil teridentifikasi sampai genus dan 2 spesies berhasil teridentifikasi hingga famili. Famili Rubiaceae dan Moraceae memiliki jumlah spesies paling banyak, yaitu 6 (enam) spesies Rubiaceae dan 5 (lima) spesies Moraceae. Famili lainnya masing-masing teridentifikasi 1 spesies. Tabel 9. Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Famili Famili
Jumlah Spesies
Rubiaceae
6
Moraceae
5
Poaceae
5
Araliaceae
2
Asteraceae
2
Fagaceae
2
Liliaceae
2
Melastomataceae
2
Rosaceae
2
Theaceae
2
Urticaceae
2
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indeks Nilai Penting (INP) diketahui dari perhitungan kerapatan, frekuensi, dan dominasi spesies. Indeks nilai penting (INP) menunjukkan pentingnya peranan suatu spesies tertentu dalam ekosistem (Fachrul, 2008). Nilai INP tertinggi untuk setiap species ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 10. Indek Nilai Penting (INP) Vegetasi No
Habitus Pohon
Tingkat Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Nama Spesies
INP (%)
Pinus (Pinus merkusii)
68,09
Kina (Cinchona pubescens)
47,20
Sekulan (Maesa perlarius)
8,97
Kina (Cinchona pubescens)
74,61
Pinus (Pinus merkusii)
28,15
Pasang (Cuercus sundaica)
11,23
Pinus (Pinus merkusii)
90,39
Bintami (Cupressus sempervirens)
44,88
Pampung (Macropanax dispermum)
30,10
Pinus (Pinus merkusii)
177,44
Pampung (Macropanax dispermum)
29,35
Bintami (Cupressus sempervirens)
25,19
Pinus (Pinus merkusii) mendominasi pada tingkat pertumbuhan semai, tiang dan pohon. Lokasi penelitian berada dalam areal hutan alam, tidak semua wilayahnya merupakan ekosistem hutan alam. Sisa-sisa vegetasi hutan produksi dan perkebunan kina (Cinchona pubescens) masih banyak dijumpai di areal hutan alam. Vegetasi tersebut ditanam berpuluh-puluh tahun yang lalu sebagai hutan produksi ketika masih dikelola oleh Perum Perhutani maupun perkebunan kina yang dikelola oleh kolonial Belanda. Spesies yang ditanam sebagai tanaman hutan produksi antara lain pinus, dan bintami (Cupressus sempervirens). Pinus (Pinus merkusii) merupakan salah satu spesies famili Pinaceae. Orwa, et al. (2009) menyebutkan bahwa pinus tersebar di berbagai negara di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, pinus tumbuh alami di pulau Sumatera, pinus di Jawa merupakan hasil penanaman. Pinus biasa tumbuh pada ketinggian tempat 30 sampai 1.800 mdpl pada berbagai tipe commit to user tanah dan iklim dengan suhu tahunan rata-rata 19º hingga 28º C. Terkait
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
keberadaan pinus di TAHURA, kawasan ini dahulunya dikelola oleh Perum Perhutani sebagai hutan produksi dan hutan lindung dengan tanaman pinus. Pinus di areal hutan tanaman dulu dimanfaatkan dengan disadap resinnya, pinus di areal hutan alam berfungsi sebagai pencegah erosi, sehingga tidak disadap. Setelah produktivitas pinus dalam menghasilkan resin semakin menurun, penyadapan dihentikan, yaitu sebelum perubahan fungsi kawasan hutan dari hutan lindung menjadi TAHURA. Spesies yang mendominasi habitus pohon pada tingkat pertumbuhan pancang adalah spesies kina (Cinchona pubescens). Nilai INP suatu spesies tinggi menunjukkan bahwa spesies tersebut sangat mempengaruhi ekosistem tersebut (Fachrul 2008). Keberadaan kina di TAHURA diawali dengan penanaman kina sebagai komoditas perkebunan pada zaman pendudukan kolonial Belanda. Setelah areal perkebunan kina ini menjadi bagian dari kawasan TAHURA, maka pengambilan kulit kina pun mulai dihentikan. Hasil survei flora/vegetasi tingkat pertumbuhan; pohon, tiang, pancang dan semai dalam blok/zonasi yaitu: a). blok/zona koleksi (22 petak ukur) ditemukan 31 jenis spesies dengan jumlah 239 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah sebanyak 22 jenis spesies ditemukan, b) blok/zona perlindungan (22 petak ukur) 29 jenis spesies dengan jumlah 344 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah 32 jenis spesies ditemukan, c). blok/zona pemanfaatan (2 petak ukur) ditemukan 3 jenis spesies dengan jumlah 22 individu ditemukan, pada tingkat pertumbuhan bawah 6 jenis spesies ditemukan. Sebagian besar permukaan tanah ditumbuhi pohon pinus, padang rumput dan semak-semak atau hutan sekunder. Bagian yang berhutan agak lebat terdapat pada celah bukit dan lembah, keadaan vegetasi dengan tajuk saling bertemu dalam tingkat pohon dan tiang. Kawasan ini terdiri dari bekas hutan tanaman dan hutan alam. (lampiran:7). b. Satwa (Aves dan Mamalia) Satwa atau fauna keberadaannya merupakan indikator dari kualitas vegetasi atau habitat hutan. Satwa yang menjadi indikator umumnya adalah mamalia, burung, primata, dan herpetofauna (Bismark, 2011). Dalam penelitian ini peneliti lebih kepada commitmamalia to user dan burung. Mamalia merupakan
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
salah satu kelas dari vertebrata yang memiliki sifat Homoitherm (berdarah panas), ciri khas mamalia adalah melahirkan, menyusui dan berbulu. Data yang dikumpulkan dalam survei mamalia berdasarkan jejak dan suara, jumlah individu, kelompok usia, aktifitas satwa, pemanfaatan ruang, waktu teramatinya satwa serta kondisi habitat tempat ditemukannya satwa (Bismark, 2011). Salah satu yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis burung. Burung dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan waktu aktivitas yaitu diurnal dan nokturnal. Ciri-ciri burung adalah tubuhnya ditutupi bulu, memiliki paruh. Jenis satwa aves dijumpai langsung di kawasan TAHURA yaitu; a). zona koleksi (11 petak ukur) ditemukan 16 jenis spesies dengan jumlah 48 individu ditemukan, Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris) status endemik dilindungi sebanyak 10 individu jenis ditemukan, dan status dilindungi Elang Bido (Spilornis cheela) 1 individu ditemukan. b) zona perlindungan (11 petak ukur) ditemukan 26 jenis spesies dengan jumlah 46 individu ditemukan, status dilindungi yaitu: Elang Bido (Spilornis cheela) 1 individu ditemukan, status endemik dilindungi yaitu: Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris) 1 individu, Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia) 1 individu ditemukan, dan Burung
Madu Gunung
(Aethopyga eximia) 1 individu ditemukan. (lampiran.7) Jenis satwa mamalia dijumpai langsung atau dijumpai tapak bekas kaki dan kotoran di kawasan TAHURA ditemukan 10 jenis spesies dengan jumlah
140
individu
ditemukan.
Satwa
ditemukan
dengan
status
dilindungi/appendix, yaitu: Kijang (Muntiacus muntjak) 4 individu, Musang Luwak (Paradoxurus hermaphrodites) 9 individu, Tupai Kekes (Tupaia javanica) 2 individu, landak (Hystrix brachyuran) 1 individu, rusa timor (Cervustimorensis) 7 individu, macan kumbang (Panthera tigris) 6 individu ditemukan. (lampiran:8). 7. Potensi Bukan Hayati Topografi bergelombang, berbukit, dan dengan ketinggian tempat diatas 1.200 mdpl,
serta memiliki bentang lahan di kawasan TAHURA menjadi commit to user potensial untuk wisata alam dengan udara yang sejuk. Peninggalan sejarah yang
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkaitan dengan candi sukuh, yaitu: situs watu bulus, watu lumping, cemoro pogog, sendang raja, dan goa angin merupakan gejala unik di kawasan TAHURA. Tempat wisata yang terhubung dengan kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I, yaitu: a. Situs Cemoro Bulus Situs Cemoro Bulus adalah sebuah Arca Kura-kura, yang mirip dan masih ada kaitannya dengan peninggalan purbakala seperti di Candi Sukuh, situs Cemoro Bulus ini merupakan portal gaib menuju puncak Lawu. Dalam Mitologi Hindu, Arca kura – kura melambangkan Bhur Loka atau alam bawah yaitu dasar gunung Mahameru. b. Air Terjun Parang Ijo Kawasan air terjun Parang Ijo masuk wilayah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dan Perhutani. Sebelumnya air terjun tersebut dikelola secara mandiri oleh koperasi warga masyarakat, namun karena ada kecenderungan dikuasai pengelolaannya secara pribadi, saat ini di kelola oleh TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. Tempat wisata yang ada di TAHURA KGPAA Mangkunagoro I, yaitu: Sendang Raja, Goa Angin dan Goa Jepang. Tempat tersebut masih terjaga dengan baik, dan masih memungkinkan untuk dikembangkan. c. Candi Sukuh Candi Sukuh merupakan sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995. d. Goa Jepang commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Aksesbilitas Secara
spasial
atau
keruangan
wilayah
TAHURA
KGPAA
Mangkunagoro I sebagian berbatasan dengan tanah hak dengan batas alam sungai dan tanah garapan/bondo desa. Batas ini tidak dapat digunakan sebagai jalan masuk karena kondisi topografi yang terjal/curam. Akses keluar masuk kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dapat ditempuh melalui kawasan hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan panjang akses jalan 400 m menuju jalan utama. 9. Pengelolaan Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I oleh Pemerintah Jawa Tengah merupakan salah satu implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, tentang urusan pengelolaan Taman Hutan Raya skala Provinsi menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I mempunyai fungsi utama
untuk
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. TAHURA KGPAA Mangkunagoro I secara struktur organisasi dikelola oleh Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP Tahura) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan rutin yang dilaksanakan pengelola dalam patroli keamanan kawasan hutan menggunakan motor dan kuda, pemeliharaan koleksi satwa, persemaian dan rehabilitasi hasil hutan. Secara historis, sosiologis dan ekonomis, masyarakat di sekitar TAHURA KGPAA Mangkunagoro I memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap kawasan hutan, khususnya penyediaan pakan ternak dan sumber hasil hutan bukan kayu. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I diarahkan sebagai kawasan konservasi yang mampu mewujudkan kondisi hutan dengan commit to user kekayaan jenis tumbuhan dan satwa, bermanfaat bagi kepentingan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
dan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I merupakan implementasi dari Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I bertujuan untuk : a. Menjamin kelestarian TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. b. Membina dan mengembangkan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. c. Mengoptimalkan pemanfaatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, penunjang budidaya dan budaya, pariwisata alam dan rekreasi bagi kesejahteraan masyarakat. d. Meningkatkan tata air dan memberikan perlindungan terhadap TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 10. Sejarah Kawasan Berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah periode 2013– 2022, menjelaskan tentang sejarah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sebagai berikut: (i)
Pembentukan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I diawali dengan penunjukan kawasan dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 849/Kpts-II/1999 tanggal 11 Oktober 1999 tentang perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 231.3 ha terletak di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tambak, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta, wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Dati II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah, menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dengan fungsi sebagai Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama TAHURA ”Ngargoyoso/Mangkunagoro I”.
(ii)
Pembentukan Tim Pembangunan dan Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) Provinsi Jawa Tengah dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 522.05/74/1999 tanggal 21 Desember 1999. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(iii)
Menteri Kehutanan meningkatkan status kawasan dari penunjukan menjadi penetapan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 233/Kpts-II/2003 tentang Penetapan Kawasan Hutan seluas 231,1 ha sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan Fungsi Taman Hutan Raya Ngargoyoso/Mangkunagoro I.
(iv)
TAHURA KGPAA Mangkunagoro I dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai sekarang. Pembetukan Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2008 dengan nama Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Raya (BPTP TAHURA) memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana teknis pengelolaan Kebun Raya Baturraden dan Taman Hutan Raya Mangkunagoro I. 11. Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat Keberadaan TAHURA Mangkunegoro I sangat berkaitan erat dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Interaksi masyarakat di sekitar kawasan dengan kawasan Tahura telah berlangsung lama jauh sebelum Tahura terbentuk. Dalam rangka meningkatkan peran Tahura bagi masyarakat di sekitar kawasan telah diupayakan fasilitas dalam bentuk pelatihan dan bantuan peralatan usaha. Masyarakat di sekitar kawasan TAHURA memiliki ketergantungan pada hutan, khususnya yang berbatasan langsung. Terdapat 2 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TAHURA, yaitu: Desa Berjo dan Desa Girimulyo. Masyarakat di kedua desa tersebut memanfaaatkan hutan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak dan kayu bakar. Berdasarkan pendataan yang dilakukan terhadap masyarakat yang memanfaatkan rumput dari kawasan TAHURA sebanyak 251 KK (pengaram). Kebutuhan areal pengaram ini berkorelasi langsung dengan jumlah ternak yang ada di kedua desa tersebut. Data sosial ekonomi Desa Berjo dan Desa Girimulyo dapat dilihat sebagaimana lampiran 4.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kriteria Sensitifitas 1.
Penilaian Sensitifitas Ekologi Teknik dalam metode penilaian sensitifitas ekologi yaitu teknik dengan menggunakan data spasial dari peta vegetasi dan peta penyebaran fauna/satwa, ketinggian tempat tempat dan kelerengan. Penilaian sensitifitas ekologi bertujuan untuk mengetahui tingkat sensitifitas pada penataan kawasan dalam penentuan zonasi. Parameter dalam penentuan sensitifitas ekologi berdasarkan nilai skoring dari parameter vegetasi, fauna/satwa, ketinggian tempat dan kelerengan selanjutnya diidentifikasi menjadi gambaran tingkat sensitifitas dalam perencanaan penetapan zonasi. Berdasarkan hasil penilaian/skoring masing-masing parameter, yaitu: a.
Vegetasi Hasil identifikasi terhadap vegetasi TAHURA diperoleh penilaian parameter vegetasi dalam skor, adalah: vegetasi primer (skor 3) adalah kawasan hutan alam dengan tutupan lahan dengan kerapatan tinggi (107,25 Ha), vegetasi sekunder (skor 2) adalah kawasan hutan tanaman monokultur dengan tutupan lahan sedang/jarang (136,51 Ha), dan vegetasi rusak (skor 1) adalah kawasan hutan tanaman monokultur dengan tutupan lahan kosong (17,93 Ha). Kriteria penentuan skor vegetasi berdasarkan 2 unsur, yaitu: mengidentifikasi tipe hutan dan kerapatan tutupan lahan. Tipe hutan di TAHURA terdiri 2 tipe hutan, yaitu: hutan alam dan hutan tanaman monokultur. Kerapatan tutupan lahan ada 3 komposisi, yaitu: kerapatan tinggi, kerapatan sedang, dan tanah kosong. (gambar. 5).
b.
Satwa/fauna Penilaian
terhadap
jumlah
satwa
yang
ditemukan
kategori
dilindungi/endemik dalam kawasan TAHURA, terdapat 11 spesies satwa dilindungi/endemik ditemukan, yaitu: Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris), Elang Bido (Spilornis cheela), Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), Burung
Madu Gunung
user (Aethopyga eximia), Musangcommit luwak to (Paradoxurus hermaphrodites), Tupai
57
Gambar 5. Peta Vegetasi TAHURA KGPAA Mangkunagoro I
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kekes (Tupaia javanica), Kijang (Muntiacus muntjak), landak (Hystrix brachyuran), rusa timor (Cervustimorensis), macan kumbang (Panthera tigris). Jumlah 11 spesies satwa
dilindungi/endemik ditemukan adalah
kategori tinggi (skor 3). (gambar. 6). c.
Ketinggian tempat tempat Hasil penilaian parameter ketinggian tempat terhadap faktor penentu di kawasan TAHURA dapat diklasifikasikan dalam satuan luas lahan (Ha), yaitu: ketinggian tempat 1.000 – 1.400 mdpl satuan luas 90,00 Ha (skor 2), Ketinggian tempat >1.400 mdpl satuan luas 171,86 Ha (skor 3). (gambar. 7).
d.
Kelerengan Hasil penilaian parameter kelas kelerengan terhadap faktor penentu di kawasan TAHURA dapat diklasifikasikan dalam satuan luas lahan (Ha), yaitu: kelerengan <30% satuan luas 94,34 Ha (skor 1), kelerengan <30% 45% satuan luas 75,03 Ha (skor 2), kelerengan < 45% satuan luas 92,48 Ha (skor 3) Penilaian sensitifitas hasil dari overlay peta 4 parameter (vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan) dalam satuan luas, yaitu: tidak sensitif (8,56 Ha), sensitif (122,65 Ha), dan sangat sensitif (130,48 Ha). (gambar. 8).
2.
Penentuan blok/zonasi berdasarkan tingkat sensitifitas. Penataan kawasan dalam penentuan blok/zonasi kawasan TAHURA berdasarkan hasil penilaian sensitifitas dari 4 parameter (vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan), yaitu: blok/zona perlindungan mempunyai nilai sangat sensitif, blok/zona koleksi mempunyai nilai sangat Sensitif dan sensitif, blok/zona pemanfaatan mempunyai nilai Sensitif dan tidak Sensitif. (gambar. 9).
commit to user
59
Gambar 6. Peta Satwa liar TAHURA KGPAA Mangkunagoro I
60
Gambar 7. Peta Ketinggian tempat TAHURA KGPAA Mangkunagoro I
61
Gambar 8. Peta Kelerengan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I
62
Gambar 9. Peta Sensitifitas TAHURA KGPAA Mangkunagoro I
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Hasil Penilaian kelerengan Dalam Penentuan Blok/zonasi Nilai
42,98
Persentase luas /zona (%) 40
30-45%
28,98
27
2
>45%
35,75
33
3
<30%
51,37
38
1
30-45%
47,18
35
2
>45%
37,96
28
3
30-45%
8,09
46
2
>45%
9,38
54
3
No.
Blok/zona
Kelerengan
1.
Perlindungan
<30%
2.
3.
Koleksi
Pemanfaatan
Jumlah
Luas (Ha)
Skor 1
261,69
Hasil penilaian penentuan parameter (vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan) terhadap masing-masing blok/zona, diidentifikasi terhadap peta. Hasil identifikasi peta masing-masing blok /zona, adalah: 1) Blok/zona Perlindungan (107,25 Ha) Hasil penilaian skoring masing-masing parameter di blok/zona perlindungan dengan skor total tertinggi 12 (vegetasi skor 3, satwa/fauna skor 3, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 10 (vegetasi skor 3, satwa/fauna skor 3, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 1). Tingkat sensitifitas ekologi pada blok/zona perlindungan adalah sangat Sensitif. Terdapat areal ditengah blok/zona perlindungan (0,46 ha) dengan kategori tidak Sensitif direncanakan oleh pengelola sebagai blok/zona tradisional. 2) Blok/zona Koleksi (136,51 Ha) Hasil penilaian skoring masing-masing parameter di blok/zona koleksi dengan skor total tertinggi 9 (vegetasi skor 2, satwa/fauna skor 1, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 6 (vegetasi skor 2, satwa/fauna skor 1, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 1). Tingkat sensitifitas ekologi pada blok/zona koleksi adalah sangat Sensitif dan commit to user Sensitif.
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
3) Blok/zona Pemanfaatan (17,47 Ha) Hasil penilaian skoring masing-masing parameter di blok/zona pemanfaatan dengan skor total tertinggi 6 (vegetasi skor 1, satwa/fauna skor 0, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 5 (vegetasi skor 1, satwa/fauna skor 0, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 2). Tingkat sensitifitas ekologi pada blok/zona koleksi adalah Sensitif dan tidak Sensitif. 3.
Pengelolaan Kawasan TAHURA Mangkunagoro I Pengelolaan TAHURA disusun dan dilaksanakan dalam tahapan perencanaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengembangan, rehabilitasi dan perlindungan. Perencanaan Tahura dalam pasal 7 ayat (1), Perda No.3/2011 meliputi: (a). Penataan Kawasan Hutan, (b). Penyusunan rencana pengelolaan. Penataan kawasan berupa kegiatan kawasan Tahura ke dalam blok/zonasi. Perlindungan kawasan TAHURA Mangkunagoro I dalam usaha mencegah dan membatasi kerusakan kawasan TAHURA Mangkunagoro I oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara dan daerah atas hutan, kawasan Taman Hutan Raya, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Pencapaian efisiensi serta efektivitas dalam pengelolaan TAHURA sesuai tujuan penetapan atau penunjukan kawasan perlu dilaksanakan pembagian wilayah (zoning/ blocking) ke dalam blok atau areal yang sesuai dengan kondisi, potensi, serta pertimbangan-pertimbangan ekologis dan ekonomis yang memungkinkan dalam rangka pengembangan areal dan optimalisasi fungsi kawasan. Pembagian blok kawasan TAHURA Mangkunagoro I didasarkan kepada: a. Tujuan pengelolaan kawasan, yaitu keseimbangan antara perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari dan optimal; b. Keadaan fisik kawasan meliputi: bentang alam atau konfigurasi lapangan, commit to user hidrologis, tanah, geologis, dan sebagainya;
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Keadaan biologis atau komunitas biota, yaitu vegetasi, fauna beserta ekosistemnya; d. Potensi kawasan; e. Daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata terbatas; Berdasarkan pertimbang-pertimbangan tersebut, maka penataan blok pengelolaan kawasan TAHURA Mangkunagoro I dibagi ke dalam blok-blok sebagai berikut: 1) Blok Perlindungan a) Deskripsi Blok Perlindungan Blok perlindungan adalah kawasan yang karena letak, kondisi dan potensinya ditetapkan sebagai tempat perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem yang khas, unik, langka, asli, dan tidak atau belum terganggu oleh kegiatan manusia yang mutlak dilindungi, dan berfungsi untuk
perlindungan
ekosistemnya,
dapat
keterwakilan digunakan
keanekaragaman untuk
hayati
kepentingan
dan
penelitian,
pendidikan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu blok perlindungan merupakan kawasan sangat sensitif dan memerlukan upaya perlindungan dan konservasi. b) Kriteria Blok Perlindungan a)
Bagian kawasan TAHURA yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan
beserta
keperwakilan kealamian
ekosistemnya
(representation),
(naturalness),
yang keaslian
keunikan
dapat
mencerminkan
(originalitiny)
(uniqueness),
atau
kelangkaan
(raritiness), ancaman kepunahan (exhaution), keutuhan satuan ekosistem (ecosystem ingrity), dan keutuhan kawasan (intacness) yang memerlukan upaya konservasi; b)
Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan beserta ekosistemnya, dengan
unit-unit
penyusunnya
yang
mewakili
formasi
biota/ekosistem sebagai habitat tumbuhan tertentu yang dilindungi untuk mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis flora dan ekosistemnya, serta kondisi fisiknya masih asli dan belum terganggu commit to user oleh aktivitas manusia;
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c)
Mempunyai luasan dan bentuk areal yang cukup untuk menjamin keberlangsungan hidup jenis-jenis tumbuhan tertentu dan mampu untuk menunjang pengelolaan secara efektif dan keberlangsungan proses ekologis secara alami;
d)
Merupakan habitat atau tempat beraktivitas satwa untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakannya secara alami.
e)
Mempunyai peran penting bagi perlindungan bentang alam, sumber air, stabilitas iklim mikro, dan fungsi ekologis lainnya
c) Fungsi Blok Perlindungan Blok perlindungan untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora khas beserta habitatnya yang sangat peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan, untuk kepentingan
penelitian
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
pendidikan, penunjang budidaya. d) Kegiatan Pengelolaan Blok Perlindungan a) Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistem; b) Perlindungan dan pengamanan; c) Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan atau penunjang budidaya. e) Blok Perlindungan TAHURA Mangkunagoro I Luas blok perlindungan 107,25 Ha atau 41,0% dari luas kawasan, tipe vegetasi primer merupakan hutan alam keseluruhan. Penyebaran satwa dilindungi/endemic tergolong kategori tinggi dengan jumlah 11 jenis. Topografi di blok/zona perlindungan, memiliki ketinggian tempat >1.400 m dpl, memiliki tingkat kelerengan yang bervariasi, yaitu: landai sampai agak curam dengan kelas kelerengan <30% (42,98 Ha), curam dengan kelas kelerengan 30% - 45% (28,98 Ha), dan terjal dengan kelas kelerengan >45% (35,75 Ha). Alternatif dalam penentuan blok perlindungan berdasarkan tingkat sensitifitas memiliki tingkat sangat Sensitif di kawasan TAHURA. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Luas blok perlindungan dengan kategori sangat Sensitif 130,48 Ha atau 50%
dari luas kawasan. Tipe vegetasi dalam blok/zona
perlindungan merupakan vegetasi primer atau hutan alam (107,25 Ha) dan tipe vegetasi sekunder merupakan hutan tanaman monokultur (23,23 Ha). Penyebaran satwa dilindungi/endemik masuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 11 jenis (107,25 Ha) dan rendah ≤5 jenis (23,23 Ha), memiliki tingkat ketinggian tempat antara 1.000 – 1.400 m dpl (128,36 Ha). Topografi ketinggian tempat >1.400 m dpl (2,12 Ha), tingkat kelerengan bervariasi mulai dari: landai sampai agak curam dengan kelas kelerengan <30% (42,51 Ha), curam dengan kelas kelerengan 30% 45% (28,98 Ha) dan terjal dengan kelas kelerengan >45% (58,98 Ha). Berdasarkan penilaian tingkat sensitifitas dengan kategori sangat sensitif, luas blok perlindungan lebih besar dari penentuan blok/zonasi sebelumnya. Alasan penyebab memiliki kategori tingkat sangat sensitif lebih luas, karena dalam blok koleksi terdapat kelerengan terjal >45% dan tingkat ketinggian tempat >1.400 mdpl, lokasi ini berada bagian timur kawasan TAHURA, berbatasan dengan kawasan Perum Perhutani atau sebelah selatan blok/zona perlindungan sebelumnya. Tingkat vegetasi termasuk kategori vegetasi sekunder/hutan monokultur dan jenis satwa dilindungi/endemik dalam kategori rendah ≤5 jenis. Jenis burung termasuk endemik antara lain Brinji Gunung (Ixos virescens), Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia), Kepodang Sungu Jawa (Coracina javensis), Pelanduk Semak (Malacocinclaseparium), Takur Toh-tor (Megalaima armillaris), Tepus pipi perak (Stachyris melanothorax), Tesia jawa (Tesia supercillaris), Walik kepala ungu (Ptilinopus porphyreus). Jenis tumbuhan yang dapat dijumpai, yaitu: Akasia (Accacia Ducuren), Bintamin (Cupressus sempervirens), Cale (Ficus fistulosa), Cemara Gunung (Casuarina junghuniana), Cuwut (Cyrtandra sp.), Dempul (Wrightia javanica), Kina (Chincoma sp), Kopen (Lasianthus stercorarius), Pinus (Pinus Sp), Puspa (Schima wallichii), Pampung (Unanthe javanica, Pasang (Onercus sp), Sarangan (Captanopsis argentea),commit Tanganan (Schefflera polybotry), Cebongan to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Helicia
robusta),
Apit
(Villebrunea
rubescens),
Kayu
manis
(Cinnamomum zeylanicum), Sembung (Blumea balsamifera), Merbau (Intsia
amboinensis),Kebak
(Ficus
alba),
Jemitri
(Elaocarpus
oxypyrena), Genitren (Nauclea obtuse BI), Eukaliptus (Eucayptus regnans), Awar-awar (Ficus fistulosa), Suren (Toona sureni), Aren (Arenga pinnata), Cebukan (Galearia filiformis), Renik (Eyrya acuminate DC), Rasamala (Altingia exelsa norona). Tanaman bawah di blok perlindungan, yaitu: Banyon, Biji, Riwono, Kertak, Kingkong, Liana, Nyangkoh, Terong hutan, Meniran, Alang-alang, Amisan, Andong, Bantengan, Blembem, Brenggolo, Ceplikan, Ganen, Gerehgerehan, Inggo, Kerek batok, Kriyo, Krisan, Pakis, Pegagan, Pringpringan, Puyangan, Rigucen, Riralat, Rumput, Sembukan, Sentrong, Wedusan. Satwa liar di blok perlindungan terdiri dari aves dan mamalia yang ditemukan.
Satwa
aves,
yaitu:
Cekakak
Jawa
(Halcyon
cyanopentris), Elang Bido (Spilornis cheela), Tepekong Jambul (Hemiprocne longepennis), Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Sinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps), Kepudang Sungu Jawa (Coracina javensis), Pelanduk Semak (Malacocincla seviarium), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus), Cicak Koreng Jawa (Megalurus palustris), Bentet Kelabu (Lanius schach), Walet Linchi (Collocalia linchi), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Sikatan Ninon (Eumyias indigo), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Sikatan Belang (Ficedula westermanni), Caladi Ulam (Dendrocopos macei), Cingcoang Coklat (Brachypteryx leucophrys), Jingjing Batu (Hemipus hirundinaceus), Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax), Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia), Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla), Decu Belang (Saxicola caprata), Kangkok Ranting (Cuculus saturates), Wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis). Satwa mamalia yang ditemukan di blok perlindungan, yaitu: Babi Hutan (Sus scrofa), Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), Tupai Kekes (Tupaia javanica). commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Blok Koleksi a) Deskripsi Blok Koleksi Blok Koleksi adalah bagian kawasan TAHURA yang dijadikan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. b) Kriteria Blok Koleksi (1) Terdapat koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli; (2) Terdapat
pemanfaatan
utnuk
kepentingan
penelitian,
ilmu
pengetahuan, pendidikan; (3) Terdapat penunjang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. (4) perubahan fisik, sifat fisik dan biologi yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem, dan pemulihannya memerlukan adanya campur tangan manusia; (5) Terdapat species invasif dan/atau eksotik yang dapat mengganggu keberadaan jenis/spesies asli dalam kawasan; (6) Pemulihan kerusakan kawasan dan ekosistem memerlukan waktu sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun. c) Fungsi Blok Koleksi Blok Koleksi untuk Kepentingan koleksi termasuk dalam mengintroduksi jenis tumbuhan untuk dikembangkan di dalam kawasan. Koleksi kekayaan keanekaragaman hayati dilakukan melalui penanaman berbagai jenis flora dan pelepasan fauna yang menjadi ciri khas dan kebanggaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang bersangkutan. d) Kegiatan Pengelolaan Blok Koleksi (1) Pemuliaan tumbuhan; (2) Penangkaran satwa; (3) budidaya flora dan fauna, serta bagian dari tumbuhan dan satwa liar. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(4) Kegiatan menunjang budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah
dilaksanakan
melalui
inventarisasi
dan
monitoring
sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; (5) Perlindungan dan pengamanan; (6) Penelitian dan pengembangan; (7) Pembenihan dan persemaian; (8) Penanaman dan pemeliharaan tanaman; (9) Penangkaran dan pelepas-liaran satwa; (10)
Pembinaan habitat dan populasi
e) Blok Koleksi TAHURA Mangkunagoro I Luas blok koleksi 136,51 Ha atau 52% dari luas kawasan, tipe vegetasi sekunder merupakan hutan tanaman monokultur dalam seluruh luas blok koleksi, satwa dilindungi/endemik dengan nilai penyebaran satwa liar masuk kategori rendah dengan jumlah 4 jenis, memiliki tingkat ketinggian tempat antara 1.000 – 1.400 m dpl (70,41 Ha) dan memiliki ketinggian tempat >1.400 m dpl (66,10 Ha), memiliki kelerengan topografi yang bervariasi, yaitu: landai sampai agak curam dengan kelas kelerengan <30% (51,37 Ha),
curam dengan kelas
kelerengan 30% - 45% (47,18 Ha), dan terjal dengan kelas kelerengan >45% (37,96 Ha). Alternatif dalam penentuan blok koleksi berdasarkan tingkat sensitifitas memiliki tingkat Sensitif di kawasan TAHURA. Luas blok koleksi dengan kategori Sensitif, yaitu 122,66 Ha atau 47% dari luas kawasan, tipe vegetasi sekunder merupakan hutan tanaman monokultur (113,28 Ha) dan tipe vegetasi dengan lahan kosong atau kerapatan tajuk jarang (9,38 Ha), satwa dilindungi/endemik dengan nilai penyebaran satwa liar masuk kategori rendah jumlah rendah ≤5 jenis, memiliki tingkat ketinggian tempat antara 1.000 – 1.400 m dpl (79,79 Ha) dan memiliki ketinggian tempat >1.400 m dpl (42,87 Ha), memiliki kelerengan topografi yang bervariasi, yaitu: landai sampai agak curam dengan kelas kelerengan <30% (51,37 Ha),
curam dengan kelas
kelerengan 30% - 45% (37,96 Ha), dan terjal dengan kelas kelerengan >45% (33,32 Ha). Berdasarkan tingkat sensitifitas, luas blok commit topenilaian user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koleksi berkurang 5% (13,85 Ha) dari penentuan blok/zonasi sebelumnya, di sebagian blok koleksi dapat dimanfaatkan sebagai blok perlindungan dengan sensitifitas sangat Sensitif. Kawasan TAHURA bagian utara barat yang berbatasan desa Berjo dan Girimulyo terdapat tingkat penilaian Sensitif. Tingkat penilaian Sensitif lebih dipengaruhi oleh tingkat kelerengan terjal >45%, sedangkan tingkat ketinggian tempat masih diantara 1.000 mdpl sampai dengan 1.400 mdpl, tingkat vegetasi termasuk sebagian vegetasi sekunder/hutan tanaman monokultur (113,28 Ha) dan lahan kosong (9,38 Ha), jenis satwa dilindungi/endemik dalam kategori rendah ≤5 jenis. Jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di blok koleksi, yaitu: Akasia (Accacia ducuren), Apit (Villebrunea rubescens), Bintamin (Cupressus sempervirens), Cale (Ficus fistulosa), Cemara Gunung (Casuarina junghuniana), Cuwut (Cyrtandra sp.), Dempul (Wrightia javanica), Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum), Kina (Chincoma sp), Pampung (Unanthe javanica), Pasang (Onercus sp), Pinus (Pinus sp), Puspa (Schima wallichii), Sarangan (Captanopsis argentea), Sembung (Blumea balsamifera), Tanganan (Schefflera polybotry), Araukaria (Araucaria heteropylla), Bendo (Artocarpus altillis), Cebongan (Helicia robusta), Kaliandra (Calliandra calothyrsus), Meranti (Sorea sp), Suren (Toona sureni), Tengkawang (Shorea stenoptera), Bisbul (Diospyros blancoi), Imer (Breynia mcrophyll), Jambu biji (Psidium pumilum), Kepuh (Sterculia foetida), Krangean (Litsea cubeba), Rasamala (Altingia exelsa norona), Renik (Eyrya acuminate). Tanaman bawah di blok koleksi, yaitu: Alang-alang, Amisan, Andong, Bantengan, Blembem, Brenggolo, Ceplikan, Ganen, Gereh-gerehan, Inggo, Kerek batok, Kriyo, Krisan, Pakis, Pegagan, Pring-pringan, Puyangan, Rigucen, Riralat, Rumput, Sembukan, Sentrong, Wedusan. Satwa liar di blok koleksi terdiri dari aves dan mamalia yang ditemukan. Satwa aves, yaitu: Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris), Elang Bido (Spilornis cheela), Tepekong
Jambul
(Hemiprocne
longepennis),
Cucak
Kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Sinenen commit to userKelabu (Orthotomus ruficeps),
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kepudang
Sungu
Jawa
(Coracina
javensis),
Pelanduk
Semak
(Malacocincla seviarium), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus), Takur Ungkut Ungkut (Megalaima armillaris), Kekep Babi (Artamus leucorynchus), Cicak Koreng Jawa (Megalurus palustris), Bentet Kelabu (Lanius schach), Walet Linchi (Collocalia linchi), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Sikatan Ninon (Eumyias indigo), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Ceret Gunung (Cettia vulcania), Cekakak Sungai (Halcyon chloris),
Sikatan
Belang
(Ficedula
westermanni),
Cabak
Kota
(Caprimulgus affinis), Wiwik kelabu (Ficedula westermanni). Satwa mamalia yang ditemukan di blok perlindungan, yaitu: Bajing Kelapa (Callosciurus notatus), Kijang (Muntiacus muntjak). Dalam pengembangan koleksi tumbuhan dilaksanakan baik melalui pendekatan pola individu maupun pola tematik. Pola tematik antara lain koleksi tumbuhan bernilai spiritual/budaya, tumbuhan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Koleksi tumbuhan yang bernilai spiritual antara lain, Liwung, adem ati, lotrok, Gaharu (Aquilaria malaccensis), cendana (Santalum album). Untuk mendukung upaya pengawetan sumber daya hayati di kawasan ini juga telah dikembangkan koleksi tanaman hutan antara lain koleksi tumbuhan asli Gunung Lawu sebanyak 22 jenis, antara lain: manisrejo, kebak, orok-orok, tanganan, wasen, cemara gunung, dadap lampir, lotrok, nyampuh, pakis, parijoto, preh, tanganan, wsen, lempeni, aruh, edelwis, anggrek, palem jawar, palem piji dan liwing. Untuk koleksi tumbuhan yang bukan asli antara lain dewandaru, cendana, buah bisbul, eboni, bulu, asem jawa, duku, eukaplitus, flamboyant, Gaharu, gayam, kayu putih, jabon, kedawung, kanthil gunung, kenangan, kapel, mahkota dewa, malaba, nam-nam, salam, sampur, sonokeling, sawo manila, tali kuning, wuni, palem putri, palem sadang, puspa, merbau, araucaria, suren, meranti, tengkawang, aren, dan bamboo. Terdapat jenis spesies baru yaitu rusa timor, rusa tutul, rusa jawa dan aves. Baik koleksi jenis tumbuhan maupuncommit satwa sampai to user sekarang kurang terdokumentasi
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan baik, karena adanya keterbatasan SDM dan prasarana (sistem pendataan, teknik pengembangan koleksi). 3) Blok Pemanfaatan a) Deskripsi Blok Pemanfaatan Blok pemanfaatan adalah bagian kawasan TAHURA, yang karena letak, kondisi dan potensinya ditetapkan terutama dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata alam, jasa lingkungan alam, termasuk untuk pemenuhan sarana dan prasarana pemanfaatan dan pengelolaan. b) Kriteria Blok Pemanfaatan (1) Mempunyai
potensi
keanekaragaman
flora,
fauna
berserta
ekosistemnya tertentu serta formasi geologinya yang indah, unik dan menarik; (2) Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam terbatas; (3) Memiliki kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan menunjang budidaya; (4) Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan, pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam dan rekreasi, pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan menunjang budidaya. c) Fungsi Blok Pemanfaatan Blok pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. d) Kegiatan Pengelolaan (1) Peningkatan Promosi dan kerjasama pemanfaatan; (2) Peningkatan pelayanan pemanfaatan; (3) Pengendalian pemanfaatan; (4) Pengembangan dan pelayanan data dan informasi. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Blok Pemanfaatan TAHURA Mangkunagoro I Luas blok pemanfaatan 17,47 Ha atau 7% dari luas kawasan, tipe vegetasi sekunder merupakan hutan tanaman monokultur dengan sebagian besar merupakan lahan kosong, tidak ditemukan satwa dilindungi/endemik, memiliki tingkat ketinggian tempat antara 1.000 – 1.400 m dpl, memiliki kelerengan topografi yang bervariasi, yaitu: agak curam dengan kelas kelerengan 30% - 45% (8,09 Ha), dan terjal dengan kelas kelerengan >45% (9,38 Ha). Alternatif dalam penentuan blok pemanfaatan, mempunyai tingkat sensitifitas tidak Sensitif di kawasan TAHURA. Luas blok pemanfaatan dengan kategori tidak Sensitif 8,55 Ha atau 3%
dari luas kawasan, tipe vegetasi didominasi berupa lahan
kosong dengan kerapatan tajuk sangat jarang (8,55 Ha), tidak terdapat satwa dilindungi/endemik, memiliki tingkat ketinggian tempat antara 1.000 – 1.400 m dpl (8,55 Ha) dan memiliki kelerengan topografi agak curam dengan kelas kelerengan 30% - 45%. Berdasarkan penilaian tingkat sensitifitas, luas blok pemanfaatan lebih sempit dari penentuan blok/zonasi sebelumnya karena pada sebagian blok pemanfaatan dimanfaatkan sebagai blok koleksi dengan nilai tingkat Sensitif. Kawasan TAHURA bagian utara barat yang berbatasan desa Berjo dan Girimulyo terdapat tingkat penilaian Sensitif. Tingkat penilaian tidak Sensitif lebih dipengaruhi oleh tingkat vegetasi yang merupakan lahan kosong dan pengguanaan sarana prasarana, sedangkan tingkat ketinggian tempat masih diantara 1.000 mdpl sampai dengan 1.400 mdpl, jenis satwa dilindungi/endemik dalam kategori tidak ditemukan. Jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di blok pemanfaatan, yaitu: Pinus (Pinus sp), Akasia (Accacia ducuren) dan Cemara Gunung (Casuarina junghuniana). Tanaman bawah di blok pemanfaatan, yaitu: Bantengan, Meniran, Pegagan, Puyangan, Rigucen, Rumput. Satwa liar aves di blok pemanfaatan, yaitu: Walet Linchi (Collocalia linchi), Layang-layang loreng (Hirundo striolata), Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Cucak Kutilang (Pycnonotus commit to user aurigaster), Tepekong Jambul
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Hemiprocne longipennis),Caladi Ulam (Dendrocopos macei), Walet Sarang Putih (Collocalia fuciphagus), Kapinis Rumah (Apus nipalensis), Cica Koreng Jawa (Megalurus palustris), Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran sensitifitas Blok/zona kawasan TAHURA Mangkunagoro I berdasarkan pada empat parameter yaitu, vegetasi, satwa liar, ketinggian tempat, dan kelerengan. Keempat parameter tersebut masing-masing memiliki nilai atau skor yang dipengaruhi oleh keadaan hutan, jumlah satwa endemik, ukuran ketinggian tempat, dan ukuran kelerengan. Berdasarkan jumlah skor dari masing-masing parameter maka dapat diketahui tingkat sensitifitas Blok/zona, yaitu: sensitif, sangat sensitif, dan tidak sensitif. 2. Kawasan TAHURA Mangkunagoro I terbagi menjadi tiga blok/zona dengan tingkat sensitifitas masing-masing, yaitu: a. Blok/zona perlindungan (107,71 Ha), memiliki tingkat Sangat Sensitif. Skor total tertinggi 12 (vegetasi skor 3, satwa/fauna skor 3, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 10 (vegetasi skor 3, satwa/fauna skor 3, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 1). b. Blok/zona Koleksi dengan keluasan (136,51 Ha), memiliki tingkat Sangat Sensitif dan Sensitif. Skor total tertinggi 9 (vegetasi skor 2, satwa/fauna skor 1, ketinggian tempat 3, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 6 (vegetasi skor 2, satwa/fauna skor 1, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 1). c. Blok/zona Pemanfaatan dengan keluasan (17,47 Ha) memiliki tingkat Sensitif dan Tidak Sensitif. Skor total tertinggi 6 (vegetasi skor 1, satwa/fauna skor 0, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 3), dan skor total terendah 5 (vegetasi skor 1, satwa/fauna skor 0, ketinggian tempat 2, kelerengan skor 2).
commit to user
76
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang menjadi implikasi yang harus diperhatikan terutama bagi para pengambil kebijakan (pengelola) dan masyarakat di kawasan TAHURA Mangkunagoro I Ngargoyoso, Karanganyar yaitu penggunaan metode pengukuran sensitifitas yang benar sehingga penentuan Blok/zona, yaitu zona perlindungan, koleksi, dan pemanfaatan bisa lebih jelas dilakukan. Penentuan Blok/zona tersebut akan membantu terpeliharanya hutan dari berbagai macam gangguan. C. Saran TAHURA merupakan taman hutan yang harus dijaga kelestariannya karena bahaya selalu mengancam kapan saja, terutama dari perilaku manusia yang kurang peduli terhadap keberadaan hutan. Beberapa hal yang dapat disarankan antara lain: 1. Hasil penentuan blok/zona pemanfaatan berdasarkan penilaian sensitifitas terdapat tidak sensitif (8,55 Ha) atau 3% dari luas kawasan, topografi kelerengan termasuk kategori kelerengan agak curam/curam <30%-45% dan terjal >45%, hal ini fungsi sebagai blok/zona pemanfaatan kurang memadai sebagai blok/zona pemanfaatan. Akses jalan masuk TAHURA Mangkunagoro I hanya dapat dilewati melalui kawasan Perum Perhutani (400m) dan tidak bisa dari lokasi lain, sehingga akses jalan masuk TAHURA dapat digunakan sebagai salah satu alternatif perluasan kawasan TAHURA Mangkunagoro I. 2. Keberadaan TAHURA sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan, sehingga semua pihak baik Pemerintah Daerah khususnya, dan masyarakat sekitar kawasan perlu diingatkan tentang kesadaran adanya kawasan TAHURA Mangkunagoro I. 3. Bagi peneliti yang akan meneliti pada lokasi dan tema yang sama, perlu adanya kajian lebih lanjut terkait optimalisasi penggunaan lahan dengan kendala lainnya antara lain kendala ketersediaan dan kebutuhan air serta kendala aspek sosial ekonomi dan budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius. Azwar S, 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bismark, M. 2011. Prosedur Operasional Standar (SOP) Untuk Survey Keragaman Jenis pada Kawasan Konsevasi. Bogor: Balitbang Kehutanan. Buku Laporan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, 2013. Dephutbun. 1999. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan Melalui Pola Hutan Kemasyarakatan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Hardjasoemantri, K. 1985. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Kainde, P. R. Eugenia. Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan Lindung Gunung Sahendaruman Kabupaten Kepulauan Sanghe UNSRAT Manado. Vol. 17. No. 1 April 2011. Kartasapoetra, G. 1987. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta. Kementerian Lingkungan Hidup, 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingungan Hidup. Jakarta Timur: Deputi MENLH. Marliansyah. 2004. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional Menteri Kehutanan. Menteri Kehutanan dan perkebunan 1998. Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No. 677/Kpts-II/1998 tentang hutan kemasyarakatan. Nadira, S. 2012. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009. Skripsi, Universitas Hasanudin: Makasar. Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., Anthony, S. 2009. Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0, diakses dari commit to user http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp pada 78
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanggal 2 Juli 2014. Paramita, Ardiansah. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Penentuan Sensitivitas Kawasan di Taman Nasional Alas Purwo. Skripsi jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2011. No. 3 tahun 2011. Tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya K.G.P.A.A. Mangkunagoro I Provinsi Jawa Tengah. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. No. : P.3/IVSET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2009, tanggal 9 Juli 2009. Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Rahmawaty. 2004. Hutan: Fungsi dan Peranannya Bagi Masyarakat. Digital Library USU. Setyono, P. 2008. Cakrawala Memahami Lingkungan. Solo: UNS Press. Sukandarrumidi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Syahadat, E, Hariyatno, DP. 2008 Kajian Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Rakyat.Info Sosial Dan Ekonomi Kehutanan Volume 8 Nomor 4, Bogor. Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
commit to user
80
Lampiran 1. Peta Identifikasi Kawasan Tahura KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar
81
Lampiran 2. Peta Pengambilan Sampel Vegetasi
82
Lampiran 3. Peta Pengambilan Sampel Satwa (Aves)
digilib.uns.ac.id 83
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4. Kondisi Sosial Ekonomi Desa Sekitar Tahura Mangkunagoro I NO. A.
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI
KONDISI TAHUN 2013
DESA BERJO 1. Penduduk
1.875 KK / 6.577 Jiwa
2. Tingkat Pendidikan
S2/S3 = 3 orang S1 = 52 orang D3 = 43 orang SLTA = 463 orang SLTP = 1.198 orang SD = 2.867 orang
3. Mata Pencaharian
Bertani = 55% Wiraswasta = 2% Karyawan = 32% Buruh Tani = 2% PNS/TNI/POLRI = 1% Bidang Jasa = 8%
4. Ternak
Sapi = 850 ekor Kambing = 450 ekor
B.
DESA GIRIMULYO 1. Penduduk
1.146 KK / 4.237Jiwa
2. Tingkat Pendidikan
S2/S3 = 2 orang S1 = 26 orang D3 = 15 orang SLTA = 241 orang SLTP = 531 orang SD = 721 orang
NO.
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI
3. Mata Pencaharian
commit to user
lanjutan lampiran 4. KONDISI TAHUN 2013
Bertani = 24%
digilib.uns.ac.id 84
perpustakaan.uns.ac.id
Wiraswasta = 16% Karyawan = 18% Buruh Tani = 28% PNS/TNI/POLRI = 6% Bidang Jasa = 8% 4. Ternak
Sapi = 850 ekor Kambing = 450 ekor
commit to user
digilib.uns.ac.id 85
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5. Data Vegetasi Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Dalam Blok/zona No
Zona/Blok
1
Tingkat Pertumbuhan
Jenis Tumbuhan
Pohon
Akasia (Accacia ducuren) Pinus (Pinus sp) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Bintamin (Cupressus sempervirens)
Tiang
Akasia (Accacia ducuren) Apit (Villebrunea rubescens) Bintamin (Cupressus sempervirens) Cale (Ficus fistulosa) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) Cuwut (Cyrtandra sp.) Dempul (Wrightia javanica) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Kina (Chincoma sp) Pampung (Unanthe javanica) Pasang (Onercus sp) Pinus (Pinus sp) Puspa (Schima wallichii) Sarangan (Captanopsis argentea) Sembung (Blumea balsamifera) Tanganan (Schefflera polybotry) Akasia (Accacia ducuren) Araukaria (Araucaria heteropylla) Bendo (Artocarpus altillis) Cebongan (Helicia robusta) Dempul (Wrightia javanica) Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Kina (Chincoma sp) Puspa (Schima wallichii)
Puspa (Schima wallichii)
Blok Koleksi
Pancang
Meranti (Sorea sp)
Semai
Suren (Toona sureni) Tengkawang (Shorea stenoptera) Bintamin (Cupressus sempervirens) Bisbul (Diospyros blancoi) Imer (Breynia mcrophyll) Jambu biji (Psidium pumilum) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Kepuh (Sterculia foetida)
Krangean (Litsea cubeba) Pinus (Pinus Sp), Rasamala (Altingia exelsa norona) Renik (Eyrya acuminate) Tengkawang (Shorea stenoptera)
commit to user
Jumlah yang ditemukan 7 31 2 5 5 8 4 23 10 1 3 2 3 7 13 4 41 9 1 1 2
1 2 2 1 1 2 1 10 1 1 1 1 2 2 2 2 5 1 1 15 1 1 1
digilib.uns.ac.id 86
perpustakaan.uns.ac.id
lanjutan lampiran 5. No
Zona/Blok
2.
Tingkat Pertumbuhan Pohon
Tiang
Blok Perlindungan
Pancang
Jenis Tumbuhan
Akasia (Accacia Ducuren) Bintamin (Cupressus sempervirens) Cale (Ficus fistulosa) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) Cuwut (Cyrtandra sp.) Dempul (Wrightia javanica) Kina (Chincoma sp) Kopen (Lasianthus stercorarius) Pinus (Pinus Sp), Puspa (Schima wallichii) Pampung (Unanthe javanica) Pasang (Onercus sp) Sarangan (Captanopsis argentea) Tanganan (Schefflera polybotry) Cebongan (Helicia robusta) Akasia (Accacia ducuren) Apit (Villebrunea rubescens) Bintamin (Cupressus sempervirens) Cale (Ficus fistulosa) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) Cuwut (Cyrtandra sp.) Dempul (Wrightia javanica) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Kina (Chincoma sp) Pampung (Unanthe javanica) Pasang (Onercus sp) Pinus (Pinus sp) Puspa (Schima wallichii) Sarangan (Captanopsis argentea) Sembung (Blumea balsamifera) Tanganan (Schefflera polybotry) Pinus (Pinus Sp), Merbau (Intsia amboinensis) Kopen (Lasianthus stercorarius) Kebak (Ficus alba) Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Jemitri (Elaocarpus oxypyrena) Genitren (Nauclea obtuse BI) Eukaliptus (Eucayptus regnans) Cuwut (Cyrtandra sp.) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) Cebongan (Helicia robusta) Awar-awar (Ficus fistulosa) commit to user
Jumlah yang ditemukan 1 27 3 2 4 4 1 1 36 1 10 13 4 1 1
8 4 18 10 1 3 2 1 7 13 4 10 4 1 1 2
1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 3 3 1
digilib.uns.ac.id 87
perpustakaan.uns.ac.id
lanjutan lampiran 5. No
Zona/Blok
Tingkat Pertumbuhan
Jenis Tumbuhan
yang ditemukan 1 2 1 1
Suren (Toona sureni) Pampung (Unanthe javanica dc), Kina (Chincoma Sp), Pasang (Onercus Spp), Aren (Arenga pinnata) Pinus (Pinus sp), Kebak (Ficus alba) Jemitri (Elaocarpus oxypyrena) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) Cebukan (Galearia filiformis) Cebongan (Helicia robusta) Cale (Ficus fistulosa) Bintamin (Cupressus sempervirens) Renik (Eyrya acuminate DC) Kina (Chincoma Sp) Akasia (Accacia ducuren) Apit (Villebrunea rubescens) Rasamala (Altingia exelsa norona) Pinus (Pinus Sp) Akasia (Accacia ducuren) Cemara Gunung (Casuarina junghuniana)
2 11 1 1 1 1 2 1 2 3 87 1 2 1
Tiang
Pinus (Pinus Sp)
1
Pancang
Pinus (Pinus Sp) Akasia (Accacia ducuren Pinus (Pinus Sp
1 1 1
Semai
3.
Jumlah
Pohon
14 3 1
Blok Pemanfaatan
Semai
commit to user
digilib.uns.ac.id 88
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6. Data Vegetasi Tumbuhan Bawah No
Zona/Blok
Jenis Tumbuhan
1
Blok Koleksi
Alang-alang Amisan Andong Bantengan Blembem Brenggolo Ceplikan Ganen Gereh-gerehan Inggo Kerek batok Kriyo
Krisan Pakis Pegagan Pring-pringan Puyangan Rigucen Riralat Rumput Sembukan Sentrong Wedusan
2
Blok Perlindungan
Banyon Biji Riwono Kertak Kingkong Liana Nyangkoh Terong hutan Meniran Alang-alang Amisan Andong Bantengan Blembem Brenggolo Ceplikan
Ganen Gereh-gerehan Inggo Kerek batok Kriyo Krisan Pakis Pegagan Pring-pringan Puyangan Rigucen Riralat Rumput Sembukan Sentrong Wedusan
3
Blok Pemanfaatan
Bantengan Meniran Pegagan Puyengan Regucen Rumput
commit to user
digilib.uns.ac.id 89
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 7. Data Penyebaran Satwa (aves) Jumlah No
Zona/Blok
Jenis yang Ditemukan
Individu
Keterangan
ditemukan 1
Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris)
10
Endemik
Elang Bido (Spilornis cheela)
1
Dilindungi
Tepekong Jambul (Hemiprocne longepennis)
3 5
Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) Sinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps) Kepudang Sungu Jawa (Coracina javensis) Pelanduk Semak (Malacocincla seviarium) Blok Koleksi
Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis) Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus) Takur Ungkut Ungkut (Megalaima armillaris)
2.
Blok Perlindungan
2 2 1 1 3 1
Kekep Babi (Artamus leucorynchus)
3
Cicak Koreng Jawa (Megalurus palustris)
5
Bentet Kelabu (Lanius schach)
4
Walet Linchi (Collocalia linchi)
3
Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius)
2
Sikatan Ninon (Eumyias indigo)
2
Kacamata Gunung (Zosterops montanus)
2
Ceret Gunung (Cettia vulcania)
1
Cekakak Sungai (Halcyon chloris)
3
Sikatan Belang (Ficedula westermanni)
1
Cabak Kota (Caprimulgus affinis)
1
Wiwik kelabu (Ficedula westermanni)
2
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
1
Endemik
Cekakak Jawa (Halcyon cyanopentris)
1
Endemik
Elang Bido (Spilornis cheela)
1
Dilindungi
Tepekong Jambul (Hemiprocne longepennis)
1
Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
6
Sinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps)
2
Kepudang Sungu Jawa (Coracina javensis)
1
Pelanduk Semak (Malacocincla seviarium)
2
commit to user
Dilindungi
digilib.uns.ac.id 90
perpustakaan.uns.ac.id
lanjutan lampiran 7. Jumlah No
Zona/Blok
Jenis yang Ditemukan
Individu
Keterangan
ditemukan Pelanduk Semak (Malacocincla seviarium)
2
Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis)
1
Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus)
4
Cicak Koreng Jawa (Megalurus palustris)
2
Bentet Kelabu (Lanius schach)
1
Walet Linchi (Collocalia linchi)
2
Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius)
3
Sikatan Ninon (Eumyias indigo)
3
Kacamata Gunung (Zosterops montanus)
2
Sikatan Belang (Ficedula westermanni)
1
Caladi Ulam (Dendrocopos macei)
1
Cingcoang Coklat (Brachypteryx leucophrys)
2
Jingjing Batu (Hemipus hirundinaceus)
3
Tepus Pipi Perak (Stachyris melanothorax)
1
Endemik
Burung Madu Gunung (Aethopyga eximia)
1
Endemik
Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla)
1
Decu Belang (Saxicola caprata)
1
Kangkok Ranting (Cuculus saturates)
1
Wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis)
1
Walet Linchi (Collocalia linchi)
1
Layang-layang loreng (Hirundo striolata)
1
Ayam Hutan Hijau (Gallus varius)
1
Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
2
Blok
Tepekong Jambul (Hemiprocne longipennis)
1
Pemanfaatan
Caladi Ulam (Dendrocopos macei)
2
Walet Sarang Putih (Collocalia fuciphagus)
1
Kapinis Rumah (Apus nipalensis)
1
Cica Koreng Jawa (Megalurus palustris)
1
Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus)
1
3
commit to user
digilib.uns.ac.id 91
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran.8. Data Penyebaran Satwa (Mamalia) No
Nama Jenis
Nama Ilmiah
Jumlah Individu
Keterangan
1
Babi Hutan
Sus scrofa
4
2
Bajing Kelapa
Callosciurus notatus
5
3
Kijang
Muntiacus muntjak
4
Dilindungi
4
Musang Luwak
Paradoxurus hermaphroditus
9
Apendix III
5
Tupai Kekes
Tupaia javanica
2
Apendix III
6
Landak
Hystrix brachyuran
1
Dilindungi
7
98
8
Kera abu-abu ekor Macaca falcacularis panjang Macan Tutul Panthera pardus
9
Rusa Timor
Cervustimorensis
7
Dilindungi
10
Macan Kumbang
Panthera tigris
6
Dilindungi
Total
4
140
commit to user
92
Lampiran 9. Data Tabulasi Sensitifitas Ekologi Penentuan Blok/Zona TAHURA Mangkunagoro I NO
BLOK
SKOR
SKOR
SKOR
SKOR
VEGETASI
SATWA
KELERENGAN
KETINGGIAN
1
0
30-45%
2
2
1000-1400M
5
Tidak Sensitif
1,17
1
0
30-45%
2
2
1000-1400M
5
Tidak Sensitif
0,42
1
0
>45%
3
2
1000-1400M
6
Sensitif
1,59
1
0
>45%
3
2
1000-1400M
6
Sensitif
7,31
1
0
>45%
3
2
1000-1400M
6
Sensitif
0,41
1
0
>45%
3
2
1000-1400M
6
Sensitif
0,08
KELERENGAN
KETINGGIAN
SKOR TOTAL
SENSITIVITAS
LUAS (HA)
BLOK 1
PEMANFAATAN BLOK
2
PEMANFAATAN BLOK
3
PEMANFAATAN BLOK
4
PEMANFAATAN BLOK
5
PEMANFAATAN BLOK
6
PEMANFAATAN BLOK
7
PEMANFAATAN
1
0
30-45%
2
2
1000-1400M
5
Tidak Sensitif
6,50
8
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
0,66
9
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
0,15
10
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
0,02
11
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
0,06
12
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
0,33
13
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
2
1000-1400M
6
Sensitif
19,50
14
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
14,99
92
KETERANGA
93
15
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
2
1000-1400M
6
Sensitif
0,18
16
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
0,02
17
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
10,38
18
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
2
1000-1400M
6
Sensitif
0,08
19
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
0,56
20
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
0,73
21
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
0,09
22
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
2
1000-1400M
6
Sensitif
0,88
23
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
3
>1400M
7
Sensitif
2,44
24
BLOK KOLEKSI
2
1
<30%
1
2
1000-1400M
6
Sensitif
1,43
25
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
6,98
lanjutan Lampiran.9. NO
BLOK
SKOR
SKOR
VEGETASI
SATWA
KELERENGAN
SKOR
SKOR
KELERENGAN
KETINGGIAN
KETINGGIAN
SKOR TOTAL
SENSITIVITAS
LUAS (HA)
26
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
2,90
27
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
0,06
28
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
8,46
29
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
0,28
30
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
3,04
31
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
3
>1400M
8
Sensitif
0,50
32
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
3
>1400M
8
Sensitif
7,87
33
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
0,01
34
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
3
>1400M
8
Sensitif
0,35
KETERANGA
94
35
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
3,00
36
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
0,19
37
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
8,82
38
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
1,95
39
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
2
1000-1400M
8
Sensitif
0,05
40
BLOK KOLEKSI
2
1
>45%
3
3
>1400M
9
Sangat Sensitif
13,77
41
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
20,39
42
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
3
>1400M
8
Sensitif
4,86
43
BLOK KOLEKSI
2
1
30-45%
2
2
1000-1400M
7
Sensitif
0,56
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
9,51
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,29
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,07
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,04
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,00
BLOK 44
PERLINDUNGAN BLOK
45
PERLINDUNGAN BLOK
46
PERLINDUNGAN BLOK
47
PERLINDUNGAN BLOK
48
PERLINDUNGAN
lanjutan Lampiran.9. NO
BLOK
SKOR
SKOR
VEGETASI
SATWA
KELERENGAN
SKOR
SKOR
KELERENGAN
KETINGGIAN
KETINGGIAN
SKOR TOTAL
SENSITIVITAS
LUAS (HA)
KETERANGA
95
BLOK 49
PERLINDUNGAN
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,41
3
3
30-45%
2
2
1000-1400M
10
Sangat Sensitif
0,58
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,04
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,06
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,76
3
3
>45%
3
3
>1400M
12
Sangat Sensitif
1,40
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,30
3
3
>45%
3
3
>1400M
12
Sangat Sensitif
11,48
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
1,23
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
25,30
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,79
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
0,71
BLOK 50
PERLINDUNGAN BLOK
51
PERLINDUNGAN BLOK
52
PERLINDUNGAN BLOK
53
PERLINDUNGAN BLOK
54
PERLINDUNGAN BLOK
55
PERLINDUNGAN BLOK
56
PERLINDUNGAN BLOK
57
PERLINDUNGAN BLOK
58
PERLINDUNGAN BLOK
59
PERLINDUNGAN BLOK
60
PERLINDUNGAN
96
BLOK 61
PERLINDUNGAN
3
3
<30%
1
3
>1400M
10
Sangat Sensitif
3,01
3
3
30-45%
2
3
>1400M
11
Sangat Sensitif
3,30
3
3
30-45%
2
3
>1400M
11
Sangat Sensitif
1,73
3
3
>45%
3
2
1000-1400M
11
Sangat Sensitif
1,55
3
3
>45%
3
3
>1400M
12
Sangat Sensitif
6,41
3
3
>45%
3
3
>1400M
12
Sangat Sensitif
11,65
3
3
>45%
3
3
>1400M
12
Sangat Sensitif
3,27
3
3
30-45%
2
3
>1400M
11
Sangat Sensitif
23,37
BLOK 62
PERLINDUNGAN BLOK
63
PERLINDUNGAN BLOK
64
PERLINDUNGAN BLOK
65
PERLINDUNGAN BLOK
66
PERLINDUNGAN BLOK
67
PERLINDUNGAN BLOK
68
PERLINDUNGAN
lanjutan Lampiran.9. NO 69
BLOK BLOK LAINNYA
SKOR
SKOR
VEGETASI
SATWA
0
0
KELERENGAN <30%
SKOR
SKOR
KELERENGAN
KETINGGIAN
1
3
KETINGGIAN >1400M
SKOR TOTAL 4
SENSITIVITAS Tidak Sensitif
LUAS (HA) 0,46
KETERANGA Masuk B.
Perlindunga JUMLAH
261,69
digilib.uns.ac.id 96
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 10. Foto Tempat Wisata Sekitar TAHURA Mangkunagoro I No
Gambar
Nama
1
Air Terjun Parang Ijo Sumber : Data Primer 2014
2
Candi Sukuh Sumber : Data Primer, 2014
3
Goa Jepang Sumber : Data Primer, 2014
commit to user