KAJIAN SEMIOTIK DALAM RUMAH TINGGAL INTERPRETASI BAHASA ARSITEKTURAL SEBUAH RUMAH TINGGAL KONTEMPORER F I R M A N E D D Y, S T FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Versi filsafat yang lebih deterministik, menempatkan bahasa sebagai sumber semua arti, telah menjadikan bahasa berperan dalam mempengaruhi pemahaman dan telah membatasi cara berfikir. Pada tahun-tahun terakhir terbukti bahwa bahasa ini sangat menarik bagi mereka yang cenderung menggunakan pendekatan sain, terutama saat linguistik telah berkembang menjadi serangkaian model interpretasi. Inovasi ini telah memberikan inspirasi bagi transisi yang sangat dramatis dan telah menjadi inti pembahasan dalam pemahaman arsitektur saat ini. Inovasi ini juga memunculkan banyak karya arsitektur pada era post-modern diharapkan sangat komunikatif dan berdaya tafsir majemuk. Munculnya karya arsitektur di era post-moderen ini, awalnya sangatlah spekulatif sifatnya. Di mana banyak para arsitek dan pemerhati arsitektur saat itu mulai menyadari akan adanya potensi yang sangat besar pada “bahasa” di dalam arsitektur yang dapat berperan sebagai sarana komunikasi secara luas. Maka mulai saat itulah semiotik banyak dibicarakan sebagai sebuah disiplin induk dari arsitektur dan bahasa dalam konteks objek-objek arsitektur (ruang/ tempat, atau alat yang digunakan manusia sehari-hari) yang merupakan hasil transformasi dari karya-karya arsitektur. Dalam metoda interpretasi yang menjadi tema sentral di sini, penulis yang berlatar belakang pendidikan arsitektur dilatari pemikiran bahwa tolak ukur keberhasilan karya arsitektur amat relatif sifatnya, tergantung dari kemampuan interpretasi pengamat yang pada umumnya awam terhadap dunia dan bahasa para arsitek. Interpreter yang awam biasanya mengevaluasi sebuah karya arstektur atau bangunan dengan parameter efisiensi ruang-ruang termasuk komponenkomponennya. Dengan dukungan semiotik diharapkan aspek-aspek lainnya yang melekat dapat dikomunikasikan secara apa adanya dan sistematis kepada interpreter atau sekelompok interpreter (pengamat/ pemakai) yang tentunya sangat subyektif tergantung dari pengalaman dan pemahaman seseorang atau sekelompok orang. Sebagai titik tolak dapat dipakai pedoman evaluasi karya arsitektur yang sudah dikenal yakni: o Aspek kekokohan, titik tolaknya adalah konstruksi. o Aspek fungsi, titik tolaknya adalah fungsional. o Aspek keindahan, titik tolaknya adalah ekspresi. Biasanya masalah konstruksi adalah yang paling mudah diniterpretasikan olah interpreter awam, yang biasanya dengan mudah mengetahui bila konstruksinya tidak layak/ tidak ideal . Untuk itu semiotik biasanya dikembangkan pada dua titik tolak lainnya yaitu: Fungsional dan Ekspresi.
©2003 Digitized by USU digital library
1
I.2. Kajian Teori Pengertian semiotik pertama kali dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce yang mendefinisikannya sebagai “the study of patterned human behavior in communication in all its modes” dalam pengertian ini menekankan bahwa makna (meaning) selalu merupakan suatu hasil budaya atau kebiasaan sosial. Semiotik mulai dihubungkan dengan arsitektur sejak Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa sistem tanda itu dapat diberlakukan lebih luas lagi untuk berbagai fenomena budaya. Semiologi menjadi jembatan penghubung antara hakikat suatu hal dengan manusia. Semiologi berada diantara epistomologi yang melekat pada suatu hal dengan psikologi yang ada pada manusia, khususnya psikologi persepsi. Dalam proses ini selalu ada representasi (signifier), konsep (signified), dan persepsi (referent). Ada berbagai macam pendekatan dalam semiotik, antara lain: a. Semiologi Sausurean • Langue dan Parole o Langue: kumpulan kata/ elemen bentuk yang mempunyai makna berdasarkan konsensus. o Parole: percakapan/ serangkaian tindakan yang dilakukan/ elemen bentuk dalam sistem bangunan, sebagai ekspresi individu. Signifier dan Signified o Signifier: benda itu sendiri. o Signified: makna yang dimiliki. • Sintakmatik dan Paradikmatik (posisi sign dalam sistem atau suatu unit dalam sistem). o Sintakmatik: bergerak formal. o Paradikmatik: dinamis, sign dapat berpindah tempat, dapat diganti sign lain dalam satu hirarki. • Konotasi dan denotasi o Denotasi: makna ekspresi dan isi pada tingkat pertama. o Konotasi: makna ekspresi dan isi pada tingkat yang lebih tinggi. b. Semiotik Pierce (Pierceian) • Indeks, Icon, dan Simbol o Indeks: tanda suatu bentuk yang dimengerti kebanyakan orang tanpa ada perbedaan latar belakang. o Icon: tanda suatu bentuk yang dimengerti kebanyakan orang karena menyerupai sesuatu. o Simbol: tanda suatu bentuk yang hanya dapat dikenali maknanya karena konsensus budaya (konsepsi tertentu) • Semantik, Sintaksis, dan Pragmatik o Semantik: timbul karena bentuknya. o Sintaksis: timbul karena tata letaknya. o Pragmatik: timbul karena emosi/ affeksi yang ditimbulkannya. c. Semiotik Umberto Eco • Makna Primer/ Fungsi Utama/ Konotasi: makna yang disampaikan oleh perancangnya, sebagai tujuan dasar pembuatan objek atau komponenya. • Makna Sekunder/ Fungsi Sekunder/ Denotasi: tujuannya disesuaikan dengan berbagai cara untuk mewujudkannya yang disesuaikan dengan siapa yang memakainya, juga dipengaruhi oleh kualitas tempat dan status objek disekitarnya. • Historis/ Kesejarahan Fungsi: sebuah hasil karya arsitektur dapat berdiri ribuan tahun lamanya, sehingga seringkali terjadi perubahan fungsi, yang •
©2003 Digitized by USU digital library
2
ditentukan sendiri oleh pemakainya tanpa berkonsultasi dengan arsiteknya, karena telah lama meninggal dunia, sehingga titik tolak penilaian atas fungsi hasil karya arsitektur bersifat relatif, dan berlaku secara kontekstual. d. Semiotik Charles Jenks Menggunakan signifier untuk mengartikulasikan signified dengan menggunakan aspek-aspek seperti struktur, ekonomi, teknik, dan mekanikal. • Signifier : (penanda/ kode ekspresi) dapat berupa bentuk, ruang, permukaan, volume, yang memiliki suprasegmental seperti warna, tekstur, kepadatan, dsb. • Signified : (petanda/ kode isi atau makna) dapat berupa iconography, makna tertentu, makna estetis, ide arsitektur, konsep ruang, keyakinan/ kepercayaan masyarakat, fungsi, aktivitas dsb. e. Semiotik Hjemslev Arsitektur dibedakan menjadi dua paras yaitu: • Paras Isi (lever of content) • Paras Ekspresi (level of expression) Yang kemudian keduanya dibagi lagi menjadi sub paras yaitu: • Paras Bentuk (form) • Paras Substansi (substance) Digambarkan seperti diagram dibawah ini: ------------------------------------S (substanca) Content ---------------F (form)------------Arsitektur--------------------------------Cultural unit S (substanca)------Expression ---------------F (form) -------------------------------------
• •
• •
Possible unit
Substance of content (siignified) adalah segenap nilai-nilai, ide-ide dan filosofi yang melatarbelakangi konsep perwujudan hasil karya arsitektur. Form of content (signified) adalah segenap himpunan konsep-konsep perencanaan dan perancangan arsitektur yang akan ditransformasikan ke dalam wujud/ karya arsitektur. Form of expression (signifier) adalah form of content yang diekspresikan ke dalam bentuk fisik bangunan baik secara utuh maupun komponennya. Substance of exprssion adalah makna (meaning) yang tersembul dibalik form of expression wujud arsitektur.
©2003 Digitized by USU digital library
3
BAB II. PEMBAHASAN II.1. Metafora Sebuah rumah tinggal/ objek tidak hanya membawakan dirinya saja sebagai rumah tinggal, di mata interpreter objek ini, maupun komponen-komponen dan elemen-elemenya dapat bermetafora menjadi objek/ komponen/ elemen lainnya. Beberapa penggabungan dengan cara-cara tertentu akan dapat menyampaikan suatu pesan dan keinginan tertentu. Ada beberapa cara untuk menyampaikan keinginan yang tersirat atau bagaimana bangunan atau objek dapat bermetafora menjadi objek-objek lainnya. Untuk memahami keinginan perancang dapat dipakai tiga pedoman yaitu: 1. Kata-kata : menganggap karya arsitektur menganggap sebagai suatu wujud atau kumpulan dari beberapa komponen yang masing-masing berlaku sebagai sebuah wujud objektif pula, dimana keduanya dinilai mampu bermetafora. 2. Sintaks : pola penyusunan objek-objek menjadi satu pengertian. 3. Semantik : bersama dengan produk lainnya, sebuah karya arsitektur dapat mengisaratkan suatu pengertian tertentu walaupun caranya berlainan. Misalnya dengan diberi tanda berupa objek tertentu yang berlainan untuk menyatakan fungsinya, atau sebaliknya hampir seluruh bagian bangunan dikonversikan menjadi objek lain yang representatif terhadap fungsinya. Pada rumah tinggal Bapak Rudolf, keinginan perancang dapat dipahami lebih kurang seperti di bawah ini: o
Kata-kata pada ruang keluarga dan massa bangunan
Ruang keluarga pada rumah tinggal ini secara visual mungkin dapat dipersepsikan sebagai sebuah gereja, di mana terdapat elemen latar, “altar”, salib, seperangkat tempat duduk, dan perabot lainnya serta beberapa aksesoris, yang kesemuanya dapat dilihat dalam sebuah gereja. Altar direpresentasikan dengan sebuah peninggian lantai, atau sebuah tempat seperti dipan yang di dalamnya difungsikan untuk tempat menyimpan barang/ guci.
©2003 Digitized by USU digital library
4
Bila dilihat dari fasade bangunan secara tiga dimensi (agak menyamping) terdapat pola-pola geometris segitiga yang tegas dengan pilasterpilaster di permukaan bidang beserta atributatribut lainnya, seperti bukaan-bukaan yang berderet/ berjajar, atap pelana memanjang, material yang diekspos, yang biasa disaksikan pada sosok massa sebuah gereja yang umumnya terdapat di kota Medan
o
Sintaks pada elemen interior/ prabot dan ruang Sebuah bale-bale dapat menjadi sebuah altar atau penggung, atau gudang penyimpanan barang berharga, seperti yang dilakukan pada interior ruang keluarga, di mana sebuah elemen dasar dari ruang interior yaitu lantai yang ditinggikan levelnya yang terbuat dari rangka susunan kayu, dengan mudah dapat berubah wajah menjadi seperangkat storage furniture (prabot penyimpanan barang). Dengan bentuk dasar dan dimensi yang relatif tetap, perfomance/ penampilan dan fungsi dapat seakan-akan berubah.
Sebuah ruang perpustakaan dapat menjadi ruang kerja, ruang diskusi, ruang penumpukan barang/ penyimpanan arsip-arsip, atau bahkan sebagai ruang makan di saat sibuk.
©2003 Digitized by USU digital library
5
Bentuk dasar dan material ekspose rumah tinggal ini lebih mirip sebuah villa yang biasanya banyak dijumpai di tempat-tempat wisata atau peristirahatan di pegunungan apalagi bila di tambahkan elemen cerobong asap. Apabila difinishing sedikit lebih formal, diplaster, dicat, dan diberi papan nama, maka wajahnya lebih mirip sebuah kantor konsultan , atau sebuah galeri penjualan barang-barang seni atau lukisan.
o
Semantik sebuah ruang keluarga dan perabot Sebuah salib besar, di tengah-tengah latar yang paling besar yang terdapat pada ruang keluarga, dapat mengisyaratkan maksud suasana yang diharapkan, seperti keheningan, kesucian, suasanya sakral, magis, dan lainnya seperti yang dirasakan seseorang yang berdoa di sebuah gereja.
Sebuah kendi yang besar (tempayan tempat air) yang di atasnya ditempatkan piringan dari kuningan atau tembaga, dan di atasnya lagi diletakkan seperangkat alat komunikasi/ telepon, menyatakan fungsi tempayan (yang awalnya sebagai penampung air) sebagai meja atau tempat alat komunikasi/ telepon.
©2003 Digitized by USU digital library
6
II.2. Semiotik Tektonik Semiotik dapat dipakai sebagai sarana mengevaluasi karya arsitektur, dengan beberapa titik tolak yang berasal dari pedoman evaluasi karya arsitektur terdahulunya. Beberapa titik tolak itu adalah: 1. Konstruksi : menyangkut logika sturktur dan kekokohannya, yang pada umumnya lebih mudah dikomunikasikan dan dirasakan oleh pengamat (apabila terjadi sebuah konstruksi tidak dibangun dengan semestinya, misal: bangunan miring, atap melendut, dan lain sebagainya). 2. Fungsi : dianggap membawakan dua peran, peran utama/ denotasi/ primer (tujuan dasar pembuatan bangunan atau komponennya) dan sekunder/ konotasi (cara melaksanakan disesuaikan dengan siapa yang memakainya dan bagaimana tangga tersebut diperlakukan) 3. Ekspresi : menyangkut aspek keindahan dan simbolik. Pada rumah tinggal Bapak Rudolf, semiotik tektonik dapat diamati seperti di bawah ini: o Konstruksi kolom – balok , beton ekspose, rangka kayu (atap) ekspose, dan lantai keramik. Dimensi sturktur yang relatif besar, berjarak dekat, dan diekspose, memberikan kesan/ mengkomunikasikan kekokohan. Pada kudakuda terdapat kabel/ besi tarik mengesankan perkuatan dan keamanan struktur.
©2003 Digitized by USU digital library
7
o
Fungsi tangga utama Berperan untuk sirkulasi vertikal seluruh anggota keluarga/ penghuni rumah, baik yang berkala (servis/ pengamatan), maupun anggota keluarga yang berkamar di lantai atas, Karena posisinya/ penempatannya yang sangat frontal/ terekspose dengan ruang tamu dan keluarga (posisi berkualitas terhadap status ruang disekitarnya), maka tangga utama ini memiliki peran sekunder sebagai tangga “mulia”, (simbol rumah besar)
o
Fungsi koridor samping Koridor samping rumah yang yang tujuan dasarnya untuk sirkulasi servis dari luar ke area servis (dapur, cucisetrika, dan lain-lain), namun dapat juga dipakai sebagai lorong pengintai dari area servis ke area depan rumah.
©2003 Digitized by USU digital library
8
Botol besar tempat air yang peran utamanya sampai sekarang masih tetap dapat dianggap sebagai tempat air, ditempatkan pada meja dan partisi pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga. Peran sekundernya bagi pemilik bangunan adalah sebagai (yang sekarang berperan lebih utama) sebagai “hiasan” botol hijau besar.
o
Estetika bentuk dan ruang Estetika bentuk dan ruang menyangkut beberapa aspek dari perancangan baik dari sudut pandang fungsional maupun art/ ekspresi seperti proporsi, skala, prisip-prinsip penyusunan (sumbu, simetri, hirarki, irama/ pengulangan, datum, dan transformasi), kesatuan, dan harmonisasi.
©2003 Digitized by USU digital library
9
II.3. Kesejarahan Fungsi Sebuah karya arsitektur dapat eksis selama ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga sering terjadi perubahan fungsi, dimana fungsi ini ditentukan sendiri oleh pemakai/ pengamat tanpa berkonsultasi dulu dengan arsiteknya (sudah lama meninggal). Oleh karena itu titik tolak penilaian atas fungsi sifatnya relatif, hanya berlaku secara kontekstual. Tempat tidur kono orang Batak ini fungsi utamanya masih eksis hingga kini, namun dirumah tinggal Bapak Rudolf, tempat tidur ini fungsi primernya telah berubah sebagai funiture hiasan tempat menyimpan tempayan-tempayan kuno di ruang tamu, juga dapat berfungsi sebagai elemen identitas diri/ keluarga dari Batak Toba (fungsi sekunder), aksesoris seni dan koleksi.
Kendi/ tempat air dari kayu ini fungsi utamanya juga masih eksis, masih dapat digunakan sebagai tempat penampungan air, namun fungsi primernya juga telah berubah sebagai funiture hiasan yang diletakkan ditengah-tengah ruang keluarga, juga dapat berfungsi sebagai elemen identitas diri/ keluarga dari Batak Toba (fungsi sekunder). Hal ini juga berlaku pada tempayan tembikar seperti gambar dibawah, namun fungsi primernya lebih berfungsi sebagai meja tempat meletakkan barang/ telepon/ atau aksesories lainnya, sedangkan fung si sekundernya sebagai pembatas antara ruang tamu k l d b i k i i k l k i ©2003 Digitized by USU digital library
10
ruang keluarga dan sebagai aksesori seni, koleksi, sekaligus funiture insidental.
Botol besar tempat air ini juga fungsi primernya menjadi aksesories koleksi, seni, sekaligus insidental, sedangkan fungsi sekundernya akan muncul sesuai dengan persepsi pengamat kemudian.
II.4. Komunikasi Visual Rumah tinggal Bpk. Rudolf ini dirancang dan didirikan atas dasar prinsip yang mungkin tidak universal, atau bisa dianggap secara lokal. Bangunan didirikan sebagai sebuah landmark dan simbol yang hadir dalam bentuk objek-objek ikonik, dimana komponen dan elemen-elemennya berkaitan dengan komponen dan elemenelemen/ objek-objek lainnya, lingkungannya, peristiwa-peristiwa tertentu, dan aspek-aspek lainnya.
©2003 Digitized by USU digital library
11
Sebuah pintu yang merupakan tempat masuk dan keluar, juga berfungsi sebagai bukaan/ meniadakan pembatas antara ruang dalam dan ruang luar, juga dapat berfungsi sebagai panggung/ layar tontonan pemilik rumah di kala senggang, menyaksikan aneka ragam tanaman anggrek sambil bercengkrama bersama keluarga.
©2003 Digitized by USU digital library
12
Demikian juga terlihat pada jendela yang merupakan sarana untuk melihat ke luar/ ke dalam ruangan, maupun sebagai sarana sirkulasi udara, sangat terbuka seakan-akan menarik ruang luar ke interior, maupun sebaliknya.
Partisi kamar anak-anak merupakan bagian dari objek rakitan sebuah kamar yang terdiri dari dinding bata, beton ekspose, panil kayu, dan kaca hias sebagai dinding, dan papan dan balok-balok kayu sebagai plafond, dan keramik bertekstur kasar sebagai penutup lantai Dapat diamati secara terpisah maupun bersama-sama sebagai komponen-komponen yang menghasilkan demikan banyaknya ragam ekspresi.
©2003 Digitized by USU digital library
13
Setiap elemen prabot maupun komponen dan elemen-elemen arsitekturnya di samping fungsional dan memenuhi syarat-syarat struktural, juga kaya akan estetika dan keindahan, menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba, atau sebagai stimulan perasaan, bermanfaat, dekoratif, dan isidential baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama membentuk sebuah hunian yang hadir dalam bentuk objek-objek yang ikonik.
©2003 Digitized by USU digital library
14
BAB III. KESIMPULAN •
• • •
Dengan semiotik diharapkan interpreter yang awam sekalipun dapat dengan relatif lebih mudah dalam membaca arsitektur rumah tinggal Bapak Rudolf ini, kemudian mengevaluasinya. Dengan semiotik masalah- masalah konstrusksi, fungsi, dan ekspresi relatif lebih mudah dikomunikasikan kelayakan, kenyamanan, dan keindahannya. Dengan semiotik, seorang arsitek dengan mudah dan transparan dapat menyampaikan atau mengungkapkan keinginannya kepada pemakai/ pengamat. Dengan kata lain bersama semiotik, kita para arsitek dapat lebih leluasa berkomunikasi dengan masyarakat awam sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA Jencks, Charles & George Baird, Meaning in Architecture, Barrie and Jenkins. Van de Ven, Cornelis, 1995, Ruang dalam Arsitektur, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Geoffrey Broadbent, 1980, Sign, Symbol and Architecture, Jhon Wiley & Sons, New York. D. K. Ching, Francis, 1984, Arsitektur Bentuk-Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Jakarta. Bonta, Juan Pablo, 1979, Architecture and Its Interpretation: W & J Mackay Limited, Chatcam, Kent. Krier, Rob, 2001, Komposisi Arsitektur, Erlangga, cet. 1, Jakarta.
©2003 Digitized by USU digital library
15