KAJIAN POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI MANISAN PALA (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi)
Oleh : ARFIYUNANTO F03498086
2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Arfiyunanto (F03498086). Kajian Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan Pala (Studi Kasus di PT. Seger Cisaat, Sukabumi). Dibawah bimbingan Andes Ismayana. 2005 RINGKASAN Industri manisan pala merupakan industri berskala rumah tangga yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri ini berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat didaerah sekitar khususnya dan Indonesia pada umumnya. Seperti industri berbasis pertanian lainnya, industri manisan pala menggunakan air dalam jumlah yang besar. Akibatnya potensi limbah yang dihasilkan juga besar. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan Produksi Bersih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi penerapan produksi bersih pada industri ma nisan pala. Dalam pelaksanaanya dilakukan identifikasi limbah melalui penyusunan neraca massa. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan, wawancara dan pengukuran untuk mengetahui tahapan proses secara rinci. Berdasarkan neraca massa yang disusun dapat diketahui bahwa pada industri manisan pala dihasilkan produk samping berupa air limbah, air gula dan kristal gula. Pengolahan pala dengan kapasitas 100 kg menghasilkan air limbah sebesar 233,01 l dari tahapan proses perendama n dan pembilasan. Kegiatan sanitasi menghasilkan air limbah sebesar 80 l. Air gula dihasilkan dari tahapan proses penggulaan I dan pemasakan masing-masing sebesar 5,2 Kg dan 8,95 Kg. Produk samping kristal gula dihasilkan pada tahapan proses penjemuran I dan penjemuran II masing-masing sebesar 15,87 Kg dan 6,03 Kg. Perusahaan manisan SEGER dalam proses produksinya sudah menerapkan beberapa langkah produksi bersih yaitu, seleksi bahan baku, penggunaan kembali (reuse) air gula dan kristal gula, inovasi proses penggulaan dengan melakukan pemasakan, perendaman bahan dalam larutan garam dan larutan bisulfit secara bersamaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ada beberapa langkah produksi bersih yang dapat diterapkan pada industri manisan pala SEGER. Langkah pertama adalah penur unan konsentrasi larutan garam dari 13,3% menjadi 5%. Penurunan konsentrasi ini akan memberikan keuntungan bagi per usahaan secara finansial dan juga menguntungkan bagi lingkungan. Langkah kedua yang dapat dilakukan adalah daur ulang (recycle) air. Kegiatan daur ulang air ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas limbah cair yang dihasilkan oleh industri manisan pala ini. Selain itu kegiata n ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa citra positif dari masyarakat karena perusahaan telah melakukan penghematan dalam pemakaian sumber daya alam. Penurunan konsentrasi larutan garam dari 13,3% menjadi 5% memberikan keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp. 216.720 per bulan. Penurunan konsentrasi garam juga menurunkan nilai Total Dissolved Solids (TDS) air limbah dari 127.685 mg/l menjadi 47.384 mg/l. Kegiatan daur ulang air dapat memberi penghematan sebesar Rp. 195.720 per tahunnya. Langkah ini layak dilakukan karena memiliki rasio B/C sebesar 1,47.
Arfiyunanto (F03498086). Study on Possibilities of Application of Cleaner Production in Nutmeg Industry (Case of Study at PT. SEGER Cisaat, Sukabumi) Supervised by Andes Ismayana. 2005
SUMMARY Nutmeg industry is a home scale industry with many employees. This industry can lift up community welfare in surrounding area specifically and Indonesia generally. Like any other agriculture base industry, nutmeg industry use water in a large amount. Therefore, waste potency it produced is also big. One way that used to solve it is by applying Cleaner Production (CP). The aim of this study is to identify and evaluate possibilities of CP application in nutmeg industry. This study was conducted by arranging mass balance. It also required observation, interview and measuring to reveal the detail of process sequence. From mass balance arranged can be concluded that waste water, sugar water and sugar crystal was produced as side product. Waste water in amount of 233,01 l was produced from bathing and rinsing. Sanitation produced waste water in amount of 80 l. Sugar water produced for sugar mixing and cooking in amount of each 5,2 and 8,95 kg. Sugar crystal as side product produced from drying I and II in amount of each 15,87 kg and 6,03 kg. PT. SEGER already applied several CP steps in production process i.e.: raw material selection, reuse of sugar water and sugar crystal, sugar mixing innovation by cooking and bathing in salt solution and bisulphate solution alt ogether. Based on the observation conducted, there are seve ral CP steps applicable in PT. SEGER. First step is reducing salt concentration from 13,3% to 5%. This step will give advantage both in financial and environment. The second step that can be applied is water recycling. Water recycling will reduce the quality and quantity of waste water produced by the industry. Reducing salt solution concentration from 13,3% to 5% give profit to company in amount of Rp. 216.720 per month. Reducing salt concentration also reduce Total Dissolved Solids (TDS) value of waste water from 127.685 mg/l to 47.384 mg/l. Water recycling can save Rp. 195.720 to company per year. This step is worth to be carried out because it has B/C Ratio value 1,47.
KAJIAN POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI MANISAN PALA (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pert anian Fakultas Teknologi Pertanian Insitut Pertanian Bogor
Oleh : ARFIYUNANTO F03498086
2005 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAJIAN POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI MANISAN PALA (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNO LOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ARFIYUNANTO F03498086 Dilahirkan di Kendal pada tangga 7 Agustus 1980 Tanggal Lulus : 24 Januari 2006
Disetujui , Bogor, 3 Februa ri 2006
Ir. Andes Ismayana, MT. Pembimbing Akademik
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul:
KAJIAN POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI MANISAN PALA (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi) Adalah karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya
Bogor, 3 Februari 2006 Yang membuat pernyataan
ARFIYUNANTO F03498086
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 7 Agustus 1980 oleh pasangan Bakri Malika dan Sri Hidayati. Penulis adalah anak ke-6 dari 6 bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN I Rowosari pada tahun 1992 dan melanjutkan ke SMPN 2 Weleri hingga tamat pada tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis masuk SMUN I Weleri dan lulus pada tahun 1998. melalui jalur USMI, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1998. Selama menjalankan masa studi, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah “FOKMA BAHUREKSO KENDAL” pada tahun 1999-2000 dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan kegiatan praktek lapang pada bulan Juli-Agustus 2001 di CV. Balqis Queen, Solo dengan judul praktek lapang “Mempelajari proses produksi dan penerapan produksi bersih di CV. Balqis Queen”. Tugas akhir penulis yaitu penelitian dengan judul “Kajian Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan Pala (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi) di bawah bimbingan Ir. Andes Ismayana, MT.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehngga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan Pala (Studi kasus di Perusahaan Manisan SEGER Cisaat, Sukabumi). Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir studi penulis di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Terwujudnya tulisan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik berupa bantuan materil maupun moril, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Ir Andes Ismayana , MT. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Suprihatin , MSc. dan Ir. Prayoga Suryadarma, MS. selaku dosen penguji atas masukan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu tercinta untuk kiriman doanya yang tak henti, kasih sayang yang tak terukur dan kepercayaan yang tak terkira. Kakak-kakak tersayang: Mbak Efi, Mas Didik, Mas Agus, Mbak Ida, dan Mas Feri atas kelembutannya dalam memberi semangat. 4. The Last of TIN ‘35: Budi “gembel”, Yuni, Esti “Ice Tea”, Nata, Cak Cahyo dan Irul “Iyung”. Terima kasih atas kebersamaan yang indah di masa-masa terakhir kita. 5. Dik Bintari, Joni, Rian, Hestu, Putu, Sukma dan Angga, atas segala dorongan, perhatian, bantuan dan segala kelucuan yang tercipta. 6. Keluarga Bapak Badruzzaman dan Ibu Suhaerah dan keluarga Om Purnomo di Sukabumi atas bantuan selama penelitian. 7. Tante Inya atas semangatnya, mas Angga atas kesabarannya, dan temanteman TIN ’35 lainnya . 8. Dede untuk bantuannya dalam analisa di TML, Agung untuk setiap huruf yang tercetak, Iqn “Capone”, Budiman “K3P3K”, Kiki, Aceh, A’aw, dan Egi “Ellius”.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebut satu per satu. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Januari 2006 Penulis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MANISAN PALA Pala merupakan salah satu dari hasil pertanian yang memiliki nilai ekonomis. Daging buahnya dapat dijadikan bahan baku manisan, sirup, jelly dan selai. Bagian biji yang mengandung fuli, tempurung dan daging biji, umumnya dimanfaatkan untuk ekstraksi minyak atsiri pala. Untuk skema pemanfaatan buah pala dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Bentuk Produk
Daging Buah
Manisan
Industri pangan
Fruit salad
Industri pangan
Sirup
Industri pangan
Jelly
Industri pangan
Jam
Industri pangan
Chutney
Industri pangan Industri pangan
Minyak fuli
Buah Pala
Bungkil
Fuli Oleoresin
Biji
Konsumen
Tempurung
Industri pangan Mentega fuli
Industri kosmetik
Tempurung
Industri kimia
Minyak pala Daging Biji
Industri pakan
Industri pangan Bungkil
Oleoresin Mentega pala
Industri pakan Industri pangan Industri kosmetik
Gambar 1. Pengolahan pala terpadu (Somaatmadja, 1984) Manisan buah pada umumnya dibedakan atas manisan buah basah dan manisan buah kering. Kedua manisan tersebut dibedakan dalam cara pembuatannya, daya awet, dan penampakannya. Daya awet manisan buah kering lebih lama dibandingkan dengan manisan buah basah. Hal ini
disebabkan selain kadar air manisan buah kering lebih rendah, kandungan gulanya juga lebih tinggi. Namun dari segi penampakan, manisan buah basah lebih menarik dibandingkan dengan manisan buah kering (Apriantono, 1985) Manisan pala merupakan produk olahan dari daging buah pala yang menggunakan gula pasir sebagai bahan pemanisnya. Pada dasarnya proses pembuatan manisan pala adalah untuk membuat daging buah pala menyerap gula sebanyak-banyaknya dengan cara mencampurnya dengan gula. Pada umumnya proses pembuatan manisan buah pala adalah sebagai berikut: buah dikupas dan diiris, kemudian direndam dalam larutan garam selama dua malam. Potongan buah dicuci bersih, selanjutnya direndam dalam sirup gula selama satu malam dan diikuti perebusan. Perendaman dan perebusan berakhir hingga titik kepekatan gula sesuai dengan yang diinginkan. Pada manisan kering, setelah gula dianggap cukup meresap dalam daging buah kemudian ditapis dan disiram air panas untuk menghilangkan sirup yang masih melekat. Manisan dijemur dan diangin-anginkan sambil ditaburi gula pasir sampai gula cukup melekat (Rismunandar, 1988). Menurut Apriantono (1985), dengan perendaman dalam larutan gula maka buah akan mengalami dehidrasi osmosis. Proses tersebut akan berlangsung terus hingga tercapai keseimbangan gula dan air dalam bahan pangan. Proses inilah yang menyebabkan buah-buahan dapat menjadi manisan. Warna daging buah setelah dikupas umumnya cepat menjadi coklat. Hal ini disebabkan oleh reaksi browning baik yang enzimatis maupun yang nonenzimatis. Untuk mencegahnya, setelah dikupas daging buah direndam dalam air garam (Harry, 1998). Air garam menghambat aktivitas mikroorganisme dengan membuat perbedaan tekanan osmosis. Garam masuk ke dalam daging buah karena selama perendaman terjadi difusi air dari buah pala ke larutan garam dan difusi partikel garam (NaCl) dari larutan ke dalam buah (Desrosier, 1988). Tujuan lain perendaman dalam larutan garam adalah untuk melemaskan daging buah pala agar lebih mudah dibentuk menjadi bunga atau yang lainnya.
4
Konsentrasi larutan garam yang digunakan tergantung dari jumlah buah pala yang direndam. Secara umum konsentrasi be rkisar antara 5-25% (Lioe, 1991).
B. PRODUKSI BERSIH Produksi bersih merupakan strategi pengelolaaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi, produk dan jasa sehingga mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (BAPEDAL, 1997). Pada proses produksi, produksi bersih meliputi konservasi bahan baku dan energi, mengurangi bahan baku yang beracun dan mengurangi jumlah dan kadar racun dari emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses produks i. Pada produk, strategi ini menitikberatkan pada pengurangan dampak selama daur hidup produk dari saat bahan baku sampai produk tersebut dibuang atau tidak terpakai lagi (UNEP IE, 1995). Produksi bersih bertujuan untuk mengurangi tingkat emisi yang mencemari dan mengurangi produksi limbah pada sumbernya yang sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, energi dan peralatan. (USAID, 1997). Menurut Afmar (1998), produksi bersih difokuskan pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dengan melakukan pencegahan dari awal (source reduction), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction), dan pemanfaatan limbah dengan prinsip rekoveri (recovery), pemakaian ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) maka akan secara otomatis meningkatkan efisiensi proses. Dengan menerapkan produksi bersih, maka perusahaan akan mendapat manfaat sebagai berikut (USAID 1997): 1. Pengurangan biaya operasi, pengolahan, dan pembuangan limbah 2. Peningkatan mutu produk 3. Penghematan bahan baku 4. Peningkatan keselamatan kerja 5. Perbaikan ke sehatan umum dan lingkungan hidup
5
6. Penilaian konsumen yang positif 7. Pengurangan biaya penanganan limbah Teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan produksi bersih adalah sebagai berikut (United Nation Environment Progamme Industry and Environment, 1995): 1. Pengurangan limbah pada sumbernya (source reduction). a. Good housekeeping Suatu langkah untuk mencegah suatu kebocoran, tumpahan atau perawatan terhadap alat atau perangkat yang dapat menyebabkan inefisiensi. b. Perubahan proses (process change) -
Perubahan bahan input ( material input change): penggantian bahan baku dari bahan yang memiliki kadar racun yang tinggi menjadi bahan yang memiliki kadar racun kecil atau tidak beracun sama sekali dan juga penggunaan bahan yang dapat diperbaharui.
-
Pengendalian pr oses yang baik (better process control): modifikasi dari prosedur atau proses kerja, instruksi pengoperasian mesin dan pendokumentasian jalannya proses dalam rangka meningkatkan efisiensi dan meminimisasi limbah dan emisi.
-
Modifikasi peralatan (equipment modification): memodifikasi peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada saat proses dengan menambahkan alat pengendalian dan pengukuran dalam rangka meningkatkan efisiensi dan minimisasi limbah.
-
Perubahan teknologi (technology change): penggantian teknologi dan alur proses dalam rangka meningkatkan efisiensi dan meminimisasi limbah.
2. Daur ulang (recycling) a. Penggunaan kembali pada tempatnya (on site recovery and reuse): penggunaan kembali limbah yang dihasilkan ke dalam proses yang sama atau pada proses yang lain di industri tersebut. b. Produk samping yang bermanfaat (creation of useful by-product).
6
3. Modifikasi produk (product modification). Karakteristik produk dapat dimodifikasi untuk meminimisasi dampak terhadap lingkungan dari proses produksi dan produk it u sendiri pada saat digunakan maupun setelah tidak digunakan atau dibuang. Akan tetapi perlu disadari bahwa penerapan produksi bersih lebih ke arah pengaturan diri sendiri (self regulation) dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat daripada pengaturan secara paksa (command and control ). Jadi pada dasarnya yang paling penting adalah adanya kesadaran untuk merubah sikap dan tingkah laku. Dengan melakukan penerapan produksi bersih, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dari berkurangnya
biaya
pengolahan
limbah
sekaligus
keuntungan
dari
peningkatan efisiensi sistem produksi. Langkah-langkah pendekatan yang dapat dilakukan untuk menerapkan produksi bersih menurut UNEP IE (1995) adalah sebagai berikut: 1. Langkah pendahuluan. a. Pembentukan tim Sebaiknya terdiri dari orang yang memiliki fungsi kerja yang berbeda dan dari tingkat hirarki struktur organisasi yang berbeda. Sehingga mampu untuk menelaah berbagai tahapan proses dengan baik. b. Penyusunan daftar tahapan proses dan identifikasi alur limbah Menyusun tahapan proses. Dari situ dapat diidentifikasi input dan output yang dihasilkan dari suatu tahapan proses. 2. Analisa tahapan proses. a. Siapkan diagram alir proses Persiapan diagram alir proses yang lengkap merupakan kunci utama dalam analisa produksi bersih. Diagram ini merupakan gambaran dari proses produksi yang memperlihatkan tahapan proses dan sumbersumber penghasil limbah. b. Penyusunan neraca massa Neraca merupakan faktor penting dalam penerapan produksi bersih. karena dengan neraca massa dapat diketahui jumlah limbah, bahan baku, dan produk dalam proses produksi.
7
c. Karakterisasi limbah Dengan mengkarakterisasi limbah yang dihasilkan maka akan dapat ditentukan metode dan biaya pengolahannya. d. Penilaian nilai ekonomis limbah Limbah yang terbentuk dianggap sebagai uang. Baik uang yang diperoleh dengan memanfaatkannya maupun uang yang dikeluarkan untuk mengolahnya. e. Pengkajian ulang terhadap proses untuk mengidentifikasi penyebab limbah 3. Penilaian peluang-peluang implementasi produksi bersih. Dengan hasil yang diperoleh dari analisa tahapan proses dapat disarankan beberapa alternatif penerapan produksi bersih. 4. Pemilihan alternatif produksi bersih yang akan diterapkan. Alternatif produksi bersih yang baik harus layak secara teknis dan ekonomis serta ramah lingkungan. a. Kelayakan teknis Evaluasi teknis dilakukan untuk menentukan apakah alternatif yang ada dapat diterapkan ditinjau dari aspek teknis yang meliputi teknologi, tempat dan proses. b. Kelayakan ekonomi Kelayakan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu alternatif untuk dapat diterapkan. Karena dapat menjadi penentu bagi diterimanya atau ditolaknya usulan. c. Dampak lingkungan Tentu saja penerapan produksi bersih harus berakibat positif terhadap lingkungan, misalnya turunnya kadar atau jumlah pencemar yang dikeluarkan ke lingkungan. d. Pemilihan solusi yang akan diterapkan Suatu alternatif baru dapat diterapkan setelah memenuhi ketiga hal di atas.
8
5. Penerapan solusi produksi bersih. Setelah diperoleh suatu alternatif, maka tinggal menerapkannya. Penerapan ini harus didukung oleh semua pihak untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 6. Pemeliharaan produksi bersih yang telah diterapkan. Pemeliharaan perlu dilakukan untuk menjaga agar penerapan produksi bersih tetap berjalan dengan baik.
C. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial dilakukan sebagai evaluasi kelayakan ekonomis untuk melihat apakah alternatif penerapan produksi bersih yang diajukan dapat diterapkan atau tidak. Perhitungan kelayakan ditentukan berdasarkan kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C). Selama hampir 60 tahun, metode rasio B/C telah merupakan prosedur yang diterima untuk mengambil keputusan ya/tidak pada proyek-proyek independen (Paul, 1997). Benefit Cost Ratio (B/C) Benefit Cost Ratio dapat dihitung dengan cara melakukan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dikategorikan layak untuk dijalankan jika B/C > 1. Namun jika B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Persamaan yang digunakan adalah: n
NetB / C =
Bt − Ct
∑ (1 + i ) t =0
t
Ct − Bt
∑ (1 + i )
t
untukBt − Ct > 0 untukBt − Ct < 0
dimana: Bt
= pendapatan proyek pada tahun tertentu (Rp)
Ct
= biaya proyek pada tahun tertentu (Rp)
n
= umur proyek (th)
i
= tingkat suku bunga (%)
t
= periode proyek (th)
9
III. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN Produksi bersih dapat diterapkan untuk membantu mengatasi permasalahan limbah industri. Pengurangan limbah pada sumbernya disertai dengan pemanfaatan limbah akan menjadikan limbah yang dihasilkan berkurang secara volume dan memberi keuntungan bagi perusahaan dari pemanfaatan limbah tersebut. Identifikasi limbah dilakukan dengan menyusun neraca massa proses produksi yang diperoleh dari data pengamatan, pengukuran dan wawancara. Neraca massa akan memberi gambaran yang jelas tentang jumlah limbah, bahan baku, dan produk. Karakterisasi limbah dengan baik diperlukan guna menentukan metode penanganan yang tepat dan biayanya. Pelaksanan kajian penerapan produksi bersih pada industri manisan pala dilakukan untuk melihat kemungkinan diterapkannya teknologi produksi bersih dalam industri manisan pala. Langkah-langkah perbaikan yang mungkin diterapkan, perubahan teknologi dan kemungkinan penerapan teknologi proses yang baru dapat memberikan keuntungan bagi industri maupun bagi lingkungan.
B. METODOLOGI 1. Identifikasi Proses Produksi dan Industri Proses produksi diidentifikasi dengan cara wawancara, pengamatan dan pengukuran, sedangkan identifikasi terhadap industri dapat dilakukan dengan studi literatur dan wawancara. 2. Identifikasi Limbah Identifikasi
limbah
dilakukan
dengan
penyusunan
neraca
massa.
Pelaksanaannya dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan secara langsung dalam kegiatan produksi sehingga menghasilkan gambaran tepat proses produksi yang dilakukan perusahaan.
3. Penentuan Alternatif Produksi Bersih Alternatif penerapan langkah produksi bersih dengan cara studi literatur terhadap proses produksi yang dilakukan di industri manisan pala lainnya. Perbandingan antar proses produksi satu dengan yang lainnya ini akan memberikan gambaran yang luas tentang berbagai kemungkinan yang dapat diterapkan. 4. Analisis Data a. Evaluasi kelayakan teknis. Evaluasi kelayakan teknis adalah evaluasi akan alternatif penerapan produksi bersih terhadap beberapa kriteria teknis dari segi proses, lahan, teknologi, SD M, utilitas, bahan, peralatan/layout, tenaga kerja, dan lainlain. Evaluasi ini dilaksanakan dengan melakukan studi literatur untuk melihat kelayakan teknis dari perusahaan. Perbandingan dengan langkah proses yang dilakukan pada perusahaan lain akan member ikan dasar bahwa alternatif penerapan produksi bersih dapat dilaksanakan pada perusahaan. b. Evaluasi kelayakan ekonomi. Evaluasi kelayakan ekonomi dilakukan terhadap alternatif-alternatif yang lolos evaluasi teknis. Evaluasi ini merupakan analisa terhadap a lternatif penerapan produksi bersih dari segi finansial. Evaluasi ini dilakukan dengan cara mengukur kriteria investasi rasio B/C. Rasio B/C digunakan untuk mengetahui perbandingan keuntungan dan kerugian dari penerapan suatu alternatif terhadap perusahaan.
11
Identifikasi Limbah
Neraca massa
Penyusunan alternatif-alternatif penerapan produksi bersih Evaluasi teknis ekonomis Rekomendasi Produksi Bersih
Gambar 2. Diagram alir pelaksanaan penelitian
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Perusahaan manisan SEGER merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan. Ibu Suhaerah memulai usaha pada tahun 1975 dengan tujuan membantu perekonomian keluarganya. Pada saat itu produknya hanya manisan dari tiga macam buah saja yaitu, belimbing, ceremai dan pala. Sejak tahun 1980 pemerintah daerah Sukabumi mulai memberikan perhatian kepada industri manisan buah. Perhatian itu diwujudkan dalam bentuk
pengadaan
pelatihan-pelatihan
bagi
para
pengrajin
untuk
mengembangkan usahanya. Setelah mendapat pelatihan para pengrajin mulai menggunakan mereka dagang, dan ibu Suhaerah memilih nama SEGER untuk produknya. Perusahaan manisan SEGER rata-rata mengolah 100 kg buah setiap harinya dengan berbagai macam jenis buah untuk dijadikan manisan. Manisan yang diproduksi perusahaan manisan SEGER, bersama dengan hasil produksi para pengrajin yang lain, didistribusikan ke Jakarta dan Bandung. Akan tetapi tidak seperti pengrajin yang lain, perusahaan manisan SEGER juga memasarkan produk manisannya di toko miliknya. Perusahaan manisan SEGER terletak di Gg. Kerajinan RT/RW 06/07 Ds. Nagrak, Jl. Raya Cisaat No. 248, Sukabumi. Lokasi ini dekat dengan pasar Cisaat dan sekitar 3 km dari pasar Sukabumi. Dengan demikian memudahkan dalam memperoleh bahan baku yang diperlukan. Luas tanah yang digunakan + 65,6 m2 dengan luas bangunan 81,6 m2 (Lampiran 1). Bangunan perusahaan ini berdampingan dengan rumah pemiliknya. Bangunan perusahaan dibagi-bagi untuk kegiatan produksi yang berupa pengupasan, perendaman, pembilasan, pemasakan, penggulaan, pengeringan, dan yang terakhir pengemasan.
B. PROSES PRODUKSI
1. Bahan Baku dan Bahan Penunjang Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi manisan pala di perusahaan manisan SEGER adalah buah pala, gula pasir, dan air. Buah diperoleh dari daerah Sukabumi, Cisaat, Cibadak, Parung Kuda, Surade, dan Pelabuhan Ratu. Kebutuhan buah untuk produksi mencapai sekitar 100 kg per hari. Namun pada waktu tertentu seperti menjelang hari raya, kebutuhan akan meningkat sesuai dengan naiknya permintaan pasar. Pada dasarnya hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan buah adalah: tingkat kematangan, bentuk, dan ukuran dari buah. Buah pala dipilih yang sudah tua tetapi belum matang dengan ciri berwarna kuning dan berbentuk bulat. Hal ini dilakukan karena buah pala yang sudah matang akan membelah disebabkan adanya alur pembelah. Buah pala dicari yang sudah benar-benar tua tetapi masih dalam keadaan keras. Gula yang digunakan sebagai pemanis dalam pembuatan manisan tidak dicampur dengan gula merah ataupun pemanis buatan. Dipakai gula pasir lokal dari lampung yang berwarna putih dan bersih. Gula pasir dibeli dari pedagang gula di Sukabumi yang lokasinya dekat dengan perusahaan. Air
yang
digunakan
berasal
da ri
dua
sumber
menurut
penggunaannya. Air pompa digunakan dalam kegiatan pencucian awal bahan baku, pencucian peralatan, dan untuk membersihkan ruangan produksi. Air dari PDAM digunakan dalam kegiatan produksi yang berhubungan langsung dengan produk, misalnya sebagai pelarut gula untuk membuat air manisan. Bahan penunjang yang digunakan dalam pembuatan manisan adalah garam, Natrium Bisulfit, pewarna makanan, dan asam sitrun. Garam yang digunakan adalah garam dapur. Garam dipakai dalam proses perendaman buah sebagai pengawet. Garam juga berfungsi sebagai penghilang rasa sepat pada buah yang disebabkan oleh kandungan tanin.
14
Natrium Bisulfit diperoleh dari Kimia Farma. Bahan ini digunakan sebagai pengawet manisan. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Pewarna makanan yang digunakan adalah C.I. Food Green 4 untuk manisan kering pala hijau. Pewarna ini dalam bentuk bubuk, sehingga dalam pemakaiannya harus dilarutkan terlebih dahulu. Pemakaian zat pewarna ini agar penampakan manisan menjadi lebih seragam dan menarik. Asam sitrun digunakan untuk menambah rasa asam pada manisan. Karena proses pembuatan manisan dengan penambahan gula dan perendaman garam serta pencucian dapat menyebabkan turunnya kadar keasaman buah.
2. Proses Pengolahan Pembuatan pengupasan,
manisan
perendaman,
kering
pala
pembilasan,
aster
meliputi
penggulaan
I,
kegiatan
pemasakan,
penggulaan II, penjemuran I, penggulaan III, penjemuran II, pengemasan. Buah pala diperoleh dari tengkulak atau petani yang mengirimkan buah langs ung ke perusahaan. Pala kemudian dikupas dan dibuang bijnya. Setelah itu pala dibentuk sesuai dengan yang diinginkan, dalam hal ini berbentuk bunga aster. Perlakuan pertama terhadap pala adalah pengupasan dan pemberian bentuk. Setelah pala dalam keadaan sudah terkupas dan siap untuk diolah menjadi manisan, pala direndam dalam larutan garam untuk membuka pori-pori buah. Hal ini dilakukan agar pada saat penggulaan dan pemasakan nanti gula dapat meresap dengan lebih baik. Lama perendaman sekitar 24 jam. Pada tahap perendaman ini ditambahkan Natrium Bisulfit. Kemudian buah dicuci sampai hilang rasa asinnya dan ditiriskan. Selanjutnya buah dicampur dengan gula agar gula meresap ke dalam buah. Setelah gula ditaburkan, buah dibiarkan semalam. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu bagi gula agar meresap ke dalam buah. Buah yang sudah diresapi gula kemudian dimasak sampai larutan gulanya
15
lengket. Pada tahap pemasakan ini selain ditambahkan gula , juga ditambahkan asam sitrun untuk menambah rasa asam pada manisan. Pewarna yang sudah dilarutkan juga ditambahkan ke dalam bahan. Setelah ditiriskan dari air gula, pala ditaburi kristal gula secara merata ke seluruh permukaannya. Pada saat penaburan ini, pala juga dibentuk agar mekar. Berikutnya adalah pengeringan selama 8 jam untuk mengurangi kandungan air yang masih tersisa di dalam pala. Keesokan harinya pala dijemur terbalik dan diberi kristal gula lagi bagian bawahnya. Hal ini dilakukan karena pada saat penjemuran tahap pertama yang dijemur baru bagian atas manisan. Bagian bawah dari manisan dijemur pada penjemuran tahap kedua setelah dilakukan penggulaan lagi. Selain untuk meningkatkan masa simpan, penjemuran ini dilakukan untuk memudahkan dalam penanganan, transportasi dan pengemasan. Setelah kering, produk siap dikemas dan dipasarkan. Diagram alir proses produksi manisan kering pala aster dapat dilihat pada Gambar 3. Manisan yang diproduksi oleh perusahaan manisan SEGER, jika disimpan dengan baik dan benar, dapat bertahan sampai 3 bulan tanpa mengalami kerusakan. Setelah lewat dari 3 bulan, manisan akan mengalami beberapa perubahan antara lain: penurunan rasa manis, warna memudar, dan timbul bau apek. Dengan pertimbangan akan masa simpan, maka perusahaan biasanya memproduksi manisan sesuai dengan permintaan pasar. Dengan demikian dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan rusaknya produk selama masa penyimpanan.
C. IDENTIFIKASI LIMBAH PADA PROSES PRODUKSI MANISAN PALA Identifikasi potensi limbah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah limbah yang dihasilkan dari setiap tahapan proses untuk kemudian dilakukan kegiatan minimisasi limbah terhadapnya.
16
Minimisasi limbah (Waste Minimization) merupakan salah satu langkah yang dapat diterapkan dalam rangka mengatasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini meliputi analisis in-plant yang mencakup pendataan bahan baku, proses produksi, pemilihan bahan baku, reuse dan pengolahan limbah. Pengupasan Perendaman
Pembilasan Penggulaan I
Pemasakan
Penggulaan II
Penjemuran I
Penggulaan III Penjemuran II
Penjemuran II
Produk Gambar 3. Diagram alir proses produksi manisan kering pala aster Kegiatan minimisasi limbah diawali dengan penyusunan neraca massa. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui potensi limbah yang dihasilkan dari setiap tahapan proses. Neraca massa merupakan perhitungan aliran bahan dalam suatu bentuk yang memuat masukan, perubahan, dan hasil yang dapat
17
dikenali dari setiap pr oses yang dilewatinya. Penyusunan neraca massa akan mempermudah dalam mengenali dan mengetahui besaran masukan (input) dan keluaran (output) dari suatu proses produksi. Dalam proses produksi manisan pala ini terdapat 8 tahap operasi dengan susunan neraca massa sebagai berikut: 1. Neraca massa di proses pengupasan Biji
Daging Pala PENGUPASAN
Kulit Tabel 1. Neraca massa di proses pengupasan No
Keterangan
A. 1.
INPUT Buah pala
INPUT (kg/hari)
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Biji 3. Kulit Jumlah Total Input Total Output
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk utama samping Kehilangan
100
-
-
-
100 100 -
62 62
26 12 38
-
100
2. Neraca Massa di Proses Perendaman Daging Pala
Air Daging Pala
PERENDAMAN
Garam
Air Limbah Na. Bisulfit
18
Tabel 2. Neraca massa di proses perendaman INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
No
Keterangan
A. 1.
INPUT Daging pala Air Garam Na. Bisulfit
62 46,5 6,2 0,031
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Air limbah Jumlah Total Input Total Output
114,73 114,73 -
69,2 69,2
-
45,53 45,53 114,73
-
-
Air digunakan dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan perendaman. Tahap perendaman bertujuan untuk membuka pori-pori buah. Perlakuan ini akan membantu penyerapan gula nanti pada tahap penggulaan. Perendaman dalam larutan garam juga membantu mengurangi rasa sepat buah yang diakibatkan oleh kandungan tanin dalam buah. Garam yang digunakan sebesar 6,2 kg dilarutkan dalam 46,5 l air. Perendaman dala m larutan garam selama 1 malam ini juga membantu melunakkan daging buah agar memudahkan pengolahannya nanti. Natrium Bisulfat sebanyak 0,031 g yang ditambahkan dalam larutan berfungsi sebagai bahan pengawet. Bahan ini mampu menjaga penampakan daging pala agar tetap menarik dan tidak rusak karena reaksi browning. Setelah proses perendama n selesai dihasilkan air limbah sebesar 45,53 kg. 3. Neraca Massa di Proses Pembilasan Daging Pala Daging Pala
PEMBILASAN
Air
Air Limbah 19
Tabel 3. Neraca massa di proses pembilasan No A. 1.
Keterangan
INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
INPUT Daging pala Air
69,20 186
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Air limbah Jumlah Total Input Total Output
255,2 255,2 -
67,72 67,72
-
-
187,48 187,48 255,2
-
Tahap pembilasan bertujuan untuk menghilangkan rasa asin dari garam dan sisa Natrium Bisulfit pada daging pala. Pada tahap ini ada kemungkinan daging buah yang tercabik ikut hanyut dalam air pembilas. Hal ini dapat menjelaskan berkurangnya massa daging buah. Pembilasan dilakukan sebanyak 4 kali dengan total penggunaan air sebanyak 186 l. Produk samping yang dihasilkan sebesar 187,48 kg terjadi karena penambahan berat dari daging buah yang terkoyak dan masuk ke air limbah Air limbah yang dihasilkan ini mengandung kadar COD yang tinggi. Limbah cair merupakan gabungan dari air limbah proses perendaman dan pembilasan. Jumlah maupun kualitas limbah ini cukup tinggi untuk membebani lingkungan. Tahap pembilasan memberikan
kontribusi
limbah
yang
paling
besar
jumlahnya
dibandingkan denga n tahapan proses yang lain. 4. Neraca Massa di Proses Penggulaan I Daging Pala
Daging Pala
Penggulaan I
Gula Air Gula 20
Tabel 4. Neraca massa di proses penggulaan I No A. 1.
Keterangan
INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
INPUT Daging pala Gula
67,72 12,4
-
-
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Air Gula Jumlah Total Input Total Output
80,12 80,12 -
74,92 74,92
5,2 5,2
-
80,12
Penggulaan merupakan penambahan gula pada daging buah dengan tujuan untuk menambah rasa manis daging buah. Gula juga berfungsi sama seperti garam, yaitu untuk menghamba t aktivitas mikroorganisme. Gula ditaburkan pada daging pala dan diaduk merata agar seluruh permukaan daging pala terkena gula. Pori- pori daging yang sudah membesar hasil dari perendaman dengan air garam akan memudahkan penyerapan gula ke dalam daging buah. Pada tahap ini dihasilkan limbah berupa air gula sisa penggulaan sebesar 5,2 kg. Air gula ini merupakan campuran dari gula yang tidak terserap oleh buah dan air yang keluar dari buah. 5. Neraca Massa di Proses Pemasakan Daging Pala
Air
Air gula
Gula
Daging Pala PEMASAKAN
Uap air
Pewarna Asam sitrat
21
Tabel 5. Neraca massa di proses pemasakan INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
No
Keterangan
A. 1. 2. 3. 4. 5.
INPUT Daging pala Air Gula Pewarna As. sitrat
74,92 32,5 32,5 0,093 0,062
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Air Gula 3. Uap air Jumlah Total Input Total Output
140,07 140,07 -
82,99 82,99
-
-
8,95 8,95 140,07
48,13 48,13
Tujuan tahap pemasakan ini adalah pengurangan kadar air dan penahanan gula yang sudah terserap ke dalam daging agar tetap berada di dalam daging. Pemasakan dilakukan sampai gula yang menempel pada daging buah lengket. Lama pemasakan 45 menit untuk menghindari kerusakan buah dari pemanasan yang berlebihan. Penambahan asam sitrun sebanyak 62 g dilakukan untuk menambah rasa asam pada manisan pala, sedangkan penambahan pewarna 93 g dilakukan untuk menambah daya tarik penampakan. Proses pemasakan menghasilkan limbah berupa air gula sebesar 8,95 kg. Air gula ini berbeda dalam hal warna dan rasa dengan yang dihasilkan dari proses penggulaan I. Air gula hasil samping proses pemasakan tercampur dengan pewarna dan asam sitrun. 6. Neraca Massa di Proses Penggulaan II Daging Pala Daging Pala PENGGULAAN II Gula
22
Tabel 6. Neraca massa di proses penggulaan II INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
No
Keterangan
A. 1.
INPUT Daging pala Gula
82,99 10,61
-
-
-
B. OUTPUT 1. Daging pala Jumlah Total Input Total Output
93,6 93,6 -
93,6 93,6
-
-
93,6
Penggulaan yang kedua ini selain menambah rasa manis juga untuk menambah penampakan luar manisan. Sebenarnya kandungan gula di dalam daging sudah cukup pekat. Tetapi penampakan luar manisan aka n lebih menarik jika ditambah dengan kristal gula. Pada saat penggulaan yang kedua ini manisan dibentuk seperti bunga aster. Gula disisipkan ke dalam kisi-kisi irisan daging buah. Gula akan mudah melekat pada daging buah yang lengket karena dilapisi dengan gula hasil dari proses pemasakan sebelumnya. 7. Neraca Massa di Proses Penjemuran I Uap air Daging Pala
Gula sisa PENJEMURAN Daging Pala
Tabel 7. Neraca massa di proses penjemuran I INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
No
Keterangan
A. 1.
INPUT Daging pala
93,61
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Gula sisa 3. Uap air Jumlah Total Input Total Output
93,61 93,61 -
61,81 61,81
15,87 15,87 93,61
15,93 15,93
23
Proses penjemuran atau pengurangan kadar air dilakukan untuk meningkatkan masa simpan. Selain itu, penjemuran juga mempunyai tujuan
untuk
mempermudah
penanganan,
transportasi
dan
pengemasan. Pada saat penjemuran dihasilkan produk berupa manisan pala sejumlah 61,81 kg. Lama penjemuran sekitar 8 jam. Proses penjemuran menghasilkan limbah berupa kristal gula yang rontok sebesar 15,87 kg dan uap air sebesar 15,93 kg. Uap air karena menguap ke udara dianggap sebagai kehilangan bahan. 8. Neraca Massa di Proses Penggulaan III Daging Pala Daging Pala PENGGULAAN III Gula Tabel 8. Neraca massa di proses penggulaan III INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
No
Keterangan
A. 1.
INPUT Daging pala Gula
61,81 18,35
-
-
-
B. OUTPUT 1. Daging pala Jumlah Total Input Total Output
80,16 80,16 -
80,16 80,16
-
-
80,16
Penggulaan yang ketiga ini dilakukan untuk menambahkan gula pada bagian bawah manisan yang pada penjemuran I tidak terkena sinar matahari. Akibatnya, gula di bagian bawah mudah jatuh. Penggulaan yang ketiga ini untuk menutupi permukaan manisan bagian bawah yang masih belum tertutup gula tersebut. Proses penggulaan yang berhasil akan menghasilkan pala dengan seluruh permukaannya tertutup kristal gula yang tidak mudah jatuh dari permukaan buah. Penampakan dari kristal gula yang menutupi daging buah akan menambah daya tarik bagi konsumen.
24
9. Neraca Massa di Proses Penjemuran II Uap air Daging Pala
Gula sisa PENJEMURAN Daging Pala
Tabel 9. Neraca massa di proses penjemuran II No A. 1.
Keterangan
INPUT (kg/hari)
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping
INPUT Daging pala
80,16
-
-
-
B. OUTPUT 1. Daging pala 2. Gula sisa 3. Uap air Jumlah Total Input Total Output
80,16 80,16 -
65,77 65,77
6,03 6,03 80,16
8,36 8,36
Penjemuran kedua dilakukan dengan membalik posisi manisan. Perubahan posisi manisan akan mempermudah air yang masih tersisa di dalam buah untuk keluar dari bagian ceruk buah. Proses penjemuran II menghasilkan limbah berupa kristal gula sebesar 6,03 kg dan uap air yang menghilang ke udara sebesar 8,36 kg. Tabel 10. Neraca bahan total No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keterangan
INPUT (kg/hari)
Pengupasan Perendaman Pembilasan Penggulaan I Pemasakan Penggulaaan II Penjemuran I Penggulaan III Penjemuran II
100 114,73 255,2 80,12 140,07 93,6 93,61 80,16 80,16
OUTPUT (kg/hari) Produk Produk Kehilangan utama samping 62 38 69,2 45,53 67,72 187,48 74,92 5,2 82,99 8,95 48,13 93,6 61,81 15,87 15,93 8,16 65,77 6,03 8,36
Hasil analisis keseimbangan bahan pada keseluruhan tahapan proses produksi manisan pala kering di perusahaan manisan SEGER
25
(kapasitas produksi 100 kg/hari) menunjukkan jumlah produk samping 307,06 kg/hari, dan kehilangan bahan karena penguapan sebesar 72,42 kg/hari. Pada tahap perendaman dihasilkan limbah cair yang terbuang ke lingkungan sebesar 45,53 kg. Sedangkan kontribusi terbesar dari jumlah produk samping diberikan oleh tahapan proses pembilasan, yaitu sebesar 187,48 kg berbentuk limbah cair
D. ALTERNATIF PRODUKSI BERSIH 1. Kegiatan Perusahaan yang Dapat Digolongkan Sebagai Penerapan Produksi Bersih Perusahaan
manisan
SEGER
dalam
praktek
produksinya
sebenarnya sudah menerapkan beberapa langkah produksi bersih yang mana pada akhirnya terbukti dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan sekaligus mengurangi beban limbah yang harus dibuang ke lingkungan. Beberapa langkah yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Langkah awal yang dilakukan perusahaan ya ng merupakan salah satu langkah produksi bersih adalah pemilihan bahan baku. Perusahaan memilih menggunakan pala yang sudah tua tetapi belum matang. Ukuran juga dipilih yang seragam. Langkah-langkah ini pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi perusahaan dan bagi lingkungan.
Perusahaan
diuntungkan
karena
keseragaman
dan
kebagusan bahan serta kemudahan dalam pengolahannya. Dengan berkurangnya atau tidak adanya bahan yang tersisa dan menjadi sampah maka limbah yang dihasilkan perusahaan juga berkurang. b. Pada proses penggulaan I dan pemasakan dihasilkan produk samping berupa air gula yang merupakan sisa dari proses. Air gula ini oleh perusahaan digunakan kembali (reuse) untuk proses penggulaan atau pemasakan berikutnya. Langkah ini sangat baik diterapkan karena keuntungannya yang nyata. Sedangkan pada proses penjemuran I dan penjemuran II terdapat kristal gula yang jatuh dari permukaan buah.
26
R1=5,2
F2=62
F1=100 PENGUPASAN
F8=67,72
F6=69,2 PERENDAMAN
W3=45,53
W2=12
W4=187,48
F13=0,093 F9=12,4
F7=186
F19=18,35
F20=80,16 PENJEMURAN II
W5=48,13 F14=0,062
F5=0,031
R4=6,03
PEMASAKAN F12=32,5
F4=6,2
W7=8 ,36
R2=8,95
F10=74,92 PENGGULAAN I
PEMBILASAN
F3=46,5 W1=26
F11=32,5
W6=15,93
F18=61,81 PENGGULAAN III
R3=15 ,87
F16=10,61
F15=82,99
F17=93,61 PENJEMURAN I
PENGGULAAN II
F21=65,77
27
Gambar 4. Diagram Alir Neraca Bahan Kuantitatif pada Setiap Tahap Proses Produksi 27
Keterangan: F1 = buah pala masuk tahap pengupasan
= 100 kg/hari
W1 = biji pala sisa pengupasan
= 26 kg/hari
W2 = kulit hasil dari pengupasan
= 12 kg/hari
F2 = buah pala masuk tahap perendaman
= 62 kg/hari
F3 = air yang digunakan untuk membuat larutan perendam
= 46,5 l/hari
F4 = garam
= 6,2 kg/hari
F5 = bahan pengawet Natrium Bisulfit
= 0,031 kg/hari
W3 = limbah cair yang dihasilkan
= 45,53 l/hari
F6 = pala yang sudah terendam masuk ke pembilasan
= 69,2 kg/hari
F7 = air untuk membilas
= 186 l/hari
W4 = air limbah pembilasan
= 187,48 l/hari
F8 = pala yang sudah bersih
= 67,72 kg/hari
F9 = gula untuk penggulaan tahap pertama
= 12,4 kg/hari
R1 = air gula sis a proses penggulaan yang di re-use
= 5,2 kg/hari
F10 = pala berlapis gula hasil penggulaan I
= 74,92 kg/hari
F11 = air untuk tahap pemasakan
= 32,5 l/hari
F12 = penambahan gula saat pemasakan
= 32,5 kg/hari
F13 = pewarna untuk menambah daya tarik manisan
= 0,093 kg/hari
F14 = Asam sitrat sebagai penambah rasa asam pada manisan = 0,062 kg/hari W5 = uap air yang menghilang ke udara
= 48,13 kg/hari
R2 = air gula yang masih dapat di re-use
= 8,95 kg/hari
F15 = pala yang sudah dimasak
= 82,99 kg/hari
F16 = gula untuk penggulaan II
= 10,61 kg/hari
F17 = pala yang telah dilapisi kristal gula
= 93,61 kg/hari
R3 = gula yang jatuh dalam penjemuran I
= 15,87 kg/hari
W6 = air yang menguap
= 15,93 kg/hari
F18 = pala hasil penjemuran
= 61,81 kg/hari
F19 = gula untuk penggulaan tahap III
= 18,35 kg/hari
F20 = pala yang telah digulain
= 80,16 kg/hari
R4 = sisa gula yang jatuh saat penjemuran
= 6,03 kg/hari
W7 = uap air yang hilang ke udara
= 8,36 kg/hari
F21 = manisan pala yang siap kemas dan siap jual
= 65,77 kg/hari
28
Gula ini ditampung di bawah tatakan untuk penjemuran pala dan dikumpulkan. Hasil dari pengumpulan gula ini dapat dipergunakan kembali untuk penggulaan I atau pemasakan yang membutuhkan air gula, maupun penggulaan II dan penggulaan III yang menggunakan kristal gula. c. Perusahaan manisan SEGER dalam proses pembuatan manisan melakukan pemasakan. Hal ini berbeda dengan yang pada umumnya dilakukan oleh pengusaha manisan lainnya. Lioe (1991) menemukan bahwa dari 5 industri manisan dengan kapasitas produksi berbeda yang dia amati tidak ada satupun yang melakukan pemasakan. Diungkapkan bahwa
proses
penggulaan
yang
mereka
lakukan
merupakan
pengadukan gula dengan buah dan kemudian dijemur. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang (15-16 kali) sampai manisan terlihat dilapisi lapisan gula yang bening mengkilap dan konsistensi larutan gula kental atau lengket. Terlihat bahwa tanpa pemasakan maka proses penggulaan akan memakan waktu yang lama. Pemasakan membantu mempercepat penyerapan gula ke dalam buah karena gula akan lebih mencair dalam suhu tinggi. Pemanasan juga akan menguapkan kandungan air dari dalam buah yang pada gilirannya akan diisi oleh larutan gula di sekelilingnya. Pengentalan larutan gula yang melapisi buah juga akan tercapai
lebih
cepat. Secara
keseluruhan
langkah
pemasakan
merupakan langkah baru yang dilakukan oleh perusahaan SEGER dalam pembuatan manisan pala kering. Hasilnya adalah berkurangnya produk samping berupa larutan gula. d. Proses perendaman Natrium Bisulfit dan perendaman dalam larutan garam yang memakan waktu 24 jam dilakukan secara bersamaan. Dalam buah yang terendam air garam ditambahkan Natrium Bisulfit yang
berfungsi
sebagai
bahan
pengawet. Langkah ini akan
mempercepat waktu produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan. Selain itu juga mengurangi limbah cair yang dihasilkan perusahaan seandainya langkah perendaman dalam
29
larutan garam dan dalam bahan pengawet Natrium Bisulfit dilakukan dalam dua tahap yang berbeda.
2. Kemungkinan Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan Pala Perusahaan Manisan SEGER Secara keseluruhan perusahaan manisan SEGER sudah dapat melaksanakan proses produksi dengan baik tanpa terlalu membebani lingkungan sekitarnya. Tahapan-tahapan proses yang terkontrol dan saluran pembuangan serta penanganan limbah yang ada mengurangi resiko lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan. Tetapi ada beberapa langkah yang kiranya masih dapat diterapkan di perusahaan manisan SEGER. Langkah-langkah produksi bersih tersebut adalah sebagai berikut: a. Cholifah (1992) da n Lioe (1991) memberikan kisaran penggunaan konsentrasi larutan garam yang diperoleh dari berbagai industri manisan yang mereka amati berkisar antara 5%- 25%. Konsentrasi larutan garam yang berbeda-beda akan memberikan ciri khas rasa dari masing-masing pengrajin manisan pala. Perusahaan manisan SEGER menggunakan konsentrasi larutan garam 13,3%. Kalau perusahaan SEGER menggunakan konsentrasi garam yang lebih sedikit maka dapat diperoleh keuntungan finansial bagi perusahaan. Garam yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk air garam juga akan berkurang. Langkah ini akan secara langsung menurunkan nilai pencemaran yang diakibatkan oleh konsentrasi garam dalam limbah cair. Analisa yang dilakukan di laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan (TML) IPB terhadap nilai total padatan terlarut (TDS) air garam dengan konsentrasi 5% dan 13,3% menunjukkan perbedaan yang nyata. Air garam dengan konsentrasi 5% memiliki nilai TDS sebesar 47.384 mg/l. Air garam dengan konsentrasi sebesar 13,3% memiliki nilai TDS sebesar 127.685 mg/l. Hal ini menunjukkan keuntungan dari segi lingkungan dalam hal penurunan konsentrasi air garam yang digunakan untuk proses perendaman pala.
30
b. Perusahaan manisan SEGER menghasilkan limbah cair yang cukup besar setiap harinya. Jumlah limbah dan tahapan proses penghasilnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Limbah cair dihasilkan dari tahap pencucian atau pembilasan dan perendaman. Juga dari kegiatan pencucian alat serta ruangan produksi. Jumlah total limbah cair yang dihasilkan industri manisan SEGER adalah 233,01 l/hari.
Tabel 11. Tahapan proses produksi yang berpotensi menghasilkan pencemar dan jenis serta jumlahnya pada proses pembuatan manisan pala kering aster. Proses
Jenis
Jumlah (liter)
Perendaman
Cair
45,53
Pembilasan
Cair
187,48
Hasil dari analisa terhadap air limbah yang dihasilkan oleh industri manisan pala menunjukkan nilai BOD sebesar 789 mg/l. Nilai COD yang relatif besar yaitu sebesar 3841 mg/l menjadi beban bagi lingkungan sekitar. Total padatan tersuspensi (TSS) memiliki nilai sebesar 1113 mg/l. pH dari limbah cair yang dikeluarkan adalah 2,47. Perusahaan dapat melakukan recycle air limbah yang dihasilkan untuk
mengurangi
pembebanan
lingkungan
sekaligus
menghemat
pemakaian sumber daya air. Langkah ini tidak harus membutuhkan biaya yang besar tetapi dapat memberikan hasil yang nyata. Salah satu cara daur ulang air adalah dengan membuat instalasi daur ulang air limbah. Instalasi ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengendapan dan kedua adalah tahap penyaringan. Tahap pengendapan dapat dilakukan dengan membuat bak pengendapan dengan volume minimal 233,01 l. Bak dapat dibuat dengan ukuran (1 x 1 x 0,25) m, sehingga mampu menampung limbah cair dengan volume 250 l. Pada tahap pengendapan ini ditambahkan tawas, batu kapur
31
dan kaporit. Dengan kapasitas bak pengendapan yang sebesar 250 l, maka limbah cair industri yang dihasilkan setiap harinya dapat ditampung. Bak penyaringan dibuat dengan ukuran yang sama. Di dalam bak penyaringan dibuat lapisan-lapisan penyaring dari bahan-bahan tertentu yang dapat mengurangi pengotor dan bahan ikutan yang tidak diinginkan dalam air limbah. Bahan yang digunakan sebagai media penyaring adalah pasir, kerikil, ijuk, dan arang. Menurut Untung (1995), pasir kerikil dan ijuk berfungsi untuk mengurangi bahan-bahan padat yang ada di air. Sedangkan arang berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang terkandung di air kotor. Air yang akan masuk ke dalam bak pengendapan dan bak penyaringan sebaiknya disaring terlebih dahulu dengan menggunakan kawat kasa. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan penyumbatan pada saluran keluar bak. Bak penyaringan diisi media penyaring dengan urutan sebagai berikut: di dasar bak diletakkan tumpukan kerikil setebal 10 cm. Selanjutnya di atasnya ditaburkan pasir setebal 20 cm. Untuk menyerap bahan pencemar dalam air, disebarkan arang setebal 5 cm. Lapisan di atasnya adalah ijuk dengan tebal 10 cm. setelah itu, di atasnya di letakkan pasir setebal 15 cm. sebagai lapisan paling atas di hamparkan lagi ijuk setebal 10 cm (Untung, 1995). Perhitungan jumlah bahan pembantu dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses pengendapan dan penyaringan dapat menghasilkan limbah cair sebesar 233 l. Sisa 10 g merupakan kotoran yang tersangkut di penyaring. Air ini siap digunakan kembali ke dalam proses produksi baik itu pencucian maupun perendaman. Instalasi daur ulang air limbah dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar dapat dilihat bahwa bak dibuat bersusun untuk memudahkan aliran air dari bak pengendapan menuju bak penyaringan. Setelah mengalami pengendapan, sumbat dibuka dan air dialirkan ke bak penyaringan. Air bersih yang dihasilkan dari bak penyaringan dapat digunakan dengan cara menampungnya misalnya ke dalam ember atau wadah lainnya.
32
Dari uji yang dilakukan di laboratorium untuk me ngetahui efektivitas kedua tahap daur ulang air diperoleh data parameter limbah yang menunjukkan penurunan. Nilai BOD setelah perlakuan di laboratorium 421 mg/l dengan nilai COD menurun menjadi 1473 mg/l. Total Padatan Tersuspensi (TSS) menjadi 842 mg/l. Nilai pH tidak menunjukkan perubahan yang berarti, yaitu 2,86.
Bak Pengendapan
Bak Penyaring
Gambar 5. Rancangan Instalasi Daur Ulang Air Limbah Keterangan: : pasir : kerikil : ijuk : arang : kasa
E. Analisis Finansial 1. Penurunan Konsentrasi Garam Penurunan konsentrasi garam merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi kualitas limbah. Air limbah yang dihasilkan dari tahapan proses perendaman dan pencucian akan menurun kualitas pencemarannya. Konsentrasi larutan garam yang ditemukan oleh Cholifah (1992) dan Lioe (1991) pada berbagai industri manisan pala memberikan kemungkinan yang cukup besar untuk penurunan konsentrasi larutan garam, yaitu 5% sampai 25%. Pada analisa
33
kali ini perusahaan SEGER dapat menurunkan konsentrasi larutan garam dari 13,3% menjadi 5%. Sehingga garam yang ditambah menjadi 2,33 kg per 46,5 l air pelarut. Perhitungan nilai penghematan terhadap langkah penurunan konsentrasi larutan garam memberikan keuntungan yang nyata kepada pihak industri dan lingkungan. Industri diuntungkan dari pengurangan biaya produksi. Sedangkan lingkungan diuntungkan dari penurunan beban limbah cair. Penurunan pemakaian garam dari 6,2 kg menjadi 2,33 kg menghemat garam sebesar 3,87 kg. Dengan harga garam senilai Rp. 2.000/kg dapat dihitung nilai penghematan yang diperoleh. Perhitungan biaya pada konsentrasi larutan garam 13,3%: 6,2 kg/hari x Rp. 2.000/kg = Rp. 12.400/hari Perhitungan biaya pada konsentrasi 5% : 2,33 kg/hari x Rp. 2.000/kg = Rp. 4.660/hari Keuntungan tiap hari: Rp. 12.400 – Rp. 4.660 = Rp. 7.740 Perusahaan akan diuntungkan sebesar Rp. 7.740 setiap harinya atau Rp. 216.720 setiap bulannya. Keuntungan bagi lingkungan adalah turunnya kualitas limbah yang dihasilkan. 2. Pembuatan Instalasi Daur Ulang (recycle) Air Limbah Pada perhitungan analisa finansial diberlakukan asumi-asumsi. Umur proyek adalah 10 tahun. Pada tahun ke -0 adalah tahun pembangunan proyek, sedangkan produksi dimulai pada tahun ke-1. Bunga pinjaman pada Bank ABN Amro sebesar 20 persen per tahun. Nilai sisa proyek adalah 10 persen dari nilai investasi dengan biaya pemeliharaan sebesar 2 persen dari nilai investasi. Angsuran kredit dan bunga modal dibayar setiap tahun dengan angsuran yang sama setiap tahunnya. Jumlah hari kerja adalah 336 hari per tahun dengan jam kerja 10 jam per hari. a. Kapasitas Produksi Dalam perhitungan neraca massa yang berbasis 100 kg pala dihasilkan 233,01 l limbah cair per hari. Dengan jumlah bahan baku air buangan
34
sebesar 233,01 l tersebut akan dihasilkan air sejumlah 233 l. Air ini dapat digunakan sebagai air kelas dua, yaitu untuk kegiatan produksi yang tidak berhubungan langsung dengan bahan seperti sanitasi. Air hasil daur ulang dapat dipergunakan untuk menggantikan air tanah yang dipakai untuk sanitasi. Penghematan yang diperoleh perusahaan adalah penghematan pemakaian sumber daya air dan keuntungan finansial dengan perhitungan sebagai berikut: -
Perhitungan
keuntungan
yang
diperoleh
dilakukan
dengan
membandingkan air yang dihasilkan dengan harga air mentah yang dijual di pasaran. Harga air yang dipakai adalah Rp. 100/40 l. -
Dengan begitu, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: 233 l/hari x Rp. 100/40 l = Rp. 582,5/hari Dalam sebulan, penghematan yang diperoleh perusahaan adalah: Rp. 582,5/hari x 28 hari = Rp. 16.310 Dalam setahun, penghematan yang diperoleh perusahaan adalah: Rp. 16.310 x 12 = Rp. 195.720 Menurut UU RI No. 17 tahun 2000, pajak keuntungan sa mpai Rp. 50.000.000 adalah 10%. Jadi, pajak penghasilan per tahun proyek ini adalah: 10% x Rp 195.720/tahun = Rp. 19.572/tahun
b. Analisa Biaya -
Biaya Investasi meliputi pembelian alat pendukung proses daur ulang limbah. Total biaya investasi sebesar Rp. 589.000, dengan rincian yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada tahun ke-0, biaya operasional berasal dari modal yang digunakan untuk pembelian alat-alat. Perincian modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 3.
-
Biaya Operasional (produksi) Biaya ini dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari proyek yang telah selesai dibangun. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap jumlahnya tidak berubah dan tidak tergantung pada tingkat produksi. Sedangkan biaya tidak tetap sangat tergantung akan
35
tingkat produksi dari perusahaan. Biaya tetap pada proyek ini meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya tetap yang diperlukan per tahun adalah sebesar Rp. 64.790. Biaya tidak tetap dalam analisis ini adalah biaya bahan baku, biaya bahan penjernih, dan biaya bahan penyaring. Perincian biaya bahan baku dan bahan pembantu dapat dilihat pada Lampiran 4. Total biaya tidak tetap per tahun sebesar Rp. 102.061. Perincian kebutuhan biaya tidak tetap dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Total biaya operasional adalah sebesar Rp. 166.851. Perincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 5. -
Perkiraan Nilai Penghematan Hasil pe rhitungan nilai penghematan menunjukkan suatu proyek baik atau tidak untuk dijalankan dalam suatu periode tertentu. Nilai penghematan dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil perhitungan memberikan nilai penghematan sebesar Rp. 9.297 per tahun yang diperoleh dari penghematan air tanah. Air ini diasumsikan dinilai sebagai air mentah yang dijual di pasaran. Harga air mentah dianggap konstan hingga tahun ke-10.
-
Arus Kas Penerimaan dan Pengeluaran. Arus penerimaan dalam proyek ini meliputi modal sendiri, serta besarnya penghematan per tahun. Arus pengeluaran meliputi biaya pembangunan instalasi, biaya tidak tetap, dan biaya tetap. Arus kas penerimaan dan pengeluaran dapat dilihat pada Lampiran 7.
-
Kriteria Investasi Kriteria investasi diperlukan untuk menentukan apa kah suatu proyek la yak dari segi
finansial. Kriteria investasi yang
dipergunakan adalah rasio B/C. Kriteria ini dipergunakan karena menurut Paul (1997), selama hampir 60 tahun metode rasio B/C telah merupakan prosedur yang diterima untuk mengambil keputusan ya/tidak, walaupun metode lain (present worth, annual worth, internal rate of return) akan mengarah ke rekomendasi yang persis sama. Perhitungan yang dilakukan menggunakan arus kas
36
tunai bersih dari tahun ke-0 dan tahun ke-10 diperoleh nilai rasio B/C sebesar 1,47. Dari nilai perbandingan biaya dan keuntungan tersebut dapat dilihat bahwa proyek ini menguntungkan secara teoritis. Kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 8.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Penyusunan neraca massa dilakukan untuk identifikasi limbah yang dihasilkan tiap-tiap tahapan proses produksi. Pada kapasitas produksi 100 kg pala dihasilkan limbah cair sebesar 233,01 kg. Limbah berupa air gula dihasilk an sebesar 14,15 kg. Limbah berupa kristal gula dihasilkan sebesar 21,9 kg. 2. Hasil analisa air limbah menunjukkan nilai BOD sebesar 789 mg/l dan nilai COD yang relatif besar yaitu sebesar 3841 mg/l. Total padatan tersuspensi (TSS) memiliki nilai sebesar 1113 mg/l, sedangkan pH dari limbah cair yang dikeluarkan adalah 2,47. Limbah cair memiliki nilai total padatan terlarut TDS sebesar 127.685 mg/l. 3. Potensi penerapan produksi bersih pada perusahaan manisan pala SEGER adalah penurunan konsentrasi garam yang dig unakan untuk perendaman dan pembuatan instalasi daur ulang (recycle ) air limbah. 4. Penurunan konsentrasi air garam dari 13,3% menjadi 5% akan memberikan keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp. Rp. 216.720 setiap bulannya. Penurunan konsentrasi garam juga menurunkan nilai TDS air garam dari 127.685 mg/l menjadi 47.384 mg/l. 5. Pembuatan instalasi recycle air limbah memberi penghematan kepada perusahaan sebesar Rp. 195.720 per tahunnya. Recycle air limbah menghasilkan air kelas dua bagi perusahaan sebesar 233 l. Rasio B/C sebesar 1,47 menunjukkan langkah ini secara finansial layak untuk diterapkan.
B. SARAN Perlu penerapan kajian produksi bersih untuk mencapai kondisi yang optimal. Produksi air limbah yang besar dapat dikurangi dengan melakukan studi literatur tentang langkah proses yang lebih efektif. Perlu dilakukan analisa terhadap air hasil instalasi daur ulang air limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, K. 2003. Studi Kasus Produksi Bersih pada Industri Pengalengan Ikan Tuna di PT. Biak Mina Jaya. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Afmar, M. 1998. Faktor Kunci dan Te knik Efektif Penerapan Cleaner Production di Industri. Makalah Seminar Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Indonesia Melalui Cleaner Production, Jakarta. Apriantono, A. 1985. Panduan Praktikum Pembuatan Manisan Buah-Buahan di dalam Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Lapangan Spesialis Industri Kecil Pengolahan Pangan. Buku III Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Kerja Sama Departemen Perindustrian dengan fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor , Bogor. BAPEDAL dan USAID. 1997. Buku Panduan Pelatihan Produksi Bersih untuk Industri dan Jasa. Bapedal, Jakarta. Cholifah, N. 1992. Mempelajari Aspek Teknologi Pangan pada Industri Manisan Pala Kering di Desa Dramaga Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Desrosier, N. W. 1988. Te knologi Pengawetan Pangan (terjemahan). UI-Press, Jakarta. Harry, M. 1998. Analisis Finansial Usaha Manisan Buah Pala (Myristica fragrans) dengan Menggunakan Pengering Rumah Kaca. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iyus, E. M. 1995. Profil Komoditas Pala (Myristica fragrans). Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Lioe L. H. 1991. Mempelajari Aspek Teknologis Pangan pada Industri Kecil Pala Manis di Daera h Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Paul, E., Degarmo. 1997. Ekonomi Teknik. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Rahmat, M. dan B. Sayaka. 1990. Prospek Agroindustri Daging Buah Pala di Sulawesi Utara di dalam Agroindustri Faktor Penunjang Pertanian di Indonesia. Pusat Penelitian Agro-Ekonomi. Badan Litbang Pertanian Deptan. Rismunandar. 1988. Budidaya dan Tataniaga Pala. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarief, R. dan Irawati, A. 1986. Pengetahuan bahan untuk industri pertania n. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Somaatmadja, D. 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi No. 215. Balai Besar Industri Hasil Pertanian, Bogor. UNEP IE. 1995. Cleaner Production at Pulp and Paper Mills : A Guidance Manual. United Nation Environment Programme Industry and Environment, France. United State Agency for International Develoment (USAID). 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta. Untung, O. 1995. Menjernihkan Air Kotor. Puspa Swara, Jakarta.
40
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah ruangan industri manisan Perusahaan manisan SEGER. Lantai 1. A
A
B
G
C
H
D
H
H
Keterangan : A : kamar mandi B : alat pengering C : area menyimpan bahan dan pengolahan produk (penggulaan) D : kompor untuk pemasakan E : penyimpanan produk jadi siap kemas F : penyimpanan alat G : tempat pencucian bahan (buah) dan perendaman H : rak penjemuran (untuk yang di lt. 2 ada di dalam rumah kaca) I : teras lt. 2 J : tangga
E
F
Lantai 2. I J H
H
42
Lampiran 2. Perhitungan bahan pembantu (bahan penjernih dan bahan penyaring)
1. Bahan penjernih a. Kaporit 1gr/100 liter = 2,33 gr/233,01 liter b. Tawas 10 gr/100 liter = 23,3 gr/233,01liter c. Batu kapur 10 gr/100 liter = 23,3 gr/233,01liter
2. Bahan penyaring Bak pe nyaring memiliki luasan dasar = 1 m x 1 m = 1 m2. Tahap penyaringan = 6 tahap, terdiri dari: ijuk, pasir, ijuk, arang, pasir dan kerikil. Masing-masing bahan mulai dari bawah memiliki ketebalan sebagai berikut: kerikil 10 cm; pasir 20 cm; arang 5 cm; ijuk 10 cm; pasir 15 cm; ijuk 10 cm. NO 1. 2.
4.
JENIS BAHAN JUMLAH BAHAN Kerikil 0,1 m x 1 m2 = 0,1 m3 Pasir (0,2 m + 0,15 m) x 1 m2 = 0,35 m3 Ijuk (0,1 m + 0,1 m) x 1 m2 = 0,2 m3 Arang 0,05 m x 1 m2 = 0,05 m3
5.
Kasa
3.
1 m2 + 1 m2 = 2 m2
FUNGSI BAHAN Mengurangi bahanbahan padat yang ada di air Penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang ada di air Mengurangi padatan yang masuk ke dalam bak untuk menghindari terjadinya penyumbatan pada keran saluran keluar
43
Lampiran 3. Perincian biaya investasi, modal kerja, dan depresiasi instalasi daur ulang air No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga/satuan (Rp.)
Total harga (Rp.)
1
P embuatan Bak Penyaringan
1
buah
230.000
230.000
2
P embuatan Bak Pengendapan
1
buah
359.000
359.000
Total
No
589.000
Uraian
Jumlah (Rp.)
1
Investasi Alat
589.000
2
Modal Kerja Operasional Alat
102.061
Total
No 1
Uraian Pembuatan Bak
Jml
691.061
Satuan
Harga/Satuan
Total Harga
Umur Pakai
Nilai Sisa
Penyusutan
Pemeliharaan
(Rp.)
(Rp.)
(Tahun)
10%
(per tahun)
(per tahun)
1
buah
230.000
230.000
10
23.000
20.700
4.600
1
buah
359.000
359.000
10
35.900
32.310
7.180
58.900
53.010
11.780
Penyaringan 2
Pembuatan Bak Pengendapan Total
589.000
44
Lampiran 4. Biaya bahan baku dan bahan pembantu No Uraian Jumlah A Bahan baku Air buangan 233.01 B Bahan pembantu Bahan penjernih* 1 Kaporit 0.783 2 Tawas 7.83 3 Batu kapur 7.83 Total bahan penjernih Bahan penyaring 1 Kasa 2 2 Kerikil 0.1 3 Pasir 0.35 4 Ijuk 0.2 5 Arang 0.05 Total bahan penyaring Total biaya bahan pembantu * = jumlah pemakaian bahan selama satu tahun
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Total harga (Rp)
liter
0
0
kg kg kg
2,500 1,000 5,000
1,958 7,830 39,150 48,938
m² m³ m³ m³ m³
10,000 175,000 72,500 50,000 60,000
20,000 17,500 25,375 10,000 3,000 55,875 104,813
45
Lampiran 5. Perincian biaya operasional instalasi daur ulang air No
biaya tahun ke - (Rp)
Uraian 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
Biaya tetap (BT)
1
penyusutan
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
2
pemeliharaan
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
11,780
total biaya tetap
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
B
biaya tidak tetap (BTT)
1
biaya bahan baku
2
biaya bahan pembantu
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
total biaya tidak tetap
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
total biaya (BT+BTT)
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
46
Lampiran 6. Nilai penghematan instalasi daur ulang air No
Tahun ke - (Rp.)
Uraian Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
A.
Penerimaan
1
Penghematan
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
Total Penerimaan
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
195,720
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
64,790
B
Pengeluaran
1
Biaya tetap
2
Biaya tidak tetap
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
104,813
Total Pengeluaran
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
169,603
Nilai Penghematan
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
26,118
Total Pajak Penghasilan
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
NP Setelah Pajak
47
Lampiran 7. Arus penerimaan dan pengeluaran instalasi daur ulang air No.
Tahun ke - (Rp)
Uraian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
693,813
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
A
Penerimaan
1
Modal sendiri
2
NP setelah pajak
0
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
6,546
3
Penyusutan
0
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
53,010
4
Nilai sisa
0
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
58,900
693,813
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
118,456
Total penerimaan B
Pengeluaran
1
Pembangunan instalasi
589,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Modal kerja
104,813
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Pajak
0
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
693,813
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
19,572
Total pengeluaran C
Aliran kas bersih
0
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
98,884
D
Total kas awal tahun
0
0
98,884
197,767
296,651
395,534
494,418
593,301
692,185
791,068
889,952
E
Total kas akhir tahun
0
98,884
197,767
296,651
395,534
494,418
593,301
692,185
791,068
889,952
988,835
48
Lampiran 8. Hasil analisis finansial instalasi daur ulang air
Tahun
Aliran kas bersih (Rp.)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Discount factor 20%
-693,813 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884
Hasil Analisa Finansial NPV (Rp) IRR Net B/C
295,023 7% 1.43
1 0.8333 0.6944 0.5787 0.4823 0.4019 0.3349 0.2791 0.2326 0.1938 0.1615
Present worth (Rp.) -693,813 82,400 68,665 57,224 47,692 39,741 33,116 27,598 23,000 19,164 15,970 -279,243
49
Lampiran 9. Bak-bak penyaringan limbah cair.
U 1
Perusahaan Manisan SEGER
2
4
Gg. Kerajinan
3
5
Jl. Raya Cisaat
50