KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
SKRIPSI
LUTVIA ROSALIANA F 34070090
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
STUDY OF THE POTENTIAL APPLICATION OF CLEANER PRODUCTION STRATEGIES IN THE PLYWOOD INDUSTRY: A CASE STUDY IN CV MEKAR ABADI, WONOSOBO, CENTRAL JAVA
Lutvia Rosaliana dan Anas Miftah Fauzi Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone 62 564 3366160, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT
Plywood industry is an industry that has a problem toward the use of raw materials and large quantities of waste disposal. Therefore, the cleaner production strategies are needed to improve the efficient use of wood logs and energy and minimizing waste is wasted. The analysis includes three aspects. Analysis of technological techniques to see unit processes and machines production which is the source of waste, and produce cleaner production options as a solution. Financial analysis determines the priority of each of these production options and calculate the payback period. Political analysis is done using two methods, the analysis of SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) and Analitical Hierarchy Process that will result in cleaner production strategies. Analysis of technological techniques produces six priority cleaner production options. Financial analysis resulted in a total investment cost for six priority cleaner production options amounting to Rp 206,593,027. Advantages and savings gained Rp 65,210,649, with payback period for 3 months and 5 days. Political analysis produced seven strategies for implementation of cleaner production. Its main strategy is to socialize and training in the implementation of cleaner production and improving the quality of plywood. Thus, CV Mekar Abadi has great potential in the application of cleaner production as an environmental management strategy. The use of cleaner production strategies above can create CV Mekar Abadi as the sustainable plywood industry. Keywords: Cleaner production, plywood industry
LUTVIA ROSALIANA. F34070090. Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan Anas Miftah Fauzi. 2011
RINGKASAN Industri kayu lapis merupakan salah satu industri yang memiliki masalah terhadap penggunaan bahan baku dan pembuangan limbah yang kuantitasnya besar. Hal ini terbukti dari proses produksinya yang menghasilkan limbah rata-rata 40-50%. Selain itu, penggunaan bahan baku log kayu secara terus-menerus mengakibatkan berkurangnya daya dukung hutan untuk memenuhi kapasitas produksi industri kayu lapis yang semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku log kayu dan energi serta meminimalkan limbah yang terbuang. Produksi bersih merupakan strategi yang tepat diterapkan oleh industri kayu lapis. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terintegrasi serta diterapkan secara terus-menerus untuk mengurangi resiko pada manusia dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari potensi penerapan produksi bersih di industri kayu lapis, menganalisis produksi bersih berdasarkan aspek teknis, finansial, dan politis, dan merumuskan alternatif strategi produksi bersih untuk pengembangan industri kayu lapis menuju industri kayu lapis yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan di CV Mekar Abadi, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Mei 2011. Analisis mencakup tiga aspek, yaitu analisis teknik-teknologi, analisis finansial, dan analisis politis. Analisis teknik teknologi dilakukan berdasarkan pengamatan proses produksi serta neraca massa. Analisis teknik-teknologi melihat unit proses maupun mesin produksi yang menjadi sumber limbah, kemudian menghasilkan opsi-opsi produksi bersih sebagai solusinya. Analisis finansial menentukan prioritas masing-masing opsi produksi tersebut dan menghitung payback period dari penerapan opsi produksi bersih. Analisis politis dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) dan Analitical Hierarchy Process yang akan menghasilkan strategi produksi bersih. Analisis teknik teknologi menghasilkan 13 opsi produksi bersih pada unit-unit proses produksi. Opsi-opsi produksi bersih tersebut adalah good housekeeping pada penyortiran log, pegontrolan MC vinir, penanganan vinir dan face-back, pengontrolan input glue, pengontrolan roll di glue spreader, pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan hot press dan cold press; penggunaan konveyor pada mesin rotary; penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol pH dan suhu; modifikasi teknologi penampung glue; pemasangan termometer pada boiler; serta pelapisan pada pipa steam boiler. Selain itu, analisis teknik teknologi juga menghasilkan empat opsi produksi bersih dari beberapa aspek kegiatan. Opsi-opsi produksi bersih tersebut adalah tata letak pabrik yang harus diperbaiki, penyusunan standar operasional prosedur, pembuatan instalasi pengolahan air limbah, dan pemberian peralatan keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan analisis ini, opsi yang yang diprioritaskan adalah penggantian sistem rotary dengan konveyor, penanganan vinir dan face-back dengan baik, modifikasi penampung glue, pemasangan termometer dan pelapisan pipa steam pada boiler, membuat SOP, serta pembuatan IPAL. Analisis finansial menghasilkan total biaya investasi untuk opsi produksi bersih yang diprioritaskan sebesar Rp 206,593,027. Keuntungan dan penghematan yang didapat sebesar Rp 65,210,649, dengan payback period selama 3 bulan 5 hari.
Analisis politis melalui analisis SWOT dan AHP menghasilkan strategi untuk implementasi produksi bersih. Strategi produksi bersih yang akan diterapkan adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis; pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin; peningkatan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan sistem K3 melalui program produksi bersih; dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah; peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah; penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai; mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. Dengan demikian, CV Mekar Abadi memiliki potensi besar dalam penerapan produksi bersih sebagai strategi pengelolaan lingkungan. Penggunaan strategi produksi bersih diatas dapat menciptakan CV Mekar Abadi sebagai industri kayu lapis yang berkelanjutan.
KAJIAN POTENSI PENERAPAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KAYU LAPIS : STUDI KASUS DI CV. MEKAR ABADI, WONOSOBO, JAWA TENGAH
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh
LUTVIA ROSALIANA F 34070090
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi : Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Lutvia Rosaliana NIM : F34070090
Menyetujui :
Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M. Eng) NIP. 19600419 198503.1.002
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP. 19621009 198903.2.001
Tanggal lulus :
Oktober 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skipsi dengan judul Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011 Yang membuat pernyataan
Lutvia Rosaliana F 34070090
© Hak cipta milik Lutvia Rosaliana, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Lutvia Rosaliana. Lahir di Wonosobo, 3 November 1989 dari bapak Soejarwo dan ibu Eri Dwi Rosana, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMAN 1 Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi, antara lain HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa teknologi Industri Pertanian) tahun 2009-2010 dan IMTPI (Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian Indonesia) tahun 2008-2009. Penulis juga mengikuti unit kegiatan mahasiswa Agriaswara tahun 2007-2008. Dalam kegiatan kepanitiaan penulis pernah menjadi ketua Atsiri Fair 2009 yang diadakan oleh HIMALOGIN. Selain itu, pada tahun 2009 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi . Pada tahun yang sama penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari IPB. Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2010 di perkebunan teh, PT Perkebunan Tambi, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis : Studi Kasus di CV. Mekar Abadi, Wonosobo, Jawa Tengah dilaksanakan di Wonosobo, Jawa Tengah sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Selama penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, fasilitas, dan pengalaman yang sangat berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M. Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama penelitian maupun penulisan skripsi. 2. Bapak H. Aryadi selaku direktur utama CV Mekar Abadi yang telah menerima dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan. 3. Bapak Muadji Waskito selaku kepala produksi bagian kayu lapis dan block board CV Mekar Abadi yang telah memberikan arahan dan informasi selama melakukan penelitian. 4. Bapak Ilabani, SE selaku staf marketing yang telah membantu pengisian kuisioner serta seluruh staf dan karyawan CV Mekar Abadi atas bantuan informasi selama penelitian berlangsung. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. M Yusram Massijaya, MS selaku dosen Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB yang telah membantu pengisian kuisioner. 6. Bapak Paribroto Sutigno selaku mantan staf Balitbang Hasil Hutan Bogor dan mantan staf APKINDO yang telah membantu pengisian kuisioner. 7. Ibu Sri Martini selaku dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, yang telah membimbing dalam pengolahan data skripsi. 8. Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Wonosobo : Bapak Warih Suryokoco (Alm), Bapak Aris Jatmiko, S.Hut, dan Bapak Mustiko yang telah membantu pengisian kuisioner serta memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian. 9. Bapak Ngisa Arifudin selaku staf Badan Lingkungan Hidup kabupaten Wonosobo yang telah membantu pengisian kuisioner serta memberikan data dan informasi untuk kepentingan penelitian. 10. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, M.Sc, St. dan Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. sebagai penguji sidang skripsi. 11. Orang tua, adik, dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 12. Dwika Rastrasila yang telah memberikan kesabaran, motivasi dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 13. Teman-teman serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih banyak yang harus disempurnakan dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata khususnya bagi perkembangan industri kayu lapis. Bogor,
Oktober 2011 Lutvia Rosaliana
iii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................iii DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3 2.1 Industri Kayu Lapis ..................................................................................................... 3 2.2 Limbah Industri Kayu Lapis ........................................................................................ 4 2.3 Produksi Bersih ........................................................................................................... 5 2.4 Pembangunan Berkelanjutan ....................................................................................... 7 2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN ..........................................................................10 3.1 Kerangka Penelitian .................................................................................................... 10 3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................................................... 10 3.3 Pengumpulan Data ...................................................................................................... 10 3.4 Teknik Analisis ........................................................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................16 4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis ....................................................................................... 16 4.2 Strategi Produksi Bersih ............................................................................................. 30 4.3 Pembangunan Berkelanjutan ...................................................................................... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................50 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 50 5.2 Saran ........................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................51 LAMPIRAN ....................................................................................................53
iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis dan sumber limbah industri kayu lapis ........................................................... 4 Tabel 2. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis .............................................................. 5 Tabel 3. Bahan baku dan bahan penolong ............................................................................ 17 Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi ............................................................................ 17 Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat industri kayu lapis ........................... 26 Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara industri kayu lapis ........................... 27 Tabel 7. Pengelolaan lingkungan yang diterapkan CV Mekar Abadi .................................. 30 Tabel 8. Opsi produksi bersih pada setiap unit proses ......................................................... 32 Tabel 9. Opsi produksi bersih pada aspek kegiatan.............................................................. 33 Tabel 10. Potensi opsi produksi bersih di CV Mekar Abadi .................................................. 34 Tabel 11. Analisis finansial opsi produksi bersih pada unit-unit proses ................................ 35 Tabel 12. Analisis finansial opsi produksi bersih pada aspek kegiatan .................................. 35 Tabel 13. Biaya investasi opsi produksi bersih yang direkomendasikan ............................... 36 Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal ..................................................................... 40 Tabel 15. Penentuan strategi dengan matrik SWOT .............................................................. 43 Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis . 44
v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Volume produksi dan ekspor kayu lapis Indonesia ............................................. 3 Gambar 2. Teknik pengendalian lingkungan secara preventif .............................................. 5 Gambar 3. Kriteria dalam pembangunan yang berkelanjutan ............................................... 7 Gambar 4. Diagram alir penelitian ....................................................................................... 11 Gambar 5. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi dalam matriks SWOT ........................ 14 Gambar 6. Matriks strategi SWOT....................................................................................... 14 Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi ............................ 18 Gambar 8. Penyortiran log di logyard .................................................................................. 19 Gambar 9. Pengupasan kulit luar log ................................................................................... 19 Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary ................................................................ 20 Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir ................................................ 20 Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry .................................................... 21 Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry ............................................................. 21 Gambar 14. Proses join vinir .................................................................................................. 22 Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir ......................................................................... 22 Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan panas ....................................................... 23 Gambar 17. Proses repair platform ........................................................................................ 23 Gambar 18. Platform melalui pengempaan panas .................................................................. 23 Gambar 19. Proses pendempulan ........................................................................................... 24 Gambar 20. Pengampelasan platform dan mesin sander ....................................................... 24 Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis ................................................................... 25 Gambar 22. Neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi .......................... 31 Gambar 23. Posisi CV Mekar Abadi dalam matriks SWOT .................................................. 42 Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat............................................................ 45 Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP ...................................... 46 Gambar 26. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP .......... 47
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi ..................................................................... 54 Lampiran 2. Keterangan lay out pabrik CV Mekar Abadi ................................................... 55 Lampiran 3. Lay out ruang produksi kayu lapis ................................................................... 56 Lampiran 4. Rincian harga komponen konveyor dan penampung glue ............................... 57 Lampiran 5. Rincian harga komponen IPAL ....................................................................... 58 Lampiran 6. Rincian harga peralatan K3 .............................................................................. 59 Lampiran 7. Data responden pada analisis IFE-EFE ............................................................ 60 Lampiran 8. Data responden pada AHP ............................................................................... 61 Lampiran 9. Contoh kuisioner IFE-EFE .............................................................................. 62 Lampiran 10. Contoh kuisioner AHP ..................................................................................... 72 Lampiran 11. Perhitungan bobot dan skor IFE-EFE .............................................................. 81
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini mendorong industri untuk bersaing, keunggulan komparatif yang menjadi andalan masa lalu sudah tidak mampu menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan jawaban dalam mengatasi persaingan produk sejenis dari industri pesaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Keunggulan kompetitif dan produk yang bermutu juga menjadi kunci untuk memenangkan pasar bebas. Perkembangan industri dan meningkatnya pola konsumsi masyarakat modern berkaitan dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya secara besar-besaran akan berdampak negatif dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk rnemenuhi kebutuhan rnereka (Purwanto, 2005). Industri juga dihadapkan pada masalah limbah dan emisi, salah satunya industri kayu lapis. Industri kayu lapis menghasilkan limbah jenis padat, cair, gas, dan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut Indrasti et al. (2007), limbah padat merupakan limbah yang memiliki presentase sangat besar dari industri kayu lapis yaitu sekitar 40% dari volume log yang masuk. Besarnya persentase limbah padat dalam proses produksi kayu lapis mengharuskan setiap perusahaan memanfaatkan limbah padat tersebut secara optimal. Limbah cair yang dihasilkan industri kayu lapis saat ini belum dikelola secara maksimum. Limbah cair industri kayu lapis umumnya masih menghasilkan efluen yang nilainya hanya sesuai dengan persyaratan minimum yang diatur dalam undang-undang. Limbah dan emisi merupakan hasil yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Sebagian besar industri masih menggunakan pendekatan end-of pipe treatment, yang terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena kegiatan yang dilakukan sifatnya reaktif, yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah (at the end of pipe), bukan berupa pencegahan atau preventif, tetapi perbaikan setelah terjadi kerusakan atau pencemaran. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang mengedepankan pemikiran di pihak manajemen agar dalam setiap kegiatan memiliki efisiensi tinggi sehingga limbah yang dihasilkan dari sumbernya dapat dicegah atau dikurangi. Penerapan produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan lebih baik. Produksi bersih memiliki tujuan untuk menerapkan pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi industri yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Produksi bersih merupakan alternatif strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk yang bertujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003 dalam Indrasti dan Fauzi, 2009).
1
1.2 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari potensi penerapan produksi bersih di industri kayu lapis. 2. Menganalisis produksi bersih berdasarkan aspek teknis, finansial, dan politis. 3. Merumuskan alternatif strategi produksi bersih untuk pengembangan industri kayu lapis menuju industri kayu lapis yang berkelanjutan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Kayu Lapis Menurut Tsoumis (1991), kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir. Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan core adalah saling tegak lurus, sedangkan antar lembaran vinir untuk face saling sejajar. Massijaya (2006) mengemukakan bahwa urutan proses dalam pembuatan kayu lapis terdiri dari : (1) seleksi log mulai dari ukuran, bentuk, dan kondisi log, (2) perlakuan awal log dengan pemanasan sehingga memudahkan pengupasan log dan meningkatkan rendemen 3-5%, (3) pengupasan log, (4) penyortiran vinir untuk memisahkan vinir rusak, (5) pengeringan vinir untuk mengurangi kadar air vinir, (6) perekatan, (7) pengempaan, (8) pengkondisian untuk mengurangi sisa tegangan akibat pengempaan selama 1-2 minggu. Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai adalah pada tahun 1992 sebesar 9.7 juta m3 (FAO, 2009a dalam Dwiprabowo, 2009a). Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia dengan tingkat volume ekspor tersebut. Kurang lebih 80% produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor (Dwiprabowo, 2009a).
Gambar 1. Volume produksi dan ekspor kayu lapis Indonesia (FAO, 2009b dalam Dwiprabowo, 2009b) Pada Gambar 1 menggambarkan grafik penurunan produksi, ekspor, dan penjualan domestik kayu lapis dari tahun 1999 sampai 2007. Penurunan volume produksi kayu lapis dan vinir Indonesia secara cukup tajam dan konsisten selama periode tahun 2000-2007. Pada grafik dapat dilihat bahwa selama periode 1999-2007, volume penjualan untuk pasar dalam negeri tidak pernah konstan (sangat fluktuatif), hal ini memberikan indikasi bahwa industri memprioritaskan untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Berdasarkan proyeksi FAO konsumsi kayu lapis Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 2.278 juta m3. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat penggunaan kapasitas industri kayu lapis di Indonesia berturut-turut 30% dan 20% akibat kelangkaan bahan baku. Hal ini berarti produksi kayu lapis Indonesia hanya mencapai 3 juta m3 (2008) dan 2 juta m3 (2009) mengingat kapasitas produksi kayu lapis Indonesia adalah sebesar 10 juta m3/tahun (Dwiprabowo, 2009b).
3
Berdasarkan penggunaannya, kayu lapis dikelompokkan menjadi dua yaitu interior dan eksterior plywood. Youngquis (1999) dalam Iswanto (2008) mengelompokkan kayu lapis menjadi dua bagian, yaitu : 1. Kayu lapis konstruksi dan industrial. 2. Kayu lapis hardwood dan dekoratif. Berdasarkan jenis perekat yang dipergunakan, pengelompokan kayu lapis dibedakan menjadi dua: 1. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaannya didalam ruangan. 2. Kayu lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaannya diluar ruangan. Berdasarkan vinir mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi : 1. Ordinary plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya dihasilkan dari proses rotary cutting. 2. Fancy plywood yaitu kayu lapis dimana vinir mukanya terbuat dari kayu-kayu indah dan dihasilkan dari proses slice cutting atau half rotary cutting (Iswanto, 2008).
2.2 Limbah Industri Kayu Lapis Hampir seluruh bagian dari proses produksi kayu lapis berkontribusi terhadap produksi limbah dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda. Jenis dan sumber limbah di industri kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan sumber limbah industri kayu lapis No 1
Jenis limbah Limbah cair
Sumber limbah Air pencucian glue spreader, air pencucian mesin, dan peralatan produksi
2
Limbah padat
Log afkir, sisa potongan (log end), serbuk gergaji, kulit kayu, inti kayu, potongan tepi log (edging), sisa potongan log, sisa kupasan, sisa potongan vinir, vinir yang tidak standar, sisa potongan core, core reject, padatan glue, ceceran glue, sisa potongan sisi panel, sebetan, serbuk hasil pengemplasan, kemasan kertas, film face, polyester coating
3
Limbah gas
Dust, kebisingan, gas buang
4
Limbah B3
Oli bekas, ceceran minyak atau oli, aki bekas
Sumber : Indrasti et al. (2007)
Limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi kayu lapis secara umum hanya dihasilkan dari proses pencucian mesin glue spreader dan proses pencucian mesin produksi lainnya. Hal ini menyebabkan komposisi yang terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan adalah air dan bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan perekat. Namun pada umumnya dari tiap tipe perekat yang dibuat, kandungan atau komposisi terbesar adalah resin yang digunakan, mencapai 70-80% dari campuran perekat, sedangkan sisanya adalah bahan-bahan tambahan yang komposisinya berbeda-beda untuk tiap perekat. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 2. Besarnya presentase limbah padat dalam proses produksi kayu lapis mengharuskan setiap perusahaan kayu lapis dalam memanfaatkan limbah padat tersebut secara optimal. Parameter limbah gas industri kayu lapis adalah NOx, SO2, opasitas, debu, kebisingan (Indrasti et al., 2007).
4
Tabel 2. Baku mutu limbah cair industri kayu lapis No
Parameter
Beban Pencemaran
Kadar Maksimum (mg/l)
Maksimum (g/m3)
1
BOD5
75
22.5
2
COD
125
37.5
3
TSS
50
15
4
Amonia total (sebagian N)
4
1.2
5
Fenol
0.25
0.08
6
pH
7
Debit Maksimum
6.0-9.0 0.3 (m3/M3 produk)
-
Sumber : Perda Jateng No.10/2004
2.3 Produksi Bersih Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan pada seluruh siklus produksi untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya (Osuna, 2007 dalam Akhida, 2007). Manfaat yang dapat diambil dari penerapan produksi bersih ini adalah (1) Pengurangan biaya operasi, (2) Peningkatan mutu produk, (3) Penghematan bahan baku, (4) Peningkatan keselamatan kerja, (5) Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup, (6) Penilaian konsumen menjadi positif, dan (7) Pengurangan biaya penanganan limbah (USAID, 1997 dalam Purnama, 2006). Produksi bersih
Pengurangan sumber pencemar
Tata cara operasi
Kontrol proses yang baik
Modifikasi produk
Perubahan proses
Modifikasi peralatan
Daur ulang
On-site recycle
Perubahan teknologi
Memanfaatkan produk samping
Perubahan material input
Gambar 2. Teknik pengendalian lingkungan secara preventif (El-Haggar, 2002) Gambar 2 diatas menjelaskan bahwa produksi bersih dapat dilakukan dengan mengurangi sumber pencemar, modifikasi produk, dan daur ulang. Daur ulang dapat dilakukan dengan cara on site recycle dan pemanfaatan produk samping. Pengurangan sumber pencemar dengan tata cara
5
operasi yang baik dan perubahan proses seperti pengontrolan proses, modifikasi peralatan, perubahan teknologi, dan perubahan material input (El-Haggar, 2002). Pemilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu : 1. Good house-keeping Mencakup tindakan prosedural, administratif maupun institutional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. Konsep ini telah banyak diterapkan oleh kalangan industri agar dapat meningkatkan efisiensi dengan cara good operating practice yang mencakup: pengembangan program cleaner production (CP), pengembangan sumberdaya manusia, tatacara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan atau material, pemisahan limbah menurut jenisnya, tatacara perhitungan biaya, penjadwalan produksi. 2. Perubahan material input Bertujuan mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan. 3. Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana dalam waktu yang singkat dan biaya murah sampai dengan perubahan yang memerlukan investasi tinggi, seperti perubahan peralatan, tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan perubahan kondisi proses. 4. Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk. 5. On-site reuse Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses yang lain (Indrasti dan Fauzi, 2009). Menurut Purwanto (2005), penerapan produksi bersih di industri dilakukan dalam beberapa langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan dan organisasi Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang produksi bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. 2. Kajian dan identifikasi peluang Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang-peluang produksi bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. 3. Analisis kelayakan dan penentuan prioritas Menentukan pilihan produksi bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan atau penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi.
6
4. Implementasi Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket, rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan, dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. 5. Pemantauan, umpan balik, modifikasi Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan produksi bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program dan melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan produksi bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. 6. Perbaikan berkelanjutan Produksi bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan.
2.4 Pembangunan Berkelanjutan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial mengenai sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap berbagai pengaruh aktivitas manusia. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung sumber daya alam yang ada dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalam batas daya dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Sugandhy dan Hakim, 2007). Selama 25 tahun yang akan datang, permintaan kayu naik 25%, sedangkan persediaan kayu hanya 15%. Industri pengolahan kayu harus membuktikan daya cipta yang bagus untuk mendapatkan lebih banyak produk dari pepohonan yang sedikit sampai daur ulang produk, menggunakan sedikit spesies dan hasil samping yang sudah dibuang untuk menghasilkan “uang dari tempat sampah” dan menyatukan keturunan terdahulu dengan rencana penanaman yang menciptakan hutan baru dengan produktivitas tinggi. Peningkatan kapasitas produksi hutan merupakan terbukanya kebutuhan minimum industri dalam rangka memperoleh keuntungan keberlanjutan untuk masa depan (Polak, 1997).
Gambar 3. Kriteria dalam pembangunan yang berkelanjutan (Setiadi, 2005)
7
Gambar 3 diatas menjelaskan kriteria yang digunakan dalam pembangunan berkelanjutan yaitu 3-P. Arti dari 3-P adalah planet, profits, dan person. Hal ini berarti keberlanjutan tersebut harus mempertimbangkan keberlanjutan dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai sosial menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi manusia. Nilai lingkungan diaplikasikan dengan menjaga keutuhan ekosistem, daya dukung alam, dan keanekaragaman hayati. Nilai ekonomi diaplikasikan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan pemerataan ekonomi. Nilai sosial diaplikasikan dengan menjaga identitas budaya, pemberdayaan, kemudahan akses, keseimbangan, dan keadilan. Tiga elemen tersebut harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain. Selain itu, peranan teknologi dalam pembangunan berkelanjutan tidaklah dapat diabaikan dan dikesampingkan (Setiadi, 2005). Berikut ini disampaikan tiga buah contoh inovasi sistem yang lebih rinci dalam rangka teknologi untuk pembangunan yang berkelanjutan (Mulder, 2006). 1. Mengubah penggunaan sumber energi primer dan peningkatan efisiensi energi dalam sistem produksi. 2. Mengubah sumber bahan baku dan penggunaan kembali produk yang tidak termanfaatkan. 3. Menghindari terjadinya produk samping (by-product) dan emisi. Produksi bersih merupakan strategi baru yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan (Susanto, 2007).
2.5 Penelitian Terdahulu ICIP (1998) telah melakukan penelitian tentang penggunaan teknologi produksi bersih di industri kayu lapis. Beberapa peluang telah teridentifikasi dan dapat direkomendasikan menggunakan pangkalan data ICIP tersebut. Peluang-peluang yang direkomendasikan kepada perusahaan memberikan manfaat bagi peningkatan nilai tambah kayu dan biaya implementasinya. Rekomendasi yang pernah diberikan ICIP, termasuk daur ulang limbah cair dan penghematan energi. ICIP (2001) melakukan kajian produksi bersih pada industri kayu lapis. Kajian ini adalah hasil evaluasi di beberapa industri kayu lapis di Indonesia. Tujuan kajian untuk mengusulkan suatu program produksi bersih yang akan : (1) mengurangi jumlah bahan beracun, bahan baku, dan energi yang dipakai dalam proses pengolahan, (2) mendemonstrasikan nilai ekonomi dan manfaat bagi lingkungan dari metode produksi bersih pada industri kayu lapis, dan (3) meningkatkan efisiensi operasi dan kualitas produk. Tim pengkaji terdiri dari seorang tenaga ahli pada industri kayu lapis dan seorang tenaga ahli produksi bersih serta empat orang konsultan lokal. Secara keseluruhan, kajian mengidentifikasi dua puluh satu peluang produksi bersih. Tergantung pada pilihannya, biaya implementasi berkisar antara Rp 679,500,000 sampai Rp 2,929,000,000 dengan penghematan tahunan berkisar antara Rp 2,849,000,000 sampai dengan Rp 5,956,000,000 per tahun. Bilamana diimplementasikan, perubahan-perubahan ini dapat mengurangi pemakaian kayu gelondongan, mengurangi pemakaian lem sekitar 130 ton sampai 1600 ton per tahun, mengurangi biaya pengolahan air limbah karena berkurangnya lem yang menjadi limbah sekitar 5 ton sampai 36 ton pertahun, mengurangi pemakaian energi, serta meningkatkan kualitas produk. Nurendah (2006) melakukan penelitian tentang strategi peningkatan kinerja industri kayu lapis melalui pendekatan ekoefisiensi. Hasil analisis dari matrik IFE-EFE memberikan gambaran bahwa perusahaan kayu lapis menempati posisi kuadran II, yaitu pada posisi tumbuh dan membangun. Analisis juga dilakukan menggunakan LCA (life cycle analysis) yang memberikan gambaran bahwa perusahaan kayu lapis memberikan kontribusi dampak potensi pengasaman lingkungan, potensi penipisan sumber energi, dan potensi nutrifikasi. Hasil analisis produksi bersih menunjukkan bahwa
8
perusahaan kayu lapis hanya menerapkan satu dari 32 rekomendasi ICIP (Indonesian Cleaner Industrial Production Program). Indrasti et al. (2007) telah melakukan penelitian dengan studi kasus 3 industri kayu lapis, yaitu PT. Wijaya Tri Utama Plywood Indonesia, PT. Sumalindo Lestari Jaya, dan PT. Kayu Lapis Indonesia. Penelitian ini difokuskan pada proses produksi kayu lapis, penggunaan bahan baku dan energi, serta jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis. Dari data yang didapat bahwa terdapat empat jenis limbah, yaitu limbah cair, padat, gas, dan B3. Seluruh jenis limbah yang dihasilkan akan sangat membahayakan bagi lingkungan jika pembuangannya tanpa melalui pengolahan. Dalam penelitian ini dijelaskan berbagai sistem pengelolaan lingkungan industri kayu lapis, yaitu dengan pendekatan proaktif (preventive approache) dan pendekatan kuratif (end of pipe approache). Sistem pendekatan proaktif menggunakan strategi produksi bersih. Penelitian ini menjelaskan banyak informasi tentang produksi bersih seperti keuntungan, opsi, dan peningkatan efisiensi melalui produksi bersih. Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2008) melakukan penelitian tentang panduan penerapan ekoefisiensi industri kayu lapis. Panduan ini memuat tentang proses produksi kayu lapis dan tahapan yang harus dilalui jika industri kayu lapis akan menerapkan prinsip ekoefisiensi. Keberhasilan penerapan ekoefisiensi pada industri kayu lapis ditentukan oleh banyak pihak khususnya departemen yang terkait langsung dengan produksi dan pihak manajemen pengambil keputusan karena industri kayu lapis umumnya adalah industri besar yang membutuhkan investasi cukup besar. Panduan ini juga memberikan informasi penerapan ekoefisiensi melalui perangkat good housekeeping. Melalui penerapan perangkat, industri kayu lapis dapat melakukan orientasi, perencanaan, pelaksanaan ekoefisiensi secara bertahap, konsisten, dan berkelanjutan.
9
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah dan membahayakan lingkungan terutama untuk kelangsungan hidup manusia. Lingkungan telah menjadi suatu bahasan penting yang wajib diperhatikan oleh industri terutama tentang pengurangan limbah yang dibuang ke lingkungan. Salah satu cara yang efektif adalah mengurangi limbah pada sumbernya dengan pendekatan produksi bersih. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang berlangsung terus-menerus pada proses produksi dan siklus hidup produk serta bertujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Selain itu, produksi bersih memiliki tujuan untuk menerapkan pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi industri yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Produksi bersih dipengaruhi oleh tiga aspek penting, yaitu aspek teknis-teknologis, aspek finansial, dan aspek politis. Aspek teknis-teknologis bertujuan untuk pemilihan teknologi yang tepat guna serta ramah lingkungan. Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan finansial penerapan produksi bersih. Analisis politis untuk mengkaji peran pemerintah, industri, lembaga terkait, dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan industri kayu lapis. Dalam analisis politis ditentukan faktor-faktor yang terkait dengan industri kayu lapis untuk menentukan alternatif strategi produksi bersih. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Maret dan berakhir pada bulan Mei 2011. Penelitian dilakukan di industri kayu lapis, pabrik utama CV Mekar Abadi khususnya pada unit proses plywood dan unit proses vinir, yang berada di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
3.3 Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan. Pencarian dan pembelajaran jurnal, buku, atau laporan yang berkaitan dengan tema dan aspek-aspek penelitian. 2. Data Primer Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode survei (survey method), dengan melakukan wawancara (interview) secara langsung dan tidak langsung. Metode kedua adalah metode observasi (observation method), pengambilan data dengan melakukan pengukuran, pengamatan proses produksi dan penggunaan bahan, air, energi secara langsung di lapangan. Metode ketiga adalah metode penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan seperti manager dan pekerja. 3. Data Sekunder Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, dan data di industri kayu lapis. Data juga dapat diperoleh lembaga-lembaga yang berhubungan
10
dengan industri kayu lapis seperti Badan Pusat Statistika Wonosobo, Dinas Perhutani Wonosobo, Badan Lingkungan Hidup Wonosobo, serta Kementerian Lingkungan Hidup. Mulai Tinjauan umum tentang bahan baku produksi
Identifikasi seluruh tahapan proses produksi
Analisa kualitas dan kuantitas material input
Analisa kualitas dan kuantitas produk
Analisa kualitas dan kuantitas material output
Neraca massa Mengidentifikasi peran pemerintah daerah, masyarakat, serta lembaga yang terkait
Analisis teknisteknologis
Alernatif teknisteknologis
Faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dan faktor eksternal (peluang v dan ancaman)
Analisis finansial
Program produksi bersih
Analisis SWOT
AHP
Alernatif strategi produksi bersih
Selesai
Gambar 4. Diagram alir penelitian
11
3.4 Teknik Analisis Teknik analisis produksi bersih meliputi analisis tiga aspek, yaitu analisis teknik-teknologi, analisis finansial, dan analisis politis. Analisis teknik-teknologi melihat peluang opsi produksi bersih dari unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah berdasarkan neraca massa proses produksi. Selanjutnya, opsi-opsi produksi bersih tersebut ditentukan prioritasnya melalui analisis finansial. Selain itu, analisis finansial menghitung biaya untuk penerapan opsi produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penggunaan opsi tersebut. Analisis politis merupakan tahap analisis terakhir yang akan menghasilkan strategi produksi bersih melalui analisis SWOT dan AHP. 1. Analisis teknik-teknologi Analisis teknik-teknologi mempelajari dan mengevaluasi kelayakan teknologi yang digunakan perusahaan berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Kriteria evaluasi teknis antara lain: a. Evaluasi proses berdasarkan kesesuaian prosedur operasi dengan kondisi yang ada, peningkatan efisiensi proses, serta kesesuaian produksi dengan kondisi yang ada. b. Evaluasi bahan berdasarkan kualitas produk yang dapat dipertahankan, kapasitas utilitas tersedia, serta efisiensi dalam penggunaan bahan. c. Evaluasi peralatan berdasarkan ketersediaan tempat dan perawatan mesin. d. Evaluasi tenaga kerja berdasarkan kemanan pekerja dan tersedianya sumber daya manusia (Indrasti dan Fauzi, 2009). Analisis teknik-teknologi berfungsi untuk mengkaji kesesuaian teknologi dan teknis yang telah diterapkan di industri dengan kapasitas penggunaannya, efisiensi terhadap air dan energi, meminimalkan limbah dan dampak terhadap lingkungan. Hasil dari analisis teknikteknologi yaitu membuat alternatif teknis dan teknologi yang dapat diterapkan industri dengan mudah, efisiensi tinggi, less waste, sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri. 2. Analisis finansial Analisis finansial digunakan untuk menentukan biaya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih. Analisis finansial juga menentukan keberlangsungan dari penerapan produksi bersih. Metode standar dalam analisis finansial yaitu perhitungan pay back period (PBP). Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal atau investasi yang ditanam dalam suatu proyek dapat kembali, sedangkan kas bersih adalah manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin menguntungkan. Hal ini berarti semakin kecil payback period, proyek tersebut semakin baik. Payback period dapat dihitung dengan rumus (1) (1) 3. Analisis politis Analisis politis meninjau tentang peran pemerintah, perusahaan, lembaga yang terkait, serta masyarakat berupa kebijakan, komitmen, dan kesadaran dalam mendukung pengelolaan lingkungan di industri. Kebijakan pemerintah diharapkan secara internal akan dapat mendorong kegiatan industri menjadi lebih produktif, dan secara eksternal akan dapat membantu mengendalikan dampak negatif melalui aplikasi konsep dan rangkaian kegiatan produksi bersih yang efektif.
12
4. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dan mengetahui posisi industri kayu lapis pada matriks SWOT dalam rangka merumuskan alternatif strategi perusahaan. Menurut Marimin (2008), analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang dihadapi dunia bisnis, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu perusahaan. Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu : a. Pendekatan kuantitatif matriks SWOT Data SWOT dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan aanalisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : 1) Analisis EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal Factors Evaluation) EFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal industri kayu lapis. IFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal industri kayu lapis. Langkah penilaiannya adalah : a) Membuat daftar faktor-faktor penting internal dan eksternal (5 sampai dengan 10 faktor) dalam kolom 1. b) Pemberian bobot pada kolom 2, mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Total dari seluruh bobot harus sama dengan 1.0. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. c) Pada kolom 3, masing-masing faktor diberi peringkat (rating) mulai dari 4 (sangat setuju) sampai 1 (tidak setuju) berdasarkan pada pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Kriteria penilaian mengenai rating adalah sebagai berikut : Nilai rating 4 : sangat setuju Nilai rating 3 : setuju Nilai rating 2 : kurang setuju Nilai rating 1 : tidak setuju d) Mengalikan bobot dengan rating yang telah ditentukan untuk mendapatkan skor. 2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor kekuatan dengan kelemahan (d) dan faktor peluang dengan ancaman (e). Perolehan angka (d) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. 3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT (Andrianto, 2010). Pada matriks SWOT, posisi perusahaan dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III, IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi defensif. Posisi perusahaan pada berbagai kuadran dapat dilihat pada Gambar 5.
13
Peluang eksternal Kuadran III (strategi turn around)
Kuadran I (strategi agresif)
Kelemahan internal
Kekuatan internal
Kuadran IV (strategi defensif)
Kuadran II (strategi diversifikasi) Ancaman eksternal
Gambar 5. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi dalam matriks SWOT b. Pendekatan kualitatif matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana strategi harus menganalisis faktorfaktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Pendekatan kualitatif matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi seperti ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Matriks strategi SWOT (Iskandarini, 2004)
14
5. Analitical Hierarchy Process (AHP) Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lainnya. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria, dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (Marimin, 2008). Software yang digunakan untuk mengolah data nilai tingkat kepentingan dengan metode AHP yaitu Expert Choice 2000.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis 4.1.1 Gambaran Umum Industri Kayu Lapis CV Mekar Abadi merupakan industri yang bergerak dibidang kayu olahan yang masih berupa produk setengah jadi. CV Mekar Abadi didirikan pada tahun 1994, awal mula hanya berupa penggergajian dan memproduksi sawntimber albasia. Pada perkembangannya, awal tahun 2009 CV Mekar Abadi sudah memproduksi, vinir, bare-core, kayu lapis, serta block board sampai sekarang. CV Mekar Abadi memiliki satu anak cabang dengan produk yang sama, yaitu kayu lapis dan block board. Jumlah pekerjanya mencapai 2896 orang di pabrik utama CV Mekar Abadi. Hari kerja dalam satu minggu yaitu 6 hari kerja (senin-sabtu), sedangkan jam kerja dibagi menjadi tiga shift. Shift A dari pukul 23.00 sampai pukul 07.00, shift B dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00, shift C dari pukul 15.00 sampai pukul 23.00. Kantor pusat dan pabrik utama CV Mekar Abadi terletak di jalan Purworejo km.17, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Jarak dari CV Mekar Abadi ke pusat kota Wonosobo sejauh 18 km. Cabang pabriknya terletak di desa Kedalon, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan di pabrik utama CV Mekar Abadi karena memiliki kapasitas produksi kayu lapis lebih besar daripada pabrik cabang. Pabrik utama CV Mekar Abadi terdiri dari beberapa unit bangunan sesuai dengan unit proses masing-masing. Kondisi tanah yang berbukit menjadikan beberapa unit bangunan terpisah satu sama lainnya. Unit proses bare-core I berada pada tingkat 1 dengan ketinggian paling rendah, unit proses vinir berada pada tingkat 2, unit proses kayu lapis dan block-board berada pada tingkat 3, unit proses pengeringan dan penggergajian berada pada tingkat 4, serta unit proses bare-core II dan kantor berada pada tingkat 5 dengan ketinggian paling tinggi. Lay out pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3. Topografi tanah di CV Mekar Abadi berombak dengan ketinggian tempat 760 m dpl dengan luas areal 27,393 m2. Jenis tanah di CV Mekar Abadi adalah regosol. Berdasarkan dari data BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 daerah di sekitar CV Mekar Abadi memiliki curah hujan rata-rata 94 mm/bulan dan jumlah hari hujan dalam tahun 2009 mencapai 125 hari. Suhu udara di CV Mekar Abadi berkisar antara 14.3 – 26.5 0C.
4.1.2 Jenis Produk, Kapasitas Produksi, dan Sertifikasi Produk yang dihasilkan CV Mekar Abadi yaitu vinir, bare-core, block-board, dan kayu lapis dengan berbagai ketebalan. Penelitian hanya difokuskan pada proses produksi kayu lapis. Kayu lapis yang dihasilkan yaitu kayu lapis dengan jenis ordinary plywood. Ordinary plywood merupakan kayu lapis murni yang tidak mendapatkan perlakuan tambahan. Produk kayu lapis yang dihasilkan di CV Mekar Abadi tergolong dalam grade B, karena bahan baku yang digunakan juga tergolong grade B. Kapasitas produksi rata-rata mencapai 84,976 m3/tahun untuk semua produk. Kapasitas produksi plywood mencapai 788 m3/tahun. Ditinjau dari aspek sertifikasi, CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikasi apapun. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No: P.38/Menhut-II/2009, Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.6/VI-Set/2009, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02/VI-BPPHH/2010 mewajibkan setiap industri kayu bersertifikasi Sistem
16
Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Lembaga yang terkait seperti Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) dan Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) juga menyarankan sertifikat SVLK. Sertifikat SVLK juga digunakan sebagai standar perdagangan kayu ke negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara lainnya di Asia. Sertifikat SVLK merupakan persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu atau produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar legalitas kayu (legal compliance) dalam memperoleh hasil hutan. Pada dasarnya, CV Mekar Abadi sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi SVLK, karena dengan sertifikasi tersebut dapat memberikan peluang untuk memperluas perdagangannya ke pasar internasional. Disamping itu, produk yang ditandai dengan sertifikasi tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan karena produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Sebaiknya, dengan adanya komitmen perusahaan dalam meningkatkan mutu produk kayu lapis diperlukan sertifikasi ISO seri 9000 dan ISO seri 14000 untuk manajemen lingkungan tetapi dengan keterbatasan modal perusahaan belum mampu untuk mendapatkan sertifikasi tersebut.
4.1.3 Sistem Pengadaan Bahan Baku Tabel 3. Bahan baku dan bahan penolong Bahan baku dan
Cara
Bentuk fisik
Sifat bahan
Asal bahan
Log albasia
Padat
Mudah terbakar
Lokal
Dikeringkan
Balok albasia
Padat
Mudah terbakar
Lokal
Dikeringkan
Face-Back Meranti
Padat
Mudah terbakar
Jawa timur
Gudang
Cair
Mudah terbakar
Jawa timur
Gudang
bahan penolong
penyimpanan
Bahan baku
Bahan penolong Lem
Tabel 3 diatas menjelaskan jenis bahan baku dan bahan penolong yang digunakan CV Mekar Abadi. Bahan baku log albasia dan balok albasia berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo dan sebagian kecil dari daerah Kabupaten Banjarnegara. Penggunaan albasia sebagai bahan baku utama kayu lapis didasarkan karena produktivitas kayu albasia di daerah lokal sangat besar dan dominan dari kayu lainnya. Selain itu, keberadaan industri yang dekat dengan bahan baku menjadikan biaya untuk bahan baku dan transportasinya lebih hemat. Pada umumnya petani lokal menjual pada pengumpul kayu, pengumpul kayu selanjutnya menjual pada depo (tempat penggergajian kayu), setelah itu dari depo menjual pada supplier untuk dijual ke industri. Kayu diangkut menggunakan truk dan proses jual-beli dilakukan di pabrik. Jenis dan ukuran log yang digunakan oleh CV Mekar Abadi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi No
Jenis log
1
Log reject
2
Log medium
3
Log super
Diameter log (cm) < 10, 10-14 < 15 < 18, 18-19, 20-24, < 25
17
Log jenis super akan dibuat menjadi vinir, sedangkan log jenis medium dan reject digunakan untuk membuat balken (balok kecil yang sudah dikeringkan) sebagai bahan baku utama pembuatan block board. Kriteria bahan baku yang dapat diterima CV Mekar Abadi adalah log harus lurus, bulat, tanpa mata kayu, bukan kayu yang masih muda, dan kayu berumur lima tahun keatas. Bahan baku kayu albasia di CV Mekar Abadi juga belum bersertifikat dan hanya berupa perijinan. Dokumen yang disertai dalam proses jual beli log albasia dan balok albasia antara lain Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU), Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO), dan Daftar Kayu Olahan (DKO) atas ijin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo. Face-back yang digunakan berasal dari kayu meranti dan dibeli dari Surabaya. Face-back berukuran 1.33 x 2.54 m2. Meskipun sudah mempunyai mesin rotary 9 feet yang mampu mengupas kayu dengan ketebalan sangat tipis, tetapi industri belum berani memproduksi face-back karena bahan baku kayu meranti sulit untuk didapat di daerah lokal maupun di pulau Jawa. Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi.
4.1.4 Teknologi Produksi Kayu Lapis CV Mekar Abadi Terlepas dari penebangan dan pemilihan kayu yang ditebang dari hutan, digram alir proses produksi kayu lapis dipaparkan pada Gambar 7. Log albasia
Platform plywood
Face and back
Rotary Perekatan lem
Vinir
Pengeringan 6 hari 1200C
Cold press 35 menit 95 kgf/cm2
Perekatan lem
Cold press 35 menit 95 kgf/cm2
Hot press 1060C 4 menit 95 kgf/cm2
Double sizer Hot press 1060C 12 menit 95 kgf/cm2
Sander kalibrasi
Sander finishing
Plywood Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi
18
Berdasarkan diagram alir diatas, maka dapat dijelaskan teknik dan teknologi yang digunakan pada proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Bahan baku kayu gelondongan yang sudah dipotong dengan panjang 1.30 m dan diameter 1045 cm disortir dibagian logyard seperti yang tampak pada Gambar 8. Penyortiran untuk menentukan jenis dan kualitas bahan baku kayu.
Gambar 8. Penyortiran log di logyard 2. Kayu gelondongan selanjutnya dibersihkan dan dikupas kulit luarnya secara manual menggunakan pisau kupas untuk menghilangkan dan membersihkan dari kotoran, batu, dan logam seperti yang tampak pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengupasan kulit luar log 3. Kayu gelondongan direndam dalam bak perendaman untuk meningkatkan kadar air sehingga tidak mudah retak jika dikupas menggunakan rotary. Namun belum ditentukan berapa lama waktu perendaman, sedangkan selama ini waktu perendaman disesuaikan dengan rencana produksi dan masuknya bahan baku. Proses perendaman dapat dilihat pada Gambar 10.
19
Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary 4. Selanjutnya log albasia dikupas menggunakan rotary 3 feet yang menghasilkan lembaran vinir dengan ketebalan sesuai rencana produksi. Ukuran vinir diharuskan memiliki panjang 2.5 m dan lebar 1.27 m. Kupasan pertama dibuang sebagai limbah karena ukurannya tidak mencukupi. Kupasan kedua berupa vinir poly (vinir yang terpotong dengan lebar standar yaitu 1.27 m dan panjang yang tidak mencukupi yaitu 16-20 cm). Kupasan kedua biasanya digunakan untuk membuat short core dan sering disebut sampah yang merupakan bahan baku untuk menambal (patching) kayu lapis yang berlubang atau sobek. Kupasan ketiga digunakan sebagai bahan baku long core. Ukurannya memenuhi standar dan tidak rusak atau retak seperti kupasan sebelumnya. Proses tersebut menyisakan log core dengan diameter 10–11 cm. Kemudian log core dikupas dengan mesin rotary spindeless 3 feet, ketebalannya sesuai dengan rencana produksi. Proses ini menghasilkan limbah yang besar sehingga menurunkan rendeman produksi kayu lapis. Proses pengupasan log dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir 5. Sebelum proses pengeringan, vinir disusun sebanyak lima pieces, kemudian di-stik, yaitu disisipkan balok kecil, dan vinir disusun kembali. Stik berguna untuk laju sirkulasi uap panas agar pengeringan merata sehingga meminimalkan waktu pengeringan. Satu palet terdapat 177 vinir. Proses stik dapat dilihat pada Gambar 12.
20
Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry 6. Pengeringan menggunakan uap panas, sumber panas berasal dari heating elemen yang dialiri oleh media pemanas (hot water) dari boiler. Selanjutnya, uap panas dialirkan ke kiln dry. Kiln dry merupakan ruang pengeringan yang menyirkulasi uap panas dan mempertahankan panas sehingga dapat mengeringkan vinir pada MC (moisture content) yang dikehendaki. Lembaran vinir yang terdiri dari long core (vinir yang seratnya memanjang atau horizontal) dan short core (vinir yang seratnya pendek dan mengarah vertikal) selanjutnya dikeringkan dalam kiln dry selama 6-16 hari dengan temperatur 1200C. Proses ini menghasilkan produk vinir kering dengan MC maksimal sebesar 14% yang dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry 7. Selanjutnya dilakukan perbaikan mutu vinir dan face-back serta menggabung vinir yang terpisah (join veneer) secara manual. Proses repair dan join vinir dapat dilihat pada Gambar 14.
21
Gambar 14. Proses join vinir 8. Vinir yang telah diperbaiki selanjutnya diangkut ke glue spreader menggunakan forklift. Vinir yang terdiri dari long core dan short core disusun secara bersilangan sehingga seratnya tegak lurus. Vinir disusun dengan ketebalan dan lapisan yang sesuai dengan rencana produksi. Vinir ini disebut platform karena belum dilapisi oleh face-back, inilah tahap I proses produksi kayu lapis yaitu tahap pembuatan platform. Selanjutnya vinir diberi perekat urea formaldehida. Perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekatan bertujuan agar produk kayu lapis kuat dan tahan lama. Proses peleburan lem dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir 9. Platform kemudian dimasukkan dalam mesin cold press selama 25-35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan dingin. Pengempaan dingin berfungsi untuk meratakan dan merekatkan lem sehingga memudahkan dalam proses hot press. Proses pengempaan dingin dapat dilihat pada Gambar 16.
22
Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan dingin 10.Setelah keluar dari cold press, vinir di-repair ulang dengan cara ditambal (patching) agar permukaan tetap rata dan tidak berlubang. Proses repair dan patching vinir dapat dilihat pada Gambar 17. Kemudian platform dimasukkan ke dalam mesin hot press selama 12 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan panas. Pengempaan panas berfungsi untuk pelengketan dan pengeringan lem dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 17. Proses repair platform
Gambar 18. Platform melalui pengempaan panas
23
11.Platform yang sudah selesai di-press harus melalui proses repair dan pendempulan (putty) pada bagian permukaaan yang tidak rata, berlubang atau sobek, kemudian dilakukan pengampelasan (sander). Proses pendempulan dan pengampelasan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20.
Gambar 19. Proses pendempulan
Gambar 20. Pengampelasan platform dengan mesin sander 12.Tahap II yaitu proses produksi kayu lapis dimulai dari penyusunan platform dan face-back sesuai rencana produksi. Kemudian direkatkan dengan lem pada glue spreader. 13.Proses selanjutnya sama dengan proses diatas yaitu dimasukkan ke cold press selama 25–35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2, lalu diperbaiki bagian yang berlubang dan sobek pada kayu lapis. Kayu lapis hasil repair dimasukkan ke dalam hot press selama 4 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2. 14.Kayu lapis yang selesai di-press kemudian dipotong sisi panjangnya dan sisi lebarnya sesuai dengan ukuran panjang 2.44 m dan lebar 1.22 m dengan mesin double sizer. Proses double sizer dapat dilihat pada Gambar 21.
24
Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis 15.Selanjutnya dilakukan pendempulan (putty) pada permukaan kayu lapis yang tidak rata dan berlubang, lalu dilakukan pengampelasan terakhir (sander finishing). 16.Proses akhir dari produksi kayu lapis yaitu sortasi yang menentukan kelas kayu lapis sesuai dengan mutunya. Kemudian dilakukan pengepakan dan dimasukkan ke gudang yang merupakan hasil produksi yang siap dijual. Mutu produk kayu lapis sesuai dengan standar mutu negara-negara yang dituju, antara lain Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut memiliki standar mutu yang tidak terlalu ketat dan tidak mewajibkan untuk bersertifikasi. Mutu yang ditetapkan meliputi pengecekan pelekatan, kadar air, jenis, berat jenis, warna, ketebalan lapisan, ukuran, kelengkungan, karakteristik natural, karakteristik pabrik, inti kayu, dan pengemasan. Produk yang bermutu didukung oleh prosedur kerja dan peran teknologi pendukung yang baik. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, tetapi perawatan mesin dilakukan secara berkala. Pengecekan mesin dilakukan sebelum melakukan produksi dan setiap minggu dilakukan perawatan mesin didukung oleh tenaga ahli mekanik. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi pengolahan kayu yang dapat meningkat mutu produk, CV Mekar Abadi berusaha untuk mengadakan restrukturasi mesin kayu lapis. Restrukturasi dimulai dengan penambahan rotary 9 feet yang dapat mengkonversi log menjadi face dan back.
4.1.5 Limbah Proses Produksi Kayu Lapis Proses produksi di industri kayu lapis menghasilkan sisa produksi berupa limbah. Setiap unit proses menghasilkan limbah, antara lain limbah padat, limbah cair, dan limbah udara. Ketiga jenis limbah tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Limbah padat dari proses produksi kayu lapis terdiri dari beberapa jenis dan dampak pencemarannya pada Tabel 5.
25
Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat di industri kayu lapis Sumber Limbah
Jenis Limbah
Dampak Pencemaran
Unit pembersihan log
Kulit kayu basah
Tanah, air
Unit rotary
Serbuk kayu sisa potongan log
Tanah, udara
Potongan log basah
Tanah, air
Kayu bulat busuk
Tanah
Serpihan kayu basah
Tanah, air
Serpihan kayu kering
Tanah
Serpihan vinir kering
Tanah
Unit stik
Sisa tali plastik
Tanah
Unit repair vinir dan face-
Kertas sisa gummed tape
Tanah
back
Serpihan vinir kering
Tanah
Mesin glue spreader
Sisa perekat (glue)
Tanah
Kerak sisa perekat
Tanah
Kerak sisa dempul
Tanah, udara
Mesin double sizer
Potongan kayu lapis
Tanah
Boiler
Jelaga boiler
Udara
Abu sisa pembakaran
Tanah
Kerak sisa pembakaran
Tanah
Unit repair platform dan kayu lapis
Berdasarkan hasil pengamatan, limbah padat yang paling dominan adalah limbah kayu. Limbah kayu yang terbentuk berupa kulit kayu tidak dapat diolah, serpihan kayu dan vinir, potongan kayu yang tidak sesuai ukurannya, dan serbuk kayu. Proses produksi kayu lapis secara keseluruhan menghasilkan sisa produksi berupa limbah sekitar 40%-50%. Penanganan limbah kayu di CV Mekar Abadi berupa potongan kayu kering, kulit kayu kering, dan serbuk kayu digunakan untuk bahan bakar boiler. Bahan bakar boiler 10% nya merupakan limbah kayu yang dibeli dari luar perusahaan. Serpihan vinir kering digunakan sebagai bahan tambalan untuk repair vinir, face-back, platform, dan kayu lapis. Kulit kayu basah, potongan log basah, kayu busuk, serta sisa perekat dibuang dan ditimbun di lahan terbuka yang dimiliki perusahaan. Jika pembuangan ini terus berlanjut, maka akan terjadi akumulasi dampak lingkungan. Oleh karena itu, limbah harus diminimalkan dan diolah dengan baik. Semakin meningkatnya limbah yang dibuang maka semakin luas lahan pembuangan yang harus disediakan. Limbah tersebut juga menimbulkan bau yang tidak sedap, gangguan estetika lingkungan, serta terjadinya pencemaran tanah. Selain itu, terdapat limbah dari aktifitas pendukung berupa kerak dan abu sisa pembakaran pada boiler dan limbah domestik. Limbah domestik merupakan limbah padat sisa dari aktivitas para tenaga kerja, mengingat bahwa CV Mekar Abadi adalah industri padat karya. Limbah cair di CV Mekar Abadi berasal dari sisa pencucian glue spreader, dan buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya. Air pencucian glue umumnya mengandung formaldehida dan amonia. Selain itu, limbah cair dari sisa pengasahan mesin kupas di unit proses rotary mengandung logam berat, air blow down boiler mengandung senyawa fosfat dan panas.
26
Limbah cair juga dihasilkan dari air perendaman log dan air dari aktivitas pemeliharaan mesin yang mengandung pelumas. Limbah cair domestik juga sangat besar, mengingat jumlah tenaga kerja yang sangat banyak. Limbah cair sisa pencucian glue spreader serta buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya dialirkan melalui saluran drainase menuju bak peresapan dengan ukuran sekitar 2 x 3 m2. Apabila ada hujan, maka debit air dari dalam akan menjadi besar dan meluap dari bak peresapan mengalir ke sungai. Pada unit proses rotary, limbah cair perendaman log dan aktivitas lainnya langsung dibuang ke sungai melalui saluran drainase yang ada di pabrik. Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara di industri kayu lapis Jenis limbah
Sumber limbah
Pencemaran
Debu kayu
Pengampelasan
Tanah, udara
Formaldehida
Pelaburan perekat, pengempaan panas
Udara
Amoniak
Pelaburan perekat, pengempaan panas
Udara
Gas CL2
Gas dari pengempaan panas
Udara
Gas CO2, CO, NOx,VOC
Cerobong boiler berbahan bakar kayu
Udara
Jelaga
Boiler saat blow up
Tanah, udara
Uap aseton dan toluen
Dempul
Udara
Uap air dan VOC
Pengeringan vinir
Udara
Kebisingan
Mesin produksi
Udara
Sumber : Nurendah (2006)
Tabel 6 menjelaskan bahwa limbah udara secara spesifik dari produksi kayu lapis dapat dihasilkan dari beberapa bahan kimia. Dalam penanganan debu kayu, CV Mekar Abadi menggunakan mesin penghisap debu (cyclon) yang ditempatkan dibagian pabrik untuk menghisap debu hasil proses produksi. Jumlah mesin cyclon yang terbatas, dua buah, maka bagi pekerja masih dirasa terganggu. Oleh karena itu, CV Mekar Abadi menghimbau pekerja untuk memakai masker. Pada umumnya pabrik kayu lapis menggunakan cyclon untuk menangkap debu kayu, tetapi debu di atas 400 mesh sulit untuk dipisahkan dengan metode ini. Partikel yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron dapat mencapai alveoli dan 1 mikron memiliki peluang besar untuk mengendap di paruparu, sementara pabrik yang telah menginvestasikan alat ini lima kali lebih mahal (King and Magid, 1980). Limbah B3 yang terdapat di CV Mekar Abadi yaitu ceceran oli pada mesin glue spreader, sisa cairan pengasahan pisau yang mengandung logam, dan oli bekas pada unit proses rotary. Limbah B3 yang terbuang langsung ke lingkungan akan mengakibatkan pencemaran dan berbahaya bagi kelangsungan ekosistem pada lingkungan tersebut.
4.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap karyawan memiliki resiko dalam menjalankan aktivitas produksi selama proses produksi berlangsung dalam suatu pabrik. Kecelakaan kerja menjadi resiko yang tidak dapat dihindari apabila seorang karyawan kurang hati-hati. Resiko ini dapat menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang pendek sampai jangka waktu yang panjang tergantung dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut. Apabila resiko ini diacuhkan oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap lalai
27
dengan hak pekerja karena tidak ada pencegahan maupun penanganan kecelakaan kerja. Hal ini akan memperburuk citra perusahaan dan akan menimbulkan dampak sosial. K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) merupakan jaminan yang wajib diberikan perusahaan kepada karyawan dalam melakukan hubungan kerja. Sistem K3 ini diimplementasikan dalam Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan penyelenggaraannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993. Menurut UU No 3 Tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Sistem K3 yang baik akan mendukung program produksi bersih. Apabila perusahaan memberikan jamsostek maka produktivitas karyawan akan meningkat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Hal ini akan meningkatkan good housekeeping pada semua unit proses sehingga meningkatkan efisiensi produksi serta limbah yang terbuang dapat diminimalisir. Menurut UU No 14 Tahun 1993, jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktivitas kerja. CV Mekar Abadi telah memakai jamsostek selama lebih dari satu tahun, namun pada kenyataannya implementasi jamsostek ini masih belum dirasakan oleh karyawan. Hal ini terbukti dari kurangnya perlindungan kerja terhadap karyawan yang melakukan aktivitas produksi pada mesinmesin yang menghasilkan limbah B3 maupun mesin-mesin yang berbahaya. Karyawan juga belum mengerti dan peduli dengan pentingnya K3. Apabila dibiarkan terus-menerus akan terjadi dampak sosial dan penurunan produktivitas perusahaan. CV Mekar Abadi memberikan masker kain sebagai perlindungan pekerja agar tidak mengganggu saluran pernafasan akibat debu kayu, tetapi sebagian besar pekerja pada setiap unit proses tidak menggunakan masker. Hal ini mengartikan bahwa pekerja belum mengerti tentang K3. Beberapa proses yang membutuhkan K3 yang ketat yaitu proses pengupasan pada mesin rotary, peleburan lem, pengempaan panas, pengampelasan, dan pembakaran pada boiler. Proses pengupasan log pada mesin rotary dan proses pengampelasan pada mesin sander menghasilkan kebisingan sehingga dapat mengurangi kenyamanan pekerja dalam melaksanakan proses produksi. Selain itu, pekerja pada unit-unit tersebut tidak memakai alat perlindungan pendengaran karena tidak tersedianya alat tersebut. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus maka indra pendengaran pekerja akan mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan saluran pendengaran bagi pekerja berupa pemberian earplug. Pada proses pelaburan lem terdapat gas yang mengandung formaldehida dan amonia. Dampak formaldehida pada kesehatan manusia dapat bersifat (Amiruddin, 2006) : 1. Akut Akut berarti akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formaldehida dalam jumlah yang banyak. Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, diare, dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Kronik Efek kronik terjadi apabila terpapar formaldehida dalam jangka waktu yang lama dan berulang adalah sensitisasi dan kanker. Apabila terpapar terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada
28
pencernaan, dan sistem syaraf pusat. Efek samping ini terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi formaldehida didalam tubuh. 3. Karsinogenik Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa formaldehida merupakan bahan yang memiliki potensi karsinogenik. Paparan formaldehida diikuti peningkatan resiko kanker nasal dan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehida jangka panjang. Meningkatnya leukimia dan tumor saluran cerna pada tikus yang mengandung formaldehida. Menurut Hopp (1983), amonia merupakan bahan beracun korosif yang bersifat iritan terhadap manusia. Efek amonia terhadap manusia meliputi saluran pernafasan, mata, kulit, dan saluran cerna. Cairan amonia dapat terurai menjadi gas amonia yang merupakan gas beracun. Jika terhirup gas amonia ini akan mengakibatkan iritasi maupun infeksi paru-paru. Para pekerja pada proses peleburan lem memakai pelindung berupa masker kain, celemek, dan sepatu boot. Sebaiknya perusahaan memberikan masker filter udara atau masker corong dan kacamata safety agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pada proses pengempaan panas juga menghasilkan gas formaldehida, amonia dan gas Cl2. Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan dan hidung. Terjadi iritasi tinggi ketika gas tersebut dihirup serta dapat menyebabkan kulit terbakar dan iritasi mata. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hidroklorik dan hipoklorus dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Akibat-akibat yang kronis untuk jangka panjang dari pengaruh gas klorin, ada kemungkinan menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang tenggorok, kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti TBC dan emphisema (Widyastuti, 2005). Pekerja pada proses pengempaan panas hanya memakai masker kain. Sebaiknya perusahaan juga memberikan masker filter udara dan pelindung mata agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja pada mesin boiler memiliki resiko yang tinggi karena pembakaran yang terjadi pada boiler menghasilkan suhu yang tinggi sehingga kondisi lingkungan sekitar menjadi panas. Selain itu, terkadang percikan api yang besar keluar dari tungku dan sangat dekat dengan pekerja. Pekerja hanya memakai masker kain untuk melindungi saluran pernafasan dari jelaga dan gas CO 2, CO, NOx, VOC. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah pariferal yang parah. Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal, gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal. Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Penelitian terhadap hewan percobaan yang diberi NO dengan dosis tinggi memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syaraf dan kekejangan. NO2 bersifat racun terutama pada paru (Widyastuti, 2005). Oleh karena itu, untuk pencegahan sebaiknya perusahaan memberikan baju pelindung panas, masker filter udara atau masker corong, dan kacamata safety.
29
4.2 Strategi Produksi Bersih. 4.2.1 Pengelolaan Lingkungan di CV Mekar Abadi CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikat ISO seri 14000 tentang sistem manajemen lingkungan karena keterbatasan modal, tetapi perusahaan berkomitmen untuk menjaga dan memelihara lingkungan yang berkelanjutan. Terbukti bahwa perusahaan telah melakukan beberapa alternatif pengelolaan lingkungan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengelolaan lingkungan yang diterapkan CV Mekar Abadi Unit proses Rotary
Pengelolaan lingkungan Penggunaan sisa core untuk dijadikan balken Penggunaan vinir sampah untuk join core Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
Boiler
Recycle air untuk pengisian boiler dengan memanfaatkan kondensat dari uap panas
Double sizer
Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
Join core
Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
4.2.2 Analisis Penerapan Produksi Bersih Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerapan produksi bersih di CV Mekar Abadi. Analisis meliputi tiga aspek, yaitu teknik-teknologi, finansial, dan politis. Sebelum melakukan analisis, neraca massa harus dihitung dan dikaji terlebih dahulu. Neraca massa dapat membantu untuk mengetahui sumber limbah dan dapat membantu dalam analisis untuk menentukan opsi produksi bersih yang tepat untuk meminimalkan bahan baku, energi, dan limbah yang terbuang. Neraca massa CV Mekar abadi dapat dilihat pada Gambar 22.
30
Log albasia 25.193 m3
Rotary
Platform plywood 13.058 m3 Limbah kayu 8.565 m3
14.245 m3 Glue 0.14 m3
Vinir 16.628 m3 Kadar Air 50%
Face and back 1.187 m3
perekatan
14.385 m3 Cold press
pengeringan
Uap air 36%
13.325 m3 Hot press
Vinir 16.628 m3 Kadar Air 14%
12.995 m3 Doble sizer
Glue 0.14 m3 16.768 m3
Sander
15.698 m3 Hot press
Loss tebal 0.33 m3 Potongan kayu 0.98 m3
12.015 m3
perekatan
Cold press
Loss tebal 1.06 m3
Loss tebal 1.07 m3
Serbuk kayu 0.33 m3
Plywood 11.685 m3
Loss tebal 1.65 m3
14.048 m3 Sander
Serbuk kayu 0.99 m3
13.058 m3 Gambar 22. Neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Neraca massa diatas dapat menghasilkan perhitungan rendemen sebesar 44%. Berarti masih banyak limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi. Berdasarkan neraca massa dapat dilihat bahwa jumlah limbah terbesar ada di unit proses rotary, sedangkan unitunit proses lain yang menghasilkan loss dan limbah adalah cold press, hot press, double sizer, dan sander. Sumber-sumber limbah yang telah diketahui melalui neraca massa selanjutnya dikaji dengan analisis teknik-teknologi yang akan menghasilkan opsi-opsi produksi bersih yang tepat.
4.2.2.1 Analisis Teknik-Teknologi Pada CV Mekar Abadi terdapat beberapa teknik-teknologi yang kurang tepat dan cenderung merugikan perusahaan pada beberapa unit proses dan aktivitas produksi. Teknik-teknologi tersebut selanjutnya dianalisis sehingga dapat dicari solusi untuk teknik-teknologi yang tepat dan berguna meningkatkan produktivitas perusahaan. Tabel 8 dan 9 menjelaskan tentang peluang opsi produksi bersih pada unit proses dan aspek kegiatan di CV Mekar Abadi.
31
Tabel 8. Opsi produksi bersih pada setiap unit proses Unit proses
Opsi produksi bersih
Sortir log
Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti
Rotary
Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol pH dan suhu
Join core
Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek
Glue spreader
Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik
Cold press
Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan
Hot press
Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur
Sander
Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi
Boiler
Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
Good housekeeping sebaiknya dilakukan pada penyortiran log secara teliti dan mempunyai standar yang jelas. Log albasia sebagai material input minimal berumur 5 tahun. Namun, seringkali log albasia yang berumur 3 tahun masih dijadikan material input. Akibatnya vinir mudah pecah karena umur kayu yang masih muda. Selain itu, terkadang log yang sudah busuk juga dijadikan material input. Pada unit proses rotary, penggulungan vinir masih dilakukan secara semi-otomatis dengan tenaga manusia dibantu mesin penggulung. Vinir mudah retak dan terputus karena tarikan oleh tenaga kerja serta getaran yang ditimbulkan oleh mesin penggulung yang frekuensinya sangat besar. Penggunaan konveyor sangat membantu untuk meminimalkan tarikan dan getaran sehingga tidak diperlukan mesin penggulung. Vinir yang dihasilkan dari mesin rotary selanjutnya disusun dan menunggu untuk proses selanjutnya. Vinir didiamkan hingga beberapa hari, sehingga kadar air vinir naik jika cuaca hujan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengontrolan MC vinir untuk memudahkan penanganan pada proses selanjutnya. Air pada bak perendaman tidak pernah diganti sehingga warna air menjadi hitam dan keruh. Suhu dan pH pada bak perendaman juga tidak pernah dikontrol. Jika dibiarkan maka akan berakibat log menjadi rusak karena zat dan kotoran pada air. Selain itu mutu produk juga akan menurun. Pada unit proses join core, seringkali vinir dan face-back mudah sobek dan rusak karena pekerja kurang hati-hati dalam repair dan penanganannya. Hal ini dapat merugikan perusahaan
32
karena mutu produk kayu lapis turun serta meningkatnya biaya produksi untuk menambahkan dempul. Oleh karena itu, pelatihan untuk pekerja menjadi sangat penting. Pipa yang mengalirkan glue menuju glue spreader berupa pipa plastik setengah lingkaran untuk memudahkan pembersihan pipa. Namun terkadang pekerja lalai dalam pengontrolan kran untuk aliran glue sehingga glue tumpah karena laju alir yang besar. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja melakukan pengontrolan dengan baik. Selain itu, glue sering tumpah di mesin glue spreader karena melebihi kapasitas roll. Oleh karena itu, pekerja sebaiknya mengatur dan mengontrol roll sebelum dialirkan glue. Tumpahan glue di lantai produksi dan mesin meningkatkan limbah yang dibuang. Modifikasi mesin untuk menampung dan me-reuse glue yang tumpah dapat meminimalkan limbah. Tekanan di cold press terkadang tidak terkontrol dan tekanannya sangat besar karena kerusakan pada pressure gage. Akibatnya mengurangi ketebalan kayu lapis yang dihasilkan karena tekanan yang besar. Hal ini dapat merugikan perusahaan karena kayu lapis tidak dapat dijual dengan ketebalan yang kurang dari standar. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Sama halnya dengan hot press juga sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Proses produksi kayu lapis sering terhenti bahkan sampai satu hari karena tidak tersedianya amplas pada sander. Penurunan produktivitas dapat menurunkan keuntungan perusahaan. Seharusnya dilakukan pencegahan dengan pengecekan ketersediaan amplas sebelum berproduksi. Temperatur pada boiler tidak bisa diketahui karena tidak adanya termometer pada boiler. Oleh karenanya perlu dipasang hygro-termometer pada boiler. Temperatur pada ruang pengeringan (kiln dry) biasanya tidak memenuhi standar yaitu 120 0C. Hal ini dikarenakan pipa besi yang mengalirkan steam tidak dilapisi sehingga panas steam keluar ke lingkungan sekitar. Sebaiknya pipa steam dilapisi glasswhole agar menahan panas steam. Tabel 9. Opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aspek kegiatan Lay out SOP IPAL K3
Aktivitas perbaikan Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Pemberian masker filter udara atau masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja
Lay out ruang proses produksi kayu lapis pada Lampiran 3 menunjukkan letak double sizer setelah sander finishing. Menurut diagram alir proses produksi seharusnya double sizer merupakan tahap proses sebelum tahap proses sander finishing. Hal ini berakibat ketidakteraturannya proses distribusi bahan dan menyebabkan voluminous pada ruang pabrik. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemindahan mesin. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, akibatnya banyak pekerja yang belum mengerti pentingnya tata cara operasi untuk meningkatkan mutu produk dan mengurangi limbah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin. Standar operasional prosedur juga mencegah terjadinya pemborosan energi dan bahan baku. Limbah cair pada unit proses kayu lapis hanya ditampung oleh bak peresapan, sehingga jika hujan akan meluap dan mengalir ke sungai. Hal ini sangat membahayakan bagi lingkungan sekitar karena adanya kandungan zat B3 dan logam berat dalam limbah cair. Oleh karena itu, instalasi pengolahan air limbah sangat diperlukan. Instalasi pengolahan air limbah yang disarankan yaitu IPAL
33
dengan lumpur aktif dengan melihat kondisi lahan CV Mekar Abadi yang tidak luas untuk IPAL. IPAL dengan lumpur aktif memiliki beberapa kriteria yang diinginkan perusahaan, yaitu : 1. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah yang disyaratkan. 2. Pengelolaan harus mudah. 3. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah. 4. Biaya operasinya rendah. 5. Lumpur yang dihasilkan kecil. 6. Dapat digunakan untuk air limbah dengan BOD yang cukup besar. 7. Dapat menghilangkan amonia sampai mencapai standar baku mutu yang berlaku. 8. Perawatan mudah dan sederhana. Pada kenyataannya, CV Mekar Abadi belum mampu untuk melaksanakan semua opsi produksi bersih karena keterbatasan modal dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan beberapa opsi yang berpotensi untuk diterapkan pada CV Mekar Abadi dengan besarnya modal dan waktu yang sesuai. Pemilihan opsi produksi bersih didasarkan pada unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah terbesar dalam neraca massa. Selain itu, opsi yang dipilih juga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan paling besar. Tabel 10 menjelaskan beberapa potensi opsi produksi bersih yang direkomendasikan untuk diterapkan di CV Mekar Abadi. Tabel 10. Potensi opsi produksi bersih di CV Mekar Abadi Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Boiler
Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
SOP IPAL
Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair
4.2.2.2 Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk memperkirakan biaya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih. Analisis finansial pada opsi produksi bersih dibagi menjadi tiga prioritas. Prioritas pertama ditandai dengan tiga bintang (***). Prioritas pertama menunjukkan opsi yang penting untuk dilaksanakan. Prioritas kedua ditandai dengan dua bintang (**). Prioritas kedua menunjukkan opsi yang cukup penting untuk dilaksanakan. Prioritas ketiga ditandai dengan satu bintang (*). Prioritas ketiga menunjukkan opsi yang kurang penting untuk dilaksanakan. Biaya dari opsi produksi bersih yang harus dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12, sedangkan rincian biaya dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.
34
Tabel 11. Analisis finansial opsi produksi bersih pada unit-unit proses Unit proses Sortir log Rotary
Join core
Glue spreader
Cold press Hot press Sander Boiler
Opsi produksi bersih Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol pH dan suhu Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan faceback yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi Pemasangan termometer hygro analog pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
Biaya (Rp) 0
Prioritas **
400,000
**
0 112,524,000
** ***
0
***
0
**
0
**
3,360,000
***
0
*
0
*
0
**
340,000
***
51,625,350
***
Tabel 12. Analisis finansial opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aspek kegiatan Lay out SOP IPAL K3
Aktivitas perbaikan Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Pemberian masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja
Biaya (Rp)
Prioritas
10,000,000
*
150,000
***
38,593,677 23,100,000
*** **
35
Berdasarkan opsi produksi bersih yang telah direkomendasikan dan mempunyai prioritas penting, maka perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya investasi opsi produksi bersih yang direkomendasikan Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Boiler
Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
SOP IPAL
Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair
Total biaya investasi
Biaya (Rp)
112,524,000 0 3,360,000 340,000 51,625,350 150,000 38,593,677 206,593,027
Apabila opsi produksi bersih dilaksanakan, maka perhitungan dilakukan dengan asumsi sebagai berikut : 1. Penggantian penggulungan vinir menggunakan konveyor dan penanganan join core yang baik dapat mengurangi down grade yang rata-rata 40 plywood per hari menjadi 38 plywood per hari. Keuntungan perusahaan sebesar Rp 200,000/ hari dengan harga plywood per satuan sebesar Rp 100,000. 2. Modifikasi penampung glue akan mengurangi glue yang terbuang sekitar 1 kg per hari dan menghemat biaya produksi perusahaan dari recycle glue sekitar minimal Rp 15,000 per harinya. 3. Pemasangan termometer pada boiler serta pelapisan pipa steam dapat mempercepat pengeringan yang tadinya 6 hari menjadi 1.5 hari. Hal ini dapat menghemat biaya produksi listrik dan air per harinya Rp 2,678,860 4. Perusahaan membeli bahan bakar boiler 10%, bahan bakar boiler dari limbah pabrik 90%. Harga limbah Rp 1,700,000, sehingga penghematan sebesar Rp 17,188,889 per bulan. Dari hasil perhitungan biaya investasi serta keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih, maka payback period dapat dihitung:
Payback Period =
=
=
3 bulan 5 hari
36
4.2.2.3 Analisis Politis Analisis politis berguna untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi posisi CV Mekar Abadi. Faktor-faktor internal ditentukan dari pengamatan kondisi internal perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor eksternal ditentukan dari pengamatan kondisi diluar perusahaan yang akan berdampak pada jalannya perusahaan disertai berbagai peluang dan ancamannya bagi perusahaan. Berdasarkan kondisi perusahaan, selanjutnya akan dianalisis alternatif strategi menggunakan matrik SWOT. Selain itu, analisis politis juga digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan yang diharapkan industri melalui program produksi bersih dengan beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan industri, aktor lain yang mempunyai peran dalam industri seperti pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya, keterkaitan tersebut akan menghasilkan urutan alternatif strategi yang dapat digunakan industri untuk mencapai tujuan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah terakhir adalah menentukan beberapa strategi yang tepat digunakan oleh CV Mekar Abadi berdasarkan hasil yang didapat dari matrik SWOT, dan AHP.
4.2.2.3.1 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) 4.2.2.3.1.2 Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT Pendekatan kuantitatif matriks SWOT digunakan untuk melihat posisi CV Mekar Abadi berdasarkan evaluasi terhadap faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal ditentukan dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV Mekar Abadi. Faktor eksternal ditentukan dari peluang dan ancaman yang datang dari luar perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di CV Mekar Abadi, diperoleh gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan prinsip produksi bersih sebagai berikut. Kekuatan (Strengths). Berdasarkan wawancara dan pengamatan, kekuatan yang dimiliki oleh CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Produk kayu lapis CV Mekar Abadi memiliki kualitas yang baik, terbukti dari 90% produk kayu lapis diekspor ke negara Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Sebanyak 10% produk kayu lapis dipasarkan di dalam negeri. 2. Komitmen kuat dari manajemen puncak yaitu direktur utama terhadap kualitas kayu lapis dengan membentuk bagian khusus quality control yang terdapat di masing-masing unit proses. 3. Perawatan mesin-mesin produksi secara berkala yaitu satu minggu sekali dan pengecekan mesin sebelum produksi oleh ahli mekanik dapat meningkatkan efisiensi produksi. 4. Volume limbah kayu yang besar dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan bakar mesin boiler, sehingga dapat menghemat energi yang dibutuhkan. 5. Potensi sumber daya manusia yang besar karena CV Mekar Abadi menggunakan sistem padat karya dalam menjalankan produksi. 6. Lokasi CV Mekar Abadi dekat dengan bahan baku karena bahan baku diperoleh dari daerah sekitar Kabupaten Wonosobo. 7. CV Mekar Abadi memberikan bibit kepada dinas perhutani di sekitar wilayah pabrik dan petani daerah dalam rangka program reboisasi setiap tahunnya. Hal ini dapat meningkatkan potensi hutan dan bahan baku yang berkelanjutan. 8. Perlindungan K3 terhadap karyawan telah dilakukan melalui keikutsertaan CV Mekar Abadi dalam Jamsostek.
37
Kelemahan (Weaknesses). Kondisi yang menunjukkan kelemahan CV Mekar Abadi dalam penerapan produksi bersih sebagai berikut. 1. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum sepenuhnya ditangani karena masih banyak limbah yang dibuang di landfill. Tempat pembuangan limbah ini akan berdampak pada masyarakat sekitar seperti pencemaran udara, merusak lapisan tanah, dan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. 2. Kurang kesadaran karyawan dalam pengelolaan lingkungan industri karena masih banyak dilakukan pemborosan terhadap bahan baku dan energi. 3. Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan biaya terhadap pengendalian limbah menjadi kendala dalam meminimalkan limbah dan meningkatkan efisiensi produksi. 4. Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) sehingga karyawan kurang mengerti tata cara operasi yang baik. 5. Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah terbukti dari masih besarnya limbah kayu yang dibuang. 6. Kurangnya manajemen operasional akibat dari manajemen CV Mekar Abadi yang belum terorganisir dengan baik dan job description yang belum jelas. 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia melalui training pekerja. 8. Tidak adanya sertifikasi terhadap bahan baku, mutu produk, maupun manajemen lingkungan akan mempersulit perluasan pasar internasional. 9. Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi kapasitas produksi karena dalam setiap tahunnya perusahaan mengalami masa sulit dalam memenuhi bahan baku. Perusahaan bahkan harus membeli bahan baku dari luar daerah. Peluang (Opportunities). Peluang yang muncul dari penerapan program produksi bersih bagi CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelangkaan bahan baku. 2. Keanekaragaman hayati yang besar perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan demikian, akan lebih banyak sumber daya hutan yang dapat dimanfaatkan. 3. Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan ditandai dengan semakin meningkatnya perhatian dan minat masyarakat dengan produk yang ramah lingkungan. 4. Pelaksanaan program produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional terhadap produk kayu lapis yang dihasilkan. 5. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse hasil samping sehingga dapat memberikan nilai tambah. 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce limbah dan meminimalkan dampak lingkungan. 7. Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. 8. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi produksi dan memperbaiki kualitas manajemen. 9. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas.
38
Ancaman (Threats). Kondisi yang muncul yang dapat menjadi ancaman bagi CV Mekar Abadi dalam penerapan program produksi bersih sebagai berikut. 1. Semakin terbatasnya sumber daya hutan khususnya stok kayu bulat menjadi ancaman perusahaan pada masa mendatang. 2. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan sertifikasi dapat mengancam perusahaan karena terbatasnya modal finansial perusahaan. 3. Tekanan dunia internasional terhadap perkayuan Indonesia senantiasa dihubungkan dengan kelestarian hutan di Indonesia. Perlunya keterbukaan dan negosiasi yang baik agar pemasaran kayu lapis dapat berlangsung secara lancar. 4. Penebangan liar dapat mengancam ketersediaan bahan baku kayu bulat. 5. Kurangnya informasi tentang teknologi yang ramah lingkungan dan belum banyak terjadi alih teknologi yang berhasil dari negara maju yang seharusnya telah dilakukan, sehingga belum terjadi efisiensi yang diharapkan. 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan di masa datang menjadi ancaman bagi perusahaan. 7. Krisis moneter merupakan ancaman karena apabila kondisi tersebut berkelanjutan akan membawa dampak yang kurang baik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah antisipasi. 8. Persaingan dengan industri-industri kayu lapis lainnya yang telah bersertifikasi merupakan ancaman bagi perusahaan dalam pemasaran produk kayu lapis. 9. Hubungan dengan masyarakat sekitar harus senantiasa harmonis agar tidak terjadi konflik. Oleh karena itu perlu adanya CSR (corporate social responsibility) untuk membantu masyarakat sekitar. 10. Ketidakpastian hukum yang terjadi sampai saat ini menimbulkan ketidaknyamanan. Misalnya pungutan liar pada saat pengangkutan bahan baku yang tidak ditindak secara tegas dengan hukum yang berlaku. Langkah selanjutnya yaitu menentukan peringkat dan bobot dari setiap faktor dengan pengisian kuisioner dari enam responden ahli. Contoh kuisioner dan data responden terdapat pada Lampiran 9 dan Lampiran 7. Pengisian peringkat setiap faktor dilakukan dengan cara checklist, sedangkan penilaian bobot setiap faktor menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Kemudian penentuan peringkat setiap faktor diambil dari rata-rata nilai peringkat dari enam responden ahli. Perhitungan bobot setiap faktor menggunakan perhitungan geo mean.
39
Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal 1. Kekuatan (Strength) Bobot Produk kayu lapis memiliki kualitas baik terbukti 1 banyaknya importir dari negara Timur Tengah, 0.17517 Korea, Cina, dan Taiwan Komitmen kuat dari manajemen puncak terhadap 2 0.18143 kualitas produk kayu lapis Proses produksi yang didukung dengan adanya 3 0.11423 perawatan mesin-mesin secara berkala Volume limbah yang cukup besar untuk dilakukan 4 0.11035 pengendalian dan pemanfaatan 5 Potensi sumber daya manusia yang besar 0.14186 6 Lokasi industri dekat dengan bahan baku 0.06052 Perusahaan kayu lapis tersebut mempunyai reputasi 7 0.05142 yang baik di pasar domestik maupun internasional Program reboisasi oleh industri dalam rangka 8 0.04848 sustainable development Adanya perlindungan terhadap keselamatan dan 9 0.05349 kesehatan kerja Komitmen yang kuat dari manajemen puncak 10 terhadap manajemen lingkungan, termasuk 0.06304 produksi bersih Total skor kekuatan 2. Kelemahan (Weaknesses) Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum 1 0.11911 sepenuhnya ditangani Kurangnya kesadaran karyawan terhadap 2 0.18523 pengelolaan lingkungan industri Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan 3 0.12223 biaya terhadap pengendalian limbah 4 Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) 0.12995 5 Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah 0.08444 6 Kurangnya manajemen operasional 0.12204 7 Kurangnya pengembangan sumber daya manusia 0.10675 Belum adanya sertifikasi bahan baku terkait dengan 8 0.05000 sustainable development Belum adanya sertifikasi mutu produk kayu lapis 9 0.04073 maupun sertifikasi manajemen lingkungan Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi 10 0.03951 kapasitas produksi Total skor kelemahan Skor Kekuatan – Skor Kelemahan ( 3.68606 – 2.46200 )
Rating
Skor
4
0.70068
4
0.72572
4
0.45692
4
0.44140
3 3
0.42558 0.18156
4
0.20568
3
0.14544
4
0.21396
3
0.18912 3.68606
3
0.35733
2
0.37046
3
0.36669
3 2 2 2
0.38985 0.16888 0.24408 0.21350
3
0.15000
3
0.12219
2
0.07902 2.46200 1.22406
40
Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal (lanjutan) 3. Peluang (Opportunities) Bobot Rating Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya 1 0.18736 4 dan pemanfaatannya efektif dan efisien Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin 2 kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan 0.12238 4 efisien Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat 3 0.11474 4 dunia terhadap kelestarian lingkungan Peluang pasar domestik maupun internasional yang 4 0.14405 4 besar Pelaksanaan program produksi bersih 5 meningkatkan kepercayaan internasional terhadap 0.13983 4 produk kayu lapis Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse 6 hasil samping sehingga dapat memberikan nilai 0.07936 4 tambah Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce 7 0.05556 4 limbah dan meminimalkan dampak lingkungan Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas 8 0.06289 4 dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi 9 0.05232 4 produksi dan memperbaiki kualitas manajemen Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan 10 0.04151 4 meningkatkan produktivitas Total skor peluang 4. Ancaman (Threat) 1 Terbatasnya sumber daya hutan 0.13689 3 2 Kebijakan pemerintah 0.11974 3 Tekanan dunia internasional terhadap produk 3 0.13604 3 perkayuan Indonesia 4 Penebangan liar 0.12956 3 5 Belum ada transfer teknologi 0.07937 3 6 Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan 0.10051 3 7 Krisis moneter 0.10487 3 Persaingan dengan industri-industri kayu lapis 8 0.07908 3 lainnya Hubungan antara industri kayu lapis dengan 9 0.05472 3 masyarakat sekitar (corporate social responsibility) 10 Ketidakpastian hukum 0.05922 3 Total skor ancaman Skor Peluang – Skor Ancaman ( 4.00000 – 3.00000 )
Skor 0.74944 0.48952 0.45896 0.57620 0.55932
0.31744 0.22224
0.25156
0.20928 0.16604 4.00000 0.41067 0.35922 0.40812 0.38868 0.23811 0.30153 0.31461 0.23724 0.16416 0.17766 3.00000 1.00000
Tabel 14 memperlihatkan langkah penentuan skor faktor internal dan faktor eksternal yang akan diplotkan pada matriks SWOT. Penentuan posisi sumbu X dengan cara total skor kekuatan (3.68606) dikurangi total skor kelemahan (2.46200) sehingga menghasilkan nilai 1.22406. Penentuan
41
posisi sumbu Y dengan cara total skor peluang (4.00000) dikurangi total skor ancaman (3.00000) sehingga menghasilkan nilai 1.00000.
(1.22 ; 1.00)
Gambar 23. Posisi CV Mekar Abadi dalam matriks SWOT Grafik matriks SWOT diatas menunjukkan bahwa posisi CV Mekar Abadi berada pada kuadran I. Posisi ini menandakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
4.2.2.3.1.2 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Langkah selanjutnya, untuk memperoleh alternatif strategi yang tepat berdasarkan prinsip produksi bersih dilakukan pendekatan kualitatif matriks SWOT. Pendekatan ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. 1. Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strength-Threat) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
42
Internal
Tabel 15. Penentuan strategi dengan matrik SWOT. Strength (S) Weakness (W)
Eksternal
Opportunity (O) 1. Hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya 2. Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin kelangsungannya 3. Meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan 4. Peluang pasar yang besar 5. Pelaksanaan produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse 7. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce 8. Produksi bersih dapat meningkatan efisiensi dan efektivitas 9. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi dan kualitas manajemen 10. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas
Threat (T) 1. 2. 3.
Terbatasnya sumber daya hutan Kebijakan pemerintah Tekanan dunia internasional terhadap produk perkayuan Indonesia 4. Penebangan liar 5. Belum ada transfer teknologi 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan 7. Krisis moneter 8. Persaingan dengan industriindustri kayu lapis lainnya 9. Hubungan antara industri kayu lapis dengan masyarakat sekitar (corporate social responsibility) 10. Ketidakpastian hukum
1. Produk kayu lapis memiliki kualitas baik 2. Komitmen dari manajemen terhadap kualitas produk 3. Proses produksi didukung perawatan mesin-mesin 4. Pengendalian terhadap volume limbah yang besar 5. Potensi SDM yang besar 6. Lokasi industri dekat dengan bahan baku 7. Reputasi perusahaan yang baik di pasaran 8. Program reboisasi oleh industri dalam rangka sustainable development 9. Adanya perlindungan terhadap K3 10. Komitmen terhadap manajemen lingkungan
1.
Pengelolaan limbah belum sepenuhnya ditangani 2. Kurangnya kesadaran karyawan terhadap pengelolaan lingkungan 3. Belum ada perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah 4. Belum ada SOP 5. Tingkat efisiensi bahan baku rendah 6. Kurangnya manajemen operasional 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia 8. Belum ada sertifikasi bahan baku 9. Belum adanya sertifikasi mutu produk dan manajemen lingkungan 10. Daya dukung hutan rakyat belum memenuhi kapasitas produksi
Strategi SO 1. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. (Strength 1,2,7 : Opportunity 4,5) 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. (Strength 3,4,6 : Opportunity 1,6-10) 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. (Strength 5,8-10 : Opportunity 1-3,6-8,10)
Strategi WO 1. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. (Weakness 1-3,9 : Opportunity 3, 6-7) 2. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. (Weakness 4-6,10 : Opportunity 1,2,8-10) 3. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. (Weakness 2,7-9 : Opportunity 4,10)
Strategi ST 1. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. (Strength 1-10 : Threat 1,3-9) 2. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. (Strength 8-10 : Threat 2,7,10)
Strategi WT 1. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. (Weakness 1-10 : Threat 1, 39) 2. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. (Weakness 1-10 : Threat 2,7,10)
43
Berdasarkan matrik SWOT yang telah disusun, didapatkan perumusan alternatif strategi yang sesuai untuk CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Alternatif strategi SO (Strength-Opportunity) : a. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. b. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. c. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. 2. Alternatif strategi ST (Strength-Threat) : a. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. b. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 3. Alternatif strategi WO (Weakness-Opportunity) : a. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. b. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. c. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. 4. Alternatif strategi WT (Weakness-Threat) : a. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. b. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. Alternatif strategi SWOT tersebut dapat dipilih dan disesuaikan dengan posisi CV Mekar Abadi dalam matriks kuadran SWOT.
4.2.2.3.2 Proses Hierarki Analitik Selain berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang terkait dengan industri kayu lapis, analisis politik juga berguna untuk menentukan alternatif strategi program produksi bersih yang akan diimplementasikan dalam industri kayu lapis. Sebelumnya dilakukan penentuan beberapa alternatif strategi program produksi bersih yang ditinjau dari kondisi industri kayu lapis CV Mekar Abadi dan juga didiskusikan dengan pakar. Berdasarkan hasil strategi pada analisis SWOT, selanjutnya dapat diringkas menjadi empat alternatif strategi program produksi bersih yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi produksi bersih. Keempat alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 16.
44
Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis No 1
2 3 4
Alternatif strategi program produksi bersih Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1a, 1c, 2a, 3b, 3c, 4a) Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1b, 3a, 4a) Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b, 4b) Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b)
Keempat alternatif strategi tersebut dianalisis dengan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah pertama dalam analisis AHP yaitu membuat struktur hierarki yang sesuai dengan tujuan dan saling berikatan dengan faktor, aktor, maupun alternatif strateginya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penentuan alternatif strategi program produksi bersih yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor yang berpengaruh yaitu modal atau investasi dari industri kayu lapis, teknologi yang digunakan, dan kebijakan pemerintah daerah. Aktor yang berkaitan secara internal maupun eksternal adalah industri kayu lapis, pemerintah daerah, dan masyarakat. Struktur hierarki menjadi acuan penentuan nilai berdasar tingkat kepentingan dari elemenelemen yang dibandingkan diatas oleh responden. Penilaian ini didasarkan pada metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Penilaian dilakukan oleh tiga orang pakar yang dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan bentuk kuisioner metode perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 10. Penggabungan hasil penilaian ketiga orang pakar menggunakan AHP. Software AHP yang digunakan yaitu Expert Choice 2000. Memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih
TUJUAN
FAKTOR
AKTOR
Modal (0.384)
Industri (0.670)
Teknologi (0.528)
Kebijakan pemda (0.088)
Pemerintah daerah (0.260)
Masyarakat (0.070)
STRATEGI Sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis
Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
(0.465)
(0.226)
Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (0.191)
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
(0.118)
Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat
45
Gambar 24 memperlihatkan hasil AHP secara agregat menggunakan expert choice 2000. Berdasarkan Gambar 24, dihasil bobot agregat yang diperoleh masing-masing aktor, faktor, dan alternatif strategi. Faktor teknologi memiliki bobot agregat tertinggi (0.528) sehingga menjadi prioritas penting. Aktor yang memiliki peran penting adalah industri dengan bobot agregat tertinggi (0.670). Selain itu, alternatif strategi yang memiliki bobot agregat tertinggi adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465). Namun, untuk penjelasan lebih rinci disajikan pada Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Penggabungan dari ketiga pakar dengan AHP menghasilkan nilai bobot pada masing-masing faktor, aktor, dan alternatif strategi seperti. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa faktor teknologi (0.528) mendapatkan nilai yang paling tinggi sehingga faktor teknologi merupakan faktor yang paling penting. Urutan faktor ke dua dan ke tiga yaitu faktor modal (0.384) dan faktor kebijakan pemerintah daerah (0.088). Hal ini menunjukkan bahwa faktor teknologi merupakan faktor yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor teknologi telah mengalahkan faktor modal yang selama ini dalam industri dianggap sebagai faktor paling krusial dalam peningkatan produksi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor modal yaitu industri (0.726). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.201) dan masyarakat (0.073). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatkan modal. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor teknologi yaitu industri (0.752). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.169) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk pengembangan teknologi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor kebijakan pemerintah daerah yaitu industri (0.560). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.360) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatan informasi tentang kebijakan pemerintah daerah. Aktor industri menduduki prioritas tertinggi pada masing-masing faktor, selain itu industri juga memiliki nilai paling tinggi dari keseluruhan bobot. Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, industri menjadi prioritas untuk diperhatikan. Industri yang masih berbentuk CV seperti CV Mekar Abadi memang masih memiliki
46
banyak kelemahan yaitu lambatnya pengembangan teknologi, kepemilikan modal finansial, dan kurangnya perhatian terhadap kebijakan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan yang kurang terorganisir dan sumber daya manusia yang masih rendah. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2000), pelaksanaan produksi bersih lebih mengarahkan pada pengaturan diri sendiri (self regulation), daripada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap, cara pandang, dan tingkah laku. AHP juga digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif strategi program produksi bersih. Urutan alternatif strategi produksi bersih dari prioritas yang paling penting yaitu sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465), pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (0.226), penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (0.191), pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (0.118). Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, alternatif strategi yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis.
Gambar 26. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP
4.2.2.4 Implementasi Program Produksi Bersih Implementasi program produksi bersih berupaya untuk mencapai tujuan yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Namun, penentuan strategi produksi bersih yang tepat harus menyesuaikan dengan kondisi industri kayu lapis pada saat ini. Strategi untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan implementasi program produksi bersih diwujudkan dari penggabungan hasil analisis SWOT, AHP, dan pengamatan kondisi CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis dengan cara: a. Pemerintah Kabupaten Wonosobo membuat lembaga khusus daerah yang bekerjasama dengan Pusat Produksi Bersih Nasional untuk membantu industri dalam melaksanakan program produksi bersih. Selain itu, industri kayu lapis merupakan salah satu industri andalan di Kabupaten Wonosobo. Oleh karenanya diperlukan lembaga khusus daerah yang bekerjasama dengan APKINDO dan Balitbang Hasil Hutan untuk memberikan bimbingan terhadap masalah peningkatan mutu kayu lapis.
47
b. Lembaga-lembaga tersebut akan memberikan informasi, pelatihan, konsultasi, dan pengawasan terhadap industri kayu lapis dalam menjalankan program produksi bersih untuk peningkatan mutu kayu lapis. 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. Strategi ini berkaitan dengan opsi teknik teknologi, antara lain good housekeeping pada glue spreader, coldpress, hot press, dan sander ; inovasi pada sistem penggulungan rotary ; serta modifikasi padapenampung glue dan boiler. 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan sistem K3 melalui program produksi bersih. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pemberian peralatan K3 pada pekerja. 4. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 5. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan IPAL. 6. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan SOP. 7. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar.
4.3 Pembangunan Berkelanjutan Bahan baku berupa log dan balok albasia CV Mekar Abadi berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo. Hutan rakyat yaitu hutan milik individu yang dikelola sendiri. Kapasitas bahan baku per tahun CV Mekar Abadi mencapai 156,000 m3. Menurut BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009, jumlah penebangan tegakan albasia mencapai 424,161.64 m3/tahun. Hal ini mengartikan bahwa ketersediaan albasia di Kabupaten Wonosobo untuk bahan baku kayu lapis di CV Mekar Abadi masih tercukupi. Namun, dari hasil wawancara dengan karyawan perusahaan yang mengurusi bahan baku didapat hasil bahwa setiap tahunnya terdapat rentang waktu dimana perusahaan mengalami kekurangan bahan baku. Hal ini dikarenakan petani kayu banyak yang menggunakan sistem tebang butuh. Tebang butuh merupakan sistem penebangan yang didasarkan pada kebutuhan ekonomi si petani. Misalkan jika petani memerlukan kebutuhan uang yang sudah mendesak maka si petani akan menebang tegakan albasia walaupun umur kayu masih muda. Sebaliknya jika petani belum membutuhkan uang maka tegakan albasia tidak akan ditebang. Secara sederhana, pemenuhan bahan baku kayu lapis CV Mekar Abadi melalui penebangan tegakan albasia berdampak positif bagi masyarakat sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan petani hutan rakyat. Namun disisi lain dapat berdampak negatif kerena menurunkan kualitas udara sekitar dan menurunkan ruang terbuka hijau. Kapasitas terpasang dari industri perkayuan khususnya industri kayu lapis yang terus meningkat melebihi kapasitas penyediaan bahan baku secara lestari sehingga nantinya akan terjadi kekurangan supply yang berpotensi meningkatkan kegiatan penebangan secara liar. Kondisi yang diinginkan tentu saja menghilangkan penebangan secara liar sebagai alternatif pemenuhan kekurangan tersebut. Dengan demikian diperlukan alternatif lain, misalnya melalui impor kayu atau bila hal ini tidak memungkinkan maka harus dilakukan restrukturisasi industri kayu lapis dengan mengutamakan keseimbangan supply-demand secara lestari. Selain itu, sebagian besar petani belum juga mengerti tentang pentingnya hutan lestari. Hal ini juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam penurunan
48
kapasitas penyediaan bahan baku. Oleh karena itu, esensi dari pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk dipahami. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang berkelanjutan. Menurut (Sugandhy dan Hakim, 2007), pengertian pembangunan berkelanjutan adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Pembangunan berkelanjutan khususnya keberlanjutan sumberdaya hutan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Beberapa kondisi yang diinginkan dalam pengelolaan sumberdaya hutan untuk memenuhi pembangunan berkelanjutan diantaranya : 1. Tidak terjadinya penebangan hutan secara liar. 2. Tidak bertambahnya hutan konversi. 3. Penegakan hukum bagi pelanggaran peraturan dan perundang-undangan. 4. Teratasinya masalah industri perkayuan. 5. Dihentikannya ekspor atau penyelundupan kayu keluar negeri. 6. Penggunaan dana reboisasi sesuai dengan tujuan. 7. Terjaganya keberlanjutan ekosistem hutan. 8. Terjadinya partisipasi yang optimal dari semua stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan kehutanan. 9. Terciptanya pengelolaan sumberdaya hutan berbasiskan masyarakat dengan dasar berkelanjutan dan mendapat pengakuan secara legal. Ditinjau dari segi produksi bersih merupakan program pengelolaan lingkungan yang mendorong adanya pembangunan berkelanjutan khususnya industri yang berkelanjutan. Produksi bersih meningkatkan efisiensi bahan baku dan sumber daya alam sehingga penggunaannya dapat dilakukan secara tepat dan tidak boros. Produksi bersih juga dapat menggerakkan industri untuk senantianya peduli dan menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar. Dalam menjaga ketersediaan bahan baku, CV Mekar Abadi bekerja sama dengan perhutani daerah melakukan reboisasi setiap tahunnya dengan memberikan bibit albasia kepada para petani kayu.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi, dapat diidentifikasikan beberapa unit proses yang menjadi sumber limbah. Hasil identifikasi sumber limbah digunakan untuk mengetahui potensi dari opsi-opsi produksi bersih. Analisis teknik-teknologi di CV Mekar Abadi menghasilkan 13 potensi opsi produksi bersih pada unit-unit proses yang kurang efisien dan menjadi sumber penghasil limbah. Selain itu, analisis teknik-teknologi menghasilkan empat opsi perbaikan untuk beberapa aspek kegiatan yang kurang efektif. Berdasarkan analisis ini, opsi yang yang diprioritaskan adalah penggantian sistem rotary dengan konveyor, penanganan vinir dan faceback dengan baik, modifikasi penampung glue, pemasangan termometer dan pelapisan pipa steam pada boiler, membuat SOP, serta pembuatan IPAL. Analisis finansial memprioritaskan opsi-opsi produksi bersih yang berpotensi menghasilkan keuntungan. Opsi terpilih adalah opsi yang diprioritaskan pada analisis teknik teknologi dengan total biaya investasi sebesar Rp 206,593,027. Keuntungan dan penghematan yang didapat CV Mekar Abadi dari penerapan opsi produksi bersih sebesar Rp 65,210,649, dengan payback period selama 3 bulan 5 hari. Hasil analisis SWOT menggunakan pendekatan kuantitatif menempatkan CV Mekar Abadi pada posisi kuadran I pada matriks SWOT. Kuadran I menunjukkan suatu industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif. Analisis SWOT menggunakan pendekatan kualitatif menghasilkan 10 alternatif strategi. Kesepuluh alternatif strategi tersebut diringkas dalam empat alternatif strategi pada AHP. AHP menghasilkan bobot tertinggi pada alternatif strategi sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis. Implementasi produksi bersih menghasilkan beberapa strategi produksi bersih yang akan diterapkan di CV Mekar Abadi. Strategi ini diperoleh dari kombinasi hasil AHP dan analisis SWOT dengan melihat kondisi dari CV Mekar Abadi. Terdapat tujuh strategi produksi bersih yang tepat untuk digunakan CV Mekar Abadi. Strategi implementasi produksi bersih yang diutamakan adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis.
5.2 Saran 1. Perlu dukungan pemerintah daerah untuk sosialisasi program produksi bersih pada industri kayu lapis dan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga perlu merencanakan sistem limbah terpadu untuk industri kayu lapis. 2. Pengembangan pengelolaan limbah cair dan limbah udara oleh industri agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu, diperlukan penyusunan SOP dan perbaikan manajemen operasional. 3. Beberapa saran untuk penelitian lanjutan adalah sebagai berikut : a. Penelitian lebih lanjut pada life cycle analysis untuk perhitungan neraca energi dan pengendalian energi yang digunakan. b. Kajian lebih lengkap tentang recycle limbah cair agar dapat mengurangi penggunaan sumber daya air.
50
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2006. Formalin dalam makanan. http//www.freelist.org/archives/ppi/012006/msg 0209.html. [26 September 2011]. Andrianto R. 2010. The Analysis of Competing Strategy by Swot Analysis Approach [makalah]. Semarang: Universitas Diponegoro. David FR. (1999) Manajemen strategis: konsep (7 th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall, Inc., hal 191. Dwiprabowo H. 2009a. Analisis daya saing ekspor panel-panel kayu Indonesia dan Malaysia. J Analisis Kebijakan Hutan 6 (2): 151-160. Dwiprabowo H. 2009b. Kebijakan penurunan bea masuk impor kayu lapis ke Indonesia. J Analisis Kebijakan Hutan 6 (1): 1-11. El-Haggar S. 2002. Engineering for a Sustainable Environment. Egypt. Di dalam Shittu, E. A. 2002. Cleaner production: the umbrella for environmental Globalization. Interdisciplinary Environmental Review Anthology, 4(2): 52-65. FAO. 2009a. Database FAOSTAT. Website: www.FAOSTAT/FAO.ORG. Di dalam Dwiprabowo H. 2009a. Analisis daya saing ekspor panel-panel kayu Indonesia dan Malaysia. J Analisis Kebijakan Hutan 6 (2): 151-160. FAO. 2009b. Website: www.fao/faostat.org. Di dalam Dwiprabowo H. 2009b. Kebijakan penurunan bea masuk impor kayu lapis ke Indonesia. J Analisis Kebijakan Hutan 6 (1): 1-11. Hopp V. 1983. Handbook of Applied Chemistry. Washington: Hemisphere Publishing Corporation. [ICIP] Indonesia Cleaner Industrial Production Program. 1998. Kajian Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis. Jakarta. [ICIP] Indonesia Cleaner Industrial Production Program. 2001. Kajian Produksi Bersih pada Industri Kayu Lapis II. Jakarta. Indrasti NS, AM Fauzi. 2009. Produksi bersih. IPB Press, Bogor. Indrasti NS, AM Fauzi, Suprihatin, A Yuhistira, AA Adnan dan M Fatimah. 2007. Panduan Praktis Pengelolaan Lingkungan Industri Plywood. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Iskandarini. 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan [makalah]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Iswanto AP. 2008. Kayu Lapis (Plywood) [makalah khusus]. Medan: Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2000. Produksi Bersih. Jakarta.
51
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Panduan Penerapan Ekoefisiensi Industri Kayu Lapis. Jakarta. Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta. Massijaya MY. 2006. Plywood Bahan Kuliah Ilmu dan Teknologi Kayu. Bogor: Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB. Mulder K. Editor. 2006. Sustainable Development for Engineers. Sheffield: Greenleaf Publishing Ltd. Nurendah Y. 2006. Strategi Peningkatan Kinerja Industri Kayu Lapis melalui Pendekatan Ekoefisiensi [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Osuna MRS. 2007. What is Cleaner Production?. Di dalam Akhida AR. 2007. Kajian Penerapan Strategi Produksi Bersih di Sentra Industri Kecil Tapioka di Ciluar, Bogor Utara [skripsi]. Bogor: Fateta IPB. Polak J. 1997. Sustaining Profits and Forests. Chicago: The John D. And Catherine T. MacArthur Foundation. Purwanto. 2005. Penerapan produksi bersih di kawasan industri. Makalah pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih dalam mendorong Terciptanya Kawasan EcoiIndustrial di Indonesia, 3 Juni 2005, Jakarta. Setiadi T. 2005. Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan [makalah khusus]. Bandung: Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung. Sugandhy AR. Hakim. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta. Susanto. 2007. Lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan. http://tritunggal.sch.id/forum/index.php?action=dlattach;topic=452.0;attach=769. [24 Januari 2011]. Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization. New York: Van Nostrand Reinhold. [UNEP] United Nations Environmental Programme. 2003. Cleaner Production Assessment in Industries. Di dalam Indrasti NS dan AM. Fauzi . 2009. Produksi bersih. IPB Press, Bogor. [USAID] United Stated Agency for International Development. 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Jakarta. Di dalam Purnama AA. 2006. Kajian Peningkatan Kinerja Industri Gula Tebu melalui Introduksi Pendekatan Produksi Bersih di PT. PG. Rajawali V, Majalengka [skripsi]. Bogor: Fateta IPB. Widyastuti P. 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. EGC, Jakarta. Youngqiust. 1999. Wood Based Composite and Panel Product. USA. Di dalam Iswanto, A.P. 2008. Kayu Lapis (Plywood) [makalah khusus]. Sumatera Utara: Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Lay out pabrik CV Mekar Abadi
54
Lampiran 2. Keterangan lay out pabrik CV Mekar Abadi
Nomor
Keterangan lay out pabrik
1
Unit proses rotary
2
Unit proses bare core
3
Dust collector
4
Kiln dry
5
Log yard
6
Unit proses plywood dan block board
7
Mesin boiler
8
Unit proses stik vinir
9
Unit proses sawmill
10
Ruang mekanik
11
Gudang penyimpanan produk
12
Ruang pembuatan stik dan palet
13
Kantor
55
Lampiran 3. Lay out ruang produksi kayu lapis
56
Lampiran 4. Rincian harga komponen konveyor dan penampung glue 1. Rincian harga komponen konveyor No
Jenis komponen
Jumlah
Harga (Rp)
1
Besi UNP 100 (mm) panjang 6 m
1 batang
285,000
2
Besi UNP 80 (mm) panjang 6 m
1 batang
267,000
3
Roller indo besi diameter 4 inch pnjg 67 cm
2 batang
6,560,000
4
Roller adjust diameter 2 inch panjang 67 cm
3 batang
5,940,000
5
Elektro motor 3 phase 1450 rpm
1 unit
4,200,000
6
Gear box/Reducer tipe 80 ratio 1:10
1 unit
6,100,000
7
Pully diameter 3 inch A2
2 buah
210,000
8
Amerald belt kelling 1280 cm lebar 60 cm
1 buah
4,100,000
tebal 3 mm 9
Vans belt A28 28 inch
2 buah
57,000
10
Magnetic switch SC 18 tipe motor 10
1 buah
412,000
ampere Total harga
28,131,000
Jumlah konveyor yang dibutuhkan 4 unit (total harga x 4)
112,524,000
2. Rincian harga komponen penampung glue No
Jenis komponen
1
Ball valve 2 inch
2
Pipa galvanis medium A diameter 1.5 inch panjang 12
Harga (Rp) 520,000 65,000
meter 3
Pompa lem 106A
4
Besi bekas drum
Total harga
2,725,000 50,000 3,360,000
57
Lampiran 5. Rincian harga komponen IPAL No 1
Jenis komponen
Harga (Rp)
Pompa air celup KP 150 M
2,850,000
150 watt 5 meter 130 liter/meter 2
Blower hiblow 200
5,760,000
3
Media cell sarang tawon bioball
1,190,000
4
Pompa air celup KP 150 M
2,850,000
150 watt 5 meter 130 liter/meter 5
Kabel 3 x 2.5 NYY 500 volt
535,000
6
Kabel 4 x 4 NYA 500 volt
885,000
7
Box panel 50 x 60 cm
382,500
8
MCB 1 phase 6 Amp-220 volt
38,000
9
MCB 3 phase 32 Amp-380 volt
212,500
10
Earth Copper Rod Tape 1
11
TDOZ
12
Rubber tape 3 M
13
Contractor D 10.8 Amp 220 Volt
14
Selector switch Amp 220 volt
15
Pilot lamp 2 Amp 220 volt
120,000
16
Cu Bus Bar
100,000
17
Earth Bus Bar
100,000
18
Cable duct 25 x 25 mm
207,900
19
Terminal blok 12 pole
50,000
20
Volt meter 3 phase-500 volt
21
99,500 450 80,000 130,000 50,500
560,000 3
Beton K300 bak pemisah lemak 2.4 m
1,584,000 3
22
Beton K275 bak penampung limbah 9.6 m
6,240,000
23
Beton K275 bak pengendapan awal 7.2 m3
4,680,000
3
24
Beton K300 reaktor anaerob 14.4 m
25
Beton K275 ruang aerasi reaktor aerob 6.4 m3
9,504,000 4,160,000 3
26
Beton K275 ruang bed media reaktor aerob 7.04 m
4,576,000
27
Beton K275 bak pengendap akhir 7.2 m3
4,680,000
Total harga
51,625,350
58
Lampiran 6. Rincian harga peralatan K3 No
Unit proses
Jenis peralatan K3
Jumlah
Harga (Rp)
1
Pengupasan log
Earplug
60
1.200.000
2
Pengampelasan
Earplug
15
300.000
3
Peleburan lem
Masker corong
36
2.700.000
Kacamata safety
36
3.600.000
Masker corong
24
1.800.000
Kacamata safety
24
2.400.000
Baju pelindung panas
12
9.000.000
Masker corong
12
900.000
Kacamata safety
12
1.200.000
4
5
Pengempaan panas
Pembakaran pada boiler
Total harga
23.100.000
59
Lampiran 7. Data responden pada analisis IFE-EFE No
Nama
Institusi
1
Responden 1
Asosiasi Panel Kayu Indonesia
2
Responden 2
Pakar Kehutanan
3
Responden 3
Industri kayu lapis
4
Responden 4
Industri kayu lapis
5
Responden 5
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo
6
Responden 6
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo
60
Lampiran 8. Data responden pada AHP No
Nama
Institusi
1
Responden 1
Asosiasi Panel Kayu Indonesia
2
Responden 2
Pakar Kehutanan
3
Responden 3
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo
61
Lampiran 9. Contoh kuisioner IFE-EFE
Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis Penanya (Questioner) Nama (Name) : Lutvia Rosaliana / S1 Mahasiswa, Teknologi Industri Pertanian (TIN), IPB Alamat (Address) : Wisma Gajah Jl Balio No.4, Balumbang Jaya, Kampus Dalam, Darmaga, Bogor Telp: (0251) 3680424 HP: 085643366160 e-mail:
[email protected]
Kuisioner Ahli (Questionnaire to Expert) Kuisioner Penetapan Prioritas Faktor Internal dan Eksternal tentang Indusri Kayu Lapis (Questionnaire for detamining priority of internal and external factors regarding plywood industry)
1 Tanggal (date) : ,2011 2 Nama Responden (Respondent Name) : 3 Instansi (Institution) : 4 Jabatan (Position ): 5 Alamat Instansi (Address) :
Tel:
I. Bagian Pengisian Rating (Rating) 1. Peringkat Faktor-Faktor Internal (Internal Factor Evaluation) Berilah tanda checklist (√) pada rating masing-masing faktor internal industri kayu lapis sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini dengan skala penilaian; Tidak Setuju :1 Kurang Setuju :2 Setuju :3 Sangat Setuju :4
62
1) Kekuatan (Strength)
No
Faktor
1
1
Produk kayu lapis memiliki kualitas baik terbukti banyaknya importir dari negara Timur Tengah, Korea, Cina, dan Taiwan
2
Komitmen kuat dari manajemen terhadap kualitas produk kayu lapis
3
Proses produksi yang didukung dengan adanya perawatan mesin-mesin secara berkala
4
Volume limbah yang cukup besar untuk dilakukan pengendalian dan pemanfaatan
5
Potensi sumber daya manusia yang besar
6
Lokasi industri dekat dengan bahan baku
7
Perusahaan kayu lapis tersebut mempunyai reputasi yang baik di pasar domestik maupun internasional
8
Program reboisasi oleh industri dalam rangka sustainable development
9
Adanya perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
10
Komitmen yang kuat dari manajemen puncak terhadap manajemen lingkungan, termasuk produksi bersih
2
3
4
Keterangan
puncak
63
2) Kelemahan (Weakness) No
Faktor
1
Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum sepenuhnya ditangani
2
Kurangnya kesadaran karyawan pengelolaan lingkungan industri
3
Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan biaya terhadap pengendalian limbah
4
Belum ada SOP (Standar Operasional Prosedur)
5
Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah
6
Kurangnya manajemen operasional
7
Kurangnya manusia
8
Belum adanya sertifikasi bahan baku terkait dengan sustainable development
9
Belum adanya sertifikasi mutu produk kayu lapis maupun sertifikasi manajemen lingkungan
10
Daya dukung hutan rakyat memenuhi kapasitas produksi
pengembangan
1
2
3
4
Keterangan
terhadap
sumber
daya
belum dapat
2. Peringkat Faktor-Faktor Eksternal (External Factor Evaluation) Berilah tanda checklist (√) pada rating masing-masing faktor eksternal industri kayu lapis sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini dengan skala penilaian; Tidak Setuju :1 Kurang Setuju :2 Setuju :3 Sangat Setuju :4
64
1) Peluang (Opportunity)
No
Faktor
1
Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan efisien
2
Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan efisien
3
Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan
4
Peluang pasar domestik maupun internasional yang besar
5
Pelaksanaan program produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional terhadap produk kayu lapis
6
Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse hasil samping sehingga dapat memberikan nilai tambah
7
Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce limbah dan meminimalkan dampak lingkungan
8
Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya
9
Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi produksi dan memperbaiki kualitas manajemen
10
Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas
1
2
3
4
Keterangan
65
2) Ancaman (Threat) No
Faktor
1
Terbatasnya sumber daya hutan
2
Kebijakan pemerintah
3
Tekanan dunia internasional terhadap produk perkayuan Indonesia
4
Penebangan liar
5
Belum ada transfer teknologi
6
Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan
7
Krisis moneter
8
Persaingan dengan industri-industri kayu lapis lainnya
9
Hubungan antara industri kayu lapis dengan masyarakat sekitar (corporate sosial responsibility)
10
Ketidakpastian hukum
1
2
3
4
Keterangan
66
II. Bagian Pengisian Matriks berpasangan (Pair-wise evaluation) 1. Petunjuk Pengisian 1) Pertanyaaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu elemen yang ada dikolom sebelah kiri dengan elemen yang ada dibaris atas. 2) Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan. 3) Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai antara 1 sampai 9 atau kebalikannya. 4) Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah tersedia dan mengkosongkan kolom warna abu-abu. 2. Skala Penilaian Nilai Perbandingan (A dibandingkan B) 1 3 -3 5 -5 7 -7 9 -9 2,4,6,8 atau -2,-4,-6,-8
Definisi A sama penting dengan B A sedikit lebih penting dari B B sedikit lebih penting dari A A jelas lebih penting dari B B jelas lebih penting dari A A sangat jelas lebih penting dari B B sangat jelas lebih lebih penting dari A A mutlak lebih penting dari pada B B mutlak lebih penting dari pada A Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas
Keterangan: Tanda minus (-) menunjukkan kebalikan dari nilai angka tersebut. Contoh : -3 sama artinya dengan 1/3. Penggunaan tanda minus (-) untuk memudahkan pengisian kuisioner.
67
2. Prioritas Faktor Internal 1) Kekuatan (Strength) Atribut Kayu lapis kualitas baik Komitmen terhadap kualitas Mesin produksi Volume limbah besar Potensi SDM Lokasi dekat bahan baku Reputasi industri baik Program reboisasi K3 Komitmen lingkungan
Kayu lapis kualitas baik
Komitmen terhadap kualitas
1
.....
1
Mesin produksi
Volume limbah besar
Potensi SDM
Lokasi dekat bahan baku
Reputasi industri baik
Program reboisasi
K3
Komitmen lingkungan
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1
.....
1
1
1
1
1
1
1
68
2) Kelemahan (Weakness)
Atribut
Kurang pengelolaan limbah Kurang kesadaran karyawan terhadap lingkungan Belum ada perhitungan volume dan biaya limbah Belum ada Standar Operasional Prosedur Efisiensi bahan baku rendah Kurang manajemen operasional Kurang pengembangan SDM Belum ada sertifikasi bahan baku Belum ada sertifikasi mutu
Kurang pengelolaan limbah
Kurang kesadaran karyawan terhadap lingkungan
Belum ada perhitungan volume dan biaya limbah
Belum ada Standar Operasional Prosedur
Efisiensi bahan baku rendah
Kurang manajemen operasional
Kurang pengembang an SDM
Belum ada sertifikasi bahan baku
Belum ada sertifikasi mutu
Daya dukung hutan rakyat rendah
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
1,0
.....
Daya dukung hutan rakyat rendah
1,0
69
3. Prioritas Faktor Eksternal 1) Peluang (Opportunity) Atribut
Kelangsungan areal hutan rakyat Kelangsungan keanekaragaman hayati Kepedulian terhadap lingkungan Peluang pasar besar Meningkatnya kepercayaan internasional Peluang reuse hasil samping Peluang reduce limbah Peluang efisiensi dan efektivitas bahan Memperbaiki teknologi dan manajemen Meningkatkan produktivitas dan kinerja
Kelangsung an areal hutan rakyat
Kelangsung an keanekaragam an hayati
Kepedulian terhadap lingkungan
Peluang pasar besar
Meningkat nya kepercayaan internasional
Peluang reuse hasil samping
Peluang reduce limbah
Peluang efisiensi dan efektivitas bahan
Memperbaiki teknologi dan manajemen
Meningkat kan produktivitas dan kinerja
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
1,0
.....
1,0
70
2) Ancaman (Threat) Atribut
SDA terbatas Kebijakan pemerintah Tekanan dunia
Penebangan liar Belum ada tranfer teknologi Isu-isu lingkungan Krisis moneter
Persaingan Corporate social responsibility Ketidakpastian hukum
SDA terbatas
Kebijakan pemerintah
Tekanan dunia
Penebangan liar
Belum ada tranfer teknologi
Isu-isu lingkungan
Krisis moneter
Persaingan
Corporate social responsibility
Ketidakpastia n hukum
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
.....
1,0
.....
.....
1,0
.....
1,0
71
Lampiran 10. Contoh kuisioner AHP
Kajian Potensi Penerapan Strategi Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis
Penanya (Questioner) Nama (Name) : Lutvia Rosaliana / S1 Mahasiswa, Teknologi Industri Pertanian (TIN), IPB Alamat (Address) : Wisma Gajah Jl Balio No.4, Balumbang Jaya, Kampus Dalam, Darmaga, Bogor Telp: (0251) 3680424 HP: 085643366160 e-mail:
[email protected]
Kuisioner Ahli (Questionnaire to Expert)
Kuisioner Pengambilan Keputusan dengan Proses Hierarki Analitik tentang Alternatif Strategi Produksi Bersih untuk Memaksimalkan Produktivitas Industri Kayu Lapis (Questionnaires Decision Making with Analytical Hierarchy Process of Alternative Strategies of Cleaner Production to Maximize Productivity Plywood Industry)
1 Tanggal (date) : ,2011 2 Nama Responden (Respondent Name) : 3 Instansi (Institution) : 4 Jabatan (Position ): 5 Alamat Instansi (Address) :
Tel:
72
Struktur Hierarki dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Pengembangan Industri Kayu Lapis
Memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih
TUJUAN
FAKTOR Modal
Teknologi
Kebijakan pemerintah daerah
AKTOR
Industri
Pemerintah daerah
Masyarakat
STRATEGI
Sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis
Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih)
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
73
PETUNJUK PENGISIAN I. 1. 2. 3. 4. 5.
II.
UMUM Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuisioner. Pertanyaaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu elemen yang ada dikolom sebelah kiri dengan elemen yang ada dibaris atas. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai antara 1 sampai 9 atau kebalikannya. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah tersedia dan mengkosongkan kolom warna abu-abu. SKALA PENILAIAN Nilai Perbandingan (A dibandingkan B) 1 3 -3 5 -5 7 -7 9 -9 2,4,6,8 atau -2,-4,-6,-8
Definisi A sama penting dengan B A sedikit lebih penting dari B B sedikit lebih penting dari A A jelas lebih penting dari B B jelas lebih penting dari A A sangat jelas lebih penting dari B B sangat jelas lebih lebih penting dari A A mutlak lebih penting dari pada B B mutlak lebih penting dari pada A Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas
Keterangan: Tanda minus (-) menunjukkan kebalikan dari nilai angka tersebut. Contoh : -3 sama artinya dengan 1/3. Penggunaan tanda minus (-) untuk memudahkan pengisian kuisioner. CONTOH PENGISIAN Misalkan terdapat elemen yaitu faktor C, D, E dan F. Berdasarkan tingkat kepentingan, maka faktor tersebut disusun dalam bentuk tabel seperti pada contoh berikut : Elemen B Elemen A C D E F C 1 3(a) -3(b) 2 D 1 4 7 E 1 -2 F 1 Keterangan : Nilai Pada (a) : Faktor C sedikit lebih penting dari D Nilai Pada (b) : Faktor E sedikit lebih penting dari C Konsistensi penilaian sangat penting untuk diperhatikan.
74
III.
BAGIAN PENGISIAN MATRIKS BERPASANGAN (Pair-wise evaluation)
1. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih.
Elemen Faktor B Elemen Faktor A
Modal
Modal
Teknologi
Kebijakan pemerintah daerah
1
......
......
1
......
Teknologi Kebijakan pemerintah daerah
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan faktor diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, bagaimana pendapat Anda mengenai faktor-faktor berikut: Modal : ............................................................................................................................. ...... ......................................................................................................................... .......... Teknologi : ................................................................................................................. ............ ................................................................................................................................... Kebijakan pemerintah daerah : ............................................................................................... ................................................................................................................................... 2. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar aktor dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor modal.
Elemen Aktor B Elemen Aktor A
Industri Pemerintah daerah Masyarakat
Industri
Pemerintah daerah
Masyarakat
1
.....
.....
1
..... 1
75
Sehubungan dengan tingkat kepentingan aktor diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor modal, bagaimana pendapat Anda mengenai aktor-aktor berikut: Industri : .................................................................................................................. ................. ............................................................................................................................... .... Pemerintah daerah : ......................................................................................................... ......... ............................................................................................................................. ....... Masyarakat : ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ....... 3. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar aktor dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor teknologi.
Elemen Aktor B Elemen Aktor A
Industri Pemerintah daerah
Industri
Pemerintah daerah
Masyarakat
1
.....
.....
1
.....
Masyarakat
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan aktor diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor teknologi, bagaimana pendapat Anda mengenai aktor-aktor berikut: Industri : ................................................................................................................................... ....................................................................................................................... ............ Pemerintah daerah : ......................................................................................................... ......... .................................................................................................................................... Masyarakat : ................................................................................................................ ............. ............................................................................................................................. .......
76
4. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar aktor dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor kebijakan pemerintah daerah.
Elemen Aktor B Elemen Aktor A
Industri Pemerintah daerah
Industri
Pemerintah daerah
Masyarakat
1
.....
.....
1
.....
Masyarakat
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan aktor diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan faktor kebijakan pemerintah daerah, bagaimana pendapat Anda mengenai aktor-aktor berikut: Industri : ................................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........ Pemerintah daerah : ......................................................................................................... ......... .................................................................................................................................... Masyarakat : ................................................................................................................ ............. ............................................................................................................................. .......
77
5. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor industri. Elemen Strategi B Elemen Strategi A
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis
Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
1
.....
.....
.....
1
.....
.....
1
.....
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan strategi diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor industri, bagaimana pendapat Anda mengenai strategi-strategi berikut: Sosialisasi produksi bersih dan peningkatan mutu : ................................................................. ............................................................................................................................. ...... Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu : ............................................................ ............................................................................................................................. ....... Penetapan instrumen kebijakan produksi bersih : .................................................................... ............................................................................................................................. ....... Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih : ....................................................... ............................................................................................................................. .......
78
6. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor pemerintah daerah. Elemen Strategi B Elemen Strategi A
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis
Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
1
.....
.....
.....
1
.....
.....
1
.....
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan strategi diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor pemerintah daerah, bagaimana pendapat Anda mengenai strategi-strategi berikut: Sosialisasi produksi bersih dan peningkatan mutu : ................................................................. ............................................................................................................................. ...... Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu : ............................................................ ............................................................................................................................. ....... Penetapan instrumen kebijakan produksi bersih : .................................................................... ............................................................................................................................. ....... Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih : ....................................................... ............................................................................................................................. .......
79
7. Bagaimana penilaian Anda tentang perbandingan tingkat kepentingan antar strategi dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor masyarakat. Elemen Strategi B Elemen Strategi A
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
Sosialisasi serta pelatihan produksi bersih dan peningkatan mutu kayu lapis
Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
Penetapan instrumen kebijakan program produksi bersih
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
1
.....
.....
.....
1
.....
.....
1
.....
1
Sehubungan dengan tingkat kepentingan strategi diatas dalam memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih berdasarkan aktor masyarakat, bagaimana pendapat Anda mengenai strategi-strategi berikut: Sosialisasi produksi bersih dan peningkatan mutu : ................................................................. ............................................................................................................................. ...... Transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu : ............................................................ ............................................................................................................................. ....... Penetapan instrumen kebijakan produksi bersih : .................................................................... ............................................................................................................................. ....... Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih : ....................................................... ............................................................................................................................. .......
80
Lampiran 11. Perhitungan bobot dan skor IFE-EFE 1. Nilai Faktor Internal: Kekuatan (Strength) Responden
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
1
Responden 1
1,00
1,00
3,00
3,00
0,20
0,33
5,00
1,00
3,00
3,00
2
Responden 2
1,00
0,20
3,00
7,00
0,33
7,00
7,00
7,00
7,00
5,00
3
Responden 3
1,00
9,00
1,00
1,00
1,00
7,00
9,00
7,00
7,00
9,00
4
Responden 4
1,00
9,00
1,00
1,00
1,00
7,00
9,00
7,00
7,00
9,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
3,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
6,00
21,20
10,00
18,00
4,53
29,33
34,00
26,00
26,00
28,00
Mean
1,00
3,53
1,67
3,00
0,76
4,89
5,67
4,33
4,33
4,67
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
1
Responden Responden 1
1,00
5,00
5,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
1,00
2
Responden 2
1,00
7,00
7,00
3,00
9,00
7,00
7,00
7,00
7,00
5,00
3
Responden 3
1,00
1,00
0,20
1,00
7,00
9,00
7,00
7,00
7,00
0,11
4
Responden 4
1,00
1,00
0,20
1,00
7,00
9,00
7,00
7,00
7,00
0,11
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
3,00
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
8,22
6,00
16,00
16,40
8,00
36,00
34,00
28,00
28,00
28,00
Mean
1,37
1,00
2,67
2,73
1,33
6,00
5,67
4,67
4,67
4,67
Responden
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
1
Responden 1
0,33
0,20
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,33
0,14
1,00
5,00
0,20
7,00
7,00
7,00
5,00
3,00
3
Responden 3
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
7,00
7,00
5,00
5,00
4
Responden 4
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
7,00
7,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
4,66
4,34
6,00
10,00
5,20
24,00
26,00
24,00
18,00
16,00
Mean
0,78
0,72
1,00
1,67
0,87
4,00
4,33
4,00
3,00
2,67
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
1
Responden Responden 1
0,33
0,20
1,00
1,00
0,20
0,33
5,00
1,00
1,00
3,00
2
Responden 2
0,14
0,14
0,20
1,00
0,14
7,00
5,00
7,00
3,00
0,33
3
Responden 3
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
7,00
5,00
7,00
4
Responden 4
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
7,00
5,00
7,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,33
1,00
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
3,67
11,67
5,20
6,00
4,34
18,66
24,00
24,00
16,00
19,33
Mean
0,61
1,95
0,87
1,00
0,72
3,11
4,00
4,00
2,67
3,22
81
1. Nilai Faktor Internal: Kekuatan (Strength) (lanjutan) Responden
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
1
Responden 1
5,00
1,00
1,00
5,00
1,00
1,00
0,33
1,00
0,33
0,33
2
Responden 2
3,00
0,33
5,00
7,00
1,00
7,00
7,00
7,00
7,00
5,00
3
Responden 3
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
7,00
4
Responden 4
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
7,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
12,00
5,33
10,00
16,00
6,00
22,00
21,33
20,00
19,33
21,33
Mean
2,00
0,89
1,67
2,67
1,00
3,67
3,56
3,33
3,22
3,56
Responden
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
1
Responden 1
3,00
0,20
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,14
0,11
0,14
0,14
0,14
1,00
0,20
0,33
0,14
0,14
3
Responden 3
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
3,00
5,00
4
Responden 4
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
3,00
5,00
5
Responden 5
0,33
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
3,00
3,00
6
Responden 6
0,20
0,20
0,33
3,00
0,33
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
Total
3,95
1,12
2,20
7,54
2,87
6,00
14,53
15,33
11,14
15,14
Mean
0,66
0,19
0,37
1,26
0,48
1,00
2,42
2,56
1,86
2,52
Responden
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
1
Responden 1
0,20
0,20
1,00
0,20
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,14
0,14
0,14
0,20
0,14
0,20
1,00
3,00
0,33
0,14
3
Responden 3
0,11
0,11
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
3,00
5,00
4
Responden 4
0,11
0,11
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
3,00
5,00
5
Responden 5
0,33
0,33
0,33
0,33
0,33
0,33
1,00
3,00
3,00
3,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
1,89
1,89
2,75
2,13
4,87
4,93
6,00
18,00
11,33
15,14
Mean
0,32
0,32
0,46
0,36
0,81
0,82
1,00
3,00
1,89
2,52
Responden
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
1
Responden 1
1,00
0,20
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
2
Responden 2
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
3,00
0,33
1,00
0,20
0,14
3
Responden 3
0,14
0,14
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,14
0,14
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
5
Responden 5
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
2,75
2,62
3,42
3,42
3,54
5,73
3,06
6,00
13,2
12,47
Mean
0,46
0,44
0,57
0,57
0,59
0,96
0,51
1,00
2,20
2,08
82
1. Nilai Faktor Internal: Kekuatan (Strength) (lanjutan) Responden
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
1
Responden 1
0,33
0,20
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
2
Responden 2
0,14
0,14
0,20
0,33
0,14
7,00
3,00
5,00
1,00
0,20
3
Responden 3
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
0,33
0,33
0,20
1,00
3,00
4
Responden 4
0,14
0,14
0,20
0,20
0,20
0,33
0,33
0,20
1,00
3,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
2,75
2,62
3,60
3,73
5,54
9,99
5,99
8,40
6,00
8,53
Mean
0,46
0,44
0,60
0,62
0,92
1,67
1,00
1,40
1,00
1,42
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
1
Responden Responden 1
0,33
0,20
1,00
0,33
3,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
2
Responden 2
0,20
0,14
0,33
3,00
0,20
7,00
7,00
7,00
5,00
1,00
3
Responden 3
0,11
0,14
0,20
0,14
0,14
0,20
0,20
0,33
1,00
1,00
4
Responden 4
0,11
0,14
0,20
0,14
0,14
0,20
0,20
0,33
1,00
1,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
2,75
2,62
3,73
5,61
5,48
9,73
9,73
12,66
12,00
6,00
Mean
0,46
0,44
0,62
0,94
0,91
1,62
1,62
2,11
2,00
1,00
2. Nilai Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) Responden
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
1
Responden 1
1,00
5,00
1,00
3,00
3,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
1,00
0,20
5,00
0,33
3,00
0,14
0,14
7,00
7,00
7,00
3
Responden 3
1,00
1,00
1,00
0,33
3,00
3,00
1,00
3,00
1,00
5,00
4
Responden 4
1,00
1,00
1,00
0,33
3,00
3,00
1,00
3,00
1,00
5,00
5
Responden 5
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
7,00
1,00
5,00
Total
6,00
11,20
10,00
5,99
14,00
11,14
7,14
22,00
12,00
26,00
Mean
1,00
1,87
1,67
1,00
2,33
1,86
1,19
3,67
2,00
4,33
Responden
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
1
Responden 1
0,20
1,00
1,00
3,00
5,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
5,00
1,00
7,00
3,00
7,00
0,20
0,33
7,00
7,00
7,00
3
Responden 3
1,00
1,00
3,00
3,00
9,00
3,00
3,00
9,00
7,00
5,00
4
Responden 4
1,00
1,00
3,00
3,00
9,00
3,00
3,00
9,00
7,00
5,00
5
Responden 5
0,33
1,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Total
8,53
6,00
18,00
20,00
38,00
15,20
15,33
30,00
26,00
20,00
Mean
1,42
1,00
3,00
3,33
6,33
2,53
2,56
5,00
4,33
3,33
83
2. Nilai Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) (lanjutan) Responden
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
1
Responden 1
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,20
0,14
1,00
0,14
0,33
0,14
0,14
3,00
5,00
7,00
3
Responden 3
1,00
0,33
1,00
0,20
7,00
5,00
5,00
5,00
9,00
9,00
4
Responden 4
1,00
0,33
1,00
0,20
7,00
5,00
5,00
5,00
9,00
9,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
8,00
5,00
3,00
3,00
3,00
3,00
1,00
Total
5,20
3,13
6,00
14,54
25,33
19,14
19,14
18,00
28,00
28,00
Mean
0,87
0,52
1,00
2,42
4,22
3,19
3,19
3,00
4,67
4,67
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
1
Responden Responden 1
0,33
0,33
0,20
1,00
1,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
3,00
0,33
7,00
1,00
5,00
0,14
0,20
7,00
7,00
7,00
3
Responden 3
3,00
0,33
5,00
1,00
3,00
5,00
3,00
3,00
3,00
7,00
4
Responden 4
3,00
0,33
5,00
1,00
3,00
5,00
3,00
3,00
3,00
7,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
0,20
0,12
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
4,00
6,00
Total
11,33
1,85
18,32
6,00
16,00
17,14
13,20
16,00
19,00
29,00
Mean
1,89
0,31
3,05
1,00
2,67
2,86
2,20
2,67
3,17
4,83
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
1
Responden Responden 1
0,33
0,20
0,20
1,00
1,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,33
0,14
3,00
0,20
1,00
0,14
0,14
5,00
7,00
7,00
3
Responden 3
0,33
0,11
0,14
0,33
1,00
5,00
7,00
5,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,33
0,11
0,14
0,33
1,00
5,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
0,20
0,20
0,33
1,00
1,00
1,00
3,00
2,00
1,00
Total
3,32
1,09
4,68
3,19
6,00
17,14
21,14
20,00
21,00
20,00
Mean
0,55
0,18
0,78
0,53
1,00
2,86
3,52
3,33
3,50
3,33
Responden
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
1
Responden 1
0,33
0,20
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
7,00
5,00
7,00
7,00
7,00
1,00
3,00
7,00
7,00
9,00
3
Responden 3
0,33
0,33
0,20
0,20
0,20
1,00
3,00
5,00
3,00
3,00
4
Responden 4
0,33
0,33
0,20
0,20
0,20
1,00
3,00
5,00
3,00
3,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
1,00
Total
9,99
7,19
8,93
9,60
9,60
6,00
16,00
24,00
16,00
18,00
Mean
1,67
1,20
1,49
1,60
1,60
1,00
2,67
4,00
2,67
3,00
84
2. Nilai Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) (lanjutan) Responden
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
1
Responden 1
0,33
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
1,00
1,00
5,00
1,00
2
Responden 2
7,00
3,00
7,00
5,00
7,00
0,33
1,00
7,00
7,00
7,00
3
Responden 3
1,00
0,33
0,20
0,33
0,14
0,33
1,00
5,00
3,00
5,00
4
Responden 4
1,00
0,33
0,20
0,33
0,14
0,33
1,00
5,00
3,00
5,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
6
Responden 6
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
7,00
5,00
1,00
Total
11,33
5,19
8,93
7,86
9,48
3,19
6,00
26,00
24,00
22,00
Mean
1,89
0,87
1,49
1,31
1,58
0,53
1,00
4,33
4,00
3,67
Responden
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
1
Responden 1
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
2
Responden 2
0,14
0,14
0,33
0,14
0,20
0,14
0,14
1,00
3,00
5,00
3
Responden 3
0,33
0,11
0,20
0,33
0,20
0,20
0,20
1,00
3,00
7,00
4
Responden 4
0,33
0,11
0,20
0,33
0,20
0,20
0,20
1,00
3,00
7,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,14
1,00
0,33
1,00
0,33
0,20
0,14
1,00
7,00
1,00
Total
2,94
2,69
3,06
3,80
2,93
2,74
2,68
6,00
20,00
22,00
Mean
0,49
0,45
0,51
0,63
0,49
0,46
0,45
1,00
3,33
3,67
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
1
Responden Responden 1
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,20
0,33
1,00
1,00
2
Responden 2
0,14
0,14
0,20
0,14
0,14
0,14
0,14
0,33
1,00
3,00
3
Responden 3
1,00
0,14
0,11
0,33
0,20
0,33
0,33
0,33
1,00
5,00
4
Responden 4
1,00
0,14
0,11
0,33
0,20
0,33
0,33
0,33
1,00
5,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
0,33
0,25
0,50
1,00
0,20
0,14
1,00
0,14
Total
5,14
2,75
2,75
3,05
3,04
3,80
2,20
2,46
6,00
15,14
Mean
0,86
0,46
0,46
0,51
0,51
0,63
0,37
0,41
1,00
2,52
Responden
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
1
Responden 1
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,11
0,14
0,20
0,33
1,00
3
Responden 3
0,20
0,20
0,11
0,14
0,20
0,33
0,20
0,14
0,20
1,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,11
0,14
0,20
0,33
0,20
0,14
0,20
1,00
5
Responden 5
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,20
1,00
1,00
0,17
1,00
1,00
1,00
1,00
7,00
1,00
Total
2,07
3,54
3,36
2,59
3,54
3,77
2,87
3,48
9,73
6,00
Mean
0,35
0,59
0,56
0,43
0,59
0,63
0,48
0,58
1,62
1,00
85
Faktor Internal: Kekuatan (Strength)
I II III
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Atribut
Kayu lapis kualitas baik
Komitmen terhadap kualitas
Mesin produksi
Volume limbah besar
Potensi SDM
Lokasi dekat bahan baku
Reputasi industri baik
Program reboisasi
K3
Komitmen lingkungan
Kayu lapis kualitas baik
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
Komitmen terhadap kualitas Mesin produksi
IV
Volume limbah besar
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
V
Potensi SDM
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
VI
Lokasi dekat bahan baku
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
VII
Reputasi industri baik
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
VIII
Program reboisasi
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
IX
K3
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
X
Komitmen lingkungan
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
86
Atribut
A
B
C
D
E
F
G
H
Kayu lapis kualitas baik
Komi tmen terhadap kualitas
1,0
I
J
Mesin produksi
Volume limbah besar
Potensi SDM
Lokasi dekat bahan baku
Reputasi industri baik
Program reboisa si
A x B x ...x J
K3
Komitmen lingkung an
3,53333
1,66667
3,00000
0,75500
4,88833
5,66667
4,33333
4,33333
4,66667
32377,33000
I
Kayu lapis kualitas baik
II
Komitmen terhadap kualitas
1,37000
1,0
2,66667
2,73333
1,33333
6,00000
5,66667
4,66667
4,66667
4,66667
46006,57000
III
Mesin produksi
0,77667
0,72333
1,0
1,66667
0,86667
4,00000
4,33333
4,00000
3,00000
2,66667
450,09690
IV
Volume limbah besar
0,61167
1,94500
0,86667
1,0
0,72333
3,11000
4,00000
4,00000
2,66667
3,22167
318,82670
V
Potensi SDM
2,00000
0,88833
1,66667
2,66667
1,0
3,66667
3,55500
3,33333
3,22167
3,55500
3929,46500
VI
Lokasi dekat bahan baku
0,65833
0,18667
0,36667
1,25667
0,47833
1,0
2,42167
2,55500
1,85667
2,52333
0,78514
VII
Reputasi industri baik
0,31500
0,31500
0,45833
0,35500
0,81167
0,82167
1,0
3,0
1,88833
2,52333
0,15391
VIII
Program reboisasi
0,45833
0,43667
0,57000
0,57000
0,59000
0,95500
0,51000
1,0
2,20000
2,07833
0,08544
IX
K3
0,45833
0,43667
0,60000
0,62167
0,92333
1,66500
0,99833
1,40000
1,0
1,42167
0,22804
X
Komitmen lingkungan
0,45833
0,43667
0,62167
0,93500
0,91333
1,62167
1,62167
2,11000
2,00000
1,0
1,17914
87
Geo-Mean
A x B x ... x J
√
Weight
Rating
Skor
32377,33000
2,82504
0,17517
4
0,70068
46006,57000
2,92605
0,18143
4
0,72572
450,09690
1,84217
0,11423
4
0,45692
318,82670
1,77974
0,11035
4
0,44140
3929,46500
2,28788
0,14186
3
0,42558
0,78514
0,97610
0,06052
3
0,18156
0,15391
0,82933
0,05142
4
0,20568
0,08544
0,78193
0,04848
3
0,14544
0,22804
0,86258
0,05349
4
0,21396
1,17914
1,01662
0,06304
3
0,18912
Total
16,12744
3,68606
88
Faktor Internal: Kelemahan (Weakness)
Atribut
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Kurang pengelola an limbah
Kurang kesadaran karyawan terhadap lingkungan
Belum ada perhitung an volume dan biaya limbah
Belum ada Standar Operasio nal Prosedur
Efisiensi bahan baku rendah
Kurang manajemen operasional
Kurang pengemba ngan SDM
Belum ada sertifikasi bahan baku
Belum ada sertifikasi mutu
Daya dukung hutan rakyat rendah
I
Kurang pengelolaan limbah
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
II
Kurang kesadaran karyawan terhadap lingkungan
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
III
Belum ada perhitungan volume dan biaya limbah
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
IV
Belum ada Standar Operasional Prosedur
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
V
Efisiensi bahan baku rendah
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
VI
Kurang manajemen operasional
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
VII
Kurang pengembangan SDM
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
VIII
Belum ada sertifikasi bahan baku
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
IX
Belum ada sertifikasi mutu
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
X
Daya dukung hutan rakyat rendah
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
89
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Belum ada perhitu ngan volume dan biaya limbah
Belum ada Standar Opera sional Prose dur
Efisiensi bahan baku rendah
Kurang manaje men operasio nal
Kurang pengem bangan SDM
Belum ada sertifikasi bahan baku
Belum ada sertifika si mutu
Daya dukung hutan rakyat rendah
A x B x ...x J
Atribut
Kurang pengelo laan limbah
Kurang kesadar an karya wan terhadap lingku ngan
I
Kurang pengelolaan limbah
1,0
1,86667
1,66667
0,99833
2,33333
1,85667
1,19000
3,66667
2,00000
4,33333
508,82950
II
Kurang kesadaran karyawan terhadap lingkungan
1,42167
1,0
3,00000
3,33333
6,33333
2,53333
2,55500
5,00000
4,33333
3,33333
42090,51000
III
Belum ada perhitungan volume dan biaya limbah
0,86667
0,52167
1,0
2,42333
4,22167
3,19000
3,19000
3,00000
4,66667
4,66667
658,94880
IV
Belum ada Standar Operasional Prosedur
1,88833
0,30833
3,05333
1,0
2,66667
2,85667
2,20000
2,66667
3,16667
4,83333
1216,02400
V
Efisiensi bahan baku rendah
0,55333
0,18167
0,78000
0,53167
1,0
2,85667
3,52333
3,33333
3,50000
3,33333
16,31680
VI
Kurang manajemen operasional
1,66500
1,19833
1,48833
1,60000
1,60000
1,0
2,66667
4,00000
2,66667
3,00000
648,71030
VII
Kurang pengembangan SDM
1,88833
0,86500
1,48833
1,31000
1,58000
0,53167
1,0
4,33333
4,00000
3,66667
170,02640
VIII
Belum ada sertifikasi bahan baku
0,49000
0,44833
0,51000
0,63333
0,48833
0,45667
0,44667
1,0
3,33333
3,66667
0,08639
IX
Belum ada sertifikasi mutu
0,85667
0,45833
0,45833
0,50833
0,50667
0,63333
0,36667
0,41000
1,0
2,52333
0,01113
X
Daya dukung hutan rakyat rendah
0,34500
0,59000
0,56000
0,43167
0,59000
0,62833
0,47833
0,58000
1,62167
1,0
0,00821
90
Geo-Mean
A x B x ... x J
√
Weight
Rating
Skor
508,82950
1,86491
0,11911
3
0,35733
42090,51000
2,90014
0,18523
2
0,37046
658,94880
1,91375
0,12223
3
0,36669
1216,02400
2,03467
0,12995
3
0,38985
16,31680
1,32210
0,08444
2
0,16888
648,71030
1,91076
0,12204
2
0,24408
170,02640
1,67129
0,10675
2
0,21350
0,08639
0,78279
0,05000
3
0,15000
0,01113
0,63775
0,04073
3
0,12219
0,00821
0,61863
0,03951
2
0,07902
Total
15,65679
2,46200
91
3. Nilai Faktor Eksternal: Peluang (Opportunity) Responden
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
1
Responden 1
1,00
1,00
5,00
5,00
5,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
1,00
3,00
0,33
0,14
0,14
0,14
0,20
0,14
0,14
0,14
3
Responden 3
1,00
9,00
7,00
9,00
9,00
7,00
7,00
5,00
5,00
5,00
4
Responden 4
1,00
9,00
7,00
9,00
9,00
7,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
1,00
9,00
7,00
9,00
9,00
7,00
7,00
5,00
5,00
5,00
Total
6,00
32,00
29,33
33,14
33,14
25,14
25,20
17,14
17,14
17,14
Mean
1,00
5,33
4,89
5,52
5,52
4,19
4,20
2,86
2,86
2,86
Responden
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
1
Responden 1
1,00
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
2
Responden 2
0,33
1,00
0,20
0,11
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
3
Responden 3
0,11
1,00
7,00
9,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,11
1,00
7,00
9,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,11
1,00
1,00
9,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
Total
2,66
6,00
21,20
29,11
17,14
19,14
17,14
17,14
17,14
17,14
Mean
0,44
1,00
3,53
4,85
2,86
3,19
2,86
2,86
2,86
2,86
Responden
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
1
Responden 1
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
3,00
5,00
1,00
0,14
0,14
0,20
0,33
0,14
0,14
0,14
3
Responden 3
0,14
0,14
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
7,00
7,00
4
Responden 4
0,14
0,14
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
7,00
7,00
5
Responden 5
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,14
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
1,00
1,00
Total
3,95
7,48
6,00
17,14
17,14
17,20
21,33
17,14
21,14
21,14
Mean
0,66
1,25
1,00
2,86
2,86
2,87
3,56
2,86
3,52
3,52
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
1
Responden Responden 1
0,20
1,00
0,10
1,00
0,10
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
7,00
9,00
7,00
1,00
3,00
7,00
7,00
7,00
5,00
7,00
3
Responden 3
0,11
0,11
0,20
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,11
0,11
0,20
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,11
0,11
1,00
1,00
1,00
3,00
5,00
5,00
5,00
5,00
Total
8,53
11,33
9,50
6,00
15,10
28,00
30,00
28,00
26,00
28,00
Mean
1,42
1,89
1,58
1,00
2,52
4,67
5,00
4,67
4,33
4,67
92
3. Nilai Faktor Eksternal: Peluang (Opportunity) (lanjutan) V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
1
Responden Responden 1
0,20
1,00
0,20
5,00
1,00
3,00
3,00
3,00
3,00
3,00
2
Responden 2
7,00
7,00
7,00
0,33
1,00
7,00
7,00
7,00
3,00
5,00
3
Responden 3
0,11
0,14
0,20
0,20
1,00
5,00
7,00
7,00
7,00
9,00
4
Responden 4
0,11
0,14
0,20
0,20
1,00
5,00
7,00
7,00
7,00
9,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,11
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
3,00
7,00
7,00
9,00
Total
8,53
10,28
9,60
7,73
6,00
28,00
30,00
32,00
28,00
36,00
Mean
1,42
1,71
1,60
1,29
1,00
4,67
5,00
5,33
4,67
6,00
Responden
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
1
Responden 1
1,00
1,00
0,20
0,20
0,33
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
7,00
7,00
5,00
0,14
0,14
1,00
3,00
0,33
0,14
0,20
3
Responden 3
0,14
0,20
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
9,00
7,00
4
Responden 4
0,14
0,20
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
9,00
7,00
5
Responden 5
0,33
0,33
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
6
Responden 6
0,14
0,20
1,00
0,33
0,20
1,00
5,00
5,00
9,00
7,00
Total
8,75
8,93
7,60
1,40
1,40
6,00
24,00
21,33
35,14
29,20
Mean
1,46
1,49
1,27
0,23
0,23
1,00
4,00
3,56
5,86
4,87
Responden
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
1
Responden 1
1,00
1,00
0,20
0,20
0,33
0,20
1,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
5,00
7,00
3,00
0,14
0,14
0,33
1,00
0,20
0,14
0,14
3
Responden 3
0,14
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
1,00
7,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,14
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
1,00
7,00
5,00
5,00
5
Responden 5
0,33
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
3,00
3,00
6
Responden 6
0,14
0,20
0,20
0,20
0,33
0,20
1,00
7,00
5,00
5,00
Total
6,75
9,60
4,80
1,27
1,41
2,13
6,00
27,20
23,14
23,14
Mean
1,13
1,60
0,80
0,21
0,24
0,36
1,00
4,53
3,86
3,86
Responden
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
1
Responden 1
1,00
1,00
0,20
0,20
0,33
0,20
0,20
1,00
5,00
5,00
2
Responden 2
7,00
7,00
7,00
0,14
0,14
3,00
5,00
1,00
0,20
0,33
3
Responden 3
0,20
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
0,14
1,00
5,00
7,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
0,14
1,00
5,00
7,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,20
1,00
0,20
0,14
0,20
0,14
1,00
5,00
7,00
Total
9,60
9,60
9,60
1,94
1,89
4,80
6,62
6,00
21,20
27,33
Mean
1,60
1,60
1,60
0,32
0,32
0,80
1,10
1,00
3,53
4,56
93
3. Nilai Faktor Eksternal: Peluang (Opportunity) (lanjutan) IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
1
Responden Responden 1
1,00
1,00
0,20
0,20
0,33
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
2
Responden 2
7,00
7,00
7,00
0,20
0,33
7,00
7,00
5,00
1,00
3,00
3
Responden 3
0,20
0,20
0,14
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
1,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,14
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
1,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,20
1,00
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
1,00
5,00
Total
9,60
9,60
9,48
2,00
2,08
7,86
8,13
6,80
6,00
24,00
Mean
1,60
1,60
1,58
0,33
0,35
1,31
1,36
1,13
1,00
4,00
Responden
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
1
Responden 1
1,00
1,00
0,20
0,20
0,33
0,20
0,20
0,20
0,20
1,00
2
Responden 2
7,00
7,00
7,00
0,14
0,20
5,00
7,00
3,00
0,33
1,00
3
Responden 3
0,20
0,20
0,14
0,20
0,11
0,14
0,20
0,14
0,20
1,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,14
0,20
0,11
0,14
0,20
0,14
0,20
1,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,20
1,00
0,20
0,11
0,14
0,20
0,14
0,20
1,00
Total
9,60
9,60
9,48
1,94
1,86
5,95
8,13
4,62
2,13
6,00
Mean
1,60
1,60
1,58
0,32
0,31
0,99
1,36
0,77
0,36
1,00
4. Nilai Faktor Eksternal: Ancaman (Threat) I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
1
Responden Responden 1
1,00
0,20
5,00
5,00
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
2
Responden 2
1,00
7,00
0,20
0,33
3,00
0,14
0,14
0,14
7,00
5,00
3
Responden 3
1,00
9,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
4
Responden 4
1,00
9,00
7,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
3,00
1,00
3,00
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
Total
6,00
27,20
23,20
17,33
21,20
12,34
16,34
16,34
23,20
25,20
Mean
1,00
4,53
3,87
2,89
3,53
2,06
2,72
2,72
3,87
4,20
Responden
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
1
Responden 1
5,00
1,00
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
2
Responden 2
0,14
1,00
0,14
0,14
0,20
0,14
0,14
0,14
3,00
0,33
3
Responden 3
0,11
1,00
5,00
7,00
5,00
7,00
7,00
5,00
7,00
9,00
4
Responden 4
0,11
1,00
5,00
7,00
5,00
7,00
7,00
5,00
7,00
9,00
5
Responden 5
1,00
1,00
3,00
1,00
3,00
1,00
3,00
1,00
1,00
3,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
1,00
7,00
5,00
7,00
1,00
Total
7,36
6,00
14,34
16,34
18,40
16,34
24,34
16,34
25,20
22,53
Mean
1,23
1,00
2,39
2,72
3,07
2,72
4,06
2,72
4,20
3,76
94
4. Nilai Faktor Eksternal: Ancaman (Threat) (lanjutan) III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
1
Responden Responden 1
0,20
5,00
1,00
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
2
Responden 2
5,00
7,00
1,00
3,00
7,00
0,33
0,14
0,20
7,00
7,00
3
Responden 3
0,14
0,20
1,00
5,00
5,00
7,00
9,00
7,00
7,00
7,00
4
Responden 4
0,14
0,20
1,00
5,00
5,00
7,00
9,00
7,00
7,00
7,00
5
Responden 5
0,33
0,33
1,00
3,00
1,00
3,00
1,00
1,00
3,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
5,00
5,00
9,00
7,00
7,00
3,00
Total
6,81
13,73
6,00
17,20
23,20
22,53
28,34
22,40
31,20
25,20
Mean
1,14
2,29
1,00
2,87
3,87
3,76
4,72
3,73
5,20
4,20
Responden
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
1
Responden 1
0,20
5,00
5,00
1,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
3,00
7,00
0,33
1,00
5,00
0,20
0,14
0,14
7,00
7,00
3
Responden 3
0,20
0,14
0,20
1,00
7,00
5,00
5,00
7,00
9,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,14
0,20
1,00
7,00
5,00
5,00
7,00
9,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
6
Responden 6
1,00
1,00
1,00
1,00
9,00
7,00
5,00
7,00
9,00
1,00
Total
5,60
14,28
7,06
6,00
34,00
23,20
21,14
27,14
42,00
24,00
Mean
0,93
2,38
1,18
1,00
5,67
3,87
3,52
4,52
7,00
4,00
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
1
Responden Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
1,00
0,20
0,20
0,20
0,20
0,20
2
Responden 2
0,33
5,00
0,14
0,20
1,00
0,14
0,14
0,14
7,00
3,00
3
Responden 3
0,20
0,20
0,20
0,14
1,00
5,00
5,00
5,00
7,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,20
0,14
1,00
5,00
5,00
5,00
7,00
5,00
5
Responden 5
0,33
0,33
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
1,00
3,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,20
0,20
0,11
1,00
5,00
5,00
5,00
7,00
1,00
Total
6,26
10,93
6,74
1,79
6,00
18,34
16,34
16,34
31,20
15,20
Mean
1,04
1,82
1,12
0,30
1,00
3,06
2,72
2,72
5,20
2,53
Responden
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
1
Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
5,00
1,00
0,20
0,20
0,20
0,20
2
Responden 2
7,00
7,00
3,00
5,00
7,00
1,00
0,20
0,33
0,14
0,14
3
Responden 3
0,20
0,14
0,14
0,20
0,20
1,00
7,00
7,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,14
0,14
0,20
0,20
1,00
7,00
7,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
0,33
1,00
0,33
1,00
3,00
1,00
1,00
3,00
6
Responden 6
1,00
1,00
0,20
0,14
0,20
1,00
7,00
7,00
5,00
1,00
Total
14,40
14,28
8,81
6,74
12,93
6,00
24,40
22,53
16,34
14,34
Mean
2,40
2,38
1,47
1,12
2,16
1,00
4,07
3,76
2,72
2,39
95
4. Nilai Faktor Eksternal: Ancaman (Threat) (lanjutan) VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
1
Responden Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
5,00
5,00
1,00
5,00
5,00
5,00
2
Responden 2
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00
5,00
1,00
3,00
0,11
0,14
3
Responden 3
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
0,14
1,00
3,00
5,00
7,00
4
Responden 4
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
0,14
1,00
3,00
5,00
7,00
5
Responden 5
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
3,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,14
0,11
0,20
0,20
0,14
1,00
3,00
5,00
5,00
Total
13,60
12,75
13,33
8,80
13,60
10,75
6,00
18,00
23,11
25,14
Mean
2,27
2,13
2,22
1,47
2,27
1,79
1,00
3,00
3,85
4,19
Responden
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
1
Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
5,00
5,00
0,20
1,00
5,00
5,00
2
Responden 2
7,00
7,00
5,00
7,00
7,00
3,00
0,33
1,00
0,14
0,14
3
Responden 3
0,20
0,20
0,14
0,14
0,20
0,14
0,33
1,00
5,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,20
0,14
0,14
0,20
0,14
0,33
1,00
5,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
3,00
1,00
6
Responden 6
0,20
0,20
0,14
0,14
0,20
0,14
0,33
1,00
0,20
1,00
Total
13,60
13,60
11,42
8,62
13,60
9,42
2,52
6,00
18,34
17,14
Mean
2,27
2,27
1,90
1,44
2,27
1,57
0,42
1,00
3,06
2,86
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
1
Responden Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
5,00
5,00
0,20
0,20
1,00
0,20
2
Responden 2
0,14
0,33
0,14
0,14
0,14
7,00
9,00
7,00
1,00
0,20
3
Responden 3
0,20
0,14
0,14
0,11
0, 14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
4
Responden 4
0,20
0,14
0,14
0,11
0, 14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
5
Responden 5
1,00
1,00
0,33
0,33
0,33
1,00
0,33
0,33
1,00
3,00
6
Responden 6
0,20
0,14
0,14
0,11
0,14
0,20
0,20
0,20
1,00
5,00
Total
6,74
6,75
5,89
1,00
5,61
13,60
10,13
8,13
6,00
18,40
Mean
1,12
1,13
0,98
0,17
1,40
2,27
1,69
1,36
1,00
3,07
Responden
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
1
Responden 1
5,00
5,00
5,00
0,20
5,00
5,00
0,20
0,20
5,00
1,00
2
Responden 2
0,20
3,00
0,14
0,14
0,33
7,00
7,00
7,00
5,00
1,00
3
Responden 3
0,20
0,11
0,14
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
0,20
1,00
4
Responden 4
0,20
0,11
0,14
0,20
0,20
0,20
0,14
0,20
0,20
1,00
5
Responden 5
0,20
0,33
1,00
1,00
1,00
0,33
1,00
1,00
0,33
1,00
6
Responden 6
0,20
1,00
0,33
1,00
1,00
1,00
0,20
1,00
0,20
1,00
Total
6,00
9,55
6,75
2,74
7,73
13,73
8,68
9,60
10,93
6,00
Mean
1,00
1,59
1,13
0,46
1,29
2,29
1,45
1,60
1,82
1,00
96
Faktor Eksternal: Peluang (Opportunity)
Atribut
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Kelangsu ngan areal hutan rakyat
Kelangsu ngan keanekaraga man hayati
Kepedulian terhadap lingkungan
Peluang pasar besar
Meningkat nya kepercaya an internasio nal
Peluang reuse hasil samping
Peluang reduce limbah
Peluang efisiensi dan efektivitas bahan
Memperbai ki teknologi dan manajemen
Meningkat kan produktivi tas dan kinerja
I
Kelangsungan areal hutan rakyat
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
II
Kelangsungan keanekaragaman hayati
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
III
Kepedulian terhadap lingkungan
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
IV
Peluang pasar besar
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
V
Meningkatnya kepercayaan internasional
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
VI
Peluang reuse hasil samping
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
VII
Peluang reduce limbah
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
VIII
Peluang efisiensi dan efektivitas bahan
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
IX
Memperbaiki teknologi dan manajemen
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
X
Meningkatkan produktivitas dan kinerja
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
97
Atribut
A
B
C
D
E
F
Kelang sungan areal hutan rakyat
Kelang sungan keaneka ragaman hayati
1,0
G
H
I
J
Kepedu lian terhadap lingkun gan
Peluang pasar besar
Mening katnya kepercaya an internasio nal
Peluang reuse hasil samping
Memper baiki teknolo gi dan manaje men
Mening katkan produktivi tas dan kinerja
A x B x ...x J
Peluang reduce limbah
Peluang efisiensi dan efektivitas bahan
5,33333
4,88833
5,52333
5,52333
4,19000
4,20000
2,85667
2,85667
2,85667
326290,20000
I
Kelangsungan areal hutan rakyat
II
Kelangsungan keanekaragaman hayati
0,44333
1,0
3,53333
4,85167
2,85667
3,19000
2,85667
2,85667
2,85667
2,85667
4612,05500
III
Kepedulian terhadap lingkungan
0,65833
1,24667
1,0
2,85667
2,85667
2,86667
3,55500
2,85667
3,52333
3,52333
2420,46700
IV
Peluang pasar besar
1,42167
1,88833
1,58333
1,0
2,51667
4,66667
5,00000
4,66667
4,33333
4,66667
23555,21000
V
Meningkatnya kepercayaan internasional
1,42167
1,71333
1,60000
1,28833
1,0
4,66667
5,00000
5,3333
4,66667
6,00000
17495,30000
VI
Peluang reuse hasil samping
1,45833
1,48833
1,26667
0,23333
0,23333
1,0
4,00000
3,55500
5,85667
4,86667
60,66729
VII
Peluang reduce limbah
1,12500
1,60000
0,80000
1,21167
0,23500
0,35500
1,0
4,53333
3,85667
3,85667
1,71456
VIII
Peluang efisiensi dan efektivitas bahan
1,60000
1,60000
1,60000
0,32333
0,31500
0,80000
1,10333
1,0
3,53333
4,55500
5,92639
IX
Memperbaiki teknologi dan manajemen
1,60000
1,60000
1,58000
0,33333
0,34667
1,31000
1,35500
1,13333
1,0
4,00000
0,94028
X
Meningkatkan produktivitas dan kinerja
1,60000
1,60000
1,58000
0,32333
0,31000
0,99167
1,35500
0,77000
0,35500
1,0
0,09307
98
Geo-Mean
A x B x ... x J
√
Weight
Rating
Skor
326290,20000
3,55926
0,18736
4
0,74944
4612,05500
2,32482
0,12238
4
0,48952
2420,46700
2,17966
0,11474
4
0,45896
23555,21000
2,73658
0,14405
4
0,57620
17495,30000
2,65639
0,13983
4
0,55932
60,66729
1,50763
0,07936
4
0,31744
1,71456
1,05540
0,05556
4
0,22224
5,92639
1,19476
0,06289
4
0,25156
0,94028
0,99386
0,05232
4
0,20928
0,09307
0,78864
0,04151
4
0,16604
Total
18,99700
4,00000
99
Faktor Eksternal: Ancaman (Threat)
Atribut
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
SDA terbatas
Kebijakan pemerintah
Tekanan dunia
Penebang an liar
Belum ada tranfer teknologi
Isu-isu lingkungan
Krisis moneter
Persaingan
Corporate social responsibi lity
Ketidakpasti an hukum
I
SDA terbatas
I-A
I-B
I-C
I-D
I-E
I-F
I-G
I-H
I-I
I-J
II
Kebijakan pemerintah
II-A
II-B
II-C
II-D
II-E
II-F
II-G
II-H
II-I
II-J
III
Tekanan dunia
III-A
III-B
III-C
III-D
III-E
III-F
III-G
III-H
III-I
III-J
IV
Penebangan liar
IV-A
IV-B
IV-C
IV-D
IV-E
IV-F
IV-G
IV-H
IV-I
IV-J
V
Belum ada tranfer teknologi
V-A
V-B
V-C
V-D
V-E
V-F
V-G
V-H
V-I
V-J
VI
Isu-isu lingkungan
VI-A
VI-B
VI-C
VI-D
VI-E
VI-F
VI-G
VI-H
VI-I
VI-J
VII
Krisis moneter
VII-A
VII-B
VII-C
VII-D
VII-E
VII-F
VII-G
VII-H
VII-I
VII-J
VIII
Persaingan
VIII-A
VIII-B
VIII-C
VIII-D
VIII-E
VIII-F
VIII-G
VIII-H
VIII-I
VIII-J
IX
Corporate social responsibi Lity
IX-A
IX-B
IX-C
IX-D
IX-E
IX-F
IX-G
IX-H
IX-I
IX-J
X
Ketidakpastian hukum
X-A
X-B
X-C
X-D
X-E
X-F
X-G
X-H
X-I
X-J
100
Atribut
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
SDA terbatas
Kebijak an pemerin tah
Tekanan dunia
Peneba ngan liar
Belum ada tranfer teknologi
Isu-isu lingkun gan
Krisis moneter
Persaing an
Corpora te social responsi bility
Ketidak pastian hukum
1,0
4,53333
3,86667
2,88833
3,53333
2,05667
2,72333
2,72333
3,86667
4,20000
44313,68000
A x B x ...x J
I
SDA terbatas
II
Kebijakan pemerintah
1,22667
1,0
2,39000
2,72333
3,06667
2,72333
4,05667
2,72333
4,20000
3,75500
11617,75000
III
Tekanan dunia
1,13500
2,28833
1,0
2,86667
3,86667
3,75500
4,72333
3,73333
5,20000
4,20000
41631,93000
IV
Penebangan liar
0,93333
2,38000
1,17667
1,0
5,66667
3,86667
3,52333
4,52333
7,00000
4,00000
25556,53000
V
Belum ada tranfer teknologi
1,04333
1,82167
1,12333
0,29833
1,0
3,05667
2,72333
2,72333
5,20000
2,53333
190,21630
VI
Isu-isu lingkungan
2,40000
2,38000
1,46833
1,12333
2,1550
1,0
4,06667
3,75500
2,72330
2,39000
2017,97600
VII
Krisis moneter
2,26667
2,12500
2,22167
1,46667
2,26667
1,79167
1,0
3,00000
3,85167
4,19000
3085,92800
VIII
Persaingan
2,26667
2,26667
1,90333
1,43667
2,26667
1,57000
0,42000
1,0
3,05667
2,85667
183,35400
IX
Corporate social responsibi Lity
1,12333
1,12500
0,98167
0,16667
1,40250
2,26667
1,68833
1,35500
1,0
3,06667
4,61135
X
Ketidakpastian hukum
1,00000
1,59167
1,12500
0,45667
1,28833
2,28833
1,44667
1,60000
1,82167
1,0
10,16503
101
Geo-Mean
A x B x ... x J
√
Weight
Rating
Skor
44313,68000
2,91510
0,13689
3
0,41067
11617,75000
2,54983
0,11974
3
0,35922
41631,93000
2,89696
0,13604
3
0,40812
25556,53000
2,75899
0,12956
3
0,38868
190,21630
1,69015
0,07937
3
0,23811
2017,97600
2,14038
0,10051
3
0,30153
3085,92800
2,23326
0,10487
3
0,31461
183,35400
1,68395
0,07908
3
0,23724
4,61135
1,16515
0,05472
3
0,16416
10,16503
1,26099
0,05922
3
0,17766
Total
21,29476
3,00000
102