KAJIAN PERIKANAN PURSE SEINE MINI DI DESA SATHEAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA
ERWIN TANJAYA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juni 2011
Erwin Tanjaya NRP. C451090031
ABSTRACT ERWIN TANJAYA. Assessment of Mini Purse Seine Fishery in Sathean Village, Southeast Maluku District. Under Supervision of M. FEDI A SONDITA and ROZA YUSFIANDAYANI Small scale mini purse seine fishery is one of prominent fisheries in the Southeast Maluku District; the fishery is managed by individuals from Sathean village. The technology of the fishery is considered modern with short distance fishing ground or one day fishing operation in nearby coastal waters. Fishing units with such technology are generally considered having poor performance, i.e. low productivity, however, this is not necessarily a case to the fishing fleets in the district. Technical constraints may also affect spatial and temporal coverage of fishing operation. Effect of such constraint can be observed from location of fishing ground and fishing pattern in relation to seasonal feature of the marine environment. The purpose of this study were: 1) to describe fishing ground throughout the year, 2) to compare productivity (catch per trip) and setting duration among 3 (three) units of mini purse seine that have different specifications in terms of net dimensions (length, height, and mesh size), 3) to compare the size composition of fish among 3 (three) units of mini purse seine fishing that have different specifications in terms of net dimensions (length, height, and mesh size). The main catch of the fishery are Indian scad (Decapterus russelli), frigate tuna (Auxis thazard), and yellowstriped scad (Selaroides leptolepsis). Over 14 fishing trips, KM Virus with a 400 meter net caught 157,382 fish individuals with a total weight of 18,766 kg, KM Mujur with a 350 meter net caught 139,985 fish individuals with a total weight of 15,502 kg while KM Dewo with a 300 meter net caught 139,941 fish individuals with a total weight of 13,871 kg. The analysis of variance (ANOVA) on daily catch resulted in Ftest = 3,255 while Ftable = 3,238 (at = 0,05), hence concludes a difference in daily catch among the three vessels. The ANOVA on setting time resulted in Ftest = 31,055 while Ftable = 3.238, hence concludes that the analysis difference in setting time among the three fishing vessels. Keywords: Assessment, mini purse seine, Southeast Maluku District.
RINGKASAN ERWIN TANJAYA. Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA dan ROZA YUSFIANDAYANI Salah satu jenis perikanan yang menonjol di Kabupaten Maluku Tenggara adalah perikanan purse seine mini yang diusahakan oleh perorangan. Perikanan ini berbasis di Desa Sathean. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun dengan jangkauan operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Sistem operasi penangkapan ikan seperti ini dapat menyebabkan produktivitas yang rendah (Barus et al. 1991). Faktor yang dianggap sebagai penyebab rendahnya produktivitas ini di antaranya adalah keterampilan dan pengetahuan nelayan yang terbatas serta penggunaan teknologi alat dan kapal penangkapan ikan sederhana. Hingga kini, produktivitas untuk armada purse seine mini di kabupaten ini belum diketahui. Selain itu, belum diketahui dengan pasti dimana kapal-kapal ikan ini dioperasikan, apakah selalu pada lokasi yang sama sepanjang tahun atau lokasi daerah penangkapan ikan disesuaikan dengan kondisi laut yang umumnya bersifat musiman. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengetahui daerah penangkapan ikan (fishing ground) sepanjang tahun, 2) membandingkan produktivitas (hasil tangkapan per trip) dan lama pelingkaran jaring di antara 3 (tiga) buah unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang, tinggi dan mesh size), 3) membandingkan komposisi ukuran ikan di antara 3 (tiga) buah unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang, tinggi dan mesh size). Selama penelitian ini, ketiga kapal masing-masing dioperasikan sebanyak 14 kali (trip). KM Virus dengan panjang jaring 400 meter menangkap 157.382 ekor ikan (37%) dengan berat 18.766 kg. KM Mujur dengan panjang jaring 350 meter menangkap 139.985 ekor ikan (33%) dengan berat 15.502 kg. KM Dewo dengan panjang jaring 300 meter menangkap 139.941 ekor ikan (30%) dengan berat 13.871 kg. Ikan yang dominan tertangkap adalah layang (Decapterus russelli), tongkol (Auxis thazard) dan selar (Selaroides leptolepsis). Anova terhadap hasil tangkapan pertrip menyimpulkan ada perbedaan nyata diantara ketiga kapal tersebut (Fhit = 3,255 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05), selain itu Anova pada lama pelingkaran jaring menyimpulkan adanya perbedaan diantara ketiga kapal tersebut (Fhit = 31,055 dan Ftab = 3,238 pada ( = 0,05). Kata Kunci : Kajian, Purse seine mini, Kabupaten Maluku Tenggara
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KAJIAN PERIKANAN PURSE SEINE MINI DI DESA SATHEAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA
ERWIN TANJAYA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
: Kajian Perikanan Purse Seine Mini Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara
Nama Mahasiswa
: Erwin Tanjaya
NRP
: C 451090031
Program Studi
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. M. Fedi. A. Sondita, M.Sc Ketua
Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Tanggal Ujian : 13 Juli 2011
Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Domu. Simbolon, M.Si
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tual Kabupaten Maluku Tenggara
pada tanggal 6
Desember 1970 sebagai anak keempat
bersaudara dari
dari Sembilan
pasangan Bapak Denston Tanjaya dan Ibu Nelly Theminsery/T (Almarhum). Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis di SD Naskat Mathias I Tual pada tahun 1984. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1 Tual pada tahun 1987, kemudian lulus dari Sekolah Menengah Atas pada tahun 1990 di SMA Negeri 1 Tual. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura (UNPATTI) pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan dinyatakan lulus strata satu pada tahun 1997. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan strata dua di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap. Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Politeknik Perikanan Negeri Tual sejak tahun 2006 sampai sekarang.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Produktivitas Unit Penangkapan Perikanan Purse Seine Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Ir P. Beruatwarin. M.Si selaku mantan Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual, Bapak Dr. rer nat. Ir. E. A. Renjaan, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual yang telah memberikan izin Tugas Belajar pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Pascasarjana IPB Bogor. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi dan tak terhingga juga kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc. dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi, sebagai ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dari penyusunan proposal hingga selesainya tesis ini, serta Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku penguji luar komisi yang bersedia menguji dan memberikan petunjuk, arahan dan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Dekan Sekolah Pascasarjana Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr dan Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, serta Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Bapak Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Institut Pertanian Bogor beserta para staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan. Kepada Bapak Djailani Jamlean, Ladatimo Jamlean dan Musa Jamlean beserta keluarga, pemilik armada purse seine mini di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara yang telah banyak membantu penulis selama kegiatan penelitian dilapangan. Khususnya untuk Kel. Linda Yanti Noya, Kel. Maria Theresia Sarbunan penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuannya selama penulis menempuh studi. Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Departemen PSP Program Studi TPT/SPT 2009: Yusrizal, S.Pi, Erfind Nurdin, S.Pi, Moh Amin, S.Pi, Moh Rijal, S.Pi, Irnawati Sinaga, S.Pi, Noer Kholifah, S.Pi, Gunawan Wicaksono, S.Pi, Ali Rahantan, S.Pi, Toni
Kilmanun, ST, Jufri Laitupa, S.Pi, Budi Wiyono, S.Pi, Yudi Herdiana, S.Pi, Aulia Putra, S.Pi, Agustin Ross, S.Pi. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana dari Politeknik Perikanan Tual, Teman-teman dari Persatuan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) di Bogor atas segala kerjasama dan dukungan serta kebersamaannya selama ini. Tak lupa kepada pihak sekretariat PSP atas segala bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pemikiran selama penulis menempuh pendidikan. Khusus kepada keluarga terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku: Papa Denston Tanjaya dan Mama Nelly Theminsery/T (Almarhum) serta kakak-adik sekeluarga, keluarga Papa Alex Noya sekeluarga atas bantuan, doa dan motivasinya kepada penulis. Yang terakhir dan yang paling utama terima kasih kepada Istriku tersayang dan tercinta Mieke Noya/T, SKM dan Anak-anakku tersayang Anggella Nelly Vania dan Vanezia Alexandra yang
tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang dan
pengorbanan yang luar biasa dan selalu setia mendampingi penulis selama mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB. Akhir kata
semoga Tuhan
selalu
menyertai perjalanan
karier dan
hidup
bapak/Ibu/Saudara/i sekalian. Bogor, Juli 2011
Erwin Tanjaya
DAFTAR ISTILAH Daerah Penangkapan Ikan
Suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul dimana penangkapan ikan dapat dilakukan
Haulling (Penarikan jaring)
Proses penarikan jaring purse seine mini setelah proses pelingkaran selesai dilakukan
Kapal Perikanan
Kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan pelatihan atau eksplorasi perikanan.
Pengembangan
Usaha perubahan dari suatu nilai yang kurang kepada sesuatu yang lebih baik, proses yang menuju pada suatu kemajuan.
Perikanan
Semua kegiatan yang berhuungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksakan dalam suatu sistem bisnis.
Perikanan Tangkap
Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau denan cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.
Produktivitas
Perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan (input) atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses produksi berlangsung.
Purse line
Tali yang dipasang pada bagian bawah jaring yang berfungsi untuk mengerutkan jaring pada saat tali tersebut ditarik.
Rumpon
Alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.
Setting (Pelingkaran jaring)
Salah satu tahapan dalam metode pengoperasian purse seine mini yaitu proses pelingkaran jaring untuk melingkari kawanan ikan.
Sumberdaya ikan
Potensi semua jenis ikan termasuk krustasea, moluska dan biota air lainnya.
Sumberdaya Perikanan
Terdiri dari sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan serta sumberdaya buatan manusia, yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan
Unit Penangkapan ikan
Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan nelayan.
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xvi
1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Latar Belakang ............................................................................. Perumusan Masalahan .................................................................. Tujuan Penelitian .......................................................................... Manfaat Penelitian ........................................................................ Hipotesis Penelitian ......................................................................... Kerangka Pikir Penelitian .............................................................
1 3 3 4 4 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Pukat Cincin (Purse Seine Mini) ...................................................... Unit Penangkapan Purse Seine Mini di Kabupaten Maluku Tenggara Daerah Penangkapan .................................................................... Alat Bantu Penangkapan ............................................................... Sumberdaya Ikan Pelagis ............................................................... . Ikan Pelagis Kecil ............................................................................. 2.6.1 Ikan layang (Decapterus sp) .................................................... 2.6.2 Ikan selar (Selaroides spp) ..................................................... 2.6.3 Ikan tongkol (Auxis thazard....................................................
6 8 9 10 12 13 14 16 17
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 3.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 3.4.1 Teknik pengambilan sampel unit purse seine mini .............. . 3.4.2 Teknik pengambilan sampel ikan .......................... ............... 3.5 Pendekatan Studi .......................................................................... 3.6 Metode Analisis Data .................................................................... 3.6.1 Komposisi panjang dan berat ikan ........................................... 3.6.2 Hubungan panjang dan berat ikan ........................................... 3.7 Data hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran ........................
19 19 21 24 24 24 25 25 25 25 26
xii
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... 4.1.1 Keadaan umum sumberdaya ikan .......................................... 4.1.2 Produksi perikanan tangkap .................................................. 4.1.3 Sarana perikanan tangkap ...................................................... 4.1.4 Alat penangkapan ikan ......................................................... 4.2 Unit Penangkapan Purse Seine Mini ……………………………… 4.2.1 Kapal purse seine mini ............................................................ 4.2.2 Alat tangkap purse seine mini ............................................... 4.2.3 Rumpon ............................................................................... 4.2.4 Nelayan dan sistem bagi hasil ............................................... 4.3 Daerah Penangkapan ..................................................................... .. 4.3.1 Musim penangkapan ikan ……................................................ 4.3.2 Operasi penangkapan ikan ....................................................... 4.4 Hasil Tangkapan ............................................................................... 4.4.1 Produktivitas (hasil tangkapan per trip) ................................... 4.4.2 Lama pelingkaran jaring .......................................................... 4.5 Komposisi Ukuran dan Jenis Hasil Tangkapan ............................... 4.6 Ukuran Ikan Layak Tangkap ........................................... ............... 4.7 Hubungan Panjang dan Berat Ikan ..................................................
28 29 30 31 31 33 33 35 37 39 41 41 43 45 47 50 53 57 59
5 PEMBAHASAN 5.1 5.2 5.3 5.3
Unit Penangkapan Ikan ................................................................. Hasil Tangkapan .......................................................................... Pola Operasi Armada Purse Seine Mini .......................................... Penelitian Selanjutnya ......................................................................
62 65 72 73
6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 6.2 Saran ..............................................................................................
76 76
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
77
LAMPIRAN ..............................................................................................
84
xiii
DAFTAR TABEL 1 Spesifikasi kapal purse seine mini yang digunakan kelompok nelayan Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara........................................
19
2 Spesifikasi purse seine mini yang digunakan oleh masing-masing kelompok nelayan................................................................................
20
3 Perkembangan jumlah produksi ikan pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara selama periode tahun 2005 – 2009.........................
31
4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009..............................................................
32
5 Perkembangan jumlah jenis alat tangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009.................................................
33
6 Spesifikasi komponen material rumpon bambu yang digunakan nelayan Kabupaten Maluku Tenggara.................................................
38
7 Trip operasi armada purse seine mini yang beroperasi berdasarkan musim penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara ........................
43
8 Perbandingan trip hasil tangkapal ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara………………………
49
9 Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse seine mini ……………………………………………………………
49
10 Perbandingan lama pelingkaran jaring ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara…………………….
52
11 Hasil ANOVA terhadap data lama pelingkaran jaring dari 3 kapal purse seine mini……………………………………………………..
52
12 Komposisi panjang dan berat jenis ikan utama yang tertangkap oleh 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean…………………….
56
13 Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat di Indonesia………………………………………………………….
64
14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine dari beberapa tempat di Indonesia ..…………………………………
66
xiv
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pikir produktivitas perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggar .………………………….............
5
2 Unit penangkapan pukat cincin (Purse seine mini) di Kabupaten Maluku Tenggara ………………………………………………..………
7
3 Rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara..............
12
4 Ikan layang (Decapterus russselli)............................................................
15
5 Ikan selar (Selarroides leptolepsis)............................................................................
17
6 Ikan tongkol (Auxis thazard) .........................................................................
18
7 Jenis kapal utama (tipe lembut) di Kabupaten Maluku Tenggara ............
34
8 Jenis kapal johnson (tipe slep) di Kabupaten Maluku Tenggara ..............
34
9 Desain jaring purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara .............
35
10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara ......................................................................................
36
11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara ......................................................................................
37
12 Konstruksi rumpon bambu di Desa Sathan Kabupaten Maluku Tengggara
37
13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara ....................................................................................................
40
14 Peta daerah penangkapan ikan di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara ....................................................................................................
41
15 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim angin di Kabupaten Maluku Tenggara.....................................................................................................
42
16 Total hasil tangkapan tiga kapal purse seine mini selama tanggal 21 Juli – 4 September 2010 di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. …….
46
17 Perbandingan komposisi jenis ikan pada hasil tangkapan 3 kapal purse seine mini selama tanggal 21 Juli – 4 September 2010 di Desa Sathean..
46
18 Perbandingan hasil tangkapan 3 kapal purse seine mini berdasarkan DPI di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara .............................................
47
xv
19 Hasil tangkapan KM Virus per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010)…………………………………………
48
20 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Agustus – September 2010) ………………………………..
48
21 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010) …………………………………………
48
22 Perbandingan hasil tangkapan per trip ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean selama penelitian ...........…………………………………
50
23 Lama pelingkaran jaring KM Virus di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010) …….……………………………………………………
51
24 Lama pelingkaran jaring KM Mujur di Desa Sathean (Agustus September 2010)……………………………………………………….
51
25 Lama pelingkaran jaring KM Dewo di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010)………………………………………………………….
51
26 Perbandingan lama pelingkaran ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara………………………………….
53
27 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap KM Virus di Desa Sathean………………………………………………
54
28 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap KM Mujur di Desa Sathean………………………………………………
55
29 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap KM Dewo di Desa Sathean………………………………………………
56
30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Virus selama penelitian .....................................................................
57
31 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Mujur selama penelitian .....................................................................
58
32 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Dewo selama penelitian ....................................................................
58
33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap Oleh KM Virus……………………………………………………………
59
34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap Oleh KM Mujur…………………………………………………………..
60
xvi
35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap Oleh KM Dewo…………………………………………………………..
61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi Penelitian …………………………............................................
84
2 Tahapan operasi penangkapan ikan purse seine mini di Desa Sathean....
85
3 Data Hasil Tangkapan Ke 3 Kapal purse seine mini ……………………
86
4 Data Hasil Tangkapan KM Virus Per jenis Ikan …………………..…...
89
5 Data Hasil Tangkapan KM Mujur Per jenis Ikan ………………..……..
90
6 Data Hasil Tangkapan KM Dewo Per jenis Ikan ………………..……..
91
7 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Trip Hasil Tangkapan ke 3 Kapal purse seine mini ……………………………………………………………...
92
8 Hasil Uji Lanjut (BNT) Data Lama Pelingkaran Jaring ke 3 Kapal purse seine mini ………………………………...…………………………….
93
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu
sektor andalan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Pemerintah daerah setempat, salah satu jenis perikanan tangkap yang sangat dominan adalah perikanan purse seine mini selain bagan, gill net dan pancing. Produksi hasil tangkapan dari perikanan ini sendiri pada tahun 2009 mencapai 9.807 ton atau 48,2 % dari total produksi perikanan laut (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Potensi sumberdaya ikan di perairan Maluku Tenggara dapat dilihat dari volume produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2008, yaitu sebesar 67.309,33 ton (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Jenis ikan pelagis kecil yang banyak
tertangkap di perairan ini adalah
layang (momar, Decapterus spp),
kembung (lema, Rastrelliger spp), selar (kawalinya, Selaroides spp), tembang (tembang, Sardinalla sp), dan teri (puri, Stolephorus spp). Jenis-jenis ikan tersebut tersebar di sekitar kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar. Kelompok ikan pelagis kecil merupakan kelompok yang memiliki keragaman jenis dan produksi lebih besar dibandingkan dengan jenis ikan pelagis besar dan ikan demersal. Visi Kabupaten Maluku Tenggara yaitu terwujudya Kabupaten Maluku Tenggara
sebagai
daerah
penghasil
perikanan
perdagangan serta pariwisata yang kompetitif.
dan
daerah
pendidikan,
Pemerintah daerah memiliki
harapan besar terhadap sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan Kabupaten Maluku Tenggara. Salah satu jenis perikanan yang menonjol di kabupaten ini adalah perikanan purse seine mini. Jenis perikanan ini nelayan dengan modal perorangan.
telah lama dilakukan oleh
Basis utama perikanan ini adalah Desa
Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun dengan jangkauan operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Sistem operasi penangkapan ikan seperti ini dapat menyebabkan produktivitas yang rendah (Barus et al. 1991). Faktor yang
2
dianggap sebagai penyebab rendahnya produktivitas ini di antaranya adalah keterampilan dan pengetahuan nelayan yang terbatas serta penggunaan teknologi alat dan kapal penangkapan ikan yang sederhana. Produktivitas adalah perbandingan pelaksanaan antara satu unit alat dalam suatu proses produksi dengan lainnya dan pengukuran seperti ini menunjukan pencapaian secara relative. Sedangkan secara teknis produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan (input) atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses produksi berlangsung (Sinungan, 1987). Metode penangkapan ikan yang diterapkan dalam perikanan purse seine mini adalah melingkari dan mengurung kawanan ikan, baik kawanan ikan yang bergerak aktif maupun kawanan ikan yang sedang diam berkumpul di sekitar fish aggregating devices (FAD), seperti rumpon dan lampu pemikat ikan. Rumpon merupakan alat pemikat ikan yang digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan mudah. Di samping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada prinsipnya memudahkan kawanan ikan untuk ditangkap dan juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena daerah penangkapannya yang sudah pasti (Subani, 1986). Lebih lanjut Monintja (1993) menyatakan bahwa manfaat yang diharapkan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan. Proses pelingkaran dan pengurungan ikan ini menentukan keberhasilan nelayan dalam menangkap kawanan ikan. Faktor yang dianggap mempengaruhi keberhasilan ini di antaranya adalah panjang jaring (L) dan kecepatan kapal (v) ketika menebar jaring untuk melingkari dan mengurung ikan. Kecepatan kapal sangat menentukan kesempurnaan pelingkaran jaring secara sempurna sehingga tidak ada celah bagi ikan untuk meloloskan diri (Fridman, 1986). Spesifikasi unit penangkapan ikan di suatu basis penangkapan ikan belum tentu seragam karena nelayan atau pemilik usaha dapat memiliki keinginan yang berbeda. Kapal-kapal penangkap ikan dapat menggunakan mesin-mesin dengan kekuatan yang berbeda, alat
penangkapan
ikan
menyebabkan
perbedaan
kinerja
operasi,
yaitu
3
produktivitas yang berbeda. Keragaman unit penangkapan ikan seperti ini terjadi juga pada perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Oleh karena itu, menarik untuk mengetahui apakah kinerja di antara unit-unit penangkapan ikan dengan purse seine mini sama atau berbeda. Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “Kajian Perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara”
khususnya
dikaitkan dengan
produktivitas (hasil tangkapan per trip) dari unit penangkapan purse seine mini pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. yang dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh strategi operasi penangkapan ikan yang dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan nelayan dan menjamin keberlanjutan usaha perikanan purse seine sehingga sektor perikanan menjadi pilar pertumbuhan ekonomi daerah. 1.2 Perumusan Masalah Usaha perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara saat ini diperkirakan sangat ditentukan oleh karakteristik sumberdaya ikan, spesifikasi unit penangkapan ikan serta pola operasi penangkapan ikan yang diterapkan para nelayan. Secara umum, kegiatan penangkapan ikan ditentukan oleh dinamika lingkungan yang bersifat musiman. Dinamika musiman ini sudah selayaknya disikapi nelayan dengan tepat, yaitu baik dengan pemilihan teknologi yang tepat maupun pola operasi yang sesuai. Pola operasi penangkapan ikan yang dimaksud mencakup lama trip operasi penangkapan ikan, frekuensi trip operasi penangkapan dan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan musim penangkapan. Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti bagaimana nelayan purse seine mini yang berpangkalan di Desa Sathean mengatasi permasalahan ini. Belum diketahui apakah para nelayan berpindah daerah penangkapan ikan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi laut yang bersifat musiman agar kegiatan penangkapan ikan tetap berlangsung sepanjang tahun. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1)
mengetahui daerah penangkapan ikan sepanjang tahun.
4
2) Membandingkan
produktivitas (hasil tangkapan per trip) dan
lama
pelingkaran jaring di antara 3 (tiga) unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang, tinggi, dan mesh size). 3) Membandingkan komposisi ukuran ikan di antara 3 (tiga) unit penangkapan ikan dengan purse seine mini yang memiliki perbedaan spesifikasi dalam hal alat tangkap (panjang, tinggi, dan mesh size). 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat berupa: 1)
Informasi yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dalam mengelola perikanan tangkap, khususnya perikanan purse seine mini.
2)
Informasi bagi para nelayan dan stakeholders perikanan dalam rangka berpartisipasi untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang efektif.
3)
Pengetahuan tentang strategi yang diterapkan nelayan dalam menyikapi dinamika lingkungan perairan yang sangat mempengaruhi modus operasi penangkapan ikan yang menerapkan teknologi sederhana.
1.5 Hipotesis Penelitian Produktivitas (hasil tangkapan per trip) purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten
Maluku
Tenggara
sangat
dipengaruhi oleh
spesifikasi unit
penangkapan, lama pelingkaran jaring dan komposisi ukuran ikan yang tertangkap. 1.6 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini memerlukan informasi terkini tentang usaha perikanan purse seine mini yang berbasis di Desa Sathean untuk dapat menjawab tujuan diatas. Informasi ini sebaiknya mencakup berbagai hal mendasar, di antaranya adalah karakteristik sumber daya ikan, spesifikasi teknis unit penangkapan ikan, pola operasi penangkapan ikan dan penentuan daerah penangkapan berdasarkan musim
5
penangkapan
ikan,
dengan
demikian
diharapkan
dapat
meningkatkan
produktivitas hasil tangkapan nelayan (Gambar 1).
Usaha perikanan purse seine mini saat ini
- Kurangnya informasi komposisi hasil tangkapan dominan - Modus operasi masih terbatas (one day trip) - Daerah penangkapan ikan (fishing ground) belum pasti
Karakteristik sumberdaya ikan
- Komposisi dan jenis hasil tangkapan - Hubungan Panjang dan berat ikan - Ukuran ikan layak tangkap
Spesikasi teknis unit penangkapan
- Ukuran alat tangkap ;
Panjang dan tinggi - Armada Penangkapan Ukuran; kapal, mesin - Spesifikasi alat bantu penangkapan
Identifikasi pola Operasi penangkapan
- Persiapan dan strategi operasi penangkapan - Lama hari operasi penangkapan
Menentukan daerah penangkapan ikan
- DPI berdasarkan musim penangkapan - Operasi pada DPI yang berbeda
Metode deskriptif komperatif
Peningkatan produktivitas hasil tangkapan purse seine mini Desa Sathean
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian produktivitas perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pukat Cincin Pukat cincin adalah jenis alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring dengan ukuran besar, membutuhkan tenaga banyak untuk mengoperasikannya. Pukat cincin memiliki bentuk dasar berupa sebuah empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish).
Harahap (2006) mengemukakan bahwa panjang pukat cincin yang
dioperasikan di perairan laut Sibolga (Sumatera utara) dapat mencapai 500 – 1.000 m dan tingginya mencapai 50 – 70 m, sedangkan hasil penelitian Irham (2005) panjang mini purse seine (soma pajeko) yang dioperasikan di Maluku utara memiliki panjang 200 – 600 m. Di Pekalongan operasi penangkapan ikan dengan purse seine pada kapal ukuran > 30 GT memerlukan nelayan hingga 34 orang (Hufiadi, 2007) sedangkan di perairan Sulawesi utara (Tumumpa, Belang, Lolak, dan Bitung) kapal
purse seine yang beroperasi berukuran 18 – 20 GT
dan dalam melakukan operasi memerlukan nelayan 20 – 22 orang (Marasut, 2005).
Spesifikasi pukat cincin dan kemampuan nelayan dalam mendeteksi
gerombolan ikan secara tepat dan ketrampilan untuk mengoperasikannya merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan setiap operasi penangkapan ikan. Alat tangkap ini dioperasikan secara aktif, yaitu menemukan, mengejar dan mengurung kawanan ikan pelagis yang bergerombol dan bergerak cepat dalam jumlah besar atau melalui alat pengumpul ikan (Zarochman dan Wahyono 2005). Oleh karena itu, alat tangkap ini termasuk dalam jenis jaring lingkar (surrounding nets) (Martasuganda, 2004).
Brandt (2005) menyatakan bahwa
pukat cincin merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikanikan pelagis di sekitar permukaan air. Purse seine dibentuk dari dinding jaring yang sangat panjang, biasanya tali ris bawah (leadline) sama atau lebih panjang dari pada tali ris atas (floatline) Bentuk konstruksi jaring seperti ini tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring. Dilihat dari segi konstruksi maka komponen jaring pukat cincin dapat dikelompokkan dalam 5
7
bagian besar yaitu; (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3) cincin (ring), (4) pelampung dan pemberat, dan (5) tali selembar (Martasuganda, 2004). Selanjutnya (Baskoro, 2002), menyatakan bahwa pukat cincin dilengkapi dengan tali kerut yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kerut bagian bawah jaring dapat dikuncupkan dan jaring akan berbentuk seperti mangkok (Gambar 2).
Sumber: von Brandt (2005)
Gambar 2 Ilustrasi tentang sosok pukat cincin ketika dioperasikan untuk melingkari atau mengurung kawanan ikan Keberhasilan penangkapan ikan dengan pukat cincin semakin tinggi dengan penggunaan rumpon dan lampu sebagai pemikat ikan ( Zarochman dan Wahyono 2005). Chodriyah (2009) menyatakan bahwa perikanan purse seine di Pekalongan mengalami perubahan taktik penangkapan dari rumpon dan lampu petromaks digantikan dengan rumpon dan lampu sorot sebagai alat bantu penangkapan. Namun demikian Potier dan Petit (1997) menyatakan bahwa perubahan strategi penangkapan dari petromaks menjadi lampu sorot sebagai alat bantu pengumpul ikan tidak merubah secara drastis komposisi hasil tangkapan, perbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung pada musim dan daerah penangkapan. Jenis alat tangkap ini semakin populer digunakan setelah ada larangan penggunaan trawl atau pukat harimau pada tahun 1980. Armada perikanan pukat cincin kemudian berkembang menjadi semi industri, diiringi dengan peningkatan kapasitas penangkapan yang dicirikan oleh peningkatan ukuran kapal dan
8
kekuatan mesin serta perluasan daerah penangkapan, serta peningkatan penggunaan lampu sorot (cahaya) sebagai alat bantu penangkapan ikan (Nugroho 2006). Sainsbury (1996) menyatakan bahwa ukuran ikan yang dapat ditangkap oleh alat ini tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring maka semakin kecil peluang ikan-ikan kecil tertangkap karena tidak dapat meloloskan diri dari mata jaring. 2.2 Unit Penangkapan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara Jeujanan (2008) melaporkan bahwa pukat cincin yang beroperasi di perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki panjang yang berkisar antara 200 - 600 m dengan tinggi yang berkisar antara 40 - 70 m. Bagian kantong atau bunt sebagai tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 – 1,25 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA/210/D12 dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan untuk meloloskan diri atau mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size 1,25 inci. Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 inci yang terdiri dari 3 mata untuk arah ke bawah. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PVA dengan panjang 410 m, dan diameter tali sebesar 14 mm, sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali sebesar 14 mm yang memiliki panjang 470 m (Jeujanan, 2008) Jeujanan (2008) menyatakan bahwa jumlah pemberat dalam suatu unit pukat cincin terdiri dari 2200 buah, dengan berat 100 gr/buah. Pemberat pada pukat cincin memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara pemberat berkisar 10 - 15 cm. Tali pemberat pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 12 mm. Jumlah pelampung dalam satu unit pukat cincin terdiri dari 1100 buah, dengan jarak antara pelampung sekitar 15-20 cm. Pelampung pukat cincin berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan karet sintetis. Jumlah cincin dalam satu unit pukat cincin rata-rata sebanyak 50 buah.
9
Cincin yang digunakan oleh nelayan di Maluku Tenggara memiliki diameter luar 10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5 - 10 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 20 mm yang memliki panjang 500 m. Kegiatan operasi penangkapan dengan pukat cincin di Kabupaten Maluku Tenggara melibatkan dua jenis perahu sehingga operasi penangkapan ikan ini termasuk jenis two boat system. Satu kapal berperan sebagai kapal utama (tipe lambut); kapal ini berfungsi untuk menebarkan jaring yang dibawanya untuk melingkari atau mengurung kawasan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon. Satu kapal lain yang disebut kapal johnson (slep) berfungsi untuk menarik purse line setelah jaring dilingkarkan dan menyimpan hasil tangkapan hingga dibongkar di fishing base. Kedua kapal tersebut terbuat dari bahan kayu. Kapal utama (tipe lambut) umumnya berukuran 13 -15,5 GT dengan panjang (L) antara 15,0 – 17,0 meter, lebar (B) 2,5 – 2,75 meter dan dalam (D) 1,5 - 2 m, sedangkan untuk kapal johnson (slep) memiliki ukuran 5,40 - 7,60 GT dengan panjang antara 5,0 – 13,0 meter, lebar 1,5 - 2,5 meter dan dalam 1,0 - 1,25 meter. Tenaga penggerak kapal utama adalah dua buah mesin tempel (outboard engine) masing-masing berkekuatan 40 PK yang bermerek Yamaha, sedangkan kapal johnson digerakkan oleh sebuah mesin tempel (outboard engine) berkekuatan 40 PK yang bermerek Yamaha.
Mesin-mesin tersebut menggunakan bahan bakar
campuran minyak tanah, bensin dan oli. Jumlah awak yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini umumnya berjumlah 17 - 20 orang.
Mereka terdiri dari seorang
juragan laut, 2 orang juru tawur, 2 orang juru mesin, seorang juru pantau, 2 orang juru pelampung, 2 orang juru pemberat, nelayan biasa, seorang juru mesin kapal johnson atau slep, 2 orang juru hasil tangkapan. 2.3 Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan perikanan tangkap purse seine mini di perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya masih dilakukan di sekitar wilayah perairan antara Kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar Perairan Selat Nerong, Desa
10
Mastur, Dusun Udar, Desa Mataholat, Perairan Tanimbar Kei, perairan Dullah laut dan perairan kepulauan Kur-Toyando. yang mempunyai kedalaman berkisar 100 - 500 meter. Daerah penangkapan ini adalah merupakan lokasi bagi para nelayan purse seine mini desa Sathean melakukan operasi penangkapan pada musim-musim tertentu. Biasanya nelayan menentukan daerah penangkapan (fishing ground)
yaitu sesuai dengan musim penangkapan ikan, daerah
penangkapan perikanan purse seine mini adalah dimana ditempatkan atau dilabuhkan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan. 2.4 Alat Bantu Penangkapan Rumpon adalah
alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
ditempatkan pada perairan laut. Menurut Permen Kelautan dan Perikanan No 02/Men/2011 rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Berdasarkan tempat pemasangan dan pemanfaatan rumpon menurut Permen tersebut dikategorikan atas : (1)
Rumpon hanyut adalah merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus.
(2)
Rumpon menetap adalah merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari : a) Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis b) Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal Menurut Badan Litbang Pertanian (1992), rumpon yang dikembangkan saat
ini dikelompokkan berdasarkan: (1)
Posisi dari pemikat atau pengumpul (aggregator), rumpon dibagi menjadi rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis rumpon perairan dangkal dan rumpon perairan dalam.
(2)
Kriteria portabilitas, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindah
11
(dinamis). (3)
Tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi tradisional dan modern. Rumpon tradisional umumnya digunakan oleh nelayan tradisional yang
terdiri dari pelampung, tali jangkar atau pemberat serta pemikat yang dipasang pada kedalaman 300 – 2000 meter. Rumpon modern umumnya digunakan oleh perusahaan perikanan (swasta dan BUMN). Komponen rumpon modern biasanya terdiri dari pelampung yang terbuat dari plat besi atau drum, tali jangkar terbuat dari kabel baja (steel wire), tali sintesis dan dilengkapi dengan swivel, pemberat biasanya terbuat dari semen cor. Pemikat yang digunakan umumnya terbuat dari bahan alami dan bahan sintesis seperti ban, pita plastik dan lain-lain. Rumpon
merupakan
alat
pemikat
ikan
yang
digunakan
untuk
mengkonsentrasikan ikan sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan mudah (Subani 1972). Cara pengumpulan ikan dengan pikatan berupa benda terapung tersebut menurut Sondita (1986), merupakan salah satu bentuk dari fish aggregating device (FAD), yaitu metode benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan mengumpulkan ikan-ikan tersebut. Selanjutnya Simbolon (2004), menyatakan bahwa rumpon ini dimaksudkan untuk memikat dan mengkonsentrasikan ikan, baik ikan yang berada di sekitar pemasangan rumpon maupun ikan yang sedang melakukan
ruaya,
dengan demikian ikan akan berada lebih lama di sekitar
pemasangan rumpon, dan akibatnya penangkapan dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif dan efisien. Rumpon selain berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada prinsipnya juga memudahkan kawanan ikan untuk ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Penggunaan rumpon oleh kapal penangkap ikan juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan-gerombolan ikan (Subani, 1986). Selanjutnya Monintja (1993), menyatakan lebih lanjut bahwa manfaat yang diharapkan dengan penggunaan rumpon selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan, meningkatkan mutu hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran berdasarkan selektivitas alat.
12
Menurut
Jeujanan (2008), umumnya nelayan di perairan Kabupaten
Maluku Tenggara dalam pengoperasian purse seine mini biasanya nelayan menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, masing-masing armada penangkapan mempunyai sekitar 1 – 2 buah rumpon (Gambar 3). Rumpon ini di pasang pada beberapa mil laut dan bergantung pada warna dan transparansi perairan, dilengkapi dengan bendera tanda dengan jarak pemasangan sekitar jarak 4 – 20 mil laut dari garis pantai. Daerah penangkapan berdasarkan pada rumpon yang telah dipasang pada perairan. Dalam proses operasi penangkapan unit penangkapan purse seine mini bisa melakukan pada rumpon yang bukan milik mereka hal ini tentu berdasarkan kesepakatan sebelumnya antara sesama mereka.
Gambar 3 Rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara 2.5 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan-ikan permukaan yang hidupnya sangat aktif di dekat permukaan laut. Direktorat Jenderal Perikanan (1979) mengelompokkan ikan pelagis berdasarkan ukurannya menjadi dua jenis yaitu: (1) Jenis-jenis ikan pelagis besar yaitu jenis ikan pelagis yang mempunyai ukuran panjang 100 – 250 cm (ukuran dewasa) antara lain adalah; tuna (Thunnus spp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp), tongkol (Euthynnus spp), setuhuk (Xiphias spp) dan lamadang (Coryphaena spp). Jenis ikan pelagis besar, kecuali jenis-jenis tongkol biasanya berada diperairan yang lebih dalam dengan salinitas yang lebih tinggi.
13
Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup dipermukaan sampai kedalaman 30 – 60 meter, tergantung pada kedalaman laut yang bersangkutan
dan
mempunyai ukuran panjang 5 – 50 cm (ukuran dewasa). Kelompok ikan pelagis kecil biasanya hidup bergerombol (schooling), hidup di perairan neritic (dekat pantai). Bila hidup di perairan yang secara berkala/musiman mengalami up welling ikan pelagis kecil dapat membentuk biomassa yang besar. Kedalaman renang kelompok ikan pelagis tergantung pada struktur suhu secara vertikal. Apabila suhu permukaan air menjadi lebih tinggi, maka jenis-jenis ikan pelagis akan berenang semakin dalam. Hampir semua ikan pelagis berada dalam satu kelompok dan akan naik ke lapisan permukaan pada sore hari. Selanjutnya setelah matahari terbenam, kelompok ikan tersebut menyebar di lapisan pertengahan perairan dan saat matahari terbit akan turun menuju lapisan yang lebih dalam (Gunarso, 1985). Gunarso (1985) juga menambahkan bahwa kolom perairan tersebut diduga merupakan batas aman lapisan renang (swimming layer) dari pergerakan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil memiliki densitas lebih tinggi di perairan dangkal jika dibandingkan dengan laut dalam. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah adanya pengaruh cahaya matahari terhadap ruaya vertikal harian dari kelompok ini. (Ayodhyoa, 1981), menyatakan hal yang sama dengan pengecualian pada daerah upwelling yang merupakan daerah subur akibat pengangkatan zat hara ke permukaan. 2.6 Ikan Pelagis Kecil Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bila dibandingkan dengan tuna yang sebagian besar produk unggulan ekspor dan hanya sebagian kelompok dapat menikmatinya. Sumberdaya perikanan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik, yang mempunyai sifat hidup di sekitar permukaan, seperti di daerah perairan dekat pantai (Imawati, 2003). Secara umum, hampir semua jenis ikan pelagis terdapat di seluruh perairan Indonesia kecuali ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang hanya terdapat di Selat Bali dan sekitarnya. Musim
14
penangkapan ikan pelagis kecil yang baik di perairan Indonesia umumnya berlangsung pada peralihan musim timur ke musim barat yaitu sekitar bulan Agustus sampai Desember (Nurhakim et al. 1988). Beberapa sifat ikan pelagis kecil (pipp.dkp.go.id. 24 Oktober 2010) yaitu : 1) biasanya dapat ditemukan pada perairan pesisir (selat dan teluk) sampai dengan laut terbuka; 2) mampu melakukan migrasi atau ruaya dalam skala kecil sampai besar (bergerombol); 3) tubuh didominasi warna biru pada bagian punggung (dorsal) dan warna abu-abu pada bagian perut, berkaitan dengan kemampuan beradaptasi secara dominan pada daerah permukaan perairan dan menghindari pemangsaan; 4) bentuk tubuhnya agak bulat lonjong dan cenderung sintesis bilateral dengan kemampuan renang yang cepat sehingga mudah melakukan migrasi; 5) telur yang dihasilkan saat pemijahan adalah sangat banyak dan dilepaskan langsung ke kolom air sehingga langsung terbawa oleh arus. 2.6.1 Ikan layang (Decapterus spp) Ikan layang merupakan salah satu sumber perikanan lepas pantai yang terdapat di Indonesia. Ada lima jenis ikan layang yang ditemukan di perairan Indonesia yaitu: Decapteru russelli, Decapterus makrosoma, Decapterus kuroides, Decapterus maruadsi, Decapterus lajang. Dari kelima jenis tersebut diketahui bahwa Decapterus russelli memiliki penyebaran yang paling luas yaitu mulai dari Kepulauan Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalemho (Nontji, 1993). Ikan layang memiliki bentuk badan seperti cerutu dan sisiknya sangat halus. Bentuk yang demikian memungkinkan ikan tersebut untuk berenang dengan kecepatan tinggi di laut. Ikan layang, meskipun aktif berenang tetapi terkadang juga pasif yaitu pada saat membentuk gerombolan pada suatu daerah yang sempit atau di sekitar benda-benda terapung. Ikan layang sering ditemukan suka bergerombol di sekitar rumpon dengan posisi membelakangi rumpon dan senantiasa menghadap dan menentang arus (Asikin, 1985). Makanan utamanya adalah jenis avertebrata berukuran kecil. Daerah penyebaran ikan layang ini biasanya mulai dari barat Sumatera, selatan Jawa, timur, selatan dan barat Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku serta Irian Jaya. Ukuran layak tangkap pada ikan layang dimulai pada saat ikan telah dewasa mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first
15
maturity – Lm). Terdapat beberapa hasil penelitian tentang ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan layang (Decapterus russelli) dengan hasil yang bervariasi. Menurut Najamudin (2004) bahwa di perairan selat Makasar ukuran Lm ikan layang jantan 19,6 cm dan layang betina 19,1 cm. Augy Syahailatua (1997) bahwa di perairan Teluk Ambon ukuran Lm ikan layang jantan 16,3 cm dan layang betina 16,2 cm. Irham (2008) bahwa di perairan Maluku Utara Lm ikan layang (Decapterus spp) adalah 25,8 cm. Paxton, J.R et al. (1998) di Arafura Sea Lm ikan layang 19,3 cm. Sedangkan pada Fish base ukuran Lm berkisar 19,3 cm (www.fishbase.org). Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984), adalah sebagai berikut; Phylum : Chordata; Sub Phylum : Vertebrata; Class : Pisces Sub Class : Teleostei; Ordo : Percomorphi; Divisi : Perciformes; Genus : Decapterus, Species : Decapterus russelli, (Rupped) Nama Indonesia : Layang Nama Kei : Momar Merah
Sumber : FAO 1984
Gambar 4 Ikan layang (Decapterus russselli)
16
2.6.2 Ikan selar (Selaroides spp) Ikan selar termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil dari famili Carangidae. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1997) terdapat dua jenis ikan selar yang umumnya tertangkap di perairan Indonesia yaitu selar kuning (Selaroides leptolepis) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus). Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan yang lonjong, pipih. Bagian atas tubuhnya berwarna hijau kebiruan, bagian bawah berwarna putih keperakan. Terdapat pita warna kuning keemasan membujur mulai dari mata sampai sirip ekor. Pada tutup insang bagian atas terdapat bintik warna gelap. Ikan selar bentong (Selaroides leptolepis) memiliki bentuk badan dan warna yang sama dengan selar kuning tetapi memiliki mata yang lebih besar dan warna sirip keabuabuan atau pucat (Wiyono, 2001) Ikan selar hijau (Atule mate) juga tennasuk famili Carangidae yang memiliki ciri hampir sama dengan ikan selar kuning. Perbedaanya pada ikan selar hijau terdapat pita wama hijau membujur mulai dari mata sampai sirip ekor. Memiliki adipose eyelid, kecuali pada bagian pipih yang terdapat vertical sin. Daerah penyebaran ikan selar hijau (Atule mate) selain di Indonesia ikan ini juga terdapat di Samudera Hindia bagian barat dan timur (FAO 2002). Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) dan selar bentong (Selar cntmenopthalmus) menyebar di wilayah perairan timur Sumatera, utara Jawa, Selat Malaka, barat Sumatera, timur Kalimantan, utara dan selatan Sulawesi, Maluku serta irian Jaya. Ukuran layak tangkap pada ikan selar dimulai pada saat ikan telah dewasa mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first maturity – Lm). Hasil penelitian Collette, B.B. & C.E. Nauen 1983 di Indo-West Pacific Sea ukuran Lm ikan selar (Selaroides leptolepsis) adalah 15,3 cm . Sedangkan
pada Fish base ukuran Lm berkisar 15,3 cm (www.fishbase.org). Klasifikasi selar menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata; Sub Phylum : Vertebrata; Class : Pisces; Sub Class : Teleostei;
17
Ordo : Percomorphi; Sub Ordo : Percoidea; Famili : Caranggidea; Genus : Caranx; Sub Genus : Selar Species : Selarouides leptolepsis Nama Indonesia : Selar Nama Kei : Kawalinya
Sumber : FAO 1984
Gambar 5 Ikan selar (Selarroides leptolepsis) 2.6.3 Ikan tongkol (Auxis thazard) Ikan tongkol termasuk dalam famili Scombridae yang umumnya hidup bergerombol. Bentuk badannya badannya secara umum seperti cerutu dan kulit yang licin, berwarna biru keperakan. Ikan ini dikenal sebagai ikan berenang cepat dan terkuat anara ikan-ikan laut yang ada disamping ikan tenggiri (Pakpahan 1999 dalam Imawati 2003). Ikan tongkol (Auxis thazard) memakan nekton dan zoobentos sebagai makanan utamanya. Daerah penyebaran ikan tongkol di Indonesia meliputi perairan Maluku, laut Sawu, Samudara Indonesia, sebelah selatan Nusa Tenggara dan barat Sumatera. Ukuran layak tangkap pada ikan tongkol dimulai pada saat ikan telah dewasa mencapai ukuran tertentu dan telah memijah untuk pertama kali (length at first maturity – Lm). Hasil penelitian Collette, B.B. & C.R. Aadland 1996 di Indian-and Pacific Sea ukuran Lm ikan tongkol (Auxis thazard) adalah 30 cm.
Sedangkan pada Fish base ukuran Lm berkisar 30 cm (www.fishbase.org).
18
Klasifikasi tongkol menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata; Sub Phylum : Vertebrata; Class : Pisces; Sub Class : Teleostei; Ordo : Percomorphi; Famili : Scombridae; Genus : Auxis thazard, Sub Genus : Tongkol Species : Auxis thazard Nama Indonesia : Tongkol Nama Kei : Komu
Sumber : FAO 1984
Gambar 6 Ikan tongkol (Auxis thazard)
3 METODE PENELITIAN 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010.
Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli – 4 September 2010 dengan cara mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan ikan dari armada purse seine mini yang berpangkalan di Desa Sathean. Lokasi penelitian ditunjukkan dalam sebuah peta pada Lampiran 1. 3.2
Bahan dan Alat Penelitian Bahan atau obyek utama penelitian ini adalah 3 unit penangkapan purse
seine mini yaitu KM Virus, KM Mujur dan KM Dewo. Unit penangkapan ini dipilih sebagai obyek penelitian karena memiliki spesifikasi dan ukuran berbeda (Tabel 1 dan 2). Tabel 1 Spesifikasi 3 kapal purse seine mini milik kelompok nelayan Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara yang digunakan dalam penelitian No
Spesifikasi
1 Kapal utama Bahan utama a. Panjang (L) b. Lebar (B) c. Dalam (D) Volume Tenaga penggerak 2 Kapal Johnson Bahan utama a. Panjang (L) b. Lebar (B) c. Dalam (D) Volume Tenaga penggerak
KM Virus
Nama kapal KM Mujur
KM Dewo
Kayu 17,0 meter 2,75 meter 1,90 meter 15,5 GT 2 buah Yamaha 40 PK
Kayu 16,25 meter 2,75 meter 1,90 meter 15,0 GT 2 buah Yamaha 40 PK
Kayu 15,0 meter 2,5 meter 1,5 meter 13,0 GT 2 buah Yamaha 40 PK
Kayu 13,0 meter 1,5 meter 1,25 meter 7,60 GT 1 buah Yamaha 40 PK
Kayu 12,5 meter 1,5 meter 1,0 meter 7,0 GT 1 buah Yamaha 40 PK
Fibre glass 5,0 meter 2,5 meter 1,0 meter 5,40 GT 1 buah Yamaha 40 PK
20
Tabel 2 Spesifikasi purse seine mini milik kelompok nelayan Desa Sathean Kabupaten MalukuTenggara yang digunakan dalam penelitian No
Bagian jaring
1 Panjang jaring (L) 2 Dalam jaring (D) 3 Kantong
KM Virus
KM Mujur
KM Dewo
400 meter 90 meter PA 210/D 12 mm, mesh size 1,5 inci PA 210/D 9 mm, mesh size 1,25 inci
350 meter 75 meter PA 210/D 12 mm, mesh size 1,25 inci PA 210/D 9 mm, mesh size 1 inci
5 Bagian sayap
PA 210/D 9 mm, mesh size 1,5 inci
PA 210/D 9 mm, PA 210/D 9 mm, mesh size 1,25 inci mesh size 1 inci
6 Badan jaring (selvedge)
PVA 380/D 15 mm, PVA 380/D 15 mesh size 1,5 inci mm, mesh size 1,25 inci L 480 m/ Ø 14 mm L 420 m/ Ø 14 mm L 580 m/ Ø 14 mm L 520 m/ Ø 14 mm
PVA 380/D 15 mm, mesh size 1 inci
2.400 buah 1.300 buah
2.200 buah 1.100 buah
4 Badan jaring
7 Tali ris atas (floats) 8 Tali ris bawah (lead line) 9 Pemberat (timah) 10 Pelampung (sintetis rubber) 11 Cincin (kuningan) 12 Purse line (Polyvinyl amide)
2.300 buah 1.200 buah
300 meter 60 meter PA 210/D 12 mm, mesh size 1 inci PA 210/D 9 mm, mesh size 0,9 inci
L 360 m/ Ø 14 mm L 460 m/ Ø 14 mm
70 buah 60 buah 50 buah L 600 m/ Ø 20 mm L 500 m/ Ø 20 mm L 400 m/ Ø 20 mm
Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
GPS Garmin untuk mengetahui posisi kapal ketika operasi penangkapan ikan dilakukan.
(2)
Peta perairan Kabupaten Maluku Tenggara untuk memplot posisi kapal ketika operasi penangkapan ikan dilakukan.
(3)
Timbangan untuk mengukur berat ikan.
(4)
Penggaris untuk mengukur panjang ikan atau panjang benda-benda lain.
(5)
Wadah plastik kapasitas 100 liter.
(6)
Fish measuring board untuk pengukuran panjang tubuh ikan.
(7)
Kamera digital untuk merekam gambar komponen unit penangkapan ikan dan sebagainya.
(8)
Stopwatch untuk mengukur waktu.
(9)
Alat tulis menulis.
21
(10) Buku identifikasi (Saanin, 1984) untuk menentukan jenis ikan yang tertangkap armada pukat cincin. (11) Data sheet untuk mencatat data selama proses pengumpulan data. (12) Kuesioner untuk memandu proses wawancara terhadap informan kunci. 3.3
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dalam kunjungan lapangan atau survei
terhadap obyek penelitian, yaitu unit penangkapan ikan, nelayan di basis operasi penangkapan ikan, yaitu Desa Sathean. Khusus untuk informasi dari nelayan, dilengkapi dengan daftar pertanyaan (kuesioner) sehingga informasi yang diperoleh lebih terarah pada inti permasalahan. Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan ikan untuk mengetahui dan mengklarifikasi data yang berhubungan dengan teknik operasi penangkapan ikan yang diterapkan nelayan. Posisi kapal ikan saat operasi penangkapan ikan dapat diketahui dari GPS dan memplot posisi yang tercatat di dalamnya pada sebuah peta. Selain itu, daerah operasi penangkapan ikan selama musim penangkapan ikan
diketahui dari wawancara terhadap nelayan yang
diminta untuk menunjukkan posisi-posisi lokasi operasi penangkapan ikan pada sebuah peta yang sudah disiapkan. Pertanyaan yang diajukan kepada nelayan adalah kapan dan dimana operasi penangkapan ikan setiap bulan sepanjang tahun. Data teknis atau spesifikasi purse seine mini dan kapal serta alat bantu (rumpon) diperoleh dari pengukuran langsung terhadap sampel kapal dan alat penangkapan ikan yang digunakannya, sedangkan spesifikasi rumpon melalui wawancara dengan pemilik rumpon. Data ukuran panjang, berat dan lingkar badan ikan dilakukan pengukuran langsung, dengan menggunakan sistem random sampling yang diambil pada saat operasi penangkapan. Data lainnya diperoleh melalui wawancara dengan pemilik kapal, nelayan, dan instansi-instansi terkait yang dianggap perlu untuk memperoleh data menyangkut rantai produksi perikanan, kelembagaan serta informasi lainnya yang berkaitan dengan usaha perikanan tangkap purse seine mini. Data yang dikumpulkan meliputi:
22
1) Jenis ikan yang ditangkap (1) Komposisi dan jenis ikan Data dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel ikan dari masingmasing spesies ikan pada daerah penangkapan ikan atau yang didaratakan oleh kapal purse seine mini kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi (Saanin, 1984). (2) Panjang dan berat ikan Data akan dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel dari masingmasing spesies ikan, kemudian diukur panjang dengan menggunakan penggaris dan menimbang berat dengan menggunakan timbangan. (3) Jumlah hasil tangkapan Data akan dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel dari masingmasing spesies secara random sebanyak satu ember kemudian ditimbang dan dicatat pada masing-masing daerah penangkapan pada setiap trip operasi penangkapan. 2) Kapal penangkapan ikan (1) Ukuran kapal (GT) meliputi panjang, lebar dan dalam Data ukuran kapal diperoleh dari hasil pengukuran panjang, lebar dan dalam kapal, wawancara langsung dengan pemilik kapal dan nelayan di lapangan, dengan mengacu pada surat ukur kapal tersebut. (2) Spesifikasi mesin yang digunakan pada kapal Data dikumpulkan dengan mewawancarai langsung pemilik kapal dan nelayan di lapangan, melihat jenis mesin yang digunakan pada kapal dalam melakukan operasi penangkapan dengan tetap mengacu pada buku pedoman manual mesin tersebut. 3) Alat tangkap (1) Spesifikasi ukuran purse seine mini Data yang dikumpulkan dengan cara mengukur panjang, tinggi dan mesh size. Data lain yang terkait meliputi jenis bahan dan jumlah ukuran perlengkapan purse seine, seperti pelampung, pemberat, cincin dan tali kolor dilakukan melalui wawancara langsung terhadap pemilik purse seine mini dan melihat langsung di lapangan untuk dicocokkan data.
23
(2) Spesifikasi alat bantu penangkapan (rumpon) Data dikumpulkan dengan mewawancarai langsung pemilik rumpon, yaitu meliputi panjang dan lebar rumpon, jenis bahan yang digunakan dan jenis rumpon tersebut. 4) Pola operasi penangkapan ikan (1) Waktu operasi penangkapan ikan Data dikumpulkan dengan cara mengikuti langsung operasi penangkapan ikan.
Data yang dikumpulkan meliputi waktu berangkat dari basis
menuju daerah penangkapan, waktu penurunan jaring (setting), waktu penarikan
jaring
(hauling) dan
waktu
perjalanan
dari
daerah
oseanografi
daerah
penangkapan ikan menuju basis penangkapan ikan. (2) Lokasi penangkapan ikan Data
yang
dikumpulkan
meliputi:
kondisi
penangkapan, jenis daerah penangkapan, dan kedalaman laut. (3) Frekuensi penangkapan Data yang dikumpulkan meliputi: jumlah hari penangkapan/trip dan jumlah trip operasi penangkapan ikan setiap bulan. (4) Strategi operasi penangkapan Data yang dikumpulkan pada strategi operasi penangkapan yaitu mengikuti langsung operasi penangkapan di lapangan meliputi metode operasi penangkapan yang digunakan. 5) Penentuan daerah penangkapan ikan (DPI) (1) DPI berdasarkan bertiupnya angin moonsun Data yang dikumpulkan meliputi kapan dan dimana lokasi daerah penangkapan ikan pada waktu angin musim barat, timur, musim peralihan I dan II purse seine mini dioperasikan dengan melakukan wawancara terhadap 8 (delapan) orang nelayan pemilik. (2) DPI berdasarkan musim penangkapan ikan Data yang dikumpulkan meliputi kapan dan dimana lokasi daerah penangkapan ikan pada saat musim puncak ikan, musim sedang dan musim kurang ikan / paceklik dengan melakukan wawancara terhadap 8 (delapan) orang nelayan pemilik.
24
6) Instansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan (1) Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Maluku Tenggara. (2) Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Maluku. (3) Data pendaratan ikan pada PPN Tual. (4) Data perencanaan dan tata ruang wilayah pesisir dan laut dari BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara. Data
yang
dikumpulkan
pada
lembaga/instansi
terkait
yaitu
dengan
mewawancarai langsung dan melalui kuesioner yang dibagikan. 3.4 Teknik Pengambilan Sampel 3.4.1 Teknik pengambilan sampel unit purse seine mini Pengambilan contoh sampel unit penangkapan purse seine mini dilakukan pada 3 (tiga) alat tangkap purse seine mini dengan spesifikasi ukuran yang berbeda. Pengambilan sampel ini sudah merupakan keterwakilan dari total jumlah 8 (delapan) unit penangkapan purse seine mini yang beroperasi di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. 3.4.2 Teknik pengambilan sampel ikan Pengambilan sampel ikan dilakukan untuk mengetahui jenis ikan dan ukuran individu ikan yang ditangkap. Sampel tersebut diperoleh dari 42 trip operasi penangkapan ikan dari 3 (tiga) kapal masing-masing 14 trip operasi yang diikuti langsung oleh peneliti. Identifikasi jenis ikan hasil tangkapan dilakukan dengan mengacu pada buku identifikasi (Saanin, 1994). Sampel untuk mengetahui ukuran ikan diperoleh setelah kapal mendarat di fishing base. Pengambilan sampel untuk mengetahui ukuran ini dilakukan sesuai dengan saran pendapat Usman dan Akbar (1998). Jumlah sampel ini ditetapkan minimum 10% dari total hasil tangkapan. Nelayan umumnya mengelompokkan ikan menurut jenis ikan (sortir), Sampel ikan untuk pengukuran panjang dan berat dari satu jenis ikan adalah sebanyak 1 ember ukuran 100 liter. Jumlah keseluruhan sampel ikan yang diidentifikasi
dari 3 (tiga) alat tangkap purse seine mini selama
penelitian sebanyak 3.053 ekor dimana KM Virus dengan hasil tangkapan sebanyak 1.013 ekor, KM mujur dengan hasil tangkapan 1.021 ekor dan KM
25
Dewo dengan hasil tangkapan 1.019 ekor. Dalam penelitian ini diketahui ada tiga jenis ikan dominan yaitu layang (Decapterus russelli ), tongkol (Auxis thazard), dan selar (Selaroides leptolepsis). 3.5
Pendekatan Studi Produktivitas perikanan purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara menghadapi berbagai masalah sebagaimana yang telah diuraikan pada rumusan masalah di depan. Guna mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara, dalam penelitian ini dilakukan pendekatan studi bertahap. Tahap awal, mengidentifikasi karakteristik sumberdaya ikan, spesifikasi teknis unit penangkapan, identifikasi pola operasi penangkapan dan penentuan daerah penangkapan ikan berdasarkan musim penangkapan ikan. 3.6 Metode Analisa Data 3.6.1 Komposisi panjang dan berat ikan Data panjang dan berat ikan sampel diolah untuk melihat komposisi panjang dan berat ikan.
Komposisi ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
mengikuti Walpole (1995) yaitu: K = 1 + 1.33 log n i =
R K
Keterangan : K n i R
= = = =
Jumlah kelas Banyaknya data Interval kelas dan Nilai terbesar – nilai terkecil
3.6.2 Hubungan panjang dan berat ikan Hubungan panjang dan berat ikan dipakai untuk melihat faktor tingkat kedekatan dan kondisi ikan dan dianalisis dengan menggunakan rumus menurut (Effendie, 1997) yaitu :
26
b
W= aL dimana ; W = Berat L = Panjang a dan b = konstanta
Nilai b digunakan sebagai penduga tingkat kedekatan hubungan antara panjang dan berat: -
Nilai b = 3, merupakan hubungan yang isometrik (pertambahan berat seimbang dengan pertambahan panjang pangkat tiga)
-
Nilai b > 3, merupakan hubungan alometrik positif (pertambahan berat lebih besar dari pertambahan panjang pangkat tiga)
-
Nilai b < 3, merupakan hubungan allometrik negatif (pertambahan berat lebih kecil dari pertambahan panjang pangkat tiga ).
3.7
Data hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran jaring Pengukuran lama setting dilakukan pada 42 trip operasi penangkapan ikan
dari 3 (tiga) alat tangkap
yang menjadi obyek penelitian. Data
hasil tangkapan per trip dan lama pelingkaran jaring kemudian diolah untuk dianalisis sesuai dengan desain penelitian, yaitu menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) klasifikasi satu arah atau ANOVA single factor). Faktor atau sumber keragaman dari hasil tangkapan per trip dan lama setting adalah kapal penangkapan ikan. Metode penghitungan dalam analisis dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 16.0. Untuk analisis hasil tangkapan per trip menggunakan analisis sidik ragam satu faktor seperti dijelaskan oleh Walpole (1995) yaitu :
Yij = µ +τi +εij dimana Yij : µ : : i : ij
i = 1,2,3 dan j = 1,2,……14 Hasil tangkapan dari kapal ke - i dan trip ke – j Nilai tengah rata-rata hasil tangkapan per trip Pengaruh faktor kapal sisa dari pengaruh kapal ke - i dan trip ke – j
27
Untuk analisis lama pelingkaran jaring menggunakan analisis sidik ragam satu faktor seperti dijelaskan oleh Walpole (1995) yaitu :
Yij = µ +τi +εij dimana Yij : µ : : i : ij
x
i = 1,2,3 dan j = 1,2…….14 Lama pelingkaran jaring dari kapal ke - i dan trip ke – j Nilai tengah rata-rata lama pelingkaran jaring Pengaruh faktor kapal sisa dari pengaruh kapal ke - i dan trip ke – j
Jika ANOVA menyimpulkan pengaruh faktor - i dan trip ke - j adalah signifikan maka dilakukan uji lanjutan berupa uji beda nyata terkecil (BNT). Rumus perhitungan nilai LSD untuk perlakuan dengan ulangan yang sama (r) adalah: BNT
= t (2s2/r)½
Keterangan : •
Konstanta t merupakan nilai t dari tabel t pada taraf nyata
dengan derajat
bebas galat. •
s2 : nilai kuadrat tengah galat (KTG).
•
r : jumlah ulangan. Jika beda dua nilai tengah perlakuan lebih besar dari nilai LSD, maka
kombinasi dua perlakuan tersebut dikatakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf nyata . Sebalikya apabila beda dua nilai tengah perlakuan lebih kecil dari nilai LSD, maka kombinasi dua perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan umum daerah penelitian Kabupaten Maluku Tenggara merupakan wilayah kepulauan dengan 119 buah pulau yang menghasilkan daratan seluas 4.676,00 Km2 dan luas perairan 3.180,70 Km2. Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 2 gugus kepulauan, yaitu kepulauan Kei Kecil dengan jumlah pulau 98 pulau dimana 12 pulau tidak dihuni dan kepulauan Kei Besar dengan jumlah pulau 21 pulau dimana 7 pulau tidak dihuni (BPS Kabupaten Maluku Tenggara, 2008). Kabupaten Maluku Tenggara terletak di antara 50 – 6,50 LS dan 1310– 133,50 BT. Wilayah kabupaten ini memiliki batas-batas: (1) di sebelah utara dengan perairan Papua bagian selatan, (2) di sebelah selatan dengan laut Arafura, (3) di sebelah barat dengan laut Banda dan perairan bagian utara kepulauan Tanimbar dan (4) di sebelah timur dengan kepulauan Aru (BPS Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Perairan Maluku Tenggara pada umumnya merupakan perairan yang dangkal. Perairan ini merupakan perairan yang kaya akan sumberdaya hayati, khususnya ikan (pelagis, demersal dan udang). Desa Sathean adalah merupakan salah satu desa sentral perikanan yang berada di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 1.634 jiwa dimana 340 orang di antara mereka adalah nelayan. Dari segi produksi ikan yang dihasilkan purse seine mini adalah salah satu jenis alat tangkap yang dominan di Desa Sathean, selain bagan, jaring insang dan pancing (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi sehari-hari dimana unsur penyusun iklim utama adalah temperatur dan curah hujan, sehingga untuk mengetahui tipe iklim suatu wilayah perlu mengetahui karakteristik temperatur dan dan curah hujan. Suhu rata-rata Kabupaten Maluku Tenggara dalam tahun 2004 – 2009 ditemukan pada bulan Agustus yaitu 23,6 oC dan suhu tertinggi pada bulan Oktober - Nopember yakni 32,5 – 32,7°C. Suhu udara musim angin Barat berkisar dari 24,1 – 31,5 °C, pada musim pancaroba 1 berkisar dari 31,3 – 31,4 °C, pada musim angin Timur 30,1 – 30,5 °C, dan musim Pancaroba 2 berkisar dari 24 – 32,7 °C, sedangkan suhu udara dekat permukaan laut berkisar dari 23 –
29
23,5 °C (rata-rata 23,3 °C) (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku 2006). Iklim Kabupaten Maluku Tenggara adalah tipe A (nilai Q = 0,10) dengan 10 bulan basah, 1 bulan kering dan 1 bulan lembab. Curah hujan di daerah ini memiliki pola Moonsun (musiman) dengan ciri distribusi curah hujan bulanan berbentuk “V”. Musim angin barat berlangsung pada bulan Desember hingga Pebruari, musim angin timur pada Juni hingga Agustus, musim pancaroba 1 pada bulan Maret hingga Mei dan musim pancaroba 2 pada bulan September hingga Nopember. Pengurangan jumlah curah hujan terjadi saat pertengahan musim Timur (Juni-Agustus) hingga pertengahan musim pancaroba 2 (Oktober), tetapi melimpah pada saat musim angin barat hingga akhir Pancaroba 1. Nilai rata-rata curah hujan terendah dalam 5 tahun terakhir dicapai pada bulan Agustus yakni 50,8 mm. Terindikasi bahwa jumlah curah hujan Agustus–September semakin menurun sejak tahun 2008 sampai sekarang, dan dua bulan ini tergolong bulan sangat kering. Secara umum terlihat bahwa saat musim angin barat dan angin pancaroba 1, curah hujan melimpah sepanjang tahun dengan rata-rata > 300 mm dan hari hujan rata-rata 18 – 24 hari (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku 2006). 4.1.1 Keadaan umum sumberdaya ikan Pada perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara tersimpan sumber daya ikan dengan potensi sebesar 6.689,8 ton di wilayah pengelolaan selebar 4 mil laut dari potensi ini, pemerintah daerah telah menetapkan hanya 5.351,9 ton sebagai jumlah tangkapan yang diperbolehkan (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi sumber daya ikan pelagis kecil namun pengelolaannya belum menghasilkan manfaat yang optimal. Hal ini dapat diketahui dari sarana dan prasarana yang belum memadai berupa jumlah armada dan alat tangkap yang masih minim dengan usaha penangkapan yang masih bersifat tradisional. Di samping itu kualitas sumber daya manusia (nelayan) relatif masih rendah dalam mengelolah perikanan tangkap. Dengan melihat faktor-faktor tersebut diatas, ini menunjukan bahwa usaha penangkapan
30
yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara
masih dapat digolongkan bersifat
sederhana dan dalam skala usaha yang kecil. Tahapary (2009) menyimpulkan bahwa potensi lestari maksimum ikan pelagis kecil kabupaten ini sebesar 22.089,6 ton /tahun dengan tingkat upaya penangkapan optimum (fopt) sebesar 18.953 hari pertahun. Secara umum perkembangan produksi, effort dan CPUE ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data produksi pada tahun 2005 – 2009, tingkat pemanfaatan aktual pelagis kecil di perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2009 masih di bawah tingkat MSY, yaitu sebesar 11.146.6 ton /tahun atau (55,5 %) dari potensi lestari maksimum. 4.1.2 Produksi perikanan tangkap Produksi perikanan Kabupaten Maluku Tenggara masih didominasi oleh produksi perikanan laut dari kegiatan penangkapan. Jenis ikan pelagis kecil yang banyak didaratkan adalah layang, tongkol, selar, kembung, lemuru, julung, tembang dan teri, sedangkan jenis ikan pelagis besar adalah tenggiri, tuna dan cakalang; sementara itu jenis ikan demersal adalah ikan merah, kerapu, kakap, ekor kuning dan cucut (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009
menunjukan volume yang
bervariasi pada peningkatan produksi dari tahun ke tahun (Tabel 3). Jumlah produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 terlihat meningkat pada periode 3 (tiga) tahun berjalan yaitu tahun 2005 – 2007 namun kemudian menurun pada periode 2 (dua) tahun terakhir yaitu tahun 2008 – 2009. Produksi tertinggi terjadi pada ikan kembung yang meningkat dari 7.411,2 ton pada tahun 2005 menjadi 14.550,1 ton pada tahun 2007 namun kemudian menurun menjadi 8.200,4 ton pada tahun 2008 dan jatuh drastis menjadi 319,7 ton pada tahun 2009. Penurunan produksi ini disebabkan bukan karena produksi yang menurun tetapi karena adanya pemekaran wilayah pada Kabupaten Maluku Tenggara dimana Berdasarkan UU. No. 31, tanggal 10 Agustus 2007, tentang pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terjadi lagi pemekaran wilayah yaitu dengan wilayah pemekaran kota
31
Tual sehingga secara statistik produksi ikan tercatat hanya pada wilayah kabupaten. Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi ikan pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara selama periode tahun 2005 – 2009. Produksi ikan (ton) Jenis ikan
2005
2006
2007
2008
2009
6.102,4
10.260,6
10.684,6
646,7
671,2
Tongkol
652,4
478,8
3.753,0
349,1
510,2
Selar
723,0
994,2
1.048,1
706,9
735,0
7.411,2
13.470,8
14.550,1
8.200,4
319,7
Teri
377,0
829,1
866,7
660,6
665,0
Tembang
322,7
693,1
724,0
524,0
637,5
Julung
141,1
403,8
422,0
255,0
260,0
Lemuru
352,0
772,2
807,1
408,0
450,8
Jumlah
16.081,8
27.902,6
32.855,6
11.750,7
4.249,4
Layang
Kembung
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)
4.1.3
Sarana perikanan tangkap Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan
Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada (Tabel 4). Untuk perahu tanpa motor pada tahun 2005 sebanyak 1.833 unit dan meningkat pada tahun 2007 sebesar 2.108 unit dan menurun pada 2 (dua) periode tahun berikutnya sebanyak 1.416 unit pada tahun 2008 dan 1.538 unit tahun 2009. Motor tempel terjadi peningkatan pada tahun 2005 sebanyak 165 unit dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 377 unit. Kapal motor pada tahun 2005 sebanyak
44 unit dan meningkat sebanyak 159 pada tahun 2007 dan
menurun pada tahun 2009 sebesar 119 unit. Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, secara keseluruhan fluktuasi jumlah kapal penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi oleh pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2008.
32
Tabel 4
Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009 Tahun
Jenis armada Perahu Tanpa Motor
2005
2006
2007
2008
2009
1.833
1.833
2.108
1.416
1.538
Motor Tempel
165
165
172
254
377
Kapal Motor
44
31
159
124
119
2.042
2.029
2.439
1.794
2.034
Jumlah
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)
4.1.4
Alat penangkapan ikan Jumlah
alat
penangkapan
ikan
yang
dioperasikan
di perairan
Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode 2005 – 2009 dapat dilihat pada (Tabel 5). Jenis alat tangkap terbanyak adalah pancing. Jumlah pancing tonda pada tahun 2005 mencapai 543 unit namun berkurang menjadi 490 unit pada tahun 2006. Jumlah pancing ulur mencapai tertinggi pada tahun 2005 mencapai 485 unit dan terendah pad tahun 2008 mencapai 251 unit. Jumlah pancing tegak dengan jumlah tertinggi 480 dan terendah 302. Pada alat tangkap jaring, jaring insang hanyut merupakan jumlah terbanyak pada tahun 2005 sebanyak 362 unit dan terendah sebanyak 284 unit di tahun 2008, jaring insang tetap tahun 2009 dengan jumlah tertinggi 390 unit dan terendah 350 tahun 2007, kemudian diikuti jaring lingkar dengan jumlah tertinggi 357 unit dan terendah 325 unit di tahun 2009. Alat tangkap bubu pada tahun 2005 sebanyak
295 unit dan meningkat pada tahun 2009 sebanyak 323 unit.
Sedangkan
pukat
cincin (purse seine mini)
terbanyak
pada
tahun 2005
sebanyak 10 unit dan terjadi penurunan pada tahun 2008 – 2009 yang hanya sebanyak 8 unit. Penurunan secara drastis terlihat pada alat tangkap bagan perahu dan sero. Di mana untuk alat tangkap bagan perahu pada tahun 2005 sebanyak 87 unit dan menurun pada tahun 2008 yang hanya sebanyak 33 unit sedangkan pada alat tangkap sero pada tahun 2005 sebanyak 50 unit dan mengalami penurunan pada periode tahun 2008 - 2009 yang ada hanya sebanyak 4 unit.
33
Tabel 5 Perkembangan jumlah jenis alat tangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009 Jenis Alat Tangkap Pukat cincin Pukat tarik ikan Jaringinsang hanyut Jaring insang tetap Jaring lingkar Bagan perahu Pancing tonda Pancing ulur Pancing tegak Sero Bubu Jumlah
2005 10 134 364 362 352 87 543 485 480 50 295 3.162
2006 10 120 365 352 349 96 490 466 488 45 261 3.042
Tahun 2007 10 96 369 350 357 98 495 460 483 48 255 3.021
2008 8 107 284 379 332 33 314 251 302 4 305 2.319
2009 8 67 295 390 325 49 455 269 342 4 323 2.527
Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)
4.2
Unit penangkapan purse seine mini Salah satu sarana penting dalam memanfaatkan sumber daya ikan di laut
adalah unit penangkapan berupa kapal, alat tangkap dan nelayan. Kegiatan yang dilakukan oleh armada perikanan ini sangat produktif dalam menangkap jenis ikan pelagis kecil. Unit-unit usaha penangkapan purse seine mini umumnya dimiliki perorangan. 4.2.1 Kapal Operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini dilakukan dengan menggunakan dua buah kapal, sehingga jenis operasi penangkapan ini disebut two boat system. Kedua kapal tersebut adalah kapal utama dan kapal johnson. Kapal utama (Gambar 7) berfungsi sebagai pengangkut dan penebar jaring ketika mengurung kawanan ikan. Jumlah awak di kapal utama tersebut mencapai 15 orang. Kawanan ikan yang menjadi sasaran utama adalah kawanan ikan yang bergerombol di sekitar rumpon, atau ikan yang berenang bebas. Kapal johnson (Gambar 8) berfungsi sebagai penarik purse line setelah jaring dianggap telah mengurung kawanan ikan. Hasil tangkapan akan disimpan dan diangkut oleh kapal ini menuju tempat pendaratannya.
34
Gambar 7 Jenis kapal utama (tipe lembut) di Kabupaten Maluku Tenggara
Gambar 8 Jenis kapal Johnson (tipe slep) di Kabupaten Maluku Tenggara Kapal utama (tipe lembut)
terbuat dari bahan kayu sedangkan kapal
Johnson (tipe slep) biasanya bisa terbuat dari bahan kayu dan fibre glass. Tenaga peggerak yang diperoleh dari mesin tempel (outboard engine) bermerek Yamaha dengan kekuatan 40 PK. Kapal utama menggunakan dua buah mesin sedangkan kapal Johnson menggunakan satu buah mesin. Tenaga penggerak pada kedua kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli. Pada kapal utama juga terdapat palka ikan dengan kapasitas antara 2-3 ton. Palka ini biasanya digunakan untuk menyimpan ikan ketika hasil tangkap banyak melebihi kapasitas simpan kapal Johnson, umumnya ketika musim ikan. Kapasitas muatan ikan kapal johnson berkisar antara 3 – 5 ton. Pada penelitian ini
35
ada 3 (tiga) ukuran kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara. Ketiga ukuran kapal ini dipergunakan untuk membandingkan pengukuran kecepatan pelingkaran jaring purse seine mini pada saat melakukan penurunan jaring (setting).
4.2.2 Alat tangkap purse seine mini Pukat cincin atau purse seine mini di daerah Kabupaten Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian ini disebut masyarakat lokal sebagai jaring bobo. Alat tangkap ini terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat (sinkers), pelampung (floats) dan cincin (purse rings). Panjang purse seine mini yang digunakan di Kabupaten Maluku Tenggara berkisar antara 200 - 600 m dan lebar berkisar antara 60 - 90 m. Kantong sebagai tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan mesh size 1,0 inci – 1,5 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA /210/D12 dengan mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan untuk meloloskan diri atau mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan mesh size 1,25 inci. Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan mesh size 1 inci yang terdiri dari 3 mata untuk arah ke bawah. Desain purse seine mini dapat dilihat pada (Gambar 9). 14 200-600 m 2
1
8 10
60-90 m
7
3 13
12
13
11
9
15 7
4
6
5
Gambar 9 Desain jaring purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara.
36
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8
Tali selembar Pelampung Tali kolor Tali ring Ring Pemberat Selvedge Float line
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sinker line Tali ris atas Tali ris bawah Kantong Sayap Panjang jaring Tinggi jaring
Komponen purse seine di bagian atas adalah tali ris atas (floatline) yang terbuat dari tali berbahan PVA dengan diameter sebesar 14 mm. Pada tali ris atas terdapat pelampung yang berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan karet sistentis dengan jarak antara pelampung satu dengan yang lainya sekitar 15-20 cm (Gambar 10).
Gambar 10 Pelampung dan floatline pada bagian atas purse seine mini Sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA berdiameter 14 mm. Pada tali ris bawah terdapat pemberat yang memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara pemberat berkisar 10-15 cm, tali pemberat pada purse seine mini terbuat dari bahan PVA berdiameter tali 12 mm. Cincin yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara berdiameter luar 10 cm dan berdiameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5-10 m.
Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA
berdiameter tali 20 mm (Gambar 11).
37
Gambar 11 Cincin dan pemberat pada bagian bawah purse seine mini 4.2.3 Rumpon Rumpon merupakan suatu alat bantu yang berperan penting dalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam perikanan purse seine, kawanan ikan diharapkan mudah ditangkap sehingga rumpon sangat cocok untuk menghentikan kawanan ikan yang beruaya dan terkonsentrasi di sekitar tempat pemasangan rumpon. Nelayan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara umumnya menggunakan 1 hingga 3 unit rumpon. Konstruksi rumpon Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara dapat dilihat pada (Gambar 12). 1
Keterangan gambar 1. Rumah rumpon 2. Rakit bamboo 3. Swivel (kili-kili) 4. Atraktor (Pelepah daun kelapa) 5. Tali utama 6. Pemberat atraktor 7. Pemberat rumpon 8. Dasar perairan
2 3
5
20 m
4 200-400 m
6 7
8
Gambar 12 Konstruksi rumpon bambu di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tengggara
38
Rumpon ini dipasang pada lokasi yang jaraknya 4–20 mil laut dari pantai. Lokasi pemasangan rumpon adalah perairan yang dasar perairan terdiri atas pasir dan lumpur dan bergantung pada warna dan transparansi perairan. Jarak antara satu rumpon dengan rumpon lainnya berkisar dari 1 hingga 2 mil dari rumpon satu dengan yang lain. Nelayan dapat menangkap ikan-ikan yang berkumpul di sekitar rumpon yang bukan miliknya. Hal ini tentu dapat dilakukan jika sudah ada kesepakatan di antara nelayan dengan dengan pemilik rumpon. Satu unit rumpon terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari batangan bambu, dibawahnya tergantung alat pemikat ikan (attractor) yang terbuat dari daun kelapa, tali pengikat dan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan swivel serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum dan dicor beton. Spesifikasi bahan-bahan pembuat rumpon yang digunakan nelayan Kabupaten Maluku Tenggara disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Spesifikasi komponen material rumpon bambu yang digunakan nelayan di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara No
Komponen
Bahan
Spesifikasi
1
Pelampung (Rakit)
Bambu
2
Tali – temali a. Tali utama b. Tali penghubung pemberat c. Tali penghubung swivel d. Tali pengikat bambu e. Tali pengikat daun kelapa
P = 7 m; L = 5 m; T = 1 m Terdiri dari 3 – 4 lapis
Tali nilon (PE) Tali kawat (WR) Tali kawat (WR) Tali nilon (PE) Tali nilon (PE)
3 4 5
Atraktor Swivel Pemberat a. Pemberat utama b. Pemberat atraktor
P = 200-400 m ; = 12 cm P = 10 – 12 m ; = 1.5 cm P = 10 m ; = 1.5 cm P = 200 m ; = 5 cm P = 50-70 m ; = 3 cm = 10 – 15 pelepah = 3 buah
Daun kelapa Almunium
Cor beton (drum) Cor beton (ember plastik)
= 3 buah; W = 120 kg/buah = 2 buah; W = 20 - 25 kg/buah
39
4.2.4 Nelayan dan sistem bagi hasil Nelayan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara terdiri atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan terakhir SMP dan SMA, sedangkan nelayan buruh berpendidikan terakhir dari tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya memiliki satu hingga dua unit penangkapan ikan. Dalam operasi penangkapan nelayan mempunyai peran yang sangat penting, terutama dalam mengoperasikan alat tangkap, para anak buah kapal (ABK) harus trampil, ulet dan mempunyai fisik yang kuat. Jumlah ABK yang ikut pada operasi penangkapan purse seine
sebanyak
17 hingga 20 orang.
Sebagian besar nelayan adalah penduduk setempat yang mata pencarian utama dari melaut. Jika pada saat kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu terutama pada saat musim kurang ikan, mereka pekerja sampingan sebagai petani dan memancing.
Dengan demikian, mereka masuk dalam kategori nelayan
sambilan. Adapun pembagian tugas nelayan ketika operasi penangkapan ikan adalahsebagai berikut ; 1. Juragan laut (1 orang), bertugas sebagai penanggung jawab dalam mengoperasikan kapal utama ntuk melakukan kegiatan penangkapan ikan 2. Juru tawur ( 2 orang), bertugas melempar jaring pada saat proses setting dilakukan 3. Juru mesin (2 orang), bertugas dalam mengoperasikan mesin baik untuk mesin pada kapal utama maupun kapal jhonson 4. Juru pantau
(1 orang),
bertugas memantau keberadaan
ikan yang
berkumpul di bawah rumpon. 5. Juru pelampung (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan; 6. Juru pemberat (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan; 7. Nelayan biasa, yang bertugas menarik merapikan dan memperbaiki jaring jika ada kerusakan; 8. Juru mesin kapal jhonson atau slep (1 orang), bertugas menyiapkan
40
kapalnya untuk tempat penampungan ikan hasil tangkapan 9. Juru hasil tangkapan (2 orang), bertugas mengambil hasil tangkapan untuk ditempatkan pada kapal Johnson. dua orang tersebut berada di kapal Johnnson bersama juru mesin. Pendapatan nelayan di kabupaten ini ditentukan oleh besarnya nilai penjualan ikan dan sistem bagi hasil yang diterapkan. Sistem pembagian hasil di kalangan nelayan ini diatur berdasarkan kesepakatan antara pemilik usaha atau pemilik modal, penjaga rumpon dan para nelayan (ABK). Hasil yang dibagikan dihitung setelah nilai hasil penjualan (laba kotor) dikurangi biaya operasional; hasil pengurangan ini disebut pendapatan bersih. Biaya operasional adalah semua biaya yang diperlukan untuk kegiatan operasi terdiri atas BBM, Lumpsum. Selanjutnya, pengusaha atau pemilik modal akan mendapat bagian (share) sebanyak 25 %, penjaga rumpon mendapat sebanyak 25 % dan sisanya (50%) dibagikan untuk para nelayan secara kolektif. Pembagian pendapatan bersih di antara nelayan ditentukan oleh posisi atau jabatannya selama operasi penangkapan ikan yaitu Juragan laut (fishing master) mendapat 2 bagian, juru mesin mendapat 1,5 bagian dan setiap nelayan ABK mendapat 1 bagian (Gambar 13). Hasil Tangkapan
Biaya operasional
Pemilik Purse seine mini 25%
Juragan laut 2 bagian
Laba bersih
Nelayan / Crew 50%
Juru mesin 1.5 bagian
Penjaga rumpon 25%
Setiap nelayan ABK 1 bagian
Gambar 13 Sistem bagi hasil pada perikanan purse seine mini di Maluku Tenggara
Kabupaten
41
4.3 Daerah Penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan (fishing ground) perikanan purse seine mini di perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada umumnya berdasarkan musim penangkapan dan dilakukan di sekitar dua kepulauan, yaitu di sekitar kepulauan
Kei Kecil (perairan Desa Mastur, Danar, Tanimbar Kei, Dullah dan Kur Tayando) dan di sekitar perairan kepulauan Kei Besar (perairan Desa Mataholat, Udar, Nerong, Ngafan dan Weduar). Umumnya daerah penangkapan dipasang sekitar 4
– 20 mil laut diukur dari garis pantai yaitu perairan dengan kedalaman berkisar 200 – 400 meter. Pada saat penelitian dilakukan, lokasi daerah penangkapan ikan adalah perairan Udar, Mataholat dan Mastur (Gambar 14). Ketiga lokasi ini merupakan
daerah penangkapan yang biasanya dipakai untuk nelayan ketika beroperasi pada saat musim angin timur. Daerah penangkapan ikan ini tidak lain adalah lokasi dimana rumpon ditempatkan. Lokasi rumpon ini berada pada perairan yang agak
terlindung dari tiupan angin sehingga gelombang dan ombak tidak besar.
Gambar 14 Peta daerah penangkapan ikan di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara 4.3.1 Musim Penangkapan Ikan Operasi penangkapan purse seine mini dilaksanakan dengan sistem one day
trip, yaitu mulai dari subuh jam 02.30 – 09.00 WIT. Pembagian musim
42
penangkapan
ikan biasanya disesuaikan dengan musim angin yang bertiup
(Gambar 15). Musim banyak ikan pada umumnya terjadi mulai dari sekitar bulan Januari sampai dengan Maret (musim angin barat), musim sedang dimulai dari sekitar bulan September – Desember, sedangkan musim paceklik (sedikit ikan) terjadi mulai dari sekitar bulan Juni hingga bulan Agustus (musim angin timur). Pada musim paceklik ini biasanya kegiatan penangkapan ikan menurun drastis dibandingkan dengan pada saat musim ikan. Selama operasi penangkapan ikan, kapal utama akan berlabuh di pantai dekat desa atau pemukiman yang dekat dengan lokasi rumpon sambil menunggu pesan kapan harus bergerak dari pengamat yang berada di sekitar atau di atas rumpon. Pola operasi seperti ini terjadi apabila daerah penangkapan (fishing ground) tempat rumpon berlabuh sangat dekat dengan desa dengan pantai yang pada saat surut, ketinggian air laut masih bisa dilalui oleh kapal utama untuk melakukan operasi penangkapan. Musim ikan Musim angin
DPI A DPI B Bulan DPI A DPI B
Puncak O N D
J
F Barat
M A M Peraliahan I
Paceklik J
J A Timur
Sedang S O N Peraliahan II
D
J
Gambar 15 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim angin di Kabupaten Maluku Tenggara Berdasarkan wawancara dengan nelayan dan pengamatan langsung terhadap operasi penangkapan, pada saat musim puncak ikan nelayan beroperasi setiap malam di perairan sebelah timur Kepualauan Kei Kecil, yaitu selat Nerong (Gambar 14). Pada musim puncak ikan ini mereka juga memakai
rumpon
sebagai alat pengumpul ikan. Daerah penangkapan ini merupakan daerah yang terlindung dari tiupan angin sehingga gelombang laut tidak besar. Pada musim paceklik, nelayan beroperasi di perairan Kei Besar barat, jika ikan sudah terkumpul banyak di sekitar rumpon. Keadaan ini pada musim paceklik ikan biasanya ditandai oleh adanya angin yang bertiup kencang dan gelombang yang besar, sehingga dapat membahayakan nelayan. Kegiatan nelayan pada masa ini tidak produktif penangkapan ikan.
dan biasanya yang dilakukan
adalah memperbaiki alat
F
43
Dalam pengamatan terhadap operasi penangkapan, lama waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan pada sebuah rumpon berkisar 2 – 3 hari. Rumpon tersebut berada di perairan sebelah barat Kepulauan Kei Besar, yaitu perairan Udar, Mataholat dan Weduar dalam penelitian ini perairan tesebut dinamakan daerah penangkapan ikan (DPI) A. Kegiatan penangkapan ikan pada musim ini berkurang karena tingginya gelombang dan angin yang kencang. Musim penangkapan ikan di Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi tiga musim, yaitu musim puncak (Januari – April), musim sedang (September Desember) dan musim paceklik (Mei - Agustus) (Tabel 7). Tabel 7 Trip operasi armada Purse seine mini yang beroperasi berdasarkan musim penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Puncak
Musim Sedang
Paceklik
X X X X X X X X X X X X
Jumlah trip
Unit
DPI
20-24 20-24 20-24 20-24 1-7 1-7 1-7 1-7 7-14 7-14 7-14 7-14
8 8 8 8 3 3 3 3 8 8 8 8
A A A A A&B A&B A&B A&B A&B A&B A&B A&B
Keterangan DPI A : Perairan Kei kecil Timur, Kei besar Timur, Selat Nerong DPI B : Perairan Tanimbar Kei, Dullah laut, Kur – Tayando 4.3.2 Operasi Penangkapan Ikan Operasi penangkapan ikan dengan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara biasanya dilakukan mulai dini hari sebelum fajar (sekitar pukul 03.00 WIT) hingga pagi yaitu sekitar pukul 06.30 WIT; kegiatan operasi penangkapan ikan selesai ketika nelayan mendarat kembali ke fishing base sekitar pukul 07.00 – 09.00 WIT. Dalam satu trip tersebut biasanya mereka hanya melakukan satu kali
44
setting di daerah penangkapan ikan yang biasanya tidak jauh dari fishing base, yaitu dapat dijangkau dalam perjalanan selama sekitar 1 - 2 jam. Selama pengamatan langsung, nelayan berangkat dari fishing base pada pukul 03.00 WIT dan tiba di fishing ground sekitar pukul 04.30 – 05.00 WIT. Ketika kapal utama sudah mendekati rumpon sekitar jarak 100 meter mesin dimatikan dan kapal utama dibiarkan terbawa arus dan kemudian menunggu abaaba dari nelayan pemantau untuk memberitahukan keberadaan ikan di rumpon dengan mempergunakan kaca keker nelayan pemantau bisa melihat banyak sedikitnya ikan.
Setelah memastikan banyaknya ikan dan memperhitungkan
posisi arus dan kecepatan angin yang bertiup maka pemantau akan memberi abaaba kepada fishing master melalui radio handy talky (HT) untuk segera mengoperasikan purse seine mini dengan cara melingkari rumpon. Informasi dalam metode operasi penangkapan purse seine dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, penurunan jaring dan penarikan jaring (Lampiran 2). 1) Tahap persiapan Tahap persiapan merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum operasi penangkapan purse seine mini dilakukan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan pemeriksaan mesin baik mesin utama maupun mesin johnson, pemeriksaan alat tangkap, penyiapan bahan bakar minyak (BBM) serta bahan komsumsi. Hal ini untuk memperlancar kegiatan penangkapan ikan. 2) Kapal berangkat menuju rumpon yang merupakan daerah penangkapan ikan (fishing ground). Penentuan daerah penangkapan ikan (rumpon) yang tepat yang akan menjadi tujuan daerah penangkapan berdasarkan hasil pemantauan oleh nelayan pemantu yang telah dilakukan pada malam harinya sebelum kapal berangkat, dan jika kegiatan penangkapan sebelumnya mendapatkan hasil tangkapan yang banyak, maka kegiatan penangkapan berikutnya tidak akan jauh dari daerah penangkapan sebelumnya. 3) Setting Setelah tiba di daerah penangkapan ikan (rumpon), kemudian dilakukan proses setting yang diawali dengan penurunan jaring purse seine mini pada bagian kantong dari kapal utama yang berada di bagian buritan sebelah kiri. Tali selembar dilemparkan pada kapal Johnson untuk dilakukan proses
45
setting. Kapal Johnson menunggu proses setting hingga selesai untuk melakukan proses selanjutnya yaitu penarikan purse line. Proses pelingkaran gerombolan ikan oleh kapal utama harus dilakukan dengan kekuatan penuh. Hal ini dilakukan agar gerombolan ikan yang menjadi target tidak lolos baik dari arah horisontal maupun vertikal. Proses pelingkaran gerombolan ikan membutukan waktu sekitar 6 -12 menit. 4) Hauling Setelah proses pelingkaran gerombolan ikan selesai oleh kapal utama (tipe lambut), salah satu nelayan yang berada pada kapal utama melempar purse line dengan kekuatan penuh yang arahnya menjauh kapal utama. Pada saat dilakukan penarikan purse line oleh kapal johnson, proses penarikan jaring juga dilakukan oleh nelayan pada kapal utama. Setelah proses penarikan purse line selesai, kapal johnson kembali dan mendekati purse seine mini yang sudah membentuk sebuah mangkok, kemudian dilakukan pengangkatan pelampung yang berada di kantong. Penarikan jaring purse seine mini selesai hingga tersisa bagian kantong, maka dilakukan pengangkutan hasil tangkapan oleh nelayan yang berada pada kapal Johnson untuk diletakan pada kapal johnson. Proses penarikan purse seine mini hingga selesai membutuhkan waktu 45 - 60 menit. 4.4 Hasil Tangkapan Jumlah seluruh hasil tangkapan yang diperoleh 3 kapal yang masingmasing beroperasi sebanyak 14 kali trip operasi adalah 48,14 ton (Gambar 16), yang terdiri dari ; KM Virus yang menggunakan mata jaring 1,5 inci dengan panjang 400 meter menangkap 157.382 ekor ikan (37 %) dengan berat 18.766 kg. KM Mujur yang menggunakan mata jaring 1,25 inci dengan panjang 350 meter menangkap 139.985 ekor ikan (33 %) dengan berat 15.502 kg. KM Dewo yang menggunakan mata jaring 1 inci dengan panjang 300 meter menangkap 124.792 ekor ikan (30%) dengan berat 13.871 kg. Rincian data hasil tangkapan dari setiap kapal dapat dilihat pada (Lampiran 3). Jenis ikan yang banyak tertangkap selama operasi penangkapan ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean adalah; ikan layang (Decapterus russelli), ikan tongkol (Auxis thazard) dan ikan selar (Selaroides leptolepsis).
46
Gambar 16 Total hasil tangkapan (ekor) ketiga kapal purse seine mini 21 Juli – 4 September 2010 di desa sathean Untuk perbandingan hasil tangkapan purse seine mini berdasarkan operasi penangkapan perjenis ikan pada ke 3 kapal (Lampiran 4, 5 dan 6). Terlihat bahwa jumlah tangkapan yang paling dominan pada hasil tangkapan ketiga kapal adalah
ikan layang (Decapterus russelli) dengan hasil tangkapan terbanyak KM Virus sebesar 102.013 ekor (37 %), kemudian KM Mujur sebesar 99.975 ekor (36 %) dan KM Dewo sebesar 76.713 ekor (27 %) dari jumlah hasil tangkapan jenis ikan layang, kemudian jenis ikan tongkol (Auxis thazard) dengan hasil tangkapan terbanyak KM Virus sebesar 50.050 ekor (42 %) kemudian KM Mujur sebesar 35.029 ekor (30 %) dan KM Dewo sebesar 32.930 ekor (28 %) dari jumlah hasil tangkapan jenis ikan tongkol dan jenis ikan selar (Selaroides leptolepsis,) dengan hasil tangkapan terbanyak KM Dewo sebanyak 15.149 ekor (59 %) kemudian KM Virus sebanyak 5.319 ekor (21 %) dan KM Mujur sebanyak 4.981 ekor (20 %) dari jumlah hasil tangkapan jenis ikan selar. Perbandingan komposisi jenis ikan hasil tangkapan dari 3 kapal purse seine mini dapat dilihat pada (Gambar 17).
Gambar 17
Perbandingan komposisi jenis ikan pada hasil tangkapan ketiga kapal purse seine mini selama penelitian
47
Perbandingan hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan (Fishing
ground) pada ke-tiga kelompok, Terlihat bahwa pada
daerah penangkapan
perairan dusun Udar presentasi hasil tangkapan terbanyak adalah KM Virus memperoleh hasil tangkapan 82,998 ekor (42 %), KM Mujur memperoleh hasil tangkapan 60.248 ekor (30 %) dan KM Dewo memperoleh hasil tangkapan 54.686 ekor (28 %). Selanjutnya daerah penangkapan perairan desa Mataholat presentasi hasil tangkapan terbanyak adalah KM Mujur memperoleh hasil tangkapan 62.313
ekor (37 %), KM Virus memperoleh hasil tangkapan 55.904 ekor (33 %) dan KM Dewo memperoleh hasil tangkapan 50.160 ekor (30 %) dan daerah penagkapan perairan desa Mastur presentasi hasil tangkapan terbanyak adalah KM Dewo memperoleh hasil tangkapan 19.946 ekor (36 %), KM Virus memperoleh hasil tangkapan 18.480 ekor (33 %) dan KM Mujur memperoleh hasil tangkapan 17.424 (31 %). Perbandingan hasil tangkapan masing-masing kelompok dapat
dilihat pada (Gambar 18).
!
"#
"
"
Gambar 18 Perbandingan hasil tangkapan ketiga kapal purse seine mini selama tanggal 21 Juli – 4 September 2010 berdasarkan DPI 4.4.1 Produktivitas (hasil tangkapan per trip) Hasil tangkapan per trip sebanyak 14 kali trip operasi penangkapan
masing-masing kapal adalah sebagai berikut KM Virus dengan jumlah hasil tangkapan 18.766 kg dimana trip tertinggi yaitu pada operasi penangkapan ke 3 dengan hasil tangkapan 2.059 kg sedangkan sedangkan terendah yaitu pada operasi penangkapan ke 6 dengan hasil tangkapan 410 kg (Gambar 19), KM Mujur dengan jumlah hasil tangkapan 15.502 kg dimana
trip tertinggi yaitu pada
48
operasi penangkapan ke 5 dengan hasil tangkapan 1.439 kg sedangkan terendah yaitu pada operasi penangkapan ke 6 dengan hasil tangkapan 552 kg (Gambar 20) dan KM Dewo dengan jumlah hasil tangkapan 13.871 kg dimana trip tertinggi yaitu pada operasi penangkapan ke 13 dengan hasil tangkapan 1.423 kg sedangkan terendah yaitu pada operasi penangkapan ke 14 dengan hasil tangkapan 408 kg (Gambar 21).
$ $ $ $
%
Gambar 19 Hasil tangkapan KM Virus per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010) $ $ $ $
%
Gambar 20 Hasil tangkapan KM Mujur per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Agustus – September 2010) $ $ $ $
%
Gambar 21 Hasil tangkapan KM Dewo per trip operasi penangkapan di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010)
49
Rincian perbandingan hasil tangkapan per trip operasi penangkapan purse seine mini dari masing-masing kapal disajikan pada (Tabel 8). Tabel 8
Perbandingan trip hasil tangkapal ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara
Nama kapal KM Virus KM Mujur KM Dewo Tabel 9
Hasil tangkapan (kg) Total Rataan (14 trip) 18.766 1.340,4 15.502 1.107,3 13.871 990,8
Kisaran (gram) 40 – 270 40 – 270 40 - 250
Standar deviasi 429.4 326.3 343.6
Hasil ANOVA terhadap data trip hasil tangkapan dari 3 kapal purse seine mini
Sumber Keragaman Kapal
Derajat Bebas 2
Jumlah Kuadrat 887497,2
Kuadrat Tengah 443748,6
Error
39
5316371
136317,2
Jumlah
41
6203868
F hitung
Peluang
F table
3,255265 0,049269 3,238096
Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA (Tabel 9) menunjukan bahwa hasil tangkapan per trip dari ke 3 kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang jaring pada ( = 0,05) menghasilkan nilai F hit > F tab hal ini berarti ada perbedaan yang nyata hasil tangkapan dari ke 3 kapal purse seine mini yang dioperasikan di desa Sathean. Hasil uji lanjut BNT (Lampiran 7) menunjukkan bahwa antara panjang jaring 300 meter dan 400 meter memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap trip hasil tangkapan, sedangkan pasangan yang lain tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Bila dilihat dari nilai rata-rata hasil tangkapan maka jaring dengan panjang 400 m memberikan hasil tangkapan yang paling besar dibandingkan dengan ukuran panjang yang lain. Nilai rata-rata hasil tangkapan KM Virus adalah 1.340,4 (kg) dengan standar deviasi 429,4 nilai ratarata KM Mujur adalah 1.107,3 (kg) dengan standar deviasi 326,3 sedangkan nilai rata-rata KM Dewo adalah 990,8 (kg) dengan standar deviasi 343,6 (Gambar 22).
50
Gambar 22 Perbandingan hasil tangkapan per trip ketiga kapal purse seine mini di Desa Sathean selama penelitian 4.4.2 Lama pelingkaran jaring Pelingkaran jaring pada purse seine mini dimulai dengan diturunkannya salah satu ujung jaring yang diberi pelampung diikuti badan jaring, proses penurunan jaring ini dilakukan oleh para ABK yang berada pada kapal utama ke laut kemudian tali selambar diberikan ke kapal Johnson untuk membantu menarik jaring, dengan kecepatan penuh kapal utama tersebut bergerak membentuk lingkaran mengelilingi kawanan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon, sehingga rumpon menjadi acuan manuver bagi kapal utama dalam mengoperasikan purse seine mini. Setelah jaring membentuk lingkaran secara sempurna maka dilakukan proses penarikan jaring. Lama waktu pelingkaran jaring dari ke 3 kapal selama 14 trip operasi penangkapan adalah berkisar antara 7 – 15 menit sedangkan waktu pelingkaran untuk masing-masing kapal adalah sebagai berikut KM Virus waktu pelingkaran jaring tercepat adalah 10 menit dan waktu terlama adalah 15 menit (Gambar 23), KM Mujur waktu pelingkaran jaring tercepat adalah 8 menit dan waktu terlama adalah 12 menit (Gambar 24) dan KM Dewo waktu pelingkaran jaring tercepat adalah 7 menit dan waktu terlama adalah 10 menit (Gambar 25).
51
$
%
Gambar 23 Lama pelingkaran jaring KM Virus di Desa Sathean (Juli – Agustus 2010)
$
%
Gambar 24 Lama pelingkaran jaring KM Mujur di Desa Sathean (Agustus – September 2010)
$
%
Gambar 25 Lama pelingkaran jaring KM Dewo di Desa Agustus 2010) Rincian perbandingan lama pelingkaran
Sathean
(Juli –
per trip operasi penangkapan
purse seine mini dari masing-masing kapal disajikan pada (Tabel 10).
52
Tabel 10 Perbandingan lama pelingkaran jaring ke 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara Lama pelingkaran jaring (menit) Kisaran (menit) Rataan Standar deviasi 10 - 15 12,43 1,40 8 – 12 10,00 1,30 7 - 10 8,57 1,22
Nama Kapal KM Virus KM Mujur KM Dewo
Tabel 11 Hasil ANOVA terhadap data lama pelingkaran jaring dari 3 kapal purse seine mini Sumber Keragaman Kapal Error Jumlah
Derajat Bebas
2 39 41
Jumlah Kuadrat
106,4762 66,85714 173,3333
Kuadrat Tengah
F hitung
Peluang
F table
53,2381 31,05556 8,55E-09 3,238096 1,714286
Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA (Tabel 11) menunjukkan bahwa lama pelingkaran jaring dari ke 3 kapal sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang jaring pada ( = 0,05) menghasilkan nilai F hit > F tab hal ini berarti ada perbedaan yang nyata lama pelingkaran dari ke 3 kapal purse seine mini yang dioperasikan di desa Sathean. (Lampiran 8).
Oleh karena itu dilakukan uji lanjut BNT
Berdasarkan hasil uji lanjut dapat disimpulkan bahwa semua
ukuran panjang jaring memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lama pelingkaran jaring. Jaring dengan ukuran panjang 400 m merupakan jenis jaring yang memiliki waktu pelingkaran paling lama yaitu rata-rata 12.43 menit dengan standar deviasi 1,40 menit, kemudian jaring dengan ukuran panjang 350 m dengan waktu pelingkaran rata-rata 10 menit dengan standar deviasi 1,30 menit dan jaring dengan ukuran 300 m dengan waktu pelingkaran rata-rata 8.57 menit dengan standar deviasi 1,22 menit (Gambar 26).
53
Gambar 26 Perbandingan lama pelingkaran jaring ketiga purse seine mini di Desa Sathean selama penelitian 4.5 Komposisi ukuran dan jenis ikan hasil tangkapan Pada KM Virus ukuran ikan layang (Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 25,2 – 26 cm. Berat individu ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 58 – 65 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 106 – 113 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 24,8 – 25,6 cm dan yang paling sedikit adalah kelas panjang 30,2 – 31 cm; ukuran berat paling banyak tertangkap adalah selang kelas berat 180 – 190 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 268 – 278 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis) yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 17,8 – 18,1 cm dan yang paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 16,6 – 16,9 cm sedangkan ukuran berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 70 – 74 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 27).
54
$
$
$
$
!
!
$
$
$
$
!
Gambar 27 Komposisi panjang dan berat 3 jenis ikan yang banyak tertangkap KM Virus selama penelitian tanggal 25 Juli – 26 Agustus 2010 Komposisi panjang dan berat pada KM Mujur adalah ukuran ikan layang (Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang 25,2 – 26 cm. Berat individu ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 58 – 65 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 114 – 121 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 25 – 25,9 cm dan yang paling sedikit adalah kelas panjang 30 – 30,9 cm; ukuran berat paling banyak tertangkap adalah selang kelas berat 180 – 190 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 268 – 278 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis) yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm dan yang paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm sedangkan ukuran berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 28).
55
$
$
$
$
!
!
$
$
$
$
!
Gambar 28 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap KM Mujur selama penelitian tanggal 2 Agustus – 4 September 2010 Komposisi panjang dan berat pada KM Dewo adalah ukuran ikan layang (Decapterus russelli) yang paling banyak adalah kelas panjang 18 – 18,8 cm sedangkan yang paling sedikit adalah kelas panjang
24,3 – 25,1 cm. Berat
individu ikan yang paling banyak tertangkap adalah kelas berat 50 – 56 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 85 – 91 gram. Ukuran panjang tongkol (Auxis thazard) paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 23 – 23,9 cm dan yang paling sedikit adalah kelas panjang 27 – 27,9 cm; ukuran berat paling banyak tertangkap adalah selang kelas berat 190 – 199 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 250– 259 gram. Ukuran panjang selar (Selaroides leptolepsis) yang paling banyak tertangkap adalah kelas panjang 15,5 – 15,9 cm dan yang paling sedikit tertangkap adalah kelas panjang 16 – 16,4 cm sedangkan ukuran berat paling banyak tertangkap adalah kelas berat 60 – 64 gram dan yang paling sedikit adalah kelas berat 80 – 84 gram (Gambar 29).
56
$
$
$
$
!
!
$
$
$
$
!
Gambar 29 Komposisi panjang dan berat tiga jenis ikan yang banyak tertangkap KM Dewo selama penelitian tanggal 21 Juli – 25 Agustus 2010 Rincian komposisi panjang dan berat ikan yang tertangkap oleh masingmasing kapal purse seine mini selama 14 trip operasi penangkapan pada penelitian ini dapat disajikan dalam (Tabel 12). Tabel 12 Komposisi panjang dan berat jenis ikan utama yang tertangkap oleh 3 kapal purse seine mini di Desa Sathean, Kabupaten Maluku Tenggara. Jenis ikan Ukuran dan Berat Ikan Layang Jumlah ikan (ekor) dan (%) Kisaran panjang (cm) Kelas panjang dominan (cm) Jumlah berat (kg) Kisaran berat (g) Kelas berat dominan (g) Tongkol Jumlah ikan (ekor) Kisaran panjang (cm) Kelas panjang dominan (cm) Jumlah berat (kg) Kisaran berat (g) Kelas berat dominan (g)
KM Virus 102.013 (37%) 18 – 25,5 18 – 18,8 8.161 (37%) 50 – 120 58 – 65 50.050 (42%) 23 – 30,8 24,8 – 25,6 10.260 (42%) 180 – 270 180 – 190
KM Mujur 99.975 (36%) 18 – 25,8 18 – 18,8 7.998 (36%) 50 – 120 58 – 65 35.029 (30%) 23 – 30,8 25 – 25,9 7.180 (30%) 180 – 270 180 – 190
KM Dewo 76.713 (23%) 18 – 24,8 18 – 18,8 6.137 (23%) 50 – 100 50 – 56 32.930 (28%) 22 – 30.6 23 – 23,9 6.750 (28%) 170 – 250 190 – 199
57
Selar
Jumlah ikan (ekor) Kisaran panjang (cm) Kelas panjang dominan (cm) Jumlah berat (kg) Kisaran berat (g) Kelas berat dominan (g)
5.319 (21%) 15 – 18,7 17,8 – 18,1 691 (21%) 40 - 80 70 – 74
4.981 (20%) 15 – 18,8 16 – 16,4 323 (20%) 40 - 80 60 – 64
15.149 (59%) 15 – 18,7 15,5 – 15,9 1.969 (59%) 40 – 80 60 – 64
4.6 Ukuran ikan layak tangkap Jumlah sampel ikan hasil tangkapan KM Virus adalah 1.013 ekor dimana
untuk ikan layang (Decapterus russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 338 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 239 ekor (71%) dan belum layak tertangkap 99 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 260 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 30 ekor
(12%) dan belum layak tertangkap 230 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 415 ekor, dimana ukuran layak layak tertangkap adalah 349 ekor (90%) dan belum layak tertangkap 40 ekor selengkapnya dapat
dilihat pada (Gambar 30).
" %
%
Ikan Layak Tangkap
Belum layak tangkap
Gambar 30 Total ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Virus selama penelitian Sedangkan jumlah sampel hasil tangkapan KM Mujur adalah 1.021 ekor dimana untuk ikan layang (Decapterus russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 342 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 222 ekor (65%) dan belum layak tertangkap 120 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 262 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 19
ekor (7%) dan belum layak tertangkap 243 ekor. Selar (Selaroides leptolepsis) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 417 ekor, dimana ukuran layak
58
tertangkap adalah 310 ekor (89%) dan belum layak tertangkap 39 ekor, selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 31).
"
$
$
%
%
Ikan Layak Tangkap
Belum layak tangkap
Gambar 31 Komposisi ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Mujur selama penelitian Dan jumlah sampel hasil tangkapan KM Dewo adalah 1.019 ekor dimana
untuk ikan layang (Decapterus russelli) russelli) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 348 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 184 ekor (53%) dan belum layak tertangkap 164 ekor. Ikan tongkol (Auxis thazard) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 256 ekor, dimana uk ukuran uran layak tertangkap adalah 26 ekor (10%) dan belum layak tertangkap 230 ekor.
Selar (Selaroides leptolepsis)
dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 415 ekor, dimana ukuran layak tertangkap adalah 353 ekor (85%) dan belum layak tertangkap 62 ekor,
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 32).
" $ $
% $
Ikan Layak Tangkap
Belum layak tangkap
Gambar 32 Komposisi ukuran ukuran ikan layak tangkap hasil tangkapan ketiga jenis ikan pada KM Dewo selama penelitian
59
4.7 Hubungan panjang dan berat ikan Hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi (LN) hubungan panjang dan berat ikan dari KM Virus untuk jenis ikan layang y = 2,173x – 2,369 dengan nilai R² 0,908, jenis ikan tongkol y = 1,298x – 1,126 dengan nilai R² 0,966 dan ikan selar y = 3,246x – 5,149 dengan nilai R² 0,894 (Gambar 33).
" $
'
!
& '% ( )*& '%
"
'
'
$
& ' (+ ' % )*& '%
!
' ' '
'
'
'$
'
$'
& ' % (, ' )*& '%
$'
!
& ' $( ' % )*& '%
'$
$'
!
$' $' '
'
'
'
'
'
'
'
' & ' $( ' )*& ' %
$
'
!
!
$
& ' ( + $' % )*& ' %
'
$
' '
$'
'
'$
'
'%
'
Gambar 33 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan yang tertangkap oleh KM Virus Hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi (LN) hubungan panjang dan berat ikan KM Mujur untuk jenis ikan layang y = 1,836x –
60
1,310 dengan nilai R² 0,897, jenis ikan tongkol y = 1,138x – 1,621 dengan nilai R² 0,956 dan ikan selar y = 2,764x – 3,772 dengan nilai R² 0,907 (Gambar 34).
"
" '
$ & ' %( ' )*& ' %
' & ' (+ ' )*& ' %
!
$
!
' ' '$
'
'$
$' $
& $' ( )*& '%$
$'
!
$
' $
& ' (, ' )*& '%$
#
$' $ $' '
& ' (' )*& '%
$
!
!
$ $
' ' ' ' ' '
'
'
'
& ' (+ ' )*& '%
'$
'
'%
'
Gambar 34 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap oleh KM Mujur Sedangkan hasil persamaan regresi linier setelah dilakukan transformasi (LN) hubungan panjang dan berat ikan KM Dewo untuk jenis ikan layang y = 1,886x – 1,562 dengan nilai R² 0,868, jenis ikan tongkol y = 1,041x – 1,950 dengan nilai R² 0,975 dan ikan selar y = 2,922x – 4,219 dengan nilai R² 0,962 (Gambar 35).
61
$
"
"
' & ' %( ' )*& '
' & ' ( + '$ )*& '
! $
!
' ' '$
'
'$
$'
& ' $( ' )*& '% $
& ' ( , '%$ )*& '% $
!
$'
!
$' $' '$
!
$
!
& ' ( '% )*& '%
' ' ' ' ' '
'
'$
& '% ( + ' % )*& '%
'$
'
'%
'
Gambar 35 Hubungan panjang dan berat dari tiga jenis ikan dominan tertangkap oleh KM Dewo
5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Ukuran kapal
tersebut dapat dikatakan sebagai ukuran standar di Desa Sathean. Kapal-kapal tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut cukup untuk memuat purse seine mini yang memiliki panjang dan tingginya masing-masing hingga 400 meter dan 75 meter. Kapal yang lebih besar akan diperlukan jika nelayan ingin mengoperasikan purse seine yang lebih panjang karena volume tumpukan jaring akan menjadi lebih besar sementara ruang kerja untuk nelayan tetap diperlukan. Kapal-kapal purse seine mini tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga 30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi, 2007). Kapalkapal purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas volume sekitar
30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000-
40.000 watt (Atmaja et.al, 2002). Di pesisir utara pulau Jawa juga dikenal purse seine mini, seperti di perairan Kabupaten Pati dan Tegal (Yusron, 2005). Kapalkapal purse seine mini tersebut memiliki panjang minimal 15 – 18 meter, lebar 3 5 meter dan dalam 1,5 meter dengan volume > 30 GT. Dibandingkan dengan kapal purse seine mini di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi obyek penelitian tergolong lebih kecil. Di Provinsi Aceh menurut Mahdi (2002), kapal purse seine
umumnya
berukuran lebih besar, yaitu dengan panjang 16 – 28 m, lebar antara 3,5 – 6 m dan dalam antara 1,4 – 2 m. Kapal-kapal tersebut memiliki volume sekitar 40 GT sehingga mesin inboard yang digunakannya berkekuatan 105 – 320 PK. Sementara itu (Pottier, 1998) dalam (Atmaja et.al, 2002) memberikan deskripsi bahwa kapal pukat cincin yang beroperasi di sepanjang pantai utara Jawa
63
mempunyai panjang rata-rata 26,4 m, lebar 6,7 m dan dalamnya 2,1 m, mesin inboard yang berkekuatan 250 – 320 PK dilengkapi dengan generator lampu 6000 watt. Kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan adalah kapal pukat cincin besar kapal ini juga dilengkapi dengan alat bantu seperti lampu-lampu sorot sebanyak 30 – 40 buah, radio komunikasi dan sejak tahun 1997 sebagian besar kapal juga telah dilengkapi dengan alat global position system (Pottier dan Sadhotomo, 1995). Jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine dari pesisir utara pulau Jawa tersebut maka kapal purse seine mini yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara sangat jauh berbeda, baik dari segi ukuran maupun alat bantu yang digunakan. Namun perbedaan tersebut tidak berarti secara teknis armada purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara lebih terbelakang karena kebutuhan teknisnya berbeda, yaitu disebabkan oleh sifat operasinya yang one day trip di lokasi pemasangan rumpon yang dekat pantai. Status teknologi armada purse seine Kabupaten Maluku Tenggara akan berubah menjadi “rendah” atau “terbelakang” jika nelayan lokal berniat untuk operasi lebih jauh dari basis yang sekarang dan lebih lama. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan kapal-kapal yang memiliki spesifikasi saat ini, kecuali modus operasi penangkapan ikan menerapkan sistem kapal induk. Dalam sistem ini, kapal-kapal purse seine hanya berfungsi sebagai penangkap ikan, hasil tangkapan kemudian ditransfer ke kapal penampung atau pengangkut ikan yang juga berfungsi sebagai penyedia kebutuhan perbekalan, termasuk mengangkut nelayan, di tengah laut sehingga kapal-kapal purse seine tersebut tidak perlu terlalu sering ke pangkalan untuk mengisi perbekalan. Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara seperti ini adalah adanya daerah penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan di desa Sathean akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi penangkapan sebelumnya. Lokasi daerah penangkapan kawanan ikan dimaksud adalah perairan sebelah barat Dullah laut dan Kur-Tayando dimana lokasi-lokasi tersebut berada lebih jauh dari pantai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kawanan ikan pelagis kecil biasanya berada tidak jauh dari pantai, seperti di
64
sekitar pulau Mayau dan pulau-pulau di sebelah barat pulau Halmahera (Karman, 2008). Spesifikasi purse seine di Indonesia ada bermacam-macam, paling tidak dilihat dari panjang dan tinggi jaring (Tabel 13). Sebagai contoh, purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang memiliki panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1350 m, lebar dari 60 hingga 85 m, dengan bahan dari jaring dengan mesh size 2 inci (Chaliluddin 2002). Dibandingkan dengan purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh, seperti dilaporkan oleh Chaliluddin (2002), maka purse seine yang ada di Maluku Tenggara adalah lebih pendek ukuran purse seine dibandingkan dengan di Aceh. Tabel 13 No
Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat di Indonesia Lokasi
1
Maluku Tenggara
2
Banda Aceh
3
Ternate
4
Prigi
5
Pekalongan
6
Probolinggo
7
Jenoponto
8
Pengambengan, Bali Lampung
9
Jenis ikan sasaran layang, kembung, tongkol, selar. Cakalang, tuna layang, tongkol, selar. tongkol, layang, teri, slengseng. layang, kembung, selar, siro, tembang lemuru, teri, layang. cakalang, tongkol, layang, kembung lemuru, tongkol, layang. Layang, kembung, selar, tongkol
Panjang (meter) 200 - 400
Tinggi (meter) 60 -7 5
Sumber
600 – 1350
60 - 85
200 - 600
40 - 60
Hasil Penelitian Chaliludin (2002) Irham (2005)
400 - 600
60 - 70
Perkasa (2004)
470 - 600
90 - 110
Hufiadi (2007)
350 - 400
60 - 70
Lutfiah (2004)
375 - 500
50 - 70
Ghaffar (2006)
200 - 300
60 - 70
Pratiwi (2002)
260 - 300
50 - 70
Yusfiandayani (1997)
Panjang purse seine sebaiknya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, khususnya pertimbangan pada kecepatan renang ikan, dan jarak aman di mana ikan tidak terusik tingkah lakunya oleh jaring (Fridman, 1986). Semakin tinggi kecepatan renang ikan maka purse seine harus semakin panjang; sebaliknya, semakin rendah kecepatan renang ikan maka purse seine dapat lebih pendek. Menurut rumus yang dibuat Fridman dan Carrother (1986) untuk
65
menghitung panjang purse seine, maka untuk menangkap ikan yang bergerombol di sekitar rumpon (kecepatan renang dianggap sama dengan nol) tidak diperlukan purse seine yang terlalu panjang. Itulah sebabnya mengapa purse seine nelayan Aceh yang menangkap kawanan cakalang yang berenang bebas jauh lebih panjang dari purse seine yang ada di Maluku Tenggara dan Prigi yang menangkap ikanikan pelagis kecil (layang, tongkol, teri, selar). Panjang purse seine mini untuk yang dioperasikan dengan metode seperti diterapkan nelayan Maluku Tenggara lebih ditentukan oleh ukuran atau diameter kawanan ikan dan jarak aman antara jaring dan kawanan ikan. Mungkin itulah sebabnya mengapa purse seine mini nelayan Maluku Tenggara lebih pendek dari purse seine nelayan Prigi (Jawa Timur) yang menangkap kawanan ikan yang bergerak bebas (Perkasa 2004). 5.2 Hasil Tangkapan Metode pengoperasian purse seine dengan dua kapal (two-boat system) yang dilakukan nelayan Maluku Tenggara adalah sama dengan yang dilakukan oleh nelayan Prigi di pesisir selatan Jawa Timur (Perkasa 2004) dan nelayan Ternate (Irham 2005). Namun berbeda dengan nelayan Maluku Tenggara dan Ternate, nelayan Prigi tidak menggunakan rumpon dan operasi penangkapan ikan dilakukan pada siang hari dengan cara mengejar dan melingkari kawanan ikan yang berenang bebas (Perkasa 2004). Oleh karena itu, pekerjaan nelayan Prigi lebih berisiko karena ikan-ikan yang menjadi sasaran memiliki peluang lolos lebih besar dibandingkan dengan ikan-ikan-ikan yang bergerombol di sekitar rumpon. Perbandingan antara perikanan purse seine mini di Maluku Tenggara dengan di tempat lain dapat dilakukan dengan melihat jumlah ikan yang diperoleh per hari (Tabel 14). Namsa (2006) melaporkan bahwa hasil tangkapan rata-rata kapal purse seine mini di Ternate adalah ± 1.706 kg per hari dengan jenis ikan utama adalah layang, tongkol dan selar. Jika dibandingkan dengan produktivitas kapal-kapal yang diteliti, maka produktivitas kapal-kapal purse seine mini di Ternate adalah hampir sama. Hasil tangkapan dari setiap kapal yang diteliti menunjukan bahwa semakin besar ukuran panjang jaring maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk purse seine mini dapat melingkari gerembolan ikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin panjang ukuran jaring purse seine
66
mini maka hasil tangkapan yang di dapat semakin banyak. Namun
ukuran
panjang
operasi
jaring bukan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu
penangkapan. Hasil tangkapan terutama ditentukan oleh keefektifan rumpon dalam mengumpulkan ikan. Tabel 14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine dari beberapa tempat di Indonesia No
Lokasi
Jenis ikan sasaran
1 2
Maluku Tenggara Banda Aceh
layang, kembung, tongkol, selar. Tuna, cakalang, layang
3
Ternate
layang, tongkol, selar.
4
Prigi
1,182. ton
5
Pekalongan
6
Probolinggo
tongkol, layang, teri, 400 - 600 slengseng. Tongkol,layang, siro, 470-600 m kembung, selar. lemuru, teri, layang. 350-400 m
7
Jenoponto
3,783. Ton
8
Pengambeng an, Bali Lampung
Cakalang, layang, 375-500 m kembung, tongkol lemuru, tongkol, 200-300 m layang. layang, kembung, 260 - 300 selar, tongkol.
9
Panjang purse seine 200 - 400
Produktivitas (kg per hari) 1,340 ton
650 – 1100
4,446. ton
200 - 600
1,706. ton
3,789. ton 1,030. Ton
1,967 ton 2,500 ton
Sumber Penelitian ini (Yustom, 2009) (Namsah, 2006) Perkasa (2004) (Chodriyah, 2009) Lutfiah (2004) (Ghaffar, 2006) (Pratiwi, 2002) Yusfiandayani (1997)
Perbedaan produktivitas kapal purse seine mini di dua lokasi tersebut (Maluku Tenggara dan Ternate) kemungkinan besar disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah ukuran
panjang jaring dan waktu kecepatan
pelingkaran. Perbandingan ukuran panjang purse seine mini pada kedua daerah tersebut menunjukan adanya perbedaan dimana ukuran panjang jaring di Kabupaten Maluku Tenggara 400 m sedangkan ukuran panjang jaring di Ternate 600 m, perbandingan ukuran ini juga
mempengaruhi
produktivitas hasil
tangkapan. Jumlah rata-rata produktivitas purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara 1.340 kg per hari sedangkan di Ternate rata-rata produktivitas 1.706 kg per hari. Pengaruh ukuran panjang jaring juga berpengaruh pada pengoperasian purse seine mini di Kabupaten Jenoponto (Sulawesi Selatan) dimana semakin panjang jaring maka cakupan luasan yang berbentuk mangkok semakin luas dan
67
peluang ikan tertangkap semakin besar (Ghaffar, 2006). Ukuran panjang jaring minimal yang dioperasikan di perairan Jenoponto adalah 500 m dan tinggi 70 m dengan rata-rata hasil tangkapan 3.783 kg per hari. Faktor waktu kecepatan pelingkaran sangat ditentukan oleh ukuran kapal (GT) dan tenaga penggerak (HP). Ukuran kapal purse seine mini di Kabupaten maluku Tenggara adalah panjang 17,0 m, lebar 2,75 m, dalam 1,90 m dan tonage 15,5 GT dengan kecepatan pelingkaran rata-rata 10 menit sedangkan di Ternate panjang 14,0 m, lebar 3,15 m, dalam 1,90 m
dan tonage 17,5 GT dengan
kecepatan rata-rata 7 menit. Perbedaan ini sangat berpengaruh pada saat pelingkaran jaring dimana pada saat melingkari kawanan ikan, kapal memerlukan kecepatan penuh untuk mencegah lolosnya ikan untuk itu perlu menggunakan tenaga penggerak berukuran besar tetapi juga harus memperhatikan ukuran panjang kapal hal ini untuk menjaga kestabilan kapal saat melakukan operasi penangkapan (Anhar, 1993). Faktor kekuatan mesin penggerak (HP) juga sangat berpengaruh pada hasil tangkapan di perairan Jenoponto (Sulawesi Selatan). kekuatan mesin akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan ikan dan melingkari purse seine mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak. Kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang
ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya
gerombolan ikan (Fridman, 1986) diacu dalam Ghaffar (2006). Analisis statistik terhadap data produksi ikan dan panjang purse seine mini dari penelitian ini menyimpulkan semakin panjang jaring maka hasil tangkapan yang diperoleh juga semakin besar.
Salah satu faktor produksi yang
mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, dimana berdasarkan hasil penelitian (Namsa, 2006), fungsi produksi untuk unit penangkapan purse seine mini (soma pajeko) di perairan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, keadaan ini berarti
bahwa setiap
penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring akan mengakibatkan peningkatan atau pengurangan jumlah hasil tangkapan. Faktor panjang pukat cincin dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan pukat cincin di Pekalongan (Sudibyo, 1998) dan di Pengambengan Kabupaten
68
Jembrana Bali (Sugiarta, 1992). Secara teoritis semakin panjang jaring pada purse seine maka akan semakin besar pula garis tengah lingkaran dan menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar sehingga ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap (Fridman, 1986). Penelitian ini membandingkan lama atau waktu yang diperlukan untuk melingkarkan secara sempurna jaring-jaring yang berbeda panjangnya, yaitu 400 meter, 350 meter dan 300 meter. Secara teori, jika tidak ada hambatan teknis yang diakibatkan oleh kondisi laut dan kesalahan manusia, maka semakin panjang jaring akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk melingkarkannya jika kecepatan pelingkaran jaring dari setiap kapal yang mengoperasikannya adalah sama. Analisis statistik sebenarnya tidak diperlukan jika penelitian hanya sekedar bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata. Sesungguhnya penelitian ini menunjukkan bahwa fishing master dari kapal purse seine mini yang diteliti melingkarkan jaring dengan kecepatan yang tidak terlalu berbeda, yaitu KM Virus rata-rata lama pelingkaran 12,43 menit dengan standar deviasi 1,40 (menit), KM Mujur rata-rata lama pelingkaran 10 menit dengan standar deviasi 1,30 (menit) dan KM Dewo
rata-rata lama pelingkaran 8,57 menit dengan
standar deviasi 1,22 (menit). Adanya perbedaan nyata dalam lama pelingkaran jaring tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang jaring pada saat melingkari gerombolan ikan sementara tenaga penggerak dari masing-masing kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin outboard 40 PK dua buah, jumlah ABK masing-masing kapal
15 – 17 orang. Keahlian dan
ketrampilan ABK saat melakukan pelingkaran jaring juga sangat menentukan waktu lama pelingkaran selain faktor kondisi oseanografi; arus, ombak dan angin juga berpengaruh pada saat melingkari jaring. Ukuran mata jaring pada alat penangkapan ikan yang berfungsi untuk menjerat atau mencegah lolosnya ikan akan menentukan komposisi ikan yang tertangkap. Ulasan tentang pengaruh faktor mesh size ini sering muncul dalam penelitian tentang selektivitas alat penangkapan ikan, seperti yang dikemukakan oleh Gulland (1983) selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk
69
meloloskan ikan. Lebih lanjut FAO (1995) menyatakan bahwa selektivitas merupakan sifat alat tangkap tertentu untuk mengurangi atau mengeluarkan tangkapan yang tidak sesuai ukuran (unwanted catch) dan selektivitas merupakan fungsi dari suatu alat penangkapan ikan dalam menangkap spesies ikan dalam jumlah dan selang ukuran tertentu pada suatu populasi di daerah penangkapan ikan. Nomura et al. (1990) mendefinisikan lebih jauh tentang selektivitas ukuran adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap spesies dengan ukuran tertentu, kemampuan tersebut dengan menghindarnya ikan dari hadangan jaring yang merupakan proses penentu peluang tertangkapnya ikan. Selanjutnya, Fridman (1986) menyatakan bahwa ukuran mata jaring mempunyai pengaruh terbesar pada selektivitas alat tangkap. Memperbesar ukuran mata jaring dapat menyebabkan perubahan komposisi pada jumlah hasil tangkapan, sehingga pengetahuan tentang selektivitas sangat membantu dalam merancang, membuat dan mengoperasikan alat tangkap dengan baik. Jika jaring diharapkan dapat mencegah lolosnya ikan maka ukuran ikan terkecil yang tertangkap akan cenderung ditentukan oleh ukuran mata jaring. Sehingga semakin besar ukuran mata jaring maka semakin kecil peluang ikanikan terkecil yang tertangkap. Sebaliknya, jika ukuran mata jaring lebih kecil maka peluang ukuran ikan terkecil yang tertangkap akan cenderung semakin besar. Namun fenomena ini tidak ditemukan dalam penelitian di Maluku Tenggara, baik pada komposisi ukuran ikan layang, tongkol maupun selar dalam hasil tangkapan ketiga kapal yang masing-masing menggunakan purse seine mini dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Ukuran ikan yang tertangkap pada ketiga kapal purse seine mini pada penelitian ini adalah untuk jenis ikan layang dan selar didominasi ukuran yang sudah matang gonad, dimana ikan layang dengan kisaran panjang 18 – 25,8 cm dan mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 19,3 cm dan ikan selar dengan kisaran panjang 15 – 18,8 cm dan mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 15,3 cm sedangkan untuk jenis ikan tongkol dengan kisaran panjang 22 – 30,8 cm umumnya ikan tertangkap didominasi ukuran kecil dan mengalami
70
pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 30 cm (www.fishbase.org). Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran ikan tertangkap pada jenis layang (Decapterus russelli) dan selar (Selaroides leptolepsis) didominasi oleh ikan dewasa (matang gonad). Sedangkan ikan tongkol (Auxis thazard) ikan tertangkap didominasi oleh ikan kecil. Umumnya ukuran ikan tertangkap pada suatu perairan tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah musim penangkapan ikan dan ukuran matang gonad ikan. Penelitian tentang musim penangkapan ikan dibeberapa daerah di Indonesia menurut Irham (2005) bahwa musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis di perairan Maluku utara adalah layang (Decapterus russelli) musim ini terjadi pada bulan
( Mei –
Juli ) dimana puncaknya pada bulan Juli yaitu pada saat musim timur, tongkol (Auxis thazard) musim ini terjadi pada bulan ( September – Desember ) dimana puncaknya terjadi pada bulan Oktober yaitu pada saat musim peralihan TimurBarat. Yusfiandayani (2004), menyatakan bahwa panjang ikan yang matang gonad berdasarkan hasil penelitiannya di perairan Pasauran untuk ikan layang (20 – 21 cm), ikan tongkol (28 – 30 cm) dan ikan selar (22 – 24 cm). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Najamudin (2004), bahwa hasil perhitungan dengan selang kepercayaan 95% menunjukan bahwa ikan layang betina pertama kali matang gonad pada ukuran panjang cagak (fork length) 14,28 cm dengan kisaran panjang antara 14,08 – 14,47 cm, ikan layang jantan matang gonad pada ukuran panjang cagak 15,54 cm dengan kisaran panjang antara 15,18 – 15,91 cm. Di Teluk Ambon ditemukan ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 15 cm (Sumadhiharga, 1991), perairan laut Jawa ukuran pertama kali matang gonad ikan layang yaitu pada panjang 15,53 cm (Widodo, 1988) dan di perairan Kabupaten Barru teridentifikasi ada yang memijah pada panjang total 15 cm (Sudirman, 2003). Hasil penelitian
hubungan panjang berat dari ketiga jenis ikan untuk
masing-masing kapal purse seine mini menunjukan bahwa KM Virus nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk ikan layang 2,173, ikan tongkol 1,289 dan ikan selar 3,246 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang dan tongkol menunjukkan nilai lebih kecil dari 3
71
(b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang sedangkan untuk jenis selar menunjukkan nilai lebih besar dari 3 (b > 3) sehingga dapat dikatakan pertumbuhan untuk selar bersifat allometrik positif dimana pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang. KM Mujur nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk ikan layang 1,836, ikan tongkol 1,138 dan ikan selar 2,764 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 (b < 3)
bersifat allometrik negatif di
mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang. KM Dewo nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk ikan layang 1,886, ikan tongkol 1,041 dan ikan selar 2,922 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang. Penelitian tentang hubungan panjang dan berat pernah dilakukan oleh beberapa peneliti pada daerah yang berbeda diantaranya, di Laut Jawa dilakukan oleh Widodo (1988) pada ikan layang (Decapterus spp) didapatkan nilai b = 2,997 untuk ikan jantan dan b = 3,043 untuk ikan betina dan di Perairan Teluk Ambon dilakukan oleh Sumadhiharga (1991) diperoleh nilai b = 2,298. Perbedaan nilai b dari beberapa penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh perbedaan musim dan tingkat kematangan gonad serta aktivitas penangkapan. Menurut Graham (1935) dalam Soumokil (1996) tekanan penangkapan yang cukup tinggi pada suatu daerah turut mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan. Berdasarkan hasil tangkapan selama operasi penangkapan yang dilakukan oleh masing-masing kapal purse seine mini ternyata ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan yang sudah matang gonad (memijah). Penangkapan ikan yang sudah memijah tidak akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan sebaliknya jika penangkapan ikan yang belum sempat memijah akan membahayakan kelestarian di perairan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kecil presentasi tertangkapnya ikan-ikan ukuran kecil khususnya pada jenis layang dan selar pada saat penelitian ini berlangsung, karena hasil tangkapan pada daerah penangkapan ikan di perairan Udar, Mataholat dan Mastur di Kabupaten Maluku Tenggara di dominasi
72
oleh ikan-ikan yang sudah memijah (dewasa) hal ini berdasarkan sebaran perbandingan panjang ikan yang tertangkap pada saat dimana musim penangkapan ikan akan berlangsung. 5.3 Pola Operasi Armada Purse Seine Mini Pola operasi kapal-kapal purse seine mini di Desa Sathean berkaitan erat dengan lokasi pemasangan rumpon dan desa atau pemukiman terdekat dengan lokasi rumpon tersebut. Sebagai contoh, jika nelayan akan beropeasi di perairan sebelah timur Pulau Kei Kecil dan selat Nerong, maka Desa Mastur akan menjadi basis sementara karena berdekatan dengan posisi rumpon yang akan menjadi daerah penangkapan ikan. Biasanya, nelayan harus diangkut dari Desa Sathean menuju Desa Mastur dengan kendaraan darat sementara kedua kapal ikan (yaitu kapal utama dan kapal Johnson) sudah tiba di Desa Mastur beberapa hari lebih awal dari kedatangan nelayan. Biaya operasi dapat dihemat dengan cara menyertakan beberapa penduduk desa menjadi sebagian dari nelayan yang ikut dalam kegiatan penangkapan ikan. Jika nelayan akan beroperasi di perairan sebelah timur Pulau Kei Besar maka kedua kapal akan berlayar bersamaan dari Desa Sathean, melalui perairan dusun Udar dan Desa Mataholat. Selama operasi penangkapan ikan, kapal utama akan berlabuh di perairan desa atau pemukiman yang dekat dengan lokasi rumpon sambil menunggu pesan kapan harus bergerak dari pengamat yang berada di sekitar atau di atas rumpon. Pola operasi seperti ini terjadi apabila daerah penangkapan (fishing ground) tempat rumpon berlabuh sangat dekat dengan desa dengan pantai yang pada saat surut, ketinggian air laut masih bisa dilalui oleh kapal utama untuk melakukan operasi penangkapan. Modus operasi penangkapan ikan seperti ini sama dengan yang dilakukan oleh nelayan pajeko, nama lokal untuk kapal purse seine, di Minahasa Selatan (Zainuddin 1994). Rumpon tersebut biasanya tidak jauh dari pantai, sekitar 4 mil dari pantai, pada perairan yang relatif dangkal, yaitu kurang dari 200 meter. Jarak antara lokasi rumpon dengan pantai tersebut serupa dengan lokasi penempatan rumpon oleh nelayan-nelayan dari Kota Tidore, seperti dilaporkan oleh (Hajatuddin 2008).
73
Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Ternate Provinsi Maluku Utara berdasarkan hasil penelitian Kamran (2006), rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang (L) 6,0 m, lebar 4,0 m, dan tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan atraktor dari daun kelapa sebanyak 12 pelepah direndam pada kedalaman 15 m didalam laut dan jangkar dari bahan drum cor. Selanjutnya Subani (1986), menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu pemikat ikan (atraktor), jangkar, dan pelampung. Panjang tali jangkar (tali utama) yang digunakan pada rumpon di Desa Sathean berkisar 1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dilabuhkan. Menurut Subani (1986), panjang tali jangkar (tali utama) bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang. Panjang tali jangkar (tali utama) 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus. Nelayan purse seine mini Kabupaten Maluku Tenggara menentukan daerah penangkapan ikan mengikuti angin moonsun, seperti umumnya dilakukan oleh nelayan-nelayan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Nontji (2002), di perairan Indonesia terdapat 2 (dua) kali angin musim sedangkan diantara dua musim tersebut terdapat juga musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat. Perilaku adaptasi ini wajar dilakukan karena nelayan selalu berusaha mencari tempat yang banyak ikan dan aman untuk keselamatan dirinya, yaitu terhindar dari gelombang besar yang biasanya ditimbulkan oleh angin yang bertiup kencang. Jika angin timur bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah barat pulau-pulau. Sebaliknya, jika angin barat bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah timur pulau-pulau. Pola seperti ini juga dijumpai pada perikanan bagan rambo di selat Makasar - Sulawesi Selatan (Syafiudin, 1991). Pola musiman daerah penangkapan ikan tersebut berkaitan erat dengan pola angin moonsun. 5.4 Penelitian Selanjutnya Pengamatan langsung terhadap operasi penangkapan ikan dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli hingga bulan September 2010. Penelitian selanjutnya hendaknya
74
dilakukan pada musim yang berbeda dengan tujuan diantaranya untuk membandingkan komposisi ukuran ikan di antara musim yang berbeda. Pada musim ini antara bulan (Juli – September) nelayan di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara dalam melakukan operasi penangkapan diperhadapkan dengan kondisi laut dimana angin dan gelombang yang besar. Faktor kondisi angin dan gelombang ini sering menyebabkan hasil tangkapan menjadi sedikit, nelayan hanya bisa
melakukan operasi penangkapan ditempat
daerah penangkapan
(fishing ground) yang sebelumya, ini diakibatkan informasi mengenai daerah penangkapan ikan pada nelayan di Desa Sathean masih terbatas. Keterbatasan informasi ini diakibatkan karena upaya penangkapan yang dilakukan dengan unit penangkapan purse seine mini masih sangat sederhana apabila dibandingkan dengan perikanan purse seine di daerah lain di Indonesia yang sudah dilengkapi dengan alat bantu yang bersifat modern seperti ( GPS, Fish finder dan Lampu sorot) yang dapat melakukan operasi penangkapan tanpa mengenal waktu kapanpun baik itu kondisi laut bergelombang pada siang maupun malam hari, tanpa mempertimbangkan musim angin bertiup baik itu pada waktu musim angin timur maupun barat yang selalu bertiup kencang sehingga sering mengganggu nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap . Untuk itu pada penelitian selanjutnya diharapkan perlu adanya perubahan pada unit perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan informasi yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menilai prospek pengembangan perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengembangan perikanan tersebut dapat mencakup baik peningkatan upaya penangkapan ikan ataupun pengendalian kegiatan penangkapan ikan. Peningkatan
upaya
penangkapan
ikan
dapat
dirangsang
penambahan atau perbaikan prasarana penangkapan ikan, seperti
dengan
pada kapal
harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan atau pendinginan ikan, ketersediaan pabrik es untuk melayani kebutuhan kapal yang beroperasi dengan trip operasi lebih dari satu hari, pengembangan industri pengolahan perikanan dan belum beroperasinya pangkalan pendaratan ikan (PPI) juga merupakan hal yang utama bagi nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapan. Pengendalian penangkapan ikan dapat mencakup penerapan pembatasan ijin penangkapan ikan
75
untuk menjaga kelayakan usaha dari unit-unit penangkapan ikan yang ada, mencegah terjadinya kerugian kolektif karena terlalu banyak modal dikerahkan namun
tidak
menambah
manfaat.
Upaya-upaya
ini
dilakukan
agar
mengkuantifikasi usaha perikanan purse seine mini yang nantinya dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan serta kesejahteraan nelayan pada sektor perikanan dan memberikan kontibusi bagi pembangunan daerah di Kabupaten Maluku Tenggara.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Armada purse seine mini di Desa Sathean hanya beroperasi di perairan dekat pantai, dengan perubahan lokasi sesuai dengan daerah penangkapan yang disesuaikan dengan musim lokal. Perairan Kei Kecil Timur, Kei Besar Barat, dan Selat Nerong selalu dimanfaatkan nelayan sepanjang tahun sedangkan Perairan Tanimbar Kei, Dullah Laut, Kur–Tayando hanya dimanfaatkan selain pada musim puncak. 2. Di antara ketiga kapal yang menjadi obyek penelitian, ada perbedaan yang nyata dalam produksi ikan per trip dimana KM Virus dengan panjang jaring 400 meter sangat produktif dibandingkan dengan dua kapal lainnya dan lama pelingkaran jaring diantara ketiga kapal juga berbeda nyata. 3. Jenis ikan layang dan selar yang tertangkap pada ketiga unit penangkapan purse seine mini adalah didominasi ukuran layak tangkap dimana Lm (length at first maturity ukuran ikan layang 19,7 cm dan ikan selar 15,3 cm, sedangkan ikan tongkol yang tertangkap belum layak tangkap dimana Lm (length at first maturity) adalah 30 cm. 6.2 Saran Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli hingga bulan September 2010 (Musim Timur). Disarankan adanya penelitian lanjutan pada musim yang berbeda dengan tujuan diantaranya untuk membandingkan komposisi jenis dan ukuran ikan serta dapat melihat kondisi daerah penangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA Anhar. 1993 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Lama Setting Penangkapan IKan Purse Seine Mini di Indramayu. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Asikin T, 1985. Petunjuk Teknis Usaha Perikanan Payaos. INFIS Manual Series No. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. Halaman 16-18. Atmaja Suherman Banon, 2002. Dinamika Perikanan Purse Seine di Laut Jawa dan Sekitarnya. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 63 hal Ayodhyoa, A.U., 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 81 hal. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara. 2008. Maluku Tenggara Dalam Angka. 240 hal. Badan Litbang Pertanian. 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Jakarta. 87 hal. Balai Penelitian Perikanan Laut.,1992. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. 170 hal. Barus H. R, Badrudin, N, Naamin., 1991. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut dan Strategi Pemanfaatannya Bagi Pengembangan Perikanan yang Berkelanjutan. Prosiding Forum II Perikanan Sukabumi, 18 – 21 Juni 1991. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 165-180 hal. Baskoro, M.S, 2002. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 54 hal. Brandt, A. von. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Stratford-uponAvon : Warwickshire: Avon Litho Ltd. 418 pp. Chaliludin, A. 2002. Analisis Pengembangan Perikanan Pukat Cincin Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di Perairan Utara Nangroe Aceh Darusalam. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
78
Chodriyah, U. 2009. Dinamika Perikanan Purse seine yang Berbasis di PPN Pekalongan Jawa Tengah. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 67 hal. DKP Kabupaten Maluku Tenggara. 2009. Buku Tahunan Statistik Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, 101 hal. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut Bagian I. Jenis-Jenis ikan Pelagis Penting. Direktorat Jenderal Perikanan, Deptan. Jakarta. 167 hal. Direktorat Jenderal Perikanan, 1997. Statistik Perikanan Indonesi,1995. Departemen Pertanian. Jakarta. 142 hal. Effendie M. I, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama Yogjakarta 112 hal. (FAO) Food Agriculture Organiszation. 1984. Species Identification Sheets for fishery Purposes. http://www.fao.org/fishery/species/3109/en [20 Juni 2011]. (FAO)
Food Agriculture Organiszation. 1995. Code of Fisheries. Jakarta. Terjemahan. 104 p.
Conduct for Responsible
Fridman, A. L, 1986. Calculations for Fishing Gear Design (ed. By Carrothers, P.J.G) FAO Fishing Manuals, Fishing News Books. Ltd. P 183 – 203. Fyson, J., 1985. Design of Small Fishing Vessel. London : FAO Fishing. News Books. Ltd. P 183 – 203. Ghaffar, 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 83 hal. Gunarso W, 1985. Tingkali Laku Ikan. Diktat Kuliali. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 149 hal (Tidak dipublikasikan). Gulland J A, 1983. Fsh Stock Assessment Manual of Basic Methods. Rome : Food and Agricultural Organization of The United Nations. 233 p. Hajatudin, 2008. Karakteristik Upaya Penangkapan Purse Seine Mini (Soma Pajeko) di Kota Tidore Kepulauan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 76 hal Harahap, 2006. Optimasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 67 hal
79
Hufiadi, 2007. Pengukuran Efesiensi Teknis Perikanan Purse Seine Mini di Pekalongan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 75 hal Imawati N. 2003. Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis Di Sekitar Rumpon Di Perairan Pasauran, Banten Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 57 hal. Irham,
2005. Analisis Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine Berbasisi Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Maluku Utara. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
Jeujanan B, 2008. Efektivitas Pemanfaatan Rumpon dalam Operasi Penangkapan Ikan di Perairan Maluku Tenggara Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 76 hal. Karman, 2008. Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine (soma pajeko) Berbasis Rumpon di Sekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96 hal. [KOMNASKAJIKANLUT] Komosi Nasional Pengkajian Sumber Daya Perikanan Laut. 2008. Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Jakarta: Kerjasama Komnaskajikanlut dan FPIK IPB. 39 hal. Lutfiah, 2004. Manajemen Operasi Produksi Unit Penangkapan Mini Purse Seine di Kota Probolinggo Jawa Timur. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 47 hal. Mahdi MR., 2005. Pengembangan Perikanan Pukat Cincin di Lampulo Kota Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 96 hal. Marasut, 2005. Analisis Karakteristik Teknis Kapal Pukat Cincin (Small Purse Seiner) Pada Beberapa Daerah di SULUT dengan Aplikasi Komputer. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi Manado. 63 hal. Martasuganda S, 2004. Teknologi untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Seri Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. 92 hal.
80
Mathews CP, Monintja DR, Naamin N. 1996. Studies of Indonesian Tuna Fisheries: Part 2. Change in Yellowfin abundance in the Gulf of Tomini and North Sulawesi. In: Shomura, R.S., J. Majkowski and R.F. Herman (Eds). Scientific Papers from the Second FAO Expert Consultation on Interactions of Pasific Tuna Fisheries, 23-31 January 1995, Shimizu. Japan. 298 - 305 p. Monintja DR, 1993. Study on The Development of Rumpon as Fish Aggregating Device (FADs). Mantek, Bulletin ITK, FPIK-IPB. 3(2): 137 p. Newell, G. E. dan R. C. Newell. 1977. Marine Plankton. Hutchinson Educational. London. 244p. Murniyati, A.S. 2004. 100 Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia. : Jakarta. Pusdiklat Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Nahumury JR, 2001. Analisis Pengaruh Waktu Pemancingan dan Periode Bulan Terhadap Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Handline di Sekitar Rumpon Teluk Tomini. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal. Najamudin, 2004. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus spp) Berkelanjutan di Perairan Selat Malaka. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Makasar : Program Pascasarjana Universitas Hasanudin Makasar. 235 hal. Namsa D, 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Soma Pajeko (Mini Purse Seine) di Perairan Tidore. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Nontji A., 1993. Laut Nusantar. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 hal. Nomura, N dan T Yamazaki., 1975. Fishing Techniques I. Japan International Cooperation Agency, Tokyo. 206 p Nugroho, D. 2006. Kondisis Trend Biomassa Ikan Layang (Decapterus spp.) di Laut Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume 12 – 1. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 167 – 174 hal. Nurhakim S, Boely T and Potier M. 1988. Study on The Big Purse Seiner Fishery in The Java sea III. The Fishing Method. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 39 Tahun 1987. Paxton, J.R., D.F. Hoese, G.R. Allen and J.E. Hanley. 1989. (Ref. 7300). www.fishbase.org [20 Juni 2011].
81
Perkasa A, 2004 Analisis Pengaruh Perbedaan Waktu Pengoperasian Purse seine mini di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor. 45 hal. Potier M, Petitgas P, Petit D. 1997, International between fish and fishing vessels in the Javanese purse seine mini Fishery. Aquat. Living Resour. 10, 149-156. Potier, M and B. Sadhotomo., 1995. Exploitation of the Large and Medium Seiners Fisheries. In : Potier and Nurhakim (Eds).: Biology, Dinamic and Exploitation (BIODYNEX). AARD/ORSTOM. 195 – 214. Pratiwi, 2002. Analisis Sistem Perikanan Purse Seine Pengambengan Kabupaten Jembrana Bali. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor. 52 hal. Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2009. Deskripsi kategori Spesial Pelagis www.pipp.dkp.go.id. [24 Oktober 2010]. Saanin H. 1984. taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Bogor. 508 hal. Sainsbury JC. 1996. Commercial Fishing Methods. An Introduction to Vessels and Gears. Third edition. Cambridge: Marston Book Services Ltd. 359 p. Setyawan, L.B.,1992. Studi Tentang Aspek Target Strength Ikan Tongkol (Euthynus affinis). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor. 74 hal. Simbolon DF, 2004. Suatu Studi Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan Cakalang dan Teknologi Penangkapan yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP Volume XIII – 1. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 48 – 67 hal. Sinungan M, 1987. Upaya Pengembangan Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bina Aksara, Jakarta Sondita MFA, 1986. Studi Tentang Peranan Pemikat Ikan dalam Operasi Mini purse seine Milik PT. Tirta Raya Mina (Persero). Pekalongan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal. Soumokil A, 1996. Telaah Beberapa Parameter Populasi Ikan Momar Putih (Decapterus russelli) di Perairan Kecamatan Amahai Maluku Tengah. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 103 hal.
82
Subani W, 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Hal 85-104. Subani W, 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta. 35:35-45 hal. Subani, W, Barus, H.R. 1989. Alat Penangkap Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia (Fishing Gears for marine Fish and Shrimp in Indonesia). No.50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jumal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 248 hal. Sudibyo, 1998. Studi Tentang Pengaruh Berbagai Faktor Input Terhadap Hasil Tangkapan Mini purse seine di Pekalongan. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pasca Sarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 60 hal. Sudirman, 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan Untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Proses Penangkapan Pada Bagan Rambo. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 307 hal. Sugiarta, 1992 Model Optimasi Teknis Unit Penangkapan Mini purse seine di Pengabengan Kabupaten Jembrana Bali, Skripsi (Tidak dipublikasikan) Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 90 hal. Suherman, 2002 Karakteristik Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Laut Cina Selatan dan Perkembangan Eksploitasinya. Buletin PSP Volume X No. 1 April 2001, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor : Institut Pertanian Bogor. 14 hal. Sumadhiharga, K. 1991. Struktur Populasi dan Reproduksi Ikan Layang Merah (Decapterus ruselli) di Teluk Dalam Ambon Perairan Maluku dan Sekitarnya. Ambon : Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut. Hal 39 – 74. Surat Keputusan Menteri Pertanian. 1997. No. 5I/Kpts/IK.250/l/97 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon, Jakarta. 13 hal. Syafiudin, 1991 Studi Mengenai Perikanan Bagan Rambo di Perairan Barru Selat Makasar Sulawesi Selatan Pusat Lembaga Penelitian, Universitas Hasanudin, 40 hal. Tahapary, J 2009. Sistem Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Kabupaten Maluku Tenggara. Tesis (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 102 hal.
83
Tim Rencana Tata Ruang Laut, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku 2006 Undang-Undang Nomor 31, Tanggal 10 Agustus Tahun 2007, Tentang Pemekaran Kota Tual Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Usman, H dan Akbar, P.S, 1998, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Cetakan ke 2, Bumi Aksara, 110 hal Walpole, R.E, 1995. Pengantar Statistika. Jakarta, : Gramedia Pustaka Utama, : 515 hal. Widodo, 1988. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogjakarta Gajah Mada Press. 252 hal. Widodo J, 1988. Population Dynamics and Management of Ikan layang (Decapterus spp) (Carangidae) in the Java Sea. Jurnal Penelitian Perikanan Laut (47). Hal 1144 Wiyono, E. S. 2001. Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk Pelabuhanratu, Jawa Barat. Buletin PSP Vol X. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Hal 33-47 Yusfiandayani, R 1997. Studi Tentang Perikanan Mini Purse Seine di Lempasing Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung dan Prospek Pengembanganya. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 92 hal. Yusfiandayani, R 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran Propinsi Banten. Disertasi (Tidak dipublikasikan) Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 231 hal. Zainuddin, 1994 Pengkajian Upaya Penangkapan Purse Seine dan Produk Ikan Kembung di Perairan Kabupaten Barru-Sulawesi Selatan. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Bogor : Institut Pertanian Bogor, 82 hal Zarochman, Wahyono A. 2005. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap Pukat Cincin (Mini purse seine). Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. 43 hal.
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 2 Tahapan operasi penangkapan ikan purse seine mini di Desa Sathean
Persiapan
Menuju DPI
Setting
Hauling
Kembali ke fishing base
Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Virus.
Hari operasi
Tanggal operasi
Setting
Hasil tangkapan
Awal
Akhir
Jumlah (Ekor)
Berat (gram)
DPI Lokasi
Posisi
1
25 Juli 2010
05.40 WIT
05.52 WIT
11.245
1.376
Udar
S 05039.245– E 132054.983
2
26 Juli 2010
05.50 WIT
06.00 WIT
10.253
1.173
Mataholat
S 050 44.520 - E1320 47,289
3
29 Juli 2010
05.38 WIT
05.50 WIT
18.568
2.059
Udar
S 05039.456– E 132054.654
4
31 Juli 2010
05.45 WIT
05.57 WIT
5.230
582
Mastur
S 05054.437 – E 132051.675
5
1 Agustus 2010
05.35WIT
05.48 WIT
13.042
1.476
Mataholat
S 050 44.485 - E1320 47,180
6
2 Agustus 2010
05.45 WIT
06.00 WIT
3.565
410
Mastur
S 05054.632 – E 132051.941
7
7 Agustus 2010
05.30 WIT
05.43 WIT
13.557
1792
Udar
S 05039.350– E 132054.542
8
8 Agustus 2010
05.42 WIT
05.54 WIT
11.855
1365
Mataholat
S 050 44.664- E1320 47,251
9
9 Agustus 2010
05.32 WIT
05.44 WIT
9.685
1.302
Mastur
S 05054.755 – E 132051.427
10
18 Agustus 2010
05-35 WIT
05.48 WIT
12.580
1.718
Udar
S 05039.486– E 132054.659
11
19 Agustus 2010
05.30 WIT
05.44 WIT
10.325
1.309
Mataholat
S 050 44.575- E1320 47,232
12
24 Agustus 2010
05.37 WIT
05.49 WIT
11.508
1.278
Udar
S 05039.374– E 132054.871
13
25 Agustus 2010
05.36 WIT
05.50 WIT
10.429
1.397
Mataholat
S 050 44.497 - E1320 47,328
14
26 Agustus 2010
05.45 WIT
05.55WIT
15.540
1.529
Udar
S 05039.187– E 132054.954
Lanjutan Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Mujur.
Hari operasi
Tanggal operasi
Setting Awal
Hasil tangkapan Akhir
Jumlah (Ekor)
Berat (gram)
DPI Lokasi
Posisi
1
2 Agustus 2010
05.40 WIT
05.52 WIT
6.556
663
Mastur
S 05054.763 – E 132051.872
2
3 Agustus 2010
05.48 WIT
05.58 WIT
8.245
909
Mataholat
S 050 44.145- E1320 47,428
3
5 Agustus 2010
05.35 WIT
05.45 WIT
10.332
1.211
Udar
S 05039.561– E 132054.754
4
8 Agustus 2010
05.38 WIT
05.48 WIT
10.955
1.341
Mataholat
S 050 44.255 - E1320 47,341
5
12 Agustus 2010
05.40 WIT
05.49 WIT
11.540
1.439
Udar
S 05039.632– E 132054.857
6
13 Agustus 2010
05.45 WIT
05.55 WIT
5.543
552
Mastur
S 05054.621 – E 132051.254
7
14 Agustus 2010
05.40 WIT
05.48WIT
11.020
1.278
Mataholat
S 050 44.528 - E1320 47.755
8
21 Agustus 2010
05.43 WIT
05.53 WIT
13.855
1.433
Udar
S 05039.445– E 132054.976
9
22 Agustus 2010
05.40 WIT
05.52 WIT
10.685
1.237
Mataholat
S 050 44.552 - E1320 47.174
10
25 Agustus 2010
05-35 WIT
05.45 WIT
11.586
1.308
Udar
S 05039.546– E 132054.881
11
26 Agustus 2010
05.30 WIT
05.38 WIT
5.325
577
Mastur
S 05054.975 – E 132051.675
12
28 Agustus 2010
05.42 WIT
05.51 WIT
6.908
847
Mataholat
S 050 44.320 - E1320 47.253
13
3 September 2010
05.40 WIT
05.52 WIT
12.945
1.378
Udar
S 05039.542 - E 132054.157
14
4 September 2010
05.35 WIT
05.45 WIT
14.540
1.329
Mataholat
S 050 44.973 - E1320 47.354
Lanjutan Lampiran 3 Data Hasil Tangkapan KM Dewo
Hari operasi
Tanggal operasi
Setting Awal
Hasil tangkapan Akhir
Jumlah (Ekor)
DPI
Berat (gram)
Lokasi
Posisi
1
21 Juli 2010
05.45 WIT
05.55 WIT
8.550
929
Mataholat
S 050 44.863- E1320 47,214
2
23 Juli 2010
05.30 WIT
05.37 WIT
11.985
1.356
Mataholat
S 050 44.145- E1320 47,428
3
24 Juli 2010
05.40 WIT
05.48 WIT
12.423
1.418
Udar
S 05039.316– E 132054.981
4
30 Juli 2010
05.50 WIT
05.59 WIT
10.320
1.243
Mataholat
S 050 44.458- E1320 47,527
5
4 Agustus 2010
05.35 WIT
05.45 WIT
4.515
474
Mastur
S 05054.464 – E 132051.970
6
5 Agustus 2010
05.32 WIT
05.42 WIT
5.025
566
Mastur
S 05054.862 – E 132051.631
7
9 Agustus 2010
05.38 WIT
05.46 WIT
10.688
1.186
Udar
S 05039.678– E 132054.795
8
10 Agustus 2010
05.42 WIT
05.49 WIT
9.821
956
Udar
S 05039.476– E 132054.939
9
12 Agustus 2010
05.30 WIT
05.40 WIT
6.864
685
Mastur
S 05054.175 – E 132051.564
10
13 Agustus 2010
05-45 WIT
05.53 WIT
10.545
951
Mataholat
S 050 44.964- E1320 47,512
11
19 Agustus 2010
05.43 WIT
05.50 WIT
10.325
1.138
Udar
S 05039.641 - E 132054.184
12
22 Agustus 2010
05.32 WIT
05.40 WIT
8.760
1.138
Mataholat
S 050 44.425 - E1320 47.862
13
24 Agustus 2010
05.44WIT
05.52 WIT
11.429
1.423
Udar
S 05039.542 - E 132054.157
14
25 Agustus 2010
05.40 WIT
05.50 WIT
3.542
408
Mastur
S 05054.967 – E 132051.115
89
Lampiran 4 Data Hasil Tangkapan KM Virus Perjenis Ikan
No
Hari Operasi
Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) DPI
Layang
Tongkol
Selar
1
25 Juli 2010
Udar
6.354
3.926
965
2
26 Juli 2010
Mataholat
5.272
3.053
1.928
3
29 Juli 2010
Udar
12.584
4.739
1.245
4
31 Juli 2010
Mastur
3.522
1.354
354
5
1 Agustus 2010
Mataholat
8.650
3.565
827
6
2 Agustus 2010
Mastur
2.563
1.002
-
7
7 Agustus 2010
Udar
7.898
5.659
-
8
8 Agustus 2010
Mataholat
8.525
3.330
-
9
9 Agustus 2010
Mastur
5.466
4.219
-
10
18 Agustus 2010
Udar
6.890
5.690
-
11
19 Agustus 2010
Mataholat
6.458
3.867
-
12
24 Agustus 2010
Udar
8.650
2.858
-
13
25 Agustus 2010
Mataholat
5.925
4.504
-
14
26 Agustus 2010
Udar
13.256
2.284
-
102.013
50.050
5.319
Total
90
Lampiran 5 Data Hasil Tangkapan KM Mujur Perjenis Ikan
No
Hari Operasi
Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) DPI
Layang
Tongkol
Selar
1
2 Agustus 2010
Mastur
4.335
1.224
997
2
3 Agustus 2010
Mataholat
5.230
2.125
850
3
5 Agustus 2010
Udar
5.674
3.251
1.397
4
8 Agustus 2010
Mataholat
6.275
3.822
858
5
12 Agustus 2010
Udar
6.423
4.238
879
6
13 Agustus 2010
Mastur
4.675
868
-
7
14 Agustus 2010
Mataholat
7.850
3.170
-
8
21 Agustus 2010
Udar
11.255
2.600
-
9
22 Agustus 2010
Mataholat
7.624
3.061
-
10
25 Agustus 2010
Udar
8.536
3.050
-
11
26 Agustus 2010
Mastur
4.120
1.205
-
12
28 Agustus 2010
Mataholat
4.555
2.353
-
13
3 September 2010
Udar
10.209
2.736
-
14
4 September 2010
Mataholat
13.214
1.326
-
99.975
35.029
4.981
Total
91
Lampiran 6 Data Hasil Tangkapan KM Dewo Perjenis Ikan
No
Hari Operasi
Jenis Hasil Tangkapan DPI
Layang
Tongkol
Selar
1
21 Juli 2010
Mataholat
4.055
2.230
2.265
2
23 Juli 2010
Mataholat
6.212
3.453
2.320
3
24 Juli 2010
Udar
6.895
3.624
1.904
4
30 Juli 2010
Mataholat
5.230
3.525
1.565
5
4 Agustus 2010
Mastur
2.506
1.024
985
6
5 Agustus 2010
Mastur
2.433
1.452
1.140
7
9 Agustus 2010
Udar
6.310
2.835
1.543
8
10 Agustus 2010
Udar
7.634
1.453
734
9
12 Agustus 2010
Mastur
4.320
1.245
1.299
10
13 Agustus 2010
Mataholat
8.126
1.025
1.394
11
19 Agustus 2010
Udar
7.829
2.496
-
12
22 Agustus 2010
Mataholat
5.264
3.496
-
13
24 Agustus 2010
Udar
7.356
4.073
-
14
25 Agustus 2010
Mastur
2.543
999
-
76.713
32.930
Total
15.149
92
Lampiran 7 Hasil uji lanjut BNT ke 3 kapal purse seine mini terhadap trip hasil tangkapan. Anova: Single Factor SUMMARY Groups
Count
Sum
Average
Variance
Kel. Virus 400 M
14
18766
1340,429
184395
Kel. Mujur 350 M
14
15502
1107,286
106477,1
Kel. Dewo 300 M
14
13871
990,7857
118079,4
ANOVA Source of Variation
SS
df
MS
F hit
P-value
F tab
Between Groups
887497,2
2
443748,6
3,255265
0,049269
3,238096
Within Groups
5316371
39
136317,2
Total
6203868
41
Multiple Comparisons Hasil_Tangkapan_LSD 95% Confidence Interval (I) (J) Mean Panjang_Jaring Panjang_Jaring Difference (I-J) Std. Error 400 m
350 m 300 m
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
350 m
233.143
139.549
.103
-49.12
515.41
300 m
349.643*
139.549
.017
67.38
631.91
400 m
-233.143
139.549
.103
-515.41
49.12
300 m
116.500
139.549
.409
-165.76
398.76
400 m
-349.643*
139.549
.017
-631.91
-67.38
350 m
-116.500
139.549
.409
-398.76
165.76
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
93
Lampiran 8 Hasil uji lanjut BNT lama pelingkaran.jaring terhadap ukuran jaring
ke 3 kapal purse seine mini Anova : Single Factor SUMMARY Groups Panjang 400 m Panjang 350 m Panjang 300 m
Count 14 14 14
ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups
SS 106,4762 66,85714
Total
173,3333
Sum 174 140 120
df 2 39
Average 12,42857 10 8,571429
MS 53,2381 1,714286
F hit 31,05556
Variance 1,956044 1,692308 1,494505
P-value 8,55E-09
F tab 3,238096
41
Multiple Comparisons Waktu_Pelingkaran LSD (I) (J) Panjang Panjang Mean _Jaring _Jaring Difference (I-J) Std. Error 400 m
300 m
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
2.429
*
.495
.000
1.43
3.43
3.857
*
.495
.000
2.86
4.86
*
.495
.000
-3.43
-1.43
300 m
1.429*
.495
.006
.43
2.43
400 m
-3.857
*
.495
.000
-4.86
-2.86
-1.429
*
.495
.006
-2.43
-.43
350 m 300 m
350 m
95% Confidence Interval
400 m
350 m
-2.429
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.