REINTEK JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERAPAN
KAJIAN PENUNDAAN DIPERSIMPANGAN BERSINYAL DENGAN BUNDARAN Rosalina Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Lhokseumawe e-mail:
[email protected] Abstract Technology of signal traffic have expanded and become important element in pengontorolan of peaceful traffic efesien da. With giving opportunity to walk by change to various movement of traffic. Sinyal traffic Efektifitas intersection with and circle of desain complex geometric, will result cycle time and longer cycle length. Its consequence from the things result high postponement and low service storey;level. This research represent case study at intersection of Hour/Clock, Town of Lhokseumawe, a deviation with circle and sinyal. Intention of this Reached is to know the level of postponement of mean per vehicle because desisting (delay stopped) at traffic signal attached [at] pendekat / arm of dengn use Highway Capacity Manual ( HCM). And count the level of traffic mean delay part of braid at circle with degree of saturation equal to 0.8 delay that happened equal to 4.45 second pursuant to MKJI. From result of perhitungaan can be concluded by each signal at branch foot/feet operate on storey;level service of D (HCM), mean delay stopped denganbesar 21.75 second till 35.75 second vehicle of Words key: intersection, postponement, mount service
1.
Pendahuluan
Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan dan lalu lintas pada masing-masing kaki simpang secara bersama-sama dengan lalulintas lainnya. Oleh karena itu sering terjadi antrian yang panjang, salah satu penyebabnya adalah tidak sesuainya pengaturan waktu sinyal dengan jumlah pergerakan yang lewat dipersimpangan. Dengan demikian persimpangan adalah faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan pengaturan waktu sinyal yang efesien pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah perkotaan. Pada volume lalu lintas yang rendah, persimpangan tidak menimbulkan masalah. Tetapi dengan semakin berkembangnya lalulintas, timbul persoalan lalu lintas yang rumit, karena kapasitas persimpangan tidak mampu lagi melayani volume lalu lintas yang ada, akibatnya mulai timbul kemacetan lalu lintas.
36
Bundaran (roundabont) merupakan salah satu jenis pengendalian persimpangan yang umumnya dipergunakan penundaaan yang berlebihan dan dapat menurunkan kapasitas jalan. Dengan memperbaiki geometrik persimpangan dan pengendalian lalu lintas yang benar diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakan dan pada daerah perkotaan dan luar kota pada titik pertemuan antara beberapa ruas jalan dengan tingkat arus lalulintas sedang karena mempunyai tingkat kecelakan lalu lintas relatif rendah dibandingkan jenis persimpang bersinyal maupun tak bersinyal. Tingkat keselamatan dan efesiensi pemamfaatan persimpangan sangat bergantung pada keadaan geometris persimpangan dan cara pengendalian lalulintas. Dengan memperbaiki geometris persimpangan dan pengendalian lalu lintas yang benar, diharapkan dapat mencegah terjadinnya kecelakaan dan menjamin kelancaran lalu lintas.
REINTEK. Vol. 8, No.1.Tahun 2013. ISSN 1907-5030
Persimpangan Jam, Kota Lhokseumawe merupakan persimpangan bersinyal yang mengunakan bundaran sehinggga waktu sinyal tidak lagi efektif disebabkan, lalu lintas yang masuk ke persimpangan harus mengikuti pola alirannya tunggal dan jalinan bundaran. Karena tingginya arus lalu lintas, dan kompleknya desain geometric serta lamanya waktu melewati persimpangan akibat pola tadi mengakibatkan waktu sinyal dan panjang siklus yang lebih lama. Konsekwensinya mengakibatkan penundaan yang berlebihan dan tingkat pelayanan yang rendah. Besarnya penundaan merupakan salah satu ukuran efektifitas sinyal lalu lintas yang dominan, karena langsung dialami dan dirasakan oleh penggunana arus lalu lintas. Selanjutnya besarnya penundaan menentukan tingkat pelayanan dari sinyal lalu lintas tersebut. Oleh karena pada penelitian ingin melihat besarnya tundaan dan tingkat pelayanan akibat tundaan yang terjadi dilapangan karena pengaruh waktu sinyal pada masing-masing kaki persimpangan dan menghitung besarnya tundaan berdasarkan metode MKJI,jalinan jalan. 2. Tinjauan Pustaka Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah simpang yang dikendalikan oleh sinyal lalu lintas. Sinyal lalu lintas adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik, rambu dan marka jalan untuk mengarahkan atau memperingatkan pengemudi kendaraan bermotor, pengendara sepeda, atau pejalan kaki (Oglesby dan Hick, 1982). Pada persimpangan bersinyal, kesempatan melewati persimpangan diberikan secara bergiliran pada masing-masing arah pergerakan. Menurut Orcutt (1993), pada prinsipnya sinyal lalu lintas mengalokaksikan waktu secara bergantian untuk melakukan gerakan-gerakan lalu lintas yang saling konflik untuk menggunakan ruangan yang sama. Apabila
secara teknis dibenarkan dan didesain dengan tepat, pemasangan suatu sinyal lalu lintas bias menghasilkan satu atau lebih keuntungan-keuntungan sebagai berikut; 1. Menurunkan frekuensi tipe kecelakaan tertentu, 2. Melancarkan arus lalu lintas, 3. Memungkinkan arus menerus kendaraan (platoon) melalui koordinasi sinyalsinyal sepanjang suatu rute jalan, 4. Memungkinkan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki untuk melintas atau menyeberangi arus lalu lintas yang padat dan dapat mengatur lalu lintas secara lebih ekonomis disbanding dengan metode manual. Sebaliknya pemasangan sinyal lalu lintas yang tidak didukung analisa lalu lintas yang benar, dengan desain yang buruk dan dioperasikan secara tidak tepat atau tidak dipelihara dengan benar hal tersebut menyebabkan berupa peningkatan frekuensi kecelakaan, penundaan yang berlebihan, pelanggaran terhadap ramburambu lalu lintas dan beralihnya lalu lintas ke jalur alternative (Pline, 1992). Berlawanan dengan kepercayaan umum, sinyal lalu-lintas tidak selalu meningkatkan keamanan dan mengurangi kecepatan. Pengalaman menunjukkan bahwa walaupun pemasangan sinyal mungkin berakibat pada penurunan jumlah tabrakan siku-siku, tetapi di banyak kasus berakibat pada peningkatan frekuensi tabrakan belakang (Homburger, 1982) Lebih lanjut, pemasangan sinyal tidak hanya meningkatkan penundaan total, tetapi juga menurunkan kapsitas persimpangan. Persimpangan Sebidang Dengan pengaturan Bundaran (Rotary) Bundaran adalah persimpangan yang terdiri dari sebuah lingkaran pusat yang dikelilingi oleh jalan satu arah (Khisty dan Lall, 2003). Cabang-cabang jalannya mengarahkan lalu lintasnya untuk memutar kekiri. Semua konflik yang terjadi pada persimpangan biasa diubah menjadi konflik weaving (menyilang) pada
Kajian Penundaan Di Persimpangan Bersinyal Dengan Bundaran (Rosalina)
37
bundaran. Di Amerika Serikat, aturan yang berlaku adalah dengan mendahulukan lalu lintas dari sebelah kiri, berbeda dengan di Indonesia, lalu lintas di Amerika Serikat berjalan disisi sebelah kanan , sehingga lalu lintas dibundaran berputar ke kanan. Di Inggris da Australia, bundaran bukan merupakan prasarana yang dilengkapi dengan sinyal. Aturan yang berlaku adalah, lalu lintas yang memasuki bundaran harus member kesempatan pada lalu lintas yang berada di bundaran ( aturan yield at entry). Aturan ini disimbulkan dengan marka jalan berupa garis-garis melintang. Di Negara tersebut, persimpangan dengan bundaran dilaporkan mampu menurunkan kecelakan dan mampu menampung lalu lintas pada persimpangan utama di daerah perkotaan. Bundaran paling efektif digunakan untuk persimpangan antara jalan dengan ukuran dan tingkat arus yang sama , yaitu persimpangan antara jalan dua lajur atau empat lajur. Bundaran mempunyai keuntungan yaitu mengurangi kecepatan semua kendaraan yang berpotongan, dan membuat mereka berhati-hati terhadap resiko konflik dengan kendaraan lain (MKJI 1996)
Manual,2000). Kriteria table 1 berikut ini
Tabel 1. Kriteria Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal Tingkat Stopped delay Pelayanan per kendaraan (detik) A <=5.0 B 5.1 - 15.0 C 15.1 - 25.0 D 25.1 - 40.0 E 40.1 - 60.0 F > 60.0 HCM 2000 Besarnya penundaan karena berhenti ratarata tiap kendaraan pada suatu sinyal lalu lintas berdasarkan metode HCM, dihitung dengan persamaan sebagai berikut: ‘d = ( ∑Vs x I )/ Q ………….(1) Keterangan : ‘d
38
= penundaan rata-rata per kendaraan karena berhenti di suatu sinyal, detik perkendaraan
Tingkat Pelayanan dan penundaan Tingkat pelayanan adalah definisi dari ukuran kualitatif yang menjelaskan kondisi operasional dalam aliran lalu lintas dan persepsi dari pengendara atau penumpang.Tingkat pelayanan langsung berhubungan dengan nilai penundaan, dalam penentuan tingkat pelayanan, stopped delay rata-rata per kendaraan diukur untuk tiap kaki persimpangan. Tingkat Pelayanan suatu persimpangan bersinyal diukur dari penundaan yang terjadi. Penundaan merupakan ukuran efektifitas bagi sinyal lau-lintas karena merupakan ukuran bagi ketidak nyamanan pengemudi, rasa frustasi, konsumsi bahan bakar, dan kehilangan waktu perjalanan. Secara spesifik tingkat pelayanan dinyatakan dalam istilah average stopped delay (penundaan karena berhenti ratarata) untuk tiap kendaraan untuk periode analisa 15 menit (Highway Capacity
diberikan pada
∑Vs
= jumlah kendaraan yang berhenti selama periode pengamatan, kendaraan
I
= interval waktu pengamatan, detik
Q
= jumlah kendaraan total selama periode pengamatan Tundaan
Menurut MKJI (1996), tundaan didefinisikan sebagai waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati suatu simpang yang dibandingkan terhadap tanpa simpang yang dinyatakan dalam det/smp. Tundaan akan meningkat secara berarti dengan bertambahnya arus total, yaitu arus lalu lintas pada jalan utama dan jalan simpang. Tundaan pada bagian jalinan bundaran terjadi beberapa tundaan, yaitu :
REINTEK. Vol. 8, No.1.Tahun 2013. ISSN 1907-5030
1. Tundaan lalu-lintas pada bagian jalinan (DT) Tundaan lalu-lintas bagian jalinan adalah tundaan rata-rata lalu-lintas per kendaraan yang masuk ke bagian jalinan. Tundaan lalulintas ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan lalu-lintas dan derajat kejenuhan.
Grafik 1.Grafik Tundaan lalu-lintas bagian jalinan vs Derajat kejenuhan
2. Tundaan lalu-lintas bundaraan (DTR) Tundaan lalu-lintas bundaraan adalah tundaan rata-rata per kendaraan yang masuk kadalam bundaran. Dihitung dengan rumus:
DTR
Qi xDTi i 1, , , , , n ....( 2) Qmasuk
Keterangan: i = bagian jalinan i dalam bundaran n = jumlah bagian jalinan dalam bundaran
Qi = arus total pada bagian jalinan i (smp/jam) DTi = tundaan lalu-lintas rata-rata pada bagian jalinan i (det/smp) Qmasuk= jumlah arus yang masuk bundaran (smp/jam) 3. Tudaan Bundaran (DR) Tundaan bundaran adalah tundaan lalulintas rata-rata per kendaraan masuk bundaran dan dihitung dengan rumus: D R DTR 4 (det/smp) ..... (3)
Kajian Penundaan Di Persimpangan Bersinyal Dengan Bundaran (Rosalina)
39
3. Metode Penelitian
4. Hasil Dan Pembahasan
Pengumpulan data di lapangan dilakukan secara manual, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai arus lalu lintasyang melewati persimpangandari segala arah. Waktu pengamatan diambil berdasarkan jam sibuk dari data fluktuasi yang dilakukan Adi Suhendera (2011) untuk ruas jalan Merdeka Barat dan Merdeka Timur, dari grafik fluktuasi puncak harus terjadi pada hari Senin pada saat jam puncak pagi yaitu pukul 07.00-08.00 wib. Berdasarkan hal tersebut maka waktu pengumpulan data dilakukan berupa data primer diambil pada hari Senin pukul 07.00-08.00 wib. Adapun data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan bantuan peralatan berupa meteran untuk mengukur geometrik, hand tally count untuk menghitung volume dan stop watch untuk menghitung tundaan. Data untuk mengetahui besarnya penundaan pada persimpangan bersinyal berkaitan erat dengan Tingkat Pelayanan yang diberikan oleh sinyal lalu lintas. Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan besarnya penundaan karena berhenti ratarata perkendaraan di masing-masing kaki persimpangan. Pengamatan dilakukan dengan cara pengukuran penundaan langsung dilapangan. Besarnya penundaan karena berhenti rata-rata tiap kendaraan pada suatu sinyal lalu lintas dihitung dengan persamaan 1. Periode pengamatan untuk setiap sinyal adalah dengan interval waktu 15 menit. Periode pengamatan ini dibagi dalam interval waktu (i), selama 15 menit. Pencatatan arus lalu lintas dilakukan pada empat kaki simpang Pada tiap-tiap interval waktu ini dicatat jumlah kendaraan Vs yang berhenti. Volume total kendaraan untuk setiap persimpangan , yaitu kendaraan yang keluar pada masing-masing kaki persimpangan memasuki bundaran selama phase hijau. Data sinyal diperoleh dari pengamatan lapangan, diukur durasi dari masing-masingphase, interval dan waktu hijau pada tiap phase yang ada.
Persimpangan Jam, Kota Lhokseumawe ini mempunyai lebar jalan existing yang bervariasi menurut ruas jalan yang disesuaikan dengan arus lalu lintas yang dilewati oleh masing-masing kaki persimpangan. Persimpangan ini mempunyai empat kaki simpang, ke empat kaki simpang tersebut berupa jalan Merdeka Barat dan Merdeka Timur terdiri dari dua lajur satu arah 2 x 6.0 meter, median 2.0 meter dan trotoar 2.0 meter. Jalan Samudera degan lebar perkerasan 11.60 meter, tanpa median dan lebar trotoar 2.0 meter, Jalan Samudera Baru 12.20 meter tanpa median dan lebar trotoar 2.0 meter. Persimpangan Jam ini, selain dikontrol oleh sebuah bundaran, juga dikontrol oleh sinyal lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan yang terdiri dari tiga phase. Pada persimpangan ini tidak disediakan lajur khusus untuk kendaraan yang menuju jalan yang berada disebelah kiri sehingga lalu lintas harus berhenti pada saat lampu merah walaupun sebenarnya gerakannya tidak memotong lalu lintas yang lain. Jalan Merdeka Barat merupakan jalan utama menuju pusat kota, jalan Merdeka Timur juga merupakan jalan utama menuju ke luar kota. Pengaturan waktu sinyal diperlihatkan pada Tabel.1 dengan panjang waktu siklus 90 detik.
40
Tabel 1 Panjang Siklus dan pembagian periode per phase lampu lalu lintas Kaki Persimpangan
Waktu Siklus
Waktu Nyala (detik) Hijau
Kuning
Merah
All Red
(detik)
Simpang Jam Merdeka Barat Merdeka Timur Samudra Samudera Baru
REINTEK. Vol. 8, No.1.Tahun 2013. ISSN 1907-5030
36
3
48
3
90
25
3
59
3
90
18
3
66
3
90
Pada phase pertama, sinyal lalu lintas pada jalan Merdeka Barat berjalan pada phase hijau dan harus menjalin apabila menuju jalan Samudera Baru dan Merdeka Timur, Jalan Merdeka Timur phase kedua sedangkan jalan Samudera dan Samudera Baru adalah phase ketiga. Pada phase ke tiga ini, jalan Samudera dan jalan Samudera Baru berjalan bersamaan, titik konfik terjadi apabila arus lalu lintas dari jalan samudera menuju ke Merdeka Timur selain harus menjalin di bundaran juga harus tertunda akibat harus kendaraan jalan Samudera Baru menuju jalan Samudera dan Merdeka Barat. Tabel 2 dapat dilihat besarnya penundaan berhenti rata-rata kendaraan karena sinyal dan kriteria Tingkat Pelayanan pada masing-masing sinyal pada persimpangan Jam. Dapat kita lihat bahwa sinyal lalu lintas pada jalan utama dengan volume lalu lintas terbesar diantara jalan lainnya, terjadi penundaan yang tinggi 35.83 detik. Ditinjau Tingkat Pelayanannya kinerja sinyal lalu lintas tersebut termasuk dalam kriteria Tingkat Pelayanan D, yang mengidentifikasikan bahwa aliran lalu lintas yang tidak stabil. Arus lalu lintas beroperasi hanya pada lajur masingmasing, sehingga tidak ada kesempatan untuk mendalui. Persen waktu delay mencapai 75 persen, maksimum angka pelayanan 1800 kend /jam. Angka tersebut merupakan nilai tertinggi yang dapat dipertahankan tanpa kemacetan.
Pada Tabel 3 diperlihatkan besarnya waktu tunda akibat waktu sinyal yang ada, tundaan rata- rata terjadi sebesar 25.3 sampai 30.6 detik. Pada Simpang jam tundaan lalu lintas bagian jalinan pada bundaran adalah tundaan rata-rata lalu lintas perkendaraan yang masuk ke jalinan yang dihitung berdasarkan persamaan 2 dan 3, pada nilai derajat kejenuhan 0.80, tundaan yang terjadi sebesar 4.45 det/smp. Hasilnya lebih kecil atau mendekati 5.0 seperti yang disyaratkan MKJI berarti tundaan yang terjadi pada jalinan bundaran mendekati keadaan yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan terjadinya tundaan, berarti akan ,menambah waktu tempuh untuk melewati persimpangan sehingga akan menambah waktu siklus dan panjang waktu phase pada masing-masing kaki simpang. Arus lalu lintas pada jalan Merdeka Barat menuju ke pusat kota dengan arus lalu lintas yang tinggi menyebabkan terjadi tundaan Akibatnya terjadi kemacetan di dalam bundaran karena lalu lintas harus berhenti dan menanti sampai tersedia gap yang cukup untuk lewat. Hal ini terlihat walaupun persimpangan ini diatur dengan waktu sinyal dan bundaran tetapi pada jamjam sibuk terutama pagi hari selalu dibantu pengaturan dengan petugas satlantas yang berdiri pada persimpangan. Tabel 3 Hasil Analisis Perhitungan Tundaan Kaki persimpangan
Arus Lalu Lintas, Q (smp /jam)
Tundaan Lalu lintas DT
Tundaan Geometri DG
Tundaan Ratarata, D (det/smp)
Merdeka Barat Merdeka Timur Samudera Samudera Baru
1058
27,2
3,4
30,6
816
26,3
3,4
29,7
770 650
23,0 21,9
3,4 3,4
26,4 25,3
Tabel 2 Penundaan berhenti rata-rata dan Tingkat Pelayanan Sinyal lalu lintas Siny al No.
Kaki Persimpan gan
1.
Merdeka Barat Merdeka Timur Samudera Samudera Baru
2. 3. 3.
Penundaaan Rata-rata (detik/kendara an) 35.83
Tingkat Pelayan an
30.78
D
23.26 21.75
C C
D
Dilihat dari hasil tundaan diatas terlihat bahwa operasi pada setiap persimpangan selalu menjadi faktor penting didalam menentukan kinerja (performance) dan kemampuan dalam melayani arus lalu lintas yang melewatinya keseluruh jaringan
Kajian Penundaan Di Persimpangan Bersinyal Dengan Bundaran (Rosalina)
41
jalan. Untuk itu masalah pengendalian arus lalulintas di persimpangan menjadi amat penting. Suatu solusi yang baik akan dapat memperbaiki kinerja jaringan jalan secara keseluruhan. Selain permasalah tundaan diatas, tingkat arus kendaraan , gerakan belok kendaraan, gerakan pejalan kaki, serta angkutan umum yang sering menaikkan dan menurunkan penumpang di badan jalan akan menimbulkan kompleknya masalah pengendalian pada persimpangan. Oleh karenanya pada daerah persimpangan perlu diupayakan pengaturan dan pengendalian yang optimal dan efesien sehingga dapat mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan dan optimasi operasional persimpangan sehingga kapasitas persimpangan dapat tetap terjaga sesuai dengan yang direncanakan. Hal seperti diatas akan berpengaruh pada kinerja jalan, untuk itu perlu diadakan evaluasi agar manajemen persimpangan menjadi lebih baik Daftar Pustaka Anonim,1996, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jendral Bina Marga Indonesia-Departemen Pekerjaan Umum. Adi
42
Suhendera, 2011, Evaluasi Operasional Lalu Lintas Pada
Simpang Tak Bersinyal Kota Lhokseumawe.Tugas Akhir Program Studi DIV Perencanaan Jalan dan Jembatan, Politeknik Negeri Lhokseumawe. C.Jotin Khisty,B.Kent Lall,2005, Dasardasar Rekayasa Lalu lintas. Edisi I dan II, Jakarta. Orcutt,F.L.,Jr,1993, The traffic Signal Book, Precentice-Hall, Englewod Cliffs, New Jersey. TRB,1985, Highway Capacity Manual, Special Report 209, Traansportation Research Board, Washington,D.C. Homburger,W.S.,ed.,et.,al.,1962 Transportation and Traffic Engineering Handbook, 2 nd ed., Prentice-Hall,Englewood Cliffs,New Jersey. Pline,J.L.,ed.,1992,Traffic Engineering Handbook, 4 th ed., Institute of transportation engineer, PrenticeHall,Englewood Cliffs,New Jersey.
REINTEK. Vol. 8, No.1.Tahun 2013. ISSN 1907-5030