KAJIAN PENGERINGAN KEMOREAKSI DENGAN KALSIUM OKSIDA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP STRES DAN KERUSAKAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae
NOVELINA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
ABSTRAK NOVELINA. Kajian Pengeringan Kemoreaksi dengan Kalsium Oksida Serta Dampaknya terhadap Stres dan Kerusakan Kultur Saccharomyces cerevisiae. Dibawah bimbingan : Soewarno T. Soekarto, Betty Sri Laksmi Jenie, Susono Saono, dan Maggy T. Suhartono. Penelitian ini bertujuan menghasilkan kultur Saccharomyces cerevisiae kering yang mempunyai viabilitas tinggi. Proses pengeringan didasarkan pada reaksi kimia antara CaO dengan air yang menghasilkan panas, kemudian dimanfaatkan dalam proses pengeringan. Proses pengeringan terjadi pada suhu kamar dalam ruangan yang kedap udara dari luar, sehingga diharapkan kultur kering yang dihasilkan mempunyai viabilitas tinggi. Demikian pula dengan mengurangi faktor penyebab stres dan kerusakan sel selama penyimpanan, maka viabilitas kultur kering tetap terjaga. Parameter-parameter dalam penentuan stres dan kerusakan kultur kering adalah meliputi penentuan pola isotermi sorpsi kultur kering, penentuan pola stres dan kematian, perobahan morfologi dan mikrostruktur sel serta analisis kebocoran dan kerusakan sel. Hasil pengeringan menunjukkan faktor ketebalan lapisan dan rasio CaO yang digunakan akan mempengaruhi kecepatan laju pengeringan. Ketebalan lapisan krim khamir 1.3 mm dan penggunaan CaO sebanyak 10:1 (w/w) akan menurunkan kadar air dari 80 % (berat basah) menjadi 4.42 % (berat kering) dalam waktu 24 jam. Viabilitas kultur kering yang dihasilkan adalah 72 %. Hasil penentuan isotermi sorpsi air (ISA) dari kultur khamir kering pada RH (1197%), diperoleh kurva yang identik dengan pola ISA makanan kering, yaitu sigmoidal dan terdiri dari 3 area air terikat (primer, sekunder dan tersier). Di daerah air terikat primer (aw 0-0.25), kebanyakan dari sel kering dalam keadaan dorman. Sementara itu di daerah air terikat sekunder (aw 0.25-0.77), kebanyakan sel dalam keadaan stres, sedangkan pada daerah air terikat tersier (aw diatas 0.77) kebanyakan sel sudah mati. Pengamatan morfologi dan mikrostruktur dengan SEM dan TEM, mengungkapkan bentuk sel dari kultur segar adalah bulat telur dan mempunyai permukaan halus. Dinding sel bening dan menyatu dengan membran sitoplasma, serta inti sel terlihat jelas. Di daerah air terikat primer bentuk sel kering berubah dari bulat telur sampai bulat, dinding sel tebal dan padat, permukaan halus dan inti sel terlihat jelas. Di daerah air terikat sekunder, bentuk sel adalah bulat, permukaan keriput, dinding sel tipis dan rusak pada beberapa bagian, dan inti tidak jelas. Di daerah air terikat tersier, sel menempel satu sama lain dan, tidak berbentuk. Sebagian besar sel rusak, dan sel yang masih utuh sitoplasmanya berongga dan inti sel tidak terlihat. Analisa kerusakan dan kebocoran sel dilakukan terhadap tingkat daya hantar listrik, kadar protein, asam amino, nukleat dan nukleotida serta kadar ion K+ dan Ca++ dari sel khamir. Hasil analisa menunjukkan terjadi peningkatan kebocoran dan kerusakan sel akibat peningkatan kadar air dari kultur kering. Analisis daya hantar listrik menunjukkan total ion-ion yang dilepas sel yang rusak kedalam supernatan sel. Protein dan asam amino komponen utama penyusun sel. Nukleat dan nukleotida komponen dari inti. Sedangkan K+ dan Ca++ menunjukkan terjadi kebocoran pada dinding sel dan membran. Kerusakan ini akan mengurangi viabilitas kultur. Sebagai kesimpulan adalah kultur Saccharomyces cerevisiae dapat dikeringkan sampai kadar air 4.42 % (berat kering) dengan proses kemoreaksi menggunakan CaO dengan rasio 10 : 1 (w/w) dan ketebalan lapisan krim khamir 1.3 mm selama 24 jam. Viabilitas dapat bertahan selama 1 tahun di suhu ruang dengan mempertimbangkan tidak terjadi peningkatan kadar air melebihi titik kritis air terikat primer selama penyimpanan.
ABSTRACT NOVELINA. Study of Chemoreaction Drying with Calcium Oxide and Its Impact on the Stress and Damage of Saccharomyces cerevisiae Culture. Advisor : Soewarno T. Soekarto, Betty Sri Laksmi Jenie, Susono Saono and Maggy T. Suhartono The objective of the research was to study the parameters of the drying process and their effects on the viability of dried Saccharomyces cerevisiae culture. These parameters include the pattern of water isotherm sorption, the critical water contents, stress and mortality on a variety of bound water conditions, as well as morphological and micro-structural changes of damaged and leaked stressed cells. Layer thickness of the sample and high ratio used of calcium oxide speed up the drying process. Using a calcium oxide to sample ratio of 10:1 (w/w) for drying, 1.3 mm thickness of sample with 78-80% water content required 24 hours to dry to a final 4.42 % water content. The viability and cell content of the final product were 72% and 109 cells per g dried sample respectively. A sigmoid curve sorption isotherm pattern consist of 3 bound water regions of the dried yeast culture was similar to that of common dried foods. In the primary area most of the dried cells were dormant, in the secondary area the majority of the cells were under stress condition, while in the tertiary area a lot of them died. Likewise, the viability curve up to aw 0.2 was very low as due to high number of dormant cells, in between aw 0.2 - 0.6 sharply increased due to decreasing number of dormant cells, in between aw 0.6-0.75 sharply decreased due to increasing number of dying cells, and above 0.75 the cells was dying off to totally died. As shown by SEM observation, normal cells were oval-shaped with a smooth surface. In the primary region the dried cells showed and oval to round shape and small number of deformed cells, in the secondary region wrinkled surface and some number of deformed cells, while in the tertiary region the cells were sticky with wrinkled surface and most cells were damage. Meanwhile, TEM observation showed that the cells in the primary region had a well-defined, thick and solid cell wall with smooth surface with visible nuclei. In the secondary region the cells showed a wrinkled surface with less visible nuclei, while the wall was thin and cracked in some places. In the tertiary region the most number of cells were damaged, the remaining defined cells were flat, empty, irregular shape and no nuclei were visible. The increasing cell damaged was mainly due to the leaking out of cell or cytoplasm and the nuclear content through the damage cell wall. This was shown by increased electrical conductivity as well as the nucleic acid, nucleotide, protein and amino acids content of the cell-free supernatant from the culture. The Ca++ and K+ content of the cell mass decreased due to the leakage out of cell content. Sharp increase of K+ in secondary region of bound water was due to cell wall leakage, while high level of K+ in the tertiary region of bound water was due to high lysis of the cells with increased cell content damage.
Key words : Chemoreaction drying, calcium oxide, Saccharomyces cerevisiae, dried yeast culture, curve sorption isotherm, bond water region, dormant, cell stress, cell wall damage,
KAJIAN PENGERINGAN KEMOREAKSI DENGAN KALSIUM OKSIDA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP STRES DAN KERUSAKAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae
NOVELINA
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
Judul Disertasi : Kajian Pengeringan Kemoreaksi dengan Kalsium Oksida Serta Dampaknya Terhadap Stres dan Kerusakan Kultur Saccharomyces cerevisiae Nama
: Novelina
NIM
: 975039
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Soewarno T. Soekarto, MSc Ketua
Prof. Dr.Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS Anggota
Dr. Susono Saono, APU Anggota
Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Pangan
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS
Tanggal Lulus :
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto,MSc
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan selesainya penulisan disertasi yang berjudul : Kajian Pengeringan Kemoreaksi Dengan Kalsium Oksida dan Dampaknya Terhadap Stres dan Kerusakan Kultur Saccharomyces cerevisiae, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor di Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pasca Sarjana IPB. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam disertai penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Soewarno Tjokro Soekarto, MSc, sebagai ketua; ibu Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS; bapak Dr. Susono Saono, APU; dan ibu Prof. Dr. Maggy T. Suhartono sebagai anggota. Segala saran, petunjuk, perhatian bapak dan ibu sejak dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan disertasi ini telah memperkaya pengetahuan penulis pada umumnya dan bidang pangan pada khususnya. Terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Rizal Syarief, DSAE, sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, bapak Dr. Ir. Ridwan Tahir, MS dan ibu Wellyzar Syamsuridzal, Ph.D, sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka. Atas saran, komentar dan masukan yang diberikan, saya pahami sebagai bentuk lain dari pembimbingan menuju kesempurnaan disertasi ini. Terima kasih kepada orang tua Bapak Syafri Irsal, BA (Alm) dan ibu Halimah yang telah menghantarkan penulis untuk dapat menempuh pendidikan S3 ini, serta kepada adik-adik atas dukungan moril dan doa yang penulis terima. Kepada suami Ir. Rory Sutanto, MS, terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan selama menempuh pendidikan S3 ini. Kepada putri-putriku yang selalu menjadi semangat dalam semua kegiatan : Mirsa, Citra, Sinta, dan sikecil Raina yang hadir diakhir penyelesaian studi ini, terima kasih atas perhatian, dukungan kasih sayang, pengorbanan, dan doa yang selalu kalian berikan selama ini. Terima kasih kepada Rektor Universitas Andalas, Dekan Fakultas Pertanian Unand, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan Ketua Program
Studi Ilmu Pangan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 November 1957 di kota Padang, Sumatera Barat, merupakan anak ke empat dari sepuluh putra-putri bapak Syafri Irsal, BA (almarhum) dan ibu Halimah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri VIII Padang pada tahun 1971, sekolah menengah pertama di SMP Yos Sudarso Padang pada tahun 1974 dan sekolah menengah atas SMA Negeri I Padang pada tahun 1977. Pada tahun 1977 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang dan selesai pada tahun 1983. Pada tahun 1989 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang magister sains program studi Teknologi Pasca Panen, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 1993 dibawah bimbingan Prof. Dr. Soewarno Tjokro Soekarto, Prof. Dr. Ir. Wahjuddin Tjiptadi (almarhum) dan Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. Selanjutnya ada tahun 1997 penulis melanjutkan ke proram doktor pada program studi Ilmu Pangan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 1986 hingga sekarang bekerja sebagai staf pengajar pada jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
Sekolah Pascasarjana IPB atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada jenjang S3. Terima kasih pada BPPS Departemen Pendidikan Nasional atas dukungan pembiayaan selama masa studi. Terima kasih pada pimpinan dan staf laboratorium dilingkungan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fateta IPB, PAU Pangan dan Gizi IPB, PAU Bioteknologi IPB atas bantuan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian. Terima kasih pada pimpinan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta dan khususnya pimpinan dan staf laboratorium Mikroskop Elektron atas bantuan fasilitas, kepercayaan dan kesempatan yang diberikan dalam mempelajari persiapan sampel hingga penggunaan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Juga terima kasih pada pimpinan laboratorium Mikrobiologi dan laboratorium Mikroskop Elektron USNAMRU 2 Jakarta atas bantuan fasilitas dan kesempatan mempelajari TEM dan SEM. Terima kasih kepada bapak dan ibu teknisi yang telah banyak membantu selama berlangsungnya penelitian, khususnya bapak Mulyono, mbak Ari, mbak Vivi dan juga rekan-rekan IPN yang banyak memberi dukungan selama masa studi serta kepada semua pihak yang belum sempat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, dukungan dan perhatian bapak dan ibu yang penulis terima, mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Bogor, Juni 2005 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Proses Pengeringan ........................................................................... Pengeringan Kultur Mikroba ............................................................ Kultur Mikroba Kering ..................................................................... Stres Kering pada Mikroba ............................................................... Khamir Saccharomyces cerevisiae .................................................. Kesetimbangan Kadar Air dan Sorpsi Isotermi Air .........................
5 11 15 19 25 31
BAHAN DAN METODE ......................................................................... Tempat dan Waktu ........................................................................... Bahan dan Alat ................................................................................. Pelaksanaan Percobaan ..................................................................... Analisis dan Pengamatan ..................................................................
38 38 38 41 53
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Produksi kultur Saccharomyces cerevisiae .................................... Pengeringan Kemoreaksi dengan Kalsium Oksida .......................... Isotermi Sorpsi Air dan Pengaruh Bahan Pelindung ........................ Pola Stres dan Kematian Kultur Kering ........................................... Perubahan Morfologi dan Mikrostruktur Kultur Kering .................. Kebocoran Sel ..................................................................................
56 56 57 67 76 86 95
PEMBAHASAN UMUM ..........................................................................
109
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
115
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
117
LAMPIRAN ..............................................................................................
128
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Total impor khamir kering aktif, khamir kering tidak aktif dan otolisat khamir dari tahun 1998-2003 (BPS 1999 s/d 2004) ..............
31
2. Tahapan penelitian, tujuan dan hasil yang diharapkan dari setiap tahap penelitian ....................................................................................
44
3. Ringkasan percobaan dari setiap tahap penelitian ..............................
45
4. Beberapa jenis larutan garam jenuh dan nilai RH yang dihasilkan ....
49
5. Pengaruh tebal lapisan pengeringan terhadap kadar air akhir setelah pengeringan 48 jam dan viabilitas kultur kering yang dihasilkan ......
62
6. Pengauh rasio pemakaian CaO dan contoh yang dikeringkan terhadap kadar air akhir dan viabilitas kultur kering yang dihasilkan ..............
64
7. Karakteristik khamir kering aktif komersial dan hasil penelitian ........
66
8. Hasil perhitungan kadar air kesetimbangan kultur kering Saccharomyces cerevisiae pada berbagai pada berbagai nilai aw ........
68
9. Perhitungan air terikat primer pada kultur kering kamir dengan model BET .....................................................................................................
71
10. Perhitungan air terikat sekunder pada kultur kering kamir dengan model analisis logaritma .....................................................................
73
11. Hasil perhitungan air terikat primer, sekunder dan tersier dari kultur kering Saccharomyces cerevisiae ......................................................
75
12. Hasil pengamatan pertumbuhan kultur kering Saccharomyces cerevisiae pada berbagai nilai aw .........................................................
78
13. Hasil pengamatan terhadap daya hantar listrik, total ion K dan Ca serta senyawa protein dan asam nukleat yang dilepas dari sel khamir pada kondisi kadar air yang berkesetimbangan ...................................
96
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kurva pengeringan khamir secara mekanis dengan metode terowongan : Wk1, kandungan air terikat (%); Wp , kadar air khamir setelah pengeringan (%); periode I menunjukan perpindahan air bebas, periode II menunjukan perpindahan air terikat (Beker dan Rapoport 1987) ................................................ 2. Kesetimbangan kadar air khamir tanpa kemasan terhadap kelembaban relatif pada suhu ruang (Dobbs et al. 1982) ......................................... 3. Kebocoran dinding sel dan membran plasma S. cerevisiae akibat perlakuan detergen (Y-PER) pembesaran 12 000X (Nowicki dan Liermann, 2002) ........................................................... 4. Jumlah S. aureus yang tumbuh dari contoh makanan pada aw berbeda setelah 32 hari penyimpanan pada 21.7 0C (Soekarto, 1979).............. 5. Saccharomyce cerevisiae dengan askus berisi spora dewasa, SW adalah dinding spora, PrM adalah promembran dan N adalah inti (Anonymous, 2004a) ..................................................................... 6. A. Skema sel khamir (Van der Rest et al. 1995), B. struktur dinding dan membran sel khamir (Watson et al. 1987) .................................. 7. Struktur dinding dan membran sel bakteri, (a) Gram positif, (b) Gram negative, (c) lapisan peptidoglikan (Cano dan Calome, 1986) ........... 8. Peta stabilitas bahan makanan (Labuza et al. 1970)............................. 9. Klasifikasi kurva isotermi sorpsi air Labuza, 1984)............................. 10. Bentuk umum kurva ISA dengan tiga zona air terikat (Chaplin, 2004) .................................................................................... 11. Kontruksi lemari pengering kemoreaksi dengan 5 rak beserta bagian-bagiannya (Modifikasi Julianti, 2003)..................................... 12. Diagram alir produksi sel khamir ......................................................... 13. Diagram alir penelitian ........................................................................ 14. Diagram Alir pengeringan kemoreaksi ............................................... 15. Kurva pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae .................................. 16. Penurunan kadar air dari kultur khamir dengan tiga tingkat ketebalan selama pengeringan kemoreaksi. Lama pengeringan untuk mencapai kadar air 5 % pada ketebalan 1.3 mm adalah t1 dan ketebalan 2.6 adalah t2. ............................................................................................... 17. Isotermi sorpsi air kultur khamir kering (Saccharomyces cerevisiae) 18. Plot isotermi BET dari kurva isotermi air kltur kering khamir Saccharomyces cerevisiae ................................................................... 19. Bentuk linear dari isotermi sorpsi kultur kering khamir, terdiri dari air terikat sekunder dan tersier ............................................................ 20. Jumlah koloni(log N) kultur kering khamir pada daerah air terikat primer, sekunder dan tersier, setelah ditumbuhkan pada media PDA. 21. Pola stress dan kematian kultur kering Saccharomyces cerevisiae terhadap aw............................................................................................ 22. Kurva dorman dan kematian Saccharomyces cerevisiae .....................
6 19 21 22 24 27 28 34 35 37 40 43 46 47 56
56 69 71 73 79 81 81
23. Log jumlah stres (∆N) khamir kering pada kadar air kesetimbangan masing-masing daerah air terikat ........................................................ 24. Persentase stres khamir kering pada kadar air kesetimbangan masing-masing daerah air terikat ......................................................... 25. Perubahan morfologi sel dari kultur kering Saccharomyces cerevisiae pada masing-masing fraksi air, berturut-turut (A) kultur segar, (B) kultur kering pada fraksi air terikat primer, (C) pada air teikat sekunder, dan (D) pada air terikat tersier ............... 26. Dinding sel khamir yang pecah dan terbuka ........................................ 27. Perubahan mikrostruktur pada kultur kering S. cerevisiae (A) kultur segar, (B) kultur kering pada fraksi air terikat primer, (C) pada air teikat sekunder, dan (D) pada air terikat tersier .................................. 28. Penampakan ultra struktur sel kering Saccharomyces cerevisiae dengan TEM, pembesaran 145 000 kali. Keretakan membrane plasma (tanda panah) (Beker dan Rapoport, 1987) .......................... 29. Hubungan linear peningkatan daya hantar listrik dengan kadar air kesetimbangan dari kulutr kering khamir ........................................... 30. Hubungan daya hantar listrik dengan viabilitas kultur kering Saccharomyces cerevisiae .................................................................... 31. Pengaruh berbagai air terikat pada kultur kering Saccharomyces cerevisiae terhadap jumlah ion-ion K+dan Ca++ yang dilepas.............. 32. Hubungan jumlah ion-ion K+ dan Ca++ yang dilepas terhadap viabilitas kultur kering Saccharomyces cerevisiae ............................. 33. Pengaruh kondisi air terikat terhadap kebocoran material yang keluar dari sel yang bocor dan terdeteksi pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm spektrofotometer uv ........................................... 34. Hubungan viabilitas kultur kering Saccharomyces cerevisiae terhadap senyawa protein dan asam nukleat yang dilepas ..............
85 85
88 89 92 94 99 100 102 103 106 107
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pengaruh ketebalan lapisan pengeringan terhadap kadar air kultur Saccharomyces cerevisiae ...................................................... 2. Pengaruh penggunaan kapur Api (CaO) pada proses pengeringan kultur Saccharomyces cerevisiae dengan ketebalan lapisan 1.3 mm terhadap kadar air ................................................................. 3. Data hasil penimbangan kultur kering Saccharomyces cerevisiae setelah penyimpanan dalam desikator pada berbagai RH ................... 4. Data hasil penimbangan kultur kering Saccharomyces cerevisiae + 2% agar-agar setelah penyimpanan dalam desikator pada berbagai RH......................................................................................... 5. Data hasil penimbangan kultur kering Saccharomyces cerevisiae + 2 % CMC setelah penyimpanan dalam desikator pada berbagai RH ......................................................................................... 6. Total koloni kamir kering dari berbagai daerah air terikat, yang ditumbuhkan pada media PDA dan PDA + 7.5% NaCl...................... 7. Total koloni kamir kering + 2% agar-agar dari berbagai daerah air terikat, yang ditumbuhkan pada media PDA dan PDA + 7.5% NaCl 8. Total koloni kamir kering + 2% CMC dari berbagai daerah air terikat, yang ditumbuhkan pada media PDA dan PDA + 7.5% NaCl ............ 9. Data pengukuran daya hantar listrik (DHL) dari air rendaman sel yang bocor karena pengaruh berbagai aw ..................................... 10. Data hasil analisis K+ dan Ca++ yang tertinggal dari sel yang bocor karena pengaruh berbagai aw penyimpanan ............................ 11. Data absorbansi material yang keluar pada air rendaman sel yang bocor dan terdeteksi pada panjang gelombang 260 dan 280 spektrofotometer uv ............................................................................. 12. Penentuan air terikat primer dengan persamaan BET dari kurva sorpsi isotermi ..................................................................................... 13. Penentuan air terikat sekunder dengan persamaan logaritma kurva sorpsi isotermi ........................................................................... 14. Penentuan air terikat tersier dengan menggunakan persamaan polynomial kurva sorpsi isotermi pada ordo 2 ................................... 15. Penentuan air terikat tersier dengan menggunakan persamaan kuadrat 16. Komposisi kimia dari kapur api ........................................................ 17. Contoh perhitungan kadar protein dan asam nukleat berdasarkan Hukum Beer (Penner, 1994) ................................................................
129 129 130 131 132 133 134 135 136 136 137 138 139 140 141 142 143