DESALINASI MENGGUNAKAN MDC (MICROBIAL DESALINATION CELL) DENGAN KULTUR Saccharomyces cerevisiae Bagas Muhamad Kartiko*, Tania Surya Utami, dan Rita Arbianti Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *
e-mail:
[email protected]
Abstrak Proyeksi penurunan suplai air bersih perkapita terjadi akibat keterbatasan sumber dan kenaikan populasi manusia. Pemanfaatan air laut yang berlimpah dengan teknologi desalinasi yang ada saat ini masih membutuhkan energi yang besar. Penelitian ini akan memaparkan hasil pengujian teknologi desalinasi baru yang hemat energi. Microbial Fuel Cell (MFC), yang bekerja dengan reaksi redoks dan merubah kesetimbangan ion, direkayasa dalam penelitian ini untuk desalinasi. MFC direkayasa menjadi 3 ruang (anoda-garam-katoda) yang dibatasi AEM (Anion Exchange Membrane) dan CEM (Cation Exchange Membrane), yang dinamakan MDC (Microbial Desalination Cell). Variasi jumlah elektroda, rasio kultur dan substrat di chamber anoda serta pengujian kenaikan volume kultur dan substrat di chamber anoda diamati pengaruhnya terhadap performa desalinasi dan jumlah energi listrik yang dihasilkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan 3 pasang elektroda, rasio kultur dan substrat 2:3 dan penaikan volume kultur dan substrat 1,5 kali menghasilkan performa desalinasi terbaik dengan laju desalinasi 0,377 mmol/jam, salt removal 34,52%, dan power density rata-rata 2,26.10-2 W/m3. Kata Kunci : Desalinasi, Microbial Desalination Cell; Saccharomyces cerevisiae.
Abstract Declining projection of clean water supply percapita is caused by restrictiveness of water sources and rise of human population. Sea water utilization using current desalination technology still require huge amount of energy. This research provides new energy-saving desalination technology. Microbial fuel cell which work by redox reaction resulted in imbalance ion concentration among chambers is engineered for desalination application without external energy using 3 chambers (anoda-salt-cathode), named MDC (Microbial Desalination Cell). Number of electrodes, ratio of culture:substrate, volume progression of culture and substrate are evaluated in terms of desalination and electrical energy generating performance. This research show that MDC using 3 pairs of electrodes, culture and substrate’s ratio of 2:3, and culture and progression 1.5 times of culture and substrate’s volume, give best desalination performance by desalination rate 0.377 mmol/h, salt removal 34.52%, and average power density 2.26.10-2 W/m3. Keywords : Desalination; Microbial Desalination Cell; Saccharomyces cerevisiae.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
1. Pendahuluan Suplai rata-rata air bersih per kapita diprediksikan akan turun hingga sepertiga pada dua puluh tahun ke depan (Cao, et al., 2009). Oleh karena itu, teknologi produksi air bersih merupakan sebuah kebutuhan dan menjanjikan, baik untuk saat ini dan masa depan. Keberadaan air laut yang mencapai 97,5% dari jumlah seluruh air yang ada di bumi sangat berpotensi menjadi bahan baku air tawar. (US Geological Survey, 2013). Namun teknologi desalinasi yang ada saat ini masih membutuhkan energi yang besar. Reverse osmosis, teknologi desalinasi yang saat ini paling banyak diaplikasikan (59%) masih membutuhkan energi 0,5-2,5 kWh/m3 air tawar (Quteishat, 2009). Pendekatan proses desalinasi dari sisi biologis kini mulai dikembangkan karena berpotensi menyelesaikan masalah kebutuhan energi yang besar. Microbial Fuel Cell yang menghasilkan elektron dan proton di anoda membuat perubahan muatan di anoda dan katoda. Ketidakseimbangan muatan inilah yang menjadi dasar bisa dimanfaatkan untuk menjadi driving force proses desalinasi. Saccharomyces cerevisiae telah terbukti bisa memproduksi listrik pada unit MFC (Zahara, 2011). Dengan adanya potensi tersebut, penelitian ini akan merekayasa MFC untuk aplikasi desalinasi yang dinamakan MDC (Microbial Desalination Cell) menggunakan kultur Saccharomyces cerevisiae. 2. Tinjauan Teoritis Microbial fuel cell (MFC) merupakan sel bioelektrokimia yang mengkonversi energi biokimia menjadi menjadi energi listrik (Eliaz, 2011). Prinsip dasar operasi MFC adalah memanfaatkan mikroorganisme untuk menghasilkan energi listrik dengan cara mengkatalisis oksidasi senyawa organik sederhana seperti glukosa dan bahan senyawa organik kompleks dari substrat. MFC dual chamber terdiri atas chamber anoda dan katoda yang masing-masing memiliki elektroda dan dipisahkan CEM. Produksi listrik di MFC bergantung pada reaksi oksidasi-reduksi (Cao, et al., 2009). Pada anoda, substrat dioksidasi dengan bantuan aktifitas biokatalitik mikroorganisme menghasilkan elektron dan proton. Elektron dari anoda ditransfer melalui sirkuit eksternal ke katoda. Transfer elektron dari anoda ke katoda menghasilkan arus listrik yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pada katoda, reaksi yang terjadi adalah reduksi senyawa oksidator. Elektron yang ditransfer dari anoda melalui sirkuit eksternal dan proton yang berdifusi melalui CEM mereduksi senyawa oksidator sehingga menghasilkan senyawa tereduksi dan air (Barua & Deka, 2010) Prinsip
kerja
MDC
merupakan
pengembangan
MFC
yang
memanfaatkan
ketidaksetimbangan ion akibat reaksi redoks yang terjadi di anoda dan katoda. MDC
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
mempunyai tambahan chamber yang dipasang di antara CEM dan AEM dimana garam (NaCl) hadir dalam bentuk kation dan anion (Jacobson, et al., 2011).
Gambar 1 Ilustrasi Desalinasi di MDC (Sumber : Zhiyong, 2006)
Larutan yang akan didesalinasi berada di bagian chamber tengah yang dibatasi CEM dan AEM. Ketika arus dihasilkan oleh mikroorganisme di anoda, proton dikeluarkan ke chamber anoda. Spesi muatan positif dicegah meninggalkan anoda oleh AEM, sehingga terjadi kelebihan muatan positif di chamber anoda. Spesi bermuatan negatif berpindah dari chamber tengah, tempat larutan garam berada, menuju chamber anoda untuk menuju kesetimbangan muatan. Pada chamber katoda, agen oksidator yang reduksi menghasilkan anion, sehingga membuat chamber katoda kekurangan muatan positif. Dengan demikian, spesi muatan positif berpindah dari chamber tengah menuju chamber katoda (Cao, et al., 2009). Proses ini membuat larutan garam di chamber tengah kehilangan ion-ion garam sehingga terjadi desalinasi (Betts, 2009) 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses, Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia menggunakan reaktor MDC dengan volume chamber anoda, garam, dan katoda masing-masing sebesar 500, 250, dan 500 mL. Kultur Saccharomyces cerevisiae dibiakan terlebih dahulu selama 14 jam (pada fasa eksponensial berdasarkan pengujian pengukuran OD ) pada shaker incubator sebelum dimasukan ke chamber anoda.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Gambar 1 Susunan MDC
Konfigurasi awal MDC menggunakan 1 elektroda grafit dari batu baterai ukuran AA di anoda dan katoda. Chamber anoda terdiri atas 100 mL kultur Saccharomyces cerevisiae, 50 mL D-glukosa 0,1 M, 250 mL buffer pospat pH 5,8, dan 100 mL aquades. Chamber garam berisi 250 mL NaCl 30 g/L. Chamber katoda terdiri atas 250 mL KMnO4 0,1M dan 250 mL buffer pospat pH 7. Penelitian ini memvariasikan jumlah elektroda yang digunakan sebanyak 1, 2, dan 3 pasang. Hasil terbaik dari segi salt removal, laju desalinasi, dan power density dilakukan variasi rasio volume kultur dan substrat di chamber anoda sebesar 2:1 (konfigurasi awal); 1:1; 2:3. Variasi tersebut merupakan penambahan substrat pada volume kultur tetap dengan mengurangi volume aquades yang digunakan. MDC dengan konfigurasi rasio terbaik di uji coba kenaikan volume substrat dan kultur di chamber anoda sebesar 1; 1,5; dan 2 kali dengan mengurangi volume buffer yang digunakan. Arus listrik yang mengalir antara anoda dan katoda pada hambatan 10 Ohm diukur menggunakan multimeter. Konsentrasi NaCl yang didapat dari kalibrasi pengukuran konduktivitas diukur hingga jam operasi ke-120 (berdasarkan uji pengamatan perlambatan laju desalinasi). pH chamber anoda dan katoda diukur pada awal dan akhir proses desalinasi untuk menunjukan perpindahan ion yang terjadi. 4. Hasil 4.1 Variasi Elektroda
Gambar 3 Profil Konsentrasi NaCl pada Berbagai Jumlah Elektroda
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Gambar 4 Profil Produksi Arus pada Berbagai Jumlah Elektroda Tabel 1 Perbandingan Performa Penggunaan Jumlah Elektroda
Elektroda Laju Desalinasi (mol/jam) Salt Removal (%) Arus Maks (µA) Arus Rata Rata (µA) Power Density Max (W/m3) Power Density Rata-Rata (W/m3)
1 1,56.10-4 15,40 701,43 90,79 9,84.10-3 1,65.10-4
2 1,72.10-4 16,96 1233,33 505,16 3,04.10-2 5,10.10-3
3 1,77.10-4 17,46 1933,33 685,37 7,48.10-2 9,39.10-3
Gambar 3 menunjukkan konsentrasi NaCl pada berbagai variasi tidak terlalu berbeda jauh. Pada akhir proses, MDC yang menggunakan 1,2,3 elektroda, konsentrasi NaCl masingmasing adalah 25,34+0,14 ; 24,87+0,49 ; dan 24,72+0,28 gr/l. Performa desalinasi tersebut terjadi seiring dengan kenaikan produksi listrik yang dihasilkan. Gambar 4 menunjukkan MDC menggunakan 1, 2, dan 3 elektroda memiliki power density rata rata masing-masing sebesar 1,65x10-4, 5,10x10-3, dan 9,39x10-3W/m3. Hal ini menunjukkan penggunaan 2 dan 3 elektroda memberikan kenaikan power density masing-masing sebesar 2.996,16% dan 5.599,26%. Tabel 1 menunjukkan penggunaan 3 elektroda memberikan
kenaikan laju
desalinasi 13,37% dan perbedaan salt removal 2,06% dibandingkan MDC yang menggunakan 1 pasang elektroda.
Gambar 5 Perubahan pH pada Percobaan Variasi Jumlah Elektroda pada Chamber (a) Anoda (b) Katoda
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Selama proses desalinasi, pH di chamber anoda menunjukkan ketiga variasi elektroda mengalami penurunan pH yang sama sebesar 0,2. Sementara pH di chamber katoda mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,0; 0,0 dan 0;1 yang ditunjukkan Gambar 5a dan 5b.
4.2 Variasi Rasio Volume Kultur dan Substrat
Gambar 6 Profil Konsentrasi NaCl pada Berbagai Varasi Rasio Kultur:Substrat
Gambar 7 Profil Produksi Arus Listrik pada Berbagai Rasio Kultur:Substrat Tabel 2 Perbandingan Performa MDC pada Berbagai Rasio Kultur:Substrat
Rasio Laju desalinasi (mol/jam) Salt Removal (%) Arus Maks (µA) Arus Rata Rata (µA) Power Density Max (W/m3) Power Density Rata-Rata (W/m3)
2:1 1,75.10-4 16,25 1700,00 583,00 5,78.10-2 6,80.10-3
1:1 2,65.10-4 24,61 1800,00 649,10 6,48.10-2 8,43.10-3
2:3 3,29.10-4 30,49 1866,67 895,66 6,97.10-2 1,60.10-2
Gambar 6 menunjukkan pada awal desalinasi, jam ke-0 sampai dengan jam ke-25, laju desalinasi yang terjadi relatif sama. Setelah jam ke-25, MDC dengan rasio substrat kecil 2:1 dan 1:1 terjadi perlambatan laju desalinasi yang ditandai kemiringan yang berkurang. Sementara MDC dengan rasio 2:3 tidak mengalami penurunan laju desalinasi ditandai dengan kemiringan kurva yang tetap yang berarti proses desalinasi bisa berlangsung lebih cepat.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Gambar 6 menunjukkan pola yang sesuai dengan Gambar 7. Pada awal proses, listrik yang dihasilkan adalah yang paling besar dan semakin turun dari waktu ke waktu. Setelah jam ke25, MDC dengan rasio kultur:substrat 2:1 mengalami penurunan produksi arus listrik paling besar, diikuti MDC dengan rasio 1:1 Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan substrat 2 kali lipat (rasio1:1), dan 3 kali lipat (rasio 2:3) memberikan peningkatan, baik dari segi performa desalinasi maupun performa produksi listrik dibandingkan pada rasio awal, 2:1. Dalam aspek memproduksi energi listrik, rasio 1:1 dan 2:3 memberikan kenaikan power density rata-rata sebesar 23,96% dan 136,02% dibandingkan rasio 2:1. Sementara laju desalinasi mengalami kenaikan 51,47% dan 87,67% untuk rasio 1:1 dan 2:3. Hal itu sesuai dengan jumlah garam yang berhasil didesalinasi MDC yang mengalami kenaikan 8,36% dan 14,24%
Gambar 8 Perubahan pH pada Berbagai Variasi Rasio Kultur Substrat pada Chamber (a) Anoda (b) Katoda
pH di chamber anoda mengalami penurunan yang sementara pH di chamber katoda mengalami kenaikan seperti yang ditunjukkan Gambar 8a dan 8b. 4.3 Variasi Kenaikan Volume Kultur dan Substrat
Gambar 9 Profil Konsentrasi NaCl pada Berbagai Kenaikan Volume Kultur Dan Substrat
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Gambar 10 Profil Produksi Arus pada Berbagai Kenaikan Volume Kultur Dan Substrat Tabel 3 Perbandingan Performa MDC pada Berbagai Kenaikan Volume Kultur dan Substrat
KENAIKAN Laju desalinasi (mol/jam) Salt Removal (%) Arus Maks (µA) Arus Rata Rata (µA) Power Density Max (W/m3) Power Density Rata-Rata (W/m3)
1X 3,10.10-4 28,34 1900,00 878,70 7,22.10-2 1,54.10-2
1.5 X 3,77.10-4 34,52 2066,67 1062,77 8,54.10-2 2,26.10-2
2X 3,29.10-4 30,07 2266,67 832,92 1,03.10-1 1,39.10-2
Gambar 9 menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl di ketiga variasi hampir sama. Walaupun demikian MDC dengan volume anoda 1,5x dan 2x menunjukkan konsentrasi NaCl yang lebih rendah dibandingkan volume awal untuk semua waktu. Namun pada jam ke-96 hingga akhir proses terlihat bahwa grafik MDC kenaikan 2x cenderung mendatar. Hal ini menunjukkan bahwa laju desalinasi di kenaikan volume 2x mengalami perlambatan. Sementara Gambar 10 menunjukkan pada awal desalinasi, jam ke-0 sehingga ke-31, aktifitas mikrooganisme menghasilkan listrik sesuai dengan urutan kenaikan volumenya Namun, pada jam-jam selanjutnya, MDC dengan kenaikan volume 2x lipat justru mengalami penurunan produksi arus. Bahkan pada jam ke-48 hingga akhir proses, arus listrik yang dihasilkan justru lebih rendah dibandingkan kenaikan volume lainnya. Tabel 3 menunjukkan bahwa power density rata-rata pada kenaikan volume 1,5 kali mengalami kenaikan 46,29%, sementara pada kenaikan volume 2 kali mengalami penurunan 10,15%. Sementara laju desalinasi mengalami kenaikan 21,82% dan 6,10% untuk kenaikan volume 1,5 kali dan 2 kali. Salt removal mengalami kenaikan 6,18% dan 1,73% untuk kenaikan volume 1,5 kali dan 2 kali. Selama proses desalinasi terjadi perubahan pH yang beragam yang ditunjukkan Gambar 11. Pada kenaikan volume 1x, 1,5x, dan 2x, pH anoda mengalami penurunan sebesar 0,3; 0,4; dan 0,8 serta pH katoda mengalami kenaikan sebesar 0; 0,1; 0,1.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Gambar 11 Perubahan pH di Berbagai Kenaikan Volume Kultur dan Substrat pada Chamber (a) Anoda (b) Katoda
5. Pembahasan MDC terbukti memiliki potensi menjadi teknologi desalinasi hemat energi yang ditunjukkan dari performa desalinasi serta produksi energi listrik yang dihasilkan. Pada keseluruhan penelitian terlihat bahwa proses performa desalinasi berbanding lurus dengan aktifitas mikroorganisme di anoda yang ditunjukkan dari produksi listrik yang dihasilkan. Walaupun demikian, ada ketidaksesuaian setelah arus yang dihasilkan sudah tidak ada, 0 µA, desalinasi masih terjadi dengan laju yang lambat. Hal ini bisa terjadi kerena ion di chamber garam bisa berdifusi ke chamber anoda dan katoda walaupun tidak ada arus listrik yang mengalir. Hal ini juga dikemukakan oleh Luo dkk (2012) yang mengatakan difusi osmotik tersebut bisa terjadi akibat konduktivitas di chamber garam lebih tinggi dari pada anoda dan katoda, sehingga terjadi transfer ion secara pasif. Penurunan pH di chamber anoda membuktikan proses desalinasi yang terjadi akibat aktivitas Saccharmyces cerevisae. Penurunan pH chamber anoda terjadi akibat akumulasi proton yang dihasilkan aktifitas metabolisme sel (Jacobson, et al, 2011). Dimana ion H+ yang dihasilkan dan ion Cl- yang berdifusi ke anoda bergabung menjadi HCl yang membuat pH di anoda turun. Penurunan pH yang tidak terlalu besar, terjadi akibat adanya mekanisme buffer di anoda. Pada chamber katoda, teramati kenaikan pH akibat produksi ion OH- hasil reduksi ion MnO4- pada kondisi netral bertemu dengan ion Na+ yang berdifusi dari chamber garam KMnO4 àK+ + MnO4MnO4− + 2H2O + 3e− à MnO2 + 4OH− OH- + Na+ à NaOH Variasi elektroda menunjukan bahwa semakin banyak elektroda yang digunakan, semakin besar arus listrik yang dihasilkan yang. Hal ini dikarenakan, semakin banyak elektroda yang dipakai berarti semakin luas permukaan kontak Kenaikan power desnity ini juga menaikkan
jumlah elektron untuk mereduksi KMnO4 di katoda sehingga terbukti
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
menaikan laju desalinasi dan salt removal. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan 3 elektroda merupakan variasi terbaik, baik dari segi laju desalinasi (kenaikan 13,37%), maupun power density yang dihasilkan (kenaikan 5.599,26%). Variasi rasio kultur:substrat menunjukkan jumlah substrat berbanding lurus dengan aktifitas Saccharmoyces cerevisiae dalam memproduksi listrik. Pada MDC rasio 2:3 laju penurunan produksi arusnya relatif konstan yang terlihat dari gradien yang tetap. Hal ini disebabkan oleh jumlah substrat yang masih mencukupi kebutuhan metabolisme sel. Widdel (2010) mengatakan bahwa kekurangan nutrisi merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Mehanna dkk (2010) melaporkan hal yang berkaitan. Dalam penelitiannya yang berlangsung feed-batch, listrik maksimal selalu diperoleh di awal siklus, yaitu saat penambahan substrat. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa rasio kultur:substrat sebesar 2:3 memberikan performa paling maksimal dengan kenaikan untuk power density rata-rata, laju desalinasi, dan salt removal masing-masing sebesar 136,02%; 87,67%, dan 14,24% akibat paling terpenuhinya nutrisi mikroorganisme. Pada variasi kenaikan volume sebesar 2x terdapat fenomerna perlambatan laju desalinasi yang disebabkan oleh penurunan aktifitas mikroorganisme yang signifikan. Josten & Peeter (2010) dalam penelitiannya memaparkan bahwa pH paling optimum Saccharomyces cerevisiae adalah 5,4 - 6,0. Pada pH kurang dari 5,4 atau lebih dari 6,0 aktifitas metabolisme mengalami penurunan secara bertahap. Pada kenaikan 2x, pH anoda berubah dari 5,9 ke 5,1. Hal inilah yang membuat aktifitas mikroorganisme mengalami pernurunan karena lingkungan yang asam. Perubahan pH anoda pada kenaikan 2x yang besar ini cenderung disebabkan oleh tidaknya buffer seperti pada kenaikan1x dan 1,5x. Dari segi performa, MDC dengan kenaikan volume 1,5 x memberikan hasil terbaik. Laju desalinasi mengalami kenaikan 21,82%. Salt removal mengalami kenaikan 6,18% Power density rata-rata pada kenaikan volume 1,5 kali mengalami kenaikan 46,29%. 6. Kesimpulan MDC dengan kultur Sachharomyces cerevisiae terbukti memiliki performa desalinasi dengan salt removal mencapai 34,52% tanpa membutuhkan sumber listrik atau termal, sekaligus menghasilkan menghasilkan energi listrik dengan power density rata-rata mencapai 2,26x10-2 W/m3. Variasi penggunaan 3 pasang elektroda merupakan variasi terbaik pada penelitian ini dengan kenaikan laju desalinasi sebesar 13,37% dan salt removal sebesar 2,06% dibandingkan penggunaan 1 pasang elektroda. Variasi rasio volume kultur Sachharomyces cerevisiae terhadap glukosa sebesar 2:3 merupakan variasi terbaik pada
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
percobaan ini dengan kenaikan laju desalinasi sebesar 87,67% dan salt removal sebesar 14,24% dibandingkan penggunaan variasi rasio volume 2:1. Variasi kenaikan volume kultur Sachharomyces cerevisiae dan glukosa di chamber anoda sebanyak 1,5 kali merupakan variasi terbaik pada penelitian ini dengan kenaikan laju desalinasi sebesar 21,82% dan salt removal sebesar 6,18% dibandingkan kenaikan 1 kali. 7. Saran Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menaikkan lagi performa MDC dengan menggunakan reaktor MDC dengan desain rasio volume chamber anoda dan katoda dibanding volume chamber garam lebih dari 2:1. Sehingga bisa didapatkan penurunan kadar garam yang lebih besar pada laju desalinasi yang sama. Menggunakan alat pengukuran arus dan konduktivitas yang memiliki kemampuan auto record agar didapatkan data pada selang waktu yang lebih rapat sehingga meningkatkan kevalidan hasil penelitian.
Daftar Rujukan: Barua, P. K., & Deka, D. (2010). Electricity Generation from Biowaste Based Microbial Fuel Cells. International Journal of Energy, Information and Communications vol 1, 77-92. Betts, K. (2009). Using microbes and wastewater to desalinate water. Environmental Science and Technology, 6895. Cao, X., Huang, X., Liang, P., Xiao, K., Zhou, Y., Zangg, X., et al. (2009). A New Method for Water Desalination Using Microbial Desalination Cell. Environmental Science Technology 43, 7148-7152. Eliaz, N. (2011). Applications of Electrochemistry and Nanotechnology in Biology and Medicine In Biology and Medicine. London: Springer. Jacobson, K. S., Drew, D. M., & He, Z. (2011). Efficient salt removal in a continuously operated upflow microbial Desalination cell with an air cathode. Bioresource Technology 102, 376-380. Joosten, M., & Peeter, M. (2010). east and fermentation: the optimal pH level. Netherlands: Philips van Horne sg. Weert,. Luo, H., Xu, P., Roane, T. M., Jenkins, P. E., & Ren, Z. (2012). Microbial desalination cells for improved performance in wastewater treatment, electricity production, and desalination. Bioresource Technology 105, 60-66. Mehanna, M., Kiely, P. D., Call, D. F., & Logan, B. E. (2010). Microbial Electrodialysis Cell for Simultaneous Water Desalination and Hydrogen Gas Production. Environmental Science Technology, 9578–9583. Quteishat, K. (2009). Energi for Desalination. Stockholm: Stockholm Water Week Presentation.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013
Widdel , F. (2010, June). Theory and Measurement of Bacterial Growth. Retrieved April 2012, from Max Planck Institut fur Marine Mikrobiologie: http://www.mpibremen.de/Binaries/Binary13037/Wachstumsversuch.pdf Zahara, N. C. (2011). Pemanfaatan Saccharomyces cerevisiae dalam sistem MFC untuk produksi listrik. Depok: FTUI.
Desalinasi Menggunakan..., Bagas Muhamad Kartiko, FT UI, 2013