KAJIAN PENGELOLAAN AGROFORESTRI DAN MANFAATNYA DALAM KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI GUNUNG MANANGGEL, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR
.
GILANG EMBANG PUTRA PRATAMA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
KAJIAN PENGELOLAAN AGROFORESTRI DAN MANFAATNYA DALAM KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI GUNUNG MANANGGEL, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR .
SKRIPSI
GILANG EMBANG PUTRA PRATAMA E34104090
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Gilang Embang Putra Pratama E34104090. Kajian Pengelolaan Agroforestri dan Manfaatnya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pembimbing : Haryanto Raharjo Putro. Keberadaan kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah yakni IUPHHK ataupun kawasan pelestarian alam tidak mampu menyejahterakan masyarakat sekitarnya. Deforestasi terjadi di kawasan hutan alam itu yang cepat atau lambat akan membawa hutan alam ke titik dimana tidak mampu lagi memasok kebutuhan kayu. Hasil hutan non-kayu merupakan hasil utama dari agroforest-agroforest di Indonesia sedangkan hasil hutan kayu merupakan hasil sampingannya. Meskipun demikian keberadaan agroforest milik masyarakat lebih dapat menyejahterakan masyarakat dan diperkirakan agroforest ini adalah jawaban kelak ketika hutan alam tak mampu lagi memasok kebutuhan kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui pola pengelolaan agroforest serta manfaatnya bagi masyarakat dan konservasi keanekaragaman hayati. Penelitian ini dilakukan di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Mulai Oktober 2009 hingga November 2010. Metode yang digunakan yaitu wawancara dan pengamatan berperan serta terhadap masyarakat sekitar kawasan serta Pengamatan satwa liar dan analisis vegetasi (kuantitatif) menggunakan metode petak tunggal dan pembuatan diagram profil. Kawasan Gunung Mananggel merupakan kawasan terbuka hijau yang terdiri dari mosaik-mosaik beberapa tipe agroforest yang setidaknya memiliki dua strata. Lahan di kawasan gunung mananggel ini dikelola oleh petani dengan menggunakan sistem agroforestri. Terdapat setidaknya tiga tipe agroforest yang bersiklus dan tidak dapat dibedakan secara tegas. Tipe-tipe agroforest itu adalah agroforest durian, agroforest karet dan agroforest campuran. Manfaat Kawasan ini bagi masyarakat ialah sebagai sumber penghasilan utama bagi para petani, sebagai sumber kayubakar, sebagai pemasok kayu, sebagai sumber sayuran dan bahan makanan lain. Kawasan Gunung Mananggel memiliki peranan terhadap konservasi sumberdaya alam yaitu Sebagai daerah resapan air dan Sebagai habitat berbagai jenis satwaliar. Di Kawasan ini terdapat lebih dari 39 spesies avifauna dari hasil pengamatan langsung, dua spesies primata dan dua spesies mamalia lainnya. Kata Kunci: agroforestri, Gunung Mananggel, durian
SUMMARY Gilang Embang Putra Pratama E34104090. Study Of Agroforestry management and its benefits to biodiversity conservation in Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Under supervision : Haryanto Raharjo Putro. Presence of forest area which setted by government such as IUPHHK and nature reserve area are unable giving welfare to surrounding comunities. Deforestation is occur in that forested area which sooner or later will bringg the forest area to the point where unable to supply the wood demand. Non timber forest product is main product of agroforests in indonesia whereas timber forest product is the secondary product. Even so existence of community-owned agroforest more able giving walfare to the community and agroforest was estimated as an answer where the nature forest unable to supply the wood demand. Purpose of this research is to know the scheme of agroforest management and its benefits for community and biodiversity conservation. Research was held in Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, West Java. Start by October 2009 till November 2010. Method that used was interviewing people arround the area and participative observation. the biodiversity research using vegetation analitic and making diagram profil of vegetation. Gunung Mananggel forested area consist of mosaics of few type of agroforest which at least consist of two canopy level. land of this area managed by farmers using agroforestry system. At least three types cyclical agroforest which indistinguishable exactly. that were durian agroforest, rubber plant agroforest and mixed agroforest. The benefit of this area to people especiallu farmers as a main source of livelihood such as source of fuelwood, woods supply, source of vegetables and complementary foods. Gunung Mananggel area has role to nature resource conservation as water catchment area and wildlife area. there are more than 39 species avifauna, two species primate and two another mammals. Key Words : agroforestry, Gunung Mananggel, durian
KAJIAN PENGELOLAAN AGROFORESTRI DAN MANFAATNYA DALAM KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI GUNUNG MANANGGEL, KECAMATAN MANDE, KABUPATEN CIANJUR .
GILANG EMBANG PUTRA PRATAMA E34104090
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Kajian Pengelolaan Agroforestri Dan Manfaatnya Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Nama
: Gilang Embang Putra Pratama
NRP
: E34104090
Departemen
: Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Menyetujui, Pembimbing
( Ir. Haryanto R. Putro, MSc ) NIP. 19600928 1985 03 1 004
Judul Skripsi : Kajian Pengelolaan Agroforestri Dan Manfaatnya Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur Nama
: Gilang Embang Putra Pratama
NRP
: E34104090
Departemen
: Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Menyetujui, Pembimbing
( Ir. Haryanto R. Putro, MSc ) NIP. 19600928 1985 03 1 004
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
( Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr ) NIP. 131578788
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pengelolaan Agroforest dan Manfaatnya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur adalah benar-benar hasil saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011 Gilang Embang Putra Pratama E34104090
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 9 Oktober 1985. Anak satu-satunya dari pasangan Bapak Donny Herlando (Alm) dan Ida Farida. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMUN 1 Cianjur dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam IPB (LAWALATA-IPB) dan menjadi pengurus dan penghuni asrama Sylvasari (2005-2010) yang kini telah dialih fungsikan. Kegiatan yang pernah penulis lakukan selama menjadi mahasiswa IPB antara lain Studi Karakteristik Sosial Ekonomi dan Monitoring Biodiversitas di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara (2005); Ciremai Mount Biodiversity Explore and Groundcheck
(2005); Kajian Bio-ekologi Rafflesia
rochusenii, Gunung Salak, Bogor (2006); Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) Getas-Cilacap (2006); Ekspedisi Gunung Kerinci dan Kajian Orang Rimba, Jambi (2006); Rinjani Mountain Bike Tour (2008); Penelusuran Goa Leang Pute (2009); Sepeda Lintas Teluk Bone, Pulau Muna dan Buton (2009); Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) di Kalimantan Tengah dan Jambi (2010) dan Ekspedisi Leuser Lawalata-IPB (2010). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Kajian Pengelolaan Agroforest dan Manfaatnya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur” di bawah bimbingan Ir. Haryanto R. Putro, Ms.
KATA PENGANTAR Agroforestri merupakan ilmu yang relatif baru dalam dunia kehutanan. Agroforestri menjadi mencuat ketika kita sadar bahwa pengelolaan hutan di dunia ini membawa hutan berada pada kondisi kritis ketika laju kepunahan spesies sangat tinggi begitupun laju degradasi hutan dan lingkungan. Agroforestri kini diketahui merupakan bentuk pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan bersifat lokal. Banyak spesies pohon ditanam di lahan agroforest ini. Banyak contoh lahan agroforest sulit dibedakan dengan hutan alam. Agroforestri diperkirakan dapat menjawab persoalan degradasi hutan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya yang saat ini sangat terasa padahal bentuk pengelolaan ini dipraktekkan oleh nenek moyang kita beratus-ratus tahun yang lalu. Kini
pengkajian terhadap agroforestri banyak mengungkapkan bahwa
bentuk pengelolaan ini berkelanjutan. Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan
suatu
bentuk
pengelolaan lokal dan berbagai manfaatnya, dalam hal ini di Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur sehingga pemerintah dan para pemangku kepentingan disana dapat ikut mendorong bentuk pengelolaan ini demi terciptanya “leuweung hejo masyarakat ngejo” yang artinya hutan hijau dan masyarakat bisa makan. Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Haryanto, Ms sebagai dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu. Penulis sadar bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan namun meskipun demikian tersimpan harapan skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi dunia kehutanan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk ke arah yabg lebih baik. Bogor, Januari 2011 Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 1. Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. 2. Ir. Haryanto R. Putro selaku pembimbing atas saran, nasehat dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Mas Bowie (Wibowo A. Djatmiko) atas saran dan masukannya. 4. Saudaraku Anggi Putra P atas partisipasinya dalam pengamatan burung. 5. Cita A. Ashadi yang selalu memberikan motivasi dan waktunya. 6. Saudara seperjuangan Yogi, Husein dan Sulfan atas motivasinya. 7. Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam (LAWALATA-IPB) yang telah menghadirkan semangat dan impian dalam hidup yang singkat ini. 8. Asrama Sylvasari yang memberikan kilau warna persaudaraan dan kesederhanaan. 9. Rekan-rekan seprofesi KSHE’41. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
ii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Tujuan Penelitian ....................................................................
1 1 2
II
TINJUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1. Sejarah ekstraksi Sumberdaya Hutan...................................... 2.2. Hutan Rakyat .......................................................................... 2.3. Agroforestri ............................................................................. 2.3.1. Sistem agroforestri : Sederhana dan kompleks ........... 2.3.2. Komponen Agroforest .................................................. 2.3.3. Pengaturan komponen agroforest ................................ 2.3.4. Fungsi ekonomi agroforestri........................................ 2.4. Keanekaragaman burung terkait dengan populasi manusia dan penggunaan lahan sekarang ...............................................
3 3 4 5 7 8 9 9
III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 3.1. Tempat dan waktu penelitian .................................................. 3.2. Obyek penelitian ..................................................................... 3.3. Batasan Penelitian ................................................................... 3.4. Pengumpulan data .................................................................. 3.4.1. Jenis data .................................................................... 3.4.2. Metode pengumpulan data ..........................................
11 11 11 11 11 11 12
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 4.1 Istilah dan batasan ................................................................... 4.2 Karakteristik Agroforest ......................................................... 4.2.1. Karakteristik umum lokasi Agroforest........................ 4.2.2. Karakteristik umum vegetasi Agroforest .................... 4.3. Struktur dan komposisi Vegetasi Kebun................................. 4.3.1. vegetasi durian-pisang ................................................ 4.3.2. Vegetasi karet.............................................................. 4.3.3. Vegetasi agroforest campuran ..................................... 4.3.4. Dominasi durian .......................................................... 4.4. Pengelolaan agroforest ............................................................ 4.4.1. Konsep pengelolaan .................................................... 4.4.2. Dinamika pengelolaan agroforest ............................... 4.4.3. Bentuk keberlanjutan dalam pengelolaan agroforest .. 4.4.4. Aset ekonomi baru dari agroforest .............................. 4.4.5. Urusan uang yang berkaitan dengan agroforest .......... 4.5. Klasifikasi pengelolaan agroforest .......................................... 4.5.1. Agroforest durian ........................................................ 4.5.2. Agroforest karet ..........................................................
13 13 14 14 17 19 19 20 21 21 22 23 23 24 25 25 26 26 31
10
iii
4.5.3. Agroforest campuran .................................................. 4.6. Pola pengelolaan Agroforest dikawasan Gunung Mananggel sebagai kawasan agroforest milik masyarakat ........................ 4.7. Teknik Budidaya ..................................................................... 4.7.1. Penyiapan lahan dan penanaman ................................ 4.7.2. Penebangan ................................................................. 4.7.3. Pemeliharaan ............................................................... 4.7.4. Penyemprotan pestisida dan pemupukan .................... 4.7.5. Perkembangan bentuk dan konversi agroforest .......... 4.8. Nilai dan manfaat agroforest ................................................... 4.8.1. Agroforest sebagai sumber kayubakar ........................ 4.8.2. Agroforest sebagai penghasil kayu ............................. 4.8.3. Agroforest sebagai sumber sayuran dan bahan makanan lain ............................................................... 4.9. Keberadaan agroforest ditinjau dari aspek konservasi ............ 4.9.1. Agroforest sumber keanekaragaman jenis pohon ....... 4.9.2. Agroforest sebagai hábitat satwaliar ........................... 4.9.3. Agroforest sebagai penjaga sistem hidrologi
33
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 5.1. Kesimpulan. ............................................................................ 5.2. Saran…………. ......................................................................
51 51 51
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
52
LAMPIRAN.............................................................................................
55
V
33 35 35 36 38 38 39 40 43 44 45 45 45 46
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Penghasilan agroforest .....................................................................
2.
Potensi agroforest sebagai penghasil kayu di Kecamatan Mande pada tahun 2009 ...............................................................................
15
44
v
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
LokasiGunung Mananggel ...............................................................
15
2.
Transek Agroforest di Gunung Mananggel .....................................
16
3.
Profil Vegetasi Agroforest Durian-Pisang .......................................
20
4.
Profil Vegetasi Agroforest Karet .....................................................
20
5.
Profil Vegetasi Agroforest Campuran..............................................
21
6.
Dominasi Durian…… ......................................................................
21
7.
Tegakan Durian……… ....................................................................
27
8.
Pemasaran Durian……. ...................................................................
29
9.
Petani Menyadap Karet di Agroforest Karet....................................
31
10.
Siklus Pengelolaan….. .....................................................................
35
11.
Lahan yang Sudah Disiapkan, Baru Ditanami sengon dan Pisang ..
36
12.
Seseorang yang Hendak Menyarad Kayu yang Baru Dibuat Balok
37
13.
Penghasilan Tiga Jenis Kebun/Agroforest .......................................
42
14.
Kurva Keragaman Avifauna ............................................................
47
15.
Gambar Penyebaran Relung Habitat Burung di Gunung Mananggel........................................................................................
47
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Kuesioner Wawancara ....................................................................
54
2.
Catatan Lapang………. ...................................................................
56
3.
Daftar Nama-Nama Pohon ...............................................................
62
4.
Pengamatan Burung ......................................................................
63
5.
Wawancara Mengenai Jenis Burung ................................................
66
vii
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman yang memadukan pohon dengan tanaman pertanian (palawija), peternakan atau perikanan di dalam atau di luar kawasan hutan, merupakan bentuk pola tanam yang sudah dipraktikkan oleh manusia di muka bumi ini sejak jaman dahulu, pola tanaman agroforestri pada dasarnya dipraktikkan untuk satu tujuan, yakni efisiensi penggunaan lahan, dimana dari sebidang lahan bisa dihasilkan berbagai produk yang bernilai ekonomi. Agroforestri yang ada dewasa ini, merupakan hasil dari pilihan petani dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka secara langsung maupun untuk dijual sebagai penghasilan dengan melakukan pengaturan pemulihan sumber daya hutan yang dibentuk berdasarkan sistem pengetahuan dan tradisi hutan setempat, dan dikelola menggunakan teknik-teknik dan praktik-praktik terpadu yang sederhana. Kebijakan kehutanan sekarang ini memiliki dua sisi berbeda. Disatu sisi IUPHHK sebagai pemasok kebutuhan kayu yang menguntungkan pemilik modal merupakan penyebab deforestasi yang sangat tinggi di negara ini dan disisi lain penetapan kawasan pelestarian alam yang ditetapkan oleh negara mengakibatkan larangan bagi masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan sumberdaya hutan tanpa memberikan alternatif. Keberadaan keduanya tak mampu menyejahterakan masyarakat sekitar. Deforestasi yang sangat besar terjadi di kawasan hutan alam di seluruh Indonesia. Deforestasi ini cepat atau lambat akan membawa hutan alam ke titik dimana tidak mampu lagi memasok kebutuhan kayu. Hasil hutan non-kayu merupakan hasil utama dari agroforest-agroforest di Indonesia sedangkan hasil hutan kayu merupakan hasil sampingannya. Meskipun demikian diperkirakan agroforest milik masyarakat ini adalah jawaban kelak ketika hutan alam tak mampu lagi memasok kebutuhan kayu. Gunung
Mananggel
merupakan
potret
praktik
Agroforestri
oleh
masyarakat yang tidak jauh dari perkotaan di Cianjur. Petani setempat masih mempertahankan
agroforest-agroforest
mereka
sebagai
sumber
mata
pencahariannya. Kawasan ini terletak hanya beberapa kilometer dari pusat kota Cianjur. Kawasan ini merupakan kawasan terbuka hijau yang memiliki bentang
1
alam berbukit sehingga memiliki peran ekologi yang sangat penting selain sebagai penjaga sistem tata air juga sebagai kantung habitat satwa liar. Penelitian ini merupakan suatu pendekatan sosial, ekonomi, dan ekologi dalam mempelajari pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan oleh masyarakat sekitar serta manfaat kawasan tersebut dalam aspek konservasi sumberdaya alam. Untuk lebih jauhnya penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan kebijakan
dalam
pengelolaan
agroforest
demi
tercapainya
peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. 1.2. Tujuan 1. Mengetahui pola pengelolaan agroforest masyarakat sekitar Gunung Mananggel. 2. Mengetahui nilai manfaat agroforestri yang dipraktikan serta apa yang membuat masyarakat mempertahankan pola tersebut. 3. Mengetahui manfaat agroforestri dalam aspek konservasi sumberdaya alam di lokasi penelitian.
2
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Ekstraksi Sumberdaya Hutan Sejarah ekstraksi sumberdaya hutan telah berumur sama tuanya dengan usia peradaban umat manusia. Keberadaan sumberdaya hutan beserta seluruh isinya baik dalam bentuk flora, fauna serta potensi abiotik lainnya hampir tidak pernah dapat dipisahkan dari siklus hidup dan kehidupan seluruh kelompok komunitas di setiap bagian ekosistem di muka bumi. Tahapan perkembangan kehidupan umat manusia mulai dari yang paling primitif, berburu-meramu (hunter gatherer), berladang berpindah (shifting cultivation), bertani menetap (peasant community) hingga mencapai kemajuan sebagai masyarakat industrial modern (modern community) tidak pernah terlepas dari peran dan keberadaan sumberdaya hutan. Pendek kata, sumberdaya telah menjadi salah satu penopang sistem ekonomi, ekologi, dan sosial bahkan religiusitas bagi kelangsungan hidup umat manusia secara lintas generasi (Nugraha, et.al, 2007). Ketika Kompeni mendarat di Jayakarta pada tahun 1602 dan mencari sumber-sumber alam yang dapat mereka perdagangkan, mereka menemukan hutan yang dikelola masyarakat di Bacasie (Bekasi) sekitar Jayakarta yang mempergunakan kayu bakar untuk menjalankan industri yang memproduksi gula, arak, tong kayu, dan lain-lain. Mereka juga menemukan kayu jati di sepanjang pantai Karawang, Purwakarta ke timur, kemudian memperluas cakupan kekuasaannya ke Jawa Tengah dan Timur dan mencari untuk digunakan sebagai bahan bangunan, bahan membuat kapal dan untuk diperdagangkan ke Eropa (Djajapertjunda, 2000) . Di dalam buku sejarah digambarkan bahwa hutan-hutan di pulau Jawa sudah sejak berabad-abad berperan penting bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saja, tapi juga sebagai sumberdaya alam yang mengandung nilai ekonomi yang cukup tinggi. Keadaan ini ternyata telah dapat digali dan dinikmati oleh kompeni dengan penebangan kayu yang berlebihan tanpa ada usaha penanaman baru. Karena itu kondisi hutan di pulau Jawa terutama di Jawa Barat telah mencapai tingkat kerusakan yang cukup parah, sehingga pemerintah Hindia-Belanda mencoba memperbaiki keadaan dengan dua kali melarang
3
penebangan kayu di Jawa Barat, yaitu pada tahun 1722 dan tahun 1786, yang hasilnya tidak memuaskan (Djajapertjunda, 2000). 2.2. Hutan Rakyat Dalam Undang-undang No 5 tahun 1967 yang disempurnakan dengan UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, menyebutkan bahwa kawasan hutan merupakan wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan Negara diartikan sebagai hutan yang berada pada tanah tidak dibebani hak atas tanah, sedang Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak seperti tanahtanah yang dibebani hak milik, hak guna usaha dan hak-hak lainnya sehingga hutannya dapat disebut hutan milik. (Djajapertjunda, 2000) Hutan rakyat dalam arti yang luas meliputi jaminan atas akses dan kontrol terhadap sumberdaya hutan untuk penghidupan masyarakat di dalam dan sekitar hutan dimana mereka tergantung terhadapnya secara ekonomi, sosial, kultural, dan spiritual. Hutan-hutan selayaknya dikelola untuk menjamin keamanan pemanfaatan dari generasi ke generasi berikutnya dan meningkatkan segala peluang kelestariannya. Hutan rakyat didasarkan pada tiga prinsip, yakni: 1. Hak-hak dan tanggung-jawab atas sumberdaya hutan harus jelas, aman dan permanen 2. Hutan-hutan harus dikelola secara wajar sehingga terjadi alir manfaat dan nilai tambah 3. Sumberdaya hutan harus diwariskan dalam kondisi yang baik guna menjamin ketersediaannya di masa-masa yang akan datang Gilmour dan Fisher dalam Hinrichs et al, 2008 menegaskan bahwa hutan rakyat memiliki sekurang-kurangnya tiga keunggulan yang diakui secara luas, ialah : •
Pengakuan
bahwa
penduduk
setempat
mampu
memainkan
peran
penting/kunci dalam pengelolaan hutan •
Pengakuan bahwa mereka memiliki hak yang sah untuk diikutsertakan
•
Pengakuan bahwa beberapa taraf partisipasi merupakan ciri-ciri khas dari hutan rakyat. (Hinrichs et.al, 2008) 4
Pemanfaatan tanah masyarakat di pulau Jawa pada umumnya terbagi atas usaha pertanian lahan basah seperti sawah, usaha pertanian palawija lahan kering dan agroforest. Di tanah-tanah yang disebut agroforest, tergantung dari kesuburan tanahnya, kemiringan, keberadaan air, letaknya umumnya ada yang ditanami dengan berbagai tanaman palawija, pohon buah-buahan, pohon aren, pohonpohon bahan makanan seperti keluwih, sukun, dan 36 jenis lainnya. Di samping tanaman-tanaman tersebut, apabila masih ada ruangan yang kosong, mungkin mereka akan menanam pohon kayu sebagai batas agroforest. Masyarakat yang memilikinya, secara rutin telah mendapatkan hasil dari tanaman buah-buahan seperti
tanaman
pete,
pohon
keluwih,
pohon
aren,
dan
sebagainya
(Djajapertjunda, 2000). Pada tahun 1998 diperkirakan telah meliputi 1.265.000 ha yang tersebar di 24 provinsi, dan diantaranya, diperkirakan seluas 350.000 ha terdapat di Jawa (Djajapertjunda, 2000). 2.3. Agroforestri "Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, di mana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenisjenis palm, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksiinteraksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan" (Nair, 1989 dalam Ohorella). Agroforestri adalah istilah baru yang diberikan kepada sistem pertanian yang sudah lama dipraktikan. Bermacam-macam defenisi telah dikembangkan oleh peneliti agroforestri, sesuai dengan sifat dari masing-masing komponen penyusun
sistem
tersebut
di
tempat
aslinya.
Lundgren
(1992)
mendefenisikan agroforestri sebagai nama kolektif dari sistem penggunaan lahan, dengan komponen pohon, tanaman semusim, tanaman pakan ternak dan/atau ternak pada waktu bersamaan, rotasi, atau campuran antara keduanya. Dalam sistem tersebut terdapat interaksi antara pohon dengan komponen lainnya secara ekologis dan ekonomis.
5
Agroforestri menurut Lundgren dan Raintree (1982) merupakan istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu, dan sebagainya) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) adalah: 1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu. 2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun. 3. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu. 4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan. 5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat. 6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen. 7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur. Huxley (1999) mendefenisikan agroforestri sebagai : 1. Sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya.
6
2. Sistem pengunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman. 3. Sistem pengeloloaan sumber daya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian atau padang penggembalaan untuk memperoleh
berbagai
produk
secara
berkelanjutan
sehingga
dapat
meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan. Menurut
Perhutani
(1990),
agroforestri
merupakan
manajemen
pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat yang berperan serta. 2.3.1. Sistem Agroforestri: Sederhana dan Kompleks Definisi agroforestri memungkinkan pembahasan dari berbagai bidang ilmu, seperti ekologi, agronomi, kehutanan, botani, geografi, maupun ekonomi. Agroforestri lebih tepat diartikan sebagai tema penghimpun, yang dibahas dari berbagai segi sesuai dengan minat masing-masing bidang ilmu. Agroforestri adalah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana pepohonan berumur panjang (temasuk semak, palem, bambu, kayu) dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu. Dalam sistem-sistem agroforestri terjadi interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur-unsurnya (De Foresta et al 1991 dalam De Foresta et al 2000). 2.3.1.1. Agroforestri Sederhana: Pepohonan dan Tanaman Pangan Yang dimaksud dengan sistem agroforestri sederhana adalah perpaduanperpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal sebagai skema agroforestri klasik. Dari sudut penelitian dan persepsi berbagai lembaga yang menangani agroforestri, tampaknya agroforestri 7
sederhana ini menjadi perhatian utama. Biasanya perhatian terhadap perpaduan tanaman itu menyempit menjadi satu unsur pohon yang memiliki peran ekonomi penting (seperti kelapa, karet, cengkeh, jati, dan sebagainya) atau yang memiliki peran ekologi (seperti dadap dan petai cina), dan sebuah unsur tanaman musiman (misalnya padi, jagung, sayur-mayur, rerumputan), atau jeins tanaman lain seperti pisang, kopi, coklat, dan sebagainya yang juga memiliki nilai ekonomi (De Foresta et al, 2000). 2.3.1.2. Agroforestri Kompleks: Hutan dan Agroforest Sistem agroforestri kompleks atau singkatnya agroforest adalah sistemsistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman, dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Sistem agroforestri kompleks bukanlah hutan-hutan yang ditata lambat laun melalui transformasi ekosistem secara alami, melainkan merupakan agroforest-agroforest yang ditanam melalui proses perladangan. Agroforest-agroforest agroforest dibangun pada lahan-lahan yang sebelumnya dibabati kemudian ditanami dan diperkaya. Dalam kondisi tebatasnya lahan karena ledakan jumlah penduduk dan perluasan konsesi penebangan hutan, transmigrasi dan hutan tanaman industri: lahan yang masih tersisa kebanyakan sudah berupa agroforest (De Foresta et al, 2000). 2.3.2. Komponen Agroforest 2.3.2.1. Tanaman Semusim Tanaman semusim tidak pernah dominan di dalam agroforest campuran, tanaman tersebut adalah komponen sementara yang muncul pada saat penanaman kembali pohon kayu manis. Untuk mengambil kulitnya, pohon biasanya ditebang. Tanaman semusim ini seringkali berdampingan dengan anakan pohon kayu manis, kopi, atau pala. Tanaman-tanaman ini sama dengan yang dapat ditanam di sawah di antara dua masa tanam padi yaitu cabai (Capsicum annuum), terong (Solanum melongena), jagung (Zea mays), kacang-kacangan (Vigna spp., Phaseolus spp.), mentimun (Cucumis sativus), pisang (Musa paradisiaca), pepaya (Carica papaya), dan lain-lain. Tanaman umbi-umbian dihindari karena adanya gangguan babi hutan yang luar biasa. (Arifin et.al, 2003) 8
2.3.2.2. Tanaman Tahunan Jenis tanaman keras ini hanya mencakup pohon-pohon yang memerlukan pemeliharaan dan pemanenan secara teratur. Agroforest campuran biasanya memiliki enam jenis pepohonan yang umumnya dibudidayakan. Salah satunya adalah Pohon durian, Durio zibethinus (Bombacaceae). Pohonnya besar dengan ketinggian sampai 40 m, merupakan komponen kanopi agroforest campuran dan spesies paling utama di Maninjau. Spesies ini berasal dari hutan-hutan alam di bagian barat Indonesia. Durian berbuah pada bulan Juli-Agustus sejak berumur tujuh sampai lebih dari 100 tahun. Buahnya dijual kepada pedagang setempat dan juga dimakan sendiri; pada puncak musimnya, konsumsi durian dapat melebihi jumlah konsumsi beras. Durian dibiakkan dari biji yang dikumpulkan dari buah paling besar dan enak, dan ditanam di tempat yang terpilih di dalam agroforest. Pohon ini tidak memerlukan pemeliharaan khusus, tetapi sebelum musim buah vegetasi lapisan terbawah perlu dibersihkan untuk memudahkan pengumpulan buah yang jatuh. Pohon-pohon durian tua dibiarkan mati secara alami dan seringkali tumbang sewaktu ada angin kencang dan kayunya diambil untuk bangunan. Pohon durian menghasilkan kayu berwarna merah yang baik sebagai dinding rumah. (Arifin et.al, 2003) 2.3.3. Pengaturan Komponen Agroforest Salah satu ciri menonjol agroforest pepohonan campuran adalah keanekaragaman spesies, tidak ada satupun pohon yang mendominasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi komposisi dan arsitektur agroforest mencakup ukuran petak agroforest dalam hubungannya dengan petak sawah yang dikelola oleh sebuah keluarga, tingkat penyiangan dalam pemeliharaannya, kebutuhan uang dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi keluarga, dan lokasi agroforest (dalam hal ketinggian maupun lokasinya di daerah kawah). Tetapi secara keseluruhan terdapat ciri pengaturan yang erat antara spesies lapisan atas dan lapisan bawah, yang dapat dianalisa dengan bahasa ekosistem hutan karena struktur dan arsitektur vegetasi memiliki ciri khas yaitu lapisan berbeda-beda pada pohon yang sudah berproduksi yang disebut sebagai ‘paduan struktur’ atau ‘paduan produksi’ (Michon, 1983).
9
2.3.4 Fungsi Ekonomi Agroforestri Agroforest mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama agroforest bukanlah produksi bahan pangan melainkan sebagai sumber penghasil pemasukan uang dan modal. Seringkali agroforest menjadi satusatunya sumber uang tunai keluarga petani. Agroforest memasok 50-80 persen pemasukan dari pertanian di pedesaan melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengumpulan, pemrosesan, dan pemasaran hasilnya. Keunikan konsep pertanian komersil agroforest adalah karena bertumpu pada keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak berkonsentrasi pada satu spesies saja. Produksi komersil ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani (De Foresta et al, 2000). 2.4. Keanekaragaman burung terkait dengan populasi manusia dan penggunaan lahan sekarang Pulau Jawa dan Bali merupakan wilayah yang penduduknya terpadat di dunia, yaitu 96 juta jiwa penduduk dengan kepadatan 800 jiwa/km². Jumlah ini populasinya masih terus bertambah 2 persen/tahun. Tentunya tidak mengherankan jika hutan tinggal sedikit dan tekanan terhadap habitat burung sangat tinggi. Kurang dari 10 persen luas total masih tertutup hutan alami, tetapi banyak diantaranya telah dipengaruhi manusia. Sisa hutan ini ditemukan di lereng pegunungan yang lebih tinggi atau tempat-tempat yang tidak subur dan terpencil. Hanya kantung-kantung kecil dari hutan dataran rendah yang masih tersisa di Cagar Alam dan Taman Nasional. Tanah yang sudah ditebang habis dipenuhi oleh lahan persawahan di daerah yang rata, lahan pertanian kering di pedalaman, serta peragroforestan jati, pinus dan damar agathis di lahan kehutanan. Kebanyakan desa mempunyai hutan rakyat, yang ditumbuhi durian, rambutan, mangga, aren, dan bambu, yang memberikan tempat berteduh bagi berbagai jenis burung di daerah pedesaaan (Mackinnon et al, 2010).
10
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di agroforest milik masyarakat di sekitar kawasan Gunung Mananggel, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Mulai Oktober 2009 hingga November 2010. 3.2. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti adalah masyarakat dan agroforest di kawasan Gunung Mananggel. 3.3. Batasan Penelitian Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lokasi penelitian terbatas pada kawasan agroforest milik masyarakat di Gunung Mananggel yang terletak Desa Leuwikoja, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 2. Hasil hutan adalah benda-benda hayati yang dimanfaatkan masyarakat desa sekitar hutan Gunung Mananggel, Cianjur. 3. Interaksi secara langsung antara masyarakat dengan hutan meliputi hal yang mempengaruhi, bentuk, derajat, sebab, serta waktu terjadinya interaksi. 3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data Jenis data yang diperlukan terdiri dari dua, sebagai berikut : 1. Data Utama a.
Pengelolaan agroforest meliputi : 1. Karakteristik agroforest meliputi : pola tanam, diagram profil pohon, dan jenis-jenis pohonnya. 2. Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat 3. Jumlah hasil hutan yang dimanfaatkan selama satu tahun 4. Pendapatan total dari hasil hutan 5. Luas lahan yang dikelola dan pola penggunaannya
11
6. Jarak lokasi pemanfaatan hasil hutan b.
Pengamatan satwa liar (avifauna)
2. Data Penunjang berupa a.
Peta kawasan hutan rakyat Gunung Mananggel
b.
Kondisi sosial ekonomi penduduk di Kecamatan Mande
c.
Keadaan umum Kecamatan Mande
3.4.2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Studi literatur untuk mengumpulkan data sekunder dalam wilayah penelitian. b. Pengamatan berperan serta dengan petani dan pemilik agroforest c. Wawancara dengan tokoh masyarakat, petani dan pemilik agroforest di kawasan Gunung Mananggel. d. Analisis vegetasi Data tentang struktur dan komposisi vegetasi agroforest dikumpulkan melalui analisis vegetasi (kuantitatif) menggunakan metode petak tunggal dan pembuatan diagram profil. Data yang dicatat dalam analisis vegetasi meliputi nama lokal, jumlah individu dan diameter (khusus untuk tumbuhan berkayu dengan dbh > 5 cm). Diagram profil dibuat dengan bantuan plot berukuran 60 m x 10 m yang ditempatkan pada bagian talun yang struktur dan komposisinya paling mewakili. Seluruh tumbuhan berkayu dengan dbh > 2 cm dalam plot tersebut dicatat nama lokal, diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, proyeksi tajuk, dan posisinya dari batas panjang dan lebar plot (dalam bentuk absis dan ordinat). e. Pengamatan satwa liar (avifauna) Pengamatan satwa liar dalam hal ini adalah burung dengan menggunakan metode Daftar Mackinnon. Pengamat membuat daftar jenis dengan mencatat setiap jenis yang baru sampai jumlah jenis yang ditentukan sebelumnya tercapai. Satu jenis hanya boleh dicatat satu kali pada setiap daftar tetapi bisa dicatat pada daftar selanjutnya. Panjang daftar yang baik bervariasi antara 8 sampai 20 jenis;
12
semakin besar kemungkinan total jumlah jenis di suatu lokasi semakin panjang pula daftar yang dipilih. Perbandingan antar survei hanya dapat dilakukan jika panjang daftar yang dipilih sama. Survei diulang-ulang sampai minimal 10 daftar atau lebih baik lebih dari 15 daftar untuk setiap lokasi. Saat pencatatan data pengamat bebas mencari burung dengan cara yang se-efisien mungkin, menggunakan teknik pencarian apapun yang cocok bagi lokasi tersebut. Akan tetapi, pengamat harus berusaha keras untuk menjelajahi kawasan yang berbeda setidaknya dari satu daftar ke daftar lainnya untuk menghindari pencatatan individu sama pada daftar ulangan.
13
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Istilah dan Batasan Agroforest Kebon (bahasa Sunda, yang berarti kebun) adalah istilah yang umum dikenal oleh masyarakat untuk menunjukkan sebidang tanah atau lahan hak milik yang ditanami oleh berbagai jenis tumbuhan seperti, pohon penghasil kayu, pohon buah-buahan dan/atau tumbuhan lain seperti pisang. Agroforest berarti suatu lahan yang dikelola menurut sistem agroforestri. Kebun dapat berarti agroforest ketika pengelolaannya menggunakan sistem agroforestri. Penulis menggunakan dua istilah yaitu kebun dan agroforest ketika menunjukkan objek penelitian. Penulis menggunakan kata kebun ketika ingin lebih menekankan kepada kepemilikan lahan begitu juga agroforest, penulis menggunakan kata ini ketika ingin lebih menekankan kepada sistem pengelolaannya. Karena letaknya di daerah perbukitan di mana tidak ada permukiman manusia kecuali saung (Sd: tempat/rumah sementara) maka tempat ini juga lazim disebut pasir (Sd: bukit). Pasir dalam percakapan berarti tempat berbukit dan tidak bisa dikategorikan sebagai gunung karena ketinggiannya yang kurang memadai. Pasir juga dapat berarti leuweung (Sd: hutan), baik merujuk kepada lahan berpohon yang dimiliki oleh negara ataupun kebon yang dimiliki dan dikelola secara pribadi. Namun, kini karena leuweung di daerah tersebut dapat dikatakan tidak ada karena sudah semuanya dibuka dan digarap menjadi kebon atau huma kata pasir dapat berarti sepenuhnya kebun. Talun adalah bentuk dari agroforest di daerah Banten Selatan. Jika dihubungkan dengan Talun, bentuk budidaya serupa yang dikenal seperti salah satunya di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten (Triana, 2004). Di daerah ini tidak dikenal istilah seperti itu meskipun bahasa yang digunakan masih sama yaitu bahasa sunda.
14
4.2. Karakteristik Agroforest 4.2.1. Karakteristik Umum Lokasi Agroforest 4.2.1.1. Lokasi Gunung Mananggel dan Aksesnya Gunung Mananggel merupakan bukit tertinggi di daerah perbukitan yang terhampar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Cianjur, Cugenang hingga Mande. Gunung Mananggelnya sendiri masuk ke dalam dua desa yaitu Leuwikoja dan Mekarjaya di Kecamatan Mande. Semua kawasan ini merupakan kawasan terbuka hijau yang tersisa di dekat pusat Kota Cianjur.
sumber : googleearth.com
Gambar 1. Lokasi Gunung Mananggel Gunung Mananggel dikelilingi oleh sawah di bagian bawahnya yang bertopografi datar lalu pemukiman. Daerah yang berbukit membuat daerah ini tidak digarap menjadi sawah dan tidak padat oleh pemukiman manusia. Akses masuk ke lokasi ini juga sulit. Jalan aspal sudah dibuat mengelilingi dan sedikit memasuki daerah perbukitan itu. Jalan masuk ke perbukitan ini di beberapa sisi gunung tersebut harus melalui permukiman terlebih dulu lalu persawahan.
15
4.2.1.2 Topografi Gunung Mananggel Lahan agroforest milik masyarakat terletak pada lereng Gunung Mananggel yang berbukit. Lahan agroforest ini berbatasan dengan hutan lindung milik negara di bagian atasnya hingga ke puncak pegunungan ini. Bagian bawah agroforest milik masyarakat merupakan daerah dengan topografi yang relatif datar dan dialiri oleh beberapa aliran sungai. Daerah yang datar ini ditanami sawah. Daerah pemukiman terletak di daerah datar juga namun lebih jauh lagi dari lahan agroforest mendekati jalan-jalan aspal. Hutan lindung terletak di tengah, dikelilingi oleh lahan agroforest atau agroforest milik masyarakat. Hutan lindung yang seharusnya berupa hutan dan lebih lebat daripada agroforest ini kondisinya justru sebaliknya hanya tersisa beberapa pohon saja di antara agroforest palawija.
Gambar 2. Transek agroforest di Gunung Mananggel
Titik tertinggi dari kawasan perbukitan Gunung Mananggel adalah puncak Gunung Mananggel yang bernama “Sang Hyang Tapak” karena konon terdapat jejak kaki Prabu Siliwangi. Puncak ini memiliki ketinggian ± 800 mdpl dan berstatus hutan lindung. Daerah Gunung Mananggel ini merupakan daerah perbukitan yang memiliki kelerengan dari curam hingga sangat curam. Perbukitan dapat dipastikan bukan terbentuk karena aktivitas vulkanik karena tidak ditemukan kawah di daerah tersebut. Satu-satunya gunung berapi terdekat adalah Gunung Gede dan Pangrango
16
4.2.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Mande Kecamatan Mande memiliki luasan 105,20 km² dan memiliki jumlah penduduk 66.959 sehingga kepadatan penduduknya 636,5 orang/km². Kecamatan ini terbagi ke dalam 12 desa/kelurahan. 4.2.1.4. Kondisi Iklim Suhu rata-rata di kawasan ini adalah 27˚C dan memiliki curah hujan sebesar 3200 mm sehingga dapat diklasifikasikan sebagai tipe iklim A menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson. 4.2.2. Karakteristik Umum Vegetasi Agroforest Daerah Gunung Mananggel ini terkenal sebagai daerah penghasil durian di daerah Cianjur dan sekitarnya. Agroforest durian mendominasi luasan daerah perbukitan Gunung Mananggel. Petani lebih menyukai agroforest ini karena pemeliharaannya tidak banyak, petani cukup mengunjungi daerah ini pada saat musim panen saja setelah itu petani mengambil keputusan bahwa hasil panennya diborongkan atau dipanen dan dijual sendiri. Selain dijual di Cianjur sendiri durian di daerah ini dibawa juga ke Bandung dan Sukabumi untuk memenuhi permintaan konsumen di daerah itu pada saat musim durian. Menurut beberapa petani, pohon durian memang ada di sini sejak awal mereka mengenal dan melihat daerah ini. Namun perbedaannya adalah dulu durian tidak mendominasi seperti sekarang ini. Pohon yang ditanam sangat beragam dan sangat rapat sehingga petani tidak harus menyiangi bagian bawah tegakan dari tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkan. Diameter tegakan relatif sangat besar sehingga menyerupai hutan walaupun pohon-pohon yang ada kebanyakan adalah pohon buah. Berdasarkan komposisinya agroforest durian di daerah ini dapat dibagi lagi menjadi dua jenis meskipun keduanya tidak dapat dipisahkan secara tegas serta ada peralihan diantara keduanya. Kedua jenis tersebut adalah agroforest durianpisang dan durian campuran. Agroforest durian-pisang merupakan perpaduan antara pohon durian yang mendominasi dan diselingi dengan tanaman pisang. Agroforest jenis ini hanya memiliki dua tajuk utama yaitu tajuk durian yang terletak di paling atas dan tajuk
17
pisang dibagian bawahnya. Menurut Foresta dan Michon (1997) dalam Foresta et al (2000) kategori agroforest seperti ini termasuk ke dalam sistem agroforestri sederhana di mana pohon utama yang mendominasi dipadukan dengan tanaman semusim. Namun kadang satu petani memiliki lebih dari satu jenis agroforest misalnya agroforest durian-pisang, durian campuran, dan agroforest karet yang batas antara masing-masing jenis tersebut tidak nampak jelas. Hanya terdapat sebagian kecil saja berupa agroforest durian-pisang ini dimana petani memaksimalkan ruang untuk pohon komersil ini dan di tajuk bagian bawahnya ditanami tanaman pisang. Pohon durian merupakan sumber pendapatan petani yang dirasakan satu tahun sekali sehingga pendapatan bulanannya diperoleh dari tanaman pisang yang dipanen satu bulan dua kali. Agroforest durian campuran merupakan perpaduan antara pohon durian dan pohon-pohon lain seperti pohon buah dan sengon. Agroforest jenis ini merupakan agroforest yang paling tinggi keanekaragaman jenisnya karena banyak sekali jenis pohon buah yang ditanam. Di agroforest jenis ini juga kadang masih dapat dijumpai tumbuhan pisang namun jarang karena biasanya di agroforest jenis ini keadaan tajuknya sangat rapat. Tajuk agroforest ini terdiri lebih dari dua lapisan tajuk. Yang paling tinggi adalah tajuk durian pada ketinggian 15 hingga 25 meter baru pohon-pohon lain seperti menteng, kupa dan sebagainya yang membentuk dua tajuk sendiri atau lebih. Petani agroforest karet di Gunung Mananggel ini tampaknya tidak mencampur karet dengan pohon-pohon lain sehingga agroforest karet ini membentuk vegetasi yang homogen. Meskipun demikian kadang masih dapat di jumpai satu atau dua pohon lain yang masih di pertahankan petani di areal agroforest karet tersebut. Agroforest karet di Gunung Mananggel ini dapat di jumpai di berbagai macam kelerengan dari datar hingga sangat curam meskipun demikian letaknya terpisah-pisah dipisahkan oleh jenis agroforest yang lain dan jumlahnyapun tidak banyak. Penyiangan rutin dilakukan sehingga jarang terlihat tumbuhan yang tidak diinginkan di bawah tegakan karet ini. Tidak adanya tumbuhan bawah di tegakan karet membuat struktur vegetasi karet hanya terdiri dari satu strata tajuk saja. Karet ditanam oleh petani dengan jarak antar pohon yang diatur secara seragam.
18
Tegakan karet ini mulai ditanam di Gunung Mananggel pada sekitar tahun 1992 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto sehingga diameter pohonnya belum ada yang besar karena umurnya kurang dari 20 tahun. Karet diperkenalkan oleh pemerintah kepada petani di daerah ini dengan membagikan bibit karet beserta biaya pemeliharaanya secara rutin. Seperti tegakan karet, petani ada yang menanam tegakan sengon secara homogen sehingga strata tajuk yang terbentuk hanya satu dan jarak tanam yang diatur seragam. Karena pohon sengon membutuhkan cahaya yang cukup petani biasanya menebang pohon-pohon lain untuk menanam pohon sengon ini. Selain ditanam secara homogen banyak juga petani yang menanam pohon ini di sela-sela tegakan lain. Biasanya petani menanam pohon ini di tempat-tempat yang terang yang tidak ternaungi pohon lain atau di tempat dimana pohon lain baru ditebang. Untuk lebih mengefektifkan lahan agroforestnya. Biasanya pohon sengon ditebang pada umur sekitar lima tahun atau ketika diameter pohonnya sudah dirasa cukup untuk ditebang. 4.3. Struktur dan Komposisi Vegetasi Agroforest Berdasarkan pengamatan di lapangan struktur dan komposisi vegetasi agroforest dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : 4.3.1. Vegetasi agroforest durian pisang Plot berukuran 40 x 10 meter yang dibuat di agroforest durian pisang ini memiliki LBDS total 25,12 m²/ha dan kerapatan 225 pohon/ha. Pohon durian mendominasi dan menempati tajuk paling atas. Pohon durian memiliki diameter dan tinggi yang bervariasi. Pisang menempati tajuk bawah yaitu 2-4 meter. terdapat juga pohon lain yaitu sengon dan melinjo. Sengon berada pada lapisan tajuk bagian atas hampir sama dengan durian sedangkan melinjo menempati ketinggian delapan meter.
19
Gambar 3. Profil Vegetasi Agroforest Durian-Pisang 4.3.2. Vegetasi agroforest karet Plot dibuat pada ukuran 40 x 10 meter. Agroforest karet lebih homogen daripada jenis agroforest lainnya. Karet ditanam sejajar namun
masih dapat
dijumpai jenis pohon lainnya. LBDS total pada agroforest karet ini yaitu 54,8 m²/ha dan kerapatannya 1325 pohon/ha.
20
Gambar 4. Profil Vegetasi Agroforest Karet 4.3.3. Vegetasi agroforest campuran Plot berukuran 60 x 10 meter. LBDS total terhitung 46,7 m²/ha dan kerapatan pohon 300 pohon/ha. Durian berada pada tajuk paling atas dan pohonpohon lain berada pada tajuk dibawahnya.
Gambar 5. Profil Vegetasi Agroforest Campuran 4.3.4. Dominasi durian Dominasi durian terhitung berbeda pada tiap tipe agroforest. Pada tipe agroforest durian-pisang dominasi durian paling besar yaitu mencapai 95 persen.
21
Pada agrooforest cam mpuran dan agroforest karet domiinasi duriann masing-m masing tercatat 733,1 persen dan d 5,7 persen.
Gambar 6. 6 Dominasi Durian 4.4. Penggelolaan Aggroforest Kaw wasan Gunnung Manaanggel meru upakan kaw wasan terbbuka hijau yang terdiri darri mosaik-m mosaik beberrapa tipe agroforest. Beerdasarkan kenampakaan secara fisik f dan pola p jenisnyya agroforeest di Gunung Mananggel M dapat diklaasifikasikan n menjadi tiiga bentuk yaitu agrofforest durian-pissang, agrofoorest karet, agroforest campuran serta s agrofoorest. Agrofforest campuran merupakaan jenis aggroforest yang y palingg mendominasi di daerah d Gunung Mananggel M i ini. Aggroforest dii Gunung Mananggel M merupakann salah satuu pilihan bentuk budidaya selain bentuuk budidaya lain seperrti sawah, huma h atau ppertanian inttensif seperti paapaya, atauu sayuran lain. Pilih han bentukk budidayaa ini ditenttukan berdasarkaan alasan teertentu seperti: •
Lahann merupakaan tanah yang berb bukit sehinngga kuranng mendap patkan pengaiiran yang cuukup untuk dijadikan sebagai s sawah.
•
Ingin mendapatka m an penghasiilan banyak dengan seddikit perawaatan.
22
•
Dapat menghasilkan penghasilan tahunan dan bulanan yang berkelanjutan dari berbagai macam tanaman.
•
Memiliki kepastian hukum untuk dapat memanen hasil walau dalam waktu yang lama sekalipun. Huma sekarang masih dapat dijumpai di lahan hutan milik dinas
kehutanan atau perhutani yang dikelola oleh masyarakat sebagai hak guna pakai. Huma ini dibuat pada keadaan kelerengan yang terjal sekalipun. Selain huma di lahan hutan milik dinas kehutanan ini berbagai jenis tanaman musiman dapat dijumpai seperti cabe, pepaya, dan sebagainya. Pada alasan yang keempat, hal ini terjadi karena agroforest berada di lahan milik berbeda dengan petani yang mengelola lahannya di hutan lindung atau di lahan milik perhutani. Petani yang mengelola lahan di hutan lindung atau di lahan milik perhutani ini diberikan hak guna pakai oleh KPH Perhutani Cianjur yang diberikan setelah hutan ditebang sehingga lahannya cukup terbuka untuk dijadikan lahan pertanian intensif. Hak guna pakai ini diberikan agar pohon yang ditanam kembali oleh Perhutani dapat dirawat oleh petani sebagai kompensasi petani yang diberikan hak guna pakai di lahan tersebut. Karena petani tidak memiliki kepastian hukum untuk mendapatkan hasil dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga mereka tidak menanam pohon seperti durian sengon atau pohon buah lain yang lazim ditanam petani lain dilahan milik. 4.4.1. Konsep Pengelolaan Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, tidak ditemukan adanya aturan khusus tentang pengelolaan agroforest dalam aturan adat atau dalam aturan informal lain yang diakui masyarakat. Agroforest di daerah ini terus berkembang dalam hal bentuk dan pengelolaannya yang sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial, desakan ekonomi, permintaan pasar dan keadaan alam, dan lingkungan biofisiknya. Perkembangan ini selalu menuju bentuk pengelolaan paling efektif dan efisien serta menghasilkan keuntungan yang optimal. Masing-masing
pengelola
memiliki
kebebasan
dalam
mengelola
agroforestnya sehingga memunculkan banyak penggagas baru dalam hal pengelolaan yang paling efektif secara sosial dan ekonomi sehingga dapat ditiru
23
oleh petani lainnya. Pengalaman dan percobaan merupakan suatu hal yang tidak dapat lepas dari pengelolaan agroforest tersebut. 4.4.2. Dinamika Pengelolaan Agroforest Daerah perbukitan di gunung ini secara status belum pernah mengalami perubahan. Dari dulu status lahan di daerah perbukitan Gunung Mananggel ini dibagi dua yaitu yang pertama adalah hutan rakyat dan yang kedua adalah hutan milik negara yang saling berbatasan satu sama lain. Kedua jenis status lahan ini hampir membagi dua kawasan perbukitan daerah kawasan ini. Di kawasan lindung sebagian besar telah dibuka menjadi hutan miskin tegakan dan sebagian lagi menjadi lahan pertanian intensif seperti padi lahan kering, pepaya, dan agroforest pisang. Petani sekitar diberi hak guna lahan kawasan lindung ini untuk menggarap lahan tersebut dengan tanaman-tanaman berumur pendek namun petani diberi kewajiban untuk merawat pohon-pohon hutan yang ditanam kembali untuk menghijaukan kawasan tersebut. Di kawasan yang dikelola oleh masyarakat meskipun dalam hal status, daerah ini tidak mengalami perubahan tidak demikian dalam hal pengelolaannya sehingga membuat struktur dan komposisi yang berbeda. Agroforest di daerah ini memang sejak dari dulu penghasil buah durian. Namun perbedaannya adalah dulu pohon durian tidak mendominasi seperti saat ini, pohon durian pada waktu itu tidak banyak, hanya satu dari banyak pohon buah yang dipanen satu tahun sekali pada saat musimnya tiba. Menurut responden yang sudah sejak lama berkebun di Gunung Mananggel ini menyebutkan struktur dan komposisi agroforest dahulu memiliki tajuk yang sangat rapat sehingga tumbuhan bawah tidak dapat hidup dan petani tidak perlu ngored (sunda : menyiangi) tumbuhan lain yang tidak diinginkan 6 bulan sekali seperti saat ini. Pada saat itu diameter pohon besar-besar dan masih banyak jenis pohon-pohon hutan yang hidup di lahan hutan rakyat tersebut. Jenis pohon-pohon hutan tersebut hidup secara liar dan petani biasanya membiarkan hidup jika terlalu besar karena memerlukan biaya untuk menebangnya terlebih jika terlihat tidak terlalu mengganggu pohon pokok. Struktur agroforest di Gunung Mananggel dahulu berdasarkan wawancara masih banyak pohon berkayu, rasamala (Altingia excelsa) salah satu jenis yanag 24
paling banyak ditemui serta pohon-pohon hutan lainnya. Perubahan ini lebih diakibatkan kepada semakin mahalnya harga kayu yang keuntungannya banyak serta dapat menutupi biaya penebangan dan penyaradannya. Sedangkan dulu, hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat untung jika dijual karena tidak dapat menutupi ongkos penyaradan dan penebangannya. Desakan ekonomi yang semakin meningkat disertai kebutuhan-kebutuhan yang mendesak membuat petani semakin tergiur untuk menjual pohon-pohon berkayunya dan menyisakan pohon durian dan buah-buahan lain yang dalam jangka waktu tidak lama terus menghasilkan keuntungan setiap panennya. Tahun 90-an pemerintah mulai memperkenalkan karet dengan membagikan bibit pohon karet kepada petani di daerah dan memberi uang pemeliharaannya secara rutin hingga karet dewasa dan tumbuh dengan baik. Namun, walaupun demikian karet tidak banyak di jumpai di daerah ini petani banyak yang masih mempertahankan agroforestnya dan petani yang memiliki lahan yang luas hanya menanami sebagian saja lahannya dengan karet karena berbagai alasan. 4.4.3. Bentuk Keberlanjutan dalam Pengelolaan Agroforest Petani tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonominya pada satu komoditas saja, dalam hal ini durian. Petani juga menanam tanaman lain yang secara ekologis maupun ekonomis saling terkait. Dalam satu lahan agroforest seluas 1 ha saja umumnya didalamnya terdapat durian sebagai komoditas utama yang dipanen tahunan, berbagai jenis pisang yang dapat dipanen bulanan, karet yang setiap minggu dapat menghasilkan sadapan serta buah-buahan dan tanaman lain yang jika waktunya tiba dapat dipanen sebagai konsumsi rumah tangga maupun dijual. Beranekaragamnya komoditas di agroforest merupakan jaminan keamanan dari resiko merosotnya satu komoditas. Sehingga turunnya satu komoditas tertentu tidak dapat mengganggu petak agroforest. Petani dapat membiarkan tanaman tersebut hingga suatu saat harganya akan naik kembali seperti yang sempat terjadi pada harga karet sekitar 10 tahun yang lalu. Sementara itu petani juga dapat memperkenalkan spesies baru yang prospektif.
25
Sebaliknya naiknya nilai komersil suatu spesies dapat terjadi dan menguntungkan petani. Seperti yang terjadi pada harga durian sehingga menjadi spesies yang paling komersil. Ketika hutan lindung yang terletak berbatasan dengan agroforestagroforest milik masyarakat sudah habis, agroforest-agroforest milik masyarakat ini masih merupakan lahan berpohon yang memiliki nilai ekologis. Kepemilikan merupakan suatu faktor yang bisa mempertahankan. 4.4.4. Aset Ekonomi Baru dari Agroforest Di masyarakat sekitar Gunung Mananggel agroforest memiliki peranan penting dalam pertukaran arus uang di antara mereka. Agroforest merupkan aset yang dapat berbentuk lahan, pohon, dan hasil agroforest yang semuanya dapat dipertukarkan dan menjadi dasar transaksi uang. 4.4.5. Urusan Uang yang Berkaitan dengan Agroforest Harga tanah rata-rata di Gunung Mananggel adalah Rp. 3000 hingga 3500/m² namun lahan yang sudah banyak pohon produktifnya terutama pohon durian harganya akan lebih mahal. Kebanyakan petani tidak memiliki sertifikat tanah, mereka hanya memiliki akta jual beli tanah atau hanya kuitansi jual-belinya saja. Aturan pewarisan agroforest sesuai dengan hukum kepemilikan tanah yang diatur berdasarkan hukum Islam. Di Gunung Mananggel tidak ada tradisi yang menyebutkan agroforest tak dapat dipindahtangankan atau pewarisan agroforest hanya boleh memanfaatkan hasilnya saja tetapi tak dapat menjual pohon atau tanahnya seperti dalam tradisi pengelolaan agroforest di Cibitung, Bogor (Michon, G dalam Foresta et al, 2000). Disini agroforest dapat dipindahtangankan dengan menjual atau diwariskan, pemilik selanjutnya dapat menebang pohon dan atau mengkonversinya menjadi bentuk lain. Gadai merupakan bentuk transaksi yang umum terjadi pada agroforest di Gunung Mananggel. Gadai ialah memberikan pinjaman sejumlah uang kepada pemilik agroforest selama waktu yang tidak dibatasi. Selama masa gadai itu pemberi pinjaman dapat menikmati hasil panen agroforest itu namun tidak boleh menebang atau menjual batangnya. Perjanjian ini berakhir setelah pemilik
26
agroforest membayar semua hutangnya. Siapapun yang memiliki uang dapat menjadi pegadai. Selain gadai dikenal juga istilah morod yaitu menyewa suatu lahan agroforest selama satu musim panen. Panen yang dihasilkan pada masa morod menjadi hak penyewa. Namun, dalam morod jika panen yang dihasilkan itu kurang atau tidak seperti biasanya maka penyewa diberi hak lagi untuk memanen agroforest pada musim berikutnya. Morod terjadi hanya pada agroforest durian. 4.5. Klasifikasi Pengelolaan Agroforest 4.5.1. Agroforest Durian Waktu panen durian di daerah ini adalah satu tahun sekali yaitu pada bulan Januari hingga Maret atau selama 50-80 hari. Jenis durian di daerah ini merupakan jenis durian lokal, orang menamainya Durian Mananggel. Petani biasanya memborongkan hasil panennya kepada pemborong dengan cara menghitung buahnya di setiap pohon satu persatu lalu mengalikan dengan harga durian yang disepakati. Harga durian yang dijual kepada pemborong lebih murah dari harga jual di konsumen. Jika durian sudah berbuah walau agak kecil, buah durian tersebut diikat dengan tali rapia ke dahannya agar jika waktunya panen atau ketika buah durian terjatuh, jatuhnya tidak langsung ke tanah melainkan tertahan oleh tali rapia tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari diambilnya buah durian oleh orang lain. Buah durian tersebut diambil dari pohon ketika jatuh dengan memanjat pohon tersebut melalui sebatang bambu yang dilubangi di setiap ruasnya sebagai pijakan kaki. Petani yang mempunyai saung pada masa panen ini umumnya tinggal di sana. Salah satu alasan mereka adalah keamanan bagi hasil panennya. Namun, hal ini berbeda dengan yang memborongkan buahnya. Petani yang memborongkan buahnya tidak direpotkan dengan mengikat durian, mengamankan durian selama berbuah sampai membawa durian hingga ke penjual. Petani cukup menghitung durian dan bernegosiasi harga dengan pemborong ketika durian sudah berbuah setelah itu pemborong yang melakukan tindakan selanjutnya.
27
Gambar 7. Tegakan Durian Pemanjatan dilakukan lagi ketika masa panen, ketika buah durian sudah jatuh dan menggantung pada tali rapia. Setelah diambil dari dahan, durian-durian tersebut dikumpulkan lalu ditanggung dan dibawa ke penjual untuk dijual di jalan atau didistribusikan lagi ke luar kota. Hasil panen durian sangat fluktuatif tergantung curah hujan dan lamanya musim kemarau. Jika musim kemarau cukup lama dan curah hujan pada musim itu cukup sedikit maka panen yang dihasilkan akan lebih banyak daripada jika curah hujan masih tinggi pada musim kemarau itu atau musim kemaraunya yang terlalu singkat. Menurut pengalaman petani bakal buah akan banyak yang jatuh jika hujan terjadi pada saat itu. Produktivitas agroforest durian ditentukan oleh jumlah pohon dan jenis durian yang ada di agroforest itu. Satu pohon durian yang berdiameter 15-25 cm rata-rata berbuah sebanyak 60-65 buah/pohon. Namun, jenis sirumbung yang diameternya sangat besar dan tinggi satu kali berbuah bisa mencapai 1700 buah/pohon.
28
4.5.1.1. Durian-Pisang Baanyak terlihhat tegakan durian yang g dipadukann dengan piisang di Gu unung Mananggeel ini. Tegakkan durian yang berum mur tua dann berdiameteer sekitar 35 5 cm³ terlihat jarrang berpaddu dengan pohon p lain hanya pisaang yang diitanam di bawah b tegakannyya. Hal ini terjadi munggkin karenaa proses seleeksi oleh peetani yaitu ketika k pohon-pohhon tumbuhh besar meereka haruss menebangg pohon laiin yang beernilai ekonomi lebih l rendahh demi mennyediakan ruang r hidupp pohon durrian agar tum mbuh lebih baikk. Meeskipun tegakan duriian-pisang ini terdirii dari dua jenis tan naman sebagaimaana menuruut Lundgreen dan Raaintree (19882) tentangg ciri agrofforest, ”agroforesstri biasanyya tersusunn dari dua jenis tanaaman atau lebih (tan naman dan/atau hewan). h Paliing tidak saatu di antaraanya tumbuhhan berkayuu” maka teg gakan ini dapat dikatakan d aggroforest. 4.5.1.2. Peemasaran Durian D
Bandar
Pemilik kebun
Pemborong
Pen njual
Bandar lu uar kota
Konssumen
Gambar 8. Pemasarran durian Gam mbar di atas a menjellaskan skeema pemassaran duriaan dari peemilik agroforestt hingga ke tangan konsumen.
29
Durian adalah buah yang tidak tahan lama, hanya bisa tahan 10-15 hari sesudah jatuh dari pohonnya, jika lebih dari itu akan mengalami pembusukan. Sehingga pendistribusian dan penjualannya tidak bisa lama. Ketika pohon durian berbuah petani pemilik agroforest pada umumnya memiliki dua pilihan yaitu menunggu jatuh dan menjualnya ke bandar langsung namun harus mengurusnya sendiri hingga ke tangan bandar tersebut. Oleh karena itu, petani biasanya memborongkan hasil panennya kepada pemborong dengan cara menghitung buahnya di setiap pohon satu persatu lalu mengalikan dengan harga durian yang disepakati. Harga durian yang dijual kepada pemborong lebih murah dari harga jual di konsumen. Mengurus dalam hal ini berarti mengupah orang untuk mengikat durian sebelum jatuh lalu mengupah lagi untuk mengambilnya dan selanjutnya yaitu mengupah lagi untuk mengangkut durian hingga kepada tangan bandar. Perbutir durian dihargai Rp.5000 hingga Rp.7000 tergantung besarnya. Pilihan yang kedua yaitu menjualnya ke pemborong dengan harga jauh lebih rendah yaitu Rp. 2.500 hingga Rp.3000 tapi petani tidak repot untuk mengurus durian hingga ke tangan bandar. Pemborong yang mengurus semuanya. Harga biasanya tunai ketika negosiasi mencapai kata sepakat walaupun durian belum jatuh. Pemborong biasanya memiliki banyak anak buah untuk mengurus duriandurian yang telah dibelinya. Oleh karena itu, pemborong harus memiliki modal yang besar selain untuk mengupah anak buah-anak buahnya juga untuk membeli durian-durian tersebut. Pemborong adalah pihak yang berspekulasi dalam panen ini, menggunakan modal yang besar dengan meminjam atau menggadaikan sesuatu karena sebagian besar hasil panen durian yang dibeli dari petani melalui sistem tebasan. Jika panen yang dihasilkan bagus, rasa buah durian tidak hambar maka pemborong mengantongi keuntungan yang sangat besar namun sebaliknya pemborong akan bangkrut, bahkan menurut keterangan warga ada yang sampai menjual rumahnya ketika panen yang dihasilkan gagal, ketika banyak durian yang rasanya hambar dan atau banyak durian yang jatuh sebelum waktunya.
30
Pem mborong menjual m duriiannya ke bandar b lokaal, yaitu peengumpul durian d dari para petani p di Guunung Mananggel. Jikaa bandar lokkal ini tidakk sanggup karena k melebihi kapasitasny k ya untuk meenampung durian darii pemboronng atau darii para petani makka pemboroong biasanyya menjual duriannya d k bandar luar kota. ke Banndar biasannya mengeetahui orang g-orang yaang biasa menjual du urian. Penjual durian d kebaanyakan adalah wargaa sekitar Gunung G Maananggel seendiri, beberapa orang adaalah petani penggarap p durian ittu sendiri. Penjual durian d biasanya adalah peddagang mussiman yang g berjualan ketika mussim durian saja. Durian inni biasanya dijual di pinggir jalan-jalan ramai di Koota Cianjur pada malam harri. 4.5.1.3. Harga H duriaan Harrga Durian ditentukan oleh kualitaas rasa durian pada sattu pohon terrtentu karena kaddang rasa durian d pohonn satu berbeeda kualitassnya dengann pohon lainnya. Rasa duriaan yang hambar biasannya tidak di d beli atau dibeli denggan harga sangat murah yaiitu Rp.10000/ buah atau kurang. Du urian yang rasanya r ham mbar ini biassanya digunakann sebagai opplosan ketikka durian dijjual kepada konsumen.. 4.5.2. Agrroforest Kaaret Teegakan kareet di Gununng Manangg gel ini sudaah ditanam semenjak tahun t 80-an ketiika masa peemerintahann Suharto. Karet K di tannam dalam rangka pro ogram pemerintaah yaitu pennghijauan. Petani P selain n diberikann bibit oleh pemerintah h juga diberi biaaya untuk perawatann p nya setiap bulan b hinggga tanamann karet terrsebut menghasillkan.
31
Gambar 9. Petani Menyadap Karet di Agroforest Karet Tegakan karet di Gunung Mananggel kebanyakan ditanam dengan sejajar dan rapih namun diselingi beberapa tanaman lain, biasanya adalah pisang atau pohon lain seperti melinjo. Selain yang ditanam secara monokultur ada juga petani yang menanam karet dengan acak dengan mengisi lahan yang terbuka atau dicampur dengan pohon-pohon lain. Petani yang menanam karet dengan mencampur dengan tanaman lain dilakukan karena keterbatasan lahan sehingga ingin mendapatkan penghasilan tahunan dari pohon durian yang sudah sejak lama ditanam juga mendapatkan penghasilan mingguan dari karet walaupun hasilnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan ditanam secara monokultur atau tidak dicampur. 4.5.2.1. Harga dan Pemasaran Karet Dalam satu hektar tegakan karet yang sudah dewasa di Gunung Mananggel ini dapat menghasilkan karet sekitar 40 kg setiap minggunya. Karet dikumpulkan, diangkut dan di jual ke bandar dengan harga Rp.6000. Jika petani pemilik agroforest tidak sanggup menyadap sendiri karetnya maka pemilik agroforest tersebut mengupah penyadap dengan 2/3 bagian karet yang disadapnya. Pemilik agroforest menerima 1/3 bagian saja namun penyadapan, pengangkutan hingga penjualan ke pengumpul ditanggung oleh penyadap. Pembagian ini biasa disebut dengan mertelu. 4.5.2.2. Perbandingan Karet di Gunung Mananggel Agroforest karet di Gunung Mananggel ini berbeda dengan agroforest karet masyarakat di Jambi dan Sumatera Selatan yang dibiarkan tidak disiangi sehingga menyerupai hutan. Petani karet di Gunung Mananggel percaya jika karet di biarkan tidak disiangi akan mengurangi produksinya disamping itu kematian tanaman yang baru ditanam akan jauh lebih tinggi. Kepadatan karet jauh berbeda di Gunung Mananggel sekitar 1325 pohon/ha sedangkan di jambi berkisar antara 200-500 pohon/ha (Gouyon A, et al, 1993).
32
Beberapa faktor yang nampaknya menjadi penyebab perbedaan kepadatan pohon perhektarnya ini diantaranya adalah keterbatasan
ruang. Di Gunung
Mananggel yang terletak dekat dengan pusat kota Cianjur, Jawa barat jauh lebih padat daripada di Jambi dan Sumatera Selatan sehingga lahan yang tersedia sangat sempit. Hal ini terbukti dengan lahan kepemilikan di daerah terpencil di Jambi rata-rata petani memiliki lahan sedikitnya 5 ha dan petani di daerah paling padat di Sumatera Selatan rata-rata memiliki lahan seluas 2,5-3 ha (Gouyon A, et al, 1993). Sedangkan, hasil wawancara di Gunung Mananggel kebanyakan petani memiliki lahan kurang dari 1 ha hingga 1 ha. Keterbatasan ruang ini yang memicu petani memaksimalkan produksinya dengan cara menanam lebih rapat walaupun masih diselingi dengan pohon buah-buahan lain. Meskipun petani Gunung Mananggel ini harus mengeluarkan tenaga banyak dengan merawat agroforest karetnya lebih intensif dan penyiangan dilakukan secara rutin tapi hanya dengan cara inilah petani dapat mendapatkan keuntungan yang optimal. 4.5.3. Agroforest Campuran Agroforest buah campuran terdiri dari pohon buah-buahan yang biasanya berpadu dengan durian, karet atau pohon lain penghasil kayu seperti sengon dan mahoni yang tumbuh sangat baik di Gunung Mananggel ini. Dalam agroforest campuran ini tegakan tidak terlalu didominasi oleh durian. Umur agroforest campuran ini lebih muda dari pada agroforest durian karena ukuran diameternya yang relatif lebih kecil dibandingkan agroforest durian. Buah-buahan yang biasa ditanam dan di jual-belikan di daerah ini antara lain rambutan, pisitan, menteng, petai dan jengkol. Selain itu yang ditanam tidak banyak sehingga tidak biasa diperjual-belikan atau dikonsumsi sendiri seperti campoleh, sirsak, alpukat, mangga, campedak, nangka, sawo, picung, jeruk, kupa, dukuh, dan sebagainya. Selain buah-buahan banyak juga petani yang menanam sengon untuk dimanfaatkan kayunya. Sengon ditanam di antara pohon durian atau karet sebagaimana pohon buah-buahan. Di Gunung Mananggel ini petani lokal pada umumnya tidak mengkhususkan lahannya untuk ditanam sengon secara monokultur, sengon ditanam untuk mengisi ruang-ruang kosong di antara tegakan lainnya untuk memaksimalkan keuntungan.
33
Ada satu pengusaha dari luar kota yang membeli lahan di Gunung Mananggel ini seluas 25 ha untuk dijadikan tegakan sengon. Namun, dinilai rugi atau tidak efektif oleh petani lokal karena menebang semua pohon durian yang sudah pasti panen setiap tahunnya dan menghasilkan keuntungan selain itu tanaman sengon yang ditanampun kurang perawatan sehingga pertumbuhannya lambat dan banyak tanamannya yang mati. 4.6. Pola Pengelolaan Agroforest Dikawasan Gunung Mananggel Sebagai Kawasan Agroforest Milik Masyarakat Sebagaimana lahan agroforest lain, agroforest di kawasan Gunung Mananggel ini pada umumnya memiliki siklus seperti diatas. Siklus ini terdiri dari berbagai jenis agroforest sehingga membentuk mozaik-mozaik vegetasi yang terhampar pada kawasan pegunungan ini. Berawal dari hutan alam yang ditebang hingga menjadi lahan yang terbuka, lalu lahan tersebut ditanami tanaman palawija terutama jenis padi huma, padi yang bisa ditanam pada lahan kering. Padi ini ditanam dua hingga empat kali panen atau hingga lahannya tidak subur lagi bagi padi karena biasanya petani tidak menggunakan pupuk buatan untuk padinya tersebut. Setelah beberapa kali panen petani menanam pisang dan pohon-pohon buah yang tidak membutuhkan naungan disela-selanya seperti durian dan pohon lain yang banyak ditanam seperti sengon (Paraserianthes falcataria). Ketika petani tidak menanam padi lagi pisang-pisang yang semula ditanam disela-sela padi sudah tumbuh besar dan dapat dipanen. Pada masa ini penghasilan petani berubah yang semula padi kini menjadi pisang. Petani tetap menanam pisang walaupun pohon sengon dan pohon-pohon buah lain sudah mulai berbuah. Penanaman jenis pohon lain tetap dilakukan hingga terbentuk agroforest campuran. Setelah diperkenalkannya karet ke kawasan mananggel ini sebagian petani mencoba menanam karet dengan membuka kembali agroforestnya dan menanaminya dengan palawija yang diselingi dengan karet. Petani tetap menanami palawija ini agar lahannya tetap menghasilkan karena memerlukan waktu beberapa tahun untuk mendapatkan penghasilan dari karet yang
34
ditanamnya. Penanaman karet dilakukan dengan rapih dan sejajar sehingga membentuk agroforest homogen. Ada juga petani yang mencoba menanam karet tanpa menebang sebagian atau seluruh luasan agroforestnya. Petani tersebut menanam karet pada tempattempat terbuka di penjuru agroforestnya sehingga membentuk agroforest campuran yang ditambah karet.
Gambar 10. Siklus pengelolaan Tipe agroforest durian-pisang merupakan hasil seleksi dari agroforest durian campuran yang sudah tua. Petani mempertahankan jenis tanaman yang paling bernilai ekonomi yaitu durian dan menebang pohon lain guna memperkecil kompetisi
dalam
memperebutkan
ruang
hidup.
Namun
petani
tetap
mempertahankan pisang untuk tetap mengisi lapisan tajuk bagian bawah. 4.7. Teknik Budidaya 4.7.1. Penyiapan Lahan dan Penanaman Penyiapan lahan dimulai dengan menebang pohon dan membersihkan semak-semak dan tumbuhan lainnya yang tidak diinginkan. Setelah dibersihkan tanah
yang hendak ditanami digemburkan dengan dicangkul. Penebangan
bertujuan selain untuk menerangi lahan yang akan ditanami juga merupakan 35
salahsatu hasil panen agroforest. Kayu biasanya dijual ke tengkulak kayu yang berjarak tidak jauh dari agroforest.
Gambar 11. Lahan yang sudah disiapkan, baru ditanami sengon dan pisang Dalam penanaman durian biasanya dilakukan secara acak dengan jarak tanam yang dikira-kira namun ada juga petani yang menanam agroforestnya dengan cara membentangkan tali yang telah ditandai secara membujur atau melintang sehingga tanaman berjarak teratur seperti yang dilakukan jika menanam karet yang tidak dicampur. Penanaman durian dilakukan dengan bibit yang disemaikan sendiri hasil dari durian yang telah di seleksi atau beli dari pembibitan yang jaraknya sekitar 15 km dari agroforest. Beberapa petani menanam dengan menggunakan biji durian yang sudah diseleksi dengan merasakan buahnya. Beberapa biji langsung di masukan ke lubang yang sudah disiapkan dengan menggemburkan tanahnya dan membersihkan tumbuhan lain disekitarnya. Penanaman dengan cara ini dipercaya menghasilkan pohon durian yang cepat tumbuhnya, sehat dan berumur sangat panjang dibandingkan durian yang ditanam dari bibit dalam polybag.
36
4.7.2. Penebangan Penebangan dapat dikatakan suatu kegiatan seleksi jenis yang membentuk agroforest menjadi seperti sekarang ini. pohon-pohon yang kurang produktif atau kurang bernilai ekonomi di tebang digantikan oleh pohon dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi karena keterbatasan ruang. Penebangan dilakukan selain untuk menerangi lahan yang akan ditanami juga merupakan bentuk kegiatan pemanenan. Biasanya kayu dijual ke tengkulak sebelum penebangan sehingga yang melakukan kegiatan penebangan hingga penyaradan adalah tugas dari tengkulak tersebut. Sang pemilik pohon hanya terima uang bersih.
Gambar 12. Seseorang yang hendak menyarad kayu yang baru dibuat balok Penebangan terjadi karena petani ingin memperbarui dan mengganti tanamannya agar agroforestnya lebih produktif. Namun, seringkali petani menebang pohon-pohon yang sangat produktif seperti durian yang berdiameter besar lebih dari 35 cm, yang berbuah sangat banyak atau pohon-pohon karetnya yang masih produktif. Hal ini seringkali terjadi karena kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak dan mendadak dan kemungkinan banyak dari mereka yang tidak menabung untuk mengantisipasi hal tersebut.
37
Harga kayu ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan antara penjual dan tengkulak kayu (pembeli). Tengkulak kayu menghitung diameter pohon dan jumlahnya yang kemudian dikalikan dengan kisaran harga jenis kayu sebagai bahan untuk pertimbangan penentuan harga total pada kegiatan penebangan ini. Kegiatan penyaradan kayu dilakukan setelah kayu tersebut dibuat balok di lokasi penyaradan. Penyaradan dilakukan dengan tenaga manusia dengan manggul yaitu diangkat dibahu atau ngagusur yaitu mengikat lalu menarik dengan menggunakan tali. 4.7.3. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di semua jenis agroforest adalah ngored yaitu menyiangi atau menuai gulma atau tumbuhan-tumbuhan yang tidak dikehendaki dengan arit atau cangkul. Selain untuk memperkecil persaingan tanaman yang menguntungkan dengan tumbuhan yang tidak diinginkan juga agar agroforest tidak rimbun oleh semak sehingga menjadi tempat binatang seperti ular bersembunyi. Ngored biasanya dilakukan dua kali dalam satu tahun tapi ada juga beberapa petani yang ngored lebih rutin dari itu. Hal ini disebabkan karena agroforest yang sangat rimbun sangat sulit untuk di siangi sehingga akan menyita lebih banyak waktu dan tenaga daripada jika dilakukan secara rutin. Ngored ini biasanya dilakukan merata di seluruh penjuru agroforest sehingga dibawah kanopi pohon hanya tersisa tanaman seperti pisang atau semaisemai pohon yang baru ditanam. Ada juga petani yang ngabuledan yaitu ngored hanya di sekitar pohon-pohonnya saja. Biasanya hal ini dilakukan jika pemilik agroforest tidak memiliki cukup uang untuk membayar orang untuk ngored atau tidak memiliki waktu untuk ngored sendiri. Ngabuledan dilakukan mengitari pohon seperti membuat cemplungan namun biasanya serasah dan daun-daunan tidak di kumpulkan di sekitar pohonnya yang dipercaya untuk menghindari serangan rayap yang dapat merusak pohon. 4.7.4. Penyemprotan Pestisida dan Pemupukan Ketika musim panen hampir tiba, durian sudah berbuah sebesar kepalan tangan terlihat ada petani yang menyemprot buah durian yang masih kecil tersebut dengan pestisida dengan menggunakan alat semprot yang memiliki selang
38
panjang. Sedikitnya tiga orang terlibat dalam penyemprotan ini satu orang berada di atas, di cabang-cabang pohon dia bertugas mengarahkan selang ke arah buah. Satu orang bertugas memompa alat semprot tersebut di bawah dan satu orang lagi memastikan air di ember yang telah tercampur pestisida cukup dan memegang ujung selang yang terhubung ke air tersebut pada tempatnya. Penyemprotan pada buah-buahan lain tidak dilakukan oleh petani karena sangat jarang kasus hama yang mengganggu pohon buah-buahan ini atau karena buah-buahan lain bukan merupakan panen yang utama bagi mereka. Penyemprotan dilakukan untuk mencegah rusaknya buah durian hasil panen utama ini oleh hama sejenis ulat yang membuat busuk bagian dalam buah dan mencegah dimakannya buah ini oleh binatang pengerat seperti bajing. Namun, hal ini jarang dilakukan oleh petani pada umumnya karena memerlukan biaya ekstra dan perhatian yang intensif. Hanya petani tertentu yang memiliki lahan agroforest yang luas seperti kasus diatas dilakukan oleh petani yang memiliki lahan seluas enam ha yang terdiri dari 3 ha agroforest durian, 2,5 ha agroforest karet, dan 0,5 ha lagi agroforest karet campuran. Pemupukan tidak pernah dilakukan pada pohon durian di daerah ini karena dipercaya dapat merusak rasa durian menjadi hambar. Begitupun karet tidak pernah diberi pupuk. Zat hara bagi pepohonan disini dirasa cukup didapatkan dari serasah-serasah dan dedaunan mati hasil ngored. Meskipun dedaunan yang telah membusuk ini tidak ditumpukkan di dekat pohon-pohon komersil namun hal ini dipercaya tetap dapat menjadi zat hara yang diserap oleh pohon-pohon ini. 4.7.5. Perkembangan Bentuk dan Konversi Agroforest Penanaman tanaman baru terlihat di kawasan ini. Hal ini menandakan perkembangan dan perubahan terus terjadi di kawasan ini. Percobaan terus dilakukan oleh petani demi menghasilkan pendapatan yang optimal. Tanaman yang relatif baru di kawasan ini ditanam oleh beberapa petani seperti cengkeh yang baru berumur dua tahun menjanjikan keuntungan yang besar jika berhasil kelak. Kopi juga terlihat disela-sela tegakan durian. Selain itu coklat yang sudah lama ditanam oleh PTPN di lahannya yang berdekatan dengan kawasan Gunung Mananggel ini terlihat ditanam juga oleh petani dan sudah menghasilkan. Namun,
39
terdapat kendala keamanan yaitu banyak terjadi pengambilan coklat oleh orangorang yang lewat sehingga hasil panen belum maksimal. Selain introduksi tanaman baru ke daerah ini perkembangan juga terjadi pada pola penanaman tanaman lama yaitu tanaman karet. Meskipun tanaman karet di daerah ini pada umumnya ditanam secara seragam namun ada salah satu petani yang memadukannya dengan tanaman lain. Karet ditanam di sela-sela agroforestnya yang sudah rapat dengan pepohonan lain. Konversi atau perubahan bentuk agroforest yang relatif cepat juga terjadi di kawasan Gunung Mananggel ini. Perubahan bentuk ini terjadi secara cepat dengan cara menebang secara menyeluruh dan serentak yang dilanjutkan dengan penanaman satu jenis pohon baru yang seragam. Konversi agroforest ini terjadi pada contoh kasus penanaman pohon sengon (Paraserianthes falcataria) oleh pemilik modal yang berasal dari ibukota. Perubahan bentuk agroforest dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu perubahan bentuk agroforest yang berjalan lambat seiring dengan tumbuhnya pohon baru yang menggantikan pohon lama. Perubahan ini dilakukan oleh petani lokal demi mendapatkan hasil agroforest yang optimal. Yang kedua adalah perubahan agroforest secara cepat. Perubahan bentuk ini terjadi secara cepat dengan cara menebang secara menyeluruh dan serentak yang dilanjutkan dengan penanaman satu jenis pohon baru yang seragam. Perubahan ini biasanya dilakukan oleh orang luar, bukan warga lokal yang memiliki modal yang banyak. Perubahan bentuk agroforest yang terjadi di kawasan Gunung Mananggel membentuk mosaik-mosaik agroforest yang terfragmentasi satu sama lainnya. Perubahan bentuk yang dilakukan oleh petani lokal aman secara hidrologi karena lahan agroforest tidak dibiarkan menjadi lahan yang terbuka sehingga erosi tidak terjadi berbeda dengan konversi oleh orang luar. Lahan agroforest sempat dibiarkan terbuka sehingga aliran permukaan oleh air hujan yang menyebabkan erosi dapat terjadi. Dalam hal keanekaragaman hayati perubahan yang dilakukan oleh petani lokal cenderung mengarah ke level yang lebih tinggi karena cenderung menambahkan jenis baru. berbeda dengan penanaman seragam yang dilakukan oleh orang luar tersebut.
40
4.8. Nilai dan Manfaat Agroforest Tabel 1. Penghasilan Agroforest Agroforest/komoditas Durian Waktu panen
Karet
Sekali/tahun Sekali/ selama 50-80 minggu hari
Jumlah panen rata-rata/thn(3) Penghasilan kotor Rp/ha/tahun Upah tenaga Pikul kerja rata2 Rp/ha/tahun lainnya Ngored Penghasilan bersih Rp/ha/tahun
Buah-buahan(1) Sekali/ tahun
Pisang(2) Sekali/ bulan
12.500 butir
2.080 kg
-
2400 kg
21.670.000
12.480.000
660.000
2.400.000
1.950.000
384.000
2.800.000(4)
-
1.920.000
1.920.000
15.000.000
10.176.000
720.000 150.000
-
510.000
1.680.000
Keterangan : (1) pohon buah-buahan ditanam disela-sela durian atau disela-sela karet (2) pisang ditanam dibawah pohon durian (3) berasumsi jika kepadatan pohon durian 67 pohon/ha (4) lainnya disini mencakup mengikat buah durian, mengambil buah durian dari
pohonnya dan menyemprot.
Para petani yang memiliki lahan di Gunung Mananggel mengungkapkan bahwa agroforest adalah mata pencaharian utamanya. Sedikitnya ada 30 orang warga desa Sukataris yang memiliki lahan di Gunung Mananggel, Desa Leuwikoja dari sekitar 50 orang lainnya. Kebanyakan dari mereka memiliki lahan kurang dari satu ha. Dari tabel tersebut dapat diketahui besarnya distribusi keuntungan dari petani pemilik agroforest kepada tenaga kerja. Yaitu pada komoditas durian 30 persen dari penghasilan kotor dan pada komoditas karet yaitu 18,5 persen. Bukan hanya pemilik agroforest yang bermatapencaharian di Gunung Mananggel ini ada pekerja lain yang tetap maupun yang di beri upah harian untuk
41
ngored, menanam, m p pikul duriaan, mengikat dan meemetik duriian, pikul kayu, nebang, daan sebagainnya. Seelain itu adaa juga petaani yang beerbagi hasil agroforest dengan peemilik agroforestt. Petani pennggarap meemanfaatkan n lahan dibaawah tegakaan durian deengan menanam pisang dann memanennnya sedangk kan pemilikk hanya mem manen duriaannya atau buahh-buahan laainnya nam mun sebagai gantinya petani p pengggarap ini harus menjaga dan menggelola agrooforest den ngan ngoreed secara rutin term masuk memeliharra tanaman yang baru ditanam oleeh pemilik agroforest. a K Kasus seperrti ini terjadi kaarena pemiilik tidak memiliki m waktu w yangg cukup uuntuk meng gelola agroforesttnya karenaa bermukim m relatif lebiih jauh dibaandingkan ppetani penggarap ini. Pemiliik hanya daatang ke lokkasi agroforrest ketika waktu w panenn durian tibaa saja untuk mem mborongkann atau menggambil dan menjual hassil panennyya tersebut.
1 Penghassilan tiga jenis kebun/aagroforest Gambar 13. Paada gambaar diatas terlihat baahwa tipe agroforest durian-p pisang merupakann sumber penghasilan p terbesar laalu agroforeest campuraan dan agrofforest karet yangg hampir saama. Duriann berkontrib busi paling banyak b padda tipe agrofforest durian-pissang dan agroforest a c campuran. Karet meruupakan pennghasilan paling p banyak paada tipe agrooforest kareet, namun diiselingi duriian dan buaah-buahan.
42
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa durian merupakan sumber penghasilan utama selain itu ada karet dan pisang. Meskipun penghasilan dari karet jauh lebih rendah daripada durian namun petani masih mempertahankan karet ini karena karet dapat dipanen sekali dalam seminggu berbeda dengan durian yaitu sekali dalam setahun. Panen yang cepat ini sangat disukai petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 4.8.1. Agroforest sebagai Sumber Kayubakar Agroforest di Gunung Mananggel juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar sebagai sumber kayubakar. Banyak warga yang bermukim dekat dengan Gunung Mananggel ini masih menggunakan kayubakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Banyak dari mereka masih menggunakan kayu bakar meskipun jarak ke kota tidak jauh dan pembagian kompor gas gratis pemerintah telah sampai kepada mereka. Terlihat ada petani yang di dapurnya terdapat kompor gas juga tungku pembakaran kayubakar. Hal ini terjadi mungkin karena harga gas tersebut masih relatif mahal bagi mereka atau karena mereka memanfaatkan sumberdaya yang berlimpah di daerahnya tersebut. Gunung Mananggel menyediakan kayu bakar yang berlimpah bagi masyarakat sekitarnya. Kayubakar ini berasal dari ranting-ranting pohon yang masih hidup atau dari sisa-sisa penebangan pohon karena petani yang ingin memperbarui dan mengganti tanamannya atau petani yang memanen tanaman penghasil kayunya. Karet adalah pohon penghasil kayu bakar yang sangat baik di daerah ini. Pengambilan kayubakar di daerah ini bebas, gratis dan siapa saja boleh mengambil di kebun-kebun milik ini tak terkecuali bagi orang-orang yang tidak memiliki kebun sendiri atau orang yang bermukim jauh dari lokasi tersebut. Tidak sedikit orang yang mencari dan menjual kayubakar ini ke tetangganya atau pembeli lain dari luar desa yang sengaja datang kesini. 4.8.2. Agroforest sebagai penghasil kayu Kayu bukan merupakan penghasilan utama bagi para petani di kawasan Gunung Mananggel ini walaupun demikian kawasan Gunung Mananggel ini memiliki kontribusi dalam produksi kayu seperti pada tabel berikut :
43
Tabel 2. Potensi Agroforest sebagai Penghasil Kayu di Kecamatan Mande pada tahun 2009 Potensi Hutan
Luas
Pohon
Volume
1.111,919
273.850
19.737,260
7,27
2.203
440,545
Rakyat Produksi hutan rakyat Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Cianjur
Kayu yang dihasilkan dari kawasan Gunung Mananggel ini berasal dari pohon yang ditanam petani yaitu : •
Pohon yang memang ditanam sebagai penghasil kayu. Jenis pohon tersebut yang paling banyak di daerah ini adalah sengon, suren, mindi dan afrika yang memiliki masa tebang pendek serta mahoni dan rasamala yang memiliki masa tebang panjang.
•
Pohon buah yang ditebang untuk mengurangi kompetisi dengan pohon durian. pohon buah ini juga banyak yang memiliki kualitas kayu yang bagus seperti menteng dan pala.
•
Pohon durian. Meskipun jarang petani yang menebang jenis pohon ini sebagai penghasil kayu namun pada banyak kasus petani menebang jenis pohon ini ketika pohon tersebut memiliki kualitas buah yang buruk, rasanya hambar atau kuantitas buah yang sangat kecil pada beberapa musim yang mungkin disebabkan karena penyakit tanaman.
•
Pohon karet. Ketika harga karet anjlok banyak petani yang menebangi pohon karetnya dan mengkonversi kebun karetnya menjadi kebun lain. alasan lain petani adalah ketika pohon karetnya sudah tidak produktif lagi karena sudah terlalu tua. Selain harga kayu karet yang sudah meningkat, kayu karet juga sangat bagus untuk kayu bakar.
4.8.3. Agroforest sebagai Sumber Sayuran dan Bahan Makanan Lain Di kawasan Gunung Mananggel kebun milik masyarakat menghasilkan berbagai jenis buah-buahan. Tercatat lebih dari 38 jenis pohon buah dan banyak varietas. Buah-buahan ini merupakan makanan yang penting sebagai sumber
44
vitamin dan mineral. Kebanyakan spesies bersifat musiman. Musim berbuah yang paling banyak pada bulan November dan April. Pepaya, cabe dan singkong terlihat ditanam juga di beberapa tempat di daerah terbuka yang baru ditanami. Penanamannya terlihat bersamaan dengan jenis pohon sengon dan pisang. Singkong terlihat juga ditanam di bawah tegakan durian yang tidak terlalu tertutup. Bahan makanan yang dijadikan sebagai sayuran yang berasal dari agroforest diantaranya adalah berbagai daun-daunan muda dari beberapa jenis pohon, jengkol, petai, petai cina, kluwek, melinjo dan rebung yang berasal dari tunas bambu yang masih muda. Kebanyakan dari bahan makanan ini merupakan makanan yang sangat disukai, selain kandungan nutrisinya yang baik. Bahkan nampaknya setiap orang bisa memanen produk-produk non komersial ini tanpa memberi tahu pemilik namun hanya sebatas konsumsi rumah tangga. Pemanenan produk-produk ini biasanya dilakukan sewaktu pulang, sehabis mengurus kebun. Keberadaan produk-produk ini sangat efektif untuk pemenuhan kebutuhan sendiri yang sedikit banyak menghemat biaya pengeluaran untuk makan. 4.9. Keberadaan Agroforest Ditinjau dari Aspek Konservasi 4.9.1. Agroforest sebagai Sumber Keanekaragaman Jenis Pohon Gunung Mananggel merupakan pulau keanekaragaman hayati yang tersisa yang letaknya diantara perkotaan dan persawahan. Lebih dari 39 jenis pohon buah dan sembilan Pohon kayu yang tercatat dari hasil wawancara di Gunung Mananggel ini. lima jenis pohon buah yang tercatat adalah jenis yang sudah jarang ditemui di pasar-pasar yaitu campoleh (Madhuca cuneata), Gandaria (Bouea macrophylla), Kupa (Eugenia polychephala), kokosan (Baccaurea sp) dan pisitan (Baccaurea sp). Pohon-pohon buah merupakan yang paling banyak ditanam. pohon-pohon penghasil kayu yang berumur relatif singkat juga banyak ditanam. Petani jarang terlihat menanam pohon-pohon kayu yang berumur sangat panjang dan berbobot sangat berat seperti jati. Bobot yang sangat berat membuat kayu tersebut sangat
45
mahal biaya angkutnya dan umur tebang yang sangat panjang juga tidak disukai petani karena sangat lama untuk mendapatkan hasilnya. Selain menanam pohon-pohon komersil seperti durian, karet dan sengon petani juga banyak menanam pohon buah-buahan dan pohon berkayu keras. Umumnya pohon-pohon ini ditanam diantara tegakan durian dan atau karet sebagai pohon sela serta di batas-batas lahan kebunnya. Penanaman pohon-pohon ini umumnya secara acak, tidak ada aturan dan jarak tanam yang khusus. Petani mempertahankannya jika dilihat tidak mengganggu tanaman utama. Banyak dari pohon-pohon tersebut tumbuh dari permudaan alam yang kemudian dipertahankan oleh petani karena memiliki manfaat dan mengisi ruang yang kosong. 4.9.2. Agroforest sebagai Habitat Satwaliar 4.9.2.1. Avifauna di Gunung Mananggel 4.9.2.1.1. Keragaman Avifauna di Gunung Mananggel Agroforest di Gunung Mananggel merupakan ruang terbuka hijau yang menyediakan ruang hidup bagi berbagai jenis avifauna. Setidaknya terdapat 39 spesies avifauna dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan 29 spesies dari hasil wawancara dengan petani dan pemburu burung yang 15 spesies diantaranya sudah tercatat pada pengamatan langsung sehingga jumlah semuanya di Gunung Mananggel terdapat 53 spesies avifauna.
Kurva Keragaman Avifauna di Gunung Mananggel Jumlah spesies
50 40 30 20 Keragaman Jenis
10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Daftar jenis
Gambar 14. Kurva Keragaman Avifauna
46
Garis pada kurva keragaman spesies diatas hampir mendatar, membentuk garis asimtot dan hampir menyentuh angka 40 pada daftar jenis ke sepuluh, sehingga jika pengamatan terus dilakukan dan jika mengabaikan spesies burung yang bukan penetap serta faktor subjektif pengamat dalam mengidentifikasi burung maka hasil yang didapatkan tidak akan bertambah signifikan.
Gambar 15. Gambar Penyebaran Relung Habitat Burung di Gunung Mananggel Puyuh gonggong jawa (Arborophila javanica) berada pada relung paling bawah dibanding dengan jenis burung lainnya yaitu pada lantai atau serasah lalu burung pipit dan jenis-jenis burung kecil seperti cinenen menempati semak. Ada juga burung-burung pelatuk yang membuat sarang di batang pohon durian atau di pohon sengon.Tajuk paling atas ditempati oleh burung wiwik, famili Cuculidae yang dikenali karena bunyinya yang selalu terdengar namun tidak pernah ditemui langsung. 4.9.2.1.2. Spesies Burung Endemik di Gunung Mananggel Pada pengamatan langsung dilapangan ditemukan 39 spesies dalam 21 suku dan 32 marga. Dua spesies yang ditemukan tersebut merupakan spesies endemik jawa yaitu cinenen pisang (Orthotomus sutorius) dan puyuh gonggong
47
jawa (Arborophilla javanica) serta tiga spesies endemik jawa-bali yaitu cinenen jawa (Orthotomus sepium), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) dan opior jawa (Lophozosterops javanicus). Selain spesies endemik beberapa spesies yang ditemukan adalah spesies yang dilindungi seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), pijantung kecil (Arachnothera longirostra), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), dan beberapa yang lainnya. Pada saat wawancara dari dua orang yang diwawancarai mengaku akan adanya spesies yang sudah langka dan dilindungi yaitu anis merah (Zoothera citrina) Di kawasan Gunung Mananggel ini. Satu orang mengaku belum lama ini telah menangkap spesies anis merah dan menjualnya dan satu orang lagi mengaku pernah melihat spesies tersebut meskipun sudah sangat jarang ditemui. 4.9.2.1.3. Hutan dan Burung Burung adalah indikator yang baik untuk mengidentifikasi daerah yang kaya keanekaragaman hayatinya, termasuk perubahan dan masalah lingkungan yang ada. Umumnya, daerah-daerah yang kaya dengan keragaman jenis burung juga kaya dengan keragaman hayati lainnya. Sehingga, burung bisa menjadi indikator untuk menemukan daerah penting tersebut. Berkurangnya jumlah burung juga mengindikasikan dampak tertentu dari degradasi lingkungan (Lambertini dalam Mackinnon et al, 2010). Burung-burung yang ditemui di kawasan Gunung Mananggel ini sebagian besar merupakan spesies-spesies burung yang hidup di hutan atau vegetasi rapat diantaranya adalah Puyuh gonggong jawa (Arborophila javanica), kipasan belang (Rhipidura javanica), munguk beledu (Sitta frontalis), cikrak bambu(Abroscopus supercilliaris), caladi tilik (Picoides moluccensis), caladi batu (Meiglyptes tristis) dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra)dan lain-lain. Selain itu ditemukan satu spesies yang merupakan spesies khas hutan primer dataran rendah yaitu sepah hutan (Pericrocotus flammeus). Namun uniknya ditemukan juga beberapa spesies burung khas hutan pegunungan yaitu
opior jawa (Lophozosterops
javanicus); cinenen gunung (Ortothomus cuculatus); ciu kunyit (Pteruthius aenobarbus). Spesies lainnya merupakan spesies burung yang familiar karena hidupnya di lahan terbuka yaitu bondol jawa (Lonchura leucogastroides), kutilang 48
(Pycnonotus aurigaster), wiwik uncuing (Cacomanthis merulinus) dan wiwik kelabu (Cuculus sepulcralis), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) dan sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) 4.9.2.2. Keragaman Mamalia di Gunung Mananggel Gunung Mananggel merupakan habitat bagi babi hutan (Sus sp). Babi hutan merupakan hama bagi petani yang memakan tanaman-tanaman yang baru ditanam. Selain untuk menyingkirkan hama pengganggu berburu babi lebih sebagai hobi yang merupakan rutinitas petani setiap hari minggu. Perburuan babi hutan ini menggunakan anjing dan senjata api. Pada saat pengamatan terlihat beberapa kali bajing kelapa (Callosciurus notatus.) monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) sering terlihat di puncak dan lereng bukit. Surili (Presbytis comata) dilaporkan oleh para petani sering dapat dijumpai di kanopi-kanopi pohon durian yang besar beberapa tahun yang lalu. Namun keberadaan jenis primata ini sudah sangat langka ketika hutan lindung di bagian puncak bukit sudah mulai gundul. Sehingga diperkirakan agroforest di kawasan Mananggel ini merupakan salah satu komponen habitatnya yang menyediakan sumber bahan mkanan berupa buah-buahan dari pohon buah yang banyak terdapat di kawasan ini. Spesies primata ini juga dianggap sebagai hama oleh petani sehingga perburuan tidak bisa dihindari. 4.9.3. Agroforest sebagai Penjaga Sistem Hidrologi Sebagai ruang terbuka hijau yang berbukit, agroforest dikawasan Gunung Mananggel memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat di sekitarnya bahkan mungkin dapat dirasakan juga oleh masyarakat perkotaan karena letaknya yang sangat dekat. Kanopi pohon durian, karet dan pohon-pohon lain yang menutupi sebagian besar lahan milik di kawasan Gunung Mananggel membuat aliran permukaan yang menyebabkan erosi jauh lebih rendah daripada lahan yang terbuka tanpa pohon. Biomassa yang tinggi yang terkandung di kawasan Gunung Mananggel yang luas dapat dipastikan sangat berpengaruh dalam menciptakan iklim mikro di daerah yang disebutkan diatas.
49
Terdapat dua sungai yang mengalir dari kawasan ini. Kedua sungai ini dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk mengairi sawahnya. Walaupun kanopi pohon di agroforest-agroforest di kawasan Gunung Mananggel tidak serapat di hutan alam dan biomassa yang terkandung tidak sebesar hutan alam namun telah terbukti dengan adanya sungai tersebut bahwa agroforest dapat menjaga sistem hidrologi kawasan setempat. Agroforest dapat dijumpai dari lahan yang memiliki kelerengan curam hingga sangat curam. Penulis tidak menemukan keterkaitan antara kelerengan lahan dengan komposisi jenis pohon yang ditanam oleh petani. Jenis durian atau karet dapat ditanam di lahan yang sangat curam sekalipun.
50
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Kawasan Gunung Mananggel merupakan kawasan terbuka hijau yang terdiri dari mosaik-mosaik beberapa tipe agroforest yang setidaknya memiliki dua strata. Lahan di kawasan Gunung Mananggel ini dikelola oleh petani dengan menggunakan sistem agroforestri. Terdapat setidaknya tiga tipe agroforest yang bersiklus dan tidak dapat dibedakan secara tegas. Tipe-tipe agroforest itu adalah : y Agroforest durian y Agroforest karet y Agroforest campuran 2. Gunung Mananggel memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat di sekitarnya. Diantaranya adalah : sebagai sumber penghasilan utama bagi para petani, sebagai sumber kayubakar, sebagai pemasok kayu, sebagai sumber sayuran dan bahan makanan lain. Dibandingkan bentuk pengelolaan lain yang dapat dilakukan di kawasan perbukitan ini, bentuk pengelolaan agroforestri memiliki keistimewaan yaitu Lebih minimalnya pengelolaan dan jangka waktu serta hasil panen yang bervariasi. Hal tersebut merupakan alasan bagi para petani dalam mempertahankan pola pengelolaan ini. 3. Kawasan Gunung Mananggel memiliki peranan terhadap konservasi sumberdaya alam. Sebagai daerah resapan air. Sebagai habitat berbagai jenis satwaliar. Di Kawasan ini terdapat lebih dari 39 spesies avifauna dari hasil pengamatan langsung, dua spesies primata dan dua spesies mamalia lainnya. 5.2. Saran 1. Penelitian lain yang mencakup ekonomi kawasan, satwa liar dan lain-lain ini sangat diperlukan untuk membangun kawasan ini kedepannya. 2. Ancaman terhadap kawasan ini adalah konversi agroforest menjadi bentuk lain sehingga tidak lagi menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
51
itu perlu adanya campur tangan pemerintah dan pihak lain untuk membantu mempertahankannya
52
DAFTAR PUSTAKA Affandi O. 2002. Home garden: sebagai salah satu sistem agroforestiy lokal [skripsi]. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Agus F et al. 2004. Peranan agroforestri dalam mempertahankan fungsi hidrologi DAS. Bogor: Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian. Arifin HS, M A Sardjono, Sundawati Leti. 2003. Bogor: ICRAF. Bibby C, M Jones dan S Marsden. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapang (Survei Burung). Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL). Bandung. Djajapertjunda Sadikin. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Sumedang: Alqaprint Jatinangor. H de Foresta, A Kusworo, G Michon dan WA Djatmiko. 2000. Ketika Agroforest Berupa Hutan-Agroforest Khas Indonesia- Sumbangan Masyarakat Bagi Pembangunan Berkelanjutan. International Centre For Research in Agroforestry. Bogor H de Foresta dan G. Michon. 1993. Creation And Management Of Rural Agroforests In Indonesia: Potential Applications In Africa. In Hladik, C.M. Et Al. Eds.: Tropical Forests, People And Food. Biocultural Interactions And Applications To Development. Unesco MAB Series, No 13, Unesco and Parthenon Publishing Group. H de Foresta dan G. Michon. 1997. The Agroforest Alternative To Imperata Grasslands:When
Smallholder
Agriculture
And
Forestry
Reach
Sustainability. Agroforestry Systems. Anonim. Agroforests : Examples From Indonesia. ICRAF, ORSTOM,CIRAD-CP and the Ford Foundation. Hinrichs A, D R Muhtaman, N Irianto. 2008. Sertifikasi Hutan Rakyat Di Indonesia. Jakarta: Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ). Kasmayati, M. 2008. Tingkat Peluruhan Bahan Organik Pada Musim Kemarau Di Muara Sungai Cisadane (Bagian Tawar dan Payau), Tangerang, Banten [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor. Kodar S. 3 februari 2009. Melirik “Agroforestry” Kakao di Ciamis. Harian Pikiran Rakyat.
53
Kodar S. 3 februari 2009. Memberi Manfaat Melalui Hutan. Harian Pikiran Rakyat Mackinnon J, K Phillips dan Bas Van Balen. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Burung Indonesia. Bogor Notohadiprawiro T. 2006. Pemapanan agroforestry selaku bentuk pemanfaatan lahan menurut kriteria pengawetan tanah dan air [makalah seminar]. Yogyakarta: Ilmu Tanah, Universitas Gadjah Mada. Nugraha Agung, h Priyadi, Hasbillah. 2007. Pembalakan Ramah Lingkungan. Tangerang: Wana Aksara. Sitompul SM dan Purnomo D. Peningkatan fungsi agronomi sistem agroforestri jati, pinus dengan menggunakan varietas tanaman jagung toleran irradiasi rendah. Malang: Program Studi Agronomi, Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Wongso S. 2008. Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor DAS. Solo: Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Negero Semarang.
54
Lampiran 1. Kuesioner Wawancara 1. Sejak kapan kegiatanberkebun disini dilakukan? 2. Perubahan-perubahan apa saja yang pernah terjadi di kawasan ini terkait dengan status kawasan, tata guna lahan, ataupun jenis tanaman yang ditanam? 3. Jenis tanaman apa yang ditanam di kebun anda? 4. Bagaimana cara penanaman masing-masing jenisnya? 5. Berapa jumlah tanaman dan bagaimana kombinasi jennisnya yang ditanam dalam 1 ha? 6. Bagaimana pemeliharaan masing-masiing jenis dan dalam satu kesatuan kawasan? 7. Bagaimana daur rotasi setiap jenisnya? 8. Bagaimana cara pemanenan setiap jenis tanaman? 9. Kapan waktu panen setiap jenis tanaman? 10. Siapa saja yang terlibat dalam pemanenan? 11. Faktor2 apa saja yang membuat panen terseebut gagal dan sebaliknya yang membuat panen tersebut berhasil? 12. Milik siapa lahan yang sedang anda garap? 13. Apa alasan yang membuat lahan tersebut tetap dipertahankan menjadi kebun hingga kini? 14. Kepada siapa anda menjual hasil panen? Apakah ada perantara? 15. Bagaimana sistem penjualannya? (ex, sistem ijon) 16. Bagaimana hasil panen tersebut hingga ke tangan konsumen? 17. Bagaimana kondisi harga hasil panen tiap-tiap jenis ? 18. Kapan harga tersebut naik dan turun? 19. Adakah adat istiadat setempat yang mengatur pengelolaan kawasan ataupun kebun? 20. Bagaimana pengaruh adat istiadat setempat terhadap pengelolaan kawasan atau kebun dan sebaliknya? 21. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan kawasan/kebun? 22. Berapa tenaga kerja yang anda pakai dalam mengelola kebun anda? Dan bagaimana mencari tenaga kerja tersebut? 23. Peratura apa saja yang berlaku dalam mengelola kebun ini? 24. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan kawasan/kebun? 25. Apa ancaman terhadap keberadaan kebun?berapa biaya total yang dibutuhkan untuk berkebun? 26. Berapa biaya total yang dibutuhkan untuk berkebun? 27. Berapa harga lahan perhektarnya? 28. Hasil panen apa saja yang dijual ke pasar an berapa harga masing-masing jenisnya? 29. Berapa keuntungan yang didapatkan?
55
30. Hasil kebun apa saja yang dikonsumsi sendiri? 31. Tumbuhan apa saja yang ditanam di kebun? 32. Satwa apa saja yang terdapat di kawasan ini? 33. Adakah perbedaan antara penaman di lahan datar dan miring dari segi jenis tanamnnya maupun tekhniknya? 34. Adakah cara-cara yang anda gunakanuntuk memelihara tata air? 35. Adakah konflik dengan pemerintah?
56
Lampiran 2. Catatan Lapangan Responden Babah Ajun
Status/Pekerjaan Buruh tani sawah dan kebun
Hasil
Catatan
Dikebun biasanya 6 bulan sekali di kored. Ada tetangganya mau menggadai tanah.
Jaman dahulu kebun
Dia berkata kalau punya uang 20 juta baik jika menggadai tanah punya si mamat.. itu
disini tidak seperti
bakaal untung. Dia punya pohon duren sirumbung.. yang satu pohonnya bias mencapai
ini.. pohonnya besar2
lebih dari seribu buah.. namun di tebang, karena punya hutang.
dan tidak pernah di
Durian si rumbung satukali berbuah bisa sampai 1700 buah/pohon/musim.
kored seperti
Ada yang menggadai tanah yang berpohon duren 70 pohon di gadaikan 5 juta sekarang ini namun ditambah lagi jadi 17 juta dan akhirnya 20 juta, kalau saja satu buah di jual pohonnya sangat 5000an saja sedangkan satukali turun sekitar 500 buah. Dan biasanya satukali musim beragam sekali. biasanya 10.000 buah. Sehingga kalau menggadai tanah itu sudah pasti untung dalam Dikarenakan pohon dan dalam satu tahun pun sudah terbayar. itu dia berkata Uang yang telah disepakati yang komersil pada kita berikan lalu blangko tanahnya kita ambil, kemudian hasil kebunnya menjadi milik saat itu hanya kita sampai kapanpun dan tidak mengenal batas hingga dia sanggup membayar. Dalam beberapa jenis saja system ini biasanya yang menerima gadai yang untung karena biasanya duit balik lagi dan yang lainnya dan penghasilan dapat juga. Di mananggel ini yang ingin menggadai kebun selalu saja tidak laku namun ada akibat dari terjerat hutang piutang. Biasanya yang gadai menggadai kebun disini sekarang kata dia kebunnya ditebus kembali setelah 3-4 tahun dan lebih lama. Aku bertanya apakah sering ada yang menyewakan kebunnya. Dia menjawab kalo
pohon sengonpun laku dijual. Sehingga
sewa-menyewa itu tidak ada disini karena rugi disamping karena tidak diperbolehkan
banyak kebun2 rakyat
oleh agama. yang ada disini yaitu Morod. Morod itu dia berkata misalnya kita morod
yang dijual pohon2
62
kebun seseorang selama setahun yaitu 2 juta maka selama hasil panennya tidak banyak
besarnya.
maka morodnya tidak diitung pada tahun itu dan tahun depan atau musim selanjutnya
Dikarenakan
masih menjadi hak yang morod hingga hasil panennya cukup.
aksesnya juga gunung
Sebenarnya enak kalau punya kebun disini atau punya uang cukup membayar yang menggadai kebun. Namun kebanyakan orang 2 disini uangnya dipakai untuk hura2
mananggel ini tidak terlalu sulit.
(pengeluaran yang tidak jelas) seperti pak Ilih misalnya sebenarnya penghasilannya mencapai 60 juta pertahun dari hasil panen durian. Kalau saja ia menghemat mungkin saja kebunnya sudah sangat luas. Aku berkata bukannya saat ini kebunnya selalu diperluas. Ia memperluas kebunnya terus namun itu dari menghutang. Tempo waktu itu beliau menjual sawahnya sebanyak 125 juta. aku bertanya dikebun ini apakah dari dulu seperti ini banyak sekali pohon duriannya tidak ada perubahan. Dulu tidak seperti ini dulu poohon duriannya sedikit sekali. Kebanyakan dulu itu pohon picung, menteng, kupa. Ada pohon duren namun tidak banyak. Waktu aku
pertama kali merantau beliau berkata pohon durian Cuma ada
empat pohon di mananggel ini. Lalu ditanami durian terus oleh pak ilih sambil dihumaan (ditanami palawija) lama-kelamaan 8 hingga 10 tahun hasilnya sudah mulai kelihatan. 4 hektar punya pak ilih waktu itu. Yang bodoh itu yang punya Raped itu (pengusaha) ia membeli tanah di mananggel seluas 25 Ha seharga 500 juta dari beberapa petani berkisar antara 5juta dan paling mahal itu 30 juta. Ia menebang habis semua pohon termasuk durian. Padahal durian di salah satu kebun ( kebun yang dekat pak ilih) itu sangat baik kualitasnya dagingnya
62
tebal2 dan pohonnya pun sangat besar yang sekali berbuah banyak sekali. Waktu itu kebun tersebut memborongkan duriannya kepada tengkulak seharga 10 juta. Setelah menebang habis semua pohonnya tanah tersebut ditanami dengan sengon. Namun pada kenyataannya sengonnya tidak terawat sekali, gulmanya sangat tebal sekali, hingga setelah dua tahun ini pohon2nya masih kecil saja. Coba kalau perawatannya yang bagus di kored rutin setahun duakali mungkin saat ini diameternya sudah sebesar paha manusia. Si abah ini menganggap tindakan pengusaha tersebut sangat bodoh. Dia berasumsi tindakan pengusaha itu akan berakibat kerugian. Beliau berkata pola pikir pengusaha memang berbeda sekali dengan pola pikir petani. Seharusnya dia berkata kalau mau menanam sengon ya tanam saja, pohon duriannya tidak usah di tebang karena penghasilan yang dihasilkan oleh durian sangat menguntungkan belum lagi penghasilan dari pohon lainnya seperti petai yang sudah besar-besar. ditanami sengon di sekitar pohon durian tidak akan mengganggu pertumbuhan dari sengon. Apalagi sengon itu belum pasti di panen dalam 3 tahun ini. Sehingga kita dapat mempunyai penghasilan ganda yaitu penghasilan tahunan duria dan penghasilan dari sengon itu sendiri. Tehnik petani itu berbeda dengan tehnik perkebunan hasil ini dapet hasil dari itu dapet sehingga maju terus.
Andri
Pemilik kebun
Sekarang ada durian Bangkok yang dalam 4 tahun sudah mulai berbuah berbeda
62
dengan jenis durian local yang berbuah lebih dari xx tahun. Namun jenis durian Bangkok pohonnya sangat kecil sangat mudah sekali dipanjat. Berbeda dengan jenis local yang besar dan sangat tinggi, sehingga sangat sulit dipanjat. Dia berkebun karet, durian campur2. Dia menyarankan untuk memenuhi kebun dengan berbagai tanaman ditanam agar rapi yaitu dengan benang dipanjangkan, seperti yang saya lakukan juga ungkapnya. Dikebun ada durian, rambutan, alpukat,tangkil, sawo, cengkeh, sengon terutama karena banyak dan sudah besar2. Lalu aku bertanya sengon dijual berapa?. Kalau sengon itu kemarin saya menebang satu pohon dapat 2,5 kubik biasanya berumur 5 tahun. Katanya 1,5 juta juga bisa laku. Namun itu jangan sampai bala (di tumbuhin gulma). Sengon itu kalau bala bisa mati, apalagi masih kecil, terkecuali sudah besar baru bisa tahan. oleh karena itu harus rutin selalu di kored (siangi) minimal 6 bulan sekali. Kalau malas menyiangi semua kebunnya maka dibulatin aja. Dibulatin itu yaitu hanya di siangi di lingkaran sekitar pohon/tanamannya saja. Aku bertanya baguskah jika di tumpuki daun-daunan kering (serasah di sekitar pohon tersebut. Dia menjawab “ bagus karena bisa jadi pupuk namun karena dibawah pohon tersebut kalau ditumpuki serasah maka akan jadi lembab sehingga dapat menjadi tempat bersarang yang nyaman bagi semut dan rayap. Makanya lebih baik di bersihkan saja nanti juga jadi pupuk sendiri. Aku punya dua gunduk tanah (gunduk:satuan) dia berkata kira2 dua hektar kurang. Duren itu banyak banget musim kemarin juga dapet sekurang2nya satu ton. Kalo dulu jika ingin durian ya pergi ke pasar. Tapi sekarang kalau musim banyak sekali durian
62
yang tidak termakan dan membusuk di dapur. “Penghasilan utama dari apa”? aku bertanya. Dia menjawab “ya, dari kebun”. “berapa penghasilan pertahun”? tidak tentu. Tergantung penghasilannya saja. Kemarin dari duren saja di borongkan, dari kebun yang ini 4 juta dan dari kebun yang itu 2,5 juta bersih. Aku bertanya selain dari durian dari apa lagi penghasilannya? Dia menjawab selain dari durian tidak ada lagi… paling dari pisang. Dari pisang itu kecil paling seratus ribu dan tidak menentu bisa 3 bulan sekali. Namun ada pengeluaran buat ngored. Ngored tersebut seharga 20 ribu/orang/hari. Jika kebunnya luas maka jangan oleh satu orang tapi 3 orang biar cepat.
Ade
Pemilik kebun
Harga tanah rata-rata di gunung mananggel adalah Rp. 3000 hingga 3500/meter persegi kecuali yang sudah banyak pohon terutama pohon duriannya. Tanahnya terdapat tanaman karet, durian, pete, jengkol, manii, kokosan, pisitan, rambutan, cengkeh, pala, kelapa, melinjo. Di pak ade ini kebun karetnya di campur dengan pohon buah-buahan lain.Luas lahan pak ade satu hektar. Kenapa berbeda dengan dengan kebun karet parak di jambi yang dibiarkan hingga menyerupai seperti hutan karena pak ade meyakini produktifitasnya jauh lebih drendah jika di biarkan dari pada di kored secara rutin. Jika kebun karet di sadap oleh orang lain (pekerja) maka pembagiannhasilnya disebut mertelu yaitu satu bagian untuk pemilik kebun dan dua bagian untuk penyadapnya. Kalo di borongkan buah durian dijual sekitar Rp. 2000-2500/buah tergantung
62
negosiasikadang dilakukan ketika durian sebelum jatuh. Kalo durian bagus bisa di jual ke Bandar seharga Rp. 10.000/buah. Manisnya duren itu tergantung musim jika duren waktu berbuah itu keluar lagi pucuk maka durian yang sudah mau matang tersebut kembali lagi jadi mentah. Itulah sebabnya kenapa banyak durian yang sudah jatuh tapi rasanya masih mentah. Jaman dulu durian itu gampang tidak usah di tali, ketika jatuh besoknya diambil itu masih ada. Beda dengan sekarang durian jatuh tidak aman sehingga harus di tali yang berakibat pada penambahan biaya perbuahnya untuk tali. Biasanya durian di jual ke Bandar atau di borongkan ke pemborong. Yang dijual ke Bandar petani harus mengelola buah durian sendiri hingga sampai kepada tangan Bandar. Mengelola sendiri berarti mengupah orang untuk mengikat durian ketika berbuah, memanjat lagi untuk mengambilnya dari pohon hingga mengangkutnya dari kebun hingga ke tempat Bandar. Panen tersebut berlangsung hingga satu bulan penuh atau lebih 30 hingga 50 hari tapi ketika musim terakhir-terakhir ini panen berlangsung hingga 90 hari. Tapi buah yang dihasilkan sama saja atau lebih sedikit. Petani yang mempunyai kebun di daerah gunung mananggel yang terletak di desa leuwikoja jumlah semuanya sekitar 50 orang. Petani rata-rata memiliki lahan di gunung mananggel seluas kurang dari 1 ha. Petani dari desa sukataris sekitar 30 orang merupakan jumlah petani terbanyak yang mempunyai lahan di gunung mananggel desa leuwikoja.
62
Ilih
Pak Ilih merupakan
Kebun durian banyak dipadukan dengan pisang dan pohon-pohon lain sedangkan
pemilik kebun di
karet tidak dpadukan dengan apapun hanya satu atau dua pohon jenis lain. Beberapa
daerah gunung
petani disana menanam cokelat dikebunnya namun menurut pak ilih tanah disini tidak
mananggel yang
cocok untuk cokelat dan tanah yang ditanami cokelat itu akan menjadi jelek.
luas. Luas kebunnya
Kebunnya secara teratur disiangi secara menyeluruh. Dalam satu tahun dua kali
6 ha terdiri dari 3 ha
atau lebih kebunnya disiangi. Harga buruh tani itu 20 ribu/orang/hari kerja. Hari kerja
kebun durian dan 3
= jam enam pagi sampai jam 12 siang.
ha lagi kebun karet.
Putra
Pemilik kebun
Dalam 2500 m2 Durian sudah besar empat pohon; menteng dua pohon; kupa dua pohon; picung empat pohon namun dua pohon yang besar ditebang, jengkol tujuh pohon; aren satu pohon tumbuh liar; sengon dua pohon; salak tiga; selebihnya diselaselanya ditanami pisang.
62
Lampiran 3. Hasil Wawancara Mengenai Jenis Pohon yang ada di Gunung Mananggel
No 1.
Campoleh
Pohon Berbuah Madhuca cuneata
2.
Sirsak
Annona muricata
3.
Alpukat
Persea americana
4. 5. 6.
Manggis Cempedak Nangka
7. 8. 9. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Sawo Picung Melinjo Jambu batu Jambu air Gandaria Mangga Pala Kupa Menteng Kokosan Pisitan Petai
Garcinia mangostana Artocarpus integra Artocarpus heterophyllus Manilkara zapota Pangium edule Gnetum gnemon Guava sp Syzigium aqueum Bouea macrophylla Mangifera indica Myristica fragrans Eugenia polycephala Baccaurea recemosa Baccaurea sp Baccaurea sp Parkia speciosa
21.
Dukuh
Lansium lappaceum
22.
Rambutan
Nephelium domesticum
Pohon Berkayu Paraserianthes falcataria Manglid Manglietia glauca blume Mahoni Swietenia macrophylla Jati Tectona grandis Mani’i Maesopsis emini Mindi Azadirachta indica
Sengon
Suren Rasamala Gmelina
Tanaman Lain Kelapa Cocos nucifera Aren
Areca cathechu
Salak
Salacca zalacca
Bambu Kopi Coklat
Bamboosa sp Cofea sp Theobroma cacao
Toona surenii Altingia excelsa Gmelina arborea
62
24.
Jengkol
27. 28. 29. 30.
Salam Huni Jambu Bol Jambu Mete
31. 32. 33. 34 36. 37. 38. 39.
Kedondong Limus Samolo Sukun Cengkeh Randu Kemiri Jeruk
Archidendron pauciflorum Syzigium polyanthum Bunius sp Syzigium malaccense Anacardium occidentale Spondias dulcis Mangifera foetida Diospyros blancoi Artocarpus altilis Syzigium aromaticum Ceiba pentandra Canarium commune Citrus sp
62
Lampiran 4. Daftar Jenis Burung (MacKinnon Ten List) Daftar
Waktu
Mdpl
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3
1
20/08/10 06-12.00
380
2
20/08/10 06-12.00
420
4 5
3
20/08/10 06-12.00
500
6 7 8 9 10 1 2 3 4
Nama Burung Kutilang Kicuit kerbau Kacamata biasa Wiwik uncuing Prenjak jawa Cinenen gunung Kicuit batu Betet biasa Cekakak Cipoh kacat Cabe jawa Cipoh kacat Sikatan mugimaki Kutilang Bondol jawa Sepah hutan Kicuit kerbau Wiwik uncuing Tekukur Kacamata biasa Puyuh gonggong j Cabe jawa Ciu kunyit Gelatik batu
Nama Latin Pycnonotus aurigaster Motacilla flava Zosterops palpebrosus Cuculus sepulcralis Prinia familiaris Orthotomus cuculatus Motacilla cinerea Psittacula alexandri Todirhampus chloris Aegithinia tiphia Dicaeum trochileum Aegithinia tiphia Ficedula mugimaki Pycnonotus aurigaster Lonchura leucogastroides Pericrocotus flammeus Motacilla flava Cuculus sepulcralis Streptopelia chinensis Zosterops palpebrossus Arborophila javanica Dicaeum trochileum Pteruthius aenobarbus Parus major
Pertambahan Jenis 10
6
6
Kebun/ Tegakan Durian Durian Pohon lain Durian Durian Durian Durian Durian Durian
Tengger Tengger Tengger Suara Tengger Tengger Tengger Tengger Tengger Suara Terbang Suara Tengger
Durian Bambu
Tengger Tengger
Pisang Durian Pisang Durian Durian -
Tengger Tengger Suara Suara Tengger Lari
Karet Karet Karet
Terbang Tengger Tengger
Keterangan
62
4
5
20/08/10 06-12.00
21/08/10 06-12.00
580
580
5 6 7
kelabu Kicuit kerbau Prenjak jawa Bondol jawa
8 9 10 1 2 3
Wiwik kelabu Cekakak Bentet kelabu Cipoh kacat Kacamata biasa Bondol jawa
4 5 6 7 8 9 10 1
Cabe jawa Kutilang Prenjak jawa Munguk beledu Kipasan belang Wiwik uncuing Cekakak sungai Cikrak bambu
2 3 4 5 6 7 8
Cekakak sungai Tekukur Kacamata biasa Madu sriganti Kutilang Caladi batu Pijantung kecil
9 10
Prenjak jawa Bubut besar
Motacilla flava Prinia familiaris Lonchura leucogastroides Cacomanthis merulinus Halcyon cyanoentris Lanius schah Aegithinia tiphia Zosterops palpebrosus Lonchura leucogastroides Dicaeum trochileum Pycnonotus aurigaster Prinia familiaris Sitta frontalis Rhipidura javanica Cacomanthis merulinus Todirhampus chloris Abroscopus superciliaris Todirhampus chloris Streptophelia chinensis Zosterops palpebrosus Nectarinia jugularis Pycnonotus aurigaster Meiglyptes tristis Arachnothera longirostra Prinia familiaris Centropus sinensis
3
5
Semak Semak
Suara -
Karet Bambu pisang Durian Durian
Suara Suara Tengger Suara Tengger Tengger
Durian Durian Campuran Campuran Campuran -
Tengger Tengger Tengger Tengger Tengger Suara Terbang Tengger
Durian Campuran Campuran Campuran Karet
Suara Suara Tengger Tengger Tengger Tengger Tengger
-
Tengger Suara
62
Daftar 6
7
8
Waktu 21/08/10 06-12.00
21/08/10 06-12.00
21/08/10 06-12.00
Mdpl
No
380
400
400
Nama Burung
Nama Latin
1 2
Bubut besar Wiwik uncuing
3 4 5 6 7 8
Wiwik kelabu Kicuit kerbau Prenjak jawa Kutilang Srigunting Elang hitam
Centropus sinensis Cacomanthis merulinus Cuculis sepulcralis Motacilla flava Prinia familiaris Pycnonotus aurigaster Dicrurus macrocercus Ictinaetus malayensis
9 10
Cabe jawa Cabai bunga api
1 2 3 4 5 6 7
Madu sriganti Gelatik batu Prenjak jawa Kacamata laut Cinenen jawa Wiwik kelabu Sepah kecil
8 9 10 1
Cinenen pisang Kutilang Remetuk laut Madu sriganti
2 3
Cipoh kacat Opior jawa
4
Cinenen pisang
Dicaeum trochileum Dicaeum trigonostigma Nectarinia jugularis Parus major Prinia familiaris Zosterops chloris Orthotomus sepium Cuculus sepulcralis Pericrocotus cinnamomeus Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster Gerygone sulphurea Nectarinia jugularis Aegithinia tiphia Lophozosterops javanicus Orthotomus sutorius
Pertambahan Jenis 3
4
1
Pohon/ Tegakan
Keterangan
-
Suara Suara
Semak Karet Durian
Suara Tengger Suara Tengger Tengger Suara, terbang Tengger Tengger
Durian Semak Semak Semak Semak
Tengger Tengger Tengger Tengger Suara Suara Tengger
Semak Semak Semak
Tengger Tengger Tengger Tengger
Semak
Suara Tengger
Semak-
Tengger
62
9
10
21/08/10 06-12.00
21/08/10 06-12.00
560
580
5 6 7
Cekakak Prenjak Bondol jawa
8
Tekukur
9 10
Kutilang Bondol jawa
1 2 3 4 5 6 7
Madu sriganti Gelatik batu Prenjak jawa Kacamata laut Cinenen jawa Wiwik kelabu Sepah kecil
8 9 10 1 2
Cinenen pisang Kutilang Remetuk laut Kutilang Bondol jawa
3 4 5 6 7 8 9 10
Cinenen pisang Kicuit kerbau Kacamata biasa Cabe jawa Bubut besar Caladi tilik Cipoh kacat Prenjak
Halcyon cyanoventris Prinia familiaris Lonchura leucogastroides Streptophelia chinensis Pycnonotus aurigaster Lonchura leucogastroides Nectarinia jugularis Parus major Prinia familiaris Zosterops chloris Orthotomus sepium Cuculus sepulcralis Pericrocotus cinamomeus Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster Gerygone sulphurea Pycnonotus aurigaster Lonchura leucogastroides Orthotomus sutorius Motacilla flava Zosterops palpebrosus Dicaeum trochileum Centropus sinensis Picoides moluccensis Aegithinia tiphia Prinia familiaris
0
1
-
Suara Suara Tengger
-
Tengger
-
Suara Tengger
-
Tengger Tengger Tengger Tengger Suara Suara Tengger
Sengon Sengon Sengon
Tengger Tengger Tengger Tengger Tengger
Sengon Pohon lain Pohon lain Pohon lain Pohon lain
Tengger Tengger Terbang Terbang Suara Tengger Suara Suara
62
Lampiran 5. Wawancara Mengenai Jenis Burung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Agus (27) Petani Nama (No Gambar) Nama Latin Bentet kelabu (739) Lanius schah Kicuit dwi-warna(728) Motacilla alba Kacamata biasa(790) Zosterops palpebrosus Cinenen pisang (663) Orthotomus sutorius Kerakbasi ramai(656) Acrocephalus stentoreus Anis merah(640) Zoothera citrina Srigunting hitam (529) Dicrurus macrocercus Cucak kutilang(509) Pycnonotus aurigaster Caladi tilik(444) Picoides moluccensis Cekakak cina(388) Halcyon pileata Cekakak sungai(389) Todirhampus chloris Tekukur biasa(277) Streptopelia chinensis Perkutut jawa (278) Geopelia striata Dederuk jawa(276) Streptopelia bitorquata
17 18 19
Udin (39) Petani Dan Pemburu Burung Nama (No Gambar) Nama Latin Kacamata laut(796) Zosterops chloris Pijantung kecil (766) Arachnothera longirostra Madu sriganti(761) Nectarinia jugularis Bentet kelabu (739) Lanius schah Kipasan belang(718) Rhipidura javanica Meninting besar(628) Enicurus leschenauti Gelatik batu k(555) Parus major Srigunting hitam(529) Dicrurus macrocercus Empuloh janggut(521) Alophoixus bres Kutilang (509) Pycnonotus aurigaster Sepah hutan(492) Pericrocotus flammeus Paok pancawarna(469) Pitta guajana Caladi tilik(444) Picoides moluccensis Takur tulungtumpuk(415) Megalaima javensis Cekakak jawa(387) Halcyon cyanoventris Raja-udang meninting (378) Alcedo meninting Bubut besar(315) Tekukur biasa (277) Merpati batu(272)
Jumlah spesies
Centropus sinensis Streptopelia chinensis Columbia livia 29
62
62
62