No. Kode :
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMANFAATAN PAKET TEKNOLOGI MEKANISASI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DENGAN KEPADATAN PENDUDUK RENDAH DI PROVINSI BENGKULU
YONG FARMANTA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015
No. Kode :
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMANFAATAN PAKET TEKNOLOGI MEKANISASI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DENGAN KEPADATAN PENDUDUK RENDAH DI PROVINSI BENGKULU
Yong Farmanta Wahyu Wibawa Taufik Hidayat Yulie Oktavia Herlena Bidi Astuti Rahmat Oktavia Robiyanto
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya laporan akhir tahun kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendahdiprovinsi Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan ini berisi tentang progres kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk Bengkulu yang telah dilaksanakan selama kurun waktu bulan April s.d. Desember tahun 2015. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama kurun waktu tersebut meliputi koordinasi anggota tim, koordinasi dengan stakeholder, survey calon lokasi dan calon petani, penetapan lokasi, sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan pengkajian. Pelaksanaan kegiatan sampai dengan bulan Desember 2015 antara lain adalah pembersihan lahan, pengolahan tanah dan penanaman. Kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu, tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak lupa ucapan terima kasih ditujukan kepada rekan-rekan anggota tim yang telah memberikan ide, kreativitas, dan dukungan tenaga sehingga kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Desember 2015 Penyusun
ii
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP
2. Judul ROPP
3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11.
Unit Kerja Alamat Unit Kerja Sumber Dana Status Kegiatan (L/B) Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan Fungsional Lokasi Agroekosistem Tahun Mulai Tahun Selesai
: Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu. : Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu. : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2015 : B (Baru) : Yong Farmanta, SP., M.Si : Penata /IIIc : Peneliti Muda : Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu : Lahan Sawah Irigasi : 2015 : 2016
12. Output Tahunan
: 1. Informasi kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 2. Informasi efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 3. Umpan balik dari Stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
13. Output Akhir
: Adanya informasi paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu dari aspek teknis, finansial dan sosial sebagai acuan dalam penentuan alsintan
iii
14. Biaya
: Rp. 127.000.000,- (Seratus dua puluh tujuh juta rupiah)
Koordinator Program,
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001
Yong Farmanta, SP., M.Si NIP. 19790116 200312 1 002
Mengetahui Kepala BBP2TP,
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Abdul Basit, MS NIP. 19610929 198603 1 003
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... RINGKASAN ........................................................................................
i ii iii iv v vi
I.
PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Tujuan.................................................................................... 1.3. Keluaran yang Diharapkan .......................................................
1 1 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
5
III. METODOLOGI .............................................................................. 3.1. Lokasi Kegiatan dan waktu ....................................................... 3.2. Ruang Lingkup ........................................................................ 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan ................................................
9 9 9 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4.1. Pengujian kinerja teknispaket teknologi mekanisasi padi yang di rekomendasi denganpaket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani ....................................................................... 4.2. Kajian efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi ........................................................................... 4.3. Kajian umpan balik dari petani dan stakeholders terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi......................................................................................
14
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ANALISIS RESIKO ............................................................................... JADWAL KERJA .................................................................................. PEMBIAYAAN ..................................................................................... PERSONALIA ...................................................................................... LAMPIRAN ...........................................................................................
29 30 33 34 35 36 37
v
21 24 26
DAFTAR TABEL Halaman 1. Paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu tahun 2015.......................................................................
11
2. Nama Petani kooperator, Luas lahan dan Plot perlakuan .....................
16
3. Peralatan mesin pertanian yang telah diadakan..................................
16
4. Peralatan mesin pertanian yang belum diadakan................................
16
5. Hasil analisis tanah lahan pengkajian ................................................
18
6. Tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan..................................
19
7. Jumlah anakan padi masing-masing perlakuan...................................
19
8. Hasil ubinan tanaman padi masing-masing perlakuan .........................
20
9. Data kinerja teknis paket teknologi ...................................................
22
10. Hasil analisa usaha tani masing–masing perlakuan .............................
23
11. Respon petani kooperator terhadap alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bengkulu Utara...............................................................
24
12. Jadwal pelaksanaan.........................................................................
34
13. Pembiayaan ....................................................................................
35
14. Personalia.......................................................................................
36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil analisa usaha paket petani............................................. ..........
37
2. Hasil analisa usaha paket diperbaiki........................................ ..........
38
3. Hasil analisa usaha paket Rekomendasi.................................. ...........
39
4. Denah lokasi kegiatan......................................................................
40
5. Papan merek dan Plang Perlakuan ....................................................
41
6. Gambar Alsintan dan spesifikasinya ..................................................
42
7. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan ..................................................
43
vii
RINGKASAN 1
Judul RPTP
:
Judul ROPP
:
2 3 4 5 6
Unit kerja Lokasi Agroekosistem Status (L/B) Tujuan
: : : : :
7
Keluaran
:
9
Prakiraan Manfaat
:
Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu. Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Lahan Sawah Irigasi (B) Baru 1. Mengkaji kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 2. Mengkaji efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 3. Mendapatkan umpan balik dari stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 1. Informasi kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 2. Informasi efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 3. Umpan balik dari Stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. Stakeholders (penggambil kebijakan dan petugas lapangan) dan petani mengetahui manfaat, cara kerja dan keuntungan penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan irigasi (Indojarwo Transplanter, Power Weeder dan Indo Combine Harvester). Indojarwo Transplanter mampu mempercepat gerakan sistem tanam legowo 2:1 yang sudah terbukti mampu meningkatkan produktivitas. Penanaman menjadi lebih cepat dan masalah tenaga kerja tanam dapat diatasi, sehingga gerakan tanam serentak dengan sistem jarwo dapat diwujudkan. Power Weeder dapat mempermudah dalam penyiangan padi dan Indo Combine Harvester mampu mempermudah dan mempercepat
viii
10
Prakiraan Dampak
:
11
Metodologi
:
proses panen padi dengan tingkat kehilangan/losses yang rendah. Penggunaan Indojarwo Transplan terdapat menurunkan intensitas serangan hama dan penyakit melalui penanaman serentak dalam satu hamparan yang cukup luas. Produksi padi meningkat akibat dari peningkatan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan lahan melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan petani melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja (pembuatan pesemaian, pemeliharaan bibit, pencabutan bibit, pengangkutan bibit pengangkutan bibit dan penanaman), dan peningkatan produksi (produktivitas dan IP). Power Weeder dapat mempermudah dalam penyiangan padi dengan inovasi teknologi baru yang ramah lingkungan, untuk meningkatkan Efesiensi lahan dan hasil sawah. Indo Combine Harvester mampu mempermudah dan mempercepat proses panen padi dengan tingkat kehilangan/losses yang rendah. Penggunaan paket teknologi padi pada lahan sawah irigasi dapat meningkatkan produksi dan kualitas produksi padi melalui peningkatan indeks pertanaman, peningkatan produktivitas, ramah lingkungan, penurunan intensitas serangan OPT dan akselerasi proses panen. Peningkatan produktivitas dan kualitas berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Pengujian dilakukan di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Untuk lebih efektif dan efisien, kegiatan pengujian paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi akan disinergikan dengan kegiatan yang mendukung kegiatan P2BN yaitu pendampingan Katam Terpadu, UPBS, Desa Mandiri Benih dan Pendampingan Kawasan Tanaman Pangan. Percobaan dilaksanakan pada lahan sawah irigasi dengan membandingkan 3 perlakuan kinerja teknis yaitu antara paket teknologi mekanisasi rekomendasi, paket teknologiyang diperbaiki dan paket teknologi petani.Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Plot berukuran 3.000 - 5.000 m2.Analisis of Varian (ANOVA) akan digunakan dalam pengujian kinerja teknis dan finansial dari
ix
3paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi. Permasalahan tekstur tanah, pengelolaan air, kedalam solum tanah, ukuran petak dan upaya pemecahan masalah yang dikaitkan dengan kemampuan dan kinerja (spesifikasi) mesin juga diidentifikasi. Analisis juga dilakukan pada sifat fisik, kimia dan mekanika tanah. Analisis finansial dan sosial akan dilakukan dengan pencatatan analisis usahatani, perbedaan penggunaan tenaga kerja, serta penyebaran questioner pada saat temu lapang maupun sosialisasi. Kajian ekonomi (efektivitas) dan sosial (persepsi) dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi akan dilakukan melalui pendekatan survey, menggunakan daftar pertanyaan yang memadukan data primer dan sekunder (kuisioner) dari responden serta data pengujian mesin di lapangan. Respon dan umpan balik dari pengguna antara (petugas dan pengambil kebijakan) dan pengguna akhir dilakukan melalui survey dengan pengisian kuisioner. Sebagai responden adalah petugas dan stakeholders serta petani di lokasi/kabupaten yang digunakan sebagai tempat pengujian paket teknologi mekanisasi padipada lahan sawah irigasi. 12
Jangka Waktu
:
2 tahun (2015-2016)
13
Biaya
:
Rp. 127.000.000,- (Seratus dua puluh tujuh juta rupiah)
x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama dari subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Dalam rangka mencapai swasembada
beras yang berkelanjutan, pada tahun 2011
pemerintah telah menetapkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Instrumen yang digunakan dalam peningkatan produksi adalah: (1). Perluasan areal (pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan, dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP); (2). Peningkatan produktivitas (penggunaan varietas unggul, pemupukan, jajar legowo, pengendalian OPT: pendekatan Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu (PTT);(3). Rekayasa teknologi dan sosial (Demplot, Demfarm dan SL-PTT). Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton GKG/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2012). Ada senjang hasil yang cukup tinggi (21,82%) antara produktivitas padi di Provinsi Bengkulu dengan produktivitaspadi secara nasional. Senjang hasil dapat diperkecil dengan penerapan PTT.Ada 11 komponen PTT yang dapat diterapkan dalam sistem budidaya padi yaitu: (1). Varietas moderen (VUB, PTB, PH); (2).Benih bermutu dan sehat; (3). Pengaturan cara tanam (jajar legowo); (4). Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/petak omisi/Permentan No. 40/2007; (5). PHT sesuai OPT sasaran; (6). Bahan organik/pupuk kandang/amelioran; (7). Umur bibit muda; (8). Pengolahan tanah yang baik; (9). Pengelolaan air optimal (pengairan berselang); (10). Pupuk cair (PPC, ppk organik, pupuk bio-hayati, ZPT, pupuk mikro); (11). Penanganan panen dan pasca panen (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Hasil survey menunjukkan bahwa baru 3-4 komponen PTT padi yang diterapkan oleh petani di Provinsi Bengkulu.Ada korelasi positif antara jumlah komponen PTT yang diterapkan dengan produktivitas tanaman. Hingga batas tertentu, semakin banyak jumlah komponen PTT diterapkan, semakin tinggi produktivitas yang dapat dicapai (Wibawa dkk., 2011). Di Provinsi Bengkulu, jumlah traktor sudah cukup memadai untuk mengolah lahan sawah secara cepat, namun belum mampu menjamin terlaksananya tanam serentak dalam suatu hamparan. Hal ini berkaitan dengan
1
keterbatasan tenaga kerja tanam.Anjuran tanam serentak dalam satu hamparan juga menjadi permasalahan dalam penerapan Jajar Legowo di Provinsi Bengkulu, karena sistem ini memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Jajar legowo,
khususnya 2:1, sudah diakui dapat
meningkatkan
produktivitas hingga 18,12% (Suhendra dan Kushartanti, 2013). Permasalahan utama dalam penerapan Jarwo diantaranya adalah memerlukan tenaga kerja untuk tanam yang lebih banyak, biaya tinggi, dan kondisi lahan yang sulit dikelola (petakan kecil, air sulit dikendalikan, dan solum tanah yang terlalu dalam/rawa). Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan Jarwo adalah melalui mekanisasi pertanian dalam bentuk mesin Jarwo transplanter. Jarwo transplanter dengan 2-3 operator mempunyai kapasitas kerja 6-7 jam/ha. Suhendrata (2013) melaporkan bahwa pada kondisi petakan sawah yang luas, datar dengan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, mesin transplanter dapat membantu memecahkan permasalahan kekurangan tenaga tanam padi sawah. Pembangunan pertanian dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian (Tambunan dan Sembiring, 2007). Jajar legowo merupakan salah satu komponen PTT dasar/compulsory pada PTT padi sawah irigasi (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013).Penggunaan mesin jarwo transplanter, bersama dengan komponen PTT lainnya, diharapkan mampu menjadi titik ungkit dalam peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Di Provinsi Bengkulu, jumlah power thresher juga sudah cukup memadai untuk melakukan pemanenan secara cepat, namun belum mampu menjamin terlaksananya panen secara tepat. Panen sering dilakukan pada umur yang masih muda dan sering juga pada umur tanaman yang sudah terlalu tua sehingga terlalu lama di lapangan yang akan berdampak pada mutu gabah padi yang dihasilkan.Hal ini berkaitan dengan keterbatasan tenaga kerja panen yang tersedia. Keterbatasan tenaga kerja tenaga panen padi menyebabkan sulit tercapainya panen secara tepat. Dampak dari pemanenan yang tidak tepat diantaranya adalah
terjadinya kehilangan hasil panen yang
menurunnya produksi padi (Ahmad dan Haryono, 2007).
2
berdampak
Dalam upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja saat musim tanam dan panen padi tiba serta mempercepat introduksi tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1, mekanisasi merupakan solusi agar dapat mengejar Indeks Produksi (IP). Mekanisasi dalam usaha tani padi sawah dimulai dengan pengolahan tanah menggunakan traktor/hand traktor, penanaman menggunakan mesin tanam padi Indojarwo Transplanter, penyiangan menggunakan power weeder dan panen menggunakan Indocombine Harvester. Mesin panen padi Indo Combine Harvester dirancang oleh Badan Litbang Pertanian untuk mendukung pencapaian program swa-sembada beras nasional melalui usaha penurunan susut hasil panen. Kemampuan kerja mesin tersebut mampu menggabungkan kegiatan potong-angkut-rontok-pembersihan-sortasipengantongan dalam satu proses kegiatan yang terkontrol. Adanya proses kegiatan panen yang tergabung dan terkontrol menyebabkan susut hasil yang terjadi hanya sebesar 1,87 % atau berada di bawah rata-rata susut hasil metode “gropyokan” (sekitar 10%). Sedangkan tingkat kebersihan gabah panen yang dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 99,5%. Mesin panen padi Indo Combine Harvester yang dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 pembantu mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ha. Kapasitas kerja mesin mencapai 5 jam per hektar. Penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi perlu dikaji dari aspek kinerja teknis, finansial dan peluang adopsinya bagi pengguna. Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Keterbatasan tenaga kerja baik untuk tenaga tanam maupun panen di Provinsi Bengkulu dapat dipicu oleh kepadatan penduduk di Provinsi Bengkulu yang masih rendah yaitu hanya 91 jiwa per Km2. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di Provinsi Bengkulu. 1.2. Tujuan 1.
Mengkaji kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
3
2.
Mengkaji efektivitaspaket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
3. Mendapatkan umpan balik dari stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 1.3. Keluaran yang Diharapkan 1. Kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawahirigasi di Provinsi Bengkulu. 2. Efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 3. Respon dan umpan balik dari Stakeholders dan beneficiaris terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA Penurunan jumlah rumah tangga tani dan tenaga kerja tani secara regional/nasional teknologi berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerja pada sector pertanian.Keterbatasan tenaga kerja pertanian termasuk tenaga panen padi menyebabkan sulit tercapainya panen secara tepat. Dampak dari pemanenan yang tidak tepat diantaranya adalah terjadinya kehilangan hasil panen yang berdampak menurunnya produksi padi (Ahmad dan Haryono, 2007). Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagai penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi,
dan mengendalikan operasi didalam produksi pertanian
(Robbins, 2005). Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan produktivitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia.Penerapan teknologi mekanisasi pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pertaniannya.Berbeda halnya dengan Jepang yang melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi sendiri untuk digunakan oleh petani mereka. Fungsi dari alat dan mesin pertanian adalah untuk: 1. Mengisi kekurangan tenaga kerja manusia dan ternak yang semakin langka 2. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja 3. Meningkatkan efisiensi usaha tani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi
5
4. Menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian (Unadi dan Suparlan, 2011) Mesin tanam padi jajar legowo 2:1 yang diberi nama Indo Jarwo Transplanter 2:1. Mesin ini di samping mempercepat waktu dan menurunkan biaya tanam, mesin ini diharapkan dapat mensubtitusi masuknya mesin tanam impor sistem tegel. Untuk menanam 1 ha bibit padi, satu unit mesin tanam Indo Jarwo memerlukan waktu sekitar 5-6 jam atau kemampuannya setara dengan 25 tenaga kerja tanam. Selain itu mesin tanam Indo Jarwo Transplanter mampu menurunkan biaya tanam dan sekaligus mempercepat waktu tanam.Indo Jarwo Transplanter ini, juga mampu beroperasi dengan mudah pada lumpur sawah yang berat dengan kedalaman sampai 60 cm. Kapasitas kerja mesin Indo Jarwo Transplanter 2:1 prototipe II yang dibuat pada tahun 2014 ini mencapai 5,2-6 jam per ha, kecepatan jalan pada saat operasional mencapai 1,5 – 2,5 km per jam. Persyaratan bibit padi yang dipergunakan pada mesin Indo Jarwo Transplanter 2:1 adalah bibit padi yang disemaikan secara dapok (tempat pembibitan dengan ukuran lebar 17,5 cm dan panjang 60 cm). Umur bibit yang baik untuk ditanam dengan bantuan Indo Jarwo Transplanter 2: 1 adalah antara 15-20 hari setelah tebar. Rancangan mesin Indo Jarwo Transplanter ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu sistem penanaman, sistem pengumpan bibit padi, sistem transmisi dan penggerak, sistem kendali dan rangka utama, serta unit pelampung. Kegiatan modifikasi, difokuskan pada bagian unit sistem penanam dan sistem pengumpan bibit, di mana bagian tersebut disesuaikan dengan jarak tanam sistem jajar legowo 2:1.Untuk bibit sangat mudah dibuat. “Bibit tidak harus dibuat
di sawah,
dirumahpun bisa membuat
bibitnya.
Itu salah satu
kelebihannya”.(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) Mesin panen padi (Indo Combine Harvester) dirancang oleh Badan Litbang Pertanian sebagai upaya untuk mendukung pencapaian program swasembada beras nasional melalui usaha penurunan susut hasil panen. Kemampuan kerja mesin tersebut mampu menggabungkan kegiatan potongangkut-rontok-pembersihan-sortasi-pengantongan dalam satu proses kegiatan yang terkontrol. Adanya proses kegiatan panen yang tergabung dan terkontrol menyebabkan susut hasil yang terjadi hanya sebesar 1,87 % atau berada di
6
bawah rata-rata susut hasil metode “gropyokan” (sekitar 10%). Tingkat kebersihan gabah panen yang dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 99,5%. Mesin panen padi Indo Combine Harvester yang dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 pembantu mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ha. Kapasitas kerja mesin mencapai 5 jam per hektar. Mesin panen padi modern Indo Combine Harvester mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 1. Gaya tekan mesin ke permukaan tanah sebesar 0,13 kg/cm2, sedangkan mesin-mesin yang ada di pasaran sebesar 0,20 kg/cm2. Makin kecil nilai gaya tekan tekan mesin ke permukaan tanah akan memperkecil peluang terjadinya mesin terperosok ke dalam tanah. Pertimbangan ini sangat penting karena umumnya kondisi sawah di Indonesia memiliki fasilitas infrastruktur drainasenya jelek sehingga tanahnya lembek. 2. Lebar kerja 1,2 meter Indo Combine Harvester sangat cocok untuk petakan sawah yang sempit. Dalam proses adopsi inovasi teknologi, pengguna akan mengalami proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983). Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Bermanfaat bagi petani secara nyata. 2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada. 3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia. 4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi. 6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (Kartono, 2009). Dalam proses adopsi inovasi teknologi, pengguna
akan mengalami
proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983).
7
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Bermanfaat bagi petani secara nyata. 2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada. 3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia. 4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi. 5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi. 6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (Kartono, 2009). Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat.
8
III. METODOLOGI 3.1. Lokasi kegiatan dan waktu Kegiatan pemanfaatan penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan luasan 5 hektar. Kegiatan dilaksanakan pada bulan JanuariDesember 2015. 3.2. Ruang lingkup Ruang lingkup kegiatan pengkajian meliputi: (1) Pengkajian direncanakan selama 2 tahun (2015 – 2016). (2) Bentuk kegiatan adalah kegiatan percobaan lapangan (aplikasi paket mekanisasi pertanian) dan survey. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan koordinasi dengan sumber teknologi, stakeholders provinsi dan kabupaten serta petani. a. Kegiatan lapangan Kegiatan
lapangan
membandingkan
3
perlakuan
paket
teknologi
mekanisasi yaitu paket rekomendasi, paket yang diperbaiki dan paket teknologi petani. Perlakuan paket teknologi terdiri dari : (1) Teknologi rekomendasi, dimana pengolahan lahan dilakukan dengan traktor, penanaman dengan menggunakan Indo Jarwo Transplanter, penyiangan dengan Power Weeder, dan panen dengan Indo Combine Harvester; (2) Teknologi yang diperbaiki, dimana pengolahan lahan dilakukan denga traktor, penanaman dengan IndoJarwo Transplanter, penyiangan dengan manual dan kimia, dan panen secara manual dan dirontokkan dengan PowerThreser; (3) Teknologi petani, dimana pengolahan lahan dilakukan traktor, penanaman dengan caplak roda (legowo) 2:1, penyiangan secara manual dan kimia, panen secara manual dengan sabit dan dirontok dengan Power Threser. b. Kegiatan survey Kegiatan survey dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan 3 paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. survey juga dilakukan untuk mengetahui persepsi dan respon/tanggapan petani serta stakeholdersmengenai penggunaan 3
9
paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan kuesioner/daftar pertanyaan. (3) Kajian dilengkapi dengan analisis fisik dan kimia tanah (4) Berbagai pertemuan (FGD, sosialisasi, demontrasi, dan promosi) dilakukan untuk mempercepat pengenalan penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan 3.3.1. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini meliputi benih padi, pupuk (urea, Ponska, KCl), pestisida (herbisida, fungisida dan pestisida), BBM, plastik, karung, dan ATK. Adapun peralatan yang digunakan adalah Traktor, Indojarwo Transplanter, Power Weeder, Indo Combine Harvester, Power Thresher,caplak roda 2:1, sabit, timbangan, kalkulator,hand counter dan kuesioner. 3.3.2. Tahapan Tahapan pelaksanaan kegiatan pengkajian meliputi: 1. Koordinasi rencana kegiatan dengan instansi terkait 2. Identifikasi calon lokasi dan calon petani 3. Implementasi kegiatan 4. Pengumpulan, tabulasi, pengolahan/analisis dan intepretasi data 5. Menyiapkanbahan seminar dan seminar hasil pengkajian, dan 6. Pembuatan laporan kemajuan dan akhir tahun. 3.3.3. Rancangan Pengkajian a.
Evaluasi kinerja teknispaket teknologi mekanisasi padi yang di rekomendasi dengan paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani. Percobaan dilaksanakan dengan membandingkan 3 perlakuan kinerja
paket teknologi mekanisasi yaitu paket rekomendasi, paket teknologi yang diperbaiki dan
paket teknologi petani (Tabel 1). Perlakuan disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Plot berukuran 3.000- 5.000 m2.
10
Tabel 1. Paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu tahun 2015. Komponen Teknologi Pengolahan lahan Persemaian Penanaman Penyiangan/ pengendalian gulma Panen : a. Pemotongan b. Pengumpulan c. Perontokan d. Pembersihan/ penyortiran e. Pengarungan
Paket Teknologi Mekanisasi Diperbaiki Petani Hand traktor Hand traktor Dapok Persemaian basah di lahan sawah Indo Jarwo Indo Jarwo Caplak roda Transplanter Transplanter secara manual jajar legowo 2:1 Power weeder Herbisida Herbisida Rekomendasi Hand traktor Dapok
Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester Indo Combine Harvester
Sabit dan power threser Sabit
Sabit dan power threser Sabit
Secara manual
Secara manual
Power Threser
Power Threser
Power Threser
Power Threser
Secara manual
Secara manual
Tahapan percobaan adalah sebagai berikut: 1.
Koordinasi dengan stakeholders di daerah (Dinas Pertanian, Bapeluh tingkat Provinsi dan Kabupaten Bengkulu Utara) selanjutnya dilakukan pertemuan dengan calon petani kooperator untuk menjelaskan rencana, tujuan dan sasaran pengkajian, perjanjian kerjasamaserta hak dan kewajiban petani kooperator.
2.
Menguji dan membandingkan kinerja 3 paket teknologi mekanisasi padi pada lahan seluas 5 hektar.
3.
Data yang dikumpulkan meliputi kapasitas kerja dari masing-masing perlakuan meliputi: jumlah tenaga kerja (pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, penyiangan/pengendalian gulma dan panen);alokasi waktu atau waktu yang diperlukan per satuan luas (kapasitas kerja alat);kualitas kerja alat
(Indo
jarwo
transplanter,
Caplak
roda,
Power
weeder,
Indo
combine);komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah anakan) dan komponen hasil (jumlah gabah per malai, berat 1000 butir);produktivitas dan losses.
11
4.
Analisis data Kelayakan teknis dan data agronomis dianalisis dengan ANOVAuntuk membandingkan kinerjapaket teknologi mekanisasi padi dengan paket teknologi rekomendasi, paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani. Perbedaan nyata terkecil (LSD) digunakan untuk uji lanjut dari pengaruh perbedaan rerata perlakuan.
b. Kajian efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi Pengkajian efektivitas dilaksanakan terhadap aplikasi paket teknologi mekanisasi padi dengan paket teknologi rekomendasi, paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani di Kabupaten Bengkulu Utara.Data yang dikumpulkan terdiri atas : data biaya input dan output usahatani dari masing-masing perlakuan, selanjutnya dilakukan analisis B/C (benefit-cost ratio (B/C) yaitu nisbah antara total nilai kini penerimaan dengan total nilai kini biaya), MBC dan BEP (harga outputdan produksi), nilai kini bersih (Net Present Value = NPV) dengan Discount Factor = 1/(1 + r)tdan pay back period (PP) yaitu tahun dimana nilai komulatif biaya sama dengan nilai komulatif penerimaan (tanpa discount), dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis IRR dapat mengidentifikasi berapa persen tingkat bunga atau discount rate tertinggi bagi suatu usaha (investasi) untuk bisa berjalan dengan tingkat keuntungan normal atau NPV sebesar nol (Gittinger, 1982). Kelayakan perubahan teknologi dari cara tanam konvensional menjadi menggunakan paket teknologi mekanisasi padi pada usahatani padi lahan sawah irigasi digunakan analisis Losses and Gains atau Korbanan dan Perolehan (Swastika 2004). c. Kajian umpan balik dari petani dan stakeholders terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi. Untuk mengetahuipersepsi dan respon (tanggapan tentang kinerja teknis, biaya operasional dan peluang pengembangannya) petani terhadap paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden.Responden dalam pengkajian ini adalah petani kooperator dan petani sekitarnya serta stakeholders di Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 60 responden. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dikelompokkan dengan interval kelas menggunakan rumus (Nasution dan Barizi dalam Rentha, T, 2007):
12
NR = NST – NSR
dan
PI
Dimana :NR : Nilai Range PI NST : Nilai Skor Tertinggi JIK NSR : Nilai Skor Terendah
= NR : JIK : Panjang Interval : Jumlah Interval Kelas
Selanjutnya dilakukan penskalaan dengan skala Likert Summated Ratings
dan
diuji
statistik
pada
tingkat
kepercayaan
10%.Untuk
mempertajam hasil survey dan pengengembangan penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dilakukan diskusi terfokus (FGD) dengan petani, tokoh masyarakat dan pejabat terkait.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kinerja Teknis Paket Teknologi Kinerja teknis paket teknologi yang diterapkan sampai dengan bulan Desember 2015 adalah pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan. Untuk pengolahan lahan, semua paket teknologi menggunakan hand traktor. Hand traktor dioperasikan oleh 2 orang operator secara bergantian meliputi bajak dan rotari. Penggunaan hand traktor ini dengan sistem sewa (borongan). Tarif yang digunakan adalah per blok (rata-rata ¼ ha) dengan biaya berkisar Rp.250.000,s/d Rp.300.000,-. Penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 2:1 untuk perlakuan rekomendasi dan diperbaiki sedangkan perlakuan cara petani penanaman menggunakan caplak roda legowo 2:1. Berdasarkan uji kinerja mesin tanam Indo jarwo transplanter 2:1 paket teknologi rekomendasi dan diperbaiki tidak berbeda nyatabila dibandingkan antara perlakuan rekomendasi, diperbaiki dengan cara petani perlakuan sangat berbeda nyata. Paket perlakuan rekomendasidan diperbaiki 6.09 jam/habila dikalkulasikan dengan hari penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 1 hari/ha karna sama – sama menggunakan mesin tanam indo jarwo transplanter 2:1 sedangkan perlakuan cara petani 238.98 jam/ha bila dikalkulasi jam/ha penanaman menggunakan caplak roda 24.14 hari/ha. Berarti ada penghematan waktu tanam 23.14 hari/ha. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendrata, 2013 mesin tanamindojarwo transplanter 2:1 dengan 2-3 operator mempunyai
kapasitas
kerja
6-7
jam/ha.
Tambunan
dan
Sembiring,
2007mengatakan pada kondisi petakan sawah yang luas, datar dengan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, mesin tanam indo jarwo transplanter dapat membantu memecahkan permasalahan kekurangan tenaga tanam padi sawah. Kinerja mesin tanam padi Indojarwo Transplanter 2:1 di Kabupaten Bengkulu Utara masih mengalami beberapa kendala diantaranya kualitas hasil kerja mesin masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari kerapian hasil penanaman yang telah dilakukan belum begitu memuaskan para petani selain itu juga masih terdapat lahan yang kosong terutama dibagian pinggir pematang yang cukup lebarsehingga mengakibatkan waktu penyulaman menjadi lebih lama. Sementara dari segi kecepatan tanam serta
14
efisiensi tenaga kerja dan
biaya tanam sudah sangat membantu bagi petani berdasarkan pengukuran kinerja tenaga kerja tanam padi sawah dengan penggunaan mesin tanam indo jarwo transplanter 2:1 mampu menghemat tenaga kerja tanam dibanding dengan penanaman manual menggunakan caplak roda sebesar 94,14%, sementara biaya yang dikeluarkan dalam penanaman padi mampu dihemat mencapai 79,89%. Pemanenan
menggunakan
Indo
Combine
harvester
perlakuan
rekomendasi 3.3 jam/ha atau 0.5 hari/ha perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki dan cara petani 173.33 jam/ha atau 21.67 hari/ha. Bila dilihatdari perlakuan pengukuran kinerja panen cara petani dan diperbaikidibandingkan dengan panen menggunakan mesin panen indo combine harvester, rata–rata hari panen per ha dari mulai ngarit, mengumpulkan hingga perontokan menghabiskan waktu sebanyak 173.33 jam/ha atau 21,67 hari/ha sedangkan panen menggunakan mesin panen indo combine harvester hanya 3.3 jam/ha atau 0,5 hari/ha. Dengan demikian dapat menghemat waktu sebanyak 21 hari. Hal ini sesuai dengan pandapat (Hasibuan, 1999) mesin panen indo combine harvester mampu bekerja pada areal sawah yang luas hanya membutuhkan waktu yang relative singkat karena combine ini dilengkapi dengan alat pemotong, perontok dan mengarungkan padi dalam suatu proses kinerja saja. Dengan demikian waktu pemanenan lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional( Barokah, 2001). Tabel 2. Data Kinerja Teknis Paket Teknologi Parameter Waktu Waktu Waktu Waktu
tanam (jam/ha) tanam (hari/ha) Panen (Jam/ha) Panen (hari/ha)
Rekomendasi 6.09a 1a 3.3a 0.5a
Paket Teknologi Diperbaiki 6.09a 1a 173.33b 21.67b
Petani 238,98b 24.14b 173.33b 21.67b
Data Agronomis Tanaman Data agronomis tanaman diambil berupa komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah anakan) tinggi tanaman diukur menggunakan mistar ukur yang diambil secara acak dalam petak masing – masing perlakuan. Pengukuran tinggi
15
tanaman dengan mengukur tanaman sampel mulai dari tiang standard sampai bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan daun tanaman kearah atas. Tiang standard berfungsi agar dasar pengukuran tidak berubah, perlakuan rekomendasi dilihat pada umur 70 hst tinggi tanamannya berbeda nyata 96.80 cm bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki81.50 cm dan cara petani tinggi tanaman 85.10 cm. sedangkan perlakuan diperbaiki dan perlakuan cara petani tidak berbeda nyata (Tabel 3). Tinggi tanaman juga dipengaruhi kondisi air yang banyak (menggenangi tanaman padi) karna petani selalu memasukkan air secara berlebihan. Air yang sedikit atau macak-macak kurangi disukai oleh petani karna merasa dengan air yang sedikit pertumbuhan tidak akan optimal padahal disaat petani menggenangi air pada posisi yang tinggi tanah akan kekurangan oksigen menyebabkan pertumbuhan lambat dan perkembangan jumlah anakan tidak maksimal. Tabel 3. Tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan Perlakuan Rekomendasi Diperbaiki Petani
10 hst 29.50a 30.30a 31.20b
30 hst 35.10a 34.10a 34.20a
45 hst 53.23a 52.20a 55.40b
60 hst 65.07a 65.09a 66.05b
70 hst 96.80b 81.50a 85.10a
Perlakuan cara petani berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki dan rekomendasi pada umur 70 hst. Jumlah anakan perlakuan cara petani 20 batang/rumpun sedangkan jumlah anakan perlakuan diperbaiki 24 anakan/rumpun sama dengan jumlah anakan perlakuan rekomendasi 24 anakan/rumpun. Jumlah anakan yang berbeda pada setiap perlakuan akibat pengaruh perbedaan perlakuan pemeliharaan (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan paket teknologi rekomendasi dan diperbaiki menunjukkan jumlah anakan yang paling banyak dibanding perlakuan cara petani. Hal ini disebabkan petani selalu menggenangi tanaman padi secara terus menerus sehingga tanaman kekurangan oksigen dalam tanah (sawah menjadi hypoxic) menyebabkan perkembangan akar terganggu, berkurangnya anakan total dan anakan produktif.
16
Tabel 4. Jumlah anakan tanaman padi masing – masing perlakuan Perlakuan Rekomendasi Diperbaiki Petani
10 hst 6 5 6
30 hst 11 8a 10
45 hst 16b 15a 14a
60 hst 23b 21a 19a
70 hst 24b 24b 20a
Pengambilan data ubinan dilahan petani dengan cara mengukur lahan petakan sawah masing–masing perlakukan 2 x 3 m dikarnakan legowo yang digunakan legowo 2:1. Masing – masing lahan diambil 5 petak ubinan secara acak agar hasil
yang didapat mendekati hasil sebenarnya setelah semuanya
diubin barulah padi tersebut dipanen menggunakan mesin panen Combine Harvester untuk perlakuan rekomendasi untuk perlakuan diperbaiki pemanenan menggunakan sabit, kumpul dan perontokan menggunakan power thresser. Hasil ubinan 2 x 3 m kemudian dikumpul diirik menggunakan kaki, gabah yang telah terpisah dari tangkainya kemudian dipisahkan dari gabah hampa ke gabah bernas hasilnya gabah kering panen.gabah kering panen tersebut ditimbang menggunakan timbangan 5 kiloan dihitung menggunakan rumus. Hasil pengujian perlakuan rekomendasi, diperbaiki dan cara petani menunjukkan perlakuan
berbeda
nyata
antara
perlakuan
rekomendasi
6.00
ton/ha
dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki 5.83 ton/ha dan cara petani 5.83 ton/ha sedangkan perlakuan diperbaiki dan cara petani tidak berbeda nyata. Tabel 5. Hasil ubinan tanaman padi masing – masing perlakuan Perlakuan Rekomendasi Diperbaiki Petani
1 6.00b 6.17b 5.83a
2 6.00b 6.00b 5.67a
3 6.00b 6.00b 5.67a
4 5.83a 5.83a 5.83a
5 6.00b 5.83a 5.83a
4.2. Pengujian Efektivitas Paket Teknologi Mekanisasi Pengkajian efektivitas dilaksanakan terhadap aplikasi paket teknologi mekanisasi padi dengan paket teknologi rekomendasi, paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani di Kabupaten Bengkulu Utara.Data yang dikumpulkan terdiri atas : data biaya input dan output usahatani dari masingmasing perlakuan, selanjutnya dilakukan analisis B/C (benefit-cost ratio (B/C) yaitu nisbah antara total nilai kini penerimaan dengan total nilai kini biaya), MBC dan BEP (harga outputdan produksi),nilai kini bersih (Net Present Value = NPV)
17
dengan Discount Factor = 1/(1 + r)tdan pay back period (PP) yaitu tahun dimana nilai komulatif biaya sama dengan nilai komulatif penerimaan (tanpa discount), dan Internal Rate of Return (IRR) Analisa usaha perlakuan cara petani, diperbaiki dan rekomendasi terlihat pada perlakuan petani terjadi pembengkakan pengeluaran saat tanam dan saat panen. pada perlakuan cara petani biaya pencabutan bibit dan penanaman sebesar Rp. 1.260.000,- sedangkan paket diperbaiki atau setengah mekanisasi biaya yang dikeluarkan pembuatan dapok dan penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 2:1 sebesar Rp. 664.000,- terjadi selisih pengeluaran sebesar Rp 596.000,- berarti dilihat dari sisi penanaman ada penghematan sebesar Rp 596.000,- dibanding penanaman cara manual. Analisis usaha saat panen perlakuan cara petani, diperbaiki/setengah mekanisasi dan rekomendasi. Pada perlakuan paket rekomendasi biaya pemanenan menggunakan mesin panen combine harvester dimana penyabitan, pengumpulan,
perontokan
dan
pengarungan
menjadi
satu
pekerjaan
pengeluaran sebesar Rp 564.000,- sedangkan paket perlakuan cara petani dan diperbaiki sebesar Rp 3.837.000,- ada selisih antara paket rekomendasi , diperbaiki dan cara petani sebesar Rp 3.273.000,- biaya yang dikeluarkan meliputi penyabitan, pengumpulan dan perontokan menggunakan power thereser, berarti dilihat dari sisi pemanenan ada penghematan biaya sebesar 3.273.000,-/ha. Dilihat dari B/C ratio perlakuan teknologi paket petani, diperbaiki dan rekomendasi pada perlakuan cara petani B/C ratio dibawah satu yaitu 0.9 paket perlakuan diperbaiki 1.10 sedangkan paket perlakuan rekomendasi sebesar 2.30. berarti B/C ratio paket perlakuan cara petani kurang menguntungkan karna dibawah satu sedangkan perlakuan diperbaiki dan rekomendasi menguntungkan. Dilihat dari beberapa analisis usaha tani paket rekomendasi sangat menguntungkan bagi petani perlu ada pengembangan mekanisasi pertanian lebih lanjut agar pendapatan petani semakin meningkat dan sejahtera.
18
Table 6. Hasil analisa usaha tani paket perlakuan No 1 2 3 4 5
Uraian Produksi GKG (kg) Pengeluaran Pendapatan Keuntungan B/C ratio
Petani 4.920 9.081.500,17.220.000,8.138.500,0,90
Diperbaiki 4.920 8.185.500,17.220.000,9.034.500,1.10
Rekomendasi 4.920 5.212.000,17.220.000,12.008.000,2.30
4.3. Kajian Umpan Balik dari Petani dan Stakeholders Terhadap Penggunaan Paket Teknologi Mekanisasi Padi pada Lahan Sawah Irigasi Indikator yang digunakan untuk melihat tingkat respon petani terhadap alat dan mesin pertaniandilihat dari
aspek sulit, cukup, manfaat dan
meningkatkan. Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa rata-rata respon petani terhadap alat dan mesin pertanian berada pada kriteria Tidak Susah/sulit dengan skor 3,55 dan Sangat cukup dengan skor 4,55 dan 5,45, Sangat bermanfaat dengan skor 5,09 dan 6,09 dan Sangat membantu meningkatkan hasil dengan skor 4,73.
Ini menunjukkan bahwa alat dan mesin pertanian (indo jarwo
transplanter dan indo combine harvester) tidak susah/sulit penggunaannya, sangat cukup dalam penyampaian, alat dan mesin pertanian sangat bermanfaat dan sangat membantu meningkatkan hasil (Tabel 2). Tabel 7. Respon Petani Kooperator Terhadap Alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015. No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Sulit Cukup Manfaat Meningkatkan Rata-Rata
Skor Respon Petani* 3,55 7,27 5,59 4,73
Kriteria Tidak susah/sulit Sangat cukup Sangat bermanfaat Sangat membantu meningkatkan hasil
3,52
Keterangan : *1,00 ≤ x ≤ 1,80 = sangat tidak (sulit, cukup, manfaat dan meningkat); 1,80 ≤ x ≤ 2,60 = tidak (sulit, cukup, manfaat dan meningkat); 2,60< x ≤ 3,40 = cukup (sulit, cukup, manfaat dan meningkat); 3,40< x ≤ 4,20 = (sulit, cukup, manfaat dan meningkat) dan 4,20< x ≤ 5,00 = sangat (sulit, cukup, manfaat dan meningkat)
Dilihat dari masing-masing indikator, tingkat kesulitan, kecukupan, manfaat dan meningkatkan alat dan mesin pertanian berada pada kriteria sulit, cukup, manfaat dan meningkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa alat dan mesin pertanian tidak susah/sulit penggunaannya, sangat cukup dalam penyampaian penggunaan alat,sangat bermanfaat dan sangat membantu meningkatkan
19
dikarenakan sesuai dengan karakteristik sasaran (umur dan tingkat pendidikan petani), materi penyuluhan, dan tujuan yang dicapai. Mayasari, dkk (2012) menyatakan bahwa penyuluhan yang efektif dapat disebabkan oleh usia responden. Usia responden yang mengikuti pengkajian berkisar 25–69 tahun. Disamping itu, metode temu lapang alat dan mesin pertanian ini juga memberikan manfaat dalam merubah perilaku petani terutama pengetahuannya mengenai teknis penanaman dan panen padi dan penggunaan mesin indo jarwo transplanter dan indo combine harvaster. BPPSDMP (2010) menyebutkan bahwa penyuluhan, bukanlah dimaksud agar masyarakat penerima manfaat selalu menggantungkan diri kepada petunjuk, nasehat, atau bimbingan penyuluhannya.Tetapi sebaliknya, melalui penyuluhan harus mampu dihasilkannya individu yang mampu dengan upayanya sendiri
mengatasi
masalah-masalah
yang
dihadapi,
serta
mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya. Pemilihan metode penyuluhan temu lapang juga didasarkan pada penggunaan panca indera.Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar-mengajar karena panca indera tersebut terlibat di dalamnya Hal ini dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil sebagai berikut 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera peraba, 3,5% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar, dan 83% melalui indera penglihatan. Pemilihan temu lapang sebagai metode penyuluhan mengenai cara tanam padi menggunakan indo jarwo transplanter kepada penyuluh dan petani, juga dikarenakan metode ini merupakan metode dengan pendekatan kelompok yang dapat memberikan informasi secara lebih rinci. Metode ini dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan suatu informasi ke tahap mencoba dan menerapkan.
20
Dilihat dari gambar ikatan komunikasi dengan tahapan adopsi di atas, metode temu lapang berada pada tahapan minat dan menilai.
Dimana pada
tahap pertumbuhan minat, seseorang ingin mengetahui lebih banyak perihal baru dan berusaha mencari informasi lebih lanjut. Sedangkan pada tahap menilai, seseorang mampu membuat perbandingan. Setelah melalui tahapan minat dan menilai tersebut, diharapkan petani dapat mencoba dan menerapkan inovasi teknologi yang disampaikan. Petani dapat mencoba gagasan baru atau praktek baru serta meyakini gagasan atau praktek baru itu dan menerapkan sepenuhnya secara berkelanjutan (Astuti dan Honorita, 2013).
21
IV. KESIMPULAN 1. Kinerja teknis paket teknologi yang diterapkan sampai dengan bulan Desember2015 adalah pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan. Untuk pengolahan lahan, semua paket teknologi menggunakan hand traktor. Kinerja mesin tanam rata – rata 6.09 jam/ha dibanding kinerja tanam manual 238,98 jam/ha atau 24,14 hari sedangkan kinerja combine harvester 3,3 jam/ha dibandingkan kinerja panen manual 173,33 jam/ha atau 21,67 hari 2. Efektifitas mesin tanam padi Indojarwo Transplanter 2:1dan mesin panen combine harvester di kabupaten Bengkulu Utara masih mengalami beberapa kendala diantaranya kualitas hasil kerja mesin masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari kerapian hasil penanaman yang telah dilakukan belum begitu memuaskan para petani selain itu juga masih terdapat lahan yang kosong terutama di bagian pinggir pematang yang cukup lebar sehingga mengakibatkan waktu penyulaman menjadi lebih lama. Untuk mesin panen mempunyai kendala tidak bisa dilakukan pada lahan yang sempit dan bertingkat-tingkat. Sementara dari segi kecepatan tanam dan panen serta efektifitas tenaga kerja dan biaya tanam sudah sangat membantu bagi petani 3. Respon petani terhadap alat dan mesin pertanian berada pada kriteria Tidak Susah/sulit dengan skor 3,55 dan Sangat cukup dengan skor 4,55 dan 5,45, Sangat bermanfaat dengan skor 5,09 dan 6,09 dan Sangat membantu meningkatkan hasil dengan skor 4,73.
22
KINERJA HASIL PENGKAJIAN Kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu dilaksanakan di Desa Rama Agung Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015 (1) penetapan petani kooperator sebanyak 12 orang dengan luas lahan 5 ha masing – masing petani mempunyai luas lahan antara 0.25 – 0.6 ha (2) Pengukuran kinerja mesin tanam indo jarwo transplanter 2:1 dan adopsi teknologi legowo 2:1 (3) Pengukuran kinerja mesin panen indo combine harvesterdan mengurangi losses sehingga hasil panen meningkat (4) Penyebar luasan inovasi teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah diprovinsi Bengkulu berupa leaflet 100 eksemplar dan buku saku 50 eksemplar.
23
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, D.R. dan Haryono. 2007. Peluang Usaha Jasa penanaman Padi Secara Mekanis Dengan Dukungan Industri Persemaian. Apresiasi Hasi Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRIMA TANI. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p. Balai Besar Mekanisasi Pertanian. 2013. Mesin Tanam Indo Jarwo Transplanter. http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?view=artice. Balasubramaniam V., Rajendran, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta. BPS Provinsi Bengkulu. 2013. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p. Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistika Jilid II. LP3ES. Jakarta. Damardjati, J.S. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta. Ditjen Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis : Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2013. Dirjen Tanaman Pangan. 134Hal. Drakel, Arman. 2008. Analisis Usahatani Terhadap Masyarakat Kehutanan di Dusun Gumi Desa Akelamo Kota Tidore Kepulauan.Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan Volume I Oktober 2008. Fagi A.M. 2006. Penelitian Padi Menuju Revolusi Hijau Lestari. Balai Penelitian Padi, sukamandi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. 68 Hal. Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi. Mayasari, Rika, dkk. 2012. Dampak Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Desa Sukajadi Kabupaten OKU.Jurnal Pembangunan Manusia Volume 6 No.3 Tahun 2012. Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p. Rentha, T. 2007. Identifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1). Universitas Sriwijaya.Palembang. Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.
24
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi. Simatupang, P., 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Hal. 119-146. Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak / (6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009. Suhendra, T., 2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit (rice transplanter) dalam Rangka Mengatasi Klangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Angibisnis (SEPA) Fakutas Pertanian UNS. Surakarta (inpress). Suhendrata, T., dan E. Kushartanti. 2013. Pengaruh Penggunaan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Transplanter) Terhadap Produktivitas dan Pendaptanan Petani di Desa Tangkil Kecamatan/Kabupaten Sragen. Prosiding Seminar Nasional Akselarasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menuju Kemandirian Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian UNS. (inpress). Swastika, D. K. S., 2004. Beberapa Teknis Analisis dalam Penelitian dan Pengkajian Tknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7, No. 1. BBP2TP Bogor. Tambunan, A.H. dan E. N. Sembiring. 2007. Kajian Kebijakan Alat dan Mesin Pertanian. Jurnal Kteknikan Pertanian. Vol.21 (4). Astuti, U.P. A. dan B. Honorita. 2013. Peranan Metode Penyuluhan (Temu Lapang) Terhadap Peningkatan Pengetahuan Penyuluh Pendamping P2KP Dalam Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terpadu Di Provinsi Bengkulu. Prosiding Temu Teknis Jabatan Non Peneliti Lingkup Litbang Pertanian, Agustus 2013. Hal 350-359. Unadi, A. dan Suparlan, 2011. Dukungsn Teknologi Pertanian Untuk Industrialisasi Agribisnis Perdesaan. Makalah Seminar Nasional Penyuluhan Pertanian pada Kegiatan Soropadan Agro Expo Tanggal 2 Juli 2011. Balai besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
25
ANALISIS RISIKO Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif Tabel 8. Daftar risiko dan dampak pengkajian penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 No
Risiko
Penyebab
Dampak
1..
Kinerja teknis dari paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi tidak optimal (lambat dan kualitas kerja kurang baik)
2
Mesin rusak dan suku cadang belum tersedia secara lokal
- Persepsi pengguna (stakeholders dan petani) terhadap alat/mesin negatif. - Paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi tidak berpeluang dikembangkan dan diadopsi secara luas - Pengkajian tidak dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan - Data tidak akurat dan kurang valid
3
Lahan yang tersedia tidak sesuai dengan spesifikasi alat/mesin
- Kurangnya keterampilan dan pengetahuan operator alat/mesin mekanisasi dan pembantunya dalam mengendalikan mesin - Pemilihan lokasi/lahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis mesin. - Keteledoran dalam pemeliharaan. - Terjadinya kecelakaan/accident saat operasional di lapangan - Belum ada teknisi yang mampu mereparasi kerusakan mesin dan penggantian onderdil - Air irigasi/drainase sulit dikendalikan - Tekstur tanah bergambut atau berpasir - Solum tanah/lumpur yang dalam
26
- Banyak bibit yang tertanam dengan tidak sempurna (kerja alat/mesin tanam) - Penyiangan kurang efektif - Panen lambat - Losses tinggi
Tabel 9. Daftar penanganan risiko pengkajian penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 No.
Risiko
1.
Kinerja teknis dari paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi tidak optimal (lambat dan kualitas kerja kurang baik)
2.
Mesin rusak dan suku cadang belum tersedia secara lokal
3.
Lahan yang tersedia tidak sesuai dengan spesifikasi mesin
Penyebab
Penanganan
- Kurangnya - Mendatangkan keterampilan dan Narasumber/pelatih pengetahuan dari BB Mektan atau operator alat/mesin mengirim teknisi dan pembantunya untuk belajar dalam mengendalikan hingga terampil dan mesin mumpuni baik - Pemilihan lokasi/lahan sebagai operator tidak sesuai dengan maupun mekanik. persyaratan teknis - Pemilihan mesin. lokasi/lahan yang tepat (pengolahan tanah sempurna, kedalaman lapisan keras (hardpan)/ kedalaman kaki (foot sinkage) maksimal 250 mm) - Diperlukan pelatihan intensif terhadap petani kooperator dalam mengoperasikan alat dan mesin - Keteledoran dalam - Menunjuk teknisi pemeliharaan. khusus yang - Terjadinya bertanggung jawab, kecelakaan/accident mumpuni dan saat operasional di mampu menangani lapangan kerusakan mesin - Belum ada teknisi tanam. yang mampu - Menyediakan mereparasi kerusakan (stock) suku cadang mesin dan tertentu sebagai penggantian onderdil antisipasi jika ada kerusakan - Air irigasi/drainase - Perekayasaan mesin sulit dikendalikan sesuai dengan - Tekstur tanah kondisi lahan. bergambut atau berpasir
27
JADWAL PELAKSANAAN Kegiatan
1
2
Waktu Pelaksanaan Bulan ke 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Perbaikan Proposal 2. Koordinasi dan Identifikasi - Koordinasi ke BB Mektan - Koordinasi ke Dinas terkait (Dinas dan BP4K) 3. Pelaksanaan lapangan - Uji coba (TanamPanen) - Survey a. Penyusunan kuesioner b. Uji coba kuesioner c. Penyebaram kuesioner d. Entri data 5. Pengolahan/Analisis data 6. Pembuatan laporan akhir 7. Seminar hasil
28
PEMBIAYAAN A. No. 1.
2.
3.
4. 5.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Jenis pengeluaran
Volume
Belanja Bahan - Konsumsi dalam rangka 120 OH 50.000 sosialisasi dan temu lapang Honor Output Kegiatan - Honor entri data, pengolahan 10 OK 250.000 data dan pengetikan - Honor petugas lapang 15 OH 100.000 - UHL Petani 180 OH 50.000 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - Bahan sarana produksi, pendukung pengkajian dan BBM - ATK dan komputer supplies - Penggandaan dan laminasi Belanja Jasa Profesi - Honor Narasumber Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,- s/d Rp. 5.000.000)
6.
8.
Harga Satuan
Jumlah 6.000.000 6.000.000 13.000.000 2.500.000 1.500.000 9.000.000 29.180.000
1 Tahun 20.587.000
20.587.000
1 Tahun 1 Tahun
5.271.000 3.322.000
4 OJH
500.000
5.271.000 3.322.000 2.000.000 2.000.000 70.000.000
14 OP
5.000.000
70.000.000
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 6.820.000 - Uang harian dalam rangka 22 OH 130.000 2.860.000 Sosialisasi dan Temu Lapang - Paket kegiatan dalam rangka 22 OP 180.000 3.960.000 Sosialisasi dan Temu Lapang Jumlah 127.000.000
29
B.
Realisasi Anggaran
No. 1. 2.
3.
4. 5.
6.
8.
Realisasi Persentase Persentase Anggaran Keuangan Fisik (%) (Rp) (%) 5.800.000 96,67 5.800.000 96,67
Uraian Belanja Bahan - Konsumsi dalam rangka sosialisasi dan temu lapang Honor Output Kegiatan - Honor entri data, pengolahan data dan pengetikan - Honor petugas lapang - UHL Petani Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - Bahan sarana produksi, pendukung pengkajian dan BBM - ATK dan komputer supplies - Penggandaan dan laminasi Belanja Jasa Profesi - Honor Narasumber Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,- s/d Rp. 5.000.000) Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota - Uang harian dalam rangka Sosialisasi dan Temu Lapang - Paket kegiatan dalam rangka Sosialisasi dan Temu Lapang Jumlah
11.495.000 1.000.000
88,42 40
1.500.000 8.995.000 27.713.800
100 99,94 94,96
20.553.800
99,84
5.260.000 1.900.000
99,80 57,19
2.000.000 2.000.000 70.000.000 70.000.000
100 100 100 100
6.820.000
100
2.860.000
100
3.960.000
100
115.008.800
30
90,55
PERSONALIA No Nama lengkap
Jabatan Fungsional
Jabatan dalam Kegiatan
1.
Yong Farmanta, M.Si
Peneliti Muda
Penanggu ng Jawab
2.
Dr. Wahyu Wibawa, MP
Peneliti Muda
Anggota
3.
Taufik Hidayat, S.TP
Peneliti Pertama
Anggota
4.
Yulie Oktavia, SP
Peneliti Pertama
Anggota
5.
Herlena Bidi Astuti, SP
Peneliti Pertama
Anggota
6.
Rahmat Oktavia, SP
PUMK
Anggota
7.
Robiyanto
Teknisi
Anggota
31
Uraian Tugas Mengkoordinir pelaksanaan semua kegiatan dan analisis data Mengkoordinir pelaksanaan semua kegiatan dan analisis data Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan percobaan pertanaman padi di lapangan Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan percobaan pertanaman padi di lapangan Membantu pelaksanaan kegiatan kelayakan finansial, sosial danpeluang pengembangan Membantu pelaksanaan kegiatan Membantu pelaksanaan kegiatan
Alokasi Waktu (jam/ minggu) 5
5
5
5
5 5
Lampiran 1. Nama petani kooperator, luas lahan dan plot perlakuan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Petani Kooperator Wayan Page Nyoman Astawe Sudaryatno Sukidi Nyoman Trime Ketut Suwika Putu Sariade Wayan Mare Kadek Sartika Wayan Yase Partinem/Slamet Mahdi/Nyoman tirta Total
Luas Lahan (Ha) 0,25 0,25 0,60 0,60 0,60 0,40 0,25 0,60 0,30 0,30 0,60 0,40 4,85
Paket Teknologi Mekanisasi Rekomendasi
Diperbaiki
Petani
Lampiran 2.Peralatan mesin pertanian yang telah diadakan No 1. 2. 2. 3.
Nama Alat Indojarwo Transplanter 2:1 Merk : Tray/ Dapok Semai dan plastik Caplak Roda Indocombine Harvester Merk : Crown Type : 2000 Star
Fungsi Sebagai mesin tanam jajar legowo 2:1
Keterangan Inventaris lama (1 Unit)
Sebagai Tempat semai padi untuk mesin Indojarwo Transplanter 2:1 Alat bantu tanam legowo 2:1
Pengadaan baru (350 Dapok) Pengadaan baru (2 Unit) Pengadaan Baru (1 Unit)
Alat panen kombinasi
Lampiran 3. Peralatan mesin pertanian yang belum diadakan No Nama Alat 1. Power Weeder
Fungsi Alat bantu penyiangan
32
Keterangan (1 Unit)
Lampiran 4.Hasil analisis usahatani perlakuan paket petani No A. 1 2 3 4 5 6 7 8 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C D E F
Uraian
Modal Saprodi Benih 25 kg Pupuk Urea 100 kg Phonska 350 kg Insektisida carbopuran 2 bks Insektisida Pentoat 2 btl Fungisida profikonazol 2 btl Fungisida difenokonazol 2 btl Moluskisida 2 klng Jumlah Modal A Modal Operasional/ Upah tenaga kerja Pengolahan lahan 1 ha, borongan Pencabutan bibit + Penanaman Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Nyabit + ngumpul Perontokan/Power Thresser Pengangkutan Pengeringan Jumlah Modal B Pengeluaran (A+B) Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ha Keuntungan (D-C) B/C ratio
33
Nilai (Rp) 175.000,208.000,931.000,72.000,216.000,240.000,372.000,120.000,2.334.000,1.000.000,1.260.000,80.000,160.000,160.000,800.000,3.037.500,150.000,100.000,6.747.000,9.081.500,17.220.000,8.138.500,0,90
Lampiran 5. Hasil analisis usahatani perlakuan paket diperbaiki No A. 1 2 3 4 5 6 7 8 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C D E F
Uraian
Modal Saprodi Benih 25 kg Pupuk Urea 100 kg Phonska 350 kg Insektisida carbopuran 2 bks Insektisida Pentoat 2 btl Fungisida profikonazol 2 btl Fungisida difenokonazol 2 btl Moluskisida 2 klng Jumlah Modal A Modal Operasional/ Upah tenaga kerja Pengolahan lahan 1 ha, borongan Penanaman Indo jarwo transplanter 2:1 Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Nyabit + ngumpul Perontokan/Power Thresser Pengangkutan Pengeringan Jumlah Modal B Pengeluaran (A+B) Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ha Keuntungan (D-C) B/C ratio
34
Nilai (Rp) 175.000,208.000,931.000,72.000,216.000,240.000,372.000,120.000,2.334.000,1.000.000,364.000,80.000,160.000,160.000,800.000,3.037.500,150.000,100.000,5.851.500,8.185.500,17.220.000,9.034.500,1,10
Lampiran 6. Hasil analisis usaha tani perlakuan paket Rekomendasi No A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B 1 2 3 4 5 6 7 8 C D E F
Uraian
Modal Saprodi Benih 25 kg Dapok 300 bh Pupuk Urea 100 kg Phonska 350 kg Insektisida carbopuran 2 bks Insektisida Pentoat 2 btl Fungisida profikonazol 2 btl Fungisida difenokonazol 2 btl Moluskisida 2 klng Jumlah Modal A Modal Operasional/ Upah tenaga kerja Pengolahan lahan 1 ha, borongan Penanaman Indo jarwo transplanter 2:1 Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Panen Combine Harvester Pengangkutan Pengeringan Jumlah Modal B Pengeluaran (A+B) Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ha Keuntungan (D-C) B/C ratio
Nilai (Rp) 175.000,300.000,208.000,931.000,72.000,216.000,240.000,372.000,120.000,2.634.000,1.000.000,364.000,80.000,160.000,160.000,564.000,150.000,100.000,2.578.000,5.212.000,17.220.000,12.008.000,2,30
Lampiran 7. Hasil analisis tanah Kadar Air % 11,08
Ekstrak 1:5 pH H2O 6,7
KCl 4,8
Tekstur Pasir
Liat
% 9,07 61,13
Terhadap contoh tanah kering 105oC Debu C N P Bray K-dd 1 % ppm Me/100gr 29,80 15,97 0,45 6,92 0,09
35
Lampiran 8. Denah lokasi kegiatan
36
Lampiran 9. Papan merek dan Plang Perlakuan
37
38
Lampiran 10. Gambar Alsintan dan spesifikasinya
39
40
Lampiran 11. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan
Identifikasi dan Survey lokasi
41
Koordinasi dengan stakeholder
42
Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan
43
Penyemaian benih untuk mesin Indojarwo Transplanter 2:1
44
Semaian bibit untuk mesin Indojarwo Transplanter 2:1
45
Penanaman dengan mesin dan caplak roda
46
Pengukuran Tinggi Tanaman dan Menghitung Jumlah anakan Padi berbagai Perlakuan
47
48
49
Pengukuran Kinerja Mesin Panen Combine Harvester
50