KAJIAN MORFOSEMANTIS KEHOMONIMAN SIRKUMFIKS KE--AN DALAM BAHASA INDONESIA Gunawan Widiyanto
PPPPTK Bahasa Kemendiknas Abstract Studies on the prefix and suffix of ke-an in bahasa (Indonesia) as far as the writer is concerned to date only describes it and its combination with the base form without involving the context in which it is used. The use of one of these morphological processes potentially brings about various meanings. This study is then aimed at describing those various meanings by concentrating itself on kean and by employing qualitative analysis. Data for analysis is taken from newspaper as a secondary source. In addition, data is generated introspectively by the writer as a native speaker of bahasa (Indonesia). The result of the study indicates that there are three functions of ke-an, namely as adverbalizer, nominalizer and adjectivalizer with the base form being verb, noun, numeral, adjective and adverb.
LATAR Dalam skemata Gramatika Semesta (Universal Grammar) Chomsky, morfologi memainkan peran sebagai jembatan penghubung antarkonstruksi atau komponen modular lainnya (leksikon, sintaksis, dan semantik). Oleh karenanya, Katamba (1993:10), yang juga pengikut Chomsky, menyarankan bahwa pengkajian morfologi sebaiknya tidak dilakukan secara terpisah dan otonom, tetapi senantiasa dikaitrapatkan dengan sintaksis maupun semantik secara berjalin kelindan (integrated). Hal senada juga dikemukakan oleh Kridalaksana (1992:5-6; 2005: 6-7) bahwa subsistem morfologi yang terkandung dalam sistem gramatikal bahasa memang memiliki aspek-aspek semantis. Tulisan hasil penelitian ini juga berkait rapat dengan salah satu sektor kecil dalam domain morfologi yang memiliki implikasi semantis, yakni salah satu bentuk proses morfologis berupa sirkumfiks. Secara lebih fokus dan spesifik, jenis sirkumfiks yang dikaji dalam tulisan ini adalah sirkumfiks ke-an, yang setakat ini sangat potensial menimbulkan berbagai makna dalam pemakaiannya. Dengan perkataan lain, bentuk sirkumfiks ini secara semantis bersifat homonimis (sekaligus homofonis). Tambahan pula, setakat pengamatan penulis, kajian tentang sirkumfiks dalam literatur kebahasaan hanya mendedahkan (expose) bergabungnya ke-an dengan (bentuk) dasar tanpa membabitkan konteks sentensial tempat ia digunakan, sebagaimana yang dilakukan Ramlan (1985), Keraf (1991), dan Kentjono (1997), kecuali karya Kridalaksana (1992), yang mayoritas datanya diperoleh secara introspektif. Padahal, konteks sentensial memainkan peran penting dalam pemunculan makna baru. Untuk itu, satu hal yang membedakan tulisan ini dengan kajian sebelumnya adalah pelibatan konteks sentensial sebagai uji diagnostik. MASALAH DAN BATASANNYA Penelitian ini bertujuan menggambarkan berbagai varian makna yang terdapat dalam sirkumfiks ke-an dan sekaligus menjawab pertanyaan: Makna apa sajakah yang terkandung dalam sirkumfiks ke-an itu? Mengingat begitu luasnya cakupan persoalan, dalam tulisan ini hanya dibatasi pada ke-an yang melekat pada kata dasar. Untuk itu, tidak disinggung sentuh ke-an yang melekat pada kata berafiks, misalnya
Tulisan ini telah disajikan dalam seminar akademik PPPPTK Bahasa pada tanggal 30 Januari 2006
1
kebermaknaan, kesinambungan; ke-an yang melekat pada kata ulang, misalnya kekanak-kanakan, keinggris-inggrisan; dan ke-an yang bergabung dengan kata majemuk, seperti dalam ketumpangtindihan, kesetiakawanan. METODE Penelitian ini memakai paradigma dan ancangan kualitatif, dalam arti bahwa ia menggali informasi tentang makna yang tercakup dalam sirkumfiks ke-an (Kumar, 1996:8). Data sentensial sebagai bahan analisis diperoleh dari harian Republika edisi Juni sampai Agustus 2005. Data tersebut berjumlah 175 buah dan berupa kalimat yang mengandung kata dasar bersirkumfiks ke-an. Selain itu, data dibangkitkan sendiri sesuai intuisi lingual penulis sebagai penutur jati bahasa Indonesia secara instrospektif. Penyediaan data dilakukan dengan metode simak dan teknik catat (Sudaryanto, 1993:133; 1988: 4-5). Setelah dicatat dan dipilah, data dianalisis, dan selanjutnya ditafsirkan sesuai kandungan maknanya secara kontekstual. Untuk itu, satuan analisis dalam tulisan ini adalah sirkumfiks ke-an itu sendiri. PIJAKAN TEORI Sirkumfiks merupakan afiks yang terdiri atas dua unsur integral, secara posisional terletak di muka dan di belakang dasar, secara simultan mengimbuh pada dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi (cf. Kridalaksana, 1992:29; Ramlan, 1985: 53). Sebagaimana jenis afiks yang lain dalam bahasa Indonesia, sirkumfiks ke-an termasuk sirkumfiks yang produktif, dalam arti bahwa ia dapat menjalankan fungsinya membentuk kata-kata baru (Kentjono, 1997: 46). Produktivitas itu dapat dilihat dalam contoh-contoh seperti keamanan, kecamatan, kesinambungan, kebermaknaan. Secara implikasional, ia memunculkan varian makna. Sirkumfiks ini termasuk salah satu di antara jajaran sirkumfiks yang bersifat homonimis dan homofonis (cf. Verhaar, 1996:396). Artinya, ia memiliki wujud atau bentuk dan pelafalan yang sama tetapi merupakan dua morfem atau lebih yang berbeda (Alwi et al, 1998:32; Allan, 1986: 150-5). Perbedaan itu ada karena memang memiliki makna yang berlainan pula. Oleh karena itu, ke-an yang mengimbuh pada kemahalan, kelurahan, dan kecurian, misalnya, niscaya memiliki makna yang berbeda. TEMUAN DAN BAHASAN Berbasis pada data, dapat dikemukakan beberapa temuan tentang sirkumfiks ke-an dengan makna yang terkandung di dalamnya. Pertama, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki kata dasar (sumber) verba dan nomina, secara fungsional membentuk verba, dan secara semantis memiliki makna “terkena atau menderita (dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan atau keadaan yang tersebut pada dasarnya,” seperti contoh data berikut ini. 1) Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya dan Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan sedang menyelidiki kasus dugaan kebocoran fiskal di bandara Soekarno Hatta. 2) Masuknya demokrasi di negara-negara Arab akan membuat Israel kehilangan karakter uniknya serta kesamaan nilai dengan Amerika Serikat. 3) Sebanyak 48 karyawan PT Tandom Sari Karpet mengalami keracunan makanan. 4) Ketika sampai di rumah kosnya, ia baru sadar bahwa ia kemalingan komputer jinjing dan televisi. Secara generik, makna yang terkandung dalam contoh-contoh data di atas
2
adalah pasif adversatif atau malafektif, yakni keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, tidak menyenangkan, dan tidak menguntungkan. Seseorang yang keracunan makanan, misalnya, adalah orang yang mengalami keadaan yang tidak menguntungkan (Alwi, et al, 1998:145). Kedua, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki dasar verba, secara fungsional membentuk verba, dan secara semantis memiliki makna “tanadversatif aksidentalitas (ketidaksengajaan)” atau “dapat di (dasar).” Berikut contoh-contohnya. 5) Dari tujuh mahasiswa peserta ujian, tiga di antaranya ketahuan menyontek. 6) Suara itu kedengaran dari sini. 7) Dua anak itu kedapatan membawa barang curian. 8) Euforia reformasi sekarang ini sering membuat kita kebablasan. Ketiga, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki dasar nomina, secara fungsional membentuk nomina, dan secara semantis memiliki makna “tempat atau daerah atau kantor atau wilayah kekuasaan” baik secara lokasional, posisional maupun institusional. Perhatikan contoh data berikut ini. 9) Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diberi tugas untuk mendapatkan dana dari privatisasi sebesar Rp 3,5 triliun. 10) Tahun ini, peringatan hari Lingkungan Hidup se Dunia diselenggarakan di Istana Kepresidenan Cipanas, Jawa Barat. 11) Dalam tradisi kerajaan Arab Saudi, anggota keluarga kerajaan yang nantinya menjadi raja harus magang terlebih dahulu sebelum menjadi putra mahkota misalnya, ia harus beberapa kali menduduki kursi kementerian yang strategis dan berbeda. Keempat, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki dasar nomina, numeralia, adjektiva, verba, dan adverbia; secara fungsional membentuk nomina; dan secara semantis bermakna “keabstrakan” atau “hal yang berkait rapat dengan yang tersebut pada dasarnya.” Berikut contoh datanya. 12) Sebagai seorang monotheis sejati yang memiliki misi kenabian, Muhammad yang menjalin hubungan dengan Tuhan melalui wahyu dan kitab suci , telah berhasil menciptakan masyarakat beriman. 13) Membaca rumusan misi tersebut, tampak Hidayatullah sangat menekankan aspek keilmuan dalam membangun peradaban Islam. 14) Wawasan Nusantara merupakan kesatuan matra dari aspek ipoleksosbudhankam. 15) Di sini diketahui jelas posisi Indonesia, apakah seperti yang dikesankan DPR bahwa pemerintahan telah terjebak internasionalisasi Aceh atau justru pertemuan informal telah mencapai kemajuan dalam penyelesaian konflik Aceh ini. 16) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia meminta pemerintah menunda kenaikan tarif dasar listrik. 17) Persoalan itu harus dilihat dalam konteks kekinian. 18) Kelebihan bank-bank domestik pada khususnya adalah dalam hal lengkap dan sempurnanya sistem, prosedur, dan penerapan dan pelaksanaan audit dan kontrolnya. Kelima, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki dasar nomina, secara fungsional membentuk nomina, dan secara semantis memiliki makna “kumpulan,” sebagaimana contoh berikut ini. (19) Indonesia adalah negara kepulauan. Keenam, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki kata dasar nomina, secara fungsional membentuk adjektiva, dan secara semantis bermakna “memiliki atau
Tulisan ini telah disajikan dalam seminar akademik PPPPTK Bahasa pada tanggal 30 Januari 2006
3
mengandung sifat atau karakter sebagaimana yang melekat pada dasarnya.” Perhatikan contoh berikut ini. (20) Melihat sikapnya yang kebapakan, saya begitu kagum kepadanya. (21) Ia sangat keibuan. Ketujuh, sirkumfiks ke-an secara formal memiliki dasar adjektiva, secara fungsional membentuk adjektiva, dan secara semantis bermakna “afektif atau terkena atau menderita,” sebagaimana contoh berikut ini. (22) Ia sangat kesepian karena harus berpisah dengan istrinya. Kedelapan, sirkumfiks secara formal memiliki dasar adjektiva, secara fungsional membentuk adjektiva, dan secara semantis memiliki makna “keterlampauan (eksesivitas).” (23) Baju ini kekecilan sehingga saya tidak ingin memakainya. (24) Jika kita lewat jalur selatan, itu kejauhan dan memakan waktu lebih lama. Kesembilan, sirkumfiks ke-an yang mengimbuh pada satu kata dasar juga memunculkan dua makna yang berbeda manakala ia berada dalam konteks sentensial. Kata ketinggian, misalnya, secara homonimis bisa bermakna “keabstrakan”, bisa pula bermakna “eksesivitas”, sebagaimana yang terlihat pada (25) dan (26) berikut. (25) Helikopter itu meledak ketika berada pada ketinggian kira-kira seribu kaki. 26) Jarak vertikal antara lantai dan atap yang empat meter untuk rumah sekecil ini ketinggian. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa makna eksesivitas hanya terdapat pada ke-an yang mengimbuh pada dasar adjektiva. PENUTUP Secara konklusif, pada dasarnya terdapat tiga fungsi yang dimiliki sirkumfiks ke-an, yakni peverbalisasi, penominalisasi, dan pengadjektivalisasi, dengan dasar berupa verba, nomina, numeralia, adjektiva, dan adverbia. Sirkumfiks ke-an sebagai bentuk satuan lingual memiliki varian makna secara implikasional. Varian makna sebagai indikator status kehomoniman yang disandang sirkumfiks ke-an itu ternyata bersifat inklusif, dalam arti bahwa ia berada pada dimensi antarsatuan lingual dan intrasatuan lingual. PUSTAKA ACUAN Allan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. Volume One. London: Roudledge and Kegan Paul. Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Katamba, Francis. 1993. Morphology. London: Macmillan. Kentjono, Djoko. 1997. “Morfologi.” Dalam Dasar-Dasar Linguistik Umum. 39-51. Jakarta: Fakultas Sastra UI. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. ________. 2005. “Bahasa dan Linguistik.” Dalam Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder (ed.). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. 3-14. Jakarta: Gramedia. Kumar, Ranjit. 1996. Research Methodology. New Delhi: SAGE. Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4
_______. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tulisan ini telah disajikan dalam seminar akademik PPPPTK Bahasa pada tanggal 30 Januari 2006
5