I. SEMINAR
NASIONAL
KE-III:
FAKULTAS PERIKANAN
HASIL-HASIL
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO
KAJIAN KUALITAS PERAIRAN JEPARA TERHADAP KELIMPAHAN DAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIMIKROBIA EKSTRAK SEAWEED SPESIES SARGASSACEAE (Phaeopyceae, Fucales).
M. Zainuddin
1,
Ambariyanto",
Ita Widowati3
'Aslsten Laboratorium Natural Product, UPT Laboratorium Terpadu UNOIP 2Kepala Laboratorium Natural Product UPT Laboratorium Terpadu UNOIP, 3Staf Pengajar dan Ketua Program Magister IImu Kelautan FPIK UNOIP. Laboratorium Natural Product, UPT Laboratorium Terpadu UNOIP JI. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang,50275Email: zain_ Lab Terpadu.
[email protected]
Abstrak Indeks keanekaragaman (HJ stasiun Pulau Panjang (1,24), Betuienqen (1,09), dan Ujung Piring (1,09) adalah sedang. Indeks keseragaman (e) stasiun Telukawur (0,91), Pulau Panjang (0,90), Bandengan (0,99), dan Ujung Piring (.0,99) adalah tinggi. Stasiun Telukawur, Pulau Panjang, Bandengan, dan Ujung Piring tidak terdapat dominasi spesies. Hasil PCA (F1xF2) menunjukkan komponen utama stasiun Telukawur adalah phospat, Pulau Panjang adalah kedalaman, Ujung Piring adalah salinitas, Bondo adalah Suhu, DO dan pH. Hasil CA menunjukkan bahwa terdapat kesamaan (99,73 %) karakteristik perairan stasiun Pulau Panjang dan Bandengan, sedangkan terhadap Telukawur 99,62 %, Ujung Piring 99,60 %, Bondo 99,52 %. Hasil pearson korelasi DO terhadap kelimpahan Stasiun Telukawur sebesar positif 99,45 %, korelasi positif 97,88 % salinitas dan Phosfat Pulau Panjang, korelasi negative 99,94 % DO Bandengan, korelasi negative 96,22 % Kedalaman Ujung Piring, korelasi negative sebesar 99,73 % kedalaman Bondo. Hasil analisis Regresi Multivariabel antara kualitas perairan terhadap kelimpahan menghasilkan persamaan yang memiliki kesamaan komponen yaitu phosfat. Hasil uji aktivitas antibakteri MDR stapilococcus aureus sensitive (6,28±0,04 mm), MDR Escherichia coli (6,96±0,19 mm), Staphylococcus epidermidis (12,65±0,23 mm), Micrococcus lute us (10, 14±0,55 mm), dan vibrio harveyi (6,42±0, 18 mm). Hasil uji aktivitas antifungi candida albica sensitive (6,83±0,0,08 mm). Ekstrak dengan aktivitas bakteriosidal, fungiosidal dan berspektrum luas dilakukan CA mendasi 3 kelas (similarity kelas 1, 2 dan 3 adalah 72,33%, 76,80%, 58,50%). Jenis sargassum di kelas 1 yang memiliki aktivitas terbaik, secara ekologis juga memiliki nilai kelimpahan tertinggi di stasiun pengamatan. Kata Kunci : Komunitas, MDR, Antibakteri, Antifungi,
Pendahuluan Penelitian-penelitian tentang Sargassum telah banyak dilakukan, akan tetapi sangat sedikit studi yang menjelaskan lingkungannya terhadap distribusi, keanekaragaman dan kelimpahan bioaktif Sargassum. Beberapa studi hanya menfokuskan pad a senyawa aktifnya saja ataupun ekologinya saja. Oleh karena itu peneliti mengembangkan penelitian ke arah senyawa bioaktif rumput laut coklat Sargassum kaitannya dengan kondisi kualitas perairan di Jepara tepatnya di Pantai Telukawur, Pulau Panjanq, Pantai Bandengan, Pantai Ujung Piring dan Pantai Bondo. Perairan Pantai Jepara merupakan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya rumput laut di Indonesia. Salah satu jenis rumput laut yang hidup melimpah di perairan tersebut adalah Sargassum. Sejalan dengan eksplorasi rumput laut Sargassum untuk pemanfaatan senyawa aktifnya maka diperlukan suatu pengelolaan yan.g baik agar tujuan pemanfaatan tercapai dan keseimbangan alam tetap terjaga. Informasi keterkaitan Sargassum dengan lingkungan dalam memproduksi metabolit sekundernya dapat memberikan arahan dalam melakukan pengelolaan Sargassum dengan tujuan untuk produksi senyawa aktif.
476
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
SEMINAR
NASIONAL
KE-I1I : HASIL-HASIL
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu sampling, pengukuran parameter insitu dan eksitu, preparasi sampel, ekstraksi, uji antibakteri, serta uji antijamur. Metode yang digunakan dalam kajian kelimpahan adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan transek garis. Mrtode sampling adalah purposive, sedangkan metode yang digunakan dalam uji biosessay adalah eksperimen laboratories. Materi penelitian berupa koleksi rumput laut sargassum dari lima stasiun di Jepara. Proses ekstraksi menggunakan pelarut hexane, etil asetat dan methanol. Uji aktivitas antibakteri dan anti jamur menggunakan metode divusi agar dengan media zobell (peptone, yeast, dan bacto agar) dan media SDA. Uji antibakteri menggunakan isolate bakteri S. aureus, E. coli, S. epidermidis, V. harveyi, dan M. luieus. Sedangkan uji antijamur menggunakan isolate Candida albica. Pengamatan kelimpahan Sargassum Pengamatan Sargassum dilakukan dengan cara membentangkan rol meter sebagai transek garis sepanjang 100 meter sejajar dengan garis pantai, sedan'gkan luasan pengamatan adalah 1 meter sebelah kanan dan kiri transek. Pengambilan data kelimpahan dilakukan dengan cara penelusuran sepanjang luasan transek garis (English et el., 1994). Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisik-kirnia perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel Sargassum pada tiap lokasi pengamatan. Parameter yang dilakukan secara insitu me!iputi suhu, kecerahan, kedalaman, salinitas, pH, DO, kecepatan arus. Sedangkan parameter yang dilakukan secara eksitu meliputi Nitrat, phosfat. Preparasi sampe/ Sampel rumput laut Sargassum yang telah dikoleksi diidentifikasi dengan melihat morfologi rumput laut. Sargassum yang didapat dibersihkan dengan air tawar lalu dilakukan pemotongan ± 5 ern, dikeringkan dengan cara di angin-anginkan terhindar dari sinar matahari. Sargassum kering dilakukan penepungan dengan blender sehingga menjadi powder kasar. Ekstraksi Rumput Laut Sargassum Sampel dilakukan maserasi secara bertingkat dengan urutan pelarut n-heksana, etil asetat, dan methanol. Ekstraksi menggunakan 25 gr sampel Sargassum powder direndam dengan 100 ml pelarut selama 24 jam pada kondisi ruang gelap dan suhu ruangan. Setelah direndam 24 jam dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring whatman dengan corong kaca. Residu hasil penyaringan dikeringkan dan dimaserasi kembali menggunakan pelarut etil asetat dan kemudian pelarut methanol dengan cara yang sama. Filtrat heksana, etil asetat dan metanol masing-masing selanjutnya dievaporasi dengan menggunakan vacuum rotary evaporator suhu 40°C dengan tekanan 500 mmHg. Ekstrak kemudian dihembus dengan gas N2 sebelum disimpan. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam freezer pad a suhu -20°C (Kanjana K, et et., 2011). Uji Aktivitas Antibakteri Kultur bakteri uji disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit, kemudian dilarutkan dengan PBS dan diukur Optical Density spektrofotometer 600 nm antara 0,6-0,8 (Lalitha, 2004) dipipet sebanyak 0,1 ml dan di inokulasikan ke permukaan media petri. Setelah itu di inkubasi selama 30 menit agar berdifusi. Uji aktivitas antibakteri menggunakan larutan ekstrak dan antibiotik chloramphenicol sebagai control (+) masing-masing 'denqan konsentrasi 2500 ppm, setiap paper disc steril diberi larutan ekstrak sebanyak 20 1-11 (50 I-Ig/disc) (Kanjana K, et el., 2011). Setelah itu masing-masing paper disc diletakkan dalam cawan petri yang telah berisi agar dan bakteri, disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Uji Aktivitas Antijamur Kultur jamur yang sudah diinkubasi selama 4 hari dengan kepadatan sekitar 1-2 x 108 CFU/ml di spread ke dalam media SDA cawan petri secara aseptis lalu didiamkan selama 30 menit agar berdifusi. Konsentrasi ekstrak dan antijamur nystatin sebagai control (+) yang digunakan pada uji aktivitas antibakteri adalah 2500 ppm dan disetiap paper disc diberi larutan Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
477
SEMINAR
NASIONAL
KE-III:
FAKULTAS PERIKANAN
HASIL-HASIL
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
D1PONEGORO
masing-masing sebanyak 20 1-11 (50 1-19/disc). Disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam (Elica et al., 2012). Analisa data Nilai kelimpahan ditiap jenis digunakan untuk mendiskripsikan struktur komunitas sargassum yang meliputi Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (e), dan Indeks Dominansi (C). Mendeterminasikan sebaran karakteristik fisika-kimia air antar stasiun pengamatan deangan menggunakan pendekatan analisis statistik multivariabel. Analisis ini melihat keterkaitan variable fisika-kimia terhadap stasiun pengamatan berdasarkan pendekatan analisis komponen utama (PCA) dengan menggunakan perangkat lunak program Statistika 6. Variable yang digunakan untuk mengevaluasi perlakuan pada uji antibakteri dan antijamur metode difusi agar adalah dengan mengukur diameter daerah jernih (zone bebas bakteri) yang tidak ditumbuhi bakteri disekeliling kertas cakram pada cawan petri. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan bagian ekstrak yang dicobakan. Hasil dan Pembahasan Sampling didapatkan 3 spesies Sargassum di Telukawur, di Pulau panjang ada 4 spesies, di Bandengan ada 3 spesies, di Ujung piring ada 3 spesies, dan di Bondo ada 1 spesies. Keberadaan dan kelimpahan spesies di tiap stasiun bervariasi diduga berhubungan dengan kondisi lingkungan baik fisika, kimia dan biologi ditiap stasiun yang berbeda sehingga mempengaruhi fisiologi dan struktur komunitas sargassum. Tabel
1.
Nilai Kelimpahan Jenis (ind/200m\ Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (e), Indeks Dominansi (C), dan Parameter Lingkungan Perairan RataRata Stasiun Spesies
Telukawur
Pu!au panjang
Bandengan
Ujung piring
Banda
5 duplicatum
504
147
159
142
o o
256
5 polycysru.m sechmocarpum
437
o o o o o o
sdnereum 5 crasstjouum
5 plagyophylfum Sbinder Kelimpahan Total lind/200 m2) Jumlah Spesies Indeks Keanekaragaman (H')
° ° ° °
1100
°
258
75
329
337
o
°o
222
o o o o
o
368
1510
701
809
923
1510
3
4
3
3
1
1,24
1,09
1,09
o
sedang
sedang
rendah
rendah Indeks Keseragaman (e)
299
0,'91 tinggi
sedang
1
0,90
0,99
0,'99
o
tinggi'-
tinggi
tinggi
rendah
0,39
0,33
0,34
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Kedalaman (m)
1,2
3,9
2,8
0,'9
3,5
Kecerahan [rn]
1,2
2,3
2,1
1,5
DO
4,1
5,6
5,8
0,.8 5,4
pH
7,2
7,2
7,2
7,2
7,3
Suhu("C}
31
30
30
32
Sahnitas (%0)
32
31 31
31
32
31
Indeks Dominansl (e)
0,34
tidakada
1
ada
5,8
Arus (m/menit)
6,0
5,8
8,1
1.,2
8,2
P04(ppm)
0,013
0,003
0,006
0,001
0,001
Nitrat (ppm)
< 0,005
<: 0,005
< 0,005
< 0,005
< 0,005
Stasiun Pulau Panjang ditemukan 4 jenis sargassum; Stasiun Teluk Awur, Bandengan, dan Ujung Piring ditemukan 3 jenis sargassum; Stasiun Bondo ditemukan 1 jenie sargassum.
478
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
SEMINAR
NASIONAL
FAKULTAS
KE-lll:
PERIKANAN
HASIL-HASIL
PENELITIAN
DAN ILMU KELAUTAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS
DlPONEGORO
Kelimpahan total tertinggi berada di stasiun Bondo sebesar 1510 ind/200 rn". Indeks keanekaragaman (H') di stasiun Pulau Panjang (1,24), Bandengan (1,09), dan Ujung Piring (1,09) adalah sedang. Sedangkan, nilai H' di stasiun Telukawur (1,00) dan Bondo (0,00) adalah rendah. Indeks keseragaman (e) di stasiun Telukawur (0,91), Pulau Panjang (0,90), Bandengan (0,99), dan Ujung Piring (0,99) adalah tinggi yang menunjukkan bahwa lingkungan yang stabil. Sedangkan, nilai e di stasiun Bondo (0,00) adalah rendah yang menunjukkan bahwa lingkungan yang tertekan dan tidak stabil hal ini dikarenakan di stasiun Bondo terdapat aktifitas PLTU. Stasiun Telukawur, Pulau Panjang, Bandengan, dan Ujung Piring tidak terdapat dominasi spesies. Sedangkan, di stasiun Bondo terjadi dominasi spesies yaitu sargassum binder hal ini dikarenakan hanya spesies binder yang mampu bertahan dan berkembang. A. Korelasian!ar variabel pada sumbu 1 dan 2 (F, x F,).
B. Sebaran stasiun pengamatan
padasumbu
1 dan 2 (F, x F,).
1,0
2.5 2.0
~ ~
" n
c.
B'f'der,gBr.
i.e
c.s '£<
1,0
~
0.0
~.
Iclut.iJWur
~ ~ o.e 0 .o
L~~Ul!~~~~~~ ~
• c•......•....•.
"
~
0
,:: -e.s
':"
-1,0
Bonde c..
-1.5 -2.0
-1.0
.0.5
0.0
iL5
~,0 Factor 1: 51.e4~
Gambar 1. Analisis komponen utama karakteristik kualitas perairan pada stasiun pengamatan Hasil peA (F1xF2) menunjukkan bahwa komponen utama variabel kualitas perairan di stasiun Telukawur adalah phospat hal ini dikarenakan di sisi darat stasiun tersebut terdapat aktivitas pertanian yang mengakibatkan limbah phospat larut dan terbawa ke stasiun pengamatan, Pulau Panjang adalah kedalaman hal ini dikarenakan Pulau Panjang merupakan daratan yang terpisah dari daratan utama, Ujung Piring adalah salinitas hal ini dikarenakan pantai yang cenderung landai dan tenang karena tertutup berupa teluk sehingga terjadi proses evaporasi yang lebih tinggi, Banda adalah Suhu, DO dan pH hal ini dikarenakan output limbah aktivitas PLTU yang mengakibatkan suhu yang lebih tingga dan menaikkan kondisi DO dan pH, sedangkan Bandengan tidak memiliki komponen utarna. Tabel 2. Pearson korelasi karakteristik kualitas perairan terhadap kelimpahan di stasiun Kelimpahan
Variabel
(ind/20D rn"]
Teiukawur
Pulau Panjang
Bandengan
Ujung Piring
Banda
Kedalaman (m)
0,5434
-0,9233
0,9764
-0,9622
-0,9973
Kecerahan (m)
0,5434
-0,4683
-0,7278
-0,4491
0,9960
DO pH
0,9945
-0,4859
-0,9994
·0,8528
a,8395
-0,6668
0,3652
0,9056 0,0000
Suhu (DC)
0,4553
0,0000
-0,9888
0,0000
0,0000
Salinitas (%.,)
0,2387
a,9788
0,0000
0,0000
0,8528
ArU5 (m/menit}
0,9830
-0,0912
0,3993
0,2454
·0,8591
P04(ppm)
-0,5434
0,9788
-0,3652
0,0000
·0,8528
0,0259
Hasil proyeksi varia bel kualitas perairan dan kelimpahan menunjukkan bahwa ditiap stasiun memiliki perbedaan jumlah dan komposisi varia bel yang mempengaruhi distribusi kelimpahan. Stasiun Telukawur terdapat 8 variabel, Pulau Panjang dan Bandengan terdapat 7 variabel, variabel suhu dan salinitas stabil, Ujung Piring terdapat 4 variabel dan variabel pH, suhu, salinitas dan phospat stabil, Bondo terdapat 7 varia bel dan variabel suhu stabil. Hasil pearson korelasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan variabel yang berkorelasi positif dan negative terhadap kelimpahan tiap stasiun.
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
479
SEMINAR FAKULTAS
NASIONAL
KE-III : HASIL-HASIL
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
PERI KANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
DlPONEGORO
Tabel 3. Persamaan regresi multivariabel karakteristik kualitas perairan terhadap kelimpahan Varia bel
R
Sig. (p = 0,05:
1,00
0,00
- 3,2" Arus + S966,667"Phospat
1,00
0,00
+ 33,636'Kedalaman·
1,00
0,00
y = 1570.403 - 3,582*Arlls - 23074,627*Phospat
1,00
0,00
y = -71,867 + 63,333"'DO + 30,667" Arus
1,00
0,00
Stasiun
Persamaan
Multivariabel
x = Ungkungan
Telukawur
y = -600,057 + 135"pH - 442,85T"Phospat
Y= KeHmpahan
Pulau Panjang
y
= 175,433
Bandengan
y
= 178,102
Ujung Piring Banda
465,909"Phospat
Persamaan Regresi Multivariabel ini memberikan gambaran hubungan parameter perairan terhadap distribusi kelimpahan di tiap stasiun. Hasil analisis antara kualitas perairan terhadap kelimpahan menghasilkan persamaan yang memiliki kesamaan komponen yaitu phosfat. Komponen di Telukawur adalah pH (+) dan Phospat (-) yang berfungsi secara antagonis dalam mempengaruhi kelimpahan, hal ini memberikan informasi bahwa semakin tinggi nilai pH sampai batas tertentu mengakibatkan meningkatnya distribusi kelimpahan sargassum di stasiun Telukawur, sedangkan semakin tingginya phospat maka kelimpahan sargassum di stasiun Telukawur berdistribusi semakin menurun. Komponen di Pulau Panjang adalah Arus (-) dan Phospat (+) yang berfungsi secara antagbnis dalam mempengaruhi kelimpahan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya nilai arus maka kelimpahan sargassum berdistribusi semakin menurun, sedangkan semakin tinggi nilai phospat mengakibatkan meningkatnya distribusi kelimpahan sargassum.Komponen di Bandengan adalah Kedalaman (+) dan Phospat (-) yang berfungsi secara antagonis dalam mempengaruhi kelimpahan, hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam perairan maka kelimpahan sargassum berdistribusi semakin melimpah, sedangkan semakin tinggi nilai phospat maka kelimpahan sargassum berdistribusi semakin menurun. Komponen di Ujung Piring adalah Arus (-) dan Phospat (-) yang berfungsi secara sinergi dalam menekan kelimpahan, hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat arus perairan dan semakin tinggi nilai phospat maka kelimpahan sargassum berdistribusi semakin menurun, Komponen di Bondo adalah DO (+) dan Arus (+) yang berfungsi secara sinergi dalam meningkatnya kelimpahan, hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kandungan DO dan arus perairan semakin kuat mengakibatkan meningkatnya distribusi kelimpahan sargassum. Phosphat di stasiun Telukawur, Bandengan dan Ujung Piring berkorelasi negative karena memiliki nilai phospat yang lebih tinggi dari pada Pulau Panjang, phospat merupakan limiting factors yaitu factor yang dibutuhkan dalam jumlah atau rentang tertentu untuk pertumbuhan. Sargassum memerlukan P sebagai ion P04- untuk pertumbuhan yang disebut nutrient atau unsur hara makro (Brotowidjoyo et ai., 1995). Kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan. Kecepatan arus merupakan komponen di stasiun Pulau Panjang dan Ujung Piring. Kedalaman merupakan komponen di stasiun bandengan. Arus dan kedalaman merupakan hidrodinamic factor yang mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan sargassum. Menurut Wibisono, (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan didasari pad a relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal kecepatan arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979). Arus dapat menyebabkan ausnya jaringan sargassum akibat pengikisan atau teraduknya substrat dasar berlurnpur yang berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai makanan, kelarutan oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan C02 maupun sisa-sisa produk biota laut (Romimohtarto, 2003). Komponen Telukawur adalah pH dan Bondo adalah DO, pH dan DO merupakan directive factors yaitu faktor-faktor yang berperan dalam mengarahkan reaksi-reaksi biokimimiawi dalam ekosistem perairan. Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian. Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi perairan lainya menyerap karbon dioksida dari perairan selama proses fotosintesa berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pad a siang hari dan menurun pad a malam hari (Boyd, 1982). Keberadaan oksigen di perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan, Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia perairan (Dahuri et ai, 2004).
480
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
SEMINAR
NASIONAL
KE-III: HASIL-HASIL
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO
Tabel 4. Uji bioaktivitas ekstrak Sargassum sebagai antibakteri dan antijamur Kode
steslun Telukawur
Spesies Sduplu:olrlm
Etil asetat
MetanDI
Puree panjang
scinereum
Staphyloc-OITUS
coli
epjdermidis
3.fi2± 0.05 4.35 ± 032
4.22 ± 1.23
5.38 ± 0.25 L94+ 0.33
552 ±O.Bl 2.71 ±0.29
492 -
Metanal
2.011:0.29
aseter
ois
asetat
Spolycystum
5.51 ± 0.04 1.14 ± 0.00
488 ± 0.31 2.83 ± 0.31
1.34 ± 0.23
4.70 ± 0.09
5.68 to.04
S.8S± 0..42
4.&8 ± 0.10
5.96 ± 0.19 1.70 ± 0.77
4.13 ± 0.24 2.27± GAl
5..32 ± 0.69 3.03 +0.28
6.22 ±0.97 4.64'" 0:96
5.74 ± 0.13
3.95 + 0.09
5.30± 033
5.98 ± 0.47
4.17 2.00 4.51 6.52 2.65
5.46 ± 0.38 5.54 :!:O.20 I 4.27 ± 1.03 078 ± 0.10
6.42 270 365 5,47 3.18
5.23 ± 1.21 2.24 + 0.84
4~8 ± 0.04 2.50 ± 0.76
2.04± 0.23
4.60H).04
± 0.20
±0.31 ± 0.29 t 0.49 ± 1.67 + 1.29
3.52
± 0.33
4_62 ± 0,15 2.52+ 0.11
502 ± 1.2
6.2& ±.o.04 L91 + 0.20
4.03! 0.S8 L82 ± LUB
4 ..90 ± 0.7 3.06 + 0.71
5.82 ± 0.95
5.66 ± O.9l!
Metanal
5.35 ± 1.07 3.88 ±0.34
Hexane Etil asetar
12.65
f\<1:etano!
11.33 ± 0.44
10.14+ 055
4.57! 0.16 4.35 ± 0.42
4..32 ± 0.27 1.73± 0.06
2.12 ± 0.06
5.40 ± 0.05
4.33 ± 0.13
Hexana Etil asetet Hexane Etil aseret Hexana
sserat
± 0.23
S.17±020
1.37 to.54
3.84! 0.49 2.55 ± 0.19
3.85±O.71 5.55 ±0.99
SAD!
2_92
0.28
± 056
3.75 ± 0.12
4.39 t 0.26
4.59± 0.30
4.13 ± 0,32
6.S3-± 0.08
Hexana
aseret
Hexane Etil asetat
6.42 ± 0.18
2.25
Metanol Sbinder
± 0.18 ± 0.10 ± 0.37 ± 0.06 ± 0.08
4.93 ±0.44
Metano1
Bonde
2.<;5+ 0.17
5.96 ± 0.35 2.81 ± 0.13
Etil
S tiupticatum
± 0.3Z
4.27 ± 0.,21
5.84 ± 0.78 155 ± 057 3.30 ± 0.01 S.4G ± 1.24
4.23
Etil Sbinder
2.57
9.1D ± 0.78 3.40 + 0.19
4.98±0.52 2.03tOB
Hexane Etil asetet
r•..
Ujur\g pirir\g
2.06 + D.91
6.63 t 1.02 2.45 ± 0.12
3.25 + 0.01
Metanol
Scinereum
± 1J)3 ± 0.12
ottuco
5.10 ± 0.05 5.07 z OOZ 5.72 + 0.11
3.&5 ± 1.22
Metanal
Metanal
S ecnincccrptsm
5.81
·Candido
Hexane Etil
Spfag,'Ophylium
6.44 ± D.75
Hexane IIoletanol
Bandengan
9.82
Vibrio harvey;
Hexana
Etil asetat
5 dupticotum
tiueus
4.49 ± 0.58
Hexana Eti! asetar
Etil
ScrassifotJum
4.34 ± L10 6An ± 1.46 3.84'" 1.57
Micm-coutJs
3.54 ±O.72
Metanal Spofycy5tum
5.87 s o.ss
Hexane Etil asetat
S echinocorpum
Esctiesicnia
acreus
Hexane Metanol
5 pofyqrstum
Staph}'ior:occus Pelarut
±
0.13
Hexana
EtiJ esetet
S.15±O.B
4.37 ± 0.15
4.47 ± 0.11
Metanal
Keterangan : data adalah rata-rata ± standar deviasi aktivitas zona bakteriosidal dan fungiosidal (mm) Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa bakteri MDR stapilococcus aureus sensitive (6,28±O,04 mm) terhadap ekstrak S. echinocarpum pelarut ethil asetat dari bandengan, bakteri MDR Escherichia coli sensitive (6,96±O,19 mm) terhadap ekstrak S. echinocarpum pelarut ethil asetat dari T elukawur, bakteri staphylococcus epidermidis sensitive (12,65±O,23 mm) terhadap ekstrak S. binder pelarut ethil asetat dari Ujung Piring, bakteri Micrococcus luteus sensitive (10,14±O,55 mm) terhadap ekstrak S. binder pelarut methanol dari Ujung Piring, dan bakteri vibrio harveyi sensitive (6;42±O,18 mm) terhadap ekstrak S. crassivolium pelarut ethil asetat dari Pulau Panjang. Hasil uji aktivitas antifungi menunjukkan bahwa Fungi candida albica sensitive (6,83±O,O,08 mm) terhadap ekstrak S. binder pelarut ethil asetat dari Ujung Piring.
Gambar 2. Klaster analisis karakteristik kualitas perairan dan diameter zona bening aktivitas ekstrak pad a stasiun pengamatan. Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
481
SEMINAR
NASIONAL
KE-II1: HASIL-HASIL
FAKULTAS PERIKANAN
PENELITIAN
PERI KANAN DAN KELAUTAN
DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
DIPONEGORO
Hasil klaster analisis menunjukkan bahwa terdapat kesamaan (99,73 %) karakteristik kualitas perairan di stasiun Pulau Panjang dan Bandengan hal ini dikarenakan kedua stasiun ini berada di lokasi yang berdekatan dari pada stasiun lain, sedangkan kesamaan terhadap stasiun Telukawur sebesar 99,62 %, stasiun Ujung Piring sebesar 99,60 %, stasiun Bondo sebesar 99,52 %. Hasil klaster kualitas periaran menunjukkan bahwa Pulau Panjang seperti pusat klaster, jika staiun di urutkan berdasar jarak terdekat terhadap stasiun Pulau Panjang berturutturut adalah Bandengan, Telukawur, Ujung Piring, dan Bonde. Jarak ini memiliki bunyi yang sama dengan hasil klaster kualitas perairan, hal ini diduga selain aktifitas darat, topografi pantai, jarak satu sama lain antar stasiun akan mempengaruhi perbedaan kualitas perairan antar stasiun. Hasil klaster analisis diameter zona bening aktivitas ekstrak ditiap stasiun menunjukkan bahwa terdapat kesamaan (99,99 %) diameter zona bening di stasiun Pulau Panjang dan Bandengan, sedangkan kesamaan terhadap stasiun Telukawur sebesar 99,93 %, stasiun Ujung Piring sebesar 99,75 %, stasiun Bondo sebesar 99,61 %. Terdapat kesamaan pola klaster kualitas perairan dan klaster diameter zona bening aktivitas ekstrak yang menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kualitas air terhadap senyawa aktif yang dihasilkan oleh sargassum pada stasiun yang berbeda. Tabel 5. Klaster analisis diameter zona bening dari ekstrak yang memiliki aktivitas bakteriosidal, fungiosidal dan berspektrum luas. Var.abel Klaster Kefas 1
Kelas 2 Keias 3
Stasiun
Spesies
Staphylococcus
Escherichia
Pelarut
oureus
coli
Staphylococcus epidertnidis
Micrococcus
Vibrio
Candida
luteus
horveyi
albico
rata-rat
Te!ukawur
Sduplicatum
Elilasetat
3.62 ± 0.05
4.22 ± 1.23
6.81 ± 1.46
9.82 ± 1.03
5.07 ± 0.02
2.67 ± 0.32
5,37
Pulau panjang Bandengan
Scrossifolium
3.65 ± 1.22
6.631 1.02
4.98 ± 0.52
5.84 ± 0.78
4.70 ± 0.09
5.68 ± 0.04
S,3S
Sdnereum
Elilasetat Eli!asetat
4.13 + 0.24
5.32 ± 0.69
6.22 ± 0.97
5.40 ± 1.24
5.85 ± 0.42
4.88 + 0.10
5,32
Pulau panjang
Spolycystum
Elilasetat
5.30 ± 0.38
5.98 ± 0.47
4.17 ± 0.31
6.46 ± 0.38
6.42± 0.18
3.75 ± 0.12
5,30
Pulau panjang Bandengan
Sduplicatum
Eli!asetat Elilasetat
5.96 ± 0.35
4.98 ± 0.44
5.S2± 1.67
4.27 ±l.03
5.47 ± 0.06
4.39 ± 0.26
5,27
Sp/ogyophyllum
4.62± 0.15
S.02! 1.2
5.23 ± 1.21
4.38 ± 0.04
5.17 ± 0.20
4.59 ± 0.30
4,84
Pulau panjang
Scinereum
Elilasetat
5.82 + 0.95
5.66 + 0.98
5.35 + 1.07
5.55 ± 0.99
5.40 ± 0.28
4.13 ± 0.32
5,25
Keterangan : data adalah rata-rata ± standar deviasi aktivitas zona bakteriosidal dan fungiosidal (mm) Ekstrak dengan aktivitas bakteriosidal, fungiosidal dan berspektrum luas dilakukan CA mendasi 3 kelas (similarity kelas 1, 2 dan 3 adalah 72,33%, 76,80%, 58,50%). Kelas 1 memiliki aktivitas terbaik dari pada kelas 2 dan 3, Kelas 1 terdiri dari sargassum duplicatum dari Telukawur dengan rata-rata bioaktivitas 5,37 mm, sargassum crassifolium dari Pulau Panjang dengan rata-rata bioaktivitas 5,35 mm, dan sargassum cinereum dari Bandengan dengan ratarata bioaktivitas 5,32 mm. Jika dikaitkan dengan kelimpahan jenis ditiap stasiun maka sargassum duplicatum dari Telukawur memiliki kelimpahan jenis tertinggi yaitu 504 ind/200 m2, sargassum crassifolium dari Pulau Panjang memiliki kelimpahan jenis tertinggi yaitu 337 ind/200 m2, dan sargassum cinereum dari Bandengan memiliki kelimpahan jenis tertinggi yaitu 329 ind/200 m2. Ekstrak sargassum dengan aktivitas terbaik memiliki keterkaitan dengan kelimpahannya, hubungan tersebut adalah linier positif artinya sargassum yang memiliki aktivitas terbaik juga memiliki kelimpahan tinggi (mendominasi) di ekosistemnya, hal ini diduga senyawa aktif yang di isolasi dan berpotensi sebagai antimikrobia telah difungsikan oleh sargassum secara ekologis untuk pertahanan diri berkompetisi secara alami. Kesimpulan Kelimpahan dan senyawa bioaktif antimikrobia memiliki keterkaitan yang diduga merupakan hasil metabolit primer. Lingkungan perairan mempengaruhi kelimpahan dan kandungan biokimia sargassum. Daftar pustaka English S, Wilkinson C, Baker V. 1994. Survei manual Townsville: Australian Institute of Marine Science.
482
for tropical
marine
resources.
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
SEMINAR NASIONAL KE-III: HASIL-HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERI KANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DlPONEGORO
Kanjana Kulwadee, Radtanatip Tawut, Asuvapongpatana Somluk, Withyachumnarnkul Boonsirm, Kanokpan Wongprasert. 2011. Solvent extracts of the red seaweed Graci/aria fisheri prevent Vibrio Harveyi infections the black tiger shrimp Panaeus monodon. Fish & Shellfish Immunology 30 (2011) 389-396. Lalitha. 2004. Manual an Antimicrobial Medical Microbiologist.
Suspectibi/ity
Testing.
India: Indian Association
of
Guedes Cecillia Amara Elica, Araujo Santos dos Anilda Maria, Souza Pinheiro Kelly Aryanna, Souza de Oliveira Isabela Larissa, Barros de Dayse Lurdiana, M Albuquerque de C Fernanda, Sant'Ana Goulart Euzebio Antonio. Antifungal activities of different extracts of marine macroalgae against Dermatophytes and Candida Spesies. Mycopathologia (2012) 174:223-232. Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. budidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Wibisono, M. S. 2005 .. Indonesia, Jakarta. Romimohtarto,
Pengantar
1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan
IImu Kalautan.
Penerbit
PT. Gramedia
Widiasarana
K. 2003. Kualitas Air dalam Budidaya Laut. www.fao.Qrg/docreplfield/003.
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. Auburn University, Auburn.
1982. Water Quality Management
in Pond Fish Culture.
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu. 2004. Penqelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Edisi revisi. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan
Wilayah
483