BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI DAN ESTUARI SULAWESI UTARA
JOICE R.T.S.L RIMPER
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ii
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Desember 2008
Joice Rimper NIM C 661020031
iii
ABSTRACT JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioecology and Bioactive compound Detection of Rotifera Brachionus spp. from Coastal Water and Estuary in North Sulawesi. Under supervisions of RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO and NAWANGSARI SUGIRI. One of the most important microorganisms is the plankton. The existence of plankton affect the water where they live because this organism has an important role as source of food for many marine organisms. Rotifers are microscopic aquatic animals of the phylum Rotifera. The research aims to find out the existence and the most dominant rotifers in coastal territorial waters and estuaries in North Sulawesi, and the relationship between their abundance and some environmental parameters. To compare morphometry of wild rotifers Brachionus rotundiformis from different locations and the cultured rotifers fed with different microalgae within different salinities, analysing the life cycle and detecting bioactive compound. The research was done in coastal areas and estuaries of North Sulawesi. Plankton sampling was done in several brackishwater ponds and coastal areas along Manembo-nembo, Minanga, Wori, and Tumpaan. Samplings were conducted during east and west seasons, as well as high and low tides. Temperature, salinity, pH, turbidity, and dissolved oxygen were measured in situ using test kit water. Samples of rotifers were collected by deploying a pankton net horizontally along 10 m, and were preserved using formaldehyde solution for further identification and measurements. The rotifers were cultured with different salinity (4, 20, 40, 50, 60 ppt) and fed with different micro algae (Nannochloropsis oculata and Prochloron species). The measurement for morphology characteristic were conducted on lorica length, lorica width and anterior width. Identification of rotifers revealed three species from all locations, i.e B. rotundiformis, B. caudatus, B. quadridentatus. The result of analysis shows that the lorica length, anterior width and lorica width taken from Minanga waters is larger than those from Manembo-nembo, Wori, and Tumpaan. B. rotundiformis which is fed by Prochloron species shows smallest size of lorica length. The bioactive production of crude extract of B. rotundiformis fed with N. oculata is larger than those which is fed with Prochloron species. The antibacterial activity detected from crude extract of B. rotundiformis is produced by itself although there is contribution from the microalga as food.
iv
RINGKASAN JOICE R.T.S.L RIMPER. Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. Dibimbing oleh RICHARDUS F. KASWADJI, BAMBANG WIDIGDO, dan NAWANGSARI SUGIRI. Potensi hayati laut tidak hanya organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut, sedangkan organisme mikro seperti plankton masih sangat terbatas pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain morfometri dan daur hidup, menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap kelimpahan rotifera, serta mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan dalam penemuan senyawasenyawa bioaktif unggulan khas tropis. Secara keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Cara pengambilan sampel pada penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan Wori sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan. Air contoh yang terkonsentrasi pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel dan ditambah bahan pengawet, kemudian sampel plankton diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Untuk aspek morfometri, bagianbagian tubuh B. rotundiformis yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL). Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis pada tahap awal dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt, kemudian dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.). Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri gram positif dan gram negatif, bakteri uji
v
tersebut adalah Vibrio cholerae, Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method). Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3. Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam (ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter. Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim, pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik Kruskal-Wallis. Sedangkan untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis digunakan analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku lebih melimpah dibanding dengan di perairan bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi. Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus. Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah serta ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis juga paling mudah untuk dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Kelimpahan B. rotundiformis cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan menurun dengan meningkatnya nilai suhu, salinitas, dan kekeruhan. Setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungannya. Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata (Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori. Kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp. menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran lorika B. rotundiformis. Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar 27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Respons bakteri uji terhadap ekstrak B. rotundiformis berbeda menurut salinitas dan jenis pakan. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, pada salinitas ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis.
vi
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
vii
BIOEKOLOGI DAN DETEKSI SENYAWA BIOAKTIF ROTIFERA Brachionus spp. DARI PERAIRAN PANTAI DAN ESTUARI SULAWESI UTARA
JOICE R.T.S.L RIMPER
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
viii
Judul Disertasi
: Bioekologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara
Nama
: Joice R.T.S.L Rimper
NIM
: C 661020031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Bambang Widigdo, M.Sc Anggota
Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc
Tanggal Ujian : 3 Desember 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.
Tanggal Lulus :
ix
PRAKATA Segala kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi penulis, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang penulis kerjakan berdasarkan kajian di lapangan dan di laboratorium. Dalam pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu penyelesaian studi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Richardus F. Kaswadji MSc, Dr. Ir. Bambang Widigdo MSc, Prof. Dr. Drh. Nawangsari Sugiri sebagai Komisi Pembimbing yang berkenan meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis sejak awal penulisan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto, Dr. Mulyadi MSc, APU dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno MSc yang bersedia menjadi penguji luar komisi pada ujian tertutup dan ujian terbuka. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sam Ratulangi, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unversitas Sam Ratulangi yang telah memberikan ijin melanjutkan pendidikan S3, serta semua staf pengajar dan staf pegawai program studi Ilmu Kelautan IPB yang membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar penulis di program studi lmu Kelautan. Terima kasih juga penulis tujukan kepada BPPS Diknas, Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, Australian Centre For International Agricultural Research (Aciar) Project FIS, Yayasan Damandiri, Yayasan Toyota dan Astra yang telah memberikan bantuan dana pendidikan dan penelitian. Kepada Dr. Ir. Inneke Rumengan MSc, Dr. Ir. Daniel Limbong MSc, Prof. Dr. Daniel Monintja, Dr. Ir. R. Mangindaan MSc, Ir. Fitje Losung MSi, Ir. M. Hatta MSi, Ir. Nur Asia Umar MSi, Ir. Jane Mamuaja MSc, Elly Engka SPi, Maria Mawu SPi, dan Anty Katunde SPi, terima kasih banyak atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian di lapangan dan di laboratorium.
x
Hormat dan cinta saya buat semua keluarga saya, Mami, Oma, Ricky, Hetty, Danny, Moses, dan Kel. Besar Kaparang Koluku yang penuh cinta, doa dan setia memotivasi saya dalam penyelesaian studi. Terima kasih juga kepada Ibu Adel Suparman Kansil, Kel. Kandou Pantouw, Ibu Esther dan Emmanuel Laumonier, Ibu Lussyanti, Kel. Josep Karamoy, Silvana Harikedua, Ingerid Moniaga, Jaqueline Motulo, Theo Lasut, Pingki Saerang, Alfret Luasunaung, Deyv Pijoh, Edwin Ngangi, Joy Kumaat, Eva Mamahit, Lenda Lapian, Indri Manembu, Widhi Warongan, Denny Karwur, Deiske Sumilat, Natalie Rumampuk, Rosita Lintang, semua teman-teman Asrama Sam Ratulangi Bogor Baru I,II, Kel. Besar CELEBICA, teman-teman di program studi Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat dan teman-teman di program studi IKL IPB yang selalu bersedia membantu penulis, terima kasih buat semua doa, pengertian dan kebersamaan yang sudah kita lewati bersama. Disadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, tetapi harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, Desember 2008 Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manado, 5 September 1965 sebagai anak sulung dari pasangan Drs. P.H. Rimper (Alm) dan N.L Kaparang. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1984 di Manado, Penulis menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado, dan lulus pada tahun 1989. Pada tahun 1997, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS). Penulis bekerja sebagai staf dosen di Program Studi Bioteknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado sejak tahun 1990. Pelatihan dalam bidang kultur rotifera B. rotundiformis pernah dilakukan di Department of Primary Industries & Fisheries-Northern Fisheries Centre (DPI&F-NFC), Cairns Australia pada Februari-Maret 2008. Karya ilmiah berjudul Distributions of Monogonont Rotifers Brachionus spp. In North Sulawesi telah disajikan pada seminar internasional Joint Seminar on Coastal Marine Science LIPI-JSPS di Yogyakarta pada bulan Agustus 2007, dan artikel ini telah diterbitkan pada Jurnal MRI (Marine Research in Indonesia) Vol.32, No. 2, 2007. Artikel lain berjudul Body size of rotifers (Brachionus rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi telah diterbitkan di Marine Finfish Aquaculture Network Volume XIII No. I January-March 2008 (http://library.enaca.org/AquacultureAsia/Articles/jan-march-2008/rimper-etal08. pdf). Artikel berjudul Bioekologi Rotifera dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Forum Pascasarjana IPB Volume 31 Nomor 1 Januari 2008. Artikel berjudul Kelimpahan Rotifera di Sulawesi Utara telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani UNHAS edisi Juni 2008. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi 1
2
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ................................................................................. Tujuan Penelitian ............................................................................. Manfaat Penelitian ........................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 3 3 4
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
6
2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan .................................................. 6 2.2 Biologi Rotifera ................................................................................ 6 2.3 Biokimia Rotifera ............................................................................. 12 2.4 Ekologi Rotifera ............................................................................... 13 3
METODOLOGI ........................................................................................ 16 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 3.2 Penelitian Pendahuluan .................................................................... 3.3 Penelitian Utama .............................................................................. 3.3.1 Kajian Bioekologi ................................................................ 3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera .. 3.3.1.2 Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera ........... 3.3.1.3 Morfometri ............................................................. 3.3.1.4 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................... 3.3.1.5 Miksis ..................................................................... 3.3.2 Kajian Bioaktif ..................................................................... 3.3.2.1 Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. ................................................. 3.3.2.2 Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding........ 3.3.2.3 Pembuatan Medium Agar ....................................... 3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................. 3.4
Analisis Data .................................................................................... 3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan ................ 3.4.2 Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis ................................................................... 3.4.3 Persentase Miksis .................................................................. 3.4.4 Aktivitas Antibakteri.............................................................
16 16 17 17 17 18 20 20 22 22 22 27 27 28 30 30 31 34 34
xiii
4
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36 4.1
Bioekologi ........................................................................................ 4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................ 4.1.2 Parameter lingkungan .......................................................... 4.1.3 Kelimpahan Rotifera ............................................................ 4.1.4 Morfometri Rotifera B. rotundiformis .................................. 4.1.4.1 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis dari alam .................................................................. 4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis Hasil Kultur ............................................................ 4.1.5 Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis .................................. 4.1.6 Pertumbuhan Populasi Rotifera B. rotundiformis ................. 4.2 Bioaktif ............................................................................................. 4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata .................................................................. 4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp............................................................. 4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp........................................................................ 5
36 36 37 46 58 58 61 65 67 70 70 74 77
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 83 5.1 Simpulan ........................................................................................... 83 5.2 Saran.................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85 LAMPIRAN........................................................................................................ 91
xiv
DAFTAR TABEL Halaman 1
Komposisi medium kultur alga (Hirata, 1975) ......................................... 18
2
Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” ................................. 32
3
Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian ....................................................................................... 48
4
Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis ..................................... 54
5
Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan ....................................... 57
6
Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata ....................................................................................... 65
7
Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. ................................................................................ 65
8
Hasil perhitungan beberapa parameter “life table” ................................. 66
9
Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata .............. 68
10
Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. ........ 68
11
Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda............ 70
12
Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda ... 75
13
Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji ......................... 78
14
Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata dan Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening ............................. 82
15
Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberikan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam pembentukan zona bening ......................................................................... 82
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Ruang lingkup penelitian ..........................................................................
5
2
Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis ...................................
7
3
Daur hidup rotifera .................................................................................... 10
4
Peta lokasi penelitian ............................................................................... 17
5
Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis. .............................. 19
6
Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur .................................. 20
7
Prosedur kultur individu B. rotundiformis ................................................ 21
8
Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif ...................................................................................................... 24
9
Prosedur ekstraksi ..................................................................................... 26
10
Pembuatan medium agar ........................................................................... 28
11
Pengujian aktivitas antibakteri .................................................................. 29
12
Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian ......................................... 38
13
Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian .................................... 39
14
Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian .................................. 40
15
Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian ............................ 41
16
Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian ..................... 42
17
Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian ..................................... 43
18
Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian ..................................... 44
19
Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian .................................. 47
20
Kelimpahan B. rotundiformis .................................................................... 49
21
Kelimpahan B. caudatus ........................................................................... 50
22
Kelimpahan B. quadridentatus ................................................................. 51
23
Persentase kelimpahan rotifera ................................................................. 53
24
Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan .................................. 55
25
Kelimpahan Fitoplankton........................................................................... 56
26
Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam) ....................... 59
27
Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi .... 60
28
Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata ........... 62
29
Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp. .... 62
xvi
30
Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda ................................................................ 63
31
Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas berbeda ........................................................ 64
32
Rata-rata persentase miksis ....................................................................... 69
33
Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada salinitas yang berbeda ....................................................................... 71
34
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. ...................................................................................................73
35
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. ................................................................................................ 73
36
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan N. oculata .................................................................................................. 74
37
Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda ................................... 75
38
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76
39
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. ................................................................................ 76
40
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. ........................................................................................... 77
41
Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. ........................................................................................... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan ................................ 91
2
Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian ...................... 93
3
Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut ................................................... 120
4
Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian .......................................................... 140
5
Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian .................................................................. 143
6
Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim................................................................................................ 145
7
Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut....................................................................................... 146
8
Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis ................................. 147
9
Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian ............................................................................... 150
10
Ukuran lorika ............................................................................................ 154
11
Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda ........................................................................................... 158
12
Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli .......... 169
13
Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X) ............. 175
14
Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X) ...... 177
15
Peta Penelitian............................................................................................ 179
16
Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 181
xviii
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Ir. Yusli Wardiatno,M.Sc Dr. Mulyadi, M.Sc, APU
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lautan merupakan gudang mineral, nutrisi dan senyawa bioaktif yang terkandung dalam biota laut yang beranekaragam. Potensi hayati laut tidak hanya organisme makro, tetapi juga organisme mikro yang berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder dalam rantai makanan di laut. Sejauh ini pemanfaatan biota laut masih terbatas pada organisme makro seperti ikan, udang dan rumput laut, sedangkan
organisme
mikro
seperti
plankton
masih
sangat
terbatas
pemanfaatannya. Rotifera adalah zooplankton yang merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang berpeluang untuk dikembangkan bagi kepentingan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Rotifera telah dimanfaatkan oleh para operator Balai Benih Fauna Laut sebagai pakan alami, sehingga rotifera dikenal sebagai biokapsul larva. Rotifera juga merupakan salah satu plankton yang mempunyai potensi sebagai penyedia senyawa bioaktif. Iklim tropis dapat menghasilkan fluktuasi parameter lingkungan yang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan kehidupan biota laut berinteraksi satu dengan lainnya dengan sangat dinamis, yang membuat organisme didalamnya dipacu untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder sebagai senyawa yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup baik sebagai upaya pertahanan diri terhadap predator maupun perbaikan genetisnya untuk diturunkan ke generasi berikutnya. Senyawa metabolit sekunder ini umumnya sangat bermanfaat bagi manusia sebagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi. Keragaman kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap keanekeragaman organisme laut serta senyawa bioaktif yang dihasilkan. Keragaman biota laut yang tinggi mendorong eksplorasi senyawa bioaktif dari biota laut yang dapat dikultur tanpa menganggu kelestarian laut. Banyak peneliti telah mulai menggali informasi lebih lanjut kemungkinan pemanfaatan senyawa bioaktif tersebut untuk dapat digunakan bagi keperluan medis. Senyawa bioaktif yang telah diekstraksi dari organisme laut seperti spons, menunjukkan adanya aktifitas farmakologi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Temuan yang positif pada spons telah dilaporkan oleh Kerr, Russel dalam Widjhati et al. (2004) yang menunjukkan
2
adanya indikasi kaitan antara spons dengan efek antikanker dan antibiotik. Namun demikian, senyawa bioaktif dari plankton belum banyak dikembangkan. Pada penelitian pendahuluan di Sulawesi Utara telah dijumpai rotifera Brachionus rotundiformis menghuni perairan estuari dan tambak, dan diperkirakan masih banyak jenis lainnya. Dari pengamatan awal terhadap Brachionus sp. diketahui kisaran panjang tubuhnya adalah antara 125-300 μm, kemudian diketahui pula bahwa ukuran tubuh Brachionus sp. bervariasi sehingga saat ini dikenal ada dua tipe yaitu tipe L (large), dan tipe S (small). Perbedaan kedua tipe ini didasarkan pada beberapa faktor seperti morfologi, respon fisiologi dan genetika. Ukuran tubuh >200 μm (tipe L) digolongkan sebagai B. plicatilis sedangkan ukuran tubuh <200 μm (tipe S) digolongkan sebagai B. rotundiformis (Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan 1993; Hagiwara et al. 1995). Dalam mempertahankan eksistensinya, B. rotundiformis memiliki sifat biologis yang unik yaitu mampu merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual jika kondisi lingkungan berubah. Perubahan reproduksi tersebut diyakini dikendalikan oleh semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”) yakni sejenis "anti stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi sebagai upaya pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim (Rumengan 2007a). Dengan merubah kondisi lingkungan rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat merangsang produksi senyawa tertentu yang dapat berfungsi sebagai agen perubahan reaksi fisiologis yang disebut senyawa bioaktif. Sementara itu rotifera dari daerah tropis masih belum banyak dikaji, baik mengenai penyebaran geografis, kelimpahan, sifat-sifat biologis, maupun kandungan senyawa bioaktifnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang penyebaran geografis di suatu kawasan, sifat biologisnya maupun kandungan senyawa bioaktif pada kondisi lingkungan yang berbeda. Informasi tentang senyawa potensial pada rotifera B. plicatilis dan B. calyciflorus dari negara subtropis pernah dilaporkan oleh Hara et al. (1984) dan Bowman et al. (1990), namun hal yang sama pada rotifera tropis seperti B. rotundiformis belum pernah dilaporkan, sehingga perlu dieksplorasi untuk kemungkinan dieksploitasi. Penelitian ini difokuskan pada senyawa bioaktif dari rotifera asal Sulawesi Utara,
3
karena senyawa bioaktif rotifera lokal belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Penelitian yang mengkaji kandungan senyawa bioaktif antibakteri belum dilakukan untuk spesies B. rotundiformis. Penelitian ini juga merupakan langkah awal dalam mengungkapkan keberadaan senyawa-senyawa bioaktif rotifera dan berpeluang untuk ditindak-lanjuti sampai pada uji bioaktifitas secara in vivo pada berbagai organisme jika terbukti memang ada senyawa-senyawa bioaktif.
1.2
Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah :
-
Menganalisis sifat-sifat biologi B. rotundiformis antara lain tentang daur hidup serta morfometri baik pada kondisi terkontrol (di kultur) maupun dari beberapa lokasi.
-
Menentukan keterkaitan antara parameter lingkungan dan musim terhadap kelimpahan rotifera di perairan pantai dan estuari Sulawesi Utara. Tujuan khusus adalah :
-
Mendeteksi dan membandingkan aktivitas senyawa bioaktif dari rotifera B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.).
1.3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan rotifera sebagai
produsen senyawa bioaktif yang mempunyai prospek untuk dikembangkan antara lain sebagai bahan baku obat. Penelitian ini diharapkan akan membawa terobosan dalam penemuan senyawa-senyawa bioaktif unggulan khas tropis serta dapat menentukan lokasi yang tepat untuk memilih sumber rotifera yang baik di Sulawesi Utara.
4
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Rotifera yang telah berhasil dikultur sampai saat ini adalah jenis Brachionus
sp. Perbedaan pertumbuhan rotifera disebabkan oleh faktor lingkungan, maka informasi mengenai pengaruh parameter lingkungan terhadap kelimpahan rotifera sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sumber rotifera yang potensial untuk dikultur dan diekstrak serta informasi tentang jenis-jenis rotifera yang ada di perairan pantai dan estuari Sulawesi Utara. Kajian parameter lingkungan dengan keberadaan rotifera dibatasi hanya pada dua musim yang berbeda yaitu musim barat dan musim timur. Kajian daur hidup rotifera perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan hidup rotifera, dan salah satu faktor yang berpengaruh pada daur hidup rotifera adalah jenis pakan, sehingga dalam penelitian ini dibandingkan pemberian jenis pakan yang berbeda, selanjutnya dilakukan ekstraksi terhadap rotifera hasil budidaya (Gambar 1). Untuk produksi rotifera diperlukan penerapan bioteknologi dengan memanipulasi lingkungan hidup, yakni menciptakan lingkungan hidup yang seoptimal mungkin dengan pemberian alga mikro yang berbeda. Kemudian akan diupayakan mengekstrimkan lingkungan hidup dengan merendahkan dan menaikkan salinitas. Asumsi yang mendasari perlakuan ini adalah keberadaan senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, mengingat rotifera mampu bertahan dalam kondisi ekstrim karena memiliki mekanisme pertahanan untuk kelangsungan eksistensinya berdasarkan kemampuannya merubah pola reproduksi dari partenogenesis menjadi reproduksi seksual. Reproduksi partenogenesis terjadi dalam kondisi optimal sedangkan dalam kondisi ekstrim rotifera bereproduksi secara seksual. Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya metabolisme sekunder oleh rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif.
5
Identifikasi
Laboratorium
Kultur
Alam
Perlakuan : * Salinitas * Pakan Alami
Multivariet
Morfometri
Life Table
Aktivitas Antibakteri
ANOVA
DISTRIBUSI, KELIMPAHAN DAN POTENSI SENYAWA BIOAKTIF
HASIL PENELITIAN
Gambar 1 Ruang lingkup penelitian
DATA
Daur Hidup
ANALISIS DATA
Kelimpahan
PENELITIAN
Ekstraksi
6
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Rotifera Dalam Perikanan Rotifera telah lama dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dan sebagai pensuplai nutrisi dalam pengoperasian balai benih fauna laut, karena rotifera merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang penting untuk larva ikan (Fieder dan Purser 2000; Assavaaree et al. 2001). Pemanfaatannya sebagai pakan alami sangat populer, karena rotifera mempunyai ciri biologi yang memenuhi kriteria pakan yang baik bagi larva fauna laut yaitu ukurannya yang relatif kecil (100-320 μm) sehingga cocok dengan bukaan mulut larva, memiliki laju renang yang rendah sehingga mudah ditangkap oleh larva dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Rotifera juga dianggap sebagai biokapsul yang cocok bagi kebanyakan larva fauna laut karena dapat menjadi pentransfer unsur-unsur makro dan vitamin ke larva tanpa efek polutan (Rumengan 1997). Untuk kegiatan budidaya di daerah tropis, tipe SS (super small rotifers) adalah makanan awal yang disukai oleh larva ikan kerapu dan ikan-ikan lain yang bukaan mulutnya kecil (<100 µm), (Fukusho dan Iwamoto 1981).
2.2
Biologi Rotifera Rotifera pertama kali diamati oleh Antony van Leeuwenhoek pada tahun
1675 (Davis 1955), kemudian pada tahun 1786 untuk pertama kalinya diteliti oleh Muller (Fukusho 1989b). Nama "rotifera" berasal dari kata Latin yang berarti "wheel-bearer" ini merujuk ke mahkota silium di sekitar mulut dari rotifera. Pergerakan silium yang cepat pada beberapa spesies nampak seperti roda, sehingga rotifera disebut pula hewan roda atau rotatoria. Rotifera termasuk organisme mikroskopik, filter feeder, metazoa (organisme multiseluler), tersusun dari kurang lebih 1000 sel (Brusca dan Brusca 1990). Rotifera dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan Seisonidea. Kelompok yang paling besar adalah Monogononta sekitar 1500 jenis, kemudian Bdelloidea sekitar 350 jenis dan Seisonidea dua jenis (Kirk 1999).
7
Rotifera berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika. Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah), dan kaki (bagian posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya. Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona (mahkota). Di dalam badan terdapat perut dan organ reproduktif. Rotifera menyaring partikel-partikel kecil dari kolom air dengan menggunakan silium pada korona yang terletak di bagian anterior tubuh. Korona dapat juga digunakan sebagai daya penggerak, akan tetapi banyak spesies menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat, dan ada juga yang bersifat planktonik seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kitin dan gigi untuk mencerna makanan (Gambar 2).
Gambar 2
Anatomi dan morfologi Rotifera B. rotundiformis (Wallace dan Snell 1991).
8
Makanan rotifera umumnya terdiri atas dekomposisi material organik atau mati seperti halnya ganggang dan fitoplankton yang cocok dengan ukuran mulut (Örstan 1999). Rotifera pemakan alga bersel satu bergigi pendek dan lebar, sedangkan rotifera pemakan getah tanaman besar bergigi tajam untuk menusuk sel-sel tanaman (Sugiri 1989; Nogrady et al. 1993; Örstan 1999; Romimohtarto dan Juwana 1999). Rotifera mengalami apa yang disebut dengan polimorfisme yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami semacam plastisitas jika kondisi lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al. 1993). Polimorfisme ini dapat mengakibatkan suatu perbedaan ukuran sebesar 15% (Fukusho 1989b). Rotifera yang telah teridentifikasi kebanyakan hidup di air tawar dan hanya sekitar 50 jenis saja yang hidup di air laut (Nogrady et al. 1993). Namun diantara jenis-jenis rotifera tersebut yang paling terkenal karena telah dimanfaatkan secara luas sebagai pakan adalah dari genus Brachionus. Menurut Lubzens et al. (2001), penelitian pada B. plicatilis dan B. rotundiformis selang tiga dekade ini mengalami peningkatan yang sangat besar, dan sejauh ini penelitian yang terbaik yakni pada dua spesies rotifera ini. Beberapa pertimbangan yang menjadikan rotifera genus Brachionus penting untuk diteliti, karena memiliki siklus partenogesis yaitu bereproduksi secara aseksual dan seksual, jika bereproduksi secara seksual akan menghasilkan telur yang dapat disimpan bertahun-tahun serta merupakan makanan yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan budidaya larva ikan dan krustasea (Birky dan Gilbert 1971; Watanabe et al. 1983; Lubzens 1987). Rotifera Brachionus sp. terdiri atas dua tipe yang berbeda morfologinya terutama bentuk duri dan lorikanya, yaitu tipe S (small, 140-220 μm) dan L (large, 230-320 μm). Untuk tipe S lorikanya lebih kecil dan lebih bulat dengan duri yang ramping dan tajam, sedangkan tipe L bentuk lorikanya lebih besar dan berbentuk agak lonjong dengan duri yang lebar dan tumpul (Rumengan 1990; Fulks dan Main 1991; Fukusho dan Iwamoto 1981). Kedua tipe ini mempunyai banyak perbedaan antara lain dalam hal respon terhadap lingkungan, fisiologi dan genetika. Tipe S adalah B. rotundiformis, sedangkan rotifera tipe L adalah B. plicatilis (Fu et al. 1990; Rumengan et al. 1991; Hirayama dan Rumengan 1993; Hagiwara et al. 1995). Untuk rotifera tipe SS secara genetik tidak terpisah dari strain S tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan strain-S umumnya.
9
Rotifera jantan dan betina memiliki perbedaan morfologi yang mencolok. Rotifera jantan berukuran jauh lebih kecil dari betina yaitu kira-kira seperempat ukuran betina, dan rentang hidupnya singkat. Rotifera betina dapat bertahan hidup beberapa hari hingga lebih dari sebulan tergantung medium dan suhu. Rotifera jantan hanya hadir pada keadaan tidak normal, misalnya : kualitas makanan menurun serta peningkatan suhu dan salinitas. Rotifera jantan tidak tumbuh sejak ditetaskan, karena tidak mempunyai alat pencernaan sehingga tidak bisa makan, tidak memiliki kandung kemih dan hanya mempunyai sebuah testis yang berisi sperma, sehingga fungsi rotifera jantan hanyalah untuk memproduksi sperma saja, ketika sudah membuahi rotifera betina maka rotifera jantan akan segera mati (Rumengan 1990). Fenomena biologi yang paling unik yang dimiliki rotifera adalah menyangkut kemampuannya merubah pola reproduksi. Model reproduksi rotifera terdiri atas dua tipe yaitu partenogenesis dan seksual. Dalam kondisi optimal, rotifera cenderung bereproduksi secara partenogenesis atau reproduksi individu betina yang menghasilkan keturunan tanpa kawin. Pada kondisi partenogenesis, individu betina hanya dengan mitosis dapat menghasilkan telur diploid yang kemudian menetas menjadi betina, betina tipe ini disebut betina amiktik. Jika kondisi lingkungan berubah, sering ditafsirkan sebagai kondisi ekstrim (rangsangan miksis), betina mengalami perubahan ke reproduksi seksual dan menghasilkan betina miktik dan amiktik. Individu betina diinduksi untuk mengalami meiosis sehingga menghasilkan telur haploid. Telur ini jika dibuahi oleh jantan akan membentuk telur dorman yang diploid, namun jika tidak dibuahi akan menetas menjadi jantan yang haploid, betina demikian disebut betina miktik (Gambar 3). Miksis adalah percampuran gen yang terjadi pada waktu profase meiosis (adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu dari kromosom homolog). Rangsangan miksis dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah klon atau strain serta umur, sedangkan faktor eksternal adalah suhu, salinitas, kepadatan jenis makanan, kepadatan rotifera, dan perubahan medium (Hagiwara dan Hirayama 1993).
10
Gambar 3 Daur hidup rotifera (Sumber : Modifikasi dari Birky 1964 dalam Rumengan 1990)
11
Jantan membentuk spermatozoa yang akan membuahi sel-sel telur, dengan demikian betina memproduksi telur (zigot) dengan kulit yang tebal. Telur ini bersifat dorman untuk periode yang panjang, kemudian telur ini akan berkembang menjadi hewan betina. Telur dorman atau resting egg memiliki dinding telur yang tebal, berukuran lebih besar dari telur amiktik, mempunyai rongga pada sisi telur, berbentuk oval, dan berwarna coklat atau orange. Telur dorman ini tahan terhadap kondisi perairan yang kurang baik dan tahan terhadap kekeringan, serta berada pada fase istirahat untuk waktu yang cukup lama bahkan sampai bertahun-tahun. Setelah melewati masa istirahat, jika menemui kondisi lingkungan yang normal, telur dorman akan menetas menjadi betina amiktik dan kembali memasuki siklus reproduksi aseksual. Telur dorman dapat di simpan pada air laut 5 ºC dalam kondisi gelap (Sugiri 1989; Hagiwara et al. 1997; Hagiwara et al. 1998; Kirk 1999). Menurut Munuswamy et al. 1996, telur dorman B. plicatilis berbentuk bola dengan bukit berombak pada permukaan sedangkan telur dorman B. rotundiformis bukitnya kecil dan padat. Penyebaran pori pada permukaan telur secara jelas membedakan kedua spesies ini. Setiap spesies memiliki karakter permukaan dan membran yang artistik. Pada penelitian ini alga mikro yang dicoba sebagai pakan untuk rotifera B. rotundiformis adalah Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. Alga mikro N. oculata merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di Jepang (Maruyama dan Hirayama 1993), sedangkan Prochloron sp. merupakan pakan yang baru dicoba. Alga mikro N. oculata merupakan fitoplankton yang termasuk dalam kelas Eustigmatophyceae dengan bentuk tubuh yang bulat berdiameter 2-4 μm. Pada umumnya setiap sel mengandung sebuah kloroplas, sebuah nukleus dan beberapa mitokondrion. Pigmen fotosintesis yang dominan adalah klorofil a, dan ß-karoten, sedangkan komposisi total asam lemak ω3 HUFA yaitu 42,7% (EPA 30,5%, DHA 12,2%) (Maruyama et al. 1986). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), kandungan nutrisi N. oculata adalah protein 57,06%, lemak 21%, dan karbohidrat 23,59%.
12
Prochloron sp. adalah salah satu alga mikro yang hidupnya bersimbiosis dengan Ascidian. Alga mikro ini ditemukan hidup di daerah perairan pantai laut tropis dengan kedalaman kira-kira antara 1-40 m. Alga mikro ini melakukan proses fotosintesis sama dengan alga mikro lain dan memiliki keunikan tersendiri yaitu tergolong alga mikro yang bersifat prokariot (1 sel) atau mempunyai daerah inti dalam sel tapi bukan merupakan inti sel itu sendiri. Sistem reproduksi dari alga mikro Prochloron cukup unik karena bereproduksi secara biner. Alga mikro ini berbentuk bulat dan diameternya berukuran 10-30 μm. Kelebihan lain yang dimiliki alga mikro ini yaitu mengandung pigmen fikobilin, klorofil a dan b, protein, asam amino, fenol (Lewin dan Cheng 1989).
2.3
Biokimia Rotifera Kajian menyangkut biokimia rotifera lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kajian biologinya, terutama yang berorientasi pada pengungkapan potensi molekulernya. Wallace dan Snell (1991) merangkum dari beberapa laporan penelitian, bahwa integumen atau dinding tubuh rotifera mengandung semacam lapisan filamen dengan ketebalan yang bervariasi yang disebut lamina intrasitoplasmik. Tubuh rotifera B. plicatilis yang dilapisi dengan kutikula dan disebut lorika telah diperiksa sifat biokimianya yaitu berupa senyawa protein mirip keratin. Mereka juga mendapatkan komposisi lorika rotifera yaitu protein sebanyak 3% dari total protein rotifera. Dalam tubuh rotifera terdapat organ yang disebut mastaks yang berfungsi sebagai gigi bagi rotifera. Dilaporkan bahwa mastaks ini mengandung semacam lapisan kitin yang berkembang menjadi semacam rahang yang disebut trofi. Trofi inilah yang menggerus partikel yang ditelan rotifera. Kleinow et al. (1991), menemukan adanya enzim-enzim bersifat hidrolitik terutama glikosidase dan proteinase. Selain itu rotifera mengandung enzim-enzim hidrolitik seperti protease alkali (Hara et al. 1984), dan senyawa unik lain seperti Glutathion S-transferase (Bowman et al. 1990) yang bermanfaat antara lain melindungi rotifera dari senyawa senobiotik seperti peptide dan pestisida. Informasi-informasi tentang hal ini masih terbatas pada rotifera B. plicatilis dan
13
B. calyciflorus dari negara bermusim empat, namun hal yang sama belum dilaporkan dari rotifera di daerah tropis. Disamping itu juga dilaporkan bahwa rotifera kaya akan lipid berasam lemak tak jenuh. Lipid ini yang merupakan daya tarik para operator balai benih untuk menggunakan rotifera sebagai sumber nutrisi larva ikan laut. Olsen et al. (1993), menemukan antara lain tingginya kandungan asam lemak omega-3 seperti EPA dan DHA pada B. plicatilis. Rotifera dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual diawali dengan adanya stimulus dari luar. Hal ini diyakini dikendalikan oleh semacam protein penginduksi seks (“sex-inducing protein”) yakni sejenis "anti stress protein" yaitu suatu golongan protein yang diproduksi sebagai upaya pertahanan diri terhadap kondisi ekstrim. Dengan merubah kondisi lingkungan rotifera menjadi ekstrim kemungkinan dapat merangsang produksi senyawa ini. Senyawa-senyawa anti-stress dan enzim-enzim bersifat hidrolitik yang diproduksi rotifera akibat perubahan lingkungan juga mempunyai prospek yang cerah di masa datang, karena dapat berguna untuk terapi dalam kedokteran (Rumengan 2007a).
2.4
Ekologi Rotifera Rotifera tersebar di Amerika, Eurazia, Australia dan juga di Indonesia.
Rotifera termasuk hewan yang hidupnya kosmopolitan, dapat ditemukan hampir di semua jenis perairan. Kebanyakan rotifera merupakan penghuni habitat air tawar dan hanya sebagian kecil saja yang merupakan penghuni lautan dan payau. Rotifera sebagian hidup bebas dalam air dan sebagian hidup menetap. Rotifera juga ditemukan di lingkungan yang lembab, air mengalir seperti arus atau sungai, lumut, karang, genangan hujan, sampah daun, jamur yang tumbuh dekat pohon mati, dalam tangki limbah pabrik, bahkan pada krustasea dan larva insekta (Kirk 1999). Disamping itu rotifera ditemukan melimpah pada perairan yang kaya akan nanoplankton dan detritus (Liao et al. 1983). Beberapa hidup melekat dalam tabung yang dibuatnya dari sekresi atau dari partikel asing, misalnya Collotheca menghuni tabung transparan, sedangkan Floscularia membentuk tabung terdiri atas batu-batu mikroskopis. Setelah bertahun-tahun mengalami kekeringan
14
beberapa spesies akan kembali aktif dalam 10 menit setelah mengalami pembasahan. Rotifera kelas Bdelloidea ditemukan hampir di semua lingkungan air tawar, adakalanya di payau dan perairan laut, menghuni lumut, dapat merayap pada lumut atau berenang dengan bebas, dan di kolam. Bdelloidea dikenal mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertahan hidup pada kondisi kering yang dikenal sebagai proses kriptobiosis (Sugiri 1989; Kirk 1999). Kondisi hidrologis perairan yang mencakup suhu, salinitas, kadar fosfat dan nitrat dapat mempengaruhi perkembangan fitoplankton dan zooplankton secara bersamaan. Liao et al. (1983) mengemukakan bahwa B. plicatilis dapat berkembang baik pada suhu 1 ºC sampai 35 ºC. Menurut Fulks dan Main (1991), rotifera akan mencapai reproduksi maksimum pada suhu antara 30 ºC dan 34 ºC. Menurut Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal pada tipe L dan tipe S juga berbeda. Tipe S pertumbuhan optimalnya pada 28-35 ºC, sedangkan untuk tipe L pada 22-28 ºC. Rotifera berkembang dengan baik pada salinitas 10 sampai 20 ppt dan mampu hidup pada kisaran salinitas 5-40 ppt. Sedangkan untuk pH berkisar antara 7,7-8,7. King dan Miracle dalam Korstad et al. (1989) menemukan rentang hidup rotifera berkisar 6-13,5 hari. Hasil penelitian pada rotifera B. rotundiformis (Tipe-S) dan B. plicatilis (Tipe-L) yang di kultur pada suhu 23 ºC dan 35 ppt menunjukkan B. rotundiformis lebih toleran pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan
B.
plicatilis, sedangkan B. plicatilis lebih toleran pada salinitas yang lebih rendah dari pada B. rotundiformis. Salinitas mempunyai efek yang lebih besar dari pada suhu. Ketersediaan rotifera menurun pada salinitas yang rendah (Fieder dan Purser 2000). Selanjutnya, hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001) menunjukkan bahwa kemampuan hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu pada 35 ppt. Pertumbuhan dan produktivitas dari rotifera B. plicatilis dan B. rotundiformis berhubungan dengan peningkatan salinitas dalam sistim kultur. Produktivitas rotifera dicapai pada salinitas 5 ppt kemudian pada salinitas yang lebih tinggi. Sebaliknya ukuran rotifera sebanding dengan peningkatan salinitas pada sistim kultur. Menurut James dan Abu (1990), karena produktivitas rotifera, kualitas gizi, dan kelangsungan hidup, maka direkomendasikan untuk menggunakan salinitas 20 ppt untuk rotifera tipe-S dan 30 ppt untuk rotifera tipe-
15
L pada sistim kultur. Hasil dari De Araujo et al. (2001), tingginya tekanan lingkungan menurunkan fekunditas dan rentang hidup dari B. rotundiformis strain Hawai dan Langkawi. Selanjutnya hasil penelitian Yoshinaga et al. (2004), juga menunjukkan bahwa DNA rotifera Brachionus sp. dari perairan Manembo-nembo berbeda dengan rotifera Brachionus sp. dari perairan Jepang. Potensi keanekaragaman hayati laut sangat besar, ini dimungkinkan oleh variasi dan khasnya lingkungan abiotik laut. Pemahaman akan besarnya potensi kelautan seringkali terbatas hanya pada eksploitasi makro flora dan fauna laut seperti ikan, udang, kerang dan rumput laut yang dikategorikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen secara langsung dan dikomersialisasikan. Sumberdaya hayati laut lainnya seperti flora dan fauna mikro dengan kandungan senyawa metabolit primer dan sekunder masih relatif tidak terjamah. Meskipun hingga saat ini telah ditemukan metabolit sekunder dari mikroba, namun proses metabolisme sekunder dari mikroba masih dipercaya sebagai sumber yang tidak pernah habis dari senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antimikroba, antivirus, antitumor, dan sebagai agen bagi kepentingan farmasi dan pestisida pertanian. Komponen bioaktif meliputi daya preventif terhadap penyakit, daya promotif meningkatkan kesehatan, dan daya kuratif atau pengobatan penyakit. Jadi sangat perlu untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya laut yang masih belum banyak dieksplorasi menjadi produk yang mempunyai nilai potensial sebagai obat dan produk yang bernilai tinggi.
16
3 3.1
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Secara
keseluruhan penelitian dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh data tentang kelimpahan rotifera di beberapa perairan pantai dan estuari Sulawesi Utara yang kemudian digunakan untuk menentukan lokasi penelitian selanjutnya sebagai sumber hewan uji. Stasiun pengamatan di setiap lokasi adalah di pantai, muara, tambak dan di setiap stasiun ditetapkan tiga titik pengambilan sampel. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada musim timur (Agustus-September 2004). Penelitian utama dilakukan pada musim barat (Januari 2005) dan musim timur (Agustus 2005). Penelitian laboratorium dilakukan di laboratorium Bioteknologi Kelautan dan laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.2
Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara mengambil contoh pada
beberapa lokasi yaitu di Perairan Poigar, Amurang, Tumpaan, Wori, Manado, Kema, Manembo-nembo, Minanga dan Belang. Pengambilan sampel rotifera dilakukan di pantai, muara dan tambak. Cara pengambilan sampel rotifera pada penelitian utama sama dengan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan empat lokasi yang memiliki kelimpahan rotifera yang cukup tinggi, yaitu perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan Wori (Lampiran 1), sehingga empat lokasi tersebut yang ditetapkan menjadi lokasi pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya. Dua lokasi mewakili perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi yaitu perairan Tumpaan dan Wori, sedangkan dua lokasi lainnya mengarah ke Laut Maluku yaitu perairan Manembo-nembo dan Minanga (Gambar 4 dan Lampiran 15).
17
.
Wori
Tumpaan
Sulawesi Utara
Manembonembo
Minanga
Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber : JICA, 2000. Data Digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara) 3.3
Penelitian Utama
3.3.1
Kajian Bioekologi
3.3.1.1 Parameter Lingkungan dan Kelimpahan Rotifera Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ditetapkan empat lokasi pengambilan sampel yaitu di Perairan Manembo-nembo, Minanga, Tumpaan dan Wori. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan pada musim barat, musim timur dan pada saat pasang surut. Parameter yang diukur meliputi parameter lingkungan, kelimpahan rotifera, dan kelimpahan fitoplankton. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, dengan menggunakan Horiba U-10. Pengambilan air contoh untuk analisis kandungan nutrien (nitrat dan fosfat)
18
dilakukan dengan cara mengambil air di setiap stasiun sebanyak 1,5 liter kemudian dimasukkan kedalam cool box dan dianalisis di laboratorium. Pengujian kadar nitrat menggunakan metode brusin dengan alat spektrofotometer, dan pengujian kadar fosfat menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer. Pengambilan sampel plankton (rotifera dan fitoplankton) dilakukan dengan cara menarik jaring plankton secara horisontal di permukaan perairan sepanjang sepuluh meter, (mesh size jaring plankton 40 μm untuk rotifera dan 28 μm untuk fitoplankton). Untuk stasiun pantai dan muara penarikan jaring dilakukan searah garis pantai sedangkan di stasiun tambak dilakukan searah dengan lebar tambak yaitu pada bagian kiri, kanan dan tengah tambak. Air contoh yang terkonsentrasi pada botol plankton net dipindahkan dalam botol sampel plankton berlabel, dan ditambah bahan pengawet formalin dengan konsentrasi akhir empat persen. Larutan formalin diperoleh dari campuran satu bagian formalin teknis dengan sembilan bagian air yang mengandung sampel (Arinardi et al. 1977). Selanjutnya sampel plankton dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya (Bekleyen 2001). Identifikasi jenis plankton dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Newell dan Newell (1963); Yamaji (1982); Bold dan Wynne (1985); Sournia (1986); Wallace dan Snell (1991).
3.3.1.2
Kultur Alga Mikro Sebagai Pakan Rotifera
Alga mikro yang digunakan sebagai pakan rotifera adalah jenis Nannochloropsis oculata dan Prochloron sp. dengan kepadatan 3 x 106 sel/ml. Alga mikro dikultur dalam medium yang bersalinitas 20 ppt dengan komposisi unsur hara seperti yang digunakan oleh Hirata (1975) (Tabel 1). Tabel 1 Komposisi medium kultur alga (Hirata 1975) Bahan
Konsentrasi (ppm)
(NH4)2SO4
122,6
Na2HPO412H2O
23
Clewat 32
15
19
Stok air laut yang digunakan terlebih dahulu disaring dengan aspirator 13 menggunakan kertas filter millipore 0,45 μm untuk menyaring partikel-partikel ataupun mikroorganisme yang terdapat pada air laut. Sebelum digunakan, medium kultur disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 ºC selama 30 menit (Cheng et al. 2004). Kultur alga dimulai dengan inokulasi masing-masing alga dari stok ke labu Erlenmeyer (250 ml) yang telah diisi medium Hirata dengan menggunakan pipet steril, dan selanjutnya labu Erlenmeyer diletakkan dalam lemari pemeliharaan. Wadah pemeliharaan sebelumnya dicuci kemudian dibilas dengan akuades, dikeringkan dan disterilkan dengan otoklaf pada suhu 100 ºC selama 1 menit. Wadah kultur dilengkapi dengan aerator supaya alga mikro tidak mengendap dan mendorong pertumbuhan alga. Lemari pemeliharaan alga dilengkapi lampu TL 20 watt sebagai sumber cahaya bagi alga. Ruang pemeliharaan dilengkapi dengan alat pendingin ruangan (AC) yang diatur pada suhu 25 ºC. Setelah mencapai pertumbuhan optimum yang ditandai dengan perubahan warna alga mikro menjadi hijau pekat (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), alga mikro dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan yang lebih besar yakni 500 ml, kemudian 1000 ml (Gambar 5). Sebelum digunakan sebagai pakan rotifera, alga mikro yang sudah mencapai pertumbuhan optimum disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Bagian supernatan dibuang dan presipitatnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang diberi penutup, selanjutnya ditempatkan pada lemari pendingin sebagai stok pakan untuk rotifera.
Sentrifuse Alga Inokulasi
250 ml 500 ml
1000 ml
Gambar 5
Supernatan dibuang Presipitat diambil
Prosedur kultur alga sebagai pakan B. rotundiformis
20
3.3.1.3 Morfometri Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rotífera B. rotundiformis memiliki kelimpahan tertinggi dan mampu bertahan di laboratorium dibanding dengan B. caudatus dan B. quadridentatus, sehingga jenis tersebut yang digunakan sebagai organisme uji pada penelitian selanjutnya (Lampiran 1). Untuk aspek morfometri, bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur adalah panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) (Gambar 6). LL LA
Keterangan :
PL PL = Panjang Lorika LA = Lebar Anterior LL = Lebar Lorika
Gambar 6 3.3.1.4
Bagian-bagian tubuh B. rotundiformis yang diukur
Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis
Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis, digunakan telur generasi pertama (TGP) yang berasal dari satu klon. Untuk mendapatkan telur generasi pertama, B. rotundiformis yang sedang membawa telur dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian tabung reaksi tersebut dikocok dengan tangan agar telur-telurnya rontok. Telur-telur yang telah rontok tersebut dipisahkan dari induknya dan
21
dipindahkan ke dalam cawan petri yang berbeda dengan pemberian pakan berbeda yaitu N. oculata dan Prochloron sp. kemudian dibiarkan hingga menetas. Tetasan ini dianggap sebagai induk (P). Setelah induk (P) dipelihara secara individual hingga menghasilkan telur, telurnya dirontokkan kembali dengan cara cawan dikocok, telur inilah sebagai telur generasi pertama (TGP), selanjutnya telur tersebut dipindahkan ke dalam multiwellplate dan dikultur dengan metode life tabel (Pianka 1988; Rumengan 1990) (Gambar 7). Pengamatan dilakukan dua kali sehari dengan interval waktu 12 jam untuk menghitung jumlah telur dan anak yang dihasilkan. Kultur dilakukan dan diamati sampai semua telur generasi pertama (TGP) B. rotundiformis ditemukan mati.
Pipet Tabung Cawan
Multiwellplate
Dikeluarka Anak rotifera
Gambar 7
Setiap 12 jam
Prosedur kultur individu B. rotundiformis
22
3.3.1.5
Miksis
Informasi terjadinya miksis pada B. rotundiformis dibutuhkan untuk mengetahui keadaan stres yang diduga memacu produksi senyawa bioaktif. Untuk itu digunakan B. rotundiformis dari telur generasi pertama (TGP). Telur generasi pertama (TGP) dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak tiga butir telur per tabung yang telah diisi alga mikro yang berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.). Setiap perlakuan pakan dilakukan tiga kali ulangan, tiap ulangan menggunakan enam tabung reaksi, jadi ada 36 tabung untuk perlakuan dua jenis pakan alga N. oculata dan Prochloron sp. Pengamatan dilakukan setiap hari dan dihitung jumlah B. rotundiformis yang dihasilkan. Perhitungan dilaksanakan di bawah stereomikroskop dengan perbesaran 40 kali. Aspek-aspek yang diamati adalah Betina amiktik (♀♀), Betina miktik (♂♀), Betina tanpa telur (♀?) dan Betina yang membawa telur dorman (♀D). Betina amiktik (♀♀) adalah betina yang melakukan reproduksi partenogenesis, telurnya oval dan berwarna agak gelap. Betina miktik (♂♀) adalah betina yang membawa telur bulat berwarna abuabu dan ukurannya kira-kira setengah telur amiktik dan nantinya menetas jadi jantan. Betina tanpa telur (♀?) adalah betina yang belum membawa telur, karena itu belum dapat diidentifikasi miktik atau amiktik. Betina yang membawa telur dorman (♀D) adalah telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik, berwarna coklat atau oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.
3.3.2
Kajian Bioaktif
3.3.2.1
Ekstraksi B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp.
Untuk kebutuhan ekstraksi, B. rotundiformis dikultur dalam wadah 1000 ml. Pada tahap awal B. rotundiformis dikultur pada suhu dan salinitas optimum yakni suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt (James dan Abu 1990). Kemudian sebagian B. rotundiformis diadaptasikan pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt. Untuk memperoleh salinitas yang rendah yaitu diencerkan dengan aquades, kemudian diukur dengan bantuan refraktometer sampai dicapai salinitas yang diinginkan. Sedangkan untuk memperoleh salinitas yang lebih tinggi, air laut dididihkan (sekitar dua jam) dan didinginkan, setelah itu diukur dengan
23
refraktometer
sampai
diperoleh
salinitas
yang
diinginkan.
Adaptasi
B. rotundiformis pada salinitas yang berbeda dilakukan dengan cara menurunkan dan menaikkan salinitas medium sebesar 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi 10 ml yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, B. rotundiformis dipindahkan kedalam wadah 1000 ml dengan kepadatan 50 individu dan dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan dua jenis pakan berbeda (N. oculata dan Prochloron sp.). Panen B. rotundiformis dilakukan dengan menggunakan jaring plankton 40 μm dan dikerjakan dalam wadah berisi es. B. rotundiformis yang tersaring dipindahkan ke dalam tabung Ependorf dengan menggunakan pipet. Hasil saringannya disimpan dalam Ependorf yang sudah diberi label, setelah itu dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan dalam freezer pada suhu -20 ºC (Gambar 8).
24
1 Individu l
Dari alam
20 ppt
1000
adaptasi 4 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt
A
10 ml 4 ppt
10 ml 10 ml 10 ml 10 ml 20 ppt 40 ppt 50 ppt 60 ppt
B
1000 ml
4 ppt
1000 ml
20 ppt
-
Diberi label
-
Dibungkus dengan alumuniubm foil
-
Diberi label kembali
C
1000 ml
D
E
1000 ml
40 ppt
1000 ml
50 ppt
Disaring
dimasukkan dalam ependorf Di simpan di freezer (-20 0C)
Gambar 8
Kultur dan pemanenan B. rotundiformis untuk ekstraksi senyawa bioaktif
25
Untuk mendeteksi kandungan senyawa bioaktif maka dilakukan proses ekstraksi terhadap B. rotundiformis dan alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. Tujuan pengujian alga mikro adalah untuk memastikan apakah alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis juga memberikan kontribusi terhadap kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh B. rotundiformis. Untuk mendapatkan ekstrak kasar, sampel B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. digerus dengan alat penggerus (lumpang) dan dihomogenasikan dengan metanol 80 % perbandingan 1:2 (satu bagian sampel plankton dan 2 bagian metanol). Homogenat yang ada direndam selama 24 jam, setelah itu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, sehingga diperoleh presipitat 1 dan supernatan 1. Dalam presipitat 1 ditambahkan lagi metanol 1:2 kemudian diinkubasi selama 8 jam, setelah itu disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga diperoleh presipitat 2 dan supernatan 2. Selanjutnya supernatan 1 dan 2 dengan presipitat 1 dan 2 yang diperoleh, dievaporasi dengan menggunakan rotari vacum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar rotifera B. rotundiformis, N. oculata dan Prochloron sp. (Harborne 1987; Houghton 1998) (Gambar 9).
26
Sampel digerus (dihancurkan)
Lumpang
Homogenasi sampel + metanol 80 % (1:2)
Pengocokan
Shaker
Sentrifus 15 it Presipitat 1 ditambahkan metanol 80% (1:2)
Presipitat 1, supernatant 1
Presipitat 1,2 dan supernatan
- Pengocokan - Sentrifus (3000 rpm, 15’)
Presipitat 2, supernatant 2
EVAPORASI
Ekstrak Kasar Gambar 9
Prosedur ekstraksi
27
3.3.2.2
Inokulum Bakteri dan Antibiotik Pembanding
Bakteri yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah bakteri gram positif dan gram negatif. Mikroba-mikroba tersebut digolongkan dalam mikroba patogen atau penyebab penyakit, dan kedua golongan mikroba tersebut yang akan dicegah pertumbuhannya dengan antibakteri yang terdapat pada B. rotundiformis. Bakteri uji tersebut adalah Vibrio cholerae (gram negatif, bentuk batang bengkok/spiral), Bacillus subtilis (gram positif, bentuk batang) dan Escherichia coli (gram negatif, bentuk bulat), (Ndukwe et al. 2005). Isolat bakteri dalam medium miring ditumbuhkan di cawan petri yang berisi medium agar steril dengan cara digores menggunakan jarum öse. Setelah bakteri berumur 24 jam, masing-masing bakteri tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan NaCl (larutan saline 0,9 %) sebanyak 10 ml dan diukur kepadatannya hingga 109 sel/ml dengan menggunakan metode McFarland. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Dosis masing-masing antibiotik adalah 0,5 mg/ml.
3.3.2.3
Pembuatan Medium Agar
Medium agar dibuat dari nutrien agar (NA) sebanyak 2 gram yang dilarutkan dalam 100 ml aquades lalu dipanaskan sambil diaduk, kemudian disterilkan dengan otoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ºC. Selanjutnya nutrien agar dituang dalam cawan petri steril secara merata masing-masing 15 ml dan dibiarkan mengeras. Untuk memastikan medium agar ini bersih dan tidak terkontaminasi bakteri lain, maka medium agar dibiarkan selama 24 jam. Medium agar yang tidak terkontaminasi dengan bakteri lain selanjutnya digunakan untuk kebutuhan uji aktivitas antibakteri (Gambar 10).
28
Nutrien agar
Aquades 100 ml Nutrien agar 2 gr Dilarutkan
Ditimbang Otoklaf
Dituang
Gambar 10 Pembuatan medium agar
3.3.2.4
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian antibakteri dilakukan untuk menentukan kesanggupan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah metode agar kertas cakram (paper disc method) berdasarkan Jorgensen et al. 1999 dan Waksman 1974 dalam Wangidjaja 2002. Pada cara difusi ini larutan senyawa antibakteri akan berdifusi dari kertas saring yang mengandung senyawa antibakteri lalu masuk kedalam medium agar yang telah diinokulasi dengan mikroba penguji. Setelah inkubasi, terjadi hambatan dari pertumbuhan bakteri uji sehingga terjadi daerah bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram yang ditetesi suspensi senyawa antibakteri tersebut. Daerah hambatan yang terbentuk luasnya berbeda-beda sesuai dengan kadar senyawa antibakteri yang dikandungnya.
29
Pengujian antibakteri dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Hayati Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat. Medium agar yang telah disiapkan diolesi bakteri uji dengan menggunakan kapas steril. Setelah itu kertas cakram yang terbuat dari kertas saring Whatman steril berdiameter 6 mm diletakkan diatas medium agar yang telah diolesi bakteri uji. Selanjutnya 1 mg ekstrak kasar B. rotundiformis dilarutkan dalam 1 ml pelarut metanol (1 mg/ml), dan dari konsentrasi ekstrak kasar ini diambil 1 mikro liter dan diteteskan ke kertas cakram yang telah disiapkan, juga diteteskan antibiotik pembanding dan metanol sebagai kontrol, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi 24 jam, diukur zona bening yang terbentuk yaitu berupa daerah bening sekeliling kertas cakram. Dalam pengujian ini bakteri yang digunakan adalah bakteri V. cholerae, B. subtilis dan E. coli. Antibiotik yang dicoba sebagai pembanding adalah tetrasiklin dan amoksisilin. Besarnya diameter zona hambat yang terbentuk dari masing-masing ekstrak kasar B. rotundiformis dibandingkan dengan yang dibentuk oleh antibiotik dan metanol. Makin besar diameter zona bening atau zona hambat dari ekstrak berarti makin besar daya antibakterinya (Gambar 11).
Inkubas
Ukur zona bening
Gambar 11 Pengujian aktivitas antibakteri
30
3.4
Analisis Data
3.4.1 Kelimpahan Rotifera dan Parameter Lingkungan Untuk menghitung kelimpahan plankton, terlebih dahulu dihitung volume air laut yang tersaring dengan mengikuti rumus Vs = πr2d. Dimana : V = volume air yang tersaring (l), π = 3,14, r = radius mulut plankton net, d = panjang lintasan. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3. Kelimpahan plankton dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs). N = Jumlah sel per meter3, n = Jumlah individu yang teramati, Vr = Volume air yang tersaring dalam cod end, Vo = Volume air yang diamati, Vs = Volume air yang tersaring. Perhitungan kelimpahan rotifera diawali dengan menghitung volume air yang tersaring dengan menggunakan rumus APHA (1992) yaitu: V= π r2 d Dimana : V = volume air yang tersaring π = 3,141592654 r
= radius mulut plankton net (0,15 m)
d
= panjang lintasan (10 m)
Kelimpahan rotifera dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah ind/m3 yang dihitung berdasarkan rumus : N = n x (Vs/Vo) x (1/Vt) Dimana : N = jumlah ind/meter kubik n
= jumlah ind yang diamati
Vt = Volume air tersaring (706,858 L) Vo = Volume air yang diamati (0,0010 L) Vs = Volume air dalam cod end (0,0280 L) Untuk mengetahui perbedaan parameter lingkungan berdasarkan lokasi penelitian, musim, pasang surut serta pengaruh interaksi antara lokasi dan musim maupun interaksi antara stasiun dengan musim maka dilakukan analisis ragam (ANOVA) desain faktorial pada masing-masing parameter.
31
Untuk membandingkan perbedaan kelimpahan rotifera antar lokasi, musim, pasang, surut dan stasiun penelitian, digunakan analisis non parametrik KruskalWallis. Karena itu pengaruh interaksi antar faktor (lokasi, musim, pasang, surut dan stasiun) tidak dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik secara simultan untuk melihat pengaruh interaksi antar faktor-faktor tersebut. Jika hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji pembandingan menggunakan Mann-Whitney untuk menguji perbedaan setiap tingkatan dalam faktor lokasi, stasiun, musim, pasang dan surut (Zar 1984). Untuk mengidentifikasi parameter lingkungan yang paling berperan dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan rotifera B. rotundiformis maka digunakan analisis diskriminan (Bengen 1999). Dalam analisis ini terlebih dahulu setiap observasi dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kelimpahan B. rotundiformis. Analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS release 10.0.5.
3.4.2
Pengaruh Pakan terhadap Daur Hidup dan Morfometri B. rotundiformis Untuk mengetahui daur hidup B. rotundiformis digunakan metode life table
(Tabel 2), (Pianka 1988; Rumengan 1989). Pengaruh jenis pakan terhadap daur hidup B. rotundiformis digunakan uji t berpasangan antara dua jenis pakan yang digunakan. Parameter yang diuji meliputi harapan hidup, laju reproduksi, waktu generasi dan waktu penggandaan. Morfometri B. rotundiformis (panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior) dinalisis ragam (ANOVA) untuk membandingkan morfometri antara B. rotundiformis hasil kultur dengan B. rotundiformis dari alam (4 lokasi).
32
Tabel 2 Komponen-komponen dalam metode ”Life Table” Kolom Simbol Cara Hitung 1 X Input
Keterangan Umur dalam hari
2
nx
Input
Jumlah individu yang hidup pada umur x.
3
lx
nx/no
Kemungkinan individu hidup pada umur x
4
dx
nx-nx+1
5
qx
dx/nx
Jumlah individu yang mati selama selang waktu x sampai x+1/2 Laju mortalitas selama selang waktu x sampai x+1/2
6
Lx
(nx+nx-1)/2
Rata-rata jumlah individu yang hidup selama selang waktu x sampai x+1/2
7
Tx
∑Lx
8
ex
Tx/lx
9
Cx
Input
Jumlah kumulatif Lx dihitung dari dasar tabel ke atas sampai ke umur x Rata-rata harapan hidup individu sejak berumur x Jumlah anak yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2
10
mx
Cx/nx
Rata-rata jumlah anak yang dihasilkan seekor betina pada umur x dari x sampai x+1/2 atau fertility rate
11
Vcx
lxmx
Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina hidup selama selang waktu x sampai x1/2
12
Zcx
lxmxx
Total jumlah anak yang dihasilkan tiap betina sampai hari x Parameter- perameter yang dihitung berdasarkan metode life table adalah : 1.
Harapan hidup (life time, ex) Harapan hidup untuk individu pada umur x dihitung sebagai berikut : ex = (Tx)/nx dimana :
2.
Tx = Jumlah kumulatif lx nx = Jumlah individu pada umur x
Laju Fertilitas (fertility rate, mx) Laju fertilitas adalah rata-rata jumlah turunan yang dihasilkan setiap individu betina pada waktu berumur x selama selang waktu x sampai x+1/2. Dihitung sebagai berikut : mx = Cx/nx dimana :
Cx = Jumlah telur yang dihasilkan semua betina hidup selang waktu x sampai x+1/2 nx = Jumlah individu pada umur x
33
3.
Laju Reproduksi Neto (net reproduction rate, Ro) Laju reproduksi neto adalah jumlah kali populasi bertambah banyak selama satu waktu generasi atau jumlah anak yang diperkirakan dapat dilahirkan seekor betina seumur hidupnya. Dihitung sebagai berikut : n
Ro = ∑ (lx mx) x=i
dimana : lx mx i n 4.
= = = =
Ketahanan hidup pada umur x Laju fertilitas 0 7,5
Waktu Generasi (mean generation time, TG) Waktu Generasi adalah rata-rata periode waktu antara kelahiran induk dan kelahiran anak. Dihitung sebagai berikut : n
TG = Σ (lx mxX)/Ro x=i
dimana : Ro lx mx i n 5.
= = = = =
Laju reproduksi neto atau net reproduction rate Kemungkinan betina hidup pada umur x Laju fertilitas atau fertility rate 0 7,5
Waktu Penggandaan (doubling time, Dt) Waktu penggandaan adalah waktu yang dibutuhkan individu untuk bertambah dua kali lipat atau jika berkurang menjadi setengahnya. Dihitung sebagai berikut : Dt = (loge 2)/r dimana : Dt = Waktu penggandaan (doubling time) r = Pertumbuhan maksimum populasi (Intrinsic rate of increase) dengan struktur umur yang stabil dalam lingkungan yang menguntungkan. Perhitungan r menggunakan persamaan : n
∑e-rx lx mx = 1 x=i
34
3.4.3 Persentase Miksis Untuk perhitungan persentase miksis dilakukan dengan menggunakan formula yang digunakan oleh Hagiwara (1998) yaitu : ♂♀ + ♀D Persentasi miksis
=
x 100 ♂♀ + ♀♀ +♀? + ♀D
Aspek-aspek yang diamati adalah : 1. Betina miktik (♂♀) : Betina yang membawa telur bulat berwarna abu-abu dan ukurannya kira-kira setengah telur amiktik. 2. Betina amiktik (♀♀) : Betina yang telurnya oval berisi penuh dan berwarna agak gelap. 3. Betina tanpa telur (♀?) : Betina yang belum membawa telur, karena itu belum diketahui tipe miktik atau amiktik. 4. Betina miktik yang membawa telur dorman (♀D) : Telurnya oval, berukuran sama dengan telur amiktik, berwarna coklat atau oranye dan terdapat rongga udara pada sisi telur.
3.4.4
Aktivitas Antibakteri Analisis yang digunakan untuk membandingkan zona bening yang
dihasilkan dari perlakuan salinitas dan pakan adalah analisis faktorial, dengan 5 tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt) dan 2 jenis pakan (N. oculata dan Prochloron sp.) diulang sebanyak 3 kali (5x2x3). Kombinasi kedua faktor tersebut dicoba pada B. rotundiformis yang diambil dari satu lokasi yaitu perairan Minanga. Model linier yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut : Yijk = μ+ Si + Pj + SPij + εijk
35
Yijk = Respon pada perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j ulangan ke-k μ
= Rata-rata umum
Si
= Pengaruh kombinasi salinitas ke-i (i= 4ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt)
Pj
= Pengaruh jenis pakan ke-j (j= N. oculata dan Prochloron sp.)
SPij = Pengaruh interaksi antara kombinasi salinitas ke-i dengan jenis pakan ke-j εijk
= Galat atau error perlakuan kombinasi salinitas ke-i, jenis pakan ke-j ulangan ke-k
Untuk mengoreksi aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis maka analisis dibandingkan dengan kontrol yaitu besarnya zona hambat kedua jenis pakan yang digunakan. Pembandingan ini dilakukan menggunakan Uji-Dunnet. Untuk menghitung efektifitas B. rotundiformis dalam pembentukan zona bening maka dihitung efisiensi relatif terhadap alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis (N. oculata, Prochloron sp.) dan antibiotik, yang dinyatakan dalam persentase.
36
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Bioekologi
4.1.1
Kondisi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan
Tumpaan Sulawesi Utara. Perairan Manembo-nembo dan Minanga adalah dua lokasi yang berhadapan dengan Laut Maluku sedangkan perairan Wori dan Tumpaan adalah perairan pantai yang terbuka ke arah Laut Sulawesi. Perairan Manembo-nembo terletak di semenanjung Minahasa di pantai timur. Berdasarkan peta daratan pesisir, Manembo-nembo terletak memanjang dari barat daya ke timur laut yang berhadapan langsung dengan laut Maluku, serta memiliki dua muara sungai yaitu sungai Tuna dan sungai Sagerat. Karakteristik pantai Manembo-nembo adalah pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991a). Kondisi aktual lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Perairan Minanga merupakan wilayah pantai yang mengarah ke tenggara berhadapan dengan laut Maluku. Pantainya memiliki dua muara sungai yaitu sungai Minanga pada bagian timur dan sungai Abuang pada bagian barat. Perairan pantai Minanga terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lumpur yang berasal dari berbagai macam batuan dan endapan danau, garis pantainya berpasir dan bertebing terjal (Bakosurtanal 1995). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Daratan pesisir Wori berhadapan dengan laut Sulawesi, terdapat beberapa pulau yang ada didepannya seperti Pulau Siladen, Bunaken dan Manado Tua yang saling berdekatan. Daratan tersebut berbentuk tanjung yang memanjang dari selatan ke utara dengan formasi hutan bakau di daerah dekat pantai dan hutan campuran di bagian belakangnya. Perairan pantai Wori memiliki karakteristik pasir, lumpur dan lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Perairan Tumpaan berhadapan dengan Teluk Amurang dan Pulau Tatapaan, memiliki empat muara sungai yaitu muara Sungai Balombang, Ranorenet, Ranotuana dan Tinundek. Karakteristik pantainya berupa pasir, lumpur dan
37
lempung (Bakosurtanal 1991b). Lahan di daerah dekat pantai sebagian besar dimanfaatkan sebagai daerah permukiman dan area pertambakan. Area tambak di Perairan Manembo-nembo, Minanga, Wori dan Tumpaan merupakan area tempat budidaya ikan bandeng, mujair dan udang.
4.1.2
Parameter lingkungan Parameter lingkungan yang diukur selama penelitian meliputi beberapa
parameter fisika kimia yaitu suhu, salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut dan nutrien (nitrat, fosfat). Hasil pengukuran beberapa parameter lingkungan pada empat lokasi, dua musim serta pada saat pasang dan surut disajikan dalam Gambar 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan Lampiran 2.
38
Pantai-Musim Timur
Pantai-Musim Barat 35
S u h u (ºC )
S u h u (ºC )
35
30
25
Manembo Minanga 1 Tumpaan
30
25
Wori
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
Muara-Musim Barat 35 S u h u (ºC )
S u h u (ºC )
35
30
25
Manembo
Minanga1 Tumpaan Wori
30
25
Manembo
Tambak-Musim Timur
Tambak-Musim Barat 35 S u h u (ºC )
S u h u (ºC )
35
30
25
Minanga1 Tumpaan Wori
30
25 Manembo
Keterangan :
Minanga1 Tumpaan
Pasang
Wori
Manembo
Minanga 1 Tumpaan Wori
Surut
Gambar 12 Hasil pengukuran suhu (ºC) selama penelitian
39
Pantai-Musim Timur
35
35
30
30
S a lin it a s ( ‰ )
S a lin it a s ( ‰ )
Pantai-Musim Barat
25 20 15 10
25 20 15 10
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
35
35
30
30
25 20 15 10
25 20 15 10
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Tumpaan Wori
35 S a lin it a s ( ‰ )
35 S a lin it a s ( ‰ )
Minanga1
Tambak-Musim Timur
Tambak-Musim Barat
30 25 20 15 10
Wori
Muara-Musim Timur
S a lin it a s ( ‰ )
S a lin i t a s ( ‰ )
Muara-Musim Barat
Minanga 1 Tumpaan
30 25 20 15 10
Manembo
Keterangan :
Minanga1
Tumpaan Wori
Pasang
Manembo
Minanga Tumpaan Wori 1
Surut
Gambar 13 Hasil pengukuran salinitas (‰) selama penelitian
40
Pantai-Musim Timur
Pantai-Musim Barat 8 p H ( s k a la p H )
p H ( s k a la p H )
8 7 6 5
Manembo
Minanga1
7 6 5
Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
Muara-Musim Timur 8 p H ( s k a la p H )
p H ( s k a la p H )
8 7 6 5
7 6 5
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat 8 p H ( s k a la p H )
p H ( s k a la p H )
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
8 7 6 5
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Keterangan :
Minanga1
Tumpaan Wori
Pasang
7 6 5
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Surut
Gambar 14 Hasil pengukuran pH (skala pH) selama penelitian
41
Pantai-Musim Timur
140
140 K e k e r u h a n (N T U )
K e k e r u h a n (N T U )
Pantai-Musim Barat
120 100 80 60
120 100 80 60
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Muara-Musim Barat 140 K e k e r u h a n (N T U )
K e k e r u h a n (N T U )
120 100 80
Manembo
Minanga1 Tumpaan
120 100 80 60
Wori
Manembo
Tambak-Musim Barat 140 K e k e r u h a n (N T U )
K e k e r u h a n (N T U )
Minanga 1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
140 120 100 80 60
Tumpaan Wori
Muara-Musim Timur
140
60
Minanga1
Manembo
Keterangan :
Minanga1 Tumpaan Wori
Pasang
120 100 80 60
Manembo
Minanga1 Tumpaan Wori
Surut
Gambar 15 Hasil pengukuran kekeruhan (NTU) selama penelitian
42
Pantai-Musim Barat
Pantai-Musim Timur 7 O k s .T e r l a r u t ( m g / l )
O k s .T e r l a r u t ( m g / l )
7
6
5
Manembo
6
5
Minanga 1 Tumpaan Wori
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
Muara-Musim Timur 7 O k s .T e r l a r u t ( m g / l )
O k s .T e r l a r u t ( m g / l )
7
6
5
Manembo
6
5
Minanga1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Barat
Tumpaan Wori
7 O k s .T e r l a r u t ( m g / l )
O k s .T e r l a r u t (m g / l )
Minanga1
Tambak-Musim Timur
7
6
5
Manembo
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Keterangan :
Pasang
6
5
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Surut
Gambar 16 Hasil pengukuran oksigen terlarut (mg/l) selama penelitian
43
Pantai-Musim Timur
Pantai-Musim Barat 2 N it r a t ( m g /l)
N it r a t ( m g /l)
2 1.5 1 0.5 0
1.5 1 0.5 0
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
Muara-Musim Timur 2 N it r a t ( m g /l)
N it r a t ( m g /l)
2 1.5 1 0.5 0
1.5 1 0.5 0
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Tambak-Musim Timur
Tambak-Musim Barat 2 N it r a t ( m g /l)
N it r a t ( m g /l)
2 1.5 1 0.5 0
Minanga 1 Tumpaan Wori
1 Tumpaan Wori Manembo Minanga
1.5 1 0.5 0
Manembo
Minanga1 Tumpaan Wori
Gambar 17 Hasil pengukuran nitrat (mg/l) selama penelitian
44
Pantai-Musim Barat
Pantai-Musim Timur 1 F o s f a t ( m g /l)
F o s f a t ( m g /l)
1
0.5
0
0.5
0
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Muara-Musim Barat
Muara-Musim Timur 1 F o s f a t ( m g /l)
F o s f a t ( m g /l)
1
0.5
0
0.5
0
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
1 F o s f a t ( m g /l)
1 F o s f a t ( m g /l)
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Tambak-Musim Barat
0.5
0
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Gambar 18
0.5
0
Manembo Minanga 1 Tumpaan Wori
Hasil pengukuran fosfat (mg/l) selama penelitian
45
Hasil pengukuran parameter lingkungan selama penelitian menunjukkan, bahwa suhu, salinitas, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut berbeda menurut lokasi, stasiun, musim, pasang dan surut (Lampiran 3). Nilai suhu dan salinitas di perairan pantai berbeda dibandingkan dengan di muara dan tambak. Rendahnya suhu dan salinitas di Minanga kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh masukan air tawar yaitu aliran air sungai yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan tiga lokasi lainnya. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi fluktuasi salinitas tergantung pada aliran air sungai, sirkulasi air dan juga musim. Suhu air di musim barat lebih rendah dibandingkan dengan musim timur, tetapi tidak berbeda menurut pasang dan surut. Rata-rata salinitas pada musim timur lebih tinggi dibandingkan dengan musim barat dan lebih tinggi pada saat pasang dari pada surut. Tingginya salinitas pada musim timur disebabkan karena musim panas atau terjadi penguapan yang relatif tinggi dan curah hujan (presipitasi) yang relatif rendah jika dibandingkan dengan musim barat yang rata-rata curah hujannya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan debit air tawar melalui aliran sungai menurun pada saat musim timur sehingga salinitas rata-rata pada tiga stasiun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim barat. Karena faktor yang mempengaruhi fluktuasi salinitas adalah curah hujan serta penguapan yang sangat dipengaruhi oleh musim (Wyrtki 1961; Parsons et al. 1984; Arinardi 1997). Rata-rata pH di pantai lebih tinggi dibandingkan dengan di tambak dan muara. Rendahnya pH di muara sangat erat kaitannya dengan banyaknya bahan organik yang ikut terbawa aliran sungai sehingga proses dekomposisi mikroba sangat intensif. Rata-rata pH air di Manembo-nembo lebih tinggi dibandingkan Minanga, Wori dan Tumpaan. Rata-rata pH pada saat pasang lebih tinggi dibandingkan pada saat surut dan lebih tinggi di musim timur dari pada musim barat (Lampiran 3). Nilai pH yang rendah pada musim barat bertepatan dengan curah hujan yang tinggi. Rata-rata oksigen terlarut berbeda diantara keempat lokasi penelitian, nilai tertinggi yaitu di perairan Tumpaan, dan lebih tinggi di muara kemudian pantai dan tambak. Perbedaan kadar oksigen terlarut nyata terlihat antar musim dan antar pasang dan surut.
46
Kekeruhan berbeda menurut musim, pasang, surut, dan kekeruhan paling tinggi yaitu pada musim barat saat surut (Lampiran 3). Rata-rata kekeruhan di Minanga dan Wori lebih tinggi dibandingkan dengan Manembo-nembo dan Tumpaan. Perbedaan kekeruhan ini banyak dipengaruhi oleh masukan air tawar dan pergerakan massa air. Tingginya masukan air tawar pada musim barat menyebabkan tingginya konsentrasi partikel-partikel terlarut yang menyebabkan tingginya kekeruhan di perairan pantai dan muara. Pergerakan pasang dan surut memungkinkan terdorongnya massa air tawar dari muara ke pantai pada saat air surut, dan dalam waktu yang bersamaan arus pasang dan surut sangat besar pengaruhnya terhadap pengadukan substrat dasar perairan pantai dan estuari yang dapat menyebabkan meningkatnya kekeruhan.
4.1.3
Kelimpahan Rotifera Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian adalah dari kelas
Monogononta yang merupakan anggota dari genus Brachionus (Wallace dan Snell 1991). Identifikasi sampel rotifera di semua lokasi penelitian menemukan tiga jenis yaitu B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Hasil pengukuran rata-rata morfometri rotifera yang meliputi lebar anterior (LA), panjang lorika (PL) dan lebar lorika (LL) dari masing-masing spesies rotifera tertera pada Gambar 19. Beberapa ciri umum morfologi rotifera Brachionus adalah memiliki ekor berbentuk melingkar tanpa segmen, lorika melingkupi bagian belakang dan perut dengan beberapa bagian duri bagian depan (Fukusho 1989b). Hasil pengamatan morfologi terhadap semua spesies rotifera yang diperoleh selama penelitian menunjukkan adanya duri baik pada bagian anterior maupun posterior (Tabel 3). Duri pada rotifera selain berfungsi sebagai pertahanan mereka terhadap predator, juga berfungsi untuk membantu pengapungan mereka di dalam kolom air (Sugiri 1989). Beberapa ciri penampilan umum lainnya yang teramati pada rotifera Brachionus adalah bentuk lorika yang hampir bulat dan bagian anterior yang relatif kecil.
47
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
LA LA LA
PL PL
PL
LL
LL LL
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
LA = 67,20 μm
LA = 79,52 μm
LA = 96,32 μm
PL = 158,20 μm
PL = 169,96 μm
PL = 159,88 μm
LL = 117,32 μm
LL = 117,88 μm
LL = 147,84 μm
Keterangan : LA = Lebar Anterior PL = Panjang Lorika LL = Lebar Lorika
Gambar 19 Spesies rotifera yang ditemukan selama penelitian
48
Tabel 3
Beberapa kategori morfologi spesies rotifera yang teridentifikasi selama penelitian (Wallace dan Snell 1991).
No
Spesies
1.
B. rotundiformis
2.
3.
B. caudatus
Klas
Kategori Jumlah Bentuk Jumlah Jml duri/tonjolan lorika duri/tonjolan Ekor pada pada anterior posterior
Monogononta Depan : 6 Duri. Belakang : 4 tonjolan kecil Monogononta Depan : 4 duri dan 2 Tonjolan. Belakang : 4 tonjolan kecil
B. quadridentatus Monogononta Depan : 6 duri. Belakang : 4 tonjolan kecil
Bentuk lorika posterior
-
1
2 duri
-
2 duri pinggir, 2 tonjolan
1
runcing dan bulat Bentuk lorika sedikit bujur/ langsing. Bagian bawah lorika ada dua duri Bentuk Lorika seperti tong/ hampir bulat, bengkak pada pantatnya
Kelimpahan rata-rata rotifera yang ditemukan selama penelitian menurut lokasi, musim, stasiun, pasang dan surut disajikan dalam Gambar 20, 21, 22, dan Lampiran 2.
49
Pantai-Musim Timur
10000
B r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
B .r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
Pantai-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
10000 8000 6000 4000 2000 0
Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Muara-Musim Timur
10000
10000 B .r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
B . r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
Muara-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1 Tumpaan Wori
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
10000
10000 B .r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
B .r o tu n d if o r m is ( in d /m 3 )
Minanga1 Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur
Tambak-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
Keterangan :
Minanga1
Tumpaan Wori
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1
Surut
Pasang
Gambar 20
Tumpaan Wori
Kelimpahan B. rotundiformis
50
Pantai-Musim Timur
10000 B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
Pantai-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
10000 8000 6000 4000 2000 0
Manembo Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
10000
10000
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1
8000 6000 4000 2000 0
Tumpaan Wori
Manembo Minanga1 Tumpaan
Wori
Tambak-Musim Timur
10000
10000 B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
Tambak-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
Wori
Muara-Musim Timur B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
B . c a u d a t u s (i n d / m 3 )
Muara-Musim Barat
Minanga1 Tumpaan
Manembo
Keterangan :
Minanga1
Tumpaan
Wori
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1
Pasang
Gambar 21 Kelimpahan B. caudatus
Tumpaan
Wori
Surut
51
Pantai-Musim Timur
10000
B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
Pantai-Musim Barat
8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1
Tumpaan
10000 8000 6000 4000 2000 0
Wori
Manembo
10000 8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga 1 Tumpaan
8000 6000 4000 2000 0
Wori
Manembo
B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
8000 6000 4000 2000
Keterangan :
Minanga1 Tumpaan
Minanga1 Tumpaan
Wori
Tambak-Musim Timur
10000
Manembo
Wori
10000
Tambak-Musim Barat
0
Tumpaan
Muara-Musim Timur B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
B . q u a d r id e n ta tu s ( in d /m 3 )
Muara-Musim Barat
Minanga1
Wori
10000 8000 6000 4000 2000 0
Manembo
Minanga1
Pasang
Gambar 22 Kelimpahan B. quadridentatus
Tumpaan
Surut
Wori
52
Hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kelimpahan ketiga spesies rotifera berbeda nyata berdasarkan lokasi dan stasiun penelitian. Spesies B. rotundiformis dan B. quadridentatus ditemukan di semua lokasi penelitian sedangkan B. caudatus hanya pada lokasi tertentu saja yaitu di perairan Manembo-nembo dan Minanga. B. rotundiformis lebih melimpah dibandingkan dengan kedua spesies lainnya. Hasil uji Mann-Whitney untuk membandingkan rata-rata kelimpahan ketiga spesies rotifera menunjukkan bahwa kelimpahan B. rotundiformis di Manembo-nembo tidak berbeda nyata dengan di Minanga. B. rotundiformis lebih melimpah di Manembo-nembo dan Minanga dibandingkan dengan di Wori dan di Tumpaan. B. caudatus di Manembo-nembo lebih melimpah dibandingkan dengan di Minanga, sedangkan di Wori dan Tumpaan tidak dijumpai spesies ini. B. quadridentatus lebih melimpah di Minanga dibandingkan dengan di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan. Kelimpahan spesies B. quadridentatus di Manembo-nembo, Wori dan Tumpaan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (Lampiran 4) (Rimper et al. 2007). Hasil analisis Mann-Whitney (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kelimpahan B. rotundiformis yang tertinggi adalah di tambak dan terendah di pantai. Kelimpahan B. caudatus yang tertinggi terdapat di muara dan terendah di pantai, sedangkan di tambak tidak ditemukan spesies ini. Kelimpahan B. quadridentatus yang tertinggi di muara kemudian diikuti tambak dan pantai. Persebaran B. quadridentatus mirip dengan B. caudatus yaitu lebih melimpah di muara dibandingkan dengan tambak maupun pantai. B. caudatus dan B. quadridentatus cenderung lebih melimpah di muara dibandingkan dengan pantai maupun tambak, sedangkan B. rotundiformis cenderung menyebar dengan kelimpahan yang meningkat dari arah pantai ke muara dan tambak. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih menyukai habitat yang berair tenang seperti daerah muara dan tambak. B. rotundiformis juga lebih melimpah pada musim timur dibandingkan dengan musim barat (Lampiran 6), sedangkan hasil uji pembandingan antara pasang dan surut tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata pada kelimpahan ketiga spesies rotifera (Lampiran 7). Gambar 23 menunjukkan persentase kelimpahan rotifera menurut lokasi, stasiun, musim, pasang, surut dan spesies.
53
Kelimpahan Rotifera Menurut Lokasi
Kelimpahan Rotifera Menurut Musim
6% 2% 29%
Manembo 38%
Barat
Minanga
Timur
Wori Tumpaan
54%
71%
Kelimpahan Rotifera Menurut Pasang Surut
Kelimpahan Rotifera Menurut Stasiun
Tambak
43%
50%
Pasang
Pantai
55%
50%
Surut
Muara 2%
Kelimpahan Rotifera Menurut Spesies 10% 1%
B.rotundiformis B.caudatus B.quadridentatus 89%
Gambar 23 Persentase kelimpahan rotifera Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa B. rotundiformis lebih melimpah jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. Untuk mendeterminasi lebih detail faktor-faktor yang paling berperan dalam membedakan tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis, dilakukan analisis diskriminan. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah suhu,
54
salinitas, pH, kekeruhan, kadar oksigen terlarut dan kelimpahan fitoplankton. Data kelimpahan B. rotundiformis dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu rendah (<1000 ind/m3), sedang (1100-3000 ind/m3) dan tinggi (>3100 ind/m3). Pengelompokan rata-rata kelimpahan dalam tiga kategori melalui hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan rata-rata kelimpahan antar ketiga kategori tersebut (Lampiran 8). Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa sebagian besar keragaman tinggi rendahnya kelimpahan B. rotundiformis (93,5 %) terjelaskan pada sumbu diskriminan satu dan sisanya (6,5 %) terjelaskan pada sumbu diskriminan dua, dengan koefisien (terstandarisasi) masing-masing parameter adalah seperti disajikan dalam (Tabel 4, Gambar 24). Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas dan oksigen terlarut berperan memisahkan antara kelompok kelimpahan B. rotundiformis yang rendah dengan kelompok kelimpahan sedang dan tinggi, sedangkan pH, kekeruhan dan kelimpahan fitoplankton berperan besar memisahkan antara kelompok kelimpahan sedang dan rendah dengan kelompok kelimpahan tinggi. Nilai koefisien dan struktur matriks yang lebih tinggi menunjukkan peranan yang lebih besar, demikian pula sebaliknya dengan nilai yang lebih rendah. Tabel 4 Koefisien dan struktur matriks setiap parameter pada masing-masing fungsi diskriminan kelimpahan B. rotundiformis Parameter Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oks.terlarut Kelimpahan Fitoplankton Keterangan :
Koef. Fungsi Diskriminan Fungsi 1
Fungsi 2
Struktur Matriks Fungsi 1
Fungsi 2
-0,173 0,813 -0,084 0,517 0,704
0,578 -0,105 -0,354 0,533 0,429
0,202* 0,395* -0,095 0,134 0,574*
0,127 0,149 -0,269* 0,697* 0,003
-0,447
0,820
0,520
0,540*
Tanda (*) menunjukkan sumbu dimana suatu parameter lebih besar korelasinya
55
Group 1= Rendah 2= Sedang 3= Tinggi Group Centroid
3
2
1
Fungsi 2
2 1
0
3
-1
-2
-3 -4
-2
0
2
Fungsi 1 Gambar 24 Koordinat tiap observasi dalam fungsi diskriminan
Hasil identifikasi dan pencacahan genus fitoplankton yang diperoleh selama penelitian adalah Diatom (Bacteriastrum, Bidulphia, Chaetoceros, Coscinodiscus, Rhizosolenia, Skeletonema, Thalassionema, Thalassiothrix) dan Dinoflagelata (Ceratium, Noctiluca, Prorocentrum, Pyrocystis). Kelimpahan fitoplankton menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut disajikan pada Gambar 25 dan Lampiran 2.
56
250000 200000 150000 100000 50000 0
Pantai-Musim Timur F i to p l a n k to n (s e l / m 3 )
F i to p l a n k to n (s e l / m 3 )
Pantai-Musim Barat
Manembo
250000 200000 150000 100000 50000 0
Minanga 1 Tumpaan Wori
Manembo
250000 200000 150000 100000 50000 0
Muara-Musim Timur F i to p l a n k to n (se l / m 3 )
F i to p l a n k to n (s e l / m 3 )
Muara-Musim Barat
Manembo
250000 200000 150000 100000 50000 0
Minanga1 Tumpaan Wori
Manembo
200000 150000 100000 50000 0
Manembo
Keterangan :
Minanga1 Tumpaan Wori
Minanga1
Tumpaan Wori
Tambak-Musim Timur F i to p l a n k to n (se l / m 3 )
F i to p l a n k to n (s e l / m 3 )
Tambak-Musim Barat 250000
Minanga 1 Tumpaan Wori
250000 200000 150000 100000 50000 0
Manembo
Minanga 1
Pasang
Tumpaan Wori
Surut
Gambar 25 Kelimpahan Fitoplankton
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton berbeda menurut lokasi penelitian, tetapi tidak berbeda menurut stasiun penelitian. Ratarata kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo (168131 sel/m3) tidak berbeda nyata dengan kelimpahan di Minanga (176576 sel/m3). Tetapi rata-rata kelimpahan fitoplankton di Manembo-nembo dan Minanga berbeda nyata dengan di Wori (107007 sel/m3) dan Tumpaan (105824 sel/m3) (Lampiran 9).
57
Persebaran fitoplankton di musim barat (146110 sel/m3) lebih melimpah jika dibandingkan dengan musim timur (132670 sel/m3). Kelimpahan fitoplankton yang lebih tinggi pada musim barat kemungkinan disebabkan oleh kosentrasi nitrat yang relatif lebih tinggi (1,33 mg/l) (Lampiran 2). Rata-rata kelimpahan fitoplankton tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara pasang dan surut, karena peningkatan dan pertumbuhan populasi fitoplankton pada perairan berhubungan dengan ketersediaan nutrien (Tomascik et al. 1997; Sumich 1992; Odum 1971). Analisis korelasi Spearman (Spearman corelation rank) menunjukkan ada korelasi antar kelimpahan ketiga spesies rotifera dengan parameter lingkungan (Tabel 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan B. rotundiformis cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan akan menurun dengan meningkatnya nilai suhu (26,17-31,43 ºC), salinitas (14,3332,97 ‰), dan kekeruhan (93,3-129 NTU) (Lampiran 2). Hasil yang didapatkan oleh Gomez (2003), suhu pertumbuhan yang optimal untuk B. rotundiformis yaitu pada 28-35 ºC, dan hasil dari Fieder dan Purser (2000), B. rotundiformis lebih toleran pada suhu diatas 23 ºC. Sedangkan menurut hasil penelitian dari James dan Abu (1990), pertumbuhan B. rotundiformis berhubungan dengan peningkatan salinitas. Menurut hasil penelitian dari Assavaaree et al. (2001), kemampuan hidup tertinggi dari B. rotundiformis strain-S Fukuoka yaitu pada 35 ppt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap strain memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap kondisi lingkungannya. Tabel 5
Matriks korelasi Spearman kelimpahan rotifera (ind/m3), kelimpahan fitoplankton (sel/m3) dan parameter lingkungan
Korelasi
B. rotun
B.rotun
1,00
B. caud
B. quad
0,45(**)
0,48(**)
Suhu
Sal
-0,31(**)
- 0,52(**)
pH 0,01
K’ruhan -0,25(**)
B. caud
0,45(**)
1,00
0,62(**)
-0,22(**)
-0,14
0,18(*)
0,37(**)
B.qua
0,48(**)
0,62(**)
1,00
-0,26(**)
-0,38(**)
-0,06
0,48(**)
Suhu
-0,31(**)
-0,22(**)
-0,23(**)
1,00
0,46(**)
0,02
-0,11
Sal
-0,52(**)
0,13
0,38(**)
0,46(**)
1,00
0,29(**)
0,01
pH
0,01
0,18
-0,06
0,02
0,29(**)
1,00
-0,00
K’ruhan
-0,25(**)
0,37(**)
0,48(**)
-0,11
-0,01
0
1,00
DO Fitopl
-0,41(**) 0,34(**)
-0,41(**) 0,49(**)
-0,26(**) 0,34(**)
0,10 -0,32(**)
-0,12 -0,05
-0,29 0,30
-0,14 0,30(**)
DO -0,41(**) -0,41(**) -0,26(**) 0,10 0,12 -0,29(**) -0,14 1,00 -0,75(**)
Keterangan : (*) signifikan pada α = 0.05 dan (**) signifikan pada α = 0.01
Fitopl 0,34(**) 0,49(**) 0,34(**) -0,31(**) 0,05 0,30 0,30 -0,75 1,00
58
4.1.4
Morfometri Rotifera B. rotundiformis
4.1.4.1 Karakteristik morfometri B. rotundiformis dari alam Kajian morfometri rotifera B. rotundiformis meliputi ukuran lorika yaitu panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior. Berdasarkan hasil pengukuran selama penelitian diketahui bahwa rotifera yang ditemukan di perairan Sulawesi Utara memiliki ukuran panjang lorika rata-rata yang tidak melebihi 200 μm, sehingga digolongkan sebagai B. rotundiformis, karena menurut Fu et al. (1990); Rumengan et al. (1991); Hirayama dan Rumengan (1993); Hagiwara et al. (1995); Rumengan et al. (2007b), ukuran tubuh >200 μm (tipe L-large) digolongkan sebagai B. plicatilis dan ukuran tubuh <200 μm tipe (S-small) digolongkan sebagai B. rotundiformis. Perbedaan kedua tipe ini didasarkan pada beberapa faktor seperti morfologi, respon fisiologi dan genetika. Ukuran tubuh tipe S (small) lorikanya lebih kecil, lebih bulat dengan duri yang ramping dan tajam, sedangkan tipe L (large) bentuk lorikanya lebih besar dan agak lonjong dengan duri yang lebar dan tumpul (Lampiran 10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. rotundiformis lebih melimpah serta ditemukan di semua lokasi penelitian jika dibandingkan dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis juga yang paling baik dan bertahan untuk dikultur di laboratorium, sedangkan dua spesies lainnya yaitu B. caudatus dan B. quadridentatus belum berhasil dikultur di laboratorium. Oleh karena itu secara khusus B. rotundiformis dipilih untuk diukur dan dibandingkan morfometrinya, yaitu yang diperoleh dari empat lokasi penelitian dan hasil kultur di laboratorium dengan perlakuan lima tingkatan salinitas (4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt) dan dua jenis pakan (N. oculata, Prochloron sp.). Gambar 26 dan Gambar 27 menunjukkan ukuran lorika B. rotundiformis yang diperoleh selama penelitian. Hasil pengukuran morfometri berdasarkan lokasi penelitian menunjukkan bahwa di perairan Minanga ditemukan ukuran ratarata yang paling besar (164,08 μm) dibanding dengan yang ditemukan di perairan Manembo-nembo (159,60 μm), Tumpaan (155,40 μm) dan Wori (Lampiran 10).
(153,72 μm)
59
180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50
Tumpaan Wori Minanga PL
Gambar 26
LL
Manembo LA
Morfometri rotifera B. rotundiformis dari 4 lokasi (Alam)
Persentase ukuran lorika terbesar yang ditemukan selama penelitian yaitu sebanyak 27 % di perairan Minanga, 63 % di perairan Manembo-nembo, 83 % di perairan Tumpaan dan 77 % di perairan Wori (Gambar 27). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketersediaan fitoplankton di Minanga lebih melimpah dibanding dengan tiga lokasi lainnya (Lampiran 9) serta kisaran suhu di Minanga lebih rendah 27,10-30,23 ºC dibanding dengan tiga lokasi lainnya antara 28,5732,23 ºC (Lampiran 2). Menurut hasil penelitian yang diperoleh Assavaaree et al. (2001), B. rotundiformis strain Fukuoka lebih menyukai suhu yang rendah (26-27 ºC). Lebih besarnya morfometri B. rotundiformis asal Minanga diduga karena ketersediaan fitoplankton yang cukup dan faktor suhu yang nyaman bagi B. rotundiformis.
60
7%
7%
30%
7%
27%
32% 63%
Manembo
3%
27%
Minanga
20%
10%
7%
83%
77%
Wori
Tumpaan
Keterangan : < 100.9 111-120.9 121-130.9 131-140.9 141-150.9 151-160.9 161-170.9 >170.9
Gambar 27 Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dari beberapa lokasi
61
4.1.4.2 Karakteristik Morfometri B. rotundiformis Hasil Kultur Berdasarkan hasil analisis terhadap morfometri B. rotundiformis hasil kultur di laboratorium dengan perlakuan lima tingkatan salinitas dan dua jenis pakan, menunjukkan bahwa ketiga parameter morfometri (Panjang lorika, Lebar lorika, Lebar anterior) berbeda pada berbagai kombinasi salinitas dan pakan (Lampiran 10 dan Lampiran 11). Ukuran panjang lorika, lebar lorika dan lebar anterior B. rotundiformis yang terkecil adalah pada perlakuan pakan Prochloron sp. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi salinitas 20 ppt dengan pakan Prochloron sp. menghasilkan ukuran lorika yang terkecil. Pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt terlihat adanya kecenderungan peningkatan ukuran morfometri B. rotundiformis. Hal ini disebabkan karena adanya gejala polimorfisme yang terjadi pada B. rotundiformis yaitu bentuk dan ukuran lorikanya mengalami semacam plastisitas jika kondisi lingkungan hidupnya berubah (Nogrady et al. 1993; Rimper et al. 2008). Polimorfisme ini bahkan dapat juga mengakibatkan suatu perbedaan yang cukup besar yaitu sebesar 15% (Fukusho 1989b). Menurut James dan Abu 1990, ukuran B. rotundiformis sebanding dengan peningkatan salinitas. Hasil yang diperoleh Snell dan Carillo (1984) menunjukkan adanya pengurangan rata-rata panjang lorika dari strain B. plicatilis seiring dengan meningkatnya salinitas. Gambar 28, 29, 30 dan 31 menunjukkan morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan dan salinitas yang berbeda.
62
180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50
60 ppt 50 ppt 40 ppt 20 ppt PL
4 ppt LL
LA
Gambar 28 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan N. oculata
180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50
60 ppt 50 ppt 40 ppt 20 ppt PL
4 ppt LL
LA
Gambar 29 Morfometri B. rotundiformis dengan perlakuan pakan Prochloron sp.
63
3% 3%
13%
31%
24%
13%
13%
S alinitas 4 ppt (N. oculata )
10%
17%
17%
13% 13%
13%
17%
27% 7%
23%
13%
S alinitas 20 ppt (N. oculata )
S alinitas 40 ppt (N. oculata ) 3% 3%
3% 3% 28%
17%
13%
13%
20% 31%
24%
13% 20%
13%
S alinitas 50 ppt (N. oculata )
13%
13%
S alinitas 60 ppt (N. oculata )
Keterangan : < 100.9 111-120.9 121-130.9 131-140.9 141-150.9 151-160.9 161-170.9 >170.9
Gambar 30
Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan salinitas berbeda
64 4% 8%
20%
8%
28%
32%
S alinitas 4 ppt (Prochloron sp.)
10%
3%
7%
17%
10%
10%
17% 30%
30% 33% 33%
S alinitas 50 ppt (Prochloron sp.)
S alinitas 60 ppt (Prochloron sp.)
3%
3%
3%
13%
17%
40% 23%
57% 41%
S alinitas 20 ppt (Prochloron sp.)
S alinitas 40 ppt (Prochloron sp.)
Keterangan : < 100.9 111-120.9 121-130.9 131-140.9 141-150.9 151-160.9 161-170.9 >170.9
Gambar 31
Persentase panjang lorika (um) B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas berbeda
65
4.1.5
Daur Hidup Rotifera B. rotundiformis Hasil perhitungan analisis ”life table” rotifera B. rotundiformis dengan
perlakuan pakan N. oculata dan Prochloron sp. disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis dengan metode ”life table” diketahui bahwa daur hidup B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan. Tabel 6 X 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
nx 35 35 35 35 35 35 35 35 28 18 12 6 2 1 0
Tabel 7 X 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
nx 35 35 35 35 35 35 35 32 30 21 13 10 7 2 1 0
Hasil perhitungan analisis pakan N. oculata lx dx qx Lx 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 17,50 1 0 0 15,75 0,80 7 0,22 11,50 0,64 10 0,43 7,50 0,67 6 0,40 4,50 0,50 6 0,67 2,00 0,33 4 1,00 0,75 0,50 1 0,67 0,25 0 0 0 0
”life table” B. rotundiformis yang diberi Tx 164,75 147,25 129,75 112,25 94,75 77,25 59,75 42,25 26,50 15,00 7,50 3,00 1 0,25 0
ex 4,71 4,21 3,71 3,21 2,71 2,21 1,71 1,21 0,95 0,83 0,63 0,50 0,50 0,25 0
Cx 0 58 72 57 69 78 62 60 59 41 32 17 5 3 0
mx 0 1,66 2,06 1,63 1,97 2,23 1,77 1,71 2,11 2,28 2,67 2,83 2,50 3 0
VCx ZCx 0 0 1,66 0,83 2,06 2,06 1,63 2,44 1,97 3,94 2,23 5,57 1,77 5,31 1,71 6 1,69 6,74 1,46 6,59 1,78 8,89 1,42 7,79 0,83 5,00 1,50 9,75 0 0
Hasil perhitungan analisis ”life table” B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. lx 1 1 1 1 1 1 1 0,91 0,94 0,70 0,62 0,77 0,70 0,29 0,50 0
dx 0 0 0 0 0 0 0 3 2 9 8 3 3 5 1 0
qx 0 0 0 0 0 0 0 0,09 0,06 0,35 0,47 0,26 0,35 1,11 0,67 0
Lx 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 16,75 15,5 12,75 8,5 5,75 4,25 2,25 0,75 0,25 0
Tx 171,75 154,25 136,75 119,25 101,75 84,25 66,75 50 34,5 21,75 13,25 7,5 3,25 1 0,25 0
ex 4,91 4,41 3,91 3,41 2,91 2,41 1,91 1,56 1,15 1,04 1,02 0,75 0,46 0,50 0,25 0
Cx 0 24 23 30 41 66 91 79 79 55 22 20 12 14 3 0
mx 0 0,69 0,66 0,86 1,17 1,89 2,60 2,47 2,63 2,62 1,69 2 1,71 7 3 0
VCx 0 0,69 0,66 0,86 1,17 1,89 2,60 2,26 2,47 1,83 1,05 1,54 1,20 2 1,50 0
ZCx 0 0,34 0,66 1,29 2,34 4,71 7,80 7,90 9,88 8,25 5,24 8,46 7,20 13 10,50 0
66
Hasil
analisis
menunjukkan
adanya
perbedaan
harapan
hidup
B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dengan pemberian pakan Prochloron sp. Laju reproduksi B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dengan yang diberi pakan Prochloron sp. juga berbeda. Rotifera B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memproduksi telur. Pakan N. oculata mungkin lebih mudah dicerna oleh B. rotundiformis jika dibandingkan dengan pakan Prochloron sp. serta kandungan nutrisi yang dimiliki oleh N. oculata (protein 57,06%, lemak 21%, karbohidrat 23,59%). Menurut Maruyama dan Hirayama (1993) alga mikro N. oculata merupakan salah satu pakan yang populer untuk kultur rotifera di Jepang. B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. lebih panjang waktu generasinya dari pada yang diberi pakan N. oculata. Menurut King (1966), perbedaan spesies alga sebagai pakan B. rotundiformis dapat menghasilkan waktu generasi yang berbeda. Waktu penggandaan (doubling time) B. rotundiformis dengan pemberian pakan N. oculata lebih cepat dari pada dengan pemberian pakan Prochloron sp. Jenis pakan mempengaruhi waktu B. rotundiformis untuk bertambah dua kali lipat (Tabel 8). Tabel 8 Hasil perhitungan beberapa parameter “life table” Jenis Pakan Parameter
N. oculata
Prochloron sp.
ex (Harapan hidup)
27,31
30,58
Ro (Laju reproduksi)
21,71
15,97
TG (Waktu generasi)
3,27
3,30
Dt (Waktu penggandaan)
0,23
0,25
67
4.1.6
Miksis Rotifera B. rotundiformis Rotifera memiliki pola reproduksi seksual dan aseksual (partenogenesis).
Dalam kondisi normal tanpa ada tekanan lingkungan, rotifera cenderung bereproduksi partenogenesis yaitu dengan mitosis dapat menghasilkan telur diploid yang kemudian menetas menjadi betina lagi. Tipe betina ini disebut dengan istilah amiktik, artinya tanpa rekombinasi genetik terbentuk individu yang sama persis dengan induknya. Tetapi jika ada faktor-faktor tertentu berupa rangsangan miksis atau terjadi percampuran gen, maka betina amiktik mengalami perubahan ke reproduksi seksual dan menghasilkan betina miktik dan amiktik. Jika telur miktik dibuahi maka akan terbentuk telur dorman. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah betina miktik tertinggi pada perlakuan pakan N. oculata terlihat pada hari ke-4, sedangkan dengan perlakuan pakan Prochloron sp. terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina amiktik tertinggi pada kedua perlakuan jenis pakan terlihat pada hari ke-5. Jumlah betina dewasa tanpa telur pada perlakuan jenis pakan N. oculata terlihat lebih banyak jika dibandingkan pada perlakuan pakan Prochloron sp. Kehadiran tipe betina miktik yang membawa telur dorman terlihat pada perlakuan pakan Prochloron sp. hari ke-7, sedangkan pada perlakuan pakan N. oculata tidak ditemukan telur dorman (Tabel 9 dan Tabel 10). Namun ketidak hadiran betina dorman pada perlakuan jenis pakan N. oculata dapat juga disebabkan oleh tidak terbuahinya telur haploid yang dihasilkan betina miktik oleh sel sperma rotifera (Brusca dan Brusca, 1990). Pembentukan telur dorman dimungkinkan jika tingkat keberhasilan fertilisasi tinggi, dan fertilisasi ini dimungkinkan dengan adanya interaksi yang intensif antara jantan dan betina. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan populasi B. rotundiformis yang dikultur pada suhu 28 ºC dan salinitas 20 ppt dengan perlakuan jenis pakan N. oculata dan Prochloron sp. dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
68
Tabel 9 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan N. oculata Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
Betina miktik 0 1,3 2 8,3 5,3 1,3 0,3 0
Rata-rata kepadatan (individu) Betina amiktik Betina tanpa telur 0 0 1,3 2,3 1 3,6 9 22,3 27,6 84,3 13,3 154,6 2,3 78 0 0
Betina+dorman 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 10 Rata-rata kepadatan B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
Betina miktik 0 1,3 2,3 3,6 13 2,3 0 0
Rata-rata kepadatan (individu) Betina amiktik Betina tanpa telur 0 0 1,3 2,6 1,3 5,3 3,7 11,3 28,3 70,3 12,3 138,3 2,3 40 0 0
Betina+dorman 0 0 0 0 0 0 0,3 0
Perhitungan persentase miksis dibutuhkan untuk memperoleh informasi miksis yang mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis yang diduga memacu produksi senyawa bioaktif (Rumengan 2007a). Gejala miksis terdeteksi selama penelitian, terlihat adanya peningkatan setelah hari ke-2 dan hari ke-3, kemudian menurun sampai akhir pengamatan (Gambar 32). Persentase miksis B. rotundiformis pada setiap perlakuan jenis pakan selama masa kultur bervariasi. Persentase miksis paling tinggi yaitu pada perlakuan pakan N. oculata sebesar 27,77%, sedangkan untuk pakan Prochloron sp. 19,44%. Menurut Hagiwara dan Hirayama (1993), miksis dapat terjadi karena adanya pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal. Hagiwara dan Hirayama (1993) melaporkan bahwa jenis pakan merupakan salah satu faktor yang merangsang terjadinya miksis pada rotifera atau jenis alga mikro merupakan faktor penginduksi miksis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan faktor jenis pakan memberi pengaruh sebagai
69
perangsang miksis. Diyakini dalam penelitian ini bahwa perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkan peningkatan persentase miksis tersebut.
35
Prosentase miksis
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
Periode kultur (Hari)
N. oculata
Prochloron sp.
Gambar 32 Rata-rata persentase miksis
8
70
4.2
Bioaktif
4.2.1 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan N. oculata Senyawa bioaktif rotifera masih dalam taraf penjajakan, dan laporan tentang biokimia rotifera serta jenis-jenis senyawa bioaktif belum banyak publikasinya. Terdeteksinya senyawa bioaktif dalam penelitian ini merupakan langkah awal yang penting. Untuk menguji aktivitas antibakteri pada B. rotundiformis maka dilakukan pengamatan terhadap pembentukan zona bening yang dicoba pada tiga jenis bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian aktivitas antibakteri dari B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt dengan pakan N.oculata terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli terlihat adanya pembentukan zona bening (Gambar 33). Tabel 11 menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing ekstrak kasar terhadap masing-masing bakteri uji serta antibiotik pembanding dan metanol sebagai kontrol. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah amoksisilin dan tetrasiklin. Amoksisilin digunakan pada bakteri uji B. subtilis karena amoksisilin digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococci, Staphilococcus non penicilin dan Bacillus. Tetrasiklin pada bakteri V. cholerae karena tetrasiklin digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti V. cholerae, Mucoplasma (gram negatif, spiral) dan E. coli (gram negatif, bulat) (Schunack et al. 1990; Winotopradjoko 2000). Tabel 11 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda Salinitas (ppt)
V. cholera
4
4,33 ± 2,30
3
20
2,25 ± 0,35
3
2,50
±
40
3,75 ± 0,35
3
3,50
50
3,25 ± 1,06
3
60
3,00 ± 0
3
Diameter zona bening (mm) n B. subtilis n 0
E. coli
N
3
2,50 ± 0
3
0
3
2,76 ± 2,19
3
±
0,50
3
4,66 ± 0,57
3
4,50
±
1,41
3
2,60 ± 1,04
3
4,25
±
1,77
3
1,60 ± 1,15
3
Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi
71
Pakan N. oculata Diam eter zona bening (m m )
25
V.cholerae
20 15
B.subtilis 10 5
E.coli
0 4
20
40
50
60
Metanol Antibiotik
Salinitas (ppt)
Gambar 33 Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada salinitas yang berbeda
Aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar senyawa B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata terdeteksi menghambat aktivitas ketiga jenis bakteri uji, tetapi tidak semua tingkatan salinitas, jadi terdapat perbedaan diameter zona bening pada ketiga jenis bakteri uji. Zona bening paling besar terbentuk pada bakteri E. coli salinitas 40 ppt yaitu 4,66 mm, sedangkan bakteri uji yang tidak terbentuk zona bening adalah bakteri uji B. subtilis salinitas 4 ppt. Respons bakteri uji terhadap ekstrak kasar B. rotundiformis berbeda menurut salinitas dan jenis pakan. Jika dibandingkan respons bakteri uji terhadap ekstrak senyawa dari B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan Prochloron sp. secara umum terlihat ketiga jenis bakteri uji tersebut lebih rentan terhadap ekstrak B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dari pada dengan pakan Prochloron sp. Salinitas 40 ppt paling potensial memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri, diduga pada salinitas ini terjadi rangsangan miksis yang mampu merubah pola reproduksi. Rotifera dapat merubah pola reproduksi dari aseksual menjadi seksual diawali dengan adanya stimulus dari luar. Fenomena biologi ini mengindikasikan adanya metabolisme sekunder oleh rotifera yang diyakini merupakan senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif dari rotifera sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,
72
jika kondisi lingkungan berubah atau terjadi rangsangan miksis, maka rotifera mengalami perubahan pola reproduksi. Karena menurut Hagiwara dan Hirayama (1993), faktor yang dapat menyebabkan terjadinya rangsangan miksis adalah salinitas dan jenis pakan. Jadi salinitas 40 ppt dan pakan N. oculata yang menunjukkan aktivitas antibakteri yang besar jika dibandingkan dengan pakan dan salinitas lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salinitas rendah tidak selalu memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antibakteri. Respons jenis bakteri terhadap senyawa aktif yang dihasilkan terlihat berbeda menurut jenis bakteri. Diameter zona bening yang terbentuk pada ekstrak B. rotundiformis yang dikultur dengan alga mikro N. oculata, menunjukkan bakteri E. coli yang memiliki zona bening paling besar kemudian bakteri B. subtilis dan V. cholerae. Pada bakteri uji V. cholerae, zona bening yang terbesar terdapat pada ekstrak hasil kultur salinitas 4 ppt yaitu 4,33 mm, kemudian diikuti oleh salinitas 40 ppt (3,75 mm), 50 ppt (3,25 mm), 60 ppt (3 mm), dan yang terkecil adalah 20 ppt (2,25 mm). Perbedaan besarnya zona bening pada salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt, dan 60 ppt tidak menyolok, tetapi pada salinitas 20 ppt zona bening yang dihasilkan adalah yang terkecil. Aktivitas ekstrak kasar B. rotundiformis hasil kultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt semua ampuh terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 34 dan Lampiran 12). Hal ini menandakan bahwa substan antibakteri yang terkandung pada semua ekstrak kasar B. rotundiformis mampu menghambat mikroorganisme (Lay 1994).
73
V. cholerae T 4 M
60
40
50
Gambar 34
20
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Ekstrak kasar B. rotundiformis yang diuji pada bakteri B. subtilis tidak semua menghasilkan zona bening seperti pada bakteri V. cholerae. Pada bakteri B. subtilis, diameter zona bening terbesar terdapat pada salinitas 50 ppt yaitu 4,50 mm, selanjutnya diikuti oleh salinitas 60 ppt (4,25 mm), salinitas 40 ppt (3,50 mm) dan salinitas 20 ppt (2,50 mm), sedangkan pada salinitas 4 ppt tidak terdeteksi pembentukan zona bening. Aktivitas ekstrak kasar dari B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt tidak semua ampuh terhadap bakteri uji B. subtilis (Tabel 12, Gambar 35 dan Lampiran 12).
B. subtilis 4
A
20
M
60 50
40
Gambar 35 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. subtilis, pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.
74
Hasil pengujian pada ekstrak kasar B. rotundiformis dari hasil kultur lima tingkatan salinitas yang diuji pada bakteri E. coli menunjukkan diameter zona bening terbesar yaitu pada salinitas 40 ppt dengan diameter 4,66 mm, kemudian diikuti oleh salinitas 20 ppt (2,76 mm), salinitas 50 ppt (2,60 mm), salinitas 4 ppt (2,50 mm), dan salinitas 60 ppt (1,60 mm). Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan bakteri E. coli terlihat pada semua tingkatan salinitas terbentuk zona bening (Gambar 36 dan Lampiran 12).
E.coli T 60
4 M 50 40
Gambar 36
20
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan N. oculata. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
4.2.2 Aktivitas Antibakteri B. rotundiformis dengan Pakan Prochloron sp. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kasar B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 4 ppt, 20 ppt, 40 ppt, 50 ppt, dan 60 ppt dengan pakan Prochloron sp. terhadap tiga bakteri uji V. cholerae, B. subtilis, E. coli menunjukkan adanya perbedaan aktivitas dari masing-masing perlakuan. Jika dibandingkan aktivitas antibakteri B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. maka aktivitas dengan pakan Prochloron sp. lebih kecil. Aktivitas antibakteri B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terdeteksi menghambat aktivitas dari ketiga jenis bakteri uji, tetapi tidak semua tingkatan salinitas. Terdapat perbedaan diameter zona bening yang terbentuk dari ketiga jenis bakteri uji.
75
Tabel 12 dan Gambar 37 menunjukkan hasil pengukuran diameter zona bening ekstrak kasar B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap 3 jenis bakteri uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan Prochloron sp. dan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt yang terbentuk zona bening, sedangkan pada salinitas 20 ppt tidak terbentuk zona bening. Tabel 12 Diameter zona bening (mm) B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri pada salinitas yang berbeda Salinitas (ppt)
Diameter zona bening (mm) n B. subtilis n
V. cholerae
4
2,00 ± 0
3
2,25
0
0,35
N
3
0
3
3
0
3
20
0
3
40
3,33 ± 1,75
3
2,50
±
0,87
3
2,00 ± 0
3
50
3,00 ± 0
3
2,00
±
0
3
2,25 ± 0,18
3
3
2,00
±
0
3
3,00 ± 0
3
60
0
0
E. coli
Keterangan : Nilai rata-rata ± standar deviasi
Pakan Prochloron sp. Diam eter zona bening (m m )
25 20
V.cholerae
15
B.subtilis
10 5
E.coli
0 4
20
40
50
60
Metanol Antibiotik
Salinitas (ppt)
Gambar 37
Diameter zona bening B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada salinitas yang berbeda
Ekstrak kasar B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji V. cholerae hanya pada salinitas 4 ppt, 40 ppt dan 50 ppt. Diameter zona bening yang paling besar yaitu 3,33 mm pada
76
salinitas 40 ppt, kemudian diikuti oleh salinitas 50 ppt (3 mm) dan salinitas 4 ppt (2 mm), sedangkan pada salinitas 20 ppt dan salinitas 60 ppt tidak terdeteksi adanya aktivitas terhadap bakteri uji V. cholerae (Gambar 38).
V. cholerae T 60
M M
50 50 60
Gambar 38
4
A
40
4 20 20 40
20
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri V. cholerae, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Ekstrak kasar B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan Prochloron sp. yang diuji pada bakteri B. substilis, tidak semua perlakuan salinitas terdeteksi adanya aktivitas antibakteri. Diameter zona bening yang paling besar yaitu pada salinitas 40 ppt (2,50 mm), kemudian diikuti oleh salinitas 4 ppt (2,25 mm),
50
ppt (2 mm) dan 60 ppt (2 mm), pada salinitas 20 ppt tidak terdeteksi adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji B. subtilis (Gambar 39).
B. subtilis B. subtilis 4 A 4 60
M
50
Gambar 39
20 20 40
40 60 Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri B. substilis, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, A= Amoksisilin.
77
Ekstrak kasar B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt terhadap bakteri uji E. coli terdeteksi adanya aktivitas antibakteri, sedangkan hasil kultur pada salinitas 4 ppt dan 20 ppt tidak terdeteksi aktivitas antibakteri. Diameter zona bening yang terbesar adalah 3 mm pada salinitas 60 ppt, kemudian 2,25 mm pada salinitas 50 ppt dan 2 mm pada salinitas 40 ppt (Gambar 40).
E. coli 4
T 60
M 20 50
Gambar 40
40
Zona bening B. rotundiformis terhadap bakteri E. coli, pakan Prochloron sp. Ket : 4= 4 ppt, 20= 20 ppt, 40= 40 ppt, 50= 50 ppt, 60= 60 ppt, M= Metanol, T= Tetrasiklin.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa zona bening terbesar yang terbentuk pada perlakuan jenis pakan N. oculata maupun pakan Prochloron sp. yaitu pada salinitas 40 ppt.
4.2.3 Aktivitas Antibakteri Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. yang digunakan sebagai pakan B. rotundiformis juga diuji aktivitas antibakterinya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh alga mikro terhadap pembentukan zona bening pada ekstrak kasar B. rotundiformis. Alga mikro N. oculata dan Prochloron sp. diekstrak dan diuji terhadap tiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli. Hasil uji aktivitas antibakteri dari alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. menunjukkan bahwa alga mikro N. oculata terdeteksi memiliki aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona bening, sedangkan ekstrak dari alga mikro Prochloron sp. tidak terdeteksi aktivitas antibakteri dengan pembentukan zona
78
bening. Tabel 13 dan Gambar 41 menunjukkan besarnya diameter zona bening yang terbentuk pada alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. Tabel 13 Diameter zona bening (mm) alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp. terhadap tiga jenis bakteri uji Zona Bening (mm) Pakan
V. cholerae 1,5 ±
N. oculata Prochloron sp.
0
B. subtilis 1,5 ±
0
2,30
0
E. coli 2,66 ±
1,15
0
Pakan Diameter zona bening (mm)
25
V. cholerae
20
15
B. subtilis 10
5
E. coli
0 N. oculata
Prochloron sp.
Metanol
Antibiotik
Perlakuan
Gambar 41
Diameter zona bening alga mikro N. oculata dan alga mikro Prochloron sp.
Hasil pengujian terhadap rotifera B. rotundiformis diketahui bahwa dalam tubuh B. rotundiformis terdeteksi senyawa antibakteri, tetapi jenis pakan juga memberi pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan aktivitas dari ekstrak B. rotundiformis yang diberi alga mikro yang berbeda, karena yang diberi alga mikro N. oculata zona beningnya lebih besar jika dibandingkan dengan yang diberi alga mikro Prochloron sp. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona bening pada ekstrak alga mikro N. oculata lebih kecil jika dibandingkan dengan diameter zona bening dari B. rotundiformis dengan pakan N. oculata, sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa antibakteri yang terdeteksi pada B. rotundiformis berasal dari
79
B. rotundiformis itu sendiri, tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis. Konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji mempengaruhi diameter zona bening, semakin tinggi konsentrasi zat aktif dalam ekstrak uji maka semakin besar diameter zona bening yang dibentuk (Pelczar dan Chan 1988). Berdasarkan perlakuan salinitas, secara umum B. rotundiformis yang dikultur pada salinitas 40 ppt dengan pakan alga mikro N. oculata memiliki aktivitas antibakteri yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan B. rotundiformis yang dikultur dengan alga mikro Prochloron sp. dan salinitas lainnya. Disamping itu juga dari hasil perhitungan persentase miksis diketahui bahwa persentase miksis terbesar terlihat pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata. Informasi persentase miksis mengindikasikan keadaan stres pada B. rotundiformis dan diyakini hal ini memicu produksi senyawa bioaktif. Analisis ragam terhadap diameter zona bening menunjukkan bahwa pada ketiga jenis bakteri V. cholerae, B. subtilis, dan E. coli, diameter zona bening dipengaruhi oleh interaksi antara jenis pakan dan salinitas. Pengaruh utama jenis pakan dan salinitas secara nyata berpengaruh terhadap besarnya zona bening. Uji beda rata-rata diameter zona bening menunjukkan bahwa B. rotundiformis hasil kultur pada salinitas 20 ppt lebih kecil dari pada salinitas 4 ppt dan 50 ppt pada bakteri V. cholerae, kemudian lebih kecil dibanding dengan salinitas 40 ppt pada E. coli dan lebih kecil lagi jika dibandingkan dengan salinitas 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt pada B. subtilis. Lebih kecilnya zona bening pada salinitas 20 ppt karena salinitas 20 ppt merupakan salinitas optimal bagi B. rotundiformis sehingga B. rotundiformis tidak mengalami stres atau tekanan lingkungan (James dan Abu 1990). Pada kondisi lain dengan menganggap jenis bakteri sebagai satu perlakuan tersendiri yang dikombinasikan dengan pengaruh salinitas dan pakan, maka besarnya zona bening sangat ditentukan oleh interaksi antara jenis pakan, salinitas dan bakteri yang digunakan, meskipun pengaruh faktor tunggal bakteri tidak berbeda nyata dalam membentuk zona bening. Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dikatakan bahwa besarnya zona bening yang terbentuk dipengaruhi oleh salinitas dan jenis pakan yang digunakan. Untuk menjelaskan hubungan antara salinitas dengan aktivitas antibakteri dari B. rotundiformis maka dilakukan regresi
80
antara salinitas dengan diameter zona bening yang terbentuk pada tiga jenis bakteri. Analisis regresi dilakukan baik pada jenis pakan N. oculata maupun pakan Prochloron sp. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa diameter zona bening yang terbentuk pada B. rotundiformis yang dikultur dengan pakan N. oculata bakteri B. subtilis nyata berkorelasi linier positif dengan salinitas sedangkan pada bakteri V. cholerae dan E. coli tidak memperlihatkan korelasi yang nyata dengan salinitas. Hubungan antara diameter zona bening (Y) dengan salinitas
(X)
pada
bakteri
B.
subtilis
mengikuti
persamaan
regresi
Y= 0,223 + 0,051X (R2 = 0,714) (Lampiran 13). Dapat dikatakan bahwa aktifitas antibakteri pada B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada bakteri B. subtilis meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10 ppt. Berbeda dengan respon yang ditunjukkan oleh B. rotundiformis yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. Analisis regresi antara diameter zona bening (Y) dengan salinitas (X) menunjukkan hubungan linier positif yang nyata hanya terlihat pada bakteri E. coli yang mengikuti persamaan Y = -0,580 + 0,058 X (R2 = 0,926) (Lampiran 14). Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri pada B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. pada bakteri E. coli meningkat lebih dari setengah setiap peningkatan salinitas sebesar 10 ppt. Berdasarkan hasil analisis regresi antara diameter zona bening dengan salinitas dan jenis pakan untuk uji aktivitas antibakteri B. rotundiformis pada tiga jenis bakteri uji, maka sebaiknya kultur B. rotundiformis dilakukan pada salinitas dan jenis pakan tertentu. Untuk menjelaskan seberapa besar respon aktivitas antibakteri dari B. rotundiformis dipengaruhi oleh jenis pakan atau diakibatkan oleh aktifitas biologis dalam tubuh B. rotundiformis itu sendiri maka dilakukan analisis untuk melihat pengaruh dari ekstrak alga mikro terhadap aktivitas pembentukan zona bening sebagai kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme pembentukan aktivitas antibakteri dalam tubuh B. rotundiformis dan pengaruh alga mikro dalam proses tersebut. Dengan demikian dilakukan pembandingan antara zona bening yang diperlihatkan pada ekstrak B. rotundiformis hasil kultur berbagai kombinasi salintas dan pakan dengan zona bening yang dihasilkan oleh alga mikro yang digunakan sebagai pakan B. rotundiformis.
81
Zona bening yang terbentuk antara B. rotundiformis yang diberikan pakan N. oculata dengan alga mikro N. oculata, yaitu lebih besar yang dihasilkan oleh B. rotundiformis hasil kultur dengan pakan N. oculata, salinitas 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt, pada bakteri uji B. subtilis dari pada yang dihasilkan oleh alga mikro
N.
oculata itu sendiri. Senyawa bioaktif dalam tubuh B. rotundiformis dipengaruhi oleh pakannya dan hanya terjadi pada salinitas ekstrim lebih tinggi pada bakteri B. subtilis tetapi tidak untuk bakteri V. cholerae dan E. coli. Hal ini mengindikasikan
bahwa
zona
bening
yang
terbentuk
pada
ekstrak
B. rotundiformis dengan pakan N. oculata terhadap bakteri V. cholerae dan E. coli, lebih besar dipengaruhi alga mikro N. oculata itu sendiri sebagai pakan dibandingkan dengan proses fisiologi dalam B. rotundiformis. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan besarnya zona bening yang terbentuk pada ekstrak B. rotundiformis yang diberi pakan Prochloron sp. dengan ekstrak alga mikro Prochloron sp. sebagai kontrol. Pada bakteri uji V. cholerae, zona bening yang terbentuk lebih besar kecuali pada salinitas 20 ppt. Mekanisme pembentukan senyawa antibakteri terhadap bakteri uji E. coli terlihat pada kondisi ekstrim yaitu salinitas lebih tinggi sedangkan pada bakteri uji V. cholerae terjadi baik pada kondisi salinitas tinggi maupun rendah. Untuk mengetahui kontribusi B. rotundiformis menghasilkan senyawa antibakteri, maka dihitung efisiensi relatif B. rotundiformis hasil kultur pada beberapa tingkatan salinitas dan pakan serta antibiotik yang digunakan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa efisiensi relatif B. rotundiformis yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas 4 ppt lebih efektif dalam pembentukan zona bening pada bakteri V. cholerae, sedangkan respon pada bakteri B. subtilis lebih efektif pada salinitas 50 ppt dan 60 ppt. Efektifitas yang paling besar dalam pembentukan zona bening yaitu pada B. rotundiformis dengan pakan N. oculata, salinitas 40 ppt, dan bakteri uji E. coli (Tabel 14). Untuk B. rotundiformis dengan pakan Prochloron sp. tidak terdeteksi senyawa antibakteri, sehingga efektifitas B. rotundiformis menjadi 100% yang berarti bahwa senyawa antibakteri yang dihasilkan karena proses biologi dari dalam tubuh B. rotundiformis.
82
Tabel 14 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis dengan pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap pakan N. oculata dan Prochloron sp. dalam pembentukan zona bening N. oculata Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis
E.coli
Prochloron sp. V.cholerae B.subtilis E.coli
4
65,36
0
40
100
100
100
20
33,33
40
45,65
100
100
100
40
60
57,14
67,81
100
100
100
50
53,85
66,67
42,31
100
100
100
60
50
64,71
6,25
100
100
100
Hasil perhitungan efisiensi relatif B. rotundiformis dalam menghasilkan senyawa antibakteri terhadap antibiotik menunjukkan bahwa pemberian pakan N. oculata relatif lebih efektif dibandingkan dengan pemberian pakan Prochloron sp. Zona bening yang terbentuk pada ketiga jenis bakteri uji yaitu lebih besar yang diberi perlakuan pakan N. oculata. Efisiensi relatif B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata pada salinitas 4 ppt dan 40 ppt pada bakteri V. cholerae melampaui 50% dari antibiotik, kemudian salinitas 40 ppt, 50 ppt, 60 ppt pada bakteri B. subtilis dan salinitas 40 ppt pada bakteri E. coli. Efisiensi relatif pembentukan zona bening dari B. rotundiformis pada perlakuan pakan Prochloron sp. tidak mencapai 50% dari antibiotik (Tabel 15). Tabel 15 Efisiensi relatif (%) B. rotundiformis yang diberi pakan N. oculata dan Prochloron sp. pada berbagai salinitas terhadap antibiotik dalam pembentukan zona bening N. oculata Salinitas(ppt) V.cholerae B.subtilis
E.coli
Prochloron sp. V.cholerae B.subtilis E.coli
4
63,40
0
36,60
29,28
32,94
0
20
32,94
36,60
40,41
0
0
0
40
54,90
51,24
68,23
48,76
36,60
29,28
50
47,58
65,89
38,07
43,92
29,28
32,94
60
43,92
62,23
23,43
0
29,28
43,92
83
5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
1.
Rotifera di perairan bagian timur yang berhadapan dengan Laut Maluku (Manembo-nembo, Minanga) lebih melimpah dibanding dengan di perairan bagian barat yang berhadapan dengan Laut Sulawesi (Wori, Tumpaan). Rotifera
yang
ditemukan
di
perairan
pantai
dan
estuari
adalah
B. rotundiformis, B. caudatus dan B. quadridentatus. Rotifera B. rotundiformis lebih melimpah dibanding dengan B. caudatus dan B. quadridentatus. B. rotundiformis lebih melimpah di tambak dari pada di pantai dan di muara, sedangkan B. caudatus dan B. quadridentatus cenderung melimpah di muara dibanding pantai maupun tambak. Kelimpahan
ketiga
jenis
rotifera
cenderung
meningkat
dengan
meningkatnya kelimpahan fitoplankton, dan menurun dengan meningkatnya suhu, salinitas, oksigen terlarut dan kekeruhan. 2.
Daur hidup rotifera B. rotundiformis berbeda menurut jenis pakan. Ukuran B. rotundiformis dengan pemberian pakan alga mikro Prochloron sp. lebih kecil dibandingkan dengan B. rotundiformis yang diberi pakan alga mikro N. oculata. Ada kecenderungan peningkatan ukuran B. rotundiformis pada perlakuan salinitas 4 ppt, 40 ppt, 50 ppt dan 60 ppt.
3.
Rotifera B. rotundiformis memiliki aktifitas antibakteri. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi dipengaruhi oleh salinitas dan jenis pakan yang berbeda. Secara umum salinitas 40 ppt adalah yang paling potensial memicu B. rotundiformis memproduksi senyawa antibakteri dibandingkan dengan salinitas yang lebih rendah dan lebih tinggi. Alga mikro N. oculata merupakan pakan yang baik dalam memproduksi bahan aktif antibakteri. Rotifera B. rotundiformis dengan perlakuan pakan alga mikro N. oculata memiliki aktivitas antibakteri lebih besar dari pada yang diberi pakan Prochloron sp. Aktifitas antibakteri yang terdeteksi selain berasal dari B. rotundiformis itu sendiri tetapi ada juga kontribusi dari alga mikro sebagai pakan B. rotundiformis.
84
5.2
Saran
1.
Penelitian lanjutan untuk pemurnian dan karakterisasi fisika dan kimia senyawa yang diekstrak dari rotifera B. rotundiformis.
2.
Penelitian lanjutan terhadap aktifitas antibakteri dari B. rotundiformis dengan menggunakan jenis bakteri dan pakan lain.
3.
Penelitian lanjutan untuk alga mikro Prochloron sp. sebagai pakan B. rotundiformis untuk kebutuhan kultur masal.
85
DAFTAR PUSTAKA Arinardi OH. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 30:63-95. Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, Riyono SH. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Assavaaree M, Hagiwara A, Lubzens E. 2001. Factor Affecting Low Temperature Preservation of the Marine Rotifer Brachionus rotundiformis Tschugunoff. Hydrobiologia 446/447:355-361. Bakosurtanal. 1991a. Peta Rupa Bumi Indonesia. Bitung : Lembar RBI 241724/33. Bakosurtanal. 1991b. Peta Rupa Bumi Indonesia. Wori : Lembar RBI 2417-51/53. Bakosurtanal. 1995. Peta Lingkungan Pantai Indonesia. Kotabunan : Lembar LPI 2416-02. Barnes R. 1987. Invertebrate Zoology. Phyladephia : W.B. Saunders Co. Bekleyen A. 2001. A Taxonomical Study on The Rotifera Fauna of Devegeçidi Dam Lake (Diyarbak›r-TURKEY). Turk. J. Zool. 25:251-255. Bengen DG. 1999. Sinopsis Analisis Statistik Multivariabel/Multidimensi. Bogor : Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Birky CW, Gilbert JJ. 1971. Parthenogenesis in Rotifers : the Control of Sexual and Asexual Reproduction. Am. Zool. 11:245-266. Bold HC, Wynne MJ. 1985. Introduction to The Algae. New Jersey : PrenticeHall. Inc. Bowman BP, Snell TW, Cochrane BJ. 1990. Isolation and Purification of Glutathione S-transferase From Brachionus plicatilis and Brachionus calyciflorus (Rotifera). Physiol 95B(3):619-624. Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Massachusett : Sinayer associates, Inc. Publisher Sunderland. Caroco NA, Tamse, Boutros O, Valiela I. 1987. Nutrient Limitation of Phytoplankton Growth in Brackish Coastal Ponds. Can. J. Fish. Aquat. Sci, 44:473-476. Cheng SH, Aoki S, Maeda M, Hino A. 2004. Competition Between The Rotifer Brachionus rotundiformis and The Ciliate Euplotes vannus Fed on two Different Algae. Aquaculture 241:331-343. Davis C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan : State Univ.
86
De Araujo AB, Hagiwara A, Snell TW. 2001. Effect of Unionized Ammonia, Viscosity and Protozoan Contamination on Reproduction and Enzyme Activity of The Rotifer Brachionus rotundiformis. Hydrobiologia 446447:363-368. Fieder DS, Purser GJ. 2000. Effect of Rapid Changes in Temperature and Salinity on Availability of The Rotifers Brachionus rotundiformis and Brachionus plicatilis. Aquaculture 189:85-99. http://ae.inno-vet-com/articles/2001/0201. [14 Mei 2003]. Fu Y, Hirayama K, Natsukari Y. 1990. Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis Having Particular Patterns of Isozymes. Manila Philippines:37-40. Fukusho K. 1989a. Biology and Mass Production of The Rotifer Brachionus plicatilis. Int. J. Aq. Fish. Technol 1:232-240. Fukusho K. 1989b. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/ [16 Oktober 2003]. Fukusho dan Iwamoto. 1981. Strain Differences. http://allserv.rug.ac.be/aquaculture/stiho/. [16 Oktober 2003]. Fulks W, Main KL. 1991. Rotifer and Microalgae Culture System. Hawai : The Oceanic Institute. Gomez A. 2003. Dr. Africa Gomez. http://www.uv.es/. [16 Oktober 2003]. Hagiwara A, Hirayama K. 1993. Preservation of Rotifer and In Application In The Finfish Hatchery. TMI conference proceedings 2:61-71. Hagiwara A, Kotani T, Snell TW, Assavaree AM, Hirayama K. 1995. Morphology Reproduction, Genetics and Mating Behavior of Small Tropical Marine Brachionus Strain. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37. Hagiwara A, Balompapueng MD, Munuswamy N, Hurayama K. 1997. Mass Production and Preservation of The Resting Eggs of The Euryhaline Rotifer Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis. http://www.sciencedirect.com/science/. [11 April 2003]. Hagiwara A, Hino A, Hirano R. 1998. Comparison of Resting Egg Formation Among Five Japanese Stocks of The Rotifer Brachionus plicatilis. J. Mar. Biol. Ecol 194:25-37. Hara K, Arano H, Ishihara T. 1984. Purification of Alkaline Proteases of The Rotifer Brachionus plicatilis. Bull.Jap.Soc.Sci.Fish 50(9):1605-1609. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Hashimoto Y. 1979. Marine Toxins and Other Bioactive Marine Metabolites. Japan : Scientific societies press. Hirata H. 1975. Preliminary Report on The Photoperiodic Acclimation for Growth of Chlorella Cells in Syncronized Culture. Japan : Kagoshima University. Hirayama K, Rumengan IFM. 1993. Fecundity Patterns of S and L Type Rotifers Brachionus plicatilis. Hydrobiolgia 255/256:153-157.
87
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London : Chapman and Hall. Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton, Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta : Kanisius. James CM, Abu RT. 1990. Efficiency of Rotifer Chemostats in Relation to Salinity Regimes for Producing Rotifer for Aquaculture. J. Aqua.in the tropics 5(2):103-116. JICA. 2000. Data digital JICA untuk Daerah Sulawesi Utara. Sulawesi Utara. Jorgensen JH, Turnidge JD, Washington JA. 1995. Antibacterial Susceptibility Test : Dilution and Disk Diffusion Methods. In: Murray PR, Pfaller MA, Tenover FC, Baron EJ, Yolken RH, ed. Mannual of clinical microbiology, 7th ed. J. Washington, DC : ASM Press; 1999:1526-1543. King CE. 1966. Food, Age, and The Dynamics of A Laboratory Population of Rotifer. Washington : Department of Zoology University of Washington. Kirk KL. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ]. Kleinow WH, Wratil K, Kuhle, Eseh B. 1991. Electron Microscope Studies of The Digistive Tract of Brachionus plicatilis. Zoomorphology 111:67-80. Korea-Us Aquaculture. Utilization of Rotifer Brachionus spp. as a Live Food Organism for Hatchery-Based Seed Production. http://www.lib.noaa.gov/korea/korean aquaculture/algal.htm. [26 Maret 2007]. Korstad J, Olsen Y, Vadstein O. 1989. Life History Charakteristic of Brachionus plicatilis (Rotiffera) Fed Different Algae. Hydrobiologia 186/187:43-50. Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Liao IC, Su HM, Lin JH. 1983. Larvae Food for Penaid Prawns. In CRC and Book of Maricultur Vol I. Crustacea Aguacultur (J.P McKey and J.R Moore eds). Lewin RA, Cheng L. 1989. Prochloron A Microbial Enigma. London : Chapman and Hall. Lubzens E. 1987. Raising Rotifers For Use in Aquaculture. Hydrobiologia 147:245-255. Lubzens E, Zmora O, Barr Y. 2001. Biotechnology and Aquaculture of Rotifers. Hydrobiologia 446/447:337-353. Maruyama IT, Nakamura T, Matsubayashi Y, Ando, Maeda T. 1986. Identification of The Algae Known as Marine Chlorela as A Member of The Eustig Mathophyceae. Jap. J. Phycol. 34:312-325.
88
Maruyama I, Hirayama K. 1993. The Culture of The Rotifer Brachionus plicatilis with Chlorella vulgaris Containing Vitamin B12 in Its Cells. J. World Aquac. Soc. 24:194-198. Munuswamy N, Hagiwara A, Murugan G, Hirayama K, Dumont HJ. 1996. Structural Differences Between The Resting Eggs of Brachionus plicatilis and Brachionus rotundiformis (Rotifera, Brachionidae): An Electron Microscopic Study. Hydrobiologia 318(3):219-223. Ndukwe KC, Okeke IN, Lamikanra A, Adesina SK, Aboderin O. 2005. Antibacterial Activity of Aqueous Extracts of Selected Chewing Sticks. J. Contemp Dent Pract (6)3:086-094. Newell GE, Newell RC. 1963. Marine Plankton: A Practical Guide. London : Hutchinson Educational. Nogrady T, Wallace RL, Sneel TW. 1993. Rotifera, Biology, Ecology and Systematic Volume 2. Netherland : Academic Publishing. Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelpia : W.B. Saunders Co. Örstan A. 1999. Introduction to The Rotifera. http://www.ucmp.berkeley.edu/phyla/ rotifera/aurotifera.html. [29 Juni 2004 ]. Olsen Y, Reitan KI, Vadstein O. 1993. Dependence of Temperature on Loss Rates of Rotifers, Lipids and 3 Fatty Acids in Starved Brachionus plicatilis Cultures. Hydrobiologia 255/256:13-20. Parsons TR, Takahashi M, Hargrave B. 1984. Biological Oceanography Process. Third Edition. New York : Pergamon Press. Pelczar MJJr, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2 Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari : Elements of Microbiology. Pianka ER. 1988. Evolutionary Ecology, 4th Edition. New York : Harper Collins Publishers Inc. Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2007. Monogonont Rotifers Brachionus spp. In North Sulawesi. J. Marine Research in Indonesia 32(2):103-108. Rimper J, Kaswadji K, Widigdo B, Sugiri N, Rumengan IFM. 2008. Body size of rotifers (Brachionus rotundiformis) from estuaries in North Sulawesi. Aquaculture XIII (1):49-50. Romimohtarto K, Juwana S. 1999. Biologi Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Rumengan IFM. 1990. Studies of Growth Characteristic and Karyotype of S and L Type Rotifers, Brachionus plicatilis. [Dissertation]. Japan : Nagasaki University Graduate School of Marine Science and Engineering. Rumengan IFM, Kayano H, Hirayama K. 1991. Kariotypes of S and L Type Rotifer Brachionus plicatilis O.F. Muller. Marine Biology and Ecology 154:171-176.
89
Rumengan IFM. 1997. Rotifer Laut (Brachionus spp) Sebagai Bio Kapsul Bagi Larva Berbagai Jenis Fauna Laut. Warta Wiptek no 19. Rumengan IFM. 2007a. Prospek Bioteknologi Rotifer Brachionus rotundiformis. Squalen 2(1):17-21. Rumengan IFM, Sulung M, Lantiunga Z, Kekenusa J. 2007b. Morfometri Rotifer Brachionus rotundiformis strain SS asal tambak Minanga dan tambak Watuliney Sulawesi Utara yang dikultur pada salinitas yang berbeda. J. Riset Akuakultur (2)2: 221-229. Sea Grant Lakes Network. 2007. Class Monogononta-Order Ploima Family Brachionidae. http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Zooplankton/Rotifers. [26 Maret 2007]. Schunack W, Mayer K, Haake M. 1990. Senyawa Obat, Buku Pelajaran Kimia Farmasi Edisi ke-2. Jogjakarta : Gaja Mada University Press. Snell TW, Carrillo K. 1984. Body Size Variation Among Strains of The Rotifer Brachionus plicatilis. Aquaqulture 37:359-367. Sournia A. 1986. Atlas Du Phytoplancton Marin Vol I. Paris : Centre National de La Recherche Scientifique. Sugiri N. 1989. Zoologi Avertebrara II. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Sumaryono W. 2004. Prospek, Tantangan dan Strategi Pengembangan Bioteknologi Kelautan di Indonesia. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. Sumich JL. 1992. An Introduction to The Biology of Marine Life. Fifth edition. America : WCB Wm.C.Brown Publishers. Susana T. 1999. Telaah Mengenai Kandungan Nitrat di Beberapa Perairan Sekitar Pulau Jawa. Jakarta : Balitbang Oseanografi, Puslitbang OseanologiLIPI. The Academy of Natural Sciences. 2001. Rotifer Family Brachionidae. http://www.ansp.org/. [7 Maret 2002]. Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of The Indonesian Seas. Part Two. Vol. VIII. Singapore : Periplus Editions. Valiela I. 1995. Marine Ecological Processes. New York : Springer-Verlag Inc. Wallace RL, Snell TW. 1991. Rotifera, Ecology and Classification of North American freshwater Invertebrates. California : Academic Press. Inc. Wangidjaja RG. 2002. Ekstrak Bunga dan Getah Semboja Sebagai Antibakteri dan Bahan Aktif untuk Pergeseran Gigi Seri Kelinci. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Watanabe T, Kitajima C, Fujita S. 1983. Nutritional Values of Live Organisms Used in Japan For Mass Propagation of Fish. Aquaculture 34:115-143.
90
Widjhati R, Supriyono A, Subintoro. 2004. Pengembangan Senyawa Bioaktif dari Biota Laut. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika (Pusat P2TFM) BPPT. Winotopradjoko M. 2000. ISO Indonesia (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Jakarta : PT. Anem Kosong Anem (AKA). Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asean Waters. California : Scripps Inst. of oceanography La jolla. Yamaji I. 1982. Illustrations of The Marine Plankton of Japan. Osaka : Hoikusha publishing Co.Ltd. Yoshinaga T, Minegishi Y, Rumengan IFM, Kaneko G, Furukawa S, Yanagawa, Y, Tsukamoto K, Watabe S. 2004. Molecular phylogeny of the rotifers with two Indonesian Brachionus lineages. Coastal Marine Science 29(1):45-56. Zar JH. 1984. Biostatistical Analysis. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hal International, Inc.
91
Lampiran 1 Kelimpahan rotifera selama penelitian pendahuluan Lokasi Stasiun Manembo Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Minanga Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Tumpaan Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Wori Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Belang Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak
Pasang Pasang
Surut
Pasang
Surut
Pasang
Surut
Pasang
Surut
Pasang
Surut
B. rotundiformis 52,8 3961,2 4727,0 105,6 5572,1 6337,9 343,3 8252,5 10272,7 224,5 8252,5 9480,4 145,2 224,5 1267,6 39,6 435,7 699,8 105,6 7301,8 5255,2 198,1 6324,7 6536,0 211,3 409,3 448,9 171,7 105,6 448,9
B. caudatus 0 105,6 0,0 79,2 264,1 0 0 158,4 0,0 0,0 52,8 0 0 0 0 0 0 0 0 303,7 0 105,6 277,3 0 0 0 0 0 0 0
B. quadridentatus 39,6 752,6 0,0 66,0 647,0 0 158,4 1056,3 290,5 52,8 2125,8 462,1 237,7 79,2 39,6 26,4 316,9 26,4 66,0 818,6 0 66,0 660,2 0 26,4 13,2 13,2 0,0 39,6 13,2
92
Lampiran 1 Lanjutan Lokasi Manado
Kema
Amurang
Poigar
Stasiun Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara Tambak
Pasang Pasang
Surut
Pasang
Surut
Pasang
Surut
Pasang
Surut
B. rotundiformis 26,4 26,4 39,6 26,4 92,4 237,7 118,8 132,0 264,1 26,4 118,8 132,0 52,8 79,2 277,3 26,4 118,8 198,1 0 0 0 0 0 0
B. caudatus 0 26,4 0 13,2 26,4 0 0,0 26,4 0 13,2 26,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B. quadridentatus 13,2 52,8 0 39,6 52,8 0 52,8 39,6 0 26,4 184,9 0 79,2 66,0 13,2 26,4 66,0 13,2 0 0 0 0 0 0
93
Lampiran 2 Data parameter fisika kimia lingkungan selama penelitian Manembo-nembo Lokasi Stasiun Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Muara Manembo Muara Manembo Muara Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Muara Manembo Muara Manembo Muara Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Tambak
Musim Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 79,2 39,6 79,2 2139 2178,7 2416,3 3921,6 3525,5 3525,5 118,8 118,8 79,2 1941 1703,3 1782,5 2970,9 2693,6 3882
B.cauda 0 0 0 158,4 118,8 39,6 0 0 0 0 0 0 158,4 118,8 118,8 0 0 0
B.quadri 0 0 0 356,5 277,3 237,7 0 0 0 158,4 118,8 39,6 633,8 554,6 594,2 0 0 0
Fito 228264 192613 183205 276788 183205 195584 160923 170826 143098 195584 160923 153496 245099 210438 190632 151020 147554 149535
Suhu 29,4 30,7 31 29,5 30,6 29,2 30,6 30,5 30,7 31,8 31,7 31 29,6 30,2 30,2 30,7 31,6 31
Sal 26,9 28,1 28,2 22,2 22,3 22,2 23,4 23,6 23,4 25,5 25,7 27 16,6 18,2 13 23,5 23,4 23,6
pH 7 6,4 6,8 6,6 7,3 7,3 6,4 6,4 6,4 6,4 7 6,6 6,6 6,2 6,6 6,9 6,1 6,2
Turb 115 115 115 118 124 124 85 82 72 117 115 118 122 125 125 83 74 82
DO 5,7 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,9 5,9 5,9 6 6 6 5,8 5,9 5,9
94
Lampiran 2 Lanjutan Manembo-nembo Lokasi Stasiun Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Muara Manembo Muara Manembo Muara Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Pantai Manembo Muara Manembo Muara Manembo Muara Manembo Tambak Manembo Tambak Manembo Tambak
Musim Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 158,4 79,2 79,2 6932,1 7130,1 7328,2 6219,1 4951,5 4555,4 158,4 198,1 198,1 6139,8 6258,7 6417,1 6139,8 6932,1 6536
B.cauda 0 0 0 356,5 277,3 277,3 0 0 0 158,4 118,8 39,6 316,9 237,7 277,3 0 0 0
B.quadri 79,2 39,6 79,2 911,1 752,6 792,2 0 0 0 79,2 79,2 39,6 752,6 673,4 554,6 0 0 0
Fito 160923 143098 136166 226778 183205 192613 136166 146069 143098 131214 111409 103981 160923 147554 154486 147554 147554 141117
Suhu 31,1 31,4 31,1 31,2 31,7 31,7 30,2 30,6 30,2 29 28,9 28,9 28,6 28,8 28,8 29,1 29,2 29,3
Sal 30,1 31,1 31,2 23,8 23,7 23,8 23,8 23,9 24 31,8 32,4 31,8 21,1 21,7 21 24,1 24,2 24,2
pH 7 7 6,7 7 7,1 7,5 7,4 8,1 7,8 7,5 7,5 7,3 6 6,2 6,2 6 7,5 6,7
Turb 105 106 107 100 103 97 100 97 103 109 110 101 103 105 106 101 103 97
DO 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6 6 6 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1
95
Lampiran 2 Minanga Lokasi Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga
Lanjutan
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 79,2 118,8 79,2 1782,5 2178,7 2574,8 4357,3 4555,4 3763,1 118,8 118,8 79,2 2574,8 2733,2 2970,9 3367 3882 3842,4
B.cauda 0 0 0 39,6 39,6 39,6 0 0 0 0 0 0 118,8 39,6 39,6 0 0 0
B.quadri 0 0 0 594,2 475,3 594,2 277,3 158,4 198,1 39,6 79,2 39,6 831,8 713 792,2 356,5 316,9 237,7
Fito 228264 192613 185681 259953 235196 213904 160923 220341 242128 190632 195584 185681 245099 225293 240147 160923 153496 149535
Suhu 27,8 28,1 28,2 28,3 28,1 28,4 27 27,4 26,9 27,2 27,2 27,3 26 26,2 26,3 27,1 26,8 27,5
Sal 24,3 25,4 25 21,6 21,7 22 13,1 15,8 14,4 24,5 25 24,5 16,6 16,8 16,9 11,8 16 14,9
pH 7 7 7,1 6,5 7,1 6 6,5 6,2 6,5 6,5 6,6 7,1 7 6 6,5 6,6 6,5 6
Turb 108 108 110 117 122 124 101 98 103 110 112 109 124 126 127 103 105 106
DO 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3
96
Lampiran 2 Lanjutan Minanga Lokasi Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga Minanga
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 396,1 198,1 277,3 7724,3 8318,5 8516,6 8912,7 10893,3 11289,4 356,5 198,1 198,1 8120,4 8714,6 10101 9704,9 9982,2 10893,3
B.cauda 0 0 0 198,1 118,8 158,4 0 0 0 0 0 0 79,2 79,2 39,6 0 0 0
B.quadri 198,1 198,1 158,4 1148,7 831,8 1188,4 356,5 277,3 198,1 39,6 79,2 39,6 1980,6 2059,8 2139 396,1 435,7 475,3
Fito 162409 156962 146069 153496 137651 152506 126263 141117 146069 130224 114875 101506 237176 195584 180729 121311 136166 131214
Suhu 30 30,3 30,3 29,2 29 29,1 30,5 30,2 30 29,2 29,3 29,2 28,6 28,8 28,9 27,8 28,6 28,9
Sal 28,9 26,7 26,3 23,5 23,4 23,4 19,1 20,1 19,2 29,2 29,5 27,4 18 20 17,3 20,3 19,3 20,5
pH 6,2 6,7 7,3 6,3 7,4 6,7 6,6 6,7 7 7,1 6,5 6,3 6,7 6,3 6,3 6,2 6,1 6,3
Turb 110 112 108 124 119 117 91 88 89 112 108 111 124 126 133 90 89 90
DO 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4
97
Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan Lokasi Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 79,2 39,6 79,2 198,1 79,2 158,4 237,7 158,4 198,1 39,6 79,2 39,6 118,8 158,4 158,4 277,3 198,1 158,4
B.cauda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B.quadri 0 0 0 198,1 158,4 198,1 0 0 0 0 0 0 118,8 79,2 79,2 0 0 0
Fito 143098 145574 132700 103981 101506 93583 103981 98039 131214 121311 126263 80709 170826 111409 100020 119826 96554 100515
Suhu 29,8 30 30,4 29,6 29,5 29,7 28 28,5 28,7 30,1 30,4 30,4 29,9 30,1 30,1 28,5 28,6 28,7
Sal 25,6 30,4 33 20,3 21,2 20,7 18,5 18,7 18,3 28,5 30,4 29,6 15,4 16,1 16,6 17,9 18,5 18,8
pH 6,9 7 7,2 6,1 6,7 6,1 5,5 6,1 6,4 5,5 6,1 5,9 6,2 6,4 5,6 6,7 6,4 7,3
Turb 104 104 104 117 113 114 93 94 93 104 106 107 117 118 118 96 94 95
DO 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,7 6,8 6,8
98
Lampiran 2 Lanjutan Tumpaan Lokasi Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan Tumpaan
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 79,2 39,6 79,2 158,4 198,1 198,1 475,3 396,1 356,5 79,2 118,8 79,2 316,9 277,3 198,1 356,5 356,5 237,7
B.cauda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B.quadri 0 0 0 158,4 158,4 118,8 0 0 0 0 0 0 0 0 158,4 0 0 0
Fito 104476 98039 98039 84670 77243 81700 81700 111409 95564 111409 86651 92098 146069 88632 81204 98039 98039 93583
Suhu 31,3 31,5 31,5 29,9 30,4 30,5 29,3 29,4 29,7 31,1 31,3 31,4 30 30,5 29,4 29,9 30,2 30,4
Sal 33 33 32,9 22,3 22,3 22,4 19,8 20,1 20,1 25,6 26,8 26,8 17,8 17,6 17,9 19,9 19,4 19,5
pH 7,3 6,9 6,8 6,2 6,2 6 5,9 6,8 6,8 6,8 6,7 6,7 6,2 6 6 6,9 6,9 6
Turb 99 99 102 104 102 102 87 87 86 100 102 103 104 105 105 88 88 88
DO 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 7 6,8 6,9 6,9 7,1 7,1 7,1 7,2 7,2 7,3 7 7 7
99
Lampiran 2 Lanjutan Wori Lokasi Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat Barat
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 39,6 39,6 39,6 198,1 158,4 158,4 990,3 1029,9 990,3 39,6 39,6 39,6 198,1 118,8 118,8 1069,5 1069,5 1029,9
B.cauda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B.quadri 39,6 0 0 198,1 118,8 118,8 39,6 39,6 79,2 39,6 39,6 79,2 158,4 158,4 79,2 39,6 39,6 79,2
Fito 136166 143098 125768 158943 131214 136166 92098 121311 106457 103981 131214 91603 141117 91603 81700 104972 99525 96554
Suhu 30 30 30,3 28 28,7 28,5 28,7 28,5 28,5 31 31,2 31 29,6 29,7 29,9 32,2 31,9 32,6
Sal 26,8 25,8 25,8 21,8 21,8 21,9 20,7 21,2 21,4 25,7 26 27,5 16,9 17,3 17,5 21,6 20,2 21,4
pH 5,8 5,7 6,7 6,5 6,9 6,4 6,8 5,9 6,3 7 6,4 5,9 6,4 6,4 6,4 6,6 5,8 5
Turb 118 116 115 119 120 122 102 99 96 121 116 116 130 127 130 102 104 99
DO 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
100
Lampiran 2 Lanjutan Wori Lokasi Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori Wori
Stasiun Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak Pantai Pantai Pantai Muara Muara Muara Tambak Tambak Tambak
Musim Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur Timur
Pasut Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Pasang Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut Surut
Ul 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
B.rotund 158,4 118,8 118,8 277,3 277,3 118,8 1188,4 1267,6 1307,2 39,6 39,6 39,6 594,2 396,1 356,5 752,6 713 594,2
B.cauda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B.quadri 277,3 198,1 237,7 118,8 79,2 39,6 39,6 39,6 39,6 39,6 39,6 0 316,9 356,5 277,3 39,6 0 39,6
Fito 111904 96554 101010 106457 98039 93583 102991 102991 96554 103981 96554 91603 85166 91603 86651 95069 99525 98535
Suhu 31,2 31,2 31,5 29,6 30,9 30,8 29,5 29,3 29,6 30,8 31 30,9 30,3 29,5 30,4 30,7 29,8 29,2
Sal 26,1 28 26,6 23,1 23,2 23,3 22,1 22,3 22,2 30,3 31,9 28,4 19,7 19,8 19,5 22,8 22,8 22,8
pH 6,1 6,9 6,6 6,6 6,1 5,6 7,2 7,2 6 6,8 6 5,8 5,4 6 6,8 5,2 5,7 5,3
Turb 112 112 114 113 113 114 86 85 84 108 109 110 111 114 115 90 95 95
DO 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,7 6,7 6,6 6,6 6,6
101
Lampiran 2 Lanjutan Suhu (º C) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 30,37 31,50 31,20 28,93 28,03 27,23 30,20 29,23 30,07 30,30 31,43 31,27 30,10 31,07 31,30 30,90 29,77 30,00 31,53 28,73 28,27 26,17 29,10 28,77 29,60 30,03 30,27 29,97 28,40 29,73 30,43 30,07
SE 0,49 0,25 0,10 0,03 0,12 0,03 0,10 0,03 0,18 0,10 0,07 0,09 0,10 0,07 0,10 0,06 0,43 0,20 0,17 0,07 0,09 0,09 0,06 0,09 0,06 0,07 0,19 0,32 0,21 0,09 0,42 0,28
102
Lampiran 2 Lanjutan Suhu (º C) Lokasi Manembo
Stasiun Tambak
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 30,60 31,10 30,33 29,20 27,10 27,13 30,23 28,43 28,40 28,60 29,47 30,17 28,57 32,23 29,47 29,90
SE 0,06 0,26 0,13 0,06 0,15 0,20 0,15 0,33 0,21 0,06 0,12 0,15 0,07 0,20 0,09 0,44
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 27,73 26,07 30,80 32,00 24,90 24,67 27,30 28,70 29,67 29,50 32,97 26,40 26,13 26,40 26,90 30,20
SE 0,42 0,47 0,35 0,20 0,32 0,17 0,81 0,66 2,17 0,55 0,03 0,40 0,33 0,56 0,57 1,01
Salinitas (ppt) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
103
Lampiran 2 Lanjutan Salinitas (ppt) Lokasi Manembo
Stasiun Muara
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Tambak
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 22,23 15,93 23,77 21,27 21,77 16,77 23,43 18,43 20,73 16,03 22,33 17,77 21,83 17,23 23,20 19,67 23,47 23,50 23,90 24,17 14,43 14,23 19,47 20,03 18,50 18,40 20,00 19,60 21,10 21,07 22,20 22,80
SE 0,03 1,54 0,03 0,22 0,12 0,09 0,03 0,81 0,26 0,35 0,03 0,09 0,03 0,18 0,06 0,09 0,07 0,06 0,06 0,03 0,78 1,26 0,32 0,37 0,12 0,26 0,10 0,15 0,21 0,44 0,06 0,00
104
Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 6,73 6,67 6,90 7,43 7,03 6,73 6,73 6,63 7,03 5,83 7,00 6,73 6,07 6,43 6,53 6,20 7,07 6,47 7,20 6,13 6,53 6,50 6,80 6,43 6,30 6,07 6,13 6,07 6,60 6,40 6,10 6,07
SE 0,18 0,18 0,10 0,07 0,03 0,19 0,32 0,24 0,09 0,18 0,15 0,03 0,32 0,32 0,23 0,31 0,23 0,13 0,15 0,07 0,32 0,29 0,32 0,13 0,20 0,24 0,07 0,07 0,15 0,00 0,29 0,41
105
Lampiran 2 Lanjutan pH (skala pH) Lokasi Manembo
Stasiun Tambak
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 6,40 6,40 7,77 6,73 6,40 6,37 6,77 6,20 6,00 6,80 6,50 6,60 6,33 5,80 6,80 5,40
SE 0 0,25 0,20 0,43 0,10 0,19 0,12 0,06 0,26 0,26 0,30 0,30 0,26 0,46 0,40 0,15
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 115,00 116,67 106,00 106,67 108,67 110,33 110,00 110,33 104,00 105,67 100,00 101,67 116,33 117,67 112,67 109,00
SE 0 0,88 0,58 2,85 0,67 0,88 1,15 1,20 0,00 0,88 1 0,88 0,88 1,67 0,67 0,58
Kekeruhan (NTU) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
106
Lampiran 2 Lanjutan Kekeruhan (NTU) Lokasi Manembo
Stasiun Muara
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Tambak
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 122,00 124,00 100,00 104,67 121,00 125,67 120,00 127,67 114,67 117,67 102,67 104,67 120,33 129,00 113,33 113,33 79,67 79,67 100,00 100,33 100,67 104,67 89,33 89,67 93,33 95,00 86,67 88,00 99,00 101,67 85,00 93,33
SE 2,00 1 1,73 0,88 2,08 0,88 2,08 2,73 1,20 0,33 0,67 0,33 0,88 1 0,33 1,20 3,93 2,85 1,73 1,76 1,45 0,88 0,88 0,33 0,33 0,58 0,33 0 1,73 1,45 0,58 1,67
107
Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 5,77 5,90 6,10 6,10 6,20 6,30 6,37 6,40 6,70 6,80 6,90 7,10 6,50 6,50 6,60 6,60 5,80 6,00 6,10 6,10 6,20 6,30 6,40 6,40 6,70 6,80 6,93 7,23 6,50 6,50 6,60 6,67
SE 0,03 0 0 0 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,03 0,03 0 0 0 0,03
108
Lampiran 2 Lanjutan Oksigen Terlarut (mg/l) Lokasi Manembo
Stasiun Tambak
Musim Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Pasut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Rata-rata 5,70 5,87 6,00 6,10 6,20 6,30 6,30 6,40 6,70 6,77 6,87 7,00 6,40 6,50 6,60 6,60
SE 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0,03 0,03 0 0 0 0 0
109
Lampiran 2 Lanjutan Nitrat (mg/l) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Minanga Tumpaan Wori Manembo
Muara
Minanga Tumpaan Wori Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Rata-rata 0,80 0,40 1,00 1,05 0,85 0,60 2,05 1,70 1,10 0,85 1,30 0,80 1,25 0,65 1,50 1,25 1,05 0,70 1,50 1,30 0,60 0,95 1,60 1,40
SE 0 0 0,10 0,05 0,05 0 0,05 0 0,10 0,05 0 0,10 0,05 0,15 0 0,05 0,05 0 0 0 0 0,05 0 0
110
Lampiran 2 Lanjutan Fosfat (mg/l) Lokasi Manembo
Stasiun Pantai
Minanga Tumpaan Wori Manembo
Muara
Minanga Tumpaan Wori Manembo Minanga Tumpaan Wori
Tambak
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Rata-rata 0,20 0,25 0,29 0,35 0,51 0,62 0,43 0,46 0,21 0,27 0,33 0,36 0,52 0,70 0,44 0,48 0,20 0,23 0,28 0,34 0,50 0,54 0,41 0,45
SE 0,18 0,16 0,16 0,12 0,17 0,26 0,16 0,17 0,18 0,17 0,13 0,13 0,17 0,34 0,16 0,17 0,19 0,17 0,16 0,13 0,18 0,19 0,17 0,17
111
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Pantai
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
66,0 105,6 105,6 184,9 92,4 105,6 290,5 250,9 66,0 52,8 66,0 92,4 39,6 39,6 132,0 39,6 2244,7 1808,9 7130,1 6271,9 2178,7 2759,6 8186,5 8978,7 145,2 145,2 184,9 264,1 171,6 145,2 224,5 448,9
13,2 13,2 26,4 13,2 13,2 13,2 57,5 52,8 13,2 13,2 13,2 13,2 0 0 13,2 0 86,6 69,9 114,3 80,3 228,7 115,1 238,1 586,8 34,9 13,2 13,2 34,9 13,2 26,4 52,8 73,5
112
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. rotundiformis/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Tambak
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
3657,5 3182,2 5242,0 6536,0 4225,3 3697,1 10365,1 10193,5 198,1 211,3 409,3 316,9 1003,5 1056,3 1254,4 686,6
132,0 359,0 501,8 228,7 238,1 165,5 735,2 359,0 22,9 34,9 34,9 39,6 13,2 13,2 34,9 47,6
113
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Pantai
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
0 0 0 105,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 105,6 132,0 303,7 277,3 39,6 66,0 158,4 66,0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 34,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34,9 13,2 26,4 22,9 0,0 26,4 22,9 13,2 0 0 0 0 0 0 0 0
114
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. caudatus/ ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Tambak
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
115
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Pantai
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Manembo
Muara
Barat Timur
Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
0 105,6 66,0 66,0 0 52,8 184,9 52,8 0 0 0 0 13,2 52,8 237,7 26,4 290,5 594,2 818,6 660,2 554,6 779,0 1056,3 2059,8 184,9 92,4 145,2 52,8 145,2 132,0 79,2 316,9
0 34,9 13,2 13,2 0 13,2 13,2 13,2 0 0 0 0 13,2 13,2 22,9 13,2 34,9 22,9 47,6 57,5 39,6 34,9 112,8 45,7 13,2 13,2 13,2 52,8 26,4 26,4 22,9 22,9
116
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan rata-rata Rotifera (B. quadridentatus/ind/m3) menurut stasiun, lokasi, pasang dan surut Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Tambak
Barat
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Timur Minanga
Barat Timur
Tumpaan
Barat Timur
Wori
Barat Timur
Rata-rata
SE
0 0 0 0 211,3 303,7 277,3 435,7 0 0 0 0 52,8 52,8 39,6 26,4
0 0 0 0 34,9 34,9 45,7 22,9 0 0 0 0 13,2 13,2 0 13,2
117
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Manembo
Pantai
Barat
Pasang Surut
201360,7 170001,0
13723,1 12969,9
Timur
Pasang Surut
146729,0 115534,7
7373,7 8127,6
Barat
Pasang Surut
202186,0 190632,3
13191,7 2858,7
Timur
Pasang Surut
155146,7 115535,0
4803,5 8296,7
Barat
Pasang Surut
140457,3 109427,7
3944,0 14430,3
Timur
Pasang Surut
100184,7 96719,3
2145,7 7511,3
Barat
Pasang Surut
135010,7 108932,7
5036,0 11699,7
Timur
Pasang Surut
103156,0 97379,3
4559,2 3597,0
Minanga
Tumpaan
Wori
Rata-rata
SE
118
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Rata-rata
SE
Manembo
Muara
Barat
Pasang Surut
218525,7 215389,7
29349,5 15917,0
Timur
Pasang Surut
200865,3 154321,0
13237,9 3860,2
Barat
Pasang Surut
236351,0 236846,3
13305,7 5950,9
Timur
Pasang Surut
147884,3 204496,3
5124,6 16893,2
Barat
Pasang Surut
99690,0 127418,3
3136,0 21951,4
Timur
Pasang Surut
81204,3 105301,7
2158,3 20496,1
Barat
Pasang Surut
142107,7 104806,7
8538,2 18378,9
Timur
Pasang Surut
99359,7 87806,7
3774,6 1946,0
Minanga
Tumpaan
Wori
119
Lampiran 2 Lanjutan Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) menurut stasiun, lokasi, musim, pasang dan surut
Lokasi
Stasiun
Musim
Pasut
Rata-rata
SE
Manembo
Tambak
Barat
Pasang Surut
158282,3 149369,7
8112,5 1004,0
Timur
Pasang Surut
141777,7 145408,3
2934,0 2145,7
Barat
Pasang Surut
207797,3 154651,3
24266,4 3337,8
Timur
Pasang Surut
137816,3 129563,7
5950,9 4366,9
Barat
Pasang Surut
111078,0 105631,7
10213,1 7188,7
Timur
Pasang Surut
96224,3 96553,7
8582,6 1485,3
Barat
Pasang Surut
106622,0 100350,3
8433,5 2464,9
Timur
Pasang Surut
100845,3 97709,7
2145,7 1350,9
Minanga
Tumpaan
Wori
120
Lampiran 3 Hasil analisis ragam semua parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim dan pasang surut Univariate Analysis of Variance a. Suhu Between-Subjects Factors LOKASI
STASIUN
MUSIM PASUT
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
N 36 36 36 36 48 48 48 72 72 72 72
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: SUHU Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 154.367a 126475.068 86.593 21.730 14.694 .640 29.921 .789 97.465 126726.900 251.832
df 12 1 3 2 1 1 3 2 131 144 143
Mean Square 12.864 126475.068 28.864 10.865 14.694 .640 9.974 .395 .744
F 17.290 169991.6 38.796 14.603 19.750 .860 13.405 .530
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .355 .000 .590
a. R Squared = .613 (Adjusted R Squared = .578)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: SUHU Mean 29.636
Std. Error .072
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 29.494 29.778
2. STASIUN Dependent Variable: SUHU STASIUN Tambak Pantai Muara
Mean 29.369 30.185 29.354
Std. Error .124 .124 .124
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 29.122 29.615 29.939 30.432 29.108 29.600
121
Lampiran 3 Lanjutan 3. LOKASI Dependent Variable: SUHU LOKASI Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean 30.208 28.314 30.167 29.856
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 29.924 30.493 28.029 28.598 29.882 30.451 29.571 30.140
Std. Error .144 .144 .144 .144 4. PASUT
Dependent Variable: SUHU PASUT Pasang Surut
Mean 29.703 29.569
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 29.502 29.904 29.368 29.771
Std. Error .102 .102 5. MUSIM
Dependent Variable: SUHU MUSIM Barat Timur
Mean 29.317 29.956
Std. Error .102 .102
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 29.116 29.518 29.754 30.157
6. MUSIM * STASIUN Dependent Variable: SUHU MUSIM Barat
Timur
STASIUN Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Mean 29.142 29.863 28.946 29.596 30.508 29.762
Std. Error .176 .176 .176 .176 .176 .176
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 28.793 29.490 29.514 30.211 28.598 29.294 29.248 29.944 30.160 30.857 29.414 30.111
7. LOKASI * MUSIM Dependent Variable: SUHU LOKASI Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
MUSIM Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Mean 30.483 29.933 27.344 29.283 30.039 30.294 29.400 30.311
Std. Error .203 .203 .203 .203 .203 .203 .203 .203
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 30.081 30.886 29.531 30.336 26.942 27.747 28.881 29.686 29.637 30.441 29.892 30.697 28.998 29.802 29.909 30.713
122
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets SUHU
Tukey HSD
a,b
LOKASI Minanga Tumpaan Wori Manembo-nembo Sig.
N 36 36 36 36
Subset 1 28.3139
2 29.8556 30.1667 30.2083 .305
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .744. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000. b. Alpha = .05.
Stasiun Homogeneous Subsets SUHU
Tukey HSD
a,b
STASIUN Muara Tambak Pantai Sig.
N 48 48 48
Subset 1 29.3542 29.3687
2
30.1854 1.000
.996
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .744. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
b. Salinitas Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Stasiun
Musim Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
N 36 36 36 36 48 48 48 72 72 72 72
123
Lampiran 3 Lanjutan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Salinitas Type III Sum of Squares Source Corrected Model 7996.520a Intercept 67634.671 LOKASI 489.257 STASIUN 7079.677 MUSIM 195.534 PASUT 169.434 LOKASI * MUSIM 12.715 STASIUN * MUSIM 49.904 Error 938.069 Total 76569.260 Corrected Total 8934.589
df 12 1 3 2 1 1 3 2 131 144 143
Mean Square 666.377 67634.671 163.086 3539.839 195.534 169.434 4.238 24.952 7.161
F 93.059 9445.089 22.775 494.334 27.306 23.661 .592 3.485
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .621 .034
a. R Squared = .895 (Adjusted R Squared = .885)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: Salinitas Mean 21.672
Std. Error .223
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 21.231 22.113
Stasiun Estimates Dependent Variable: Salinitas Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean 17.087 31.579 16.350
Std. Error .386 .386 .386
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 16.323 17.852 30.815 32.343 15.586 17.114
Lokasi Estimates Dependent Variable: Salinitas Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean 24.600 19.964 21.886 20.239
Std. Error .446 .446 .446 .446
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 23.718 25.482 19.082 20.846 21.004 22.768 19.357 21.121
Pasang Surut Estimates Dependent Variable: Salinitas Pasang Surut Pasang Surut
Mean 22.757 20.588
Std. Error .315 .315
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 22.133 23.381 19.964 21.211
124
Lampiran 3 Lanjutan Musim Estimates Dependent Variable: Salinitas Musim Barat Timur
Mean 20.507 22.838
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 19.883 21.131 22.214 23.461
Std. Error .315 .315
6. Pasang Surut * Stasiun Dependent Variable: Salinitas Pasang Surut Pasang
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Surut
Mean 18.172 32.664 17.435 16.003 30.494 15.265
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 17.290 19.055 31.782 33.546 16.552 18.317 15.120 16.885 29.612 31.377 14.383 16.148
Std. Error .446 .446 .446 .446 .446 .446
7. Lokasi * Musim Dependent Variable: Salinitas Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Mean 23.322 25.878 18.533 21.394 20.594 23.178 19.578 20.900
Std. Error .631 .631 .631 .631 .631 .631 .631 .631
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 22.074 24.570 24.630 27.126 17.286 19.781 20.147 22.642 19.347 21.842 21.930 24.426 18.330 20.826 19.652 22.148
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets Salinitas
Tukey HSD
a,b
Lokasi Minanga Tumpaan Wori Manembo-nembo Sig.
N 36 36 36 36
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 7.161. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000. b. Alpha = .05.
1 19.9639 20.2389
Subset 2
3
21.8861 .972
1.000
24.6000 1.000
125
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets Salinitas
Tukey HSD
a,b
Stasiun Muara Tambak Pantai Sig.
N 48 48 48
Subset 1 16.3500 17.0875
2
31.5792 1.000
.367
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 7.161. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
c. Oksigen terlarut Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Stasiun
Musim Pasang Surut
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
N 36 36 36 36 48 48 48 72 72 72 72
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Oksigen Terlarut Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 16.739a 5917.456 3.452 10.764 .601 .226 1.464 .233 6.035 5940.230 22.774
df 12 1 3 2 1 1 3 2 131 144 143
a. R Squared = .735 (Adjusted R Squared = .711)
Mean Square 1.395 5917.456 1.151 5.382 .601 .226 .488 .116 4.607E-02
F 30.280 128450.0 24.981 116.824 13.038 4.898 10.594 2.528
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .029 .000 .084
126
Lampiran 3 Lanjutan Estimated Marginal Means Lokasi Univariate Tests Dependent Variable: Oksigen Terlarut
Contrast Error
Sum of Squares 3.452 6.035
df 3 131
Mean Square 1.151 4.607E-02
F 24.981
Sig. .000
The F tests the effect of Lokasi. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
2. Grand Mean Dependent Variable: Oksigen Terlarut Mean 6.410
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.375 6.446
Std. Error .018
Musim Estimates Dependent Variable: Oksigen Terlarut Musim Barat Timur
Mean 6.475 6.346
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.425 6.525 6.296 6.396
Std. Error .025 .025
Stasiun Estimates Dependent Variable: Oksigen Terlarut Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean 6.121 6.777 6.333
Std. Error .031 .031 .031
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.060 6.182 6.716 6.838 6.272 6.395
5. Lokasi * Musim Dependent Variable: Oksigen Terlarut Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Mean 6.522 6.478 6.433 5.967 6.572 6.639 6.372 6.300
Std. Error .051 .051 .051 .051 .051 .051 .051 .051
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.422 6.622 6.378 6.578 6.333 6.533 5.867 6.067 6.472 6.672 6.539 6.739 6.272 6.472 6.200 6.400
127
Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut Estimates Dependent Variable: Oksigen Terlarut Pasang Surut Pasang Surut
Mean 6.450 6.371
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.400 6.500 6.321 6.421
Std. Error .025 .025
7. Pasang Surut * Stasiun Dependent Variable: Oksigen Terlarut Pasang Surut Pasang
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Surut
Mean 6.160 6.817 6.373 6.081 6.738 6.294
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.090 6.231 6.746 6.887 6.302 6.444 6.010 6.152 6.667 6.808 6.223 6.365
Std. Error .036 .036 .036 .036 .036 .036
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets Oksigen Terlarut
Tukey HSD
a,b
Lokasi Minanga Tumpaan Manembo-nembo Wori Sig.
N
1 6.2000
36 36 36 36
Subset 2
3
6.3361
1.000
1.000
6.5000 6.6056 .157
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000. b. Alpha = .05.
Stasiun Homogeneous Subsets Oksigen Terlarut
Tukey HSD
a,b
Stasiun Tambak Muara Pantai Sig.
N 48 48 48
1 6.1208
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 4.607E-02. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
Subset 2
3
6.3333 1.000
1.000
6.7771 1.000
128
Lampiran 3 Lanjutan d. Kekeruhan Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Stasiun
Musim Pasang Surut
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
N 36 36 36 36 48 48 48 72 72 72 72
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kekeruhan Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 22072.056a 1633923.062 2827.076 16226.167 1914.063 146.007 268.076 690.667 4609.882 1660605.000 26681.938
df 12 1 3 2 1 1 3 2 131 144 143
Mean Square 1839.338 1633923.062 942.359 8113.083 1914.063 146.007 89.359 345.333 35.190
F 52.269 46431.541 26.779 230.551 54.392 4.149 2.539 9.813
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .044 .059 .000
a. R Squared = .827 (Adjusted R Squared = .811)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: Kekeruhan Mean 106.521
Std. Error .494
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 105.543 107.499
Lokasi Estimates Dependent Variable: Kekeruhan Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean 105.333 110.806 110.167 99.778
Std. Error .989 .989 .989 .989
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 103.377 107.289 108.850 112.761 108.211 112.123 97.822 101.734
129
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Estimates Dependent Variable: Kekeruhan Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean 91.979 110.562 117.021
Std. Error .856 .856 .856
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 90.285 93.673 108.869 112.256 115.327 118.715
Musim Estimates Dependent Variable: Kekeruhan Musim Barat Timur
Mean 110.167 102.875
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 108.784 111.550 101.492 104.258
Std. Error .699 .699
Pasang Surut Estimates Dependent Variable: Kekeruhan Pasang Surut Pasang Surut
Mean 105.514 107.528
Std. Error .699 .699
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 104.131 106.897 106.145 108.911
6. Lokasi * Musim Dependent Variable: Kekeruhan Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Mean 108.500 102.167 112.444 109.167 114.833 105.500 104.889 94.667
Std. Error 1.398 1.398 1.398 1.398 1.398 1.398 1.398 1.398
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 105.734 111.266 99.401 104.933 109.678 115.210 106.401 111.933 112.067 117.599 102.734 108.266 102.123 107.655 91.901 97.433
7. Pasang Surut * Stasiun Dependent Variable: Kekeruhan Pasang Surut Pasang
Surut
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Mean 90.972 109.556 116.014 92.986 111.569 118.028
Std. Error .989 .989 .989 .989 .989 .989
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 89.016 92.928 107.600 111.511 114.058 117.970 91.030 94.942 109.614 113.525 116.072 119.984
130
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets Kekeruhan
Tukey HSD
a,b
Lokasi Tumpaan Manembo-nembo Wori Minanga Sig.
N
1 99.7778
36 36 36 36
Subset 2
3
105.3333
1.000
1.000
110.1667 110.8056 .968
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 35.190. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000. b. Alpha = .05.
Stasiun Homogeneous Subsets Kekeruhan
Tukey HSD
a,b
Stasiun Tambak Pantai Muara Sig.
N 48 48 48
1 91.9792
3
110.5625 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 35.190. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b. Alpha = .05.
Subset 2
1.000
117.0208 1.000
131
Lampiran 3 Lanjutan e. pH Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
Stasiun
Musim Pasang Surut
N 36 36 36 36 48 48 48 72 72 72 72
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: pH Type III Sum of Squares 17.067a 5927.717 10.519 1.121 .550 2.428 1.562 .887 23.467 5968.250 40.533
Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
df 12 1 3 2 1 1 3 2 131 144 143
Mean Square 1.422 5927.717 3.506 .560 .550 2.428 .521 .444 .179
F 7.939 33090.903 19.573 3.128 3.071 13.556 2.906 2.476
a. R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .368)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: pH Mean 6.416
Std. Error .035
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.346 6.486
Lokasi Estimates Dependent Variable: pH Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean 6.803 6.519 6.094 6.247
Std. Error .071 .071 .071 .071
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.663 6.942 6.380 6.659 5.955 6.234 6.108 6.387
Sig. .000 .000 .000 .047 .082 .000 .037 .088
132
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Estimates Dependent Variable: pH Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean 6.369 6.540 6.340
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.248 6.490 6.419 6.660 6.219 6.460
Std. Error .061 .061 .061
Musim Estimates Dependent Variable: pH Musim Barat Timur
Mean 6.354 6.478
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.255 6.453 6.379 6.576
Std. Error .050 .050
Pasang Surut Estimates Dependent Variable: pH Pasang Surut Pasang Surut
Mean 6.546 6.286
Std. Error .050 .050
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.447 6.645 6.187 6.385
6. Lokasi * Musim Dependent Variable: pH Lokasi Manembo-nembo
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Minanga Wori Tumpaan
Mean 6.589 7.017 6.511 6.528 6.161 6.028 6.156 6.339
Std. Error .100 .100 .100 .100 .100 .100 .100 .100
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.392 6.786 6.819 7.214 6.314 6.708 6.330 6.725 5.964 6.358 5.830 6.225 5.958 6.353 6.142 6.536
7. Pasang Surut * Stasiun Dependent Variable: pH Pasang Surut Pasang
Surut
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Mean 6.499 6.669 6.469 6.239 6.410 6.210
Std. Error .071 .071 .071 .071 .071 .071
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 6.359 6.638 6.530 6.809 6.330 6.609 6.099 6.378 6.270 6.549 6.070 6.349
133
Lampiran 3 Lanjutan Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets pH
a,b
Tukey HSD
Lokasi Wori Tumpaan Minanga Manembo-nembo Sig.
N
1 6.0944 6.2472
36 36 36 36
Subset 2
3
6.5194 .419
6.8028 1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .179. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36.000. b. Alpha = .05.
Stasiun Homogeneous Subsets pH
Tukey HSD
a,b
Stasiun Muara Tambak Pantai Sig.
Subset 1
N 48 48 48
6.3396 6.3688 6.5396 .054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .179. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 48.000. b.
Alpha = .05.
f. Nitrat Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Stasiun
Musim Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
N 12 12 12 12 16 16 16 24 24 24 24
134
Lampiran 3 Lanjutan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Nitrat Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 22.893a 62.678 19.772 .689 1.721 4.025E-02 .367 .303 7.719 93.289 30.612
df 12 1 3 2 1 1 3 2 35 48 47
Mean Square 1.908 62.678 6.591 .344 1.721 4.025E-02 .122 .152 .221
F 8.651 284.212 29.885 1.562 7.806 .183 .555 .687
Sig. .000 .000 .000 .224 .008 .672 .648 .510
a. R Squared = .748 (Adjusted R Squared = .661)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: Nitrat Mean 1.143
Std. Error .068
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1.005 1.280
Lokasi Estimates Dependent Variable: Nitrat Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean .621 1.137 2.193 .620
Std. Error .136 .136 .136 .136
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .346 .896 .862 1.413 1.917 2.468 .345 .895
Stasiun Estimates Dependent Variable: Nitrat Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean 1.216 1.238 .974
Std. Error .117 .117 .117
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .978 1.455 1.000 1.476 .735 1.212
135
Lampiran 3 Lanjutan Musim Estimates Dependent Variable: Nitrat Musim Barat Timur
Mean 1.332 .953
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1.137 1.527 .759 1.148
Std. Error .096 .096
Pasang Surut Estimates Dependent Variable: Nitrat Pasang Surut Pasang Surut
Mean 1.114 1.172
Std. Error .096 .096
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .919 1.308 .977 1.366
6. Lokasi * Musim Dependent Variable: Nitrat Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Mean .787 .455 1.328 .947 2.515 1.870 .698 .542
Std. Error .192 .192 .192 .192 .192 .192 .192 .192
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .397 1.176 6.579E-02 .844 .939 1.718 .557 1.336 2.126 2.904 1.481 2.259 .309 1.088 .152 .931
7. Musim * Stasiun Dependent Variable: Nitrat Musim Barat
Timur
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Mean 1.359 1.362 1.275 1.074 1.114 .673
Std. Error .166 .166 .166 .166 .166 .166
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1.022 1.696 1.025 1.700 .938 1.612 .737 1.411 .777 1.451 .335 1.010
136
Lampiran 3 Lanjutan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Fosfat Source Corrected Model Intercept LOKASI STASIUN MUSIM PASUT LOKASI * MUSIM STASIUN * MUSIM Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 2.196a 6.439 .343 .181 .563 .161 .487 .460 1.749 10.384 3.945
df
Mean Square .183 6.439 .114 9.067E-02 .563 .161 .162 .230 4.997E-02
12 1 3 2 1 1 3 2 35 48 47
F 3.662 128.856 2.285 1.815 11.274 3.222 3.251 4.608
Sig. .001 .000 .096 .178 .002 .081 .033 .017
Subset 2
3
a. R Squared = .557 (Adjusted R Squared = .405)
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets Nitrat
Tukey HSD
a,b
Lokasi Tumpaan Manembo-nembo Minanga Wori Sig.
N 12 12 12 12
1 .6200 .6208
.6208 1.1375
1.000
.050
2.1925 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .221. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
Stasiun Homogeneous Subsets Nitrat
Tukey HSD
a,b
Stasiun Muara Tambak Pantai Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .221. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b.
Alpha = .05.
Subset 1
N 16 16 16
.9737 1.2163 1.2381 .262
137
Lampiran 3 Lanjutan g. Fosfat Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Lokasi
Value Label Manembo-n embo Minanga Wori Tumpaan Tambak Pantai Muara Barat Timur Pasang Surut
1 2 3 4 1 2 3 1 2 1 2
Stasiun
Musim Pasang Surut
N 12 12 12 12 16 16 16 24 24 24 24
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean Dependent Variable: Fosfat Mean .366
Std. Error .032
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .301 .432
Stasiun Estimates Dependent Variable: Fosfat Stasiun Tambak Pantai Muara
Mean .400 .280 .419
Std. Error .056 .056 .056
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .287 .513 .167 .393 .305 .532
Lokasi Estimates Dependent Variable: Fosfat Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan
Mean .287 .279 .472 .427
Std. Error .065 .065 .065 .065
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .156 .419 .148 .410 .341 .603 .296 .558
138
Lampiran 3 Lanjutan Pasang Surut Estimates Dependent Variable: Fosfat Pasang Surut Pasang Surut
Mean .308 .424
Std. Error .046 .046
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .216 .401 .332 .517
Musim Estimates Dependent Variable: Fosfat Musim Barat Timur
Mean
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .382 .567 .165 .351
Std. Error .046 .046
.475 .258
6. Lokasi * Musim Dependent Variable: Fosfat Lokasi Manembo-nembo
Musim Barat Timur Barat Timur Barat Timur Barat Timur
Minanga Wori Tumpaan
Mean .542 3.333E-02 .310 .248 .472 .472 .575 .278
Std. Error .091 .091 .091 .091 .091 .091 .091 .091
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .356 .727 -.152 .219 .125 .495 6.307E-02 .434 .286 .657 .286 .657 .390 .760 9.307E-02 .464
7. Musim * Stasiun Dependent Variable: Fosfat Musim Barat
Stasiun Tambak Pantai Muara Tambak Pantai Muara
Timur
Mean .375 .422 .626 .425 .137 .211
Std. Error .079 .079 .079 .079 .079 .079
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound .215 .535 .262 .583 .466 .787 .265 .585 -2.294E-02 .298 5.081E-02 .372
Post Hoc Tests Lokasi Homogeneous Subsets Fosfat
Tukey HSD
a,b
Lokasi Minanga Manembo-nembo Tumpaan Wori Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b.
Alpha = .05.
Subset 1
N 12 12 12 12
.2792 .2875 .4267 .4717 .170
139
Lampiran 3 Lanjutan Stasiun Homogeneous Subsets Fosfat
Tukey HSD
a,b
Stasiun Pantai Tambak Muara Sig.
Subset 1
N 16 16 16
.2800 .4000 .4188 .199
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 4.997E-02. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b.
Alpha = .05.
Nilai p-value hasil analisis ragam parameter lingkungan berdasarkan lokasi, stasiun, musim, pasang, surut, interaksi antara lokasi dengan musim dan interaksi stasiun dengan musim Parameter Lingkungan Suhu (º C) Salinitas (‰) pH (skala pH) Kekeruhan (NTU) Oks.Terlarut (mg/l) Nitrat (mg/l) Fosfat (mg/l)
lokasi
stasiun
musim
pasut
lokasi * musim
stasiun * musim
0,000 0,000 0,000 0,000
0,000 0,000 0,022 0,000
0,000 0,000 0,118 0,000
0,292 0,000 0,000 0,015
0,000 0,092 0,117 0,063
0,446 0,898 0,074 0,002
0,000 0,000 0,000
0,000 0,597 0,072
0,000 0,001 0,001
0,000 0,286 0,000
0,000 0,828 0,395
0,452 0,187 0,681
Keterangan : p-value <0.05 menunjukkan pengaruh yang nyata
140
Lampiran 4 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar lokasi penelitian Kruskal-Wallis Test Ranks Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan Total Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan Total Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan Total
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N 36 36 36 36 144 36 36 36 36 144 36 36 36 36 144
Mean Rank 89.04 99.26 55.11 46.58 90.54 81.46 59.00 59.00 70.96 104.07 72.06 42.92
Test Statistics a,b
Chi-Square df Asymp. Sig.
B. rotundiformis 40.803 3 .000
B. caudatus 34.392 3 .000
B. quadridentatus 40.475 3 .000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Manembo-nembo Minanga Total Manembo-nembo Minanga Total Manembo-nembo Minanga Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Mean Rank 33.06 39.94
Sum of Ranks 1190.00 1438.00
39.54 33.46
1423.50 1204.50
29.24 43.76
1052.50 1575.50
Test Statistics a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 524.000 1190.000 -1.398 .162
a. Grouping Variable: Lokasi
B. caudatus 538.500 1204.500 -1.420 .155
B. quadridentatus 386.500 1052.500 -2.971 .003
141
Lampiran 4 Lanjutan Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Manembo-nembo Wori Total Manembo-nembo Wori Total Manembo-nembo Wori Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Test Statistics Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 292.500 958.500 -4.013 .000
Mean Rank 46.38 26.63
Sum of Ranks 1669.50 958.50
44.00 29.00
1584.00 1044.00
35.94 37.06
1294.00 1334.00
a
B. caudatus 378.000 1044.000 -4.285 .000
B. quadridentatus 628.000 1294.000 -.229 .819
a. Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Manembo-nembo Tumpaan Total Manembo-nembo Tumpaan Total Manembo-nembo Tumpaan Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Test Statistics Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 284.000 950.000 -4.118 .000
Mean Rank 46.61 26.39
Sum of Ranks 1678.00 950.00
44.00 29.00
1584.00 1044.00
42.78 30.22
1540.00 1088.00
a
B. caudatus 378.000 1044.000 -4.285 .000
B. quadridentatus 422.000 1088.000 -2.821 .005
a. Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Minanga Wori Total Minanga Wori Total Minanga Wori Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Mean Rank 47.49 25.51
Sum of Ranks 1709.50 918.50
42.50 30.50
1530.00 1098.00
46.67 26.33
1680.00 948.00
142
Lampiran 4 Lanjutan Test Statistics B. rotundiformis 252.500 918.500 -4.463 .000
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a
B. caudatus 432.000 1098.000 -3.750 .000
B. quadridentatus 282.000 948.000 -4.166 .000
a. Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Minanga Tumpaan Total Minanga Tumpaan Total Minanga Tumpaan Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Test Statistics B. rotundiformis 204.000 870.000 -5.018 .000
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Rank 48.83 24.17
Sum of Ranks 1758.00 870.00
42.50 30.50
1530.00 1098.00
50.64 22.36
1823.00 805.00
a
B. caudatus 432.000 1098.000 -3.750 .000
B. quadridentatus 139.000 805.000 -5.934 .000
a. Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Wori vs Tumpaan) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Lokasi Wori Tumpaan Total Wori Tumpaan Total Wori Tumpaan Total
N 36 36 72 36 36 72 36 36 72
Mean Rank 39.97 33.03
Sum of Ranks 1439.00 1189.00
36.50 36.50
1314.00 1314.00
45.67 27.33
1644.00 984.00
Test Statisticsa Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 523.000 1189.000 -1.416 .157
a. Grouping Variable: Lokasi
B. caudatus 648.000 1314.000 .000 1.000
B. quadridentatus 318.000 984.000 -3.882 .000
143
Lampiran 5 Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar stasiun penelitian NPar Tests Descriptive Statistics B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Stasiun
N 144 144 144 144
Mean 1.984441 .026130 .212907 2.00
Std. Deviation 2.9496618 .0682326 .3682056 .819
Minimum .0396 .0000 .0000 1
Maximum 11.2894 .3565 2.1390 3
Kruskal-Wallis Test Ranks Stasiun Tambak Pantai Muara Total Tambak Pantai Muara Total Tambak Pantai Muara Total
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
N 48 48 48 144 48 48 48 144 48 48 48 144
Test Statistics
Chi-Square df Asymp. Sig.
B. rotundiformis 80.455 2 .000
Mean Rank 101.44 29.32 86.74 59.00 63.39 95.11 55.25 53.53 108.72
a,b
B. caudatus 46.243 2 .000
B. quadridentatus 56.697 2 .000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Stasiun
NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Pantai) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Stasiun Tambak Pantai Total Tambak Pantai Total Tambak Pantai Total
N 48 48 96 48 48 96 48 48 96
Mean Rank 71.59 25.41
Sum of Ranks 3436.50 1219.50
47.00 50.00
2256.00 2400.00
48.23 48.77
2315.00 2341.00
144
Lampiran 5 Lanjutan Test Statistics
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 43.500 1219.500 -8.156 .000
a
B. caudatus 1080.000 2256.000 -1.750 .080
B. quadridentatus 1139.000 2315.000 -.102 .919
a. Grouping Variable: Stasiun
NPar Tests Mann-Whitney Test (Tambak Vs Muara) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Stasiun Tambak Muara Total Tambak Muara Total Tambak Muara Total
N 48 48 96 48 48 96 48 48 96
Test Statistics
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 871.500 2047.500 -2.057 .040
Mean Rank 54.34 42.66
Sum of Ranks 2608.50 2047.50
36.50 60.50
1752.00 2904.00
31.52 65.48
1513.00 3143.00
a
B. caudatus 576.000 1752.000 -5.554 .000
B. quadridentatus 337.000 1513.000 -6.046 .000
a. Grouping Variable: Stasiun
NPar Tests Mann-Whitney Test (Pantai Vs Muara) Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Stasiun Pantai Muara Total Pantai Muara Total Pantai Muara Total
N 48 48 96 48 48 96 48 48 96
Test Statistics
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 188.000 1364.000 -7.107 .000
a. Grouping Variable: Stasiun
Mean Rank 28.42 68.58
Sum of Ranks 1364.00 3292.00
37.89 59.11
1818.50 2837.50
29.26 67.74
1404.50 3251.50
B. caudatus 642.500 1818.500 -4.712 .000
B. quadridentatus 228.500 1404.500 -6.832 .000
a
145
Lampiran 6 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar musim NPar Tests Descriptive Statistics B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatu Musim
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894 144 .026130 .0682326 .0000 .3565 144 .212907 .3682056 .0000 2.1390 144 1.50 .502 1 2
Mann-Whitney Test Ranks Mean Rank 62.69 82.31
Sum of Ranks 4514.00 5926.00
70.31 74.69
5062.00 5378.00
68.85 76.15
4957.50 5482.50
B. rotundiformis B. caudatus Mann-Whitney U 1886.000 2434.000 Wilcoxon W 4514.000 5062.000 Z -2.827 -.927 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .354
B. quadridentatus 2329.500 4957.500 -1.072 .284
B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Musim Barat Timur Total Barat Timur Total Barat Timur Total
N 72 72 144 72 72 144 72 72 144
Test Statistics a
a. Grouping Variable: Musim
146
Lampiran 7 Hasil Uji Man-U Whitney kelimpahan ketiga jenis rotifera antar pasang surut NPar Tests Descriptive Statistics B. rotundiformis B. caudatus B. quadridentatus Pasang Surut
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 144 1.984441 2.9496618 .0396 11.2894 144 .026130 .0682326 .0000 .3565 144 .212907 .3682056 .0000 2.1390 144 1.50 .502 1 2
Mann-Whitney Test Ranks B. rotundiformis
B. caudatus
B. quadridentatus
Pasang Surut Pasang Surut Total Pasang Surut Total Pasang Surut Total
N 72 72 144 72 72 144 72 72 144
Test Statistics
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
B. rotundiformis 2560.500 5188.500 -.126 .900
a. Grouping Variable: Pasang Surut
Mean Rank 72.06 72.94
Sum of Ranks 5188.50 5251.50
71.14 73.86
5122.00 5318.00
71.72 73.28
5164.00 5276.00
a
B. caudatus 2494.000 5122.000 -.575 .565
B. quadridentatus 2536.000 5164.000 -.229 .819
147
Lampiran 8 Hasil analisis diskriminan rotifera B. rotundiformis Group Statistics
Group 1
2
3
Total
Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton
Mean 29.9067 24.3528 6.4753 107.4831 6.5719 121.6675 29.4524 20.3810 6.4952 109.2381 6.2048 178.3243 29.2500 20.6882 6.6412 100.9412 6.1735 161.7097 29.6854 22.9083 6.5174 106.1944 6.4243 139.3844
Valid N (listwise) Unweighted Weighted 89 89.000 89 89.000 89 89.000 89 89.000 89 89.000 89 89.000 21 21.000 21 21.000 21 21.000 21 21.000 21 21.000 21 21.000 34 34.000 34 34.000 34 34.000 34 34.000 34 34.000 34 34.000 144 144.000 144 144.000 144 144.000 144 144.000 144 144.000 144 144.000
Std. Deviation 1.10410 4.78905 .52727 9.85360 .33608 35.79725 1.86805 2.83666 .59873 17.90504 .28892 62.67560 1.38219 3.62297 .54446 13.56229 .20934 31.01681 1.32765 4.65584 .54263 12.48959 .35621 45.78790
Tests of Equality of Group Means
Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton
Wilks' Lambda .953 .843 .984 .943 .720 .744
F 3.507 13.154 1.173 4.294 27.483 24.248
df1 2 2 2 2 2 2
df2 141 141 141 141 141 141
Sig. .033 .000 .312 .015 .000 .000
Pooled Within-Groups Matrices Suhu Salinitas Correlatio Suhu 1.000 .425 Salinitas .425 1.000 pH .012 .331 Kekeruhan -.195 -.087 Oksigen Terlarut -.032 -.363 Kelimpahan Fitoplan -.347 .036
Oksigen Kelimpahan pH Kekeruhan Terlarut Fitoplankton .012 -.195 -.032 -.347 .331 -.087 -.363 .036 1.000 .050 -.275 .249 .050 1.000 -.198 .452 -.275 -.198 1.000 -.533 .249 .452 -.533 1.000
148
Lampiran 8 Lanjutan a Covariance Matrices
Oksigen Kelimpahan pH Kekeruhan Terlarut Fitoplankton -.010 -2.450 .041 -23.827 .667 -1.703 -.122 -36.019 .294 .131 -.055 6.288 .131 155.990 -.392 191.962 -.055 -.392 .127 -10.574 6.288 191.962 -10.574 2096.531
Group Suhu Salinitas Total Suhu 1.763 2.866 Salinitas 2.866 21.677 pH -.010 .667 Kekeruhan -2.450 -1.703 Oksigen Terlarut .041 -.122 Kelimpahan Fitoplan -23.827 -36.019
a. The total covariance matrix has 143 degrees of freedom.
Summary of Canonical Discriminant Functions Eigenvalues Function 1 2
Eigenvalue 1.184a .082a
% of Variance 93.5 6.5
Cumulative % 93.5 100.0
Canonical Correlation .736 .275
a. First 2 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton
2 -.173 .813 -.084 .517 .704 -.447
.578 -.105 -.354 .533 .429 .820
Structure Matrix Function 1 Oksigen Terlarut Salinitas Suhu Kekeruhan Kelimpahan Fitoplankton pH
.574* .395* .202* .134 -.520 -.095
2 .003 -.149 .127 .697* .540* -.269*
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function. *. Largest absolute correlation between each variable and any discriminant function
149
Lampiran 8 Lanjutan Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 2 -.133 .443 .189 -.024 -.155 -.653 .042 .044 2.315 1.409 -.011 .021 -17.172 -24.896
Suhu Salinitas pH Kekeruhan Oksigen Terlarut Kelimpahan Fitoplankton (Constant) Unstandardized coefficients
Functions at Group Centroids Function Group 1 2 3
1 .845 -1.260 -1.434
2 -.011 .599 -.342
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
150
Lampiran 9
Hasil uji Kruskall Wallis dan Man-U Whitney kelimpahan fitoplankton antar lokasi penelitian
Kruskal-Wallis Test Ranks Lokasi Manembo-nembo Minanga Wori Tumpaan Total
fitoplankton
N 36 36 36 36 144
Mean Rank 103.38 106.28 40.99 39.36
a,b
Test Statistics
fitoplankt on Chi-Square df Asymp. Sig.
86.642 3 .000
a.
Kruskal Wallis Test
b.
Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Minanga) Ranks fitoplankton
Lokasi Manembo-nembo Minanga Total
N 36 36 72
Mean Rank Sum of Ranks 34.72 1250.00 38.28 1378.00
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Wori) Ranks fitoplankton
Lokasi Manembo-nembo Wori Total Test Statistics a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
fitoplankton 54.000 720.000 -6.694 .000
a. Grouping Variable: Lokasi
N 36 36 72
Mean Rank Sum of Ranks 53.00 1908.00 20.00 720.00
151
Lampiran 9
Lanjutan
Mann-Whitney Test (Manembo-nembo Vs Tumpaan) Ranks Lokasi Manembo-nembo Tumpaan Total
fitoplankton
N 36 36 72
Mean Rank 52.65 20.35
Sum of Ranks 1895.50 732.50
a
Test Statistics
fitoplankton Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
66.500 732.500 -6.553 .000
Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Wori) Ranks Lokasi Minanga Wori Total
fitoplankton
N 36 36 72
Mean Rank Sum of Ranks 52.53 1891.00 20.47 737.00
a
Test Statistics
fitoplankton Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
71.000 737.000 -6.500 .000
Grouping Variable: Lokasi
Mann-Whitney Test (Minanga Vs Tumpaan) Ranks fitoplankton
Lokasi Minanga Tumpaan Total
N 36 36 72
Test Statistics
Mean Rank Sum of Ranks 52.47 1889.00 20.53 739.00
a
fitoplankton Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Grouping Variable: Lokasi
73.000 739.000 -6.478 .000
152
Lampiran 9
Lanjutan
Mann-Whitney Test (Wori Vs Tumpaan) Ranks fitoplankton
Lokasi Wori Tumpaan Total
N
Mean Rank Sum of Ranks 37.51 1350.50 35.49 1277.50
36 36 72
a
Test Statistics
fitoplankton Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
611.500 1277.500 -.411 .681
Grouping Variable: Lokasi
Kruskal-Wallis Test Ranks Stasiun Tambak Pantai Muara Total
fitoplankton
N 48 48 48 144
Mean Rank 64.67 72.60 80.23
a,b
Test Statistics
fitoplankton Chi-Square df Asymp. Sig.
3.343 2 .188
a.
Kruskal Wallis Test
b.
Grouping Variable: Stasiun
Mann-Whitney Test Ranks Fitoplankton
Musim Barat Timur Total
N
Mean Rank 74.44 70.56
72 72 144
Sum of Ranks 5359.50 5080.50
Estimates Dependent Variable: VAR00007 Musim Barat Timur
Mean 146.110 132.659
Std. Error 2.774 2.774
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 140.622 151.598 127.171 138.147
153
Lampiran 9
Lanjutan a
Test Statistics
Fitoplankton 2452.500 5080.500 -.558 .577
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a.
Grouping Variable: Musim
Mann-Whitney Test Ranks Fitoplankton
Pasang Surut Pasang Surut Total
Test Statisticsa
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Fitoplankton 2231.500 4859.500 -1.441 .150
a. Grouping Variable: Pasang Surut
N 72 72 144
Mean Rank 77.51 67.49
Sum of Ranks 5580.50 4859.50
154
Lampiran 10 Ukuran lorika Ukuran lorika (Alam) Minanga
Manembo-nembo PL 159,60 159,60 159,60 142,80 159,60 159,60 159,60 142,80 159,60 159,60 159,60 151,20 151,20 168,00 168,00 168,00 168,00 159,60 151,20 151,20 168,00 168,00 151,20 159,60 168,00 159,60 159,60 159,60 168,00 168,00
LA 58,80 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20
LL 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60 126,00 117,60 117,60 109,20 109,20 117,60 126,00 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60
PL 176,40 168,00 134,40 184,80 159,60 193,20 159,60 184,80 176,40 168,00 151,20 176,40 151,20 159,60 168,00 176,40 142,80 142,80 159,60 168,00 134,40 168,00 159,60 168,00 159,60 159,60 176,40 168,00 159,60 168,00
LA 84,00 75,60 67,20 67,20 67,20 75,60 75,60 67,20 75,60 75,60 67,20 75,60 67,20 75,60 75,60 75,60 58,80 67,20 67,20 75,60 58,80 75,60 67,20 75,60 75,60 75,60 75,60 75,60 67,20 67,20
Wori LL 126,20 117,50 106,27 134,50 126,00 141,35 110,28 134,34 126,32 132,33 110,28 130,33 117,60 126,00 132,33 134,50 108,27 112,11 126,00 126,30 104,26 126,00 116,60 128,00 115,28 120,30 131,10 126,30 118,50 122,31
PL 142,80 142,80 142,80 142,80 151,20 151,20 159,60 142,80 159,60 151,20 151,20 142,80 151,20 159,60 151,20 159,60 159,60 151,20 151,20 159,60 159,60 159,60 151,20 159,60 168,00 159,60 151,20 159,60 159,60 159,60
LA 67,20 67,20 67,20 58,80 58,80 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20
Tumpaan LL 117,60 117,60 109,20 109,20 117,60 117,60 117,60 100,80 109,20 117,60 109,20 109,20 117,60 117,60 117,60 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 117,60 117,60 117,60
PL 151,20 142,80 151,20 142,80 151,20 151,20 151,20 151,20 151,20 151,20 151,20 151,20 151,20 159,60 159,60 159,60 159,60 159,60 151,20 159,60 159,60 168,00 151,20 168,00 168,00 159,60 159,60 151,20 159,60 159,60
LA 67,20 58,80 67,20 58,80 67,20 75,60 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20 67,20 67,20 58,80 67,20 67,20
LL 118,00 109,00 118,00 109,00 118,00 118,00 118,00 118,00 118,00 118,00 118,00 109,00 118,00 118,00 118,00 118,00 118,00 118,00 101,00 118,00 118,00 118,00 109,00 118,00 118,00 109,00 118,00 101,00 118,00 118,00
155
Lampiran 10 Lanjutan Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan N. oculata. PL 151,20 134,40 126,00 151,20 151,20 134,40 142,80 126,00 151,20 134,40 126,00 126,00 159,60 168,00 142,80 126,00 117,60 142,80 142,80 151,20 109,20 117,60 126,00 134,40 151,20 151,20 126,00 100,80 117,60 151,20
4 ppt LA 58,80 67,20 50,40 67,20 50,40 67,20 75,60 58,80 58,80 58,80 75,60 67,20 67,20 67,20 67,20 75,60 50,40 67,20 75,60 67,20 58,80 75,60 58,80 75,60 67,20 67,20 67,20 50,40 75,60 58,80
LL 117,60 126,00 100,80 117,60 92,40 109,20 109,20 92,40 92,40 109,20 117,60 100,80 109,20 117,60 117,60 117,60 84,00 126,00 126,00 109,20 92,40 109,20 92,40 117,60 100,80 109,20 117,60 84,00 117,60 100,80
PL 100,80 109,20 109,20 126,00 126,00 92,40 134,40 151,20 142,80 151,20 117,60 134,40 126,00 92,40 117,60 142,80 159,60 151,20 142,80 142,80 126,00 100,80 142,80 126,00 126,00 134,40 151,20 84,00 126,00 134,40
20 ppt LA 42,00 58,80 58,80 50,40 50,40 33,60 67,20 67,20 67,20 67,20 50,40 67,20 50,40 50,40 58,80 50,40 50,40 50,40 58,80 67,20 58,80 42,00 67,20 75,60 58,80 67,20 67,20 58,80 50,40 50,40
LL 67,20 100,80 109,20 92,40 84,00 75,60 126,00 126,00 126,00 134,40 84,00 109,20 109,20 84,00 92,40 109,20 100,80 117,60 100,80 117,60 117,60 84,00 117,60 100,80 100,80 92,40 126,00 92,40 100,80 100,80
PL 151,20 100,80 117,60 142,80 168,00 134,40 159,60 126,00 159,60 134,40 142,80 134,40 168,00 151,20 159,60 100,80 117,60 151,20 142,80 168,00 84,00 126,00 100,80 159,60 134,40 159,60 109,20 142,80 109,20 134,40
40 ppt LA 92,40 75,60 67,20 67,20 75,60 58,80 75,60 67,20 75,60 75,60 58,80 75,60 75,60 75,60 84,00 58,80 50,40 75,60 75,60 50,40 42,00 58,80 50,40 75,60 75,60 75,60 50,40 58,80 67,20 75,60
LL 134,40 109,20 92,40 126,00 117,60 109,20 134,40 100,80 142,80 117,60 92,40 117,60 134,40 126,00 117,60 84,00 92,40 117,60 109,20 92,40 75,60 92,40 75,60 117,60 109,20 126,00 92,40 92,40 92,40 109,20
PL 134,40 168,00 100,80 151,20 142,80 151,20 134,40 142,80 151,20 134,40 142,80 151,20 159,60 142,80 151,20 117,60 109,20 159,60 151,20 142,80 109,20 126,00 117,60 134,40 117,60 142,80 126,00 117,60 126,00 126,00
50 ppt LA 67,20 92,40 75,60 58,80 67,20 58,80 67,20 58,80 67,20 58,80 75,60 67,20 84,00 67,20 75,60 58,80 67,20 75,60 67,20 50,40 58,80 58,80 67,20 58,80 75,60 67,20 75,60 67,20 75,60 67,20
LL 109,20 117,60 100,80 126,00 109,20 117,60 117,60 109,20 134,40 109,20 100,80 126,00 109,20 117,60 109,20 100,80 109,20 92,40 109,20 100,80 84,00 100,80 92,40 109,20 117,60 109,20 92,40 100,80 109,20 100,80
PL 151,20 134,40 126,00 151,20 151,20 134,40 142,80 126,00 151,20 134,40 126,00 126,00 159,60 168,00 142,80 126,00 117,60 142,80 142,80 151,20 109,20 117,60 126,00 134,40 151,20 151,20 126,00 100,80 117,60 151,20
60 ppt LA 92,40 84,00 67,20 75,60 84,00 75,60 75,60 58,80 92,40 67,20 58,80 58,80 67,20 92,40 67,20 50,40 58,80 67,20 58,80 67,20 50,40 67,20 58,80 58,80 67,20 84,00 58,80 50,40 58,80 67,20
LL 126,00 117,60 109,20 117,60 126,00 117,60 126,00 109,20 134,40 126,00 117,60 109,20 126,00 134,40 109,20 92,40 100,80 109,20 100,80 92,40 75,60 84,00 92,40 109,20 100,80 117,60 100,80 92,40 84,00 100,80
156
Lampiran 10 Lanjutan Ukuran panjang lorika (PL), lebar anterior (LA) dan lebar lorika (LL) B. rotundiformis yang dikultur di laboratorium pada beberapa salinitas dan pakan Prochloron sp. PL 126,00 109,20 100,80 117,60 134,40 126,00 109,20 134,40 117,60 142,80 134,40 142,80 134,40 126,00 117,60 126,00 117,60 100,80 126,00 126,00 134,40 126,00 109,20 159,60 126,00 109,20 134,40 142,80 134,40 117,60
4 ppt LA 50,40 75,60 50,40 75,60 75,60 50,40 50,40 67,20 75,60 84,00 75,60 67,20 67,20 67,20 50,40 84,00 50,40 58,80 67,20 58,80 75,60 50,40 50,40 58,80 75,60 75,60 75,60 84,00 67,20 50,40
LL 100,80 109,20 84,00 117,60 117,60 117,60 75,60 100,80 117,60 109,20 117,60 100,80 100,80 109,20 92,40 117,60 100,80 109,20 100,80 100,80 109,20 109,20 100,80 92,40 100,80 109,20 117,60 109,20 100,80 100,80
PL 84,00 100,80 100,80 100,80 100,80 100,80 92,40 117,60 117,60 109,20 100,80 109,20 117,60 117,60 117,60 109,20 134,40 117,60 109,20 109,20 117,60 117,60 109,20 109,20 92,40 100,80 100,80 100,80 117,60 117,60
20 ppt LA 42,00 58,80 58,80 58,80 50,40 50,40 42,00 58,80 50,40 58,80 42,00 58,80 58,80 58,80 58,80 50,40 58,80 58,80 50,40 58,80 58,80 58,80 58,80 50,40 58,80 50,40 42,00 42,00 58,80 58,80
LL 84,00 92,40 92,40 84,00 58,80 67,20 75,60 109,20 100,80 100,80 84,00 100,80 100,80 100,80 100,80 84,00 109,20 100,80 100,80 100,80 100,80 100,80 100,80 100,80 75,60 92,40 92,40 100,80 100,80 100,80
PL 126,00 100,80 117,60 126,00 134,40 142,80 92,40 126,00 134,40 126,00 126,00 134,40 126,00 84,00 126,00 126,00 100,80 109,20 117,60 126,00 134,40 126,00 109,20 151,20 134,40 126,00 117,60 117,60 126,00 117,60
40 ppt LA 58,80 50,40 42,00 58,80 67,20 58,80 50,40 67,20 58,80 67,20 58,80 58,80 58,80 58,80 50,40 58,80 58,80 50,40 58,80 58,80 67,20 67,20 42,00 75,60 50,40 33,60 50,40 50,40 58,80 58,80
LL 100,80 92,40 84,00 100,80 117,60 117,60 84,00 100,80 109,20 109,20 92,40 100,80 92,40 92,40 92,40 109,20 84,00 100,80 100,80 117,60 109,20 100,80 75,60 117,60 92,40 84,00 84,00 67,20 109,20 100,80
PL 134,40 117,60 92,40 126,00 117,60 126,00 117,60 126,00 126,00 142,80 117,60 126,00 117,60 126,00 117,60 142,80 117,60 100,80 126,00 134,40 134,40 126,00 84,00 142,80 126,00 117,60 100,80 100,80 126,00 109,20
50 ppt LA 67,20 50,40 42,00 67,20 50,40 58,80 50,40 58,80 67,20 75,60 50,40 58,80 50,40 58,80 50,40 58,80 50,40 50,40 58,80 75,60 67,20 50,40 42,00 67,20 58,80 42,00 50,40 50,40 67,20 58,80
LL 92,40 75,60 75,60 100,80 100,80 109,20 75,60 100,80 109,20 117,60 84,00 109,20 92,40 109,20 92,40 109,20 84,00 100,80 117,60 126,00 117,60 100,80 75,60 109,20 92,40 75,60 84,00 67,20 100,80 100,80
PL 126,00 109,20 100,80 117,60 134,40 126,00 109,20 134,40 117,60 142,80 134,40 142,80 134,40 126,00 117,60 126,00 117,60 100,80 126,00 126,00 134,40 126,00 109,20 159,60 126,00 100,80 109,20 109,20 126,00 126,00
60 ppt LA 58,80 50,40 42,00 50,40 58,80 58,80 50,40 58,80 50,40 67,20 50,40 58,80 67,20 58,80 50,40 58,80 58,80 50,40 50,40 67,20 84,00 84,00 42,00 75,60 58,80 42,00 58,80 50,40 58,80 58,80
LL 109,20 84,00 84,00 100,80 117,60 109,20 84,00 109,20 84,00 100,80 92,40 100,80 100,80 92,40 84,00 100,80 92,40 84,00 84,00 100,80 142,80 151,20 84,00 100,80 92,40 84,00 92,40 84,00 109,20 117,60
157
Lampiran 10 Lanjutan Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dari 4 lokasi penelitian Lokasi
Panjang lorika
Lebar lorika
Lebar anterior
Manembo-nembo
159,60
116,20
66,08
Minanga
164,08
122,92
71,68
Wori
153,72
114,80
65,24
Tumpaan
155,40
115,37
65,80
Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan N. oculata Salinitas
Panjang lorika
Lebar lorika
Lebar anterior
4 ppt
136,36
107,80
64,96
20 ppt
127,40
103,32
57,12
40 ppt
136,36
108,36
68,04
50 ppt
136,08
108,08
67,76
60 ppt
136,36
108,64
68,04
Ukuran lorika rata-rata (μm) B. rotundiformis dengan salinitas berbeda dan pakan Prochloron sp. Salinitas
Panjang lorika
Lebar lorika
Lebar anterior
4 ppt
124,99
104,50
64,51
20 ppt
108,36
93,80
54,04
40 ppt
122,08
98,00
56,84
50 ppt
120,68
96,88
56,84
60 ppt
123,20
99,12
57,68
158
Lampiran 11 Analisis ragam ukuran morfometri (PL, LL, LA) B. rotundiformis alam (4 lokasi) dengan yang dikultur pada salinitas dan jenis pakan berbeda Oneway ANOVA Sum of Squares Panjang Lorika (umBetween Group133945.6 Within Groups 7660.324 Total 211605.9 Lebar Anterior (um Between Group4381.567 Within Groups 9221.431 Total 3602.998 Lebar Lorika (um) Between Group1463.845 Within Groups 1824.063 Total 3287.909
df 13 401 414 13 401 414 13 401 414
Mean Square 10303.506 193.667
F 53.202
Sig. .000
1106.274 72.871
15.181
.000
2420.296 154.175
15.698
.000
Homogeneous Subsets Panjang Lorika (um)
Type Rotifer a,b Kultur Sal 20 Pakan Prochloro Tukey HSD Kultur Sal 4 Pakan Prochloron Alam Minanga Kultur Sal 40 Pakan Prochloro Alam Tumpaan Kultur Sal 4 Pakan Nanno Kultur Sal 20 Pakan Nanno Alam Manembo Kultur Sal 40 Pakan Nanno Alam Wori Kultur Sal 60 Pakan Nanno Kultur Sal 60 Pakan Prochloro Kultur Sal 50 Pakan Prochloro Kultur Sal 50 Pakan Nanno Sig.
Subset for alpha = .05 N 1 2 3 4 30 108.7900 25 118.9080 118.9080 30 119.2433 119.2433 30 120.6267 120.6267 30 121.7333 30 126.1600 26.1600 30 127.4000 27.4000 30 37.7000 30 37.9833 30 37.9833 30 160.1600 30 160.4400 30 161.0000 30 163.8000 .068 .521 .069 .999
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I erro guaranteed.
159
Lampiran 11 Lanjutan Lebar Anterior (um)
Type Rotifer a,b Kultur Sal 20 Pakan Prochlo Tukey HSD Kultur Sal 40 Pakan Prochlo Alam Minanga Alam Tumpaan Kultur Sal 20 Pakan Nanno Kultur Sal 4 Pakan Prochlor Kultur Sal 4 Pakan Nanno Kultur Sal 60 Pakan Nanno Kultur Sal 60 Pakan Prochlo Kultur Sal 50 Pakan Prochlo Alam Manembo Kultur Sal 40 Pakan Nanno Alam Wori Kultur Sal 50 Pakan Nanno Sig.
N 30 30 30 30 30 25 30 30 30 30 30 30 30 30
1 52.2100 56.1633 56.1633 56.9933 57.1200
.621
Subset for alpha = .05 2 3 4 56.1633 56.1633 56.9933 57.1200 62.2080
.270
56.9933 57.1200 62.2080 64.1867
.074
62.2080 64.1867 65.2400 65.8000 66.0800 68.5667 68.8500 68.8500 .145
5
65.2400 65.8000 66.0800 68.5667 68.8500 68.8500 71.6800 .182
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels ar
Lebar Lorika (um)
Type Rotifer a,b Kultur Sal 20 Pakan Prochl Tukey HSD Alam Minanga Kultur Sal 40 Pakan Prochl Alam Tumpaan Kultur Sal 4 Pakan Prochlo Kultur Sal 20 Pakan Nanno Kultur Sal 4 Pakan Nanno Alam Manembo Kultur Sal 40 Pakan Nanno Alam Wori Kultur Sal 60 Pakan Nanno Kultur Sal 60 Pakan Prochl Kultur Sal 50 Pakan Prochl Kultur Sal 50 Pakan Nanno Sig.
N 30 30 30 30 25 30 30 30 30 30 30 30 30 30
1 92.6900 95.7267 96.8333 97.9400 101.0880 103.3200
Subset for alpha = .05 2 3 4
5
95.7267 96.8333 97.9400 101.0880 101.0880 103.3200 103.3200 106.5167 106.5167 106.5167 109.3667 109.3667 109.6500 109.6500 109.9333 109.9333 114.8000 114.8000 115.3667 115.3667 116.2000 116.2000 122.9200 .064 .055 .261 .143 .400
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 29.577. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels
160
Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance Descriptive Statistics Dependent Variable: Panjang Lorika Salinitas Salinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Jenis Pakan Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total
Mean 127.6800 118.2720 123.4036 127.4000 108.3600 117.8800 136.3600 122.0800 129.2200 136.0800 120.6800 128.3800 136.3600 123.2000 129.7800 132.7760 118.5269 125.7722
Std. Deviation 13.84661 10.54749 13.21971 20.10723 10.42879 18.55664 23.10285 14.25072 20.34728 16.85783 14.20797 17.29747 15.85881 13.65789 16.10397 18.50859 13.75699 17.81089
N 30 25 55 30 30 60 30 30 60 30 30 60 30 30 60 150 145 295
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Panjang Lorika Source Corrected Model Intercept Salinitas Pakan Salinitas * Pakan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 21989.534a 4643299.667 6247.030 14946.997 700.839 71275.478 4759765.920 93265.012
df 9 1 4 1 4 285 295 294
Mean Square 2443.282 4643299.667 1561.757 14946.997 175.210 250.089
a. R Squared = .236 (Adjusted R Squared = .212)
F 9.770 18566.559 6.245 59.767 .701
Sig. .000 .000 .000 .000 .592
161
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas Pairwise Comparisons Dependent Variable: Panjang Lorika Mean Difference (I-J) (I) Salinitas (J) Salinitas Std. Error Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm 5.096 2.959 Salinitas 40 ppm -6.244* 2.959 salinitas 50 ppm -5.404 2.959 Salinitas 60 ppm -6.804* 2.959 Salinitas 20 ppmSalinitas 4 ppm -5.096 2.959 Salinitas 40 ppm -11.340* 2.887 salinitas 50 ppm -10.500* 2.887 Salinitas 60 ppm -11.900* 2.887 Salinitas 40 ppmSalinitas 4 ppm 6.244* 2.959 Salinitas 20 ppm 11.340* 2.887 salinitas 50 ppm .840 2.887 Salinitas 60 ppm -.560 2.887 salinitas 50 ppmSalinitas 4 ppm 5.404 2.959 Salinitas 20 ppm 10.500* 2.887 Salinitas 40 ppm -.840 2.887 Salinitas 60 ppm -1.400 2.887 Salinitas 60 ppmSalinitas 4 ppm 6.804* 2.959 Salinitas 20 ppm 11.900* 2.887 Salinitas 40 ppm .560 2.887 salinitas 50 ppm 1.400 2.887
a
Sig. .086 .036 .069 .022 .086 .000 .000 .000 .036 .000 .771 .846 .069 .000 .771 .628 .022 .000 .846 .628
95% Confidence Interval for a Difference Lower BoundUpper Bound -.727 10.919 -12.067 -.421 -11.227 .419 -12.627 -.981 -10.919 .727 -17.023 -5.657 -16.183 -4.817 -17.583 -6.217 .421 12.067 5.657 17.023 -4.843 6.523 -6.243 5.123 -.419 11.227 4.817 16.183 -6.523 4.843 -7.083 4.283 .981 12.627 6.217 17.583 -5.123 6.243 -4.283 7.083
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adju
Jenis Pakan Univariate Tests Dependent Variable: Panjang Lorika
Contrast Error
Sum of Squares 14946.997 71275.478
df 1 285
Mean Square 14946.997 250.089
F 59.767
Sig. .000
The F tests the effect of Jenis Pakan. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
162
Lampiran 11 Lanjutan 4. Salinitas * Jenis Pakan Dependent Variable: Panjang Lorika Salinitas Jenis Pakan Salinitas 4 ppm Nannochloropsis oculat Prochloron sp Salinitas 20 ppm Nannochloropsis oculat Prochloron sp Salinitas 40 ppm Nannochloropsis oculat Prochloron sp salinitas 50 ppm Nannochloropsis oculat Prochloron sp Salinitas 60 ppm Nannochloropsis oculat Prochloron sp
95% Confidence Interval Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound 127.680 2.887 121.997 133.363 118.272 3.163 112.047 124.497 127.400 2.887 121.717 133.083 108.360 2.887 102.677 114.043 136.360 2.887 130.677 142.043 122.080 2.887 116.397 127.763 136.080 2.887 130.397 141.763 120.680 2.887 114.997 126.363 136.360 2.887 130.677 142.043 123.200 2.887 117.517 128.883
Post Hoc Tests Salinitas Multiple Comparisons Dependent Variable: Panjang Lorika Tukey HSD
(I) Salinitas Salinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
(J) Salinitas Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm
Mean Difference (I-J) 5.5236 -5.8164 -4.9764 -6.3764 -5.5236 -11.3400* -10.5000* -11.9000* 5.8164 11.3400* .8400 -.5600 4.9764 10.5000* -.8400 -1.4000 6.3764 11.9000* .5600 1.4000
Based on observed means. *. The mean difference is significant at the .05 level.
Std. Error 2.95216 2.95216 2.95216 2.95216 2.95216 2.88727 2.88727 2.88727 2.95216 2.88727 2.88727 2.88727 2.95216 2.88727 2.88727 2.88727 2.95216 2.88727 2.88727 2.88727
Sig. .335 .283 .444 .198 .335 .001 .003 .000 .283 .001 .998 1.000 .444 .003 .998 .989 .198 .000 1.000 .989
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -2.5810 13.6283 -13.9210 2.2883 -13.0810 3.1283 -14.4810 1.7283 -13.6283 2.5810 -19.2665 -3.4135 -18.4265 -2.5735 -19.8265 -3.9735 -2.2883 13.9210 3.4135 19.2665 -7.0865 8.7665 -8.4865 7.3665 -3.1283 13.0810 2.5735 18.4265 -8.7665 7.0865 -9.3265 6.5265 -1.7283 14.4810 3.9735 19.8265 -7.3665 8.4865 -6.5265 9.3265
163
Lampiran 11 Lanjutan Panjang Lorika Tukey HSD
a,b,c
Salinitas Salinitas 20 ppm Salinitas 4 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 40 ppm Salinitas 60 ppm Sig.
Subset 1 117.8800 123.4036
N 60 55 60 60 60
.322
2 123.4036 128.3800 129.2200 129.7800 .187
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 250.089. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.
Univariate Analysis of Variance Descriptive Statistics Dependent Variable: Lebar Anterior Salinitas Salinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Jenis Pakan Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total
Mean 64.9600 64.5120 64.7564 57.1200 54.0400 55.5800 68.0400 56.8400 62.4400 67.7600 56.8400 62.3000 68.0400 57.6800 62.8600 65.1840 57.7572 61.5336
Std. Deviation 8.23423 11.80989 9.92227 9.71619 6.50038 8.34166 11.74551 8.73604 11.71381 8.80539 9.27635 10.52252 12.35134 10.51785 12.51588 10.99671 9.89369 11.09334
N 30 25 55 30 30 60 30 30 60 30 30 60 30 30 60 150 145 295
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Lebar Anterior Source Corrected Model Intercept Salinitas Pakan Salinitas * Pakan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 8313.331a 1115438.389 2876.178 3813.459 1472.470 27866.966 1153162.080 36180.298
df 9 1 4 1 4 285 295 294
a. R Squared = .230 (Adjusted R Squared = .205)
Mean Square 923.703 1115438.389 719.045 3813.459 368.117 97.779
F 9.447 11407.770 7.354 39.001 3.765
Sig. .000 .000 .000 .000 .005
164
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas Pairwise Comparisons Dependent Variable: Lebar Anterior
(I) Salinitas Salinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
(J) Salinitas Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm
Mean Difference Std. Error (I-J) 9.156* 1.850 2.296 1.850 2.436 1.850 1.876 1.850 -9.156* 1.850 -6.860* 1.805 -6.720* 1.805 -7.280* 1.805 -2.296 1.850 6.860* 1.805 .140 1.805 -.420 1.805 -2.436 1.850 6.720* 1.805 -.140 1.805 -.560 1.805 -1.876 1.850 7.280* 1.805 .420 1.805 .560 1.805
a
Sig. .000 .216 .189 .311 .000 .000 .000 .000 .216 .000 .938 .816 .189 .000 .938 .757 .311 .000 .816 .757
95% Confidence Interval for a Difference Lower Bound Upper Bound 5.515 12.797 -1.345 5.937 -1.205 6.077 -1.765 5.517 -12.797 -5.515 -10.414 -3.306 -10.274 -3.166 -10.834 -3.726 -5.937 1.345 3.306 10.414 -3.414 3.694 -3.974 3.134 -6.077 1.205 3.166 10.274 -3.694 3.414 -4.114 2.994 -5.517 1.765 3.726 10.834 -3.134 3.974 -2.994 4.114
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Jenis Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: Lebar Anterior Mean Difference (I) Jenis Pakan (J) Jenis Pakan Std. Error (I-J) Nannochloropsis ocul Prochloron sp 7.202* 1.153 Prochloron sp Nannochloropsis ocul -7.202* 1.153
95% Confidence Interval for a Difference a Sig. Lower BoundUpper Bound .000 4.932 9.471 .000 -9.471 -4.932
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
165
Lampiran 11 Lanjutan 4. Salinitas * Jenis Pakan Dependent Variable: Lebar Anterior Salinitas Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm Salinitas 40 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 60 ppm
Jenis Pakan Nannochloropsis oculata Prochloron sp Nannochloropsis oculata Prochloron sp Nannochloropsis oculata Prochloron sp Nannochloropsis oculata Prochloron sp Nannochloropsis oculata Prochloron sp
Mean 64.960 64.512 57.120 54.040 68.040 56.840 67.760 56.840 68.040 57.680
Std. Error 1.805 1.978 1.805 1.805 1.805 1.805 1.805 1.805 1.805 1.805
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 61.406 68.514 60.619 68.405 53.566 60.674 50.486 57.594 64.486 71.594 53.286 60.394 64.206 71.314 53.286 60.394 64.486 71.594 54.126 61.234
Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets Lebar Anterior Tukey HSD
a,b,c
Salinitas Salinitas 20 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 40 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Sig.
N 60 60 60 60 55
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 97.779. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929. b.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
c. Alpha = .05.
Subset 1 55.5800
1.000
2 62.3000 62.4400 62.8600 64.7564 .661
166
Lampiran 11 Lanjutan Univariate Analysis of Variance Descriptive Statistics Dependent Variable: Lebar Lorika Salinitas Salinitas 4 ppm
Salinitas 20 ppm
Salinitas 40 ppm
salinitas 50 ppm
Salinitas 60 ppm
Total
Jenis Pakan Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total Nannochloropsis oculata Prochloron sp Total
Mean 107.8000 104.4960 106.2982 103.3200 93.8000 98.5600 108.3600 98.0000 103.1800 108.0800 96.8800 102.4800 108.6400 99.1200 103.8800 107.2400 98.2510 102.8217
Std. Deviation 12.29870 10.86602 11.68176 16.67644 12.09924 15.22143 18.10356 12.92568 16.44688 10.97076 15.39956 14.40881 15.43113 16.85783 16.72628 14.86850 14.11587 15.16242
N 30 25 55 30 30 60 30 30 60 30 30 60 30 30 60 150 145 295
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Lebar Lorika Source Corrected Model Intercept Salinitas Pakan Salinitas * Pakan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 8195.676a 3111188.300 1774.815 5669.298 549.858 59394.586 3186419.040 67590.261
df 9 1 4 1 4 285 295 294
Mean Square 910.631 3111188.300 443.704 5669.298 137.465 208.402
a. R Squared = .121 (Adjusted R Squared = .094)
F 4.370 14928.779 2.129 27.204 .660
Sig. .000 .000 .077 .000 .621
167
Lampiran 11 Lanjutan Salinitas Pairwise Comparisons Dependent Variable: Lebar Lorika Mean Difference (I) Salinitas (J) Salinitas Std. Error (I-J) Salinitas 4 ppm Salinitas 20 ppm 7.588* 2.701 Salinitas 40 ppm 2.968 2.701 salinitas 50 ppm 3.668 2.701 Salinitas 60 ppm 2.268 2.701 Salinitas 20 ppmSalinitas 4 ppm -7.588* 2.701 Salinitas 40 ppm -4.620 2.636 salinitas 50 ppm -3.920 2.636 Salinitas 60 ppm -5.320* 2.636 Salinitas 40 ppmSalinitas 4 ppm -2.968 2.701 Salinitas 20 ppm 4.620 2.636 salinitas 50 ppm .700 2.636 Salinitas 60 ppm -.700 2.636 salinitas 50 ppmSalinitas 4 ppm -3.668 2.701 Salinitas 20 ppm 3.920 2.636 Salinitas 40 ppm -.700 2.636 Salinitas 60 ppm -1.400 2.636 Salinitas 60 ppmSalinitas 4 ppm -2.268 2.701 Salinitas 20 ppm 5.320* 2.636 Salinitas 40 ppm .700 2.636 salinitas 50 ppm 1.400 2.636
a
Sig. .005 .273 .175 .402 .005 .081 .138 .044 .273 .081 .791 .791 .175 .138 .791 .596 .402 .044 .791 .596
95% Confidence Interval for a Difference Lower BoundUpper Bound 2.272 12.904 -2.348 8.284 -1.648 8.984 -3.048 7.584 -12.904 -2.272 -9.808 .568 -9.108 1.268 -10.508 -.132 -8.284 2.348 -.568 9.808 -4.488 5.888 -5.888 4.488 -8.984 1.648 -1.268 9.108 -5.888 4.488 -6.588 3.788 -7.584 3.048 .132 10.508 -4.488 5.888 -3.788 6.588
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adju
Jenis Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: Lebar Lorika % Confidence Interval Mean a Difference Difference a (I) Jenis Pakan (J) Jenis Pakan Upper Bound (I-J) Std. Error Sig. ower Bound Nannochloropsis oProchloron sp 8.781* 1.684 .000 5.467 12.095 Prochloron sp Nannochloropsis o -8.781* 1.684 .000 -12.095 -5.467 Based on estimated marginal means *.The mean difference is significant at the .05 level. a.Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to n
168
Lampiran 11 Lanjutan 4. Salinitas * Jenis Pakan Dependent Variable: Lebar Lorika Salinitas Jenis Pakan Mean Salinitas 4 ppm Nannochloropsis ocu 107.800 Prochloron sp 104.496 Salinitas 20 pp Nannochloropsis ocu 103.320 Prochloron sp 93.800 Salinitas 40 pp Nannochloropsis ocu 108.360 Prochloron sp 98.000 salinitas 50 ppmNannochloropsis ocu 108.080 Prochloron sp 96.880 Salinitas 60 pp Nannochloropsis ocu 108.640 Prochloron sp 99.120
95% Confidence Interval Std. ErrorLower BoundUpper Bound 2.636 102.612 112.988 2.887 98.813 110.179 2.636 98.132 108.508 2.636 88.612 98.988 2.636 103.172 113.548 2.636 92.812 103.188 2.636 102.892 113.268 2.636 91.692 102.068 2.636 103.452 113.828 2.636 93.932 104.308
Post Hoc Tests Salinitas Homogeneous Subsets Lebar Lorika Tukey HSD
a,b,c
Salinitas Salinitas 20 ppm salinitas 50 ppm Salinitas 40 ppm Salinitas 60 ppm Salinitas 4 ppm Sig.
N 60 60 60 60 55
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 208.402. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 58.929. b.
The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
c. Alpha = .05.
Subset 1 98.5600 102.4800 103.1800 103.8800 .268
2 102.4800 103.1800 103.8800 106.2982 .605
169
Lampiran 12 Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening pada bakteri V. cholerae, B. subtilis, E. coli Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: V. Cholera Type III Sum of Squares 69.362a 136.448 38.488 21.667 9.207 13.576 219.386 82.938
Source Corrected Model Intercept pakan Salinitas pakan * Salinitas Error Total Corrected Total
df
Mean Square 7.707 136.448 38.488 5.417 2.302 .679
9 1 1 4 4 20 30 29
F 11.354 201.011 56.699 7.980 3.391
Sig. .000 .000 .000 .001 .028
a. R Squared = .836 (Adjusted R Squared = .763)
Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: V. Cholera
(I) pakan Nannochloropsis Prochloron
Mean Difference (I-J) 2.265* -2.265*
(J) pakan Prochloron Nannochloropsis
Std. Error .301 .301
a
Sig. .000 .000
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Salinitas Homogeneous Subsets V. Cholera Subset Tukey HSD
a,b
Salinitas 20 ppt 60 ppt 40 ppt 50 ppt 4 ppt Sig.
N
1 6 6 6 6 6
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .679. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b. Alpha = .05.
2 1.1233 1.5000 1.7517
.682
1.7517 3.1250 3.1633 .053
170
Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: B. Subtilis Source Corrected Model Intercept pakan Salinitas pakan * Salinitas Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 64.947a 172.848 10.788 29.487 24.672 10.260 248.055 75.207
df 9 1 1 4 4 20 30 29
Mean Square 7.216 172.848 10.788 7.372 6.168 .513
F 14.067 336.940 21.030 14.370 12.024
a. R Squared = .864 (Adjusted R Squared = .802)
Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: B. Subtilis
(I) pakan Nannochloropsis Prochloron
Mean Difference (I-J) 1.199* -1.199*
(J) pakan Prochloron Nannochloropsis
a
Std. Error .262 .262
Sig. .000 .000
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Salinitas Homogeneous Subsets B. Subtilis
Tukey HSD
a,b
Salinitas 4 ppt 20 ppt 60 ppt 40 ppt 50 ppt Sig.
N 6 6 6 6 6
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .513. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b. Alpha = .05.
Subset 1 1.1267 1.2500
.998
2
3.1250 3.2500 3.2500 .998
Sig. .000 .000 .000 .000 .000
171
Lampiran 12 Lanjutan Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: E. Coli Type III Sum of Squares 51.945a 137.046 14.173 17.379 20.392 15.134 204.124 67.078
Source Corrected Model Intercept pakan Salinitas pakan * Salinitas Error Total Corrected Total
df
Mean Square 5.772 137.046 14.173 4.345 5.098 .757
9 1 1 4 4 20 30 29
F 7.628 181.114 18.730 5.742 6.737
Sig. .000 .000 .000 .003 .001
a. R Squared = .774 (Adjusted R Squared = .673)
Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: E. Coli
(I) pakan Nannochloropsis Prochloron
Mean Difference (I-J) 1.375* -1.375*
(J) pakan Prochloron Nannochloropsis
Std. Error .318 .318
a
Sig. .000 .000
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Salinitas Homogeneous Subsets E. Coli Subset Tukey HSD
a,b
Salinitas 4 ppt 20 ppt 60 ppt 50 ppt 40 ppt Sig.
N
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .757. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b.
Alpha = .05.
1 6 6 6 6 6
2 1.2500 1.3800 2.3000 2.4250 .174
2.3000 2.4250 3.3317 .278
172
Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas, pakan dan jenis bakteri terhadap zona bening Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Zona Bening Source Corrected Model Intercept pakan Salinitas Bakter pakan * Salinitas pakan * Bakter Salinitas * Bakter pakan * Salinitas * Bakter Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 187.662a 444.933 58.548 34.305 1.408 10.835 4.901 34.229 43.436 38.970 671.565 226.632
df 29 1 1 4 2 4 2 8 8 60 90 89
Mean Square 6.471 444.933 58.548 8.576 .704 2.709 2.450 4.279 5.430 .649
F 9.963 685.045 90.144 13.204 1.084 4.171 3.773 6.588 8.360
a. R Squared = .828 (Adjusted R Squared = .745)
Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: Zona Bening
(I) Jenis Pakan Nannochloropsis Prochloron
Mean Difference (I-J) 1.613* -1.613*
(J) Jenis Pakan Prochloron Nannochloropsis
Std. Error .170 .170
a
Sig. .000 .000
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Salinitas Homogeneous Subsets Zona Bening
Tukey HSD
a,b
Salinitas 20 ppt 4 ppt 60 ppt 40 ppt 50 ppt Sig.
N 18 18 18 18 18
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .649. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. b. Alpha = .05.
1 1.2511 1.8467
.188
Subset 2 1.8467 2.3083
.431
3
2.3083 2.7778 2.9333 .151
Sig. .000 .000 .000 .000 .345 .005 .029 .000 .000
173
Lampiran 12 Lanjutan Hasil analisis ragam (ANOVA) faktorial pengaruh salinitas pakan terhadap zona bening tanpa membedakan jenis bakterinya (gabung) Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Zona Bening Source Corrected Model Intercept pakan Salinitas pakan * Salinitas Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 103.688a 444.933 58.548 34.305 10.835 122.944 671.565 226.632
df 9 1 1 4 4 80 90 89
Mean Square 11.521 444.933 58.548 8.576 2.709 1.537
F 7.497 289.519 38.097 5.581 1.763
Sig. .000 .000 .000 .001 .145
a. R Squared = .458 (Adjusted R Squared = .396)
Pakan Pairwise Comparisons Dependent Variable: Zona Bening
(I) Jenis Pakan Nannochloropsis Prochloron
(J) Jenis Pakan Prochloron Nannochloropsis
Mean Difference (I-J) 1.613* -1.613*
a
Std. Error .261 .261
Sig. .000 .000
Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Salinitas Homogeneous Subsets Zona Bening Subset Tukey HSD
a,b
Salinitas 20 ppt 4 ppt 60 ppt 40 ppt 50 ppt Sig.
N
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1.537. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. b.
Alpha = .05.
1 18 18 18 18 18
2 1.2511 1.8467 2.3083
.088
1.8467 2.3083 2.7778 2.9333 .074
174
Lampiran 12 Lanjutan Zona bening (mm) Pakan N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata N. oculata Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp. Prochloron sp.
Salinitas 4 4 4 20 20 20 40 40 40 50 50 50 60 60 60 4 4 4 20 20 20 40 40 40 50 50 50 60 60 60
Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
V. cholerae 6,60 4,38 2,00 1,92 2,61 2,21 3,24 3,19 4,08 4,42 2,35 2,98 3,00 3,00 3,00 2,00 2,00 2,00 0,00 0,00 0,00 5,31 1,99 2,69 3,00 3,00 3,00 0,00 0,00 0,00
B. subtilis 0,00 0,00 0,00 2,50 2,50 2,50 3,36 4,03 3,86 3,17 5,98 4,35 4,35 2,50 5,90 2,15 2,64 1,97 0,00 0,00 0,00 3,48 1,80 2,25 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
E. coli 2,50 2,50 2,50 5,29 1,54 1,45 5,27 4,15 4,57 3,60 2,68 1,52 2,78 0,48 1,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 2,00 2,00 2,07 2,43 2,25 3,00 3,00 3,00
175
Lampiran 13 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan N. oculata dan salinitas (X) Regression V. cholerae ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .346 8.753 9.099
df
Mean Square .346 .673
1 13 14
F .514
Sig. .486a
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: Cholera
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.438 .420 -.007 .010
Standardized Coefficients Beta -.195
t 5.798 -.717
Sig. .000 .486
a. Dependent Variable: Cholera
Regression B. subtilis ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 16.137 6.475 22.611
df 1 13 14
Mean Square 16.137 .498
F 32.399
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: Subtilis
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error .223 .362 .051 .009
a. Dependent Variable: Subtilis
Standardized Coefficients Beta .845
t .616 5.692
Sig. .548 .000
176
Lampiran 13 Lanjutan Regression E. coli ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .040 4.233 4.273
df 1 13 14
Mean Square .040 .326
F .121
Sig. .733a
t 3.931 -.348
Sig. .002 .733
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: Coli
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.149 .292 -.003 .007
a. Dependent Variable: Coli
Standardized Coefficients Beta -.096
177
Lampiran 14 Hasil analisis regresi antara diameter zona bening (Y) pada tiga jenis bakteri yang dikultur dengan pakan Prochloron sp. dan salinitas (X) Regression V. cholerae ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .373 23.627 24.000
df
Mean Square .373 1.817
1 13 14
F .205
Sig. .658a
t 1.839 -.453
Sig. .089 .658
F .995
Sig. .337a
t 2.713 .997
Sig. .018 .337
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: V. Cholera Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.270 .691 -.008 .017
Standardized Coefficients Beta -.125
a. Dependent Variable: V. Cholera
Regression B. subtilis ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .961 12.563 13.524
df 1 13 14
Mean Square .961 .966
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: B. Subtilis Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.367 .504 .012 .013
a. Dependent Variable: B. Subtilis
Standardized Coefficients Beta .267
178
Lampiran 14 Lanjutan Regression E. coli ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 21.033 1.682 22.715
df 1 13 14
Mean Square 21.033 .129
F 162.546
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Salinitas b. Dependent Variable: E. Coli Coefficientsa
Model 1
(Constant) Salinitas
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.580 .184 .058 .005
a. Dependent Variable: E. Coli
Standardized Coefficients Beta .962
t -3.146 12.749
Sig. .008 .000
179
Lampiran 15 Peta Penelitian a). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Manembo-nembo 1.5°
we la u S
U si
ra ta Skala 1 : 35.000
1.5°
Lintang
T M P
1.4°
Laut Maluku 1.4° 125.0°
125.1°
125.1°
125.2°
125.2°
Bujur
b). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Minanga 1.1
Lintang
S
es aw l u
ta iU
ra Skala 1 : 25.000
P
T
M
0.8
Laut Maluku
0.5 124.1
124.4
124.7
Bujur
Keterangan : P = Pantai M = Muara
125
180
T = Tambak
Lampiran 15 Lanjutan c). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Wori 1.8° P Skala 1 : 25.000
M
1.6° Laut Sulawesi
Lintang
T
1.4°
1.2°
Laut Maluku
1.0°
124.6°
124.8°
125.0°
125.2°
125.4°
Bujur
d). Peta Lokasi Pengamatan Sampel di Tumpaan 1.6°
Skala 1 : 17.000
1.4°
Su
la w
es
iU
ta
ra
S ut a L
i es w ula
Lintang
T P M
La
ut
Ma
lu k
u
1.2°
1.0° 124.2°
124.4°
124.6°
124.8° Bujur
Keterangan : P = Pantai
125.0°
125.2°
181
M = Muara T = Tambak
Lampiran 16 Dokumentasi penelitian
1 A
J
B
C
D
E
F
G
H
I
K
L
Keterangan : Kultur dan pemanenan rotifera (A-D), Penggerusan sample (E,F), Homogenisasi dengan metanol 80% (G), Sampel yang sudah disentrifuse (H), Evaporasi (I), Media NA disterilisasi dan dimasak (J,K,L).
182
Lampiran 16 Lanjutan
B
A
D
Ket :
C
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
Penggoresan bakteri (A-C), Pengujian aktivitas antibakteri (D-K), Inkubasi (L), Alat yang digunakan di lapangan (M,N,O)
183
Lampiran 16 Lanjutan a. Manembo-nembo
Pantai
Muara
Tambak
Muara
Tambak
Pantai
Muara
Tambak
Pantai
Muara
Tambak
b. Minanga
Pantai c. Tumpaan
d. Wori