KAJIAN KLAIM GIZI DAN KESEHATAN PADA PRODUK PANGAN UNTUK BAYI DAN ANAK BALITA SERTA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
TETTY H. SIHOMBING
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Kajian Regulasi Pangan Fungsional : Studi Kasus Prebiotik, Probiotik dan Sinbiotik” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2009
Yunida Nugrahanti Soedarto F252040015
ABSTRAK TETTY HELFERY SIHOMBING. Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan untuk Bayi, Anak Balita serta Ibu Hamil dan Menyusui. Dibimbing oleh DEDDY MUCHTADI dan HANNY WIJAYA. Klaim gizi dan kesehatan yang tercantum pada label dan iklan pangan merupakan uraian yang menggambarkan keberadaan serta manfaat zat gizi dan/atau non gizi yang terdapat dalam pangan. Klaim gizi dan kesehatan dapat dimanfaatkan oleh konsumen sebagai cara cepat dan mudah untuk mengidentifikasi dan memilih produk pangan yang akan dibeli. Sementara bagi produsen pangan, klaim gizi dan kesehatan merupakan suatu cara pemasaran yang sangat berarti dalam menyampaikan keunggulan produk serta untuk meningkatkan penjualan. Menurut Codex Alimentarius Commission, klaim gizi terdiri dari klaim kandungan zat gizi dan klaim perbandingan zat gizi sementara klaim kesehatan terdiri dari klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain dan klaim penurunan risiko penyakit. Kajian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi klaim yang beredar sehingga diketahui 1) jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum terdapat pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui, 2) zat gizi dan non gizi yang paling banyak dinyatakan dalam label dan iklan pangan tersebut, 3) kesesuaian klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai terhadap ketentuan yang berlaku serta 4) pendapat responden tentang klaim gizi dan kesehatan yang beredar. Data klaim gizi dan kesehatan diperoleh dari data pendaftaran produk pangan (2001-2004) di Badan Pengawas Obat dan Makanan dan label produk pangan yang diamati pada dua toko dan dua hypermart di Jakarta, brosur/leaflet, majalah, iklan pangan yang diamati selama enam hari berturut-turut pada sembilan stasiun televisi swasta, dan iklan di internet. Data tentang pendapat responden diperoleh melalui survei. Analisis terhadap 1566 klaim gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa klaim yang paling banyak ditemukan adalah klaim kandungan gizi (50%), selanjutnya klaim fungsi zat gizi (32%), klaim fungsi lain (17%) dan klaim penurunan risiko penyakit (1%). Sebanyak 52 zat gizi dan non gizi digunakan dalam klaim gizi dan kesehatan, yang paling banyak berturut-turut adalah DHA, Kalsium, Prebiotik, dan Omega. Seluruh zat gizi dan non gizi tersebut ditemukan dalam klaim kandungan zat gizi. Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam klaim kandungan zat gizi dan klaim fungsi zat gizi adalah DHA, kalsium, omega, protein, pada klaim fungsi lain adalah prebiotik, DHA, AA, vitamin A. Pada klaim penurunan risiko penyakit terdapat zat gizi dan non gizi seperti nukleotida, asam folat dan iodium Terdapat klaim yang belum diakomodir dalam ketentuan yang berlaku. Sebagian besar responden berpendapat klaim gizi dan kesehatan bermanfaat dalam pemilihan produk namun hanya separuh yang yakin terhadap klaim yang dicantumkan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KAJIAN KLAIM GIZI DAN KESEHATAN PADA PRODUK PANGAN UNTUK BAYI DAN ANAK BALITA SERTA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
TETTY H. SIHOMBING
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan pada Program Studi Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tugas Akhir
: Kajian Klaim Gizi dan Kesehatan pada Produk Pangan Untuk Bayi dan Anak Balita serta Ibu Hamil dan Menyusui
Nama
: Tetty H. Sihombing
NIM
: F 252040025
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Deddy Muchtadi, MS.
Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr.
(Ketua)
(Anggota)
Diketahui,
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Magister Profesi Teknologi Pangan
Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS
Tanggal Ujian : 10 Desember 2007
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi kasihNya kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Tugas akhir ini disusun berdasarkan penelitian penulis yang dilaksanakan di Jakarta selama tahun 2006 sampai 2007. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr.Ir.Deddy Muchtadi,MS dan Ibu Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, M.Agr selaku dosen pembimbing, serta kepada Ibu Ir. Sri Irawati Susalit selaku Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang turut berupaya sehingga penulis berkesempatan mengikuti pendidikan program Magister Profesi Teknologi Pangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anakku Riche dan Samuel, seluruh keluarga, rekan kerja, rekan mahasiswa Magister Profesi Teknologi Pangan angkatan I, Mbak Tika, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan doa, pengertian dan bantuan lainnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2008 Tetty Helfery Sihombing
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Januari 1960 dari ayah St. R.M. Sihombing dan ibu B.K Sirait. Penulis merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Tahun 1977 penulis lulus dari SMA Negeri II Bogor dan pada tahun 1978 masuk IPB melalui seleksi Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SIPENMARU). Setelah menyelesaikan tingkat periapan, penulis memilih jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Sejak tahun 1986, penulis bekerja sebagai staf Sub Direktorat Pengaturan Makanan dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan sekarang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Sejak tahun 2001 hingga saat ini, penulis bekerja di Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM sebagai Kepala Sub Direktorat Standardisasi Pangan Khusus.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan ..................................................................................................
1 4
TINJAUAN PUSTAKA Zat Gizi dan Non Gizi dalam Klaim Gizi dan Kesehatan .................... Klaim Gizi dan Kesehatan ................................................................... Klaim Gizi ..................................................................................... Klaim Kesehatan .......................................................................... Label Pangan ........................................................................................ Iklan Pangan ....................................................................................... Bayi, Anak Balita, Ibu Hamil dan Menyusui ..................................
5 6 9 10 14 15 18
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. Metode ................................................................................................. Jenis Data dan Cara Pengumpulan ....................................................... Zat Gizi dan Non gizi serta Klaim Gizi dan Kesehatan ............... Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar .................................................................................. Teknik Pengolahan Data ..................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Produk Pangan Diamati ............................................ Jumlah Label dan Iklan Pangan yang Diamati....................................... Zat Gizi dan Non Gizi yang Dinyatakan dalam Label dan Iklan Pangan ................................................................................................ Klaim Gizi dan Kesehatan pada Label dan Iklan Pangan .................... Jenis Klaim Gizi dan Kesehatan ................................................. Sebaran Zat Gizi dan Non Gizi pada Klaim Gizi dan Kesehatan Sebaran Klaim Gizi dan Kesehatan menurut Jenis Pangan Kesesuaian Klaim Gizi dan Kesehatan terhadap Ketentuan yang Berlaku .................................................................................................... Ulasan terhadap Beberapa Klaim Gizi dan Kesehatan ........................... Penggunaan Istilah Ilmiah dan Istilah Lain ..........……..........................
20 20 21 21 22 22
24 25 27 31 31 32 34 37 43 62
Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar ................................................................................................. Materi Klaim Gizi dan Kesehatan dalam Iklan ........................... Peranan klaim dalam pemilihan produk ..................................... Keyakinan responden terhadap klaim pada iklan pangan …….. Tanggapan terhadap sejumlah contoh klaim ..............................
63 63 68 68 70
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76 LAMPIRAN ...................................................................................................
81
DAFTAR TABEL Halaman 1 Hasil monitoring iklan pangan ..............................................................
3
2 Jumlah label dan iklan menurut sumber data ………………………….
26
3 Data tayangan iklan di sembilan stasiun televisi………………... …….
27
4
Zat gizi dan non gizi dalam label dan iklan pangan ………..................
28
5 Zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan …..................…
29
6 Jenis zat gizi pada masing-masing jenis pangan ……………………..
30
7 Sebaran zat gizi dan non gizi pada setiap jenis klaim …....................…
33
8 Jumlah klaim berdasarkan jenis produ………………………………..
35
9 Status zat gizi dan non gizi terhadap Nutrient Reference Value (NRV)
38
10 Status zat gizi dan non gizi terhadap Acuan Label Gizi (ALG) ............
40
11 Sandingan Peraturan Pangan Fungsional (BPOMRI 2005) terhadap zat gizi dan non gizi dijumpai ......................................................................
42
12 Jumlah responden menemukan iklan susu formula bayi ........................
65
13 Peranan klaim dalam pemilihan produk .................................................
68
14 Persentase responden yang percaya terhadap klaim ...............................
69
15 Pendapat responden terhadap klaim gizi dan kesehatan yang beredar ...
71
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Pengelompokan klaim ……… ..............................................................
9
2
Jumlah produk yang diamati .................................................................
24
3
Jumlah zat gizi pada label dan iklan masing-masing pangan ................
30
4
Jenis klaim gizi dan kesehatan ...............................................................
32
5
Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula bayi ..........
64
6
Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu ........................................................
66
7
Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk anak balita ..
67
8
Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui .................................................................................
68
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Kuesioner …………………………………………….......................
82
2
Zat-zat gizi dalam Angka Kecukupan Zat Gizi tahun 1991 - 2005
85
3
Zat-zat gizi esensial ..........................................................................
85
4
Pedoman FSA-UK tentang garam, lemak dan gula ...........................
86
5
Klaim kandungan gizi dan persyaratan pencantuman – CAC …...
86
6
Klaim gizi yang diberlakukan di Negara Uni Eropa .........................
87
7
Klaim kandungan zat gizi yang berlaku di Indonesia ……………...
88
8
Contoh klaim fungsi gizi di Malaysia ………………………….....
88
9
Klaim peranan biologis (Biological role claim) Canada ……………
89
10 Diet-Related Health Claims dan klaim yang tidak diizinkanCanada …………………………………………………………….
90
11 Data Responden ……………………………………………………
91
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui merupakan kelompok masyarakat yang mendapat perhatian khusus dalam program pembangunan kesehatan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 20042009). Menurut data dari Departemen Kesehatan, terdapat sejumlah masalah gizi di Indonesia berkenaan dengan kelompok bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui, diantaranya anemi gizi besi. Pada tahun 2001 prevalensi anemia gizi besi pada kelompok anak balita sebesar 47% dan pada ibu hamil sebesar 40,1% sementara pada tahun 2003 prevalensi anak balita dengan gizi buruk sebesar 8,3% dan gizi kurang 19,2%. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang diidentifikasi berdasarkan angka Total Goiter Rate (TGR) pada anak sekolah tahun 2003 sebesar 11% dan masalah defisiensi vitamin A terdapat pada 50% balita (kadar vitamin A dalam serum <20mcg/dl) (Depkes 2005). Pada tingkat dunia, kesehatan bayi, anak balita serta kaum ibu juga menjadi perhatian hingga saat ini sebagaimana dituangkan dalam dua sasaran dari Millenium Development Goals (MDGs) masing-masing sasaran keempat dan kelima. Sasaran keempat dari MDGs tersebut adalah menurunkan angka kematian anak
balita
dan
sasaran
kelima
adalah
meningkatkan
kesehatan
ibu.
(http://www.who.int/ mdg/goals/en/index.html [27 Oktober 2007]. Bersamaan dengan masalah kurang gizi, Indonesia juga telah menghadapi masalah gizi lebih yang cenderung meningkat. Pada tahun 2002 prevalensi anak balita dengan gizi lebih yang dihitung berdasarkan berat badan menurut umur adalah 2,2% dan pada tahun 2003 menjadi 2,4% (Depkes 2005). Menurut Sardesai (2003), obesitas merupakan salah satu perwujudan dari gizi lebih dan terkait dengan sejumlah penyakit degeneratif termasuk diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker. Penyakit degeneratif atau yang saat ini dikenal dengan sebutan penyakit tidak menular (non communicable disease) perlu mendapat perhatian termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. Dalam The world
2
health report 2002 disebutkan bahwa angka kematian yang berhubungan dengan penyakit tidak menular pada negara berkembang sebesar 66% (WHO 2004). Diet yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab utama penyakit tidak menular yang antara lain ditunjukkan dengan konsumsi pangan yang tidak seimbang, seperti tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam dan rendah serat. Konsumsi pangan yang tidak seimbang dapat berasal dari pangan yang disiapkan di rumah, pangan siap saji di warung, rumah makan, restoran dan penjaja lain, atau pangan olahan hasil industri pangan. Pada umumnya label dan iklan pangan olahan hasil industri pangan yang beredar saat ini memuat berbagai klaim gizi atau klaim kesehatan termasuk pada pangan yang ditujukan untuk bayi, anak berusia dibawah lima tahun (balita) serta ibu hamil dan menyusui. Pencantuman klaim gizi atau klaim kesehatan pada pangan yang ditujukan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui perlu mendapat perhatian mengingat kelompok masyarakat tersebut merupakan kelompok rawan dan pangan bagi kelompok tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kualitas manusia. Klaim gizi dan kesehatan yang menekankan pada zat gizi tertentu mengarahkan konsumen kepada kelebihan yang dimiliki pangan tersebut, namun hal tersebut juga dapat membuat konsumen kurang memperhatikan kandungan zat gizi lain termasuk yang ada kaitannya dengan penyakit seperti penyakit tidak menular yaitu lemak, gula atau garam. Menurut Peraturan Pemerintah tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, keterangan pada label pangan harus benar dan tidak menyesatkan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5 ayat (1). Suatu label pangan yang tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan, maka keterangan tersebut merupakan keterangan yang tidak benar. Pencantuman klaim gizi dan kesehatan selain berpengaruh terhadap kesehatan dan
perkembangan kualitas konsumen, juga berpengaruh terhadap
perdagangan pangan. Bagi produsen, klaim kesehatan merupakan suatu cara pemasaran (Hawkes 2004). Hal ini menggambarkan bahwa klaim kesehatan pada label dan iklan pangan merupakan suatu peluang untuk menyampaikan keunggulan produk dan untuk meningkatkan daya saing produk tersebut. Salah
3
satu gambaran tentang penggunaan klaim gizi dan kesehatan pada label pangan dapat diketahui dari survei yang dilakukan di Amerika. Menurut survei yang dilakukan oleh U.S Food and Drug Administration
pada tahun 2000-2001
terhadap pangan olahan yang dikemas, diketahui bahwa klaim kesehatan tercantum pada 4,4% kemasan, klaim fungsi (structure-function claim) tercantum pada 6,2% kemasan dan klaim kandungan zat gizi tercantum pada 49,7% kemasan (LeGault et al. 2004). Pemerintah memandang perlu mengatur dan mengendalikan pencantuman klaim tentang manfaat pangan bagi kesehatan pada label dan iklan pangan, agar informasi yang disampaikan kepada masyarakat benar dan tidak menyesatkan serta demi terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, mengingat label dan iklan pangan juga merupakan sarana dalam kegiatan perdagangan. Peraturan mengenai tata cara dan persyaratan pencantuman tentang manfaat pangan bagi kesehatan merupakan salah satu alat Pemerintah yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan klaim gizi dan kesehatan. Persyaratan tersebut adalah apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, antara lain melalui uji laboratorium atau uji klinis. Hasil pengawasan iklan pangan di Indonesia yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan selama beberapa tahun terakhir, menemukan sejumlah pelanggaran. Menurut data pengawasan tahun 2003, jumlah iklan pangan yang tidak memenuhi syarat sebesar 30% dan hasil pengawasan pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan pertengahan 2007 (Januari–Mei) menunjukkan bahwa hampir separuh iklan pangan tidak memenuhi syarat seperti terlihat pada Tabel 1. Iklan yang tidak memenuhi syarat tersebut terkait dengan adanya pernyataan sebagai obat, pernyataan yang berlebihan dan menyesatkan.
Tabel 1 Hasil monitoring iklan pangan Tahun 1 2 3 4 5
2003 2004 2005 2006 2007
Jumlah sampel iklan diawasi 1050 1145 1628 2210 336
Memenuhi Syarat (%) 70 66 55 57 54
Sumber : Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi BPOM
Tidak Memenuhi Syarat (%) 30 34 45 43 46
4
Mengamati perkembangan pencantuman keterangan tentang manfaat kesehatan pada label dan iklan pangan terutama pada pangan yang diperuntukkan bagi bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui, tugas akhir ini dimaksudkan untuk mempelajari klaim gizi dan kesehatan pada produk pangan tersebut yang meliputi susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Penyusunan tugas akhir ini juga didukung dengan pandangan responden terhadap klaim gizi dan kesehatan yang beredar sehingga diharapkan data tugas akhir ini dapat mendorong upaya penyusunan ketentuan klaim gizi dan kesehatan di Indonesia.
Tujuan Tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengevaluasi klaim yang beredar sehingga diketahui 1) jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum terdapat pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui, 2) zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam label dan iklan pangan tersebut, 3) kesesuaian klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai terhadap ketentuan yang berlaku serta 4) pendapat responden tentang klaim gizi dan kesehatan yang beredar. Diharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagai bahan rekomendasi bagi instansi terkait untuk menyusun ketentuan tentang klaim gizi dan kesehatan di Indonesia dalam rangka perlindungan kesehatan konsumen dan menunjang perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab.
TINJAUAN PUSTAKA Zat Gizi dan Non Gizi dalam Klaim Gizi dan Kesehatan Klaim gizi dan kesehatan yang tercantum pada label maupun iklan pangan memberikan gambaran tentang keberadaan dan manfaat suatu zat yang terdapat dalam pangan. Pernyataan tentang keberadaan dan manfaat zat tersebut sangat terkait dengan jumlah zat yang terkandung dan bahkan dalam beberapa keadaan juga terkait dengan kualitas zat tersebut. Pada uraian definisi klaim gizi dan klaim kesehatan yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, istilah yang digunakan untuk zat dalam pangan pada klaim gizi adalah zat gizi (nutrient) dan unsur pokok (constituent) pangan pada klaim kesehatan (CAC 2004). Tidak dijelaskan lebih lanjut apakah unsur pokok pangan tersebut termasuk zat gizi. Sementara dalam definisi zat gizi yang juga dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission dikenal istilah substansi (substance). Zat gizi adalah setiap substansi yang biasanya dikonsumsi sebagai suatu unsur pokok (constituent) dari pangan yang 1) menghasilkan energi atau 2) dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kehidupan atau
3) yang jika
mengalami kekurangan substansi tersebut akan menyebabkan timbulnya perubahan karakteristik biokimia atau fisiologis (CAC 1993). Memperhatikan definisi zat gizi tersebut, maka seluruh zat atau substansi dalam pangan kemungkinan dapat disebutkan sebagai zat gizi. Istilah lain yang dikenal terutama terkait dengan pangan fungsional adalah komponen fungsional (BPOM 2005) atau ingredien (Goldberg 1994) atau komponen lain, dan bio komponen. Komponen atau ingredien tersebut antara lain serat pangan, oligosakarida, gula alkohol, bakteri asam laktat. Dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengkajian ini maka seluruh zat gizi, unsur pangan, komponen atau ingredien,
komponen lain, dan bio
komponen dari sampel klaim gizi dan kesehatan yang ditemukan disebut sebagai zat gizi dan non gizi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan jenis zat gizi yang diketahui berperan terhadap kebutuhan dan kesehatan manusia terus meningkat. Hal ini juga tercermin dalam peraturan pemerintah tentang Angka
6
Kecukupan Gizi. Angka Kecukupan Gizi yang umum dikenal dengan sebutan AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (DEPKES 2002). Secara reguler Angka Kecukupan Gizi dikaji dan direvisi oleh para pakar terkait dalam pertemuan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (Almatsier 2003) dan selanjutnya ditetapkan sebagai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hasil pengkajian setiap empat tahun dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi menunjukkan jenis zat gizi yang diatur semakin banyak (Lampiran 2). Sampai dengan tahun 1991 jumlah zat gizi yang diatur sebagai Angka Kecukupan Gizi Rata-rata Yang Dianjurkan sebanyak 11 (sebelas) zat gizi meliputi tujuh vitamin dan empat mineral (Ditjen POM 1998). Pada tahun 1994 jumlah zat gizi yang ditetapkan dalam Daftar Angka Kecukupan Gizi sebanyak 15 (limabelas) zat gizi, meliputi protein, tujuh vitamin dan tujuh mineral (DEPKES 1994). Sementara pada tahun 2002 sebanyak 18 zat gizi meliputi protein, 11 (sebelas) vitamin dan enam mineral (DEPKES 2002). Angka Kecukupan Gizi yang berlaku hingga saat ini adalah yang ditetapkan pada tahun 2005 meliputi 21 (duapuluh satu) zat gizi yang terdiri dari protein, 11 (sebelas) vitamin yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, piridoksin, vitamin B12, vitamin C dan sembilan mineral yaitu kalsium, fosfor, magnesium, besi, iodium, seng, selenium, mangan dan fluor (DEPKES 2005). Meskipun demikian, jumlah zat gizi yang diatur dalam Angka Kecukupan Gizi tersebut jauh lebih kecil dibanding dengan jumlah zat gizi yang telah dikenal. Sebanyak empat puluh sembilan zat gizi esensial telah diketahui saat ini namun kurangnya pengetahuan terutama yang berkenaan dengan kebutuhan zat gizi pada manusia menyebabkan Angka Kecukupan Gizi belum dapat ditetapkan untuk semua zat gizi yang telah diketahui (Almatsier 2003). Uraian selengkapnya tentang zat gizi ensensial seperti dicantumkan pada Lampiran 3.
Klaim Gizi dan Kesehatan Klaim gizi atau klaim kesehatan banyak dijumpai pada berbagai label dan iklan pangan. Perkembangan pengetahuan tentang zat gizi dan non gizi serta
7
peranannya dalam kesehatan manusia merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan klaim gizi dan kesehatan. Klaim adalah setiap pesan atau representasi, termasuk dalam bentuk gambar, grafik atau simbol yang menyatakan, memberi kesan atau secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu pangan memiliki karakteristik tertentu (Anonim 2007). Sejalan dengan peningkatan perhatian konsumen terhadap pedoman makan yang sehat, banyak industri pangan yang menyoroti produk pangan yang rendah lemak atau yang mencantumkan
klaim
manfaat
kesehatan
(http://www.which.co.ok/files/
application/pdf/0501healthclaims_br-445-55332.pgf. [29 Oktober 2007]). Terkait dengan klaim pada label dan iklan pangan, di Indonesia dikenal istilah klaim kandungan zat gizi (termasuk klaim perbandingan zat gizi), klaim fungsi zat gizi, dan klaim manfaat terhadap kesehatan sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional [BPOMRI 2005]. Pada saat tugas akhir ini dilaksanakan, peraturan tersebut dalam tahap peninjauan untuk direvisi sesuai dengan ketentuan Codex Alimentarius Commission. Pengelompokan dan penamaan klaim gizi dan klaim kesehatan di beberapa negara tidak selalu sama, namun pada tingkat internasional kesepakatan klaim gizi dan kesehatan yang dituangkan dalam standar atau pedoman Codex Alimentarius Commission (CAC) digunakan sebagai acuan. Dokumen CAC yang memuat uraian tentang klaim antara lain General Guidelines on Claims (CAC/GL 1-1979. Rev.1-1991), General Standard for the Labeling of and Claims for Prepackaged Foods for Special Dietary Uses (CodexStan 146-1985), Guidelines on Nutrition Labeling (CAC/GL 2-1985. Rev.1-1993) dan Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims (CAC/GL 23-1997. Rev.1-2004). Dokumen tersebut secara regular dikaji ulang setiap tahun dalam sidang-sidang terkait. Pada prinsipnya semua negara mengatur beberapa hal yang sama tentang klaim antara lain tidak boleh menyesatkan konsumen dan tidak memuat klaim yang dikaitkan dengan peranan sebagai obat; pengobatan (treatment), pencegahan (preventive) atau penyembuhan (cure) penyakit. Pengertian menyesatkan, sering kali mengundang diskusi panjang terutama antara produsen dan instansi pemerintah terkait. Saat ini tidak tersedia peraturan atau pedoman yang memuat
8
secara rinci dan lengkap perihal ruang lingkup dan contoh-contoh klaim yang termasuk dalam kategori menyesatkan. Terkait dengan peranan sebagai obat, di Canada secara jelas ditetapkan bahwa suatu produk digolongkan sebagai obat jika dimaksudkan untuk 1) mendiagnosa, mengobati, meringankan (mitigation) atau mencegah suatu penyakit, disorder, kelainan fisik atau simptomnya dan 2) memulihkan (restoring), memperbaiki (correcting) atau memodifikasi fungsi organ tubuh dan dihubungkan dengan penyakit yang termasuk dalam daftar penyakit yang ditetapkan dalam undang-undang pangan dan obat (schedule A), antara lain diabetes, ketidakteraturan waktu datang bulan (disorder of menstrual flow), hipertensi, dan obesitas (CFIA 2004). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pencantuman pernyataan yang menyesatkan masih mungkin terjadi pada pangan yang benar telah ditambah, diperkaya atau difortifikasi dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lain. Hal tersebut terjadi jika karena pola pengkonsumsian pangan yang bersangkutan, maka penambahan, pengkayaan atau fortifikasi tidak memberi manfaat apapun bagi konsumen kecuali manfaat komersial yang diperoleh produsen. Menurut penelitian Consumer’s Association di Inggris konsumen menilai klaim pada produk pangan sebagai suatu cara mudah dan cepat untuk mengidentifikasi produk pangan yang lebih sehat (http://www.which.co.uk/ files/application/pdf/0501health claims_br-44555332.pdf. [29 Oktober 2007]). Oleh karena itu pencantuman klaim perlu mendapat perhatian agar tidak menyesatkan konsumen. Hasil pengamatan Consumer’s Association Inggris terhadap produk pangan yang ditujukan kepada anak-anak menemukan bahwa banyak produk mengandung tambahan gula, garam dan lemak jenuh yang tinggi jika dibandingkan dengan pedoman tentang garam, lemak dan gula yang ditetapkan oleh Food Standardization Agency Inggris (http://www.which.co. uk/files/application/pdf/0311labelschildren_br-44555337.pdf. [29 Oktober 2007]). Pedoman tentang garam, lemak dan gula tersebut seperti tercantum pada Lampiran 4.
9
Codex Alimentarius Commission (CAC 2004), mengelompokan klaim gizi dan kesehatan sebagaimana tercantum dalam gambar 1 berikut.
Klaim Gizi
Klaim Kandungan Zat Gizi Klaim Perbandingan Zat Gizi Klaim Fungsi Zat Gizi
Klaim Kesehatan
Klaim Fungsi Lain Klaim Penurunan Risiko Penyakit
Gambar 1 Pengelompokan klaim.
Klaim Gizi Menurut Pedoman Codex klaim gizi adalah adalah setiap representasi yang menyatakan, memberi kesan atau secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu pangan mempunyai sifat (properties) tertentu yang tidak terbatas pada nilai energi, kandungan protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin dan mineral (CAC 2004). Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1, dalam Pedoman Codex tersebut diuraikan bahwa klaim gizi terdiri dari klaim kandungan zat gizi (nutrient content claim) dan klaim perbandingan (comparative claim). Klaim kandungan zat gizi menguraikan tentang level suatu zat gizi yang terkandung dalam suatu pangan dan klaim perbandingan adalah suatu klaim yang membandingkan level zat gizi dan/atau energi pada dua atau lebih pangan. Bentuk pernyataan yang dikaitkan dengan klaim kandungan gizi antara lain “sumber”, “tinggi”, “rendah” dan untuk klaim perbandingan zat gizi antara lain “dikurangi”, “lebih dari” (CAC 2004). Penggunaan klaim gizi tersebut harus memenuhi persyaratan spesifik untuk masing-masing zat gizi (Lampiran 5). Di Malaysia uraian dan persyaratan tentang klaim kandungan zat gizi tersebut sama seperti yang diuraikan pada Codex (MOH 2006). Sementara Eropa menetapkan klaim kandungan zat gizi yang lebih rinci dari Codex, dengan menambahkan beberapa persyaratan khsusus (Lampiran 6). Indonesia mengatur klaim kandungan zat gizi dalam dua kelompok berdasarkan pada level zat gizi didalam pangan yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG); yaitu 10–19% AKG dan kelompok lainnya sama dengan atau lebih dari 20% AKG
10
(BPOMRI 2005). Dibandingkan dengan ketentuan Codex, persyaratan yang diberlakukan di Indonesia lebih sederhana dan bersifat umum. Uraian tentang pengelompokan klaim kandungan gizi di Indonesia dan bentuk pernyataan klaim gizi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Klaim kandungan zat gizi di Indonesia berlaku untuk 38 jenis zat gizi dan non gizi; yaitu vitamin A, karotenoid, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, vitamin C, vitamin D, vitamin E, kalium, kalsium, zat besi, seng, tembaga, iodium, magnesium, mangan, selenium, kromium, boron, vanadium, gula alkohol, asam lemak tidak jenuh, whey protein, laktoferin, protein kedelai, lisin, serat pangan, prebiotik, probiotik, kolin, isoflavon, fitosterol dan fitostanol dan polifenol. Khusus untuk natrium, pernyataan dan persyaratan kandungannya dikaitkan dengan pengurangan penggunaan natrium. Bentuk pernyataan klaim gizi untuk natrium adalah: “Bebas”, “Sangat rendah”, “Rendah”, “Kurang”, “Sedikit mengandung” dan “Tidak digarami”. (BPOM RI 2005).
Klaim Kesehatan Klaim kesehatan adalah setiap representasi yang menyatakan, memberi kesan atau secara tidak langsung menyatakan terdapat hubungan antara suatu pangan atau unsur pokok dari pangan tersebut dengan kesehatan (CAC 2004). Klaim kesehatan meliputi: 1) klaim fungsi zat gizi (nutrient function claims) yang menguraikan peranan fisiologis zat gizi dalam pertumbuhan, perkembangan dan fungsi normal tubuh, 2) klaim fungsi lain (other function claims) yang berkenaan dengan efek menguntungkan spesifik dari mengkonsumsi pangan atau unsur pokok pangan tersebut dalam konteks total diet terhadap fungsi normal atau aktivitas biologis tubuh yang dihubungkan dengan kontribusi terhadap kesehatan atau terhadap peningkatan suatu fungsi atau untuk memodifikasi atau mempertahankan kesehatan, dan 3) klaim penurunan risiko penyakit (reduction of disease risk claim) yang terkait dengan konsumsi suatu pangan atau unsur pokok pangan dalam konteks total diet, terhadap penurunan risiko terjadinya suatu penyakit/atau kondisi kesehatan (CAC 2004).
11
Beberapa negara juga telah menetapkan klaim kesehatan yang diizinkan untuk digunakan dan disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Di Malaysia klaim yang dizinkan adalah klaim fungsi zat gizi, dalam hal ini Malaysia tidak membuat kelompok klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit. Klaim fungsi zat gizi yang diizinkan tersebut adalah untuk 21 zat gizi dan non gizi yaitu protein, protein kedelai, sialic acid, Bifidobacterium lactis, inulin, serat larut oat, sterol dan stanol dari tanaman, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B12, niasin, asam folat, vitamin C, vitamin D, vitamin E, kalsium, zat besi, iodium, magnesium, dan seng. Sebagai persyaratan pencantuman klaim, setiap pangan yang memuat klaim tersebut harus memenuhi kriteria kandungan sebagai “sumber” (MOH 2006) seperti tercantum dalam Lampiran 8. Di Canada terdapat dua kelompok klaim kesehatan yaitu klaim peranan biologis (Biological Role Claims) dan Diet-Related Health Claims seperti tercantum pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Klaim peranan biologis menggambarkan peranan energi atau zat gizi dalam suatu pangan bukan pangan per se dan jika dibandingkan dengan ketentuan Codex, klaim peranan biologis tersebut setara dengan klaim fungsi zat gizi. Terdapat dua klaim peranan biologis yang dapat digunakan secara umum yaitu “Energi (atau nama zat gizi) merupakan suatu unsur dalam pemeliharaan kesehatan yang baik” dan “Energi (atau nama zat gizi) merupakan suatu unsur dalam pertumbuhan dan perkembangan normal” (CFIA 2004). Selain kedua klaim tersebut Canada telah menetapkan sejumlah klaim peranan biologis yang spesifik untuk beberapa zat gizi dan Canada menetapkan bahwa klaim peranan biologis tidak diperkenankan untuk komponen lain dalam pangan seperti likopen, lutein, anthocyanins (CFIA 2004). Diet-Related Health Claims di Canada pertama kali diberlakukan tahun 2002, menguraikan tentang karakteristik suatu pangan (diet) yang dapat menurunkan risiko timbulnya penyakit atau kondisi tertentu seperti osteoporosis atau stroke. Klaim tersebut disertai dengan uraian tentang sifat (properties) suatu pangan sehingga cocok sebagai bagian dari pola konsumsi (CFIA 2004). Klaim yang secara khusus diizinkan untuk pangan adalah klaim tentang penyakit jantung, hipertensi dan kanker; sebelumnya produk yang memuat klaim tentang penyakit dikategorikan sebagai obat (CFIA 2004). Dalam penerapannya, klaim
12
harus dikutip secara utuh, tidak diperkenankan untuk memodifikasi kata-kata, menyisipkan informasi, tanda grafis atau simbol dan tidak boleh menekankan (highlight) salah satu bagian kata (CFIA 2004). Di Inggris, perusahaan yang akan menggunakan klaim kesehatan dianjurkan untuk mengikuti Code of Practice on Health Claims yang disiapkan oleh Joint Health Claims Initiative (http://www.jhci.co.uk/ [29 Oktober 2007]). Beberapa klaim kesehatan (disebut sebagai generic claim) yang diizinkan adalah berkenaan dengan lemak jenuh, pangan dari biji-bijian utuh (wholegrain), protein kedelai, oats, dan omega 3. Klaim lain yang diizinkan di Inggris adalah yang berkenaan dengan folat, kalsium dan zat besi (http://www.food.gov.uk/multimedia /pdfs/claimtable.pdf [29 Oktober 2007]). Uni Eropa telah menetapkan peraturan tentang klaim gizi dan kesehatan sebagaimana tertuang dalam Regulation (EC) No 1924/2006 of The European Parliament and the Council on Nutrition and Health Claims made on Foods tanggal 20 December 2006 (Anonim 2007). Peraturan yang diberlakukan sejak Juli 2007 tersebut memuat persyaratan umum pencantuman klaim gizi dan kesehatan; antara lain terbukti secara ilmiah mempunyai manfaat gizi atau fisiologis, zat gizi atau non gizi yang diklaim terdapat dalam produk akhir sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, jika dimungkinkan terdapat dalam bentuk yang dapat digunakan tubuh, jumlah pangan yang wajar dikonsumsi memberikan sejumlah zat gizi atau non gizi sebagaimana klaim yang dicantumkan, secara ratarata konsumen dapat mengerti manfaat kesehatan yang dimaksudkan klaim dan klaim dikaitkan dengan pangan dalam bentuk yang siap dikonsumsi sesuai petunjuk perusahaan. Dalam ketentuan tersebut juga ditetapkan bahwa penggunaan klaim gizi dan kesehatan hanya diizinkan jika produk memenuhi profil zat gizi (nutrient profile) yang akan ditetapkan. Profil zat gizi tersebut dimaksudkan untuk menjamin bahwa pangan yang memuat klaim tentang kesehatan tidak mengandung sejumlah zat gizi yang terkait dengan penyakit kronis jika dikonsumsi secara berlebihan (Anonim 2007). Di Amerika, klaim kesehatan ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) setelah dicapai kesepakatan ilmiah (significant scientific agreement) diantara para ahli yang ditunjuk dan ketentuan berlaku untuk pangan
13
dan suplemen makanan (Schmidl & Labuza 2000). Sejak 6 Januari 1993, Amerika telah mengizinkan penggunaan sejumlah klaim kesehatan, yang sebelumnya dilarang karena klaim sedemikian termasuk dalam definisi obat (intended for use in diagnosis, cure, mitigation, treatment or prevention of diseases in man or other animals) (Schmidl & Labuza 2000). Meskipun telah diberlakukan selama bertahun-tahun, menurut survei internet yang dilakukan oleh Universitas Maine (Amerika) pada tahun 2001 terhadap 136 responden diperoleh data bahwa sebanyak 43% responden tidak mengetahui berapa jumlah klaim kesehatan yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan hanya 10% yang menjawab dengan benar. (Camire & Dougherty 2005). Terkait dengan pangan konvensional FDA menetapkan prosedur penilaian klaim yang disebut dengan Interim Procedures for Qualified Health Claims in the Labeling of Conventional Human Food and Human Dietary Supplements (CFSAN 2003). Prosedur ini merupakan alternatif dalam rangka percepatan proses pengkajian klaim kesehatan. Dalam hal ini FDA membuat keputusan berdasarkan pernyataan yang dipublikasi oleh suatu institusi ilmu pengetahuan (scientific body) di Amerika Serikat. Jika pada umumnya klaim yang diizinkan oleh pemerintah adalah klaim yang telah teruji, Qualified Health Claim mengizinkan pencantuman klaim yang hasilnya tidak konklusif atau tidak pasti seperti contoh berikut “Supportive but not conclusive research shows that consumption of EPA and DHA omega-3 fatty acids may reduce the risk of coronary heart disease. One serving of [name of food] provides [x] grams of EPA and DHA omega-3 fatty acids. [See nutrition information for total fat, saturated fat and cholesterol content. Untuk pangan, klaim tersebut diizinkan pada tahun 2004 sementara untuk produk suplemen telah diizinkan sejak tahun 2000 (FDA 2004). Jepang merupakan salah satu negara yang mempelopori pembuatan peraturan tentang klaim kesehatan. Di Jepang pangan yang diizinkan memuat klaim tentang manfaat kesehatan dikenal dengan istilah FOSHU (Food for Specified Health Use) dan pangan dimaksudkan untuk memperbaiki masalah kesehatan yang serius seperti meningkatkan kondisi pencernaan, menurunkan
14
kadar yang tinggi dari kolesterol, tekanan darah dan glukosa, meningkatkan penyerapan mineral, dan mencegah kerusakan gigi (Hawkes 2004). Banyak negara tidak atau belum mengatur klaim kesehatan dan menurut Hawkes (2004) pengaturan klaim kesehatan tidak mudah dilakukan bahkan telah menimbulkan kontroversi. Dalam pengaturan klaim kesehatan, pemerintah harus memperhatikan keseimbangan antara potensi pencapaian sasaran kesehatan masyarakat dengan kenyataan bahwa klaim kesehatan dapat mengelabui atau menyesatkan konsumen jika tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan manfaat tersebut (Hawkes 2004).
Label Pangan Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang bebentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan (Menteri Negara Pangan dan Hortikultura 1999). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan ditetapkan bahwa label pangan harus memuat keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia serta tanggal kedaluwarsa. Selain juga dapat dicantumkan keterangan tentang kandungan zat gizi dan manfaat serta informasi spesifik lain misal yang terkait dengan kehalalan, keorganikan, iradiasi, dan rekayasa genetika. Menurut Bruhn (2000) informasi pada label dapat mengubah pengertian konsumen tentang atribut mutu pangan dan mengubah keputusannya dalam pembelian pangan. Informasi pada suatu produk pangan seyogianya membantu konsumen dalam memilih pangan secara tepat. Namun informasi tentang kandungan zat gizi (komponen yang diketahui secara luas bermanfaat bagi kesehatan) pada suatu produk pangan tidak selalu memberi manfaat bahkan dapat menyesatkan sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintanh Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam Peraturan tersebut disebutkan bahwa pencantuman pernyataan tentang pengkayaan vitamin atau mineral pada suatu produk pangan yang benar diperkaya dengan zat gizi tersebut dapat
15
menyesatkan dalam hal pola konsumsi produk pangan yang bersangkutan tidak membawa manfaat apapun bagi konsumen.
Iklan Pangan Selain label, iklan pangan juga merupakan sumber informasi yang tidak kalah penting bagi konsumen. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan pangan. Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemasaran (Story & French 2004). Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (http://sebelasproduction. tripod.com/index_files/Page1201. htm [29 Oktober 2007]. Pada sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007 disimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali dengan label pangan, dalam rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan; Advertising means any commercial communication to the public, by any means other than labelling, in order to promote directly or indirectly, the sale or intake of a food through the use of nutrition and health claims in relation to food and its ingredients (CAC 2007). Uraian tersebut menggambarkan bahwa klaim gizi dan kesehatan pada label pangan seyogianya tidak dimaksudkan sebagai ajang promosi. Iklan merupakan suatu faktor kekuatan yang mempengaruhi kebiasaan makan dan pemilihan jenis pangan pada remaja (Story & French 2004). Iklan yang gencar pada anak-anak dimaksudkan untuk menumbuhkan dan membangun brand awareness/ recognition, brand preference and brand royalty sebagaimana terbukti dari sejumlah studi eksperimental yang secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar pada iklan pangan lebih menyukai dan memilih
16
produk pangan yang diiklankan daripada yang tidak diiklankan (Story & French 2004). Menurut studi yang dilakukan oleh Institute of Medicine tentang pengaruh pemasaran pangan terhadap diet dan kesehatan anak dan remaja di Amerika menggambarkan bahwa cara-cara pemasaran makanan dan minuman akhir-akhir ini berisiko terhadap kesehatan anak-anak dalam jangka panjang (IOM 2005). Di Amerika Serikat angka kegemukan pada anak pra sekolah (2-5 tahun) dan remaja 12-19 tahun meningkat dua kali lipat sementara pada anak 6-11 tahun tiga kali lipat. Penyebabnya adalah interaksi sejumlah faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik dan makan anak termasuk peningkatan frekuensi mengkonsumsi makanan menyenangkan (convenience) yang mengandung tinggi kalori dan lemak, rendahnya konsumsi sayur, buah dan makanan bergizi lain, penggunaan waktu senggang yang lebih banyak untuk hal-hal yang bersifat sedentary (cara atau gaya hidup yang membutuhkan aktivitas fisik minimal) seperti menonton televisi, bermain komputer dan video game daripada bermain diluar (IOM 2005). Sejumlah peneliti perkembangan anak berpendapat bahwa anak berusia kurang dari 8 tahun merupakan kelompok yang rawan terhadap periklanan yang menyesatkan hal ini terkait dengan tingkat perkembangan kognitif mereka (Story & French 2004). Di Amerika Serikat, iklan pangan merupakan yang terbesar kedua setelah setelah otomotif, beberapa alasannya adalah 1) pengeluaran terhadap pangan sebesar 12,5%, 2) pangan merupakan komponen yang dibeli berulang-ulang dan pandangan konsumen dapat berubah dengan cepat, 3) pangan merupakan salah satu produk dengan merek yang sangat banyak (highly branded items) sehingga sangat berpeluang untuk diiklankan (Story & French 2004). Saat ini tersedia berbagai sarana untuk menempatkan iklan pangan antara lain televisi, radio, majalah, koran, brosur, booklet, leaflet, billboard dan internet. Diantara sejumlah sarana tersebut, televisi memiliki sejumlah kelebihan untuk digunakan sebagai wadah pemasaran. Kekuatan media televisi dengan audio visualnya memiliki daya persuasif yang tinggi dalam memperkenalkan dan membentuk pengertian iklan televisi sebagai alat penyampai pesan, dengan harapan pemirsa dapat mengerti dan termotivasi (http://www.djpdn.go.id/servlet/ page? [29 Oktober 2007]).
17
Besarnya peranan televisi bagi industri pangan juga ditunjukkan dengan gambaran pengeluaran dana terhadap televisi. Lebih kurang 75% dana iklan industri pangan dan 95% dana iklan restoran cepat saji dialokasikan untuk televisi (Story & French 2004). Pemanfaatan televisi sebagai media promosi oleh industri pangan kemungkinan juga terkait dengan besarnya peluang masyarakat menonton iklan pangan di televisi. Menurut data statistik Indonesia, persentase populasi berusia 10 tahun keatas yang menonton televisi dari tahun ketahun terus meningkat; pada tahun 1993 sebesar 64,77%, tahun 2000 sebesar 87,97% dan tahun 2006 sebesar 85,86% sementara yang mendengarkan radio cenderung menurun dan yang membaca koran/majalah cenderung tetap (BPS 2007). Televisi merupakan sumber pesan terbesar tentang pangan kepada anakanak. Studi yang dilakukan oleh Universitas Liverpool terhadap 60 anak berusia 9-11 tahun menunjukkan bahwa iklan pangan di televisi memberikan pengaruh yang besar pada kebiasaan makan semua anak, meningkatkan konsumsi dua kali lipat (http://www.liv.ac.uk/newsroom/press_release/2007/-04/obesity_ads.htm [29 Oktober 2007]). Beberapa negara telah menetapkan aturan untuk membatasi iklan komersial selama program anak-anak di televisi, diantaranya Amerika, Belgia, Australia dan Swedia. Pada tahun 1990 Amerika mengeluarkan Children Television Act yang membatasi jumlah waktu komersial selama program anakanak menjadi 10.5 menit per jam pada akhir pekan dan 12 menit per jam pada hari kerja. Di Belgia, ditetapkan larangan untuk menayangkan iklan selama program anak-anak berlangsung termasuk 5 menit sebelum dan sesudah acara tersebut. Australia tidak mengizinkan iklan selama program televisi untuk anak-anak prasekolah. Swedia memiliki pengaturan yang paling ketat, yaitu melarang iklan di radio dan televisi yang ditujukan kepada anak berusia dibawah 12 tahun dengan alasan tidak dapat diterima secara moral dan etis (morally and ethically unaccepted) karena anak-anak sulit untuk membedakan antara maksud/ tujuan iklan dan cara-cara komunikasi (Story & French 2004). Inggris mengeluarkan ketentuan baru tentang iklan pangan di televisi. Secara bertahap sejak 1 Juli 2007 ketentuan tersebut akan membatasi anak berusia kurang dari 16 tahun terpapar terhadap iklan makanan dan minuman yang tinggi lemak, garam dan gula (dikenal dengan istilah high in fat, salt and sugar/HFSS)
18
yang ditayangkan sebelum jam 21.00 (http://www.ofcom.org.uk/ media/mofaq /bdc/ foodadsfaq/ [29 Oktober 2007]).
Bayi, Anak Balita, Ibu Hamil dan Menyusui Millenium Development Goals yang ditandatangai oleh sebanyak 189 negara memuat delapan sasaran serta sejumlah target pembangunan millennium yang berkenaan dengan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar, HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, lingkungan dan kerjasama dalam pembangunan. Sementara dua sasaran lain berkenaan dengan anak dan ibu yaitu menurunkan angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu (http://www.who.int/mdg/ goals/en/index.html [27 Oktober 2007]). Sasaran pembangunan millennium tersebut menunjukkan bahwa anak dan ibu menjadi fokus pembangunan. Di Indonesia tiga dari empat sasaran pembangunan kesehatan terkait dengan bayi dan ibu sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional. Sasaran pembangunan kesehatan tersebut adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup, menurunkan gizi kurang pada anak balita menjadi 20% dan menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup
(http://bankdata.depkes.go.id/
data%20intranet/ProfilDep/ Renstra2005-2009.pdf. [30 Oktober 2007]). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 dan 2001 di Indonesia terjadi peningkatan proporsi kematian akibat penyakit tidak menular. Proporsi kematian karena penyakit kardiovaskuler meningkat dari 9,1% (1986) menjadi 26,3% (2001), penyakit jantung iskemik dari 2,5% (1986) menjadi 14,9% (2001), stroke dari 5,5% (1986) menjadi 11,5% (2001) dan kanker dari 3,4% (1986) menjadi 6,0% (2001) (Depkes 2003). Berdasarkan perhitungan Human Development Index (HDI) yang salah satu kriteria perhitungannya adalah usia harapan hidup, posisi Indonesia saat ini berada di peringkat 110, berada diatas Myanmar dengan peringkat 129 namun dibawah Vietnam dengan peringkat 108 (http://www.sfeduresearch.org/ images/Fast_Facts/hdi.png [30 Oktober 2007]). Menurut Depkes (2005) angka kematian bayi tahun 2002 di Indonesia adalah 43.5 per 1000 kelahiran hidup sementara angka kematian anak balita 46.0 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu pada tahun 2001 sebesar 377
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Jakarta serta toko swalayan dan hypermart di wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan selama bulan Juni 2005 – Mei 2007. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei pasar dilakukan di toko swalayan dan hypermart, juga terhadap iklan di majalah dan televisi serta di kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan Jakarta. Untuk mendapatkan data tentang klaim gizi dan kesehatan serta zat gizi dan non gizi yang dicantumkan pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui, peneliti melakukan riset eksploratoris. Riset eksploratoris adalah pengumpulan data atau informasi dengan beberapa alternatif metode seperti diskusi dengan para pakar terkait, analisis data sekunder atau analisis data primer melalui observasi, eksperimen atau kuesioner untuk mendapatkan gagasan, wawasan dan pemahaman atas situasi permasalahan tertentu sebagai pendekatan riset (Santoso dan Tjiptono 2001). Selain itu peneliti juga melakukan survei terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non probability sampling), dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989). Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui jenis klaim gizi dan kesehatan, jenis zat gizi dan non gizi pada label dan iklan produk pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui serta pendapat staf Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang klaim yang beredar, maka sampel yang digunakan diambil dengan cara purposive sampling. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data klaim gizi dan kesehatan dari data Badan Pengawas Obat dan Makanan, media cetak dan televisi, toko swalayan dan hypermart serta penyebaran kuesioner kepada responden.
21
Jenis Data dan Cara Pengumpulan •
Zat Gizi dan Non Gizi serta Klaim Gizi dan Kesehatan Data tentang zat gizi dan non gizi serta klaim gizi dan kesehatan diperoleh
dari : a. Berkas pendaftaran produk pangan susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak Balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui yang ada di Badan POM. Berkas pendaftaran produk pangan yang diamati adalah berkas lima tahun sejak 2001-2004 dengan pertimbangan tahun 2001 adalah tahun berdirinya Badan POM sementara data yang dapat dikumpulkan pada saat penelitian dilaksanakan adalah data hingga tahun 2004. b. Label produk susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendaming air susu ibu, susu yang ditujukan untuk anak Balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui yang sedang dipasarkan. Pengumpulan data dilaksanakan pada dua toko swalayan dan dua hypermart di wilayah Jakarta Selatan, masing-masing dalam satu kali kunjungan. Pemilihan tempat pengamatan tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yaitu lokasi mudah dijangkau dan di tempat tersebut terdapat produk pangan yang dikaji, pertimbangan lain adalah bahwa tempat penjualan serupa juga terdapat di beberapa wilayah di Jakarta. c. Media cetak berupa brosur produk dan majalah Ayahbunda, Bunda Balita dan Junior, Nova, Nakita, Kartini, Femina dan Cosmopolitan terbitan tahun 2002– 2005. Majalah tersebut merupakan kumpulan majalah yang tersedia pada beberapa keluarga yang bertempat tinggal dekat dengan peneliti. d. Tayangan siaran iklan niaga di sembilan stasiun televisi swasta. Pada saat penelitian ini dilaksanakan terdapat sembilan stasiun televisi swasta yang beroperasi, yaitu RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, TV 7, TPI, dan Lativi. Pengamatan dilakukan selama enam hari beturut-turut (4-9 Juli 2005) pada jam 19.00-22.00 wib. Pemilihan jam tayang tersebut sengaja dilakukan karena termasuk jam tayang utama/prime time (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/102006/09/teropong/lainnya03.htm
[7
Nopember
2007]). Prime time merupakan waktu yang paling potensial untuk banyak
22
penontonnya dan kesempatan terbesar untuk bersaing dengan stasiun lainnya (http://tvconsulto.com/?p=42) [7Nopember 2007]). e. Situs internet Smarter.com yang melayani penjualan berbagai jenis produk termasuk produk pangan, farmasi, kesehatan dan kosmetik. •
Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar Untuk mendapatkan data dari responden, kepada masing-masing
responden diberikan kuesioner. Kuesioner seperti tercantum pada Lampiran 1, sebelumnya diujicobakan kepada beberapa orang untuk mendapatkan keyakinan akan pengertian terhadap pertanyaan yang diajukan dan kuesioner kemudian diperbaiki sesuai masukan yang diterima. Pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan tertutup (closed questions) dengan sejumlah alternatif pilihan jawaban dan pertanyaan terbuka (opened questions). Pertanyaan tertutup dimaksudkan untuk memudahkan responden memberi jawaban dan pertanyaan terbuka dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya dari responden. Sampel responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan penilaian subyektif peneliti dan pencarian responden dilakukan berdasarkan accidental sampling yaitu dari orang yang paling mudah dijumpai (Santoso dan Tjiptono 2001). Responden adalah rekan kerja peneliti di Badan POM. •
Teknik Pengolahan Data
1. Data dari label dan iklan pangan disajikan dan diolah dengan tabulasi silang untuk mendapat data tentang zat gizi dan non gizi yang paling banyak dinyatakan dalam label dan iklan pangan. Data dikelompokkan berdasarkan: a. asal data, yaitu: label (Badan POM dan Toko), media cetak (majalah dan brosur), media elektronik (televisi dan internet), b. jenis pangan, yaitu: susu formula bayi, susu formula lanjutan, MP-ASI, susu untuk anak balita (1-5 tahun) dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui, c. jenis zat gizi atau non gizi untuk mengetahui zat gizi dan non gizi yang dicantumkan dalam label dan iklan.
23
2. Pernyataan klaim dari masing-masing zat gizi dan non gizi dicatat dan dipelajari untuk mengetahui jenis klaim gizi dan kesehatan yang umum terdapat pada label dan iklan pangan untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan/atau ibu menyusui dan untuk menilai kesesuaian klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai terhadap ketentuan yang berlaku. 3. Untuk mengetahui pendapat responden tentang klaim gizi dan kesehatan yang beredar, data dari responden diolah dengan tabulasi silang sementara pernyataan yang dianggap penting disampaikan sebagaimana adanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Produk Pangan Diamati Total jumlah produk yang diamati sebanyak 224 buah dihitung berdasarkan merek dan varian (rasa coklat, strawbery, coklat dan pisang, dan lainlain) atau ciri lain (beras merah, beras putih, ikan dan bayam, dan lain-lain). Produk yang paling banyak dijumpai adalah susu untuk anak balita sebanyak 115 produk, makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebanyak 67, susu formula bayi 18 produk, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 17 produk dan susu formula lanjutan 7 produk. Uraian terinci presentase masing-masing jenis pangan seperti tercantum pada Gambar 2 berikut. Susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 7,6%
Susu formula bayi 8,0%
Susu formula lanjutan 3,1%
Susu untuk anak Balita 51,3%
MP-ASI * 29.9%
Keterangan : *MP-ASI adalah Makanan Pendamping air susu ibu
Gambar 2 Jumlah produk yang diamati. Selama proses pengelompokan data, dijumpai susu dengan peruntukan 0– 12 bulan, selanjutnya produk sedemikian dimasukkan dalam kelompok susu formula bayi. Selain itu juga dijumpai susu yang ditujukan untuk anak satu tahun keatas, dua tahun keatas, dan satu sampai sepuluh tahun, dalam pengolahan data produk tersebut dikelompokkan kedalam susu untuk anak balita. Sampai saat ini belum tersedia standar susu untuk anak dengan berbagai kelompok usia kecuali standar susu formula bayi untuk 0-6 bulan dan standar susu formula lanjutan untuk 6-36 bulan. Sebahagian konsumen mungkin beranggapan bahwa susu dengan peruntukan 1-10 tahun akan lebih praktis bagi keluarga yang mempunyai anak dengan berbagai kelompok usia, tetapi konsumen lain mungkin
25
mengganggap bahwa susu dengan pengelompokan usia spesifik tertentu seperti dua tahun atau
tiga tahun, lebih baik karena disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik masing-masing anak. Terkait dengan hal tersebut dipandang perlu agar instansi terkait melakukan pengaturan terhadap produk susu untuk anak sehingga konsumen mendapatkan manfaat yang optimal dari susu tersebut baik secara ekonomis terutama manfaat kesehatan. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain menetapkan ketentuan yang membatasi kelompok susu misal susu formula bayi (0-6 bulan), susu formula lanjutan 1 (6-12 bulan) dan susu formula lanjutan 2 (13-36 bulan) yang disertai dengan penyusunan standar masing-masing produk.
Jumlah Label dan Iklan Pangan yang Diamati Setelah menganalisa berkas pendaftaran pangan di Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu anak balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau ibu menyusui serta menyingkirkan berkas yang tidak memuat klaim yang diperlukan, maka terkumpul sebanyak 186 buah label produk pangan. Sementara dari toko tempat penjualan produk terkumpul sebanyak 26 buah label produk pangan. Jumlah iklan pangan yang terkumpul masing-masing dari 85 media cetak dan brosur pangan yang diamati, terkumpul sebanyak 94 buah iklan produk pangan. Dari hasil pengamatan terhadap iklan di televisi terkumpul sebanyak 163 iklan dan dari internet 13 iklan. Iklan dari internet dijumpai dari suatu situs internet (Smarter.com) yang melayani penjualan berbagai jenis produk termasuk produk pangan, farmasi, kesehatan dan kosmetik. Dari iklan pangan di internet tersebut dijumpai iklan tentang susu formula bayi. Di Indonesia terdapat ketentuan yang membatasi iklan susu formula bayi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tentang Label dan Iklan Pangan 1999. Iklan hanya diizinkan pada media kesehatan dan atas izin Menteri Kesehatan. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan penggunaan air susu ibu dan agar penyebarluasan informasi mengenai pangan yang diperuntukkan bagi bayi dapat lebih terseleksi.
26
Berdasarkan data label dan iklan yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut diketahui bahwa data yang paling banyak terkumpul adalah dari Badan Pengawas Obat dan Makanan dan iklan di televisi masing-masing 186 dan 163 sementara data dari sumber lain jauh lebih rendah. Beberapa faktor penyebab adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan data pendaftaran seluruh produk yang beredar, sementara pengamatan di toko dan iklan media cetak terbatas pada dua toko dan dua hypermart yang dikunjungi serta sejumlah media cetak yang diamati. Besar kemungkinan tidak semua produk terdapat dalam toko atau hypermart atau media cetak yang diamati. Data yang terkumpul dari iklan televisi tergolong banyak, hal ini berkenaan dengan lamanya pengamatan (selama enam hari berturut) dan banyaknya stasiun televisi (sembilan buah). Jika dihubungkan dengan jenis pangan, maka diketahui bahwa data yang paling banyak dijumpai adalah data label dan iklan pangan untuk susu anak balita dan yang paling sedikit data dari susu formula lanjutan. Uraian selengkapnya seperti dicantumkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Jumlah label dan iklan menurut sumber data No
1
Jenis Pangan
Data dari BPOM* 5
Pengamatan di toko 3
Susu Formula Bayi Susu Formula 2 4 2 Lanjutan 3 MP-ASI** 36 14 4 Susu Anak Balita 122 3 Susu Ibu Hamil 5 19 4 dan/atau Menyusui Jumlah 186 26 Keterangan : * BPOM adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan ** MP-ASI adalah Makanan Pendamping air susu ibu
Iklan Media Cetak 1 3 20 55 15 94
Iklan Televisi 0 0
Iklan Internet 9 1
19 122 22
0 3 0
163
13
Melalui pengamatan iklan televisi diketahui bahwa jumlah iklan makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita serta susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui yang ditayangkan setiap hari jumlahnya bervariasi. Jika jam pengamatan dibagi atas tiga kelompok masing-masing satu jam, dijumpai bahwa iklan produk pangan untuk anak serta ibu hamil dan/atau menyusui paling banyak ditayangkan pada jam 20.00 – 21.00 wib. Jam tayang 20.00 - 21.00 wib termasuk
27
dalam kategori jam tayang utama/prime time yang merupakan waktu paling potensial untuk banyak penontonnya dan kesempatan terbesar untuk bersaing dengan stasiun televisi lain (http://tvconsulto.com/?p=42)
[7Nopember 2007]).
Kebiasaan para ibu dan anak-anak menonton televisi bukan pada jam tayang utama tersebut. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa jumlah iklan pangan yang ditayangkan jauh lebih banyak jika dilakukan pengamatan penuh selama 24 jam, terutama pada program acara yang ditujukan untuk ibu/wanita dan anak-anak. Penayangan iklan pangan di televisi biasanya dilakukan dalam durasi yang singkat (hitungan detik) namun berulang-ulang sebagaimana diketahui dari pengamatan penulis terhadap durasi tayangan iklan pangan. Pada pengamatan tanggal 24 Juni 2005, 25 Juni 2005, dan 4–9 Juli 2005 pada jam 19.00 – 22.00 wib diketahui bahwa durasi tayang suatu iklan pangan adalah 5 detik, 15 detik atau 30 detik. Dari pengamatan juga diketahui bahwa dalam hari yang sama suatu produk pangan juga diiklankan pada beberapa stasiun televisi. Uraian terinci tentang data tayang iklan seperti dicantumkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Data tayangan iklan di sembilan stasiun televisi 19.00-20.00 wib Tanggal 4 Juli 05 5 Juli 05 6 Juli 05 7 Juli 05 8 Juli 05 9 Juli 05
Iklan Total Pangan Iklan (%) 243 388 273 369 260 264
29 25 23 21 31 30
Iklan pangan diteliti (%) 5 4 2 1 7 6
20.00 – 21.00 wib Iklan Iklan pangan Total Pangan Iklan diteliti (%) (%) 368 26 3 292 43 4 342 41 5 280 39 8 432 41 3 159 27 2
21.00 – 22.00 wib Total Iklan
Iklan Pangan (%)
122 222 179 224 214 187
22 15 15 34 21 28
Iklan pangan diteliti (%) 2 1 1 1 2
Zat Gizi dan Non Gizi yang Dinyatakan dalam Label dan Iklan Pangan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh label dan iklan pangan pada produk yang diamati yaitu susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui, terdapat 52 jenis zat gizi dan non gizi yang dinyatakan dalam label dan iklan pangan sebagaimana dicantumkan pada Tabel 4.
28
Sejumlah zat gizi dan non gizi tersebut kemungkinan merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat umum diantaranya Medium Chain Triglycerides (MCT), Unsaturated Fatty Acid (UFP), Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA), asam linoleat (LA/EFA), asam linolenat/α-linolenat, Gamma Linolenic Acid (GLA),
Sialic Acid, lesitin,
(FOS)/inulin,
laktulosa,
kolin,
laktoferin,
taurin, prebiotik/Fruktooligosakarida nukleotida,
glutamin,
molibdenum,
oligofruktosa atau asam pantotenat. Beberapa diantaranya telah menjadi populer di
masyarakat
dan
mungkin
telah
menimbulkan
“kebutuhan”,
bahkan
kekhawatiran akan kekurangan misal Docosahexaenoic Acid (DHA), Arachidonic Acid (AA), Omega 3, Omega 6, Asam Folat dan Kalsium. Tabel 4 Zat gizi dan non gizi dalam label dan iklan pangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Karbohidrat Glukosa Sialic Acid Lemak DHA AA Omega 3 Omega 6 Omega 9 MCT UFA, PUFA Asam Linoleat α-Linolenat GLA Protein Laktoferin Lesitin Kolin
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Taurin Spingomyelin Nukleotida Glutamin Vitamin A Karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 (Tiamin) Vitamin B2 (Riboflavin) Niasin Asam pantotenat Biotin Asam Folat Vitamin B6 (Piridoksin) Vitamin B12 (Kobalamin) Vitamin C
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Kalsium Fospor Magnesium Kalium Natrium Klorida Zat besi Tembaga Seng/Zinc Iodium Selenium Kromium Molibdenum Prebiotik : FOS, Inulin Probiotik Laktulosa
Dalam penelitian ini dijumpai beberapa penamaan yang berbeda untuk zat gizi dan non gizi yang sama, misal prebiotik terdapat istilah prebio, prebio1 dan prebio 3, serta AA dan ARA. Sejumlah label dan iklan pangan yang dijumpai mencantumkan klaim beberapa zat gizi dan non gizi, misal pada iklan sebuah produk makanan pendamping air susu ibu dicantumkan klaim tentang omega 3, omega 6 dan prebiotik FOS. Contoh lain pada susu untuk anak balita dicantumkan klaim tentang prebiotik, linoleat, linolenat, vitamin A, vitamin E, dan selenium.
29
Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam label dan iklan pangan diantaranya adalah DHA, Kalsium, Prebiotik, dan Omega (meliputi omega 3, omega 6 dan omega 9). Pada Tabel 5 berikut ditunjukkan frekuensi beberapa zat gizi yang paling sering ditemukan dalam label dan iklan pangan. Tabel 5 Zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan No
Zat Gizi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
DHA Kalsium Prebiotik Omega AA Protein Zat Besi Vitamin D Linoleat Kolin Vitamin B1 (Tiamin) Vitamin A Yodium
Jumlah klaim 219 167 130 120 82 81 76 54 53 53 47 46 38
Data pada tabel 5 tersebut menggambarkan bahwa beberapa zat gizi dan non gizi merupakan komponen yang populer dikalangan industri pangan saat ini. Penggunaan komponen yang populer seperti DHA, Kalsium, Prebiotik dan Omega yang disertai dengan klaim pada label dan iklan pangan merupakan suatu upaya untuk menarik perhatian konsumen sehingga memilih produk tersebut. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Consumer’s Association Inggris yang menunjukkan bahwa para konsumen menilai klaim pada produk pangan sebagai suatu cara mudah dan cepat untuk mengidentifikasi produk pangan yang lebih sehat. Kajian lebih lanjut terhadap masing-masing jenis pangan diketahui bahwa jenis zat gizi yang paling banyak dijumpai terdapat pada susu untuk anak balita yaitu 46 jenis, pada makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebanyak 23 jenis, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 17 jenis, susu formula bayi 14 jenis dan pada susu formula lanjutan sebanyak 12 jenis sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
30
46 Susu Formula bayi Susu Formula Lanjutan 23 Makanan Pendamping Air Susu Ibu
17
14 12
Susu untuk Anak balita Susu untuk Ibu Hamil dan/atau Menyusui 1
Gambar 3 Jumlah zat gizi pada label dan iklan masing-masing pangan. Sejumlah zat gizi dan non gizi dinyatakan pada semua kelompok pangan sementara beberapa lainnya hanya ditemukan pada pangan tertentu. Zat gizi yang ditemukan pada semua kelompok pangan adalah DHA, AA, Omega 3, Omega 6, dan Linoleat. Zat gizi yang hanya tercantum pada susu formula bayi adalah omega 9 sementara pada makanan pendamping air susu ibu Medium Chain Triglycerides (MCT), lesitin glutamin dan glukosa. Beberapa zat gizi dan non gizi yang hanya dijumpai pada susu untuk anak balita adalah Gamma Linolenic Acid (GLA), sphingomyelin, probiotik, vitamin K, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin, asam pantotenat, biotin, klorida, kromium, tembaga, kalium, molibdenum, natrium, dan seng. Data selengkapnya seperti tercantum pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Jenis zat gizi pada masing-masing jenis pangan No
Zat gizi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Karbohidrat Glukosa Sialic acid Lemak DHA AA Omega 3 Omega 6 Omega 9 MCT UFA, PUFA Asam Linoleat Linolenat
Susu Formula Bayi
Susu Formula Lanjutan
Makanan Pendaping Air Susu Ibu
Susu untuk anak balita
Susu untuk ibu hamil dan menyusui
V V V V V V V V -
V V V V V V -
V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V
V V V V V V V
31
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
GLA Protein Laktoferin Lesitin Kolin Taurin Sphingomyelin Nukleotida Glutamin Vitamin A Karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vit. B1 (Tiamin) Vit. B2 (Riboflavin) Vit. B3 (Niasin) As. Pantotenat Biotin (Vitamin H) Asam folat Vit. B6 (Piridoksin) Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Fospor Magnesium Kalium Natrium Klorida Zat besi Tembaga Seng/Zinc Iodium Selenium Kromium Molibdenum Prebiotik Probiotik Laktulosa
V V V V V V
V V V V V V
V V V V V V V V V V V V -
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Klaim Gizi dan Kesehatan pada Label dan Iklan Pangan Jenis Klaim Gizi dan Kesehatan Klaim yang dikaji dari seluruh label dan iklan pangan berjumlah 1566 klaim dan dikaji terhadap pengelompokan klaim yang diatur oleh Codex Alimentarius Commission dalam Pedoman Penggunaan Klaim Gizi dan Kesehatan (CAC 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis klaim yang dijumpai pada label dan iklan susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui adalah klaim gizi dan klaim kesehatan. Klaim gizi yang dijumpai berupa klaim kandungan zat gizi dan klaim kesehatan dijumpai meliputi klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain dan klaim penurunan risiko penyakit.
V V V V V V V V V V
32
Diketahui bahwa separuh dari klaim yang dijumpai adalah klaim kandungan gizi (50%) dengan demikian klaim kandungan gizi merupakan klaim yang paling banyak ditemukan. Pada urutan kedua adalah klaim fungsi zat gizi yaitu sebanyak 32%, kemudian klaim fungsi lain sebanyak 17% dan yang paling sedikit adalah klaim penurunan risiko penyakit sebanyak 1% seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Jenis Klaim Gizi dan Kesehatan Klaim fungsi lain 17%
Klaim penurunan risiko penyakit 1%
Klaim kandungan zat gizi 50%
Klaim fungsi zat gizi 32% Klaim kandungan zat gizi
Klaim fungsi zat gizi
Klaim fungsi lain
Klaim penurunan risiko penyakit
Gambar 4 Jenis klaim gizi dan kesehatan.
Sebaran Zat Gizi dan Non Gizi pada Klaim Gizi dan Kesehatan Hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap klaim gizi dan kesehatan yang dijumpai, maka dapat diketahui jenis zat gizi dan non gizi yang terdapat pada masing-masing klaim. Dalam pengolahan ini omega 3, omega 6 dan omega 9 dikelompokkan menjadi satu dan disebut omega, sementara Medium Chain Triglycerides (MCT) disatukan dengan lemak dan Gamma Linolenic Acid (GLA) disatukan dengan linolenat, sehingga total zat gizi dan non gizi menjadi 48 (empat puluh delapan). Diketahui bahwa seluruh zat gizi dan non gizi digunakan untuk pencantuman klaim kandungan zat gizi, tidak demikian halnya pada jenis klaim lain. Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam klaim kandungan zat gizi berturut-turut adalah DHA, kalsium, prebiotik, omega, protein dan zat besi.
33
Pada klaim fungsi zat gizi diketahui bahwa beberapa zat gizi dan non gizi tidak digunakan yaitu glukosa, glutamin, karoten, vitamin E, vitamin K, vitamin B2, niasin, vitamin C dan probiotik. Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam klaim fungsi zat gizi kurang lebih sama dengan klaim kandungan zat gizi yaitu DHA, kalsium, omega, protein, AA dan tembaga. Dalam klaim fungsi lain zat gizi dan non gizi yang paling banyak dijumpai adalah prebiotik, DHA, AA, vitamin A, kolin, omega dan vitamin C. Sementara zat gizi dan non gizi yang tidak dicantumkan dalam klaim fungsi lain jumlahnya lebih banyak dibanding klaim fungsi gizi. Pada klaim penurunan risiko penyakit ditemukan hanya ada tiga zat yang digunakan yaitu nukleotida, asam folat dan iodium. Klaim nukleotida dikaitkan dengan diare, asam folat dikaitkan dengan cacat otak dan sumsum tulang belakang pada bayi, sementara iodium dikaitkan dengan kretinisme. Data selengkapnya mengenai zat gizi dan non gizi yang digunakan dalam berbagai klaim seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran zat gizi dan non gizi pada setiap jenis klaim No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Zat Gizi Karbohidrat Glukosa Sialic acid Lemak DHA ARA/AA Omega (3, 6, 9) PUFA Linoleat Linolenat Protein Laktoferin Lesitin Kolin Taurin Sphingomyelin Nukleotida Glutamin Vitamin A Karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Niasin
Klaim kandungan zat gizi 13 9 6 16 97 32 53 12 26 17 49 11 14 24 5 1 3 2 23 12 28 10 1 23 1 1
Klaim fungsi zat gizi
Klaim fungsi lain
Klaim penurunan risiko penyakit
Jumlah klaim
5 0 6 9 99 31 51 4 17 12 32 3 4 12 3 1 1 0 4 0 26 0 0 15 0 0
0 0 2 5 23 19 16 7 10 8 0 6 4 17 0 1 2 2 19 9 0 5 1 9 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 9 14 30 219 82 120 23 53 37 81 20 22 53 8 3 7 4 46 21 54 15 2 47 2 2
\
34
27 Asam pantotenat 28 Biotin 29 Asam Folat 30 Vitamin B6 31 Vitamin B12 32 Vitamin C 33 Kalsium 34 Fospor 35 Magnesium 36 Kalium 37 Natrium 38 Klorida 39 Zat Besi 40 Tembaga 41 Seng 42 Yodium 43 Selenium 44 Kromium 45 Molibdenum 46 Prebiotik 47 Probiotik 48 Laktulosa Total
1 1 12 2 1 15 90 13 6 1 1 1 45 1 11 18 4 1 1 63 3 6 786 (50%)
1 1 2 1 1 0 74 13 6 1 1 1 31 1 5 4 3 1 1 15 0 3 501 (32%)
0 0 0 1 1 15 3 0 0 0 0 0 0 1 3 12 2 0 0 52 3 4 264 (17%)
0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 15 (1%)
2 2 24 4 3 30 167 26 12 2 2 2 76 3 19 38 9 2 2 130 6 13 1566
Sebaran Klaim Gizi dan Kesehatan menurut Jenis Pangan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa klaim yang paling banyak ditemukan adalah klaim kandungan gizi. Klaim kandungan zat gizi ditemukan pada seluruh produk susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui, sementara pada susu formula bayi klaim kandungan gizi dijumpai pada 83% produk. Besarnya jumlah penggunaan klaim kandungan gizi kemungkinan terkait dengan persyaratan penggunaan klaim kandungan gizi yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan persyaratan untuk menggunakan klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit. Dengan bukti hasil analisa laboratorium yang menunjukkan keberadaan zat gizi atau non gizi yang sesuai dengan jumlah yang dipersyaratkan, maka produsen berpeluang untuk mencantumkan klaim kandungan zat gizi. Pernyataan pada klaim kandungan zat gizi antara lain “mengandung zat gizi x ” atau “sumber y”. Pernyataan sedemikian diperkirakan juga mampu menjadi daya tarik bagi konsumen meskipun tidak disertai dengan penjelasan lebih lanjut tentang peran zat gizi tersebut. Klaim fungsi zat gizi dijumpai pada seluruh produk susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Pada jenis pangan lain yaitu susu formula bayi dan susu
35
formula lanjutan klaim fungsi zat gizi ditemukan lebih sedikit sekitar 70%-80%. Klaim fungsi zat gizi paling sedikit dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu, meskipun demikian lebih dari separuh (58%) produk makanan pendamping air susu ibu diketahui mencantumkan klaim fungsi zat gizi. Klaim fungsi lain paling banyak dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu, sebanyak 63% berikutnya pada susu untuk anak balita, sebanyak 51%. Pada jenis produk lainnya klaim fungsi lain ditemukan lebih sedikit terutama pada susu formula bayi, hanya 6%. Pada umumnya klaim fungsi lain terkait dengan komponen prebiotik. Klaim penurunan risiko penyakit dijumpai pada produk susu formula lanjutan, susu untuk anak balita dan mayoritas pada susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Zat yang terkait dengan klaim penurunan risiko penyakit pada produk susu formula lanjutan adalah nukleotida. Klaim yang tercantum pada media cetak tersebut dihubungkan dengan manfaatnya dalam menurunkan kejadian diare. Zat gizi pada klaim penurunan risiko penyakit yang dijumpai pada susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui adalah asam folat dan dihubungkan dengan perkembangan janin. Klaim asam folat dikaitkan dengan cacat otak dan sumsum tulang belakang pada bayi, tercantum pada label produk dan pada media cetak. Sementara klaim iodium dikaitkan dengan kretinisme, dijumpai pada label produk susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Uraian terinci sebaran klaim gizi dan kesehatan pada setiap jenis pangan seperti tercantum pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Jumlah klaim berdasarkan jenis produk Jenis Produk
Susu formula bayi Susu formula lanjutan Makanan pendamping air susu ibu
Klaim Klaim kandungan zat fungsi zat Jumlah gizi gizi
Klaim fungsi lain
18
15 (83%)
15 (83%)
1 (6%)
Klaim penurunan risiko penyakit 0 (0%)
7
7 (100%)
6 (86%)
3 (43%)
1 (14%)
67
67 (100%)
39 (58%)
42 (63%)
0 (0%)
36
Juml ah
Klaim kandungan zat gizi
Klaim fungsi zat gizi
Klaim fungsi lain
Klaim penurunan risiko penyakit
115
115 (100%)
81 (70%)
59 (51%)
2 (1%)
17
17 (100%)
17 (100%)
5 (29%)
12 (71%)
Jenis Produk Susu untuk anak balita Susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui
Dalam pengkajian ini diketahui bahwa sejumlah label dan iklan pangan mencantumkan lebih dari satu zat gizi atau non gizi. Kemungkinan hal ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya pemasaran. Karena pangan yang mencantumkan keberadaan suatu zat gizi terlebih-lebih berbagai zat gizi dapat memperoleh perhatian lebih dari konsumen (http://www .which.co.uk/files/ application/pdf/0501healthclaims_br-44555332.pdf. [29Oktober2007]). Konsumen dengan pengetahuan atau pengalaman terbatas serta mudah tergoda, berpeluang untuk ”terjebak” dengan pencantuman berbagai zat gizi pada label dan iklan karena beranggapan pangan tersebut mempunyai nilai lebih dibanding pangan sejenis yang tidak memuat pernyataan tentang zat gizi tersebut. Sekaitan dengan hal tersebut, kepada konsumen dipandang penting untuk mensosialisasikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada label pangan sebelum melakukan pemilihan produk pangan agar sesuai dengan kebutuhan serta manfaat yang diharapkan antara lain dengan memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING). Dari ING tersebut konsumen dapat menilai porsi kandungan zat gizi yang ada didalam produk dan konsumen berkesempatan untuk memperhatikan kandungan zat gizi atau non gizi yang mungkin tidak difokus (highlight) namun dapat berpengaruh terhadap kesehatan bila dikonsumsi berlebihan misal gula, garam dan lemak. Pada saat ini di Inggris berkembang suatu cara cepat yang memudahkan konsumen untuk memilih produk pangan, yaitu dengan menggunakan "warna lampu lalu lintas" (traffic light colours) (http://www.eatwell.gov.uk/ foodlabels/ trafficlights/ [11 Nopember 2007]). Food Standar Agency Inggris akan terus mendorong cara pendekatan ini dan menghimbau partisipasi masyarakat agar
37
semakin banyak industri pangan dan supermarket yang menerapkan cara tersebut. Meskipun dalam penerapannya masing-masing menggunakan disain yang berbeda-beda, yang pasti warna merah menunjukkan kandungan yang tinggi, kuning berarti sedang dan hijau berarti rendah. Pewarnaan tersebut diterapkan untuk menyatakan kandungan lemak, lemak jenuh, gula dan garam dalam 100 gram produk, yang juga disertai dengan informasi kandungan per porsi atau takaran saji. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa masalah gizi di Indonesia adalah kurang energi protein, anemia gizi besi, kurang vitamin A dan gangguan akibat kurang yodium yang umumnya terjadi pada bayi, anak balita serta ibu hamil (Depkes 2005). Dalam kajian ini akan dicoba mempelajari apakah terdapat klaim gizi dan kesehatan yang dihubungkan dengan masalah gizi di Indonesia. Diketahui bahwa terdapat beberapa klaim yang dihubungkan masalah gizi di Indonesia, meskipun dapat dikatakan jumlahnya sangat sedikit. Sebagai contoh klaim tentang protein hanya 5,2%, zat besi 4,9%, vitamin A 2,9% dan iodium 2,4%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia tidak “menarik” untuk dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik dalam pencantuman klaim gizi dan kesehatan. Masalah kesehatan nasional tersebut tampaknya tidak berpotensi untuk digunakan sebagai daya jual produk pangan seperti susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita atau susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Faktor lain, kemungkinan masalah gizi dan kesehatan tersebut umumnya terjadi pada masyarakat menengah kebawah sementara target konsumen yang akan diraih adalah masyarakat menengah keatas.
Kesesuaian Klaim Gizi dan Kesehatan terhadap Ketentuan yang Berlaku Di Indonesia ketentuan yang mengatur secara rinci mengenai klaim gizi dan kesehatan dimulai tahun 2005 dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional (BPOMRI 2005). Aturan lain yang terkait adalah ketentuan tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia dan ketentuan tentang Acuan Label Gizi.
38
Codex Alimentarius Commission dalam dokumen CAC/GL 23-1997, Rev.1-2004 tentang Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims menetapkan bahwa pencantuman klaim gizi dan kesehatan harus memenuhi sejumlah persyaratan. Salah satu dari persyaratan tersebut adalah bahwa klaim kandungan zat gizi hanya diizinkan untuk energi, protein, karbohidrat, lemak dan komponennya, serat, natrium serta vitamin dan mineral yang telah mempunyai Nutrient Reference Value (NRV). Sementara klaim fungsi zat gizi hanya diizinkan untuk zat-zat gizi esensial yang telah mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) atau zat-zat gizi yang tercantum dalam Pedoman Gizi yang ditetapkan oleh instansi berwenang. Zat gizi yang telah mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) menurut Codex Alimentarius Commission adalah protein, vitamin A, vitamin D, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, kalsium, magnesium, zat besi, seng, dan iodium (CAC 1993). Memperhatikan ketentuan Codex tersebut, maka hanya 15 (limabelas) zat gizi yang dapat mencantumkan klaim kandungan zat gizi, dengan demikian sejumlah zat gizi dan non gizi yang dijumpai dalam penelitian ini seyogianya belum dapat mencantumkan klaim kandungan zat gizi. Diantaranya adalah sialic acid, DHA, AA, omega, asam linoleat, asam pantotenat, klorida, prebiotik dan probiotik. Pada tabel 9 berikut dapat dilihat dengan jelas status zat gizi dan non gizi yang dijumpai dalam penelitian ini dibandingkan dengan data Nutrient Reference Value (NRV). Tabel 9 Status zat gizi dan non gizi terhadap Nutrient Reference Value (NRV)
Tidak mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) Karbohidrat Glukosa Sialic acid Lemak DHA ARA/AA Omega 3 Omega 6
Nukleotida Glutamin Karoten Vitamin E Vitamin K Asam pantotenat Biotin Fospor
Mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) Protein Vitamin A Vitamin D Vitamin B1 Vitamin B2 Niasin Asam Folat Vitamin B6
39
Tidak mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) Omega 9 MCT UFA , PUFA Asam Linoleat α-Linolenat GLA Laktoferin Lesitin Kolin Taurin Spingomyelin
Kalium Natrium Klorida Tembaga Selenium Kromium Molibdenum Prebiotik Probiotik Laktulosa
Mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Magnesium Zat besi Seng Iodium
Di Indonesia belum ada ketentuan yang membatasi klaim kandungan gizi berdasarkan jenis zat gizi yang tercantum dalam Nutrient Reference Value (NRV) sebagaimana ketentuan dalam Codex. Dalam rangka harmonisasi, pedoman yang ditetapkan oleh Codex dapat digunakan sebagai acuan, meskipun pedoman Codex tersebut hanya bersifat sukarela/tidak mengikat. Hal ini sejalan dengan sistem di World Trade Organization (WTO) yang mengakui bahwa standar, pedoman dan dokumen Codex lain merupakan referensi dalam perdagangan internasional dan termasuk dalam perselisihan perdagangan internasional (Hawkes 2004). Nutrient Reference Value (NRV) di Indonesia adalah Acuan Label Gizi yang ditetapkan pada tahun 2003 (BPOMRI 2003) dan direvisi pada tahun 2007 (BPOMRI 2007). Jika dibandingkan dengan data zat gizi yang tercantum dalam Acuan label Gizi tersebut, diketahui bahwa sejumlah zat gizi yang dijumpai dari label dan iklan pangan yang dikaji, juga belum tercakup dalam ketentuan tentang Acuan Label Gizi tersebut. Temuan ini kiranya perlu ditindaklanjuti dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menyusun ketentuan tentang klaim gizi dan klaim kesehatan di Indonesia. Pengetahuan mengenai jumlah kebutuhan zat gizi dan non gizi merupakan salah satu faktor pembatas bagi pemerintah untuk menyiapkan ketentuan tentang klaim gizi dan kesehatan. Pengetahuan mengenai zat-zat gizi esensial belum cukup untuk membuat suatu ketentuan tentang klaim pangan
40
namun harus didukung dengan penelitian tentang saling keterkaitan diantara zatzat gizi, peranan biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengaruh pengolahan makanan terhadap kandungan zat gizi. Namun demikian dapat dicatat bahwa Acuan Label Gizi yang ditetapkan di Indonesia telah mengakomodir lebih banyak zat gizi dibandingkan dengan Nutrient Reference Value (NRV) yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission. Tidak adanya peraturan yang secara tegas mengatur klaim gizi dan kesehatan menyebabkan banyaknya klaim gizi dan kesehatan yang beredar di Indonesia dan bukan semata-mata karena proses penyusunan peraturan yang lambat. Uraian selengkapnya tentang zat gizi dan non gizi yang telah mempunyai atau belum mempunyai Acuan Label Gizi seperti tercantum pada Tabel 10. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa peraturan yang mengatur klaim gizi dan kesehatan di Indonesia adalah Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Berdasarkan data yang dijumpai, diketahui bahwa klaim gizi dan kesehatan dari sejumlah zat gizi dan non gizi juga belum diatur dalam ketentuan tersebut. Zat gizi dan non gizi tersebut adalah omega 6, omega 9, asam linoleat, asam linolenat, sialic acid, lesitin, taurin, laktulosa, laktoferin, sphingomyelin, nukleotida, glutamin, prebiotik, vitamin D, asam pantotenat, biotin, vitamin K, klorida, fospor, tembaga, molibdenum, protein, karbohidrat, glukosa, dan lemak seperti ditunjukkan dalam Tabel 11. Tabel 10 Status zat gizi dan non gizi terhadap Acuan Label Gizi (ALG) Tidak mempunyai Acuan Label Gizi (ALG) Glukosa Sialic acid DHA AA Omega 3 Omega 6 Omega 9 MCT UFA, PUFA α-Linolenat GLA
Mempunyai Acuan Label Gizi (ALG) Karbohidrat Protein Lemak Asam Linoleat Vitamin A Karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2
41
Tidak mempunyai Acuan Label Gizi (ALG) Laktoferin Lesitin Kolin Taurin Spingomyelin Nukleotida Glutamin Biotin Klorida Tembaga Kromium Molibdenum Prebiotik Probiotik Laktulosa
Mempunyai Acuan Label Gizi (ALG) Niasin Asam pantotenat Asam Folat Vitamin B6 Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Fospor Magnesium Kalium Natrium Zat besi Seng Iodium Selenium
Ketentuan lain dalam CAC/GL 23-1997 Rev.1-2004 Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims, adalah klaim gizi dan kesehatan tidak diizinkan pada pangan yang ditujukan untuk bayi dan anak dalam hal ini sampai dengan 3 tahun (CAC 2004). Secara tidak langsung ketentuan ini menyatakan bahwa susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu dan sebahagian susu untuk anak balita tidak boleh memuat klaim gizi dan kesehatan karena peruntukan produk-produk tersebut adalah bayi dan anak berusia sampai dengan 3 (tiga) tahun. Susu formula bayi adalah produk yang ditujukan untuk bayi berusia 0-6 bulan, susu formula untuk 7-36 bulan, makanan pendamping air susu ibu untuk 6-24 bulan. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua produk semua produk susu formula lanjutan, susu untuk anak balita, makanan pendamping air susu ibu dan sebahagian besar susu formula bayi memuat klaim gizi sekurang-kurangnya klaim kandungan gizi, seperti ditampilkan pada Tabel 8. Namun demikian ketentuan berkenaan dengan pembatasan pencantuman klaim gizi dan kesehatan pada pangan tertentu sebagaimana ditetapkan oleh Codex tersebut belum diatur di Indonesia. Jika ketentuan Codex tersebut dipertimbangkan untuk diberlakukan di Indonesia, kemungkinan besar akan mendapat tanggapan dari pihak produsen
42
pangan sehingga diperlukan pembahasan yang seksama dengan semua para pihak termasuk pakar terkait. Data klaim gizi dan kesehatan dari penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan antara ketentuan klaim gizi dan kesehatan di Indonesia dibandingkan dengan ketentuan Codex Alimentarius Commission serta antara peraturan yang tersedia dengan perkembangan klaim gizi dan kesehatan oleh produsen pangan. Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk melakukan percepatan evaluasi dan penyusunan peraturan yang terkait. Peraturan merupakan acuan formal bagi produsen pangan, konsumen dan pemerintah dalam rangka melindungi konsumen dari klaim yang tidak benar atau menyesatkan dan dalam rangka perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab. Tabel 11. Sandingan Peraturan Pangan Fungsional (BPOMRI 2005) terhadap zat gizi dan non gizi dijumpai Zat Gizi Karbohidrat Glukosa Sialic acid Lemak DHA ARA/AA Omega (3, 6, 9) PUFA Linoleat Linolenat Protein Laktoferin Lesitin Kolin Taurin Sphingomyelin Nukleotida Glutamin Vitamin A Karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Niasin Asam pantotenat Biotin Asam Folat Vitamin B6 Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Fospor Magnesium
Klaim kandungan zat gizi X X X X VV VV VV VV VV VV X X X VV X X X X VV VV X VV X VV VV VV X VV VV VV VV VV VV X X
Klaim fungsi zat gizi X X X X VV VV X X X X X X X X X X X X X X X X X VV VV X X X X X VV VV VV X X
Klaim fungsi lain X X X X VV VV X X X X X X X VV X X X X VV VV X X X X X X X X X VV X VV X X X
Klaim penurunan risiko penyakit X X X X X X VV X X X X X X VV X X X X X X X VV X X VV VV X X VV VV VV X VV X X
43
Zat Gizi Kalium Natrium Klorida Zat Besi Tembaga Seng Yodium Selenium Kromium Molibdenum Prebiotik Probiotik Laktulosa
Klaim kandungan zat gizi VV VV X VV VV VV VV VV VV X VV VV X
Klaim fungsi zat gizi X X X X X X X X X X X X X
Klaim fungsi lain X X X X X X X X VV X X VV X
Klaim penurunan risiko penyakit VV VV X VV X X VV X X X X X X
Catatan : Tanda X : belum diatur dalam ketentuan Pangan Fungsional
Ulasan terhadap Beberapa Klaim Gizi dan Kesehatan Zat gizi dan non gizi yang dibahas berikut dipilih berdasarkan pertimbangan banyaknya klaim yang banyak dijumpai seperti tercantum pada Tabel 5, masalah gizi di Indonesia dan topik pembahasan di Badan POM saat ini.
Sialic acid Klaim tentang sialic acid ditemukan pada satu susu formula bayi (5,6%), satu susu formula lanjutan (14,3%), pada 2,6% susu untuk anak balita dan satu susu untuk ibu hamil dan menyusui (5,9%), tidak ditemukan pada produk makanan pendamping air susu ibu. Klaim antara lain menyebutkan “sialic acid adalah zat pembangun penting untuk membentuk molekul gangliosida dan membran otak”. Bersama komponen lain yakni DHA dan ARA, silalic acid diklaim “untuk perkembangan otak”. Terdapat pernyataan ”sudah cukupkah kadar sialic acid (SA) dalam susu formula?”. Selanjutnya klaim menyebutkan bahwa kadar sialic acid didalam produk tersebut setara dengan yang terdapat pada ASI yang sudah stabil. Klaim yang mempertanyakan kecukupan sialic acid tersebut menggiring konsumen perihal pentingnya keberadaan sialic acid, padahal sialic acid tidak tercantum dalam standar susu formula lanjutan. Pernyataan yang dihubungkan dengan ASI akan mengundang perhatian dan dapat memikat masyarakat terutama yang dikaitkan dengan kesataraan kadarnya. Dalam peraturan tentang pemasaran pengganti air susu ibu (Depkes 1997) dan International Code of Marketting of Breas-tmilk Substitues diuraikan tentang pelarangan pencantuman tulisan “semutu
44
air susu ibu” atau tulisan semakna pada label pangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan (WHO 1981). Klaim lain menyatakan “susu formula selama ini hanya mengandung total sialic acid dengan kadar yang lebih rendah”. Meskipun tidak secara langsung menunjuk produk tertentu, namun klaim tersebut dapat menimbulkan persepsi “merendahkan” produk lain. Selain itu dijumpai klaim yang menyatakan “pada animal studies menunjukkan SA sangat penting bagi perkembangan otak dan learning serta pembentukan memori”. Klaim sialic acid yang diizinkan di Malaysia (MOH 2006) adalah ”merupakan komponen penting dari jaringan otak”. Dan klaim tersebut tidak diperkenankan untuk susu formula bayi dan susu formula lanjutan.
DHA (Docosahexaenoic acid) Klaim tentang DHA ditemukan pada semua jenis produk yang dikaji. Klaim DHA dijumpai pada 83% susu formula bayi, semua susu formula lanjutan (100%), pada 52% makanan pendamping air susu ibu, 27% susu untuk anak balita dan pada 88,2% susu untuk untuk ibu hamil dan menyusui. Klaim umumnya dikaitkan dengan otak, kecerdasan, penglihatan, dan psikomotor. Klaim yang dihubungkan dengan otak menyatakan antara lain bahwa DHA merupakan nutrisi untuk otak, fondasi terpenting untuk perkembangan otak bayi/building blocks for a baby’s brain, membantu pembentukan dan/atau perkembangan sel-sel saraf, pertumbuhan dan/atau perkembangan otak. Klaim yang berhubungan dengan kecerdasan menyatakan DHA berperan penting membentuk inteligensi, meningkatkan IQ dan kemampuan belajar. Klaim lain tentang DHA dihubungkan dengan penglihatan menyatakan bahwa DHA membantu pembentukan sel saraf retina dan ketajaman mata. Klaim sedemikian termasuk klaim yang belum diizinkan di Indonesia (BPOMRI 2005), Malaysia (MOH 2006), Canada (Hawkes 2004) dan di Amerika (Hawkes 2004). DHA merupakan komponen utama dari jaringan otak dan kekurangan komponen tersebut pada bayi prematur menunjukkan gejala neurological abnormalities dan DHA bukan merupakan asam lemak esensial dalam diet (Sardesai
2003). Dengan demikian DHA dapat disintesis sendiri oleh tubuh
45
sehingga tidak harus disuplai dari pangan. DHA terdapat dalam ASI. Pangan yang dapat menjadi sumber DHA antara lain evening primrose oil, borage seed oil, minyak ikan, ikan laut dalam seperti lemuru, tuna, salmon, cod, minyak kanola, minyak kedele, minyak zaitun dan minyak jagung (WNPG 2005). Pengetahuan mengenai sumber DHA ini penting untuk diketahui konsumen selain untuk mendorong pemberian ASI, konsumsi pangan yang beragam, juga untuk menghindari kekhawatiran karena kekurangan atau tidak mengkonsumsi DHA. Pada iklan yang ditemui dari di internet (produk di negara lain), dijumpai bahwa klaim tentang DHA disertai dengan pernyataan bahwa secara alami DHA dan ARA ada pada ASI. Pernyataan tersebut dinilai positip karena dapat membantu konsumen untuk mengetahui informasi yang benar mengenai sumber DHA. Menanggapi maraknya penggunaan DHA di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia mengeluarkan suatu rekomendasi. Dalam rekomendasi tersebut antara lain disebutkan bahwa pada bayi cukup bulan mungkin tidak didapatkan manfaat dari suplementasi DHA-ARA, walaupun demikian susu formula ini aman untuk dikonsumsi. Selanjutnya disebutkan pada bayi kurang bulan mungkin didapatkan manfaat dari suplementasi DHA-ARA, walaupun demikian susu formula ini aman untuk dikonsumsi (Pusponegoro et al. 2006). Memperhatikan berbagai informasi yang terus berkembang tersebut dipandang perlu untuk mengkaji manfaat yang diperoleh konsumen dari pencantuman klaim tentang DHA terutama yang dikaitkan dengan peningkatan IQ karena hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor selain DHA. Hal lain yang perlu dikaji adalah saat pemberian DHA yang paling tepat dikaitkan dengan waktu paling penting dalam pembentukan otak. Dalam standar susu formula bayi yang dipersiapkan oleh Codex Alimentarius Commmission (CAC), DHA merupakan salah satu ingredien yang keberadaannya bersifat optional, dengan demikian tidak termasuk ingredien yang diwajibkan (CAC 2007). Dari data yang dikumpulkan, dijumpai klaim yang menggambarkan peran DHA sendiri dan klaim dimana DHA berperan bersama-sama dengan satu atau lebih komponen lain seperti ARA, AA, EPA, kolin, LA, omega 3, omega 6, omega 9, kalsium susu, sphingomyelin, laktoferin, laktulosa, taurin, zat besi atau
46
prebiotik FOS. Salah satu contoh klaim yang dijumpai adalah “ ... mengandung AA & DHA, kalsium susu, Prebiotik serta 18 vitamin dan mineral untuk membantu mengoptimalkan kecerdasan dan daya tahan tubuh si kecil”. Keragaman komponen lain yang terlibat dapat mendorong persepsi bahwa semakin banyak jenis komponen yang disertakan maka semakin baik mutu produk pangan tersebut. Dari berbagai klaim diketahui bahwa jumlah DHA yang terkandung dalam produk pangan berbeda-beda mulai dari 18,5 mg/100 g sampai 64,6 mg/ 100 g. Perbedaan kandungan yang cukup menyolok tersebut juga perlu mendapat perhatian. Konsumen mungkin beranggapan bahwa semakin besar jumlah kandungan DHA maka akan semakin bermanfaat. Pencantuman kandungan sedemikian mungkin tidak diperlukan jika dalam ketentuan diatur perihal batas kandungan minimal untuk pencantuman klaim.
AA/ARA (Arachidonic Acid) Klaim tentang AA, ARA ditemukan pada semua produk yaitu susu formula bayi (33,3%), susu formula lanjutan (57,1%), makanan pendamping air susu ibu (16,4%), susu untuk anak balita (8,70%) dan susu untuk ibu hamil dan menyusui (17,6%). Dari pengkajian tidak ditemukan adanya klaim yang secara khusus menyatakan tentang fungsi AA atau ARA, melainkan selalu bersama-sama dengan zat gizi atau komponen lain seperti kolin, sialic acid, taurin, sphingomyelin, omega 3, omega 6, omega 9, asam linoleat dan asam α-linolenat terutama DHA. Klaim dikaitkan dengan pertumbuhan otak, perkembangan saraf, meningkatkan IQ, ketajaman penglihatan, kemampuan kognitif dan psikomotor, serta meningkatkan kualitas air susu ibu. Maraknya pernyataan tentang AA disatu sisi memberi kesempatan bagi konsumen untuk menambah pengetahuan tentang keragaman komponen dalam pangan serta peran komponen tesebut terhadap kesehatan. Namun pernyataan yang kurang tepat seperti “dengan AA&DHA tertinggi dikelasnya ” atau “… dengan AA DHA dalam jumlah sesuai yang penting untuk otak”, dapat dikatakan secara tidak langsung merendahkan produk lain dan dapat membuat konsumen
47
berpendapat bahwa produk tersebut merupakan yang paling baik tanpa mengetahui berapa seharusnya kandungan zat gizi yang tepat. Belum ditemukan adanya klaim tentang AA/ARA yang diizinkan, kemungkinan karena kebutuhan AA cukup diperoleh melalui asam linoleat. Dalam standar tentang susu formula bayi disiapkan oleh Codex, pemberian AA wajib dilakukan jika kepada produk tersebut diberikan DHA (CAC 2007).
Omega 3, omega 6, dan omega 9 Klaim tentang omega 3 dan omega 6 ditemukan pada semua produk yaitu susu formula bayi (22,2%), susu formula lanjutan (28,6%), makanan pendamping air susu ibu (47,8%), susu untuk anak balita (15,7%) serta susu untuk ibu hamil dan menyusui (11,8%). Sedangkan klaim tentang omega 9 hanya ditemukan pada salah satu (5,6%) produk susu formula bayi. Klaim omega dikaitkan dengan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan anak, daya lihat, meningkatkan kualitas ASI dan perkembangan mental. Beberapa klaim memperkenalkan istilah/uraian ilmiah seperti ”...omega 9 dapat membantu pembentukan myelin”, ”Omega 3 dan omega 6 merupakan prekursor AA dan DHA .....”, ”Omega 3 LC-PUFA adalah .....”, ”Dengan omega 3 long chain-PUFA (DHA+EPA)”. Pernyataan sedemikian hanya dapat dipahami oleh sebahagian kecil masyarakat, namun bukan tidak mungkin juga justru hal tersebut menjadi daya pikat konsumen. Keterbatasan pengetahuan justru dimanfaatkan dengan asumsi konsumen akan beranggapan semua yang ”berbau ilmiah” tidak perlu diragukan lagi. Dijumpai klaim ”Omega 3 LC-PUFA adalah bentuk omega 3 yang siap pakai dalam tubuh”. Klaim dapat memberi pengertian bahwa terdapat omega 3 yang tidak termasuk LC-PUFA sehingga tidak siap pakai. Kata ”siap pakai” menggambarkan komponen tersebut dapat langsung diserap tubuh. Asam lemak dengan ukuran kurang dari 10-12 atom karbon dapat diserap langsung dari sel mukosa ke aliran darah, sementara omega 3 dinyatakan sebagai long chain PUFA; disebutkan asam lemak rantai panjang jika mengandung 12-24 atom C. (Sardesai 2003). Selain itu, klaim tersebut juga tidak menggambarkan fungsi gizi atau manfaat kesehatan dari omega 3.
48
Klaim omega 3 yang dikaitkan dengan perkembangan mental dipandang tidak sesuai untuk dicantumkan. Contoh klaim yang diizinkan di Canada tentang omega 3 dikaitkan dengan membantu pembentukan otak, mata dan saraf dan di Amerika dihubungkan dengan menurunkan risiko penyakit jantung. Tidak dijumpai contoh klaim yang diizinkan tentang omega 6 dan omega 9.
UFA (unsaturated fatty acid) dan PUFA (polyunsaturated fatty acid) Klaim tentang PUFA dijumpai pada 5,6% susu formula bayi, 12% produk makanan pendamping air susu ibu, dan 2,7% susu untuk anak balita. Salah satu klaim yang dijumpai menyatakan ”... memberikan kadar LC-PUFA sesuai rekomendasi FAO/WHO untuk bayi cukup bulan”. Pernyataan tersebut tidak menggambarkan suatu fungsi gizi atau manfaat kesehatan namun dengan mencantumkan kalimat sesuai FAO/WHO mungkin dapat menjadi satu daya jual produk yang secara tidak langsung juga dapat menimbulkan persepsi bahwa produk lain kandungannya diragukan. Klaim yang dihubungkan dengan jumlah atau level suatu zat gizi didalam pangan disebut sebagai klaim kandungan zat gizi dengan pernyataaan seperti “mengandung, merupakan sumber yang baik, tinggi atau kaya akan” dan tidak perlu dikaitkan dengan suatu institusi karena batasan kandungan tersebut merupakan suatu ketentuan yang bersifat umum. Dijumpai klaim ”....terbukti secara klinis bermanfaat untuk perkembangan mental, ketajaman penglihatan”. Pernyataan ”terbukti secara klinis” tidak perlu dicantumkan dan akan lebih baik jika diakomodir menjadi salah satu persyaratan pencantuman klaim gizi dan kesehatan. Diatas semuanya, mungkin klaim tentang UFA dan PUFA tidak diperlukan karena mencakup sejumlah zat gizi lain yang telah diketahui mempunyai peranan yang lebih spesifik termasuk DHA, AA, omega 3, linoleat dan linolenat.
Linoleat (LA) Klaim tentang linoleat ditemukan pada semua jenis produk yang dikaji. Klaim tersebut ditemukan pada satu susu formula bayi (5,6%), satu susu formula
49
lanjutan (14,3%), makanan pendamping air susu ibu (9%), susu untuk anak balita (13%) dan susu untuk ibu hamil dan menyusui (11,8%). Klaim yang dijumpai diantaranya ”penting untuk otak”. Klaim lain menyatakan ”LA sebagai bahan pembentuk (precursor) AA”. Klaim ini tidak menunjukkan fungsi gizi atau manfaat linoleat demikian juga dengan klaim ”....dengan perbandingan seimbang...”. Pada susu untuk anak balita, dijumpai klaim ”mengandung asam linoleat (omega 6) dan ∂-linolenat (omega 3) dengan rasio 10:1. ... jumlah dan rasio yang tepat akan menunjang tumbuh kembang otak yang optimal”. Klaim tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa rasio tersebut adalah yang tepat. Linoleat merupakan salah satu asam lemak esensial yang terdapat pada hampir semua minyak nabati seperti minyak jagung, minyak kedele, minyak bunga matahari dan minyak safflower. Pada mamalia asam lemak linoleat dapat diubah menjadi AA. Pada standar susu formula bayi linoleat merupakan komponen esensial sebagaimana diatur dalam Persyaratan Mutu Pengganti Air Susu Ibu (Ditjen. POM 1998) dan Standar Codex tentang susu formula bayi (CAC 2007). Persyaratan kandungan asam linoleat dan linolenat dalam formula yang diperuntukkan bagi bayi adalah sesuai dengan ratio seperti yang terdapat dalam air susu ibu (Sardesai 2003). Standar Codex tentang susu formula bayi bukan susu untuk anak balita, menetapkan bahwa rasio linoleat:linolenat minimum 5:1 dan maksimum 15:1 (CAC 2006). Selain susu formula bayi, standar susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu juga mengatur tentang kandungan linoleat.
Linolenat Klaim tentang linolenat hanya ditemukan pada 6% makanan pendamping air susu ibu, 12,1% susu untuk anak balita dan 5,9% susu untuk ibu hamil dan menyusui. Klaim dikaitkan dengan otak bayi dan kecerdasan. Dijumpai klaim yang menguraikan tentang Gamma Linolenic Acid (GLA) dengan fungsi ”menyampaikan sinyal pada jaringan syaraf sehingga membantu proses impuls syaraf ke otak”. Klaim lain menyebutkan ”prekursor DHA”.
50
Dijumpai klaim dimana linoleat dicantumkan bersama-sama dengan zat gizi lain antara lain ”DHA, AA, asam linolenat, asam linoleat penting bagi perkembangan otak” dan ”DHA, GLA, taurin penting untuk perkembangan otak”. Konsumen yang memperhatikan bahwa terdapat perbedaan zat gizi untuk klaim yang serupa, mungkin akan bertanya-tanya apakah produk dengan klaim zat gizi yang lebih banyak akan memberi manfaat yang lebih pasti. Dalam jumlah kecil, linolenat terdapat pada minyak kedele, sayuran daun seperti bayam dan terdapat banyak pada minyak ikan (Sardesai 2003).
Protein Klaim tentang protein dijumpai pada 19,4% produk makanan pendamping air susu ibu, 32% susu untuk anak balita, dan 17,7% susu untuk ibu hamil dan menyusui. Klaim menyatakan “membantu pertumbuhan sel otot” dan “membantu pembentukan sel tubuh”. Berbagai pernyataan lain dijumpai untuk protein yang dikombinasikan dengan zat gizi lain. Misal protein dan kalsium: “untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat serta untuk membantu perkembangan jaringan tubuh”. Klaim untuk protein, vitamin C dan vitamin E: “membantu menjaga daya tahan tubuh” dan untuk protein, vitamin B kompleks dan vitamin A: ”sangat penting untuk fungsi otak dan system syaraf”. Kombinasi lain protein, asam folat, zat besi, omega 3, omega 6 dan iodium dengan klaim ”nutrisi penting untuk otak” dan untuk protein, vitamin, mineral, omega 3, omega 6, lesitin, prebio: “untuk meningkatkan daya tahan tubuh balita agar tumbuh sehat dan cerdas”. Contoh klaim dengan “rombongan” zat gizi tidak menggambarkan secara spesifik fungsi protein atau zat-zat gizi lainnya. Selain klaim tentang fungsi protein dijumpai klaim yang mengunggulkan jenis protein yang digunakan, antara lain dengan menyatakan: ”dari protein ayam murni” atau ”protein dengan PER (protein efficiency ratio) yang tinggi” atau mengandung 9 jenis asam amino esensial. Dalam penyusunan standar suatu produk pangan umumnya kandungan protein diperhitungkan bersama-sama dengan mutu protein tersebut. Selain itu penilai mutu protein dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1) nilai biologik; 2) Net Protein Utilization (NPU); 3)
51
Protein Efficiency Ratio (PER); skor kimia/skor asam amino (Almatsier 2003). Oleh karena itu pernyataan tentang mutu protein seyogianya tidak perlu dicantumkan.
Laktoferin Klaim tentang laktoferin ditemukan pada satu produk susu formula bayi (5,6%), susu formula lanjutan (28,6%) dan susu untuk anak balita (5,2%). Klaim tentang laktoferin yang dijumpai dikaitkan dengan menjaga, memperkuat atau meningkatkan daya tahan tubuh. Dijumpai klaim “baik untuk daya tahan tubuh sehingga tidak gampang sakit (body defense)” dimana terdapat laktulosa dan laktoferin. Laktoferin merupakan bagian penting dari whey yang terdapat pada ASI dan tidak terdapat pada susu sapi. Protein tersebut membantu bayi dalam pertahanan terhadap infeksi, memfasilitasi utilisasi zat-zat gizi dan membentuk mikroflora usus yang bermanfaat (Sardesai 2003). Memperhatikan contoh klaim gizi atau kesehatan di beberapa negara, tidak ditemukan adanya contoh klaim tentang laktoferin, mungkin karena Nutrient Reference Value (NRV) laktoferin belum ditetapkan atau masih diperlukan bukti tambahan lain untuk mendukung klaim. Oleh karena itu klaim yang beredar di Indonesia perlu dipertimbangkan kembali.
Kolin Klaim tentang kolin ditemukan pada 10,4% produk susu untuk anak balita dan 41,1% minuman khusus untuk ibu hamil dan menyusui. Klaim tentang kolin dihubungkan dengan perkembangan otak seperti halnya DHA, AA/ARA, omega, linoleat, dan linolenat. Secara khusus kolin diklaim ”berperan penting dalam membran sel”, ”mempercepat sintesis dan pelepasan asetilkolin yang merupakan neurotransmitter”. Kolin dikelompokkan sebagai salah satu substansi mirip vitamin (vitaminlike), yang dilaporkan penting untuk pertumbuhan tikus-tikus muda, sebagaimana sifat vitamin, namun tidak memenuhi seluruh kriteria vitamin (Sardesai 2003). Kolin tersebar pada berbagai pangan dan terdapat dalam jumlah yang cukup besar.
52
Sumber paling banyak adalah kuning telur dan hati, sumber lain yang tergolong baik antara lain kedele, kentang, kol, jagung, beras, gandum, sorghum dan oat. Senyawa yang paling banyak mengandung kolin adalah lesitin. Informasi tentang keberadaan kolin pada pangan yang dikonsumsi seharihari penting untuk diketahui konsumen guna mengurangi kekhawatiran akan kekurangan kolin. Sebanyak 600-900 mg kolin per hari dapat diperoleh melalui pangan, dengan jumlah tersebut sulit terjadi kekurangan kolin dan sindrome kekurangan kolin belum dapat diidentifikasi, selain itu, kolin juga dapat disintesa oleh tubuh (Sardesai 2003). Kemungkinan hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kolin hanya diatur pada susu formula bayi. Kolin merupakan salah satu komponen yang harus ada pada susu formula bayi, sebagaimana diatur dalam peraturan tentang persyaratan mutu pengganti air susu ibu (Ditjen POM 1998) dan dalam rancangan Codex tentang standar susu formula bayi (CAC 2007). Mempelajari informasi tersebut perlu dipertimbangkan apakah pencantuman klaim tentang kolin dibutuhkan atau jika dibutuhkan mungkin perlu disertai dengan tambahan penjelasan tentang ketersediaan kolin pada berbagai pangan sebagai bagian dari pendidikan gizi.
Taurin Klaim tentang taurin ditemukan pada satu produk susu formula bayi (5,6%) dan 3,5% susu untuk anak balita. Klaim menyatakan ”mendukung perkembangan otak” dan ”penting untuk otak”. Taurin ditemukan pada ASI dalam jumlah besar dan sebenarnya tidak ditemukan dalam susu sapi. Karena ketidakmampuan beberapa bayi baru lahir untuk mensintesa taurin, maka hal tersebut menjadi daya tarik untuk menambahkan taurin kedalam susu formula bayi (Sardesai 2003). Dalam standar tentang susu formula bayi yang dipersiapkan oleh CAC, taurin termasuk salah satu optional ingredient, dengan pengertian penggunaan komponen tersebut disesuaikan dengan kebijakan negara masing-masing. Jumlah maksimum yang diperbolehkan juga telah ditetapkan dalam standar Codex tersebut (CAC 2007). Sampai saat ini belum ada ketentuan tentang penggunaan taurin pada produk pangan terutama susu formula bayi dan susu untuk anak balita.
53
Menanggapai keadaan tersebut, Indonesia perlu segera untuk mengkaji apakah penambahan taurin pada susu formula bayi dan susu untuk anak balita diperlukan dan memberi manfaat yang signifikan terhadap kesehatan.
Sphingomyelin Klaim tentang sphingomyelin hanya ditemukan pada satu susu untuk anak balita dan dikaitkan dengan kemampuan komponen tersebut dalam mempercepat rangsangan atau jalannya informasi di otak sehingga daya tangkap cepat dan reaksi tepat. Sphingomyelin merupakan bahagian kecil (<10%) dari kolin (Sardesai 2003), dengan demikian konsumsi kolin yang cukup diharapkan juga dapat menyumbangkan sphingomyelin. Seperti diuraikan diatas kolin terdapat pada beragam jenis pangan, sehingga perlu dipertimbangkan apakah pemberian kolin memberikan manfaat yang signifikan terhadap konsumen. Ditemukan klaim yang menyatakan bahwa sphingomyelin juga terdapat pada air susu ibu, sementara produk yang memuat klaim tersebut diperuntukkan bagi anak berusia 1 tahun keatas. Umumnya pada anak usia tersebut air susu ibu tidak diposisikan sebagai sumber zat gizi utama anak, dengan demikian kurang relevan memberi contoh atau mengaitkan dengan air susu ibu.
Vitamin A Klaim tentang vitamin A dijumpai pada 3% produk makanan pendamping air susu ibu dan 18,3% susu untuk anak balita. Klaim dikaitkan dengan fungsi mata, fungsi penglihatan. Selain itu dijumpai klaim “membantu sistim imun sehingga melindungi tubuh dari penyakit. Dari pengamatan dijumpai bahwa untuk klaim yang menyebutkan ”membantu menjaga daya tahan tubuh” atau ”membantu meningkatkan daya tahan tubuh” vitamin A tidak bekerja secara tunggal tetapi dikombinasikan dengan salah satu atau kombinasi zat gizi berikut: vitamin C, seng, protein, vitamin B komleks, vitamin E, seng atau zat besi. Kurang vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia dimana 50% anak balita tergolong sub klinis (Depkes 2005). Hal tersebut mungkin terkait dengan rendahnya konsumsi pangan asal hewani sebagai sumber preformed vitamin A atau sayur dan buah berwarna hijau atau kuning
54
seperti wortel, ubi bayam serta rendahnya konsumsi lemak. Diketahui bahwa vitamin A berperan penting dalam respon imun dan kekurangan vitamin A terkait dengan sejumlah penyakit infeksi pada anak (Sardesai 2003). Itu sebabnya suplementasi vitamin A dapat menurunkan angka kematian anak pada wilayah dimana terjadi defisiensi vitamin A. Terkait dengan hal tersebut dalam standar makanan pendamping air susu ibu demikian juga susu formula bayi, susu formula lanjutan dan minuman khusus untuk ibu hamil dan menyusui, telah ditetapkan bahwa vitamin A merupakan salah satu zat gizi yang harus terdapat dalam produk tersebut. Kandungan vitamin A dalam produk tersebut juga dibatasi dengan penetapan batas maksimum, guna menghindari efek yang merugikan, (Sardesai 2003). Klaim pada label produk susu untuk anak balita, tercantum pernyataan ”terutama bagi yang suka membaca dan menggunakan komputer”. Pernyataan tersebut merupakan salah satu upaya menarik perhatian masyarakat mengingat saat ini penggunaan komputer sudah merupakan bagian dari kehidupan seharisehari anak baik di sekolah, di rumah maupun di tempat lain. Namun perlu dipertimbangkan
kemungkinan
timbulnya
keyakinan
bahwa
dengan
mengkonsumsi produk tersebut maka gangguan kesehatan mata akibat membaca dan penggunaan komputer dapat dihindari, tanpa memperhitungkan faktor lain yang juga harus diperhatikan misal jarak/posisi mata, cahaya dan lain lain.
Karoten Klaim tentang karoten dijumpai pada satu produk susu formula bayi (5,6%), susu formula lanjutan (28,6%), susu untuk anak balita (7,8%) dan satu susu untuk ibu hamil dan menyusui (5,9%). Diketahui bahwa susu formula bayi, susu formula lanjutan, dan susu untuk ibu hamil dan menyusui tidak memuat klaim tentang vitamin A dan hanya memuat klaim tentang karoten. Pada sejumlah produk, jenis karoten yang diklaim adalah β–karoten, namun dijumpai produk susu untuk anak balita yang memuat klaim α, β, γ – karoten, meskipun peran masing-masing karoten tidak diuraikan. Sebagaimana vitamin A, klaim karoten juga dikaitkan dengan membantu fungsi penglihatan. Dijumpai klaim
yang mencantumkan fungsi karoten sebagai antioksidan,
55
meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan. Pengamatan terhadap klaim yang diizinkan di beberapa negara, tidak dijumpai adanya contoh klaim tentang karoten, sehubungan dengan hal tersebut mungkin perlu dipertimbangkan apakah klaim tentang karoten diperlukan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa kandungan vitamin A dalam produk pangan dibatasi dengan penetapan batas maksimum, guna menghindari efek yang merugikan (Sardesai 2003). Konsumsi vitamin A dapat menyebabkan toksisitas dan mempunyai efek teratogenik bagi wanita hamil (LIPI 2004), sehingga perlu dipertimbangkan agar klaim tentang vitamin A tidak menyebabkan konsumsi yang berlebihan.
Vitamin D Klaim vitamin D terdapat pada produk makanan pendamping air susu ibu (7,5%) dan susu untuk anak balita (17,4%), yang dikaitkan dengan tulang dan gigi, seperti ”penting untuk pembentukan tulang dan gigi”, ”membantu pertumbuhan masa tulang”. Dengan klaim yang tidak jauh berbeda, vitamin D dikombinasikan dengan zat-zat gizi lain yaitu kalsium, fospor atau magnesium. Contoh klaim yang diizinkan Codex dan beberapa negara, menguraikan tentang peran dari vitamin D atau hubungan antara vitamin D dengan kalsium dan fospor, misal ”membantu tubuh untuk memanfaatkan kalsium dan fospor”, ”penting untuk penyerapan dan penggunaan kalsium dan fospor”, ”faktor dalam formasi dan menjaga tulang dan gigi” dan ”meningkatkan penyerapan dan penggunaan kalsium serta fospor”. Contoh klaim tersebut kiranya perlu diperhatikan agar konsumen mengetahui bagaimana vitamin D berperan serta ketergantungan kalsium dan fosfor terhadap vitamin D. Vitamin D termasuk zat gizi yang harus tersedia dalam susu formula bayi, susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu sebagaimana diatur dalam Standar Nasional Indonesia masing-masing produk. Vitamin D dalam bahan pangan terdapat dalam jumlah sedikit, terutama pada pangan nabati. Minyak ikan dan ikan air asin seperti hering, salmon dan sarden kaya akan vitamin D. Keunikan vitamin D adalah zat gizi ini tidak diperlukan dalam diet jika
56
individu tersebut terpapar sinar ultra violet dalam jumlah yang cukup (Sardesai 2003)
Vitamin B1 (Tiamin) Klaim tentang vitamin B1 hanya ditemukan pada susu untuk anak balita (14,8%), dengan pernyataan ”berperan sebagai koenzim perubahan karbohidrat menjadi energi” dan ”membantu metabolisme tubuh”. Terkait dengan penggunaan istilah koenzim, dipandang perlu untuk memberi tambahan keterangan untuk menjelaskan maksud koenzim. Dijumpai klaim ”menjaga kesehatan jantung”. Memperhatikan contoh klaim yang diizinkan di Malaysia dan Canada, klaim tersebut dapat dikatakan berlebihan. Contoh klaim yang diizinkan di negara tersebut adalah ”diperlukan untuk melepas energi dari karbohidrat” atau ”membantu pertumbuhan normal”.
Asam Folat Klaim tentang asam folat dijumpai pada susu untuk anak balita (3,5%) dan susu untuk ibu hamil dan menyusui (58,8%) yang dikaitkan dengan mengurangi atau menurunkan cacat otak, sumsum tulang belakang dan tabung syaraf. Klaim tersebut mempunyai kemiripan dengan contoh klaim dalam Codex Alimentarius Commission (CAC, 2004) dan klaim di Amerika (21 CFR 101.71). Defisiensi folat selama masa kehamilan merupakan faktor risiko untuk melahirkan bayi dengan kerusakan tabung syaraf. Suplementasi prakonsepsi menurunkan insiden kurang lebih 70%, oleh karena itu sejak 1998 seluruh terigu di Amerika Serikat harus mengandung folat (140 mg per 100 g) dengan tujuan meningkatkan asupan folate pada wanita usia subur (Sardesai 2003). Di Indonesia salah satu fortifikan yang diwajibkan pada terigu adalah asam folat. Selain itu dalam Standar Nasional Indonesia tentang Minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui juga ditetapkan perihal kandungan asam folat (BSN 2005). Selain pada minuman untuk ibu hamil dan menyusui, klaim asam folat juga dijumpai pada susu untuk anak anak balita. Klaim dihubungkan dengan pembentukan sel darah merah, metabolisme protein dan nutrisi untuk otak.
57
Vitamin C Klaim vitamin C hanya dijumpai hanya pada produk makanan pendamping air susu ibu (13,4%) dan susu untuk anak balita (8,7%). Vitamin C diklaim ”membantu penyembuhan dan mengurangi depresi”. Klaim tersebut dapat dikategorikan berlebihan karena dikaitkan dengan efek penyembuhan (fungsi obat) dan klaim yang dikaitkan dengan depresi pada anak balita dipandang kurang sesuai. Dikombinasikan dengan zat-zat gizi lain seperti vitamin E, vitamin A, seng atau β –karoten, klaim vitamin C dikaitkan dengan perannya sebagai anti oksidan dan membantu menjaga daya tahan tubuh. Dijumpai bahwa kombinasi zat gizi tersebut berbeda-beda pada berbagai produk. Kebutuhan antioksidan demi kesehatan yang lebih baik, tidak berarti konsumsi dalam jumlah besar untuk jangka panjang (lifetime) adalah aman (Sardesai 2003). Pemberian yang berlebihan diperkirakan dapat merubah keseimbangan oksidan-antioksidan. Pendekatan terbaik untuk orang sehat adalah menghindari dosis tinggi suatu antioksidan dan lebih baik mengkonsumsi secara teratur sayur dan buah yang kaya akan antioksidan.
Kalsium Klaim kalsium merupakan klaim yang paling banyak dijumpai. Klaim dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu (37,3%), susu untuk anak balita (48,7%) dan susu untuk ibu hamil dan ibu menyusui (29,4%). Secara tunggal dan bersama-sama dengan komponen lain, klaim kalsium dikaitkan dengan pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi serta membantu
meningkatkan
kepadatan
massa
tulang.
Pada
produk
yang
diperuntukkan bagi ibu hamil klaim yang dijumpai adalah ”menjaga kondisi tulang dan gigi ibu” dan pada produk untuk ibu menyusui ”menggantikan kalsium yang hilang dari tubuh selama menyusui”. Pada kajian ini juga ditemukan bahwa untuk klaim yang terkait dengan tulang dan gigi, kalsium berperan bersama-sama dengan satu atau lebih zat gizi lain. Kombinasi zat gizi tersebut berbeda-beda pada masing-masing produk, misal
58
kalsium dengan fospor, atau kalsium dengan zat besi, atau kalsium dengan vitamin D atau D3, atau kalsium, vitamin D dan fospor, atau kalsium, vitamin D, magnesium dan fospor. Klaim lain yang dijumpai menguraikan tentang kuantitas dan kualitas kalsium yang digunakan. Klaim tentang kuantitas membandingkan kandungan kalsium dalam satu gelas susu terhadap kebutuhan sehari: 100%, 50% atau 40%. Klaim tersebut mengajak konsumen untuk bijak memilih sesuai kebutuhan, misal jika mengkonsumsi dua kali sehari dapat memilih yang mengandung 40% atau 50%, demikian juga jika mengkonsumsi susu sekali sehari dapat memilih yang 100%. Susu dan produk susu merupakan sumber kalsium terbaik, namun terkait dengan frekuensi konsumsi, hal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah asupan zat gizi atau komponen non gizi lain yang juga terkandung dalam produk bersangkutan yang dapat memberikan dampak tidak baik terhadap kesehatan jika dikonsumsi berlebihan misal gula atau lemak. Klaim yang dikaitkan dengan kualitas, menguraikan tentang kalsium susu yang digambarkan mempunyai kelebihan dibanding kalsium lain. Hal ini terlihat dari pernyataan ”merupakan sumber kalsium yang mudah diserap tubuh sehingga lebih cepat tersedia untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak”. Dalam Sardesai (2003), disebutkan banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan kalsium untuk diserap serta mekanisme penyerapan tersebut, diantaranya perbandingan kalsium dan fospor dan konsentrasi serum tertentu.
Zat Besi Klaim tentang zat besi dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu (20,9%), susu untuk anak balita (26,1%) susu untuk ibu hamil dan menyusui (47%). Klaim dikaitkan dengan peran zat besi dalam pembentukan sel darah merah. Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah kesehatan nasional. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, prevalensi anemia gizi besi pada anak balita sebesar 48,1% dan pada ibu hamil 40,1%. Pemerintah telah menetapkan berbagai upaya penanggulanagan diantaranya:
pemberian
kapsul zat besi dan fortifikasi terigu. Dalam standar susu formula bayi, susu
59
formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, serta minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui juga telah diatur bahwa zat besi merupakan salah satu komponen yang harus terdapat dalam produk tersebut. Menurut WHO/FAO (2002), kekurangan zat besi berpengaruh negatif kepada sistem pertahanan tubuh normal terhadap infeksi dan bukti pada bayi dan anak-anak menunjukkan terdapat hubungan antara defisiensi zat besi dan perilaku seperti perhatian, daya ingat (memory), dan pembelajaran. Selanjutnya disebutkan bahwa informasi tentang hubungan antara zat besi dan fungsi otak sangat penting sebagai pilihan startegi dalam mengatasi kekurangan zat besi (WHO/FAO 2002). Pada manusia 10% zat besi otak terdapat pada saat lahir, pada usia 10 tahun kandungan zat besi otak baru mencapai 50% dan jumlah optimal pertama kali dicapai pada usia 20-30 tahun (WHO/FAO 2002).
Seng Klaim tentang seng hanya dijumpai pada susu untuk anak balita (11,3%). Klaim menyatakan “seng merupakan mineral esensial”, “untuk membantu menjaga kondisi tubuh”, dan ”mengandung 1 mg/100ml untuk menunjang pertumbuhan optimal”. Dikombinasikan dengan zat gizi lain seperti vitamin A, vitamin E, selenium, vitamin C klaim dihubungkan dengan menjaga daya tahan tubuh. Seng termasuk dalam kelompok mineral esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (essential trace minerals) dan berperan dalam berbagai enzim (Sardesai 2003). Di Malaysia klaim tentang seng menyebutkan “penting untuk pertumbuhan” (MOH 2006).
Iodium Klaim tentang iodium dapat dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu (6%), susu untuk anak balita (8,7%) dan susu untuk ibu hamil dan menyusui (11,8%). Secara spesifik disebutkan bahwa iodium “membantu mencegah atau mengurangi risiko timbulnya gondok dan kretinisme”, “membantu mencegah kretinisme”, “penyusun hormon kelenjar gondok”. Pada produk susu ibu hamil dan menyusui klaim yang dijumpai adalah “komponen esensial dari
60
kelenjar tiroid yang membantu mengurangi risiko kretinisme akibat defisiensi iodium”. Ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur, dan anak dibawah tiga tahun merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap defisiensi iodium (WHO/FAO 2002). Di Indonesia Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah kesehatan (Depkes 2005) yang antara lain diatasi melalui program iodisasi garam. Defisiensi iodium pada bayi dan anak dihubungkan dengan gondok endemik yang disebut dengan kretinisme, antara lain dicirikan dengan ukuran bayi lahir besar, lidah membesar dan retardasi mental (Sardesai 2003). Penyebab defisiensi pada janin dan bayi baru lahir adalah konsumsi iodium yang rendah selama masa kehamilan Sebagaimana halnya zat besi, dari hasil kajian dijumpai klaim yang menyatakan bahwa iodium sebagai salah satu nutrisi penting untuk otak dan merupakan zat gizi yang terkait dengan proses peningkatan kecerdasan anak. Bersama-sama dengan zat besi, iodium diklaim membantu meningkatkan kapasitas belajar anak. Contoh klaim iodium yang diizinkan di Malaysia (MOH 2006) dikaitkan dengan pembentukan hormon tiroid. Hal ini sejalan dengan bukti memuaskan tentang keberadaan iodium pada hormone tiroid dan fungsi iodium yang signifikan (Sardesai 2003). Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk mengkaji kembali klaim iodium yang secara langsung dihubungkan dengan kretinisme seperti “membantu mencegah kretinisme” terutama pada produk makanan pendamping air susu ibu dan susu untuk anak balita.
Prebiotik Klaim tentang prebiotik dijumpai pada susu formula bayi (16,7%), susu formula lanjutan (28,6%), makanan pendamping air susu ibu (50,8%) dan susu untuk ibu hamil dan menyusui (35,3%). Dalam beberapa klaim dijumpai penggunaan kata istilah prebio 1 dan prebio 3. Jika disimak, istilah tersebut berhubungan dengan target konsumen, prebio 1 dijumpai pada produk yang diperuntukkan bagi anak usia 1 tahun keatas dan prebio 3 untuk anak usia 3 tahun keatas. Dengan penulisan yang berbeda tersebut, dapat menggiring konsumen
61
kepada pemikiran bahwa komponen tersebut berbeda dan khas untuk masingmasing konsumen. Dijumpai klaim yang menyebutkan secara spesifik jenis prebiotik yang digunakan;
yaitu
prebiotik
Fructo-oligosaccarides
(FOS),
Galacto-
oligosaccarides (GOS), inulin, laktulosa, dan oligofruktosa. Terdapat klaim yang menyatakan mengandung 3 jenis prebiotik sekaligus yaitu Fructo-oligosaccarides (FOS), Galacto-oligosaccarides (GOS) dan inulin. Hal ini
perlu mendapat
perhatian apakah dengan menambahkan lebih banyak jenis prebiotik maka akan memberi manfaat yang lebih baik. Dalam standar tentang makanan pendamping air susu ibu, kandungan serat pangan diatur terhadap batas maksimal (BSN 2005). Klaim tentang prebiotik yang dikaitkan dengan saluran pencernaan antara lain menyebutkan: membantu meningkatkan pertumbuhan bifidobakteria, menjaga sistem pencernaan, membantu fungsi saluran pencernaan, mengurangi risiko atau mencegah sembelit dan meningkatkan penyerapan kalsium. Selain itu juga dijumpai klaim yang menyebutkan “meningkatkan daya tahan tubuh”, ”membantu menjaga daya tahan tubuh”, ”menjaga daya tahan saluran pencernaan” dan ”mereka bisa bebas dan nggak gampang sakit”. Klaim yang diizinkan di beberapa negara seperti di Malaysia dan Inggris dihubungkan dengan peningkatan bifidobakteri atau memelihara lingkungan pencernaan yang baik, menurunkan kadar kolesterol darah dan penyakit jantung koroner bukan terhadap daya tahan tubuh.
Probiotik Klaim probiotik hanya ditemukan pada produk susu untuk anak balita (3,5%) dengan pernyataan “membantu menjaga daya tahan tubuh” atau “merupakan bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistim saluran cerna dengan cara menekan pertumbuhan bakteri jahat”. Jenis probiotik yang digunakan adalah Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium spp. Contoh klaim probiotik yang diizinkan di beberapa negara terbatas pada peranan probiotik dalam meningkatkan mikroflora usus (MOH 2006), belum dikaitkan dengan daya tahan tubuh. Selain faktor jenis bakteri, manfaat probiotik sangat dipengaruhi oleh jumlah bakteri yang dikonsumsi dan bertahan hidup
62
selama melalui sistim pencernaan dan menjadi aktif ketika tiba di usus. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah perlakuan terhadap produk yang memungkinkan bakteri bertahan hidup misalnya kebiasaan masyarakat dalam menyiapkan susu dengan air hangat atau air panas. Pada beberapa produk, keberadaan probiotik disertai dengan prebiotik dan diklaim sebagai sibiotik suatu kombinasi unik atau kombinasi yang saling melengkapi. Dalam kajian dijumpai istilah Lactobacillus Protectus, penamaan ini tidak menunjukkan nama bakteri yang sebenarnya.
Penggunaan Istilah Ilmiah dan Istilah Lain Salah satu tanggapan produsen terhadap Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah penggunaan istilah ilmiah dalam klaim dengan alasan istilah ilmiah sulit untuk dicerna oleh konsumen. Keberatan pihak produsen tersebut tidak sejalan dengan kenyataan klaim yang beredar seperti yang dijumpai dari penelitian ini. Beberapa istilah ilmiah yang dijumpai adalah : fosfolid, myelin sheath, prekursor, TPAN (total potentially available nucleotides), glukosa primer. Selain itu juga dijumpai sejumlah pernyataan yang mungkin sulit untuk dipahami antara lain: “sialic acid adalah zat pembangun penting untuk membentuk molekul gangliosida dan membran otak”, ”membantu proses impuls syaraf ke otak”, ”mempercepat
sintesis
dan
pelepasan
asetilkolin
yang
merupakan
neurotransmitter”, ”berperan sebagai koenzim perubahan karbohidrat menjadi energi”. Penggunaan bahasa ilmiah dapat membingungkan dan menyulitkan konsumen untuk mengerti maknanya. Pernyataan sedemikian mungkin hanya dapat dipahami oleh sebahagian kecil masyarakat, namun bukan tidak mungkin cara tersebut justru menimbulkan daya tarik bagi konsumen. Karena keterbatasan pengetahuan konsumen beranggapan semua yang ”berbau ilmiah” tidak perlu diragukan lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan kajian perihal istilah ilmiah dalam label dan iklan pangan. Akan lebih bermanfaat jika dalam label dan iklan pangan digunakan pernyataan yang mudah dimengerti atau
63
klaim yang bersifat umum seperti contoh di Canada : “Energi (atau nama zat gizi) merupakan suatu unsur dalam pemeliharaan kesehatan yang baik” atau “Energi (atau nama zat gizi) merupakan suatu unsur dalam pertumbuhan dan perkembangan normal” (CFIA 2004). Dalam kajian juga dijumpai sejumlah istilah yang dikaitkan dengan suatu formula khusus yang secara tidak langsung menggambarkan klaim gizi atau kesehatan. Istilah tersebut antara lain: Triple Care Formula, Smart Formula, Active Care Formula, the IQ System of Nutrients, Formula Intelligent Formula Baby’s Brain Development. Pada beberapa contoh istilah disertai dengan gambar atau ilustrasi dan uraian zat gizi atau non gizi yang digunakan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan antara lain adalah bahwa pernyataan tersebut adalah benar, didasarkan pada bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan cara penyampaian yang dibuat tidak menyesatkan bagi menyebabkan konsumen.
Pendapat Responden terhadap Klaim Gizi dan Kesehatan yang Beredar Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 52 orang, berusia antara 24 tahun – 54 tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31% dan perempuan 69% seperti ditampilkan pada Lampiran 11. Data yang digali dari responden berkenaan dengan klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita, dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Informasi yang diperoleh antara lain: materi yang dicantumkan dalam klaim gizi dan kesehatan, keyakinan responden terhadap klaim pada iklan pangan, peranan klaim dalam membantu memilih produk, contoh iklan yang dianggap tidak layak ditayangkan, tanggapan terhadap sejumlah contoh klaim, pengawasan terhadap iklan pangan, dan faktor yang dipertimbangkan dalam membeli produk.
Materi Klaim Gizi dan Kesehatan dalam Iklan •
Susu Formula Bayi Lebih dari separuh responden (68%) menyatakan bahwa pada iklan susu
formula bayi terdapat klaim kandungan zat gizi dan sebahagian besar responden (74%) menyatakan juga terdapat pernyataan tentang manfaat zat gizi bagi
64
pertumbuhan. Sebanyak 70% responden menyatakan bahwa pada iklan susu formula
bayi
juga
dimuat
klaim
tentang
manfaat
zat
gizi
terhadap
otak/kecerdasan. Lebih dari separuh responden membenarkan bahwa dalam iklan susu formula bayi juga terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh dan klaim manfaat zat gizi untuk tulang. Gambar 5 berikut menunjukkan pendapat responden tentang materi klaim pada susu formula bayi.
80 70
68
74
70 55
59
60
Kandungan zat gizi Pertumbuhan
50
Otak atau kecerdasan
40
Tulang
30
Daya tahan tubuh
20 10 0
Gambar 5 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula bayi. Jika dihubungkan dengan definisi dan pengelompokan klaim yang dibuat oleh Codex Alimentarius Commission dalam Pedoman Penggunaan Klaim Gizi dan Kesehatan (CAC 2004), maka klaim yang dihubungkan dengan pertumbuhan dan tulang dikategorikan sebagai klaim fungsi zat gizi (klaim yang menguraikan peranan fisiologis zat gizi dalam pertumbuhan, perkembangan dan fungsi normal tubuh). Klaim yang dihubungkan dengan otak atau kecerdasan dan daya tahan tubuh dapat dikategorikan sebagai klaim fungsi lain . Pendapat responden tentang klaim pada susu formula lanjutan sejalan dengan data sebaran klaim gizi dan kesehatan menurut jenis pangan pada Tabel 8 yang menunjukkan bahwa pada susu formula bayi klaim yang banyak dicantumkan adalah klaim kandungan gizi dan klaim fungsi zat gizi. Besarnya persentase responden yang menyatakan bahwa pada iklan susu formula bayi terdapat klaim tentang daya tahan tubuh dan kecerdasan/otak menunjukkan bahwa klaim tersebut mendapat perhatian responden, meskipun menurut data pada Tabel 8 hanya 6% label dan iklan susu formula bayi yang memuat klaim fungsi lain. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian dari hasil kuesioner adalah jawaban responden tentang iklan susu formula bayi pada berbagai media.
65
Sejumlah besar responden (89%) mengaku pernah menemukan iklan susu formula bayi pada berbagai media cetak dan elektronik. Tabel 12 berikut menunjukkan jumlah responden yang menemukan iklan susu formula bayi pada setiap media. Tabel 12 Jumlah responden menemukan iklan susu formula bayi Jenis Media Televisi Koran Majalah kesehatan Majalah wanita Majalah anak Majalah umum Radio Billboards Brosur Kalender Lain-lain*
Jumlah Responden (%) 62 34 60 51 26 23 28 25 60 34 11
* Fasilitas dan sarana Rumah Sakit/Rumah Bersalin, Produk sponsor, note book, telepon, sales promotion girl
Menurut pasal 47 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pangan bagi bayi berusia sampai dengan 1 (satu) tahun dilarang dimuat dalam media massa kecuali dalam media cetak khusus tentang kesehatan setelah mendapat persetujuan Menteri Kesehatan. Jika benar benar bahwa iklan susu formula bayi ditemukan pada berbagai media massa tersebut, maka hal tersebut termasuk suatu pelanggaran hukum. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut karena terdapat kemungkinan responden tidak secara pasti mengetahui apakah produk yang diiklankan tersebut adalah susu formula bayi atauukan untuk anak berusia lebih dari 1 (satu) tahun. •
Susu Formula Lanjutan dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu Sebanyak 68% responden menyatakan bahwa pada iklan susu formula
lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu terdapat klaim kandungan zat gizi. Sebanyak 81% responden menyatakan bahwa iklan susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu juga memuat klaim tentang manfaat zat gizi untuk pertumbuhan dan selain itu menurut 77% responden iklan pangan tersebut juga memuat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan. Menurut 58% responden, klaim tentang manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh dan
66
klaim manfaat zat gizi untuk tulang juga terdapat pada iklan susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu seperti ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
81 100
77
68
80
58
60
58
Kandungan zat gizi Pertumbuhan Otak atau kecerdasan Tulang
40
Daya tahan tubuh 20 0
Gambar 6 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu. Pendapat responden tentang klaim pada susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu sejalan dengan data yang terdapat pada Tabel 8 tentang sebaran klaim gizi dan kesehatan menurut jenis pangan yang menunjukkan bahwa seluruh produk susu formula lanjutan dan makanan pendamping air susu ibu mencantumkan klaim kandungan gizi, selain itu juga mencantumkan klaim kandungan fungsi zat gizi dan klaim fungsi lain. Berkenaan dengan pertanyaan tentang peruntukan susu formula lanjutan, hanya satu orang responden yang dapat menjawab secara tepat bahwa susu formula lanjutan diperuntukan bagi anak berusia 6-36 bulan. Sekitar 62% menjawab bahwa susu formula lanjutan ditujukan untuk 6-12 bulan dan 24% menjawab untuk bayi 4 -12 bulan. Keadaan ini perlu mendapat perhatian khusus terlebih lagi ada yang menjawab bahwa peruntukan susu formula lanjutan untuk 0-4 bulan dan 0-6 bulan sehingga
perlu segera dilaksanakan advokasi dan
sosialisasi. •
Susu untuk anak berusia dibawah lima tahun (Balita) Sebahagian besar responden (70%) menyatakan bahwa pada iklan susu
untuk anak balita terdapat klaim kandungan zat gizi. Sebanyak 85% responden berpendapat terdapat pernyataan tentang manfaat zat gizi bagi pertumbuhan dan 71% responden menyatakan terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan. Lebih dari separuh responden berpendapat bahwa dalam iklan
67
susu untuk anak balita juga terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh dan klaim manfaat zat gizi untuk tulang seperti ditunjukkan Gambar 5 berikut.
85 90
70
72
68
80 70
57
Kandungan zat gizi
60
Pertumbuhan
50
Otak atau kecerdasan
40
Tulang
30
Daya tahan tubuh
20 10 0
Gambar 7 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk anak balita. Sebagaimana data pada tabel 8 tentang klaim pada berbagai jenis pangan, sebahagian responden juga berpendapat bahwa pada susu untuk anak balita terdapat klaim kandungan zat gizi, klaim fungsi zat gizi dan klaim fungsi lain. •
Susu untuk Ibu Hamil dan/atau Menyusui Sekitar 76% responden berpendapat bahwa pada iklan susu untuk ibu
hamil dan/atau menyusui terdapat klaim kandungan zat gizi. Sebanyak 77% responden juga menyatakan bahwa iklan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui memuat klaim tentang manfaat zat gizi untuk pertumbuhan dan 70% menyatakan terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan dan menurut 64% responden terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh. Kurang dari separuh responden menyatakan terdapat klaim manfaat zat gizi untuk tulang. Hanya sekitar 58% responden yang berpendapat bahwa pada iklan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui terdapat klaim tentang manfaat zat gizi terhadap produksi air susu ibu. Sekilas hal tersebut menggambarkan klaim yang dikaitkan dengan air susu ibu tidak menonjol pada produk susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Gambar 8 berikut menunjukkan pendapat responden tentang materi klaim pada susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui.
68
76 80
77 70 64
70
58
60
Kandungan zat gizi 43
50
Pertumbuhan Otak atau kecerdasan
40
Tulang
30
Daya tahan tubuh Produksi A SI
20 10 0
Gambar 8 Materi klaim gizi dan kesehatan dalam iklan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui
Peranan klaim dalam pemilihan produk Meskipun tidak seluruhnya, namun sekurang-kurangnya 90% responden memberi pendapat terhadap pertanyaan perihal apakah klaim gizi dan kesehatan membantu konsumen dalam memilih produk. Hasilnya, lebih dari 80% responden memberi jawaban ”ya”seperti ditunjukkan Tabel 13 berikut. Kenyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Consumer’s Association di Inggris yang menyimpulkan bahwa konsumen menilai klaim pada produk pangan sebagai suatu cara mudah dan cepat untuk mengidentifikasi produk pangan yang lebih sehat (http://www. which.co.uk/files/
application/pdf/0501health
claims_br-44555332.pdf.
[29
Oktober 2007]). Tabel 13 Peranan klaim dalam pemilihan produk Jenis pangan Susu formula lanjutan dan Makanan pendamping air susu ibu Susu untuk anak balita Susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui
Membantu (%)
Tidak membantu (%)
83
13
85 81
9 9
Keyakinan responden terhadap klaim pada iklan pangan Sekurang-kurangnya 90% responden menanggapi pertanyaaan tentang keyakinan terhadap klaim gizi dan kesehatan pada iklan pangan. Diketahui bahwa hanya sebahagian responden yang meyakini pernyataan tentang gizi dan kesehatan yang tercantum dalam iklan pangan susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu formula lanjutan dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui.
69
Hal ini ditunjukkan dengan jumlah yang berimbang antara persentase responden yang yakin dan yang tidak yakin dan ragu seperti digambarkan dalam Tabel 14 berikut. Tabel 14 Persentase responden yang percaya terhadap klaim Yakin (%)
Tidak yakin (%)
Ragu (%)
Susu formula lanjutan dan Makanan pendamping air susu ibu
40
13
40
Susu untuk anak balita
45
9
40
Susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui
55
11
28
Jenis pangan
Jika dihubungkan dengan data pada tabel 13 diatas, dapat dikatakan bahwa meskipun klaim gizi dan kesehatan membantu responden dalam memilih produk namun tidak berarti konsumen yakin dengan pernyataan dalam klaim tersebut. Sehubungan dengan itu, perlu digali lebih lanjut alasan yang menyebabkan sebahagian besar responden tidak yakin atau ragu terhadap klaim gizi dan kesehatan. Ketersediaan peraturan perundangan tentang klaim gizi dan kesehatan sebagai acuan bagi produsen pangan mungkin dapat membantu konsumen untuk meyakini bahwa klaim gizi dan kesehatan yang beredar telah memenuhi persyaratan yang diatur oleh pemerintah. Dengan mengetahui bahwa klaim gizi dan kesehatan yang beredar telah melalui pengkajian ilmiah dan telah disetujui oleh pemerintah akan mengurangi keraguan tentang kemungkinan adanya klaim yang berlebihan dan pengertian atau persepsi yang berbeda. Tersedianya sistem pengawasan terhadap klaim gizi dan kesehatan pada label dan iklan pangan yang dilakukan sebelum beredar (pre-market evaluation) dan selama beredar disertai dengan law enforcement diharapkan juga dapat menunjang tumbuhnya keyakinan konsumen. Tersedianya aturan yang jelas serta pelaksanaan peraturan yang tegas, tidak hanya bermanfaat bagi konsumen tetapi juga akan memberi manfaat tidak hanya bagi juga bagi produsen. Penyusunan peraturan tentang klaim gizi dan kesehatan serta pelaksanaan pengawasan oleh pemerintah juga didukung oleh hampir semua responden. Menurut Hawkes (2004) pemerintah harus memperhatikan keseimbangan antara potensi pencapaian
70
sasaran kesehatan masyarakat dengan kenyataan bahwa klaim kesehatan dapat mengelabui atau menyesatkan konsumen jika tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan manfaat tersebut.
Tanggapan terhadap sejumlah contoh klaim Pendapat responden terhadap sejumlah contoh klaim yang beredar baik pada pangan untuk bayi dan anak balita maupun pada pangan untuk ibu hamil dan/atau menyusui diketahui melalui sejumlah pertanyaan yang disediakan seperti tercantum pada Lampiran 1. Diketahui bahwa jumlah responden yang “sangat setuju” dan “setuju”, paling banyak untuk klaim: Iodium membantu mengurangi risiko timbulnya GAKI (88,5%), Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi (87%), Sari daun katuk memperlancar ASI (81%), Vitamin A,C,E sebagai antioksidan membatu menjaga daya tahan tubuh (75,4%), Prebiotik untuk membantu fungsi pencernaan (65,7%) dan DHA untuk perkembangan otak (63,8%), DHA membantu perkembangan otak bayi (60,8%). Sementara klaim: α, β, γ – karoten untuk kekebalan tubuh hanya disetujui oleh 22,9% responden dan Sphingomyelin untuk daya tangkap cepat oleh 20,9% responden. Kurang dari separuh responden memberikan jawaban “kurang setuju” dan tidak setuju”. Misal untuk klaim: α, β, γ – karoten untuk kekebalan tubuh oleh 49% responden sementara untuk klaim: Berkat 3 prebiotik FOS, GOS dan inulin mereka bisa bebas dan tidak mudah sakit oleh 42% responden dan Sphingomyelin untuk daya tangkap cepat oleh 41,4% responden. Sedikitnya 30% responden ragu dengan klaim: Prebiotik FOS untuk meningkatkan bifidobakteria, GLA penting untuk menyampaikan sinyal pada jaringan saraf sehingga membantu proses impuls saraf ke otak, Asam linoleat sebagai precursor AA dan DHA dan Brain care dengan sphingomyelin. Diperlukan
kajian
lebih
lanjut
untuk
mengetahui
alasan
yang
menyebabkan sejumlah responden tidak setuju atau kurang setuju atau ragu terhadap sejumlah klaim. Mungkin terkait dengan penggunaan istilah ilmiah atau pernyataan yang tidak dimengerti oleh responden. Uraian selengkapnya perihal pendapat konsumen terhadap klaim yang beredar dicantumkan dalam Tabel 15 berikut.
71
Tabel 15 Pendapat responden terhadap klaim gizi dan kesehatan yang beredar Klaim DHA untuk perkembangan otak DHA building block untuk otak si kecil Dengan formula Brain care yang mengandung AA&DHA untuk membantu mengoptimalkan kecerdasan Prebiotik FOS untuk meningkatkan bifidobakteria Prebiotik FOS untuk membantu pertumbuhan bakteri baik Berkat 3 prebiotik FOS, GOS dan inulin mereka bisa bebas dan tidak mudah sakit Prebiotik untuk membantu fungsi pencernaan Omega 3 untuk meningkatkan kecerdasan Omega 3 sebagai precursor AA dan DHA Asam linoleat sebagai precursor AA dan DHA GLA penting untuk menyampaikan sinyal pada jaringan saraf sehingga membantu proses impuls saraf ke otak Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi Kolin merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan kapasitas memori sehingga membantu daya ingat anak dengan baik Brain care dengan sphyngomyelin Vitamin A,C,E sebagai antioksidan membatu menjaga daya tahan tubuh Asam lemak tidak jenuh (UFA) rantai sedang (MCT) dan glukosa primer, mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan dalam usus Taurin untuk mendukung perkembangan otak Sphyngomyelin untuk daya tangkap cepat Sinbiotik (Probiotik&Prebiotik) untuk kesehatan sistem pencernaan dan penyerapan yang baik Laktulosa dan laktoferin yang baik untuk daya tahan tubuh si kecil sehingga tidak gampang sakit (body defense) α, β, γ – karoten Untuk kekebalan tubuh Glutamin membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi Iodium membantu mengurangi risiko timbulnya GAKI Folat melindungi risiko cacat otak dan sumsum tulang belakang Sari daun katuk memperlancar ASI DHA membantu perkembangan otak bayi FOS meningkatkan penyerapan kalsium
Sangat setuju (%) 3,8 3,8 7,5
Setuju (%) 60,0 30,0 34,0
Kurang setuju (%) 16,0 21,0 26,0
Tidak setuju (%) 5,7 11,0 11,0
Tidak tahu (%) 11,0 21,0 7,5
1,9 1,9 3,8
47,0 51,0 23,0
3,8 9,4 25,0
3,8 1,9 17,0
34,0 28,0 19,0
5,7 1,9 1,9 1,9 1,9
60,0 42,0 43,0 34,0 25,0
5,7 26,0 13,0 17,0 7,5
7,5 11,0 5,7 1,9 9,4
9,4 9,4 26,0 32,0 34,0
15,0 3,8
72,0 30,0
7,5 21,0
0,0 9,4
1,9 17,0
1,9 9,4
23,0 66,0
21,0 7,5
9,4 3,8
30,0 3,8
1,9
42,0
9,4
3,8
26,0
1,9 1,9 1,9
34,0 19,0 55,0
15,0 32,0 15,0
13,0 9,4 3,8
23,0 25,0 15,0
1,9
32,0
26,0
9,4
21,0
1,9 1,9 7,5 5,7 11,0 3,8 1,9
21,0 36,0 81,0 45,0 70,0 57,0 34
32,0 15,0 1,9 17,0 15,0 13,0 9,4
17,0 5,7 0,0 3,8 1,9 3,8 9,4
15,0 23,0 5,7 19,0 3,8 9,4 23
Sebahagian besar konsumen sebenarnya tidak pernah meminta/menuntut apapun dari label tetapi konsumen mempunyai harapan bahwa label pangan akan menyediakan informasi yang cukup untuk memilih suatu produk, dan harapan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman yang dialami dengan label pangan selama beberapa tahun serta berbagai isu yang berkembang pada saat ini (Jukes 2000). Selanjutnya dijelaskan meskipun terdapat sejumlah harapan terhadap beberapa informasi, hal tersebut tidak berarti bahwa sebahagian besar konsumen akan benar-benar menggunakan informasi yang disediakan tersebut.
72
Menurut responden terdapat sejumlah iklan yang dikategorikan tidak layak untuk ditayangkan antara lain: yang menghubungkan DHA dengan sehat dan cerdas, yang menyatakan makanan pendamping air susu ibu membuat anak tumbuh sehat dan cerdas, susu dapat membuat cerdas, susu langsung membuat baju tidak muat, susu membuat tulang kuat sehingga mampu menyangga beban berat, biskuit dapat membuat sekuat macam, susu membuat air susu ibu akan banyak. Iklan sedemikian dapat dikategorikan berlebihan dan agar tidak merugikan konsumen maka iklan pangan perlu diawasi. Sejumlah peneliti perkembangan anak berpendapat bahwa anak berusia kurang dari 8 tahun merupakan kelompok yang rawan terhadap periklanan yang menyesatkan hal ini terkait dengan tingkat perkembangan kognitif mereka (Story & French 2004). Pada dasarnya setiap orang adalah konsumen pangan, namun beberapa diataranya berperan ganda yaitu sebagai konsumen sekaligus produsen pangan, atau sebagai konsumen sekaligus sebagai tenaga pengawas pangan seperti responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu terdapat kemungkinan bahwa pendapat dari responden dalam penelitian ini dipengaruhi oleh peran ganda responden sebagai konsumen sekaligus sebagai tenaga pengawas pangan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang pandangan dan persepsi konsumen terhadap klaim gizi dan kesehatan perlu dilakukan kajian dengan cakupan target responden yang lebih luas, antara lain dengan menyertakan konsumen sesungguhnya dan konsumen yang berperan ganda sebagai produsen pangan, para ahli dibidang gizi, kesehatan atau pangan sehingga dapat diperoleh data tentang persepsi atau pandangan dari berbagai kelompok masyarakat tentang klaim gizi dan kesehatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa klaim gizi dan kesehatan merupakan suatu teknik pemasaran yang sangat berarti bagi produsen pangan (Hawkes 2004) dan diperkirakan teknik pencantuman klaim tersebut akan terus berkembang agar konsumen
semakin
kemungkinan
mudah
perkembangan
tertarik. klaim
Pemerintah
gizi
dan
perlu
kesehatan
mengantisipasi terutama
yang
dicantumkan pada iklan pangan terutama yang dapat menyesatkan konsumen dan yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi diantara berbagai pihak.
19
per 100.000 kelahiran hidup. Kematian bayi pada suatu negara merupakan indeks kesehatan umum dari negara tersebut (Pillitteri 1995). Gizi buruk, gizi kurang, anemia gizi besi dan defisiensi vitamin A merupakan permasalahan yang dijumpai pada anak balita disamping kecenderungan meningkatnya gizi lebih sementara penanggulangan masalah gizi terkonsentrasi pada empat masalah utama kurang gizi yaitu kurang energi protein, anemia gizi besi, kurang vitamin A dan gangguan akibat kurang yodium (Depkes 2005). Pada saat ini telah beredar berbagai produk pangan yang ditujukan khusus untuk bayi, anak balita serta ibu hamil dan menyusui yaitu susu formula bayi, susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu serta minuman khusus untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat serta mendorong terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, maka telah ditetapkan Standar Nasional Indonesia untuk susu formula bayi (BSN 1995), susu formula lanjutan (BSN 1996), makanan pendamping air susu ibu (BSN 2005a,b,c,d) serta minuman khusus untuk ibu hamil dan menyusui (BSN 2005e).
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Total jumlah produk yang diamati sebanyak 224 buah terdiri dari susu untuk anak balita sebanyak 115 produk, makanan pendamping air susu ibu sebanyak 67, susu formula bayi 18 produk, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui 17 produk dan susu formula lanjutan 7 produk. Hasil pengamatan terhadap 1566 klaim yang dikumpulkan dari label dan iklan pangan yang berasal dari data Badan Pengawas Obat dan Makanan, label pangan yang diamati di toko penjualan, koran, majalah, brosur, iklan televisi dan iklan internet menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 52 zat gizi dan non gizi yang digunakan dalam klaim gizi dan kesehatan. Klaim yang paling banyak ditemukan dari penelitian ini adalah klaim kandungan gizi sebanyak 50% kemudian klaim fungsi zat gizi sebanyak 32%, klaim fungsi lain sebanyak 17% dan klaim penurunan risiko penyakit 1%. Seluruh produk susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui memuat klaim kandungan zat gizi, sementara pada susu formula bayi klaim kandungan gizi dijumpai pada 83% produk. Pada umumnya susu formula bayi, susu formula lanjutan dan susu untuk anak balita mencantumkan klaim fungsi zat gizi dan pada produk susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui tercantum klaim fungsi zat gizi. Klaim fungsi lain paling banyak dijumpai pada produk makanan pendamping air susu ibu dan susu untuk anak balita. Klaim penurunan risiko penyakit dijumpai pada produk susu formula lanjutan, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui. Zat gizi dan non gizi yang paling banyak dicantumkan dalam label dan iklan pangan berturut-turut adalah DHA, Kalsium, Prebiotik, dan Omega. Zat gizi yang ditemukan pada semua kelompok pangan adalah DHA, AA, Omega 3, Omega 6, dan Linoleat. Zat gizi yang hanya tercantum pada susu formula bayi adalah omega 9, sedangkan pada makanan pendamping air susu ibu adalah Medium Chain Triglycerides (MCT), lesitin glutamin dan glukosa. Pada susu untuk anak balita zat gizi yang tercantum meliputi Gamma Linolenic Acid (GLA), sphingomyelin,
74
probiotik, vitamin K, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin, asam pantotenat, biotin, klorida, kromium, tembaga, kalium, molibdenum, natrium, dan seng. Seluruh zat gizi dan non gizi digunakan dalam pencantuman klaim kandungan zat gizi. Zat yang paling banyak dicantumkan berturut-turut adalah DHA, kalsium, prebiotik, omega, protein dan zat besi. Pada klaim fungsi zat gizi yang paling banyak dicantumkan adalah DHA, kalsium, omega, protein, AA dan tembaga. Pada klaim fungsi lain yang paling banyak dijumpai adalah prebiotik, DHA, AA, vitamin A, kolin, omega dan vitamin C. Pencantuman zat gizi dan non gizi paling banyak ditemukan pada susu untuk anak balita, selanjutnya pada makanan pendamping air susu ibu, susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui, susu formula bayi dan paling sedikit pada susu formula lanjutan. Sejumlah klaim gizi dan kesehatan belum mempunyai acuan serta terdapat klaim yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu terdapat kesenjangan antara ketentuan klaim gizi dan kesehatan di Indonesia dibandingkan dengan ketentuan Codex Alimentarius Commission. Juga terdapat kesenjangan antara peraturan yang tersedia dengan perkembangan klaim gizi dan kesehatan oleh produsen pangan. Sejumlah zat gizi belum mempunyai nilai Nutrient Reference Value (NRV). Selain itu ditemukan sejumlah zat yang belum diatur dalam ketentuan mengenai Acuan Label Gizi seperti Sialic acid, DHA, AA, Omega, α-Linolenat, Laktoferin, Lesitin, Kolin, Taurin, Spingomyelin, Kromium, Prebiotik, Probiotik. Zat gizi dan non gizi yang belum diatur dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional meliputi omega 6, omega 9, asam linoleat, asam linolenat, sialic acid, lesitin, taurin, laktulosa, laktoferin, sphingomyelin, nukleotida, glutamin, prebiotik, vitamin D, asam pantotenat, biotin, vitamin K, klorida, fospor, tembaga, molibdenum, protein, karbohidrat, glukosa, dan lemak. Klaim tentang manfaat zat gizi terhadap pertumbuhan, klaim manfaat zat gizi bagi otak atau kecerdasan dan klaim kandungan zat gizi adalah klaim-klaim yang umum terdapat pada susu formula lanjutan, makanan pendamping air susu ibu, susu untuk anak balita dan susu untuk ibu hamil dan/atau menyusui berdasarkan jajak pendapat responden. Lebih dari 80% responden menyatakan
75
bahwa klaim gizi dan kesehatan membantu konsumen dalam memilih produk meskipun hanya separuh dari responden yang meyakini pernyataan tentang gizi dan kesehatan yang tercantum. Klaim yang ditemukan dan disetujui oleh sebagian besar responden adalah “Iodium membantu mengurangi risiko timbulnya GAKI”, “Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi”, “Sari daun katuk memperlancar ASI”, “Vitamin A,C,E sebagai antioksidan yang membantu menjaga daya tahan tubuh”. Klaim yang kurang disetujui atau tidak disetujui responden antara lain “α, β, γ – karoten untuk kekebalan tubuh”, “Berkat 3 prebiotik FOS, GOS dan inulin mereka bisa bebas dan tidak mudah sakit”, dan “Sphingomyelin untuk daya tangkap cepat”. Klaim yang meragukan konsumen adalah “Prebiotik FOS untuk meningkatkan bifidobakteria”, “GLA penting untuk menyampaikan sinyal pada jaringan saraf sehingga membantu proses impuls saraf ke otak”, “Asam linoleat sebagai prekursor AA dan DHA” dan “Brain care dengan sphingomyelin”.
SARAN Badan Pengawas Obat dan Makanan diharapkan dapat menyiapkan peraturan tentang klaim gizi dan kesehatan sesuai dengan pedoman Codex Alimentarius Commission yang secara rinci memuat persyaratan minimal dan maksimal kandungan zat gizi dan non gizi termasuk kandungan zat gizi yang terkait dengan penyakit tidak menular disertai dengan tata laksana pengajuan dan pengkajian klaim. Diperlukan kajian lanjut terhadap responden dengan cakupan yang luas guna mengetahui manfaat klaim gizi dan kesehatan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. [Anonim]. 2007. Regulation (EC) No 1924/2006 of The European Parliament and of the Council of 20 December 2006 on Nutrition and Health Claims Made on Foods. Official Journal of the European Union 18 January 2006 L12:7. [BfR] Bundesinstitut fur Risikobewertung. 2007. Nutrient Profiles-The Precondition for Health Claims. Berlin. BfR;. http://www.bfr.bund.de/cms5w/ sixcms/ detail.php/9177 [31/08/2007]. [BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2003. Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi Pada Label Produk Pangan. Jakarta: BPOMRI. [BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004a. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Jakarta: BPOMRI. [BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: BPOMRI. [BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta:BPOMRI. [BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2007. Acuan Label Gizi. Jakarta: BPOMRI. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2005. Social Welfare Statistics. Jakarta: BPS. http:// www.bps.go.id/sector/socwel/table3.shtml [7 Apr 2007]. Bruhn CM. 2000. Consumer Needs. Didalam: Blanchfield JR, editor. Food Labelling. Cambridge: Woodhead Publishing Limited. hlm 5. Brody AL, Connor JM, Lord JB. 2000. The United States’s Food Industry and Its Imperative for New Products. Didalam: Brody AL, Lord J, editor. Developing New Food Products for a Changing Marketplace. Boca Raton: CRC Press. hlm 12-13. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. Susu Formula Lanjutan SNI 01-39551955. Jakarta: BSN.
77
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005a. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)-Bagian 1: Bubuk Instan SNI 01-7111.1-2005. Jakarta: BSN. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005b. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)-Bagian 2: Biskuit SNI 01-7111.2-2005. Jakarta: BSN. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005c. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)-Bagian 3: Siap Masak SNI 01-7111.3-2005. Jakarta: BSN. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005d. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)-Bagian 4: Siap Santap SNI 01-7111.4-2005. Jakarta: BSN. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005e. Minuman Khusus Ibu Hamil dan atau Ibu Menyusui SNI 01-7148-2005. Jakarta: BSN. [CAC] Codex Alimentarius Commission. 1985. General Standard for the Labeling of and Claims for Prepackaged Foods for Special Dietary Uses, Codex Stan 146-1985. Rome: CAC. [CAC] Codex Alimentarius Commission. 1991. Codex General Guidelines on Claims, CAC/GL 1-1979 (Rev. 1-1991). Rome: CAC. [CAC] Codex Alimentarius Commission. 1993. Guidelines on Nutrition Labeling, CAC/GL 2-1985 (Rev. 1-1993). Rome: CAC. [CAC] Codex Alimentarius Commission. 2004. Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims. CAC/GL 23-1997 Rev.1-2004. Rome: CAC. [CAC] Codex Alimentarius Commission. 2007. Draft Revised Standard for Infant Formula and Formulas for Special Medical Purposes Intended for Infants. As Step 8 of the Procedure. Rome: CAC. Camire ME, Dougherty MP. 2005. Internet Survey of Nutrition Claim Knowledge. Journal of Food Science Education Vol. 4:18-21. [CFSAN] Center for Food Safety and Applied Nutrition. 2003. Interim Procedures for Qualified Health Claims in the Labeling of Conventional Human Food and Human Dietary Supplements. http://www.cfsan.fda.gov/dms/hclmgui3 .html [11 Nop 2007]. [CFIA] Canadian Food Inspection Agency. 2004. Guide to Food Labelling and Advertising Chapter 8 - Diet-Related Health Claims. Canada: CFIA. Consumers Association. 2005. The Hidden Truth –Health and Nutrition Claim January. http://www.which.co.uk/files/application/pdf/0501 healthclaims _br-445-55332.pdf [29 Nopember 2007]
77
78
Consumers Association. FoodLabels-The Hidden Truth. http://www.which.co.uk/ files/application/pdf/0311labelschildren_br-445-55332.pdf [29 Nopember 2007] [Depkes] Departemen Kesehatan.1997. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu. Jakarta: Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 332/MENKES/SK/IV/1994 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta:Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 913/MENKES/SK/VII/2002 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta:Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan, Penanggulangan PTM. Jakarta:Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 153/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta:Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2005. Gizi Dalam Angka. Jakarta:Depkes. [Ditjen POM] Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1998. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Makanan dan Minuman. Jakarta:Ditjen POM. [EU] European Union. 2007. Regulation (EC) No 1924/2006 Nutrition and Health Claims made on Foods. Official Journal of the European Union I.404 30. Desember 2006. [USFDA]. United States Food and Drug Administration. 2004. FDA Announces Qualified Health Claims for Omega-3 Fatty Acids. http://www.fda.gov/ bbs/topics/news/2004/NEW01115.html. [11 Feb 2007] Goldberg I. 1994. Functional Foods: Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. United State of America. Chapman & Hall, Inc. Hawkes C. 2004. Nutrition labels and health claims: the global regulatory environment. France: WHO.
78
79
[IOM] Institute of Medicine of the National Academies. 2005. Childhood Obesity in the United States: Facts and Figures. Institute of Medicine. Fact Sheet September 2004. www.iom.edu [13 Jun 2007]. [IOM] Institute of Medicine of the National Academies. 2005. Advertising, Marketing and the Media: Improving Messages. Institute of Medicine. Fact Sheet September 2004. www.iom.edu. [13 Jun 2007]. [IOM] Institute of Medicine. 2005. Food Marketing to Children and Youth: Threat or Opportunity? Reports Released December 06 2005. http://www.iom.edu/CMS/ 3788/21939/31330.aspx?printfriendly=true [13 Jun 2007]. Jukes D. 2000. Key Issues in Food labeling. Didalam: Blanchfield JR, editor. Food Labelling. Woodhead Publishing Limited. England hlm 1-4. LeGault L et al. 2004. 2000-2001 Food label and Package Survey: an update on prevalence of nutrition labeling and claims on processed, packaged foods. J. Am Diet Assoc 104(6):952-8. [Meneg PH] Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta: Meneg PH. [MOH] Ministry of Health Malaysia. 2006. Guide to Nutrition Labelling and Claims. Malaysia: MOH. Pusponegoro HD, Ismael S, Nasar SS, Widodo DP Hendarto A. 2006. Konsumsi ARA dan DHA Pada Bayi dan Anak. UKK Nutrisi & Penyakit Metabolik dan UKK Neurologi. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Pillitteri A. 1995. Maternal & Child Health Nursing. Care of the Childbearing and Childrearing Family Second Edition. Philadelpia. Sardesai VM. 2003. Introduction to Clinical Nutrition Ed. rev. USA: Marcel Dekker, Inc. Schmidl dan Labuza TP. 2000 . Nutrition and Health Claims: United States. Didalam: Blanchfield JR, editor. Food Labelling.. England: Woodhead Publishing Limited. hlm 185. Story M, French S. 2004. Food Advertising and marketing Directed at Children and Adolescents in the US. Int J of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2004, 1:3. http://www.ijbnpa.org/content/1/1/3. [11 Nop 2007].
79
80
Singarimbun M , Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
[WHO] World Health Organization. 1981. International Code of Marketting of Breas-tmilk Substitues. Geneva: WHO [WHO] World Health Organization. 2002. Human vitamin and mineral requirements. Report of joint FAO/WHO expert consultation. Bangkok, Thailand. Rome: WHO. [WHO] World Health Organization. 2004. Global Strategy on diet, physical avtivity and health. WHA 57.17. Geneva: WHO.
80
L AM P I R A N
82
Lampiran 1 Formulir Kuesioner KUESIONER Salam hormat. Saya sedang melakukan pengkajian tentang klaim gizi dan kesehatan pada pangan untuk Bayi, anak Balita (Bawah Lima Tahun), Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. Mohon kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu dan pemikiran kurang lebih 15 menit untuk mengisi formulir ini. Silahkan mengisi dan/atau memberi tanda [V] pada jawaban yang dipilih. Kerahasiaan identitas Saudara akan kami jaga. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. Tanggal : A. IDENTITAS 1. Nama : Menikah/Belum menikah
Tanda tangan : 2. Jenis kelamin:
3. Usia:
4. Status:
B. PANGAN UNTUK BAYI – Susu Formula Bayi 5. Apakah saudara pernah menemukan iklan susu formula bayi pada media berikut ini? Jika ya berilah tanda [V] pada jawaban yang sesuai. 5.1 Televisi 5.2 Surat kabar 5.3 Majalah/Tabloid Kesehatan 5.4 Majalah/Tabloid Wanita
5.5 Majalah anak-anak 5.6 Majalah popular/umum 5.7 Radio 5.8. Billboards
5.9 Brosur 5.10 Kalender 5.11 Lain-lain (Sebutkan_
6. Informasi apakah yang disampaikan dalam iklan tersebut? Beri tanda [V] pada jawaban yang sesuai. 6.1 Kandungan zat gizi 6.2 Manfaat zat gizi terhadap pertumbuhan 6.3 Manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh
6.4 Manfaat zat gizi terhadap tulang 6.5 Manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan 6.6 Lain-lain (Uraikan)
C. PANGAN UNTUK BAYI – Susu Formula Lanjutan dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Contoh MP-ASI : biskuit bayi, bubur bayi 7. Menurut Saudara Susu Formula Lanjutan diperuntukkan bagi : 7.1 Bayi berusia 0 – 12 bulan 7.4 Bayi berusia 4 – 12 bulan 7.2 Bayi berusia 0 – 4 bulan 7.5 Bayi berusia 6 – 12 bulan 7.3 Bayi berusia 0 – 6 bulan 7.6 Lainnya (Jelaskan)
8. Apakah Saudara mengetahui keberadaan 4 (empat) buah Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI : [ ] Ya [ ] Tidak 9. Iklan Susu Formula Lanjutan dan MP-ASI terdapat dalam berbagai media cetak dan elektronik. Informasi apakah yang disampaikan dalam iklan tersebut? Beri tanda [V] pada jawaban yang sesuai. 9.1 Kandungan zat gizi 9.2 Manfaat zat gizi terhadap pertumbuhan 9.3 Manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh
9.4 Manfaat zat gizi terhadap tulang 9.5 Manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan 9.6 Lain-lain (Uraikan)
10. Apakah Saudara meyakini pernyataan tentang gizi dan kesehatan pada iklan tersebut? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Ragu 11. Jika jawaban Saudara Tidak atau Ragu, dapatkah Saudara memberikan contohnya?
83
12. Menurut Saudara apakah pernyataan tentang gizi dan kesehatan yang diiklankan membantu konsumen untuk memilih produk yang akan dibeli? [ ] Ya [ ] Tidak 13.Menurut Saudara adakah iklan Susu Formula Lanjutan dan MP-ASI yang tidak layak ditayangkan ? Jika ada, mohon memberikan contohnya. D. PANGAN UNTUK ANAK BALITA Pangan untuk anak Balita yang dimaksud dalam pembahasan ini terbatas pada susu untuk anak Balita. 14. Informasi apakah yang pernah Saudara temukan dalam iklan produk tersebut? Berilah tanda [V] pada jawaban yang sesuai. 14.1 Kandungan zat gizi 14.2 Manfaat zat gizi terhadap pertumbuhan 14.3 Manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh
14.4 Manfaat zat gizi terhadap tulang 14.5 Manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan 14.6 Lain-lain (Uraikan)
15. Apakah Saudara meyakini pernyataan tentang gizi dan kesehatan pada iklan tersebut ? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Ragu 16. Jika jawaban Saudara Tidak atau Ragu, dapatkah Saudara memberikan contohnya? 17. Menurut Saudara apakah pernyataan tentang gizi dan kesehatan yang diiklankan membantu konsumen untuk memilih produk yang akan dibeli? [ ] Ya [ ] Tidak 18.Menurut Saudara adakah iklan pangan untuk anak Balita yang tidak layak ditayangkan? Jika ada, mohon memberikan contohnya. E. PANGAN UNTUK IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI Pangan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah susu untuk ibu hamil dan ibu menyusui. 19. Informasi apakah yang pernah Saudara temukan dalam iklan produk tersebut? Berilah tanda [V] pada jawaban yang sesuai. 19.1 Kandungan zat gizi 19.2 Manfaat zat gizi terhadap kesehatan ibu 19.3 Manfaat zat gizi terhadap daya tahan tubuh ibu 19.4 Manfaat zat gizi terhadap pertumbuhan
19.5 Manfaat zat gizi terhadap otak/kecerdasan anak 19.6 Manfaat zat gizi terhadap produksi ASI 19.7 Lain-lain (Uraikan)
20. Apakah Saudara meyakini pernyataan tentang gizi dan kesehatan pada iklan tersebut ? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Ragu 21. Jika jawaban Saudara Tidak atau Ragu, dapatkah Saudara memberikan contohnya? 22. Menurut Saudara apakah pernyataan tentang gizi dan kesehatan yang diiklankan membantu konsumen untuk memilih produk yang akan dibeli? [ ] Ya [ ] Tidak 23.Menurut Saudara adakah iklan minuman khusus untuk ibu hamil dan ibu menyusui yang tidak layak ditayangkan ? Jika ada, mohon memberikan contohnya.
84
Saat ini ditemui berbagai klaim gizi dan kesehatan. Bagaimana pendapat Saudara terhadap iklan pangan yang menguraikan hal-hal berikut. Berilah tanda [V] pada jawaban yang sesuai. Klaim 1 2 3
DHA untuk perkembangan otak DHA building block untuk otak si kecil Dengan formula Brain care yang mengandung AA&DHA untuk membantu mengoptimalkan kecerdasan 4 Prebiotik FOS untuk meningkatkan bifidobakteria 5 Prebiotik FOS untuk membantu pertumbuhan bakteri baik 6 Berkat 3 prebiotik FOS, GOS dan inulin mereka bisa bebas dan tidak mudah sakit 7 Prebiotik untuk membantu fungsi pencernaan 8 Omega 3 untuk meningkatkan kecerdasan 9 Omega 3 sebagai precursor AA dan DHA 10 Asam linoleat sebagai precursor AA dan DHA 11 GLA penting untuk menyampaikan sinyal pada jaringan saraf sehingga membantu proses impuls saraf ke otak 12 Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi 13 Kolin merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan kapasitas memori sehingga membantu daya ingat anak dengan baik 14 Brain care dengan sphyngomyelin 15 Vitamin A,C,E sebagai antioksidan membatu menjaga daya tahan tubuh 16 Asam lemak tidak jenuh (UFA) rantai sedang (MCT) dan glukosa primer, mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan dalam usus 17 Taurin untuk mendukung perkembangan otak 18 Sphingomyelin untuk daya tangkap cepat 19 Sinbiotik (Probiotik&Prebiotik) untuk kesehatan sistem pencernaan dan penyerapan yang baik 20 Laktulosa dan laktoferin yang baik untuk daya tahan tubuh si kecil sehingga tidak gampang sakit (body defense) 21 α, β, γ – karoten Untuk kekebalan tubuh 22 Glutamin membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi 23 Iodium membantu mengurangi risiko timbulnya GAKI Pangan untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui 24 Folat melindungi risiko cacat otak dan sumsum tulang belakang 25 Sari daun katuk memperlancar ASI 26 DHA membantu perkembangan otak bayi 27 FOS meningkatkan penyerapan kalsium
Terima kasih
Sangat Setuju Kurang Tidak Tidak setuju setuju setuju tahu
85
Lampiran 2 Zat-zat gizi dalam Angka Kecukupan Zat Gizi tahun 1991 - 2005 1991 Kalsium Fosfor Zat besi Seng
1994 Protein Kalsium Fosfor Magnesium Zat besi Iodium Seng Selenium
Vitamin A
Vitamin A
Tiamin Riboflavin Niasin Asam folat
Tiamin Riboflavin Niasin Asam folat
Vitamin B12 Vitamin C
Vitamin B12 Vitamin C
2002
2005
Protein Kalsium Fosfor
Protein Kalsium Fosfor Magnesium Zat besi Iodium Seng Selenium Mangan Fluor Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Tiamin Riboflavin Niasin Folat Vitamin B6 Vitamin B12 Vitamin C
Zat besi Iodium Seng Selenium Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Tiamin Riboflavin Niasin Asam folat Piridoksin Vitamin B12 Vitamin C
Sumber : Kep.Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/1991, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 332/MENKES/SK/IV/1994, No. 913/MENKES/SK/VII/2002, No. 1593/MENKES/SK/XI/2005
Lampiran 3 Zat-zat gizi esensial 1 2
Karbohirat Glukosa Serat
1 2
Lemak/lipida Asam linoleat Asam linolenat
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Protein Leusin Isoleusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin Histidin Nitrogen nonesensial
Sumber : Almatsier 2003
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Mineral Kalsium Fosfor Natrium Kalium Sulfur Klor Magnesium Zat besi Selenium Seng Mangan Tembaga Kobalt Iodium Krom Fluor Timah Nikel Silikon Arsen Boron Vanadium Molibden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Vitamin A D E K Tiamin Riboflavin Niasin Biotin Folat Vitamin B6 Vitamin B12 Asam pantotenat Vitamin C Air
86
Lampiran 4 Pedoman FSA-UK tentang garam, lemak dan gula Banyak (Alot) Sedikit (A little) Per 100 gram pangan Per 100 gram pangan Zat gizi/komponen mengandung sama dengan mengandung sama dengan atau lebih dari atau kurang dari Gula 10 gram 2 gram Lemak 20 gram 3 gram Lemak jenuh (saturates) 5 gram 1 gram Garam 1,25 gram 0,25 gram Natrium 0,5 gram 0,1 gram Sumber : https://www.which. co.uk/files/application/pdf/0311labelschildren_br44555337.pdf. [29 Oktober 2007].
Lampiran 5 Klaim kandungan zat gizi dan persyaratan pencantuman - CAC KOMPONEN
KLAIM
Energi
Rendah
Lemak
Bebas Rendah Bebas
Lemak jenuh
Rendah Bebas
Kolesterol
Rendah Bebas
Gula Natrium
KOMPONEN
Protein
Bebas Rendah Sangat rendah Bebas KLAIM Sumber Tinggi
Vitamin dan mineral
Sumber
Tinggi Sumber : CAC/GL 23-1997, Rev.1-2004
PERSYARATAN (tidak lebih dari) 40 kkal (170 kJ) per 100 g (padatan) atau 20 kkal (80 kJ) per 100 ml (cairan) 4 kkal per 100 ml (cairan) 3g per 100 g (padatan) 1.5 g per 100 ml (cairan) 0.5 g per 100 g (padatan) atau per 100 ml (cairan) 1.5 g per 100 g (padatan) 0.75 g per 100 ml (cairan) dan 10% energi 0.1 g per 100 g (padatan) 0.1 g per 100 ml (cairan) 0.02 g per 100 g (padatan) 0.01 g per 100 ml (cairan) 0.005 g per 100 g (padatan) 0.005 g per 100 ml (cairan) persyaratan tambahan untuk kedua klaim, lemak jenuh kurang dari : 1.5 g per 100 g (padatan) dan 0.75 g per 100 ml (cairan) dan 10% energi 0.5 g per 100 g atau 100 ml 0.12 g per 100 g 0.04 g per 100 g 0.005 g per 100 g PERSYARATAN (tidak kurang dari) 10% NRV per 100 g (padatan 5% NRV per 100 ml (cairan) atau 5% NRV per 100 kkal atau 10% NRV per saji Dua kali nilai “sumber” 15% NRV per 100 g (padatan 7,5% NRV per 100 ml (cairan) atau 5% NRV per 100 kkal atau 15% NRV per saji Dua kali nilai “sumber”
87
Lampiran 6 Klaim gizi yang diberlakukan di Negara Uni Eropa KOMPONEN Energi
KLAIM Rendah
Dikurangi (reduced) Bebas Lemak
Rendah Bebas
Lemak jenuh Rendah (total lemak jenuh dan asam lemak Bebas trans) Gula Rendah Bebas Tanpa penambahan gula Natrium/garam
Serat Protein Vitamin dan/ atau mineral
Zat gizi atau komponen lain
PERSYARATAN (tidak lebih dari) 40 kkal (170 kJ) per 100 g (padatan) atau 20 kkal (80 kJ) per 100 ml (cairan) Untuk pemanis buatan table-top 4 kkal(17kJ) per saji dengan tingkat kemanisan setara 6 g sukrosa (kira-kira 1 sendok teh) Nilai energi dikurangi sekurang-kurangnya 30% disertai dengan indikasi yang menunjukkan total enegi pangan turun 4 kkal (17 kJ) per 100 ml Untuk pemanis buatan table-top 0,4 kkal(1,7kJ) per saji dengan tingkat kemanisan setara 6 g sukrosa (kira-kira 1 sendok teh) 3g per 100 g (padatan)atau1.5 g per 100 ml (cairan), untuk semiskimmed milk 1.8 g per 100 ml 0.5 g per 100 g atau per 100 ml. Klaim “X% bebas lemak” dilarang 1.5 g per 100 g (padatan) atau 0.75 g per 100 ml (cairan) dan 10% energi 0.1 g per 100 g atau per 100 ml
5 g per 100 g (padatan) atau 2,5 g per 100 ml (cairan) 0.5 g per 100 g atau per 100 ml • tidak ditambahkan mono atau disakarida atau pangan lain untuk memberi rasa manis • jika gula secara alami maka harus disertai dengan tulisan “SECARA ALAMI MENGANDUNG GULA” Rendah 0.12 g natrium per 100 g atau per 100 ml atau jumlah yang sama untuk garam. Untuk air selain air mineral (menurut Directive 80/777/EEC) tidak lebih dari 2 mg natrium per 100 ml. Sangat rendah 0.04 g natrium per 100 g atau per 100 ml atau jumlah yang sama untuk garam. Klaim tidak boleh digunakan untuk air mineral dan air lainnya Bebas 0.005 g per 100 g atau jumlah yang sama untuk garam. PERSYARATAN (tidak kurang dari) Sumber 3 g per 100 g atau 1,5 g per 100 kkal Tinggi 6 g per 100 g atau 3 g per 100 kkal Sumber 12% nilai energi pangan berasal dari protein Tinggi 20% nilai energi pangan berasal dari protein Sesuai Directive 90/496/EEC atau Sumber Pasal 6 Regulation (EC) No 1925/2006 Tinggi Dua kali nilai “sumber” • harus memenuhi ketentuan Regulation 1924/2006 Mengandung • untuk vitamin dan mineral harus memenuhi kriteria “sumber” Ditinggikan • memenuhi kriteria “sumber” dan peningkatan kandungan sekurang(increased) kurangnya 30% dari produk sejenis • penurunan kandungan sekurang-kurangnya 30% dari produk sejenis Dikurangi • untuk mikronutrien memenuhi perbedaan 10% nilai referensi (reduced) (Directive 90/496/EEC) • untuk natrium perbedaan 25% atau jumlah yang sama untuk garam • memenuhi kriteria dikurangi/reduced Sedikit • klaim disertai dengan indikasi yang menunjukkan bahwa pangan (Light/Lite) light atau lite • jika secara alami pangan memenuhi persyaratan tabel ini, kata Alami “alami” dapat digunakan sebagai imbuhan klaim
Sumber : Official Journal of European Union,18.1.2007
88
Lampiran 7 Klaim kandungan zat gizi yang berlaku di Indonesia KLAIM Mengandung Memberikan Merupakan sumber yang baik
PERSYARATAN Dalam satu sajian produk mengandung zat gizi tersebut sedikitnya 10 – 19% dari yang dianjurkan (sesuai dengan AKG untuk kelompok target per hari)
Tinggi Kaya akan Merupakan sumber yang sangat baik
Dalam satu sajian produk mengandung zat gizi tersebut sedikitnya 20% dari yang dianjurkan (sesuai dengan AKG untuk kelompok target per hari)
Sumber : BPOM, 2005 Lampiran 8 Contoh klaim fungsi gizi di Malaysia Bifidobacterium • membantu meningkatkan mikroflora usus yang bermanfaat lactis • kandungan minimum 2x107 cfu/g (bubuk) Kalsium membantu pembentukan tulang dan gigi yang kuat Asam folat penting untuk pertumbuhan dan pemecahan sel Folat • berperan dalam pembentukan sel darah merah • membantu memelihara pertumbuhan dan perkembangan janin Zat besi • adalah unsur dalam pembentukan sel darah merah • adalah suatu komponen hemoglobin dalam sel darah merah yang membawa oksigen keseluruh bagian tubuh Inulin • membantu meningkatkan bifidobakteri dan membantu memelihara lingkungan usus yang baik • adalah bifidogenik • kandungan minimum 2 g per saji • penambahan dan klaim tidak diizinkan untuk susu formula bayi Oligofruktosa • membantu meningkatkan bifidobakteri pencernaan dan membantu memelihara (frukto lingkungan pencernaan yang baik oligosakarida) • adalah bifidogenik • kandungan minimum 1,25 g per saji • penambahan dan klaim tidak diizinkan untuk susu formula bayi Serat larut oat (β- • membantu mengurangi atau menurunkan kolesterol glucan) • kandungan minimal 2 g per 100 g (padatan) • kandungan serat memenuhi persyaratan ”sumber” (3 g per 100 g atau 1,5 g per 100 ml Yodium penting untuk pembentukan hormon tiroid Magnesium meningkatkan penyerapan dan retensi kalsium Niasin diperlukan untuk melepas energi dari protein, lemak dan karbohidrat Sterol dan stanol • membantu mengurangi atau menurunkan kolesterol tanaman • kandungan minimal 1,3 g per 100 g (padatan) atau 160 mg per 100 ml (cairan) • hanya diizinkan untuk susu, hasil olah susu, minuman dari kedele • konsumsi sehari tidak lebih dari 3 g • tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui serta anak balita Protein • membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh • penting untuk pertumbuhan dan perkembangan • menyediakan asam amino penting untuk sintesa protein Asam sialat • merupakan komponen penting dari jaringan otak • yang diizinkan hanya berasal dari susu • kandungan minimum 36 mg per 100 kkal (24 mg per 100 ml) dan tidak lebih dari 67 mg per 100 kkal (45 mg per 100ml) • penambahan dan klaim tidak boleh untuk susu formula bayi dan susu formula lanjutan Protein kedelai • membantu menurunkan kolesterol • kandungan minimum 5 g per saji • disertai tulisan ”Jumlah yang dianjurkan untuk menurunkan kolesterol adalah 25 g per hari” Vitamin A • membantu memelihara kesehatan kulit dan membran mukosa • penting dalam fungsi mata
89
Lanjutan Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B12 Vitamin C Vitamin D Vitamin E Seng
diperlukan untuk melepas energi dari karbohidrat diperlukan untuk melepas energi dari protein, lemak dan karbohidrat diperlukan untuk memproduksi sel darah merah • meningkatkan penyerapan besi dari sumber bukan daging • turut serta dalam penyerapan zat besi dari pangan • membantu tubuh untuk memanfaatkan kalsium dan fosfor • penting untuk penyerapan dan penggunaan kalsium dan fosfor melindungi lemak dalam jaringan tubuh dari oksidasi penting untuk pertumbuhan
Sumber : Ministry of Health Malaysia, 2006
Lampiran 9 Klaim peranan biologis (Biological role claim) Canada Zat gizi Umum Protein Lemak DHA Karbohidrat Vitamin A
Vitamin D Vitamin E Vitamin C Tiamin Riboflavin Niasin Vitamin B6 Folat Vitamin B12 Asam pantotenat Kalsium Fospor Magnesium Zat besi Seng Yodium
Klaim “Susu merupakan sumber kalsium sangat baik yang membantu pembentukan tulang dan gigi yang kuat” membantu pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh membantu pembentukan antibodi suplai energi membantu penyerapan vitamin larut lemak DHA, asam lemak omega-3, membantu pembentukan otak, mata dan saraf dengan normal menyediakan energi assists dalam penggunaan lemak membantu pembentukan normal tulang dan gigi membantu pembentukan dan perawatan night vision membantu menjaga kesehatan kulit dan membrane faktor dalam formasi dan menjaga tulang dan gigi meningkatkan penyerapan dan penggunaan kalsium serta fospor melindungi lemak dalam jaringan tubuh dari oksidasi unsur dalam pembentukan dan perlindungan tulang, cartilage, gigi dan gusi/gums melepas energi dari karbohidrat membantu pertumbuhan normal unsur dalam metabolisme energi dan pembentukan jaringan membantu pembentukan dan pertumbuhan normal unsur dalam metabolisme energi dan pembentukan jaringan faktor dalam metabolisme energi dan pembentukan jaringan membantu pembentukan sel darah merah membantu pembentukan sel darah merah unsur dalam metabolisme energi dan pembentukan jaringan membantu pembentukan dan perlindungan tulang dan gigi membantu pembentukan dan perlindungan tulang dan gigi unsur dalam metabolisme enegi, pembentukan jaringan dan pembentukan tulang unsur dalam formasi sel darah merah unsur dalam metabolisme dan pembentukan jaringan unsur dalam fungsi normal kelenjar tiroid
Sumber : CFIA -2003
Persyaratan Sumber protein dengan PR 20
* Sudah ada Recommended Daily Intake (RDI) * Sekurangnya mengandung 5% RDI vitamin atau mineral tersebut per serving
90
Lampiran 10 Diet-Related Health Claims dan klaim yang tidak diizinkan-Canada Kalium dan natrium
Kalsium dan vitamin D
Lemak jenuh dan lemak trans Penurunan risiko kanker Karies gigi
“Pola konsumsi sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko untuk stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) bebas natrium .” “Pola konsumsi sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) rendah natrium “Pangan sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) merupakan sumber kalium yang baik dan bebas natrium”. “Pola konsumsi sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) merupakan sumber kalium yang baik dan rendah natrium” “Pola konsumsi sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) tinggi kalium dan bebas natrium” “Pola konsumsi sehat yang mengandung kalium tinggi dan rendah natrium dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, faktor risiko stroke dan penyakit jantung. (Nama produk) tinggi kalium dan rendah natrium” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) merupakan sumber kalsium yang baik ” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) tinggi kalsium” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) merupakan sumber kalsium yang sangat baik” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) mengandung kalsium sangat tinggi” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) merupakan sumber yang sangat baik untuk kalsium dan vitamin D” “Pola konsumsi sehat dengan cukup kalsium dan vitamin D, serta aktivitas fisik rutin, membantu mendapatkan tulang kuat dan dapat menurunkan osteoporosis. (Nama pangan) sangat tinggi kalsium dan vitamin D” “Pola konsumsi sehat yang rendah lemak jenuh dan lemak trans dapat menurunkan risiko penyakit jantung. (nama pangan) bebas lemak jenuh dan lemak trans” “Pola konsumsi sehat yang rendah lemak jenuh dan lemak trans dapat menurunkan risiko penyakit jantung. (nama pangan) rendah lemak jenuh dan lemak trans ” “Pola konsumsi sehat kaya berbagai jenis sayur dan buah dapat menurunkan risiko beberapa tipe kanker ” “Tidak menyebabkan gigi berlubang” “Tidak meningkatkan kerusakan gigi” “Tidak meningkatkan karies gigi” “Tidak bersifat kariogenik”
Klaim yang tidak diizinkan : “mengurangi kolesterol darah” “mengurangi level trigliserida” “mengatur level gula darah” “ is formulated to have the lowest potential for stomach upset and gas” “ meningkatkan kesehatan dalam hal sistem kekebalan” “merupakan suplemen rehabilitasi” “menyeimbangkan level hormon” “meringankan infeksi ginjal” “meningkatkan daya ingat”
Sumber : CFIA 2003
91
Lampiran 11 Data Responden Keterangan Menikah Belum Menikah Total
Laki-laki (orang) % 16 31 16 31
Perempuan (orang) % 32 61 4 8 36 69