Artikel Penelitian
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Luciana Sutanto,* Endang Basuki,** Arietta Pusponegoro,*** Dian Basuki* *Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ***Departemen Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak Pendahuluan: Konseling yang dilakukan oleh tenaga terlatih akan memberikan hasil yang lebih efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas modul konseling gizi intensif yang diberikan oleh mahasiswa fakultas kedokteran (FK) kepada ibu hamil trimester ketiga dan ibu nifas dibandingkan dengan konseling yang sebelumnya sudah berjalan di pusat pelayanan kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental (randomized community trial) pada dua kelompok paralel secara tersamar ganda. Penelitian bertempat di Puskesmas Matraman dan Jatinegara, Jakarta, pada bulan Oktober-Desember 2011. Subjek penelitian adalah ibu hamil dan menyusui yang memenuhi kriteria penelitian. Efektivitas diketahui dengan menilai pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) ibu tentang gizi ibu hamil/ nifas, praktik laktasi serta dampaknya terhadap status gizi ibu dan bayinya pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil: Analisis data dilakukan pada 45 subjek kelompok perlakuan dan 43 subjek kelompok kontrol. Terdapat perbedaan bermakna skor sikap pada konseling terakhir dalam kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, tetapi tidak untuk skor pengetahuan dan perilaku.Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi ibu hamil dan nifas pada kedua kelompok. Kesimpulan: Modul pelatihan ini bermanfaat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan konseling sehingga setara dengan penyuluh berpengalaman di Puskesmas, yang selanjutnya diharapkan akan mencegah terjadinya masalah gizi pada bayi. J Indon Med Assoc. 2013;63:63-70 Kata kunci: konseling, ibu hamil dan menyusui, mahasiswa Fakultas Kedokteran Korespondensi: Luciana B. Sutanto, Email:
[email protected]
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
63
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Training on Nutrition Counseling to Pregnant and Lactating Women Luciana Sutanto,* Endang Basuki,** Arietta Pusponegoro,*** Dian Basuki* * Departement of Nutrition, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta Departement of Community Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta *** Departement of Obstetrics Gynaecology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta **
Abstract Introduction: Counseling carried by trained personnel will provide more effective results. The purpose of this study was to examine the effectiveness of an intensive nutritional counseling module for pregnant and lactating women given by medical students compared to counseling given by health workers. Method: This study used an experimental study design (randomized community trial), two double blind parallel group. Subjects were pregnant and lactating women who came for ante natal care to Jatinegara and Matraman health centers, Jakarta, in October-December 2011 and met the study criteria. Effectivity was examined by assessing knowledge, attitudes and behavior (KAB) of pregnant and lactating women about nutrition for pregnant and lactating women, lactation practice, and the impact on the nutritional status of mothers and infants in intervention and control group. Result: Data analyses were performed on 45 subjects in intervention group and 43 subjects in control group. There was a significant difference in the attitude score of the intervention group at the last counseling compared with control group, but not the knowledge and behavior score. There is no significant difference between the nutritional status of pregnant and lactating women in both groups. Conclusion: This training module is useful to increase the ability of medical students to serve counseling thus equivalent to experienced instructors at the health centers; it is expected to prevent nutritional problems in infants. J Indon Med Assoc. 2013;63:63-70 Keyword: counseling, pregnant and lactating women, medical students
Pendahuluan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan angka balita pendek (stunting) mendekati 40% atau dapat dikategorikan sangat tinggi. Stunting merupakan masalah gizi jangka panjang (kronis) yang dapat terjadi sejak masa janin dan masa bayi.1 Badan Dunia (WHO/World Health Organization) telah mengeluarkan pedoman pemberian makan pada bayi dan anak (Infant and Young Child Feeding), yaitu menganjurkan inisiasi dini pemberian air susu ibu (ASI), pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan sampai usia 24 bulan dengan mulai memperkenalkan makanan pendamping ASI sejak usia enam bulan.2 Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sudah terbukti dapat mendukung status gizi bayi dengan menurunkan risiko terjadinya diare dan infeksi saluran pernafasan. Namun pada kenyataannya, pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif baik secara global maupun secara nasional masih rendah.3 Survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta bersama Fakultas Kedokteran Univer64
sitas Indonesia (FKUI) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa hanya sekitar 8% ibu yang berhasil mempraktikkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan di wilayah DKI Jakarta. Rendahnya cakupan praktik pemberian ASI secara eksklusif tersebut disebabkan berbagai hal, namun yang tersering ditemukan adalah rendahnya kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI sesuai anjuran.4 Berdasarkan survei cepat di DKI Jakarta pada tahun 2005, didapatkan hasil bahwa belum semua ibu dalam persiapan maupun praktiknya memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) yang baik tentang laktasi. Informasi yang diperoleh ibu selama hamil dan menyusui, baik dari petugas kesehatan, kader Posyandu dan/atau keluarga dilaporkan belum mencukupi. Di kalangan klinisi (dokter umum, dokter spesialis kebidanan, dan dokter spesialis anak) juga masih tampak belum samanya PSP baik dalam pemahaman maupun dalam memberikan konseling laktasi tersebut.4,5 Selama ini, termasuk di Indonesia, sudah ada pelatihan khusus untuk mendapatkan J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui gelar sebagai konselor laktasi, namun sampai saat ini belum berhasil mencakup banyak klinisi, sehingga menjadi hambatan untuk meningkatkan praktik pemberian ASI eksklusif secara bermakna. Untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan praktik pemberian ASI yang benar, maka diperlukan peningkatan PSP ibu tentang laktasi, yang harus dimulai sedini mungkin. Masa yang strategis untuk mempersiapkan ibu agar dapat memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang benar untuk merencanakan praktik laktasi adalah masa hamil.7 Tentunya, penguatan perilaku harus terus diberikan selama masa menyusui agar ibu tetap konsisten melakukan praktik laktasi sampai bayi berusia 24 bulan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan efektivitas pemberian konseling secara intensif selama dua jam setiap pertemuan sebanyak satu kali saat masa hamil dan empat kali selama masa nifas.8-10 Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas modul konseling gizi intensif yang diberikan oleh mahasiswa FK kepada ibu hamil trimester ke-3 dan ibu nifas dibandingkan dengan konseling yang selama ini sudah berjalan di layanan kesehatan, dengan menilai PSP ibu tentang gizi ibu hamil/ nifas, praktik laktasi serta dampaknya terhadap status gizi ibu dan bayinya. Metode Desain penelitian ini adalah eksperimental (randomized community trial) pada dua kelompok paralel secara tersamar ganda, dengan teknik pemilihan subjekk secara kluster. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2011, di Puskesmas Matraman dan Puskesmas Jatinegara. Karena penelitian ini merupakan penelitian awal, sehingga ditetapkan subjek yang akan diambil minimal 30 untuk tiap kelompok. Subjek penelitian adalah ibu hamil dan menyusui yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria inklusi yaitu ibu hamil trimester ketiga dengan usia 20-30 tahun, bertempat tinggal di lokasi penelitian, sehat yang dinyatakan dari hasil pemeriksaan dokter, dan bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria eksklusi yaitu adanya gangguan komunikasi baik lisan maupun tulisan dan gangguan fisik sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan konseling gizi intensif dari mahasiswa fakultas kedokteran yang telah mendapat pelatihan modul tentang konseling dan praktik gizi ibu hamil-menyusui. Modul pelatihan adalah 12 submodul dengan judul: (1) Pengantar, (2) peningkatan mutu pelayanan, (3) nilai dan sikap, (4) materi konseling gizi, (5) pengantar konseling gizi, (6) proses konseling gizi, (7) komunikasi interpersonal, (8) membuat pasien merasa nyaman, (9) menilai kebutuhan pasien, (10) memberikan informasi, (11) membantu pasien memantapkan
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
pilihan tindakan, (12) harapan dan efikasi diri peserta. Pelatihan modul konseling dilaksanakan selama dua hari, di Departemen Ilmu Gizi FKUI meliputi teori dan praktik. Mahasiswa kedokteran yang dilatih untuk menjadi konselor adalah tujuh orang mahasiswa di atas semester 10. Kelompok kontrol mendapat konseling dari petugas kesehatan yang terlatih dan berpengalaman. Subjek penelitian mendapat konseling gizi dengan materi pengetahuan tentang praktik gizi ibu hamil dan menyusui, termasuk cara pemberian makan bayi. Materi konseling diberikan kepada subjek penelitian sebanyak dua kali selama masa hamil (konseling pertama), satu kali pasca-persalinan (konseling kedua) dan satu kali selama masa laktasi/nifas (konseling ketiga). Penilaian dilakukan dengan membandingkan perubahan PSP subjek, serta pengukuran status gizi ibu dan bayi. Pengumpulan data PSP dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur berisi pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku tentang praktik gizi/cara pemberian makan bayi dan asupan makanan ibu trimester-3. Validitas kuesioner dilakukan uji pre-sampling pada 10 ibu hamil. Pengukuran status gizi ibu meliputi analisis asupan zat gizi dan pengukuran antropometri. Data asupan diperoleh dari wawancara menggunakan metode tanya ulang 2x24 jam untuk mendapatkan nilai kalori, karbohidrat, lemak dan protein. Data antropometri diperoleh dari penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar otot lengan atas (LiLa). Data status gizi bayi adalah berat badan, yang diperoleh dari catatan medis pasien. Data yang sudah didapatkan, dicatat dengan menggunakan formulir khusus, selanjutnya dilakukan editing dan koding untuk validasi. Setelah semua data dimasukkan dalam lembar kerja dengan menggunakan perangkat lunak program SPSS versi 11.5, dilakukan pembersihan, kemudian dilakukan analisis. Hasil Subjek diambil dari seluruh pengunjung yang melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas tertentu, didapatkan 85 subjek yaitu 45 subjek pada kelompok perlakuan dan 43 subjek pada kelompok kontrol. Dari hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada karakteristik subjek yaitu usia, usia kehamilan, tinggi badan, indeks massa tubuh, kenaikan berat badan sampai trimester ketiga, asupan gizi, dan skor PSP antara kelompok perlakuan dan kontrol (Tabel 1). Berarti data awal subjek perlakuan dan kontrol setara sehingga hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik tersebut. Skor PSP, status gizi, dan asupan gizi selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2-4. Terdapat perbedaan bermakna skor sikap pada konseling terakhir dalam kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, tetapi tidak untuk skor pengetahuan dan perilaku.
65
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui Tabel 1. Karakteristik Subjek pada Awal Penelitian Variabel
Kelompok perlakuan (n=45)
Kelompok kontrol (n=43)
Usia (tahun) 25 (20-30)* 25 (20-30)* Usia kehamilan (minggu) 37 (33-40)* 37 (33-40)* Gravida, n (%): 1 23 (51,1) 15 (34,9) 2 13 (28,9) 15 (34,9) >2 9 (20) 13 (30,2) Tinggi badan (cm) 153,1 (6,3)# 155,7 (5,3) # Indeks massa tubuh (kg/m2) 21,4 (3,3)# 20 (14,4-29,8)* awal kehamilan Kurus, n (%) 9 (20,5) 9 (21,4) Normal, n (%) 22 (50) 25 (59,5) Kelebihan BB, n (%) 9 (20,5) 3 (7,1) Kegemukan, n (%) 4 (9,1) 5 (11,9) Kenaikan BB sampai trimester 12,0 (4,6)# 12,2 (4,1)# -3 (kg) Asupan zat gizi makro dari makanan: Kalori (kkal) 1855,4 (603,0) # 1720,4 (472,8) Karbohidrat (gram) 255,5 (94,1)# 241,8 (77,4) # Lemak (gram) 69,8 (35,6)# 54,1 (27,9-136,4)* Protein (gram) 62,6(23,2)# 60,2 (18,7) # Skor pengetahuan 19 (10-20)* 19 (9-20)* Skor sikap 9 (8-10)* 9 (7-10)* Skor perilaku 17 (10-20)* 17 (9-20)* *median (rentang); #mean (SD)
Diskusi Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP) Ibu Dari hasil skor PSP subjek didapatkan perbedaan bermakna pada skor sikap di konseling terakhir (ketiga) yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan pada skor pengetahuan dan perilaku tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua Tabel 2.
Skor dan Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu selama Penelitian
Variabel
Skor pengetahuan: Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 Skor sikap Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 Skor perilaku Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 #
Kelompok perlakuan (n=45)
Kelompok kontrol (n=43)
Nilai p
19 19 18 19
19 19 18 19
0,624 0,852 0,856 0,334
Status Gizi Ibu dan Bayi Status gizi ibu hamil dan laktasi tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Kedua kelompok mempunyai status gizi kurang kronik berdasarkan lingkar lengan atas (LiLa) yaitu <23,5 cm. Pada kedua kelompok terjadi peningkatan berat badan bertahap, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan berat badan saat melahirkan dibanding pada saat hamil trimester ketiga. Berat badan ibu menurun setelah melahirkan, yaitu pada pengukuran satu minggu setelah melahirkan. Berat badan bayi pada kedua kelompok menunjukkan berat badan bayi di atas batas normal >2500 gram. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol, yaitu berat badan bayi saat lahir lebih tinggi secara bermakna pada kelompok kontrol. Berat badan bayi saat lahir tidak dicari hubungannya dengan asupan gizi ibu hamil karena waktu yang singkat (dua minggu) antara konseling terakhir dengan bayi lahir, sehingga tidak diharapkan adanya perubahan hasil. Berat badan bayi usia satu minggu pada kedua kelompok meningkat dalam batas normal. Terdapat perbedaan bermakna Tabel 3. Status Gizi Ibu dan Bayi selama Penelitian Variabel
(10-20)* (12-20)* (14-20)* (14-20)*
9 (8-10)* 9 (7-10)* 9 (6-10)* 10 (7-10)* 17 18 19 19
*median (rentang); mean (SD)
66
kelompok, baik pada konseling ke-1, -2 dan -3. Disimpulkan bahwa konselor yang telah mendapat pelatihan konseling intensif dapat melayani konsultasi yang sama baik dibandingkan penyuluh di puskesmas tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tentang skor PSP subjek, hipotesis ditolak, yaitu perubahan skor PSP subjek tentang praktik gizi pada kelompok yang menerima konseling gizi intensif lebih besar dibanding kelompok yang tidak menerima konseling gizi intensif, karena hanya satu dari tiga skor yang diterima. (Tabel 2) Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan secara berulang konsultasinya, harus selalu dilakukan pengulangan dan/atau pengingatan untuk penguatan perilaku yang telah dipraktikkan dan bukan melakukannya dengan cara sewaktu saja.8,9
(10-20)* (12-20)* (13-20)* (15-20)*
(9-20)* (11-20)* (15-20)* (15-20)*
9 (7-10)* 9 (7-10)* 9 (5-10)* 10 (5-10)* 17 17 18 19
(9-20)* (13-20)* (14-20)* (15-20)*
0,223 0,371 0,274 0,026 0,807 0,498 0,242 0,758
Kelompok perlakuan (n=45)
LiLa ibu: Awal 21,4 Setelah melahirkan 24,4 Setelah 1 minggu nifas 23,9 Perubahan IMT dalam -0,3 1 minggu BB bayi lahir 3,05 BB bayi usia 1 minggu 3,20 Kenaikan BB bayi -0,1 1 minggu
(3,3) # (3,3) # (3,1) # (-4,9-2,1)*
Kelompok kontrol (n=43)
20 (14,4-29,8)* 23,6 (3,6)# 23,1 (3,6)# -0,5 (0,7)#
Nilai p
0,287 a 0,322 b 0,284 b 0,561 a
(0,31) # 3,23 (0,39)# 0,016 b (0,38) # 3,41 (0,41)# 0,015 b (-0,2-1,1)* -0,2 (-0,7-0,85)* 0,169 a
*median (rentang); #mean (SD) auji Mann-Whitney; buji-t tidak berpasangan
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui Tabel 4.
Asupan Gizi
Variabel
Kelompok perlakuan (n=45)
Kalori (kkal) Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 Karbohidrat (gram) Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 Lemak (gram) Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 Protein (gram) Awal Konseling ke-1 Konseling ke-2 Konseling ke-3 *median (rentang); #mean (SD)
1855,4 1796,7 1817,7 1746,5 255,5 248,9 253,5 235,8
a
(603,0) # (626,1) # (659,2) # (614,7) #
Kelompok kontrol (n=43)
1720,4 1818,7 1786,6 1820,9
(94,1) # (84,2) # (82,3) # (998,5) #
241,8 244,6 250,6 243,5
(472,8) # (510,3) # (429,6) # (553,7) #
(77,4) # (83,3-499,1)* (73,0) # (85,7) #
Nilai p
0,247 b 0,857 b 0,793 b 0,552 b 0,459 b 0.963 a 0,864 b 0,697 b
69,8 64,1 57,6 53,4
(35,6) # (26,9) # (15,7-799,0)* (23,7-137,5)*
54,1 62,4 60,8 66,6
(27,9-136,4)* (23,1)# (23,5)# (23,0)#
0,202 a 0,742 b 0,777 a 0,370 a
62,6 62,7 61,9 61,4
(23,2) # (30,3) # (24,4) # (24,3) #
60,2 63,2 61,9 61,9
(18,7)# (22,7)# (16,6)# (31,4-131,2)*
0,597 b 0,936 b 0,993 b 0,625 a
uji Mann-Whitney U; buji T tidak berpasangan
antara kelompok perlakuan dan kontrol, yaitu berat badan bayi pada kelompok kontrol usia satu minggu lebih tinggi secara bermakna. Dari hasil tersebut membuktikan konseling kelompok kontrol yang diberikan lebih efektif, karena berat badan bayi usia satu minggu meningkat. Hal itu sangat penting karena bayi (dan anak) mempunyai hak untuk memperoleh asupan gizi yang memadai dari makanan yang aman untuk dikonsumsi yang esensial untuk dapat mempertahankan kesehatannya.5 Kami tidak mencari hubungan antara peningkatan berat badan bayi dengan variabel lain karena peningkatan berat badan bayi usia satu minggu kedua kelompok normal. Data dapat dilihat pada Tabel 3.
diharapkan akan mencegah terjadinya masalah gizi pada bayi. Pelatihan modul konseling gizi ini perlu diberikan pada mahasiswa FK sebelum melayani pasien di lapangan kepada ibu hamil sejak awal kehamilan atau bahkan saat ibu merencanakan akan hamil. Ucapan Terima Kasih Terima kasih atas hibah yang telah diberikan dari program Hibah Kompetisi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK-PKPD) proyek Health Professional Education Quality (HPEQ) 2011. Daftar Pustaka
Asupan Asupan zat gizi ibu hamil selama penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Zat gizi yang dianalisis meliputi kalori, protein, dan lemak yang dapat dilihat pada Tabel 4. Jika dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) 2004 ibu hamil menyusui yaitu antara 1980-2500 kkal, maka asupan kalori subjek lebih rendah.10 Pada asupan protein juga didapatkan hasil yang sama, yaitu rerata asupan protein lebih rendah daripada anjuran berdasarkan AKG 2004 yaitu 67 g/hari. Hal ini sesuai dengan status gizi subjek yaitu status gizi kurang kronik. Kesimpulan Modul pelatihan yang diberikan selama dua hari kepada mahasiswa FK tentang konseling dan praktik gizi ibu hamilmenyusui bermanfaat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan konseling sehingga setara dengan penyuluh berpengalaman di Puskesmas, yang selanjutnya J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Zaman S, Ashraf RN, Martines J. Training in complementary feeding counseling of healthcare workers and its influence on maternal behaviours and child growth: A cluster randomized controlled trial in Lahore, Pakistan. J Health Popul Nutr. 2008;26(2):210-22. WHO. Global strategy for infant and young child feeding. 2003. Ryan AS, Zhou W. Lower breastfeeding rates persist among the special supplemental nutrition program for women, infants, and children participants, 1978–2003. Pediatrics. 2006;117;113646. Haider R, Rasheed S, Sanghvi TG, Hassan N, Pachon H, Islam S, Jalal CSB. Breastfeeding in infancy: Identifying the programrelevant issues in Bangladesh. Int Breastfeeding J. 2010;5:21. Labarere J, Gelbert-Baudino N, Ayral AS, Duc C, Berchotteau M, Bouchon N, et al. Efficacy of breastfeeding support provided by trained clinicians during an early, routine, preventive visit: A prospective, randomized, open trial of 226 mother-infant pairs. Pediatrics. 2005;115:e139-46. Taveras EM, Li R, Grummer-Strawn L, Richardson M, Marshall R, Rêgo VH, et al. Opinions and practices of clinicians associated with continuation of exclusive breastfeeding. Pediatrics. 2004;113:e283-90.
67
Pelatihan Modul Konseling Gizi Intensif bagi Ibu Hamil dan Menyusui 7.
8.
9.
68
Laanterä1S, Pölkki T, Ekström A, Pietilä AM. Breastfeeding attitudes of Finnish parents during pregnancy. BMC Pregnancy and Childbirth. 2010;10:79. Nankunda J, Tumwine JK, Soltvedt A, Semiyaga N, Ndeezi G, Tylleskär T. Community based peer counselors for support of exclusive breastfeeding: Experiences from rural Uganda. Int Breastfeeding. 2006;1:19. Daniels K, Nor B, Jackson D, Ekström EC, Doherty T. 2010. Supervision of community peer counselors for infant feeding in
South Africa: An exploratory qualitative study. Human Resources for Health. 2010;8:6. 10. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. 11. Sethi V, Kashyap S, Seth V. Effect of nutrition education of mothers on infant feeding practices. Indian J Pediatric. 2003;70:463-6.
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013