KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini Serta Tabloid Nova dan Nakita pada Periode Penerbitan Januari-Desember 2009
DINI GARDENIA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak Terhadap Peraturan Perundang-undangan adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.
Bogor, Oktober 2010
Dini Gardenia F252050035
CONFORMITY ASSESSMENT OF FOOD PRODUCTS ADVERTISEMENTS IN NEWSPAPER AGAINST LEGISLATION Case Studies on Ayahbunda, Femina and Kartini Magazine, Nova and Nakita In The Period January – December 2009 ABSTRACT One important aspect of food control is food labeling and advertising control. In Indonesia, control for the food advertising is done by National Agency of Drug and Food Control (NADFC). Based on our data, many adverstisement of food products do not comply with the formal regulation on labelling and advertising. . Analysis on 925 advertisements collected, 507 of advertisements (55%) were comply with the requirement and 418 of advertisements were not comply with the requirement. Among 425 of advertisements which were not comply with requirement complementary breast feeding (50,59%) were the most dominant, followed by soft drink (13,41%), and milk and its processed product (11,7%). The most dominant category of violations is an advertisement that containing incorrect and misleading information related to nutrition, health benefits and food safety (72,86%).
Dini Gardenia, F252050035. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak Terhadap Peraturan Perundang-undangan : Studi Kasus pada majalah Ayah Bunda, Femina dan Kartini serta tabloid Nova dan Nakita pada periode penerbitan Januari – Desember 2009. Tugas Akhir. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Dr.Ir. Feri Kusnandar,M.Sc.
RINGKASAN Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut, iklan produk pangan dituntut untuk memberikan informasi tentang suatu produk secara benar dan tidak menyesatkan. Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut mengakibatkan persaingan antar industri pangan yang selalu terjadi dalam menghasilkan produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen. Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen ke pasar kemudian diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Oleh karena itu, produsen pangan selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya melalui iklan. Iklan dalam kedudukannya adalah sebagai usaha promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang diiklankan. Iklan merupakan salah satu strategi pemasaran setiap perusahaan, agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat. Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen dengan klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang mengakibatkan persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peta kesesuain klaim iklan pangan pada beberapa media cetak selama periode Januari – Desember 2009 dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Pangan yang diiklankan dikelompokkan menjadi 16 kategori pangan, yaitu coklat, kopi, teh (1,18%), kelapa dan hasil olahnya (0,32%), minyak dan lemak (4,19%), minuman serbuk (2,80%), minuman ringan (8,49%), jem dan sejenisnya (1,61%), air minum dalam kemasan (1,72%), ikan dan hasil olahnya (1,08%), gula, madu dan kembang gula (0,65%), daging dan hasil olahnya (0,86%), minuman sereal (1,29%), makanan diet khusus (0,43%), tepung dan hasil olahnya (3,01%), bumbu dan rempah (12,26%), susu dan hasil olahnya (14,41%) serta makanan bayi dan anak (45,70%).
Berdasarkan hasil analisa dari 930 iklan yang diamati, maka diperoleh hasil 505 iklan (54,30%) memenuhi peraturan perundang-undangan dan 425 iklan (45,70%) tidak memenuhi peraturan perundang-undangan. Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, tersebar pada : kategori coklat,kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya (2,12%), kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula, madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%), kategori susu dan hasil olahnya (11,76%), serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%). Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86%, mencantumkan logo/pernyataan sebesar 12.14%, mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat sebesar 5.71%, mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan sebesar 5.24% dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain sebesar 4.05%. Kategori pelanggaran pada kategori pangan yang banyak melakukan pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni".
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh tesis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini serta Tabloid Nova dan Nakita pada Periode Penerbitan Januari-Desember 2009
DINI GARDENIA
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Program Studi Teknologi Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir.Dahrul Syah
Judul Tugas Akhir Nama mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku : Dini Gardenia : F252050035 : Teknologi Pangan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Purwiyatno Hariyadi,M.Sc Ketua
Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Teknologi Pangan
Dr.Ir.Lilis Nuraida,M,Sc
Tanggal Ujian : 21 Februari 2010
Direktur Pasca Sarjana
Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS
Tanggal Lulus :
PRAKARTA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Laporan tesis Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Teknologi Pangan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Bapak Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai. 2. Dr.Ir.Dahrul Syah sebagai dosen penguji. 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah pascasarjana. 4. Ibu. Dra. Dewi Prawitasari,Apt,M.Kes, selaku Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yang telah memberikan ijin dan dukungan melakukan kajian pada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. 5. Ibu Kasubdit di lingkungan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan POM atas dukungan dalam memberi semangat untuk penyelesaian tugas akhir ini. 6. Rekan-rekan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yang selalu memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini. 7. Ibu Tika, sebagai asisten koordinator Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tugas akhir ini. 8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tugas akhir ini. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis juga berharap tesis ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran dan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan memerlukannya. Bogor, Oktober 2010
Dini Gardenia
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Februari 1962, sebagai anak kedua dari delapan bersaudara dari Bapak Ukas Kosasih (alm) dan Ibu Siti Hadidjah. Pada tahun 1980, penulis lulus dari SMA Negeri III Bandung. Selanjutnya melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 1992 penulis mengambil kuliah profesi apoteker pada Fakultas yang sama. Sejak tahun 1993, penulis bekerja sebagai staf Subdit Registrasi Makanan dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang sekarang telah berubah nama menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sejak tahun 2001 hingga saat ini, penulis bekerja di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan sebagai Kepala Seksi Inspeksi Makanan Berlabel Halal.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR . ......................................................... ...............................iii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................... ................................2 1.3 Manfaat .................................................................. ...............................3 1.4 Ruang Lingkup dan Batasan ................................... ..............................3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4 2.1 Pengertian Iklan ... ........ .........................................................................4 2.2 Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan ......................................................... 5 2.3 Media Iklan ........................................................................................ 5 2.4 Klaim iklan ........................................................................................... 6 2.5 Peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan pelanggaran . ......7 2.6
III
Etika Pariwara Indonesia......................................................................11
METODE PENELITIAN ........................................................................ 13 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 13 3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 13 3.3
IV
Metode ............................................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 17 4.1 Sebaran iklan pangan pada nama media cetak..................................... 17 4.2 Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan ..................................... 17 4.3 Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan.......................................................................... 18 4.4 Sebaran iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang ........... berlaku.................................................................................................19 4.5 Sebaran berdasarkan kategori pelanggaran iklan ............................... 20 4.6 Sebaran kategori pelanggaran pada setiap kategori pangan ...............32
i
V
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 41 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 41 5.2 Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44 LAMPIRAN ..................................................................................................... 46
ii
DAFTAR TABEL
1.
Halaman Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevalusi 14 iklan pangan …………………………………………………..
2.
Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan. (Kategori pelanggaran I) ........................................................
21
3.
Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah .............................................................................
24
4.
Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan ....................................................................
24
5.
Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan ....................
24
6.
Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan...............
25
7.
Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet"................................................
25
8.
Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan. (Kategori pelanggaran II).........................................................................
26
9
Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata "murni" ......................................................................................
27
10 Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan ...
28
11 Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat ...................
28
12 Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.......
29
13 Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan (Kategori pelanggaran V) .............................
29
iv
14 Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni ..................................................................
Halaman 30
15 Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan ................................
31
16 Contoh pelanggaran yang mencantumkan logo halal bukan pada label...................................................................................
31
17 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori Coklat , kopi, t e h .......................................................................................... 18 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya ...................................................................................... 19 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak..........................................................................................
32
20 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk
34
21 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan 22 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori jem dan sejenisnya ..................................................................................
34 35
23 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya ......................................................................................
36
24 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula ............................................................................ 25 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya ......................................................................................
37
26 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal
37
27 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan diet khusus .......................................................................................
38
28 Sebaran kategori pelanggaran pada tepung dan hasil olahnya
38
29 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah ......................................................................................
39
30 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya ......................................................................................
39
31 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi dan anak ....................................................................................
40
33 33
37
v
DAFTAR GAMBAR
1.
Halaman Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan 17 majalah) ....................................................................................
2.
Kesesuaian Iklan Pangan dalam lima media cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan …………………………………..
18
3.
Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan...................................
19
4.
Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan kategori pelanggarannya .........................................................................
20
iii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 46
1.
Form penilaian iklan pangan …………………………………
2.
Contoh iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan peraturanperundang-undangan ……………………………
52
3.
Contoh iklan pangan yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.................................................
60
vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan). Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka ragam
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
konsumen.
Hal
tersebut
mengakibatkan terjadinya persaingan antar industri pangan dalam menghasilkan produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen. Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut, maka iklan produk pangan dituntut untuk dapat memberikan informasi tentang suatu produk pangan secara benar dan tidak menyesatkan. Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen pangan ke pasaran diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Iklan produk sangat penting untuk keberhasilan produk di pasaran, sehingga produsen pangan selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya melalui iklan. Iklan merupakan bentuk promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang diiklankan (Jamilah, 2003). Iklan adalah salah satu strategi pemasaran setiap perusahaan agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat. Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, menyesatkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen dengan
1
klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia. Menyadari hal tersebut, maka pengawasan terhadap iklan sangat diperlukan, baik oleh instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan hukum, kredibel dan profesional maupun secara swadaya oleh kelompok masyarakat (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau individu sebagai salah satu bentuk pencerdasan konsumen. Pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan iklan pangan antara lain Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/ SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan – Minuman, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.52.1831 tentang Pedoman Periklanan Pangan. Peraturan-peraturan tersebut di atas belum sepenuhnya ditaati oleh produsen pangan dalam membuat iklan produknya. Berdasarkan hasil evaluasi pengawasan iklan produk pangan yang dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan pada tahun 2008, dari iklan pangan yang diamati 691 iklan, 57% yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan 43% yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Data pelanggaran iklan tersebut belum mengelompokkan jenis-jenis pelanggaran yang terjadi, sehingga diperlukan penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian iklan dengan peraturan yang berlaku, mengevaluasi jenis-jenis pelanggarannya berdasarkan kategori produk pangan. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengevaluasi kesesuaian iklan pangan pada media cetak dengan peraturan perundang-undangan. 2. Mengevaluasi variasi dan karakteristik jenis pelanggaran iklan yang banyak terjadi di media cetak.
2
3. Mengevaluasi karakteristik pelanggaran iklan pada beberapa kategori produk pangan.
1.3. Manfaat Kajian terhadap kesesuaian iklan pangan dengan peraturan perundangundangan beserta jenis pelanggaran serta karakteristik pelanggarannya ini diharapkan mampu memberikan edukasi bagi masyarakat umum agar lebih bersikap kritis terhadap iklan pangan yang ditayangkan. Kajian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap iklan pangan serta bagi produsen pangan agar mampu menyajikan iklaniklan pangan secara benar dan tidak menyesatkan konsumen.
1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Dalam kajian ini dipilih media cetak karena media cetak merupakan sumber media terbesar dalam pemantauan iklan pangan dan media cetak merupakan media utama dalam periklanan pangan serta pemantauan di media cetak lebih mudah dilakukan dibandingkan jenis media lainnya.
3
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Iklan Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain. Pengertian iklan tersebut merupakan pengertian komunikasi satu arah. Proses komunikasi ini penting sebagai alat pemasaran untuk membantu menjual barang, memberi ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dalam mempromosikan penjualan suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan para pemasang atau pembuatnya (Pattis, 1993). Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan pangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan. Sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007 menyimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali label pangan, dalam rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan. Dari perspektif perlindungan konsumen, iklan merupakan sumber informasi tentang produk yang harus dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan dalam iklan yang disebarkan dapat dituntut (Sukmaningsih, 1997).
4
2.2. Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan Iklan digunakan oleh perusahaan untuk komunikasi langsung dalam rangka meyakinkan publik agar tercapai target penjualan. Tujuan atau sasaran iklan dapat diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan, yaitu untuk memberi informasi (periklanan informatif), untuk menyakinkan (periklanan persuasif) dan untuk memberikan peringatan (periklanan mengingatkan). Periklanan Informatif adalah periklanan yang memberitahu tentang produk baru, menjelaskan kegunaan suatu produk, memberitahukan perubahan harga pada pasar, menjelaskan bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, dan memperbaiki kesan yang keliru dan membangun citra perusahaan. Periklanan persuasif adalah periklanan yang mendorong konsumen beralih merek ke merek yang diiklankan, mengubah persepsi pelanggan mengenai atribut produk dan menyakinkan pelanggan untuk membeli pada waktu sekarang serta kunjungan penjualan. Periklanan mengingatkan adalah periklanan yang mempertahankan ingatan pelanggan, mengingatkan merek dimana membelinya, membuat mereka tetap ingat selama masa bukan musimnya dan mengingatkan pelanggan bahwa produk tersebut mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat. Engel dkk (1995) membagi iklan atas tiga bagian berdasarkan keberpihakan pesan yaitu: (1) iklan informasional, yaitu iklan yang pesannya bersifat memberikan informasi; (2) iklan komparatif, yaitu iklan yang pesannya berusaha untuk merebut bisnis dari produk yang sudah ada; (3) iklan transformasional, yaitu iklan yang pesannya berusaha membuat pengalaman produk lebih kaya dan lebih hangat daripada yang diperoleh semata-mata dari uraian obyektif dari merek yang diiklankan.
2.3. Media Iklan Ada dua media yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan, yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari media cetak dan media eletronik atau biasa disebut dengan media massa dan media luar ruang. Media lini bawah terdiri dari atas pameran, direct mail, point of purchase (Zulkarnaen, 1993).
5
Media massa biasanya menjadi perhatian utama untuk digunakan sebagai media iklan, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakannya media lain sebagai penunjang atau pelengkap iklan di media massa. Jangkauan media massa lebih luas dan lebih berkembang ke arah spesialis khalayak. Dengan demikian pengiklan lebih mudah merencanakan dan mengoptimalkan penggunaan media massa (Susilo, 1993). Jenis media utama berdasarkan urutan volume periklanan adalah surat kabar, televisi, surat langsung (brosur), radio, majalah dan media luar ruangan. Masing-masing jenis media tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu. Pilihan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kebiasaan media, audiens sasaran, produk, pesan dan biaya (Kolter dan Amstrong, 1996).
2.4. Klaim Iklan Klaim adalah pernyataan mengenai kelebihan relatif suatu poduk dibandingkan pesaingnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pernyataan (klaim) manfaat kesehatan adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi dan atau zat non-gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun, kelompok usia lanjut, ibu hamil, dan menyusui, dan sebagainya. Klaim dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen dalam menentukan pilihan. Studi oleh Berney-Reddish dan Areni (2006) menunjukkan bahwa pengaruh adanya klaim pada produk berbeda antara pria dan wanita, dimana wanita cenderung untuk lebih menerima perbedaan klaim dalam iklan jika dibandingkan pria. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh ambang pengolahan informasi wanita yang lebih rendah dan wanita lebih sensitif terhadap penggunaan kalimat dalam pesan. Hal ini lebih ditegaskan oleh Tias (2005) yang menyatakan bahwa sebanyak 82% pengambil keputusan pembelian susu formula adalah ibu (wanita). Iklan produk pangan merupakan salah satu jenis iklan yang sering menggunakan klaim yang dapat menipu konsumen. Suryani (2001) melalukan penelitian tentang pelabelan dan analisis klaim gizi produk pangan berdasarkan
6
pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan Dirjen POM No. 0202664/B/SK/VIII/1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1/6 dari produk yang diteliti memiliki klaim gizi yang tidak benar. Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu (1) Klaim yang tampak objektif; seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada; (2) Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu (kesukaan, pilihan, kepercayaan) yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; (3) Klaim yang mendua, yaitu suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra (sebagian benar dan sebagian salah); dan (4) Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi informasinya (Sumarwan, 2006). Menurut (Sumarwan, 2006), berdasarkan pada kebenaran informasi atau klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi (1) Literal truth atau kebenaran sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, (2) True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, (3) Discernible exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, (4) False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja menciptakan salah impresi/ kesan di benak konsumen.
2.5. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu (1) iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, (2) iklan yang memberikan keterangan tidak benar dan
7
menyesatkan berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, (3) yang yang mengarah pada pernyataan baha pangan seolah-olah sebagai obat, (4) iklan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung produk pangan lain. serta (5) ilklan yang mencantumkan logo/ pernyataan. 2.5.1. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.1831 tanggal 14 April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan menetapkan kata-kata atau pernyataan yang tidak boleh digunakan dalam iklan yang berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan, yaitu (1) yang bermakna superlatif seperti “super”, “paling”, “nomor satu”, “top”, awalan “ter-“ (terbaik, termurni); (2) satu-satunya, jika telah ada produk pembandingnya; (3) “sehat”,”cerdas”, “pintar” jika terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan; dan (4) “aman”, “tidak berbahaya”, “tidak mengandung risiko” atau “tidak ada efek samping” tanpa keterangan yang lengkap. Peraturan tersebut juga melarang pencantuman kata higienis, sanitasi, cara produksi pangan yang baik. Hal ini karena proses higienis, sanitasi dan produksi pangan yang baik merupakan keharusan dalam proses produksi yang harus dipenuhi oleh produsen pangan, sehingga tidak boleh diklaim dalam iklan. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pasal 50, melarang iklan yang memuat keterangan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Pencantuman klaim pada zat gizi ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida “ termasuk kategori pelanggaran iklan yang menyesatkan. Hal tersebut diatur dalam Surat Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.52.3572 tanggal 10 Juli 2008 tentang Penambahan zat gizi dan non gizi dalam produk pangan pasal 6 yang menyatakan bahwa dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida. Klaim tanpa bahan tambahan pangan termasuk kategori pelanggaran iklan pangan yang menyesatkan, karena seolah-olah suatu bahan tambahan pangan
8
dilarang atau berbahaya untuk digunakan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan diperbolehkan sepanjang mengikuti aturan yang ditetapkan Badan POM menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.52.6635 tanggal 27 Agustus 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan. 2.5.2. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan-minuman mengatur bahwa iklan makanan harus memberikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Penggunaan kalimat, kata-kata, dan pernyataan tentang asal dan sifat bahan pangan hanya boleh digunakan apabila tidak menyesatkan dan atau menimbulkan penafsiran yang salah, seperti penggunaan kata ”alami”, “segar”, “murni” dan “dibuat dari”. Kata “alami” hanya boleh digunakan untuk bahan mentah yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisik tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya. Kata ”segar” hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan. Kata ”murni” hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun; Kata ”dibuat dari” hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan dan ”100%” digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain. Ketentuan tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap label atau iklan tentang yang diperdagangkan harus memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak menyesatkan. Demikian juga dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 44 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib
9
memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk lainnya. Penggunaan kata yang berlebihan termasuk dalam kategori iklan yang menyesatkan, karena dapat menyesatkan konsumen. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 9 ayat 1 butir j yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang
menawarkan,
mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap. 2.5.3. Larangan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman mengatur bahwa iklan makanan tidak boleh mengarah ke pendapat bahwa makanan yang bersangkutan berkhasiat sebagai obat. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 53 juga jelas menyatakan bahwa iklan dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat. 2.5.4. Larangan iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/ MenKes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman bagian Petunjuk Teknis Umum melarang bahwa makanan yang berlabel gizi seolah-olah mempunyai kelebihan dbandingkan makanan yang tidak berlabel gizi. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 47 ayat (1) juga mengatur bahwa iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk pangan lainnya.
10
2.5.5. Larangan iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Pedoman Periklanan Pangan Bab II Ketentuan Umum Periklanan Pangan No.22 mengatur bahwa logo yang dilarang untuk ditampilkan dalam iklan adalah logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat/penghargaan. Peraturan tersebut juga melarang pencantuman pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama, logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Permenkes No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman melarang pencantuma kata halal dalam iklan. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tanggal 14 April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyatakan bahwa penggunaan tulisan dan atau logo halal dalam iklan hanya dapat ditampilkan berupa label pangan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan dan atau logo halal dari Badan POM.
2.6. Etika Pariwara Indonesia Etika Pariwara adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaaati dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. Etika Pariwara merupakan sistem nilai dan pedoman terpadu tata krama (code of conduct) dan tata cara (code of practices). Etika Pariwara Indonesia tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan. Jika untuk sesuatu hal ditemui penafsiran ganda, maka makna undang-undang dan peraturan perundangan yang dianggap sahih. Tata krama yang berhubungan iklan pangan diatur dalam pengggunaan bahasa, yaitu iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya dan tidak menggunakan persandian yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksud oleh perancang pesan iklan tersebut. Dalam ketentuan tersebut juga iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti ”paling”, ”nomor satu”, ”top” atau kata-kata berawalan ”ter”, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus
11
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. Penggunaan kata ”satu-satunya” atau yang bermakna sama juga dilarang digunakan dalam iklan tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Demikian juga penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber otentik. Penerapan Etika Pariwara Indonesia diberlakukan kepada setiap pelaku periklanan nasional, baik sebagai individu atau profesional, maupun sebagai entitas, atau usaha. Pengawasan pelaksanaan Etika Pariwara Indonesia dilakukan oleh lembaga pemantau, pengamat, atau pengawas periklanan serta masyarakat luas dan pamong. Penegakan dilakukan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI) dengan membentuk organisasi internal yang bertugas khusus untuk itu. Disamping hal tersebut diatas, peran Dewan Periklanan Indonesia adalah menjalankan kemitraan dengan pamong dalam membina industri periklanan nasional. Sebagai bentuk komitmen dalam melindungi konsumen, industri periklanan mempunyai prinsip yang dinamakan swakarma (self-regulation) atau pengaturan diri sendiri. Rumusan tentang prinsip tersebut adalah jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum negara; sejalan dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat serta mendorong persaingan, namun dengan cara-cara yang adil dan sehat. Etika Pariwara tahun 2005 menyatakan bahwa periklanan harus memenuhi tiga (3) asas, yaitu (1) jujur dan bertanggung jawab, dimana iklan tidak boleh menyesatkan, seperti memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui, memberikan janji yang berlebihan, dan menyalahgunakan kepercayaan dan merugikan masyarakat, (2) bersaing secara sehat, dimana penggunaan kata-kata yang berlebihan, perbandingan langsung, merendahkan produk lain baik langsung maupun tidak langsung dan peniruan harus dihindarkan, (3) melindungi dan menghargari khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
12
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta pada periode Januari sampai dengan Desember 2009. Penilaian dilakukan pada dua (2) jenis media cetak tabloid, yaitu yaitu Nova dan Nakita, dan tiga (3) majalah, yaitu Femina, Kartini dan Ayahbunda. Kelima jenis media cetak tersebut dipilih karena banyak memuat iklan produk pangan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data sekunder hasil pengawasan iklan pangan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan; dan (2) Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan iklan pangan, yaitu (a) Undang-undang Pangan No. 7 tentang Pangan, (b) Undang-undang No. 8 tentang Perlindungan Konsumen, (c) Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman, (d) Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta (e) Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tahun 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan. 3.3. Metode Penelitian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi secara post-market iklaniklan yang terdapat di lima media massa yang dipilih. Tahapan yang dilakukan adalah (1) mengambil seluruh iklan pangan yang diiklankan pada 5 media cetak yang dipilih selama periode Januari sampai Desember 2010 (2) Mengumpulkan iklan produk pangan yang telah
mempunyai nomor pendaftaran dan
mendokumentasikan iklan pangan tersebut dengan alat pemindai (scanner), (3) mengelompokkan iklan pangan berdasarkan 16 kategori pangan dan jenis pangannya; (4) menganalisis kesesuaian antara iklan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dengan menggunakan form penilaian iklan pangan
13
(Lampiran 1); (5) Mengkategorikan iklan pangan tersebut menjadi iklan yang memenuhi ketentuan (MK) dan yang tidak memenuhi ketentuan (TMK), dimana iklan pangan dikategorikan tidak memenuhi ketentuan (MK) jika iklan pangan tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (6) Mengelompok-kan jenis pelanggaran dalam lima (5) kategori seperti tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan Kategori Deskripsi Pelanggaran Iklan Pelanggaran Kategori I Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti "super", "paling", "nomor satu", "top", awalan ter- ("terbaik", "termurni"). 2. Mencantumkan kata "Satu-satunya" jika telah ada produk pembandingnya. 3. Mencantumkan kata " jauh lebih ". Kecuali apabila dibandingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat obyektif. 4. Mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan. 5. Mencantumkan kata "aman","tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap. 6. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. 7. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lainlain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan. 8. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah 9. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/ jaminan. 10. Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet". 11. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan.
14
Kategori Pelanggaran Kategori II
Kategori III Kategori IV
Deskripsi Pelanggaran Iklan Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata non kolesterol. 2. Mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging. Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredient pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber. 3. Mencantumkan kata "alami". Kata alami hanya boleh digunakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya. 4. Mencantumkan kata "segar". Kata segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. 5. Mencantumkan kata "murni". Kata murni hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun. 6. Mencantumkan kata "dibuat dari “. Dibuat dari hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. 7. Mencantumkan kata "dibuat dengan". Dibuat dengan hanya boleh digunakan bila produk terdiri dari beberapa bahan dan diikuti dengan nama bahan. 8. Mencantumkan kata " 100%". 100% hanya boleh digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain. 9. Mencantumkan tekonologi pangan teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan. Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah berfungsi sebagai obat Iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.
15
Kategori Pelanggaran Kategori V
Deskripsi Pelanggaran Iklan Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan, yaitu: 1. Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat. 2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. 3. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sebaran Iklan Pangan pada Nama Media Cetak Jumlah total iklan yang terdapat di kelima media yang dievaluasi selama periode adalah 930 iklan pangan. Gambar 1 memperlihatkan persentasi iklan pangan di kelima media cetak yang dievaluasi tersebut. Untuk kategori media tabloid, iklan pangan paling banyak dimuat dalam tabloid Nova (30,03%), sedangkan untuk kategori majalah, iklan pangan banyak dimuat di majalah Ayahbunda (25,81%). Kedua media cetak tersebut banyak dibaca oleh masyarakat, sehingga banyak dipilih oleh pemasang iklan. 39.03 40 35 25.81
Frekuensi (% )
30 25 16.02
20
14.19
15 4.95
10 5 0 Nova
Nakita
Femina
Kartini
Ayahbunda
Nama media
Gambar 1. Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan majalah)
4.2. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan Iklan pangan dari kelima media cetak dikelompokkan berdasarkan 16 kategori pangan, yaitu (1) coklat, kopi, dan teh (1,18%), (2) kelapa dan hasil olahannya (0,32%), (3) minyak dan lemak (4,19%), (4) minuman serbuk (2,80%), (5) minuman ringan (8,49%), (6) jem dan sejenisnya (1,61%), (7) air minum dalam kemasan (1,72%), (8) ikan dan hasil olahnya (1,08%), (9) gula, madu dan kembang gula (0,65%), (10) daging dan hasil olahnya (0,86%), (11) minuman sereal (1,29%), (12) makanan diet khusus (0,43%), (13) tepung dan hasil olahnya
17
(3,01%), (14) bumbu dan rempah (12,26%), (15) susu dan hasil olahnya (14,41%) serta (16) makanan bayi dan anak (45,70%). Dari data tersebut, maka diketahui bahwa persentase iklan pangan terbesar adalah untuk makanan bayi dan anak (45,70%), susu dan hasil olahnya (14,41%), bumbu-bumbu dan rempah (12,26%), minuman ringan (8,49%) serta minyak dan lemak (4,19%). Di antara kategori produk tersebut, iklan kategori makanan bayi dan anak mempunyai persentase terbesar dibandingkan dengan kategori lain. Hal ini karena media cetak yang dievaluasi memiliki segmentasi pembaca dewasa, pasangan yang baru menikah dan berpenghasilan menengah ke atas.
4.3. Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap Peraturan Perundang-undangan Berdasarkan hasil evauasi terhadap 930 iklan pangan yang diamati, iklan yang memenuhi ketentuan (MK) peraturan perundangan berjumlah 505 iklan (54,30%), sedang yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) peraturan perundangundangan berjumlah 425 iklan (45,70%) (Gambar 2).
45.70% 54.30%
MK TMK
Gambar 2. Kesesuaian iklan pangan dalam lima media cetak (tabloid dan majalah) terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan
Gambar 3 memperlihatkan ketidaksesuaian iklan pangan berdasarkan kategori pangan. Kategori pangan yang mengiklankan pangan tidak memenuhi ketentuan lebih banyak dibandingkan yang memenuhi ketentuan ditemukan pada kategori produk kelapa dan hasil olahnya, minuman serbuk, minuman ringan, jem
18
dan sejenisnya, ikan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, minuman sereal, makanan diet khusus, serta makanan bayi dan anak. Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan 100%
% k e s e s u a ia n te rh a d a p p e ru n d a n g -u n d a n g a n
100%
96%
100%
100%
93%
90%
80% 75%
80% 70%
70%
67%
64% 59%
60%
71% 63%
62%
60%
49%
50%
41%
36%
40%
40%
38%
37%
33%
30%
25%
30%
51%
29%
20%
20% 7% 10%
4%
0%
0% I
II
III
IV
0% V
VI
0%
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
Kategori pangan MK
TMK
Gambar 3. Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan
4.4. Sebaran Iklan Pangan yang Tidak Memenuhi Ketentuan yang Berlaku Dari jumlah iklan pangan yang diiklankan pada media cetak, dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku (TMK) berdasarkan kategori pangan adalah sebagai berikut : kategori coklat, kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya (2,12%) kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula,madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%) , kategori susu dan hasil olahnya (11,76%) serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%). Pelanggaran iklan pangan terhadap ketentuan yang berlaku paling banyak dilakukan oleh kategori makanan bayi dan anak sebesar 50,59%, minuman ringan sebesar 13,41% dan susu dan hasil olahnya sebesar 11,76%.
19
4.5. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pelanggaran Iklan Gambat 4 memperlihatkan pelanggaran iklan berdasarkan 5 kategori pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu 72.86%. Pelanggaran
iklan terendah
ditemukan pada ketegori II, yaitu iklan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan), yaitu sebesar 5.24%.
80.00%
72.86%
70.00%
Frekuensi
60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 12.14%
20.00% 5.24%
10.00%
5.71%
4.05%
0.00% I
II
III
IV
V
Kategori pelanggaran
Gambar 4. Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan kategori pelanggarannya 4.5.1 Kategori Pelanggaran I : Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan. Kategori pelanggaran I diuraikan lagi dalam sub-kategori pelanggaran, yaitu mencantumkan kata "jauh lebih" dan pernyataan tersebut tidak terukur; mencantumkan kata "sehat", "cerdas", "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari pengkonsumsi pangan yang diiklankan; mencantumkan kata "aman",
20
"tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa keterangan yang lengkap; mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan, mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan, mencantumkan keteranganketerangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah, mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan, mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet", mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. Pada kajian ini sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan (Kategori Pelanggaran I). Sub kategori pelanggaran 1. Mencantumkan kata "jauh lebih" dan pernyataan tersebut tidak terukur 2. Mencantumkan kata "sehat", "cerdas", "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari pengkonsumsi pangan yang diiklankan. 3. Mencantumkan kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa keterangan yang lengkap. 4. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. 5. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan 6. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah 7. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan 8. Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" 9. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan
Jumlah
%
2
0.65
12
3.92
1
0.33
1
0.33
9
2.94
135
44.11
14
4.58
8
2.61
124
40.52
Tabel 2 memperlihatkan bahwa pelanggaran yang tinggi yang ditemukan dalam kategori pelanggaran I adalah pencantuman klaim yang seharusnya
21
mendapatkan pembuktian secara ilmiah sebanyak (44.11%), dan mencantumkan klaim/keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman
mengenai
pangan
yang
bersangkutan
sebanyak
(40,52%).
Pelanggaran yang relatif rendah terdapat pada pencantuman kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa keterangan yang lengkap (0.33%) dan pencantuman keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan (0,33%). Bila dikelompokkan berdasarkan kategori pangan, pelanggaran yang tinggi untuk kategori pelanggaran yang mencantumkan keterangan-keterangan yang seharusnya mendapatkan pembuktian secara ilmiah adalah makanan bayi dan anak (77.78%). Pelanggaran lainnya untuk kategori ini ditemukan pada minuman ringan (0.74%), minuman serbuk (1,48%) dan susu dan hasil olahnya (20%). Jenis-jenis pelanggaran yang ditemukan berdasarkan kategori di atas dapat dilihat pada Tabel 3. Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu pertumbuhan dan makanan bayi) banyak melanggar dalam mengiklankan produknya. Misalnya, pencantuman klaim zat gizi DHA dimana fungsi zat gizi tersebut untuk membantu perkembangan otak perlu dibuktikan secara ilmiah. Untuk kategori minuman ringan (jenis pangan minuman fermentasi) klaim yang dilanggar terkait dengan penambahan probiotik yang diklaim dapat menyebabkan usus menjadi sehat. Pada kategori minuman serbuk, klaim pelanggaran iklan terkait dengan peranan suatu zat yang dapat membantu proses pelepasan energi untuk berpikir dan bermain, sedangkan pada kategori susu dan hasil olahannya (jenis pangan susu ibu hamil dan menyusui) adalah klaim dari zat gizi DHA dan prebiotik FOS yang dapat mendukung perkembangan otak dan fisik bayi sejak dalam kandungan.
22
Tabel 3. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkanketeranganketerangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah. No.
Kategori pangan
Jenis pangan
Narasi pada iklan
1.
Makanan bayi dan anak
Makanan bayi
X makanan bayi yang mengandung DHA dan omega 3&6 untuk membantu perkembangan otaknya. Prebiotik FOS dapat membantu mempertahankan fungsi saluran cerna. Vitamin dan mineral, zat besi dapat membantu mencegah dan mengatasi anemia defisiensi zat besi.
2.
Makanan bayi dan anak
Susu pertumbuhan
DHA dan omega 3 untuk membantu perkembangan otaknya
3.
Susu dan hasil olahnya
Susu ibu hamil dan menyusui
Minuman serbuk Minuman ringan
Minuman serbuk Minuman fermentasi
4. 5.
Susu untuk ibu hamil dan menyusui dengan gizi seimbang untuk membantu si kecil tumbuh cemerlang. Kandungan DHA dan prebiotik FOS-nya mendukung perkembangan otak dan fisik buah hati sejak masih dalam kandungan. Membantu proses pelepasan energi untuk berpikir dan juga bermain Minum X setiap hari, usus sehat sepanjang hari
Jenis iklan produk pangan yang melakukan pelanggaran karena mencantumkan keterangan-keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan terhadap pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan adalah ikan dan hasil olahannya (2,42%), kelapa dan hasil olahnya (0.81%), makanan bayi dan anak (69.35%), minuman ringan (8.06%), minuman sereal (3.23%), minyak dan lemak (3.23%), susu dan hasil olahannya (10.48%), serta tepung dan hasil olahannya (2.42%). Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu pertumbuhan) paling banyak melakukan pelanggaran karena mencantumkan keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan. Misalnya klaim bahwa dengan mengkonsumsi produk tersebut dapat mendukung daya tahan tubuh atau dapat mengatasi kekurangan nutrisi apabila anak susah makan serta dapat membantu dalam proses belajar. Untuk kategori susu dan hasil olahannya pelanggaran yang terjadi adalah mencantumkan keterangan bahwa dengan mengkonsumsi produk tersebut dapat menjadi anak menjadi juara.
23
Tabel 4. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keteranganketerangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan No
1.
2. 3.
4.
Kategori pangan
Makanan bayi dan anak
Ikan dan hasil olahnya Makanan bayi dan anak Susu dan hasil olahnya
Jenis pangan
Susu pertumbuhan
Sardines Susu pertumbuhan Susu ibu hamil dan menyusui
Narasi dalam iklan Si kecil bisa bereksplotasi sesukanya jika daya tahan tubuhnya optimal. Berikan nutrisi terbaik yang mengandung rangkaian nutrisi lengkap dan seimbang dalam jumlah tepat yang saling berkaitan untuk mendukung sistem daya tahan tubuh Membuat nutrisi ikan Sardines segar terjaga utuh, hingga saat disajikan. Kini dilengkapi prebiotik, kolin dan mikronutrien untuk membantu mengoptimalkan setiap tahap perkembangan dan proses belajar. Mengandung gizi seimbang yang dibutuhkan sang buah hati untuk tumbuh cemerlang menjadi juara.
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan adalah minuman ringan (92.86%) dan makanan diet khusus (7.14%). Kategori minuman paling banyak melakukan pelanggaran dengan memberikan janji jaminan kepada konsumen mengenai fungsi produk tersebut untuk kesehatan (Tabel 5).
Tabel 5. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan No
Kategori pangan
Jenis pangan
1.
Makanan diet khusus
Makanan diet khusus
2.
Minuman ringan
Minuman fermentasi
Narasi dalam Buktikan efektifnya yang dilengkapi Phase 2 technology untuk membantu mengurangi penyerapan karbohidrat hingga 66%. Dengan satu mangkuk mie yang Anda nikmati pun hanya terserap 1/3 nya Buktikan manfaatnya untuk kesehatan pencernaan dan kelancaran BAB dalam 3 hari atau uang Anda kembali. Mencantumkan testimoni.
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata higienis adalah kategori ikan dan hasil olahnya (74%), makanan bayi (12%) serta jem dan sejenisnya (14%) (Tabel 6). Kata tersebut tidak perlu ditampilkan dalam iklan karena hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan dalam proses produksi.
24
Tabel 6. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan No
Kategori pangan
Jenis pangan
1.
Makanan bayi dan anak
Susu pertumbuhan
2.
Jem dan sejenisnya
Jelly
3.
Ikan dan hasil olahnya
Sardines
Narasi dalam iklan Kini ada cara baru memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati di mana saja kapan saja. Morinaga Chil Kid Platinum Stick Pack, inovasi terbaru dari Morinaga Chil Kid Platinum. Praktis dan higienis, tinggal tuang untuk setiap kali pemakaiannya di mana saja dan kapan saja. My jelly nata decoco terbuat dari rumput laut yang diolah secara higienis dan modern, mengandung serat alami atau dietary fibre yang sangat berperan penting dalam membantu sistem pencernaan tubuh manusia, sehingga salah satu manfaatnya juga dapat mencegah Makanan kaleng yang diproses dengan higienis, berisi bahan-bahan segar bergizi tinggi. Terbuat dari ikan sardine segar, serta bahan alami pilihan lainnya.
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" adalah minuman ringan (87.50%), serta ikan dan hasil olahnya (12.5%) (Tabel 7). Tabel 7. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" 1.
Kategori pangan Minuman ringan
Minuman buah
2.
Minuman ringan
Minuman teh
3.
Minuman ringan
Minuman Isotonik
4.
Ikan dan hasil olahnya
Sardines
No
Jenis pangan
Narasi dalam iklan Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet Mencantumkan klaim tdk mgd pengawet, pemanis buatan Fakta-fakta Sardines C : Terbuat dari 100% ikan sardine segar dan bahan alami lainnya, seperti tomat, cabai dan lain sebagainya; 6 jam setelah ditangkap, ikan langsung dikalengkan; Dikemas secara higienis dengan dua kali pemasakan; Tidak mengandung bahan pengawet
25
No
5.
Kategori pangan
Minuman ringan
Jenis pangan
Minuman Isotonik
Narasi dalam iklan Vitazone Isotonik Bervitamin. Praktis gantikan Cairan Tubuh dan Vitamin yang hilang saat berpuasa. 6 Vitamin penting + 5 Elekrolit tubuh. Advanced Sterilizing Technology. Tanpa bahan pengawet.
4.5.2. Kategori pelanggaran II : Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan Kategori
pelanggaran
mencantumkan
keterangan
tidak
benar
dan
menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, diuraikan dalam sub-kategori pelanggaran berikut: mencantumkan kata non-kolesterol, mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging, mencantumkan kata "alami", mencantumkan kata "segar", mencantumkan kata "murni", mencantumkan kata "dibuat dari “, mencantumkan kata "dibuat dengan", mencantumkan tekonologi pangan. Jenis pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan (Kategori Pelanggaran II) Sub kategori pelanggaran 1. Mencantumkan kata "murni" (hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan 2. Mencantumkan teknologi pangan (teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.
Jumlah
%
19
86.36%
3
13.64%
Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa kategori pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan yaitu mencantumkan kata "murni" (86.36%) dan yang mencantumkan teknologi pangan (13.64%).
26
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran dengan mencantumkan kata "murni" adalah minuman ringan (77,27%), coklat, kopi dan teh sebanyak (4,55%) serta susu dan hasil olahannya (4,55%) (Tabel 9). Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan teknologi pangan adalah minuman serbuk (9,09%) serta minyak dan lemak (4,55%) (Tabel 10). Tabel 9. Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata "murni" No 1.
2.
3.
Kategori pangan Susu dan hasil olahnya
Minuman ringan
Coklat,kopi teh
Jenis pangan Susu UHT
Sirup
Teh celup
Narasi dalam iklan Murni susunya, alami sehatnya Alam, telah memilih kemurnian marjan. Murninya Marjan Cocopandan begitu mewah dan menyegarkan. Terbuat dari saru buah pilihan menciptakan sensasi kenikmatan dan kesegaran alami. Advertorial. …5 kebaikan dalam kantong bundar : kesegaran, kemurnian, kepraktisan, rasa & aroma yang terjaga dari teknologi osmofilter dan ekonomis.
Tabel 10.Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan No 1.
2.
Kategori pangan Minuman serbuk
Minyak dan lemak
Jenis pangan Minuman serbuk
Minyak Goreng
Narasi dalam iklan Advetorial. Menjelaskan teknologi pengolahan dan penggunaan bahan yang terpilih. Nutrisari lebih bergizi, lebih bernilai. Tropical minyak goreng 2x penyaringan sayangi jantung. Sayangi Jantung Anda. Logo "world of Mouth Marketing"
4.5.3. Kategori pelanggaran III : Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah olah sebagai obat Iklan pangan yang melakukan pelanggaran terhadap kategori pelanggaran mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah olah sebagai obat (Tabel 11) adalah sebanyak 24 iklan, yang terdiri dari kategori gula, madu dan kembang gula (8,33%), jem dan sejenisnya (4,17%), kelapa dan hasil olahnya (8,33%), makanan diet khusus (8,33%), minuman ringan (8,33%), minuman sereal (16,67%), minyak dan lemak (12,5%) dan susu dan hasil olahnya (12,5%).
27
Tabel 11. Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat No.
Kategori pangan
Jenis pangan
Narasi dalam iklan
1.
Makanan diet khusus
Makanan diet khusus
2.
Minyak dan lemak
Minyak salad
3.
Susu dan hasil olahnya
Susu berkalsium
4.
Gula,madu dan kembang gula
Kembang gula
5.
Kelapa dan hasil olahnya
Sari kelapa
6.
Susu dan hasil olahnya
Susu ibu hamil dan menyusui
7.
Jem dan sejenisnya
Agar-Agar
8.
Minuman sereal
Sereal
X merupakan produk penurun kolesterol dlm bntuk smoothie yg pertama di dunia yang efektif membantu menurunkan kolesterol total Y merupakan minyak yg sdh tdk mgd protein, shg aman untuk penderita asam urat. Happy salad oil mengandung PUFA tinggi 62% yang mampu menurunkan kadar kolesterol jahat. Pilih susu kalsium tinggi tanpa enadapan sehingga aman buat ginjal. Produgen memiliki berbagai manfaat, seperti membantu menjaga kadar kolesterol, mengandung antioksidan dan memiliki kandungan lemak rendah. Segera dapatkan 100% manfaat untuk tulang Anda Kurangi risiko karies gigi Z dengan menekan jumlah bakteri penyebab gigi berlubang, menyempurnakan proses kembalinya mineral gigi yang hilang. Mengandung IDF (Insoluble dietary fibre), SDF (soluble dietary fibre). Serat segar alaminya baik untuk pencernaan. Wong coco nata decoco terbuat dari air kelapa terbaik pilihan. Kaya akan kandungan IDF atau serat tidak larut dalam tubuh Advertorial. Minumlah 3 gelas sehari Lactamil Menyusui yang mengandung Sari Daun Katuk untuk membantu melancarkan produksi ASI Ibu Minum air agar hangat saat menutup sahur dan berbuka puasa, membantu menyamankan keadaan perut dan puasa lancar tanpa masalah. Sehat Berserat Kaya Manfaat. Advertorial. Agar-agar dengan kandungan seratnya yang tinggi bermanfaat untuk memperbaiki kerja usus. Advertorial. Sehat Tapi Tetap Nikmat. Kandungan nutrisi energen oatmilk. Terbuat dari oats alami yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, sumber energi, serta membantu pencernaan. Buah asli dengan semua kebaikannya:strawberry, blueberry
28
4.5.4. Kategori pelanggaran IV : Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. Kategori
pangan
yang
melakukan
pelanggaran
terhadap
kategori
pelanggaran mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain yaitu kategori pangan coklat, kopi dan teh (40%), makanan bayi dan anak (40%) serta minuman ringan (20%) (Tabel 12). Tabel 12. Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. No. 1 2
3
Kategori pangan Minuman ringan Coklat, kopi, teh
Makanan bayi dan anak
Jenis pangan Minuman fermentasi Teh celup
Susu Pertumbuhan
Narasi pada iklan Hanya X Multi Probiotic ABC Pasti! Bandingkan saja dgn t e h serbuk yg biasa anda minum. Biasanya t e h serbuk meninggalkan ampas. Cek labelnya Lihat Bedanya. ….Nutrisi unggulan ditunjukkan melalui icon Perisai yang mendukung perlindungan optimal melalui : Lactobacillus PROTECTUS : kombinasi 2 jenis probiotik paten milik Nestle yaitu Lactobacillus paracasei dan Bifidobac
4.5.5. Kategori pelanggaran V : Mencantumkan Logo/Pernyataan Kategori pelanggaran mencantumkan logo/pernyataan diuraikan dalam subkategori pelanggaran, yaitu mencantumkan pernyataan seseorang (testimoni) yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat, memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan serta mencantumkan logo halal bukan pada label. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/ pernyataan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/ pernyataan. Sub kategori pelanggaran
Jumlah
%
1. Mencantumkan pernyataan seseorang/ testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/ berindikasi sebagai obat.
24
35,29%
29
Sub kategori pelanggaran 2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. 3. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
Jumlah
%
17
25%
27
39,71%
Dari Tabel 13 di atas terlihat bahwa pelanggaran mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dan dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat adalah 35,29%, yang memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan adalah 25%, dan mencantumkan logo halal bukan pada label adalah 39,71%. Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat adalah minuman serbuk (87,5%) serta minuman ringan (4,41%). Tabel 14. Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan seseorang/ testimoni No 1.
Kategori pangan Minuman serbuk
Jenis pangan Kedelai bubuk
2.
Minuman ringan
Minuman fermentasi
Narasi dalam iklan Testimoni pangan berkhasiat sebagai obat Mencantumkan testimoni yang berhubungan dengan kesehatan
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan yaitu jem dan sejenisnya (5,88%), makanan bayi dan anak (35,29%), minuman ringan (5,88%), minyak dan lemak (35,29%), susu dan hasil olahnya (11,76%) serta tepung dan hasil olahnya (5,88%) (Tabel 15).
30
Tabel 15. Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan
1.
Kategori pangan Susu dan hasil olahnya
2.
Makanan bayi dan anak
Makanan bayi
3.
Minyak dan lemak
Minyak Goreng
No
4. 5.
6.
Minuman ringan Tepung dan hasil olahnya Jem dan sejenisnya
Jenis pangan Susu ibu hamil dan menyusui
Narasi dalam iklan Berikan nutrisi terbaik sejak masa hamil hingga menyusui.X telah dipercaya oleh Ibu Indonesia sebagai nutrisi ibu hamil sehingga memperoleh Golden Brand,Indonesia Best Brand Award. 6 dari 10 Ibu memilih X.6 dari 10 ibu hamil dan menyusui, me Logo Indonesia Best Brand Award 2008. 6 dari 10 Ibu memilih X. Biskuit lanjutan bertekstur dan kaya gizi untuk merangsang dan membantu pertumbuhan gigi dan tulang. Bubur bayi bebas protein susu sapi dan gluten untuk menghindari gejala alergi. Y minyak goreng 2x penyaringan sayangi jantung. Sayangi Jantung Anda. Logo "world of Mouth Marketing"
Minuman ringan
Logo 'Indonesia Best Brand Award'
Makanan Ringan
Mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12. Ahh Kejunya! Logo Superbrands.
Agar-agar
Segarkan hari Anda dengan Jus Buah dengan Agar-agar. Agar-agar serat makanan dari Rumput laut. Logo superbrands, SWA-MARS, Halal.
Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan logo halal bukan pada label, yaitu bumbu dan minyak (29.63%), daging dan hasil olahnya (18,52%), jem dan sejenisnya (11,11%), makanan bayi dan anak (14,82%), susu dan hasil olahnya (11,11%), tepung dan hasil olahnya (7,41%), minuman ringan (3,70%), serta minyak dan lemak (3,70%) (Tabel 16).Tabel 16. Contoh pelanggaran yang mencantumkan logo halal bukan pada label. No
Kategori pangan
Jenis pangan
1.
Bumbu dan rempah
Tepung bumbu
2.
Bumbu dan rempah
Kecap
Narasi dalam iklan Pencantuman logo halal bukan pada label produk. Kesempurnaan tepung bumbu. Renyahnya , pedasnya sempurna. Nikmatnya Ramadhan Begitu Kental di Hati..Saat Bedug Tanda Berbuka Bertalu.. Saatnya meraih manisnya kemenangan..Gak bisa makan tanpa kecap sedaap. Tulisan "Halal" di luar label.
31
3. 4. 5.
Bumbu dan rempah Bumbu dan rempah Bumbu dan rempah
Kecap
Tulisan "Halal" di luar label.
Tepung Bumbu
Renyah pedasnya sempurna! Kesempurnaan Tepung Bunbu. Tulisan "Halal" di luar label. Cup..cup..cup Cap Mangkok Merah. Logo halal di luar label.
Bumbu masak
4.6. Sebaran Kategori Pelanggaran Pada Setiap Kategori Pangan Berikut ini adalah hasil analisa terhadap jenis kategori pelanggaran untuk setiap kategori pangan.
4.6.1. Kategori pangan coklat, kopi dan t e h Kategori pelanggaran pada kategori coklat, kopi dan t e h dapat dilihat pada Tabel 17. Pelanggaran pada kategori coklat, kopi dan teh 80% mengiklankan pangan dengan mendiskreditkan produk lain, yaitu jenis pangan teh yang membandingkan nilai gizi antara produknya dengan produk lain.
Tabel 17. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori Coklat , kopi, teh. Kategori pangan Coklat, kopi dan teh
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu mencantumkan kata murni Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.
% 20 80
4.6.2. Kategori Kelapa dan Hasil Olahnya Kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya dapat dilihat pada Tabel 18. Pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya (66,67%) mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat yang dilakukan oleh jenis pangan sari kelapa yaitu mengklaim bahwa sari kelapa mengandung serat larut yang dapat menyehatkan saluran pencernaan dan mencantumkan keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan (33,33%).
32
Tabel 18. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya Kategori pangan
Kelapa dan hasil olahnya
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat
%
33,33
66,67
4.6.2. Kategori minyak dan lemak Kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak dapat dilihat pada Tabel 19. Pelanggaran pada kategori minyak dan lemak 46,15% dilakukan oleh jenis pangan minyak goreng karena mencantumkan logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat terhadap produk yang mempunyai nilai penjualan terbesar, sedangkan 30,77% mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. Tabel 19. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak Kategori pangan
Minyak dan lemak
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata "aman","tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan teknologi pangan Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
%
30,77
7,69
7,69
46,15 7,69
4.6.3. Kategori minuman serbuk Kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk dapat dilihat pada Tabel 20. Pelanggaran pada kategori minuman serbuk paling banyak dilakukan
33
oleh kategori minuman serbuk jenis minuman serbuk bubuk kedelai sebesar 84% yaitu mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat. Tabel 20. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk Kategori pangan
Minuman serbuk
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan tekonologi pangan Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.
%
8
8
84
4.6.5. Kategori minuman ringan Kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan dapat dilihat pada Tabel 21. Pelanggaan pada kategori minuman ringan dilakukan oleh jenis pangan sirup. karena mencantumkan kata "murni" (31,48%), mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan (24,07%), mencantumkan keteranganketerangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan (18,52%), mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" (12,96%). dilakukan oleh jenis pangan minuman teh, karena dengan menggunakan proses tertentu untuk keawetan produk tersebut tidak perlu ditambahan bahan pengawet. Tabel 21. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan Kategori pangan
Minuman ringan
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " jauh lebih ". Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan
% 1,85
1,85
24,07
12,96
34
Kategori pangan
Kategori pelanggaran pangan karena Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni". Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan Mencantumkan logo halal bukan pada label.
%
18,52
31.48
5,56
1,85 1,85
4.6.6. Kategori jem dan sejenisnya Kategori pelanggaran pada kategori jem dan sejenisnya dapat dilihat pada Tabel 22. Pelanggaan pada kategori jem dan sejenisnya dilakukan oleh jenis pangan agar-agar yang mencantumkan kata higienis yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan (44,44%), mencantumkan logo halal bukan pada label (33,33%), karena pangan tersebut sudah memperoleh persetujuan pencantuman tulisan halal pada label Tabel 22. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori jem dan sejenisnya Kategori pangan
Jem dan sejenisnya
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
%
44,44
11,11
11,11 33,3
35
4.6.7. Kategori ikan dan hasil olahnya. Kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya dapat dilihat pada Tabel 23. Pelanggaan pada kategori ikan dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis sarden dalam kaleng yang menyatakan bahwa setelah mengkonsumsi produk tersebut menjadi sehat (37,5%).
Tabel 23. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya Kategori pangan
Ikan dan hasil olahnya
%
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan
37,5
12,5
12,5
37,5
4.6.8. Kategori gula, madu dan kembang gula Kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula dapat dilihat pada Tabel 24. Pelanggaan pada kategori gula, madu dan kembang gula dilakukan oleh jenis kembang gula yang memuat pernyataan bahwa pangan tersebut
dapat
menekan
jumlah
bakteri
penyebab
gigi
berlubang,
menyempurnakan proses kembalinya mineral gigi yang hilang.mencegah terjadinya karies gigi sebanyak 100%.
36
Tabel 24. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula. Kategori pangan Gula, madu dan kembang gula
Kategori pelanggaran Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat
%
100
4.6.9. Kategori daging dan hasil olahnya Kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya dapat dilihat pada Tabel 25. Pelanggaan pada kategori daging dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis kornet yang memuat logo/tulisan halal bukan pada label sebanyak 100%, karena produk tersebut sudah memperoleh persetujuan pencantuman tulisan halal pada label. Tabel 25. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya. Kategori pangan Daging dan hasil olah
Kategori pelanggaran Mencantumkan logo halal bukan pada label.
% 100
4.6.10. Kategori minuman sereal Kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal dapat dilihat pada Tabel 26. Pelanggaan pada kategori daging dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis kornet yang memuat logo/tulisan halal bukan pada label sebanyak 100%, karena produk tersebut sudah memperoleh persetujuan pencantuman tulisan halal pada label. Tabel 26. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal Kategori pangan
Minuman sereal
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat
%
33,33
33,33
33,33
37
4.6.11. Kategori makanan diet Kategori pelanggaran pada kategori makanan diet dapat dilihat pada Tabel 27. Pelanggaan pada kategori makanan diet khusus mengiklankan pangan tersebut seolah-olah sebagai obat karena dengan mengkonsumsi pangan tersebut dapat menurunkan kolesterol.
Tabel 27. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan diet khusus Kategori pangan
Makanan diet khusus
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat
%
33,33
66,67
4.6.12. Kategori tepung dan hasil olahnya Kategori pelanggaran pada kategori tepung dan hasil olahnya dapat dilihat pada Tabel 28. Pelanggaan pada kategori tepung dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis biskuit dan makanan ringan yang mencantumkan keterangan yang dapat menyesatkan karena dengan menambahkan suatu zat gizi dapat menimbulkan energi dengan segera serta memuat logo/tulisan halal bukan pada label. Tabel 28. Sebaran kategori pelanggaran pada tepung dan hasil olahnya Kategori pangan
Tepung dan hasil olahnya
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
%
14,29
42,86
14,29 28,57
38
4.6.13. Kategori bumbu dan rempah Kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah dapat dilihat pada Tabel 29. Pelanggaan pada kategori bumbu dan rempah mencantumkan logo halal bukan pada label sebanyak 100%. Tabel 29. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah Kategori pangan Kategori pelanggaran Bumbu dan rempah Mencantumkan logo halal bukan pada label.
% 100
4.6.14. Kategori susu dan hasil olahnya Kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya dapat dilihat pada Tabel 30. Pelanggaan pada kategori susu dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis susu ibu hamil dan menyusui yang mencantumkan keterangan perlu pembuktian secara ilmiah yaitu dengan penambahan DHA. Tabel 30. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya. Kategori pangan
Susu dan hasil olahnya
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni". Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
%
55,10
26,53
2,04 6,12
4,08 6,12
4.6.15. Kategori makanan bayi dan anak Kategori pelanggaran pada kategori bayi dan anak dapat dilihat pada Tabel 31. Pelanggaan pada kategori makanan bayi dan anak dilakukan oleh jenis susu
39
pertumbuhan yang mencantumkan keterangan perlu pembuktian secara ilmiah yaitu dengan penambahan DHA. Tabel 31. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi dan anak Kategori pangan
Makanan bayi dan anak
Kategori pelanggaran Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " jauh lebih ". Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keteranganketerangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keteranganketerangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
% 0,47
2,35
1,88
49,30
40,38
0,94
2,82 1,88
.
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peta kesesuain klaim iklan pangan pada beberapa media cetak selama periode Januari – Desember 2009 dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Pangan yang diiklankan dikelompokkan menjadi 16 kategori pangan, yaitu coklat, kopi, teh (1,18%), kelapa dan hasil olahnya (0,32%), minyak dan lemak (4,19%), minuman serbuk (2,80%), minuman ringan (8,49%), jem dan sejenisnya (1,61%), air minum dalam kemasan (1,72%), ikan dan hasil olahnya (1,08%), gula,madu dan kembang gula (0,65%), daging dan hasil olahnya (0,86%), minuman sereal (1,29%), makanan diet khusus (0,43%), tepung dan hasil olahnya (3,01%), bumbu dan rempah (12,26%), susu dan hasil olahnya (14,41%) serta makanan bayi dan anak (45,70%). Berdasarkan hasil analisa dari 930 iklan yang diamati, maka diperoleh hasil 505 iklan (54,30%) memenuhi peraturan perundang-undangan dan 425 iklan (45,70%) tidak memenuhi peraturan perundang-undangan. Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, tersebar pada: kategori coklat,,kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya (2,12%) kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula,madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%) , kategori susu dan hasil olahnya (11,76%) serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%). Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86%, mencantumkan logo/pernyataan (12.14%), mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat (5.71%), mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan (5.24%)
41
dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain (4.05%). Kategori pelanggaran pada kategori pangan yang banyak melakukan pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena
mencantumkan
keterangan-keterangan
yang
harus
mendapatkan
pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni". Pelanggaran ini bisa terjadi karena ketidaktahuan produsen tentang peraturan perundang-undangan iklan pangan atau belum adanya persepsi yang sama dengan pemerintah terhadap iklan yang bersifat subyektif sehingga menghasilkan penafsiran yang berbeda antara pemerintah dan konsumen. Untuk mengantisipasi banyaknya pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan, pemerintah dapat melakukan sosialisasi. Untuk mengakomodir kreativitas dari pengiklan pangan tetapi masih mematuhi peraturan perundang-undangan tentang iklan pangan pemerintah dalam membuat suatu kebijakan agar memperhatikan (1) kepentingan/kepuasan konsumen, (2) perlindungan masyarakat yaitu iklan sebagai sumber informasi, informasi yang diberikan dalam iklan harus dapat dibuktikan kebenarannya dan bersedia
dituntut
jika
ternyata
tidak
sesuai
dengan
kenyataan
dan
(3)pemasaran/bisnis.
5.2. Saran 1. Pengawasan iklan pangan perlu dilanjutkan pada media massa lainnya terutama media elektronik untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap kategori pelanggaran yang paling banyak terjadi. Hal ini berguna untuk memperkuat fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun konsumen serta edukasi terhadap konsumen itu sendiri.
42
2. Melakukan pengawasan iklan secara pre market yaitu melakukan penilaian terhadap iklan sebelum beredar/ditayangkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran. Disamping hal tersebut juga untuk mengurangi ketidakpedulian produsen terhadap kepentingan konsumen serta kekurangtahuan dari pihak produsen/pengiklan mengenai peraturan perundang-undangan tentang iklan pangan. 3. Melakukan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan iklan pangan kepada konsumen termasuk pengetahuan tentang hak mereka sebagai pengguna produk yang diiklankan serta meningkat kesadaran , pengetahuan dan pendidikan konsumen dalam mengkonsumsi pangan yang dihasilkan produsen. 4. Pemerintah membuat aturan yang jelas terutama pada iklan yang memberikan klaim subyektif, sehingga memberikan kesamaan persepsi dalam menilai suatu iklan akibatnya penilaian lebih bersifat obyektif. 5. Pemerintah dalam hal ini Badan POM hendaknya melakukan pengawasan yang lebih intensif dan menyeluruh. 6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengawasan iklan pangan.
43
DAFTAR PUSTAKA [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 386 tahun 1996 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga , Makanan dan Minuman, Jakarta [Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1996. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: Mensesneg. [Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1999. UndangUndang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Mensesneg. [Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Mensesneg. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004a. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.52.4321 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Jakarta: BPOM. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004b. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan. Jakarta: BPOM. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.1.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta: BPOM. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.1.52.6635 tahun 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan. Jakarta: BPOM. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Makanan dan Minuman. Jakarta: Depkes RI. Sukmaningsih,I. 1997 Iklan Pangan Kaitannya dengan Hak dan Perlindungan Konsumen, Seminar Nasional Iklan Pangan dan Atisipasi Undang-Undang Nomor 7 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Jakarta
44
Sumarwan,Ujang. 2006. Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Guru Besar Tetap Ilmu Perilaku Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor Kurniawan,Hanif. 2008. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di media massa terhadap peraturan perundang-undangan : Studi kasus pada harian Kompas, Republika, Koran Tempo, Pikiran rakyat dan Radar Bogor periode Agustus – Nopember 2007, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
45
LAMPIRAN 1 FORM PENILAIAN IKLAN PANGAN
Nama produk
: ……………………………………………….
Jenis produk
: ……………………………………………….. (lihat kategori pangan )
Jenis media
: Cetak/elektrobik/luar ruang
Nama media
: ……………………………………………….
Tanggal terbit media
: ………………………………………………..
No
Uraian
Ya
Tidak
Penilaian (MK/TMK)
Keterangan
I
Iklan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan
1
Apakah iklan pangan yang dicantumkan mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti "superlatif", "paling", "nomor satu", "top", awalan "ter".
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata " satu-satunya " jika telah ada produk pembandingnya.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
2
3
4
5
6
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "jauh lebih " Kata " jauh lebih " kecuali apabila dibandingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat objektif.
Apabila Ya, apakah dalam iklan tersebut disbanding kan dengan produknya sendiri atau pernyataan tersebut terukur atau bersifat obyektif. Apabila Ya, iklan tersebut MK
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "Aman " Kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap. Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.
Apabila Ya, apakah tanpa keterangan lengkap. Apabila Ya, iklan tersebut TMK
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, Cara Produksi Pangan yang Baik dan hal-hal lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
46
No
Uraian
Ya
Tidak
Penilaian (MK/TMK)
Keterangan
7
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah. Contoh : pencantuman DHA, gangliosida, lutein dll.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat diper tanggung jawabkan
8
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata, gambar dan janjijanji/jaminan.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat dipertanggung jawabkan
9
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim tanpa bahan tambahan pangan Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan bahwa sesuatu pangan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
11
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
II
Iklan Pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan asal serta sifat bahan pangan Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim " non-kolesterol"
10
1
2
3
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan gambar buah, sayuran, daging dan lainnya Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber Contoh : Gambar tomat dapat digunakan untuk mengiklankan pasta tomat. Gambar ikan sardin dapat digunakan untuk mengiklankan sardin kaleng. Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "alami" ? Perkataan tersebut hanya boleh digunakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Apabila Ya, iklan pangan tersebut TMK Apabila Ya, apakah bahan tersebut merupakan bahan utama. Apabila Ya, iklan tersebut MK
Apabila Ya, apakah produk tersebut tidak dicampur atau diproses. Apabila Ya, iklan tersebut MK.
47
No
Uraian
Ya
Tidak
Penilaian (MK/TMK)
Keterangan
4
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "Segar" Perkataan segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan. Contoh ; susu segar, daging segar, sayur segar Pemakaian kata segar dimaksudkan karena meminum minuman yang dingin.
5
Apakah iklan yang ditayanglan mencantumkan kata "murni" ? Kata murni hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun. Contoh : madu murni
Apabila Ya, apakah pada produk tersebut tidak ditambah kan sesuatu apapun. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK
6
Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan kata "Dibuat dari" Hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan
Apabila Ya, apakah produk tersebut seluruhnya terdiri dari satu bahan. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK.
Contoh : sari buah apel (dibuat dari buah apel)
7
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "dibuat dengan" atau "berisi" Bila produk terdiri dari beberapa bahan maka dapat diiklankan " dibuat dengan " atau " berisi ". Diikuti dengan nama bahan.
48
No
Uraian
Ya
Tidak
Penilaian (MK/TMK)
Keterangan
8
Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan kata "100 % ? Kata 100 %, digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain. Contoh ; 100 % terbuat dari buah apel (sari buah apel).
Apabila Ya, apakah produk tersebut tidak ditambah kan/ dicampur dengan bahan lain.
9
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan teknologi pangan Teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
III
Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat Apakah iklan pangan yang ditayangkanpangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat
IV
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Iklan pangan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim yang melecehkan, mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tak langsung pangan lain.
V
Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan
1
Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
49
No
Uraian
Ya
Tidak
Penilaian (MK/TMK)
Keterangan
2
Apakah iklan yang ditayangkan memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
3
Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan logo halal bukan pada label.
Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK
Hasil penilaian :
MK/TMK
(sebutkan kategori pelanggarannya)
50