KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Siti Nurhalimah NIM E34100115
ABSTRAK SITI NURHALIMAH. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT. Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap kelestarian jenis yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh dan mengidentifikasi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013-Maret 2014 dengan metode snowball dan dianalisis menggunakan skoring pemenuhan kebutuhan masyarakat berdasarkan sumbernya. Umur yang banyak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu pada usia produktif dengan rentang 41-45 dengan pendidikan rata-rata adalah jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan mayoritas mata pencaharian petani dan peternak. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati hampir sama yaitu kebutuhan pangan (karbohidrat, buah dan sayuran), bahan-bahan (bahan arang dan kayu bakar), obat-obatan, pakan ternak, dan pendapatan uang tunai. Namun pada Desa Jegong tidak terdapat pembuatan arang untuk tujuan komersil. Keberadaan BKPH Kemadoh cukup penting bagi masyarakat Desa Singget dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar dan pakan ternak, sedangkan Desa Jegong dan Desa Jati berupa kebutuhan pakan ternak. Kata kunci: BKPH Kemadoh, sumberdaya hutan, tingkat ketergantungan ABSTRACT SITI NURHALIMAH. Study on Interaction of Local People to Forest Resources in BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Supervised by SISWOYO and AGUS HIKMAT. The utilities of forest resources which occur by local people give impact to sustainability of species that been used. This research have a goal to identify kind of forest resources which been used with local people in BKPH Kemadoh and to observe people dependency to product forest resources in the forest area. This observation occurred in September 2013- March 2014 with snowball methods and analyze with skoring of society need based on it source. Most of respondent range age are in productive age with stretch 41-45 years old with education background as in primary school. The resources use by local people in Singget village, Jegong village, and Jati village of same near is food (carbohydrates, fruits, and vegetables), materials (energy and charcoal), medicine, livestock feed and direct income. But in Jegong village doesn’t make a charcoal for comersil purposed. It’s existanced included of enough important for the society of Singget village is needed energy and livestock feed, while Jegong and Jati village is livestock feed. Keywords : BKPH Kemadoh, dependence level, forest resources.
KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SUMBERDAYA HUTAN DI BKPH KEMADOH, KPH RANDUBLATUNG
SITI NURHALIMAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 sampai Maret 2014 ini ialah Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Karjan, Ibu Titin, dan Ibu Yuli dari KPH Randublatung, Bapak Ujang beserta staf di BKPH Kemadoh, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, keluarga besar CSS MoRA, serta keluarga besar Himakova atas segala doa dan dukungannya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Siti Nurhalimah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan waktu penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
2
Teknik Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Karakteristik Responden di Sekitar BKPH Kemadoh
7
Potensi Sumberdaya Hutan
11
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
24
SIMPULAN DAN SARAN
32
Simpulan
32
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh Daftar jenis tumbuhan yang dimanfatkan sebagai bahan pangan sayuran dan buah oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai obatobatan dan komersil oleh masyarakat di BKPH Kemadoh Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan hewan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
3 4 12 14 18 20 22 27 28 32
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8
Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH Kemadoh Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang di BKPH Kemadoh Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu bakar atau perencekan Bentuk pemanfaatan temulawak (Curcuma xanthorriza) untuk obat dan komersil Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan pakan ternak Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai dari hasil penjualan sumberdaya hutan
8 9 13 16 17 21 21 23
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh. Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Singget, BKPH Kemadoh Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jegong, BKPH Kemadoh Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jati, BKPH Kemadoh Peta lokasi penelitian di desa sekitar BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
35 38 39 40 41
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kemadoh merupakan salah satu dari 12 BKPH yang berada dibawah manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, PERUM PERHUTANI Unit I Jawa Tengah. Luas kawasan BKPH Kemadoh adalah 2 752.1 ha. Pengelolaan hutan yang baik juga harus memperhatikan aspek-aspek kelestarian hutan, seperti: aspek ekologi, produksi, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan (Purnawan 2006). Berdasarkan fungsi kawasannya, BKPH Kemadoh termasuk kawasan Hutan Produksi. Kawasan BKPH Kemadoh memiliki potensi keanekaragaman hayati sebanyak 39 jenis tumbuhan. Jenis satwaliar Berdasarkan Laporan KPH Randublatung 2012, terdapat sebanyak 64 jenis (11 mamalia, 44 burung, dan 9 herpetofauna). Disamping itu di dalam kawasan BKPH Kemadoh ditemukan sungai-sungai antara lain: Sungai Gedongan, Sungai Gandul, Sungai Sumberan, Sungai Banyuasin, dan Sungai Banyu Genuk. Di sekitar kawasan BKPH Kemadoh terdapat 6 (enam) desa, namun desa yang berdekatan langsung dengan BKPH Kemadoh ada 3 (tiga) desa, meliputi : Desa Singget, Jati dan Jegong. Disamping itu di sekitar BKPH Kemadoh juga terdapat tiga Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), yaitu LMDH Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari. Berdasarkan etnis atau sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh dapat dikelompokkan kedalam satu macam, yaitu Etnis Jawa dengan adat-istiadat Jawa Tengah. Kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut memiliki budaya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, namun data dan informasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh belum tersedia. Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh sedikit banyak akan mempengaruhi kelestariannya di habitat alaminya. Apabila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan, maka dikhawatirkan akan mengancam kelestarian dan bahkan kepunahan dari jenisjenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat desa sekitar hutan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan hutan tempat mereka menggantungkan hidupnya. Tingginya angka kemiskinan dan laju pertumbuhan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun dan permasalahan besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Tekanan terhadap hutan terus meningkat serta tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dan penyediaan lahan untuk areal pemukiman dan fungsi-fungsi lainnya menjadi lebih besar. Adanya potensi sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh dan budaya masyarakat di sekitarnya dalam pemanfaatan sumberdaya hutan memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Namun data dan informasi tentang jenis-jenis hasil sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan tingkat interaksinya dengan kawasan tersebut belum dapat diketahui. Oleh karena itu pengumpulan data dan informasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di kawasan BKPH Kemadoh dan tingkat interaksinya ini perlu dilakukan.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa-desa sekitar kawasan BKPH Kemadoh. 2. Mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang terdapat di sekitar kawasan BKPH Kemadoh. Manfaat Penelitian Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola BKPH Kemadoh khususnya dan KPH Randublatung pada umumnya dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan tersebut yang dilakukan oleh masyarakat.
METODE Lokasi dan waktu penelitian Penelitian Kajian Interaksi Masyarakat dengan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung dilakukan di desa-desa sekitar BKPH Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai dari September 2013 sampai Maret 2014. Adapun peta lokasi penelitian tersaji dalam Lampiran 5. \ Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain : laporan/dokumen yang terkait dengan kondisi umum lokasi dan hasil hutan di BKPH Kemadoh, kantong plastik, label, alkohol 70%, dan kuesioner. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain : sprayer, gunting pemotong, kamera, alat perekam suara, alat tulis-menulis, serta seperangkat komputer. Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kondisi umum lokasi penelitian, karakteristik responden, dan eksplorasi sumberdaya hutan, seperti tersaji pada Tabel 1.
3 Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian No
Jenis data
1
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
2
Karakteristik responden
3
Eksplorasi sumberdaya hutan
Data dan informasi yang Sumber dikumpulkan data 1. Letak dan luas Desa Singget, Pustaka Jegong, dan Jati. 2. Sosial ekonomi dan budaya masyarakat 3. Sarana pendidikan 4. Fisik (Tanah, topografi, dan iklim)
Metode
1. 2. 3. 4. 5.
Lapangan
Wawancara
Lapangan
Wawancara, pembuatan herbarium, kajian pustaka
Jenis kelamin Umur Pendidikan Mata pencaharian Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan 6. Persentasi pemenuhan kebutuhan responden 1. Jenis yang dimanfaatkan masyarakat
Kajian Pustaka
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pembuatan herbarium. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di BKPH Kemadoh. Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu dengan menentukan responden kunci (key person). Responden kunci adalah orang atau responden yang memiliki pengetahuan luas mengenai interaksi yang dilakukan masyarakat sekitar terhadap sumberdaya hutan di kawasan BKPH Kemadoh. Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak ada lagi penambahan informasi. Wawancara dilakukan pada masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh meliputi Desa Singget, Jegong, dan Jati, serta LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Wana Lestari, Jati Mulyo dan Jati Lestari. Wawancara dilakukan sebanyak 113 responden termasuk responden kunci. Pembuatan Herbarium Pembuatan herbarium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengambil contoh herbarium, yaitu contoh ranting lengkap dengan daun serta bunga dan buah jika ada. 2. Memotong bahan herbarium dengan panjang ± 40 cm, kemudian diberi label gantung berukuran 3 cm x 5 cm yang berisi nomor koleksi, nama lokal, tanggal pengumpulan, lokasi pengumpulan dan nama kolektor.
4 3 Bahan herbarium disemprot alkohol 70%. Masing masing herbarium dibungkus dengan menggunakan koran yang sudah disemprot dengan alkohol. 4. Herbarium disusun dalam sasak dan dioven selama 2 hari dengan suhu 80˚C. 5. Setelah itu herbarium yang sudah kering yang lengkap dengan data yang diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya di Laboratorium Ekologi Hutan IPB.
Pengolahan Data Identifikasi Sub-kelompok dalam masing-masing Desa Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke desa-desa di sekitar kawasan BKPH Kemadoh, kemudian dikelompokkan lagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan etnis atau asalnya. Pengelompokkan Kebutuhan Dasar Masyarakat Data sumberdaya hutan yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari. Seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat di BKPH Kemadoh 1 2 3
4 5 6
Kelompok Pangan
Sub Kelompok Karbohidrat (beras, jagung dan lain-lain) Protein hewani (daging, ikan) Buah-buahan dan sayuran Air Air minum dan kebutuhan lainnya Bahan-bahan (Bahan non- Pakaian pangan) Rumah Peralatan rumah tangga Kayu bakar dan arang Obat-obatan Pakan ternak Pendapatan uang tunai Binatang buruan, kayu, non kayu, buah-buahan dan lainnya
Sumber: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008).
Pemberian Skoring Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Berdasarkan Sumbernya. Berdasarkan sumbernya, masing-masing kelompok kebutuhan dasar masyarakat dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu dari wilayah hutan, budidaya, pembelian, bantuan, dan lainnya. Selanjutnya pada masingmasing kelompok sumber kebutuhan dasar masyarakat diberi skoring. Berdasarkan tingkat kepentingannya, kebutuhan dasar masyarakat berdasarkan sumbernya menurut Konsorsium Revisi High Conservation Value (HCV) Toolkit Indonesia (2008) adalah: 100% jika keseluruhan kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber, sumber tersebut dianggap sangat penting, Skor = 4 50%-99% jika sebagian besar kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber dan jarang sekali oleh sumber lain, sumber tersebut dianggap cukup penting, Skor = 3
5 25%-49% 10%-24% 0% - 9%
jika kebutuhan dipenuhi oleh beberapa sumber yang masingmasing dibawah 50%, sumber tersebut dianggap penting; Skor = 2 jika kebutuhan dipenuhi oleh banyak sekali sumber lain, sumber tersebut dianggap kurang penting, Skor = 1 jika kebutuhan tidak lagi dipenuhi oleh hutan atau ekosistem alam lain, sumber tersebut dianggap tidak penting, Skor = 0
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Perum Perhutani KPH Randublatung BKPH Kemadoh merupakan salah satu BKPH dibawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Randublatung. KPH Randublatung secara astronomis terletak pada 7°05’ -7°20’ LS dan 4° 25’ - 4°40 BT. Kawasan tersebut secara administratif terletak di Kecamatan Banjarejo, Jepon, Kradenan (Menden), Kunduran, Randublatung dan Jati, Kabupaten Blora serta Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Sebanyak 63.94% keluarga di kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KPH Randublatung yang terdiri dari enam kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Jepon, Banjarejo dan Kunduran, masih berada pada tahapan keluarga pra sejahtera yang masih bergantung pada hasil hutan. Batas wilayah Perum Perhutani KPH Randublatung yaitu: Bagian Utara : berbatasan dengan KPH Blora Bagian Timur : berbatasan dengan KPH Cepu Bagian Barat : berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur dan Bagian Selatan : berbatasan dengan KPH Gundih Wilayah KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau secara bergantian sepanjang tahun. Wilayah tersebut memiliki tipe iklim antara tipe C sampai dengan E. Temperatur rata-rata 31⁰C, dan curah hujan rata-rata 2 072 mm/tahun. Jenis tanah di KPH Randublatung berupa jenis tanah kapur atau margalit dalam, tidak sarang, coklat, abu-abu dan berhumus. Desa Singget Desa Singget terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa Singget memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Singget, Tlogo, Nglinggo, Setren, Kayen, Sumberan, Sambiroto, dan Karang Tengah. Dusun yang berbatasan langsung dengan BKPH Kemadoh adalah Dusun Kayen, Tlogo, dan Sumberan. Desa Singget memiliki Luas 10.81 km2 dengan jumlah penduduk 4698 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 446 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 435 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas wilayah Desa Singget yaitu:
6 Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Gabusan Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jati Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Pelem Mata pencaharian masyarakat di Desa Singget sebagian besar adalah petani dan peternak serta sebagian kecil adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu empat orang. Hal ini ditandai dengan adanya kepemilikan tanah walaupun hanya dengan luasan yang kecil. Desa Singget memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Hal ini yang menjadikan salah satu faktor rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa Singget, sehingga meningkatkan interaksi terhadap hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi aksesibilitas yang susah serta jalan yang berbatu dan bertanah menyebabkan akses untuk mencapai lokasi ini sangat susah. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok. Desa Jegong Desa Jegong terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa Jegong memiliki empat Dusun, yaitu Dusun Jegong, Bumi Rejo, Besi, dan Kemadoh. Dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh adalah Dusun Kemadoh dan Jegong. Luas wilayah Desa Jegong adalah 25.81 km2 dengan jumlah penduduk 2 856 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 871 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 111 jiwa/km2 dengan laju pertambahan penduduk 1,0. Batas wilayah Desa Jati yaitu: Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Jati Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Pelem Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Singget Mata pencaharian masyarakat di Desa Jegong adalah petani, peternak, pedagang, PNS, dan pegawai perhutani. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Desa ini adalah petani. Desa Jegong memiliki sarana prasarana pendidikan sebanyak dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua Tingkat kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Desa Jegong berbatasan langsung dengan Desa Jati sehingga akses untuk kedua desa ini sangat mudah. Sehingga untuk pendididikan transfer antar kedua desa ini lebih mudah. Desa Jegong juga memiliki daerah pangkuan yang terluas daripada Desa Singget dan Desa Jati sehingga untuk saat ini bentuk kerjasama dengan pihak Perum Perhutani Randublatung cukup intensif baik dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan para pesanggemnya (penggarap lahan milik Perum Perhutani). Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok. Desa Jati Desa Jati merupakan salah satu desa yang berada di kawasan BKPH Kemadoh. Desa Jati terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa Jati memiliki delapan Dusun, yaitu Dusun Bantengan, Karang Rejo, Jati, Kayen, Karang, Bebekan, Klanding, dan Banyu Urip. Dusun yang
7 berbatasan langsung dengan lokasi penelitian adalah Dusun Jati, Kayen, dan Karang Rejo. Luas wilayah Desa Jati adalah 16.35 km2 dengan jumlah penduduk 5 358 orang dan memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 666 KK. Kepadatan penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Kecamatan Jati (2012) adalah 328 jiwa/ km2 dengan laju pertambahan penduduk 0.99. Batas wilayah Desa Jati yaitu: Bagian Utara : berbatasan dengan Desa Doplang Bagian Timur : berbatasan dengan Desa Jegong Bagian Selatan : berbatasan dengan Desa Bangklean Bagian Barat : berbatasan dengan Desa Singget Mata pencaharian masyarakat di Desa Jati sebagian besar adalah petani dan peternak. Selain petani ada beberapa pekerjaan lain yaitu: Pegawai Sipil Negeri (PNS), Polri, dan pensiunan. Desa Jati memiliki sarana pendidikan berupa tiga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tiga Tingkat Kanak-Kanak (TK), tiga Sekolah Dasar (SD), tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adanya fasilitas pendidikan dari tingkat PAUD sampai SMK berimplikasi Positif terhadap tingkat pendidikan yang ada di Desa Jati dengan tingkat pendidikan rata rata sampai SMA. Selain fasilitas pendidikan kondisi jalan di Desa jati sudah beraspal pada desa yang dilalui jalur utama menuju Grobogan. Sementara untuk Dusun yang lainnya kondisi jalan masih berbatu dan berpasir. Kondisi rumah masyarakat di desa ini rata-rata masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari tembok.
Karakteristik Responden di sekitar BKPH Kemadoh Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum masyarakat yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Karakteristik tersebut digunanakan untuk mengetahui tingkat interaksi masyarakat terhadap kawasan. Interaksi yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan yang tinggi pula terhadap kawasan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan BKPH Kemadoh. Pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan hasil sumberdaya hutan sangat penting dalam upaya mempelajari interaksinya dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Baharuddin 2006). Alikodra (1985) menyatakan terdapat beberapa penyebab terjadinya interaksi yang cukup penting antara lain: (1) tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan relatif rendah, (2) tingkat pendidikan relatif rendah, (3) rata-rata pemilikan lahan yang masih sempit dan kurang intensif pengelolaannya, dan (4) laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan cukup tinggi. Tingkat Umur Tingkat umur sangat berhubungan dengan produktivitas kerja (umur produktif). Berdasarkan Sulistiani (2014) menyatakan bahwa usia produktif berkisar antara 15-64 tahun. Hal ini juga sesuai dengan Undang-undang tentang Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003. Sedangkan berdasarkan Bakri dan Maning (1987) diacu dalam Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang pada umumnya adalah 15-55 tahun. Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan
8 sumberdaya hutan adalah berumur 26-65 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian besar pemanfaat sumberdaya hutan adalah usia produktif, seperti tersaji pada Gambar 1.
persentase (%)
50.00 45.00 40.00 35.00
30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Singget Jegong Jati
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
61-65
Tingkat umur (Tahun)
Gambar 1 Tingkat umur responden yang memanfaatkan sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh Banyaknya masyarakat pemanfaat sumberdaya hutan yang termasuk dalam kelompok usia produktif, mengindikasikan bahwa adanya keterbatasan lapangan pekerjaan di luar bidang kehutanan di daerah tersebut (Birgantoro dan Nurrocmat (2007). Pada ketiga desa tersebut masyarakat yang mendominasi melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan terletak pada rentang umur yang sama yaitu 41-45 tahun. Pada Desa Singget sebanyak 29.17%, Desa Jegong sebanyak 44.00%, dan Desa Jati sebanyak 30.00%. Hal ini dikarenakan pada sebagian kecil masyarakat yang memiliki rentang umur kurang dari 41-45 tahun merantau di luar daerah dan bekerja sebagai pembuat batu bata. Pada data tersebut dapat diketahui pemanfaat sumberdaya hutan merupakan masyarakat yang sudah menetap lama dan mengetahui petak kawasan pemangkuan sehingga hasil sumberdaya hutan memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu umur tesebut merupakan umur produktif usia kerja. Menurut Karisma (2010), indikasi terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan pada usia produktif menunjukkan adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kelompok tingkat umur responden yang tidak melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Singget adalah umur 61-65 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur tersebut beban jumlah tanggungan sudah berkurang sehingga keinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di kawasan hutan berkurang atau bahkan sama sekali tidak melakukan aktivitas lagi di hutan. Pemanfaatan sumberdaya hutan rentang umur yang tidak melakukan pemanfaatan di Desa Jegong adalah rentang umur 31-35 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun. Hal ini dikarenakan pada rentang umur 31-35 tahun masih melakukan pekerjaan lain seperti tenaga pengajar dan ada juga yang merantau di luar daerah, sehingga aktifitasnya di hutan belum dianggap penting. Sedangkan di Desa Jati rentang
9 umur yang tidak melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah rentang umur 26-30 tahun. Hal ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang lain seperti proyek pembangunan sekolah SMK yang banyak menyerap tenaga kerja pada rentang umur tersebut. Berdasarkan Ardiansyah (2008) usia dini dan usia tua tidak lagi berkeinginan untuk melakukan aktivitas secara penuh di dalam hutan, namun mereka tetap melakukan aktivitas pekerjaan dan berinteraksi dengan hutan untuk menunjukkan pentingnya pengakuan dari dirinya bahwa mereka tidak ingin menjadi beban tanggungan keluarga, apalagi orang lain. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dan pola fikir masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistiani (2014) mengenai tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama jenis–jenis komersil tidak terkendali yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan memerlukan ketrampilan, teknologi dan cara berfikir yang memadai sehingga bisa mengolah dan menghasilkan sumberdaya yang bernilai tinggi dengan modal dasar dari sumberdaya hutan (Karisma 2010). Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya sehingga pemikiran jangka panjang lebih terkendali dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan. Adapun tingkat pendidikan responden tersaji dalam Gambar 2. 80.00
Persentase (%)
70.00 60.00 50.00 40.00
Singget
30.00
Jegong
20.00
Jati
10.00 0.00 tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Tingkat Pendidikan
Gambar 2 Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan di sekitar BKPH Kemadoh. Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh menunjukkan jenjang pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, namun masih ada beberapa masyarakat yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan yang mendominasi pada ketiga desa tersebut berbeda. Pada Desa Singget dan Jati didominasi oleh tingkat pendidikan berjenjang SD sebanyak 72.92% dan 72.50%. Hal ini menunjukkan
10 bahwa minimnya fasilitas pendidikan, aksesibilitas menuju lokasi pendidikan yang susah, serta masih mahalnya biaya pendidikan pada saat itu, serta pola pikir masyarakat yang masih berorientasi kepada adat tradisional. Sehingga tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak bisa bersaing di luar dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ardiansyah (2008) bahwa rendahnya perekonomian masyarakat di sekitar hutan mengakibatkan mereka sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat luar yang berpendidikan cukup dan berdampak pada rendahnya ketrampilan dan pengetahuan yang menyebabkan masyarakat sekitar hutan sulit memperoleh lapangan pekerjaan yang layak. Berdasarkan hasil penelitian Sulistiani (2014) bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan masyarakat sulit bersaing untuk memasuki lapangan pekerjaan. Hal ini juga menyebabkan tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuh kebutuhan menjadi tinggi karena masyarakat cenderung kurang memiliki alternatif untuk melakukan pekerjaan lain. Mata Pencaharian Responden yang diambil dari penelitian adalah petani dan peternak, pengepul, perangkat desa, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mata pencaharian petani dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu petani yang mengelola lahan milik dan petani yang mengelola lahan milik perhutani (pesanggem). Kelompok petani ini meliputi petani sawah, petani ladang, dan petani kebun. Kegiatan petani ini berdasarkan wawancara dengan responden banyak dilakukan ketika musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau petani cenderung lebih banyak memiliki waktu senggang sehingga masyarakat memiliki pendapatan tambahan dari hasil penjualan kayu bakar dan lainnya yang didapatkan dari lokasi penelitian. Berdasarkan wawancara dengan pengepul kayu bakar untuk kegiatan perencekan paling banyak dilakukan pada musim kemarau sehingga kayu bakar yang terkumpul lebih banyak dibandingkan musim penghujan. Kemiskinan (keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik) akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain: penyempitan kawasan hutan akibat penyerobotan areal hutan untuk keperluan pertanian dan perladangan secara liar, hutan menjadi rusak dan gundul karena terjadinya kebakaran hutan, dan perambahan hutan serta penebangan liar guna keperluan kayu bakar atau dijual untuk pemenuhan kebutuhan (Hadi 1994). Sistem pengelolaan sawah, ladang ataupun kebun masih menggunakan pengetahuan tradisional leluhur keluarga, sehingga kearifan lokal masyarakat masih terjaga. Pada musim penghujan masyarakat mayoritas menanam padi di lahan milik pribadi dan aktivitas di kawasan hutan juga semakin rendah, sedangkan pada musim kemarau selain aksesibilitas yang mudah serta masyarakat memiliki waktu yang senggang sehingga keinginan yang tinggi untuk melakukan aktivitas di kawasan hutan karena tuntutan kebutuhan ekonomi untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Mata pencaharian masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan aksesibilitas terhadap pendidikan sangat susah dan keterbatasan sarana pendidikan. Desa Singget merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani, peternak, dan hanya 4 (empat) orang PNS. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat Desa Singget lebih besar
11 dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati. Desa yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan pola pikirnya cenderung lebih maju dibandingkan desa yang langsung berbatasan dengan kawasan hutan. Berdasarkan Birgantoro (2008) transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan informasi pasar juga berjalan lebih baik sehingga pola pikir masyarakatnya sedikit lebih maju.
Potensi Sumberdaya Hutan Potensi sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu sumberdaya hutan berupa tumbuhan. Kesuksesan pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan bergantung kepada dukungan dari masyarakat sekitar kawasan tersebut. Paradigma baru dalam pengelolaan dan pembangunan hutan yang melibatkan masyarakat merupakan harapan baru untuk dapat memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pembangunan kehutanan (Darusman 1992). Perilaku dan interaksi masyarakat lokal perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhannya dan menghargai opini masyarakat seharusnya menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaannya (Fisher et al. 1997), sehingga kelestarian terhadap sumberdaya hutan bisa berkelanjutan dengan sistem pengelolaan bersama masyarakat. Menurut Soerianegara (1977) akibat pendayagunaan sumberdaya alam oleh manusia akan menimbulkan perubahan ekosistem, sehingga akan mempengaruhi sumberdaya alam lainnya beserta lingkungannya. Perubahan ekosistem yang terjadi akibat adanya pemanfaatan sumberdaya hutan akan mengancam kelangsungan sumberdaya hutan secara lestari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan di lokasi penelitian adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat, letak geografis desa terhadap kawasan BKPH Kemadoh, aksesibilitas, serta pengetahuan masyarakat yang terbatas. Menurut Sulistiani (2014) faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumberdaya hutan adalah karakteristik responden, kondisi geografis lokasi desa, dan aksesibilitas. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat berpengaruh karena semakin rendah kondisi sosial ekonomi masyarakat maka semakin tinggi pula interaksi terhadap kawasan hutan. Hal ini sesuai pernyataan Yuadji (1981) diacu dalam Ardiansyah (2008) menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh langsung terhadap kemampuan daya dukung lingkungan terhadap suatu kawasan. Letak geografis desa terhadap kawasan juga berpengaruh, yang mana terdapat 8 dusun dari ketiga desa yang berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan memiliki interaksi yang tinggi dibandingkan dengan dusun yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan. Keberadaan hutan dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan banyak manfaat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sumberdaya hutan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan dan cenderung mendorong masyarakat untuk terus melakukan eksploitasi dalam rangka memanfaatkan sumberdaya hutan untuk pencapaian tujuan-tujuan ekonomi yaitu pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan kesejahteraan (Sardi 2009). Selain
12 untuk pemanfaatan kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar juga memanfaatkan sebagai pendapatan tambahan dari hasil penjualan sumberdaya hutan. Bahan Pangan Karbohidrat Bahan pangan karbohidrat banyak didapatkan dari tanah garapan dari perhutani (mbaon) yang dikelola dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) secara tumpangsari. Bahan pangan karbohidrat hanya dimanfaatkan sebagian kecil, sisanya dijual sebagai pendapatan tambahan. Untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat sehari-hari masyarakat menggunakan beras yang didapatkan dari lahan milik pribadi yang ditanam pada musim penghujan. Media penanaman padi tersebut merupakan sawah tadah hujan sehingga sangat bergantung kepada air hujan. Bahan pangan karbohidrat dimanfaatkan oleh semua desa di BKPH Kemadoh, serta jenis-jenis yang dimanfaatkan rata-rata sama antar para pesanggem. Hal ini dikarenakan musim tanam dan jenis yang ditanam sama, dengan harapan bisa mengurangi tingkat kerusakan akibat hama penyerang ladang oleh babi hutan dengan tanaman prioritas utama berupa jagung (Z. mays) serta tanaman berupa ketela pohon (M. utilissima) dan pisang (M. acuminata). Sementara porang (A. campanulatus) merupakan jenis tanaman hasil progam pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM), yang nantinya akan digunakan sebagai campuran bahan baku pembuatan mie ramen (Tabel 3). Sistem PHBM dengan komoditi porang hanya dilakukan di Desa Jegong sementara desa lainnya yang ada di sekitar BKPH Kemadoh masih dalam tahap perencanaan, seperti tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan karbohidrat oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh No 1 2 3
Nama Lokal Jagung
Nama Ilmiah
Ketela Pohon Porang
Manihot utilissima Amorphophallus campanulatus
Zea mays
Bagian yang Macam digunakan penggunaan Buah Pengganti makanan pokok Umbi Makanan ringan Umbi Makanan pokok
Asal sumber HP, LP
Desa
HP, LP
1, 2, 3
HP
2
1, 2, 3
Keterangan: HP : Hutan Produksi LP: Lahan Pribadi: 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Cara pengambilan bahan pangan karbohidrat khususnya jagung dilakukan pada setiap musim panen yaitu sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu tahun. Pengambilan dilakukan menggunakan motor dengan keranjang yang diisi hasil panen serta ada yang menggunakan karung sebagai media angkut sebelum dimasukkan dalam keranjang. Hasil panen di ladang berdasarkan wawancara dengan responden sebagian disimpan dan sebagian dijual untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Tetapi lebih banyak responden yang tidak menyimpan karena memerlukan perawatan tambahan agar jagung atau hasil panen tidak rusak/berjamur sebelum masa penggunaan. Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa bahan pangan mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi masih ada
13 perempuan yang ikut melakukan pekerjaan di ladang garapan/mbaon. Pemanfaatan Sumberdaya hutan berupa pangan karbohidrat disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3
Bentuk Pemanfaatan lahan garapan dan jenis tanaman di BKPH Kemadoh
Berdasarkan hasil penelitian di BKPH Kemadoh tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengelolaan lahan yang dilakukan antar pesanggem di Desa Singget, Jegong, dan Jati. Dengan sistem tanam tumpangsari pesanggem mampu menjaga pohon jati agar kelestariannya tetap terjaga. Interaksi terhadap lokasi penelitian pada bidang pangan paling tinggi intensitasnya dilakukan oleh masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan, sehingga masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan cenderung lebih banyak melakukan aktifitas di dalam kawasan dalam pengelolaan ladang dibandingkan masyarakat yang tidak berbatasan langsung dengan kawasan BKPH Kemadoh. Bahan Pangan Protein Hewani Protein hewani merupakan bahan pangan yang sumber utamanya dari hewan. Masyarakat sebagian besar membeli protein hewani untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berupa ayam potong, telur, dan ikan. Pemenuhan kebutuhan terhadap protein hewani khususnya ayam potong dilakukan rata-rata seminggu sekali. Telur sebagai pemenuhan protein hewani dilakukan dengan memanfaatkan dari telur kampung hasil budidaya ayam kampung dan ada sebagian yang membeli. Adapun ikan yang sering dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah lele dan ikan laut seperti ikan teri, ikan pindang, dan ikan panggang. Selain dari membeli protein hewani juga didapatkan dari budidaya ayam kampung, namun untuk pemanfataan sebagai protein hewani untuk dikonsumsi sendiri jarang dilakukan karena budidaya dilakukan dengan tujuan sebagai pendapatan tambahan ketika ada kebutuhan mendadak. Pemenuhan protein hewani tidak ada yang didapatkan dari lokasi penelitian karena susah ditemukan satwa liar di lokasi penelitian. Selain itu sungai sebagai habitat ikan lebih sering kering dibandingkan terisi air. Air yang terdapat di sungai merupakan air hujan, apabila intensitas hujannya rendah maka akan cepat surut kembali dan bahkan kering.
14 Bahan Pangan Buah dan Sayuran Bahan pangan buah dan sayuran didapatkan dari hutan yang tumbuh secara liar dan budidaya di kawasan BKPH Kemadoh. Bahan pangan buah dan sayuran sebagian besar didapatkan dari membeli, namun ada beberapa masyarakat yang melakukan budidaya sendiri. Lokasi pembudidayaan buah dan sayuran terletak di pekarangan rumah dan pematang sawah seperti pisang, mangga, bayam, dan daun ketela. Masyarakat melakukan konsumsi terhadap sayuran setiap hari namun untuk konsumsi buah dilakukan pada saat musim panen, sehingga kebutuhan sayuran dan buah sebagian besar terpenuhi dengan membeli di pasar atau pedagang keliling. Untuk pemanfaatan bahan pangan sayuran banyak dilakukan di Dusun Jegong dan Dusun Kemadoh, Desa Jegong serta Dusun Jati, Desa Jati. Hal ini dikarenakan lokasi dusun ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan serta akses yang mudah menuju kawasan hutan. Sementara pemanfaatan terhadap buah dilakukan oleh semua desa di sekitar BKPH kemadoh. Untuk pemanfaatan terhadap buah dan sayuran hanya dilakukan pada saat tersedianya bahan tersebut dan merupakan kegiatan tambahan pasca berladang di mbaon. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sawitri et al. (2011) adalah Pohon buah-buahan lokal tersebut dipanen dari hutan, dikelola dalam hutan atau setengah dibudidayakan di pekarangan atau di kebun rakyat. Kebutuhan sayuran dan buah pada ketiga desa di sekitar BKPH Kemadoh dipenuhi dengan membeli di pasar atau tempat lainnya. Adapun jenis buah dan sayuran yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 No Lokal 1
Daftar jenis tumbuhan yang diamanfaatkan sebagai bahan pangan sayuran dan buah oleh masyarakat sekitar BKPH Kemadoh
Nama
Nama Ilmiah
Babing
Sauropus androgynus Olax scandens Gastrochillus panduratum Zingiber casumunar Capsium frutescens Xanthophyllum eurhynchum Musa acuminata
2 3
Wangon Kunci
4
Lempuyang
5 6
Cabe Kare
7
Pisang
Bagian yang Macam digunakan penggunaan Daun Sayur
Asal sumber HP, LP
Desa
Daun Umbi
Sayur Sayur
HP HP
2 2, 3
Daun
Sayur
HP
2, 3
Buah Daun
Sayur Sayur
HP, LP HP
2, 3 3
Buah
Buah
HP, LP
1, 2, 3
2
Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Pemanfaatan bahan pangan buah dan sayuran dilakukan oleh ketiga desa tersebut, namun Desa Singget hanya memanfaatkan buah dan tidak melakukan pemanfaatan terhadap sayuran. Hal ini dikarenakan sayuran yang tersedia dari hasil budidaya dan membeli sudah mencukupi serta keinginan yang rendah untuk mencari bahan pangan tersebut. Selain itu aktivitas di hutan sudah membuat masyarakat lelah, sehingga untuk melakukan aktivitas lain seperti pengambilan buah dan sayuran tidak menjadi prioritas lagi. Sementara pada Desa Jegong dan
15 Jati memanfaatkan buah dan sayuran berdasarkan wawancara dengan masyarakat ada keinginan untuk mengkonsumsi makanan yang sudah jarang diperjualbelikan, sehingga masyarakat berusaha mencari ke kawasan BKPH Kemadoh. Kebutuhan Air Air merupakan kebutuhan pokok yang keberadaannya sangat penting untuk keberlangsungan hidup. Masyarakat sekitar BKPH Kemadoh memenuhi kebutuhan air dengan menggunakan sumur. Pada musim kemarau sumur menjadi kering, sehingga sebagian dusun yang terisolir atau jauh dari dusun lainnya mencari air ke desa yang masih menghasilkan air. Namun ada beberapa dusun yang mendapat bantuan air sesekali. Berdasarkan wawancara, air bantuan tersebut hanya cukup memenuhi untuk kebutuhan memasak sedangkan utuk kebutuhan lainnya masyarakat mencari ke desa lain yang masih menghasilkan sumber air. Kondisi air di kawasan BKPH Kemadoh banyak mengandung zat kapur sehingga panci yang digunakan untuk perebusan air sebagai pemenuhan kebutuhan air minum akan timbul kerak tebal. Kerak tebal yang menempel pada panci pasca perebusan air merupakan zat kapur yang terpisah dari air setelah dipanaskan dengan suhu tertentu. Wilayah hutan di BKPH Kemadoh cukup banyak memiliki aliran sungai namun sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas air sungai di kawasan BKPH Kemadoh cenderung kurang baik untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang tinggi serta warna air yang keruh. Menurut Damsar (2002) konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia terkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Sehingga hampir semua masyarakat menggunakan sumur sebagai pemenuhan kebutuhan air karena berhubungan dengan selera dan gaya hidup. Bahan Pakaian Bahan pakaian merupakan bahan yang digunakan dalam sehari-hari atau dalam acara tertentu. Untuk pemenuhan kebutuhan pakaian masyarakat mendapatkannya dari membeli, sehingga tidak ada pemanfaatan sumberdaya hutan BKPH Kemadoh yang digunakan sebagai bahan pakaian. Cara berpakaian masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati tidak terdapat perbedaan yang nyata. Dari ketiga desa tersebut sudah cenderung modern dalam menggunakan pakaian. Karena mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai petani maka pakaian yang digunakan untuk ke sawah atau mbaon cenderung tidak menjadi perhatian. Bahan Rumah Bahan rumah merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat berlindung seluruh anggota keluarga. Bahan rumah yang digunakan masyarakat Desa Singget, Jegong, dan Jati tidak jauh berbeda yaitu menggunakan kayu dan sebagian kecil menggunakan tembok. Kayu yang digunakan untuk bahan rumah sebagian besar adalah kayu jati dan sebagian kecil menggunakan kayu mahoni. Untuk pemenuhan kebutuhan bahan rumah masyarakat mendapatkan dengan membeli baik dengan cara satu persatu ataupun langsung membeli rumah secara utuh. Masyarakat pada ketiga desa tersebut memiliki rumah satu sampai tiga dengan
16 menyisakan sedikit pekarangan yang sebagian terdapat tanaman peneduh atau taman hias depan rumah. Tanaman peneduh berupa mangga dan pisang, sementara untuk tanaman sayuran yang ditanam adalah jenis yang dimanfaatkan setiap hari apabila masih ada stok. Bahan Arang Pengarangan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat di BKPH Kemadoh dengan melakukan pembakaran sumberdaya hutan berupa kayu jati (T. grandis) untuk digunakan sebagai energi lanjutan. Enegi lanjutan tersebut berupa: arang untuk digunakan diperbengkelan dan energi lain seperti pembuatan sate dan jagung bakar. Pengarangan hanya dilakukan pada Desa Jati dan Desa Singget dengan bahan baku utama adalah jati (T. grandis). Pembuatan arang di Desa Jati dilakukan di Dusun Kayen sementara di Desa Singget dilakukan di Dusun Tlogo, Ngelinggo, Setren, Kayen, dan Sumberan. Sebagian besar dusun tersebut merupakan dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan, sehingga aksesibilitas untuk masuk dalam kawasan juga mudah serta jarak yang tidak terlalu jauh menuju kawasan hutan. Terdapat perbedaan lokasi pembuatan arang pada kedua desa tersebut. Pada Desa Jati pembuatan dilakukan pada skala rumah tangga dengan bahan yang didapatkan di lokasi penelitian. Untuk pembuatan dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu minggu tergantung dari kesediaan bahan yang sudah dikumpulkan. Pembuatan arang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sehingga terdapat pembagian tugas dalam melakukan pekerjaan baik dalam pekerjaan ladang, pengambilan rumput, dan pengambilan rencek. Pembuatan arang pada skala rumah tangga ini dimulai pagi hari untuk pembakaran dan sore hari dilakukan pemadaman serta tahap dimasukkan dalam karung. Sementara di Desa Singget pembuatan arang dilakukan pada kawasan penelitian tepatnya pada plot tebang seperti tersaji dalam Gambar 4. Pembuatan arang dimulai dari pagi hari sampai siang hari. Pada umumnya pembuatan arang di lokasi petak tebang dilakukan oleh perempuan sementara yang melakukan pengangkutan adalah anak atau lakilaki/suami dengan menggunakan sepeda motor. Harga penjualan untuk satu karung berukuran besar adalah Rp30 000. Adapun pemanfatan terhadap bahan arang yang dilakukan masyarakat tersaji dalam Gambar 4.
Gambar 4 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pembuatan arang di BKPH Kemadoh
17 Kayu Bakar Kayu bakar merupakan kayu yang digunakan sebagai salah satu bahan energi rumah tangga. Pemanfaatan bahan bakar ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Bahan bakar yang dimanfaatkan masyarakat cukup bervariasi mulai dari tanaman pokok yaitu jati (T. grandis) dan tanaman rimba. Masyarakat cenderung melakukan pemanfaatan yang berlebih dan bebas, sehingga sering terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Pihak KPH Randublatung sebenarnya tidak melakukan larangan untuk melakukan perencekan, asalkan tidak melakukan penebangan. Perencekan merupakan kegiatan pengambilan kayu yang dimanfaatkan sebagai energi panas oleh masyarakat sekitar lokasi penenlitian. Perencekan dilakukan apabila ada petak tebang dan pada ranting yang lapuk. Namun pada kegiatan perencekan ketika melakukan eksplorasi di lapang pada petak tebang terdapat ketimpangan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, sehingga yang mempunyai kendaraan serta fisik yang kuat akan cenderung lebih banyak untuk mengambil ranting sisa penebangan untuk digunakan sebagai kayu bakar atau untuk dijual sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Adapun pemanfaatan terhadap kayu bakar tersaji dalam Gambar 5.
Gambar 5
Bentuk Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan kayu bakar atau perencekan
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak diminati oleh masyarakat. Selain digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari kayu bakar juga digunakan untuk menambah pendapatan masyarakat dengan menjual kayu bakar ke pengepul atau dijual langsung ke konsumen. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Birgantoro dan Nurrochmat (2007) di KPH Banyuwangi Utara, bahwa kayu bakar juga digunakan sebagai pemenuhan selain itu juga dijual sebagai pendapatan tambahan. Harga per ikat kayu bakar dengan diameter 75 cm adalah Rp25 000. Kegiatan penjualan kayu bakar (rencek) ini berdasarkan wawancara dengan masyarakat dan pengepul banyak dilakukan pada musim kemarau karena selain akses jalan yang mudah, masyarakat juga memiliki waktu luang banyak untuk melakukan perencekan. Sementara pada musim penghujan selain akses yang susah, masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani banyak melakukan aktivitas di sawahnya masingmasing. Kegiatan pengambilan kayu bakar/rencek dilakukan dengan menggunakan sepeda dan sepeda motor sebagai alat transportasinya dan alat angkutnya. Selain
18 itu, ada juga masyarakat yang memanfaatkan kayu bakar/rencek dengan cara dipikul/digendong dengan berjalan kaki. Pengangkutan dengan menggunakan sepeda motor dalam sehari bisa mengangkut 3-5 ikat tergantung dari luasan petak yang ditebang dan banyaknya masyarakat yang mengambil rencek/kayu bakar serta jarak antara petak tebang dengan rumah masyarakat. Sementara yang melakukan pemanfaatan rencek/kayu bakar dengan dipikul/digendong dalam sehari bisa 1-2 ikat. Untuk ukuran ikatannya sendiri cenderung lebih besar yang melakukan pengangkutan dengan menggunakan sepeda motor. Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa kayu bakar ini mayoritas dilakukan oleh kaum laki-laki akan tetapi masih ada sebagian kecil yang melakukan adalah perempuan. Adapun jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh No Nama Lokal 1 Jati 2 Saga 3 4 5 6
Nama Ilmiah
Tectona grandis Adenanthera pavonina Mahoni Swietenia macrophylla Kesambi Schleicera oleosa Klirisidi Eupatorium palescens Kelanding Leucaena leucocephala
Bagian yang Macam Asal digunakan penggunaan sumber Kayu Kayu bakar HP Kayu
Kayu bakar
Desa 1, 2, 3 1, 2, 3
HP 1, 2, 3
Kayu
Kayu bakar
HP
Kayu
Kayu bakar
HP
Kayu
Kayu bakar
HP
1, 2, 3 1, 2, 3 1, 2, 3 Kayu
Kayu bakar
HP
Keterangan: HP : Hutan Produksi , LP: Lahan Pribadi 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Hasil sumberdaya hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk kayu bakar di BKPH Kemadoh adalah Jati (T. grandis) yang didapatkan dari areal BKPH Kemadoh. Selain didapatkan dari hutan produksi sebagian kecil masyarakat di pematang sawahnya masing-masing atau di lahan pekarangan rumah juga sudah ada yang menanam jati (T. grandis) sebagai pelindung rumah dari angin, namun untuk pemanfaatannya belum dilakukan karena umur yang masih muda. Selain jati (T. grandis) masyarakat juga memanfaatkan tanaman rimba. Adapun jenis kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat tersaji dalam Tabel 5. Selain menjadi komoditi utama, jati (T. grandis) termasuk kayu yang awet digunakan sebagai energi panas. Pengambilan rencek/kayu bakar dilakukan oleh masyarakat berupa ranting atau cabang yang sudah kering dan lapuk atau ranting limbah dari petak tebang yang dilakukan oleh KPH Randublatung. Akan tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh apabila cadangan kayu habis, tidak sedikit masyarakat yang mengambil kayu dan melakukan penebangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk batang utama yang sering terjadi pencurian. Kondisi ini tentunya perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pihak pengelola, karena jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan kerusakan baik secara ekonomi dan ekologi dari
19 kelestarian produksi. Sehingga perlu adanya pengawasan yang lebih intensif serta perlu evaluasi terhadap pengelolaan yang sudah dilakukan. Pada ketiga desa tersebut bentuk pemanfaatan dan cara pengambilan relatif sama namun pada dusun yang berbatasan langsung dengan areal BKPH Kemadoh cenderung lebih berani melakukan pengambilan kayu secara illegal. Hal ini terlihat selama penelitian, ada masyarakat yang tertangkap sedang malakukan pemblandongan. Blandong merupakan kegiatan pengambilan kayu secara illegal. Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola, sering terjadi kegiatan blandong apalagi disaat sumber pendapatan mulai menurun. Maka alternatif lain dari masyarakat adalah mencari kayu di areal BKPH Kemadoh. Tingkat kebutuhan yang tinggi menyebabkan masyarakat berani melakukan pemblandongan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Obat-obatan Tumbuhan obat merupakan jenis tumbuhan yang dipercaya oleh masyarakat secara turun temurun atau yang sudah teruji medis dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden berdasarkan tujuan pemanfaatannya, pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat dibagi menjadi 2 (dua) tujuan yaitu tujuan penyembuhan penyakit dan dijual sebagai tambahan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan tumbuhan obat ini dilakukan dengan sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dengan sistem penanaman tumpangsari. Untuk tahapan pembudidayaan juga belum dilakukan dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai pembudidayaan tumbuhan obat yang memiliki potensi komersil. Jenis tumbuhan obat yang memiliki peluang komersil adalah Pulai (A. scholaris), pulai pandak (R. serpentina) dan kunci pepet (Kaempferia Sp). Sedangkan jenis obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan nilai komersialnya masih kecil adalah: lempuyang (Z. casumunar), sambiloto (A. paniculata), mimbo (A. indica), temu ireng (C. aeruginosa), kapulaga (A. cardamomum), dan brotowali (T. crispa). Kebutuhan terhadap obat dipenuhi oleh obat dari hasil membeli di pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) ataupun di warung terdekat, sehingga tidak ada ketergantungan masyarakat di ketiga desa tersebut terhadap hasil sumberdaya hutan untuk keperluan pengobatan. Jenis komersil yang dimanfaatkan adalah porang (A. campanulatus), kemuning (M. paniculata), tapak liman (E. scaber), pulai (A. scholaris), pulai pandak (R. serpentina), secang (C. sappan), kunci pepet (Kaempferia Sp), daun keteter (B. arborea), jati belanda (G. ulmifolia), dan temulawak (C. xanthorrhiza). Jenis tumbuhan obat yang memiliki nilai komersil dijual dalam bentuk simplisia sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan dan lebih tahan lama. Pengepul mendapatkan simplisia tumbuhan obat tidak hanya dari areal BKPH Kemadoh, melainkan pada seluruh kawasan KPH Randublatung, sehingga para penyuplai simplisia tersebut berasal dari berbagai kecamatan yang terdapat di KPH Randublatung. Penyuplai akan mengumpulkan simplisia yang diminta oleh pengepul sehingga tahap penyimpanan tidak terlalu lama karena jenis yang dikumpulkan sesuai yang diminta oleh perusahaan obat tersebut. Adapun jenis yang dimanfaatkan tersaji pada Tabel 6.
20 Tabel 6 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan komersil oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh No Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Temulawak
2
Porang
3 4
Lempuyang Sambiloto
5 6 7 8 9
Pulai Mimbo Secang Temu Ireng Kapulaga
10 11 12 13 14 15
Kunci pepet Brotowali Jambu Jati belanda Daun keteter Tapak liman
Curcuma xanthorrhiza Amorphophallus campanulatus Zingiber casumunar Andrographis paniculata Alstonia scholaris Azadirachta indica Caesalpinia sappan Curcuma aeruginosa Amomum cardamomum Kaempferia Sp Tinospora crispa Psidium guajava Guazuma ulmifolia Brugmansia arborea Elephantopus scaber
16 Kayu rapet 17 Kemuning 18 Pulai pandak
Parameria laevigata Murraya paniculata Rauvolfia serpentina
Macam Bagian yang Asal penggunaan digunakan sumber Obat Umbi HP
Desa
Obat
Umbi
HP
1, 2
Obat Obat
Umbi Daun
HP HP
1, 2, 3 1, 2, 3
Obat Obat Obat Obat Obat
Kulit batang Daun Kayu Umbi Buah
HP HP HP HP, LP HP
1, 2 2 2, 3 1, 2 1, 2
Obat Obat Obat Obat Obat Obat
Umbi Batang Daun Daun Daun Seluruh bagian tumbuhan Kulit batang Daun Akar
HP LP HP, LP HP HP HP
1, 2, 3 2, 3 2 2 2, 3 2
HP HP HP
2 2, 3 2, 3
Obat Obat Obat
1, 2
Keterangan: 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi
Tumbuhan obat yang diambil adalah bagian yang dimanfaatkan seperti: daun, batang, umbi, akar dan yang lainnya. Bentuk penjualan tumbuhan obat ke pengepul adalah bentuk simplisia kering. Pengepul tumbuhan obat hanya sebagai penyuplai bahan pokok untuk sebuah perusahaan obat yang ada di Solo dan Yogyakarta. Untuk melakukan perawatan simplisia maka pengepul melakukan penyortiran kembali terhadap simplisia yang dapat menurunkan mutu atau kualitas simplisia tersebut. Adapun pembuatan simplisia dilakukan pada masing-masing pengepul tumbuhan obat sehingga kualitas simplisia sedikit beragam karena dilakukan oleh beberapa pembuat simplisia Bentuk penyimpanan simplisia dilakukan dengan penggunaan suhu ruangan dan dimasukkan ke dalam karung. Bentuk simplisia yang dikumpulkan adalah tergantung dari permintaan perusahaan tersebut, sehingga distributor hanya menerima sesuai pesanan perusahaan. Adapun bentuk pemanfaatan tumbuhan obat berupa temulawak yang dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan dan komersil tersaji dalam Gambar 6.
21
Gambar 6
Bentuk pemanfaatan temulawak (C. xanthorriza) untuk obat dan komersil
Pakan Ternak Masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh sebagian besar penduduknya memiliki hewan ternak berupa sapi dan kambing. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data monografi desa rata-rata kepemilikan hewan ternak berkisar 2-4 ekor per kepala keluarga. Selain dilakukan perawatan sendiri ada juga masyarakat yang melakukan pemeliharaan hewan ternak ke orang lain dengan sistem bagi hasil yaitu keuntungan dibagi sama rata antara pemilik dan pemelihara ternak. Banyaknya jumlah kepemilikan ternak ini sangat mempengaruhi terhadap tingkat pemanfaatan komoditi rumput sebagai pakan ternak (Gambar 7).
Gambar 7 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pengambilan pakan ternak dengan menggunakan sepeda dan berjalan kaki. Kegiatan pemanfaatan komoditi rumput dilakukan dengan dua cara yaitu penggembalaan langsung secara liar di dalam kawasan hutan dan pengambilan rumput dalam rangka pemenuhan pakan terhadap ternaknya selama di kandang. Untuk penggembalaan langsung secara liar dalam kawasan hutan dilakukan selama musim kemarau dan dilakukan oleh dusun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Desa yang masih melakukan pemanfaatan penggembalaan liar hewan ternak adalah Desa Singget yaitu pada Dusun Sumberan dan Desa Jati, Dusun Kayen. Dusun Sumberan dan Dusun Kayen merupakan dusun yang terisolasi dari dusun lainnya sehingga akses menuju dusun ini hanya bisa dilalui sepeda beroda dua dan dengan kondisi jalan yang licin dan berlumpur ketika musim hujan. Walaupun telah menggembalakan hewan ternaknya setiap hari masyarakat juga masih mengambil rumput dalam rangka pemenuhan kebutuhan
22 pakan ternaknya selama malam hari. Bentuk pemanfaatan terjadi sepanjang tahun dengan intensitas pemanfaatan yang berbeda setiap masyarakat. Masyarakat mengambil rumput dilakukan dengan cara menggunakan sepeda, sepeda motor dan bahkan ada yang berjalan kaki (Gambar 7). Kegiatan pengambilan rumput ini mayoritas dilakukan oleh laki-laki akan tetapi tidak jarang perempuan juga ikut mencari rumput untuk pemenuhan kebutuhan ternaknya. Pengambilan rumput yang dilakukan dengan jalan kaki pada umumnya dilakukan oleh perempuan dengan cara digendong di belakang punggung dengan menggunakan kain (jaret). Bentuk pengambilan rumput ini ada dua cara yaitu dengan bentuk ikatan dan dengan bentuk karung. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden dalam sehari masyarakat bisa mengambil 1-2 ikat atau karung, tergantung dari jumlah ternak yang dimiliki. Semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki atau dipelihara maka semakin banyak juga rumput yang akan diambil untuk pemenuhan pakan ternak. Jenis pakan ternak dimanfaatkan oleh masyarakat tersaji dalam Tabel 7. Tabel 7 Daftar jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh No Nama Lokal 1 Gamal
Nama Ilmiah Glirisidia sepium
2
Alangalang
Imperata cylindrica
3
Lamuran
Polytrias amaura
4
Laronan
Hoplismenus compositus
5 6
Rumput Gajahan Kelanding
7
Teki
Acleracne punctata Leucaena leucocephala Cyperus rotundus
8
Sigaran
Erythrina hypaphorus
9
Jagung
Zea mays
Bagian yang Macam digunakan penggunaan Daun Pakan ternak Seluruh Pakan bagian ternak tumbuhan Seluruh Pakan bagian ternak tumbuhan Seluruh Pakan bagian ternak tumbuhan Daun Pakan ternak Daun Pakan ternak Seluruh Pakan bagian ternak tumbuhan Seluruh Pakan bagian ternak tumbuhan Daun Pakan ternak
Asal sumber HP
Desa
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP, LP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP, LP
1, 2, 3
1, 2, 3
Keterangan: HP : Hutan Produksi, LP: Lahan Pribadi 1. Desa Singget 2. Desa Jegong 3. Desa Jati
Jenis yang banyak dimanfaatkan adalah rumput gajahan. Selain didapatkan di dalam lokasi penelitian rumput ini juga banyak dibudidayakan di pematang sawah milik pribadi dan di sekitar rumah. Pada ketiga desa tersebut tidak terdapat perbedaan dalam mengambil jenis rumput, namun di Desa Singget terdapat lahan yang dikelola secara PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) berupa
23 tanaman pakan ternak berupa rumput gajah dan alang-alang. Hal ini dikarenakan jenis ternak yang masyarakat budidayakan mayoritas sama yaitu sapi dan kambing. Pada ketiga desa tersebut pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pakan ternak relatif sama hanya saja berbeda untuk setiap jenis hewan yang dibudidayakan. Desa Singget adalah desa yang bekerjasama dengan pihak Perhutani dengan sistem PHBM berupa penanaman pakan hewan di areal BKPH Kemadoh. Untuk tingkat pengambilan rumput sudah terpusat pada kawasan BKPH kemadoh, sehingga di desa ini untuk budidaya rumput pada pematang sawah relatif lebih sedikit dibandingkan dengan Desa Jegong dan Jati. Pendapatan Uang Tunai Pendapatan uang tunai merupakan hasil penjualan dari sumberdaya hutan sebagai pendapatan pokok atau tambahan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara pendapatan tunai didapatkan dengan memanfaatkan sumberdaya hutan berupa: penjualan bahan pangan karbohidrat, kayu bakar, obatobatan, arang, dan pekerja. Penjualan pangan karbohidrat pada umumnya banyak dilakukan pada musim panen dengan jumlah pendapatan tergantung dari luasan ladang yang dimiliki. Sementara untuk penjualan kayu bakar 1 (satu) ikatnya dengan diameter 75 cm dengan harga Rp25 000. Untuk penjualan obat-obatan tergantung dari jenisnya karena untuk setiap jenis memiliki harga yang berbeda. Untuk penjualan arang satu karungnya yang berisi 50 kg bila diisi beras Rp30 000 dan pekerja pembayaran dengan menggunakan sistem kubikasi dengan harga per kubik dari tebang sampai angkut sebesar Rp183 000. Jenis pekerjaan adalah sebagai buruh tebang, buruh angkat, buruh angkut, dan pegawai perhutani. Adapun bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai tersaji dalam Gambar 8.
Gambar 8 Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai dari hasil penjualan sumberdaya hutan Berbagai pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari dari hasil dari hasil sumberdaya hutan merupakan kontribusi yang nyata dari keberadaan hutan yang dikelola oleh BKPH Kemadoh. Berdasarkan Suliastiani (2014) pemenuhan kebutuhan dasar dari hutan dapat mereduksi pengeluaran masyarakat dalam biaya hidup sehari-hari. Selain itu banyak masyarakat yang memiliki mata pencaharian di kawasan hutan terutama dengan masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Hubungan antara masyarakat sekitar dengan kawasan hutan memiliki nilai kontribusi yang cukup tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan
24 masyarakat sekitar kawasan BKPH Kemadoh. Kegiatan kontribusi dilakukan dalam bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga apabila tidak dikontrol dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan BKPH Kemadoh. Kontrol dari pemerintah juga harus tepat agar tidak menimbulkan konflik baru antara pengelola dan masyarakat sekitar. Menurut Ardiansyah (2008) semakin tinggi jumlah penduduk kerusakan terhadap sumberdaya hutan juga semakin tinggi. Penduduk di sekitar BKPH Kemadoh memiliki kepadatan yang tinggi. Hal ini diidentifikasikan dengan semakin sedikitnya lahan kosong baik untuk pertanian ataupun pekarangan serta intensitas masyarakat untuk memperluas kawasan dengan merambah lokasi penelitian. Adanya pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pemenuhan kebutuhan yang bernilai komersil akan meningkatkan kerusakan terhadap sumberdaya hutan. Untuk melakukan penanggulangan terhadap kegiatan masyarakat tersebut pengelola sudah melakukan berbagai upaya diantaranya: pembentukan kelompok tani (pesanggem) pengelola lahan tumpangsari baik untuk bahan pangan, pakan ternak, dan bahan tumbuhan obat. Dengan adanya pembentukan organisasi tersebut diharapkan dapat menambah penghasilan masyarakat sehingga interaksinya terhadap kawasan berkurang. Namun pada kenyataanya masih ada beberapa masyarakat yang melakukan pencurian terhadap hasil hutan berupa kayu yang dilakukan secara individu ataupun berkelompok.
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh, KPH Randublatung Bentuk pemanfaatan yang dilakukan masyarakat merupakan indikasi adanya ketergantungan masyarakat terhadap lokasi penelitian. Selain manfaat langsung yang didapatkan dengan adanya areal BKPH Kemadoh, masyarakat juga mendapatkan manfaat tidak langsung berupa: udara yang cukup bersih serta interaksi sosial di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh yang melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah orang yang biasa melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan beraktivitas di lokasi penelitian. Besarnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan dapat dikaji dengan mengkaji dari hasil wawancara yang dilakukan tentang apa saja yang dimanfaatkan dari sub kebutuhan pokok masyarakat di lokasi penelitian. Selanjutnya penilaian dilakukan dengan membandingkan sejauh mana interaksi yang dilakukan pada lokasi penelitian yaitu hutan produksi. Untuk mengkaji tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lokasi penelitian serta jenis jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat dilakukan analisis skoring terhadap presentasi pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh masyarakat mengetahui jenis yang dimanfaatkan, namun pada kenyataannya hanya beberapa masyarakat yang tidak melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh, seperti ibu rumah tangga yang memiliki anak kecil dan orang lanjut usia. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat kesejahteraan keluarga serta jarak menuju lokasi
25 25 penelitian. Tingkat ketergantungan yang terjadi perlu adanya pengawasan dari pihak pengelola karena akan mengancam pada kelestarian sumberdaya yang dimanfaatkan apalagi di lokasi penelitian terdapat pemanfaatan terhadap jenis langka yaitu pulai (A. scholaris) dan pulai pandak (R. serpentina). Adapun pemanfaatan perdesa disajikan dalam Tabel 8. Berdasarkan Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008) lokasi-lokasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dapat dianggap penting jika lokasi tersebut digunakan 50% atau lebih dari jumlah satu atau lebih kebutuhan dasar anggota komunitas untuk memenuhi kebutuhan subsistennya tanpa adanya alternatif lain yang terjangkau atau tidak dapat digantikan oleh barang-barang substitusi. Desa Singget Kebutuhan pangan berupa karbohidrat sebagian besar dipenuhi dari hasil budidaya pada lahan pertanian yang didapatkan pada musim penghujan. Masyarakat Desa Singget sebagian besar memiliki lahan pribadi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan terhadap karbohidrat berupa padi. Sementara bahan pangan berupa karbohidrat hasil budidaya di lokasi BKPH Kemadoh hanya dimanfaatkan sebagian kecil dan sisanya dijual sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Untuk protein hewani masyarakat mendapatkannya dari membeli dan acara adat berupa solidaritas antar saudara atau tetangga (weweh). Sementara sayuran dan buah, sebagian besar masyarakat mendapatkan dari membeli dan sebagian kecil hasil budidaya di sekitar rumah atau pada sawah di pematangnya serta mengambil ada areal tidak berhutan (Tabel 8), sehingga tidak terdapat ketergantungan Desa Singget terhadap sumberdaya hutan di sekitar BKPH Kemadoh dalam memenuhi kebutuhan pangan baik karbohidrat, protein hewani, buah dan sayuran. Kebutuhan air di Desa Singget keseluruhan dipenuhi dari pembuatan sumur pada lokasi sekitar tempat tinggalnya (Tabel 8). Pada areal BKPH Kemadoh sebenarnya terdapat aliran sungai, namun untuk pemanfaatannya tidak bisa dilakukan karena sungai tersebut berupa sungai tadah hujan. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan warga Desa Singget terhadap air di kawasan BKPH Kemadoh. Bahan non-pangan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dibagi menjadi 5 (lima) sub kebutuhan yaitu pakaian, rumah, alat rumah tangga, bahan arang, dan kayu bakar. Pakaian, rumah, dan peralatan rumah tangga secara keseluruhan masyarakat mendapatkan dari membeli, sedangakan untuk bahan arang hanya sebagian kecil masyarakat memanfaatkan arang secara keseluruhan bahan bakunya didapatkan pada areal berhutan di BKPH Kemadoh (Tabel 8). Pada saat terdapat petak tebang masyarakat berbondong-bondong membuat arang di lokasi petak tebang tersebut. Untuk kayu bakar masyarakat masih menggunakan kayu bakar sebagai alat memasak dan ada yang menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas), namun untuk pemanfaatan yang terbatas. Hal ini dikarenakan masih mahalnya harga LPG (Liquid Petroleum Gas) sehingga masyarakat Desa Singget lebih memilih kayu bakar sebagai alat memasak. Selain itu ada beberapa masyarakat yang takut dalam menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas). Dengan demikian tidak ada ketergantungan terhadap bahan-bahan pakaian, rumah, peralatan rumah tangga, dan bahan arang terhadap sumberdaya hutan di BKPH
BKPH Kemadoh Areal berhutan Areal tidak berhutan
Pangan
Sayuran dan buah Minum dan kebutuhan lainnya Pakaian Rumah
Bahan non-pangan
Karbohidrat (beras) Protein Hewani
Air
Kebutuhan
Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar
Sumber (Skor) Di Luar BKPH Kemadoh Areal BudiBeli Bantu- Sungai hutan daya an di luar
Lainnya
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
1
0
1
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
3
2
0
0
0
0
0
0
1
0
0
3
0
0
0
2
Obat-obatan Pakan Ternak Pendapatan tunai
uang
Keterangan Masyarakat menanam padi di lahan milik pribadi pada musim penghujan. Selain dari membeli terdapat adat saling memberi kepada saudara Selain membeli sebagian kecil budidaya dan mengambil di areal tidak berhutan. Sumber utama air adalah sumur. Sumber utama pakaian adalah membeli Semua keperluan rumah diperoleh dari membeli Mayoritas peralatan rumah tangga membeli Bahan arang dipenuhi areal berhutan Masyarakat masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dan sebagian menggunakan LPG Obat-obatan diperoleh dari sarana kesehatan yang ada atau warung sekitar desa Pakan ternak didapatkan pada kawasan BKPH Kemadoh Pendapatan tunai dengan menjual sumberdaya hutan berupa bahan pangan, kayu bakar, arang, obat, dan bekerja.
26
Tabel 8 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
27 Kemadoh, akan tetapi terdapat ketergantungan kayu bakar di Desa Singget terhadap kawasan BKPH Kemadoh. Pemenuhan kebutuhan terhadap obat-obatan masyarakat Desa Singget sebagian besar dipenuhi dari obat hasil membeli di puskesmas atau warung setempat. Masyarakat cenderung mengambil langkah praktis dalam menyembuhkan penyakit, sehingga sumberdaya hutan berupa obat-obatan tidak lagi dimanfaatkan sebagai penyembuhan penyakit. Pada Desa Singget tidak ada ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa obat-obatan di BKPH Kemadoh. Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dilakukan oleh masyarakat di Desa Singget. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat Singget memiliki hewan ternak berupa sapi dan sebagian kecil kambing, sehingga dalam pemenuhan pakan terhadap hewan ternak, masyarakat sering mencari rumput di areal berhutan di BKPH Kemadoh. Selain Desa Singget merupakan desa binaan perhutani berupa mbaon rumput yang berada di areal tidak berhutan, sehingga menyebabkan masyarakat sering memasuki kawasan untuk pemenuhan pakan ternak. Dengan demikian ada ketergantungan masyarakat Desa Singget terhadap sumberdaya hutan berupa pakan ternak dalam memenuhi pakan ternaknya. Tingkat pemanfaatan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan berdasarkan Alikodra (1983) diacu dalam Soekmadi (1987) disebabkan oleh pendidikan masyarakat yang rendah, pemilikan lahan yang sempit, dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Desa Singget memiliki tigkat pendidikan yang rendah dibandingkan desa lain yang berada di sekitar BKPH Kemadoh sehingga tingkat pemanfaatan yang lebih besar dibandingkan desa lain. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya ketergantungan terhadap sumbedaya hutan berupa kayu bakar dan pakan ternak. Sumber pendapatan uang tunai masyarakat Desa Singget ada tiga yaitu hasil budidaya, bekerja, dan hasil penjualan sumberdaya hutan baik berupa arang, ataupun kayu bakar. Skor tertinggi dalam pendapatan uang tunai adalah dari hasil budidaya di lahan pribadi dengan mengandalkan musim (Tabel 8). Apabila musim penghujan akan ditanami padi selama 2 (dua) kali masa panen dan musim kemarau untuk jenis yang ditanam bervariasi yaitu kedelai, jagung, tembakau, dan kacang hijau. Untuk pendapatan uang tunai hasil bekerja didapatkan baik hasil bekerja dibidang pertanian, swasta ataupun pegawai negeri, sehingga tidak ada ketergantungan di Desa Singget terhadap sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai di BKPH Kemadoh. Desa Jegong Kebutuhan pangan di Desa Jegong terhadap karbohidrat tidak jauh berbeda dengan Desa Singget. Masyarakat sebagian besar mengkonsumsi beras sebagai pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Bahan pangan karbohidrat diperoleh masyarakat dari hasil budidaya di sawah ketika musim penghujan. Bahan pangan protein hewani diperoleh masyarakat dari 2 (dua) sumber yaitu membeli dan acara adat berupa solidaritas antar saudara atau tetangga (weweh). Membeli merupakan sumber terbesar untuk memperoleh protein hewani. Untuk bahan pangan sayuran dan buah, masyarakat Desa Jegong memperoleh dari budidaya dan membeli (Tabel 9). Membeli juga merupakan sumber terbesar untuk memperoleh bahan pangan sayuran dan buah, sehingga tidak terdapat ketergantungan di Desa Jegong
Pangan
Kebutuhan Karbohidrat (beras) Protein Hewani
Bahan nonpangann
Air
Sayuran dan buah Minum dan kebutuhan lainnya Pakaian Rumah Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar
Obat-obatan Pakan Ternak Pendapatan uang tunai
BKPH Kemadoh Areal Areal berhutan tidak berhutan
Sumber (Skor) Di Luar BKPH Kemadoh Areal BudiBeli Bantuhutan di daya an luar
Sungai
Lainnya
Keterangan
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
1
0
0
0
1
3
0
0
0
Masyarakat menanam padi di lahan milik pribadi pada musim penghujan. Protein hewani sebagian besar didapatkan dari membeli dan ada sebagian kecil dari weweh Buah dan sayuran didapatkan dari membeli, dan sebagian kecil budidaya di sekitar rumah
0
0
0
0
0
0
4
Kebutuhan air semuanya dipenuhi oleh sumur
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
3
0
Sumber utama pakaian adalah membeli Semua keperluan rumah diperoleh dari membeli Mayoritas peralatan rumah tangga membeli Tidak ada aktivitas pembuatan arang Ada yang sudah menggunakan LPG tetapi tetap menggunakan kayu bakar Obat-obatan diperoleh dari sarana kesehatan yang ada atau warung sekitar desa Pakan ternak mayoritas didapatkan di areal hutan Pendapatan uang tunai paling banyak dengan bekerja serta budidaya dan sebagian kecil hasil penjualan komersil dari bahan pangan, obat, rencek.
28
Tabel 9 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh
29 terhadap sumberdaya hutan berupa kebutuhan pangan di BKPH Kemadoh baik bahan pangan karbohidrat, protein hewani, sayuran dan buah. Kebutuhan terhadap air pada Desa Jegong diperoleh secara keseluruhan pada sumur yang terdapat pada sekitar tempat tinggal tersebut. Pada kawasan BKPH Kemadoh sebenarnya terdapat sungai tadah hujan namun untuk pemanfaatannya tidak dilakukan oleh masyarakat karena kondisi air yang tidak sesuai. Dengan demikian tidak ada ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa kebutuhan air di BKPH Kemadoh. Bahan pakaian, bahan rumah, dan bahan peralatan rumah tangga masyarakat Desa Jegong seluruhnya memperoleh dari hasil membeli (Tabel 9). Untuk bahan bakar masyarakat Desa Jegong mendapatkannya dari dua sumber yaitu areal berhutan di BKPH Kemadoh dan membeli. Secara keseluruhan masyarakat membeli LPG, namun selain menggunakan LPG masyarakat juga menggunakan kayu bakar sebagai perebus air untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat relatif lebih maju dibandingkan dengan masyarakat Desa Singget. Penggunaan kayu bakar bertujuan agar masyarakat bisa menghemat penggunaan LPG. Untuk bahan arang di desa ini masyarakat tidak ada yang melakukan pembuatan arang adapun kebutuhan arang dipenuhi dengan membuat sendiri dengan kayu bakar dan habis dalam sekali penggunaan. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa bahan pakaian, rumah, peralatan rumah tangga, dan kayu bakar di BKPH Kemadoh. Kebutuhan terhadap obat-obatan di Desa Jegong sebagian besar diperoleh dari membeli dari Puskesmas atau warung terdekat. Jenis obat yang dikonsumsi juga berdasarkan pengetahuan masyarakat serta informasi antar masyarakat yang lain. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan masyarakat Desa Jegong terhadap sumberdaya hutan berupa obat-obatan di BKPH Kemadoh. Masyarakat Desa Jegong sebagian besar memiliki hewan ternak sapi dan sebagian kecil kambing. Untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternaknya masyarakat desa ini sering keluar masuk kawasan BKPH Kemadoh, walaupun ada sebagian kecil yang melakukan budidaya pakan ternak pada pematang sawah dan sekitar tempat tinggal masing-masing. Dengan demikian terdapat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa pakan ternak di BKPH kemadoh khususnya pada areal berhutan. Pendapatan uang tunai masyarakat Desa Jegong terdapat tiga sumber yaitu areal berhutan di BKPH kemadoh, budidaya, dan bekerja (Tabel 9). Sebagian besar masyarakat Desa Jegong memperoleh pendapatan uang tunai dari bekerja baik bekerja sebagai pekerja di bidang pertanian, wiraswasta, ataupun pegawai negeri. Mata pencaharian masyarakat Desa Jegong sudah tidak bergantung dengan sumberdaya hutan karena Desa Jegong memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan Desa Singget yang sebagian besar tamatan SD. Adapun pendapatan dari budidaya berasal dari budidaya ternak dan budidaya bahan pangan di sawah ataupun mbaon, sehingga tidak terdapat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai di BKPH Kemadoh.
28 30 Desa Jati Bahan pangan berupa karbohidrat masyarakat Desa Jati tidak jauh berbeda dengan bahan pangan masyarakat Desa Singget dan Jegong, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa kebutuhan pangan oleh Desa Jati terhadap kawasan BKPH Kemadoh. Selain itu kebutuhan air masyarakat Desa Jati secara keseluruhan juga dipenuhi oleh sumur yang berada di sekitar tempat tinggal masyarakat tersebut, sehingga tidak terdapat ketergantungan terhadap sumber daya hutan berupa kebutuhan air di BKPH Kemadoh. Kebutuhan bahan pakaian, rumah, peralatan rumah tangga di Desa Jati diperoleh dari membeli sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, untuk interaksi dengan kawasan BKPH Kemadoh sangat rendah bahkan tidak ada, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan bahan arang hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Bahan untuk pembuatan arang di Desa Jati diperoleh di areal BKPH Kemadoh (Tabel 10), sedangkan untuk kayu bakar masyarakat memperolehnya dari 2 (dua) sumber yaitu pada areal BKPH Kemadoh dan membeli (Tabel 10). Membeli memiliki skor tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan kayu bakar sebagai bahan energi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat Desa Jati sudah relatif lebih maju dibandingkan Desa Singget, sehingga tidak ada ketergantungan masyarakat Desa Jati berupa Kayu bakar dan bahan arang terhadap sumberdaya hutan di BKPH Kemadoh. Kebutuhan terhadap obat-obatan di Desa Jati sebagian besar diperoleh dari membeli dari Puskesmas atau warung terdekat. Jenis obat yang dikonsumsi juga berdasarkan pengetahuan masyarakat serta informasi antar masyarakat yang lain. Dengan demikian tidak terdapat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap sumberdaya hutan berupa obat-obatan di BKPH Kemadoh. Masyarakat Desa Jati memiliki hewan ternak berupa Sapi dan Kambing. Untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternaknya masyarakat memperoleh dari areal BKPH Kemadoh baik lokasi areal berhutan maupun tidak berhutan (Tabel 10). Pemanfaatan pakan ternak di areal tidak berhutan memiliki aksesibilitas mudah dan dekat serta Desa Jati berbatasan dengan Desa Singget yang memiliki lahan bertanam pakan ternak di areal BKPH Kemadoh. Sebagian besar masyarakat memperoleh pakan ternak dari areal BKPH Kemadoh pada areal berhutan, selain kepemilikan secara umum juga masih banyak pakan ternak yang bisa dikonsumsi oleh hewan ternak masyarakat Desa Jati. Dengan demikian terdapat ketergantungan terhadap sumberdaya hutan berupa pakan ternak oleh masyarakat Desa Jati pada areal BKPH Kemadoh. Sumber pendapatan uang tunai masyarakat Desa Jati ada tiga yaitu pada areal BKPH Kemadoh, budidaya, dan bekerja (Tabel 10). Pendapatan dari areal BKPH Kemadoh diperoleh masyarakat dengan melakukan penjualan dari sumberdaya hutan yang memiliki nilai komersil berupa: bahan pangan berupa karbohidrat, arang, kayu bakar, dan obat-obatan, sedangkan pendapatan uang tunai berdasarkan budidaya diperoleh dari budidaya pangan berupa karbohidart dan hewan ternak. Sementara itu pendapatan uang tunai yang diperoleh dari bekerja baik bekerja pada bidang pertanian, wiraswasta, dan pegawai negeri. Berdasarkan sumber pendapatan uang tunai memiliki skor yang berimbang. Hal ini dikarenakan masyarakat hampir merata baik yang bergantung pada hasil sumberdaya hutan, hasil budidaya, serta bekerja sehingga tidak terdapat
Tabel 10 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap sumberdaya hutan yang berasal dari areal BKPH Kemadoh Kebutuhan
Pangan
BKPH Kemadoh Areal areal berhutan tidak berhutan Karbohidrat (beras) Protein Hewani
Sumber (Skor) Di Luar BKPH Kemadoh areal BudiBeli Bantuhutan daya an di luar
Sungai
Lainnya
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
0
1
0
0
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
3
1
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
2
Bahan non-pangan
Air
Sayuran dan buah Minum dan kebutuhan lainnya Pakaian Rumah Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar
Obat-obatan Pakan Ternak Pendapatan uang tunai
Keterangan
31
Masyarakat menanam padi di lahan milik pribadi pada musim penghujan Masyarakat sebagian besar membeli dan ada sebagian kecil budidaya serta acara adat tradisional. Buah dan sayuran didapatkan dari membeli, dan sebagian kecil budidaya di sekitar rumah atau di pematang sawah Kebutuhan air semuanya dipenuhi oleh sumur Sumber utama pakaian adalah membeli Semua keperluan rumah diperoleh dari membeli Mayoritas peralatan rumah tangga membeli Bahan arang dipenuhi areal berhutan Ada yang sudah menggunakan LPG tetapi tetap menggunakan kayu bakar Obat-obatan diperoleh dari sarana kesehatan yang ada atau warung sekitar desa Ternak dikandangkan dan ada sebagian kecil yang dilepas liarkan di BKPH Kemadoh Pendapatan uang tunai berimbang yaitu didapatkan dari hasil penjualan sumberdaya hutan, budidaya, dan bekerja.
32 ketergantungan masyarakat Desa Jati terhadap sumberdaya hutan berupa pendapatan uang tunai di BKPH Kemadoh BKPH Kemadoh merupakan kawasan hutan produksi dengan tanaman utamanya didominasi oleh tegakan jati. Kawasan BKPH Kemadoh memiliki potensi sumberdaya hayati yang perlu dijaga kelestariannya sehingga perlu diadakan pengkontrolan dan pembatasan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan yang berlebihan akan menimbulkan keterancaman terhadap suatu jenis tumbuhan serta dapat menurunkan potensi dari tumbuhan tersebut. Pemanfaatan yang berlebih terhadap sumberdaya hutan terutama yang memiliki nilai komersil perlu diperhatikan dari pihak pengelola. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat kebutuhannya semakin tinggi pula masyarakat berusaha mendapatkan pendapatan dengan pilihan berupa eksploitasi sumberdaya hutan, sehingga keterlibatan masyarakat perlu untuk keberlangsungan serta menjaga keberadaan sumberdaya hutan tersebut tentunya dengan pemberian insentif yang berbeda kepada masyarakat tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Singget, Jegong, dan Jati hampir sama yaitu kebutuhan pangan (karbohidrat, buah dan sayur), bahan non-pangan (bahan arang dan bahan bakar), obatobatan, pakan hewan, dan pendapatan uang tunai. Namun pada Desa Jegong tidak terdapat pembuatan arang sebagai tujuan komersil. Adapun Jenis yang dimanfaatkan adalah sebagai bahan pangan terdapat 11 jenis, kelompok bahan non-pangan terdapat 6 jenis, kelompok obat-obatan terdapat 18 jenis, dan kelompok pakan ternak terdapat 9 jenis. 2. Keberadaan BKPH Kemadoh termasuk cukup penting bagi masyarakat Desa Singget dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar dan pakan ternak. Sedangkan bagi masyarakat Desa Jegong dan Jati BKPH Kemadoh termasuk cukup penting dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak.
Saran 1. 2.
Perlu peningkatan pengawasan terhadap sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar BKPH Kemadoh terkait dengan jenis langka seperti pulai (A. scholaris) dan pulai pandak (R. serpentina). Pengelola memberikan alternatif peluang kerja untuk masyarakat sekitar BKPH Kemadoh, diharapkan kebutuhan tidak lagi bergantung pada nilai komersil dari sumberdaya hutan melainkan sudah melakukan budidaya dari hasil sumberdaya hutan tersebut. `
33
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 1985. Laporan Utama Kegiatan Penelitian, Pengembangan Daerah Penyangga Taman Nasional. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ardiansyah S. 2008. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Hasil Hutan Non-Kayu (Studi Kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Provinsi Jawa Timur). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Baharuddin. 2006. Kajian Interaksi Masyarakat Desa sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat (Studi Kasus di Desa Pengalangan, Desa Loloan, Desa Sembalun Lawang). [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Birgantoro BA. 2008. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan ( Studi Kasus di RPH Sumberwaru dan RPH Sumberejo, BKPH Asembagus, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Birgantoro BA, Nurrochmat DR. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. JMHT . 8(3): 172-181. Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada Jakarta. Darusman D. 1992. Laporan Akhir Pola Pengusahaan Hutan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa sekitar Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Fisher RJ, Srimongkotip S, Victor M, Kitjewachakul N. 1997. Asia-Pasific Forestry Sector Outlook Study: People and Forest in Asia And The Pasific: Situation and Prospects. Bangkok: Kasetsart University [diunduh di http://www.fao.org/docrep/w7732e/w7732e00.htm#contens pada 21 April 2014] Girsang RE. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat sekitar Hutan Jati di BKPH Bancar, KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hadi DW. 1994. Keanekaragaman Floristik Taman Nasional Gunung Halimun dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat Sekitar. [Tesis]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Karisma BM. 2010. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan dan Tata Kelolanya (Studi Kasus di Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Kecamatan Jati. 2012. Kecamatan Jati dalam Angka 2012. Jakarta (ID): Statistik Kecamatan Jati. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Balikpapan (ID). Tropenbos International Indonesia Programme. KPH Randublatung. 2012. Pengelolaan Hutan Perum Perhutani KPH Randublatung Tahun 2012. Purnawan R. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Sebagai Ekoturism Berbasis Kemasyarakatan. Surili. 2(39): 14.
34 Sardi I. 2009. Tinjauan Sosiologi Lingkungan dalam Pengelolaan hutan adat di Desa Baru Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Sawitri R, Sri S, Endang K. 2011. Interaksi Masyarakat dengan Hutan dan Lingkungan Sekitarnya di Kawasan dan Daerah Penyangga Taman Nasional Kutai. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8(2): 129-142. Soekmadi R. 1987. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar di Taman Nasional Baluran. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sulistiani SN. 2014. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Oleh Masyarakat Sekitar. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Soerianegara I. 1977. Pengelolaan Sumberdaya Alam Bagian I. Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan , Pasca Sarjana IPB. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan.
Lampiran 1 Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh. No Nama Lokal Bahan Pangan Karbohidrat Jagung 1 Ketela Pohon 2 Porang 3 Buah dan sayuran Daun Babing 1 Wangon 2 Kunci 3 Lempuyang 4 Cabe 5 Kare 6 Pisang 7 Bahan non-pangan Bahan bakar 1 Jati 2 Saga 3 Mahoni 4 Kesambi 5 Klirisidi 6 Kelanding
Nama Ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Asal sumber
Desa
Zea mays Manihot utilissima Amorphophallus campanulatus
Poaceae Euphorbiaceae Araceae
Buah Umbi Umbi
HP, LP HP, LP HP
1, 2, 3 1, 2, 3 2
Sauropus androgynus Olax scandens Gastrochillus panduratum Zingiber casumunar Capsium frutescens Xanthophyllum eurhynchum Musa acuminata
Euphorbiaceae Olacaceae Rubiaceae Zingiberaceae Solanaceae Polygalaceae Musaceae
Daun Daun Umbi Daun Buah Daun Buah
HP. LP HP HP HP HP. LP HP HP. LP
2 2 2, 3 2, 3 2, 3 3 1, 2, 3
Tectona grandis Adenanthera pavonina Swietenia macrophylla Schleicera oleosa Eupatorium palescens Leucaena leucocephala
Verbenaceae Fabaceae Meliaceae Sapindaceae Asteraceae Fabaceae
Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu
HP HP HP HP HP HP
1, 2, 3 1, 2, 3 1, 2, 3 1, 2, 3 1, 2, 3 1, 2, 3
35
32
No
Nama Lokal
Bahan Arang 1 Jati Obat-obatan 1 Temulawak 2 Porang 3 Lempuyang 4 Sambiloto 5 Pulai 6 Mimbo 7 Secang 8 Temu Ireng 9 Kapulaga 10 Kunci pepet 11 Brotowali 12 Jambu 13 Jati belanda 14 Daun keteter
Nama Ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Asal sumber
Desa
Tectona grandis
Verbenaceae
kayu
HP
1, 3
Curcuma xanthorrhiza Amorphophallus campanulatus Zingiber casumunar Andrographis paniculata Alstonia scholaris Azadirachta indica Caesalpinia sappan Curcuma aeruginosa Amomum cardamomum Kaempferia Sp Tinospora crispa Psidium guajava Guazuma ulmifolia Brugmansia arborea
Zingiberaceae Araceae Zingiberaceae Acanthaceae Apocynaceae Meliaceae Fabaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Menispermaceae Myrtaceae Verbenaceae Solanaceae
HP HP HP
1, 2 1, 2 1, 2, 3
HP HP HP HP HP, LP HP HP LP HP, LP HP HP HP
1, 2, 3 1, 2 2 2, 3 1, 2 1, 2 1, 2, 3 2, 3 2 2 2, 3 2
HP
2
HP HP
2, 3 2, 3
15
Tapak liman
Elephantopus scaber
Asteraceae
16
Kayu rapet
Parameria laevigata
Apocynaceae
Umbi Umbi Umbi Daun Kulit kayu Daun Kayu Umbi Buah Umbi Batang Daun Daun Daun Seluruh bagian tumbuhan Kulit kayu
17 18
kemuning Pulai pandak
Murraya paniculata Rauvolfia serpentina
Rutaceae Apocynaceae
Daun Akar
36
Lampiran 1 Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh (Lanjutan)
33 Lampiran 1 Daftar jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Singget, Jegong dan Jati BKPH Kemadoh (Lanjutan) Nama Ilmiah Famili Bagian yang Asal Desa No Nama Lokal Sumber
Fabaceae
Daun
HP
1, 2, 3
Imperata cylindrica
Poaceae
Seluruh bagian tumbuhan
HP
1, 2, 3
Lamuran
Polytrias amaura
Poaceae
4
Laronan
Hoplismenus compositus
Poaceae
5
Rumput Gajahan
Acleracne punctata
Poaceae
6
Kelanding
Leucaena leucocephala
Fabaceae
7
Teki
Cyperus rotundus
Cyperaceae
8
Sigaran
Erythrina hypaphorus
Fabaceae
9
Jagung
Zea mays
Poaceae
Glirisidia sepium
2
Alang-alang
3
Seluruh bagian tumbuhan Seluruh bagian tumbuhan Seluruh bagian tumbuhan Daun Seluruh bagian tumbuhan Seluruh bagian tumbuhan Daun
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP, LP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP
1, 2, 3
HP, LP
1, 2, 3
35
Digunakan Pakan Ternak 1 Gamal
37
34 38
Lampiran 2 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Singget, BKPH Kemadoh Sumber Di Luar BKPH Kemadoh
Jumlah (%)
Areal berhutan (%)
Areal tidak berhutan (%)
Areal hutan di luar (%)
Budidaya (%)
Beli (%)
Bantuan (%)
Sungai (%)
Lainnya (%)
3.75
0
0
6.25
0
0
0
0
100
0 3.13
0 0
0 0
6.88 18.75
75.63 78.13
0 0
0 0
17.50 0
100 100
Air
BKPH Kemadoh
0
0
0
0
0
0
0
100
100
Bahan non-pangan
Kebutuhan
0 0
0 0
0 0
0 0
100 100
0 0
0 0
0 0
100 100
0
0
0
0
100
0
0
0
100
37.50 72.50 1.88 50 11.88
0 0 0 26.25 0
0 0 0 8.75 0
0 0.63 0 0 57.50
0 26.88 98.13 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 2.50 30.63
37.50 100 100 100 100
Pangan
Karbohidrat (beras) Protein Hewani Sayur dan buah Minum dan kebutuhan lainnya Pakaian Rumah Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar Obat-obatan Pakan ternak Pendapatan uang tunai
35 Lampiran 3 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jegong, BKPH Kemadoh
Areal hutan di luar (%)
Budidaya (%)
Beli (%)
Bantuan (%)
Sungai (%)
Lainnya (%)
Jumlah (%)
4
0
0
96
0
0
0
0
100
Protein Hewani
0
0
0
4
76
0
0
20
100
Sayur dan buah
0
0
0
21
79
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
100
100
0 0
0 0
0 0
0 0
100 100
0 0
0 0
0 0
100 100
0
0
0
0
100
0
0
0
100
0 39 3 68 14
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 6 36
0 61 97 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 6 50
0 100 100 100 100
Pangan
Karbohidrat (beras)
Air
BKPH Kemadoh Areal Areal tidak berhutan berhutan (%) (%)
Bahan non-pangan
Kebutuhan
Sumber Di Luar BKPH Kemadoh
Minum dan kebutuhan lainnya Pakaian Rumah Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar Obat-obatan Pakan ternak Pendapatan uang tunai
39
36 40
Lampiran 4 Persentasi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jati, BKPH Kemadoh
Kebutuhan
Air
Pangan
Karbohidrat (beras)
Sumber (Skor) Di Luar BKPH Kemadoh Areal hutan Budidaya Beli Bantuan di luar (%) (%) (%) (%)
Sungai (%)
Lainnya (%)
Jumlah (%)
3.71
0.29
0
0
96
0
0
0
100
Protein Hewani
0
0
0
11.40
67.86
0
0
17.86
100
Sayuran dan buah
0
7.14
0
20.71
72.14
0
0
0
100
Minum dan kebutuhan lainnya
0
0
0
0
0
3
0
0 0
0 0
0 0
0 0
100 100
0 0
0 0
0 0
100 100
0
0
0
0
100
0
0
0
100
25.71 43.57 9.29 71.43 28.57
2.86 0 0 23.57 0
0 0 0 0 0
0 0 0 2.86 37.86
0 56.43 90.71 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 2.14 26.43
28.57 100 100 100 100
Pakaian Rumah Bahan Rumah tangga Bahan arang Bahan bakar Obat-obatan Pakan Ternak Pendapatan uang tunai Bahan non-pangan
BKPH Kemadoh Areal Areal tidak berhutan berhutan (%) (%)
100
Lampiran 5 Peta lokasi penelitian di desa sekitar BKPH Kemadoh, KPH Randublatung
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blora pada tanggal 24 April 1992 dari Ayah Sampan dan Ibu Lamisah. Penulis adalah putri terakhir dari lima bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari MA Abu Darrin dan pada tahun yang sama penulis lulus masuk seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur PBSB (Progam Beasiswa Santri Berprestasi) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten pengamatan Herpetofauna pada tahun 2011-2013. Penulis telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran dan Gunung Syawal pada tahun 2012. Praktik Pengelolaan Hutan (PEH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2013. serta praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) pada tahun 2014. Penulis juga mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Profesi Himakova, CSS MoRA IPB, Biro Kesekretariatan Himakova, Kelompok Pemerhati Herpetofauna dan Kelompok Pemerhati Flora. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan ekspedisi dan eksplorasi yang diadakan Himakova yaitu pendidikan dan latihan Kelompok Pemerhati Herpetofauna (Diklat KPH) pada tahun 2011. Eksplorasi Flora Fauna (Rafflessia) di Cagar Alam Sukawayana Pada Tahun 2011. Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di BKPH Kemadoh. KPH Randublatung dibawah bimbingan Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop.