2434.001.107.B
LAPORAN AKHIR
KAJIAN EFEKTIFITAS PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU MENDUKUNG PEMBANGUNAN KOTA
TAHUN ANGGARAN 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan perwujudan kualitas penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/ yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, melalui penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 30%. Terkait dengan amanat Undang-undang tersebut Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Penataan Ruang menginisiasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang merupakan program untuk meningkatkan dan memberikan jaminan keberlanjutan kualitas ruang kota yang baik, serta tanggap perubahan iklim. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) meliputi 8 atribut Kota Hijau, yang meliputi Green Community terkait peningkatan kepekaan, kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut Kota Hijau, Green Planning and Design terkait perencanaan dan perancangan yang sensitif terhadap agenda hijau, Green Open Space terkait perwujudan kualitas dan kuantitas jejaring RTH Perkotaan, Green Waste terkait penerapan prinsip 3R yaitu mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah, Green Transportation terkait pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan, Green Water terkait peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air, Green Energy terkait pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan, dan Green Building terkait penerapan bangunan ramah lingkungan (hemat air, energi, struktur). Pelaksanaan P2KH dilakukan dengan mekanisme yaitu Pemerintah Pusat melalu Direktorat Jenderal Penataan Ruang memfasilitasi Pemerintah Daerah yang sudah menyusun RAKH, dalam bentuk kegiatan non fisik meliputi kegiatan sosialisasi P2KH, menyiapkan peta hijau kota, serta penyusunan master plan RTH Kota/Kabupaten. Keberhasilan penerapan Program Pengembangan Kota Hijau, dapat mulai diketahui dari tahap awal motivasi Kota/Kabupaten dalam melakukan inisiasi program. Hal ini dapat ditandai dengan adanya komitmen, sinkronisasi program, penataan kelembagaan dan hal lain yang menunjukkan motivasi yang benar dalam pengejawantahan program. Keberhasilan program juga perlu ditelusur dengan menggunakan indikator yang dapat terukur, valid, terpercaya, dan dapat diterapkan 2
diberbagai tempat dan situasi. Ukuran keberhasilan kota hijau sudah ada di negara lain, namun ukuran tersebut belum tentu pas jika dipakai di Indonesia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui motivasi dan ukuran keberhasilan penerapan RAKH, misalnya terhadap penurunan angka kriminalitas, penurunan angka orang sakit, kenaikkan angka kesehatan, kenaikkan produktivitas dan hal lain terkait program pemerintah pro poor, pro job, pro growth dan pro environment. B. PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana efektifitas penerapan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dalam pembangunan perkotaan? C. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Umum: Untuk mengetahui efektifitas keberhasilan penerapan dan pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau dalam pembangunan perkotaan. Maksud Khusus: 1.
Mendeskripsikan capaian kegiatan P2KH yang tercantum dalam RAKH tiap kota/kabupaten berdasarkan atribut kota hijau yang meliputi Green Planning and Design, Green Open Space, dan Green Community.
2.
Mendeskripsikan presepsi masyarakat sebelum dan sesudah adanya program P2KH melalui uji statistic
3.
Mendeskripsikan manfaat yang didapatkan dari program P2KH melalui valuasi ekonomi
4.
Mengukur motivasi pemerintah daerah terhadap adanya program P2KH
Tujuan penelitian adalah tersusunnya Naskah Ilmiah Kajian Efektifitas Program Pengembangan Kota Hijau Mendukung Pembangunan Kota D. KELUARAN Indikator Keluaran Indikator Keluaran dari penelitian ini adalah berupa 1 (satu) naskah ilmiah tentang Efektifitas Program Pengembangan Kota Hijau Mendukung pembangunan Kota.
3
E. LOKASI Penelitian ini mengambil lokasi di kota Tasikmalaya (Prop. Jawa Barat), kota Bukit Tinggi (Prop. Sumatera Barat), Kota Jogjakarta (DIY) dan kota Badung (Prop. Bali).
Gambar I.1. Lokasi Penelitian Kota Hijau Tabel I.1. Justifikasi Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Tasikmalaya (Prop.Jawa Barat)
Bukittinggi (Prop. Sumatera Barat) Badung (Prop. Bali) Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Justifikasi Lokasi Sebelum pelaksanaan P2KH minim RTH, kemudian Pemkab berkomitmen menambah RTH Pemkot berkomitmen menyediakan RTH 30% Pemkab berkomitmen menyediakan RTH sd.59% Peringkat baik dalam pelaksanaan program
F. MANFAAT Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya informasi dari efektifitas penerapan dan pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau terhadap penataan ruang suatu daerah dalam lingkup perkotaan. Selain itu dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Pemerintah Daerah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Rencana Aksi Kota Hijau terhadap penataan ruang suatu daerah dalam lingkup perkotaan.
4
5