KAJIAN CUSTOMER DISCOVERY SEREAL KESEHATAN BEKATUL TERSTABILISASI
RIDHA ALFHIA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Customer Discovery Sereal Kesehatan Bekatul Terstabilisasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Ridha Alfhia NIM F34100018
ABSTRAK RIDHA ALFHIA. Kajian Customer Discovery Sereal Kesehatan Bekatul Terstabilisasi. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN Bekatul terstabilisasi merupakan bekatul yang diolah dengan teknologi HTST (High Temperature Short Time) untuk menghilangkan enzim-enzim yang menyebabkan bau tengik. Bekatul sangat baik bagi penderita diabetes karena memiliki indeks glikemik yang rendah sebesar 19. Penderita diabetes di Indonesia yang mencapai 7,6 juta jiwa pada tahun 2012 merupakan pasar potensial bagi produk bekatul terstabilisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui segmentasi pelanggan yang sesuai dan mengidentifikasi permasalahannya dalam mengonsumsi sereal kesehatan serta memberikan solusi yang berupa minimum viable product (MVP). Selain itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model bisnis yang lebih baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset aksi. Kajian customer discovery terdiri dari empat tahapan, yakni hipotesis awal, pengujian masalah, pengujian solusi, dan verifikasi bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat berbagai masalah utama yang dihadapi penderita diabetes dan/atau kolesterol, antara lain : 1) sereal tidak bisa dimakan dimana saja, 2) rasa sereal yang tidak enak, 3) sereal kesehatan mengandung bahan pengawet. 4) penyajian sereal tidak praktis. Berdasarkan pengujian masalah, sebanyak 78% responden merupakan konsumen potensial. Hasil value preposition akhir dari model bisnis adalah sereal kesehatan dengan variasi rasa buah tanpa bahan pengawet sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat dengan kemasan dan penyajian yang praktis dengan segmentasi pelanggan penderita diabetes yang memiliki aktifitas harian padat serta menjadikan sereal sebagai makanan pendamping karbohidrat dan cemilan sehat. Kata Kunci : Riset aksi, Sereal bekatul terstabilisasi, Customer discovery, Penderita diabetes.
ABSTRACT RIDHA ALFHIA. Study of Customer Discovery on Healthy Cereal of Stabilized Rice Bran. Guided by AJI HERMAWAN Stabilized rice bran is a form of rice bran that had undergone High Temperature Short Time (HTST) processing technology which diminishes the foul odour producing enzymes. It is highly beneficial for diabetic patients due to its low glycemic index level at 19. The 7.6 million diabetic patients that was recorded in 2012 was providing potential market for stabilized rice bran product. The purpose of this research is to conduct a test problem and solution of stabilized rice bran consumption on diabetic patients thus gaining valuable information regarding customer characteristics to formulate optimal business model. The method implemented during the course of research was action research. Research showed that there are hypothesis of several common main issues diabetic patients, e.g; 1) cereal cannot eaten in anyplace and anytime, 2) healthy cereal do not have good taste, 3) doubt with products cereal with chemical and preservatives ingredients, 4) unpractice preparation of cereal. Therefore the proposed value prepositions are as following; healthy cereal with various taste without preservatives as alternative carbohydrate or healthy snack with practice packaging and practice preparation with customer segments are diabetic patients who have dense activity in a day as well as cereal consumption as additional food of carbohydrate and healthy snack.. Key word : Action research, Stabilized rice bran, Customer discovery, Diabetic patients.
KAJIAN CUSTOMER DISCOVERY SEREAL KESEHATAN BEKATUL TERSTABILISASI
RIDHA ALFHIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Kajian Customer Discovery Produk Sereal Kesehatan Bekatul Terstabilisasi Nama : Ridha Alfhia NIM : F34100018
Disetujui oleh
Dr Ir Aji Hermawan, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini Customer Development, dengan judul Kajian Customer Discovery Sereal Kesehatan Bekatul Terstabilisasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aji Hermawan, MM. selaku pembimbing, serta Bapak Eko yang telah banyak memberikan saran kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Amirudin Achmady dan (Alm) Hasnah Ahmad sebagai kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan perhatian pada putranya. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Irmansyah, Msc. Selaku pembimbing rohani penulis. Penulis juga sampaikan terimakasih kepada Radhie Alfha, Sully Ayu Wardhani, Raehana Ulfha, dan Fachri Kardiman sebagai kakak-kakak yang sabar dan selalu memberikan semangat. Teman-teman satu bimbingan, Khoee, Yuga, Anggun, Tika, Daniel, Ichong, dan Nadhif. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dayyus, Nopkur, Sugiyono, Fitrian, Ari, Achor, Alfiyandi, Taufiq, Ardi, Ardhi, Sutresno dan Alin sebagai teman terbaik penulis, rekan-rekan P1, dan rekan-rekan TIN 47 yang saya cintai. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Ridha Alfhia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
14
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
4
Waktu dan Tempat Penelitian
4
Metode Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis Kanvas Model Bisnis
7 7
Analisis Persaingan Industri
11
Pengujian Masalah
12
Pembaruan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis
15
Pengujian Solusi
17
Pembaruan Tahap Kedua Kanvas Model Bisnis
22
Analisis Besaran Pasar
23
Analisis Aliran Pendapatan dan Struktur Biaya
24
Analisis Perubahan MVP 1 menjadi MVP 2
24
Verifikasi Model Bisnis
25
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengumpulan dan analisis data tiap tahapan penelitian Daftar permasalahan yang terdapat pada pelanggan Permasalahan dan solusi yang dilakukan pelanggan Kategori permasalahan Perubahan komponen model bisnis tahap pertama Perubahan komponen fitur MVP 0 menjadi MVP 1 Solusi yang dapat ditawarkan perusahaan terhadap masalah Perubahan komponen model bisnis tahap kedua Analisis aliran pendapatan dan struktur biaya pada MVP 0 dan MVP 1 Perubahan komponen fitur MVP 1 menjadi MVP 2
7 13 14 15 17 18 19 23 24 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
8
Produk bekatul terstabilisasi Grafik persentase alasan dalam mengonsumsi sereal Diagram Persentase konsumen potensial/tidak potensial (a) Produk sereal bekatul terstabilisasi terdiri dari sereal, bekatul, dan gula sachet (b) Label kandungan gizi produk, (c) Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis (a) Workflow sebelum menggunakan produk, (b) workflow setelah menggunakan produk (a) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi terhadap kepraktisan kemasan, (b) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi terhadap rasa. (a) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi tanpa bahan pengawet, (b) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi terhadap kepraktisan dalam penyajian. Grafik saluran yang dipilih responden
4 12 16 18 19 20
21 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biodata inventor produk bekatul terstabilisasi Tahapan penelitian Panduan wawancara pengujian masalah Panduan wawancara pengujian solusi Kanvas model bisnis tahap 0 Total cost dan harga pokok produksi bekatul terstabilisasi (MVP 0) Hasil pengujian masalah Data konsumen potensial/tidak potensial Kanvas model bisnis tahap pertama Total cost dan hargapokokproduksi sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis 11 Kanvas model bisnis tahap kedua
29 30 31 32 33 34 35 38 42 43 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Bekatul merupakan hasil samping penggilingan padi yang memiliki kandungan gizi yang baik, namun pemanfaatan bekatul biasanya masih digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan karena bekatul merupakan bahan yang mudah rusak. Bekatul memiliki bau tengik apabila tidak segera diproses. Oleh karena itu, bekatul perlu distabilisasi untuk mempertahankan nilai mutunya. Bekatul terstabilisasi dapat diolah dengan menggunakan teknologi high temperature short time (HTST). Dewasa ini, sereal kesehatan umumnya diolah dari bahan baku gandum. Di Indonesia, gandum dipenuhi dengan cara impor. Data BPS (2012) menyebutkan impor biji gandum Indonesia mencapai 6,3 juta ton dengan nilai 2,3 miliar dollar AS. Bekatul terstabilisasi diharapkan dapat menjadi alternatif untuk bahan baku sereal kesehatan karena memiliki produktifitas yang tinggi. Menurut BPS (2014) produksi padi pada tahun 2013 sebesar 71,2 juta ton. Setelah dikonversi, maka produksi bekatul dapat mencapai 5,6 – 8,5 juta ton. Salah satu produk inovasi IPB yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr. adalah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi yang diolah dengan menggunakan teknologi HTST. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini memiliki berbagai macam kelebihan, yakni 1) kandungan indeks glikemik yang rendah, 2) mengandung gamma-oryzanol sebagai zat anti kolesterol, 3) mengandung anti oksidan seperti tocotrienol, dan 4) mengandung serat yang tinggi. Namun sayangnya produk sereal ini belum tersegmentasi dengan baik. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi belum dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan pada segmen pelanggan tertentu. Customer discovery merupakan salah satu tahapan dalam melakukan pengembangan pasar (customer development). Customer discovery digunakan untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelanggan terhadap produk yang dikonsumsi. Pada tahapan ini juga dikembangkan berbagai macam solusi yang berupa minimum viable product (MVP) untuk diuji penerimaannya. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini diharapkan dapat menjadi produk yang dapat diterima sebagai solusi untuk pasar yang sudah tersegmentasi. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian customer discovery untuk menemukan segmentasi pelanggan yang sesuai serta mengembangkan model bisnis yang lebih baik. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui segmentasi pelanggan yang sesuai dan mengidentifikasi permasalahannya dalam mengonsumsi sereal kesehatan serta memberikan solusi yang berupa minimum viable product (MVP). Selain itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model bisnis yang lebih baik.
2
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan masukan terhadap pengembangan produk bekatul terstabilisasi yang dapat diterima oleh pelanggan dengan segmentasi tertentu. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah kajian customer discovery tanpa iterasi atau pivot. Pengujian solusi MVP dibatasi hanya sampai MVP 1 serta pada penjelasan MVP 2 hanya berdasarkan saran yang diperoleh dari hasil pengujian solusi.
TINJAUAN PUSTAKA Model Bisnis Kanvas Model bisnis kanvas merupakan sebuah sarana organisasi untuk memodelkan bisnisnya. Dalam model bisnis kanvas terdapat sembilan kunci utama yang saling berkaitan untuk jalannya sebuah organisasi. Dalam buku berjudul “The Startup Owner Manual” yang ditulis oleh Steve Blank dan Bob Dorf tahun 2012 kesembilan elemen dalam model bisnis kanvas antara lain : (customer segment, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure). Customer Discovery Menurut Blank dan Dorf (2012), customer discovery merupakan tahapan pertama dari pengembangan pasar (customer development). Tujuan dari tahap customer discovery adalah menemukan pelanggan yang sesuai dengan hasil hipotesis yang dibuat. Dalam melakukan proses customer discovery, para pengusaha harus menjadikan dirinya sebagai konsumen yang akan dituju. Mereka perlu mengetahui apa permasalahan yang dihadapi dan apa solusi yang harus diberikan pada konsumen. Dengan begitu mereka akan mengetahui siapakah sebenarnya yang sesuai untuk menjadi konsumen dari produk yang dibuat. Ada empat langkah dalam melakukan proses customer discovery, yakni 1) membuat hipotesis, 2) menguji permasalahan, 3) menguji solusi, dan 4) verifikasi.
3
Bekatul Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi. Pada proses penggilingan padi (Oryza sativa L.), diperoleh hasil samping berupa beras 60-66%, sekam sebesar 15-20 %, dedak/bekatul 8-12 %, dan menir sebesar 5 % (Widowati 2001). Berdasarkan data BPS (2014), untuk tahun 2013 produksi beras kurang lebih 71,2 juta ton sehingga bekatul yang dihasilkan pada tahun 2013 mencapai 5,6 – 8,5 juta ton. Dari data tersebut dapat dilihat ketersediaan bahan baku bekatul sangat memadai untuk dijadikan suatu peluang usaha dan jumlahnya akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi beras (Pratiwi 2013). Pemanfaatan bekatul biasanya masih digunakan sebagai pakan ternak, padahal bekatul memiliki potensi sebagai bahan ingredient pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung bahan-bahan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, tidak membahayakan, dan bermanfaat bagi kesehatan. Bekatul dapat diolah menjadi produk turunan yang mampu dijadikan sebagai ingredient pangan fungsional seperti biskuit, kue, suplemen, dan sereal. Bekatul Terstabilisasi dengan Teknologi HTST (MVP 0) Bekatul merupakan bahan yang mudah rusak akibat kandungan yang dimilikinya. Bekatul mengandung enzim lipase yang menyebabkan timbulnya bau tengik. Salah satu teknik yang digunakan untuk mengurangi resiko rusaknya bekatul adalah stabilisasi. Tujuan utama dilakukannya stabilisasi adalah mensterilkan mikroba dan merusak enzim lipase yang terdapat pada bekatul untuk mencegah terurainya komponen minyak menjadi asam lemak bebas (Hargrove 1994). Teknologi yang digunakan pada proses pembuatan bekatul ini adalah teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder. Keuntungan proses ekstrusi diantaranya adalah produktivitas tinggi, tekstur produk yang sangat halus, serta biaya pemakaian energi per satuan produksi proses ekstrusi yang rendah. Minimum Viable Product (MVP 0) pada penelitian ini adalah produk bekatul terstabilisasi yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Ir. Slamet Budianto, Msc, Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Produk ini juga masuk ke dalam 101 inovasi Indonesia. Biodata dan riwayat beliau dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian mengenai bisnis produk bekatul terstabilisasi telah dilakukan oleh Mona Inayah Pratiwi dengan judul skripsi Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul pada UPT F-Technopark IPB. Berdasarkan analisis kelayakan yang dilakukan, secara aspek finansial bekatul terstabilisasi layak untuk diproduksi dengan harga pokok produksi sebesar Rp 4.944,43 per unit.
4
Produk bekatul terstabilisasi dikemas dengan menggunakan pack. Tiap kemasan berisi lima sachet bekatul terstabilisasi. Tiap sachet memiliki berat bersih bekatul terstabilisasi sebesar 30 gram. Produk telah dijual pada gerai-gerai Serambi Botani IPB. Produk bekatul terstabilisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Produk bekatul terstabilisasi
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari-Agustus 2014. Adapun tempat untuk melakukan penelitian adalah di daerah Jakarta dan Bogor. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk kajian customer discovery ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode riset aksi dengan pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara secara mendalam dan dianalisis dengan teknik reduksi dan kategorisasi. Riset aksi adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan suatu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya yang digarap secara sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya dapat dicapai sesuai tingkatan riset. Riset aksi juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang didasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Pendekatan riset aksi pada penelitian ini digunakan untuk kajian customer discovery. Menurut Blank dan Dorf (2012), Customer discovery merupakan tahapan awal untuk melakukan pengembangan pasar (customer development). Customer discovery bertujuan untuk menemukan pelanggan dengan hipotesis awal yang diuji dengan pengujian masalah dan solusi sehingga menghasilkan kanvas model bisnis terbaik. Adapun tahapan pada customer discovery adalah hipotesis, pengujian masalah, pengujian solusi, dan verifikasi bisnis. Jika pada
5
tahap akhir model bisnis belum bisa diverifikasi, maka akan terjadi proses rekursif untuk kembali ke tahap awal hipotesis sehingga akan menjadi siklus. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk menghitung besaran pasar dan kategorisasi konsumen potensial/tidak potensial. 1. Hipotesis Kanvas Model Bisnis Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membuat hipotesis dasar mengenai model bisnis. Hipotesis terdiri dari sembilan kunci elemen, jenis pasar dan analisis persaingannya. Sembilan kunci elemen yaitu value preposition, customer segment, channel, customer relationship, key resource, key partnership, key activities, cost structure dan revenue stream. Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara ke pihak inventor dan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis untuk diekstraksi menjadi kanvas model bisnis 0. 2. Pengujian Permasalahan Tahapan kedua yang dilakukan setelah membuat hipotesis model bisnis adalah pengujian masalah. Langkah awal dalam melakukan pengujian masalah adalah menyusun berbagai macam alternatif hipotesis-hipotesis permasalahan yang dihadapi konsumen. Langkah kedua adalah menyiapkan panduan wawancara pengujian masalah, seperti alasan mengonsumsi sereal, memahami permasalahan yang dihadapi responden, memahami aktivitas keseharian responden, dan lain sebagainya. Daftar panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengumpulan data pada tahapan ini dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam terhadap 50 responden dengan kriteria yang diharapkan. Sebenarnya tidak ada batasan jumlah responden yang ditentukan dalam melakukan kajian customer discovery. Namun, Penentuan jumlah sebanyak 50 responden berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Blank dan Dorf (2012). Sampling yang dilakukan berupa purposive sampling,yakni sampling yang dilakukan dengan cara menentukan responden dan tempat yang diharapkan. Data yang diperoleh antara lain, alasan konsumsi sereal, permasalahanpermasalahan yang dihadapi responden, solusi yang ditawarkan responden, dan derajat tiap parameter-paramater pada responden untuk penentuan konsumen potensial/tidak potensial. Untuk data permasalahan-permasalahan yang dihadapi responden, dianalisis dengan menggunakan teknik reduksi. Setelah data direduksi, data permasalahan diurutkan berdasarkan rangking prioritas dan frekuensi, kemudian permasalahan dikategorikan ke dalam beberapa aspek. Untuk data penentuan konsumen potensial/tidak potensial diolah dengan penjumlahan sederhana. Kemudian hasil penjumlahan digunakan untuk mengkategorisasikan konsumen potensial/tidak potensial berdasarkan interval derajat. 3. Pengujian Solusi Tahapan ketiga yang dilakukan setelah pengujian permasalahan adalah pengujian solusi. Langkah awal pada tahap ini dilakukan perbaikan kanvas model bisnis tahap pertama berdasarkan hasil pengujian masalah. Perbaikan kanvas model bisnis tahap pertama dilakukan dengan cara mengekstraksi kembali sembilan elemen kunci yang perlu diperbaiki pada kanvas model bisnis 0.
6
Setelah memperbaiki kanvas model bisnis, dikembangkan MVP 1 dan menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada MVP 0. MVP 1 merupakan produk/solusi yang dikembangkan dengan fitur-fitur yang diharapkan responden pada saat pengujian masalah. MVP 1 digunakan untuk diuji pada tahapan pengujian solusi. Langkah berikutnya adalah menyusun daftar pertanyaan untuk menguji produk/solusi pada responden. Daftar pertanyaan pengujian solusi dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengujian solusi dilakukan pada responden yang termasuk ke dalam kriteria konsumen potensial serta menambah responden baru hingga mencapai 50 responden apabila pada saat pengujian masalah jumlah konsumen potensial tidak mencapai 50. Pengumpulan data pada tahapan ini dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam terhadap 50 responden. Penentuan jumlah dan sampel sama seperti yang dilakukan pada pengujian masalah. Data yang diperoleh antara lain penerimaan responden terhadap aspek fitur yang diperoleh, penetapan harga yang mampu dibayar responden, intensitas pembelian produk, dan saluran yang diminati responden. Data dianalisis dengan menggunakan teknik reduksi dan kategorisasi yang dilanjutkan dengan mengekstraksi kembali memperbaiki kanvas model bisnis tahap kedua. Jika pada pengujian solusi belum menghasilkan produk/solusi yang diharapkan responden maka perlu dikembangkan MVP 2 berdasarkan saran yang diperoleh dari responden. Hasil pengujian solusi kemudian diverivikasi pada tahap berikutnya. Setelah diperoleh hasil pengujian solusi maka perlu dilakukan 1) analisis besaran pasar dan 2) analisis aliran pendapatan dan struktur biaya. Analisis besaran pasar merupakan sub tahapan pertama dari pengujian solusi. Analisis besaran pasar dilakukan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang dapat diperoleh suatu industri untuk mengembangkan produk bekatul terstabilisasi. Besaran pasar terdiri dari total addressable market (TAM), serve available market (SAM), dan target market (TM). Berikut adalah rumus untuk menghitung ukuran pasar : TAM SAM TM
= Jumlah produksi per tahun untuk TAM x Harga jual produk = Jumlah produksi per tahun untuk SAM x Harga jual produk = Jumlah produksi per tahun untuk TM x Harga jual produk
Analisis aliran pendapatan dan struktur biaya merupakan sub tahapan kedua dari pengujian solusi. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan perbedaan biaya produksi, biaya non produksi, total pendapatan dan harga pokok produksi dari MVP 0 dan MVP 1. Analisis ini dapat menentukan produk mana yang terbaik dalam sisi profitable.
7
4. Verifikasi Model Bisnis Tahapan terakhir yang dilakukan adalah verifikasi model bisnis. Verifikasi bisnis dilakukan dengan mereview kembali hasil pengujian permasalahan dan solusi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pencapaian. Terdapat tiga hal yang perlu diverifikasi, antara lain 1) verifikasi kecocokan produk dengan pasar, 2) verifikasi pelanggan dan cara mencapainya, dan 3) verifikasi pendapatan yang diperoleh. Apabila verifikasi tidak memenuhi diantara ketiga komponen tersebut maka perlu dilakukan pivot kembali. Pengumpulan data dan analisis data tiap-tiap tahapan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengumpulan dan analisis data tiap tahapan penelitian Tahap Penelitian Hipotesis Model Bisnis Kanvas
Pengumpulan Data Wawancara terhadap inventor - Studi pustaka
-
-
Analisis Data Kategorisasi Ekstraksi model bisnis kanvas tahap nol
Pengujian Masalah
-
Wawancara secara mendalam kepada 50 responden
-
Reduksi Kategorisasi Ranking
Pengujian Solusi
-
Wawancara secara mendalam kepada 50 responden
-
Ekstraksi model bisnis kanvas tahap pertama Reduksi Kategorisasi Ekstraksi model bisnis kanvas tahap kedua
Diskusi tim Studi pustaka
-
Verifikasi Bisnis
-
-
Penarikan/verifikasi kesimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis Kanvas Model Bisnis Kanvas model bisnis merupakan proses mengekstraksi sembilan elemen kunci pada model bisnis. Sembilan elemen kuci tersebut antara lain : value preposition, customer segment, channel, customer relationship, key resource, key partnership, key activities, cost structure dan revenue stream. Kanvas model bisnis tahap 0 dapat dilihat pada Lampiran 5. 1. Value Preposition (Proposisi Nilai) Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Proposisi nilai dapat memecahkan permasalahan pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan (Osterwalder dan Pigneur 2010).
8
Hipotesis value preposition yang dapat dikembangkan pada produk bekatul terstabilisasi adalah sereal kesehatan sebagai makanan pendamping nasi dengan indeks glikemik rendah serta tanpa bahan pengawet dan mengandung vitamin B kompleks, mineral, dan gamma-oryzanol sebagai zat anti kolesterol Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi baik dikonsumsi untuk penderita diabetes dan/atau kolesterol yang ingin menambah kalori akibat pengurangan porsi nasi harian tanpa harus takut meningkatnya kadar gula dan kadar kolesterol secara signifikan. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi adalah sereal pendamping makanan nasi yang sehat karena mengandung indeks glikemik rendah dan zat anti kolesterol serta tanpa bahan pengawet Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi tidak seperti sereal gandum, produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi memiliki indeks glikemik lebih rendah yang baik untuk penderita diabetes dan kandungan gamma-oryzanol yang dapat menurunkan kadar kolesterol serta diolah tanpa bahan pengawet 1.1 Visi Produk Bekatul terstabilisasi diharapkan dapat menjadi produk pangan pendamping karbohidrat dan mengurangi konsumsi nasi pada masyarakat Indonesia pada umumnya dan penderita diabetes dan/atau kolesterol pada khususnya. Kandungan gizi yang baik dalam bekatul terutama vitamin B kompleks juga diharapkan dapat mengurangi penderita kekurangan vitamin B kompleks. Visi yang paling penting adalah mengubah image yang negatif pada bekatul di masyarakat pada saat ini menjadi image yang positif dan terbukti untuk kesehatan. 1.2 Fitur dan Manfaat Produk Bekatul memiliki indeks glikemik yang rendah sebesar 19. Penderita diabetes sangat dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat yang memiliki indeks glikemik yang rendah. Hal ini disebabkan karena lama waktu proses perubahan gula darah dalam tubuh. Semakin rendah indeks glikemik, maka semakin lambat memproses gula darah. Selain itu, bekatul terstabilisasi memiliki kandungan karbohidrat sebesar 56%. Hal ini menunjukkan bahwa bekatul memiliki potensi untuk dijadikan makanan pendamping nasi. Bagi penderita kolesterol, Bekatul dapat digunakan sebagai obat. Bekatul memiliki kandungan gamma-oryzanol yang berfungsi sebagai zat anti kolesterol. Bekatul juga memiliki kandungan gizi yang baik, seperti vitamin B kompleks dan mineral. 2. Customer Segment (Segmen Pelanggan) Berdasarkan hipotesis, masalah yang dihadapi pelanggan antara lain : 1) sereal kesehatan mengandung bahan pengawet, 2) sereal kesehatan memiliki rasa yang tidak enak, 3) tidak tahu manfaat sereal kesehatan yang mengandung IG rendah, 4) Sereal memiliki kandungan gizi yang tidak lengkap, khususnya vitamin B kompleks dan mineral. Oleh karena itu, segmen pelanggan yang sesuai adalah penderita diabetes dan/atau kolesterol yang membutuhkan sereal kesehatan yang aman sebagai makanan pendamping karbohidrat tanpa harus takut meningkatnya kadar gula dan kadar kolesterol secara signifikan serta pemenuhan kebutuhan vitamin B kompleks.
9
3. Channel (Saluran) Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), saluran merupakan penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Saluran yang dipilih untuk mendistribusikan produk bekatul terstabilisasi adalah supermarket, toko, dan agen/reseller. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi merupakan alternatif pengganti/subtitusi sumber karbohidrat (nasi) bagi penderita diabetes dan/atau kolesterol. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat disalurkan pada toko dan super market. Penentuan saluran dapat menentukan harga yang ditetapkan. Harga jual bekatul terstabilisasi per kotaknya adalah Rp. 10.000, namun jika dijual di supermarket akan meningkat menjadi Rp 20.000. selain supermarket dan toko, produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi juga didistribusi melalui agen/reseller. 4. Customer Relationship (Hubungan Pelanggan) Menurut Blank dan Dorf (2012) hubungan pelanggan adalah bagaimana cara mendapatkan pelanggan melalui saluran, mempertahankan pelanggan, serta meningkatkan pendapatan dari pelanggan lebih lama. Diperlukan strategi dan taktik dari masing-masing tahapan, Sub bab di bawah ini akan menjelaskan lebih rinci. 4.1 Strategi dan Taktik Mendapatkan Pelanggan Menurut Blank dan Dorf (2012), strategi mendapatkan pelanggan atau get customer terdiri dari empat tahapan, yakni kesadaran, ketertarikan, pertimbangan, dan pembelian. Tahapan strategi Customer relationship yang perlu dibangun untuk mendapatkan pelanggan adalah 1) kesadaran (membuat produk bekatul terstabilisasi diketahui pelanggan), 2) ketertarikan (menciptakan ketertarikan terhadap produk bekatul terstabilisasi), 3) pertimbangan (meyakinkan dengan penawaran-penawaran produk bekatul terstabilisasi), dan 4) pembelian (pelanggan membeli produk bekatul terstabilisasi. Adapun taktik yang digunakan untuk menunjang strategi mendapatkan pelanggan menurut Blank dan Dorf (2012) adalah earn media (media yang digunakan secara gratis) dan paid media (media yang digunakan dikenai biaya). Taktik earn media terdiri dari pembagian produk sampel, pemasangan poster pengenalan produk, pengenalan melalui media sosial, pembagian fliers dan brosur, pesan singkat berantai untuk mengenalkan produk, direct e-mail. Sedangkan taktik paid media terdiri dari pembuatan website, pemasangan iklan di internet, pemasangan iklan di koran dan majalah, mengikuti bazar, dan mengirimi surat tertulis. 4.2 Strategi dan Taktik Mempertahankan Pelanggan Menurut Blank dan Dorf (2012), strategi mempertahankan pelanggan atau keep customer terdiri dari dua tahapan, yakni interaksi dan memelihara hubungan. Adapun taktik yang digunakan untuk mempertahankan pelanggan adalah menciptakan program kesetiaan (loyalty program), pemeriksaan pelanggan melalui telepon (customer check-in calls), memperbarui produk, dan memonitor isu pelayanan bagi pelanggan yang komplain. Program kesetiaan yang dapat
10
diciptakan adalah pembuatan kartu member pelanggan produk bekatul terstabilisasi dan pengiriman paket bonus bagi pelanggan tetap. 4.3 Strategi dan Taktik Meningkatkan Pembelian Pelanggan Menurut Blank dan Dorf (2012), ada dua cara untuk meningkatkan pembelian pelanggan atau grow customer, yakni membuat pelanggan agar membeli lebih banyak atau membuat pelanggan menarik pelanggan baru. Taktik yang digunakan untuk meningkatkan pembelian pelanggan produk bekatul terstabilisasi antara lain, undian berhadiah dengan syarat pembelian minimal dan program „satu ajak sepuluh‟ (jika satu orang berhasil mengajak sepuluh orang menjadi member, maka akan diberikan hadiah bonus). 5. Key Resource (Sumberdaya Kunci) Menurut Blank dan Dorf (2012), sumberdaya kunci terdiri dari empat kategori, yakni fisik, finansial, manusia, dan properti intelektual. Sumberdaya kunci yang diperlukan untuk menjalankan bisnis bekatul terstabilisasi, antara lain : Bahan baku, peralatan dan teknologi, modal, serta sumber daya manusia. Bahan baku hanya berasal dari industri penggilingan padi, yakni bekatul. Peralatan dan teknologi yang digunakan adalah mesin yang terdapat di F-Technopark IPB dengan teknologi high temperature short time. Modal yang diperlukan berupa pinjaman yang diberikan investor untuk memroduksi. Terakhir, sumberdaya manusia yang dibutuhkan meliputi, staff sales dan marketing, serta pekerja yang memiliki keterampilan dalam mengolah bekatul menjadi bekatul terstabilisasi. 6. Key Partnership (Mitra Kunci) Menurut Blank dan Dorf (2012), mitra kunci dapat menyediakan produk atau layanan yang tidak bisa dikembangkan sendiri oleh perusahaan start-up. Mitra yang diperlukan dalam bisnis ini adalah pemasok, jasa printing, dan FTechnopark IPB. Pemasok terdiri dari pemasok bahan baku berupa bekatul segar dari industri penggilingan padi dan pemasok kemasan alumunium foil dan kertas karton. Jasa printing berupa pencetakan selebaran dan brosur informasi mengenai bekatul terstabilisasi serta printing kemasan kertas karton. F-Technopark IPB sebagai tempat produksi pengolahan bekatul terstabilisasi. 7. Key Activities (Aktifitas Kunci) Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), aktivitas kunci merupakan tindakan-tindakan terpenting yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. Aktivitas kunci dalam bisnis ini diantaranya produksi, R&D, pemasaran dan penjualan. Produksi meliputi pembelian bahan baku, pengolahan bahan baku, dan pengemasan bahan baku. R&D atau penelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan inovasi pada produk bekatul terstabilisasi. Pemasaran dilakukan dengan cara mengenalkan produk melalui media cetak dan elektronik. Penjualan dilakukan secara langsung (Direct selling). 8. Cost Structure (Struktur Biaya) Struktur biaya dalam bisnis ini dihitung dengan pendekatan metode full costing. Dalam full-costing perlu diperhatikan dua jenis biaya, yakni biaya produksi (bahan baku, peralatan, kemasan, jasa printing, dll) serta biaya non-
11
produksi (biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dll). Biaya full costing bisnis bekatul terstabilisasi dapat dilihat pada Lampiran 6. 9. Revenue Stream (Aliran Pendapatan) Berdasarkan harga jual yang sudah dipasarkan, produk bekatul terstabilisasi dijual dengan harga Rp 10.000/kotak. Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan yang disalurkan ke saluran-saluran penjualan 10. Market Type (Jenis Pasar) Salah satu jenis pasar menurut Blank dan Dorf (2012) adalah resegmented market /niche market yaitu jenis pasar yang sudah ada namun perlu disegmentasi lagi agar lebih spesifik berdasarkan kebutuhan atau permasalahan pelanggan. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi termasuk ke dalam resegmented market karena produk sereal sebenarnya sudah banyak dijual, namun produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini lebih spesifik untuk menyelesaikan permasalahan penderita diabetes dan/atau kolesterol seperti kandungan indeks glikemik dan vitamin B kompleks dalam sereal. Analisis Persaingan Industri 1. Pesaing Utama Persaingan dalam suatu industri merupakan hal yang wajar. Setiap industri berusaha menjadi yang terbaik diantara saingannya dengan meningkatkan perbaikan kualitas di mata konsumen. Persaingan terjadi sebagai aksi saling merespon kegiatan-kegiatan pihak lain yang mengancam kelangsungan bisnis. Persaingan pasar pada industri sereal bekatul cukup ketat. Pesaing sereal bekatul yang diproduksi F-technopark IPB, antara lain : 1) bekatul dr. Liem, 2) bekatul Previt Fresh, 3) bekatul Nature Farm. Sereal bekatul dr. Liem merupakan saingan terbaik dalam pasar sereal bekatul. Berdasarkan lamanya berproduksi, sereal bekatul dr. Liem merupakan industri yang tertua dan lebih dikenal masyarakat. Sereal bekatul dr. Liem masih dikemas dengan menggunakan plastik. Umumnya harga yang dijual adalah Rp 20.000 per 200 gram. Sereal bekatul Previt Fresh tidak jauh berbeda dengan bekatul dr.Liem, hanya saja produk dikemas dengan menggunakan pack yang berukuran 200 gram. Bekatul Previt Fresh tersedia dalam dua bentuk, yakni bekatul yang berasal dari beras merah dan beras putih. Sereal bekatul Nature Farm merupakan sereal yang paling unik, karena tersedia produk dengan berbagai macam rasa seperti kunyit, temulawak, jahe, dan coklat. Harga yang ditawarkan sedikit lebih mahal dibandingkan bekatul yang lain. Sereal bekatul Nature Farm dijual dengan harga Rp 26.000 per 200 gram. Produk sereal ini juga dikemas dalam bentuk pack. 2. Produk Subtitusi Produk subtitusi atau produk pengganti merupakan produk yang memiliki fungsi atau karakter sama dengan produk yang dijual. Produk subtitusi dapat menjadi suatu ancaman bagi bisnis. Dalam hal ini, sereal bekatul memiliki produk subtitusi dengan sereal Quaker Oatmeal dan susu Diabetasol. Sereal Quaker
12
Oatmeal adalah salah satu produk Quaker yang terbuat dari 100% oat alami. Kandungan serat larut (beta-glucan), indeks glikemik rendah, protein, vitamin, dan mineral lengkap membuat Quaker Oatmeal sangat baik untuk membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan menjaga kadar gula dalam darah. Susu Diabetasol merupakan asupan nutrisi pengganti makan yang lengkap dan seimbang untuk para diabetesi, dengan kandungan vitadigest, serta indeks glikemik rendah untuk membantu menstabilkan kadar gula darah pada penyandang diabetes. Keunggulan yang dimiliki oleh susu Diabetasol adalah nilai gizinya lengkap dan seimbang, sehingga bisa digunakan sebagai pengganti makan serta indeks glikemiknya rendah (31), sehingga dapat diserap secara perlahanlahan oleh tubuh Pengujian Masalah Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi merupakan produk sereal yang baik bagi penderita diabetes dan/atau kolesterol. Berdasarkan hipotesis, bekatul terstabilisasi memiliki value preposition, yakni sereal kesehatan sebagai makanan pendamping nasi dengan indeks glikemik rendah serta tanpa bahan pengawet dan mengandung vitamin B kompleks, mineral, dan Gamma-oryzanol sebagai zat anti kolesterol. Sereal dikonsumsi dengan berbagai macam alasan. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat empat alasan utama seseorang mengonsumsi sereal, antara lain : 1) sebagai makanan pendamping karbohidrat, 2) sebagai pemenuhan kebutuhan serat, 3) sebagai cemilan, dan 4) sebagai sarapan. Grafik persentase alasan dalam mengonsumsi sereal dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Grafik persentase alasan dalam mengonsumsi sereal
13
Sebanyak 42,62% responden mengonsumsi sereal dengan alasan sebagai makanan pendamping karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber makanan yang dapat memicu meningkatnya kadar gula darah. Karbohidrat seperti nasi memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi, yakni sebesar 49. Pada penderita diabetes tipe II, pola makan harus dijaga. Porsi nasi yang dimakan setiap hari juga harus ditakar. Oleh karenanya dibutuhkan sereal untuk mendampingi karbohidrat. Sereal bekatul terstabilisasi memiliki indeks glikemik yang sangat rendah, yakni sebesar 19. Sebanyak 29,51% responden mengonsumsi sereal dengan alasan sebagai snack. Responden umumnya memiliki aktivitas harian yang padat. Menurut Susan Wnuk, seorang pakar psikologi di bidang gangguan cara makan dan masalah berat badan Vankoughnet (2014), seseorang menggunakan makanan untuk membuat dirinya merasa nyaman ketika dia stress. Terutama saat aktivitas harian yang begitu padat dan dikejar deadline-deadline pekerjaan. Pada tahap pengujian masalah terdapat masalah yang tidak sesuai dengan hipotesis. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat pelanggan yang memiliki permasalahan dengan kandungan gizi yang tidak lengkap terutama vitamin B kompleks yang terdapat pada sereal. Hal ini disebabkan karena penderita diabetes lebih mementingkan kandungan gula dibandingkan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan. Daftar permasalahan yang terdapat pada pelanggan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Daftar permasalahan yang terdapat pada pelanggan Jenis Permasalahan Sereal tidak bisa dimakan dimana saja Rasa sereal yang tidak enak Sereal kesehatan mengandung bahan pengawet Penyajian sereal tidak praktis Kemasan yang terbuka dapat menurunkan kualitas Tidak sempat menyajikan sereal di pagi hari Kurang promosi Harga sereal dengan kemasan besar terlalu mahal Boros mengonsumsi apabila ada sereal dengan kemasan besar Ketersediaan produk terbatas Belum merasakan manfaat kesehatan Aroma sereal tidak meningkatkan selera Tekstur sereal yang lengket
Jml. 17 15 13 10 9 8 6 5 3 3 3 2 1
Berdasarkan hasil wawancara, permasalahan yang sering muncul, antara lain : 1) sereal tidak bisa dimakan dimana saja, 2) rasa sereal yang tidak enak, 3) sereal kesehatan mengandung bahan pengawet, dan 4) penyajian sereal tidak praktis. Hasil pengujian masalah dapat dilihat pada Lampiran 7. Permasalahan pertama, sereal tidak bisa dimakan dimana saja, dialami sebanyak tujuh belas responden. Umumnya mereka memiliki aktivitas harian yang padat. Bekerja sebagai karyawan, pegawai negeri, dan guru. Mereka membutuhkan suatu produk sereal yang dapat dikonsumsi dimana saja, ketika di kendaraan umum, ketika di kereta, ketika di taman, bahkan ketika di kantor. Produk sereal yang banyak ditawarkan di pasaran masih menggunakan kemasan plastik sehingga hanya
14
berfungsi sebagai penyimpanan. Mereka menyelesaikan permasalahan ini dengan membeli makanan pengganti sereal di toko terdekat atau menyiapkan bekal dari rumah. Permasalahan kedua, dialami sebanyak lima belas responden. Rasa sereal yang tidak enak dapat menyebabkan pelanggan kehilangan selera. Rasa sereal yang tawar membuat pelanggan mengalami kejenuhan dalam mengonsumsi sereal. Permasalahan ini biasanya diselesaikan dengan cara menambahkan gula, susu, atau perisa. Permasalahan ketiga, dialami sebanyak tiga belas responden. Bahan pengawet merupakan masalah yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Mereka sangat berhati-hati dan berusaha selektif dalam memilih produk. Solusi yang mereka tawarkan adalah dengan membeli produk yang sudah terbukti dan jaminan tanpa bahan pengawet atau mengurangi dan membatasi konsumsi sereal. Permasalahan keempat, dialami sebanyak sepuluh responden. penakaran dan penambahan gula tambahan pada sereal menjadikan penyajian tidak praktis. Selain itu, dalam mengolah sereal juga diperlukan air yang panas agar larut. Hal ini cukup membuat sulit pelanggan, karena di beberapa tempat mereka tidak bisa memasak. Solusi yang mereka tawarkan adalah dengan membawa gula sachet-an dan termos air panas. Tabel 3 memperlihatkan masalah dan solusi yang ditawarkan. Tabel 3 Permasalahan dan solusi yang dilakukan pelanggan No 1
2 3
5
Masalah yang paling banyak Solusi yang dilakukannya dihadapi pelanggan Sereal tidak bisa dimakan dimana Membeli produk pengganti sereal di saja toko terdekat atau membawa bekal dari rumah Rasa sereal yang tidak enak Menambahkan gula, susu, atau perisa Sereal kesehatan mengandung Membeli produk yang sudah bahan pengawet terbukti dan terjamin tanpa bahan pengawet atau mengurangi dan membatasi konsumsi sereal. Penyajian sereal yang tidak praktis Membawa gula sachet-an dan termos yang berisi air panas
Permasalahan-permasalahan pelanggan dapat dikategorikan menjadi lima hal, yakni : 1) kemasan, 2) fitur bahan sereal 3) kepraktisan, 4) pemasaran, dan 5) khasiat. Kategori permasalahan dapat dilihat pada Tabel 4.
15
Tabel 4. Kategorisasi permalahan No Kategori Permasalahan 1 Kemasan Sereal tidak bisa dimakan dimana saja Kemasan yang terbuka dapat menurunkan kualitas Harga sereal dengan kemasan besar terlalu mahal Boros mengonsumsi apabila kemasan sereal yang terlalu besar Subtotal 2 Fitur Bahan Sereal Rasa sereal yang tidak enak Sereal kesehatan mengandung bahan pengawet Aroma sereal tidak meningkatkan selera Tekstur sereal yang lengket Subtotal 3 Kepraktisan Penyajian sereal tidak praktis Tidak sempat menyajikan sereal di pagi hari Subtotal 4 Pemasaran Kurang promosi Ketersediaan produk terbatas Subtotal 5 Khasiat Belum merasakan manfaat kesehatan TOTAL
Jml. 17 9 5 5 36 15 13 2 1 31 10 8 18 6 3 9 3 97
Pembaruan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis Pembaruan kanvas model bisnis dilakukan setelah mengumpulkan dan menganalisis hasil dari pengujian masalah. Berdasarkan data yang diperoleh, maka kanvas model bisnis yang perlu diperbaiki dari hipotesis adalah market size, value preposition,dan customer segment. Kanvas model bisnis tahap pertama dapat dilihat pada Lampiran 9. Perubahan komponen model bisnis dapat dilihat pada Tabel 5. 1. Value Preposition Tahap I Pada komponen value preposition, terdapat beberapa hipotesis yang dihilangkan, yakni mengandung gamma-oryzanol sebagai anti kolesterol serta memiliki kandungan gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena responden umumnya tidak memiliki masalah dengan poin tersebut. Responden cenderung lebih percaya menggunakan obat kimia seperti simvastatin untuk dijadikan sebagai anti-kolesterol karena memiliki efek penurunan kadar kolesterol lebih cepat. Responden juga cenderung tidak memperhatikan kandungan gizi yang akan dikonsumsi. Mereka percaya bahwa dalam makanan sehari-harinya telah
16
mengandung gizi yang tercukupi. Apabila memerlukan gizi maka dipenuhi dengan suplemen tambahan. Responden lebih berminat terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kepraktisan dan fitur sereal seperti bisa dikonsumsi dimana saja dan kapan saja, penyajian sereal yang praktis, dan rasa sereal yang enak tanpa bahan pengawet. responden juga umumnya mengonsumsi sereal dengan alasan sebagai makanan pendamping karbohidrat dan cemilan sehat. 2. Customer Segment Tahap I Pada komponen customer segment, perubahan model bisnis berkaitan dengan value preposition yang baru, yakni sereal kesehatan tanpa bahan pengawet sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat dengan kemasan dan penyajian yang praktis. Berdasarkan pengujian masalah, customer segment yang paling baik adalah penderita diabetes yang memiliki aktivitas harian di luar rumah rata-rata lebih dari delapan jam sehari. Pelanggan membutuhkan produk sereal kesehatan yang praktis sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat di waktu kerja. Pelanggan umumnya memiliki profesi sebagai karyawan, pegawai negeri, wiraswasta dan guru. Pelanggan tidak hanya terdiri dari pelanggan yang memiliki riwayat penyakit diabetes saja, namun juga pelanggan memiliki riwayat penyakit keturunan diabetes dari orang tuanya sehingga turut menjaga pola makannya semenjak masa muda. Penentuan konsumen potensial dipengaruhi oleh lima paramater, yakni 1) budget yang dimiliki, 2) pemahaman pelanggan dengan maslah yang dihadapi, dan 3) ketidakpuasan pelanggan dengan solusi yang dia tawarkan, 4) kebutuhan untuk diselesaikan, 5) proses membeli produk . Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Lampiran 8, diperoleh 78 % responden termasuk dalam kategori konsumen potensial. Diagram Persentase konsumen potensial/tidak potensial dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram Persentase konsumen potensial/tidak potensial. 3. Cost Structure Tahap 1 Penambahan kemasan praktis, gula sachet dan susu sachet pada produk sereal maka diperlukan biaya produksi tambahan. Total biaya dan harga pokok produksi produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis dapat dilihat pada Lampiran 10.
17
Tabel 5 Perubahan komponen model bisnis tahap pertama No Komponen Model bisnis hipotesis Model bisnis pembaruan tahap pertama 1 Value Sereal kesehatan sebagai makanan Sereal kesehatan tanpa preposition pendamping karbohidrat dengan bahan pengawet sebagai indeks glikemik rendah serta makanan pendamping tanpa bahan pengawet dan karbohidrat atau cemilan mengandung vitamin B kompleks, sehat dengan kemasan dan mineral, dan gamma-oryzanol penyajian yang praktis. sebagai zat anti kolesterol 2
Customer segment
Untuk penderita diabetes dan/atau kolesterol yang membutuhkan sereal kesehatan yang aman sebagai makanan pendamping karbohidrat tanpa harus takut meningkatnya kadar gula dan kadar kolesterol secara signifikan serta pemenuhan kebutuhan vitamin B kompleks.
Untuk penderita diabetes yang memiliki aktivitas harian yang padat serta menjadikan sereal sebagai makanan pendamping karbohidrat dan cemilan sehat
3
Cost structure
Total cost Rp 9.898.855 Hpp Rp 4.944,74 Produksi 2.000 unit/bulan
Total cost Rp 25.222.489 Hpp Rp 3.362,99 Produksi 7.500 unit/bulan
Pengujian Solusi Pengujian solusi adalah pengujian untuk menawarkan solusi/produk dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi responden. Ada berbagai macam masalah yang dihadapi pelanggan, yakni kemasan, fitur bahan sereal, kepraktisan, pemasaran, dan khasiat. Selama ini, kemasan pada produk sereal hanya berfungsi sebagai penyimpanan. Padahal pelanggan memerlukan produk sereal yang praktis, yakni dengan kemasan yang dapat berfungsi juga sebagai wadah/piring agar sereal dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Selain itu, kemasan yang besar dapat membuat kualitas sereal menurun apabila sudah terbuka dan tidak diikat. Kemasan yang terbuka dapat menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi di dalam bekatul. Kemasan yang besar juga memiliki harga yang lebih mahal. Fitur bahan sereal juga merupakan permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam membangun solusi/produk. Rasa sereal yang tidak enak membuat pelanggan menjadi malas untuk mengonsumsi sereal. Pelanggan biasanya menambahkan susu dan gula agar meningkatkan selera. Keamanan produk sereal juga menjadi pertimbangan pelanggan dalam membeli sereal. Pelanggan akan menghindari dan membatasi konsumsi sereal dengan bahan pengawet. Kepraktisan dalam penyajian menjadi permasalahan yang perlu diselesaikan juga. Pelanggan umumnya menginginkan penyajian yang mudah dan cepat. Sebelumnya, pelanggan harus memerlukan air panas untuk membuat sereal.
18
Pelanggan juga perlu melakukan penakaran pada sereal dan gula agar komposisinya pas. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi/produk yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, yakni produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi merupakan produk sereal sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat bagi penderita diabetes dan/atau kolesterol dengan kemasan dan penyajian yang praktis. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4. (a) Produk sereal bekatul terstabilisasi terdiri dari sereal, bekatul, dan gula sachet (b) Label kandungan gizi produk, (c) Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis Kemasan sereal yang berfungsi sebagai penyimpanan dan wadah/piring, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi penderita diabetes yang memiliki aktivitas harian yang padat. Dengan kemasan tersebut, sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Sereal bekatul terstabilisasi juga dilengkapi dengan sereal, susu dan gula dalam bentuk sachetan dengan berat bersih berturut-turut 30 gram, 20 gram, dan 10 gram. Bentuk sachet-an dipilih agar memudahkan pelanggan dalam menyajikan sereal. Susu dan gula juga diharapkan dapat meningkatkan citarasa dari sereal. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi diolah dengan teknologi HTST sehingga produk dapat bertahan hingga waktu enam bulan tanpa menggunakan bahan pengawet. Perubahan komponen fitur MVP 0 menjadi MVP 1 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perubahan komponen fitur MVP 0 menjadi MVP 1 No Komponen perubahan MVP 0 MVP 1 1 Deskripsi produk - Terdiri dari 5 sachet - Terdiri bekatul terstabilisasi bekatul (150 gram). gram), - Tiap sachet berukuran bubuk 30 gram. saschet gram) 2
Bentuk kemasan
dari satu sachet terstabilisasi (30 satu sachet susu (20 gram), satu gula bubuk (5
- Kemasan kertas yang - Kemasan dibentuk menjadi wadah/piring pack fleksibel
berbentuk yang
19
Workflow diagram merupakan gambaran proses yang dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan produk/solusi. Workflow diagram dapat dilihat pada Gambar 5. Masak air panas
Menakar sereal, gula, dan susu
Menyiapkan wadah/piring
Mencuci piring
Mencampur air dan sereal pada wadah kemasan
Membuang kemasan/ gunakan kembali
(a) Sedia air panas/ air biasa
Sobek sachet sereal, susu, dan gula
(b) Gambar 5. (a) Workflow sebelum menggunakan produk, (b) workflow setelah menggunakan produk Terlihat perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan produk. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi tidak harus menggunakan air panas dalam proses penyajiannya. Kemudian penakaran tidak perlu dilakukan karena ukuran sachet sudah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kemasan produk juga dapat berfungsi sebagai wadah/piring sehingga sereal bisa dikonsumsi dimana saja tanpa perlu membawa piring atau mangkuk dari rumah. Jika kemasan masih ingin digunakan, maka kita dapat mencucinya atau jika tidak perlu, kita dapat membuangnya. Berdasarkan hasil pengujian masalah, Jenis permasalahan-permasalahan yang diperoleh diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar untuk diprioritaskan penyelesaianya. Pengujian solusi dilakukan pada 50 responden dengan menggantikan sebelas konsumen tidak potensial dengan responden baru. Penawaran solusi yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Solusi yang dapat ditawarkan perusahaan terhadap masalah No Permasalahan yang dihadapi Solusi yang ditawarkan perusahaan 1 Sereal tidak bisa dimakan Produk sereal kesehatan bekatul dimana saja terstabilisasi dikembangkan dengan kemasan yang dapat berfungsi sebagai wadah/piring disertakan sendok di dalamnya sehingga dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. 2
Rasa sereal yang tidak enak
Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dilengkapi dengan gula dan susu dalam sachet sehingga memberikan cita rasa yang lebih baik.
20
Tabel 7 Solusi yang dapat ditawarkan perusahaan terhadap masalah (lanjutan) No Permasalahan yang dihadapi Solusi yang ditwarkan perusahaan 3 Sereal kesehatan mengandung Produk sereal kesehatan bekatul bahan pengawet terstabilisasi diproses dengan menggunakan teknologi HTST, sehingga tidak memerlukan bahan pengawet tambahan untuk memperpanjang umur simpan. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat bertahan hingga waktu enam bulan. 4
Penyajian sereal yang tidak Produk sereal bekatul terstabilisasi praktis dilengkapi dengan gula sachet, susu sachet, dan bekatul sachet yang sudah ditakar. Serta sereal bekatul terstabilisasi mudah larut dalam air pada suhu normal.
Berdasarkan hasil pengujian solusi pertama, 90% responden menerima kepraktisan kemasan sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. Kemasan dapat dijadikan sebagai wadah/piring agar sereal dapat dikonsumsi dimana saja. Bagi pelanggan yang memiliki masalah dengan waktu dan tempat untuk mengonsumsi sereal, kini sudah bisa mengonsumsi sereal dimana saja dan kapan saja. Bahkan sereal dapat dikonsumsi pada saat di perjalanan jika tidak sempat sarapan di rumah. Namun sekitar 10% responden menolak kepraktisan dari kemasan sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. Mereka lebih senang membawa gelas/wadah dari rumah dan membeli sereal dalam bentuk sachet-an. Pada pengujian solusi kedua, mengenai penerimaan terhadap rasa, sereal kesehatan belum diterima oleh 58% responden. Hal ini disebabkan karena rasa sereal bekatul masih belum disenangi oleh sebagian besar masyarakat. Ketika mencicipi bekatul yang terbayang oleh mereka adalah pakan ternak. Sebagian besar pelanggan sudah merasa jijik ketika mendengar kata bekatul walaupun belum dicicipi. Namun sekitar 42% responden menerima produk dengan rasa sereal bekatul. Mereka lebih menyenangi produk yang alami, karena jika ditambah dengan perisa menurut mereka akan membuat sereal menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Diagram persentase pengujian solusi penerimaan kemasan dan rasa sereal bekatul dapat dilihat pada Gambar 6. tidak 10%
ya 42% ya 90%
(a)
tidak 58%
(b)
Gambar 6. (a) Diagram persentase penerimaan produk terhadap kepraktisan kemasan, (b) Diagram persentase penerimaan produk terhadap rasa.
21
Pada pengujian solusi ketiga, penerimaan terhadap sereal kesehatan tanpa bahan pengawet, 94% responden menerima produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi yang diolah dengan teknologi HTST tanpa bahan kimia dan pengawet. pengolahan dilakukan secara fisik, yakni dengan penyangraian. Sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat bertahan hingga waktu 6 bulan tanpa diberikan bahan pengawet. Namun sebanyak 6% responden belum yakin bahwa sereal kesehatan bekatul terstabilisasi tidak mengandung bahan pengawet. mereka akan yakin dengan sereal tanpa bahan pengawet apabila produk sereal tersebut telah tersertifikasi oleh lembaga terkait. Pada pengujian solusi keempat, penerimaan kepraktisan dalam penyajian sereal, 92% responden menerima kepraktisan dalam penyajian sereal. Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi sudah dilengkapi dengan susu dan gula sachet sehingga pelanggan tidak perlu lagi menakar saat menyajikan sereal. Selain itu, sereal kesehatan bekatul terstabilisasi juga dapat larut pada air dengan suhu normal sehingga pelanggan tidak perlu harus memasak air lagi. Namun sebanyak 8% responden belum menerima kepraktisan dalam penyajian sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. Hal ini disebabkan karena mereka menginginkan produk sereal yang benar-benar siap dikonsumsi tanpa harus dilarutkan dengan air, ditambahkan gula, dan ditambahakan susu. Diagram persentase pengujian solusi penerimaan terhadap kepraktisan dalam penyajian dan tanpa bahan pengawet dapat dilihat pada Gambar 7. tidak 6%
tidak 8%
ya 94%
(a)
ya 92%
(b)
Gambar 7. (a) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi tanpa bahan pengawet, (b) Diagram persentase penerimaan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi terhadap kepraktisan dalam penyajian. Penetapan harga jual yang diinginkan pelanggan umumnya berkisar diantara Rp 2.000 sampai Rp 8.000. Kemudian intensitas pembelian produk rata-rata sebesar 4 kali dalam seminggu. Saluran yang banyak diminati adalah supermarket. sebanyak 40 dari 50 responden memilih saluran tersebut disebabkan karena ketersediaan produk, kenyamanan saat belanja, dan akses yang mudah. Selain itu, responden memilih supermarket karena kualitas produk baik. Saluran yang diminati berikutnya adalah toko dan pasar. Grafik saluran yang dipilih responden dapat dilihat pada Gambar 8.
22
Gambar 8. Grafik saluran yang dipilih responden Pembaruan Tahap Kedua Kanvas Model Bisnis Pembaruan kanvas model bisnis dilakukan kembali setelah mengumpulkan dan menganalisis hasil dari pengujian solusi. Berdasarkan data yang diperoleh, maka kanvas model bisnis yang perlu diperbaiki dari hipotesis adalah value preposition, channel, cost structure dan revenue stream. Kanvas model bisnis tahap kedua dapat dilihat pada Lampiran 11. Perubahan komponen model bisnis tahap kedua dapat dilihat pada Tabel 8. 1. Value Preposition tahap II Terdapat penambahan value preposition pada tahap kedua, yakni variasi rasa. Rasa bekatul yang alami belum diterima oleh sebagian besar pelanggan. Rasa yang dinginkan pelanggan seperti rasa cokelat, vanila, dan rempah-rempahan. 2. Channel tahap II Saluran yang diminati pelanggan untuk membeli produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi adalah supermarket dan toko. Pemilihan saluran tersebut berdasarkan karena ketersediaan produk, kenyamanan saat belanja, akses yang mudah, dan kualitas produk yang baik. 3. Revenue Stream Tahap II Harga penjualan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi per kemasan adalah sebesar Rp 8.000. harga ini ditentukan berdasarkan rentang kesesuaian harga yang diharapkan pelanggan. Menurut pelanggan, penetapan harga tersebut masih dalam batas yang wajar karena sesuai dengan penampilan produk sereal dengan penambahan susu dan kemasan menarik.
23
Tabel 8 Perubahan komponen model bisnis tahap kedua No Komponen Model bisnis pembaruan Model bisnis pembaruan tahap pertama tahap kedua 1 Value Sereal kesehatan tanpa Sereal kesehatan dengan preposition bahan pengawet sebagai variasi rasa tanpa bahan makanan pendamping pengawet sebagai makanan karbohidrat atau cemilan pendamping karbohidrat sehat dengan kemasan dan atau cemilan sehat dengan penyajian yang praktis. kemasan dan penyajian yang praktis. 2
Channel
Supermarket Toko Agen/reseller
Supermarket Toko
3
Revenue stream
Rp 10.000 per unit
Rp 8.000 per unit
Analisis Besaran Pasar Total Addresable market Berdasarkan data dari IDF (2012), dari total penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 7,6 juta jiwa yang mengalami diabetes. Jika dalam sebulan diasumsikan tiap konsumen membeli 600 gram bekatul terstabilisasi, dengan harga jual Rp 66/gram, maka total addressable market dapat diasumsikan sebesar Rp 300,96 miliar per bulan atau setara dengan Rp 3,611 triliun per tahun. Served Available Market Berdasarkan data konsumen potensial yang diperoleh dari hasil pengujian masalah dapat diperkirakan bahwa serve available market produk sereal bekatul terstabilisasi sekitar 78% dari total adressable market, yakni sebanyak 5.928.000 jiwa. Jika dalam sebulan tiap konsumen membeli 600 gram bekatul terstabilisasi, dengan harga Rp 66/gram, maka serve available market dapat diasumsikan sebesar Rp 234,74 miliar per bulan atau setara dengan Rp 2,816 triliun per tahun. Target Market Target market diasumsikan yaitu 1 % dari total SAM sebesar 59.280 jiwa. Dengan asumsi jumlah pembelian tiap bulan dan harga pembelian yang sama, maka target market yang diperoleh sebesar Rp 2,374 miliar per bulan atau setara dengan Rp 36,11 miliar per tahun.
24
Analisis Aliran Pendapatan dan Struktur Biaya Aliran pendapatan dan struktur biaya perlu dilakukan untuk melihat profitable yang bisa dihasilkan dari produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. berdasarkan Lampiran 6, MVP 0 memiliki total biaya produksi sebesar Rp 9.889.489 per bulan. Dalam satu bulan produksi dapat menghasilkan 2.000 unit produk. Jika harga penjualan sebesar Rp 10.000 per unit, maka total penjualan yang dapat diperoleh sebesar Rp 20.000.000 per bulan. Total penerimaan yang diperoleh harus dipotong dengan biaya distribusi yang diasumsikan sebesar 30% dari total penjualan, yakni Rp 6.000.000 per bulan. Akhirnya, total penerimaan yang diperoleh dari MVP 0 sebesar Rp 4.110.511 per bulan. Jika dibandingkan dengan analisis aliran pendapatan dan struktur biaya pada MVP 1 maka akan lebih baik profitable-nya jika dibandingkan MVP 0. Namun memerlukan total biaya produksi yang lebih besar, yakni Rp 25.222.489 per bulan. MVP 1 diasumsikan dapat diproduksi sebanyak 7.500 unit produk per bulan . Jika harga penjualan sebesar Rp 8.000 per unit, maka total penjualan yang dapat diperoleh sebesar Rp 60.000.000 per bulan. Akhirnya total penerimaan yang diperoleh setelah dipotong biaya distribusi sebesar Rp 16.777.511 per bulan. Perbandingan analisis aliran pendapatan dan struktur biaya pada MVP 0 dan MVP 1 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis aliran pendapatan dan struktur biaya pada MVP 0 dan MVP 1 No Elemen MVP 0 MVP 1 1 Netto produk per unit 150 gram 30 gram bekatul bekatul terstabilisasi, 20 gram terstabilisasi susu bubuk, dan 10 gram gula bubuk 3 HPP (Rp/unit) 4.944,74 3.362,99 2 Jumlah produksi (unit/bulan) 2.000 7.500 3 Harga Jual (Rp/unit) 10.000 8.000 4 Total biaya produksi (Rp/bulan) 9.889.489 25.222.489 5 Total penjualan (Rp/bulan) 20.000.000 60.000.000 6 Total biaya distribusi (Rp/bulan) 6.000.000 18.000.000 7 Total penerimaan (Rp/bulan) 4.110.511 16.777.511
Analisis Perubahan MVP 1 menjadi MVP 2 Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perubahan-perubahan fitur dari MVP 0 yang diharapkan pelanggan. pada MVP 1, penyelesaian permasalahn mengenai kepraktisan penyajian dan kemasan oleh produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini sudah dapat diterima. Namun belum dapat menyelesaikan permasalahan pelanggan mengenai penerimaan pelanggan terhadap aspek rasa. Berdasarkan saran-saran yang diperoleh dari responden, perlu dikembangkan MVP 2 dengan fitur variasi rasa, seperti rasa vanili, coklat dan rempah-rempah dengan kandungan gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Perubahan komponen fitur MVP 1 menjadi MVP 2 dapat dilihat pada Tabel 10.
25
Tabel 10. Perubahan komponen fitur MVP 1 menjadi MVP 2 No Komponen perubahan MVP 1 MVP 2 1 Deskripsi produk - Terdiri dari satu - Terdiri dari satu sachet sachet bekatul bekatul terstabilisasi (30 terstabilisasi (30 gram), satu sachet susu gram), satu sachet bubuk (20 gram), satu susu bubuk (20 gram), saschet gula bubuk (5 satu saschet gula gram) dengan variasi rasa bubuk (5 gram) seperti vanili, coklat, dan rempah-rempah 2
Bentuk kemasan
- Kemasan berbentuk - Kemasan wadah/piring yang wadah/piring fleksibel fleksibel
berbentuk yang
Verifikasi Model Bisnis Verifikasi Kecocokan Produk dengan Pasar Dalam melakukan verifikasi kecocokan produk terhadap pasar terdapat tiga pertanyaan penting yang harus dijawab, yakni : 1) apakah pelanggan lebih memilih untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan, 2) apakah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan penyajian dan kemasan praktis dikembangkan untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan, 3) apakah terdapat pelanggan potensial yang menjadi konsumen produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan penyajian dan kemasan praktis. Pertama, pelanggan umumnya memilih untuk memecahkan masalahnya dibandingkan memenuhi kebutuhannya. Masalah-masalah yang menjadi dominan untuk dipecahkan masalahnya adalah kepraktisan dan penyajian kemasan, seperti sereal yang bisa dimakan dimana saja dan kapan saja serta sereal yang mudah penyajiannya. Akan tetapi, terdapat pelanggan juga yang ingin memenuhi keinginannya seperti menginginkan rasa sereal yang nikmat. Dalam memecahkan masalah dan memenuhi keinginannya, pelanggan biasanya memiliki solusi sendiri, seperti penambahan susu dan gula serta membawa gelas dan termos air. Namun mereka menginginkan produk sereal yang dapat menyelesaikan semua masalah dan keinginannya dalam satu produk tanpa aktifitas yang ribet. Kedua, produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dikembangkan untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi keinginan konsumen. Produk sereal bekatul terstabilisasi dapat menyelesaikan permasalahan kepraktisan yang terdapat pada pelanggan. Dengan desain kemasan seperti mangkuk dan ringan, dapat dijadikan sebagai produk alternatif sereal yang dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Namun produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi belum bisa memenuhi keinginan pelanggan. Produk belum diterima dari sisi rasa. Umumnya pelanggan tidak menyukai rasa dan aroma bekatul. Penambahan susu dan gula tidak memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan cita rasa sereal. Pelanggan merekomendasikan untuk mengembangkan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan perisa rasa buah-buahan.
26
Ketiga, berdasarkan hasil pengujian solusi, produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi memiliki penerimaan yang cukup tinggi oleh pelanggan. Dari segi kepraktisan kemasan, keamanan pangan, dan kepraktisan penyajian, lebih dari 90% responden menerima produk tersebut. Namun sebanyak 58% responden belum bisa menerima rasa dari produk. Kemudian, sebanyak 78% dari 50 responden yang diwawancarai merupakan konsumen potensial. Artinya, serve available market yang dapat tersedia sebanyak sebesar Rp 234,74 miliar per bulan. Verifikasi Pelanggan dan Cara Mencapainya Karakteristik pelanggan yang ingin membeli produk sereal bekatul terstabilisasi adalah penderita diabetes yang memiliki aktifitas padat setiap harinya sehingga pelanggan membutuhkan produk sereal yang praktis. Pelanggan mengonsumsi sereal dengan alasan sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat. Pelanggan memilih saluran supermarket dan toko sebagai tempat membeli produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi. Pelanggan memiliki aktifitas setiap harinya yang dimulai dengan sarapan pagi di rumah. Sarapan biasanya dengan mengonsumsi sereal atau nasi. Jika tidak sempat sarapan maka pelanggan akan membeli makanan di luar saat di perjalanan atau membawa bekal ke kantor. Bagi pelanggan yang memiliki kebiasaan mengemil saat di kantor, mereka akan memilih cemilan yang sehat seperti biskuit dan sereal. Saat jam pulang kerja, umumnya pelanggan terjebak macet di perjalanan. Jika lapar, maka mereka mencoba untuk menahan laparnya hingga sampai ke rumah atau memilih menepi dan makan malam di rumah makan yang berada di pinggir jalan. Verifikasi Pendapatan yang Diperoleh Produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi memiliki potensi pasar yang cukup besar jika dilihat dari ukuran pasar TAM, SAM, dan TM. Jika produksi sereal kesehatan bekatul terstabilisasi sebanyak 7.500 unit per bulan dan biaya penjualan per unit dengan harga Rp 8.000, maka dapat dihasilkan omset penjualan sebesar Rp 60.000.000 per bulan. Hasil penjualan tersebut tidak semuanya menjadi revenue perusahaan. Perusahaan perlu mengeluarkan biaya saluran distribusi yang diasumsikan sebesar 30% dari harga jual produk atau sebesar Rp 18.000.000 per bulan. Kemudian dari harga pokok produksi sebesar Rp 3.362,99 per unit dapat dihitung total biaya produksi perusahaan yang memproduksi 7.500 unit/bulan, yakni sebesar Rp 25.222.489. Akhirnya, total penerimaan yang dapat diperoleh perusahaan sebesar Rp 16.777.511 per bulan. Verifikasi Model Bisnis Akhir Berdasarkan hasil verifikasi kecocokan produk dengan pasar, verifikasi pelanggan dan cara mencapainya, serta verifikasi pendapatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa perlu model bisnis perlu dilakukan pivot kembali. Verifikasi kecocokan produk dengan pasar belum memberikan hasil yang terbaik. Hal ini disebabkan karena ada permasalahan pelanggan yang belum dapat diselesaikan dengan produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi, yakni aspek rasa. Berdasarkan saran responden, diperlukan strategi pengembangan produk dengan variasi rasa seperti vanili, cokelat, dan rempah-rempahan.
27
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Segmentasi pelanggan yang sesuai untuk produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini adalah penderita diabetes yang memiliki aktifitas harian yang padat serta menjadikan sereal sebagai makanan pendamping karbohidrat dan cemilan sehat. Masalah yang dihadapi segmentasi pelanggan terdiri dari lima kategori aspek, yakni 1) kemasan, 2) fitur bahan sereal, 3) kepraktisan, 4) pemasaran, dan 5) khasiat. Bentuk masalah yang paling sering dihadapi segmentasi pelanggan antara lain : 1) sereal tidak bisa dimakan dimana saja, 2) sereal memiliki rasa sereal yang tidak enak, 3) sereal mengandung bahan pengawet, dan 4) penyajian sereal yang tidak praktis. Adapun solusi yang dapat diberikan berupa produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis (MVP 1). Sereal terdiri dari bekatul, susu bubuk, gula bubuk yang dikemas dalam alumunium foil. Berdasarkan hasil pengujian solusi, sebanyak 58% responden belum dapat menerima aspek rasa. Umumnya pelanggan dapat menerima rasa sereal dengan berbagai variasi rasa, seperti rasa vanila, cokelat, dan rempah-rempah. Pada MVP 2, sereal kesehatan bekatul terstabilisasi perlu penambahan variasi rasa. Model bisnis yang perlu diperbaiki antara lain: value preposition, segmentasi pelanggan, channel, cost structure, dan revenue stream. Value preposition yang ditawarkan dari produk ini adalah Sereal kesehatan dengan variasi rasa tanpa bahan pengawet sebagai makanan pendamping karbohidrat atau cemilan sehat dengan kemasan dan penyajian yang praktis. Channel yang diminati pelanggan adalah supermarket dan toko. Cost structure terdiri dari biaya produksi dan non produksi yang dapat mencapai Rp 25.084.689/bulan. Serta revenue stream dengan penjualan produk per unit seharga Rp 8.000. Saran Perlu dilakukan pengujian solusi kembali terhadap produk sereal bekatul terstabilisasi khususnya dari penerimaan aspek rasa. Produk sereal bekatul terstabilisasi dapat dikembangkan dengan berbagai macam variasi rasa, seperti coklat, vanilla, dan rempah-rempah. Selain itu, penguatan dan spesifikasi terhadap segmentasi pelanggan perlu diperbaiki agar value proposition dapat dibuat dengan lebih baik.
28
DAFTAR PUSTAKA Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual. California (US): K and S Ranch Inc. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Nilai impor biji gandum. [internet] [diunduh 2014 Sep 2]. Tersedia pada: www.bps.go.id [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi tanaman padi seluruh Indonesia. [internet] [diunduh 2014 Sep 2]. Tersedia pada: www.bps.go.id Hargrove K L. 1994. Processing and utilization of rice bran in the united states. Di dalam. Marshall, Wayne E. dan James I. Wadsworth. (ED): Rice Science and Technology. Marcel Dekker, Inc., New York. [IDF] Internasional Diabetes Federation. 2012. Penderita diabetes di Indonesia. [Internet] [diunduh 2014 Jun 19]. Tersedia pada: www.idf.org Osterwalder A, Pigneur Y. 2010. Business Model Generation. New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc., Hoboken. Pratiwi M I. 2013. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Bran) pada UPT F-Technopark IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Vankoughnet K. 2014. Top 5 Reasons Why We Snack..[internet] [diunduh 20 Sep 2]. Tersedia pada: www.canadianliving.com/health/ Widowati S. 2001. Pemanfaatan hasil penggilingan padi dalam menunjang sistem agroindustri di pedesaan. Buletin AgroBio 4 (1): 33-38.
29
Lampiran 1 Biodata inventor produk bekatul terstabilisasi
Prof Dr SLAMET BUDIJANTO Education BSc (Food technology, IPB) MSc (Food chemistry, Tohoku University, Japan) PhD (Food chemistry, Tohoku University, Japan) Area of Expertises Food chemistry Fat and oil chemistry and technology Research Interest Technology development of artifical rice Development of processing technology of local based food products Professional Experiences Member of Indonesian Food Technologists Association Member of Indonesian Palm Society Director of F-Technopark, Faculty or Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University Teaching FST200 Introduction to Food Technology (undergraduate program) FST210 Food Chemistry (undergraduate program) FST401 Integrated Food Processing Technology (undergraduate program) FST501 Chemistry of Food Components (graduate program) Instructure in Training Program Training on Food processing technology for small scale industry Address Food Chemistry Laboratory, Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University. PO Box 220 Bogor 16110 Phone/Fax 62-251-8626725 E-mail
[email protected]
30
Lampiran 2 Tahapan penelitian
Mulai
- Hipotesis sembilan elemen kunci model bisnis - Ekstraksi kanvas model bisnis - Analisis persaingan industri
Hipotesis
Pengujian Masalah
Pengujian Solusi
Verifikasi Model Bisnis Ya
Selesai
- Hipotesis permasalahan - Menyusun panduan wawancara - Pengujian masalah
- Update kanvas model bisnis tahap pertama - Menyusun panduan wawancara - Merancang produk (MVP) - Pengujian solusi - Update kanvas model bisnis tahap kedua - Analisis besaran pasar - Analisis perbandingan aliran pendapatan dan struktur biaya - Verifikasi kecocokan pasar - Verifikasi pelanggan dan cara mencapainya - Verifikasi pendapatan yang diperoleh
31
Lampiran 3 Panduan wawancara pengujian masalah A. Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Usia Profesi Penghasilan rata2/bulan Berat Badan Alamat/ no.telp
: : : : : Rp : :
Tahun Kg
B. Konten yang ingin didapatkan 1. Memahami riwayat penyakit responden. 2. Memahami pola makan keseharian responden. 3. Mengetahui pandangan responden mengenai sumber karbohidrat yang baik dengan kadar indeks glikemik rendah. 4. Memahami kebiasaan konsumen dalam mengobati / mengurangi kadar kolesterol. 5. Mengetahui alasan responden mengonsumsi sereal. 6. Mengetahui pandangan responden mengenai pentingnya gizi pada sereal. 7. Mengetahui minat atau antusiasme responden terhadap sereal yang sehat untuk penyakit diabetes dan kolesterol. 8. Mengetahui dan memahami permasalahan-permasalahan yang dihapi responden dalam mengonsumsi sereal. 9. Mengetahui dan memahami bagaimana responden menyelesaikan permasalahannya. 10. Mengetahui bagaimana cara responden membeli
32
Lampiran 4 Panduan wawancara pengujian solusi A. Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Usia Profesi Penghasilan rata2/bulan Berat Badan Alamat/ no.telp
: : : : : Rp : :
Tahun Kg
B. Daftar Pertanyaan Pengujian Solusi 1. Apakah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi sudah memiliki kemasan yang praktis dan dapat menyelesaikan masalah? Kalo tidak, mengapa? 2. Apakah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi memiliki rasa yang anda sukai dengan penambahan gula dan susu di dalamnya? Kalo tidak, mengapa? 3. Apakah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi sudah praktis dalam penyajian dengan kemasan sereal sachet, susu sachet, gula sachet didalamnya serta pengolahan tanpa menggunakan air panas? 4. Apakah produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dapat diterima sebagai produk yang aman dan bebas bahan pengawet dengan teknologi HTST-nya? 5. Saluran apa yang akan anda pilih ketika membeli produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi? 6. Berapakah harga yang pantas untuk satu produk sereal kesehatan bekatul tersatabilisasi dengan kemasan praktis? 7. Seberapa banyak anda ingin membeli produk kesehatan bekatul terstabilisasi dalam seminggu? 8. Bagaimana saran anda untuk memperbaiki produk sereal kesehatan bekatul terstabilisasi ini?
33
Lampiran 5 Kanvas model bisnis tahap 0
34
Lampiran 6 Total cost dan harga pokok produksi bekatul terstabilisasi (MVP 0) Komponen biaya
Jumlah fisik
Biaya produksi Bekatul segar (kg) [per unit 150g] 1.200 Alumunium foil (kg) 23 Kardus (dus) 2.000 Masker (buah) 40 Glove karet (buah) 80 Plastik besar (buah) 40 Biaya non produksi Karyawan produksi 1 Karyawan pengemasan 1 Listrik (bulan) 1 Biaya pemeliharaan (4bulan) Mesin penyangrai kontinu 1 Mesin vibrating screen 1 Air conditioner 1 Biaya penyusutan (bulan) Perhitungan total cost Harga pokok produksi (2000 unit) a Data diperoleh dari penelitian Partiwi (2013)
Biaya per unit (Rp)
Total biaya per bulan (Rp)
3.300 50.000 1.000 1.500 550 240
3.960.000 1.150.000 2.000.000 60.000 44.000 9.600
800.000 800.000 327.000
800.000 800.000 327.000
300.000 200.000 50.000
75.000 50.000 12.500 601.389 9.889.489 4.944,7445
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Parto Iskandar Nia Joni Sugiardi Lola Teti Hartati Budi Hartono Dede M Rizal Mahfud Sadeli Victoria Pardede Junaedi Yuldasman Ati Fauzi Iis Suprianingsih Hilman Djayamisastra Tan Sin Hwa Surjadi Syam Nyoman Suanda Zulfan Novi Susilorini
J.K. Usia Pekerjaan P 61 Guru P 52 W 37 IRT P 60 Wiraswasta P 52 Teknisi W 41 PNS W 52 PNS P 44 Wiraswasta P 57 Pensiunan P 53 PNS P 59 Buruh W 61 IRT P 45 Wiraswasta P 47 Wiraswasta W 46 PNS P 62 Pensiunan W 58 Pensiunan P 63 Guru W 52 IRT P 66 Wiraswasta P 58 Pensiunan P 51 Guru W 52 PNS
Lampiran 7 Hasil pengujian masalah Penghasilan Rp10.000.000 Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp3.500.000 Rp3.000.000 Rp6.000.000 Rp2.000.000 Rp5.000.000 Rp20.000 Rp6.000.000 Rp5.000.000 Rp4.000.000 Rp3.000.000 Rp3.500.000 Rp1.000.000 Rp10.000.000 Rp9.000.000 Rp3.000.000
Penyakit D, K D keturunan D D K keturunan D D H K keturunan D D, K D, K D, K D, K keturunan D D D, K D D D D K
Alasan (1) (3) (4) (2) (2) (1) (3) (2) (3) (2) (1) (1) (1) (1) (2) (2) (1) (1) (1) (1) (1) (3) (4)
Permasalahan (1), (10), (5) (5), (7) (5), (10) (2), (11) (5), (1), (4) (10), (9) (2), (6) (2) (7),(2) (5) (1), (3), (11) (12), (6), (8) (1), (9) (13), (11), (9), (5), (1), (3) (7), (5) (9) (9), (12) (5) (2) (11), (1) (13), (5) (5), (1)
35
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Ratu Ulfah Sadikun Simorangke Mulyana Kuraisinta Miqdad Ishak Nurjanah Heriyadi Ahmad Barona Anwar Ibrahim Amirudin ahmadi Lia Abdul Aziz Razali Edi Anwar R Marie Ivan Sri Lestari Farida Rahmat Suraya Abdul hadi
J.K. Usia Pekerjaan W 65 IRT P 69 Purnawirawan P 80 Pensiunan P 50 PNS W 52 IRT P 56 PNS W 61 IRT P 47 Karyawan swasta P 54 Wiraswasta P 70 Wiraswasta P 63 Pensiunan W 38 IRT P 49 Karyawan swasta P 69 Purnawirawan P 44 PNS P 35 Honorer W 56 Guru P 50 Arsitek W 60 IRT W 54 Wiraswasta P 34 Honorer W 58 IRT P 39 Wiraswasta
Lampiran 7 Hasil pengujian masalah (lanjutan) Penghasilan Rp3.350.000 Rp3.000.000 Rp3.500.000 Rp1.500.000 Rp6.000.000 Rp5.500.000 Rp10.000.000 Rp15.000.000 Rp2.000.000 Rp5.000.000 Rp2.500.000 Rp3.000.000 Rp600.000 Rp5.000.000 Rp6.000.000 Rp4.000.000 Rp1.200.000 Rp4.000.000
Penyakit D D D D, K D D keturunan D, K D, jantung, K Jantung, K K K K, hipertensi D, K K K D, K keturunan D D, K keturunan D D, K hipertensi, K
Alasan (1) (1) (1) (4) (1) (4) (3) (4) (1) (2) (3) (3) (2) (1) (3) (3) (1) (1) (1) (3) (1) (1) (4)
Permasalahan (9) (12), (1) (1), (3) (2) (5), (10), (9) (2) (10) (1), (9), (5) (2) (11), (4) (6), (7), (8) (5) (1) (2) (1), (9), (5), (2) (10), (5) (5), (13), (10), (11) (6) (1) (5), (1) (8), (6) (9), (2)
36
No Nama J.K. Usia Pekerjaan Penghasilan Penyakit Alasan Permasalahan 47 Wardani W 63 IRT hipertensi, K (3) (6), (1), (2) 48 Maimun P 67 hipertensi , prostat (4) 49 Anwar Sanusi P 55 PNS Rp3.000.000 D, K (3) (7), (1) 50 Asmawi W 63 Wiraswasta Rp2.000.000 D, K, Hipertensi (1) (7), (8), (6) 51 Wahidin P 54 PNS Rp3.500.000 (3) (5), (8) 52 Radhie P 30 Arsitek Rp15.000.000 Keturunan D (3) (5), (10) 53 Susilo P 61 Wiraswasta Rp12.000.000 (1) (1), (9) 54 Budi Faisal P 53 Karyawan swasta Rp6.200.000 keturunan D (1) (9), 55 Ali hakim P 68 Pensiunan Rp2.500.000 K, Stroke (2) (13), (2) 56 Evi W 48 Karyawan swasta Rp5.000.000 Keturunan D (3) (5), 57 Julkifli P 56 PNS Rp5.000.000 (2) (6), 58 Zahara W 63 IRT hipertensi, K (3) (2), 59 Baihaqi P 43 PNS Rp4.000.000 Kolesterol (3) (2). 60 Asma W 78 D (1) (1), 61 Nurhaida W 49 IRT (3) (6), *Ket Alasan : (1) Sebagai makanan pendamping karbohidrat, (2) sebagai pemenuhan kebutuhan serat, (3) sebagai cemilan, (4) sebagai sarapan Permasalahan : (1) rasa sereal yang tidak enak, (2) sereal kesehatan mengandung bahan pengawet, (3) aroma sereal tidak meningkatkan selera, (4) tekstur sereal yang lengket, (5) sereal tidak bisa dimakan dimana saja, (6) kemasan yang terbuka dapat menurunkan kualitas, (7) harga sereal dengan kemasan besar terlalu mahal, (8) boros mengonsumsi apabila kemasan sereal terlalu besar, (9) penyajian sereal tidak praktis, (10) tidak sempat menyajikan sereal di pagi hari, (11) kurang promosi, (12) ketersediaan produk terbatas, (13) belum merasakan manfaat kesehatan.
Lampiran 7 Hasil pengujian masalah (lanjutan)
37
Nama
Parto Iskandar Nia Joni Sugiardi Lola Teti hartiati Budihartono Dede M Rizal mahfud Sadeli Victoria Pardede Junaedi yuldasman Ati Fauzi Iis Suprianingsih Hilman Djayamisastra Tan Sin Hwa Surjadi syam
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Budget yang dimiliki 3 1 1 3 2 2 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 2 1 1 1
Pemahaman pelanggan dengan masalahnya 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 1 2 3 3 3 1 2 2 2 1
Lampiran 8 Data konsumen potensial/tidak potensial Paramater Ketidakpuasan pelanggan dengan solusinya 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 3 1 Kebutuhan untuk diselesaikan 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 2 3 1 2 2 1 3 2 3 1
Proses membeli produk 3 3 2 2 2 3 2 1 1 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 1 14 12 10 13 8 13 11 10 6 13 8 12 13 10 12 8 12 10 11 5
Total P P P P T P P P T P T P P P P T P P P T
Kriteria
38
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No
Nyoman suanda Zulfan Novi susilorinia Ratu Ulfah Sadikun Simorangke Mulyana Kuraisinta Miqdad Ishak Nurjanah Heriyadi Ahmad Barona Anwar Ibrahim Amirudin Achmady Lia Abdul Aziz Razali Edi Anwar R Marie
Nama
Budget yang dimiliki 3 3 2 2 2 2 2 1 3 1 3 3 3 2 1 2 1 2 2 3
Pemahaman pelanggan dengan masalahnya 3 2 2 2 2 1 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 3 1 2 3
Paramater Ketidakpuasan pelanggan dengan solusinya 2 1 3 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2
Lampiran 8 Data konsumen potensial/tidak potensial (lanjutan) Kebutuhan Proses untuk membeli diselesaikan produk 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 2 1 2 3 1 3 2 13 10 12 12 13 7 10 10 14 9 12 13 13 10 11 13 11 8 11 13
Total P T P P P T P P P T P P P P P P P T P P
Kriteria
39
Nama
Ivan Sri Lestari Farida Rahmat Suraya Abdul Hadi Wardani Maimun Anwar Sanusi Asmawi Wahidin Radhie Alfha Susilo Budi faisal Ali Hakim
No
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Budget yang dimiliki 3 1 2 1 1 3 1 1 2 1 3 3 3 3 2
Pemahaman pelanggan dengan masalahnya 3 2 2 3 2 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2
Paramater Ketidakpuasan pelanggan dengan solusinya 2 3 1 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3
Lampiran 8 Data konsumen potensial/tidak potensial (lanjutan) Kebutuhan untuk diselesaikan 3 3 1 2 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2
Proses membeli produk 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 Kriteria P P T P P P P T P P P P P P P
Total 13 10 8 11 11 13 11 6 11 11 13 13 14 12 12
40
Paham dan aktif
Tidak puas
Butuh segera diselesaikan
5.000.000 – dst.
(3)
Ragu-ragu
Ragu-ragu
Ragu-ragu dan pasif
Kriteria P P P P P P
Total 13 14 10 13 10 11
Langsung membeli
Menawar
Menunggu
Proses membeli produk
Kebutuhan Proses untuk membeli diselesaikan produk 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2
2.500.000 – 4.999.999
Pemahaman pelanggan dengan masalahnya 3 3 3 2 2 3
(2)
Budget yang dimiliki 3 3 1 3 1 1
Kebutuhan untuk diselesaikan Tidak butuh
Evi Julkifli Zahara Baihaqi Asma Nurhaida
Nama
*keterangan : scoring mengikuti bobot sebagai berikut : Nilai Budget yang dimiliki Pemahaman Ketidak puasan bobot pelanggan dengan pelanggan dengan masalahnya solusinya (1) 0 – 2.499.999 Tidak tahu Puas
56 57 58 59 60 61
No
Paramater Ketidakpuasan pelanggan dengan solusinya 2 2 2 3 2 2
Lampiran 8 Data konsumen potensial/tidak potensial (lanjutan)
41
42
Lampiran 9 Kanvas model bisnis tahap pertama
43
Lampiran 10 Total cost dan harga pokok produksi sereal kesehatan bekatul terstabilisasi dengan kemasan praktis Komponen biaya Biaya produksi Bekatul segar (kg) [per unit 30g] Susu (kg) [per unit 20g] Gula (kg) [per unit 5g] Alumunium foil (kg) Kotak kemasan (buah) Masker (buah) Glove karet (buah) Kertas A3 stiker (lembar) Plastik besar (buah) Biaya non produksi Karyawan produksi Karyawan pengemasan Listrik (bulan) Biaya pemeliharaan (4bulan) Mesin penyangrai kontinu Mesin vibrating screen Air conditioner Biaya penyusutan (bulan) Perhitungan total cost Harga pokok produksi (7500 unit)
Jumlah Biaya per unit fisik (Rp)
Total biaya per bulan (Rp)
900 150 37,5 46 7.500 40 80 1.000 40
3.300 30.000 12.000 50.000 1.500 1.500 550 800 240
2.970.000 4.500.000 262.500 2.300.000 11.250.000 60.000 44.000 800.000 9.600
1 1 1
800.000 800.000 500.000
800.000 800.000 500.000
1 1 1
300.000 200.000 50.000
75.000 50.000 12.500 601.389 25.222.489 3.362,9985
*Data diolah dari penelitian Pratiwi (2013)
44
Lampiran 11 Kanvas model bisnis tahap kedua
45
RIWAYAT HIDUP Ridha Alfhia lahir di Jakarta pada tanggal 13 April 1992 dari ayah bernama H. Amirudin Achmady dan ibu Hj. Hasnah Ahmad. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, dengan kakak bernama Radhie Alfha dan Raehana Ulfha. Penulis menempuh studi di SMPN 73 Jakarta tahun 2004-2007, SMAN 37 Jakarta tahun 2007-2010, dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama masa studi di IPB, penulis pernah menjadi ketua departemen HRD Himalogin IPB Periode 2012-2013. Selain itu, penulis juga merupakan ketua komisi pada Dewan Perwakilan Mahasiswa Fateta IPB periode 2011-2012. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada bulan Juni-Agustus 2013 di Koperasi Serba Usaha (KSU) Rimbun, Pabrik Socolatte, Aceh.