KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA
ADISTI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis, Lowe 1838) di Perairan Teluk Jakarta yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Adisti C24062948
RINGKASAN
Adisti. C24062948. Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Dibawah bimbingan Ridwan Affandi dan Yonvitner. Perairan Teluk Jakarta merupakan salah satu tempat bagi nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya jenis ikan hasil tangkapan dari perairan ini adalah ikan tembang (Sardinella maderensis). Ikan tembang adalah ikan pelagis kecil yang hidup bergerombol di permukaan air. Ikan ini memiliki potensi yang sangat besar dan memiliki manfaat dari segi segi ekologis maupun ekonomis sehingga keberadaannya harus tetap terjaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella maderensis) yang meliputi nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, musim pemijahan, potensi reproduksi dan pola pemijahan sehingga dapat digunakan sebagai dasar informasi dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal. Ikan contoh berasal dari ikan hasil tangkapan nelayan dari perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Pengambilan contoh ikan tembang dilakukan tujuh kali pada periode waktu antara 27 Januari 2010 hingga 28 Maret 2010. Ikan contoh diukur panjang totalnya dengan menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 milimeter dan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital (1 gram), gonad dan hati ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital (0,0001 gram). Penentuan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie (Effendie 1997). Analisis data meliputi frekuensi jumlah, nisbah kelamin, TKG, IKG, fekunditas, diameter telur, indeks hepatosomatik dan faktor kondisi. Nisbah kelamin ikan jantan-betina setiap bulan pengamatan adalah tidak seimbang (1:1,3) namun untuk kelangsungan generasi masih dapat dipertahankan. Ikan betina lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan ikan jantan dengan ukuran pertama kali matang gonad berkisar antara 192-208 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina). Musim pemijahan ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta diduga terjadi pada akhir bulan Februari hingga akhir Maret. Potensi reproduksi ikan tembang cukup tinggi sehingga potensi rekruitmennya juga tinggi dan ikan tembang (S. maderensis) memiliki pola pemijahan total (total spawner). Kata kunci : reproduksi, ikan tembang, Teluk Jakarta
KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA
ADISTI C24062948
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Skripsi
:
Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara
Nama
:
Adisti
NIM
:
C24062948
Program Studi
:
Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. H. Ridwan Affandi NIP. 19541105 198003 1 002
Yonvitner, S. Pi, M. Si 19750825 200501 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP.19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 20 Juli 2010
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
berjudul Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara; disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Muara Angke pada Januari 2010. Hal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. H. Ridwan Affandi selaku dosen pembimbing pertama dan Yonvitner, S. Pi, M. Si. selaku dosen pembimbing kedua serta kepada Ir. Agustinus Samosir, M. Phil. selaku ketua Komisi Pendidikan S1 yang telah banyak membantu dalam pemberian bimbingan, masukan, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, Juli 2010
iii
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. H. Ridwan Affandi dan Yonvitner, S.Pi, M.Si. masing-masing selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi dan akademik yang telah banyak memberikan arahan dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S. selaku dosen penguji tamu dan Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M. Sc. selaku dosen penguji dari program studi, atas saran, nasehat dan perbaikan yang diberikan.
3.
Prof. Dr. Mennofatria Boer, DEA. atas saran, motivasi dan nasehat yang telah diberikan.
4.
Ir. Nurlisa A. Butet, M. Sc. selaku pembimbing akademik atas saran dan dukungannya.
5.
Dinas Perikanan dan Kelautan DKI-Jakarta atas bantuannya.
6.
Keluarga tercinta, para staf Tata Usaha MSP dan staf Laboratorium Biologi Makro I (BIMA I), teman MSP 43, Mosi crew serta semua pihak yang telah membantu, atas saran dan kesabarannya.
iv
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 05 Desember 1987 dari pasangan Bapak Mohamad Bastaman dan Ibu Enok Muflihah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN Pengadilan I (2000), SLTPN 4 Bogor (2003) dan SMAN 2 Bogor (2006). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, kemudian diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Pengurus Divisi Minat dan Bakat (HIMASPER) pada tahun 2007-2008 dan anggota HRD (HIMASPER) pada tahun 2008-2009. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kajian Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) di Perairan Teluk Jakarta yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara”.
v
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................
1 1 2 3 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis ......................................................... 2.1.1. Klasifikasi ................................................................................ 2.1.2. Karakter morfologis ................................................................ 2.1.3. Habitat dan penyebaran .......................................................... 2.2. Biologi Reproduksi ............................................................................ 2.2.1. Nisbah kelamin ........................................................................ 2.2.2. Tingkat kematangan gonad (TKG) .......................................... 2.2.3. Indeks kematangan gonad (IKG) ............................................. 2.2.4. Fekunditas ............................................................................... 2.2.5. Diameter telur dan pola pemijahan ......................................... 2.2.6. Indeks hepatosomatik (HSI) ................................................... 2.2.7. Faktor kondisi ..........................................................................
4 4 4 5 5 6 7 8 9 10 11 11 12
3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 3.3. Skema Pengambilan Data Ikan Tembang .......................................... 3.4. Metode Kerja .................................................................................... 3.4.1. Pengumpulan ikan contoh ....................................................... 3.4.2. Analisis laboratorium ............................................................. 3.4.2.1. Panjang dan berat ikan contoh .................................. 3.4.2.2. Pembedahan ikan contoh .......................................... 3.4.2.3. Jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG) ....................................................................... 3.4.2.4. Bobot hati .................................................................. 3.4.2.5. Fekunditas ................................................................. 3.4.2.6. Diameter telur ........................................................... 3.5. Analisis Data ..................................................................................... 3.5.1. Sebaran frekuensi panjang ...................................................... 3.5.2. Hubungan panjang-berat dengan fekunditas .......................... 3.5.3. Aspek biologi reproduksi ....................................................... vi
14 14 14 15 16 16 16 16 16 17 17 18 18 18 18 19 19
3.5.3.1. Nisbah kelamin ......................................................... 3.5.3.2. Indeks kematangan gonad (IKG) .............................. 3.5.3.3. Fekunditas ................................................................. 3.5.3.4. Ukuran ikan pertama kali matang gonad .................. 3.5.3.5. Indeks hepatosomatik ................................................ 3.5.3.6. Faktor kondisi ...........................................................
19 20 20 21 21 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta ........................................... 4.2. Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Tembang .................................... 4.3. Aspek Reproduksi ............................................................................ 4.3.1. Nisbah kelamin ....................................................................... 4.3.2. Tingkat kematangan gonad (TKG)......................................... 4.3.3. Ukuran ikan pertama kali matang gonad ................................ 4.3.4. Indeks kematangan gonad (IKG) ........................................... 4.3.5. Fekunditas .............................................................................. 4.3.6 Diameter telur ......................................................................... 4.3.7. Indeks hepatosomatik (HSI) ................................................... 4.3.8. Faktor kondisi ........................................................................ 4.3.9. Pendugaan musim pemijahan ................................................. 4.4. Pengelolaan .......................................................................................
23 23 24 25 25 27 32 32 33 35 36 38 40 41
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 5.2. Saran ..................................................................................................
43 43 43
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
44
LAMPIRAN ....................................................................................................
47
vii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Data produksi (kg) dan jumlah kapal (unit) ikan tembang (S. maderensis ) di Muara Angke dari tahun 2004-2008 ............................
2
2. Tahapan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie (Effendie 1997)............................................................................................
17
3. Klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) berdasarkan hasil pengamatan di perairan Teluk Jakarta ...........................
29
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Ikan tembang (S. maderensis) (Dokumentasi pribadi) .............................................................................
4
Peta penyebaran ikan tembang (S. maderensis) (www.fishbase.com) ................................................................................
6
Peta lokasi penangkapan ikan tembang (S. maderensis) (BAKOSURTANAL BOGOR) ..............................................................
14
4.
Bagan alir data ikan tembang (S. maderensis) .........................................
15
5.
Komposisi hasil tangkapan ikan tembang (S. maderensis) jantan dan betina setiap waktu di perairan Teluk Jakarta .........................................
25
Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) betina pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta ..............................................................
26
Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) pada setiap kelas panjang di perairan Teluk Jakarta .................................................
27
8. Morfologi gonad contoh ikan tembang (S. maderensis) (Dokumentasi pribadi) ..............................................................................
28
9. Tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap selang panjang di perairan Teluk Jakarta .............................................................................................
30
10. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu di perairan Teluk Jakarta .........................................................................
31
11. Indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta. ..........................................................................
32
12. Indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap TKG di perairan Teluk Jakarta .........................................................................
33
13. Hubungan ln fekunditas dengan ln panjang total ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta .................................................
34
14. Hubungan ln fekunditas dengan ln berat total ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta ................................................
35
15. Sebaran diameter telur (TKG IV) ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta ..........................................................................
36
16. Indeks hepatosomatik ikan tembang (S. maderensis) betina pada setiap TKG di perairan Teluk Jakarta .......................................................
37
2. 3.
6. 7.
ix
17. Indeks hepatosomatik ikan tembang (S. maderensis) betina menurut waktu di perairan Teluk Jakarta ...............................................................
37
18. Faktor kondisi rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta ...........................
38
19. Faktor kondisi rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap selang ukuran di perairan Teluk Jakarta .............
39
20. Faktor kondisi ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap TKG di perairan Teluk Jakarta ........................................
40
21. Hubungan nilai TKG, IKG, HSI, faktor kondisi rata-rata menurut waktu penelitian ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta ............................................................................................
41
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Penentuan selang kelas panjang total ikan tembang (S. maderensis) .......
48
2. Analisis komposisi tangkapan ikan tembang (S. maderensis) ..................
49
3. Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) .........................................
50
4. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) ..
51
5. Faktor kondisi ikan tembang (S. maderensis) ...........................................
52
6. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan tembang (S. maderensis)...........
53
7. Indeks kematangan gonad (TKG) ikan tembang (S. maderensis) ............
54
8. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan dengan metode Spearman-Karber .......................
55
9. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan tembang (S. maderensis) betina dengan metode Spearman-Karber ........................
56
10. Data panjang dan berat, jenis kelamin, TKG, berat gonad total dan IKG ikan tembang (S. maderensis) selama penelitian .......................
57
xi
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Muara Angke, Jakarta Utara merupakan pusat produksi perikanaan laut tradisional yang terbesar di DKI Jakarta. Aktivitas perikanan ikan tersebut ditunjang oleh keberadaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dilengkapi fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Selain sebagai pusat pendaratan ikan, Muara Angke juga merupakan pusat transaksi perdagangan ikan segar yang berasal dari daerah lain seperti Labuan, Indramayu, Pelabuhanratu, Tegal, Cilacap, Pekalongan, Tuban dan Lampung (Dinas Perikanan DKI Jakarta 2002 in Rustandar 2005). Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan banyak ditangkap nelayan sehingga menjadikan kelompok ikan ini menjadi konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Salah satu sumberdaya ikan pelagis kecil yang didaratkan di perairan Teluk Jakarta adalah ikan tembang (Sardinella maderensis). Ikan tembang hidup di perairan pantai dan hidup berkelompok pada area yang luas. Daerah penyebarannya di Indonesia terutama di daerah perairan Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka dan Laut Arafura (www.fishbase.org). Eksploitasi ikan yang dilakukan terus-menerus tanpa disertai dengan pengelolaan
yang
tepat
akan
menyebabkan
penurunan
populasi
bahkan
menyebabkan kepunahan. Selain karena eksploitasi pengaruh masukan bahan pencemar juga akan berdampak terhadap penurunan stok ikan tembang. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperlukan suatu kajian mengenai aspek reproduksi ikan tembang (S. maderensis). Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam pengelolaannya. Beberapa informasi penting akan diperoleh, diantaranya adalah fekunditas yang berhubungan dengan rekruitmen, ukuran pertama kali matang gonad, musim pemijahan dan pola pemijahan. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan dan pengembangan sumberdaya ikan tembang (S. maderensis) yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
2
1.2. Perumusan Masalah Permintaan pasar ikan tembang (S. maderensis) yang cenderung meningkat, menyebabkan usaha penangkapan pun meningkat. Dengan semakin meningkatnya usaha penangkapan maka akan meningkatkan produksi. Kondisi ini juga terlihat pada produksi ikan tembang yang mengalami peningkatan mulai tahun 2004-2007 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 seperti pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Data produksi dan jumlah kapal (unit) ikan tembang (S. maderensis) di Muara Angke dari tahun 2004-2008 Tahun
Jumlah Kapal (unit)
Produksi (kg)
2004
771
276,025
2005
702
368,896
2006
1,420
384,767
2007
1,366
557,391
2008
2,021
436,896
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan-DKI Jakarta 2009
Peningkatan jumlah kapal sebesar 2,021 unit kapal pada tahun 2008 menyebabkan penurunan hasil produksi ikan tembang menjadi sebesar 436,896 kg. Didukung dari hasil penelitian Chaira (2010) menyatakan laju eksploitasi ikan tembang telah mencapai 98% sehingga dengan adanya penangkapan yang terjadi terus-menerus dikhawatirkan akan terjadi overfishing. Dampak dari overfishing diantaranya menyebabkan perubahan struktur populasi dan berkurangnya ukuran ikan yang tertangkap. Menurut Ambarwati (2008) mengetahui pola reproduksi adalah untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk mempertahankan (melestarikan) jenis ikan tersebut. Selain itu pemanfaatan ikan tembang harus dilakukan secara bertanggung jawab seperti: pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap (konsumsi) sehingga memberikan kesempatan ikan tembang (S. maderensis) untuk bereproduksi, pengaturan musim penangkapan dan pengaturan penggunaan alat tangkap yang selektif (Baginda 2006). Dari permasalahan di atas langkah antisipasi
3
yang perlu dilakukan diantaranya melalui berbagai penelitian. Salah satunya adalah melalui aspek biologi reproduksi. Dengan mengetahui aspek biologi reproduksi ikan tembang (S. maderensis) maka penangkapan dapat dilakukan secara optimal dan lestari sehingga diharapkan kelestarian tetap terjaga dan kegiatan penangkapan dapat berkelanjutan.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi reproduksi ikan tembang (S. maderensis), meliputi rasio kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, potensi reproduksi, pola pemijahan, dan musim pemijahan sehingga dapat digunakan sebagai dasar informasi dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi biologi agar dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan dan pemanfaatan ikan tembang (S. maderensis) di masa mendatang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi
ikan
tembang
(Sardinella
maderensis
Lowe,
www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Actinopterygii
Sub kelas
: Neopterygii
Infrakelas
: Teleostei
Ordo
: Clupeiformes
Famili
: Clupeidae
Subfamili
: Clupeinae
Genus
: Sardinella
Spesies
: Sardinella maderensis (Lowe 1838)
Sinonim
: Sardinella granigera (Vallenciennes 1847)
Nama Umum
: Madeiran Sardinella, Madeiran sardinelle, Herring
Nama Lokal
: Tembang (Jakarta), Tembang belo (Jakarta)
Gambar 1. Ikan tembang (S. maderensis) (Dokumentasi pribadi)
1838
in
5
2.1.2. Karakter morfologis Ikan tembang memiliki bentuk badan memanjang dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai di atas mata agak hampir lurus, dari sebelah mata sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Tinggi badan lebih besar daripada panjang kepala. Kepala dan badan bagian atas abu-abu kehijauan, sedangkan bagian bawah putih keperakan (Peristiwady 2006). Menurut Saanin (1984), ikan tembang memiliki rangka yang terdiri dari tulang benar dan berpenutup insang. Hidung tidak memanjang ke depan dan tidak membentuk rostrum. Pipi atau kepala tidak berkelopak keras dan tidak berduri. Memiliki rahang sama panjang, daun insang satu sama lain tidak melekat dan bentuk mulut terminal (posisi mulut terletak di bagian depan ujung hidung), tajam serta bergerigi. Memiliki bentuk tubuh simetris dengan badan tidak seperti fusiform. Seluruh sisik tidak terbungkus dalam kelopak tebal. Sirip perut sempurna, sirip punggung terdiri dari jari-jari lemah yang tidak berbuku-buku atau bercabang. Perut sangat pipih dan bersisik tebal yang bersiku dan bagian ekor tidak bercincin-cincin. Beberapa jenis Sardinella ada yang hampir menyerupai satu sama lainnya tetapi ada juga yang mempunyai perbedaan morfologis yang menandakan ikan itu berbeda spesiesnya (Dwiponggo 1982 in Syakila 2009). Perbedaan morfologis ini dapat seperti perbedaan warna tubuh yang terlihat pada S. maderensis dengan warna abu-abu hijau kebiruan pada bagian atas sedangkan warna biru gelap di bagian yang sama pada Sardinella lemuru Bleeker (Peristiwady 2006). Umumnya ikan tembang (S. maderensis) memiliki panjang 250 mm (www.fishbase.com). Hasil penelitian Chaira (2010) ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta didapatkan nilai L∞ 247,28 mm.
2.1.3. Habitat dan penyebaran Ikan tembang (S. maderensis) adalah ikan permukaan dan hidup di perairan pantai serta suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap bersama ikan lemuru sampai pada kedalaman sekitar 200 m. Telur dan larva ikan tembang ditemukan di sekitar perairan mangrove/bakau. Saat juvenil ikan ini masih ada yang hidup di mangrove dan mulai memasuki daerah yang memiliki kadar
6
garam sedang. Ketika dewasa spesies ini hidup bergerombol bersama ikan lemuru dan banyak ditemukan di dekat pantai sampai ke arah laut (www.fishbase.org). Daerah penyebarannya di Indonesia terutama di daerah perairan Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka dan Laut Arafura (www.fishbase.org).
Gambar 2. Peta penyebaran ikan tembang (S. maderensis) (www.fishbase.com) Keterangan : = konsentrasi penyebaran ikan tembang
2.2. Biologi Reproduksi Reproduksi merupakan tahap penting dalam siklus hidup untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Effendie 1997). Sjafei et al (1992) in Rizal (2009) menyatakan bahwa pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga periode yaitu periode pre-spawning, periode spawning, dan periode postspawning. Pada periode pre-spawning, berlangsung penyiapan gonad untuk menghasilkan telur dan sperma, peningkatan kematangan gonad dan penyiapan telur dan sperma yang akan dikeluarkan. Periode pre-spawning merupakan bagian dari proses reproduksi yang paling panjang dibandingkan dengan proses lainnya. Periode spawning pada ikan adalah proses pengeluaran telur dan sperma dan pembuahan telur oleh sperma. Pada umumnya periode spawning berlangsung dalam waktu singkat, sedangkan pada periode post-spawning terjadi perkembangan telur yang telah dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi embrio, larva sampai menjadi anak. Dalam periode post-spawning diperlukan faktor-faktor yang
7
mendukung keberlangsungan hidupnya antara lain, kondisi perairan yang baik makanan yang cukup. Pemijahan lemuru (sejenis ikan tembang) terjadi di perairan pantai ketika salinitas rendah pada awal musim penghujan walaupun tempat yang pasti terjadinya pemijahan belum dapat diketahui (Ginanjar 2006). Pola pemijahan ikan lemuru termasuk pada pola pemijahan ikan yang tidak menjaga telurnya (non guard parental) dan melakukan proses pemijahan terjadi diluar tubuh induknya secara berkelompok. Pada pola ikan yang melakukan pemijahan diluar tubuh biasanya memiliki jumlah telur yang banyak berkaitan dengan strategi dalam menjaga kelangsungan hidup keturunannya. Menurut (Nikolsky 1963), beberapa aspek biologi reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti antara lain mengenai frekuensi pemijahan, ukuran ikan pertama kali mencapai matang gonad, lama pemijahan dan keberhasilan pemijahan. Aspek reproduksi tersebut meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan diameter telur.
2.2.1. Nisbah kelamin Nisbah kelamin diduga mempunyai keterkaitan dengan habitat suatu spesies ikan. Nikolsky (1963) menyatakan bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama musim pemijahan. Ikan jantan lebih banyak mengalami perubahan nisbah kelamin secara teratur dalam ruaya pemijahannya. Pada awalnya jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1 : 1 diikuti dengan dominasi ikan betina. Perbandingan nisbah kelamin 1 : 1 merupakan kondisi yang ideal. Pada umumnya ikan tembang memiliki perbandingan 1 : 1, yaitu seimbang. Perbedaan jumlah ikan jantan dan betina disebabkan antara lain oleh aktivitas ikan di dalam perairan, kemampuan beradaptasi dan faktor genetiknya (Ismail 2006). Apabila dilihat dari segi laju pemijahan, bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama proses pemijahan (Nikolsky 1963). Perbandingan jenis kelamin dapat digunakan untuk menduga keberhasilan pemijahan, yaitu dengan melihat imbangan jumlah ikan jantan dan ikan betina di suatu perairan, juga
8
berpengaruh terhadap produksi, rekruitmen, dan konservasi sumberdaya ikan tersebut.
2.2.2. Tingkat kematangan gonad (TKG) Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahap perkembangan gonad sejak sebelum hingga setelah ikan memijah. Tahapan tingkat kematangan gonad merupakan proses penting dalam reproduksi. Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad juga akan dapat diketahui kapan ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah memijah. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam gonad. Umumnya berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dan pada ikan jantan sebesar 5-10% dari berat tubuh (Effendie 1997). Penentuan TKG dapat dilakukan berdasarkan struktur anatomis dan histologis. Untuk penentuan secara anatomis dapat dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan isi gonad, sedangkan secara histologis dapat dilihat dari struktur jaringan gonadnya. Tingkat kematangan gonad setiap spesies ikan yang berbeda dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan, ketersediaan makanan dan adanya ikan jantan. Tingkat kematangan gonad pada tiap waktu bervariasi, yang tertinggi umumnya didapatkan pada saat pemijahan akan tiba yang biasanya pada saat musim penghujan. Tang dan Affandi (2000) menyatakan bahwa tiap-tiap spesies ikan pada pertama kali gonadnya matang tidak sama ukurannya, demikian juga dengan ikan yang sama spesiesnya. Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad adalah ikan adalah suhu dan makanan selain keberadaan hormon (Baginda 2006).
9
Pada ikan jantan dan betina yang memiliki TKG IV tertinggi ditemukan pada bulan Februari. Diduga musim pemijahan ikan tembang terjadi dari bulan Januari sampai April (TKG III dan IV), puncak pemijahan diduga pada bulan Februari dan Maret (banyak ditemukan TKG III dan IV) (Baginda 2006). Hal ini sesuai dengan Ismail (2006) yang mengungkapkan bahwa musim pemijahan ikan tembang diduga terjadi dari bulan Juli sampai Oktober dan puncak pemijahan diduga pada bulan September. Dengan demikian maka musim pemijahan ikan tembang berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Februari-Maret dan AgustusSeptember. Sedangkan menurut Youmbi et al.(1990) ikan tembang (S. maderensis) di lepas pantai barat Kamerun memiliki dua puncak pemijahan, yaitu mengeluarkan telur yang besar dari bulan April sampai Juli dan telur kecil dari bulan Desember sampai Januari.
2.2.3. Indeks kematangan gonad (IKG) Indeks kematangan gonad merupakan nilai yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada gonad pada setiap tingkat kematangan secara kuantitatif. Effendie (1997) menyatakan bahwa indeks kematangan gonad atau dinamakan juga “Gonado Somatic Index” merupakan suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100. Selanjutnya (Effendie 1997) menyatakan bahwa sejalan dengan perkembangan gonad, gonad semakin bertambah besar sampai mencapai maksimum ketika ikan memijah. Nilai IKG rata-rata ikan tembang betina cenderung lebih besar dari ikan tembang jantan hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ikan betina cenderung tertuju pada pertumbuhan gonad sehingga bobot gonad ikan betina lebih besar dari ikan jantan. Perubahan nilai IKG erat hubungannya dengan tahap perkembangan telur. Menurut Baginda (2006) dengan memantau perubahan IKG dari waktu ke waktu, maka dapat diketahui waktu ikan akan memijah. Berdasarkan tingkat kematangan gonad, nilai IKG cenderung naik seiring dengan meningkatnya TKG kemudian menurun cepat pada TKG V (untuk betina). TKG IV merupakan puncak perkembangan gonad sehingga berat gonad maksimum dan nilai IKG juga mencapai maksimum dan setelah pemijahan berat gonad kembali
10
menurun sehingga nilai IKG kembali menurun (Baginda 2006). Nilai IKG ikan tembang di perairan Ujung Pangkah untuk jantan 0,0046 ± 0,0016 sampai 0,0194 ± 0,0056 sedangkan untuk betina 0,0049 ± 0,0016 sampai 0,0197 ± 0,0076 (Ismail 2006).
2.2.4. Fekunditas Fekunditas yaitu jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah (Effendie 1997). Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur dalam ovarium ikan didefinisikan sebagai fekunditas individu, mutlak dan fekunditas total. Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dipakai untuk mengukur potensi reproduksi ikan karena relatif lebih mudah dihitung, yaitu jumlah telur di dalam ovari ikan betina. Dari fekunditas secara tidak langsung dapat menduga jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pola jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Selain itu, fekunditas merupakan suatu subjek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respon terhadap makanan. Fekunditas individu sulit diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Fekunditas inidividu baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu tahun sekali. Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total adalah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidup, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun tertentu yang dikeluarkan pada tahun yang sama (Nikolsky 1963). Secara umum fekunditas meningkat sesuai dengan ukuran tubuh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan betina, antara lain fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), ukuran telur, kondisi lingkungan, dan kepadatan populasi (Moyle & Cech 1988 in Rizal 2009), serta ketersediaan makanan, ukuran panjang berat ikan, ukuran diameter telur dan faktor lingkungan (Satyani 2003 in Rizal 2009).
11
Jumlah telur minimum ikan tembang ditemui pada ikan TKG III yang memiliki panjang total tubuh 135 mm dengan berat tubuh 22,01 gr dan berat gonad 0,28 gr (1848 butir). Sedangkan jumlah telur maksimum ditemukan pada ikan tembang TKG IV yang memiliki panjang total 138 mm dengan berat tubuh 29,6 gr dan berat gonad 1,12 gr (13506 butir) (Baginda 2006).
2.2.5. Diameter telur dan pola pemijahan Menurut Effendie (1997) diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat tingkat kematangan gonad, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar. Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dibandingkan telur yang berukuran kecil. Tampubolon (2008) menyebutkan
perkembangan
diameter
telur
semakin
meningkat
dengan
meningkatnya tingkat kematangan gonad, karena semakin mendekati waktu pemijahan. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya TKG (Effendie 1997). Pola pemijahan dapat diduga dengan mengamati pola distribusi diameter telur TKG IV dari ikan contoh. Pola pemijahan setiap spesies ikan berbedabeda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (total spawning) dan berlangsung sampai beberapa hari (partial spawning). Sebaran diameter telur pada tiap TKG akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Spesies juga mempengaruhi ukuran diameter telur. Ovarium yang mengandung telur masak berukuran sama, menunjukkan waktu pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai dengan bervariasi ukuran telur di dalam ovarium. Ikan tembang di perairan Ujung Pangkah memiliki pola pemijahan total (total spawner) yang berarti ikan tembang langsung mengeluarkan telur masak dalam ovariumnya yang telah siap dipijahkan pada satu musim pemijahan (Ismail 2006).
12
2.2.6. Indeks hepatosomatik (HSI) Indeks hepatosomatik (HSI) merupakan rasio antara berat hati dengan berat tubuh ikan. Nilai hati ini menunjukkan status energi cadangan pada hewan. Pada lingkungan buruk, ikan biasanya memiliki hati kecil (dengan kehilangan energi cadangan pada hati). Nilai HSI tidak hanya dipengaruhi faktor seperti suhu dan adanya makanan tetapi juga oleh TKG dan polusi. Brown (1957) in El-Sayed et al. (2007) menyebutkan bahwa akumulasi dan penyimpanan lemak dan protein berada di hati sebelum terjadi pemijahan pada ikan. Selain itu, aktivitas makan meningkat setelah pemijahan untuk meningkatkan lipid, protein dan air isi hati untuk memenuhi persyaratan dari endapan kuning telur oosit di negara berkembang untuk musim berikutnya. Ellis et al. (1978) in El-Sayed et al. (2007) menyatakan bahwa pembesaran hati akibat dari perubahan fisiologis terjadi selama pre-spawning periode.
2.2.7 Faktor kondisi Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup dan bereproduksi. Effendie (1997) menyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad (TKG). Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad. Menurut (Hari 2010) di Palabuhanratu rata-rata nilai faktor kondisi tertinggi terdapat pada selang kelas panjang 141-150 mm untuk ikan jantan 0,8914 dan 151160 mm untuk ikan betina yaitu 0,8967. Faktor kondisi ikan betina rata-rata lebih besar daripada ikan jantan, hal ini menunjukkan bahwa ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik dari pada ikan jantan. Ikan dapat mengalami peningkatan atau penurunan faktor kondisi dalam daur hidupnya. Keadaan ini mengindikasikan adanya musim pemijahan bagi ikan betina. Faktor kondisi dipengaruhi oleh makanan, suhu perairan, umur, jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad. Faktor kondisi yang tinggi pada ikan betina dan jantan menunjukkan ikan dalam tahap
13
perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi yang rendah mengindikasikan ikan kurang mendapat asupan makanan. Menurut Couprof dan Benson in Ismail (2006) faktor kondisi dapat menggambarkan kecocokan terhadap lingkungan dan musim menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi faktor kondisi. Dari hasil penelitian didapat nilai K ikan tembang jantan berbeda ikan tembang betina. Pada spesies yang sama di musim yang berbeda nilai K ikan tembang ditemukan berbeda. Hal ini diduga faktor kondisi dipengaruhi oleh jenis kelamin dan musim. Dari hasil studi Baginda (2006) menyatakan bahwa ikan tembang (S. maderensis) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur memiliki nilai K berkisar antara 1-3 yang menunjukkan kondisinya relatif kurus. Hal ini dikarenakan pertumbuhan panjang cenderung tidak diikuti pertumbuhan berat.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Lokasi penelitian dan penangkapan ikan tembang disajikan pada gambar berikut.
Gambar 3. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (S. maderensis) (BAKOSURTANAL BOGOR).
3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan digital dengan ketelitian 1 gram dan 0,0001 gram, penggaris dengan ketelitian 1 milimeter, alat tulis, botol sampel, alat bedah, toples, label, mikrometer okuler, gelas objek, pipet tetes, gelas ukur, cawan petri, kantong plastik, dan tisu. Bahan yang digunakan adalah larutan formalin 10% untuk pengawetan ikan pengawetan gonad selama pengamatan.
dan formalin 5% untuk
15
3.3. Skema Pengambilan Data Ikan Tembang Berikut merupakan skema pengambilan data ikan yang diperoleh dari hasil penelitian : Sampel ikan hasil tangkapan
Hubungan panjang-berat
Pengukuran panjang dan berat ikan
Faktor kondisi
Pola pertumbuhan
Kaitkan dengan lokasi/habitat
Koefisien pertumbuhan Pembedahan ikan
Kesesuaian habitat Pengamatan dan pengukuran organ ikan
Gonad ikan
Penentuan jenis kelamin
Hati ikan
Pengamatan struktur anatomi
TKG
Nisbah kelamin
Penimbangan Bobot gonad
IKG
Penimbangan hati ikan
HSI
Pendugaan jumlah telur
Fekunditas
Kaitkan dengan ukuran panjang/bobot
Kaitkan dengan musim
Kaitkan dengan lokasi
Musim pemijahan
Tempat pemijahan
Kaitkan dengan ukuran
Ukuran pertama kali matang gonad
Gambar 2. Bagan alir data ikan tembang (S. maderensis)
Pengukuran diameter telur
Pola pemijahan Potensi reproduksi
16
3.4. Metode Kerja 3.4.1. Pengumpulan ikan contoh Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber pada data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak tujuh kali dengan interval waktu pengamatan selama 10 hari. Ikan tembang yang dikumpulkan berasal dari nelayan yang menangkap ikan tembang. Jumlah contoh ikan tiap pengamatan dan total contoh yang dianalisis selama penelitian sebanyak 315 ekor. Dari seluruh contoh tersebut, yang diamati diameter telur sebanyak 62 gonad ikan betina. Jumlah telur yang diamati sebanyak 50 butir tiap gonad contoh. Ikan contoh dibedah di lokasi pengambilan ikan contoh untuk diambil gonad dan hati selanjutnya diawetkan dengan formalin 5% dan dibawa ke Laboratorium Biologi Makro I, Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk dianalisis.
3.4.2. Analisis laboratorium 3.4.2.1. Panjang dan berat ikan contoh Panjang total dikumpulkan dengan mengukur panjang total menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 milimeter. Data berat dikumpulkan dengan melakukan penimbangan berat total ikan dengan menggunakan timbangan digital yang memiliki ketelitian 1 gram. Data panjang dan berat kemudian dicatat dan ditabulasikan dalam form. Data tersebut selanjutnya digunakan pada tahap analisis pertumbuhan.
3.4.2.2. Pembedahan ikan contoh Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pembedahan ikan dan mengamati gonadnya. Ikan dibedah mulai dari bagian anus sampai kepala dan tidak merusak organ pada ikan yang dianalisis. Selanjutnya dilakukan pemisahan organ reproduksi untuk diawetkan pada formalin 5% pada botol film.
17
3.4.2.3. Jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG) Penentuan tingkat kematangan gonad didasarkan pada ciri morfologis berdasarkan bentuk, ukuran dan warna dan gonad (Effendie 1997). Gonad tersebut dipisahkan antara gonad ikan jantan dan gonad ikan betina. Setelah itu, gonad diamati secara morfologis. Untuk membedakan tahap pengamatan gonad, maka digunakan pedoman pembagian TKG gonad ikan tembang yang dimodifikasi Cassie (Effendie 1997). Klasifikasi tingkat kematangan gonad secara morfologis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tahapan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie (Effendie 1997) TKG I
II
III
IV
V
Morfologi Gonad Jantan
Morfologi Gonad Betina
Testis seperti benang, lebih pendek Ovari seperti benang, panjang sampai dan terlihat ujungnya dirongga ke depan rongga tubuh, warna jernih, tubuh, warna jernih permukaan licin Ukuran testis lebih besar, warna putih seperti susu, bentuk lebih jelas daripada TKG I Permukaan testis makin bergerigi, warna makin putih dan makin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus Seperti TKG III tampak lebih jelas, testis makin pejal
Ukuran ovari lebih besar, warna lebih gelap kekuning-kuningan, telur belum terlihat jelas tanpa kaca pembesar Ovari berwarna, secara morfologi butir-butir telur mulai kelihatan dengan mata. Butir-butir minyak makin kelihatan Ovari bertambah besar, telur berwarna kuning, mudah dipisah-pisahkan, butirbutir minyak tidak tampak, ovari mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut dan rongga perut terdesak Testis bagian anterior kempis dan Ovari berkerut, dinding tebal, butir bagian posterior berisi telur sisa terdapat di bagian posterior, banyak telur seperti TKG II
3.4.2.4. Bobot hati Data berat hati dikumpulkan dengan melakukan penimbangan berat hati total ikan dengan menggunakan timbangan digital yang memiliki ketelitian 0,0001 gram. Data berat hati kemudian dicatat dan ditabulasikan dalam form. Data tersebut selanjutnya digunakan untuk mengetahui indeks hepatosomatik.
18
3.4.2.5. Fekunditas Prosedur penentuan fekunditas dilakukan dengan metode gabungan antara gravimetrik dan volumetrik. Gonad ikan betina TKG IV yang sebelumnya telah diawetkan dengan formalin 5%, dikeringkan lalu ditimbang berat totalnya (G). Setelah itu, diambil 3 bagian secara acak dari satu gonad yang akan diamati, lalu ditimbang beratnya (Q). Gonad contoh lalu diencerkan ke dalam 10 ml air (V). Sebanyak 1 ml volume pengenceran diambil dengan menggunakan pipet tetes untuk dihitung jumlah gonadnya (X). Proses ini dilakukan sebanyak 1 kali untuk satu sampel ikan betina dewasa.
3.4.2.6. Diameter telur Pengukuran diameter telur dilakukan pada telur yang telah mencapai TKG IV. Kemudian contoh telur diambil dari bagian posterior, tengah dan anterior. Telur yang diambil disusun pada gelas objek. Selanjutnya telur diamati di bawah mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan metode sensus. Data diameter yang terukur dicatat, kemudian ditabulasi pada form data sheet yang telah disiapkan.
3.5. Analisis Data 3.5.1. Sebaran frekuensi panjang Analisis sebaran frekuensi panjang diperlukan untuk mengetahui sebaran frekuensi panjang ikan berdasarkan ukuran panjang menurut Walpole (1995) adalah sebagai berikut: a. Menentukan lebar kelas, r = pb-pk (r = lebar kelas, pb = panjang tertinggi, pk = panjang terpendek) b. Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N (N = Jumlah data) c. Menghitung lebar kelas, L = r / Jumlah kelas (L = lebar kelas, r = wilayah kelas) d. Memilih ujung bawah kelas interval
19
e. Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100.
3.5.2. Hubungan panjang-berat dengan fekunditas Analisis regresi linier didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Hubungan regresi linier ini untuk menduga bentuk hubungan antara panjang-berat dengan fekunditas. Model dugaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Walpole 1995):
Y adalah variabel dependen yang diprediksikan, a adalah konstanta, b adalah koefisien regresi X terhadap Y, dan X adalah variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Koefisien regresi (b) akan bernilai positif apabila nilai X berbanding lurus terhadap nilai Y, sebaliknya b akan bernilai negatif apabila nilai X berbanding terbalik terhadap nilai Y. Nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut:
3.5.3. Aspek biologi reproduksi 3.5.3.1. Nisbah kelamin Nisbah kelamin ditentukan dengan melihat perbandingan frekuensi ikan jantan dan ikan betina. Untuk mengetahui keseimbangan nisbah kelamin maka digunakan rumus berikut (Effendie 1997) :
20
X adalah nisbah kelamin, J adalah jumlah ikan jantan (ekor), B adalah jumlah ikan betina (ekor). Untuk mengetahui hubungan antara jantan-betina dari suatu populasi ikan yang diteliti maupun pemijahannya perlu dilakukan analisis nisbah kelamin (sex ratio) ikan. Analisis nisbah kelamin ikan jantan dan betina dapat diperoleh dengan menggunakan uji Chi – square (X2) (Steel & Torrie 1993 in Pellokila 2009) yaitu :
X2 adalah
sebuah nilai bagi peubah acak X2 yang sebaran penarikan
contohnya menghampiri sebaran khi kuadrat (Chi-square), Oi adalah frekuensi ikan jantan dan atau ikan betina yang diamati, Ei adalah frekuensi harapan, yaitu (ikan jantan + ikan betina) / 2.
3.5.3.2. Indeks kematangan gonad (IKG) IKG ditentukan dengan menggunakan rasio antara berat gonad dengan berat tubuh, dengan rumus sebagai berikut (Effendie 1997) :
BG adalah berat gonad (gram), BT adalah berat tubuh (gram).
3.5.3.3. Fekunditas Rumus yang digunakan untuk menghitung fekunditasnya adalah sebagai berikut (Effendie 1997):
F adalah fekunditas (butir), G
adalah berat gonad total (gram), V adalah isi
pengenceran, X adalah jumlah telur tiap cc, Q adalah berat gonad contoh (gram)
21
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang tubuh daripada dengan berat karena penyusutan panjang relatif kecil sekali, tidak seperti berat yang dapat berkurang dengan mudah (Effendie 1997). Hubungan tersebut sebagai berikut:
F adalah fekunditas total (butir), L adalah panjang total ikan (cm), a dan b adalah konstanta. Model diatas selanjutnya di formula dalam model persamaan linier.
3.5.3.4. Ukuran ikan pertama kali matang gonad Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan tembang pertama kali matang gonad yaitu Spearman-Karber (Udupa 1986 in Ambarwati 2008):
m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, ni adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 – pi, M adalah panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m.
3.5.3.5. Indeks hepatosomatik (HSI) Indeks hepatosomatik (HSI) merupakan rasio antara berat hati dengan berat tubuh ikan dengan rumus sebagai berikut:
22
BH adalah berat hati dan BT adalah berat tubuh. Semakin tinggi HSI maka semakin tinggi kesempatan ikan menjadi dewasa ketika dalam kondisi baik pada usia dan panjang tertentu.
3.5.3.6. Faktor kondisi Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup maupun untuk bereproduksi. Jika pertumbuhan ikan tembang termasuk pertumbuhan isometrik (b = 3) maka nilai faktor kondisi (K) dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 1997):
Namun, jika pertumbuhan allometrik (b ≠ 3) maka digunakan rumus berikut (Effendie 1997) :
K adalah faktor kondisi, W adalah berat ikan contoh (gram), L adalah panjang ikan contoh (mm), a dan b adalah konstanta regresi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak pada 5054’40” 6000’40” Lintang Selatan (LS) serta 106040’45” – 107001’19” Bujur Timur (BT) membentang dari Tanjung Pasir di bagian barat hingga Tanjung Karawang di bagian timur, dengan panjang garis pantai kurang lebih 89 km. Curah hujan rendah berlangsung pada bulan Juni-November dan curah hujan tinggi berlangsung pada bulan Desember-Mei (Wahyuningsih 2008). Luas Teluk Jakarta sekitar 514 km2 merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata mencapai 15 meter (www.cswisepractice.org). Perairan ini mempunyai peranan di berbagai sektor, antara lain sektor industri, pertambangan, pertanian, dan pariwisata serta tempat bagi nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan yang di konsumsi masyarakat. Salah satu jenis ikan hasil tangkapan dari perikanan ini adalah ikan tembang (Sardinella maderensis). Teluk Jakarta merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi sorotan akibat pencemaran karena kawasan ini memiliki arti dan peranan penting dalam konstelasi lokal, regional, nasional, hingga internasional dalam konteks kegiatan sosial, ekonomi maupun pemerintahan. Secara geografis perairan laut DKI Jakarta bersifat strategis, namun sekaligus merupakan suatu ekosistem spesifik dengan potensi sumber alam kelautan (Nelwan et al. 2004). Teluk Jakarta dikenal memiliki keanekaragaman sumberdaya alam yang merupakan aset pembangunan, baik sumberdaya alam terpulihkan (renewable resources) dan sumberdaya alam tak terpulihkan (nonrenewable resources). Pada saat ini berbagai aktifitas telah berkembang dengan pesat di wilayah pesisir Teluk Jakarta, seperti pelabuhan, permukiman skala besar, rekreasi, wisata bahari, dan perdagangan di kawasan pesisir Utara Jakarta. Berbagai laporan tentang pencemaran di pesisir Teluk Jakarta serta letaknya yang strategis karena berada di ibukota negara menjadikan kawasan ini selalu menjadi sorotan (Nelwan et al. 2004). Pencemaran yang terjadi akan berpengaruh pada habitat dan kelangsungan hidup populasi yang
24
ada di perairan terutama ikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengelolaan yang tepat untuk menjaga kelestarian ikan di perairan Teluk Jakarta.
4.2 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Tembang Komposisi hasil tangkapan merupakan perbandingan ikan jantan dan betina yang tertangkap di perairan Teluk Jakarta. Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan tembang (S. maderensis) adalah kapal motor (< 10 GT) dengan menggunakan alat tangkap purse seine dan ukuran mata jaring sebesar 1,75 – 2 inchi. Jumlah ikan yang tertangkap di perairan Teluk Jakarta berjumlah 315 ekor, terdiri dari 186 ekor ikan jantan (59,05%) dan 129 ekor ikan betina (40,95%). Komposisi hasil tangkapan ikan contoh pada setiap pengamatan di tampilkan pada Gambar 5 sebagai berikut:
27 Januari 2010
06 Februari 2010
27 Februari 2010
08 Maret 2010
16 Februari 2010
18 Maret 2010
25
28 Maret 2010
Gambar 5. Komposisi hasil tangkapan ikan tembang (S. maderensis) jantan dan betina setiap waktu di perairan Teluk Jakarta = Jantan = Betina Keterangan : Pada Gambar 5 terlihat adanya variasi komposisi tangkapan ikan tembang berdasarkan waktu pengamatan. Pada umumnya ikan betina lebih dominan dibandingkan ikan jantan karena ikan betina lebih aktif mencari makanan untuk menutrisi tubuhnya agar perkembangan gonad dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan telur yang baik pula. Perbedaan ukuran dan jumlah salah satu jenis kelamin dalam populasi disebabkan adanya perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan umur pertama kali matang gonad, dan bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada (Nikolsky 1963). Menurut Febianto (2007) umumnya perbedaan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap oleh nelayan berkaitan dengan pola tingkah laku ruaya ikan, baik untuk memijah ataupun untuk mencari makan. Hasil analisis anova satu arah komposisi tangkapan berbeda nyata dengan thit 2,49 dan ttab 2,44. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan jantan dan betina adalah berbeda setiap waktu pengamatan.
4.3 Aspek Reproduksi 4.3.1 Nisbah kelamin Nisbah kelamin atau perbandingan jenis kelamin merupakan perbandingan jenis kelamin jantan dan betina. Penentuan jenis kelamin jantan dan betina ikan tembang dilakukan dengan mengamati bentuk dan warna gonad. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu populasi, perbandingan ikan jantan dan
26
ikan betina diharapkan dalam keadaan seimbang atau setidaknya ikan betina lebih banyak (Purwanto et al. 1986). Dengan melihat nisbah kelamin akan didapatkan pendugaan keberhasilan pemijahan suatu populasi karena jumlah imbangan ikan jantan dan betina diharapakan dalam keadaan seimbang (1 : 1) atau setidaknya jumlah ikan betina lebih banyak agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
Gambar 6. Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) betina pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta Jumlah ikan tembang yang memiliki TKG IV adalah 150 ekor yang terdiri dari 65 ekor jantan dan 85 ekor betina. Pada bulan Maret jumlah ikan jantan yang memiliki TKG IV lebih banyak (41 ekor) daripada ikan betina (25 ekor). Hasil uji “chi-square” pada selang kepercayaan 95% ( = 0,05) terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina secara keseluruhan menunjukkan hasil nyata sehingga dapat dinyatakan bahwa nisbah kelamin ikan tembang adalah tidak seimbang 1 : 1,3 (Gambar 6). Keadaan tidak seimbangnya nisbah kelamin antara ikan jantan dan betina diduga ikan jantan dan ikan betina tidak berada dalam satu area pemijahan sehingga peluang tertangkapnya berbeda (Febianto 2007). Tidak seimbangnya jumlah ikan jantan dan betina yang memiliki TKG IV berdasarkan waktu penelitian mengindikasikan satu ikan tembang jantan diduga membuahi lebih dari satu tembang ikan tembang betina. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hari (2010) terhadap ikan tembang (Sardinella gibbosa) di perairan Palabuhanratu.
27
Gambar 7. Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis) setiap selang kelas panjang di perairan Teluk Jakarta
Pada Gambar 7 terlihat bahwa perbandingan nisbah kelamin menunjukkan bahwa ikan jantan banyak ditemukan pada selang ukuran 120-131 mm dan 156-167 mm. Sedangkan pada ikan betina banyak ditemukan pada selang ukuran 132-155 mm dan 168-215 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan betina yang memiliki TKG IV mendominasi perairan Teluk Jakarta. Sesuai dari beberapa ikan yang telah diteliti, yaitu ikan tembang di Perairan Palabuhanratu memiliki perbandingan jumlah jantan dan betina tidak seimbang (Hari 2010).
4.3.2. Tingkat kematangan gonad (TKG) Tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) secara morfologi dapat dilihat pada Gambar 8. Jenis kelamin ditentukan setelah dilakukan pembedahan terhadap ikan contoh kemudian tingkat kematangan gonad ditentukan dengan menggunakan klasifikasi tingkat kematangan gonad yang dimodifikasi Cassie (Effendie 1997) dapat dilihat pada Tabel 1.
28
TKG
I
Jantan
Betina
-
-
II
III
IV
Gambar 8. Morfologi gonad contoh ikan tembang (S. maderensis) (Dokumentasi pribadi)
29
Tabel 3. Klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan tembang (S.maderensis) berdasarkan hasil pengamatan di perairan Teluk Jakarta TKG I
Jantan Betina Testis sangat kecil, warna jernih TKG I ikan betina tidak ditemukan keputihan. Pendek terlihat di ujung selama penelitian rongga tubuh
II
Warna testis seperti putih susu, Pewarnaan putih susu kemerahan. Butiran tampak lebih jelas dan licin telur masih menyatu dan belum dapat dipisahkan. Panjang gonad antara 1/3-1/2 dari panjang rongga tubuh
III
Warna testis putih pekat, ukuran lebih jelas, ukuran lebih besar dari TKG II. Permukaan dan bagian pinggir gonad tidak rata dan bergerigi
IV
Warna testis putih pekat, ukuran lebih Ovari makin besar, semua telur berwarna besar, pejal dan lekukan (gerigi) kuning. Mudah dipisahkan dan terlihat semakin besar jelas dibawah mikroskop. Mengisi 2/3-3/4 rongga tubuh
V
TKG V ikan jantan tidak ditemukan selama penelitian
Ukuran ovari lebih besar dan panjang. Butiran telur mulai terlihat, panjang gonad Bervariasi antara 1/2-2/3 dari panjang rongga tubuh
TKG V ikan betina tidak ditemukan selama penelitian
Tahapan tingkat kematangan gonad merupakan proses yang penting dalam reproduksi ikan. Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Tingkat kematangan gonad ikan tembang jantan dan betina meningkat seiiring dengan bertambahnya selang ukuran panjang (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin panjang ukuran maka ikan akan semakin dewasa dan mulai mengalami peningkatan TKG (Pellokila 2009).
30
Gambar 9. Tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap selang panjang di perairan Teluk Jakarta Ikan tembang yang didapat terbagi dalam 11 selang ukuran panjang. Berdasarkan selang ukuran panjang panjang (Gambar 9), diperoleh informasi bahwa ikan jantan mulai memasuki TKG IV (matang gonad) pada selang ukuran 144-155 mm. Sedangkan, ikan betina yang mulai memasuki TKG IV (matang gonad) terdapat pada selang ukuran 120-131 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tembang betina cenderung lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan jantan.
31
Gambar 10. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu di perairan Teluk Jakarta Keterangan : J = Januari, F = Februari, M = Maret Ikan jantan dan betina yang mempunyai tingkat kematangan gonad III dan IV hampir ditemukan di tiap bulan pengamatan. Pada ikan jantan dan betina, persentase tertinggi matang gonad ditemukan pada bulan Februari (49% dan 32%) (Gambar 10). Adanya ikan yang memiliki TKG III dan IV mengindikasikan adanya ikan yang memijah di perairan tersebut. Sehingga dapat diduga musim pemijahan ikan ini berlangsung dari Januari-Maret. Ikan tembang yang tertangkap di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur berdasarkan nilai tingkat kematangan gonad berkisar antara Juli sampai Oktober dan puncak pemijahan terjadi pada bulan September. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musim pemijahan ikan tembang berlangsung sepanjang tahun.
32
4.3.3 Ukuran pertama kali matang gonad Berdasarkan penghitungan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan metode Spearman-Karber, ikan tembang (S. maderensis) pertama kali matang gonad terdapat pada ukuran panjang 192-208 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina) (Lampiran 8 dan 9). Dari nilai ini terlihat bahwa ikan betina lebih cepat matang gonad daripada ikan jantan. Adanya perbedaan ukuran pertama kali matang gonad pada spesies ikan yang sama, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Ukuran pertama kali matang gonad mungkin dipengaruhi kelimpahan dan ketersediaan makanan, suhu, periode, cahaya dan faktor lingkungan pada suatu habitat atau perairan yang berbeda-beda (Nikolsky 1963).
4.3.4. Indeks kematangan gonad (IKG) Tahapan perkembangan tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG) yaitu sebagai hasil perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh dikalikan 100.
Gambar 11. Indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap waktu di Perairan Teluk Jakarta Nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan tembang berfluktuasi setiap bulannya. Pada ikan tembang jantan nilai IKG rata-rata berkisar antara 0,86-11,20% sedangkan ikan betina berkisar antara 1,03-15,20% (Gambar 11). Nilai
IKG
tergantung dari tingkat kematangan gonad sehingga nilai IKG betina lebih besar
33
dibandingkan ikan jantan. Hal ini disebabkan bobot gonad ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan.
Gambar 12. Indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap TKG di Perairan Teluk Jakarta Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad (pertumbuhan gonadik). Pada masa tersebut gonad semakin berkembang seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonadnya (Mustakim 2008). Secara umum nilai IKG meningkat sejalan dengan perkembangan gonad ikan, nilai tertinggi dicapai pada saat mencapai TKG IV (Gambar 12), kemudian menurun setelah ikan melakukan pemijahan (TKG V). Terjadinya penurunan nilai IKG pada TKG V di sebabkan karena pada tahap tersebut isi gonad sebagian besar telah dikeluarkan sewaktu terjadinya pemijahan dan pada saat itu IKG hampir sama dengan TKG I dan TKG II. Bobot gonad dan IKG ikan mencapai maksimal pada TKG IV (Nasution 2004). Demikian juga dengan pernyataan Effendie (1997) yang menyatakan bahwa berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan memijah. Kemudian menurun secara cepat selama berlangsungnya pemijahan sampai pemijahannya selesai.
4.3.5. Fekunditas Jumlah telur yang dikeluarkan pada saat ikan memijah
merupakan
fekunditas mutlak atau fekunditas individu (Effendie 1997). Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan
34
daripada panjangnya, walaupun berat dapat berubah setiap saat, apabila terjadi perubahan lingkungan dan kondisi fisiologis pada ikan. Fekunditas dihitung pada ikan-ikan dengan TKG IV (62 buah gonad). Potensi reproduksi yang didapat selama penelitian adalah cukup tinggi.
Gambar 13. Hubungan ln fekunditas dengan ln panjang total ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta Hubungan antara fekunditas dengan panjang total pada ikan TKG IV ditunjukkan melalui persamaan y = -2,136 + 2,202x dan diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,209, nilai ini menunjukkan bahwa hanya 20,9% dari keragaman nilai fekunditas ikan tembang dapat dijelaskan oleh panjang tubuh total. Didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,4571, yang menunjukkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan panjang total adalah kurang erat. Menurut Ismail (2006) tidak adanya hubungan yang erat antara panjang total dengan fekunditas terhadap ikan tembang di perairan Ujung Pangkah disebabkan karena adanya variasi fekunditas pada ukuran panjang total yang sama.
35
Gambar 14. Hubungan ln fekunditas dengan ln berat total ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hubungan antara fekunditas dengan berat total ikan tembang ditunjukkan dengan persamaan : y = 6,5 + 0,661x dan diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,208, nilai ini menunjukkan bahwa hanya 20,8% dari keragaman nilai fekunditas ikan tembang dapat dijelaskan oleh berat tubuh total. Didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,4561, yang menunjukkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan berat total adalah kurang erat. Menurut (Hari 2010), tidak ada hubungan erat antara fekunditas dengan berat total ikan tembang di daerah Labuan pada gonad IV.
4.3.6. Diameter telur Diameter telur ikan dapat mengindikasikan pola pemijahan ikan termasuk ke dalam pemijahan total atau bertahap. Sebaran frekuensi diameter telur diamati untuk menduga sebaran pemijahan yaitu pada TKG IV. Morfologi ikan tembang berbentuk bulat (Ismail 2006). Diameter ikan tembang bervariasi dari 0,225-0,855 mm berdasarkan tingkat kematangan gonad.
36
Gambar 15. Sebaran diameter telur (TKG IV) ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta Dari sebaran frekuensi diameter (Gambar 8), bahwa pola pemijahan dari ikan tembang adalah total spawner. Artinya pemijahan ikan tembang dilakukan dengan mengeluarkan telur masak secara keseluruhan pada satu waktu pemijahan (siklus reproduksi) dan akan melakukan pemijahan kembali pada musim pemijahan berikutnya. Hal ini terlihat dari sebaran diameter telur TKG IV membentuk satu puncak. Hal ini serupa dengan penelitian Tampubolon et al. (2002) bahwa pola pemijahan ikan tembang di Teluk Sibolga adalah total spawner.
4.3.7. Indeks hepatosomatik (HSI) Indeks hepatosomatik (HSI) merupakan rasio antara berat hati dengan berat tubuh ikan. Parameter ini menunjukkan status energi cadangan pada hewan. Pada lingkungan buruk, ikan biasanya memiliki hati kecil (dengan kehilangan energi cadangan pada hati). Nilai HSI tidak hanya dipengaruhi ketersediaan makanan di perairan tetapi juga dengan TKG.
37
Gambar 16. Indeks hepatosomatik ikan tembang (S. maderensis) betina pada setiap TKG di perairan Teluk Jakarta Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai HSI berdasarkan TKG dan tertinggi terdapat pada TKG IV. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi materi bersama energi untuk perkembangan gonad dan pembentukan gamet. Pada saat pematangan gonad, organ aktif menentukan kebutuhan vitelogenin sehingga organ hati bertambah berat dan ukurannya pun bertambah (Sulistiono et al. 2001).
Gambar 17. Indeks hepatosomatik ikan tembang (S. maderensis) betina menurut waktu di perairan Teluk Jakarta
Dari Gambar 17 dapat terlihat adanya fluktuatif nilai indeks hepatosomatik menurut waktu pengamatan. Nilai rata-rata HSI selama pengamatan berkisar antara 0,8963-1,4034. Nilai tertinggi terdapat pengamatan tanggal 28 Februari dan 16 Maret, hal ini menunjukkan bahwa pada tanggal tersebut ikan betina memiliki nilai
38
HSI yang tinggi dan diduga terjadi pembesaran hati akibat dari perubahan fisiologis terjadi selama pre-spawning. Tingginya nilai HSI juga dapat menentukan keadaan lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanggal 28 Februari dan 18 Maret keadaan lingkungan baik dibandingkan tanggal lainnya.
4.3.8. Faktor kondisi Faktor kondisi merupakan keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada data panjang dan berat (Effendie 1997). Kondisi ikan dikatakan baik apabila ikan mampu bertahan hidup dan melakukan proses reproduksinya dengan baik dan akan dikatakan kurang baik apabila ikan tidak mampu bertahan hidup dan melakukan proses reproduksinya dengan baik. Faktor kondisi (K) ikan tembang jantan dan betina bervariasi setiap bulan (Gambar 9).
Gambar 18. Faktor kondisi rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta Nilai faktor kondisi ikan jantan pada awal bulan Februari dan Maret cenderung meningkat, diduga karena ikan tembang mengalami kematangan gonad yang tinggi dan sedang mengalami musim pemijahan. Pada pertengahan bulan Februari dan bulan Maret nilai faktor kondisi menurun kembali diduga karena ikan tembang cenderung beradaptasi dengan lingkungan, mengakibatkan kondisi tubuh
39
ikan yang semakin menurun karena pemanfaatan energi untuk pertumbuhan cenderung dipakai untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dari hasil penelitian didapat nilai K ikan jantan berbeda dengan ikan betina. Hal ini diduga faktor kondisi dipengaruhi oleh jenis kelamin dan musim. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1979) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi faktor kondisi selain kematangan gonad adalah jenis kelamin, ketersediaan makanan, morfologi ikan dan musim.
Gambar 19. Faktor kondisi rata-rata ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap selang ukuran di perairan Teluk Jakarta Nilai faktor kondisi rata-rata ikan tembang jantan setiap kelas ukuran berkisar antara 0,7727-2,0996 dengan nilai tertinggi berada pada kelas ukuran 156167 mm, sedangkan untuk ikan tembang betina berkisar antara 0,7995-2,2671 dengan nilai tertinggi pada kelas ukuran 156-167 mm. Nilai K yang berkisar 1-3 menyatakan bahwa ikan tembang dalam keadaan kurus. Pada gambar terlihat bahwa pada ikan jantan betina memiliki nilai faktor kondisi tertinggi pada kelas ukuran 156-167 mm. Hal ini disebabkan ikan jantan memiliki testis yang matang sedangkan ikan betina memiliki gonad yang matang pada ovarium. Secara keseluruhan nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar dari ikan jantan, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini diduga karena pada ikan betina memiliki kondisi lebih baik dengan mengisi gonadnya dengan cell sex untuk proses reproduksi dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie 1997). Nilai faktor
40
kondisi ikan betina lebih besar dari ikan jantan menunjukkan bahwa ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik untuk bertahan hidup dan melakukan proses reproduksi lebih baik dibandingkan ikan jantan.
Gambar 20. Faktor kondisi ikan tembang (S. maderensis) jantan (a) dan betina (b) pada setiap TKG di perairan Teluk Jakarta Nilai faktor kondisi pada setiap tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan berkisar antara 0,95-1,15 dan ikan betina berkisar antara 1,02-1,25. Nilai faktor kondisi ikan betina maupun jantan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya TKG hingga menjelang pemijahan, gonad yang matang akan cenderung memiliki berat yang tinggi sehingga dapat meningkatkan berat tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya Baginda (2006) pada ikan tembang dimana faktor kondisi cenderung meningkat seiring dengan naiknya TKG dan menurun setelah pemijahan.
4.3.9. Pendugaan musim pemijahan Musim pemijahan berkaitan dengan waktu ikan akan memijah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan antara TKG, IKG, HSI, dan faktor kondisi rata-rata menurut waktu penelitian dapat dilihat pada Gambar 21 sebagai berikut:
41
Gambar 21 . Hubungan nilai TKG, IKG, HSI, dan faktor kondisi rata-rata menurut waktu penelitian ikan tembang (S. maderensis) betina di perairan Teluk Jakarta Dari hasil hubungan TKG dan IKG serta hasil analisis HSI dan faktor kondisi rata-rata ikan tembang (S. maderensis) betina berdasarkan waktu penelitian (Gambar 21) maka dapat diduga musim pemijahan berlangsung mulai dari akhir Februari hingga akhir Maret. Dari hasil penelitian ikan tembang mulai memijah pada saat kisaran nilai IKG rata-rata tertinggi berkisar antara 5,3837-7,0448 %. Didukung oleh penelitian sebelumnya Baginda (2006) nilai IKG rata-rata tertinggi ikan tembang di Blanakan berkisar antara 3,01-7,0689% .
4.4. Pengelolaan Ikan tembang (S. maderensis) merupakan ikan pelagis kecil di perairan Teluk Jakarta. Ikan tembang ini merupakan ikan yang bernilai ekonomis bagi masyarakat setempat untuk dijadikan bahan konsumsi, dapat dalam bentuk segar, asin dan dingin. Selain itu ikan tembang mempunyai peran ekologis yang penting bagi lingkungan perairan. Jika kelimpahan ikan tembang terlalu tinggi maka organisme
42
yang menjadi mangsa ikan ini akan mengalami penurunan kelimpahan demikian sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan di alam, yaitu melakukan pengaturan waktu penangkapan, jenis dan ukuran ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap. Berdasarkan penelitian, ikan tembang jantan dan betina banyak ditemukan pada selang ukuran 192-208 mm dan 153-170 mm. Pada selang tersebut banyak ditemukan ikan tembang telah matang gonad. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan yang boleh ditangkap adalah ikan-ikan yang ukuran panjangnya diatas 184-210 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina). Hal ini menunjukkan agar ikanikan yang telah matang gonad diberi kesempatan untuk memijah terlebih dahulu sehingga keberadaan ikan tembang di alam tetap stabil. Untuk menghindari tertangkapnya ikan-ikan yang berukuran dibawah 192-208 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina) maka mata jaring yang digunakan harus diperbesar ukurannya. Menurut Chaira (2010) menganjurkan untuk menggunakan ukuran mata jaring ikan tembang (S. maderensis) sebaiknya berukuran 2,66 inchi. Sesuai dengan pendugaan bahwa Februari-Maret merupakan musim pemijahan bagi ikan-ikan tembang sehingga sebaiknya penangkapan ikan-ikan tembang dilakukan sebelum dan sesudah bulan-bulan penelitian (Februari-Maret). Selain itu, kawasan mangrove yang menjadi daerah pembesaran ikan-ikan kecil sangat perlu dilestarikan keberadaannya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Nisbah kelamin ikan jantan-betina setiap bulan pengamatan adalah
tidak
seimbang (1:1,3) namun untuk kelangsungan generasi masih dapat dipertahankan. 2. Ikan betina lebih cepat mencapai matang gonad dibandingkan ikan jantan dengan ukuran pertama kali matang gonad berkisar antara 192-208 mm (ikan jantan) dan 153-170 mm (ikan betina). 3. Musim pemijahan ikan tembang (S. maderensis) di perairan Teluk Jakarta diduga terjadi pada akhir bulan Februari hingga akhir Maret. 4. Potensi
reproduksi
ikan
tembang
cukup
tinggi
sehingga
potensi
rekruitmennya juga tinggi. 5. Ikan tembang (S. maderensis) memiliki pola pemijahan total (total spawner).
5.2 Saran Perlu adanya penelitian lanjutan ikan tembang di Teluk Jakarta yang dilakukan pada saat musim berikutnya, dan kondisi lingkungan. Diharapkan dari penelitian lanjutan ini, dapat diketahui lebih jelas biologi reproduksi ikan tembang di Teluk Jakarta, yang selanjutnya dapat digunakan dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan di Teluk Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, DVS. 2008. Studi biologi reproduksi ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) Di Perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Baginda, H. 2006. Biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella fimbriata) pada bulan Januari-Juni Di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Bakosurtanal. 2010. Peta penelitian di Teluk Jakarta. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Bogor. Chaira GD. 2010. Kajian stok ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838) dengan menggunakan sidik frekuensi panjang di perairan Teluk Jakarta [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 66 hlm. [DKP-DKI Jakarta] Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta. 2009. perikanan tangkap DKI Jakarta 1997-2008. DKP. Jakarta. p. 109-111.
Data
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan yayasan pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hlm. El-Sayed H & Moharram SG. 2007. Reproductive biology of Tilapia zillii (Gerv, 1848) from Abu Qir Bay, Egypt. Egyptian journal of aquatic research, Volume 33 (1): 379-394. [terhubung berkala]. Iodeweb1. Vliz.be/oddalam [10 Maret 2010]. Febianto S. 2007. Aspek biologi reproduksi ikan lidah pasir (Cynoglossus idalamgua Hamilton-Buchanan, 1822) di Perairan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Ginanjar M. 2006. Kajian reproduksi ikan lemuru (Sardinella lemuru Blk.) berdasarkan perkembangan gonad dan ukuran ikan dalam penentuan musim pemijahan di perairan Pantai Timur Pulau Siberut [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Hari D. 2010. Pengaruh eksploitasi terhadap keragaan reproduktif ikan tembang (Sardinella gibbosa) family Clupeidae [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Ismail MI. 2006. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan tembang (Clupea platygaster) di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. [skripsi].
45
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 59 hlm. Mustakim M. 2008. Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada habitat yang berbeda di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Nasution SH. 2004. Karakteristik reproduksi ikan endemic rainbow selebensis (Telmatherdalama celebensis boulenger). Makalah Individu [terhubung berkala].http://www.rudyct.com [01 Juli 2010]. Nelwan A, Sigid H, Mia S, Untung B, Syafiuddun, Jefry JM, Syahroma HN, Johannes L, Kemal M, Iriani S, Bernatal S, & Meity M. 2004. Pencemaran perairan Teluk Jakarta dan strategi penggulangannya. Makalah kelompok [terhubung berkala]. http:rudyct.com [22 Juli 2010]. Nikolsky GV. 1963. The Ecology of fishes. Academic Press; London and New York. Pellokila NAY. 2009. Biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di Rawa Banjiran DAS Mahakam, Kalimantan Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Peristiwady T. 2006. Ikan-ikan laut ekonomis penting di Indonesia. LIPI Press. Jakarta. xiv + 270 hlm. Purwanto GB & Sj Bustamam. 1986. Studi pendahuluan keadaan reproduksi dan perbandingan kelamin ikan cakalang Katsuwonus pelamis di Perairan sekitar Teluk Biru dan Elpaputih P. Seram. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 34:6978 hal. Rizal, DA. 2009. Studi biologi reproduksi ikan senggirangan (Puntius johorensis) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi, Sumatera Selatan. [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 50 hlm. Royce WF. 1972. Introduction to the fishery sciences. Academic Press, INC: New York. Rustandar, R. 2005. Analisis efisiensi teknik unit penangkapan gillnet di Muara Angke Jakarta [skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan I dan II. Bina Cipta. Bandung. 508 hlm.
46
Sulistiono, Tri HK, Etty R & Seiichi W. 2001. Kematangan gonad beberapa jenis ikan buntal (Tetraodon lunaris, T. fluviatilis, T. reticularis) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1(2): 25-30. [terhubung berkala]. http://iktiologi-indonesia.org/jurnal/1-2/04_0001.pdf [01 Juli 2010]. Syakila S. 2009. Dinamika stok ikan tembang (Sardinella fimbriata) di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Tang UM & Affandi R. 2000. Biologi reproduksi ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 216 hlm. Tampubolon PA. 2008. Biologi reproduksi ikan motan (Thynnchthys thynnoides Bleeker, 1852) di perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 62 hlm. Tampubolon RV, Sutrisno S & Rahardjo MF. 2002. Aspek biologi reproduksi dan pertumbuhan ikan lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di perairan Teluk Sibolga [reproduktive biology and growth of Sardine (Sardinella longicep C.V.) in Sibolga Bay]. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 2(1) : 1-7. [terhubung berkala]. iirc.ipb.ac.id [23 Juli 2010]. Wahyuningsih. 2008. Studi penyebaran makrozoobenthos berdasarkan karakteristik subrat dasar perairan di Teluk Jakarta [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Walpole RE. 1995. Pengantar statistika edisi Ke-3 alih bahasa oleh Sumantri, B. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm. Youmbi JT, Djama TH & Gabche C. 1990. Reoroductive pattern of Sardinella maderensis (Lowe, 1841) off Cameroon. Fisheries research station, Limbe, Cameroon. Abstrak. [terhubung berkala]. http://www3.interscience.wiley [23 Juli 2010]. www. cswisepractice.org. 2010. Waste management and recycling at the grassroots level/Jakarta Bay-Indonesia. [terhubung berkala]. http://www.cswisepractice.org. [23 Juli 2010] www.fao.org. Sardinella maderensis. http://www.fao.org/DOCREP. [23 Juli 2010] www.fishbase.com. Sardinella maderensis. http://www.fishbase.com. [1 Februari 2009].
[terhubung [terhubung
berkala]. berkala].
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Penentuan selang kelas panjang total ikan tembang (S. maderensis)
Jenis kelamin Jantan Betina Total (n) Panjang maksimum Panjang minimum
Frekuensi (ekor) 187 128 315
= 240 = 120
1. Jumlah kelas (K)
2. Wilayah kelas (r)
3. Lebar kelas (L)
4. Selang bawah pertama
5. Selang kelas pertama
= 1 + (3,32*Log(n)) = 1 + (3,32*Log(315)) = 9,2944 ≈ 10 = Panjang maksimum-panjang minimum = (240-120) mm = 120 mm = Wilayah/Jumlah kelas = 120/10 = 12 = Panjang minimum + (L-1) = {120 + (12 – 1) = 131 mm = 120 – 131 mm
49
Lampiran 2. Analisis komposisi hasil tangkapan ikan tembang (S. maderensis)
Anova: Single Faktor SUMMARY Groups Column 1 Column 2
Count 7 7
Sum 186 129
Average 26,57143 18,42857
Variance 102,9524 82,95238
ANOVA Source of Variation SS Between Groups 232,0714 Within Groups 1115,429
df 1 12
MS 232,0714 92,95238
F 2,49667
Total
13
1347,5
t hit = 2,4967 t tab = 2,4469 t hit > t tab : tolak Ho = berbeda nyata
P-value 0,140072
50
Lampiran 3. Nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis)
Batas kelas 119.5 131.5 131,5 143.5 143,5 155,5 155,5 167,5 167,5 179,5 179,5 191,5 191,5 203,5 203,5 215,5 215,5 227,5 227,5 239,5 239,5 251,5
Selang kelas 143-155 Nisbah kelamin
= Jantan/Betina = 6/4 = 1,50
J 0 0 6 3 10 32 11 1 1 1 0
B 1 1 4 4 12 16 22 14 8 2 1
J/B 0 0 1,5 0,75 0,83 2 0,5 0,07 0,13 0,5 0
51
Lampiran 4. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan tembang (S. maderensis)
Jenis kelamin Jantan Betina Total (n)
Frekuensi (Oi) 186 129 315
Frekuensi harapan (ei) 157,5 157,5
X2 tabel = X20,05(v=2-1) = 3,8410 Keputusan : X2 hit > X2 tab maka tolak Ho Kesimpulan : Rasio kelamin secara keseluruhan tidak seimbang
52
Lampiran 5. Faktor kondisi ikan tembang (S. maderensis)
Selang kelas 120-131 132-143 144-155 156-167 168-179 180-191 192-203 204-215 216-227 228-239 240-251
Jantan Rata-rata faktor kondisi 1,1553 1,0630 1,1641 1,1801 1,1430 1,1590 1,1688 1,4077 1,3148 0,8959 0
STDEV 0,1902 4,9244 2,9489 3,0854 3,4616 0,0942 0,1175 0,0775 0,2922 0 0
Betina Rata-rata faktor kondisi 1,2291 0,9862 1,0172 1,3683 1,0078 1,0710 1,0382 1,0671 1,0561 1,1259 1,0153
STDEV 0,4485 0,0894 0,2469 0,4980 0,0834 0,1201 0,0990 0,1625 0,0626 0,0162 0
53
Lampiran 6. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan tembang (S. maderensis)
Jumlah Ikan (Fi)
Jumlah Ikan (Fi)
Selang kelas
TKG I
TKG II
TKG III
TKG IV
TKG I
TKG II
TKG III
TKG IV
120-131
0
2
4
0
0
1
2
1
132-143
1
2
1
0
0
3
1
1
144-155
1
3
6
6
0
3
2
4
156-167
1
7
13
3
0
0
0
4
168-179
0
9
26
10
0
1
9
12
180-191
0
6
30
32
0
2
7
16
192-203
0
0
7
11
0
0
5
22
204-215
0
0
1
1
0
1
5
14
216-227
0
1
0
1
0
0
2
8
228-239
0
0
0
1
0
0
0
2
240-251
0
0
0
0
0
0
0
1
54
Lampiran 7. Indeks kematangan gonad (IKG) ikan tembang (S. maderensis)
JANTAN Selang kelas
Xi IKG
SD
Max
Min
1 2 3 4 5 6 7
3,2415 6,1134 5,5263 4,3894 4,0488 3,9148 6,4037
1,3299 3,5055 2,6579 1,7140 1,5152 0,8242 1,8970
5,6241 14,4414 10,4495 8,1891 8,0627 5,2778 11,2088
0,8631 0,1308 2,5551 1,5914 1,9417 2,0274 2,3265
BETINA Selang kelas
Xi IKG
SD
Max
Min
1 2 3 4 5 6 7
5,0240 4,5786 5,5390 6,1511 5,4611 5,3837 7,0448
2,6254 4,1901 3,1570 1,7790 3,9110 1,6447 1,9052
11,3018 15,4775 12,7515 9,5510 15,1990 9,2698 9,4846
1,798 2,5944 1,0268 3,5687 1,6532 2,2356 3,6886
55
Lampiran 8. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan tembang (S. maderensis) jantan dengan metode Sperman-Karber
Selang kelas 120-131 132-143 144-155 156-167 168-179 180-191 192-203 204-215 216-227 228-239 240-251 Total Rata-rata
Nilai tengah Nt 125,5 137,5 149,5 161,5 173,5 185,5 197,5 209,5 221,5 233,5 245,5
Log Nt Xi 2,098644 2,138303 2,174641 2,208173 2,239299 2,268344 2,295567 2,321184 2,345374 2,368287 2,390051
Jmh ikan Ni 6 4 16 24 45 68 18 2 2 1 0 186
M (panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog M)
Jumlah ikan matang Nb 0 0 6 3 10 32 11 1 1 1 0 65
Nb/Ni (Pi)
X(i+1)-Xi
0,0000 0 0,375 0,1250 0,2222 0,4706 0,6111111 0,5 0,5 1 0 3,8039216
0,039659 0,036338 0,033531 0,031127 0,029044 0,027223 0,025617 0,02419 0,022913 0,021765 0 0,291408 0,026492
1Pi(Qi)
Pi*qi
Ni-1
1,0000 1,0000 0,6250 0,8750 0,7778 0,5294 0,3889 0,5000 0,5000 0,0000 1,0000
0,0000 0,0000 0,2344 0,1094 0,1728 0,2491 0,237654 0,25 0,25 0 0
5 3 15 23 44 67 17 1 1 0 0
= (2,390051 + (0,026492/2)) – (0,0265 x 3,80392) = 2,302525
Pi*Qi/Ni1 0,0000 0,0000 0,0156 0,0048 0,0039 0,0037 0,0140 0,2500 0,2500
0,5420 0,1084
56
Lampiran 9. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan tembang (S. maderensis) betina dengan metode Sperman Karber Selang kelas 120-131 132-143 144-155 156-167 168-179 180-191 192-203 204-215 216-227 228-239 240-251 Total Rata-rata
Nilai tengah Nt 125,5 137,5 149,5 161,5 173,5 185,5 197,5 209,5 221,5 233,5 245,5
Log Nt Xi 2,098644 2,138303 2,174641 2,208173 2,239299 2,268344 2,295567 2,321184 2,345374 2,368287 2,390051
Jmh ikan Ni 4 5 9 4 22 25 27 20 10 2 1 129
M (panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog M)
Jumlah ikan matang Nb 1 1 4 4 12 16 22 14 8 2 1 85
Nb/Ni (Pi)
X(i+1)-Xi
1-Pi(Qi)
Pi*qi
Ni-1
0,25 0,2 0,44 1 0,55 0,64 0,8148148 0,7 0,8 1 1 7,3947
0,039659 0,036338 0,033531 0,031127 0,029044 0,027223 0,025617 0,02419 0,022913 0,021765 0 0,2914 0,0265
0,75 0,8 0,56 0 0,45 0,36 0,185185 0,3 0,2 0 0
0,1875 0,16 0,2469 0 0,2479 0,2304 0,150892 0,21 0,16 0 0
3 4 8 3 21 24 26 19 9 1 0
= (2,390051 + (0,0265/2)) – (0,0265 x 7,3947) = 2,2073994
Pi*Qi/Ni1 0,0625 0,04 0,0309 0 0,0118 0,0096 0,005804 0,0111 0,0178 0 0 0,189405 0,0316
57
Lampiran 10. Data panjang, berat, jenis kelamin, TKG, berat gonad total, dan IKG ikan tembang (S. maderensis) selama penelitian Tanggal 27 Januari 2010 Data ke-1 No
P (cm)
B (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
22 17,4 20,1 12,5 17,7 20 18,4 23 18,4 17,2 17,4 21 15,1 15,4 22,1 14,8 14,8 17,6 16,5 17,2 17,4 12,6 15,3 21 18,4 17,2 13,2 21,4 21,3 20,5 19,8 17,8 20,3 20,6 18,1 17,3 17,4 18,1
119 56 109 41 61 90 70 109 63 52 55 94 34 37 130 32 33 60 41 59 57 19 31 103 65 50 25 96 110 79 86 62 102 90 61 56 52 62
JK TKG B J B B J J J J J J J B J B B B B J J B J J B B B J B B B B B J B B J J J J
3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 4 4 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 3 4 4 3 2 2 2
Bgtot
IKG
P(mm)
6,6088 0,8248 4,5406 1,0373 3,0772 5,0617 2,6302 5,9653 2,9013 1,1267 0,5178 4,7614 0,9424 4,1817 8,4164 1,106 1,4134 2,442 0,4473 1,4483 1,5663 0,623 0,82 4,322 2,4399 1,9622 0,7275 4,2724 10,988 3,25 4,0988 2,8932 8,2404 5,4045 2,1828 1,0639 1,5551 2,2087
5,5536 1,4729 4,1657 2,5300 5,0446 5,6241 3,7574 5,4728 4,6052 2,1667 0,9415 5,0653 2,7718 11,3019 6,4742 3,4563 4,2830 4,0700 1,0910 2,4547 2,7479 3,2789 2,6452 4,1961 3,7537 3,9244 2,9100 4,4504 9,9891 4,1139 4,7660 4,6665 8,0788 6,0050 3,5784 1,8998 2,9906 3,5624
220 174 201 125 177 200 184 230 184 172 174 210 151 154 221 148 148 176 165 172 174 126 153 210 184 172 132 214 213 205 198 178 203 206 181 173 174 181
58
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
14,9 13,3 13,2 13 13 13,4 14 14,4 13,2 12,8 12,6 14,1
34 23 24 25 22 25 32 31 24 22 20 28
B B J B B B J J J J J J
2 2 2 4 2 2 1 3 2 3 2 3
1,7211 0,6472 0,8252 2,73 0,8339 0,4495 0,2762 1,2147 0,6562 0,9253 0,6337 0,6395
5,0621 2,8139 3,4383 10,9200 3,7905 1,7980 0,8631 3,9184 2,7342 4,2059 3,1685 2,2839
149 133 132 130 130 134 140 144 132 128 126 141
Bgtot
IKG
P (mm)
3,1304 5,1989 1,191 2,2516 3,5864 6,7511 2,7735 5,5935 3,3165 2,7797 2,5944 1,8215 4,3027 0,2119 7,0968 3,0692 5,3985 1,5676 3,9608 5,0589 2,068 3,3737 4,2445 4,0618 3,2462 4,6515 6,6474
8,2379 14,4414 3,3083 5,7733 3,1738 7,3382 3,6019 6,6589 2,7638 6,6183 2,5944 2,0699 4,8345 0,1308 6,8901 4,5809 6,1347 3,6456 4,4503 6,0951 4,4000 5,3551 5,6593 10,6889 3,7747 11,6288 5,7803
150 144 148 150 200 198 192 190 207 149 205 190 193 220 202 174 193 152 190 185 150 172 180 150 186 146 204
Tanggal 06 Februari 2010 Data ke-2 No
P (cm)
B (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
15 14,4 14,8 15 20 19,8 19,2 19 20,7 14,9 20,5 19 19,3 22 20,2 17,4 19,3 15,2 19 18,5 15 17,2 18 15 18,6 14,6 20,4
38 36 36 39 113 92 77 84 120 42 100 88 89 162 103 67 88 43 89 83 47 63 75 38 86 40 115
JK TKG J J J J J B B J J J B J J J B B J B J J J J B J J J B
3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4
59
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
19,1 15,5 17,9 14,3 12 15 20,5 21,2 14,8 12,5 14,1 14,6 12,4 18,4 12,5 15,2 17,8
92 42 71 36 25 38 126 133 39 24 33 36 23 76 25 43 68
B J J B J J J B B B B J J J J J B
4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 1 4
3,9074 3,9984 7,6197 7,3351 1,0987 3,388 5,4265 7,9836 5,257 2,838 5,1076 4,471 1,1307 2,7867 1,8005 0,2904 6,0728
4,2472 9,5200 10,7320 20,3753 4,3948 8,9158 4,3067 6,0027 13,4795 11,8250 15,4776 12,4194 4,9161 3,6667 7,2020 0,6753 8,9306
191 155 179 143 120 150 205 212 148 125 141 146 124 184 125 152 178
Tgl 16 Februari 2010 Data ke-3 No
P (cm)
B (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
17,5 18,8 20 16,4 18,3 18,7 17,6 15,2 15,1 17,1 15,8 17,1 17,9 21,9 16,4 16,2 19,3 17 17,9 17,6 16,9 17,2
59 83 67 100 49 72 68 64 39 41 68 56 63 137 48 44 78 50 69 67 55 60
JK TKG B B B B B B B B J B B J B B B J J B B B B B
3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
Bgtot
IKG
P (mm)
1,8323 2,7113 2,1557 4,1913 4,5294 2,6454 2,5464 8,161 3,6946 2,0989 7,3747 5,8517 4,709 11,8699 4,5326 2,8801 1,993 3,945 4,8278 3,0524 3,5155 5,2374
3,105593 3,266627 3,217463 4,1913 9,243673 3,674167 3,744706 12,75156 9,473333 5,119268 10,84515 10,44946 7,474603 8,664161 9,442917 6,545682 2,555128 7,89 6,996812 4,555821 6,391818 8,729
175 188 200 164 183 187 176 152 151 171 158 171 179 219 164 162 193 170 179 176 169 172
60
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
17,9 17,2 17,8 18,3 17,4 23 18,7 17,2 22 18,9 20,9 21,5 21,6 15,2 17,6 19,9 18,6 18,2 16,4 18,6 18,7 18,8
61 53 64 72 62 157 84 58 125 90 148 111 119 40 65 85 67 76 46 80 68 81
B J J J B B B B B B B B B B B B B B J J J B
N o
P (cm)
B (gr)
J K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18
17,5 18,8 20,7 19,6 20,9 17,4 18,3 19 18,2 20,7 19,2 17,7 16,1 18,5 19 15,8 22,3
66 94 139 92 124 69 77 85 77 118 89 68 48 76 82 44 146
B B B B B J J J J B B B J J B J B
4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3
4,391 2,4546 2,5152 2,2681 5,9585 6,4643 4,2585 1,4258 2,2474 1,5836 1,5197 7,7812 10,1128 3,7501 1,6005 2,4115 0,9638 1,4837 2,9286 3,3428 2,709 1,9541
7,198361 4,631321 3,93 3,150139 9,610484 4,117389 5,069643 2,458276 1,79792 1,759556 1,026824 7,01009 8,498151 9,37525 2,462308 2,837059 1,438507 1,952237 6,366522 4,1785 3,983824 2,412469
Tgl 27 Februari 2010 Data ke-4 TK G Bgtot BH 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 3 4 1 4
2,3554 8,7591 13,2759 5,9415 5,7742 3,5519 4,8941 3,4202 3,3549 7,6732 5,3706 2,8611 1,7771 3,1191 3,8939 0,7002 7,2459
0,1859 1,0014 2,577 0,7091 0,922
1,6302 1,6824 2,6869
179 172 178 183 174 230 187 172 220 189 209 215 216 152 176 199 186 182 164 186 187 188
IKG
P (mm)
3,5688 9,3182 9,5510 6,4582 4,6566 5,1477 6,3560 4,0238 4,3570 6,5027 6,0344 4,2075 3,7023 4,1041 4,7487 1,5914 4,9629
175 188 207 196 209 174 183 190 182 207 192 177 161 185 190 158 223
61
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
18,6 19,7 22,8 18,7 15,8 18 18,8 20 17,8 16,9 18,5 17,3 16,3 15,7 19,4 17,6
89 85 156 70 47 77 85 110 72 55 80 64 51 46 87 67
B B B J J J B B J J J J J J J J
3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4
7,0659 4,266 11,6207 2,9526 1,6792 3,7336 5,2804 6,2035 1,6384 3,9415 3,171 1,683 1,18 3,767 4,2492 3,7965
1,3725 1,5592 0,9844
7,9392 5,0188 7,4492 4,2180 3,5728 4,8488 6,2122 5,6395 2,2756 7,1664 3,9638 2,6297 2,3137 8,1891 4,8841 5,6664
186 197 228 187 158 180 188 200 178 169 185 173 163 157 194 176
Tgl 08 Maret 2010 Data ke-5 No
P (cm)
B (gr)
JK TKG
1
18,2
81
J
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 17 18 19 20 21 22
18,3 20,4 18 18,7 16,4 19,3 18,8 19,2 17,3 16,5 19,2 17,3 17,8 17,2 17 19,2 17 19 16,6 18 18,9 17,3
67 102 67 70 49 88 77 88 60 55 88 60 69 56 59 91 53 53 50 70 73 61
J B B J J J J B B J B J J B J B J J J J J J
Bgtot
BH
IKG
P (mm)
4
3,7
0,7861
4,5679
182
3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 2 2 3 4 4 4
3,502 5,8089 1,7792 3,5559 1,9915 3,2778 5,6563 2,6689 5,0239 2,4459 1,4549 2,7118 2,4134 1,7932 4,1032 4,3255 1,4994 1,4994 3,2888 3,2951 5,8858 3,6026
0,8685 1,5539 0,6606 0,5904 0,3975 1,2265 0,7323 0,4691 0 0,6536 0,5254 0,3447 0 0,5913 0,6393 0,704 0,4457 0,4457 0,5168 0,4434 0,2478 0,7362
5,2269 5,6950 2,6555 5,0799 4,0643 3,7248 7,3458 3,0328 8,3732 4,4471 1,6533 4,5197 3,4977 3,2021 6,9546 4,7533 2,8291 2,8291 6,5776 4,7073 8,0627 5,9059
183 204 180 187 164 193 188 192 173 165 192 173 178 172 170 192 170 190 166 180 189 173
62
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
16,7 16,9 16,8 16,6 19 17,5 18,5 21,4 19,9 15,9 19,6 15,6 18,5 17 16,9 16,6 16,3 17,1 15,1 16,1 17,9 16,6 16,5 16,3 16,8 16,6
49 58 52 52 76 59 69 119 87 50 89 42 78 54 51 50 44 56 40 54 65 57 52 50 52 51
J J B J J J J B J J J B J J J J J J J J J J J J J J
4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 2 3 2 2 4 3 3 2 2 2
2,0673 1,4959 2,5303 1,0097 3,7213 2,0303 3,9333 6,1662 4,8037 1,7531 4,2259 6,3836 1,6087 1,6911 1,3658 1,3839 1,3316 1,3072 0,8226 2,085 2,5114 1,519 1,7942 1,5154 1,571 1,5624
0,369 0,3366 0,4935 0,3408 0,5076 0,4734 0,4136 1,5881 0,6585 0,2217 0,7035 0,8463 0,1297 0,2914 0,1982 0,2225 0,3246 0,3219 0,3309 0,6021 0,4621 0,4602 0,298 0,1606 0,4078 0,2358
4,2190 2,5791 4,8660 1,9417 4,8964 3,4412 5,7004 5,1817 5,5215 3,5062 4,7482 15,1990 2,0624 3,1317 2,6780 2,7678 3,0264 2,3343 2,0565 3,8611 3,8637 2,6649 3,4504 3,0308 3,0212 3,0635
167 169 168 166 190 175 185 214 199 159 196 156 185 170 169 166 163 171 151 161 179 166 165 163 168 166
Tgl 18 Maret 2010 Data ke-6 N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P (cm) 17,8 17,5 18,7 22,2 17,1 19,5 20,5 19,4 19,5 24 22,2 22,2 21,4
B (gr) 70 54 74 126 55 85 112 98 95 163 128 140 112
J K J J J B B B B B B B B B B
TK G 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
Bgtot 3,4101 1,0948 3,3807 7,1445 1,2296 2,3381 7,0378 7,2726 8,8064 10,5978 9,6411 8,836 6,1935
BH 0,4861 0,6701 0,3477 0,5265 0,965 1,5835 1,1312 2,6146 2,5933
IKG 4,871571 2,027407 4,568514 5,670238 2,235636 2,750706 6,28375 7,42102 9,269895 6,501718 7,532109 6,311429 5,529911
P (mm) 178 175 187 222 171 195 205 194 195 240 222 222 214
63
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
20,5 20,7 19 21,9 19,4 19,5 18,4 19,2 17,2 18 18,2 18 19,4 16,8 19,8 19,1 18,1 18 19 18,3 18,6 18,6 18 18,6 18,2 22 19,2 17,3 18 19,6 20,1 16 18,4 17,8 17,5 17,1 18,9
104 123 76 136 81 82 67 89 58 81 65 60 93 62 85 88 64 69 78 79 79 82 75 83 74 118 90 70 81 69 94 86 75 67 64 63 94
B B B B B B J B J B J J J J J B J J B J J J J B B J J J J J J J J J J J B
3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4
Tgl 28 Maret 2010 Data ke-7 TK G Bgtot BH
No
P (cm)
B (gr)
J K
1 2
18,6 19,3
76 91
J B
3 4
5,5658 7,0797 3,6774 10,1614 2,9075 3,9075 2,3983 4,6001 2,2274 4,3631 1,8213 1,9211 4,8249 1,6333 4,4861 3,4749 1,7628 2,5262 2,8304 3,4927 3,0335 3,7776 2,703 3,3544 3,7213 4,2682 4,2638 2,8513 3,466 2,6352 2,7046 3,6472 3,7895 2,7112 2,704 2,4275 5,1887
4,4096 8,631
1,0529 1,9909 0,6738 1,4429 0,9084 1,9084 0,3709 0,9323 0,5148 0,9899 0,6877 0,4147 0,6868 0,8309 0,6774 1,2975 0,3048 0,871 0,7975 0,4363 1,0457 0,8248 0,4966 0,5521 1,039 0,5755 0,8228 0,748 0,5654 0,5145 0,338 0,767 0,8035
0,846 0,7839
5,351731 5,755854 4,838684 7,471618 3,589506 4,589506 3,579552 5,168652 3,840345 5,386543 2,802 3,201833 5,188065 2,634355 5,277765 3,94875 2,754375 3,661159 3,628718 4,421139 3,839873 4,606829 3,604 4,041446 5,028784 3,617119 4,737556 4,073286 4,279012 3,81913 2,877234 4,24093 5,052667 4,046567 4,225 3,853175 5,519894
205 207 190 219 194 195 184 192 172 180 182 180 194 168 198 191 181 180 190 183 186 186 180 186 182 220 192 173 180 196 201 160 184 178 175 171 189
IKG
P (mm)
5,802105 9,484615
186 193
64
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
19 19,2 19 19,4 18,3 18,8 18,6 18,7 17,4 18,7 18,2 19,2 15,8 16,9 17,9 17,9 18,1 18,2 18,2 16,2 18,9 18,8 19,2 19,6 19,5 18,6 20 19,4 18,3 18,5 18 18,4 18 18,4 18,9 17,8 19 18,8 18,3 18,2 18 19,2 18,1
80 68 73 89 68 83 68 65 54 66 71 74 53 51 60 66 70 66 71 48 70 76 78 81 88 77 99 88 67 73 67 73 70 67 74 72 75 74 69 66 68 88 65
J J J J J B J J J J J J J J J J J J J J J B J B B J B B J J J J J J J J J J J J J B J
3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5,5667 5,0894 5,3616 8,2188 4,556 6,605 4,0312 3,6039 2,6448 5,2032 5,2843 4,1433 2,0968 2,3628 2,3062 3,9375 3,9874 2,283 3,4809 1,4714 4,208 4,4284 6,9102 4,9763 5,4941 4,9299 8,6901 7,2475 3,7463 5,6189 4,8936 4,9992 4,4342 4,1297 6,2751 7,025 4,376 6,7226 3,951 4,5976 7,622 3,246 1,5122
0,9275 0,869 1,417 0,9822 1,0378 0,5634 0,8488 1,0061 0,882 0,8345 0,8862 0,7929 0,5539 0,3598 0,5746 0,7554 0,4537 0,6602 0,8605 0,5507 0,651 1,1956 0,425 1,2931 1,2331 0,5365 1,7058 0,5223 0,478 0,6016 0,3609 0,5052 0,7489 0,5979 0,4245 0,3675 0,6164 0,7415 0,4627 0,6978 0,4219 1,1676 -
6,958375 7,484412 7,344658 9,234607 6,7 7,957831 5,928235 5,544462 4,897778 7,883636 7,442676 5,599054 3,956226 4,632941 3,843667 5,965909 5,696286 3,459091 4,902676 3,065417 6,011429 5,826842 8,859231 6,14358 6,243295 6,402468 8,777879 8,235795 5,591493 7,697123 7,303881 6,848219 6,334571 6,163731 8,479865 9,756944 5,834667 9,084595 5,726087 6,966061 11,20882 3,688636 2,326462
190 192 190 194 183 188 186 187 174 187 182 192 158 169 179 179 181 182 182 162 189 188 192 196 195 186 200 194 183 185 180 184 180 184 189 178 190 188 183 182 180 192 181