Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
KAJIAN ATAS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TENTANG PERSELISIHAN HAK (STUDI KASUS PT. KARTIKA MITRA SEJAHTERA)
Agus Suprayogi1, Ariyanti Dewi2 1 PT. Bumi Jambi Energi, Jakarta 2 Fakultas Hukum Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jln. Pangeran Jayakarta 141 Blok C 26, Jakarta
[email protected]
ABSTRACT This research utilize research method sentences normatif with secondary data as source of its acquired data through studi documents. Rights dispute is evoked dispute because tidaj be accomplished right for, effect marks sense distinctive performing or interpretation to legislation regulation rule labor agreement, corporate regulation or labor agreement with. Labor agreement that made by and among PT's employ and entrepreneur. Kartika is Partner sejahtera is labor agreement for time one particular. In its performing apparently evoke rights dispute. Employs litigate entrepreneur at industrial's subjective justice attacks. Employ postulates that entrepreneur has done labor agreement breach for time one particular. Employ charges to that entrepreneur normatif's rights employ is performed which is pay pay lack because up to work relation happens they accept pay under city minimum wage rule Cilegon and strove for leave rights substitution. To the effect this research is if OHI'S verdict hit labor agreement state for time one particular that changes over to go to Statute appropriate jobholder manpower, what arithmetic about payment lack wages and right for leave which decided by industrial's relationship justice corresponded to labours Law. Keywords: Subjective Justice Verdict Industrial, Rights Dispute, Employer
gakerjaan merupakan bagian integral dari pem-
Pendahuluan Sumber Daya Manusia (SDM) bukan me-
bangunan Nasional.
rupakan objek yang pasif. SDM merupakan subjek
Dalam melaksanakan pembangunan na-
aktif dan menentukan. SDM akan mewarnai dan
sional peranserta pekerja semakin meningkat dan se-
memberikan bentuk, bahkan yang menentukan jatuh
jalan dengan itu perlindungan pekerja juga harus
atau bangunnya sebuah perusahaan, yang perlu di-
ditingkatkan baik mengenai upah, kesejahteraan dan
kembangkan dan dilindungi keberadaannya.
harkatnya sebagai manusia.
Pembangunan ketenagakerjaan dilaksana-
Hubungan Industrial di Indonesia di-
kan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
dasarkan pada hubungan industrial Pancasila yakni
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indone
hubungan antara para pelaku proses produksi barang
sia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang
dan/atau jasa (Pekerja, Pengusaha, dan Pemerintah)
sejahtera, adil, makmur yang merata, baik material
yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasiladan Un-
maupun spiritual yang berlandaskan Pancasila dan
dang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan ketena-
yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan kebudayaan Nasional Indonesia.
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
9
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Hubungan industrial di Indonesia dipengaruhi ber-
Kalau job security tidak terjamin, maka hal itu
bagai faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor in-
bertentangan dengan jaminan mendapatkan peker-
ternal perusahaan yang memainkan peran sangat
jaan yang layak.
menentukan seperti hubungan antara pekerja/serikat
Pemerintah telah melakukan berbagai
pekerja dengan pengusaha, kondisi kerja dan
upaya untuk menangani masalah ketenagakerjaan,
budaya di dalam perusahaan, sedangkan kondisi
antara lain dengan mengeluarkan peraturan perun-
eksternal perusahaan yaitu eksistensi pemerintah
dang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Peratu-
dalam memainkan tugas dan fungsinya sebagai re-
ran perundang-undangan dimaksudkan untuk menja-
gulator yang bertindak membuat perundang-unda-
min kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban
ngan sebagai alat untuk mengontrol sistem hubu-
pengusaha dan pekerja.
ngan industrial.
Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pe-
“setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
kerjaan membuat posisi pekerja lemah. Lapangan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Hak
kerja yang sempit itu diperparah dengan krisis glo-
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah
bal yang berimbas ke Indonesia, yang membuat la-
jaminan sekaligus hak konstitusional setiap warga
pangan kerja tersebut makin menyimpit. Perusahaan
negara. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan
mulai bertumbangan, mulai dari perusahaan kecil
bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha ber-
sampai perusahaan yang berskala besar. Perusahaan
sama berdasar atas asas kekeluargaan” Tujuan pem-
melakukan efisiensi agar dapat bertahan. Satu sisi
bangunan ketenagakerjaan sesuai dengan pasal 4
penawaran tenaga kerja melimpah, sisi lain lapa-
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
ngan kerja makin menyempit hal ini membuat posisi
tenagakerjaan adalah memberdayakan dan menda-
pekerja ada di posisi lemah.
yagunakan tenaga kerja secara optimal dan manu-
Banyak pelanggaran di lapangan yang di-
siawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja
lakukan oleh perusahaan. Perusahaan sering meno-
dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan ke-
lak memberikan komitmen jangka panjang kepada
butuhan pembangunan nasional dan daerah; mem-
pekerja, sehingga pada umumnya jangka waktu
berikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) satu ta-
mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluar-
hun, maksimum dua tahun, bahkan ada yang hanya
ga.
enam bulan. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu jelas
Pasal 1601 Kitab Undang-undang Hukum
tidak menjamin adanya job security, adanya kelang-
Perdata memberikan pengertian: “perjanjian kerja
sungan pekerjaan seorang pekerja, karena seorang
adalah suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu
pekerja dengan PKWT pada suatu saat hubungan
pekerja, mengikatkan diri untuk menyerahkan te-
kerja akan berakhir, akibatnya pekerja akan kehi-
naganya kepada pihak lain, yaitu majikan dengan
langan pekerjaan dan harus mencari pekerjaan lain.
upah selama waktu tertentu”. (Subekti, 1996)
10
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Sedangkan dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang
Agung No. 3/1963 tanggal 5 September
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
1963, perempuan tidak lagi digolongkan
menyatakan bahwa “perjanjian kerja adalah per-
sebagai orang yang tidak cakap. Perempuan
janjian antara pekerja dengan pengusaha atau
berwenang melakukan perbuatan hukum
pemberi kerja yang membuat syarat-syarat kerja,
tanpa bantuan atau izin suaminya. (Rosa,
hak dan kewajiban para pihak.
2008) Ketentuan hukum ketenagakerjaan
Perjanjian kerja merupakan lex specialis dari perjanjian pada umumnya. Oleh
Indonesia memberikan batasan umur mi-
karena itu
nimal 18 tahun (pasal 1 angka 26 Undang-
sepanjang mengenai ketentuan yang sifatnya umum,
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
maka terhadap perjanjian kerja itu berlaku keten-
tenagakerjaan).
tuan umum seperti misalnya syarat sahnya perjan-
3. Hal tertentu; adanya suatu hal tertentu yang
jian, subjek dan objek perjanjian. (Agus Suprayogi,
diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu
2007)
batal demi hukum. Syarat sahnya suatu perjanjian menurut
4. Sebab yang halal; Adanya suatu sebab yang
pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
halal yang dibenarkan dan tidak dilarang
adalah:
oleh undang-undang dan merupakan sebab
1. Sepakat; bahwa perjanjian itu didasarkan ke-
yang masuk akal untuk dipenuhi yang men-
sepakatan para pihak, bebas dari paksaan, ke-
dasari perjanjian itu. Perjanjian tanpa sebab
keliruan dan penipuan.
yang halal adalah batal demi hukum, kecuali
2. Cakap; bahwa para pihak yang mengadakan
ditentukan lain oleh undang-undang.
perjanjian itu harus orang-orang yang cakap untuk membuat suatu perikatan. Pasal 1330
Perjanjian kerja harus memenuhi syarat
KUHPerdata menentukan bahwa orang-orang
sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal
yang tidak cakap untuk membuat perikatan ada-
1320 KUHPerdata. Hal ini juga ada dalam pasal 52
lah:
ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 ten-
a. Orang-orang yang belum dewasa;
tang Ketenagakerjaan yang menyebutkan
b. Mereka yang ditaruh di bawah pengam-
perjanjian kerja dibuat atas dasar:
puan;
bahwa
a. Kesepakatan kedua belah pihak;
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
pada umumnya semua orang kepada siapa
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
undang-undang telah melarang membuat
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
perjanjian-perjanjian tertentu. Sejak Sep-
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peratu-
tember 1963 berdasarkan fatwa Mahkamah
ran perundang-undangan yang berlaku.
Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
11
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Asas hukum ketenagakerjaan yang terkandung
terjadi setelah adannya perjanjian kerja perjanjian
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ten-
kerja berisi kesepakatan bersama antara pengusaha
tang Ketenagakerjaan mengikuti asas demokrasi
dan pekerja yang isinya tidak boleh bertentangan
Pancasila serta asas adil dan merata. Hubungan
dengan perjanjian perburuhan atau PKB. Perjanjian
ketenagakerjaan tidak hanya menyangkut 2 (dua)
memuat adanya unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
pihak yaitu pekerja dan pengusaha, namun lebih
Perjanjian kerja ini adalah suatu bukti yang
luas lagi bahwa pemerintah ikut berperan dalam hu-
menerangkan bahwa seseorang telah bekerja pada
bungan kerja.
salah satu perusahaan dan apabila dikemudian hari
Pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multi demensi dan terkait dengan berbagai pihak,
salah satu pihak melanggarnya, maka pihak yang lain dapat menuntut atas kerugian yang dialaminya.
yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja dan
Dalam perjanjian kerja yang menjadi dasar
buruh. Maka asas keterpaduan melalui koordinasi
hubungan kerja terdiri atas para pihak sebagai
fungsional koordinasi lintas sektoral pusat dan
subjek (pengusaha dan pekerja/buruh) pejanjian
daerah (Abdul Hakim, 2007).
kerja, dan adanya pekerjaan, upah dan perintah. Terdapat 4 (empat) unsur penting dari hubungan kerja, yaitu:
Hubungan Kerja Pada era globalisasi sekarang ini, pembi-
a. Adanya pekerjaan (pasal1601 a Kitab Undang-
naan hubungan industrial sebagai bagian dari pem-
undang Hukum Perdata, dan pasal 341 Kitab
bangunan ketenagakerjaan harus diarahkan untuk
Undang-undang Hukum Dagang);
terus mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Penegakkan demokrasi di tempat kerja diharapkan dapat mendorong partisipasi yang optimal dalam seluruh tenaga kerja dan pekerja/buruh Indonesia untuk membangun negara Indonesia yang dicita-citakan.
b. Adanya perintah orang lain (pasal1603 Kitab Undang-unang Hukum Perdata); c. Adanya upah (pasal 1603 b Kitab Undang-undang Hukum Perdata); d. Terbatas waktu tertentu, karena tidak ada hubungan kerja berlangsung terus menerus.
Pada dasarnya hubungan kerja merupakan hubungan yang mengatur dan/atau memuat hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Pengertian perjanjian kerja menurut pasal 1601a Kitab Undang-undang Hukum Perdata ada-
Menurut Pasal 1 angka 15 Undang-undang
lah: suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu pe-
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
kerja/buruh, mengikatkan diri untuk menyerahkan
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan, dengan
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
upah selama waktu tertentu. (Subekti, 2006). Se-
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perin-
dangkan dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang No-
tah. Dalam hal ini hubungan kerja adalah salah satu
mor 13 Tahun 2003 memberikan pengertian atas
bentuk hubungan hukum yang mana hubungan kerja
perjanjian kerja, yaitu: Perjanjian antara pekerja
12
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
Menyimak
pengertian
perjanjian
kerja
menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata se-
c. Suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal.
perti tersebut di atas tampak bahwa ciri khas perjanjian kerja adalah di bawah perintah pihak lain.
Ketentuan tersebut juga tertuang dalam
Di bawah perintah ini menunjukkan bahwa hubu-
Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun
ngan antara pekerja dan pengusaha adalah hubu-
2003 yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja di-
ngan bawahan dan atasan (subordinasi). Pengusaha
buat atas dasar:
sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial
a. Kesepakatan kedua belah pihak;
ekonomi
b. Kemampuan dan kecakapan melakukan perbua-
memberikan
perintah
kepada
pihak
pekerja/buruh yang secara sosial ekonomi mem-
tan hukum;
punyai kedudukan yang lebih rendah untuk mela-
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; an
kukan pekerjaan tertentu. Adanya wewenang perin-
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
tah inilah yang membedakan antara perjanjian kerja
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan pera-
dengan perjanjian lainnya. (Lalu Husni, 2008)
turan perundang-undangan.
Pengertian perjanjian kerja
berdasarkan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak men-
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
syaratkan bentuk tertentu, bisa dibuat secara tertulis
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah
yang ditandatangani kedua belah pihak atau dila-
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengu-
kukan secara lisan. Namun secara normatif bentuk
saha
tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Per-
pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat
janjian kerja waktu tertentu dibuat secara tertulis
membantu proses pembuktian. Jika perjanjian kerja
serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan
dibuat secara tertulis, maka perjanjian kerja tersebut
huruf latin. Jika ketentuan tersebut tidak terpenuhi,
harus dibuat sesuai peraturan perundang-undangan
maka perjanjian kerja tersebut berubah jenisnya
yang berlaku. Perjanjian kerja antara pengusaha dan
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. Ke-
pekerja/buruh menjadi dasar adanya hubungan
wajiban menuangkan perjanjian kerja ini ke dalam
kerja.
bentuk tertulis adalah untuk melindungi salah satu Unsur-unsur yang ada dalam perjanjian ker-
ja sesungguhnya merupakan bentuk penjabaran dari syarat sahnya perjanjian pada umumnya yang diatur
untuk mengadakan hubungan kerja dalam
pihak apabila ada tuntutan dari pihak lain setelah selesainya perjanjian kerja. Beberapa prinsip perjanjian kerja waktu
dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum
tertentu yang perlu diperhatikan antara lain:
Perdata (KUHPerdata), dikatakan bahwa untuk sah-
a. Harus dibuat secara tertulis dalam bahasa
nya perjanjian diperlukan empat syarat:
Indonesia dan huruf latin minimal rangkap dua. Apabila dibuat dalam bahasa Indonesia dan
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
13
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
bahasa asing dan terjadi perbedaan penafsiran, yang berlaku bahasa Indonesia.
Dalam praktik sering terjadi penyimpangan atas hal ini. Dengan latar belakang dan alasan ter-
b. Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
tentu kadang terdapat pengusaha dengan sengaja
yang menurut jenis dan sifat dan kegiatan pe-
memberlakukan PKWT untuk jenis pekerjaan yang
kerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.
bersifat tetap. Guna mengantisipasi masalah ini, Pa-
c. Paling lama tiga tahun, termasuk jika ada perpanjangan atau pembaharuan.
menetapkan
d. Pembaharuan PKWT dilakukan setelah tenggang waktu tiga puluh hari sejak berakhirnya perjanjian.
kategori
pekerjaan
untuk
PKWT
sebagai berikut : a. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya;
e. Tidak dapat diadakan untuk jenis pekerjaan
f.
sal 59 ayaat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiaan-nya
yang bersifat tetap.
dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling
Tidak dapat mensyaratkaan adanya masa per-
lama 3 (tiga) tahun;
cobaan kerja.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman;
g. Upah dan syarat-syarat kerja yang diperjanjikan
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk ba-
tidak boleh bertentangan dengan peraturan pe-
ru, kegiatan baru atau produk tambahan yang
rusahaan, perjanjian kerja bersama (PKB) dan
masih dalam percobaan atau penjajakan.
peraturan perundang-undangan. Perubahan PKWT menjadi PKWTT meruApabila prinsip PKWT tersebut dilanggar:
pakan salah satu akibat dari ketidakcermatan dalam
a.
Terhadap huruf a sampai dengan f, maka
menyusun suatu perjanjian kerja. Disinilah peran
secara hukum PKWT menjadi PKWTT.
pentingnya seorang perancang kontrak (contract
Terhadap huruf g, maka tetap berlaku keten-
drafter) dalam menyusun suatu perjanjian kerja.
tuan dalam peraturan perusahaan, perjanjian
Apabila tidak cermat dapat berakibat merugikan
kerja bersama, dan peraturan perundang-un-
perusahaan, baik secara yuridis maupun secara eko-
dangan.
nomis.
b.
Ketentuan mengenai perubahan PKWT Seperti dalam Pasal 58 ayat (1) Undang-
menjadi PKWTT telah diatur dalam Pasal 57 ayat
undang Ketenagakerjaan diatur bahwa PKWT tidak
(2) dan Pasal 59 ayat (7) Undang-undang Kete-
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
nagakerjaan, dan Pasal 15 Keputusan Menteri Tena-
Jadi, jika ada PKWT yang mensyaratkan masa
ga Kerja dan Transmigrasi Nomor 100Men/
percobaan dalam PKWT tersebut batal demi hukum.
VI/2004.
Akibat
hukumnya
PKWT
tersebut
menjadi
PKWTT.
14
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
masa percobaan kerja harus diberitahukan kepada
(PKWTT)
pekerja/buruh yang bersangkutan dan dicantumkan
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu ter-
dalam surat pengangkatan. Jika tidak dicantumkan
surat dalam pasal 1603 q Kitab Undang-undang Hu-
dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengang-
kum Perdata, yang menyatakan bahwa lamanya
katan, maka ketentuan masa perobaan kerja diang-
hubungan kerja tidak ditentukan, baik dalam per-
gap tidak ada.
janjian atau peraturan majikan maupun dalam
Apabila maca percobaan telah dilewati,
peraturan perundang-undangan atau pula menurut
maka pekerja/buruh menjadi berstatus pegawai
kebiasaan, maka hubungan kerja itu dipandang
tetap. Dengan status semacam ini maka pekerja/
diadakan untuk waktu tidak tertentu. Sedangkan bila
buruh memiliki hak sebagaimana yang diatur dalam
ditinjau dalam Undang-undang Nomor 13 tahun
peraturan perundang-undangan, peraturan perusa-
2003 dinyatakan bahwa perjanjian waktu tertentu
haan atau perjanjian kerja bersama. Misalnya apa-
yang dibuat secara tidak tertulis dinyatakan sebagai
bila terjadi pemutusan hubungan kerja, maka peker-
perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
ja/buruh berhak atas pesangon dan lain-lain.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu adalah
Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha
terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
tetap. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat
dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin; b. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dibuat secara tertulis dan lisan. Jika perjanjian kerja waktu tidak tertentu
dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan
yang dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh
dalam waktu tertentu.
yang bersangkutan. Surat pengangkatan tersebut
Dengan demikian, maka pengertian per-
sekurang-kurangnya memuat keterangan:
janjian kerja waktu tidak tertentu adalah suatu
a. Nama dan alamat pekerja/buruh;
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengu-
b. Tanggal mulai bekerja;
saha, di mana jangka waktunya tidak ditentukan,
c. Jenis pekerjaan; dan
baik dalam perjanjian, undang-undang maupun ke-
d. Besarnya upah.
biasaan, atau terjadi secara hukum karena pelang-
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3
garan pengusaha terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(tiga) bulan. Dalam masa percobaan kerja, pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah mini-
Pengaturan Upah Pekerja/Buruh dalam UU. No.
mum yang berlaku. Syarat masa perobaan kerja ha-
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
rus dicantumkan dalam perjanjian kerja. Apabila
Pengaturan upah pekerja/buruh dalam Un-
perjanjian kerja dilakukan secara lisan, maka syarat
dang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dituangkan da-
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
15
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
lam Bagian Kedua dari undang-undang tersebut mu-
(5) Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh
lai dari pasal 88 sampai dengan 98.
dan segala pembayaran yang timbul dari
Pengupahan termasuk sebagai salah satu
hubungan kerja menjadi kadaluarsa sete-
aspek penting dalam perlindungan pekerja/buruh.
lah melampaui jangka waktu dua tahun
Hal ini secara tegas diamanatkan pada Pasal 88 ayat
sejak timbulnya hak.
1 Undang-Undang No.13 Tahun 2003, bahwa setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan
Dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
No.07/MEN/1990 tentang Pengelompokkan Kom-
kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak,
ponen Upah dan Komponen Non Upah disebutkan
dimana jumlah pendapatan pekerja/buruhdari hasil
bahwa :
pekerjaannya mampu untuk memenuhi kebutuhan
Yang Termasuk komponen upah adalah :
hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar,
a. Gaji pokok; merupakan imbalan dasar yang di-
yang meliputi makanan dan minuman, sandang,
bayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau
perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan
jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan ber-
jaminan hari tua.
dasarkan perjanjian.
Motivasi utama seorang pekerja/buruh be-
b. Tunjangan tetap; suatu pembayaran yang te-
kerja di perusahaan adalah mendapatkan nafkah
ratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan
atau upah, dan upah merupakan hak bagi pekerja/
secara tetap untuk dibayarkan bersamaan de-
buruh yang bersifat sensitif. Karenanya tidak jarang
ngan gaji pokok, seperti tunjangan kesehatan,
pengupahan menimbulkan perselisihan.
makan, transportasi, yang tidak dikaitkan de-
a. Prinsip Pengupahan
ngan kehadiran pekerja, dengan kata lain tun-
Terdapat prinsip-prinsip dalam pengupahan,
jangan tersebut diberikan kepada pekerja tanpa
yaitu sebagai berikut:
mengindahkan kehadiran pekerja dan diberikan
(1) Hak menerima upah timbul pada saat
bersamaan dengan gaji pokok.
adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus.
c. Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung ber-
(2) Pengusaha tidak boleh mengadakan diskri-
kaitan dengan pekerja dan diberikan secara tidak
minasi upah bagi pekerja/buruh laki-laki
tetap dan dibayarkan tidak bersamaan dengan
dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sa-
pembayaran gaji pokok.
ma. (3) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.
Yang Tidak termasuk komponen upah adalah : a. Fasilitas; kenikmatan dalam bentuk nyata / na-
(4) Komponen upah terdiri dari 75% (tujuh pu-
tural karena hal-hal yang bersifat khusus atau
luh lima persen) dari jumlah upah pokok
untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja,
dan tunjangan tetap. 16
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
seperti antar jemput, rekreasi atau fasilitas
Yusuf Rahman dan
lainnya.
adalah Ketua dan Sekretaris DPC FSP KEP KSPSI
b. Bonus; pembayaran yang diterima pekerja dari hasil
M. Ma’ruf, masing-masing
Kota Cilegon, yang beralamat di Jl. Raya Temu Pu-
keuntungan perusahaan atau karena
tih No. 25 Jombang Masjid Kota Cilegon, berdasar-
pekerja berprestasi melebihi target produksi
kan surat kuasa khusus tertanggal 3 Desember 2006
yang normal atau karena peningkatan produk-
yang selanjutnya disebut PENGGUGAT.
tifitas kerja. MELAWAN
c. Tunjangan hari raya (THR); diberikan pekerja bersamaan dengan hari raya keagamaan, setiap 1 (satu) tahun sekali.
PT. KARTIKA MITRA SEJAHTERA, berkedudukan di Ruko Monalisa Jl. Raya Serang Km 2
selain upah pekerja jug amendapatkan hak yaitu
BlokB/8A, Cibeber-Cilegon,yang telah memberikan
waktu istirahat dan cuti meliputi :
kuasa kepada RidwanH. Prawira, HRD Manager PT
1. Istirahat antara jam kerja; sekurang-kurangnya
Kartika Mitra Sejahtera, berdasarkan surat kuasa
setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
khusus tertanggal 29 Januari2007, yang selanjutnya
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut
disebut TERGUGAT.
tidak termasuk jam kerja. 2. Istirahat mingguan; 1 (satu) hari untuk 6 (enam)
Para Pihak dalam Perkara
hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua)
PIHAK PENGGUGAT
hari untuk 7 (tujuh) hari kerja dalam 1 (satu)
PUK FSP KPSI – PT. KARTIKA MITRA
minggu.
SEJAHTERA
3. Cuti tahunan; sekurang-kurangnya 12 (dua
Yaitu Para karyawan (24 tenaga kerja) PT.
belas) hari kerja setelah pekerja yang ber-
KARTIKA MITRA SEJAHTERA yang dipeker-
sangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
jakan di lokasi PT. MITSUBISHI CHEMICAL yang
secara terus menerus.
sudah bekerja 3-7 tahun pada TERGUGAT.
4. Istirahat sepatutnya untuk menjalankan ke-
Diwakili oleh Teguh Santosa dan Hasbari,
wajiban menunaikan ibadah menurut aga-
masing-masing adalah Ketua dan Sekretaris PUK
manya.
FSP KSPI PT KARTIKA MITRA SEJAHTERA selanjutnya memberikan kuasa kepada
Kasus Posisi
Yusuf
Rahman dan M. Ma’Ruf, masing- masing Ketua dan
Dalam kasus perselisihan hubungan in-
DPC FSP KEP KSPI Kota Cilegon, beralamat di Jl.
dustrial ini yang menjadi para pihak adalah PUK
Raya Temu Putih No. 25 Jombang Masjid Kota
FSP KEP KSPSI-PT. KARTIKA MITRA SEJAH
Cilegon,berdasar Surat Kuasa Khusus tertanggal 3
TERA, yang diwakili oleh Ketua dan Sekretaris
Desember 2006 sebagai PENGGUGAT
PUK FSP KEP KSPSI PT. KARTIKA MITRA SEJAHTERA, yang telah memberi kuasa kepada Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
17
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
PIHAK TERGUGAT
(Undang–Undang Nomor 13 tahun 2003 ten-
PT. KARTIKA MITRA SEJAHTERA
tang Ketenagakerjaan pasal 90 ayat 1;
Yaitu Badan Hukum yang telah mendapatkan Surat
3.
Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
Ijin Operasional atau (SIO) sebagai Penyedia Jasa
membayar atas kekurangan dalam pembayaran
Pekerja atau Buruh melalui surat No 560/KEP.38-
upah dan cuti selama 2 tahun (2005 & 2006 )
HI/Disnaker/2006 Tertanggal 28 Maret 2006 yang
kepada PENGGUGAT (24 pekerja) yang
dikeluarkan oleh Kadisnaker Kota Cilegon. Berke-
besarnya adalah Rp. 116.724.432,-
dudukan di Jl. Raya Serang Km. 2 Blok B/8A,
4.
Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
Cibeber– Cilegon. Diwakili oleh Ridwan H. Pra-
membayar upah PENGGUGAT disaat PENG-
wira,HRD Manager PT KARTIKA MITRA SEJAH
GUGAT libur dihari–hari yang ditetapkan se-
TERA berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal
suai Undang–Undang Nomor.13 tahun 2003
29 Januari 2007 sebagai TERGUGAT
tentang Ketenagakerjaan pasal 93 ayat 2; 5.
Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk memberikan hak cuti tahunan kepada PENG-
Materi Gugatan PENGGUGAT memohon kepada Penga-
GUGAT (24 pekerja) selama 12 hari kerja bagi
dilan Hubungan Industrial Provinsi Banten menga-
pekerja yang sudah bekerja 1 tahun penuh tan-
dakan pemeriksaan Perkara dengan cepat dan mene-
pa dipotong upah dan hak lainnya [sesuai Un-
tapkan Keputusan Sela dalam PERKARA ini.Serta
dang–Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
PENGGUGAT mengajukan Permohonan Tuntutan
Ketenagakerjaan pasal 79 ayat (1) & (2C)];
sebagai berikut:
6.
Memerintahkan kepada TERTGUGAT untuk memberikan lembur kepada PENGGUGAT
PRIMAIR 1.
(24 pekerja) yang perhitungannya sesuai de-
Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk memberikan
Surat
Pengangkatan
ngan Undang– Undang Nomor 13 tahun 2003
kepada
tentang Ketenagakerjaan Pasal 78 ayat (2)
PENGGUGAT (24 tenaga kerja) dengan hubu-
junto Kepmen No. Kep. 1002/MEN/VI/2004
ngan kerjanya adalah Hubungan Kerja Waktu Tidak Tertentu (permanen) dan TERGUGAT memberikan atribut (tanda pengenal, pakaian kerja dll) kepada PENGGUGAT (24 tenaga kerja)
7.
Memohon menghukum TERGUGAT untuk membayar semua biaya–biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini
atas nama TERGUGAT (sesuai Un-
dang–Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat 7); 2.
Pasal 4 ayat (2) dan pasal 7 ayat (1);
Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk memberikan upah kepada PENGGUGAT (24
SUBSIDAIR Memberikan Putusan Seadil-adilnya Pendapat Pihak Penggugat 1. Pelanggaran dalam Status hubungan Kerja
tenaga kerja) yang besarnya sesuai UMK yang berlaku di Kota Cilegon dengan sistem tetap 18
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
TERGUGAT dalam memperkerjakan PENG-
kerja di hari libur yang ditetapkan oleh Pasal 93 ayat
GUGAT (24 tenaga kerja) telah melanggar
2 tersebut diatas.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Atas pelanggaran yang dilakukan TER-
Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat (1), (2), (3), (4)
GUGAT dalam mempekerjakan PENGGUGAT (24
dan pasal 65 ayat (4) mengenai hubungan kerja
tenaga kerja) seperti tersebut diatas sehingga PENG-
sebagai berikut:
GUGAT (24 tenaga kerja) telah dirugikan secara
a. PENGGUGAT (24 tenaga kerja) yang
materi, yaitu kekurangan bayar kepada PENG-
dipekerjakan di lokasi PT. MITSUBISHI
GUGAT (24 tenaga kerja) selama tahun 2005-2006
CHEMICAL Indonesia sudah bekerja 3-7
yang besarnya sebagai berikut:
tahun pada TERGUGAT secara terus
Kekurangan bayar upah oleh TERGUGAT kepada
menerus dengan system kontrak (PKWT)
PENGGUGAT tahun 2005 & 2006
pada bagian logistik, namun tidak pernah
●
Pembayaran upah oleh TERGUGAT tahun 2005
diberikan surat kontrak (hanya disampai-
adalah:
kan secara lisan) kepada PENGGUGAT.
Upah tahun 2005 = SOT/jam + tunjangann tetap
b. PENGGUGAT (24 tenaga kerja) dalam
= ( Rp.3.200x8x22) + (Rp.2500+ Rp11.500)
bekerja tidak pernah diberikan atribut
= (Rp. 3200x173) + (Rp. 14.000)
(tanda pengenal, pakaian kerja dll) atas
Upah tahun 2005 = Rp.567.600
nama TERGUGAT, tetapi selalu memakai
Upah Minimum Kota Cilegon = Rp. 713.000
atribut PT SANKYU Indonesia International dan dibawah peraturan perundangan
● Kekurangan bayar Upah/orang/th= 12x Rp. 713.000-Rp.567.600
yang berlaku.
= Rp. 1.744.800 ● Kekurangan bayar Upah
2. Pelanggaran Terhadap Pengupahan (Upah) TERGUGAT
dalam
memperkerjakan
Tahun 2005 untuk 24 Orang adalah
PENGGUGAT (24 pekerja) telah melanggar Un-
= 24xRp.1.744.800 = Rp. 41.875.200
dang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
● Upah tahun 2006 = SOT/jam + tunjangan tetap
Ketenagakerjaan pasal 90 ayat (1) junto Pasal 93
= (Rp. 3.650x8x22) + (Rp. 2.500 + Rp.12.500)
ayat (2) mengenai pemberian besarnya upah dan
= (Rp. 3.650x173) + (Rp. 15.000)
pembayaran upah dihari libur yang ditetapkan pe-
= (Rp. 631.450) + (Rp. 15.000)
merintah
Upah tahun 2006 = Rp. 646.450
Karena semenjak awal tahun 2005–2006 TERGUGAT telah membayar upah kepada PENG-
Upah minimum kota Cilegon= Rp. 835.930 ● Kekurangan bayar Upah
GUGAT (24 pekerja) berada dibawah Upah Mini-
Tahun 2005 untuk 24 orang adalah
mum Kota (UMK) Cilegon,dan TERGUGAT tidak
= 24 x Rp.2.273.844
membayar upah apabila pekerja tidak masuk be-
= Rp. 54.572.256
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
19
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
oleh
● TERGUGAT menyangkal dalil–dalil yang di-
TERGUGAT pada PENGGUGAT (24pekerja)
kemukakan PENGGUGAT kecuali apa yang
tahun 2005 & 2006 adalah Rp. 41.875.200 + Rp.
diakui TERGUGAT secara tegas.
Total
kekurangan
bayar
Upah
●
54.572.256 = Rp. 96.447.456,-
Dakui oleh TERGUGAT bahwa PENGGUGAT merupakan karyawan TERGUGAT dan bekerja di lingkungan PT SANKYU INTERNATIO-
3. Pelanggaran Terhadap Hak Cuti TERGUGAT
dalam
mempekerjakan
PENGGUGAT (24 pekerja) telah melanggar Un-
NAL Indonesia (PT SANKYU). ●
Bahwa mengenai hal–hal yang berkaitan dengan
dang–Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Kete-
lokasi kerja, system jam kerja, penggunaan
nagakerjaan Pasal 79 ayat (1) dan (2)C mengenai
seragam kerja dan sistem pembayaran sebagai
waktu istirahat dan hak cuti kepada PENGGUGAT
mana PENGGUGAT sampaikan merupakan
(24 pekerja) yang sudah bekerja satu tahun secara
instruksi kerja dari PT SANKYU INTERNA-
terus menerus.
TIONAL Indonesia berdasarkan kontrak kerja
Hak Cuti yang belum dibayar oleh TERGUGAT
sama No. 003/ SP/ADM/SII/II/2006 tertanggal
tahun 2005 & 2006 adalah Hak Cuti yang belum
10 Maret 2006 (bukti P/1).
dibayar tahun 2005 = 12 Hari kerja
●
Apabila hak cuti tersebut diganti dengan
Bahwa tidak benar TERGUGAT melalaikan su-
Uang
rat anjuran dari mediator pada kantor Disnaker
Maka besarnya adalah Rp. 388.909/pekerja Untuk
Kota Cilegon No. 560/1701/Disnaker tertanggal
24 pekerja tahun 2005 adalah 24 x Rp. 388.909
21 Juli = Rp. 2006 9.333.816,mengenai penyelesaian tuntutan
Hak Cuti yang belum dibayar tahun 2006
PENGGUGAT, hal ini terjadi karena surat
= 12 Hari Kerja
anjuran tersebut diatas belum diterima sampai
Apabila hak cuti tersebut diganti dengan uang,
dengan hari ini (surat jawaban dibuat). Ber-
Maka besarnya adalah Rp. 455.965/pekerja Untuk
dasarkan informasi yang diterima TERGUGAT
24 pekerja tahun 2006 adalah 24 x Rp. 388.909
dari pejabat = Rp. 10.943.160 Disnaker, surat tersebut sudah
Total Hak Cuti yag belum dibayar oleh TER-
disampaikan melalui PENGGUGAT namun
GUGAT pada tahun 2005 dan 2006 apabila diganti
tidak tidak diserah terimakan kepada TER-
dengan
GUGAT, karena pada dasarnya TERGUGAT
uang
adalah
Rp.
9.333.816
+
Rp.
10.943.160 = Rp.20.276.976,-
lebih memilih jalan musyawarah untuk mufakat. ●
Bahwa tidak benar TERGUGAT mengurangi Upah PENGGUGAT mengingat kerja instruksi
Pendapat Tergugat Jawaban TERGUGAT terhadap Gugatan
PT SANKYU INTERNATIONAL Indonesia se-
PENGGUGAT pada sidang tanggal 23 Januari
suai dengan kontrak kerja P-1, dalam hal ini ma-
2007, yang di sampaikan pada sidang 19 Januari
na berdasarkan bukti P-1 TERGUGAT hanya
2007 adalah dibawah ini:
mendapatkan pembayaran bila PENGGUGAT
20
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
hadir terlepas dari Bukti dan alasan PENG-
dan
terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Hubu-
GUGAT mangkir atau sakit.
ngan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang,
Adapun sistem Upah yang diberikan dari
tanggal 18 Desember 2006 dengan register Nomor
SII hanya berdasarkan Standard Overtime Tetap
53/G/2006/PHI/SRG telah mengemukakan gugatan-
(SOT) senilai Rp. 4.832,- per jam dan TERGUGAT
nya.
membaginya kedalam variable sebagai berikut: SOT
Rp.3.650,00,-/jam (Rp. 29.200,00,-/hari)
Uang makan
Yang menjadi awal permasalahan dalam kasus ini adalah bahwa pihak TERGUGAT di da-
Rp.4500,00,-
lam memperkerjakan PENGGUGAT (24 pekerja)
Uang Transport Rp.2.500,00,-
sebagai karyawan telah melakukan pelanggaran
Kehadiran Rp.40.000,00,-
terhadapUndang-undang Nomor13 Tahun 2003
Total Pendapatan per bulan adalah Rp. 836.400,00,-
tentang Ketenagakerjaan beserta Surat Keputusan
●
berdasarkan
Menteri Tenaga Kerja lainnya. TERGUGAT dalam
Bukti P-1, TERGUGAT hanya dapat dibayar-
melakukan pembayaran upah lembur dan cuti ke-
kan oleh pihak SII berdasarkan dengan kehadi-
pada PENGGUGAT (24 pekerja) telah nyata-nyata
ran PENGGUGAT yang tercatat hadir sesuai
mengurangi besarnya upah lembur serta tidak mem-
dengan Bukti absensi yang diterbitkan oleh pi-
berikan hak cuti sebagaimana telah ditetapkan da-
hak SII..
lam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.
●
TERGUGAT
menguraikannya
Bahwa TERGUGAT tidak mungkin memenuhi
PENGGUGAT dalam mengajukan gugatan-
pembayaran sebagaimana gugatan PENGGU-
nya mendasarkan pada pokok gugatan sebagai be-
GAT mengingat Kondisi keuangan TERGU-
rikut:
GAT yang memang tidak memiliki kelebihan
1. Menyatakan TERGUGAT
dalam mempeker-
sejumlah gugatan PENGGUGAT karena ke-
jakan PENGGUGAT (24 tenaga kerja) telah
untungan yang diberikan oleh pihak SII.
melanggar Undang-undang Nomor 13 Tahun
Memutuskan:
2003 pasal 59 ayat (1), (2), dan (4), dan pasal 65
Menolak Gugatan PENGGUGAT, atau setidak
ayat (4) mengenai hubungan kerja;
tidaknya menyatakan tidak dapat diterima
2. Menyatakan TERGUGAT
dalam mempeker-
1. TERGUGAT memohon kepada Pengadilan Hu-
jakan PENGGUGAT (24 tenaga kerja) telah
bungan Industrial Provensi Banten untuk ber-
melanggar Undang-undang Nomor 13 Tahun
kenan a.
2003 pasal 90 ayat (1), junto pasal 93 ayat (2)
2. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar perkara
mengenai pemberian besarnya upah dan pembayaran upah di hari libur yang ditetapkan pemerintah. 3. Menyatakan TERGUGAT
Duduk Perkara
dalam mempeker-
Bahwa PENGGUGAT melalui surat guga-
jakan PENGGUGAT (24 tenaga kerja) telah
tannya tertanggal 18 Desember 2006 yang diterima
melanggar Undang-undang Nomor 13 Tahun
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
21
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
2003 pasal 79 ayat (1) dan (2)c mengenai waktu
dipotong upah dan hak lainnya [sesuai dengan
istirahat dan hak cuti kepada PENGGUGAT
pasal 79 ayat (1) dan(2c)UU No. 13 tahun 2003
yang sudah bekerja 1 tahun secara terus me-
tentang Ketenagakerjaan].
nerus.
6. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
Terhadap gugatan tersebut PENGGUGAT
memberikan lembur kepada PENGGUGAT (24
berdasarkan alasan-alasan dalam posita mengajukan
pekerja) yang perhitungannya sesuai dengan
permohonan kepada Pengadilan Hubungan Indus-
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
trial Provinsi Banten yang dalam petitumnya seba-
Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2) junto Kep
gai berikut:
Men No.1002/Men/VI/2004 pasal 4ayat (2) dan
1. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
pasal 7 ayat (1).
memberikan PENGGUGAT
Surat (24
Pengangkatan
kepada
7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar
tenaga
dengan
semua biaya-biaya yang ditimbulkan dalam
kerja)
hubungan kerjanya adalah hubungan kerja waktu tertentu (permanen).
perkara ini. 8. Memberikan keputusan yang seadil-adilnya.
2. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk memberikan upah kepada PENGGUGAT (24
Setelah kedua belah pihak dipanggil untuk
pekerja) yang besarnya sesuai UMK yang
menghadap kepersidangan, yang masing-masing
berlaku di Kota Cilegon dengan sistem tetap
pihak diwakili oleh kuasa hukumnya, maka pe-
berdasarkan pasal 90 ayat (1) Undang-undang
meriksaan atas permohonan Pengugat dimulai. Da-
Nomor 13 tahun 2003;
lam persidangan Hakim
mencoba untuk men-
3. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
damaikan kedua belah pihak yang berperkara, na-
membayar atas kekurangan dalam pembayaran
mun tidak berhasil, kemudian pemeriksaan perkara
upah dan cuti selama 2 tahun (tahun 2005 &
dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan
2006) kepada PENGGUGAT (24 pekerja) yang
PENGGUGAT. Dalam persidangan PENGGUGAT
besarnya Rp. 116.724.432.
menyatakan bahwa ia tidak akan merubah dari
4. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk
gugatannya semula dan tetap akan pada gugatannya.
membayar upah kepada PENGGUGAT (24
Terhadap gugatan PENGGUGAT tersebut
pekerja) di saat PENGGUGAT libur di hari-hari
pada sidang tanggal 19 Januari 2007 TERGUGAT
yang ditetapkan sesuai pasal 93 ayat (2) Un-
mengajukan jawaban dalam pokok perkara sebagai
dang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ke-
kerikut:
tenagakerjaan.
5. Memerintahkan kepada TERGUGAT untuk memberikan hak cuti tahunan kepada PENG-
Bahwa TERGUGAT menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan PENGGUGAT, kecuali apa yang kami akui secara tegas.
GUGAT (24 pekerja) selama 12 hari kerja bagi pekerja yang sudah bekerja 1 tahun penuh tanpa 22
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Bahwa memang benar PENGGUGAT merupakan karyawan TERGUGAT dan bekerka di
bayar perkara.
lingkungan PT. Sankyu International Indonesia.
Atas jawaban yang diajukan oleh TERGU-
Bahwa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
GAT, pada sidang berikutnya yaitu
lokasi kerja, sistem jam kerja, penggunaan
Januari 2007 PENGGUGAT tidak akan menggu-
seragam kerja dan sistem pembayaran sebagai-
nakan haknya untuk mengajukan replik, sehingga
mana PENGGUGAT sampaikan merupakan
TERGUGAT juga tidak akan mengajukan duplik. Pada sidang berikutnya yaitu tanggal 27
Indonesia berdasarkan kontrak kerjasama No.
Februari 2007, baik PENGGUGAT maupun TER-
003/SP/ADM/SII/III/2006 tertanggal 10 Maret
GUGAT telah mengajukan kesimpulan secara ber-
2006.
samaan. Segala sesuatu yang terjadi di dalam per-
Bahwa tidak benar TERGUGAT melalaikan
sidangan yang tercatat di Berita Acara Sidang, se-
surat anjuran dari mediator pada kantor Dis-
luruhnya dianggap telah termasuk dalam putusan
naker Kota Cilegon No. 560/1701/Disnaker ter-
ini. Untuk selanjutnya para pihak tidak mengajukan
tanggal 21 Juli 2006 mengenai penyelesaian
apa-apa lagi dalam persidangan, dan mohon
tuntutan PENGGUGAT, hal ini terjadi karena
putusan.
TER-
Pertimbangan Hukum, Pendapat Hakim
GUGAT.
tanggal 30
instruksi kerja dari PT. Sankyu International
surat anjuran tersebut belum diterima
2. Menghukum PENGGUGAT untuk mem-
Bahwa adalah tidak benarTERGUGAT mengu-
Setelah mengadakan pemeriksaan dalam
rangi upah PENGGUGAT mengingat kerja ins-
persidangan dan setelah mengadakan pemeriksaan
truksi PT. Sankyu International Indonesia sesuai
terhadap para pihak dan bukti-bukti yang diajukan
dengan kontrak kerja P-1, dalam hal ini mana
oleh PENGGUGAT. Maka kemudian Majelis Ha-
berdasarkan
kim memberikan pertimbangan tentang hukumnya
bukti P-1 TERGUGAT hanya
mendapatkan pembayaranbila PENGGUGAT
sebagai berikut:
hadir terlepas dari bukti dan alasan PENGGU-
1. Bahwa, setelah gugatan PENGGUGAT diba-
GAT mangkir atau sakit.
cakan dan TERGUGAT menyatakan pada gu-
Berdasarkan jawaban yang telah diuraikan oleh
gatannya tersebut.
TERGUGAT, TERGUGAT mohon dengan hor-
2. Bahwa, yang menjadi pertimbangan pokok gu-
mat sudilah kiranya Pengadilan Hubungan In-
gatan adalah:
dustrial Provinsi Banten untuk berkenan me-
a. Apakah benat TERGUGAT adalah peru-
mutus:
sahaan penyedia tenaga kerja (labor sup-
1. Menolak gugatan PENGGUGAT, atau se-
ply);
tidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima.
b. Apakah benar TERGUGAT telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak nor-
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
23
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
matif PENGGUGAT dalam bentuk status
(labor supply) yang memperkerjakan PENG-
hubungan kerja, upah, dan hak cuti.
GUGAT pada perusahaan pemberi kerja yaitu
3. Bahwa,TERGUGAT, PT. Kartika Mitra Sejah-
PT. Sankyu Indonesia Internasional.
tera adalah badan hukum (legal entity) yang
6. Bahwa, majelis hakim akan mempertimbangkan
dipimpin oleh Neni Andriyani selaku Direktur
apa benar TERGUGAT telah melakukan pe-
berdasarkan akte pendirian PT. Kartika Mitra
langgaran terhadap hak-hak normatif PENG-
Sejahtera tanggal 6 Juni 2005 dari status sebe-
GUGAT dalam bentuk status hubungan kerja, u-
lumnya adalah CV Kartika, sehingga ber-
pah dan hak cuti.
dasarkan pasal 7 ayat (6)UU No. 1 Tahun 1995
7. Bahwa, majelis hakim akan mempertimbangkan
tentang Perseroan Terbatas, PT. Kartika Mitra
status hubungan kerja antara PENGGUGAT de-
Sejahtera telah memperoleh status badan hukum
ngan TERGUGAT, yang sekaligus akan mem-
atau legal entity yang berkuasa mutlak baik
pertimbangkan petitum PENGGUGAT No. 1.
sebagai PENGGUGAT maupun TERGUGAT
8. Bahwa, berdasarkan KTK Short Data Employee
di depan Pengadilan (Persona in judicio).
dan Risalah Perundingan 1 tanggal 12 Mei 2006
4. Bahwa, PT. Kartika Mitra Sejahtera adalah ba-
yang diperkuat dengan anjuran Mediator Dis-
dan hukum yang telah mendapatkan Surat Ijin
naker Kota Cilegon Provensi Banten telah cu-
Operasional (SIO) sebagai penyedia jasa pe-
kup membuktikan bahwa masa kerja dari
kerja/buruh melalui surat No. 560/KEP.38-HI/
PENGGUGAT sebagai Pekerja dari TERGU-
Disnaker/2006 tertanggal 28 Maret 2006 yang
GAT CV Kartika yang telah berubah statusnya
dikeluarkan oleh Kadisnaker Kota Cilegon, se-
menjadi PT. Kartika Mitra Sejahtera telah lebih
hingga dengan demikian PT. Kartika Mitra Se-
dari 2 (dua) tahun, atau rata-rata 4 (empat) ta-
jahtera telah sah dan memenuhi persyaratan
hun.
sebagai Perusahaan penyedia tenaga kerja (la-
9. Bahwa, berdasarkan pasal 1 surat perjanjian ker-
bor supply) baik berdasarkan pasal 66 ayat (3)
ja borongan antara Ir. Asep Rachmat selaku
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-
Direktur CV. Kartika dengan Teguh sebagai pe-
kerjaan maupun berdasarkan KEP.110/MEN/
kerja (helper) yang dibuat tanggal 25 Juli 2005
VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan
yang diperpanjang dengan surat perjanjian kerja
Penyedia Jasa Pekerja.
borongan antara Ir. Asep Rachmat selaku Di-
5. Bahwa, berdasarkan Surat Perjanjian No. 003/
rektur CV. Kartika dengan Teguh Santoso seba-
SP/ADM/SII/II/05 dan No. 003/SP/ADM/SII/
gai pekerja (Helper) yang dibuat tanggal 4
III/06 antara PT. Sankyu Indonesia Interna-
Januari 2006, serta surat perjanjian kerja antara
tional dengan TERGUGAT serta pengakuan
Neni Andriyani selaku Direktur PT. Kartika
TERGUGAT dalam jawabannya, maka Majelis
Mitra Sejahtera dengan Ade Suhendri selaku pe-
berpendapat bahwa memang benar TERGU-
kerja yang dibuat tanggal 19 januari 2007, se-
GAT adalah Perusahaan Penyedia tenaga kerja
muanya secara tegas telah membuktikan bahwa
24
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
hubungan kerja yang terjadi antara TERGU-
Waktu Tertentu (PKWT) yang dibuat oleh TER-
GAT CV. Kartika atau PT. Kartika Mitra Se-
GUGAT dengan
jaktera dengan PENGGUGAT didasarkan atas
dengan ketentuan peraturan perundang yang
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
berlaku, sehingga berdasarkan ketentuan pasal
PENGGUGAT tidak sesuai
10. Bahwa perjanjian kerja yang dibuat antara CV
59 ayat (7) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ke-
Kartika maupun PT. Kartika Mitra Sejahtera
tenagakerjaan, maka demi hukum perjanjian
(TERGUGAT) dengan pekerjanya (PENGGU-
kerja waktu tertentu (PKWT) tersebut berubah
GAT), tidak mencantumkan jenis kelamin, u-
menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Ter-
mur dan alamat pekerja/buruh, sehingga hal ini
tentu atau menjadi Pekerja Tetap TER-
tidak sesuai dengan
GUGAT PT. Kartika Mitra Sejahtera.
persyaratan minimal
dari isi perjanjian kerja sebagaimana telah di-
14. Bahwa TERGUGAT adalah perusahaan penye-
atur dalam pasal 54 ayat (1) point b, UU No. 13
dia tenaga kerja (labor supply) yang memper-
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
kerjakan pekerjanya pada PT. Sankyu Indonesia
11. Bahwa Perjanjian Kerja yang dibuat antara
Internasional sebagai perusahaan pemberi kerja,
TERGUGAT dengan PENGGUGAT yang di-
yang dibuktikan dengan surat perjanjian kerja
buat tanggal 25 Juli 2005 dan tanggal 4 Januari
antara PT. Sankyu Indonesia Internasional de-
2006, masih menggunakan nama CV Kartika,
ngan CV. Kartika tanggal 8 Februari 2005 dan
padahal sejak tanggal 6 Juni 2005 CV. Kartika
surat perjanjian antara PT. Sankyu Indonesia
telah berubah dan meningkatkan statusnya men-
Internasional dengan PT. Kartika Mitra Sejah-
jadi PT. Kartika Mitra Sejahtera.
tera tanggal 1 Maret 2006.
12. Bahwa berdasarkan dalil gugatan yang tidak di-
15. Bahwa berdasarkan uraian tersebut, telah ter-
bantah oleh TERGUGAT dan berdasarkan
bukti bahwa hubungan kerja antara PT. Kar-
beberapa hasil perundingan bipartit tanggal 12
tika Mitra Sejahtera sebagai perusahaan pene-
Mei 2006, 18 Mei 2006 dan perundingan tri-
rima kerja dengan PENGGUGAT sebagai pe-
partit tanggal 21 Juni 2006 dan tanggal 6 Juli
kerja telah dilakukan dengan PKWT yang tidak
2006, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang
sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 13 Ta-
dilakukan oleh PENGGUGAT adalah pekerjaan
hun 2003 tentang Ketenagakerjaan
yang bersifat tetap dan merupakan
bagian
16. Bahwa berdasarkan nota pemeriksaan yang di-
dari suatu proses produksi serta dilakukan se-
lakukan oleh Disnaker Kota Cilegon terhadap
lama lebih dari 3 (tiga) tahun berturut-turut,
PT. Kartika Mitra Sejahtera pada tanggal 28
sehingga hal ini tidak sesuai dengan pasal 59
Desember 2006, telah terbukti bahwa TER-
ayat (1) dan (2) UU No. 13 tahun 2003 tentang
GUGAT PT. Kartika Mitra Sejahtera tidak
Ketenagakerjaan.
memberikan hak cuti kepada PENGGUGAT
13. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut, ma-
sebagai pekerjanya dan upah yang dibayarkan
ka majelis berpendapat bahwa Perjanjian Kerja
kepada PENGGUGAT masih dibawah Upah
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
25
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Minimum Kota (UMK) Cilegon tahun 2006,
yang diterimanya adalah lebih rendah dari
sehingga hal ini telah melanggar ketentuan
peraturan perundan yang berlaku, sehingga
pasal 90 ayat (1) dan pasal 93 ayat (2) UU No.
berdasarkan ketentuan pasal 65 ayat (8) maka
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
demi hukum status hubungan kerja antara
17. Bahwa berdasarkan dalil-dalil gugatan PENG-
pekerja/buruh (PENGGUGAT) dengan perusa-
GUGAT yang tidak dibantah oleh TERGUGAT
haan penerima pemborongan (PT. Kartika Mitra
dan berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh
Sejahtera) beralih menjadi hubungan kerja
PENGGUGAT, telah cukup menerangkan bah-
antara pekerja/buruh (PENGGUGAT) de-
wa pekerjaan yang dilakukan oleh PENGGU-
ngan perusahaan pemberi pekerjaan yaitu
GAT di PT. Sankyu Indonesia Internasional
PT. Sankyu Indonesia Internasional.
adalah pekerjaan yang bersifat tetap dan meru-
20. Bahwa oleh karena perusahaan pemberi kerja
pakan bagian dari suatu proses produksi, di-
yaitu PT. Sankyu Indonesia Internasional tidak
lakukan selama lebih dari 3 (tiga) tahun
termasuk dalam pihak yang digugat, maka
berturut-turut, serta tidak dilakukan secara
demi hukum hubungan kerja antara PENG-
terpisah dengan kegiatan utamanya yang mana
GUGAT dengan TERGUGAT PT. Kartika Mi-
hal ini bertentangan dengan pasal 59 dan pasal
tra Sejahtera berubah menjadi hubungan kerja
65 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagaker-
berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak
jaan dan KEP 220/MEN/X/2004,
tertentu (PKWTT) atau menjadi pekerja te-
18. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 65 ayat
tap TERGUGAT, sehingga dengan demikian
(4) UU No. 13 tahun 2003; perlindingan kerja
pe-titum No. 1 PENGGUGAT untuk diberikan
dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pa-
surat pengangkatan terhadap 24 (dua puluh
da perusahaan lain sebagaimana dimaksud pa-
empat) orang pekerja sebagai pekerja dengan
da ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan
hubungan kerja waktu tidak tertentu (permanen)
perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
pada PT. Kartika Mitra Sejahtera (TER-
pada perusahaan pemberi pekerjaan atau se-
GUGAT) kiranya layak untuk dikabulkan.
suai dengan peraturan perundang-undangan
21. Bahwa dengan diangkatnya PENGGUGAT
yang berlaku.
menjadi pekerja tetap TERGUGAT, maka sudah
19. Bahwa pekerja PT. Kartika Mitra Sejahtera
menjadi kewajiban TERGUGAT untuk mem-
(PENGGUGAT) tidak membuktikan bahwa
berikan atribut dalam bentuk tanda pengenal,
perlindungan dan syarat-syarat kerja yang di-
pakaian kerja dan lain-lain yang dianggap perlu,
dapatkannya lebih rendah dari perlindungan dan
yang mana hal tersebut dapat diatur dalam
syarat-syarat kerja yang diberikan oleh Pt.
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau per-
Sankyu
janjian kerja bersama.
26
Indonesia
Internasional,
namun
demikian PENGGUGAT telah membuktikan
22. Bahwa selanjutnya majelis akan memper-
bahwa perlindungan dan syarat-syarat kerja
timbangkan apakah TERGUGAT telah mela-
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
kukan pelanggaran terhadap hak-hak normatif
menjelaskan bahwa ”perlindungan upah dan ke-
pekerja dalam bentuk upah dan hak cuti yang
sejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perse-
diberikan oleh TERGUGAT kepada PENGGU-
lisihan yang timbul menjadi tanggung jawab pe-
GAT, yang mana ini akan sekaligus menjawab
rusahaan penyedia jasa buruh” yang dalam hal
petitum PENGGUGAT No. 3.
ini adalah PT. Kartika Mitra Sejahtera, namun
23. Bahwa berdasarkan jawab menjawab antara
demikian biaya/upah yang harus dibayarkan
PENGGUGAT dan TERGUGAT, dan bukti-
kepada pekerja yang menjalani masa cuti dapat
bukti yang diajukan PENGGUGAT maupun
dinegosiasikan atau dibebankan kepada pihak
TERGUGAT tentang nota pemeriksaan atau
pemberi kerja (PT. Sankyu Indonesia Inter-
peringatan oleh Disnaker Kota Cilegon tanggal
nasional) sebagai upah borongan per jam, ka-
28 Desember 2006, majelis berpendapat bahwa
rena bagaimanapun juga pihak pemberi kerja
telah terjadi pelanggaran dalam bentuk pem-
(PT. Sankyu
berian upah dan hak cuti yang dilakukan oleh
menjamin bahwa perlindungan dan syarat-
TERGUGAT kepada PENGGUGAT.
syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan
Indonesia Internasional) wajib
24. Bahwa tidak diberikannya hak cuti oleh
penyedia tenaga kerja, sekurang-kurangnya
TERGUGAT kepada PENGGUGAT, didasar-
harus sama dengan perlindungan dan syarat-
kan atas alasan bahwa pembayaran yang dila-
syarat kerja pada perusahaan pemberi kerja atau
kukan oleh pemberi kerja PT. Sankyu Indonesia
sesuai dengan peraturan perundangan yang
Internasional kepada TERGUGAT hanya di-
berlaku, sebagaimana ketentuan pasal 65 ayat
berikan berdasarkan kehadiran PENGGU-
(4) UU No. 13 tahun 2003.
GAT sesuai bukti absensi yang diterbitkan oleh PT. Sankyu Indonesia Internasional.
27. Bahwa terhadap petitum PENGGUGAT No. 3 yang minta agar hak cuti PENGGUGAT selama
25. Bahwa dalam surat jawaban TERGUGAT ter-
tahun 2005 dan tahun 2006 diganti dengan
tanggal 12 Januari 2007 atas nota pemeriksaan
uang, maka majelis akan mempertimbang-
yang dilakukan oleh Disnaker Kota Cilegon,
kannya.
TERGUGAT telah mengakui bahwa selama ini
28. Bahwa sesuai dengan pasal 79 ayat(2) butir c
cuti tidak diberikan dan sekarang sedang
dan pasal 93 ayat (2) butir f UU No. 13 tahun
diproses oleh pemberi kerja yaitu PT. Sankyu
2003, bahwa hak atas cuti tahunan sebanyak 12
Indonesia Internasional.
hari kerja setelah pekerja bekerja selama 12
26. Bahwa terhadap alasan tersebut majelis hakim kurang
sependapat,
karena
di
(duabelas) bulan secara terus menerus, dimak-
samping
sudkan agar dipergunakan oleh pekerja untuk
melanggar pasal 79 ayat (1) dan ayat (2) huruf c
istirahat atau tidak bekerja dengan tetap
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagaker-
menerima upah, sedangkan boleh tidaknya hak
jaan, juga tidak sesuai dengan ketentuan pasal
cuti diganti dengan sejumlah uang selama hu-
66 ayat (2) huruf c UU No. 13 tahun 2003 yang
bungan kerjama masih berlangsung, tidak
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
27
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
diatur dalam peraturan perundangan, tetapi di-
32. Bahwa terhadap alasan tersebut majelis kurang
atur dalam pejanjiankerja (PK), Peraturan
sependapat, karena di samping telah dijelaskan
perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama
seperti uraian tentang cuti seperti tersebut di
(PKB).
atas, juga berdasarkan isi kontrak antara TER-
29. Bahwa sebagaimana diatur dalam pasal 156
GUGAT
dengan
PT.
Sankyu
Indonesia
ayat (4) butir a, bahwa hak cuti dapat diganti
Internasionalpasal 14 menjelaskan bahwa”
dengan uang dalam bentuk uang pengganti
apabila
hak, apabila telah dilakukan pemutusan hu-
Minimum Kota/Provinsi dari Pemerintah se-
bungan kerja (PHK) terhadap pekerja.
lama masa perjanjian, kedua belah pihak telah
30. Bahwa dalam perjanjian kerja yang dibuat antara PENGGUGAT dan TERGUGAT tidak mengatur masalah hak cuti PENGGUGAT, sedangkanPENGGUGAT
maupun
ada
perubahan/
kenaikan
Upah
bersepakat akan merubahperhitungan upah pada pasal 4 dalam surat perjanjian ini”. 33. Bahwa hubungan antara PT. Kartika Mitra Se-
TERGU-
jahtera dengan pemberi kerja PT. Sankyu Indo
GAT tidak dapat menunjukkan keberadaan per-
nesia Internasional adalah hubungan bisnis out-
aturan perusahaan maupunperjanjian kerja ber-
sourcing yang dilakukan berdasarkan perjanjian
sama, sehingga majelis berpendapat bahwa
pemborongan sebagaimana diatur dalam pasal
selama hubungan kerjamasih berlanjut hak
65 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, sedangkan
cuti PENGGUGAT tidak dapat diuangkan,
hubungan antara TERGUGAT dengan PENG-
tetapi tetap harus diberikan dalam bentuk hari
GUGAT adalah hubungan kerja, sehingga su-
istirahat kerjadengan tetap menerima upah,
dah selayaknya
yang dihitung sejak tanggal 6 Juni 2005 di mana
GUGAT diperhitungkan dalam perjanjian
TERGUGAT PT. Kartika Mitra Sejahtera mulai
pemborongan antara TERGUGAT dengan Peru-
berdiri dan beroperasi, sehingga dengan demi-
sahaan pemberi kerja PT. Sankyu Indonesia
kian petitum PENGGUGAT No. 3 khusus ten-
Internasional.
tang penggantian uang cuti haruslah dinyatakan
hak-hak normatif
34. Bahwa UU No. 13 Tahun 2003 pasal 90 ayat (2) telah memberikan keringanan
ditolak.
PENG-
kepada pe-
31. Bahwa TERGUGAT telah membayar upah
ngusaha yang tidak mampu menangguhkan
PENGGUGATdi bawah nilai Upah Minimum
pembayaran Upah Minimum yang selanjutnya
Kota (UMK) Cilegon pada tahun 2005 dan
diaturlebih rinci dalam KEP-231/MEN/2003,
tahun 2006 dengan alasan bahwa sistem pe-
namun demikian Majelis tidak melihat adanya
ngupahan mengacu pada kontrak antara TER-
upaya yang dilakukan oleh TERGUGAT untuk
GUGAT dengan Perusahaan pemberi kerja PT.
menempuh jalan tersebut.
28
Sankyu Indonesia Internasional, dengan sistem
35. Bahwa walau PENGGUGAT telah menyetujui
pembayaran berdasarkan Standard Overtime
dan menandatangani surat perjanjian kontrak
(SOT) dalam bentuk nilai Rp./Jam.
kerja
dengan TERGUGAT
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
yang
memuat
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
besarnya upah dan syarat-syarat kerjalainnya,
PENGGUGAT bulan Juli 2005 telah cukup
namun demikian karenaisi kontrak tersebut
memberikan bukti.
bertentangan dengan UU No. 13 tahun 2003
41. Bahwa selanjutnya Majelis akan mempertim-
pasal 90 ayat (1), maka berdasarkan ketentuan
bangkan petitum PENGGUGAT No. 2,4,5 dan 6
pada pasal 54 ayat (2) dan pasal 19 UU No. 13
sekaligus, yang pada pokoknya memerintahkan
tahun 2003.
TERGUGAT untuk melaksanakan ketentuan-
36. Bahwa selanjutnya majelis akan mempertim-
ketentuan UU No. 13 tahun 2003, khususnya
bangkan apakah tuntutan atas kurangnya upah
tentang pengupahan sesuai UMK Kota Cilegon
PENGGUGAT tahun 2005 dan tahun 2006 ma-
dengan sistem upah tetap (pasal 90 ayat 1), tetap
sih berlaku atau sudah kedaluwarsa.
membayar upah pada hari-hari libur (tidak be-
37. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 96 UU No.
kerja) sesuai pasal 93 ayat (2), memberikan
13 tahun 2003 dan pasal 30 PP No. 8 tahun
waktu istirahat dan hak cuti tahunan sesuai pa-
1981 tentang Perlindungan Upah: ”tuntutan
sal 79 ayat (1) dan (2) dan pasal 7 ayat (1)
pembayaran upah pekerja/buruh dan segala
KEP.102/MEN/VI/2004.
pembayaran yang timbul dari hubungan kerja
42. Bahwa UU No. 13 tahun 2003 tentang Kete-
menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka
nagakerjaan dan seluruh peraturan perundangan
waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak”.
sebagai peraturan pelaksanaannya adalah ke-
38. Bahwa melalui gugatan tertanggal 18 Desember
tentuan-ketentuan yang telah mengatur hak dan
2006, PENGGUGAT menuntut kekurangan u-
kewajiban pengusaha dan pekerja yang berisi
pah mulai bulan Januari 2005 sampai dengan
norma-norma kerja (labor legislation) dan ber-
bulan Desember 2006, sehingga dengan de-
sifat imperatif atau dilaksanakan, serta bersifat
mikian masa tenggang waktu tersebut belum
makro minimal. Makro dalam arti mengikat se-
mencapai 2 (dua) tahun atau belum ka-
mua perusahaan tanpa kecuali baik tempat, uku-
daluwarsa.
ran, jenis usaha maupun sifat badan hukum.
39. Bahwa sebagai subyek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban TERGUGAT PT.
Sedangkan minimal berarti tidak boleh lebih rendah atau dikurangi.
Kartika Mitra Sejahtera yang baru didirikan se-
43. Bahwa PENGGUGAT selaku pekerja, TER-
jak tanggal 6 Juni 2005 hanya dapat dibebankan
GUGAT selaku Pengusaha dan penerima kerja,
suatu kewajiban sejak tanggal 6 Juni 20 05
serta PT. Sankyu Indonesia Internasional selaku
atau selama 7 (tujuh) bulan selama periode
pemberi kerja adalah pihak-pihak yang terkait
tahun 2005.
dengan peraturan perundangan di bidang ke-
40. Bahwa berdasarkan surat perjanjian kerja
tenagakerjaan, sehingga harus dilaksanakan se-
borongan antara TERGUGAT dengan PENG-
luruh ketentuan-ketentuan yang ada di da-
GUGAT tanggal 25 Juli 2005 dan slip gaji
lamnya.
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
29
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
44. Bahwa petitum PENGGUGAT No. 2,4,5 dan 6
2. Memerintahkan TERGUGAT untuk meng-
adalah hal-hal normatif yang seharusnya dilak-
angkat PENGGUGAT (24 orang) dengan Per-
sanakan atau dipenuhi oleh TERGUGAT selaku
janjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
penerima kerja
dan PT. Sankyu Indonesia
atau sebagai pekerja tetap TERGUGAT, serta
Internasional sebagai pemberi kerja, sehingga
memberikan atribut yang berupa tanda pengenal
Majelis berpendapat bahwa petitum PENGGU-
dan pakaian kerja;
GAT No. 2,4,5 dan 6 tidaklah berlebihan dan patut untuk dikabulkan.
3. Menghukum TERGUGAT untuk membayar kekurangan upah PENGGUGAT tahun 2005 dan
45. Bahwa selanjutnya Majelis akan memper-
tahun 2006 sebesar Rp. 78.999.456 (Tujuh pu-
timbangkan biaya perkara merupakan petitum
luh delapan juta sembilan ratus sembilan puluh
PENGGUGAT No. 7.
sembilan ribu empat ratus lima puluh enam
46. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 58 UU No.
rupiah);
2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
4. Memerintahkan TERGUGAT untuk melaksana-
Hubungan Industrial: ”Dalam proses beracara
kan atau memenuhi hak-hak normatif pekerja
di PHI, pihak-pihak yang berperkara tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
dikenakan biaya termasuk biaya eksekusi yang
yang berlaku, khususnya hak atas upah mi-
nilai gugatannya di bawah Rp. 150.000.000,-
nimum, hak cuti, upah lembur dan ketentuan
(seratus lima puluh juta rupiah), dan oleh kare-
normatif lainnya;
na nilai gugatan kurang dari Rp. 150.000.000,(seratus lima puluh juta rupiah), sehingga berdasarkan hal tersebut maka biaya perkara akan dibebankan kepada Negara.
5. Menyatakan biaya perkara ini dibebankan kepada Negara; 6. Menolak gugatan PENGGUGAT selain dan selebihnya.
Putusan Hakim
Analisa Atas Putusan Pengadilan Hubungan
Berdasarkan pertimbangan hukum di atas maka berdasarkan dalil-dalil yang diajukan oleh
Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
PENGGUGAT beserta bukti-bukti yang diaju-
Bahwa, gugatan Penggugat mengenai per-
kannya serta keterangan-keterangan yang disampai-
selisihan hak yang diajukan ke Pengadilan Hubu-
kan oleh TERGUGAT telah didengar dan dikum-
ngan Industrial pada Pengadilan Negeri Serang ada-
pulkan oleh Majelis hakim sebagai bahan per-
lah tepat dan benar. Mengingat setelah para pihak
timbangannya, maka setelah mengadakan musya-
mengupayakan penyelesaian perselisihan di luar
warah, Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang
pengadilan dengan bantuan mediator melalui upaya
dalam diktumnya sebagai berikut:
mediasi hubungan industrial tidak berhasil. Subs-
1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk
tansi dari perselisihan hak tersebut adalah menyang-
sebagian; 30
kut sengketa mengenai pelaksanan ketentuan-keLex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
tentuan normative yang terdapat dalam ketentuan
gugatan Penggugat (24 pekerja) sebagian adalah
perundang-undang, perjanjian kerja, peraturan peru-
tepat, namun tidak konseksuen dengan pertimba-
sahaan atau perjanjian kerja bersama.
ngan hukum yang dikemukakan. Hakim Pengadilan
Pengadilan Hubungan Industrial adalah me-
Hubungan Industrial dalam salah satu amar Pu-
rupakan pengadilan khusus yang berada di ling-
tusannya juga tidak mengabulkan uang pengganti
kungan peradilan umum. Pengadilan Hubungan In-
hak cuti sesuai dengan peraturan perundangan. Ka-
dustrial mempunyai yuridiksi dalam memeriksa dan
rena berdasarkan pasal 79 ayat (2) butir c dan pasal
memutus sengketa hubungan industrial, yang mana
93 ayat (2) butir f Undang-undang Nomor 13 Tahun
mengenai perselisihan hak dapat
diperiksa dan
2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa hak cuti
diputus di tingkat pertama, dan apabila para pihak
tahunan sebanyak 12 hari kerja diberikan setelah
ada yang kurang puas dapat melakukan upaya
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus,
hukum kasasi ke Mahkamah Agung, sedangkan
dimaksudkan agar dipergunakan oleh pekerja untuk
untuk perselisihan kepentingan, dan perselisihan an-
istirahat atau tidak bekerja dengan tetap mene-
tar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu peru-
rima upah, sedangkan mengenai permohonan hak
sahaan tidak dapat dilakukan upaya hukum lain.
cuti diganti dengan uang selama hubungan kerja
Jadi Pengadilan Hubungan Industrial merupakan
masih berlangsung tidak diatur dalam peraturan
upaya hukum pertama dan terakhir.
perundangan, tetapi diatur dalam Perjanjian Kerja
Bahwa dalam Perjanjian Kerja, Penggugat telah menyetujui dan menandatangani Surat Per-
(PK), Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
janjian Kontrak Kerja dengan Tergugat yang me-
Bahwa dalam Perjanjian Kerja yang dibuat
muat besarnya upah dan syarat-syarat kerja lainnya,
antara Penggugat dan Tergugat tidak mengatur
namun karena isi kontrak tersebut bertentangan
masalah hak cuti Penggugat, mengingat kedua belah
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
pihak (Penggugat maupun Tergugat) tidak dapat
tentang Ketenagakerjaan pasal 90 ayat (1), maka
menunjukkan keberadaan Peraturan Perusahaan
berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat (2) dan pasal
(PP) maupun Perjanjian Kerja Bersama PKB),
91 ayat (1) dan ayat (2), maka perjanjian tersebut
sehingga Hakim beranggapan bahwa selama hubu-
batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar
ngan kerja masih berlanjut hak cuti Penggugat tidak
upah pekerja/buruh sesuai peraturan peundang-
dapat diganti dengan uang, tetapi tetap harus dibe-
undangan yang berlaku.
rikan dalam bentuk hari istirahat kerja dengan tetap
Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dalam pertimbangan hukum dan
menerima upah, yang dihitung sejak tanggal 6 Juni
dalam amar pu-
2005 di mana Tergugat PT. Kartika Mitra Sejahtera
tusannya Nomor 53/G/2006/PHI.SRG, tertanggal 13
mulai berdiri dan beroperasi, sehingga dengan
Maret 2007 dengan memperhatikan Undang-undang
demikian petitum Penggugat No. 3 khusus tentang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perseli-
penggantian uang cuti dinyatakan ditolak. Dalam
sihan Hubungan Industrial telah mengabulkan
pasal 156 ayat (4) butir a, disebutkan bahwa hak cuti
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
31
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
dapat diganti dengan uang dalam bentuk uang
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
pengganti hak, apabila telah dilakukan pemu-
atau Pegawai tetap, serta memberikan atribut yang
tusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja
berupa tanda pengenal dan pakaian kerja.
Hal
Hakim dalam mengambil Putusannya juga
tersebut sesuai dengan pasal 59 ayat (7) Undang-
mempertimbangkan bahwa berdasarkan pasal 96
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ke-
kerjaan, bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
tenagakerjaan dan Pasal 30 Peraturan Pemerintah
(PKWT) yang tidak memenuhi syarat tersebut di
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah
atas demi hukum menjadi Perjanjian Kerja Waktu
“tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan
Tidak Tertentu (PKWTT). Didasarkan pula bahwa
segala pembayaran yang timbul dari hubungan ker-
berdasarkan Data Employee dan Risalah Perun-
ja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka
dingan 1 tanggal 12 Mei 2006 yang diperkuat de-
waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak”.
ngan anjuran Mediator Disnaker Kota Cilegon,
Penggugat dalam gugatannya kepada Ter-
bahwa masa kerja Penggugat sebagai pekerja Ter-
gugat PT. Kartika Mitra Sejahtera menuntut keku-
gugat CV Kartika yang berubah statusnya menjadi
rangan upah mulai
bulan Januari 2005 sampai
PT. Kartika Mitra Sejahtera telah lebih dari 2 (dua)
dengan bulan Desember 2006, sehingga dalam hal
tahun atau rata-rata 4 (empat) tahun. Jadi seharusnya
ini masa tenggang waktu belum kedaluwarsa. Akan
hakim dalam memutus perkara ini juga harus meng-
tetapi Hakim dalam salah satu pertimbangannya
hukum Tergugat PT. Kartika Mitra Sejahtera untuk
berpendapat lain, bahwa subyek hukum yang mem-
membayar kekurangan upah kepada Penggugat (24
punyai hak dan kewajiban, yaitu Tergugat PT. Kar-
pekerja) terhitung sejak 1 Januari 2005 sesuai de-
tika Mitra Sejahtera yang baru berdiri dan ber-
ngan Petitum Penggugat nomor 3 dan nomor 4.
operasi sejak tanggal 6 Juni 2005,
dari status
Berdasarkan kesimpulan penulis Hakim Pe-
sebelumnya CV. Kartika, berdasarkan pasal 7 ayat
ngadilan Hubungan Industrial dalam memutus per-
(6) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tetang
kara ini walau telah sesuai dengan peraturan per-
Perseroan Terbatas, PT. Kartika Mitra Sejahtera
undang-undangan yang berlaku, namun dalam
telah memperoleh status badan hukum atau legal
mengemukakan pertimbangannya ada yang rancu
entity yang berkuasa mutlak baik sebagai penggugat
atau tidak konsisten. Dalam pengambilan keputusan,
maupun tergugat di depan pengadilan. Sehingga
yang mana Hakim hanya mengabulkan gugatan
Tergugat hanya dibebani hak dan kewajibannya ter-
Penggugat kepada Tergugat PT. Kartika Mitra
hitung sejak 6 Juni 2005 merupakan Putusan yang
Sejahtera untuk memenuhi hak dan kewajibannya
tidak adil untuk Penggugat.
terhitung sejak tanggal 6 Juni 2005, hal tersebut
Hakim dalam amar Putusannya juga me-
terlihat pada salah satu pertimbangannya pada
merintahkan kepada Tergugat PT. Kartika Mitra Se-
halaman 294 alinea ke-4 Putusan Nomor 53/G/
jahtera untuk mengangkat Penggugat (24 pekerja)
2006/PHI.SRG telah disebutkan bahwa masa kerja
dari
Penggugat sebagai pekerja Tergugat CV Kartika
32
Perjanjian Kerja Tertentu (PKWT) menjadi
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
yang berubah statusnya menjadi PT. Kartika Mitra
Dalam hal gugatan Penggugat pada petitum
Sejahtera telah lebih dari 2 (dua) tahun atau rata-
Nomor 7, Majelis Hakim tidak dapat menga-
rata 4 (empat) tahun. Sedangkan pada halaman 300
bulkannya, karena berdasarkan ketentuan pasal 58
alinea ke-8 dalam pertimbangannya disebutkan bah-
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
wa sebagai subyek hukum yang mempunyai hak
Penyelesaian
dan kewajiban, Tergugat PT, Kartika Mitra Se-
(PPHI): “Dalam proses beracara di PHI, pihak-pi-
jahtera yang baru didirikan sejak tanggal 6 Juni
hak yang berperkara tidak dikenakan biaya ter-
2005 hanya dapat dibebankan suatu kewajiban
masuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya di
sejak tanggal 6 Juni 2006 atau selama 7 (tujuh bu-
bawah Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta
lan) selama periode tahun 2005. Hal ini tentunya
rupiah)”, dan oleh karena nilai gugatan Penggugat
akan menimbulkan rasa tidak puas terhadap pihak
kurang dari 150.000.000 (seratus lima puluh juta
yang merasa dirugikan/pihakyang dikalahkan.
rupiah), sehingga berdasarkan hal tersebut maka
Perselisihan
Hubungan
Industrial
biaya perkara akan dibebankan kepada Negara. Skema PPHI berdasarkan UU No. 2 Tahun 2004 SKEMA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI PENGADILAN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 Kasasi pada Mahkamah Agung Tingkat Pertama Mengenai Perselisihan Hak, dan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
Tingkat Pertama dan Terakhir Mengenai Perselisihan Kepentingan dan Perselisihan antara Serikat Buruh/Pekerja dalam Satu Perusahaan
Pengadilan Hubungan Industrial
Penyelesaian Melalui Mediasi, Konsiliasi yang Tidak Berhasil Pengusaha
Pekerja/Buruh BERSELISIH
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
33
Kajian Atas Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Tentang Perselisihan Hak (Studi Kasus PT. Kartika Mitra Sejahtera)
Perjanjian”, (On-Line), http://www.theceli.
Kesimpulan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial
com/index, diakses 8 Agustus 2008.
mengenai status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
R. Subekti,SH dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
(“PKWT”) atas PENGGUGAT (24 Pekerja) yang
undang Hukum Perdata (Burgerlijk Weet-
beralih demi hukum menjadi Perjanjian Kerja
boek), Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.
Waktu Tidak Tertentu (“PKWTT”) telah sesuai de-
Subekti dan R. Tjitrosudibio, “Kitab Undang-
ngan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 ten-
undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wet-
tang Ketenagakerjaan. Perhitungan mengenai keku-
boek]”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996.
rangan pembayaran upah
dan hak cuti, yang
diputus Pengadilan Hubungan Industrial Serang Nomor 53/G/2006/PHI.SRG tidak sesuai sebagaimana diatur oleh ketentuan tentang upah dan hak cuti dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Daftar Pustaka Abdul Hakim, “Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Aditya Bakti, Bandung, 2007. Agus Suprayogi, “Diktat Kuliah Hukum Perburuhan”, Fakultas Hukum Indonusa Esa Unggul, Jakarta, 2007. Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi,
“Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu”, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. KEP.100/MEN/VI/2004, pasal 1 angka 1. Indonesia,
“Undang-Undang
Dasar
Republik
Indonesia Tahun 1945 Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan, UU No. 13 Tahun 2003, LN No. 39 Tahun 2003, TLN No. 4279. Lalu Husni, “Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, edisi revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Rosa T. Pangaribuan, “Azas Kebebasan Berkontrak dan 34
Batas-batasnya
dalam
Hukum
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009