URNAL Vol. 1 No.3 Desember 2001
Zainal Abidin, S. Rakhmadiono, Simon B. Widjanarko
ILMU-ILMU
HAVATI ISSN 1411-8963
Kajian Aplikasi Hidrokoloid dan Pemanis pada Peristiwa Syneresis dan Kualitas Jelly Sirsak
Umu Hanifah, Soewignjo Soemohardjo, Haryono Achmad, M.A. Widodo
Perbandingan Pemeriksaan Per, Kultur M. Tuberculosisdan Bta Cairan Pleura serta Pemeriksaan Radiologi Paru untuk Menegakkan Diagnose Efusi Pleura Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Mataram
Sudirdjo, Marsoedi, Anik M. Hariati
Efektifitas Bakteri Super-Nb dalam Mengendalikan Laju Akumulasi Bahan Organik dan Kualitas Air Media Budidaya Udang Windu (Penaefls monodon Fab.)
Sri Susanti, Siti Chuzaemi, Soebarinoto
Pengaruh Pemberian Konsentrat yang Mengandung Bungkil Biji Kapuk terhadap Keeernaan Ransum, Produk Fermentasi dan Jumlah Protozoa Rumen Sapi Perah PeranakanFriesian Holstein Jantan
Baiq Azizah Haryantini, Mudji Santoso
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum) pada Andisol yang diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor dan Zat Pengatur Tumbuh
Samin Botanri, Eko Handayanto, Kurniatun Hairiah
Pemanfaatan Limbah Organik Pemeliharaan Ulat Sutera untuk Perbaikan Status N Tanah
Lilis Sulandari, Sri Kumalaningsih, Tri Susanto
PenambahanEkstrakTempeuntuk MempertahankanViabilitas Bakteri Asam Laktat pada Yoghurt Bubuk
Riszqina, Siti Chuzaemi, Soebarinoto
Pengaruh Tingkat Idp Pakanterhadap Konsumsi, Keeernaan, Retensi Nitrogen dan PerubahanBobot BadanSapi Peranakan Ongole
M. Amin Sunarhadi, Sri Rahayu Utami, Sudarto
PengelolaanSempadanSungai Brantas di Kota Malang, Jawa Timur
S.A.M. Putri Suryani, Sukoso, Sugama
Hubungan Kekerabatan Tiga Spesies Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus Spp) Atas Dasar varlast Genetik
Vol. 1 No.3 Desember 2001
ISSN 1411-8963
Diterbitkan Oleh: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang
Penanggung Jawab: Direktur Program Pascasarjana Univer~itas Brawijaya (Prof Dr. H. Djanggan Sargowo., dr., SpPD., SpJP (K))
Pemimpin Redaksi: Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D
Dewan Redaksi: Prof Dr. M. Aris Widodo., MS., SpFK., Ph.D Prof Dr. Saubari M. Mimbar, M.Agr. Dr. Ir. Mudji Santoso., MS Dr. Ir. Trinil Susilowati, MS. Dr. Ir. Yunianta, DEA Dr. Ir. Lily Agustina, M.Agr Dr. Ir. Zaenal Kusuma, MS. Dra. Francien H. Tomasowa, Ph.D
Redaktur Pelaksana: Hagus Ismunir, S.Pi. Alamat Penerbit/Redaksi: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya J1. Mayjen Haryono 169 Malang 65145, Indonesia Telepon (0341) 571260, 562094 Faximili (0341) 580801 E:-mail:
[email protected]
Jurnal penelitian ini diterbitkan pertama kali pada bulan April 2001, dan untuk seterusnya akan diterbitkan 3 ka1i dalam setahun (setiap 4 bulan sekali) Jurnal ini dimaksudkan untuk menjadi sarana publikasi karya ilmiah bagi para pakar dan penelitian di bidang ilmu hayati Setiap hasil karya yang dimuat tidak selalu mencerminkan pendapat dan opini dari Redaksi
PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAl MERAH (Capsicum annum) PADA ANDISOL YANG DIBERI MIKORIZA, PUPUK FOSFOR DANZATPENGATURTUMBUH The Growth and Yield of Chili (Capsicum annum) On Andepth Soil Treated By Mycorrhiza, Phosphor and Growth Regulation Baiq Azizah Haryantiniv Mudji Santosos'
ABSTRAK Produksi rata-rata cabai merah untuk Jawa Timur 3,2 ton/ha, yang tergolong masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan produksi. Pengembangan tanaman cabai dapat dilakukan di dataran tinggi yang didominasi oleh tanah Andisol. Permasalahan Andisol adalah fosfor tersedia yang rendah karena bahan amorfnya yang sangat kwh memfiksasi P sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu upaya peningkatan P tersedia adalah dengan pemberian mikoriza untuk membantu tanaman menyerap P. Ketersediaan P yang meningkat dapat menstimulir jumlah bunga dan buah tanaman cabai, tetapi tanaman cabai sangat rentan terhadap keguguran bunga dan buah sehingga perlu perlakuan bahan kimia untuk mempertahankan jumlah bunga dan buah supaya tidak terjadi kerontokkan seperti aplikasi zat pengatur tumbuh. Percobaan pot ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Februari - Agustus 2000, dengan tujuan untuk melihat pengaruh pemberian mikoriza terhadap ketersediaan P pada Andisol dan pengaruh zat pengatur tumbuh untuk mencegah kerontokkan bunga dan buah. Perlakuan rnikoriza terdiri dari tanpa pemberian .mikoriza dan pemberian mikoriza Gigaspora marganta. Perlakuan penyediaan Fosfor terdiri dari tanpa pupuk P, Pupuk SP-36 dan pupuk daun Vitabloom Spesial, serta perlakuan zat pengatur tumbuh yang terdiri dari tanpa penyemprotan dan penyemprotan GA3. Percobaan disusun dalam rancangan Acak Lengkap faktorial yang diulang tiga kali. Pertumbuhan cabai merah yang diberikan mikoriza lebih baik dibandingkan dengan tanpa perlakuan mikoriza pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat kering tajuk dan fruitset. Interaksi rnikoriza dan pupuk SP-36 meningkatkan serapan P jaringan dan fruitset, hal ini disebabkan karena peningkatan P tersedia oleh mikoriza, terbukti dengan meningkatnya P tersedia di Andisol dari 11,38 mg.kg: 1 (rendah) pada analisa awal dan 71.67 mg.kg:1 (tinggi) pada analisa akhir. Pupuk SP-36 meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dibandingkan dengan tanpa pupuk P dan Vitabloom Spesial yaitu pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat kering total, fruitset, persentase keguguran bunga, keguguran buah. Berat buah paling tinggi dihasilkan pada perlakuan SP-36 yaitu 96.424 gram/pohon. Interaksi antara perlakuan pupuk SP-36 dan zat pengatur tumbuh IGAl memiliki persentase keguguran bunga paling rendah. Perlakuan GA3 yang diberikan pada tanaman cabai merah dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16 % dan menurunkan tingkat kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan tanpa penyemprotan GA3.
ABSTRACT East Java still has low production of chili by average production is 3.2 ton/ha, many efforts are needed to increasing chili production. The improvement of chili agronomy to increasing production could extend from the low land until the higland, which dominated with andepth soil. The problem is andepth soil has the high content of amrf which adsorb the phosphate uptake can be done by the symbiotic between the mycorrhizal and plant, which are able to regain phosphate from the soil. The sufficient amount of phosphate can stimulate flowering. Besides, to reduce the flowers drop and fruits drop by the application of chemical treatment like the plant growth regulation. A greenhouse experiment was conducted at the greenhouse of Agriculture Faculty of Brawijaya University started from February - August 2000. In order is to .study the effect of mycorrhiza application to the phosphor availability in the andepth soil and the effect of growth regulation in I) 2)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Tanaman Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Dosen Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian dan Dosen Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
holding the flowers and fruits. Mycorrhiza treatment consist of two treatments, without mycorrhiza application and with the mycorrhiza Gigaspora margarita application. The phosphor treatment consist of without phosphor fertilizer, SP-36, Foliar fertilizer (Vitabloom Special) and teratment growth regulation consist of without growth regulation application and the application of GAl. The experiment used Factorial Complete Randimized Design, each combination treatment had three replications. . The growth of chili with mycorrhiza has better growing than without mycorrhiza such as leaf area, shoot dry weight and the percentage of fruitset. Combination treatment of mycorrhiza and SP36 fertilizer was found in the uptake of phosphate, growth and production of chili. It is proved by the increasing of phosphor during the ftrst analyses from 11.38 mg.kg1 (low) increase up to 71.67 mg.kg1 (high). SP-36 application generally gives the better result compare with other treatment without phosphor fertilizer and Vitabloom special, specially on parameters leaf area, total dry weight, fruitset, flowers drop percentage and fruits drop percentage. The higest fruit volume produced by the plants with SP-36 treatment thet are 96.42 g per plant. Combination of SP-36 and application of GAl can reduce the flowers drop until 16 % and also reduce the fruits drop up to 5 % compare with the treatment without GAl.
PENDAHULUAN Cabai merah (CapsiClim annum) merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kebutuhan cabai merah dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, namun produksi cabai masih belum mencukupi. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya produksi rata-rata per hektar. Produksi ratarata per hektar di Jawa Timur 3,52 ton dengan kisaran antara 1,85 - 6,84 ton/ha pada tahun 1993 (Sujatmoko, 1990 dalam Kusumainderawati, 1996). Peningkatan produksi masih dimungkinkan dengan jalan perbaikan tekhnik pengelolaan tanaman. Cabai merah tumbuh baik di dataran rendah sampat 1500 m dpl., hal In! memungkinkan pengembangan daerah penanaman cabai merah di daerah-daerah pegunungan yang didominasi Andisol. Andisol memiliki kandungan hara tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman, terutama untuk hara fosfor yang terikat pada Andisol karena memiliki kandungan bahan amorf (allofan) dan mempunyai kemampuan tinggi dalam memftksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Sanchez, 1992). Usaha untuk meningkatkan penyerapan fosfor dapat dilakukan melalui simbiosis antara tanaman dengan jamur rnikoriza. Hypa jamur rnikoriza berperan dalam meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penyerapan dari sistem perakaran tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambang kembali residu P yang menumpuk di dalam tanah (Agustina,
Bachrein, Rauf, Soenatiningsih dan Suarni, 1997). 'Masalah lain pacla tanaman cabai adalah rentannya tanaman cabai tersebut terhadap terjadinya pengguguran bunga dan buah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius (Kang, 1989 dan Enril, 1989 dafam Koesriharti, Maghfoer, Islarni, Respatijati dan Aini, 1999), salah satu usaha untuk mengatasi pengaruh kondisi tersebut agar terjadinya pembungaan, pembentukkan buah dan hasil cabai yang tinggi yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh (Surniati, 1996). . Berdasarkan pertimbangan terse but dirasakan perlu untuk melakukan penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pacla Andisol yang diberi mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh. Penelitian 1n1 bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan clan hasil cabai merah pada Andisol yang diperlakukan dengan mikoriza, pupuk fosfor clan zat pengatur tumbuh, untuk mengetahui penyediaan hara P bagi tanaman akibat perlakuan mikoriza, pupuk fosfor clan zat pengatur tumbuh pacla Andisol, dan untuk mengkaji pengaruh mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh atau interaksinya terhadap keguguran buah dan produksi buah cabai merah.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di rumah kaca milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dilaksanakan pacla bulan Februari sampai Agustus 2000. Beberapa analisis tanah awal dan akhir, analisis jaringan tanaman
51
.
BIOSAIN,
VOL. 1 NO. 3, Desember 2001
dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan pemeriksaan jumlah spora dan pengamatan infeksi akar dilakukan di Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Bibit cabai varietas Hot Beauty, tanah andisol, Pupuk SP-36 (36% P20S) sebagai sumber P, Pupuk Daun Vitabloom Spesial, inokulum spora rnikoriza, formalin 10 %. Alat yang digunakan dalam penelitian : timbangan , pengukur luas daun (leaf area meter), oven, sprayer dan meteran. Alat pengecatan akar dengan metode Clearing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), terdiri dari : cawan petri, ge!as piala dan kompor listrik. Alat untuk analisa serapan P terdiri dari oven, labu destruksi, blender, gelas ukur dan spektrofotometer, polybag. Alat untuk pengamatan infeksi akar tanaman terdiri dari cawan petri dan mikroskop binokuler. Percobaan disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang tiga kali. Faktor pertama adalah perlakuan rnikoriza (M), terdiri dari: Mo Tanpa rnikoriza, MI Dengan mikoriza inokulum campuran Gigaspora margarita 5 g/tanaman (5 spora/g campuran). Faktor kedua: Penyediaan Fosfor (P), terdiri dari : Po Tanpa pupuk P; PI Pupuk P (SP-36) 125 kg P20s/ha ; P2 Pupuk Daun (Vitabloom Spesial) 4 g/L dan Faktor ketiga : Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Z), terdiri dari: Zo Tanpa Penyemprotan; ZI Dengan Penyemprotan GAl 100 ppm. Tanah yang digunakan adalah Andisol yang diperoleh dari daerah Ngajum Kepanjen sebanyak 4 m kubik (hanya diambil dari lapisan olah sedalam 20 em). Sebe!um dimasukkan ke dalam polybag tanah dikeringkan dan dihaluskan. Tanah disteri1kan dengan formalin 10 % untuk mencegah kontarninasi rnikroorganisme tanah se!ain mikoriza. Sete!ah itu tanah yang dihaluskan ke dalam polybag dengan berat 10 kg tiap polybag. Media tanam yang telah disterilkan diperlakukan sesuai dengan perlakuan. Bibit cabai yang telah siap di tanam pada media. Penanaman dilakukan serentak pada semua perlakuan. Inokulum rnikoriza yang digunakan adalah inokulum campuran tanah terinfeksi rnikoriza yang diberikan pada saat persemaian bibit cabai dengan cara memberikan inokulum pad a media pembibitan sebanyak 5 gram tiap tanaman, dimana kandungan mikorizanya
=
=
=
= =
=
52
=
sebanyak 5 spora/ gram campuran. Mikoriza yang digunakan adalah jenis Gigasfora mary,arita. Sumber pupuk P yang digunakan adalah SP-36 (dengan kandungan 36 % P20S) diberikan pada media tanam dengan dosis standar yaitu 125 kg P20s/ha atau 6,12 g/ pot. Sedangkan vitabloom diperlakukan dengan konsentrasi 4 g/I. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan dengan cara penyemprotan ke se!uruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 mi. Zat pengatur tumbuh yang diberikan yaitu GAl 100 ppm atau 0,01 g 'GAl/1 diberikan 2 kali, yaitu pada saat terbentuk kuncup bunga (30 hari sete!ah tan am) dan setelah tanaman berbuah muda (50 hari sete!ah tanam). Perlindungan tanaman dari serangan hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Azodrin 50 EC 2 cc/L, dan untuk mencegah penyakit dilakukan penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 2 g/L. Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan analisis tanah sebelum tanam meliputi : Kandungan bahan organik, pH tanah, kandungan P tanah. Variabe! yang diamati pada penelitian ini meliputi : infeksi Mikoriza dengan metode Clairing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), Serapan P pada pucuk (umur 65 hari), pertumbuhan dan hasil tanaman meliputi : umur saat mulai berbunga, persentase bunga menjadi buah, tinggi tanaman, luas daun dengan Leaf Area Meter (LAM) , berat kering akar per tanaman, berat kering bagian atas per tanaman, berat kering total per tanaman, berat buah tiap tanaman jumlah buah tiap tanaman sampel. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan diteruskan dengan uji jarak berganda Duncan pad a taraf 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula yaitu jenis Gigaspora margarita memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan tanaman cabai merah dibanding tanpa perlakuan rnikoriza, yang terlihat pada parameter luas daun, berat kering tajuk dan persentase bunga jadi buah (Fruitset). Kombinasi antara mikoriza dan perlakuan fosfor juga nyata pada kadar serapan hara P jaringan tanaman dan persentase bunga jadi buah (fruitset). Peningkatan komponen-komponen pertumbuhan tanaman cabai oleh perlakuan rnikoriza tersebut disebabkan oleh serapan
Baiq Azizah Haryantini, Penumbuhan dan Hasil Cabe Merah pada Andisol
hara. Peningkatan serapan hara oleh akar dibantu dengan adanya mikoriza VA karena mikoriza VA mampu membantu meningkatkan serapan hara P dengan adanya hifa eksternal sehingga luas serapan meningkat yang mengakibatkan serapan P oleh tanaman juga meningkat. Pad a Andisol yang dijadikan media tanam pada penelitian ini memiliki kadar P tersedia yang sangat rendah, sehingga kombinasi antara mikoriza dan pemberian pupuk SP-36 yang memiliki kadar P tinggi sangat nyata mempengaruhi serapan hara P jaringan tanaman dibandingkan dengan tanaman yang tidak diperlakukan mikoriza (Tabel 1), hal ini juga didukung oleh grafik hubungan antara infeksi rnikoriza dan kandungan P jaringan (gambar 1) dimana hubungannya terlihat bahwa makin tinggi infeksi mikoriza maka rnakin tinggi kadar P yang terdapat di jaringan tanaman. 60 50 ~.~ 40
_
o
~
~ 30
• y= 86.559x+ 17.6 :J: 10 . R2:0.8357 ~•.. 0 -----.-.,-----,----"
:§ 20
*l
Q.
0
0.1
--0.2
0.3
0.4
kandungan P jarlngan
Gambar
1.
Hubungan antara Persentase Infeksi akar oleh mikoriza dan kandungan P jaringan Daun
Tabe! 1. Pdaun Tanaman Cabai Merah Pada Kombinasi Perlakuan Mikoriza+Pupuk Fosfor & Pup uk Fosfor +ZPT Perlakuan (-)Mikoriza
Tanpa P Pupuk SP-36 Vitabloom (+)MikQriza Tanpa P Pupuk SP-36 Vitabloom (-)Mikoriza Tanpa P Pupuk Sp-36 Vita bloom (+)Mikoriza Tanpa P Pupuk SP-36 Vitabloom Keterangan yang sarna berjangka.
Kadar P daun (%) 0.206 d 0.270 c 0.301 ab 0.167 e 0.312 a 0.290 b 0.201 c 0.252 b 0.343 a 0.236 b 0.330 a 0.248 b
Angka sekolom yang diikuti huruf tidak berbeda nyata pada uji jarak
tanah yang rniskin fosfor, te!ah dilaporkan bahwa sumbangan mikoriza pada peningkatan pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada atas tersedianya P dalam tanah (Hayman, 1983 ; Baon, 1994). Hal ini diduga karena jamur mikoriza VA mampu menghasilkan enzim asam fosfatase yang mampu mengkatalisis hidrolisis kompleks fosfor yang tidak tersedia menjadi fosfor yang larut dan tersedia. Se!anjutnya fosfor ini diserap oleh hifa-hifa eksterna dan dipindahkan ke dalam jaringan tanaman (Carling dan Brown, 1980; Manjunath et al., 1989 dalam Sastrahidayat, 1995). Luas daun tanaman pada umur 8 dan 12 mst lebih tinggi pada tanaman yang bermikoriza dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza (gambar 2). Hal 1n1 menunjukkan kernampuan mikoriza membantu tanarnan untuk meningkatkan serapan hara karena menurut Satrahidayat (1999) meningkatnya penyerapan P tentunya akan diikuti oleh peningkatan penyerapan unsur-unsur lain. Ini dapat dipahami karena P akan membentuk ATP (Adtnosin T riphospa~ yang sangat berguna untuk penyerapan hara mineral. Luas daun yang lebih baik pada tanaman yang terinfeksi mikoriza lebih tinggi dibandingkan dengan tanarnan tidak bermikoriza menambah kernampuan tanaman untuk berfotosintesa yang lebih optimal, hal ini dapat dijelaskan karena lebih luasnya permukaan tanarnan menerima cahaya rnatahari sebagai sumber energi utama dalam proses fotosintesis, dengan demikian hasil fotosintesis yang tertimbun berupa bobot kering tanaman pada tanaman yang terinfeksi mikoriza juga lebih besar yang ditunjukkan dengan berat kering tajuk yang lebih besar . 800 600 N
E,400
'"
~ 200 :\l
.3 0 8MST
12MlT
16MlT
umur tansman
Gambar
2. Luas daun tanaman cabai merah pada perlakuan mikoriza
Tingginya persentase kandungan P daun tanaman sangat dimungkinkan karena adanya peranan jamur mikoriza VA, terutarna pada
53
BIOSAIN,
Tabel 2.
Berat Kering Tajuk Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza dan Pupuk Fosfor
Perlakuan
Tanpa P
PupukSP-36 Vitabloom
VOL. 1 NO.3,
BK Tajuk (g) ... mst ... 16 12 8 1.2 b 3.363b 0.405b 11.83a 22.353a 3.755a 2.45b 0.218b 3.199b
(-)Mikoriza 0.876 b 3.79b 9.09b (+)Mikoriza 2.042a 6.53a 10.187b Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak bcrganda Duncan 5%. Perlakuan pupuk Fosfor berpengaruh pada pertumbuhan maupun hasil tanaman cabai merah. Pada perlakuan pupuk phospor terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 secara umum memberi pengaruh paling baik dibandingkan perlakuan tanpa pup uk dan vita bloom spesial, hal ini berhubungan erat dengan rendahnya kandungan P tersedia pada andisol yang dijadikan media tanam. Dengan ditambahnya pupuk fosfor ke dalam tanah respon hasil tanaman terlihat nyata, sedangkan pemberian pupuk fosfor melalui daun (vitabloom spesial ) belum dapat memberikan hasil yang diinginkan, karena hasilnya secara statistik pada beberapa parameter tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk Fosfor. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam pada Andisol untuk pertumbuhan vegetatifnya masih sangat membutuhkan fosfor, karena Andisol pada kondisi awal kandungan P yaitu sebesar 11.38 mg.kg. -1 adalah termasuk rendah, sehingga penambahan P dengan pupuk SP-36 ini dapat memenuhi kebutuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian pupuk daun yang memiliki kadar P tinggi belum mampu menstimulir pertumbuhan sebaik pupuk anorganik melalui tanah. Berat kering total tanaman yang diberikan pupuk SP-36 paling tinggi pada sernua umur pengamatan. Hal 101 menunjukkan bahwa unsur P yang diberikan melalui pupuk ini dapat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman cabai merah, karena fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menunjang pertumbuhan yang ditandai dengan peningkatan berat kering total tanaman. Unsur Fosfor (P) seperti halnya nitrogen, berkaitan erat dengan penyusunan bagian penting tanaman seperti asam nukleat pad a inti sel Maka apabila terjadi defisiensi
S4
Desember 2001
fosfor berakibat pada penurunan pertumbuhan secara drastis. Unsur fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Senyawa fosforilasi bertindak sebagai intermedier, menyimpan dan penyedia energi reaksi-reaksi khusus seperti pada respirasi dan fermentasi (Soepardi, 1983). Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan un sur-un sur lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur terse but dapat menyebabkan tanaman tidak mampu ,menycrap unsur lainnya, rneskipun jumlah un sur fosfor yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari pupuk sangat penting (fisdale dan Nelson, 1975 dalam Rosliani, 1997). Sejalan dengan perturnbuhan vegetatif tanaman yang memiliki tinggi tanaman dan bobot kering tanaman yang relatif tinggi cendrung menghasilkan buah cabai yang lebih tinggi pula (Rosliani, 1997). Karenanya pada tanaman yang diberikan pupuk SP-36 memiliki umur berbunga yang paling rendah atau paling awal terbentuknya bunga dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P dan perlakuan vita bloom spesial. Tabel 3.
Umur berbunga dan Bobot Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, Pupuk Fosfor dan ZPT
Perlakuan
Umur Berbunga Bobot Buah (g) ( hst) 1.577 (-)Mikoriza 41.44 (+)Mikoriza 38.867 38.492 TanpaP 46.667a 6.978b 96.424a PupukSP-36 30.25b 20.548b Vitabloom 44.833a (-)GA3 44.44a 39.178 43.454 (+)GA3 36.722b Keterangan: hst : hari setelah tanam Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%. Adanya unsur P dapat menstimulir terbentuknya bunga clan buah yang dapat mendorong terbentuknya bunga dan buah yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan zat pengatur tumbuh GA3 yang diberikan pada cabai merah pada penelitian ini dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16 % clan tanaman yang tidak diberikan GA3 dan clapat menurunkan tingkat kerontokkan buah hingga 5 %. GA3 dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga clan buah sehingga hasil buah pertanarnan dapat meningkat (Koesriharti, 1999).
Baiq Azizah Haryantini,
Tabel
4.
Perlakuan
Pertllmbllhan dan Hasil Cabe Merah pada .Andisol
Rata-rata Fruitset, Persentase Keguguran Bunga, Persentase Keguguran Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, pupuk P dan ZPT Fruitset
Keguguran Bunga (%)
(%)
Keguguran Buah (%)
(-) Mikoriza 41.72 a (+) Mikoriza 34.489 b Tanpa P 31.775 c 39.125 b 36.416 b Pupuk SP-36 37.958 b 25.775 c 7.116 c Vitabloom 43.608 a 50.316 a 46.167 a (-) GA3 39.738 a 46.067 a 32.188 a (+) GA3 35.822 b 30.744 b 27.611 b Ketemngan: Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5 %
50 40 (%)30
J.l _
IoHGA3l I~(+)G~
20 10
o
--
% gugur bunga
1
% gugur buah
Gambar 3. Persentase Keguguran bunga dan Buah tanaman cabai merah pada perlakuan zat pengatur tumbuh Semakin tinggi kadar P pada tanaman maka semakin rendah umur berbunga, yang berarti dengan adanya P yang tinggi pada jaringan tanaman akan dapat mempercepat pembungaan. Pupuk SP-36 yang diberikan adalah bentuk yang siap digunakan oleh tanaman, karena skala kandungan 36 % P20S dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air dengan cepat sehingga unsur hara P mudah diserap oleh tanaman (Kahar, 1994). Pada Andisol karena kandungan alofannya memiliki daya serap P yang sangat tinggi, mengakibatkan hara P yang diberikan melalui pemupukan hanya sebagian kecil tersedia bagi tanaman yang menjurus pada penurunan. efisiensi pemupukan, semakin banyak menggunakan pupuk P untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan tanah akan unsur hara tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan P di dalam tanah (Baon, 1998). Pengaruh mikoriza yang diberikan tidak terlihat dominan dalam meningkatkan penyediaan fosfor pada tanah, tetapi apabila dilihat dari analisa awal dan analisa akhir tanah menunjukkan bahwa pada analisa awal tanah fosofr yang tersedia di tanah sangat rendah, tetapi pada perlakuan mikoriza yang
dikombinasikan dengan pemebrian pupuk fosfor terlihat adanya peningkatan P tersedia, hal ini membuktikan bahwa mikoriza berperan dalam mengefisiensikan pemupukan fosfor yang diberikan pada Andisol, karena fiksasi fosfor yang kuat oleh allofan pada Andisol mengakibatkan hanya 10 % dari fosfor total yang· ditambahkan yang dapat tersedia bagi tanaman (fan & Shuylenborg, 1980 dalam Nihayati, 1989). Selanjutnya Sanchez (1992) menerangkan bahwa kandungan bahan amorf (allofan) pada Andisol cukup besar dan mempunyai kemampuan tinggi dalam memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah sehingga tidak tersedia bagi tanarnan. Tetapi pada penelitian ini, dirnana pemberian pupuk SP-36 yang dikombinasikan dengan pemberian mikoriza ternyata meningkatkan penyerapan P yang cukup nyata, ditandai dengan hubungan antara kandungan P pada jaringan dan infeksi mikoriza positif, artinya semakin tinggi infeksi mikoriza maka semakin tinggi kemampuan tanarnan untuk menyerap P dari tanah ke jaringan tanaman dan P tersedia di Andisol juga meningkat pada analisa akhir yaitu sebesar 71.67 mg.kg.'! (tinggi). Tabel 5. Analisa Awal Sifat Kimia Andisol, Ngajum (Kawi) Sifat Yang Dianalisa
Hasil Analisa
1.
6.3 (sedang) 5.3 (sedang) 3.03 (tinggi) 0.29 (sedang) 11 (sedang) 11.38 (rendah) 0.19 (rendah) 0.28 (rendah) 3.76 (rendah) 0.68 (rendah) 30.47 (tinggi) 4.91 16
pH (H20) pH (KCI 1 N) 3. C-organik 4. N total 5. C/N 6. P(Olsen)(mg.kg-1) 7. K(me/l00 g) 8. Na (me/l00 g) 9. Ca (me/l00 g) 10. Mg (me/l00 g) 11. KTK (me/l00 g) 12. Basa (me/l00 g) 13. KB(%) 14. Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) K Ia s 2.
41 50 9 Lempung
Analisa dilakukan di Laboratorium Faperta Unibraw, Malang.
Kimia Tanah
55
BIOSAIN,
VOL. 1 NO.3,
Tabel 6. Kandungan P Tersedia Akhir Pada Andisol (Terhadap KO 105 -c P Olsen) P Tersedia (mg. kg 1)
Perlakuan
(-) Mikoriza Tanpa P (-)GA3 (+)GA3 SP-36 (-)GA3 (+)GA3 Vitabloom (-)GA3 (+)GA3
4.06 (rendah) 4.83 (rendah) 31.52 (tinggi) 37.45 (tinggi) 5.25 (rendah) 5.67 (rendah)
(+)Mikoriza
6.09 (rendah) 5.55 (rendah) 60.69 (tinggi) 71.67 (tinggi) 2.76 (rendah) 2.66 (rendah)
Tanpa P (-)GA3 (+)GA3 SP-36 (-)GA3 (+)GA3 Vitabloom (-)GA3 (+)GA3
Keterangan : analisa dilakukan di Labora-toriurn Kimia Faperta Unibraw, Malang
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan Mikoriza dapat membantu penyerapan Fosfor yang diberikan melalui pemupukan oleh Cabai Merah dan meningkatkan kada fosfor tersedia pada Andisol dari 11.38 mg.k~ 1 menjadi 71.67 mg.kg1 yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk Fosfor melalui tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sedangkan melalui daun belum dapat merungkatkan pertumbuhan dan hasil secara nyata. Pemberian GAl menghambat pengguguran bunga cabai merah sampai 16 % dan menghambat pengguguran buah sampai 5 % dibandingkan dengan tanpa pemberian GA3. Saran Untuk penanaman cabai merah sebaiknya benih yang digunakan sebelum tanam diseleksi dan diperIakukan untuk menghindari kontarninasi penyakit bawaan dari benih tersebut dapat berkembang. PerIu diadakan percobaan lapang pada Andisol untuk mengetahui pengaruh di lapang.
Desember 2001
DAFTAR PUSTAKA Agustina. B., S. Soenatiningsih
Bachrein, M. Rauf, dan Suarni (1997) lnteraesi P dan Karbobidrat Terbadap Pembmlukkan Kolonisasi Mikoriza Vesikular-Arbuskuhr (MV A) Pada Tanaman Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 15. h 18 - 23. Baon, J.B. (1996) Biottkhnologi MikoriZ~ Pelestanan SUn/ber Doya Alam di Perkebunan Milos, Ku!yataan, lIn/iah dan Tantangannya. Panitia Peringatan Setengah Abad. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 20 h. Foth, H.D. (1991) Dasar-dasar lImu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 403 p. Hayman, D.S. (1982) ,njluence of Soil and Ferliliq on Activiq and Survival of . Vesikuhr-Arbuskuhr Myco"hizal Fungi. Phytopathology. p 72. Kahar, A, (1994) SP-J6 Pupuk Fosfat Bar« Gema Pertrokimia Gersik 11 (3): h 12 -19. Koesriharti, M. Maghfoer, T. Islarni, Respatijarti dan N. Aini, (1999) Pmgaruh Pembenan Ba + GA J + AVG Terhadap Kerontakan Buah Pada Empal Kultivar Tanaman umbok Besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Penelitian Ilmu-Ilrnu Hayati (life Science). 11 ( 1 ) : 59 - 69. Koesriharti, T. Islarni dan Respatijarti (1999) Pmgaruh Pemberian Ba, GAJ dan AVG Terbadap Hasil Buah pada 4 Kultivar T anaman umbok Besar (Capsicum annum L.) . Agrivita 21 (1) : 5 - 9. Koramik, P.P dan AC. McGraw (1982) Quantification of VAM In Plant Roots : 45 -50 In Method and Principles of Mycorizhal Research (eds. N.C. Scenk) The American Phytopathological Society. St. Paul Minnesota. Kusumainderawati, E.P., Yuniarti, Sarwono, Dzarnnuri, E. Sugiarti dan B. Pikukuh. (1995) Introduksi dan Uji Adaptasi V'anetas Cabai (Capsicum annsoo» L.). Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Karangploso. h 182 -193. Lita, S., Koesriharti dan A Zainudin, (1988) Pmgaruh Pemberia« 2,4-D dan GAJ Terbadap Pembmfukan Buab Tanpa Biji Pada Dua V'arietas umbok Besar (Capsicum annuum L). Agrivita 11 : 49 -51.
56------------------------------------------
Baiq Azizah Haryantini, Pertumbuhan dan Hasil Cabe Merab pada Andisol
Miller H.M., and P.T. McGonigle (1996) Division S4- Soil Fertilif) and Plant Nutrition. Soil Science. America
Journal60 p 1856 - 1861. Mosse, Br.B., D.S. Hayman dan J. Arnold, (1973) Plant Growth Responses To Vesicular Arbuscular Myrorrhiza. Phosphate Uptake By Thm Plant Species From P-Deficient Soils Labelled Whit J2p.
The New Phytologist, 72. p 809 - 814. Nihayati, E. (1989) Pengaruh Berbagai Penempatan Pertumbuhan Bawang Putih Lumbu Hijau
Pupuk Fosfat Terbadap dan Hasil Umbi Tanaman (Alliunisativum L) V'arietas Pada Andosol Coban Rondo.
Thesis. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Program KPK Universitas Brawijaya.. Rosliani, R. (1997) Pengaruh Pemupukan Dengan Pllpuk Mo/emllk Makro Berbentuk Tablet Terbadap Pertumbuban dan Hasil Cabai
Merab. J. Hort. 7(3) : 773-780.
Santoso, B. (1986) Sifa: dan Ciri Tanab .Andosol. Fakultas Pertanian Jurusan Tanah. Universitas Brawijaya. Malang. 89 h. Sanchez, P.A. (1992) Si/at dan PengelolaanTanab TropicaL ITB Bandung. 397 p. Sastrahidayat, LR. (1995) Stllcfy Rekcryasa Tekhnologi
Pupllk
Hayati
Mikoriza.
Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. 104 h. Sastrahidayat, Kusnul Wakidah dan Syekfani (1999) Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskliia Terhadap Peningkatan Emjm Fosfatase, Beberapa Asam Organik dan Pertumbuban Kapas (Gosrypium hirsutum L) Pada Vertisol dan A!ftzol Agrivita
21 (1): 10 - 19. Sitompul, S.M., dan B. Guritno .Analisis Pertumbuhah Tanaman.
(1995)· Gadjah
Mada University Press. 412 h. Tindall, H.D. (1983) Vegetable In The Tropics. Mc. Millan Press London p 74. Tisdale, S.L., and W.L. Nelson (1984) Soil Fertilif) and Fertilizer. The MacMillan Co. New York. 125 p.
57