2017
Komet Encke dan Peristiwa Tunguska
Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung 0
Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia
Komet Encke dan Peristiwa Tunguska Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Email:
[email protected]
Pendahuluan Teka-teki ledakan besar Siberia tahun 1908, agaknya mulai dilupakan orang. Namun beberapa ilmuwan mancanegara masih belum puas atas jawaban yang telah disampaikan. Bahkan ada pula yang mengemukakan besar kemungkinan ledakan itu adalah ledakan nuklir buatan dan bukan akibat alami.Tulisan berikut ini mencoba mendekati masalah ledakan Siberia yang terjadi 109 tahun lalu dari segi ilmiah semata-mata. Komet yang menabrak Siberia, walaupun kecil sekali kemungkinanya menumbuk secara frontal, namun pecahan-pecahannya bisa saja menyerempet Siberia.
Bola api jatuh ke Bumi Wartawan Sinar Harapan, Subekti beberapa bulan lalu (SH, Selasa 7 Nov 1978 “ Teka-teki ledakan besar Siberia) pernah menulis rangkaian argument para ahli mengenai ledakan besar yang terjadi di Tunguska, Siberia di ujung abad ke 20 yang lampau. Ratusan artikel telah ditulis mengenai kebakaran besar pada tanggal 30 Juni 1908 tersebut. Hanya satu fenomena diketahui orang yaitu adanya “bola api” yang jatuh ke Bumi 1
diringi suara menggelegar dan lidah api melejit ke angkasa yang mengakibatkan pepohonan hangus terbakar dalam radius 30 kilometer. Getarannya dapat dicatat sampai 1000 kilometer dari tempat tersebut, sudah cukup memebrikan gambaran bagaimana dahsyatnya peristiwa itu. Kejadian unik yang banyak mengundang interprestasi. Artikel ini mencoba menengok masalah tersebut berdasarkan wadah ilmu pengetahuan konvensional yang selama ini kita miliki.
Spekulasi Tunguska Kalau ditilik dari isinya, tinjauan fiksi dan spekulatif agaknya mendapat porsi terbesar dalam media massa. Namun jauh daripada itu banyak pula orang yang mencoba melihatnya dari segi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan. Leonard Kulik seorang ahli meteor Sovyet kelihatannya merupakan orang pertama yang menaruh perhatian pada peristiwa ini. Kulik menduga bahwa ledakan itu berasal dari benturan batu meteor yang menumbuk bumi. Ternyata ekspedisi ilmiah yang dilakukan pada tahun 1927 ke Tunguska tidak dapat menemukan sisa-sisa batu meteor seperti yang diharapkan demikian pula tentang kawah meteor satupun tidak ditemukan di daerah tersebut. Duapuluh tahun kemudian Alexander Kazaniev melakukan penelitian ulang . Kazaniev sangat terkejut ketika dia mendapatkan kenyataan bahwa disekitar tempat ledakan terasa adanya radiasi nuklir . Mungkinkh ledakan dari sebuah meteor, akan mampu memancarkan cahaya radioaktif setelah lima puluh tahun berlalu?? Apa yang terlihat oleh Kazaniev segera tersebar luas melalui media yang ada. Dalam pada itu suasana yang menyelimuti dunia pada akhir perang dunia kedua dengan tanda-tanda perang dingin antara dua negara besar Rusia dan Amerika memepersemaikan kemungkinan piring terbang sebagai pesawat negara asing untuk mengintai keamanan dan kedaulatan negara. Sebab itu tidak heran kenapa issue menegenai UFO (unidentified flying object) yang melanda benua Amerika dan Europa yang selalu dikaitkan dengan fenomena “aneh” di langit, turut mewanai pemikiran Kazaniev dan kawan-kawannya.
2
Kelompok ini berkonklusi bahwa radiasi nuklir berasal dari sisa-sisa efek semburan dari wahana asing yang mendarat. Wahana yang ditugaskan untuk menyelidiki cadfangan air dari danau Baikal yang letaknya tidak jauh dari sana. Jika demikian hebat benar teknologi yang dimiliki oleh pesawat tersebut. Teknologi yang dibawa oleh ETI (extra terrestrial intelllegent) berangkat dari tempat yang jauh disana dan berhenti sebentar ingin melihat cadangan air di bumi. Ungkapan lain dikmukakan oleh Williard Libby seorang ilmuwan yang tertaarik pada tumbuh-tumbuhan. Libby mendapatkan kadar karbon 14 pada pepohonan yang terdapat di Tunguska menunjukkan pertambahan sebesar 1% pada tahun 1909. Jadi satu tahun setelah terjadinya edakan besar di Tunguska. Sehubungan dengan itu Kiril Florensky di awal tahun enampuluhan memberikan serangkaraian hipotesa. Menurut Florensky kelimpahan unsur radioaktif yang ditemukan di sana ada kemungkinan diakibatkan oleh radiasi cahaya neutron yang dibebaskan oleh ledakan nuklir yang berkekuatan 3 megaton. Namun sayang opini massa dengan cepat menduga bahwa misil antar planet telah melabrak bumi. Waktu itu Florensky belum melihat bahwa keubahan radiasi kosmik yang menerobos atmosfer dapat mengubah kandungan karbon di pepohonan. Astronom lain dari Cornell University yang bernama Carl Sagan, berpendapat bahwa boleh jadi bahwa peristiwa Tunguska tersebut adalah sebagai akibat pelaluan sebuah “lubang hitam” (black hole) supermini ke dalam Siberia, selanjutnya menembus bumi dan menyembul di lautan atlantik. Teori ini didasarkan atas pendapat beberapa astronom yang menduga bahwa black hole dapat datang dalam berbagai ukuran besarnya, hingga yang paling kecil tidak lebih daripada atom-atom.Konsep lain yang lebih spektakulatif adalah pandangan mengenai adanya anti-materi, yang diperkenalkan untuk menjelaskan fenomena alam yang tak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan yang selama ini kita miliki. Anti materi yaitu zat yang mempunyai karakteristikberlainan dengan materi yang kita kenal. Atomnya terdiri dari muatan negative dan positif seprti halnya atom biasa, tetapi muatan potif mengorbit mengitari muatan negative sebagai intinya . Perjumpaan zat ini dengan materi bumi akan dapat menimbulkan ledakan dahsyat. 3
Carboneus chondrite sebagai penunjuk arah Tinjauan fiksi dan spekulatif di atas mulai ditinggalkan orang ketika hal baru dalam planetology terungkap , ditemukannya partikel besi-oksida dan berkas-berkas karang lunak yang merupakan ciri khas medium antar planet membawa titik cerah dalam mencari jawab peristiwa ini. Tetapi kenapa benda itu luput dari pengamatan sebelumnya merupakan pertanyaan pula. Barangkali objek tersebut terlalu lemah untu diamati ataupun dia dating dari belakang matahari dengan kecepatan luar biasa, kemilaunya sinar matahari menyebabkan benda tersebut tidak pernah terlihat sebelumnya . Dengan demikian harus dipilih anggota tata surya yang mempunyai peluang besar untuk bertumbukkan dengan bumi. Calon yang harus diselidiki tntunya termasuk asteroid kerdil dengan meteor berukuran besar, meteorit dengan komposisi aneh, yang disebut oleh ahli meteor Perancis F.L. Whiple sebagai batuan angkasa pre type I Carbonous chondrite dari sebuah komet kecil yang telah padam maupun aktif. Fakta mengapa kometdipilih sebagai kandidat yang paling mungkin diungkapkan oleh John Brown dari Glascouw University dan Daviad Hughes dai University Sheffield. Mereka berhasil menunjukkan bahwa ledakan yang terjadi di Tunguska kalau ditlik dai energy yang dihasilkan hanya dapat menimbulkan temperaur beberapa ratus ribu derajad saja, masih erlalu kecil untuk dapat membangkitkan reaksi nuklir berantai, suhu ini merupakan temperature sub-nuklir seperti halnya yang terdapat dipermukaan matahari pada saat terjadinya semburan lidah-lidah api keangkasa yag disebut solar-flare . Selain itu bila dibandingkan dengan lidah-lidah api yang disemburkan matahari, maka partikel neutron yang dihasilkan oleh ledakan tersebut , sehinggga mempengaruhi tingkat kandungan karbon pada pepohonan hanya terjadi andaikata sebuah plasma panas, seperti kepala komet, melintasi atmosfer selama beberapa detik. Perjumpaan ini menghasilkan sinar X sinar Gamma, inti dan electron berenergi tinggi yang tercermin pada cincin pepohonan. Dukungan lain diajukan beberapa waktu kemudian oleh Dr. Kresak dari Slovak Academy of Science, dari visi seorang astronom. Banyak orang menduga bahwa kawah pernah terbentuk, namun lunaknya meteor yang jatuh itu dan sembulan gas yang mendorong lapisan tanah ke permukaan serta sifat elasti tanah disana menyebabkan kawah tersebut hilang perlaha-lahan disapu badai . Percobaan dan pengukuran terhdap kawah besar di Arizona (kawah ini terbentuk akibat benturan batu meteor ) dengan harapan mendapatkan kesimpulan yang sifatnya ekstrapolatif diikuti dengan telaah yang berhati-hati pada struktur geologis di tempat ledakan tidak menunjukkan bahwa disana pernah terbentuk kawah. Kalau hasil penelitian itu benar, tentunya yang menumbuk Tungska adalah sebuah benda langit dengan rapat massa yang sangat kecil, terlalul keciluntuk dapat menghasilkan sebuah kawah. Selain itu percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa komposisi tanah disekitar tempat itu banyak 4
mengandung unsur yang diseb Carboneous Chandrite. Hal ini memperkuat dugaah bahwa fragmen berasal dari sebuah komet, tapi komet yang mana??
Komet Encke Setelah diduga bahwa komet merupakan kandidat yang patut diperhatikan, maka arah riset difokuskan untuk mencari komet yang dapat menimbulkan ledakan besar itu. Studi statistic untuk mencari komet yang paling dekat ke Bumi, menjatuhkan pilihan pada sebuah benda langit yang kelak dikemudian hari dibuktikan bahwa objek ini tak lain komet Encke . Namun bagi komet, ini tidak realistis terlalu besar untuk dapat menimbulkan kebakaran seperti yang terjadi di tahun 1908. Jadi kalau demikian apakah hanya pecahannya saja yang jatuh ke Bumi?. Memang kalau dilihat dari sisi ini peluang untuk itu cukup besar. Ada suatu kesaksian yang pernah dicata orang, yaitu terlihatnya radian(objek bercahaya akibat terbakarnya benda tersebut sewaktu menerobos atmosfer Bumi) pada posisi 20 derajad di utara matahari. Dukungan lain, bahwa objek Tunguska itu tidak lain daripada pecahan sebuah komet , ditopang oleh penampilan meteor-meteor Beta Tauri (meteor yang terlihat berasal dari daerah dengan latar belakang panorama Beta Tauri di pagi hari 30 Juni 1908. Ini semua memeprkuat hipotesa bahwa aliran meteor yang terlihat waktu itu merupakan asosiasi dari sebuah komet. Mulanya agak susah untuk mengetahui lintasan yang tepat dari komet tersebut , dengan data yang kita miliki saat ini. Namun demikian koleksi plat potret dari beberapa observatorium cukup memberikan andil yang besar dalam mencarijawab bentuk lintasan yang dikehendaki. Telaah terhadap bentuk-bentuk fungsi gangguan serta serta perhitungan yang sifatnya ekstrapolatif embawa ilmuwan pada beberapa kesimpulan. Pertama, komet tersebut haruslah mempunyai bentuk lintasan periodic dengan kala edar sekiitar tiga tahun. Kedua disamping beredar dalam lintasan parabolic bidang lintasannya haruslah membentuk kemiringan kecil terhadap ekliptika (bidang orbit bumi mengelilingi matahari) pada posisi 278o sd 335o dari titik pertama Aries atau kedudukan Matahari terbit 21 Maret. Ketiga terjadinya, desintegrasi , sebelum bulan Juni 1908 dan tidak terlalu jauh dari tanggal 30 Juni 1908. Perhitungan yang dilakukan oleh Dr.Marsden dari Smithsonian Institute yang dirilis dalam majalah vak Astronomical Journal vol 79,1974 menyatakan bahwa posisi terdekat ke Matahari dicapai pada tanggal 1 may 1908. Jaraknya 0.3 sa (1 sa, jarak rerata Bumi-Matahari, 150 juta km) Terlihat indikasi kuat bahwa peluruhan berlangsung pada saat mulai mendekati perihelion (titik terdekat ke matahari). Pada titik ini matahari memberikan efek tekanan radiasi maupun gravitasi yang tinggi sehingga terjadinya desintegrasi pada kedududkan ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Studi yang dilakukan oleh astronom Sovyet V.A. Bronsthen pada tahun 5
1975 dengan memeperhatikan rate mass yang dilontarkan, sampai pada kesimpulan bahwa massa awal objek ditilik dari terangnya komet ini tak terlalu sukar untuk diamati. Pada posisi terdekat ke Matahari terangnya dapat mencapai delapan magnitude atau kira-kira 10000 kali lebih lemah dari bintang terdekat Alpha Sentauri . Besaran yang masih dalam jangkauan teropong astronomi . Tetapi kenapa dia terluput dari pengamatan pada periode itu kiranya merupakan soal yang harus di jawab. Kalau dilihat dari perhitungan yang sifatnya statistic ada petunjuk kuat bahwa ada objek-objek yang tidak aktif dengan diameter inti paling kecil 100 meter. Jika benda langit yang menumbuk Tunguska di tahun 1908 itu sebuah komet yang aktif , boleh jadi jawabnya sudah ditemukan . Kesempatan untuk menyadap informasi lebih lanjut tampaknya akan muncul di tahun 1980. Pada tanggal 6 Desember 1980 komety berada di titik terdekat ke Matahari jaraknya pada saat itu 0,34 sa. Dengan observasi yang ekstensif, serta ditopangoleh angkasa yang bersih astronom percaya masalah ini akan dapat dijelaskan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Tapi bila ditanya adakah kemungkinan komet tersebut jatuh ke Bumi seperti “Skylab” jawabnya adalah mudah yaitu 1 berbanding 109, sepuluh dengan 9 nol dibelakangnya!.
6